peran harun al-rasyid dalam perkembangan ilmu...
TRANSCRIPT
PERAN HARUN AL-RASYID DALAM PERKEMBANGAN
ILMU KEDOKTERAN PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
(786 – 809 M)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Humaniora ( S. Hum)
Disusun Oleh :
Lukman Hadi (1113022000006)
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019/1441
i
ABSTRAK
Kebijakan Harun al-Rasyid dalam bidang ilmu kedokteran memiliki peran yang
sangat penting dalam kehidupan masyarakat Kota Baghdad pada saat itu. Ilmu
kedokteran yang awalnya hanya bisa dipelajari oleh kalangan bangsawan, berkat
jasa Harun al-Rasyid, akhirnya ilmu kedokteran bisa dipelajari oleh seluruh
lapisan masyarakat. Ilmu kedokteran kemudian semakin berkembang dan
melahirkan penemuan-penemuan baru dalam dunia kedokteran Islam. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran dan pengaruh kebijakan Harun
al-Rasyid dalam perkembangan ilmu kedokteran pada tahun 768 M – 809 M.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teori pembangunan yang
dikemukakan oleh Ibnu Khaldun dan teori pembangunan yang dikonsepkan oleh
Suwarsono dan Alvin Y.So sebagai landasan teori. Sedangkan penulis
menggunakan metode penelitian yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah
pada umumnya yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dalam
penelitian ini, penulis menemukan banyak kemajuan dalam bidang ilmu
kedokteran pada masa Harun al-Rasyid di antaranya adalah pembangunan
Bimaristan atau rumah sakit Islam pertama, Akademi Kesehatan atau Sekolah
Medis dan lahirnya para ahli kedokteran Islam. Kemajuan-kemajuan tersebut
berkaitan erat dengan peran dan kebijakan yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid,
seperti memfasilitasi seluruh kegiatan belajar-mengajar, berdiplomasi dengan ahli
kedokteran Jundishapur dan melakukan gerakan penerjemahan secara besar-
besaran. Peran Harun al-Rasyid merupakan salah satu faktor utama
berkembangnya ilmu kedokteran Islam pada masa Dinasti Abbasiyah.
Kata kunci: Harun al-Rasyid, Bimaristan, Akademi Kesehatan, Jundishapur,
Kedokteran Islam, Kebijakan, Baghdad.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala
karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peran Harun al-Rasyid dalam Perkembangan Ilmu Kedokteran pada
Masa Dinasti Abbasiyah (768 - 809 M)”. Shalawat beserta salam selalu tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam yang telah
mengantarkan manusia ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Di balik selesainya skripsi ini, terdapat perjuangan orang-orang yang
selalu mendukung penulis baik dari segi materiil maupun moril. Oleh karena itu,
penulis banyak mengucap terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang terkait dalam selesainya skripsi ini. Penulis mempersembahkan ucapan
terima kasih tersebut kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Mahidin (Alm) dan Ibu Masanih.
Terima kasih banyak untuk do‟a, nasihat, motivasi, dukungan serta
kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis. Semoga Allah SWT
selalu memberikan karunia-Nya. Amin.
2. Bapak Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Awalia Rahma, M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam.
4. Ibu Hikmah Irfaniah, M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan
Peradaban Islam.
5. Bapak Drs. H. M. Ma‟ruf Misbah, M.A., selaku dosen pembimbing
yang telah sepenuh hati membimbing penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih atas masukan, arahan dan
perhatiannya selama penulis menyusun skripsi ini.
6. Seluruh Dekanat dan Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu dan pengalaman kepada
iii
penulis selama menjadi mahasiswa aktif di Fakultas Adab dan
Humaniora.
7. kakak-kakak penulis, Lili Amaliah, Muthmainnah S.Pd, dan Lela
Rosmala yang selalu mendo‟akan dan memberikan semangat kepada
penulis.
8. Sahabat-sahabat penulis yang selalu ada di saat suka maupun duka,
Azwar Paradis, Farhan Azizy, Abdul Hafizd Akbar, Fikri Amarullah,
Dhea Nadia Nurfitriani, Farha Muthia, dan Gita Harfiani.
9. Kawan-kawan seperjuangan penulis di Konsentrasi Timur Tengah dan
Asia Tenggara, Burhanudin Muhammad, Karlinda Rahma Syahida,
Yunita Sari, Izmi Syahidah, Elis Khairunnisa, Siti Durrotul Gholiyah,
Fahmi Tizani, Sania Qulkarni, Ilham Edlian, Syakhril Nur Arifin,
Atiqkulloh, Fikri Fauzan, dan Hendy Nurrahman. Terima kasih banyak
telah menghiasi kehidupan penulis semasa kuliah dan membantu
perjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh teman-teman Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Angkatan
2013.
11. Teman-teman KKN 54 Ekadasa Arka, TIM 1 ENJ Maritim Bangka
Belitung Angkatan 2017 dan Persatuan Jurnalis Bulutangkis
Mahasiswa (PJBM) Angkatan 2015.
12. Terakhir kepada seluruh pihak baik individu maupun kelompok yang
tak bisa penulis sebutkan satu persatu, rasa hormat dan terima kasih
selalu tercurah kepada kalian yang telah memberikan semangat,
bantuan dan do‟a kepada penulis.
30 Juli 2019
Lukman Hadi
iv
DAFTAR ISTILAH
ISTILAH PENGERTIAN
Fardhu
Kifayah
Status hukum dari sebuah aktivitas dalam Islam yang wajib
dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh Muslim yang lain
maka kewajiban ini gugur‟
Tabib
Orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit secara
tradisional, seperti dokter dan dukun.
Dispepsia Peradangan selaput lendir lambung yang sudah terjadi selama
bertahun-tahun.
Bimaristan Tempat orang-orang sakit (dalam bahasa Persia).
Barmak Keluarga berbangsa Persia dari Khurasan. Mereka adalah
bangsawan pada masa Harun Ar-Rasyid.
Wazir Seorang penasihat atau menteri yang berkedudukan tinggi.
Bai‟at Istilah upacara pengangkatan seorang pemimpin baru.
Dirham Mata uang pada beberapa negara di Timur-Tengah
Bekam Metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis
yang mengandung racun.
Perkamen Alat tulis pengganti kertas yang terbuat dari kulit binatang.
Mawali Istilah Arab klasik untuk penyebutan Muslim non Arab yang
berasal dari Persia.
Transliterasi Alih aksara atau pengalihan suatu huruf ke jenis huruf
v
lainnya.
Nestorian Keturunan sekte orang Kristen yang diberi nama Nestroius
yaitu seorang ahli teologi pada abad ke 5 masehi.
Modernisasi Proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih
maju atau meningkat di berbagai aspek kehidupan.
Disentri Infeksi pada usus yang menyebablan diare yang disertai darah
atau lendir.
Baitul hikmah Lembaga ilmu pengetahuan yang didirikan Harun Ar Rasyid
pada tahun 813 Masehi
Al-Saur Dokter pembimbing
Zoroaster Sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran
Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster
Hebrew Bahasa Ibrani
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Permasalahan Penelitian ............................................................ 7
C. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 9
E. Landasan Teori ........................................................................ 10
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 12
BAB II RIWAYAT HIDUP HARUN AL-RASYID ....................................... 13
A. Latar Belakang Keluarga ......................................................... 13
B. Latar Belakang Pendidikan ..................................................... 14
C. Kepribadian dan Akhlak Harun Al-Rasyid ............................. 15
D. Pemerintahan Harun Al-Rasyid .............................................. 17
E. Wafatnya Harun Al-Rasyid ..................................................... 18
BAB III PERAN DAN PENGARUH KEBIJAKAN HARUN AL-RASYID
DALAM PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN .................. 20
A. Kebijakan terhadap Ilmu Kedokteran ............................................. 20
1. Memberikan Beasiswa dan Fasilitas kepada para Siswa dan
Dokter. ..................................................................................... 20
2. Mempelopori Pembangunan Rumah Sakit Pertama di
Baghdad ................................................................................... 21
3. Memprioritaskan Ilmu Pengetahuan Terutama Ilmu
Kedokteran .............................................................................. 23
4. Hubungan Diplomatik dengan Jundishapur ............................ 25
B. Gerakan Penerjemahan ................................................................... 28
C. Kestabilan Ekonomi dan Politik ..................................................... 30
vii
BAB IV KEMAJUAN ILMU KEDOKTERAN PADA MASA HARUN AL-
RASYID ................................................................................................ 34
A. Membangun Rumah Sakit (Bimaristan) ......................................... 34
B. Akademi Kesehatan ........................................................................ 36
C. Lahirnya Tokoh-Tokoh Ilmu Kedokteran ...................................... 38
1. Hunayn Ibn Ishaq .................................................................... 38
2. Al-Thabari ............................................................................... 39
3. Al-Razi .................................................................................... 41
4. Ali Ibnu Abbas ........................................................................ 41
5. Ibnu Sina .................................................................................. 43
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 45
A. Kesimpulan ..................................................................................... 45
B. Saran ............................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47
LAMPIRAN .......................................................................................................... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kedokteran adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang tubuh
manusia dari segi sakit, sehat, dan hal-hal yang berkaitan dengan keduanya. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu yang
memelihara kesehatan orang yang sehat dan menghilangkan atau menolak
penyakit pada orang sakit. Ibnu Sina, dalam kitabnya Al Qanun fi al-Thibb (The
Canon of Medicine) menyatakan bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari berbagai keadaan tubuh, baik dalam keadaan
sehat maupun tidak. 1
Sedangkan Imam al-Ghazali menyatakan bahwa ilmu kedokteran
merupakan bagian dari ilmu fisika atau ilmu alam,2 sehingga hukum untuk
mempelajarinya bagi seorang Muslim yaitu fardhu kifayah.3 Ilmu kedokteran
telah memegang peranan penting dalam kehidupan selama berabad-abad. Setiap
tempat memiliki tradisi dan penerapan ilmu kedokteran dengan cara yang
berbeda-beda dan berlangsung secara turun-temurun dari masa ke masa.4
Pada masa Yunani Kuno, ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Ilmu kedokteran pada masa Yunani Kuno merupakan cikal bakal
utama perkembangan ilmu kedokteran di seluruh dunia yang berlangsung, selama
berabad-abad hingga saat ini. Peradaban Yunani Kuno memang terkenal dengan
para ilmuwan dan filosofnya seperti Aristoteles, Plato, Hippokrates, dan Galen.
Mereka menyumbangkan gagasan dan pemikiran yang kemudian dituangkan ke
dalam karya-karya ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya. Karya-karya
1Saharawati Mahmouddin. Kedokteran Nabi, Al-Thibb Al-Nabawi (Medicine Of The
Prophet), (Jakarta, UIN Press, 2012), h.9. 2 Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad al-Ghazali. Ia adalah seorang teolog
Islam, ahli hukum, ahli psikologi, filsafat, biologi dan kedokteran. Ia diahirkan di Tus, provinsi
Khurasan di daerah Persia pada tahun 1058 M. 3Fardhu Kifayah adalah status hukum dari sebuah aktivitas dalam dunia Islam yang wajib
dilakukan, tetapi bila sudah dilakukan oleh Muslim lain maka kewajiban ini gugur. 4Saharawati Mahmouddin, h.13.
2
inilah yang pada abad-abad selanjutnya banyak diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa seperti Persia, Suryani, dan Arab.5
Di antara ilmuwan yang terkenal dalam bidang ilmu kedokteran Yunani
Kuno adalah Hippokrates dan Galen. Hippokrates dikenal sebagai bapak
kedokteran dunia. Ia adalah orang pertama yang memisahkan kedokteran dari
takhayul yang tertuang dalam buku Corpus Hippocraticum, yaitu buku yang
berisi tentang kumpulan filosofi-filosofinya tentang rasionalitas terhadap suatu
penyakit dan dari hal-hal berbau mistik. Hippokrates juga menghasilkan banyak
karya dalam bidang kedokteran di antaranya Aphorisms, Instruments of
Reduction, of The Epidemics, On Airs, Waters, And Places, dan lainnya.6
Sementara Galen terkenal dengan pemahamannya tentang empat humor (cairan)
tubuh yaitu darah, empedu kuning (yellow bile), empedu hitam (black bile) dan
mukus. Empat hal ini akan berputar sesuai dengan empat musim. Ia menyusun
teorinya sendiri dari prinsip tersebut dan banyak karyanya didasarkan pada
prinsip Hippokrates. Karya terbesarnya adalah buku yang berjudul On the
Usefulness of the Parts of the Human Body yang berisi tentang filsafat kesehatan
dan anatomi tubuh.7
Kedokteran Yunani Kuno memberikan pengaruh dan kontribusi yang
sangat besar dalam perkembangan ilmu kedokteran. Pada masa Dinasti
Sassaniyah melalui raja Shapur II ( 309- 379 M).8 Ilmu kedokteran mulai
dikembangkan di wilayah Persia. Raja Shapur II merupakan tokoh utama dalam
upaya pengembangan berbagai ilmu pengetahuan seperti filosofi, astronomi, dan
kedokteran. Dalam bidang ilmu kedokteran, raja Shapur II mendirikan sebuah
rumah sakit yang di dalamnya terdapat ruang untuk pendidikan ilmu kesehatan,
laboratorium penelitian, ruang operasi, dan sebuah perpustakaan besar yang
penuh dengan buku dan berbagai manuskrip yang berasal dari Yunani Kuno dan
5Wahyu Wibowo, Sejarah Ilmu Kedokteran (Jakarta: Faza Media, 2005), 6.
6Wahyu Wibowo, Sejarah Ilmu Kedokteran , h.6.
7Wahyu Wibowo, Sejarah Ilmu Kedokteran , h.7.
8Raja Shapur II adalah raja kesepuluh dari Dinasti Sassaniyah. Ia merupakan raja dengan
masa kekuasaan paling lama dalam sejarah Persia, yaitu selama 70 tahun.
