peran rth dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota
DESCRIPTION
RTHTRANSCRIPT
MATA KULIAH EKOLOGI DAN ILMU LINGKUNGAN
PERAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN KOTA
Oleh :
FITRAWAN UMAR
NIM 12/336715/PMU/07350
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2012
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
2
PERAN RUANG TERBUKA HIJAU DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS LINGKUNGAN KOTA
Oleh: Fitrawan Umar
A. PENDAHULUAN
Kualitas lingkungan kota belakangan ini semakin mengalami penurunan.
Perkembangan kota yang semakin pesat serta urbanisasi yang tidak terkendali telah
menyebabkan penduduk kota mengalihkan fungsi lahan dari tutupan alami menjadi
tutupan buatan, seperti bangunan, aspal, dan material lainnya, sehingga berdampak pada
berkurangnya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan (Nowak, 2006).
Beberapa krisis lingkungan perkotaan dapat disebutkan di antaranya ialah: pertama,
kota saat ini merupakan pusat pencemaran udara. Wilayah perkotaan memberi
sumbangsih yang sangat besar terhadap meningkatnya polusi udara, atau emisi gas
rumah kaca. Pengaruh terbesar yaitu aktivitas industri dan penggunaan energi untuk
transportasi. Aktivitas industri dan transportasi sama-sama menghasilkan limbah berupa
zat pencemar udara, seperti CO2,, SO2, dan semacamnya. Di sisi lain, ruang terbuka
hijau yang dapat menyerap zat pencemar udara justru semakin berkurang di perkotaan.
Hampir tidak ada kota di Indonesia yang memenuhi syarat UU No.26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang untuk mewujudkan 30% RTH dari total luas wilayah kota.
Kedua, meningkatnya suhu udara di perkotaan. Fenomena ini disebut dengan
Urban Heat Island (UHI), di mana suhu udara di wilayah kota lebih tinggi dari pada
suhu udara di pinggiran kota atau di desa (Tursilowati, 2002). Akibat dari fenomena ini,
masyarakat kota menjadi tidak nyaman, terjadi pemborosan energi, serta rentan terhadap
penyakit-penyakit baru. Penyebab terbesar dari menurunnya kualitas lingkungan ini
yaitu terjadinya perubahaan penggunaan lahan, dari pertanian ke non-pertanian, atau
dari area tutupan alami menjadi area tutupan buatan seperti bangunan, aspal, beton, dan
lain-lain.
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
3
Gambar 1. Ilustrasi Pulau Panas Perkotaan (sumber: Tursilowati, 2002)
Ketiga, hilangnya keanekaragaman hayati di perkotaan. Di Amerika, pernah
terkenal apa yang disebut dengan The Silence of Spring atau musim semi yang sunyi. Di
mana masyarakat menyadari hilangnya suara-suara burung yang selalu berkicau setiap
musim semi di kota. Keadaan seperti itu terjadi di hampir seluruh kota, termasuk kota-
kota di Indonesia. Kota-kota sudah kehilangan keanekaragaman hayatinya. Burung-
burung dan spesies-spesies lain telah kehilangan habitatnya, seperti tanaman dan
pepohonan, akibat pembangunan kota yang tidak ekologis.
Keempat, kota rentan terhadap bencana banjir. Penataan ruang yang tidak sehat
mengakibatkan daerah resapan air di perkotaan tertutupi oleh bangunan, sehingga
limpasan air tertahan di permukaan dan menjadi penyebab banjir.
Mengingat krisis lingkungan kota tersebut di atas, maka diperlukan suatu upaya
untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota, yang salah satunya ialah pemenuhan
ketersediaan ruang terbuka hijau. Hal ini sejalan dengan Pasal 29 ayat (2) UU No.26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa “proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah
kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota”.
Paper ini bertujuan untuk membahas mengenai peran ruang terbuka hijau dalam
meningkatkan kualitas lingkungan kota. Diharapkan paper ini bermanfaat sebagai bahan
masukan dalam pengambilan kebijakan terkait perencanaan tata ruang kota, serta
sebagai upaya penyadaran masyarakat dalam mempertahankan ruang terbuka hijau di
kawasan perkotaan.
