peran bumn dalam pemulihan ekonomi

16
Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi I. HISTORICAL BUMN Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan- perusahaan asing (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian de-gan UU No. 1 Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas, fungsi dan misi Usaha pada waktu itu. Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai ha-jat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterje-mahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha oleh Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.

Upload: edi-haryo

Post on 01-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara.

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

I. HISTORICAL BUMN

Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing (Belanda) yang

kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian de-gan UU No. 1 Prp 1969

dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan

(Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas,

fungsi dan misi Usaha pada waktu itu.

Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi

ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa; cabang-

cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai ha-jat hidup orang banyak dikuasai oleh

Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk memenuhi

segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan oleh

swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterje-mahkan sebagai bentuk “pioneering” usaha oleh

Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent of development.

Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan peri-ode tahun 80an,

yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak “negatif/minir” karena fungsi kontrol

terhadap BUMN dianggap sangat lemah, BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain.

Pada periode akhir 80an, tepatnya 1989, manajemen BUMN dibenahi sekaligus di-luruskan

kembali fokus usahanya serta ditata kembali pola reportingnya, yaitu den-gan ditetapkannya

Keputusan Menteri Keuangan No. 741/1989 yang mewajibkan manajemen BUMN membuat

laporan kerja dan laporan keuangannya sekaligus mempublikasikannya. Hal ini sebenarnya

merupakan cerminan dari pemberlakuan program-program Good Corporate Governance, antara

lain dengan mempublikasi-kan laporan keuangan berarti telah terjadi pembelajaran dan

pendisiplinan BUMN terhadap pelaksanaan prinsip GCG (keterbukaan) sekaligus pembelajaran

penera-pan protokol Pasar Modal (capital market protocol) mulai pada waktu itu. Dengan

Page 2: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

penerapan prinsip-prinsip GCG, sekaligus terkandung maksud untuk dapat memisahkan fungsi

kepemilikan dan fungsi sebagai regulator. Hal ini bila tidak di-pahamkan tentang pemisahan

fungsi dimaksud akan membawa akibat adanya intervensi-intervensi yang dimulai dari pemilik

kemudian akan diikuti oleh pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan.

II. SEKTOR USAHA BUMN

Pada dasarnya sektor-sektor usaha yang dilakukan oleh BUMN mencakup hampir seluruh sektor

dan bidang usaha yang ada dimana didalamnya terdapat 11 kelom-pok besar sektor, yaitu;

Agro Industri;

Telekomunikasi;

Semen, konstruksi dan Konsultan Engineering;

Pertambangan;

Energi;

Logistik;

Pariwisata;

Kehutanan dan Kertas;

Jasa Keuangan;

o Industri Startegis;

o Jasa Penunjang Pertanian

Dari sektor tersebut terbagi lagi menjadi sub-subsektor seperti Jasa Keuangan dapat dibagi

menjadi Jasa Keuangan Perbankan dan Jasa Keuangan Non Perbankan (misalnya Asuransi),

demikian juga terhadap sektor logistik yang dapat dibagi men-jadi bidang transportasi,

penunjang transportasi (misalnya Bandara, pelabuhan), Ka-wasan Industri, Dok Perkapalan dlsb.

Luasnya sektor dan bidang usaha yang dilakukan oleh BUMN mengesankan bahwa semua sektor

usaha menjadi monopoli badan usaha Negara. Dari kajian yang kami lakukan, sebaiknya

Pemerintah bertahan pada pengelolaan dibidang yang me-menuhi kriteria dibawah ini

Amanat pendiriannya oleh Peraturan Perundangan

Mengemban tugas Public Service Obligation

Page 3: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

Terkait dengan Keamanan Negara

Melakukan konservasi alam/budaya

Berbasis sumber daya alam

Padat karya

Penting bagi stabilitas ekonomi/keuangan Negara

Selanjutnya dari kajian tersebut dicoba untuk mengkategorikan sektor-sektor dan bi-dang apa

saja yang masih tepat dilakukan oleh BUMN, apakah sektor-sektor yang masih sangat

kompetitif, pelaksana layanan publik, atau yang strategis, lalu bagai-mana dengan sifat bisnisnya

apakah sudah sunset (tidak memiliki prospek) atau sifat usaha yang telah banyak dilakukan oleh

pihak swasta, bahkan bila dilaksakan oleh swasta justru dapat lebih efisien?

Bila demikian halnya perlu dicarikan solusi terhadap sektor/bidang usaha apa saja yang tepat

dikelola/dilakukan oleh BUMN yang juiga mengacu pada ketentuan pasal 33 UU 1945 dimaksud

dalam kriteria kriteria diatas.

