penulisan hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (studi kasus di pt....
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
TINJAUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN
(Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Slamet Riyadi Surakarta)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
SEPTIKA MEGA DEWANTI
NIM. E.0008432
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Septika Mega Dewanti. E0008432. 2012. TINJAUAN PELAKSANAAN
PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG PERBANKAN (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta. Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian kredit
tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta, permasalahan-permasalahan yang timbul serta upaya apa saja
yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat
eksploratoris, untuk memberikan informasi awal mengenai masalah yang diteliti
sehingga dapat memberikan gambaran karena pengetahuan mengenai kredit tanpa
agunan kurang sekali. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi
bahan hukum primer yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan salah satu unitnya
yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta bahan
hukum sekunder, dan juga bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data primer
dilakukan melalui studi lapangan yaitu dengan cara mewawancarai pegawai,
nasabah, dan para pihak yang berkompeten serta melakukan studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaannya pemberian kredit
tanpa agunan dilakukan melalui lima tahapan dan calon debitur yang
bersangkutan harus dapat memenuhi tahapan-tahapan tersebut. Tahapan tersebut
ialah tahap permohonan kredit, tahap penyelidikan dan analisis kredit, tahap
pemberian keputusan kredit, tahap kesepakatan perjanjian kredit, dan tahap
pencairan kredit. Permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan kredit tanpa
agunan seperti kredit macet, penyalahgunaan kredit, kurangnya jumlah sumber
daya manusia, pencairan dana tunggakan debitor yang berbelit-belit oleh PT.
ASKRINDO dan kurangya pengetahuan calon debitur. Penyelesaian
permasalahan dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, namun pada
penyelesaiannya atau solusinya tetap dilakukan dengan cara kekeluargaan,
memberikan surat teguran sebagai langkah aksi, dan melakukan penjadwalan
kembali (reschedulling) untuk debitor yang beritikad baik. Langkah perventif atau
pencegahan permasalahan kredit dilakukan dengan melakukan pengawasan
terhadap debitor dan melakukan pembinaan.
Kata kunci : Risiko, Kredit, Agunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Septika Mega Dewanti. E0008432. 2012. A REVIEW ON THE
IMPLEMENTATION OF LOAN ISSUANCE WITHOUT COLLATERAL
BASED ON BANKING ACT (A Case Study on Slamet Riyadi Surakarta
Branch of PT. Bank Rakyat Indonesia. Faculty of Law of Sebelas Maret
University.
This research aims to find out the implementation of loan issuance without
collateral in Slamet Riyadi Surakarta Branch of PT. Bank Rakyat Indonesia, the
problem occurring as well as the measures taken by PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk to cope with such the problems.
This research was an empirical law research that was exploratory in
nature, to give initial information about the problem studied thereby giving
description because of very limited knowledge about loan without collateral. The
type of data used in this research included primary law material obtained from the
location of research, namely Slamet Riyadi Surakarta Branch of PT. Bank Rakyat
Indonesia and one of its unit namely, Laweyan Surakarta Unit of PT. Bank Rakyat
Indonesia, secondary and tertiary law materials. Technique of collecting primary
data used was field study by interviewing the employees, customers, and those
who were competent as well as by undertaking library study.
The result of research showed that the implementation of loan issuance
without collateral was conducted through five stages and the concerned prospect
debtor should fulfill the stages. Those stages included: loan application, loan
investigation and analysis, loan decision, loan agreement, and loan liquefaction.
The problem occurring in the loan implementation without collateral included non
performing loan, loan misuse, limited number of human resource, complicated
debtor arrear fund liquefaction by PT. ASKRINDO and the prospect debtor’s low
knowledge. The problem solving was done in different ways. But it still
emphasized on kinship principle, by sending reprimand as action measure, and by
rescheduling for the debtor with good intention. The preventive measure in
dealing with the loan problem was done by overseeing and coaching the debtor.
Keywords: Risk, Loan, Collateral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada
Tuhan (Yeremia 17 : 7)
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang (Amsal 17 : 22)
Mau dikerjakan hari ini atau besok hasilnya akan sama saja, bahkan bisa lebih
buruk. Lebih cepat, lebih baik mau besok atau sekarang itu juga yang harus
dihadapai. Jangan menunda pekerjaan. Tetap semangat (Septika Mega
Dewanti)
Orang tidak akan menjadi pemberani kalau hanya mengalami hal-hal yang
bagus (Mary Tyler Moore)
Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tidak pernah jatuh,
melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh (Confusius)
PERSEMBAHAN
Tuhan Yang Maha Esa, untuk setiap kasih
yang telah diberikan setiap hari.
Papa tercinta di Surga
Mama tersayang untuk setiap hal yang telah
kita alami bersama
Anita Sihanuki dan Desita Soraya Shinta
kedua kakak penulis
Seseorang yang akan menjadi pendamping
hidupku kelak
Sahabat-sahabatku tersayang
Almamater Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, Allah
terhebat untuk segala kasih dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Penulisan Hukum yang berjudul “TINJAUAN PELAKSANAAN
PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG PERBANKAN (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta)”.
Adapun kajian dalam penulisan hukum ini dimaksudkan untuk
mengetahui mengenai pelaksanaan pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan
permasalahan serta solusi atau upaya untuk menghadapi permasalahan dalam
pemberian kredit.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Penulisan Hukum ini tidak
terlepas dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai
pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret;
2. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Perdata;
3. Ibu Ambar B. Sulistyowati, S.H., M.Hum selaku Ketua dewan penguji
penulis yang telah banyak memberikan saran bagi penulis untuk
pengembangan penulisan hukum ini
4. Bapak Munawar Kholil, S.H., M.Hum selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga yang dengan sabar memberikan saran
dan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini;
5. Ibu Anjar Sri C.N. S.H., M.Hum selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dan dengan sabar membimbing
penulis, memberikan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini;
6. Ibu Siti Muslimah, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama masa studi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan
skripsi ini;
8. Segenap Bapak dan Ibu Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan dalam bidang akademik
kepada penulis selama masa studi;
9. Segenap Staf Perpustakaan Fakultas Hukum UNS dan Staf Perpustakaan
UNS, yang telah membantu menyediakan bahan referensi yang berkaitan
dengan topik penulisan hukum ini;
10. Segenap keluarga besar PMK Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan
banyak kenangan, doa, dan juga dukungan kepada penulis sehingga
terselesaikannya penulisan hukum ini;
11. Bapak Bekti Sulistyanto yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk
melakukan penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang
Slamet Riyadi Surakarta dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta;
12. Bapak Muhammad Aris Munandar beserta seluruh pegawai PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta yang telah banyak
membantu penulis untuk mendapatkan data demi terselesaikannya penulisan
hukum ini;
13. Papaku Tercinta Ir. Subiyanto (Alm) in heaven yang sudah banyak sekali
memberi inspirasi bagi penulis. Terimakasih untuk segalanya, walaupun jauh
inspirasi dan semangat papa selalu penulis tanamkan di dalam hati;
14. Mamaku Tersayang Sri Sugiharti yang telah memberikan semua hal yang
sangat berarti untuk penulis sejak kecil, untuk pengorbanan, inspirasi, kasih
sayang, cinta, perhatian, dan juga doa yang tidak pernah habis untuk penulis;
15. Saudaraku Terkasih kakak-kakakku Anita Sihanuki S.E. dan Desita Soraya
Shinta S.T., yang selalu memberikan inspirasi, doa, dan dukungan-dukungan
pada penulis sehingga terselesaikannya penulisan hukum ini;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
16. Keluarga besar Mangun Wiyardja dan Keluarga Besar Soentoro yang selalu
memberikan dukungan dan juga doa kepada penulis sehingga
terselesaikannya skripsi ini;
17. Sahabat-sahabatku di Fakultas Hukum UNS yakni Eli Puspitasari, Ike
Perwitasari, Dhina Christy Hapsari, dan Indah Handaningrum Nurwulan, atas
persahabatan, dukungan, semangat, hal-hal yang telah kita lakukan bersama,
dan juga motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini;
18. Teman dekatku selama ini Niko Estradiyanto yang selama ini telah
mencurahkan perhatian, bimbingan, dan juga nasehat-nasehat bagi penulis
sehingga terselesaikannya penulisan hukum ini;
19. Teman-teman penulis di Fakultas Hukum UNS khususnya angkatan 2008
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terimakasih untuk setiap kerjasama,
dorongan, pertemanan, dan juga bantuannya selama ini;
20. Seluruh penghuni Kost Kusuma Murti, khususnya vita teman terbaikku, dan
seluruh penghuni Kost Putri Dinya yang telah banyak memberikan keceriaan,
dan juga dukungan, semangat sehingga terselesaikannya penulisan hukum ini;
Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau skripsi ini masih jauh
dari sempurna baik dari segi substansi maupun teknis penulisan. Untuk itu
sumbang saran dari berbagai pihak, sangat penulis harapkan demi perbaikan atau
penyempurnaan penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga penulisan
hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan,
akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
Septika Mega Dewanti
NIM. E0008432
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .......................................................... xiv
BAB.I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Metode Penelitian .......................................................................... 7
F.Sistematika Penulisan Hukum ..................................................... 17
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 19
A. Kerangka Teoritis ...................................................................... 19
1. Tinjauan tentang Perjanjian Kredit ........................................ 19
a. Pengertian Perjanjian ......................................................... 19
b. Akibat Perjanjian .................................................................. 19
c. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian ........................................ 24
d. Asas-asas Hukum Perjanjian ............................................... 24
e. Pengertian Kredit dan Pengertian Perjanjian Kredit............ 25
f. Unsur-unsur Kredit ............................................................. 27
g. Tujuan dan Fungsi Kredit ................................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
h. Kredit dilihat dari Sudut Jaminannya ................................ 31
2. Tinjauan tentang Kredit Tanpa Agunan ................................ 32
a. Eksistensi Kredit Tanpa Agunan ........................................ 32
b. Dasar Hukum Kredit Tanpa Agunan ................................. 36
c. Proses Pemberian Kredit Tanpa Agunan .............................. 38
3. Tinjauan tentang Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit ........... 44
a. Pengertian Efektifitas .......................................................... 44
b. Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit .................................... 46
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 50
BAB.III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 53
A. Deskripsi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk .................. 53
1. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ...... 53
2. Susunan Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Slamet Riyadi Surakarta ........................................ 54
3. Tugas, Fungsi, dan Wewenang masing-masing organ pada
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ............................. 57
4. Produk dan Jasa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk.......................................................................................... 60
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 64
1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Slamet Riyadi
Surakarta ................................................................................. 64
2. Permasalahan dan Solusi Pada Pelaksanaan Pemberian Kredit
Tanpa Agunan Pada PT. Bank Rakyat Indoensia (Persero) Tbk
Cabang Slamet Riyadi Surakarta ........................................... 78
C. PEMBAHASAN .......................................................................... 83
1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi
Surakarta ....................................................................... .......... 83
2. Permasalahan dan Solusi Yang Timbul Pada Pelaksanaan
Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
(Persero) Tbk Cabang Slamet Riyadi Surakarta ...................... 93
BAB IV. PENUTUP ................................................................................. 108
A. Simpulan ....................................................................................... 108
B. Saran ............................................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 110
LAMPIRAN ............................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1. Model Analisis Interaktif ........................................................ 16
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ................................................................ 50
Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Slamet Riyadi Surakarta ........................................... 55
Gambar 4. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta ......................................................... 56
Tabel 1 .Biodata Pegawai PT. Bank Rakyat Indoensia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta ............................................................ 56
Tabel 2. Rekap jumlah kredit macet pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta ...................................... 90
Tabel 3. Peningkatan Jumlah Pendaftar Kredit Usaha Rakyat dan Jumlah
Debitur Kredit Usaha Rakyat Bulan Oktober 2011- Februari
2012 ............................................................................................ 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman pada saat ini, adanya pembangunan
nasional ke depan merupakan serangkaian upaya untuk memajukan
perkembangan pembangunan nasional ke arah yang lebih baik. Perkembangan
tersebut dapat dilihat dari adanya pola kehidupan masyarakat, yang salah satunya
dari segi ekonomi. Dilihat dari sisi perekonomian, manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya semakin meningkat, sedangkan alat pemuas kebutuhan
sendiri terbatas. Hal ini dikarenakan manusia sebagai Homo Economicus, maka
setiap manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya (Thomas Suyatno dkk,
1995 : 13).
Kebutuhan akan kepuasan hidup dalam diri manusia akan tercukupi
ketika pemenuhan kebutuhan manusia dapat terpenuhi seperti sandang dan papan.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut maka manusia membutuhkan
pekerjaan untuk mendapatkan uang atau dapat dengan membangun suatu usaha
untuk mendapatkan uang. Dalam membangun usaha tentunya diperlukan modal
yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mendapatkan pemenuhan itu adalah dengan melakukan pinjaman atau kredit
kepada pihak lain yang dapat digunakan sebagai alat permodalan.
Kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti adalah
kepercayaan yang pada prinsipnya penyaluran kredit adalah berdasarkan dua hal
yaitu prinsip kepercayaan dan kehati-hatian ( Malayu S.P. Hasibuan, 2005 : 87 ).
Dasar dari munculnya kredit adalah kepercayaan yang diberikan oleh kreditor
kepada orang yang menerima kepercayaan tersebut (debitor) bahwa debitor akan
mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah
pihak. Pengertian kredit ada di dalam Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang
Perbankan yang dimaksud dengan kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.
Penyaluran kredit merupakan salah satu bisnis utama bank yang sebagian
besar asset bank berupa kredit. Bank menurut Verryn Stuart sebagaimana dikutip
oleh Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan menyebutkan
bahwa “Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the
money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the
new money” yang berarti bahwa Bank dalam hal ini telah melakukan operasi pasif
dan aktif, yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana
(surplus spending unit) dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan dana (defisit spending unit) (Malayu S.P. Hasibuan, 2005 : 2).
Bank merupakan salah satu institusi yang berada di bawah naungan
pemerintah. Dengan kata lain bank merupakan kepanjang tangannan pemerintah
yang biasa disebut dengan Financial Intermediary. Fungsi bank sebagai Financial
Intermediary tentunya terlihat dari dukungan pemerintah terhadap bank dalam
bentuk deregulasi dalam pengelolaan dana masyarakat (Ruddy Tri Santoso, 1996 :
4). Dengan adanya pernyataan tersebut maka jelas terlihat pemerintah pun turut
andil dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana tertuang pada
Alenia IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Berkaitan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan
perekonomian, maka diberlakukan program-program pemerintah dalam rangka
pemajuannya. Salah satunya adalah dengan pemberian kredit tanpa agunan untuk
menambah modal usaha masyarakat khususnya diperuntukan untuk menambah
modal usaha dalam rangka peningkatan aktivitas bisnis.
Program pemerintah mengenai adanya pemberian Kredit Tanpa Agunan
di wujudkan dengan diluncurkannya Kredit Usaha Rakyat (KUR), pada 5
November 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tujuan dari Kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Usaha Rakyat adalah untuk menambah modal usaha dari pengusaha mikro kecil
dan menengah (UMKM) serta koperasi.
Kredit tanpa agunan merupakan salah satu produk perbankan yang
diberikan tanpa adanya agunan (collateral). Tujuan utama dari adanya kredit
tanpa agunan yaitu untuk memberikan modal kepada pihak yang memerlukan
modal untuk memulai usahanya namun tidak memiliki agunan, sehingga disinilah
peran modal pinjaman dipergunakan untuk pemajuan kesejahteraan.
Walaupun demikian perbankan sebagai suatu lembaga yang ada karena
sokongan dari masyarakat, selain harus memperhatikan kebutuhan masyarakat
juga harus memperhatikan kehati-hatian dalam rangka pelaksanaan pemberian
kredit. Oleh sebab itu kredit tanpa agunan diberikan berdasarkan pada riwayat
kredit dari pemohon kredit secara pribadi. Dengan adaya kredit tanpa agunan
pihak bank sebagai pemberi pinjaman haruslah mempunyai keyakinan atas
kesanggupan nasabahnya untuk melunasi pinjaman atau kredit tersebut sesuai
dengan yang telah diperjanjikan. Dikarenakan agunan yang selama ini harus
diberikan oleh debitor dalam pemenuhan syaratnya sekarang tidak menjadi suatu
keharusan, yang agunan hanya merupakan suatu tambahan dan tidak bersifat
pokok
Dengan demikian, keyakinan atas kesanggupan nasabah yang dimiliki
oleh pihak bank mempunyai arti yang sangat penting. Ketentuan mengenai
keyakinan pihak bank tersebut secara jelas, termuat di dalam Pasal 8 ayat 1
Undang-Undang Perbankan, bahwa:
“ Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis
yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah
debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
Oleh karena pemberian kredit tanpa agunan hanya berdasarkan
kepercayaan terhadap debitor, tentunya menjadi tidak mudah apabila suatu saat
terjadi permasalahan hukum dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan
dapat menimbulkan risiko ke depannya. Risiko yang mungkin timbul dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pemberian kredit seperti analisis kredit yang tidak sempurna sehingga
menimbulkan kredit macet.
Selain kredit macet, permasalahan hukum mengenai pemberian kredit
yang lainnya yaitu dapat dilihat sampai minggu ketiga Maret 2011 Bank
Indonesia (BI) mencatat apabila, terdapat 68 kasus yang masuk dalam
permohonan mediasi yang diajukan nasabah kepada BI. Sebanyak 40 kasus terkait
dengan penyaluran dana. Menurut Sondang dalam artikel tersebut, dari 68 kasus
tersebut, tercatat 21 kasus menyangkut sistem pembayaran, 4 kasus menyangkut
perihal penghimpunan dana, 1 kasus di produk kerja sama, 1 kasus di produk
lainnya, dan 1 di luar permasalahan produk perbankan. Menurut Sondang, hal ini
terkait penyaluran dana dengan pemberian Kredit Tanpa Agunan bahwa banyak
sekali di awal tahun nasabah yang meminta restrukturisasi kredit tanpa agunan ke
bank (NN, 2011 : 1).
Di sisi lain, pada akhir Agustus 2011 pemberian kredit perbankan
nasional menembus 2 kuadriliun rupiah, tepatnya Rp 2.037,41 triliun atau naik
24,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (Rika Novayanti dan
Hendry T. Kredit Tembus Rp2 Kuadriliun. Bisnis Indonesia, 9 September 2011,
halaman 1). Dengan adanya kenaikan ini maka jelas terlihat jika kredit sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dan syarat-syarat pemberian kredit telah terpenuhi.
Menurut Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Johansyah sebagian besar
kredit perbankan itu disalurkan untuk pembiayaan kegiatan perekonomian yang
produktif (Rika Novayanti dan Hendry T, 2011 : 1). Terlebih dari hal tersebut
diatas, kredit tanpa agunan merupakan salah satu program pemerintah dalam
rangka pengentasan kemiskinan dan penggangguran yang dalam hal ini telah
direalisasikan pada Kabupaten Tanah Datar yang terletak kurang lebih 103 KM
dari Kota Padang Ibukota Propinsi Sumatera Barat dikarenakan akses kredit
perbankan hanya melayani pengusaha kelas mengengah ke atas yang cenderung
sudah mapan dan memiliki jaminan kredit, kesulitan dalam mengakses kredit
perbankan itulah yang menyebabkan penduduk Tanah Datar meminjam pada
retenir walaupun dengan bunga yang sangat tinggi dan tanpa adanya persyaratan
yang mempersulit. Namun selama ini pengusaha pada Tanah Datar tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mengembangkan usahanya dengan baik dikarenakan beban hutang dengan sistem
“gali lubang, tutup lubang” . Oleh sebab itu dari beberapa penelitian yang di
lakukan di Tanah Datar pemberian kredit tanpa agunan merupakan solusi yang
tepat untuk mengembangkan skala usaha mikro di Kabupaten Tanah Datar
(Nasruddin, 2007 : 38).
Dengan adanya kedua keyataan di atas mengenai permasalahan
pemberian kredit yang tidak dapat dihindari sampai pada saat ini dan kebutuhan
akan kredit yang semakin meningkat dan juga tidak dapat dipungkiri adanya
dampak postif dari pemberian kredit tanpa agunan tersebut, seperti halnya yang
terjadi pada Kabupaten Tanah datar. Oleh karena, kedua hal ini sangat bertolak
belakang di satu sisi kredit sangat dibutuhkan namun di sisi lain permasalahan
mengenai pelaksanaan kredit itu sendiri masih mengalami berbagai macam
problematika. Apalagi dengan kredit tanpa agunan yang tidak menggunakan
jaminan dalam pelaksanaannya, sehingga kendala dalam usaha memajukan
pertumbuhan ekonomi harus segera diatasi.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, oleh sebab itu penulis
memilih judul : “TINJAUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT
TANPA AGUNAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN
(Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta)”
B. Perumusan Masalah
1) Bagaimana pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta ?
2) Apakah permasalahan yang timbul dan solusi dalam pelaksanaan pemberian
kredit tanpa agunan di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang
Slamet Riyadi Surakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas suatu
permasalahan hukum yang terjadi. Oleh sebab itu, penelitian hukum ini
mempunyai tujuan objektif dan tujuan subyektif, sehingga mampu mencari
pemecahan atau solusi atas permasalahan hukum yang terjadi. Adapun tujuan
yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta.
b. Mengetahui mengenai permasalahan-permasalahan yang timbul dengan
adanya pemberian kredit tanpa agunan beserta solusinya.
2. Tujuan Subyektif
a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai hukum perdata
khususnya mengenai pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan dalam
dunia perbankan.
b. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Hukum
dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap bahwa dengan adanya kegiatan penelitian dalam
penulisan hukum ini akan bermanfaat bagi penulis ataupun pihak lain. Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Memperluas pemikiran dan pendapat hukum, memberi landasan teroritis
maupun praktek bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, serta
dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan ataupun penelitian sejenis
untuk tahap berikutnya. Khususnya pada hukum perbankan mengenai
pemberian kredit tanpa agunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu hukum pada umumnya, dan juga memberikan gambaran, referensi
bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, terkait dengan adanya
pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan.
b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai solusi
yang dapat di ambil apabila terjadi permasalahan kredit pada saat
pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan .
c. Memberikan manfaat pribadi bagi penulis yaitu dalam hal meningkatkan
kemampuan menulis hukum, menambah wawasan, dan menambah
pemahaman tentang seluk beluk dunia perbankan.
d. Bagi masyarakat
1) Memberikan informasi mengenai prosedur dan tujuan pelaksanaan
pemberian kredit tanpa agunan.
