isi laporan ibp unsoed

66
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian nama atau nomenklatur bahan pakan ternak sangat penting, yaitu untuk menghindari kesamaan antara jenis bahan pakan ternak yang satu dengan yang lainnya dan bermaksud untuk mengoreksi ketidaktepatan dalam praktek pemberian nama bahan-bahan pakan. Penamaan tersebut meliputi keterangan tentang proses yang dikerjakan oleh perusahaan atau pabrik pakan ternak yang memuat tanggung jawab kualitas. Nama bahan pakan tersebut biasanya nama Internasional. Bahan pakan sangatlah beragam, oleh karena itu bahan pakan memiliki nomenklatur yang berbeda-beda. Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan, dicerna, dan digunakan oleh ternak. Hijauan merupakan salah satu sumber yang sangat penting bagi ternak, zat- zat gizi atau sebagian besar terdapat pada hijauan, oleh karena itu pemberian hijauan pada ternak lebih banyak dibandingkan pakan lain seperti konsentrat. Tetapi pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan memberikan jenis pakn maupun campuran seperti konsentrat blok. Menganalisa suatu bahan pakan tentu saja diperlukan separangkat alat-alat kimia. Kita harus mengetahui cara-cara pokok dalam perlakuan umum yang sering dijumpai dalam laboratorium antara lain mengenal

Upload: maz-tung-sang-adipatih-gbx

Post on 18-Feb-2015

390 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Laporan Ilmu bahan Pakan

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Laporan IBP Unsoed

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian nama atau nomenklatur bahan pakan ternak sangat penting,

yaitu untuk menghindari kesamaan antara jenis bahan pakan ternak yang satu

dengan yang lainnya dan bermaksud untuk mengoreksi ketidaktepatan dalam

praktek pemberian nama bahan-bahan pakan. Penamaan tersebut meliputi

keterangan tentang proses yang dikerjakan oleh perusahaan atau pabrik pakan

ternak yang memuat tanggung jawab kualitas. Nama bahan pakan tersebut

biasanya nama Internasional. Bahan pakan sangatlah beragam, oleh karena itu

bahan pakan memiliki nomenklatur yang berbeda-beda.

Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan, dicerna, dan

digunakan oleh ternak. Hijauan merupakan salah satu sumber yang sangat penting

bagi ternak, zat-zat gizi atau sebagian besar terdapat pada hijauan, oleh karena itu

pemberian hijauan pada ternak lebih banyak dibandingkan pakan lain seperti

konsentrat. Tetapi pemberian pakan pada ternak dapat dilakukan dengan

memberikan jenis pakn maupun campuran seperti konsentrat blok.

Menganalisa suatu bahan pakan tentu saja diperlukan separangkat alat-

alat kimia. Kita harus mengetahui cara-cara pokok dalam perlakuan umum yang

sering dijumpai dalam laboratorium antara lain mengenal alat-alat dan cara

penggunaannya, agar memperoleh hasil analisa yang benar, sehingga tidak terjadi

kesalahan analisa yang tidak diinginkan. Pengenalan alat dilakukan agar nantinya

dapat mendukung acara praktikum seperti analisis fisik, analisis kadar air, analisis

kadar abu, analisis lemak kasar, analisis protein kasar, analisis serat kasar, analisis

FFA dan gross energi.

Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas pakan adalah uji

fisik, kimia, maupun uji mikroskopis. Sudut tumpukan adalah sudut yang

dibentuk oleh pakan yang diarahkan pada dinding datar, tujuannya untuk

mengetahui sudut yang dibentuk oleh pakan. Uji fisik lainnya adalah daya

ambang, semakin berat maka semakin cepat bahan pakan yang menempuh jarak

tertentu. Luas permukaan spesifik (LPS) digunakan untuk mengetahui luas

Page 2: Isi Laporan IBP Unsoed

2

permukaan tertentu pula, sedangkan berat jenis merupakan perbandingan antara

berat bahan dengan ruang yang ditempati oleh bahan tersebut.

Sejak awal abad ke-19 para sarjana Jerman telah merintis menganalisa

bahan makanan, antara lain oleh thaer pada tahun 1809. Hennberg dan Stohman

(1860) yang berasal dari Weende (nama kota di Jerman Timur) kemudian

menyempurnakan metode Thaer. Akhirnya metode ini dikenal dengan nama

Analisis Weende (Weende Proksimat Analisis). Proksimat berasal dari proximus

(latin) yang berati yang terdekat. Dinamakan demikian karena metode ini

merupakan metode terdekat dalam menggambarkan komposisi zat gizi dari suatu

bahan pakan. Metode ini sangat begitu populer sampai sekarang, begitu

populernya sehingga dalam penulisan karya ilmiah dari hasil-hasil penelitian

tersebut sering disebut sebagai analisis proksimat.

Asam lemak bebas atau disebut FFA ditentukan sebagai kandungan asam

lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Lemak dalam tubuh

terbentuk dari glukosa yang dihasilkan dari penghancuran karbohidrat dalam alat

pencernaan : gula, pati, serat kasar. Ketiganya akan mengubah glukosa menjadi

lemak dalam jaringan tubuh. Fungsinya sebagai sumber energi dan pelarut

vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.

Energi total atau gross energy makanan adalah jumlah energi kimia

dalam makanan. Energi ini ditentukan dengan mengubah energi kimia menjadi

energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Konversinya dijalankan

dengan membakar sampel pakan dengan mengukur panas yang terjadi. Panas ini

diketahui sebagai energi total atau panas pembakaran dari makanan.

1.2. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada tanggal 19-21 November 2012 di

Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas

Jenderal Soedirman.

Page 3: Isi Laporan IBP Unsoed

3

II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1. Tujuan

1. Mengetahui bentuk dan fungsi berbagai macam alat dalam melakukan

analisis suatu bahan pakan;

2. Mengetahui berbagai macam hijauan dan pakan jadi berdasarkan

spesifikasinya;

3. Mengenali bahan – bahan pakan yang digunakan sebagai bahan pakan;

4. Mengetahui kandungan protein kasar, lemak kasar, kadar air, kadar abu,

asam lemak bebas dan BETN suatu bahan pakan;

5. Mengenali berbagai jenis tanaman kacang – kacangan dan jenis tanaman

ramban ;

6. Mengetahui sifat fisik bahan pakan;

7. Mengetahui prosedur dan manfaat analisis proksimat, uji FFA dan

pengukuran gross energy.

2.2. Manfaat

1. Dapat mengetahui bahan-bahan pakan baik hijaun maupun konsentrat;

2. Dapat mengetahui bahan pakan dan kandungan nutriennya ;

3. Dapat mengetahui tatanama bahan pakan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku;

4. Dapat mengetahui alat-alat analisis proksimat dan fungsi dari alat tersebut;

5. Dapat menganalisis proksimat terhadap bahan pakan;

6. Mengetahui prosedur dan manfaat analisis proksimat, uji FFA dan

pengukuran gross energy.

Page 4: Isi Laporan IBP Unsoed

4

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat

Nomenklatur merupakan proses pemberian nama atau menanam suatu

bahan pakan baik hijauan maupun lainnya berdasarkan ciri-ciri, asal , bagian yang

merupakan karakteristik bahan pakan tersebut. Tujuan dari nomenklatur adalah

untuk mempermudah dalam penggunaan bahan pakan dan membedakan antara

bahan pakan yang satu dengan yang lain (Sutardi, 2003).

Bahan pakan ternak sebagian besar terdiri dari produk pertumbuhan

tanaman, hanya sebagian kecil terdiri dari bahan hewani. Berbagai macam produk

pertumbuhan tanaman dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrient untuk

menunjang kehidupan ternak. Berbagai bagian tanaman mulai dari akar sampai

sisa hasil panen sering digunakan sebagai bahan pakan ternak. Umumnya ternak

sangat tergantung dengan produk pertumbuhan tanaman (Winarno, 1984).

Ketetapan hasil analisis kimia sangat tergantung pada mutu bahan kimia

dan peralatan yang digunakan, disamping itu pengertian tentang dasar analisa

yang digunakan serta kecermatan dan ketelitian kerja. Hasil analisa yang

diperoleh dengan mengetahui cara-cara pokok dalam perlakuan sering dijumpai

dalam laboratorium dan cara penggunaannya. Sebagian besar alat yang digunakan

untuk analisa kimia dan tahap persiapan sampai tahap pengukuran terbuat dari

gelas, porselin, besi dan karet.

Alat-alat sangat penting dalam melakukan percobaan, selain itu alat-alat

yang dibutuhkan dalam menganalisa bahan makanan. Alat-alat yang dimaksud

adalah alat-alat laboratorium sebagai pendukung pada praktikum agar diperoleh

hasil analisa yang benar (Prakasi,1983).

3.2.Uji Fisik Bahan Pakan

Bahan pakan yang diberikan kepada ternak sangat berpengaruh terhadap

pencernaan bahan pakan secara spesifik makanan diadakan uji fisik. Uji ini untuk

mencegah penggunaan bahan pakan yang berbahaya bagi ternak. Bahan pakan

mempunyai sifat fisik yaitu sudut tumpukan, berat jenis, daya ambang,

Page 5: Isi Laporan IBP Unsoed

5

hidroskofis, luas permukaaan spesifik, kerapatan tumpukan dan kerapatan

pemadatan tumpukan (Khalil, 1997).

