peran kota dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan

28
Peran kota dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan KISAH PERKOTAAN DI INDONESIA

Upload: buituyen

Post on 12-Jan-2017

269 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • Peran kota dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan

    KISAHPERKOTAANDI INDONESIA

  • THE WORLD BANK OFFICE JAKARTAIndonesia Stock Exchange Building Tower II/12th FloorJl. Jend. Sudirman Kav. 52-53Jakarta 12910Tel: (6221) 5299-3000Fax: (6221) 5299-3111Website: www.worldbank.org/id

    THE WORLD BANK1818 H Street NWWashington, DC 20433, USATel: (202) 458-1876Fax: (202) 522-1557/1560Website: www.worldbank.org

    Printed in June 2016

    Indonesias Urban Story is a product of the staff of the World Bank. The findings, interpretations, and conclusions expressed herein do not necessarily reflect the views of the Board of Executive Directors of the World Bank or the governments they represent.

    The World Bank does not guarantee the accuracy of the data included in this work. The boundaries, colors, denominations, and other information shown on any map in this work do not imply any judgment on the part of the World Bank concerning the legal status of any territory or the endorsement or acceptance of such boundaries.

    For any questions regarding this report, please contact World Bank Indonesia; [email protected].

  • Publikasi ini disusun oleh tim Bank Dunia yang terdiri dari Taimur Samad (Program Leader), Thalyta E. Yuwono (Senior Urban Economist), Marcus J. Lee (Senior Urban Economist), Tuo Shi (Urban Economist), Adri Asmoro Laksono Poesoro (Urban Economist), Matt Steele (Consultant) dan Fandi Nasution (Consultant). Disain dan visualisasi untuk sebagian besar data dilakukan oleh Andres Barragan dan Mateo L. Zuniga dari Puntoaparte dengan tambahan perkerjaan disain oleh Budy Wirasmo.

    Publikasi ini juga mendapat masukan berharga dari tim Bank Dunia lainnya, termasuk Dini Sari Djalal (Senior Communications Officer), Suryo Utomo Tomi (Communications Officer), Iwan Gunawan (Senior Disaster Risk Management Specialist), Bambang Suharmoko (Economist), Indira Maulana Hapsari (Research Analyst), Suryani Amin (Consultant), Chandan Desukar (Consultant), dan Astrid Rengganis Savitri (Consultant). Tim juga sangat berterimakasih atas dukungan dari Manjemen Bank Dunia, terutama Rodrigo Chaves (Country Director for Indonesia) dan Abhas Kumar Jha (Practice Manager).

    Tim juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan untuk masukan dan dukungan yang memungkinkan diluncurkannya publikasi ini, terutama Dr. Andreas Suhorno (Dirjen Cipta Karya), Bapak Dwityo A. Soerato (Direktur Keterpaduan Infrastruktur Permukiman) dan Bapak Edward Abdurrahman (Kepala Subdit Keterpaduan Perencanaan dan Kemitraan).

    Publikasi ini berpijak dari penemuan yang dimuat di buku The Rise of Metropolitan Regions: Towards Inclusive and Sustainable Regional Development yang dipublikasikan Bank Dunia pada tahun 2012. Publikasi ini juga mengambil sumber data dan masukan dari berbagai publikasi Bank Dunia lainnya dan di luar Bank Dunia, seperti yang tercantum di bagian referensi.

    Publikasi ini didukung oleh Pemerintah Australia - Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) melalui Indonesia Infrastructure Support Trust Fund (INIS-TF) dan oleh Cities Alliance.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Peran kota dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan

    K I S A HPERKOTAANDI INDONESIA

  • Indonesia sedang mengalami transfor-masi struktural besar-besaran yang berjalan cepat, dari perekonomian yang berorientasi perdesaan dan berbasis pertanian, menjadi perekonomian pada daerah perkotaan dan berbasis jasa. Perubahan struktural ini sig-nifikan, karena meningkatnya lapangan kerja formal di perkotaan dan pertambahan produktivitas terkait akan mendorong kemampuan Indonesia untuk menciptakan dan berbagi kemakmuran. Akan tetapi, besarnya defisit infrastruktur perkotaan, lambatnya pertambahan produktivitas tenaga kerja, dan membesarnya ketimpangan menjadi tantangan bagi pertumbuhan dan kesejahteraan untuk daerah perkotaan di masa mendatang.

    Penduduk kota di Indonesia tumbuh dalam laju yang lebih cepat dibandingkan dengan negara Asia lainnya. Jumlah penduduk perkotaan meningkat rata-rata 4,1 persen setiap tahun antara tahun 2000 sampai 2010, dibandingkan dengan 3,8 persen di Cina, 3,1 persen di India, dan 2,8 persen di Thailand (Bank Dunia 2012). Pada tahun 2012, jumlah penduduk perkotaan mencapai lebih dari 52 persen penduduk di Indonesia. Di tahun 2025, diperkirakan 68 persen pen-duduk Indonesia akan tinggal di daerah perkotaan (Bank Dunia 2014).

    Hal ini merupakan perkembangan yang positif. Seperti halnya di negara-negara lainnya, urbanisasi di Indonesia berkembang seiring pertumbuhan ekonomi, perbaikan pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Pada tahun 2010, lebih dari 44 persen pen-dapatan PDB non-migas dihasilkan di kota (Lewis 2014). Dari 21 juta pekerjaan yang ter-cipta sejak tahun 2001 hingga 2011, 18 juta di antaranya berada di daerah perkotaan dan 17 juta dihasilkan oleh sektor jasa. Hal ini menandakan terjadinya peralihan besar basis lapangan kerja ke kota-kota. Penciptaan lapangan kerja ini membantu Indonesia memangkas tingkat kemiskinan hingga setengahnya, dari 24 persen penduduk Indonesia pada tahun 1999 menjadi tinggal 12 persen pada tahun 2012 (Bank Dunia 2014).

