pentingnya pancasila bagi nkri

5
cari... >> Struktur Organisasi Struktur Organisasi Struktur Organisasi Struktur Organisasi GUBERNUR GUBERNUR Profil WAKIL GUBERNUR WAKIL GUBERNUR Profil DEWAN PENGARAH DEWAN PENGARAH Profil SEKRETARIAT UTAMA SEKRETARIAT UTAMA Profil DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG PENDIDIKAN TINGKAT PENDIDIKAN TINGKAT NASIONAL NASIONAL Tugas Pokok & Fungsi E-Learning DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN STRATEGIS PENGKAJIAN STRATEGIS Tugas Pokok & Fungsi DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG PEMANTAPAN NILAI-NILAI PEMANTAPAN NILAI-NILAI KEBANGSAAN KEBANGSAAN Tugas Pokok & Fungsi TENAGA AHLI PENGAJAR TENAGA AHLI PENGAJAR DAN TENAGA AHLI DAN TENAGA AHLI PENGKAJI PENGKAJI Profil PENTINGNYA PANCASILA BAGI NKRI Oleh : Syafran Sofyan, SH., M.Hum. Tenaga Profesional Bidang Hukum & Ham Lemhannas RI Gerakan Reformasi (reform movement) yang bergulir di awal tahun 1998 di samping telah membawa angin segar berupa proses demokratisasi yang luar biasa manfaatnya, juga telah membawa hasil sampingan (by product) berupa porakporandanya fundamental politik di jaman Orde Baru, yang semula diyakini kebenarannya sebagai paradigma yang dapat menyelesaikan persoalan bangsa yang sangat pluralistik, dimana penduduknya terdiri berbagai macam suku, budaya, agama, bahasa, dan watak yang berbeda-beda, disamping menguntungkan karena dapat saling berinteraksi, namun juga memiliki kerawanan dalam hal persatuan bangsa, karena memang bangsa ini dibangun bukan atas dasar alasan-alasan subyektif berupa ikatan primordial (primordial attachments), namun atas dasar kesamaan penderitaan seluruh suku, agama, ras, golongan yang tersebar di kepulauan Nusantara karena dijajah oleh Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang, total lebih dari 350 tahun lamanya. Fundametal politik tersebut antara lain pemikiran bahwa UUD 1945 yang singkat sebagaimana aslinya akan memberikan kekuasaan yang besar bagi Presiden sebagai Mandataris MPR untuk menjaga stabilitas politik, didukung oleh partai politik yang sedikit jumlahnya, dengan satu partai atau golongan yang memiliki suara mayoritas dan topangan Angkatan Bersenjata dan PNS yang monoloyalitas pada kekuasaan, yang sebenarnya juga bagian dari partai atau golongan yang dominan tersebut secara historis. Kondisi tersebut diperkuat dengan pemerintahan yang sentralistik yang menerapkan ideologi pembangunan (ekonomi) dan menempatkan stabilitas politik sebagai jargon politik guna mengamankan pembangunan ekonomi berupa pertumbuhan dan pemerataan. Jargon stabilitas politik yang nantinya akan merupakan boomerang di masa krisis ekonomi, karena keduanya akan bersinergi negatif, telah didramatisasi sedemikian rupa sehingga terbukti merupakan pelanggaran HAM, terutama hak-hak sipil dan politik, dan sumber penyalahgunaan kekuasaaan (abuse of power) yang ditopang oleh KKN sebagai State Crime. Pancasila sebagai ideologi negara yang oleh The Founding Fathers telah dirumuskan secara genius, telah dimanipulasikan dalam bentuk Doktrin Ekaprasetia Pancakarsa melalui TAP MPR No. II/MPR/1978, yang sebenarnya mengaburkan hakekat Pancasila tersebut sehingga menjadi justification terhadap penekanan terhadap hak-hak sipil warganegara demi kepentingan kolektif. Kondisi tersebut di masa Orde Baru hanya menimbulkan riak-riak kecil dalam kehidupan politik, karena intensitas pengamanan stabilitas oleh penguasa, di samping kondisi kesejahteraan ekonomi yang baik, sekalipun nantinya terbukti fundamentalnya juga lemah dan artificial. Di Era Reformasi yang penuh dengan tuntutan untuk mengaktualisasikan The Root Principles of Democracy, manipulasi terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara Kesatuan RI (NKRI) dirasakan sebagai trauma politik yang dalam, sehingga atas dasar TAP MPR No. XVIII/MPR/1998, TAP tersebut di atas dicabut. Sejarah Ideologi Pancasila Pancasila itu benar adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu : Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni BERANDA Pilih Bahasa Bahasa

