penulisan hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (studi kasus di pt....

120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TINJAUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : SEPTIKA MEGA DEWANTI NIM. E.0008432 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: tranbao

Post on 03-Jul-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN

(Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Cabang Slamet Riyadi Surakarta)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

SEPTIKA MEGA DEWANTI

NIM. E.0008432

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Septika Mega Dewanti. E0008432. 2012. TINJAUAN PELAKSANAAN

PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG PERBANKAN (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta. Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pemberian kredit

tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta, permasalahan-permasalahan yang timbul serta upaya apa saja

yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat

eksploratoris, untuk memberikan informasi awal mengenai masalah yang diteliti

sehingga dapat memberikan gambaran karena pengetahuan mengenai kredit tanpa

agunan kurang sekali. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi

bahan hukum primer yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan salah satu unitnya

yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta bahan

hukum sekunder, dan juga bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data primer

dilakukan melalui studi lapangan yaitu dengan cara mewawancarai pegawai,

nasabah, dan para pihak yang berkompeten serta melakukan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaannya pemberian kredit

tanpa agunan dilakukan melalui lima tahapan dan calon debitur yang

bersangkutan harus dapat memenuhi tahapan-tahapan tersebut. Tahapan tersebut

ialah tahap permohonan kredit, tahap penyelidikan dan analisis kredit, tahap

pemberian keputusan kredit, tahap kesepakatan perjanjian kredit, dan tahap

pencairan kredit. Permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan kredit tanpa

agunan seperti kredit macet, penyalahgunaan kredit, kurangnya jumlah sumber

daya manusia, pencairan dana tunggakan debitor yang berbelit-belit oleh PT.

ASKRINDO dan kurangya pengetahuan calon debitur. Penyelesaian

permasalahan dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, namun pada

penyelesaiannya atau solusinya tetap dilakukan dengan cara kekeluargaan,

memberikan surat teguran sebagai langkah aksi, dan melakukan penjadwalan

kembali (reschedulling) untuk debitor yang beritikad baik. Langkah perventif atau

pencegahan permasalahan kredit dilakukan dengan melakukan pengawasan

terhadap debitor dan melakukan pembinaan.

Kata kunci : Risiko, Kredit, Agunan

Page 3: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Septika Mega Dewanti. E0008432. 2012. A REVIEW ON THE

IMPLEMENTATION OF LOAN ISSUANCE WITHOUT COLLATERAL

BASED ON BANKING ACT (A Case Study on Slamet Riyadi Surakarta

Branch of PT. Bank Rakyat Indonesia. Faculty of Law of Sebelas Maret

University.

This research aims to find out the implementation of loan issuance without

collateral in Slamet Riyadi Surakarta Branch of PT. Bank Rakyat Indonesia, the

problem occurring as well as the measures taken by PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk to cope with such the problems.

This research was an empirical law research that was exploratory in

nature, to give initial information about the problem studied thereby giving

description because of very limited knowledge about loan without collateral. The

type of data used in this research included primary law material obtained from the

location of research, namely Slamet Riyadi Surakarta Branch of PT. Bank Rakyat

Indonesia and one of its unit namely, Laweyan Surakarta Unit of PT. Bank Rakyat

Indonesia, secondary and tertiary law materials. Technique of collecting primary

data used was field study by interviewing the employees, customers, and those

who were competent as well as by undertaking library study.

The result of research showed that the implementation of loan issuance

without collateral was conducted through five stages and the concerned prospect

debtor should fulfill the stages. Those stages included: loan application, loan

investigation and analysis, loan decision, loan agreement, and loan liquefaction.

The problem occurring in the loan implementation without collateral included non

performing loan, loan misuse, limited number of human resource, complicated

debtor arrear fund liquefaction by PT. ASKRINDO and the prospect debtor’s low

knowledge. The problem solving was done in different ways. But it still

emphasized on kinship principle, by sending reprimand as action measure, and by

rescheduling for the debtor with good intention. The preventive measure in

dealing with the loan problem was done by overseeing and coaching the debtor.

Keywords: Risk, Loan, Collateral.

Page 4: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada

Tuhan (Yeremia 17 : 7)

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah

mengeringkan tulang (Amsal 17 : 22)

Mau dikerjakan hari ini atau besok hasilnya akan sama saja, bahkan bisa lebih

buruk. Lebih cepat, lebih baik mau besok atau sekarang itu juga yang harus

dihadapai. Jangan menunda pekerjaan. Tetap semangat (Septika Mega

Dewanti)

Orang tidak akan menjadi pemberani kalau hanya mengalami hal-hal yang

bagus (Mary Tyler Moore)

Kemenangan kita yang paling besar bukanlah karena kita tidak pernah jatuh,

melainkan karena kita bangkit setiap kali jatuh (Confusius)

PERSEMBAHAN

Tuhan Yang Maha Esa, untuk setiap kasih

yang telah diberikan setiap hari.

Papa tercinta di Surga

Mama tersayang untuk setiap hal yang telah

kita alami bersama

Anita Sihanuki dan Desita Soraya Shinta

kedua kakak penulis

Seseorang yang akan menjadi pendamping

hidupku kelak

Sahabat-sahabatku tersayang

Almamater Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Page 5: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, Allah

terhebat untuk segala kasih dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Penulisan Hukum yang berjudul “TINJAUAN PELAKSANAAN

PEMBERIAN KREDIT TANPA AGUNAN BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG PERBANKAN (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta)”.

Adapun kajian dalam penulisan hukum ini dimaksudkan untuk

mengetahui mengenai pelaksanaan pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan

permasalahan serta solusi atau upaya untuk menghadapi permasalahan dalam

pemberian kredit.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya Penulisan Hukum ini tidak

terlepas dari bantuan baik moril maupun materiil serta doa dan dukungan berbagai

pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret;

2. Ibu Djuwityastuti, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Perdata;

3. Ibu Ambar B. Sulistyowati, S.H., M.Hum selaku Ketua dewan penguji

penulis yang telah banyak memberikan saran bagi penulis untuk

pengembangan penulisan hukum ini

4. Bapak Munawar Kholil, S.H., M.Hum selaku Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, pikiran dan tenaga yang dengan sabar memberikan saran

dan bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini;

5. Ibu Anjar Sri C.N. S.H., M.Hum selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dan dengan sabar membimbing

penulis, memberikan saran sehingga terselesaikannya skripsi ini;

6. Ibu Siti Muslimah, S.H., M.H selaku Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama masa studi;

Page 6: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

skripsi ini;

8. Segenap Bapak dan Ibu Karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan pelayanan dalam bidang akademik

kepada penulis selama masa studi;

9. Segenap Staf Perpustakaan Fakultas Hukum UNS dan Staf Perpustakaan

UNS, yang telah membantu menyediakan bahan referensi yang berkaitan

dengan topik penulisan hukum ini;

10. Segenap keluarga besar PMK Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan

banyak kenangan, doa, dan juga dukungan kepada penulis sehingga

terselesaikannya penulisan hukum ini;

11. Bapak Bekti Sulistyanto yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk

melakukan penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang

Slamet Riyadi Surakarta dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta;

12. Bapak Muhammad Aris Munandar beserta seluruh pegawai PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta yang telah banyak

membantu penulis untuk mendapatkan data demi terselesaikannya penulisan

hukum ini;

13. Papaku Tercinta Ir. Subiyanto (Alm) in heaven yang sudah banyak sekali

memberi inspirasi bagi penulis. Terimakasih untuk segalanya, walaupun jauh

inspirasi dan semangat papa selalu penulis tanamkan di dalam hati;

14. Mamaku Tersayang Sri Sugiharti yang telah memberikan semua hal yang

sangat berarti untuk penulis sejak kecil, untuk pengorbanan, inspirasi, kasih

sayang, cinta, perhatian, dan juga doa yang tidak pernah habis untuk penulis;

15. Saudaraku Terkasih kakak-kakakku Anita Sihanuki S.E. dan Desita Soraya

Shinta S.T., yang selalu memberikan inspirasi, doa, dan dukungan-dukungan

pada penulis sehingga terselesaikannya penulisan hukum ini;

Page 7: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

16. Keluarga besar Mangun Wiyardja dan Keluarga Besar Soentoro yang selalu

memberikan dukungan dan juga doa kepada penulis sehingga

terselesaikannya skripsi ini;

17. Sahabat-sahabatku di Fakultas Hukum UNS yakni Eli Puspitasari, Ike

Perwitasari, Dhina Christy Hapsari, dan Indah Handaningrum Nurwulan, atas

persahabatan, dukungan, semangat, hal-hal yang telah kita lakukan bersama,

dan juga motivasi yang telah diberikan kepada penulis selama ini;

18. Teman dekatku selama ini Niko Estradiyanto yang selama ini telah

mencurahkan perhatian, bimbingan, dan juga nasehat-nasehat bagi penulis

sehingga terselesaikannya penulisan hukum ini;

19. Teman-teman penulis di Fakultas Hukum UNS khususnya angkatan 2008

yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terimakasih untuk setiap kerjasama,

dorongan, pertemanan, dan juga bantuannya selama ini;

20. Seluruh penghuni Kost Kusuma Murti, khususnya vita teman terbaikku, dan

seluruh penghuni Kost Putri Dinya yang telah banyak memberikan keceriaan,

dan juga dukungan, semangat sehingga terselesaikannya penulisan hukum ini;

Penulis menyadari bahwa Penulisan Hukum atau skripsi ini masih jauh

dari sempurna baik dari segi substansi maupun teknis penulisan. Untuk itu

sumbang saran dari berbagai pihak, sangat penulis harapkan demi perbaikan atau

penyempurnaan penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga penulisan

hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan,

akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Septika Mega Dewanti

NIM. E0008432

Page 8: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL .......................................................... xiv

BAB.I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

E. Metode Penelitian .......................................................................... 7

F.Sistematika Penulisan Hukum ..................................................... 17

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 19

A. Kerangka Teoritis ...................................................................... 19

1. Tinjauan tentang Perjanjian Kredit ........................................ 19

a. Pengertian Perjanjian ......................................................... 19

b. Akibat Perjanjian .................................................................. 19

c. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian ........................................ 24

d. Asas-asas Hukum Perjanjian ............................................... 24

e. Pengertian Kredit dan Pengertian Perjanjian Kredit............ 25

f. Unsur-unsur Kredit ............................................................. 27

g. Tujuan dan Fungsi Kredit ................................................... 28

Page 9: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

h. Kredit dilihat dari Sudut Jaminannya ................................ 31

2. Tinjauan tentang Kredit Tanpa Agunan ................................ 32

a. Eksistensi Kredit Tanpa Agunan ........................................ 32

b. Dasar Hukum Kredit Tanpa Agunan ................................. 36

c. Proses Pemberian Kredit Tanpa Agunan .............................. 38

3. Tinjauan tentang Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit ........... 44

a. Pengertian Efektifitas .......................................................... 44

b. Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit .................................... 46

B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 50

BAB.III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 53

A. Deskripsi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk .................. 53

1. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ...... 53

2. Susunan Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Slamet Riyadi Surakarta ........................................ 54

3. Tugas, Fungsi, dan Wewenang masing-masing organ pada

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ............................. 57

4. Produk dan Jasa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk.......................................................................................... 60

B. Hasil Penelitian ........................................................................... 64

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Slamet Riyadi

Surakarta ................................................................................. 64

2. Permasalahan dan Solusi Pada Pelaksanaan Pemberian Kredit

Tanpa Agunan Pada PT. Bank Rakyat Indoensia (Persero) Tbk

Cabang Slamet Riyadi Surakarta ........................................... 78

C. PEMBAHASAN .......................................................................... 83

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi

Surakarta ....................................................................... .......... 83

2. Permasalahan dan Solusi Yang Timbul Pada Pelaksanaan

Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia

Page 10: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

(Persero) Tbk Cabang Slamet Riyadi Surakarta ...................... 93

BAB IV. PENUTUP ................................................................................. 108

A. Simpulan ....................................................................................... 108

B. Saran ............................................................................................. 109

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 110

LAMPIRAN ............................................................................................

Page 11: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1. Model Analisis Interaktif ........................................................ 16

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ................................................................ 50

Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Cabang Slamet Riyadi Surakarta ........................................... 55

Gambar 4. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta ......................................................... 56

Tabel 1 .Biodata Pegawai PT. Bank Rakyat Indoensia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta ............................................................ 56

Tabel 2. Rekap jumlah kredit macet pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta ...................................... 90

Tabel 3. Peningkatan Jumlah Pendaftar Kredit Usaha Rakyat dan Jumlah

Debitur Kredit Usaha Rakyat Bulan Oktober 2011- Februari

2012 ............................................................................................ 104

Page 12: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman pada saat ini, adanya pembangunan

nasional ke depan merupakan serangkaian upaya untuk memajukan

perkembangan pembangunan nasional ke arah yang lebih baik. Perkembangan

tersebut dapat dilihat dari adanya pola kehidupan masyarakat, yang salah satunya

dari segi ekonomi. Dilihat dari sisi perekonomian, manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya semakin meningkat, sedangkan alat pemuas kebutuhan

sendiri terbatas. Hal ini dikarenakan manusia sebagai Homo Economicus, maka

setiap manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya (Thomas Suyatno dkk,

1995 : 13).

Kebutuhan akan kepuasan hidup dalam diri manusia akan tercukupi

ketika pemenuhan kebutuhan manusia dapat terpenuhi seperti sandang dan papan.

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut maka manusia membutuhkan

pekerjaan untuk mendapatkan uang atau dapat dengan membangun suatu usaha

untuk mendapatkan uang. Dalam membangun usaha tentunya diperlukan modal

yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan pemenuhan itu adalah dengan melakukan pinjaman atau kredit

kepada pihak lain yang dapat digunakan sebagai alat permodalan.

Kredit berasal dari bahasa latin yaitu credere yang berarti adalah

kepercayaan yang pada prinsipnya penyaluran kredit adalah berdasarkan dua hal

yaitu prinsip kepercayaan dan kehati-hatian ( Malayu S.P. Hasibuan, 2005 : 87 ).

Dasar dari munculnya kredit adalah kepercayaan yang diberikan oleh kreditor

kepada orang yang menerima kepercayaan tersebut (debitor) bahwa debitor akan

mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah

pihak. Pengertian kredit ada di dalam Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang

Perbankan yang dimaksud dengan kredit yaitu penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

Page 13: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberi bunga.

Penyaluran kredit merupakan salah satu bisnis utama bank yang sebagian

besar asset bank berupa kredit. Bank menurut Verryn Stuart sebagaimana dikutip

oleh Malayu S.P. Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan menyebutkan

bahwa “Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the

money they accept as a gamble to the other, eventhough they should supply the

new money” yang berarti bahwa Bank dalam hal ini telah melakukan operasi pasif

dan aktif, yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana

(surplus spending unit) dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang

membutuhkan dana (defisit spending unit) (Malayu S.P. Hasibuan, 2005 : 2).

Bank merupakan salah satu institusi yang berada di bawah naungan

pemerintah. Dengan kata lain bank merupakan kepanjang tangannan pemerintah

yang biasa disebut dengan Financial Intermediary. Fungsi bank sebagai Financial

Intermediary tentunya terlihat dari dukungan pemerintah terhadap bank dalam

bentuk deregulasi dalam pengelolaan dana masyarakat (Ruddy Tri Santoso, 1996 :

4). Dengan adanya pernyataan tersebut maka jelas terlihat pemerintah pun turut

andil dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, sebagaimana tertuang pada

Alenia IV Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadilan sosial.

Berkaitan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan

perekonomian, maka diberlakukan program-program pemerintah dalam rangka

pemajuannya. Salah satunya adalah dengan pemberian kredit tanpa agunan untuk

menambah modal usaha masyarakat khususnya diperuntukan untuk menambah

modal usaha dalam rangka peningkatan aktivitas bisnis.

Program pemerintah mengenai adanya pemberian Kredit Tanpa Agunan

di wujudkan dengan diluncurkannya Kredit Usaha Rakyat (KUR), pada 5

November 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tujuan dari Kredit

Page 14: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Usaha Rakyat adalah untuk menambah modal usaha dari pengusaha mikro kecil

dan menengah (UMKM) serta koperasi.

Kredit tanpa agunan merupakan salah satu produk perbankan yang

diberikan tanpa adanya agunan (collateral). Tujuan utama dari adanya kredit

tanpa agunan yaitu untuk memberikan modal kepada pihak yang memerlukan

modal untuk memulai usahanya namun tidak memiliki agunan, sehingga disinilah

peran modal pinjaman dipergunakan untuk pemajuan kesejahteraan.

Walaupun demikian perbankan sebagai suatu lembaga yang ada karena

sokongan dari masyarakat, selain harus memperhatikan kebutuhan masyarakat

juga harus memperhatikan kehati-hatian dalam rangka pelaksanaan pemberian

kredit. Oleh sebab itu kredit tanpa agunan diberikan berdasarkan pada riwayat

kredit dari pemohon kredit secara pribadi. Dengan adaya kredit tanpa agunan

pihak bank sebagai pemberi pinjaman haruslah mempunyai keyakinan atas

kesanggupan nasabahnya untuk melunasi pinjaman atau kredit tersebut sesuai

dengan yang telah diperjanjikan. Dikarenakan agunan yang selama ini harus

diberikan oleh debitor dalam pemenuhan syaratnya sekarang tidak menjadi suatu

keharusan, yang agunan hanya merupakan suatu tambahan dan tidak bersifat

pokok

Dengan demikian, keyakinan atas kesanggupan nasabah yang dimiliki

oleh pihak bank mempunyai arti yang sangat penting. Ketentuan mengenai

keyakinan pihak bank tersebut secara jelas, termuat di dalam Pasal 8 ayat 1

Undang-Undang Perbankan, bahwa:

“ Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis

yang mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah

debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan

dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Oleh karena pemberian kredit tanpa agunan hanya berdasarkan

kepercayaan terhadap debitor, tentunya menjadi tidak mudah apabila suatu saat

terjadi permasalahan hukum dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan

dapat menimbulkan risiko ke depannya. Risiko yang mungkin timbul dalam

Page 15: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pemberian kredit seperti analisis kredit yang tidak sempurna sehingga

menimbulkan kredit macet.

Selain kredit macet, permasalahan hukum mengenai pemberian kredit

yang lainnya yaitu dapat dilihat sampai minggu ketiga Maret 2011 Bank

Indonesia (BI) mencatat apabila, terdapat 68 kasus yang masuk dalam

permohonan mediasi yang diajukan nasabah kepada BI. Sebanyak 40 kasus terkait

dengan penyaluran dana. Menurut Sondang dalam artikel tersebut, dari 68 kasus

tersebut, tercatat 21 kasus menyangkut sistem pembayaran, 4 kasus menyangkut

perihal penghimpunan dana, 1 kasus di produk kerja sama, 1 kasus di produk

lainnya, dan 1 di luar permasalahan produk perbankan. Menurut Sondang, hal ini

terkait penyaluran dana dengan pemberian Kredit Tanpa Agunan bahwa banyak

sekali di awal tahun nasabah yang meminta restrukturisasi kredit tanpa agunan ke

bank (NN, 2011 : 1).

Di sisi lain, pada akhir Agustus 2011 pemberian kredit perbankan

nasional menembus 2 kuadriliun rupiah, tepatnya Rp 2.037,41 triliun atau naik

24,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (Rika Novayanti dan

Hendry T. Kredit Tembus Rp2 Kuadriliun. Bisnis Indonesia, 9 September 2011,

halaman 1). Dengan adanya kenaikan ini maka jelas terlihat jika kredit sangat

dibutuhkan oleh masyarakat dan syarat-syarat pemberian kredit telah terpenuhi.

Menurut Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Johansyah sebagian besar

kredit perbankan itu disalurkan untuk pembiayaan kegiatan perekonomian yang

produktif (Rika Novayanti dan Hendry T, 2011 : 1). Terlebih dari hal tersebut

diatas, kredit tanpa agunan merupakan salah satu program pemerintah dalam

rangka pengentasan kemiskinan dan penggangguran yang dalam hal ini telah

direalisasikan pada Kabupaten Tanah Datar yang terletak kurang lebih 103 KM

dari Kota Padang Ibukota Propinsi Sumatera Barat dikarenakan akses kredit

perbankan hanya melayani pengusaha kelas mengengah ke atas yang cenderung

sudah mapan dan memiliki jaminan kredit, kesulitan dalam mengakses kredit

perbankan itulah yang menyebabkan penduduk Tanah Datar meminjam pada

retenir walaupun dengan bunga yang sangat tinggi dan tanpa adanya persyaratan

yang mempersulit. Namun selama ini pengusaha pada Tanah Datar tidak dapat

Page 16: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

mengembangkan usahanya dengan baik dikarenakan beban hutang dengan sistem

“gali lubang, tutup lubang” . Oleh sebab itu dari beberapa penelitian yang di

lakukan di Tanah Datar pemberian kredit tanpa agunan merupakan solusi yang

tepat untuk mengembangkan skala usaha mikro di Kabupaten Tanah Datar

(Nasruddin, 2007 : 38).

Dengan adanya kedua keyataan di atas mengenai permasalahan

pemberian kredit yang tidak dapat dihindari sampai pada saat ini dan kebutuhan

akan kredit yang semakin meningkat dan juga tidak dapat dipungkiri adanya

dampak postif dari pemberian kredit tanpa agunan tersebut, seperti halnya yang

terjadi pada Kabupaten Tanah datar. Oleh karena, kedua hal ini sangat bertolak

belakang di satu sisi kredit sangat dibutuhkan namun di sisi lain permasalahan

mengenai pelaksanaan kredit itu sendiri masih mengalami berbagai macam

problematika. Apalagi dengan kredit tanpa agunan yang tidak menggunakan

jaminan dalam pelaksanaannya, sehingga kendala dalam usaha memajukan

pertumbuhan ekonomi harus segera diatasi.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, oleh sebab itu penulis

memilih judul : “TINJAUAN PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT

TANPA AGUNAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN

(Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta)”

B. Perumusan Masalah

1) Bagaimana pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta ?

2) Apakah permasalahan yang timbul dan solusi dalam pelaksanaan pemberian

kredit tanpa agunan di PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang

Slamet Riyadi Surakarta?

Page 17: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas suatu

permasalahan hukum yang terjadi. Oleh sebab itu, penelitian hukum ini

mempunyai tujuan objektif dan tujuan subyektif, sehingga mampu mencari

pemecahan atau solusi atas permasalahan hukum yang terjadi. Adapun tujuan

yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Obyektif

a. Mengetahui pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta.

b. Mengetahui mengenai permasalahan-permasalahan yang timbul dengan

adanya pemberian kredit tanpa agunan beserta solusinya.

2. Tujuan Subyektif

a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai hukum perdata

khususnya mengenai pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan dalam

dunia perbankan.

b. Memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap bahwa dengan adanya kegiatan penelitian dalam

penulisan hukum ini akan bermanfaat bagi penulis ataupun pihak lain. Adapun

manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Memperluas pemikiran dan pendapat hukum, memberi landasan teroritis

maupun praktek bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya, serta

dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan ataupun penelitian sejenis

untuk tahap berikutnya. Khususnya pada hukum perbankan mengenai

pemberian kredit tanpa agunan.

Page 18: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

ilmu hukum pada umumnya, dan juga memberikan gambaran, referensi

bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, terkait dengan adanya

pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan.

b. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai solusi

yang dapat di ambil apabila terjadi permasalahan kredit pada saat

pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan .

c. Memberikan manfaat pribadi bagi penulis yaitu dalam hal meningkatkan

kemampuan menulis hukum, menambah wawasan, dan menambah

pemahaman tentang seluk beluk dunia perbankan.

d. Bagi masyarakat

1) Memberikan informasi mengenai prosedur dan tujuan pelaksanaan

pemberian kredit tanpa agunan.