Uji mikroskopis merupakan uji bahan pakan yang menggunakan alat

yaitu mikroskopis. Bahan-bahan pakan tersebut terlihat dibawah mikroskop

mengenai bentuk partikel bahan. Gambar dengan melihat teksturnya (Tillman,

1986).

Pengujian bahan pakan secara fisik dan mikroskopik sangat bermanfaat

dalam penyusunan ransum. Hal ini dikarenakan bahan pakan sendiri sangat

dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah partikel, bentuk partikel, densitas,

kemampuan elektrolisis, sifat hidroskopis dan florvabillitas (Sutardi, 2003).

Sudut tumpukan merupakan sudut yang dibentuk oleh bahan pakan yang

diarahkan pada bidang datar. Sudut tumpukan merupakan kriteria kebebasan

bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan dimana semakin tinggi sudut

tumpukan kebebasan bergerak suatu partikel semakin berkurang ( Khalil, 1997 ).

Berat jenis merupakan perbandingan antara berat bahan pakan dengan

volume ruang yang ditempati. Peranan berat jenis adalah berpengaruh terhadap

besarnya kerapatan tumpukan (spesifik density), penentuan daya ambang,

bersama ukuran partikel berpengaruh terhadap homogenitas dan stabilitas

pencampuran. Berpengaruh terhadap kecapatan dalam penangkaran (Khalil,

1997).

Daya ambang merupakan jarak yang dapat ditempuh oleh suatu partikel

bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama jangka waktu tertentu. Daya

ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau pengangkutan yang

menggunakan alat penghisap (pneumatio conveyor), pengisian silo menggunakan

gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang berbeda akan terjadi

pemisahan partikel (Khalil, 1997).

Menurut Sutardi (2003), luas permukaan spesifik merupakan bahan pakan

pada suatu berat tertentu mempunyai luas permukaan tertentu pula. Khalil (1997),

luas permukaan spesifik adalah luas permukaan bahan pakan pada berat tertentu.

Peran luas permukaan spesifik untuk mengetahui tingkat kehalusan dan bahan

pakan tanpa diketahui distribusi ukuran kompos partikel secara keseluruhan.

Page 6: Isi Laporan IBP Unsoed

6

3.3. Analisis Proksimat

Makanan menyangkut berbagai aktifitas kimiawi dan fisiologi yang

mengubah zat-zat makanan menjadi zat-zat tubuh. Makanan ternak berisi zat

makanan dan zat gizi pada makanan ternak yang berbeda-beda. Menurut porsinya

masing-masing zat tersebut dapat diketahui melalui suatu analisa proksimat

(Anggorodi, 1986).

Nilai gizi pada bahan pakan dapat diketahui dengan cara analisis bahan

kimia dan uji fisik. Contoh analisis kimia yang paling terkenal adalah analisis

kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar untuk memperoleh

hasil analisis yang benar maka haruslah kita mengetahui cara-cara pokok dalam

laboratorium, meliputi alat-alat yang digunakan, cara menggunakannya dan bahan

kimia.

Analisis kimia yang paling terkenal adalah Analisis Proksimat. Metode

ini merupakan metode terdekat dalam menggambarkan komposisi dari zat gizi

dari suatu bahan pakan. Analisis proksimat membagi bahan pakan menjadi 10 zat

gizi, lima zat gizi diperoleh dari selisihnya. Analisis Proksimat kimia bahan pakan

ternak diharapkan merupakan pendugaan yang paling mendekati nilai biologisnya

(Tillman,1986).

3.3.1. Analisis Kadar Air dan Bahan Kering

Menyatakan bahwa banyaknya air yang terkandung dalam bahan pakan

diketahui bila bahan pakan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada suhu

105ºC, oleh karena itu terjadi penguapan air maka ukuran berat dari bahan

makanan tersebut menjadi berkurang. Bahan pakan dipanaskan hingga ukuran

beratnya tetap.Ukuran berat sebelum dipanaskan dikurangi sesudahnya adalah

ukuran berat air (Anggorodi, 1985).

Page 7: Isi Laporan IBP Unsoed

7

3.3.2. Analisis Kadar Abu dan Bahan Organik

Penetapan kadar abu memiliki prinsip bahwa suatu bahan pakan bila

dipanaskan pada suhu 600ºC, maka semua zat organiknya akan teroksidasi

menjadi CO2H2O dan gas-gas lain akhirnya yang tertinggal adalah zat organik

(Rahardjo, 2004).

Zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam bahan pakan atau jaringan

hewan ditentukan dengan membakar zat organik, dan kemudian menimbang

sisanya yang disebut abu. Penentuan demikian menjelaskan mengenai zat khusus

yang terdapat pada bahan pakan, dan abunya dapat mengandung karbon yang

berasal dari zat organik sebagai karbonat bila terdapat terlalu banyak zat mineral

pembentuk bara. Abu hasil pembakaran dapat digunakan sebagai titik tolak untuk

determinasi prosentase zat tertentu yang terdapat dalam bahan pakan (Anggorodi,

1986).

3.3.3. Analisis Lemak Kasar

Dalam analisis ini diperhitungkan banyaknya zat yang larut dalam basa

atau asam didalam kondisi tertentu. Analisis kimia untuk mengetahui asam lemak

bebas pada bahan pakan dilakukan dengan prosedur AOAC (Tillman, 1994).

Lemak merupakan sekelompok zat yang tidak larut air tetapi larut dalam

eter, kloroform, dan benzena. Anggorodi (1990) menyatakan, ditinjau dari sudut

jumlahnya maka lemak merupakan bagian yang penting dari golongan zat dalam

tubuh hewan dan pakan, dimana lemak mengandung hydrogen dan karbon serta

oksigen juga asam stearat (C57H110O6). Lemak kasar merupakan campuran

beberapa senyawa (lemak, minyak, lilin, asam organic, pigmen sterol, vitamin

ADEK) yang larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum ether, pethroleum

benzen dan lainnya) ( Raharjo, 2004 ).

Page 8: Isi Laporan IBP Unsoed

8

3.3.4. Analisis Protein Kasar

Protein merupakan zat organik yang mengandung karbon, hydrogen,

nitrogen, oksigen, sulfur serta fosfor. Zat tersebut merupakan zat pakan utama.

Yang mengandung nitrogen, protein adalah essensial bagi kehidupan karena zat

tersebut merupakan protoplasma aktif dalam semua sel hidup (Anggorodi,1979).

3.3.5. Analisis Serat Kasar

Menurut Tillman (1998), serat kasar merupakan salah satu nutrien yang

terdiri dari selulosa, hemi selulosa lignin dan glirisida. Komponen yang lain

berfungsi sebagai pelindung dan bangunan tumbuh-tumbuhan. Anggorodi (1986)

menyatakan bahwa, serat kasar merupakan yang tidak dapat larut dalam H2SO4

0,3 N dan didalam NaOH 1,5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit.

3.4.Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)

FFA (Free Fatty Acid) atau asam lemak bebas adalah asam lemak yang

tidak bergabung dengan gliserol lemak yang kadar asam lemak bebasnya tinggi

akibat hidrolisis tidak berarti rendah nilai gizinya. Asam lemak bebas tidak

menurunkan fungsi antioksidasi karena antioksidasi tersebut melindungi lemak

sama halnya seperti melindungi asam-asamnya (Anggorodi, 1986).

Asam lemak hanya terdapat pada lemak saja. Lemak yang padat pada

suhu kamar terdiri dari asam lemak jenuh. Lemak dan minyak secara praktis dapat

menunjukan adanya FFA pada bahan yang sudah di ekstrasi dari bahan pakan

tertentu sebagian besar asam lemak bebas mempunyai gugus kalori dan sebuah

ikatan alfatik (Anggorodi, 1979).

Kebanyakan asam lemak punya satu gugus karboksil dan sebuah ikatan

alifatik atau rantai karbon tidak bercabang. Rantai karbon dalam rantainya

mungkin jernih atau jenuh yang berakibat adanya suatu ikatan rangkap. Penetapan

asam lemak bebas berprinsip bahwa lemak bebas yang terdapat paling banyak

pada minyak tertentu (Tillman, 1986).

Page 9: Isi Laporan IBP Unsoed

9

3.5. Analisis Energi Bruto (Gross Energy)

Energy bruto adalah banyaknya (panas diukur dalam sel) yang lepas

kalau suatu zat oksidasi secara sempurna dalam suatu bom kalorimeter yang

mengandung 25,30 dalam atm oksigen. Bom kalorimeter digunakan untuk

menentukan energy total dalam sampel makanan (Tillman, 1986).

Beratnya nilai energy bahan pakan tidak sama tergantung dari macam

nutrient zat bahan yang diujui menurut Anggorodi (1986) energy bruto bahan

pakan ditentukan dengan membakar jumlah bahan sehingga diperoleh hasil

oksidasiyang berupa monodioksida air dan gaslainnya, untuk itu digunakan bomb

kalorimeter untuk mengukur panas yang timbul dari permukaan.

Energy total (gross energy) makanan adalah jumlah energy kimia yang ada

dalam makanan dengan mengubah energy kimia menjadi energy panas dan diukur

jumlah panas yang dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai sumber energy total

atau panas pembakaran dari makanan, bomb kalorimeter digunakan untuk

menetukan energy total dan sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik.