Upload: pria-setiado-limbong

Post on 02-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pentingnya pancasila bagi NKRI

TRANSCRIPT

Page 1: Pentingnya Pancasila Bagi Nkri

cari...

>>

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi

Struktur Organisasi

GUBERNURGUBERNURProfil

WAKIL GUBERNURWAKIL GUBERNURProfil

DEWAN PENGARAHDEWAN PENGARAHProfil

SEKRETARIAT UTAMASEKRETARIAT UTAMAProfil

DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG PENDIDIKAN TINGKAT PENDIDIKAN TINGKAT NASIONALNASIONAL

Tugas Pokok & Fungsi

E-Learning

DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG PENGKAJIAN STRATEGISPENGKAJIAN STRATEGIS

Tugas Pokok & Fungsi

DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG PEMANTAPAN NILAI-NILAI PEMANTAPAN NILAI-NILAI KEBANGSAANKEBANGSAAN

Tugas Pokok & Fungsi

TENAGA AHLI PENGAJAR TENAGA AHLI PENGAJAR DAN TENAGA AHLI DAN TENAGA AHLI PENGKAJIPENGKAJI

Profil

PENTINGNYA PANCASILA BAGI NKRI Oleh : Syafran Sofyan, SH., M.Hum.

Tenaga Profesional Bidang Hukum & Ham Lemhannas RI

Gerakan Reformasi (reform movement) yang bergulir di awal tahun 1998 di samping telah membawa angin segar berupa proses demokratisasi yang luar biasa manfaatnya, juga telah membawa hasil sampingan (by product) berupa porakporandanya fundamental politik di jaman Orde Baru, yang semula diyakini kebenarannya sebagai paradigma yang dapat menyelesaikan persoalan bangsa yang sangat pluralistik, dimana penduduknya terdiri berbagai macam suku, budaya, agama, bahasa, dan watak yang berbeda-beda, disamping menguntungkan karena dapat saling berinteraksi, namun juga memiliki kerawanan dalam hal persatuan bangsa, karena memang bangsa ini dibangun bukan atas dasar alasan-alasan subyektif berupa ikatan primordial (primordial attachments), namun atas dasar kesamaan penderitaan seluruh suku, agama, ras, golongan yang tersebar di kepulauan Nusantara karena dijajah oleh Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang, total lebih dari 350 tahun lamanya.

Fundametal politik tersebut antara lain pemikiran bahwa UUD 1945 yang singkat sebagaimana aslinya akan memberikan kekuasaan yang besar bagi Presiden sebagai Mandataris MPR untuk menjaga stabilitas politik, didukung oleh partai politik yang sedikit jumlahnya, dengan satu partai atau golongan yang memiliki suara mayoritas dan topangan Angkatan Bersenjata dan PNS yang monoloyalitas pada kekuasaan, yang sebenarnya juga bagian dari partai atau golongan yang dominan tersebut secara historis.

Kondisi tersebut diperkuat dengan pemerintahan yang sentralistik yang menerapkan ideologi pembangunan (ekonomi) dan menempatkan stabilitas politik sebagai jargon politik guna mengamankan pembangunan ekonomi berupa pertumbuhan dan pemerataan.Jargon stabilitas politik yang nantinya akan merupakan boomerang di masa krisis ekonomi, karena keduanya akan bersinergi negatif, telah didramatisasi sedemikian rupa sehingga terbukti merupakan pelanggaran HAM, terutama hak-hak sipil dan politik, dan sumber penyalahgunaan kekuasaaan (abuse of power) yang ditopang oleh KKN sebagai State Crime.