2) Menambah kepercayaan masyarakat kepada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. khususnya Cabang Slamet Riyadi Surakarta
dalam hal pengajuan kredit tanpa agunan.
E. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada
metode, sistematis dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya, serta dilakukan
pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian
mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di
dalam gejala yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2008:43).
Untuk melakukan pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan
dalam gejala tersebut maka, dalam melakukan penelitian hukum diperlukan
adanya suatu metode yang tepat agar karya ilmiah tersebut dapat diuji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kebenarannya. Menurut Soerjono Soekanto dalam melakukan penelitian hukum
diperlukan metodologi yang pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-
cara seorang mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan
yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2008:6).
Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian
hukum ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini
merupakan penelitian empiris maka penelitian terhadap data primer di
lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto,2008:52). Penulis
dalam penulisan hukum ini melakukan penelitian dan memperoleh data-data
yang berkaitan dengan materi penulisan dengan melakukan studi langsung ke
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk. Unit Laweyan Surakarta sebagai
salah satu unit dibawah naungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk.
Unit Slamet Riyadi Surakata dimana penulis dapat melakukan penelitian secara
lebih mendalam mengenai kredit tanpa agunan.
2. Sifat Penelitian
Ditinjau dari sifatnya, menurut Soerjono Soekanto ada 3 macam sifat
penelitian hukum yaitu penelitian ekploratoris (menjelajah), penelitian
deskriptif, dan penelitian eksplanatoris (menguji kebenaran dari hipotesa-
hipotesa). Penulisan hukum ini, termasuk dalam penelitian hukum empiris
yang bersifat eksploratoris, yaitu penelitian yang dilakukan apabila
pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang sekali atau
bahkan tidak ada. Kadang-kadang penelitian ini disebut feasibility study yang
bermaksud mengumpulkan data awal (Soerjono Soekanto, 2010 :10). Penulisan
yang bersifat eksploratoris ini, membantu bagi penulis dalam memberikan
informasi lebih mengenai masalah yang diteliti. Dikarenakan, pengetahuan
mengenai gejala yang diteliti kurang sekali sehingga data, gambaran ataupun
pola dapat diperoleh dan dikaji secara lebih jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penulis melakukan
penelitian mengenai pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan. Tempat
penelitian dalam penulisan hukum ini yaitu di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Lokasi ini dipilih oleh penulis dikarenakan, PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. tentunya tidak asing lagi di dengar oleh masyarakat
pada umumnya. Sudah tidak asing lagi karena PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia dengan unit
maupun cabang PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang telah tersebar
banyak di Indonesia sehingga mudah untuk dijumpai. Terlebih dari itu alasan
lain penulis memilih tempat penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. dikarenakan Bank tersebut merupakan satu-satunya bank yang
memberikan kredit tanpa agunan yang disalurkan salah satunya dalam bentuk
ataupun program Kredit Usaha Rakyat (KUR) semenjak pertengahan tahun
2011.
Penulis melakukan penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk Cabang Slamet Riyadi Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi
nomer 236 Surakarta dan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta yang beralamat di Jalan Raya Rajiman Nomor 203
Kecamatan laweyan Surakarta selaku unit di bawah naungan PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta di mana penulis
dapat menggali lebih dalam mengenai pelaksanaan kredit tanpa agunan,
permasalahan, dan solusinya.
4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian
hukum ini adalah pendekatan kualitatif. Ada dua macam pendekatan yang
dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu pendekatan holistik dan
pendekatan terpancang, namun pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pendekatan terpancang. Pendekatan terpancang adalah pendekatan
yang dimaksud memusatkan studi pada aspek yang dipilih berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kepentingan, tujuan, dan minat penelitiannya, yang sering disebut studi kasus
(H.B.Sutopo, 2002:90). Adapun studi kasus yang penulis ambil pada penelitian
ini yaitu di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi
Surakarta, dan kepentingan ataupun tujuan serta minat penelitiannya yaitu
untuk mengetahui pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan.
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis dan sumber bahan
hukum primer dan sekunder. Sumber bahan hukum yang dimaksud tentunya
berkaitan dan menunjang diperolehnya jawaban atas pemasalahan penelitian
dalam penulisan ini. Jenis dan sumber data yang penulis gunakan adalah
sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian
lapangan (Soerjono Soekanto, 2006 : 12). Sumber data primer penelitian ini
mencakup para pihak yang terlibat langsung dengan permasalahan yang
diteliti, yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu di PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
Adapun narasumber pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Slamet Riyadi Surakarta adalah Bekti Sulistyanto selaku SUPV
Penunjang OPS dan narasumber di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta yaitu Muhammad Aris Munandar selaku
Kepala Unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta, Herwati selaku Account Officer Kredit Komersial di PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, Arief Sujiwo
selaku Account Officer Kredit Komersial di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, dan Ade Yusdiyanto selaku
Account Officer Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dan juga Sulaikah Yuli Amanah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Tugimin selaku debitor Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari
masyarakat melainkan dari bahan dokumen, laporan, arsip, literatur, dan
hasil penelitian lainnya yang mendukung sumber data primer (Soerjono
Soekanto, 1986 : 12). Sumber data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
a) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
(1)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Substansi atau hal-hal khusus yang penulis ambil dari Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu dalam
Alenia ke empat.
(2)Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Substansi atau hal-hal khusus
yang penulis ambil dari peraturan perundang-undangan tersebut yaitu
mengenai peraturan perjanjian seperti syarat sahnya perjanjian dan
lain sebagainya.
(3)Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Substansi atau hal-hal khusus yang penulis ambil
dari peraturan perundang-undangan tersebut yaitu mengenai
pengertian dalam dunia perbankan seperti pengertian kredit, jaminan
dan lain sebagainya yaitu menyangkut hal-hal yang bersifat umum.
(4)Peraturan Menteri Keuangan No.135/PMK.05/2008 tantang Fasilitas
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan No.10/PMK.05/2009. Substansi atau hal-hal
khusus yang penulis ambil dari peraturan perundang-undangan
tersebut yaitu mengenai fasilitas penjaminan pada Kredit Usaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Rakyat secara khusus mengenai pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat,
pengertian maupun penjaminannya.
(5)SK Direksi Bank Indonesia No. 31/ 147/KEP/ DIR tanggal 12
November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif. Substansi atau hal-
hal khusus yang penulis ambil dari peraturan tersebut adalah
mengenai penggolongan kualitas kredit khususnya pada aspek
kemampuan membayar
(6)SK Direksi Bank Indonesia No.27/ 162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret
1995 Tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan
Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum. Substansi atau
hal-hal khusus yang penulis ambil dari peraturan perundang-undangan
tersebut yaitu mengenai pelaksanaan kebijakan perkreditan bagi bank
umum yang menjadi dasar untuk melaksanakan kredit seperti analisis
kredit, pelaksanaan pemberian kredit dari tahap permohonan kredit
sampai pencairan kredit
b) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berisikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer, yang berisi antara lain buku, literatur,
jurnal, artikel, karya ilmiah, majalah, makalah, dan lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini.
c) Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberi petunjuk
maupun kejelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia, kamus hukum, dan
bahan-bahan dari internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik
pengumpulan data yang dipergunakan sebagai berikut :
a. Data Primer
Teknik pengumpulan data primer pada penulisan hukum ini dilakukan
dengan cara studi lapangan
Studi lapangan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk
memperoleh data primer, yang dilakukan dengan cara penulis terjun
langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Ada
beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data pada saat
studi lapangan seperti wawancara, observasi, survei, dan juga angket namun
metode yang penulis gunakan untuk mendapatkan data primer secara studi
lapangan ini adalah dengan melakukan wawancara.
Penulis melakukan wawancara dalam penelitian ini menggunakan
teknik wawancara terarah (directive interview). Menurut Soerjono Soekanto,
ada berbagai cara yang dapat dilakukan peneliti untuk melakukan
wawancara, namun wawancara terarah ini dimaksudkan untuk menimbulkan
adanya suatu pengarahan atau struktur dan tidak dilakukan secara kaku
(Soerjono Soekanto, 2006 : 229). Wawancara yang dilakukan oleh penulis
dengan teknik wawancara terarah ini dimaksudkan agar tujuan dari
wawancara dapat tercapai. Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak
berkompeten dan debitor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta yang berkaitan dengan kredit tanpa agunan.
Sebagaimana para pihak tersebut telah penulis sebutkan dalam bahan hukum
primer.
b. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder pada penulisan hukum ini dilakukan
melalui cara studi kepustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Studi kepustakaan sangat penting untuk mendapatkan landasan
teori mengkaji substansi atau isi suatu bahan hukum. Landasan teori ataupun
untuk mengkaji substansi penulisan penulis dapatkan dari buku, peraturan
perundang-undangan, dokumen, dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.
7. Populasi
Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh
gejala atau kejadian atau seluruh unit yang diteliti ( Soerjono Soekanto, 1984 :
52 ). Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah pihak yang terkait
dengan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta selaku salah satu unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, baik itu pihak berkompeten pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, maupun
debitor di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
Pertimbangan penulis memilih populasi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, yaitu :
a. Merupakan Bank Usaha Milik Negara yang berpengalaman di dalam
memberikan fasilitas kredit pada masyarakat.
b. Mempunyai reputasi baik dalam masyarakat.
c. Kooperatif dan terbuka terhadap suatu studi penelitian.
8. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non
Random dengan teknik purposive sampling, yaitu penarikan sample yang
dilakukan dengan cara mengambil subyek yang didasarkan pada tujuan
tertentu. Tujuan dengan teknik purposive sampling ini dapat terjadi ketika
penelitian ini dilakukan atau di ambil pada nasabah pengguna kredit usaha
rakyat tanpa agunan agar penulisan hukum pada penelitian ini bisa
mendapatkan data yang lengkap, dan terarah dengan tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mewawancarai kreditornya melainkan juga mewawancarai debitor pengguna
kredit tanpa agunan yang bersangkutan.
Teknik purposive sampling ini dipakai karena alasan keterbatasan
waktu, tenaga dan biaya, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar
jumlahnya dan jauh letaknya. Sampel yang penulis gunakan dalam penulisan
ini yaitu debitor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta khususnya debitor kredit usaha rakyat. Sampel pada penulisan ini
yaitu Sulaikah Yuli Amanah dan Tugimin dikarenakan beliau-beliau
merupakan debitur PT. Bank Rakyat Indonesia pengguna Kredit Usaha Rakyat.
9. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan dalam
setiap penelitian. Dalam tahap ini penulis harus melakukan pemilahan data-
data yang telah diperoleh. Penganalisisan data pada hakekatnya merupakan
kegiatan untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk
memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi (Soerjono Soekanto, 2008:251-
252).
Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data
kualitatif yaitu dengan menggunakan data, mengkualifikasikannya kemudian
menghubung-hubungkannya dengan teori yang berkaitan dengan masalahnya
dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasilnya. Menurut H.B.
Sutopo dalam proses dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama,
yaitu :
a. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang
merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data
dari fieldnote. Reduksi data juga merupakan bagian dari proses analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang
tidak penting, dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat
dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi, diskripsi dalam
bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.
Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab
permasalahan yang diteliti. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat,
juga meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan
kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.
c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap
pengumpulan data terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah data
tersaji. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar
bisa dipertanggung jawabkan.
Penulis menggunakan model analisis interaktif dalam penelitian ini,
yang dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar I. Model Analisis Interaktif
Ketiga komponen tersebut ( proses analisa interaktif ) dimulai pada
waktu pengumpulan data penelitian, peneliti selalu membuat reduksi data
dan sajian data. Setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti
menarik kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa yang terdapat
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan/
Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dalam sajian data. Aktifitas yang dilakukan dengan suatu siklus antara
komponen-komponen tersebut akan didapatkan data-data yang benar-benar
mewakili dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Apabila kesimpulan
dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun
sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan
pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung
kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data. Penelitian kualitatif
prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus (H.B. Soetopo, 2002:91-96)
F. Sistematika Penulisan Hukum
Sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab untuk
memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum
dan mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi dalam penulisan hukum ini.
Adapun sistem penulisan hukum ini sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan tentang perumusan masalah yang
merupakan inti dari permasalahan yang diteliti; tujuan penelitian;
manfaat penelitian; adapun metode penelitian yang terdiri dari jenis
penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini terdiri dari Kerangka Teori dan Kerangka
Pemikiran. Kerangka teori meliputi, tinjauan tentang kredit, tinjauan
tentang perjanjian kredit, tinjauan tentang kredit tanpa agunan, dan
tinjauan tentang efektifitas hukum perjanjian kredit. Kerangka
pemikiran akan memudahkan pembaca dalam pemahaman alur
pemikiran penulis yang dituangkan dalam skema atau bagan.
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Pada sub bab ini penulis memaparkan tentang visi dan misi
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., susunan organisasi PT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surkarta
dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta, Tugas, fungsi, dan wewenang masing-masing organ pada
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Produk dan Jasa PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
B. HASIL PENELITIAN
Pada sub bab ini penulis memaparkan mengenai hasil dari
penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai rumusan masalah pertama
yaitu tentang pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi
Surakarta dan hasil penalitian rumusan masalah kedua yaitu
permasalahan dan solusi pada pelaksanaan pemberian kredit tanpa
agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang
Slamet Riyadi Surakarta
C. PEMBAHASAN
Pada sub bab ini penulis memaparkan mengenai jawaban
rumusan masalah pertama yaitu mengenai pelaksanaan pemberian
kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan jawaban rumusan masalah kedua
yaitu mengenai permasalahan dan solusi pada pelaksanaan pemberian
kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Slamet Riyadi Surakarta.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir atau merupakan bagian akhir
dari penelitian penulisan hukum yang berisikan kesimpulan dan saran
sebagai suatu masukan ataupun perbaikan dari apa saja yang telah di
dapatkan selama penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Tinjauan tentang Perjanjian Kredit
a. Pengertian Perjanjian
Perjanjian diatur di dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (Burgelijk Wetbook). Pengertian perjanjian ada dalam ketentuan
Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang lain atau lebih.
Dalam perjanjian ditekankan pada perbuatan mengikatkan diri yang
didasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama, sebab dalam
mengadakan perjanjian diperlukan dua atau lebih pernyataan kehendak yang
sama, atau dengan kata lain yang keduanya cocok. Sebagai contoh A
membeli sepeda dari B, jadi antara A dan B ada suatu persetujuan, di mana
B berjanji menjualkan sepedanya kepada A, demikian sebaliknya A berjanji
membayar harga sepeda itu kepada B. Dari contoh tersebut dapat dilihat
bahwa antara A dan B terjadi suatu hubungan, di mana yang satu harus
memenuhi suatu kewajiban untuk memperoleh suatu hak, dan yang satu
harus memenuhi suatu kewajiban yang menjadi haknya.
b. Akibat Perjanjian
Akibat dari adanya suatu perjanjian yaitu bahwa perjanjian yang
dibuat secara sah di antara para pihak yang berkepentingan merupakan
undang-undang bagi para pihak itu sendiri, sehingga mempunyai kekuatan
mengikat bagi para pihak (partijen). Ketentuan tersebut ada di dalam Pasal
1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa “ Semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi
mereka yang membuatnya.
Pasal 1338 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa
“Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang
dinyatakan cukup untuk itu.”
Akibat perjanjian, memunculkan beberapa akibat sebagai berikut
(Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2008 : 165-184) :
1) Perjanjian hanya berlaku di antara para pihak yang membuatnya
Berlaku Pasal 1340 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menyatakan bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat hanya
berlaku di antara para pihak yang membuatnya. Prestasi yang dibebankan
oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bersifat personal dan tidak
dapat dialihkan dengan begitu saja. Semua perjanjian yang telah dibuat
dengan sah (yaitu memenuhi ke empat persyaratan yang ditetapkan
dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) akan berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena
adanya pernyataan di atas dapat diuraikan bahwa perjanjian tersebut
mengikat dan melahirkan perikatan bagi para pihak dalam perjanjian.
Sebagai kosekuensi dari adanya peraturan yang hanya mengikat
di antara para pihak yang membuatnya khususnya kewajiban debitor
yang senantiasa melekat pada dirinya pribadi hingga dia dibebaskan,
Pasal 1338 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan
bahwa perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh
undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Dengan adanya ketentuan
tersebut jelas bahwa apa yang sudah disepakati oleh para pihak tidak
boleh diubah oleh siapapun juga, kecuali jika hal tersebut memang
dikehendaki secara bersama oleh para pihak, ataupun ditentukan
demikian oleh undang-undang berdasarkan suatu perbuatan hukum atau
peristiwa hukum atau keadaan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Mengenai kebatalan atau nulitas dalam perjanjian
Dalam perjanjian konsensuil, keabsahannya ditentukan oleh
terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-
undang, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Perjanjian tersebut menjadi tidak sah yang berarti
perjanjian itu terancam batal apabila tidak terpenuhinya syarat-syarat
sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Hal ini mengakibatkan nulitas atau kebatalan menjadi perlu
diketahui oleh tiap pihak yang mengadakan perjanjian. Oleh karena
masing-masing perjanjian memiliki karakteristik dan cirinya sendiri-
sendiri maka nulitas atau kebatalan dari suatu perjanjian juga memiliki
karakteristik dan ciri-cirinya sendiri. Kebatalan atau nulitas tersebut
dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu :
Berdasarkan pada alasan kebatalannya, nulitas dibedakan dalam
perjanjian yang dapat dibatalkan dan perjanjian yang batal demi hukum.
Berdasarkan sifat kebatalannya, nulitas dibedakan dalam kebatalan relatif
dan kebatalan mutlak.
a) Berdasarkan alasan kebatalannya, yaitu :
(1) Perjanjian yang dapat dibatalkan
Pada prinsipnya suatu perjanjian yang telah dibuat dapat
dibatalkan jika perjanjian tersebut dalam pelaksanaannya akan
merugikan pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak ini tidak hanya pihak-
pihak dalam perjanjian tersebut, tetapi meliputi juga setiap individu
yang merupakan pihak ketiga di luar para pihak yang mengadakan
perjanjian. Dalam hal ini pembatalan atas perjanjian tersebut dapat
terjadi, baik sebelum perikatan yang lahir dari perjanjian itu
dilaksanakan maupun setelah prestasi yang wajib dilaksanakan
berdasarkan perjanjian yang dibuat tersebut dilaksanakan.
Bagi keadaan yang terakhir ini, ketentuan Pasal 1451 dan
Pasal 1452 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
bahwa setiap kebatalan membawa akibat bahwa semua kebendaan
dan orang-orangnya dipulihkan sama seperti keadaan sebelum
perjanjian tersebut dibuat.
(2) Perjanjian yang Batal Demi Hukum
Suatu perjanjian batal demi hukum, dalam pengertian
tidak dapat dipaksakan pelaksanaannya jika terjadi pelanggaran
terhadap syarat obyektif dari syarat sahnya suatu perikatan.
Keharusan akan adanya suatu hal tertentu yang menjadi obyek
dalam perjanjian ini dirumuskan dalam Pasal 1332 sampai dengan
Pasal 1334 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang diikuti
dengan Pasal 1335 sampai dengan Pasal 1336 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai rumusan sebab
yang halal, yaitu sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang
dan tidak berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban
umum. Disamping ketidak-pemenuhan syarat obyektif seperti
disebutkan di atas, undang-undang juga merumuskan secara konkrit
untuk tiap-tiap perbuatan hukum (terutama pada perjanjian formil)
yang mensyaratkan dibentuknya perjanjian dalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang, yang jika tidak dipenuhi maka
akan batal demi hukum. Dalam perjanjian formil, adanya formalitas
pembuatan perjanjian secara tertulis adalah keharusan, bahkan
kadangkala harus dituangkan dalam bentuk akta otentik.
b) Berdasarkan sifat kebatalannya, yaitu :
Kebatalan Relatif dan Kebatalan Mutlak
Suatu kebatalan disebut relatif apabila kebatalan tersebut
hanya berlaku terhadap individu orang perorangan tertentu saja dan
disebut mutlak jika kebatalan tersebut berlaku umum terhadap seluruh
anggota masyarakat tanpa kecuali. Suatu perjanjian yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dibatalkan dapat saja berlaku relatif atau mutlak, meskipun tiap-tiap
perjanjian yang batal demi hukum pasti berlaku mutlak.
Pasal 1451 dan Pasal 1452 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata merupakan contoh dari nulitas yang berlaku mutlak. Pasal
1451 berbunyi pernyataan bahwa perikatan-perikatan berdasarkan
ketidakcakapan orang-orang yang disebutkan dalam Pasal 1330,
berakibat bahwa barang dan orang-orangnya dipulihkan dalam
keadaan sebelum perikatan dibuat dengan pengertian bahwa segala
apa yang telah diberikan atau dibayarkan kepada orang-orang yang
tidak berkuasa, sebagai akibat perikatan itu, hanya dapat dituntut
kembali sekedar barang yang bersangkutan masih berada di tangan
orang tak berkuasa tersebut, atau sekedar ternyata bahwa orang ini
telah mendapatkan manfaat dari apa yang telah diberikan atau dibayar
itu atau bahwa apa yang dinikmati telah dipakai atau berguna
kepentingannya.
Sedangkan pada Pasal 1341 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata adalah contoh dari kebatalan yang bersifat relatif. Secara
lengkapnya bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut:
Meskipun demikian (perjanjian hanya mengkat para pihak
yang membuatnya), tiap-tiap kreditor boleh mengajukan batalnya
segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitor,
dengan nama apapun juga, yang merugikan kreditor asal dibuktikan
bahwa ketika perbuatan dilakukan, baik debitor maupun orang dengan
atau untuk siapa debitor itu berbuat, mengetahui bahwa perbuatan itu
membawa akibat yang merugikan para kreditor.
