penyelesaian perkara secara prodeo di...

118
PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT (Analisis Yuridis Putusan Nomor: 085/Pdt.G/2010/ Pengadilan Agama Jakarta Barat) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: MUCHAMAD ARIFIN Nim: 207044100271 KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M

Upload: hoangcong

Post on 02-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO

DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

(Analisis Yuridis Putusan Nomor: 085/Pdt.G/2010/

Pengadilan Agama Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUCHAMAD ARIFIN

Nim: 207044100271

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 2: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO

DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

(Analisis Yuridis Putusan Nomor: 085/Pdt.G/2010/

Pengadilan Agama Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

MUCHAMAD ARIFIN

Nim: 207044100271

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing:

Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi

NIP: 194008051962021001

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSHIYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M

Page 3: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODE DI PENGADILAN AGAMA

JAKARTA BARAT (Analisis Yuridis Putusan Nomor: 085/Pdt.G/2010/ Pengadilan Agama

Jakarta Barat) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 20 Juni 2011. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi

Ahwal Syakhshiyah .

Jakarta, 20 Juni 2011

Mengesahkan

Dekan Fakultas Syari`ah dan Hukum

Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM.

NIP. 1955051982031012

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Drs. H. Ahmad Yani, MA

NIP. 19640121994031004

2. Sekertaris : Moch. Syafii, S.EI

3. Pembimbing : Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi

NIP.194008051962021001

4. Penguji I : Drs. H. Ahmad Yani, MA

NIP. 19640121994031004

5. Penguji II : Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I

NIP. 195911101991031001

Page 4: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu pernyataan memperoleh gelar starata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2011

Muchamad Arifin

Page 5: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

i

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الرمحن الرحيم

Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah memberi rahmat dan karuniaNya sehinga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam ditunjukan kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah berhasil memerankan fugsi-fungsi kekhalifahan dengan baik

dipentas peradaban dunia sehingga beliau dipilih oleh Allah SWT sebagai uswatun

hasanah bagi seluruh manusia.

Penulisan skripsi ini ditunjukan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam

menyelesaikan pendidikan Program Strata 1 pada Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dorongan baik berupa moril, materil, pemikiran serta tenaga dari berbagai pihak.

Olehsebab itu penulis ingin menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah

Jakarta.

Page 6: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

ii

2. Bapak Drs. H. A. Basiq Djalil, MA., Ketua Program Studi Ahwal

Syakhshiyyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Kamarusdiana, S.Ag., M.H., Sekertaris Program Studi Ahwal

Syakhshiyyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. H. A. Sutarmadi, dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan pikiran untuk menuntun penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas dan juga Perpustakaan Umum UIN Syarif

Hidayatullah yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan dan mencari

bahan rujukan di perpustakaan.

6. Lembaga Pengadilan Agama Jakarta Barat tempat penulis mengadakan

penelitian dan memperoleh informasi, khususnya kepada bapak Drs. H.

Muhiddin, SH., M.H., Sebagai Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat dan

Bapak Adri Syafruddin Sulaiman, SH., Sebagai Panitera Muda Hukum di

Pengadilan Agama Jakarta Barat.

7. Ayahanda dan Ibunda tersayang Bapak Maskuri dan Ibu Mardiyatun doa yang

tak pernah henti dipanjatkan dan kasih sayang yang tak pernah lelah

diberikan, yang selalu memotivasi dan mendukung peneliti baik secara moril

maupun materil, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

Page 7: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

iii

8. kepada seluruh sahabatku dirumah dan kawan-kawan seperjuanganku di kelas

Peradilan Agama Periode 2007, Muhidin, Haris, Deni H. Syarif dan semua

teman yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang selalu menjadi

teman belajar, diskusi dan bertukar pikiran, baik di dalam maupun di luar

kelas hingga selesainya penelitian skripsi ini. Semoga tali silaturrahim kita

selalu terjalin.

9. Adik-adikku Inganatul Muslikha dan nurlatifah atas motivasi dan

dukungannya dalam penyusunan skripsi ini.

10. Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, yang

telah memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga peneliti dapat

menjalani perkuliahan di UIN hingga akhir.

Akhir kata hanya kepada Allah jualah peneliti memanjatkan doa, semoga

Allah memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka, atas dorongan,

dukungan dan kontribusi mereka, peneliti hanyalah hamba yang dhaif. Kiranya

skripsi ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat diharapkan dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi bagi orang banyak. Amin

Jakarta, 20 Juni 2011 M

Muchamad Arifin.

Page 8: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8

C. Perumusan Masalah .......................................................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 10

1. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10

2. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11

E. Tinjauan kajian terdahulu .................................................................. 11

F. Metode Penelitian .............................................................................. 12

G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 17

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PRODEO

A. Pengertian dan Prosedur Perkara Prodeo Aspek Teoritis ................ 19

B. Prodeo Dalam Sejarah Singkat Peradilan Islam ................................ 22

C. Katagori Biaya Perkara di Pengadilan Agama .................................. 27

D. Masalah Yang Muncul Dalam Prodeo .............................................. 29

E. Prosedur Pengajuan Penyelesaian Perkara Prodeo ........................... 31

Page 9: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

v

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERADILAN AGAMA

JAKARTA BARAT

A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Barat ........................................... 39

B. Wewenang dan Susunan Peradilan Agama ....................................... 45

C. Pengertian dan Sejarah Singkat Hukum Acara di Peradilan Agama 56

D. Sumber-Sumber dan Asas Hukum Acara Perdata dan Hukum

Acara Peradilan Agama ..................................................................... 64

BAB IV PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT

A. Faktor-Faktor Penyebab Dan Kendala-Kendala Berperkara

Prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat ...................................... 72

B. Penyelesaian Pekara Secara Prodeo di Pengadilan Agama Jakarta

Barat .................................................................................................. 77

C. Tingkat Frekwensi Masyarakat Yang Berperkara Prodeo ............... 89

D. Analisis Penulis ................................................................................. 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 94

B. Saran .................................................................................................. 96

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 98

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum merupakan salah satu sarana dalam kehidupan bermasyarakat yang

bertujuan untuk mencptakan keadilan, ketertiban dan ketentraman dalam

masyarakat dimana hukum itu berada.1kebutuhan akan keadilan merupakan salah

satu kebutuhan pokok dalam dalam kehidupan masyarakat, disamping itu

keadilan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi oleh Konstitusi

Negara Republik Indonesia. Sebagaimana termaktub dalam Pancasila sila kelima

yaitu: "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Dan Undang-Undang

Dasar 1945 pasal 27 ayat 1 yang menyatakan "Setiap warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum

dan pemerintah itu dengan ada kecualinya.2

Pasal diatas tidak membedakan antara warga negara yang satu dengan yang

lain, semua sama dihadapan hukum dan berhak memperoleh perlinungan hukum

termasuk fakir miskin.3 karena fakir miskin ini pun telah diatur dalam pasal 34

1 Purnadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto, Perihal Kaidah Hukum, Cet. IV, (Bandung,

Penerbit alumni, 1997), h. 20.

2 Undang-undang Dasar 1945, Pembukaan dan Pasal 27 ayat 1

3 Binziad Kadafi, dkk., Advokat Indonesia Mencari Legitimasi : Studi Tentang Tanggung

Jawab Profesi Hukum Indonesia, Cet. III (Jakarta, Pusat Studi Hukum dan kebijakan Indonesia, 2002),

h. 167

Page 11: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

2

terlantar terpelihara oleh negara”.4 Tetapi negara tidak menjamin

keberlangsungan hidup mereka semua, realitanya masih banyak rakyat Indonesia

yang berada dibawah garis kemiskinan. Apalagi rakyat miskin hampir semuanya

buta hukum dan pada umumnya mereka tidak tahu hak-hak dan kewajiban serta

tidak tahu sebagaimana menghadapi dan menyelesaikan perkara sendiri. Peraturan

hukum tersebut bukan sekedar barang yang mati, akan tetapi peraturan hukum ini

hidup di ruang pengadilan dan diwujudkan dalam perbuatan. Pengadilan

merupakan salah satu simbol dari kekuasaan Islam.5

Hukum adalah keseluruhan peraturan sosial yang mewajibkan perbuatan

lahir yang mempunyai sifat keadilan serta dapat dibenarkan.6 Negara Hukum

Indonesia adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

(UUD-NRI-1945) yang menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara

hukum. Sayangnya UUD-NRI-1945 ini tidak menjelaskan lebih lanjut perihal apa

dan bagaimana sosok negara hukum yang dikehendaki oleh negara hukum

Indonesia ini.7

Memperhatikan fungsi hukum dalam masyarakat yang memungkinkan

terjadinya komunikasi yang efektif diantara sesama anggota masyarakat, kiranya

4 Undang-undang 1945, Op.Cit., pasal 34 ayat 1

5 Daniel S. Tev, Peradilan Agama Islam di Indonesia, Cet. II (Jakarta: PT, Inter Masa, 1986),

h. 18

6 R.Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Cet VI (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), h.31

7 M. Amin Suma, Kedudukan dan Peran hukum Islam di Negara Hukum Indonesia, 2009, h.

10

Page 12: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

3

sulit bagi kita untuk memikirkan suatu masyarakat yang dapat berjalan tanpa

menerima pelayanan hukum.8

Ketentuan tentang Peradilan Agama khususnya hukum acara dilingkungan

Peradilan Agama baru disebutkan secara tegas sejak diterbitkan Undang-undang

No 7 Th. 1989 tentang Peradilan Agama. Kemudian pada tanggal 28 februari

2006 telah diamandemen dengan Undang-Undang No. 3 Th. 2006 tentang

perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

mengemukakan bahwa, Hukum Acara yang berlaku pada pengadilan dalam

lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara Perdata yang berlaku pada

pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara

khusus dalam Undang-undang ini.

Undang-undang No. 3 Th. 2006 tentang perubahan atas Undang-undang

No. 7. Th. 1989 tentang Peradilan Agama seperti diketahui bersama, tidaklah

dalam kerangka pemberian dasar-dasar dan aturan-aturan bagi sebuah instusi yang

belum eksis. Karena peradilan Agama telah berfungsi dan bangsa kitapun telah

menerima manfaat dari penyelenggaraan fungsinya itu dalam rentang waktu yang

sangat panjang. Problemnya, pada waktu itu peradilan agama belum dilengkapi

persyaratan fundamental, yaitu undang-undang, yang kemudian pada aspek

organisasi, kekuasaan, dan acara, mengakibatkannya menyandang sebagai

8 Satjipto Raharjo, Hukum dan Masyarakat, Cet. 10 (Bandung: Ankasa Ofset, 1980) , h.11

Page 13: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

4

kekurangan. Sebagai contoh, hidupnya sebuah opini mengenai perbedaan status

hakim Peradilan Agama dengan hakim-hakim dari lingkungan peradilan lainnya.9

Kehadiran Undang-undang Peradilan Agama, dengan demikian tidak lain

adalah dalam kerangka pembaharuan Peradilan Agama sebagai pelaksanaan

Kekuasaan Kehakiman. Pembaharuan ini adalah bentuk peneguhan dan

penegasan eksistensi, penyempurnaan dan pemantapan organisasi, serta

penyempurnaan dan unifikasi kekuasaan dan acara dari Peradilan Agama.

Pembaruan ini membawa Peradilan Agama pada kedudukannya, sehingga ia

mampu menyelenggarakan tugas dengan baik dan mandiri yang memungkinkan

terwujudnya ketertiban dan kepastian hukum yang berintikan keadilan.10

Kesimpulan sementara, pihak yang menyatakan keahlian aparat Peradilan

Agama Pra Undang-undang ini dibawah standar. Tentulah tidak relevan, Mereka

telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

yang berlaku ketika itu. Karena Undang-undang membawa pembaruan,

mengharuskan aparat Peradilan Agama untuk baik secara mental maupun fisik,

menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru itu.11

Dari penjelasan diatas, terlihat begitu peliknya peraturan-peraturan hukum

itu dibuat. Karena peraturan merupakan satu sarana dalam kehidupan

bermasyarakat. Tetapi ia bukanlah rumus yang harus dihafalkan luar kepala oleh

9 Muhammad Tolchah Hasan, “Beberapa Catatan Sekitar 10 Tahun Undang-Undang

Peradilan Agama” :Ditbinbapera Islam, Fakultas UI & Pusat Pengkajian Hukum Islam dan

Masyarakat. 2 Desember 1999, (Jakarta:Chasindo, 1999), h 16

10 Ibid., h. 16

11 Ibid., h. 16-17

Page 14: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

5

masyarakat maupun ahli hukum untuk dipakai dalam acara di suatu pengadilan,

melainkan ia adalah peraturan-peraturan hidup yang oleh tiap-tiap orang-orang

diwujudkan dalam hidup sehari-hari. 12

Tugas bagi pemerintah adalah bersosialisasi Undang-undang ini secara

intensif, sehingga Undang-undang ini bukan saja secara formal merupakan hukum

yang berlaku (positive law) tetapi secara faktual juga merupakan hukum hidup (

living law). Dengan intensifnya upaya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah,

diharapkan kesadaran hukum masyarakat akan fungsi dan peranan Peradilan

Agama menjadi lebih meningkat.13

Kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap Peradilan Agama, juga

akan mendorong para hakim Peradilan Agama untuk lebih berhati-hati, obyektif

dan dinamis dalam menentukan putusannya.

Hal ini berarti bahwa negara berkewajiban melindungi fakir miskin sebagai

bagian dari warga negaranya. Akan tetapi negara belum menjamin

keberlangsungan hidup mereka semua. Realitanya masih banyak rakyat miskin

hampir semua buta hukum dan pada umumnya mereka tidak tahu bagaimana

menghadapi dan menyelesaikan perkara-perkara dalam kehidupan yang mereka

alami, terutama menyangkut masalah perdata mereka.14

12

Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, h. 5

13 Muhammad Tolchah Hasan, “Beberapa Catatan Sekitar 10 Tahun Undang-Undang

Peradilan Agama”, h. 17

14 Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama, Bulletin Berkala Hukum &

Peradilan (Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, 2002), h. 42

Page 15: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

6

Menghadapi situasi sosial seperti ini, maka perlu adanya perombakan

strategi pembangunan hukum. Karena hukum juga harus bersentuhan dengan

kebutuhan rakyat kurang mampu, dalam arti bukan membebaskan mereka dari

aturan hukum, tapi justru memperkuat rakyat yang menentukan masa depan

mereka. Perlu kembali diefektifkan agara masalah-masalah yang muncul

belakangan ini memndapat penyelesaian. Sebab bila semua itu tidak ditindak

lanjuti dalam bentuk nyata, maka konsep-konsep tersebut meminjam istilah

Soerjono Soekanto hanya akan menjadi huruf mati yang sama sekali tidak punya

efektifitas.15

Pada dasarnya hukum acara di Pengadilan dalam perkara perdata dikenakan

biaya. Artinya suatu perkara perdata baru dapat didaftar di kepanitraan setelah

pemohon atau penggugat membayar sejumlah biaya perkara yang lazimnya

disebut panjar atau vreschot. Namun biaya tersebut harus juga seringan mungkin

sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat. Khususnya masyarakat yang

berekonomi lemah. Karena hal merupakan salah satu asas hukum acara, yaitu asas

sederhana, cepat dan biaya ringan. 16

Namun demikian bagi anggota masyarakat yang tergolong tidak mampu

membayar biaya perkara, juga harus mendapatkan pelayanan hukum yang sama.

Sesuai dengan amanat pasal 28 D ayat 1 UUD 1945, golongan masyarakat yang

tidak mampu ini tetap berhak mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan dan

15

Soerjono Soekanto, Pendekatan Sosiologi Hukum, Cet. 1, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), h.

10

16 Direktorat Pembinaan Peradilan Agama, Buletin Berkala Hukum & Peradilan, h. 39

Page 16: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

7

kepastian hukum yang adil, serta perlakuan atau pelayanan hukum yang sama

dihadapan hukum dengan warga negara Indonesia yang lainnya, termasuk pula

dalam hal beracara didalam pengadilan. Bahkan golongan masyarakat seperti ini

sudah sepatutnya pula mendapat bantuan hukum untuk beracara, salah satu bentuk

bantuan hukum yang dapat diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu

dalam beracara perdata adalah : Diperbolehkannya untuk mengajukan perkara

perdata tanpa biaya perkara (Prodeo).17

Secara teoritis, melalui aturan yang telah ada, baik dalam Herzine Inland

Reglemen (HIR) / Reglemen Buiten Govesten (RBg), maupun dalam literatur

hukum acara, telah dibuktikan bahwa peradilan di Indonesia peduli terhadap

masyarakat berekonomi lemah yang juga ingin mendapatkan dan merasakan

perlidungan serta pengayoman, dalam memperoleh hak perdata mereka yaitu

dengan diberlakukannya Undang-undang pasal 237 sampai pasal 245 HIR\ pasal

273 sampai pasal 281 RBG yang bunyinya antara lain "Barang siapa hendak

berperkara, baik sebagai penggugat maupun tergugat, tetapi tidak mampu

membayar ongkos perkara, dapat mengajukan perkara dengan ijin tidak

membayar ongkos". Selain itu juga telah ditegaskan dalam petunjuk pelaksanaan

penyelenggaraan administrasi perkara dilingkungan peradilan umum, bagian

kesatu, pada butir 39 tentang perkara prodeo.

17

Sudikno Mertokusumo, "Hukum Acara Perdata Indonesia", Yogyakarta: LIBERTY, hal 16

Page 17: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

8

Umumnya para praktisi hukum berpendapat bahwa seluruh biaya perkara

dibebaskan dari pemohon prodeo. Bahkan menurut Abdul Manan, pengadilan

tidak boleh memungut biaya dari bentuk apapun dari pemohon prodeo.18

Dengan berbagai latar belakang masalah tersebut, penulis ingin mengenal

lebih jauh tentang pelaksanaan dan penyelesaian suatu perkara prodeo

dlingkungan Peradilan Agama. Yaitu dimaksudkan sebagai eksplorasi mengenai

mekanisme dan sejumlah persyaratan praktis dan teknis yang ada dalam acara

pengadilan, namun absen dalam sejumlah literatur berkenaan dengan prodeo itu.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk dapat

mengadakan penelitian dengan judul:

“PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI PENGADILAN

AGAMA JAKARTA BARAT.” (ANALISIS YURIDIS PUTUSAN NOMOR:

085/PDT.G/2010/ PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT)

B. Pembatasan Masalah

Dalam berperkara di Pengadilan banyak kendala-kendala yang ada seperti

membayar perkara di Pengadilan namun di negara Indonesia, belum banyak

rakyat miskin yang tidak mampu membayar perkara di Pengadilan dan

kebanyakan rakyat miskin hampir semuanya buta hukum dan pada umumnya

mereka tidak tahu hak-hak dan kewajiban serta tidak tahu bagaimana menghadapi

18

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarta: Al-Hikmah, 2000), h. 40

Page 18: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

9

dan menyelesaikan perkara sendiri, maka diperlukan bantuan kaitannya hukum

maupun pembiyayaan oleh karena adanya bantuan hukum secara prodeo (Cuma-

Cuma) akan memberikan dampak positif oleh orang yang berperkara di

Pengadilan Agama.

Penulis membatasi permasalahan dalam penyusunan skripsi agar data-data

yang diperoleh dan diperlukan lebih sistematis, sehingga sesuai dengan arah dan

tujuan penulisan.

Pembatasan masalah yang dikemukakan penulis adalah mengenai

pemeriksaan pemeriksaan “Penyelesaian perkara Secara Prodeo yang terjadi di

Pengadilan Agama Jakarta Barat”, dimana perkaranya mempunyai kekuatan

hukum tetap.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta pembatasan masalah yang telah

diuraikan diatas, maka berperkara dengan prodeo akan berimplikasi dan perlu

penyelesaian di Pengadilan Agama Jakarta Barat, permasalahan di Pengadilan

Agama Jakarta Barat yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Penyelesaian Perkara Secara Prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat”

dalam Proses Berperkara “Bila dibuat pertanyaan dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses melakukan prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat.

Page 19: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

10

2. Faktor-faktor penyebab dan kendala-kendala berperkara prodeo di Pengadilan

Agama Jakarta Barat.

3. Berapa banyak kasus yang memakai jalur prodeo di Pengadilan Agama

Jakarta Barat.

4. Apakah ada perlakuan penyelesaian dari hakim Pengadilan Agama dalam

menyelesaikan kasus antara prodeo dan tidak prodeo di Pengadilan Agama

Jakarta Barat.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Memberikan gambaran kongrit mengenai mekanisme berperkara prodeo di

Pengadilan Agama kepada masyarakat.

b. Mengetahui frekwensi masyarakat yang mengetahui dan tidaknya tentang

prodeo di lingkungan Pengadilan Agama. Sehingga dapat terlihat

perbandingan antara keduanya.

c. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perkara prodeo di Pengadilan

Agama dan memberikan solusinya bagi pihak yang ingin berperkara.

d. Membandingkan antara teori dan praktek di pengadilan mengenai prodeo,

tentang penyimpangan-penyimpangan yang ada di pengadilan dengan

aturan-aturan yang Berlaku.

Page 20: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

11

2. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

pengetahuan kepada masyarakat umum, khususnya kepada masyarakat yang

berekonomi lemah dan tidak mampu membayar biaya dalam perkara di

pengadilan, bahwa hukum acara membuka kemungkinan utuk berperkara

secara Cuma-Cuma (prodeo). Sehingga dengan adanya penelitian ini, mereka

mendapat keadilan, merasakan perlindungan dengan pengayoman dalam

memperoleh hak perdata mereka.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu.

