penulisan ilmiah perencanaan metode dewatering pada konstruksi
TRANSCRIPT
PENULISAN ILMIAH
PERENCANAAN METODE DEWATERING PADA
KONSTRUKSI
Disusun Oleh:
Akhdan Syauqi
10316465
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat, taufik
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ilmiah ini
dengan baik serta tepat pada waktunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan penulisan
ilmiah yang diberi judul “PERENCANAAN METODE DEWATERING PADA
KONSTRUKSI” ini.
Penulisan ilmiah ini disusun sebagai bentuk rasa tanggungjawab seorang
mahasiswa dalam memenuhi tugas softskill penulisan dan presentasi, di samping
itu juga untuk meningkatkan dan mengembangkan wawasan penulis megenai
metode dewatering. Penulis menyadari bahwa penulis masih memiliki banyak
kekurangan pada penulisan ilmiah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat
penulis butuhkan guna menyempurnakan tulisan ilmiah ini. Semoga hasil penulisan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Depok, 5 November 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................... 1
1.2 TUJUAN PENULISAN ................................................................. 1
1.3 METODE PENELITIAN ............................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TANAH .......................................................................................... 3
2.2 DAYA DUKUNG TANAH ........................................................... 3
2.3 JENIS-JENIS TANAH .................................................................. 4
2.4 AIR TANAH…... ........................................................................... 5
2.5 DEWATERING ............................................................................. 6
2.6 DAMPAK DEWATERING ........................................................... 6
BAB 3 METODELOGI
3.1 METODE DEWATERING ............................................................. 8
3.2.1 Metode Open Pumping ....................................................... 8
3.2.2 Metode Predrainage .......................................................... 8
3.2.3 Metode Cut Off ................................................................... 9
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 PELAKSANAAN DEWATERING .............................................. 11
iv
4.2.1 Metode Open Pumping ..................................................... 11
4.2.2 Metode Predrainage ........................................................ 12
4.2.3 Metode Cut Off ................................................................. 12
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN ............................................................................ 14
5.2 SARAN ........................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. v
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu hal yang krusial
dilakukan pada saat ini. Baik pemerintah maupun masyarakat secara terus menerus
melakukan pembangunan infrastruktur guna menunjang kegiatan sehari-hari. Tidak
dapat dipungkiri, bangunan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia yakni
sebagai tempat tinggal ataupun untuk kebutuhan lainnya seperti: perkantoran,
gelanggang olahraga, rumah sakit dan sebagainya. Dilihat dari berbagai macam
aspek dan fungsinya, infrastruktur terus dikembangkan guna meningkatkan taraf
kehidupan manusia dari segi ekonomi maupun sosial.
Proses pembangunan pada saat ini tidak lagi menggunakan metode
tradisional, melainkan menggunakan alat-alat yang lebih canggih guna
meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga. Namun, dengan adanya alat modern saja
tidak cukup untuk membuat suatu bangunan yang kokoh. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam proses konstruksi. Selain harus menggunakan bahan
bangunan yang telah memenuhi standar, perlu diperhatikan faktor lain yang dapat
mempengaruhi kualitas bangunan yang akan didirikan, salah satunya adalah faktor
muka air tanah.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari dibuatnya penulisan ilmiah ini agar meningkatkan
pengetahuan penulis dan pembaca dalam:
1. Mengetahui metode dewatering yang digunakan dalam proses konstruksi.
2. Menentukan metode dewatering untuk masing-masing kondisi konstruksi.
2
1.3 METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam menyusun penulisan ilmiah ini adalah
literatur. Literatur merupakan penulisan yang datanya didasarkan pada sumber-
sumber berupa buku, internet yang termasuk kedalam softcopy, dan media lainnya
dengan sumber yang akurat dan pembahasan yang relevan dengan penulisan ilmiah
ini.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TANAH
Tanah merupakan suatu lapisan terluar dari kulit bumi yang memiliki
berbagai macam kandungan mineral didalamnya. Tanah tersusun dari mineral-
mineral padat sebagai penyusun utama serta air maupun gas yang mengisi rongga
di dalam tanah. Tanah memiliki peranan yang penting selama perencanaan, saat
ataupun setelah kegiatan konstruksi dilakukan karena tanah merupakan elemen
yang harus menahan pondasi bangunan yang merupakan penyaluran dari beban-
beban diatasnya. Ketika melakukan pembangunan di daerah tertentu maka
diharapkan tanah tersebut mampu menahan beban diatasnya.