    PENDAHULUAN

    KISAH PERKOTAAN DI INDONESIA

    3

  • Sayangnya, Indonesia belum optimal dalam memperoleh berbagai manfaat positif urbanisasi seperti halnya dialami negara lain. Untuk setiap 1 persen urbanisasi, Indonesia hanya memperoleh pertumbuhan PDB sebesar 2 persen (bandingkan dengan 6 persen untuk Cina, 8 persen untuk Vietnam, dan 10 persen untuk Thailand) (Bank Dunia 2012). Peningkatan produktivitas tenaga kerja masih rendah, dan ketimpangan peng-hasilan semakin serius. Secara rata-rata, tingkat kemiskinan lebih rendah di kota, tetapi masih signifikan secara absolut. Jika tren ini terus berjalan, jumlah orang miskin perkotaan diperkirakan akan melampaui orang miskin perdesaan pada tahun 2030 (Bank Dunia 2003). Mengapa Indonesia belum mendapatkan manfaat yang optimal dari urbanisasi? Banyak kota di Indonesia mengalami diseconomies of scale, atau skala disekonomi, seperti kemacetan lalu lintas yang parah, polusi, dan risiko bencana yang mengakibatkan terjadinya peningkatan biaya. Di Jakarta, kemacetan diperkirakan mengakibatkan kerugian kira-kira US$6,5 miliar setiap tahunnya (JICA dan Bappenas 2004). Banjir musiman membawa banyak kerugian. Banjir besar pada tahun 2014 melanda 17 persen daerah metropolitan Jakarta dan 64.000 orang harus mengungsi (Ika 2014). Polusi udara juga merugikan dan menimbulkan biaya kesehatan yang besar. Indikasi perhitungan sampai tahun 2011 menunjukkan 58 persen dari semua penyakit yang diderita penduduk Jakarta berkaitan dengan polusi udara (Haryanto dan Franklin 2011).

    Defisit infrastruktur perkotaan memba-tasi kemampuan kota-kota di Indonesia untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas kesejahteraan. Mutu infrastruktur perkotaan di Indonesia masih buruk, dan akses ke layanan dasar seperti air bersih, sanitasi, listrik, dan transportasi umumnya terbatas dan tidak merata. Secara riil, ketersediaan infrastruktur hanya tumbuh 3 persen per tahun antara 2001 hingga 2011 (Bank Dunia 2013a). Di tahun 2009, hanya 50 persen dari penduduk perkotaan dapat mengakses air aman, sedangkan jaringan saluran pembuangan hanya ada di 11 kota, dan hanya 2 persen dari penduduk perkotaan yang tersambung sistem sentral sanitasi (Bank Dunia 2014).

    4

  • KISAH PERKOTAAN DI INDONESIA

    JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU KOTA

    METROPOLITAN TERBESAR DI DUNIA halaman 6 /

    PERAN INDONESIA DI DUNIA, TERUTAMA KOTA

    JAKARTA, AKAN MENINGKAT halaman 7 / SEJAK

    TAHUN 1960, RATA-RATA URBANISASI DI INDONESIA

    JAUH LEBIH CEPAT DARIPADA MAYORITAS

    NEGARA ASIA halaman 8 / PENDUDUK INDONESIA

    TERKONSENTRASI DI KOTA-KOTA BESAR halaman 9

    KONTEKSPERKOTAANDI INDONESIA

    5

  • METROPOLITAN POPULATIONthousands of people

    POPULATION DENSITYconcentration of people

    ASIA'S LARGEST CITIESPopulation of metropolitan areas, and urban population share

    - +

    di 2012 di 2030

    Indon

    esia m

    emilik

    i

    jumlahpenduduk terbesar

    dari PDBdari PDB

    Source: McKinsey Global Institute 2012

    penduduk akan menetap di daerah perkotaan dan akan

    berkontribusi

    penduduknya menetap di daerah perkotaan dan

    berkontribusi

    JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU KOTA METROPOLITAN TERBESAR DI DUNIAKEUNGGULAN JAKARTA DI INDONESIA SAMA DENGAN KOTA METROPOLITAN DI NEGARA ASIA LAINNYA, KECUALI CINA DAN INDIA.

    01. KONTEKS PERKOTAAN DI INDONESIA

    ke4di dunia

    50.000

    10.000

    30.000

    Source: WorldPop. United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division (2014).

    Ekonomi terbesar ke-

    16sedunia

    Diperkirakan menjadi ekonomi terbesar ke-

    7sedunia

    6

    Yangtze River Delta 22,991 (3%)

    Taipei2,667 (71%)

    Mumbai20,741 (1%)

    Karachi16,126 (23%)

    Kabul16,126 (54%)

    Dhaka16,982(32%)

    Delhi24,953 (6%)

    Lahore8,500 (12%) Kathmandu

    1,142 (22%)

    Beijing19,520 (3%)

    Ulaanbaatar1,334 (65%)

    Pearl River Delta7,260 (1%)

    CHINA

    INDIA

    NEPAL

    AFGHANISTAN

    PAKISTAN

    MONGOLIA

    BHUTAN

    BANGLADESH

    LAO PDR

    MYANMAR

    KOREA, REP.

    KOREA, DEM. REP.

    Calcutta14,766

    (4%)

    Pyongyang2,856 (19%)

    Seoul9,775 (24%)

    Ho Chi Minh City7,100 (24%)

    Metro Manilla12,764 (29%)Bangkok

    9,098 (28%)

    VIETNAM

    CAMBODIA

    THAILAND

    JAPAN

    PHILIPPINESBay of Bengal

    PACIFICOCEAN

    Tokyo37,833 (32%)

    Kuala Lumpur6,629 (30%)

    Colombo0,704 (19%)

    Port Moresby0,338 (35%)

    BRUNEI

    Jakarta30,241 (23%)

    Surabaya2,834 (2%)

    SINGAPORE5,517 (100%)

    SRI LANKA

    MALAYSIA

    INDONESIA

    TIMOR-LESTE

    PAPUANEW GUINEA

    INDIAN OCEAN

  • POPULATION IN THE LARGEST

    METROPOLITAN AREAS2000-2015, 2015-2030 projection

    (in Millions of people)

    AT CURRENT RATES OF GROWTH, JAKARTA'S POPULATION IS SET TO OVERTAKE TOKYO BY 2028

    23 M

    38 M

    2005 2010 2015 2020 2025 2030200220012000 2003 2004 2006 2011 2016 2021 20262022 20272023 20282024 20292007 2012 20172008 2013 20182009 2014 2019

    Mexico City So Paulo

    Beijing

    Dhaka Cairo Lagos

    Tokyo

    Jakarta

    Delhi

    Shanghai

    Mumbai

    Karachi

    Source

    United Nations, Department of Economic and Social

    Affairs, Population Division (2014). World Urbanization

    Prospects: The 2014 Revision, custom data acquired via website.