Panas yang dihasilkan dihitung dengan memakai kenaikan tmperatur air dan berat

serta panas spesifik dari alat bomb dan air. Metode ini dipakai untuk nilai energy

total dan produk eksteori (Tillman, 1986).

Raharjo (2004) menyatakan, bila suatu nutrien organic dibakar sempurna

sehingga menghasilkan oksida (CO2, H2, gas dan oksida lainnya) maka panas yang

dihasilkan disebut energi bruto. Besarnya energi bruto dari nutrien atau bahan

pakan dapat menentukan digunakan atau tidaknya dalam penggunaan bomb

kalorimeter. Besarnya nilai energi bahan pakan tidak sama tergantung dari macam

nutrien dari bahan pakan.

Page 10: Isi Laporan IBP Unsoed

10

IV. MATERI DAN CARA KERJA

4.1. Materi

4.1.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat

Bahan pakan hijauan yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput

gajah, rumput raja, rumput benggala, setaria ancep, setaria lampung, kaliandra,

lamtoro, turi, daun dadap, daun gamal, daun waru, murbei, daun nangka, daun

singkong, daun pisang, dan jerami.

Bahan pakan konsentrat yang digunakan dalam praktikum ini adalah

bungkil kedelai, bungkil kelapa, limbah roti, tepung cangkang ayam petelur,

tepung darah sapi, premix, tepung ikan, tepung kulit udang, tepung kerang, tepung

udang, tepung tulang dan sirip ikan, phospat alam, biji jagung merah, bekatul,

pollard, onggok, tepung jagung, limbah soun, tepung kepala udang, mollases,

tepung cangkang keong, CuSO4, millet, tepung kedelai, kapur, feed aditif dan

tepung tulang ayam.

Alat - alat yang digunakan untuk mendukung acara praktikum ini adalah

oven, bomb kalorimeter, destruktor, destilator, kompor listrik, kondensor,

waterbath, buret, tanur, desikator, timbangan analitik, erlenmeyer, labu didih,

soxhlet, cawan porselin, becker glass, gelas ukur, labu kjedhal, cawan petri,

timbangan Ohaus, timbangan analog, bucket, pemanas air, pipet ukur, pipet

seukuran dan pipet tetes.

4.1.2. Uji Fisik

Pada praktikum uji fisik dibagi menjadi 4 acara yaitu, mengukur sudut

tumpukan, berat jenis (density), daya ambang, dan luas permukaan spesifik (LPS)

bahan pakan. Bahan yang digunakan adalah bahan pakan dari jenis konsentrat

yaitu dedak sebanyak 1 gram, sedangkan alat - alat yang digunakan untuk sudut

tumpukan adalah : mistar siku - siku, corong besi, besi penyangga dan timbangan

analitik. Berat jenis (density) : gelas ukur 100 ml dan timbangan analitik. Daya

ambang : Stopwatch, nampan, dan timbangan analitik. Luas permukaan spesifik :

kertas milimeter blok, spidol atau bolpoint, dan timbangan analitik.

Page 11: Isi Laporan IBP Unsoed

11

4.1.3. Analisis Proksimat

4.1.3.1. Analisis Kadar Air

Bahan yang digunakan dalam analisis kadar air adalah sampel yaitu

bekatul sebanyak 2 gram. Alat - alat yang digunakan adalah cawan porselin,

desikator, oven, timbangan analitik dan tang penjepit.

4.1.3.2. Analisis Kadar Abu

Bahan yang digunakan dalam analisis kadar abu adalah sampel yaitu

bekatul sebanyak 2 gram. Alat - alat yang digunakan adalah cawan porselin,

desikator, tang penjepit, dan timbangan analitik.

4.1.3.3. Analisis Lemak Kasar

Bahan yang digunakan dalam analisis lemak kasar adalah sampel yaitu

bekatul sebanyak 1 gram. Alat - alat digunakan adalah, alat ekstraksi berupa

soxhlet, erlenmeyar, alat pendingin, oven, timbangan analitik, waterbath dan

desikator.

4.1.3.4. Analisis Protein Kasar

Bahan - bahan yang digunakan dalam analisis protein kasar adalah

sampel yaitu bekatul sebanyak 0,1 gram, H2SO4 pekat, katalisator, NaOH 40%

HCL 0,1 N, asam borat 2-3%. Alat - alat yang digunakan adalah labu kjedhal,

alat penyulingan, erlenmeyer 125 ml, mikro biuret, pipet 10 ml, kompor listrik,

dan timbangan.

4.1.3.5. Analisis Serat Kasar

Bahan - bahan yang digunakan dalam analisis serat kasar adalah sampel

yaitu dedak sebanyak 1 gram, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, aceton dan aquades.

Alat - alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer, cawan porselin, kertas saring

whatman, corong, pendingin tegak, desikator, oven, tanur, tang penjepit, dan

kompor listrik.

Page 12: Isi Laporan IBP Unsoed

12

4.1.4. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)

Bahan yang digunakan dalam analisis kadar asam lemak bebas (FFA)

adalah sampel yaitu bekatul sebanyak 7,05 gram. Alat - alat yang digunakan

adalah erlenmeyer, biuret, pipet, timbangan analitik dan kertas whatman.

4.1.5. Analisis Kadar Energi Bruto (Gross Energy)

Bahan - bahan yang digunakan dalam analisis kadar energi total (Gross

Energy) adalah sampel yaitu bekatul sebanyak 0,5 gram dan asam benzoat

(kalori=6320/gr). Alat - alat yang digunakan adalah bomb kalorimeter, ignition

wire 12 cm, tabung oksigen dan tangki air.

4.2. Cara Kerja

4.2.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat

4.2.1.1. Nomenklatur Hijauan dan Bahan Pakan Konsentrat.

a. Hijauan dan konsentrat disiapkan.

b. Hijauan digolongkan berdasarkan jenisnya (ramban, limbah pertanian dan

legume).

c. Nama lokal dan nama ilmiah dicatat.

d. Hijauan dan konsentrat difoto.

e. Cetak hasil pengamatan.

f. Buat tabel.

4.2.1.2. Pengenalan Alat

a. Alat - alat laboratorium disiapkan.

b. Alat - alat di amati.

c. Hasil pengamatan dicatat.

d. Cara kerja dan penggunaannya dipahami dan alat difoto.

Page 13: Isi Laporan IBP Unsoed

13

4.2.2. Uji Fisik

4.2.2.1. Sudut Tumpukan (Angle of Response)

a. Siapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam pengukuran.

b. Pasang corong pada besi penyangga.

c. Timbang bahan yang akan diukur sebanyak 200 gr.

d. Tuangkan bahan melalui corong.

e. Ukur diameter (curahan) bahan.

f. Ukur tinggi (curahan) bahan.

g. Hitung.

4.2.2.2. Berat Jenis (Density)

a. Timbang helas ukur yang sudah dibersihkan dan dikeringkan (x).

b. Siapkan bahan pakan yang akan diuji.

c. Masukkan bahan pakan (dedak) kedalam gelas ukur sampai volume 100 ml.

d. Timbang bahan pakan (y).

e. Hitung.

4.2.2.3. Daya Ambang

a. Timbang + 1 gram bahan pakan (dedak).

b. Siapkan nampan dan stopwatch.

c. Jatuhkan bahan dengan ketinggian (1 meter) dan catat waktu yang ditempuh

bahan jatuh pada nampan.

d. Hitung.

4.2.2.4. Luas Permukaan Spesifik (LPS)

a. Timbang + 1 gram bahan pakan (dedak).

b. Letakkan bahan pada kertas milimeter blok hingga membentuk luasan tertentu

(cm2).

c. Hitung.

Page 14: Isi Laporan IBP Unsoed

14

4.2.3. Analisis Proksimat

4.2.3.1. Analisis Kadar Air

a. Timbang cawan.

b. Timbang sampel 2 gram.

c. Oven minimal 8 jam didesikator

d. Hitung.

4.2.3.2. Analisis Kadar Abu

a. Hasil kadar air ditanur.

b. Oven 4-12 jam, didesikator

c. Timbang.

d. Hitung.

4.2.3.3. Analisis Lemak Kasar

a. Timbang sampel 1 gram.

b. Bungkus dengan whatman.

c. Ikat dengan benang.

d. Oven 14 jam.

e. Masukkan ke desikator.

f. Timbang.

g. Ekstraksi dengan soxhlet.

h. Ditambah dengan petroleum benzena sampai kering.

i. Dikeluarkan dan diangin - anginkan.

j. Di oven 14 jam.

k. Masukkan ke desikator selama 15 - 60 menit.

l. Ditimbang.

m. Dihitung.

Page 15: Isi Laporan IBP Unsoed

15

4.2.3.4. Analisis Protein Kasar

Destruksi

a. Timbang sampel 0,1 gram.

b. Masukkan kedalam labu kjedhal.

c. Tambah H2SO4 1,5 ml + katalisator.

d. Destruksi sampai bening.

Destilasi

a. Siapkan alat destilator.

b. Hasil destruksi dituangkan ke corong.

c. Cuci dengan aquades.

d. Tambah NaOH 0,3 N 10 ml.

e. Cuci dengan aquades.

f. Masukkan asam butirat 2-3% 10 ml sebanyak 2 tetes.

g. Tunggu sampai 60 ml.

Titrasi

a. Titrasi dengan HCl 0,1 N.

b. Warna berubah dari putih menjadi kemerah - merahan.

c. Hitung.

