peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam ..... dianmas hal 150 - 159 (wilujeng -...

10
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH BIODIESEL JARAK PAGAR DAN NYAMPLUNG UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: [email protected] Abstrak Tujuan kegiatan ini adalah alih teknologi tentang pembuatan briket arang dari bahan baku limbah padat biodiesel jarak pagar dan nyamplung, dan membantu masyarakat desa dalam menggunakan briket arang tersebut sebagai bahan bakar alternatif. Manfaat yang didapatkan adalah petani dapat membuat briket arang dari ampas biji jarak pagar dan nyamplung secara benar sehingga mendapatkan hasil briket arang yang berkualitas sesuai dengan standar SNI, Inggris, maupun Jepang. Selain itu juga menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah biodiesel dari jarak pagar dan nyamplung, serta memabntu pemerintah dalam penyediaan energi alternatif yang terbarukan. Metode yang ditawarkan adalah alih teknologi dan praktek tentang cara paembuatan briket mulai dari penyiapan bahan, pengarangan (karbonisasi), penggilingan, pengayakan, pembuatan bahan perekat, pencampuran, pencetakan/pengempaan, sampai dengan pengeringan; serta mendidik masyarakat untuk praktek penyalaan briket arang menggunakan tungku/kompor briket. Hasil yang didapatkan adalah briket ampas biji jarak pagar dengan kualitas fisik dan kimia sebagai berikut: kerapatan 0,66 g/cm 3 - 0,96 g/cm 3 , kadar air 4,00% - 18,56%, zat mudah menguap 2,93% - 5,63%, karbon terikat 64,65% - 89,18%, dan nilai kalort 4325,41 kal/g – 6344,50 kal/g. Sedangkan hasil uji mutu untuk briket dari ampas biji nyamplung adalah sebagai berikut: kerapatan 0,67 g/cm 3 – 0,88 g/cm 3 , kadar air 2,26% - 7,88%, kadar abu 7,10% - 9,26%, zat mudah menguap 2,95% - 7,05%, karbon terikat77,59% – 86,02%, dan nilai kalor 6014 kal/g – 6925 cal/g. Hasil evaluasi terhadap khalayak sasaran setelah kegiatan selesai menunjukkan bahwa ketrampilan mereka meningkat. Pengetahuan 13 peserta kegiatan alih teknologi rata-rata meningkat. Kemampuan masyarakat menerima alih teknologi pembuatan briket dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan usia, semakin tinggi tingkat pendidikan penambahan pengetahuannya semakin besar, sebaliknya semakin tua umur kemampuannya menyerap informasi semakin menurun. Kata kunci: jarak pagar, nyamplung, limbah, briket, arang A. PENDAHULUAN Energi mempunyai peran yang sangat penting di semua sektor kehidupan antara lain untuk industri, transportasi, rumah tangga, komersial, dan lain-lain. Konsumsi energi untuk sektor rumah tangga pada tahun 2009 tanpa memperhitungkan energi biomassa adalah sebesar 81.499.000 SBM (Setara Barel Minyak), merupakan jumlah kebutuhan terbanyak setelah sektor industri dan transportasi (Dirjen EBTK ESDM, 2011). Pada sektor rumah tangga ini energi terutama digunakan untuk penerangan, memasak, pendingin, pemanas, 150 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin

Upload: dianmas

Post on 04-Jan-2016

111 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN

LIMBAH BIODIESEL JARAK PAGAR DAN NYAMPLUNG UNTUK PEMBUATAN BRIKET ARANG

Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin

Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan kegiatan ini adalah alih teknologi tentang pembuatan briket arang dari bahan baku limbah padat biodiesel jarak pagar dan nyamplung, dan membantu masyarakat desa dalam menggunakan briket arang tersebut sebagai bahan bakar alternatif. Manfaat yang didapatkan adalah petani dapat membuat briket arang dari ampas biji jarak pagar dan nyamplung secara benar sehingga mendapatkan hasil briket arang yang berkualitas sesuai dengan standar SNI, Inggris, maupun Jepang. Selain itu juga menjaga lingkungan dengan memanfaatkan limbah biodiesel dari jarak pagar dan nyamplung, serta memabntu pemerintah dalam penyediaan energi alternatif yang terbarukan. Metode yang ditawarkan adalah alih teknologi dan praktek tentang cara paembuatan briket mulai dari penyiapan bahan, pengarangan (karbonisasi), penggilingan, pengayakan, pembuatan bahan perekat, pencampuran, pencetakan/pengempaan, sampai dengan pengeringan; serta mendidik masyarakat untuk praktek penyalaan briket arang menggunakan tungku/kompor briket. Hasil yang didapatkan adalah briket ampas biji jarak pagar dengan kualitas fisik dan kimia sebagai berikut: kerapatan 0,66 g/cm3 - 0,96 g/cm3, kadar air 4,00% - 18,56%, zat mudah menguap 2,93% - 5,63%, karbon terikat 64,65% - 89,18%, dan nilai kalort 4325,41 kal/g – 6344,50 kal/g. Sedangkan hasil uji mutu untuk briket dari ampas biji nyamplung adalah sebagai berikut: kerapatan 0,67 g/cm3 – 0,88 g/cm3, kadar air 2,26% - 7,88%, kadar abu 7,10% - 9,26%, zat mudah menguap 2,95% - 7,05%, karbon terikat77,59% – 86,02%, dan nilai kalor 6014 kal/g – 6925 cal/g. Hasil evaluasi terhadap khalayak sasaran setelah kegiatan selesai menunjukkan bahwa ketrampilan mereka meningkat. Pengetahuan 13 peserta kegiatan alih teknologi rata-rata meningkat. Kemampuan masyarakat menerima alih teknologi pembuatan briket dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan dan usia, semakin tinggi tingkat pendidikan penambahan pengetahuannya semakin besar, sebaliknya semakin tua umur kemampuannya menyerap informasi semakin menurun.

Kata kunci: jarak pagar, nyamplung, limbah, briket, arang

A. PENDAHULUAN

Energi mempunyai peran yang sangat penting di semua sektor kehidupan antara lain

untuk industri, transportasi, rumah tangga, komersial, dan lain-lain. Konsumsi energi untuk

sektor rumah tangga pada tahun 2009 tanpa memperhitungkan energi biomassa adalah

sebesar 81.499.000 SBM (Setara Barel Minyak), merupakan jumlah kebutuhan terbanyak

setelah sektor industri dan transportasi (Dirjen EBTK ESDM, 2011). Pada sektor rumah

tangga ini energi terutama digunakan untuk penerangan, memasak, pendingin, pemanas,

150 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin

dan untuk keperluan rumah tangga lainnya. Konsumsi energi untuk keperluan rumah tangga

ini terutama didominasi oleh kayu bakar, minyak tanah, dan listrik.

Energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) salah satunya adalah

energi biomassa semakin ramai diteliti dan dibahas sejak terjadinya krisis energi dan

melonjaknya harga BBM pada bulan September 2005. Ketersediaan BBM yang semakin

lama semakin menipis sementara kebutuhan semakin meningkat mendorong para ahli

energi untuk mencari bahan bakar lain sebagai pengganti. Briket adalah salah satu jenis

energi biomassa yang termasuk energi alternatif.

Minyak tanah adalah salah satu jenis BBM yang ketersediaannya semakin lama

semakin berkurang. Salah satu kegunaan minyak tanah adalah sebagai bahan bakar kompor

untuk memasak di rumah tangga. Briket dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif

pengganti minyak tanah. Briket merupakan bahan bakar berbentuk padat yang berasal dari

biomassa yang diarangkan ataupun tidak diarangkan, kemudian dikempa.

Biodiesel adalah salah satu jenis bahan bakar cair yang dapat digunakan untuk

bahan bakar mesin diesel, menggantikan fungsi solar. Biodiesel dapat dibuat dari

bermacam bahan baku misalnya dari biji jarak pagar dan dari biji nyamplung. Dalam

pembuatan biodiesel dihasilkan limbah padat berupa ampas, limbah ini masih mengandung

minyak sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar dengan mengubahnya menjadi

briket.