2) Menambah kepercayaan masyarakat kepada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. khususnya Cabang Slamet Riyadi Surakarta

dalam hal pengajuan kredit tanpa agunan.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada

metode, sistematis dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau

beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya, serta dilakukan

pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian

mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di

dalam gejala yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2008:43).

Untuk melakukan pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan

dalam gejala tersebut maka, dalam melakukan penelitian hukum diperlukan

adanya suatu metode yang tepat agar karya ilmiah tersebut dapat diuji

Page 19: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

kebenarannya. Menurut Soerjono Soekanto dalam melakukan penelitian hukum

diperlukan metodologi yang pada hakekatnya memberikan pedoman, tentang cara-

cara seorang mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan-lingkungan

yang dihadapinya (Soerjono Soekanto, 2008:6).

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian

hukum ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penulisan hukum ini

merupakan penelitian empiris maka penelitian terhadap data primer di

lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono Soekanto,2008:52). Penulis

dalam penulisan hukum ini melakukan penelitian dan memperoleh data-data

yang berkaitan dengan materi penulisan dengan melakukan studi langsung ke

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk. Unit Laweyan Surakarta sebagai

salah satu unit dibawah naungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk.

Unit Slamet Riyadi Surakata dimana penulis dapat melakukan penelitian secara

lebih mendalam mengenai kredit tanpa agunan.

2. Sifat Penelitian

Ditinjau dari sifatnya, menurut Soerjono Soekanto ada 3 macam sifat

penelitian hukum yaitu penelitian ekploratoris (menjelajah), penelitian

deskriptif, dan penelitian eksplanatoris (menguji kebenaran dari hipotesa-

hipotesa). Penulisan hukum ini, termasuk dalam penelitian hukum empiris

yang bersifat eksploratoris, yaitu penelitian yang dilakukan apabila

pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang sekali atau

bahkan tidak ada. Kadang-kadang penelitian ini disebut feasibility study yang

bermaksud mengumpulkan data awal (Soerjono Soekanto, 2010 :10). Penulisan

yang bersifat eksploratoris ini, membantu bagi penulis dalam memberikan

informasi lebih mengenai masalah yang diteliti. Dikarenakan, pengetahuan

mengenai gejala yang diteliti kurang sekali sehingga data, gambaran ataupun

pola dapat diperoleh dan dikaji secara lebih jelas.

Page 20: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penulis melakukan

penelitian mengenai pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan. Tempat

penelitian dalam penulisan hukum ini yaitu di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Lokasi ini dipilih oleh penulis dikarenakan, PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. tentunya tidak asing lagi di dengar oleh masyarakat

pada umumnya. Sudah tidak asing lagi karena PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. merupakan salah satu bank terkemuka di Indonesia dengan unit

maupun cabang PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. yang telah tersebar

banyak di Indonesia sehingga mudah untuk dijumpai. Terlebih dari itu alasan

lain penulis memilih tempat penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. dikarenakan Bank tersebut merupakan satu-satunya bank yang

memberikan kredit tanpa agunan yang disalurkan salah satunya dalam bentuk

ataupun program Kredit Usaha Rakyat (KUR) semenjak pertengahan tahun

2011.

Penulis melakukan penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk Cabang Slamet Riyadi Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi

nomer 236 Surakarta dan di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta yang beralamat di Jalan Raya Rajiman Nomor 203

Kecamatan laweyan Surakarta selaku unit di bawah naungan PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta di mana penulis

dapat menggali lebih dalam mengenai pelaksanaan kredit tanpa agunan,

permasalahan, dan solusinya.

4. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian

hukum ini adalah pendekatan kualitatif. Ada dua macam pendekatan yang

dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu pendekatan holistik dan

pendekatan terpancang, namun pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu pendekatan terpancang. Pendekatan terpancang adalah pendekatan

yang dimaksud memusatkan studi pada aspek yang dipilih berdasarkan

Page 21: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

kepentingan, tujuan, dan minat penelitiannya, yang sering disebut studi kasus

(H.B.Sutopo, 2002:90). Adapun studi kasus yang penulis ambil pada penelitian

ini yaitu di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi

Surakarta, dan kepentingan ataupun tujuan serta minat penelitiannya yaitu

untuk mengetahui pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan.

5. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis dan sumber bahan

hukum primer dan sekunder. Sumber bahan hukum yang dimaksud tentunya

berkaitan dan menunjang diperolehnya jawaban atas pemasalahan penelitian

dalam penulisan ini. Jenis dan sumber data yang penulis gunakan adalah

sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber pertama yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian

lapangan (Soerjono Soekanto, 2006 : 12). Sumber data primer penelitian ini

mencakup para pihak yang terlibat langsung dengan permasalahan yang

diteliti, yang diperoleh dari lokasi penelitian yaitu di PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Adapun narasumber pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Slamet Riyadi Surakarta adalah Bekti Sulistyanto selaku SUPV

Penunjang OPS dan narasumber di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta yaitu Muhammad Aris Munandar selaku

Kepala Unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta, Herwati selaku Account Officer Kredit Komersial di PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, Arief Sujiwo

selaku Account Officer Kredit Komersial di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, dan Ade Yusdiyanto selaku

Account Officer Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dan juga Sulaikah Yuli Amanah dan

Page 22: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Tugimin selaku debitor Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari

masyarakat melainkan dari bahan dokumen, laporan, arsip, literatur, dan

hasil penelitian lainnya yang mendukung sumber data primer (Soerjono

Soekanto, 1986 : 12). Sumber data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut :

a) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

(1)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Substansi atau hal-hal khusus yang penulis ambil dari Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu dalam

Alenia ke empat.

(2)Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Substansi atau hal-hal khusus

yang penulis ambil dari peraturan perundang-undangan tersebut yaitu

mengenai peraturan perjanjian seperti syarat sahnya perjanjian dan

lain sebagainya.

(3)Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan. Substansi atau hal-hal khusus yang penulis ambil

dari peraturan perundang-undangan tersebut yaitu mengenai

pengertian dalam dunia perbankan seperti pengertian kredit, jaminan

dan lain sebagainya yaitu menyangkut hal-hal yang bersifat umum.

(4)Peraturan Menteri Keuangan No.135/PMK.05/2008 tantang Fasilitas

Penjaminan Kredit Usaha Rakyat yang telah diubah dengan Peraturan

Menteri Keuangan No.10/PMK.05/2009. Substansi atau hal-hal

khusus yang penulis ambil dari peraturan perundang-undangan

tersebut yaitu mengenai fasilitas penjaminan pada Kredit Usaha

Page 23: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Rakyat secara khusus mengenai pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat,

pengertian maupun penjaminannya.

(5)SK Direksi Bank Indonesia No. 31/ 147/KEP/ DIR tanggal 12

November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif. Substansi atau hal-

hal khusus yang penulis ambil dari peraturan tersebut adalah

mengenai penggolongan kualitas kredit khususnya pada aspek

kemampuan membayar

(6)SK Direksi Bank Indonesia No.27/ 162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret

1995 Tentang Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan

Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum. Substansi atau

hal-hal khusus yang penulis ambil dari peraturan perundang-undangan

tersebut yaitu mengenai pelaksanaan kebijakan perkreditan bagi bank

umum yang menjadi dasar untuk melaksanakan kredit seperti analisis

kredit, pelaksanaan pemberian kredit dari tahap permohonan kredit

sampai pencairan kredit

b) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang berisikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, yang berisi antara lain buku, literatur,

jurnal, artikel, karya ilmiah, majalah, makalah, dan lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

c) Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberi petunjuk

maupun kejelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia, kamus hukum, dan

bahan-bahan dari internet.

Page 24: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik

pengumpulan data yang dipergunakan sebagai berikut :

a. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer pada penulisan hukum ini dilakukan

dengan cara studi lapangan

Studi lapangan merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk

memperoleh data primer, yang dilakukan dengan cara penulis terjun

langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan. Ada

beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data pada saat

studi lapangan seperti wawancara, observasi, survei, dan juga angket namun

metode yang penulis gunakan untuk mendapatkan data primer secara studi

lapangan ini adalah dengan melakukan wawancara.

Penulis melakukan wawancara dalam penelitian ini menggunakan

teknik wawancara terarah (directive interview). Menurut Soerjono Soekanto,

ada berbagai cara yang dapat dilakukan peneliti untuk melakukan

wawancara, namun wawancara terarah ini dimaksudkan untuk menimbulkan

adanya suatu pengarahan atau struktur dan tidak dilakukan secara kaku

(Soerjono Soekanto, 2006 : 229). Wawancara yang dilakukan oleh penulis

dengan teknik wawancara terarah ini dimaksudkan agar tujuan dari

wawancara dapat tercapai. Wawancara ini dilakukan dengan pihak-pihak

berkompeten dan debitor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta yang berkaitan dengan kredit tanpa agunan.

Sebagaimana para pihak tersebut telah penulis sebutkan dalam bahan hukum

primer.

b. Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder pada penulisan hukum ini dilakukan

melalui cara studi kepustakaan

Page 25: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Studi kepustakaan sangat penting untuk mendapatkan landasan

teori mengkaji substansi atau isi suatu bahan hukum. Landasan teori ataupun

untuk mengkaji substansi penulisan penulis dapatkan dari buku, peraturan

perundang-undangan, dokumen, dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti.

7. Populasi

Populasi adalah seluruh obyek atau seluruh individu atau seluruh

gejala atau kejadian atau seluruh unit yang diteliti ( Soerjono Soekanto, 1984 :

52 ). Dalam penelitian ini, populasi yang diteliti adalah pihak yang terkait

dengan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta selaku salah satu unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, baik itu pihak berkompeten pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, maupun

debitor di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Pertimbangan penulis memilih populasi PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta, yaitu :

a. Merupakan Bank Usaha Milik Negara yang berpengalaman di dalam

memberikan fasilitas kredit pada masyarakat.

b. Mempunyai reputasi baik dalam masyarakat.

c. Kooperatif dan terbuka terhadap suatu studi penelitian.

8. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non

Random dengan teknik purposive sampling, yaitu penarikan sample yang

dilakukan dengan cara mengambil subyek yang didasarkan pada tujuan

tertentu. Tujuan dengan teknik purposive sampling ini dapat terjadi ketika

penelitian ini dilakukan atau di ambil pada nasabah pengguna kredit usaha

rakyat tanpa agunan agar penulisan hukum pada penelitian ini bisa

mendapatkan data yang lengkap, dan terarah dengan tidak hanya

Page 26: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mewawancarai kreditornya melainkan juga mewawancarai debitor pengguna

kredit tanpa agunan yang bersangkutan.

Teknik purposive sampling ini dipakai karena alasan keterbatasan

waktu, tenaga dan biaya, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar

jumlahnya dan jauh letaknya. Sampel yang penulis gunakan dalam penulisan

ini yaitu debitor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta khususnya debitor kredit usaha rakyat. Sampel pada penulisan ini

yaitu Sulaikah Yuli Amanah dan Tugimin dikarenakan beliau-beliau

merupakan debitur PT. Bank Rakyat Indonesia pengguna Kredit Usaha Rakyat.

9. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah tahap yang sangat penting dan menentukan dalam

setiap penelitian. Dalam tahap ini penulis harus melakukan pemilahan data-

data yang telah diperoleh. Penganalisisan data pada hakekatnya merupakan

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi bahan-bahan hukum tertulis untuk

memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi (Soerjono Soekanto, 2008:251-

252).

Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

kualitatif yaitu dengan menggunakan data, mengkualifikasikannya kemudian

menghubung-hubungkannya dengan teori yang berkaitan dengan masalahnya

dan akhirnya menarik kesimpulan untuk menentukan hasilnya. Menurut H.B.

Sutopo dalam proses dalam proses analisis terdapat tiga komponen utama,

yaitu :

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data

dari fieldnote. Reduksi data juga merupakan bagian dari proses analisis yang

mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang

tidak penting, dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat

dilakukan.

Page 27: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b. Sajian Data

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi, diskripsi dalam

bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab

permasalahan yang diteliti. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat,

juga meliputi berbagai jenis matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan

kegiatan, dan juga tabel sebagai pendukung narasinya.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap

pengumpulan data terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah data

tersaji. Kesimpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar

bisa dipertanggung jawabkan.

Penulis menggunakan model analisis interaktif dalam penelitian ini,

yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar I. Model Analisis Interaktif

Ketiga komponen tersebut ( proses analisa interaktif ) dimulai pada

waktu pengumpulan data penelitian, peneliti selalu membuat reduksi data

dan sajian data. Setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti

menarik kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa yang terdapat

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Penarikan Kesimpulan/

Verifikasi

Page 28: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dalam sajian data. Aktifitas yang dilakukan dengan suatu siklus antara

komponen-komponen tersebut akan didapatkan data-data yang benar-benar

mewakili dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Apabila kesimpulan

dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun

sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan

pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung

kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data. Penelitian kualitatif

prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus (H.B. Soetopo, 2002:91-96)

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab untuk

memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika penulisan hukum

dan mempermudah pemahaman mengenai seluruh isi dalam penulisan hukum ini.

Adapun sistem penulisan hukum ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan tentang perumusan masalah yang

merupakan inti dari permasalahan yang diteliti; tujuan penelitian;

manfaat penelitian; adapun metode penelitian yang terdiri dari jenis

penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data dan sistematika penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari Kerangka Teori dan Kerangka

Pemikiran. Kerangka teori meliputi, tinjauan tentang kredit, tinjauan

tentang perjanjian kredit, tinjauan tentang kredit tanpa agunan, dan

tinjauan tentang efektifitas hukum perjanjian kredit. Kerangka

pemikiran akan memudahkan pembaca dalam pemahaman alur

pemikiran penulis yang dituangkan dalam skema atau bagan.

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Pada sub bab ini penulis memaparkan tentang visi dan misi

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., susunan organisasi PT.

Page 29: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surkarta

dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta, Tugas, fungsi, dan wewenang masing-masing organ pada

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Produk dan Jasa PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

B. HASIL PENELITIAN

Pada sub bab ini penulis memaparkan mengenai hasil dari

penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai rumusan masalah pertama

yaitu tentang pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi

Surakarta dan hasil penalitian rumusan masalah kedua yaitu

permasalahan dan solusi pada pelaksanaan pemberian kredit tanpa

agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang

Slamet Riyadi Surakarta

C. PEMBAHASAN

Pada sub bab ini penulis memaparkan mengenai jawaban

rumusan masalah pertama yaitu mengenai pelaksanaan pemberian

kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Cabang Slamet Riyadi Surakarta dan jawaban rumusan masalah kedua

yaitu mengenai permasalahan dan solusi pada pelaksanaan pemberian

kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Cabang Slamet Riyadi Surakarta.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir atau merupakan bagian akhir

dari penelitian penulisan hukum yang berisikan kesimpulan dan saran

sebagai suatu masukan ataupun perbaikan dari apa saja yang telah di

dapatkan selama penelitian.

Page 30: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan tentang Perjanjian Kredit

a. Pengertian Perjanjian

Perjanjian diatur di dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (Burgelijk Wetbook). Pengertian perjanjian ada dalam ketentuan

Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa perjanjian adalah

suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri

terhadap satu orang lain atau lebih.

Dalam perjanjian ditekankan pada perbuatan mengikatkan diri yang

didasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama, sebab dalam

mengadakan perjanjian diperlukan dua atau lebih pernyataan kehendak yang

sama, atau dengan kata lain yang keduanya cocok. Sebagai contoh A

membeli sepeda dari B, jadi antara A dan B ada suatu persetujuan, di mana

B berjanji menjualkan sepedanya kepada A, demikian sebaliknya A berjanji

membayar harga sepeda itu kepada B. Dari contoh tersebut dapat dilihat

bahwa antara A dan B terjadi suatu hubungan, di mana yang satu harus

memenuhi suatu kewajiban untuk memperoleh suatu hak, dan yang satu

harus memenuhi suatu kewajiban yang menjadi haknya.

b. Akibat Perjanjian

Akibat dari adanya suatu perjanjian yaitu bahwa perjanjian yang

dibuat secara sah di antara para pihak yang berkepentingan merupakan

undang-undang bagi para pihak itu sendiri, sehingga mempunyai kekuatan

mengikat bagi para pihak (partijen). Ketentuan tersebut ada di dalam Pasal

1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa “ Semua

Page 31: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi

mereka yang membuatnya.

Pasal 1338 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bahwa

“Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua

belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang

dinyatakan cukup untuk itu.”

Akibat perjanjian, memunculkan beberapa akibat sebagai berikut

(Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2008 : 165-184) :

1) Perjanjian hanya berlaku di antara para pihak yang membuatnya

Berlaku Pasal 1340 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata menyatakan bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat hanya

berlaku di antara para pihak yang membuatnya. Prestasi yang dibebankan

oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata bersifat personal dan tidak

dapat dialihkan dengan begitu saja. Semua perjanjian yang telah dibuat

dengan sah (yaitu memenuhi ke empat persyaratan yang ditetapkan

dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) akan berlaku

sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh karena

adanya pernyataan di atas dapat diuraikan bahwa perjanjian tersebut

mengikat dan melahirkan perikatan bagi para pihak dalam perjanjian.

Sebagai kosekuensi dari adanya peraturan yang hanya mengikat

di antara para pihak yang membuatnya khususnya kewajiban debitor

yang senantiasa melekat pada dirinya pribadi hingga dia dibebaskan,

Pasal 1338 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan

bahwa perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan

kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh

undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. Dengan adanya ketentuan

tersebut jelas bahwa apa yang sudah disepakati oleh para pihak tidak

boleh diubah oleh siapapun juga, kecuali jika hal tersebut memang

dikehendaki secara bersama oleh para pihak, ataupun ditentukan

demikian oleh undang-undang berdasarkan suatu perbuatan hukum atau

peristiwa hukum atau keadaan tertentu.

Page 32: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2) Mengenai kebatalan atau nulitas dalam perjanjian

Dalam perjanjian konsensuil, keabsahannya ditentukan oleh

terpenuhi atau tidaknya syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-

undang, sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Perjanjian tersebut menjadi tidak sah yang berarti

perjanjian itu terancam batal apabila tidak terpenuhinya syarat-syarat

sahnya perjanjian dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Hal ini mengakibatkan nulitas atau kebatalan menjadi perlu

diketahui oleh tiap pihak yang mengadakan perjanjian. Oleh karena

masing-masing perjanjian memiliki karakteristik dan cirinya sendiri-

sendiri maka nulitas atau kebatalan dari suatu perjanjian juga memiliki

karakteristik dan ciri-cirinya sendiri. Kebatalan atau nulitas tersebut

dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu :

Berdasarkan pada alasan kebatalannya, nulitas dibedakan dalam

perjanjian yang dapat dibatalkan dan perjanjian yang batal demi hukum.

Berdasarkan sifat kebatalannya, nulitas dibedakan dalam kebatalan relatif

dan kebatalan mutlak.

a) Berdasarkan alasan kebatalannya, yaitu :

(1) Perjanjian yang dapat dibatalkan

Pada prinsipnya suatu perjanjian yang telah dibuat dapat

dibatalkan jika perjanjian tersebut dalam pelaksanaannya akan

merugikan pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak ini tidak hanya pihak-

pihak dalam perjanjian tersebut, tetapi meliputi juga setiap individu

yang merupakan pihak ketiga di luar para pihak yang mengadakan

perjanjian. Dalam hal ini pembatalan atas perjanjian tersebut dapat

terjadi, baik sebelum perikatan yang lahir dari perjanjian itu

dilaksanakan maupun setelah prestasi yang wajib dilaksanakan

berdasarkan perjanjian yang dibuat tersebut dilaksanakan.

Bagi keadaan yang terakhir ini, ketentuan Pasal 1451 dan

Pasal 1452 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan

Page 33: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

bahwa setiap kebatalan membawa akibat bahwa semua kebendaan

dan orang-orangnya dipulihkan sama seperti keadaan sebelum

perjanjian tersebut dibuat.

(2) Perjanjian yang Batal Demi Hukum

Suatu perjanjian batal demi hukum, dalam pengertian

tidak dapat dipaksakan pelaksanaannya jika terjadi pelanggaran

terhadap syarat obyektif dari syarat sahnya suatu perikatan.

Keharusan akan adanya suatu hal tertentu yang menjadi obyek

dalam perjanjian ini dirumuskan dalam Pasal 1332 sampai dengan

Pasal 1334 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang diikuti

dengan Pasal 1335 sampai dengan Pasal 1336 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata yang mengatur mengenai rumusan sebab

yang halal, yaitu sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang

dan tidak berlawanan dengan kesusilaan baik atau ketertiban

umum. Disamping ketidak-pemenuhan syarat obyektif seperti

disebutkan di atas, undang-undang juga merumuskan secara konkrit

untuk tiap-tiap perbuatan hukum (terutama pada perjanjian formil)

yang mensyaratkan dibentuknya perjanjian dalam bentuk yang

ditentukan oleh undang-undang, yang jika tidak dipenuhi maka

akan batal demi hukum. Dalam perjanjian formil, adanya formalitas

pembuatan perjanjian secara tertulis adalah keharusan, bahkan

kadangkala harus dituangkan dalam bentuk akta otentik.

b) Berdasarkan sifat kebatalannya, yaitu :

Kebatalan Relatif dan Kebatalan Mutlak

Suatu kebatalan disebut relatif apabila kebatalan tersebut

hanya berlaku terhadap individu orang perorangan tertentu saja dan

disebut mutlak jika kebatalan tersebut berlaku umum terhadap seluruh

anggota masyarakat tanpa kecuali. Suatu perjanjian yang dapat

Page 34: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dibatalkan dapat saja berlaku relatif atau mutlak, meskipun tiap-tiap

perjanjian yang batal demi hukum pasti berlaku mutlak.

Pasal 1451 dan Pasal 1452 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata merupakan contoh dari nulitas yang berlaku mutlak. Pasal

1451 berbunyi pernyataan bahwa perikatan-perikatan berdasarkan

ketidakcakapan orang-orang yang disebutkan dalam Pasal 1330,

berakibat bahwa barang dan orang-orangnya dipulihkan dalam

keadaan sebelum perikatan dibuat dengan pengertian bahwa segala

apa yang telah diberikan atau dibayarkan kepada orang-orang yang

tidak berkuasa, sebagai akibat perikatan itu, hanya dapat dituntut

kembali sekedar barang yang bersangkutan masih berada di tangan

orang tak berkuasa tersebut, atau sekedar ternyata bahwa orang ini

telah mendapatkan manfaat dari apa yang telah diberikan atau dibayar

itu atau bahwa apa yang dinikmati telah dipakai atau berguna

kepentingannya.

Sedangkan pada Pasal 1341 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata adalah contoh dari kebatalan yang bersifat relatif. Secara

lengkapnya bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut:

Meskipun demikian (perjanjian hanya mengkat para pihak

yang membuatnya), tiap-tiap kreditor boleh mengajukan batalnya

segala perbuatan yang tidak diwajibkan yang dilakukan oleh debitor,

dengan nama apapun juga, yang merugikan kreditor asal dibuktikan

bahwa ketika perbuatan dilakukan, baik debitor maupun orang dengan

atau untuk siapa debitor itu berbuat, mengetahui bahwa perbuatan itu

membawa akibat yang merugikan para kreditor.

