peran pinjaman modal mikro perbankkan dan …

16
PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN MODAL RELASIONAL (RALATIONSHIP CAPITAL) TERHADAP MODAL USAHA TANI PADA TINGKAT RUMAH TANGGA TANI DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE David Oscar Simatupang*, Rosmala Widijastuti* *Staf Pengajar FAPERTA UNIMUS-Merauke, e-mail: - ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan pada Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke, Penelitian ini menggunakan kuantitatif kausal dengan subyek penelititan yaitu rumah tangga tani distrik tanah miring kabuputen merauke yaitu dengan menggunakan alat analisis Jalur (model analisis Path). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peran modal sosial (sosial capital) berpengaruh peningkatan hasil pertanian pada tingkat rumah tangga tani wilayah tanah miring kabupaten Merauke serta menganalisis peran modal sektor pembiayaan mikro perbankan berpengaruh peningkatan hasil pertanian pada tingkat rumah tangga tani wilayah tanah miring kabupaten Merauke dan menganalisis peran modal sosial pada pengambilan keputusan penambahan modal usaha tani di tingkat rumah tangga pada sektor pembiayaan mikro perbankan. Hasil penelitian maka didapat Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani dimana memiliki nilai kofesien jalur sama dengan kofesien kolerasi sebesar yaitu 0,603 dimana mendekati nilai 1 sehingga untuk modal sosial memiliki hubungan cukup kuat terhadap hasil usaha tani. Untuk tingkat signifikannya pada jalur tersebut yaitu pada kofesien t sebesar 7,442 dan pada kofesien t tabel pada α = 0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t hitung lebih besar dari t tabel (7,442 > 1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan sangat signifikan. Hal ini juga ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani adalah signifikan. Pengaruh Total pada Modal Sosial, Modal Perbankan dan Hasil Usaha Tani adalah jumlah pengaruh lansung pada Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani yaitu penjumlahan pengaruh langsung Modal Sosial terhadap Hasil Usaha tani dengan Pengaruh tidak langsung terhadap Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani melalui Modal Perbankkan yaitu sebesar 1,13 (0,603 + 0,527). Kata Kunci: Path Analisis, Modal Mikro Perbankkan, Modal Sosial Dan Hasil Usaha Tani. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pertanian sangat berperan penting dalam pembangunan ekonomi dimana merupakan salah satu penyumbang pendapatan Nasional. Semua aspek kehidupan pembangunan di bidang ekonomi yang perlu dan sangat membutuhkan perhatian ekstra terutama sektor Pertanian. Karena itu pada sektor pertanian diarahkan dapat dan mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat kecil yang ekonominya lemah dengan meningkatkan hasil usaha taninya melalui sumber pembiayaan perbankan dan modal social (Social capital) dalam masyarakat. Khususnya dilihat dari usaha tani dengan komoditi padi, ini dapat dilihat pada Tabel 1 dimana pertumbuhan jumlah rumah tangga dari sektor pertanian di Merauke merupakan

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN MODAL RELASIONAL (RALATIONSHIP CAPITAL) TERHADAP MODAL USAHA TANI PADA TINGKAT RUMAH TANGGA TANI DISTRIK

TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE

David Oscar Simatupang*, Rosmala Widijastuti*

*Staf Pengajar FAPERTA UNIMUS-Merauke, e-mail: -

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan pada Distrik Tanah Miring

Kabupaten Merauke, Penelitian ini menggunakan kuantitatif kausal dengan

subyek penelititan yaitu rumah tangga tani distrik tanah miring kabuputen

merauke yaitu dengan menggunakan alat analisis Jalur (model analisis Path).

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis peran modal sosial (sosial capital)

berpengaruh peningkatan hasil pertanian pada tingkat rumah tangga tani

wilayah tanah miring kabupaten Merauke serta menganalisis peran modal sektor

pembiayaan mikro perbankan berpengaruh peningkatan hasil pertanian pada

tingkat rumah tangga tani wilayah tanah miring kabupaten Merauke dan

menganalisis peran modal sosial pada pengambilan keputusan penambahan

modal usaha tani di tingkat rumah tangga pada sektor pembiayaan mikro

perbankan. Hasil penelitian maka didapat Modal Sosial terhadap Hasil Usaha

Tani dimana memiliki nilai kofesien jalur sama dengan kofesien kolerasi sebesar

yaitu 0,603 dimana mendekati nilai 1 sehingga untuk modal sosial memiliki

hubungan cukup kuat terhadap hasil usaha tani. Untuk tingkat signifikannya

pada jalur tersebut yaitu pada kofesien t sebesar 7,442 dan pada kofesien t tabel

pada α = 0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t hitung lebih besar dari t tabel

(7,442 > 1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan sangat signifikan. Hal ini juga

ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan

bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani adalah

signifikan. Pengaruh Total pada Modal Sosial, Modal Perbankan dan Hasil

Usaha Tani adalah jumlah pengaruh lansung pada Modal Sosial terhadap Hasil

Usaha Tani yaitu penjumlahan pengaruh langsung Modal Sosial terhadap Hasil

Usaha tani dengan Pengaruh tidak langsung terhadap Modal Sosial terhadap

Hasil Usaha Tani melalui Modal Perbankkan yaitu sebesar 1,13 (0,603 + 0,527).

Kata Kunci: Path Analisis, Modal Mikro Perbankkan, Modal Sosial Dan Hasil Usaha Tani.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor Pertanian sangat berperan penting

dalam pembangunan ekonomi dimana

merupakan salah satu penyumbang pendapatan

Nasional. Semua aspek kehidupan

pembangunan di bidang ekonomi yang perlu

dan sangat membutuhkan perhatian ekstra

terutama sektor Pertanian. Karena itu pada

sektor pertanian diarahkan dapat dan mampu

meningkatkan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat

kecil yang ekonominya lemah dengan

meningkatkan hasil usaha taninya melalui

sumber pembiayaan perbankan dan modal

social (Social capital) dalam masyarakat.

Khususnya dilihat dari usaha tani dengan

komoditi padi, ini dapat dilihat pada Tabel 1

dimana pertumbuhan jumlah rumah tangga

dari sektor pertanian di Merauke merupakan

Page 2: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

42

tertinggi dibandingkan dengan sektor pertanian dari sumber yang lain.