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) mulai dikembangkan di Kabupaten

cilacap sejak tahun 2005. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan sistem tumpang sari

dengan tanaman lain seperti jagung dan ketela pohon. Hasil tanaman jarak pagar ini

dimanfaatkan untuk pembuatan minyak jarak pagar atau biodiesel. Salah satu tempat untuk

pembuatan biodiesel di Kabupaten Cilacap adalah di Koperasi Jarak Lestari di Desa

Karangmangu, Kecamatan Kroya.

Selain biji jarak pagar, tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku

biodiesel adalah tanaman nyamplung (Calophyllum inophillum L.). Tanaman nyamplung

banyak dijumpai di sepanjang pantai selatan Propinsi Jawa Tengah, terutama di Kabupaten

Cilacap, Kabupaten Purworejo, dan Kabupaten Kebumen. Untuk mengantisipasi

perkembangan energi alternatif sekaligus peningkatan usaha konservasi lahan, Propinsi

Jawa Tengah mengintensifkan pengembangan tanaman nyamplung ini.

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah

Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 151

Pembuatan 1 liter minyak nyamplung diperlukan lebih kurang 15 kg nyamplung

kering, sedangkan untuk menghasilkan 1 liter minyak jarak pagar dibutuhkan sekitar 4 kg

biji jarak pagar. Minyak jarak pagar dan minyak nyamplung ini diperoleh dengan cara

pengepresan biji, proses pengepresan ini menghasilkan limbah padat berupa ampas biji

jarak pagar dan ampas biji nyamplung. Selama ini limbah ini belum dimanfaatkan, padahal

ampas tersebut masih mengandung minyak yang cukup tinggi.

B. SUMBER INSPIRASI

Beberapa upaya sebenarnya telah dilakukan untuk memanfaatkan limbah padat dari

pengolahan minyak berupa ampas biji jarak pagar dan ampas biji nyamplung, diantaranya

untuk pembuatan pakan ternak. Namun usaha ini mengalami kegagalan kendala karena

limbah tersebut mengandung zat ricin/hemaglutinin, dan perbol ester yang bersifat racun

yang akan mengganggu pencernakan ternak yang mengkonsumsinya. Upaya pemanfaatan

limbah tersebut untuk pembuatan briket arang akan sangat menguntungkan ditinjau dari

penyediaan energi alternatif maupun secara ekonomi.

Briket adalah arang yang diubah bentuk, ukuran dan kerapatannya dengan cara

mengepres serbuk arang yang dicampur dengan bahan perekat dari tepung tapioka atau

perekat yang lain. Briket arang memiliki sifat seperti BBM yaitu menghasilkan sejumlah

energi panas, menghasilkan nyala api dan bara dalam kurun waktu tertentu, dan

membebaskan gas buang sisa pembakaran berupa asap dan abu (Kurniawan dan Marsono,

2008).

Menurut Widarta dan Suryanta (1995) pembriketan adalah proses pengolahan yang

terdiri atas perlakuan pengarangan, pengecilan ukuran (size reduction), pencampuran bahan

baku, pencetakan, dan pengeringan pada kondisi tertentu, sehingga diperoleh briket dengan

bentuk, ukuran, sifat fisik dan kimia tertentu. Tujuan dari pembriketan adalah untuk

meningkatkan kualitas bahan sebagai bahan bakar, mempermudah penanganan,

transportasi, dan mengurangi kehilangan dalam bentuk debu pada proses pengangkutan.

Tahapan yang paling penting dalam proses pembuatan briket adalah proses

karbonisasi atau pengarangan, yaitu proses pemanasan bahan baku dalam ruangan tanpa

kontak dengan udara selama proses pembakaran sehingga terbentuk arang. Proses

karbonisasi ini dilakukan pada suhu 450oC, kandungan zat yang mudah menguap akan

hilang sehingga akan terbentuk struktur pori awal (El-Juhary et al., 2008). Sedangkan

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012

152 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin

menurut Abdullah et al. (1991) proses pembuatan arang adalah proses pirolisa primer

lambat yang terjadi pada pada laju pemanasan lambat pada suhu 150-300 oC. Reaksi utama

yang terjadi adalah dehidrasi (kehilangan kandungan air), hasil reaksi keseluruhan adalah

karbon padatan (C = arang), air (H2O), karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2).