3
telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa seperti Persia dan Suryani.9
Muhammad Reza Ashfar dalam tulisannya yang berjudul Jundishapur, A Symbol
of Intercultural Understanding menjelaskan bahwa pembangunan sebuah rumah
sakit oleh raja Shapur II yang menjadikan rumah sakit tersebut bukan hanya
sebagai pusat medis melainkan juga pusat pendidikan medis.10
Sebenarnya menurut pengamatan penulis dari beberapa sumber yang
penulis baca, perkenalan Dinasti Sassaniyah terhadap ilmu kedokteran telah
dimulai lebih awal oleh pendahulunya yaitu raja Shapur I (241 – 272 M). Gail
Marlow Taylor dalam tulisannya yang berjudul The Physician of Jundishapur
menjelaskan bahwa perkenalan raja Shapur I terhadap ilmu kedokteran adalah
karena didasari oleh latar belakang sang isteri yang merupakan puteri dari
seorang dokter atau tabib di Romawi yang bernama Aurelian yang masih
mempunyai darah keturunan Hippokrates. Selain itu raja Shapur I juga seringkali
menggunakan jasa dokter dari wilayah Susa untuk mengobati beberapa penyakit
yang ia derita. Singkatnya ilmu kedokteran telah ada sejak masa raja Shapur I,11
namun kesadaran untuk mengembangkan ilmu kedokteran secara lebih luas baru
dimulai pada masa pemerintahan raja Shapur II.12
Kemajuan ilmu kedokteran di wilayah Dinasti Sassaniyah terus berlanjut
hingga ke masa raja Khusraw I Anusyirwan (531-579 M). Ia adalah pendiri
Akademi Kesehatan Jundishapur. Ia menjadikan wilayah Jundishapur sebagai
pusat medis sekaligus pusat pendidikan medis. Dijelaskan bahwa ia banyak
mendapatkan manuskrip yang berasal dari wilayah Yunani Kuno yang banyak
berisi tentang ilmu kedokteran. Manuskrip – manuskrip tersebut diterjemahkan
ke dalam bahasa Pahlavi atau bahasa Persia.13
9Bahasa Suryani merupakan kelanjutan dari Bahasa Aram Kuno. Kemudian dalam
perkembangannya oleh orang-orang Kristen di wilayah Suriah dinamakan Bahasa Suryani. (Clive
Holse, Dialect, Culture, and Society in Eastern Arabia: Glossary", 2001, h.205) 10
Muhammad Reza Ashfar, “Jundishapur, A Symbol of Intercultural Understanding”,
Jundishapur Journal of Microbiology, No 5, Vol 4, 2012, h.519-520. 11
Merupakan wilayah yang sekarang dikenal sebagai Negara Italia yang dahulu merupakan
pusat kerajaan Romawi. 12
Gail Marlow Taylor, The Physician of Jundishapur, E-Sasanika Graduate Paper,
University of California, 2010, h.5. 13
Daryaee, Touraj. Sassanian Persia : Bangkit dan Jatuhnya Kekaisaran, IB Tauris & Co,
2009, h.83.
4
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu kedokteran di
Dinasti Abbasiyah adalah keberadaan Akademi Kesehatan Jundishapur yang
terletak di wilayah Persia. Saat itu al-Mansur tengah menderita penyakit
Dispepsia.14
Kemudian ia meminta bantuan para dokter Jundishapur untuk
datang ke kota Baghdad untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut. Dipimpin
oleh Jirjis Ibnu Bakhtisyu, para dokter Jundishapur berhasil menyembuhkan
penyakit tersebut.15
Hal ini tentunya membuat keberadaan Akademi Kesehatan
Jundishapur menjadi semakin penting di mata penguasa16
Namun pada saat itu Jirjis Ibnu Baktishyu tidak menetap di Baghdad. Ia
memutuskan kembali ke kampung halamannya hingga akhir hayatnya. Cucunya
yaitu Jibril ibnu Bakhtisyu yang meneruskan kiprah sang kakek dalam bidang
ilmu kedokteran.17
Jibril bersama muridnya yaitu Yuhana ibnu Masawayh beserta
para keluarganya kemudian menerima undangan yang diberikan oleh Harun al-
Rasyid. Dalam undangan tersebut Harun meminta kepada Jibril dan keluarga
Masawayh untuk tinggal dan menetap di Baghdad. Permintaan tersebut kemudian
dipenuhi oleh Jibril dan keluarga Musawayh. Merekapun pada akhirnya menetap
di kota Baghdad.18
Sejak saat itu Harun bersama para dokter dari Akademi Kesehatan
Jundishapur mulai mengembangkan ilmu kedokteran. Pada masa Harun ilmu
kedokteran mengalami puncak kejayaan dan mencapai berbagai kemajuan.
Berbagai penemuan baru berhasil diciptakan. Rumah sakit yang pada masanya
terkenal dengan sebutan Bimaristan dibangun dengan arsitektur yang sangat
megah dengan banyak ruangan yang tersedia di dalamnya, bahkan luasnya
hampir menyamai istana raja. Di dalamnya juga terdapat Akademi Kesehatan
14
Yaitu penyakit peradangan selaput lendir lambung yang sudah terjadi selama bertahun-
tahun. 15
Jirjis Ibnu Bakhtisyu (w. 771) adalah seorang dokter sekaligus direktur utama di Akademi
Kesehatan Jundishapur. Ia adalah seorang penganut Kristen Nestorian. (Gail Marlow Taylor, The
Physician of Jundishapur, E-Sasanika Graduate Paper, University of California, 2010, h.9.) 16
Farrokh, Kaveh, Bayangan di Gurun, Osprey Publishing, 2007, h. 241.
17
Jibril adalah anak dari Bakhtisyu II, dan cucu dari Jirjis Ibnu Bakhtisyu, sedangkan kakek
buyutnya bernama Bakhtisyu. (Lutz Richter-Bernburg, Boḵtīšūʿ, Enyclopaedia Iranica. Volume
IV, h.3,1990). 18
Husain, F, Nagamia, “Islamic Medicine History and Current Practice” Journal of
International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1, No 3 (2003), h.22.
5
atau sekolah medis Islam pertama yang berhasil dibangun oleh Harun.19
Kemajuan lain ialah dengan munculnya para ilmuwan dalam bidang kedokteran
yang berhasil menyumbangkan karyanya seperti penemuan obat-obatan, teknik
pengobatan baru, pengetahuan tentang penyakit, dan lain-lain.
Meskipun faktanya rumah sakit Islam pertama dibangun oleh al-Walid bin
Malik namun Harun al-Rasyid bisa dikatakan sebagai pelopor pembangunan
rumah sakit atau Bimaristan dengan konsep pusat medis sekaligus pusat
pendidikan medis di dalamnya yang menjadi satu kesatuan,20
seperti apa yang
dahulu dilakukan oleh raja Shapur II dan Khusraw I Anusyirwan. Perbedaannya
adalah bahwa Harun membangun Bimaristan dengan konsep dwi fungsi yaitu
pusat medis sekaligus pusat pendidikan medis yang bernuansa islami dan sesuai
dengan ajaran agama Islam.21
Kemajuan-kemajuan dalam ilmu kedokteran pada masa Harun bukanlah
tanpa alasan. Ada banyak faktor melalui peran dan kebijakan yang dilakukan
oleh Harun dalam mengembangkan ilmu kedokteran. Harun adalah orang yang
sangat mencintai ilmu pengetahuan. Sejak kecil ia sudah menerima berbagai
pendidikan di ruang lingkup istana oleh para gurunya yang sebagian besar
berasal dari keluarga Barmak,22
baik itu pendidikan agama, politik, maupun
kemiliteran.23
Ia terkenal sebagai pribadi yang baik, cerdas, sholeh, dan
berwawasan luas. Tidak heran ketika ia menjabat sebagai penguasa, dia
menjadikan pendidikan dan pengkajian ilmu pengetahuan sebagai hal yang
sangat penting dan menjadi tujuan nasional.24
19
Yusuf as-Shidiq, Tata Letak Rumah Sakit, ( Republika Khazanah : Senin, 22 November,
2010), h.20. 20
Al-walid bin Malik lahir pada tahun 668 Masehi dan wafat pada februari tahun 717
masehi. Dia adalah penguasa dinasti Umayyah yang memerintah dari tahun 705-715 masehi. 21
Al-Aoufi, Hiam; Al-Zyoud, Nawaf; Shahminan, Norbayah (2012). "Islam and the cultural
conceptualisation of disability". International Journal of Adolescence and Youth. 17 (4): 205–219. 22
Keluarga Barmak adalah keluarga bangsawan terpandang yang berasal dari Balkh, Persia.
Mereka ikut berjuang dalam gerakan Abbasiyah dan ikut berperan besar dalam proses berdirinya
Dinasti Abbasiyah. Keluarga Barmak hidup dalam lima masa awal pemerintahan Dinasti
Abbasiyah yaitu mulai dari masa Abu Abbas as-Shaffah (749-754 M) hingga masa Harun al-
Rasyid (786-809 M). 23
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta, PustakaAl-Husna, 1993), h.107 24
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada
Masa Keemasan Islam, (Jakarta, Pusataka Alfhabet, 2013), h.124
6
Harun juga sangat berperan dalam gerakan penerjemahan. Berbagai
manuskrip yang berasal dari wilayah Yunani Kuno, Syria, dan Persia berhasil
diterjemahkan. Pada masanya banyak dibangun perpustakaan yang di dalamnya
banyak sekali buku dan terjemahan – terjemahan.25
Selain itu masa Harun
terkenal sebagai masa kejayaan dan juga kemakmuran. Imam as-Suyuti pernah
mengatakan “Sesungguhnya pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid semua
penuh dengan kebaikan, seakan-akan dalam keindahannya ia serupa dengan
taman-taman dan pesta-pesta”. Masyarakat hidup dengan makmur pada
masanya. Berbagai kebutuhan tercukupi dengan baik. Baghdad juga terkenal
dengan kota seribu satu malamnya yang penuh dengan kegemerlapan.26
Kekayaan dan keamanan serta kestabilan politik pada masa Harun
membuatnya fokus untuk mengembangkan ilmu kedokteran semakin kuat.
Karena dengan sumber dana yang melimpah, proses pembangunan seperti
pembangunan rumah sakit, akademi kesehatan, apotik, maupun dalam proses
penerjemahan yang melibatkan banyak ilmuwan menjadi mudah untuk
dilakukan. Selain itu pada masa Harun, oposisi yang menentang
pemerintahannya hanya sedikit bahkan hanya satu atau dua kelompok saja yang
dengan mudah ia atasi. Kondisi Negara dan pemerintahan menjadi aman, stabil,
dan terkendali.27
Dari paparan di atas, penulis berusaha menjelaskan bahwa Harun al-Rasyid
memiliki peran yang sangat besar dalam ilmu kedokteran. Bahkan bisa dikatakan
bahwa Harun sebagai tokoh utama dalam perkembangan ilmu kedokteran pada
masa Dinasti Abbasiyah. Maka dari itu penulis tertarik untuk menulis peran
Harun dalam perkembangan ilmu kedokteran dengan judul Peran Harun Al-
Rasyid dalam Perkembangan Ilmu Kedokteran pada Masa Dinasti
Abbasiyah (786 – 809 M).
25
Philip K. Hitty, History of The Arabs, (Trj), R Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi dari judul Asli History of The Arabs : From The Earlies Times To The Present, (Jakarta, PT
Serambi Ilmu Semesta, 2010), cet 1, h.388. 26
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam sejak Masa Nabi Adam hingga Abad XX, (Jakarta,
Akbar Media, 2010), h.227. 27
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada Masa
Keemasan Islam, h. 104-105.
7
B. Permasalahan Penelitian
Dengan melihat latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,
penulis telah merumuskan beberapa masalah yang akan dianalisis dan dijelaskan
dalam skripsi ini. Masalah-masalah yang telah dirumuskan adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sosok Harun al-Rasyid?
2. Bagaimana peran Harun al-Rasyid dalam perkembangan ilmu
kedokteran pada masanya?
3. Apa saja kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran pada masa Harun al-
Rasyid?
C. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa literatur yang membahas tentang sosok Harun al-Rasyid
ataupun perkembangan ilmu kedokteran pada masanya. Literatur tersebut tersaji
baik dalam bentuk buku ataupun artikel di dalam jurnal dari hasil penelitian.
Berikut penulis akan membahas beberapa literatur untuk ditinjau dalam bagian
ini.
1. Husain F. Nagamia, “Islamic Medicine History and Current Practice”
Journal of International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1,
No 3 (2003), h.19-30.
Di dalam jurnal ini, Husain menjelaskan tentang Kedokteran Islam yang
berlangsung antara tahun 661-861 M dan sebagian besar kedokteran Islam pada
saat itu menggunakan manuskrip-manuskrip yang berasal dari Yunani Kuno
sebagai sumber utama. Manuskrip tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam
bahasa Persia, Suryani, dan juga bahasa Arab. Ia juga memaparkan bahwa
sebelum Islam menguasai wilayah Persia, ilmu kedokteran sudah lebih dahulu
hadir di wilayah tersebut tepatnya pada masa raja Shapur 1 yang kemudian
berlanjut ke masa raja Shapur II dan kaisar Khusraw I Anusyirwan yang
menerima para tahanan kekaisaran Romawi yang melarikan diri ke wilayahnya,
ia kemudian memerintahkan mereka untuk menerjemahkan berbagai karya
Yunani Kuno ke dalam bahasa Pahlavi atau Persia. Husain juga menjelaskan
8
bahwa pada masa Harun al-Rasyid telah berhasil dibangun rumah sakit sekaligus
sekolah medis berbasis Islam pertama di dunia yang telah memiliki sistem
administrasi yang sangat maju di bawah pimpinan para dokter dari Akademi
Kesehatan Jundishapur.
2. Ibrahim B. Syed, “Islamic Medicine : 1000 Years Ahead of its Time”,
Journal of International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1,
No 2 (2002), h.1-9.
Di dalam jurnal ini, Ibrahim menjelaskan tentang pendidikan kedokteran
yang awalnya hanya berpusat di kota Jundishapur, namun atas jasa al-Mansur
dan Harun al-Rasyid ilmu kedokteran akhirnya sampai ke kota Baghdad dan
menyebar ke wilayah-wilayah di sekitarnya. Ia menjelaskan tentang sistem
administrasi sekolah medis pada saat itu yang sudah sangat serius dan sistematis.
Proses pengajaran dilakukan di berbagai tempat seperti masjid, perpustakaan, dan
rumah sakit yang dipimpin langsung oleh dokter pembimbing. Para dokter pada
masa itu juga telah diwajibkan untuk mengikuti ujian lisensi resmi sebagai
pencegahan terhadap malpraktik dalam pengobatan pasien. Ia menambahkan
bahwa rumah sakit atau Bimaristan telah dibangun dengan sangat megah pada
masa itu. Rumah sakit diperuntukkan kepada seluruh masyarakat tanpa
membedakan status sosial, agama, warna kulit, dan juga jenis kelamin. Kemajuan
ilmu kedokteran Islam pada akhirya melahirkan para ilmuwan yang menguasai
banyak bidang seperti bakteriologi, anestesi, operasi, obat-obatan, penyakit mata,
dan ahli kejiwaan.
3. Philip. K. Hitty, History of The Arab, Plagrave Macmillan, England, 2002.
Dalam buku History of The Arabs yang ditulis oleh Philip K. Hitti dijelaskan
bahwa Harun al-Rasyid ( 785-809 M ) hidup mewah seperti yang digambarkan
dalam cerita seribu satu malam. Kekayaan yang banyak digunakan Harun al-
Rasyid juga untuk keperluan sosial di antaranya dengan mendirikan rumah sakit,
pendidikan dokter dan akademi kesehatan. Ia juga kemudian menjadikan
pengkajian ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran sebagai tujuan utama
9
Negara. Hal ini kemudian menunjukkan bahwa pada masa Harun, pendidikan
kesehatan atau kedokteran memiliki peran yang sangat penting. Harun al-Rasyid
sangat mencintai ilmu pengetahuan. Bahkan kekayaan yang ia miliki sebagian
didedikasikan untuk membangun lembaga-lembaga yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang ilmu kedokteran. Buku
ini juga membahas tentang kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Harun
dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran dan
bidang-bidang yang lain seperti ekonomi, politik, arsitektur dan juga seni.
Di dalam buku dan jurnal tersebut memang tidak dijelaskan secara jelas dan
terperinci mengenai ilmu kedokteran dan peran Harun. Sebagian besar sumber
memang terpisah-pisah, dan dari situ penulis berusaha mengumpulkan sumber
dari tiap buku, jurnal atau artikel dan sebagainya kemudian penulis mencoba
mengumpulkan sumber-sumber tersebut menjadi riwayat sejarah yang terstruktur.