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Pertanian dan Sumber Pendapatan Pada Wilayah Merauke

No Sumber Pendapatan Utama dari Usaha

di Sektor Pertanian

Jumlah Rumah Tangga Pertanian dan

Sumber Pendapatan Pada Wilayah

Merauke

1 Tanaman Padi dan Palawija 11,388

2 Tanaman Horti-kultura 1,480

3 Tanaman Perkebunan 676

4 Peternakan 1,421

5 Budidaya ikan di laut 0

6 Penang-kapan ikan di laut 1,244

7 Penang-kapan ikan di perairan umum 1,317

8 Pemungu-tan hasil hutan/ Penang-kapan satwa liar 1,303

9 Jasa Pertanian dan pembibitan tanaman 189

Total 19,018 Sumber : Data Sensus Pertanian 2013 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Peran modal sosial sebagaimana relasi

sosial (relasi antar manusia) pada umumnya,

yang hampir selalu melibatkan modal social,

yang mana paham tersebut dikembangkan oleh

World Bank dengan menggunakan modal sosial

didasari pada asumsi berikut yaitu (World

Bank, 1998): (a) Modal sosial berada dalam

seluruh keterkaitan ekonomi, sosial, dan poli-

tik, serta hubungan sosial (social relationships)

mempengaruhi bagaimana pasar dan negara

bekerja, dan sebaliknya pasar dan negara juga

akan membentuk bagaimana modal sosial di

masyarakat bersangkutan; (b) Hubungan yang

stabil antar aktor dapat mendorong keefektifan

dan efisiensi baik perilaku kolektif maupun

individual; (c) Modal sosial dalam satu masya-

rakat dapat diperkuat, namun membutuhkan

dukungan sumber daya tertentu untuk mem-

perkuatnya; dan (d) Agar tercipta hubungan

sosial dan kelembagaan yang baik, maka

anggota masyarakat mesti mendukungnya.

Sehingga peran dari modal sosial

berperan perekat yang mengikat semua orang

dalam masyarakat sangat membantu dalam

terjaminnya modal usaha tani oleh petani

dimana modal sosial tumbuh baik dibutuhkan

adanya ‚nilai saling berbagi‛ (shared values)

serta pengorganisasian peran (rules) yang

diekspresikan dalam hubungan personal

(personal relationships), kepercayaan (trust),

dan common sense tentang tanggung jawab

bersama; sehingga masyarakat menjadi lebih

dari sekedar kumpulan individu belaka.

Begitu juga dengan peran pembiyaan

perbankan dari modal sumber pembiayaan

bank yang juga mengutamakan kepercayaan

terhadap pengguna jasa keuangan perbankan

yang digunakan juga untuk meningkatkan

modal usaha tani di Indonesia, namun hampir

semua petani dan pelaku ageibisnis tidak

bankable. Dalam mengambil keputuasn untuk

menyalurkan dana ke sektor pertanian

dilakukan sangat hati-hati karena menyangkut

pertimbangan kepentingan bisnis. Karena bank

dianganggap korporasi bisnis maka perbankan

yang merupakan lembaga intemediasi

keuangan harus mampu mengelola dana

nasabah agar memberikan keuntungan yang

optimal.

Terkait dengan pembiayaan sektor per-

tanian oleh perbankan, memang untuk sub-

sistem agribisnis hulu (down stream) dan hilir

(upstream) serta subsektor tertentu (misalnya

perkebunan, peternakan) telah mampu menarik

beberapa bank untuk mengucurkan kreditnya.

Namun demikian, jika dibandingkan dengan

total kebutuhan pembiayaan serta potensi yang

sangat besar di sektor pertanian nilai kredit

tersebut masih jauh dari memadai

Hal ini dikarenakan kendala yang

dihadapi dalam memperoleh pembiayaan dari

kredit perbankan, yaitu (Prastowo et al., 2010):

tingginya biaya yang harus dikeluarkan (suku

bunga dan biaya administrasi), kebijakan bank

yang membatasi kredit kepada sektor tertentu,

dan tidak mempunyai agunan yang cukup. Hal

ini juga dikarenakan beberapa faktor yaitu :

1. Belum adanya bank yang khusus untuk

mebiayai pertanian (Bank Pertanian)

sehingga hanya bank beberapa bank

konvensional saja yang mempunyai

sector dibidang pembiyaan pertanian

Page 3: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

43

yang dapat menyalurkan pinjaman

pertanian.

2. Kehati-hatian perbankan dalam

menyalurkan kredit ke sektor pertanian

dikarenakan produksi usaha tani hampir

semua tidak tahan lama.

3. Terbatasnya lembaga penjamin kredit

untuk sector pertanian.

4. Proses pembelajaran dari pola channeling

ke pola executing.

5. Adanya program pemerintah yang

sifatnya bantuan menghambat

penyaluran kredit perbankan.

6. Kesan perbankan bahwa sector pertanian

masih beresiko tinggi (high risk)

Pada Tabel 2 dapat dilihat pertumbuhan

tinggi pada sektor Pertanian dibandingkan

dengan sektor diluar pertanian atau yang lain,

hal ini juga diikuti oleh pertumbuhan jumlah

pertumbuhan Rumah tangga Pertanian

khususnya pada wilayah Distrik Tanah Miring

Kabupaten Merauke yang dapat dilihat pada

Tabel 3. Dengan hal tersebut lembaga

pembiayaan perbankan mulai ikut berperan

dalam peningkatan usaha tani pada sektor

Pertanian, hal ini menjadikan bank mempunyai

peran penting dalam pertumbuhan hasil

pertanian dalam meningkatkan pendapatan

Rumah tangga Pertanian itu sendiri.

Tabel 2. Jumlah Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Pertanian dan Sumber Pada Wilayah Merauke

No Sumber Pendapatan/Penerimaan

Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga

Pertanian dan Sumber pada Wilayah

Merauke

1 Usaha di Sektor Pertanian 20,456

2 Usaha di Luar Sektor Pertanian 4,819

3 Pendapatan/Penerimaan Lainnya dan Transfer 5,152

4 Buruh Pertanian 1,127

5 Buruh di Luar Pertanian 2,642

Rata-rata Pendapatan 34,196 Sumber : Data Sensus Pertanian 2013 - Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Tabel 3. Jumlah Rata-rata Rumah Tangga Pertanian Kabupaten Merauke

No Distrik

2003 2013 Pertumbuhan

(2003-2013)

RTP RTP RTP

Absolut %

1 Kimam 893 890 -3 -0,34

2 Waan 587 478 -109 -18,57

3 Tabonji 801 536 -265 -33,08

4 Ilwayab 414 345 -69 -16,67

5 Okaba 845 712 -133 15,74

6 Tubang 356 424 68 19,1

7 Ngguti 333 219 -114 -34,23

8 Kaptel 246 194 -52 -21,14

9 Kurik 2.870 2.352 -518 -18,05

10 Malind 1.840 1.875 35 1,90

11 Animba 282 342 60 21,28

12 Merauke 1.652 2.233 581 35,17

13 Semangga 2.049 2.228 179 8,74

14 Tanah Miring 3.542 3.579 37 1,04

15 Jagebob 2.097 1.549 -548 -26,13

16 Sota 447 666 219 48,99

17 Naukenjerai 296 380 84 28,38

18 Muting 923 885 -38 -4,12

19 Eligobel 189 843 654 346,03

20 Ulilin 185 891 706 381,62

Kabupaten Merauke 20.847 21.621 774 3,71

Page 4: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

44

Sumber : Data Sensus Pertanian 2013, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Kabupaten Merauke.