Pancasila sebagai ideologi negara yang oleh The Founding Fathers telah dirumuskan secara genius, telah dimanipulasikan dalam bentuk Doktrin Ekaprasetia Pancakarsa melalui TAP MPR No. II/MPR/1978, yang sebenarnya mengaburkan hakekat Pancasila tersebut sehingga menjadi justification terhadap penekanan terhadap hak-hak sipil warganegara demi kepentingan kolektif.Kondisi tersebut di masa Orde Baru hanya menimbulkan riak-riak kecil dalam kehidupan politik, karena intensitas pengamanan stabilitas oleh penguasa, di samping kondisi kesejahteraan ekonomi yang baik, sekalipun nantinya terbukti fundamentalnya juga lemah dan artificial.Di Era Reformasi yang penuh dengan tuntutan untuk mengaktualisasikan The Root Principles of Democracy, manipulasi terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara Kesatuan RI (NKRI) dirasakan sebagai trauma politik yang dalam, sehingga atas dasar TAP MPR No. XVIII/MPR/1998, TAP tersebut di atas dicabut.

Sejarah Ideologi PancasilaPancasila itu benar adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :• Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. • Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945. Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni

BERANDA Pilih Bahasa Bahasa

Page 2: Pentingnya Pancasila Bagi Nkri

Struktur Organisasi

Institusi Dalam NegeriInstitusi InternasionalTNIMenteri Koordinator

TENAGA PROFESIONALTENAGA PROFESIONALProfil

INSPEKTORATINSPEKTORATTugas Pokok & Fungsi

KOORDINATOR ICTKOORDINATOR ICTProfil

LABORATORIUM LABORATORIUM PENGUKURAN PENGUKURAN KETAHANAN NASIONALKETAHANAN NASIONAL

ProfilSiskurtannas

LINK TERKAITLINK TERKAITPortal Resmi Presiden RIPortal Resmi Pemerintah Indonesia

LEMHANNAS SOCIAL LEMHANNAS SOCIAL NETWORKNETWORK

Masuk LSN

itu, katanya:Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah :• Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945• Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945• Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949• Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950• Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959Kalau sekarang banyak orang membicarakan eksistensi Pancasila sebagai dasar Negara, filosofi bangsa, ideologi pemersatu sampai saat ini sudah memasuki gelombang ke empat;1. Ketika Pancasila disampaikan pertama kali saat pidato Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945 di depan BPUPKI,2. Ketika Konstituante, Pasca Pemilu 1955, hal tersebut berujung pada Dekrit Presiden 5 Juli 1959,3. Pancasila dimanipulasi, disalahgunakan, dan hanya boleh diterjemahkan, bahkan sebagai alat untuk memukul musuh-musuhnya oleh kekuatan Orba.4. Era Reformasi, dampak buruk terhadap Pancasila, akibat manipulasi Pancasila pada zaman orde baru, sehingga makin dilupakan, di tambah lagi dari Pendidikan formal, yang mana kurikulum Pancasila dihilangkan.