Hak-hak yang diperolehnya dengan itikad baik oleh orang-
orang pihak ketiga atas barang-barang yang menjadi pokok perbuatan
yang batal itu, dilindungi. Untuk mengajukan hal batalnya perbuatan-
perbuatan yang dilakukan dengan cuma-cuma oleh debitor, cukuplah
debitor membuktikan bahwa debitor, pada waktu melakukan
perbuatan itu tahu bahwa ia dengan berbuat demikian merugikan para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kreditor yang mengutangkan padanya, tak peduli apakah orang yang
menerima keuntungan juga mengetahui atau tidak (Kartini Muljadi
dan Gunawan Widjaja, 2004 : 143-144).
c. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian
Perjanjian sah dan mengikat apabila perjanjian tersebut dibuat
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Syarat-syarat
sahnya perjanjian ada dalam ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata sebagaimana dikemukakan oleh Agus Yudha Hernoko
yaitu sebagai berikut (Agus Yudha Hernoko, 2008:141-170):
1) Adanya kesepakatan merupakan salah satu syarat keabsahan kontrak
yang mengandung pengertian bahwa para pihak saling menyatakan
kehendak masing-masing untuk menutup suatu perjanjian atau
pernyataan pihak yang satu “cocok” atau bersesuaian dengan pernyataan
pihak lain.
2) Adanya kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, diartikan bahwa
sebagai kemungkinan untuk melakukan perbuatan hukum secara mandiri
yang mengikat diri sendiri tanpa diganggu-gugat. Ketidakcakapan dalam
membuat perjanjian tercantum secara jelas di dalam Pasal 1330 BW.
3) Suatu hal tertentu adalah prestasi yang menjadi pokok kontrak yang
bersangkutan. Hal ini untuk memastikan sifat dan luasnya pernyataan-
pernyataan yang menjadi kewajiban para pihak. Pernyataan-pernyataan
yang tidak dapat ditentukan sifat dan luas kewajiban para pihak adalah
tidak mengikat (batal demi hukum).
4) Adanya causa yang diperbolehkan yaitu menyangkut hubungan tujuan
yang menjadi tujuan para pihak unutuk menutup kontrak atau apa yang
hendak dicapai para pihak pada saat penutupan kontrak.
d. Asas-asas Hukum Perjanjian
1) Asas Kebebasan Berkontrak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Asas ini terdapat dalam ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”
(Subekti dan Tjitrosudibio, 2006:342). Asas kebebasan berkontrak
bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan
siapapun, apapun isinya, apapun bentuknya sejauh tidak melanggar
undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.
2) Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme ini terdapat dalam Pasal 1320 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang mengandung pengertian bahwa
perjanjian itu terjadi saat tercapainya kata sepakat (konsensus) antara
pihak-pihak mengenai pokok perjanjian, sehingga sejak saat itu
perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum.
3) Asas Mengikatnya Perjanjian (Asas Pacta Sunt Servanda)
Asas ini dapat disimpulkan dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, yang merupakan akibat hukum suatu
perjanjian, yaitu adanya kepastian hukum yang mengikat suatu
perjanjian.
4) Asas Itikad Baik (Togoeder trow)
Asas ini tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, yang berbunyi: “Suatu perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik” (Subekti dan Tjitrosudibio, 2006:342).
e. Pengertian Kredit dan Pengertian Perjanjian Kredit
Berdasarkan pengertian kredit menurut ketentuan di dalam Pasal 1
ayat (11) Undang-Undang Perbankan dapat dirumuskan bahwa prestasi
yang wajib dilakukan oleh debitor atas kredit yang diberikan kepadanya
adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan
bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Kredit itu
berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang berarti adalah percaya. Bila
dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
kreditor percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah/debitor
karena debitor dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas
pinjamannya setelah waktu yang ditentukan (Gatot Supramono, 1995 : 28).
Kredit yang diberikan oleh bank umum dan bank berdasarkan
prinsip syariah terdapat adanya perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada
keuntungan yang diharapkan, bagi bank umum keuntungan yang diperoleh
berdasarkan bunga sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah bagi
hasil berupa imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2004 : 73).
Perjanjian Kredit menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Indonesia merupakan salah satu dari bentuk pinjam meminjam yang diatur
dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam bentuk
apapun juga pemberian kredit diadakan pada hakikatnya merupakan salah
satu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal 1754
sampai dengan 1769 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian
kredit dikuasai oleh asas-asas umum hukum perjanjian dan juga dikuasai
apa yang secara khusus disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam
prakteknya, bentuk dan materi kredit antara satu bank dengan bank yang
lainnya tidaklah sama, hal ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri
dengan kebutuhannya masing-masing (Muhammad Djumahana, 2000 : 385-
386).
Perjanjian kredit dapat dibuat oleh bank dan debitor yang
mempunyai kekuatan mengikat bagi masing-masing pihak, karena dalam
membuat suatu perjanjian, undang-undang mengenal adanya “sistem
terbuka”. Sistem terbuka berarti memberikan kebebasan yang luas kepada
masing-masing pihak untuk membuat perjanjian dalam bentuk apa saja asal
tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, norma-norma
kesusilaan dan sepanjang perjanjian tersebut dibuat secara sah, maka
perjanjian yang disepakati masing-masing pihak berlaku sebagai undang-
undang bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam hal
perjanjian kredit para pihaknya adalah debitor (peminjam) dan kreditor
(bank) (Syarif Arbi, 2003 : 94-95 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
f. Unsur-unsur Kredit
Unsur terpenting dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari
bank sebagai kreditor terhadap nasabah peminjam sebagai debitor. Makna
dari kepercayaan tersebut bahwa adanya keyakinan dari bank sebagai
kreditor bahwa kredit yang diberikan akan sungguh-sungguh diterima
kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.
Menurut Kasmir unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian
suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2002 :103-105):
1) Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit
bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang, atau jasa) benar-
benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu
kredit. Kepercayaan diberikan bank sebagai dasar utama yang melandasi
mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit
dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan terlebih dulu
secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara interen maupun
dari eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon
kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan itikad
baik nasabah terhadap bank.
2) Kesepakatan
Di samping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung
unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-
masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan
ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.
3) Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,
jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu pendek
(di bawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
waktu panjang (di atas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu
pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.
Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai
kebutuhan.
4) Risiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan
memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu
kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar
risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan
bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun risiko yang tidak
sengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah
tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi
melunasi kredit yang diperolehnya.
5) Balas jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan
atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa
kita kenal dengan nama bunga. Di samping balas jasa dalam bentuk
bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit
yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank berdasarkan prinsip
syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
g. Tujuan dan Fungsi Kredit
Pemberian kredit kepada calon debitor atau nasabah tentunya
mempunyai suatu tujuan dan fungsi tertentu, di dalam suatu tujuan tentunya
terkandung hal yang ingin dicapai oleh suatu bank tersebut. Adapun tujuan
pemberian kredit pada pelaksanaannya menurut Kasmir sebagai berikut
(Kasmir, 2008 : 105-106) :
1) Mencari keuntungan
Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.
Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh
bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank,
di samping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank. Bagi
bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan
bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan). Oleh karena itu sangat
penting bagi bank untuk memperbesar keuntungan mengingat biaya
operasional bank juga relatif cukup besar.
2) Membantu usaha nasabah
Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk
investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka
pihak debitor akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.
Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.
3) Membantu pemerintah
Membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin
banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik,
mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam
rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.
Keuntungan pemerintah seperti dalam hal penerimaan pajak, membuka
kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat dan
meningkatkan devisa negara.
Di samping memiliki tujuan dalam pemberian kredit, pelaksanaan
pemberian kredit juga memiliki suatu fungsi. Fungsi kredit secara luas
menurut Kasmir antara lain (Kasmir, 2008 : 106-108) :
1) Untuk meningkatkan daya guna uang
Maksud dari meningkatkan daya guna uang yaitu jika uang hanya di
simpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.
Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk
menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. Kemudian juga
dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana.
2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Maksud dari meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang bahwa uang
yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah
lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan
uang dari daerah lainnya. Sebagai contoh seorang pengusaha di pulau
Bangka memperoleh kredit dari salah satu bank di Singapura sebanyak 1
milyar dolar Singapura, maka dengan demikian ada pertambahan
peredaran uang dari Singapura ke Bangka sebesar 1 milyar dolar
Singapura.
3) Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitor
untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau
bermanfaat. Sebagai contoh seorang pengusaha memperoleh kucuran
dana dari salah satu bank untuk mengolah limbah plastik yang sudah
tidak dipakai menjadi barang-barang rumah tangga. Biaya pengolahan
barang tersebut diperoleh dari bank. Dengan demikian fungsi kredit dapat
meningkatkan daya guna barang dari barang yang tidak berguna menjadi
barang yang berguna.
4) Meningkatkan peredaran barang
Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu
wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari
satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula
meningkatkan jumlah barang yang berada. Kredit untuk meningkatkan
peredaran barang biasanya untuk kredit perdagangan atau ekspor impor.
5) Sebagai alat stabilitas ekonomi
Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang
yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu
mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat
meningkatkan devisa negara.
6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Untuk penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan
berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.
Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar
atau memperluas usahanya.
7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik,
terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit
diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu
membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi
penganggguran. Di samping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan
dapat memperoleh pendapatan seperti gaji bagi karyawan yang bekerja di
pabrik dan membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa
lainnya bagi masyarakat yang tinggal sekitar lokasi pabrik.
8) Untuk meningkatkan hubungan Internasional
Dalam hal pinjaman Internasional akan dapat meningkatkan saling
membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.
Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di
bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.
h. Kredit dilihat dari sudut agunannya
a) Kredit tanpa agunan (unsecured loan)
Kredit tanpa agunan merupakan kredit yang diberikan tanpa
jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan
melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon
debitor selama berhubungan dengan bank atau pihak lain
(Kasmir,2002:109). Dalam kredit ini pinjaman dilakukan tanpa adanya
agunan, dalam hal kredit seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf b
SK Direksi BI No.23/69/KEP/DIR tanggal 28 Pebruari 1991 tentang
Jaminan Pemberian Kredit yang berbunyi suatu keyakinan kreditor bank
atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang
diperjanjikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b) Kredit dengan agunan (secured loan)
Kredit dengan agunan merupakan kredit yang diberikan dengan
suatu agunan. Agunan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau
tidak berwujud agunan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan
akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu
jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitor
(Kasmir, 2002 : 109).
Dalam kredit dengan agunan (secured loan) dapat berupa:
(1) Agunan barang, baik berupa barang tetap maupun barang tidak tetap
(barang bergerak),
(2) Agunan pribadi/ perorangan (borgtocht), yang dimaksud dengan
agunan pribadi yaitu satu pihak menyanggupi untuk menanggung
pihak lainnya manakala si berutang tidak memenuhi kewajibannya,
bahwa ia menjamin pembayarannya,
(3) Agunan efek-efek, saham, obligasi, dan sertifikat yang didaftar
(listed) di bursa efek.
2. Tinjauan tentang Kredit Tanpa Agunan
a. Eksistensi Kredit Tanpa Agunan
Terdapat beberapa penggunaan istilah dalam Kredit Tanpa Agunan,
yaitu KRETA, KTA, dan sebagainya. Namun, penulis tidak menggunakan
singkatan mengenai kredit tanpa agunan dalam penulisan ini agar lebih jelas
dalam pembacaannya dan tidak menimbulkan multitafsir.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kredit adalah penting bagi debitor
untuk memajukan usahanya namun agunan menjadi suatu hal yang menjadi
penghambat untuk mendapatkan sejumlah pinjaman kepada bank. Hal ini
tentunya senada pula dengan apa yang terjadi di China peminjam kredit
UKM pada masyarakat china tentunya sangat banyak, namun untuk
pemajuan usahanya sering terkendala oleh adanya jaminan. Oleh sebab itu
menurut Phing Zang dan Ying Ye mengenai efektifitas jaminan yaitu
“System is planned to direct the funds to solve the financing difficulties of
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
SMEs, the credit guarantee should be standardized constantly” ( Phing
Zhang dan Ying Ye, 2010 : 104) apabila diterjemahkan berarti bahwa
sistem yang dalam hal ini adalah sistem penjaminan baiknya direncanakan
untuk mengarahkan dana untuk memecahkan kesulitan dana pembiayaan
UKM, jaminan kredit harus distandarisasi terus menerus. Oleh sebab itu
menurut Phing Zhang dan Ying Ye perlu diadakannya standarisasi dalam
jaminan kredit untuk memecahkan kesulitan dana pembiayaan UKM.
Kredit tanpa agunan muncul ketika tidak adanya sesuatu yang
menjadi agunan atas pinjaman tersebut. Keputusan pemberian kredit karena
tidak adanya agunan adalah berdasarkan pada riwayat kredit dari pemohon
kredit secara pribadi, sehingga dapat disimpulkan apabila keputusan
pemberian kredit tersebut berdasarkan kemampuan melaksanakan
kewajiban pembayaran kembali pinjaman adalah merupakan pengganti
jaminan.
Agunan bukan merupakan faktor utama yang dijadikan oleh bank
untuk menentukan keputusan pemberian dana kepada suatu nasabah
tertentu. (Sigit Triandaru, Totok Budi Santosa, 2006 : 116). Oleh sebab itu,
secara garis besar dapat dikatakan bahwa Bank dapat memberikan adanya
kredit tanpa adanya agunan yang menyertainya.
Adanya kredit tanpa agunan pun ada karena fungsi bank yang salah
satunya sebagai agent of trust. Menurut Sigit Triandaru dan Totok
Budisantoso agent of trust berarti, bahwa :
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust) , baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.
Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila
dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa
uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan
dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat telah
dijadikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak
bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya
kepada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur
kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan
menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana
pinjamannya dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan
untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban
lainnya pada saat jatuh tempo ( Sigit Triandaru dan Totok
Budisantoso, 2006 : 9 )
Pemberian kredit tanpa agunan adalah sangat selektif dan ditujukan
kepada nasabah besar yang telah diuji secara bonafiditas, kejujuran, dan
ketaatannya sebagai dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha
yang dijalaninya. Dalam praktek perbankan modern, pemberian kredit tanpa
agunan sering dilakukan (Muhammad Djumhana, 2000 : 381).
Tujuan utama dari adanya kredit tanpa agunan yaitu, untuk
memberikan modal kepada pihak yang memerlukan modal untuk
memajukan usahanya namun tidak memiliki agunan. Seperti halnya petani
yang sulit dalam mengakses program kredit, karena kemampuan keuangan
yang terbatas, sehingga pola pelayanan kredit yang ideal untuk petani yaitu,
menghindari penetapan agunan sertifikat tanah, memberikan kredit
berbentuk uang tunai dengan pola pelayanan lembaga informal pada
umumnya lebih sesuai dengan karakteristik petani, yaitu kredit tanpa agunan
atau hanya berlandaskan kepercayaan, bentuk kredit uang tunai, lama
pinjaman 1 s/d 12 bulan dengan waktu pengembalian kapan saja bergantung
ketersediaan uang, umumnya setelah panen (Ade Supriyatna, 2009 : 114).
Oleh sebab itu, adanya kredit tanpa agunan sangat bermanfaat bagi
pemajuan kesejahteraan para petani untuk menambah modal usaha bagi
mereka.
Selain sangat bermanfaat bagi kemajuan petani, sesungguhnya
pemberian agunan pada suatu pelaksanaan kredit merupakan penghambat
bagi upaya perluasan akses kredit sebagaimana dikemukakan oleh Untoro
dan Perry Warjiyo dalam jurnalnya yang berjudul “Default Risk dan
Penjaminan Kredit UKM” bahwa :
“Usaha yang tidak bankable dipandang oleh bank mengandung
default risk atau kredit macet. Pada prakteknya untuk menekan
risiko kredit macet tersebut bank mewajibkan jaminan tambahan
untuk kredit yang diberikan, mengasuransikan baik kredit yang
diberikan maupun jaminan kredit yang dimiliki nasabah atau
bahkan menolak pemberian kredit meskipun usaha calon debitor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
memiliki prospek yang sangat memadai. Upaya menekan risiko
kredit macet menjadi penghambat bagi upaya perluasan akses
kredit bagi usaha usaha yang feasible” ( Untoro dan Perry Warjiyo,
2005 : 585 ).
Yuridiksi tentunya tidak dapat dilepaskan dari adanya
pemberlakuan program kredit tersebut sehingga tujuan ataupun manfaat
kredit tanpa agunan dapat berjalan. Dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku seperti Undang-Undang Perbankan, pemberian kredit tanpa
agunan dapat direalisasikan, sebab perundang-undangan yang berlaku
sekarang lebih menganut kepada jaminan yang bersifat non fisik, artinya
bahwa pemberian kredit dapat dilakukan oleh bank, apabila bank
mempunyai keyakinan terhadap debitornya atas kemampuan dan
kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan (Muhammad Djumhana, 2000 :381-382).
Kredit tanpa agunan mengandung lebih banyak risiko, sehingga
dengan demikian berlaku bahwa semua harta kekayaan debitor baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang akan
ada kemudian seluruhnya menjadi jaminan pemenuhan pembayaran hutang
(Muhammad Djumhana, 2000 : 382). Walaupun telah berlaku bahwa harta
kekayaan debitor baik bergerak maupun tidak bergerak seluruhnya menjadi
jaminan pemenuhan pembayaran hutang, namun risiko yang ada dalam
pemberian kredit tanpa agunan membuat bank harus berhati-hati dalam
melaksanakan pemberian kredit sebagaimana sebab dari risiko kredit harus
di pikul oleh bank. Risiko kredit menurut Shelagh Heffernan dalam bukunya
“Modern Banking in Theory And Practice bahwa :
Credit risk is the risk that an asset or a loan becomes irrecoverable
in the case of outright default, or the risk of delay in the servicing
of the loan (Shelagh Heffernan, 1996 : 165).
Dari adanya pengertian risiko kredit menurut Sellagh Heffernan di
atas dapat diterjemahkan bahwa risiko kredit adalah risiko bahwa asset atau
pinjaman menjadi tidak dapat diganti apabila kredit tersebut tidak dapat
dibayar, atau terjadi risiko keterlambatan dalam pembayaran pinjaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Apalagi dengan tidak adanya jaminan dalam pemberian kredit tanpa agunan,
yang tentunya membuat risiko kredit sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sellagh Heffernan menjadi lebih besar.
Salah satu produk Kredit Tanpa Agunan yaitu Kredit Usaha Rakyat
Tanpa Agunan sebagaimana yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu unit di
bawah naungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta. Adapun pengertian dari Kredit Usaha Rakyat seperti yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008
tentang Fasilitas Peminjaman Kredit Usaha Rakyat sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2009
Kredit Usaha Rakyat adalah “Kredit atau pembiayaan kepada UMKM-K
(Usaha Mikro, Kecil, Menengah-Koperasi) dalam bentuk pemberian modal
kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha
produktif.”
Landasan operasional Kredit Usaha Rakyat adalah Inpres No.5
tahun 2008 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro Kredit
Menegah) dan Nota Kesepahaman Bersama antara Departemen Teknis,
Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9
Oktober 2007. KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah
proyek yang dibiayai. Namun karena agunan tambahan yang dimiliki oleh
UMKM pada umumnya kurang, maka sebagian di-cover dengan program
penjaminan. Besarnya coverage penjaminan maksimal 70 % dari plafon
kredit.
b. Dasar Hukum Kredit Tanpa Agunan
Bahwa dasar hukum dari diadakannya Kredit Tanpa Agunan, yaitu :
1) Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Ketentuan dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menyatakan bahwa segala kebendaan debitor baik yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
maupun yang akan ada baik bergerak maupun yang tidak bergerak
merupakan jaminan terhadap pelunasan hutang yang dibuatnya.
Sedangkan ketentuan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan bahwa harta kekayaan debitor menjadi jaminan secara
bersama-sama bagi semua kreditor yang memberikan hutang kepadanya.
Hubungan antara Pasal 1131 dan Pasal 1132 dengan pengaturan
mengenai Kredit Tanpa Agunan yaitu ada pada ketentuan hukumnya
sebagai hukum pelengkap (anvulled rechts) yang berarti bahwa para
pihak yang berkepentingan diberikan keluasaan untuk mengatur
hubungan hukum yang terjadi di antara mereka (Ika Atikah,2010 :2).
Pada saat terjadinya perjanjian, perjanjian kredit merupakan
perjanjian pokok sedangkan perjanjian mengenai jaminannya adalah
perjanjian tambahan (accessoir), bahwa di dalam perjanjian accessoir
yang harus dipenuhi yaitu isi perjanjian accessoir tidak boleh melampaui
perjanjian pokoknya, isi perjanjian accessoir tidak boleh bertentangan
dengan perjanjian pokoknya dan tidak akan ada perjanjian accessoir
tanpa perjanjian pokoknya. Apabila suatu saat terjadi sengketa pada
perjanjian kredit tersebut, tentunya ditilik dulu dari perjanjian pokoknya,
bahwa memang pemberian kredit disini tanpa agunan sehingga pada saat
terjadi suatu sengketa apabila debitor tidak dapat memenuhi
kewajibannya, maka seluruh harta kekayaan debitor yang ada di dalam
ketentuan Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
akan menjadi jaminan bagi pelunasan hutang debitor, di sinilah yang
dinamakan sebagai jaminan adalah perjanjian accessoir yang bersifat
tambahan atau ikutan, sehingga bagi kredit tanpa agunan berlakulah
Pasal 1131 dan Pasal 1132 sebagai dasar hukumnya.
2) Adanya kelonggaran pengertian agunan dalam Pasal 4 Undang-Undang
Perbankan sebagaimana agunan yaitu adalah jaminan tambahan yang
diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian
fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Pasal 8 angka 1 Undang-Undang Perbankan yang berisi bahwa dalam
memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank
Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam
atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor yang
melunasi hutangnya. Melunasi hutang yang dimaksud sesuai dengan
yang diperjanjikan. Dahulu, jaminan tambahan seakan-akan harus ada
padahal ketentuan dalam perundang-undangan tidak mensyaratkan
demikian, sehingga jaminan pada kredit tanpa agunan hanya didasarkan
kepercayaan terhadap prospek usaha dan kejujuran debitor.
4) Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap ekonomi mikro yang
diimplementasikan dalam Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 2001
jo. Nomor 8 Tahun 2002 jo. Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Komite
Penanggulangan Kemiskinan, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003
Tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah Berakhirnya
Program Kerjasama Dengan International Moneteray Fund.
c. Proses Pemberian Kredit Tanpa Agunan
Menurut Hermansyah pada dasarnya pemberian kredit oleh bank
kepada nasabah debitor berpedoman kepada 2 prinsip, yaitu (Hermansyah,
2005:65-66) :
1) Prinsip kepercayaan
Pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitor selalu
didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa
kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitor sesuai dengan
peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya bahwa nasabah debitor
yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
2) Prinsip Kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian diwujudkan dalam bentuk penerapan
secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
oleh bank yang bersangkutan (Hermansyah, 2008:65-66). Dasar hukum
bank menyalurkan kredit ada pada Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-
Undang Perbankan yang di dalam ketentuan tersebut juga mengandung
dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip tersebut di
implementasikan dengan adanya pedoman formula 4P dan formula 5C
seperti yang dikemukakan oleh Hermansyah, sebagai berikut
(Hermansyah, 2005: 63-65) :
Formula 4P dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Personality
Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap
mengenai kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai
riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan dalam
masyarakat, dan lain-lain.
b) Purpose
Selain mengenai kepribadian (personality) dari pemohon
kredit, bank juga harus mencari data tentang tujuan atau penggunaan
kredit tersebut sesuai line of bussines kredit bank yang bersangkutan.
c) Prospect
Bank harus melakukan analisis secara cemat dan mendalam
tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit.