Hak-hak yang diperolehnya dengan itikad baik oleh orang-

orang pihak ketiga atas barang-barang yang menjadi pokok perbuatan

yang batal itu, dilindungi. Untuk mengajukan hal batalnya perbuatan-

perbuatan yang dilakukan dengan cuma-cuma oleh debitor, cukuplah

debitor membuktikan bahwa debitor, pada waktu melakukan

perbuatan itu tahu bahwa ia dengan berbuat demikian merugikan para

Page 35: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kreditor yang mengutangkan padanya, tak peduli apakah orang yang

menerima keuntungan juga mengetahui atau tidak (Kartini Muljadi

dan Gunawan Widjaja, 2004 : 143-144).

c. Syarat-syarat Sahnya Perjanjian

Perjanjian sah dan mengikat apabila perjanjian tersebut dibuat

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Syarat-syarat

sahnya perjanjian ada dalam ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata sebagaimana dikemukakan oleh Agus Yudha Hernoko

yaitu sebagai berikut (Agus Yudha Hernoko, 2008:141-170):

1) Adanya kesepakatan merupakan salah satu syarat keabsahan kontrak

yang mengandung pengertian bahwa para pihak saling menyatakan

kehendak masing-masing untuk menutup suatu perjanjian atau

pernyataan pihak yang satu “cocok” atau bersesuaian dengan pernyataan

pihak lain.

2) Adanya kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum, diartikan bahwa

sebagai kemungkinan untuk melakukan perbuatan hukum secara mandiri

yang mengikat diri sendiri tanpa diganggu-gugat. Ketidakcakapan dalam

membuat perjanjian tercantum secara jelas di dalam Pasal 1330 BW.

3) Suatu hal tertentu adalah prestasi yang menjadi pokok kontrak yang

bersangkutan. Hal ini untuk memastikan sifat dan luasnya pernyataan-

pernyataan yang menjadi kewajiban para pihak. Pernyataan-pernyataan

yang tidak dapat ditentukan sifat dan luas kewajiban para pihak adalah

tidak mengikat (batal demi hukum).

4) Adanya causa yang diperbolehkan yaitu menyangkut hubungan tujuan

yang menjadi tujuan para pihak unutuk menutup kontrak atau apa yang

hendak dicapai para pihak pada saat penutupan kontrak.

d. Asas-asas Hukum Perjanjian

1) Asas Kebebasan Berkontrak

Page 36: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Asas ini terdapat dalam ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”

(Subekti dan Tjitrosudibio, 2006:342). Asas kebebasan berkontrak

bermakna bahwa setiap orang bebas membuat perjanjian dengan

siapapun, apapun isinya, apapun bentuknya sejauh tidak melanggar

undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.

2) Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme ini terdapat dalam Pasal 1320 ayat (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang mengandung pengertian bahwa

perjanjian itu terjadi saat tercapainya kata sepakat (konsensus) antara

pihak-pihak mengenai pokok perjanjian, sehingga sejak saat itu

perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum.

3) Asas Mengikatnya Perjanjian (Asas Pacta Sunt Servanda)

Asas ini dapat disimpulkan dalam ketentuan Pasal 1338 ayat (1) Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, yang merupakan akibat hukum suatu

perjanjian, yaitu adanya kepastian hukum yang mengikat suatu

perjanjian.

4) Asas Itikad Baik (Togoeder trow)

Asas ini tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, yang berbunyi: “Suatu perjanjian harus dilaksanakan

dengan itikad baik” (Subekti dan Tjitrosudibio, 2006:342).

e. Pengertian Kredit dan Pengertian Perjanjian Kredit

Berdasarkan pengertian kredit menurut ketentuan di dalam Pasal 1

ayat (11) Undang-Undang Perbankan dapat dirumuskan bahwa prestasi

yang wajib dilakukan oleh debitor atas kredit yang diberikan kepadanya

adalah tidak semata-mata melunasi utangnya tetapi juga disertai dengan

bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Kredit itu

berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang berarti adalah percaya. Bila

dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku

Page 37: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kreditor percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah/debitor

karena debitor dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas

pinjamannya setelah waktu yang ditentukan (Gatot Supramono, 1995 : 28).

Kredit yang diberikan oleh bank umum dan bank berdasarkan

prinsip syariah terdapat adanya perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada

keuntungan yang diharapkan, bagi bank umum keuntungan yang diperoleh

berdasarkan bunga sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah bagi

hasil berupa imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2004 : 73).

Perjanjian Kredit menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Indonesia merupakan salah satu dari bentuk pinjam meminjam yang diatur

dalam Buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam bentuk

apapun juga pemberian kredit diadakan pada hakikatnya merupakan salah

satu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur dalam Pasal 1754

sampai dengan 1769 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Perjanjian

kredit dikuasai oleh asas-asas umum hukum perjanjian dan juga dikuasai

apa yang secara khusus disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam

prakteknya, bentuk dan materi kredit antara satu bank dengan bank yang

lainnya tidaklah sama, hal ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri

dengan kebutuhannya masing-masing (Muhammad Djumahana, 2000 : 385-

386).

Perjanjian kredit dapat dibuat oleh bank dan debitor yang

mempunyai kekuatan mengikat bagi masing-masing pihak, karena dalam

membuat suatu perjanjian, undang-undang mengenal adanya “sistem

terbuka”. Sistem terbuka berarti memberikan kebebasan yang luas kepada

masing-masing pihak untuk membuat perjanjian dalam bentuk apa saja asal

tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, norma-norma

kesusilaan dan sepanjang perjanjian tersebut dibuat secara sah, maka

perjanjian yang disepakati masing-masing pihak berlaku sebagai undang-

undang bagi para pihak yang membuat perjanjian tersebut. Dalam hal

perjanjian kredit para pihaknya adalah debitor (peminjam) dan kreditor

(bank) (Syarif Arbi, 2003 : 94-95 ).

Page 38: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

f. Unsur-unsur Kredit

Unsur terpenting dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari

bank sebagai kreditor terhadap nasabah peminjam sebagai debitor. Makna

dari kepercayaan tersebut bahwa adanya keyakinan dari bank sebagai

kreditor bahwa kredit yang diberikan akan sungguh-sungguh diterima

kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.

Menurut Kasmir unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian

suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2002 :103-105):

1) Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit

bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang, atau jasa) benar-

benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu

kredit. Kepercayaan diberikan bank sebagai dasar utama yang melandasi

mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit

dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan terlebih dulu

secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara interen maupun

dari eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon

kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan itikad

baik nasabah terhadap bank.

2) Kesepakatan

Di samping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung

unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-

masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan

ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

3) Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah

disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka waktu pendek

(di bawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka

Page 39: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

waktu panjang (di atas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu

pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.

Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai

kebutuhan.

4) Risiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan

memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu

kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar

risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan

bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun risiko yang tidak

sengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah

tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi

melunasi kredit yang diperolehnya.

5) Balas jasa

Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan

atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa

kita kenal dengan nama bunga. Di samping balas jasa dalam bentuk

bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit

yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank berdasarkan prinsip

syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

g. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian kredit kepada calon debitor atau nasabah tentunya

mempunyai suatu tujuan dan fungsi tertentu, di dalam suatu tujuan tentunya

terkandung hal yang ingin dicapai oleh suatu bank tersebut. Adapun tujuan

pemberian kredit pada pelaksanaannya menurut Kasmir sebagai berikut

(Kasmir, 2008 : 105-106) :

1) Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.

Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh

bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan

Page 40: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank,

di samping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank. Bagi

bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan

bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan). Oleh karena itu sangat

penting bagi bank untuk memperbesar keuntungan mengingat biaya

operasional bank juga relatif cukup besar.

2) Membantu usaha nasabah

Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk

investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka

pihak debitor akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.

3) Membantu pemerintah

Membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin

banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik,

mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam

rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.

Keuntungan pemerintah seperti dalam hal penerimaan pajak, membuka

kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, menghemat dan

meningkatkan devisa negara.

Di samping memiliki tujuan dalam pemberian kredit, pelaksanaan

pemberian kredit juga memiliki suatu fungsi. Fungsi kredit secara luas

menurut Kasmir antara lain (Kasmir, 2008 : 106-108) :

1) Untuk meningkatkan daya guna uang

Maksud dari meningkatkan daya guna uang yaitu jika uang hanya di

simpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna.

Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. Kemudian juga

dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana.

2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Page 41: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Maksud dari meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang bahwa uang

yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah

lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan

memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan

uang dari daerah lainnya. Sebagai contoh seorang pengusaha di pulau

Bangka memperoleh kredit dari salah satu bank di Singapura sebanyak 1

milyar dolar Singapura, maka dengan demikian ada pertambahan

peredaran uang dari Singapura ke Bangka sebesar 1 milyar dolar

Singapura.

3) Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitor

untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau

bermanfaat. Sebagai contoh seorang pengusaha memperoleh kucuran

dana dari salah satu bank untuk mengolah limbah plastik yang sudah

tidak dipakai menjadi barang-barang rumah tangga. Biaya pengolahan

barang tersebut diperoleh dari bank. Dengan demikian fungsi kredit dapat

meningkatkan daya guna barang dari barang yang tidak berguna menjadi

barang yang berguna.

4) Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu

wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari

satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula

meningkatkan jumlah barang yang berada. Kredit untuk meningkatkan

peredaran barang biasanya untuk kredit perdagangan atau ekspor impor.

5) Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang

yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu

mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat

meningkatkan devisa negara.

6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Page 42: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Untuk penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan

berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar

atau memperluas usahanya.

7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik,

terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit

diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu

membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi

penganggguran. Di samping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan

dapat memperoleh pendapatan seperti gaji bagi karyawan yang bekerja di

pabrik dan membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa

lainnya bagi masyarakat yang tinggal sekitar lokasi pabrik.

8) Untuk meningkatkan hubungan Internasional

Dalam hal pinjaman Internasional akan dapat meningkatkan saling

membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit.

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama di

bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.

h. Kredit dilihat dari sudut agunannya

a) Kredit tanpa agunan (unsecured loan)

Kredit tanpa agunan merupakan kredit yang diberikan tanpa

jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan

melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon

debitor selama berhubungan dengan bank atau pihak lain

(Kasmir,2002:109). Dalam kredit ini pinjaman dilakukan tanpa adanya

agunan, dalam hal kredit seperti yang dimaksud dalam Pasal 1 huruf b

SK Direksi BI No.23/69/KEP/DIR tanggal 28 Pebruari 1991 tentang

Jaminan Pemberian Kredit yang berbunyi suatu keyakinan kreditor bank

atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang

diperjanjikan.

Page 43: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b) Kredit dengan agunan (secured loan)

Kredit dengan agunan merupakan kredit yang diberikan dengan

suatu agunan. Agunan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau

tidak berwujud agunan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan

akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu

jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitor

(Kasmir, 2002 : 109).

Dalam kredit dengan agunan (secured loan) dapat berupa:

(1) Agunan barang, baik berupa barang tetap maupun barang tidak tetap

(barang bergerak),

(2) Agunan pribadi/ perorangan (borgtocht), yang dimaksud dengan

agunan pribadi yaitu satu pihak menyanggupi untuk menanggung

pihak lainnya manakala si berutang tidak memenuhi kewajibannya,

bahwa ia menjamin pembayarannya,

(3) Agunan efek-efek, saham, obligasi, dan sertifikat yang didaftar

(listed) di bursa efek.

2. Tinjauan tentang Kredit Tanpa Agunan

a. Eksistensi Kredit Tanpa Agunan

Terdapat beberapa penggunaan istilah dalam Kredit Tanpa Agunan,

yaitu KRETA, KTA, dan sebagainya. Namun, penulis tidak menggunakan

singkatan mengenai kredit tanpa agunan dalam penulisan ini agar lebih jelas

dalam pembacaannya dan tidak menimbulkan multitafsir.

Sebagaimana kita ketahui bahwa kredit adalah penting bagi debitor

untuk memajukan usahanya namun agunan menjadi suatu hal yang menjadi

penghambat untuk mendapatkan sejumlah pinjaman kepada bank. Hal ini

tentunya senada pula dengan apa yang terjadi di China peminjam kredit

UKM pada masyarakat china tentunya sangat banyak, namun untuk

pemajuan usahanya sering terkendala oleh adanya jaminan. Oleh sebab itu

menurut Phing Zang dan Ying Ye mengenai efektifitas jaminan yaitu

“System is planned to direct the funds to solve the financing difficulties of

Page 44: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

SMEs, the credit guarantee should be standardized constantly” ( Phing

Zhang dan Ying Ye, 2010 : 104) apabila diterjemahkan berarti bahwa

sistem yang dalam hal ini adalah sistem penjaminan baiknya direncanakan

untuk mengarahkan dana untuk memecahkan kesulitan dana pembiayaan

UKM, jaminan kredit harus distandarisasi terus menerus. Oleh sebab itu

menurut Phing Zhang dan Ying Ye perlu diadakannya standarisasi dalam

jaminan kredit untuk memecahkan kesulitan dana pembiayaan UKM.

Kredit tanpa agunan muncul ketika tidak adanya sesuatu yang

menjadi agunan atas pinjaman tersebut. Keputusan pemberian kredit karena

tidak adanya agunan adalah berdasarkan pada riwayat kredit dari pemohon

kredit secara pribadi, sehingga dapat disimpulkan apabila keputusan

pemberian kredit tersebut berdasarkan kemampuan melaksanakan

kewajiban pembayaran kembali pinjaman adalah merupakan pengganti

jaminan.

Agunan bukan merupakan faktor utama yang dijadikan oleh bank

untuk menentukan keputusan pemberian dana kepada suatu nasabah

tertentu. (Sigit Triandaru, Totok Budi Santosa, 2006 : 116). Oleh sebab itu,

secara garis besar dapat dikatakan bahwa Bank dapat memberikan adanya

kredit tanpa adanya agunan yang menyertainya.

Adanya kredit tanpa agunan pun ada karena fungsi bank yang salah

satunya sebagai agent of trust. Menurut Sigit Triandaru dan Totok

Budisantoso agent of trust berarti, bahwa :

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust) , baik

dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana.

Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila

dilandasi adanya unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa

uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan

dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat telah

dijadikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak

bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya

kepada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur

kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitor tidak akan

menyalahgunakan pinjamannya, debitor akan mengelola dana

pinjamannya dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan

untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai

Page 45: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban

lainnya pada saat jatuh tempo ( Sigit Triandaru dan Totok

Budisantoso, 2006 : 9 )

Pemberian kredit tanpa agunan adalah sangat selektif dan ditujukan

kepada nasabah besar yang telah diuji secara bonafiditas, kejujuran, dan

ketaatannya sebagai dalam transaksi perbankan maupun kegiatan usaha

yang dijalaninya. Dalam praktek perbankan modern, pemberian kredit tanpa

agunan sering dilakukan (Muhammad Djumhana, 2000 : 381).

Tujuan utama dari adanya kredit tanpa agunan yaitu, untuk

memberikan modal kepada pihak yang memerlukan modal untuk

memajukan usahanya namun tidak memiliki agunan. Seperti halnya petani

yang sulit dalam mengakses program kredit, karena kemampuan keuangan

yang terbatas, sehingga pola pelayanan kredit yang ideal untuk petani yaitu,

menghindari penetapan agunan sertifikat tanah, memberikan kredit

berbentuk uang tunai dengan pola pelayanan lembaga informal pada

umumnya lebih sesuai dengan karakteristik petani, yaitu kredit tanpa agunan

atau hanya berlandaskan kepercayaan, bentuk kredit uang tunai, lama

pinjaman 1 s/d 12 bulan dengan waktu pengembalian kapan saja bergantung

ketersediaan uang, umumnya setelah panen (Ade Supriyatna, 2009 : 114).

Oleh sebab itu, adanya kredit tanpa agunan sangat bermanfaat bagi

pemajuan kesejahteraan para petani untuk menambah modal usaha bagi

mereka.

Selain sangat bermanfaat bagi kemajuan petani, sesungguhnya

pemberian agunan pada suatu pelaksanaan kredit merupakan penghambat

bagi upaya perluasan akses kredit sebagaimana dikemukakan oleh Untoro

dan Perry Warjiyo dalam jurnalnya yang berjudul “Default Risk dan

Penjaminan Kredit UKM” bahwa :

“Usaha yang tidak bankable dipandang oleh bank mengandung

default risk atau kredit macet. Pada prakteknya untuk menekan

risiko kredit macet tersebut bank mewajibkan jaminan tambahan

untuk kredit yang diberikan, mengasuransikan baik kredit yang

diberikan maupun jaminan kredit yang dimiliki nasabah atau

bahkan menolak pemberian kredit meskipun usaha calon debitor

Page 46: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

memiliki prospek yang sangat memadai. Upaya menekan risiko

kredit macet menjadi penghambat bagi upaya perluasan akses

kredit bagi usaha usaha yang feasible” ( Untoro dan Perry Warjiyo,

2005 : 585 ).

Yuridiksi tentunya tidak dapat dilepaskan dari adanya

pemberlakuan program kredit tersebut sehingga tujuan ataupun manfaat

kredit tanpa agunan dapat berjalan. Dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku seperti Undang-Undang Perbankan, pemberian kredit tanpa

agunan dapat direalisasikan, sebab perundang-undangan yang berlaku

sekarang lebih menganut kepada jaminan yang bersifat non fisik, artinya

bahwa pemberian kredit dapat dilakukan oleh bank, apabila bank

mempunyai keyakinan terhadap debitornya atas kemampuan dan

kesanggupan debitor untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang

diperjanjikan (Muhammad Djumhana, 2000 :381-382).

Kredit tanpa agunan mengandung lebih banyak risiko, sehingga

dengan demikian berlaku bahwa semua harta kekayaan debitor baik yang

bergerak maupun yang tidak bergerak, yang sudah ada maupun yang akan

ada kemudian seluruhnya menjadi jaminan pemenuhan pembayaran hutang

(Muhammad Djumhana, 2000 : 382). Walaupun telah berlaku bahwa harta

kekayaan debitor baik bergerak maupun tidak bergerak seluruhnya menjadi

jaminan pemenuhan pembayaran hutang, namun risiko yang ada dalam

pemberian kredit tanpa agunan membuat bank harus berhati-hati dalam

melaksanakan pemberian kredit sebagaimana sebab dari risiko kredit harus

di pikul oleh bank. Risiko kredit menurut Shelagh Heffernan dalam bukunya

“Modern Banking in Theory And Practice bahwa :

Credit risk is the risk that an asset or a loan becomes irrecoverable

in the case of outright default, or the risk of delay in the servicing

of the loan (Shelagh Heffernan, 1996 : 165).

Dari adanya pengertian risiko kredit menurut Sellagh Heffernan di

atas dapat diterjemahkan bahwa risiko kredit adalah risiko bahwa asset atau

pinjaman menjadi tidak dapat diganti apabila kredit tersebut tidak dapat

dibayar, atau terjadi risiko keterlambatan dalam pembayaran pinjaman.

Page 47: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Apalagi dengan tidak adanya jaminan dalam pemberian kredit tanpa agunan,

yang tentunya membuat risiko kredit sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sellagh Heffernan menjadi lebih besar.

Salah satu produk Kredit Tanpa Agunan yaitu Kredit Usaha Rakyat

Tanpa Agunan sebagaimana yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu unit di

bawah naungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta. Adapun pengertian dari Kredit Usaha Rakyat seperti yang

tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008

tentang Fasilitas Peminjaman Kredit Usaha Rakyat sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2009

Kredit Usaha Rakyat adalah “Kredit atau pembiayaan kepada UMKM-K

(Usaha Mikro, Kecil, Menengah-Koperasi) dalam bentuk pemberian modal

kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha

produktif.”

Landasan operasional Kredit Usaha Rakyat adalah Inpres No.5

tahun 2008 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan

Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro Kredit

Menegah) dan Nota Kesepahaman Bersama antara Departemen Teknis,

Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9

Oktober 2007. KUR mensyaratkan bahwa agunan pokok kredit adalah

proyek yang dibiayai. Namun karena agunan tambahan yang dimiliki oleh

UMKM pada umumnya kurang, maka sebagian di-cover dengan program

penjaminan. Besarnya coverage penjaminan maksimal 70 % dari plafon

kredit.

b. Dasar Hukum Kredit Tanpa Agunan

Bahwa dasar hukum dari diadakannya Kredit Tanpa Agunan, yaitu :

1) Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Ketentuan dalam Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata menyatakan bahwa segala kebendaan debitor baik yang ada

Page 48: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

maupun yang akan ada baik bergerak maupun yang tidak bergerak

merupakan jaminan terhadap pelunasan hutang yang dibuatnya.

Sedangkan ketentuan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

menyatakan bahwa harta kekayaan debitor menjadi jaminan secara

bersama-sama bagi semua kreditor yang memberikan hutang kepadanya.

Hubungan antara Pasal 1131 dan Pasal 1132 dengan pengaturan

mengenai Kredit Tanpa Agunan yaitu ada pada ketentuan hukumnya

sebagai hukum pelengkap (anvulled rechts) yang berarti bahwa para

pihak yang berkepentingan diberikan keluasaan untuk mengatur

hubungan hukum yang terjadi di antara mereka (Ika Atikah,2010 :2).

Pada saat terjadinya perjanjian, perjanjian kredit merupakan

perjanjian pokok sedangkan perjanjian mengenai jaminannya adalah

perjanjian tambahan (accessoir), bahwa di dalam perjanjian accessoir

yang harus dipenuhi yaitu isi perjanjian accessoir tidak boleh melampaui

perjanjian pokoknya, isi perjanjian accessoir tidak boleh bertentangan

dengan perjanjian pokoknya dan tidak akan ada perjanjian accessoir

tanpa perjanjian pokoknya. Apabila suatu saat terjadi sengketa pada

perjanjian kredit tersebut, tentunya ditilik dulu dari perjanjian pokoknya,

bahwa memang pemberian kredit disini tanpa agunan sehingga pada saat

terjadi suatu sengketa apabila debitor tidak dapat memenuhi

kewajibannya, maka seluruh harta kekayaan debitor yang ada di dalam

ketentuan Pasal 1131 dan 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

akan menjadi jaminan bagi pelunasan hutang debitor, di sinilah yang

dinamakan sebagai jaminan adalah perjanjian accessoir yang bersifat

tambahan atau ikutan, sehingga bagi kredit tanpa agunan berlakulah

Pasal 1131 dan Pasal 1132 sebagai dasar hukumnya.

2) Adanya kelonggaran pengertian agunan dalam Pasal 4 Undang-Undang

Perbankan sebagaimana agunan yaitu adalah jaminan tambahan yang

diserahkan nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian

fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

Page 49: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3) Pasal 8 angka 1 Undang-Undang Perbankan yang berisi bahwa dalam

memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank

Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam

atas itikad baik dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor yang

melunasi hutangnya. Melunasi hutang yang dimaksud sesuai dengan

yang diperjanjikan. Dahulu, jaminan tambahan seakan-akan harus ada

padahal ketentuan dalam perundang-undangan tidak mensyaratkan

demikian, sehingga jaminan pada kredit tanpa agunan hanya didasarkan

kepercayaan terhadap prospek usaha dan kejujuran debitor.

4) Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap ekonomi mikro yang

diimplementasikan dalam Keputusan Presiden Nomor 124 Tahun 2001

jo. Nomor 8 Tahun 2002 jo. Nomor 34 Tahun 2002 Tentang Komite

Penanggulangan Kemiskinan, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2003

Tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelang dan Sesudah Berakhirnya

Program Kerjasama Dengan International Moneteray Fund.

c. Proses Pemberian Kredit Tanpa Agunan

Menurut Hermansyah pada dasarnya pemberian kredit oleh bank

kepada nasabah debitor berpedoman kepada 2 prinsip, yaitu (Hermansyah,

2005:65-66) :

1) Prinsip kepercayaan

Pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitor selalu

didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa

kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitor sesuai dengan

peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya bahwa nasabah debitor

yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam

jangka waktu yang telah ditentukan.

