peran bappeda dalam perencanaan pembangunan di daerah dengan berlakunya uu no. 32 tahun 2004 studi...

Upload: arief-ramdani

Post on 10-Oct-2015

332 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Contoh Skripsi,.

TRANSCRIPT

  • PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

    DAERAH DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004

    (Studi di Bappeda Kota Malang)

    SKRIPSI

    Untuk memenuhi Sebagian Syarat-Syarat

    Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan

    Dalam Ilmu Hukum

    Oleh :

    ARIANTO SURYO

    NIM. 0310100038

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS HUKUM

    MALANG

    2008

  • i

    LEMBAR PERSETUJUAN

    PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

    DAERAH DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004

    (Analisa Yuridis Sosiologis terhadap peran BAPPEDA dalam proses

    pembangunan daerah di Kota Malang)

    Oleh:

    ARIANTO SURYO

    0 3 1 0 1 0 0 0 3 8

    Disetujui pada tanggal:

    Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

    A. DIMYATI,SH,MH SRI KUSTINA,SH,CN

    NIP. 130531837 NIP. 130809195

    Mengetahui

    Ketua Bagian

    Hukum Administrasi Negara

    AGUS YULIANTO SH. MH.

    NIP. 131573915

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

    DAERAH DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004

    (Studi di Bappeda Kota Malang)

    Disusun oleh:

    ARIANTO SURYO

    0 3 1 0 1 0 0 0 3 8

    Skirpsi ini telah disahkan dosen pembimbing pada tanggal :

    Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

    A. DIMYATI,SH,MH SRI KUSTINA,SH,CN

    NIP. 130531837 NIP. 130809195

    Ketua Majelis Penguji Ketua Bagian

    Hukum Administrasi Negara

    Agus Yulianto SH. MH Agus Yulianto SH. MH

    NIP. 1315733915 NIP. 1315733915

    Mengetahui

    Dekan,

    Herman Suryokumoro SH. MS

    NIP. 131 472 741

  • ii

    ABSTRAKSI

    Arianto Suryo, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas

    Brawijaya, Maret 2008,Peran Bappeda dalam perencanaan pembangunan di

    daerah dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 (studi di Bappeda Kota

    Malang), A. Dimyati, SH.MH, Sri Kustina, SH, CN.

    Dalam penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh usaha untuk melakukan

    pemerataan pembangunan nasional diseluruh daerah. Pembangunan daerah

    sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk

    mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, antar

    sektor yang disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah yang bersangkutan.

    Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

    rakyat di daerah melalui pembangunan yang serasi dan terpadu baik antar bidang

    maupun antar wilayah yang didukung perencanaan pembangunan daerah yang

    efektif dan efisien menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang

    merata diseluruh tanah air.

    Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa

    peranan, kendala kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang dalam

    melakukan perencanaan pembangunan dikota Malang, serta mengetahui dan

    menganalisa upaya yang dilakukan oleh Bappeda Kota Malang untuk mengatasi

    kendala tersebut. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Metode pendekatan yuridis sosiologis. Lokasi penelitian yang penulis pilih

    Bappeda Kota Malang yang berkantor di jalan Tugu No. 1 Malang. Responde

    adalah Kepala Sub Bagian Pendataan dan Pelaporan dari BAPPEDA kota Malang

    Dari penulisan ini penulis mendapatkan kesimpulan bahwa peran Bappeda

    Kota Malang sebagai perencana pembangunan serta pengawas dan pelaksana

    pembangunan sudah berjalan dengan baik. Namun hal tersebut bukannya tanpa

    kendala atau hambatan kurangnya kualitas sumber daya manusia, keterbatasan

    jumlah Sumber Daya Manusia, belum mantapnya koordinasi antara bidang-

    bidang, kurangnya koordinasi dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang serta

    Kurangnya peran serta masyarakat.

    Dalam hal mengatasi hambatan-hambatan tersebut, maka diperlukan upaya

    dan solusi agar perencanaan pembangunan berjalan dengan baik. Dengan cara

    mengirim pegawainya untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepimimpinan

    (Diklatpim), bekerjasama dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang, sering

    mengadakan rapat koordinasi antar bidang-bidang. Sehingga kerjasama yang

    dilakukan lebih padu serta berusaha lebih aktif dalam mendengarkan pendapat

    dari pihak diluar Bappeda Kota Malang seperti dinas-dinas Pemerintah Kota

    Malang dan DPRD selaku wakil dari rakyat.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan

    hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan atau

    maksud dari penyusunan Skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas - tugas dan syarat -

    syarat memperoleh Ijazah Sarjana Hukum Universitas Brawijaya Malang.

    Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

    membantu penyelesaian Skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih

    kepada:

    1. Bapak Herman Suryokumoro SH. Mhum. selaku Dekan Fakultas Hukum

    Universitas Brawijaya

    2. Bapak Agus Yulianto SH. MH. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi

    Negara.

    3. Bapak A. Dimyati, SH.MH. selaku Pembimbing I, atas kesabarannya selama

    membimbing penulis.

    4. Ibu Sri Kustina, SH, CN. selaku Pembimbing II atas bimbingan dan

    motivasinya.

    5. Seluruh Dosen Mata Kuliah Hukum Administrasi Negara, atas ilmu yang

    telah diberikan selama penulis belajar di Fakultas Hukum.

    6. Pimpinan dan staf Bappeda Kota Malang, yang telah memberikan kesempatan

    kepada penulis untuk melaksanakan pengambilan data dan memberikan

    banyak bimbingan kepada penulis.

    7. Ayah dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah berjasa, memberi dukungan,

    nasehat, doa dan segala kebaikan

    8. Mbak Bintang kakak kandung penulis yang tersayang walau sering bikin

    kesel, namun terus memberi semangat.

    9. Nency thanks for your patien and your time. And thanks waiting me untill

    graduated

    10. Sahabat-sahabat Penulis yang menemani. Bracun (Joko,Amd, Okta,SH, Didit,

    Yayan,Amd, Satrio,SE, Arfan, Johanes) yang memberi warna dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

  • v

    11. Teman-temanku hukum Burhannudin,SH, Efendi,SH, Adi,SH, Erga,SH,

    Dennis dan Hengky.

    12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

    memberikan doa dan bantuannya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi

    ini.

    Pada akhirnya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam proses

    pembuatan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang

    tidak disengaja dan penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

    Semoga Allah SWT mengampuni kesalahan kita dan berkenan menunjukan jalan

    yang benar.

    Malang, Februari 2008

    Penulis,

    Arianto Suryo

  • vi

    DAFTAR ISI

    Lembar Persetujuan ........................................................................................... i

    Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii

    Abstraksi ........................................................................................................... iii

    Kata Pengantar .................................................................................................. iv

    Daftar isi ............................................................................................................ vi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

    D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7

    E. Sistematika Penulisan ............................................................................ 8

    BAB II TINJAUAN UMUM

    A. Tinjauan Umum Pemerintah Daerah...................................................... 11

    B. Tinjauan Umum Otonomi Daerah.......................................................... 15

    C. Tinjauan Umum Badan Perencanaan Daerah ........................................ 17

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Metode Pendekatan ................................................................................ 20

    B. Lokasi Penelitian.................................................................................... 21

    C. Jenis data ................................................................................................ 22

    D. Sumber Data........................................................................................... 22

    E. Responden .............................................................................................. 23

    F. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... 23

    G. Metode Analisa Data.............................................................................. 24

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... 26

  • vii

    1. Gambaran Umum Kota Malang ....................................................... 26

    a. Sejarah Kota Malang ................................................................... 26

    b. Geografis Kota Malang ............................................................... 27

    c. Wilayah Kota Malang.................................................................. 28

    d. Bidang Pemerintahan................................................................... 28

    e. Penduduk Kota Malang ............................................................... 29

    2. Gambaran Umum Badan Perencana Pembangunan Daerah ............ 30

    a. Fungsi dan Tugas Pokok Bappeda Kota Malang......................... 32

    b. Visi dan Misi Bappeda Kota Malang .......................................... 34

    c. Struktur Organisasi Bappeda Kota Malang ................................. 35

    d. Uraian Tugas dan Fungsi Bappeda Kota Malang ....................... 36

    B. Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Bappeda Kota Malang..... 52

    1. Tujuan Perencanaan Pembangunan.................................................. 52

    2. Sasaran Perencanaan Pembangunan ................................................ 53

    C. Kebijakan dan Program Bappeda Kota Malang..................................... 53

    D. Peran Bappeda Kota Malang dalam Melaksanakan Perencanaan

    Pembangunan di Kota Malang ............................................................... 55

    E. Kendala Kendala yang Dihadapi Bappeda Kota Malang Dalam

    Melaksanakan Perencanaan Pembangunan di Kota Malang.................. 56

    F. Upaya Upaya yang Dilakukan Oleh Bappeda Kota Malang Dalam

    Mengatasi Kendala yang Dihadapi di Pelaksanaan Perencanaan

    Pembangunan di Kota Malang ............................................................... 58

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................ 61

    B. Saran....................................................................................................... 63

    Daftar Pustaka .................................................................................................... 65

    Lampiran-lampiran

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Pembangunan nasional pada hakikatnya merupakan pembangunan

    manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia untuk

    mewujudkan tujuan nasional seperti yang tertulis dalam pembukaan Undang

    Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

    tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

    kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

    kemerdekaan, perdamaian dan keadilan sosial.

    Dalam rangka mencapai tujuan diatas pemerintah melakukan

    pembangunan disegala bidang. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah ini

    haruslah merata yang berarti dampak pembangunan harus dirasakan oleh semua

    lapisan masyarakat bukan hanya untuk lapisan tertentu. Pembangunan juga harus

    seimbang maksudnya pembangunan harus sesuai dengan kemampuan yang

    dimiliki oleh bangsa dan negara ini. Selain itu pembangunan juga melihat

    keselarasan dan keserasian antara pembangunan yang dilakukan dengan keadaan

    dan lingkungan masyarakat yang ada. Jadi pembangunan haruslah merata,

    seimbang, selaras dan serasi.

    Dalam upaya pemerintah melaksanakan pembangunan secara merata,

    seimbang, selaras dan serasi haruslah mendapat dukungan dari seluruh masyarakat

    Indoneasia yang merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat besar

  • dengan didukung oleh suatu proses perencanaan yang baik oleh badan badan

    pemerintah dan badan badan non pemerintah.