Misalnya, apakah usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit
mempunyai prospek dikemudian hari ditinjau dari aspek ekonomi dan
kebutuhan masyarakat.
d) Payment
Adanya penyaluran kredit, maka bank harus mengetahui
dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk
melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang
ditentukan.
Formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Character
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Calon nasabah debitor memiliki watak, moral, dan sifat-sifat
pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon
nasabah debitor untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan
usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat
hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.
b) Capacity
Capacity adalah kemampuan calon nasabah debitor untuk
mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa
depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan
memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi
hutang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah
ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dilakukan dengan berbagai
pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian
terhadap keadaan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas (cash flow)
usaha dari beberapa tahun terakhir. Melalui pendekatan ini, tentu
dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas, dan
rentabilitas usaha serta tingkat risikonya. Pada umumnya untuk
menilai kapasitas seseorang didasarkan pada pengalamannya dalam
dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah
debitor, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam
melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya.
c) Capital
Bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap
modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidak
semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih
difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh
pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat
berjalan secara efektif.
d) Collateral
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian
kredit yang merupakan sarana pengaman (back up) atas risiko yang
mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitor dikemudian hari,
misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu
melunasi sisa utang kredit baik utang maupun pokok bunganya.
e) Condition of Economy
Kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha
pemohon kredit usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian
dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang
diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut dalam pemberian kredit
oleh bank.
Setelah melakukan pemeriksaan dengan berpedoman pada formula
4P dan 5C dalam melakukan pemberian kredit bank dilakukan adanya
proses ataupun tahapan penerimaan kredit. Tahapan-tahapan tersebut
merupakan suatu proses baku yang berlaku bagi setiap debitor yang
membutuhkan kredit bank.
Menurut Hermansyah dalam bukunya “Hukum Perbankan di
Indonesia” proses pemberian kredit oleh bank secara umum dijelaskan
sebagai berikut ini (Hermansyah, 2005:68-69) :
1) Pengajuan permohonan/Aplikasi kredit
Pengajuan permohonan/aplikasi kredit oleh perusahaan sekurang-
kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :
a) Profil perusahaan beserta pengurusnya.
b) Tujuan dan manfaat kredit.
c) Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit.
d) Cara pengembalian kredit.
e) Agunan atau jaminan kredit.
Permohonan/Aplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan dokumen-
dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a) Akta pendirian perusahaan.
b) Identitas (KTP) para pengurus.
c) Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e) Neraca dan Laporan Rugi Laba 3 (tiga) tahun terakhir.
f) Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan.
Permohonan/Aplikasi kredit bagi perseorangan adalah sebagai berikut:
a) Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank.
b) Tujuan dan manfaat kredit.
c) Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit.
d) Cara pengembalian kredit.
e) Agunan atau jaminan kredit ( kalau diperlukan ).
Permohonan/Aplikasi tersebut dilengkapi dengan melampirkan semua
dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu :
a) Fotokopi identitas (KTP) yang bersangkutan.
b) Kartu Keluarga (KK).
c) Slip gaji yang bersangkutan.
d) Penelitian Berkas Kredit
Setelah permohonan berkas tersebut diterima oleh bank, maka bank
akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas
aplikasi kredit yang diajukan. Apabila dari hasil yang dilakukan itu, bank
berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah lengkap dan memenuhi
syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjutnya yaitu penilaian
kelayakan kredit.
2) Penilaian Kelayakan Kredit (Studi Kelayakan Kredit)
Penilaian terhadap kelayakan kredit dilakukan melalui penilaian
terhadap beberapa aspek, yaitu (Hermansyah,2005:69-70) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
a) Aspek Hukum
Penilaian kelayakan kredit dilihat dari aspek hukum adalah penilaian-
penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang
diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian terhadap dokumen-dokumen
tersebut dilakukan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang untuk
itu.
b) Aspek pasar dan pemasaran
Penilaian pada aspek ini dilihat dari prospek usaha yang dijalankan
oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan akan datang.
c) Aspek Keuangan
Penilaian aspek ini dilakukan dengan menggunakan melakukan
analisis keuangan yaitu aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari
laporan keuangan yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi
yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.
d) Aspek Teknik/Operasional
Penilaian dilakukan dari aspek teknis atau operasional dari perusahaan
yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi tempat
usaha, kondisi gedung beserta sarana, dan prasarana pendukung
lainnya.
e) Aspek Manajemen
Penilaian terhadap aspek manajemen adalah untuk menilai
pengalaman dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola
kegiatan usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung
kegiatan usaha tersebut.
f) Aspek Sosial Ekonomi
Penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh
perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi masyarakat baik
secara ekonomis maupun sosial.
g) Aspek AMDAL
Penilaian terhadap aspek AMDAL sangat penting karena merupakan
salah satu pernyataan pokok untuk dapat beroperasinya perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan
pasti mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air, maupun
udara.
3. Tinjauan tentang Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit
a. Pengertian Efektifitas Hukum
Menurut Lawrence M. Friedmen dalam bukunya yang berjudul
“Law and Society”, sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto dan
Abdullah Musatafa, efektif atau tidaknya suatu perundang-undangan sangat
dipengaruhi oleh tiga faktor, yang kita kenal sebagai efektivitas hukum,
dimana ketiga faktor tersebut adalah (Soerjono Soekamto dan Abdullah
Musatafa, 1982 :13-16) :
1) Substansi Hukum
Substansi hukum yang dimaksud adalah inti dari undang-undang
itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi substansi hukum menyangkut
masalah umum seperti :
a) Apakah suatu peraturan ini cukup sistematis
b) Apakah peraturan tersebut cukup sinkron
c) Apakah secara kuantitatif dan kualitatif peraturan sudah cukup.
d) Apakah penerbitan peraturan itu sesuai dengan persyaratan yuridis.
2) Struktur Hukum
Struktur hukum adalah para penegak hukumnya. Faktor yang
dapat mempengaruhi struktur hukum dapat menyangkut, hal seperti
berikut ini:
a) Faktor penegak hukum
Kalau peraturan sudah baik, akan tetapi kualitas petugas kurang baik,
maka akan ada masalah. Didalam penegakan hukum, maka mungkin
sekali petugas menghadapi masalah-masalah sebagai berikut :
(1) Sampai sejauh mana petugas terikat oleh peraturan.
(2) Sampai batas-batas manakah petugas diperkenankan memberikan
kebijaksanaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
(3) Teladan macam apakah yang diberikan oleh petugas kepada
masyarakat.
b) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
Tersedianya sarana atau fasilitas yang dapat menunjang penegakan
hukum agar dapat berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas
antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan
keuangan yang cukup. Sarana dan fasilitas mempunyai peranan yang
sangat penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau
fasilitas tersebut, tidak mungkin penegakan hukum menyerasikan
peranan yang seharusnya dengan peranan yang akurat.
c) Faktor masyarakat
Faktor yang menentukan efektif atau tidaknya hukum tertulis atau
hukum dimasyarakat adalah penegakan hukum yang berasal dari
masyarakat itu sendiri, dan bertujuan mencapai kedamaian di dalam
masyarakat itu sendiri. Hukum baik sebagai kaidah maupun perilaku,
mempunyai tujuan agar kehidupan manusia dalam masyarakat
berlangsung dengan damai. Kedamaian tersebut hendak dicapai
dengan mengusahakan agar hukum dipatuhi. Tetapi dalam
kenyataannya bukan kepatuhan yang senantiasa menjadi akibat
diperlukan hukum-hukum tertentu. Ada kemungkinan bahwa hukum-
hukum tertentu malahan mengakibatkan terjadinya perilaku yang
bertentangan dengan hukum yang berlaku atau perilaku yang sama
sekali mengacuhkan hukum yang berlaku. Kepatuhan atau
ketidaktaatan terhadap hukum bukan merupakan akibat langsung dari
hukum itu sendiri, akan tetapi merupakan akibat dari taraf kesadaran
hukum tertentu.
3) Budaya Hukum
Budaya hukum disini adalah bagaimana sikap masyarakat
hukum ditempat hukum itu dijalankan. Apabila kesadaran masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dapat diterapkan, maka
masyarakat akan menjadi faktor pendukung, namun bila masyarakat tidak
mau mematuhi peraturan yang ada, maka masyarakat akan menjadi
faktor penghambat utama dalam penegakan peraturan yang dimaksud.
b. Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit
Berdasarkan faktor-faktor efektifitas hukum di atas bila dihubungkan
dengan efektifitas hukum perjanjian kredit yaitu, sebagai berikut :
1) Substansi hukum
Substansi hukum dikaitkan dengan perjanjian kredit terletak
pada isi dari perjanjian kredit itu sendiri atau subtansi perjanjian kredit.
Efektifitas hukum perjanjian kredit yang terjadi yaitu perjanjian tersebut
dipaksakan atau tidak, dapat dinilai dari substansi perjanjian kredit itu
sendiri. Bagi perjanjian yang dipaksakan maka akan berdampak jika
salah satu pihak yang menjalankan perjanjian berat sebelah apabila tidak
dilakukan berdasarkan kesepakatan (tidak adil). Oleh sebab itu substansi
dalam perjanjian kredit harus mempunyai kedudukan yang seimbang.
Namun, dalam praktiknya masih banyak ditemukan model
kontrak standar (kontrak baku) yang cenderung dianggap berat sebelah,
tidak seimbang, dan tidak adil. Apabila suatu perjanjian berat sebelah
maka pihak yang lemah posisinya hanya sekedar menerima segala isi
kontrak dengan terpaksa (taken for granted), sebab bila ia mencoba
menawar dengan alternatif lain kemungkinan besar akan menerima
konsekuensi kehilangan apa yang dibutuhkan. Sebagai contoh terdapat
klausul yang membebaskan bank dari kerugian nasabah sebagai akibat
tindakan bank (Agus Yudha Hernoko, 2008 : 2-3).
Oleh sebab itu agar hukum perjanjian kredit dapat memberikan
dampak yang baik terhadap para pihak dan tidak ada paksaan maka para
pihak harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Memenuhi syarat-syarat sahnya kontrak;
b) Untuk mencapai tujuan para pihak, kontrak harus mempunyai causa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
c) Tidak mengandung causa palsu atau dilarang undang-undang;
d) Tidak bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan, kesusilaan, dan
ketertiban umum;
e) Harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Dengan demikian apabila substansi hukum dalam perjanjian
kredit dilaksanakan dengan baik harus memenuhi syarat-syarat sahnya
perjanjian, tujuan dari perjanjian tersebut mengandung hal yang baik
serta tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan, tidak
bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan, kesusilaan, dan ketertiban
umum, dan dilaksanakan dengan itikad baik tidak mementingkan
kepentingan salah satu pihak, maka perjanjian tersebut akan efektif dan
ditaati semua pihak.
2) Struktur hukum
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka struktur hukum yang
dimaksudkan yaitu mengenai sarana dan prasarana yang mendukung
terjadinya suatu perjanjian kredit. Berdasarkan struktur hukumnya suatu
perjanjian kredit akan baik apabila didukung oleh penegak hukum yang
baik, sarana atau fasilitas yang medukung penegakan hukum, dan juga
karena faktor dalam masyarakat itu sendiri. Sarana yang baik dalam suatu
perjanjian kredit apabila perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak yang
telah cakap secara hukum atau dapat melakukan perbuatan hukum
sehingga hukum perjanjian kredit dapat berlaku efektif sehingga yang
dimaksudkan dengan penegak hukum dalam perjanjian kredit yaitu para
pihak itu sendiri. Sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata bahwa perjanjian yang sah akan berlaku sebagai Undang-
Undang bagi para pihak (partijen). Dengan demikian struktur hukum
dalam perjanjian akan berlaku baik apabila di dukung juga oleh para
pihak yang dapat memenuhi ketentuan dalam perjanjian dan juga
memenuhi sarana yang baik sebagai contoh yaitu apabila para pihak telah
cakap secara hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3) Budaya hukum
Budaya hukum yang dapat mempengaruhi efektifitas hukum
perjanjian kredit yaitu berasal dari culture masyarakat hukumnya. Sikap
masyarakat dalam kesadaran untuk mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan dapat berpengaruh pada efektifitas hukum perjanjian kredit,
sehingga apabila suatu masyarakat dapat mematuhi perturan yang telah
ditetapkan, maka masyarakat dapat menjadi faktor pendukung yang baik
terhadap suatu penyelenggaraan hukum perjanjian kredit. Namun
sebaliknya apabila budaya masyarakat itu buruk maka tidak akan
mendukung efektifitas peraturan yang ada atau efektifitas perjanjian
kredit yang ada.
Sebagai contoh yaitu dalam kebiasaan masyarakat terdapat
kebiasaan menyumbang dan ketika dia mendapatkan pinjaman dari bank
dengan tujuan untuk memperluas usahanya dan di sisi lain dia harus
menyumbang tetangganya namun dia tidak mempunyai uang maka
pinjaman dari bank itu akan beralih tujuan menjadi bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan konsumtif, dikarenakan doktrin yang ada selama
ini dalam masyarakat apabila tidak nyumbang maka “ewuh” dengan
tetangganya atau kebiasaan seseorang yang jika sudah memegang uang
langsung di pakai untuk hal-hal lain di luar kepentingannya sendiri.
Sedangkan suatu tindakan dapat dikatakan dimaklumi apabila dalam
keadaan yang overmacht, seperti dalam hal seseorang debitor yang belum
dapat melunasi hutangnya dikarenakan dia mengalami musibah
kebakaran rumah sehingga pembayaran kredit pun menjadi macet maka
dalam keadaan demikian secara hukum dan dapat diberikan kelonggaran
oleh pihak bank apabila terjadi overmacht bukan karena hal-hal seperti
“ewuh” apabila tidak menyumbang dan lain sebagainya.
Dengan demikian maka dapat ditarik adanya suatu benang
merah jika efektifitas hukum perjanjian kredit dapat berlaku dengan baik
apabila di dukung oleh adanya budaya hukum serta budaya masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
yang baik pula dan efektifitas hukum perjanjian kredit dapat dipengaruhi
oleh adanya budaya masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
B.Kerangka Pemikiran
Gambar II. Kerangka Pemikiran
UU No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun
1998 Tentang Perubahan Atas UU .No7 Tahun 1992
Tentang Perbankan
Kegiatan Bank
Menghimpun dana dari
masyarakat
Menyalurkan dana
kepada masyarakat
Dalam bentuk kredit
Tanpa Agunan Dengan Agunan
Pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan oleh
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Slamet Riyadi Surakarta
Permasalahan dan solusi yang timbul pada
pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan
pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta
Pembangunan Nasional
Bank sebagai Financial Intermediare
Memajukan kesejahteraan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keterangan Bagan :
Pembangunan nasional ke arah yang lebih baik dapat memajukan
kesejahteraan masyarakat. Dengan terciptanya kesejahteraan masyarakat tentunya
akan menjadikan harmonisasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah,
ataupun masyarakat sebagai individu yang satu dengan yang lainnya.
Pemerintah mengambil bagian dalam pemajuan kesejahteraan masyarakat
dengan adanya Bank sebagai Financial Intermediare yaitu dalam perantara
kebijakan antara pemerintah dengan masyarakat tentunya di bidang perekonomian
dan juga perantara antara pihak yang kelebihan uang dengan pihak yang
membutuhkan uang. Mengenai bank sebagai Financial intermediare ada di dalam
ketentuan Undang-Undang Perbankan. Di dalam peraturan tersebut selain diatur
mengenai fungsi bank sebagai lembaga Financial intermediare juga diatur
mengenai tugas, kewenangan, maupun kegiatan yang dapat dilakukan oleh
perbankan. Kegiatan perbankan yaitu mengimpun dana dari masyarakat yang
kelebihan dana dan menyalurkan dana kepada orang yang membutuhkan dana.
Penyaluran dana perbankan dapat dilakukan dengan banyak cara, namun
penyaluran utama perbankan adalah dalam bentuk kredit. Kredit menurut
agunannya dibagi atas dua jenis yaitu kredit tanpa agunan dan kredit dengan
agunan.
Kredit tanpa agunan merupakan pemberian kredit berdasarkan
kepercayaan terhadap diri calon debitor itu sendiri. Pemberian kredit tanpa agunan
dilakukan dengan sangat selektif untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-
Undang Perbankan maka bank wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian
apapun alasannya.
Oleh sebab itu perbankan harus selektif dalam pemberian kredit,
dikarenakan kredit tanpa agunan di satu sisi sangat berbahaya dengan tidak
adanya jaminan pada pelaksanaan kredit tersebut. Disisi lain adanya kredit tanpa
agunan merupakan salah satu program pemerintah untuk membantu usaha
masyarakat yang membutuhkan modal tetapi tidak mempunyai agunan sebagai
untuk modal yang dipinjamnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan adanya konsep pemikiran seperti tersebut di atas pada
implementasinya dalam suatu pelaksanaan pemberian kredit pastilah terdapat
permasalahan. Oleh sebab itu solusi dari berbagai pihak dapat menjadi jalan
keluar yang dapat diambil dari adanya permasalahan pada pelaksanaan Kredit
Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta. Penulisan ini dikaitkan antara pelaksanaan pemberian Kredit
Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta, permasalahan dan solusi pada pelaksanaan pemberian kredit
tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta, sehingga diharapkan dengan adanya keterkaitan ini dapat terjadi
pelaksanaan dalam pemberian kredit yang lebih baik ke depannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi singkat PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk.
1. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Visi dan Misi yang baik selalu didukung oleh penyusunan tatanan
sumber daya manusia (SDM) yang baik dan strategi manajemen SDM yang
baik pula. Maka PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. pun membuat
adanya visi dan misi dalam instansinya. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. yaitu :
a. Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara umum
Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan
kepuasan nasabah.
b. Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. secara umum
1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil, dan
menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat;
2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan
kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia
yang profesional dengan melaksanakan praktek (Good Corporate
Governance);
3) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-
pihak yang berkepentingan.
c. Visi Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
Menjadi mitra manajemen dan pekerja dalam rangka
membentuk sumber daya manusia BRI yang profesional, produktif, dan
sejahtera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d. Misi PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk mencapai visi
manajemen SDM
1) Membangun kompetensi pekerja melalui mekanisme
pengembangan kompetensi dan perencanaan karir yang terintegrasi
dan komprehensif sesuai tuntutan bisnis;
2) Membangun lingkungan kerja yang kondusif dan kompetitif bagi
pekerja untuk mendorong kinerja terbaik melalui manajemen
kinerja yang adil dan obyektif;
3) Mendukung tercapainya pekerja yang sejahtera melalui penerapan
sistem imbal jasa yang adil dan transparan.
2. Susunan Organisasi PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang
Slamet Riyadi Surakarta dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta
Organisasi merupakan alat dan wadah dari sekelompok orang yang
bekerjasama dalam melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan.
Jika organisasi baik dan benar, tujuan yang optimal relatif akan lebih mudah
dicapai (Malayu S.P. Hasibuan, 2005 :46). Oleh karena organisasi
merupakan suatu hal penting bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk., maka dibentuklah susunan organisasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta. Adapun susunan
organisasinya, sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
STRUKTUR ORGANISASI
KANCA BRI SOLO SLAMET RIYADI
POSISI JANUARI 2012
NB : Berdasarkan SK JBR dan JBM terakhir
ASS. SALES MANAGER
1.
2.
2.
SUPV. PENUNJANG OPS
ASS. MANAJER OPERASIONAL
PEMIMPIN CABANG
1.
SUPV. LAYANAN KAS
CLEANING SERVICE/PT. BKS
8.
7.
6.
5.
4.
3.
5.
4.
3.
PELAKSANA TKK
3.
2.
1.
PELAKSANA TELLER
6.
AO BRIGUNA
4.
3. 1.
AO KOMERSIAL
10.
9.
8.
7.
6.
9.
s/d
1.
5.
2.
1.
SALES PERSON SKK
AO KONSUMER
SALES PERSON PEMASARAN
FUNDING OFFICER
1.
1.
2.
1.
2.
1.
1.
2.
AO PROGRAM
MANAGER PEMASARAN
PRAMUBAKTI/PKSS
SATPAM/PKSS
PELAKSANA ADK BRIGUNA
PELAKSANA ADK KONSUMER
1.
1.
4.
3.
2.
1.
PELAKSANA ADK KOMERSIAL
SUPV. PENUNJANG BISNIS
3.
2.
1.
TEHNISI/PT. BKS
2.
1.
2.
1.
6.
5.
1.
SOPIR/PKSS
PELAKSANA QA
5.
4.
3.
2.
PELAKSANA ADM UNIT
2.
1.
PELAKSANA IT dan E-CHANNEL
2.
1.
PELAKSANA LAYANAN
CUSTOMER SERVICE
PELAKSANA LOGISTIK
2.
1.
5.
4.
3.
2.
PELAKSANA ADM. DJS & REKONS
1.
2.
3.
3.
4.
5.
4.
PELAKSANA KLIRING
PENILIK
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Lampiran : Surat Kanca BRI Solo Slamet Riyadi
Nomor: B. /KC-VII/SDM/11/2011 Tgl. -11-2011
1. ASS. MANAJER BISNIS MIKRO
1.
2.