III. KINERJA BUMN

Saat ini BUMN berjumlah 139 yang dalam pelaksanaan tugasnya masih memerlu-kan beberapa

perbaikan-perbaikan sistem manajemennya untuk mengangkat kiner-janya. Perangkat perbaikan

tersebut termasuk untuk menciptakan kontrol sistem, oleh karenanya sejak tahun 2002

diwajibkan bagi seluruh BUMN untuk menerap-kan program GCG yang kemudian diikuti

dengan penerapan program-program lain yang dapat menunjang kinerjanya seperti penerapan

program Risk Management yang gencar diwajibkan sejak awal 2006 ini, selain beberapa BUMN

yang bergerak di bidang industri-industri penting seperti Telkom, PLN, Perbankan dan Industri-

industri berbasis teknologi tingggi telah lebih dulu menerapkan program Risk Man-agement ini.

dengan melaksanakan program-program tersebut perangkat-perangkat korporasi lainnya yang

juga perlu ditingkatkan adalah kualitas manaje-men/sumber daya manusia agar lebih mempunyai

visi pada orientasi bisnis dan berani mengambil keputusan-keputusan bisnis, sehingga paradigma

BUMN secara simultan dapat diubah, termasuk mindset manajemen, karyawan dan sistem

teknologinya juga (perlahan) harus dilakukan perombakan.

Page 4: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

Hingga saat ini dengan upaya-upaya yang telah dilakukan nyatanya membawa peruba-han, lebih

nampak pada indikasi meningkatnya jumlah BUMN yang bertambah sehat dan berkurangnya

BUMN rugi.

Selain perusahaan-perusahaan yang dapat menunjukan peningkatan kinerja dari sisi perolehan

laba, tentunya dapat dibuktikan dari sisi Negara yang memperoleh Dividen selaku pemegang

saham, dan pajak, tidak tertutup pula sumbangan retribusi daerah.

Kemudian dari sisi pasar modal, dapat dikatakan bahwa BUMN adalah salah satu indikator

tentang dinamisnya perdagangan saham dan obligasi di bursa efek, dimana 12 BUMN yang

listed saham di bursa (12 BUMN) mencapai 36.8% pada tahun 2004, dan 34.2% pada tahun 2006

dari nilai transaksi perdagangan di bursa, dengan total kapitalisasi pasar BUMN sejak 2001 s/d

2006 mencapai ± Rp.273 Trilliun. Belum lagi bila dihitung dengan atraktifnya perdagangan

obligasi yang di-issued oleh BUMN.

IV. KEBIJAKAN YANG AKAN DITEMPUH

Namun patut kita cermati, bahwa kinerja yang tergambar tersebut tidak tersebar se-cara merata di

semua BUMN. Jika kita urutkan BUMN berdasarkan angka har-ta/aset, ekuitas, penjualan, dan

laba bersih, kemudian kita pilih BUMN yang memiliki setidaknya 3 figur yang termasuk 25

terbesar pada kategorinya, maka akan kita da-patkan 22 BUMN yang memenuhi kategori ini dan

bisa kita katakan sebagai BUMN terbesar, dimana 8 diantaranya adalah BUMN Tbk. Bila

dibandingkan dengan jum-lah agregat seluruh BUMN, maka 22 BUMN ini memiliki 92.21%

aset, 92.64% ekui-tas, 87.16% penjualan dan 91.78% laba bersih, atau dengan kata lain dari 139

BUMN yang kita miliki, 117 BUMN diantaranya hanya memiliki proporsi kurang dari 10%

terhadap keseluruhan BUMN. Hal ini mengimplikasikan adanya kinerja yang ti-dak optimal pada

sebagian besar BUMN dan urgensi pertimbangan mengenai jum-lah dan besaran BUMN yang

ideal (rightsizing policy).

Kebijakan rightsizing BUMN akan ditempuh dengan melakukan merjer/konsolidasi, holding,

maupun privatisasi sehingga pada tahun 2009 jumlah BUMN diharapkan akan menjadi 89 dan

selanjutnya menjadi 25 pada tahun 2020, yang diharapkan merupakan ukuran yang ideal

Page 5: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

sehingga kita mampu memiliki BUMN dengan daya saing tinggi dan merupakan pemain utama

di pasar internasional.

