peran guru pendidikan pancasila dan …eprints.ums.ac.id/75946/1/naskah publikasi.pdf · peran guru...

14
PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP SISWA KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: DIDIK NOTO LAKSONO A220150024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

    DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP

    SISWA KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah

    6 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019)

    Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

    pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Oleh:

    DIDIK NOTO LAKSONO

    A220150024

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2019

  • i

    HALAMAN PERSETUJUAN

    PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

    DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP SISWA

    KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 6 Surakarta

    Tahun Pelajaran 2018/2019)

    PUBLIKASI ILMIAH

    oleh:

    DIDIK NOTO LAKSONO

    A220150024

    Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

    Dosen Pembimbing

    Dra. Sundari, S.H., M.Hum

    NIK. 151

  • ii

    HALAMAN PENGESAHAN

    PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

    DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP SISWA

    KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 6 Surakarta

    Tahun Pelajaran 2018/2019)

    PUBLIKASI ILMIAH

    Oleh:

    DIDIK NOTO LAKSONO

    A220150024

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

    pada hari Senin, 29 Juli 2019 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

    Dewan Penguji

    1. Dra. Sundari, S.H., M.Hum. ( )

    (Ketua Dewan Penguji)

    2. Dr. Ahmad Muhibbin, M.Si ( )

    (Anggota 1 Dewan Penguji)

    3. Dra. Sri Gunarsih, S.H., M.H. ( )

    (Anggota 2 Dewan Penguji)

    Dekan,

    Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum

    NIDN. 0028046501

  • iii

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya

    yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

    tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang

    pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam

    naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila kelak terbukti ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka

    akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

    Surakarta, 17 Juli 2019

    Penulis

    DIDIK NOTO LAKSONO

    A220150024

  • 1

    PERAN GURU PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

    DALAM MENANAMKAN NORMA KESOPANAN TERHADAP

    SISWA KELAS VII-B (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah

    6 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019)

    Abstrak

    Penelitian ini betujuan untuk mendeskripsikan peran guru Pendidikan Pancasila

    dan Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan terhadap siswa kelas

    VII-B di SMP Muhammadyah 6 Surakarta tahun pelajaran 2018/2019. Penelitian

    ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang

    digunakan dalam penelitian ini yaitu obervasi, wawancara dan dokumentasi.

    Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber pengumpulan data dan

    triangulasi teknik pengumpulan data. Analisis data yang digunakan adalah model

    alir yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

    kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru

    Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan norma

    kesopanan terhadap siswa kelas VII-B di SMP Muhammadyah 6 Surakarta tahun

    pelajaran 2018/2019 dilakukan dengan cara pembiasaan, pemberian nasehat,

    bimbingan, arahan, motivasi dan masukan terhadap peserta didik tersebut, selain

    itu juga melalui kegiatan among siswa pada pagi hari. Kendala yang dihadapi oleh

    guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam mewujudkan perannya

    yaitu terdapat siswa sulit dibimbing dan diberi masukan, peserta didik tersebut

    mengulang perbuatan itu lagi dikemudian hari, selain itu juga faktor keluarga dari

    masing-masing siswa. Solusi dalam mengatasi kendala peran guru Pendidikan

    Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan yaitu

    dengan cara memberi peringatan jika peserta didik tetap tidak mau untuk bersikap

    sopan maka guru akan memberi nilai yang jelek bahkan tidak akan menaikkan

    kelas.

    Kata kunci: Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Norma

    kesopanan, Siswa.

    Abstract

    This study aims to describe the role of the teacher of Pancasila and Citizenship

    Education in instilling courtesy norms for students of class VII-B in Surakarta 6th

    Muhammadiyah Middle School in the academic year 2018/2019. This study uses

    a qualitative approach. Data collection techniques used in this study were

    observation, interviews and documentation. The validity of the data uses

    triangulation of data collection sources and triangulation of data collection

    techniques. Analysis of the data used is a flow model that includes data collection,

    data reduction, data presentation and conclusion or verification. The results of this

    study indicate that the role of the teacher of Pancasila and Citizenship Education

    in instilling courtesy norms for students of class VII-B in Surakarta 6th

    Muhammadiyah Middle School in the academic year 2018/2019 is done by

    habituating, giving advice, guidance, direction, motivation and input to these

    students , besides that also through activities among students in the morning.