2) Prinsip Kehati-hatian

Prinsip kehati-hatian diwujudkan dalam bentuk penerapan

secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit

Page 50: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

oleh bank yang bersangkutan (Hermansyah, 2008:65-66). Dasar hukum

bank menyalurkan kredit ada pada Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Perbankan yang di dalam ketentuan tersebut juga mengandung

dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip tersebut di

implementasikan dengan adanya pedoman formula 4P dan formula 5C

seperti yang dikemukakan oleh Hermansyah, sebagai berikut

(Hermansyah, 2005: 63-65) :

Formula 4P dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Personality

Dalam hal ini pihak bank mencari data secara lengkap

mengenai kepribadian si pemohon kredit, antara lain mengenai

riwayat hidupnya, pengalamannya dalam berusaha, pergaulan dalam

masyarakat, dan lain-lain.

b) Purpose

Selain mengenai kepribadian (personality) dari pemohon

kredit, bank juga harus mencari data tentang tujuan atau penggunaan

kredit tersebut sesuai line of bussines kredit bank yang bersangkutan.

c) Prospect

Bank harus melakukan analisis secara cemat dan mendalam

tentang bentuk usaha yang akan dilakukan oleh pemohon kredit.

Misalnya, apakah usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit

mempunyai prospek dikemudian hari ditinjau dari aspek ekonomi dan

kebutuhan masyarakat.

d) Payment

Adanya penyaluran kredit, maka bank harus mengetahui

dengan jelas mengenai kemampuan dari pemohon kredit untuk

melunasi utang kredit dalam jumlah dan jangka waktu yang

ditentukan.

Formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Character

Page 51: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Calon nasabah debitor memiliki watak, moral, dan sifat-sifat

pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk

mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon

nasabah debitor untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan

usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat

hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.

b) Capacity

Capacity adalah kemampuan calon nasabah debitor untuk

mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa

depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan

memberikan keuntungan, yang menjamin bahwa ia mampu melunasi

hutang kreditnya dalam jumlah dan jangka waktu yang telah

ditentukan. Pengukuran kemampuan ini dilakukan dengan berbagai

pendekatan, misalnya pendekatan materiil, yaitu melakukan penilaian

terhadap keadaan neraca, laporan laba rugi, dan arus kas (cash flow)

usaha dari beberapa tahun terakhir. Melalui pendekatan ini, tentu

dapat diketahui pula mengenai tingkat solvabilitas, likuiditas, dan

rentabilitas usaha serta tingkat risikonya. Pada umumnya untuk

menilai kapasitas seseorang didasarkan pada pengalamannya dalam

dunia bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan dari calon nasabah

debitor, serta kemampuan dan keunggulan perusahaan dalam

melakukan persaingan usaha dengan pesaing lainnya.

c) Capital

Bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap

modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidak

semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih

difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh

pengusaha tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat

berjalan secara efektif.

d) Collateral

Page 52: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian

kredit yang merupakan sarana pengaman (back up) atas risiko yang

mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitor dikemudian hari,

misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu

melunasi sisa utang kredit baik utang maupun pokok bunganya.

e) Condition of Economy

Kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha

pemohon kredit usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian

dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang

diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut dalam pemberian kredit

oleh bank.

Setelah melakukan pemeriksaan dengan berpedoman pada formula

4P dan 5C dalam melakukan pemberian kredit bank dilakukan adanya

proses ataupun tahapan penerimaan kredit. Tahapan-tahapan tersebut

merupakan suatu proses baku yang berlaku bagi setiap debitor yang

membutuhkan kredit bank.

Menurut Hermansyah dalam bukunya “Hukum Perbankan di

Indonesia” proses pemberian kredit oleh bank secara umum dijelaskan

sebagai berikut ini (Hermansyah, 2005:68-69) :

1) Pengajuan permohonan/Aplikasi kredit

Pengajuan permohonan/aplikasi kredit oleh perusahaan sekurang-

kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :

a) Profil perusahaan beserta pengurusnya.

b) Tujuan dan manfaat kredit.

c) Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit.

d) Cara pengembalian kredit.

e) Agunan atau jaminan kredit.

Permohonan/Aplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan dokumen-

dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu :

Page 53: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

a) Akta pendirian perusahaan.

b) Identitas (KTP) para pengurus.

c) Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

e) Neraca dan Laporan Rugi Laba 3 (tiga) tahun terakhir.

f) Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan.

Permohonan/Aplikasi kredit bagi perseorangan adalah sebagai berikut:

a) Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank.

b) Tujuan dan manfaat kredit.

c) Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit.

d) Cara pengembalian kredit.

e) Agunan atau jaminan kredit ( kalau diperlukan ).

Permohonan/Aplikasi tersebut dilengkapi dengan melampirkan semua

dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu :

a) Fotokopi identitas (KTP) yang bersangkutan.

b) Kartu Keluarga (KK).

c) Slip gaji yang bersangkutan.

d) Penelitian Berkas Kredit

Setelah permohonan berkas tersebut diterima oleh bank, maka bank

akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas

aplikasi kredit yang diajukan. Apabila dari hasil yang dilakukan itu, bank

berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah lengkap dan memenuhi

syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjutnya yaitu penilaian

kelayakan kredit.

2) Penilaian Kelayakan Kredit (Studi Kelayakan Kredit)

Penilaian terhadap kelayakan kredit dilakukan melalui penilaian

terhadap beberapa aspek, yaitu (Hermansyah,2005:69-70) :

Page 54: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

a) Aspek Hukum

Penilaian kelayakan kredit dilihat dari aspek hukum adalah penilaian-

penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang

diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian terhadap dokumen-dokumen

tersebut dilakukan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang untuk

itu.

b) Aspek pasar dan pemasaran

Penilaian pada aspek ini dilihat dari prospek usaha yang dijalankan

oleh pemohon kredit untuk masa sekarang dan akan datang.

c) Aspek Keuangan

Penilaian aspek ini dilakukan dengan menggunakan melakukan

analisis keuangan yaitu aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari

laporan keuangan yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi

yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.

d) Aspek Teknik/Operasional

Penilaian dilakukan dari aspek teknis atau operasional dari perusahaan

yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi tempat

usaha, kondisi gedung beserta sarana, dan prasarana pendukung

lainnya.

e) Aspek Manajemen

Penilaian terhadap aspek manajemen adalah untuk menilai

pengalaman dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola

kegiatan usahanya, termasuk sumber daya manusia yang mendukung

kegiatan usaha tersebut.

f) Aspek Sosial Ekonomi

Penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh

perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi masyarakat baik

secara ekonomis maupun sosial.

g) Aspek AMDAL

Penilaian terhadap aspek AMDAL sangat penting karena merupakan

salah satu pernyataan pokok untuk dapat beroperasinya perusahaan.

Page 55: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan

pasti mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air, maupun

udara.

3. Tinjauan tentang Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit

a. Pengertian Efektifitas Hukum

Menurut Lawrence M. Friedmen dalam bukunya yang berjudul

“Law and Society”, sebagaimana dikutip oleh Soerjono Soekanto dan

Abdullah Musatafa, efektif atau tidaknya suatu perundang-undangan sangat

dipengaruhi oleh tiga faktor, yang kita kenal sebagai efektivitas hukum,

dimana ketiga faktor tersebut adalah (Soerjono Soekamto dan Abdullah

Musatafa, 1982 :13-16) :

1) Substansi Hukum

Substansi hukum yang dimaksud adalah inti dari undang-undang

itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi substansi hukum menyangkut

masalah umum seperti :

a) Apakah suatu peraturan ini cukup sistematis

b) Apakah peraturan tersebut cukup sinkron

c) Apakah secara kuantitatif dan kualitatif peraturan sudah cukup.

d) Apakah penerbitan peraturan itu sesuai dengan persyaratan yuridis.

2) Struktur Hukum

Struktur hukum adalah para penegak hukumnya. Faktor yang

dapat mempengaruhi struktur hukum dapat menyangkut, hal seperti

berikut ini:

a) Faktor penegak hukum

Kalau peraturan sudah baik, akan tetapi kualitas petugas kurang baik,

maka akan ada masalah. Didalam penegakan hukum, maka mungkin

sekali petugas menghadapi masalah-masalah sebagai berikut :

(1) Sampai sejauh mana petugas terikat oleh peraturan.

(2) Sampai batas-batas manakah petugas diperkenankan memberikan

kebijaksanaan.

Page 56: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

(3) Teladan macam apakah yang diberikan oleh petugas kepada

masyarakat.

b) Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum

Tersedianya sarana atau fasilitas yang dapat menunjang penegakan

hukum agar dapat berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas

antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan

terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, dan

keuangan yang cukup. Sarana dan fasilitas mempunyai peranan yang

sangat penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau

fasilitas tersebut, tidak mungkin penegakan hukum menyerasikan

peranan yang seharusnya dengan peranan yang akurat.

c) Faktor masyarakat

Faktor yang menentukan efektif atau tidaknya hukum tertulis atau

hukum dimasyarakat adalah penegakan hukum yang berasal dari

masyarakat itu sendiri, dan bertujuan mencapai kedamaian di dalam

masyarakat itu sendiri. Hukum baik sebagai kaidah maupun perilaku,

mempunyai tujuan agar kehidupan manusia dalam masyarakat

berlangsung dengan damai. Kedamaian tersebut hendak dicapai

dengan mengusahakan agar hukum dipatuhi. Tetapi dalam

kenyataannya bukan kepatuhan yang senantiasa menjadi akibat

diperlukan hukum-hukum tertentu. Ada kemungkinan bahwa hukum-

hukum tertentu malahan mengakibatkan terjadinya perilaku yang

bertentangan dengan hukum yang berlaku atau perilaku yang sama

sekali mengacuhkan hukum yang berlaku. Kepatuhan atau

ketidaktaatan terhadap hukum bukan merupakan akibat langsung dari

hukum itu sendiri, akan tetapi merupakan akibat dari taraf kesadaran

hukum tertentu.

3) Budaya Hukum

Budaya hukum disini adalah bagaimana sikap masyarakat

hukum ditempat hukum itu dijalankan. Apabila kesadaran masyarakat

Page 57: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dapat diterapkan, maka

masyarakat akan menjadi faktor pendukung, namun bila masyarakat tidak

mau mematuhi peraturan yang ada, maka masyarakat akan menjadi

faktor penghambat utama dalam penegakan peraturan yang dimaksud.

b. Efektifitas Hukum Perjanjian Kredit

Berdasarkan faktor-faktor efektifitas hukum di atas bila dihubungkan

dengan efektifitas hukum perjanjian kredit yaitu, sebagai berikut :

1) Substansi hukum

Substansi hukum dikaitkan dengan perjanjian kredit terletak

pada isi dari perjanjian kredit itu sendiri atau subtansi perjanjian kredit.

Efektifitas hukum perjanjian kredit yang terjadi yaitu perjanjian tersebut

dipaksakan atau tidak, dapat dinilai dari substansi perjanjian kredit itu

sendiri. Bagi perjanjian yang dipaksakan maka akan berdampak jika

salah satu pihak yang menjalankan perjanjian berat sebelah apabila tidak

dilakukan berdasarkan kesepakatan (tidak adil). Oleh sebab itu substansi

dalam perjanjian kredit harus mempunyai kedudukan yang seimbang.

Namun, dalam praktiknya masih banyak ditemukan model

kontrak standar (kontrak baku) yang cenderung dianggap berat sebelah,

tidak seimbang, dan tidak adil. Apabila suatu perjanjian berat sebelah

maka pihak yang lemah posisinya hanya sekedar menerima segala isi

kontrak dengan terpaksa (taken for granted), sebab bila ia mencoba

menawar dengan alternatif lain kemungkinan besar akan menerima

konsekuensi kehilangan apa yang dibutuhkan. Sebagai contoh terdapat

klausul yang membebaskan bank dari kerugian nasabah sebagai akibat

tindakan bank (Agus Yudha Hernoko, 2008 : 2-3).

Oleh sebab itu agar hukum perjanjian kredit dapat memberikan

dampak yang baik terhadap para pihak dan tidak ada paksaan maka para

pihak harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Memenuhi syarat-syarat sahnya kontrak;

b) Untuk mencapai tujuan para pihak, kontrak harus mempunyai causa;

Page 58: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c) Tidak mengandung causa palsu atau dilarang undang-undang;

d) Tidak bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan, kesusilaan, dan

ketertiban umum;

e) Harus dilaksanakan dengan itikad baik.

Dengan demikian apabila substansi hukum dalam perjanjian

kredit dilaksanakan dengan baik harus memenuhi syarat-syarat sahnya

perjanjian, tujuan dari perjanjian tersebut mengandung hal yang baik

serta tidak dilarang oleh peraturan perundang-undangan, tidak

bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan, kesusilaan, dan ketertiban

umum, dan dilaksanakan dengan itikad baik tidak mementingkan

kepentingan salah satu pihak, maka perjanjian tersebut akan efektif dan

ditaati semua pihak.

2) Struktur hukum

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka struktur hukum yang

dimaksudkan yaitu mengenai sarana dan prasarana yang mendukung

terjadinya suatu perjanjian kredit. Berdasarkan struktur hukumnya suatu

perjanjian kredit akan baik apabila didukung oleh penegak hukum yang

baik, sarana atau fasilitas yang medukung penegakan hukum, dan juga

karena faktor dalam masyarakat itu sendiri. Sarana yang baik dalam suatu

perjanjian kredit apabila perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak yang

telah cakap secara hukum atau dapat melakukan perbuatan hukum

sehingga hukum perjanjian kredit dapat berlaku efektif sehingga yang

dimaksudkan dengan penegak hukum dalam perjanjian kredit yaitu para

pihak itu sendiri. Sesuai dengan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata bahwa perjanjian yang sah akan berlaku sebagai Undang-

Undang bagi para pihak (partijen). Dengan demikian struktur hukum

dalam perjanjian akan berlaku baik apabila di dukung juga oleh para

pihak yang dapat memenuhi ketentuan dalam perjanjian dan juga

memenuhi sarana yang baik sebagai contoh yaitu apabila para pihak telah

cakap secara hukum.

Page 59: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3) Budaya hukum

Budaya hukum yang dapat mempengaruhi efektifitas hukum

perjanjian kredit yaitu berasal dari culture masyarakat hukumnya. Sikap

masyarakat dalam kesadaran untuk mematuhi peraturan yang telah

ditetapkan dapat berpengaruh pada efektifitas hukum perjanjian kredit,

sehingga apabila suatu masyarakat dapat mematuhi perturan yang telah

ditetapkan, maka masyarakat dapat menjadi faktor pendukung yang baik

terhadap suatu penyelenggaraan hukum perjanjian kredit. Namun

sebaliknya apabila budaya masyarakat itu buruk maka tidak akan

mendukung efektifitas peraturan yang ada atau efektifitas perjanjian

kredit yang ada.

Sebagai contoh yaitu dalam kebiasaan masyarakat terdapat

kebiasaan menyumbang dan ketika dia mendapatkan pinjaman dari bank

dengan tujuan untuk memperluas usahanya dan di sisi lain dia harus

menyumbang tetangganya namun dia tidak mempunyai uang maka

pinjaman dari bank itu akan beralih tujuan menjadi bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan konsumtif, dikarenakan doktrin yang ada selama

ini dalam masyarakat apabila tidak nyumbang maka “ewuh” dengan

tetangganya atau kebiasaan seseorang yang jika sudah memegang uang

langsung di pakai untuk hal-hal lain di luar kepentingannya sendiri.

Sedangkan suatu tindakan dapat dikatakan dimaklumi apabila dalam

keadaan yang overmacht, seperti dalam hal seseorang debitor yang belum

dapat melunasi hutangnya dikarenakan dia mengalami musibah

kebakaran rumah sehingga pembayaran kredit pun menjadi macet maka

dalam keadaan demikian secara hukum dan dapat diberikan kelonggaran

oleh pihak bank apabila terjadi overmacht bukan karena hal-hal seperti

“ewuh” apabila tidak menyumbang dan lain sebagainya.

Dengan demikian maka dapat ditarik adanya suatu benang

merah jika efektifitas hukum perjanjian kredit dapat berlaku dengan baik

apabila di dukung oleh adanya budaya hukum serta budaya masyarakat

Page 60: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

yang baik pula dan efektifitas hukum perjanjian kredit dapat dipengaruhi

oleh adanya budaya masyarakat.

Page 61: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

B.Kerangka Pemikiran

Gambar II. Kerangka Pemikiran

UU No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun

1998 Tentang Perubahan Atas UU .No7 Tahun 1992

Tentang Perbankan

Kegiatan Bank

Menghimpun dana dari

masyarakat

Menyalurkan dana

kepada masyarakat

Dalam bentuk kredit

Tanpa Agunan Dengan Agunan

Pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan oleh

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Cabang Slamet Riyadi Surakarta

Permasalahan dan solusi yang timbul pada

pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan

pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta

Pembangunan Nasional

Bank sebagai Financial Intermediare

Memajukan kesejahteraan masyarakat

Page 62: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Keterangan Bagan :

Pembangunan nasional ke arah yang lebih baik dapat memajukan

kesejahteraan masyarakat. Dengan terciptanya kesejahteraan masyarakat tentunya

akan menjadikan harmonisasi yang baik antara masyarakat dengan pemerintah,

ataupun masyarakat sebagai individu yang satu dengan yang lainnya.

Pemerintah mengambil bagian dalam pemajuan kesejahteraan masyarakat

dengan adanya Bank sebagai Financial Intermediare yaitu dalam perantara

kebijakan antara pemerintah dengan masyarakat tentunya di bidang perekonomian

dan juga perantara antara pihak yang kelebihan uang dengan pihak yang

membutuhkan uang. Mengenai bank sebagai Financial intermediare ada di dalam

ketentuan Undang-Undang Perbankan. Di dalam peraturan tersebut selain diatur

mengenai fungsi bank sebagai lembaga Financial intermediare juga diatur

mengenai tugas, kewenangan, maupun kegiatan yang dapat dilakukan oleh

perbankan. Kegiatan perbankan yaitu mengimpun dana dari masyarakat yang

kelebihan dana dan menyalurkan dana kepada orang yang membutuhkan dana.

Penyaluran dana perbankan dapat dilakukan dengan banyak cara, namun

penyaluran utama perbankan adalah dalam bentuk kredit. Kredit menurut

agunannya dibagi atas dua jenis yaitu kredit tanpa agunan dan kredit dengan

agunan.

Kredit tanpa agunan merupakan pemberian kredit berdasarkan

kepercayaan terhadap diri calon debitor itu sendiri. Pemberian kredit tanpa agunan

dilakukan dengan sangat selektif untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-

Undang Perbankan maka bank wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian

apapun alasannya.

Oleh sebab itu perbankan harus selektif dalam pemberian kredit,

dikarenakan kredit tanpa agunan di satu sisi sangat berbahaya dengan tidak

adanya jaminan pada pelaksanaan kredit tersebut. Disisi lain adanya kredit tanpa

agunan merupakan salah satu program pemerintah untuk membantu usaha

masyarakat yang membutuhkan modal tetapi tidak mempunyai agunan sebagai

untuk modal yang dipinjamnya.

Page 63: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Berdasarkan adanya konsep pemikiran seperti tersebut di atas pada

implementasinya dalam suatu pelaksanaan pemberian kredit pastilah terdapat

permasalahan. Oleh sebab itu solusi dari berbagai pihak dapat menjadi jalan

keluar yang dapat diambil dari adanya permasalahan pada pelaksanaan Kredit

Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta. Penulisan ini dikaitkan antara pelaksanaan pemberian Kredit

Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta, permasalahan dan solusi pada pelaksanaan pemberian kredit

tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta, sehingga diharapkan dengan adanya keterkaitan ini dapat terjadi

pelaksanaan dalam pemberian kredit yang lebih baik ke depannya.

Page 64: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi singkat PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) tbk.

1. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Visi dan Misi yang baik selalu didukung oleh penyusunan tatanan

sumber daya manusia (SDM) yang baik dan strategi manajemen SDM yang

baik pula. Maka PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. pun membuat

adanya visi dan misi dalam instansinya. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. yaitu :

a. Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara umum

Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

kepuasan nasabah.

b. Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. secara umum

1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan

mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil, dan

menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat;

2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan

kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia

yang profesional dengan melaksanakan praktek (Good Corporate

Governance);

3) Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.

c. Visi Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk.

Menjadi mitra manajemen dan pekerja dalam rangka

membentuk sumber daya manusia BRI yang profesional, produktif, dan

sejahtera.

Page 65: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

d. Misi PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. untuk mencapai visi

manajemen SDM

1) Membangun kompetensi pekerja melalui mekanisme

pengembangan kompetensi dan perencanaan karir yang terintegrasi

dan komprehensif sesuai tuntutan bisnis;

2) Membangun lingkungan kerja yang kondusif dan kompetitif bagi

pekerja untuk mendorong kinerja terbaik melalui manajemen

kinerja yang adil dan obyektif;

3) Mendukung tercapainya pekerja yang sejahtera melalui penerapan

sistem imbal jasa yang adil dan transparan.

2. Susunan Organisasi PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang

Slamet Riyadi Surakarta dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta

Organisasi merupakan alat dan wadah dari sekelompok orang yang

bekerjasama dalam melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan.

Jika organisasi baik dan benar, tujuan yang optimal relatif akan lebih mudah

dicapai (Malayu S.P. Hasibuan, 2005 :46). Oleh karena organisasi

merupakan suatu hal penting bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk., maka dibentuklah susunan organisasi pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta. Adapun susunan

organisasinya, sebagai berikut :

Page 66: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

STRUKTUR ORGANISASI

KANCA BRI SOLO SLAMET RIYADI

POSISI JANUARI 2012

NB : Berdasarkan SK JBR dan JBM terakhir

ASS. SALES MANAGER

1.

2.

2.

SUPV. PENUNJANG OPS

ASS. MANAJER OPERASIONAL

PEMIMPIN CABANG

1.

SUPV. LAYANAN KAS

CLEANING SERVICE/PT. BKS

8.

7.

6.

5.

4.

3.

5.

4.

3.

PELAKSANA TKK

3.

2.

1.

PELAKSANA TELLER

6.

AO BRIGUNA

4.

3. 1.

AO KOMERSIAL

10.

9.

8.

7.

6.

9.

s/d

1.

5.

2.

1.

SALES PERSON SKK

AO KONSUMER

SALES PERSON PEMASARAN

FUNDING OFFICER

1.

1.

2.

1.

2.

1.

1.

2.

AO PROGRAM

MANAGER PEMASARAN

PRAMUBAKTI/PKSS

SATPAM/PKSS

PELAKSANA ADK BRIGUNA

PELAKSANA ADK KONSUMER

1.

1.

4.

3.

2.

1.

PELAKSANA ADK KOMERSIAL

SUPV. PENUNJANG BISNIS

3.

2.

1.

TEHNISI/PT. BKS

2.

1.

2.

1.

6.

5.

1.

SOPIR/PKSS

PELAKSANA QA

5.

4.

3.

2.

PELAKSANA ADM UNIT

2.

1.

PELAKSANA IT dan E-CHANNEL

2.

1.

PELAKSANA LAYANAN

CUSTOMER SERVICE

PELAKSANA LOGISTIK

2.

1.

5.

4.

3.

2.