Semakin lambat proses, umumnya menghasilkan mutu arang semakin baik.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan briket salah satunya adalah

bahan baku, bahan utama yang harus terdapat dalam bahan baku adalah selulosa. Hambali

et al. (2007) menyebutkan bahwa semakin tinggi kandungan selulosa bahan baku akan

semakin baik pula kualitas briket yang dihasilkan.

Sifat fisik dan kimia briket arang dari ampas biji nyamplung (Calophyllum

inophyllum) telah diteliti Trisasiwi et al. (2009). Hasil pengujian menunjukkan bahwa

ampas biji nyamplung yang sudah diambil minyaknya masih mempunyai mutu kimia dan

mutu fisik yang bagus yaitu massa jenis 0,6662 g/cm3– 0,8760 g/cm3; kadar air 2,26%-

7,88%; zat mudah menguap (volatile matter) 2,95%-7,05%; kadar abu 7,10%- 9,26%;

karbon terikat (fixed carbon) 77,59%-86,02 %; dan nilai kalor 6014 kal/g-6925 kal/g.

C. METODE

Program Pengabdian pada Masyarakat berupa Penerapan Ipteks ini telah dilakukan

di Koperasi Jarak Lestari, Desa Karangmangu, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

Analisis mutu briket arang dilakukan di Laboratorium Mekanisasi Pertanian Universitas

jenderal Soedirman Purwokerto. Waktu pelaksanaan kegiatan adalah selama satu bulan,

mulai temu gagasan dengan UKM Mitra sampai pembuatan laporan (Trisasiwi dan

Ropiudin, 2010).

Pelaksanaan alih teknologi praktek pembuatan briket arang dilakukan meliputi

kegiatan berikut:

1) Alih Teknologi tentang teori pembuatan briket arang dari ampas jarak pagar dan

nyamplung kepada khalayak sasaran.

2) Praktek tentang cara pembuatan briket, mulai dari penyiapan bahan baku,

karbonisasi/pengarangan, penggilingan, pengayakan, pembuatan perekat,

pencampuran, pencetakan/pengepresan, sampai pengeringan briket.

Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 153

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah

D. KARYA UTAMA

Tahapan pembuatan briket dari ampas jarak pagar dan nyamplung terdiri atas:

1) Ampas biji jarak pagar dan ampas nyamplung yang berasal dari Koperasi Jarak Lestari

Desa Karangmangu, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap dijemur secara terpisah

dalam pengering kabinet sampai kering dengan kadar air berkisar 12-14%.

2) Ampas biji jarak pagar maupun ampas nyamplung dibuat arang melalui proses

karbonasi (pengarangan).

3) Ampas biji jarak pagar maupun ampas nyamplung yang telah menjadi arang kemudian

dibuat serbuk dengan cara ditumbuk/digiling.

4) Serbuk arang selanjutnya diayak dengan ayakan ukuran lolos mesh 35. Serbuk arang

siap digunakan untuk pembuatan briket arang.

5) Pembuatan bahan perekat briket dari campuran tepung tapioka dan air dengan

perbandingan 1:10. Campuran dipanaskan sambil diaduk sampai campuran mengental

dan berwarna bening.

6) Pembuatan briket dengan cara mencampur perekat dengan serbuk arang secara marata

dengan jumlah bahan perekat sebesar 6%.

7) Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam cetakan briket berbentuk silinder

dengan diameter 4 cm, tinggi 6 cm, dengan lubang udara 6 buah, lalu ditekan sampai

batas maksimal tekanan pada alat pencetak tersebut.

8) Pengeringan briket arang dengan cara dijemur di bawah matahari atau diangin-

anginkan sampai kering.

