peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam ..... dianmas hal 150 - 159 (wilujeng -...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN
LIMBAH BIODIESEL JARAK PAGAR DAN NYAMPLUNG UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG
Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin
Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Email: [email protected]
Abstrak
Tujuan kegiatan ini adalah alih teknologi tentang pembuatan briket arang dari bahan baku limbah padat biodiesel jarak pagar dan nyamplung, dan membantu masyarakat desa dalam menggunakan briket arang tersebut sebagai bahan bakar alternatif. Manfaat yang didapatkan adalah petani dapat membuat briket arang dari ampas biji jarak pagar dan nyamplung secara benar sehingga mendapatkan hasil briket arang yang berkualitas sesuai dengan standar SNI, Inggris, maupun Jepang. Selain itu juga menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah biodiesel dari jarak pagar dan nyamplung, serta memabntu pemerintah dalam penyediaan energi alternatif yang terbarukan. Metode yang ditawarkan adalah alih teknologi dan praktek tentang cara paembuatan briket mulai dari penyiapan bahan, pengarangan (karbonisasi), penggilingan, pengayakan, pembuatan bahan perekat, pencampuran, pencetakan/pengempaan, sampai dengan pengeringan; serta mendidik masyarakat untuk praktek penyalaan briket arang menggunakan tungku/kompor briket. Hasil yang didapatkan adalah briket ampas biji jarak pagar dengan kualitas fisik dan kimia sebagai berikut: kerapatan 0,66 g/cm3 - 0,96 g/cm3, kadar air 4,00% - 18,56%, zat mudah menguap 2,93% - 5,63%, karbon terikat 64,65% - 89,18%, dan nilai kalort 4325,41 kal/g – 6344,50 kal/g. Sedangkan hasil uji mutu untuk briket dari ampas biji nyamplung adalah sebagai berikut: kerapatan 0,67 g/cm3 – 0,88 g/cm3, kadar air 2,26% - 7,88%, kadar abu 7,10% - 9,26%, zat mudah menguap 2,95% - 7,05%, karbon terikat77,59% – 86,02%, dan nilai kalor 6014 kal/g – 6925 cal/g. Hasil evaluasi terhadap khalayak sasaran setelah kegiatan selesai menunjukkan bahwa ketrampilan mereka meningkat. Pengetahuan 13 peserta kegiatan alih teknologi rata-rata meningkat. Kemampuan masyarakat menerima alih teknologi pembuatan briket dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan usia, semakin tinggi tingkat pendidikan penambahan pengetahuannya semakin besar, sebaliknya semakin tua umur kemampuannya menyerap informasi semakin menurun.
Kata kunci: jarak pagar, nyamplung, limbah, briket, arang
A. PENDAHULUAN
Energi mempunyai peran yang sangat penting di semua sektor kehidupan antara lain
untuk industri, transportasi, rumah tangga, komersial, dan lain-lain. Konsumsi energi untuk
sektor rumah tangga pada tahun 2009 tanpa memperhitungkan energi biomassa adalah
sebesar 81.499.000 SBM (Setara Barel Minyak), merupakan jumlah kebutuhan terbanyak
setelah sektor industri dan transportasi (Dirjen EBTK ESDM, 2011). Pada sektor rumah
tangga ini energi terutama digunakan untuk penerangan, memasak, pendingin, pemanas,
150 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin
dan untuk keperluan rumah tangga lainnya. Konsumsi energi untuk keperluan rumah tangga
ini terutama didominasi oleh kayu bakar, minyak tanah, dan listrik.
Energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) salah satunya adalah
energi biomassa semakin ramai diteliti dan dibahas sejak terjadinya krisis energi dan
melonjaknya harga BBM pada bulan September 2005. Ketersediaan BBM yang semakin
lama semakin menipis sementara kebutuhan semakin meningkat mendorong para ahli
energi untuk mencari bahan bakar lain sebagai pengganti. Briket adalah salah satu jenis
energi biomassa yang termasuk energi alternatif.
Minyak tanah adalah salah satu jenis BBM yang ketersediaannya semakin lama
semakin berkurang. Salah satu kegunaan minyak tanah adalah sebagai bahan bakar kompor
untuk memasak di rumah tangga. Briket dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif
pengganti minyak tanah. Briket merupakan bahan bakar berbentuk padat yang berasal dari
biomassa yang diarangkan ataupun tidak diarangkan, kemudian dikempa.