D. Metodologi Penelitian
1. Heuristik
Heuristik adalah kegiatan untuk mencari data atau pengumpulan bahan-
bahan atau sumber sejarah. Hal ini merupakan sebuah tahap awal yang mana
harus dilakukan bagi seorang peneliti. Adapun dalam pengumpulan data-data dan
juga sebuah sumber, penulis menggunakan metode library research di mana
penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan judul di perpustakaan.
Selain itu juga penulis mencari dalam surat kabar, serta jurnal dan artikel.
Sumber-sumber tertulis tersebut dapat kita jumpai seperti di Perpustakaan Utama
UIN Syarif Hidayatullah serta Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.
2. Verifikasi
Setelah melakukan metode heuristik atau pengumpulan sumber-sumber maka
tahap selanjutnya yang penulis lakukan adalah verifikasi dengan melaksanakan
kritik sumber. Kritik sumber adalah sebuah usaha untuk mendapatkan sumber-
sumber yang relevan dengan cerita sejarah yang ingin disusun sesuai dengan
judul. Dalam hal ini harus diuji keabsahan dan keaslian yang dilakukan melalui
kritik
10
3. Interpretasi
Pada tahap ini, penulis akan melihat dan menginterpretasikan setiap sumber
yang telah diverifikasi serta pesan yang ingin disampaikan literatur tersebut.
4. Penulisan Sejarah ( Historiografi )
Tahap yang terakhir dalam penelitian ini adalah penulisan sejarah. Pada
tahap ini, penulis akan menuangkan semua pemahaman, analisis, dan jawaban dari
penelitian ini ke dalam tulisan sejarah yang deskriptif analitis untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya.
E. Landasan Teori
Pada penelitian ini penulis menerapkan teori sebagai landasan dari
pembahasan Peran Harun Al-Rasyid Dalam Perkembangan Ilmu Kedokteran Pada
Masa Dinasti Abbasiyah (786 – 809 M). Penulis menggunakan teori
pembangunan Ibnu Khaldun. Menurut Ibnu Khaldun, pembangunan sebuah
wilayah atau negara dapat dibentuk dengan terbentuknya sebuah kekuasaan atau
pemerintahan, dan pemerintahan dapat terwujud jika salah satu golongan
masyarakat dalam wilayah tersebut dapat berkuasa dan menguasai golongan yang
lain. Kekuasaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk menundukkan
golongan lainnya atau mampu menimbulkan kesadaran bersama (konsolidasi)
untuk membangun negara. Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat adalah
mereka yang menetap di suatu wilayah yang telah membentuk sebuah peradaban
dan bukan nomaden seperti di hutan dan padang pasir.28
Menurut penulis teori yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun sesuai dengan
skripsi penulis yang berjudul peran Harun al-Rasyid dalam perkembangan ilmu
kedokteran pada masa Dinasti Abbasiyah. Di mana Harun al-Rasyid adalah
seorang pemimpin atau penguasa dari sebuah kerajaan besar yaitu Dinasti
Abbasiyah yang memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas, membentang dari
Baghdad di wilayah barat hingga Samarkand di timur Persia. Harun memiliki
menteri atau wazir, para penasihat, ilmuwan dan pengawal yang berasal dari
28
Ilham Kadir, Fikih Pembangunan Ibn Khladun, Jurnal Islamia Republika, November
2014, h.2.
11
berbagai golongan, seperti keluarga Barmak, golongan mawali, dan para ulama
yang kemudian membentuk sebuah tatanan pemerintahan dan berkonsolidasi
untuk memajukan Dinasti Abbasiyah dalam berbagai bidang, seperti ekonomi,
arsitektur, seni, dan mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
kedokteran.
Kaitannya dengan pembangunan dalam bidang ilmu kedokteran adalah
bahwa posisi Harun al-Rasyid yang merupakan seorang penguasa yang dapat
membuat kebijakan mutlak sehingga tidak ada yang dapat membantahnya. Ia
kemudian mengundang para dokter dari akademi kesehatan Jundishapur untuk
datang dan mengembangkan ilmu kedokteran di kota Baghdad. Harun kemudian
menjadikan ilmu kedokteran sebagai prioritas, ia memerintahkan seluruh lapisan
masyarakat untuk menerjemahkan berbagai manuskrip dari Yunani Kuno ke
dalam bahasa Arab secara besar-besaran, selain itu ia juga membangun
perpustakaan dan pusat pengkajian ilmu pengetahuan. Hal ini yang kemudian
membuat ilmu kedokteran menjadi semakin berkembang pesat pada masa itu.
Selain itu penulis juga menggunakan teori pembangunan yang dikemukakan
oleh Suwarsono dan Alvin Y.So dalam bukunya yang berjudul Perubahan Sosial
dan Pembangunan mengungkapkan bahwa konsep pembangunan didasari oleh
tiga faktor yaitu Modernisasi, Dependensi dan Sistem Ekonomi Dunia.29
Bentuk Modernisasi yang diungkapkan oleh Suwarsono dan Alvin tentunya
telah diaplikasikan oleh Harun, berupa pembangunan Industri, arsitektur serta
perdagangan yang sangat maju. Selain itu peradaban masyarakat pada masa Harun
juga sudah sangat maju dan modern. Dari sini penulis berpendapat bahwa
Modernisasi mempengaruhi pemikiran Harun yang merupakan seorang pemimpin
sekaligus pembuat kebijakan untuk membuat pembangunan di bidang yang lain
yaitu bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran.
Faktor pembangunan yang kedua adalah dependensi. Menurut penulis,
dependensi dalam konteks ini adalah pertahanan yang dilakukan oleh Harun yaitu
dengan memajukan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran sebagai
29
Suwarsono dan Alvin YS. Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Jakarta, Pustaka
LP3ES, 2006), h.42
12
benteng pertahanan utama dalam pemerintahannya, karena pendidikan dan ilmu
pengetahuan memungkinkan setiap rakyatnya untuk bertindak dan berpikir lebih
maju dan dapat menciptakan penemuan-penemuan dalam bidang ilmu kedokteran
seperti teknik pengobatan, sarana rumah sakit, apotik, dan juga obat-obatan.
Faktor yang terakhir adalah ekonomi. Menurut penulis, ketersediaan dana
yang melimpah sangat memudahkan Harun untuk membuat kebijakan baru dalam
proses pembangunan dalam bidang ilmu kedokteran. Kekayaan yang melimpah
membuat Harun tidak sulit untuk membangun fasilitas kedokteran berupa rumah
sakit, akademi kesehatan dan juga perpustakaan. Tentunya pembangunan-
pembangunan yang dilakukan oleh Harun tersebut sangat berdampak pada
kemajuan ilmu kedokteran.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar pembahasan dalam penelitian ini terdiri atas tiga bagian
yang tiap-tiap bagiannya saling berkaitan. Bagian-bagian tersebut berupa
pendahuluan, isi, dan penutup atau kesimpulan yang saling berkaitan antara satu
bab dengan bab lainnya. Di dalam tiap bab tersebut juga terdapat beberapa sub-
bab yang jumlahnya tidak mengikat meskipun tetap dalam koridor penguraian
hasil penelitian.
Pada bab I, tulisan ini memuat latar belakang masalah, permasalahan penelitian,
tinjauan pustaka, metode penelitian, landasan teori, serta sistematika penulisan.
Bab II berupa pembahasan mengenai biografi Harun al-Rasyid, mulai dari latar
belakang kehidupannya, pendidikannya, dan pemerintahan Harun al-Rasyid.
Bab III menjelaskan bagaimana peran dan kebijakan Harun al-Rasyid dalam
bidang ilmu pengetahuan, khususnya kedokteran.
Bab IV berupa pembahasan tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Harun
al-Rasyid dalam ilmu kedokteran.
Bab V merupakan kesimpulan dari penjelasan dan analisis yang telah diuraikan
pada bab-bab sebelumnya.
13
BAB II
RIWAYAT HIDUP HARUN AL-RASYID
A. Latar Belakang Keluarga
Harun al-Rasyid memiliki nama lengkap yaitu Abu Ja‟far Harun al-Rasyid.
Ia dilahirkan di kota Rayy pada tahun 766 Masehi atau tahun 145 Hijriah. Ia
adalah putra dari Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi yang merupakan penguasa
ketiga Dinasti Abbasiyah. Sedangkan ibunya bernama Khayzuran seorang hamba
sahaya berasal dari Yaman yang kemudian dimerdekakan oleh ayahnya yaitu al-
Mahdi.30
Harun juga memiliki seorang kakak yang bernama Musa al-Hadi yang
juga merupakan penguasa yang memimpin Dinasti Abbasiyah sepeninggal
ayahnya. Menurut Philiph K. Hitty dalam bukunya yang berjudul History of the
Arab, sebenarnya Harun memiliki saudara lain selain al-Hadi yaitu bernama
Ibrahim al-Mubarak. Hanya saja cerita dan sejarah hidupnya tidak banyak
diketahui dan tidak banyak yang menulis tentang sosok dari Ibrahim tersebut.31
Lain lagi dengan pendapat Benson Bobrick. Ia berpendapat bahwa Harun
memiliki tiga saudara yaitu al-Hadi dan satu lagi bernama Yachuta yaitu seorang
anak perempuan yang dilahirkan tahun 767 M atau satu tahun setelah kelahiran
Harun, Ia adalah putri kesayangan al-Mahdi, Yachuta memiliki istana kecil di
dalam komplek istana dan biasa melakukan perjalanan dengan kuda
kesayangannya bersama sang ayah. Hanya saja Yachuta meninggal di usia muda
yaitu pada usia enam belas tahun. Di hari kematiannya, al-Mahdi benar-benar
merasa sedih, bahkan hari kematian Yachuta dijadikan hari berkabung oleh al-
Mahdi. Satu lagi saudara Harun, menurut Benson Bobrick, ialah Ibrahim anak dari
seorang budak kulit hitam asal Afrika bernama Sakhlah, yang oleh al-Mahdi
diperolehnya dari perebutan wilayah dengan salah seorang raja di wilayah selatan
30
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta, PustakaAl-Husna, 1993),h.107
31
Philip K. Hitty, History of The Arabs, (Trj), R Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi dari judul Asli History of The Arabs : From The Earlies Times to The Present,
(Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), cet 1, h.514-515.
14
laut Kaspia.32
Ibrahim tumbuh dan besar sebagai seorang penyair dan penyanyi
terkenal dan menjadi kesayangan Harun.33
B. Latar Belakang Pendidikan
Harun al-Rasyid mendapatkan pendidikan yang baik di dalam ruang lingkup
istana. Pendidikan yang diajarkan kepadanya yaitu pendidikan agama dan juga
pendidikan dalam bidang pemerintahan. Gurunya bernama Yahya Bin Khalid al-
Barmaki. Ia adalah salah seorang dari keluarga Barmak yang berperan dalam
pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Keluarga Barmak merupakan Bangsawan yang
berasal dari wilayah Balkh, Persia. Dari pendidikan tersebut Harun tumbuh dan
besar menjadi pribadi yang cerdas, baik, dan berkepribadian kuat.34
Harun juga pernah mendapatkan pendidikan ketentaraan. Hal itu dapat ia
peroleh karena kecerdasannya walaupun masih berusia sangat muda, sehingga
membuat sang ayah memberikannya pendidikan ketentaraan sebagai bekal bagi
Harun dalam memimpin Dinasti Abbasiyah kelak. Alhasil pada ekspedisi
penyerangan wilayah Bizantium hingga ke wilayah selat Bosporus yaitu pada
tahun 779-780 M dan 781-782 M, Harun dipercaya menjadi pemimpin pasukan
yang tentunya didampingi oleh para pejabat tinggi dan para veteran dari pasukan
Dinasti Abbasiyah.35
Harun adalah seorang cendekiawan dan memiliki wawasan yang sangat luas
terutama dalam segala hal yang berbau Arab, baik itu sejarah, bahasa,
kesusasteraan, dan lain-lain, sehingga banyak orang yang terkagum-kagum dan
menyebut pengetahuan Harun sama dengan pengetahuan para ulama.36
Abu
Syauqi Khalil menyebutkan bahwa guru-guru Harun al-Rasyid adalah:
32
Laut kaspia adalah danau terluas di dunia. Danau ini merupakan danau yang berciri-ciri
seperti laut: berair asin dan sangat luas, serta dikelilingi daratan berpasir seperti halnya pesisir
pantai. Karena itulah danau ini sering disebut laut. Danau ini terletak di antara Eropa dan Asia 33
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada
Masa Keemasan Islam, (Jakarta, Pusataka Alfhabet, 2013), h.31-32. 34
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h.110. 35
Kasmiati, Harun ar-Rasyid, Jurnal Hunafa Vol 3 No 1 Maret 2006:91-100, h.93. 36
Syauqi Abu Khalil, Harun Al-Rasyid Raja Teragung di Dunia, (Jakarta, Pustaka Al-
Kautsar, 1997), h.57
15
1. Mufadhal Adh Dhabbi, seorang sastrawan besar yang mengajarinya syair,
sastra, dan sejarah Arab.
2. Al-Kisa‟i mengajarinya Nahwu, Bahasa Arab, sejarah, dan Fiqih.
3. Al-Ashmui telah mengajarinya tentang banyak kisah. Ia adalah salah satu
sarjana kesukaannya dan kadang muncul di istana bersama Abu Ubaidah,
juga seorang sarjana yang serba bisa.
4. Imam Malik adalah gurunya dalam Fikih dan Hadits.37
C. Kepribadian dan Akhlak Harun Al-Rasyid
Sebagai seorang penguasa, Harun adalah sosok pemimpin yang memiliki
kepribadian yang sangat luar biasa. Dia adalah pemimpin yang sangat taat kepada
ajaran agama dan selalu menjauhkan diri dari segala apa yang dilarang. Harun
rutin setiap harinya melaksanakan ibadah, baik yang wajib maupun yang sunnah,
bahkan ia setiap harinya mengerjakan shalat sunnah sebanyak 100 rakaat. Ia juga
selalu menyempatkan diri untuk melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, dan ia
tidak pernah meyentuh sekalipun berbagai minuman keras.38
Harun juga memiliki pribadi yang sangat dermawan. Ia diketahui sering
turun ke jalan-jalan di kota Baghdad untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia
berusaha untuk memperbaiki keadilan dan membantu rakyatnya yang tertindas
dan serba kekurangan. Hasratnya yang sangat besar untuk mensejahterakan
rakyatnya tertuang dalam setiap kebijakannya yang sangat peduli terhadap
rakyatnya, mulai dari pembangunan masjid, sekolah-sekolah, rumah sakit serta
sistem irigasi.39
Ia pernah meminta isterinya Zubaidah untuk memerintahkan
pembuatan sistem penggalian sumur sepanjang lintasan haji dari Irak sampai
Madinah, semata-mata agar rakyatnya yang sedang melaksanakan ibadah haji
menjadi nyaman dan tak takut kekurangan sumber air selama dalam perjalanan
menuju Baitullah.
Harun adalah pribadi yang tak akan menyia-nyiakan kebaikan orang lain. Ia
akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan oleh orang lain kepadanya. Harun
37
Syauqi Abu Khalil, Harun Al-Rasyid Raja Teragung di Dunia, h.13. 38
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h.108. 39
Ahmad Jamil, Seratus Muslim Terkemuka, (Jakarta, Pusataka Firdaus, 1996), h.307.