PELAKSANA ADM. DJS & REKONS

1.

2.

3.

3.

4.

5.

4.

PELAKSANA KLIRING

PENILIK

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Lampiran : Surat Kanca BRI Solo Slamet Riyadi

Nomor: B. /KC-VII/SDM/11/2011 Tgl. -11-2011

1. ASS. MANAJER BISNIS MIKRO

1.

2.

PELAKSANA SEKRETARIAT & SDM

SUPV. LAYANAN OPS

( Surat KP BRI No : B.303-JBR/KJR/04/2010, Tanggal 23-04-2010 )

Surakarta, 09 Februari 2012

PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk

KANTOR CABANG SOLO SLAMET RIYADI

Pinca

Waryanto Hadi Susilo

23 BRI UNIT

12 TERAS

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi

Surakarta Tahun 2012

Gambar III. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Cabang Slamet Riyadi Surakarta

Page 67: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

Tahun 2012

Gambar IV. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta

Adapun biodata pegawai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk memperjelas struktur organisasi di atas,

sebagai berikut:

Tabel 1. Biodata Pegawai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta Bulan Juni 2012

NO NAMA ALAMAT TEMPAT, TGL LAHIR PENDIDIKAN JABATAN

1 M. Aris Munandar Karangasem 1/3 Laweyan Semarang, 11 Desember 1971 S1 Ekonomi Manajemen Ka Unit

2 Herwati Jl Seruni No.124 2/9 Purwosari Surakarta, 06 Mei 1965 S1 Ekonomi Mantri

3 Rolis Ebta A Aspol Panularan 5/7 Laweyan Surakarta, 09 April 1986 S1 Ekonomi Mantri

4 Arif Sujiwo Jatu Permai, Gentan Surakarta, 03 Agustus 1977 S1 Hukum Mantri

5 Ade Yusdiyanto Jatirejo 3/9 Wonoboyo Wonogiri Wonogiri, 03 September 1983 S1 Ekonomi Manajemen Mantri KUR

6 Erhiena Mayndrayani Jl Panembahan 41 Penumping Yogyakarta, 23 mei 1978 SMA Teller

7 Cetra Wulandari Candi 5 Gemolong Sragen Surakarta, 15 Maret 1985 S1 Ekonomi Teller

8 Angi F Jl Kawung No.15 Premulung Surakarta, 11 Oktober 1986 S1 Ekonomi Teller

9 Havid Wirun 1/6 Mojolaban Sukoharjo, 24 Agustus 1986 S1 Ekonomi Cs

10 Panca Sumber 4/6 Banjarsari Surakarta, 18 Juni 1990 D3 Ekonomi Cs

11 Siti R Jl Gajah Mada I No.245 4/7 Grobogan, 31 maret 1988 D3 Ekonomi Cs

12 Yadi Tawangmangu Kalisongo Sukoharjo, 23 Juni 1984 SMK Satpam

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

Tahun 2012

KEPALA UNIT

MANTRI/ AO

KREDIT

CUSTOMER

SERVICE

TELLER

Page 68: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3. Tugas, Fungsi dan Wewenang masing-masing organ pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk.

a. Kepala BRI Unit

Adapun tugas dan tanggungjawab Kepala Unit PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk, sebagai berikut :

1) Bertanggungjawab atas semua opersional di BRI Unit;

2) Sebagai pengawas penuh terhadap operasional BRI Unit;

3) Pemegang pasword BRI Unit;

4) Memegang wewenang putusan pinjaman dan simpanan sesuai dengan

SK ketetapan dari kantor cabang;

5) Bertanggungjawab atas proses data di BRI Unit;

6) Bertanggungjawab atas pekerja BRI Unit itu sendiri.

b. Mantri

Adapun tugas dan tanggungjawab Mantri PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. sebagai berikut :

1) Memproses/pemerkasa pinjaman;

2) Sebagai tenaga marketing produk-produk BRI Unit;

3) Bertanggungjawab terhadap proses pinjaman;

4) Bertanggungjawab terhadap jaminan;

5) Bertanggungjawab terhadap tunggakan-tunggakan yang terjadi akibat

keterlambatan nasabah membayar pinjaman;

6) Bertanggungjawab terhadap proses keaslian pinjaman dan pengecekan

jaminan.

c. Customer Service

Adapun tugas dan tanggungjawab customer service PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebagai berikut :

1) Memberikan informasi kepada nasabah/calon nasabah mengenai

produk BRI guna menunjang pemasaran produk BRI;

Page 69: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

2) Memberikan informasi saldo pinjaman, transfer maupun pinjaman

bagi nasabah yang memerlukan guna memberikan pelayanan yang

memuaskan kepada nasabah;

3) Melayani permintaan salinan Rekening Koran bagi nasabah yang

memerlukan (diluar pengiriman secara rutin setiap awal bulan) guna

memberikan pelayanan yang memuaskan nasbah;

4) Memberikan pelayanan khusus kepada nasabah inti yang memerlukan

(seperti mengantarkan atau menjemput uang ke tempat tinggal/usaha

nasabah) guna memberikan pelayanan yang memuaskan nasabah;

5) Membantu nasabah yang memerlukan pengisian aplikasi dana maupun

jasa BRI guna memberikan pelayanan yang memuaskan nasabah;

6) Menerima dan menginventarisasi keluhan-keluhan nasabah untuk

diteruskan kepada pejabat yang berwenang guna memberikan

pelayanan yang memuaskan nasabah;

7) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan atasan

dalam rangka menunjang kepentingan bisnis dan operasional BRI

Unit.

Adapun wewenang customer service PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk., yaitu :

Memberikan informasi saldo simpanan maupun pinjaman bagi nasabah

yang memerlukan.

d. Teller

Adapun tugas dan tanggungjawab teller PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk., yaitu :

1) Melakukan tambahan kas agar kelancaran pelayanan kepada nasabah

dapat berjalan dengan baik dan memuaskan;

2) Menerima uang setoran dari nasabah dan mencocokkan dengan

tanda setoran guna memastikan kebenaran transaksi dan keaslian

uang yang diterima;

Page 70: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

3) Memastikan membayar uang kepada nasabah yang berhak untuk

menghindari kesalahan yang merugikan;

4) Meneliti keabsahan bukti kas yang diterima guna memastikan

kebenaran keamanan transaksi;

5) Mengelola dan menyetorkan fisik kas kepada Supervisior/AMO baik

selama jam pelayanan kas maupun akhir hari agar keamanan kas

dapat terjaga;

6) Melakukan pergeseran kas antar kas Teller yang memerlukan demi

kelancaran pelayanan;

7) Membayar biaya-biaya utang, realisasi kredit dan transaksi lainya,

yang kuitansinya telah disahkan oleh pejabat yang berwenang guna

kelancaran operasional;

8) Melayani ternsaksi jual beli Bank Note (uang kertas asing) agar

pelayanan kepada nasabah berjalan dengan baik;

9) Menerima dan meneliti keabsahan tanda setoran dan warkat kliring

penyerahan dari nasabah guna memstikan kebenaran dan keamanan

transaksi;

10) Melakukan tugas-tugas kedinasan lain sesuai dengan instruksi dari

atasan dalam rangka menunjang kepentingan bisnis dan perasional;

11) Membukukan transaksi Open Branch, kliring sesuai dengan

ketentuan yang berlaku guna memastikan kebenaran dan keamanan

teransaksi.

Adapun wewenang teller PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk., yaitu :

1) Melaksanakan fungsi Checker atas transaksi diatas kewenangannya;

2) Mengesahkan dalam sistem dan menandatangani bukti kas atas

transaksi pembayaran tunai yang ada dalam batas wewenangnya;

3) Melakukan entry pembukuan Open Branch ke dalam sistem;

4) Memelihara sarana/prasarana yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

Page 71: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

4. Produk dan Jasa PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta

Adapun produk dan jasa PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Cabang Slamet Riyadi Surakarta secara garis besar terdiri atas simpanan,

pinjaman, dan produk jasa bank lainnya.

a. Produk simpanan terdiri dari :

1) GiroBRI Rupiah

Yaitu simpanan pihak ketiga dalam mata uang rupiah yang

penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu dengan menggunakan

warkat cek/bilyet giro atau surat perintah penarikan lainnya, setoran

awal pada Giro BRI rupiah senilai Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).

2) GiroBRI Valas

Merupakan simpanan dalam valuta asing pihak ketiga pada BRI yang

setiap saat dapat diambil alih oleh pemegang rekening yang

bersangkutan.

3) Tabungan Britama

Britama adalah bentuk tabungan yang dilayani di kantor cabang BRI

dan BRI Unit yang dilengkapi dengan kartu ATM yang sudah online

di seluruh Indonesia. Pada tabungan Britama penyetoran dan

pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi maupun jumlahnya

selama saldo mencukupi, setoran awal Tabungan Britama adalah Rp

250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

4) Britama Dollar

Britama Dollar merupakan simpanan dalam mata uang US Dollar

yang penyetoran dan pengembaliannya tidak dibatasi baik frekuensi

maupun jumlahnya.

5) Tabungan Simpedes BRI

Simpedes merupakan simpanan masyarakat dalam bentuk tabungan

yang penyetoran dan pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi

maupun jumlahnya selama saldonya mencukupi, setoran awal pada

Page 72: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

tabungan simpedes BRI yaitu senilai Rp 100.000,- (seratus ribu

rupiah).

6) Deposito BRI

Deposito BRI adalah simpanan berjangka dalam mata uang rupiah

yang dikeluarkan oleh BRI dimana penarikannya hanya dapat

dilakukan jangka waktu tertentu, setoran minimal pada deposito BRI

senilai Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).

7) Deposito BRI Valas

Deposito BRI Valas adalah simpanan pihak ketiga berupa deposito

dalam mata uang asing yang hanya dapat diambil setelah jangka

waktu tertentu sebagaimana telah diperjanjikan antara deposan dengan

BRI.

8) Tabungan Haji BRI

Tabungan Haji BRI adalah tabungan yang diperuntukan bagi

perorangan guna mempersiapkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji

(BPIH).

9) Save Deposit Box

Save Deposit Box adalah kotak yang terbuat dari logam bermutu tinggi

yang dilengkapi dengan kunci berpengaman ganda dan ditempatkan di

ruang khasanah untuk lebih menjaga keamanannya.

b. Produk pinjaman terdiri dari :

1) Kredit Pensiun ( Kresun BRI)

Kresun BRI merupakan salah satu bentuk kredit yang diberikan

kepada para pensiunan dari instansi pemerintahan, BUMN, BUMD,

TNI, ataupun POLRI.

2) Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) BRI

Adalah fasilitas kredit yang diberikan Bank BRI untuk pembelian

rumah, pembangunan rumah maupun renovasi rumah, untuk

mewujudkan rumah idaman dengan mudah, cepat, dan terjangkau.

Page 73: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

3) Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) BRI

Adalah kredit yang diberikan BRI untuk pembelian kendaraan

bermotor baik baru maupun bekas. KKR BRI bertujuan untuk

menghadirkan kemudahan mewujudkan rencana memiliki kendaraan

idaman.

4) Kartu Kredit BRI

5) Kredit Komersil / Kredit Usaha BRI

Kredit Komersil merupakan kredit yang diberikan kepada para

pengusaha untuk menambah modal kerja (KMK) maupun untuk

membiayai investasi yang berkaitan dengan usahanya.

6) KUPEDES (Kredit Umum Pedesaan)

Kupedes merupakan fasilitas kredit yang dilayani pada BRI unit

dengan jumlah kredit sampai dengan 50 (lima puluh) juta.

7) Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada kepada debitor

untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, misalnya untuk membeli

perumahan, kendaraan, dan sebagainya.

8) KUR Kupedes

Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kupedes merupakan kredit modal kerja

dan atau investasi dengan plafond kredit secara total eksposure sampai

dengan lima juta rupiah yang diberikan kepada usaha mikro

perorangan yang melayani usaha produktif yang dilayani oleh BRI

Unit yang dimintakan penjaminan pada penjamin.

c. Produk jasa Bank lainnya, terdiri atas:

1) Transfer

Merupakan kegiatan melayani permintaan pengiriman uang yang

dilakukan melalui bank, atas permintaan nasabah bank suatu tempat

yang ditujukan untuk kepentingan seseorang atau badan yang

berdomisili di dalam wilayah operasi bank yang dituju.

Page 74: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

2) Kliring

Merupakan proses perhitungan di Lembaga Kliring atas surat-surat

berharga yang menjadi hak maupun kewajiban masing-masing bank

anggota kliring tersebut.

3) Incaso (Inkaso)

Merupakan penagihan oleh bank yang bertindak untuk dan atas nama

seseorang kepada seseorang atas dasar sesuatu hak tagihan dalam

bentuk surat berharga.

4) Money Changer

Merupakan penukaran uang yang berasal dari transaksi jual beli uang

kertas asing (UKA) dan pembelian/pengambilalihan Traveller Cheque

(TC).

5) Penerimaan Setoran PLN dan TELKOM

Pelayanan penerimaan setoran dari PLN/TELKOM atas dasar sistem

Tempat Pembayaran (Payment Point) adalah salah satu jenis layanan

jasa perbankan dalam penerimaan setoran uang langganan bulanan

listrik (PLN) dan telepon dan facsimile (TELKOM).

6) SMS Banking BRI

BRI SMS Banking 3300 merupakan salah satu layanan mobile

banking melalui layanan sms yang menawarkan kemudahan dan

kenyamanan dalam mendapatkan layanan perbankan BRI.

7) Call BRI

Call BRI 14017 atau 57987400 adalah fasilitas layanan melalui

telepon selama 24 jam yang menyediakan produk Perbankan serta

kartu kredit baik melalui mesin dengan layanan IVR (Interactive

Voice Response) maupun melalui Agent seperti CSR (Customer

Service Representative).

Page 75: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

B. Hasil Penelitan

1. Pelaksananaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta

Pada pelaksanaannya pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu unit

di bawah naungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta diberikan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan,

walaupun dalam pelaksanaannya ada pula Kredit Usaha Rakyat yang

menyertakan agunan, namun yang dibahas oleh penulis dalam penulisan

hukum ini yaitu kredit tanpa agunan yang salah satu produknya adalah kredit

usaha rakyat tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit

Laweyan Surakarta.

Berbeda dengan penyaluran kredit usaha rakyat dulu yaitu sejak kredit

usaha rakyat pertama kali diluncurkan sampai pertengahan tahun 2011 pada

pelaksanaannya Kredit Usaha Rakyat diberi tanpa menggunakan agunan oleh

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, namun

pada saat ini pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan jarang diberikan

demi menjamin kesehatan bank sendiri karena menyangkut masalah

pengembalian pinjaman.

Oleh sebab itu, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. menarik

agunan pada produk kredit usaha rakyat dengan tujuan hanya sebagai pengikat

moral saja, tetapi tidak menutup adanya kemungkinan bahwa kredit dapat

diberikan tanpa menggunakan agunan, dikarenakan PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta tetap berprinsip pada adanya

kepercayaan pada pemberian kredit. Bagi Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan

pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

biasanya diberikan kepada calon debitor yang sudah dikenal baik oleh pihak-

pihak yang terkait pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit

Laweyan Surakarta dan mempunyai track record yang baik selama ini dalam

Page 76: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pengangsuran pinjamannya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta.

Muhammad Aris Munandar mengatakan bahwa penyaluran

Kredit Usaha Rakyat paling banyak di salurkan oleh PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. yaitu sebanyak 75% dari keseluruhan bank

penyalur Kredit usaha Rakyat dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat

oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. pun sedikit sekali

mengalami permasalahan kredit (kredit macet). Oleh sebab itu

pemerintah memilih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

sebagai bank penyalur Kredit Usaha Rakyat satu-satunya. Apabila

masih terdapat bank yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat itu hanya

sebagian kecil saja. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berhasil karena pemberian Kredit

Usaha Rakyat oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk skala-

skala pemberiannya kecil sehingga pendekatan kredit kepada nasabah

lebih mudah dan permasalahan kredit pun lebih mudah ditangani. Hal

ini pula yang berbeda dengan penyaluran Kredit Usaha Rakyat pada

bank lain. (Wawancara tanggal 14 Juni 2012, pukul 16.30 WIB,

dengan Muhammad Aris Munandar selaku Kepala Unit PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).

Sebagaimana telah dituangkan oleh penulis dalam gambaran teori

Kredit Tanpa Agunan, kepercayaan merupakan dasar atau satu prinsip bagi

bank dalam menyalurkan kredit tanpa agunan, demikian pula sama halnya pada

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

kepercayaan merupakan hal terpenting dalam pemberian kredit. Kredit Usaha

Rakyat Tanpa Agunan maksimal diberikan jangka waktu peminjamannya

selama 3 tahun setelah pemberian kredit tersebut dicairkan. Bunga pinjaman

pada Kredit Usaha Rakyat baik menggunakan agunan ataupun tidak yaitu

sebesar 1,03%.

Adapun fasilitas Kredit Usaha Rakyat yang disediakan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. s/d Rp 20.000.000,- atau terbilang dua puluh

juta rupiah, sedangkan untuk Kredit Usaha Rakyat tanpa agunan diberikan s/d

Rp 5.000.000,- atau terbilang lima juta rupiah, namun adanya ketentuan ini

bukan merupakan suatu tolok ukur yang pasti, dikarenakan jumlah plafon

kredit tentunya akan berubah-ubah. Seperti yang dikemukakan oleh

Muhammad Aris Munandar bahwa tidak menutup kemungkinan seorang

Page 77: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

debitor kredit usaha rakyat tanpa agunan dapat mendapatkan pinjaman sampai

dengan Rp 20.000.000,- dikarenakan penghitungan pada pinjaman kredit usaha

rakyat tanpa agunan bersifat kumulatif, seperti yang dikemukakan oleh

Muhammad Aris Munandar bahwa :

Pemberian batas Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan tidak

hanya sampai senilai Rp 5.000.000,- saja namun pada sifatnya

pinjaman Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan bersifat kumulatif

sehingga apabila seseorang nasabah akan menambah lagi modal

usahanya sebesar Rp 5.000.000 lagi itu dapat dilakukan bahkan

sampai seluruh pinjaman debitor menjadi senilai Rp 20.000.000,-. Hal

ini dapat dilakukan apabila dalam perjalanan pembayaran

pinjamannya debitor tersebut tidak pernah menunggak atau macet

(Wawancara tanggal 09 Februari 2012, pukul 09.00 WIB, dengan

Muhammad Aris Munandar selaku Kepala Unit Bank BRI Unit

Laweyan Surakarta).

Pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan diberikan melalui

beberapa tahapan. Berdasarkan hasil penelitian penulis di Kantor PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, hasil wawancara

penulis pada hari Selasa tanggal 21 Februari 2012 dengan Herwati selaku

Account Officer (AO) kredit, dan wawancara penulis dengan kedua debitor PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta yaitu Sulaikah

Yuli Amanah dan Tugimin, maka penulis dapat mengemukakan bahwa

pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan melalui salah satu produk Bank

Rakyat Indonesia yaitu Kredit Usaha Rakyat tanpa agunan dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Permohonan Kredit

Pada tahap permohonan kredit nasabah yang akan mengajukan

permohonan kredit diwajibkan untuk melengkapi data-data yang diajukan

agar lolos dari tahapan permohonan kredit, hal ini bertujuan untuk

memudahkan bank dalam memperoleh data yang diperlukan. Pada tahapan

permohonan kredit harus memuat informasi yang lengkap dan memenuhi

persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank. Tahapan

tersebut antara lain sebagai berikut :

Page 78: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

1) Melakukan pengisian terhadap daftar isian yang disediakan oleh bank

secara sebenarnya (sesuai dengan kondisi dalam diri nasabah) dan

lengkap diisi oleh nasabah;

2) Melakukan penandatanganan surat-surat permohonan nasabah yang

dengan ditandatangani secara lengkap dan sah.

Debitor yang akan mengajukan permohonan kredit tanpa agunan

yang dalam hal ini dalam wujud ataupun bentuk kredit usaha rakyat tanpa

agunan wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta. Permohonan

tersebut berbentuk perjanjian baku.

Adapun syarat permohonan Kredit Usaha Rakyat tanpa agunan

pada PT. Bank Rakyat indonesia (Persero) Tbk yaitu mengisi perjanjian

permohonan kredit, melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP),

fotokopi Kartu Keluarga (KK), Surat Keterangan Usaha, dan Surat

Keterangan Domisili. Kemudian, oleh Acount Officer (AO) Bank BRI

permohonan akan dinyatakan lengkap bila memenuhi persyaratan yang

ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya.

b. Tahap Penyidikan dan Analisis Kredit

Pada tahapan ini, penyidikan dan analisa kredit dilakukan oleh

Account Officer (AO). Beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dalam

melakukan penyidikan dan analisa kredit, yaitu sebagai berikut :

1) Beberapa pekerjaan yang dilakukan Account Officer dalam melakukan

penyelidikan, sebagai berikut :

a) Wawancara dengan pemohon kredit atau debitor, wawancara

merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Account Officer PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk

mendalami karakter calon debitor baik itu untuk pengenalan lebih

dekat secara kekeluargaan dan juga memahami karakter dari calon

debitor yang bersangkutan;

Page 79: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

b) Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang

diajukan oleh nasabah yaitu seperti Kartu Tanpa Penduduk, Surat

Keterangan Usaha, Kartu Keluarga, dan Surat Keterangan Domisili

bila diperlukan;

c) Melakukan penyelidikan atas kebenaran mengenai hal-hal yang

dikemukakan nasabah dan informasi lain yang diperoleh seperti

menyelidiki bahwa rumah atau tempat kediaman nasabah benar-benar

sesuai dengan yang tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk.

Penyelidikan ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai tetangga

terdekat dari calon debitor yang bersangkutan;

d) Melakukan penyusunan laporan mengenai hasil penyelidikan yang

telah dilaksanakan, hal ini diperlukan agar penyelidikan terhadap

nasabah atau calon debitor yang satu tidak tercampur dengan calon

debitor yang lain.

2) Beberapa pekerjaan yang dilakukan Account Officer dalam melakukan

analisa kredit, yaitu :

a) Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan analisa terhadap debitor dari

segala aspek, yang bisa didapatkan dari BI cheking, terjun langsung

melihat kondisi perekonomian calon debitor, melihat usaha calon

debitur yang sudah berjalan, dan lain sebagainya apakah setelah

analisa terhadap debitor tersebut untuk selanjutnya permohonan kredit

tersebut dapat dipertimbangkan atau tidak.

b) Menyusun laporan analisis terhadap calon debitor yang bersangkutan,

yang berisi penguraian tentang kondisi calon debitor dan kesimpulan

yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan pimpinan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan suatu

pelaksanaan kredit. Pertanggung jawaban terhadap pengambilan

keputusan pelaksanaan kredit sepenuhnya dipegang oleh kepala unit

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Page 80: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Analisis Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu

Unit di bawah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta dalam melakukan analisis dengan berpedoman pada asas

sebagai berikut :

1) Asas 5 C

a) Character (watak) calon debitor

Calon debitor perlu diteliti oleh analisis kredit apakah layak

untuk menerima kredit. Karakter pemohon kredit dapat diperoleh

dengan cara mengumpulkan informasi dari referensi nasabah dan

bank-bank lain tentang cara perilaku, kejujuran, pergaulan, dan

ketaatannya memenuhi pembayaran transaksi dan juga dapat dilihat

dari kesungguhan calon debitor pada saat melakukan wawancara.