Dengan melihat wilayah yang

memiliki Rumah Tangga Pertanian tertinggi

adalah Distrik Tanah Miring yaitu 3.579

dibandingkan dengan distrik yang lainnya

pada kabupaten Merauke. Sehingga

perlunya penambahan modal untuk

pertanian dari sektor perbankan dan modal

sosial untuk peningkatan hasil pertanian

khususnya wilayah yang mempunyai

potensi perkembangan usaha tani komoditi

padi, maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai ‚ Peran

Pinjaman Modal Mikro Perbankan dan

Modal Relasional (Relantionship Capital)

Terhadap Modal Usaha Tani Pada Tingkat

Rumah Tangga Tani Distrik Tanah Miring

Kabupaten Merauke‛.

1.2. Rumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan adalah :

1. Apakah peran modal sosial (social capital)

berpengaruh peningkatan hasil pertanian

pada tingkat rumah tangga tani wilayah

tanah miring kabupaten Merauke?

2. Apakah peran modal sektor pembiayaan

mikro perbankan berpengaruh peningkatan

hasil pertanian pada tingkat rumah tangga

tani wilayah tanah miring kabupaten

Merauke?

3. Apakah peran modal Sosial berpengaruh

pada pengambilan keputusan penambahan

modal usaha tani di tingkat rumah tangga

pada sector pembiayaan mikro perbankan?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis peran modal sosial (social

capital) berpengaruh peningkatan hasil

pertanian pada tingkat rumah tangga tani

wilayah tanah miring kabupaten Merauke.

2. Menganalisis peran modal sektor

pembiayaan mikro perbankan berpengaruh

peningkatan hasil pertanian pada tingkat

rumah tangga tani wilayah tanah miring

kabupaten Merauke.

3. Menganalisis peran modal Sosial

berpengaruh pada pengambilan keputusan

penambahan modal usaha tani di tingkat

rumah tangga pada sektor pembiayaan

mikro perbankan.

1.4. Kerangka Berpikir

Dari kerangka pemikiran diatas maka

penelitian ini menggunkan dua variable bebas

yaitu Modal sosial dan Modal perbankan yang

secara individual atau bersamaan berpengaruh

pada hasil usaha tani. Dan adanya pengaruh

secara simultan antara modal social dan modal

perbankan terhadap hasil usaha tani

(Gambar 1).

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

1.5. Hipotesis

Dari kerangka berpikir diatas maka

didapatkan tiga hipotesis yang masing-masing

adalah sebgai berikut :

1. Pengaruh Modal Sosial terhadap hasil

usaha tani

Ha : ρyx1 > 0 Modal Sosial berpengaruh

terhadap usaha tani

Page 5: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

45

H0 : ρyx1 < 0 Modal Sosial tidak berpengaruh

terhadap usaha tani

2. Pengaruh Modal Perbankan terhadap hasil

usaha tani

Ha : ρyx2 > 0 Modal Perbankan berpengaruh

terhadap usaha tani

H0 : ρyx2 < 0 Modal Perbankan tidak

berpengaruh terhadap usaha tani

3. Pengaruh Modal Sosial terhadap

keputusan pengambilan modal pinjaman

perbankan terhadap hasil usaha tani

Ha : ρyx1x2 + ρyx2 > 0 Modal Sosial berpengaruh

terhadap keputusan modal perbankan

menghasilkan peningkatan usaha tani

H0 : ρyx1x2 + ρyx2 < 0 Modal Sosial tidak

berpengaruh terhadap keputusan

perbankan menghasilkan peningkatan

hasil usaha tani.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Tempat dan waktu

Penelitian akan dilaksanakan dalam

waktu lima bulan bulan pada Distrik Tanah

Miring Kabupaten Merauke. Survei

pendahuluan dilakukan pada awal bulan Maret

2015.

2.2. Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini adalah petani

padi di Distrik Tanah Miring kabupaten

Merauke dimana yang merupakan usaha

tani padi yang merupakan Rumah Tangga

Pertanian. Sebanyak 3.542 Kepala Keluarga.

2. Teknik Pengambilan Sampel.

Teknik pengambilan sampel dilakukan

dengan Random Sampling dengan

pertimabangan hanya petani padi pada

wilayah distrik Tanah Miring. Maka sampel

petani yang mewakili populasi dengan

menggunakan Salah satu metode yang

digunakan untuk menentukan jumlah

sampel adalah menggunakan rumus Slovin

(Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

n =

Dimana :

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

E : Batas Tolenransi Kesalahan

(Kesalahan yang masih diteleransi

sebesar 10 %)

Dengan Mengacu pada rumus diatas

maka sampel dalam Penelitian ini adalah :

n =

( )

n = 97.2, jumlah sampel sebesar 97,2 maka

ditetapkan dengan pembulatan menjadi 97

Rumah tangga tani untuk wilayah distrik

Tanah Miring.

2.3. Jenis dan Sumber data

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari

rumah tangga tani dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang

sudah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari instansi yang

terkait (Badan Pusat Statistik serta

instansi lainnya) dan berbagai media

cetak, elektronik, dan literature yang

berkaitan dengan penelitian ini.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

a. Wawancara terstruktur, yaitu dengan

metode pengumpulan data dengan

wawancara secara luas dan mendalam

dengan responden dengan instrument

pertanyaan yang dipersiapkan terlebih

dahulu kepada responden sampel.

b. Observasi, yaitu dengan metode

pengumpulan data dengan cara melaukan

pengamatan langsung terhadap responden

yang akan diteliti.

c. Angket/kuisioner adalah sejumlah

pertanyaan atau pernyataan tertulis yang

merupakan alat pengumpul data responden

dengan menggunakan kuisioner ganda

(Kuisioner terbuka dan tertutup)

2. Teknik Pengolahan data Analisis Data

Penelitian ini menggunakan kuantitatif

kausal dengan subyek penelititan yaitu rumah

tangga tani distrik tanah miring kabuputen

merauke yaitu menggunakan alat analisis Jalur

(model analisis Path).

Analisis Path analysis itu sendiri adalah

untuk melihat atau menguraikan apakah

sesuatu hubungan yang ada disebabkan oleh

pengaruh langsung peubah bebas itu sendiri

ataukah tidak langsung melalui peubah-

peubah bebas lainnya.

Total keragaman dari Y = A + B + C

Page 6: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

46

Di mana:

A = proporsi keragaman yang diberikan atau

dijelaskan secara langsung oleh koefisien

lintas,

B = proporsi keragaman yang diakibatkan

karena adanya korelasi di antara variabel

bebas X, dan

C = proporsi keragaman yang diakibatkan

adanya galat (error).