    Constraints faced by the teachers of Pancasila and Citizenship Education in

  • 2

    realizing their role are that there are difficult students to be guided and given

    input, these students repeat the action again in the future, besides that it is also the

    family factor of each student. The solution to overcoming the constraints of the

    role of teachers of Pancasila and Citizenship Education in instilling modesty

    norms is by giving a warning if students still do not want to be polite, the teacher

    will give a bad grade and will not even raise the class. Keywords: Teacher's role in Pancasila and Citizenship Education, Norma

    courtesy, student.

    1. PENDAHULUAN

    Tugas dan peran guru saat ini semakin berat seiring dengan perkembangan ilmu

    pengetahuan serta teknologi yang semakin pesat. Guru sebagai komponen utama

    dalam dunia pendidikan di tuntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui

    perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang baik di

    masyrakat maupun sekolah. Gurulah yang berhadapan langsung dengan peserta

    didik di kelas, maka pendidik lah yang akan menghasilkan peserta didik yang

    berkualitas, baik secara akademik, skill (keahlian), kematangan emosional, dan

    moral serta spiritual (Kunandar, 2014: 37-40).

    Menurut Ahmadi sebagaimana dikutip Suharyanto (2013: 194), “peranan

    adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu untuk berbuat

    dan bersikap dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosial”. Terkait

    perngertian peran Fauzi, dkk (2013: 3) menyatakan:

    Pengertian peran adalah sebuah kegiatan yang dilakukan karena adanya

    sebuah keharusan maupun tuntutan dalam sebuah profesi atau berkaitan

    dengan keadaan dan kenyataan. Jadi peran merupakan perilaku yang

    diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang yang sesuai dengan

    kedudukannya dalam suatu sistem.

    Guru merupakan sosok orang yang rela mencurahkan sebagian besar

    waktunya untuk mengajar serta mendidik siswa (Naim, 2009: 1). Menurut

    Sardiman (2016: 125), “Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam

    proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam pembentukan sumber daya

    manusia yang potensial dibidang pembangunan”. Menurut Syah (2014: 254), guru

    merupakan tenaga pendidik yang mempunyai tugas utama mengajar, dalam arti

    mengembangkan ranah cipta, rasa dan karsa peserta didik. Menurut Lanier (2015)

  • 3

    sebagaimana dikutip oleh Xhemajli (2016: 33), bahwa tugas terpenting dari

    seorang guru adalah sebagai berikut.

    According to Lanier (2015), the most important task of the teacher is to

    make effort to enable well understandable teaching experience, which

    enables the pupils to resolve problems from the real life and demonstrate

    that they have learned great ideas, acquired good capabilities and fulfil the

    laws of the mind and the heart, complying with educational standards.

    Menurut Sadirman (2016: 144), terdapat beberapa peranan guru dalam

    kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

    a. Informator, guru dalam hal ini sebagai pelaksana cara mengajar informatif,

    laboratorium, studi lapangan serta sumber informasi dalam kegiatan baik

    adakademik maupun umum.

    b. Organisator, dalam hal ini peran guru adalah sebagai pengelola kegiatan

    akademik, silabus, workshop, dan jadwal pelajaran.

    c. Motivator, peran guru sebagai motivator bertujuan meningkatkan kegairahan

    dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik.

    d. Pengarah atau Direktor, dalam hal ini guru harus dapat membimbing serta

    mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan

    yang dicita-citakan.

    e. Inisiator, guru dalam hal ini berperan sebagai pencetus ide-ide kreatif yang

    dapat menjadi contoh bagi siswa dalam proses pembelajaran.

    f. Transmitter, guru berperan selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan

    pengetahuan.

    g. Fasilitator, guru mempunyai peran dalam memberikan fasilitas atau

    kemudahan dalam proses pembelajaran.

    h. Mediator, dalam hal ini guru berperan sebagai penengah dalam kegiatan

    pembelajaran.