    PERAN INDONESIA DI DUNIA, TERUTAMA KOTA JAKARTA, AKAN MENINGKAT

    01. KONTEKS PERKOTAAN DI INDONESIA

    Jakarta, area perkotaan terbesar di Indonesia, memiliki 11% populasi Indonesia. Angka ini cukup menonjol, sebanding dengan jumlah penduduk kota besar lainnya, seperti Shanghai, Delhi dan Tokyo. Jika tingkat pertumbuhan

    Jakarta terus berlangsung, angka ini akan mengalahkan Tokyo dan Jakarta menjadi kota terbesar di dunia pada tahun 2028.

    Kota-kota besar lainnya berfungsi sebagai mesin perekonomian bagi negara mereka. Sama halnya, Jakarta

    berperan penting dalam mendukung Indonesia mencapai target pertumbuhan 7%. Meskipun, kerangka kebijakan pembangunan nasional Indonesia beralih dari Jakarta.

    7

  • URBAN POPULATION SHAREurban population (% of total population)

    Source: World Development Indicators; The World Bank,

    ANNUAL RATE OF CHANGE OF THE URBAN POPULATION

    Source: World Development Indicators; The World Bank,

    100%

    10%

    0%

    0%

    20%

    2%

    40%

    4%

    60%

    6%

    80%

    8%

    SEJAK TAHUN 1960, LAJU URBANISASI DI INDONESIA JAUH LEBIH CEPAT DARI-PADA MAYORITAS NEGARA ASIA

    1965

    1965

    1990

    1990

    1995

    1995

    2000

    2000

    2005

    2005

    2010

    2010

    2012

    2012

    1960

    1960

    1970

    1970

    1975

    1975

    1980

    1980

    1985

    1985

    INDONESIA

    INDONESIA

    INDIA

    INDIA

    MYANMAR

    MALAYSIAREP. OF KOREA

    THAILAND

    VIETNAM

    VIETNAM

    CHINA PHILIPPINES

    MALAYSIA

    CHINA PHILIPPINES

    THAILANDMYANMAR

    REP. OF KOREA

    01. KONTEKS PERKOTAAN DI INDONESIA

    8

  • 50.000

    10.000

    30.000

    POPULATION BY ISLAND GROUPthousands of people

    TOTAL, URBAN AND RURAL POPULATION

    AND TIER PROPORTION

    2010

    Source: Bappenas

    - + POPULATION DENSITYconcentration of people

    PENDUDUK INDONESIA TERKONSENTRASI DI KOTA-KOTA BESAR

    Malaysia

    Papua New Guinea

    Java Sea

    South China Sea

    Celebes Sea

    Banda Sea

    Molucca Sea

    Timor Sea

    Arafura Sea

    INDIAN OCEAN

    Malaysia

    KALIMANTAN14,105,730 PEOPLE42.2% URBAN / 57.8% RURAL

    SUMATERA51,697,225 PEOPLE39.1% URBAN / 60.9% RURAL

    SULAWESI17,663,879 PEOPLE33.6% URBAN / 66.4% RURAL

    BALI AND NUSA TENGGARA13,327,280 PEOPLE 39.2% URBAN / 60.8% RURAL

    JAVA138,311,286 PEOPLE58.6% URBAN / 41.4% RURAL

    MALUKU AND PAPUA11,972,106 PEOPLE29.4% URBAN / 70.6% RURAL

    REGIONS, PROVINCES AND DISTRICTS

    1 4 52 63

    5

    6

    4

    3

    21

    Source: INDO DAPOER

    Lebih dari setengah penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, yang juga merupakan tempat beradanya seba-gian besar lahan perkotaan. Potensi pertumbuhan kota-kota di Jawa masih tinggi, mengingat besarnya basis penduduk dan tingginya kepadatan penduduk. Pulau Jawa memiliki lebih dari 50 juta penduduk

    perdesaan yang akan terus tertarik oleh peluang yang ditawarkan kota. Di tempat lain di Indonesia, kota-kota yang cukup besar ada di Sumatera dan Kalimantan, sedangkan kota-kota di Indonesia timur berukuran jauh lebih kecil dan jumlahnya jauh lebih sedikit.

    TIER 1Metropolitan

    TIER 2Large City

    TIER 3Medium City

    TIER 4Small City

    >1,000,000

    500,000 - 1,000,000

    100,000 - 500,000

    < 100,000URBAN URBAN URBAN URBAN URBAN URBAN

    01. KONTEKS PERKOTAAN DI INDONESIA

    9

  • URBANISASI BERKAITAN KUAT DENGAN TINGKAT

    PENGHASILAN DUNIA halaman 11 / INDONESIA BELUM

    MENIKMATI PERTUMBUHAN YANG SEHARUSNYA

    TERJADI SEIRING PESATNYA URBANISASI

    halaman 12 / PDB TERPUSAT DI KOTA, TETAPI

    SUMBER DAYA ALAM JUGA BERPERAN BAGI PDB

    DI DAERAH PERDESAAN halaman 13 / LAPANGAN

    KERJA LEBIH BANYAK TERCIPTA DI PERKOTAAN

    halaman 14 / INDONESIA MENGALAMI PERUBAHAN

    STRUKTURAL BESAR DALAM PEREKONOMIANNYA

    halaman 15 / PERTUMBUHAN SEKTOR JASA TERCEPAT,

    NAMUN DENGAN PRODUKTIVITAS TERENDAH

    DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA halaman 16

    POTENSI EKONOMI

    P E R K O T A A NDI INDONESIA

    KISAH PERKOTAAN DI INDONESIA

    10

  • Asian countries

    Other countries

    URBANISASI BERKAITAN KUAT DENGAN TINGKAT PENGHASILAN DUNIA

    INDONESIA

    URBANIZATION RATE

    52% GDP PER CAPITA

    $3,475Kegiatan ekonomi meningkat seiring

    dengan pembangunan: tidak ada negara yang berkembang tanpa pertumbuhan kota-kotanya. Semakin makmur negara, kegiatan ekonominya pun semakin ter-konsentrasi di kota, baik kota kecil dan kota besar. Jumlah penduduk sebuah