Sehingga dapat di modelkan hubungan kausal

sebagai berikut:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + ε

Di mana:

Y = variabel tak bebas atau variabel

respons

Xi = variabel bebas

βi = koefisien regresi parsial tak baku,

β0 = intersep (konstanta)

ε = galat atau error

III. Hasil dan Pembahasan

3.1. Deskripsi Wilayah Penelitian

3.1.1. Letak Geografis

Distrik Tanah Miring memiliki luas

wilayah 1124 Km2 dengan memiliki batasan

wilayah sebagai berikut :

Utara : Distrik Muting

Barat : Distrik Anim Ha dan Kurik

Selatan : Distrik Semasngga, Merauke

dan \Sota

Timur : Distrik Jagebob dan Sota

Distrik Tanah Miring terbagi menjadi 11

Kampung, yaitu Kampung Hidup Baru,

Kampung Yasamulya, Kampung Sumber

Harapan, Kampung Waninggap Say, Kampung

Amun Kay, Kampung Sermayam Indah,

Kampung Ngguti Bob, Kampung Waninggap

Miraf, Kampung Isano Mbias, Kampung

Yabamaru,, Kampung Soa, Kampung Tambat,

Kampung Bersehati.

Gambar 1. Distrik Tanah Miring Kabupaten Merauke.

3.1.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian

ini dibagi menajdi karakteristik berdasarkan

Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, luas lahan,

dan Lama Usaha Tani dimana Responden yang

terpilih merupakan petani yang melakukan

pinjaman dan juga sebagai pelaku usaha tani

padi.

1. Jenis Kelamin Responden.

Jenis kelamin merupakan faktor yang

mempengaruhi dalam pengambilan

keputusan dan memiliki perbedaan dalam

sikap, gaya hidup terhadap yang dianggap

baik dan pantas. Untuk responden petani

berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel.4. menunjukkan pada responden

didominasi oleh resposden berjenis kelamin

laki-laki dengan jumlah responden 93 orang

dengan persentase 96 % dari keseluruhan

responden yang menjadi penelitian.

Sehingga bisa diartikan bahwa dalam

keputusan dalam pengambilan kredit peran

laki-laki dalam rumah tangga sangat besar

dilihat dari banyak jumlah responden laki-

laki yang terpilih.

2. Umur Petani

Dalam pengambilan kredit pertanian

umumnya dilakukan oleh konsumen yang

telah berumah tangga dimana usia sudah

dewasa (Setiadi, 2003) karakteristik

berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel

5.

Page 7: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

47

Pada Tabel 5. menunjukkan 90 orang atau

sebesar 93 % dari 97 responden penelitian

didominasi oleh responden yang berumur

25 -54 tahun dan hnaya sebesar 1 % pada

umut responden yang 15 -24 Tahun dan

juga pada katagori umur tidak produktif

atau lansia berkisar 6 % atau sebayak 6

responden.

3. Pendidikan Responden

Dalam pengambilan keputusan tingkat

pendidikan dan responden yang tidak

melalui pendidikan formal sangat

berpengaruh , sehingga dapat dilihat

karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan dan juga yang tidak melalui

pedidikan formal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. menunjukan bahwa untuk proses

pengambilan kredit tingkat pendidikan

yang dominan adalah pada petani

responden yang berpendidikan SD dengan

jumlah 51 orang atau sebanyak 53% dari 97

responden terpilih. Dan tingkat pendidikan

terbanyak juga yaitu pada tingkat SMP

sebanyak 26 responden atau 27 % dari 97

responden terpilih.

4. Luas Lahan Responden Petani.

Luas lahan merupakan salah satu faktor

yang mendukung diperlukan biaya dalam

pengolahannya. Dari data yang ada, maka

karakteristik luas lahan responden dapat

dilihat pada Tabel. 7.

Tabel 4. Jenis Kelamin Responden Petani.

No. Jenis Kelamin

Jumlah Petani

(orang)

Prosentase

(%)

1 Laki-laki 93 96

2 Perempuan 4 4

Total 97 100

Sumber : Di Olah dari Data Primer Tahun 2016

Tabel 5. Umur Responden.

No Umur Petani

(tahun)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1 15-24 1 1

2 25-54 90 93

3 55+ 6 6

Total 97 100

Sumber : Diolah dari Data Primer tahun 2016

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden.

No Pendidikan Jumlah Petani

(orang)

Persentase

(%)

1 TIDAK SEKOLAH 13 13

2 SD 51 53

3 SMP 26 27

4 SMA 7 7

Total 97 100

Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016

Tabel 7. Luas Lahan Responden Petani.

No Luas Lahan (Ha) Jumlah petani

(orang)

Persentase

(%)

1 < 1 Ha 2 2

2 > 1 - 2 Ha 39 40

3 > 2 - 3 Ha 32 33

4 > 3 Ha 24 25

Total 97 100 Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016

Page 8: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

48

Dapat di tunjukkan bahwa luas lahan yang

dimiliki responden lebih banyak dengan

luas 1 – 3 Ha yaitu mencapai 73 %, hal ini

menunjukkan dalam pengambilan kredit

untuk petani wilayah Distrik Tanah Miring

hampir sebagian besar memiliki luas lahan

lebih dari 1 Ha dimana hanya 2 orang petani

yang memiliki luas lahan dibawah satu

hektar.

5. Lama Berusaha Tani Oleh Responden

Pertimbangan bank dalam pengambilan

pinjaman salah satu faktor adalah lamanya

usaha dimana pengalaman dalam

mengusahakan pertanian khususnya padi

sangat diperlukan dalam kreteria petani

yang diberikan pinjaman, berdasarkan data

yang didapat dapat dilihat pada Tabel 8.

Dari lama usaha tani, responden rata-rata

memiliki pengalaman dalam usaha tani 10 –

20 tahun yaitu 54 % dari 97 responden yang

ada. Dan 30% pengalaman petani >20 Tahun

dimana sisanya 16 orang kurang dari 10

tahun pengalaman usaha tani atau lamanya

dalam berusaha tani.

6. Jenis Lembaga Keuangan.

Dalam melakukan pinjaman diperlukan

lemabga keuangan sebgai lemabga yang

mendukung kegiatan usaha tani. Dimana

jenis lembaga yang pinjaman untuk

dilakukan pengambilan dapat dilihat dari

Tabel 9.

Dapat dilihat dari Tabel 9. Untuk jenis

lembaga keuangan yang digunakan oleh

responden terdiri dari dua yaitu Bank

Rakyat Indonesia dan Bank Papua. Untuk

penggunaan lembaga keuangan untuk

pinjaman terbanyakadalah Bank Rakyat

Indonesia yaitu sebanyak 86 % dari 97

responden yang diteliti, hal ini juga

disebabkan dikarenakan Bank BRI

merupakan bank Pemerintah dalam hal ini

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang

sudah berperan lama didunia perbankkan

dibandingkan bank Papua.

7. Jenis Pinjman pada Lembaga Keuangan.

Dalam pengambilan pinjaman dilihat

beeberapa jenis pinjaman yang digunakan

oleh responden dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 8. Lama Berusaha Tani Responden.

No. Lama Berusahatani

(thn)

Jumlah Petani

(orang)

Prosentase

(%)

1 < 10 Thn 16 16

2 >10 - 20 Thn 52 54

3 > 20 Thn 29 30

Total 97 100

Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016

Tabel 9. Jenis Lembaga Keuangan.

No. Jenis Lembaga

Keuangan

Jumlah Petani

(orang)

Prosentase

(%)

1 Bank Rakyat

Indonesia (BRI) 83 86

2 Bank Papua 14 14

Total 97 100

Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016

Tabel 10. Jenis Pinjaman pada Lemabaga Keuangan.

No Jenis Pinjaman Jumlah petani

(orang)

Persentase

(%)

1 KUR 51 53

2 KUT 2 2

3 Pertanian 38 39

4 Usaha 5 5

5 Usaha Ternak 1 1

Total 97 100

Sumber : Diolah dari Data Primer Tahun 2016.

Page 9: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

49

3.1.3. Uji Validitas dan Reliabilitas.

Uji validitas dilakukan dengan

memebandingkan anatara nilai r hitung dengan

nilai r tabel. Dimana validitas itu sendiri adalah

ukuran yang menunjukkan suatu instrument

(Suharsimi, 2010). Untuk penelitian ini

digunakan α sebesar 0,05 dengan pengujian

dua arah dan derajat kebebasan dk = n-2,

dimana n adalah jumlah responden. Jadi

responden dk 30 – 2 = 28 diperoleh nilai r tabel

adalah 0,3610, sehingga akan dikatakan valid

jika r hitung > r tabel.

Pada uji reabilitas dalam mengukur

instrument dengan melihat nilai Cronbach’s

alpha sebesar > 0,60 Yang berarti instrument

tersebut memiliki pernyataan yang konsisten

dari waktu kewaktu.

1. Variabael Modal Sosial

Jumlah pernyaataan dalam variabel modal

social adalah 5 item. Dari hasil uji reabilitas

terhadap variabel Hasil Usaha TAni dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Dapat dilihat bahwa pada item

pernyataan MS1, MS2, MS3, MS4 dan MS5

memiliki nilai r hitung > r tabel, sehingga

ini menunjukkan kelima item valid. Dan

untuk hasil uji reabilitas menunjukkan

Cronbach’s Alpha sebesar 0,686, yang dapat

di simpulkan bahwa item pernyataan

variabel modal sosial dapat digunakan

dalam penelitian oleh karena sudah reliabel.

2. Variabel Modal Perbankan (MP)

Jumlah pernyaataan dalam variabel Modal

Perbankkan adalah 5 item. Dari hasil uji

reabilitas terhadap variabel Modal

Perbankkan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12, dapat dilihat bahwa pada item

pernyataan MP1, MP3, dan MP5 memiliki

nilai r hitung> r tabel, sehingga ini

menunjukkan hanya tiga item valid. Dan

untuk hasil uji reabilitas menunjukkan

Cronbach’s Alpha sebesar 0,634, yang dapat

di simpulkan bahwa item pernyataan

variabel modal Perbankkan dapat

digunakan dalam penelitian oleh karena

sudah reliabel.

Tabel 11. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Modal Sosial.

Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan

MS1

MS2

MS3

MS4

MS5

0,571

0,463

0,384

0,757

0,606

0,361

0,361

0,361

0,361

0,361

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Cronbach’s Alpha = 0,686

Sumber: Data Primer Yang diolah tahun 2016

Tabel 12. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Modal Perbankkan.

Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan

MP1

MP2

MP3

MP4

MP5

MP6

0,529

-0,018

0,676

0,168

0,680

0,430

0,361

0,361

0,361

0,361

0,361

0,361

Valid

Tidak Valid

Valid

Tidak Valid

Valid

Tidak Valid

Cronbach’s Alpha = 0,634

Sumber: Data Primer Yang diolah tahun 2016

3. Variabel Hasil Usaha Tani

Jumlah pernyaataan dalam variabel Hasil

Usaha Tani adalah 4 item. Dari hasil uji

reabilitas terhadap variabel Hasil Usaha

Tani dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Dapat dilihat bahwa pada item

pernyataan HUT1, HUT3, HUT4 dan HUT5

memiliki nilai r hitung> r tabel, sehingga ini

menunjukkan hanya seluruh item valid.

Dan untuk hasil uji reabilitas menunjukkan

Cronbach’s Alpha sebesar 0,756 , yang dapat

di simpulkan bahwa item pernyataan

variabel Hasil Usaha Tani dapat digunakan

dalam penelitian oleh karena sudah reliabel.

Page 10: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

50

Tabel 13. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Hasil Usaha Tani.

Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan

HUT1

HUT2

HUT3

HUT4

0,387

0,720

0,715

0,818

0,361

0,361

0,361

0,361

Valid

Valid

Valid

Valid

Cronbach’s Alpha = 0,756

Sumber: Data Primer Yang diolah tahun 2016

3.2. Analisis Path atau Analisis Jalur

Analisis jalur dalam hal ini memiliki 3

variabel dimana salah satunya adalah variabel

intervening yang dapat berperan ganda yang

bisa menjadi variabel eksogen bagi variabel

yang lain dan juga menjadi variabel endogen

bagi variabel satunya. Dalam hal ini tedapat

variabel X1 = Modal Sosial, X2 = Modal

Perbankkan, dan X3 = HAsil Usaha Tani.

Pengaruh langsung melaui variabel

intervening dan pengaruh total variabel yang

berperan sebagai variabel eksogen terhadap

variabel endogen yaitu :

a. Pengaruh langsung merupakan pengaruh X1

terhadap X2, X1 terhadap X3 dan X2

terhadap X3, yaitu :

1. Pengaruh (Modal Sosial atau MS) X1

terhadap X2 (Modal Perbankkan) yaitu

P21.

Dari hasil analisis Peth maka didapat

hubungan langsung dari Modal Sosial

terhadap Modal Perbankkan.

Dari Tabel 14 menunjukkan pengaruh

langsung yang merupakan pengaruh

Modal Sosial terhadap Modal

perbankkan dimana nilai kofesien jalur

sama dengan kofesien kolerasi sebesar

yaitu 0,710 yang di tunjukkan pada

koefesien Beta (Standardized

Coefficients). Maka dengan nilai korelasi

0,710 mendekati nilai 1, dapat dikatakan

modal sosial memiliki hubungan yang

kuat terhadap modal perbankkan dan

nilai determinasi (R2) sebesar 0,504

menunjukkan bahw.a 50,4 % modal

perbankkan dapat dijelaskan oleh modal

sosial dimana sisanya dijelaskan oleh

variabel lain.