Pada dasarnya, terdapat sebuah skripsi yang ditulis oleh Sapenah

berkenaan dengan kasus prodeo, yaitu skripsi yang berjudul: Kontribusi advokat

dalam penyelesaian kasus prodeo. (Studi Kasus di Pengadilan Agama Bekasi),

sehingga secara spesifik, penulis tidak menemukan kajian ilmiah berkenaan

dengan prodeo yang serupa dengan tema penulis angkat ini.

Selain itu, penulis juga telah melakukan studi pendahuluan pada literatur-

literatur yang berkenaan dengan hukum prodeo secara khusus ataupun berkenaan

dengan hukum acara pada umumnya. Misalnya, M. Yahya Harahap, Hukum

Acara Perdata: Ropaun Rambe, Hukum Acara Perdata Lengkap, tak satupun

literatur itu mengkaji secara mendalam tentang Mekanisme serta sejumlah

persyaratan yang nyatanya ada dalam praktik penyelesaian kasus prodeo di

pengadilan. Sementara itu penulis menilai, bahwa kekosongan ini dapat

Page 21: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

12

berdampak pada persepsi masyarakat, lebih-lebih kalangan ekonomi menengah

kebawah, dalam upaya penyelesaian kasus perdata mereka. Dalam skripsi

Sapenah yang berjudul Kontribusi advokat dalam penyelesaian kasus prodeo

Cuma mengkaji seputar bagaimana kinerja advokal dalam kontribusi kasus

prodeo sedangkan judul yang saya angkat Penyelesaian Perkara Secara Prodeo di

Pengadilan Agama Jakarta Barat meneliti tentang bagaimana mekanisme dan

frekewensi masyarakat dari tahun ke tahun serta kendala-kendala dalam prodeo.

Maka disinilah, penulis akan mengkaji tentang mekanisme prodeo, yang

bertujuan untuk menjawab atas celah kajian akademik dalam persoalan terkait,

yaitu dengan mengkomparasikan antara penyelesaian perkara secara prodeo di

pengadilan agama jakarta barat secara teoritis dengan aspek praktiknya dan

frekwensi masyarakat dalam menggunakan prodeo apakah tiap tahun meningkat

atau mengalami penurunan.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, membutuhkan data-data yang dapat

memberikan kebenaran dari suatu ilmu pengetahuan. Dimana peneliti itu sendiri

mempunyai pengertian:” Suatu usaha untuk mengembangkan, menemukan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan metode-

metode ilmiah.19

19

Sutrisno Hadi, Metodologi Resarch I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h. 4.

Page 22: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

13

Metode-metode tersebut sangatlah penting untuk menunjang hasil yang

nantinya diperoleh dari penelitian yang dilakukan, sehingga mendapatkan data

dengan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang diteliti.

Pemilihan metode juga menjadi salah satu penentuan dari

kesempurnaan suatu penelitian ini, metode-metode yang digunakan oleh peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Obyek Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis mengambil lokasi disesuaikan

dengan judul skripsi :“PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT.” (Analisis Yuridis Putusan

Nomor: 085/Pdt.G/2010/ Pengadilan Agama Jakarta Barat)

Sehingga berdasarkan skripsi ini, maka lokasi penelitian adalah Di

Pengadilan Agama Jakarta Barat

2. Jenis Penelitian

Dilihat dari segi sifatnya, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis

merupakan penelitian yang bersifat Deskriptif.

Penelitian Deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk

memberi data yang seteliti mungkin tentang manusia atau gejala-gejala

lainnya.20

Penelitian ini menuturkan dan menafsirkan data yang ada, yaitu

mengenai proses “Penyelesaian Perkara Secara Prodeo Di Pengadilan Agama

20

Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI, 1986), h. 10

Page 23: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

14

Jakarta Barat”, hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaannya beserta

jalan keluar untuk mengatasinya. Dalam menutur dan menafsir data-data

tersebut, di dasarkan pada ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tempat Penelitian

Adapun tempat penelitiannya adalah di Pengadilan Agama Jakarta

Barat yang berlokasi di Jln. Flamboyan II No.2 Kelurahan Cengkareng Barat,

Kecamatan Cengkareng Kota Jakarta Barat, No. Telp: 021-55951554, No. Fax:

021-55963233, Emal Kantor : [email protected], Email Pengaduan :

[email protected], Email Admin Website:[email protected]

4. Metode Pendekatan

Penelitian ini dilakukan dan ditunjukan pada praktek pelaksanaan

hukum (law in action) terhadap peraturan perundang-undangan tertulis serta

prakteknya dan dokumen-dokumen hukum yang ada di Indonesia (law in

books), maka metode pendekatannya adalah bersifat surving.

5. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan 2 sumber data, yaitu:

a. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari keterangan dan penjelasan dari pihak yang berwenang di

obyek penelitian.

Yaitu: Hakim ketua Majlis dan Hakim anggota yang menangani

proses pemeriksaan perkara Prodeo Di Pengadilan Agama Jakarta Barat

Page 24: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

15

selain itu juga bagian administrasi dari Pengadilan Agama Jakarta Barat

yang menjadi lokasi penelitian ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak secara langsung

diperoleh dari lokasi penelitian, melainkan diperoleh dari suatu

kepustakaan, buku dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini. Sehingga sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah

merupakan sumber data yang secara tidak langsung memberikan

keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer. Sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah berkas-berkas perkara, buku-buku,

Dokumen-dokumen, HIR\ RBg, KUH perdata dan peraturan perundang-

undangan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dalam

penelitian ini.

6. Tehnik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data diatas, maka metode pengumpulan data yaitu:

a. Studi Lapangan

1) Observasi (pengamatan)

Adalah suatu penelitian yang dilakukan secara langsung terhadap obyek

atau masalah yang akan diteliti.tehnik ini digunakan untuk

mendapatkan fakta-fakta empirik yang tampak oleh kasat mata.21

21

Widodo, Cerdik Menyusun Proposal Penelitian: Skripsi, Tesis, dan Desirtasi, Cet. II,

(Jakarta: Yayasan Klopak dan Makna Scrip, 2004), h. 50

Page 25: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

16

2) Wawancara (Interviw)

Dengan tehnik ini peneliti menggunakan tanya jawab secara lisan dan

berpedoman pada daftar pertanyaan dengan Drs. H. Muhiddin,

S.H.,M.H. selaku Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat. Tehnik

wawancara yang digunakan adalah Wawancara bebas terpimpin yaitu

perpaduan antara wawancara terpimpin dengan wawancara tidak

terpimpin dimana wawancara tersebut dilakukan secara terarah dengan

pendekatan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman.

b. Studi Kepustakaan

Penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data melaui studi

kepustakaan. Dalam hal ini peneliti membaca, mengkaji, dengan

mempelajari literature dan Dokumen yang erat kaitannya dengan masalah-

masalah yang diteliti.

7. Tehnik Analisa Data

Menurut Bogdan menyatakan bahwa" Data analysis is the process of

systematically searching and arranging the interview transcripts, fildnotes,

and other materials that you accumulate to increase your own understanding

of them and of enable you to present what you have discovered to others.

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisis data

Page 26: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

17

kualitatif yang bersifat induktif, yaitu suatu analisis data dimana penulis

menjabarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

G. Sistematika Penulisan.

Sistematika penulisan berisis tentang deskripsi daftar isi karya tulis bab

per bab. Uraian yang dibuat dalam bentuk esai yang menggambarkan alur logis

dan struktur dari bangun bahasan skripsi.22

Agar skripsi ini dapat dipahami dan dimengerti secara jelas maka disusun

secara sistematis. Berikut uraian yang dibagi dalam beberapa bab dan masing-

masing dibagi dalam beberapa sub sub:

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II. Tinjauan Teoritis Tentang Prodeo, Tentang Prosedur Teoritis

Tentang Prodeo, katagori biaya prodeo di Pengadilan Agama, masalah yang

muncul dalam prodeo, dan prodeo dalam sejarah singkat peradilan Islam,

Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Perkara Prodeo.

BAB III. Tinjauan Umum Tentang Peradilan Agama, Tentang Profil

Kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat, Daftar Wilayah Yuridiksi, wewenang

dan Susunan Peradilan Agama, Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara

22

Djawahir Hejazziey, Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum, Cet.

1, (Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah jakarta Fakultas Syariah Dan Hukum

2007), h.. 30

Page 27: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

18

Peradilan Agama, serta Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara

Peradilan Agama, Kemudian Asas-Asas Hukum Acara Perdata

BAB IV Penyelesaian Perkara Secara Prodeo di Pengadilan Agama

Jakarta Barat, membahas tentang Faktor-Faktor Penyebab Dan Kendala-Kendala

Berperkara Prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat, Penyelesaian Perkara

Secara Prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat, Tingkat Frekwensi

Masyarakat Yang Berperkara Prodeo, analisis penulis.

BAB V Penutup yang berisi penyelesaian masalah, kesimpulan dan saran-

saran dari hasil penelitian.

Page 28: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PRODEO

A. Pengertian dan Prosedur Perkara Prodeo Aspek Teoritis

Prodeo adalah karena Allah, Cuma-Cuma, Gratis.1 Salah satu asas hukum

acara perdata yaitu pengenaan biaya saat beracara. Biaya perkara ini meliputi

biaya kepanitraan dan biaya untuk panggilan pemberitahuan para pihak serta

biaya materai. Bagi mereka yang tidak mampu untuk membyar biaya perkara,

dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma (Prodeo) dengan mendapatkan izin

untuk dibebaskan dari pembayaran biaya perkara.2 Hal ini dijelaskan dalam pasal

237 HIR dan 273 RBg yang berbunyi:” Penggugat atau tergugat yang tidak

mampu membayar biaya perkara dapat dizinkan untuk berperkara tanpa biaya”.

Tetapi ada diantara biaya yang tidak dibebaskan yaitu biaya administrasi

kepaniteraan dan pembayaran upah juru sita.3

Pada pasal 238 HIR /274 RBg ayat 1-3 dijelaskan bahwa, apabila

penggugat menghendaki izin prodeo, maka ia mengajukan permintaan untuk itu

pada waktu memasukan gugatan surat atau pada waktu ia mengajukan

gugatannya dengan lisan. Tetapi apabila izin dikehendaki oleh tergugat, maka izin

1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Cet. I, (Jakarta:Balai Pustaka, 1988)

2Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Cet. II, (Yogyakarta: Liberti

Yogyakarta, 1999), , h. 16

3 M. Yahya harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama “ UU No. 7

Tahun 1989”, Cet. III, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1997), h. 81

Page 29: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

20

itu diminta pada waktu ia memasukan jawabannya. Permintaan dalam kedua hal

itu harus disertai surat keterangan tidak mampu, yang diberikan oleh kepala polisi

pada tempat diam peminta, yang berisi keteranagan bahwa ia benar-benar

dinyatakan tidak mampu. Kemudian pada ayat 4 pasal 274 RBg dijelaskan, jika

terbukti tertulis tidak dapat diajukan, maka pengadilan bebas untuk meyakinkan

diri tentang kemiskinan pemohon yang bersangkutan dengan jalan keterangan-

keterangan lisan atau dengan cara lain.4

Kemudian pada waktu menghadap ke muka penggadilan, pertama kali

diputuskan oleh pengadilan adalah putusan sela yang berisi tentang dikabulkan

atau tidak permohonan prodeonya. Hal ini dijelaskan dalam pasal 239 HIR/275

RBg.5

Pada pasal 240 HIR /276 RBg ayat 1 dan 2 dijelaskan mengenai, balai

harta peninggalan dan balai budel, tanpa mengajukan tanda surat keterangan tidak

mampu baik ia sebagai penggugat atau tergugat, dan ia diperbolehkan berberkara

tanpa biaya jikalau budel yang diurusnya atau kekayaan orang yang diwakilinya

pada waktu perkara dijalankan, diperkirakan tidak akan mencukupi untuk

membayar biaya perkara. Kemudian mereka pada waktu itu mengajukan

4 Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan dalam Lingkungan

Peradilan Agama, h. 44.

5 Ibid., h 44

Page 30: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

21

permohonan untuk berperkara tanpa biaya secara singkat memperlihatkan

keadaan kekayaan itu kepada hakim.6

Pasal 242 HIR/278 RBg ayat 1-4 menjelaskan permohonan untuk

berperkara dalam tingkat banding tanpa biaya harus disertai pernyataan tidak

mampu dalam pasal 274 RBg ayat 3, secara lisan atau tertulis disampaikan kepada

panitera pengadilan negeri yang memutus pada tingkat pertama, oleh pihak yang

naik banding dalam waktu empat belas hari setelah keputusan dijatuhkan atau

sesudah diberitahukan, oleh pihak lawan disampaikan adanya permohonan

banding atau sesudah diberitahukan menurut ayat terakhir pasal ini.7

Kemudian jika pemohon bertempat tinggal atau berdiam diluar wilayah,

jaksa ditempat kedudukan pengadilan negeri atau panitera pengadilan negeri tidak

ada ditempat itu, maka ia dapat minta agar permohonnannya dicatat oleh jaksa

ditempat tinggalnya atau tempat ia berdiam. Setelah permohonan itu dicatat, ketua

memerintahkan agar permohonan itu dalam waktu empat belas hari sesudah

catatan itu, diberitahukan kepada pihak lawan dan memerintahkan agar para pihak

dipanggil untuk menghadap di hadapannya.8

6 Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan

Peradilan Agama, h. 44.

7 Ibid., h 44.

8 Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan

Peradilan Agama, h. 45.

Page 31: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

22

Pada pasal 243 HIR/ 279 RBg ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa, jika

pemohon tidak datang menghadap pada hari yang telah ditentukan, maka ketua

mendengar pemohon dan lawannya.9

Pada pasal 244 HIR/280 RBg menjelaskan, berita acara persidangan dan

surat-surat yang berhubungan dengan perkara tersebut, satu turunan resmi surat

keputusan pengadilan dan ringkasan catatan yang ada di dalam daftar tentang

permohonan untuk berperkara tanpa biaya, dikirimkan oleh panitera pengadilan

negeri kepada raad van justitie yang akan memeriksa permohonan banding itu.

Akan tetapi, raad van justitie memutus tanpa memeriksa para pihak, hanya

berdasarkan surat-surat. Dengan suatu alasan seperti tersebut dalam pasal 275,

juga karena jabatannya raad justitie dapat menolak permohonan itu dan panitera

raad van justitie secepat mungkin mengirimkan turunan resmi putusan raaf van

justitie tersebut dengan disertai surat-surat seperti tersebut dalam pasal yang lalu

kepada ketua pengadilan negeri yang kemudian memberitahukannya kepada para

pihak. Hal ini dijelaskan pada ayat (1) dan (2) pasal 245 HIR/ 281 RBg.10

Secara teoritis telah dijelaskan mengenai prosedur dalam mengajukan

perkara secara prodeo dimuka pengadilan sampai ketingkat banding.

B. Prodeo Dalam Sejarah Singkat Peradilan Islam

Setelah tiga belas tahun Rasulullah Saw menegakan ajaran Allah di tengah

masyarakat Arab di negeri Mekah. Kemudian beliau berhijrah ke Madinah untuk

9 Ibid., h. 46

10 Ibid., h. 47.

Page 32: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

23

meluruskan langkah tugasnya. Begitu pula beliau ditugaskan memutuskan hukum

dan menyelesaikan persengketaan yang terjadi diantara masyarakat.

Di masa Rasul memegang tampuk pemerintahan, sedikit sekali perkara

yang diajukan kepadanya. Kebanyakan umat Islam dewasa itu, memintakan fatwa

saja. Setelah mereka memperoleh fatwa, lalu mereka selesaikan sendiri

perkaranya. Demikian pula perkara-perkara yang diputus Nabi dengan segera

mereka jalankan. Tak perlu lagi Nabi campur tangan dalam urusan mereka karena

mereka sangat patuh kepada segala putusan Rasul.

Dikala dunia Islam telah mulai berangsur luas dan telah banyak kota-kota

Islam yang membutuhkan majlis-majlis peradilan, barulah Rasul mengutus

beberapa wali negeri (Gubernur) ke daerah itu. Para wali negeri itu bertindak

sebagai pemangku urusan umum rakyat dan bertindak pula sebagai qadli (hakim)

dalam wilayahnya. Wali-wali tersebut mempunyai wewenang untuk memutus

segala macam perkara. Negeri Yaman.

Pada waktu itu Nabi mengangkat Mu`az bin jabal menjadi Gubernur di

Negeri Yaman dan Attab ibn Asied menjadi Gubernur di negeri Mekkah.

Demikian keadaan hakim di masa Nabi dan begitu pula keadaannya di

zaman Abu Bakar Ashiddiqy. Di Madinah Abu Bakar sendiri yang memimpin

pengadilan dan bertindak sebagai hakim. Sedangkan di kota-kota Islam yang jauh

dari madinah, pengadilan dikendalikan oleh wali-wali negeri (gubernur) yang

diangkat mewilayahi daerah itu.

Page 33: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

24

Peradilan Islam mengalami perkembangan pasang surut sejalan dengan

perkembangan masyarakat Islam diberbagai kawasan dan negara. Dalam hal ini

masyarakat Islam menjadi basis utama dalam melakukan artikulasi dan perumusan

politik hukum di kawasan negara itu.

Peradilan Islam pada masa Rasul bersifat sederhana, baik dalam

pengorganisasiannya, maupun prosedurnya, sedangkan ketika masyarakat Islam

tersebut di berbagai kawasan, yakni pada masa khalifah Umar ibnu Khattab,

pengorganisasiannya dikembangkan. Peradilan sebagai wewenang yudikatif mulai

di pisahkan dari kekuasaan pemerintah atau eksekutif.

Para hakim (qadli) diberi pedoman tentang pelaksanaan tugas mereka,

yang tercermin dalam Risalat al-qadla. Umar ibnu Khattab telah membuat suatu

dustur yang harus dipegang dan dijadikan dasar oleh para hakim. Dustur umar ini

merupakan asasi bagi Peradilan Islam. Dustur itu oleh Umar dikirim kepada Abu

Musa Al-Asy`ari sebagai hakim di Kuffah dan hakim-hakim yang lain:

Dalam risalah tersebut Umar berkata:

1. Amma ba`du, sesungguhnya qadha adalah fardu yang dikukuhkan dan

sunnah yang harus diikuti.

2. Maka apabila diajukan kepadamu suatu perkara, dan putuslah apabila

telah jelas duduk permasalahannya, karena sebenarnya tidaklah ada

artinya bicara soal keadilan tanpa adanya pelaksanaannya.

3. Samakanlah manusia (pihak-pihak yang berperkara) dalam majlismu,

dalam pandanganmu, dan dalam keputusanmu, sehingga orang yang

berpangkat tidak akan mengharapkan penyelewenganmu dan orang

yang lemah tidak sampai putus asa mendambakan keadilanmu.

4. Bukti itu wajib atas penggugat (penuduh) sedang sumpah itu wajib atas

pihak yang menolak gugatan (tuduhan).

Page 34: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

25

5. Dan boleh mengadakan perdamaian diantara kaum muslimin, kecuali

perdamaian yang menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang

halal.

6. Dan barang siapa mendakwakan suatu hak yang tidak ada di

tempatnya atau suatu bukti, maka berilah tempo kepadanya sampai ia

dapat membuktikan hak itu. Akan tetapi, jika ia tidak mampu

membuktikannya, maka ia tidak berhak dikalahkan karena yang

demikian lebih mantap lagi keuzurannya dan lebih menampakan

barang yang tersembunyi.

7. Dan janganlah sekali-kali suatu keputusan yang telah kamu jatuhkan

hari ini menghalangimu untuk melakuan peninjauan kembali, dimana

kamu memperoleh petunjuk untuk kembali kepada kebenaran. Karena

sesungguhnya kebenaran itu qadim (harus didahulukan) dan tidak

dapat dibatalkan oleh apapun. Maka, kembali kepada kebenaran itu

lebih baik dari pada terus bergelimang dalam kebatilan.

8. Orang-orang Islam itu ( dianggap) adil sebagian mereka terhadap

sebagian yang lain, kecuali orang telah memberikan kesaksian palsu,

atau orang yang pernah dijatuhi hukuman had, atau orang yang asal-

usulnya. Karena sesungguhnya Allah yang mengetahui rahasia-rahasia

manusia dan menghindarkan hukuman atas mereka, kecuali dengan

adanya bukti-bukti atau sumpah.

9. Kemudian pahamilah dengan sungguh-sungguh perkara yang diajukan

kepadamu, yang terdapat pula didalam sunnah nabi, kemudian

bandingkanlah perkara-perkara itu dan dan perhatikanlah perkara

yang serupa hukumnya dengan perkara-perkara itu, lalu pegangilah

hukum menurut pendapatmu lebih diridhoi Allah dan lebih mendekati

kebenaran, hindarkanlah dirimu dari marah, pikiran yang kacau

(goyah), rasa jemu, mengamati orang yang berperkara dan bersikap

keras pad waktu menghadapi mereka, karena memutus perkara yang di

tempat yang benar termasuk pekerjaan yang dipahalai oleh Allah dan

membawa nama baik. Maka barang siapa murnikan niatnya demi

mencari kebenaran walaupun merugikan diri sendirimaka Allah akan

memberinya kecukupan. Dan barang siapa berlagak memiliki keahlian

yang tidak ada pada dirinya, maka Allah akan membuka rahasia

kejelekannya itu, karena sesungguhnya Allah tidak akan menerima

amal dari hamba Nya kecuali amal yang didasari dengan ikhlas, lalu

bagaimanakah persangkaanmu tentang pahala dari Allah, baik yang

akan segera diberikan maupun yang berada dalam pembendaharaan

rahmat Nya. Wassalamu`alaikum warahmatullahi wabarokatuh.11

11

Hasby Asyhiddieqy T.M, Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h.28.