Biodiesel adalah salah satu jenis bahan bakar cair yang dapat digunakan untuk
bahan bakar mesin diesel, menggantikan fungsi solar. Biodiesel dapat dibuat dari
bermacam bahan baku misalnya dari biji jarak pagar dan dari biji nyamplung. Dalam
pembuatan biodiesel dihasilkan limbah padat berupa ampas, limbah ini masih mengandung
minyak sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi
briket.
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) mulai dikembangkan di Kabupaten
cilacap sejak tahun 2005. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan sistem tumpang sari
dengan tanaman lain seperti jagung dan ketela pohon. Hasil tanaman jarak pagar ini
dimanfaatkan untuk pembuatan minyak jarak pagar atau biodiesel. Salah satu tempat untuk
pembuatan biodiesel di Kabupaten Cilacap adalah di Koperasi Jarak Lestari di Desa
Karangmangu, Kecamatan Kroya.
Selain biji jarak pagar, tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
biodiesel adalah tanaman nyamplung (Calophyllum inophillum L.). Tanaman nyamplung
banyak dijumpai di sepanjang pantai selatan Propinsi Jawa Tengah, terutama di Kabupaten
Cilacap, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Kebumen. Untuk mengantisipasi
perkembangan energi alternatif sekaligus peningkatan usaha konservasi lahan, Propinsi
Jawa Tengah mengintensifkan pengembangan tanaman nyamplung ini.
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah
Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 151
Pembuatan 1 liter minyak nyamplung diperlukan lebih kurang 15 kg nyamplung
kering, sedangkan untuk menghasilkan 1 liter minyak jarak pagar dibutuhkan sekitar 4 kg
biji jarak pagar. Minyak jarak pagar dan minyak nyamplung ini diperoleh dengan cara
pengepresan biji, proses pengepresan ini menghasilkan limbah padat berupa ampas biji
jarak pagar dan ampas biji nyamplung. Selama ini limbah ini belum dimanfaatkan, padahal
ampas tersebut masih mengandung minyak yang cukup tinggi.
B. SUMBER INSPIRASI
Beberapa upaya sebenarnya telah dilakukan untuk memanfaatkan limbah padat dari
pengolahan minyak berupa ampas biji jarak pagar dan ampas biji nyamplung, diantaranya
untuk pembuatan pakan ternak. Namun usaha ini mengalami kegagalan kendala karena
limbah tersebut mengandung zat ricin/hemaglutinin, dan perbol ester yang bersifat racun
yang akan mengganggu pencernakan ternak yang mengkonsumsinya. Upaya pemanfaatan
limbah tersebut untuk pembuatan briket arang akan sangat menguntungkan ditinjau dari
penyediaan energi alternatif maupun secara ekonomi.
Briket adalah arang yang diubah bentuk, ukuran dan kerapatannya dengan cara
mengepres serbuk arang yang dicampur dengan bahan perekat dari tepung tapioka atau
perekat yang lain. Briket arang memiliki sifat seperti BBM yaitu menghasilkan sejumlah
energi panas, menghasilkan nyala api dan bara dalam kurun waktu tertentu, dan
membebaskan gas buang sisa pembakaran berupa asap dan abu (Kurniawan dan Marsono,
2008).
Menurut Widarta dan Suryanta (1995) pembriketan adalah proses pengolahan yang
terdiri atas perlakuan pengarangan, pengecilan ukuran (size reduction), pencampuran bahan
baku, pencetakan, dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket dengan
bentuk, ukuran, sifat fisik dan kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah untuk
meningkatkan kualitas bahan sebagai bahan bakar, mempermudah penanganan,
transportasi, dan mengurangi kehilangan dalam bentuk debu pada proses pengangkutan.