PANCASILA SEBAGAI MARGIN APPRECIATION DIBIDANG HUKUMPeranan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang hukum akan mewarnai segala sub sistem di bidang hukum, baik substansi hukum yang bernuansa “law making process”; struktur hukum yang banyak bersentuhan dengan “law enforcement” maupun budaya hukum yang berkaitan dengan “law awareness”. Di ketiga sub-sistem hukum tersebut, ketenteraman hidup beragama, rasa keagamaan dan agama dengan segala perangkatnya harus dihormati oleh sistem hukum (Sila Ketuhanan YME); sistem hukum harus selalu mempromosikan dan melindungi HAM, khususnya yang telah diadopsi dalam hukum positif atau atas dasar intrumen HAM universal yang telah diratifikasi (Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab) ; sistem hukum harus dapat menjamin “constructive pluralism” dan melihat nilai persatuan bersifat kultural yang penuh dengan nuansa solidarity (Sila Persatuan Indonesia); Selanjutnya sistem hukum harus selalu mengapresiasi nilai-nilai dasar demokrasi (core values of democracy or index of democracy or the roots principle of democracy) seperti prinsip Konstitusionalisme; pemilihan umum yang demokratis; desentralisasi kekuasaan/otonomi daerah; hukum harus aspiratif terhadap kepentingan rakyat; prinsip checks and balances; kekuasaan kehakiman yang merdeka; peranan kelompok kepentingan (civil society); melindungi golongan minoritas; Hak masyarakat untuk tahu;civilian control to the military; asas supremasi hukum (Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan; dan yang terakhir sepanjang menyangkut keadilan sosial perlu dikaji pendapat Van Krieken (2002, hal. 14) sebagai berikut : “Law could be defined as an instrument to regulate (potential) conflict, to prevent it from emerging, to prevent it from escalating and/or to find solution thereto. One should also recognize that ‘justice’ in this context stands for equity, fairness and reasonableness, rather than the administration of law (German terminology : Recht and Gerechtigkeit). Law by definition, is a number of steps behind developments in the concept of juastice.Moreover, justice as a concept, is a product of continously changing ideas, perceptions and developments as well.”’

Istilah keadilan sosial menunjuk nilai lebih dari moralitas sosial di atas moralitas sipil. Contohnya adalah dimungkinkannya restriksi hak-hak sipil yang bersifat “derogable rights” atas dasar undang-undang dalam rangka pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan orang lain, moralitas, ketertiban umum keamanan nasional, dan kesejahteraan umum di masyarakat demokratis.Sebagai MoA di bidang hukum, Pancasila harus didukung oleh SDM yang tidak berfikir juridis normatif yang hanya melihat hukum sebagai “the command of the sovereign”, tetapi hukum justru sebagai “sociological jurisprudence”. Dalam hal ini hukum harus dilihat sebagai hukum yang ada dan berfungsi dalam masyarakat (law as it is in society and what it is fuctioning in society).Tradisi kepribadian ilmu hukum sebagai jurisprudence atau rechtslehre tidak ditinggalkan , tetapi dengan mengesampingkan komitmen semata-mata sebagai ajaran hukum murni; Tata hukum tidak lagi berwatak positif sempit, tertutup, tetapi sebagai sistem terbuka yang ramah terhadap lingkungan sosial;Socio legal judgement mempengaruhi mulai dari pendidikan hukum, pembuatan hukum, penegakan hukum dan penanaman kesadaran hukum masyarakat;Kritis terhadap masalah-masalah keadilan dan demokrasi ; Hukum harus dikembangkan sebagai alat untuk membela hak-hak sipil masyarakat sedara luas (litigasi dan non-litigasi); Pengembangan studi hukum yang doktrinal harus dilengkapi dengan yang non-doktrinal;. Mendorong terbentuknya intellectual integrity; academic freedom and academic culture di lingkungan hukum; Dalam hal ini Pancasila dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas jurisprudensi, pembuatan UU, penegakan hukum dan uji materiil (judicial review). Dengan demikian menarik untuk dikatakan bahwa fungsi hukum dalam masyarakat modern dan demokratis adalah sebagai sarana mekanisme pengintegrasi kepentingan (law as a tool of integrative mechanism), baik kepentingan budaya, ekonomi, politik, kepentingan individual, sosial dan kepentingan institusional (negara).

Page 3: Pentingnya Pancasila Bagi Nkri

Bahkan kepentingan regional dan global juga harus diapresiasi, misalnya dalam rangka penanaman modal asing (foreign direct investment).