    negara yang menetap di kota kecil maupun besar akan meningkat pesat, seiring dengan perubahan status negara dari negara berpenghasilan rendah ke negara berpenghasilan menengah (Bank Dunia 2009: 4849).

    Thailand

    Maldives

    China

    Brunei Darussalam

    Bhutan

    India

    Vietnam

    Cambodia

    Sri Lanka

    Bangladesh

    Timor-Leste

    Nepal

    Papua New Guinea

    Lao PDR

    Philippines

    Malaysia

    Mongolia

    Singapore

    Republic of Korea

    Japan

    GDP per capita

    Perc

    ent o

    f urb

    aniza

    tion

    URBANIZATION AND GDP PER CAPITA2014

    Source

    World Development Indicators; The World Bank,

    02. POTENSI EKONOMI PERKOTAAN DI INDONESIA

    11

  • INDIAUrban 0.13R2 0.94

    PAKISTANUrban 0.07R2 0.97

    CHINAUrban 0.09R2 0.98

    MALAYSIAUrban 0.04R2 0.98

    THAILANDUrban 0.07

    R2 0.79

    1970

    2012

    INDONESIA

    SETIAP KENAIKAN 1% URBANISASI HANYA MENGHASILKAN KENAIKAN

    4%PADA PDB PER KAPITA DI INDONESIA

    Urbanization

    GDP

    per c

    apita

    (con

    stan

    t 200

    5 US

    $)

    URBANIZATION AND GDP PER CAPITABy country, 1970 - 2012.

    Source: World Development Indicators; The World Bank

    INDONESIA BELUM MENIKMATI PERTUMBUHAN YANG SEHARUSNYA TERJADI SEIRING PESATNYA URBANISASI

    Dari tahun 1970 hingga 2012, setiap kenaikan 1 persen penduduk perkotaan berkorelasi dengan rata-rata kenaikan per-sentase PDB per kapita sebesar 13 persen di India, 10 persen di Cina, 8 persen di Vietnam, dan 7 persen di Thailand. Di sisi

    lain, efek pengganda (multiplier effect) urbanisasi bagi Indonesia tidak sebesar itu, karena kenaikan 1 persen urbanisasi hanya menghasilkan kenaikan 4 persen pada PDB per kapita.

    02. POTENSI EKONOMI PERKOTAAN DI INDONESIA

    12

  • JAKARTA

    JAVA

    MALUKU

    PAPUA

    SULAWESI

    SUMATRA

    KALIMANTAN

    SURABAYA

    $300,000

    GDP

    $200,000

    $100,000

    PDB TERPUSAT DI KOTA, TETAPI SUMBER DAYA ALAM JUGA BERPERAN BAGI PDB DI DAERAH PERDESAAN

    GDP CONCENTRATION3D Extrusion for GDP (Indonesia), displaying Kota and Kabupatan.

    Source: INDO-DAPOER, via BPS, the Indonesian National Statistics Agency.

    Pertanian dan sumber daya alam berkontribusi signifikan terhadap PDB Indonesia, terutama di daerah perdesaan. Seiring melanjutnya urbanisasi dan pembangunan Indonesia, andil dari sektor tersebut diperkirakan akan menurun. Pada umumnya, kota besar lebih produktif dan kompetitif secara ekonomis dibanding kota

    kecil dan daerah perdesaan. Kota besar menciptakan peluang bagi terbentuknya perekonomian yang sifatnya lokal, melalui pengelompokan kegiatan yang berkaitan. Sedangkan perekonomian urbanisasi dapat timbul di daerah perkotaan yang padat, karena biaya transaksi berbisnis lebih rendah dan peluang limpahan pengetahuan

    cukup tinggi. Berbagai usaha di dalam perekonomian seperti itu cenderung lebih produktif, terlihat dari tingkat pertumbuhan ekonominya yang lebih tinggi dibandingkan dengan di kota kecil dan daerah perdesaan (Bank Dunia 2012: ixx).

    TIER 1Metropolitan

    TIER 2Large City

    TIER 3Medium City

    TIER 4Small City

    >1,000,000

    500,000 - 1,000,000

    100,000 - 500,000

    < 100,000

    DEFINITION OF TIERS BASED ON NUMBER

    OF POPULATION millions of people

    Source: Bappenas

    02. POTENSI EKONOMI PERKOTAAN DI INDONESIA

    13

  • 5%

    1%

    2%

    3%

    4%

    0%

    124

    108

    112

    100

    116

    104

    120

    8

    12

    14

    16

    18

    20

    22

    0

    -20% 20% 40% 60% 80% 100%

    2

    6

    10

    4

    LAPANGAN KERJA LEBIH BANYAK TERCIPTA DI DAERAH PERKOTAAN

    20062001 2007

    Feb 2011

    Feb 2010

    Feb 2009

    Feb 2008

    Feb 2007

    Feb 2006

    2005200420032002 2009

    Feb 2013

    20112008

    Feb 2012

    2010 2012

    CUMULATIVE EMPLOYMENT GROWTH BY FORMALITY Employment in 2001=100

    PERCENT OF EMPLOYMENT THAT IS INFORMAL, SELECTED COUNTRIES

    Source: LaborSTA, International Labor Organization, Department of Statistics

    EMPLOYMENT GROWTHYear on year employment growth, percent.

