peran dokter sebelum dan selama persidangan
DESCRIPTION
forensikTRANSCRIPT
Peran dokter sebelum dan selama persidangan
A. Dokter sebagai pembuat visum et repertum
Tugas utama dokter dalam membantu penyidikan bagi kepentingan peradilan
atas adanya tindak pidana adalah membuat visum et repertum yang kemudian
dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan.
Pengertian harafiah visum et repertum berasal dari kata “visual” yaitu
melihat dan “repertum” yaitu melaporkan. Berarti “apa yang dilihat dan
diketemukan” sehingga visum et repertum merupakan suatu laporan tertulis dari
dokter (ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan
diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti lain, kemudian
dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya.
Pembuatan visum et repertum memberikan tugas sepenuhnya kepada dokter
sebagai pelaksana di lapangan untuk membantu hakim menemukan kebenaran
materiil dalam memutuskan perkara pidana. Dokter dilibatkan untuk turut
memberikan pendapatnya berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki dalam
pemeriksaan perkara pidana, apabila alat bukti yang ada berupa tubuh manusia atau
bagian dari tubuh manusia.
Hasil pemeriksaan dan laporan tertulis akan digunakan sebagai petunjuk atau
pedoman dan alat bukti dalam menyidik, menuntut dan mengadili pada perkara
perdata dan pidana. Dalam hal ini tampaklah bahwa laporan pemeriksaan dalam
proses penegakkan hukum. Oleh karena itu dokter sebagai pemberi jasa dibidang
kedokteran forensik dari semula harus menyadari bahwa laporan hasil pemeriksaan
dan kesimpulan serta keterangan di sidang pengadilan yang baik dan terarah akan
membantu proses penyidikan, penyidangan serta pemutusan perkara.
Agar proses penyidikan dapat berjalan dengan lancar, maka penyidik dan
dokter perlu bekerjasama dan juga perlu mengetahui bagaimana cara penanganan
yang seharusnya bila mereka diharuskan melakukan pemeriksaan di tempat kejadian
perkara (TKP). Proses kerjasama tersebut dapat dilakukan antara lain dengan :
1. Bilamana pihak penyidik mendapat laporan bahwa telah terjadi suatu
tindak pidana pada suatu tempat yang menyangkut nyawa manusia ( mati )
telah terjadi, maka pihak penyidik dapat meminta bantuan dari dokter untuk
melakukan pemeriksaan di tempat kejadian perkara tersebut ( dasar hukum
Pasal 120 dan Pasal 133 KUHAP ).
2. Dokter tersebut harus selalu mengingat untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan yang dapat merubah, mengganggu, atau merusak keadaan ditempat
kejadian perkara tersebut, walaupun sebagai kelanjutan dari pemeriksaan itu
dokter harus mengumpulkan segala bukti (trave evidence).
3. Sebelum dokter memulai dan melakukan pemeriksaan maka terlebih
dahulu aparat keamanan haruslah menjaga keamanan dilokasi kejadian dan
dijaga keaslian TKP tersebut.
Keterangan dokter sebagai ahli dapat disampaikan kepada yang
memintanya melalui 2 (dua) cara antara lain :
a) Secara tertulis
Keterangan tertulis dari dokter sebagai ahli dapat disampaikan pada tingkat :
1. penyidikan.
2. penyidikan tambahan.
3. sidang pengadilan.
Jika keterangan tertulis ini dibuat dengan sumpah atau dengan
mengingat sumpah maka keterangan itu nanti disidang pengadilan dapat
berlaku sebagai alat bukti yang sah (alat bukti surat ) tanpa perlu
menghadirkan dokter ke sidang pengadilan. Keterangan tertulis seperti itu
disebut dengan “Visum et Repertum”.
b) Secara lisan
Sebenarnya keterangan lisan juga dapat diberikan pada tingkat :
1. penyidikan
2. penyidikan tambahan
3. sidang pengadilan
Keterangan lisan di hadapan penyidik pada tingkat penyidikan
atau penyidikan tambahan tidak dapat berlaku sebagai alat bukti yang
sah tanpa menghadirkan dokter pada sidang pengadilan.49
B. Dokter sebagai saksi ahli
Keterangan saksi berbeda dengan keterangan ahli, keterangan saksi diberikan
berdasarkan pada hal yang dilihat, didengar atau dialami sendiri sedangkan pendapat
atau sangkaan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan bukanlah merupakan
keterangan saksi. Keterangan seorang ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di
siding pengadilan.50 Namun demikian semua ketentuan yang berlaku untuk saksi
yang tercantum dalam Bab 16 KUHAP juga berlaku untuk ahli termasuk dokter
yang memberikan keterangan ahli. Pasal 185 KUHAP mengatur beberapa hal
menyangkut saksi dalam hukum pidana antara lain :
a. keterangan saksi ialah apa yang saksi nyatakan disidang pengadilan
b. keterangan seorang saksi dapat dijadikan sebagai alat bukti apabila disertai
alat bukti sah lainnya
c. keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri dapat dipergunakan sebagai
alat bukti apabila keterangan tersebut saling berhubungan
d. syarat bagi hakim dalam memberikan penilaian atas keterangan saksi
antara lain persesuaian keterangan yang diberikan diantara para saksi, cara hidup dan
kesusilaan saksi
e. keterangan saksi yang tidak disumpah dapat dipergunakan sebagai
tambahan alat bukti yang sah apabila keterangan saksi tersebut sesuai dengan
keterangan saksi yang disumpah
Menurut penjelasan KUHAP Pasal 1 angka 28 KUHAP menyatakan :
“ Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yangmemiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan “.