PANCASILA SEBAGAI MARGIN OF APPRECIATION DI BIDANG PERTAHANAN DAN KEAMANANSecara universal persoalan pertahanan (defence) terkait dengan apa yang dinamakan “defence requirements” yaitu “finding a balance between national expenditure on guns and butter, the most appropriate balance between two necessities , the social and welfare needs and the security of the nation. These are to ensure the well-being and security of people. It can also be stated that givernments are in the business of creating the preconditions for the generation of wealth and prosperity and for ensuring the protection of such prosperity. The well-being of people and their security cannot be subdivided”.Keamanan (security) diartikan secara universal sebagai “an all encompassing condition in which individual citizens live in freedom, peace and safety; participate fully in the process of governance; enjoy the protection of fundamental rights; have access to resources and the basic necessity of life; and inhabit an environment which is not detrimental to their health and well-being”.Di tingkat nasional tujuan kebijakan keamanan (security policy) adalah mencakup “the consolidation of democracy; the achievement of social justice, economic development and a safe environment; and a substantial reduction in the level of crime, violence and political instability. Stability and development are regarded asinextricably linked and mutually reinforcing”.

Di tingkat internasional tujuan dari kebijakan keamanan mencakup “the defence of the sovereignity, territorial integrity and political independence of the state, and the promotion of regional security”.Di Era refomasi sejak tahun 1998, telah terjadi perobahan signifikan yang memisahkan secara hitam putih antara fungsi pertahanan dan keamanan. Pasal 30 UUD NKRI tahun 1945 menegaskan bahwa TNI sebagai kekuatan utama sistem pertahanan rakyat semesta dan Kepolisian sebagai kekuatan utama sistem keamanan semesta dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Dalam menghadapi “non-traditional security threat” yang tidak jarang berskala besar dan bersifat transnasional, seperti terrorisme dan kejahatan transnasional terorganisasi. Dalam hal ini sistem perbantuan TNI terhadap kepolisian harus diatur secara sistematis untuk kepentingan bangsa dan negara, tanpa harus berbicara tentang UU Keadaan Bahaya (UU No. 23 Tahun 1959).Hal ini terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai margin of appreciation di bidang pertahanan dan keamanan karena tujuan nasional berupa “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dst.nya “ merupakan alasan menyusun Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia dalam suatu UUD Negara Indonesia1945 yang berlandaskan Pancasila.

Khusus dikaitkan dengan Sila pertama (Ketuhanan YME) sistem pertahanan dan keamanan dihadapkan pada terrorisme yang bersifat transnasional dan dipengaruhi oleh radikalisme agama (apocalyptic terrorist who inspred by religious zalotry) . Dalam hal ini pendekatan tidak hanya dilakukan secara koersif melalui pendayagunaan militer,polisi dan intelijen, melainkan secara simultan juga berusaha mengatasi “root cause” melalui dialog dan pengembangan ajaran agama yang positif oleh tokoh-tokoh agama reformis dan moderat. Hal ini akan menyentuh agama, rasa keagamaan dan ketertiban hidup beragama;Dalam kerangka Sila Kedua (Perikemanusiaan yang adil dan beradab), antara lain sudah nampak dalam sikap Indonesia dalam merumuskan definisi HAM, yang menganggap HAM sebagai karunia Tuhan YME. Hal lain adalah sikap Indonesia dalam menghadapi ‘humanitarian intervention’ dalam kerangka ‘responsibility to protect’, di mana Indonesia menentukan syarat agar lebih mendahulukan prinsip ‘non-use of force’ dan aksi militer merupakan sarana terakhir atas dasar keputusan kolektif dan bukan langkah unilateral dan diskriminatif.Penerapan Pancasila sebagai margin of appreciation pada Sila Ketiga (Persatuan Indonesia ) nampak dalam penyelesaian dampak pemisahan TNI dan Polri dalam bentuk perbantuan yang sistematis dalam menghadapi “non-traditional security threat”.Dikaitkan dengan Sila Keempat, nampak dalam sikap TNI untuk taat pada perintah Konstitusi yang dilandasi prinsip demokrasi berupa “civilian control to the military” yang muncul di Era Reformasi.Refleksi penerapan Pancasila Sila Kelima dalam bidang pertahanan dan keamanan terlihat dalam konsep Ketahanan Nasional yang pada dasarnya merupakan usaha untuk menjaga keseimbangan antara Kesejahteraan (prosperity) dan keamanan (security) secara komprehensif-integral.