Perlu diingat bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim
tropis dengan dua musim yakni musim kering dan musim penghujan. Oleh karena
itu, kelembaban tanah di setiap daerah berbeda-beda. Dengan demikian, perlu
adanya penyelidikan tanah sebelum proses konstruksi dimulai untuk mengetahui
seberapa besar konsolidasi yang akan terjadi pada tanah tersebut dan seberapa
tinggi air tanah yang terkandung didalamnya. Dari data air tanah inilah kemudian
dilakukan proses dewatering.
2.2 DAYA DUKUNG TANAH
Sebelum mendirikan bangunan, perlu diperhatikan daya dukung tanah
yang bertujuan untuk mengetahui kondisi lapisan tanah pada suatu daerah tertantu.
Dengan data tersebut kemudian dapat ditentukan apakah daerah tersebut dapat
didirikan bangunan atau tidak. Faktor keamanan juga menjadi pertimbangan dalam
menganalisa daya dukung tanah. Dengan menyelidiki daya dukung tanah pada tiap
lapisan yang ada, dapat diketahui berapa penurunan atau yang lebih dikenal dengan
konsolidasi tanah yang akan terjadi bila didirikan bangunan dengan pembebanan
tertentu. Untuk mengetahui kandisi tanah dimana bangunan akan didirikan, harus
4
dilakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu. Kondisi tanah dapat dibedakan
menjadi:
1. Kondisi tanah normal adalah lapisan tanah labil dan tidak mempunyai daya
dukung baik terletak dipermukaan setebal ± 50 cm atau lebih, tetapi dalam
lapisan tanah keras tidak terlalu jauh dibawah permukaan tanah.
2. Kondisi tanah khusus adalah Lapisan tanah labil terletak sampai jauh dibawah
permukaan tanah, sehingga lapisan tanah keras terletak sangat dalam, seperti
tanah rawa dan tanah bergambut dan lapisan tanah terletak pada permukaan
tanah dan tanah sangat sukar digali, misalnya tanah berbatu dan batu karang.
2.3 JENIS-JENIS TANAH
Menurut jenis susunannya tanah dibagi menjadi:
1. Tanah batu Pada tebal ±2,5 m merupakan dasar yang amat baik untuk
bangunan.
2. Tanah cadas Merupakan hasil pengerasan dari tanah dan kadang – kadang
terdapat tanah – tanah lembek pada tebal 2,5 merupakan dasar fondasi yang
baik, umumnya jika dibuka tanah padas ini lapuk lain halnya jika terdapat
banyak pasir.
3. Tanah kerikil Terdiri dari butiran – butiran batuan andesit yang cukup
kasar.biasanya kerikil banyak bercampur pasir, selain kerikil sebagai tanah
dasar, baik untuk didirikan bangunan.
4. Tanah pasir Butir butir pasir mendekati bentuk yang bulat – bulat. Butir - butir
yang berbentuk tajam disebut pasir tajam merupakan tanah dasar yang baik
untuk bangunan.
5. Tanah liat Tanah liat sukar ditembus oleh air karena memiliki susunan butir
yang rapat dan butir tersebut sanagt liat, akan tetapi tanah liat tersebut mudah
menerima air. Keburukan tanah ini adalah jika musim kemarau menunjukkan
retak–retak sampai dibawah muka tanah sehingga kejadian ini mengakibatkan
tegangan dukung tanah menjadi berkurang .Sehingga mengakibatkan retak–
retak pada bangunan.
5
6. Tanah geluh Tanah ini terdiri dari campuran tanah liat dan pasir. jika butir–
butir pasir banyak terkandung lebih banyak daripada tanah liatnya maka
susunannya lebih rapat. Jika tanah geluh tidak banyak mengandung air, maka
dapat digunakan sebagai dasar bangunan.
