peran bank umum syariah dalam membangun

104
PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN LESS CASH SOCIETY Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah Oleh: AHMAD KHOBIDU NIM: 106046101543 K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

i

PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

LESS CASH SOCIETY

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh:

AHMAD KHOBIDU

NIM: 106046101543

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H/2011 M

Page 2: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

ii

PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

LESS CASH SOCIETY

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.SY)

Oleh:

Ahmad Khobidu

NIM: 106046101543

Di bawah bimbingan:

Drs. Agustianto, M.Ag.

NIP. 150 268 009

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H

PROGRAM STUDI MUAMALAH (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H / 2011 M

Page 3: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul “Peran Bank Umum Syariah dalam Membangun Less Cash

Society”, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 10 Maret 2011

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH.,MA., MM.

NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (................................)

NIP. 197107011998032002

Sekretaris : Mu’min Roup, M. Ag. (................................)

NIP. 150281979

Pembimbing : Drs. Agustianto, M.Ag. (................................)

NIP. 150268009

Penguji I : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (................................)

NIP. 197107011998032002

Penguji II : A. Chairul Hadi, M.A. (................................)

NIP. 150411184

Page 4: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 25 Rabiul Awal 1432 H 28 Februari 2011

AHMAD KHOBIDU

Page 5: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah ‘Azza wa Jalla atas karunia-Nya

berupa nikmat iman dan Islam kepada penulis. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurah kepada sang pembawa risalah ketauhidan Rasulullah Muhammad Shallallahu

‘Alaihi wa Sallam. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Peran Bank Umum Syariah dalam Membangun Less Cash Society”, sehingga perlu

kiranya bagi penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag, ketua Program Studi Muamalat dan Bapak H. Ah.

Azharuddin Lathif, M. Ag., MH, Sekretaris Program Studi Muamalat.

3. Bapak Drs. Agustianto, M.Ag, dosen pembimbing yang telah memberikan

waktu, arahan, motivasi dan pemikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau,

untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya dalam melengkapi penelitian.

Page 6: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

vi

6. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah atas pelayanan dan bantuannya dalam mengumpulkan

berbagai literatur yang dibutuhkan dalam penelitian.

7. Pihak Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Seluruh

Bank Umum Syariah di Indonesia, Mr. Google, Mr. Bloger, dan semua pihak

yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi

yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Muhamad Takwa dan Ibunda Khajar

Suprapti, yang dengan penuh cinta, kasih, dan sayangnya selalu mendoakan,

menyemangati, menasehati, membimbing, dan mendidik penulis sejak masih

dalam kandungan hingga hari ini dan selamanya. Tak lupa juga buat Adikku

Istikomah dan Kakakku Komalasari, Supriyatno, Iin Fasicha, dan Endang

Ratnawati, yang selalu menjadi penyemangat penulis dalam pembuatan skripsi

ini dari awal hingga akhir penyelesaian.

9. Pak Edit Estetika dan Abdul Hafid Nur, atas sharing pendapat, dan berbagi

ilmunya sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan

beberapa nasabah Bank Umum Syariah yang telah bersedia untuk disidak alias

diwawancarai secara mendadak oleh penulis.

10. Kawan-kawan seperjuangan mahasiswa Perbankan Syariah 2006, Toyyib, Rico,

Zakky, Ucon, B’doel, Iksan, Mail, Ali, dan khususnya keluarga besar PS A yang

tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Sahabat-sahabatku yang pernah

Page 7: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

vii

satu kostan Aa Azis, Aa Ridwan, Aa Roni dan Aa Zaky, Uda Oby, Uda Ahda dan

Uda Farhan, makasih kalian selalu berada disampingku dan menemani tidurku.

11. Teruntuk Ibu Tiiek Poerwoto, Uswatun Khasanah, Mirawaty, dan Parahita

Ciptarini, yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

12. Seluruh kerabat dakwah di subuh.net, Opah Adi Tagor, Bang Sorip, Bang Rofiq,

Bang Mamad, Mas Gunawan, Bang Mulkan, Bang Rizal, Bang Jimmy, Bang

Sandy, Ilyas, Nova, dan seluruh anggota subuh.net yang tidak bisa saya sebutkan

namanya satu persatu namun bukan berarti mengurangi rasa hormat saya pada

kalian. Makasih atas dukungan dan doanya.

13. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini

dan tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua masukan dan bantuannya

kepada penulis. Semoga Allah membalasnya dan semoga kiranya skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semuanya. Jazakumullah Khairan Katsiran. Amien…

Ciputat, 28 Februari 2011

Ahmad Khobidu

Page 8: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i

Lembar Persetujuan Pembimbing.............................................................................. ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian…………………………………………………. iii

Lembar Pernyataan.................................................................................................... iv

Kata Pengantar………………………………………………………............…...... v

Daftar Isi…………………………………………………………………................ viii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 7

D. Review studi terdahulu ................................................................................. 8

E. Metode Penelitian ......................................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 15

BAB II LESS CASH SOCIETY……………………..................................................... 16

A. Jenis-jenis Instrumen Pembayaran Non Tunai/Berbasis Less Cash Society.. 16

B. Latar Belakang Less Cash Society…………………………………………. 20

C. Perkembangan Less Cash Society………………………………………….. 24

D. Inovasi Teknologi E Banking……………………………………… ……... 33

E. Fatwa DSN MUI dan Kebijakan BI berkaitan dengan Less Cash Society… 39

BAB III GAMBARAN SINGKAT BANK UMUM SYARIAH .......................... 45

A. Bank Muamalat Syariah................................................................................. 47

B. Bank Syariah Mandiri………........................................................................ 48

C. Bank Syariah Mega Indonesia....................................................................... 53

D. Bank Syariah BRI……….............................................................................. 54

E. Bank Syariah Bukopin………....................................................................... 55

Page 9: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

ix

F. Bank Panin Syariah…………………………. .............................................. 56

G. Bank Victoria Syariah………………............................................................ 57

H. Bank BCA Syariah……………………........................................................ 58

I. Bank Jabar dan Banten…………………………………………………….. 59

J. Bank Syariah BNI…………………………………………………………. 60

K. Maybank Indonesia Syariah……………………………………………….. 61

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS.......................................................... 63

A. Peran Bank Umum Syariah dalam Membangun Less Cash Society.............. 63

B. Kendala Pengembangan Bank Umum Syariah dan Keluhan Nasabah

Pengguna Layanan Berbasis Less Cash Society............................................ 74

C. Prospek Pengembangan Layanan Berbasis Less Cash Society Bank Umum

Syariah di Masa Depan.................................................................................. 79

BAB V PENUTUP ................................................................................................... 84

A. Kesimpulan ................................................................................................... 84

B. Saran ............................................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 88

LAMPIRAN

Page 10: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi dan informasi telah memberi dampak ke berbagai

bidang, tak terkecuali di bidang sistem pembayaran. Alternatif alat pembayaran non-

tunai pun di beberapa negara menunjukkan adanya potensi yang cukup besar untuk

mengurangi tingkat pertumbuhan penggunaan uang tunai, khususnya untuk

pembayaran-pembayaran yang bersifat mikro sampai dengan ritel.1 Di Indonesia

penggunaan instrumen pembayaran non tunai pada beberapa tahun terakhir ini

menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diindikasikan dengan semakin

banyaknya pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang menerima

pembayaran non tunai. Beberapa instrumen pembayaran non tunai yang berkembang

dewasa ini, selain warkat atau cek yang umumnya sudah diketahui, diantaranya

adalah kartu kredit, kartu debet, ATM, kartu prabayar, kartu klub serta e-banking.2

Perkembangan teknologi informasi yang pesat memungkinkan munculnya

berbagai instrumen pembayaran yang inovatif, aman, efisien dan mudah digunakan

oleh masyarakat. Selain itu, konvergensi antar berbagai industri seperti perbankan,

telekomunikasi dan transportasi memungkinkan adanya keterkaitan antara ketiga

1 Siti Hidayati, dkk, “Kajian Operasional e-money”, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), h.1.

2 Tim Peneliti Bank Indonesia, Penelitian: “Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat

dan Lembaga Penyedia Jasa terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai”, (Jakarta: Bank Indonesia,

2006), h.iv.

Page 11: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

2

industri tersebut.3 Sejalan dengan itu, inovasi tetap dilakukan tidak saja pada

berkembangnya penggunaan instrumen pembayaran berbasis kertas (paper-based),

penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (card-based), dan

pembayaran secara elektronik (electronic-based), tetapi juga harus disertai dengan

makin cepatnya proses penyelesaian setelmennya. Para pihak yang terlibatpun

semakin bervariasi sehingga memerlukan koordinasi yang baik dalam menyediakan

kerangka aturannya.4

BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap

transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. Sejak dioperasikan oleh Bank

Indonesia pada tanggal 17 November 2000, BI-RTGS berperan penting dalam

pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi

pembayaran yang termasuk High Value Payment System (HVPS) atau transaksi

bernilai besar yaitu transaksi Rp.100 juta keatas dan bersifat segera (urgent).

Transaksi HPVS saat ini mencapai 90% dari seluruh transaksi pembayaran di

Indonesia sehingga dapat dikategorikan sebagai sistem pembayaran nasional yang

memiliki peranan signifikan (Systemically Important Payment System). BI-RTGS

didisain untuk memastikan penyelesaian akhir dapat dilakukan secara gross

settlement, real time, final dan irrevocable. Penyelesaian transaksi BI RTGS

dilakukan per transaksi secara seketika dan tidak dapat dibatalkan. Penyelesaian real

3 Tim Peneliti Bank Indonesia, “Penelitian”, h.v.

4 Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran, “Seminar Internasional: Towards a Less Cash

Society in Indonesia”, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), h.10.

Page 12: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

3

time terbatas pada proses pengiriman transaksi dari peserta pengirim kepada Bank

Indonesia untuk diteruskan kepada peserta penerima. Sementara itu waktu

penyelesaian akhir transaksi transfer nasabah pada rekeningnya tergantung dengan

kondisi dan standar sistem pemrosesan pengiriman dan penerimaan transaksi di

internal peserta, sehingga dapat saja terjadi perbedaan waktu antara penyelesaian

akhir pada BI-RTGS dengan penerimaan transfer dana pada rekening nasabah. BI-

RTGS juga merupakan Settlement Processor. Sebagai settlement processor, BI-RTGS

menjadi sarana penyelesaian akhir bagi transaksi pembayaran ritel, meliputi

pembukuan hasil kliring yang diselenggarakan oleh BI (SKNBI) dan hasil kliring

ATM/kartu debit/kartu kredit. Selain transaksi pembayaran ritel, BI-RTGS juga

menjadi sarana pelimpahan penyelesaian akhir transaksi serah dana dari perdagangan

sekuritas, transaksi perdagangan valas antar-bank, setelmen dana dari operasi

moneter/operasi pasar terbuka (OPT), transaksi pembayaran pemerintah dan

transaksi surat berharga.5

Perbankan syariah sebagai salah satu penopang perekonomian Indonesia yang

sedang tumbuh pesat mulai bergerak memasuki era pembayaran tanpa uang tunai atau

less cash society. Hal ini mulai digencarkan pada konferensi perbankan se Asia

Pasifik (apconex). Namun disayangkan karena perbankan syariah kurang begitu

mempersiapkan pengembangan tansaksi non tunai. Misalnya kita jarang sekali

menemukan ATM yang berbasiskan syariah atau minimnya penggunaan internet

5 Bank Indonesia, “Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)”, Artikel diakses

pada 15 Maret 2011 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Sistem+Pembayaran/Sistem+Setelmen/RTGS/BIRTGS/

Page 13: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

4

mobile banking pada bank syariah. Menurut data Bank Indonesia di akhir Desember

2010, market shared perbankan syariah yang terdiri dari 11 Bank Umum Syariah, dan

23 Unit Usaha Syariah, mencapai 3,2 persen, dari November angka ini naik sekitar

Rp 7 triliun, dari angka Rp 66 triliun menjadi 100,8 triliun. Hal ini tentunya masih

sangat jauh bila dibandingkan dengan Bank Konvensional yang hingga akhir

Desember 2010 memiliki aset sebesar 3008,8 triliun. Namun jika dilihat dari sisi

pertumbuhan asetnya, Bank Syariah memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar

dibanding Bank Konvensional dengan rata-rata pertumbuhan lebih dari 50 persen per

tahunnya. Bank Indonesia sangat mengharapkan performa yang optimal pada lima

Bank Umum Syariah yang telah di spin-off 2010 lalu, namun belum menunjukan

dampak signifikan. Bank tersebut meliputi Bank BCA Syariah, BNI Syariah, Bank

Jabar Banten Syariah, Bank Victoria Syariah dan Maybank Syariah.6

Pada perbankan syariah pemakaian teknologi informasi sebagai era masuk

menuju transaksi non tunai berkisar 5-10 persen, yang artinya kalah jauh dengan

perbankan konvensional. Jika ingin mengejar ketertinggalan atau paling tidak

meningkatkan market share pada pasar Indonesia ini. Keinginan para nasabah yang

tertuju pada produk yang lebih bermutu agar lebih dipahami. Keinginan ini harus

segera mendapatkan respon dari perbankan syariah paling tidak menggunakan sistem

berbasis teknologi informasi yang semakin ekspansif. Pemakaian teknologi informasi

pada perbankan syariah akan meningkatkan nilai kualitas sebuah perbankan menuju

6 Siwi Tri Puju, “Market Share Perbankan Syariah Diharapkan Naik 3,2%”, Artikel diakses

pada 15 Maret 2011 dari http://www.republika.co.id/berita/bisnis-syariah/berita/11/02/09/163120-

market-share-perbankan-syariah-diharapkan-naik-32-persen

Page 14: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

5

sebuah perbankan yang berdaya saing dan mampu mengungguli perbankan

konvensional. Segalanya akan membutuhkan pembelajaran. Diharapkan di era dunia

berbasis teknologi informasi ini, perbankan syariah bisa meningkatkan jasa serta

kualitas yang akan diberikan kepada nasabah. Menuju less cash society adalah impian

bagi dunia perbankan7.

Bedasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

lebih jauh tentang peran bank syariah dalam menyambut perkembangan era baru

menuju less cash society. Untuk mengetahui peran Bank Umum Syariah dalam

membangun less cash society, maka menjadi penting bagi penulis untuk

dilakukannya suatu penelitian sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul

“PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN LESS CASH

SOCIETY”

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Bank Umum Syariah adalah jenis bank yang sedang populer saat ini.

Bank Umum Syariah dianggap sebagai bank yang tahan krisis karena tidak

menggunakan instrumen bunga, namun menggantinya dengan instrumen bagi

hasil. Dalam penggunaan teknologi informasi, Bank Umum Syariah dianggap

masih kurang jika dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini umumnya

7 Vibinews-Syariah, “Less Cash Society pada Perbankan Syariah”, Artikel diakses pada 11

Mei 2010 dari http://vibiznews.com/

Page 15: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

6

dikarenakan masih mahalnya biaya teknologi perbankan, kurangnya SDM Bank

Umum Syariah yang berbasis IT, dan kurang inovatifnya Bank Umum Syariah

dalam mengembangkan produk layanan berbasis non tunai. Jumlah Bank Umum

Syariah dari tahun ke tahun terus meningkat, dan hingga per Desember 2010

jumlah Bank Umum Syariah menurut data Bank Indonesia berjumlah 11 Bank

dengan total asset sebesar 79.186 triliun, dan jumlah ini jika kita share terhadap

aset perbankan nasional hanya sebesar 2,55% saja.

Menuju Less cash society bukanlah membuat sistem baru, ini hanyalah

pergeseran budaya saja dari masyarakat yang terbiasa bertransaksi dengan uang

tunai kemudian dirubah alat transaksinya menjadi non tunai supaya lebih praktis,

cepat, aman, nyaman dan efisien. Sehingga kegiatan transaksi yang dilakukan

masyarakat tidak lagi menyita banyak waktu.

2. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah Bank Umum

Syariah, tentang seberapa besar peran Bank Umum Syariah dalam membangun less

cash society. Adapun penulis akan membatasi ruang lingkup masalah yang akan

diteliti yaitu pada seberapa besar peran Bank Umum Syariah dalam membangun less

cash society di Indonesia, diukur dari besarnya jumlah nilai transaksi elektronik Bank

Umum Syariah sepanjang tahun 2010 pada sistem BI-RTGS kemudian dibandingkan

Page 16: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

7

dengan Bank Konvensional, Banyaknya kantor jaringan, dan tingkat ketersediaan

layanan berbasis non tunai pada Bank Umum Syariah.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang, ”Peran

Bank Umum Syariah Dalam Membangun Less Cash Society” yang akan dapat

menjawab beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Bank Umum Syariah dalam membangun less cash society?

2. Apa kendala yang dihadapi Bank Umum Syariah dalam meningkatkan produk

jasa berbasis less cash society pada masa yang akan datang?

3. Bagaimana prospek Bank Umum Syariah kedepan dalam rangka membangun

less cash society?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui peran Bank Umum Syariah dalam membangun less cash

society.

b. Mengetahui kendala yang dihadapi Bank Umum Syariah dalam membangun

less cash society.

c. Mengatahui prospek untuk meningkatkan peran Bank Umum Syariah dalam

membangun less cash society.

Page 17: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

8

2. Manfaat Peneilitian

a. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi para stakeholders dalam rangka

peningkatan peran Bank Umum Syariah untuk menunjang pengembangan

basis less cash society.

b. Memberikan sumbangan literatur bagi masyarakat baik dari kalangan

akademis maupun praktisi yang peduli terhadap laju pertumbuhan bank

syariah di Indonesia.

