peran guru agama dalam pembentukan …i peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar pai...
TRANSCRIPT
i
PERAN GURU AGAMA DALAM PEMBENTUKAN
DISIPLIN BELAJAR PAI SISWA DI SMP NEGERI 34
SEMARANG Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh
SITI MUNASYAROH
NIM: 3103072
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
2008
ii
ABSTRAK
Siti Munasyaroh (NIM: 3103072). Peran Guru Agama dalam Pembentukan Disiplin Belajar PAI Siswa di SMP Negeri 34 Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2007. Belajar merupakan suatu proses perubahan seseorang untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Belajar merupakan tugas seorang pelajar dan biasanya menjadi masalah para pelajar, salah satu penyebabnya antara lain karena mereka tidak disiplin dalam belajar. Disiplin belajar merupakan suatu proses yang perlu dibentuk dan dilatih secara terus menerus. Guru agama tentunya turut berperan dalam pembentukan disiplin belajar PAI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) cara pembentukan disiplin belajar PAI di SMP Negeri 34 Semarang; (2) Peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa di SMP Negeri 34 Semarang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara konsepsional atau suatu pernyataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti yang terkandung dalam pernyataan tersebut. Data dikumpulkan dengan cara menggunakan metode angket, observasi, interview, dan dokukumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1). Cara pembentukan disiplin belajar PAI yang digunakan oleh guru agama disekolah masih menggunakan cara paksaan (otoriter) yaitu dengan menetapkan peraturan dan hukuman yang nantinya diharapkan siswa akan menjadi terbiasa untuk berdisiplin dan sadar akan kesalahannya sehingga diharapkan dapat memperbaikinya. Dan yang kedua yaitu dengan tanpa paksaan diamana guru membiarkan siswa untuk dapat mencari batasa-batasan sendiri untuk melaksanakan peraturan- peraturan yang telah ditetapkan. (2) Peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa di SMP Negeri 34 Semarang dapat diklasifikasikan sebagai: peran guru sebagai pembimbing yang menuntun siswa dengan jalan memberikan dukungan dan arahan yang sesuai dengan tujuan dalam pembentukan disiplin belajar PAI, guru sebagai contoh atau tauladan memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil atau idola, sebagai motivator guru dapat merangsang dan memberikan semangat dalam belajarnya, sebagai inspirator guru dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang.
iv
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini
tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan,
Semarang, 14 Januari 2008
Deklarator
Siti Munasyaroh
NIM. 3103072
v
DEPARTEMEN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH SEMARANG
Alamat: Jl. Raya Ngalian Telp. (024) 7601295 Semarang 50185
PENGESAHAN
Skripsi Saudara : Siti Munasyaroh
Nomor Induk : 3103072
Judul : Peran Guru Agama Dalam Pembentukan Disiplin Belajar PAI
Siswa di SMP Negeri 34 Semarang
Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat
cumlaude/baik/cukup, pada tanggal: 24 Januari 2008
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata I tahun
akademik 2007/2008
Semarang, 29 Januari 2008
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Soediyono, Drs.M.Pd Musthofa, M.Ag
NIP : NIP : 150 276 925
Penguji Penguji
Darmuin, Drs. M.Ag Abdul Kholik, M.Ag
NIP : NIP :
Pembimbing
Dra Siti Mariam, M.Pd
NIP : 150 257 372
vi
MOTTO
وقودهاالناس والحجارة لذين امنوا قوا انفسكم واهليكم نارايها ايا
*.الظ شداداليعصون اهللا ماامرهم ويفعلون مايؤمرونعليهاملئكة غ "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
* Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya Juz 1-juz 30, ( Surabaya: Karya Agung, 2006) ,hlm. 820
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ayahanda ( H. Badruddin ) dan Ibunda ( Siti Khoiriyah )
Yang telah merawat, mendidik, memfasilitasi, dan mendoakan.
Kakakku Siti Arofah dan M. Khasbullah S.E
dan adikku tersayang Siti Khomsah
Yang selalu memberikan semangat,
dan dukungannya tanpa bosan-bosan.
Sahabat-sahabat seperjuangan khususnya Euis, Hilya Zuhroh
Yang selalu membantu
dan memberikan motivasi
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmani Arrahim.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah penulis
harapkan ridhonya didunia dan diakhirat. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah
kepada pimpinan penyelamat umat didunia maupun diakhirat yaitu Nabi Muhammad
SAW, serta keluarga, sahabatnya, dan semua umat Islam yang senatiasa konsekuen
menjalankan syariatnya.
Dengan pertolongan Allah SWT, dan disertai dengan ikhtiar yang sungguh-
sungguh akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERAN GURU
AGAMA DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN BELAJAR PAI DI SMP NEGERI
34 SEMARANG.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku dekan fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang;
2. Dra. Siti Mariam, M.Pd selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini;
3. Para dosen yang telah banyak memberi pengetahuan kepada kami yang secara
tidak langsung ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini;
4. Kepala sekolah SMP Negeri 34 Semarang yang ikut mendukung dalam penulisan
skripsi ini;
5. Bapak dan ibu tercinta yang telah memfasilitasi dan mendoakan dalam penulisan
skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat yang telah banyak memberikan bantuan dalam studi ini;
7. Semua pihak yang dengan sengaja maupun tidak sengaja telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini.
ix
Semoga semua bantuan yang diberikan menjadi amal sholeh yang diterima
dan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Akhirnya penulis sadar bahwa tidak ada manusia yang paling sempurna.
Sehingga dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat ketidaksempurnaan. Untuk itu
saran dan kritik untuk kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini sangat penulis
harapkan. Sebagai kata akhir dari pengantar ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca umumnya.
Semarang, 14 Januari 2008
Siti Munasyaroh
NIM: 3103072
x
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. I
ABSTRAK ……………...…………………………………………………. II
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………. III
PERNYATAAN…………………………………………………………… IV
PENGESAHAN PENGUJI………………………………………………… V
MOTTO……………………………………………………………………. VI
PERSEMBAHAN………………………………………………………….. VII
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. VIII
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. X
DAFTAR TABEL…….……………………………………………………. XII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1
B. Penegasan Istilah………………………………………... 3
C. Perumusan masalah……………………………………... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………. 5
E. Kajian Pustaka…………………………………………… 5
F. Metodologi Penelitian…………………………………… 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peran Guru Agama
1 .Pengertian guru ……………………………………… 11
2 .Kedudukan dan Syarat guru………………………... 13
3 .Sifat dan Sikap Profesional guru…………………… 19
4. Peran guru dalam pembentukan disiplin belajar..….. 23
B. Disiplin Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian disiplin belajar PAI……………………… 29
2. Dasar dan Tujuan disiplin Belajar PAI……………… 32
xi
3. Macam-macam Disiplin Belajar…………………….. 34
4. Fungsi Pembentukan Disiplin Belajar PAI…………. 35
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar PAI. 36
BAB III HASIL PENELITIAN
A Gambaran Umum SMP Negeri 34 Semarang Tahun
Pelajaran 2007/2008
1. Tinjauan Historis………………………………….. 38
2. Letak Geografis……………………………………. 39
3. Struktur Organisasi………………………………... 40
4. Personalia Sekolah…………………………………. 41
5. Data Siswa…………………………………………. 44
6. Sarana dan Prasarana………………………………. 45
B. Gambaran Khusus Peran Guru Agama Dalam Pembentukan
Disiplin Belajar PAI Siswa Di SMP Negeri 34 Semarang
1. Pembentukan Disiplin Belajar PAI di SMP Negri 34
Semarang…………………………………………… 46
2. Peran Guru Agama Dalam Pembentukan Disiplin Belajar
PAI Siswa………………………………………….. 48
BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN GURU AGAMA
DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN BELAJAR PAI
A. Analisis Pembentukan Disiplin Belajar PAI………….. 53
B. Analisis Peran Guru Agama Dalam Pembentukan
Disiplin Belajar PAI………………………………….. 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………… 60
B. Saran-saran……………………………………………. 61
C. Penutup……………………………………………….. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1. STRUKTUR ORGANISASI SMP NEGERI 34 SEMARANG TAHUN
AJARAN 2007…………………………………………………………. 41
II. DATA PERSONALIA SMP NEGERI 34 SEMARANG TAHUN
AJARAN 2007………………………………………………………… 42
III NAMA-NAMA UNIT PELAKSANA SMP NEGERI 34 SEMARANG
TAHUN AJARAN 2007……………………………………………… 43
IV DATA SISWA…………………………………………………………. 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Bagi Bangsa Indonesia, agama merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupannya, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai
anggota masyarakat. Apabila kita melihat realita sekarang ini, salah satu penyebab
kegagalan pendidikan agama di Indonesia adalah karena kurang adanya orientasi,
program, dan keinginan untuk menciptakan generasi yang kritis, terbuka, dan
inovatif.
Menyadari akan urgensinya agama dalam kehidupan bangsa ini, maka
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berahlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.1 Tujuan pendidikan ini selaras dengan tujuan
Pembangunan Nasional bahkan juga dengan ajaran Islam itu sendiri.
Meskipun demikian, tampaknya pendidikan agama melalui berbagai
institusi dan media belum mencapai hasil sebagaimana yang diharapkan. Berbagai
tindakan negatif, penyimpangan, dan kejahatan masih mewarnai kehidupan ini.
Bahkan ajaran agama yang seharusnya menjadi dorongan dan semangat untuk
beretos kerja yang tinggi dan berperilaku tertib serta disiplin, ternyata belum
sepenuhnya fungsional.
Pendidikan agama Islam di sekolah sering disamakan dengan hafalan. Oleh
karena itu wajar apabila pendidikan agama bukan memberi pencerahan. Bagi siswa
sendiri, pendidikan agama justru menjadi beban. Siswa menjadi enggan dan kurang
bersemangat dalam mengikuti pelajaran agama Islam di sekolahnya. Hal ini
menunjukkan tantangan semakin besar dihadapi guru PAI.
1 Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah Umum, ( Jakarta: t.p., 2004 ) hlm. 1
2
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap
memegang peranan penting. Sebab guru adalah salah satu komponen manusiawi
dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan
sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan.2 Oleh karena itu guru
yang merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan harus berperan serta
secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai
dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak
semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai
”pendidik” yang transfer of values dan sekaligus sebagai “pembimbing” yang
memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
Belajar merupakan nafas kehidupan bagi pelajar. Karena hampir tidak
pernah ditemukan pelajar yang tidak belajar selama berstudi. Yang ada hanyalah
perbedaan frekuensi belajar dengan hasil belajar yang bervariasi. Belajar dan
selalu belajar adalah tugas para pelajar. Karena belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan3.
Dalam belajar, banyak para pelajar dengan susah payah tetapi tidak
mendapatkan hasil apa-apa, akan tetapi hanya kegagalan yang ditemui. Salah satu
penyebabnya tidak lain karena tidak disiplin dalam belajar. Seharusnya dalam
belajar disiplin sangat diperlukan. Karena dengan disiplin dapat melahirkan
semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu. Orang-orang yang
berhasil dalam belajar dan berkarya disebabkan mereka selalu menempatkan
disiplin diatas semua tindakan dan perbuatan.
Guru agama ikut berperan dalam pembentukan disiplin belajar Pendidikan
Agama Islam di sekolah. Sebab peran guru agama tidak dapat digantikan oleh
siapapun dan bahkan apapun juga, ada unsur-unsur manusiawi yang ada pada guru
yang tidak dapat digantikan oleh mesin yang canggih sekalipun.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk
menyajikan penelitian ini dengan judul:
2 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta: Rajawali Pers, 1992 ), Cet. IV,
hlm. 123 3 Saiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, ( Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002 ), Cet. I, hlm.
10
3
PERAN GURU AGAMA DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN BELAJAR PAI
SISWA DI SMP NEGERI 34 SEMARANG.
B. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan kejelasan uraian tentang judul diatas, maka perlu
diberikan penegasan dan batasan secukupnya terhadap istilah-istilah yang ada,
dengan maksud diperoleh pemahaman yang mudah dan terarah.
1. Peran
Peran adalah suatu kompleks penghargaan manusia terhadap caranya
individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan
fungsi sosialnya.4
Sedangkan maksud peran disini merupakan kata untuk menunjukkan
bagaimana seorang guru agama dalam bersikap, berperilaku supaya dapat
membentuk disiplin belajar PAI siswa di SMP Negeri 34 Semarang.
2. Guru Agama
Secara historis guru mengandung makna pelayanan yang luhur yang
berfungsi melayani subjek didik dan didalamnya terkandung noblest vocation
(jabatan yang mulia).5
Guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat
tertentu, tidak mesti dilembaga formal, tetapi bisa juga di masjid, di
surau/musholla, di rumah dan sebagainya.6
Agama adalah suatu kepercayaan yang dianut oleh manusia dalam
usahanya mencari hakekat dari hidupnya dan yang mengajarkan kepadanya
tentang hubungannya dengan Tuhan.7
Jadi guru agama adalah seorang yang diangkat menjadi pendidik
profesional dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk dapat
menyampaikan, menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam sehingga siswa
4 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 115 5 Piet A Sahartian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice
Education, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1992 ) , Cet. II, hlm. 16 6 Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hlm. 31 7 Mas’ud Khasan dan Abdul Qohar, Kamus Ilmiah Populer, ( Jakarta: Bina Pelajar, t.t), hlm.7
4
diharapkan dapat menerima, mempelajari, menghayati, dan mengamalkan
terhadap nilai-nilai agama Islam yang telah diajarkan.
3. Pembentukan
Pembentukan berasal dari kata dasar bentuk yang mendapat imbuhan pem
dan akhiran an yang mempunyai arti suatu proses, perbuatan, cara membentuk.8
Maksud pembentukan disini adalah proses disiplin belajar Pendidikan
Agama Islam yang dibimbing oleh guru agama.
4. Disiplin Belajar
Disiplin adalah ketaatan atau perilaku yang sesuai ( behavior in accordance
with rules of conduct )9
Pengertian disiplin menunjuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada
kata hatinya.10
Belajar adalah suatu kegiatan yang kita lakukan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.11
Jadi disiplin belajar adalah kepatuhan siswa untuk melaksanakan tata tertib
belajar dan tata tertib sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai pelajar.
5.Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan
nasional.12
Maksud Pendidikan Agama Islam disini adalah sebagai salah satu mata
pelajaran agama Islam yang ada di SMP Negeri 34 Semarang.
8 Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), hlm. 104 9 Cipto Ginting , Kiat Belajar di Perguruan Tinggi, ( Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 120 10 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, ( Jakarta: Rineka Cipta, t.t),
hlm.115 11 Saiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, op.cit, hlm. 10 12 Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II
, hlm 75.
5
6. Siswa
Siswa adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.13
Sedangkan maksud siswa disini adalah orang yang belajar atau menerima
pelajaran di SMP Negeri 34 Semarang.
C. Rumusan Masalah
Menunjuk pada latar belakang masalah, penulis mengemukakan
permasalahan dalam skripsi sebagai berikut:
1. Bagaimana pembentukan disiplin belajar PAI siswa di SMP Negeri 34
Semarang?
2. Bagaimana peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa di
SMP Negeri 34 Semarang?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembentukan
disiplin belajar Pendidikan Agama Islam dan peran guru agama dalam pembentukan
disiplin belajar PAI siswa di SMP Negeri 34 Semarang.