    Namun pada kenyataannya, pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

    selama orde baru telah melahirkan sentralisasi kekuasaan dimana pemerintah

    pusat memegang hampir seluruh kendali pemerintahan di daerah. Hal ini dirasa

    sangat tidak adil bagi pemerintah daerah yang selama ini andilnya sangat besar

    dalam memberikan dana kepada pemerintah pusat. Sementara pemerintah pusat

    mengembalikan kepada daerah dalam bentuk bentuk proyek proyek dan bukan

    berbentuk dana riil sehingga pemerintah daerah tidak dapat secara independen

    mengatur prioritas kebutuhan daerahnya.

    Salah satu usaha untuk melakukan pemerataan pembangunan nasional

    adalah dengan usaha pembangunan diseluruh daerah Indonesia. Berkaitan dengan

    dengan hal itu dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 150

    menegaskan perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian integral dari

    pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah dan

    menyesuaikan laju pertumbuhan antar daerah. dalam melakukan perencanaan

    pembangunan harus disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah yang

    bersangkutan. Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

    dan kesejahteraan rakyat di daerah melalui pembangunan yang baik antar bidang

    maupun antar wilayah yang didukung perencanaan pembangunan daerah yang

    efektif dan efisien menuju tercapainya kemandirian daerah dan kemajuan yang

    merata diseluruh tanah air.

  • Berkaitan dengan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan prioritas

    dan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut maka perlu adanya otonomi daerah.

    Dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang seluas luasnya maka pemerintah

    memberikan kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk

    menyelenggarakan uruasan pemerintahan berdasarkan asas otonomi. Hal tersebut

    terdapat dalam pasal 10 ayat (1 dan 2) Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004

    tentang Pemerintahan daerah. Pasal 10 ayat (1) Pemerintahan daerah

    menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali

    urusan pemerintahan yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan

    Pemerintah. Ayat (2) Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang

    menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintahan

    daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus

    sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

    Berdasarkan acuan tersebut setiap daerah menyelenggarakan otonomi

    daerah secara konsisten sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas daerah tersebut.

    Bangsa Indonesia adalah negara yang majemuk, satu ukuran belum tentu cocok

    untuk perencanaan pembangunan seluruh daerah. Dalam proses perencanaan

    pembangunan inilah peran serta masyarakat sebagai komunitas lokal harus

    dilibatkan oleh pemerintah Kabupaten/Kota, karena masyarakatlah yang

    merasakan langsung dampak dari pembangunan tersebut. DPRD pun harus

    dilibatkan dalam proses ini, hal ini bertujuan proses desentralisasi berjalan dengan

    baik dan tidak menjurus kearah sentralisasi. Namun proses desentralisasi yang

    berjalanpun harus secara baik dan bertanggung jawab, DPRD dalam proses

  • perencanaan pembangunan ini berperan sebagai stake holder yang memiliki

    kepentingan mendalam untuk mensukseskan otonomi daerah.1

    Inti konsep pelaksanaan otonomi daerah, adalah upaya memaksimalkan

    hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal hal yang

    menghambat pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Dengan demikian, tuntutan

    masyarakat dapat diwujudkan secara nyatra dengan penerapan otonomi daerah

    luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak terabaikan.2

    Di tiap propinsi dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (BAPPEDA), yang merupakan badan staf yang langsung berada dibawah dan

    bertanggung jawab kepada Gubernur/Kepala Daerah yang bersangkutan.

    BAPPEDA tersebut berfungsi membantu Gubernur/Kepala Daerah di dalam

    menentukan kebijakasanaan di bidang perencanaan pembangunan daerah serta

    pelaksanaannya.

    Oleh karena itu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat berperan

    dalam manjalankan otonomi daerah. Dalam menjalankan fungsinya sebagai badan

    perencanaan pembangunan di daerah Bappeda dituntut untuk berperan secara

    aktif, efektif dan efisien dalam meletakan kerangka dasar pembangunan di daerah

    yang kokoh untuk dapat mewujudkan keberhasilan pembangunan. Maka dapat

    dikatakan bahwa Bappeda merupakan hal yang sangat berperan penting dalam

    pembangunan dan hal yang menentukan arah kebijaksanaan pemerintah daerah

    dalam bidang perencanaan pembangunan di daerah.

    Hal yang dipaparkan diatas merupakan hal yang semestinya terjadi.

    1 HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

    2001,h. 2. 2 Ibid, h. 4

  • Bappeda berperan penting dalam pembangunan. Namun dalam kenyataannya

    peranan Bappeda kurang begitu terlihat sehingga banyak pembangunan yang

    semestinya didukung oleh masyarakat malah dalam pelaksanaanya kurang

    didukung oleh masyarakat. Contohnya pembangunan pertokoan yang didemo oleh

    sebagian masyarakat Ini menunjukan tidak semua masyarakat menerima

    pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu hal diatas menunjukan

    bahwa peranan Bappeda yang merencanakan pembangunan di daerah kurang

    melihat aspirasi yang ada dalam masyarakat.

    Melihat hal diatas seharusnya pembangunan bertujuan untuk memajukan

    kesejahteraan umum, jika pembangunan seperti ini maka hanya sebagian

    golongan saja yang akan sejahtera sedang yang lain tidak atau

    mengenyampingkan pendapat sebagian masyarakat. Dalam beberapa bidang

    pemerintah daerah mengambil contoh dari daerah lain untuk perencanaan

    pembangunan padahal setiap memiliki sumber daya alam, sumber daya manusia

    dan budaya yang berbeda sehingga jika diterapkan akan tidak sesuai dengan

    masyarakat dimana pembangunan dilaksanakan.

    Pembangunan yang terjadi sekarang memang sudah tidak bersifat

    sentralisasi

    lagi, jadi daerah dapat merasakan segala yang didapatkan oleh daerah tersebut.

    Namun bukan berarti keadilan telah tercapai, karena yang menikmati

    pembangunan tersebut hanya segelintir golongan bukan seluruh masyarakat di

    daerah pembangunan tersebut dilaksanakan. Padahal tujuan pembangunan

  • meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. DPRD yang menjadi

    sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi kurang berperan aktif dalam

    perencanaan pembangunan didaerah. Karena kurangnya peran aktif DPRD dalam

    perencanaan pembangunan maka sering kali pembangunan yang dilakukan

    pemerintah tidak sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat.

    Dari pemaparan latar belakang diatas maka penulis mengambil judul:

    PERAN BAPPEDA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

    DENGAN BERLAKUNYA UU No. 32 TAHUN 2004 (Analisa Yuridis

    Sosiologis terhadap peran BAPPEDA dalam proses pembangunan daerah di Kota

    Malang)

    B. RUMUSAN MASALAH

    Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis merumuskan

    beberapa permasalahan sebagai berikut :

    1. Bagaimana peranan BAPPEDA Kota Malang dalam perencanaan

    pembangunan di daerahnya?

    2. Apakah kendala kendala yang dihadapi BAPPEDA Kota Malang

    dalam perencanaan pembangunan di daerahnya?

    3. Upaya apa yang di laksanakan dalam mengatasi kendala kendala

    yang dihadapi BAPPEDA Kota Malang dalam perencanaan

    pembangunan di daerahnya

  • C. TUJUAN PENELITIAN

    Tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan menguji

    kebenaran.3 Setiap penelitian tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai serta

    mempunyai harapan agar hasil penelitian tersebut bermanfaat baik secara teoritis

    maupun secara praktis. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah

    sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui dan menganalisa peranan BAPPEDA Kota Malang

    dalam perencanaan pembangunan di daerahnya

    2. Untuk mengetahui dan menganalisa kendala kendala yang dihadapi

    BAPPEDA Kota Malang dalam perencanaan pembangunan di

    daerahnya

    3. Untuk mengetahui dan menganalisa Solusi yang dilakukan oleh

    Bappeda Kota Malang untuk mengatasi kendala tersebut.

    D. MANFAAT PENELITIAN

    Adapun manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah :

    1. Manfaat Teoritis

    Memberikan informasi kepada para rekan mahasiswa dan pihak

    yang membutuhkan tentang perencanaan pembangunan di daerah

    setelah berlakunnya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004

    tentang Pemerintahan daerah.

    2. Manfaat Praktis

    3 Sutrisno Hadi, metode penelitian, 1986, Hlm. 8

  • a. Bagi Masyarakat

    Diharapkan masyarakat lebih berperan aktif dalam

    perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah

    dan juga mengawasi jalannya pembangunan

    b. Bagi Pemerintah

    Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

    membuat perencanaan pembangunan didaerah dan

    meningkatkan kinerja BAPPEDA

    E. SISTEMATIKA PENULISAN

    Secara garis besar penulisan ini dibagi dalam lima Bab, sehingga dapat

    tersusun dengan baik dan untuk memudahkan dalam pemahaman sistem

    pembahasan materi skripsi, dipaparkan dalam sebuah penulisan sistematika

    sebagai berikut :

    BAB 1 : PENDAHULUAN

    Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pemilihan

    judul, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan

    sistematika penulisan

    BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai tinjauan umum

    tentang Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah, UU no. 32 tahun

    2004, Manajemen Pembangunan dan Hubungan BAPPEDA

    dengan BAPPENAS

  • BAB 3 : METODE PENELITIAN

    Pada bab ini penulis menjelaskan tentang metode penelitian yang

    digunakan pada penelitian ini, yang terdiri dari metode

    pendekatan, lokasi penelitian, jenis data, sumber data, responden,

    teknik pengumpulan data, metode analisa data

    BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

    Dalam bab ini penulis akan menjelaskan:

    1. Gambaran lokasi penelitian (Kota Malang dan Bappeda Kota

    Malang)

    2. Struktur organisasi Bappeda Kota Malang

    3. Tugas dan wewenang Bappeda Kota Malang

    4. Visi dan misi Bappeda Kota Malang

    5. Dasar hukum pembentukan Bappeda Kota Malang

    6. Peranan Bappeda Kota Malang

    7. Kendala yang dihadapi oleh Bappeda Kota Malang

    8. Solusi dari kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang

    BAB 5 : PENUTUP

    Dalam bab ini penulis mengajukan kesimpulan berisi jawaban

    dari permasalahan pembahasan pada bab-bab sebelumnya,

    sedangkan saran berisi masukan-masukan dari Penulis demi

    pembangunan di Indonesia pada umumnya dan Kota Malang

    pada khususnya

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. TINJAUAN UMUM PEMERINTAH DAERAH

    Pemerintah Daerah ialah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

    pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

    dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

    Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

    Republik Indonesia Tahun 1945.1

    Seiring dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor 32 tahun 2004,

    Pemerintah daerah diberikan pelimpahan wewenang oleh pemerintah pusat untuk

    melakukan perencanaan pembangunan daerah wilayahnya hal ini berimplikasi

    pada perubahan beban tugas dan struktur organisasi yang menjadi wadahnya.

    Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tantang Pemerinyah Daerah ini

    terkandung subtansi secara mendasar sebagai berikut:

    1. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan meteri

    kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada

    daerah secara profesional yang diwujudkan dengan pengaturan

    pemabagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang

    berkeadilan serta perimbangan keuangan pusat dan daerah

    1 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 2

  • 2. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan prinsip

    prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan

    keadilan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

    3. Otonomi daerah mendorong untuk memberdayakan masyarakat

    menumbuhkan kreativitas masyarakat serta mengembangkan peran

    dan fungsi DPRD.

    4. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan kontitusi negara,

    tetap berada dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia

    sehingga tetap menjamin hubungan yang serasi antara pusat dan

    daerah serta hubungan antar daerah.

    5. Pemberdayaan peranan dan fungsi badan legislatif daerah (DPRD)

    baik sebagai fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi

    anggaran antar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

    6. Pelaksanakan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakan pada

    daerah kabupaten dan daerah kota sedangkan otonomi daerah

    propinsi merupakan otonomi yang terbatas. Terdapat tiga pola

    otonomi yaitu, Kabupaten, Kota, Propinsi.

    7. Propinsi sebagai daerah otonom juga sebagai wilayah administratif

    bukan merupakan atasan dari Daerah Kabupaten/Kota, tidak

    bersifat lintas Kabupaten/Kota, serta melaksanakan kewenangan

    otonomi yang belum/tidak dapat dilaksanakan oleh

    Kabupaten/Kota.

  • 8. Kewenangan propinsi juga melaksanakan tugas tugas pemerintah

    pusat tertentu yang dilimpahkan dalam rangka asas dekosentrasi

    dan pembantuan.

    9. Kepala daerah dipilih oleh masyarakat dan bertanggungjawab

    kepada DPRD. Kepala daerah juga diwjibkan melaporkan kepada

    Presiden melalui Menteri Dalam Negeri mengenai

    penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

    10. Pembentukan perngkat daerah didasarkan/disesuaikan kepada

    kebutuhan dan kemampuan daerah masing masing yang

    dicantumkan dalam PERDA (Peraturan Daerah) sesuai dengan

    pedoman yang kemudian ditetapkan pemerintah berupa PP

    (Peraturan Pemerintah).

    11. PERDA (Peraturan Daerah) ditetapkan oleh kepala daerah dengan

    persetujuan DPRD dalam rangka pengawasan masyarakat pada

    PERDA yang dikeluarkan kepala daerah.

    12. Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah, pemerintah daerah

    diberi kewenangan pengaturan keuangan dan sumber keuangan

    yang memadai bagi daerah namun harus tetap bertanggung jawab.

    13. Pemerintah Daerah juga diberikan kewenangan pengelolahan

    sumber daya yang terdapat diwilayah laut.

    Dalam masa transisi yang terjadi perlu dilakukan penataan

    pemilahan kewenangan dan kelembagaan baik di pusat dan di daerah.

    Pelaksanaannya sangat tergantung pada kemampuan para penyelenggara

  • negara pada tingkat pusat dan daerah dalam mempersiapkan ketentuan

    pelaksanaan dan mempersiapkan sumber daya manusia sebagai

    pelaksanaan dalam mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan

    bertanggung jawab.

    Hubungan kekuasaan (gezagsver houding) antara pemerintah pusat

    dan pemerintah daerah juga merupakan hubungan dan pembagian tugas

    negara kepada penyelenggara negara pada tingkat pusat secara nasional

    dan daerah secara regional dan lokal. Pembagian tugas kewajiban dan

    kewenangan serta tanggung jawab secara vertikal menurut Undang

    Undang Dasar 1945 ditetapkan berdasarkan:

    1. Pelimpahan tugas kewajiban dan kewenangan (dekosentrasi)

    2. Penyerahan tugas kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab

    tertentu (desentralisasi)

    3. Pengikutsertaan Pemerintah daerah untuk melaksanakan asas

    dekonsentrasi atas tanggung jawab pemerintah pusat.2

    B. TINJAUAN UMUM OTONOMI DAERAH

    Otonomi daerah merupakan dampak yang timbul dari proses peralihan dari

    sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Otonomi adalah penyerahan

    urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional

    dalam rangka sistem birokrasi pemerintah. Tujuan otonomi adalah mencapai

    efektifitas dan efisiensi dalam pelayanan kepada masyarakat.

    2 Victor M. Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan Di Daerah, Sinar Grafika,

    Jakarta, 1993, h. 95.

  • Inti konsep pelaksanaan otonomi daerah, adalah upaya memaksimalkan

    hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal hal yang

    menghambat pelaksanaan otonomi daerah tersebut. Dengan demikian, tuntutan

    masyarakat dapat diwujudkan secara nyatra dengan penerapan otonomi daerah

    luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak terabaikan3

    Orientasi penyelenggaraan pemerintah sejak berdirinya selalu tertuju

    kepada pembangunan, hingga pertimbangan pemberian otonomi pun perlu

    disesuaikan dengan potensi daerahnya agar mampu selain menyelenggarakan

    urusan urusannya juga mampu membangun. DPR dalam hal ini wakil rakyat

    sering kali mengatakan bahwa penyelenggaraan Otonomi Daerah harus dapat

    menjamin perkembangan dan pembangunan daerah.

    Pada dasarnya sudah tentu bahwa dalam prakteknya tidak dapat lepas

    kaitannya dari pembangunan nasional, dalam rangka mencapai tujuan negara,

    yaitu masyarakat yang adil dan makmur.4

    Otonomi daerah bukan hanya membebani rakyat, melainkan bagaimana

    memberikan peleyanan yang lebih baik kepada masyarakat. Yang harus dicermati

    adalah otonomi daerah membawa perubahan berupa aspirasi daerah. dihadapkan

    pada situasi serba mendadak dan diluar dugaan, jelas timbul kebingungan yang

    bisa menjadi sumber peluang karena daerah memiliki pejabat pemerintah daerah

    yang melayani rakyat bervisi konsumen yang utama. Yang harus ditanamkan pada

    diri kita semua adalah visi menjunjung tinggi konsumen yang didahulukan.

    3 HAW.Widjaja,Otonomi Daerah dan daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

    2001,h. 2. 4 Dann Sughanda, Masalah Otonomi dan Hubungan Antara Pemerintah Pusat dan

    Daerah di Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1991, hal. 101

  • Pengusaha dan pemerintah daerah harus melayani relasi, karena kekuatan ada

    dikonsumen.5

    Dalam ketentuan Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 telah dikemukakan

    bahwa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

    Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan

    pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selanjutnya

    yang dimaksud dengan daerah otonom menurut Undang Undang Nomor 32

    tahun 2004 adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas

    wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan

    kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

    masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.6

    Asas desentralisasi, daerah otonom memiliki kewenangan yang secara luas

    dalam berbagai bidang, termasuk dalah hal perencanaan. Pada masa lalu

    perencanaan lebih banyak bersifat top down, maka pada masqa sekarang lebih

    banyak bersifat bottom up. Perubahaan tersebut memiliki konsekuensi logis yang

    cukup luas, terlebih lagi aparat pemerintah yang ada sudah terbiasa menerima

    paket perencanaan yang baku.

    Pada era manajemen strategis seperti sekarang ini, perencanaan di daerah

    harus didahului dengan penetapan visi terlebih dahulu. Kepala daerah

    memberikan visi pembangunan didepan DPRD, namun visi kepala daerah belum

    tentu akan menjadi visi pembangunan daerah otonom. Hal ini disebabkan DPRD

    yang menjadi wakil rakyat harus melihat apakah visi pembangunan yang

    5 HAW. Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

    2001, hal. 118 6 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

  • direncanakan oleh kepala daerah sesuai dengan keadaan masyarakat dan didukung

    oleh sumber daya manusia yang baik atau tidak. Selain itu juga dampak

    pembangunan akan menguntungkan masyarakat luas atau hanya sebagian

    golongan saja. Jadi untuk menentukan visi pembangunan daerah otonom belum

    tentu sama dengan masa jabatan Kepala Daerah.

    C. Badan Perencanaan Daerah

    Menurut Davidov dan Reiner Perencanaan dapat berarti:

    Suatu proses untuk menetapkan tindakan yang selayaknya. Dengan

    demikian pilihan pilihan yang tersediakan membentuk suatu proses perencanaan

    yang terdiri atas tiga macam peringkat: pertama, memilih tujuan dan syarat

    syarat, kedua, mengenai seperangkat alternatif yang bersifat konsisten dengan

    ketentuan ketentuan umum tersebut serta memilih suatu alternatif yang

    dikehendaki, ketiga, mengarahkan tindakan tindakan yang menuju kepada

    pencapaian tujuan tujuan yang telah ditentukan7

    Dalam arti sempit perencanaan merupakan kegiatan persiapan dalam

    perumusan kebijaksanaan; sedang dalam arti yang luas perencanaan itu mencakup

    perumusan kebijaksanaan, penetapan kebijaksanaan dan pelaksanaan

    kebijaksanaan tersebut. Pemikiran demikian timbul dari adanya bermacam teori

    perencanaan.

    Person (1945) mengemukakan delapan sifat khusus dari fungsi

    perencanaan, yaitu:

    1. perencanaan menyatukan penyelidikan dengan penyelenggraan dan membuat kedua duanya berlangsung terus bersama sama.

