peran kewirausahaan dalam 'agro-food...

2
54 TROBOS Juni 2009 Oleh: Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec. Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis-IPB (MB-IPB) Selama dua minggu pada bulan Mei kemarin, saya berkesempatan mempelajari Agro-Food Complex System di negara kincir angin Belanda. Tidak seperti negara- negara maju lainnya, struktur pertanian di Belanda terfokus pada produk-produk pertanian bernilai tinggi dan olahan yang diekspor ke berbagai negara. Produk-produk pertanian yang diekspor dari negara ini antara lain adalah bunga, sayur- sayuran dan produk-produk peternakan. Sementara itu, Belanda masih mengandalkan pasokan impor untuk komoditas biji-bijian (cereals) dan soy beans. Negara ini berkeyakinan tidak harus berswasembada untuk semua komoditas. Peningkatan nilai tambah (value added) dalam pertanian di negara ini dikelola dengan sistem yang disebut Agro-Food Complex (AFC) yang mengandalkan pengetahuan (knowledge). AFC dikelola dengan sangat moderen dan efisien. AFC mencakup seluruh aktivitas yang mencakup kegiatan produksi, penyimpanan, distribusi dan pengolahan bahan dasar yang diproduksi dari kegiatan usahatani, suplai input (benih, bibit dan sarana produksi pertanian lainnya), market intelligence, penelitian dan pengembangan (R&D) dan kebijakan-kebijakan pemerintah yang kondusif terhadap pengembangan pertanian. AFC merupakan rangkaian kegiatan “from farm to table business” yang terintegrasi dengan sangat baik, efisien dan tidak tersekat (disconnected). Khusus untuk bisnis di bidang peternakan, permintaan produk Peran Kewirausahaan dalam “Agro-Food Complex” peternakan primer dan olahan yang bernilai tinggi yang dihasilkan oleh peternak-peternak Belanda diyakini akan meningkat dengan pesat. Hal ini didorong oleh pendapatan masyarakat dunia yang semakin meningkat, liberalisasi perdagangan yang semakin intensif, investasi asing (foreign direct investment) dan kemajuan teknologi yang pesat. Perkembangan-perkembangan ini tentu saja memperluas kesempatan pasar yang penting untuk mempercepat pertumbuhan peternakan, pengolahan dan jasa peternakan, perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan di daerah perdesaan. Namun, pasar baru tersebut menuntut kualitas, pasokan yang tepat waktu dan skala ekonomis tinggi serta peraturan pemerintah yang lebih ketat terkait dengan animal-friendly surroundings, genetic modification dan pelestarian lanskap perdesaan (sustainable livestock development). Tantangan ke depan adalah bagaimana mempersiapkan para peternak untuk menghadapi tantangan perubahan yang lebih kompleks. Salah satu kuncinya adalah bagaimana menciptakan pendidikan kewirausahaan pertanian (agro-entrepreneurship) yang moderen dan sesuai dengan tuntutan perubahan bagi para peternak di negara Belanda. Belajar dari pengalaman negara kincir angin dalam menciptakan nilai tambah di peternakan, maka pengembangan sektor peternakan di Indonesia ke depan juga harus didukung oleh adanya para peternak yang memiliki jiwa kewirausahaan yang moderen dan selalu berusaha untuk mengikuti dinamika perubahan yang dihadapinya. Peranan Kewirausahaan dalam Agro-Food Complex Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan untuk menciptakan dan menyediakan produk yang bernilai tambah (value added) dengan menerapkan cara kerja yang efisien, melalui keberanian mengambil risiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen untuk mencari dan membaca peluang. Kewirausahaan menuntut semangat yang pantang menyerah, berani mengambil risiko, kreatif, dan inovatif untuk dapat memenangkan persaingan usaha. David McClelland, seorang ilmuwan dari Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa suatu negara dapat dikatakan makmur apabila minimal harus memiliki jumlah entrepreneur atau wirausaha sebanyak dua persen dari jumlah populasi penduduknya. Kewirausahaan memiliki peranan yang strategis dalam menciptakan pelaku bisnis dan perusahaan yang baru. Kewirausahaan juga memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Global Entrepreneurship Monitor (GEM), yang mempelajari dampak kegiatan kewirausahaan pada pertumbuhan ekonomi di 132 negara, menemukan bukti bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat kegiatan kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi.