D. Review Studi Terdahulu

Review studi terdahulu dalam penelitian ini adalah dengan melihat beberapa

hasil penelitian sebelumnya baik skripsi maupun jurnal ilmiah yang memiliki kaitan

atau sedikit kemiripan dengan pokok bahasan penelitian. Beberapa diantaranya yaitu:

1. Siti Neneng Habibah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. “Transaksi bank melalui internet dalam

tinjauan hukum Islam.” Metode yang digunakan penulis adalah penelitian

kepustakaan dengan mengkaji leteratur-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan yang diangkat penulis. Pembahasan yang dilakukan berkisar

mengenai operasionalisasi transaksi internet banking, kekurangan dan kelebihan

transaksi internet banking, serta tinjauan hukum Islam mengenai transaksi

internet banking. Adapun kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa internet

banking halal penggunaannya untuk bertransaksi. Sedangkan dalam skripsi ini,

Page 18: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

9

dengan menggunakan metode penelitian kualitatif library research dan field

research pembahasan lebih difokuskan kepada sejauh mana peran Bank Umum

Syariah dalam membangun less cash society (masyarakat dengan sedikit

penggunaan uang tunai).

2. Rendra Al- Mubarak, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. “Peran internet banking dalam upaya

menunjang transaksi perbankan syariah (Stuty kasus pada PT BNI Syariah

Cabang Jakarta Selatan ).” Metode yang digunakan oleh penulis adalah

metode penelitian kualitatif dengan sumber data yang diperoleh melalui library

research dan field research. Cakupan pembahasannya berkisar mengenai peran

internet banking dalam menunjang transaksi di perbankan syariah, menjelaskan

bagaimana operasional transaksi yang dilakukan melalui internet, serta sedikit

dibahas tentang kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan internet sebagai

media transaksi. Dalam kesimpulannya disebutkan bahwa internet banking

sangat penting sekali perannya dalam menunjang transaksi perbankan. Banyak

sekali manfaat yang didapatkan dengan adanya internet banking namun begitu

ada satu hambatan yang mesti dihadapi pengguna internet banking yakni cyber

crime (tindakan kriminal dalam dunia maya). Sedangkan dalam penulisan skripsi

ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif library research dan field

research, penulis membahas sebaliknya, yakni peran perbankan syariah dalam

membangun less cash society, atau kita biasa menyebutnya dengan “masyarakat

dengan sedikit uang tunai”, sehingga transaksi-transaksi yang dilakukan

Page 19: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

10

masyarakat tidak lagi bergantung pada uang tunai melainkan melaui internet

banking, mobile banking, debt card, credit card dan lain sebagainya mengikuti

dari perkembangan dunia teknologi dari masa ke masa.

3. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia dan Fakultas

Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2006, “Persepsi, Preferensi

Dan Perilaku Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa Terhadap

Pembayaran Non Tunai.” Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan

metodologi purposive sampling/quota sampling melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada responden survei yaitu masyarakat umum dan

pengusaha untuk mendapatkan data primer. Sedangkan untuk data sekunder

(mencakup data-data potensi ekonomi dan keuangan nasional dan daerah) yang

diperoleh dari Bank Indonesia serta berbagai dinas/instansi teknis, perbankan

nasional, Badan Pusat Statistik, Pemda, dan lembaga lain dalam rangka

identifikasi potensi dari sisi kegiatan ekonomi. Kesimpulan yang didapat dari

hasil penelitian ini adalah: satu, potensi pengembangan sistem pembayaran non

tunai ternyata cukup besar, khususnya di perkotaan dengan ciri-ciri ekonomi dan

perbankan yang cukup maju; dua, besarnya potensi pengembangan tidak hanya

berkaitan erat dengan faktor ekonomi dan keuangan semata, tetapi juga faktor-

faktor lain seperti demografi dan sosial budaya. Berbeda dengan skripsi ini,

penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan data library

research dan field research, penulis mencoba membahas tentang bagaimana

Page 20: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

11

peran Bank Umum Syariah dalam mewujudkan less cash society dilihat dari

jumlah nilai dan volume transaksi elektronik pada sistem BI-RTGS.

E. Metode Penelitian

Berdasarkan kepada tinjauan kepustakaan serta penelitian terdahulu yang

telah dilakukan oleh peneliti lain maka dapat digambarkan kerangka pemikiran

penelitian ini seperti gambar di bawah ini:

Kondisi Bank Umum Syariah

Produk jasa yang dihasilkan

Nominal dan volume transaksi jasa

Peran

LCS

Lain-lain

Kendala yang

menghambat

peran BUS

Internal: Biaya Investasi,

SDM, Jaringan dan Sistem

Teknologi Informasi.

Eksternal: Keluhan Nasabah

terhadap Fasilitas/Layanan

Instrumen Non Tunai.

BUS

Nasabah

Non Nasabah

Prospek Rekomendasi

Kebijakan

DSN

Bank Umum

Syariah

Page 21: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

12

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui nilai varabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

(independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkannya dengan

variabel lain.8 Pendapat lainnya mengatakan bahwa “metode deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset

dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu.”9

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana pendekatan ini digunakan untuk

menjelaskan karaterisik variabel yang diamati dengan menggunakan nialai frekuensi,

nilai rata-rata, dan persentase nilai antar variabel, serta memberikan interpretasi

terhadap hasil tersebut.

3. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang terdiri dari:

Data kualitatif, adalah data primer yang diambil dari wawancara dengan

praktisi/banker dan nasabah Bank Umum Syariah, sedangkan untuk data

sekunder dikumpulkan dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku,

8 Ety Rochaety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, (Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2007), h.17. 9 Husain Umar, Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: Rajawali

Press, 2004), h.22.

Page 22: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

13

jurnal, artikel, hasil seminar, serta sumber-sumber data lainnya yang berkaitan

dengan materi penulisan skripsi ini.

Data kuantitatif, adalah data sekunder yang diperoleh dari website resmi Bank

Umum Syariah dan Bank Indonesia yang isinya berkaitan dengan materi

penulisan skripsi ini.

4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian dikembangkan berdasarkan studi literatur dan dari

penelitian sebelumnya. Berikut merupakan penjelasan dan pengukuran variabel

penelitian.

Peran Bank Umum Syariah. Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) adalah pemain, bagian yang dimainkan seorang pemain, atau bagian

dari tugas utama yang harus dilaksanakan.10

Dan dalam variabel ini peran

didefinisikan sebagai kinerja Bank Umum Syariah dalam kaitannya sebagai

lembaga keuangan perbankan yang menyediakan fasilitas pelayanan jasa

transaksi non tunai kepada para nasabahnya. Indikator yang digunakan dalam

pengukuran variabel ini meliputi: jumlah nilai transaksi BUS (Bank Umum

Syariah) pada BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement),

kelengkapan produk jasa berbasis less cash society pada Bank Umum Syariah,

10

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet.1, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988),

h.667.

Page 23: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

14

dan perbandingan jumlah jaringan Bank Umum Syariah terhadap jaringan

Bank Umum Konvensional.

Kendala Bank Umum Syariah dan Keluhan Nasabah, variabel ini

didefinisikan sebagai hambatan-hambatan internal yang dihadapi Bank Umum

Syariah dalam mengembangkan jasa layanan instrumen pembayaran non tunai

dan keluhan nasabah akan ketersediaan dan pelayanan instrumen pembayaran

non tunai Bank Umum Syariah yang sudah tersedia.

Prospek Pengembangan, variabel ini didefinisikan sebagai potensi yang

mungkin bisa diraih Bank Umum Syariah dalam mencapai target pasar

pengguna jasa layanan instrumen pembayaran non tunai.

5. Metode Analisis

Dalam penelitian ini setelah data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan

analisa dengan hanya menggunakan metode Analisis Statistik Deskriptif. Pendekatan

ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diamati mengunakan

frekuensi, rata-rata, serta nilai maksimum dan minimum.

6. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini mengacu pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 2007”, yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 24: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

15

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dan memperjelas penyusunan skripsi ini, maka secara

sistematis penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab dengan sub-sub sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Less cash society, yang berisi tentang latar belakang less cash society,

perkembangan less cash society, inovasi teknologi e-banking, dan

fatwa DSN MUI dan kebijakan BI berkaitan dengan less cash society.

BAB III Gambaran singkat Bank Umum Syariah, yang berisi tentang

sejarah singkat, produk dan layanan berbasis less cash society dari

masing-masing Bank Umum Syariah.

BAB IV Pembahasan, yang berisi tentang peran Bank Umum Syariah dalam

membangun less cash society, kendala yang dihadapi Bank Umum

Syariah dalam meningkatkan produk jasa berbasis less cash society

pada masa yang akan datang, dan prospek Bank Umum Syariah

kedepan dalam rangka membangun less cash society.

BAB V Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 25: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

16

BAB II

LESS CASH SOCIETY

A. Jenis-jenis Instrumen Pembayaran Non Tunai/Berbasis Less Cash Society

Secara umum, instrumen pembayaran non tunai dapat dibagi kedalam tiga

kategori berdasarkan fisik alat yang digunakan, yaitu: (1) instrumen-instrumen

berbasis warkat/kertas atau paper based instruments, (2) instrumen-instrumen

berbasis kartu atau card based instruments, (3) instrumen-instrumen berbasis

elektronik atau electronic based instruments. Ketiga kategori tersebut berikut jenis-

jenis instrumennya dijelaskan pada sub bab berikut ini.1

1. Instrumen pembayaran non tunai berbasis warkat

Instrumen-intrumen berbasis warkat ini, umumnya sudah lama dipergunakan

dalam praktek perbankan. Beberapa instrumen yang masuk dalam kategori ini

adalah cek, bilyet giro, nota debet dan nota kredit.2

Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang

tertentu.

Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana

untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan

kepada rekening pemegang yang disebutkan namanya.

1 Tim Peneliti Bank Indonesia, “Penelitian”, h.7.

2 Tim Peneliti Bank Indonesia, “Penelitian”, h.8.

Page 26: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

17

Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain

untuk bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.

Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada

bank lain untuk bank atau nasabah yang menerima warkat tersebut.

Wesel Bank untuk Transfer, wesel yang diterbitkan oleh bank khusus untuk

sarana transfer.

Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari

luar kota yang dapat ditagih kepada bank penerima dana transfer melalui

kliring lokal.

2. Intrumen pembayaran non tunai berbasis kartu dan berbasis elektronik

Beberapa jenis kartu pembayaran, baik yang bersifat kredit seperti kartu

kredit dan private label cards (misalnya: kartu pasar swalayan) maupun yang

bersifat debit, seperti debit cards dan ATM (automated teller machine) telah

banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia. Di samping itu, ada juga kartu yang

biasa disebut smart card atau chip card, sejenis kartu yang dananya telah

tersimpan dalam chip elektronik. Jenis kartu ini contohnya adalah kartu telepon

prabayar.3

Kartu Kredit, merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga

pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan

sebagai alat pembayaran. Namun demikian, penggunaan alat ini terbatas pada

3 Tim Peneliti Bank Indonesia, “Penelitian”, h.8-9.

Page 27: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

18

tempat-tempat yang telah mengikat perjanjian dengan bank atau lembaga

pembiayaan penerbit kartu tersebut, seperti: supermarket, hotel, restoran, dan

toko-toko tertentu. Dengan demikian, paling tidak ada tiga pihak yang terkait

dengan setiap transaksi melalui instrumen kartu kredit ini, yaitu: bank atau

lembaga pembiayaan yang menerbitkan kartu tersebut, merchant atau

pedagang dimana pembelian produk atau jasa dilakukan, dan pemegang kartu

atau pihak yang membeli.

Kartu ATM, merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang

transaksinya dilakukan melalui mesin ATM. Beberapa transaksi non tunai

yang biasa digunakan melalui kartu ini adalah pembayaran rekening listrik,

telepon, air bersih, pembelian pulsa, dan melakukan transfer dana.

Kartu Debet, merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang

pembayarannya dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah

di bank penerbit kartu tersebut. Pada beberapa bank penerbit, terdapat

kombinasi antara fungsi kartu debet sekaligus fungsi kartu sebagai kartu ATM

untuk lebih memudahkan nasabah bank tersebut.

Electronic banking, merupakan instrumen transaksi non tunai melalui

perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam

ini biasa juga disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk

menggunakan fasilitas ini bank menyediakan password, ataupun ID bagi

pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi

pembayaran ataupun transfer.

Page 28: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

19

3. Sistem pembayaran antar bank di Indonesia (BI-RTGS)

Selama ini fokus perhatian Bank Indonesia terdapat pada sistem

pembayaran antar bank yaitu: sistem antar bank untuk transaksi ritel dan sistem

antar bank untuk pembayaran bernilai besar. Sebagian besar pembayaran ritel

dilaksanakan oleh bank umum dengan menggunakan berbagai instrumen seperti:

cek, bilyet giro, nota kredit, dan bank draft. Sementara itu, pembayaran yang

bernilai besar dan atau mendesak dapat diselesaikan dengan sistem BI-RTGS

yang telah beroperasi sejak tahun 2000.

Penyelesaian transaksi dengan menggunakan cek dan warkat non tunai

lainnya dapat dilakukan melalui lembaga kliring yang penyelenggaranya Bank

Indonesia atau oleh bank umum yang memperoleh izin penyelenggaraan kliring

dari Bank Indonesia. Karena transaksi kliring bersifat multilateral, maka metode

penyelesaiannya dilakukan secara net. Dilihat dari waktu penyelesaian akhir

transaksi, maka sistem kliring dilakukan pada akhir hari terjadinya transaksi.

Sistem kliring ini dapat dibagi menjadi: (a) sistem kliring manual, (b) sistem

kliring otomasi, (c) sistem kliring semiotomasi, dan (d) sistem kliring elektronik.

Sementara itu, sistem BI-RTGS adalah proses setelmen pembayaran yang

dilakukan per transaksi dan bersifat real time, ketika rekening bank peserta dapat

Page 29: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

20

didebet atau dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran

dan penerimaan pembayaran. Tujuan dikembangkannya sistem ini adalah:4

menyediakan sarana transfer dana antar bank yang lebih cepat, efisien, andal,

dan aman kepada bank dan nasabahnya;

kepastian setelmen dapat diperoleh dengan segera;

menyediakan infromasi rekening bank secara real time dan menyeluruh;

meningkatkan disiplin dan profesionalisme bank dalam mengelola

likuiditasnya;

mengurangi risiko-risiko setlement.

B. Latar Belakang Less Cash Society

Pada era globalisasi saat ini sistem pembayaran yang mengandalkan uang

fisik mulai bergeser sejak tersedianya pelayanan transfer melalui bank, kehadiran

kartu kredit, kartu debit, dan ATM. Bahkan kini, dengan kemajuan teknologi yang

kian pesat, transaksi keuangan (bisnis) bisa dilakukan secara mobile. Fenomena ini

mengisyaratkan semakin dekatnya kita menuju less cash society atau masyarakat

yang melakukan transasksi keuangan secara nontunai.5

“Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, siap atau tidak siap, kita tetap

harus menghadapi globalisasi”. Itulah sepenggal pernyataan yang sering kita dengar

terkait dengan isu globalisasi. Pernyataan tersebut menggugah kita bersama bahwa

globalisasi sudah menjadi keniscayaan saat ini. Keniscayaan yang didorong dan

4 Tim Peneliti Bank Indonesia, “Penelitian”, h.10.

5 Astri Kharina, “Menjelajahi Mobile Commerce”, Premium Connection, Edisi 13 2008: h.29.

Page 30: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

21

difasilitasi oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang

sangat cepat. Salah satu bentuk keniscayaan adalah terbentuknya masyarakat digital,

yang di industri perbankan dikenal dengan istilah less cash society. Terbentuknya

masyarakat digital tersebut di didorong oleh perkembangan dan penerapan TIK yang

sangat intensif di bidang perbankan yang selanjutnya disebut Electronic Banking

atau disingkat E-Banking.6

Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono mengatakan:

“Membaiknya kondisi perekonomian nasional dan berkembangnya usaha, pada

masyarakat bawah membutuhkan alat pembayaran yang fleksibel. Sedangkan uang kartal

saat ini dianggap sudah tidak memadai akibat mahalnya biaya produksi. Selain itu ada

hambatan untuk pengembalian uang ke BI bila rusak. Untuk itu, penggunaan uang giral

mutlak diperlukan sebagaimana telah digunakan oleh jasa pengelola keuangan global di

seluruh dunia. Oleh karena itu, perbankan nasional harus mulai berfikir dan

mengembangkan penggunaan uang giral. Pada saat bersamaan, Bank Indonesia (BI) sudah

membentuk tim khusus yaitu tim kerja e-money atau uang elektronik”.7

Banyak manfaat yang bisa dipetik dari transaksi nontunai, kendati masih

banyak pula pekerjaan rumah yang perlu dibenahi. Perbankan merupakan sektor

yang paling banyak mengeruk keuntungan, terutama bank-bank besar. Tapi, mereka

juga mengeluarkan banyak investasi untuk menyediakan fasilitas pembayaran.

Sedangkan di bank-bank kelas menengah, biasanya mereka hanya menjadi pengikut

dari bank-bank besar, apalagi dalam teknologi perbankan. Itulah sebabnya, berbagi

pakai (sharing) penggunaan tenologi informasi (TI) diperlukan bank-bank ini. Begitu

pula untuk pembayaran nontunai, berbagi pakai sangat dimungkinkan.