Kebijakan rightsizing ini merupakan bagian dari upaya profitisasi BUMN yang mengacu pada

pemetaan BUMN dengan membagi BUMN menjadi 2 kelompok yaitu BUMN yang menjalankan

fungsi public service obligation (PSO) dan BUMN komer-sial. Pengelompokan tersebut sangat

penting agar masing-masing BUMN tersebut benar-benar memperoleh penanganan yang tepat.

Tidak kalah pentingnya adalah Revitalisasi BUMN melalui restrukturisasi sektoral dengan

memperhatikan peraturan/perundangan yang ada dan restrukturisasi peru-sahaan melalui

penerapan key performance indicator (KPI) dan GCG secara konsis-ten. Melalui restrukturisasi

sektoral tersebut, diharapkan setiap kebijakan yang di-ambil oleh Kementerian Negara BUMN

akan sejalan dengan kebijakan dari depar-temen teknis. Di samping itu, melalui penerapan KPI

dan GCG secara konsisten, di-harapkan akan tercapai BUMN yang terfokus, memiliki core

competence, well per-formed dan well managed serta menjadi champion di bidangnya.

Bahwa keberadaan BUMN memberikan pula efek mutiplier selain sebagai dinamisa-tor pasar

mengingat tugas dan fungsi BUMN selain berorientasi kpd laba dan laya-nan umum, juga

menjadi katalisator terhadap pertumbuhan ekonomi di level me-nengah kecil. yaitu dapat

dibuktikan dengan kepesertaan BUMN terhadap pembina-an dan pemberian pendampingan

bimbingan/bantuan teknis kepada UKM-UKM yang merupakan mitra binaannya. Efek multiplier

tersebut tentunya akan berdampak pada pertumbuhan industri/ekonomi, selain penyiapan

lapangan pekerjaan bagi ma-syarakat. sebagaimana diketahui 139 BUMN memiliki total nilai

aset sebesar RP. 1300 Triliun, ternyata dalam pelaksanaannya masih dirasakan adanya

kekurangan-kekurangan, antara lain apabila dillihat dari sisi efisiensi tenaga kerja yang ada. Pada

dasarnya jumlah tenaga kerja yang ada pada BUMN-BUMN bisa dikatagori-kan overstaffing.

Namun bila kita memperhatikan amanah dari UUD 1945, tersirat bahwa Negara perlu

menyediakan cukup lapangan pekerjaan bagi warganya, oleh karenanya BUMN-BUMN sebagai

suatu badan usaha yang dimiliki Negara sekaligus sebagai alat produksi tentunya harus

mempertimbangkan tentang penampungan te-naga kerja. Sehingga efisiensi tenaga kerja di

BUMN ada anggapan tidak/bukan menjadi sorotan utama dikaitkan dengan performa kinerja

perusahaan.

Page 6: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

V. MODEL UNTUK MENUNJANG PERTUMBUHAN EKONOMI

Untuk mewujudkan amanah Undang-undang No. 19 tahun 2003 mengenai Badan Usaha Milik

Negara pasal 2 ayat (1) butir (a) tentang salah satu maksud dan tujuan pendirian BUMN yaitu

“memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan

penerimaan Negara pada khususnya” maka Kemente-rian BUMN telah menyusun strategi

penataan BUMN kedepan yang berada dalam kerangka rightsizing policy yang tadi telah kami

jelaskan. Untuk meningkatkan kon-tribusi BUMN dalam pertumbuhan ekonomi Kementerian

BUMN akan memantapkan orientasi pengembangan kepada BUMN-BUMN yang memiliki

potensi bisnis mau-pun pelayanan, dalam besaran dan struktur organisasi yang sesuai.

Untuk mencapai besaran dan struktur yang sesuai, rightsizing policy akan diwujud-kan dalam

kategorisasi BUMN dalam 5 (lima) bentuk atau jenis tindakan, yaitu;

(1) Stand Alone

BUMN yang masuk dalam kategori ini adalah BUMN yang memiliki kriteria beri-kut ini;

Market share cukup signifikan dan mengandung unsur keamanan;

Single player atau masuk sebagai pemain utama;

Belum memiliki potensi untuk dimerger ataupun holding; dan

Keberadaannya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku & umumnya captive

market.

(2) Holding

BUMN yang masuk dalam kategori ini adalah BUMN yang memiliki kriteria beri-kut ini;

Sektor usahanya sama

Jenis usaha dan segmen pasar berlainan

Kompetisi tinggi

Masih ada prospek/ bisnis prospektif

Pemerintah merupakan pemilik mayoritas

Page 7: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

(3) Divestasi

Divestasi merupakan tindakan pemegang saham (shareholder’s action), yang se-lalu

mempertimbangkan unsur cost & benefit, sebagaimana pemegang saham pada persero yang lain.