1. Dokter Sebagai Saksi Ahli Memberikan Keterangan Tentang Teori /Hipotesa
Disini dokter hanya diminta keterangannya tentang teori / hipotesa
sehubungan dengan adanya suatu masalah yang dapat dibuat lebih jelas melalui teori
/ hipotesa.
2. Dokter Sebagai Saksi Ahli Memberikan Keterangan Tentang Suatu Objek
Dalam hal ini, kepada dokter di sodorkan suatu objek untuk diperiksa
kemudian melalui berbagai cara yang dibolehkan menurut KUHAP, hasil
pemeriksaan itu (berupa analisa dan kesimpulan) disampaikan kepada pihak
peminta. Objek-objek itu antara lain adalah :54
a. Objek Terdakwa
Objek terdakwa perlu dimintakan keterangan kepada dokter sebagai ahli apabila ;
1). Terdakwa menunjukan tanda atau gejala kelainan jiwa.
2). Terdakwa tidak diketahui dengan jelas umurnya, sehingga sulit menentukan
status terdakwa, sebagai terdakwa anak-anak atau dewasa.
3). Terdakwa dicurigai menderita impotensi, sedangkan tindak pidana yang
dituduhkan merupakan tindak pidana yang salah satu unsurnya adalah persetubuhan
b. Objek Korban
Objek korban terdiri atas korban mati dan korban hidup, selanjutnya korban mati
terdiri atas bayi dan bukan bayi.
1. Objek mati bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter tentang :
a. apakah bayi itu viable ( mempunyai kemampuan hidup diluar
kandungan ) atau tidak.
b. apakah bayi lahir hidup atau mati.
c. apakah kematiannya wajar ( karena penyakit ) atau tidak wajar, jika
tidak wajar perlu ditentukan :
1. jenis lukanya.
2. jenis kekerasannya.
3. sebab kematiannya.
2 . Objek mati bukan bayi perlu dimintakan keterangan kepada dokter
tentang :
a. apakah kematiannya wajar karena penyakit atau tidak wajar
b. jika tidak wajar perlu diketahui antara lain :
1. jenis lukanya.
2. jenis kekerasannya.
3. sebab kematiannya.
3. Mengenai objek korban hidup perlu dimintakan keterangan kepada dokter
sbb :
a. Dalam hal perkosaan perlu dimintakan keterangan tentang ada
tidaknya tanda-tanda kekerasan. Bila ada perlu ditentukan :
1. jenis lukanya.
2. jenis kekerasannya.
3. kualifikasi / derajat lukanya.
4. Objek lain- lain
Termasuk objek lain-lain antara lain :
1. bercak darah / bercak yang diduga darah.
2. bercak mani / bercak yang diduga mani.
3. benda- benda atau jaringan-jaringan yang berasal atau
diduga berasal dari tubuh manusia.
Ada beberapa kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dari Keterangan dokter
pada sidang pengadilan antara lain sebagai berikut :57
a. Sebagai alat bukti, yaitu ;
1. alat bukti surat, dalam hal ini keterangan itu diberikan secara tertulis
dengan mengingat sumpah.
2. alat bukti keterangan ahli, dalam hal ini diberikan secara lisan di sidang
pengadilan dengan sumpah / janji.
b. Sebagai keterangan yang disamakan nilainya dengan alat bukti
Pengertiannya adalah dalam hal keterangan dokter di bawah sumpah
dihadapan penyidik, dibacakan di sidang pengadilan karena dokter meninggal dunia
atau karena halangan yang sah tidak dapat hadir atau tidak dipanggil karena jauh
tempat tinggalnya atau karena sebab lain yang berhubungan dengan kepentingan
negara.
c. Sebagai keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim
Maksudnya sebagai keterangan yang menguatkan keyakinan hakim dalam
hal keterangan dokter itu diberikan secara lisan di sidang pengadilan tanpa sumpah /
janji karena dokter tetap menolak mengucapkannya.
Daftar pustaka
32. Soeparmono, Keterangan Ahli Visum et Repertum Dalam Aspek Hukum
acara Pidana, Mandar Maju, Semarang, 2002, hal.98
35.. dr Herkutanto,SpF, Pemberlakuan Pedoman Pembuatan VeR Korban Hidup
dan Trauma Related Injury Severity Score Untuk Meningkatkan Kwalitas VeR,
disertasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta, 2005.
36. Amri, Amir, Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, Ramadhan, Jakarta, 2005,
hal.17.
42. Abdul Mun’im Idries, Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama,
Binarupa Aksara, Jakarta, 1997, hal.286
48. Abdul Mun’im Idries, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam
Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, 1993, hal.87.
49. .http://209.85.175.104/search?q=cache:a27w02xpz10j:id.wikipedia.org/wiki/d
kter + dokt…./html. Diakses pada tanggal 29 Juli 2008. Pukul 11.30 WIB.
50. . Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia, Jakarta,
1984, hal.267.
54.. Abdul Mun’im Idries, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam
Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta, 1993, hal.101.
57 Triana Ohoiwutun, Profesi Dokter dan Visum Et Repertum, Dioma,
Malang, 2006, hal.46.