PELAKSANA SEKRETARIAT & SDM
SUPV. LAYANAN OPS
( Surat KP BRI No : B.303-JBR/KJR/04/2010, Tanggal 23-04-2010 )
Surakarta, 09 Februari 2012
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk
KANTOR CABANG SOLO SLAMET RIYADI
Pinca
Waryanto Hadi Susilo
23 BRI UNIT
12 TERAS
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi
Surakarta Tahun 2012
Gambar III. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Slamet Riyadi Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
Tahun 2012
Gambar IV. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta
Adapun biodata pegawai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk memperjelas struktur organisasi di atas,
sebagai berikut:
Tabel 1. Biodata Pegawai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta Bulan Juni 2012
NO NAMA ALAMAT TEMPAT, TGL LAHIR PENDIDIKAN JABATAN
1 M. Aris Munandar Karangasem 1/3 Laweyan Semarang, 11 Desember 1971 S1 Ekonomi Manajemen Ka Unit
2 Herwati Jl Seruni No.124 2/9 Purwosari Surakarta, 06 Mei 1965 S1 Ekonomi Mantri
3 Rolis Ebta A Aspol Panularan 5/7 Laweyan Surakarta, 09 April 1986 S1 Ekonomi Mantri
4 Arif Sujiwo Jatu Permai, Gentan Surakarta, 03 Agustus 1977 S1 Hukum Mantri
5 Ade Yusdiyanto Jatirejo 3/9 Wonoboyo Wonogiri Wonogiri, 03 September 1983 S1 Ekonomi Manajemen Mantri KUR
6 Erhiena Mayndrayani Jl Panembahan 41 Penumping Yogyakarta, 23 mei 1978 SMA Teller
7 Cetra Wulandari Candi 5 Gemolong Sragen Surakarta, 15 Maret 1985 S1 Ekonomi Teller
8 Angi F Jl Kawung No.15 Premulung Surakarta, 11 Oktober 1986 S1 Ekonomi Teller
9 Havid Wirun 1/6 Mojolaban Sukoharjo, 24 Agustus 1986 S1 Ekonomi Cs
10 Panca Sumber 4/6 Banjarsari Surakarta, 18 Juni 1990 D3 Ekonomi Cs
11 Siti R Jl Gajah Mada I No.245 4/7 Grobogan, 31 maret 1988 D3 Ekonomi Cs
12 Yadi Tawangmangu Kalisongo Sukoharjo, 23 Juni 1984 SMK Satpam
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
Tahun 2012
KEPALA UNIT
MANTRI/ AO
KREDIT
CUSTOMER
SERVICE
TELLER
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Tugas, Fungsi dan Wewenang masing-masing organ pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk.
a. Kepala BRI Unit
Adapun tugas dan tanggungjawab Kepala Unit PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk, sebagai berikut :
1) Bertanggungjawab atas semua opersional di BRI Unit;
2) Sebagai pengawas penuh terhadap operasional BRI Unit;
3) Pemegang pasword BRI Unit;
4) Memegang wewenang putusan pinjaman dan simpanan sesuai dengan
SK ketetapan dari kantor cabang;
5) Bertanggungjawab atas proses data di BRI Unit;
6) Bertanggungjawab atas pekerja BRI Unit itu sendiri.
b. Mantri
Adapun tugas dan tanggungjawab Mantri PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. sebagai berikut :
1) Memproses/pemerkasa pinjaman;
2) Sebagai tenaga marketing produk-produk BRI Unit;
3) Bertanggungjawab terhadap proses pinjaman;
4) Bertanggungjawab terhadap jaminan;
5) Bertanggungjawab terhadap tunggakan-tunggakan yang terjadi akibat
keterlambatan nasabah membayar pinjaman;
6) Bertanggungjawab terhadap proses keaslian pinjaman dan pengecekan
jaminan.
c. Customer Service
Adapun tugas dan tanggungjawab customer service PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebagai berikut :
1) Memberikan informasi kepada nasabah/calon nasabah mengenai
produk BRI guna menunjang pemasaran produk BRI;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2) Memberikan informasi saldo pinjaman, transfer maupun pinjaman
bagi nasabah yang memerlukan guna memberikan pelayanan yang
memuaskan kepada nasabah;
3) Melayani permintaan salinan Rekening Koran bagi nasabah yang
memerlukan (diluar pengiriman secara rutin setiap awal bulan) guna
memberikan pelayanan yang memuaskan nasbah;
4) Memberikan pelayanan khusus kepada nasabah inti yang memerlukan
(seperti mengantarkan atau menjemput uang ke tempat tinggal/usaha
nasabah) guna memberikan pelayanan yang memuaskan nasabah;
5) Membantu nasabah yang memerlukan pengisian aplikasi dana maupun
jasa BRI guna memberikan pelayanan yang memuaskan nasabah;
6) Menerima dan menginventarisasi keluhan-keluhan nasabah untuk
diteruskan kepada pejabat yang berwenang guna memberikan
pelayanan yang memuaskan nasabah;
7) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasan
dalam rangka menunjang kepentingan bisnis dan operasional BRI
Unit.
Adapun wewenang customer service PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk., yaitu :
Memberikan informasi saldo simpanan maupun pinjaman bagi nasabah
yang memerlukan.
d. Teller
Adapun tugas dan tanggungjawab teller PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk., yaitu :
1) Melakukan tambahan kas agar kelancaran pelayanan kepada nasabah
dapat berjalan dengan baik dan memuaskan;
2) Menerima uang setoran dari nasabah dan mencocokkan dengan
tanda setoran guna memastikan kebenaran transaksi dan keaslian
uang yang diterima;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3) Memastikan membayar uang kepada nasabah yang berhak untuk
menghindari kesalahan yang merugikan;
4) Meneliti keabsahan bukti kas yang diterima guna memastikan
kebenaran keamanan transaksi;
5) Mengelola dan menyetorkan fisik kas kepada Supervisior/AMO baik
selama jam pelayanan kas maupun akhir hari agar keamanan kas
dapat terjaga;
6) Melakukan pergeseran kas antar kas Teller yang memerlukan demi
kelancaran pelayanan;
7) Membayar biaya-biaya utang, realisasi kredit dan transaksi lainya,
yang kuitansinya telah disahkan oleh pejabat yang berwenang guna
kelancaran operasional;
8) Melayani ternsaksi jual beli Bank Note (uang kertas asing) agar
pelayanan kepada nasabah berjalan dengan baik;
9) Menerima dan meneliti keabsahan tanda setoran dan warkat kliring
penyerahan dari nasabah guna memstikan kebenaran dan keamanan
transaksi;
10) Melakukan tugas-tugas kedinasan lain sesuai dengan instruksi dari
atasan dalam rangka menunjang kepentingan bisnis dan perasional;
11) Membukukan transaksi Open Branch, kliring sesuai dengan
ketentuan yang berlaku guna memastikan kebenaran dan keamanan
teransaksi.
Adapun wewenang teller PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk., yaitu :
1) Melaksanakan fungsi Checker atas transaksi diatas kewenangannya;
2) Mengesahkan dalam sistem dan menandatangani bukti kas atas
transaksi pembayaran tunai yang ada dalam batas wewenangnya;
3) Melakukan entry pembukuan Open Branch ke dalam sistem;
4) Memelihara sarana/prasarana yang berkaitan dengan bidang tugasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4. Produk dan Jasa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta
Adapun produk dan jasa PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Cabang Slamet Riyadi Surakarta secara garis besar terdiri atas simpanan,
pinjaman, dan produk jasa bank lainnya.
a. Produk simpanan terdiri dari :
1) GiroBRI Rupiah
Yaitu simpanan pihak ketiga dalam mata uang rupiah yang
penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan
warkat cek/bilyet giro atau surat perintah penarikan lainnya, setoran
awal pada Giro BRI rupiah senilai Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
2) GiroBRI Valas
Merupakan simpanan dalam valuta asing pihak ketiga pada BRI yang
setiap saat dapat diambil alih oleh pemegang rekening yang
bersangkutan.
3) Tabungan Britama
Britama adalah bentuk tabungan yang dilayani di kantor cabang BRI
dan BRI Unit yang dilengkapi dengan kartu ATM yang sudah online
di seluruh Indonesia. Pada tabungan Britama penyetoran dan
pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi maupun jumlahnya
selama saldo mencukupi, setoran awal Tabungan Britama adalah Rp
250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah).
4) Britama Dollar
Britama Dollar merupakan simpanan dalam mata uang US Dollar
yang penyetoran dan pengembaliannya tidak dibatasi baik frekuensi
maupun jumlahnya.
5) Tabungan Simpedes BRI
Simpedes merupakan simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan
yang penyetoran dan pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi
maupun jumlahnya selama saldonya mencukupi, setoran awal pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
tabungan simpedes BRI yaitu senilai Rp 100.000,- (seratus ribu
rupiah).
6) Deposito BRI
Deposito BRI adalah simpanan berjangka dalam mata uang rupiah
yang dikeluarkan oleh BRI dimana penarikannya hanya dapat
dilakukan jangka waktu tertentu, setoran minimal pada deposito BRI
senilai Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
7) Deposito BRI Valas
Deposito BRI Valas adalah simpanan pihak ketiga berupa deposito
dalam mata uang asing yang hanya dapat diambil setelah jangka
waktu tertentu sebagaimana telah diperjanjikan antara deposan dengan
BRI.
8) Tabungan Haji BRI
Tabungan Haji BRI adalah tabungan yang diperuntukan bagi
perorangan guna mempersiapkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(BPIH).
9) Save Deposit Box
Save Deposit Box adalah kotak yang terbuat dari logam bermutu tinggi
yang dilengkapi dengan kunci berpengaman ganda dan ditempatkan di
ruang khasanah untuk lebih menjaga keamanannya.
b. Produk pinjaman terdiri dari :
1) Kredit Pensiun ( Kresun BRI)
Kresun BRI merupakan salah satu bentuk kredit yang diberikan
kepada para pensiunan dari instansi pemerintahan, BUMN, BUMD,
TNI, ataupun POLRI.
2) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) BRI
Adalah fasilitas kredit yang diberikan Bank BRI untuk pembelian
rumah, pembangunan rumah maupun renovasi rumah, untuk
mewujudkan rumah idaman dengan mudah, cepat, dan terjangkau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
3) Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) BRI
Adalah kredit yang diberikan BRI untuk pembelian kendaraan
bermotor baik baru maupun bekas. KKR BRI bertujuan untuk
menghadirkan kemudahan mewujudkan rencana memiliki kendaraan
idaman.
4) Kartu Kredit BRI
5) Kredit Komersil / Kredit Usaha BRI
Kredit Komersil merupakan kredit yang diberikan kepada para
pengusaha untuk menambah modal kerja (KMK) maupun untuk
membiayai investasi yang berkaitan dengan usahanya.
6) KUPEDES (Kredit Umum Pedesaan)
Kupedes merupakan fasilitas kredit yang dilayani pada BRI unit
dengan jumlah kredit sampai dengan 50 (lima puluh) juta.
7) Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada kepada debitor
untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, misalnya untuk membeli
perumahan, kendaraan, dan sebagainya.
8) KUR Kupedes
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kupedes merupakan kredit modal kerja
dan atau investasi dengan plafond kredit secara total eksposure sampai
dengan lima juta rupiah yang diberikan kepada usaha mikro
perorangan yang melayani usaha produktif yang dilayani oleh BRI
Unit yang dimintakan penjaminan pada penjamin.
c. Produk jasa Bank lainnya, terdiri atas:
1) Transfer
Merupakan kegiatan melayani permintaan pengiriman uang yang
dilakukan melalui bank, atas permintaan nasabah bank suatu tempat
yang ditujukan untuk kepentingan seseorang atau badan yang
berdomisili di dalam wilayah operasi bank yang dituju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2) Kliring
Merupakan proses perhitungan di Lembaga Kliring atas surat-surat
berharga yang menjadi hak maupun kewajiban masing-masing bank
anggota kliring tersebut.
3) Incaso (Inkaso)
Merupakan penagihan oleh bank yang bertindak untuk dan atas nama
seseorang kepada seseorang atas dasar sesuatu hak tagihan dalam
bentuk surat berharga.
4) Money Changer
Merupakan penukaran uang yang berasal dari transaksi jual beli uang
kertas asing (UKA) dan pembelian/pengambilalihan Traveller Cheque
(TC).
5) Penerimaan Setoran PLN dan TELKOM
Pelayanan penerimaan setoran dari PLN/TELKOM atas dasar sistem
Tempat Pembayaran (Payment Point) adalah salah satu jenis layanan
jasa perbankan dalam penerimaan setoran uang langganan bulanan
listrik (PLN) dan telepon dan facsimile (TELKOM).
6) SMS Banking BRI
BRI SMS Banking 3300 merupakan salah satu layanan mobile
banking melalui layanan sms yang menawarkan kemudahan dan
kenyamanan dalam mendapatkan layanan perbankan BRI.
7) Call BRI
Call BRI 14017 atau 57987400 adalah fasilitas layanan melalui
telepon selama 24 jam yang menyediakan produk Perbankan serta
kartu kredit baik melalui mesin dengan layanan IVR (Interactive
Voice Response) maupun melalui Agent seperti CSR (Customer
Service Representative).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
B. Hasil Penelitan
1. Pelaksananaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta
Pada pelaksanaannya pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu unit
di bawah naungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta diberikan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan,
walaupun dalam pelaksanaannya ada pula Kredit Usaha Rakyat yang
menyertakan agunan, namun yang dibahas oleh penulis dalam penulisan
hukum ini yaitu kredit tanpa agunan yang salah satu produknya adalah kredit
usaha rakyat tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit
Laweyan Surakarta.
Berbeda dengan penyaluran kredit usaha rakyat dulu yaitu sejak kredit
usaha rakyat pertama kali diluncurkan sampai pertengahan tahun 2011 pada
pelaksanaannya Kredit Usaha Rakyat diberi tanpa menggunakan agunan oleh
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, namun
pada saat ini pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan jarang diberikan
demi menjamin kesehatan bank sendiri karena menyangkut masalah
pengembalian pinjaman.
Oleh sebab itu, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menarik
agunan pada produk kredit usaha rakyat dengan tujuan hanya sebagai pengikat
moral saja, tetapi tidak menutup adanya kemungkinan bahwa kredit dapat
diberikan tanpa menggunakan agunan, dikarenakan PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta tetap berprinsip pada adanya
kepercayaan pada pemberian kredit. Bagi Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan
pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
biasanya diberikan kepada calon debitor yang sudah dikenal baik oleh pihak-
pihak yang terkait pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit
Laweyan Surakarta dan mempunyai track record yang baik selama ini dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pengangsuran pinjamannya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta.
Muhammad Aris Munandar mengatakan bahwa penyaluran
Kredit Usaha Rakyat paling banyak di salurkan oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. yaitu sebanyak 75% dari keseluruhan bank
penyalur Kredit usaha Rakyat dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat
oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. pun sedikit sekali
mengalami permasalahan kredit (kredit macet). Oleh sebab itu
pemerintah memilih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
sebagai bank penyalur Kredit Usaha Rakyat satu-satunya. Apabila
masih terdapat bank yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat itu hanya
sebagian kecil saja. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berhasil karena pemberian Kredit
Usaha Rakyat oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk skala-
skala pemberiannya kecil sehingga pendekatan kredit kepada nasabah
lebih mudah dan permasalahan kredit pun lebih mudah ditangani. Hal
ini pula yang berbeda dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat pada
bank lain. (Wawancara tanggal 14 Juni 2012, pukul 16.30 WIB,
dengan Muhammad Aris Munandar selaku Kepala Unit PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).
Sebagaimana telah dituangkan oleh penulis dalam gambaran teori
Kredit Tanpa Agunan, kepercayaan merupakan dasar atau satu prinsip bagi
bank dalam menyalurkan kredit tanpa agunan, demikian pula sama halnya pada
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
kepercayaan merupakan hal terpenting dalam pemberian kredit. Kredit Usaha
Rakyat Tanpa Agunan maksimal diberikan jangka waktu peminjamannya
selama 3 tahun setelah pemberian kredit tersebut dicairkan. Bunga pinjaman
pada Kredit Usaha Rakyat baik menggunakan agunan ataupun tidak yaitu
sebesar 1,03%.
Adapun fasilitas Kredit Usaha Rakyat yang disediakan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. s/d Rp 20.000.000,- atau terbilang dua puluh
juta rupiah, sedangkan untuk Kredit Usaha Rakyat tanpa agunan diberikan s/d
Rp 5.000.000,- atau terbilang lima juta rupiah, namun adanya ketentuan ini
bukan merupakan suatu tolok ukur yang pasti, dikarenakan jumlah plafon
kredit tentunya akan berubah-ubah. Seperti yang dikemukakan oleh
Muhammad Aris Munandar bahwa tidak menutup kemungkinan seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
debitor kredit usaha rakyat tanpa agunan dapat mendapatkan pinjaman sampai
dengan Rp 20.000.000,- dikarenakan penghitungan pada pinjaman kredit usaha
rakyat tanpa agunan bersifat kumulatif, seperti yang dikemukakan oleh
Muhammad Aris Munandar bahwa :
Pemberian batas Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan tidak
hanya sampai senilai Rp 5.000.000,- saja namun pada sifatnya
pinjaman Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan bersifat kumulatif
sehingga apabila seseorang nasabah akan menambah lagi modal
usahanya sebesar Rp 5.000.000 lagi itu dapat dilakukan bahkan
sampai seluruh pinjaman debitor menjadi senilai Rp 20.000.000,-. Hal
ini dapat dilakukan apabila dalam perjalanan pembayaran
pinjamannya debitor tersebut tidak pernah menunggak atau macet
(Wawancara tanggal 09 Februari 2012, pukul 09.00 WIB, dengan
Muhammad Aris Munandar selaku Kepala Unit Bank BRI Unit
Laweyan Surakarta).
Pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan diberikan melalui
beberapa tahapan. Berdasarkan hasil penelitian penulis di Kantor PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, hasil wawancara
penulis pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 dengan Herwati selaku
Account Officer (AO) kredit, dan wawancara penulis dengan kedua debitor PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta yaitu Sulaikah
Yuli Amanah dan Tugimin, maka penulis dapat mengemukakan bahwa
pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan melalui salah satu produk Bank
Rakyat Indonesia yaitu Kredit Usaha Rakyat tanpa agunan dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
a. Tahap Permohonan Kredit
Pada tahap permohonan kredit nasabah yang akan mengajukan
permohonan kredit diwajibkan untuk melengkapi data-data yang diajukan
agar lolos dari tahapan permohonan kredit, hal ini bertujuan untuk
memudahkan bank dalam memperoleh data yang diperlukan. Pada tahapan
permohonan kredit harus memuat informasi yang lengkap dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank. Tahapan
tersebut antara lain sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
1) Melakukan pengisian terhadap daftar isian yang disediakan oleh bank
secara sebenarnya (sesuai dengan kondisi dalam diri nasabah) dan
lengkap diisi oleh nasabah;
2) Melakukan penandatanganan surat-surat permohonan nasabah yang
dengan ditandatangani secara lengkap dan sah.
Debitor yang akan mengajukan permohonan kredit tanpa agunan
yang dalam hal ini dalam wujud ataupun bentuk kredit usaha rakyat tanpa
agunan wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta. Permohonan
tersebut berbentuk perjanjian baku.
Adapun syarat permohonan Kredit Usaha Rakyat tanpa agunan
pada PT. Bank Rakyat indonesia (Persero) Tbk yaitu mengisi perjanjian
permohonan kredit, melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP),
fotokopi Kartu Keluarga (KK), Surat Keterangan Usaha, dan Surat
Keterangan Domisili. Kemudian, oleh Acount Officer (AO) Bank BRI
permohonan akan dinyatakan lengkap bila memenuhi persyaratan yang
ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya.
b. Tahap Penyidikan dan Analisis Kredit
Pada tahapan ini, penyidikan dan analisa kredit dilakukan oleh
Account Officer (AO). Beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dalam
melakukan penyidikan dan analisa kredit, yaitu sebagai berikut :
1) Beberapa pekerjaan yang dilakukan Account Officer dalam melakukan
penyelidikan, sebagai berikut :
a) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitor, wawancara
merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Account Officer PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk
mendalami karakter calon debitor baik itu untuk pengenalan lebih
dekat secara kekeluargaan dan juga memahami karakter dari calon
debitor yang bersangkutan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
b) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang
diajukan oleh nasabah yaitu seperti Kartu Tanpa Penduduk, Surat
Keterangan Usaha, Kartu Keluarga, dan Surat Keterangan Domisili
bila diperlukan;
c) Melakukan penyelidikan atas kebenaran mengenai hal-hal yang
dikemukakan nasabah dan informasi lain yang diperoleh seperti
menyelidiki bahwa rumah atau tempat kediaman nasabah benar-benar
sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk.
Penyelidikan ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai tetangga
terdekat dari calon debitor yang bersangkutan;
d) Melakukan penyusunan laporan mengenai hasil penyelidikan yang
telah dilaksanakan, hal ini diperlukan agar penyelidikan terhadap
nasabah atau calon debitor yang satu tidak tercampur dengan calon
debitor yang lain.
2) Beberapa pekerjaan yang dilakukan Account Officer dalam melakukan
analisa kredit, yaitu :
a) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan analisa terhadap debitor dari
segala aspek, yang bisa didapatkan dari BI cheking, terjun langsung
melihat kondisi perekonomian calon debitor, melihat usaha calon
debitur yang sudah berjalan, dan lain sebagainya apakah setelah
analisa terhadap debitor tersebut untuk selanjutnya permohonan kredit
tersebut dapat dipertimbangkan atau tidak.
b) Menyusun laporan analisis terhadap calon debitor yang bersangkutan,
yang berisi penguraian tentang kondisi calon debitor dan kesimpulan
yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan pimpinan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu
pelaksanaan kredit. Pertanggung jawaban terhadap pengambilan
keputusan pelaksanaan kredit sepenuhnya dipegang oleh kepala unit
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Analisis Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu
Unit di bawah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta dalam melakukan analisis dengan berpedoman pada asas
sebagai berikut :
1) Asas 5 C
a) Character (watak) calon debitor
Calon debitor perlu diteliti oleh analisis kredit apakah layak
untuk menerima kredit. Karakter pemohon kredit dapat diperoleh
dengan cara mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan
bank-bank lain tentang cara perilaku, kejujuran, pergaulan, dan
ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi dan juga dapat dilihat
dari kesungguhan calon debitor pada saat melakukan wawancara.
