penyajian kasus
DESCRIPTION
tesTRANSCRIPT
PENYAJIAN KASUS
Identitas :
Nama : Tn. L
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jl. Budi Utomo, gang Bersatu No.24
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Tanggal MRS : 2 Juni 2009 , pukul 09.30 WIB
1. Anamnesis
Keluhan utama :
Muntah warna cokelat sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit
Riwayat penyakit sekarang
Sejak 3 hari yang lalu, pasien mengeluhkan muntah-muntah yang berwarna
cokelat. Keluhan disertai rasa mual, kembung dan pusing. Pasien mengeluhkan
adanya nyeri pada daerah ulu hati. Namun pasien menyangkal nyeri telan atau nyeri
di daerah dada saat menelan disangkal. Rasa asam di pangkal lidah juga disangkal.
Batuk-batuk juga disangkal.
Pasien juga mengatakan bahwa sejak 1 bulan terakhir, buang air besar
berwarna hitam. Pasien menyangkal adanya pembesaran perut atau perut yang terasa
penuh. Dalam 1 bulan terakhir juga disangkal adanya pembengkakan kaki. Dalam 1
bulan terakhir pasien pernah memeriksakan tekanan darahnya, ia mengatakan tekanan
darahnya saat itu (3minggu sebelum dibawa ke RS) mencapai 200/110mmhg.
Selain itu, pasien mengeluhkan nyeri pinggang yang sering menjalar ke bawah
sejak 4 bulan terakhir, yang disertai buang air kecil yang sedikit-sedikit namun sering.
Setiap buang air kecil harus menunggu untuk waktu yang cukup lama, tidak ada
penghentian mendadak saat buang air kecil, tidak ada nyeri dan tidak ada rasa penuh
1
di buli-buli. Air seni jernih, tidak keruh, tidak berbuih dan tidak ada gambaran seperti
pasir.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa. Pasien mempunyai riwayat tekanan
darah tinggi dan riwayat magh kronis sejak muda. Beberapa tahun yang lalu (pasien
tidak dapat mengingat secara jelas) pasien pernah mengalami bengkak pada punggung
kaki.
Riwayat kebiasaan
- Riwayat minum minuman keras sejak muda
- Konsumsi kopi sejak muda
2. Pemeriksaan Fisik
KU : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis, GCS 15
Tanda vital :
Tekanan darah : 140 /90 mmHg
Nadi : 68 x/mnt
RR : 24 x /mnt
Suhu : 36.9 C
Kepala
Mata : Konjungtiva palpebra anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : tidak tampak kelainan
Hidung : tidak tampak kelainan
Tenggorokan : tidak tampak kelainan
Leher : tidak tampak kelainan
Thorax (paru) :
Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak, tidak tampak venektasi
Palpasi : stem fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor di semua lapang paru
2
Auskultasi : vesikuler, Wh (-), Rh(-)
Thorax (jantung)
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS5 3cm linea midclavicularis
sinistra
Perkusi :
o Batas kanan atas ICS 2 linea parasternalis kanan
o Batas kanan bawah ICS 5 linea parasternalis kanan
o Batas kiri atas ICS 2 linea parasternalis kiri
o Batas kiri bawah ICS 5 3cm linea midclavicula kiri
Auskultasi : SI, II tidak ada kelainan
Abdomen
o Inspeksi : venektasi(-), perut datar
o Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegali(-), distensi
abdomen(-)
o Perkusi : pekak/redup alih (-), tympani(+)
o Auskultasi : bising usus (+)
Ekstremitas : akral dingin dan tampak pucat, capillary refill (+), edem tungkai (-)
3. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 2 juni 2009
- SGOT : 34U/L (0-37 U/L)
- SGPT : 28 U/L (0-42 U/L)
- Ureum : 146,7 mg/dL (10-50 mg/dL)
- Creatinine : 1,73 mg/dL (0,5-1,2 mg/dL)
- Na : 141 mEq/L (135-155 mEq/L)
- K : 4,6 mEq/L (3,8-5,5 mEq/L)
- Ca : 9,06 mg/dL (8,1-10,4 mg/dL)
- Cl : 115 mEq/L (94-111 mEq/L)
3
4. Diagnosis
Diagnosis Kerja :
• Hematemesis melena e.c susp ulkus gastroduodenal
• Penyakit ginjal kronik
Diagnosis Banding
• Varises esofagus
• GERD
• Sirosis hepatis
5. Usulan Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Pemeriksaan kadar albumin
Hemostasis (waktu perdarahan, pembekuan dan protrombin)
6. Tatalaksana
- Pemasangan NGT
- Nutrisi : pasien dipuasakan
- Resusitasi cairan : kristaloid (NaCl 3%)
- Obat-obatan
Vitamin K 10-20 mg/hari/Im/iv
Ranitidin iv
Kalnex
Sucralfat
- Tranfusi darah à bila Hb < 7 gr% dan Ht < 30 %
4
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hematemesis ialah dimuntahkannya darah dari mulut; darah dpt berasal dari
saluran cerna bagian atas atau darah dari luar yang tertelan (epistaksis,hemoptisis).