Page 35: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

26

Dalam kedudukannya sebagai khalifah, Umar dikenal sangat adil dalam

menjalankan pemerintahannya. Ia tidak membedakan antara tuan dan budak, kaya

dan miskin, atau penguasa dan rakyat jelata. Semua mendapat perlakuan yang

sama, yang salah dihukum dan yang benar dibela.

Selain itu Umar membangun dewan pembendaharaan negara(Baitul Mal)

dan membentuk bermacam-macam dewan pemerintahan Islam, serta menentukan

gaji pegawai, diantaranya gaji qadli. Dan pada waktu itu pula bagi masyarakat

yang ingin menyelesaikan perkaranya di pengadilan, mereka tidak dikenakan

biaya atau dalam dalam istilah sekarang disebut prodeo.12

Begitu pula dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib, beliau memberikan gaji

kepada seorang qadhi dengan jumlah yang cukup besar, yaitu agar qadli tersebut

memperoleh kesejahteraan rumah tangga. Padahal Khalifah Ali hanya mengambil

untuk dirinya dari Baitul Mal hanya untuk sepiring nasi setiap harinya.

Namun dalam beberapa kitab diterangkan, bahwasannya para qadli di

Mesir pernah diminta membayar sejumlah uang yang ditentukan besarnya,

menurut kitab Muhadlaratul Awail, bahwa yang mula-mula memerintah qadli

membayar kepada pemerintah uang iltizam, ialah Mu`izzud Daulah ibn Buwaih

ketika dia mengangkat Abdullah ibnu Al Husain ibn Abi Syawarih menjadi qadli.

Para qadli diharuskan membayar kepadanya pada tiap tahun 20.000 dirham. Oleh

sebab itu, yang pada mulanya masyarakat berperkara secara gratis (prodeo), maka

12

Ibid., h. 25

Page 36: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

27

saat itubanyaklah qadli pada masa itu yang memungut bayaran dari masyarakat

yang berperkara di pengadilan.13

Dalam risalat Al-Qadla, bila dicermati mengandung beberapa pokok

pikiran yang berkaitan dengan prinsip peradilan yang juga dianut untuk sistem

peradilan modern. Pokok-pokok pikiran yang termuat dalam surat itu antara lain

adalah keharusan adanya lembaga peradilan, tugas pokok peradilan, asas

persamaan di muka umum, pembebanan alat bukti, perdamaian antara pihak-pihak

yang bersengketa, hal peninjauan kembali dan sikap serta pribadi hakim. Asas-

asas hukum yang Risalat Al Qadla, ternyata relevan dengan asas hukum yang

terdalam dalam acara Peradilan Agama di Indonesia.

C. Kategori Biaya Perkara Di Pengadilan Agama

Pada dasarnya berperkara di Pengadilan dalam perdata, dikenakan biaya

sesuai ketentuan pasal 4 ayat (2), pasal 5 ayat (2) undang-undang No. 14 Tahun

1970 dan pasal 1082, pasal 121 ayat (4) HIR, kemudian dalam pasal 192-194

RBg. Artinya suatu perkara perdata di Pengadilan baru dapat didaftar di

kepaniteraan setelah pihak termohon atau penggugat membayar sejumlah biaya

perkara yang lazimnya disebut panjar atau verschot.14

Berdasarkan surat dari mahkamah agung RI Nomor: 43/ TUADA/AG/III-

UM/XI/1992 yang ditunjukan kepada Ketua Pengadilan Tinggi Agama dan ketua

Pengadilan Agama di seluruh Indonesia, menjelaskan bahwa yang dimaksud

13

Ibid., h. 74

14 Direktorat Pembinaan peradilan Agama, Buletin Berkala Hukum dan Peradilan, (Jakarta:

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama, 2002), h. 39.

Page 37: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

28

dengan biaya perkara menurut pasal 121 ayat (4) HIR/ pasal 145 ayat (4) RBg

meliputi biaya kepaniteraan (yustisi costen) dan biaya proses (process costen).15

Kemudian dalam suratnya MA/KUMDIL/214/XII/K/1992, tanggal 21

desember 1992 perihal pola keuangan perkara dilingkungan Peradilan Agama,

Mahkamah Agung RI merinci biaya kepaniteraan yang kemudian dikenal dengan

istilah Hak-Hak Kepaniteraan (HHK) yang terdiri dari:16

1. Biaya pendaftaran perkara pertama

2. Biaya redaksi

3. Biaya pencatatan permohonan Banding

4. Biaya pencatatan permohonan Kasasi

5. Biaya pencatatan permohonan PK

6. Biaya pencatatan permohonan sita Konservation

7. Biaya permohonan sita Refindikatoir

8. Biaya pencatatan permohonan pencabutan sita

9. Biaya pencatatan pelaksanaan lelang.

Dengan kata lain, biaya kepaniteraan adalah pungutan-pungutan sebagai

pelayanan pengadilan. Biaya-biaya inilah yang harus disetorkan ke Kas Negara.

Sebagai biaya proses merupakan biaya-biaya pelaksanaan Peradilan dalam rangka

menyelesaikan suatu perkara. Dalam pasal 90 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989

15

Ibid., h. 40

16 Ibid., 41.

Page 38: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

29

tentang Peradilan Agama secara tegas telah ditentukan bahwa biaya proses

tersebut meliputi:17

1. Biaya pemanggilan para pihak dan pemberitahuan

2. Biaya untuk saksi/ saksi ahli dan penerjemah

3. Biaya pengambilan sumpah

4. Biaya penyitaan

5. Biaya eksekusi

6. Biaya pemeriksaan setempat

7. Biaya-biaya lain atas perintah Ketua Pengadilan.

Dengan memperhatikan kedua surat Mahkamah Agung RI dan pasal 90

ayat (1) diatas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan Biaya perkara

adalah biaya yang meliputi biaya kepaniteraan dan biaya proses yang merupakan

suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Katagori biaya perkara sesuai tingkat

dan kepentingan pemeriksaan perkara inilah yang merupakan biaya yang harus

dibayar sebagai panjar.

D. Masalah Yang Muncul Dalam Prodeo

Mengenai penyelesaian perkara prodeo terdapat anggapan masyarakat

bahwa, dalam prakteknya pembebasan biaya perkara dari pemohon prodeo di

Pengadilan Agama hanya dibebaskan untuk biaya kepanitraan saja, sedangkan

biaya prooses masih tetap menjadi tanggungan pemohon prodeo. Namun ada juga

yang membebaskan keseluruhan biaya kecuali biaya materai. Tetapi umumnya

17

Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perundang-undangan

Dalam Lingkungan Peradilan Agama, h. 280.

Page 39: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

30

para praktisi hukum berpendapat bahwa keseluruhan biaya perkara dibebaskan

dari pemohon prodeo.18

Namun pada kenyataannya, masih ada lembaga Peradilan Agama yang

melakukan pemungutan biaya dari para pemohon prodeo. Alasanya adalah selain

belum ada petunjuk yang jelas mengenai sumber dana untuk penyelesaian perkara

prodeo, juga masalah pemanggilan pihak yang berperkara tempat tinggalnya

terlampau jauh sehingga sulit dujangkau, selain itu juga membutuhkan

transportasi yang besar. Sebelum tahun 2008, masalah-masalah diatas memang

yang menjadi kendala dalam proses penanganan perkara prodeo. Tetapi di tahun

2008 ini masalah tersebut sudah ada pemecahan masalahnya. Yaitu dengan

adanya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang sudah disetujui oleh

pemerintah. Mengenai prosedur mendapatkan biaya dari DIPA yaitu, pengadilan

mengumpulkan perkara-perkara prodeo yang sudah diselesaikan terlebih dahulu,

dengan mencatat seluruh biaya yang dikeluarkan, kemudian dilaporkan ke

Bendahara DIPA. Berdasarkan laporan tersebut DIPA akan menggantikan

seluruh biaya yang telah dikeluarkan pengadilan dalam penyelesaian prodeo.19

18

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama, Buletin Berkala Hukum dan

Peradilan, h. 41

19 Wawancara Pribadi dengan. Muhiddin, Jakarta 7 Maret 2011

Page 40: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

31

Setelah pemohon/ penggugat mengajukan syarat-syarat berupa surat

keterangan miskin dari lurah yang dilampirkan pada gugatan, maka pada saat

itulah peranan dari negara (DIPA) dalam membiayai perkara prodeo.20

Setelah dilaksanakan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), maka

tidak ada lagi biaya yang harus dibebankan kepada para pemohon prodeo kecuali

biaya materai. Seseorang yang melakukan prodeo dalam panjar biaya perkara di

tulis NIHIL yakni semua biaya perkara gratis kecuali biaya materai. Selain itu

masalah-masalah yang terjadi dalam penanganan prodeo di Pengadilan Agama

dapat terselesaikan dengan baik.21

E. Prosedur Pengajuan dan Penyelesaian Perkara Prodeo

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan oleh seseorang yang

kurang mampu untuk berperkara secara prodeo (Cuma-Cuma) sama saja dengan

yang membayar biaya perkara, hanya ada syarat-syarat tertentu yang harus

dipenuhi baik ditingkat pertama atau banding bahkan kasasi, bagi pihak

penggugat/pemohon ataupun tergugat/ termohon, berikut proses dan prosedurnya:

1. Proses Perkara Prodeo Pada Tingkat Pertama

Pada pengadilan tingkat pertama, maka terdapat beberapa tahapan

acara persidangan yang harus dilaksanakan dalam perkara yang kaitannya

20

Taufik Hasan Ngadi, “Perbedaan Persepsi Terhadap prosedur Beracara Cuma-Cuma

Kaitanya dengan DIPA pada Peradilan Agama”, artikel diakses pada 30 Maret dari

www.badilag.net/data/artikel/tulisan %20taufik%20nadi pdf.

21 Wawancara pribadi dengan. Muhiddin, Jakarta, 7 Maret 2011

Page 41: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

32

dengan para pihak, Majlis Hakim, Panitera/ Sekertaris dan Bendahara

Pengeluaran yaitu:

a. Mekanisme beracara bagi pihak penggugat/ pemohon yang

mengajukan perkara prodeo.

1) Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan Kepada Pengadilan

Agama atau Mahkamah Syriah.22

2) Gugatan tersebut diajukan kepada Pengadilan Agama, dengan

ketentuan:

a) Yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat,23

b) Bila peggugat meninggalkan tempat kediaman yang telah

disepakati bersama tanpa ijin tergugat, maka gugatan diajukan

kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat

kediaman tergugat.24

c) Bila penggugat dan tergugat bertempat kediaman diluar negeri,

maka gugatan diajukan ke Pengadilan Agama yang daerah

hukumnya meliputi tempat diberlangsungkan perkawinannya atau

ke Pengadilan Agama Jakarta Pusat. 25

22

Lihat HIR Pasal 118 dan R.Bg. Pasal 142 jo UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah

dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama Pasal 66.

23 UU No. 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang 2006

Pengadilan Agama, Pasal 73 Ayat (1)

24 Ibid., Pasal 73 Ayat (2).

25 Ibid., Pasal 73 Ayat (3).

Page 42: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

33

3) Gugatan tersebut memuat:

a) Nama, umur, pekerjaan, agama, dan tempat kediaman penggugat

dan tergugat,

b) Posita (fakta kejadian dan fakta hukum).

c) Petitum (hal-hal yang dituntut berdasarkan posita).26

4) Pihak penggugat/ pemohon yang hendak mengajukan perkara dengan

prodeo, maka harus mengajukan permohonan perkara prodeo kepada

Majelis Hakim dengan ketentuan: 27

a) Permohona perkara secara prodeo ditulis menjadi satu dalam surat

gugatan/ permohonan.

b) Dalam permohonan tersebut disebutkan alasan-alasan untuk

berperkara secara prodeo (dalam posita),

c) Memberi izin kepada Penggugat/ pemohon untuk berperkara

secara Cuma-Cuma (dalam petitum).

d) Membebaskan penggugat / pemohon dari segala biaya perkara.

5) Penggugat/ pemohon mengajukan gugatan/ permohonan ke Pengadilan

melalui meja 1, kemudian kasir Pengadilan Tingkat Pertama akan

mengeluarkan kwitansi SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar)

sebesar Rp. 0,00 (nol rupiah/ nihil).

26 Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, Prosedur dan Proses

Berperkara di Pengadilan Agama, Tahun 2007.

27 Ibid., 43.

Page 43: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

34

b. Mekanisme bagi pihak tergugat yang mengajukan perkara prodeo

Bagi pihak tergugat yang hendak mengajukan perkara secara

prodeo, maka terdapat mekanisme beracara sebagai berikut:

1) Apabila pihak tergugat dalam persidangan, memohon beracara secara

prodeo, kesempatan hanya ada pada waktu menjawab gugatan

penggugat/ pemohon permohonannya disampaikan satu dengan

jawabannya.

2) Apabila permohonan beracara secara Cuma-Cuma oleh tergugat

dikabulkan dan dalam perkara tersebut tergugat dikalahkan, maka

tergugat dibebaskan dari membayar biaya perkara.

3) Biaya perkara dibebankan kepada negara dengan cara menyerahkan

salinan amar putusan oleh Majlis Hakim kepada Kuasa Pengguna

Anggaran dan diteruskan kepada kasir.

4) Kasir mengembalikan sejumlah uang yang disetor Penggugat/

Pemohon kepadanya dan menerimakan uang perkara yang disetor

Kuasa pengguna Anggaran sebagai gantinya. Semuanya dicatat di

dalam buku-buku keungan.

2. Proses Perkara Prodeo Pada Tingkat Banding

Dalam proses beracara perkara secara prodeo pada Pengadilan Tingkat

Banding, maka terdapat beberapa tahapan yang dapat dilakukan yang tahapan

Page 44: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

35

tersebut tidak dipisahkan dengan Pengadilan Agama tingkat pertama yaitu

sebagai berikut:

a. Permohonan beracara secara Cuma-Cuma pada tingkat banding dapat

diajukan secara tertulis atau secara lisan melalui panitra Pengadilan Agama

tingkat pertama.28

b. Setelah permohona pembanding untuk beracara secara prodeo diterima,

Ketua Pengadilan Agama menunjuk Majlis Hakim untuk bersidang

memeriksa permohonan tersebut.

c. Hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam berita Acara persidangan

yang ditanda tangani oleh ketua majlis dan panitra yang mengikuti

jalannya persidangan. 29

d. Panitera pengadilan Agama Mengirim Berita Acara Pemeriksaan

permohonan tersebut bersama bundel A dan salinan putusan Pengadilan

Agama yang bersangkutan ke Pengadilan Tinggi Agama.

e. Terhadap budel B dapat dikrim bundel A dan salina putusan atau dikirim

setelah diterimakan Penetapan Pengadilan Tinggi Agama tentang izin

beracara secara prodeo kepada pihak yang memohon izin tersebut.

f. Pengadilan Tinggi Agama mengeluarkan penetapan yang isinya menerima

atau menolak permohonan izin prodeo tersebut.

28

Mukri Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1999), h. 120.

29 Abdul manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Cet. III,

(Jakarta:Pranada Media, 2005), , h.64

Page 45: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

36

g. Apabila permohona izin beracara secara Cuma-Cuma ditolak pengadilan

Tinggi Agama, pembanding diberi waktu 14 hari untuk membayar biaya

perkara penetapan Pengadilan Tinggi Agama tersebut diterima

Pembanding.

h. Apabila permohona dikabulkan, salinan amar putusan penetapan

Pengadilan Tinggi Agama tersebut diserahkan kepada Kuasa Pengguna

Anggaran (pansek) Pengadilan Tinggi Agama untuk seterusnya

memerintahkan Bendahara mengeluarkan sejumlah uang guna pembayaran

panjar perkara di Pengadilan Agama.

i. Setelah perkara dibayar, Pengadilan Agama dalam waktu segera mengirim

bundel B ke Pengadilan Tinggi Agama, bilamana belum dikirim

sebelumnya untuk selanjutnya diproses sebagaimana mestinya. 30

j. Kasir wajib mengembalikan kelebihan biaya perkara kepada kas negara

instrumen biaya prodeo

k. Apabila biaya perkara kurang, Majlis Hakim dapat memerintahkan kepada

Kuasa Pengguna Anggaran pada Pengadilan Tinggi Agama Untuk

mengeluarkan biaya perkara yang diperlukan dengan mengeluarkan

instrumen.

Dalam kasasipun perkara dengan Cuma-Cuma ada dan prosedurnya

sama dengan proses prodeo pada tingkat banding.

30

Ibid., h. 65.

Page 46: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

37

Proses beracara dan mekanisme perkara prodeo pada tingkat pertama,

maka terdapat beberapa tahapan acara persidangan yang harus dilaksanakan

dalam perkara prodeo yang berkaitan dengan para pihak, majlis Hakim, Panitra

/ Sekertaris dan Bendahara.

Pihak Penggugat / Pemohon yang hendak mengajukan perkara dengan

prodeo, maka harus mengajukan permohonan perkara prodeo kepada Majelis

Hakim dengan ketentuan :31

a. Permohonan perkara secara prodeo ditulis menjadi satu dalam surat

gugatan/permohonan;

b. Dalam permohonan tersebut disebutkan alasan-alasan untuk berperkara

secara prodeo;

c. Dalam petitum mencantumkan salah satunya dengan memberi izin kepada

penggugat/pemohon untuk berperkara secara cuma-cuma dan

membebaskan penggugat / pemohon dari segala biaya perkata.

d. Penggugat/Pemohon mengajukan gugatan/permohonan ke Pengadilan

melalui Meja I, kemudian Kasir Pengadilan Tingkat Pertama akan

mengeluarkan kwitansi SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) sebesar

Rp. 0,00 (nol rupiah)

31

PA Sukabumi,”Proses Beracara Secara Cuma-Cuma”, artikel diakses 30 Maret 2011dari

http:pasukabumi/pta-bandung.net/indexs2.phpoption=com_conten&-pdf.

Page 47: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

38

e. Setelah berkas perkara diterima oleh Ketua Pengadilan Agama, maka

Ketua Pengadilan Agama menunjuk Majlis Hakim untuk menangani

perkara tersebut (PMH).

f. Majelis Hakim enetapkan Hari sidang ( PHS) dan memerintahkan jurusita

untu memanggil Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon.

g. Majelis Hakim memerintahkan kepada Kuasa Pengguna Anggara ( Pansek)

agar mengeluarkan biaya panggilan masing-masing satu kali biaya

panggilan untuk Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon dalam

bentuk sebuah instrumen, yang selanjutnya pula Kuasa Pengguna

Anggaran/Pansek mengeluarkan perintah kepada bendahara pengeluaran

juga dalam bentuk sebuah instrumen.

h. Petugas buku induk keuangan perkara (PBIKP) , petugas/pemegang buku

jurnal keuangan perakara (PBJKP), dan petugas/pemegang Buku Kas

Pembantu (PBKP), mencatat penerimaan tersebut di dalam buku-buku

mereka sebagai penerimaan panjar pertama.Pada hari sidang yang telah

ditentukan, Majelis Hakim sebelum memeriksa pokok perkara, terlebih

dahulu memeriksa permohonanberacara secara cuma-cuma tersebut di

dalam persidangan.

Page 48: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

39

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERADILAN

AGAMA JAKARTA BARAT

A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Barat

1. Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Barat

Gedung Pengadilan Agama Jakarta Barat yang dibangun pada tahun 1994

dan selesai pada tahun 1997 adalah milik PEMDA DKI Jakarta. Kemudian

olehnya di serah terimakan kepada Pengadilan Agama Jakarta Barat pada

tanggal 19 Mei 1997 untuk dipergunakan sebagai tempat kegiatan Pengadilan

Agama Jakarta Barat dalam melaksanakan tugas penegakan Hukum dan

Keadilan. Pada saat ini kondisinya sebagai berikut:

a. Luas Tanah Luas Tanah Kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat

seluruhnya adalah seluas 3.056 M2 yang seluruhnya berupa tanah darat.

b. Luas Bangunan. Luas Bangunan Kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat

seluruhnya adalah 2.400 M2.

Bangunan Pos Satpam adalah seluas 2 x 2 M2 dengan kondisi rusak tanpa

kaca jendela dan pintu. Bangunan Gardu Listrik Bangunan Gardu Listrik

adalah seluas 6 x 12 M2 dengan kondisi pintu gulung (roling dor) rusak dan

berkarat. Bangunan Tangki Air Minum Bangunan tangki Air Minum adalah

seluas 4 x 5 M2 kondisi rusak dan terjadi kebocoran dinding sehingga air

kotor dari luar masuk ke dalam serta tidak bisa dipakai.

Page 49: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

40

Fasilitas Pendukung lainnya Halaman tempat parkir kendaraan cukup

memadai akan tetapi halamannya terlalu rendah dari jalan raya, sehingga pada

waktu musim hujan, halaman selalu digenang air setinggi lebih kurang 30 cm.

pada tahun anggaran 2004 sekitar 700 M2 (sebagian halaman) telah

ditinggikan dengan proyek (DIP Pengadilan Agama Jakarta Barat tahun 2006)

yang dilaksanakan oleh Pengadilan Agama Jakarta Barat. · Lokasi Kantor

Pengadilan Agama Jakarta Barat.