Tahapan yang paling penting dalam proses pembuatan briket adalah proses
karbonisasi atau pengarangan, yaitu proses pemanasan bahan baku dalam ruangan tanpa
kontak dengan udara selama proses pembakaran sehingga terbentuk arang. Proses
karbonisasi ini dilakukan pada suhu 450oC, kandungan zat yang mudah menguap akan
hilang sehingga akan terbentuk struktur pori awal (El-Juhary et al., 2008). Sedangkan
DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012
152 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin
menurut Abdullah et al. (1991) proses pembuatan arang adalah proses pirolisa primer
lambat yang terjadi pada pada laju pemanasan lambat pada suhu 150-300 oC. Reaksi utama
yang terjadi adalah dehidrasi (kehilangan kandungan air), hasil reaksi keseluruhan adalah
karbon padatan (C = arang), air (H2O), karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).
Semakin lambat proses, umumnya menghasilkan mutu arang semakin baik.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket salah satunya adalah
bahan baku, bahan utama yang harus terdapat dalam bahan baku adalah selulosa. Hambali
et al. (2007) menyebutkan bahwa semakin tinggi kandungan selulosa bahan baku akan
semakin baik pula kualitas briket yang dihasilkan.
Sifat fisik dan kimia briket arang dari ampas biji nyamplung (Calophyllum
inophyllum) telah diteliti Trisasiwi et al. (2009). Hasil pengujian menunjukkan bahwa
ampas biji nyamplung yang sudah diambil minyaknya masih mempunyai mutu kimia dan
mutu fisik yang bagus yaitu massa jenis 0,6662 g/cm3– 0,8760 g/cm3; kadar air 2,26%-
7,88%; zat mudah menguap (volatile matter) 2,95%-7,05%; kadar abu 7,10%- 9,26%;
karbon terikat (fixed carbon) 77,59%-86,02 %; dan nilai kalor 6014 kal/g-6925 kal/g.
C. METODE
Program Pengabdian pada Masyarakat berupa Penerapan Ipteks ini telah dilakukan
di Koperasi Jarak Lestari, Desa Karangmangu, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.
Analisis mutu briket arang dilakukan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian Universitas
jenderal Soedirman Purwokerto. Waktu pelaksanaan kegiatan adalah selama satu bulan,
mulai temu gagasan dengan UKM Mitra sampai pembuatan laporan (Trisasiwi dan
Ropiudin, 2010).
Pelaksanaan alih teknologi praktek pembuatan briket arang dilakukan meliputi
kegiatan berikut:
1) Alih Teknologi tentang teori pembuatan briket arang dari ampas jarak pagar dan
nyamplung kepada khalayak sasaran.
2) Praktek tentang cara pembuatan briket, mulai dari penyiapan bahan baku,
karbonisasi/pengarangan, penggilingan, pengayakan, pembuatan perekat,
pencampuran, pencetakan/pengepresan, sampai pengeringan briket.
Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 153
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah
D. KARYA UTAMA
Tahapan pembuatan briket dari ampas jarak pagar dan nyamplung terdiri atas:
1) Ampas biji jarak pagar dan ampas nyamplung yang berasal dari Koperasi Jarak Lestari
Desa Karangmangu, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap dijemur secara terpisah
dalam pengering kabinet sampai kering dengan kadar air berkisar 12-14%.
2) Ampas biji jarak pagar maupun ampas nyamplung dibuat arang melalui proses
karbonasi (pengarangan).
3) Ampas biji jarak pagar maupun ampas nyamplung yang telah menjadi arang kemudian
dibuat serbuk dengan cara ditumbuk/digiling.
4) Serbuk arang selanjutnya diayak dengan ayakan ukuran lolos mesh 35. Serbuk arang
siap digunakan untuk pembuatan briket arang.
5) Pembuatan bahan perekat briket dari campuran tepung tapioka dan air dengan
perbandingan 1:10. Campuran dipanaskan sambil diaduk sampai campuran mengental
dan berwarna bening.
6) Pembuatan briket dengan cara mencampur perekat dengan serbuk arang secara marata
dengan jumlah bahan perekat sebesar 6%.
7) Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cetakan briket berbentuk silinder
dengan diameter 4 cm, tinggi 6 cm, dengan lubang udara 6 buah, lalu ditekan sampai
batas maksimal tekanan pada alat pencetak tersebut.
8) Pengeringan briket arang dengan cara dijemur di bawah matahari atau diangin-
anginkan sampai kering.