Tabel 14. Model Summary Modal Sosial terhadap Modal perbankkan..

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .710a .504 .499 .510

a. Predictors: (Constant), MS

Sumber : Data Primer Yang Diolah Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016

Tabel 15. Tabel Kofesien Modal Sosial Terhadap Modal Perbankkan.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constan

t) 1.085 .202

5.360 .000

MS .716 .072 .710 9.929 .000

a. Dependent Variable: MP

Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16, Tahun 2016

Untuk tingkat signifikannya pada jalur

tersebut yaitu pada kofesien t sebesar

9,929 denga P-value sebesar 0,053 dengan

jumlah data sebesar 97 maka dk = 95

dengan besar kofesien t tabel pada α =

0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t

Page 11: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

51

hitung lebih besar dari t tabel (9,929 >

1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan

sangat signifikan. Hal ini juga

ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan

bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial

terhadap Modal Perbankkan signifikan.

Sehingga Untuk Pengujian Hipotesis

dengan kreteria penolakan H0 yaitu

untuk α = 0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan

nilai t hitung > t tabel (9,929 > 1,661052)

maka menolak H0 dan menerima Ha

dimana adanya pengaruh langsung

Modal Sosial Terhadap Modal

Perbankkan.

2. Pengaruh (Modal Sosial atau MS) X1

terhadap X3 (Hasil Usaha Tani atau HUT)

yaitu P31

Dari Tabel 16 menunjukkan pengaruh

langsung yang merupakan pengaruh

Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani

dimana nilai kofesien jalur sama dengan

kofesien kolerasi sebesar yaitu 0,603 yang

di tunjukkan pada kofesien Beta

(standardized Coefficients). Maka

dengan nilai korelasi 0,603 mendekati

nilai 1 sehingga untuk modal sosial

memiliki hubungan cukup kuat terhadap

hasil usaha tani.

Untuk tingkat signifikannya pada jalur

tersebut yaitu pada kofesien t sebesar

7,442 denga P-value sebesar 0,053 dengan

jumlah data sebesar 97 maka dk = 95

dengan besar kofesien t tabel pada α =

0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t

hitung lebih besar dari t tabel (7,442 >

1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan

sangat signifikan. Hal ini juga

ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan

bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial

terhadap Hasil Usaha Tani adalah

signifikan. dan nilai determinasi (R2)

sebesar 0,504 menunjukkan bahwa 50,4 %

modal perbankkan dapat dijelaskan oleh

modal sosial dimana sisanya dijelaskan

oleh variabel lain. Sehingga Untuk

Pengujian Hipotesis dengan kreteria

penolakan H0 yaitu untuk α = 0,05 > p

(Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t hitung > t

tabel (7,442 > 1,661052) maka menolak H0

dan menerima Ha dimana adanya

pengaruh langsung Modal Sosial

Terhadap Hasil Usaha Tani.

Tabel 16. Model Summary Modal Sosial Terhadap Hasil Usaha Tani.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .603a .363 .357 .573

a. Predictors: (Constant), MS

Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16, Tahun 2016

Tabel 17. Kofesien Modal Sosial Terhadap Uasil Usaha Tani.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.190 .228 5.231 .000

MS .603 .081 .603 7.442 .000

a. Dependent Variable: HUT

Sumber : Olahan Data Primer dengan SPSS 16, Tahun 2016

3. Pengaruh secara simultan pada Modal

sosial (MS atau X1) dan Modal

Perbankkan (MP atau X2) terhadap Hasil

Usaha Tani (HUT atau Y).

Page 12: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

52

Untuk kontribusi pengaruh secara

bersama-sama baik untuk Modal Sosial

dan juga Modal perbankkan terhadap

hasil usaha Tani dapat sebesar (R2) 0,638

= 63,8 % dimana sisanya dipengaruhi

faktor lain yang tidak terdapat dalam

penelitian ini yaitu sebesar 36,2 %, untuk

nilai determinasinya dapat dilihat pada

Tabel 18.

Pada Jalur menggunakan Pengaruh

Modal Sosial dan Modal Perbankan

secara bersam-sama terhadap hasil usaha

tani, maka untuk nilai t hitung pada

Modal Sosial (X1) 0,753 dimana lebih

kecil dibandingkan dnengan t hitung

pada Modal Perbankkan sebesar 7,116.

Sehingga bisa dikatakan bahwa variabel

pada Modal Sosial sangat kecil

pengaruhnya dibandingkan Modal

Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani.

Untuk nilai P-velue pada jalur Modal

Sosial terhadap Hasil Usaha Tani lebih

besar dari 0,05 (0,568 > 0,05) maka

dinyatakan bahwa kofesien jalur pada

Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani

adalah tidak signifikan, sehingga hanya

jalur Modal Perbankkan yang signifikan

dengan nilai P-velue sebesar 0,000 (0,000

< 0,005).

Tabel 18. Model Sumamary Pengaruh secara simultan pada Modal sosial (MS atau X1) dan

Modal Perbankkan (MP atau X2) terhadap Hasil Usaha Tani (HUT atau Y).

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .799a .638 .630 1.695

a. Predictors: (Constant), MP, MS

Sumber : Olahan Data Primer Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016

Tabel 19. Kofesien Pengaruh Modal Sosial dan Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani.

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.133 .798 1.420 .159

MS .052 .092 .060 .573 .568

MP .995 .140 .749 7.116 .000

a. Dependent Variable: HUT

Sumber : Olahan Data Primer Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016

4. Pengaruh X2 (Modal Perbankkan atau

MP) terhadap X3 (Hail Usaha Tania atau

HUT) dengan menghilangkan X3 (Modal

Sosial) yaitu P32

Dari tabel 20 menunjukkan pengaruh

langsung yang merupakan pengaruh

Modal perbankkan terhadap Hasil Usaha

Tani dimana nilai kofesien jalur sama

dengan kofesien kolerasi sebesar yaitu

0,743 yang di tunjukkan pada kofesien

Beta (standardized Coefficients). Maka

dengan nilai korelasi 0,743 mendekati

nilai 1 sehingga untuk modal

perbankkan memiliki hubungan yang

kuat terhadap hasil usaha tani.

Dengan jumlah data sebesar 97 maka dk

= 95 dengan besar kofesien t tabel pada α

= 0,05 sebesar 1.661052, sehingga pada t

hitung lebih besar dari t tabel (10,933 >

1,661052) maka kofesien jalur dinyatakan

sangat signifikan. Hal ini juga

Page 13: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

53

ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan

bahwa kofesien jalur pada Modal

Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani

adalah signifikan dan nilai determinasi

(R2) sebesar 0,504 menunjukkan bahwa

50,4 % modal perbankkan dapat

dijelaskan oleh modal sosial dimana

sisanya dijelaskan oleh variabel lain.