9) Analisis mutu fisik dan kimia terhadap briket arang yang telah dibuat terdiri atas uji

kerapatan, kadar air, kadar abu, zat mudah menguap, karbon terikat, dan nilai kalornya

dilakukan di laboratorium. Mutu briket yang dihasilkan dibandingkan dengan standar

mutu menurut SNI 01-6235-2000 (BSN, 2000), standar Jepang, Inggris, dan Amerika

sebagai berikut:

154 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012

Tabel 1. Mutu briket arang standar Inggris, Jepang, Amerika, dan Indonesia

Sifat arang briket Jepang Inggris Amerika SNI Kadar air (moisture content) % 6 - 8 3,6 6,2 8 Kadar zat menguap (volatile matter content) %

15 - 30 16,4 19 - 28 15

Kadar abu (ash content) % 2 - 6 5,9 8,3 8 Kadar karbon terikat (fixed carbon content) %

60 - 80 75,3 60 77

Kerapatan (density) g/cm3 1,0 – 1,2 0,46 1 - Keteguhan tekan g/cm2 60 - 65 12,7 62 - Nilai kalor (caloriffic value) cal/g

6.000 – 7.000 7.289 6.230 5.000

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 1994

10) Praktek penyalaan briket arang dari ampas biji jarak pagar dan nyamplung yang

dibuat menggunakan tungku briket produksi PT Tropica Nucifera Industry

Yogyakarta.

Evaluasi dilakukan dengan cara melihat kinerja khalayak sasaran setelah mengikuti

kegiatan ini, antara lain dilakukan dengan pre test dan pos test dengan memberikan materi

pertanyaan yang sama. Tujuannya adalah untuk melihat peningkatan pengetahuan khalayak

sasaran tentang pembuatan briket arang dari ampas biji jarak pagar dan nyamplung. Nilai

post test yang lebih bagus dari nilai pre test menunjukkan bahwa kegiatan alih teknologi

berhasil.

Peningkatan keterampilan khalayak sasaran juga dapat dilihat dari prosentase

khalayak sasaran yang mempraktekkan pembuatan briket arang dari ampas jarak pagar dan

nyamplung setelah kegiatan selesai. Kepedulian Dinas terkait tehadap petani dalam

membantu pemerintah yaitu penyediaan dan pemanfaatan briket arang sebagi bahan bakar

alternatif dengan cara membimbing para petani juga merupakan indikator keberhasilan

kegiatan. Dampak lain keberhasilan program adalah meunculnya UKM lain

mempraktekkan pembuatan briket arang dari limbahnya, yaitu RMU dan UKM

penggergajian kayu.

Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 155

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah

E. ULASAN KARYA

Kegiatan alih teknologi telah dilakukan di Koperasi Jarak Lestari, alamat Desa

Karang Mangu, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, diikuti oleh 13 orang peserta, terdiri

atas petani jarak pagar 11 orang, UKM 1 orang, dan 1 orang PPL (Penyuluh Pertanian

Lapangan) dari Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap.

Rekapitulasi hasil Pre test dan Post test pengetahuan tentang briket arang (Tabel 2)

menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan peserta pelatihan tentang briket meningkat

satu tingkat. Terdapat dua orang peserta yang latar belakang pendidikannya SLTP dan SLA

pengetahuannya meningkat dua tingkat (tidak tahu menjadi tahu), dan satu orang peserta

usianya 60 tahun pengetahuannya tetap (tahu sempit tetap tahu sempit). Setelah pelatihan

seluruh peserta tahu tentang briket arang, meskipun ada peserta yang pengetahuannya

tentang briket sempit (Tabel 3).

Tabel 2. Hasil Pre test dan Post test pengetahuan tentang briket

No. Nama peserta Pendidikan Umur (tahun)

Nilai mutu Pre test

Nilai mutu Post test

1. Sarmin SD 65 Tidak tahu Tahu sempit 2. Saring Hartoyo SLTA 51 Tahu sempit Tahu 3. Jaja Miharja SD 50 Tidak tahu Tahu sempit

4. Muslimin SD 60 Tahu sempit Tahu sempit

5. Darmo Suwito SD 65 Tidak tahu Tahu sempit

6. Karsam SLTP 56 Tidak tahu Tahu 7. Abudtori SD 47 Tidak tahu Tahu sempit 8. Hogi Rusyanto SLTA 42 Tidak tahu Tahu 9. Suyud H.S, SLTA 73 Tidak tahu Tahu sempit 10. Sudaryanto S-1 40 Tahu Tahu luas 11. A. Mashuri SD 60 Tahu sempit Tahu sempit 12 Fajar SLTP 28 Tahu Tahu luas 13. Samino SLTA 50 Tahu Tahu luas

Tabel 3. Peningkatan pengetahuan peserta

No. Peningkatan pengetahuan Jumlah (orang)