6 Budi Hermana, “E-Bankink dan Less Cash Society”, Artikel diakses pada 02 Februari 2011

dari http://ekonomyslam.blogspot.com/2010/01/e-banking-and-less-cash-society.html 7 Biskom, “Apconex 2008: Dunia Beralih ke Uang Elektronik, Artikel diakses pada 02

Februari 2011 dari http://www.apconex.net/2008/coverage.php

Page 31: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

22

Menurut Ricardus Eko Indrajit, Ketua Organizing Committee Apconex 2008,

ada beberapa alasan mengapa less cash society perlu untuk diterapkan:8

1. Berkaitan dengan daya saing. Soalnya, dengan less cash society, proses yang

terkait dengan sistem keuangan bisa jauh lebih cepat. Artinya, dengan tidak

membawa uang tunai, keamanan menjadi lebih bagus dan prosesnya dari satu

negara ke negara lain lebih cepat.

2. Mencetak uang kartal memerlukan biaya sangat mahal. Padahal, jumlah

transaksi micro-payment sangat banyak.

3. Bank tidak hanya sebagai agen untuk menyimpan uang, tapi juga sarana

bertransaksi. Volume transaksi perbankan ini tinggi dan jumlahnya juga

besar.

4. Tren global sekarang cenderung mengarah ke less cash society. Misalnya,

World Trade Organization (WTO) mengharuskan para anggotanya menuju

ke e-commerce.

5. Konvergensi bank dan lembaga keuangan dengan industri lain. Jadi, kalau

kita lihat, yang mengalir saat ini bukan uang dalam bentuk fisik lagi, tapi

informasi mengenai uang itu sendiri.

Bagi bank, selain memberikan pelayanan yang baik dan efisien kepada

nasabah, shifting transaksi dari tunai ke nontunai dapat memberikan dampak positif,

8 Biskom, “Apconex 2008: Dari Cash ke Non Cash”, Artikel diakses pada 02 Februari 2011

dari http://www.apconex.net/2008/coverage.php ?news=2

Page 32: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

23

misalnya penurunan cash handling cost dan penurunan biaya operasional lain, seperti

biaya sumber daya manusia (SDM) serta biaya pendidikan dan operasoinal cabang.

Pada era kompetisi ini, bank menjadi tidak punya pilihan kecuali ikut menyediakan

layanan yang disediakan kompetitornya. Lihat saja misalnya, bank-bank berlomba-

lomba menyediakan fasilitas automatic teller machine (ATM) yang multi-payment,

internet banking, mobile banking, dan phone banking. Dengan beragam fasilitas,

biaya penyediaan transaksi nontunai juga akan makin menurun.

Tren menuju less cash society yang dilakukan perbankan saat ini sudah

menjadi kecenderungan umum. Kondisi ini didukung jaringan infrastruktur, sistem,

dan alat pembayaran elektronis yang merambah bank-bank besar. Bank-bank besar

ini pun sudah menggarap transaksi micro-payment. Bank-bank tersebut juga

menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang

telekomunikasi dan switching untuk mengembangkan jaringan merchant dan

nasabah pengguna agar dapat mencapai skala ekonomi yang memadai.

Namun, banyak perusahaan telekomunikasi dan switching memerlukan

standardisasi alat pembayaran. Ketiadaan standar bisa menyebabkan alat pembayaran

yang digunakan menjadi tidak efisien. Misalnya, standar dalam penggunaan kartu

chip. Micro-payment yang mengandalkan chip menawarkan berbagai kemudahan

dan kelebihan dibandingkan dengan sistem pembayaran lain. Transaksi dapat

dilakukan secara cepat, efisien, dan aman, yaitu dengan memasukan kartu pada

Page 33: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

24

reader (contact) atau hanya didekatkan pada reader (contactless). Pengisian kembali

nilai kartu relatif mudah dilakukan di outlet, ATM, bank penerbit, dan merchant.

Menurut Dyah Nastiti, Direktur Akuntansi dan Sistem Pembayaran BI, ada

beberapa faktor yang meyakinkan bahwa less cash society sudah siap diberlakukan:9

1. Masyarakat sebenarnya sudah menggunakan alat pembayaran nontunai

asalkan infrastrukturnya tersedia. Hasil survei di berbagai daerah pada 2006

menunjukkan bahwa 71% nasabah bank telah mengunakan instrumen

pembayaran nontunai. Khusus e-money, survei menunjukkan bahwa 64,5%

masyarakat sudah menginginkannya untuk micro-payment dan 73%

pengusaha juga bersedia menerima pembayaran dengan e-money.

2. Kalangan perbankan telah menyediakan berbagai channel pembayaran

nontunai demi kemudahan nasabah.

3. Makin banyak institusi nonbank tertarik mengembangkan e-money dalam

rangka menyediakan instrumen micro-payment. Misalnya, industri

telekomunikasi, transportasi, dan ritel.

C. Perkembangan Less Cash Society

Di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang dan beberapa

negara Eropa, konsep digital society sudah menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat dan dunia usaha. Masa depan suatu negara maju bergantung kepada

9 Biskom, “Apconex 2008: Dari Cash ke Non Cash”.

Page 34: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

25

bagaimana Teknologi Informasi didesain dan dikembangkan untuk memenuhi

kebutuhan sosial, ekonomi dan budaya.

Sejauh ini belum terdapat indikator pengukur perkembangan alat pembayaran

non tunai yang secara resmi digunakan di Indonesia. Pengukuran indikator

perkembangan pembayaran non tunai pada berbagai studi umumnya menggunakan

data perkembangan volume transaksi melalui sistem kliring BI-RTGS, atau alat

pembayaran menggunakan kartu seperti ATM, kartu debet, dan kartu kredit. Selain

itu, beberapa indikator rasio seperti rasio antara konsumsi swasta terhadap uang

kartal di masyarakat dan rasio uang tunai terhadap M1 juga dapat digunakan sebagai

indikator perkembangan pembayaran non tunai.10

Industri perbankan akan menjadi motor perkembangan konsep digital society

di Tanah Air. Melalui The Asia Pasific Conference & Exhibition (APCONEX) 2008,

kalangan dan praktisi perbankan telah mendiskusikan sebuah konsep menuju

pengembangan less cash society. Saat ini pemerintah bersama-sama Bank Indonesia ,

pihak perbankan dan swasta menjadi ujung tombak untuk mengkampanyekan

kegiatan less cash society. Adapun yang menjadi tantangan implementasi less cash

society ke depan adalah masih tingginya budaya cash society di Indonesia.11

Akan tetapi, Bank Indonesia sendiri melihat Indonesia sudah siap untuk

menerapkan less cash society. Beberapa indikator di masyarakat dan perbankan

10

Bambang Pramono, dkk, “Working Paper: Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap

Perekonomian dan Kebijakan Moneter”, (Jakarta: Bank Indonesia), 2006, h.18. 11

“Lintasarta Siap Hadapi Era Less Cash Society”, Artikel diakses pada 02 Februari 2011

dari http://swa.co.id/2008/05/lintasarta-siap-hadapi-era-less-cash-society/

Page 35: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

26

menunjukkan hal itu. Indikator pertama, masyarakat sudah siap untuk menggunakan

transaksi non tunai. Dari hasil survei Bank Indonesia 71% nasabah perbankan sudah

menggunakan instrumen non tunai, bahkan 64,5% nya sudah punya preferensi akan

menggunakan sistem e-money . Kedua, bahwa kalangan perbankan di Indonesia

sudah banyak menggunakan fasilitas e-banking, ATM dan mobile banking. Sebanyak

51% perbankan itu berniat mengembangkan e-money. Indikator yang ketiga,

banyaknya institusi non perbankan yang akan mengembangkan e-money seperti PT

Telkom, PT Telkomsel, dan PT Indosat. Less cash meminimalisasi proses

pembayaran, mempercepat, meningkatkan efisiensi dan yang terakhir adalah

perlindungan kepada konsumen, ini yang penting. Bapak Presiden Republik

Indonesia dalam pidatonya menyambut Seminar Internasional Towards a Less Cash

Society in Indonesia di Jakarta Convention Centre pada tanggal 7 – 9 Mei 2008 oleh

The Asia Pasific Conference & Exhibition (APCONEX), mengatakan “Untuk less

cash society bukan peralihan sistem tapi adalah perubahan budaya masyarakat." 12

Perkembangan transaksi pembayaran menuju less cash society merupakan

tren yang tidak bisa dihindari. Sistem pembayaran konvensional yang mengandalkan

fisik uang sebagai instrumen pembayaran telah bergeser. Teknologi penggunaan

instrumen pembayaran non tunai telah berkembang pesat, disertai dengan berbagai

inovasi yang mengarah pada penggunaan alat pembayaran yang makin efisien, aman,

nyaman dan cepat. Inovasi itu tidak saja pada berkembangnya penggunaan intrumen

12

Detik finance. “ Indonesia siap menerapkan less cash society”. Artikel diakses pada 22

September 2010 dari http://www.detikfinance.com/kanal/4/ekonomi

Page 36: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

27

pembayaran berbasis kertas (paper based), seperti: cek, bilyet giro dan nota debet;

penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (card based), seperti: kartu

kredit, kartu debet dan kartu ATM; dan pembayaran secara elektronik (electronic

based), seperti: e-money, internet banking dan mobile banking;13

tetapi juga sudah

disertai dengan makin cepatnya proses penyelesaian setelmennya.

Terkait dengan perkembangan itu, potensi pengembangan instrumen sistem

pembayaran non tunai di Indonesia masih sangat besar. Adanya peningkatan

penggunaan card based payment instruments yang sangat signifikan dalam beberapa

tahun terakhir, adanya kemudahan dalam penggunaan dan pengembangan teknologi,

kecenderungan dan tuntutan masyarakat untuk bertransaksi dengan menggunakan

instrumen yang lebih efisien dan aman, serta beberapa keunggulan instrumen non

tunai dibandingkan dengan penggunaan uang tunai, telah mendorong Bank Indonesia

untuk lebih mengupayakan terciptanya masyarakat yang berkecenderungan non-

tunai.14

Berdasarkan data Bank Indonesia, jumlah e-money di Indonesia telah tumbuh

122,85% dari 3,02 juta diakhir 2009 menjadi 6,73 juta di Oktober 2010.

Belakangan ini masyarakat perkotaan di Indonesia mulai terbiasa untuk

menggunakan alat pembayaran non tunai untuk berbagai keperluan pembayaran,

antara lain kartu kredit, kartu debet, kartu ATM dan kartu prabayar. Penggunaan

kartu prabayar diyakini akan menjadi tren mekanisme pembayaran di masa

13

Setijoso, “Seminar Internasional Towards a Less Cash Society in Indonesia”, (Jakarta:

Bank Indonesia, 2006), h.34. 14

Rizal A. Djaafara, “Mendorong Terbentuknya Less Cash Society”, Artikel diakses pada

tanggal 02 Februari 2011 dari http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_82606.htm

Page 37: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

28

mendatang, misalnya untuk membayar bahan bakar di pompa bensin, tiket tol,

pembelian barang dan berbagai jasa-jasa lainnya.

Semua proses aktivitas pembayaran melalui berbagai jenis alat pembayaran

ini diproses oleh berbagai penyelenggara sistem pembayaran seperti bank dan

nonbank. Institusi inilah yang nantinya menyelenggarakan jasa mulai proses

pengiriman dana, kliring hingga settlement. Pemakaian kartu prabayar dalam

mekanisme transaksi adalah bagian dari evolusi alat pembayaran dari uang tunai

sampai ke bentuk-bentuk non-tunai. Misalnya alat pembayaran dalam bentuk kertas

(paper based) seperti cek, wesel, bilyet giro hingga ke elektronik seperti kartu

prabayar hingga ke wujud digital (digital cash).

Jumlah kartu plastik (Kartu Kredit, ATM, Debit, dan pra bayar) di Indonesia

cenderung meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang dilaporkan oleh Bank

Indonesia sampai bulan Juli 2007 tercatat 54 bank yang menerbitkan kartu ATM dan

21 penerbit kartu kredit yang terdiri atas perbankan, lembaga selain bank dan unit

usaha syariah bank. Jumlah bank yang menerbitkan kartu ATM sekaligus kartu debit

tercatat sebanyak 37 bank. Sedangkan kartu prabayar baru diterbitkan hanya oleh

dua nama penerbit yaitu Telekomunikasi Indonesia dan Telekomunikasi Selullar.

Peredaran dan penggunaan kartu tersebut juga melibatkan empat prinsipal

kartu kredit dan tiga perusahaan pengelola switching. Infrastuktur Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) pun semakin meningkat, yang meliputi terminal ATM,

Merchant, EDC, dan Imprinter. Sejalan dengan perkembangan teknologi, instrumen

pembayaran khususnya yang menggunakan kartu (APMK) juga tumbuh dengan

Page 38: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

29

pesat. Tidak saja dari volume dan nilai yang ditransaksikan namun juga dari fitur,

jenis, fungsi serta berbagai fasilitas yang diberikan kepada pemegang kartu. Menurut

Bank Indonesia (2007), jenis APMK yang ada saat ini meliputi Kartu Kredit, Kartu

ATM dan Kartu ATM yang berfungsi sekaligus sebagai Kartu Debit (ATM+Debit).

Volume transaksi jenis APMK tersebut pada triwulan II-2007 tercatat 298,65 juta

atau meningkat 8,04% dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan dari sisi nilai

mencapai Rp419,86 triliun, meningkat 19,68% dari triwulan sebelumnya.

Peningkatan transaksi tersebut didominasi oleh jenis transaksi transfer dana pada

kartu ATM dan ATM+Debit. 15

Pada triwulan ini mucul pula jenis instrumen pembayaran baru yakni kartu

prabayar. Kartu ini digunakan untuk jenis pembayaran yang bersifat kecil

(micropayment), karena batasan nominal yang ada pada kartu tersebut adalah satu

juta rupiah dan dapat diisi kembali setelah digunakan. Mengingat jenis kartu ini

masih relatif baru, aktivitas transaksi yang tercatat masih sangat kecil, dimana

volume transaksi tercatat 16,73 ribu dengan nilai transaksi Rp210,41 juta menurut

data Bank Indonesia tahun 2007.

Angka-angka di atas menunjukkan bahwa peranan e-banking dalam

meningkatkan layanan transaksi semakin meningkat. Peningkatan jumlah kartu

plastik berserta jumlah dan nilai transaksinya merupakan salah satu indikator mulai

tumbuhnya less-cash society atau masyarakat digital di Indonesia. Indikator tersebut

15

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Indonesia di Bidang Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran, Triwulan II”, (Jakarta: Bank

Indonesia, 2007), h.28.

Page 39: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

30

merupakan hasil dari transaksi individual nasabah bank yang berada di sisi front end.

Belum lagi dengan transaksi antar lembaga sendiri yang dari kaca mata masyarakat

khususnya nasabah bank, merupakan layanan E-Banking yang berada di sisi back

end.

Sejak tahun 2000, Bank Indonesia memperkenalkan kepada stakeholder

yakni perbankan nasional, apa yang disebut real time gross settlement (RTGS). BI-

RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang

dilakukan per transaksi dan bersifat real time. Melalui mekanisme BI-RTGS ini

rekening peserta dapat didebit dan dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan

perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.16

Ada beberapa sasaran yang ingin dicapai melalui aplikasi sistem BI-RTGS,

antara lain dengan BI-RTGS transfer dana antar peserta lebih cepat, efisien, andal

dan aman. Selain itu setidaknya ada kepastian settlement dengan lebih segera. Sistem

BI RTGS ini akan memperlihatkan informasi rekening peserta secara real time dan

menyeluruh. Bagi peserta RTGS juga dituntut untuk disiplin dan profesional dalam

mengelola likuiditas mereka. Dan diharapkan melalui sistem RTGS ini akan

mengurangi berbagai risiko settlement.

Saat ini aplikasi sistem BI-RTGS sudah berjalan di semua Kantor Bank

Indonesia (KBI) di seluruh Indonesia. Sudah ada 148 peserta BI-RTGS yang terdiri

atas 125 bank konvensional, 21 bank syariah/UUS dan dua peserta non-bank.

Indonesia adalah negara kedelapan di Asia yang mengaplikasikan RTGS. Sedangkan

16

Budi, “E-Bankink dan Less Cash Society”.

Page 40: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

31

di dunia baru ada 30 negara yang mengaplikasikannya. Jumlah dan nilai transaksi

RTGS menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.

Nilai transaksi pemindahan dana yang bersifat “back end” dari sisi pespektif

nasabah tersebut menunjukkan bahwa lalu lintas uang di Indonesia sudah bersifat

paperless dengan nilai transaksi yang secara drastis meningkat tajam. Sebagai

contoh, nilai BI-RTGS meningkat lebih dari 1000 triliun rupiah dalam 12 bulan

terakhir atau meningkat lebih dari 60 persen. Sedangkan transaksi kliring meningkat

lebih dari dua kali lipat pada periode yang sama. Transaksi digital dengan nilai yang

sangat besar tersebut tentunya memerlukan teknologi tinggi yang handal dan teruji.17

Sementara itu di bank Syariah, semua transaksi harus dijelaskan asal sumber

dananya, yang bertarti nasabah harus bisa menyakinkan dan ada pernyataan bahwa

uang itu bersumber dari transaksi yang halal. Dalam hal ini, bank syariah berperan

dalam menegakkan ekonomi umat yang amanah. Tentu dengan didukung perangkat

teknonogi yang update. Sejauh ini disinyalir, nasabah enggan hijrah ke bank syariah

lantaran sistem teknologi informasi yang tertinggal, mesin ATM yang minim serta

jumlah dan transaksi yang terbatas. Berkaitan dengan persepsi masyarakat mengenai

hal itu, sejumlah praktisi perbankan syariah menanggapinya dengan beraneka ragam.