4.2.3.5. Analisis Kadar Serat Kasar

a. Timbang + 1 gram sampel.

b. Refluk 30 menit dengan 50 ml H2SO4.

c. Tambah 25 ml NaOH.

d. Direfluk 30 menit.

e. Cuci dengan 50 ml H2O panas.

f. Cuci dengan 50 ml H2SO4 0,3 N.

g. Cuci dengan 50 ml H2O panas.

h. Cuci dengan 25 ml aceton.

i. Cawan + kertas saring dioven pada suhu 1050C selama 3 jam.

j. Masukkan kedesikator.

k. Timbang.

Page 16: Isi Laporan IBP Unsoed

16

l. Masukkan ke tanur 600oC selama 2 jam, sampai putih.

m. Dinginkan sampai suhu 1200C.

n. Masukkan ke desikator selama 1 jam.

o. Timbang.

p. Hitung.

4.2.4. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)

a. Timbang sampel 7,05 gram.

b. Masukkan erlenmeyer + alkohol 96% 50 ml.

c. Direfluk dengan pemanas air.

d. Dihitung 15 menit setelah mendidih.

e. Disaring, diambil supernatannya 10 ml.

f. Masukkan erlenmeyer + pp 1-2 tetes.

g. Dititrasi denagn NaOH 0,1 N 1-2 tetes.

h. Titrasi selesai ketika berwarna pink.

i. Hitung.

4.2.5. Analisis Kadar Energi Bruto (Gross Energy)

a. Sampel ditimbang (0,5 gram).

b. Bucket diisi dengan aquades.

c. Dimasukkan kedalam bomb kalorimeter.

d. Diisi dengan O2 (oksigen).

e. Dimasukkan kedalam bucket.

f. Temperatur dicatat.

g. Dikeluarkan, dicuci dengan aquades.

h. Air cucian diukur lalu diambil 10 ml.

i. Air cucian dititrasi dengan Na2CO3 0,0725 N dan ditambah methyl orange.

j. Hitung.

Page 17: Isi Laporan IBP Unsoed

17

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Nomenklatur Bahan Pakan dan Pengenalan Alat

5.1.1. Nomenklatur Hijauan

No Nama induk Gambar Jenis Bagian Defoliasi Sumber & Grade

1Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)

Graminae Aerial

45 hr musim hujan

60 hr musim kemarau

- Serat kasar

-protein kasar

- karbohidrat 7-9%

2Rumput Gajah

(Pennistum purpureum)

Graminae Aerial

45 hr musim hujan

60 hr musim kemarau

- Serat kasar

- karbohidrat

- Serat kasar 7-9%

3Staria Ancep

(Setaria splendida)Graminae Aerial

40 Hari musim hujan

- Karbohidrat

- Serat kasar

SK = 14-19%

PK = 10%

4Kaliandra (Caliandra callotirtus)

Leguminosa Daun Dewasa

- serat

- Protein

- PK 12-15%

5Daun Singkong

(Manihot utilisima)Limbah

pertanianDaun Dewasa

- serat

- Protein

- PK 3-5%

Page 18: Isi Laporan IBP Unsoed

18

6Daun Nangka (Arthocarpus

integra)Ramban Daun Dewasa

- serat

- Protein

- PK 5%

7Gamal (Glisirida

maculata)Leguminosa Daun Dewasa

- serat

- Protein

- PK 12-15%

8 Lamtoro (Leucaena glauca)

Leguminosa Daun Dewasa

- serat

- Protein

- PK 12-15%

9Setaria Lampung

(Setaria splendida)Graminae

Aerial diatas

permukaan tanah

Dewasa 45-60 hari

- serat

- Protein

- PK 10%

10Jagung

(Zea mays)Limbah Aerial 3 Bulan

- serat

- Karbohidrat

- SK 10-12%

11Daun Rami

(Boehmeria nivea)Limbah

pertanianAerial Dewasa - Energi

12Daun Pisang (Musa

paradisiata)Limbah

pertanianDaun Dewasa

- serat

- Protein

- PK 3-4%

Page 19: Isi Laporan IBP Unsoed

19

13Daun Waru

(Hibiscus tiliateus)Ramban Daun Dewasa

- serat

- Protein

- PK 3-5%

14 Rumput Benggala (Pennicum maximum)

Graminae Aerial Dewasa

- Karbohidrat

- Serat kasar

- SK = 10-13%

15 Padi (Oryza sativa) Graminae Aerial Dewasa - Karbohidrat

16Daun Turi (Sesbania

glandiflora) Ramban Daun Dewasa

Protein

SK = 34,3%

17 Murbei (Morus indica.L)

Ramban Daun DewasaEnergi

SK = 10-13%

Hartadi (1990) menyatakan bahwa bahan makanan ternak adalah suatu

bahan yang dapat dimakan oleh hewan yang mengandung energi dan zat gizi (atau

keduanya) di dalam makanan tersebut, sedangkan Sutardi (2002) menyatakan

pengertian bahan pakan yang lebih lengkap yaitu segala sesuatu yang dapat

dimakan hewan (ternak) yang mengandung unsur gizi dan atau energi, yang

tercerna sebagian atau seluruhnya dengan tanpa mengganggu kesehatan hewan

yang bersangkutan.

Page 20: Isi Laporan IBP Unsoed

20

Ciri-ciri bahan pakan dibedakan dan dipisahkan mengkhususkan dari

kualitas-kualitas bahan makanan yang dihubungkan dengan perbedaan nilai

gizinya. Praktikum nomenklatur ini, kami mengklasifikasikan pemberian

tatanama ke dalam 6 kelompok, yaitu berdasar asal, bagian, proses, tingkat

kedewasaan, defoliasi, dan grade. Hal ini berbeda dengan apa yang dikemukakan

oleh Hartadi (1990). Beliau mengelompokan pemberian tatanama Internasional

berdasar 6 faset, yaitu :

1) Asal mula (origin)

Meliputi nama ilmiah (genus, spesies, varietas) ; nama umum (jenis, bangsa

atau macam, strain) ; dan rumus kimia yang tepat.

2) Bagian (part)

Diberikan kepada ternak sebagaimana proses yang dialami.

3) Proses-proses dan perlakuan-perlakuan

Banyak prosessing digunakan dalam penyiapan bahan makanan ternak yang

secara nyata mengbah nilai gizi dari bahan-bahan tersebut. Jadi, penjelasan dari

asal dan bagian harus diikuti dengan keterangan tentang perbedaan metode

perlakuan (prosessing), seperti pengawetan, pemissahan, pengurangan ukuran

dan perlakuan-perlakuan panas.

4) Tingkat kedewasaan

Adalah faktor penting yang memepengaruhi nilai gizi silase, hijauan dan

beberapa produk hewan ternak. Karena kesukaran-kesukaran yang timbul

dalam mementukan tingkat kedewasaan dari tanaman-tanaman yang berbungan

dengan tidak bergantung musim, maka lama masa tumbuh dari tanaman

digunakan sebagai “tingkat kedewasaan”.

5) Pemotongan (Khusus untuk hijauan)

Beberapa tanaman hijauan dipotong dan dipanen beberapa kali dalam satu

tahun. Setiap potongan mempunyai kandungan zat gizi yang khusus maupun

ciri-ciri fisiknya.

Page 21: Isi Laporan IBP Unsoed

21

6) Grade (garansi pabrik)

Beberapa bahan makanan yang diperagangkan dan bahan makanan ternak

diberi grade resmi berdasarkan komposisi dari kualitas karakteristiknya.

(Hartadi, 1990)

Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau tatanama. Cara

pemberian nama itu melibatkan asas-sasa yang diatur oleh peraturanperaturan

yang dibuat dan disyahkan oleh Kongres Botani sedunia. Peraturan-peraturan

tersebut secara formal dibuat pada Kode Internasional Tatanama Tumbhan

(International Code of Botanical Nomenclature). Tujuan utama sistem ini adalah

menciptakan satu nama untuk setiap takson (Rideng, 1989). Selanjutnya Rifai

(1973) menyatakan bahwa kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan cara

yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan taksonomi, menjauhi

atau menolak pemakaian anma-nama yang mungkin menyebabkan kesalahan atau

keraguan-keraguan atau yang menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam

ilmu pengetahuan. Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-

nama yang tidak perlu.

Pakan hijaun memiliki sumber protein dan energi yang tinggi terutama

untuk jenis pakan leguminosa mengandung protein yang tinggi yang baik untuk

pencernaan, sehingga tidak mengakibatkan serat kasarnya tinggi. Pemberian

pakan berbasis daun-daunan leguminosa masih memunculkan kekhawatiran,

terutama dalam hal pemenuhan mikroba rumen atau ternak akan energi siap pakan

(Available energy) dan nitrogen bukan protein (NPN). Hampir 85% mikroba

rumen dapat memanfaatnkan NPN untuk sintesis protein tubuhnya. Maka dari itu,

bahan pakan konsentrat jenis urea sebagai sumber NPN sangat dibutuhkan.

Mineral di dalam pakan konsentrat mampu meningkatkan populasi bakteri,

protein mikroba di dalam rumen kecernaan BK, dan nutrien ransum (Putra,1999).