Sedangkan melena adalah feses berwarna hitam seperti ter krn bercampur darah;
umumnya terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yg lebih dari 50-100 mL
dan biasanya disertai hematemesis.
Etiologi
Penyehab-penyebab dari perdarahan saluran makan bagian atas antara lain :
- Kelainan pada esofagus: varises, esofagitis, ulkus, sindroma Mallory-Weiss,
keganasan.
- Kelainan pada lambung dan doudenum: gastritis hemoragika, ulkus peptikum
ventrikuli dan duodeni, keganasan, polip.
- Penyakit darah: leukemia, DIC, trombositopeni.
- Penyakit sistemik: uremia.
Penyehab perdarahan SMBA yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 40 - 55%, kemudian menyusul gastritis
hemoragika dengan 20 - 25%. ulkus peptikum dengan 15 - 20%, sisanya oleh
keganasan, uremia dan sebagainya. Umumya perdarahan SMBA termasuk penyakit
gawat darurat yang memerlukan tindakan medik intensif yang segera di
rumah-sakit/puskesmas karena angka kematiannya yang tinggi, terutama pada
perdarahan varises esofagus yang dahulu
berkisar antara 40 - 85%.
Tingginya angka kematian pada perdarahan varises esofagus tergantung dari
beberapa faktor, antara lain :
- Sifat dan lamanya perdarahan telah berlangsung.
- Beratnya penyakit sirosis hati yang mendasarinya.
- Tersedia tidaknya sarana diagnostik dan terapi di rumah sakit/puskesmas tersebut.
5
Perdarahan SCBA Perdarahan SCBB
Manifestasi klinik pd
umumnya
Hematemesis dan/ melena Hematokezia
Aspirasi nasogastrik Berdarah Jernih
Rasio (BUN/ kreatinin) Meningkat >35 < 35
Auskultasi usus Hiperaktif Normal
Tabel perbedaan perdarahan saluran cerna bagian atas dan bagian bawah
Tanda-tanda :
Sejarah berlebihan menggunakan alkohol atau penyakit hati Apapun esophago berhubung dgn lambung perut-gejala, seperti mual atau
muntah-muntah Coklat hitam atau muntah Muntah seperti ampas kopi Berwarna gelap, seperti tar stools (kondisi yang dikenal sebagai melena)
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis
Pemeriksaan laboratorik
Pemeriksaan laboratorik dianjurkan dilakukan sedini mungkin, tergantung dari
lengkap tidaknya sarana yang tersedia. Disarankan pemeriksaan-pemeriksaan seperti
berikut: golongan darah, Hb, hematokrit, jumlah eritrosit, lekosit, trombosit, waktu
perdarahan, waktu pembekuan, morfologi darah tepi dan fibrinogen. Pemeriksaan tes
faal hati bilirubin, SGOT, SGPT, fosfatasealkali, gama GTkolinesterase, protein
total,albumin, globulin, HBSAg, AntiHB S .