Berikut dibawah ini adalah kutipan wawancaranya dengan Majalah Sharing:

Abi S Panambang, Product Director Sigma Cipta Caraka, anak perusahaan

Telkom yang menyediakan solusi IT untuk perbankan termasuk perbankan syariah,

mengatakan:

17

Budi, “E-Bankink dan Less Cash Society”.

Page 41: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

32

“Siapa bilang sistem informasi perbankan syariah tertinggal? banyak bank syariah yang

dari sisi teknologi sudah unggul. Bank Permata itu, harus diakui bahwa fasilits yang

ditawarkan itu sudah mencukupi kebutuhan konsumen. Membayar telepon, listrik, kartu

kredit, menggunakan kartu ATM, SMS, telepon dan internet banking pun bisa. Bank

Syariah Mandiri pun mengarah kesana. Sementara Bank Muamalat Indonesia, lewat kartu

Shar-e juga menyediakan layanan meski harus menautkan diri dengan bank dan penyedia

jasa lainnya.”18

Ramzi A Zuhdi, Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia

(DPBS BI), mengatakan:

“Teknologi informasi mengurangi potensi terjadinya suap dan korupsi, karena transaksi

di perbankan terlacak di BI. Kita bisa mengarah menjadi negara yang bersih. Hanya saja,

karena luas wilayah Indonesia dan perbedaan latar belakang sosial nasabah, tetap saja

peluang untuk bertransaksi tunai masih besar. Orang belanja di pasar tradisional, beli kue,

dan minum teh di pinggir jalan biasanya belinya tunai. Bahwa saat ini bank syariah terkesan

tertinggal dalam hal teknologi informasi hanya karena kurang sosialisasi. Harusnya sudah

bisa meng-grab nasabah.”19

Adiwarman Azwar Karim, Presiden Direktur Karim Business Consulting

(KBC), mengatakan:

“Wajar jika terkesan bank syariah kurang atau tertinggal dalam pengembangan

teknologi informasi, biaya investasinya mahal. Namun, dengan bekerjasama dengan vendor

lain dan sesama bank, masalah itu bisa diatasi. Bagi bank syariah biayanya akan cukup

tinggi, padahal saat ini fokus pengembangan bisnis perbankan syariah adalah memperluas

jaringan hingga ke pelosok daerah. Untuk melakukan strategi ini, berbagai bank syariah

merogoh dan menghabiskan dana tidak sedikit. Sehingga hal itu membuat alokasi dana

untuk pengembangan TI terkait realisasi less cash society menjadi cukup terbatas. Mesaki

demikian, perbankan sayriah secara umum memang tengah menuju less cash society. Hal

itu ditunjukkan dengan pengembangan kartu debit oleh berbagai bank syariah. Kartu debit

ini memungkinkan masyarakat melakukan transaksi pembayaran di berbagai toko atau

tempat tanpa harus repot membawa uang tunai.”20

Bagi masyarakat Indonesia sendiri, intensitas penggunaan layanan transaksi

berbasis kartu memang cenderung semakin meningkat. Fenomena tersebut

18

“Rebut Pasar dengan Teknologi Informasi” Majalah Sharing Edisi 22 tahun III – Oktober

2008, h.18. 19

“Rebut Pasar dengan Teknologi Informasi” Sharing, h.18. 20

“Rebut Pasar dengan Teknologi Informasi” Sharing, h.19.

Page 42: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

33

mengindikasikan bahwa masyarakat digital, khususnya less cash society di

Indonesia mulai terbentuk. Memang masyarakat digital tersebut masih tergolong

minoritas. Sebagai ilustrasi, jika jumlah kartu plastik sebanyak 41.172.551 dibagi

jumlah penduduk Indonesia yang tercatat sebanyak 225 juta pada tahun 2006, maka

kartu plastik per kapitanya adalah 0.18. Angka tersebut bisa diartikan bahwa hanya

18 dari 100 orang Indonesia yang mempunyai kartu plastik. Jumlah masyarakat

digital tersebut relatif tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara maju.

Sebagai contoh, di Amerika Serikat persentase keluarga yang menggunakan

berbagai jenis kartu plastik tersebut untuk tahun 2003 saja sudah mencapai 65%

untuk kartu ATM, 54% untuk Debit Card, 73% untuk Prepaid Card, dan 6% untuk

Smart Card21

D. Inovasi Teknologi E Banking

Sistem pembayaran yang merupakan salah satu pilar penopang stabilitas

sistem keuangan telah berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan

teknologi. Di sisi lain, perkembangan teknologi juga telah mendorong

berkembangnya alat pembayaran dari yang semula cash based menjadi non cash

based. Selanjutnya, non cash based instrument ini telah menjadi sedemikian canggih

sehingga tidak lagi berbasis kertas (paper based) melainkan telah berevolusi ke

21

Budi, “E-Bankink dan Less Cash Society”.

Page 43: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

34

bentuk paperless. Sudah barang tentu alat pembayaran yang paperless membutuhkan

infrastruktur teknologi tinggi.22

Peran teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana kemajuan

suatu sistem perbankan sudah barang tentu ditopang oleh peran teknologi informasi.

Semakin berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan perbankan untuk

memudahkan pelayanan, itu berarti semakin beragam dan kompleks adopsi teknologi

yang dimiliki oleh suatu bank. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap bidang termasuk

perbankan penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional

intern perusahaan, juga bertujuan untuk semakin memudahkan pelayanan terhadap

customers. Apalagi untuk saat ini, khususnya dalam dunia perbankan hampir semua

produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi

dalam dunia perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba mudah

dan serba cepat.

Pengembangan lokasi layanan perbankan saat ini nyaris sudah tidak

mungkin, penambahan produk baru juga tidak akan beranjak jauh dari inovasi sekitar

mobile banking dan ekstensifikasi layanan private banking, yang semula diarahkan

ke nasabah-nasabah kelas kakap saja. Layanan financial planning yang semula

sangat terbatas, kini semakin marak dan dimungkinkan dengan terbukanya peluang

untuk memadukan produk-produk asuransi, pasar modal dan dana pensiun ke dalam

layanan perbankan. Teknologi yang diperlukan sifatnya menjadi sangat individual

22

Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dan Direktorat Pengedaran Uang Bank

Indonesia, “Laporan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang”, (Jakarta: Bank Indonesia, 2008),

h.2.

Page 44: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

35

dan tergantung pada profil dan kebutuhan masing-masing nasabah. Yang penting

adalah bahwa perkembangan saat ini menunjukkan bahwa layanan jasa keuangan

sedang bergerak ke arah konvergensi di antara ketiga jenis produk tersebut. Untuk itu

maka perlu adanya penambahan di bidang perbankan untuk memajukan di sekitar

mobile banking dan ekstenfikasi layanan private banking khususnya di Indonesia.

Saat ini, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di perbankan

nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai jenis teknologi

diantaranya meliputi Automated Teller Machine, Banking Application System, Real

Time Gross Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan Internet Banking.

Bank Indonesia sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem Informasi

(TSI) Perbankan untuk semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam

layanan perbankan. Istilah lain yang lebih populer adalah Electronic Banking.

Electronic banking mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang

pesat akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di

“garis depan” atau front end, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan,

dan beberapa kelompok lainnya bersifat back end, yaitu teknologi-teknologi yang

digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau penyedia jasa transaksi, misalnya

electronic check conversion.

Sebagian besar layanan e-banking terkait langsung dengan rekening bank.

Jenis e-banking yang tidak terkait rekening biasanya berbentuk nilai moneter yang

tersimpan dalam basis data atau dalam sebuah kartu (chip dalam smartcard). Dengan

semakin berkembangnya teknologi dan kompleksitas transaksi, berbagai jenis e-

Page 45: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

36

banking semakin sulit dibedakan karena fungsi dan fiturnya cenderung terintegrasi

atau mengalami konvergensi. Sebagai contoh, sebuah kartu plastik mungkin

memiliki magnetic strip yang memungkinkan transaksi terkait dengan rekening

bank, dan juga memiliki nilai moneter yang tersimpan dalam sebuah chip. Kadang

kedua jenis kartu tersebut disebut debit card oleh merchant atau vendor.

Adapun jenis-jenis teknologi e-banking yang sudah dikembangkan sebagai

penunjang less cash society adalah sebagai berikut:23

1. Automated Teller Machine (ATM), adalah terminal elektronik yang

disediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang membolehkan

nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank,

melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.

2. Computer Banking, adalah layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah

melalui koneksi internet ke pusat data bank, untuk melakukan beberapa

layanan perbankan, menerima dan membayar tagihan, dan lain-lain.

3. Debit (or check) Card, adalah kartu yang digunakan pada ATM atau terminal

point-of-sale (POS) yang memungkinkan pelanggan memperoleh dana yang

langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.

4. Direct Deposit, adalah salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh

organisasi (misalnya pemberi kerja atau instansi pemerintah) yang membayar

sejumlah dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer elektronik. Dana

ditransfer langsung ke setiap rekening nasabah.

23

Budi, “E-Bankink dan Less Cash Society”.

Page 46: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

37

5. Direct Payment (electronic bill payment), adalah salah satu bentuk

pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui

transfer dana elektronik. Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari

rekening nasabah ke rekening kreditor. Direct payment berbeda dari

preauthorized debit dalam hal ini, nasabah harus menginisiasi setiap transaksi

direct payment.

6. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP), adalah bentuk pembayaran

tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan

secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank.

Setelah penyampaian tagihan tersebut, pelanggan boleh membayar tagihan

tersebut secara online juga. Pembayaran tersebut secara elektronik akan

mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.

7. Electronic Check Conversion, adalah proses konversi informasi yang tertuang

dalam cek (nomor rekening, jumlah transaksi, dan lain-lain) ke dalam format

elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik atau proses lebih

lanjut.

8. Electronic Fund Transfer (EFT), adalah perpindahan uang atau pinjaman dari

satu rekening ke rekening lainnya melalui media elektronik.

9. Payroll Card, adalah salah satu tipe stored-value card yang diterbitkan oleh

pemberi kerja sebagai pengganti cek yang memungkinkan pegawainya

mengakses pembayaraannya pada terminal ATM atau Point of Sales. Pemberi

Page 47: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

38

kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara

elektronik.

10. Preauthorized Debit (automatic bill payment), adalah bentuk pembayaran

yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis

yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tangal tertentu dan biasanya

dengan jumlah pembayaran tertentu (misalnya pembayaran listrik, tagihan

telpon, dan lain-lain). Dana secara elektronik ditransfer dari rekening

pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN atau PT Telkom).

11. Prepaid Card, adalah salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan

nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya pelanggan sudah membayar nilai

tersebut ke penerbit kartu.

12. Smart Card, adalah salah satu tipe stored-value card yang di dalamnya

tertanam satu atau lebih chips atau microprocessors sehingga bisa menyimpan

data, melakukan perhitungan, atau melakukan proses untuk tujuan khusus

(misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi saldo rekening, dan

menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa digunakan pada sistem terbuka

(misalnya untuk pembayaran transportasi publik) atau sistem tertutup

(misalnya MasterCard atau Visa networks).

13. Stored-Value Card, adalah kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai

moneter, yang diisi melalui pembayaran sebelumnya oleh pelanggan atau

melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau perusahaan lain.

Untuk single-purpose stored value card, penerbit (issuer) dan penerima

Page 48: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

39

(acceptor) kartu adalah perusahaan yang sama dan dana pada kartu tersebut

menunjukkan pembayaran di muka untuk penggunaan barang dan jasa tertentu

(misalnya kartu telpon). Limited-purpose card secara umum digunakan secara

terbatas pada terminal POS yang teridentifikasi sebelumnya di lokasi-lokasi

tertentu (misalnya vending machines di sekolah-sekolah). Sedangkan multi-

purpose card dapat digunakan pada beberapa penyedia jasa dengan kisaran

yang lebih luas, misalnya kartu dengan logo MasterCard, Visa, atau logo

lainnya dalam jaringan antar bank.

E. Fatwa DSN MUI dan Kebijakan BI berkaitan dengan Less Cash Society

1. Fatwa DSN MUI berkaitan dengan less cash society

Dalam mengantisipasi kekosongan hukum materiil di bidang ekonomi dan

keuangan Islam/syariah, khususnya lembaga keuangan syariah, Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pada tahun 1999 telah membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN)

yang diantara tugas pokok dan wewenangnya adalah: “mengeluarkan fatwa atas jenis-

jenis kegiatan keuangan dan produk keuangan syariah, serta sekaligus mengawasi

penerapan fatwa yang dikeluarkannya”.24

Sejak mulai aktif bertugas hingga sekarang,

Dewan Syariah Nasional menghasilkan 60-an fatwa tentang ekonomi dan keuangan

syariah.

Produk-produk yang ada di bank syariah diklasifikasikan berdasarkan empat

macam kategori perjanjian yang dikenal dalam Islam. Dalam perbankan syariah,

24

Untuk mengetahui lebih jauh tentang tugas dan wewenang Dewan Syariah Nasional (DSN),

lihat antara lain lampiran II Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia, No. Kep. 754/MUI/II/1999).

Page 49: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

40

setiap produk yang dikeluarkan didasarkan pada prinsip titipan, jual beli, sewa-

menyewa, bagi hasil dan ada yang sifatnya sosial (tabarru). Keempat konsep tersebut

adalah akad yang apabila dijalankan sesuai dengan syarat dan rukunnya akan

menghasilkan transaksi-transaksi yang bebas dari riba, maysir dan gharar. Secara

garis besar kegiatan operasional bank syariah dapat dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu:25

1. Kegiatan Penghimpunan Dana (Funding)

Kegiatan penghimpunan dana oleh perbankan syariah yaitu melalui giro (wadiah

dan mudlarabah), tabungan (wadiah dan mudlarabah), dan deposito mudlarabah.

2. Kegiatan Penyaluran Dana (Lending)

Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat dapat ditempuh oleh bank syariah

dalam bentuk murabahah, mudlarabah, musyarakah, ataupun qardh.

3. Kegiatan Layanan Jasa Bank (Fee Based Income)

Kegiatan usaha bank di bidang jasa, dapat berupa penyediaan bank garansi

(kafalah), Letter of Credit (L/C), hiwalah, wakalah dan jual beli valta asing

(sharf).

Dari ketiga jenis kegiatan operasional bank syariah tersebut, yang terkait

dengan less cash society adalah kegiatan layanan jasa bank. Kegiatan ini bertujuan

untuk meningkatkan fee based income pada bank. Akad yang biasanya digunakan

pada layanan perbankan adalah wakalah, hiwalah, dan kafalah. Dan bank selalu

25

Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2005), h.64.

Page 50: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

41

mengacu pada fatwa DSN sebelum mengeluarkan produk layanannya. Beberapa

fatwa yang terkait dengan akad dan produk layanan pada bank syariah tersebut

diantaranya adalah:26

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 34/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter of

Credit (L/C) Impor Syariah. DSN membolehkan L/C Impor Syariah

menggunakan perpaduan dari dua akad atau lebih dari jenis akad Wakalah bil

Ujrah, Qardh, Murabahah, Salam/Istishna‟, Mudharabah, Musyarakah, dan

Hawalah, dan dengan mematuhi pada ketentuan-ketentuan yang telah

ditetakan pada fatwa tersebut.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang Letter of

Credit (L/C) Ekspor Syariah. DSN membolehkan L/C Ekspor Syariah

menggunakan akad Wakalah bil Ujrah, Qardh, Mudharabah, Musyarakah

dan Al-Bai‟, dengan mematuhi pada ketentuan-ketentuan yang telah ditetakan

pada fatwa tersebut.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 42/DSN-MUI/IV/2004 tentang Syariah

Charge Card. Untuk transaksi pemegang kartu (hamil al-bithaqah) melalui

merchant (qabil al-bithaqah/penerima kartu), akad yang digunakan adalah

akad Kafalah wal Ijarah.

26

Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam,

(Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h.372-376.

Page 51: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

42

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 54/DSN-MUI/X/2006 tentang Syariah

Card. Ketentuan Akad yang digunakan dalam Syariah Card adalah Kafalah,

Qardh dan Ijarah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 57/DSN-MUI/V/2007 tentang Letter of

Credit (L/C) dengan akad Kafalah bil „Ujroh.

2. Kebijakan Bank Indonesia berkaitan dengan less cash society

Belakangan ini masyarakat perkotaan di Indonesia mulai terbiasa untuk

menggunakan alat pembayaran non tunai untuk berbagai keperluan pembayaran,

antara lain kartu kredit, kartu debet, kartu ATM dan uang elektronik (e-money).

Penggunaan uang elektronik diyakini akan menjadi trend mekanisme pembayaran di

masa mendatang, misalnya untuk membayar bahan bakar di pompa bensin, tiket tol,

pembelian barang dan berbagai jasa-jasa lainnya.

Semua proses aktivitas pembayaran melalui berbagai jenis alat pembayaran

ini diproses oleh berbagai penyelenggara sistem pembayaran seperti bank dan non

bank. Institusi inilah yang nantinya menyelenggarakan jasa mulai proses pengiriman

dana, kliring hingga settlement. Pemakaian uang elektronik dalam mekanisme

transaksi adalah bagian dari evolusi alat pembayaran dari uang tunai sampai ke

bentuk-bentuk nontunai. Misalnya alat pembayaran dalam bentuk kertas (paper

based) seperti cek, wesel, bilyet giro hingga ke elektronik seperti alat pembayaran

Page 52: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

43

dengan menggunakan kartu (APMK) seperti kartu ATM, Debit, dan Kredit serta uang

elektronik (e-money) hingga ke wujud digital (digital cash).27

BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran Sistem

Pembayaran Nasional (SPN). Sebagai otoritas moneter, bank sentral berhak

menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI juga memiliki

kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan pengawasan

(oversight) atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara sistem

(systemically important), bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem

settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-

RTGS).28

Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai

penyelenggara sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu.

Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen

SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di Indonesia. BI

juga menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat

menerbitkan dan/atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak

menetapkan lembaga-lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran.

27

Bank Indonesia, “Perkembangan Sistem Pembayaran di Indonesia”, Artikel diakses pada

tanggal 17 Februari 2011 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Sistem+Pembayaran/Sistem+Pembayaran+di+Indonesia/Perkembangan/ 28

Bank Indonesia, “Tugas Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran”, Artikel diakses pada

tanggal 17 Februari 2011 dari

http://www.bi.go.id/web/id/Sistem+Pembayaran/Sistem+Pembayaran+di+Indonesia/Peran+Bank+Indo

nesia/

Page 53: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

44

Ambil contoh, sistem kliring atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya

bagian dari sistem saja. Bank sentral juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga

yang bisa menyelenggarakan sistem settlement. Pada akhirnya BI juga mesti

menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko, efisiensi serta tata kelola

(governance) SPN.29

29

Bank Indonesia, “Tugas Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran”.

Page 54: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

45

BAB III

GAMBARAN SINGKAT BANK UMUM SYARIAH

Direktorat Perbankan Syariah-Bank Indonesia, sebagai lembaga yang bertugas

menaungi seluruh Bank Syariah di Indonesia membuat Grand Strategy

Pengembangan Pasar Perbankan Syariah yang dibaginya kedalam empat fase.

Tabel 3.1.1. Phase Pengembangan Perbankan Syariah

Phase 1

(2002 –2004) Meletakkan fondasi pertumbuhan

Phase 2

(2005 –2009) Memperkuat struktur industri

Phase 3

(2010 –2012)

Mememenuhi standar keuangan dan mutu pelayanan

Internasional

Phase 4

(2013 –2015) Menuju integrasi dengan lembaga keuangan syariah lainnya

Berdasarkan tabel phase di atas, Direktorat Perbankan Syariah kemudian

membuat Sasaran Pengembangan yang harus dicapai oleh Perbankan Syariah selama

melewati fase-fase tersebut, yaitu:1

Terpenuhinya prinsip syariah dalam operasional perbankan syariah (sharia

compliance)

1 Direktorat Perbankan Syariah dan MarkPlus&Co, “Inovasi Produk Bank Syariah”,( Jakarta:

Bank Indonesia, 2008), h.10.

Page 55: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

46

Diterapkannya prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah

Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien

Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi

masyarakat luas

Meningkatnya kualitas SDM dan tersedianya SDM secara memadai untuk

mendukung pertumbuhan

Optimalnya fungsi sosial Bank Syariah melalui perannya dalam memfasilitasi

keterkaitan antara voluntary sector dengan pemberdayaan ekonomi rakyat

(dhua’fa, usaha mikro dan kecil)

Terkait dengan Sasaran Pengembangan tersebut, Bank Syariah harus

mempunyai diferensiasi dengan Bank Konvensional, diantara diferensiasi itu adalah:2

Content : Beragam produk dengan skema variatif

Context : Transparan agar adil bagi kedua belah pihak

People : Kompeten dalam keuangan dan beretika

Technology : IT system yang update dan user friendly

Facility : Ahli investasi, keuangan, dan syariah.

Grand Strategy dan diferensiasi tersebut dijadikan sebagai acuan bagi Bank Umum

Syariah untuk mengembangkan usahanya bersaing dalam dunia perbankan nasional.

Dibawah ini akan dijelaskan mengenai gambaran singkat 11 Bank Umum Syariah.

2 Direktorat Perbankan Syariah, “Inovasi Produk Bank Syariah”, h.10.

Page 56: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

47

A. Bank Muamalat Indonesia

1. Sejarah singkat

Bank Muamalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI. Akta

pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditandatangani pada tanggal 1 November

1991. Pada saat penandatanganan akta pendirian ini terkumpul komitmen pembelian

saham sebanyak Rp84 miliar. Pada tanggal 3 November 1991, dalam acara

silaturahim Presiden di Istana Bogor, dapat dipenuhi dengan total komitmen modal

disetor awal sebesar Rp106.126.382.000,00. Dengan modal awal tersebut, pada

tanggal 1 Mei 1992, Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi.3

2. Produk berbasis less cash society

Produk yang telah dikembangkan Bank Muamalat Indonesia saat ini yang

berbasis dengan less cash society yaitu:

Shar-e Full Protek, merupakan kartu multiguna bertabungan dan memiliki

manfaat asuransi syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai (bebas

biaya) di semua ATM di Indonesia ( ATM Muamalat, ATM Bersama, ATM

BCA/PRIMA ) dan ATM yang tergabung dalam jaringan Malaysian Electronic

Payment System (MEPS), antara lain Maybank, Hong Leong Bank, Southern

Bank dan Affin Bank. Selain itu dapat digunakan sebagai kartu debit di semua

3 Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”, (Jakarta: Gema Insani,

2001), h.25.

Page 57: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

48

merchant Debit BCA/PRIMA dan sekaligus sangat memungkinkan sebagai kartu

anggota dalam sebuah organisasi.4

Shar-e Syariah Mega Cover. Hampir sama fungsinya dengan Shar-e Full Protek.

Shar-e Fitrah Card, adalah kartu dengan berbagai macam fungsi, yaitu Kartu

ATM, Kartu Debit dan transaksi perbankan lainnya, selain itu memiliki fungsi

sebagai kartu diskon, juga berfungsi sebagai kartu Asuransi yang memberikan

manfaat Asuransi Jiwa Berjangka, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi Penyakit

Kritis, Santunan Harian Rawat Inap serta produk investasi & proteksi (Unit

Link).5

Shar-e Ta’awun Card, adalah kartu multi fungsi, berfungsi sebagai kartu ATM,

kartu Debit, kartu tabungan serta dapat digunakan untuk semua transaksi

perbankan, kartu asuransi serta beberapa fungsi lain.6

3. Layanan berbasis less cash society

Adapun fasilitas layanan yang dimiliki oleh Bank Muamalat Indonesia hingga

saat ini adalah transfer, kas kilat, letter of credit, sms banking, salaMuamalat,

muamalat mobile dan internet banking.

B. Bank Syariah Mandiri

1. Sejarah singkat

4 Bank Muamalat, “Shar-e Full Protek”, Artikel diakses pada tanggal 13 Februari 2011 dari

http://www.muamalatbank.com/index.php/home/produk/insurance_fullprotek 5 Bank Muamalat, “Shar-e Fitrah Card”, Artikel diakses pada tanggal 13 Februari 2011 dari

http://www.muamalatbank.com/index.php/home/produk/insurance_fitrah_card 6 Bank Muamalat, “Shar-e Ta’awun Card”, Artikel diakses pada tanggal 13 Februari 2011

dari http://www.muamalatbank.com/index.php/home/produk/insurance_taawun_card

Page 58: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

49

Pada mulanya adalah bank konvensional yang bernama PT Bank Susila Bakti

(BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) yang sedang

terkena dampak krisis, kemudian mayoritas sahamnya dibeli oleh PT Bank Mandiri

(Persero). Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim

Pengembangan Perbankan Syariah, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank

konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama

PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH,

No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh

Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25

Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank

Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank

Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank

Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H

atau tanggal 1 November 1999.7

2. Jasa produk berbasis less cash society

Berikut dibawah ini adalah jasa produk yang dikeluarkan oleh Bank Syariah

Mandiri, yaitu:8

BSM Card

7 Bank Mandiri Syariah, “Sejarah: Hadir dengan Cita-cita Membangun Negeri”, Artikel

diakses pada 12 Februari 2011 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/ 8 Bank Syariah Mandiri, “Laporan Manajemen”, (Jakarta: Bank Syariah Mandiri, 2009),

h.22.

Page 59: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

50

Merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan

pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri, ATM Bersama,

maupun ATM Bank Card. Selain itu juga berfungsi sebagai kartu debit yang

dapat digunakan untuk transaksi belanja di merchant-merchant yang

berlogokan ”Gunakan BSM Card Anda disini”.

BSM Sentra Bayar

Merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan

pada pihak ketiga (PLN, Telkom, Indosat, Telkomsel). Layanan sentra bayar

dapat dilakukan dengan setoran uang kas atau debet rekening melalui teller,

ATM, SMS Banking, atau proses autodebet secara bulanan.

BSM SMS Banking / BSM Mobile Banking

BSM Mobile Banking GPRS (MBG) memudahkan Anda dalam melakukan

transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di ponsel Anda. Kini, dilengkapi

fitur untuk melakukan transfer real time antar bank dengan biaya pulsa paling

murah.

BSM Net Banking

Pembayaran melalui menu Pemindahbukuan di ATM (PPBA)

Layanan pembayaran institusi (lembaga pendidikan, asuransi, lembaga

khusus, lembaga keuangan non bank) melalui menu pemindahbukuan di

ATM.

BSM Electronic Payroll

Page 60: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

51

Pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini Bank Syariah

Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel.

3. Jasa operasional berbasis less cash society

Berikut dibawah ini adalah berbagai macam jasa operasional yang ditawarkan

oleh Bank Syariah Mandiri, yaitu:9

BSM SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)

Janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang

mengikat BSM sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau

menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima,

atau member kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada

penerima, atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang ditarik oleh penerima

atas penyerahan dokumen (untuk saat ini khusus BSM dengan BSM).

BSM Letter of Credit

Transfer D.U.I.T. (Dana Untuk Indonesia Tercinta)

Jasa pengiriman uang dari luar negeri ke Indonesia. Saat ini BSM

bekerjasama dengan Merchantrade Asia (MTA) Malaysia.

BSM Transfer Lintas Negara Western Union

BSM Kliring

Penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu

wilayah kliring.

9 Bank Syariah Mandiri, “Laporan Manajemen”, h.22-23.

Page 61: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

52

BSM Inkaso

Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring

atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening

nasabah.

BSM Intercity Clearing

Jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro valuta rupiah) bank di luar wilayah

kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima danan hasil tagihan

cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya.

BSM RTGS (Real Time Gross Settlement)

Jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun

dalam kota yang berbeda secara real time. Hasil transfer ekfektif dalam

hitungan menit.

Transfer Dalam Kota (LLG)

Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah kliring lokal.

BSM Transfer Valas

Transfer valas terdiri dari:

Transfer ke luar yaitu pengiriman valas dari nasabah BSM ke nasabah bank

lain baik dalam maupun luar negeri

Transfer masuk yaitu pengiriman valas dari nasabah baik lain baik dalam

maupun luar negeri ke nasabah BSM.

BSM Pajak Online

Page 62: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

53

Memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membayar kewajiban

pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak import) secara otomatis dengan

mendebet rekening atau secara tunai.

BSM Pajak Import

Memberikan kemudahan kepada importir untuk membayar pajak barang

dalam rangka import secara on-line sebagai syarat untuk mengeluarkan

barangnya dari gudang kantor bea dan cukai.

BSM Autosave

Produk layanan pemindahbukuan otomatis antar rekening giro dan rekening

tabungan dengan memelihara saldo tertentu.

BSM Standing Order

Fasilitas kemudahan yang diberikan Bank Syariah Mandiri kepada nasabah

yang dalam transaksi finansialnya harus memindahkan dari suatu rekening ke

rekening lainnya secara berulang-ulang.

C. Bank Syariah Mega Indonesia

1. Sejarah singkat

Perjalanan PT Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank umum

bernama PT Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 2001, Para

Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama), kelompok usaha

yang juga menaungi PT Bank Mega, Tbk., Trans TV, dan beberapa Perusahaan

lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank

Page 63: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

54

syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25 Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi

beroperasi syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mega Indonesia.10

2. Produk berbasis less cash society

Produk Bank Syariah Mega Indonesia yang berbasis less cash society adalah

Mega Syariah Card, yaitu fasilitas kartu ATM serbaguna bagi nasabah rekening

tabungan Bank Mega Syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai pada

seluruh ATM berlogo ATM Bersama dan seluruh jaringan ATM Prima (BCA).11 Dan

baru-baru ini, tepatnya pada Jumat, 28 Januari 2011 BMS Luncurkan Layanan

Pengiriman Uang Cepat via MoneyGram.

D. Bank Syariah BRI

1. Sejarah singkat

Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada

tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank

Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum

konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah

10

Bank Mega Syariah, “Sejarah”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari

http://www.megasyariah.co.id/Profil-SekilasBSMI.php 11

Bank Mega Syariah, “Mega Syariah Card”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011

dari http://www.megasyariah.co.id/Produk-MegaSyariah-CARD.php

Page 64: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

55

yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI ( yang kemudian disebut dengan nama

BRISyariah) pada tanggal 17 November 2008.12

2. Layanan berbasis less cash society

Berbagai macam layanan yang disediakan Bank Syariah BRI adalah:

Remittance BRISyariah

Merupakan solusi layanan pengiriman uang yang bersifat global baik dari

dalam negeri maupun internasional, mudah, aman dan cepat (real time).

Layanan ini dipersembahkan oleh Indosat bekerjasama dengan BRISyariah,

sehingga selain dapat dinikmati oleh pelanggan seluler Indosat layanan

tersebut dapat dinikmati oleh nasabah BRISyariah.13

Mobile Banking / SMS Banking

Internet Banking

ATM / EDC /Telephone Banking

E. Bank Syariah Bukopin

1. Sejarah singkat

Perjalanan PT Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank umum, PT

Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT Bank Bukopin Tbk untuk

dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah Bukopin mulai beroperasi

dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah setelah

12

BRI Syariah, “Sejarah BRI Syariah”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari

http://www.brisyariah.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1&Itemid=4 13

Indosat Corporate Solution, “Remittance”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011

dari http://solution.indosat.com/product/view/MjYx

Page 65: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

56

memperoleh izin operasi Syariah dari Bank Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008

dan pada tanggal 11 Desember 2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik

Indonesia. Dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank Indonesia,

PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Usaha Syariahnya

kedalam PT Bank Syariah Bukopin.14

2. Layanan baerbasis less cash society

Fasilitas layanan berbasis less cash society yang ditawarkan Bank Syariah

Bukopin adalah sebagai berikut:

Kartu ATM SiAga Syariah

Kartu SiAga Visa Electron Syariah

Merupakan jasa yang diberikan kepada nasabah untuk dapat melakukan

transaksi belanja dan transaksi lainnya di merchant atau ATM yang berlogo

VISA atau VISA Electron.15

SMS Banking Bukopin Syariah

Internet Banking Bukopin Syariah

F. Bank Panin Syariah

1. Sejarah singkat

Panin Bank Syariah sebelumnya bernama PT Bank Harfa yang berkedudukan

di Surabya. Kini Kantor pusat Bank Panin Syariah telah dipindahkan ke Jakarta

14

Bank Syariah Bukopin, “Sejarah Bank Syariah Bukopin”, Artikel diakses pada tanggal 14

Februari 2011 dari http://www.syariahbukopin.co.id/index.php?app=sub_contents&a=2&b=1 15

Bank Bukopin, “Kartu SiAga Visa Electron Syariah”, Artikel diakses pada tanggal 14

Februari 2011 dari http://www.bukopin.co.id/ID/unit_layanan_syariah_visa.htm

Page 66: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

57

dengan 4 kantor cabang di Jakarta, Surabaya, Malang, dan Sidoarjo. Perubahan status

menjadi Bank Panin Syariah ini sudah mendapat persetujuan dari BI melalui surat

Keputusan BI No.11/52/KEP.GBI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009. Panin Bank

Syariah beroperasi sebagai bank umum dengan prinsip syariah pada tanggal 2

Desember 2009.16

2. Layanan berbasis less cash society

Hingga saat ini, Bank Panin Syariah masih memanfaatkan office channeling

dengan Panin Bank, yang mengoperasikan 400 cabang di Indonesia. Adapun fasilitas

layanan yang disediakan adalah ATM panin, call panin, mobile panin, internet panin,

biznet panin, Travelers Cheque, Remittance Panin, Payroll, dan Kiriman Uang Dalam

Negeri (KUDN) Panin.

G. Bank Victoria Syariah

1. Sejarah singkat

PT. Bank Victoria Syariah (d/h. PT. Bank Swaguna) didirikan di kota Cirebon

pada tahun 1966 dan mulai beroperasi tanggal 7 Januari 1967, hasil akuisisi saham

PT. Bank Swaguna sebesar 99,80 % oleh PT. Bank Victoria International Tbk dan

telah disetujui oleh Bank Indonesia pada tanggal 3 Agustus 2007. Pada September

16

Istimewa, “PT Bank Panin Syariah mulai 2 Desember 2009 resmi beroperasi”, Artikel

diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari http://www.inilah.com/read/detail/176942/bank-panin-

syariah-beroperasi-2-desember-2009/

Page 67: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

58

2007 Bank telah meningkatkan modal disetor menjadi Rp 90 milyar dan pada Maret

2008 modal disetor Bank meningkat menjadi Rp 110 milyar.

PT. Bank Victoria Syariah telah mendapatkan Izin Operasional sebagai Bank

Syariah bedasarkan SK Gubernur Bank Indonesia No. 12/8/KEP.GBI/DpG/2010

tanggal 10 Februari 2010 dan pada 1 April 2010 beroperasi secara penuh dengan

sistem syariah. Bank Victoria Syariah memiliki satu (1) Kantor Pusat, lima (5) kantor

cabang,dua (2) kantor cabang pembantu.17

2. Layanan berbasis less cash society

Hingga saat ini fasilitas layanan berbasis less cash society yang ditawarkan

Bank Victoria Syariah, hanyalah Real Time Gross Settlement (RTGS),yaitu sistem

transfer dana on-line dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan per

transaksi secara individual.