9) Analisis mutu fisik dan kimia terhadap briket arang yang telah dibuat terdiri atas uji
kerapatan, kadar air, kadar abu, zat mudah menguap, karbon terikat, dan nilai kalornya
dilakukan di laboratorium. Mutu briket yang dihasilkan dibandingkan dengan standar
mutu menurut SNI 01-6235-2000 (BSN, 2000), standar Jepang, Inggris, dan Amerika
sebagai berikut:
154 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin
DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012
Tabel 1. Mutu briket arang standar Inggris, Jepang, Amerika, dan Indonesia
Sifat arang briket Jepang Inggris Amerika SNI Kadar air (moisture content) % 6 - 8 3,6 6,2 8 Kadar zat menguap (volatile matter content) %
15 - 30 16,4 19 - 28 15
Kadar abu (ash content) % 2 - 6 5,9 8,3 8 Kadar karbon terikat (fixed carbon content) %
60 - 80 75,3 60 77
Kerapatan (density) g/cm3 1,0 – 1,2 0,46 1 - Keteguhan tekan g/cm2 60 - 65 12,7 62 - Nilai kalor (caloriffic value) cal/g
6.000 – 7.000 7.289 6.230 5.000
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994
10) Praktek penyalaan briket arang dari ampas biji jarak pagar dan nyamplung yang
dibuat menggunakan tungku briket produksi PT Tropica Nucifera Industry
Yogyakarta.
Evaluasi dilakukan dengan cara melihat kinerja khalayak sasaran setelah mengikuti
kegiatan ini, antara lain dilakukan dengan pre test dan pos test dengan memberikan materi
pertanyaan yang sama. Tujuannya adalah untuk melihat peningkatan pengetahuan khalayak
sasaran tentang pembuatan briket arang dari ampas biji jarak pagar dan nyamplung. Nilai
post test yang lebih bagus dari nilai pre test menunjukkan bahwa kegiatan alih teknologi
berhasil.
Peningkatan keterampilan khalayak sasaran juga dapat dilihat dari prosentase
khalayak sasaran yang mempraktekkan pembuatan briket arang dari ampas jarak pagar dan
nyamplung setelah kegiatan selesai. Kepedulian Dinas terkait tehadap petani dalam
membantu pemerintah yaitu penyediaan dan pemanfaatan briket arang sebagi bahan bakar
alternatif dengan cara membimbing para petani juga merupakan indikator keberhasilan
kegiatan. Dampak lain keberhasilan program adalah meunculnya UKM lain
mempraktekkan pembuatan briket arang dari limbahnya, yaitu RMU dan UKM
penggergajian kayu.
Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 155
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah
E. ULASAN KARYA
Kegiatan alih teknologi telah dilakukan di Koperasi Jarak Lestari, alamat Desa
Karang Mangu, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, diikuti oleh 13 orang peserta, terdiri
atas petani jarak pagar 11 orang, UKM 1 orang, dan 1 orang PPL (Penyuluh Pertanian
Lapangan) dari Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap.
Rekapitulasi hasil Pre test dan Post test pengetahuan tentang briket arang (Tabel 2)
menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan peserta pelatihan tentang briket meningkat
satu tingkat. Terdapat dua orang peserta yang latar belakang pendidikannya SLTP dan SLA
pengetahuannya meningkat dua tingkat (tidak tahu menjadi tahu), dan satu orang peserta
usianya 60 tahun pengetahuannya tetap (tahu sempit tetap tahu sempit). Setelah pelatihan
seluruh peserta tahu tentang briket arang, meskipun ada peserta yang pengetahuannya
tentang briket sempit (Tabel 3).