Pemeriksaan yang diperlukan pada komplikasi kegagalan fungsi ginjal, koma
atau syok adalah: kreatinin, ureum, elektrolit, analisa gas darah, gula darah sewaktu,
amoniak.
6
Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologik dilakukan sedini mungkin bila perdarahan telah
berhenti. Mula-mula dilakukan pemeriksaan esofagus dengan menelan bubur barium,
diikuti dengan pemeriksaan lambung dan doudenum, sebaiknya dengan kontras
ganda. Pemeriksaan dilakukan dalam berbagai posisi dan diteliti ada tidaknya varises
di daerah 1/3 distal esofagus, atau apakah terdapat ulkus, polip atau tumor di
esofagus, lambung, doudenum.
Pemeriksaan endoskopik
Pemeriksaan endoskopik dengan fiberpanendoskop dewasa ini juga sudah
dapat dilakukan di beberapa rumah-sakit besar di Indonsia. Dari publikasi pengarang-
pengarang luar negeri dan juga ahli-ahli di Indonsia terbukti pemeriksaan endoskopik
ini sangat penting untuk menentukan dengan tepat sumber perdarahan SMBA.
Tergantung ketrampilan dokternya, endoskopi dapat dilakukan sebagai pemeriksaan
darurat sewaktu perdarahan atau segera setelah hematemesis berhenti.
Pada endoskopik darurat dapat ditentukan sifat dari perdarahan yang sedang
berlangsung. Beberapa ahli langsung melakukan terapi sklerosis pada varises esofagus
yang pecah, sedangkan ahli-ahli lain melakukan terapi dengan laser endoskopik pada
perdarahan lambung dan esofagus. Keuntungan lain dari pemeriksaan endoskopik
adalah dapat dilakukan pengambilan foto slide, film atau video untuk dokumentasi,
juga dapat dilakukan aspirasi serta biopsi untuk pemeriksaan sitologi.
Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan ultrasonografi dapat menunjang diagnosa hematemesis/melena
bila diduga penyebabnya adalah pecah nya varises esofagus, karena secara tidak
langsung memberi informasi tentang ada tidaknya hepatitis kronik, sirosis hati dengan
hipertensi portal, keganasan hati dengan cara yang non invasif dan tak memerlukan
persiapan sesudah perdarahan akut berhenti.
Dengan alat endoskop ultrasonografi, suatu alat endoskop mutakhir dengan
transducer ultrasonografi yang berputar di ujung endoskop, maka keganasan pada
lambung dan pankreas juga dapat dideteksi.
Tatalaksana
Tindakan umum berupa :
7
1. Resusitasi
Penderita dengan perdarahan 500 -- 1000cc perlu diberi infus Dextrose 5%,
Ringer laktat atau Nacl 0,9%. Pada penderita sirosis hati dengan asites/edema tungkai
sebaiknya diberi infus Dextrose 5%. Penderita dengan perdarahan yang masif lebih
dari 1000 cc dengan Hb kurang dari 8g%, perlu segera ditransfusi. Pada hipovolemik
ringan diberi transfusi sebesar 25% dari volume normal, sebaiknya dalam bentuk
darah segar. Pada hipovolemik berat/syok, kadangkala diperlukan transfusi sampai 40
-- 50% dari volume normal. Kecepatan transfusi berkisar pada 80 -- 100 tetes atau
dapat lebih cepat bila perdarahan masih terus berlangsung, sebaiknya di bawah
pengawasan tekanan vena sentral. Pada perdarahan yang tidak berhenti perlu
dipikirkan adanya DIC, defisiensi faktor pembekuan path sirosis hati yang lanjut atau
fibrinolisis primer.