Manfaat Ideologi Dalam Kerangka NKRI.Dalam kehidupan manusia baik individual maupun kolektif, peranan ideologi sangat penting, agar individu atau kolektivitas tersebut selalu konsisten dalam langkah dan pemikirannya serta tidak kehilangan arah. Sekalipun demikian harus pula diakui bahwa ideologi yang tidak bertumpu pada nilai-nilai universal yang dapat menjamin kehidupan yang bermartabat (freedom to live in dignity) justru akan manimbulkan penderitaan kepada umat manusia. Contohnya ideologi totalitarianism yang menerapkan kekuasaan pemerintahan yang tak terbatas (unrestricted power in government); Pendapat yang kurang lebih sama menyatakan bahwa “Ideology refers to distinctive belief systems, ideas, and abstract ideals that are perceived as providing the true meaning of life. Communism, capitalism, fascism, Islam, Judaism, Christianity, fundamentalism, and the like all may represent

Page 4: Pentingnya Pancasila Bagi Nkri

political, religious, or economic belief system that provide to their adherents an underlying meaning and purpose of life”. Ideologi seringkali membangkitkan fanatisme dan ketidaksesuaian ideologi di suatu negara bisa menimbulkan kejahatan politik (political crime), baik dalam bentuknya sebagai “crimes against government” maupun sebagai “crimes by government”.

Di dalam masyarakat yang sangat pluralistik seperti Indonesia, mobilisasi untuk mencapai tujuan negara secara musyawarah dan mufakat sangat sulit. Negara Kesatuan RI (NKRI) saat ini mengalami ancaman yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri pasca amandemen UUD, yang mana 87,5 %merupakan hal yang baru /berubah, misalnya saja munculnya pemikiran federalisme di benak sementara orang, termasuk di sini ide untuk memperluas daerah-daerah Otonomi Khusus tanpa alasan yang masuk akal, padahal otonomi daerah yang ingin dijadikan filter terhadap gerakan separatisme, mendekatkan rakyat pada pengambil keputusan dan menyebarkan pusat-pusat pertumbuhan, ternyata telah menimbulkan hasil sampingan berupa raja-raja kecil di masa lalu, yang semakin jauh jarak antara Pusat dan Daerah, tapi juga antara Pemimpin dan rakyatnya. Belum lagi adanya pelbagai gerakan separatis (RMS, OPM, GAM) yang masih eksis saat ini . Selain itu juga keteledoran untuk menertibkan batas-batas negara RI yang berbatasan dengan negara lain. Dari luarnegeri dalam bentuk usaha-usaha untuk membantu gerakan separatis dari negara lain, kemudian klaim negara-negara tetangga terhadap beberapa wilayah kepulauan RI .

Selanjutnya sikap negara-negara lain untuk tidak menghormati prinsip negara kepulauan (Archipelagic Principle) dengan memanfaatkan celah-celah hukum internasional, illegal fishing, campur tangan dari elemen Negara-negara lain untuk mempersoalkan kembali status perjanjian internasional masa lalu (anggota Kongres AS terhadap Papua). Belum lagi langkah-langkah negara superpower tertentu untuk kemungkinan menerapkan anticipatory self defence dan campur tangan internasional melalui PBB unuk melakukan humanitarian intervention apabila diduga telah terjadi pelanggaran HAM berat terhadap penduduk sipil. Lebih-lebih postur Negara kepulauan yang memiliki akses yang tidak terbatas dan sulit diawasi.

Yang juga sangat mengkhawatirkan adalah pengamatan para ahli yang menegaskan bahwa di masa datang, sumber perang atau konflik bersenjata (the resources of war) tidak hanya Clash of Civilization and Identities (Huntington, 2002), tetapi juga perebutan minyak, tanah, air dan mineral. (Michael Klare, 2004). Belum lagi adanya kenyataan bahwa free market, dan demokrasi liberal , yang mana ekonomi kita saat ini lebih 50 % dikuasai asing, dan ethnis tertentu, apabila diterapkan tanpa integritas, justru akan menimbulkan kebencian ethnis, orang asing, kecemburuan agama dalam kehidupan negara-negara berkembang. Dengan menumpuknya kekayaan di tangan minoritas ethnik tertentu (market dominant minorirties). Contohnya adalah ethnis Cina di Asia Tenggara, Ethnis Kroasia di Bekas Jugoslavia, kulit putih di Amerika Latin dan Afrika Selatan dan India di Afrika Timur, orang Libanon di Afrika Barat dan Yahudi di Rusia. Mereka-mereka ini selalu menjadi sasaran kekerasan karena kecemburuan dan kebencian (Chua, 2004).