Pada Pengujian Hipotesis dengan

kreteria penolakan H0 yaitu untuk α =

0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t

hitung > t tabel (7,442 > 1,661052) maka

menolak H0 dan menerima Ha dimana

adanya pengaruh langsung Modal

Perbankkan Terhadap Hasil Usaha Tani.

Tabel 20. Kofesien Modal Perbankkan terhadap Usaha Tani.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .595 .210 2.836 .006

MP .737 .067 .743 10.933 .000

a. Dependent Variable: HUT

Sumber : Olahan Data Primer Menggunakan SPSS 16, Tahun 2016

b. Besaran Pengaruh Residu (ɛ )

Besarnya Pengaruh yang diterima oleh X2

yaitu Modal Perbankkan dan Y yaitu Hasil

usaha tani, dari variabel diluar X2 dan Y

adalah :

1. Untuk Pengaruh yang diterima X2 yaitu

Modal Perbankkan adalah sebagai

berikut, p2ɛ 2 = √

( ) (R2) = 0,704

2. Untuk Pengaruh yang diterima Y yaitu

Hasil Usaha Tani sebgai berikut, p2ɛ 2 =

√ ( ) (R2) = 0,601.

Gambar 2. Model Teoritik dan Hasil.

Dari analisis Model Teoitik maka

didapat hasil sebagai berikut untuk

pengaruh Modal Sosial terhadap Modal

perbankkan dengan nilai korelasi dan

kofesien Beta (standardized Coefficients)

yaitu 0,710 dan Modal Perbankkan

terhadap Hasil Usaha Tani dengan

kofesien Beta (standardized Coefficients

yaitu 0,743. Sehingga pada perkalian

antara pengaruh lansung Modal Sosial

terhadap Modal Perbankkan dengan

pengaruh langsung Modal Perbankkan

terhadap Hasil Usaha Tani yaitu (0,710 x

0,743) = 0,527

Page 14: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

54

Dan untuk Pengaruh Total pada Modal

Sosial, Modal Sosial dan Hasil Usaha

Tani adalah merupakan pengaruh total

merupakan jumlah pengaruh lansung

pada Modal Sosial terhadap Hasil Usaha

Tani yaitu penjumlahan pengaruh

langsung Modal Sosial terhadap Hasil

Usaha tani dengan Pengaruh tidak

langsung terhadap Modal Sosial terhadap

Hasil Usaha Tani melalui Modal

Perbankkan yaitu sebesar 1,13 (0,603 +

0,527). Untuk lebih jelasnya dpat dilihat

pada Tabel 22.

Tabel 21. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total.

Pengaruh

Variabel

Pengaruh Kausal

Langsung Melalui X2 Total

X1 > Y 0,603 (0,710 x 0,743) = 0,527 1,13

X1 > X2 0,710 - 0,710

X2 > Y 0,743 - 0,743 Sumber : Olahan Data Primer Tahun 2016

IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

1. Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani

dimana memiliki nilai kofesien jalur sama

dengan kofesien kolerasi sebesar yaitu 0,603

dimana mendekati nilai 1 sehingga untuk

modal sosial memiliki hubungan cukup

kuat terhadap hasil usaha tani. Untuk

tingkat signifikannya pada jalur tersebut

yaitu pada kofesien t sebesar 7,442 dan pada

kofesien t tabel pada α = 0,05 sebesar

1.661052, sehingga pada t hitung lebih besar

dari t tabel (7,442 > 1,661052) maka kofesien

jalur dinyatakan sangat signifikan. Hal ini

juga ditunjukkan dari nilai P-velue lebih

kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan

bahwa kofesien jalur pada Modal Sosial

terhadap Hasil Usaha Tani adalah signifikan

Sehingga Untuk Pengujian Hipotesis

dengan kreteria penolakan H0 yaitu untuk α

= 0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t

hitung > t tabel (7,442 > 1,661052) maka

menolak H0 dan menerima Ha dimana

adanya pengaruh langsung Modal Sosial

Terhadap Hasil Usaha Tani.

2. Modal perbankkan terhadap Hasil Usaha

Tani dimana nilai kofesien jalur sama

dengan kofesien kolerasi sebesar yaitu 0,743

dimana mendekati nilai 1 sehingga untuk

modal perbankkan memiliki hubungan

yang kuat terhadap hasil usaha tani . Untuk t

hitung sebesar 10,933 dan pada kofesien t

tabel pada α = 0,05 sebesar 1.661052,

sehingga pada t hitung lebih besar dari t

tabel (10,933 > 1,661052) maka kofesien jalur

dinyatakan sangat signifikan. Hal ini juga

ditunjukkan dari nilai P-velue lebih kecil

dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka dinyatakan

bahwa kofesien jalur pada Modal

Perbankkan terhadap Hasil Usaha Tani

adalah signifikan Pada Pengujian Hipotesis

dengan kreteria penolakan H0 yaitu untuk α

= 0,05 > p (Sig) (0,000 < 0,05) dan nilai t

hitung > t tabel (7,442 > 1,661052) maka

menolak H0 dan menerima Ha dimana

adanya pengaruh langsung Modal

Perbankkan Terhadap Hasil Usaha Tani.

3. Pada Pengaruh Total pada Modal Sosial,

Modal Perbankan dan Hasil Usaha Tani

adalah jumlah pengaruh lansung pada

Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani

yaitu penjumlahan pengaruh langsung

Modal Sosial terhadap Hasil Usaha tani

dengan Pengaruh tidak langsung terhadap

Modal Sosial terhadap Hasil Usaha Tani

melalui Modal Perbankkan yaitu sebesar

1,13 (0,603 + 0,527)

4.2. Saran

1. Pihak Bank. Berdasarkan hasil peneelitian

ini pada pihak Bank sebgai lembaga

Keuangan yang menfasilitasi pinjaman

Kredit, sangat berperan penting untuk selalu

menjaga modal perbankkan yang dimiliki

untuk menjaga kepercayaan nasabah dan

juga menigkatkan modal sosial dalam

pemberian kredit sehingga dapat

meningkatkan hasil usaha petani.

2. Pihak Pemerintah. Pemerintah lebih

mendorong adanya kebijakan dalam

Lembaga Keuganan yang mengelola

Page 15: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

55

keuangan khususnya Pertanian sehingga

sehingga dalam pengaruhnya pada peran

petani sebagai peminjam dapat

meningkatkan jumlah usaha tani dan

produktivitasnya

3. Pihak Petani. Pihak Petani menjaga

kepercayaan yang diberikan lembaga

keuangan melalui pinjaman pertanian

sehingga baik dari modal perbankkan dapat

dijaga keberlangsungannya dan juga dari

sisi sosial peminjam dan pihak lembaga

terlajin kerjasama yang baik.