    Source: World Bank staff Calculations using the Sakernas data, World Bank 2013b: 34

    72.5%India

    Bolivia

    Madagascar

    INDONESIAEl Salvador

    Ecuador

    Uganda

    Nicaragua

    Tanzania

    Sri Lanka

    Peru

    Costa Rica

    Brazil

    Paraguay

    Lesotho

    China

    West Bank and Gaza

    South Africa

    Russian Fed.

    Moldova Rep.

    Mali

    Honduras

    PakistanPhilippines

    Zambia

    Liberia

    Colombia

    Mexico

    Egypt

    Argentina

    Dominican Rep.

    Vietnam

    Zimbabwe

    Venezuela

    Uruguay

    Panama

    Armenia

    Macedonia

    Ukraine

    Serbia

    Penciptaan lapangan kerja di daerah perkotaan tumbuh hingga 45 persen sejak tahun 2001, dibandingkan dengan pertumbuhan sebesar 6 persen di daerah perdesaan. Sejak tahun 2008, pekerjaan

    di daerah perkotaan tumbuh lebih cepat daripada jumlah penduduk usia kerja. Selain itu, urbanisasi juga memiliki kaitan penting dengan meningkatnya pekerjaan formal, dimana 72 persen dari pekerjaan

    yang tercipta di daerah perkotaan merupakan pekerjaan formal (Bank Dunia 2013b: 34).

    Formal Employment growth since 2001 (%) (LHS)

    Informal Employment growth since 2001 (%) (LHS)

    Total Employment growth since 2001 (RHS)

    Source: World Bank staff calculations using Sakernas, World Bank 2013b:34

    OF EMPLOYMENT

    IN INDONESIA IS

    IN THE INFORMAL SECTOR

    02. POTENSI EKONOMI PERKOTAAN DI INDONESIA

    14

  • INDONESIA THAILAND PHILIPPINESCHINA MALAYSIA

    INDONESIA MENGALAMI PERUBAHAN STRUKTURAL BESAR DALAM PEREKONOMIANNYA

    Pertumbuhan ekonomi yang pesat sangat berkorelasi dengan perubahan struktural dalam perekonomian sebuah negara. Umumnya, seiring perkembangan perekonomian sebuah negara, proporsi kontribusi dari sektor pertanian akan menurun bila dibandingkan dengan kontribusi dari sektor manufaktur dan jasa. Walaupun tingkat pertumbuhan sektor jasa dalam perekonomian Indonesia relatif rendah jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan yang sama dan kontribusi sektor manufaktur Indonesia secara proporsional lebih kecil, namun tren umum menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia semakin mengurangi ketergantungan terhadap pertanian. Sedangkan sektor manufaktur dan jasa semakin berperan penting. Hal ini diperkirakan akan mengakibatkan naiknya laju urbanisasi, karena sektor manufaktur dan jasa cenderung berbasis di lokasi perkotaan (Bank Dunia 2012: 32).

    1965 1965 1965 1965 19652014 2014 2014 2014 2014

    Services

    Industry

    Agriculture

    MANUFACTURING AND AGRICULTURAL OUTPUTshare of nominal GDP

    Source: World Development Indicators; The World Bank, OECD.

    KONTRIBUSI SEKTOR MANUFAKTUR TERHADAP PDB MENINGKAT 19 PERSENTASE POIN, SEMENTARA KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN MENURUN 35 PERSENTASE POIN

    100%

    60%

    80%

    40%

    20%

    0%

    100%

    60%

    80%

    40%

    20%

    0%

    02. POTENSI EKONOMI PERKOTAAN DI INDONESIA

    15

  • 1990 20031992 20051994 20071996 20091998 20112000 20131991 20041993 20061995 20081997 20101999 20122001 20142002 2015

    EMPLOYMENT COMPOSITION

    by sector

    1990-1996 2000-2003 2005-2008 2009-2012

    Services

    Industry

    Agriculture

    Mining and quarrying

    Manufacturing

    Electricity, gas and water

    Total

    Social & personal services

    Finance, insurance, real estate

    Construction

    Transport, storage and communications

    Wholesale, retail and trade

    Agriculture

    0

    50,000,000

    100,000,000

    200,000,000

    300,000,000

    150,000,000

    250,000,000

    SEKTOR JASA TUMBUH PALING CEPAT, NAMUN TINGKAT PRODUKTIVITASNYA TERENDAH DI PEREKONOMIAN INDONESIA

    LABOR PRODUCTIVITYValue added per worker

    (constant 2000 Rp Billion)

    Pada tahun 2008, sektor jasa mengambil alih posisi sektor pertanian sebagai sektor dengan jumlah lapangan kerja terbesar dalam perekonomian Indonesia, di luar transportasi, komunikasi,

    dan jasa keuangan. Namun, produktivitas tenaga kerja agak rendah: pekerja yang tinggal di kota tidak memiliki akses ke infrastruktur yang dapat meningkatkan produktivitas, sambungan internet secara

    umum dan/atau transportasi massal yang efisien, padahal mereka dihadapkan pada harga-harga lebih tinggi akibat inefisiensi transportasi dan logistik.