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
4
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces)
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna
mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam
kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan (Tim Departemen ARL Faperta IPB, 2005). RTH menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan ialah area memanjang/jalur dan/atau
mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman,
baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Berdasarkan fisik, RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami dan non-alami. RTH
alami berupa habitat liar, kawasan lindung, dan taman-taman nasional. RTH non-alami
atau buatan seperti taman, lapangan olahraga, pemakaman, atau jalur-jalur hijau jalan.
Berdasarkan fungsi, RTH dapat dibedakan menjadi RTH fungsi ekologis, sosial budaya,
estetika, dan ekonomi (Permen PU No.05/PRT/M/2008).
Berdasarkan sifat dan karakteristik ekologisnya, RTH dibedakan menjadi RTH
kawasan (areal, non-linear), dan RTH jalur (koridor, linear). Berdasarkan penggunaan
lahan, RTH dibedakan menjadi RTH kawasan permukiman, RTH kawasan pertanian,
dan RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olahraga, dan
alamiah. Berdasarkan status kepemilikian, RTH dibedakan RTH publik dan RTH privat.
RTH publik yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau dimiliki
pemerintah, dan RTH privat yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (Tim
Departemen ARL Faperta IPB, 2005).
Tabel 1. Kepemilikan RTH
No Jenis RTH Publik RTH Privat
1.
RTH Pekarangan
a. Pekarangan rumah tinggal v
b. Halaman perkantoran,
pertokoan, dan tempat usaha
v
c. Taman atap bangunan v
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
5
Lanjutan Tabel 1.
2.
RTH Taman dan Hutan Kota
a. Taman RT v v
b. Taman RW v v
c. Taman kelurahan v v
d. Taman kecamatan v v
e. Taman kota v
f. Hutan kota v
g. Sabuk hijau (green belt) v
3.
RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan median jalan v v
b. Jalur pejalan kaki v v
c. Ruang di bawah jalan layang v
4.
RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api v
b. Jalur hijau jaringang listrik
tegangan tinggi
v
c. RTH sempadan sungai v
d. RTH sempadan pantai v
e. RTH pengamanan sumber air
baku/mata air
v
f. Pemakaman v
Sumber: Permen PU No.05/PRT/M/2008
2. Fungsi Ekologis Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau memiliki pengaruh secara langsung dan tidak langsung
terhadap proses ekologi, kualitas lingkungan, dan kesehatan manusia di perkotaan
(Escobedo-Nowak 2009). Ruang terbuka hijau dapat berperan sebagai “bioteknologi”
alami untuk mengurangi permasalahan di bidang lingkungan dan kesehatan masyarakat
(Nowak 2006).
Peran ruang terbuka hijau dalam meningkatkan kualitas lingkungan dapat
diidentifikasi sebagai berikut: pertama, ruang terbuka hijau dapat meningkatkan kualitas
udara, yaitu dengan mereduksi zat-zat pencemar penyebab polusi udara yang dapat
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
6
mengganggu kesehatan manusia, seperti Partikel (PM10), Ozon (O3), Nitrogen dioksida
(NO2), Sulfur dioksida (SO2), dan Karbon monoksida (CO).
Bagian wilayah kota yang 100% tertutupi oleh vegetasi, dalam jangka pendek
(satu jam), dapat mengurangi 14.9% SO2, 14.8% O3, 13.6% PM10, 8.3% NO2, dan
0.05% CO di udara (Nowak 2006). Vegetasi menyerap gas pencemar udara melalui
stomata daun dan melarutkan zat pencemar tersebut melalui permukaan daun yang
basah (Yang et al. 2005). Selain itu, ruang terbuka hijau juga dapat mereduksi radiasi
ultraviolet yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Kedua, ruang terbuka hijau dapat menurunkan suhu udara, sehingga dapat
menjadi solusi dalam upaya mitigasi efek Urban Heat Island (UHI) atau Pulau Panas
Perkotaan. Vegetasi ruang terbuka hijau dapat mempengaruhi keadaan iklim mikro di
suatu wilayah. Vegetasi memiliki daerah bayangan dan kemampuan menyerap panas
melalui proses evapotranspirasi. Oleh karena itu, ruang terbuka hijau dapat menghemat
penggunaan energi, yaitu mengurangi pemakaian Air Conditioner (AC) untuk
mendinginkan atau menghangatkan ruangan (McPherson et al. 1997).