Salah satu bahan yang diamati adalah kaliandra (Caliandra calotirsus) yaitu

tanaman leguminosa pencegah erosi diduga akan mampu menjadi pakan andalan

dalam jangka panjang . Tanaman tersebut banyak tumbuh di hampir sebagian

daerah pegunungan sebagai hasil gerakan reboisasi pada tahun 70-an sampai saat

ini pemanfaatannya sebagai pakan ternak belum optimum. Kaliandra adalah

Page 22: Isi Laporan IBP Unsoed

22

leguminosa pohon yang banyak dimanfaatkan sebagai pengendali erosi dan

tanaman. Kandungan nutrisi kaliandra cukup potensial sebagai pakan terutama

sebagai pakan sumber protein yaitu mengandung 20 - 25% (Djaja, 2002).

5.1..2. Nomenklatur Bahan Pakan Konsentrat

No Nama Bahan Asal Bagian Proses Sumber Grade

1Tepung Jagung

Jagung Biji jagungDikeringkan,

digiling, dihaluskan

EnergiPK < 18 %

SK > 18 %

2Pospat Alam

Batuan alam

Seluruh bagian

Dikeringkan, digiling

MineralKandungan Pospat 60%

3Tepung

IkanIkan Ikan utuh

Ikan dipotong diambil

tulangnya dikeringkan, difertilisasi

dan dikeringkan

Protein

PK = 60%

Lemak =

15,36%

Serat =

1,80%

4Limbah

RotiLimbah

RotiRoti

Digiling dan dikeringkan

Energi PK<18 %

SK >18%

5 Onggok SingkongSemua bagian

Singkong dikupas, dicuci,

digiling dan dikeringkan

Energi, karbohidrat

PK < 18 %

SK > 18 %

Page 23: Isi Laporan IBP Unsoed

23

6 Kapur KapurSeluruh bagian

Digiling dan dihaluskan

PosporCA

40 %

7Tepung Kepala Udang

Udang KepalaDicuci,

dikeringkan dan digiling

Protein, kitin

SK < 18%

PK > 18 %

8

Tepung Cangkang

Telur Ayam Petelur

Ayam Petelur

CangkangDihaluskan,

diayak, dikemas

Protein

Karbohidrat 7,6% Ca 36,4 %

prot 0,12

9Tepung

Cangkang Keong

Keong Cangkang Digiling, dikeringkan,dihaluskan

MineralSk > 18% Pk < 18 %

10 PremixMineral

mikro dan makro

Mixing Dicampur EnergyPk < 18 %

Sk >18%

11

Tepung Tulang

Ikan dan Sirip

IkanTulang dan sirip ikan

Dikeringkan, disterilisasidan digiling

Protein Ca 40%

12Tepung Udang

Udang Semua bagian

Dicuci, dikeringkan dan digiling

Protein, kitinSk >18 %

Sk < 18 %

13 Bekatul Padi Kulit padiDigiling,

dikeringkan,dihaluskan

EnergiSk > 18%

Pk < 18%

Page 24: Isi Laporan IBP Unsoed

24

14 Pollard GandumKulit

gandum

Digiling, dikeringkan,dihaluskan

EnergiSk > 18%

Pk < 18%

15Tepung Kulit

UdangUdang

Kulit udang

Dihancurkandikeringka

n, disterilisasi,

digiling

Kalsium Ca 38%

16Tepung

Darah SapiDarah sapi Darah sapi

Darah dibersihkan

ProteinPk > 18 %

Sk < 18 %

17 Feed AditifVit

A,D,E,KSeluruh bagian

Semua bagian

dicampur dan digiling

Vitamin A

18Tepung Tulang Ayam

AyamTulang ayam

Tulang dipisah dengan

daging lalu dioven sampai

kering baru digiling

Mineral, kalsium

Pk > 18 %

Sk < 18 %

19Tepung Kerang

KerangCangkang

kerangDigiling Mineral Ca 40%

20Tepung Kedelai

KedelaiSemua bagian

Dikeringkan, digiling

ProteinSk > 18 %

Pk < 18 %

21Bungkil Kelapa

Kelapa Ampas kelapa

DigilingProtein,

karbohidrat

Pk < 18 %

Sk > 18 %

Page 25: Isi Laporan IBP Unsoed

25

22Bungkil Kedelai

KedelaiBiji

kedelaiDipanaskan,dikeringkan

ProteinSk >18 %

Pk < 18 %

23Biji Jagung

MerahJagung Biji Jagung Dipipil Energi

SK > 18 %

PK < 18 %

24 Limbah Soun

Soun Limbah soun

Dikeringkan, digiling,

dihaluskan

Energi SK > 18 %

PK < 18 %

25 Mollases Tebu Limbah tetes tebu

Digiling, diperas

Energi Cu 18

26 CuSO4 Batuan alam

Batuan alam

Dihancurkan Mineral Cu 18%

27 Millet Sorgum Biji Dikeringkan Energi SK ± 11-15%

Bahan makanan yang berasal dari hewan antara lain kaya akan zat-zat

proteinnya murni, kualitas proteinnya juga tinggi dari pada tanaman maupun sisa

bahan pabrik, oleh karena itu mudah sekali dicerna dan banyak mengandung asam

amino esensial yang diperuntukkan jasad, bahan - bahan tersebut antara lain

Page 26: Isi Laporan IBP Unsoed

26

contohnya tepung darah ayam, tepung tulang, tepung sirip ikan, tepung kepala

udang, tepung ikan, tepung cangkang telur ayam petelur, dan tepung udang.

Bahan - bahan tersebut kaya akan mineral, protein, dan energi. Banyak dari bahan

tersebut diolah melalui pengolahan seperti dikeringkan dan ditumbuk (Aminudin,

1983).

5.1.3. Pengenalan Alat

No Nama Gambar Fungsi

1 Oven Untuk mengoven bahan/alat untuk memanaskan

2 Soxhlet Untuk menganalisis lemak, mengekstrasi

3 Waterbath

Sebagai alat untuk pemanas

4 Destruktor Untuk mendestruksi bahan

pakan

5 Labu Kjedhal Untuk memanaskan

Page 27: Isi Laporan IBP Unsoed

27

6 Tanur

Untuk menganalisis abu pada

suhu 6000C, mengabukan

7Timbangan

Analitik Untuk menimbang bahan

8 Desikator Untuk menstabilkan suhu setelah dioven menyerap panas

9 Kondensor

Untuk menahan uap

10 Kompor Listrik Untuk memanaskan

11Bomb

KalorimeterUntuk menentukan energi bruto dari suatu nutrient atau bahan

pakan

12 Destilator Untuk destilasi

Page 28: Isi Laporan IBP Unsoed

28

13 Gelas UkurUntuk mengukur cairan

14 Becker Glass Untuk menampung cairan dari gelas ukur

15 Pipet Ukur Mengukur larutan

16Timbangan

O’Haus Untuk menimbang bahan pakan

17 Erlenmeyer Untuk menampung bahan

18 Pipet Tetes Memindahkan larutan

19 Buret Tempat untuk titrasi

20 Labu Didih Mendidihkan sampel

Page 29: Isi Laporan IBP Unsoed

29

21 Cawan Porselin Sebagai tempat sampel

22 Cawan Petri Untuk menaruh sampel

23 Timbangan

Analog

Menimbang sampel

24 Bucket

Untuk menganalisis gross

energy bahan pakan

25 Pemanas Air Untuk memanaskan air

26 Corong Uji sudut tumpukan

27 Pipet Seukuran

Untuk memindahkan larutan/zat

cair dalam satu ukuran volume

tertentu saja

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini jumlahnya sangat

banyak. Alat tersebut diperlukan untuk memperoleh hasil analisa yang benar

dalam suatu praktikum karena masing-masing alat mempunyai fungsi yang

berbeda-beda, untuk memperoleh hasil analisa yang benar, maka haruslah

diketahui cara-cara pokok dalam perlakuan-perlakuan umum yang sering dijumpai

Page 30: Isi Laporan IBP Unsoed

30

dalam laboratorium, antara lain alat-alat labpratorium dan cara penggunaannya

(Suhadi, 1997).

Hartati (2002) menyatakan, pembagian alat laboratorium antara lain

penimbangan, pengukuran, volume cairan, melarutkan zat padat, penyaringan,

pemijaran dan pengabuan serta pengeringan. Pemeliharaan disini bukan berarti

alat disimpan dengan baik sehingga alanya selalu utuh, akan tetapi alat tetap

dipergunakan dan alat-alat tersebut tahan lama, tentunya perlu dilakukan

pengawetan sehingga alat-alat tersebut tahan lama atau awet, jadi yang dimaksud

dengan pemeliharaan atau perawatan alat-alat atau menjaga keselamatan adalah :

Menyimpan pada tempat yang aman ;

Perawtan termasuk menjaga kebersihan ;

Penyusunan, penyimpanan, alat-alat yang berbentuk se

Menghindari pengaruh luar atau lingkungan terhadap alat.

Dalam pemeliharaan alat, kita juga perlu mengetahui sifat-sifat dasar alat,

antara lain :

Zat atau bahan dasar pembuatan ;

Berat alat ;

Kepekaan alat terhadap pengaruh lingkungan ;

Pengaruh bahan kimia ;

Pengaruh alat yang satu dengan yang lain ;

Nilai atau harga dari alat ;

Bentuk dalam set .

(Anwar, 1996)

Alat-alat yang diamati dalam praktikum pengenalan alat, antara lain :

a) Gelas ukur

Adalah silinder gelas berskala untuk mengukur volume larutan atau zat cair

dengan tepat. Standar deviasinya kira-kira 1% dari volume yang sebenarnya.