Bilamana darah belum tersedia, dapat diberi infus plasma ekspander maksimal
1000 cc, selang seling dengan Dextrose 5%, karena plasma ekspander dapat
mempengaruhi agregasi trombosit. Setiap pemberian 1000 cc darah perlu diberi 10 cc
kalsium glukonas i.v. untuk mencegah terjadinya keracunan asam sitrat
2. Lavas lambung
Setelah keadaan umum penderita stabil, dipasang pipa nasogastrik untuk
aspirasi isi lambung dan lavas air es, mula-mula setiap 30 menit1 jam. Bila air
kurasan lambung tetapmerah, penderita terus dipuasakan. Sesudah air kurasan
menjadi merah muda atau jernih, maka disarankan dilakukan pemeriksaan endoskopi
yang dapat menentukan lokasi perdarahannya. Pada perdarahan varises esofagus yang
tidak berhenti setelah lavas air es, diperlukan tindakan medik intensif yang akan
dibicarakan kemudian.
Sedangkan pada perdarahan ulkus peptikum, gastritis hemoragika dan lainnya,
setelah perdarahan berhenti dapat mulai diberi susu + aqua calcis 50 -- 100 cc/jam,
dan secara bertahap ditingkatkan pada diit makanan lunak/bubur saring dalam porsi
kecil setiap 1 -- 2 jam
3. Hemostatika
Yang dianjurkan adalah pemberian Vitamin K dalam dosis 10 -- 40 mg sehari
parenteral, karena bermanfaat untuk memperbaiki- defisiensi kompleks protrombin.
Pemberian asam traneksamat dan karbazokrom dapat pula diberikan
8
4. Antasida dan simetidin
Pemberian antasida secara intensif 10 -- 15 cc setiap jam disertai simetidin 200
mg tiap 4 -- 6 jam i.v. berguna untuk menetralkan dan menekan sekresi asam lambung
yang berlebihan, terutama pada penderita dengan ulkus peptikum dan gastritis
hemoragika. Bila perdarahan berhenti, antasida diberikan dalam dosis lebih rendah
setiap 3 -- 4 jam 10 cc, demikian juga simetidin dapat diberi per oral 200 mg tiap 4 –
6 jam. Sebagai pengganti simetidin dapat diberikan :
- sucralfate sebanyak 1 -- 2 gram tiap 6 jam melalui pipa nasogastrik, kemudian per
oral.
- pirenzepin 20 mg tiap 8 jam i.v. atau 50 mg tablet tiap 12 jam.
- somatostatin dilarutkan dalam infus NaCl 0,9% dengan dosis 250 ug/jam
Tindakan Khusus
Lavas air es dan vasopresor/trombin intragastrik
Bila perdarahan tetap berlangsung, dicoba lavas lambung dengan air es
ditambah 2 ampul Noradrenalin atau Aramine 2 - 4 mg dalam 50 cc air. Dapat pula
diberikan bubuk trombin (Topostasin) misalnya 1 bungkus tiap 2 jam melalui pipa
nasogastrik. Ada ahli yang menyemprotkan larutan trombin melalui saluran endoskop
tepat di daerah perdarahan di lambung, sehingga di bawah pengawasan endoskopik
dapat mengikuti langsung apakah perdarahannya berhenti dan apakah terbentuk
gumpalan darah yang agak besar yang perlu aspirasi dengan endoskop.
Sterilisasi usus dan lavement usus
Terutama pada penderita sirosis hati dengan perdarahan varises esofagus perlu
dilakukan tindakan pencegahan terjadinya koma hepatikum/ensefalopati hepatik yang
disebabkan antara lain oleh peningkatan produksi amoniak pada pemecahan protein
darah oleh bakteri usus. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan :
- Sterilisasi usus dengan antibiotika yang tidak dapat diserap misalnya Neomisin 4 x 1
gram atau Kanamycin 4 x 1 gram/hari, sehingga pembuatan amoniak oleh bakteri usus
berkurang.
- Dapat diberikan pula laktulosa atau sorbitol 200 gram/hari dalam bentuk larutan 400
cc yang bersifat laksansia ringan atau magnesiumsulfat 15g/400cc melalui pipa
nasogastrik. Selain itu perlu dilakukan lavement usus dengan air biasa setiap 12 -24
9
jam. Untuk pencegahan ensefalopati hepatik dapat diberi infus Aminofusin Hepar
1000 -- 1500 cc per hari. Bila penderita telah berada dalam keadaan prekoma atau
koma hepatikum, dianjurkan pemberian infus Comafusin Hepar 1000 -- 1500 cc per
hari.