    Menurut Yudia, Arianto dan Solihatin (2013: 1), Pendidikan Pancasila dan

    Kewarganegaraan ialah mata pelajaran yang berisi tentang nilai-nilai pancasila

    dengan tujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik. Menurut Sukarno

    (2015: 7), “Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk menjadikan warga

    negara yang baik dan mampu mendukung bangsa dan negara”. Menurut Kaelan

    dalam Warsito (2012: 23), tujuan Pendidikan Pancasila sebagai berikut:

  • 4

    a. Menghasilkan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk mengambil sikap

    bertanggungjawab sesuai hati nuraninya.

    b. Menghasikan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk mengenali

    masalah hidup, kesejahteraan dan cara-cara pemecahannya.

    c. Menghasikan peserta didik yang mampu mengenali perubahan-perubahan dan

    perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

    d. Menghasikan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk memaknai

    peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan

    Indonesia.

    Norma merupakan suatu petunjuk mengenai tingkah laku yang harus

    dilakukan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan motivasi tertentu (Mahendra,

    2015: 23). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip oleh

    Sukarno (2015: 28), pengertian norma adalah sebagai berikut:

    Norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam

    masyarakat dipakai sebagai panduan tatanan dan pengendali tingkah laku

    yang sesuai dan diterima: setiap masyarakat harus menaati peraturan yang

    berlakut.

    Menurut Mahendra (2015: 23), norma dalam perwujudannya terdiri dari

    norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, norma hukum dan norma

    sosial. Menurut Mahendra (2015: 23), terdapat sanksi terhadap pelanggar norma

    sebagai berikut:

    a. Norma agama, sanksinya langsung dari Tuhan.

    b. Norma kesusilaan, sanksinya berupa rasa malu dan menyesal terhadap dirinya

    sendiri.

    c. Norma kesopanan, sanksinya dikucilkan dalam pergalam masyarakat.

    d. Norma hukum, sanksinya berupa penjara atau kurungan yang dipaksakan oleh

    alat negara.

    Sopan merupakan suatu yang mengisyaratkan adanya rasa hormat dan

    penghargaan kepada hal-hal yang baik (Aziz, 2012: 19). Perilaku sopan santun

    merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari bagi setiap

    orang, karena dengan menunjukkan sikap sopan santunlah, seseorang dapat

    dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial (Suryani,

  • 5

    2017: 115). Menurut Sukarno (2015: 30), “norma kesopanan adalah peraturan

    hidup yang timbul dari hasil pergaulan kelompok itu”.

    Menurut Suryani (2017: 119), terdapat beberapa indikator sopan santun

    dalam berbicara sebagai berikut:

    a. Berbicara tidak lantang atau keras.

    b. Tidak berkata kotor.

    c. Tidak menyela pembicaraan.

    d. Bersikap baik ketika berbicara dengan teman.

    e. Menggunakan bahasa yang baik dan benar.

    Menurut Elkabumaini dan Ruhyana (2016: 55), indikator norma kesopanan adalah

    sebagai berikut:

    a. Sering berperilaku baik dan sopan kepada orang lain.

    b. Sering berperilaku sopan santun kepada guru.

    c. Sering berperilaku sopan santun kepada saudara dan teman.

    d. Menghindarkan diri dari perilaku yang tidak sopan.

    Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa indikator norma

    kesopanan dalam penelitin ini adalah sebagai berikut:

    a. Berperilaku sopan kepada guru.

    b. Berbicara dengan bahasa yang baik kepada guru dan orang lain.

    c. Berperliku baik ketika diajak berbicara oleh guru dan orang lain.

    d. Bertegur sapa dengan baik kepada guru dan orang lain.

    e. Tidak menyela atau memotong pembicaraan orang lain.

    2. METODE

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data disajikan dalam

    bentuk kata-kata. Penelitian kualitiatif adalah metode yang berlandaskan atau

    berdasar pada filsafat postpositivisme dan digunakan untuk meneliti kondisi objek

    yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiono, 2017: 15).

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu obervasi,

    wawancara dan dokumentasi.

  • 6

    Sukandarrumdi (2006: 69), menyatakan bahwa observasi adalah

    pengamatan dan pencatatan suatu objek terhadap sistematika fenomena yang

    diselidiki. Menurut Moleong (2007: 186), “wawancara adalah percakapan dengan

    maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

    (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

    memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Dokumen merupakan catatan peristiwa

    yang sudah berlalu, dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental

    dari seseorang (Sugiono, 2017: 329).

    Penelitian ini menerapkan dua dari tiga bentuk triangulasi. Trianggulasi

    yang diterapkan yaitu trianggulasi sumber data dan trianggulasi teknik

    pengumpulan data. Analisis data yang diguanakan adalah model alir yang

    meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan

    kesimpulan atau verifikasi.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu

    observasi, wawancara dan dokumentasi. Guru Pendidikan Pancasila dan

    Kewarganegaraan mempunyai peran yang penting dalam menanamkan perilaku

    sopan terhadap peserta didik. Fokus penelitian ini membahas mengenai peran

    guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan norma

    kesopanan terhadap siswa kelas VII-B di SMP Muhammasiyah 6 Surakarta.

    Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan

    norma kesopanan terhadap siswa kelas VII-B dapat dilihat dari kegiatan yang

    dilakukan oleh guru dalam membiasakan siswa untuk bersikap sopan baik

    terhadap guru, kepala sekolah, karyawan serta teman-temannya. Kegiatan tersebut

    adalah membiasakan siswa untuk beribacara menggunakan bahasa yang baik

    terhadap guru, melaksanakan praktek tentang cara berbuat sopan saat materi

    norma dan keadilan serta pembiasaan sapa dan salam dengan guru setiap pagi.

    Peran guru Pancasila dan Kewarganegaraan sudah sangat baik karena secara

    umum siswa kelas VII-B telah bersikap sopan, kemudian ketika guru melihat

    siswa yang kurang sopan maka dipanggil satu-satu untuk dinasehati. Peran guru

  • 7

    dalam hal ini adalah sebagai pengarah atau direktor, bahwa guru harus dapat

    membimbing serta mengarahkan peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai

    dengan tujuan yang dicita-citakan.

    Bentuk peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam

    menanamkan norma kesopanan kepada siswa khusunya dalam berbicara yaitu

    dengan nasehat, bimbingan, arahan dan pembiasaan serta motivasi. Guru

    Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran telah melakukan perannya dengan

    baik terkait penanaman norma kesopanan terhadap siswa khususnya kelas VII-B.

    Upaya yang telah dilkukan oleh guru pendidikan pancasila dan kewarganegaran

    sesuai dengan peran pendidik sebagai motivator yaitu peran guru yang bertujuan

    meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik. Peran

    dari guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan terkait pembiasakan siswa

    untuk berperliku baik ketika diajak berbicara oleh guru dan orang lain adalah

    diberi masukan-masukan bahwa perilaku yang seperti itu tidak boleh walaupun

    dengan guru yang masih muda.

    Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan mempunyai

    tanggungjawab dalam penanaman sikap sopan santun siswa. Namun, usaha guru

    Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan norma

    kesopanan terhadap siswa mendapatkan beberapa kendala yang menghambat

    terwujudnya peran tersebut. Kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan

    Pancasila dan Kewarganegaraan dalam perannya menanamkan norma kesopanan

    pada siswa kelas VII-B yaitu terdapat siswa sulit dibimbing dan diberi masukan,

    peserta didik tersebut mengulang perbuatan itu lagi dikemudian hari.

    Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan

    norma kesopanan terhadap siswa kelas VII-B di SMP Muhammadiyah 6 surakarta

    tahun pelajaran 2018/2019 mendapat beberapa kendala atau hambatan, namun

    masih ada solusi dalam mengatasi hal tersebut. Solusi dalam mengatasi siswa

    yang kurang sopan di kelas VII-B SMP Muhammadiyah 6 Surakarta tahun

    pelajaran 2018/2019 adalah dengan cara memberi peringatan jika peserta didik

    tetap tidak mau untuk bersikap sopan maka guru akan memberi nilai yang jelek

    bahkan tidak akan menaikkan kelas. Cara tersebut sangat tepat untuk digunakan

  • 8

    karena dengan siswa takut nilainya jelek atau tidak naik kelas maka peserta didik

    tersebut akan mematuhi nasehat guru.