16
bukanlah pemimpin rakus dan tamak terhadap jabatan. Ia lebih suka menunjuk
seorang wakil atas setiap tugas pemerintahan yang apabila ia lakukan seorang diri
maka ia tak akan sanggup dan ia mengetahui hasilnya pun tak akan bagus. Harun
merupakan pemimpin yang sangat memprioritaskan kesejahteraan rakyatnya,
sehingga ia seringkali menunjuk para wakilnya untuk membantu dalam
menstabilkan kesejahteraan negara.40
Harun juga memiliki hati yang sangat lembut terutama kepada para ulama.
Ia dengan senang hati merendahkan diri kepada para alim ulama sebagai bentuk
penghormatan walaupun ia adalah seorang penguasa, Ia akan selalu menghormati
dan berbicara dengan tutur kata yang lembut kepada para alim ulama. Meskipun
terkenal sangat menghormati para ulama, Harun juga pernah hampir
mengeksekusi mati seorang ulama besar yaitu Imam Syafi‟i. Peristiwa eksekusi
itu berasal dari berita bohong mengenai masuknya Imam Syafi‟i ke dalam
kelompok Syi‟ah atau para pengikut keturunan Ali bin Abi Thalib yang
merupakan salah satu kelompok pemberontak pada masa Harun dan berusaha
mengambil alih kekuasaan dari keturunan Abbasiyah. Namun Imam Syafi‟i pada
akhirnya berhasil lolos dari peristiwa eksekusi karena kecerdasannya dalam
memberikan argumen di depan Harun. Harun yang pada awalnya sangat marah
seketika berubah menjadi lembut karena jawaban Imam Syafi‟i yang membantah
bahwa ia termasuk dari golongan pendukung Syi‟ah. Pada akhirnya Harun
membebaskan Imam Syafi‟i dari eksekusi mati.41
Harun juga sangat mencintai seni puisi dan juga syair, bahkan ia adalah
seorang seniman ahli dalam membuat syair-syair dan sajak-sajak puisi yang
merupakan bentuk dari kelembutan hatinya yang kemudian ia ekspresikan ke
dalam bentuk puisi dan syair. Ia juga sering menangis tersedu-sedu ketika
membaca ataupun mendengar ayat-ayat suci al-Qur‟an. Ia akan merenungi segala
makna dari bacaan al-Qur‟an tersebut sebagai wujud rasa patuh ketakwaannya
kepada sang pencipta.42
40
Syauqi Abu Khalil, Harun Al-Rasyid Raja Teragung di Dunia, h.13.
41
Muhammad Shiddiq al-Minsyawi, 400 Kisah Hidup Imam Empat Madzhab, (Jakarta,
Pustaka Zam-zam, 2017), h.230-235. 42
Syauqi Abu Khalil, Harun Al-Rasyid Raja Teragung di Dunia, h.56.
17
Ini menunjukkan bahwa Harun adalah manusia yang mencintai keindahan
dan kelembutan di balik wataknya yang sangat keras dan tegas Harun sering
diumpamakan sebagai angin ribut yang kencang dan kadang angin yang bertiup
sepoi-sepoi dan menyejukkan.43
D. Pemerintahan Harun Al-Rasyid
Pada saat pengangkatannya sebagai penguasa terdapat peristiwa yang terjadi
secara serentak. Pada saat itu Harun al-Rasyid tengah tidur ketika wazir Yahya bin
Khalid al-Barmaki datang ke tempatnya kemudian ia dibangunkan dengan sebutan
amirul mukminin.44
Yahya menceritakan meninggalnya al-Hadi yang
menyerahkan cincin kekuasaan dan memasangkannya di jari Harun. Selanjutnya
wazir Yahya bin Khlid al-Barmaki memberitahukan bahwa istri Harun telah
melahirkan putra yaitu al-Makmun.45
Sejarah mencatat bahwa malam itu al-Hadi
wafat, dan seorang penguasa dibai‟at dan seorang calon penguasa telah lahir dan
terjadi pada satu malam yang bersamaan. Akhirnya pada tanggal 14 September
786 Masehi, Harun memproklamasikan diri sebagai penguasa Dinasti
Abbasiyah.46
Pada masa pemerintahan Harun, Dinasti Abbasiyah mengalami puncak
kejayaan dan kesejahteraan yang belum pernah dicapai sebelumnya. Imam as-
Suyuti pernah mengatakan “Sesungguhnya pada masa pemerintahan Harun Al-
Rasyid semua penuh dengan kebaikan, seakan-akan dalam keindahannya ia
serupa dengan taman-taman dan pesta-pesta”.47
Harun juga berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yang membentang
dari wilayah Laut Tengah hingga sampai di wilayah India sebelah timur.48
Sudah
tidak heran jika pada masa tersebut Dinasti Abbasiyah berhasil memiliki wilayah
43
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h.108. 44
Wazir adalah seorang penasihat atau menteri yang berkedudukan tinggi dalam sebuah
pemerintahan. Biasanya ditemukan dalam sistem monarki Islam yaitu Dinasti. 45
Yahya bin Khalid al-Barmaki wafat pada tahun 805 M. Ia adalah putera dari Khalid bin
Barmak yang merupakan keluarga bangsawan dan terpandang yang berasal dari wilayah Persia.
Pada masa Harun, Yahya menjadi guru, penasihat dan juga menteri yang sangat dipercaya oleh
Harun. 46
Kasmiati, Harun al-Rasyid, h.93.
47
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Masa Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta,
Akbar Media, 2013), h.227 48
Dididn Saefuddin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, UIN Pers, 2003), h.40
18
kekuasaan yang luas karena mempunyai pasukan militer yang tangguh. Dinasti
Abbasiyah juga dipimpin oleh penguasa yang sangat tangguh. Ia memiliki
kemampuan yang sangat luar biasa dalam menyusun strategi perang dalam
menghadapi musuh, sehingga siapapun dibuat segan dan takut olehnya.
Ilmu pengetahuan juga benar-benar mengalami puncak kejayaan. Berbagai
bidang Ilmu pengetahuan berhasil dikembangkan mulai dari kimia, matematika,
arsitektur, navigasi, geografi, astronomi, dan kedokteran. Selain itu, berbagai
karya dari India, Persia, dan juga Yunani juga berhasil diterjemahkan.
Pada masa Harun seni dan budaya juga sampai pada puncak kejayaan. Hal
itu dapat terlihat dari banyaknya penyair yang menghasilkan karya yang sangat
luar biasa, baik itu berupa syair ataupun sajak-sajak puisi. Harun juga merupakan
salah seorang yang sangat ahli dalam hal pembuatan syair dan puisi. Selain itu,
seni musik juga tak bisa dilepaskan dari kejayaan masa Harun. Tak ada seni yang
paling dihargai selain musik.49
Kemajuan lain yang berhasil dicapai oleh Harun adalah pembangunan
berbagai sarana kesehatan, pendidikan, dan juga perdagangan. Ia melakukan hal-
hal tersebut agar rakyatnya selalu merasakan kesejahteraan di bawah
kekuasaanya.50
E. Wafatnya Harun Al-Rasyid
Pada pertengahan Februari tahun 809 M, Harun al-Rasyid bersama
pengawalnya Shobah at-Thobari berangkat dari Baghdad menuju Khurasan.
Padahal saat itu kondisi Harun benar-benar tidak dalam keadaan baik. Ketika
sampai di pinggiran kota Nahrawan, dua puluh lima mil dari ibu kota, Harun
memerintahkan pasukannya untuk menepi dan menyuruh beberapa pasukannya
untuk menjauh sementara. Shobah tetap berada di sisinya, kemudian Harun
membuka jubahnya dan menunjukan ikatan perban berbahan sutera yang
melingkari bagian dadanya. Ia menunjukan bekas luka yang sudah sangat parah
49Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada Masa
Keemasan Islam, 124. 50
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada Masa
Keemasan Islam, h. 280-281.
19
kepada Shobah, lantas ia bercerita bahwa Harun berusaha untuk menyembunyikan
segala penyakitnya kepada semua orang, namun semua orang sudah mengira jika
Harun memang tengah sakit.51
Sesampainya di dataran tinggi Hulwan, Harun berhenti di wilayah
Kermansyah dan berpidato panjang kepada pasukannya. Namun kondisi Harun
semakin buruk. Ia harus digotong oleh para pelayannya hingga di wilayah Tus.
Akhirnya pada tanggal 23 Maret tahun 809 Masehi, Harun al-Rasyid wafat.
Pemimpin besar yang menguasai wilayah yang luas dan memegang kekuasaan
Abbasiyah selama 23 tahun 6 bulan harus kembali menghadap ke pangkuan sang
Ilahi. Karena kebesaran dan keagungannya Amer Ali memberikan komentar,
“Nilailah dia seperti yang Anda sukai dalam kritik sejarah”.52
51
Harun menderita penyakit peradangan usus selama betahun-tahun, penyakit yang sama
yang diderita oleh sang kakek al-Mansur. (Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.455) 52
Kasmiati, Harun al-Rasyid, h.99.
20
BAB III
PERAN DAN PENGARUH KEBIJAKAN HARUN AL-RASYID DALAM
PERKEMBANGAN ILMU KEDOKTERAN
A. Kebijakan Terhadap Ilmu Kedokteran
Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya pada bab satu bahwa masa
pemerintahan Harun al-Rasyid merupakan puncak dari perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal itu dapat dilihat dari semakin banyaknya ilmu pengetahuan yang
dikaji dan dikembangkan, terutama dalam bidang ilmu kedokteran, bahkan pada
masa Harun, ilmu kedokteran merupakan ilmu yang diprioritaskan, karena Harun
melihat betapa pentingnya ilmu kedokteran tersebut.53
Kemajuan peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu
kedokteran tersebut tidak luput dari peran Harun al-Rasyid itu sendiri. Harun
merupakan pemimpin yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, karena rasa cinta
itulah Harun mencurahkan segala usaha dan upayanya untuk mengembangkan
ilmu kedokteran. Peran penguasa merupakan poin yang sangat penting sebagai
pendukung atau penyokong utama. Biasanya dukungan tersebut dapat dilihat dari
berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Harun. Kebijakan-kebijakan tersebut akan
sangat berpengaruh bahkan bisa bersifat mutlak dan tidak bisa dibantah karena
memang berasal dari sang penguasa.
Dari situ penulis berpendapat bahwa peran Harun dalam perkembangan dan
kemajuan ilmu kedokteran sangatlah penting dan sangat erat kaitannya, karena
status Harun sebagai seorang penguasa yang memberikan wewenang dan sebagai
penentu kebijakan. Di antara kebijakan-kebijakan Harun dalam ilmu kedokteran
adalah sebagai berikut :
1. Memberikan Beasiswa dan Fasilitas kepada para Siswa dan Dokter.
Pada masa Harun, para siswa baik yang berada di tingkatan pemula ataupun
yang sudah berada di tingkat atas (mahasiswa) akan mendapatkan keistimewaan
berupa beasiswa. Masa Harun merupakan puncak kejayaan dan kegemilangan.
53
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada
Masa Keemasan Islam, (Jakarta, Pusataka Alfhabet, 2013), h.124
21
Pribadi Harun sangat mencintai ilmu pengetahuan. Tak heran jika Harun akan
memberikan fasilitas, termasuk memberikan beasiswa, kepada para pelajar.
Pada masa Harun, kegiatan belajar mengajar difasilitasi oleh negara. Harun
juga memberikan keistimewaan kepada para siswanya yang unggul dalam
berbagai bidang, salah satunya adalah dalam hal menghapal al-Qur‟an.
Keistimewaan tersebut ialah berupa beasiswa khusus yang diberikan kepada para
siswa yang sudah bisa menghapal satu juz al-Qur‟an (untuk siswa pemula dan
sederajat). Selain itu bagi mereka akan diberikan jatah liburan sekolah khusus dan
diberi kehormatan mengikuti kegiatan parade dengan menyusuri jalan-jalan di
kota sambil menaiki unta.54
Selain itu Harun juga memberikan keistimewaan kepada para dokter dan
mahasiswa calon dokter yang sedang belajar ataupun melakukan penelitian.
Mereka akan diberikan kehormatan dengan berbagai fasilitas yang dapat
menunjang kehidupan mereka, seperti asrama atau tempat tingal, dana penelitian,
dan upah atau bayaran bagi mereka yang berhasil menyembuhkan atau membuat
terobosan baru dalam bidang ilmu kedokteran, seperti upah yang pernah diterima
oleh Jibril Ibn Bakhtisyu.55
Jibril menerima 100 ribu dirham dari Harun sebagai
bayaran atas jasa bekam yang diberikan kepada Harun selama dua kali dalam
setahun. Jibril juga menerima bayaran yang sama atas jasanya dalam menemukan
obat penghancur makanan di usus, dan bahkan Jibril dan keluarganya berhasil
mengumpulkan kekayaan hingga 88.800.000 dirham selama menjadi dokter
pribadi Harun.56
2. Mempelopori Pembangunan Rumah Sakit Pertama di Baghdad
Salah satu peran paling populer yang dilakukan oleh Harun al-Rasyid adalah
pembangunan rumah sakit pertama dalam dunia Islam yaitu pada awal abad ke-9
54
Philip K. Hitty, History of The Arabs, (Trj), R Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi dari judul Asli History of The Arabs : From The Earlies Times to The Present,
(Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), cet 1, h.512-513 55
Jibril Ibnu Bakhtisyu adalah seorang dokter dari Akademi Kesehatan Jundishapur. Ia cucu
dari Jirjis Ibnu Bakthtisyu. Pada awalnya ia adalah dokter pribadi dari Ja‟far al-Barmaki yang
merupakan guru sekaligus penasihat dari Harun al-Rasyid, namun kemudian ia menjadi dokter
pribadi Harun setelah mendapat tawaran darinya. Ia wafat pada tahun 829 M. 56
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.455
22
M. Rumah sakit pada masa Harun lebih dikenal dengan sebutan Bimaristan. Kata
Bimaristan berasal dari bahasa Persia yang terdiri dari dua penggalan kata yaitu
bimar yang berarti sakit dan stan yang bermakna tempat. Bisa disimpulkan bahwa
Bimaristan adalah tempat yang digunakan untuk merawat dan menyembuhkan
orang-orang yang sakit.57
Harun adalah orang yang paling berjasa dalam proses pembangunan rumah
sakit pertama pada masa Dinasti Abbasiyah yang berpusat di kota Baghdad.58
Ia
yang memerintahkan pembangunan rumah sakit tersebut dengan gaya yang mirip
dengan yang ada di Persia yang terkenal dengan Akademi Kedokteran
Jundishapur.59
Dengan dibantu oleh dokter pribadinya, Jibril ibn Baktishyu
muridnya, Yuhana ibn Musawayh. Harun berhasil membangun rumah sakit
dengan segala fasilitas yang terbilang lengkap pada masa itu. Di dalam rumah
sakit tersebut juga terdapat apotek pertama yang dibangun dalam sejarah dunia
Islam. Harun juga berhasil mendirikan sekolah atau akademi kesehatan pertama
dan menghasilkan karya berupa buku-buku daftar obat-obatan yang merupakan
salah satu indikator paling penting dalam kemajuan ilmu kedokteran pada masa
tersebut contoh bukunya di antaranya adalah Kitab al-Mushajjar al-Kabir yang
ditulis oleh Yuhanna Ibnu Masawayh, kitab tersebut adalah semacam ensiklopedia
yang berisi tentang berbagai penyakit dan cara pengobatannya yaitu dengan
menggunakan obat-obatan serta diet dari makanan-makanan tertentu. Selain itu
contoh buku lainnya adalah an-Nawadir al-Thibbiyya yang juga ditulis oleh
Yuhanna. Buku tersebut berisi tentang catatan medis serta teori tentang masalah
kedokteran. 60
Tentulah hal ini merupakan wujud dari rasa cinta Harun kepada rakyatnya.