Ketiga, ruang terbuka hijau dapat berperan penting dalam mitigasi dampak
perubahan iklim di perkotaan. Ruang terbuka hijau memiliki kemampuan mereduksi
karbon dioksida sebagai gas dominan yang menyebabkan efek rumah kaca. Selain itu,
penghematan pemakaian Air Conditioner (AC) berarti menghemat penggunaan bahan
bakar fosil dan mencegah laju penipisan lapisan ozon, yang merupakan penyebab
terjadinya perubahan iklim.
Setiap pohon rata-rata dapat menghemat penggunaan energi untuk penghangat
ruangan hingga 1,3% (2,1 GJ) atau setara dengan 10$, dan mengemat penggunaan
energi pendingin ruangan hingga 7% (0,48 GJ) atau setara dengan $15 (McPherson et
al. 1997).
Dari penelitian di kota-kota Amerika Serikat, diketahui bahwa ruang terbuka hijau
dapat menyerap karbon rata-rata sebesar 700 juta ton karbon per tahun dengan daya
serap per hektar mencapai 25,1 ton per tahun, dengan nilai ekonomi sebesar 14.3 trilyun
dollar per tahun. Daya serap karbon dari ruang terbuka hijau setara dengan emisi karbon
yang dihasilkan oleh aktivitas penduduk di Amerika Serikat selama 5,5 bulan (Nowak,
2006). Di Shenyang, China, ruang terbuka hijau dengan kepadatan vegetasi 569/ha
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
7
dapat menyerap 337.000 ton karbon per tahun atau senilai 13,88 juta dollar (Liu-Li
2012).
Sekarang ini perubahan iklim sudah semakin mengancam keberlangsungan hidup
umat manusia di muka bumi. Rata-rata kenaikan suhu permukaan bumi mencapai 0.6 0C
sejak akhir tahun 1.800-an, dan diperkirakan akan mencapai 1.4-5.8 0C pada tahun 2100
(Nowak 2006; Liu dan Li 2012). Ruang terbuka hijau berperan untuk mewujudkan
komitmen bersama negara-negara di dunia, sebagaimana yang tertuang dalam Protokol
Kyoto yang menuntut adanya upaya untuk mengatasi ancaman perubahan iklim secara
global.
Keempat, ruang terbuka hijau berperan dalam menjaga kualitas ketersediaan air di
perkotaan. Ruang terbuka hijau dapat mengurangi limbah cair yang berpotensi merusak
kualitas air di sungai ataupun di danau. Limbah cair ini sangat berbahaya karena dapat
mengubah pola alami hidrologi, merusak habitat perairan, dan menaikkan konsentrasi
zat pencemar (Nowak 2006).
Ruang terbuka hijau berguna dalam konservasi air melalui proses intersepsi atau
tertahannya hujan di pepohonan, dan proses evapotranspirasi di sekitar aliran. Ruang
terbuka hijau juga secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas air dengan cara
menahan zat pencemar, mengurangi limpasan air yang berlebih, dan meningkatkan
infiltrasi atau peresapan air ke dalam tanah. Ruang terbuka hijau juga berguna untuk
meminimalisir terjadinya erosi, karena tumbuhan memiliki kemampuan untuk menahan
laju erosi tanah.
3. Fungsi Lain Ruang Terbuka Hijau
Selain fungsi ekologis, ruang terbuka hijau juga memiliki fungsi sosial, ekonomi,
dan arsitektural. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Fungsi Sosial, Ekonomi, dan Arsitektural RTH
No. Fungsi Manfaat
Langsung Tidak Langsung
1. Sosial
a. Menurunkan tingkat
stress masyarakat
a. Menurunkan konflik
sosial
b. Konservasi situ salami
sejarah
b. Meningkatkan keamanan
kota
c. Meningkatkan
produktivitas masyarakat
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
8
Lanjutan Tabel 2.
2. Ekonomi
a. Meningkatkan
pendapatan masyarakat
a. Efek ganda peningkatan
jumlah wisatawan
b. Meningkatkan jumlah
wisatawan
3. Arsitektural
a. Meningkatkan kerapian
dan keteraturan kota
a. Menurunkan konflik
sosial
b. Meningkatkan
kenyamanan kota
b. Meningkatkan keamanan
kota
c. Meningkatkan keindahan
kota
c. Meningkatkan
produktivitas masyarakat Sumber: Tim Departemen ARL Faperta IPB, 2005
4. Upaya Mempertahankan Ruang Terbuka Hijau
Ekosistem perkotaan adalah sistem yang sangat kompleks, meliputi iklim,
penggunaan lahan, biofisik, dan variabel sosial-ekonomi (Escobedo-Nowak 2009).