Lokasi Kantor Pengadilan Agama Jakarta Barat terletak dijalan

Flamboyan II No. 2 Cengkarenag Barat Jakarta Barat. Tergolong kurang

strategis karena tidak dilewati kendaraan umum atau jarak ± 1500 m. dari

jalan Kamal Raya dan berdampingan dengan Rumah Susun Cengkareng.1

2. Wilayah Yuridiksi

Wilayah yuridiksi pada pembahasan ini bermuara pada istilah

kewenangan memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan suatu perkara bagi

Pengadilan. Dalam istilah “kewenangan”. Adapun yang dimaksud dengan

kewenangan dan kekuasaan atau pada HIR dikenal pula dengan istilah

kompetensi. Adapun pembahasan kompetensi ini terbagi kepada 2 (dua) aspek

yaitu:

1. Kompetensi Absolut, yaitu kewenangan atau kekuasaan untuk memeriksa,

memutus dan menyelesaikansuatu perkara bagi pengadilan yang

1 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Barat Tahun 2010, h. 1

Page 50: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

41

menyangkut pokok perkara itu sendiri. 2 Pada Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama disebut pada Bab III yang berjudul

Kekuasaan Peradilan Agama Pasal 49 Ayat (1) yang berbunyi: “Pengadilan

Agama Bertugas dan berwenang, memeriksa, memutuskan dan

menyelesaika perkara-perkara ditingkat pertama antara orang-orang yang

beragama Islam dibidang:3

a. Perkawinan

b. Kewarisan, Wasiat dan Hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam

c. Wakaf dan Shadaqoh

d. Ekonomi Syariah

2. Kompetensi Relatif, yaitu kewenangan atau kekuasaan untuk memeriksa,

memutuskan atau menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan yang

berhubungan dengan wilayah atau domisili pihak atau para pihak pencari

keadilan. 4

3. Daftar Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Jakarta Barat

Wilayah Hukum Pengadilan Agma Jakarta Barat meliputi 8 (delapan )

kecamatan dengan 56 (lima puluh enam ) kelurahan yaitu:

2 Royhan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. VI, (Jakarta:PT Grafindo Persada,

1998), , h.25

3 Undang-Undang No.7 Tahun 1989 Jo Undang-Undang No.3 Tahun 2006 tentang

Pengadilan Agama Pasal 49 ayat (1)

4 Royhan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, h. 26

Page 51: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

42

a. Kecamatan Kebun Jeruk mewilayahi tujuh kelurahan yaitu:

1) Duri Kepa

2) Kedoya Selatan,

3) Kedoya Utara

4) Kebon Jeruk

5) Sukabumi Utara

6) Kelapa Dua

7) Sukabumi Selatan

b. Kecamatan Cengkareng mewilayahi enam kelurahan yaitu:

1) Kelurahan Cengkareng Timur

2) Kelurahan Cengkareng Barat

3) Kelurahan Kapuk.

4) Kelurahan Rawa Buaya.

5) Kelurahan Duri Kosambi.

6) Kelurahan Kedaung Kali Angke

c. Kecamatan Grogol Petamburan mewilayahi tujuh kelutahan yaitu:

1) Kelurahan Grogol

2) Kelurahan Tanjung Duren Utara.

3) Kelurahan Tanjung Duren Selatan

4) Kelurahan Tomang.

5) Kelurahan Jelambar.

6) Kelurahan Jelambar Baru.

7) Kelurahan Wijaya Kusuma.

Page 52: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

43

d. Kecamatan Tambora mewilayahi sebelas kelurahan yaitu:

1) Kelurahan Tambora

2) Kelurahan Tanah Sereal.

3) Kelurahan Duri Utara.

4) Kelurahan Duri Selatan.

5) Kelurahan Angke.

6) Kelurahan Roa Malaka.

7) Kelurahan Pekojan.

8) Kelurahan Jembatan Besi.

9) Kelurahan Jembatan Lima.

10) Kelurahan Kali Anyar.

11) Kelurahan Krendang.

e. Kecamatan Taman Sari mewilayahi delapan kelurahan yaitu:

1) Kelurahan Taman Sari

2) Kelurahan Glodok.

3) Kelurahan Keagungan.

4) Kelurahan Krukut.

5) Kelurahan Tangki.

6) Kelurahan Maphar.

7) Kelurahan Mangga Besar.

8) Kelurahan Pinangsia.

Page 53: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

44

f. Kecamatan Palmerah mewilayahi enam kelurahan yaitu:

1) Kelurahan Palmerah

2) Kelurahan Kota Bambu Utara.

3) Kelurahan Kota Bambu Selatan.

4) Kelurahan Kemanggisan.

5) Kelurahan Jati Pulo.

6) Kelurahan Slipi.

g. Kecamatan Kembangan mewilayahi enam kelurahan yaitu:

1) Kelurahan Kembangan Selatan.

2) Kelurahan Kembangan Utara.

3) Kelurahan Meruya Utara.

4) Kelurahan Meruya Selatan.

5) Kelurahan Srengseng.

6) Kelurahan Joglo.

h. Kecamatan Kalideres mewilayahi lima kelurahan yaitu:

1) Kelurahan Kalideres

2) Kelurahan Tegal Alur.

3) Kelurahan Kamal.

4) Kelurahan Semanan.

5) Kelurahan Pegadungan5

5 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Jakarta Barat Tahun 2010

Page 54: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

45

B. Wewenang dan Susunan Peradilan Agama

1. Wewenang Peradilan Agama

Kata “peradilan” berasal dari akar kata “adil”, dengan awalan “per”

dan dengan imbuhan “an”. Kata peradilan sebagai terjemahan dari “qadha”,

yang berarti “memutuskan”, “melaksanakan”, menyelesaikan”.6 Dalam

literature-literatur fikih Islam, “Peradilan” disebut “qadha”, artinya

“menyelesaikan” seperti firman Allah SWT surat al-Ahzab ayat 37:

(37: األحزاب)

Artinya: .manakala zaid telah menyelesaikan keperluannya dari

zainab”

Dan ada juga yang berarti “menunaikan” seperti dalam firman Allah

surat al-Jumu’ah ayat 10:

(1.: الجمعة)

“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kepelosok

bumi”

Dalam dunia peradilan menurut para pakar, makna yang lebih

signifikan dari peradilan yaitu ”menetapkan suatu ketetapan”. Dimana makna

hukum disini pada asalnya berarti “ menghalangi” atau “mencegah”,

karenanya qodhi dinamakan hakim karena seorang hakim berfungsi untuk

menghalangi orang zalim dari penganiayaan. Oleh karena itu apabila

6 Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 1.

mengutip dari Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia Al Munawwir, Cet. I, (Jakarta: TP,

1996), h. 1215

Page 55: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

46

seseorang mengatakan “ hakim telah menghukum seperti ini” artinya hakim

telah meletakan suatu hak untuk mengembalikan sesuatu kepada pemiliknya

yang berhak.7

Kata “peradilan” menurut Istilah fikih adalah berarti:

a. Lembaga Hukum (tempat dimana seseorang mengajukan mohon keadilan)

b. Perkataan yang harus dituruti dan diucapkan oleh seorang yang

mempunyai wilayah umum atau menerangkan hukum agama atas dasar

harus mengikutinya.

Dari pengertian tersebut membawa kita kepada kesimpulan bahwa

tugas peradilan berarti menampakkan hukum agama, tidak tepat bila dikatakan

menetapkan suatu hukum. Karena hukum itu sebenarnya telah ada dalam hal

yang dihadapi hakim.bahkan dalam hal ini kalau hendak dibedakan dengan

hukum umum, dimana hukum Islam (syari`at) itu, telah ada sebelum manusia

ada. Sedangkan hukum umum baru ada setelah manusia ada. Sedangkan

hakim dalam hal ini hanya menetapkan hukum yang sudah ada itu dalam

kehidupan, bukan menetapkan suatu yang belum ada. 8

Peradilan Agama adalah Peradilan Islam di Indonesia. Sebab dari

jenis-jenis perkara yang boleh diadilinya, seluruhnya adalah jenis perkara

menurut Agama Islam. 9

7 Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, h. 2. mengutip dari Hasbi Ash-Shiddieqy,

Peradilan dan Hukum Acara Islam, (Yogyakarta: PT. Ma`arif, 1994), h. 29

8 Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia, h.2

9 Basiq Djalil, Peradilan Islam, Jakarta, 2007, h. 5

Page 56: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

47

Pada umumnya dikenal pembagian peradilan menjadi peradilan umum

dan peradilan khusus. Peradilan umum adalah peradilan bagi rakyat pada

umumnya, baik yang menyangkut perkara perdata maupun maupun pidana.

Sedangkan peradilan khusus mengadili perkara atau golongan rakyat

tertentu.10

Bertitik tolak pada falsafah Pancasila dan Undang-Undang 1945 dan

untuk mewujudkan cita-cita Undang-Undang No. 14 tahun 1970 tentang

ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman, yang kemudian diubah

dengan Undang-Undang No. 35 tahun 1999, terakhir diganti dengan Undang-

undang No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, pada pasal 10 ayat 1

dikatakan: “kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung

dan badan peradilan yang berada di bawahnya, dan oleh sebuah Mahkamah

Konstitusi”. Maksud dari badan peradilan yang berada dibawahnya ialah

pengadilan dalam lingkungan:

a. Peradilan Umum

b. Peradilan Agama

c. Peradilan Militer

d. Peradilan Tata Usaha Negara11

10

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Cet. II, (Yogyakarta:Liberti

Yogyakarta, 1999), h. 20

11

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 th. 1970 tentang ketentuan Pokok Kekuasaan

Kehakiman (Lembaran negara Tahun 1970 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2951)

(Surabaya: karya Anda), h.5

Page 57: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

48

Peradilan Agama merupakan salah satu institusi yang sangat urgen

dalam tata kehidupan masyarakat, khususnya umat Islam. Secara filosofis, ia

dibentuk dan dikembangkan untuk memenuhi ketentuan penegakan hukum

dan keadilan Allah dalam pergaulan hidup masyarakat. Secara yuridis, ia

merupakan salah satu mata rantai peradilan Islamyang berkembang sejak masa

Rasululah Saw. Sedangkan secara sosioligis, ia lahir atas dukungan dan usaha

masyarakat yang merupakan bagian dari instansi kebudayaan Islam dalam

kehidupan masyarakat bangsa indonesia yang sangat majemuk.12

Pengakuan Peradilan Agama secara resmi oleh pemerintah melalui

Undang-undang No. 7 th. 1989 tentang Peradilan Agama pada tanggal 29

Desember 1989, untuk mempertegas keberadaan Peradilan Agama. Undang-

undang No. 7 tahun 1989 pasal 2 menjelaskan bahwa:

Pasal 2

Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam

mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam undang-

undang ini.13

Setelah diamandemen dengan undang-undang No. 3 tahun. 2006

tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 Th. 1989 tentang Peradilan

Agama, bunyi pasal 2 berubah menjadi:

12

Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama dan Alokasi Kekuasaan di Indonesia, (Jakarta: al-

Hikmah, 1997), h. 66.

13 Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, BAB I,

Pasal 2, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta:

Depag), h. 258

Page 58: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

49

Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan

kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam

mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam

undang-undang ini.

Maksud pasal diatas adalah bahwa Peradilan Agama dalam

menyelesaikan perkara hanya terbatas bagi orang-orang yang beragama Islam.

Sedangkan maksud dari perkara perdata tertentu adalah sebagaimana

tercantum dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2006 pasal 49 ayat 1 yang

menyatakan bahwa:

pasal 49 ayat 1

Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa,

memutus dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat

pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang:

Perkawinan, kewarisan, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infak,

Shadaqah,dan Ekonomi Syari`ah. 14

Hukum perdata dibagi dalam hukum perdata materiil, yaitu mengatur

kepentingan-kepentingan perdata dan hukum formil, yaitu mengatur tentang

pertikaian hukum mengenai kepentingan-kepentingan perdata atau cara

mempertahankan peraturan-peraturan hukum perdata materiil dengan

pertolongan hakim.15

Undang-undang No. 3 Th. 2006 tentang perubahan atas Undang-

undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagian besar mengatur

14

Ibid, h. 271.

15 L. J. Van Apeldoorn, , Pengantar Ilmu Hukum Cet. Ke XXVIII, (Jakarta:Pradnya Paramita,

2000), h. 220

Page 59: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

50

mengenai penghakiman dan hukum acara. Dalam tahap penghakiman, para

hakim agama merupakan ujung tombak yang menentukan eksistensi dan

dinamika Pradilan Agama secara aktual.

Seperti telah dikemukakan di atas, karena dalam Undang-undang No.

7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diamandemen dengan

Undang-undang No 3 tahun 2006 tidak diatur hukum materiil yang berlaku di

Peradilan Agama, maka sebagai pedoman bagi hakim, pemerintah dengan

Inpres No. I Th. 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, telah berhasil

menyusun Kompilasi Hukum Islam di bidang Perkawinan, Kewarisan dan

Perwakafan.

Walaupun hasil karya para ulama sebagaimana tertuang dalam

Kompilasi Hukum Islam itu boleh dilatakan merupakan karya monumental,

tetapi masih merupakan garis besar, sehingga tidak mungkin lengkap dalam

memutus setiap perkara yang dihadapi. Oleh karena itumenjadi kewajiban

para hakim Peradilan Agama untuk mendalami hukum Islam lebih jauh, baik

yang terdapat dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah, maupun dalam kitab fiqih

hasil karya para mujtahid.16

Pengetahuan ini diperlukan, karena sesui dengan

penjelasan umum dari Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan-

ketentuan Pokok Kehakiman. Bahwa, Hakim wajib menggali, mengikuti dan

memahami nilai-nilai hukum yang hidup dengan mengintegrasikan diri dalam

16

Muhamad Tolehan Hasan, Beberapa Cacatan Sekitar 10 Tahun undang-Undang Peradilan

Agama, h. 18

Page 60: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

51

masyarakat. Telah terjamin sepenuhnya bahwa perkembangan dari penetapan

hukum tidak tertulis itu akan berjalan secara wajar.

Singkat kata, hakim agama bukan saja harus mampu berperan sebagai

penghakim Undang-undang, tetapi dengan daya kreasinya juga mampu

berperan sebagai pencipta hukum. Hal ini penting mengingat pembuatan

peraturan perundang-undangan biasanya berjalan lambat, padahal kita sering

dihadapkan kepada kebutuhan hukum yang mendesak untuk menghakimi

masalah tertentu dengan segera. Oleh sebab itu dengan adanya kreatifitas

hakim agama, maka diharapkan tidak sampai terjadi kekosongan di bidang

hukum.17

Selain penguasaan hukum materiil hakim agamapun harus menguasai

hukum formil (hukum acara).sebagaimana tersurut dalam pasal 54 undang-

undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagai berikut:

Pasal 54

Hukum acara yang berlaku pada peradilan dalam lingkungan

Peradilan Agama adlah hukum acara perdata yang berlaku

pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali

yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang.18

Pada dasarnya hukum acara perdata yang berlaku di Pengadilan Negeri

adalah Herzine Indonesiscde Reglement (HIR) Stb 1941 No. 44. Selain

17

Ibid., h. 18

18 Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan

Peradilan Agama, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama,

2001), h 272

Page 61: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

52

menggunakan HIR sebagai pedoman, dalam praktek Pengadilan Negeri

kadang-kadang menggunakan pranata hukukum yang terdapat dalam

Burgelijke Rechtsvordering (BRv).19

Sementara itu kebutuhan hukum dalam praktek, telah melahirkan

yurisprudensi-yurisprudensi sebagai pengisi kekosongan (lijmten) perundang-

undangan. Dengan demikian, para hakim Peradilan Agama tidak cukup hanya

menguasai hukum acara yang terdapat dalam Undang-undang No. 7 Tahun

1989 tentang Peradilan Agama dan HIR saja, tetapi juga harus menguasai

BRv dan kebiasaan-kebiasaan yang tercipta di Pengadilan,

Aspek kementrian berkaitan dengan kemandirian dan kemerdekaan

hakim dalam menjatuhkan putusan.berlainan dengan aparat penegak hukum

lainnya, misalnya kejaksaan dengan semboyanya”een en ondeelbar”atau “satu

dan tak terpisahkan” dalam menetapkan putusan hakim mandiri dan merdeka.

Dalam posisinya itu hakim tidak mempunyai atasan yang dapat mengarahkan

atau merekayasa putusan yang akan dijatuhkannya. Kemerdekaan dan

kemandirian hakim ini sangat asasi untuk menjamin putusan yang benar-benar

obyektif.20

Namun disamping kebaikan yang diharapkan, kemandirian dan

kemerdekaan hakim itu dapat pula melahirkan hal-hal yang negatif yang tidak

19

Muhamad Tolchah Hasan, Beberapa Catatan Sekitar 10 Tahun Undang-Undang Peradilan

Agama, h. 19

20

Ibid., h. 19

Page 62: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

53

diinginkan. Sering terjadi untuk suatu perkara yang hampir sama, putusan

hakim yang satu berbeda dengan putusan hakim yang lain.21

Perbedaan itu sah saja terjadi, karena dengan dengan pengalaman yang

berbeda setiap hakim bisa mempunyai persepsi dan interprestasi yang berbeda

pula tentang bunyi undang-undang. Tetapi perbedaan yang kadang-kadang

terlalu mencolok dan begitu sering terjadi, akan mengikis para kepercayaan

para pencari keadilan terhadap hakim dan mengikis kepercayaan para pencari

keadilan terhadap hakim dan mengikis kepercayaan para pencari keadilan

akan memilih cara sendiri untuk menyelesaikan sengketa yang dihadapinya

melalui jalan pintas atau selau menggunakan upaya hukum dalam bentuk

banding, kasasi atau peninjauan kembali (PK),

Unsur kemerdekaan hakim tidak boleh terlepas dari unsur “ tanggung

jawab”. Dengan kata lain kemerdekaan itu berpadanan dengan tanggung

jawab. Kemerdekaan hakim bukanlah kemerdekaan yang mutlak dan tanpa

batas, yang cenderung menjurus kepada kesewenag-wenangan.22

Kemerdekaan hakim adalah kemerdekaan yang dibatasi oleh tanggung

jawabnya terhadap tuhan dan masyarakat.tanggung jawab hakim agama

terhadap tuhan adalah spesifik karena sebelum memangku jabatannya hakim

agama hanya boleh bersumpah, tidak dibuka kemungkinan untuk berjanji.

21

Ibid., h. 20

22

Ibid., h. 20

Page 63: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

54

sumpah ini mengandung makna bahwa kemerdekaan para hakim akan

diimbangi dengan penghisaban di akhirat kelak. Oleh karena itu pada setian

penjatuhkan putusan di relung hati para hakim agama hendaknya selalu

terpatri sabda Rasulullah SAW, bahwa “dua dari tiga kelompok hakim itu

akan menjadi penghuni neraka”. Dalam sabda Rasulullah itu terkandung pesan

agar setiap hakim memiliki mengetahuan hukum yang memadai dan akhlak

yang mulia agar terhindar dari api neraka. 23

Tanggung jawab terhadap masyarakat berkaitan dengan keterbukaan

dan obkjektifitas putusan hakim. Putusan hakim agama hendaknya tidak

bertolak belakang dengan rasa keadilan yang berkembang dalam masyrakat.

Putusan hakim yang aneh dan tidak sejalan dengan akal sehat, akan

menimbulkan kecurigaan seolah-olah ada “mafia pengadilan” yang

merekayasa putusan itu. Namun demikian, bukan berarti seorang hakim harus

terbawa arus opini masyarakat yang tidak terkendali. Hakim harus tetap

berpendirian teguh dalam memutus perkara berdasarkan hukum yang

diyakininya.

2. Susunan Pengadilan Agama

Mengenai susunan Pengadilan Agama secara horizontal. Pengadilan

Agama berkedudukan di Kotamadya atau di ibu kota Kabupaten, dan daerah

hukumnya Meliputi wilayah Kotamadya atau kabupaten. Sedangkan

23

Ibid., h. 21

Page 64: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

55

Pengadilan Tinggi Agama berkedudukan di ibukota Propinsi, dan daerah

hukumnya meliputi wilayah profinsi.24

Mengenai susunan hirarki Pengadilan Agama secara internasional,

terdiri dari dua tingkat yaitu:25

Pengadilan Agama, yang merupakan

pengadilan tingkat pertama : Pengadilan Tinggi Agama yang merupakan

Pengadilan Tingkat Banding.

Maka Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama adalah

pengadilan yang bertindak menerima, memaksa, memutus, dan menyelesaikan

setiap permohonan atau gugatan pada tingkat awal dan paling bawah.

Pengadilan Agama sebagai pengadilan tingkat pertama dilarang

menolak untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara yang diajukan

kepadanya dengan daih apapun.26

Menurut ketentuan pasal 9 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Tentang

Peradilan Agama bahwa:

Pasal 9

1) Susunan Pengadilan Agama Terdiri dari Pimpinan,

Hakim Anggota, Panitera, Sekertaris dan Juru Sita.

2) Susunan Pengadilan Tinggi Agama tetrdiri dari

Pimpinan, Hakim Agama, Panitera dan Sekertaris.

24

Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, h. 3.

25 Ibid., BAB II, Pasal 6, h. 259.

26 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama ( undang-

Undang No. 7 Th. 1989), Ed. II, Cet. V, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), h. 112

Page 65: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

56

Berdasarkan bunyi pasal tersebut menunjukan unsur-unsur Pengadilan

Agama dan Pengadilan Tinggi Agama hampir seluruhnya sama, kecuali Juru

sita yang hanya terdapat pada Pengadilan Agama.