7. Tanah napal Terdiri dari campuran tanah liat, pasir dan kapur. Tanah ini baik
digunakan sebagai dasar bangunan asal mempunyai tebal lapis yang cukup
bedanya.
8. Tanah halus Terdiri dari butiran–butiran halus dan rata susunannya. Dalam
susunan butir banyak terdapat butir–butir kapur. Tanah ini baik digunakan
sebagai tanah dasar, asal butir–butirnya tidak mengandung air didalamnya.
9. Tanah gambut Tanah gambut banyak terdapat di rawa–rawa. Tanah gambut
tidak baik sebagai dasar bangunan, perlu diketahui bahwa urungan rawa
dengan lumpur kurang kuat yang lebih kuat adalah urungan dengan pasir kali.
2.4 AIR TANAH
Air merupakan suatu sumber daya alam yang banyak digunakan manusia
dalam menunjang kehidupan sehari-hari baik untuk konsumsi maupun untuk
transportasi. Air juga merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
Walaupun dapat diperbaharui, di beberapa daerah air bersih masih sulit diperoleh
oleh masyarakat. Oleh karena itu, fungsi air bagi kehidupan yang tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain pemanfaatannya harus dilakukan sehemat mungkin
agar keberadaannya di bumi tetap lestari.
Sumber air di alam salah satunya adalah air tanah. Menurut Candra (2006)
dalam buku Pengantar Kesehatan Lingkungan, air tanah merupakan sebagian air
hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap kedalam lapisan tanah dan
menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan
menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahan pada air.
Kesadahan pada air ini akan menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam
konsentrasi. Zat mineral tersebut yang umumnya ditemukan antara lain kalsium,
magnesium, dan logam berat seperti besi dan mangan. Air tanah inilah yang
kemudian menjadi slah satu faktor dalam proses konstruksi. Karena pada dasarnya,
6
konstruksi tempat mendirikan bangunan dimulai dari pembuatan pondasi yang
terletak di dalam tanah.
Bukan hanya pada bangunan tempat tinggal sederhana saja, namun faktor
air tanah ini juga tak luput dari konstruksi bangunan bertingkat seperti gedung.
Terlebih lagi gedung memiliki basement sebagai tempat parkir kendaraan. Dengan
keberadaan basement ini tentunya harus lebih diperhatikan perlakuan terhadap
faktor air tanah sebelum proses konstruksi dimulai. Muka air tanah erat kaitannya
dengan daya dukung tanah.
2.5 DEWATERING
Proses dewatering merupakan suatu proses pekerjaan sipil yang bertujuan
untuk mengendalikan air tanah yang akan dibangun suatu konstruksi. Hal ini
dilakukan agar selama proses konstruksi air tanah tidak menggangu jalannya
proyek. Hal ini sangat perlu diperhatikan terutama jika bangunan yang akan
dibangun memiliki basement.
Air tanah harus dipertimbangkan sebelum proses konstruksi dimulai sebab
apabila tidak diperhitungkan, dapat memiliki dampak yang signifikan. Dampak
yang ditimbulkan dapat merupakan dampak kecil seperti mengubah proses
pelaksanaan hingga dampak yang besar seperti mengubah desain struktur yang
disesuaikan dengan kondisi air tanah yang kemudian akan mempengaruhi biaya
konstruksi yang sudah direncanakan sebelumnya.
2.6 DAMPAK DEWATERING
Dewatering memang diperlukan sebelum mendirikan suatu bangunan,
terutama bila bangunan tersebut memiliki basement. Basement pada umumnya
merupakan bangunan yang lebih rendah dibandingkan ketinggian muka air tanah.