Karakter yang baik jika ada keinginan untuk membayar (willingness

to pay) kewajibannya. Apabila karakter pemohon kredit baik yaitu

mau membayar pinjamannya untuk melaksanakan kewajibannya maka

dapat diberikan kredit, sebaliknya jika karakternya buruk yaitu tidak

mau memenuhi kewajibannya maka kredit tidak dapat diberikan.

b) Capacity (kemampuan) calon debitor

Kemampuan calon debitor perlu dianalisis apakah ia mampu

menjalankan usahanya dengan baik dan benar. Kalau ia mampu

menjalankan usahanya, disertai dengan kemampuan yang baik maka

ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan

perusahaannya tetap berdiri. Jika kemampuan calon debitur baik,

mempunyai kemampuan menjalankan usahanya dalam artian bahwa

dia tetap konsisten memajukan usahanya (bisa dilihat salah satunya

dari jam buka maupun tutup pada usaha calon debitor yang

bersangkutan) maka ia dapat diberikan kredit, sebaliknya jika

kemampuannya buruk tidak mempunyai kemampuan atau “ogah-

ogahan” tidak dapat menjalankan usahanya dengan baik maka kredit

tidak dapat diberikan.

Page 81: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Berdasarkan wawancara penulis dengan salah satu debitor

yaitu Sulaikah Yuli Amanah penilaian yang dilakukan oleh Account

Officer (AO) kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta yaitu dengan cara menanyakan sejumlah

pertanyaan kepada Sulaikah Yuli Amanah seperti berikut : “ Biasanya

modal ibu untuk jualan makanan ini setiap hari berapa bu?

Pengeluaran setiap hari ibu untuk keperluan sehari-hari berapa? Omset

atau keuntungan dari usaha jualan makanan setiap hari kira-kira

berapa bu? Biasanya ibu setiap pagi mulai dari jam berapa bu

usahanya? Tutup jam berapa?”

Dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang ada maka

Account Officer dapat memberikan sejumlah analisis terhadap

jawaban yang diberikan oleh debitor yang bersangkutan seperti contoh

untuk usaha makanan maka akan lebih baik apabila dibuka lebih awal

yaitu pagi-pagi daripada usaha tersebut baru dibuka di malam harinya,

dengan demikian maka akan terlihat kemampuan dari calon debitor

yang bersangkutan.

c) Capital (modal) dari calon debitur

Penilaian bank mengenai hal ini yaitu mengenai struktur

modal yang dapat terlihat dari neraca lajur usaha calon debitor. Hasil

analisis neraca lajur akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat

atau tidak sehatnya usaha yang dijalankan oleh debitor tersebut. Jika

terlihat baik yaitu struktur modal pada calon debitur tersebut

meningkat maka bank dapat memberikan kredit kepada pemohon

bersangkutan, tetapi jika tidak maka pemohon tidak akan mendapat

kredit yang diinginkaannya.

d) Condition of Economic atau kondisi perekonomian calon debitor

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta melakukan analisis dengan melihat kondisi perekonomian

calon debitor yaitu dengan melihat bidang usaha pemohon kredit atau

calon debitor khususnya. Jika baik dan memiliki prospek yang baik ke

Page 82: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

depannya maka permohonannya akan disetujui, sebaliknya jika jelek

permohonan kreditnya akan ditolak. Untuk hal ini hampir semua

usaha memiliki prospek ke depannya, namun yang dimaksudkan

dalam hal ini yaitu apabila usaha tersebut sudah lama ditinggalkan

(seperti contoh usaha wartel, di saat orang-orang pada saat ini telah

menggunakan telepon genggam) maka dapat dikatakan jika usaha

wartel saat ini tidak memiliki prospek yang baik ke depannya.

e) Collateral

Pada program Kredit Usaha Rakyat tentunya merupakan

program pemerintah dalam rangka meningkatkan laju perekonomian

rakyat kecil dengan memberikan pinjaman tanpa menggunakan

agunan. Namun ada pula Kredit Usaha Rakyat yang dikeluarkan oleh

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

dengan menggunakan agunan alasannya yaitu untuk mengurangi

risiko yang akan di tanggung oleh bank yang bersangkutan apabila

suatu saat terjadi permasalahan kredit seperti halnya kredit macet.

Agunan dapat disertakan dalam hal ini namun, nominal agunan yang

diberikan oleh debitor lebih kecil daripada jumlah pinjamannya, atau

sebesar 50% dari jumlah pinjaman dikarenakan pada program Kredit

Usaha Rakyat, agunan hanya sebagai tambahan bukan pokok yang

harus dipenuhi oleh debitor.

Sebagaimana di ungkapkan oleh Muhammad Aris

Munandar bahwa untuk agunan itu ditentukan tergantung

nilai pasar. Sebagai contoh apabila yang diagunkan adalah

BPKB motor maka di nilai sesuai dengan harga pasar saat ini.

Paling tidak menutup 50% pinjaman. Kenapa paling tidak itu

50 % bukan 30% ini dikarenakan harga motor lama-kelamaan

akan menyusut. Oleh sebab itu paling tidak nilai agunan

menutup 50% dari jumlah pinjaman (Wawancara dengan

Muhammad Aris Munandar, tanggal 14 Juni 2012, pukul

16.40 WIB di Kantor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta).

2) Asas 7 P

a) Personality (kepribadian)

Page 83: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Penilaian bank pada personality yaitu penilaian berdasarkan

sifat dan perilaku yang dimiliki calon debitor. Kepribadian dari yang

mengajukan permohonan kredit yang bersangkutan, dipergunakan

sebagai dasar pertimbangan pemberian kredit. Jika kepribadiannya

baik, kredit dapat diberikan, sebaliknya apabila kepribadiannya jelek

maka kredit tidak dapat diberikan. Alasannya karena kepribadian yang

baik akan berusaha membayar pinjamannya, sedangkan kepribadian

yang jelek akan sulit membayar pinjamannya atau menunggak

membayar pinjamannya. Kepribadian calon nasabah ini dapat

diketahui dengan mengumpulkan informasi tentang keturunan,

pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. Apabila dilihat dari

pergaulannya dapat dilihat dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya,

jika di lingkungan sekitar tempat tinggal debitor baik maka akan

semakin mempermudah pemberian kredit oleh calon debitor yang

bersangkutan.

b) Party

Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi-

klasifikasi atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal,

karakter, dan loyalitasnya. Pada setiap klasifikasi nasabah akan

mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. Apalagi dengan Kredit

Usaha Rakyat yang dinikmati oleh nasabah yang akan membangun

usahanya tentunya akan diberi perlakuan yang berbeda oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebagai contoh adalah pada

pemberian nominal pinjamannya.

c) Purpose atau tujuan

Purpose yaitu melakukan analisis dengan melihat tujuan dan

penggunaan kredit oleh calon debitor apakah untuk kegiatan

konsumtif atau sebagai modal kerja. Tujuan kredit menjadi hal yang

menentukan apakah permohonan calon debitor disetujui atau ditolak.

Jadi, analis kredit harus mengetahui secara pasti tujuan dan

Page 84: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

penggunaan kredit yang akan diberikan sehingga dapat

mempertimbangkan apakah kredit akan diberikan atau ditolak.

Sebagai contoh yaitu tujuan dari pengajuan permohonan

Kredit Usaha Rakyat Sulaikah Yuli Amanah adalah untuk

memperbesar jualan makanannya, maka dengan alasan atau tujuan

tersebut permohonan kredit yang diajukan semakin mempermudah

untuk penyetujuan kredit tesebut.

d) Propect

Prospek yaitu melakukan analisis dengan melihat prospek

atau kemampuan usaha calon debitor di masa datang, apakah akan

menguntungkan (baik) atau merugikan (jelek). Jika prospek terlihat

baik maka kredit dapat diberikan, sebaliknya jika jelek maka kredit

dapat ditolak. Oleh karena itu, analis kredit harus mampu

mengestimasi masa depan dari usaha calon debitor agar pengembalian

kredit menjadi lancar.

e) Payment atau pembayaran

Payment yaitu dengan mengetahui bagaimana pembayaran

kembali kredit yang diberikan. Hal ini dapat diketahui jika analisis

kredit memperhitungkan kelancaran penjualan dan pendapatan calon

debitor sehingga dapat diperkirakan kemampuannya untuk membayar

kembali kredit tersebut sesuai dengan perjanjian. Asas payment ini

harus dipergunakan sebagai bahan pertimbangan pemberian kredit

agar pengembalian kredit berjalan lancar.

f) Profitability

Profitability yaitu menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah mendapatkan laba. Profitability diukur per periode, apakah

konstan atau meningkat dengan adanya pemberian kredit yang

tentunya hal ini sangat mempengaruhi PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam memberikan kredit

kepada calon debitor yang bersangkutan.

Page 85: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

g) Protection

Bertujuan agar usaha mendapatkan perlindungan.

Perlindungan dapat berupa jaminan barang, jaminan orang atau

jaminan asuransi. Namun pada pemberian Kredit Usaha Tanpa

Agunan tentunya tidak menggunakan jaminan barang dalam

pelaksanaannya. Jaminan hanyalah bersifat tambahan bukan pokok

perjanjian.

3) Asas 3 R

a) Returns

Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai usaha

yang dijalankan calon debitor setelah memperoleh kredit. Apabila

hasil yang diperoleh cukup untuk membayar jumlah pinjamannya dan

sekaligus membantu perkembangan usaha calon debitor bersangkutan

maka kredit diberikan. Akan tetapi, jika sebaliknya maka kredit tidak

diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta.

b) Repayment

Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal,

dan jangka waktu pembayaran kredit oleh calon debitor, apabila

usahanya tetap berjalan.

c) Risk Bearing Abillity

Risk bearing ability yaitu analisis dengan memperhitungkan

besar kemampuan usaha yang dijalankan calon debitor untuk

menghadapi risiko, apakah usaha yang dijalankan oleh calon debitor

risikonya besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko

ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha,

dan manejemen usaha yang bersangkutan. Jika risk bearing ability

usaha calon debitur besar maka kredit tidak diberikan, tetapi apabila

risk bearing ability usaha calon debitor kecil maka kredit diberikan.

Page 86: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

c. Tahap Pemberian Keputusan Kredit

Pemberian keputusan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta didasarkan pada penyidikan dan

analisa kredit, yaitu mengenai keputusan pemberian kredit atau penolakan

kredit. Sebagai pertimbangan pengambilan keputusan kredit selain

memperhatikan penyelidikan dan analisa kredit, pertimbangan juga harus

didasarkan pada bahan pertimbangan lainnya yaitu informasi-informasi

yang diperoleh pejabat pengambil keputusan yang harus dibubuhkan secara

tertulis dalam lembar analisa dan penyelidikan kredit. Sebagai contoh

informasi pengambilan keputusan tersebut bisa didapat dari BI cheking.

Pada BI cheking dapat dilihat rekap pinjaman calon debitur pada seluruh

bank maupun lembaga pembiayaan, apakah nasabah atau calon debitur

tersebut masuk daftar hitam atau tidak, pernah menunggak pembayaran

pinjaman terdahulu atau tidak, sehingga dapat menjadi salah satu

pertimbangan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta dalam memberikan kredit.

Pada tahapan pemberian keputusan ini, calon debitor akan

memperoleh keputusan kredit yang berisi mengenai persetujuan akan

pemberian Kredit Tanpa Agunan dalam bentuk Kredit Usaha Rakyat Tanpa

Agunan atau sesuai dengan permohonan yang diajukan oleh calon debitor

tersebut. Pada tahapan ini ada tiga macam keputusan yang kemungkinan

dapat diberikan kepada calon debitor, yaitu :

1) Mengabulkan seluruh permohonan kredit yang diajukan oleh calon

debitor;

2) Mengabulkan sebagian permohonan kredit yang diajukan oleh calon

debitor, yang dimaksud dengan mengabulkan sebagian permohonan

kredit yaitu bahwa ada hal yang dapat dikabulkan oleh pemberi kredit

dan ada juga hal yang tidak dapat dikabulkan oleh pemberi kredit.

Sebagai contoh adalah dalam pemberian jangka waktu pelunasan kredit;

3) Menolak seluruh permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitor.

Page 87: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

d. Tahap Kesepakatan Perjanjian Kredit

Kesepakatan perjanjian kredit terjadi ketika pemberian keputusan

kredit telah disetujui dan kedua belah pihak yakni debitor dan kreditor

menyetujui adanya pelaksanaan pemberian kredit sesuai dengan perjanjian

yang ada. Pelaksanaan pemberian kredit dalam prakteknya tertuang di

dalam perjanjian kredit. Arti dari perjanjian kredit yaitu setiap kredit yang

telah disetujui dan disepakati pemohon kredit wajib dituangkan dalam

perjanjian kredit (akad kredit) secara tertulis. Bentuk dan format perjanjian

kredit ditentukan oleh masing-masing bank. Sebagaimana suatu bank

sebagai sebuah institusi tentunya mempunyai peraturan khusus mengenai

perjanjian kredit. Perjanjian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk mengenai syarat-syarat umum perjanjian pinjaman dan kredit dapat

dilihat pada lampiran penulisan hukum.

Pada pelaksanaan perjanjian kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk kesepakatan perjanjian kredit

maka nasabah harus melakukan penandatanganan terhadap sejumlah surat

yang telah disediakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta, terdiri dari :

1) Nasabah harus menandatangani duplikat surat penegasan pemberian

kredit di atas materai cukup dan mengembalikannya pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

2) Nasabah harus menandatangani surat perjanjian kredit. Setelah

penandatanganan tersebut kemudian surat perjanjian kredit tersebut

diberikan nomor urut dan dicatat pada register tersendiri. Surat perjanjian

kredit tersebut dibuat rangkap empat, yang pembagiannya yaitu :

a) Lembar pertama yaitu surat perjanjian kredit asli untuk PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, yang

disimpan dalam warkat kredit;

b) Lembar kedua untuk nasabah;

c) Lembar ketiga untuk kantor pusat Bank BRI; dan

d) Lembar keempat untuk berkas a/n nasabah.

Page 88: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Klausula-klausula yang terdapat dalam kesepakatan perjanjian

kredit antara nasabah dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dapat

terlihat dari surat pengakuan hutangnya bahwa:

1) Debitor akan menangung sejumlah hutang yang tertuang di dalam

kesepakatan atau segala hutang yang akan timbul sehubungan dengan

adanya surat pengakuan hutang tersebut;

2) Debitor yang bersangkutan mengaku telah menerima utang sebagai

pokok pinjaman modal kerja atau investasi yang akan digunakan sebagai

modal usaha. Adanya klausula mengenai penggunaan pinjaman bagi

debitor;

3) Adanya kesepakatan mengenai jangka waktu pinjaman dan bunga yang

harus dibayarkan oleh debitor kepada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk;

4) Adanya kesepakatan mengenai syarat-syarat penarikan pinjaman, apabila

suatu saat debitor tidak dapat memenuhi kewajibannya;

5) Adanya kesepakatan mengenai biaya-biaya yang dapat timbul dengan

adanya perjanjian hutang tersebut, kesepakatan mengenai agunan (namun

agunan hanya menjadi tambahan dalam perjanjian ini, bukan merupakan

suatu hal pokok), kesepakatan mengenai jaminan terhadap pinjaman

dengan adanya perusahaan penjamin yang ditunjuk oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.;

6) Adanya kesepakatan mengenai pengawasan dan pemeriksaan bahwa

dalam hal ini PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. berhak meminta

keterangan dan melakukan pemeriksaan yang diperlukan oleh bank

kepada pihak yang berhutang dalam hal ini adalah debitor;

7) Adanya klausula yang menyebutkan bahwa debitor bersedia untuk

memberikan keterangan dengan sebenar-benarnya mengenai kebijakan

pemberian pinjaman;

8) Adanya kesepakatan mengenai domisili atau tempat kedudukan hukum

untuk menyelesaikan permasalahan apabila dikemudian hari terjadi

sengketa.

Page 89: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

e. Tahap Pencairan Kredit

Pencairan kredit dapat dilakukan setelah seluruh persyaratan kredit

yang diajukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta telah terpenuhi. Maka dalam rangka pencairan dana

kredit sebelumnya harus telah diikat dalam perjanjian kredit antara debitor

dan kreditor. Pengambilan dana kredit yang diajukan dapat diambil di teller

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Menurut Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan setelah semua

persyaratan kredit telah terpenuhi dan telah disetujui oleh pimpinan

Unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

maksimal pencairan kredit dapat dilakukan maksimal 7 (tujuh) hari

kerja, namun biasanya dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja kredit

telah dapat dicairkan. Pencairan dana antara debitor yang satu

dengan debitor yang lainnya dapat berbeda dengan alasan yang

berbeda pula salah satunya dikarenakan tempat usaha debitor yang

jauh sehingga harus dilakukan waktu tempuh yang lama bagi pihak

Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan untuk meninjau mengenai kelayakan usaha debitur

(Wawancara tanggal 13 Maret 2012, pukul 16.00 WIB, dengan

Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).

2. Permasalahan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa

Agunan Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. cabang Slamet

Riyadi Surakarta

Pada pelaksanaan pemberian pinjaman teori tidak pasti semulus atau

sejalan dengan prakteknya. Masih terdapat beberapa permasalahan yang tidak

dapat dihindari oleh bank sebagai pemberi kredit. Permasalahan tersebut dapat

terjadi ketika salah satu pihak melanggar klausula yang terdapat dalam

perjanjian pelaksanaan pemberian kredit tersebut. Pelanggaran terhadap

permasalahan pelaksanaan pemberian kredit ini sering disebut dengan

wanprestasi atau ingkar janji.

Menurut Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

permasalahan yang dapat timbul dari adanya perjanjian Kredit Usaha

Rakyat Tanpa Agunan yang pertama adalah kredit macet, dikarenakan

Page 90: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

dampak dari tidak adanya agunan pada pemberian kredit tersebut,

yang kedua dikarenakan adanya penyalahgunaan atas kredit. Sebagai

contoh yaitu kredit yang seharusnya dialokasikan untuk meningkatkan

usaha debitor ternyata digunakan untuk memenuhi hasrat atau

kebutuhan dari debitor itu sendiri (Wawancara tanggal 13 Maret 2012,

pukul 16.05 WIB dengan Arif Sujiwo selaku Mantri Komersial di PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).

Secara garis besar terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan

pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk

Unit Laweyan, yaitu sebagai berikut :

a. Kredit Macet

Kredit Macet merupakan hal yang sulit dihindari dalam

pelaksanaan pemberian kredit dan merugikan kreditor apabila sampai terjadi

permasalahan kredit. Apalagi dengan pemberian kredit tanpa agunan, tidak

adanya eksekusi yang dapat dilakukan oleh kreditor secara langsung oleh

debitor sehingga dapat disimpulkan apabila pemberian kredit erat kaitannya

dengan moral hazzard pada diri seseorang. Contohnya pada pemberian

kredit tanpa agunan yang berdasar pada kepercayaan terhadap debitor saja

tanpa ada wujud jaminan bahwa debitor akan melunasi hutanya.

Pada pelaksanaannya di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta hal yang sering menyebabkan kredit macet atau

menjadi alasan bagi para debitor tersebut, yaitu:

1) Usaha debitor itu sendiri sedang tidak lancar atau dalam artian bahwa

pengeluaran debitor dan pemasukannya lebih besar pengeluarannya,

sehingga tidak dapat membayar pinjamannya kepada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta;

2) Terletak pada kesadaran diri debitor itu sendiri untuk mau melunasi

seluruh pokok pinjaman dan bunganya atau tidak;

3) Debitor tersebut mengalami musibah sehingga tidak dapat melunasi

hutangnya seperti banjir, tanah longsor, kebakaran, dan sebagainya;

4) Atau debitor lupa dalam membayar pinjamannya.

Page 91: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Dengan adanya hal tersebut di atas membuat PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta harus berhati-hati dalam

memberikan kredit apalagi untuk pemberian kredit tanpa agunan. Hal-hal

yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta dalam mencegah dan mencari solusi atas permasalahan

di atas yaitu:

1) Dalam pencegahan terjadinya kredit macet, hal yang biasanya dilakukan

pleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta

yaitu sebagai berikut :

a) Pembinaan yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta, yaitu dapat dilakukan dengan cara-cara

sebagai berikut :

(1) Memberikan gambaran kepada debitor mengenai prospek usaha

yang lebih baik, agar usaha debitor tersebut lebih maju ke

depannya.

(2) Membuat hubungan yang harmonis antara debitor dengan kreditor,

yaitu dapat dengan cara mengajak berbincang-bincang lebih dekat

atau dengan kekeluargaan.

b) Melakukan pengawasan terhadap debitor PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

2) Apabila kredit tersebut ternyata macet solusi yang dilakukan oleh PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta berkaitan

dengan hal tersebut yaitu sebagai berikut :

a) Melakukan perubahan terhadap jadwal pembayaran atau jangka waktu

termasuk masa tenggang, bahkan perubahan terhadap angsuran kredit.

Pada pelaksanaannya hal ini dilakukan oleh PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta apabila debitor

tersebut sudah masuk dalam daftar hitam nasional atau dalam keadaan

benar-benar tidak dapat membayar namun tetap benar-benar

berkeinginan untuk melunasi pinjamannya namun pada saat jatuh

Page 92: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

tempo pembayaran pinjaman debitor tersebut tidak mempunyai uang

untuk melunasi pinjamannya, biasanya debitor ini bangkrut. Aksi PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam

hal ini yaitu dapat memperingan bunga pinjaman kredit tersebut,

sehingga debitor dapat melunasinya sedikit demi sedikit sesuai dengan

kemampuan debitor sampai pada akhirnya debitor tersebut dapat

melunasi seluruh pinjamannya. Debitor yang dapat diberikan toleransi

ini adalah debitor yang menunjukan itikad baik dan karakter yang

jujur dan ada keinginan untuk membayar pinjaman.

b) Dalam melakukan penagihan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta tetap melakukannya secara

kekeluargaan, dikarenakan pada pelaksanaannya apabila dilakukan

secara kekerasan (dalam arti dengan tindakan yang lebih keras)

biasanya debitor akan menghindar dari penagih. Penagihan

pembayaran pinjaman dilakukan oleh Mantri/Account Officer PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta.

Hal senada pun diungkapkan oleh Tugimin salah satu debitor PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam

wawancara yang dilakukan oleh penulis pada hari jumat tanggal 25

Mei 2012 sebagai berikut

“Bank Rakyat Indonesia itu baik sekali, selalu

menyelesaikan permasalahan kredit secara kekeluargaan.

Pernah waktu itu saya telat membayar cicilan kredit

dikarenakan lupa akan tanggal jatuh temponya selama kurang

lebih empat hari. Akan tetapi pihak PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta tidak

memberikan denda pada saya” (Wawancara dengan Tugimin

pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012).

c) Untuk permasalahan di atas seperti debitor tidak dapat membayar

angsuran pinjamannya baik itu dikarenakan usaha yang sedang tidak

lancar, debitor lupa dalam membayar pinjamannya sesuai dengan

jatuh tempo pinjaman tersebut, debitor mengalami musibah di luar

kemampuannya (overmacht) jalan keluar yang dilakukan oleh PT.