Ia ingin agar rakyatnya selalu mendapatkan kesejahteraan berupa pelayanan
kesehatan yang memadai. Selain itu, kepribadian Harun yang sangat gemar dalam
menggali berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama ilmu kedokteran, dan juga
57
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h. 456 58
Lathiful Khuluk, Perkembangan Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah, Sejarah
Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern, (Yogyakarta, LESFI, 2009), h.97 59
Husain Heryanto, Menggali Nalar Saintifik Perdaban Islam,( Jakarta, Mizan, 2011),
h.330. 60
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.456.
23
perannya sebagai penguasa yang dituntut agar selalu menghasilkan karya dan
penemuan-penemuan yang dapat memajukan Dinasti Abbasiyah, maka
dibangunlah rumah sakit atau Bimaristan dengan segala keunggulannya.61
3. Memprioritaskan Ilmu Pengetahuan terutama Ilmu Kedokteran
Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya, Harun al-Rasyid adalah
sosok pemimpin yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia adalah sosok
pemimpin yang sangat terpelajar, cekatan, pandai, dan memiliki wawasan yang
sangat luas. Sejak kecil ia telah menerima pendidikan di istana. Berbagai bidang
berhasil dikuasainya. Tidak heran jika kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan
terus terasah bahkan hingga ia menjabat sebagai penguasa.62
Pada masa Harun, pendidikan dan pengkajian ilmu pengetahuan dijadikan
sebagai tujuan nasional. Bahkan Harun pernah mengirimkan surat kepada para
gubernur yang mewakili daerah kekuasaannya untuk bersama-sama memajukan
pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta memberikan bayaran dan upah kepada
para siswa yang berhasil meraih nilai yang tinggi dalam setiap ujian yang
dilaksanakan.63
Harun juga banyak berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dengan memperbesar departemen studi ilmiah dan penerjemahan yang telah
diwariskan oleh al-Mansur. Harun, para menteri, dan anggota keluarga Barmak
sangat berbakat menjadikan Dinasti Abbasiyah khususnya wilayah Baghdad
menjadi daerah pusat ilmu pengetahuan.64
Harun sering menjadikan istananya sebagai tempat berkumpul para alim
ulama dan ilmuwan dari berbagai bidang, mulai dari ahli fiqih, tafsir, fisika,
kimia, matematika, kedokteran, dan masih banyak lagi. Ia tidak segan-segan untuk
memberikan penghormatan yang seluas-luasnya kepada para alim ulama dan
61
Lathiful Khuluk, Perkembangan Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah, Sejarah
Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern,h.117. 62
Syauqi Abu Khalil, Harun Al-Rasyid Raja Teragung di Dunia, (Jakarta, Pustaka Al-
Kautsar, 1997), h.57. 63
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada Masa
Keemasan Islam, h.124. 64
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta, PustakaAl-Husna, 1993), h.110.
24
ilmuwan yang telah berjasa terutama bagi mereka yang telah berhasil menemukan
sebuah penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan yang digelutinya. Harun
akan dengan sangat ringan untuk memberikan bayaran atau upah yang sangat
besar.65
Seperti upah yang pernah diterima oleh Jibril Ibn Bakhtisyu.66
Jibril
menerima 100 ribu dirham dari Harun sebagai bayaran atas jasa bekam yang
diberikan kepada Harun selama dua kali dalam setahun. Jibril juga menerima
bayaran yang sama atas jasanya dalam menemukan obat penghancur makanan di
usus.67
Kecintaan seorang pemimpin terhadap ilmu pengetahuan tentunya
memberikan dampak yang sangat positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri, karena dari situlah pemimpin dapat memberikan
kebebasan bagi rakyatnya untuk mengkaji ilmu pengetahuan dan tanpa
membatasinya. Hal itulah yang dilakukan oleh Harun. Kecintaannya terhadap
ilmu pengetahuan membuka pikirannya tentang kebebasan dan hak setiap
rakyatnya untuk belajar dan menggali ilmu pengetahuan. Harun adalah sosok
pemimpin yang sangat taat terhadap agama. Ia selalu berusaha untuk menjauhkan
apa yang dilarang dan berusaha mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah
SWT.
Di bawah pemerintahan Harun, Baghdad juga terkenal dengan toko-toko
bukunya, yang berkembang pesat setelah produksi kertas diperkenalkan. Di
wilayah Samarkand pabrik kertas pertama didirikan, salah satu toko buku yang
terkenal bernama Hawwanit al-Warraqain al-Nadhim.68
Pada akhirnya kertas
menggantikan perkamen sebagai media yang biasa digunakan untuk menulis,69
Produksi bukupun meningkat sangat pesat. Hal ini membawa kesibukan baru
dalam perdagangan dan kerja administrasi. Pada tahun 794-795 M, Ja‟far al-
65
Syauqi Abu Khalil, Harun Al-Rasyid Raja Teragung di Dunia,, h.101. 66
Jibril Ibnu Bakhtisyu adalah seorang dokter dari Akademi Kesehatan Jundishapur. Ia cucu
dari Jirjis Ibnu Bakthtisyu. Pada awalnya ia adalah dokter pribadi dari Ja‟far al-Barmaki yang
merupakan guru sekaligus penasihat dari Harun al-Rasyid, namun kemudian ia menjadi dokter
pribadi Harun setelah mendapat tawaran darinya. Ia wafat pada tahun 829 M. 67
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.455 68
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.414. 69
Perkamen adalah alat tulis pengganti kertas yang dibuat dari kulit binatang seperti biri-
biri, kambing, atau keledai. (sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
25
Barmak mendirikan pabrik kertas pertama di Baghdad. Dari sinilah teknologi
pembuatan kertas mulai menyebar. Harun berusaha keras agar kertas digunakan
dalam catatan pemerintah, karena dengan alasan bahwa sesuatu yang tertulis di
kertas tidak dapat diubah atau dihapus dengan mudah. Kemudian sebuah jalan di
kawasan komersial kota disediakan untuk penjualan kertas dan buku70
Sejak saat itu berbagai karya berhasil diterbitkan ke dalam buku-buku yang
sudah berbahan dasar kertas. Buku-buku hasil karya para ilmuwan dari berbagai
bidang mulai dikumpulkan terutama hasil dari penerjemahan karya dari Yunani
dan Persia. Kemudian didirikan Baitul hikmah, yaitu pusat pengkajian ilmu
pengetahuan dan penerjemahan yang didirikan oleh Harun al-Rasyid.71
Dalam ilmu kedokteran, Harun terlihat sangat memprioritaskan bidang ilmu
tersebut. Ia menyadari bahwa ilmu kedokteran adalah ilmu yang sangat penting,
terutama untuk menjaga kesehatan seluruh rakyatnya. Hal itu dapat dilihat dari
diutamakannya penerjemahan berbagai karya Yunani yang berhubungan dengan
ilmu kedokteran, bahkan Harun mengirim utusan menuju wilayah Romawi hanya
untuk membeli manuskrip yang dikhususkan dalam bidang ilmu kedokteran,
meskipun setelah itu ilmu-ilmu dari bidang lain pun menjadi prioritas lain bagi
Harun. Manuskrip-manuskrip tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Suryani dan baru setelah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.72
4. Hubungan diplomatik dengan Jundishapur
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu kedokteran di
Dinasti Abbasiyah adalah keberadaan Akademi Kesehatan Jundishapur yang
terletak di wilayah Persia. Akademi Kesehatan Jundishapur dibangun pada masa
Kekaisaran Sassaniyah oleh raja Anusyirwan yaitu sekitar tahun 501 masehi. Raja
Anusyirwan memerintahkan kepada para pengungsi yang berasal dari wilayah
Yunani dan Syria yang melarikan diri dari kekuasaan Byzantium untuk
70
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada Masa
Keemasan Islam, h.120. 71
Saba Anjum, A Significant of Baitul Hikmah in Development of Scientific Work in Abbasid
Period, India, Aligard Muslim University (AMU), 2014, h.2. 72
Manfred Ullman, Islamic Medicine, Great Britain, Edinburgh University Press, 1978, h.7.
26
menerjemahkan berbagai karya tulis dari Yunani dan Syria, terutama yang
berhubungan dengan ilmu kedokteran. Karya-karya tersebut diterjemahkan ke
dalam bahasa Pahlavi. Sejak saat itu kota Jundishapur menjadi pusat kesehatan
dan pusat pendidikan kesehatan yang sudah terbilang maju pada saat itu73
Seiring berjalannya waktu, Dinasti Abbasiyah berhasil menguasai wilayah
Persia termasuk di dalamnya ialah Jundishapur. Pada masa Harun, dokter dari
Akademi Kesehatan Jundhisapur yang terkenal adalah Jibril Ibn Bakhtisyu
bersama muridnya, Yuhana ibn Musawayh. Mereka kemudian menerima
undangan yang ditulis oleh Harun al-Rasyid.74
Dalam undangan tersebut Harun
meminta kepada Jibril dan keluarga Musawayh untuk tinggal dan menetap di
Baghdad. Permintaan tersebut kemudian dipenuhi oleh Jibril dan keluarga
Musawayh. Merekapun pada akhirnya menetap di kota Baghdad.75
Setelah itu
Harun menjadikan Jibril sebagai dokter pribadi kesayangannya. Harun akan
memberikan upah yang sangat luar biasa banyak kepada Jibril manakala Jibril
berhasil menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Pada saat Jibril memberikan
pengobatan bekam kepada Harun selama dua kali dalam setahun, Harun
memberikan upah sebesar 100 ribu dirham kepada Jibril.76
Sejak saat itu Harun bersama para dokter dari Akademi Kesehatan
Jundishapur mulai mengembangkan ilmu kedokteran di kota Baghdad. Gerakan
penerjemahan secara besar-besaran atas karya-karya dari Yunani ke dalam bahasa
Arab yang kemudian menjadi titik awal berkembangnya ilmu kedokteran di
Baghdad. Perkembangan tersebut semakin meluas hingga menjadikan Baghdad
sebagai pusat ilmu kedokteran Islam pada masa itu.77
Selain itu alasan mengapa ilmu kedokteran semakin berkembang di kota
Baghdad adalah bahwa Harun menempatkan para golongan mawali keturunan
73
Manfred Ullman, Islamic Medicine, h.17 74
Nama lengkapnya adalah Abu Zakariyya Yuhana Ibnu Musawayh. Ia adalah dokter dari
Akademi Kesehatan Jundishapur sekaligus murid dari Jibril Ibnu Bakhtisyu. Ia wafat pada tahun
857 Masehi. Semasa hidupnya ia banyak menerjemahkan berbagai karya kedokteran, terutama
yang berasal dari naskah Yunani Kuno. 75
Husain, F, Nagamia, “Islamic Medicine History and Current Practice” Journal of
International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1, No 3 (2003), h.22 76
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.455. 77
Anna Maria Negoita, The City of Mansur The Builder, Baghdad Between The Caliph‟s
Will Andshari‟a Norms, (University of Bucharest ,2011), h.117.
27
Persia pada posisi penting dalam pemerintahan. Seperti para Gubernur, Menteri,
Panglima, Pengawal, dan lainnya. Alasan yang melatarbelakangi Harun adalah
bahwa orang-orang keturunan Persia adalah orang-orang yang terpelajar dan
berpendidikan. Bahkan Harun sendiri adalah murid dari salah seorang keluarga
Barmak yang bertempat tinggal di Persia yaitu Yahya bin Khalid.78
Selain itu para
dokter pribadi Harun yaitu Jibril Ibn Bakhtisyu dan Yuhana ibn Musawayh juga
merupakan orang Persia. Jadi, tidak heran jika Harun menempatkan orang-orang
keturunan Persia pada posisi-posisi penting semata-mata agar setiap jabatan yang
ada dalam pemerintahan dipegang oleh orang yang sesuai dan memang memiliki
keterampilan serta kecakapan dalam menjalankan amanah. Dari situlah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu kedokteran semakin berkembang.
Dari kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh Harun al-Rasyid,
penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa peran Harun sangatlah penting. Harun
bertindak sebagai penggerak melalui berbagai kebijakan yang ia buat khususnya
ilmu kedokteran. Kemudian Harun menggerakkan para alim ulama dan ilmuwan
(yang sebagian besar keturunan Persia) untuk bersama-sama melakukan gerakan
penerjemahan serta membuat penemuan dan terobosan baru yang sangat
berdampak pada kemajuan ilmu kedokteran. Selain itu poin penting dari seorang
Harun adalah bahwa ia memberikan kebebasan berpikir kepada para alim ulama,
ilmuwan, serta umat Islam dalam mengembangkan gagasan serta pemikirannya.
Hal ini sangatlah penting karena dari buah gagasan dan pemikiran tersebut
dihasilkan banyak kemajuan yang hasilnya dapat membantu menyelesaikan
berbagai problematika yang dialami terutama masalah kesehatan dan
penanggulangan penyakit. Tentulah kebijakan penguasa sangatlah penting dan
merupakan salah satu faktor utama berkembangnya ilmu kedokteran pada masa
itu.
78
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, h.109.
28
A. Gerakan Penerjemahan
Salah satu peran penting yang dilakukan Harun Al-Rasyid dalam bidang
ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran, yaitu perannya dalam gerakan
penerjemahan. Sebenarnya gerakan penerjemahan telah dimulai sejak masa
Dinasti Umayyah. Seiring berjalannya waktu gerakan penerjemahan semakin
dilakukan secara besar-besaran hingga masa Dinasti Abbasiyah, lebih tepatnya
pada masa al-Mansur. Dia mempekerjakan orang-orang Persia yang baru masuk
Islam seperti Nawbaht, Ibrahim al-Fazari, dan Ali ibn Isa untuk menerjemahkan
karya- karya berbahasa Persia dalam bidang Astronomi (ilmu perbintangan) yang
sangat berguna bagi kafilah dagang, baik melalui darat maupun laut. Buku tentang
ketatanegaraan dan politik serta moral seperti Kalila Wa Dimna Dab Sindhind
dalam Bahasa Persia diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab.79
Selain itu,
manuskrip berbahasa Yunani seperti Logic karya Aristoteles, Almagest karya
Ptolemy, Arithmetic karya Nicomachus dari Gerasa,80
Geometri karya Euclid juga
diterjemahkan.81
Namun terjemahan-terjemahan tersebut tidak dilakukan dengan baik.