    2. perencanaan merupakan proses yang kontinu, karena administrasi darimana ia merupakan suatu bagian, adalah dinamis

    3. perencanaan membedakan antara yang konstan dan yang bervariasi dalam suatu situasi

    7 Ateng Syafrudin, PerencanaanAdministrasi Pembangunan daerah, Mandar Maju,

    Bandung, 1993, h.5.

  • 4. sedapat mungkin harus berlangsung dalam perkiraan standa standar yang meliputi tujuan tujuan yang dirumuskan dengan tepat,

    kualitas dan cara cara serta alat alat penghasil yang bersifat

    teknologi yang dirumuskan dengan tepat baik yang berupa manusia

    maupun yang berupa materi

    5. untuk suksesnya perencanaan tergantung pada organisasi fungsional dan pembagian tanggung jawab

    6. harus berlangsung dalam tingkatan tingkatan yang bermacam macam masing masing dengan spesialisasinya yang wajar

    7. perencanaan adalah fungsi yang integral bukan suatu fungsi yang terlepas

    8. perencanaan memerlukan suatu standar yang terakhir yang dapat diukur misalnya laba, untuk membuatnya benar benar efektif.

    8

    Badan perencanaan adalah sebuah organisasi yang terpisah, dengan kantor

    dan badan stafnya sendiri. Tanggung jawab secara kemitraan untuk badan tersebut

    berbeda beda disetiap negara. Sering badan tersebut bekerja di bawah

    Kementerian Keuangan. Ini bukan pemecahan terbaik, karena pandangan pejabat

    pejabat keuangan dan pejabat pejabat perencanaan tidak sama. Seorang

    pejabat perencanaan harus lebih tertarik dengan pembuatan kebijaksanaan

    kebijaksanaan dan menetapkan tujuan tujuan baru.9

    Tetapi Badan Perencana harus bekerja sama dengan Kementerian

    Keuangan untuk memepersiapkan anggaran modal tahunan. Mereka bisa

    sajamudah saling bertabrakan satu sama lain kecuali tanggung jawab mereka telah

    diberi batas dengan jelas, dan peralatan untuk koordinasi tetap jalan dengan

    lancar.10

    8 Ibid., h.23 9 W. Arthur Lewis, Perencanaan Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, h. 316 10 Ibid., h. 340

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metodologi adalah ilmu yang membicarakan metode-metode ilmiah yang

    meliputi: unsur dari metode ilmiah, langkah-langkah kerjanya, jenis-jenisnya sampai

    kepada batas-batas dari metode ilmiah.

    Dalam suatu penelitian, agar tujuan yang diinginkan berhasil dengan baik, sangat

    diperlukan adanya metode. Adapun metode pada dasarnya adalah cara yang

    dipergunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan tujuan umum dari penelitian ini adalah

    untuk memecahkan masalah. Maka langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan

    masalah yang akan dirumuskan1

    Metode juga mempunyai langkah-langkah pokok atau cara kerja yang sangat

    diperlukan dalam suatu penelitian yang diselenggarakan sehingga mempunyai nilai

    ilmiah yang tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan.

    A. Metode Pendekatan

    Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode

    pendekatan yuridis sosiologis.2 Metode yuridis sosiologis adalah pendekatan yang

    mengkaji perilaku hukum orang (manusia dan badan hukum) dan masyarakat serta

    efektifitas hukum di masyarakat. Melalui metode pendekatan inilah penulis ingin

    mengkaji penelitian yang didasarkan atas studi terhadap bahan-bahan pustaka atau

    1 Burhan, Metode penelitian, 1996, hlm. 35 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta,

    1992, hlm. 310

  • dokumen berupa peraturan-peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang berhubungan

    dengan perencanaan pembangunan didaerah yang dilakukan oleh BAPPEDA. Dengan

    perilaku hukum orang (manusia dan badan hukum) serta efektivitas berlakunya hukum

    positif di masyarakat.

    B. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah Kota Malang khususnya Badan

    Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) kota Malang yang beralamat di

    jalan Tugu No. 1 Malang. Penulis memilih lokasi penelitian di Bappeda Kota Malang

    dengan alasan:

    1. Kota Malang merupakan salah-satu kota terbesar kedua di Jawa Timur dan

    sekarang gencar melakukan pembangunan. Namun pembangunan yang

    dilakukan oleh pemerintah daerah kota Malang hanya di bidang ekonomi

    sedangkan bidang lain kurang berjalan.

    2. Bappeda Kota Malang, merupakan instansi atau lembaga pemerintah yang

    mempunyai kewenangan untuk melakukan perencanaan pembangunan di kota

    Malang.

    C. Jenis Data

    Jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah:

    a. Data Primer

    Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yakni pihak-

    pihak yang terkait dengan pelaksanaan Perencanaan dan Pembangunan di kota

    Malang dalam hal ini pihak BAPPEDA

  • b. Data Sekunder

    Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka yang berupa

    literature, perundang-undangan, penelitian ilmiah dan dokumem pendukung

    yang diperoleh dalam penelitian ini.

    D. Sumber Data

    Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    a. Data Primer

    Data Primer dalam penelitian ini didapat melalui wawancara dilakukan

    secara terbuka, dan pertanyaan yang berpusat pada permasalahan, fokus

    penelitian dan tujuan penelitian sehingga informasi yang dikumpulkan

    cukup lengkap dan mendalam. Pola ini diterapkan dengan harapan seluruh

    hasil wawancara sesuai dengan latar alami sehingga kejujuran dan

    obyektivitasnya terjamin.

    b. Data Sekunder

    Data Sekunder dalam penelitian ini didapat melalui studi kepustakaan,

    dokumen-dokumen dan sejenisnya yang memungkinkan dapat dipakai untuk

    menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di muka.

    E. Responden

    Penentuan responden oleh Peneliti dilakukan dengan metode purposive sampling3

    yaitu sample yang ditetapkan atas dasar tujuan tertentu yang mempunyai hubungan erat

    3 Rony Hanintijo, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm.

    51

  • dengan permasalahan pelaksanaan Perencanaan dan Pembangunan di kota Malang dalam

    penelitian ini respondennya adalah pegawai dari BAPPEDA kota Malang

    F. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi (Observation)

    Teknik ini dipergunakan untuk mengamati berbagai kegiatan yang berkaitan

    dengan pelaksanaan Perencanaan dan Pembangunan di kota Malang

    b. Wawancara / Interview

    Wawancara dilakukan secara terbuka, dan pertanyaan yang berpusat pada

    permasalahan, fokus penelitian dan tujuan penelitian sehingga informasi yang

    dikumpulkan cukup lengkap. Pola ini diterapkan dengan harapan seluruh hasil

    wawancara sesuai dengan latar alami sehingga kejujuran dan obyektivitasnya

    terjamin. Interview dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan dengan

    sistem terbuka sehingga pertanyaan-pertanyaan yang belum tercantum dapat

    ditanyakan untuk memperoleh data yang akurat dan tepat guna menunjang

    analisa terhadap permasalahan yang dibahas.

    c. Dokumentasi (Documentation)

    Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang berupa

    dokumen-dokumen dan sejenisnya yang memungkinkan dapat dipakai untuk

    menjawab permasalahan yang telah dirumuskan di muka. Studi ini

    dimaksudkan untuk mendapatkan landasan teori yang cukup guna mendukung

    analisis penelitian.

  • G. Metode Analisa Data

    Pada penelitian ini, Peneliti setelah mendapatkan data yang diperoleh melalui

    pengumpulan data secara lengkap maka tahap selanjutnya adalah tahap analisis data atau

    pengolahan data. Analisa data yang Peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis

    diskriptif kualitatif.

    Sedangkan yang dimaksud dengan metode diskriptif kualitatif adalah:

    Suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptis

    analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara langsung

    tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata diteliti dan

    dipelajari sebagai suatu yang utuh.4

    Sedangkan yang dimaksud dengan teknik analisa data secara kualitatif dengan

    model interaktif adalah:

    Data yang terkumpul akan dianalisis melalui tiga tahap yaitu

    mereduksi data, menyajikan data dan kemudian menarik kesimpulan.

    Selain itu juga dilakukan pula suatu proses siklus antara tahap-tahap

    tersebut, sehingga data yang terkumpul akan berhubungan satu dengan

    yang lainnya secara sistematis.5

    Data yang diperoleh dikumpulkan dan disusun secara sistematis kemudian

    diadakan analisa data secara kualitatif berdasarkan disiplin ilmu hukum dan dibantu

    dengan ilmu sosial lainnya baru diterapkan dalam bentuk Penelitian skripsi. Di samping

    itu hanya hasil-hasil penelitian yang dipandang relevan akan dipilih untuk menyusun

    kesimpulan akhir dari perumusan yang diteliti.

    4 Soeryono Soekamto, Metode Penelitian Kwalitatif, Tarsito, Bandung, 1990, hlm. 250

    5 H.B. Sutopo, Pengantar Penelitian Kwalitatif, UNS Press, Surakarta, 1990, hlm. 37

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    1. Gambaran Umum Kota Malang

    a. Sejarah Kota Malang

    Dalam lambang Kota Malang tertulis sesanti berbunyi MALANG KUCECWARA

    yang berarti "Tuhan menghancurkan yang bathil dan menegakkan yang baik". Sesanti itu

    disyahkan menjadi semboyan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang pada

    tanggal 1 April 1914.

    Demikian diungkapkan oleh almarhum Prof. Drs. S. Wojowasito dalam tulisannya

    tentang sejarah dan asal mula Kota Malang bahwa1 :

    Semboyan tersebut erat kaitannya dengan asal mula Kota Malang yang

    pada masa Ken Arok lebih kurang 8 abad yang lampau menjadi nama

    tempat di sekotar candi bernama Malang. Letak candi itu masih menjadi

    tanda tanya dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Daerah Malang dan

    sekitarnya termasuk Singosari merupakan pusat kegiatan politik dan

    budaya sejak tahun 760 s/d tahun 1414 berdasarkan tulisan batu di

    Dinoyo. Kegiatan selama masa itu diikuti oleh kegiatan budaya tidak

    dapat di gambarkan sebagai perkembangan satu dinasti saja, melainkan

    merupakan rangkaian kegiatan politik dan budaya dari beberapa turunan.