H. Bank BCA Syariah

1. Sejarah singkat

Bank syariah BCA ini merupakan konversi dari Bank UIB (Utama

Internasional Bank) yang diakuisisi pada Oktober 2008. Sesuai izin yang dikeluarkan

oleh Bank Indonesia melalui Surat Gubernur Bank Indonesia No.

17

Bank Victoria Syariah, “Sejarah”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari

http://www.bankvictoriasyariah.co.id/sejarah.html

Page 68: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

59

12/13/KEP.GBI/DpG/2010, dinyatakan bahwa PT. Bank BCA Syariah mulai

beroperasi tanggal 5 April 2010.18

2. Layanan berbasis less cash society

Hingga saat ini layanan Bank BCA Syariah yang berbasis less cash society

masih menggunakan fasilitas yang sudah tersedia pada Bank BCA konvensional.

Adapun jenis-jenis layanan tersebut adalah: ATM BCA, Debit BCA, Tunai BCA,

Flazz BCA,19

BCA by phone, Klik BCA, m-BCA, dan SMS BCA.

I. Bank Jabar dan Banten

1. Sejarah singkat

Untuk memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang

berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP

tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi Bank

Pembangunan Daerah pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system,

yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem

syariah.20

Bank Jabar Syariah mulai beroperasi tanggal 20 Mei 2000.

2. Layanan berbasis less cash society

18

Klik BCA, “BCA Syariah”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari

http://www.klikbca.com/individual/silver/product.html?s=77 19

Merupakan alat pembayaran multifungsi tercepat pertama di Indonesia dengan

menggunakan teknologi chip dan RFID (Radio Frequency Identification), tidak perlu menginput PIN. 20

Bank BJB, “Sejarah Bank BJB”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari

http://www.bankjabar.co.id/modules/article.php?lang=ID&&action=preview&id=3

Page 69: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

60

Beberapa fasilitas layanan yang ditawarkan Bank Jabar dan Banten Syariah

adalah: Layanan transaksi luar negeri (kiriman uang / remittance), Layanan transaksi

luar negeri trade finance and services (impor, ekspor dan SKBDN), ATM, kiriman

uang dan inkaso, dan layanan Western Union Bank Jabar.

J. Bank Syariah BNI

1. Sejarah singkat

Mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank Negara Indonesia

(Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah. Berawal dari 5 kantor Cabang di

Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin yang mulai beroperasi

tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki lebih dari 20 Cabang di seluruh

Indonesia. Untuk memperluas layanan pada masyarakat, masing-masing kantor

cabang utama tersebut membuka kantor-kantor cabang pembantu syariah (KCPS),

sehingga keseluruhan kantor cabang syariah sampai tahun 2007 berjumlah 54 buah.

Selanjutnya berlandaskan peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang

pemberian ijin bagi kantor cabang Bank konvensional yang memiliki unit usaha

syariah untuk melayani pembukaan rekening produk dana syariah, BNI Syariah

merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang konvensional guna

melakukan “office channelling”. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada kantor

cabang konvensional berjumlah 636 outlet.

Page 70: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

61

Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh

sistem Informasi Teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas di

seluruh Indonesia dengan memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI. Dengan

dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI

konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-

cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet (SCO).21

2. Layanan berbasis less cash society

Beberapa fasilitas layanan yang ditawarkan adalah Kartu Anggota Syariah

(Produk kerja sama antara Bank BNI Syariah dengan berbagai asosiasi/instansi

dengan fungsi sebagai tabungan sebagaimana Tabungan Syariahplus.) ATM, SMS

Banking, Internet Banking, Phone Plus, BNI Mobile dan inkaso.

K. Maybank Indonesia Syariah

1. Sejarah singkat

PT Bank Maybank Indocorp (BMI) resmi diganti menjadi Maybank Syariah

Indonesia (MSI), setelah dikonversi menjadi bank syariah yang lengkap di Indonesia

pada bulan Oktober 2010. BMI yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994,

mendapat persetujuan dari bank sentral Indonesia pada tanggal 23 September 2010

untuk mengkonversi usahanya ke dalam sebuah bank Islam. MSI beroperasi terutama

di perbankan grosir menawarkan perbankan korporasi, trade finance dan jasa

21

BNI Syariah, “Sejarah BNI Syariah”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari

http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx

Page 71: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

62

keuangan untuk berbagai klien perusahaan. Selain itu bank menawarkan jasa

pelayanan khusus perbankan ritel melalui kantor di Jakarta. MSI beroperasi dengan

modal disetor sebesar Rp 819.307 juta.22

2. Layanan berbasis less cash society

Maybank Syariah Indonesia memiliki berbagai macam layanan produk yang

berbasis less cash society, diantaranya adalah:

Account and banking, yang terdiri dari: kawanku phone banking, mobile

banking, bill payment, funds transfers, ATM services, self service terminals,

regional services, private banking dan shared banking services.

Cards, yang terdiri dari: credit cards, charge cards, debit cards, commercial

cards, credit card features, pay wave cards, bank card features, dan

maybankard merchant programe.

Layanan lainnya yaitu buy online dan DiGi @ M2U.

22

Maybank, “Press Release”, Artikel diakses pada tanggal 14 Februari 2011 dari

http://www.maybank.com/corporate-profile/corporate-news/maybank-launches-syariah-bank-

indonesia

Page 72: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

63

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Peran Bank Umum Syariah dalam Membangun Less Cash Society

1. Analisis indikator pertama, (Nilai Transaksi Elektronik Bank Umum

Syariah pada BI-RTGS).

Peran Bank Umum Syariah dalam membangun less cash society

berdasarkan kepada jumlah nilai transaksi BI-RTGS selama satu tahun terakhir

sejak Januari hingga Desember 2010, dapat dilihat pada tabel berikut dibawah

ini:

Tabel 4.1. Aset dan Nilai Transaksi BI-RTGS1 Berdasarkan Pelaku

Periode

2010

Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional

Aset Nilai Aset Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

Januari 48.451 6.760 2.502.016 1.791.500

Februari 48.714 6.207 2.517.014 1.734.015

Maret 49.171 8.306 2.563.662 2.270.909

April 51.095 6.752 2.576.235 2.348.149

1 BI-RTGS (Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement) adalah sistem transfer dana

elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per

transaksi secara individual.

Page 73: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

64

Mei 52.687 7.427 2.603.352 2.113.841

Juni 61.123 8.719 2.678.265 2.392.138

Juli 64.122 9.014 2.683.461 2.208.532

Agustus 64.804 11.078 2.700.183 2.230.966

September 67.783 8.582 2.758.066 2.052.613

Oktober 70.108 10.730 2.796.418 2.214.629

November 73.532 9.865 2.856.274 2.200.255

Desember 79.186 11.365 3.008.853 2.592.749

Rata-Rata 60.898 8.734 2.686.983 2.179.191

% Aset 2,55% __ 96,86% __

% Nilai __ 0,40% __ 99,06%

Pertumbuhan

Nilai 2010 __ 68,12% __ 45,00%

Pertumbuhan

Aset 2010 63,44% __ 20,26% __

% Rata-rata

(Nilai / Aset) __ 14,34% __ 81,10%

Sumber: Statistik Bank Indonesia, Desember 2010 dan diolah

Berdasarkan data pada tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa jumlah

aset pada Bank Umum Syariah per Desember 2010 adalah Rp. 79.186 Miliar,

sedangkan aset pada Bank Umum Konvensional per Desember 2010 adalah Rp.

3.008.853 Miliar. Hal ini berarti bahwa market share Bank Umum Syariah (11

BUS) terhadap aset perbankan nasional hanya sebesar 2,55%, dan market share

Page 74: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

65

Bank Umum Konvensional (122 BUK) adalah sebesar 96,86%, sedangkan

sisanya 0,59% adalah market share dari Unit Usaha Syariah (23 UUS).

Jika kita tarik hasil rata-rata aset dari setiap perbankan tersebut maka

akan didapat pada Bank Umum Syariah memiliki rata-rata aset setiap banknya

adalah Rp. 7.198,72 Miliar, sedangkan pada Bank Umum Konvensional rata-

rata aset setiap banknya adalah Rp. 24.662,73 Miliar. Dengan ini kita dapat

melihat bahwa rata-rata aset Bank Umum Konvensional adalah tiga kali lipat

dari rata-rata aset Bank Umum Syariah. Hal ini masih cukup dimakluli oleh

karena usia Bank Umum Syariah rata-rata masih terbilang muda, seperti

misalnya Bank BCA Syariah, BNI Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank

Victoria Syariah dan Maybank Syariah, yang baru di spin-off 2010 lalu,

sehingga belum menunjukan dampak yang signifikan dan dalam hal

performanya juga masih belum optimal.

Pada kegiatan transaksi elektronik selama tahun 2010, Bank Umum

Syariah berkontribusi hanya sebesar 0,40% dari total transaksi elektronik

nasional yang tercatat pada BI-RTGS dengan rata-rata volume transaksi setiap

bulannnya sebesar 13.915 unit, sedangkan 99,06% transaksi elektronik terjadi

melalui Bank Umum Konvensional dengan rata-rata volume transaksi setiap

bulannya adalah 1.081.753 unit, dan sisanya adalah transaksi elektronik yang

terjadi melalui Unit Usaha Syariah.

Page 75: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

66

Untuk tingkat pertumbuhan nilai transaksi elektronik selama tahun 2010

pada Bank Umum Syariah ternyata lebih besar 68,12% dibandingkan pada

Bank Umum Konvensional yang hanya sebesar 45%, meskipun jika dilihat dari

nominalnya masih tergolong rendah. Namun pertumbuhan nilai transaksi

elektronik ini terbilang cukup baik untuk ukuran sebuah Bank Umum Syariah

yang usianya relatif masih muda dengan penggunaan teknologi yang terbilang

masih pas-pasan. Namun kedepannya tidak menutup kemungkinan bagi Bank

Umum Syariah untuk lebih meningkatkan lagi pelayanan transaksi non

tunainya, dan ini tentunya membutuhkan dukungan penuh baik dari segi

infrastruktur teknologi perbankan maupun sumber daya manusianya yang

berbasis IT dan berwawasan syariah.

Adapun untuk tingkat pertumbuhan aset Bank Umum Syariah sendiri

selama tahun 2010 mengalami kenaikan yang sangat signifikan, yakni sebesar

63,44%, nilai ini tentunya lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan aset Bank

Umum Konvensional yang hanya sebesar 20,26%. Semua ini berangkat dari

kepercayaan penuh masyarakat, dimana Bank Umum Syariah sebagai solusi

lembaga keuangan non ribawi berdasarkan prinsip kemitraan bagi hasil

sehingga mendorong masyarakat untuk terus berinvestasi ke Bank Umum

Syariah melalui akad-akad yang sesuai dengan syariah. Terlebih mayoritas

masyarakat Indonesia adalah muslim, ini akan menjadi suatu market yang

sangat besat dan potensial di masa yang akan dating. Sehingga wajar jika

Page 76: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

67

pertumbuhan aset Bank Umum Syariah terus-menerus meningkat setiap

tahunnya. Dan yang paling penting adalah, Bank Umum Syariah kedepannya

harus lebih inovatif lagi dalam mengmbangkan produk dan layanannya, harus

benar-benar murni syariah dalam setiap akadnya, dan harus meningkatkan lagi

penggunaan teknologinya, serta kualitas Sumber Daya Manusianya. Karena jika

hal ini diabaikan, maka bukan tidak mungkin para nasabah kedepannya akan

berpaling dan kembali kepada Bank Umum Konvensional lagi, dan yang tersisa

tinggal nasabah-nasabah konservatif saja diamana mereka bermitra dengan

Bank Umum Syariah hanya karena alasan haramnya bunga atau riba, bukan

karena alasan tingginya mutu pelayanan, lebih menguntungkan, lebih adil, dan

lain sebagainya.

Persentase nilai transaksi elektronik pada Bank Umum Syariah selama

tahun 2010 adalah sebesar 14,34% dari total aset, sedangkan persentase nilai

transaksi elektronik pada Bank Umum Konvensional terhadap asetnya adalah

sebesar 81,10%. Dari hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa tingkat

penggunaan layanan transaksi elektronik pada Bank Umum Syariah terbilang

cukup rendah, yakni hanya 14,34% saja, dan sisanya transaksi dilakukan secara

manual. Sedangkan untuk Bank Umum Konvensional tingkat penggunaan

teknologinya terbilang cukup maju sehingga 81,10% transaksinya sudah bisa

dilakukan secara elektronik.

Page 77: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

68

Dari penjelasan-penjelasan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa

Bank Umum Syariah mempunyai peranan yang signifikan dalam membangun

les cash society. Dengan tingkat pertumbuhan transaksi berbasis non tunai

sebesar 68,12% per Desember 2010, mengindikasikan bahwa Bank Umum

Syariah berpotensi untuk dapat berkembang selayaknya Bank Umum

Konvensional dalam hal pemanfaatan teknologi informasi sebagai penopang

layanan transaksi berbasis non tunai dimasa yang akan datang. Meskipun data

Bank Indonesia menyebutkan bahwa market share Bank Umum Syariah hingga

per Desember 2010 hanya sebesar 2,55% dari total aset perbankan nasional.

Namun, melihat pertumbuhan aset Bank Umum Syariah hingga 63,44% per

Desember 2010, ini menjadi sebuah sinyal positif bagi pihak Perbankan Syariah

untuk bisa lebih meningkatkan lagi kinerjanya sehingga kedepannya Bank

Umum Syariah bisa disejajarkan kedudukannya dengan Bank Umum

Konvensional dalam kancah dunia perbankan nasional, tentunya dengan tidak

menghapus identitas Bank Umum Syariah itu sendiri, dimana masyarakat

mengenalnya sebagai bank-nya ‘rakyat kecil’ dalam artian Bank Umum Syariah

harus tetap fokus dalam melakukan pembiayaan terhadap sektor industri

UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Karena pada dasarnya mayoritas

kondisi ekonomi masyarakat kita masih berada pada level menengah ke bawah,

sehingga keberadaan Bank Umum Syariah diharapkan mampu memberdayakan

sektor riil tersebut.

Page 78: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

69

2. Analisis indikator kedua, (Ketersediaan produk jasa/layanan berbasis

less cash society pada Bank Umum Syariah).

Setidaknya terdapat tiga basis instrumen pembayaran non tunai yang

berkembang hingga saat ini, dan oleh penulis dijadikan sebagai indikator untuk

mengukur sebuah peran dari Bank Umum Syariah dalam membangun less cash

society. Tiga basis instrumen pembayaran non tunai tersebut diantaranya

adalah:

Paper-based, misalnya: cek, bilyet giro dan nota debet

Card-based, misalnya: kartu kredit, kartu debet dan kartu ATM

Electronic-based, misalnya: e-money, internet banking dan mobile banking

Untuk melihat seberapa besar peran Bank Umum Syariah dalam

membangun less cash society, melalui indikator yang kedua yakni Produk Jasa

berbasis less cash society Bank Umum Syariah, dapat dilihat pada tabel

dibawah berikut ini:

Tabel 4.2. Instrumen Berbasis less cash society Pada Bank Umum Syariah

No Nama Bank

Umum Syariah Paper Based Card Based

Electronic

Based

1 BMI V V V

2 BSM V V V

3 BSMI V V V

Page 79: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

70

4 BRI Syariah V V V

5 Syariah Bukopin V V V

6 Panin Syariah V V V

7 Victoria Syariah V V __

8 BCA Syariah V V V

9 BJB Syariah V V __

10 BNI Syariah V V V

11 MI Syariah V V V

% Nilai 100 % 100 % 81,82 %

Pada tabel tersebut di atas, nilai 100% yang diberikan untuk paper based

dan card based memberikan pengertian bahwa semua Bank Umum Syariah saat

ini sudah menerapkan paper based dan card based sebagai salah satu instrumen

pembayaran non tunai, meskipun tentunya dengan nama dan fasilitas yang

berbeda penawarannya dari masing-masing produk jasa Bank tersebut.

Sedangkan nilai untuk electronic based hanya sebesar 81,82%, karena dari total

11 BUS tersebut hanya 8 BUS yang sudah menerapkan instrumen electronic

based, dan 2 lainnya yaitu Bank Victoria syariah dan Bank Syariah Jabar dan

Banten belum menerapkan instrumen electronic based. Sehingga jika dirata-

ratakan tingkat ketersediaan fasilitas layanan transaksi berbasis non tunai pada

Bank Umum Syariah adalah sebesar 93,94 %. Nilai ini hanya mengukur tingkat

Page 80: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

71

ketersediaan dari masing-masing basis tanpa melihat dan memberi penilaian

khusus terhadap turunan roduk layanan yang tersedia dari masing-masing basis

tersebut. Karena setiap bank tentunya mempunyai turunan produk layanan yang

berbeda tergantung dari kebijakan bank itu sendiri.

3. Analisis indikator ketiga, (Jumlah jaringan Bank Umum Syariah).

Dalam melayani nasabah pengguna ATM, bank memerlukan suatu

sistem jaringan yang dapat dimanfaatkan untuk operasionalisasi ATM baik

menggunakan jaringan milik sendiri, bergabung dengan jaringan ATM bank

lain maupun bergabung dengan jaringan ATM switching company seperti

ALTO, Link, ATM Bersama, Prima, Cakra, Cirrus dan Plus. Jaringan yang

paling banyak digunakan untuk operasional ATM adalah dengan bergabung

bersama jaringan ATM switching company. Dan kini ATM iB Bank Syariah

didukung lebih dari 6000 jaringan ATM Bersama dan 7000 jaringan ATM

BCA.