Beda skor

Jumlah sekor

1. Tidak tahu tetap tidak tahu 0 0 0 2. Tidak tahu menjadi tahu sempit 5 1 6 3. Tidak tahu menjadi tahu 2 2 4 4. Tidak tahu menjadi tahu luas 0 3 0 5. Tahu sempit tetap tahu sempit 2 0 0 6. Tahu sempit menjadi tahu 1 1 1

156 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012

7. Tahu sempit menjadi tahu luas 0 2 0 8. Tahu tetap tahu 0 0 0 9. Tahu menjadi tahu luas 3 1 3 10. Tahu luas tetap tahu luas 0 0 0 Total 13 13

Kriteria penilaian adalah sebagai berikut. Peningkatan sangat baik jika total skor 27

- 39, peningkatan baik jika total skor 14 - 26, peningkatan cukup baik jika total skor 7 - 13,

peningkatan kurang baik jika total skor 0 - 6, dan tidak ada peningkatan jika total skor 0.

Tabel 3 dapat dilihat bahwa total skor dari 13 peserta adalah 13, jadi dapat disimpulkan

bahwa peningkatan cukup baik. Jika kita perhatikan Tabel 2 dan Tabel 3 sebenarnya ada

peserta yang pengetahuannya naik 2 skor sebanyak 2 orang, tetapi ada peserta yang

pengetahuannya tidak meningkat sebanyak 2 orang, sehingga rata-rata peningkatan

pengetahuan peserta adalah 1 tingkat.

Dari analisis data dapat dilihat bahwa umur dan pendidikan peserta pelatihan

mempengaruhi kemampuan peserta dalam menerima alih teknologi yang diberikan. Dari

Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa peserta yang pengetahuannya tidak meningkat

meskipun sudah diberi introduksi pengetahuan dan teknologi adalah peserta yang usianya

60 tahun dan tingkat pendidikannya SD.

Hasil uji laboratorium terhadap kualitas briket arang dari ampas biji jarak pagar

adalah kerapatan 0,6639 g/cm3 – 0,9570 g/cm3, kadar air 4,003 % – 18,557%, kadar abu

3,737% - 11,367%, zat mudah menguap 2,933% – 5,633%, karbon terikat 64,647% –

89,180%, dan nilai kalor 4.325,41 kal/g – 6.344,50 kal/g. Kualitas briket arang dari ampas

biji jarak pagar ini ditinjau dari sifat fisik dan kimianya mendekati syarat mutu briket arang

standar Jepang, Inggris, Amerika dan SNI.

Hasil uji laboratorium terhadap kualitas briket arang dari ampas biji nyamplung

adalah kerapatan (0,6662 g/cm3 – 0,8760 g/cm3, kadar air 2,26% – 7,88%, kadar abu 7,10%

– 9,26%, zat mudah manguap 2,95% – 7, 05%, karbon terikat 77,59% – 86,02%, dan nilai

kalor 6.014 kal/g – 6.925 kal/g. Kualitas briket arang dari ampas biji nyamplung ini ditinjau

dari sifat fisik dan kimianya mendekati syarat mutu briket arang standar Jepang, Inggris,

dan SNI (BSN, 2000).

Hasil monitoring dan evaluasi di lapang menunjukkan bahwa peserta pelatihan rata-

rata belum mengaplikasikan pengetahuan yang didapat selama alih teknologi, hal ini

Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 157

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah

mungkin disebabkan monitoring yang dilakukan terlalu cepat sehingga belum banyak yang

mengaplikasikan teknologi yang diintroduksikan. Dari 13 orang peserta baru satu orang

yang mempraktekkan teori yang diberikan yaitu Pak Samino yang biasanya membuat briket

tanpa pengarangan, sekarang dilakukan pengarangan terlebih dulu.

F. KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Kemampuan masyarakat peserta alih teknologi dalam menerima introduksi pengetahuan

dan teknologi pembuatan briket arang rata-rata meningkat, dan dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu umur dan tingkat pendidikan.

2) Semakin tinggi tingkat pendidikan peserta peningkatan kemampuannya semakin tinggi,

sebaliknya semakin tua usia kemampuannya menyerap informasi semakin menurun.