Akhirnya pada masa Harun terjemahan-terjemahan tersebut berhasil direvisi dan
diperbaiki, bahkan pada masa Harun gerakan penerjemahan semakin meluas dan
mencapai puncak kegemilangan.82
Pada masa Harun, berbagai karya tulisan dari Yunani diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab, bahkan pada masa itu Harun mengirim pasukannya untuk
pergi ke wilayah kerajaan Romawi untuk membeli manuskrip.83
Namun pendapat
lain mengatakan bahwa karya-karya Yunani tersebut berhasil diperoleh oleh
79
Dimitri Gutas, Greek thought , Arabic culture : The Graeco – Arabic Translation
Movement in Baghdad and Early Abbasid Society ( 2nd-4th / 8th – 10th ), (London and Newyork,
Routledge,1998), h.30. 80
Gerasa adalah daerah yang terletak di bagian timur Yordan, di antara Laut Asin (Mati) dan
Laut Galilea. Kira-kira di titik tengah plato (dataran tinggi yang berbukit-bukit). 81
Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam Masa Klasik Hingga Masa Modern, Yogyakarta,
LESFI, 2002, h.104. 82
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.388. 83
Manfred Ulllman, Islamic Medicine, (Great Britain, Edinburgh University Press, 1978),
h.17
29
Harun atas keberhasilannya dalam menaklukkan tanah Romawi, karya-karya
Yunani merupakan harta karun yang tidak ternilai harganya pada masa itu.84
Berbagai karya tulis Yunani tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
bahkan bukan hanya karya-karya berbahasa Yunani, tetapi juga berbahasa Persia,
Sansekerta dan juga Suryani. Namun orang-orang Arab pada masa itu tidak
memahami bahasa Yunani. Akhirnya Harun memerintahkan orang-orang Persia
dan juga orang-orang suku Harran untuk membantu penerjemahan tersebut.
Gerakan penerjemahan tersebut tidak langsung ditransliterasi ke dalam bahasa
Arab, melainkan ke dalam bahasa Suryani terlebih dahulu. Adalah Yuhanna atau
Yahya ibn Musawayh salah satu orang yang paling berjasa dalam gerakan
penerjemahan karya-karya tulisan Yunani tersebut. Musawayh adalah murid
dokter pribadi Harun, yaitu Jibril ibn Bakhtisyu. Yuhanna ibn Musawayh adalah
seorang penganut Kristen Nestorian yang berasal dari Persia. Ia diketahui berhasil
menerjemahkan berbagai manuskrip yang dibawa oleh Harun dari Ankara dan
Amorium. Sebagian besar manuskrip tersebut membahas tentang ilmu kedokteran
yang memang merupakan ilmu yang diprioritaskan oleh Harun.85
Selain Yuhanna ibn Musawayh, salah seorang yang berjasa dalam gerakan
penerjemahan adalah murid Yuhana yaitu Hunayn ibn Ishaq. Hunayn berasal dari
Hirah di wilayah Persia. Ia berhasil menerjemahkan karya-karya dari Galen, Plato,
Aristoteles, Hippocrates, dan juga Dioscorides. Namun di antara semua itu karya
utama Hunayn adalah terjemahannya yang membahas tentang tulisan Galen,
bahkan sebagian besar karyanya membahas tentang karya Galen yang di
dalamnya banyak terdapat ilmu-ilmu kedokteran dan juga filsafat, bahkan tujuh
buku Galen yang berisi tentang anatomi tubuh berhasil diterjemahkan oleh
Hunayn.86
Penjelasan mengenai gerakan penerjemahan yang dilakukan oleh Harun dan
juga para dokter pribadinya membuktikan bahwa gerakan penerjemahan sangatlah
penting dalam kemajuan ilmu kedokteran, karena penerjemahan berbagai karya
Yunani, Persia, Sansekerta, dan juga Suryani tersebut merupakan langkah awal
84
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.385. 85
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.386. 86
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.389-390.
30
dari kemajuan ilmu kedokteran pada masa Harun. Dari terjemahan tersebut
berhasil ditemukan berbagai teknik pengobatan ataupun berbagai jenis penyakit
yang kemudian dikembangkan oleh para ilmuwan pada masa tersebut. Para
penerjemah kemudian mengkombinasikan hasil dari semua yang didapat dari
penerjemahan tersebut dengan nilai-nilai Islam, seperti karya dari Hunayn Ibn
Ishaq yang berjudul Al-Asyr Maqalat Fi al-Ayn atau sepuluh risalah tentang mata.
Karya tersebut merupakan buku teks tentang optalmologi yang paling awal
dimiliki oleh dunia Islam. 87
Terjemahan-terjemahan tersebut membawa dampak yang sangat besar
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan terutama ilmu kedokteran. Dari terjemahan
tersebut kemudian berhasil didirikan perpustakaan, rumah sakit, apotik, akademi
kesehatan, toko buku, dan lain-lain.
B. Kestabilan Ekonomi dan Politik
Pada masa Harun, Dinasti Abbasiyah berada pada masa puncak kejayaan.
Kota Baghdad terus tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan besar
yang menghubungkan Asia dan Mediterania. Bahkan kejayaan tersebut
mengalahkan kebesaran Konstantinopel. Pemerintahan Harun berhasil
memanfaatkan sungai Tigris dan Eufrat untuk pertanian gandum, sistem kanal,
tanggul, serta cadangan air yang berhasil mengairi daerah-daerah di sekitarnya
dari kekeringan. Harun juga menjadikan Baghdad sebagai pusat industri besar
dalam pembuatan kapal, pabrik senjata dan juga tekstil. Selain itu pada masanya
juga komoditi sutra menjadi salah satu yang terbaik kualitasnya. Di tangannya,
Dinasti Abbasiyah khususnya Baghdad berada dalam masa kejayaan serta
kemakmuran.88
Kemakmuran tersebut dirasakan oleh berbagai lapisan masyarakat, bahkan
oleh kalangan rakyat miskin sekalipun. Mereka dalam kesehariannya,
sebagaimana diceritakan oleh Benson Bobrick dalam tulisannya, biasa memakan
87
Ja‟far Khadem Yamani, Kedokteran Islam, Sejarah dan Perkembangannya, (Bandung,
DZIKRA, 2005), h.55 88
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Masa Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta,
Akbar Media, 2010), h.227.
31
makanan sehari-hari berupa daging domba panggang yang diiris tipis-tipis serta
dibumbui dan dicampur dengan beraneka macam kacang-kacangan. Kemudian
orang-orang kaya akan senantiasa berjalan keliling kota menggunakan pakaian
yang terbuat dari sutera dengan berbagai hiasan berupa berlian dan emas permata
sebagai aksesorisnya. Mereka senantiasa berpesta dan datang ke pertunjukan-
pertunjukan teater dan kabaret yang ada di setiap sudut kota Baghdad. Tak heran
jika masa kejayaan pada masa Harun dikenal dengan Kisah Seribu Satu Malam
yang melegenda.89
Kemakmuran tersebut bukan hanya dirasakan oleh orang-orang Arab atau
Islam saja, bahkan pada masa Harun, berbagai etnis dari berbagai kelompok
seperti Yunani, India, China, dan Armenia serta yang berasal dari berbagai agama
seperti Kristen, Yahudi, dan para penyembah berhala ikut merasakan kemakmuran
dan kejayaan pada masa Harun. Tidak ada perlakuan diskriminatif terhadap
kelompok minoritas, bahkan mereka senantiasa dirangkul dan dihormati meskipun
dalam berbagai perbedaan. Mereka diizinkan dalam beribadah dan juga
membangun tempat-tempat ibadah mereka seperti gereja-gereja dan kuil-kuil
penyembahan. Di antara mereka juga ditunjuk menjadi orang penting dalam
pemerintahan Harun seperti Jibril ibn Bakhtisyu, dan Yuhanna ibn Musawayh
yang merupakan penganut Kristen Nestorian.90
Selain Ekonomi, kestabilan politik juga menjadi salah satu keunggulan
dalam pemerintahan Harun. Ia adalah seorang cendekiawan yang sejak kecil telah
menerima berbagai ilmu pengetahuan, termasuk kemiliteran.91
Ia senantiasa
menyiapkan pasukan keamanan dan kemiliteran terbaik sebagai benteng
pertahanan terkuat. Hanya segelintir pasukan oposisi yang berusaha untuk
mengkudeta pemerintahan Harun seperti pemberontakan yang dipimpin oleh
Walid bin Tahrif pada tahun 794 M, kemudian oleh Musa al-Kazim tahun 799 M
dan oleh Yahya bin Abdullah bin Abi Taghlib tahun 792 M, namun peristiwa
89
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada Masa
Keemasan Islam, h.103. 90
Benson Bobrick, Kemajuan Harun Al-Rasyid : Kemajuan Peradaban Dunia Pada Masa
Keemasan Islam, h. 104-105. 91
Kasmiati, Harun al-Rasyid, Jurnal Hunafa Vol 3 No 1, Maret 2006, h.93.
32
pemberontakan tersebut tak sedikitpun membuat pertahanan dan kestabilan politik
pada masa Harun menjadi rusak dan hancur. Semua berhasil diselesaikan oleh
Harun dengan sangat baik. Pemerintahannya terus berjalan dengan lancar hingga
akhir hayatnya yang kemudian diwariskan kepada anaknya, al-Amin dan al-
Makmun.
Penulis berpendapat bahwa kemajuan ekonomi dan kestabilan politik yang
dilakukan oleh Harun merupakan salah satu faktor penting terciptanya kemajuan
dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran. Suwarsono dan
Alvin Y.So dalam bukunya yang berjudul Perubahan Sosial dan Pembangunan
mengungkapkan bahwa konsep pembangunan didasari oleh tiga faktor yaitu
modernisasi, dependensi dan sistem ekonomi dunia.92
Bentuk Modernisasi yang diungkapkan oleh Suwarsono dan Alvin tentunya
telah diaplikasikan oleh Harun, berupa pembangunan Industri, arsitektur serta
perdagangan yang sangat maju. Selain itu peradaban masyarakat pada masa Harun
juga sudah sangat maju dan modern. Dari sini penulis berpendapat bahwa
modernisasi mempengaruhi pemikiran Harun yang merupakan seorang pemimpin
sekaligus pembuat kebijakan untuk membuat pembangunan di bidang yang lain
yaitu bidang ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran.
Faktor pembangunan yang kedua adalah dependensi. Menurut penulis,
dependensi dalam konteks ini adalah pertahanan yang dilakukan oleh Harun yaitu
dengan memajukan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran sebagai
benteng pertahanan utama dalam pemerintahannya, karena pendidikan dan ilmu
pengetahuan memungkinkan setiap rakyatnya untuk bertindak dan berpikir lebih
maju dan dapat menciptakan penemuan-penemuan dalam bidang ilmu kedokteran
seperti teknik pengobatan, sarana rumah sakit, apotik, dan juga obat-obatan.
Faktor yang terakhir adalah Ekonomi. Menurut penulis, ketersediaan dana
yang melimpah sangat memudahkan Harun untuk membuat kebijakan baru dalam
proses pembangunan dalam bidang ilmu kedokteran. Kekayaan yang melimpah
membuat Harun tidak sulit untuk membangun fasilitas kedokteran berupa rumah
92
Suwarsono dan Alvin YS. Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Jakarta, Pustaka
LP3ES, 2006), h.42
33
sakit, akademi kesehatan dan juga perpustakaan. Tentunya pembangunan-
pembangunan yang dilakukan oleh Harun tersebut sangat berdampak pada
kemajuan ilmu kedokteran.
34
BAB IV
KEMAJUAN ILMU KEDOKTERAN PADA MASA HARUN AL-RASYID
A. Membangun Rumah Sakit (Bimaristan)
Salah satu kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran pada masa Harun yang
paling fenomenal adalah berhasil dibangunnya rumah sakit Islam pertama yaitu
pada abad ke-8 Masehi. Dalam hal ini rumah sakit Islam (Bimaristan) memiliki
arti yaitu rumah sakit yang memiliki karakteristik bernuansa Islam, baik dari segi
pelayanan maupun cara pengobatannya, seperti pemisahan tempat pengobatan dan
perawatan antara pasien pria dan wanita yang bukan mahram. Teknik
pengobatannya juga tidak menggunakan bahan-bahan yang diharamkan oleh
agama Islam.93
Pelaksanaan sholat lima waktu merupakan hal yang sangat penting. Untuk
itu rumah sakit menyediakan masjid bagi para pasien atau sanak keluarga yang
sedang menjenguk untuk melaksanakan ibadah seperti sholat lima waktu. Tidak
heran jika rumah sakit Islam pada masa Harun memilki ruangan masjid yang
sangat besar dan mampu menampung banyak jamaah.94
Rumah sakit pada masa
Harun juga dikenal sebagai rumah sakit yang sangat terbuka bagi seluruh
rakyatnya, tidak pernah membedakan jenis warna kulit, perbedaan suku dan juga
agama. Seluruh rakyat mendapat hak kesehatan dan pengobatan yang sama.
Rumah sakit tersebut mengobati berbagai macam penyakit seperti demam,
luka infeksi, diare, penyakit mata, penyakit usus, dan berbagai penyakit lainnya.
Selain itu para dokter yang menangani pasien di rumah sakit tersebut ialah para
dokter yang sudah sangat kompeten. Para dokter mendapatkan lisensi atau ijazah
melalui berbagai macam tes atau ujian kelulusan. Hal itu dilakukan oleh Harun
semata-mata agar terhindar dari berbagai kasus malpraktek atau pengobatan yang
93
Roziah Sidik Mat Sidek, Transformation of Hospital In The Islamic Civilization From
Medical Treatmen Centre into a Teaching Hospital, (Malaysia, Midwell Journal, 2012), h.435. 94
Yusuf as-Shiddiq, Tata Letak Rumah Sakit, ( Republika Khazanah : Senin, 22
November, 2010), h.20.
35
dilakukan oleh dokter yang kurang kompeten terhadap bidangnya yang tentunya
dapat membahayakan sang pasien.95
Dari segi bangunan, rumah sakit pada masa Harun merupakan bangunan
yang sangat megah, bahkan kemegahannya hampir menyamai istana. Rumah sakit
tersebut menyediakan pasokan air bersih yang melimpah yang tersambung
langsung dengan sungai Tigris yang merupakan sumber air utama pada masa itu.
Tiap bagian rumah sakit dilengkapi dengan pancuran air bersih untuk minum
maupun mandi, bahkan rumah sakit pada masa itu sangat memperhatikan unsur
kebersihan, sehingga tidak membiarkan kamar mandi dalam keadaan kotor.
Rumah sakit tersebut juga menyediakan berbagai fasilitas seperti fasilitas ruang
inap, ruang penyimpanan dan pelayanan obat-obatan, tempat pendidikan bagi
dokter dan tenaga medis, perpustakaan, dan tempat belajar serta mengkaji ilmu
pengetahuan.96
Rumah sakit juga membuat pemisahan dengan menyediakan tempat khusus
bagi para pasien yang menderita penyakit menular, pasien penderita penyakit mata
dan disentri, juga pasien penderita gangguan kejiwaan.97
Hal ini dilakukan sebagai
langkah awal pencegahan menularnya berbagai penyakit akibat kontak langsung
dengan para pasien penderita penyakit menular ataupun penyakit lainnya.
Tentunya hal ini membuat proses pengobatan menjadi lebih bersih dan
kesembuhan bisa lebih dipercepat.98
Ruangan lain yang tersedia di rumah sakit tersebut ialah ruangan khusus
untuk operasi, dapur, gudang, serta tempat istirahat bagi para pengunjung maupun
staff rumah sakit. Kemajuan dalam bidang pembangunan rumah sakit pada masa
Harun kemudian menjadi acuan utama bagi pembangunan rumah sakit di berbagai
wilayah pada masa-masa setelahnya.99
95
Philip K. Hitty, History of The Arabs, (Trj), R Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi dari judul Asli History of The Arabs : From The Earlies Times To The
Present, (Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), cet 1, h.513. 96
Ibrahim. B. Syed, “Islamic Medicine : 1000 years ahead of its time”, Journal of
International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1, No 2 (2002), h.2. 97
Disentri adalah suatu peradangan usus yang menyebabkan diare disertai darah atau lendir. 98
Yusuf as-Shiddiq, Tata Letak Rumah Sakit, h.20. 99
Yusuf as-Shiddiq, Tata Letak Rumah Sakit, h.20.
36
B. Akademi Kesehatan
Salah satu penemuan besar yang dilakukan Harun dalam sejarah kedokteran
Islam ialah membangun Akademi Kesehatan Islam pertama.100
Akademi
kesehatan atau sekolah medis merupakan proses transmisi keilmuan dari sistem
medis Yunani kuno,Aleksandria dan Persia, ke dalam sistem medis Islam,
sehingga kehadiran akademi kesehatan yang didirikan oleh Harun yang
berasaskan ajaran agama Islam seolah menjadi penyempurna dari berbagai metode
ilmu kedokteran dari masa-masa terdahulu, sekaligus merupakan cikal bakal atau
pelopor dari sekolah-sekolah kedokteran yang dibangun pada masa setelahnya.101
Akademi tersebut juga terbilang maju pada saat itu karena telah memiliki
fasilitas yang cukup lengkap seperti ketersediaan bangunan yang megah, tenaga
pengajar atau dokter yang sudah sangat kompeten dan berpengalaman, bahkan
setidaknya ada sekitar 800 dokter yang ada di kota Baghdad pada masa itu. Selain
itu ketersediaan sumber buku-buku dan juga perpustakaan yang memadai
membuat perkembangan ilmu kedokteran semakin maju.102
Hal ini diungkapkan
oleh Badri Yatim, bahwa pada masa Harun, kesejahteraan sosial, kesehatan,
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada
zaman keemasannya. Tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang sangat tinggi
yang telah diraih Islam dalam segala aspek lini kehidupan, termasuk di dalamnya
adalah kemajuan dalam institusi kesehatan.103
Pada awalnya ilmu kedokteran belum dipelajari oleh masyarakat secara luas,
hanya orang-orang tertentu seperti dari keluarga Jibril Ibn Bakhtisyu dan Yuhana
Ibn Musawayh, namun seiring berjalannya waktu keberadaan ilmu kedokteran
semakin populer dan memiliki peran yang sangat penting dalam Islam karena
pada saat itu para ahli kedokteran (tabib) masih sangat sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan ahli fiqih dan ahli bahasa, peran dari Harun yang
100
Husain, F, Nagamia, “Islamic Medicine History and Current Practice” Journal of
International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1, No 3 (2003), h.19. 101
Bashar Saad and Omar Said Greco – Arab and Islam Herbal Medicine, traditional
System, ethnic, safety, efficacy, and regulator issu, (Singapura, WILEY , A john Wiley & sons,
inc,, 2011), h.17. 102
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.456. 103
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, Rajawali Press,
2011), h.53.
37
memberikan kebebasan kepada rakyatnya untuk mengkaji dan menuntut ilmu
secara luas juga menjadi faktor penting, sehingga kemudian banyak orang yang
tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran.104
Dalam proses kegiatan belajar-mengajar ilmu kedokteran pada masa Harun
mengalami beberapa tahap terutama dalam hal tempat, dimulai dari Masjid yang
merupakan pusat kegiatan umat Islam sejak beradab-abad yang lalu kemudian
Baitul Hikmah atau Perpustakaan (House of Science) hinggga sekolah kedokteran
praktis (rumah sakit/bimaristan). Tempat-tempat tersebut merupakan sebuah
proses perubahan dari satu masa ke masa yang lain yang dilatarbelakangi oleh
budaya dan ilmu pengetahuan. Ilmu kedokteran diajarkan di rumah sakit.105
Dalam proses belajar-mengajar para siswa atau calon dokter akan dipimpin
langsung oleh al-saur atau seorang dokter. Dokter tersebut akan memeriksa pasien
di bangsal di mana pasien dirawat.106
Kemudian para siswa berdiri di sekeliling
bangsal dan memperhatikan bagaimana dokter melakukan tugas penyembuhannya
terhadap pasien tersebut. Setelah itu dokter kemudian menjelaskan semuanya
kepada para siswa.107
Hal ini seperti apa yang dilakukan oleh Hunayn Ibn Ishaq yang
mempraktikkan pengobatan mata dalam teknik pengajarannya kepada para siswa,
dimana penyakit mata merupakan penyakit yang sangat sering muncul di wilayah
Baghdad dan sekitarnya karena cuaca panas dan pengaruh gurun. Selain itu proses
pembelajaran juga bisa menjadikan hewan sebagai obyek penelitian. Seperti apa
yang dilakukan oleh Jibril Ibn Bakhtisyu yang melakukan penelitian ilmu
pembedahan dengan menggunakan monyet sebagai obyeknya karena pada masa
itu Harun melarang penggunaan tubuh manusia sebagai obyek penelitian.108
104
M. Akram Dajani, Medical Education in Islam Civilization, artikel JIMA, Vol 21,
(Jordan : 1989), h.171. 105
M. Akram Dajani, Medical Education in Islam Civilization, h.172. 106
Bangsal adalah sebuah ruangan Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti tempat
perangkapan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu. 107
Ibrahim. B. Syed, “Islamic Medicine : 1000 years ahead of its time”, Journal Of
International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1, No 2 (2002), h.3.
108Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.455.
38
Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa masa Harun merupakan titik awal
berkembangnya pembangunan akademi kesehatan atau sekolah medis. Masa
Harun merupakan masa awal di mana ilmu kedokteran dilakukan secara serius dan
sistematis, mulai dari ketertarikan Harun terhadap ilmu kedokteran kemudian ia
mengumpulkan berbagai manuskrip dari Yunani kuno karya Hipokrates dan Galen
yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, hingga sampai tahap di
mana ia membangun berbagai fasilitas seperti rumah sakit Islam, akademi
kesehatan, perpustakaan, dan apotik. Hal ini tentu merupakan penemuan yang
sangat besar dalam sejarah perkembangan ilmu kedokteran Islam. Tak heran jika
ilmu kedokteran mengalami kejayaan pada masa Harun.
C. Lahirnya Tokoh-Tokoh Ilmu Kedokteran
1. Hunayn Ibn Ishaq
Nama lengkapnya adalah Abu Zaid Hunayn bin Ishaq al-'Ibadi dan dikenal
dalam bahasa Latin sebagai Johannitius (809-873 M), seorang sarjana, dokter, dan
ilmuwan. Ia juga dikenal karena karyanya dalam menerjemahkan manuskrip-
manuskrip medis Yunani kuno seperti karangan Hipokrates dan Galen yang wafat
tahun 201 Masehi ke dalam bahasa Arab dan Suryani.109
Hunayn merupakan murid dari Yuhanna Ibn Musawayh Diceritakan oleh al-
Qafthi dalam bukunya „Ikhbarul Ulama Bi Akhbaril Hukama‟ bahwa Hunayn
merupakan murid yang sangat sering mengajukan pertanyaan kepada gurunya
yaitu Yuhanna, bahkan pertanyaan-pertanyaan tersebut terus dilontarkan secara
terus-menerus dan membuat sang guru menjadi kesal, akhirnya sang guru
kemudian mengusir Hunayn dari kelasnya dan membuat ia sedih dan menangis.110
Selain itu kekesalan Yuhanna kepada Hunanyn juga disebabkan oleh
perspektif para dokter Jundishapur yang hanya menginginkan para keluarga dan
keturunannya yang mempelajari dan mengkaji ilmu kedokteran dan bukan dari
golongan atau kelompok lain. Pendapat tersebut diperkuat oleh Ibnu Abu
Ushaiba‟ah dalam bukunya „Uyunul Anba‟ Fi Tabaqatil Atibba‟ dengan
109Nourouzzaman Shiddieqy, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, (Yogyakarta: Pusat Pelajar,
1998), h. 34. 110
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.388.
39
mengatakan: “Hunayn berasal dari kota yang penduduknya dikenal sebagai
pedagang mata uang yaitu kota Herat.111
Sedang para dokter Jundishapur sangat
benci jika anak-anak para pedagang itu memasuki profesi mereka”.112
Pada akhirnya peristiwa tersebut membuat Hunayn bertekad untuk menjadi
dokter yang cakap dalam berbagai bahasa terutama bahasa Yunani. Ia kemudian
pergi meninggalkan kota Baghdad dan berkelana ke beberapa wilayah di Asia
kecil dan wilayah Alexandria untuk mempelajari bahasa Yunani, Suryani dan
Persia. Hunayn kemudian kembali ke Baghdad dan menerjemahkan berbagai
manuskrip Yunani kuno ke dalam bahasa Arab untuk Jibril Ibn Bakhtisyu yaitu
dokter pribadi Harun al-Rasyid dan hal tersebut membuat Jibril terkagum-
kagum.113
Keberhasilan Hunayn menjadi penerjemah kemudian sampai di telinga sang
guru, Yuhanna Ibn Musawayh. Sang guru kemudian membaca berbagai karya
terjemahan Hunanyn dan terkejut dengan ketelitian tutur kata, kejelasan arti dan
keindahan susunan kata. Sang guru pun sadar hal yang dilakukan kepada Hunanyn
selama ini adalah sebuah hal yang memalukan, Yuhanna pun kemudian
memberikan buku hasil karyanya yang berjudul “An Nadir At Tayyibah” sebagai
bentuk penghormatan.114
Sejak saat itu Hunanyn menjadi seorang ahli kedokteran
dan penerjemah berbagai manuskrip berbahasa Yunani kuno, Suryani, Sansekerta
dan Persia. Berbagai karya berhasil diterjemahkannya dan salah satunya yang
paling terkenal adalah “ al-Asyr Maqalat fi al-„Ayn” yaitu buku yang menjelaskan
tentang sepuluh risalah tentang teknik pengobatan mata.115
2. Al-Thabari
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Sahl Rabban al-Tabari atau
yang lebih dikenal dengan nama Al-Thabari, seorang hakim, ulama Muslim,
111
Ibnu Abi Usaibiah adalah seorang ahli kedoktoran Muslim Arab dan ahli bibliografi serta
merupakan seorang ahli sejarah kedoktoran pertama yang menulis sejarah kedokteran Arab yang
lahir pada tahun 590 H. 112
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.389. 113
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.454. 114
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.455. 115
Philip K. Hitty, History of The Arabs, h.455.
40
dokter dan Psikolog legendaris Muslim dari abad ke-9 M. Selain dikenal sebagai
seorang psikolog, al-Tabari juga menguasai ilmu lain yakni fisika dan kedokteran.
Al-Thabari lahir pada tahun 838 M berasal dari keturunan Persia. Nama al-
Thabari adalah kenangan bahwa dia berasal dari Tabaristan.116
Ia lahir dari keluarga ilmuwan. Ayahnya, Sahl Ibnu Bishr adalah ahli
pengobatan, astrolog, dan ahli matematika yang terkenal. Dia tergolong keluarga
bangsawan dan orang-orang di sekitar memanggilnya Raban yang artinya
pemimpin kami.Sang ayah adalah guru pertama bagi al-Tabari. Dari ayahnya, ia
mempelajari ilmu pengobatan dan kaligrafi. Sebagai seorang pemuda yang cerdas,
al-Thabari juga sangat mahir berbahasa Suryani dan Yunani. Nama besarnya
dicatat dan diabadikan dalam karya muridnya Muhammad Ibnu Zakariya al-Razi
alias Rhazes, fisikawan agung.117
Al-Thabari lalu mengabdi di istana Dinasti Abbasiyah hingga
kepemimpinan al-Mutawakkil (847-861). Diperkirakan saat itulah, dia
memutuskan hijrah ke dunia Islam pada saat Al-Mu'tasim (833-842) menjadi
penguasa Dinasti Abbasiyah.
Dunia psikologi Islam mengenal al-Thabari sebagai pencetus terapi penyakit
jiwa. Selain dikenal sebagai seorang psikolog, ia juga menguasai ilmu lain yakni,
fisika dan kedokteran. Namanya tetap dikenang berkat karya-karya tulisnya yang
sangat berpengaruh. Lewat kitab Firdaus al-Hikmah yang ditulisnya pada abad
ke-9 M. Dia telah mengembangkan psikoterapi untuk menyembuhkan pasien yang
mengalami gangguan jiwa. Al-Thabari menekankan kuatnya hubungan antara
psikologi dengan kedokteran. Ia berpendapat bahwa pasien gangguan jiwa
membutuhkan konseling dan psikoterapi.118
Kitab "Firdaus al-Hikmah" atau (Paradise of Wisdom) merupakan adikarya
sang psikolog. Ia menghasilkan karya pertamanya dalam bidang pengobatan. Dia
116
Tabaristan adalah wilayah kuno bersejarah yang kini berada dalam wilayah Iran. Thabaristan
berada di selatan pantai Laut Kaspia kira-kira di lokasi lereng utara dan selatan pegunungan Alborz dan di
sebelah utara kota Ray yang merupakan kota besar pada masa lalu. 117
Philip K. Hitty, History of The Arabs,h.457. 118
Ashraf Kurdi, Sami khouri, Khaled A. Kurdi, The Arab Contrinution to Neurology (500-
1516 AD), Jordan, Neurosciences 2003 : Vol 8, Suplement 1, h.9.
41
merupakan orang pertama yang mengusung ilmu kesehatan anak-anak dan bidang
pertumbuhan anak.119
3. Al-Razi
Nama lain al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Zakaria Ibn Yahya al-
Razi. Dalam wacana keilmuan Barat dikenal dengan sebutan Rhazes. Ia dilahirkan
di Rayy, sebuah kota tua yang di masa lalu bernama Rhogee, dekat Teheran,
Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya'ban 251 H/ 865 M. 120
Ia dikenal sebagai dokter Muslim terbesar sepanjang sejarah dan yang paling
produktif dalam menghasilkan berbagai karyanya. Dalam usahanya mencari
tempat yang baik untuk dibangun sebuah rumah sakit, ia mempunyai metode
dengan menggunakan sekerat daging yang ia gantung di tempat-tempat yang
berbeda dan nantinya akan dilihat tempat mana yang paling sedikit membuat
kadar daging tersebut menjadi busuk.121
Karyanya yang paling fenomenal adalah al-Hawi yaitu sebuah ensiklopedi
kedokteran yang paling terkenal. Buku tersebut merangkum berbagai pengetahuan
kedokteran dari Yunani, Persia, dan India yang telah dikuasai oleh bangsa Arab
pada saat itu. Buku tersebut juga merupakan buku paling orisinil tentang berbagai
pengetahuan tentang ilmu kedokteran yang ditulis oleh al-Razi. Buku tersebut
kemudian dicetak dan ditulis ulang secara berkali-kali serta dijadikan sumber ilmu
kedokteran utama bangsa Eropa. Tak heran jika al-Razi disebut sebagai salah
seorang ilmuwan yang paling berpengaruh dalam dunia kedokteran.122
4. Ali Ibnu Abbas
Ali bin Abbas al-Majusi. Dia lahir di Ahwaz, barat daya Persia dan
meninggal sekitar tahun 982 M -994 M. Ia dikenal sebagai Masoudi, atau dalam
bahasa latin sebagai Haly Abbas, hidup di masa Dinasti Abbasiyah yang awalnya
119
Ashraf Kurdi, Sami khouri, Khaled A. Kurdi, The Arab Contrinution to Neurology
(500-1516 AD), h.9. 120
http://mgmpkimia.wordpress.com/tokoh-kimia/al-razi-865-925. (diakses pada 20
November 2017), Lihat pula di http://kolom-biografi.blogspot.com. 121
Edward G. Browne, Arabian Medicine, (Cambridge, 1921), h.44. 122
Phillip K. Hitty, History of The Arabs, h.458-459.