Karakter yang baik jika ada keinginan untuk membayar (willingness
to pay) kewajibannya. Apabila karakter pemohon kredit baik yaitu
mau membayar pinjamannya untuk melaksanakan kewajibannya maka
dapat diberikan kredit, sebaliknya jika karakternya buruk yaitu tidak
mau memenuhi kewajibannya maka kredit tidak dapat diberikan.
b) Capacity (kemampuan) calon debitor
Kemampuan calon debitor perlu dianalisis apakah ia mampu
menjalankan usahanya dengan baik dan benar. Kalau ia mampu
menjalankan usahanya, disertai dengan kemampuan yang baik maka
ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan
perusahaannya tetap berdiri. Jika kemampuan calon debitur baik,
mempunyai kemampuan menjalankan usahanya dalam artian bahwa
dia tetap konsisten memajukan usahanya (bisa dilihat salah satunya
dari jam buka maupun tutup pada usaha calon debitor yang
bersangkutan) maka ia dapat diberikan kredit, sebaliknya jika
kemampuannya buruk tidak mempunyai kemampuan atau “ogah-
ogahan” tidak dapat menjalankan usahanya dengan baik maka kredit
tidak dapat diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu debitor
yaitu Sulaikah Yuli Amanah penilaian yang dilakukan oleh Account
Officer (AO) kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta yaitu dengan cara menanyakan sejumlah
pertanyaan kepada Sulaikah Yuli Amanah seperti berikut : “ Biasanya
modal ibu untuk jualan makanan ini setiap hari berapa bu?
Pengeluaran setiap hari ibu untuk keperluan sehari-hari berapa? Omset
atau keuntungan dari usaha jualan makanan setiap hari kira-kira
berapa bu? Biasanya ibu setiap pagi mulai dari jam berapa bu
usahanya? Tutup jam berapa?”
Dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang ada maka
Account Officer dapat memberikan sejumlah analisis terhadap
jawaban yang diberikan oleh debitor yang bersangkutan seperti contoh
untuk usaha makanan maka akan lebih baik apabila dibuka lebih awal
yaitu pagi-pagi daripada usaha tersebut baru dibuka di malam harinya,
dengan demikian maka akan terlihat kemampuan dari calon debitor
yang bersangkutan.
c) Capital (modal) dari calon debitur
Penilaian bank mengenai hal ini yaitu mengenai struktur
modal yang dapat terlihat dari neraca lajur usaha calon debitor. Hasil
analisis neraca lajur akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat
atau tidak sehatnya usaha yang dijalankan oleh debitor tersebut. Jika
terlihat baik yaitu struktur modal pada calon debitur tersebut
meningkat maka bank dapat memberikan kredit kepada pemohon
bersangkutan, tetapi jika tidak maka pemohon tidak akan mendapat
kredit yang diinginkaannya.
d) Condition of Economic atau kondisi perekonomian calon debitor
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta melakukan analisis dengan melihat kondisi perekonomian
calon debitor yaitu dengan melihat bidang usaha pemohon kredit atau
calon debitor khususnya. Jika baik dan memiliki prospek yang baik ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
depannya maka permohonannya akan disetujui, sebaliknya jika jelek
permohonan kreditnya akan ditolak. Untuk hal ini hampir semua
usaha memiliki prospek ke depannya, namun yang dimaksudkan
dalam hal ini yaitu apabila usaha tersebut sudah lama ditinggalkan
(seperti contoh usaha wartel, di saat orang-orang pada saat ini telah
menggunakan telepon genggam) maka dapat dikatakan jika usaha
wartel saat ini tidak memiliki prospek yang baik ke depannya.
e) Collateral
Pada program Kredit Usaha Rakyat tentunya merupakan
program pemerintah dalam rangka meningkatkan laju perekonomian
rakyat kecil dengan memberikan pinjaman tanpa menggunakan
agunan. Namun ada pula Kredit Usaha Rakyat yang dikeluarkan oleh
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
dengan menggunakan agunan alasannya yaitu untuk mengurangi
risiko yang akan di tanggung oleh bank yang bersangkutan apabila
suatu saat terjadi permasalahan kredit seperti halnya kredit macet.
Agunan dapat disertakan dalam hal ini namun, nominal agunan yang
diberikan oleh debitor lebih kecil daripada jumlah pinjamannya, atau
sebesar 50% dari jumlah pinjaman dikarenakan pada program Kredit
Usaha Rakyat, agunan hanya sebagai tambahan bukan pokok yang
harus dipenuhi oleh debitor.
Sebagaimana di ungkapkan oleh Muhammad Aris
Munandar bahwa untuk agunan itu ditentukan tergantung
nilai pasar. Sebagai contoh apabila yang diagunkan adalah
BPKB motor maka di nilai sesuai dengan harga pasar saat ini.
Paling tidak menutup 50% pinjaman. Kenapa paling tidak itu
50 % bukan 30% ini dikarenakan harga motor lama-kelamaan
akan menyusut. Oleh sebab itu paling tidak nilai agunan
menutup 50% dari jumlah pinjaman (Wawancara dengan
Muhammad Aris Munandar, tanggal 14 Juni 2012, pukul
16.40 WIB di Kantor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta).
2) Asas 7 P
a) Personality (kepribadian)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Penilaian bank pada personality yaitu penilaian berdasarkan
sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitor. Kepribadian dari yang
mengajukan permohonan kredit yang bersangkutan, dipergunakan
sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya
baik, kredit dapat diberikan, sebaliknya apabila kepribadiannya jelek
maka kredit tidak dapat diberikan. Alasannya karena kepribadian yang
baik akan berusaha membayar pinjamannya, sedangkan kepribadian
yang jelek akan sulit membayar pinjamannya atau menunggak
membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat
diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan,
pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. Apabila dilihat dari
pergaulannya dapat dilihat dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya,
jika di lingkungan sekitar tempat tinggal debitor baik maka akan
semakin mempermudah pemberian kredit oleh calon debitor yang
bersangkutan.
b) Party
Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi-
klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal,
karakter, dan loyalitasnya. Pada setiap klasifikasi nasabah akan
mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. Apalagi dengan Kredit
Usaha Rakyat yang dinikmati oleh nasabah yang akan membangun
usahanya tentunya akan diberi perlakuan yang berbeda oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebagai contoh adalah pada
pemberian nominal pinjamannya.
c) Purpose atau tujuan
Purpose yaitu melakukan analisis dengan melihat tujuan dan
penggunaan kredit oleh calon debitor apakah untuk kegiatan
konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit menjadi hal yang
menentukan apakah permohonan calon debitor disetujui atau ditolak.
Jadi, analis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat
mempertimbangkan apakah kredit akan diberikan atau ditolak.
Sebagai contoh yaitu tujuan dari pengajuan permohonan
Kredit Usaha Rakyat Sulaikah Yuli Amanah adalah untuk
memperbesar jualan makanannya, maka dengan alasan atau tujuan
tersebut permohonan kredit yang diajukan semakin mempermudah
untuk penyetujuan kredit tesebut.
d) Propect
Prospek yaitu melakukan analisis dengan melihat prospek
atau kemampuan usaha calon debitor di masa datang, apakah akan
menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat
baik maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek maka kredit
dapat ditolak. Oleh karena itu, analis kredit harus mampu
mengestimasi masa depan dari usaha calon debitor agar pengembalian
kredit menjadi lancar.
e) Payment atau pembayaran
Payment yaitu dengan mengetahui bagaimana pembayaran
kembali kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analisis
kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon
debitor sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar
kembali kredit tersebut sesuai dengan perjanjian. Asas payment ini
harus dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit
agar pengembalian kredit berjalan lancar.
f) Profitability
Profitability yaitu menganalisis bagaimana kemampuan
nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode, apakah
konstan atau meningkat dengan adanya pemberian kredit yang
tentunya hal ini sangat mempengaruhi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam memberikan kredit
kepada calon debitor yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
g) Protection
Bertujuan agar usaha mendapatkan perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau
jaminan asuransi. Namun pada pemberian Kredit Usaha Tanpa
Agunan tentunya tidak menggunakan jaminan barang dalam
pelaksanaannya. Jaminan hanyalah bersifat tambahan bukan pokok
perjanjian.
3) Asas 3 R
a) Returns
Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai usaha
yang dijalankan calon debitor setelah memperoleh kredit. Apabila
hasil yang diperoleh cukup untuk membayar jumlah pinjamannya dan
sekaligus membantu perkembangan usaha calon debitor bersangkutan
maka kredit diberikan. Akan tetapi, jika sebaliknya maka kredit tidak
diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta.
b) Repayment
Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal,
dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitor, apabila
usahanya tetap berjalan.
c) Risk Bearing Abillity
Risk bearing ability yaitu analisis dengan memperhitungkan
besar kemampuan usaha yang dijalankan calon debitor untuk
menghadapi risiko, apakah usaha yang dijalankan oleh calon debitor
risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko
ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha,
dan manejemen usaha yang bersangkutan. Jika risk bearing ability
usaha calon debitur besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila
risk bearing ability usaha calon debitor kecil maka kredit diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
c. Tahap Pemberian Keputusan Kredit
Pemberian keputusan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta didasarkan pada penyidikan dan
analisa kredit, yaitu mengenai keputusan pemberian kredit atau penolakan
kredit. Sebagai pertimbangan pengambilan keputusan kredit selain
memperhatikan penyelidikan dan analisa kredit, pertimbangan juga harus
didasarkan pada bahan pertimbangan lainnya yaitu informasi-informasi
yang diperoleh pejabat pengambil keputusan yang harus dibubuhkan secara
tertulis dalam lembar analisa dan penyelidikan kredit. Sebagai contoh
informasi pengambilan keputusan tersebut bisa didapat dari BI cheking.
Pada BI cheking dapat dilihat rekap pinjaman calon debitur pada seluruh
bank maupun lembaga pembiayaan, apakah nasabah atau calon debitur
tersebut masuk daftar hitam atau tidak, pernah menunggak pembayaran
pinjaman terdahulu atau tidak, sehingga dapat menjadi salah satu
pertimbangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta dalam memberikan kredit.
Pada tahapan pemberian keputusan ini, calon debitor akan
memperoleh keputusan kredit yang berisi mengenai persetujuan akan
pemberian Kredit Tanpa Agunan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat Tanpa
Agunan atau sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh calon debitor
tersebut. Pada tahapan ini ada tiga macam keputusan yang kemungkinan
dapat diberikan kepada calon debitor, yaitu :
1) Mengabulkan seluruh permohonan kredit yang diajukan oleh calon
debitor;
2) Mengabulkan sebagian permohonan kredit yang diajukan oleh calon
debitor, yang dimaksud dengan mengabulkan sebagian permohonan
kredit yaitu bahwa ada hal yang dapat dikabulkan oleh pemberi kredit
dan ada juga hal yang tidak dapat dikabulkan oleh pemberi kredit.
Sebagai contoh adalah dalam pemberian jangka waktu pelunasan kredit;
3) Menolak seluruh permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
d. Tahap Kesepakatan Perjanjian Kredit
Kesepakatan perjanjian kredit terjadi ketika pemberian keputusan
kredit telah disetujui dan kedua belah pihak yakni debitor dan kreditor
menyetujui adanya pelaksanaan pemberian kredit sesuai dengan perjanjian
yang ada. Pelaksanaan pemberian kredit dalam prakteknya tertuang di
dalam perjanjian kredit. Arti dari perjanjian kredit yaitu setiap kredit yang
telah disetujui dan disepakati pemohon kredit wajib dituangkan dalam
perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis. Bentuk dan format perjanjian
kredit ditentukan oleh masing-masing bank. Sebagaimana suatu bank
sebagai sebuah institusi tentunya mempunyai peraturan khusus mengenai
perjanjian kredit. Perjanjian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk mengenai syarat-syarat umum perjanjian pinjaman dan kredit dapat
dilihat pada lampiran penulisan hukum.
Pada pelaksanaan perjanjian kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk kesepakatan perjanjian kredit
maka nasabah harus melakukan penandatanganan terhadap sejumlah surat
yang telah disediakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta, terdiri dari :
1) Nasabah harus menandatangani duplikat surat penegasan pemberian
kredit di atas materai cukup dan mengembalikannya pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
2) Nasabah harus menandatangani surat perjanjian kredit. Setelah
penandatanganan tersebut kemudian surat perjanjian kredit tersebut
diberikan nomor urut dan dicatat pada register tersendiri. Surat perjanjian
kredit tersebut dibuat rangkap empat, yang pembagiannya yaitu :
a) Lembar pertama yaitu surat perjanjian kredit asli untuk PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, yang
disimpan dalam warkat kredit;
b) Lembar kedua untuk nasabah;
c) Lembar ketiga untuk kantor pusat Bank BRI; dan
d) Lembar keempat untuk berkas a/n nasabah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Klausula-klausula yang terdapat dalam kesepakatan perjanjian
kredit antara nasabah dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dapat
terlihat dari surat pengakuan hutangnya bahwa:
1) Debitor akan menangung sejumlah hutang yang tertuang di dalam
kesepakatan atau segala hutang yang akan timbul sehubungan dengan
adanya surat pengakuan hutang tersebut;
2) Debitor yang bersangkutan mengaku telah menerima utang sebagai
pokok pinjaman modal kerja atau investasi yang akan digunakan sebagai
modal usaha. Adanya klausula mengenai penggunaan pinjaman bagi
debitor;
3) Adanya kesepakatan mengenai jangka waktu pinjaman dan bunga yang
harus dibayarkan oleh debitor kepada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk;
4) Adanya kesepakatan mengenai syarat-syarat penarikan pinjaman, apabila
suatu saat debitor tidak dapat memenuhi kewajibannya;
5) Adanya kesepakatan mengenai biaya-biaya yang dapat timbul dengan
adanya perjanjian hutang tersebut, kesepakatan mengenai agunan (namun
agunan hanya menjadi tambahan dalam perjanjian ini, bukan merupakan
suatu hal pokok), kesepakatan mengenai jaminan terhadap pinjaman
dengan adanya perusahaan penjamin yang ditunjuk oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.;
6) Adanya kesepakatan mengenai pengawasan dan pemeriksaan bahwa
dalam hal ini PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berhak meminta
keterangan dan melakukan pemeriksaan yang diperlukan oleh bank
kepada pihak yang berhutang dalam hal ini adalah debitor;
7) Adanya klausula yang menyebutkan bahwa debitor bersedia untuk
memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya mengenai kebijakan
pemberian pinjaman;
8) Adanya kesepakatan mengenai domisili atau tempat kedudukan hukum
untuk menyelesaikan permasalahan apabila dikemudian hari terjadi
sengketa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
e. Tahap Pencairan Kredit
Pencairan kredit dapat dilakukan setelah seluruh persyaratan kredit
yang diajukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta telah terpenuhi. Maka dalam rangka pencairan dana
kredit sebelumnya harus telah diikat dalam perjanjian kredit antara debitor
dan kreditor. Pengambilan dana kredit yang diajukan dapat diambil di teller
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
Menurut Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan setelah semua
persyaratan kredit telah terpenuhi dan telah disetujui oleh pimpinan
Unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
maksimal pencairan kredit dapat dilakukan maksimal 7 (tujuh) hari
kerja, namun biasanya dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja kredit
telah dapat dicairkan. Pencairan dana antara debitor yang satu
dengan debitor yang lainnya dapat berbeda dengan alasan yang
berbeda pula salah satunya dikarenakan tempat usaha debitor yang
jauh sehingga harus dilakukan waktu tempuh yang lama bagi pihak
Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan untuk meninjau mengenai kelayakan usaha debitur
(Wawancara tanggal 13 Maret 2012, pukul 16.00 WIB, dengan
Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).
2. Permasalahan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa
Agunan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. cabang Slamet
Riyadi Surakarta
Pada pelaksanaan pemberian pinjaman teori tidak pasti semulus atau
sejalan dengan prakteknya. Masih terdapat beberapa permasalahan yang tidak
dapat dihindari oleh bank sebagai pemberi kredit. Permasalahan tersebut dapat
terjadi ketika salah satu pihak melanggar klausula yang terdapat dalam
perjanjian pelaksanaan pemberian kredit tersebut. Pelanggaran terhadap
permasalahan pelaksanaan pemberian kredit ini sering disebut dengan
wanprestasi atau ingkar janji.
Menurut Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
permasalahan yang dapat timbul dari adanya perjanjian Kredit Usaha
Rakyat Tanpa Agunan yang pertama adalah kredit macet, dikarenakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dampak dari tidak adanya agunan pada pemberian kredit tersebut,
yang kedua dikarenakan adanya penyalahgunaan atas kredit. Sebagai
contoh yaitu kredit yang seharusnya dialokasikan untuk meningkatkan
usaha debitor ternyata digunakan untuk memenuhi hasrat atau
kebutuhan dari debitor itu sendiri (Wawancara tanggal 13 Maret 2012,
pukul 16.05 WIB dengan Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial di PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).
Secara garis besar terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan
pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk
Unit Laweyan, yaitu sebagai berikut :
a. Kredit Macet
Kredit Macet merupakan hal yang sulit dihindari dalam
pelaksanaan pemberian kredit dan merugikan kreditor apabila sampai terjadi
permasalahan kredit. Apalagi dengan pemberian kredit tanpa agunan, tidak
adanya eksekusi yang dapat dilakukan oleh kreditor secara langsung oleh
debitor sehingga dapat disimpulkan apabila pemberian kredit erat kaitannya
dengan moral hazzard pada diri seseorang. Contohnya pada pemberian
kredit tanpa agunan yang berdasar pada kepercayaan terhadap debitor saja
tanpa ada wujud jaminan bahwa debitor akan melunasi hutanya.
Pada pelaksanaannya di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta hal yang sering menyebabkan kredit macet atau
menjadi alasan bagi para debitor tersebut, yaitu:
1) Usaha debitor itu sendiri sedang tidak lancar atau dalam artian bahwa
pengeluaran debitor dan pemasukannya lebih besar pengeluarannya,
sehingga tidak dapat membayar pinjamannya kepada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta;
2) Terletak pada kesadaran diri debitor itu sendiri untuk mau melunasi
seluruh pokok pinjaman dan bunganya atau tidak;
3) Debitor tersebut mengalami musibah sehingga tidak dapat melunasi
hutangnya seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, dan sebagainya;
4) Atau debitor lupa dalam membayar pinjamannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Dengan adanya hal tersebut di atas membuat PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta harus berhati-hati dalam
memberikan kredit apalagi untuk pemberian kredit tanpa agunan. Hal-hal
yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta dalam mencegah dan mencari solusi atas permasalahan
di atas yaitu:
1) Dalam pencegahan terjadinya kredit macet, hal yang biasanya dilakukan
pleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta
yaitu sebagai berikut :
a) Pembinaan yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta, yaitu dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut :
(1) Memberikan gambaran kepada debitor mengenai prospek usaha
yang lebih baik, agar usaha debitor tersebut lebih maju ke
depannya.
(2) Membuat hubungan yang harmonis antara debitor dengan kreditor,
yaitu dapat dengan cara mengajak berbincang-bincang lebih dekat
atau dengan kekeluargaan.
b) Melakukan pengawasan terhadap debitor PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
2) Apabila kredit tersebut ternyata macet solusi yang dilakukan oleh PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta berkaitan
dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut :
a) Melakukan perubahan terhadap jadwal pembayaran atau jangka waktu
termasuk masa tenggang, bahkan perubahan terhadap angsuran kredit.
Pada pelaksanaannya hal ini dilakukan oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta apabila debitor
tersebut sudah masuk dalam daftar hitam nasional atau dalam keadaan
benar-benar tidak dapat membayar namun tetap benar-benar
berkeinginan untuk melunasi pinjamannya namun pada saat jatuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
tempo pembayaran pinjaman debitor tersebut tidak mempunyai uang
untuk melunasi pinjamannya, biasanya debitor ini bangkrut. Aksi PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam
hal ini yaitu dapat memperingan bunga pinjaman kredit tersebut,
sehingga debitor dapat melunasinya sedikit demi sedikit sesuai dengan
kemampuan debitor sampai pada akhirnya debitor tersebut dapat
melunasi seluruh pinjamannya. Debitor yang dapat diberikan toleransi
ini adalah debitor yang menunjukan itikad baik dan karakter yang
jujur dan ada keinginan untuk membayar pinjaman.
b) Dalam melakukan penagihan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta tetap melakukannya secara
kekeluargaan, dikarenakan pada pelaksanaannya apabila dilakukan
secara kekerasan (dalam arti dengan tindakan yang lebih keras)
biasanya debitor akan menghindar dari penagih. Penagihan
pembayaran pinjaman dilakukan oleh Mantri/Account Officer PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta.
Hal senada pun diungkapkan oleh Tugimin salah satu debitor PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam
wawancara yang dilakukan oleh penulis pada hari jumat tanggal 25
Mei 2012 sebagai berikut
“Bank Rakyat Indonesia itu baik sekali, selalu
menyelesaikan permasalahan kredit secara kekeluargaan.
Pernah waktu itu saya telat membayar cicilan kredit
dikarenakan lupa akan tanggal jatuh temponya selama kurang
lebih empat hari. Akan tetapi pihak PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta tidak
memberikan denda pada saya” (Wawancara dengan Tugimin
pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012).
c) Untuk permasalahan di atas seperti debitor tidak dapat membayar
angsuran pinjamannya baik itu dikarenakan usaha yang sedang tidak
lancar, debitor lupa dalam membayar pinjamannya sesuai dengan
jatuh tempo pinjaman tersebut, debitor mengalami musibah di luar
kemampuannya (overmacht) jalan keluar yang dilakukan oleh PT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta yaitu
tetap melakukan pendekatan secara kekeluargaan agar hubungan yang
terjalin selama ini tidak menjadi rusak dan debitor biasanya dengan
cara kekeluargaan lebih dapat mengerti sehingga tetap membayar
pinjamannya, tanpa dikenakan adanya denda atau penalty.
b. Terjadi Penyalahgunaan Kredit
Pada pelaksanaan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selain permasalahan
kredit macet, terjadi pula permasalahan penyalahgunaan tujuan dari kredit
itu sendiri. Penyalahgunaan tujuan kredit yaitu bahwa tujuan dari
permohonan awal kredit tidak sesuai dengan kenyataannya pada saat
realisasi kredit. Sebagai contoh kredit yang digunakan untuk membiayai
usaha atau memperbesar usaha sebagai tujuan dari Kredit Usaha Rakyat
oleh debitor ternyata tidak digunakan untuk mengembangkan usahanya
namun digunakan untuk membiayai keperluan sehari-hari. Oleh sebab itu
dengan adanya hal ini merupakan salah satu permasahan dalam pemberian
kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta, maka solusi yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta apabila terjadi permasalahan seperti
tersebut di atas yaitu melakukan tindakan sebagai berikut:
a) Melakukan pengawasan terhadap debitor
Tindakan yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta dalam hal ini yaitu dengan mengawasi
perkembangan pelunasan pinjaman debitor itu sendiri.
b) Diberikan surat teguran agar debitor tersebut dapat merelisasikan tujuan
dari peminjaman permohonan Kredit Usaha Rakyat itu sebenarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
C. PEMBAHASAN
1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta
a. Tahap Permohonan Kredit
Pada dasarnya pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa
Agunan maupun pemberian Kredit Usaha Rakyat dengan menggunakan
agunan sama dalam pelaksanaannya, dengan disertai dengan syarat-syarat
permohonan kredit yang sama pula. Pembedaan antara Kredit Usaha Rakyat
Tanpa Agunan dengan Kredit Usaha Rakyat dengan Agunan terdapat pada
analisis kreditnya, biasanya untuk Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan
pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
lebih selektif atau berhati-hati dalam pemberiannya dikarenakan tanpa
adanya agunan dalam pelaksanaan pemberian kredit tersebut, sehingga PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta hanya
berpatok pada kepercayaan saja tanpa adanya agunan sebagai pengikat
moralnya.