Page 93: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta yaitu

tetap melakukan pendekatan secara kekeluargaan agar hubungan yang

terjalin selama ini tidak menjadi rusak dan debitor biasanya dengan

cara kekeluargaan lebih dapat mengerti sehingga tetap membayar

pinjamannya, tanpa dikenakan adanya denda atau penalty.

b. Terjadi Penyalahgunaan Kredit

Pada pelaksanaan pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selain permasalahan

kredit macet, terjadi pula permasalahan penyalahgunaan tujuan dari kredit

itu sendiri. Penyalahgunaan tujuan kredit yaitu bahwa tujuan dari

permohonan awal kredit tidak sesuai dengan kenyataannya pada saat

realisasi kredit. Sebagai contoh kredit yang digunakan untuk membiayai

usaha atau memperbesar usaha sebagai tujuan dari Kredit Usaha Rakyat

oleh debitor ternyata tidak digunakan untuk mengembangkan usahanya

namun digunakan untuk membiayai keperluan sehari-hari. Oleh sebab itu

dengan adanya hal ini merupakan salah satu permasahan dalam pemberian

kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta, maka solusi yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta apabila terjadi permasalahan seperti

tersebut di atas yaitu melakukan tindakan sebagai berikut:

a) Melakukan pengawasan terhadap debitor

Tindakan yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta dalam hal ini yaitu dengan mengawasi

perkembangan pelunasan pinjaman debitor itu sendiri.

b) Diberikan surat teguran agar debitor tersebut dapat merelisasikan tujuan

dari peminjaman permohonan Kredit Usaha Rakyat itu sebenarnya.

Page 94: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

C. PEMBAHASAN

1. Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta

a. Tahap Permohonan Kredit

Pada dasarnya pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa

Agunan maupun pemberian Kredit Usaha Rakyat dengan menggunakan

agunan sama dalam pelaksanaannya, dengan disertai dengan syarat-syarat

permohonan kredit yang sama pula. Pembedaan antara Kredit Usaha Rakyat

Tanpa Agunan dengan Kredit Usaha Rakyat dengan Agunan terdapat pada

analisis kreditnya, biasanya untuk Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan

pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

lebih selektif atau berhati-hati dalam pemberiannya dikarenakan tanpa

adanya agunan dalam pelaksanaan pemberian kredit tersebut, sehingga PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta hanya

berpatok pada kepercayaan saja tanpa adanya agunan sebagai pengikat

moralnya.

Sebagaimana telah diuraikan oleh penulis dalam hasil penelitian

tahapan permohonan kredit meliputi beberapa tahapan pengisian data yang

harus diisi oleh calon debitor yang bersangkutan. Kelengkapan dalam

pengisian data dan syarat-syarat pengajuan kredit harus lengkap sehingga

data-data yang didapatkan mengenai calon debitor komplit dan tidak

menimbulkan adanya kegandaan atau data palsu dari calon debitor. Oleh

sebab itu data kependudukan yang harus diberikan oleh debitor selain Kartu

Tanda Penduduk (KTP) juga harus melampirkan Kartu Keluarga (KK) dan

Surat Keterangan Domisili, Surat Keterangan Domisili diperlukan apabila

calon debitor tersebut berkediaman di luar tempat tinggal yang tersebut di

dalam KTP. Surat Keterangan domisili tersebut diberikan oleh Kelurahan

dimana calon debitor tersebut bertempat tinggal sementara, atau apabila

surat domisili sulit diberikan oleh pihak Kelurahan dikarenakan tidak jelas

Page 95: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

tujuannya maka akan diberikan surat rekomendasi oleh PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. terdekat dimana calon debitor tersebut bertempat

tinggal.

Tentunya penggunaan KTP, KK, ataupun surat keterangan domisili

dalam pengajuan permohonan Kredit Usaha Rakyat mempunyai tujuan yang

benar dan penting untuk dilampirkan pada permohonan kredit calon debitor

yang bersangkutan. Apalagi dengan adanya KTP, KK, ataupun surat

keterangan domisili dapat semakin memperjelas kedudukan ataupun tempat

tinggal seseorang yang dicatatkan secara yuridis dan tentunya menghindari

penyalahgunaan dobel identitas yang sekarang ini sedang marak di dalam

masyarakat. Oleh sebab itu memberikan keabsahan identitas dan kepastian

hukum atas dokumen penduduk merupakan salah satu bentuk perlindungan

status hak sipil penduduk dalam rangka mendapatkan data benar dan

lengkap yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit

Laweyan Surakarta.

Dalam hal permohonan yang diajukan oleh calon debitor wajib

melakukan permohonan secara tertulis kepada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, pada permohonan tersebut biasanya

telah diberikan blangkonya oleh pihak bank, kemudian calon debitor hanya

mengisinya saja atau sering disebut dengan perjanjian baku. Perjanjian baku

ialah perjanjian yang dibuat oleh satu pihak dengan format yang baku

dimana perjanjian semacam ini biasanya digunakan untuk jenis transaksi

yang sama. Perjanjian baku diperkenankan walaupun pembuatan perjanjian

tersebut hanya dilakukan oleh salah satu pihak saja yakni adalah kreditor

namun pada perjanjian tersebut harus didasarkan kesepakatan antara kedua

belah pihak. Kelemahan dari perjanjian baku yaitu biasanya debitor

cenderung untuk tidak membaca seluruh isi dari perjanjian baku tersebut

(Perjanjian Kredit).

Pada perjanjian kredit dengan nominal di bawah Rp 100.000.000,-

(seratus juta rupiah) biasanya dibuat dengan perjanjian di bawah tangan,

dengan tujuan untuk mempermudah perjanjian antara debitor dan kreditor.

Page 96: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Namun tidak dapat dipungkiri, apabila perjanjian di bawah tangan

mempunyai banyak kelemahan salah satunya apabila salah satu pihak

memungkiri tandatangan yang ada pada perjanjian tersebut, maka sesuai

dengan ketentuan yang ada di dalam Pasal 1877 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, bahwa :

“ Jika seseorang memungkiri tulisan atau tanda tangannya, atau jika

para ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak

daripadanya menerangkan tidak mengakuinya, maka Hakim harus

memerintahkan supaya kebenaran dari tulisan atau tanda tangan

tersebut diperiksa dimuka pengadilan.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang dibuat

oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

dengan nasabahnya yang dibuat di bawah tangan dapat menimbulkan

kerugian tersendiri pula bagi pihak kreditor yakni PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta. Kerugian tersebut dapat

terjadi apabila debitor tidak mengakui isi dari perjanjian tersebut atau

tandatangan dalam perjanjian.

b. Tahap Penyidikan dan Analisis Kredit

Tahap penyidikan dan analisa kredit penting adanya untuk menilai

kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit, kemampuan menghasilkan laba,

dan sumber pelunasan kredit. Selain itu untuk mengurangi besarnya risiko

pemberian kredit maka sebelum pemberian kredit diputuskan, bank perlu

terlebih dahulu melakukan analisis terhadap setiap permohonan kredit,

sehingga didapatkan gambaran tentang kemampuan dan kesanggupan calon

debitor dalam mengembalikan kredit sesuai yang diperjanjikan (HM

Iskandar Soesilo, 2007 : 8).

Menurut Moody sebagaimana dikutip oleh Spyros Pagratis dan

Marco Stringa ada lima hal untuk melakukan analisis fundamental dalam

penilaian kredit bank yaitu kecukupan modal, kualitas aset, manajemen,

pendapatan, keuntungan, dan likuiditas. Hal ini yang dipakai oleh bank

dalam melakukan penilaian kredit, bahwa:

Page 97: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Are based on five main areas of fundamental analysis: capital

adequacy, asset quality, management, earnings and profitability,

and funding and liquidity. Capital is aimed to absorb unexpected

losses. Management quality, the most challenging category to

capture quantitatively, spans a wide range of qualitative

characteristics, such as cost efficiency, experience, and integrity—

all of which affect the bank’s riskiness and quality of earnings. It

offers a first line of defense to debtholders in periods of stress and

is considered by Moody’s to be the cornerstone of bank credit

assessment (Spyros Pagratis and Marco Stringa, 2009 : 6).

Secara garis besar dapat diterjemahkan apabila landasan penilaian

bank didasarkan pada lima bidang utama yaitu dari analisis fundamental

menyangkut : kecukupan modal, kualitas aset, manajemen, pendapatan dan

keuntungan, pendanaan, dan likuiditas. Modal ditujukan untuk menyerap

kerugian yang terduga. Manajemen mutu merupakan kategori yang paling

menantang untuk menangkap secara kuantitatif, mencakup berbagai

karakteristik kualitatif, seperti efisiensi biaya, pengalaman, integritas dan

semuanya mempengaruhi risiko bank dan kualitas pendapatan.

Sebagaimana tertuang dalam SK Direksi Bank Indonesia No.27/

162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 Tentang Kewajiban Penyusunan Dan

Pelaksanaan Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum, bahwa

secara garis besar adanya pengaturan tersebut bertujuan untuk memberikan

pedoman kepada bank mengenai pedoman penyusunan dan pelaksanaan

pemberian kredit yang harus berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat.

Analisis kredit pun diatur secara jelas dalam SK Direksi Bank Indonesia No.

27/ 162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 pada BAB IV mengenai

Kebijaksanaan Pemberian Kredit dengan tujuan untuk menciptakan

perkreditan yang sehat, bahwa setiap permohonan kredit yang telah

memenuhi syarat harus dilakukan analisis kredit secara tertulis dengan

prinsip sebagai berikut :

1) Bentuk, form at dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang

disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit.

2) Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total

permohonan kredit. Hal ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit

Page 98: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tidak boleh diberikan semata-mata atas pertimbangan permohonan untuk

satu transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus atas

dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon kredit yang telah diberikan

atau akan diberikan secara bersamaan oleh bank.

3) Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat dan obyektif yang

sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :

a) Menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan

data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet;

b) Penilaian atas kelayakan jumlah permohonan kredit dengan proyek

atau kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari

kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan bank;

c) Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-

pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit. Analisis kredit

tidak boleh merupakan suatu formalitas yang dilakukan semata-mata

untuk memenuhi prosedur perkreditan.

4) Analisis kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian atas

watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitor atau yang

lebih dikenal dengan 5 C’s dan penilaian terhadap sumber pelunasan

kredit yang dititik beratkan pada hasil usaha yang dilakukan pemohon

serta menyajikan evaluasi aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk

melindungi bank atas risiko yang mungkin timbul.

Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam SK Direksi Bank

Indonesia No.27/ 162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 Tentang

Kewajiban Penyusunan Dan Pelaksanaan Kebijaksananaan Perkreditan

Bank Bagi Bank Umum dalam poin ke empat mengenai analisis kredit yang

dikenal dengan 5 C’s demikian juga sama halnya dilakukan pada saat PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta melakukan

analisis terkait calon debitor yang mengajukan permohonan kredit

Maka, pemberlakuan analisis pemberian kredit kepada calon

debitor yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Page 99: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Laweyan Surakarta tentunya sangat dipengaruhi oleh asas-asas pemberian

kredit yakni 5C, 7P, dan 3R. Penilaian bank atas hal tersebut sangatlah

penting, dikarenakan menyangkut masalah pembayaran masa depan cicilan

kredit yang diberikan tentunya.

Mengenai agunan pada pelaksanaan pemberian kredit bukan

menjadi suatu hal yang bersifat pokok, namun merupakan tambahan dan

sebetulnya bukanlah suatu keharusan untuk memberikan agunan pada

pemberian Kredit Usaha Rakyat. Dengan memperhatikan Pasal 1 Angka 2

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas

Penjaminan Kredit Usaha Rakyat sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.05/2010 mengenai pengertian

Kredit Usaha Rakyat adalah Kredit/pembiayaan kepada UMKM-K dalam

bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas

penjaminan usaha yang produktif. Maka pemberian Kredit Usaha Rakyat

tentunya telah didukung adanya fasilitas penjamin yang dalam hal ini telah

dijamin oleh Pemerintah bahwa dalam Pasal 1 Angka 12 Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit

Usaha Rakyat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 10/PMK.05/2010 tertuang bahwa perjanjian penjaminan

kredit/pembiayaan adalah perjanjian antara Perusahaan Penjaminan dan

Perbankan yang mengatur pemberian pertanggungjawaban dalam rangka

penyelenggaraan Kredit Usaha Rakyat. Pemberian jaminan tersebut sebesar

70% yang dijaminkan kepada Perusahaan Penjamin yaitu PT. ASKRINDO.

Baik Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan ataupun dengan Agunan

pemberian jaminan oleh perusahaan penjamin atau PT. ASKRINDO tetap

sama yaitu sebesar 70%.

Oleh sebab itu menurut pendapat penulis, tentunya bukan sesuatu

yang melanggar peraturan apabila dalam pelaksanaan pemberian Kredit

usaha Rakyat tidak menggunakan agunan. Namun, dikarenakan sebagai

pelaksana adalah tetap bank itu sendiri yang wajib untuk menyediakan dana

dan menyalurkan dana untuk Kredit Usaha Rakyat sesuai dengan ketentuan

Page 100: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

dalam Pasal 4 Angka 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

10/PMK.05/2010 maka masing-masing bank pun mempunyai otoritas

sendiri dalam menentukan kesehatan bank itu dan juga dalam menilai

kemampuan calon debitor, untuk itu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam memberikan Kredit Usaha Rakyat

Tanpa Agunan benar-benar selektif dalam menentukan calon debitor yang

pantas untuk diberikan pinjaman Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan,

apalagi dengan memperhatikan penjaminan yang tersisa yaitu 30% yang

masih menjadi penjaminan Bank dan menjadi kerugian bank apabila pada

akhirnya terjadi kredit macet. Menurut pendapat penulis sebagaimana telah

diuraikan dalam penjelasan di atas mengenai penjaminan kredit, mungkin

berbeda apabila penjaminan yang diberikan oleh Pemerintah tersebut benar-

benar 100% sehingga bank tidak membutuhkan agunan lagi untuk

meminimalisir risiko yang ada, namun terjadinya kredit macet atau moral

hazzard berbicara dalam hal ini.

Pada analisis pemberian kredit ini tentunya prinsip kehati-hatian

dalam proses pemberian kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta tentunya harus berjalan dengan baik walaupun

permberian Kredit Usaha Rakyat tersebut menggunakan Agunan ataupun

tidak. Dengan melihat rekap data bulan Oktober 2011 s/d Februari 2012

pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan sudah berjalan dengan baik, terutama pada analisis kredit sebelum

permohonan kredit calon debitor tersebut diberikan, hal ini terlihat dari

jumlah permasalahan kredit macet yang semakin menipis. Berikut adalah

rekapan data lima bulan terakhir jumlah kredit macet pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta :

Page 101: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Tabel 2. Rekap jumlah kredit macet pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta

NO. BULAN JUMLAH KREDIT MACET

1. Oktober 2011 3

2. November 2011 1

3. Desember 2011 1

4. Januari 2012 2

5. Februari 2012 0

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta Tahun 2012

Dengan adanya hal ini dapat disimpulkan bahwa pada

pelaksanaannya pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan telah berjalan dengan baik dan analisa

kredit pun telah dilakukan secara tepat, sehingga semakin lama jumlah

kredit macet semakin menipis jumlahnya.

c. Tahap Pemberian Keputusan Kredit

Pada tahapan pemberian keputusan kredit PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta sebagai pihak berwenang.

Pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

akan memberikan pemberitahuan kepada calon nasabah mengenai

keputusan pemberian kredit tersebut. Pemberitahuan tersebut akan

dilakukan segera oleh Account Officer PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta setelah keputusan pemberian kredit.

Namun keputusan kredit mengenai diterimanya permohonan kredit

tersebut baru dapat terealisasi setelah calon debitor lolos dalam analisis

kredit yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta, tidak masuk dalam daftar hitam nasional, serta calon

debitor dalam dunia perbankan tidak bermasalah. Mengenai data-data calon

Page 102: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

debitor tersebut bisa dilihat dari BI cheking atau yang dikenal dengan Sistem

Informasi Debitor.

Maka dari itu Sistem informasi Debitor penting untuk mendukung

tersedianya informasi debitor yang lengkap, akurat, terkini, dan utuh yang

dapat membantu bank dalam memberikan keputusan permohonan kredit

yang pada pelaksanaannya hal ini diterapkan juga pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta karena selain dianggap

penting, sistem informasi debitor juga merupakan suatu hal yang membantu

bank dalam penerapan manajemen risiko yaitu pengenalan terhadap calon

debitor secara lebih mendalam.

d. Tahap Kesepakatan Perjanjian Kredit

Kesepakatan antara debitor dengan PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta sebagaimana tertuang dalam

perjanjian antara kedua belah pihak dan adanya surat pengakuan hutang

oleh debitor semakin menguatkan posisi masing-masing pihak bahkan di

mata hukum. Dikarenakan dengan adanya kesepakatan yang tertuang dalam

surat perjanjian kredit maka, Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata mengenai syarat sahnya perjanjian telah terpenuhi yaitu bahwa

perjanjian tersebut dibuat dengan adanya kesepakatan di antara mereka yang

mengikatkan dirinya yaitu debitor dan kreditor, kecakapan untuk membuat

suatu perikatan, terdapat adanya suatu obyek tertentu, dan terdapatnya suatu

sebab yang halal (causa), maka dengan adanya kesepakatan dalam

perjanjian tersebut berakibat bahwa perjanjian yang sah berlaku sebagai

Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya sebagaimana tertuang

dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (asas pacta sunt

servanda).

Mengenai kesepakatan atau persetujuan peminjaman kredit pun

termuat jelas pengaturannya dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah dikutip oleh

penulis di dalam latar belakang masalah. Berdasarkan bunyi dari pasal

Page 103: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

tersebut jelas bahwa kesepakatan menjadi salah satu unsur utama dalam

pelaksanaan pemberian kredit untuk menyatakan sahnya suatu perjanjian

kredit.

Sesuai dengan sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No.27/

162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995 Tentang Kewajiban Penyusunan Dan

Pelaksanaan Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum,

pelaksananan perjanjian kredit sekurang-kurangnya harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

1) Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi

kepentingan bank;

2) Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta

persyaratan-persyaratan kredit lainnya sebagaimana ditetapkan dalam

keputusan persetujuan kredit dimaksud.

e. Tahap Pencairan Kredit

Sebagaimana telah diuraikan pada hasil penelitian mengenai

pencairan kredit, pencairan kredit baru dapat dicairkan dananya apabila

seluruh proses telah terpenuhi. Maka pada pelaksanaannya di PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit laweyan Surakarta hal ini telah sesuai

dengan ketentuan pada SK Direksi Bank Indonesia No.27/ 162/ KEP/ DIR

tanggal 31 Maret 1995 Tentang Kewajiban Penyusunan Dan Pelaksanaan

Kebijaksananaan Perkreditan Bank Bagi Bank Umum pencairan atas kredit

yang telah disetujui harus didasarkan pada prinsip sebagai berikut :

1) Bank hanya menyetujui pencairan kredit apabila seluruh syarat-syarat

yang ditetapkan dalam persetujuan dan pencairan kredit telah dipenuhi

oleh pemohon kredit;

2) Sebelum pencairan kredit dilakukan bank harus memastikan bahwa

seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan dan

telah memberikan perlindungan yang memadai kepada bank.

Page 104: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

2. Permasalahan dan Solusi dalam Pelaksanaan Kredit Tanpa Agunan

pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi

Surakarta

Bank sebagaimana yang dikenal dalam Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mempunyai fungsi sebagai

penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh

sebab itu menurut penulis dalam hal ini ada keterkaitan langsung antara

masyarakat dan juga bank yang tidak dapat dipisahkan.

Korelasi atau keterkaitan tersebut adalah bahwa bank tidak dapat

beroperasi jika tidak ada masyarakat yang menyimpan uangnya di bank dan

juga masyarakat membutuhkan bank sebagai suatu badan yang dapat

memberikan pinjaman untuk memajukan usaha demi taraf hidup yang lebih

baik, sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan. Oleh

sebab itu ketika bank mempunyai permasalahan yang besar atau banyak

mengalami permasalahan kredit maka akan berdampak pula pada

perkonomian Indonesia.

Sesuai dengan hasil penelitian dan berdasarkan pengamatan yang

dilakukan secara langsung oleh penulis pada PT. Bank Rakyat Indoensia

(Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta. Permasalahan-permasalahan yang

terjadi pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta, sebagai berikut :

a. Kredit macet

Kredit macet merupakan persoalan yang dalam dunia perbankan

yang sulit untuk dihindari dan tidak dapat dipungkiri keberadaannya.

Kredit macet erat kaitannya dengan risiko yang harus dihadapi oleh suatu

bank pada saat akan memberikan kredit pada calon debitor.

Page 105: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Pada saat akan memberikan kredit kepada calon debitor maka

bank akan melakukan sejumlah penilaian terhadap sejumlah hal yang

melekat pada diri calon debitor. Penilaian bank ini dalam rangka

menerapkan prinsip kehati-hatian untuk mengurangi risiko kredit macet.

Dikarenakan pada saat bank tersebut mengalami kredit macet tentunya

bank tersebut akan mengalami sejumlah kerugian.

Menurut penilaian penulis kredit macet dapat disebabkan oleh

adanya 2 hal yaitu :

1) Dari pihak perbankan

Pihak perbankan dalam melakukan analisisnya yang diwakili

oleh petugas dalam hal ini dilakukan oleh Mantri Kredit Usaha Rakyat

yang melakukan analisis kredit, dapat dikarenakan kurang teliti,

sehingga hal yang seharusnya dapat diprediksi oleh Mantri/Account

Officer analisa kredit tidak dapat dianalisa atau diprediksi. Dapat pula

permasalahan tersebut terjadi karena penilaian Mantri/Account Officer

yang subyektif terhadap calon debitor karena sudah mengenal lama

sehingga hal-hal yang seharusnya dapat diprediksi dalam analisa

menjadi kurang dapat menjadi pertimbangan.

2) Dari pihak nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat

dua hal, yaitu :

a) Adanya unsur kesengajaan. Unsur kesengajaan ini terjadi ketika

nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya

kepada bank sehingga kredit yang dibayarkannya menjadi macet;

b) Adanya unsur tidak sengaja, artinya debitor mau

membayar/mempunyai niat untuk membayar pinjamannya tetapi

tidak mampu untuk mencicil pembayaran pinjamannya. Sebagai

contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah bencana alam

sehingga berdampak kemampuan untuk membayar tidak ada

Page 106: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

padahal debitor tersebut mempunyai niat untuk membayar

pinjamannya.

Dari beberapa penilaian terhadap permasalahan kredit macet di

atas. Permasalahan/alasan yang sering terjadi pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan adalah adanya unsur

ketidaksengajaan. Hal yang paling sering menjadi alasan nasabah seperti

adanya keluarga yang sakit sehingga dana yang seharusnya diprioritaskan

untuk digunakan membayar angsuran kepada bank menjadi dialokasikan

untuk mengobati keluarga yang sakit.

Dengan adanya hal tersebut kredit macet sangat mungkin terjadi,

apalagi pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan ini tanpa

menggunakan agunan atau jaminan sehingga mempunyai risiko yang

besar bagi bank yang memberikan kredit tanpa adanya agunan. Oleh

sebab itu, dalam pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan prinsip

kehati-hatian sangat berperan untuk meminimalisir permasalahan ini.

Terdapat beberapa penggolongangan tipe kredit menurut tingkat

kelancarannya yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.

Penggolongan tersebut sesuai dengan Pasal 4 SK. Nomor 31/ 147/

KEP/DIR tanggal 12 November 1998 yang penggolongan menurut

kemampuan membayar dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Kredit lancar

a) Pembayaran tepat waktu. Perkembangan rekening baik dan tidak

ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit;

b) Hubungan debitor dengan bank baik dan debitor selalu

menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat;

c) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

Dokumentasi kredit lengkap dapat menyatakan kualitas pada suatu

kredit menurut Pasal 6 ayat (2) SK Direksi Bank Indonesia

No.31/147/KEP/ DIR tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas

Page 107: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

Aktiva Produktif dokumentasi kredit lengkap adalah apabila

terdapat bukti-bukti dan dokumentasi yang cukup untuk

menyatakan kepastian pemenuhan dan kelancaran pembayaran dari

debitor yang dinilai berdasarkan prospek usaha dan juga

kemampuan membayarnya.