Namun, karena tindakan divestasi ini dikaitkan dengan kepemilikan Badan Usaha Milik Negara,

maka Divestasi hanya dapat dilakukan pada BUMN yang memiliki kriteria berikut ini;

Berbentuk Persero.

Berada pada sektor usaha atau industri yang kompetitif atau unsur teknologinya cepat

berubah.

Bidang usahanya menurut undang-undang tidak secara khusus harus dikelola oleh

BUMN.

Tidak bergerak di sektor pertahanan dan keamanan.

Tidak mengelola sumber daya alam yang menurut ketentuan perundang-undangan tidak

boleh diprivatisasi.

Tidak bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas khusus untuk

melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat.

Memenuhi ketentuan/peraturan pasar modal apabila privatisasi dilakukan melalui pasar

modal.

Termasuk pula dari tindakan divestasi, meliputi pula tindakan privatisasi. Bahwa tindakan

privatisasi selain akan memperlihatkan kesiapan dan performa kinerja perusahaan yang membaik

yang kemudian mempunyai suatu nilai (value ) yang tinggi, maka perusahaan-perusahaan yang

baik tersebut diberikan kesempatan kepada khalayak/masyarakat dan instansi (Pemda) untuk

turut menikmati BUMN dengan cara memiliki saham Perusahaan. Dengan demikian pengertian

priva-tisasi tentang penjualan aset kepada asing sebenarnya hanya terkait dengan masalah

privatisasi dengan metode Initial Public Offering (IPO) tentunya meng-gunakan suatu

mekanisme pasar yang tidak bisa dikontrol investor-investornya.

Demikian pula sebaliknya, bagaimana perlakuan terhadap BUMN yang usa-hanya sudah sunset

(yang potensi perkembangan usahanya sudah turun) bila-mana Pemerintah akan bertindak

sebagai regulator?. Seperti misalnya pada kegiatan BUMN di bidang usaha penerbitan dan

Page 8: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

perdagangan buku, termasuk pula usaha pergedungan dan pertokoan, dimana sektor swasta lebih

maju dan lebih efisien mengelolanya, apakah negara masih layak untuk memiliki dan mengelola

BUMN tersebut?

(4) Merjer dan Konsolidasi

Dalam rangka penguatan sinergi antar-BUMN, tindakan merjer dan konsolidasi menjadi

pertimbangan, apabila memenuhi kriteria berikut ini;

Jenis usaha dan segmen pasar sama

Kompetisi tinggi

Mayoritas saham dimiliki Pemerintah

Kinerja tergolong kurang baik

Going concern diragukan, namun masih memiliki potensi untuk digabung dengan BUMN

lain.

(5) Likuidasi

Tindakan pemegang saham untuk melakukan likuidasi, tentunya setelah me-menuhi

pertimbangan dan kajian tentang cost & benefit dari usaha tersebut, meliputi;

Tidak ada PSO – non “Strategis” (tidak harus dipertahankan status BUMN)

Dalam beberapa tahun mengalami kerugian terus-menerus

Kompetisi usaha tinggi

Eksternalitas rendah

Usahanya tidak prospektif

Ekuitas negatif

Selain pertimbangan diatas, tentunya cost & benefit tersebut sudah meliputi pen-ghitungan

tentang biaya likuidasi (cost of liquidation) harus lebih kecil dari biaya apabila perusahaan tetap

dioperasikan.

VI. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI

Page 9: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

Dari sisi hukum;

Perlu mendapatkan suatu kejelasan mengenai pengertian “dikuasai” sebagai-mana termaktub

dalam ayat (2) dan (3) Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945, apakah yang dimaksud seluruhnya

dimiliki dan dikelola oleh Negara, atau dimiliki tetapi dapat tidak dikelola oleh Negara, atau

tidak perlu memiliki dan tidak perlu mengelola tetapi cukup mempunyai kewenangan dalam hal

pengaturan (regu-lasi).

Selain itu, dengan telah ditetapkannya UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN, dalam pasal 4 (1)

dan penjelasannya telah ditegaskan bahwa modal BUMN yang berasal dari kekayaan Negara

yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Ne-gara dari APBN untuk dijadikan penyertaan

modal Negara pada BUMN, untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi

didasarkan pada sistem APBN namun didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.