Sebagaimana telah diuraikan oleh penulis dalam hasil penelitian
tahapan permohonan kredit meliputi beberapa tahapan pengisian data yang
harus diisi oleh calon debitor yang bersangkutan. Kelengkapan dalam
pengisian data dan syarat-syarat pengajuan kredit harus lengkap sehingga
data-data yang didapatkan mengenai calon debitor komplit dan tidak
menimbulkan adanya kegandaan atau data palsu dari calon debitor. Oleh
sebab itu data kependudukan yang harus diberikan oleh debitor selain Kartu
Tanda Penduduk (KTP) juga harus melampirkan Kartu Keluarga (KK) dan
Surat Keterangan Domisili, Surat Keterangan Domisili diperlukan apabila
calon debitor tersebut berkediaman di luar tempat tinggal yang tersebut di
dalam KTP. Surat Keterangan domisili tersebut diberikan oleh Kelurahan
dimana calon debitor tersebut bertempat tinggal sementara, atau apabila
surat domisili sulit diberikan oleh pihak Kelurahan dikarenakan tidak jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
tujuannya maka akan diberikan surat rekomendasi oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. terdekat dimana calon debitor tersebut bertempat
tinggal.
Tentunya penggunaan KTP, KK, ataupun surat keterangan domisili
dalam pengajuan permohonan Kredit Usaha Rakyat mempunyai tujuan yang
benar dan penting untuk dilampirkan pada permohonan kredit calon debitor
yang bersangkutan. Apalagi dengan adanya KTP, KK, ataupun surat
keterangan domisili dapat semakin memperjelas kedudukan ataupun tempat
tinggal seseorang yang dicatatkan secara yuridis dan tentunya menghindari
penyalahgunaan dobel identitas yang sekarang ini sedang marak di dalam
masyarakat. Oleh sebab itu memberikan keabsahan identitas dan kepastian
hukum atas dokumen penduduk merupakan salah satu bentuk perlindungan
status hak sipil penduduk dalam rangka mendapatkan data benar dan
lengkap yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit
Laweyan Surakarta.
Dalam hal permohonan yang diajukan oleh calon debitor wajib
melakukan permohonan secara tertulis kepada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, pada permohonan tersebut biasanya
telah diberikan blangkonya oleh pihak bank, kemudian calon debitor hanya
mengisinya saja atau sering disebut dengan perjanjian baku. Perjanjian baku
ialah perjanjian yang dibuat oleh satu pihak dengan format yang baku
dimana perjanjian semacam ini biasanya digunakan untuk jenis transaksi
yang sama. Perjanjian baku diperkenankan walaupun pembuatan perjanjian
tersebut hanya dilakukan oleh salah satu pihak saja yakni adalah kreditor
namun pada perjanjian tersebut harus didasarkan kesepakatan antara kedua
belah pihak. Kelemahan dari perjanjian baku yaitu biasanya debitor
cenderung untuk tidak membaca seluruh isi dari perjanjian baku tersebut
(Perjanjian Kredit).
Pada perjanjian kredit dengan nominal di bawah Rp 100.000.000,-
(seratus juta rupiah) biasanya dibuat dengan perjanjian di bawah tangan,
dengan tujuan untuk mempermudah perjanjian antara debitor dan kreditor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Namun tidak dapat dipungkiri, apabila perjanjian di bawah tangan
mempunyai banyak kelemahan salah satunya apabila salah satu pihak
memungkiri tandatangan yang ada pada perjanjian tersebut, maka sesuai
dengan ketentuan yang ada di dalam Pasal 1877 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, bahwa :
“ Jika seseorang memungkiri tulisan atau tanda tangannya, atau jika
para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak
daripadanya menerangkan tidak mengakuinya, maka Hakim harus
memerintahkan supaya kebenaran dari tulisan atau tanda tangan
tersebut diperiksa dimuka pengadilan.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang dibuat
oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
dengan nasabahnya yang dibuat di bawah tangan dapat menimbulkan
kerugian tersendiri pula bagi pihak kreditor yakni PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta. Kerugian tersebut dapat
terjadi apabila debitor tidak mengakui isi dari perjanjian tersebut atau
tandatangan dalam perjanjian.
b. Tahap Penyidikan dan Analisis Kredit
Tahap penyidikan dan analisa kredit penting adanya untuk menilai
kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba,
dan sumber pelunasan kredit. Selain itu untuk mengurangi besarnya risiko
pemberian kredit maka sebelum pemberian kredit diputuskan, bank perlu
terlebih dahulu melakukan analisis terhadap setiap permohonan kredit,
sehingga didapatkan gambaran tentang kemampuan dan kesanggupan calon
debitor dalam mengembalikan kredit sesuai yang diperjanjikan (HM
Iskandar Soesilo, 2007 : 8).
Menurut Moody sebagaimana dikutip oleh Spyros Pagratis dan
Marco Stringa ada lima hal untuk melakukan analisis fundamental dalam
penilaian kredit bank yaitu kecukupan modal, kualitas aset, manajemen,
pendapatan, keuntungan, dan likuiditas. Hal ini yang dipakai oleh bank
dalam melakukan penilaian kredit, bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Are based on five main areas of fundamental analysis: capital
adequacy, asset quality, management, earnings and profitability,
and funding and liquidity. Capital is aimed to absorb unexpected
losses. Management quality, the most challenging category to
capture quantitatively, spans a wide range of qualitative
characteristics, such as cost efficiency, experience, and integrity—
all of which affect the bank’s riskiness and quality of earnings. It
offers a first line of defense to debtholders in periods of stress and
is considered by Moody’s to be the cornerstone of bank credit
assessment (Spyros Pagratis and Marco Stringa, 2009 : 6).
Secara garis besar dapat diterjemahkan apabila landasan penilaian
bank didasarkan pada lima bidang utama yaitu dari analisis fundamental
menyangkut : kecukupan modal, kualitas aset, manajemen, pendapatan dan
keuntungan, pendanaan, dan likuiditas. Modal ditujukan untuk menyerap
kerugian yang terduga. Manajemen mutu merupakan kategori yang paling
menantang untuk menangkap secara kuantitatif, mencakup berbagai
karakteristik kualitatif, seperti efisiensi biaya, pengalaman, integritas dan
semuanya mempengaruhi risiko bank dan kualitas pendapatan.
Sebagaimana tertuang dalam SK Direksi Bank Indonesia No.27/
162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 Tentang Kewajiban Penyusunan Dan
Pelaksanaan Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum, bahwa
secara garis besar adanya pengaturan tersebut bertujuan untuk memberikan
pedoman kepada bank mengenai pedoman penyusunan dan pelaksanaan
pemberian kredit yang harus berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat.
Analisis kredit pun diatur secara jelas dalam SK Direksi Bank Indonesia No.
27/ 162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 pada BAB IV mengenai
Kebijaksanaan Pemberian Kredit dengan tujuan untuk menciptakan
perkreditan yang sehat, bahwa setiap permohonan kredit yang telah
memenuhi syarat harus dilakukan analisis kredit secara tertulis dengan
prinsip sebagai berikut :
1) Bentuk, form at dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang
disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit.
2) Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total
permohonan kredit. Hal ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
tidak boleh diberikan semata-mata atas pertimbangan permohonan untuk
satu transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus atas
dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon kredit yang telah diberikan
atau akan diberikan secara bersamaan oleh bank.
3) Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat dan obyektif yang
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan
data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet;
b) Penilaian atas kelayakan jumlah permohonan kredit dengan proyek
atau kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari
kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan bank;
c) Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-
pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit. Analisis kredit
tidak boleh merupakan suatu formalitas yang dilakukan semata-mata
untuk memenuhi prosedur perkreditan.
4) Analisis kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian atas
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitor atau yang
lebih dikenal dengan 5 C’s dan penilaian terhadap sumber pelunasan
kredit yang dititik beratkan pada hasil usaha yang dilakukan pemohon
serta menyajikan evaluasi aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk
melindungi bank atas risiko yang mungkin timbul.
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam SK Direksi Bank
Indonesia No.27/ 162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 Tentang
Kewajiban Penyusunan Dan Pelaksanaan Kebijaksananaan Perkreditan
Bank Bagi Bank Umum dalam poin ke empat mengenai analisis kredit yang
dikenal dengan 5 C’s demikian juga sama halnya dilakukan pada saat PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta melakukan
analisis terkait calon debitor yang mengajukan permohonan kredit
Maka, pemberlakuan analisis pemberian kredit kepada calon
debitor yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Laweyan Surakarta tentunya sangat dipengaruhi oleh asas-asas pemberian
kredit yakni 5C, 7P, dan 3R. Penilaian bank atas hal tersebut sangatlah
penting, dikarenakan menyangkut masalah pembayaran masa depan cicilan
kredit yang diberikan tentunya.
Mengenai agunan pada pelaksanaan pemberian kredit bukan
menjadi suatu hal yang bersifat pokok, namun merupakan tambahan dan
sebetulnya bukanlah suatu keharusan untuk memberikan agunan pada
pemberian Kredit Usaha Rakyat. Dengan memperhatikan Pasal 1 Angka 2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2010 mengenai pengertian
Kredit Usaha Rakyat adalah Kredit/pembiayaan kepada UMKM-K dalam
bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas
penjaminan usaha yang produktif. Maka pemberian Kredit Usaha Rakyat
tentunya telah didukung adanya fasilitas penjamin yang dalam hal ini telah
dijamin oleh Pemerintah bahwa dalam Pasal 1 Angka 12 Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit
Usaha Rakyat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 10/PMK.05/2010 tertuang bahwa perjanjian penjaminan
kredit/pembiayaan adalah perjanjian antara Perusahaan Penjaminan dan
Perbankan yang mengatur pemberian pertanggungjawaban dalam rangka
penyelenggaraan Kredit Usaha Rakyat. Pemberian jaminan tersebut sebesar
70% yang dijaminkan kepada Perusahaan Penjamin yaitu PT. ASKRINDO.
Baik Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan ataupun dengan Agunan
pemberian jaminan oleh perusahaan penjamin atau PT. ASKRINDO tetap
sama yaitu sebesar 70%.
Oleh sebab itu menurut pendapat penulis, tentunya bukan sesuatu
yang melanggar peraturan apabila dalam pelaksanaan pemberian Kredit
usaha Rakyat tidak menggunakan agunan. Namun, dikarenakan sebagai
pelaksana adalah tetap bank itu sendiri yang wajib untuk menyediakan dana
dan menyalurkan dana untuk Kredit Usaha Rakyat sesuai dengan ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dalam Pasal 4 Angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
10/PMK.05/2010 maka masing-masing bank pun mempunyai otoritas
sendiri dalam menentukan kesehatan bank itu dan juga dalam menilai
kemampuan calon debitor, untuk itu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam memberikan Kredit Usaha Rakyat
Tanpa Agunan benar-benar selektif dalam menentukan calon debitor yang
pantas untuk diberikan pinjaman Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan,
apalagi dengan memperhatikan penjaminan yang tersisa yaitu 30% yang
masih menjadi penjaminan Bank dan menjadi kerugian bank apabila pada
akhirnya terjadi kredit macet. Menurut pendapat penulis sebagaimana telah
diuraikan dalam penjelasan di atas mengenai penjaminan kredit, mungkin
berbeda apabila penjaminan yang diberikan oleh Pemerintah tersebut benar-
benar 100% sehingga bank tidak membutuhkan agunan lagi untuk
meminimalisir risiko yang ada, namun terjadinya kredit macet atau moral
hazzard berbicara dalam hal ini.
Pada analisis pemberian kredit ini tentunya prinsip kehati-hatian
dalam proses pemberian kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta tentunya harus berjalan dengan baik walaupun
permberian Kredit Usaha Rakyat tersebut menggunakan Agunan ataupun
tidak. Dengan melihat rekap data bulan Oktober 2011 s/d Februari 2012
pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan sudah berjalan dengan baik, terutama pada analisis kredit sebelum
permohonan kredit calon debitor tersebut diberikan, hal ini terlihat dari
jumlah permasalahan kredit macet yang semakin menipis. Berikut adalah
rekapan data lima bulan terakhir jumlah kredit macet pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Tabel 2. Rekap jumlah kredit macet pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta
NO. BULAN JUMLAH KREDIT MACET
1. Oktober 2011 3
2. November 2011 1
3. Desember 2011 1
4. Januari 2012 2
5. Februari 2012 0
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta Tahun 2012
Dengan adanya hal ini dapat disimpulkan bahwa pada
pelaksanaannya pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan telah berjalan dengan baik dan analisa
kredit pun telah dilakukan secara tepat, sehingga semakin lama jumlah
kredit macet semakin menipis jumlahnya.
c. Tahap Pemberian Keputusan Kredit
Pada tahapan pemberian keputusan kredit PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta sebagai pihak berwenang.
Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
akan memberikan pemberitahuan kepada calon nasabah mengenai
keputusan pemberian kredit tersebut. Pemberitahuan tersebut akan
dilakukan segera oleh Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta setelah keputusan pemberian kredit.
Namun keputusan kredit mengenai diterimanya permohonan kredit
tersebut baru dapat terealisasi setelah calon debitor lolos dalam analisis
kredit yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta, tidak masuk dalam daftar hitam nasional, serta calon
debitor dalam dunia perbankan tidak bermasalah. Mengenai data-data calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
debitor tersebut bisa dilihat dari BI cheking atau yang dikenal dengan Sistem
Informasi Debitor.
Maka dari itu Sistem informasi Debitor penting untuk mendukung
tersedianya informasi debitor yang lengkap, akurat, terkini, dan utuh yang
dapat membantu bank dalam memberikan keputusan permohonan kredit
yang pada pelaksanaannya hal ini diterapkan juga pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta karena selain dianggap
penting, sistem informasi debitor juga merupakan suatu hal yang membantu
bank dalam penerapan manajemen risiko yaitu pengenalan terhadap calon
debitor secara lebih mendalam.
d. Tahap Kesepakatan Perjanjian Kredit
Kesepakatan antara debitor dengan PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta sebagaimana tertuang dalam
perjanjian antara kedua belah pihak dan adanya surat pengakuan hutang
oleh debitor semakin menguatkan posisi masing-masing pihak bahkan di
mata hukum. Dikarenakan dengan adanya kesepakatan yang tertuang dalam
surat perjanjian kredit maka, Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian telah terpenuhi yaitu bahwa
perjanjian tersebut dibuat dengan adanya kesepakatan di antara mereka yang
mengikatkan dirinya yaitu debitor dan kreditor, kecakapan untuk membuat
suatu perikatan, terdapat adanya suatu obyek tertentu, dan terdapatnya suatu
sebab yang halal (causa), maka dengan adanya kesepakatan dalam
perjanjian tersebut berakibat bahwa perjanjian yang sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya sebagaimana tertuang
dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (asas pacta sunt
servanda).
Mengenai kesepakatan atau persetujuan peminjaman kredit pun
termuat jelas pengaturannya dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah dikutip oleh
penulis di dalam latar belakang masalah. Berdasarkan bunyi dari pasal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
tersebut jelas bahwa kesepakatan menjadi salah satu unsur utama dalam
pelaksanaan pemberian kredit untuk menyatakan sahnya suatu perjanjian
kredit.
Sesuai dengan sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No.27/
162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 Tentang Kewajiban Penyusunan Dan
Pelaksanaan Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum,
pelaksananan perjanjian kredit sekurang-kurangnya harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1) Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi
kepentingan bank;
2) Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta
persyaratan-persyaratan kredit lainnya sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan persetujuan kredit dimaksud.
e. Tahap Pencairan Kredit
Sebagaimana telah diuraikan pada hasil penelitian mengenai
pencairan kredit, pencairan kredit baru dapat dicairkan dananya apabila
seluruh proses telah terpenuhi. Maka pada pelaksanaannya di PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit laweyan Surakarta hal ini telah sesuai
dengan ketentuan pada SK Direksi Bank Indonesia No.27/ 162/ KEP/ DIR
tanggal 31 Maret 1995 Tentang Kewajiban Penyusunan Dan Pelaksanaan
Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum pencairan atas kredit
yang telah disetujui harus didasarkan pada prinsip sebagai berikut :
1) Bank hanya menyetujui pencairan kredit apabila seluruh syarat-syarat
yang ditetapkan dalam persetujuan dan pencairan kredit telah dipenuhi
oleh pemohon kredit;
2) Sebelum pencairan kredit dilakukan bank harus memastikan bahwa
seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan dan
telah memberikan perlindungan yang memadai kepada bank.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
2. Permasalahan dan Solusi dalam Pelaksanaan Kredit Tanpa Agunan
pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi
Surakarta
Bank sebagaimana yang dikenal dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mempunyai fungsi sebagai
penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh
sebab itu menurut penulis dalam hal ini ada keterkaitan langsung antara
masyarakat dan juga bank yang tidak dapat dipisahkan.
Korelasi atau keterkaitan tersebut adalah bahwa bank tidak dapat
beroperasi jika tidak ada masyarakat yang menyimpan uangnya di bank dan
juga masyarakat membutuhkan bank sebagai suatu badan yang dapat
memberikan pinjaman untuk memajukan usaha demi taraf hidup yang lebih
baik, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan. Oleh
sebab itu ketika bank mempunyai permasalahan yang besar atau banyak
mengalami permasalahan kredit maka akan berdampak pula pada
perkonomian Indonesia.
Sesuai dengan hasil penelitian dan berdasarkan pengamatan yang
dilakukan secara langsung oleh penulis pada PT. Bank Rakyat Indoensia
(Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta. Permasalahan-permasalahan yang
terjadi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta, sebagai berikut :
a. Kredit macet
Kredit macet merupakan persoalan yang dalam dunia perbankan
yang sulit untuk dihindari dan tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Kredit macet erat kaitannya dengan risiko yang harus dihadapi oleh suatu
bank pada saat akan memberikan kredit pada calon debitor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Pada saat akan memberikan kredit kepada calon debitor maka
bank akan melakukan sejumlah penilaian terhadap sejumlah hal yang
melekat pada diri calon debitor. Penilaian bank ini dalam rangka
menerapkan prinsip kehati-hatian untuk mengurangi risiko kredit macet.
Dikarenakan pada saat bank tersebut mengalami kredit macet tentunya
bank tersebut akan mengalami sejumlah kerugian.
Menurut penilaian penulis kredit macet dapat disebabkan oleh
adanya 2 hal yaitu :
1) Dari pihak perbankan
Pihak perbankan dalam melakukan analisisnya yang diwakili
oleh petugas dalam hal ini dilakukan oleh Mantri Kredit Usaha Rakyat
yang melakukan analisis kredit, dapat dikarenakan kurang teliti,
sehingga hal yang seharusnya dapat diprediksi oleh Mantri/Account
Officer analisa kredit tidak dapat dianalisa atau diprediksi. Dapat pula
permasalahan tersebut terjadi karena penilaian Mantri/Account Officer
yang subyektif terhadap calon debitor karena sudah mengenal lama
sehingga hal-hal yang seharusnya dapat diprediksi dalam analisa
menjadi kurang dapat menjadi pertimbangan.
2) Dari pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat
dua hal, yaitu :
a) Adanya unsur kesengajaan. Unsur kesengajaan ini terjadi ketika
nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya
kepada bank sehingga kredit yang dibayarkannya menjadi macet;
b) Adanya unsur tidak sengaja, artinya debitor mau
membayar/mempunyai niat untuk membayar pinjamannya tetapi
tidak mampu untuk mencicil pembayaran pinjamannya. Sebagai
contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah bencana alam
sehingga berdampak kemampuan untuk membayar tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
padahal debitor tersebut mempunyai niat untuk membayar
pinjamannya.
Dari beberapa penilaian terhadap permasalahan kredit macet di
atas. Permasalahan/alasan yang sering terjadi pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan adalah adanya unsur
ketidaksengajaan. Hal yang paling sering menjadi alasan nasabah seperti
adanya keluarga yang sakit sehingga dana yang seharusnya diprioritaskan
untuk digunakan membayar angsuran kepada bank menjadi dialokasikan
untuk mengobati keluarga yang sakit.
Dengan adanya hal tersebut kredit macet sangat mungkin terjadi,
apalagi pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan ini tanpa
menggunakan agunan atau jaminan sehingga mempunyai risiko yang
besar bagi bank yang memberikan kredit tanpa adanya agunan. Oleh
sebab itu, dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan prinsip
kehati-hatian sangat berperan untuk meminimalisir permasalahan ini.
Terdapat beberapa penggolongangan tipe kredit menurut tingkat
kelancarannya yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Penggolongan tersebut sesuai dengan Pasal 4 SK. Nomor 31/ 147/
KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yang penggolongan menurut
kemampuan membayar dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Kredit lancar
a) Pembayaran tepat waktu. Perkembangan rekening baik dan tidak
ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit;
b) Hubungan debitor dengan bank baik dan debitor selalu
menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat;
c) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.
Dokumentasi kredit lengkap dapat menyatakan kualitas pada suatu
kredit menurut Pasal 6 ayat (2) SK Direksi Bank Indonesia
No.31/147/KEP/ DIR tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Aktiva Produktif dokumentasi kredit lengkap adalah apabila
terdapat bukti-bukti dan dokumentasi yang cukup untuk
menyatakan kepastian pemenuhan dan kelancaran pembayaran dari
debitor yang dinilai berdasarkan prospek usaha dan juga
kemampuan membayarnya.