Sedangkan manfaat penelitian yang dapat dipetik dari upaya yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1.Secara teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan
ilmu ketarbiyahan dalam kaitannya dengan peran guru agama dalam pembentukan
disiplin belajar PAI siswa.
2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan
kepada guru agama di SMP Negeri 34 Semarang dalam rangka meningkatkan
aktivitasnya dalam bidang disiplin belajar siswa.
E. Kajian Pustaka
Dalam kaitannya dengan upaya penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha
menelusuri pembahasan-pembahasan yang terkait dengan objek masalah yang
penulis kemukakan yang berkaitan dengan peran guru dan disiplin belajar.
13 Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, op.cit., hlm. 51
6
Sepanjang telaah yang penulis lakukan, memang telah ada pembahasan
suatu masalah yang berkaitan dengan peran guru dalam pembentukan disiplin
belajar Pendidikan Agama Islam, namun dalam pembahasan tersebut mempunyai
sudut pandang yang berbeda dengan penulis ajukan.
Adapun pembahasan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini antara
lain:
1. Noor Khasanah ( 3102222 ) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
penelitian skripsi yang berjudul Peran Guru Agama Dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar PAI Di SMP 4 Singocandi Kota Kudus Tahun 2006. Yang
menyebutkan bahwa peran guru agama dalam meningkatkan motivasi belajar PAI
di SMP 4 Singocandi Kudus dituangkan dalam bentuk kompetensi dan hadiah,
memberi angka atau penilaian, partisipasi aktif siswa, dan memberikan perhatian.
Sedangkan dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan peran apa saja
yang dimainkan guru agama di SMP Negeri 34 Semarang, supaya para siswa
dapat meningkatkan disiplin belajar PAI di sekolah.
2. Abdurrozak ( 3199118 ) fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, penelitian
skripsi yang berjudul Persepsi Siswa Tentang Peran Guru dalam Pembelajaran
Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akhidah Akhlak Kelas 1 MA Yaspia Ngoto
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2005. Menurut Abdurrozak
persepsi siswa tentang peran guru dalam pembelajaran dan hasil belajar di sekolah
tersebut dalam ranah afektif, psikomotor yang terwakili oleh 14 anggota sampel
menunjukkan hasil yang signifikan, kecuali pada ranah kognitif.
Sehingga peran guru itu berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Salah
satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah disiplin dalam belajar. Dan
dalam menjalankan disiplin dalam belajar tentunya guru sangat berperan dalam
pembentukan disiplin belajar siswa. Sehingga penelitian yang diteliti saudara
Abdurrozak ada kaitannya dengan penelitian yang penulis teliti.
3. Partini fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, penelitian skripsi yang
berjudul Peran Guru Dalam Memotivasi Minat Belajar Siswa Pada MI
Muhammadiyah 2 Damaran Kota Kudus Tahun 2002/2003. Menurut Partini,
keberhasilan belajar siswa ditunjang oleh implementasi peran guru yang
7
dijalankan di madrasah tersebut. Dalam penelitiannya dia menggunakan metode
wawancara dalam meneliti variabel mengenai peran guru dalam memotivasi
siswa. Ia menyimpulkan bahwa guru berperan baik secara langsung atau tidak
langsung dalam memotivasi siswanya.
Salah satu peran guru dalam pembentukan disiplin belajar siswa dapat
dilakukan dengan cara memberikan motivasi dalam belajar.
Dari beberapa penelitian tersebut, ada persamaan yang penulis teliti akan
tetapi penelitian yang penulis teliti lebih memfokuskan kepada peran guru agama
dalam pembentukan disiplin belajar PAI di SMP Negeri 34 Semarang.
F. Metode Penelitian
Metode adalah cara atau jalan sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode merupakan cara kerja untuk memahami objek penelitian. Sehingga
metodologi merupakan salah satu faktor yang terpenting dan menentukan dalam
penelitian. Hal ini disebabkan berhasil atau tidaknya penelitian akan banyak
ditentukan oleh tepat atau tidaknya penelitian dan penentuan metode yang
digunakan. Oleh karena itu untuk memenuhi harapan tersebut, maka perlu adanya
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian. Adapun langkah-langkah
tersebut ialah sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( field research ) yang pada
hakekatnya merupakan metode untuk menemukan secara spesifik dan realis
tentang apa yang sedang terjadi pada suatu tempat terjadinya gejala yang
diselidiki.14 Data-data yang terkait dengan penelitian ini dikumpulkan melalui
studi lapangan. Mengingat studi ini adalah untuk mengetahui peran guru agama
dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa di SMP Negeri 34 Semarang,
maka secara metodologis penelitian ini dalam kategori penelitian kualitatif,
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang
14 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet VII,
Hlm. 24
8
diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku yang dituangkan bukan dalam
bentuk perhitungan statistik.
2. Fokus dan Ruang Lingkup
Kegiatan penelitian diawali dengan mengidentifikasi bidanga fokus
masalah yang akan diteliti dan dikembangkan.Fokus penelitian yaitu memilih
fokus atau pokok permasalahan yang dipilih untuk diteliti dan bagaimana
memfokuskannya.15 Sedangkan membuat ruang lingkup berarti peneliti telah
membuat batasan sehingga masalah yang diamati tidak terlalu luas16.
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah peranan guru agama dalam
pembentukan disiplin belajar Pendidikan Agama Islam. Sedangkan ruang
lingkupnya meliputi: peran guru sebagai pembimbing, peran guru sebagai
contoh atau teladan, peran guru sebagai motivator, dan peran guru sebagai
inspirator.
3.Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi atau universe adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri
dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai
tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu didalam suatu penelitian.17 Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa yaitu siswa kelas VII, VIII, DAN IX, serta guru Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 34 Semarang.
b. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh ( monster ) yang
diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.18
Karena penelitian ini bersifat deskriptif, menurut Gay yang dikutip oleh
M Iqbal Hasan yang menyebutkan jika jumlah sampel minimal 10% dari
15 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2005), 144 16 Arifin Imron, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, ( Malang:
Kalimasada Press, 1994 ) hlm. 37. 17 Margono S, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004 ), hlm.118 18 Ibid. hlm. 121
9
jumlah populasi dan untuk populasi yang relatif kecil minimum 20%.19
Dalam menentukan sampel hendaknya dipenuhi syarat-syarat utama yaitu
sampel yang kita gunakan harus dapat mewakili populasi. Sebab pemilihan
dan pengambilan sampel sangat penting dalam penelitian dimana ketepatan
jenis dan jumlah anggota sampel yang diambil akan sangat mempengaruhi
keterwakilan sampel terhadap populasi. Secara umum ada kecenderungan
bahwa semakin besar ukuran sampel akan semakin mewakili populasi.20
Karena populasi dalam penelitian ini lebih dari 100, maka diambil 10%.
Dan dalam pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random
sampling yakni setiap responden dianggap sama tanpa pandang bulu.
4. Metode Pengumpulan
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka
dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan cara berikut:
a. Metode Angket
Metode angket adalah metode mengumpulkan data yang berupa
sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis oleh
responden.21
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat disiplin
belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP Negeri 34 Semarang. Dan
sifatnya hanya sebagai pendukung dalam penelitian ini.
b. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis mengenai
fenomena-fenomena yang diselidiki.22 Metode ini digunakan untuk
mengamati secara sistematis tentang peran guru agama kepada siswa dalam
kegiatan belajar mengajar Pendidikan Agama Islam.
c. Metode Interview
19 M Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, ( jakarta: Ghalia Indonesia,
2002 ), hlm.58 20 Nana Syaodih Sukmadinata, op cit, hlm 49 21 Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Bidang Penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta: YP
UGM, 1991 ), hlm. 120 22 Ibid
10
Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lesan
adalah metode pengumpulan data dengan jalan bertanya secara langsung
kepada responden.23
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang peran guru
agama dan disiplin belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMP Negeri 34
Semarang.
d. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang
tertulis, didalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.24
Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui data-data profil SMP
Negeri 34 Semarang.
5. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka dianalisis
dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Metode ini digunakan untuk
menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat
penulisan dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.25
Untuk selanjutnya dianalisis dengan melakukan pemeriksaan secara
konsepsional atau suatu pernyataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti
yang terkandung dalam pernyataan tersebut.
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan serta menganalisis terhadap
peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar Pendidikan Agama
Islam siswa di SMP Negeri 34 Semarang.
23 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, ( Jakarata: LP3 ES, 1995 ), Cet.
II, hlm. 192. 24 Consuelo G Sevilla, et.al., Pengantar Metode Penelitian, ( jakarta: UI Press, 1993 ), hlm. 71 25 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997 ), hlm. 60
11
BAB 11
PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN DISIPLIN
BELAJAR PAI
A. Peran Guru
1. Pengertian Guru
Menurut karatabasa (bahasa Jawa yang menyangkut perihal menerangkan
arti-arti kata berdasarkan pada tafsiran bunyi suku basa) kata-kata guru diartikan
digugu dan ditiru.1 Digugu artinya dapat dipercaya kata-katanya dan dapat
diiyakan. Ditiru artinya diikuti, dicontoh, diteladani perbuatannya. Karena
seorang guru merupakan panutan atau suritauladan bagi para siswanya, maka
tidak sepantasnya seorang guru berbuat wagu dan saru. Wagu artinya tidak
pantas, tidak pada tempatnya, tidak cocok, dan tidak serasi. Saru artinya, cabul,
tidak senonoh, dan tidak sopan.
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat
tertentu, tidak harus dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di
surau/ musholla, di rumah, dan sebagainya.2 Dengan demikian dalam pengertian
ini guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal,
disekolah maupun diluar sekolah.
Pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik.3 Dalam Islam orang yang bertanggung jawab tersebut
adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab pertama dan utama
1Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992) hlm. 56 2Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000) hlm. 31 3Zahara Idris dan Lisma Jamal, loc.cit
12
terletak pada orang tua berdasarkan pada firman Allah seperti yang tersebut dalam
al-Qur’an surat Attahrim ayat 6
والحجارة وقودهاالناس امنوا قوا انفسكم واهليكم نارن ايلذيها ايا
4.عليهاملئكة غالظ شداداليعصون اهللا ماامرهم ويفعلون مايؤمرون "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
“Dirimu” yang disebut dalam ayat itu adalah diri orang tua anak tersebut,
yaitu ayah dan ibu. Sedangkan “anggota keluarga” dalam ayat itu ialah terutama
anak-anaknya.
Earl V. Pullias dan James D. Young berpendapat bahwa “ The teacher is learned. He should know more than his students. However, he recognizes that he does not know everything, and he is mainly a learner. The teacher is an example to his student yet, he also makes mistakes. He is human. The teacher should be objective, but the teacher-student relationship is so close that it often may be difficult to be objective.5 ( Guru ialah orang yang terpelajar. Ia harus tahu lebih banyak daripada murid-muridnya. Namun ia menyadari juga, bahwa tidak semua telah dipahaminya, dan bahwa dirinya sebenarnya pelajar pula. Guru merupakan teladan bagi murid-muridnya. Tetapi ia juga dapat berbuat salah. Ia manusia biasa. Guru seharusnya objektif, tetapi hubungan guru murid begitu dekat, hingga acapkali sukar untuk bersikap objektif.
Sedangkan Safruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman berpendapat
bahwa “ Seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada
muridnya akan tetapi dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan
murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan
masalah yang dihadapi”.6
Yang dimaksud guru PAI adalah seorang yang diangkat menjadi pendidik
profesional dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk dapat
4 Departemen Agama RI, Alqur’an dan Terjemahnya Juz 1-juz 30, ( Surabaya: Karya Agung, 2006) ,hlm. 820 5Earl V Pullias and James D Young, A Teacher Is Many Things, ( America: Indiana University Press, 1968), hlm. 14 6Syafruddin Nurdin dan M Basyiruddin usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press cet 111, 2003 ), hlm. 8
13
menyampaikan, menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam sehingga siswa
diharapkan dapat menerima, menghayati, dan mengamalkan terhadap nilai-nilai
agama Islam yang telah diajarkan.
2. Kedudukan dan Syarat Guru a. Kedudukan guru Guru merupakan panutan bagi masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan
oleh para murid diruang-ruang kelas, tetapi juga diperlukan oleh masyarakat
lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi
masyarakat. Tampaknya masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang
terhormat dalam kehidupan masyarakat. Yakni didepan memberi suri tauladan,
ditengah-tengah membangun, dan dibelakang memberikan dorongan serta
motivasi. Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.7
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat dalam kehidupan
masyarakat. Kewibawaannya yang menyebabkan guru dihormati. Sehingga
masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang
dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian
mulia.
Ajaran Islampun memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap
guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan
guru setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul.8 Hal ini disebabkan karena
guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam sangat
menghargai pengetahuan.
Kedudukan guru dalam Islam dihargai tinggi apabila orang tersebut
mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu itu
kepada orang lain. Sebagaimana menurut Imam Al Ghozali bahwa barang siapa
mengetahui, mengamalkan, dan mengajarkan maka orang itu seperti matahari
7Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 1998 ), Cet.IX , hlm. 8 8Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1998 ), Cet. I, hlm. 76
14
yang menerangi kepada selainnya dan ia menerangi pada dirinya. Dan seperti
minyak kasturi yang mengharumi lainnya sedangkan ia sendiri harum.9
Sedangkan orang yang mengetahui, akan tetapi tidak mengamalkannya,
seperti buku yang memberi faidah kepada yang lainnya padahal ia sendiri
kosong dari ilmu. Seperti batu pengasah menajamkan lainnya dan tidak
memotong. Dan seperti jarum yang memberikan pakaian kepada lainnya
sedangkan ia telanjang. Dan seperti sumbu yang menerangi sedangkan ia
terbakar.10
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan ajaran
Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, sedangkan pengetahuan itu
didapat dari belajar dan mengajar. Yang belajar adalah calon guru dan yang
mengajar adalah guru. Maka pasti Islam memuliakan guru. Karena tidak dapat
dibayangkan apabila ada belajar tanpa adanya guru.
b. Syarat Guru
Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa. Itulah salah satu atribut yang
diberikan masyarakat selama ini. Karena dengan kemuliaan dan
kewibawaannya, guru rela mengabdikan diri meskipun disuatu desa terpencil.
Bahkan dengan segala kekurangan yang ada, guru berusaha membimbing dan
membina anak didik supaya menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan
bangsanya. Sehingga pekerjaan sebagai guru lebih-lebih guru agama
merupakan pekerjaan yang luhur dan mulia baik dipandang dari sudut
masyarakat, negara, maupun agama.
Karena guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru maka untuk dapat melaksanakan tugas dan
melakukan peranannya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat
diartikan sebagai sifat guru yang pokok yang dapat dibuktikan secara empiris
tatkala menerima tenaga guru.11
9Imam Al Ghozali, Ihya Ulumiddin Alih Bahasa Moh Zuhri , ( Semarang: CV Asy Syifa’, t.t), hlm. 170 10Ibid 11Ahmad tafsir,op.cit, hlm. 82
15
Dalam Undang-Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki guru adalah:
1. Kompetensi pedagogik
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi sosial
4. Kompetensi profesional12
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan
dialogis. Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.13
Proses belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh
guru dan siswa, sehingga pekerjaan ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah
dan dapat terjadi begitu saja tanpa adanya persiapan rencana pengajaran
sebelumnya.