Upload: vanthu

Post on 26-May-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Kewirausahaan dalam 'Agro-Food Complex'ariefdaryanto.blog.mb.ipb.ac.id/files/2010/07/Peran-Kewirausahaan...Global Entrepreneurship Monitor (GEM), yang mempelajari dampak kegiatan

54 TROBOS Juni 2009

Oleh:Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec.

Direktur ProgramPascasarjana Manajemendan Bisnis-IPB (MB-IPB)

Selama dua minggu pada bulan

Mei kemarin, saya berkesempatan

mempelajari Agro-Food Complex

System di negara kincir angin

Belanda. Tidak seperti negara-

negara maju lainnya, struktur

pertanian di Belanda terfokus pada

produk-produk pertanian bernilai

tinggi dan olahan yang diekspor ke

berbagai negara. Produk-produk

pertanian yang diekspor dari negara

ini antara lain adalah bunga, sayur-

sayuran dan produk-produk

peternakan. Sementara itu, Belanda

masih mengandalkan pasokan

impor untuk komoditas biji-bijian

(cereals) dan soy beans. Negara ini

berkeyakinan tidak harus

berswasembada untuk semua

komoditas.

Peningkatan nilai tambah (value

added) dalam pertanian di negara ini

dikelola dengan sistem yang

disebut Agro-Food Complex (AFC)

yang mengandalkan pengetahuan

(knowledge). AFC dikelola dengan

sangat moderen dan efisien. AFC

mencakup seluruh aktivitas yang

mencakup kegiatan produksi,

penyimpanan, distribusi dan

pengolahan bahan dasar yang

diproduksi dari kegiatan usahatani,

suplai input (benih, bibit dan

sarana produksi pertanian lainnya),

market intelligence, penelitian dan

pengembangan (R&D) dan

kebijakan-kebijakan pemerintah

yang kondusif terhadap

pengembangan pertanian. AFC

merupakan rangkaian kegiatan

“from farm to table business” yang

terintegrasi dengan sangat baik,

efisien dan tidak tersekat

(disconnected).

Khusus untuk bisnis di bidang

peternakan, permintaan produk

Peran Kewirausahaan dalam“Agro-Food Complex”

peternakan primer dan olahan yang

bernilai tinggi yang dihasilkan oleh

peternak-peternak Belanda diyakini

akan meningkat dengan pesat. Hal

ini didorong oleh pendapatan

masyarakat dunia yang semakin

meningkat, liberalisasi perdagangan

yang semakin intensif, investasi

asing (foreign direct investment) dan

kemajuan teknologi yang pesat.

Perkembangan-perkembangan ini

tentu saja memperluas kesempatan

pasar yang penting untuk

mempercepat pertumbuhan

peternakan, pengolahan dan jasa

peternakan, perluasan lapangan

kerja dan peningkatan pendapatan

di daerah perdesaan.

Namun, pasar baru tersebut

menuntut kualitas, pasokan yang

tepat waktu dan skala ekonomis

tinggi serta peraturan pemerintah

yang lebih ketat terkait dengan

animal-friendly surroundings, genetic

modification dan pelestarian lanskap

perdesaan (sustainable livestock

development). Tantangan ke depan

adalah bagaimana mempersiapkan

para peternak untuk menghadapi

tantangan perubahan yang lebih

kompleks. Salah satu kuncinya

adalah bagaimana menciptakan

pendidikan kewirausahaan

pertanian (agro-entrepreneurship) yang

moderen dan sesuai dengan

tuntutan perubahan bagi para

peternak di negara Belanda.