Bagi nasabah Bank Umum Syariah, khususnya nasabah Tabungan iB

dapat menikmati fasilitas Mobile Banking iB selama 24 jam 7 hari seminggu

untuk melakukan beragam transaksi, baik finansial maupun non finansial.

Transaksi finansial antara lain transfer dana antar rekening atau antar bank,

membayar pengeluaran rutin bulanan seperti zakat, listrik dan

telephon/handphone, membeli pulsa isi ulang handphone, memesan tiket

Page 81: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

72

pesawat, sampai membayar kartu kredit iB, dan masih banyak lagi. Transaksi

non finansial seperti informasi saldo, mutasi rekening, dan ganti pin. Mobile

Banking iB dapat diakses dari ATM, handphone/telephone dengan Phone

Banking iB, dan PC, notebook, netbook atau blackberry dengan Internet

Banking iB.

Sejalan dengan itu perkembangan jumlah jaringan kantor Bank Umum

Syariah dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dan terakhir per

Desember 2010 jumlah jaringan kantor Bank Umum Syariah sebanyak 1.215

kantor yang tersebar di seluruh Indonesia. Berikut ini adalah tabel

perkembangan jaringan kantor Bank Umum Syariah dan Bank Umum

Konvensional selama tahun 2010.

Tabel 4.3. Jaringan Kantor Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional

2010 Jumlah Bank

Umum

Syariah

Jumlah Kantor

Bank Umum

Syariah

Jumlah Bank

Umum

Konvensional

Jumlah Kantor

Bank Umum

Konvensional

Januari 6 820 121 12.870

Februari 7 852 121 12.914

Maret 8 934 121 12.933

April 9 918 122 12.944

Mei 10 970 123 12.958

Juni 10 1.081 123 12.972

Page 82: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

73

Juli 10 1.113 122 13.246

Agustus 10 1.111 122 13.318

September 10 1.151 122 13.379

Oktober 11 1.154 122 13.456

November 11 1.171 122 13.633

Desember 11 1.215 122 13.837

Share 7% 7,93% 78,21% 90,36%

Pertumbuhan 83,33% 48,17% 0,83% 7,51%

Sumber: Statistik Bank Indonesia, Desember 2010 dan diolah

Berdasarkan pada tabel tersebut diatas, jumlah Bank Umum Syariah

sepanjang tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang begitu pesat hingga

mencapai 83,33% dari semula pada Januari 2010 jumlahnya hanya 6 bank

kemudian meningkat menjadi 11 Bank pada akhir Desember 2010, dengan

masuknya 5 Unit Usaha Syariah yang baru di spin off menjadi Bank Umum

Syariah yaitu Bank BCA Syariah, BNI Syariah, Bank Jabar Banten Syariah,

Bank Victoria Syariah dan Maybank Syariah. Pertumbuhan ini dinilai sangat

signifikan dibanding pertumbuhan jumlah Bank Umum Konvensional yang

relative stagnan pada tahun 2010, yakni hanya mengalami penambahan 1 bank

baru dari 121 pada Januari 2010 menjadi 122 pada Desember 2010, atau jika

kita membuat persentasenya hanya berkisar 0,83% saja pertumbuhan jumlah

bank-nya. Pertumbuhan jumlah bank umum ini tentunya akan menjadi sia-sia

Page 83: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

74

jika tidak ditunjang dengan pertumbuhan jaringan kantornya. Dan lagi-lagi

untuk Bank Umum Syariah memiliki catatan yang cukup baik dalam hal

pertumbuhan jumah jaringan kantor, yakni dari Januari 2010 yang hanya

memiliki jaringan kantor sebanyak 820 unit, kemudian meningkat tajam

menjadi 1.215 unit pada Desember 2010 atau sekitar 48,17% selama tahun

2010. Sedangkan pada Bank Umum Konvensional, pertumbuhan jaringan

kantornya tidak lebih tinggi daripada Bank Umum Syariah, yakni hanya sebesar

7,51%, dari 12.870 unit pada Januari 2010 menjadi 13.837 unit pada Desember

2010. Hal ini membuktikan bahwa Bank Umum Syariah mempunyai potensi

yang besar dalam mengembangkan jaringannya dimasa yang akan datang

sehingga pantas untuk disejajaran posisinya dengan Bank Umum Konvensional.

B. Kendala Pengembangan Bank Umum Syariah dan Keluhan Nasabah

Pengguna Layanan Berbasis Less Cash Society.

1. Kendala Bank Umum Syariah

Berdasarkan sudut pandang praktisi perbankan syariah, penggunaan

instrumen pembayaran non tunai baik paper based, card based maupun

electronic based akan berkembang di masa yang akan datang. Namun

demikian, dalam proses pengembangan tersebut perbankan syariah dihadapkan

pada berbagai macam kendala. Pembahasan secara rinci mengenai kendala

pengembangan instrumen non tunai secara umum akan dibahas sebagai berikut

dibawah ini. Setidaknya ada tiga hal yang masih dianggap sebagai kendala

Page 84: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

75

intern bagi Bank Umum Syariah dalam mengembangkan produk layanan

berbasis non tunai sekarang ini. Ketiga kendala tersebut adalah:2

a) Biaya investasi yang mahal.

Kendala utama yang dihadapi oleh Bank Umum Syariah dalam pengembangan

instrumen pembayaran non tunai adalah kompleks dan mahalnya biaya

investasi bagi teknologi informasi perbankan, karena sebagian besar teknologi

ini masih disuplai oleh vendor-vendor yang berasal dari luar negeri atau vendor

asing. Tetapi sekarang, banyak vendor-vendor pribumi yang berani bersaing

dalam teknologi informasi ini. Jadi kenapa tidak, Bank Umum Syariah

memakai vendor-vendor pribumi untuk menanamkan teknologi informasi

tersebut dalam dunia perbankan dan tentunya dengan harga yang relatif lebih

rendah.

b) Sumber Daya Manusia Bank Umum Syariah (SDM BUS) masih terbatas.

Masih terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki keterampilan teknis

jasa keuangan syariah disinyalir merupakan salah satu faktor kenapa Bank

Umum Syariah sampai sejauh ini belum terlalu berkembang dalam hal

berinovasi menciptakan produk jasa layanan yang lebih variatif. Kemudian

untuk penerapan suatu teknologi informasi menuntut diantaranya Sumber Daya

Manusia yang memadai. Jika Sumber Daya Manusia yang ada tidak menguasai

teknologi tersebut hal ini menjadi suatu pemborosan semata, karena mahalnya

2 Hasil wawancara pribadi by phone dengan Branch Manager Permata Bank Syariah, Edit

Estetika pada tanggal 06 Februari 2010 di Jakarta.

Page 85: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

76

teknologi yang telah dibeli jika tidak terpakai merupakan suatu hal yang sia-sia.

Oleh karena itu sebelum teknologi tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah

pihak Bank Umum Syariah instropeksi terhadap kemampuan korporasi, apakah

cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah Sumber Daya Manusianya

memadai, dan apakah teknologi tersebut mempunyai features yang dapat

digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena penerapan suatu sistem

teknologi informasi merupakan salah satu aktivitas investasi jangka panjang

bagi korporasi.

c) Teknologi, jaringan, perangkat atau sistem yang belum mendukung.

Hal ini manjadi tuntutan bagi Bank Umum Syariah karena mau tidak mau suatu

korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas ditambah dengan

operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang dengan suatu

teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan kinerja

tersebut. Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang up to

date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan langkah

bisnis yang akan diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul

dapat teratasi.

2. Keluhan nasabah pengguna layanan berbasis less cash society

Berikut dibawah ini adalah berbagai macam keluhan dari para nasabah

terhadap pelayanan instrumen pembayaran non tunai Bank Umum Syariah yang

sudah tersedia. Keluhan-keluhan tersebut adalah:

Page 86: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

77

Fasilitas masih terbatas.

Nasabah merasakan selama ini fasilitas yang ada hanya terbatas di pusat kota

dan belum banyak yang menjangkau daerah pedesaan. Selain itu, fasilitas

tersebut juga hanya terbatas di tempat-tempat tertentu seperti supermarket.

Fasilitas tersebut belum ada di pasar tradisional, toko kecil atau pelayanan

publik lainnya. Nasabah juga beranggapan bahwa tempat ATM masih kurang

strategis dan kurang nyaman. Fasilitas instrumen yang kurang banyak

seringkali menyebabkan terjadi antrian panjang sehingga memerlukan waktu

yang lebih lama. Fasilitas terbatas lainnya yang dirasakan adalah jumlah

transfer/penggunaan yang masih terbatas, maksimum lima juta rupiah per hari.

Nasabah juga beranggapan bahwa instrumen non tunai saat ini belum banyak

membantu kebutuhan hidup secara optimal.

Jaringan sering rusak/offline.

Kelemahan jaringan yang sering rusak atau offline menyebabkan transaksi

terhambat. Nasabah pernah mengalami kegagalan transaksi karena mesin tiba-

tiba macet (offline) padahal tidak membawa uang tunai. Nasabah juga

mengatakan bahwa transfer antar bank terkadang offline dan prosesnya lama.

Biaya administrasi mahal.

Biaya instrumen non tunai dirasakan mahal oleh nasabah, terutama biaya

adminsitrasi bulanan. Pihak perbankan juga mengenakan potongan biaya yang

tidak tentu dan tidak diberitahukan kepada nasabah terlebih dahulu. Biaya

Page 87: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

78

yang dikenakan kepada pemegang instrumen non tunai berbeda-beda

tergantung pada bank dan jenis instrumen non tunai yang dipakai.

Menjadi lebih boros/konsumtif.

Nasabah merasakan bahwa dengan adanya instrumen non tunai, terutama

kartu kredit, menyebabkan lebih konsumtif. Nasabah seringkali tertarik

dengan produk yang dapat dibeli oleh instrumen non tunai sehingga lebih

boros dan tidak mampu mengontrol pengeluaran.

Keamanan masih kurang terjamin.

Sebagian besar nasabah beranggapan bahwa jaminan keamanan bagi

pengguna transaksi non tunai dianggap masih rendah atau bahkan sangat

rendah. Dalam sistem pembayaran non tunai, keamanan merupakan unsur

utama yang diinginkan nasabah seperti kasus cek kosong, billing misterius,

kesalahan PIN, kartu sering digunakan orang lain, terhindar dari kejahatan,

aman dari gangguan hacker dan sebagainya.

Penerimaan pasar masih rendah.

Rendahnya penerimaan pasar (terutama pasar traisional, tempat pelayanan

publik, warung-warung dan toko kecil) terhadap instrumen pembayaran non

tunai menjadi salah satu alasan bagi nasabah untuk belum bersedia

menggunakan instrumen ini. Bagi nasabah yang tinggal di daerah luar

perkotaan pun masih lebih memilih untuk menggunakan pembayaran tunai /

cash dibandingkan non tunai dalam melakukan setiap transaksinya.

Page 88: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

79

C. Prospek Pengembangan Layanan Berbasis Less Cash Society Bank Umum

Syariah di Masa Depan

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah untuk menggunakan fasilitas

layanan berbasis less cash society3

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah dalam

menggunakan transaksi non tunai adalah: status menjadi nasabah,

pemanfaatan produk perbankan, tingkat pendidikan nasabah, pekerjaan

nasabah, dan tingkat kemampuan menabung nasabah per bulannya. Status

menjadi nasabah bank memiliki pengaruh positif terhadap pemanfaatan

instrumen non tunai. Hal ini dapat dipahami karena pemilik instrumen non

tunai (paper based dan card based) dipersyaratkan memiliki rekening di bank

yang dimaksud, sehingga bagi yang tidak menjadi nasabah bank peluang

menggunakan instrumen non tunai menjadi sangat kecil.

Untuk jenis produk pembiayaan (kredit) memiliki peluang

menggunakan pembayaran non tunai lebih besar dibandingkan dengan

nasabah bank yang memanfaatkan produk tabungan. Artinya nasabah yang

berkeinginan meminjam lebih berpotensi menggunakan fasilitas pembayaran

non tunai. Namun pada sisi lain, kemampuan menabung yang diindikasikan

dengan jumlah tabungan per bulan juga berpengaruh positif terhadap peluang

pemanfaatan pembayaran non tunai, yang berarti bahwa potensi pemanfaatan

3 Bank Indonesia, “Penelitian”, hal. 89-91.

Page 89: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

80

pembayaran non tunai lebih tinggi pada kelompok nasabah yang

berpenghasilan tinggi (mampu menabung lebih tinggi). Hal ini sejalan dengan

keragaman pemanfaatan pembayaran non tunai dimana salah satu yang

dominan adalah kartu kredit dan kartu debet.

Faktor pendidikan juga memiliki pengaruh nyata, dimana kelompok

yang berpendidikan tinggi relatif memiliki peluang penggunaan instrumen non

tunai lebih tinggi dibandingkan dengan nasabah yang berpendidikan rendah.

Faktor ekonomi yang diindikasikan dengan jumlah tabungan dan pengeluaran

memiliki pengaruh yang positif. Dengan kata lain kelompok nasabah yang

memiliki pendapatan relatif tinggi (menengah ke atas) merupakan pasar yang

lebih potensial dalam pengembangan instrumen non tunai. Kelompok nasabah

ini umumnya memang telah memerlukan instrumen pembayaran non tunai

karena alasan ekonomi dan transaksi finansial yang diperlukan sudah relatif

lebih tinggi, sehingga mereka lebih menyukai jenis pembayaran non tunai.

2. Potensi pengembangan layanan berbasis less cash society pada Bank

Umum Syariah4

Produk pembayaran non tunai yang saat ini paling dikenal nasabah

adalah kartu kredit, katu ATM dan kartu debet. Sehingga untuk

pengembangan ke depan ketiga jenis kartu ini dapat dikembangkan dengan

4 Bank Indonesia, “Penelitian”, hal. 92-94.

Page 90: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

81

relatif mudah karena memang sudah dikenal dan digunakan nasabah secara

luas. Inovasi-inovasi baru hendaknya dilakukan dengan mengembangkan

fungsi-fungsi ketiga jenis kartu pembayaran non tunai tersebut.

Pengembangan ke depan juga perlu memperhatikan aspek-aspek yang

dipandang penting bagi pengguna fasilitas pembayaran non tunai, yang antara

lain adalah faktor keamanan, kemudahan dalam mengakses, dan ketepatan

transaksi. Faktor keamanan menempati posisi sangat penting karena

disamping menjadi faktor utama yang diperhatikan pengguna, juga menjadi

tujuan nasabah dalam menggunakan pembayaran non tunai.

Pengembangan sistem pembayaran non tunai secara lebih luas ke

depan cukup potensial diminati oleh nasabah. Kelompok peminatnya relatif

sama dengan pengguna saat ini, namun sebagian besar mengharapkan jenis

kartu yang multifungsi, dengan tetap memperhatikan aspek-aspek penting

yang disampaikan di atas, termasuk biaya penyelenggaraan. Jenis kartu yang

relatif lebih mudah disosialisasikan adalah dengan menggabungkan fungsi-

fungsi kartu pembayaran non tunai yang saat ini banyak dikenal dan

digunakan nasabah, yaitu kartu kredit, debet dan ATM.

Ada potensi yang besar bagi Bank Umum Syariah untuk

mengembangkan kartu prabayar multi payment / pulsa mobile payment. Hal

ini didasari oleh pertimbangan bahwa banyak supermarket sekarang yang

menyediakan kebutuhan sehari-hari (consumer goods), dan industri ritel yang

Page 91: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

82

semakin berkembang saat ini menyediakan fasilitas pembayaran non tunai.

Kelebihan yang bisa ditawarkan oleh Bank Umum Syariah dalam hal ini

adalah menawarkan tidak menggunakan unsure bunga didalamnya, sehingga

ini akan tidak memberatkan bagi nasabah. Bank Syariah hanya mengambil

keuntungannya dari biaya administrasi atau pelayanan yang diberikan kepada

nasabah atas biaya jasa yang telah diberikan tersebut. Kemudian untuk jenis

perusahaan yang menempati skala prioritas selanjutnya adalah pom bensin,

penyelenggara jalan tol dan perusahaan transportasi, seperti yang sekarang

sudah dikembangkan oleh Bank Mandiri dan Bank DKI.

3. Analisis SWOT Bank Umum Syariah

Tabel 4.4. Analisis SWOT Bank Umum Syariah

Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weaknesses)

Memiliki produk yang beragam

dengan skema variatif.

Produk yang dikeluarkan

merujuk pada Al-Qur’an dan

Hadits dengan diawasi langsung

oleh Dewan Pengawas Syariah.

Bank yang transparan dengan

nasabah, prinsip adil bagi kedua

belah pihak, dan menentramkan.

Pinjaman tanpa bunga tapi serupa

dengan perbankan konvensional.

Banyak menggunakan istilah

Arab yang sebetulnya tidak

banyak dimengerti oleh nasabah

atau calon nasabah.

Masih dikenal masyarakat sebagai

bank untuk kalangan muslim atau

orang yang mau naik haji.

Page 92: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

83

Kompeten dalam keuangan dan

beretika.

IT system yang update dan user

friendly.

Ahli investasi keuangan berbasis

syariah.

Jaringan masih terbatas.

Fasilitas layanan seringkali tidak

bisa digunakan.