C. Pengertian dan Sejarah Singkat Hukum Acara di Peradilan Agama

1. Pengertian Hukum Acara Perdata

Hubungan hukum adalah obyek hukum yang diatur dan diberi akibat

oleh hukum. Karena terjadi antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain,

maka hubungan itu disebut hubungan hukum perdata (verbentenis).27

Hukum perdata mengatur hak dan kewajiban orang-orang yang

mengadakan hubungan hukum. Misalnya BWm WvK, Undang-undang

perkawinan, dan peraturan tidak tertulis berupa hukum adat dan kebiasaan

yang hidup dalam masyarakat. Semua peraturan hukum yang memuat hak dan

kewajiban disebut hukum material (subtantiv law). Hukum material yang

mengatur tentang hubungan hukum antara pribadi yang satu dengan pribadi

yang lain disebut dengan hukum perdata materiil.28

Pelaksanaan hukum perdata materiil, dapatlah berlangsung secara

diam-diam diantara para pihak yang bersangkutan tanpa melalui pejabat atau

instansi resmi. Akan tetapi sering terjadi, bahwa hukum materiil perdata itu

dilanggar, sehingga ada pihak yang dirugikan dan terjadilah gangguan

27

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (bandung: PT. Citra Aditya

bakti, 2000),Cet. VII, h. 14

28 Ibid., h. 14

Page 66: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

57

keseimbangan kepentingan di dalam masyarakat. Dalam hal ini maka, hukum

materiil perdata yang telah dilanggar itu haruslah dipertahankan atau

ditegakan.29

Sedangkan untuk melaksanakan hukum materiil perdata terutama

dalam hal pelanggaran atau mempertahankan tuntutan hak, diperlukan

rangkaian peraturan-peraturan hukum lain disamping hukum materiil perdata

itu sendiri. Peraturan inilah yang disebut hukum formil atau hukum acara

perdata. 30

Kata “acara” disini berarti proses penyelesaian perkara melalui

pengadilan (hakim). Tujuannya adalah untuk memulihkan hak seseorang yang

terganggu atau dirugikan oleh pihak lain, mengembalikan keadaan seperti

semula sebelum terjadi gangguan atau kerugian, agar peraturan hukum perdata

dipatuhi dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Secara teologis dapat

dirumuskan bahwa hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang

berfungsi untuk mempertahankan berlakunya hukum perdata. Karena

penyelesaian perkara dimintakan melalui pengadilan (hakim), hukum acara

perdata dirumuskan sebagai peraturan hukum yang mengatur proses

penyelesaian perkara perdata melalui pengadilan (hakim), sejak diajukan

gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan hakim.31

29

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 1

30 Ibid., h. 1-2

31 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 15

Page 67: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

58

Hukum acara perdata dikenal pula dengan nama process recht atau

formeel rech. Hukum acara perdata bersifat privaatrecht yaitu tergantung pada

perseorangan. Di dalam hukum acara perdata, tidak kita jumpai ketentuan yang

tegas melarang tindakan menghakimi sendiri. Larangan Eigenn”chting terdapat

dalam putusan Mahkamah Agung 10 Desember 1973 No. 366 k/ip/1973,

kecuali bahwa tindakan menghakimi sendiri itu merupakan perbuatan melawan

hukum, juga dapat dihukum.32

Tuntutan hak seperti yang telah diuraikan di atas sebagai tindakan

yang bertujuan memperoleh perundangan hukum yang diberikan oleh

pengadilan untuk mencegah “Eigenn”chting”,ada dua macam yaitutuntutan hak

yang mengandung sengketa, yang disebut gugatan, dimana terdapat sekurang-

kurangnya dua pihak dan tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa yang

disebut permohonan, di mana hanya terdapat satu pihak saja.33

Lazimnya peradilan dibagi menjadi peradilan volunter (volun taire

jurisdictie), yang sering juga disebut” peradilan yang tidak sesungguhnya” dan

peradilan contentieus (contentie use jurisdictie) atau peradilan “sesungguhnya”.

Tuntutan hak yang merupakan permohonan yang tidak mengandung sengketa

termasuk dalam peradilan volunter, sedangkan gugatan termasuk peradilan

32 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 2

33 Ibid., h. 2

Page 68: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

59

contentieus, sering tidak mudah dibedakan antara peradilan volunter dan

contentieus.34

Pada umumnya orang berpendapat bahwa yang termasuk peradilan

volunter ialah semua perkara yang telah UUD tentukan harus diajukan dengan

permohonan, sedangkan selebihnya termasuk peradilan contentius.35

Mengenai pengertian hukum acara perdata itu sendiri maka dalam hal

ini seorang ahli hukum Prof. Wirjono Prodjodikoro merumuskan, hukum acara

perdata adalah rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus

bertindak terhadap dan dimuka pengadilan dan bagaimana pengadilan itu harus

bertindak satu sama lain untuk melaksanakan berjalanya peraturan-peraturan

hukum perdata. 36

Sedangkan menurut Sudikno Mertokusumo, hukum acara perdata

adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana menjamin ditaatinya

hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim atau peraturan hukum yang

menentukan bagaimana cara menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil.37

Dari berbagai pendapat dan pandangan para ahli hukum, dapat diambil

sebuah kesimpulan pengertian dari Hukum Acara Perdata, yaitu mengatur

34

Ibid., h. 3

35

Ibid., h. 3

36

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, (bandung:PT, Citra Adtya

Bakti, 2000), h. 16

37 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 2

Page 69: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

60

tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta

memutusnya dan pelaksanaan dari pada putusannya.

Karena ada peraturan hukum acara perdata, orang dapat memulihkan

haknya yang telah dirugikan atau terganggu melalui pengadilan atau berusaha

menghindarkan diri dari tindakan menghakimi sendiri. Dengan melalui

pengadilan orang mendapat kepastian tentang haknya yang harus dihormati

oleh setiap orang, misalnya hak sebagai ahli waris, hak sebagai pemilik barang

atau hak-hak lainnya.

Sedangkan pengertian Hukum Acara Peradilan Agama yaitu peraturan

hukum yang mengatur bagaimana cara mentaati hukum materiil atau cara

bagaimana bertindak di muka Peradilan Agama dan bagaimana cara hakim

bertindak agar hukum itu berjalan sebagaimana mestinya.38

Mengenai Hukum Acara Peradilan Agama yang berlaku, seperti yang

telah diketahui dalam pasal 54 Undang-undang no. 3 Th. 2006 tentang

perubahan atas Undang-undang No. 7 Th. 1989 tentang Peradilan Agama,

yang berbunyi,

Pasal 54

Hukum Acara yang berlaku pada peradilan dalam lingkungan

Peradilan Agama adalah Hukum Acara perdata yang berlaku

pada peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali

yang telah diatur secara khusus dalam Undang-undang ini.

Dalam ketentuan UU No. 3 tahun 2006 pasal 54 dijelaskan bahwa,

baik hukum acara perdata maupun hukum acara Peradilan Agama tidak

berbeda. Kecuali, ada hal-hal khusus yang diatur hukum acara pada masing-

masing badan Peradilan.

38

A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996), h. 9

Page 70: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

61

2. Sejarah Hukum Acara Perdata39

Untuk memahami keadaan Hukum Acara Perdata yang berlaku di

Indonesia, perlu ditinjau lebih dahulu sejarah pembentukan dan

perkembangannya secara selayang pandang. Dahulu pemerintah Hindia

Belanda belum mempunyai peraturan hukum acara perdata yang lengkap bagi

pengadilan gubernemen yang memeriksa dan memutus perkara perdat untuk

golongan bumi peutra. Sementara itu, di beberapa kota besar di Jawa,

pengadilan gubernemen yang memeriksa perkara perdata untuk golongan

bumiputra menggunakan peraturan hukum acara perdata yang berlaku bagi

golongan Eropa tanpa berdasarkan perintah undang-undang. Akan tetapi ketua

hooggerechtshof (Mahkamah agung) Hindia Belanda di batavia Mr. H. L.

Wichers tidak membenarkan praktik pengadilan yang memeriksa dan memutus

perkara perdata untuk golongan bumiputra menggunakan hukum acara perdata

yang diperuntukan bagi golongan Eropa tanpa dilandasi Undang-undang. Oleh

karena itu, pada tanggal 5 Desember 1946 Gubernur Jendral J. J. Ronchussen

menugaskan Mr. H. L. Wiches untuk merancang sebuah Reglemen tentang

administrasi, polisi, acara perdata dan acara pidana bagi golongan bimiputra.

Hanya dalam waktu 8 bulan Mr. H. L. Wichers sesuai dengan rancangannya

serta peraturan penjelasnya.

Namun dengan rancangan Wichers tersebut tidak luput dari koreksi dan

kecaman. Ada yang beranggapan bahwa rancangan tersebut terlalu sederhana

39

Ibid, h. 7-14

Page 71: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

62

dan pula ditambah dengan lembaga-lembaga: penggabungan, penjaminan,

intervensi, dan rekes sipil seperti yang terdapat di dalam Reglemen op de

Burgerlijke Rechtsvordering (Acara Perdata untuk golongan Eropa).

Menanggapi kritik-kritik tersebut Wichers mengajukan beberapa alasan:

1. Kalau ditambah dengan lembaga-lembaga seperti yang terdapat didalam Rv

itu, tentu saja namanya bukan sederhana lagi.

2. Kalau ingin lengkap Rv sajalah yang diberlakukan.

Akan tetapi untuk menyalurkan kecaman-kecaman itu Wichers

menempuh jalan dengan menambahkan suatu ketentuan penutupyang bersifat

umum. Setelah diubah dan ditambahkan kini menjadi pasal 393 HIR termuat

dalam bab ke 15 yang mengatur tentang rupa-rupa peraturan. Ayat (2) pasal ini

menetapkan bahwa HIR lah yang berlaku akan tetapi apabila benar-benar

dibutuhkan dalam perkara perdata dapat dipergunakan peraturan lain yang lebih

sesuai, yaitu yang mirip dengan peraturan yang terdapat dalam Rv.

Rancangan Wicher tersebut diterima oleh Gubernur Jendral Rochussen

dan kemudian diumumkan pada tanggal 5 april 1848 dengan srbl. no.16 tahun

1848. Kemudian dikenal het Inlands Reglement (IR) yang berarti Reglemen

Bumiputra, mulai berlaku 1 Mei 1848. Dikemudian hari, IR tersebut mengalami

beberapa kali perubahan yang mendalam dengan dibentuknya lembaga

kejaksaan sebagai penuntut umum. Lembaga ini tidak lagi ditempatkan dibawah

Pamong Praja melainkan dibawah Kejaksaan Agung. IR tersebut selanjutnya

disebut Het Herziene Indonesisch Reglemen disingkat HIR karena adanya

Page 72: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

63

perubahan yang mendalam (dalam bahasa Belanda disebut “herziene”).

Ditetapkan dalam stbl no. 44 tahun 1941. HIR disebut pula dengan sebuah

Reglemen Indonesia Baru disingkat RIB.

Dengan diundangkannya undang-undang No 1 Darurat tahun 1951 pada

tanggal 14 januari 1951 membuat HIR semakin mendapat tempat yang utama

berhubung adanya perubahan mengenai susunan kehakiman, pengadilan negeri

yang berdasarkan pasal 5 (3) dinyatakan sebagai pengadilan sehari-hari biasa

untuk segala perkara perdata dan pidana.

Dengan demikian lenyaplah dualisme dalam pengadilan. Memang

diundangkannya UU No. 1 Darurat tahun 1951 adalah untuk menciptakan

univiksi susunan kekuasaan dan acara segala macam pengadilan di Indonesia.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa UU No 1 Darurat 1951 adalah

tindakan sementara (darurat) yang diambil untuk menyelenggarakan kesatuan

susunan, kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil di Indonesia.

Menurut ketentuan pasal 5 UU darurat no 1 tahun 1951, acara pada

pengadilan negeri dilakukan dengan mengindahkan peraturan-peraturan

Republik Indonesia dahulu yang telah ada dan berlaku untuk pengadilan negeri.

Selanjutnya, dalam pasal 6 ayat 1 UU darurat no 1 tahun 1951 ditetukan bahwa

HIR seberapa mungkin harus diambil sebagai pedoman tentang acara perkara

perdana sipil. Sedangkan untuk perkara perdata tidak disinggung.

Ini berarti untuk perkara perdata HIR dan RBg bukan hanya sebagai

pedoman, melainkan sebagai peraturan hukum acara perdata yang harus diikuti

Page 73: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

64

dan diindahkan. Selain dari HIR dan RBg peraturan Hukum acara perdata juga

diperkaya pula dengan yurisprudensi mahkamah Agung Indonesia. Yang

ditunggu selanjutnya untuk masa mendatang adalah hukum perdata nasional

ciptaan sendiri sebagai kodifikasi hukum yang akan menggantikan hukum acara

perdata warisan kolonial belanda dahulu yang hingga sekarang masih berlaku.

D. Sumber-sumber dan Asas Hukum Acara perdata dan Hukum Acara

Peradilan Agama

1. Suber-Sumber Hukum Acara Dan Acara Peradilan Agama

Sumber-sumber hukum acara perdata, diantaranya:40

a. Herziene Inlandsch Reglemen (HIR) yang berasal dari Inlanche Reglemen

(IR) yaitu, Reglemen Indonesia yang diperbaharui stb. 1941 No. 44,

dimuat dalam lembaran Negara No. 16 jo 57/1848. Judul lengkapnya

adalah Reglemen op de uit oefening ven de politie, de Burgelijke

rechtspeging en de Stravfordering onder de Inlanders en de Vremde

Ooterlingen op Java en Madura (reglemen tentang melakukan tugas

kepolisisn mengadili perkara perdata dan penuntutan perkara pidana

terhadap golongan Bumiputra dan Timur Asing di Jawa dan Madura)

b. Reglemen Voor de Buitengewesten (RBg) yaitu Reglemen Daerah

Seberang Stb, No. 227 Tahun 1627. RBg adalah pengganti sebagai

40

Sapenah, “Kontribusi Advokat dalam Penanganan Perkara Prodeo, “ (Skripsi SI Fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 36-37

Page 74: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

65

peraturan yang berupa reglemen bagi daerah Ambon, Aceh, Sumatera

Barat, Palembang, Kalimantan, Minahasa dan lain-lain.

c. Mengenai Reglemen op de Burgelijke Rechtsvordering (Rv), yaitu

reglemen yang berisi ketentuan-ketentuan hukum acara perdata yang

berlaku khusus untuk golongan Eropa. Soepono berpendapat, dengan

dihapuskannya Raad van Justitie dan Hoogerechtschof, maka Rv sudah

tidak berlaku lagi.41

Namun dalam kenyataannya, ada bentuk-bentuk atau

kegiaatan tertentu yang masih tentang arbitrase tidak diatur dalam

HIR/RBg, melainkan diatur dalam Rv.42

d. Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman

e. Undang-undang No. 20 Tahun 1947 untuk Jawa dan Madura, tetapi

kemudian oleh Yurisprudensi dianggap berlaku untuk seluruh indonesia.

Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka ketentuan dalam HIR/RBg

tentang banding tidak berlaku lagi.

f. Undang-undang No. 14 Tahun tentang Mahkamah Agung

g. Yurisprudensi atau putusan-putusan hakim yang berkembang di

lingkungan pengadilan dan sudah pernah diputus di pengadilan.

h. Adat kebiasaan43

41

Moh.Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Cet. I, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2004), h. 13

42 Ibid, h., 13

43 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 8

Page 75: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

66

i. doktrin44

j. intruksi dan surat edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia.

k. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 jo. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun

1975 tentang Perkawinan.

Sedangkan sumber-sumber Hukum Acara Peradilan Agama juga

berpedoman pada sumber-sumber Hukum Acara Perdata pada umumnya. Hanya

saja Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata pada umumnya. Hanya saja sumber-

sumber dalam Hukum Acara Peradilan Agama ditambahkan seperti:45

1. Undang-undang NO. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah

diamandemen dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan

atas undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

2. Inpres Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

3. Peraturan Menteri Agama.

4. Kitab-kitab fiqh Islam dan sumber-sumber hukum yang tidak tertulis.

Hukum materiil (terapan) peradilan Agama, menurut pasal 49 Undang-

undang No. 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun

1989 ialah mengenai Penngadilan Agama yang bertugas dan berwenang

memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara

orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah,

44

Ibid., h. 9

45

Sapenah, “Kontribusi Advokat dalam Penanganan Perkara Prodeo, “ (Skripsi SI fakultas

Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005), h.37

Page 76: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

67

wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syariah. Sumber hukum terapan

tersebut ialah Undang-undang no. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan serta

peraturan pelaksanaannya.46

Dan sesuai dengan penegasan pasal 54 Undang-undang No. 3 Tahun 2006

tentang perubahan atas undang-undang No. 7 Tahun. 1989 tentang Peradilan

Agama menyatakan bahwa:

Pasal 54

Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam

Undang-undang ini.

2. Asas-asas hukum Acara peradilan Agama

Implementasi dari hukum acara perdata didasarkan atas prinsip atau asas-

asas hukum acara perdata yang dikenal luas dikalangan peradilan perdata, sebagai

berikut:47

a. Hakim bersifat menunggu

Prinsip hukum ini bermakna bahwa inisiatif atau maju kepengadilan

bukan dari hakim. Tetapi sepenuhnya harus berasal dari para pihak yang

bersengketa. Bahkan jika para pihak sudah berada di depan meja hijau pun,

diteruskan atau dihentikannya perkara mereka, inisiatif sepenuhnya tetap

menjadi hak para pihak yang bersengketa. Oleh karenanya menjadi kewajiban

46

Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem Hukum

Nasonal, Cet., Ke II (Jakarta: Logos, 1999), h. 113

47 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indinesia, Cet. Ke. II (Yogyakarta: Liberty,

1999), h. 10

Page 77: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

68

hakim pada saat sidang pertama, menawarkan perdamaian bagi para pihak.

Artinya, para pihak pada kesempatan pertama harus diberikan secara

kekeluargaan di luar pengadilan. Prinsip hukum ini dikenal dengan pepatah

“tidak ada tuntutan hak, tidak ada hakim “. Hal ini tercantum dalam pasal 118

RIB dan Pasal 142 RBg yang berisi sebagai berikut: 48

1) Inisiatif pengajuan perkara ada oleh para pihak:

2) Asas Point de Intertet, Poin De Action (Jika tidak ada kepentingan, maka

tidak ada perkara):

3) Asas Nemo Judex Sine Actore (Jika tidak ada perkara, maka tidak ada

hakim):

4) Asas judek ne Procedar ex Offico (hakim bersifat menunggu datangnya

tuntutan hak yang diajukan kepadanya).

b. Hakim tidak boleh menolak perkara

Prinsip hukum ini bermakna apabila perkara sudah masuk

(didaftarkan) ke pengadilan, maka tidak ada alasan bagi hakim untuk

menolaknya dengan tidak ada hukum aturannya. Prinsip ini mewajibkan para

hakim menggali hukum atau menciptakan hukum yang baru sesuai kebutuhan

para pihak. Prinsip ini tercantum dalam pasal 14 UU No. 14 Tahun 1970

tentang Ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman yang berisi:

48

Ibid., h. 10

Page 78: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

69

Pasal 14

1) Pengadilan tidak boleh memeriksa untuk mengadili

sesuatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa

hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk

memeriksa dan mengadilinya.

2) Ketentuan dalam (1) tidak menutup kemungkinan untuk

usaha penyesaian perkara perdata secara perdamaian.

c. Hakim bersifat pasif menyangkut pokok perkara

Maksudnya hakim bersifat pasif adalah ruang lingkup pokok perkara

ditentukan oleh para pihak yang berperkara, maka:

1) Hakim tidak boleh mengurangi atau menambahkan hal-hal yang ada pada

para pihak yang berperkara:

2) Pembuktian merupakan beban para pihak, bukan beban hakim;

3) Perdamaian atau pencabutan gugatan merupakan hak absolute para pihak

(130 HIR/ 154 RBg):

4) Banding atau tidak merupakan hak para pihak, bukan kepentingan hakim

(pasal 6 UU 1947 no. 20/199 RBg). 49

d. Hakim aktif menyangkut proses beracara

Prinsip hukum ini menekankan apabila para pihak telah bersepakat,

jalur pengadilan adalah jalur yang dipilih, maka hakim harus membantu para

pencari keadilan serta berusaha keras untuk menemukan hukum yang seadil-

adilnya dengan mengesampingkan hambatan dan rintangan untuk mencapai

49

Ibid., h.12

Page 79: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

70

derajat pengadilan yang cepat, murah dan bersahaja (sederhana). Hal ini

terdapat pada pada pasal 4ayat 2 UU No. 14 tahun 1970, yang berisi:

pasal 4 ayat 2

peradilan dilakukan dengan sederhana,cepat dan biaya ringan

e. Persidangan terbuka untuk umum

Prinsip ini berarti bahwa setiap orang diperbolehkan hadir dan

mendengarkan pemeriksaan di persidangan. Tujuan asas ini adalah untuk

memberikan perlindungan hak-hak asasi manusia dalam bidang peradilan

serta untuk lebih menjamin obyektifitas peradilan dengan mempertanggung

jawabkan pemeriksaan secara jujur, tidak memihak serta putusan yang adil

kepada masyarakat. Secara umum asas ini membuka kesempatan untuk

“sosial Kontrol” asas terbentuknya persidangan tidak mempunyai arti bagi

acara yang berlangsung secara tertulis, kecuali ada ketentuan lain. Setiap

persidangan harus dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum terlebih dahulu

sebelum dinyatakan tertutup. 50

f. Beracara Dikenakan Biaya

Biaya perkara ini meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk

panggilan, pemberitahuan para pihak serta biaya materai. Di samping itu

apabila diminta bantuan seorang pengacara, maka harus pula dikeluarkan

biaya. Bagi mereka yang tidak mampu untuk membayar biaya perkara, dapat

50

Ibid., h.13

Page 80: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

71

mengajukan perkara secara Cuma-Cuma (Prodeo) dengan mendapat izin

untuk dibebaskan dari pembayaran biaya perkara.51

g. Tidak Ada Keharusan Mewakilkan

Dalam HIR tidak mewajibkan para pihak untuk mewakilkan kepada

orang lain, sehingga pemeriksaan di persidangan terjadi secara langsung

terhadap para pihak yang berlangsung berkepentingan. Akan tetapi para pihak

dapat dibantu atau diwakili oleh kuasanya kalau dikehendakiya. Dengan

demikian hakim tetap wajib memeriksa sengketa yang diajukan kepadanya,

meskipun para pihak tidak mewakilkan kepada seorang kuasa. Dan wewenang

untuk mengajukan gugatan dengan lisan tidak berlaku bagi kuasa.52

51

Ibid., h. 16.