    4. PENUTUP

    Berdasarkan kajian teori dan data yang diperoleh di lapangan dapat disimpulkan

    sebagai berikut: Peran guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam

    menanamkan norma kesopanan. Peran guru Pendidikan Pancasila dan

    Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan terhadap siswa kelas

    VII-B di SMP Muhammadyah 6 Surakarta tahun pelajaran 2018/2019 dengan cara

    pembiasaan, pemberian nasehat, bimbingan, arahan, motivasi dan masukan

    terhadap peserta didik tersebut, selain itu melalui kegiatan among siswa pada pagi

    hari. kegiatan among siswa ini bahwa peserta didik yang belum berjabat tangan

    dengan guru dan mengucap salam tidak diperbolehkan masuk. Kendala dalam

    menanamkan norma kesopanan. Kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan

    Pancasila dan Kewarganegaraan dalam mewujudkan perannya yaitu terdapat

    siswa sulit dibimbing dan diberi masukan, peserta didik tersebut mengulang

    perbuatan itu lagi dikemudian hari, selain itu juga faktor keluarga dari masing-

    masing siswa. Solusi dalam mengatasi peran guru Pendidikan Pancasila dan

    Kewarganegaraan dalam menanamkan norma kesopanan. Solusi untuk mengatasi

    kendala dalam menanamkan norma kesopanan yaitu dengan cara memberi

    peringatan jika peserta didik tetap tidak mau untuk bersikap sopan maka guru

    akan memberi nilai yang jelek bahkan tidak akan menaikkan kelas.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aziz, Hamka Abdul. 2012. Karakter Guru Profesional. Jakarta Selatan: Al-

    mawardi Prima.

    Elkabumaini, Nasin dan Rahmat Ruhyana. 2016. Panduan Implementasi

    Pendidikan Budi Pekerti. Bandung: Yrama Widya.

    Fauzia, Fadil Yudia, Ismail Arianto dan Etin Solihatin. 2013. “Peran Guru

    Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Upaya Pembentukan

    Karakter Peserta Didik”. Jurnal PPKn UNJ (Online). (https://s3.amazona-

    ws.com/academia.edu.documents/32881263/PERAN-GURU-PENDIDI-

    KAN-PANCASILA-DAN-KEWARGANEGARAAN-DALAM-UPAYA-

  • 9

    PEM- BENTUKAN-KARAKTER-PESERTA-DIDIK2 .pdf, diakses pada

    hari Rabu tanggal 3 April 2019 pukul 13.00 WIB).

    Kunandar. 2014. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT

    Rajagrafindo Persada.

    Mahendra, Putu Ronny Angga. 2015. “Pancasila sebagai Etika Politik”. Jurnal

    Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP Universitas Dwijendra (Online).

    (http://ejournal.undwi.ac.id/index.php/widyaaccarya/article/download/229/1

    97, diakses pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2019 pukul 19.11 WIB).

    Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya Offset.

    Naim, Ngainun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yoyakarta: Pustaka Pelajar.

    Suharyanto, Agung. 2013. “Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam

    Membina Sikap Toleransi Antar Siswa”. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan

    Sosial Politik. (http://ojs.uma.ac.id/index.php/jppuma/article/view/563/403,

    diakses pada hari Rabu tanggal 3 April 2019 pukul 13.22 WIB).

    Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kulaitatif

    dan R & D. Bandung: Cv. Alfabeta.

    Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis untuk Peneliti

    Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

    Sukarno. 2015. Paradigma Baru Pendidikan kewarganegaraan. Yogyakarta:

    Pustaka Belajar.

    Suryani, Lilliek. 2017. “Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara dengan

    Teman Sebaya melalui Bimbingan Kelompok”. Jurnal Mitra Pendidikan

    (Online).(https://e-jurnalmitrapendidikan.com/index.php/ejmp/article/view/-

    28/11, diakses pada hari Senin tanggal 18 November 2018 pukul 20.32

    WIB).

    Syah, Muhibbin. 2014. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

    PT Remaja Rosdakarya.

    Warsito. 2012. Pendidikan Pancasila Era Reformasi. Yogyakarta: Penerbit

    Ombak.

    Xhemajli, Arbona. 2016. “The Role of The Teacher in Interactive Teaching”.

    (IJCRSEE) International Journal of Cognitive Research in Science,

  • 10

    Engineering and Education Vol. 4, No.1. Faculty of Philosophy-Pedagogy.

    Cyril and Methodius University. Skopje. Macedonia.