peran keperawatan jiwa dalam bencana pada kelompok resiko
DESCRIPTION
.TRANSCRIPT
PowerPoint Presentation
Disaster
Kel.3
PERAN KEPERAWATAN JIWA DALAM BENCANA PADA KELOMPOK RESIKO TINGGI ANAK DAN REMAJA
Definisi Sehat Jiwa, Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan optimal bagi individu secara fisik,intelektual dan emosional sepanjang hal itu tidak bertentangn dengan kepentingan orang lain (WHO).
Ciri-ciri sehat jiwa adalah :
Bersikap positif terhadap diri sendiri
Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.
Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
Bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diambil
Mempunyai persepsi yang realistis dan menghargai perasaan perasaan serta sikap orang lain.
Mampu menyuaikan diri dengan lingkungan
Masalah Psikososial
Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa.
Ciri-ciri masalah psikososial, yaitu :
Cemas, hawatir berlebihan, takut
Mudah tersinggung
Sulit berkonsentrasi
Bersifat ragu-ragu merasa rendah diri
Merasa kecewa
Pemarah dan agresif
Reaksi fisik seperti jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala
Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi gangguan jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanaan peran.
Ciri-ciri gangguan jiwa, yaitu :
Sedih berkepanjangan
Tidak bersemangat dan cenderung malas
Marah tanpa sebab
Menggantung diri
Tidak mengenali orang
Bicara kacau
Bicara sendiri
Tidak mampu merawat diri
Konsep Dasar Community Mental Healthy Nursing
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan ke
kambuhan (gangguan jiwa).
Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas
Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat sakit yag memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa , mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Lanjutan
Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa.Target pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa
Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa.Target pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa
Dampak Psikososial Dalam Bencana
Dampak psikologis pada individu
Dalam bencana tidak ada patokan yang kaku tentang tahapan dalam merespon bencana, ada banyak variasi pada setiap tahap dan tahap tumpang tindih. Oleh karena itu munculnya gejala gangguan psikologis dapat bervariasi, tergantung banyak factor, namun bisa mencapai 90% atau bahkan lebih korban akan menunjukkan setidaknya beberapa gejala psikologis yang negatif setelah beberapa jam paska bencana .
Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini adalah masa beberapa jam atau hari setelah bencana.Pada tahap ini kegiatan bantuan sebagian besar difokuskan pada menyelamatkan penyintas dan berusaha untuk menstabilkan situasi.
LANJUTAN
Gejala-gejala dibawah ini dapat muncul pada tahap tanggap darurat:
Kecemasan berlebihan
Rasa bersalah
Ketidaksatbilan emosi dan pikiran
Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan, histeris ataupun gejala psikotik seperti delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan terlalu perilaku tidak teratur juga dapat muncul.
Tahap Pemulihan
Setelah situasi telah stabil, perhatian beralih ke solusi jangka panjang. Disisi lain, euforia bantuan mulai menurun, Pada tahap ini berbagai gejala pasca-trauma muncul, misalnya "Pasca Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan Generalized," "Abnormal Dukacita, " dan " Post Traumatic Depresi ".
LANJUTAN
Tahap Rekonstruksi
Satu tahun atau lebih setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupan yang stabil mungkin telah muncul. Selama fase ini, walaupun banyak korban mungkin telah sembuh, namun beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan dengan tepat menunjukkan gejala kepribadian yang serius dan dapat bersifat permanen.
Dampak Bencana Pada Komunitas
Bencana tidak hanya berdampak pada pribadi tapi juga pada komunitas. Paska bencana dapat saja tercipta masyarakat yang mudah meminta (padahal sebelumnya adalah pekerja yang tangguh), masyarakat yang saling curiga (padahal sebelumnya saling peduli), masyarakat yang mudah melakukan kekerasan (padahal sebelumnya cinta damai). Bencana yang tidak ditangani dengan baik akan mampu merusak nilai-nilai luhur yang sudah dimiliki masyarakat.
Dampak Psikososial Bencana Pada Anak-anak dan Remaja
Untuk anak- anak bencana bisa sangat menakutkan, fisik mereka yang tidak sekuat orang dewasa membuat mereka lebih rentan tehadap ancaman bencana.
Kerentanan Psikologis Pada Anak Pra sekolah
Tanda-tanda anak pra sekolah (1-4 tahun).mengalami gangguan psikis adalalah adanya perilaku ngompol, gigit jempol, mimpi buruk, kelekatan, mudah marah,perilaku agresive hiperaktif, baby talk muncul kembali ataupun semakin meningkat intensitasnya (Norris et al. 2002).
Kerentanan psikologis Anak Usia Sekolah (5-12)
Anak usia ini menunjukkan adanya reaksi ketakutan dan kecemasan, keluhan somatis, gangguan tidur.
Kerentanan Psikologis Anak Usia 13 18 tahun
Pada remaja, kejadian traumatis akan menyebabkan berkurangnya ketertarikan dalam aktifitas sosial dan sekolah.
Peran Perawat dan Aktivitas Psikososial Dalam Menanggulangi Dampak Psikososial
Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-langsung
Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing dan debriefing untuk mencegah secondary trauma
Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first aid), misalnya berbagai macam teknik relaksasi dan terapi praktis
Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat.
Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak
Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
LANJUTAN
Tahap Pemulihan: Bulan pertama
Lanjutkan tahap tanggap darurat
Mendidik profesional lokal, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan efek trauma
Melatih konselor bencana tambahan
Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas
Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat
Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua
Lanjutkan tugas tanggap bencana.
Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang reseliensi atau ketangguhan.
Mengembangkan jangkauan layanan untuk mengidentifikasi mereka yang masih membutuhkan pertolongan psikologis.
Menyediakan "debriefing" dan layanan lainnya untuk penyintas bencana yang membutuhkan.
LANJUTAN
Fase Rekonstruksi
Melanjutkan memberikan layanan psikologis dan pembekalan bagi pekerja kemanusiaan dan penyintas bencana.
Melanjutkan program reseliensi untuk antisipasi datangnya bencana lagi.
Pertahankan "hot line" atau cara lain dimana penyintas bisa menghubungi konselor jika mereka membutuhkannya.
Memberikan pelatihan bagi profesional dan relawan lokal tentang pendampingan psikososial agar mereka mampu mandiri.
Aktivitas Psikososial Berdasarkan Kelompok Usia
Anak-anak
Dukungan psikososial dapat diberikan dalam berbagai bentuk kegiatan dan program,Dukungan ini tidak hanya berarti bekerja dengan anak, tetapi juga dengan orang tua, warga sekitar dan organisasi lain untuk membantu anak memperoleh akses dan pelayanan dasar yang perlu mereka dapatkan. (Unicef Indonesia Perlindungan Anak dalam Keadaan Darurat).
Hal utama yang perlu dilakukan adalah bersikap tenang saat bersama dengan anak-anak, karena reaksi orang dewasa akan mempengaruhi reaksi anak. Mulailah membuat kegiatan yang teratur dan rutin bagi anak. Kegiatan yang teratur adalah salah satu kebutuhan psikososial utama bagi anak-anak. Anak-anak akan merasa aman jika segera melakukan aktivitas yang sama/mirip dengn aktivitas rutin yang dilakukan sebelum bencana.
LANJUTAN
Remaja
Mengajaknya Sholat dan Zikir untuk relaksasi
Melakukan aktifitas sosial
Melakukan aktifitas olahraga
Melakukan aktifitas kesenian seperti menari, menyanyi, main musik, drama, melukis, dan lain-lain
Menulis
Menonton film
TERIMA KASIH