    100%100%

    60%60%

    80%80%

    40%40%

    20%20%

    0%0%

    Source: Sakernas

    Source: World Bank calculations based on CEIC and Sakernas data

    02. POTENSI EKONOMI PERKOTAAN DI INDONESIA

    16

  • KONTRIBUSI INVESTASI INFRASTRUKTUR KE PDB

    TERUS MENURUN, SEMENTARA ITU PEMERINTAH

    DAERAH KINI MENJADI SUMBER TERBESAR

    BELANJA INFRASTRUKTUR halaman 18 /

    JUMLAH LAHAN DAN PENDUDUK PERKOTAAN

    DI INDONESIA MENGALAMI PERTUMBUHAN

    YANG TINGGI SELAMA DEKADE TERAKHIR

    halaman 19 / PERTUMBUHAN JAKARTA SEBAGAI

    KOTA METROPOLITAN halaman 20 / TANTANGAN

    BANJIR DI WILAYAH PERKOTAAN halaman 21

    T A N T A N G A N

    PERTUMBUHANPERKOTAAN

    KISAH PERKOTAAN DI INDONESIA

    17

  • Total investasi infrastruktur di Indonesia menurun dari rata-rata 7 persen di pertengahan dekade 1990an menjadi sekitar 34 persen dari PDB pada beberapa tahun terakhir. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam, yang berada

    di atas 7 persen dari PDB, apalagi Cina yang mencapai 10 persen dari PDB dalam dekade terakhir (Bank Dunia, 2012). Belanja sektor publik maupun swasta perlu ditingkatkan besar-besaran hingga mencapai nilai yang setara dengan lebih dari 6 persen dari PDB, guna mengejar ketertinggalan akibat

    rendahnya investasi di masa lalu dan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pembangunan regional, dan produktivitas (Bank Dunia, 2012). Naiknya rasio investasi infrastruktur di Indonesia belum lama ini mencerminkan pesatnya kenaikan investasi oleh pemerintah daerah.

    03. TANTANGAN PERTUMBUHAN PERKOTAAN

    Average (1995-97)

    Average (2008-11)

    25.2%

    9.8%

    KONTRIBUSI INVESTASI INFRASTRUKTUR KE PDB TERUS MENURUN, SEMENTARA ITU PEMERINTAH DAERAH KINI MENJADI SUMBER TERBESAR BELANJA INFRASTRUKTUR

    20102000 2001 20021999199819971996 2003 2004 2005 2006 2008 2009 20112007

    INFRASTRUCTURE INVESTMENT AS

    SHARE OF GDP, PERCENT

    by source, average 1995-1997 and 2008-2011

    Source: Infrastructure investment data as detailed in Box 5 and World Bank staff calculations from World Bank Indonesia Economic Quarterly March 2013

    SOECENTRAL GOVERNMENT

    2.5

    0.8

    2.9

    8.8

    2.5

    0.81.6 1.2

    3.8

    0.4

    INFRASTRUCTURE TO TOTAL CAPITAL STOCK

    PRIVATESUB-NATIONAL GOVERNMENT TOTAL

    CAPITAL AND INFRASTRUCTURE STOCK GROWTH

    percent

    Source

    World Bank 2013a:38

    Pemerintah daerah kini menjadi sumber terbesar belanja infrastruktur di Indonesia (Bank Dunia 2014). Saat ini, nilai keseluruhan belanja modal pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) mencapai kira-kira 1,5 sampai 2 persen dari PDB nasional Besaran ini menggambarkan setengah dari nilai keseluruhan belanja modal pemerintah di Indonesia. Belanja infrastruktur pemerintah daerah mencapai sekitar 39 persen dari belanja infrastruktur total.

    Dalam hal ini, belanja modal oleh pemerintah daerah perkotaan masih sangat terbatas. Nyatanya, nilai belanja pemerintah daerah per kapita akan terus menurun seiring dengan meningkatnya laju urbanisasi

    sebuah kabupaten. Dana Perimbangan dari pemerintah pusat membiayai sebagian besar belanja daerah. Sampai dengan tahun 2015, dana perimbangan ini berkontribusi sekitar dua per tiga pendapatan daerah keseluruhan, sedangkan pendapatan asli daerah hanya berkontribusi sekitar 24 persen.

    Secara riil, besaran dana perimbangan ke pemerintah daerah sudah nyaris berlipat ganda sejak dimulainya desentralisasi di tahun 2001. Namun, efektivitas dari desentralisasi pemberian layanan dan keuangan ternyata tidak sesuai harapan awal. Meskipun Indonesia secara umum mengalami kemajuan di sebagian besar terkait pemberian layanan publik di

    daerah, masih cukup banyak provinsi dan kabupaten yang belum memperlihatkan perbaikan, atau malah terjadi kemerosotan, dalam mutu layanan publiknya. Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara tetangganya untuk indikator kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. Sebagai contoh, kondisi jalan sejak tahun 2001 justru memburuk, yaitu sekitar 40 persen jalan-jalan kabupaten kini dalam kondisi buruk, naik dari sekitar 35 persen pada masa awal desentralisasi. Akses ke layanan air juga menurun sejak desentralisasi. Jumlah rumah tangga yang memiliki akses air yang aman menurun dari 50 ke 48 persen dibanding satu dekade yang lalu.

    18

  • JAVA

    BALI

    SUMATRA

    URBAN LAND IN JAVA

    Source: Schneider and others 2015

    Urban land 2000 (km2)

    Urban land 2010 (km2)

    Zoomed area

    JUMLAH LAHAN DAN PENDUDUK PERKOTAAN DI INDONESIA MENGALAMI PERTUMBUHAN YANG TINGGI SELAMA DEKADE TERAKHIR

    JAKARTA

    BANDUNG

    SEMARANG SURABAYA

    Indonesia memiliki jumlah lahan perkotaan terbesar ketiga di Asia Timur setelah Cina dan Jepang. Antara tahun 2000 sampai 2010, jumlah lahan perkotaan di Indonesia naik dari sekitar 8.900 menjadi 10.000 kilometer persegi, meningkat 1,1 persen per tahun. Meskipun angka ini termasuk tingkat kenaikan rata-rata tahunan terendah di kawasan yang sama, dari segi jumlah lahan perkotaan perkotaan absolut, ini adalah kenaikan tertinggi kedua setelah Cina.

    Akan tetapi, banyak lahan di daerah perkotaan di Indonesia sangat padat dengan penduduk. Jumlah penambahan lahan perkotaan baru per penduduk perkotaan baru selama periode 2000 hingga 2010 hanya kurang dari 40 meter persegi, angka terkecil di antara semua negara di kawasan yang sama (Bank Dunia 2015: 81).