Kompetensi kepribadian adalah ciri hakiki darikepribadian guru untuk
menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaannya untuk mencapai tujuan
pendidikan yang ditetapkan.14
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting dalam proses belajar
pembelajaran. Sebagaimana H. Mustaqim mengungkapkan:
“ Kompetensi kepribadian penting bagi guru, kepribadian itu yang akan
menentukan apakah ia akan menjadi pembimbing dan pembina yang baik
bagi anak didiknya ataukah akan menjadi perusak atu penghancur bagi
hari esok anak didiknya terutama bagi siswa yang sangat masih muda dan
mereka yang sedang mengalami masa goncang, remaja sebab mereka
belum mampu melihat dan memilih nilai, mereka baru mampu melihat
12 UU RI Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2005),hlm.9 13 Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi,
Kompetensi, dan Kesejahteraan,( Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.85 14 Deedi Supriyadi, Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru,( Yogyakarta: Adi Cita karya
Nusa, 1999), CetII, hlm.98
16
pendukung nilai. Saat-saat seperti ini proses imitasi dan identifikasi
sedang berjalan.”15
Sehingga guru PAI seyogyanya mempunyai kepribadian yang harmonis
atau keseimbangan antara aspek jasmani dan rohani yang dapat
diaktualisasikan kedalam tindakan yang nyata dan dapat dijadikan teladan bagi
siswa didiknya.
Kompetensi Sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk
partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat, ia
bekerja baik secara formal maupun non formal.16
Untuk itu guru harus menguasai psikologi sosial, memiliki ketrampilan,
membina kelompok kerja, serta mampu kerja sama dalam menyelesaikan
persoalan yang berhubungan dengan kepentingan pengajaran sehingga tujuan
pendidikan dapat terealisasi dengan baik.
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan subtansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah
dan subtansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut serta
menambah wawasan keilmuan sebagai guru.17
Dengan demikian jabatan guru PAI sebagai tenaga profesional bukanlah
segampang apa yang dipikirkan masyarakat pada umumnya.
Menurut M Ngalim Purwanto syarat-syarat guru harus memenuhi:
a. Berijazah
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Taqwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik
d. Berjiwa Nasional.18
Berijazah berarti seseorang yang ingin memangku jabatan sebagai guru
harus memiliki ijazah. Ijazah disini bukan semata-mata sehelai kertas saja, akan
15 Mustaqim, Psikologi Pendidikan,( Semarang: Pustaka Pelajar, 2001), hlm.93 16 Piet A Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program
Inservice Education, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1992 ), CetII,hlm.16 17 Trianto, op cit ,hlm 90
18 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003 ), Cet.XV, hlm. 139
17
tetapi surat bukti yang menunjukkan bahwa seseorang telah mempunyai ilmu
pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan tertentu yang diperlukan untuk
suatu jabatan atau pekerjaan.
Sehat jasmani dan rohani merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan,
jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan pendidikan bahkan
dapat membahayakan anak didiknya apabila mempunyai penyakit menular.
Sedangkan dari segi rohani yang kurang sehat seperti idiot, gila tidak mungkin
dapat mendidik karena ia tidak akan mampu bertanggung jawab.
Taqwa kepada Tuhan YME, dan berkelakuan baik harus selalu melekat
pada diri seorang pendidik.Karena ia adalah tauladan bagi anak didiknya,
sebagaimana Rosulallah SAW menjadi tauladan bagi umatnya. Sejauh mana guru
mampu memberi tauladan yang baik kepada siswanya sejauh itu pulalah
diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus
bangsa yang baik dan mulia.
Bertanggung jawab berarti guru harus mempunyai rasa tanggung jawab
sebagai pengajar dan pendidik yang mencerdaskan kehidupan siswanya. Pribadi
susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Untuk
itulah guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan
membina anak didik agar dimasa mendatang menjadi orang yang berguna bagi
nusa dan bangsa.
Berjiwa nasional merupakan syarat penting dalam mendidik anak
didiknya, guru hendaklah selalu ingat dan menjaga sikap kebersamaan agar
jangan sampai timbul Chauvinisme yaitu perasaan kebangsaan yang berlebih-
lebihan, sehingga tidak membeda-bedakan golongan satu dengan lainnya dalam
upaya mendidik siswanya secara demokratis menuju tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Sedangkan syarat-syarat guru menurut Robert F Mc Nergney meliputi: 1. Shall not in an application for a professional position deliberately make a fase
statement or fail to disclose a material fact related to competency and qualifications.
2. Shall not misrepresent his/her profesional qualification. 3.Shall not assist entry into the profession of a person known to be unqualified in
respect to character, education, or other relevant attributes.
18
4. Shall not knowingly make a false statement concerning the qualifications of a professional position.
5. Shall not assist a noneducator in the unauthorized practice of teaching. 6. Shall not disclose information about colleaques obtained in the course of
professional servise unless disclosure serves a compelling professional purpose or is required by law
7. Shall not knowingly make false or malicious statements about a colleague 8. Shall not accept any gratuity, gift, or favor that might impair or appear to
influence professional decisions or actions.19 1. Tidak boleh meminta posisi profesional dengan sengaja membuat pernyataan
yang salah atau menjatuhkan untuk menyingkap sebuah fakta penting yang berhubungan dengan kompetensi dan kualifikasi.
2. Tidak boleh salah dalam menggambarkan kualifikasi profesionalismenya 3. Tidak boleh memberi catatan kepada pekerjaan seseorang untuk diperlihatkan
kecakapannya/ ketidak mampuannya dalam hal karakter, pendidikan, atau sifat-sifat lain yang relevan.
4. Tidak boleh dengan sengaja membuat pernyataan yang salah mengenai kualifikasi seseorang untuk sebuah posisi profesional.
5. Tidak boleh membantu seseorang yang bukan pengajar dalam kegiatan pembelajaran yang tidak disahkan.
6. Tidak boleh menyingkap informasi/ menginformasikan tentang kolega yang didapat selama dinas profesionalnya kecuali kalau dinas menginformasikan sebagai sebuah keharusan ( yang memaksa )untuk maksud profesional atau syarat atau diwajibkan oleh hukum.
7. Tidak boleh dengan sengaja membuat pernyataan yang salah atau dengki mengenai kolega atau rekannya.
8. Tidak boleh menerima persen/apa saja, pemberian atau hadiah/tanda mata yang mungkin bisa merusak atau mempengaruhi keputusan profesionalnya atau tindakannya.
Menurut Al-Abrasi yang dikutip oleh Syamsul Nizar, menjadi guru PAI
harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Seorang pendidik hendaknya memiliki sifat zuhud yaitu melaksanakan
tugasnya bukan semata-mata karena materi, akan tetapi lebih dari itu adalah karena mencari keridhoan Allah SWT
2. Seorang pendidik hendaknya bersih fisiknya dari segala macam kotoran dan bersih jiwanya dari segala macam sifat tercela.
3. Seorang pendidik hendaknya ikhlas dan tidak riya’ dalam melaksanakan tugasnya.
4. Seorang pendidik hendaknya bersikap pemaaf dan memaafkan kesalahan orang lain ( terutama terhadap peserta didiknya) sabar dan sanggup menahan amarah, senantiasa membuka diri dan menjaga kehormatannya.
5.Seorang pendidik hendaknya mampu mencintai peserta didiknya sebagaimana ia mencintai anaknya sendiri ( bersikap keibuan dan kebapakan)
19Robert F Mc Nergney, Teacher Development, ( New York: Macmillan Publishing Co.INC, t.t), hlm. 31
19
6. Seorang pendidik hendaknya mengetahui karakter peserta didiknya seperti pembawaan, perasaan dan sebagai potensi yang dimilikinya
7.Seorang pendidik hendaknya menguasai pelajaran yang diajarkannya dengan baik dan profesional.20
3.Sifat dan Sikap Profesional
Menurut Mukhtar profesional adalah seseorang yang memiliki
seperangkat pengetahuan atau keahlian yang khas dari profesinya.21
Sedangkan A. Samana mengatakan bahwa profesional dalam bahasa
keseharian adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya,
biarpun ketrampilan atau kecakapan tersebut sekedar produk dari fungsi minat
dan belajar dari kebiasaaan.22
Selanjutnya Piet A. Sahertian berpendapat bahwa:
Profesional sering diartikan sebagai ketrampilan teknis yang dimiliki seseorang misalnya guru dikatakan profesional apabila guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi, disamping profesional mempunyai makna ahli ( expert ) juga mempunyai makna tanggung jawab ( responsibility ) baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung jawab moral dan memiliki kesejawatan.23
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa profesional adalah
seorang yang mempunyai kecakapan intelektual, menguasai sejumlah teknik dan
prosedur kerja tertentu disamping itu juga memiliki informed responsiveness “
ketanggapan yang berlandaskan kearifan” terhadap implikasi kemasyarakatan atas
objek kerjanya. Dengan perkataan lain seorang pekerja profesional memiliki
filosofi dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya.
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa mengajar bukanlah pekerjaan
profesional. Hal ini disebabkan karena setiap orang bisa mengajar. Siapapun bisa
menjadi guru, asalkan ia menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan
kepada orang lain.
20Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendidikan Historis, Teoritis, dan Praktis, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet.I, hlm. 46 21Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta: Misaka Galiza, 2003), hlm 79 22A Samana, Profesinalisme Keguruan, ( Yogyakarta: PT Kanisius, 1994 ), Cet.I, hlm.27 23Piet A Sahertian, Profil Pendidik Profesional, ( Yogyakarta: Andi Offset, 1994), Cet. I, hlm.29
20
Mengajar bukanlah sesederhana seperti itu. Karena dalam proses
mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai
dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih ketrampilan baik ketrampilan
intelektual maupun ketrampilan motorik, memotivasi siswa agar semangat
menghadapi rintangan, kemampuan merancang dan menggunakan berbagai
media, sumber belajar dan lain sebagainya.24
Dalam menjalankan tugas yang mulia, seorang guru juga dihadapkan
dengan seperangkat komponen yang terkait dan mempunyai hubungan yang
sangat penting dalam mendidik untuk menuju pada satu titik optimal dari
pengembangan segala potensi yang dimiliki anak didik. Dalam rangka
menciptakan kondisi profesional bagi para pendidik, perlu adanya sifat-sifat
profesional bagi pendidik.
Dimuka telah dikatakan bahwa salah satu syarat yang harus dimiliki
oleh guru adalah guru harus berkelakuan baik. Berkelakuan baik berarti
didalamnya terkandung segala sikap, watak, dan sifat-sifat yang baik.
Sifat adalah pelengkap syarat sehingga guru tersebut dikatakan memenuhi syarat
maksimal.25
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik
dimasyarakat apabila guru dapat menunjukkan bahwa ia layak menjadi panutan
atau teladan. Karena masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan
guru itu sehari-hari.
Guru dalam memahami, menghayati dan mengamalkan sikap kemampuan
dan sikap profesionalnya berhubungan dengan bagaimana pola tingkah laku guru
tersebut. Pola tingkah laku yang berhubungan dengan itu sesuai dengan
sasarannya yaitu:
a. Sikap terhadap perundang-undangan
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu
guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam
24Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, ( Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006),Cet. 2, hlm.142 25Ahmad Tafsir, loc cit
21
bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
merupakan kebijaksanaan tersebut
b. Sikap terhadap organisasi profesi
Organisasi profesi merupakan wadah dan sarana pengabdian organisasi.
Organisasi disini adalah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala
perangkat dan alat-alat perlengkapannya. Sikap anggota harus memberikan
sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan profesinya, dan semua waktu
serta tenaga yang diberikan oleh para anggota ini dikoordinasikan oleh para
pejabat organisasi tersebut. Sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan
efisien. Dengan perkataan lain setiap anggota profesi, apakah ia sebagai
pengurus atau anggota biasa, wajib berpartisipasi guna memelihara, membina,
dan meningkatkan mutu organisasi profesi dalam rangka mewujudkan cita-cita
organisasi.
c. Sikap terhadap teman sejawat
Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sesama guru didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
Hubungan sesama guru dapat dilihat dari dua segi yakni hubungan formal dan
hubungan kekeluargaan. Hubungan formal adalah hubungan yang perlu
dilakukan dalam rangka melakukan tugas kedinasan. Sedangkan hubungan
persaudaraan yang perlu dilakukan baik dalam lingkungan kerja maupun dalam
hubungan keseluruhan dalam rangka menunjang tercapainya keberhasilan
anggota profesi dalam membawakan misalnya sebagai pendidik bangsa.
d. Sikap terhadap anak didik
Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan
pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus
memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik baik jasmani,
rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi
manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupannya
sebagai objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru.
e. Sikap terhadap tempat kerja
22
Suasana yang harmonis di sekolah akan terwujud apabila personil yang
terlibat didalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf administrasi dan siswa
menjalin hubungan yang baik diantara sesamanya. Penciptaan suasana kerja
menantang harus dilengkapi dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan
orang tua dan masyarakat sekitarnya yang bertujuan untuk membina peran serta
dan rasa tanggung jawab bersama dalam pendidikan.
f. Sikap terhadap pemimpin
Pemimpin akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam
memimpin organisasinya, dimana setiap anggota organisasi itu dituntut
berusaha untuk bekerjasama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.
Kerjasama yang diberikan kepada pemimpin dapat diberikan berupa tuntutan
akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan
mereka. Kerjasama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan kritik yang
membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan
kemajuan organisasi.Sehingga sikap seorang guru terhadap pemimpin harus
positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam mensukseskan program
yang sudah disepakati disekolah maupun diluar sekolah
g. Sikap terhadap pekerjaan
` Orang yang telah memilih suatu karir tertentu, biasanya akan berhasil baik
apabila dia mencintai karirnya dengan sepenuh hati. Artinya ia akan berbuat
apapun supaya karirnya berhasil dengan baik. Ia commited dengan
pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melayani dengan baik pemakai jasa
yang membutuhkannya.
Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru
harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan
keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan orang
tuanya. Oleh karena itu guru dituntut untuk secara terus menerus
meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan mutu
layanannya.26
26Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi keguruan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2004 ), hlm. 43
23
Menurut Hasyim Asy’ari dalam kitab Al Alim wa al-Muta’alim
mengemukakan beberapa etika seorang guru ( pendidik ) yang dapat
diterjemahkan sebagai berikut:
1. Selalu mendekatkan diri kepada Allah baik dalam keadaan sepi maupun
terang-terangan
2. Takut kepada Allah dalam setiap gerakan
3. Bersikap tenang ( memiliki jiwa yang tenang )
4. Bersikap wira’i
5. Tawadlu/ rendah diri
6. Khusu’ kepada Allah
7. Semua urusannya diserahkan kepada Allah
8.Tidak menjadikan ilmu sebagai perantara mencari harta, pangkat, dan
kemashuran ( mengungguli orang)
9. Tidak mendatangi anak-anak kecuali ada kemaslahatan
10. Bersikap Zuhud
11. Menjauhi pekerjaan yang hina dan pekerjaan yang dimakruhkan
12. Menjauhi tempat yang mencurigakan supaya tidak dicurigai
13. Menjaga syi’ar Islam, seperti melakukan jama’ah di masjid, mengucapkan
salam, dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar
14. Menegakkan sunah Nabi dan menghilangkan bid’ah
15. Menjaga hal-hal yang disunahkan menurut syara baik ucapan/tindakan
16. Berbuat baik dengan sesama
17.Membersihkan hati dan badannya dari akhlak yang hina
18. Senang menambah ilmu dan amal
19. Tidak meremehkan orang lain dalam hal pengetahuan
20. Hendaknya membuat karya-karya ilmiah.27
4. Peran Guru Dalam Pembentukan Disiplin Belajar
Kata peran secara etimologi berarti bagian dari tugas yang harus
dilaksanakan.28 Sedangkan secara terminologi peran guru mempunyai pengertian
27 M Hasyim Asy’ari, Adab Al- Alim WA Al-Muta’alim,( Jombang: Maktab Al Turats, tth),
hlm.79
24
terciptanya serangkaian tingkah laku berkaitan yang saling dilakukan dalam
situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan
perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.29 Menurut Mulyasa peran dapat
didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan, dan tindakan, sebagai
suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu
lain.30
Jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para
siswanya sangatlah besar. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting
dalam membentuk kepribadian anak guna menyiapkan dan mengembangkan
sumber daya manusia ( SDM ) serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan
negara dan bangsa. Hal ini sesuai hadis nabi dibawah ini
يحد ث صلى اهللا عليه وسلم فى مجلس ما النبىبين: قالةبى هريرعن ا
ر اهله اذا وسد االء مر الى غي...متى السا عة؟: ابي فقالعراه لقوم جاءاا
31ر السا عةظفا نت “ Dari Abu Hurairah ketika nabi Muhammad SAW sedang berbicara dalam majlis
muncul seorang Arab Badui dan bertanya kapankah datangnya hari kiamat?... nabi SAW menjawab apabila sesuatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”
Apabila guru merupakan seseorang yang tidak mempunyai kemampuan
dalam mengajar, atau seseorang yang tidak layak untuk menjadi guru maka yang
akan hancur adalah siswanya karena tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas
pada penyampaian materi pembelajaran saja, akan tetapi lebih dari itu guru harus
membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Oleh karena itu guru harus
senantiasa mengawasi perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam sekolah,
agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin .
Sebagaimana yang telah dikemukakan, perkembangan baru terhadap
pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk
28Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya, ( jakarta: Rineka Cipta, 1991 ), hlm.102 29Moh Uzer Usman, op.cit, hlm.4 30Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, ( Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2005 ) hlm.140 31 Imam Abi Abdillah Muhammad, Shohih Bukhori, ( tt,Darul Fikr), hlm.21
25
meningkatkan peranannya. Karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa
sebagian besar ditentukan oleh peranan guru.32 Peranan guru dalam proses belajar
mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa
antara lain: guru sebagai pengajar, guru sebagai pendidik, guru sebagai
pembimbing, guru sebagai pelatih, guru sebagai penasehat, guru sebagai model
dan teladan, guru sebagai pribadi, guru sebagai peneliti, guru sebagai pembaharu
(innovator ), guru sebagai pendorong kreativitas, guru sebagai pembangkit
pandangan, guru sebagai pekerja rutin, guru sebagai pemindah kemah, guru
sebagai pembawa cerita, guru sebagai aktor, guru sebagai emansipator, guru
sebagai evaluator, guru sebagai pengawet, dan guru sebagai kulminator.33
Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas hanya pada penyampaian
materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus dapat membentuk
kompetensi dan pribadi siswa. Oleh karena itu guru harus senantiasa mengawasi
perilaku siswa terutama pada jam-jam sekolah, supaya tidak terjadi
penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Unuk kepentingan tersebut,
dalam rangka pembentukan disiplin belajar siswa menurut Mulyasa guru harus
mampu menjadi:
a. Pembimbing
Guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan perilaku peserta
didik kearah yang positif, dan menunjang pembelajaran.
b. Contoh atau tauladan
Guru harus memperlihatkan perilaku disiplin yang baik kepada siswa, karena
bagaimana siswa akan berdisiplin apabila gurunya tidak menunjukkan sikap
disiplin
c. Pengawas
Guru harus senantiasa mengawasi seluruh perilaku siswa terutama pada jam-
jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin, dapat
segera diatasi
d. Pengendali
32Moh Uzer Usman, op.cit,hlm. 9 33Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: Rosdakarya, 2005 ), hlm. 37-65
26
Guru harus mampu mengendalikan seluruh perilaku siswa disekolah. Dalam
hal ini guru harus mampu secara efektif menggunakan alat pendidikan secara
tepat waktu dan tepat sasaran, baik dalam menggunakan hadiah maupun
hukuman terhadap siswa.34
Sedangkan peran guru dalam rangka pembentukan disiplin belajar siswa
yang akan dikemukakan disini adalah peran guru yang dianggap paling dominan
dan diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Guru sebagai pembimbing
Kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing siswa menjadi
manusia yang dewasa, susila, yang cakap. Tanpa bimbingan, siswa akan
mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.
Kekurangmampuan siswa menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan
guru. Sehingga guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (
journey ) yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung
jawab atas kelancaran perjalanan itu.35
Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas
maupun diluar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Sehingga dalam
perjalanan ini tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional,kreatifitas, moral, spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai
pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan
perilaku siswa kearah yang positif dan menunjang pembelajaran.
Setiap perjalanan tentunya mempunyai suatu tujuan, kecuali orang yang
berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan bahkan naluri manusia
menuntut adanya suatu tujuan. Begitu juga guru sebagai pembimbing dalam
pembentukan disiplin belajar PAI guru harus dapat merumuskan tujuan yang
jelas, menetapkan waktu, menetapkan metode, menggunakan petunjuk dan
menilai kelancarannya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Dalam Al-Qur’an terdapat firman Allah yang mengandung metode
bimbingan dan penyuluhan yaitu QS Yunus ayat 57.
34 Ibid, hlm 173
35Ibid,hlm.40
27
يايهاالناس قدجاءتكم موعظة من ربكم وشفاءلمافى الصدور وهدىورحمة
36.للمؤمنين “ Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran ( Al-Qur’an dari
Tuhanmu, penyembuh bafi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.”
Al Qur’an diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia
sehingga dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat, serta bebas
dari segala konflik kejiwaan. Dengan bimbingan dalam pembentukan disiplin
belajar PAI diharapkan siswa akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan
hidup yang dihadapi.
2. Guru sebagai contoh atau tauladan.
Pepatah yang mengatakan guru kencing berdiri, siswa kencing berlari
memang sudah tidak asing lagi di masyarakat. Dimana apabila ada guru yang
memiliki perilaku yang sangat jelek maka siswa secara spontanitas akan meniru
atau mencontoh perilaku jelek tersebut dengan mudah, bahkan cenderung lebih
menyimpang lagi. Sebab tutur kata, sikap, cara berpakaian, penampilan, alat
peraga, cara mengajar, dan gerak gerik guru selalu diperhatikan oleh siswa dan
akan sulit dihilangkan dalam ingatan setiap siswa. Begitu pula karakter guru
yang baik seperti kedisiplinan, kejujuran, keadilan, kebersihan, kesopanan,
ketulusan, ketekunan, kehati-hatian akan selalu direkam dalam pikiran siswa
dan dalam batas waktu tertentu akan diikuti mereka.
Oleh karena itu peran guru sebagai contoh atau tauladan sangat diperlukan
dalam pembentukan disiplin belajar siswa. Sebagaimana Allah telah
menunjukkan bahwa contoh keteladanan dari kehidupan Nabi Muhammad
mengandung nilai pedagogis bagi manusia ( para pengikutnya ) seperti yang
tercantum dalam QS Al Ahzab ayat 21.
لقدآان لكم في رسول اهللا اسوة حسنة لمن آان يرجوااهللا واليوم
37. آثيرااالخروذآراهللا
36 Departemen Agama, op cit,hlm. 288 37 Ibid hlm.595
28
“ Sungguh, telah ada pada (diri ) Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Sehingga diharapkan guru mampu memberikan contoh yang baik kepada
siswanya seperti Nabi memberikan contoh atau suri tauladan yang baik bagi
umatnya.
3. Guru sebagai motivator
Motivasi merupakan daya yang mendorong seseorang untuk melakukan
suatu aktivitas.Tujuan motivasi adalah untuk memperoleh kegembiraan apabila
mendapatkan kesuksesan dalam kebaikan sebagaimana firman Allah dalam QS
Az-Zalzalah ayat 7-8
38.فمن يعمل مثقال ذرة خيرايره ومن يعمل مثقال ذرة شرايره “ Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan
melihat( balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscayadia akan melihat ( balasan) nya.”
Keberhasilan sebuah kegiatan sangat tergantung kepada faktor motivasi
Motivasi menjadi faktor yang sangat berarti dalam pencapaian prestasi belajar.
Setidaknya ada dua jenis motivasi yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
pembentukan disiplin belajar PAI yakni motivasi yang berasal dari dalam
(instrinsik) dan motivasi yang diakibatkan oleh rangsangan dari luar siswa
(ekstrinsik).Motivasi instrinsik dapat ditumbuhkan dengan mendorong rasa
ingin tahu, mencoba, serta sikap mandiri ingin maju. Sementara itu motivasi
ekstrinsik dapat dikembangkan dengan memberikan ganjaran dan hukuman.39
Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar
dapat bergairah dan aktif dalam pembelajaran. Dalam upaya memberikan
motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi siswa
malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus
bertindak sebagai motivator karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada
38 Ibid, hlm. 909
39 Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Umum, ( Jakarta:t.t,2004) hlm.36
29
diantara siswa yang malas belajar dan sebagainya. Penganekaragaman cara
belajar memberikan penguatan dan dapat memberikan motivasi pada siswa
untuk lebih bergairah dalam belajar.
4. Guru sebagai inspirator
Kekuasaan Allah dalam menciptakan hal-hal yang batil sebagaimana
digambarkan dalam firmannya surat Arrad ayat 17.
حتمل السيل زبدارابيا ومما اانزل من السماء ماء فسالت اودية بقدرهاف
عليه فى النارابتغاءحلية اومتاع زبدمثله آذلك يضرب اهللا يوقدون
بدفيذهب جفاء واماماينفع الناس فيمكث فى الحق والباطل فاماالز
40.االرض آذلك يضرب اهللا االمثال “Allah telah menurunkan air ( hujan ) dari langit, maka mengalirlah ia (air)
dilembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa ( logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti ( buih arus ) itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan tentang yang benar dan yang batil. Adapun buih akan hilang sebagai sesutu yang tidak ada gunanya, tetapi yang bermanfaat bagi manusia, akan tetap ada dibumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan.
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi
kemajuan belajar siswa. Karena persoalan belajar merupakan masalah utama
siswa. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana belajar yang baik.
Petunjuk itu tidak harus bertolak sejumlah teori-teori belajar, pengalamanpun
bisa dijadikan sebagai petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Karena
siswa akan menguasai materi pelajaran apabila pengalaman belajar diatur
sedemikian rupa.
B. Disiplin Belajar Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Disiplin Belajar PAI
Kata disiplin secara etimologis yang dalam bahasa Inggris discipline,
berasal dari akar bahasa Latin yang sama ( discipulus ) dengan kata disciple dan
mempunyai makna yang sama yaitu mengajari atau mengikuti pemimpin yang
40 Departemen Agama, op cit, hlm 339
30
dihormati.41 Istilah bahasa Inggris lainnya adalah disciple yang mempunyai
makna seorang yang belajar secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.42
Sedangkan secara terminologis banyak pakar yang mendefinisikan disiplin
sebagai berikut:
a. Laura M Ramirez, disiplin didefinisikan sebagai praktik melatih orang untuk
mematuhi aturan dengan menggunakan hukuman untuk memperbaiki
ketidakpatuhan.43
b. Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan bahwa disiplin adalah suatu tata tertib
yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.44
c. Tarmizi Taher mengemukakan disiplin adalah suatu sikap manusia yang
bersedia mentaati dan mematuhi peraturan dan tata tertib, sekaligus dapat
mengendalikan diri dan mengawasi tingkah laku sendiri, serta sadar akan
tanggung jawab dan kewajiban.45
d. Suharsimi Arikunto mengemukakan pengertian disiplin menunjuk kepada
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena
didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.46
Dari berbagai definisi menurut para pakar, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa disiplin adalah suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk menepati
atau mematuhi, dan mendukung ketentuan, tata tertib, peraturan, nilai, serta
kaidah yang berlaku.
Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang
melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya.47 Kata belajar dalam pengertian
kata sifat “mempelajari” berarti memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
dan mempersepsikan secara langsung dengan indra. Adapun kata sifat “
41Jane Elizabeth Allend, Disiplin Positif, ( Jakarta: Anak Prestasi Pustaka, 2005 ), hlm.24 42Meitasari, Perkembangan Anak terj Child Development Sixth Edition ( Jakarta: Erlangga, 2004 ), hlm. 82. 43 Laura M Ramirez, Mengasuh Anak Dengan Visi, ( Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2004 ), hlm. 121 44 Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, ( Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2002 ), hlm. 12 45Tarmizi Taher, Menjadi Muslim Moderat, ( Jakarta: hikmah, 2004 ), Cet. I, hlm.118 46Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, ( Jakarta: Rineka Cipta, t.t ),Cet.2, hlm. 115 47 Syaful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (tt.p, Alfabeta, 2006 ), hlm.11
31
pengetahuan “ adalah untuk memiliki pemahaman praktis melalui pengalaman
dengan suatu hal.48
Belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan
manusia. Belajar tidak hanya melibatkan penguasaan suatu kemampuan atau
masalah akademik baru, tetapi juga perkembangan emosi, interaksi sosial dan
perkembangan kepribadian.
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa
dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan
untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.49
Bahan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum meliputi
lima unsur pokok yaitu Al-Qur’an, keimanan, akhlak, fiqih, dan tarikh yang
berfungsi untuk:
1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga
2. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus
dibidang agama supaya bakat tersebut dapat berkembang secara optimal
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.
3. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
4. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia seutuhnya
5. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam
48 Muhaimin, et.al, Paradikma Pendidikan Islam, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002 ), Cet.2, hlm 75. 49Netty Hartati, et.al,Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grasindo, 2004 ), hlm. 54
32
6. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.50
Seluruh cabang ilmu agama Islam tersebut sumbernya adalah al-Qur’an
dan sunnah Nabi Muhammad ( dalil naqli ) disamping itu materi PAI juga
diperkaya denagn hasil-hasil istimbath atau ijtihat ( dalil aqli ) para ulama
sehingga ajaran-ajaran pokok yang bersifat umum lebih rinci dan mendetail.
Siswa yang disiplin belajar PAI berarti siswa yang taat atau patuh terhadap
peraturan sekolah, peraturan belajar , serta aktif dalam kegiatan belajar mengajar
PAI.