Belajar dari pengalaman negara

kincir angin dalam menciptakan

nilai tambah di peternakan, maka

pengembangan sektor peternakan

di Indonesia ke depan juga harus

didukung oleh adanya para

peternak yang memiliki jiwa

kewirausahaan yang moderen dan

selalu berusaha untuk mengikuti

dinamika perubahan yang

dihadapinya.

Peranan Kewirausahaandalam Agro-FoodComplex

Kewirausahaan (entrepreneurship)

adalah kemampuan untuk

menciptakan dan menyediakan

produk yang bernilai tambah (value

added) dengan menerapkan cara kerja

yang efisien, melalui keberanian

mengambil risiko, kreativitas dan

inovasi serta kemampuan

manajemen untuk mencari dan

membaca peluang. Kewirausahaan

menuntut semangat yang pantang

menyerah, berani mengambil

risiko, kreatif, dan inovatif untuk

dapat memenangkan persaingan

usaha.

David McClelland, seorang

ilmuwan dari Amerika Serikat (AS)

menyatakan bahwa suatu negara

dapat dikatakan makmur apabila

minimal harus memiliki jumlah

entrepreneur atau wirausaha

sebanyak dua persen dari jumlah

populasi penduduknya.

Kewirausahaan memiliki peranan

yang strategis dalam menciptakan

pelaku bisnis dan perusahaan yang

baru.

Kewirausahaan juga

memainkan peranan yang penting

dalam menciptakan lapangan

pekerjaan dan pertumbuhan

ekonomi suatu negara. Global

Entrepreneurship Monitor (GEM),

yang mempelajari dampak kegiatan

kewirausahaan pada pertumbuhan

ekonomi di 132 negara,

menemukan bukti bahwa ada

hubungan yang sangat kuat antara

tingkat kegiatan kewirausahaan dan

pertumbuhan ekonomi.

Page 2: Peran Kewirausahaan dalam 'Agro-Food Complex'ariefdaryanto.blog.mb.ipb.ac.id/files/2010/07/Peran-Kewirausahaan...Global Entrepreneurship Monitor (GEM), yang mempelajari dampak kegiatan

TROBOS Juni 2009 55

Laporan GEM menyadari

bahwa kehadiran wirausaha

mampu membuat perekonomian

negara akan semakin sejahtera dan

kuat karena seorang wirausaha

unggul dalam kualitas untuk

mengorganisir sumberdaya yang

diperlukan dalam menciptakan nilai

tambah. Nilai tambah tersebut

dapat diciptakan dengan cara

mengembangkan teknologi baru,

menemukan pengetahuan baru,

menemukan cara baru untuk

menghasilkan barang dan jasa yang

baru yang lebih efisien,

memperbaiki produk dan jasa yang

sudah ada, dan menemukan cara

baru untuk memberikan kepuasan

kepada konsumen. Dapat

dikatakan bahwa kewirausahaan

merupakan identitas masyarakat

moderen.

Kegiatan AFC dari hulu sampai

hilir sarat dengan pengetahuan dan

teknologi. Mulai dari pra panen,

pasca panen (pengolahan produk)

sampai pada penjualan produk

akhir, menuntut adanya inovasi

teknologi. Teknologi peternakan

tidak akan memberikan makna

manakala tidak mampu untuk

memberikan nilai tambah suatu

produk, dan agar teknologi

memberikan makna diperlukan

inovasi agar teknologi tersebut

dapat masuk ke dalam jalur supply

chain. Inovasi teknologi dalam

bidang peternakan dapat terbentuk

melalui upaya-upaya kreatif untuk

mengubah persepsi bahwa bisnis

peternakan tidak hanya sekadar

berkutat pada kegiatan on-farm,

namun kegiatan usaha from farm to

table business yang membutuhkan

jiwa kewirausahaan. Tugas utama

seorang wirausaha menurut

Schumpeter adalah melakukan

perubahan kreatif (creative

destruction).