    Kemudian timbulnya dinasti Ken Arok merupakan keturunan pertama dari raja-

    raja Majapahit sampai raja terakhir Bhre Tumapel (1447-1451). Pada waktu Ken Arok

    menampakkan kegiatannya, Tumapel hanya merupakan semacam kabupaten dari daerah

    Jenggala yang pada waktu itu praktis berada di bawah kekuasaan Kertajaya dari Kediri.

    Batara Malangkucecwara, disebut di dalam piagam tahun 908 dekat Singosari. Piagam

    1 /http://www.pemkot-malang.go.id/sejarah malang.htm, diakses tanggal 20 Febuari 2008

  • tahun 907 itu menerangkan bahwa orang-orang yang mendapat piagam itu adalah

    pemuja-pemuja batara dari Malangkucecwara, Putecwara Kutusan, Cilebhedecwara dan

    Tulecwara. Penyebutan nama-nama seperti Batara dari Malangkucecwara, putecwara dan

    sebagainya membuktikan bahwa nama-nama itu adalah nama raja-raja yang pernah

    memerintah dan pada saat di makamkan di dalam candi lalu disebut Batara. Dengan

    disebutkannya piagam Dinoyo, sekarang adalah Kelurahan Dinoyo, maka masuk akal jika

    candi malangkucecwara itu ada dekat Kota Malang sekarang.

    b. Georafis Kota Malang

    Kota Malang terletak pada posisi antara 112.06 - 112.07 BT dan 7.06 - 8.02

    LS. Kota Malang adalah salah satu dataran tinggi di Propinsi Jawa Timur, dengan

    ketinggian 440 667 meter DPL, dengan salah satu lokasi tertinggi adalah pegunungan

    Buring yang terletak di sebelah timur pusat Kota Malang. Dikelilingi oleh beberapa

    pegunungan yaitu sebelah barat : barisan Gunung Kawi dan Panderman, sebelah utara :

    Gunung Arjuno, dan di sebelah timur : Gunung Semeru yang merupakan gunung

    tertinggi di Pulau Jawa. Sungai yang mengalir di Kota Malang adalah Sungai Brantas,

    Sungai Amprong dan Sungai Bango. Berhawa sejuk dan kering, dengan curah hujan rata-

    rata 1.833mm tiap tahunnya dan kelembaban udara rata-rata 72 %.

    c. Wilayah Kota Malang

    Adapun batas wilayah admiinistrasi Kota Malang adalah sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara : Kecamatan Singosari dan Karangploso

    2. Sebelah Selatan : Kecamatan Tajinan dan Pakisaji

  • 3. Sebelah Timur : Kecamatan Pakis dan Tumpang

    4. Sebelah Barat : Kecamatan Wagir dan Dau

    Memiliki 5 (lima) kecamatan dengan pembagian wilayah administrasi sebagai

    berikut :

    1. Kecamatan Klojen : 11 Kelurahan, 89 RW, 676 RT

    2. Kecamatan Blimbing : 11 Kelurahan, 120 RW, 834 RT

    3. Kecamatan Kedungkandang : 12 Kelurahan, 102 RW, 764 RT

    4. Kecamatan Sukun : 11 Kelurahan, 79 RW, 692 RT

    5. Kecamatan Lowokwaru : 12 Kelurahan, 115 RW, 683 RT

    d. Bidang Pemerintahan

    Pemerintahan daerah Kota Malang secara garis besar terdiri dari 3 (tiga)

    komponen yang berkaitan yaitu :

    1. MUSPIDA

    Merupakan pejabat-pejabat di lingkugan Pemerintahan Daerah Kota Malang yang

    meliputi : Walikota, Dandim, Kapolresta, Kepala Kejari, dan Ketua DPRD Kota Malang.

    2. EKSEKUTIF

    Merupakan Pejabat Pemerintah Daerah Kota Malang, yang unsur-unsurnya terdiri

    dari Walikota dan jajaran staf di bawahnya.

    3. LEGISLATIF

  • Merupakan Unsur Pimpinan dan Anggota DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

    DAERAH (DPRD) KOTA MALANG yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, dan Komisi-

    Komisi yang terbentuk.

    e. Penduduk Kota Malang

    Kota Malang memiliki luas 110.06 Km. persegi, Kota dengan jumlah penduduk

    sampai akhir Juni 2005 sebesar 782.110 jiwa. Kepadatan penduduk kurang lebih 7106

    jiwa per kilometer persegi. Tersebar di 5 Kecamatan (Klojen = 125.824 jiwa, Blimbing =

    167.301 jiwa, Kedungkandang = 152.285 jiwa, Sukun = 174.184 jiwa, dan Lowokwaru =

    162.516 jiwa), 57 Kelurahan, 10 Desa, 505 RW dan 3.649 RT.

    Komposisi penduduk asli berasal dari berbagai etnik (terutama suku Jawa,

    Madura, sebagian kecil keturunan Arab dan Cina). Masyarakat Malang sebagian besar

    adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan sebagian kecil Hindu dan Budha.

    Kekayaan etnik dan budaya yang dimiliki Kota Malang berpengaruh terhadap

    kesenian tradisonal yang ada. Salah satunya yang terkenal adalah Tari Topeng. Gaya

    kesenian ini adalah wujud pertemuan gaya kesenian Jawa Tengahan (Solo, Yogya), Jawa

    Timur-Selatan (Ponorogo, Tulungagung, Blitar) dan gaya kesenian Blambangan

    (Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi).

    Kebanyakan pendatang adalah pedagang, pekerja dan pelajar / mahasiswa yang

    tidak menetap dan dalam kurun waktu tertentu kembali ke daerah asalnya. Sebagian besar

    berasal dari wilayah disekitar Kota Malang untuk golongan pedagang dan pekerja.

    Sedang untuk golongan pelajar / mahasiswa banyak yang berasal dari luar daerah

    (terutama wilayah Indonesia Timur) seperti Bali, Nusa Tenggara, Timor Timur, Irian

    Jaya, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.

  • 2. Gambaran Umum Badan Perencana dan Pembangunan Daerah

    Badan perencanaan adalah sebuah organisasi terpisah, dengan kantor dan badan

    stafnya sendiri. Lembaga pemerintah yang berwenang merencanakan pembangunan

    terdapat di tingkat nasional (pusat) dan di tingkat daerah. Didaerah baik di tingkat

    propinsi maupun kabupaten/kota terdapat Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda)

    yang bertanggung jawab langsung ke kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.

    Di tingkat daerah tugas bidang perencanaan pembangunan dilakukan oleh

    Bappeda, baik propinsi maupun kabupaten/kota. Bappeda tingkat propinsi membantu

    gubernur dalam menentukan kebijaksanaan dibidang perencanaan pembangunan di

    propinsi serta penilaian atas pelaksanaannya. Begitu juga di kabupaten atau kota Bappeda

    di tingkat itu membantu ke bupati/walikota dalam menentukan kebijaksanaan dibidang

    perencanaan pembangunan di propinsi serta penilaian atas pelaksanaannya.

    Pada tahun 1978 Gubernur Kepala Daerah Jawa Timur mengintruksikan kepada

    semua Bupati/Walikota di Jawa Timur agar membentuk organisasi baru Badan

    Perencanaan Pembangunan Daerah. Atas dasar hal tersebut, maka Pemerintahan Daerah

    Malang membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan surat Keputusan

    Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Malang Nomor V/110/VII/1979 tanggal Juli

    1979 kemudian mengangkat Drs. WIDOMOKO sebagai Ketua Bappeda Kota Malang

    yang pertama didampingi seorang sekretaris dan empat kepala Bidang.

    Untuk membentuk Bappeda seluruh Daerah Tingkat II se Jawa Timur telah

    diterbitkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Jawa Timur

    Nomor BPPD.053/388/1980 tanggal 23 Mei 1980 tentang Pembentukan BAPPEDA

  • Tingkat II. Surat Keputusan ini dibuat dengan memperhatikan Surat Keputusan Menteri

    Dalam Negeri Nomor 185 Tahun 1980 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I dan Tingkat II yang kemudian

    ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1981 tentang Susunan

    Organisasi dan Tata Laksana Bappeda Kotamadya Daerah Tingkat II Malang.

    Dasar hukum pembentukan Bappeda kota Malang terdapat dalam Peraturan

    Daerah Kota Malang Nomor 10 Tahun 2000 tentang Pembentukkan Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah jo Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 6 Tahun 2004 tentang

    Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang Dan Keputusan Walikota

    Malang Nomor 349 Tahun 2004 tentang Uraian Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja

    Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang.

    Badan Perencanaan Pembangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan

    kewenangan Daerah di bidang perencanaan pembangunan Daerah sesuai dengan

    kebijakan Kepala Daerah

    a. Fungsi dan tugas pokok Bappeda Kota Malang

    Bappeda adalah Lembaga Teknis Pemerintah Daerah di bidang perencanaan

    pembangunan. Badan Perencanaan Pembangunan mempunyai tugas pokok melaksanakan

    kewenangan Daerah di bidang perencanaan pembangunan Daerah sesuai dengan

    kebijakan Kepala Daerah.

  • Bappeda kota Malang mempunyai fungsi2:

    1. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan Daerah dan

    penelitian serta Pengembangan Daerah ;

    2. Penyusunan dan pelaksanaan rencana strategis dan rencana kerja tahunan di

    bidang perencanaan teknis pembangunan Daerah, penelitian dan

    pengembangan daerah ;

    3. Pelaksanaan evaluasi rencanaan strategis dan rencana kerja tahunan Perangkat

    Daerah sebagai bahwa penyusunan rencana kerja tahunan Daerah ;

    4. Pelaksanaan kegiatan pendataan, penelitian dan pengembangan sebagai bahan

    penyusunan perencanaan pembangunan Daerah di bidang sosial budaya,

    ekonomi, fisik dan prasarana ;

    5. Pelaksanaan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah ;

    6. Pelaksanaan monitoring dan pelaporan pelksanaan pembangunan di Daerah ;

    7. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi penyusunan program,

    ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah tangga,

    perlengkapan, kehumasan dan perpustakaan serta kearsipan.

    8. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi ;

    9. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala Daerah sesuai

    dengan bidang tugas dan fungsinya.