2. Dasar dan Tujuan Disiplin Belajar
Pada dasarnya Allah SWT dalam menciptakan alam semesta ini disusun
atas dasar keteraturan dan kecermatan. Salah satu bukti bahwa Allah menciptakan
alam ini secara teratur dan cermat adalah selama ini kita dapat merasakan adanya
siang dan malam yang datang silih berganti sesuai dengan waktunya. Kita dapat
membayangkannya apabila sehari saja matahari terbit selama dua puluh empat
jam atau dalam kehidupan ini Allah tidak menciptakan matahari, tentu akan
terjadi bencana karena matahari tidak lagi beredar pada garis edarnya. Begitu juga
perilaku atau sikap seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan harus sesuai
dengan norma hukum atau peraturan yang berlaku. Tujuannya adalah agar proses
pekerjaan yang dilaksanakan baik secara individu maupun kelompok berjalan
sesuai yang diharapkan, tidak menyebabkan dampak negatif atau terganggunya
pihak lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqaroh ayat 164
تجريان في خلق السموات واالرض واختالف اليل والنها ر والفلك التي
ماء فاحيابه البحر بما ينفع الناس وما انزل اهللا من السماء من فى
تصريف الريح والسحاب آل دابةََََََ واالرض بعدموتهاوبث فيهامن
51المسخر بين السماءواالرض اليت لقوم يعقلون “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan
siang bahtera yang berlayar dilaut membawa apa yang berguna bagi manusia dan
50 Departemen Agama RI, op cit, hlm 4-5 51 Departemen Agama RI, op.cit, hlm. 31
33
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya ) dan dia sebarkan dibumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sungguh ( terdapat ) tanda-tanda ( keesaan dan kebesaran Allah )”
Dasar tujuan disiplin selain dalam surat Al-Baqaroh ayat 164 juga terdapat
dalam surat Annisa ayat 103
فاذاقضيتم الصلوة فاذآروااهللا قياماوقعوداوعلى جنويكم فاذااطمأننتم
ان الصلوة آانت على الموءمنين آتبا موقوتافاقيمواالصلوة “ Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan salat (mu) ingatlah Allah ketika
kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya sholat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”.52
Dalam surat Annisa ayat 103 sebenarnya dalam beribadah, Allah telah
mengajarkan disiplin yang ketat melalui kewajiban menjalankan sholat lima
waktu bagi umat Islam yang merupakan pengikut terbesar di Indonesia. Dengan
sholat, seperti kita ketahui bersama kita dituntut untuk menepati waktu.
Disiplin tidak hanya dilakukan pada saat mengerjakan sholat saja, namun
dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan sehari-hari kita juga dituntut untuk disiplin,
termasuk disiplin dalam belajar. Karena dengan adanya disiplin dalam belajar
akan memudahkan kelancaran belajar. Dengan adanya disiplin dalam belajar
maka rasa segan, rasa malas, rasa menentang dapat dengan mudah diatasi, seolah-
olah tidak ada rintangan maupun hambatan lainnya yang menghalangi kelancaran
bertindak.
Inti dari disiplin belajar adalah untuk mengajari seseorang yang mengikuti
ajaran dari seorang pemimpin supaya patuh dan taat dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan jangka pendek dari disiplin belajar adalah untuk membuat
siswa terlatih dan terkontrol dalam belajar. Sedangkan tujuan jangka panjang
disiplin belajar adalah perkembangan dari pengendalian diri dan pengarahan diri
sendiri ( self-control and self-direction ) yaitu dalam hal mana siswa dapat
52 Ibid, hlm 125
34
mengarahkan diri sendiri tanpa pengaruh atau pengendalian dari luar.53
Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan pedoman
norma-norma yang jelas dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik diri sendiri.
Oleh karena itu guru haruslah secara kontinyu atau terus menerus untuk
memainkan peranannya dalam pembentukan disiplin belajar siswa.
3. Macam-macam Disiplin Belajar
Guru yang bijak akan selalu menampakkan suatu disiplin dalam semua hal
terhadap kegiatan siswanya, baik yang mengenai kegiatan yang berhubungan
dengan pendidikan formal yaitu disiplin dalam belajar, disiplin dalam
mengerjakan tugas yang berkaitan dengan sekolah maupun disiplin yang
berkaitan dengan di rumah.
Disiplin sekolah atau lebih khusus disiplin belajar meliputi:
a. Kedisiplinan belajar siswa terhadap tata tertib sekolah maksudnya bagaimana
siswa mematuhi dan mentaati tata tertib sekolah.
b. Kedisiplinan siswa dalam memperhatikan pelajaran, maksunya siswa dalam
proses belajar mengajar apakah selalu memperhatikan pelajaran yang diajarkan
atau tidak
c. Kedisiplinan waktu belajar siswa maksudnya ketaatan dalam menggunakan
waktu belajar
d. Kedisiplinan belajar siswa dalam mengerjakan tugas maksudnya bagaimana
sikap dan tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas.54
Langkah-langkah kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses belajar
mengajar harus dilakukan dengan konsekuen dan penuh disiplin serta luwes
dalam penyesuaiannya. Usaha guru dalam pembentukan disiplin belajar antara
lain:
1. Mengawasi belajar secara ketat
2. Memantau belajar secara terus menerus
3. Mengembalikan tugas-tugas belajar tepat pada waktunya
4. Memberi ganjaran kepada siwa yang berprestasi tinggi
53Charles Schaefar, Bagaimana Mendidik Anak dan Mendisiplinkan Anak, ( Medan: IKIP Press, 1997 ), hlm 9
54 Ibid, hal 12
35
5. Memberi hukuman kepada siswa yang salah
6. Menyelenggrakan rapat guru untuk membahas kedisiplinan
7. Menampilkan keteladanan.55
4. Fungsi Pembentukan Disiplin Belajar PAI
Disiplin merupakan kunci sukses. Sebab dengan disiplin orang menjadi
berkeyakinan bahwa disiplin membawa manfaat. Memang seseorang yang baru
memulai untuk melaksanakan disiplin akan merasakan bahwa disiplin itu pahit,
namun apabila sudah diterapkan akan menjadi manis. Disiplin adalah seperangkat
alat dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah hidup.56
Dalam mencapai suatu tujuan, timbulnya masalah tentunya hal yang biasa.
Akan tetapi dengan menghadapi dan memecahkan masalah, hidup menjadi
berarti. Kemajuan dapat diperoleh. Orang yang selalu menghindari masalah tidak
akan dapat membuat kemajuan. Hal ini berlaku baik masyarakat umum maupun
bagi pelajar.
Seorang pelajar, biasanya mempunyai masalah dalam belajarnya. Salah
satunya adalah belajar Pendidikan Agama Islam. Siswa sekarang enggan untuk
belajar PAI karena mereka menganggap pelajaran PAI identik dengan hafalan-
hafalan yang membosankan. Itulah kesan yang mengapung kepermukaan selama
ini. Padahal belajar merupakan nafas kehidupan bagi pelajar. Siklus waktu siang
dan malam harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tidak ada istilah waktu kosong
dalam kamus kehidupan para pelajar. Karena belajar merupakan tindakan dan
perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami siswa
sendiri.
Karena berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat
tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik
ketika para siswa itu disekolah maupun dilingkungan keluarganya sendiri.
Sehingga sikap kedisiplinan belajar dalam mendidik siswa sangat diperlukan agar
siswa dengan mudah:
a) Meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak
milik orang lain
55 Slameto, Op Cit, hlm 17 56Cipto Ginting, Kiat Belajar di Perguruan Tinggi, ( Jakarta: Grasindo, 2003 ), hlm. 120
36
b) Mengerti dan segera menurut, untuk menjalankan kewajiban dan secara
langsung mengerti larangan-larangan
c) Mengerti tingkah laku yang baik dan buruk
d) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa
terancam oleh hukuman
e) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain
Cara pendisiplinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Disiplin dengan paksaan ( disiplin otoriter )
Yaitu pendisiplinan yang dilakukan secara paksa, siswa harus mengikuti
aturan yang telah ditentukan. Apabila siswa tidak melakukan perintah itu, ia
akan dihukum dengan cara pemberian hukuman fisik, mengurangi pemberian
materi, membatasi pemberian penghargaan atau berupa ancaman langsung dan
tidak langsung.
Hukuman yang diberikan untuk menyampaikan peringatan kepada siswa
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Hukuman yang bersifat badani seperti: pemukulan, penamparan, dan segala
sesuatu yang berhubungan langsung dengan badan.
2. Hukuman yang bersifat non badani seperti: mengomel, mencerca, dan segala
sesuatu yang biasanya lebih bersentuhan dengan rohani mental anak.57
b. Disiplin tanpa paksaan ( disiplin permisif )
Disiplin ini lebih bervariatif dimana membiarkan anak mencari sendiri batasan.
Disiplin tanpa paksaan ini akan menjadikan anak yang patuh walaupun tidak
ada pemimpin. Anak menjadi kreatif karena berani bertanya, mempunyai
tanggung jawab walaupun tidak ada pemimpin.58
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar
Disiplin bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Teknik dalam
berdisiplin itu kadang-kadang sulit untuk diterapkan, tergantung pada kasusnya.
Dalam pelaksanaan disiplin ini dapat diukur apakah siswa sangat disiplin atau
lemah.Sikap seseorang sangat menentukan keberhasilannya dalam disiplin. Sikap
57 Reza Farhadian,Menjadi orang Tua Pendidik, ( Jakarta: Al-Huda, 2005), Cet.I, hlm.81
58Bambang Sujiono dan Yuliani Nurani Sujuono, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini, ( Jakarta: PT Elex Media Komputendo, 2005 ), Cet.I, hlm 31
37
disiplin akan terwujud apabila ditanamkan disiplin secara serentak disemua
lingkungan kehidupan masyarakat termasuk dalam lingkungan pendidikan.59
Faktor-faktor yang mempengaruhi terciptanya kedisiplinan belajar adalah:
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang datang dari siswa sendiri, faktor ini meliputi:
1. Minat
Apabila siswa memiliki daya tarik dalam belajar, maka ia akan senang
dalam belajar. Sebaliknya apabila ia tidak ada daya tarik dalam belajar,maka ia
akan menjadi segan dalam belajar.60Setiap siswa sebenarnya dapat mengatur
waktu untuk disiplin dalam belajar, akan tetapi persoalannya terletak pada
kemauan mereka sendiri.
2. Emosi
Emosi sangat menentukan kedisiplinan belajar. Karena kadang-kadang
ada siswa yang tidak begitu stabil emosinya, sehingga dapat mengganggu
belajarnya. Dalam keadaan emosi yang tidak stabil, tentu belajarnya
mengalami hambatan. Siswa semacam ini membutuhkan situasi yang cukup
tenang dan penuh perhatian agar belajarnya lancar.
3. Semangat
Semangat dapat memupuk hasrat yang tinggi dalam melakukan suatu
perbuatan. Bagi pelajar, semangat untuk disiplin dalam belajar perlu
ditumbuhkan, dipupuk, dan dipertahankan. Karena apabila seseorang telah
mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, maka otomatis ia akan dapat
mengusir atau menghilangkan rintangan-rintangan seperti malas, santai, lesu,
bosan, dan sebagainya.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa itu.Faktor eksternal
ini meliputi:
1. Pendidik
Tumbuhnya sikap disiplin dalam belajar, bukan merupakan peristiwa
mendadak yang terjadi seketika. Disiplin belajar pada diri siswa tidak dapat 59Cipto Ginting, op.cit, hlm 123 60M Dalyono, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta; Rineka Cipta, 1997 ), hlm. 235
38
tumbuh tanpa adanya intervensi dari pendidik, dan itupun dilakukan secara
bertahap, sedikit demi sedikit. Kebiasaan disiplin dalam belajar yang
ditanamkan oleh pendidik akan terbawa oleh siswa dan sekaligus akan
memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinannya kelak
2. Sanksi dan hukuman
Disiplin karena paksaan biasanya dilakukan dengan terpaksa pula.
Keterpaksaan itu karena takut akan dikenakan sanksi hukuman akibat
pelanggaran terhadap peraturan.
Menurut Kartini Kartono, hukuman adalah perbuatan yang secara
intensional diberikan sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin diarahkan
untuk membuka hati nurani penyadaran sipenderita akan kesalahannya.61
Sebagai alat pendidikan, hukuman hendaknya:
a. Senantiasa merupakan jawaban atas pelanggaran
b. Sedikit banyak selalu bersifat tidak menyenangkan
c. Selalu bertujuan kearah perbaikan, tujuannya hendaknya diberikan untuk
kepentingan anak tersebut.62
3. Lingkungan
Dengan bertambahnya lingkungan siswa yang semula hanya lingkungan
keluarga dan setelah mereka memasuki sekolah, lalu bertambah dengan
lingkungan baru yaitu lingkungan sekolah akan bertambah pula butir-butir
kedisiplinan lain. Disekolah pada umumnya peraturan-peraturan yang harus
ditaati oleh siswa dituliskan dan diundangkan disertai sanksi dan hukuman bagi
setiap pelanggarnya. Pembentukan sikap kedisiplinan yang dibawa dari
lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan masyarakatpun sangat
mempengaruhi kedisiplinan dalam belajar siswa misalnya: mass-media, teman
bergaul, adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat, dan corak kehidupan
tetangga.
61Kartini kartono, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, ( Bandung: Mandar Maju, 1992 ), hlm 261 62M Ngalim Purwanto, op.cit, hlm 186
38
BAB III
HASIL PENELITIAN
PERAN GURU AGAMA DALAM PEMBENTUKAN
DISIPLIN BELAJAR PAI SISWA DI SMP NEGERI 34
SEMARANG A. Gambaran Umum SMP Negeri 34 Semarang Tahun Pelajaran 2007/2008
1. Tinjauan Historis
SMP Negeri 34 Semarang yang berlokasi di JL. Tlogomulyo
Pedurungan Semarang merupakan Sekolah Menengah Pertama yang berstatus
negeri yang berdiri pada tahun 1992. Masyarakat Tlogomulyo dan sekitarnya
pada saat itu dan sebelumnya kesulitan dalam mencari sekolah menengah
pertama yang berstatus negeri. Karena masyarakat menginginkan anaknya
bersekolah di sekolah milik negara yang mudah dijangkau dari rumah mereka,
seiring dengan tuntutan zaman, dan semakin bertambahnya penduduk serta
pemerataan pendidikan, maka perlu adanya SMP negeri di Tlogomulyo.
Sehingga pemerintah mendirikan Sekolah Menengah Pertama negeri 34 di Jl.
Tlogomulyo diatas tanah bengkok (tanah milik negara yang dikelola oleh
perangkat desa). Sehingga tanah SMP Negeri 34 ini sampai sekarang belum bisa
disertifikatkan.1
Sebagai satu bentuk lahirnya SMP Negeri 34 untuk pertama kalinya
SMP Negeri 34 menginduk pada SMP Negeri 15 yang berlokasi di Jl. Supriyadi
Semarang dengan kepala sekolah yang pertama yaitu Ibu Soeryani. Pada tahun
1993 SMP Negeri 34 Semarang mulai menempati gedung baru yang berlokasi di
JL. Tlogomulyo Pedurungan Semarang dengan kepala sekolah yang sama yaitu
Ibu Soeryani. Pada tahun 2000-2003 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Soeharto
S.Pd. Untuk selanjutnya kepala sekolah dijabat oleh Ari basuki S.Pd. Pada tahun
2005 sampai sekarang dijabat oleh Ch. Retnaningsih S.Pd. Berikut nama kepala
sekolah SMP Negeri 34 Semarang dari mulai berdiri sampai sekarang.
1 Data bersumber dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 34 Semarang pada
tanggal 03 Agustus 2007.
39
a. Soeryani, S.Pd. Periode 1992-2000
b. Suharto, S.Pd. Periode 2000-2003
c. Ari Basuki, S.pd. Periode 2003-2005
d. Ch. Retnaningsih, S.Pd. Periode 2005 sampai sekarang2
Dalam perkembangannya, SMP Negeri 34 Semarang telah mengalami
kemajuan yang pesat. Hal ini terbukti dengan bertambahnya lokal sekolah dan
pengembangan sekolah serta banyaknya prestasi yang diraih baik dibidang
akademik maupun non akademik dengan visi unggul dalam prestasi
berlandaskan iman dan takwa yang indikatornya meliputi:
1. Unggul dalam mencapai prestasi
2. Unggul dalam aktivitas keagamaan
3. Unggul dalam disiplin dan tanggung jawab
4. Unggul dalam kepedulian dan kebersamaan
5. Unggul dalam kebersihan, kerapian, dan keindahan
6. Unggul dalam olahraga dan seni budaya3
2. Letak Geografis
Secara geografis, letak SMP Negeri 34 Semarang kurang srategis
karena letaknya jauh dari jalan raya dan tidak ada alat transportasi umum untuk
menuju ke lokasi. Akan tetapi hal itu tidak menjadi kendala karena dengan
suasana yang tenang, tidak terpengaruh oleh suara bising kendaraan dan hiruk
pikuk kehidupan perkotaan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan tenang dan tertib. Terbukti dengan kedisiplinan siswa yang tergolong
masih sedikit melakukan pelanggaran.
Batas-batas SMP Negeri 34 Semarang adalah:
a. Sebelah Barat dibatasi oleh Kelurahan Tlogomulyo
b. Sebelah Timur dibatasi oleh SD negeri Tlogomulyo 01
c. Sebelah Utara dibatasi oleh pemukiman penduduk Tlogomulyo
d. sebelah Selatan dibatasi oleh Perumahan Kekancan Mukti.4
2 Ibid 3 Data bersumber dari hasil dokumentasi SMP Negeri 34 Semarang pada tanggal 04 Agustus
2007 4 Ibid
40
3. Struktur Organisasi
Sekolah akan lancar dalam proses belajar mengajar apabila ditopang
dengan struktur organisasi yang baik, dimana para stafnya bekerja sesuai dengan
profesinya. Sekalipun sudah ada kepala sekolah yang berada ditengah-
tengahnya, tanpa pembantu bagian urusan kedalam dan keluar niscaya sekolah
tersebut tidak akan berdiri tegak dan mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan. Adapun struktur organisasi SMP Negeri 34 Semarang sebagai
berikut:
a. Kepala Sekolah : Ch. Retnaningsih, S.Pd.
b. Wakil Kepala Sekolah : M. Sukanto, S.Pd.
1. Komite : Gemor Hadiono
2. Kesiswaan : Sugiono, S.Pd.
3. Sarana : Drs. Djoko HN
4. Kurikulum : Sumrih R, S.Pd.
5. Humas : Budiyono, S.Pd.
6. Urusan TU : Nuryati
c. Wali Kelas
1. Wali Kelas VII A : Sudarsih, S.Pd
2. Wali Kelas VII B : Siti Chumaidah
3. Wali Kelas VII C : Dra. Umi Khulsum
4. Wali Kelas VII D : Sefrie Muji TR, S.Pd
5. Wali Kelas VII E : Hj. Hardinawati, S.Pd
6. Wali Kelas VII F : Eko Mujiono, S.Pd
7. Wali Kelas VII G : Upik Indriati, S.Pd
8. Wali Kelas VIII A : Nuning Minarsih, S.Pd
9. Wali Kelas VIII B : Indiastuti, S.Pd
10. Wali Kelas VIII C : Hj. Tutie Rusmawati, S.Pd
11. Wali Kelas VIII D : Alfiah, S.Pd
12. Wali Kelas VIII E : Sri Suwanti, S.Pd
13. Wali Kelas VIII F : Eny Dyah I, S.Pd
14. Wali Kelas VIII G : Drs. Sarwanto
41
15. Wali Kelas IX A : Tri Puji Utami, Amd
16. Wali Kelas IX B : Dra. Ika Etna W Ar
17. Wali Kelas IX C : Rishati Sedyasih, S.Pd
18. Wali Kelas IX D : Nita Acharti, S.Pd
19. Wali Kelas IX E : Samzaini, S.pd
20. Wali Kelas IX F : Dra. Sri wahyu R
21. Wali Kelas IX G : Nanik Purwaningsih,S.Pd5
Tabel. I
Struktur Organisasi SMP Negeri 34 Semarang Tahun Ajaran 2007
4. Personalia Sekolah
Tenaga Kependidikan SMP Negeri 34 Semarang sebagian besar lulusan
SI, hanya ada beberapa saja yang lulusan D3 yang telah ditingkatkan
5 Data bersumber dari hasil dokumentasi SMP negeri 34 Semarang pada tanggal 08 Agustus
2007
Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah
Komite Sarana Kesiswaan Kurikulum Hunas
Wali kelas
Guru Mata Pelajaran
Guru Pembimbing
TU
42
keprofesionalannya melalui penataran-penataran. Adapun nama-nama Personalia
tersebut antara lain:
Tabel. 2
Data Personalia SMP Negeri 34 Semarang Tahun Ajaran 2007
No Nama Mengampu/Mengajar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Ch. Retnaningsih, S.Pd
Dra. Esthi Saraswati
Dra. Ika Etna W
Atmi Winarni, S.Pd
M. Sukanto, S.Pd
Suharyanti, S.Pd
Indi Astuti, S.Pd
A. Budi Hartanto, S.Pd
Budiyono, S.Pd
Sumrih Rahayu, S.Pd
Drs. Sarwoto
Dra. Sri Sunarti
Sri Suwarti, S.Pd
Rishati Sedyasih, S.Pd
Sri Untari, S.Pd
Nanik Purwaningsih, S.Pd
Sudarsih, , S.Pd
Upik Indriati, S.Pd
Sunarsih, , S.Pd
Hardinawati, S.Pd
Nur Siswanti, S.Pd
Sugiyono, S.Pd
Nuning Minarsih, S.Pd
Siti Chumaidah
Tri Puji Utami, Amd
-
Bahasa Jawa
IPA Fisika
IPS Ekonomi
Matematika
IPA Biologi
Agama Islam
Kertangkes
Matematika
IPA Biologi
IPS Geografi
BK
IPS Geografi
IPS Sejarah
BK
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
PTD
Matematika
Matematika
Mulok Komputer
Bahasa Indonesia
Komputer
PPKN
Bahasa Indonesia
43
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Hj. Tutie Rusmawati, S.Pd
Lulus Pujiati, S.Pd
Drs. Djoko HN
Sri Kusyati, S.Pd
Dadang Wisnu H
Dra. Sri Wahyu R
Sri Wahyunibgsih, S.Pd
Siti Mukaromah
Nita Acharti, S.Pd
Sefri Muji Ti R, S.Pd
Theresia Farida
Samzani, S.Pd
Muhammad Jawar, S.Pd
Umar Rasyid, S.Pd
Eko Mujiono, Amd
Alfiah, S.Pd
Dra. Umi Khulsum
Ahmad Ikhsan, S.Ag
Intan Nurzulaikha, S.Kom
Asih Sri Windarti, ST
Sowo Siswondo, S.Pd
PPKN
BK
Penjaskes
BK
Bahasa Indonesia
Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
IPS Ekonomi
Bahasa Inggris
Tari
PTD
Matematika
Bahasa Inggris
IPA Fisika
Panjaskes
PTD
IPA Biologi
Agama Islam
Komputer
Komputer
PTD
Tabel. 3
Nama-Nama Unit Pelaksana ( UPT ) SMP Negeri 34 Semarang Tahun Ajaran 2007
No Nama Jabatan
1
2
3
4
5
6
Nuryati
Kusyono
Sunarto
Mujana
Lilik Joko Prasetyo
Supriyaningsih
Kepala TU
Inventaris Barang
Perpustakaan
Kepegawaian
Keuangan
Laboratorium
44
7
8
9
10
11
12
13
Agus Afif AA
Jumaidi
Ahmad Sanusi
Kristo S
Qomariah
Agus Suwanto
Puji Astuti, SE
Ekspedisi ( Surat Menyurat )
Kebersihan
Kebersihan
Kebersihan
Kebersihan
Kebersihan
Koperasi6
5. Data Siswa
Jumlah siswa SMP Negeri 34 Semarang secara keseluruhan pada tahun
2007 adalah 891. Adapun rinciannya sebagai berikut:
Tabel. 4
Data Jumlah Siswa SMP Negeri 34 Semarang tahun Ajaran 2007
No Kelas Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
VII A
VII B
VII C
VII D
VII E
VII F
VII G
VIII A
VIII B
VIII C
VIII D
VIII E
VIII F
VIII G
42
42
42
42
42
42
41
42
42
42
42
42
42
44
6 Ibid
45
15
16
17
18
19
20
21
IX A
IX B
IX C
IX D
IX E
IX F
IX G
42
44
42
44
42
44
44
JUMLAH 8917
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam pendidikan dan pengajaran merupakan
faktor yang sangat penting dalam menunjang kesuksesan dan kelancaran proses
belajar mengajar. Sebab sarana dan prasarana juga menentukan hasil belajar
siswa disekolah.
SMP Negeri 34 Semarang telah memiliki sarana atau fasilitas belajar
mengajar yaitu:
a. Satu gedung sekolah terdiri dari 21 ruang kelas, serta terdapat kantor kepala
sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang bimbingan konselling, aula,
perpustakaan, laboratoriun bahasa dan IPA, ruang PTD (Pendidikan
Teknologi Dasar), 11 kamar mandi, ruang UKS, ruang Osis, gudang, dan
kantin
b. Perlengkapan kelas seperti papan tulis, meja guru, almari buku, meja belajar
beserta kursi.
c. Komputer sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar sekaligus
menambah ketrampilan siswa diera informasi
d. Untuk praktek keagamaan telah tersedia musholla yang juga sering
dipergunakan tempat ibadah dan praktek keagamaan siswa dalam pelajaran
Agama Islam. 8
7 Data bersumber dari hasil dokumentasi pada tanggal 09 Agustus 2007 8 Data bersumber dari hasil wawancara dengan kepala TU SMP Negeri 34 Semarang pada
tanggal 09 Agustus 2007
46
B. Gambaran Khusus Peran Guru Agama Dalam Pembentukan Disiplin Belajar
PAI Siswa Di SMP Negeri 34 Semarang
1. Pembentukan Disiplin Belajar PAI di SMP Negeri 34 Semarang
Rata-rata siswa di SMP Negeri 34 Semarang mematuhi peraturan yang
telah ditetapkan disekolah. Terbukti sedikit sekali pelanggaran yang dilakukan
siswa.9 Siswa sejak masuk di SMP ini sudah mulai diajarkan untuk berdisiplin
setiap hari, termasuk disiplin dalam belajar.Menurut Ibu Sri Untari selaku guru
BK, siswa dalam melaksanakan disiplin termasuk disiplin dalam belajar, tidak
dapat lepas dari adanya peran para guru.Pembentukan disiplin belajar PAI siswa
dapat berupa:Ketepatan dalam mengumpulkan tugas baik tugas yang diberikan
di sekolah maupun tugas rumah, Disiplin dalam melaksanakan kegiatan
keagamaan ( sholat, puasa, dll ), keaktifan siswa dalam belajar PAI, dll.
Pembentukan disiplin belajar PAI di SMP Negeri 34 Semarang yang di
perankan oleh guru agama ada dua cara yaitu:
a. Disiplin dengan paksaan ( disiplin otoriter )
Disiplin dengan paksaan ini digunakan oleh guru agama supaya para
siswa mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dan guru akan memberikan
hukuman bagi mereka yang melanggarnya. Namun hukuman yang diberikan
adalah hukuman yang bersifat mendidik dan hal ini sudah diketahui atau
sudah menjadi kesepakatan bersama. Sehingga apabila ada siswa yang
melanggar dan mendapatkan hukuman dapat menerimanya meskipun kadang-
kadang guru harus menggunakan hukuman yang bersifat badani.10
Hukuman diberikan oleh guru agama adalah salah satu langkah awal
pembentukan disipin belajar PAI. Meskipun mula-mula siswa menjalankan
peraturan yang ada karena terpaksa, namun untuk selanjutnya siswa akan
menjadi terbiasa untuk disiplin, dan siswa dapat merasakan pentingnya
disiplin dalam segala hal.Sebab disiplin belajar PAI siswa dapat dipupuk
dengan memberikan tata tertib dan mengatur siswa.
Tata tertib yang disertai pengawasan akan terlaksananya tata tertib dan
pemberian pengertian pada setiap pelanggar, tentunya akan menimbulkan rasa
9 Data bersumber dari dokumentasi catatan point siswa pada tanggal 08 Agustus 2007 10 Data bersumber dari hasil wawancara dengan Bapak Ikhsan pada tanggal 08 Agustus 2007
47
keteraturan dan disiplin, terutama dalam hal belajar akan memudahkan
kelancaran belajar.11
Selain menetapkan hukuman, guru agama juga memberikan pujian
kepada siswa yang mematuhi dan menjalankan peraturan yang telah
ditetapkan. Karena guru agama yakin bahwa sebuah pujian akan memberikan
pengaruh yang luar biasa positif terhadap psikologi anak dan
menyebabkannya bersemangat dalam melaksanakan peraturan.sebab pada
dasarnya setiap manusia menginginkan pujian dan menyukai orang lain
menghormati dan menghargai kemampuannya.12
Memberikan pujian kepada siswa merupakan salah satu cara yang
paling berpengaruh dalam pendidikan anak.
b. Disiplin tanpa paksaan
Selain menggunakan teknik paksaan dalam pembentukan disiplin
belajar PAI, guru juga menggunakan teknik disiplin tanpa paksaan. Teknik ini
digunakan guru agama dengan cara membiarkan siswa untuk melaksanakan
tata tertib sendiri tanpa harus menunggu perintah.
Rata-rata siswa di SMP negeri 34 Semarang dalam melaksanakan
disiplin belajar, terutama belajar PAI atas kemauan mereka sendiri. Karena
mereka yakin kalau mereka disiplin dalam belajar mereka akan menghasilkan
apa yang mereka harapkan. Sehingga ada ataupun tidak ada guru yang
mengawasi mereka, mereka tetap menjalankan tugas mereka sehari-hari.
Terbukti dengan hasil wawancara dengan beberapa siswa dan angket yang
penulis sebarkan pada tanggal 09 Agustus 2007 untuk mengetahui tingkat
kedisiplin belajar PAI siswa sebanyak 20 soal yang disebarkan kepada 90
siswa dan dapat disimpulkan bahwa rata-rata mereka telah menjalankan
disiplin belajar PAI atas kemauan mereka sendiri. Meskipun motivasi mereka
dalam menjalankan disipin belajar PAI berbeda-beda. Ada yang menjalankan
karena takut dihukum dan dikeluarkan, ada yang karena sudah menjadi
kebiasaan, dan sebagainya.13
11 Data bersumber dari hasil wawancara dengan Ibu Indi Astuti pada tanggal 08 Agustus 2007 12 Ibid 13 Hasil angket dan hasil wawancara dengan beberapa siswa pada tanggal 09 Agustus 2007
48
2. Peran Guru Agama Dalam Pembentukan Disiplin Belajar PAI Siswa
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru agama di SMP Negeri 34
Semarang, mereka tidak hanya sebatas pada penyampaian materi saja, akan
tetapi mereka selalu berusaha supaya siswa dapat memahami dan menerapkan
apa yang telah mereka berikan kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari. Para
guru agama selalu memperhatikan perkembangan para siswa baik itu
perkembangan siswa dalam menerima pelajaran, maupun perkembangan tingkah
laku di sekolah. Hal ini dilakukan supaya para siswa yang belajar di SMP Negeri
34 Semarang lebih giat dan bersemangat dalam belajar PAI.
Siswa yang belajar di SMP Negeri 34 Semarang mayoritas beragama
Islam. Hanya beberapa siswa saja yang beragama non Islam.14 Karena SMP
Negeri 34 merupakan sekolah menengah pertama yang berstatus negeri,dan
tingkat kedisiplinan siswa dalam mematuhi dan melaksanakan peraturan sekolah
yang telah ditetapkan sudah baik, sehingga para guru menginginkan para siswa
dapat menerapkan disiplin dalam segala hal termasuk disiplin dalam belajar.