4. Bagi Peneliti selanjutnya. Perlu adanya

kajian dengan variabel yang berbeda dan

juga perlu adanya kajian mengenai kebijkan

pengelolaan keuangan yang tepat

khususnya dalam pinjaman modal dalam

meningkatkan hasil usaha tani.

DAFTAR PUSTAKA

Algifari, (2000), Analisis Regresi Edisi dua, BPFE, Yogyakarta.

Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 10 No. 2, Juni 2012 : 103-117

Anonim. 2006. Pemetaan Komoditas Pertanian Unggulan Jawa Barat serta Potensi Pembiayaan

Perbankan Syariah untuk Pengembangannya. Kerjasama Kantor Bank Indonesia

Bandung dengan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Anthony, E. 2010. Agricultural Credit and Economy Growth in Nigeria: An Empirical Analysis.

Business and Economics Journal, Volume 2010: BEJ-14. Pp: 1 — 7.

Arifin, B. 2009. Bank Pertanian untuk Menjawab Pembiayaan Usaha Pertanian. Makalah dalam

Seminar Menuju Pendirian Bank Pertanian. Bogor, 11 Mei 2009: IPB dan Departemen

Pertanian.

Ashari dan S. Friyatno. 2006. Perspektif Pendirian Bank Pertanian di Indonesia. Forum Penelitian

Agro Ekonomi. 24 (2): 107 – 122.

Ashari dan S. Friyatno. 2006. Perspektif Pendirian Bank Pertanian di Indonesia. Forum Agro

Ekonomi, 24 (2): 107-155. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ashari, 2006, ‘Potensi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan

dan Kebijakan Pengembangannya’, Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 4 No. 2, Juni

2006 : 146-164.

Ashari. 2009. Optimalisasi Kebijakan Kredit Program Sektor Pertanian di Indonesia. Analisis

Kebijakan Pertanian (AKP), Vol 7 (1): 21-42. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Aviliani. 2009. Kebijakan Perbankan dalam Sektor Agribisnis. Makalah disampaikan pada Round

Table Discussion: Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian dan Departemen Agribisnis, FEM-IPB. Jakarta, 16

April 2009.

Azwar, Saifuddin. (2006), Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta. Riyanto,

Bambang. (1998), Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Empat, BPFE, Yogyakarta.

Bank Indonesia. 2006. Laporan Perekonomian Indonesia 2006. Bank Indonesia, Jakarta.

Departemen Pertanian. 2007. Revitalisasi Pertanian (Agriculture Revitalization). Departemen

Pertanian. Jakarta.

Hadi, P.U., C. Shaleh, Al S. Bagyo, R. Hendayana, Y. Marisa, dan I. Sadikin. 2000. Studi Kebutuhan

Asuransi Pertanian pada Pertanian Rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial

Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Indiastuti, R. 2005. Arti Tahun Keuangan Mikro bagi Indonesia.http://www.pikiran-rakyat.com/

cetak/2005/0305/08/0608.htm [12/07/06]

Iskandar, A. 2011. Obligasi Rekapitalisasi Perbankan: Orang Miskin Membiayai Orang Kaya.

Jakarta: Dian Rakyat.

Page 16: PERAN PINJAMAN MODAL MIKRO PERBANKKAN DAN …

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 9 Edisi 2 (Oktober 2016)

56

John Mageto Maroko, et al, ‘The Transition from Micro-Financing into Formal Banking among The

Micro Finance Institutions in Kenya’, African Journal of Bussiness & Management

(AJBUMA), Volume 1 (2010).

Kasmir, 2002, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Krisnamurthi, B. Peta Pembiayaan Pertanian. Makalah disampaikan pada Round Table Discussion:

Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kementrian Koordinator Bidang

Perekonomian dan Departemen Agribisnis, FEM-IPB. Jakarta, 16 April 2009.

Mayrowani, H., M. Syukur, Sunarsih, Y. Marisa, dan M. F. Sutopo. 2000. Peningkatan Peranan

Kredit dalam Menunjang Agribisnis Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Nasution, 2003, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: Bumi Aksara.

Nurmanaf, R., E.L. Hastuti, Ashari, S. Friyatno, dan B. Wiryono. 2006. Analisis Sistem Pembiayaan

Mikro dalam Mendukung Usaha Pertanian di Pedesaan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi

dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Pakpahan, A. 2009. Transformasi Pertanian, Mengapa Memerlukan Bank Pertanian. Makalah

dalam Seminar Menuju Pendirian Bank Pertanian. Bogor, 11 Mei 2009: IPB dan

Departemen Pertanian.

Pasaribu, S.M., B. Sayaka, W.K. Sejati, A. Setyanto, J. Hestina, dan J. Situmorang. 2007. Analisis

Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Prastowo, N. J., A. Prasmuko, and T. Chawwa. 2010. Sumber Pembiayaan Ekonomi di Indonesia:

Pendekatan Survei. Working Paper. Bank Indonesia.

Ratnawati, A. 2009. Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Makalah disampaikan pada Round

Table Discussion: Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kemen-

Saragih, B. dan T. Sipayung. 2007. Prospek Agribisnis dan Peluang Perbankan. Makalah dalam

Ceramah Ekonomi Prospek Agribisnis Indonesia dan Peluang Perbankan. Jakarta, 22

Februari 2007: Bank BNI.

Soehardi Sigit, 1999, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial-Bisnis-Manajemen, Yogyakarta:

Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Sugiono, (2005), Statistik Untuk Penelitian, CV. Alfa Beta, Bandung.

Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.

Suharyanto, K. 2010. Kemiskinan di Sektor Pertanian. Makalah dalam Round Table Discussion

Peringatan 30 Tahun Yayasan Agro Ekonomika. Jakarta, 7 Mei 2011: Deputi Menko Kesra

Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Yayasan Agro Ekonomika, dan Kantor

Berita Antara.

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni, (2005), Metodologi Penelitian Bisnis, Andi, Yogyakarta.

Supadi dan Sumedi. 2004. Tinjauan Umum Kebijakan Kredit Pertanian. Working Paper, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Januari: Kementerian

Pertanian.

Suyatno, Tomas. Dkk. (2003), Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Syukur, M. 2009. Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Makalah disampaikan pada Round

Table Discussion: Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Kerjasama Kementrian

Koordinator Bidang Perekonomian dan Departemen Agribisnis, FEM-IPB. Jakarta, 16

April 2009.

Vetrivel dan Chandra Kumarmangalam, ‘Role of Microfinance Institutions in Rural Development’,

International Journal of Information Technology and Knowledge Management, July-

December 2010 Volume 2 No. 2, pp 435-441.

Zulkifli. 2009. Pasar Kredit Sektor Pertanian di Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi. 9 (3): 193-

199.