Tabel 2. Hasil Pre test dan Post test pengetahuan tentang briket
No. Nama peserta Pendidikan Umur (tahun)
Nilai mutu Pre test
Nilai mutu Post test
1. Sarmin SD 65 Tidak tahu Tahu sempit 2. Saring Hartoyo SLTA 51 Tahu sempit Tahu 3. Jaja Miharja SD 50 Tidak tahu Tahu sempit
4. Muslimin SD 60 Tahu sempit Tahu sempit
5. Darmo Suwito SD 65 Tidak tahu Tahu sempit
6. Karsam SLTP 56 Tidak tahu Tahu 7. Abudtori SD 47 Tidak tahu Tahu sempit 8. Hogi Rusyanto SLTA 42 Tidak tahu Tahu 9. Suyud H.S, SLTA 73 Tidak tahu Tahu sempit 10. Sudaryanto S-1 40 Tahu Tahu luas 11. A. Mashuri SD 60 Tahu sempit Tahu sempit 12 Fajar SLTP 28 Tahu Tahu luas 13. Samino SLTA 50 Tahu Tahu luas
Tabel 3. Peningkatan pengetahuan peserta
No. Peningkatan pengetahuan Jumlah (orang)
Beda skor
Jumlah sekor
1. Tidak tahu tetap tidak tahu 0 0 0 2. Tidak tahu menjadi tahu sempit 5 1 6 3. Tidak tahu menjadi tahu 2 2 4 4. Tidak tahu menjadi tahu luas 0 3 0 5. Tahu sempit tetap tahu sempit 2 0 0 6. Tahu sempit menjadi tahu 1 1 1
156 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin
DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012
7. Tahu sempit menjadi tahu luas 0 2 0 8. Tahu tetap tahu 0 0 0 9. Tahu menjadi tahu luas 3 1 3 10. Tahu luas tetap tahu luas 0 0 0 Total 13 13
Kriteria penilaian adalah sebagai berikut. Peningkatan sangat baik jika total skor 27
- 39, peningkatan baik jika total skor 14 - 26, peningkatan cukup baik jika total skor 7 - 13,
peningkatan kurang baik jika total skor 0 - 6, dan tidak ada peningkatan jika total skor 0.
Tabel 3 dapat dilihat bahwa total skor dari 13 peserta adalah 13, jadi dapat disimpulkan
bahwa peningkatan cukup baik. Jika kita perhatikan Tabel 2 dan Tabel 3 sebenarnya ada
peserta yang pengetahuannya naik 2 skor sebanyak 2 orang, tetapi ada peserta yang
pengetahuannya tidak meningkat sebanyak 2 orang, sehingga rata-rata peningkatan
pengetahuan peserta adalah 1 tingkat.
Dari analisis data dapat dilihat bahwa umur dan pendidikan peserta pelatihan
mempengaruhi kemampuan peserta dalam menerima alih teknologi yang diberikan. Dari
Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa peserta yang pengetahuannya tidak meningkat
meskipun sudah diberi introduksi pengetahuan dan teknologi adalah peserta yang usianya
60 tahun dan tingkat pendidikannya SD.
Hasil uji laboratorium terhadap kualitas briket arang dari ampas biji jarak pagar
adalah kerapatan 0,6639 g/cm3 – 0,9570 g/cm3, kadar air 4,003 % – 18,557%, kadar abu
3,737% - 11,367%, zat mudah menguap 2,933% – 5,633%, karbon terikat 64,647% –
89,180%, dan nilai kalor 4.325,41 kal/g – 6.344,50 kal/g. Kualitas briket arang dari ampas
biji jarak pagar ini ditinjau dari sifat fisik dan kimianya mendekati syarat mutu briket arang
standar Jepang, Inggris, Amerika dan SNI.
Hasil uji laboratorium terhadap kualitas briket arang dari ampas biji nyamplung
adalah kerapatan (0,6662 g/cm3 – 0,8760 g/cm3, kadar air 2,26% – 7,88%, kadar abu 7,10%
– 9,26%, zat mudah manguap 2,95% – 7, 05%, karbon terikat 77,59% – 86,02%, dan nilai
kalor 6.014 kal/g – 6.925 kal/g. Kualitas briket arang dari ampas biji nyamplung ini ditinjau
dari sifat fisik dan kimianya mendekati syarat mutu briket arang standar Jepang, Inggris,
dan SNI (BSN, 2000).
Hasil monitoring dan evaluasi di lapang menunjukkan bahwa peserta pelatihan rata-
rata belum mengaplikasikan pengetahuan yang didapat selama alih teknologi, hal ini
Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 157
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah
mungkin disebabkan monitoring yang dilakukan terlalu cepat sehingga belum banyak yang
mengaplikasikan teknologi yang diintroduksikan. Dari 13 orang peserta baru satu orang
yang mempraktekkan teori yang diberikan yaitu Pak Samino yang biasanya membuat briket
tanpa pengarangan, sekarang dilakukan pengarangan terlebih dulu.
F. KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Kemampuan masyarakat peserta alih teknologi dalam menerima introduksi pengetahuan
dan teknologi pembuatan briket arang rata-rata meningkat, dan dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu umur dan tingkat pendidikan.
2) Semakin tinggi tingkat pendidikan peserta peningkatan kemampuannya semakin tinggi,
sebaliknya semakin tua usia kemampuannya menyerap informasi semakin menurun.
3) Hasil uji laboratorium kualitas fisik dan kimia briket ampas biji jarak pagar adalah
sebagai berikut: kerapatan 0,66 g/cm3 - 0,96 g/cm3, kadar air 4,00% - 18,56%, zat
mudah menguap 2,93% - 5,63%, karbon terikat 64,65% - 89,18%, dan nilai kalort
4325,41 kcal/g – 6344,50 kcal/g.
4) Hasil uji mutu untuk briket dari ampas biji nyamplung adalah sebagai berikut:
kerapatan 0,67 g/cm3 – 0,88 g/cm3, kadar air 2,26% - 7,88%, kadar abu 7,10% - 9,26%,
zat mudah menguap 2,95% - 7,05%, karbon terikat77,59% – 86,02%, dan nilai kalor
6014 kcal/g – 6925 kcal/g.
G. DAMPAK DAN MANFAAT
1. Hasil evaluasi terhadap khalayak sasaran setelah kegiatan selesai menunjukkan
bahwa ketrampilan mereka meningkat.
2. Kemampuan 13 masyarakat peserta kegiatan menerima alih teknologi pembuatan
briket dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendidikan dan usia, semakin tinggi
tingkat pendidikan penambahan pengetahuannya semakin besar, sebaliknya semakin
tua umur kemampuannya menyerap informasi semakin menurun.
158 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin
DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012
H. DAFTAR PUSTAKA
(1) Abdullah, K., A. K. Irwanto, N. Siregar, E. Agustina, A. H. Tambunan, M. Yamin, E. Hartulistiyoso, dan Y. A. Purwanto. 1991. Energi dan Listrik Pertanian. IPB, Bogor.
(2) Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Bogor.
(3) BSN. 2000. SNI 01-6235-2000 Briket Arang Kayu. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
(4) Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (Dirjen EBTK ESDM). 2011. Sambutan Direktur Jenderal EBTK ESDM pada Diskusi interaktif pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN). Jakarta 16 Maret 2011.
(5) El-Juhany, M. Arif, and M. Megahed. 2008. Properties of charcoal produced from some endemic and exotic acacia species grown in Riyadh, Saudi Arabia. http://terrepetra.bioenergylist.org/astmd1762.pdf diakses 16 Juli 2008.
(6) Hambali, A.H.2006. Implementasi Kebijakan Pengembangan Jarak Pagar sebagai Sumber BBN. Prosiding Lokakarya – II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar Jatropha Curcas L. Bogor, 29 November 2006. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Perkebunan.
(7) Kurniawan, O. dan Marsono. 2008. Superkarbon: Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah dan Gas. Penebar Swadaya, Depok.
(8) Trisasiwi, W., E. Sumarni and Yuliati. 2009. Performance of Charcoal Briquette From Nyamplung (calophyllum inophyllum) Seed Dregs. Paper. International Symposium Agricultural Engineering Towards Sustainable Agriculture in Asia. November 17-19, 2009. Bogor, West Java, Indonesia.
(9) Trisasiwi, W. dan Ropiudin. 2010. Pemanfaatan Limbah Biodiesel dari Jarak Pagar dan Nyamplung untuk Pembuatan Briket Arang di Koperasi Jarak Lestari. Laporan Program Pengabdian kepada Masyarakat. Sumber dana anggaran DIPA (Rutin) Unsoed. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto (tidak dipublikasikan).
(10) Widarto, L. dan Suryanta. 1995. Membuat Bioarang dari Kotoran Lembu. Kanisius, Yogyakarta.
I. PENGHARGAAN
Tim mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berperan dalam
membantu kelancaran kegiatan tersebut, antara lain Pimpinan Perguruan Tinggi Universita
Jendral Soedirman, Koperasi Jarak Lestari di Desa Karangmangu, Kecamatan Kroya, PPL
dari Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap serta beberapa pihak yang
terkait dengan kegiatan ini.
Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 159
Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah