peran dokter sebelum dan selama persidangan

11
Peran dokter sebelum dan selama persidangan A. Dokter sebagai pembuat visum et repertum Tugas utama dokter dalam membantu penyidikan bagi kepentingan peradilan atas adanya tindak pidana adalah membuat visum et repertum yang kemudian dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan. Pengertian harafiah visum et repertum berasal dari kata “visual” yaitu melihat dan “repertum” yaitu melaporkan. Berarti “apa yang dilihat dan diketemukan” sehingga visum et repertum merupakan suatu laporan tertulis dari dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain, kemudian dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya. Pembuatan visum et repertum memberikan tugas sepenuhnya kepada dokter sebagai pelaksana di lapangan untuk membantu hakim menemukan kebenaran materiil dalam memutuskan perkara pidana. Dokter dilibatkan untuk turut memberikan pendapatnya berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam pemeriksaan perkara pidana, apabila alat bukti yang ada berupa tubuh manusia atau bagian dari tubuh manusia. Hasil pemeriksaan dan laporan tertulis akan digunakan sebagai petunjuk atau pedoman dan alat bukti

Upload: drmarhu

Post on 20-Jan-2016

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

forensik

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Dokter Sebelum Dan Selama Persidangan

Peran dokter sebelum dan selama persidangan

A. Dokter sebagai pembuat visum et repertum

Tugas utama dokter dalam membantu penyidikan bagi kepentingan peradilan

atas adanya tindak pidana adalah membuat visum et repertum yang kemudian

dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan.

Pengertian harafiah visum et repertum berasal dari kata “visual” yaitu

melihat dan “repertum” yaitu melaporkan. Berarti “apa yang dilihat dan

diketemukan” sehingga visum et repertum merupakan suatu laporan tertulis dari

dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan

diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain, kemudian

dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.

Pembuatan visum et repertum memberikan tugas sepenuhnya kepada dokter

sebagai pelaksana di lapangan untuk membantu hakim menemukan kebenaran

materiil dalam memutuskan perkara pidana. Dokter dilibatkan untuk turut

memberikan pendapatnya berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam

pemeriksaan perkara pidana, apabila alat bukti yang ada berupa tubuh manusia atau

bagian dari tubuh manusia.

Hasil pemeriksaan dan laporan tertulis akan digunakan sebagai petunjuk atau

pedoman dan alat bukti dalam menyidik, menuntut dan mengadili pada perkara

perdata dan pidana. Dalam hal ini tampaklah bahwa laporan pemeriksaan dalam

proses penegakkan hukum. Oleh karena itu dokter sebagai pemberi jasa dibidang

kedokteran forensik dari semula harus menyadari bahwa laporan hasil pemeriksaan

dan kesimpulan serta keterangan di sidang pengadilan yang baik dan terarah akan

membantu proses penyidikan, penyidangan serta pemutusan perkara.

Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan lancar, maka penyidik dan

dokter perlu bekerjasama dan juga perlu mengetahui bagaimana cara penanganan

yang seharusnya bila mereka diharuskan melakukan pemeriksaan di tempat kejadian

perkara (TKP). Proses kerjasama tersebut dapat dilakukan antara lain dengan :

Page 2: Peran Dokter Sebelum Dan Selama Persidangan

1. Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa telah terjadi suatu

tindak pidana pada suatu tempat yang menyangkut nyawa manusia ( mati )

telah terjadi, maka pihak penyidik dapat meminta bantuan dari dokter untuk

melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara tersebut ( dasar hukum

Pasal 120 dan Pasal 133 KUHAP ).

2. Dokter tersebut harus selalu mengingat untuk tidak melakukan tindakan-

tindakan yang dapat merubah, mengganggu, atau merusak keadaan ditempat

kejadian perkara tersebut, walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu

dokter harus mengumpulkan segala bukti (trave evidence).

3. Sebelum dokter memulai dan melakukan pemeriksaan maka terlebih

dahulu aparat keamanan haruslah menjaga keamanan dilokasi kejadian dan

dijaga keaslian TKP tersebut.

Keterangan dokter sebagai ahli dapat disampaikan kepada yang

memintanya melalui 2 (dua) cara antara lain :

a) Secara tertulis

Keterangan tertulis dari dokter sebagai ahli dapat disampaikan pada tingkat :

1. penyidikan.

2. penyidikan tambahan.

3. sidang pengadilan.

Jika keterangan tertulis ini dibuat dengan sumpah atau dengan

mengingat sumpah maka keterangan itu nanti disidang pengadilan dapat

berlaku sebagai alat bukti yang sah (alat bukti surat ) tanpa perlu

menghadirkan dokter ke sidang pengadilan. Keterangan tertulis seperti itu

disebut dengan “Visum et Repertum”.

b) Secara lisan

Sebenarnya keterangan lisan juga dapat diberikan pada tingkat :

1. penyidikan

2. penyidikan tambahan

3. sidang pengadilan

Page 3: Peran Dokter Sebelum Dan Selama Persidangan

Keterangan lisan di hadapan penyidik pada tingkat penyidikan

atau penyidikan tambahan tidak dapat berlaku sebagai alat bukti yang

sah tanpa menghadirkan dokter pada sidang pengadilan.49

B. Dokter sebagai saksi ahli

Keterangan saksi berbeda dengan keterangan ahli, keterangan saksi diberikan

berdasarkan pada hal yang dilihat, didengar atau dialami sendiri sedangkan pendapat

atau sangkaan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bukanlah merupakan

keterangan saksi. Keterangan seorang ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di

siding pengadilan.50 Namun demikian semua ketentuan yang berlaku untuk saksi

yang tercantum dalam Bab 16 KUHAP juga berlaku untuk ahli termasuk dokter

yang memberikan keterangan ahli. Pasal 185 KUHAP mengatur beberapa hal

menyangkut saksi dalam hukum pidana antara lain :

a. keterangan saksi ialah apa yang saksi nyatakan disidang pengadilan

b. keterangan seorang saksi dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila disertai

alat bukti sah lainnya

c. keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri dapat dipergunakan sebagai

alat bukti apabila keterangan tersebut saling berhubungan

d. syarat bagi hakim dalam memberikan penilaian atas keterangan saksi

antara lain persesuaian keterangan yang diberikan diantara para saksi, cara hidup dan

kesusilaan saksi

e. keterangan saksi yang tidak disumpah dapat dipergunakan sebagai

tambahan alat bukti yang sah apabila keterangan saksi tersebut sesuai dengan

keterangan saksi yang disumpah

Menurut penjelasan KUHAP Pasal 1 angka 28 KUHAP menyatakan :

“ Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yangmemiliki

keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara

pidana guna kepentingan pemeriksaan “.

1. Dokter Sebagai Saksi Ahli Memberikan Keterangan Tentang Teori /Hipotesa

Page 4: Peran Dokter Sebelum Dan Selama Persidangan

Disini dokter hanya diminta keterangannya tentang teori / hipotesa

sehubungan dengan adanya suatu masalah yang dapat dibuat lebih jelas melalui teori

/ hipotesa.

2. Dokter Sebagai Saksi Ahli Memberikan Keterangan Tentang Suatu Objek

Dalam hal ini, kepada dokter di sodorkan suatu objek untuk diperiksa

kemudian melalui berbagai cara yang dibolehkan menurut KUHAP, hasil

pemeriksaan itu (berupa analisa dan kesimpulan) disampaikan kepada pihak

peminta. Objek-objek itu antara lain adalah :54

a. Objek Terdakwa

Objek terdakwa perlu dimintakan keterangan kepada dokter sebagai ahli apabila ;

1). Terdakwa menunjukan tanda atau gejala kelainan jiwa.

2). Terdakwa tidak diketahui dengan jelas umurnya, sehingga sulit menentukan

status terdakwa, sebagai terdakwa anak-anak atau dewasa.

3). Terdakwa dicurigai menderita impotensi, sedangkan tindak pidana yang

dituduhkan merupakan tindak pidana yang salah satu unsurnya adalah persetubuhan

b. Objek Korban

Objek korban terdiri atas korban mati dan korban hidup, selanjutnya korban mati

terdiri atas bayi dan bukan bayi.

1. Objek mati bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter tentang :

a. apakah bayi itu viable ( mempunyai kemampuan hidup diluar

kandungan ) atau tidak.

b. apakah bayi lahir hidup atau mati.

c. apakah kematiannya wajar ( karena penyakit ) atau tidak wajar, jika

tidak wajar perlu ditentukan :

1. jenis lukanya.

2. jenis kekerasannya.

3. sebab kematiannya.

2 . Objek mati bukan bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter

tentang :

a. apakah kematiannya wajar karena penyakit atau tidak wajar

Page 5: Peran Dokter Sebelum Dan Selama Persidangan

b. jika tidak wajar perlu diketahui antara lain :

1. jenis lukanya.

2. jenis kekerasannya.

3. sebab kematiannya.

3. Mengenai objek korban hidup perlu dimintakan keterangan kepada dokter

sbb :

a. Dalam hal perkosaan perlu dimintakan keterangan tentang ada

tidaknya tanda-tanda kekerasan. Bila ada perlu ditentukan :

1. jenis lukanya.

2. jenis kekerasannya.

3. kualifikasi / derajat lukanya.

4. Objek lain- lain

Termasuk objek lain-lain antara lain :

1. bercak darah / bercak yang diduga darah.

2. bercak mani / bercak yang diduga mani.

3. benda- benda atau jaringan-jaringan yang berasal atau

diduga berasal dari tubuh manusia.

Ada beberapa kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari Keterangan dokter

pada sidang pengadilan antara lain sebagai berikut :57

a. Sebagai alat bukti, yaitu ;

1. alat bukti surat, dalam hal ini keterangan itu diberikan secara tertulis

dengan mengingat sumpah.

2. alat bukti keterangan ahli, dalam hal ini diberikan secara lisan di sidang

pengadilan dengan sumpah / janji.

b. Sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan alat bukti

Pengertiannya adalah dalam hal keterangan dokter di bawah sumpah

dihadapan penyidik, dibacakan di sidang pengadilan karena dokter meninggal dunia

atau karena halangan yang sah tidak dapat hadir atau tidak dipanggil karena jauh

Page 6: Peran Dokter Sebelum Dan Selama Persidangan

tempat tinggalnya atau karena sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan

negara.

c. Sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim

Maksudnya sebagai keterangan yang menguatkan keyakinan hakim dalam

hal keterangan dokter itu diberikan secara lisan di sidang pengadilan tanpa sumpah /

janji karena dokter tetap menolak mengucapkannya.

Daftar pustaka

32. Soeparmono, Keterangan Ahli Visum et Repertum Dalam Aspek Hukum

acara Pidana, Mandar Maju, Semarang, 2002, hal.98

35.. dr Herkutanto,SpF, Pemberlakuan Pedoman Pembuatan VeR Korban Hidup

dan Trauma Related Injury Severity Score Untuk Meningkatkan Kwalitas VeR,

disertasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta, 2005.

36. Amri, Amir, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, Ramadhan, Jakarta, 2005,

hal.17.

42. Abdul Mun’im Idries, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama,

Binarupa Aksara, Jakarta, 1997, hal.286

48. Abdul Mun’im Idries, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam

Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, 1993, hal.87.

49. .http://209.85.175.104/search?q=cache:a27w02xpz10j:id.wikipedia.org/wiki/d

kter + dokt…./html. Diakses pada tanggal 29 Juli 2008. Pukul 11.30 WIB.

50. . Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia, Jakarta,

1984, hal.267.

54.. Abdul Mun’im Idries, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam

Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, 1993, hal.101.

57 Triana Ohoiwutun, Profesi Dokter dan Visum Et Repertum, Dioma,

Malang, 2006, hal.46.

Page 7: Peran Dokter Sebelum Dan Selama Persidangan