Gelas ukur bermulut lebar dan bercucuk, lebar mulut sama dengan lebar

atasnya (Budimarwati, 2007).

Page 31: Isi Laporan IBP Unsoed

31

b) Pipet seukuran

Adalah pipa gelas untuk memindahkan larutan atau zat cair dalam satu ukur

volume tertentu saja. Besarnya volume pipet ini bervariasi dari 1 ml sampai

100 ml. tingkat kesalahan kurang dari 0,01 ml (Budimarwati, 2007).

c) Pipet ukur

Adalah pipet yang kurang tepat dibandingkan dengan pipet seukuran dengan

tingkat kesalahan 1% (Budimarwati, 2007).

d) Labu Erlenmeyer

Adalah labu gelas atau tempat menampung larutan. Erlenmeyer ada yang

berskala dan ada yang tidak berskala, serta ada yang tertutup dan ada yang

tidak bertutup, dalam volumetrik, labu Erlenmeyer dipakai untuk menitrasi

larutan yang akan ditetapkan normalitasnya (Budimarwati, 2007).

e) Kertas whatman

Adalah kertas yang digunakan untuk mengukur kekuatan prioritas kadar abu

terutama untuk penentuan kadar abu yang harus digunakan (Budimarwati,

2007).

f) Corong

Digunakan untuk memasukkan bahan atau sampel ke dalam tempat lain yang

disesuaikan. Biasanya juga digunakan kertas saring saat dilakukan penyaringan

sebelum ditaruh kedalam corong, kertas saring dilipat dahulu kemudian setelah

dilipat baru ditaruh ke dalam corong (Sudarmadji, 1996).

g) Desikator atau silica gel

Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan bahan yang sudah dikeringkan

yang sifatnya kedap udara, kemudian di dalam desikator ditaruh zat yang bisa

menyerap uap air (silica gel) (Sudarmadji, 1996).

h) Tang penjepit

Alat yang digunakan untuk mengambil sampel.

i) Destruktor

Adalah alat yang digunakan untuk mendestruksi sampel protein kasar

(Budimarwati, 2007).

Page 32: Isi Laporan IBP Unsoed

32

j) Tanur

Tanur dapat mencapai suhu 1000°C.sebelum dipakai krus porselin harus

dinyalakan terlebih dahulu., setelah selesai didinginkan sampai kira-kira 100°C

lalu bahan atau sampel dapat diambil (Sudarmadji, 1996).

k) Bomb kalorimeter

Adalah alat yang digunakan dalam pembakaran, dimana bomb kalorimeter

digunakan untuk menentukan energi bruto dari suatu nutrient atau bahan

pakan.

l) Timbangan analitik

Timbangan yang digunakan untuk menimbang dengan ketelitian 0,0001.

m)Kondensor

Alat yang digunakan pada analisis lemak, yaitu untuk memanaskan sampel

sebelum dimasukkan ke dalam oven kemudian ditimbang.

n) Pipet tetes

Adalah pipet dari gelas yang digunakan untuk mengaduk larutan (Budimarwati,

2007).

o) Cawan porselin

Adalah cawan yang bercucuk dan dibuat dari porselin, dipakai untuk

penguapan atau pengeringan padatan dalam bentuk tepung.

p) Statif

Adalah tiang besi yang digunakan untuk memegang buret atau gelas lainnya.

Statif dilengkapi dengan manice dan klem.

q) Filler

Adalah alat penyedot pipet untuk larutan-larutan berbahaya.Alat ini terdiri dari

bola karet yang dilengkapi dengan tiga cabang leher berturut-turut untuk

menyedot, untuk mendorong larutan dalam pipet dan untuk mengisi dan

membuang udara.

r) Waterbath

Bagian alat pemanas air yang dipakai untuk menganalisa kadar lemak.

Page 33: Isi Laporan IBP Unsoed

33

5.2. Uji Fisik Bahan Pakan

5.2.1. Sudut Tumpukan (Angle of Response)

Rumus :

Diketahui : d1 = 19 cm & t1 = 7 cm

d2 = 19 cm & t2 = 7 cm

Jawab :

tgα= 2t d

= 2.7 19= 0,74

α1 = 36,5 ° tgα= 2t

d

= 2.7 19= 0,74

α1 = 36,5 °

Maka didapatkan rata-rata = 36,5 + 36,5 2 = 36,5°

Pengukuran dilakukan dengan menjatuhkan bahan sampel melalui corong

pada bidang datar. Kertas berwarna putih digunakan sebagai alat bidang datar.

Ketinggian tumpukan bahan harus selalu berada di bawah corong, untuk

mengurangi pengaruh tekanan dan kecepatan laju aliran bahan. Pengukuran

bahan dilakukan dengan volume tertentu (100 ml) dan diarahkan perlahan pada

dinding corong dengan bantuan sendok pada posisi corong tetap sehingga

diusahakan jatuhnya bahan selalu konstan. Sudut tumpukan bahan sampel

ditentukan dengan mengukur diameter dasar (d) dan tinggi (t) tumpukan (Khalil,

1999).

Sudut tumpukan adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan bidang miring

bahan yang dicurahkan membentuk garis dalam bidang horizontal. Sudut

tumpukan berfungsi untuk menentukan kemampuan mengalir suatu bahan

tgα= 2t d

Page 34: Isi Laporan IBP Unsoed

34

efisiensi pada pengangkutan secara mekanik. Sudut tumpukan merupakan kriteria

kebebasan bergerak suatu partikel pakan dalam tumpukan dimana semakin tinggi

tumpukan, maka kebebasan partikel untuk bergerak semakin berkurang

(Noordyansyah, 2007).

Praktikum sudut tumpukan ini, kami melakukan percobaan sebanyak dua

kali. Percoban pertama didapatkan sudut tumpukan 36,5° dan pada percobaan

kedua didapatkan sudut tumpukan yang sama yaitu 36,5°, sehingga didapat rata-

rata sudut tumpukannya adalah sebesar 36,5°. Angka yang kami dapatkan

tergolong cukup baik dn bahan sampel dapat mengalir secara efisien pada

pengangkutan secara mekanik.

5.2.2. Berat jenis (Dencity)

Rumus :

Diketahui : X1 = 119,2 gram & Y1 = 152,4 gram

X2 = 119,2 gram & Y2 = 152 gram

BJ = Berat Volume = 152,4 gram – 119,2 gram 100 ml = 33,2 gram 100 ml = 0,332 gr/ml

BJ = Berat Volume = 152 gram – 119,2 gram 100 ml = 32,8 gram 100 ml = 0,328 gr/ml

Maka didapatkan rata-rata = 0,332 + 0,3282

= 0,660 2

= 0,339 gr/ml

BJ = Berat Volume

Page 35: Isi Laporan IBP Unsoed

35

Berat jenis (BJ) merupakan perbandingan antara masa bahan terhadap

volume dan memegang peranan penting di dalam berbagai proses pengolahan,

penanganan dan penyimpanan (Khalil, 1997). Berat jenis adalah perbandingan

antara berat badan dengan volume ruang yang ditempati oleh suatu bahan pakan.

Berat jenis mempengaruhi kerapatan tumpukan dengan daya ambang homogenitas

dan stabilitas kecepatan.

Praktikum berat jenis ini melakukan dua kali percobaan dengan hasil 0,332

gr/ml dan 0,328 gr/ml dengan rata-rata berat jenis 0,339 gr/ml. Peran berat jenis

suatu bahan pakan yaitu :

1) Menentukan kerapatan bahan ;

2) Berpengaruh terhadap besarnya kerapatan tumpukan ;

3) Besarnya ukuran partikel berpengaruh terhadap homogenitas dan stabilitas

pencampuran ;

4) Berpengaruh terhadap kecepatan penakaran (Sudarmaji, 1987)

5.2.3. Daya Ambang

Rumus :

Diketahui : waktu1 = 2,14 detik waktu2 = 2,11 detik ketinggian = 1 meter

DA1 = Jarak Waktu

= 1 2,14 = 0,467 m/dtk

DA2 = Jarak Waktu

= 1 2,11 = 0,473 m/dtk

Maka didapatkan rata-rata = DA1 + DA2

2 = 0,467 + 0,473 = 0,47 m/dtk

2

DA = Jarak Waktu

Page 36: Isi Laporan IBP Unsoed

36

Khalil (1997) menyatakan, daya ambang merupakan jarak yang dapat

ditempuh oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama

jangka waktu tertentu. Daya ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau

pengangkutan yang menggunakan alat penghisap (pneumatio conveyor)

pengiasian filo menggunakan gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang

berbeda akan terjadi pemisahan partikel.

Praktikum dengan bahan dedak sebanyak 1 gr kemudian bahan dijatuhkan

dari ketinggian 1 m dan dicatat waktunya sebanyak 2 kali percobaan dengan

ketinggian yang sama. Waktu yang diperoleh pada percobaan 1 adalah 2,14 m/dtk

dan pada percobaan kedua adalah 2,11 m/dtk, sehingga diperoleh rata-rata sebesar

0,47 m/dtk.