Lebih menekankan ke simbol

keislaman.

Kesempatan (Opportunities) Ancaman (Threats)

Menunjukkan universalitas,

terbuka, inklusif dan

menggunakan komunikasi

produk yang gampang dimengerti

semua kalangan tanpa

menghilangkan ciri khas.

Membuat produk-produk baru

yang bisa masuk ke setiap

segmen dan diikuti dengan

komunikasi yang sesuai.

Membuat standar penamaan

produk perbankan syariah supaya

mudah dikenali nasabah.

Dianggap sebagai bank yang

menumbuhkan sikap fanatisme

terhadap agama tertentu.

Susah untuk menghilangkan

mekanisme bunga yang sudah

mengakar dan menguntungkan

bagi sebagian umat Islam.

Bank konvensional semakin

inovatif dalam mengembangkan

produk dan layanan.

Kerjasama bank konvensional

yang semakin meningkat dengan

berbagai industri dan institusi.

Page 93: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini, penulis memberikan

kesimpulan yang terangkum dalam beberapa poin berikut di bawah ini:

1. Peran Bank Umum Syariah dalam membangun less cash society cukup besar,

terbukti pada nilai transaksi elektronik yang tercatat dalam BI-RTGS

sepanjang tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang signifikan, yakni sebesar

68,12%, dan pertumbuhan nilai transaksi ini ternyata lebih tinggi daripada

Bank Umum Konvensional yang hanya sebesar 45%. Meskipun nilai aset

Bank Umum Syariah saat ini hanya 2,55% dari total aset perbankan nasional,

namun nyatanya aset Bank Umum Syariah mengalami pertumbuhan yang

signifikan, yakni sebesar 63,44%, jauh dibanding Bank Umum Konvensional

yang hanya mengalami pertumbuhan aset sebesar 20,26% sepanjang tahun

2010. Sedangkan jika dilihat dari persentase jumlah nilai transaksi elektronik

terhadap aset bank itu sendiri, pada Bank Umum Syariah transaksi elektronik

hanya 14,34% dari nilai aset yang tersedia, jauh dibandingkan Bank Umum

Konvensional yang hampir seluruh transaksinya saat ini menggunakan

transaksi elektronik dengan persentase terhadap asetnya sebesar 81,10%.

Tingkat ketersediaan fasilitas produk jasa berbasis less cash society pada Bank

Page 94: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

85

Umum Syarah baik itu paper based, card based, dan electronic based sangat

besar, yakni 93,94%. Artinya adalah bahwa Bank Umum Syariah kini sudah

menyediakan produk-produk berbasis less cash society mekipun jika dilihat

dari jenis-jenis atau variasi dari masing-masing basis masih terbilang cukup

rendah. Tingkat ketersediaan jaringan kantor Bank Umum Syariah hingga saat

ini mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Dalam sepanjang tahun 2010

saja Bank Umum Syariah mengalami pertumbuhan jaringan sebesar 48,17%,

yakni dengan jumlah 820 unit pada Januari 2010 kemudian meningkat tajam

menjadi 1.215 unit pada Desember 2010. Dan ini tentunya dimasa yang akan

datang jumlahnya dipastikan akan terus meningkat.

2. Masih terdapatnya kendala dan hambatan serta keterbatasan baik yang

disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal Bank Umum Syariah dalam

meningkatkan perannya melakukan inovasi dan pengembangan instrumen

pembayaran non tunai berbasis less cash society. Kendala-kendala itu dibagi

menjadi dua, yakni internal dan eksternal. Beberapa kendala internal tersebut

diantaranya adalah:

Biaya investasi yang mahal.

Sumber Daya Manusia Bank Umum Syariah berbasis IT masih terbatas.

Teknologi, jaringan, perangkat atau sistem yang belum mendukung.

Sedangkan kendala eksternal dari sudut pandang keluhan masyarakat terhadap

intrumen pembayaran non tunai adalah sebagai berikut:

Page 95: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

86

Fasilitas masih terbatas.

Jaringan sering rusak/offline.

Biaya administrasi mahal.

Keamanan masih kurang terjamin.

Penerimaan pasar masih rendah.

3. Prospek Bank Umum Syariah untuk mengembangkan instrumen pembayaran

non tunai dimasa mendatang sangat besar, terutama dalam pengembangkan

kartu prabayar multi payment yang sedang in saat ini. Kartu prabayar multi

payment dipilih karena disamping untuk menghindari unsur gharar seperti

yang terdapat pada akad dalam kartu kredit, juga ini dianggap mampu

meningkatkan fee based income Bank Umum Syariah itu sendiri.

B. Saran

Setelah memperhatikan, menganalisis, dan memberikan kesimpulan

terhadap penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini, penulis akan

memberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi kemajuan Bank Umum

Syariah dalam mengembangkan instrumen non tunainya terkait dengan

perannya membangun less cash society. Beberapa saran tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 96: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

87

1. Kerjasama perlu ditingkatkan

Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dalam pembangunan sistem

pembayaran non tunai harus lebih ditingkatkan, hal ini sebagai solusi untuk

mengatasi kendala biaya investasi teknologi perbankan yang relatif mahal.

2. Pembinaan SDM berbasis IT

Sumber Daya Manusia berbasis syariah yang sudah tersedia pada Bank

Umum Syariah perlu diberikan pembekalan berupa pelatihan-pelatihan skill

dalam bidang teknologi informasi.

3. Penggunaan diperluas

Penggunaan sistem pembayaran non tunai diharapkan lebih luas dan

menyebar ke seluruh wilayah. Dalam hal ini selain jangkauan diperluas juga

fasilitas instrumen non tunai lebih diperbanyak fasilitasnya. Fasilitas tersebut

tidak hanya disediakan di pertokoan besar saja tetapi sebaiknya di tempat

umum yang bersifat layanan publik dan dapat dijangkau oleh semua lapisan

masyarakat dan juga di daerah-daerah kabupaten.

4. Penurunan biaya

Pengenaan biaya diharapkan bisa lebih murah. Apalagi jika diberlakukan

sistem pembayaran non tunai secara luas, maka pihak penerbit harus

mengenakan biaya minimum yang tidak memberatkan para pengguna.

5. Peningkatan keamanan

Apabila diberlakukan sistem pembayaran non tunai secara luas, maka pihak

penerbit harus meningkatkan sistem keamanannya lebih baik. Dalam hal ini,

Page 97: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

88

sistem non tunai diharapkan tidak terjadi kejahatan yang merugikan

pengguna.

6. Sosialisasi dan dukungan infrastruktur

Apabila diberlakukan sistem pembayaran non tunai secara luas, maka harus

dilakukan sosialisasi yang intensif terhadap masyarakat. Sosialisasi ini

memberikan informasi yang komprehensif tentang sistem pembayaran non

tunai di Bank Umum Syariah Sosialisasi sangat penting dilakukan karena saat

ini sebagian masyrakat masih belum memahami pembayaran non tunai

dengan baik sehingga sering terjadi kesalahpahaman. Selain itu, infrastruktur

di daerah juga harus dipersiapkan dengan baik karena dukungan infrastruktur

yang memadai akan memperlancar sistem pembayaran non tunai.

7. Alat pembayaran non tunai diharapkan tidak menjadikan masyarakat lebih

boros/konsumtif sehingga perlu ada pendidikan dan sosialisasi bahwa sistem

pembayaran non tunai bukan untuk menjadikan budaya lebih konsumtif.

8. Bank Umum Syariah diharapkan mampu berinovasi lebih banyak lagi dalam

mengembangkan produk non tunai berbasis syariah, karena ini akan menjadi

keunggulan tersendiri bagi Bank Umum Syariah untuk bersaing dengan

produk layanan yang sudah ditawarkan Bank Umum Konvensional. Kelebihan

produk Bank Umum Syariah adalah tidak ada unsur bunga didalamnya,

sehingga pihak bank mendapatkan keuntungan dari fee atas jasa yang sudah

diberikan kepada para nasabahnya.

Page 98: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

89

DAFTAR PUSTAKA

Anshori, Abdul Ghofur, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 2006.

Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema

Insani, 2001, Cet. Ke-1.

Bank Indonesia, “Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank

Indonesia di Bidang Moneter, Perbankan, dan Sistem Pembayaran, Triwulan

II”, Jakarta: Bank Indonesia, 2007.

--------------------. “Statistik Perbankan Indonesia, Vol. 9, No. 1”, Jakarta: Bank

Indonesia, 2010.

Bank Syariah Mandiri, “Laporan Manajemen”, Jakarta: Bank Syariah Mandiri, 2009.

Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran dan Direktorat Pengedaran Uang Bank

Indonesia, “Laporan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang”, Jakarta:

Bank Indonesia, 2008.

--------------------. Seminar Internasional: “Towards a Less Cash Society in

Indonesia”, Jakarta: Bank Indonesia, 2006.

Hidayati, Siti, dkk., Kajian Operasional e-money, Jakarta: Bank Indonesia, 2006.

Husain, Umar, Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta:

Rajawali Press, 2004.

Kharina, Astri, “Menjelajahi Mobile Commerce”, Premium Connection, Edisi 13

2008.

Page 99: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

90

Majalah Sharing Edisi 22 tahun III – Oktober 2008.

MarkPlus&Co, Direktorat Perbankan Syariah, “Inovasi Produk Bank Syariah”,

Jakarta: Bank Indonesia, 2008.

Pramono, Bambang, dkk., “Working Paper: Dampak Pembayaran Non Tunai

Terhadap Perekonomian dan Kebijakan Moneter”, Jakarta: Bank Indonesia,

2006.

Rochaety, Ety, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS, Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2007.

Setijoso, “Seminar Internasional Towards a Less Cash Society in Indonesia”,

Jakarta: Bank Indonesia, 2006.

Suma, Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan

Islam, Jakarta: Kholam Publishing, 2008.

Tim Peneliti Bank Indonesia, “Penelitian: Persepsi, Preferensi dan Perilaku

Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa terhadap Sistem Pembayaran Non

Tunai”, Bogor: Bank Indonesia, 2006.

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Cet.

Ke-1.

http://ekonomyslam.blogspot.com

http://solution.indosat.com

http://swa.co.id

http://vibiznews.com

http://www.apconex.net

Page 100: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

91

http://www.bankjabar.co.id

http://www.bankvictoriasyariah.co.id

http://www.bi.go.id

http://www.bni.co.id

http://www.brisyariah.co.id

http://www.bukopin.co.id

http://www.detikfinance.com

http://www.inilah.com

http://www.klikbca.com

http://www.maybank.com

http://www.megasyariah.co.id

http://www.muamalatbank.com

http://www.syariahbukopin.co.id

Page 101: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

HASIL WAWANCARA

Wawancara dilakukan by phone pada 06 Februari 2011 dengan Bapak Edit Estetika,

Syariah Branch Manager Permata Bank Syariah mengenai less cash society.

1. Sebenarnya apa pengertian dari less cash society?

Less cash society adalah merupakan bahasa populer yang selama ini ada di

masyarakat khususnya para praktisi perbankan, namun sebetulnya yang

dimaksud dengan less cash society adalah suatu kondisi dimana masyarakat lebih

memilih untuk melakukan transasksi keuangan secara nontunai. Jadi secara

singkatnya pengertian less cash society adalah masyarakat non tunai dan ada juga

orang yang menyebutnya sebagai masyarakat digital. Dalam beberapa tahun

terakhir ini, perkembangan sistem pembayaran yang berbasis teknologi telah

mengubah secara signifikan arsitektur sistem pembayaran konvensional yang

mengandalkan fisik uang sebagai instrumen pembayaran. Meski fisik uang

sampai saat ini masih banyak digunakan masyarakat kita sebagai alat

pembayaran, namun sejalan dengan perkembangan teknologi sistem pembayaran

yang pesat, pola pembayaran tunai secara berangsur beralih menuju pembayaran

non tunai. Dan kondisi masyarakat yang seperti itulah nantinya disebut sebagai

less cash society.

2. Adakah persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk mewujudkan less

cash society ini?

Kita sadari, bahwa perkembangan menuju less cash society merupakan trend

yang tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut antara lain didukung oleh

perkembangan infrastruktur dan teknologi sistem pembayaran. Setidaknya

terdapat tiga basis instrumen pembayaran non tunai, yakni: paper-based, seperti

misalnya cek, bilyet giro dan nota debet; card-based, seperti kartu kredit, kartu

debet dan kartu ATM; dan electronic-based, seperti misalnya e-money, internet

banking dan mobile banking. Jika ketiga basis itu keberadaannya sudah dapat

Page 102: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

diterima masyarakat dengan baik, dan masyarakatpun mau untuk mengubah

transaksinya dari penggunaan uang tunai menjadi dalam bentuk non tunai itu,

bisa dikatakan bahwa masyarakat tersebut sudah memenuhi syarat menjadi less

cash society.

3. Apakah Bank Umum Syariah juga dapat ikut berperan dalam upaya

mewujudkan less cash society?

Semua lembaga keuangan bisa ikut berperan atau bahkan harus berperan dalam

mewujudkan less cash society ini, tidak terkecuali Bank Umum Syariah. Justru

dalam mewujudkan less cash society ini peran lembaga keuangan terutama bank

sangat penting karena ini menyangkut dengan sistem pembayaran, dan denyut

nadi dari kegiatan bank itu sendiri adalah melayani transaksi. Bahkan jika Bank

Umum Syariah mampu memanfaatkan momentum ini dengan baik, dengan

meningkatkan layanan transaksi elektronik akan menjadi fee based income bagi

perusahaan disamping keuntungan yang didapat dari kegiatan menghimpun dan

menyalurkan dana kepada nasabahnya. Dan hal ini sudah lebih awal dilakukan

oleh Bank-bank konvensional kita sekarang. Bahkan produk layanan mereka

sudah semakin maju, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dan sumber

daya manusia yang mumpuni, mereka bank konvensional telah menciptakan

banyak inovasi layanan bebasis kartu dan internet mobile banking.

4. Untuk ikut berperan dalam mewujudkan less cash society, persiapan apa

saja yang harus dilakukan oleh Bank Umum Syariah itu sendiri?

Persiapan untuk mengembangkan layanan transaksi berbasis non tunai, terutama

yang harus diperhatikan adalah dari sisi sumber daya manusia (SDM) dan

teknologi informasinya (IT). Dua hal itu merupakan yang paling dominan dan

mendasar. Tidak lupa bahwa kita juga harus memasukkannya dalan rencana

bisnis bank itu sendiri.

Page 103: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

5. Apakah kedua hal tersebut (SDM dan IT) bisa dikatakan merupakan suatu

kendala bagi Bank Umum Syariah dalam mengembangkan jasa layanan

transaksi non tunai kepada nasabahnya?

Ya, sejauh ini memang kedua hal tersebut bisa dikatakan sebagai kendala intern

yang dihadapi Bank Umum Syariah saat ini dalam meningkatkan pelayanan

transaksi non tunainya kepada nasabah.

6. Bisakah Bapak jelaskan lebih detail mengenai kendala-kendala tersebut?

Yang pertama, biaya investasi untuk pengembangan teknologi dianggap masih

mahal oleh Bank Umum Syariah, karena sebagian besar teknologi ini masih

disuplai oleh vendor-vendor yang berasal dari luar negeri atau vendor asing.

Tetapi sekarang, banyak vendor-vendor pribumi yang berani bersaing dalam

teknologi informasi ini. Jadi kenapa tidak, Bank Umum Syariah memakai

vendor-vendor pribumi untuk menanamkan teknologi informasi tersebut dalam

dunia perbankan dan tentunya dengan harga yang relatif lebih rendah. Hal ini

manjadi tuntutan bagi Bank Umum Syariah karena mau tidak mau suatu

korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas ditambah dengan

operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang dengan suatu

teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan kinerja

tersebut. Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang up to

date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan langkah

bisnis yang akan diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul dapat

teratasi. Yang kedua, Masih terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki

keterampilan teknis jasa keuangan syariah disinyalir merupakan salah satu faktor

Page 104: PERAN BANK UMUM SYARIAH DALAM MEMBANGUN

kenapa Bank Umum Syariah sampai sejauh ini belum terlalu berkembang dalam

hal berinovasi menciptakan produk jasa layanan yang lebih variatif. Kemudian

untuk penerapan suatu teknologi informasi menuntut diantaranya Sumber Daya

Manusia yang memadai. Jika Sumber Daya Manusia yang ada tidak menguasai

teknologi tersebut hal ini menjadi suatu pemborosan semata, karena mahalnya

teknologi yang telah dibeli jika tidak terpakai merupakan suatu hal yang sia-sia.

Oleh karena itu sebelum teknologi tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah

pihak Bank Umum Syariah instropeksi terhadap kemampuan korporasi, apakah

cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah Sumber Daya Manusianya memadai,

dan apakah teknologi tersebut mempunyai features yang dapat digunakan dalam

jangka waktu yang lama. Karena penerapan suatu sistem teknologi informasi

merupakan salah satu aktivitas investasi jangka panjang bagi korporasi.

7. Kalau Permata Bank Syariah sendiri bagaimana mempersiapkan SDMnya?

Apakah dengan meng up grade SDM yang ada atau merekrut SDM baru?

Dua-duanya kita lakukan. Jadi untuk proses akselerasi, kita juga melakukan up

grade dari SDM yang sudah ada, teman-teman SDM yang sudah memahami

operasional yang sekarang, tinggal kita up grade prinsip-prinsip syariahnya.

Adapun untuk SDM yang baru, selain tentang pemahaman produk dan prinsip-

prinsip syariah, kita tambahkan dengan pemahaman tentang praktek-praktek

operasional perbankan.