Demikian pula bahaya globalisasi terhadap human security, langkah-langkah organisasi internasional (World Bank, IMF dan WTO) oleh aktivis anti globalisasi juga dianggap mencetak by product berupa celah yang semakin lebar antara yang kaya dan yang miskin baik antar negara maupun masyarakat dalam suatu negara; dan peningkatan degradasi lingkungan (Wilkinson and Hughes , 2002); Dalam kehidupan nasional, mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan globalisasi memilih untuk mencari perlindungan terhadap kelompok-kelompok tradisionalnya (traditional shelter), seperti kelompok agama, dan ethnis.Idiologi menjadi semakin penting bagi suatu negara, mengingat sikap negara-negara tertentu (AS dan Inggris) yang setelah PD II usai menjadi pelopor HAM, demokrasi dan ketertiban dunia melalui hukum internasional, namun dalam perkembangannya justru telah meluluhlantakkan ketertiban dunia (international rule of law) dan keadilan internasional, karena dianggap tidak lagi cocok dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Contohnya adalah pelanggaran HAM di Abu Ghraib dan Guantanamo; pengingkaran terhadap Kyoto Protocol tentang Global Warming dan penolakan terhadap Statuta Roma 1998 tentang International Criminal Court serta penerapan pre- emptive strike terhadap Afganistan dan Iraq setelah peristiwa 9/11, seolah-olah dunia tidak lagi mempunyai aturan-aturan hukum (lawless world) (Sands, 2005). Ditambah lagi dengan sikap Amerika serikat yang mengkhianati Statuta Roma 1998 dengan cara mengadakan perjanjian bilateral dengan pelbagai negara berkembang dalam bentuk “non-surrender or impunity aggreement”. Demikian pula keengganan nya untuk berbicara tentang “root causes of terrorism” dan lebih memilih pendekatan militer,polisi dan intelijen yang seringkali menimbulkan pergeseran keseimbangan antara “security, freedom and justice”. (Van Krieken, 2002, hal. 4).

Mantan Senator AS, Gary Hart menyatakan bahwa apabila AS ingin memperoleh simpati dan daya tarik masyarakat di dunia, maka dalam mencapai tujuan dan kepentingan nasionalnya yang luas, di samping bertumpu pada kebijakan tradisionalnya di bidang politik, ekonomi dan militer, juga harus mengedepankan apa yang disebutnya sebagai The Fourth Power yaitu Power of American Ideals berupa asas-asas demokrasi (democratic principles) yang justru merupakan ideologi AS. (Hart, 2004).

Page 5: Pentingnya Pancasila Bagi Nkri

Ideologi menjadi semakin penting menyimak apa yang dikatakan oleh Sekjen PBB Koffie Annan bahwa ancaman kemanusiaan di dunia yang membutuhkan tanggungjawab bersama Negara-negara adalah sangat multidimensional yaitu kemiskinan, rasa takut dan bahaya terhadap kehidupan bermartabat meliputi :kemiskinan, konflik bersenjata antar dan intra negara, bahaya senjata nuklir, radiologi, kimia dan biologi, terorisme dan kejahatan transnasional terorganisasi (Annan, 2004).