Noordiansyah dan Achmad (2007) dalam peneletiannya, mengatakan bahwa

apabila terjadi proses pen-curahan bahan dari ketinggian tertentu, maka waktu

bahan tersebut mencapai dasar adalah lebih cepat. Daya ambang yang terlalu lama

akan menyulitkan dalam proses pencurahan bahan karena dibutuhkan waktu yang

lebih lama. Hasil yang kami dapatkan pada praktikum kali ini adalah sebanyak

0,47 m/dtk , dan angka tersebut merupakan angka yang baik karena daya

ambangnya terhitung cepat.

5.2.4. Luas Permukaan Spesifik (LPS)

Rumus :

Diketahui : Luas1 = 56 cm2& Berat sampel1 = 1,0001 gr

Luas2 = 51,5 cm2& Berat sampel2 = 1,0002 gr

Jawab :

LPS1 = Luas Berat = 56 1,0001 = 55,94 cm2/gr

LPS = Luas Berat

Page 37: Isi Laporan IBP Unsoed

37

LPS2 = Luas Berat = 51,49 1,0002 = 51,49 cm2/gr

Maka didapatkan rata-rata = LPS1 + LPS2

2 = 55,94 + 51,49

2 = 53,72 cm2/gr

Menurut Rahardjo dkk (2004), luas permukaan spesifik merupakan pakan

pada suatu berat tertentu mempunyai luas permukaan tertentu pula. Khalil (1997)

menyatakan, luas permukaan spesifik adalah luas permukaan bahan pakan pada

berat tertentu. Peran luas permukaan spesifik untuk mengetahui tingkat kehalusan

dari bahan pakan tanpa diketahui distribusi ukuran kompos partikel secara

keseluruhan.

Praktikum luas permukaan spesifik dilakukan pada kertas milimeter blok

dengan meratakan pakan yang terletak diatas kertas milimeter, membentuk luasan

tertentu. Lalu dicari luasnya, kemudian dihitung luasnya. Permukaan spesifik

dengan membagi luas tersebut dengan 1 gr sampel. Hal tersebut dilakukan sampai

dua kali pengulangan, dimana pada setiap pengulangan pada praktikum rataan

luasnya membentuk persegi atau persegi panjang dengan luasan berkisar 55,94

cm2/gr dan 51,49 cm2/gr dengan rata-rata luas permukaan spesifik adalah 53,72

cm2/gr, dengan diketahui berapa luas permukaan spesifik bahan pakan, berarti

menunjukan seberapa halus bahan pakan tersebut atau bentuk apa pakan tersebut

dalam gramnya. Bahan pakan yang mempunya luas spesifik paling besar tiap

gramnya, berarti bahan pakan tersebut berbentuk halus, sedangkan yang luas

permukaanya kecil, maka bahan pakan tersebut dalam bentuk butiran atau kristal.

Page 38: Isi Laporan IBP Unsoed

38

5.3. Analisis Proksimat

5.3.1. Analisis Kadar Air

Rumus :

Diketahui : X1 = 19,7970 gr , Y1 = 2,000 , Z1 = 21,5883 gr

KA= berat cawan + berat sampel – berat setelah oven x 100% Berat sampel

= 19,7970 + 2,000 – 21,5883x 100% 2,000 = 10,435 %

BK = 100 % - Kadar Air = 100 % - 10,435 % = 89,565 %

Penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan sampel dalam

oven pada suatu 105°C - 110°C selama tiga jam atau sampai didapat berat yang

konstan selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang

diuapkan. Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan

mengandung senyawa yang mudah menguap (Volatile) menggunakan cara

destilasi dengan pelarut tertentu (Sri dan Anna, 1989).

Praktikum penetapan kadar air kali ini memperoleh hasil 10,435 %. Bagi

tubuh ternak air berfungsi sebagai :

1) Pengatur suhu tubuh (thermoregulator) ;

2) Pelarut pada proes pencernaan dan metabolisme ;

3) Median transportasi ;

4) Pembentukan sel-sel tubuh ;

5) Media pda proses fisiologi.

Menurut Tri Raharjo (2002), menyatakan bahan pakan dapat disimpan jika

bahan pakan tersebut antara lain mengandung kadar air maksimal 14%, karena

kadar air yang cukup tinggi akan merusak kandungan nutrien dari bahan pakan

yang disebabkan terdegredasi oleh bakteri.

KA = berat cawan + berat sampel – berat setelah oven x 100% Berat sampel

Page 39: Isi Laporan IBP Unsoed

39

5.3.2. Analisis Kadar Abu

Rumus :

Diketahui : Z = 19,9417 gr , Sampel = 2,000

Berat cawan kosong = 19,7970 gr

Kadar Abu = Berat setelah tanur (Z) – Berat cawan kosong x100% Berat sampel (Y)

= 19,9417 – 19,7970x 100% = 7,235% 2,000

Komponen abu dalam analisis proksimat tidak memberikan makanan yang

penting karena abu tidak memiliki pembakaran sehingga tidak menghasilkan

energi. Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan

perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Meskipun abu termasuk ke

dalam golongan mineral, namun bervariasi kombinasi unsur mineral dalam

bahanpakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks

untuk menentukan jumlah untuk mineral tersebut. Kadar abu suatu bahan pakan

ditentukan dengan pembakaran bahan tersebut pada suhu tinggi (500 - 600°C).

Bahan organik yang di bakar pada suhu tinggi akan terbakar dan sisanya

merupakan abu (Suparjo, 2010).

Praktikum yang dilakukan dengan menggunakan metode kering, dimana

bahan pakan (Bekatul). Pengabuan dilakukan sampai warna sampel putih seperti

abu. Hal tersebut bertujuan agar bahan organik yang terdapat dalam sampel dapat

teroksidasi semua, sama seperti pendapat dari Suparjo (2005). Hasil yang

diperoleh pada saat kami praktikum adalah sebanya 7,235%.

Menurut Anggorodi (1979), zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam

bahan pakan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat organik dan

kemudian menimbang sisanya yang disebut abu. Penetuan demikian menjelaskan

mengenai zat khusus yang terdapat pada bahan pakan dan abunya dapat

mengandung karbon yang berasal dari zat organik sebagai karbonat bila terlalu

banyak mineral pembentuk bara.

Kadar Abu = Berat setelah tanur (Z) – Berat cawan (X) x 100% Berat sampel (Y)

Page 40: Isi Laporan IBP Unsoed

40

5.3.3. Analisis Kadar Lemak Kasar

Rumus

Diketahui : Berat sampel = 1,000 gr

Oven pertama = 1,2789 gr

Oven kedua = 1,1589

Kadar Lemak := Oven pertama – Oven kedua x 100% Berat sampel

= 1,2789gr – 1,1589 gr x 100% = 12% 1,000

Dalam analisis proksimat senyawa ekstrak ether diperoleh setelah dilakukan

ekstraksi menggunakan pelarut lemak yang biasanya menggunakan ether. Ekstrak

ether adalah zat yang mengandung senyawa yang larut dalam ether, termasuh lipid

dan zat yang tidak mengandung asam lemak. Kandungan lemak suatu bahan

pakan dapat ditentukan dengan metode soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan

dalam tabung soxhlet dengan lemak menggunakan pelarut lemak, seperti ether,

kloroform atau benzena (Suparjo, 2010).

Praktikum kadar lemak ini menghasilkan perhitungan lemak bekatul sebesar

12%. Menurut Raharjo (2004), lemak kasar merupakan campuran beberapa

senyawa (lemak, minyak, lilin, asam organik, pigmen sterol, vitamin A D E K)

yang larut dalam pelarut lemak. Penentuan lemak kasar dapat ditentukan atau

dilakukan menurut sochlet (Metode langsung dan metde tidak langsung ) dimana

metode langsung berprinsip bahwa lemak dapat diekstraksi dengan ether atau

pelarut lemak lainnya. Menurut sochlet, bila pelarutnya diupkan maka yang

tertinggal adalah lemak kasar, sedangkan metode tidak langsung berprinsip

bahwa lemak tidak dapat diekstraksi dengan ether dan pelarut lainnya. Bahan

kering yang diekstraksikan dengan diethyl ether selama beberapa jam maka bahan

yang didapat adalah lemak dan ether akan menguap (Tillman, 1986).

Kadar Lemak = oven pertaman – oven kedua x100% berat sampel

Page 41: Isi Laporan IBP Unsoed

41

5.3.4. Analisis Kadar Protein Kasar

Rumus :

Diketahui : ml titran = 1,59

N HCl = 0,1

Sampel = 0,1

Protein kasar = ml titran x N HCl x 0,014 x 6,25 x100%Sampel

= 1,59 x 0,1 x 0,014 x 6,25x 100%0,1

= 13,91%

Protein kasar merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam

penentuan produktifitas ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan

kandungan nitrogen bahan pakan metode kjeldhal yang kemudian dikali dengan

protein 6,25. Penentuan kadar protein melalui metode kjeldahl dilakukan melalui

tiga tahap, yaitu :

1) Proses destruksi (Oksidasi)

Perubahan N – protein menjadi amonium sulfat ((NH4)2 SO4)). Proses destruksi

berfungsi untuk memecah ikatan N dalam bahan pakan menjadi amonium

sulfat kecuali ikatan N = N.

2) Proses destilasi (Penyulingan)

Berfungsi untuk menguapkan dan menangkap N oleh asam sulfat dalam labu

erlenmeyer.

3) Proses titrasi

Berfungsi untuk menangkap N dengan NaOH. Titrasi dihentikan bila warna

berubabah menjadi dari biru ke hijau.