Kewirausahaan dapat dipelajari

dari berbagai sudut pandangan

(viewpoints). Beberapa studi

menunjukkan bahwa karakteristik

personal merupakan elemen

penting dalam kewirausahaan.

Brockhaus dan Horwitz (1986)

menekankan pentingnya perspektif

lingkungan dalam mempelajari

kewirausahaan. Dalam hal ini, social

networks menjadi elemen yang

penting bagi keberhasilan

wirausaha. Bosma et al. (2000) yang

mempelajari elemen-elemen

penting yang mempengaruhi

keberhasilan kewirausahaan di

Belanda menegaskan bahwa social

capital, human capital, financial capital,

strategi menghadapi dinamika

bisnis dan penggunaan

infrastruktur pengetahuan yang

tepat merupakan elemen-elemen

penting dalam kewirausahaan. Satu

lagi elemen penting dalam

kewirausahaan adalah daya

penciptaan inovasi (innovativeness).

Innovativeness merupakan salah satu

aspek manajemen internal usaha

peternakan agar selalu relevan

dengan kondisi persaingan baru.

Dengan jiwa kewirausahaan, para

pengusaha akan mampu terus

menerus meningkatkan efisiensi,

produktivitas, dan inovasi usaha

guna meningkatkan dayasaing

dalam dunia yang lebih bersaing.

Kewirausahaan memiliki peran

penting dalam mewujudkan daya

saing peternakan yang

berkelanjutan. Namun,

menumbuhkan kewirausahaan

dalam peternakan membutuhkan

pendekatan yang holistik,

komperhensif dan terintegrasi.

Maka, kerjasama yang harmonis

antara entrepreneur di bidang bisnis,

pemerintahan, akademik dan sosial

(non-profit organization) merupakan

salah satu komponen yang sangat

penting dalam mewujudkan

kewirausahaan dalam peternakan.

Perlu dicatat disini bahwa

keahlian kewirausahaan

(entrepreneurial skills) tidak hanya

dimiliki oleh pengusaha semata,

tetapi harus pula dimiliki oleh

akademisi, birokrat dan pegiat-

pegiat sosial. Jika mereka masing-

masing memiliki kecakapan

kewirausahaan yang sama, maka

dayasaing negara dapat

ditingkatkan dengan lebih mudah.

Mereka bisa saling mendukung dan

melengkapi.

Belajar dari pengalaman negara

yang telah sukses dengan

kewirausahaannya menjadi poin

penting untuk mewujudkan

kewirausahaan dalam bidang

peternakan di Indonesia. Bila

kewirausahaan peternakan tidak

segera diupayakan, pasar domestik

kita yang sangat potensial hanya

akan menjadi pasar bagi produk

yang dihasilkan oleh negara-negara

maju. Hal ini tentu saja tidak

sejalan dengan semangat

kebangkitan nasional yang baru-

baru ini kita rayakan pada 20 Mei

2009.TROBOS

kehadiran wirausaha

mampu membuat

perekonomian negara akan

semakin sejahtera dan kuat

karena seorang wirausaha

unggul dalam kualitas

untuk mengorganisir

sumberdaya yang

diperlukan dalam

menciptakan nilai tambah

faktor kunci untuk kewirausahaan

yang berhasil.

Implikasi KebijakanTidak dipungkiri, dengan

perkembangan globalisasi ekonomi

yang semakin nyata, kondisi di

berbagai pasar dunia makin

ditandai dengan kompetisi yang

sangat tinggi (hyper-competition), tiap

keunggulan daya saing usaha di

bidang peternakan yang terlibat

dalam permainan global (global

game) menjadi bersifat sementara

(transitory). Karena itu, pelaku

usaha dalam bidang bisnis

peternakan sebagai pemain dalam

permainan global harus terus

menerus mentransformasi seluruh