3) Hasil uji laboratorium kualitas fisik dan kimia briket ampas biji jarak pagar adalah

sebagai berikut: kerapatan 0,66 g/cm3 - 0,96 g/cm3, kadar air 4,00% - 18,56%, zat

mudah menguap 2,93% - 5,63%, karbon terikat 64,65% - 89,18%, dan nilai kalort

4325,41 kcal/g – 6344,50 kcal/g.

4) Hasil uji mutu untuk briket dari ampas biji nyamplung adalah sebagai berikut:

kerapatan 0,67 g/cm3 – 0,88 g/cm3, kadar air 2,26% - 7,88%, kadar abu 7,10% - 9,26%,

zat mudah menguap 2,95% - 7,05%, karbon terikat77,59% – 86,02%, dan nilai kalor

6014 kcal/g – 6925 kcal/g.

G. DAMPAK DAN MANFAAT

1. Hasil evaluasi terhadap khalayak sasaran setelah kegiatan selesai menunjukkan

bahwa ketrampilan mereka meningkat.

2. Kemampuan 13 masyarakat peserta kegiatan menerima alih teknologi pembuatan

briket dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat pendidikan dan usia, semakin tinggi

tingkat pendidikan penambahan pengetahuannya semakin besar, sebaliknya semakin

tua umur kemampuannya menyerap informasi semakin menurun.

158 Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin

DIAN MAS, Volume 1, Nomor 2, September 2012

H. DAFTAR PUSTAKA

(1) Abdullah, K., A. K. Irwanto, N. Siregar, E. Agustina, A. H. Tambunan, M. Yamin, E. Hartulistiyoso, dan Y. A. Purwanto. 1991. Energi dan Listrik Pertanian. IPB, Bogor.

(2) Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Teknis Pembuatan Briket Arang. Bogor.

(3) BSN. 2000. SNI 01-6235-2000 Briket Arang Kayu. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

(4) Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral (Dirjen EBTK ESDM). 2011. Sambutan Direktur Jenderal EBTK ESDM pada Diskusi interaktif pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN). Jakarta 16 Maret 2011.

(5) El-Juhany, M. Arif, and M. Megahed. 2008. Properties of charcoal produced from some endemic and exotic acacia species grown in Riyadh, Saudi Arabia. http://terrepetra.bioenergylist.org/astmd1762.pdf diakses 16 Juli 2008.

(6) Hambali, A.H.2006. Implementasi Kebijakan Pengembangan Jarak Pagar sebagai Sumber BBN. Prosiding Lokakarya – II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar Jatropha Curcas L. Bogor, 29 November 2006. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Perkebunan.

(7) Kurniawan, O. dan Marsono. 2008. Superkarbon: Bahan Bakar Alternatif Pengganti Minyak Tanah dan Gas. Penebar Swadaya, Depok.

(8) Trisasiwi, W., E. Sumarni and Yuliati. 2009. Performance of Charcoal Briquette From Nyamplung (calophyllum inophyllum) Seed Dregs. Paper. International Symposium Agricultural Engineering Towards Sustainable Agriculture in Asia. November 17-19, 2009. Bogor, West Java, Indonesia.

(9) Trisasiwi, W. dan Ropiudin. 2010. Pemanfaatan Limbah Biodiesel dari Jarak Pagar dan Nyamplung untuk Pembuatan Briket Arang di Koperasi Jarak Lestari. Laporan Program Pengabdian kepada Masyarakat. Sumber dana anggaran DIPA (Rutin) Unsoed. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto (tidak dipublikasikan).

(10) Widarto, L. dan Suryanta. 1995. Membuat Bioarang dari Kotoran Lembu. Kanisius, Yogyakarta.

I. PENGHARGAAN

Tim mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang berperan dalam

membantu kelancaran kegiatan tersebut, antara lain Pimpinan Perguruan Tinggi Universita

Jendral Soedirman, Koperasi Jarak Lestari di Desa Karangmangu, Kecamatan Kroya, PPL

dari Dinas Perhutanan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap serta beberapa pihak yang

terkait dengan kegiatan ini.

Wiludjeng Trisasiwi, Ropiudin 159

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Masyarakat dalam Pemanfaatan Limbah