(Suparjo, 2010)

Protein kasar = ml titran x N HCl x 0,014 x 6,25x100%Sampel

Page 42: Isi Laporan IBP Unsoed

42

Praktikum kadar protein kasar dengan sampel bekatul memiliki kadar

protein yang cukup tinggi yaitu 13,91%. Menurut Soeharsono dkk (2005),

penggunaan tepung yang dikukus dalam ransum konsentrat dapat meningkatkan

konsumsi dan kecernaan protein kasar. Meningkatnya kecernaan PK, diduga

karena adaya peningkatan populasi mikroba rumen.

5.3.5. Analisis Kadar Serat Kasar

Rumus :

Diketahui : Y = 21,9155

Z = 21,1995

a = 0,6457

Sampel (X) = 1,0007

Serat Kasar = oven pertama - oven kedua - berat kertas x100% berat sampel

= 21,9155 – 21,1995 – 0,6457 x 100% 1,0007

= 0,0702x 100% = 7,02%1,0042

Serat kasar merupakan bagian karbohidrat dan didefinisikan sebagai fraksi

yang tersisa setelah didigesti dengan larutan asam sulfat standar dan sodium

hidroksida pada kondisi yang terkontrol.

Serat kasar yang terdapat dalam pakan sebagian besar tidak dapat dicerna

oleh ternak non ruminansia namun digunakan secara luas pada ternak ruminansia.

Sebagian besar berasal dari dinding sel tanaman dan mengandung selulosa,

hemiselulosa, dan lignin. Redisu yang tidak terlarut disebut serat kasar. Serat

kasar merupakan ukuran yang cukup baik dalam menentukan serat dalam sampel.

Ternak ruminansia fraksi ini sangat terbatas nilai nutrisinya sehingga pengukuran

serat kasar hanya merupakan pedoman proporsional dalam pakan yang digunakan

oleh ternak (Suparjo, 2010). Serat kasar yang kami peroleh saat praktikum dengan

bahan pakan bekatul adalah 7,02 %.

Serat kasar = oven pertama - oven kedua - berat kertas x100% berat sampel

Page 43: Isi Laporan IBP Unsoed

43

5.4. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)

Rumus:

Diketahui : ml NaOH = 3,77 gr

N NaOH = 0,1

Berat molekul asam lemak = 277 gr

Berat sampel = 7,05 gr

FFA = ml NaOH x N NaOH x Berat molekul asam lemak x 100%Berat sampel x 1000

= 3,77 x 0,1 x 277x 100% 7,05 x 1000

= 104,43 x 100% 7,05 x 1000

= 1,48%

Asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) termasuk ke dalam kelompok

asam lemak tidak jenuh karena FFA memiliki rantai rangkap. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Harjasasmita (2006) yang menyatakn bahwa terdapat dua

macam asam lemak yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.

Menghitung FFA dapat dilakukan dengan cara titrasi cairan sampel yang

dicampur 25 ml alkohol dan indikator PP. Setelah itu, cairan sampel dipanaskan

sampai alkohol mendidih selama 10 menit. FFA yang diperoleh pada saat

praktikum adalah 1,48 %. Menurut Auruma dkk (2006), titrasi asam basa

dilakukan untuk menghitung presentase konversi asam lemak bebas. Methil ether

yang terbentuk dilakukan dengan digunakan kromatografi gas spektroskopi massa

dan kromatografi gas (KG).

Terdapat dua macam pemanasan pada saat melakukan penelitian pada angka

asam lemak bebas, yaitu pemanasan secara basah (Kukus) dan pemanasan secara

kering (oven). Pemanasan secara basah (Kukus) selama 30 menit pada suhu 90°C

menghasilkan asam lemak bebas 0,017% sedangkan pada minyak yang ditambah

asam sitrat sebesar 20 ppm menghasilkan asam lemak bebas 0,664% (Enny,

2008).

FFA = ml NaOH x N NaOH x Berat molekul asam lemak x 100%Berat sampel x 1000

Page 44: Isi Laporan IBP Unsoed

44

Asam lemak bebas tidak mengurangi fungsi antioksidasi. Antioksidasi

tersebut melindungi lemak sama halnya melindungi asam. Asamnya terlalu

banyak asam lemak bebas, maka akan merusak mesin karena asam lemak akan

mudah bereaksi dengan bagian-bagian yang netral (Anggorodi, 1990).

Penggunaan asam lemak jenuh jangan sampai asam lemak menyentuh benda-

benda logam yang ada.

5.5. Analisis Gross Energy (GE)

Keterangan :

ta = Suhu awal

tc1= Awal pembakaran

tc = Akhir pembakaran (suhu tertinggi)

E1= Volume air cucian x ml titrasi 10

E2 = (Panjang kawat – sisa kawat) x 2,3

E3 = Berat kertas

r1= tc1– ta 5Tb = 0,6 x (Ta = Tc)

Ta = 5 (ketepatan)

Tc = Jumlah pembakaran

Tc = ½ x kolom tc

Diketahui : Sisa kawat = 6,7 cm

SampelTa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bekatul 27,18 √ √ √ √ √ √ √ √ √

SampelTc

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Bekatul 27,27 27,56 27,66 27,76 27,81 27,83 27,84 √ √ √

Page 45: Isi Laporan IBP Unsoed

45

Air cucian = 59 ml

ml titrasi = 0,18 ml

Jadi , didapatkan : ta = 27,18 oc

tc1= 27,27 oc

tc = 27,84 oc

E1= 59 x 0,18 10 = 1,062 ml

E2 = (12 – 6,7) x 2,3 = 12,19 cm

E3 = 0,2262 gr r1 = 27,27– 27,26

5 = 0,002

Tb = 0,6 x (5+7) = 7,2

T = (tc – ta) – r1 x |Ta – Tb| = (27,84 – 27,26) – 0,002 x |5 – 7,2| = 0,536

Hg = (2423 x T) – (E1 – E2 – E3) BK x berat sampel = (2423 x 0,536) – (1,062 – 12,9 – 0,2262) 0,8956 x 0,5002

= 2869,347 kkal

Menurut Rajardjo (2004), bila suatu nutrien bahan organik dibakar

sempurna sehingga menghasilkan oksida, maka panas yang akan dihasilkan

disebut energi bruto, untuk menentukan besarnya eneri bruto dapat menggunakan

bomb kalorimeter. Besarnya energi bahan pakan tidak sam, tergantung dari

macam nutrien yang dikandung.

Page 46: Isi Laporan IBP Unsoed

46

Analisis kimia untuk menetapkan energi bruto pada bahan pakan dengan

prosedur ADAC (1990). Praktikum dengan sampel bekatul sebanyak 0,5 gr.

Setelah bahan pakan dibakar, maka akan didapatkan abu dari sampel tersebut.

Saat pembakaran, suhu awal da suhu akhir dicatat, dimana suhu awal adalah

27,18°C dan suhu akhir 27,84°C, lalu dilakukan perhitungan, maka diperoleh

kadar energi untuk bahan pakan bekatul sebesar 2869,347 kkal/gr.

Energy total (Gross Energy) makanan adalah jumlah energi kimia yang ada

dalam makanan dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur

jumlah panas yang dihasilkan. Panas akan diketahui sebagi sumber energi total

atau panas pembakaran dari makanan. Bomb kalorimeter digunakan untuk

menentukan energi total dan sampel makanan dipijarkan dengan aliran listrik.

Panas yang dihasilkan dihitung dengan kenaikan temperatur air dan berat serta

panas spesifik dai alat bomb dan air. Metode ini dipakai untuk energi tobal

makanan dan produk ekstretori (Tillman, 1989).

Page 47: Isi Laporan IBP Unsoed

47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1) Bahan pakan terbagi menjadi dua yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan terdiri

dari gramineae, leguminosa, ramban atau browse sebagai sumber serat dan

protein dan limbah pertanian.

2) Fungsi dan cara kerja dari setiap alat berbeda-beda tergantung kegunaannya,

seperti menimbang, menyaring, mengukur volume, cara penggunaan buret,

melarutkan zat padat, pengeringan, pemijaran dan pengabuan.

3) Uji fisik bahan pakan dilakukan karena bahan pakan mempunyai kondisi fisik

kimia yang berbeda sehingga dalam penaanganan pengolahan maupun

penyimpanan memerlukan perlakuan yang berbeda.

4) Analasi proksimat digunakan untuk mengukur atau analisis kadar air, kadar

abu, lemak kasar, serat kasar dan protein kasar

5) Free Fatty Acid adalah asam lemak bebas yang tidak tergabung dengan gliserol

lemak yang kadar asam lemak bebasnya tinggi akibat hidrolisis tetapi tidak

menurunkan nilai gizinya.

6) Energi bruto adalah banyaknya panas yang lepas kalau suatu zat oksidasi

sempurna dalam suatu bomb kalorimeter.

6.2. Saran

1) Praktikan harus lebih teliti dalam mengamati alat dan bahan yang telah

disediakan, teliti dalam mengukur uji fisik, analisi proksimat, FFA, dan Gross

energy, sehingga diperoleh hasil yang optimal dan tidak terjadi kesalahan saat

praktikum.

2) Hendaknya asisten ketika memberikan penjelaskan materi ataupun cara

kerjanya memberikan keterangan yang jelas sehingga praktikan tidak kesulitan

atau binggung dan kesalahan dalam mengukur dapat diminimalisir.