Maka peran guru agama sangat diperlukan dalam pembentukan disiplin belajar
PAI siswa di sekolah ini. Karena SMP Negeri 34 Semarang ini merupakan
sekolah yang berstatus negeri yang pelajaran agama Islam hanya diajarkan dua
jam dalam satu minggu, maka ini merupakan tantangan yang harus dihadapi
guru PAI.
Peranan guru agama dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa di
SMP Negeri 34 Semarang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel Peran Guru Agama dalam Pembentukan Disiplin Belajar PAI di SMP
Negeri 34 Semarang
No Hari/
tangg
al
Materi Kegiatan Guru Dan Siswa Peran Guru
1
Senin
06
Hukum
bacaan
Ibu Indi Astuti mengajar kelas
VII E
*Sebagai motivasi:
Guru memotivasi
14 Data bersumber dari dokumentasi pada tanggal 09 Agustus 2007
49
2
Agust
us
2007
Senin
06
Agust
us
2007
nun
mati
atau
tanwin
dan
mim
mati
Hukum
bacaan
qolqola
h, lam,
dan ra
• Siswa membedakan bacaan
idzar, idghom bigunnah,
idhom bilagunnah, ikfa,
dan iglab
• Siswa membedakan bacaan
idzhar syafawi, ikfa’safawi
dan idgom mimi
• Siswa mempraktikkan
bacaan mim mati dalam
ayat-ayat pilihan
Ibu Indi Astuti mengajar
dikelas VIII A
* Siswa menjelaskan
pengertian qolqolah
* Siswa menyebutkan huruf-
huruf qolqolah
* Siswa menunjukkan lafadz
yang mengandung bacaan
qolqolah
* Siswa menjelaskan
pengertian tafkhim dan tarqiq
pada lam dan ra
* Siswa menjelaskan
siswa mengenai
keutamaan belajar
ilmu tajwid dan
manfaatnya.
*Sebagai
pembimbing: Guru
membimbing siswa
untuk dapat
membedakan
bacaan tajwid
*Sebagai inspirator:
Guru memberikan
inspirasi kepada
siswa supaya dapat
membaca al quran
dengan baik dan
benar sesuai dengan
kaidah ilmu tajwid
* Sebagai motivasi:
guru memotivasi
siswa mengenai
keutamaan belajar
ilmu tajwid dan
manfaatnya
*Sebagai
pembimbing: Guru
mengulangi
pelajaran yang
kurang difahami
siswa dan
memberikan tugas
50
3
4
Selasa
07
Agust
us
2007
Selasa
07
Agust
Perilak
u orang
yang
berima
n
kepada
Allah
Adab
makan
dan
pengertian lfdhu jalalah yang
membedskan lam dan ra
* Siswa mempraktekkan
bacaan qolqolah dalam ayat-
ayat pilihan
* Siswa mempraktekkan
bacaan tafkhim dan tarqiq
dalam ayat-ayat pilihan
Bapak Ikhsan mengajar di
kelas VII A
* Siswa membedakan perilaku
orang yang beriman dengan
yang tidak beriman
* Siswa memberikan gambaran
perilaku orang yang beriman
* Siswa menunjukkan orang
yang beriman kepada Allah
Bapak Ikhsan mengajar dikelas
VIII D
* Siswa menjelaskan
dengan cara tanya
jawab
* Sebagai contoh:
Guru
mempraktekkan
bacaan qolqolah
dalam surat al lahab
*Sebagai motivasi:
Guru memotivasi
siswa mengenai
pentingnya iman
dan balasan Allah
SWT kepada
orang-orang yang
beriman dengan
cara memaparkan
ayat-ayat al quran
yang berkaitan
dengan sifat-sifat
Allah
*Sebagai contoh :
Guru memberikan
contoh orang yang
beriman dengan
memperlihatkan
peragaan dalam
VCD
* Sebagai motivasi:
Guru memotivasi
siswa mengenai
51
5.
us
2007
Senin
20
Agust
minum
Sikap
menghi
ndari
pengertian adab makan dan
minum
* Siswa membaca dan
mengartikan dalil naqli
tentang adab makan dan
minum
* Siswa menjelaskan tata
krama makan dan minum
dalam berbagai situasi
* Siswa menjelaskan fungsi
adab makan dan minum
dalam kehidupan
Ibu Indi Astuti mengajar
dikelas VII C
* Siswa menyebutkan ciri-ciri
pentingnya
berakhlak mulia
dengan cara
memberikan tugas
kepada siswa untuk
memberikan contoh
dihadapan teman-
temannya mengenai
tata krama makan
dan minum yang
baik dan benar
* Sebagai contoh:
Guru
mempraktekkan
pola makan dan
minum dalam
berbagai situasi di
hadapan para siswa
* Sebagai
pembimbing: Guru
membimbing siswa
denagn cara
memberikan arahan
pada siswa yang
kurang tepat dalam
menerapkan tata
krama makan dan
minum
* Sebagai
motivator: Guru
memotivasi siswa
52
us
2007
perilak
u
penden
dam
dan
munafi
k
munafik
* Siswa menyebutkan ciri-ciri
pendendam
* Siwa menyebutkan akibat
buruk dendam dan munafik
mengenai
pentingnya
menghindari akhlak
tercela
* Sebagai
inspirator: Guru
memberikan
inspirasi kepada
siswa untuk dapat
menghindari
perilaku tercela
yaitu dendam dan
munafik dalam
pergaulan sehari-
hari
2. Hambatan-hambatan guru agama dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa
di SMP Negeri 34 Semarang
a. Musholla kurang besar, sehingga apabila ada kegiatan rutin misalkan sholat
dhuhur bersama siswa harus digilir karena tempatnya kurang memadai.
b. Kalau musim kemarau kesulitan mencari air. Karena pada musim kemarau
rata-rata wilayah Tlogomulyo kekurangan air. Sehingga hal ini menghambat
para siswa dalam melaksanakan praktek keagamaan setiap musim kemarau.
c. Waktu yang diperlukan oleh guru agama dan siswa sangat terbatas. Karena
kegiatan-kegiatan yang diadakan di SMP 34 tidak hanya kegiatan agama saja
sedangkan guru dapat bertatap muka dengan siswa dalam pelajaran agama
hanya 2X40 menit setiap minggu.
d. Karakter siswa yang berbeda-beda. Karena dalam memainkan perannya dalam
pembentukan disiplin belajar PAI guru harus mengetahui karakter siswa.15
15 Data bersumber dari hasil wawancara dengan Ibu Indi Astuti pada tanggal 25 Agustus 2007
53
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PERAN GURU AGAMA DALAM
PEMBENTUKAN DISIPLIN BELAJAR PAI
A. Analisis Pembentukan Disiplin Belajar PAI
Hidup merupakan proses pembentukan. Karena selama hidup manusia
harus menghadapi berbagai halangan dan rintangan yang harus mereka temui. Bagi
mereka yang dapat menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang
menjadikan batu penghalang dalam kehidupan ini, maka hidup akan terasa lebih
mudah dan indah. Sebaliknya apabila mereka tidak dapat menyelesaikannya
mereka akan merasa enggan untuk hidup sebab mereka akan beranggapan bahwa
hidup ini penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan.
Dalam menjalani hidup, manusia memang tidak dapat terlepas dari suatu
masalah. Begitu juga dengan seorang pelajar. Seorang pelajar biasanya mempunyai
masalah dalam belajarnya. Karena dalam belajar, seorang pelajar tidak dapat
melepaskan diri dari berbagai hal yang dapat mengantarkan kepada mereka
berhasil dalam belajar. Banyak yang belajar dengan susah payah, akan tetapi tidak
mendapatkan hasil apa-apa.
Belajar PAI merupakan salah satu masalah bagi sebagian siswa di SMP
Negeri 34 Semarang. Supaya kegiatan belajar mengajar dikelas dapat berjalan
dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka siswa perlu
dilatih untuk disiplin dalam belajar PAI. Disinilah peran guru agama sangat
dibutuhkan bagi siswa.
Kata disiplin adalah sebuah kata yang tidak asing lagi dalam kehidupan
sehari-hari. Karena kata disiplin sudah memasyarakat. Kita dapat menemui kata
disiplin di rumah, di sekolah, di kantor dan sebagainya. Akan tetapi banyak orang-
orang yang mengaitkan pendisiplinan dengan alat-alat yang dipakai untuk
membuat malu dan hukuman badan.
Disiplin belajar PAI sama halnya dengan disiplin di sekolah. Siswa yang
sering tidak masuk sekolah dapat dipastikan akan kurang mengerti bahan-bahan
54
pelajaran tertentu meskipun mereka telah memiliki buku. Sebab sejumlah buku
terkadang ada uraian tertentu yang tidak dijelaskan secara mendalam. Banyak
siswa yang tidak mampu meraih prestasi belajar yang memuaskan disebabkan
catatan bahan pelajaran yang tidak lengkap dan tidak teratur.
Disiplin belajar PAI siswa terbentuk tidak hanya karena kesadaran siswa
sendiri, akan tetapi juga karena paksaan. Disiplin dalam belajar PAI yang muncul
karena kesadaran disebabkan oleh faktor siswa telah sadar bahwa hanya dengan
disiplinlah akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal. Dengan berdisiplin akan
didapatkan keteraturan dalam kehidupan, dapat menghilangkan kekecewaan orang
lain, atau orang lain akan mengaguminya dan sebagainya. Sebaliknya disiplin
belajar karena paksaan biasanya dilakukan dengan terpaksa pula. Keterpaksaan itu
karena takut akan dikenakan sanksi atau hukuman akibat dari pelanggaran.
Biasanya mereka akan disiplin apabila ada yang mengawasinya.
Usaha dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa selalu terkait dengan
peraturan-peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan. Dengan adanya
peraturan, tentunya ada hukuman dan hadiah yang diberikan kepada siswa.
Hukuman itu diberikan kepada siswa yang melanggar dengan tujuan supaya siswa
menyadari dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Pemberian hukuman
dapat dilakukan dengan syarat bahwa hukuman tersebut sesuai pada tempatnya dan
merupakan sebuah hukuman yang masuk akal.Memang ada sedikit perbedaan
antara disiplin dengan hukuman. Hukuman adalah berusaha untuk mengajarkan
suatu pelajaran melalui pemaksaan emosional atau kekerasan fisik, sedangkan
disiplin menggunakan kebijaksanaan untuk mengajarkan nilai-nilai yang
memperlihatkan seseorang dapat menentukan pilihannya sendiri. Sehingga dalam
pembentukan disiplin belajar PAI siswa adalah proses mencari ilmu seseorang
melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya.
Selain adanya peraturan atau tata tertib , waktu atau kesempatan juga
sangat berpengaruh terhadap disiplin belajar PAI siswa. Karena yang sering
menjadi masalah bagi siswa dalam belajar PAI bukan ada atau tidak adanya waktu,
melainkan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk belajar. Dimana
setiap siswa tentunya mempunyai jumlah dan jenis kegiatan yang berbeda-beda.
55
Kesulitan mengatur waktu belajar ini tentunya akan menjadi semakin sulit lagi
apabila mereka tidak bisa menempatkan kegiatan belajarnya sebagai kegiatan yang
lebih utama daripada kegiatan-kegiatan yang lain.
Pembentukan disiplin belajar PAI sangat diperlukan karena disiplin
belajar yang baik bukanlah bakat sejak lahir dari golongan orang saja. Disiplin
belajar yang baik merupakan suatu kecakapan yang dapat dimiliki oleh setiap siswa
dengan jalan latihan. Dengan disiplin dalam belajar, seorang siswa dapat
melahirkan semangat menghargai waktu bukan menyia-nyiakan waktu berlalu
dalam kehampaan. Siswa akan membenci perbuatan menunda-nunda waktu. Setiap
jam bahkan setiap detik akan sangat berarti bagi mereka yang menuntut ilmu
dimana dan kapanpun juga.
Disiplin belajar yang baik tidaklah sukar dalam menjalaninya. Akan tetapi
mengusahakan supaya disiplin itu dapat digunakan oleh siswa dalam usaha
belajarnya sehari-hari sehingga menjadi kebiasaan yang melekat pada dirinya
memerlukan kesungguhan dengan penuh kemauan yang digunakan sehari-hari oleh
siswa. Apabila disiplin belajar dengan baik telah menjadi kebiasaan, biasanya
siswa akan disiplin dalam segala hal meskipun tidak ada yang mengawasinya.
Oleh karena itu membiasakan diri dalam disiplin belajar dalam segala hal
yang menyangkut keberhasilan belajar sangatlah penting. Sikap disiplin belajar
tidak akan mendatangkan kegagalan dalam belajar. Sebab semua jadwal belajar
yang telah disusun mereka taati dengan ikhlas dan melaksanakannya dengan penuh
semangat. Seorang yang telah mempunyai semangat tinggi untuk disiplin dalam
belajar, maka secara otomatis akan dapat mengusir atau menghilangkan rintangan-
rintangan seperti malas, santai, mudah mengantuk, melamun, lesu, bosan, dan
sebagainya yang merupakan batu penghalang dalam belajar.
Pembentukan disiplin belajar PAI membutuhkan peran guru khususnya
guru agama. Usaha pembentukan disiplin belajar PAI dapat dilakukan dengan cara:
1.Memberi contoh atau tauladan kepada siswa dalam melaksanakan perintah-
perintah Allah dan dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini akan lebih berhasil
karena tabiat siswa itu cenderung suka bermain dan suka mencoba sendiri
56
dengan naluri kreativitasnya itu akan tumbuh dalam suasana yang bebas dengan
cara meniru seseorang yang menjadi panutannya.
2. Memberikan kebebasan pada siswa maksudnya adalah memperbolehkan siswa
untuk mengeluarkan isi hati dan perasaan kebebasan. Akan tetapi kebebasan itu
harus disertai dengan batasan-batasan yang jelas, dimana batasan-batasan
tersebut harus disertai dengan penuh kebijakan yang sama
3. Memberi pujian dan hukuman
Pujian yang diberikan bertujuan untuk menguatkan dan mengukuhkan tindakan-
tindakan yang buruk dan benar sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Sedangkan
hukuman yang ditetapkan atau dijatuhkan bertujuan untuk menekan atau
membuang tingkah laku siswa yang tidak sesuai dengan tata tertib.
4. Menetapkan peraturan yang tetap dan konsisten. Peraturan yang tetap bertujuan
untuk menjelaskan kepada siswa mana yang boleh dikerjakan dan mana yang
tidak, sehingga siswa tidak merasa bingung dalam melakukan sesuatu
5.Penyesuaian dengan sikap siswa. Maksudnya adalah guru harus dapat
menyesuaikan dengan perubahan-perubahan dan pertumbuhan siswa,
memelihara harga diri siswa dan tetap menjaga hubungan dengan baik
6.Menjelaskan kegunaan atau manfaat disiplin. Guru agama dapat menjelaskan
kepada siswa tentang kegunaan disiplin belajar PAI dan keuntungannya serta
kerugian yang akan diperolehnya.