Beta
Bloker
Pemberian obat-obat golongan beta bloker non selektif seperti propanolol,
oksprenolol, alprenolol ternyata dapat menurunkan tekanan vena porta pada penderita
sirosis hati,akibat penurunan curah jantung sehingga aliran darah ke hati dan
gastrointestinal akan berkurang. Obat golongan beta bloker ini tidak dapat diberikan
pada penderita syok atau payah jantung, juga pada penderita asma dan penderita
gangguan irama jantung seperti bradikardi/AV Blok.
Infus Vasopresin
Vasopresin mempunyai efek kontraksi pada otot polos seluruh sistem baskuler
sehingga terjadi penurunan aliran darah di daerah splanknik, yang selanjutnya
menyebabkan penurunan tekanan portal. Karena pembuluh darah arteri gastrika dan
mesenterika ikut mengalami kontraksi, maka selain di esofagus, perdarahan dalam
lambung dan doudenum juga ikut berhenti. Vasopresin terutama diberikan pada
penderita perdarahan varises esofagus yang perdarahannya tetap berlangsung setelah
lavas lambung dengan air es. Cara pemberian vasopresin ialah 20 unit dilartkan dalam
100 -- 200 cc Dextrose 5%, diberikan dalam 10 -- 20 menit intravena. Efek samping
pada pemberian secara cepat ini yang pernah dilaporkan adalah angina pektoris, infark
miokard, fibrilasi ventrikel dan kardiak arest pada penderita- penderita jantung
koroner dan usia lanjut, karena efek vaso kontriksi dari vasopresin pada arteri
koroner. Selain itu juga ada penderita yang mengeluh tentang kolik abdomen, rasa
mual, diare. Beberapa ahli lain menganjurkan pemberian infus vasopresin dengan
dosis rendah, yaitu 0,2 unit vasopresin per menit untuk 16 jam pertama dan bila
perdarahan berhenti setelah itu, dosis diturunkan 0,1 unit per menit untuk 8 jam
berikutnya. Pada cara pemberian infus vasopresin dosis rendah lebih sedikit efek
sampingyang ditemukan. Efek vasopresin dalam menghentikan perdarahan SMBA
berkisar antara 35 - 100%, perdarahan ulang timbul pada 21 - 100% dan mortalitas
berkisar pada 21 - 80%
10
Algoritma ringkas tatalaksana hemtemesis melena
Daftar Pustaka
Evaluasi awal & resusitasi
Anamnesis & px fisik, tanda vital, selang nasogastrik, Hb,Ht,Trombosit, px hemostasisCairan kristaloid, koloid, tranfusi darah
Hemodinamik stabil, perdarahan aktif (-) Terapi empiris :
Vit K 3x1 ampAntasid , sukralfat
Hemodinamik tdk stabik,perdarahan aktif
Hemodinamik instabil, perdarahan berlanjut
TD >90/60 mmHg, TD rata2 < 70 mmHg, Nadi <100/mnt, Hb<9 gr%
Perdarahan berhenti Perdarahan berlanjut
Tamponade balon / selang
Perdarahan berhenti Perdarahan menetap
Operasi segera
Obat2 vasoaktif :Somatostatin, vasopresin + nitrat
11
Purwadianto Agus,dkk. Kedaruratan Medik. Edisi Revisi. Jakarta. Binarupa
Aksara. 2000
Sudoyo, AW; Setyohadi, B; Alwi, I; Simadibrata, M; Setiawati, S; 2006; Ilmu
Penyakit Dalam; Edisi ke-IV; Jakarta; Balai Penerbit FKUI
Sien Tjeng Oey. Hematemesis dan Melena. Diambil dari www.portakalbe.com
tanggal 05 Juni 2009
12