    Antara tahun 2000 hingga 2010, kepadatan penduduk perkotaan naik di 80 dari 83 daerah perkotaan (Bank Dunia 2015: 81). Kepadatan penduduk perkotaan naik drastis selama periode tersebut, dari 7.400 orang per kilometer persegi menjadi 9.400 orang per kilometer persegi. Ini ada-lah kenaikan terbesar terkait kepadatan penduduk perkotaan di negara manapun

    di kawasan yang sama, selama periode tersebut. Kepadatan penduduk perkotaan di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di kawasan, lebih dari dua kali lipat Malaysia atau Thailand, meskipun masih lebih rendah daripada Korea Selatan dan Filipina (Bank Dunia 2015: 81).

    LAO, PDR

    THAILAND

    CAMBODIA

    VIETNAM

    PHILIPPINES

    DPR KOREA

    TAIWAN, CHINA

    CHINA

    MALAYSIA

    REP. OF KOREA

    SINGAPORE

    JAPAN

    MYANMAR

    INDONESIA

    URBAN SPATIAL EXPANSION PER

    ADDITIONAL URBAN INHABITANT

    2000-2010, m2 / person

    Source: World Bank 2015: 146-147

    URBAN POPULATION DENSITY

    population per km2

    Source: World Bank 2015: 146-147399,421

    m2/person

    people/km2

    INDONESIAREP. OF KOREA PHILIPPINES SINGAPORE

    VIETNAM

    CHINA JAPAN

    THAILAND MALAYSIA

    2000

    1,600 0

    0

    0 0

    400

    400

    400 400

    800

    800

    800 800

    1,200

    2010

    Java Sea

    10,000

    5,000

    2,500

    7,500

    0

    03. TANTANGAN PERTUMBUHAN PERKOTAAN

    19

  • URBAN LAND IN METROPOLITAN JAKARTA

    Source: Schneider and others 2015

    2010 urban extent

    2000 urban extentZoomed area

    PERTUMBUHAN JAKARTA SEBAGAI KOTA METROPOLITAN

    Antara tahun 2000 dan 2010, laju per-tumbuhan penduduk metropolitan Jakarta lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan lainnya di Asia Timur, di luar Cina. Penduduk metropolitan Jakarta bertambah hingga 7 juta orang antara tahun 2000 sampai 2010. Ho Chi Minh City, daerah perkotaan terbesar di Vietnam, memiliki penduduk total 7,8 juta orang. Dengan laju pertumbuhan seperti ini (3,7 persen per tahun), jumlah penduduk metropolitan Jakarta akan naik dua kali lipat antara tahun 2000 sampai 2020.

    Jakarta adalah kota metropolitan yang sangat padat. Kawasan Jakarta adalah daerah perkotaan terpadat kedua di Asia Timur setelah kawasan perkotaan Hong Kong. Kepadatannya meningkat dari 12.200 orang per kilometer persegi lahan perkotaan di tahun 2000 menjadi lebih dari 14.600 orang pada tahun 2010. Metropolitan Jakarta juga jauh lebih padat daripada daerah perkotaan lainnya di Indonesia. Sebanyak 12 persen lahan terbangun di Indonesia berada di Jakarta, tetapi 20 persen penduduk perkotaan Indonesia tinggal di kota ini (Bank Dunia 2015: 84).

    20102000

    POPULATION GROWTH IN INDONESIAS LARGEST METROPOLITAN AREAS (POPULATION ABOVE 2 MILLION)

    thousands of people

    Source: World Bank 2015: 150-157

    23,431Metropolitan Bandung

    Metropolitan Medan

    Metropolitan Surabaya

    Metropolitan Malang

    Metropolitan Jakarta

    Metropolitan Surakarta

    25,000

    20,000

    15,000

    10,000

    5,000

    0

    03. TANTANGAN PERTUMBUHAN PERKOTAAN

    20

  • JAKARTA FLOOD MAP 2007 & 2013

    Source: Jakarta Disaster Management Agency (BPBD), World Bank/GFDRR, OpenStreetMap, University of Indonesia

    Flooded area 2007

    Flooded area 2007 & 2013

    Sub-Kota Boundary

    Kelurahan Boundary

    Kota Boundary

    Provincial Boundary

    Coastal Line

    Flooded area 2013

    Zoomed area

    TANTANGAN BANJIR DI WILAYAH PERKOTAAN

    Jakarta mengalami banjir sejak awal tahun 1600. Namun dalam beberapa tahun terakhir, banjir lebih sering melanda beberapa lokasi di Jakarta. Contohnya, pada tahun 2007 dan 2013, banyak daerah Jakarta terendam air. Faktor yang mendasari rentannya Jakarta terhadap banjir berkaitan dengan kondisi geografis, infrastruktur, kerusakan lingkungan, dan rendahnya kesadaran penduduk untuk menjaga lingkungan.

    Jakarta dilewati 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Kerusakan lingkungan dan deforestasi di sekitar bantaran sungai di Jakarta dan Bogor, kota satelit tempat hulu sungai berada, akan menyebabkan sungai meluap. Ditambah

    lagi kurang memadainya sistem drainase di Jakarta, yang semakin diperparah oleh buruknya praktik manajemen limbah padat, sehingga banyak sampah yang masuk ke sungai. Kebanyakan banjir besar di Jakarta, termasuk yang terjadi pada tahun 2007, timbul akibat meluapnya sungai Ciliwung dan Cisadane karena tingginya curah hujan di daerah hulu dekat kota Bogor, yang kemudian mempengaruhi daerah hilir di Jakarta.

    Akibat beban infrastruktur dan eksploitasi air tanah secara berlebihan, sekitar 40 persen (24.000 hektar) daerah Jakarta berada di bawah permukaan laut. Ini menimbulkan banjir di pesisir atau intrusi air laut, terutama di daerah Jakarta

    Utara, karena topografi tanah yang rentan banjir (BPBD Provinsi DKI Jakarta, 2012).