Lebih lan-jut terdapat pengaturan dalam PP No. 33 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa

penyelesaian piutang BUMN diselesaikan dengan mekanisme korporasi yang di-dasarkan pada

pengertian piutang Negara dalam UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dimana

dalam UU tersebut tidak lagi dimasukkan pen-gertian piutang BUMN sebagai bagian dari

piutang Negara.

Dari hal diatas, pengertian sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (2) dan (3) diatas,

belum memiliki definisi yang seragam tentang arti “dikuasai” dan “cabang-cabang produksi

penting” seperti apa. Kemudian terhadap pemahaman tentang kekayaan Negara yang dipisahkan,

perlu mendapatkan pemahaman se-cara meluas bahwa modal yang telah dipisahkan untuk

pendirian suatu BUMN bu-kan lagi kategori kekayaan Negara.

Dari sisi perusahaan;

Bahwa perlu disadari fungsi dan tugas utama BUMN tidak hanya sekedar mem-peroleh

keuntungan saja, yang kemudian diukur hanya dengan adanya peningkatan RoA, RoE, RoI saja,

tetapi juga mengemban beberapa tugas yang lebih bersifat makro, seperti menjaga stabilitas

ekonomi/harga, dan untuk memenuhi sifat penu-gasan layanan publik atau agent of development

serta pioneering. Sehingga menge-lola BUMN tentunya juga harus dapat memahami

kepentingan-kepentingan stakeholdernya. Dengan demikian, seharusnya dari sisi regulasi untuk

Page 10: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

kepentingan pelaksanaan usaha BUMN khususnya yang mengemban tugas layanan umum perlu

diatur dengan suatu regulasi yang lebih mendukung pada BUMN.

Kemudian, dalam rangka pengembangan usahanya perlu adanya pemikiran men-genai kebijakan

tentang dividen perlu lebih mempertimbangkan kepentingan- kepentingan perusahaan dalam

rangka investasinya, karena apabila kebijakan divi-den selalu untuk kepentingan APBN semata

tentunya akan mengurangi kemampuan perusahaan dalam rangka pengembangan dan

kelangsungan usahanya (sustain-ability).

Demikian pula, gaya manajemen BUMN yang ada perlu dilakukan perubahan para-digmanya

(mind set), bahwa paradigma baru menghendaki adanya suatu inovasi dan terobosan bisnis yang

harus dilakukan tanpa harus menciptakan birokrasi yang berbelit, namun harus tetap

mengutamakan prinsip governance. Untuk mendukung perubahan paradigma baru tersebut dalam

pengadaan manajemen BUMN yang dit-erapkan saat ini sudah menggunakan metode fit &

proper test yang melibatkan pula pihak independent assessor, yang dalam pelaksanannya diikat

dengan Statement of Corporate Intent (SCI) sebagai acuan komitmen manajemen dalam

peningkatan kinerjanya, yang akan diukur dalam kinerjanya dengan Key Performance Indicator

(KPI) yang disepakati bersama dan dituangkan dalam suatu Kontrak Manajemen.

VII. KESIMPULAN

BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun agar peran

tersebut bisa lebih maksimal, BUMN harus memebuhi syarat-syarat berikut;

Dikelola berdasarkan prinsip dan kultur korporasi yang sehat;

Dikelola oleh manajemen profesional, integritas dan leadership yang kuat, serta memiliki

sense of business yang tinggi. Untuk itu pola rekrutmen dan pola re- munerasi harus

dikembangkan sesuai dengan standar korporasi;

Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsis-ten dan

berkesinambungan;

Mampu terus menciptakan nilai tambah dan inovasi;

Siap bersaing di era kompetisi global, dan memiliki kemampuan untuk survive dalam

segala kondisi;

Page 11: Peran Bumn Dalam Pemulihan Ekonomi

Memiliki tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility), baik dalam hal

kepedulian terhadap lingkungan hid up, pengentasan problem masyarakat sekitar, dan

pengembangan pengusaha kecil.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan pengelolaan BUMN membutuhkan keterlibatan yang

aktif dari semua pihak, baik Pemerintah, manajemen BUMN, karyawan BUMN, akademisi,

parlemen, dan masyarakat luas yang memiliki per-hatian terhadap BUMN. Karena itu, marilah

bersama-sama kita pikirkan dan pantau bersama pengelolaan BUMN ini, untuk dapat

memberikan hasil yang seoptimal mungkin bagi masyarakat dan negara ini.

Demikian kami sampaikan, mari kita berjuang dalam kapasitas kita masing-masing, untuk

Indonesia yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.