52 Ibid., h. 16-17

Page 81: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

72

BAB IV

PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA

JAKARTA BARAT

A. Faktor-Faktor Penyebab Dan Kendala-Kendala Berperkara Prodeo di

Pengadilan Agama Jakarta Barat

Faktor penyebab perkara prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat

adalah karena dua sebab, pertama karena adanya keterangan khusus yang

mengaturnya dalam pasal 237 HIR dan 273 R.Bg yang berbunyi: Penggugat atau

tergugat yang tidak mampu membayar biaya perkaradapat diizinkan untuk

berperkara tanpa biaya.1 dan kedua karena adanya masyarakat kurang mampu

yang membutuhkan bantuan hukum dalam menyelesaikan masalahnya, yang

mana kebutuhan akan keadilan merupakan hak asasi manusia yang harus

dilindungi oleh konstitusi negara Republik Indonesia sebagaimana termaktub

dalam pancasila sila ke-5 yang berbunyi: “Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

“ dan didukung oleh UUD Negara Repuublik Indonesia Tahun 1945 pasal 27ayat

(1) yang menyatakan:

pasal 27 ayat (1)

Setiap warga negara sama kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.2

1 Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-undangan dalam lingkungan

Peradilan Agama.

2 UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pembukaan dan Pasal 29 Ayat 1

Page 82: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

73

Dalam ketentuan UUD Negara Repuublik Indonesia Tahun 1945 pasal 29

ayat (1), negara tidak membeda-bedakan antara warga negara yang satu dengan

yang lain, semua sama dihadapan hukum dan berhak memperoleh perlindungan

hukum termasuk masyarakat yang kurang mampu.

Pasca satu atap yang mana Peradilan yang ada di Indonesia berada

dibawah naungan mahkamah Agung, dalam realitanya banyak hal-hal yang

signifikan termasuk bagi masyarakat pencari keadilan khususnya dalam hal biaya

perkara bagi yang tidak mampu, dimana mulai tahun 2007 tentang biaya perkara

bagi orang yang tidak mampu telah masuk dan diatur dalam DIPA (Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran). Setiap Pengadilan Agama dalam arti pihak-pihak tidak

dibebani untuk membayar biaya perkara karena sudah disediakan oleh negara.

Berdasarkan masalah uang, apalagi uang kepunyaan negara sudah barang

tentu tidak bisa dipergunakan semuanya, melainkan harus jelas pengaturan dan

pertanggung jawabannya. Pengadilan Tinggi Agama selaku kawal depan

Mahkamah Agung juga Mahkamah Agung itu sendiri selaku bapak semua

peradilan sampai saat ini rasa-rasanya belum mengeluarkan suatu petunjuk

tentang harus bagaimana mekanisme pelaksanaan pembayaran biaya perkara bagi

yang tidak mampu yang dibebankan kepada negara, sehingga dalam

kenyataannya antara Pengadilan Agama yang satu dengan pengadilan agama yang

lainnya terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya.

Berangkat dari hal tersebut, penulis mencoba menulis skripsi sederhana ini

dengan suatu harapan para pembaca yang berkepentingan dapat melengkapinya

Page 83: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

74

yang pada tahapan berikutnya diharapkan dapat menjadi stimulan bagi Pengadilan

Tinggi Agama untuk mengeluarkan suatu petunjuk sehingga dalam

pelaksanaannya tidak terdapat perbedaan lagi dan dapat mempermudah para

masyarakat yang kurang mampu untuk mencari keadilan.

Mekanisme pelaksanaan dari bendahara DIPA kepada jurusita pada

perkara prodeo pada kebanyakan dilakukan manakala perkara tersebut telah

selesai terputus, hal ini berdasarkan kepada suatu anggapan klasik dimana negara

bukanlah sebagai pihak yang berkepentingan. Selain itu juga, selama ini pihak

KPPN dapat mengeluarkan uang manakala disertai dengan bukti tandatangan

seorang jurusita mendapatkan biaya panggilan tersebut. Andaikan biya panggilan

tersebut menggunakan uang kantor, maka atas dasar apa hal tersebut dapat

dilakukan. Padahal apabila kita melihat ketentuan dimana yang berhak

memerintahkan bendahara untuk mengeluarkan uang untuk panggilan adalah

hanya Majlis Hakim yang ditunjukan Kepada Kuasa Pengguna Anggaran/ Pansek,

yang selanjutnya pansek memerintahkan kepada bendahara.

Penyelesaian perkara prodeo yang dilakukan oleh Pengadilan Agama

Jakarta Barat, dalam aplikasinya hanya sedikit perkara prodeo yang masuk dan

diselesaikan selama dua tahun dari tahun 2009-2010 hanya terdapat 47 kasus

prodeo. Pada tahun 2009 perkara yang diterima oleh Pengadilan Agama Jakarta

Barat sejumlah 1.527 perkara, perkara yang diterima prodeo pada tahun 2009

sebanyak 23 perkara. perkara yang diselesaikan pada tahun 2009 sebanyak 1.360

perkara. Sedangkan jumlah perkara yang diterma pada tahun 2010 di Pengadilan

Page 84: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

75

Agama Jakarta Barat sejumlah 1.605 perkara yang diterima prodeo pada tahun

2010 sebanyak 24 perkara. perkara yang telah diselesaikan pda tahun 2010

sebanyak 1.494 perkara.

Penulis dapat menarik kesimpulan ternyata terdapat beberapa kendala

sehingga perkara prodeo hanya terdapat sedikit diantarannya karena tidak adanya

aturan baku yang jelas yang dibuat Pengadilan Agama secara tertulis dan tidak

semua anggota masyarakat apa dan bagaimana beracara di Pengadilan Agama.

Termasuk masyarakat kurang mampu sebenarnya memiliki masalah hukum yang

kaitannya dengan kewenangan Pengadilan Agama, banyak yang tidak mengetahui

bahwa Pengadilan Agama melayani proses beracara secara Cuma-Cuma tanpa

biaya (prodeo).

Menurut hemat penulis bahwa hal ini dikarenakan karena kurannya

sosialisasi pemerintah tentang adanya biaya perkara secara Cuma-Cuma.

Sehingga warga negara yang kurang mampu merasa takut untuk mengajukan

perkara kepada Pengadilan Agama, hal ini sesuai hasil riset yang dilakukan

penulis bahwa 50% dari mereka buta tentang beracara secara Prodeo (Cuma-

Cuma). Dan 15% merasa sungkan atau gengsi untuk mengakui bahwa dirinya

tidak mampu karena mereka buta hukum dan relatif tak punya modal uang

membayar biaya perkara apalagi menyewa pengacara ternama. Bagi mereka,

datang ke pengadilan Agama sama dengan menjual kemiskinan itu sendiri

Menurut penulis seharusnya pemerintah memberikan pemahaman bahwa

bantuan hukum adalah hak orang miskin yang dapat diperoleh tanpa bayar pro

Page 85: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

76

bono publico (utuk kepentingan publik) sebagai penjabaran persamaan hak

dihadapan hukum dan prodeo sebagai keseimbangan pelayanan hukum dimana

hukum dan keadilan tidak hanya memihak kepada orang kaya yang mempunyai

uang saja, tapi kepada orang miskin.

Pengadilan Agama ditunjukan kepada semua orang yang memiliki

hubungan erat dengan equality before the law (persamaan sebelum hukum) dan

semua orang harus punya akses terhadap pembelaan yang menjamin justice for all

(keadilan untuk semua orang). Oleh karena itu, bantuan hukum selain merupakan

hak asasi juga mempunyai gerakan konstitusional. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa prodeo merupakan hak setiap warga masyarakat tanpa

terkecuali, sehingga bagaimanapun dengan dipuaskannya orang miskin secara

hukum tetap dibela walaupun mereka tidak mempunyai uang sehingga akan

meredam disparitas sosial ekonomi sehingga orang yang miskin merasa dibela

dan diperhatikan.

Praktek ini secara yuridis terdukung oleh ketentuan-ketentuan universal

yang berkaitan dengan menegakan Hak Asasi Manusia (HAM), sehingga dapat

dikatakan bahwa pemberian bantuan hukum Cuma-Cuma berupa prodeo bagi

masyarakat miskin sebagai penegakan HAM dan belas kasihan semata, sehingga

tidak akan terjadi lagi rasa minder dan gengsi untuk berperkara secara prodeo.

Wajah peradilan yang baik sebagaimana yang kita cita-citakan bersama

tentu saja tidak akan dapat terwujud bila mana tidak ditunjang dengan mekanisme

administrasi yang baik dan tertur. Selain itu pula proses beracara yang benar dan

Page 86: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

77

sesuai dengan hukum acara yang berlaku, menjadi suatu keharusan yang tidak

bisa ditawar lagi. Pola penyelenggaraan administrasi yang baik dan hukum acara

yang dilaksanakan dengan benar tersebut meliputi segala bidang dan perkara yang

menjadi kompetensi Peradilan Agama tak terkecuali dalam perkara prodeo baik

ditingkat pertama maupun banding. Hal yang telah diuraikan diatas dapat menjadi

suatu pola penyeragaman dan pelaksanaan mekanisme perkara prodeo sehingga

dapat memberikan pedoman dalam penyelenggaraan peradilan khususnya bidang

perkara prodeo. Adanya ketentuan yang jelas dapat menunjang penyelenggaraan

peradilan yang murah, cepat dan sederhana.

B. Penyelesaian Perkara Secara Prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat

Apabila permohonan beracara secara prodeo terbukti dan permohonan

tersebut dikabulkan, maka majlis hakim menjatuhkan putusan sela yang dimuat

secara lengkap di dalam berita Acara persidangan. Salinan putusan sela tersebut

diserahkan oleh Majlis Hakim kepada Kuasa pengguna Anggaran (Pansek) guna

pembayaran perkara oleh negara. Kemudian pansek menyerahkan salinan amar

putusan itu kepada Bendahara Rutin dengan perintah agar mengeluarkan sejumlah

uang panjar sekian dan dikurangi jumlah uang yang sudah dikeluarkan sebagai

biaya panggilan pertama.3

Dengan diterimanya uang panjar dari Bendahara Rutin, kasir

mengeluarkan kwitansi SKUM sejumlah uang yang diterima, Petugas Buku Induk

3 PA Sukabumi,”Proses Beracara Secara Cuma-Cuma”, artikel diakses pada 30 Maret 2011

dari http://pasukabumi/pta-bandung.net/index2php?option=comconten&do-pdf.

Page 87: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

78

Keuangan perkara, petugas/ pemegang buku Jurnal Keuangan Perkara, dan

petugas/ pemegang Buku Kas Pembantu mencatat penerimaan tersebut, di dalam

buku-buku mereka sebagai penerima panjar kedua.4

Apabila permohona prodeo tdak terbukti, Majlis Hakim menjatuhkan

putusan sela yang berisi memerintahkan Penggugat/ Pemohon untuk membayar

biaya perkara sesuai yang ditaksir oleh Meja Pertama, jeda waktu pembayaran

diberikan selama satu bulan.5

Apabila Penggugat/Pemohon membayar biaya perkara sesuai perintah

dalam putusan sela pengadilan, kasir wajib mengembalikan uang negara tersebut

ke negara. Setelah putusan akhir dibacakan, apabila terjadi kelebihan biaya

perkara, kasir wajib mengembalikan kelebihan biaya perkara tersebut kepada kas

negara. Namun apabila biaya perkara ternyata kurang, Majlis Hakim

memerintahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengeluarkan biaya

perkara yang tambahan yang diperlukan dengan menggunakan instrumen, dan

seluruh biaya perkara yang tercantum dalam putusan pengadilan, harus sama

dengan biaya yang dikeluarkan negara melalui DIPA Pengadilan Agama.6

Kemudian persyaratan yang harus dilengkapi para pemohon prodeo,

diantaranya:7

4 Ibid., hal. 3

5 Ibid., hal. 3

6 Ibid., hal. 3

7 Wawancara Pribadi Dengan Muhiddin, Jakarta 7 Maret 2011

Page 88: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

79

1. Melampirkan surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan oleh kelurahan

yang diligalisir oleh camat tempat ia tinggal.

2. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

3. Foto Copy Kartu Gakin

4. Membuat surat gugatan Yang diajukan ke Kantor Pengadilan Agama Jakarta

Barat

5. Mendaftarkan Gugatanya ke Pengadilan Agama Jakarta barat

6. Pihak pengadilan Agama menyelidiki terlebih dahulu kebenarannya apakah

pemohon terbukti tidak mampu atau tidak, kemudian diputuskan di

persidangan.

7. Adapun dalam pemeriksaan di dalam persidangan, prosesnya sama dengan

pemeriksaan perkara pada umumnya saja, hanya saja sebelum pemeriksaan

pihak perkara, tertulis dahulu di pemeriksa tentang prodeo dari pemohon /

penggugat tersebut dan ditanyakan kepada termohon / tergugat apakah

keberatan ataukah tidak.

8. Di periksa bukti-bukti, saksi-saksi tentang ketidak mampuan pemohon /

penggugat sebelum penggugat/ pemohon itu bener-benar miskin, baru

dijatuhkan putusan sela untuk mengabulkan atau menolak prodeonya tersebut,

jika dikabulkan maka penggugat/ pemohon diberikan izin oleh majlis hakim

untuk beracara secara secara Cuma-Cuma dan pemeriksaan dilanjutkan

dengan pemeriksaan pihak perkara.

9. Dengan memeriksa gugatan/ permohonan, jawaban replik, duplik (jika ada)

keterangan saksi-saksi kemudian putusan.

Page 89: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

80

Dalam proses berperkara secara prodeo di Pengadila Agama Jakarta Barat

menurut Adri Syafruddin Sulaiman sebagai Panitra Muda Hukum Pengadilan

Agama Jakarta Barat adalah:

1. Surat keterangan tidak mampu dari kelurahan

2. Foto Copy KTP dan aslinya

3. Foto copy buku nikah dan aslinya

4. Sebelum didaftarkan perkanya dia harus membuat surat gugatan terlebih

dahulu

5. Setelah memmbuat surat gugatan kemudian mendaftarkan gugatannya

dibagian pendaftaran.

6. Setelah itu datang ke kantor kantor PA untuk mendaftarkan perkara

7. Tinggal menunggu panggilan persidangan yang di tentukan oleh majlisnya.

8. Pemanggilan para pihak orang yang berperkara yang dilakukan oleh jurusita

9. Setelah dipanggil penggugat/ pemohon prodeo melaksanakan sidang pertama

10. Proses pemeriksaan prodeonya Apakah benar-benar miskin atau tidak

11. Menghadirkan 2 orang saksi untuk membuktikan apakah benar-benar miskin

atau tidak. Didatangkannya dua orang saksi ini untuk memperkuat

pembuktian hakim terhadap pemohon prodeo, bahwa ia benar-benar tidak

mampu.

12. Proses Sidang pertama Majlis hakim mengeluarkan “Putusan Sela. Apakah

diterima dia melakukan prodeo atau tidak, jika izin permohonan prodeonya

dikabulkan maka pengadilan akan menjatuhkan "Putusan Sela (putusan yang

Page 90: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

81

dijatuhkan sebelum putusan akhir yang diadakan dengan tujuan untuk

memungkinkan atau memperudah kelanjutan pemeriksaan perkara)”8 dalam

sidang insidentil, dengan mengizinkan pemohon prodeo untuk berperkara

secara Cuma-Cuma (prodeo) dan melanjutkan para pihak untuk melanjutkan

perkaranya.

13. Berlanjut ke proses selanjutnya tergantung putusan sela tersebut apabila

diterima prodeonya berlanjut ke sidang selanjutnya dan apabila ditolak

prodeonya maka pemohon / penggugat harus membayar panjar biaya perkara

seperti sedia kala.9

Dalam hal pihak penggugat atau tergugat tidak mampu membayar biaya

perkara, maka berdasarkan pasal 237 RBg maka ia dapat memohon kepada ketua

pengadilan untuk berperkara secara Cuma-Cuma. Permintaan berperkara ini

harus dimintakan sebelum perkara pokok diperiksa oleh pengadilan. Permintaan

ini harus melampirkan surat keterangan tidak mampu dari instansi yang

berwenang, dewasa ini dikeluarkan oleh kepala desa dan diketahui oleh camat.

Menurut pasal 238 HIR dan 274 RBg keterangan tidak mampu harus dikeluarkan

oleh aparat kepolisian ditempat tinggal orang yang meminta gugatan secara

Cuma-Cuma.10

8 Kama Rusdiana, Hukum Perdata Islam (Jakarta:Fakultas Syariah UIN Jakarta, 2006) h.

112.

9 Wawancara Pribadi Dengan Adri Syafruddin Sulaiman . Jakarta 7 Maret 2011

10

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

(Jakarata: Pranada Media, 2005), Cet ke 3, hal 63.

Page 91: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

82

Dalam pemeriksaan terhadap permohonan perkara prodeo baik yang

diajukan oleh penggugat/pemohon tergugat atau termohon, harus diajukan alat

bukti berupa surat keterangan miskin. Hal ini didasarkan pada ketentuan dalam

HIR Pasal 238. Adapun, apabila surat itu tidak didapatkan, maka pemohon

perkara prodeo dapat membuktikannya dengan mendengarkan saksi-saksi atau

lainnya. Dalam RBg. Pasal 274 ayat (4) menyebutkan:

Pasal 274 ayat (4)

Jika bukti tertulis tidak dapat diajukan, maka pengadilan bebas

untuk meyakinkan diri tentang miskinnya pemohon dengan

memperhatikan keterangan-keterangan lisan atau dengan

lainnya.”.

jika ia tidak mendapatkan surat keterangan miskin dari instansi yang

berwenang maka untuk membuktikan ketidak mampuannya itu harus dilakukan

dengan jalan mendengar keterangan saksi atau keterangan lainnya seperti melihat

pekerjaan, cara berpakaian, status sosial dan lainnya.11

Selain surat keterangan tidak mampu dari Lurah yang diketahii oleh

Camat, masyarakat juga dapat beracara secara Cuma-Cuma dengan mengajukan

kartu keluarga miskin (Gakin) namun demikian, dengan beracara secara Cuma-

Cuma, bukan berarti berperkara tanpa biaya, namun biaya ditanggung oleh

negara. Pihak pengadilan akan mengajukan klaim pembiyayaan kepada negara,

setelah diputuskan oleh Majlis Hakim melalui putusan sela, bahwa yang

bersangkutan dapat beracara atau berperkara Cuma-Cuma.

11

Ibid., Abdul Manan, h. 64

Page 92: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

83

Gugatan atau permohonan yang diajukan dengan cara prodeo selalu

diperiksa oleh hakim ditingkat pertama tntang ketidak mampuannya, kemudian

hasil pemeriksaan diputuska dengan putusan sela12

, untuk itu apabila ada

permohonan prodeo, petugas satu harus membuatkan SKUM (Surat Kuasa Untuk

Membayar) dengan jumlah pembayaran nihil (nol). Setelah melalui prosedur

yang dilalui diatas maka selanjutnya masuk kedalam tahap pemeriksaan dan

penyelesaiannnya yaitu:13

1. Setelah berkas perkara diterima oleh Ketua Pengadilan Agama, maka Ketua

Pengadilan Agama menunjuk Majlis Hakim untuk menangani perkara

tersebut ( PMH ).

2. Majelis Hakim menetapkan Hari sidang ( PHS) dan memerintahkan jurusita

untuk memanggil Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon.

3. Majelis Hakim memerintahkan kepada Kuasa Pengguna Anggara ( Pansek )

agar mengeluarkan biaya panggilan masing-masing satu kali biaya panggilan

untuk Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon dalam bentuk sebuah

instrumen, yang selanjutnya pula Kuasa Pengguna Anggaran/Pansek

mengeluarkan perintah kepada bendahara pengeluaran juga dalam bentuk

sebuah instrumen.

4. Majelis Hakim memerintahkan kepada Kuasa Pengguna Anggara ( Pansek )

agar mengeluarkan biaya panggilan masing-masing satu kali biaya panggilan

12

Putusan Sela (Sementara) adalah putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir yang

diadakan dengan tujuan untuk memungkinkan atau mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara.

13 Ibid.,

Page 93: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

84

untuk Penggugat/Pemohon dan Tergugat/Termohon dalam bentuk sebuah

instrumen, yang selanjutnya pula Kuasa Pengguna Anggaran/Pansek

mengeluarkan perintah kepada bendahara pengeluaran juga dalam bentuk

sebuah instrumen.

5. Petugas Buku Induk Keuangan Perkara, petugas/pemegang buku Jurnal

Keuangan Perakara, dan petugas/pemegang Buku Kas Pembantu mencatat

penerimaan tersebut di dalam buku-buku mereka sebagai penerimaan panjar

pertama.Pada hari sidang yang telah ditentukan, Majelis Hakim sebelum

memeriksa pokok perkara, terlebih dahulu memeriksa permohonan beracara

secara cuma-cuma tersebut di dalam persidangan.