    Begitu terjadi banjir besar, seluruh kota akan lumpuh, mungkin selama beberapa hari. Dampaknya sangat besar di Jakarta karena banyaknya penduduk dan infrastruktur. Banjir memaksa tutup-nya berbagai tempat usaha, kantor pemerintah, serta fasilitas kesehatan dan pendidikan. Di bulan Februari 2007, banjir menyebabkan kerugian sebesar Rp 5,16 triliun (BPBD Provinsi DKI Jakarta, 2012). Kerugian akibat banjir Jakarta pada tahun 2013 sebesar Rp 6,3 triliun di sektor swasta, sementara kerugian pemerintah sebesar Rp 1,2 triliun (Bank Dunia, 2016).

    03. TANTANGAN PERTUMBUHAN PERKOTAAN

    21

  • Indonesia berpeluang menikmati lebih banyak manfaat dari proses urbanisasi, menuju pembangunan sosio-ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan yang telah dicapai sejauh ini. Jika dibandingkan dengan India, Cina, Vietnam, dan negara-negara Asia lainnya, Indonesia belum berhasil sepenuhnya meraih bonus/manfaat perkotaan (urban dividend). Meskipun dengan tingkat urbanisasi yang signifikan, Indonesia belum dapat meraih semua potensi manfaat yang bisa dikaitkan dengan proses urbanisasi, seperti halnya di negara-negara lain (Bank Dunia 2012).

    Tantangan yang dihadapi Indonesia juga unik. Misalnya, kondisi geografis Indonesia, dimana cakupan wilayah yang luasnya lebih dari 2 juta kilometer persegi dengan lebar 5.000 kilometer, dan terdiri lebih dari 14.000 pulau. Pada saat yang sama, tantangan lain yang dihadapi Indonesia juga banyak dihadapi oleh sebagian besar negara Asia. Berbagai tantangan tersebut mencakup manajemen daerah metropolitan di bawah beberapa yurisdiksi; ketersediaan lahan dan perumahan; infrastruktur strategis dan pembangunan ekonomi regional; serta kapasitas pemerintah daerah dan desentralisasi (Bank Dunia 2012).

    Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan fokus yang jelas untuk menghadapi proses urbanisasi sebagai bagian dari agenda pembangunan nasional. Visi jangka panjang pembangunan perkotaan di Indonesia perlu didasari oleh pendekatan menyeluruh yang mencakup berbagai sektor. Bidang prioritas bagi Indonesia untuk mencapai urbanisasi berkelanjutan termasuk: mendukung pilihan domestik bagi pembiayaan infrastruktur perkotaan; meningkatkan kemampuan mana-jemen perkotaan di daerah; dan menciptakan program nasional untuk sektor-sektor infrastruktur perkotaan yang sangat penting, guna menyalurkan subsidi investasi modal dan mendukung reformasi di sektor ini sesuai kebutuhan.

    KESIMPULAN

    KISAH PERKOTAAN DI INDONESIA

    22

    wb319480Typewritten Textwb319480Typewritten Textwb319480Typewritten TextFoto: Harvard GSD City Form Lab
  • BPBD Provinsi DKI Jakarta. (2012). Buku RPB Prov DKI Jakarta 2013 - 2017. Retrieved from BPBD Provinsi DKI Jakarta: http://bpbd.jakarta.go.id/assets/attachment/study/RPB_DKI_Jakarta_Final.pdf

    Haryanto, B., and Franklin, P. 2011. Air pollution: a tale of two countries. Reviews on Environmental Health 26(1): 5359

    Ika, Anastasia. Flooding in Jakarta. Wall Street Journal, November 28, 2014.

    JICA and Bappenas. 2004. The Study on Integrated Transportation Master Plan for Jabodetabek. Jakarta. Retrieved from JICA: http://open_jicareport.jica.go.jp/pdf/11763869_01.pdf

    Lewis, B.D. and A. Oosterman, A. 2011. Sub-national Government Capital Spending in Indonesia: Level, Structure and Financing. Public Admin. Dev. 31: 149158. doi: 10.1002/pad.582

    Lewis, B. 2014. Urbanization and Economic Growth in Indonesia: Good News, Bad News and (Possible) Local Government Mitigation. Regional Studies 48:1.

    McKinsey Global Institute. 2012. The Archipelago economy: Unleashing Indonesias potential.

    Schneider, A., C. M. Mertes, A. J. Tatem, B. Tan, D. Sulla-Menashe, S. J. Graves, N. N. Patel, J.A. Horton, A. E. Gaughan, J. T. Rollo, I. H. Schelly, F. R. Stevens and A. Dastur. 2015. A new urban landscape in EastSoutheast Asia, 20002010. Environ. Res. Lett. 10 (2015) 034002.

    World Bank. 2003. Urban Poverty in East Asia: A Review of Indonesia, the Philippines, and Vietnam. Washington DC: World Bank.

    World Bank. 2009. Reshaping Economic Geography. World Development Report 2009. Washington, DC: World Bank.

    World Bank. 2012. Indonesia - The Rise of Metropolitan Regions: Towards Inclusive and Sustainable Regional Development. Jakarta: World Bank.

    World Bank, 2012. Investing in Indonesias Roads: Improving Efficiency and Closing the Financing Gap - road sector public expenditure review

    World Bank. 2013a. Indonesia Economic Quarterly, October 2013. Jakarta: World Bank.

    World Bank. 2013b. Indonesia Economic Quarterly, December 2013. Jakarta: World Bank.

    World Bank. 2014. Indonesia: Avoiding the Trap. Indonesia Development Policy Review. Jakarta: World Bank.

    World Bank. 2015. East Asias Changing Urban Landscape: Measuring a Decade of Spatial Growth. Urban Development Series. Washington, DC: World Bank.

    World Bank 2016. Technical Note On Risk Information For Managing Urban Flood In Jakarta, by Iwan Gunawan, Suryani Amin, Mohammad Fadli, Yantisa Akhadi.

    REFERENSI

    KISAH PERKOTAAN DI INDONESIA

    23

    wb319480Typewritten Textwb319480Typewritten Textwb319480Typewritten Textwb319480Typewritten Textwb319480Typewritten Text
  • Peran kota dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan

    KISAHPERKOTAANDI INDONESIA