Namun perlu diingat bahwa proses dewatering memiliki dampak negatif bagi
lingkungan disekitarnya. Berikut ini merupakan dampak yang diakibatkan proses
dewatering:
1. Terjadinya settlement pada tanah disekitarnya.
2. Tersedotnya partikel halus tanah oleh pompa yang digunakan.
7
3. Dapat menyebabkan intrusi air yang tercemar.
4. Apabila terdapat konstruksi sipil yang terbuat dari kayu disekitarnya, maka
akan menyebabkan kerusakan struktur yang berada dibawah muka air tanah.
5. Tumbuhan yang ada disekitar dapat mati karena penyerapan air dan unsur
hara oleh pompa yang digunakan.
6. Apabila menggunakan deep pump atau pompa yang dalam, maka akan
memungkinkan sumur warga yang ada disekitar akan kering.
7. Apabila menggunakan alat berat selama proses dewatering, maka akan
menimbulkan polusi udara dan polusi suara/bising.
Untuk menghindari dampak negatif yang ada selama proses dewatering,
maka perlu dibuat rencana-rencana untuk menanggulangi dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang ada dengan dibuatnya AMDAL (Analisis
Dampak Lingkungan).
8
BAB 3
METODELOGI
3.1 METODE DEWATERING
Metode dewatering yang umum dilakukan sebelum proses konstruksi
dimulai dibagi manjedi tiga yakni:
1. Metode Open Pumping.
2. Metode Predrainage.
3. Metode Cut Off.
3.1.1 Metode Open Pumping
Metode open pumping merupakan metode yang paling umum digunakan
pada proses dewatering. Metode ini, biasanya digunakan pada tanah padat yang
memiliki karakter berkohesi dan bergradasi baik. Metode ini, tidak mengganggu
area proyek dan debit rembesan air tidak besar. Metode open pumping dilakukan
dengan mengumpulkan air rembesan dan permukaan dari bagian tepi galian dengan
menggunakan kolektor. Kolektor berfungsi membuang air dari galian dengan posisi
kolektor yang terus mengikuti elevasi galian.
Metode ini merupakan metode yang membutuhkan biaya paling sedikit
jika dibandingkan metode lainnya. Dari segi waktu, metode open pumping terbilang
singkat karena pekerjaan penempatan pipa hanya perlu dilakukan disatu tempat
yakni di lubang penampungan air saja. Metode ini juga tidak menggunakan bor
sehingga tidak memiliki efek yang besar pada sumur warga disekitar area proyek.
3.1.2 Metode Predrainage
Pada metode predrainage, muka air tanah akan diturunkan terlebih dahulu
sebelum dilakukan penggalian lebih lanjut. Metode predrainage cocok digunakan
pada tanah dengan karakteristik tanah lepas, cadas lunak dengan banyak celah dan
tanah berbutir seragam. Selain itu, metode ini juga bisa dipakai pada area yang
9
memiliki saluran pembuangan air, memiliki debit rembesan cukup besar, dan tanah
yang sensitif terhadap erosi.
Dampak yang ditimbulkan pada saat metode ini digunakan terhadap
bangunan disekitarnya kecil. Namun sebaliknya, metode ini dapat menimbulkan
polusi udara dan polusi suara berupa bising yang diakibatkan saat pengeboran untuk
penempatan pompa didalam tanah. Selain itu, sumur di area sekitar konstrusi
berpotensi mengalami kekeringan karena pompa yang digunakan cukup dalam.
Metode dewatering predrainage dapat dilakukan dengan dua metode
yakni metode pompa dalam dan metode well points. Metode pompa dalam atau
deep well adalah metode pengeringan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Alat
yang digunakan pada metode ini adalah pompa submersible yang bisa diletakkan di
dalam air. Sementara metode well points atau disebut juga metode pemompaan
dilakukan dengan teknik vacum. Jika dibandingkan dengan metode open pumping
yang telah dijelaskan sebelumnya, metode ini terbilang memakan waktu yang lebih
lama karena sebelum pompa dipasang dibawah tanah, harus dilakukan pengeboran
pada kedalaman tertentu dan penyambungan pipa sebagai konsekuensi dari
penempatan pompa yang dalam.