2) Dalam Perhatian Khusus
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai
dengan 90 hari, jarang mengalami cerukan. Cerukan atau over draft
yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat
dibayar lunas pada akhir hari;
b) Hubungan debitor dengan bank baik dan debitor selalu
menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih
akurat. Hubungan yang baik dan informasi keuangan debitor bisa di
dapatkan pembayaran yang dilakukan oleh debitor saat jatuh
tempo;
c) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat;
d) Pelanggaran perjanjian yang tidak prinsipil.
3) Kredit Kurang Lancar
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari, terdapat cerukan yang
berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan
kekurangan arus kas;
b) Hubungan debitor dengan bank memburuk dan informasi keuangan
tidak dapat dipercaya;
c) Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang
lemah;
d) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit;
e) Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
4) Kredit Diragukan
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari, terjadi cerukan yang
bersifat permanen khusunya untuk menutupi kerugian operasional
dan kekurangan arus kas;
b) Hubungan debitor dengan bank semakin memburuk dan informasi
keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya;
c) Dokumentasi kredit yang tidak lengkap dan pengikatan agunan
yang lemah;
d) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam
perjanjian kredit. Pelanggaran yang prinsipil dalam perjanjian
kredit yaitu bisa berupa pelanggaran terhadap kesepakatan
perjanjian, seperti kesepakatan mengenai jatuh tempo pembayaran
pada setiap bulannya atau dengan kata lain debitor menunggak
pembayaran terus-menerus sehingga melanggar kesepakatan awal.
5) Kredit Macet
a) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui
270 hari; dan
b) Dokumentasi kredit dan pengikatan agunan tidak ada.
Dengan adanya penggolongan kualitas kredit sebagaimana
yang diatur dalam Lampiran Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 mempunyai tujuan
untuk membedakan antara kredit mana yang dalam taraf lancar sampai
taraf macet, sehingga dapat memudahkan bank untuk melakukan
pengawasan dan pembinaan terhadap debitor. Selain itu tujuan dari
adanya penggolongan kredit tersebut yaitu untuk melakukan claim
pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (PT.ASKRINDO) apabila kredit
tersebut sudah sampai pada tahap diragukan atau sudah 4 kali tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
mengangsur pinjamannya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
Dalam pelaksaanaannya apabila terjadi permasalahan dalam
pemberian kredit usaha rakyat, bank dapat mengajukan claim kepada
PT.ASKRINDO sebagai pihak penjamin pemerintah untuk
penjaminan sebesar 70% dari plafon, sedangkan 30% nya ditutup oleh
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
Hal ini dikarenakan Kredit Usaha Rakyat merupakan salah satu
program pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan usaha
mikro, kecil, dan menengah agar semakin berkembang dan maju.
Menurut Ade Yusdiyanto selaku Mantri Kredit
Usaha Rakyat pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta pengajuan claim dapat
dilakukan apabila kredit tersebut sudah sampai pada kriteria
diragukan. Diragukan yaitu apabila debitur tersebut sudah
tidak dapat mengangsur (Wawancara tanggal 13 Maret 2012,
pukul 16.05 WIB, dengan Ade Yusdiyanto selaku Mantri
Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan surakarta).
Pada pelaksanaannya jumlah kredit macet pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta jarang
terjadi, dikarenakan untuk mengantisipasi adanya kredit macet maka
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
menerapkan cara-cara sebagai berikut :
1) Pemantauan debitor
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta memonitoring perkembangan usaha debitor setelah kredit
diberikan, apakah maju atau menurun. Jika perusahaan maju, kredit
akan lancar. Sebaliknya jika menurun, hendaknya penagihan lebih
ditingkatkan sebelum kredit tersebut macet.
2) Pembinaan debitor
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta memberikan penyuluhan kepada debitor mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
manajemen dan administrasi agar debitur lebih mampu mengelola
usaha yang dijalankannya. Oleh sebab itu jika usaha yang
dijalankan lancar maka pembayaran kredit akan lancar pula.
Selain kedua hal tersebut di atas, solusi ataupun hal yang
dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta apabila terjadi kredit macet yaitu melakukan
tindakan represive control credit. Tindakan represive control credit
merupakan tindakan pengamanan atau penyelesaian kredit macet.
Upaya atau solusi dalam penyelesaian kredit macet yang
sering dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta apabila terjadi kredit macet yaitu, sebagai berikut :
1) Melakukan reschedulling atau penjadwalan ulang.
Penjadwalan ulang yaitu tindakan yang dilakukan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dengan
melakukan perubahan syarat perjanjian kredit yaitu menyangkut
jadwal pembayaran pinjaman kredit, masa tenggang pembayaran
kredit, dan besaran angsuran kredit. Biasanya tindakan ini
dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta kepada debior yang masih menunjukan itikad
baik untuk melunasi pembayaran hutangnya. Itikad baik itu dapat
terlihat saat dilakukan penagihan terhadap tunggakan debitor
tersebut, apabila debitor tersebut mempunyai itikad baik maka dia
akan tetap berusaha membayar pinjamannya walau debitor tersebut
sedang mengalami kesulitan. Sebagai contoh pembayaran cicilan
yang seharusnya sebesar Rp 200.000,- per tanggal jatuh tempo,
dibayar oleh debitor sebesar Rp 100.000,- per tanggal jatuh tempo
karena kesulitan yang dialami oleh debitor. (debitor tetap
berkeinginan untuk melunasi pinjamannya).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
2) Melakukan tindakan liquidation
Liquidation yaitu penjualan terhadap barang-barang yang dijadikan
agunan dalam rangka pelunasan hutang, namun biasanya hal ini
tidak dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Unit Laweyan Surakarta. Hal ini disebabkan karena apabila
dilakukan dengan tindakan penjualan atau melalui cara-cara yang
lebih keras debitor malah tidak mau membayar pinjamannya. Oleh
sebab itu, Muhammad Aris Munandar pada hari Kamis tangal 24
Mei 2012 mengatakan bahwa:
“Jujur saja untuk melakukan tindakan sampai pada
tahapan penjualan barang-barang milik debitor atau
melakukan eksekusi semacam itu biasanya tidak kami
lakukan, dikarenakan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta tidak mempunyai tempat untuk
menyimpan barang-barang usaha milik debitor tersebut,
karena yang menjadi agunan pada Kredit Usaha Rakyat
Tanpa Agunan adalah usaha dari debitor itu sendiri, bahkan
banyak dari debitor apabila semakin diancam maka dia malah
semakin tidak mau membayar cicilannya. Oleh sebab itu
kami tidak “saklek” untuk menerapkan hal semacam itu.
Tindakan yang kami lakukan biasanya secara kekeluargaan.”
(Wawancara tanggal 24 Mei 2012, pukul 16.00 WIB, dengan
Muhammad Aris Munandar di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).
3) Melakukan upaya penyelesaian secara kekeluargaan
Upaya penyelesaian permasalahan kredit secara
kekeluargaan merupakan tindakan yang diambil oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
Penyelesaian pertama-tama tetap dilakukan secara kekeluargaan
terlebih dahulu dan berusaha mendalami permasalahan debitor
sehingga tidak dapat membayar pinjamannya. Apabila setelah 4
bulan lamanya pembayaran pinjaman tetap tidak dibayar oleh
debitor yang bersangkutan, maka PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta melalui Mantri Kredit
Usaha Rakyat akan melakukan claim pada PT. ASKRINDO,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
namun bukan berarti setelah dilakukan claim maka debitor dapat
bebas dari kewajibannya. Debitor tetap harus memenuhi
kewajibannya dengan ditagih secara terus menerus oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
4) Mengasuransikan debitor dengan asuransi kematian untuk
mencegah kredit macet
Mengasuransikan debitor untuk asuransi kematian merupakan salah
satu cara yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk mencegah terjadinya kredit
macet, dikarenakan meninggalnya debitor maka ahli warisnya tidak
akan mengalami kesulitan untuk membayar pinjamannya lagi
karena sudah diasuransikan. Hal ini dilakukan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
dikarenakan apabila menunggu mendapatkan ganti kerugian kepada
PT. ASKRINDO maka pinjaman tersebut harus ditunggu selama 4
bulan terlebih dahulu (macet). Apabila kredit sudah macet maka
akan menjadi kerugian bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk Unit Laweyan Surakarta dan baru dapat diajukan claim pada
PT. ASKRINDO. Oleh sebab itu hal ini dapat menjadi keuntungan
bagi pihak debitor itu sendiri dan juga bagi kreditor.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa eksekusi
terhadap barang-barang milik debitor yang merupakan jaminan
terhadap pelunasan pinjaman debitor apabila dia tidak dapat melunasi
hutangnya seperti yang tercantum dalam dalam Pasal 1131 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata tidak dijalankan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, walaupun
dasar hukum/perlindungan bagi kreditor pada Kredit Usaha Rakyat
Tanpa Agunan berlaku pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata sebagai dasar hukum penjaminan terhadap kerugian yang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
ditanggung oleh kreditor. Eksekusi atau pengalihan sejumlah harta
kekayaan milik debitor tersebut tidak pernah atau jarang sekali
dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta apalagi untuk Kredit Usaha Rakyat yang kisaran
jumlah pinjamannya kecil.
Dari adanya kenyataan di atas penulis berpendapat jika
menggunakan jalan kekeluargaan merupakan salah satu solusi yang
terbaik dilihat dari adanya penurunan jumlah kredit macet pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, tanpa
disertai adanya eksekusi maka harus dibarengi juga dengan penegasan
terhadap jangka waktu yang sudah diperhitungkan untuk menagih
pembayaran pinjaman tersebut diberi tempo/tenggang waktu, sehingga
apabila debitor setelah diberi toleransi tetap tidak mau membayar
maka PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
Surakarta harus mengambil langkah tegas untuk menyelesaikan
permasalahan kredit tersebut. Dengan penyelesaian permasalahan
kredit yang lebih singkat/diberi tempo toleransi salah satu keuntungan
yang bisa didapatkan dengan adanya hal itu menurut penulis adalah
masalah mengenai kredit pun tidak menumpuk.
b. Permasalahan kedua yaitu lamanya pencairan dana tunggakan oleh PT.
ASKRINDO dikarenakan proses yang berbelit-belit
Pengajuan claim kepada perusahan penjamin yaitu PT.
ASKRINDO, selaku penjamin Kredit Usaha Rakyat yang ditunjuk oleh
Pemerintah cukup lama dan berbelit-belit dikarenakan :
Menurut Ade Yusdiyanto selaku Mantri Kredit Usaha
Rakyat pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta terdapat beberapa tahapan yang harus
ditempuh dalam pengajuan claim, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap pertama yaitu dapat diajukan apabila kredit macet
tersebut sudah macet dan tidak mengangsur lagi selama
beberapa waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
2) Tahap kedua melangkapi berkas-berkas kelengkapan debitur
seperti fotokopi identitas debitur, surat pengakuan hutang,
lembar kunjungan nasabah (LKN).
3) Tahap ketiga yaitu setelah semua syarat pengajuan telah
dilengkapi barulah dilakukan adanya BI cheking.
4) Dan tahap-tahap selanjutnya, sehingga proses pengajuan
claim pada perusahaan penjamin sangatlah membutuhkan
waktu yang lama.
Apalagi dengan Sumber Daya Manusia pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan yang relatif
terbatas, sehingga pencairan dana oleh penjamin tidak tentu
dalam pencairannya, kurang lebih 3 bulan dari pengajuan
sampai pada pencairannya (Wawancara tanggal 13 Maret 2012,
pukul 16.15 WIB, dengan Ade Yusdiyanto selaku
Mantri/Account Officer Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).
Hal yang dapat dilakukan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam hal ini yaitu tetap
mengajukan tunggakan kepada PT. ASKRINDO sesuai dengan prosedur
yang ada dan juga mengusahakan untuk tetap menagih tunggakan
tersebut kepada debitor yang macet. Walaupun demikian menurut
penulis, hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat perjanjian
mengenai asuransi dengan debitor pada awalnya sehingga apabila suatu
saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat diajukan claim pada
perusahaan asuransi yang disepakati pada saat terjadinya perjanjian
tersebut dan juga asuransi pada PT. ASKRINDO. Dengan adanya
antisipasi terhadap hal yang sedemikian rupa maka PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta tidak akan mengalami
kerugian yang besar.
c. Permasalahan ketiga yaitu pada kurangnya kuantitas Sumber Daya
Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sesuatu hal yang
penting dalam kemajuan suatu badan institusi, karena tanpa adanya
sumber daya manusia maka institusi tersebut tidak dapat berjalan.
Demikian halnya dengan kuantitas SDM yang ada pada PT. Bank Rakyat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta perlu SDM yang
cukup dalam rangka memenuhi kinerja atau kebutuhan akan SDM yang
ada di dalamnya. Meninggat Mantri Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta hanya ada satu
orang. Hal ini tidak sebanding dengan peningkatan permintaan Kredit
Usaha Rakyat setiap bulannya, yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Tabel 3. Peningkatan Jumlah Pendaftar Kredit Usaha Rakyat dan Jumlah Debitor
Kredit Usaha Rakyat Bulan Oktober 2011- Februari 2012
BULAN JUMLAH PENDAFTAR
(ORANG)
JUMLAH REALISASI
DEBITOR (ORANG)
Oktober 2011 28 10
November 2011 32 27
Desember 2011 30 25
Januari 2012 32 27
Februari 2012 48 44
Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta
Tahun 2012
Menurut tabel di atas dapat ditarik adanya suatu kesimpulan atau
gambaran bahwa dari bulan Oktober 2011 s/d Februari 2012 rata-rata
terdapat adanya peningkatan peminat pendaftar Kredit Usaha Rakyat di
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.
Dengan demikian di satu sisi dapat diartikan bahwa peminat Kredit
Usaha Rakyat meningkat, namun seharusnya dengan semakin
meningkatkanya peminat Kredit usaha Rakyat dibarengi juga dengan
peningkatan kuantitas Sumber Daya Manusia di PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, atau paling tidak dapat
diperhitungkan juga mengenai besaran kenaikan jumlah debitornya
dengan jumlah Mantri Kredit Usaha Rakyat. Dapat dibayangkan apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
sangat sulit mengelola atau mengawasi begitu banyaknya debitor dan
juga melakukan analisis terhadap pendaftar Kredit Usaha Rakyat setiap
harinya.
Menurut Muhammad Aris Munandar selaku Kepala Unit
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan 1 (satu)
orang Mantri Kredit Usaha Rakyat menangani 450 s/d 500 orang
debitor dengan nominal Outstanding Rp 1.630.000.000,- untuk
saat ini penambahan account officer Kredit Usaha Rakyat belum
dilakukan karena jumlah debitor Kredit Usaha Rakyat pada PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta
belum mencapai 500 debitor. Oleh sebab itu penambahan account
officer belum dilakukan karena masih memenuhi standar
(Wawancara dengan Muhammad Aris Munandar pada tanggal 9
Februari 2012 pukul 09.10 WIB di PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).
Walaupun demikian menurut penulis begitu banyaknya jumlah
debitor yang harus dipegang oleh satu orang Mantri Kredit Usaha Rakyat
belum lagi ditambah dengan Pendaftar Kredit Usaha Rakyat, maka
permasalahan yang dapat terjadi dengan kurangnya kuantitas Sumber
Daya Manusia pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yaitu :
1) Kurangnya pengawasan terhadap debitor yang sudah mendapatkan
pinjaman;
2) Lambannya proses pemberian Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta;
3) Dalam melakukan analisis kredit terhadap calon debitor kurang teliti,
disebabkan waktu yang harus ditepati oleh seorang Mantri Kredit
Usaha Rakyat maksimal adalah 7 hari kerja dari kredit tersebut sudah
didaftarkan, belum lagi seorang Mantri Kredit Usaha Rakyat harus
melakukan analisa terhadap calon debitor yang lain pula.
Oleh karena adanya permasalahan di atas menurut penulis hal
yang harus dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Unit Laweyan Surakarta adalah merekrut pekerja dan ditempatkan pada
posisi bagian yang menjalankan Kredit Usaha Rakyat, dan juga perlunya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
dilakukan pembinaan terhadap pekerja yang telah ada, khususnya yang
menangani Kredit Usaha Rakyat, seperti melakukan pendidikan lanjutan
kepada pekerja tersebut agar secara tekhnis menguasai cara untuk dapat
mengembangkan dunia perbankan.
d.Permasalahan keempat yaitu kurangnya pengetahuan debitor mengenai
Kredit Usaha Rakyat
Pengetahuan merupakan sesuatu hal yang pokok dan harus
dimengerti baik bagi orang awam ataupun bagi orang yang sudah
mengerti bagaimana jalannya proses pelaksanaan pemberian kedit secara
umum. Permasalahan yang terjadi pada PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dikarenakan kurangnya
pengetahuan debitor diharenakan karena hal seperti berikut :
1) Kurangnya pengetahuan/kurang mengertinya debitor terhadap proses
perjanjian ataupun klausula-klausula yang diberikan oleh PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta. Hal ini
dikarenakan debitor tidak mengetahui mengenai betapa pentingnya
pengikatan kredit dan juga klausula-klausula yang telah disepakati.
Hal ini berdampak pada sering kali terdapat beberapa debitor yang
tidak mengetahui mengenai besaran bunga dan kewajiban untuk
melakukan pembayaran cicilan pinjaman sebelum jatuh tempo, yang
sebanarnya itu sudah tercantum secara jelas dalam perjanjian kredit
ataupun dalam surat pengakuan hutang. Dengan ketidak mengertian
debitor ini dapat menimbulkan permasalahan kredit (kredit macet).
2) Salah presepsi yang terjadi dalam masyarakat. Salah presepsi ini
terjadi ketika adanya kesalahpahaman pada masyarakat dikarenakan
masyarakat salah mengartikan program pemerintah Kredit Usaha
Rakyat Tanpa Agunan, mereka berfikir jika Kredit Usaha Rakyat
Tanpa Agunan sama dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sehingga
tidak perlu untuk dikembalikan atau diangsur pinjamannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Menurut penulis dalam permasalahan ini dapat diakibatkan oleh
kurang aktifnya pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta untuk memberikan informasi mengenai klausula-
klausula yang dipersyaratkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk Unit Laweyan Surakarta, namun dapat juga demikian sebaliknya
merupakan kelalaian dari debitor untuk menanyakan hal-hal yang penting
menganai klausula-klausula yang telah disepakati dalam perjanjian
tersebut. Ataupun dapat diakibatkan karena kurang aktifnya pemerintah
dalam mensosialisasikan tentang kredit usaha rakyat.
Pada pelaksanaannya pemberian informasi mengenai klausula-
klausula dalam perjanjian tersebut atau mengenai seluk-beluk Kredit
Usaha Rakyat merupakan kewenangan customer service untuk
memberikan informasi mengenai hal yang bersangkutan. Upaya yang
dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan
sebetulnya dengan memberikan brosur dan juga kelengkapan perjanjian
pemberian Kedit Usaha Rakyat merupakan salah satu bentuk antisipasi
yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta.
Menurut pendapat penulis perlu diadakannya tindakan lebih
agresif oleh pemerintah dalam membatu perbankan agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman lagi pada masyarakat, dapat dilakukan
dengan cara pemberian penyuluhan terhadap masyarakat melalui televisi
ataupun media elektronik lainnya mengenai fungsi, tujuan Kredit Usaha
Rakyat oleh pemerintah. Solusi yang lain yaitu dapat dengan
memberikan pendidikan pada masyarakat sehingga masyarakat mengerti
mengenai pengertian kredit, pentingnya kredit, ataupun pentingnya
pengembalian pinjaman kredit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Tinjauan
Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan Berdasarkan Undang-Undang
Perbankan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan diberikan dalam bentuk Kredit
Usaha Rakyat Tanpa Agunan dan pada pelaksanaannya dilakukan
berdasarkan lima tahapan yaitu, tahap permohonan kredit, tahap peninjauan
dan analisis kredit, tahap pemberian keputusan kredit, tahap perjanjian
kredit, dan tahap pencairan kredit.
2. Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pemberian kredit tanpa
agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta yaitu permasalahan pertama kredit macet, permasalahan
kedua kedua penyalahgunaan kredit solusi atas permasalahan kredit macet
dan penyalahgunaan kredit yaitu dengan melakukan pembinaan,
pengawasan, namun apabila permasalahan tersebut sudah terjadi dan tidak
dapat dihindari lagi maka solusi yang dilakukan yaitu dengan melakukan
penagihan secara kekeluargaan dan perubahan terhadap sejumlah syarat-
syarat seperti perubahan jadwal pembayaran, serta memberikan surat
teguran kepada debitor yang menyalahgunakan pinjaman tersebut,
permasalahan ketiga yaitu pencairan dana tunggakan debitor pada PT.
ASKRINDO yang berbelit-belit solusi atas permasalahan ini dengan
mengajukan berkas-berkas penunggakan kredit secara lengkap dan detail
untuk meminimalisir waktu dalam pengajuan berkas-berkas, keempat
kurangnya kuantitas Sumber Daya Manusia pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu unit PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
solusi atas permasalahan ini yaitu dengan menambah jumlah kuantitas
Sumber Daya Manusia pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit
Laweyan Surakarta apabila diperlukan, dan kelima yaitu kurangnya
pengetahuan debitor mengenai kredit usaha rakyat tanpa agunan solusi atas
permasalahan ini yaitu dengan memperkenalkan produk kredit tersebut
melalui brosur ataupun memberitahukan prosedur pelaksanaan kredit yang
dilakukan oleh customer service, serta memberikan pengetahuan kepada
calon debitor megenai kredit usaha rakyat tanpa agunan atau produk kredit
lainnya untuk meminimalisir masalah kredit yang dikaibatkan kurangnya
pengetahuan debitor.
B. Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
diuraikan, maka penulis memberikan saran, sebagai berikut :
1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku
salah satu unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet
Riyadi Surakarta dalam melakukan penyelamatan kredit macet dengan cara
reschedulling harus tetap memperhatikan perjanjian awal pada saat
melakukan kesepakatan kredit juga, sehingga dengan memperhatikan pada
perjanjian kesepakatan kredit maka dapat diketahui sejauh mana
kesungguhan dari debitor yang bersangkutan.
2. Pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan kredit usaha rakyat tanpa
agunan harus melakukan tindakan agresif dalam rangka dukungan
tersebutyaitu dengan melakukan penyuluhan mengenai pengenalan terhadap
kredit usaha rakyat tanpa agunan untuk menghindari kesalahpahaman yang
terjadi pada masyarakat.