B. Analisis Peran Guru Agama Dalam Pembentukan Disipin Belajar PAI
Disiplin belajar PAI bukan berarti siswa harus selalu menghafal dan bukan
pula selalu mengingat materi-materi yang telah diberikan oleh guru mereka dikelas.
Akan tetapi disiplin dalam belajar PAI merupakan suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seorang siswa dan tidak dapat tumbuh tanpa
pengaturan dan perencanaan yang seksama. Karena sama halnya dengan segi-segi
pendidikan yang lain, pendidikan agama Islam menyangkut tiga aspek yaitu aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini berarti pelajaran pendidikan agama Islam
bukan hanya sekadar memberi pengetahuan tentang keagamaan saja melainkan
justru yang lebih utama adalah membiasakan anak taat dan patuh menjalankan
57
ibadah dan berbuat serta bertingkah laku didalam kehidupannya sesuai dengan
norma-norma yang telah ditetapkan.
Karena disiplin belajar PAI memerlukan proses pendidikan dan pelatihan
yang memadai, maka dalam pelaksanaannya membutuhkan peran dari guru agama.
Karena sesuai dengan fungsi dari guru agama maka diperlukan adanya peran dari
dirinya. Salah satunya adalah peran guru agama dalam pembentukan disiplin
belajar PAI. Peran guru agama disini akan senantiasa menggambarkan pola
tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya karena tugas guru tidak
hanya sekadar menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa saja akan tetapi
guru berusaha membuat suatu situasi yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Sehinggga guru dapat ditempatkan dalam kerangka pembantu siswa belajar,
pengajar siswa untuk belajar, penunjuk siswa agar bisa belajar, pencipta suasana
supaya siswa belajar, perancang suatu kondisi supaya siswa mau dan bisa belajar.
Upaya peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar PAI yang
harus dilaksanakan antara lain:
1. Peran guru sebagai pembimbing
Peran guru sebagai pembimbing, guru harus dapat menuntun siswa dalam
perkembangannya dengan jalan memberikan dukungan dan arahan yang sesuai
dengan tujuan dalam pembentukan disiplin belajar PAI siswa. Guru agama harus
dapat memainkan perannanya sebagai pembimbing Dia harus mampu mengenal
baik siswa yang dibimbingnya. Sehinggga guru agama dapat mengetahui
kemampuan, tingkat perkembangan, kekuatan dan kelemahan siswa dalam hal
belajar yang nantinya akan dapat mempermudah guru guru dalam membimbing
siswa untuk melaksanakan disiplin belajar PAI
Untuk dapat menjadi seorang pembimbing, guru agama harus mampu
memperlakukan para siswa dengan menghormati dan mencintai mereka. Karena
peran guru sebagai pembimbing berkaitan dengan praktik keseharian, maka guru
agama harus mempunyai cara bagaimana supaya siswa tidak merasa diremehkan
atau direndahkan, dan merasa dianaktirikan.Guru harus selalu bijaksana dalam
membimbing semua siswa sehingga tidak ada tindakan pilih kasih siswa yang
didasari dasar kebencian.
58
Dengan demikian peran guru agama sebagai pembimbing diharapkan akan
menjadikan siswa menjadi disiplin belajar PAI tanpa ada paksaan, tekanan, dan
sejenisnya yang membuat siswa menjadi lebih percaya diri dan yakin akan
sukses belajar karena siswa merasa dibimbing, didorong, dan diarahkan oleh
guru.
2. Peran guru sebagai contoh atau tauladan
Sebagai pembentuk disiplin belajar PAI guru agama merupakan contoh
dalam segala hal, karena tata tertib di sekolah dapat berjalan apabila guru dapat
menjalankannya lebih dahulu. Sebagai teladan guru agama harus memiliki
kepribadian yang dapat dijadikan profil atau idola. Peran guru sebagai contoh
atau tauladan ini tidak dapat ditentang apalagi ditolak karena menjadi seorang
guru berarti menerima tanggung jawab untuk menjadi tauladan
Sebagai tauladan, pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan mendapat
sorotan dari siswa, misalkan saja kebiasaan bekerja, gaya bicara sehari-hari, cara
pengambilan keputusan,dan lain-lain. Sehingga apabila guru menginginkan
supaya para siswanya dapat disiplin belajar PAI , maka guru hendaknya
berupaya memberikan banyak ilustrasi atau contoh riil tentang materi yang
disampaikan. Sebab siswa akan lebih menguasai pengetahuan atau ketrampilan
baru jika ia diberi contoh untuk dilihat dan ditiru. Siswa akan lebih mempercayai
bukti daripada ucapan atau perkataan.
3. Peran guru sebagai motivator
Biasanya kebanyakan seorang siswa hanya dapat belajar dengan sungguh-
sungguh dan ulet apabila ia merasa butuh untuk belajar. Dalam belajar, tingkat
ketekunan atau kedisiplinan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat
lemahnya motivasi belajar. Menyadari akan kegunaan dari belajar sehingga
pembentukan disiplin belajar PAI memerlukan motivasi dari orang lain dan
motivasi ini dapat dimainkan oleh guru agama. Sebab disiplin belajar PAI tenaga
dan waktu yang cukup banyak untuk menjalaninya.
Peran guru agama sebagai motivator dalam pembentukan disiplin belajar
PAI sangat penting karena peran ini dapat meningkatkan kegairahan dan
pengembangan kegiatan belajar siswa. Dalam memainkan peranannya sebagai
59
motivator guru agama harus dapat merangsang dan memberikan dorongan
kepada siswa.Sebab motivasi merupakan motor penggerak dalam disiplin belajar
PAI..
Dalam membangun motivasi siswa untuk disiplin belajar PAI, guru agama
harus berusaha keras untuk menjelaskan makna arah, kegunaan, dan nilai positif
apabila siswa dapat menjalankannya. Guru juga dituntut bersemangat dalam
menganalisis bidang studinya, dapat memberi tuntunan bagi para siswa untuk
menguasai bahan ajar secara mendalam. Selain itu guru diharapkan mampu
menciptakan situasi belajar terutama dikelas yang menyenangkan bagi siswa.
Karena dalam kenyataannya motif setiap siswa dalam menjalankan disiplin
belajar PAI dapat berbeda antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Siswa
dalam berdisiplin bisa saja mempunyai motiv lebih dari satu.
4. Peran guru sebagai inspirator
Pada dasarnya pembentukan disiplin belajar PAI tidak berlangsung secara
alamiah. Pembentukan belajar PAI dapat dimainkan oleh guru agama sebagai
inspirator. Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik
bagi kemajuan belajar siswa dan guru sanggup menyembunyikan perasaan
kebosanan dengan memperlihatkan kegairahan dan perhatian sepenuhnya kepada
siswa. Sebab guru harus mengetahui bahan dan cara menyampaikan
pengetahuan yang akan diajarkan. Guru yang penuh dengan ilham akan
menjadikan siswa bersemangat dalam belajar karena mereka akan merenungkan
dan berusaha untuk mengikutinya.
Pemberian ilham dapat berupa petunjuk mengenai disiplin belajar PAI
yang diberikan oleh guru terhadap siswa. Petunjuk tidak harus bertolak dari
teori-teori belajar, dari pengalamanpun bisa dijadikan petunjuk meskipun singkat
akan tetapi harus jelas. Dengan memberikan petunjuk sehingga membangkitkan
rasa ingin tahu siswa yang akan memberikan kemudahan dalam
menjalankannya.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berangkat dari sebuah permasalahan yang penulis angkat sebagai judul
skripsi ini dengan beberapa teori, dan dibuktikan dengan mengadakan penelitian
lapangan untuk mendapatkan data yang dapat dijadikan bukti nyata dari suatu
pernyataan yang diajukan kemudian berdasarkan penelitian dan landasan teori serta
analisis dari penulis yang ada, maka pada bagian akhir dari skripsi ini dapat
diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembentukan disiplin belajar PAI adalah suatu proses mencari ilmu melalui
latihan, pembelajaran, dan sebagainya supaya siswa taat atau patuh terhadap
peraturan sekolah, melaksanakan tata tertib belajar, serta aktif dalam kegiatan
belajar mengajar PAI.
Cara pembentukan disiplin belajar PAI di SMP Negeri 34 ada dua cara
yaitu dengan paksaan dimana guru memberikan peraturan yang tetap dan
konsisten serta memberikan hukuman bagi yang melanggarnya dan yang kedua
yaitu pembentukan disiplin tanpa paksaan yang membiarkan siswa mencari
batasan-batasan sendiri untuk melakukan atau menjalankan peraturan tersebut..
2. Peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar PAI tidak dapat
digantikan oleh apapun juga seiring dengan perkembangan teknologi. Sebab
guru adalah salah satu diantara faktor pendidikan yang memiliki peranan paling
strategis. Gurulah sebetulnya pemain yang paling menentukan terjadinya proses
belajar mengajar.Peran guru agama dalam pembentukan disiplin belajar siswa di
SMP Negeri 34 Semarang dapat diklasifikasikan sebagai: peran guru sebagai
pembimbing yang menuntun siswa dengan memberikan dukungan dan dan
arahan, peran guru sebagai contoh atau tauladan yang dapat dijadikan profil atau
idola siswa, peran guru sebagai motivator yang dapat meningkatkan kegairahan
pengembangan belajar siswa, dan peran guru sebagai inspirator yang
memberikan ilham bagi kemajuan belajar siswa.
61
B. Saran-saran
Sebagai langkah akhir dari penulisan skripsi ini, penulis akan
menyampaikan saran-saran yang sekiranya perlu dijadikan bahan pertimbangan
dalam rangka meningkatkan disiplin belajar PAI khususnya di SMP negeri 34
Semarang.
1. Guru harus disiplin dalam segala hal. Karena guru bertugas untuk
mendisiplinkan siswa di sekolah terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu
dalam menanamkan disiplin, guru guru harus menilai dari dirinya sendiri dalam
berbagai tindakan dan perilakunya.
2. Guru agama harus peka dan tanggap terhadap perubahan serta pembaharuan
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang seiring dengan tuntunan
kebutuhan masyarakat dan zaman.
C. Penutup
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis mampu dengan tabah dan sabar
menghadapi serta mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada, dan terselesaikanlah
skripsi ini yang merupakan syarat untuk memenuhi gelar kesarjanaan pada imu
Pendidikan Agama Islam. Meskipun penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis harapkan dari semua pihak
agar memberikan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita memohon pertolongan dan
perlindungan, semoga amal bakti ini diterima dan semoga kemudahan selalu
dilimpahkan kepada kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Al-Ghozali Imam, Ihya Ulumiddin Alih Bahasa Moh Zuhri, Semarang: CV Asy
Syifa. Allend Elizabeth Jane, Disiplin Positif Alih Bahasa Ida Rahayu , Jakarta: Anak
Prestasi Pustaka, 2005. A.M Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers,
1992. Arikunto Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka
Cipta. Asy’ari Hasyim, Adab Al-Alim Wa Al-Muta’alim, Jombang: Maktab Al Turats Dalyono M, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Untuk Sekolah
Umum, Jakarta: 2004. ____________________, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz I- Juz 30, Surabaya:
Karya Agung, 2006. Djamarah Bahri Syaiful, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2002. ___________________, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:
Rineka Cipta 2000. Farhadian Reza, Menjadi Orang Tua Pendidik ,Jakarta: Al Huda, 2005 Ginting Cipto, Kiat Belajar di Perguruan Tinggi, Jakarta: Grasindo, 2003. Gunarsa Ny Singgih D, Psikologi untuk Membimbing, Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 2001. Hartati Netty dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: PT Raja Grasindo, 2004. Hasan Iqbal M, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2002. Idris Zahara dan Jamal Lisma, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1992.
Imron Arifin, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan,
Malang: Kalimasada Press, 1994. Kartono Kartini, Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis, Bandung: Mandar Maju,
1992. Khasan Mas’ud dan Qohar Abdul, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Bina Pelajar. Mardalis, Metode Penelitian Suetu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,
2004. Meitasari Met, Perkembangan Anak Trj Child Development Sixth Edition, Jakarta:
Erlangga, 2004. Muhammad Abdillah Abi Imam, Shohih Bukhori, Darul Fikr Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Ghalia,
2003. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. _______, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosdakarya, 2005. Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Semarang: Pustaka Pelajar, 2001. Nawawi Hadari dan Hadari Martini, Instrumen Bidang Penelitian Bidang Sosia,l
Yogyakarta: YP UGM, 1991. Nergney MC F Robert, Teacher Development, New York: Macmillan Publishing
CO INC. Nizar Syamsul, Filsafat Pendidikan Islam Pendidikan Historis Teoritis dan
Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Nurdin Syaifuddin dan Usman Basyiruddin M, Guru Profesional dan
Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2003, Cet III. Pullias V Earl and Young D James, A Teacher Is Many Things, America: Indiana
University Press, 1968 Purwanto Ngalim M, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung Remaja
Rosdakarya, 2003, Cet XV.
Ramirez M Laura, Mengasuh Anak Dengan Visi, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2004.
Sagala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, 2006. Sahertian Aleida Ida dan Sahertian A Piet, Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Sahertian A Piet, Profil Pendidik Profesional, Yogyakarta: Andi Offset, 1994. Samana A, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: PT Kansius, 1994. Cet I. Sanjaya Wina, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Fajar Interpratama Offset, 2006, Cet 2. Schaefar Charles, Bagaimana Mendidik Anak dan Mendisiplinkan Anak, Medan:
IKIP Press, 1997. Sevilla G Consuelo, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993. Singarimbun Masri dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3
ES, 1995, Cet II. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta,1991. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997. Sujiono Bambang dan Sujiono Yuliani Nurani, Mencerdaskan Perilaku Anak Usia
Dini, Jakarta: PT Alex Media Komputendo, 2005, Cet I. Sukmadinata Syaodih Nana, Metode Penelitian Pendidikan,Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset, 2005 Supriyadi Dedi, Mengangkat Citra Guru dan Martabat Guru, Yogyakarta: Adi
Cipta Karya Nusa, 1999. Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1998, Cet I. Taher Tarmizi, Menjadi Muslim Moderat, Jakarta: Hikmah, 2004.
Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1990 .
Trianto dan Triwulan Titik, Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kualifikasi,
Kompetensi dan Kesejahteraan, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007 Usman Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung PT Remaja Rosdakarya
Offset, 1998, Cet IX. UU RI Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen, Bandung: Citra Umbara, 2005 Usman Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1998, Cet.IX
RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
Nama Lengkap : Siti Munasyaroh
Tempat, Tanggal Lahir : 04 Desember 1983
Alamat : Jl. Arya Mukti Raya K.21 RT 07 RW 03
Pedurungan Lor Semarang
Pendididikan Formal : 1. Masuk SDN Tlogomulyo 04 tahun 1991lulus
tahun 1997
2. Masuk SLTP Futuhiyyah tahun 1997 lulus
tahun 2000
3. Masuk MAN 1 Semarang tahun 2000 lulus
tahun 2003
4. Masuk IAIN Walisongo Semarang tahun
2003