6. Apabila permohonan beracara secara prodeo terbukti dan permohonan

tersebut dikabulkan, maka Majelis Hakim menjatuhkan putusan sela yang

dimuat secara lengkap di dalam Berita Acara Persidangan.

7. Salinan amar putusan sela tersebut diserahkan oleh Majelis Hakim kepada

Kuasa Pengguna Anggaran (Pasnek) guna pembayaran perkara oleh negara.

8. Pansek menyerahkan salinan amar putusan itu kepada Bendahara Rutin

dengan perintah agar mengeluarkan sejumlah uang panjar sebesar Rp.

531.000.000,- (lima ratus tiga puluh satu ribu rupiah) dikurangi jumlah uang

yang sudah dikeluarkan sebagai biaya panggilan pertama.

9. Dengan diterimanya uang panjar dari Bendahara Rutin, Kasir mengeluarkan

kwitansi SKUM sejumlah uang yang diterima

Page 94: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

85

10. .Petugas Buku Induk Keuangan Perkara, petugas/pemegang buku Jurnal

Keuangan Perkara, dan petugas/pemegang Buku Kas Pembantu mencatat

penerimaan tersebut di dalam buku-buku mereka sebagai penerimaan panjar

kedua.

11. Apabila permohonan prodeo tidak terbukti, Majelis Hakim menjatuhkan

putusan sela yang berisi memerintahkan Penggugat/Pemohon untuk

membayar biaya perkara sesuai yang ditaksir oleh Meja Pertama, jeda waktu

pembayaran diberikan selama satu bulan.14

12. Apabila Penggugat/Pemohon membayar biaya perkara sesuai perintah dalam

putusan sela Pengadilan, Kasir wajib mengembalikan uang negara tersebut ke

negara. Setelah putusan akhir dibacakan, apabila terjadi kelebihan biaya

perkara, Kasir wajib mengembalikan kelebihan biaya perkara tersebut kepada

kas negara.

13. Setelah putusan akhir dibacakan, apabila biaya perkara ternyata kurang,

Majelis Hakim dapat memerintahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran

untuk mengeluarkan biaya perkara tambahan yang diperlukan dengan

menggunakan instrumen.

14. Seluruh biaya perkara yang tercantum dalam putusan pengadilan, harus sama

dengan biaya yang dikeluarkan negara melalui DIPA (Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran) Pengadilan Agama.

14

Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Cet.

III, (Jakarata: Pranada Media, 2005), h. 63.

Page 95: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

86

Pengajuan prodeo dapat dibantah pahak lawan (tergugat/ pemohon)

karena menurut tergugat bahwa pengajuan perkara secara prodeo tersebut adalah

tidak beralasan sama sekali ataupun menyatakan bahwa pemohon prodeo

sesungguhnya mampu untuk membayar ongkos perkara dan sesuai pasal 239 ayat

(2) dan pasal 275 ayat (2) RB.g tentang bantahan pihak lawan tentang

permohonan gugatan secara Cuma-Cuma,15

dengan beberapa pertimbangan

berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dalam sidang insidentil, maka hakim

karena jabatannya dapat menolak permohonan pengajuan perkara secara Cuma-

Cuma tersebut, Keputusan Pengadilan tingkat pertama yang menolak

permohonan perkara secara prodeo ( Cuma-Cuma)adalah tidak dapat dimintakan

banding oleh pihak pemohon. Apabila isi putusan sela menolak maka

diperintahkan membayar biya perkara sebagai uang panjar yang berdasarkan

SKUM dari meja satu, jika tidak bisa membayar maka perkara dicoret

(dikeluarkan) dari register perkara setelah empat belas hari dari putusan tersebut

diucapkan. Jika permohona tersebut ikabulkan maka proses perkaranya

dilanjutkan dengan pemeriksaan materi perkara.

Sedangkam mekanisme dalam persidangan, pengadilan tidak

membedakan antara penyelesaian perkara secara prodeo dengan penyelesaian

perkara pada umumnya, hanya terlebih dahulu adanya putusan sela. Hal ini dapat

dibuktikan dengan adanya putusan Pengadilan Agama Jakarta Barat Nomor

085/Pdt.G2010/PAJB tentang duduk perkaranya mengenai kasus cerai gugat oleh

15

Ibid., h. 65

Page 96: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

87

A. Umur 38 Tahun pekerjaan ibu rumah tangga (sebagai Pengggat) dengan B.

Umur 38 Tahun, Pekerjaan tidak bekerja.( Sebagai Tergugat)16

Dalam berkas tersebut penggugat telah mengajukan permohonan prodeo

dengan sejumlah syarat yang ditetapkan oleh pengadilan. berdasarkan putusan

sela tersebut, pihak pengadilan mengabulkan permohonan penggugat dan

mengizinkan penggugat untuk berperkara secara Cuma-Cuma (prodeo) dalam

kasus perceraian. Dengan menimbang bahwa penggugat dalam positanya

menyatakan dirinya tidak mampu untuk memebayar biaya perkara karena dalam

keadaan miskin dan tergugat tidak keberatan atas permohonan penggugat

tersebut.17

kemudian diperkuat dengan dalil-dalilnya berupa Surat keterangan

dari Kelurahan Palmerah yang ditanda tangani oleh Lurah Palmerah yang

menyatakan bahwa penggugat tidak mampu selanjutnya diberi tanda P-1.,

kemudian disamping bukti surat, penggugat juga mengajukan saksi-saksi yaitu:

Saksi A. Umur, 45 tahun, agama Islam, pekerjaan swasta. Bertempat

tinggal dijalan Villa bintaro indah blok B XI /15 Rt. 002 Rw.011 Tangerang

dengan dibawah sumpahnya memberikan keterangan sebagai berikut :

- Bahwa saksi tahu dan kenal dengan penggugat karena penggugat adalah

kakak penggugat dan saksi kenal kepada tergugat sebagai suami penggugat.

16

Berkas Pribadi pengadilan Agama Jakarta Barat, Tentang Putusan Sela Cerai Gugat, Ketua

Majlis Abu Thalib Zisma, Tanggal 8 Februari 2010 17

Ibid., h.3

Page 97: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

88

- Bahwa saksi tahu penggugat tidak mampu membayar biaya perkara karena

penghasilan sebagai ibu rumah tangga dan penggugat tidak diberi nafkah

oleh tergugat dan saat ini tergugat tidak bekerja dan tidak dapat mencukupi

kebutuhan sehari-hari.18

- Bahwa saksi tahu penggugat telah dikaruniai 3 orang anak yang dua sudah

besar dan yang satu sudah kecil.

Bahwa penggugat telah menyampaikan kesimpulan secara secara lisan

yang pokoknya mohon agar dapat beracara secara Cuma-Cuma

Menimbang bahwa karena penggugat dinyatakan tidak mampu

membayar biaya perkara, dan dalam DIPA pengadilan Agama Jakarta barat

tersedia anggaran bantuan hukum bagi orang yang tidak mampu, maka

biaya perkara dibebankan kepada Negara melalui DIPA Pengadilan Agama

Jakarta Barat.

Mengadili

Sebelum memberikan putusan akhir, terlebih dahulu menjatuhkan putusan

sela sebagai berikut:

1. Menyatakan, Penggugat tidak mampu untuk membayar biaya perkara

2. Membebankan biaya perkara kepada Negara Republik Indonesia

melalui DIPA Pengadilan Agama jakarta Barat

3. Menangguhkan perhitungan biaya perkara bersama putusan akhir.

18

Berkas Pribadi pengadilan Agama Jakarta Barat, Tentang Putusan Sela Cerai Gugat, Ketua

Majlis Abu Thalib Zisma, Tanggal 8 Februari 2010.

Page 98: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

89

C. Tingkat Frekwensi Masyarakat Yang Berperkara Prodeo

Berdasarkan keterangan Adri Syrifudin sebagai Panitra Muda Hukum di

pengadilan Agama Jakarta Barat. Frekwensi masyarakat yang berperkara prodeo

dari tahun 2009-2010 masyarakat yang berperkara prodeo meningkat dikarenakan

faktor ekonomi masyarakat karena banyaknya penduduk masyarakat Jakarta Barat

faktor ekonominya kurang baik, dikarenakan banyaknya pengangguran dan

kebutuhan mereka pas-pasan untuk biaya hidup.19

Pada tahun 2009 dari 1.360 perkara yang diselesaikan di Pengadilan

Agama Jakarta Barat hanya sebanyak 23 perkara yang menggunakan jalur prodeo.

Sedangkan Pada Tahun 2010 perkara yang telah diselesaikan sebanyak 1.494

perkara di Pengadilan Agama Jakarta Barat hanya sebanyak 24 perkara yang

menngunakan jalur prodeo.

Sedangkan menurut H. Muhiddin Selaku hakim Pengadilan Agama

Jakarta Barat beliau berpendapat perkara prodeo di Pengadilan Agama Jakarta

Barat dari Tahun 2009 terdapat 23 perkara, tahun 2010 sebanyak 24 perkara,

Terdapat perkembangan yang tidak begitu signifikan atas realitas yang diberikan

negara. Karena hanya dalam kurun waktu dua tahun terdapat selisih 1 perkara.

Hal tersebut kemungkinan ada beberapa faktor, faktor-faktor nya diantaranya

dalah:

1. Pendidikan rendah sehingga banyak masyarakat yang masih awam untuk

berperkara secara prodeo.

19

Wawancara Pribadi Dengan Adri Syafruddin Sulaiman . Jakarta 7 Maret 2011

Page 99: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

90

2. Faktor informasi kemungkinan besar adanya fasilitas prodeo (berperkara

secara Cuma-Cuma) tidak sampai masyrakat kalangan bawah20

Berdasarkan hasil wawancara di atas, terbukti bahwa alasan mengenai

minimnya frekwensi masyarakat yang berperkara secara prodeo, bukan hanya dari

faktor ekonomi masyarakat yang cukup baik, tetapi juga karena Pendidikan

rendah sehingga banyak masyarakat yang masih awam tentang hukum,

banyaknya pengangguran dan kebutuhan mereka pas-pasan dan kurannya sosialisi

sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang adanya prodeo di

Pengadilan.

Menurut Muhiddin sebagai Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Barat,

tidak ada perbedaan antara perkara prodeo dengan yang tidak prodeo, hakim

menangani dan menyelesaikan perkara sama saja. Karena tugas hakim adalah

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara, kalau dia sudah memenuhi

prosedur beracara secara prodeo maka diperiksa dan di selesaikan.21

Semua jenis perkara di pengadilan Agama seperti, masalah dalam

perkawinan, kewarisan, dan perwakafan, dapat diselesaikan dengan biaya Cuma-

Cuma (Prodeo) dengan syarat-syarat yang ditetapkan dari pengadilan. tetapi

pengadilan memberi gambaran, bahwa jenis perkara yang sering terjadi dalam

penyelesaian perkara secara prodeo di pengadilan Agama Jakarta Barat Yaitu

perkara perceraian.22

20

Wawancara Pribadi Dengan Muhiddin. Jakarta 7 Maret 2011

21 Wawancara Pribadi Dengan Muhiddin. Jakarta 7 Maret 2011

22 Wawancara Pribadi Dengan H. Muhiddin. Jakarta 7 Maret 2011

Page 100: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

91

D. Analisiss Penulis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis menganalisa tentang

teori perbandingan antara teori dan praktek penyelesaian perkara prodeo di

Pengadilan Agama Jakarta Barat. Menurut penulis perbandingan penyelesaian

perkara prodeo dalam tataran teoritis tidak jauh berbeda dengan praktek di

Pengadilan. Hanya saja dalam prosedur awal dalam dalam pengajuan prodeo yaitu

dengan foto copy kartu tanda penduduk (KTP), foto copy buku nikah.

Namun di dalam pasal-pasal tentang prodeo hanya disyaratkan dengan

melampirkan surat keterangan tidak mampu dari kepolisian. Sedangkan

pengadilan hanya mengharuskan membawa surat keterangan tidak mampu dari

kelurahan di tempat ia tinggal. Menurut penulis syarat-syarat yang tersebut diatas

wajar sekali dilakukan bagi para pemohon, karena berguna untuk menguatkan

pembuktian mereka di depan pengadilan.

Secara umum, bagi pemohon prodeo yang tidak mempunyai surat

keterangan, maka persidanagan akan tetap dilaksanakan secara insidentil, karena

surat ketengan tersebut hanya untuk meyakinkan hakim yang dimuat dalam

putusan sela sebagai bukti dan kebenaran pihak yang miskin sebagai salah satu

dokumen pertanggung jawaban keuangan.22

Kemudian pengadilan mensyaratkan bagi para pemohon prodeo membawa

2 (dua) orang saksi untuk menguatkan pembuktian bahwa ia benar-benar

22

Taufik Hasan Ngadi, “Perbedaan Persepsi Terhadap prosedur Beracara Cuma-

Cuma”Kaitannya dengan DIPA Pada Pengadilan Agama, Artikel Ini diakses 30 Maret 2011 dari

WWW.badilag.Net/data/artikel/tilisan%20Taufil%20Ngadi Pdf.,

Page 101: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

92

dinytakan tidak mampu. Dalam hal ini Undang-undang tidak mensyaratkan

didatangkannya dua orang saksi. Berarti hal tersebut tidak sesuai dengan prosedur

yang yang ditetapkan di dalam aturan-aturan tentang prodeoyang berlaku. Selain

itu penulis dengan disyaratkan dua orang saksi tersebut tidak berpengaruh

terhadap kebenaran seorang pemohon prodeo atas ketidak mampuannya, karena

bisa saja dua orang saksi tersebut memalsukan kesaksiannya.

Tetapi menurut penulis, pengadilan mensyaratkan hal itu berdasarkan

kepada aturan-aturan yang ada, yaitu aturan-aturan yang berlaku secara umum

tentang pembuktian. Pendapat penulis bersumber pada pasal 283 RBg/163 HIR

yang menjelaskan, “Barang siapa mempunyai suatu hak atau suatu keadaan untuk

menguatkan haknya atau menyangkal hak seseorang lain, harus membuktikan hak

atau keadaan itu”.23

Alat-alat bukti tersebut dapat terdiri dari bukti tertulis, bukti dengan saksi-

saksi, perangkaan, pengakuan dan sumpah. Maka pengadilan menggunakan bukti

dengan saksi-saksi yang berjumlah dua orang.

Kemudian mengenai biaya perkara yang masih harus dibayar oleh

pemohon prodeo, bagi penulis, pengadilan sudah mengambil jalan yang terbaik

dengan mengurangi beban para pemohon untuk membayar semua biaya perkara.

karena memang pada waktu sebelum diadakannya DIPA (Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran) belum ada kejelasan mengenai alokasi anggaran dalam

23

Departemen Agama, Himpunan Peraturan Perundang-undangan dalam Lingkungan

Peradilan Agama, h., 47.

Page 102: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

93

penyelesaian prodeo. Pada waktu itu pengadilan tidak mampu membiyayai semua

biaya perkarayang dikeluarkan seperti biaya pemanggilan, biaya untuk para saksi,

biaya penyitaan dan biaya-biaya lain atas perintah Ketua Pengadilan.24

Namun setelah diadakannya DIPA mulai tahun 2007 tidak ada lagi

kendala pada biaya, yaitu pengadilan harus tetap menyelesaikan perkara prodeo

seperti menyelesaikan perkara pada umumnya. Setelah seluruh biaya yang di

keluarkan dalam penyelesaian prodeo dilaporkan ke DIPA, maka DIPA akan

memberikan ganti biaya yang sudah dikeluarkan berdasarkan laporan. Setelah

diberlakukannya DIPA lah seluruh biaya dibebaskan bagi para pemohon prodeo.

Mengenai frekuensi masyarakat yang berperkara prodeo di Pengadilan

Agama Jakarta Barat, yaitu berdasarkan hasil wawancara penulis dengan hakim di

Pengadilan Agama Jakarta Barat dan berdasarkan hasil wawancara penulis

dengan Panitra Muda Hukum Pengadilan Agama Jakarta Barat, penulis

berpendapat bahwa frekuensi masyarakat yang berperkara secara prodeo sedikit

bukan hanya dikarenakan yang berekonomi baik tetapi juga dikarenakan

masyarakat tidak mengetahui tentang prodeo di Pengadilan Agama. Demikianlah

analisis penulis tentang Penyelesaian Perkara Prodeo di Pengadilan Agama

Jakarta Barat.

24

Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Departemen Agama, (Himpunan Berkala Hukum

&Peradilan), h., 42

Page 103: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

94

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab kelima ini merupakan bab penutup, yang didalamnya berisi

kesimpulan dan saran-saran sebagai kristalisasi dari literatur-literatur dan uraian

pembahasan bab terdahulu serta hasil penelitian di lapangan, maka kesimpulan

yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut:

1. Mekanisme penanganan perkara prodeo, tidak jauh berbeda dengan

penanganan pada umumnya. Bedanya hanya prosedur administrasi

pengajuannya saja. Adapun prosedur prosedur pengajuan penyelesaian

perkara prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat yang harus dipersiapkan

oleh para pihak yang ingin berperkara secara prodeo atau Cuma-Cuma adalah

sebagai berikut:

a. Datang langsung ke Pengadilan Agama Jakarata Barat dan kemukakan

keinginannya.

b. Memenuhi beberapa syarat antara lain, melampirkan surat keterangan

tidak mampu dari kelurahan setempat yang diketahui oleh camat, foto

copy kartu tanda penduduk (KTP), foto copy akta nikah, membuat

permohonan untuk berperkara secara prodeo (Cuma-Cuma) yang

ditunjukan ke ketua Pengadilan Agama Jakarta Barat.

Page 104: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

95

c. Setelah memenuhi persyaratan tersebut lalu pihak Pengadilan Agama Lalu

pihak Pengadilan Agama Jakarta Barat menempuh terlebih dahulu

kebenaran ketidak mampuannya kemudian diputuskan di Persidangan.

d. Persyaratan bagi pemohon prodeo yaitu harus mendatangkan dua orang

saksi. Menurut penulis ini merupakan penyimpangan mengenai proses

perkara prodeo di pengadilan dengan aturan yang ada pada undang-

undang. Namun walaupun tidak dijelaskan dalam undang-undang secara

teoritis, hal tersebut mempunyai alasan yaitu sebagai bukti bahwa

pemohon prodeo tersebut benar-benar tidak mampu. Hal tersebut

berdasarkan pasal 283 RBg/163HIR tentang pembuktian.

2. Faktor penyebab perkara prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat adalah

karena dua sebab, pertama karena adanya keterangan khusus yang

mengaturnya dalam pasal 237 HIR dan 273 R.Bg yang berbunyi: Penggugat

atau tergugat yang tidak mampu membayar biaya perkaradapat diizinkan

untuk berperkara tanpa biaya”dan kedua karena adanya masyarakat kurang

mampu yang membutuhkan bantuan hukum dalam menyelesaikan masalahnya

yang kebutuhan akan keadilan merupakan hak asasi manusia yang harus

dilindungi, dengan tidak membedakan antara warga negara yang satu dengan

dengan yang lain semua sama dihadapan hukum dan berhak meperoleh

perlindungan hukum termasuk fakir miskin.

3. Penyelesaian perkara prodeo yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Jakarta

Barat, dalam aplikasinya hanya terdapat sedikit perkara prodeo yang masuk

Page 105: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

96

dan diselesaikan dibandingkan dengan kasus lain yang tidak memakai jalur

prodeo dan diselesaikan oleh Pengadilan Agama Jakarta Barat. Hal ini

disebabkan oleh beberapa kendala diantaranya:

a. Adanya rasa malu atau gengsi masyarakat untuk berperkara secara Cuma-

Cuma karena untuk mengakui bahwa dirinya kurang mampu.

b. Kurangnya informasi dan publikasi yang dilakukan oleh Pengadilan

Agama Jakarta Barat tentang sosialisasi berperkara secara Cuma-Cuma.

c. Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap bantuan hukum Cuma-

Cuma (prodeo) di Pengadilan Agama Jakarta Barat.

4. Tidak ada perbedaan antara perkara prodeo dengan yang tidak prodeo, hakim

menangani dan menyelesaikan perkara sama saja. Karena tugas hakim adalah

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara, kalau dia sudah memenuhi

prosedur beracara secara prodeo maka diperiksa dan di selesaikan.

B. Saran-Saran

Setelah menelaah kesimpulan diatas, penulis ingin memberikan beberapa

saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk prosepek Pengadilan Agama

kedepan yaitu:

1. Perlu dilakukan sosialisasi tentang prodeo oleh beberapa pihak, baik pihak

pengadilan maupun tokoh masyarakat setempat juga melalui berbagai media

cetak elektronik serta forum-forum kajian masyarakat, seperti khotbah jum`at,

kuliah subuh, majlis ta`lim dan forum-forum lainnya.

Page 106: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

97

2. Diharapkan hakim bersikap sama baik kepada orang yang berperkara prodeo

dan tidak prodeo.

3. Adanya jaminan terhadap masyarkat untuk mendapat mendapatkan

pendidikan hukum sebagai wujud bantuan hukum secara Cuma-Cuma

(prodeo). Selain itu, dapat juga hal prodeo dimasukan ke dalam bab kurikulum

fiqih di Madrasah-madrasah tsanawiyah atau Aliyah.

4. Menghilangkan sikap kepada masyarakat agar tidak bersikap rendah diri

dalam berperkara secara prodeo bila ternyata dia tidak mampu.