Untuk itu ideologi jelas akan sangat dibutuhkan oleh suatu negara, apalagi dengan mempertimbangkan postur Indonesia berupa negara kepulauan, sangat pluralistik dan berada pada posisi silang dunia. Idiologi Pancasila menempati posisi Idiologi dalam hal ini merupakan Value Defence dalam kerangka Main Security Policy untuk menghadapi bahaya dari luar berupa kedaulatan, integritas teritorial dan kemerdekaan politik, bahkan dalam menentukan kebijakan keamanan regional, dan bahaya dari dalam berupa konsolidasi demokrasi, keadilan sosial yang harus dicapai, kendala pembangunan ekonomi dan degradasi lingkungan serta kejahatan, kekerasan dan ketidakstabilan politik. (le Roux, 2002).

Dengan demikian istilah Kesatuan dalam NKRI harus diartikan dalam arti fisik, psikis dan kultural. Tidak dalam arti aggregasi yang atomistik, tidak dalam arti integrasistruktural, tetapi kesatuan yang memiliki derajat tertinggi yaitu integrasi kultural yang mengandung di dalamnya national solidarity.Pada akhirnya akan nampak bahwa fungsi ideologi bagi suatu bangsa adalah mendeklarasikan “jati diri’ bangsa tersebut. Jati diri akan sangat kondusif bilamana jati diri tersebut telah membuktikan diri dapat bersinergi positif dengan nilai-nilai universal. Bagi bangsa lain, ideologi suatu bangsa menjadikan bangsa lain yakin dan dapat memprediksi dan meramalkan (predictablability) perilaku bangsa tersebut dalam hubungan dengan bangsa lain.Sebagai contoh adalah nilai kemanusiaan yang adil dan beradab yang telah teruji melalui ratifikasi pelbagai instrumen HAM internasional. Demikian pula nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang telah diuji melalui “index” demokrasi yang diterapkan secara gradual semenjak Era Reformasi mulai tahun 1998.Contoh di atas menunjukkan bahwa AS yang dulunya adalah kampiun HAM dan demokrasi, demi kepentingan nasionalnya, apalagi semenjak tragedi September 11 menjadi semakin “unpredictable”.

Bangsa Indonesia harus selalu concerned terhadap nilai-nilai yang terkait dengan kesepakatan nasional yang sudah final dalam kehidupan bangsa, yaitu Pancasila sebagai margin of appreciation, dan UUD Negara Kesatuan RI 1945; NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, yang berfungsi sebagai instruments of national pattern of maintenance dan instrumeh of goal attaintment.Apalagi perumusan Pancasila terdapat dalam Pembukaan UUD NKRI 1945, yang bersifat untouchable. Bagi suatu bangsa Konstitusi merupakan cornerstone, yang menciptakan symbol and myth; Konstitusi memberikan kepada negara unity, purpose and pride, yang sama sekali tidak boleh underestimated. Constitution is the supreme law of the land, constitution must be respected, because constitution is a nastional symbol (Dye and Ziegler, 2003, hal. 51-53). Dalam hal ini Ideologi merupakan the crown of the constitution. Hal-hal tersebut di atas harus tersurat dan tersirat dalam politik hukum nasional.

Penutup.Bangsa Indonesia mempunyai Pancasila sebagai Dasar Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, nilai dan norma yang terkandung di dalamnya merupakan keinginan dari bangsa Indonesia yang harus di amalkan. Pengamalan Pancasila secara subjektif akan memperkuat pengamalan Pancasila secara objektif. Pengamalan Pancasila ini harus di lakukan dalam berbagai bidang kehidupan di negara Indonesia agar Pancasila benar-benar berperan sebagaimana Fungsi dan kedudukannya dan supaya tujuan serta cita-cita bangsa Indonesia mudah terwujud.Bila benar Pancasila itu masih ada pada setiap sanubari kita, Insya Allah persatuan dan kesatuan negeri ini tetap ada. Dan memang bila benar Pancasila itu masih melekat kuat di jiwa raga kita ini, Insya Allah kita selalu mau untuk bertoleransi dalam kehidupan yang damai dan indah. Dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap ada, tidak menjadi kenangan diwaktu yang akan datang.

Beranda || Berita || Tentang Lemhannas || Hubungi Kami || || Buku Tamu Hak cipta © 2015 Lembaga Ketahanan Nasional . Semua Hak Di l indungi.J l . Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3451926