    Secara umum kegiatan diatas dilakukan melalui mekanisme penyusunan rencan

    tahunan secara bertahap mulai dari musyawarah perencanaan pembangunan

    (musrenbang), yang merupakan wahana untuk menyerap berbagai usulan masyarakat

    2 /http://www.bappeko-pemkot-malang.go.id/fungsi , diakses tanggal 15 Febuari 2008

  • dalam proses pembangunan. Musyawarah dilakukan pertama di lingkungan kelurahan

    kemudian dibahas ke musyawarah kecamatan, bulan berikutnya untuk menentukan

    prioritas usulan yang akan diajukan pada Pemerintah Kota. Pada tahap ini peran Bappeda

    Kota Malang sebagai pihak yang menentukan prioritas usulan pembangunan yang akan

    diajukan pada penyusunanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun

    berikutnya.

    b. Visi dan Misi Bappeda Kota Malang

    Adapun visi dan misi Bappeda kota Malang sebagai berikut3:

    1. Visi

    Perencanaan pembangunan kota yang dibuat untuk mewujudkan peningkatan

    kesejahteraan masyarakat Kota Malang diupayakan mampu mengadopsi dan mewadahi

    aspirasi mesyarakat kota mengenai bentuk pembangunan yang diinginkannya, agar

    pembangunan tidak hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu saja tetapi juga

    dinikmaati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa ada pemihakan

    Dalam rangkamenunjang pencapaian visi Kota Malang, visi Bappeda Kota

    Malang adalah MEWUJUDKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

    YANG PARTISIPATIF, TRANSPARAN, INTEGRATIF DAN

    BERKELANJUTAN.

    2. Misi

    3/http://www.bappeko-pemkot-malang.go.id/visi&misi , diakses tanggal 15 Febuari 2008

  • Bappeda Kota Malang mempunyai misi sebagai berikut:

    1. Memadukan bottom-up planning dan top-down planning sesuai dengan

    aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui sistem perencanaan

    partisipatif.

    2. Memantapkan koordinasi perencanaan antar perangkat daerah.

    3. Mengembangkan sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil

    pembangunan kota berdasarkan data dan hasil kajian pembangunan kota.

    4. Mengembangkan perencanaan pembangunan fisik dan non-fisik melalui

    penguatan manajemen tata ruang yang berwawasan lingkungan.

    5. Mengembangkan pelayanan teknis perencanaan pembangunan kota

    melalui penyediaan prasarana dan sarana kesekretariatan yang memadai.

    c. Struktur Organisasi Bappeda Kota Malang

    Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang terdiri dari:

    1) Unsur Pimpinan yaitu Kepala Badan

    2) Unsur Pembantu Pimpinan, yaitu Bagian Tata Usaha yang terdiri dari:

    a. Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program

    b. Sub Bagian Umum

    3) Unsur Pelaksana yaitu:

    a. Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan terdiri dari :

    Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan

    Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan

    b. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi, terdiri dan:

  • Sub Bidang Sosial Budaya

    Sub Bidang Ekonomi

    c Bidang Fisik dan Prasarana, terdiri dari:

    Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan

    Sub Bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan

    4) Kelompok Jabatan Fungsional

    d. Uraian Tugas dan Fungsi Bappeda Kota Malang

    1. Kepala Badan

    Kepala Badan mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi,

    mengkoordinasikan dan melakukan pengawasan melekat terhadap unit-unit kerja

    dibawahnya serta melaksanakan tugas - tugas lain yang diberikan oleh Kepala

    Daerah sesuai dengan bidang tugasdan fungsinya.

    2. Bagian Tata Usaha

    Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi umum

    meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan,

    kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan dan perpustakaan

    serta kearsipan Bappeda Kota Malang

    Fungsi dari Bagian Tata Usaha Bappeda Kota Malang, antara lain:

    a. pelaksanaan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja tahunan

    Bappeda Kota Malang

    b. pelaksanaan penyusunan Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)

    dan Dokumen Anggaran Satuan Ker:ja (DASK)

    c. pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan

  • kearsipan Bappeda Kota Malang

    d. pengelolaan administrasi kepegawaian

    e. pengelolaan anggaran dan administrasi keuangan

    f. pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan

    g. pengelolaan urusan kehumasan, keprotokolan dan perpustakan

    Bappeda Kota Malang

    h. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

    dengan bidang tugas dan fungsinya.

    Bagian Tata Usaha membawahi Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan

    Program dan Sub Bagian Umum. Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh

    .seorang Kepala Sub Bagian yang dalam melakukan tugasnya berada dibawah

    dan bertanggungjawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

    Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program mempunyai tugas

    melakukan administrasi umum meliputi penyusunan program, pelaksanaan

    anggaran dan pelaksanaan administrasi keuangan.

    Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program mempunyai fungsi :

    a. pengumpulan bahan penyusunan rencana strategis dan rencana kerja

    tahunan Bappeda Kota Malang

    b. penyiapan bahan penyusunan Rencana Anggaran Satuan Kerja

    (RASK) dan pelaksanaan Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK)

    c. pelaksanaan anggaran dan penyusunan administrasi keuangan

    d. penyusunan laporan dan dokumentasi pelaksanaan program dan

  • kegiatan

    e. penyusunan dan penyampaian laporan penggunaan anggaran setiap

    bulan

    f. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    g. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata

    Usaha sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya

    Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan administrasi umum meliputi

    ketatalaksanaan, ketatausahaan, kepegawaian, urusan rumah tangga,

    perlengkapan, kehumasan dan perpustakaan serta kearsipan Bappeda Kota

    Malang

    Sub Bagian Umum mempunyai fungsi :

    a. pelaksanaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan Bappeda

    Kota Malang

    b. pelaksanaan administrasi kepegawaian

    c. pelaksanan urusan rumah tangga dan perlengkapan

    d. pelaksanaan kehumasan, keprotokolan dan perpustakan Bappeda Kota

    Malang

    e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bagian Tata

    Usaha sesual dengan bidang tugas dan fungsinya

    3. Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan

    Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas

    melaksanakan pendataan dalam rangka perencanaan pembangunan serta

  • pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam rangka perumusan kebijakan

    Kepala Daerah.

    Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan mempunyai fungsi:

    a. penyusunan program dan kegiatan pendataan, penelitian dan

    pengembangan pembangunan Daerah

    b. pelaksanaan pengolahan dan penyajian data perencanaan

    pembangunan Daerah

    c. pelaksanaan analisa dan penilaian data perencanaan pembangunan

    Daerah

    d. penyusunan laporan hasil pelaksanaan pembangunan

    e. pendokumentasian hasil pelaksanaan pembangunan

    f. pengumpulan, pengolahan dan penayajian data hasil pembangunan

    sebagai bahan penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Kepala

    Daerah.

    g. pelaksanaan penelitian dan pengembangan kajian di bidang

    Pemerintahan, Ekonomi, Sosial Budaya, Sarana dan Prasarana,

    Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa, Politik dan

    Perlindungan Masyarakat

    h. pengembangan hasil penelitian dalam rangka perumusan kebijakan

    pembangunan

    i. pelaksanaan pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan penelitian dan

    pengembangan Perangkat Daerah

    j. pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait kegiatan

  • penelitian dan pengembangan

    k. pelaksanaan sosialisasi hasil penelitian dan pengembangan

    1. pendokumentasian hasil penelitian dan pengembangannya

    m. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    n. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

    dengan bidang tugas dan fungsinya

    Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan membawahi Sub Bidang

    Pendataan dan Pelaporan serta Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan.

    Masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang

    dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada

    Kepala Bidang Pendataan, Penelitian dan Pengembangan.

    Sub Bidang Pendataan dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan

    pengumpulan; analisa, pelaporan dan dokumentasi data perencanaan

    pembangunan. Untuk melakukan tugas tersebut Sub Bidang Pendataan dan

    Pelaporan mempunyai fungsi :

    a. pelaksanaan pengumpulan data perencanaan pembangunan Daerah

    b. pelaksanaan pengolahan dan penilaian data perencanaan pembangunan

    Daerah

    c. pelaksanaan analisa dan penilaian data perencanaan pembangunan

    Daerah

    d. penyusunan laporan hasil pelaksanaan pembangunan

    e. pelaksanaan pemutakhiran data perencanaan pembangunan

    f. penghimpunan laporan-laporan pelaksanaan pembangunan

  • g. penyajian statistik data hasil pelaksanaan pembangunan

    h. pelaksanaan dokumentasi data hasil pelaksanaan pembangunan

    i. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    j. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

    Pendataan dan Pelaporan sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

    Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melakukan

    kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai bahan perumusan kebijakan

    Kepala Daerah. Untuk melakukan tugas tersebut Sub Bidang Penelitian dan

    Pengembangan mempunyai fungsi :

    a. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang Pemerintahan,

    Ekonomi, Sosial Budaya, Tata Ruang dan Lingkungan, Sarana dan

    Prasarana, Pemberdayaan Masyarakat, Kesatuan Bangsa, Politik dan

    Perlindungan Masyarakat

    b. penyiapan bahan pengembangan hasil penelitian dalam rangka

    perumusan kebijakan pembangunan

    c. penyiapan pembinaan dan pengkoordinasian kegiatan penelitian dan

    pengembangan Perangkat Daerah

    d. penyiapan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait kegiatan

    penelitian dan pengembangan

    e. penyiapan bahan pelaksanaan sosialisasi hasil penelitian dan

    pengembangan :

    f. pendokumentasian hasil penelitian dan pengembangan

    g. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

  • h. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Pendataan.

    Penelitian dan Pengembangan sesuai dengan bidang tugas dan

    fungsinya

    4. Bidang Sosial Budaya Dan Ekonomi

    Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi mempunyai tugas melaksanakan

    perencanaan pembangunan di bidang sosial budaya dan ekonomi. Untuk

    melakukan tugas tersebut Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi mempunyai fungsi:

    a. penyusunan program dan kegiatan perencanaan pembangunan di

    bidang sosial budaya dan ekonomi

    b. penyusunan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan di bidang

    sosial budaya yang meliputi pendidikan, mental spiritual,

    pemerintahan, kesejahteraan rakyat, penerangan dan komunikasi serta

    kependudukan

    c. penyusunan study kelayakan pelaksanaan pembangunan di bidang

    ekonomi yang meliputi pendidikan, pertanian, industri, pertambangan

    dan energi, perdagangan, koperasi, pengembangan dunia usaha

    d. pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan pemaduan rencana

    pembangunan dibidang , sosial budaya dan ekonomi

    e. pelaksanaan identifikasi permasalahan dibidang sosial budaya dan

    ekonomi serta merumuskan kebijaksanaan pemecahannya

    f pengkoordinasi penyusunan program dan kegiatan tahunan dibidang

    sosial budaya dan ekonomi

    g. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

  • h. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bappeda

    Kota Malang sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya

    Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi membawahi Sub Bidang Sosial Budaya

    dan Sub Bidang Ekonomi. Masing-masing Sub Bidang dipimpin oleh seorang

    Kepala. Sub Bidang yang dalam melakukan tugasnya berada dibawah dan

    bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi.

    Sub Bidang Sosial Budaya mempunyai tugas melakukan perencanaan

    pembangunan pendidikan, mental spiritual, pemerintahan, kesejahteraan rakyat,

    informasi komunikasi, kependudukan dan bidang sosial budaya lainnya. Untuk

    melakukan tugas tersebut, Bidang Sosial Budaya mempunyai fungsi :

    a. pelaksanaan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan pendidikan,

    mental spiritual, pemerintahan, kesejahteraan rakyat, informasi

    komunikasi, kependudukan dan bidang sosial budaya lainnya

    b. penyiapan pengkoordinasian dan pemaduan rencana pembangunan

    pendidikan, mental spiritual, pemerintahan, kesejahteraan rakyat,

    informasi komunikasi, kependudukan dan bidang sosial budaya

    lainnya

    c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan dibidang sosia1 budaya serta

    merumuskan langkah langkah kebijaksanaan solusinya

    d. penyiapan koordinasi penyusunan program dan kegiatan tahunan

    dibidang sosial budaya

    e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

  • Sosial Badan dan Ekonomi sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

    Sub Bidang Ekonomi mempunyai tugas melakukan perencanaan

    pembangunan pertanian, industri, pertambangan dan energi, perdagangan dan

    koperasi, pengembangan dunia usaha dan usaha ekonomi lainnya. Untuk

    melakukan tugas tersebut Bidang Ekonomi mempunyai fungsi :

    a. pelaksanaan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan pembanguan

    pertanian, industri, pertambangan dan energi, perdagangan dan

    koperasi, pengembangan dunia usaha dan usaha ekonomi lainnya

    b. penyiapan pengkoordinasian dan pemaduan rencana pembangunan

    pembanguan pertanian, industri, pertambangan dan energi,

    perdagangan dan koperasi, pengembangan dunia usaha dan usaha

    ekonomi lainnya

    c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan di bidang ekonomi serta

    merumuskan langkah-langkah kebijaksanaan pemecahannya

    d. penyiapan koordinasi penyusunan program dan kegiatan tahunan di

    bidang ekonomi

    e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang

    Sosial Budaya dan Ekonomi sesuai dengan bidang tugas dan

    fungsinya.

    5. Bidang Fisik dan Prasarana

    Bidang Fisik dan Prasarana mempunyai tugas melaksanakan perencanaan

    pembangunan fisik dan prasarana. Untuk melaksanakan tugasnya Bidang Fisik

  • dan Prasarana mempunyai fungsi:

    a. penyusunan program dan kegiatan perencanaan pembangunan di

    bidang fisik dan prasarana

    b. penyusunan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan tata ruang, tata

    bangunan dan lingkungan, tata guna tanah, sumber daya alam dan

    lingkungan

    c. penyusunan studi kelayakan pelaksanaan pembangunan prasarana

    lingkungan, utilitas umum dan fasilitas sosial

    d. penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan

    dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah

    e. pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan dan pemaduan rencana

    pembangunan dibidang fisik dan prasarana serta merumuskan

    pemecahannya

    f. pelaksanaan identifikasi permasalahan dibidang fisik dan prasarana

    serta merumuskan pemecahannya

    g. pengkoordinasian penyusunan program dan kegiatan tahunan dibidang

    fisik dan prasarana

    h. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    i. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai

    dengan bidang tugas dan fungsinya

    Bidang Fisik dan Prasarana membawahi Sub Bidang Tata Ruang dan

    Lingkungan serta Sub Bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan. Masing-masing

    Sub Bidang dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bidang yang dalam melakukan

  • tugasnya berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang Fisik dan

    Prasarana.

    Sub Bidang Tata Ruang dan Lingkungan mempunyai tugas melakukan

    perencanaan tata ruang, sumber daya alam dan lingkungan. Sub Bidang Tata

    Ruang dan Tata Guna Tanah mempunyai fungsi:

    a penyusunan perencanaan pembangunan tata ruang, sumberdaya alam

    dan lingkungan

    b. penyiapan bahan koordinasi dan pemaduan rencana pembangunantata

    ruang, sumberdaya alam dan Iingkungan

    c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan pengaturan tata ruang dan tata

    guna tanah, pemanfaatan sumberdaya alam dan pemeliharaan

    lingkungan hidup serta pemecahannya

    d. penyiapan koordinasi penyusunan program tahunan pengaturan tata

    ruang dan tata guna tanah, sumber daya alam dan lingkungan

    e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Fisik

    dan Prasarana sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya

    Sub Bidang Prasarana dan Sarana Perkotaan mempunyai tugas melakukan

    perencanaan pembangunan pengairan, drainase, prasarana jalan, perhubungan

    darat, Pos dan Telekomunikasi, serta Pariwisata. Sub Bidang Prasarana dan

    Sarana Perkotaan mempunyai fungsi:

    a. Penyusunan perencanaan pembangunan gedung, pengairan, drainase,

    prasarana jalan. perhubungan darat, Pos dan Telekomunikasi, serta

  • Pariwisata.

    b. penyiapan bahan koordinasi dan pemaduan rencana pembangunan

    pengairan, drainase, prasarana jalan, perhubungan darat, Pos dan

    Telekomunikasi, serta Pariwisata

    c. pelaksanaan inventarisasi permasalahan pengaturan pengairan,

    drainase, prasarana jalan, perhubungan darat, Pos dan

    Telekomunikasi, serta Pariwisata

    d. penyiapan koordinasi penyusunan program tahunan pengaturan

    pengairan, drainase. prasarana jalan, perhubungan darat, Pos dan

    Telekomunikasi, serta Pariwisata

    e. pengevaluasian dan pelaporan pelaksanaan tugas dan fungsi

    f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Fisik

    dan Prasarana sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya.

    6. Kelompok Jabatan Fungsional

    Untuk menyelenggarakan sebagian tugas pokok dan fungsi Badan yang

    membutuhkan ketrampilan dan keahlian tertentu serta atas dasar kebutuhan

    Bappeda Kota Malang dapat dibentuk Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok

    Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional senior selaku Ketua

    Kelompok yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bappeda

    Kota Malang. Kelompok Jabatan Fungsional dapat dibagi kedalam sub-sub

    kelompok sesuai dengan kebutuhan dan masing - masing dipimpin oleh seorang

  • Tenaga Fungsional Senior. Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan

    sifat, jenis dan beban kerja yang ada. Pembentukan Ke1ompok Jabatan

    Fungsional, Pengangkatan, Pemberhentian dan Pemindahan Tenaga Fungsional

    ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. Pembinaan terhadap Tenaga

    Fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang

    berlaku.

    Selain bagian - bagian diatas, untuk melakukan tugas dan fungsi tertentu serta atas

    dasarkebutuhan Bappeda Kota Malang dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)

    Badan. Unit Pelaksana Teknis Badan dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana

    Teknis Badan yang dalam melakukan tugasnya berada di bawah dan

    bertanggungjawab kepada Kepala Bappeda Kota Malang.

    Berikut adalah struktur organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota

    Malang:

    Bagan : Srtuktur Organisasi Bappeda Kota Malang

  • Untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut, Bappeda Kota

    Malang memiliki 34 personil yang terdiri atas:

    1. Berdasarkan Pendidikan Umum:

    a. Pendidikan S2 : 9 orang

    b. Pendidikan S1 : 16 orang

    c. Pendidikan SMA : 6 orang

    d. PendidikanSMP : 3 orang

    2. Berdasarkan Jabatan:

    a. Esselon II : 1 orang

    b. Esselon III : 4 orang

    c. Esselon IV : 8 orang

  • d. Staf : 21 orang

    3. Berdasarkan Pendidikan dan Pelatihan:

    a. Diklatpim II : 1 orang

    b. Diklatpim III : 2 orang

    c. Diklatpim IV : 9 orang

    B. TUJUAN DAN SASARAN RENCANA PEMBANGUNAN KOTA MALANG

    1. Tujuan Perencanaan Pembangunan

    Tujuan rencana strategis Bappeda Kota Malang sebagai sesuatu yang akan dicapai

    atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahunan adalah:

    a. Mewujudkan sistem perencanaan pembangunan kota partisipatif

    b. Mewujudkan kordinasi perewncanaan pembangunan lintas perangkat daerah

    yang terprogram dan berkelanjutan

    c. Menghasilkan dokumen perencanaan pembangunan kota dan tata ruang kota

    serta dokumen pendukung lainnya

    d. Menghasilkan laporan perkembangan pembangunan kota

    e. Menyediakan sarana dan prasarana perencanaan pembangunan kota

    2. Sasaran Perencanaan Pembangunan

    Sasran yang dijabarkan dari tujuan sebagai hasil yang akan dicapai secara nyata

    oleh Bappeda Kota Malang dalam pendek dari tujuan secara kualitatif adalah:

  • a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam proses perencanaan

    pembangunan kota

    b. Meningkatnya kerjasama antar perangkat daerah dalam perencanaan

    pembangunan kota

    c. Tersedianya dokumen rencana pembangunan kota dan rencana tata ruang kota

    serta dokumen pendukung lainnya

    d. Tersedianya laporan hasil kegiatan pembangunan kota

    e. Tersedianya sarana dan prasarana perencanaan

    C. KEBIJAKAN DAN PROGRAM BAPPEDA KOTA MALANG

    Dalam upaya mencapai visi dan misi Bappeda Kota Malang, diperlukan cara

    yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan. Untuk keperluan

    tersebut langkah yang ditempuh adalah menetapkan kebijakan dan program Bappeda

    Kota Malang antara lain sebagai berikut:

    1. Kebijakan Bappeda Kota Malang

    a. Kebijakan Pemberdayaan Msyarkata dalam Percanaan Pembangunan Kota

    Malang

    b. Peningkatan kordinasi perencanaan pembamgunan kota

    c. Penyediaan dokumen perencanaan kota dandokumen pendukung lainnya

    d. Laporan hasil kegiatan pembangunan kota

  • e. Pemenuhan sarana dan prasarana prencanaan pembangunan

    2. Program Bappeda Kota Malang

    Oleh karena program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan

    terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan, maka sebagi

    implementasi kebijakan teknik diatas, progaram kerja yang selanjutnya

    dijadikan rujukan dalam menyusun segiatan ditetapkan sebagai berikut:

    a. Progaram kerja penyelenggaraan musyawarah perencanaan

    pembangunan kota

    b. Progaram kerja penyelenggaraan koordinasi perencanaan

    pembangunan kota

    c. Progaram kerja penyusunan rencana pembangunan kota dan rencana

    tata ruang wilayah

    d. Progaram kerja penyusunan database potensi wilayah

    e. Progaram kerja penyusunan laporan hasil kegiatan pembangunan kota

    f. Progaram kerja pengadaan barang dan jaa di lingkungan Bappeda

    g. Progaram penelitian masalah - masalah pembangunan

    D. KENDALA KENDALA YANG DIHADAPI BAPPEDA KOTA MALANG

    DALAM MELAKSANAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

    KOTA MALANG

  • Secara keseluruhan perencanaan pembangunan di kota Malang memang hampir

    sebagian besar telah berjalan dengan baik, tetapi dalam pelaksanaannya terdapat

    beberapa kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang yang menjadi penghambat dalam

    perencanaan pembangunan di kota Malang, sehingga apabila kita lihat, meskipun sudah

    direncanakan dengan baik namun dalam pelaksanaan pembangunannya apresiasi

    masyarkat masih belum terealisasi dengan baik.

    Adapun kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang dalam perencanaan

    pembangunan adalah berupa kendala yang berasal dari dalam (internal) mapun dari luar

    (eksternal). Kendala yang berasal dari dalam (internal) Bappeda kota Malang itu sendiri

    adalah sebagi berikut :

    1. Kurangnya kualitas sumber daya manusia kurang memadai dalam melakukan

    perencanaan yang dimiliki oleh Bappeda Kota Malang.4 Sumber daya

    manusia adalah salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan dalam

    proses perencanaan pembangunan kota Malang.

    2. Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM). Seperti yang telah

    diungkapkan diatas bahwa jumlah pegawai di Bappeda Kota Malang hanya 34

    orang, dengan jumlah tersebut untuk melakukan perencanaan pembangunan

    kota Malang dirasakan sangat kurang. Sehingga perencanaan pembangunan

    yang dilakukan kurang dapat dirasakan oleh dimasyarakat.

    3. Belum mantapnya koordinasi antara bidang-bidang menyebabkan kurang

    efektifnya kinerja dari Bappeda Kota Malang dalam perencanaan

    pembangunan.

    4 Hasil wawancara dengan Staaf Sub Bagian Pendataan dan Pelaporan Bappeda Kota Malang pada

    tanggal 3 Maret 2008

  • Hambatan lain yang dihadapi oleh Bappeda Kota Malang adalah berupa hambatan

    dari luar (eksternal), hambatan tersebut antara lain :

    1. Rendahnya koordinasi dinas-dinas Pemerintah Kota Malang dengan Bappeda

    Kota Malang. Pada kenyataan banyak usulan dari dinas-dinas Pemerintah

    Kota Malang tidak disampaikan ke Bappeda kota Malang sebagai pihak yang

    berwenang.

    2. Rendahnya penyampaian data dari perangkat dinas tepat waktu. Hal ini

    menyebabkan perencanaan pembangunan menjadi terlambat.

    3. Kurangnya peran serta masyarakat dalam menyampaikan usulan

    pembangunan ke Bappeda Kota Malang. Hal ini membuat perencanaan yang

    dilakukan oleh Bappeda Kota Malang tidak seusuai dengan keinginan

    masyarakat.

    E. UPAYA UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH BAPPEDA KOTA

    MALANG DALAM MENGATASI KENDALA YANG DIHADAPI

    MELAKSANAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI KOTA

    MALANG

    Dari beberapa kendala yang telah diuraikan diatas, maka perlu adanya suatu

    upaya dalam rangka mengatasi kendala-kendala tersebut, agar proses perencanaan

    pembangunan di kota Malang yang dilakukan Bappeda Kota Malang berjalan dengan

    optimal.

    Dalam hal ini, upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala internal antara lain:

  • 1. Untuk mengatasi kurangnya kualitas sumber daya manusia maka Bappeda

    Kota Malang mengirim pegawainya untuk mengikuti Pendidikan dan

    Pelatihan Kepimimpinan (Diklatpim). Dengan mengikuti Pendidikan dan

    Pelatihan Kepimimpinan (Diklatpim) maka diharapkan kualitas sumber daya

    manusia di Bappeda Kota Malang akan lebih meningkat5.

    2. Untuk mengatasi jumlah Sumber Daya Manusia maka Bappeda Kota Malang

    bekerjasama dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang. Sehingga Bappeda

    Kota Malang dapat bekerja secara efektif walaupun dengan jumlah SDM yang

    terbatas6.

    3. Untuk mengatasi kendala belum mantapnya koordinasi antara bidang-bidang

    maka Bappeda Kota Malang sering mengadakan rapat koordinasi antar

    bidang-bidang. Sehingga kerjasama yang dilakukan lebih padu7.

    Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala Eksternal pihak

    Bappeda Kota Malang lebih bersifat aktif dalam mengatasi kendala tersebut. Seperti

    kendala rendahnya koordinasi dinas-dinas Pemerintah Kota Malang maka Bappeda Kota

    Malang akan lebih aktif untuk menanyakan ke dinas-dinas yang bersangkutan. Demikian

    juga dengan penyampaian data dari perangkat dinas tepat waktu dan kurangnya peran

    serta masyarakat dalam menyampaikan usulan pembangunan maka Bappeda Kota

    Malang akan aktif menayakan ke pihak yang bersangkutan. Dalam menanyakan usulan

    masyarakat Bappeda Kota Malang menanyakannya ke DPRD kota Malang.

    5 Ibid. 6 Ibid. 7 Ibid.

  • 1

    BAB V

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    1. Peran Bappeda Kota Malang

    Peran Badan Perencanaan Pembangunan Kota Malang dalam pembagnunan

    sangat penting untuk melaksanakan pemerataan pembangunan di berbagai daerah,

    baik itu pembagunan dibidang sosial, ekonomi, kesehatan dan lain-lain. Hal tersebut

    dapat dibuktikan dengan meningkatnya perekonomian, kehidupan masyarakat yang

    lebih baik, dan tersedianya sarana kesehatan yang semakin lengkap.

    Proeses perencanaan daerah lazimnya dimulai perumusan suatu pola dasar

    pembangunan yang bersifat umum dan berlaku jangka panjang bagi daerah yang

    bersangkutan. Selain itu juga menyusun rencana-rencana pembangunan daerah,

    melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait, mengawasi persiapan dan

    pelaksanaan rencana pembangunan daerah serta mengadakan penelitian tentang

    permasalahan dan sumber potensi daerah. Hal lain yang merupakan peran Bappeda

    kota Malang adalah sebagai perantara Pemerintah Kota Malang dengan Masyarakat

    dalam menentukan prioritas usulan pembangunan.

    Oleh karena pada era manajemen strategis seperti sekarang ini, perencanaan

    daerah harus didahului visi dan misi terlebih dahulu. Sebab dengan pencapaian visi

  • 2

    misi Kota Malang secara berencana, bertahap dan berkelanjutan akan mencapai

    tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan bersama.

    2. Kendala Bappeda Kota Malang

    Kendala yang dihadapi Bappeda Kota Malang dalam perencanaan

    pembangunan meliputi kendala internal dan eksternal. Adapaun kendala internal

    antara lain :

    1. Kurangnya kualitas sumber daya manusia kurang memadai dalam

    melakukan perencanaan

    2. Keterbatasan jumlah Sumber Daya Manusia (SDM).

    3. Belum mantapnya koordinasi antara bidang-bidang

    Sedangkan hambatan eksternal antara lain :

    1. Rendahnya koordinasi dinas-dinas Pemerintah Kota Malang dengan

    Bappeda Kota Malang

    2. Rendahnya penyampaian data dari perangkat dinas tepat waktu

    3. Kurangnya peran serta masyarakat dalam menyampaikan usulan

    pembangunan ke Bappeda Kota Malang.

    3. Upaya Bappeda Kota Malang dalam Menghadapi Kendala

    Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala internal adalah:

    1. Bappeda Kota Malang mengirim pegawainya untuk mengikuti Pendidikan

    dan Pelatihan Kepimimpinan (Diklatpim)

  • 3

    2. Untuk mengatasi jumlah Sumber Daya Manusia maka Bappeda Kota

    Malang bekerjasama dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang

    3. Bappeda Kota Malang sering mengadakan rapat koordinasi antar bidang-

    bidang

    Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala eksternal pihak

    Bappeda Kota Malang lebih bersifat aktif dalam mengatasi kendala yang dihadapi.

    Karena peranan Bappeda Kota Malang sangat penting dalam menciptakan

    pembangunan yang adil dan merata sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Untuk

    itu harus ditunjang dengan:

    1. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pembangunan

    2. Partisipasi masyarakat

    3. aparat pemerintah yang tegas

    4. kemampuan pejabat pemerintahan

    B. SARAN

    Dari pembahasan tentang peranan Badan Perencanaan Pembagunan Daerah

    yang tersebut diatas, saran penulis adalah:

    1. Dalam melakukan perencanaan pembangunan haruslah melihat pada

    kemampuan masyarakat dan sumber potensi yang dimiliki oleh daerah.

  • 4

    2. Perencanaan pembangunan yang dilakukan harus benar-benar untuk

    kepentingan masyarakat luas bukan hanya kepentingan golongan

    masyarakat tertentu.

    3. Bappeda Kota Malang harus menjalin kerjasama yang lebih solid lagi

    dengan dinas-dinas Pemerintah Kota Malang agar dalam menjalan tugas