Page 107: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

98

DAFTAR PUSTAKA

Apeldoorn, L. J. Van. Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke XXVIII. Jakarta: Pradnya

Paramita, 2000.

Arto, A. Mukti. Praktek PerkaraPerdata Pada peradilan Agama. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1996.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Yogyakarta: PT. Ma`arif,

1994.

______________. Sejarah Peradilan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Bisri, Cik Hasan. Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama dalam Sistem

Hukum Nasonal, Cet.II. Jakarta: Logos, 1999.

______________. Peradilan Agama dan Alokasi Kekuasaan di Indonesia. Jakarta: al-

Hikmah, 1997.

______________. Peradilan Islam Dalam Tatanan Masyarakat Indonesia. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2000.

______________. Peradilan Islam di Indonesia, Jil.I. Bandung: Ulul Albab Press,

1997.

______________. Perkembangan Peradilan Islam dalam Kemajemukan Masyarakat

Indonesia dalam Bunga Rampai Peradilan Islam, Cet.I. Bandung: Ulil al Bab

Press, 1997.

Page 108: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

99

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Departemen Agama. Bulletin Berkala

Hukum & Peradilan. Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama

Departemen Agama, 2002.

______________. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan

Peradilan Agama. Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama

Departemen Agama, 2001.

______________. Peradilan Agama di Indonesia :Sejarah Perkembangan Lembaga

dan Proses Pembentukan Undang-undangnya. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Badan Peradilan Agama Departemen Agama, 1999.

Djalil, A. Basiq. Peradilan Agama di Indonesia: Gemuruhnya Politik Hukum

Islam, Hukum Barat, Hukum Adat) dalam Rentang Sejarah Bersama Pasang

Surut Lembaga Peradilan Agama hingga Lahirnya Peradilan Syariat Islam

Aceh. Jakarta: Kencana, 2006.

______________. Peradilan Islam. Jakarta: T.tp, 2007.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Resarch I. Yogyakarta: Andi Offset, 1989.

Halim, Abdul. Peradilan Agama dalam Politik Hukum Indonesia, dari Otoritas

Konservatif Menuju Konfigurasi Demokratis-Responsif. Jakarta: Raja

Grafindo, 2000.

______________. Politik Hukum Islam di Indonesia, Cet. I. Jakarta: Ciputat Press,

2005.

Harahap, M. Yahya. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama “ UU

No. 7 Tahun 1989”, Cet . II. Jakarta: Pustaka Kartini, 1997.

Page 109: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

100

Hadi, Taufik Hasan. “Perbedaan Persepsi Terhadap prosedur Beracara Cuma-Cuma

Kaitanya dengan DIPA pada Peradilan Agama”, artikel diakses pada 30 Maret

2011 dari www.badilag.net/data/artikel/tulisan %20taufik%20nadi pdf.

Kadafi, Binziad. dkk. Advokat Indonesia Mencari Legitimasi : Studi Tentang

Tanggung Jawab Profesi Hukum Indonesia, Cet. III. Jakarta: Pusat Studi

Hukum dan kebijakan Indonesia, 2002.

Kamarusdiana. Hukum Perdata Islam. Jakarta: T.Tp., 2006.

Lev, Daniel S. Peradilan Agama di Indonesia, Suatu Studi Tentang Landasan Politik

Lembaga-Lembaga Hukum, Cet. II. Alih Bahasa: Zaini Ahmad Noeh. Jakarta:

PT. Intermasa, 1986.

Makarao, Moh.Taufik. Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, Cet. I. Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2004.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama,

Cet I. Jakarta: Al-Hikmah, 2000.

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia, Cet II. Yogyakarta:

Liberti, 1999.

Muhammad, Abdul Kadir. Hukum Acara Perdata Indonesia, Cet. VII. Bandung: PT.

Citra Aditya bakti, 2000 .

Munawir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia Al Munawwir, Cet. 1. Jakarta:

T.Tp, 1996.

Page 110: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

101

Nuruddin, Amiur dan Taringan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di Indonesia.

Jakarta: Kencana, 2004.

PA Sukabumi,”Proses Beracara Secara Cuma-Cuma”, artikel diakses 30 Maret

2011darihttp:pasukabumi/ptabandung.net/indexs2.phpoption=com_conten&-

pdf.

Purbacaraka , Purnadi dan Soekanto, Soejono. Perihal Kaidah Hukum, Cet. IV.

Bandung: Penerbit alumni, 1997.

Rasyid, Roihan A. Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. II. Jakarta: CV. Rajawali,

1991.

Soekanto, Soerjono. Pendekatan Sosioligi Hukum, Cet. 1, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

______________. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI, 1986.

Soepomo, R. Sistem Hukum di Indonesia Sebelum Perang Dunia ke II. Jakarta:

Pradya Pramita, 1972.

Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum, Cet VI. Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Suma, M. Amin. Kedudukan dan Peranan Hukum Islam di Negara Hukum

Indonesia. Jakarta: T.tp., 2009.

Syazali, Munawir. Landasan Pemikiran Politik Hukum Islam dalam Rangka

Menentukan Peradilan Agama di Indonesia. Yogyakarta: UII Press, 1998.

Tev, Daniel S. Peradilan Agama Islam di Indonesia, Cet. II. Jakarta: PT, Inter Masa,

1986.

Page 111: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

102

Tolchah Hasan, Muhammad. “Beberapa Catatan Sekitar 10 Tahun Undang-Undang

Peradilan Agama” :Ditbinbapera Islam, Fakultas UI & Pusat Pengkajian

Hukum Islam dan Masyarakat. 2 Desember 1999. Jakarta: Chasindo, 1999.

Tresna, R. Komentar HIR. Jakarta: Pradya Pramita, 1989.

______________. Peradilan di Indonesia Dari Abad ke Abad, Cet. III. Jakarta:

Pradnya Pramitra, 1978.

Waluyo, Bambang. Implementasi Kekuasaan Kehakiman di Republik Indonesia.

Jakarta: Senat Grafika, 1992.

Wawancara Pribadi dengan Adri Syafruddin Sulaiman . Jakarta. 7 Maret 2011.

Wawancara Pribadi Dengan Muhiddin. Jakarta. 7 Maret 2011.

Widodo. Cerdik Menyusun Proposal Penelitian: Skripsi, Tesis, dan Desirtasi, Cet. II.

Jakarta: Yayasan Klopak dan Makna Scrip, 2004.

Page 112: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

Pedoman Wawancara

1. Bagaimana mekanisme penanganan perkara prodeo di Pengadilan Agama Jakarta

Barat?

- Prosedurnya

2. Apa hambatan dalam proses melakukan atau melaksanakan prodeo di Pengadilan

Agama Jakarta Barat?

- Apa landasan hakim dalam menentukan sejumlah prosedur dan persyaratan yang

ada? diatur oleh Undang-undang atau interpretasi hukum?

- Bagaimana pandangan hakim tentang tidak diaturnya persyaratan itu dalam UU?

Perlukah kemudian diundangkan?

3. Adakah kendala-kendala yang terjadi dalam praktek perkara secara prodeo di

Pengadilan Agama Jakarta Barat? Jika ada apa solusi pemecahan masalah tersebut?

4. Apakah ada peraturan yang jelas secara tertulis yang di buat oleh Pengadilan Agama

Jakarta Barat dan ketentuan tidak mampunya seperti apa?

5. Perkara apa saja yang bisa ditangani dengan prodeo di Pengadilan Agama Jakarta

Barat?

6. Apakah benar-benar gratis 100% atau hanya mendapat potongan setengah harga

sesorang yang melakukan prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat?

- Apakah seluruh biaya perkara dibebaskan bagi di bebaskan bagi pemohon prodeo?

- Minta klarifikasi dan klasifikasi kasus prodeo

7. Dari mana dana untuk prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat dan di bebankan

kesiapa dana tersebut?

8. Berapa banyak frekuensi masyarakat yang berperkara secara prodeo di Pengadilan

Agama Jakarta Barat?

- Buat klasifikasi dan prosentase frekuensi itu.

Page 113: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

9. Apakah ada dari para pemohon prodeo yang ditolak permohonannya? Jika ada, apa

yang menyebabkan tersebut ditolak?

- Apa kebijakan Pengadilan Agama Jakarta Barat kepada pemohon prodeo yang

ditolak permohonannya? prodeo?

10. Apakah ada perbedaan penyelesaian kasus antara perkara secara prodeo dan tidak

prodeo?

Wawancara

Hari /Tnggal : 7 Maret 2011

Hakim ; Drs. H. Muhiddin, SH,. MH.

Page 114: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

Hasil Wawancara

1. Bagaimana prosedur pengajuan berperkara secara prodeo di Pengadilan Agama

Jakarta Barat?

Jawab : Mekanisme penanganan perkara prodeo, tidak jauh berbeda dengan

penanganan pada umumnya. Bedanya hanya prosedur pengajuannya saja. Pada

perkara prodeo, pemohon harus mengajukan gugatan atau permohonan yang

dilengkapi dengan keterangan tidak mampu /miskin atau dengan dilengkapi foto copy

kartu Gakin. untuk berperkara prodeo surat keterangan tidak mampu tersebut

dikeluarkan oleh kelurahan yang diligalisir oleh camat tempat ia tinggal.

Adapun dalam pemeriksaan di dalam persidangan, prosesnya sama dengan

pemeriksaan perkara pada umumnya saja, hanya saja sebelum pemeriksaan pihak

perkara, tertulis dahulu di pemeriksa tentang prodeo dari pemohon / penggugat

tersebut dan ditanyakan kepada termohon / tergugat apakah keberatan ataukah tidak.

Di periksa bukti-bukti, saksi-saksi tentang ketidak mampuan pemohon / penggugat

sebelum penggugat/ pemohon itu bener-benar miskin, baru dijatuhkan putusan sela

untuk mengabulkan atau menolak prodeonya tersebut, jika dikabulkan maka

penggugat/ pemohon diberikan izin oleh majlis hakim untuk beracara secara secara

Cuma-Cuma dan pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan pihak perkara.

Dengan memeriksa gugatan/ permohonan, jawaban replik, duplik (jika ada)

keterangan saksi-saksi kemudian putusan.

2. Apa hambatan dalam proses melakukan atau melaksanakan prodeo di Pengadilan

Agama Jakarta Barat?

Jawab: sama seperti perkara biasa hanya saja dalam pemanggilanya tidak dikenakan

biaya adapun tentang materai harus membeli materai sendiri.

- Apa landasan hakim dalam menentukan sejumlah prosedur dan persyaratan yang

ada? diatur oleh Undang-undang atau interpretasi hukum? Jawab: landasanya

adalah HIR diatur dalam pasal 237 sampai 245 HIR

TENTANG IZIN UNTUK BERPERKARA DENGAN TAK BERBIAYA

Pasal 237

Orang-orang yang demikian, yang sebagai penggugat, atau sebagai tergugat hendak

berperkara akan tetapi tidak mampu membayar biaya perkara dapat diberikan izin

untuk berperkara dengan tak berbiaya.

Page 115: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

Penjelasan:

Pasal 237 sampai dengan pasal 245 mengatur tentang kemungkinan untuk berperkara

dengan tidak membayar biaya bagi orang yang tidak mampu, syarat-syarat dan cara-

caranya berperkara itu. Adapun mereka yang tidak mampu diberi izin untuk

berperkara dengan tidak membayar biaya itu sebabnya yaitu oleh karena dalam suatu

negara yang beradab harus juga diberikan kesempatan kepada mereka itu untuk dapat

mencari keadilan pada hakim. Sebagai akibat dari izin berperkara dengan cuma-cuma

itu ialah tidak diminta biaya administrasi kepaniteraan dan juga tidak akan ditarik

pembayaran upah juru sita. Apabila yang meminta izin itu penggugat, maka

permohonan itu harus diajukan pada waktu ia memasukkan surat gugatannya atau

pada waktu ia mengajukan gugatannya dengan lisan, sedangkan apabila yang

memohon untuk diperkenankan berperkara dengan cuma-cuma itu orang yang

digugat, maka permintaan itu harus diajukan pada waktu ia menjawab gugatan itu.

Dalam ke dua hal permohonan itu harus disertai surat keterangan tidak mampu yang

diberikan oleh kepala polisi tempat tinggal pemohon itu yang harus berisi suatu

keterangan bahwa kepala polisi setelah menyelidiki mengetahui bahwa pemohon itu

sama sekali tidak mampu (pasal 238). Pada hari persidangan yang pertama

pemeriksaan dan keputusan tentang berperkara dengan tidak membayar biaya itu

diselenggarakan terlebih dahulu sebelum pokok perkara itu diperiksa. Pada sidang

pemeriksaan itu pihak lawan orang yang meminta berperkara dengan Cuma-Cuma itu

dapat menentang permohonan izin itu, baik dengan menyatakan bahwa tuntutannya

itu atau pembelaan pemohon tidak beralasan ataupun dengan membuktikan bahwa ia

mampu untuk membayar ongkos perkara. Selain dari itu hakim sendiri karena

jabatannya, atas sesuatu alasan, juga dapat menolak permohonan itu (pasal 239).

Keputusan tentang izin berperkara tanpa biaya itu tidak dapat dibanding atau

dimintakan kasasi (pasal 241). Izin berperkara dengan cuma-cuma hanya berlaku

untuk pemeriksaan tingkat pertama, dan izin berperkara tanpa bayaran pada tingkat

banding harus diperoleh

dengan baru dari hakim tingkat banding (pasal 242,244,245 dan pasal 12 U.U No.

20/1947). Apabila pihak yang mendapat izin berperkara tanpa bayaran itu menang

perkaranya, maka pihak lawan dihukum membayar ongkos perkara itu seolah-olah

pihak yang lain tidak berperkara dengan percuma.

Pasal 238

Apabila penggugat menghendaki izin itu, maka ia memajukan permintaan untuk itu

pada waktu memasukkan surat gugatan, atau pada waktu ia memajukan gugatannya

dengan lisan, sebagaimana diatur pada pasal 118 dan 120. Apabila izin dikehendaki

oleh tergugat, maka izin itu diminta pada waktu itu memasukkan jawabnya yang

dimaksudkan pada pasal 121. Permintaan dalam kedua hal itu harus disertai surat

keterangan tidak mampu, yang diberikan oleh kepala polisi pada tempat diam

peminta, yang berisi keterangan dari pegawai tadi, bahwa padanya nyata benar

sesudah diadakan pemeriksaan, bahwa orang itu tidak mampu membayar.

Pasal 239

Page 116: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

Pada hari menghadap ke muka pengadilan negeri, maka pertama sekali diputuskan oleh

pengadilan negeri apakah permintaan akan berperkara dengan tak berbiaya dapat

dikabulkan atau tidak. Lawan orang yang memajukan permintaan itu dapat memajukan

perlawanan atas permintaan itu, baik dengan mula-mula menyatakan, bahwa gugatan

atau perlawanan peminta itu tidak beralasan sama sekali, maupun dengan menyatakan

bahwa ia mampu juga akan membayar biaya perkara itu. Pengadilan Negeri juga dapat

menolak permintaan yang beralasan salah satu alasan itu karena jabatannya.

Pasal 240

Balai harta peninggalan dapat diizinkan juga dengan cara serupa di atas untuk

berperkara dengan tak berbiaya, baik sebagai penggugat, maupun sebagai tergugat,

dengan tidak usah menunjukkan surat tidak mampu, jika harta benda yang

dipertahankannya itu atau harta benda orang yang di wakilinya itu pada waktu

berperkara tidak mencukupi akan membayar biaya perkara, yang ditaksir dan akan

dibayar itu.

Pasal 241

Keputusan pengadilan negeri tentang izin akan berperkara dengan tak berbiaya, tidak

dapat dibanding, dan tidak dapat ditundukkan dengan aturan yang lain.

Pasal 242

1. Permintaan supaya berperkara dengan tak berbiaya di dalam bandingan, harus

dimajukan dengan memberikan keterangan tidak mampu dengan lisan atau tulisan,

sebagai dimaksud di dalam ayat tiga dari pasal 238, kepada panitera pengadilan negeri

yang memutuskan perkara itu pada tingkat pertama oleh orang yang hendak

membanding dalam tempo 14 hari sesudah tanggal keputusan atau sesudah

diberitahukan, menurut pasal 179; oleh fihak yang lain dalam tempo 14 hari sesudah

diberitahukan tentang bandingan ataupun sesudah pemberitahuan pada ayat terakhir

yang dimaksud dalam pasal ini.

2. Permintaan itu dicatat oleh panitera dalam daftar yang tersebut pada pasal 191.

3. Ketua menyuruh memberitahukan permintaan itu, dalam tempo empat belas hari

sesudah dituliskan, pada fihak lawan dan menyuruh memanggil kedua belah fihak

supaya datang menghadapnya.

Pasal 243

(1) Jika orang yang meminta itu tidak menghadap, maka permintaan itu dipandang gugur.

(2) Pada hari yang ditentukan itu, maka orang yang memajukan permintaan itu dan

lawannya, diperiksa oleh ketua jika ia datang.

Pasal 244

Pemberitaan pemeriksaan serta segala surat-surat tentang perkara itu, pemberitaan

persidangan, salinan yang syah dari keputusan dan petikan dari catatan yang diperbuat

Page 117: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

dalam daftar tentang permintaan akan berperkara dengan tak berbiaya dikirim oleh

paniteran pengadilan negeri pada pengadilan tinggi

Pasal 245

1. Pengadilan tinggi memberikan keputusan dengan tidak beracara atau dengan jalan

hukum, dan hanya atas surat itu saja. Dengan salah situ alasan-alasan yang tersebut

pada ayat kedua pasal 239, maka pengadilan tinggi karena jabatannya menolak

permintaan itu.

2. Panitera pengadilan tinggi dengan segera mengirim salinan yang syah dari

keputusan pengadilan itu bersama-sama dengari segala surat yang tersebut pada

pasal di atas pada ketua pengadilan negeri, yang menyuruh memberitahukan

keputusan itu pada kedua belah fihak menurut cara yang tersebut pada pasal 194.

-

3. Adakah kendala-kendala yang terjadi dalam praktek perkara secara prodeo di

Pengadilan Agama Jakarta Barat? Jika ada apa solusi pemecahan masalah tersebut?

jawab: secara prinsip tidak ada. Karena sudah diatur oleh undang-undang,

walaupun tidak ada biaya panggilan, tapi juru sita tetap diperintahkan untuk

melakukan panggilan secara Cuma-Cuma tanpa ada biaya panggilan. Kalaupun ada

panggilan prodeo dimana suami yang bersangkutan diluar wilayah yang besangkutan

katakanlah di luar wilayah pengadilan Agama Jakarta Barat dikirim kesana prodeo

pasti merekapun mengerti bahwa ini adalah perkara prodeo krena gugatan

dilampirkan dan pasti dilaksanakan juga karena itu perintah undang-undang.

4. Apakah ada peraturan yang jelas secara tertulis yang di buat oleh Pengadilan Agama

Jakarta Barat dan ketentuan tidak mampunya seperti apa?

Jawab: tidak perlu dibuat oleh Undang-undang karena sudah diatur oleh HIR pasal

237 sampai 245 HIR

5. Perkara apa saja yang bisa ditangani dengan prodeo di Pengadilan Agama Jakarta

Barat?

Jawab: banyak sekali diantaranya perkara perceraian

6. Apakah benar-benar gratis 100% atau hanya mendapat potongan setengah harga

sesorang yang melakukan prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat?

Jawab: jadi yang dinamakan prodeo adalah bebas biaya proses prosedur

berperkara akan tetapi tentang biaya legalisir materai dimana bukti yang harus

dinilai di persidangan yang sah dan formil itukan bermaterai materainya beli sendiri.

benar-benar gratis 100% karena dalam panjar biaya perkara prodeo di kwitansinya

di tulis NIHIL

Page 118: PENYELESAIAN PERKARA SECARA PRODEO DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/4349/1/MUCHAMAD... · telah berpengalaman menyelesaikan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan

7. Dari mana dana untuk prodeo di Pengadilan Agama Jakarta Barat dan di bebankan

kesiapa dana tersebut?

Jawab: dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) negara akan menanggung

setoran tanpa pajak.

8. Berapa banyak masyarakat yang berperkara secara prodeo dalam setahun di

Pengadilan Agama Jakarta Barat?

- Pada tahun 2009 perkara diterima yang prodeo sebanyak 23 perkara.

- Pada tahun 2010 perkara yang diterima yang prodeo sebanyak 24 perkara dan

penyerapan anggaran RP. 12. 684.000,-

9. Apakah ada dari para pemohon prodeo yang ditolak permohonannya? Jika ada, apa

yang menyebabkan tersebut ditolak?

Jawab:bisa saja terjadi prodeo ditolak hal tersebut karena tidak mampu

membuktikan untuk beracara prodeo misalnya orang yang mengajukan prodeo

ternyata hartanya banyak, punya kontrakan banyak dan sebagainya, tapi untuk

pengadilan Agama Jakarta Barat sepengetahuan saya belum pernah terjadi.

10. Apakah ada perbedaan penyelesaian kasus antara perkara secara prodeo dan tidak

prodeo?

Jawab: tidak ada perbedaan antara perkara prodeo dengan yang tidak prodeo, hakim

menangani dan menyelesaikan perkara sama saja. Karena tugas hakim adalah

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara, kalau dia sudah memenuhi

prosedur beracara secara prodeo maka diperiksa dan di selesaikan.

Jakarta, 7 Maret 2011

Pewawancara Yang Diwawancara

Muchamad Arifin Drs. H. Muhiddin, SH,. MH.

Hakim Pengadilan Agama Jakarta Barat