3.1.3 Metode Cut Off
Prinsip yang digunakan pada metode ini adalah memotong aliran air tanah
dengan dinding pembatas agar area konstruksi dapat terbebas dari air tanah. Metode
cut off cocok dipakai jika area proyek bersebelahan dengan gedung yang sensitif
terhadap penurunan air tanah, tidak ada saluran pembuangan, dan karakteristik
tanah berupa cadas lunak yang banyak celah, tanah lepas, serta tanah berbutir
seragam.
Biaya yang dikeluarkan pada metode ini lebih tinggi jika dibandingkan
dengan dua metode sebelumnya. Biaya tinggi ini berasal dari dinding cut off yang
akan dibangun serta penggunaan alat berat yang merupakan kewajiban bagi
kontraktor yang akan menggunakan metode cut off. Penggunaan alat berat tentunya
akan menimbulkan dampak bagi bangunan disekitarnya karena getaran yang terjadi
10
serta kebisingan maupun polusi udara yang ditimbulkan. Oleh karena itu metode
ini lebih cocok diterapkan pada proyek yang terletak jauh dari pemukiman warga.
11
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 PELAKSANAAN DEWATERING
Jika pada bab sebelumnya dibahas mengenai macam-macam metode
dewatering beserta syarat-syarat setiap metode, maka pada sub bab berikut akan
dijelaskan langkah-langkah dewatering pada setiap metode.
4.1.1 Metode Open Pumping
Pelaksanaan metode open pumping dilakukan berdasarkan langkah-
langkah berikut ini:
1. Siapkan saluran untuk mengalirkan air tanah yang dipompa, sejak sebelum
penggalian dimulai.
2. Penggalian dilakukan hingga kedalaman rencana, bila belum sampai pada
kedalaman rencana sudah ada air yang menggenangi pekerjaan galian, maka
penggaliannya dilakukan secara bertahap.
3. Tempat pompa hisap diletakkan pada setiap tahapan galian berupa sumur
kecil.
4. Pada sumur kecil tersebut dipasang pompa untuk pengeringan.
5. Bila kedalaman galian melebihi kemampuan hisap pompa, maka pemompaan
dapat diturunkan.
6. Bila galian sangat luas, dapat dilakukan secara bertahap sebagai berikut:
a. Gali tanah sebatas muka air tanah pada seluruh luasan galian dengan
bulldozer/excavator.
b. Disekeliling tepi galian dibuat galian selokan dengan kedalaman lebih
dari elevasi dasar galian, dengan menggunakan excavator.
c. Prosedur ini bermanfaat untuk mengendalikan rembesan ke dalam
selokan di sekeliling tepi galian.
12
4.1.2 Metode Predrainage
Pelaksanaan metode predrainage dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah berikut:
1. Membuat suatu perencanaan untuk memperoleh jumlah wellpoint yang
diperlukan (letak dan jaraknya) dan kapasitas pompa yang akan digunakan.
Jarak tiap wellpoint biasanya berkisar antara 1 sampai 4 meter, dengan
penurunan muka air tanah antara 5 sampai 7 meter.
2. Membuat sumur tes yang bertujuan untuk mengetahui lapisan tanah dan
tinggi muka air tanah, guna meyakinkan perencanaan yang telah dibuat.
3. Mempersiapkan saluran untuk mengalirkan air buangan dari pompa kedalam
saluran drainase yang tersedia.
4. Memasang wellpoint dengan kedalaman dan jarak tertentu dan bagian
penghisapnya dihubungkan dengan pipa penghubung wellpoint. Kemudian
header pipe dihubungkan dengan pompa dengan pipa buangnya disambung
dan diarahkan ke saluran pembuang.
Pada pemilihan sistem predrainage ini harus memperhatikan ketersediaan
saluran drainase yang dapat menampung debit air yang harus dibuang permenitnya.
Bila tidak tersedia saluran drainase yang cukup, akan menimbulkan dampak. Untuk
mengatasi dampak tersebut, biasanya air buangan dibalikkan kembali ke tanah
dengan membuat sumur resapan.
4.1.3 Metode Cut Off
Metode ini menggunakan dinding pembatas agar daerah proyek bebas dari
air tanah. Jenis dinding yang digunakan dijelaskan sebagai berikut:
1. Steel Sheet Pile
a. Menetapkan jenis profil steel sheet pile yang akan digunakan karena
akan berfungsi sebagai struktur penahan tanah.
b. Menetapkan model profil yang terletak pada belokan .
c. Menyambung steel sheet pile sebelum dipancang. Perhatikan agar alur
sambungan dengan steel sheet pile yang lain tetap terjaga.
13
d. Steel sheet pile dipancang pada tempatnya untuk tahap 1 cukup pada
kedalaman agar steel sheet pile dapat berdiri dengan stabil.
e. Steel sheet pile yang berikutnya dipancang dengan mengikuti alur
sambungan dengan steel sheet pile yang telah dipancang lebih dulu
dengan kedalaman yang sama. Begitu seterusnya dengan steel sheet pile
selanjutnya sampai sepanjang yang telah direncanakan.
f. Pemncangan tahap berikutnya adalah memancang steel sheet pile satu
per satu hingga kedalaman yang dikehendaki. Untuk menjaga agar steel
sheet pile tidak keluar dari interlocking selama proses pemancangan,
disarankan menggunakan vibro hammer yang dilayani dengan crane.
Disarankan dipancang bagian tengah terlebih dahulu.
g. Bila pemancangan telah sesuai dengan kedalaman yang telah
dikehendaki, barulah pekerjaan galian dapat dimulai. Bila diperlukan
steel sheet pile dapat diperkuat dengan strutting yang dipasang
bersamaan mengikuti pekerjaan galian.
h. Bila diinginkan daerah galian bebas dari struktur penahan, maka dapat
menggunakan sistem angkur.
i. Bila apada kaki steel sheet pile terdapat lapisan impermeable yang
ketebalannya tidak cukup kuat menahan tekanan air, agar tidak terjadi
peristiwa quick sand, diluar dinding steel sheet pile dipasang sumur
pelepasan tekanan.
14
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Dewatering merupakan salah satu pekerjaan sipil yang bertujuan untuk
mengendalikan air tanah di daerah galian proyek agar tidak mengganggu
jalannya suatu proses konstruksi. Dewatering yang umum digunakan terbagi
menjadi 3 metode yakni metode open pumping, metode predrainage dan
metode cut off yang berupa dinding penahan.
2. Setiap metode dewatering memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Penggunaan dari setiap metode tersebut perlu memperhatikan faktor-
faktor seperti karakteristik tanah, air tanah mapupun lingkungan agar
dewatering berjalan efektif. Perlu diingat bahwa menggunakan metode
dewatering yang sesuai dengan persyaratannya masing-masing, dapat
meminimalisir dampak negatif.
5.2 SARAN
Perlu diperhatikan setiap langkah dalam penulisan ilmiah agar sesuai
dengan kaidah yang berlaku.
v
DAFTAR PUSTAKA
Upthumas01.2016. Dewatering Sebagai Proses Pajak Air Tanah, Available from
URL: http://bprd.jakarta.go.id/2016/12/08/dewatering-sebagai-proses-pajak-air-
tanah/ (4 November 2018 15:45)
Warsita, Ita.2014. Perancangan Dewatering pada Konstruksi Basement, Available from
URL:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=438860&val=6210&title=
PERANCANGAN%20DEWATERING%20PADA%20KONSTRUKSI%20BA
SEMENT%20%20(STUDI%20KASUS%20PROYEK%20LANDMARK%20R
ESIDENCE%20%C3%A2%E2%82%AC%E2%80%9C%20BANDUNG)
(4 November 2018 15:57)
Sukaryanto.2016. Pengaruh Muka Air Tanah Terhadap Pekerjaan Galian, Available from
URL: https://media.neliti.com/media/publications/191942-ID-pengaruh-muka-
air-tanah-terhadap-pekerja.pdf (4 November 2018 16:32)
Indonesia, Strong.2018. Dewatering dan Metode-Metodenya, available from
URL: http://strong-indonesia.com/artikel/dewatering-dan-metodenya/
(4 November 2018 17:00)