2) Dalam Perhatian Khusus

a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai

dengan 90 hari, jarang mengalami cerukan. Cerukan atau over draft

yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat

dibayar lunas pada akhir hari;

b) Hubungan debitor dengan bank baik dan debitor selalu

menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih

akurat. Hubungan yang baik dan informasi keuangan debitor bisa di

dapatkan pembayaran yang dilakukan oleh debitor saat jatuh

tempo;

c) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat;

d) Pelanggaran perjanjian yang tidak prinsipil.

3) Kredit Kurang Lancar

a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari, terdapat cerukan yang

berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan

kekurangan arus kas;

b) Hubungan debitor dengan bank memburuk dan informasi keuangan

tidak dapat dipercaya;

c) Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang

lemah;

d) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit;

e) Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan;

Page 108: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

4) Kredit Diragukan

a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah

melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari, terjadi cerukan yang

bersifat permanen khusunya untuk menutupi kerugian operasional

dan kekurangan arus kas;

b) Hubungan debitor dengan bank semakin memburuk dan informasi

keuangan tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya;

c) Dokumentasi kredit yang tidak lengkap dan pengikatan agunan

yang lemah;

d) Pelanggaran yang prinsipil terhadap persyaratan pokok dalam

perjanjian kredit. Pelanggaran yang prinsipil dalam perjanjian

kredit yaitu bisa berupa pelanggaran terhadap kesepakatan

perjanjian, seperti kesepakatan mengenai jatuh tempo pembayaran

pada setiap bulannya atau dengan kata lain debitor menunggak

pembayaran terus-menerus sehingga melanggar kesepakatan awal.

5) Kredit Macet

a) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui

270 hari; dan

b) Dokumentasi kredit dan pengikatan agunan tidak ada.

Dengan adanya penggolongan kualitas kredit sebagaimana

yang diatur dalam Lampiran Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia

No.31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1998 mempunyai tujuan

untuk membedakan antara kredit mana yang dalam taraf lancar sampai

taraf macet, sehingga dapat memudahkan bank untuk melakukan

pengawasan dan pembinaan terhadap debitor. Selain itu tujuan dari

adanya penggolongan kredit tersebut yaitu untuk melakukan claim

pada PT. Asuransi Kredit Indonesia (PT.ASKRINDO) apabila kredit

tersebut sudah sampai pada tahap diragukan atau sudah 4 kali tidak

Page 109: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

mengangsur pinjamannya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Dalam pelaksaanaannya apabila terjadi permasalahan dalam

pemberian kredit usaha rakyat, bank dapat mengajukan claim kepada

PT.ASKRINDO sebagai pihak penjamin pemerintah untuk

penjaminan sebesar 70% dari plafon, sedangkan 30% nya ditutup oleh

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Hal ini dikarenakan Kredit Usaha Rakyat merupakan salah satu

program pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan usaha

mikro, kecil, dan menengah agar semakin berkembang dan maju.

Menurut Ade Yusdiyanto selaku Mantri Kredit

Usaha Rakyat pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta pengajuan claim dapat

dilakukan apabila kredit tersebut sudah sampai pada kriteria

diragukan. Diragukan yaitu apabila debitur tersebut sudah

tidak dapat mengangsur (Wawancara tanggal 13 Maret 2012,

pukul 16.05 WIB, dengan Ade Yusdiyanto selaku Mantri

Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan surakarta).

Pada pelaksanaannya jumlah kredit macet pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta jarang

terjadi, dikarenakan untuk mengantisipasi adanya kredit macet maka

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

menerapkan cara-cara sebagai berikut :

1) Pemantauan debitor

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta memonitoring perkembangan usaha debitor setelah kredit

diberikan, apakah maju atau menurun. Jika perusahaan maju, kredit

akan lancar. Sebaliknya jika menurun, hendaknya penagihan lebih

ditingkatkan sebelum kredit tersebut macet.

2) Pembinaan debitor

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta memberikan penyuluhan kepada debitor mengenai

Page 110: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

manajemen dan administrasi agar debitur lebih mampu mengelola

usaha yang dijalankannya. Oleh sebab itu jika usaha yang

dijalankan lancar maka pembayaran kredit akan lancar pula.

Selain kedua hal tersebut di atas, solusi ataupun hal yang

dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta apabila terjadi kredit macet yaitu melakukan

tindakan represive control credit. Tindakan represive control credit

merupakan tindakan pengamanan atau penyelesaian kredit macet.

Upaya atau solusi dalam penyelesaian kredit macet yang

sering dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta apabila terjadi kredit macet yaitu, sebagai berikut :

1) Melakukan reschedulling atau penjadwalan ulang.

Penjadwalan ulang yaitu tindakan yang dilakukan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dengan

melakukan perubahan syarat perjanjian kredit yaitu menyangkut

jadwal pembayaran pinjaman kredit, masa tenggang pembayaran

kredit, dan besaran angsuran kredit. Biasanya tindakan ini

dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta kepada debior yang masih menunjukan itikad

baik untuk melunasi pembayaran hutangnya. Itikad baik itu dapat

terlihat saat dilakukan penagihan terhadap tunggakan debitor

tersebut, apabila debitor tersebut mempunyai itikad baik maka dia

akan tetap berusaha membayar pinjamannya walau debitor tersebut

sedang mengalami kesulitan. Sebagai contoh pembayaran cicilan

yang seharusnya sebesar Rp 200.000,- per tanggal jatuh tempo,

dibayar oleh debitor sebesar Rp 100.000,- per tanggal jatuh tempo

karena kesulitan yang dialami oleh debitor. (debitor tetap

berkeinginan untuk melunasi pinjamannya).

Page 111: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

2) Melakukan tindakan liquidation

Liquidation yaitu penjualan terhadap barang-barang yang dijadikan

agunan dalam rangka pelunasan hutang, namun biasanya hal ini

tidak dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Unit Laweyan Surakarta. Hal ini disebabkan karena apabila

dilakukan dengan tindakan penjualan atau melalui cara-cara yang

lebih keras debitor malah tidak mau membayar pinjamannya. Oleh

sebab itu, Muhammad Aris Munandar pada hari Kamis tangal 24

Mei 2012 mengatakan bahwa:

“Jujur saja untuk melakukan tindakan sampai pada

tahapan penjualan barang-barang milik debitor atau

melakukan eksekusi semacam itu biasanya tidak kami

lakukan, dikarenakan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta tidak mempunyai tempat untuk

menyimpan barang-barang usaha milik debitor tersebut,

karena yang menjadi agunan pada Kredit Usaha Rakyat

Tanpa Agunan adalah usaha dari debitor itu sendiri, bahkan

banyak dari debitor apabila semakin diancam maka dia malah

semakin tidak mau membayar cicilannya. Oleh sebab itu

kami tidak “saklek” untuk menerapkan hal semacam itu.

Tindakan yang kami lakukan biasanya secara kekeluargaan.”

(Wawancara tanggal 24 Mei 2012, pukul 16.00 WIB, dengan

Muhammad Aris Munandar di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).

3) Melakukan upaya penyelesaian secara kekeluargaan

Upaya penyelesaian permasalahan kredit secara

kekeluargaan merupakan tindakan yang diambil oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Penyelesaian pertama-tama tetap dilakukan secara kekeluargaan

terlebih dahulu dan berusaha mendalami permasalahan debitor

sehingga tidak dapat membayar pinjamannya. Apabila setelah 4

bulan lamanya pembayaran pinjaman tetap tidak dibayar oleh

debitor yang bersangkutan, maka PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta melalui Mantri Kredit

Usaha Rakyat akan melakukan claim pada PT. ASKRINDO,

Page 112: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

namun bukan berarti setelah dilakukan claim maka debitor dapat

bebas dari kewajibannya. Debitor tetap harus memenuhi

kewajibannya dengan ditagih secara terus menerus oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

4) Mengasuransikan debitor dengan asuransi kematian untuk

mencegah kredit macet

Mengasuransikan debitor untuk asuransi kematian merupakan salah

satu cara yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk. Unit Laweyan Surakarta untuk mencegah terjadinya kredit

macet, dikarenakan meninggalnya debitor maka ahli warisnya tidak

akan mengalami kesulitan untuk membayar pinjamannya lagi

karena sudah diasuransikan. Hal ini dilakukan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

dikarenakan apabila menunggu mendapatkan ganti kerugian kepada

PT. ASKRINDO maka pinjaman tersebut harus ditunggu selama 4

bulan terlebih dahulu (macet). Apabila kredit sudah macet maka

akan menjadi kerugian bagi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk Unit Laweyan Surakarta dan baru dapat diajukan claim pada

PT. ASKRINDO. Oleh sebab itu hal ini dapat menjadi keuntungan

bagi pihak debitor itu sendiri dan juga bagi kreditor.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa eksekusi

terhadap barang-barang milik debitor yang merupakan jaminan

terhadap pelunasan pinjaman debitor apabila dia tidak dapat melunasi

hutangnya seperti yang tercantum dalam dalam Pasal 1131 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata tidak dijalankan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, walaupun

dasar hukum/perlindungan bagi kreditor pada Kredit Usaha Rakyat

Tanpa Agunan berlaku pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata sebagai dasar hukum penjaminan terhadap kerugian yang akan

Page 113: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

ditanggung oleh kreditor. Eksekusi atau pengalihan sejumlah harta

kekayaan milik debitor tersebut tidak pernah atau jarang sekali

dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta apalagi untuk Kredit Usaha Rakyat yang kisaran

jumlah pinjamannya kecil.

Dari adanya kenyataan di atas penulis berpendapat jika

menggunakan jalan kekeluargaan merupakan salah satu solusi yang

terbaik dilihat dari adanya penurunan jumlah kredit macet pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, tanpa

disertai adanya eksekusi maka harus dibarengi juga dengan penegasan

terhadap jangka waktu yang sudah diperhitungkan untuk menagih

pembayaran pinjaman tersebut diberi tempo/tenggang waktu, sehingga

apabila debitor setelah diberi toleransi tetap tidak mau membayar

maka PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

Surakarta harus mengambil langkah tegas untuk menyelesaikan

permasalahan kredit tersebut. Dengan penyelesaian permasalahan

kredit yang lebih singkat/diberi tempo toleransi salah satu keuntungan

yang bisa didapatkan dengan adanya hal itu menurut penulis adalah

masalah mengenai kredit pun tidak menumpuk.

b. Permasalahan kedua yaitu lamanya pencairan dana tunggakan oleh PT.

ASKRINDO dikarenakan proses yang berbelit-belit

Pengajuan claim kepada perusahan penjamin yaitu PT.

ASKRINDO, selaku penjamin Kredit Usaha Rakyat yang ditunjuk oleh

Pemerintah cukup lama dan berbelit-belit dikarenakan :

Menurut Ade Yusdiyanto selaku Mantri Kredit Usaha

Rakyat pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta terdapat beberapa tahapan yang harus

ditempuh dalam pengajuan claim, yaitu sebagai berikut:

1) Tahap pertama yaitu dapat diajukan apabila kredit macet

tersebut sudah macet dan tidak mengangsur lagi selama

beberapa waktu.

Page 114: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

2) Tahap kedua melangkapi berkas-berkas kelengkapan debitur

seperti fotokopi identitas debitur, surat pengakuan hutang,

lembar kunjungan nasabah (LKN).

3) Tahap ketiga yaitu setelah semua syarat pengajuan telah

dilengkapi barulah dilakukan adanya BI cheking.

4) Dan tahap-tahap selanjutnya, sehingga proses pengajuan

claim pada perusahaan penjamin sangatlah membutuhkan

waktu yang lama.

Apalagi dengan Sumber Daya Manusia pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan yang relatif

terbatas, sehingga pencairan dana oleh penjamin tidak tentu

dalam pencairannya, kurang lebih 3 bulan dari pengajuan

sampai pada pencairannya (Wawancara tanggal 13 Maret 2012,

pukul 16.15 WIB, dengan Ade Yusdiyanto selaku

Mantri/Account Officer Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).

Hal yang dapat dilakukan oleh pihak PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dalam hal ini yaitu tetap

mengajukan tunggakan kepada PT. ASKRINDO sesuai dengan prosedur

yang ada dan juga mengusahakan untuk tetap menagih tunggakan

tersebut kepada debitor yang macet. Walaupun demikian menurut

penulis, hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat perjanjian

mengenai asuransi dengan debitor pada awalnya sehingga apabila suatu

saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat diajukan claim pada

perusahaan asuransi yang disepakati pada saat terjadinya perjanjian

tersebut dan juga asuransi pada PT. ASKRINDO. Dengan adanya

antisipasi terhadap hal yang sedemikian rupa maka PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta tidak akan mengalami

kerugian yang besar.

c. Permasalahan ketiga yaitu pada kurangnya kuantitas Sumber Daya

Manusia (SDM)

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sesuatu hal yang

penting dalam kemajuan suatu badan institusi, karena tanpa adanya

sumber daya manusia maka institusi tersebut tidak dapat berjalan.

Demikian halnya dengan kuantitas SDM yang ada pada PT. Bank Rakyat

Page 115: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta perlu SDM yang

cukup dalam rangka memenuhi kinerja atau kebutuhan akan SDM yang

ada di dalamnya. Meninggat Mantri Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta hanya ada satu

orang. Hal ini tidak sebanding dengan peningkatan permintaan Kredit

Usaha Rakyat setiap bulannya, yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 3. Peningkatan Jumlah Pendaftar Kredit Usaha Rakyat dan Jumlah Debitor

Kredit Usaha Rakyat Bulan Oktober 2011- Februari 2012

BULAN JUMLAH PENDAFTAR

(ORANG)

JUMLAH REALISASI

DEBITOR (ORANG)

Oktober 2011 28 10

November 2011 32 27

Desember 2011 30 25

Januari 2012 32 27

Februari 2012 48 44

Sumber : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta

Tahun 2012

Menurut tabel di atas dapat ditarik adanya suatu kesimpulan atau

gambaran bahwa dari bulan Oktober 2011 s/d Februari 2012 rata-rata

terdapat adanya peningkatan peminat pendaftar Kredit Usaha Rakyat di

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta.

Dengan demikian di satu sisi dapat diartikan bahwa peminat Kredit

Usaha Rakyat meningkat, namun seharusnya dengan semakin

meningkatkanya peminat Kredit usaha Rakyat dibarengi juga dengan

peningkatan kuantitas Sumber Daya Manusia di PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta, atau paling tidak dapat

diperhitungkan juga mengenai besaran kenaikan jumlah debitornya

dengan jumlah Mantri Kredit Usaha Rakyat. Dapat dibayangkan apabila

Page 116: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

sangat sulit mengelola atau mengawasi begitu banyaknya debitor dan

juga melakukan analisis terhadap pendaftar Kredit Usaha Rakyat setiap

harinya.

Menurut Muhammad Aris Munandar selaku Kepala Unit

PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan 1 (satu)

orang Mantri Kredit Usaha Rakyat menangani 450 s/d 500 orang

debitor dengan nominal Outstanding Rp 1.630.000.000,- untuk

saat ini penambahan account officer Kredit Usaha Rakyat belum

dilakukan karena jumlah debitor Kredit Usaha Rakyat pada PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta

belum mencapai 500 debitor. Oleh sebab itu penambahan account

officer belum dilakukan karena masih memenuhi standar

(Wawancara dengan Muhammad Aris Munandar pada tanggal 9

Februari 2012 pukul 09.10 WIB di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta).

Walaupun demikian menurut penulis begitu banyaknya jumlah

debitor yang harus dipegang oleh satu orang Mantri Kredit Usaha Rakyat

belum lagi ditambah dengan Pendaftar Kredit Usaha Rakyat, maka

permasalahan yang dapat terjadi dengan kurangnya kuantitas Sumber

Daya Manusia pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yaitu :

1) Kurangnya pengawasan terhadap debitor yang sudah mendapatkan

pinjaman;

2) Lambannya proses pemberian Kredit Usaha Rakyat pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan Surakarta;

3) Dalam melakukan analisis kredit terhadap calon debitor kurang teliti,

disebabkan waktu yang harus ditepati oleh seorang Mantri Kredit

Usaha Rakyat maksimal adalah 7 hari kerja dari kredit tersebut sudah

didaftarkan, belum lagi seorang Mantri Kredit Usaha Rakyat harus

melakukan analisa terhadap calon debitor yang lain pula.

Oleh karena adanya permasalahan di atas menurut penulis hal

yang harus dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk

Unit Laweyan Surakarta adalah merekrut pekerja dan ditempatkan pada

posisi bagian yang menjalankan Kredit Usaha Rakyat, dan juga perlunya

Page 117: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

dilakukan pembinaan terhadap pekerja yang telah ada, khususnya yang

menangani Kredit Usaha Rakyat, seperti melakukan pendidikan lanjutan

kepada pekerja tersebut agar secara tekhnis menguasai cara untuk dapat

mengembangkan dunia perbankan.

d.Permasalahan keempat yaitu kurangnya pengetahuan debitor mengenai

Kredit Usaha Rakyat

Pengetahuan merupakan sesuatu hal yang pokok dan harus

dimengerti baik bagi orang awam ataupun bagi orang yang sudah

mengerti bagaimana jalannya proses pelaksanaan pemberian kedit secara

umum. Permasalahan yang terjadi pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta dikarenakan kurangnya

pengetahuan debitor diharenakan karena hal seperti berikut :

1) Kurangnya pengetahuan/kurang mengertinya debitor terhadap proses

perjanjian ataupun klausula-klausula yang diberikan oleh PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta. Hal ini

dikarenakan debitor tidak mengetahui mengenai betapa pentingnya

pengikatan kredit dan juga klausula-klausula yang telah disepakati.

Hal ini berdampak pada sering kali terdapat beberapa debitor yang

tidak mengetahui mengenai besaran bunga dan kewajiban untuk

melakukan pembayaran cicilan pinjaman sebelum jatuh tempo, yang

sebanarnya itu sudah tercantum secara jelas dalam perjanjian kredit

ataupun dalam surat pengakuan hutang. Dengan ketidak mengertian

debitor ini dapat menimbulkan permasalahan kredit (kredit macet).

2) Salah presepsi yang terjadi dalam masyarakat. Salah presepsi ini

terjadi ketika adanya kesalahpahaman pada masyarakat dikarenakan

masyarakat salah mengartikan program pemerintah Kredit Usaha

Rakyat Tanpa Agunan, mereka berfikir jika Kredit Usaha Rakyat

Tanpa Agunan sama dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sehingga

tidak perlu untuk dikembalikan atau diangsur pinjamannya.

Page 118: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

Menurut penulis dalam permasalahan ini dapat diakibatkan oleh

kurang aktifnya pihak PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta untuk memberikan informasi mengenai klausula-

klausula yang dipersyaratkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)

Tbk Unit Laweyan Surakarta, namun dapat juga demikian sebaliknya

merupakan kelalaian dari debitor untuk menanyakan hal-hal yang penting

menganai klausula-klausula yang telah disepakati dalam perjanjian

tersebut. Ataupun dapat diakibatkan karena kurang aktifnya pemerintah

dalam mensosialisasikan tentang kredit usaha rakyat.

Pada pelaksanaannya pemberian informasi mengenai klausula-

klausula dalam perjanjian tersebut atau mengenai seluk-beluk Kredit

Usaha Rakyat merupakan kewenangan customer service untuk

memberikan informasi mengenai hal yang bersangkutan. Upaya yang

dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan

sebetulnya dengan memberikan brosur dan juga kelengkapan perjanjian

pemberian Kedit Usaha Rakyat merupakan salah satu bentuk antisipasi

yang diberikan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta.

Menurut pendapat penulis perlu diadakannya tindakan lebih

agresif oleh pemerintah dalam membatu perbankan agar tidak

menimbulkan kesalahpahaman lagi pada masyarakat, dapat dilakukan

dengan cara pemberian penyuluhan terhadap masyarakat melalui televisi

ataupun media elektronik lainnya mengenai fungsi, tujuan Kredit Usaha

Rakyat oleh pemerintah. Solusi yang lain yaitu dapat dengan

memberikan pendidikan pada masyarakat sehingga masyarakat mengerti

mengenai pengertian kredit, pentingnya kredit, ataupun pentingnya

pengembalian pinjaman kredit.

Page 119: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Tinjauan

Pelaksanaan Pemberian Kredit Tanpa Agunan Berdasarkan Undang-Undang

Perbankan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pemberian kredit tanpa agunan pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk Unit Laweyan diberikan dalam bentuk Kredit

Usaha Rakyat Tanpa Agunan dan pada pelaksanaannya dilakukan

berdasarkan lima tahapan yaitu, tahap permohonan kredit, tahap peninjauan

dan analisis kredit, tahap pemberian keputusan kredit, tahap perjanjian

kredit, dan tahap pencairan kredit.

2. Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pemberian kredit tanpa

agunan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta yaitu permasalahan pertama kredit macet, permasalahan

kedua kedua penyalahgunaan kredit solusi atas permasalahan kredit macet

dan penyalahgunaan kredit yaitu dengan melakukan pembinaan,

pengawasan, namun apabila permasalahan tersebut sudah terjadi dan tidak

dapat dihindari lagi maka solusi yang dilakukan yaitu dengan melakukan

penagihan secara kekeluargaan dan perubahan terhadap sejumlah syarat-

syarat seperti perubahan jadwal pembayaran, serta memberikan surat

teguran kepada debitor yang menyalahgunakan pinjaman tersebut,

permasalahan ketiga yaitu pencairan dana tunggakan debitor pada PT.

ASKRINDO yang berbelit-belit solusi atas permasalahan ini dengan

mengajukan berkas-berkas penunggakan kredit secara lengkap dan detail

untuk meminimalisir waktu dalam pengajuan berkas-berkas, keempat

kurangnya kuantitas Sumber Daya Manusia pada PT. Bank Rakyat

Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku salah satu unit PT.

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta

Page 120: Penulisan Hukum - digilib.uns.ac.id · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Studi Kasus di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet Riyadi Surakarta) Memperoleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

solusi atas permasalahan ini yaitu dengan menambah jumlah kuantitas

Sumber Daya Manusia pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit

Laweyan Surakarta apabila diperlukan, dan kelima yaitu kurangnya

pengetahuan debitor mengenai kredit usaha rakyat tanpa agunan solusi atas

permasalahan ini yaitu dengan memperkenalkan produk kredit tersebut

melalui brosur ataupun memberitahukan prosedur pelaksanaan kredit yang

dilakukan oleh customer service, serta memberikan pengetahuan kepada

calon debitor megenai kredit usaha rakyat tanpa agunan atau produk kredit

lainnya untuk meminimalisir masalah kredit yang dikaibatkan kurangnya

pengetahuan debitor.

B. Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang telah

diuraikan, maka penulis memberikan saran, sebagai berikut :

1. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Laweyan Surakarta selaku

salah satu unit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Slamet

Riyadi Surakarta dalam melakukan penyelamatan kredit macet dengan cara

reschedulling harus tetap memperhatikan perjanjian awal pada saat

melakukan kesepakatan kredit juga, sehingga dengan memperhatikan pada

perjanjian kesepakatan kredit maka dapat diketahui sejauh mana

kesungguhan dari debitor yang bersangkutan.

2. Pemerintah dalam rangka mendukung pelaksanaan kredit usaha rakyat tanpa

agunan harus melakukan tindakan agresif dalam rangka dukungan

tersebutyaitu dengan melakukan penyuluhan mengenai pengenalan terhadap

kredit usaha rakyat tanpa agunan untuk menghindari kesalahpahaman yang

terjadi pada masyarakat.