42
menganut ajaran Zoroaster, sebagaimana terlihat dari namanya al-Majusi sebelum
akhirnya menjadi seorang Muslim.123
Dia lahir di Ahwaz, barat daya Persia dan belajar di bawah Syeikh Abu
Musa bin Sayyar Maher. Identitas para leluhurnya ialah penganut Zoroaster, tetapi
ia sendiri adalah seorang Muslim yang taat.
Selain tenar sebagai dokter profesional, Ali Abbas al-Majusi juga dikenal
sebagai penulis sejumlah buku medis. Ia pun disejajarkan dengan ilmuwan
Muslim lain, seperti Zakariya ar-Razi dan Ibnu Sina. Beberapa penemuan baru Ali
Abbas diabadikannya dalam wujud tulisan lepas dan buku karya ilmiah. Kerja
keras, kecerdasan, dan prestasi Ali Abbas akhirnya didengar oleh Amir Daulah
yang segera meminta Ali Abbas menulis sesuatu yang berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.124
Sebagai jawaban, Ali Abbas pun membuat
sebuah karya penting di bidang kedokteran, yang kemudian dipersembahkannya
untuknya. 125
Karya tersebut berjudul Kamil al-Sina'a atau Kamil al-Maliki. Kitab ini ia
tulis untuk penguasa Buwaihi, al-Dawlah Fanna Khusraw, yang memerintah
antara 949 M -983 M. Karya Ali Ibnu Abbas ini, yang disebut juga Kamil al-
Shina‟ah al-Thibbiyyah, sebuah “kamus penting yang meliputi pengetahuan dan
praktik kedokteran”, lebih ringkas daripada al-Hawi (buku karya al-Razi), dan
dipelajari dengan lebih bersemangat hingga digantikan oleh karya yang muncul
berikutnya, yang ditulis oleh Ibnu Sina, yakni Al-Qanun. Jika al-Qanun dianggap
sebagai "Kitab Kedokteran" sekaligus karya terbaik Ibnu Sina karena berisi
pembahasan tentang seni bedah dan penyembuhan luka maka Kamil al-Sina'a
adalah sebuah buku legendaris karya Ali Abbas Majusi yang mengulas tentang
ilmu bedah hingga ke intinya.126
123
Zoroastrianisme atau Majusi adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh
ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala
adalah sebuah agama yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. 124
Muhammad Thohir, Sejarah Islam dari Andalus Sampai Indus, (Jakarta, Pustaka Jaya,
1981), h.98. 125
Ashraf Kurdi, Sami khouri, Khaled A. Kurdi, The Arab Contrinution to Neurology , h.11 126
Ashraf Kurdi, Sami khouri, Khaled A. Kurdi, The Arab Contrinution to Neurology , h.11
43
5. Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Sina. Ia
dilahirkan pada tahun 980 M di Afshanah sebuah desa kecil di dekat
Bukhara,yang sekarang dikenal dengan wilayah Uzbekistan.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori
kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya
sendiri, menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini
memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun, bahkan di
usia 21 tahun, ia sudah mampu menulis karya-karyanya, yaitu seputar
sistematisasi pengetahuan terutama dalam bidang filsafat dan kedokteran.127
Di antara karya-karya Ibnu Sina yang paling terkenal adalah al-Qanun fi al-
Tibb (The Canon of Medicine). Selama kurun waktu abad ke-12 sampai abad ke-
14 M, buku ini dijadikan referensi utama bagi fakultas kedokteran di berbagai
perguruan tinggi Eropa, pada abad ke-17. Buku ini dianggap ensiklopedi ilmu
kedokteran. Versi edisi bahasa Arab terbit di Roma pada tahun 1593 M, dan
dalam bahasa Hebrew terbit di Naples pada tahun 1491. Sejak abad ke-15 M,
buku ini telah dicetak ulang sebanyak 15 kali, bahkan beberapa bagian buku
tersebut masih dicetak pada tahun 1930 di kota London, salah satunya
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Oskar Cameron Gruner.128
Buku al-Qanun ini merupakan karya ensiklopedi mencakup kombinasi
sistem medis Yunani dan Arab, dengan tambahan pengalaman personal Ibnu Sina.
Buku ini membahas tentang klasifikasi penyakit, penjelasan dan penyebab –
penyebabnya, dengan terapi (pengobatan), dan klasifikasi kedokteran secara
sederhana dan luas. Dengan higenitas, fungsi tubuh, dan berbagai topik
lainnya..129
127
Phillip K. Hitty, History of The Arabs, h. 459-460. 128
Al-Qanun fi Thibb terjemahannya dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam Oskar
Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, (New York: AMS Press, 1973), bag. I-IV,
h.25-135, 460-534. 129
AftabMacksood,“How Islam Influenced Science”,dalam
www.ais.org/bsb/Herald/Previous/95/ science.hlml diakses pada tanggal 11 Januari 2015. Dan
lihat Oscar Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, h. 174-183.
44
Tak heran jika Ibnu Sina lebih dikenal sebagai Pangeran Para Dokter di
dunia Barat selama berabad-abad dan di dunia Timur hingga saat ini. Di Barat dia
dikenal dengan Avicenna.130
130
Heriyanto, Husain. Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam. (Jakarta: Mizan, 2011),
h.198.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harun al-Rasyid adalah sosok pribadi yang cerdas dan berkepribadian
kuat. Sejak kecil ia telah menerima pendidikan yang baik dalam ruang lingkup
istana seperti pendidikan agama, pemerintahan, dan kemiliteran. Ia adalah
seorang cendikiawan yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, ia sangat mahir
dalam bidang sejarah, bahasa, dan kesusasteraan. Harun juga merupakan sosok
yang soleh dan taat terhadap ajaran agama, ia rutin melaksanakan ibadah, baik itu
wajib maupun sunnah, seperti melaksanakan ibadah haji, sholat sunnah 100 rakaat
perhari dan juga bersedekah. Dalam hal kepemimpinan, ia adalah sosok pemimpin
yang tegas dan juga berhati lembut, terutama kepada para ilmuwan dan alim
ulama, sehingga menjadikan ia sebagai pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya.
Peran Harun dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran
sangatlah penting, karena kebijakan yang dikeluarkan oleh Harun bersifat mutlak
dan tidak bisa dibantah. Ia menjadikan ilmu pengetahuan sebagai tujuan nasional
dengan mengirim surat kepada para gubernur di seluruh wilayah Dinasti
Abbasiyah agar memberikan penghargaan dan upah kepada para siswa dan
mahasiswa yang berprestasi. Selain itu melalui gerakan penerjemahan berbagai
manuskrip berbahasa Yunani Kuno, Persia dan juga Suryani secara besar-besaran,
ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat. Selain itu hubungan
diplomatik antara Harun dengan para dokter dari Akademi Kesehatan Jundishapur
juga menjadi poin yang sangat penting dalam berkembangnya ilmu kedokteran di
wilayah Dinasti Abbasiyah. Ilmu kedokteran yang awalnya tidak begitu populer
dan hanya dipelajari oleh para bangsawan dan keturunan dokter Jundishapur pada
akhirnya bisa dipelajari oleh seluruh lapisan masyarakat.
Ilmu kedokteran pada masa Harun mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Pembangunan Bimaristan dengan sistem dwifungsi yaitu sebagai rumah
sakit dan juga sebagai sekolah medis merupakan terobosan yang pertama dalam
sejarah kedokteran Islam. Rumah sakit tersebut juga dibangun dengan sangat
46
megah dengan fasilitas yang sangat lengkap termasuk di dalamnya adalah apotik.
Dari kemajuan-kemajuan tersebut akhirnya melahirkan tokoh kedokteran Islam
yang sangat terkenal seperti at-Thabari, ar-Razi dan Ibnu Sina.
B. Saran
1. Bagi Dunia Pendidikan
Untuk meningkatkan pembelajaran dalam pendidikan, maka dunia pendidikan
harus semakin dikembangkan. Mempelajari sejarah pendidikan Islam dapat
menjadi sebuah pembelajaran bagi pendidikan untuk memperoleh semangat dalam
belajar,
2. Bagi Dunia Penelitian
Dalam proses penelitian kajian pustaka memerlukan bahan bacaan yang lebih
banyak. Bagi yang berminat untuk melakukan penelitian ini, perlu lebih awal
melakukan kegiatan membaca untuk mendukung pengetahuan dan mempermudah
penelitian. Banyak hal yang masih perlu dikaji, tidak hanya melalui lingkungan
sekitar tetapi juga dapat mengkaji tokoh dan karya-karya yang telah tersebar luas
di muka bumi.
47
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qanun fi Thibb terjemahannya dalam bahasa Inggris dapat dilihat dalam Oskar
Cameron Gruner, The Canon of Medicine of Avicenna, (New York:
AMS Press, 1973).
Al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam sejak masa Nabi Adam hingga abad XX,
Mizan, 2002.
2
Anjum, Saba. A Significant of Baitul Hikmah in Development of Scientific Work in
Abbasid Period, India, Aligard Muslim University (AMU), 2014.
As-shidiq, Yusuf. Tata Letak Rumah Sakit, ( Republika Khazanah : Senin, 22
November, 2010).
As-shidiq, Yusuf. Pengembangan Farmasi, ( Republika Khazanah : Jum‟at, 15
Oktober, 2010).
Kate, Kelly. The History of Medicine: Sejarah Kedokteran Dari Zaman Pra-
Sejarah Hingga Kini, Daru Wijayanti, Yogyakarta, PALMAL, 2010.
F .Nagamia, Husain. “Islamic Medicine History and Current Practice” Journal Of
International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1, No 3
(2003)
Isa, Ahmad. Tarikhu al-Bimaristan fi al-Islam, Mesir, Muassasatu Hindawi
Litta‟limi Wassaqofah, 2012.
Ulllman, Manfred. Islamic Medicine, Great Britain, Edinburgh University Press,
1978.
K. Hitty, Phillip. History Of The Arabs, (Trj), R Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi dari judul Asli History Of The Arabs : From The
Earlies Times To The Present, (Jakarta, PT Serambi Ilmu Semesta,
2010).
B. Syed, Ibrahim. “Islamic Medicine : 1000 years ahead of its time”, Journal Of
International Society for The History of Islamic Medicine, Vol 1, No 2
(2002).
Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta, Fajar Media Press,
2010).
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta, PustakaAl-Husna,
1993.
Kasmiati, Harun Ar-rasyid, Jurnal Hunafa Vol 3 No 1 Maret 2006.
Jamil, Ahmad. Seratus Muslim Terkemuka, Jakarta, Pusataka Firdaus, 1996.
Ensiklopedi Islam, Jakarta, PT Ikhtiar Baru Van Houve, 1994
48
Saefuddin, Didin. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, UIN Pers, 2003.
Mat Sidek, Roziah Sisik. Transformation of Hospital In The Islamic Civilization
From Medical Treatmen Centre into a Teaching Hospital, (Malaysia,
Midwell Journal, 2012).
As-shidiq, Yusuf. Tata Letak Rumah Sakit, ( Republika Khazanah : Senin, 22
November, 2010).
Khuluk, Lathiful. Perkembangan Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah,
Sejarah Peradaban Islam : Dari Masa Klasik Hingga Masa Modern,
(Yogyakarta, LESFI , 2009).
Saad , Bashar dan Said Omar. Greco – Arab and Islam Herbal Medicine,
traditional System, ethnic, safety, efficacy, and regulator issu,
(Singapura, WILEY , A john Wiley & sons, inc,, 2011).
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, Rajawali
Press, 2011).
Dajani. M. Akram. Medical Education in Islam Civilization, artikel JIMA, Vol
21, (Jordan : 1989).
Fayyadh, Sulaiman. IBNU NAFIS : Penemu Pembuluh Darah Kapiler,
(Yogyakarta, Pustaka Mantik, 1993).
Shiddieqy, Nourouzzaman. Jeram-Jeram Peradaban Muslim, (Yogyakarta: Pusat
Pelajar, 1998).
Kurdi, Ashraf., Sami, khouri, A. Kurdi, Khaled. The Arab Contrinution to
Neurology (500-1516 AD), Jordan, Neurosciences 2003 : Vol 8.
G. Browne, Edward. Arabian Medicine, (Cambridge, 1921)
Macksood, Aftab. “How Islam Influenced Science”, dalam
www.ais.org/bsb/Herald/Previous/95/ science.hlml diakses pada
tanggal 11 Januari 2015. Dan lihat Oscar Cameron Gruner, The Canon
of Medicine of Avicenna.
Heriyanto, Husain. Menggali Nalar Saintifik Peradaban Islam. (Jakarta: Mizan,
2011).
Negoita, Anna Maria. The City of Mansur The Builder, Baghdad Between The
Caliph‟s Will Andshari‟a Norms, University of Bucharest ,2011.
Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam Masa Klasik Hingga Masa Modern,
Yogyakarta, LESFI, 2002.
49
Yamani, Ja‟far Khadem. Kedokteran Islam, Sejarah dan Perkembangannya,
Bandung, DZIKRA, 2005.
Suwarsono dan YS Alvin. Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Jakarta,
Pustaka LP3ES, 2006).
Saharawati Mahmouddin. Kedokteran Nabi, Al-Thibb Al-Nabawi (Medicine Of
The Prophet), (Jakarta, UIN Press, 2012).
Wahyu wibowo, Sejarah Ilmu Kedokteran (Jakarta: Faza Media, 2005).
Muhammad Reza Ashfar, “Jundishapur, A Symbol of Intercultural
Understanding”, Jundishapur Journal of Microbiology, No 5, Vol 4,
2012.
Gail Marlow Taylor, The Physician of Jundishapur, E-Sasanika Graduate Paper,
University of California, 2010.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1.1- Ilustrasi gambar Harun al-Rasyid
Sumber : Pierre Beadry and Husein Askary, The Abbasid Chalipate of Haroun al-
Rasyid, h.3.
51
Lampiran 1.2 – Ilustrasi yang menggambarkan ketika Harun al-Rasyid sedang
berpesta dengan orang kepercayaanya Ja‟far al-Barmak dan para pembantu
kerajaan.
Sumber : Gabriel Audisio, Harun al-Rasyid Caliph of Baghdad,( Roberth
McBride and Company, New York, 2010), h. 21.
52
Lampiran 1.3 – Peta wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah yang menunjukan
jarak antara kota Baghdad dan Jundishapur yang sanngat dekat.
Sumber : Gail Marlow Taylor, The Physician of Jundishapur, E-Sasanika
Graduate Paper, University of California, 2010, h.9.
53
Lampiran 1.4 – Ilustrasi pengobatan yang dilakukan oleh tabib atau dokter yang
dikelilingi oleh para murid.
Sumber : https://library.unusa.ac.id/2015/02/26/pentingnya-menjaga-kesehatan-
menurut-islam/
( diakses pada 17 Juli 2019)