Kajian tentang ruang terbuka hijau di masa datang dan perannya dalam meningkatkan
kualitas lingkungan harus mempertimbangkan aspek ekologi dan keanekaragaman
sosial-ekonomi di dalam ekosistem perkotaan.
Analisis dengan menggunakan pendekatan pemodelan wilayah dengan skala yang
luas seringkali tidak berhasil dalam memahami fungsi ekosistem dan hubungannya
dengan aktivitas masyarakat dan struktur ruang terbuka hijau. Analisis dengan skala
berbeda seharusnya digunakan untuk mengembangkan dan menghitung kebutuhan
vegetasi di lahan kritis, mempertahankan ruang terbuka hijau dari ancaman urbanisasi,
dan meningkatkan tutupan vegetasi di taman kota atau semacamnya (Escobedo-Nowak
2009).
Pemilihan jenis vegetasi untuk ruang terbuka hijau juga perlu dipertimbangkan
Pemilihan jenis vegetasi dapat berupa pemilihan tipe tumbuhan (pohon yang selalu
berdaun hijau atau yang sering berganti daun), dimensi (ukuran), kecepatan
pertumbuhan, dan karakteristik daun (bersisik, permukaan kasar, atau permukaan
lembut).
Selain memperhatikan kemampuan tumbuhan dalam mereduksi polusi udara atau
manfaat lainnya, pemilihan jenis vegetasi juga harus memperhatikan keberlanjutan
mereka untuk bertahan hidup di lingkungan perkotaan.
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
9
Berikut ini adalah faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis
tumbuhan agar dapat bertahan hidup di lingkungan perkotaan (Yang et al. 2005): (1)
resistensi tumbuhan terhadap penyakit dan serangga akibat penggunaan pestisida yang
berlebih di wilayah yang kepadatan penduduknya tinggi; (2) kemampuan tumbuhan
untuk beradaptasi dengan tanah perkotaan yang khas, seperti kepadatan bangunan yang
tinggi, rendahnya aerasi dan infiltrasi, rendahnya persediaan nutrisi, dan lain-lain; (3)
kemampuan tumbuhan untuk beradaptasi dengan iklim lokal perkotaan; (4) kemampuan
tumbuhan untuk beradaptasi dengan kekeringan, mengingat ketidakseimbangan
ketersediaan dan pemakaian air di perkotaan; dan (5) kemampuan tumbuhan untuk
hidup dalam jangka waktu yang lama (batas usia tumbuhan).
Manajemen ruang terbuka hijau juga perlu memperhatikan tujuan spesifik
keberadaan ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau direncanakan sesuai dengan
tujuannya masing-masing, seperti untuk tujuan estetika, daerah penyangga,
perlindungan keanekaragaman hayati, atau wilayah konservasi air dan energi
(McPherson et al. 1997).
Setiap tujuan spesifik ruang terbuka hijau membutuhkan manajemen yang
berbeda. Contohnya antara ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk estetika dengan
ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk konservasi air, mulai dari pemilihan vegetasi,
pemilihan lokasi, sampai upaya pemeliharaan di antara keduanya terdapat perbedaan.
Dengan memahami tujuan spesifik keberadaan ruang terbuka hijau, kita dapat
mengoptimalkan fungsi ruang terbuka hijau dan mempertahankan keberadaannya
(McPherson et al. 1997).
Upaya mempertahankan ruang terbuka hijau seharusnya juga diintegrasikan
dengan program-program pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan
kota, seperti rencana peningkatan kualitas udara, kualitas air, dan termasuk program
pengurangan emisi gas rumah kaca sebagai upaya mitigasi ancaman perubahan iklim
(Nowak 2006).
Pemerintah juga dapat melibatkan organisasi non-profit yang dibuat oleh
masyarakat atau perusahaan untuk mendukung dan meningkatkan keberadaan ruang
terbuka hijau. Pemerintah perlu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
pentingnya ruang terbuka hijau dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota dan
kesehatan masyarakat.
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
10
Berikut ini adalah beberapa action plan yang dapat dilaksanakan untuk
mempertahankan hutan kota (Tim Departemen ARL Faperta IPB, 2005):
No. Isu Action Plan
1. Suboptimalisasi RTH a. Penyusunan kebutuhan luas
minimum/ideal RTH sesuai tipologi kota
b. Penyusunan indikator dan tolak ukur
keberhasilan RTH suatu kota
c. Rekomendasi penggunaan jenis-jenis
tanaman dan vegetasi endemik serta
jenis-jenis unggulan daerah untuk penciri
wilayah dan untuk meningkatkan
keanekaragaman hayati secara nasional
2. Lemahnya kelembagaan
pengelola RTH
a. Revisi dan penyusunan payung hukum
dan perundangan (UU, PP, dll)
b. Revisi dan penyusunan RDTR, RTRTH,
UDGL, dll
c. Penyusunan Pedoman Umum:
Pembangunan RTH, Pengelolaan RTH
d. Penyusunan mekanisme insentif dan
disintensif
e. Pemberdayaan dan peningkatan peran
serta masyarakat
3. Lemahnya peran stake holders a. Pencanangan Gerakan Bangun, Pelihara,
dan Kelola RTH (contoh Gerakan Sejuta
Pohon, Hijau royo-royo, Satu pohon satu
jiwa, Rumah dan Pohonku, Sekolah
Hijau, Koridor Hijau dan Sehat, dll)
b. Penyuluhan dan pendidikan melalui
berbagai media
c. Penegasan model kerjasama antar stake
holders
d. Perlombaan antar kota, antar wilayah,
antar subwilayah, untuk meningkatkan
apresiasi, partisipasi, dan responsibility
terhadap ketersediaan tanaman dan
terhadap kualitas lingkungan kota yang
sehat dan indah
4. Keterbatasan lahan perkotaan
untuk peruntukan RTH
a. Peningkatan fungsi lahan terbuka kota
menjadi RTH
b. Peningkatan luas RTH privat
c. Pilot project RTH fungsional untuk
lahan-lahan sempit, lahan-lahan marjinal,
dan lahan-lahan yang diabaikan
Sumber: Tim Departemen ARL Faperta IPB, 2005
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
11
C. PENUTUP
Ruang terbuka hijau merupakan bagian dari wilayah kota yang ditumbuhi
vegetasi. RTH secara memiliki manfaat secara alami untuk meningkatkan kualitas
lingkungan, seperti mereduksi polusi udara, menurunkan suhu udara sebagai antisipasi
Pulau Panas Perkotaan, menyerap karbon yang menyebabkan terjadinya perubahan
iklim, meningkatkan kualitas air perkotaan, menahan laju erosi, meningkatkan estetika
lingkungan, dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Upaya mempertahankan ruang terbuka hijau dapat meliputi manajemen pemilihan
vegetasi yang memperhatikan fungsi dan keberlanjutannya untuk bertahan hidup di
lingkungan perkotaan, serta mengintegrasikan kebijakan manajemen ruang terbuka
hijau dalam program-program pemerintah untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Escobedo, F., and D.J. Nowak. 2009. Spatial heterogeneity and air pollution removal by
an urban forest. Landscape and Urban Planning 90: 102-110.
Liu, C., and X. Li. 2012. Carbon storage and sequestration by urban forests in
Shenyang, China. Urban Forestry and Urban Greening 11: 121-128.
McPherson, E.G., D. Nowak, G. Heisler, S. Grimmond, C. Souch, R. Grant, and R.
Rowntree. 1997. Quantifying urban forest structure, function, and value: the
Chicago Urban Forest Climate Project. Urban Ecosystem I: 49-61.
Nowak, D.J. 2006. Institutionalizing urban forestry as a “biotechnology” to improve
environmental quality. Urban Forestry and Urban Greening 5: 93-100.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan
dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Tursilowati, L. 2002. Urban Heat Island dan Kontribusinya pada Perubahan Iklim dan
Hubungannya dengan Perubahan Lahan. Prosiding Seminar Nasional
Pemanasan Global dan Perubahan Global.
Tim Departemen ARL Faperta IPB. 2005. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Wilayah
Perkotaan. Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di Perkotaan.
Tugas Makalah Mata Kuliah Ekologi dan Ilmu Lingkungan
12
Yang, J., J. McBride, J. Zhou, and Z. Sun. 2005. The urban forest in Beijing and its role
in air pollution reduction. Urban Forestry and Urban Greening 3: 65-78.
Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang