peningkatan kapasitas penyuluhan dalam …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/eng/images/laphir/... ·...
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHANDALAM PERCEPATAN PENYEBARAN
INOVASI PERTANIANDI PROVINSI BENGKULU
(7 Teknologi : padi, sawit-sapi, jeruk gerga,pengendalian PBK, jagung, kedelai)
UMI PUDJI ASTUTI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2015
No. Kode:26/1801.018/011/B/RODHP/2015
LAPORAN AKHIR
PENINGKATAN KAPASITAS PENYULUHANDALAM PERCEPATAN PENYEBARAN
INOVASI PERTANIANDI PROVINSI BENGKULU
(7 Teknologi : padi, sawit-sapi, jeruk gerga,pengendalian PBK, jagung, kedelai)
Umi Pudji AstutiYesmawati
Bunaiyah HonoritaLinda HartaSanusi Musa
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2015
No. Kode:26/1801.018/011/B/RODHP/2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh,
Peneliti dalam Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di Provinsi Bengkulu
dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggungjawaban
terhadap hasil pelaksanaan kegiatan tahun 2015.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelenggaraan kegiatan
dan penyusunan laporan masih banyak ditemui berbagai kendala dan
kekurangan. Kritik dan saran yang sifatnya membangun akan kami jadikan
sumber perbaikan, mudah-mudahan dapat member manfaat bagi kita semua.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan
kegiatan ini, diucapkan terimakasih. Semoga hasil kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian di Propinsi Bengkulu.
Bengkulu, Desember 2015PenanggungJawab
Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPNIP. 19610531 199003 2 001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
1. JudulRDHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan DalamRangka Percepatan Penyebaran InovasiPertanian di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi PertanianBengkulu
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 20155. Status Penelitian (L/B) Lama6. Penanggung Jawab :
a. Nama : Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPDDb. Pangkat / Golongan : Pembina TK I/ IV.bc. Jabatan : Penyuluh Pertanian Madya
7. Lokasi : Provinsi Bengkulu8. Agroekosistem : -9. Tahun Mulai : 201410. Tahun Selesai : 201511. Output Tahunan : 1. Meningkatnya peran peneliti dan
penyuluh dalam mempercepat prosesperluasan adopsi inovasi pertanianmelalui kegiatan demplot dandemcara di BP3K/BPP.
2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasilkajian BPTP kepada petani, KTNA danpenyuluh di wilayah BP3K/BPP.
12. Output Akhir : Meningkatnya kapasitas komunikasi/penyuluhan Dalam Rangka PercepatanInovasi Pertanian di Provinsi Bengkulu
13. Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluhjuta delapan ratus dua puluh ribu rupiah)
Koordinator Program,
Dr. Wahyu Wibawa, MPNIP.19690427 199803 1 001
Penanggungjawab Kegiatan
Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MPNIP.19610531 199003 2 001
Mengetahui,Kepala BBP2TP,
Dr. Ir.Abdul Basit, MSNIP .19610929 198603 1 003
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 19590206 198603 1 002
iv
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR.................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iiiDAFTAR ISI.............................................................................................. vDAFTAR TABEL......................................................................................... viDAFTAR LAMPIRAN................................................................................... viiRINGKASAN ............................................................................................. viiiSUMMARY................................................................................................ x
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 11.1. Latar Belakang............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................ 21.3. Keluaran yang diharapkan ............................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 32.1.KerangkaTeoritis .......................................................................... 32.2.Hasil Pengkajian Terdahulu ........................................................... 3
III. PROSEDUR ....................................................................................... 103.1. Metode Pelaksanaan..................................................................... 103.2. Waktu dan lokasi ......................................................................... 103.3. Pelaksanaan kegiatan................................................................... 10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 31KINERJA HASIL PENGKAJIAN..................................................................... 32JADUAL KERJA………………………………………………………………… ...................... 33PEMBIAYAAN ……………………………………………………………………..................... 34DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 36PERSONALIA………………………………………………… ………………… ..................... 38
v
DAFTAR TABEL
Halaman1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil
pengkajian ke BP4K dan BP3K Tahun 2015........................................... 14
2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuinovasi :petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015................. 15
3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatankapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015 ............ 16
4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh diProvinsi Bengkulu tahun 2015 ............................................................. 19
5. Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan SingaranPatih Kota Bengkulu, Mei-September 2015 ........................................... 21
6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015 ......................... 22
7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal di BP3KTabeak Blau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015. ................................... 24
8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015................................. 25
9. Sikap Kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelaidi BP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 ............................. 25
10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten LebongTahun 2015 …………………….. ........ 26
11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal KecamatanMuara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015 ………………................... 27
12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelahmengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasipelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di DesaJayakarta Kecamatan Talang IV Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun2015 ................................................................................................. 28
13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit ................................................ 30
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kabupaten Bengkulu
Selatan ............................................................................................. 39
2. Dokumentasi kegiatan demplot padi di Kota Bengkulu ........................... 43
3. Dokumentasi kegiatan demplot jagung di Kota Bengkulu ....................... 45
4. Dokumentasi kegiatan demplot kedelai di Kabupaten Lebong................. 46
5. Dokumentasi kegiatan demplot Jeruk di Kabupaten Lebong ................... 49
6. Susunan Acara Kegiatan Pertemuan Apresiasi Teknologi antarPelaku Inovasi yaitu Petani, Penyuluh Lapang dan Kontak TaniTahun 2015 ....................................................................................... 51
7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuInovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di DesaSukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu SelatanTahun 2015 ....................................................................................... 52
8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi ............................................... 54
9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari.............. 64
10. Petunjuk teknis teknologi kedelai ......................................................... 82
11. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara monokultur ............... 91
vii
RINGKASAN
1 Judul : Peningkatan Kapasitas penyuluh, penelitidalam percepatan Penyebaran InovasiPertanian di Bengkulu (7 teknologi)
2 Unit kerja : BPTP Bengkulu3 Tujuan : 1.Meningkatkan peran penelitidan penyuluh
dalam mempercepat proses perluasan adopsiinovasi pertanian melalui kegiatan demplot diBP3K/BPP.
2.Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajianBPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh diwilayah BP3K/BPP.
4 Keluaran : 1.Meningkatnya peran penelitidan penyuluhdalam percepatan proses perluasan adopsiinovasi pertanian melalui kegiatan 7 unitdemplot dan demcara di wilayah kerja BP3K .
2.Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajianBPTP kepada petani, KTNA dan penyuluh di 6wilayah BP3K/BPP.
5 ProsedurPelaksanaan : 1. Kegiatan Peningkatan KapasitasPenyuluhan/Komunikasi Dalam RangkaPercepatan Inovasi Pertanian Di ProvinsiBengkulu dilaksanakan pada bulan Januari– Desember 2015.
2. Pendekatan kegiatan desiminasi meliputi :Pertemuan langsung, On farm trial melaluidemplot dan demcara di lapangan(BP3K/BPP),Partisipatif, dan spesifik lokasi.
3. Lingkup kegiatan desiminasi :a. Pertemuan intern dan stekeholdersb. Penyusunan bahan inovasi hasil
pengkajian berupa petunjuk teknisteknologi budidaya padi, budidayajagung, budidaya kedelai, dan budidayatumpang sari jagung-kacang tanahbertujuan untuk meningkatkan peranpeneliti, dan penyuluh (BPTP danlapangan).
c. Menyusun bahan informasi berupaleaflet tentang teknologi pengendalianPenggerek buah Kakao, fermentasipelepah dan daun kelapa sawit untukpakan ternak, serta teknologipembuatan kompos kotoran sapi dengantujuan untuk mempercepatpenyampaian inovasi kepada pengguna
d. Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologiantar pelaku inovasi yaitu Peneliti,penyuluh lapangan dan Kontak Tani.
viii
Tujuan dari kegiatan tersebut adalahuntuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasilpenelitian, pengkajian, ide dan gagasandalam rangka meningkatkan kinerjausahatani, (ii) Mendapatkan umpan balikdari implemantasi inovasi pertanian dilapang.
e. Melaksanakan Demonstrasi Plot diwilayah kerja BP3K.
f. Narasumber di BPP (menyiapkan LPM,sinopsis, dan makalah), tentangteknologi padi, integrasi sawit-sapi, jerukgerga, jagung, kedelai, pengendalianPenggerek buah Kakao), maupun caramenyusun KTI penyuluh.
g. Data dananalisis data,h. Menyusun KTI berupa informasi
teknologi yang didokumentasikan diperpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak3 judul
4. Metode desiminasi : demplot/on farm trial,demcara, pertemuan melalui apresiasiteknologi, pertemuan sebagai nara sumber,dan penyampaian leaflet dan brosur.
6 Capaian : 1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTPoleh petani, KTNA dan penyuluh di 6wilayah BP3K/BPP di 4 Kabupaten danKota.
2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagipenyuluh di lapangan di 15 BP3K di 4Kabupaten dan Kota
3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalahdan 3 KTI berupa buku yangdidokumentasikan di perpustakaan
7 Manfaat : 1. Tersebarnya inovasi pertanian secara cepatkepada pengguna (petani, KTNA danpenyuluh di wilayah BP3K/BPP).
2. Tersedianya bahan informasi berbasisinovasi pertanian spesifik lokasi bagipenyuluh, KTNA dan petani di Daerah.
8 Dampak : 1. Mempercepat peningkatan produktivitaspertanian
2. Meningkatnya kesejehteraan petani diDaerah
9 Jangka Waktu : Satu Tahun10 Biaya : Rp. 120.820.000,00 (Seratus dua puluh juta
delapan ratus dua puluh ribu rupiah)
ix
SUMMARY
1 Title : The Improvement of the Extensionist, ReseacherCapacity in The Accerelaration of AgricultureInnovation Development in Bengkulu Province (7Technologies)
2 Implementing Unit : AIAT Bengkulu3 Objectives : Bengkulu Province4 Purpose : 1. To improve the role of researcher and
extensionist in accelerating the expansionprocess of agricultural innovations adoptionthrough demonstration plot activities inBP3K/BPP.
2. To disseminate 7 technologies of AIAT’s studyresults to farmers, KTNA and extensionist inthe region of BP3K/ BPP.
5 Output : 1. The improvement of the role of researcher andextensionist in accelerating the expansionprocess of agricultural innovations adoptionthrough demonstration plot activities inBP3K/BPP.
2. The dissemination of 7 technologies of AIAT’sstudy results to farmers, KTNA andextensionist in the region of BP3K/ BPP.
5 Methodology : 1. The activity of the improvement ofextension/communication capacity in order toaccelerate the innovation of agriculture inBengkulu Provincy was held in January -December 2015.
2. The Approach of dissemination activitiesinclude: meeting directly, on farm trial throughdemonstration plot and demonstration way inthe field (BP3K/BPP), participatory and specificlocation.
3. The scope of dissemination activities are:1) Internal and stekeholders meeting.2) The preparation of materials innovation
assessment results (rice technology,integration of plantation oil-cow, gergacitrus, corn, soybeans, cocoa fruit borercontrol techonologyes) aimed to improvethe role of the researcher and extensionist(AIAT and field).
3) The arrangement of information materials:the control of cocoa fruit borers, fermentedpalm fronds and leaves for animal feed,compost production technology aimed toaccelerate innovation delivery to the users.
4) The activity of Technology Appreciationmeeting among innovation actors:
x
researcher, extensionist, and contactfarmers. The aim of this activity are: (i) tocommunicate the assessment result, ideaand concept to improve farmingperformance, (ii) to gain the feedback ofagriculture innovation implementation inthe field.
5) To Implement Demonstration Plot in theworking area of BP3K.
6) Speakers at BPP (The preparation of LPM,synopsis, and paper) about rice technology,integration of plantation oil-cow, gergacitrus, corn, soybeans, cocoa fruit borercontrol techonologies).
7) Data and analysis of data.8)To prepare of scientific papers like
technology information that documented inthe library of BPTP and BP3K as many as 3titles
4. Dissemination method: demonstration plot/onfarm trial, demonstration way, meetingthrough technology appreciation, speaker, anddelivery leaflets and brochures.
6 Achievement : 1. Knowing of 7 technologies of AIAT study resultby farmers, extensionist in the region ofBP3K/BPP in 4 districts.
2. Dissemination the way of scientific paperwriting to extensionist in 15 BP3K in 4districts.
3. The completion of scientific papers as many as4 titles of paper and 3 titles of scientific paperin the form book that documented in thelibrary.
7 Benefit : 1. The spread of agricultural innovation quickly tousers (farmers, KTNA and extensionist in theregion of BP3K/BPP).
2. The availability of information materials basedon specific location of agricultural innovationsfor extensionist, KTNA and farmers in theregion.
8 Impact : 1. The acceleration of agricultural productivityincreasing.
2. The increasing of farmers welfare in theregion.
9 Duration : Annualy10 Budget : IDR. 120.820.000,00
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan teknologi hasil litkaji diharapkan dapat mendorong
pembangunan pertanian di daerah, sehingga sektor pertanian mampu berfungsi
sebagai mesin penggerak perekonomian nasional. Output kegiatan litkaji yang
layak akan ditindaklanjuti dengan kegiatan desiminasi. Output litkaji disebut
“layak” apabila hasil litkaji merupakan output yang berpotensi untuk memberikan
outcome, benefit, dan dampak kepada pengguna. Selain output tersebut, kinerja
perluasan dan percepatan suatu inovasi pertanian juga sangat dipengaruhi
oleh(i) ketepatan (efektif dan efisien) strategi pemasyarakatan inovasi pertanian,
(ii) sinergi hubungan antar pelaku inovasipertanian (peneliti, penyuluh, petani,
penentu kebijakan, swasta), dan (iii) sinergi hubungan kelembagaan antar
institusi yang terkait dengan pembangunan pertanian.
Kinerja sistem alih teknologi akan berhasil dan berdaya guna apabila
mendapat dukungan dari tiga kelembagan yang saling terkait yaitu (i)
kelembagaan penelitian dan pengembangan, (ii) kelembagaan penyuluhan, dan
(iii) kelembagaan petani. Ketiga lembaga tersebut merupakan satu rangkaian
yang saling mendukung dan terkait dalam suatu sistem alih teknologi dan tidak
dapat bekerja sendiri-sendiri.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis
Badan Litbang Pertanian di daerah, melalui pelaksanaan fungsi informasi,
komunikasi dan diseminasi diharapkan menjadi roda penggerak dalam
mempercepat dan memperluas pemanfaatan berbagai inovási pertanian hasil
penelitian dan pengkajian (litkaji) oleh pengguna (pelaku utama dan pelaku
usaha sektor pertanian). Diseminasi adalah cara dan proses penyebarluasan
inovasi/teknologi hasil-hasil litkaji kepada masyarakat atau pengguna untuk
diketahui dan dimanfaatkan. Kegiatan diseminasi hasil litkaji dapat dimaknai juga
sebagai upaya scalling up hasil litkaji (Kasryno, 2006). Untuk itu, perlu strategi
atau mekanisme yang efisien dan efektif.
Tuntutan pencapaian tujuan pembangunan pertanian saat ini cukup berat
(pencapaian swasembada pangan), sehingga bekal kemampuan teknis harus
dikuasai oleh petugas di lapangan.Materi penyuluhan oleh penyuluh di lapangan
sangat terbatas, di lain pihak, BPTP sebagai unit pelaksanan teknis Balitbangtan
2
memiliki berbagai inovasi/ teknologi baru yang cukup banyak dan siap
didiseminasikan kepada penyuluh di lapangan.Inovasi BPTP masih terbatas
sampai di pengguna, sehingga perlu upaya mempercepat penyampaian
inovasi/teknologi baru melalui berbagai metode, saluran dan media penyuluhan
yang lebih banyak.
Jumlah penyuluh pertanian di Provinsi Bengkulu sebanyak 579 PNS dan
367 THL, jumlah ini belum sebanding dengan jumlah Desa yang harus
didampingi yaitu sebanyak 1.517 (Bakorluh Provinsi, 2015). Demikian halnya
dengan jumlah institusi penyuluhan (BP3K) di Provinsni Bengkulu belum sesuai
UU no.16 yang mengamanatkan setiap kecamatan memiliki 1 lembaga
penyuluhan BP3K. Jumlah BP3K saat ini berjumlah 100 dari 127 Kecamatan
sehingga 1 BP3K memiliki wilayah kerja sampai 2 Kecamatan. Melihat kondisi
penyuluhan di Provinsi Bengkulu yang sangat terbatas maka perlu adanya upaya
dari Pemerintah Pusat untuk meningkatkan dan memperkuat penyuluh di
lapangan.
Melalui kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluhan Dalam Rangka
Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian Di Provinsi Bengkulu diharapkan
mampu membantu dan memperlengkapi penyuluh di lapangan dalam teknologi
serta menumbuhkan kembali berbagai kegiatan dan metode penyuluhan yang
efektif sesuai kebutuhan pengguna.
1.2. Tujuan
1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses
perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/BPP.
2. Mendiseminasikan 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan
penyuluh di wilayah BP3K/BPP.
1.3. Keluaran yang diharapkan
1. Meningkatnya peran peneliti dan penyuluh dalam mempercepat proses
perluasan adopsi inovasi pertanian melalui kegiatan demplot di BP3K/BPP.
2. Terdiseminasikannya 7 teknologi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan
penyuluh di wilayah BP3K/BPP.
3.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
Dalam konteks transfer teknologi, Badan Litbang Pertanian telah
menggunakan berbagai media sebagai wahana promosi teknologi yang dihasilkan
baik itu diseminasi hasil-hasil litkaji kepada petani-peternak, pihak swasta dan
pengguna lain perlu dilakukan melalui media yang tepat dan secara
berkelanjutan. Kegiatan diseminasi bukan sekedar penyebarluasan informasi dan
teknologi pertanian, tetapi petani diharapkan mampu mengadopsi dan
menerapkan hasil litkaji tersebut dalam usaha pertanian, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraannya. Menurut Fauzia (2002), ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dihasilkan BPTP akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan
diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan (khalayak pengguna). Untuk itu,
BPTP memerlukan suatu sistem informasi dan komunikasi serta diseminasi yang
efektif dan efisien agar khalayak penggunanya dapat memperoleh informasi
teknologi yang dibutuhkannya dengan mudah dan relatif cepat.
Sebagai terjemahan dari hal “extension”, penyuluhan dapat diartikan
sebagai proses penyebarluasan yang dalam ini merupakan penyebarluasan
informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh
perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto dalam
Risna, dkk,2012). Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah
(non formal), bagi petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk
bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better
bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik
(better community ) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better
environment ). Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau
teknik penyampaian materi penyuluhan oleh para penyuluh kepada para petani
beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung, agar mereka
tahu, mau dan mampu menerapkan inovasi/teknologi baru (Wiriatmadja, 1976;
Mardikanto, 1993). Sedangkan teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan
sebagai keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam
memilih serta menata simbul dan isi pesan menentukan pilihan cara dan
frekuensi penyampaian pesan serta menentukan bentuk penyajian pesan.
4
Kegiatan penyuluhan sebagai suatu sistem pendidikan non formal
dimaksudkan agar penerima manfaat utama penyuluhan yaitu petani dan
keluarganya bersedia merubah perilaku mereka yang meliputi perubahan pada
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sehingga mereka mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat menolong dirinya sendiri untuk
memperbaiki taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraannya. Dalam hal ini
peran penyuluh pertanian dirasa sangat penting, karena penyuluh bertugas
melaksanakan kegiatan penyuluhan di wilayah kerjanya dan berhubungan
langsung dengan petani sehingga penyuluh dapat mengenali masalah-masalah
yang dihadapi petani serta membantu mencari cara pemecahan masalah-
masalah tersebut. Untuk mewujudkan keberhasilan penyuluhan, diperlukan
tenaga-tenaga penyuluh yang handal dan profesional agar dapat melaksanakan
kegiatan penyuluhan seperti yang direncanakan (Wijianto, Arip, 2008). Peran
utama bagi penyuluh pertanian adalah penyuluh sebagai penasehat/advisor,
penyuluh sebagai teknisi, penyuluh sebagai penghubung/middleman, penyuluh
sebagai organisatoris dan penyuluh sebagai agen pembaharuan (Marzuki dalam
Saridewi dan Siregar, 2010).
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa merujuk pada pemahaman
penyuluhan pertanian sebagai proses pembelajaran, maka prinsip-prinsip dalam
penyuluhan pertanian sebagai berikut:
1. Mengerjakan artinya kegiatan penyuluhan harus sebanyak mungkin
melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu.
2. Akibat artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang memberi
pengaruh baik.
3. Asosiasi artinya kegiatan penyuluhan harus saling terkait dengan
kegiatanlainnya. Misalnya apabila seorang petani berjalan di sawahnya
kemudian melihat tanaman padinya terserang hama, maka ia akan berupaya
untuk melakukan tindakan pengendalian.
Lebih lanjut Dahama dan Bhatnagar dalam Mardikanto (1993)
mengemukakan bahwa yang mencakup prinsip-prinsip penyuluhan pertanian :
1. Minat dan kebutuhan artinya penyuluhan akan efektif jika selalu mengacu
kepada minat dan kebutuhan masyarakat, utamanya masyarakat tani.
2. Organisasi masyarakat bawah artinya penyuluhan akan efektif jika mampu
melibatkan organisasi masyarakat bawah dari setiap keluarga petani.
5
3. Keraguan budaya artinya penyuluhan harus memperhatikan adanya
keragaman budaya.
4. Perubahan budaya artinya setiap penyuluhan akan mengakibatkan
perubahan budaya.
5. Kerjasama dan partisipasi artinya penyuluhan hanya akan efektif jika
menggerakkan partisipasi masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam
melaksanakan program-program penyuluhan yang telah dicanangkan.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu artinya dalam penyuluhan harus selalu
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menawar setiap
alternatif.
7. Belajar sambil bekerja artinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian harus
diupayakan agar masyarakat dapat belajar sambil berbuat, atau belajar dari
pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan.
8. Penggunaan metode yang sesuai artinya penyuluhan harus dilakukan
dengan penerapan metode yang selalu disesuaikan dengan kondisi
lingkungan fisik, kemampuan ekonomi dan nilai sosial budaya.
9. Kepemimpinan artinya penyuluh tidak melakukan kegiatan yang hanya
bertujuan untuk kepuasan sendiri, tetapi harus mampu mengembangkan
kepemimpinan.
10. Spesialis yang terlatih artinya penyuluh harus benar-benar orang yang telah
mengikuti latihan khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan
fungsinya sebagai penyuluh.
11. Segenap keluarga artinya penyuluh harus memperhatikan keluarga sebagai
satu kesatuan dari unit sosial.
6
Model diseminasi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian adalah
melalui berbagai channel (Gambar.1).
Gambar 1. Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC)(Badan Litbang Pertanian ,2011)
Falsafah di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran bagi petani
haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif dan partisipatif
dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra. Learning by doing secara
partisipatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak
hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu
melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan
pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Melaui cara
ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti
halnya seorang peneliti dan penyuluh. Peran BPTP pada kegiatan Balai
Penyuluhan di Kecamatan atau BP3K cukup strategis seperti pada bagan berikut.
7
Sumber: presentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015
2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2008) berkaitan
dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan
saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal
relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3) saluran media masa relatif lebih
penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early
adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran
kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang Berbagai Metode
Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani
7
Sumber: presentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015
2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2008) berkaitan
dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan
saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal
relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3) saluran media masa relatif lebih
penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early
adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran
kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang Berbagai Metode
Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani
7
Sumber: presentasi pusluhtan di Bakorluh, februari 2015
2.2. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Rogers dan Beal (1960) dalam Badri.M (2008) berkaitan
dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan
saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi;
2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal
relatif lebih penting pada tahap persuasi; 3) saluran media masa relatif lebih
penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early
adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran
kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran lokal bagi bagi
adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
Hasil pengkajian Astuti dan Ruswendi (2013) tentang Berbagai Metode
Diseminasi Teknologi Jeruk Rimo Gerga Lebong (RGL) Di Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu menunjukkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam mengembangkan agribisnis jeruk di Kabupaten Lebong, petani
8
membutuhkan media informasi berupa film pertanian, klinik tani (TVRI), siaran
pedesaan, pertemuan kelompok, dan koran. Sedangkan petugas/penyuluh
lapangan membutuhkan media berupa buku saku, berita TV, berita radio,
kursus/pelatihan, anjangsana, demonstrasi, pertemuan kelompok, temu
lapang/temu teknis dan gelar teknologi. Persepsi petani terhadap pengembangan
jeruk menunjukkan 64,29% petani memiliki persepsi yang baik,dan 35,71%
petani memiliki persepsi yang kurang baik. Media cetak lebih efektif digunakan
dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan dengan
media audiovisual.
Hasil kajian efektifitas metode diseminasi Jeruk di Kabupaten Lebong
disimpulkan bahwa Media cetak (leaflet, liptan, buku saku) lebih efektif
digunakan dalam proses diseminasi teknologi usahatani jeruk RGL dibandingkan
dengan media audiovisual (film dan presentasi). Secara statistik penggunaan
media cetak dapat meningkatkan tingkat pengetahuan petani; sedangkan temu
lapang dapat meningkatkan pengetahuan petani sebesar 74,19%, sedangkan
pelatihan teknologi meningkatkan ketrampilan petani sebesar 40% (Astuti, et all
2013)
Hasil pengkajian Wijianto (2008) tentang Hubungan Antara Peran Penyuluh
dengan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan
Banyudono Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara peranan penyuluh dengan partisipasi anggota dalam kegiatan
kelompok tani. Hal ini berarti setiap kenaikan nilai pada variabel peranan
penyuluh akan diikuti oleh kenaikan nilai pada variabel partisipasi anggota.
Demikian juga sebaliknya, setiap penurunan nilai pada variabel peranan penyuluh
akan diikuti oleh menurunnya nilai pada variabel partisipasi anggota dalam
kegiatan kelompok tani.
Risna, et all. (2012) dalam pengkajiannya tentang Peran Penyuluh
Pertanian Terhadap Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi
Berdasarkan Kelas Kemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas
Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyimpulkan bahwa permasalahan
dalam peran penyuluhan pertanian yaitu belum melaksanakan peran sebagai
supervisi, pemantauan, dan evaluasi terhadap pengendalian hama terpadu pada
kelompok tani.
9
Pengkajian oleh Abdullah,et all. (2008) mengenai Peranan Penyuluhan dan
kelompok Tani Ternak untuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan
Sapi Potong menunjukkan bahwa penyuluhan sangat memiliki peranan penting
dalam pengembangan peternakan khususnya dalam penguatan kelompok tani
dan peningkatan proses adopsi teknologi peternakan kepada peternak.
Keberhasilan penyuluhan sangat ditentukan oleh model penyuluhan yang sesuai
dengan kebutuhan peternak, yaitu ketepatan materi, metode dan media yang
digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian Shawwal,et all. (2012) mengenai penyuluhan
terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani (kasus petani padi) di
Kabupaten Luwa Utara menunjukan bahwa kontribusi penyuluhan berpengaruh
nyata terhadap peningkatan produksi dan pendapatan petani padi, sedangkan
pendidikan, pengalaman berusahatani, kontak dengan penyuluh, jumlah
tanggungan keluarga, luas lahan dan biaya usahatani memberikan kontribusi
positif.
10
III. PROSEDUR
3.1. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan diseminasi meliputi : demplot/on farm trial,
pertemuan dan apresiasi teknologi, pertemuan sebagai narasumber dan
penyampaian leaflet dan brosur.
3.2. Lokasi dan Waktu pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan di 10 Kabupaten/Kota, dimulai bulan Januari –
Desember 2015. Kegiatan demplot, peningkatan kapasitas penyuluh lapangan
dilaksanakan di 3 Kabupaten dan Kota di wilayah kerja BP3K Kabupaten
Bengkulu Selatan, Bengkulu Tengah, Lebong dan BP3K Kota Bengkulu.
3.3. Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1. Persiapan
1) Pertemuan Tim/penajaman RODHP. RODHP disusun sebagai penjabaran dan
perincian dari RDHP. RODHP disusun lebih rinci dan operasional, baik dari
aspek administrasi/keuangan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. RODHP
selanjutnya diturunkan dan dirinci lagi menjadi petunjuk teknis kegiatan
diseminasi misalnya demplot.
2) Koordinasi dengan stakeholders. Koordinasi dilakukan dengan BP4K untuk
memberitahukan dilaksanakannya kegiatan desiminasi melalui demplot dan
meminta masukkan wilayah mana yang mempunyai potensi untuk
pengembangan komoditi tanaman pangan.
3) Hunting lokasi BP3K, sebelum dilakukan hunting lokasi terlebih dahulu
berkoordinasi dengan BP3K/BPP untuk memberitahuakan adanya kegiatan
desiminasi melalui demplot yang akan digunakan sebagai ajang
pembelajaran bagi petugas penyuluh lapangan. Kemudian dilanjutkan
dengan peninjauan langsung ke beberapa calon lokasi demplot.
4) Identifikasi inovasi yang akan didiseminasikan, penyusunan daftar
pertanyaan dan parameter pengukuran.
3.3.2. Pelaksanaan Kegiatan
1) Pertemuan peneliti, penyuluh BPTP untuk menentukan 7 inovasi teknologi
yang didiseminasikan. Hasil diskusi ditentukan 7 inovasi yang
11
didesiminasikan tahun 2015 adalah: teknologi Padi, Jagung, Kedelai, Jeruk
Gerga, Pengendalian Hama Buah Kakao (PBK), Kelapa Sawit dan Sapi.
Dari 7 Inovasi yang didesiminasikan dilakukan melalui penerbitan dan
penyebaran bahan informasi berupa leaflet, banner, buku dan
Demplot/demcara
2) Pertemuan dengan stekeholders
3) Penyusunan bahan inovasi hasil pengkajian berupa petunjuk teknis teknologi
budidaya padi, budidaya jagung, budidaya kedele, dan budidaya tumpang
sari jagung-kacang tanah bertujuan untuk meningkatkan peran peneliti, dan
penyuluh (BPTP dan lapangan).
4) Menyusun bahan informasi berupa leaflet tentang teknologi pengendalian
Penggerek buah Kakao, fermentasi pelepah dan daun kelapa sawit untuk
pakan ternak, serta teknologi pembuatan kompos kotoran sapi dengan
tujuan untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna
5) Kegiatan pertemuan Apresiasi Teknologi antar pelaku inovasi yaituPeneliti,
penyuluh lapangan dan Kontak Tani. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah
untuk (i) Mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian, pengkajian, ide dan
gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja usahatani, (ii) Mendapatkan
umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di lapang.
6) Melaksanakan Demonstrasi Plot dan demonstrasi cara di wilayah kerja BP3K.
7) Narasumber di BPP (menyiapkan LPM, sinopsis, dan makalah), tentang
teknologi padi, integrasi sawit-sapi, jeruk gerga, jagung, kedele,
pengendalian Penggerek buah Kakao), maupun cara menyusun KTI
penyuluh.
8) Menyusun KTI berupa informasi teknologi yang didokumentasikan di
perpustakaan BPTP dan BP3K sebanyak 3 judul
9) Data dan analisis data meliputi :
Data yang diperlukan dalam kegiatan diseminasi ini Antara lain : data
sekunder dari SKPD terkait berupa keragaan dan profil wilayah dan data
primer dari petani, penyuluh, petugas sebagai sasaran diseminasi berupa
pengetahuan, sikap (motivasi,respon, minat) dan ketrampilan.
Indikator yang diukur :
1. Perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan (PSK) penyuluh maupun petani
pada setiap kegiatan diseminasi.
12
2. Peran penyuluh pertanian pada kegiatan Demplot/demcara.
3. Jumlah penerima informasi melalui demplot/demcara maupun pertemuan.
4. Jumlah KTI yang tersusun
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Meningkatkan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam PercepatanPenyebaran Inovasi Pertanian di Provinsi Bengkulu (7 Teknologi).
Untuk mencapai tujuan meningkatkan kapasitas penyuluh, peneliti dalam
penyebaran 7 inovasi pertanian dilakukan melalui kegiatan:
1. Menyusun petunjuk teknis budidaya padi dengan pendekatan PTT, petunjuk
teknis bududaya Jagung di lahan sub optimal, teknis budidaya kedele dan
teknis tumpang sari jagung – kacang tanah spesifik Bengkulu
Petunjuk teknis budidaya disusun oleh peneliti, penyuluh BPTP dan penyuluh
lapangan, dengan tujuan memberikan acuan bagi penyuluh di lapangan dan
petani dalam pelaksanaan demplot yang akan dilaksanakan. Petunjuk teknis
ini selanjutnya dibuat dalam bentuk buku dan didokumentasikan di BP4K,
BP3K dan BPTP
2. Menyusun daftar pengamatan dan daftar pertanyaan
3. Untuk mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna dilakukan
melalui kegiatan:
- Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkajian ke BP3K setempat
dan ke 4 BP4K berupa leaflet 7 judul, banner 5 judul, buku hasil kegiatan
3 judul, buku sekilas diseminasi inovasi teknologi dan media elektronik
berupa DVD sebanyak 1 judul
- Pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,
penyuluh lapangan dan kontak tani dilakukan di lokasi demplot dan BP3K
sebanyak 4 kali
- Menjadi narasumber di BP3K dan melakukan bimbingan dalam penulisan
KTI dari kegiatan demplot.
Penyusunan bahan informasi inovasi hasil pengkajian bertujuan untuk
mempercepat penyampaian inovasi kepada pengguna, yaitu berupa bahan cetak
dan DVD. Penyusunan bahan informasi inovasi yang sudah dilakukan yaitu
berupa bahan cetak dan dilakukan bersama – sama dengan penyuluh lapang
yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) tempat lokasi demplot. Bahan cetak dan elektronik yang dibuat seperti
pada Tabel.1 berikut.
14
Tabel.1. Penerbitan dan Penyebaran bahan informasi inovasi hasil pengkajian keBP4K dan BP3K Tahun 2015
No Bentuk Media Judul Jumlah(exp)
1 Leaflet 1. Fermentasi Daun dan Pelepah KelapaSawit Sebagai Pakan Ternak Sapi
2. Pengendalian Hama PBK
100
100
2 Banner 1. Budidaya Padi Sawah Spesifik KotaBengkulu
2. Tumpangsari Jagung Dan Kacang TanahDi Lahan Kering Spesifik Kecamatan AirNipis
3. Budidaya Kedelai di Lahan KeringSpesifik Kabupaten Lebong
4. Budidaya Jagung di Lahan Sub optimalSpesifik Kota Bengkulu
5. Integrasi Tanaman Kelapa Sawit-Sapi
2
2
2
2
2
3 Buku SelayangPandang
Sekilas Diseminasi Inovasi Teknologi 30
4 Buku yangdidokumentasikandi perpustakaanBPTP danBP3K
1. Teknologi Budidaya Padi Spesifik Lokasidi Kota Bengkulu
2. Teknologi Budidaya Kedelai SpesifikLokasi Lahan Kering di KabupatenLebong
3. Teknologi Budidaya Jagung SpesifikLokasi Lahan Sub Optimal
5
5
5
5 DVD Teknologi Integrasi Tanaman KelapaSawit-Ternak
30
KTI yang berupa buku yang didokumentasikan di perpustakaan merupakan
kumpulan hasil pelaksanaan demonstrasi plot yang dilakukan peneliti, penyuluh
BPTP bersama dengan penyuluh lapangan dan petani.
Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,
penyuluh lapangan dan kontak tani bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil-
hasil penelitian, pengkajian, ide dan gagasan dalam rangka meningkatkan kinerja
usahatani dan mendapatkan umpan balik dari implemantasi inovasi pertanian di
lapang. Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi demplot pada 4 Kabupaten dan Kota.
Kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasi yaitu peneliti,
penyuluh lapangan dan kontak tani telah dilaksanakan di lokasi demplot maupun
di BP3K seperti pada Tabel.2
15
Tabel 2. Rekapitulasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelaku inovasiyaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani tahun 2015.
No Kegiatan Tanggalpelaksanaan
TempatPelaksanaan
Jumlah Peserta
1 ApresiasiTeknologiTumpang SariJagung-KacangTanah
29 Juni2015
Lahan DemplotDesa SukaramiKecamatan AirNipis KabupatenBengkuluSelatan
31 orang (BP4K Kab.BS, penyuluh se BP3KAir Nipis, Penyuluh +peneliti BPTP, PetaniDesa Sukarami)
2 ApresiasiTeknologiBudidaya Kedelai
04 Juli 2015 BP3K TabeakBlau Kec.Lebong AtasKab. Lebong
31 orang (BP4K Kab.Lebong, PenyuluhBP3K Tabeak Blau,Penyuluh+PenelitiBPTP, Petani Kec.Lebong Atas)
3 ApresiasiTeknologi PadiSawah
01 Sept2015
Lokasi DemplotPadi KelurahanPanorama,KecamatanSingaran PatihKota Bengkulu
30 Orang (Ka BP4KKota, penyuluh BP3KSingaran Patih, danPetani Kel. Panorama)
4 DemonstrasiCara IntegrasiKelapa sawit-sapi
17 Sept2015
LokasiKelompok TaniJayakarta, Kab.BengkuluTengah
44 Orang (PenyuluhBP3K Jayakarta,Petani dan PeternakDesa Jayakarta)
Sumber: laporan perjalanan dinas pelaksanaan kegiatan
Tabel 2.menunjukan bahwa kegiatan apresiasi teknologi antar pelaku
inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani mendapat respon yang
positif dari peserta maupun dari BP4K. Hal ini dapat dilihat dari antusiasnya
peserta kegiatan apresiasi teknologi dengan banyaknya pertanyaan yang
disampaikan setelah melihat langsung lokasi demplot.
Dalam pelaksanaan penerapan metode penyuluhan dilakukan juga evaluasi
terhadap pelaksanaan metode penyuluhan seperti pada Tabel 3.
16
Tabel 3. Evaluasi penerapan metoda penyuluhan dalam rangka peningkatankapasitas penyuluh dan petani di Provinsi Bengkulu Tahun 2015
KegiatanKarakteristik
PengetahuanUmur PendidikanPetani Penyuluh Petani Penyuluh Petani Penyuluh
DemplotTumpangsariJagung-KacangTanah
38 41 SMA SMA Meningkat83,33 %
Meningkat84,17%
Demplot Kedelai 35 33 SMP SMASkor 1,17;
KriteriaSedang
Skor 1,15;KriteriaSedang
Demplot PadiSawah
51 43 SMP S1meningkat
8,49%Meningkat11,53%
DemcaraFermentasipelepah kelapasawit-Kompossapi
39 42 SD S1 Meningkat43%
0%
Meningkat49%
122%
Sumber : data terolah 2015
Kegiatan demplot tumpang sari jagung-kacang tanah dan demplot padi
sawah dengan pendekatan Pengeloaan Tanaman Terpadu (PTT) dapat
meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh. Pengetahuan petani
meningkat sebesar 83,33 % dan penyuluh sebesar 84,17% setelah
dilaksanakannya/ diterapkannya teknologi budidaya tumpangsari jagung-kacang
tanah. Melalui penerapan demplot padi sawah dengan pendekatan PTT juga
meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh sebesar 8,49% dan 11,53%.
Hal ini menunjukkan bahwa demplot menjadi salah satu metode
penyuluhan/diseminasi yang efektif untuk menyampaikan atau mentransfer
inovasi teknologi ke pengguna. Penerapan demplot bertujuan agar petani dapat
belajar, melihat, dan mempraktekan secara langsung teknologi yang disuluhkan.
Metode penyuluhan ini memberikan manfaat dan sesuai dengan karakteristik
sasaran dengan tingkat pendidikan dan umur yang beragam.
Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebagaimana tersaji pada
Tabel 3 mencerminkan tingkat kesadaran mereka untuk mencari dan menerima
informasi inovasi teknologi. Artinya, pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh
individu yang mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi pula. Pendapat ini
17
didukung oleh pandangan bahwa individu petani dan penyuluh sebagai orang
dewasa telah mempunyai konsep diri, pengalaman belajar, dan kesiapan belajar
(Apps dalam Sadono D, 2008) sehingga sisi manusianya dan proses belajarnya
perlu dikedepankan. Pengetahuan merupakan tahap awal dari persepsi yang
kemudian mempengaruhi sikap dan pada gilirannya melahirkan perbuatan atau
tindakan (keterampilan). Dengan adanya wawasan petani yang baik tentang
suatu hal, akan mendorong terjadinya sikap yang pada gilirannnya mendorong
terjadinya perubahan perilaku. Pengetahuan mencerminkan tingkat kesadaran
petani untuk mencari dan menerima informasi inovasi teknologi. Artinya,
pengetahuan yang tinggi dimiliki oleh petani yang mempunyai tingkat kesadaran
yang tinggi pula. Kesadaran yang tinggi mendorong petani untuk lebih
memberdayakan diri mereka sendiri dengan meningkatkan pengetahuannya.
Pengetahuan dan pemahaman petani terhadap suatu inovasi teknologi
dapat ditingkatkan melalui peningkatan frekuensi penyuluhan dengan berbagai
metode penyuluhan (seperti display/demplot, temu lapang, dan pertemuan/
anjangsana) dan media penyuluhan (seperti folder, leaflet, poster, dan buku).
Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian
merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi dan pemberdayaan
petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan
pengetahunnya. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa dalam
akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian mempunyai
arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan dalam
mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi dan
individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka
penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya
akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai
bagian dari perilaku penerapan inovasi. Faktor-faktor tersebut di antaranya
adalah faktor dari dalam diri petani seperti umur, pendidikan, status sosial, pola
hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme,
aspirasi dan dogmatis (sistem kepercayaan tertutup) dan faktor lingkungan
seperti kosmopolitan, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti
18
penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana
produksi.
Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu memiliki
kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut. Tiap karakter
yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian dan orientasi perilaku
tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman,
dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan
akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.
Hanafi (1987) mengemukakan bahwa kerumitan suatu inovasi
berhubungan negatif dengan kecepatan adopsi yang berarti semakin rumit suatu
inovasi bagi seseorang, maka akan semakin lambat pengadopsiannya.
Ditambahkan oleh Soekartawi (2005), bahwa bila memang benar teknologi baru
akan memberikan keuntungan yang relatif besar dari teknologi lama, maka
kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat. Makin mudah
teknologi baru tersebut dipraktekkan, maka makin cepat pula proses adopsi yang
dilakukan petani. Oleh karena itu, agar proses adopsi inovasi dapat berjalan
cepat, maka penyajian inovasi baru tersebut harus lebih sederhana.
Pengetahuan yang dimaksud juga memiliki berbagai level. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang tercakup dalam domain pengetahuan
mempunyai enam tingkatan yakni: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau objek yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (pengalaman).Memahami
diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang telah diketahui. Oleh karena itu ada ungkapan dalam penyuluhan: Saya
dengar, maka saya lupa; Saya lihat, maka saya ingat; Saya mencoba, maka saya
tahu; Saya mencoba berulang-ulang maka saya paham.
Dari kegiatan demplot tersebut penyuluh yang ada di BP3K dapat
membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) berdasarkan kegiatan yang ada di demplot
dan pengamatan yang dilakukan terhadap pertumbuhan tanaman dan kreatifitas
dalam penyusunan angka kredit.
19
Kegiatan peningkatan kapasitas peneliti, penyuluh dalam percepatan
penyebaran inovasi pertanian di Provinsi Bengkulu juga berperan aktif dalam
kegiatan Pekan Daerah (PEDA) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XV yang
dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang sebagai narasumber, juri dan panitia
dibeberapa kegiatan antara lain :
- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu teknologi. Materi yang
disampaikan yaitu okulasi jeruk
- Sebagai narasumber pada kegiatan Temu profesi. Materi yang disampaikan
yaitu peningkatan profesionalisme penyuluh.
- Sebagai juri dan panitia pelaksana pada kegiatanTemu karya
- Sebagai juri dan tim pembuatan soal perlombaan pada kegiatan Asah
terampil.
4.2. Mendiseminasikan 7 Teknologi Hasil Kajian BPTP Kepada Petani,KTNA dan Penyuluh di Wilayah BP3K/BPP.
Untuk menyebarluaskan inovasi hasil kajian BPTP kepada petani, KTNA dan
penyuluh melalui media demonstrasi plot dan penyebaran leaflet.Ada 7 demplot
kegiatan yang tertuang dalam tabel 4. Kegiatan demplot dilakukan di wilayah
kerja BP3K dan yang melakukan pendampingan dan pengamatan dilakukan oleh
penyuluh yang ada di BP3K tersebut.
Tabel 4. Rekapitulasi Demplot Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyuluh diProvinsi Bengkulu tahun 2015
No Komoditas Lokasi Teknologi Budidaya Luas(ha)
1 PadiSawah
Wilayah BP3KSingaran PatihKota BengkuluKelompok TaniGambung jaya
- Tenologi yang digunakan PTTpadi
- Menggunakan sistem pertanamanjajar legowo 2:1
- Varietas yang digunakan cigeulis- Dosis pemupukan dengan
menggunakan kalender tanam- Dilakukan pengamatan tanaman
dari awal pertumbuhan sampaidengan pemanenan.
- Umur tanaman (panen): 105 hari- Produksi Padi = 8,77 ton/ha
(hasil ubinan)
0,5
2 Kedelai Wilayah BP3KJayakartaKabupaten
- Teknologi yang digunakan PTTkedelai
- Varietas yang digunakan yaitu
0,25
20
BengkuluTengah
Anjasmoro- Lokasi demplot sudah diolah dan
siap untuk ditanam benih kedelaitetapi terkendala dengan tidakadanya hujan sehingga lahanmengalami kekeringan. Sehinggatidak dapat dilanjutkan.
- Berita acara terlampirWilayah BP3KTabeak BlauKab. Lebong
- Teknologi yang digunakan PTTkedelai
- Varietas yang digunakan yaituAnjasmoro
- Pengolahan dan penanamandilakukan bersama – samadengan petani calon penerimaprogram GPPTT kedelai
- Umur tanaman (banen): 81 hari- Produksi =0,4 ton biji kering /ha
0,3
3 Jagung :1. Tumpan
gsarijagungdengankacangtanah
Wilayah BP3KAir NipisKabupatenBengkuluSelatandi lahananggotaKelompokWanita TaniMekarsari DesaSukarami
- Teknologi yang digunakan yaituberdasarkan hasil pengkajianpemanfaatan lahan keringmasam dengan tumpangsarijagung dan kacang tanah diProvinsi Bengkulu tahun 2014dan PTT jagung dan kedelai
- Varietas yang digunakan yaitujagung menggunakan varietassukmaraga, kacang tanahmenggunakan varietas tuban dantalam.
- Dilakukan uji tanah denganmenggunakan perangkat ujitanah kering (PUTK).
- Umur tanaman (panen) jagung:120 hari, kacang tanah : 85 hari
- Produksi Jagung =- Kacang tanah = - (kekeringan,
polong tidak berisi)
0,5
2. Jagungsecaramonokultur
Wilayah BP3KMuaraBangkahuluKota BengkuluLahan BP3K
- Teknologi yang digunakan yaituPTT jagung
- Varietas yang digunakan yaitusukmaraga.
- Umur tanaman (panen): 90 hari- Produksi : 6,67 t/ha pipilan
kering
0,5
4 Jeruk Lahan BP3KGunung AlamdanLahan BP3K
- Teknologi yang digunakan yaitupengelolaan terpadu kebun jeruksehat (PTKJS).
- Umur tanaman : 6 bulan
0,3
21
Tabeak Blau - Pemupukan dilakukan 2 kali saattanam (bulan Mei 2015 ) danumur 6 bulan (November 2015)
5 IntegrasitanamanKelapaSawit-Sapi
Wilayah BP3KJayakartaKabupatenBengkuluTengah
- Demonstrasi cara FermentasiPelepah kelapa sawit sebagaipakan termak
- Demonstrasi cara pembuatankompos dari kotoran padat sapi
- Hasil = berat badan sapi- Kompos telah dikemas dalam
karung dan dijual
Penyuluhdanpetani
Demplot Budidaya Padi Sawah dengan Pendekatan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) di Kota Bengkulu
Komponen Hasil Selama Pengamatan
Komponen hasil yang diamati selama penanaman adalah tinggi tanaman,
jumlah rumpun per hektar, jumlah anakan per rumpun, jumlah malai per
rumpun, berat 1000 butir serta produksi (hasil ubinan). Komponen hasil yang
diamati secara rinci tersaji pada Tabel 5.
Tabel.5 Kompenen Hasil Budidaya Padi di Lahan Sawah Kecamatan SingaranPatih Kota Bengkulu, Mei-September 2015.
Uraian Hasil Pengukuran
Tinggi tanaman 92 cm
Jumlah rumpun/ha 333.333 rumpun
Jumlah anakan/rumpun 34 anakan
Jumlah anakan produktif 15
Berat 1000 butir 103 gram
Produksi (ubinan) 8,77 ton/ha
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 5. menunjukkan keragaan tanaman yang cukup, belum
menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman dilaksanakan pada
musim kemarau (bulan Juni – September 2015). Padi membutuhkan air dalam
jumlah yang cukup. Selama musim tanam, Menurut Yetti, H dan Ardian (2010),
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gardner (1991) yang mengatakan bahwa pertumbuhan
dan perkembangan tanaman dikendalikan oleh genotip dan lingkungan. Anakan
22
produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum
yang dihasilkan sebelumnya.
Kelayakan Usahatani Teknologi PTT Padi Sawah
Kelayakan usahatani teknologi PTT padi sawah diukur dengan
membandingkan dan melihat perbedaan (selisih) pendapatan antara penerapan
teknologi PTT padi sawah dengan penerapan budidaya yang biasa dilakukan di
tingkat petani. Kelayakan usahatani teknologi PTT secara rinci tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Kelayakan Usahatani PTT Padi Sawah di Kelurahan Panorama,Kecamatan Singaran Patih, Kota Bengkulu Tahun 2015
No. Uraian NilaiTeknologi PTT Non PTT
1.
2.3.4.5.6.
Biaya total (Rp/ha/MT)- Tenaga kerja- Benih- Pupuk- Pestisida- Sewa traktorProduksi (kg/ha/MT)Harga jual (Rp/kg)Penerimaan (Rp/ha/MT)Pendapatan (Rp/ha/MT)R/C
10.093.7507.733.750
175.000975.000508.000720.000
4.7704.000
19.080.0008.986.250
1,89
8.611.0007.142.500
112.500366.000270.000720.000
3.0604.000
12.240.0003.629.000
1,427.8.9.
Marginal Keuntungan PTT – non PTTMarginal Biaya PTT – non PTTMB/C = (6)/(7)
5.357.2501.482.750
3,61Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 6 menunjukkan bahwa usahatani padi sawah dengan pendekatan
PTT memberikan produktivitas dan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan usahatani yang biasa dilakukan oleh petani. Produktivitas padi melalui
penerapan PTT adalah sebesar 4,77 ton/ha sedangkan produktivitas padi yang
biasa dilakukan oleh petani adalah 3,06 ton/ha. Hal ini berarti bahwa penerapan
teknologi PTT meningkatkan produktivitas padi sebesar 55,88%. Meskipun
penanaman dilakukan pada saat musim kemarau, ada banyak faktor yang
mendukung lebih tingginya produktivitas padi melalui pendekatan teknologi PTT
dibandingkan dengan sistem budidaya yang biasa diterapkan oleh petani. Faktor-
faktor tersebut di antaranya adalah penggunaan varietas unggul, benih bermutu
dan berlabel, waktu pemupukan dan kesesuaian dengan status hara dan
23
kebutuhan tanaman, serta yang paling utama adalah penggunan sistem tanam
jajar legowo 2:1.
Setyanto dan Kartikawati (2008) menyebutkan bahwa dengan sistem
tanam jajar legowo semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir
tanaman yang biasanya memberikan hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir).
Adanya barisan kosong (legowo) menyebabkan penyerapan nutrisi oleh akar
menjadi lebih sempurna sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produksi
tanaman padi yang dihasilkan.
Dilihat dari pendapatan yang diterima petani, usahatani dengan
pendekatan teknologi PTT lebih besar 147,62% jika dibandingkan dengan
usahatani yang biasa dilakukan oleh petani dengan margin pendapatan sebesar
Rp. 5.357.250/ha. Hal ini disebabkan karena lebih tingginya produktivitas padi
melalui penerapan PTT padi sawah meskipun total biaya yang dikeluarkan lebih
tinggi dibandingkan dengan budidaya yang biasa dilakukan oleh petani, namun
keuntungan yang diperoleh masih lebih tinggi. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung
nilai perbandingan marginal keuntungan dan biaya yang dikeluarkan petani
(MB/C) sebesar 3,61 yang menunjukkan bahwa apabila biaya pendekatan PTT
(demplot) meningkat dengan kondisi eksternal yang sama masih memberikan
keuntungan 3,61 kali lipat.
Menurut Hidayat, Y, dkk (2012), penerapan model PTT padi sawah
dengan menggunakan VUB oleh petani kooperator di Kabupaten Halmahera
Tengah mampu memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan penerapan
teknologi yang biasa digunakan petani di lokasi pengkajian. Pendapat ini juga
didukung oleh hasil penelitian Asnawi, R (2014) bahwa produktivitas rata-rata
padi sawah pada lokasi SLPTT LL VUB lebih tinggi dari lokasi SLPTT LL non VUB
dan non SLPTT. Rata-rata pendapatan usahatani padi pada lokasi SLPTT LL VUB
adalah Rp.17.410.000,-/ha (R/C=3,15), lokasi SLPTT LL non VUB Rp.
13.488.806,-/ha (R/C=2,46) dan lokasi non SLPTT Rp.9.885.625,-/ha
(R/C=2,34).
Demplot Budidaya Kedelai dengan Pendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT)
Desiminasi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT dilakukan
melalui demplot di lahan BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten
24
Lebong. Komponen PTT kedelai yang dilaksanakan adalah penggunaan varietas
unggul, benih bermutu dan berlabel, pengolahan dan penyiapan lahan,
penanaman, pemupukan, pemberian amelioren dan kapur, pengendalian hama
dan penyakit, panen dan pasca panen. Dari pelaksanaan demplot dilakukan
pengamatan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Komponen
hasil yang diamati pada kegiatan demplot kedelai yang dilakukan pada lahan
BP3K Tabeak Blau Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong meliputi tinggi
tanaman (cm), jumlah cabang (cabang), umur berbunga (HST), jumlah
polong/rumpun, berat 100 biji (gram), persentase biji rusak (%) dan produksi
(ton/ha). Dari hasil pengamatan dan pengukuran diperoleh komponen hasil
budidaya kedelai yang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kompenen Hasil Budidaya Kedelai di Lahan Sub Optimal BP3K TabeakBlau Kabupaten Lebong, April-Juli 2015.
Uraian Hasil Pengukuran
Tinggi Tanaman 66 cm
Jumlah Cabang 6 cabang
Umur Berbunga 36 HST
Jumlah polong/rumpun 141 polong
Jumlah biji/polong 2 biji
Berat 100 biji 90 gram
% biji rusak 20 %
Produksi 0,4 ton/ha
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 7. menunjukkan bahwa keragaan tanaman kedelai yang cukup,
belum menunjukkan keragaan yang bagus karena penanaman kedelai pada
musim kemarau. Pada awal pelaksanaan penanaman demplot kedelai kondisi
tanah masih dalam keaadan lembab, namun pada saat tanaman mulai umur 2
minggu tanaman kedelai tidak mendapatkan air yang cukup untuk
pertumbuhannya. Dengan kondisi kekeringan atau curah hujan yang sangat
rendah tanaman kedelai masih mampu bertahan dengan tinggi tanaman
mencapai 66 cm, jumlah cabang 6 cabang perbatang, umur berbunga 36 hari
setelah tanam (HST), jumlah polong 141 polong per rumpun hanya saja dengan
jumlah biji per polong hanya 2 biji dan kondisi pertanaman tidak mendapatkan
25
air yang cukup serta persentase biji rusak yang cukup tinggi (20%) sehingga
produksi hanya 0,4 ton/ha biji kering.
Respon Penyuluh dan Petani Terhadap Teknologi PTT Kedelai
Respon penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di wilayah
kerja BP3K Tabeak Blau dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada penyuluh dan petani wilayah kerja BP3K Tabeak Blau yang
berjumlah 21 orang. Respon penyuluh dan petani dilihat dari tingkat
pengetahuan dan sikap (kognitif dan afektif) penyuluh dan petani wilayah kerja
BP3K Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai seperti pada Tabel 8,9 dan 10.
Tabel 8. Pengetahuan penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong tahun 2015
Tingkat Pengetahuan Nilai %
Terendah (nilai=3) 3 4,76
Tertinggi (nilai=8) 8 4,76
Rata-rata Nilai 5,6
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 8. diketahui bahwa tingkat pengetahuan penyuluh dan petani
terendah adalah 3 dan tertinggi adalah 8 masing-masing 4,76%. Rata-rata
pengetahuan penyuluh dan petani bernilai 5,6 sedangkan 61,90%
pengetahuannya berada di atas rata-rata. Melihat kondisi pengetahuan petani
maupun penyuluh di wilayah BP3K masih tergolong rendah maka masih
diperlukan peningkatan pengetahuan teknis budidaya kedelai melalui berbagai
metode penyuluhan di wilayah kerja BP3K Tabeak Blau.
Selanjutnya sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah kerja BP3K
Tabeak Blau terhadap teknologi PTT kedelai merupakan respon penyuluh dan
petani. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai
disajikan pada Tabel 9.
26
Tabel 9. Sikap kognitif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai di BP3KTabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015
Pertanyaan% Sikap Kognitif Responden
SangatSetuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
1 66,67 33,332 42,86 52,38 4,763 38,10 61,904 33,33 38,10 28,575 19,05 19,04 51,91 106 23,81 47,62 21,57 7
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 9 terlihat bahwa sikap kognitif penyuluh dan petani di wilayah
kerja BP3K Tabeak Blau tentang Informasi teknologi budidaya kedelai sangat
dibutuhkan oleh 66,67%, sedangkan hanya 38,10% responden setuju bahwa
penerapan teknologi budidaya kedelai terkendala oleh sistem budidaya yang
diterapkan oleh petani dan penyuluh dan selebihnya 61,91% responden tidak
setuju. Sikap afektif penyuluh dan petani disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Sikap afektif penyuluh dan petani terhadap teknologi PTT kedelai diBP3K Tabeak Blau Kabupaten Lebong Tahun 2015
Pertanyaan% Sikap Kognitif RespondenSangatSetuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju
1 57,14 42,862 42,86 57,143 28,57 47,62 23,814 14,29 54,38 31,335 19,05 19,05 61,90
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel. 10 terlihat bahwa pertanyaan no 1 dan 2 seluruh responden
setuju dan sangat setuju tentang pelaksanaan demplot untuk menambah
pengetahuannya, demikian halnya dengan komponen budidaya yang tidak
terbiasa dilakukan petani, 61,90% responden menyatakan tidak setuju dan
sangat tidak setuju artinya responden senang dengan teknologi yang diterapkan.
Demplot Budidaya Jagung dengan Pendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT) di Lahan Sub Optimal
Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati selama pertumbuhan
adalah tinggi tanaman, dan komponen hasil meliputi panjang tongkol, lingkar
27
tongkol, jumlah baris per tongkol, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol,
bobot 100 butir dan hasil produksi (melalui ubinan). Komponen hasil yang
diamati secara rinci tersaji pada Tabel 11.
Tabel 11. Komponen Hasi Tanaman Jagung di Lahan Sub Optimal KecamatanMuara Bangka Hulu Kota Bengkulu Tahun 2015
Uraian Hasil PengukuranPanjang tongkol 17,17 cmLingkar tongkol 15,27 cmJumlah baris per tongkol 14 barisJumlah biji per tongkol 473 bijiBerat biji per tongkol 161,47 gramBobot 100 butir 34 gramProduksi (ubinan) 6,67 t/ha pipilan kering
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 11. menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung
sukmaraga dalam kondisi iklim yang panas masih menunjukkan pertumbuhan
yang baik. Dimana produksi ubinan yaitu 6,67 t/ha pipilan kering jika
dibandingkan dengan diskripsi tanaman jagung sukmaraga rata – rata hasil yaitu
6 t/ha pipilan kering. Rata –rata jumlah baris yaitu 14 baris, jumlah baris ini
berada pada kisaran jumlah baris jika dilihat berdasarkan diskripsi tanaman
jagung sukmaraga yaitu 12-16 baris. Peningkatan produktifitas tanaman, selain
dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh faktor genotif
dan lingkungan juga ditentukan oleh pemilihan varietas dan teknologi yang
digunakan. Menurut Subandi dan Ibrahim (1990) dan Subandi dan Zubachtirodin
(2005) keberhasilan peningkatan produksi jagung sangat bergantung pada
kemampuan penyediaan dan penerapan inovasi teknologi meliputi varietas
unggul dan penyediaan benih bermutu, serta teknologi budidaya yang
tepat. Varietas unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha
meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Menurut Suprapto (1992) varietas
unggul umumnya mempunyai produktivitas yang lebih tinggi bila dibandingkan
varietas lokal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa varietas jagung sukmarga
dapat menjadi salah satu alternatif varietas yang bisa digunakan pada saat
musim kemarau (kering).
28
Demonstrasi Pembuatan Kompos dan Fermentasi Pelepah Kelapa Sawit
Demonstrasi pembuatan kompos dan fermentasi pelepah kelapa sawit
dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan petani dan penyuluh dan
memperluas adopsi inovasi Integrasi tanaman Kelapa Sawit dan Sapi yang telah
dilakukan oleh BPTP Bengkulu. Hasil pengamatan terhadap responden yang
menghadiri kegiatan demonstrasi cara seperti Tabel 12. berikut.
Tabel 12. Peningkatan pengetahuan petani dan penyuluh sebelum dan setelahmengikuti Demonstrasi Cara pembuatan kompos dan Fermentasipelepah daun kelapa sawit sebagai pakan ternak sapi di DesaJayakarta Kecamatan Talang IV Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun2015.
Kegiatan Petani Penyuluhsebelum sesudah Beda Sebelum sesudah Beda
Fermentasi pelepahdaun Kelapa Sawit
5,47 5,9 0,43 6,94 7,43 0,49
PembuatanKompos
6,21 6,21 0 7,35 8,57 1,22
Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Tabel 12 menunjukkan bahwa demonstrasi cara mampu meningkatkan
pengetahuan penyuluh dan petani dari 6,94 menjadi 7,43 meningkat sebesar
0,49% dan 5,47 menjadi 5,9 sebesar 0,43%. Pengetahuan penyuluh tentang
pembuatan pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit masih dalam katagori
sedang. Hal ini dapat diduga bahwa selama ini penyuluh lapang sudah
mengetahui bahwa pelepah daun kelapa sawit bisa digunakan sebagai pakan
ternak sapi. Begitu juga dengan petani meskipun terjadi peningkatan tetapi
dalam katagori rendah. Pada kelompok yang sama dulu pernah dilakukannya
pengkajian tentang pelepah daun sawit untuk pakan ternak tetapi tingkat
pengetahuan petani masih belum signifikan meningkat. Artinya disini petani
dalam proses adopsi teknologi masih berada pada tahapan sadar dan minat
belum sampai pada tahapan menilai, mencoba dan menerapkan. Sehingga masih
dipandang perlu dilakukannya pendampingan pengolahan pakan yang berasal
dari pelepah daun sawit baik itu pada petani maupun penyuluh lapang.
Untuk pembuatan kompos, pengetahuan penyuluh dan petani dalam
katagori tinggi dan sedang dari 7,35 menjadi 8,57 meningkat sebesar 1,22% dan
6,22 menjadi 6,22. Untuk pengetahuan petani tidak terjadi peningkatan. Hal ini
dapat diasumsikan bahwa petani sudah memahami mengenai pembuatan
29
kompos dari kotoran ternak. Hal ini diduga disebabkan oleh pengalaman petani
yang sudah cukup lama dalam memanfaatkan kotoran ternak yang digunakan
sebagai pupuk tanaman mereka.
Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam
proses adopsi inovasi. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarta (2005) bahwa
dalam akselerasi pembangunan pertanian, pengetahuan individu pertanian
mempunyai arti penting, karena pengetahuan dapat mempertinggi kemampuan
dalam mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan tinggi
dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian,
maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada
akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas
maupun kualitas. Syafruddin, dkk (2006) menyatakan bahwa setiap individu
memiliki kemampuan berbeda untuk mengembangkan pengetahuan. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik individu tersebut.
Tiap karakter yang melekat pada individu akan membentuk kepribadian
dan orientasi perilaku tersendiri dengan cara yang berbeda pula. Dengan
meningkatnya pengetahuan petani, diharapkan proses transfer teknologi
pembuatan pakan pelepah daun kelapa sawit untuk pakan ternak dan
pembuatan kompos dapat dengan cepat diterapkan dan mengurangi dalam
penggunaan pupuk kimiawi, sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak
dan dapat meningkatkan perekonomian petani. Pengetahuan sebagai alat
jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari
pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas
pengetahuan akan lebih berkembang dibandingkan dengan tanpa didasari
pengetahuan.
Aplikasi Fermentasi Pelepah Sawit Ke Ternak
Fermentasi pelepah daun kelapa sawit dari hasil demontrasi cara
diaplikasikan langsung keternak. Tujuan dari aplikasi tersebut adalah untuk
melihat pertambahan bobot badan harian (PBBH) ternak yang diberi pakan dari
pelepah daun sawit dengan menggunakan teknologi fermentasi. Pemberian
fermentasi pelepah daun kelapa sawit dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap
pertama, tahap uji coba yang bertujuan untuk membiasakan ternak
mengkonsumsi fermentasi pelepah daun sawit, yang dilakukan selama 10 hari
30
dan tahap kedua, tahap pengamatan yang dilakukan selama 30 hari. Ternak
diberi pakan fermentasi pelepah daun kelapa sawit sebanyak 5 kg/hari/ekor.
PBBH ternak tertuang dalam Tabel 13.
Tabel 13. Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Ternak yang beri pakanFermentasi Pelepah Daun Kelapa Sawit.
Ternak Berat Awal Berat selama 40hari
PBBH(gr/ekor/hari)
1 191,32 205,76 352,12 340 349 219,53 169,03 174,35 129,7
Rata – rata 233,77Sumber : Data Primer (diolah), 2015.
Dari Tabel 13 diketahui bahwa pertambahan bobot badan harian rata –
rata 233,77 gr/ekor/hari. Pertambahan bobot badan ternak tersebut masih
tergolong rendah. Menurut Jelan et al (1991) dalam Batubara (2003) sapi yang
diberi bungkil inti sawit (50%) dan silase pelepah sawit (50%) memberikan
pertambahan bobot badan harian sebesar 450 gr/ekor/hari. BATUBARA (2002a)
menyatakan bahwa penggunaan daun sawit segar sebagai pengganti hijauan
dalam konsentrat yang mengandung 30% BIS, memberikan pertambahan bobot
badan 760 g/ekor/hari dengan R/C–ratio 1,5 pada sapi hasil persilangan.
Penggunaan daun sawit dibatasi oleh tinggi kadar lignin, sehingga perlu
dilakukan pengolahan untuk meningkatkan daya cerna melalui perlakuan fisik,
senyawa kimia, biologis atau kombinasi. ABU HASAN et al. (1995), mengatakan
bahwa pemberian daun sawit dan pelepah sawit dalam bentuk segar atau silase,
tidak memberikan hasil yang berbeda dibanding hijauan sebagai ransum basal.
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K mampu meningkatkan kapasitas
peneliti dan penyuluh dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
2. Kegiatan demplot dan demcara mampu meningkatkan pengetahuan petani
serta memberikan respon yang baik kepada petani dan penyuluh di lapangan
3. Penyebaran bahan informasi teknologi (tercetak dan elektronik) maupun
demplot dan demcara di wilayah kerja BP3K mempercepat sampainya
informasi teknologi kepada petani, KTNA Kecamatan dan penyuluh di
lapangan.
5.2. Saran
Begitu bermanfaatnya kegiatan Demplot di wilayah kerja BP3K dalam
transfer teknologi kepada penyuluh dan petani, diharapkan dalam pelaksanaan
demplot di BP3K yang difasilitasi oleh Bakorluh dapat menerapkan tahapan yang
telah dilakukan oleh BPTP.
32
KINERJA HASIL PENGKAJIAN
1. Diketahuinya 7 teknologi hasil kajian BPTP oleh petani, KTNA dan penyuluh
di 6 wilayah BP3K/BPP di 4 Kabupaten dan Kota.
2. Tersampaikannya cara penulisan KTI bagi penyuluh di lapangan di 15 BP3K
di Kabupaten dan Kota.
3. Tersusunnya KTI sebanyak 4 judul makalah (1 judul telah dipresentasikan),
3 judul KTI dalam bentuk buku yang didokumentasikan di Perpustakaan
BPTP dan BP3K.
33
JADWAL KERJA
No. Uraian KegiatanBulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I Persiapan :
1. Perbaikan RDHP
2. Penyusunan/pembahasanperbaikan RODHP(2 kegiatan)
3. Koordinasi
II Pelaksanaan :
4. Pengadaan ATK
5. Penentuan petani Demplot,
6. Persiapan, Pertemuan dilapangan
7. Pelaksanaan Demplot,demcara
8. Penyusunan bahan cetakandan elektronik
9. Pertemuan petani, penyuluhlapangan di BP3K
10 Field day
III Evaluasi :7. Laporan bulanan8 Analisis Data9 Laporan tengah tahun, akhir
tahun10 Seminar Hasil11 Penyusunan KTI
34
PEMBIAYAAN
A. Rencana Anggaran Belanja (RAB)
No. Jenis Pengeluaran Volume HargaSatuan
JumlahBiaya
(Rp.000) (Rp.000)1 Belanja Bahan : 61.070
- Bahan saprodi demplot di BPP- Bahan pendukung pertemuan- Bahan informasi (modul, brosur,
leaflet, CD, buku)- ATK, Komputer Suplies- Konsumsi dalam rangka
pertemuan
7 paket31
197
5.0002.00012.00
3.22050
35.0006.000
12.000
3.2204.850
2 Honor Output Kegiatan- Honor petugas lapang- UHLpetani Kooperator
40150
10035
9.2504.0005.250
3 BelanjaJasaProfesi 5.000- Honor narasumber, pengarah,
evaluator10 500 5.000
4 BelanjaPerjalanan Biasa 45.000
5
- Perjalanan dalam rangkapelaksanaan kegiatan (berkisarantara Rp. 365.000 s/d Rp.5.000.000)
Belanja Perjalanan Dinas dalam Kota- Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan
9 OP
5 OH
5.000
100
45.000
500
500
Jumlah 120.820
35
B. Realisasi Anggaran
No Jenis Pegeluaran RealisasiAnggaran
(Rp)
PersentaseKeuangan
(%)
PersentaseFisik (%)
1 Belanja Bahan :- ATK dan komputer
supplies3.470.000 100 100
- Bahan pendukungpertemuan
5.937.000 98,95 100
- Bahan saprodi- Bahan Informasi
35.000.00012.000.000
100100
100100
2 - Konsumsi Pertemuan 4.850.000 100 1003 Honor Output Kegiatan
- Honor petugas lapang 5.000.000 100 100- UHL petani kooperator 7.000.000 100 100
4 BelanjaJasaProfesi- Narasumber, pengarah,
evaluator1.950.000 97,5 100
5 BelanjaPerjalanan Biasa- Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan44.876.200 99,73 100
6 Belanja Perjalanan Dinasdalam Kota- Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan500.000 100 100
Jumlah 120.583.200 99,80 % 100 %
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Agustina. 2008. Peranan Penyuluhan dan Kelompok Tani Ternakuntuk Meningkatkan Adopsi Teknologi dalam Peternakan Sapi Potong.Prosiding Seminar Nasional Sapi Potong, 24 November 2008. Palu.
Abu Hasan, O., M. Ishida and Z. Ahmad Tajuddin. 1995. Oil palm fronds.technology transfer and acceptance a sustainable utilization for animalfeeding Proc. 17th Ann. Conf. MSAP, Penang, Malaysia.
Azwar.S, 2013. Penyusunan Skala Psikologi (Edisi 2). Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Astuti,UP dan Ruswendi, 2013. Makalah Seminar Nasional : Berbagai MetodeDiseminasi Teknologi Jeruk RGL di Kabupaten Lebong.
Astuti, UP, 2013. Laporan Akhir Tahun : Efektifitas Berbagai Metode Diseminasidalam Mendukung MP3MI berbasis Jeruk di Kabupaten Lebong
Badan Litbang Pertanian. 2005. Panduan Umum Pelaksanaan Pengkajian sertaProgram Informasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Badan LitbangPertanian, Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2004. Prosiding Lokakarya Sinkronisasi Program HasilPenelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian,Jakarta.
Badri.M. 2008. Kontribusi Teori-teori Komunikasi dalam Komunikasi Inovasi,www.teori difusi.
Batubara, L.P. 2002a. Potensi biologis daun sawit sebagai pakan basal dalamransum sapi potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan danVeteriner, 30 September–1 Oktober, Ciawi, Bogor. Pusat PenelitianPengembangan Peternakan.
Batubara, L.P. 2003. Potensi Integrasi Peternakan dengan Perkebunan KelapaSawit sebagai Simpul Agribisnis Ruminan. Wartazoa Vol.13 No.3
Gardner, P, F, R, B, Perace, dan R, I, Michell. 1991. Fisiologi TanamanBudidaya. Terjemahan Oleh H, Susilo. Universitas Indonesia Press.Jakarta.
Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Penerbit UsahaNasional : Surabaya.
Hidayat, Y, Saleh, Y, dan Waraiya, M. 2012. Kelayakan Usahatani Padi VarietasUnggul Baru Melalui PTT di Kabupaten Halmahera Tengah. JurnalPenelitian Pertanian Tanaman Pangan Vo. 31 No.3 2012.
Hubies.S.A.V. Pengaruh Desain Pesan Video Instruksional terhadap PeningkatanPengetahuan Petani tentang Pupuk Agrodyke. Jurnal Agro Ekonomi,Volume 25 No.1, Mei 2007 : 1 – 10.
Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas MaretUniversity Press. Solo.
Risna, Rosni, M, dan Mariani. 2012. Peran Penyuluhan Pertanian TerhadapPengendalian Hama Terpadu pada Tanaman Padi Berdasarkan KelasKemampuan Kelompok Tani di Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten
37
Hulu Sungai Tengah. Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 02 Nomor 03September 2012.
Sadono, Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru PenyuluhanPertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan Maret 2008, Vol. 4 No.1.
Saridewi, T.R dan Siregar, A.N. 2010.Hubungan antara Peran Penyuluh danAdopsi Teknologi oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi diKabupaten Tasikmalaya.Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 5 No. 1.
Setyanto, P dan R. Kartikawati.2008. Sistem Pengelolaan Tanaman Padi RendahEmisi Gas Metan. Jurnal Penelitian Tanaman Pangan, Vol 27 (3): 154-163.
Shawwal, S.M dan Asyraf Muhammad. 2012. Kontribusi Penyuluhan TerhadapPeningkatan Produksi dan Pendapatan Petani (Kasus Petani Padi) diKabupatenLuwuUtara:http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/43f06187dabb
751 10dd804a1b697e186.pdf.
Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia.Jakarta.
Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian HamaTanaman Terpadu (Online). http: //ejournal .unud. ac.id/ abstrak /(6)%20soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.
Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete denganPengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana,Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2.
Suprapto, H.S. 1992. Bertanam Jagung. Cetakan IX. Penerbit Penebar Swadaya.Jakarta.
Subandi , Ibrahim, M. 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan ProduksiJagung di Indonesia. Balitbangtan. Deptan. Jakarta.
Subandi dan Subachtirodin. 2005. Teknologi Budidaya jagung Berdaya SaingGlobal. Makalah Disampaikan pada Pertemuan Pengembangan KoordinasiAgribisnis jagung. 1-2 Agustus 2005 di Bogor.
Wijianto, Arip. 2008. Hubungan antara Peranan Penyuluh dengan PartisipasiAnggota dalam Kegiatan Kelompok Tani di Kecamatan BanyudonoKabupaten Boyolali. Agritexts No. 24.
Wiriatmadja. 1977. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. C.V. Yasaguna. Jakarta
Yetti, H dan Ardian.2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam TerhadapPertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.)Varietas IR 42dengan Metode SRI (System of Rice Intensification). SAGU, Maret
2010 Vol. 9 No.1: 21-27.
38
PERSONALIA
NO Nama/NIP JabatanFungsional/
BidangKeahlian
Uraian Tugas AlokasiWaktu(Jam/
Minggu)1 Dr. Umi
Pudji Astuti,MP
PenyuluhMadya/SosialEkonomiPertanian
- Penanggung jawab kegiatan- Membuat RODHP- Mengadakan rapat perencanaan
dengan tim- Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan- Melakukan koordinasi tim dan pihak
terkait- Menyusun laporan bulanan, triwulan,
tengah tahun dan laporan akhir.- Membuat KTI bidang Sosek dan
penyuluhan
15
2 Yesmawati,SP
PenelitiPertama/SosialEkonomiPertanian
- Menyusun rancangan demplot- Menyusun indikator pengukuran
demplot- Mengkoordinir penyuluh lapangan
dalam pengukuran komponen hasil- Tabulasi dan análisis data kelayakan
teknis, dan ekonomis- Membuat KTI bidang SOSEK
10
3 BunaiyahHonorita,SP
PenyuluhPertama/Penyuluhan
- Menyusun daftar pertanyaanperubahan PSK
- Bersama petugas lapangan mengukurperubahan PSK
- Melakukan tabulasi, dan análisis data- Membantu menyiapkan laporan- Membuat KTI perubahan prilaku
10
4 LindaHarta, S.Pt
PenyuluhPertama/Nutrisimakananternak
- Menyusun daftar pertanyaanperubahan PSK
- Bersama petugas lapangan mengukurperubahan PSK
- Melakukan tabulasi, dan análisis data- Membantu menyiapkan laporan- Membuat KTI perubahan prilaku
10
5 SanusiMusa
Administrasikeuangan
- Menyiapkan administrasi keuangan(RPD, Rencana pengajuan bahan danmemproses ke PUMK)
- Membantu kegiatan tim di lapangan
5
39
Lampiran 1. Dokumentasi demplot jagung di Kabupaten Bengkulu Selatan
Gambar 1. Peninjauan calon lokasidemplot
Gambar 2. Penyusunan Petunjuk TeknisBersama penyuluh yang ada diBP3K
Gambar 3. Pengolahan lahan Gambar 4. Pembersihan rumput
Gambar 5. Lahan siap ditanam Gambar 6. Pembuatan tugal
40
Gambar 7. Perendaman benih kacangtanah
Gambar 8. Penamanan kacang tanah
Gambar 9. Perendaman benih jagung Gambar 10. Pembuatan lubang tanam
Gambar 11. Penanaman jagung Gambar 12. Pencampuran pupuk
41
Gambar 13. Pemupukan tanaman jagung dan kacang tanah
Gambar 14. Penyiangan gulma
Gambar 15. Jagung siap panen Gambar 16. Panen
42
Gambar 17. Pemipilan jagung Gambar 18. Penjemuransecara modern
43
Lampiran 2. Dokumentasi demplot padi di Kota Bengkulu
Gambar 1. Olah tanah
Gambar 3. Lokasi persemaian
Gambar 2. Pengambilan sampel tanah
Gambar 4. Penanaman
Gambar 5. Pemupukan Gambar 6. Pengambilan dataUbinan
44
Gambar 7. Panen Gambar 8. Kegiatan Apresiasi Teknologi
Gambar 9. Pembukaan dan Kata Gambar 10. Penyampaian teknologiSambutan dari Kepala BP4K yang diterapkan
Gambar 11. Kunjungan lapangan Gambar 12. Pengisian kuesioner
45
Lampiran 3. Dokumentasi demplot jagung di Kota Bengkulu
Gambar1.Peninjauan calon lokasidemplot jagung
Gambar 2. Penanaman benih jagung
Gambar 3. Tanaman jagung umur 7hari
Gambar 4. Pemupukan tanamanjagung
Gambar 5. Panen jagung
46
Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong
Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur
Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal
Gambar 4. Penanaman kedelai
Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST
Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST
46
Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong
Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur
Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal
Gambar 4. Penanaman kedelai
Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST
Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST
46
Lampiran 4. Dokumentasi demplot kedelai di Kabupaten lebong
Gambar 1. Pembuatan bedeng tanam Gambar 2. Pemberian pupuk kandangdan kapur
Gambar 3. Pembuatan lubang tanamdengan ditugal
Gambar 4. Penanaman kedelai
Gambar 5. Tanaman kedelai umur 20HST
Gambar 6. Tanaman kedelai umur 40HST
47
Gambar 7. Pertanaman kedelai menjelangpanen
Gambar 8. Pertanaman kedelai siappanen
Gambar 9. Pemanenan kedelai Gambar 10. Pengeringan kedelai
Gambar 11. Perontokan biji kedelaidengan tresher
Gambar 12. Pembersihan kedelai darikulit dan kotoran
48
Gambar 13. Biji kedelai yang sudah dibersihkan
49
Lampiran 5. Dokumentasi demplot jeruk di Kabupaten Lebong
Gambar 1. Peninjauan lokasi demplotjeruk lahan BP3K GunungAlam
Gambar 2. Peninjauan lokasi demplotjeruk lahan BP3K TabeakBlau
Gambar 3. Penyerahan bibit jeruk Gambar 4. Penyiapan lubang tanamjeruk
Gambar. 5. Penyiapan lubang jeruk Gambar 6. Lubang tanam jeruk
50
Gambar 7. Penanaman jeruk Gambar 8. Penimbunan lubang jeruk
51
Lampiran 6. Susunan acara dan petugas kegiatanpertemuan apresiasi teknologiantar pelaku inovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontaktaniTahun 2015.
Waktu Uraian Acara Petugas
10.00 – 10.15 Pembukaan Yesmawati, SP
10.15 – 10.40 Sambutan – sambutan
1. Kepala Desa Sukarami Midian Efendi
2. BPTP Bengkulu Dr. Ir. Umi Pudji Astuti,
MP
3. Kepala BP4K BengkuluSelatan
10.40 – 11.10 Budidaya Jagung Linda Harta, S.Pt
11.10 – 11.40 Kiat – kiat mendapatkan angkakredit dari kegiatan demplot
Dr. Ir. Umi Pudji Astuti,
MP
11.40 – 12.20 Kunjungan lapang Tim Kegiatan
12.20 – 13.00 Istirahat dan sholat Pembawa acara
13.00 – 14.30 Diskusi Pembawa acara
14.30 – 15.00 Pendampingan pengisian Bunaiyah Honorita, SP
15.00 - 15.30 Do’aPenutup
EngkosPembawa acara
52
Lampiran 7. Dokumentasi kegiatan pertemuan apresiasi teknologi antar pelakuinovasi yaitu petani, penyuluh lapang dan kontak tani di DesaSukarami Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun2015.
Gambar 1. Regristrasi peserta apresiasi Gambar 2. Pembukaan acara
Gambar 3. Kata sambutan dari KepalaDesa Air Nipis
Gambar 4. Kata sambutan dari BP4K
Gambar 5.Penyampaian materibudidaya jagung
Gambar 6. Penyampaian materi kiat –kiat mendapatkan angka kredit danpemanduan dalam pengisian kuesioner
53
Gambar 7. Peninjauan kelokasi demplot Gambar 8. Diskusi yang dipandu olehKorluh BP3K Air Nipis
Gambar 7 dan 8. Pertanyaan yang disampaikan penyuluh dan petani
54
Lampiran 8. Petunjuk teknis teknologi budidaya padi
PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA PADIDI KOTA BENGKULU
1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam RangkaPercepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di ProvinsiBengkulu
2. Jenis Kegiatan : Diseminasi
3. Lokasi Kegiatan : Kota Bengkulu
4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalammempercepat proses adopsi inovasi teknologi budidayapadi.
2. Mendiseminasikan teknologi budidaya padi kepadapetani dan penyuluh di wilayah BPP Singaran Patih.
3. Mengetahui minat dan respon petani dan penyuluhterhadap inovasi teknologi budidaya padi.
5. Tahapan Pelaksanaan :
5.1. Penentuan Lokasi Demplot
Lahan Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran
Patih dipilih sebagai lokasi demplot budidaya padi untuk memberikan
percontohan langsung kepada petani dan penyuluh di Kecamatan Singaran Patih
dan sekaligus memberdayakan BPP sebagai pusat informasi pembangunan
pertanian di kecamatan dengan luas lahan demplot sebesar 0,5 ha.
5.2. Penentuan Petani Kooperator/Penyuluh Pelaksana
Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah Ketua
Kelompok Tani Gambung Jaya Kelurahan Panorama Kecamatan Singaran Patih,
Bapak Syahabudin dengan didampingi oleh Koordinator Penyuluh BP3K Singaran
Patih dan penyuluh pelaksana Desi Anita, SP.
5.3. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang
Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan
Demplot budidaya padi dilaksanakan oleh petani kooperator yang telah
disepakati oleh penyuluh sebagai pendamping di lapangan.
55
5.4. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya padi terdiri dari
data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi tinggi tanaman,
jumlah rumpun, jumlah anakan, umur berbunga, produktivitas hasil ubinan, dan
komponen hasil (jumlah anakan produktiv, panjang malai, jumlah gabah per
malai, dan berat 1000 butir. Data sosial berupa pengetahuan dan persepsi
petani dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya padi yang diterapkan
serta data ekonomi meliputi analisis kelayakan perubahan teknologi (penerapan
sistem tanam jajar legowo 2:1 dan pemupukan).
5.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BPP Singaran patih
Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan dan BPP Singaran patih sebanyak 3
kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya padi; 2)
Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan data; 3)
Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.
6. Metode pelaksanaan
Pelaksanaan demplot budidaya padi dilaksanakan dengan 1 perlakuan yang
merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara partisipatif
dimulai bulan Mei-September 2015 di BP3K Singaran patih. Teknologi budidaya
padi yang akan dilaksanakan adalah:
Varietas unggul
Pengolahan Lahan
Persemaian
Penanaman
Pemupukan
Pengairan
Penyiangan
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Panen dan pasca panen
56
7. Produktivitas hasil ubinan
Tinggi tanaman, jumlah rumpun, jumlah anakan, jumlah malai, dan umur
berbunga akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali. Data sosial yang
diambil meliputi data profil wilayah pengkajian, pengetahuan dan sikap petani
dan penyuluh terhadap teknologi budidaya padi. Data ekonomi yang diambil
adalah usahatani padi (penggunaan input berupa benih, pupuk, pestisida, tenaga
kerja; serta produksi dan harga).
8. Petunjuk Teknis Budidaya Padi
a. Varietas unggul.
Varietas yang digunakan adalah Cigeulis, dengan deskripsi sebagai berikut:
Dilepas tahun : 2002Tetua : Persilangan Ciliwung/Cikapundung/IR64Rataan Hasil : 5 – 8 ton/ha gabah kering bersihUmur Tanaman : 115 – 125 hariBentuk Tanaman : TegakTinggi Tanaman : 100 – 110 cmAnakan Produktif : 14 – 16 malaiWarna Kaki : HijauWarna Batang : HijauWarna Daun Telinga : PutihWarna Lidah Daun : PutihWarna Daun : HijauMuka Daun : Agak KasarPosisi Daun : TegakDaun Bendera : TegakBentuk Gabah : Ramping PanjangWarna Gabah : Kuning BersihKerontokan : SedangKerebahan : SedangTekstur Nasi : PulenBobot 1000 butir : 28 – 29 gramKadar AmilosaKetahanan Terhadap Hama
Ketahanan TerhadapPenyakitAnjuran
::
:
:
23%Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2dan 3Tahan terhadap bakteri hawar daun strainIVDapat ditanam pada musim penghujandan kemarau dan cocok ditanam padalokasi 600 m dpl
57
b. Pengolahan Lahan
Tanah diolah hingga berlumpur dan rata.
Pengolahan tanah dilakukan dengan traktor, menggunakan bajak singkal
dengan kedalaman olah >20 cm. Tunggul jerami, gulma, dan bahan organik
yang telah dikomposkan dibenamkan ke dalam tanah bersamaan dengan
pengolahan tanah pertama.
Pembajakan dilakukan dua kali, selanjutnya penggaruan untuk perataan lahan
dan pelumpuran.
c. Persemaian
Buat bedengan dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm serta panjang sesuaikan
dengan kebutuhan. Luas persemaian adalah 5 % dari luas areal pertanaman
atau sekitar 500 m untuk tiap hektar pertanaman.
Pupuk kompos secukupnya dan pupuk kimia yang digunakan untuk
persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15
g/m. Persemaian diberikan karbufuran untuk menghindari hama burung,
orong-orong dan semut.
Sebelum disebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian
diperam selama 24 jam.
Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25-
50 g/m atau 0,5 – 1 kg per 20 m. Kebutuhan benih 25 kg/ha.
Penanaman
Dilakukan pada saat bibit muda (15 – 21 HSS).
1-3 bibit perlubang.
58
Sistem tanam legowo Legowo 2:1 (Jarak tanam 20 x 10 x 40 cm = pop. tan
33 rumpun/m2).
Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam, dengan bibit dari varietas dan
umur yang sama.
d. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 3 x selama 1 musim tanam yaitu: pemupukan I =7-14
HST, II = 21 – 25 HST dan III = 35 – 40HST dengan dosis pupuk spesifik
lokasi.
Acuan rekomendasi pemupukan N, P dan K didasarkan pada inovasi Kalender
Tanam (KATAM) Terpadu .
Rekomendasi dosis pemupukan untuk demplot seluas 0,5 ha adalah sebagai
berikut:
Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg)Urea NPK Phonska
Umur 7 – 14 HST 20 62Umur 21 – 25 HST 30 63Umur 35 – 40 HST 37,5 -Jumlah 87,5 125
59
e. Pengairan
Selesai tanam ketinggian air 3 cm selama 3 hari.
Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibuang sampai kondisi
macak-macak selama 10 hari.
Fase pembentukan anakan s/d fase primordia bunga lahan digenangi air
setinggi 3 cm.
Menjelang pemupukan susulan pertama dilakukan drainase dan sekaligus
penyiangan.
Fase primordia bunga s/d fase bunting lahan digenagi air setinggi 5 cm untuk
menekan pertumbuhan anakan baru.
Selama fase bunting s/d fase berbunga lahan pertanaman diari 5 cm dan
dikeringkan (2 hari) secara bergantian.
Fase pengisian biji ketinggian air pertahankan 3 cm.
Seminggu menjelang panen lahan dikeringkan.
f. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman dari gangguan gulma dan
kemungkinan tercampurnya biji gulma dalam benih yang akan dihasilkan.
Penyiangan gulma perlu dilakukan menjelang 21 hari setelah tanam agar
ramah lingkungan, hemat tenaga kerja, meningkatkan jumlah udara dalam
tanah, dan merangsang pertumbuhan akar lebih baik.
Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali tergantung keadaan gulma.
Penyiangan dilakukan pada saat pemupukan susulan pertama atau kedua. Ini
dimaksudkan agar pupuk yang diberikan hanya diserap oleh tanaman padi,
jika gulma sudah dikendalikan.
60
g. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan konsep PHPT (Pengendalian
Hama dan Penyakit Tanaman Terpadu).
h. Panen Tepat Waktu
Panen harus memperhatikan: umur tanaman padi, cara pemanenan serta
tinggi pemotongan tanaman (sebaiknya ketinggian pemotongan sekitar 20
cm dari permukaan tanah dengan maksud jerami yang diangkut dari lahan
tidak terlalu banyak sehingga dapat dibuat kompos).
Waktu panen yang tepat dapat di dasarkan :
1. Umur varietas yang tercantum di dalam deskripsi varietas Landak Gasrok
Panen tepat waktu (90-95% gabah telah berisi dan menguning).
2. Kadar air 21-26%,
3. Pada saat 30-35 hari setelah berbunga, dan
4. Kenampakan malai 90-95% gabah telah berwarna kuning.
i. Perontokan Gabah Sesegera Mungkin
Perontokan gabah sesegera mungkin, paling lama 1-2 hari setelah panen. Cara
perontokan:Diiles/diinjak-injak, dipukul, dibanting, disisir, kombinasi disisir dan
dibanting, dan penggunaan alat/mesin perontok.
j. Ubinan
Ubinan merupakan cara pendugaan hasil panen yang dilakukan dengan
menimbang hasil tanaman contoh pada plot panen.
Legowo 2 : 1
Ukuran Ubinan untuk legowo 2 : 1 dapat digunakan 2,4 x 2,4 m atau lebih.
Untuk ukuran petak ubinan legowo 2x 1 m, terdapat 192 tanaman.Dalam 1
ha terdapat 1.736.111 petak ubinan.
Konversi hasil ubinan ke dalam Gabah Kering Giling (GKG) dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
Hasil GKG 14% = ((100 - Ka) / 86) x GKP
Keterangan:
Ka : Kadar air (%)
GKP : Gabah Kering Panen
GKG : Gabah Kering Giling
61
9. Nama dan Luas Display Kota Bengkulu
No. Nama
Luas
Lahan
(hektar)
Varietas
Dosis Pupuk
Phonska Urea
1. Syahabuddin 0,5 Cigeulis 125 87,5
10. Tahapan Pelaksanaan
No Waktu Uraian RencanaPelaksanaan
TanggalPelaksanaan Keterangan
1 Pengolahan Tanah Mei 2015 10 Mei 20152 < 20 hss Persemaian Mei 2015 15 Mei 2015 -3 0 hst Penanaman
Pengendalian Keong 2 Juni 2015 3 Juni 2015
4 7 – 14hst
Pemupukan ke 1(62 kg Phonska dan20 kg Urea)
10 Juni 2015
5 < 21 hst Penyiangan ke 1 22 Juni 20156 21 – 25
hstPemupukan ke 2(63 kg Phonska dan30 kg Urea)
24 Juni 2015
7 < 40 hst Penyiangan ke 2 6 Juli 20158 35 – 40
hstPemupukan ke 3(37,5 kg Urea) 8 Juli 2015
9 Penyemprotan ke 110 Penyemprotan ke 211 70 hst Penyemprotan Score 12 Agustus
201512 Penyemprotan ke 313 Penyemprotan ke 414 Penyemprotan ke 515 Panen 30 September
201516 Hasil Ubinan 1
(......... kg )Hasil Ubinan 1(......... kg )Hasil Ubinan 1(.........kg )
62
11. Rencana Pelaksanaan
No Uraian Kegiatan BULAN1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian dan BPTP)
2 Persiapan lahan/Pengolahanlahan
3. Persemaian4. Penanaman5. Pemupukan I (20 HST)6. Pemupukan II (40 HST)7. Pemupukan III (50 HST)8. Pengairan9. Penyiangan10. Pengendalian OPT (hama dan
penyakit)11. Pengamatan12. Panen13. Perontokkan14. Pengangkutan hasil panen15. Penjemuran
63
12. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Padi
No. Uraian
Minggu ke-2 4 6 8 10 12 14
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
1. Tinggi tanaman2. Jumlah rumpun3. Jumlah anakan4. Jumlah malai5. Umur berbunga
6.Produksi hasilubinan
7. Berat 1000 butir
64
Lampiran 9. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung secara tumpangsari
PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA BUDIDAYA JAGUNG SECARATUMPANGSARI DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN
1. Judul RDHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluh, Peneliti dalam
Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di Provinsi
Bengkulu.
2. Jenis Kerja : Desiminasi
3. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bengkulu Selatan
4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam
percepatan proses adopsi inovasi pertanian melalui
kegiatan demplot di wilayah kerja BP3K.
2. Mendiseminasikan teknologi budidaya tumpangsari
jagung dengan kacang tanah kepada petani, KTNA
dan penyuluh di Kabupaten Bengkulu Selatan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
penyuluh dan petani di Kabupaten Bengkulu Selatan
5. Tahapan Pelaksanaan:
5.1. Penentuan Calon Lokasi Demplot :
Wilayah pengembangan jagung/potensi pengembangan jagung
Penyuluh dan petani kooperatif
Tersedia lahan garapan
5.2. Penentuan Lokasi
Kemudahan akses ke lokasi Demplot/strategis untuk dikunjungi,
memenuhi kondisi fisik lokasi
5.3. Persiapan Lahan
Siapkan cangkul atau traktor dan sarana penunjang lainnya.
Olah tanah dengan cara dicangkul atau dibajak 1 – 2 kali hingga gembur
sambil diratakan.
Buang rumput – rumput liar atau pepohonan yang tidak berguna,
kemudian tampung pada suatu pembuangan limbah pertanian.
Tambahkan pupuk kandang, kemudian dibalik dan dicampur merata
dengan tanah lapisan atas.
Buat parit setiap 10 m dengan arah timur – barat
65
Gambar 1 dan 2. Pengolahan lahan
Gambar 3 dan 4. Pemberian pupuk kandang
5.4. PenanamanPenanaman kacang tanah dan jagung dilakukan dengan cara ditugal.
Penanaman kacang tanah dan jagung tidak dilakukan secara serentak
namun kacang tanah ditanam 7 – 10 hari lebih dahulu daripada
jagung.Tumpangsari yang dilakukan dalam pengkajian ini adalah
tumpangsari jalur atau Strip-intercropping, dua jalur jagung diikiuti 8 jalur
kacang tanah.Jarak tanam kacang tanah adalah 40 cm X 15 cm, jarak tanam
jagung 40 cm X 40 cm.
5.4.1. Persiapan Penanaman
Membuat lubang tanam menggunakan tugal.Tugal dibuat dari batang
kayu yang salah satu ujungnya diruncingkan atau berbentuk baji.
Keuntungan menggunakan mata tugal pada penanaman atau pemupukan
adalah :
1. Tugal mudah diusahakan dengan biaya relatif lebih murah
2. Kedalaman lubang tanam jangan terlalu dalam ± 5 cm
3. Memudahkan dalam pembuatan lubang tanam maupun pemupukan
Cara pembuatan lubang tanaman
1. Rentangkan tali rafia mulai dari sisi petakan dan ikatkan pada ajir
66
2. Lakukan penugalan lubang tanam pertama sejauh 20 cm (setengah jaraktanam) dari sisi petakan.
3. Lakukan penugalan untuk membuat lubang tanaman berikutnya denganmenggunakan tugal bermata tunggal.
Gambar 5. Pemasangan tali untukjalur tanam
Gambar 6. Penugalan untuklubang tanam
5.4.2. Penanaman
a. kacang tanah
1. kebutuhan benih kacang tanah yang ditanam dengan metode tumpangsari
jalur dengan perbandingan jumlah benih yang digunakan 80%. Benih yang
diperlukan untuk 1 ha sebanyak 64 kg dari 80 kg. Benih kacang tanah
dibasahi air hingga merata di tempat yang teduh, kemudian direndam
dengan campuran air dan insektisida berbahan aktif karbofuran (merk
dagang : furadan, darmafur dll) dengan konsentrasi 1 gr/10 ml air untuk
setiap 1 kg benih.
2. Masukkan 1 butir benih kacang tanah ke dalam lubang yang telah dibuat.
Tutup lubang dengan tanah tipis.
b. Jagung
1. Kebutuhan benih jagung yang ditanam dengan metode tumpangsari jalur
dengan perbandingan jumlah benih yang digunakan 40%. untuk 1 ha benih
jagung sebanyak 6 kg dari 15 kg. Benih jagung dibasahi air hingga merata
di tempat yang teduh, kemudian direndam dengan campuran air,
insektisida berbahan aktif karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur
dll) dengan konsentrasi 1 gr/10 ml air dan fungisida berbahan aktif
metalaksil (merk dagang cruser, ridomil, saromyl dll) 1,25 gr/10 ml air
untuk setiap 1 kg benih.
2. Masukkan benih jagung 1 butir kedalam lubang yang telah dibuat. Tutup
lubang dengan tanah tipis.
67
Gambar 7. Benih jagung Gambar 8. Benih kacang
Gambar 9. Penanaman benih jagung Gambar 10. Penanaman benihkacang
5.4.3. Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan berdasarkan hasil uji tanah dengan
menggunakan perangkat uji tanah kering (PUTK).Dari hasil uji diperoleh
kandungan unsur hara tanah yaitu Phospor dengan status sedang, Kalium
dengan status sedang, PH tanah dengan status agak masam dan C
organic dengan status sedang.
1. Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan dengan jarak 5 – 7
cm dari baris tanaman. Larikan tersebut diisi dengan pupuk kemudian
segera ditutup dengan tanah kembali.
2. Pemupukan Kacang Tanah
a. Pemupukan kacang tanah dilakukan pada saat tanaman berumur 10 –
15 hari setelah tanam sebanyak 280 kg/ha pupuk urea, 140 kg/ha SP-
36, 60 kg/ha KCl.
68
3. Pemupukan Jagung
a. Pemupukan jagung dilakukan pada saat tanaman berumur 10 – 15 hari
setelah tanam sebanyak 49 kg/ha pupuk Urea, 70 kg/ha SP-36, 30
kg/ha KCl
b. Pemupukan susulan kedua jagung dilakukan saat jagung berusia 35 –
40 HST dengan dosis pupuk 91 kg/ha Urea.
4. Pemberian kapur pertanian dilakukan bersamaan dengan pemupukan
pertama kacang tanah. Pemberian kapur dilakukan dengan cara membuat
larikan berjarak 5 – 7 cm dari tanaman. Pada larikan tersebut
ditambahkan kapur pertanian dengan dosis 600 kg/ha.Larikan diisi
dengan kapur dan segera ditutup dengan tanah.
5. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat olah lahan. Pupuk
kandang diberikan sebanyak 2 ton/ha.
6. Pemberian karbofuran dilakukan pada saat tanaman kacang tanah
berumur 28 – 30 HST.
Gambar 11. Pemupukan kacang
tanah
Gambar 12. Pemupukan jagung
5.5. Pemeliharaan Tanaman
5.5.1. Penyulaman
1). Benih kacang tanah dan jagung akan tumbuh 3 – 7 HST. Apabila
dalam waktu tersebut ada benih yang tidak tumbuh, harus segera
disulam.
2). Penyulaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam baru pada
bekas lubang tanam terdahulu. Kemudian tiap lubang diisi 1 benih
69
kacang tanah dan benih jagung yang baru, selanjutnya benih tersebut
ditutup dengan tanah tipis.
3). Penyulaman bertujuan untuk mempertahankan jumlah populasi
optimal persatuan luas lahan.
4). Penyulaman yang terlambat akan berpengaruh terhadap benih atau
tanaman hasil sulaman dan menyulitkan pemeliharaan tanaman
selanjutnya.
5.5.2. Penyiangan dan Pembubunan
Rumput liar (gulma) yang tumbuh dilahan penanaman menjadi
pesaing tanaman pokok dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar
matahari. Disamping itu gulma sering menjadi sarang hama atau
penyakit. Oleh karena itu, gulma harus dibersihkan (disiangi).Penyiangan
dilakukan berbarengan dengan pemupukan tanaman.
1). Penyiangan pertama dilakukan pada waktu tanaman kacang tanah
berumur 10 - 15 hari setelah tanam (HST).
2). Penyiangan kedua dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama
jagung pada saat Kacang tanah berumur 20 -25 HST atau jagung
berumur 10 – 15 HST.
3). Penyiangan ketiga dilaksanakan bersamaan dengan pemupukan
kedua jagung pada saat Kacang tanah berumur 45 -50 HST atau
jagung berumur 35 – 40 HST.
4). Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan rumput liar
(gulma) secara hati – hati agar tidak menggangu perakaran tanaman.
5). Alat bantu penyiangan dapat berupa kored atau parang. Pada waktu
penyingan kedua, dilakukan pembubunan, yaitu tanah digemburkan,
kemudian ditimbunkan didekat pangkal batang tanaman.
6). Pembubunan memudahkan bakal buah (gynofora) menembus
permukaan tanah, sehingga pertumbuhannya optimal.
5.5.3. Pengairan
1). Pada fase awal pertumbuhan tanaman kacang tanah dan jagung
membutuhkan pengairan yang memadai terutama di musim kemarau.
2). Kebutuhan optimal air harus dipertahankanhingga tanaman berumur
3 minggu.
70
3). Pengairan dihentikan 10 hari sebelum panen untuk memudahkan
pemanenan. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi atau sore
hari.
4). Air berlebihan harus segera dibuang (dialirkan)kepetakan lain. Tanah
yang becek atau menggenang akan mengganggu pertumbuhan
tanaman.
5.5.4. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Organisme penggangu tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor
pembatas produksi dalam budidaya tanaman. OPT meliputi hama,
penyakit dan gulma. Hama adalah serangga atau hewan mamalia yang
keberadaannya menimbulkan kerusakan pada tanaman budidaya atau
produknya yang menimbulkan kerugian ekonomi.Penyakit adalah
cendawan, bakteri, virus yang keberadaannya menimbulkan kerusakan,
namun sangat sulit diketahui saat datang dan awal gejalanya.Gulma
adalah tumbuhan yang tidak dinginkan dan kehadirannya dapat
menurunkan keuntungan usaha tani.
Salah satu penyakit paling berbahaya pada jagung adalah penyakit
bulai. Penyakit ini mengakibatkan tanaman menjadi terhambat
pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak
bertongkol sama sekali. Untuk mencegah penyakit bulai pada tanaman
jagung diberikan insektisida karbofuran saat tanaman berbunga. Untuk
mencegah serangan hama pada kacang tanah, saat tanaman mulai
berbunga diberikan insektisida sistemik berbahan dasar karbofuran.
Beberapa OPT yang dominan pada tanaman kacang tanah dan
jagung antara lain :
A. Kacang tanah
1. Thirps
Gejala : warna putih keperak-perakan pada permukaan daun,
serangan berat pada permukaan daun, serangan berat pada
musim kemarau
2. Pengendalian : pergiliran tanaman, tanam serempak dan
penyemprotan pestisida
3. Kutu daun
71
Gejala : kutu daun hidup bergerombol pada pucuk tanaman,
kuncup bunga atau batang muda. Kutu juga berperan sebagai
vector virus.
Pengendalian : penanaman serentak dan penyemprotan
insektisida
4. Penyakit bercak daun
Penyebabnya jamur cercoospora personata dan cercoospora
arachidicola. Gejalanya timbul bercak berukuran 1 – 5 mm,
berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang.
5. Penyakit karat
Penyakit : jamur puccina arachidis speg
Gejala : pada daun terdapat bercak – bercak berwarna coklat
muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum
waktunya.
Pengendalian : gunakan varietas yang resisten, tanaman yang
terserang dicabut dan dibakar.
B. Jagung
1. Hama penggerek batang
Gejala : kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yang
terserang yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada
batang, bunga jantan atau pangkal tongkol serta batang mudah
patah. Kehilangan hasil akibat serangan dapat mencapai 80%.
Pengendalian : waktu tanam yang tepat, tumpangsari jagung
dengan kedelai atau kacang tanah, pemotongan sebagian bunga
jantan.
2. Hama kutu daun
Gejala langsung apabila populasi tinggi helaian daun menguning
dan mengering. Gejala tidak langsung sebagai vector virus
menimbulkan mosaic ataupun garis – garis klorose sejajar tulang
daun
Pengendalian : musuh alami, parasit, insektisida sistematik
karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur dll)diberikan melalui
pucuk pada stadia vegetatif.
72
3. Bercak daun
Gejala pada daun tampak bercak memanjang dan teratur
berwarna kuning serta dikelilingi warna coklat. Bercak berkembang
dan meluas dari ujung hingga pangkal daun.
Pengendalian : pergiliran tanaman, mengatur kelembaban laham
agar kondisi lahan tidak lembab, menggunakan pestisida.
5.6. Panen dan Pascapanen
1. Kacang Tanah
Panen polong kacang tanah yang belum tua menyebabkan penurunan
produksi dan kualitas biji, yaitu berat polong turun drastis dan biji –
bijinya menjadi keriput setelah dikeringkan.
Panen polong yang terlalu tua menyebabkan banyak biji tumbuh dan
polong tertinggal dalam tanah pada waktu dicabut.
Ciri – ciri kacang tanah siap panen untuk benih dan bahan baku industri
makanan adalah :
1. Sebagian besar daun menguning dan gugur (rontok).
2. Tanaman berumur 85 – 110 hari, tergantung pada varietasnya.
3. Sebagian besar polongnya (80%) telah tua.
4. Kulit polong cukup keras dan berwarna coklat kehitaman.
5. Kulit biji tipis dan mengkilap.
6. Rongga polong terisi penuh.
Setelah dicabut dari tanah dengan hati-hati, batang kacang tanah
dipotong dari bagian pangkal tanaman ± 10cm. Polong kacang tanah
dibersihkan dari tanah yang melekat. Dilanjutkan dengan pemipilan dan
perontokan polong.
Pengeringan dengan cara menebarkan polong kacang tanah diatas
anyaman bambu atau tikar dan dijemur dibawah terik sinar matahari
sampai kering (kadar air 9% -12%).
Kacang tanah dapat disimpan dalam bentuk polong kering atau biji
kering.
2. Jagung
73
Panen dilakukan apabila kelobot tongkol telah mengering atau berwarna
coklat, biji telah mengeras dan telah terbentuk lapisan hitam (Black layer)
minimal 50% disetiap baris biji.
Panen terlalu awal kadar air masih tinggi dapat berakibat biji keriput,
warna kusam dan bobot biji lebih ringan.
Panen terlalu lambat terlebih saat masih hujan dapat menimbulkan
tumbuhnya jamur, bahkan biji dapat berkecambah.
Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur atau dianginkan jika kondisi
hujan.
Disarankan tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah dalam karung
karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur.
Pemipilan dilakukan setelah tongkol kering (kadar air biji ± 20%) dengan
alat pemipil.
Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 14%.
Jika cuaca hujan pengeringan dilakukan dengan mesin pengering, tidak
dianjurkan menyimpan biji jagung dalam kondisi kadar air > 14% dalam
karung untuk waktu lebih dari 1 bulan.
5.7. Parameter yang diamati
5.7.1. Komponen pertumbuhan vegetatif dan Komponen hasil
1. Jagung
a. Pertumbuhan vegetatif
IndikatorHari pengamatan
14 HST 28 HST 42 HST 56 HSTTinggi tanamanSerangan OPT
Keterangan : HST : hari setelah tanam OPT : organisme pengganggu
tanaman
b. Komponen hasil
Indikator Hasil Pengamatan Keterangan
Tinggi tongkol (cm) Setelah panenPanjang tongkol (cm) Setelah panenLingkar tongkol (cm) Setelah panenJumlah biji/tongkol (biji) Setelah panenBerat biji/tongkol (gram) Setelah keringJumlah produksi (kg/ha) Setelah kering
74
Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman.
Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga bagian tertinggi tanaman
jagung. Komponen hasil jagung yang diamati meliputi tinggi tongkol,
panjang tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji/ tongkol dan hasil produksi
tanaman jagung. Tinggi tongkol diukur dengan cara mengukur tegak lurus
dari tanah hingga pangkal tongkol tumbuh. Panjang tongkol diukur dengan
mengukur panjang tongkol jagung dari pangkal tongkol hingga ujung
tongkol jagung. Lingkar tongkol diukur dengan cara mengukur diameter
tongkol yang telah dipipil pada 3 titik dan nilainya dirata- ratakan sebagai
diameter tongkol. Jumlah biji/ tongkol diukur dengan cara memipil biji
jagung dari tongkolnya dan diukur jumlah biji jagung. Hasil produksi
tanaman jagung diukur dengan cara mengambil sampel produksi tanaman
melalui ubinan.
2. Kacang Tanah
a. Pertumbuhan vegetatif
Indikator Hari pengamatan14 HST 28 HST 42 HST 56 HST
Tinggi tanamanJumlah cabangUmur 50% tanaman berbungaSerangan OPT
b. Komponen hasil
Indikator Hasil Pengamatan Keterangan
Jumlah polong/tanaman Setelah panenJumlah biji/polong Setelah panenJumlah biji/tanaman Setelah panenBerat biji/tongkol (gram) Setelah keringJumlah produksi (kg/ha) Setelah kering
Komponen pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman dan
jumlah cabang. Tinggi tanaman diukur tegak lurus tanah hingga titik
tumbuh tanaman tertinggi. Titik tumbuh tanaman terletak pada bagian
pucuk tanaman.Komponen hasil kacang tanah yang diamati meliputi jumlah
polong/ tanaman, jumlah biji/ polong, jumlah biji/ tanaman dan hasil
produksi tanaman. Jumlah biji/ polong diukur dengan cara mengupas biji
75
kacang tanah pada setiap polong tanaman sampel dan mencatat hasilnya.
Jumlah biji tanaman dihitung dengan cara mengupas biji kacang tanah pada
tanaman sampel. Hasil produksi tanaman diukur dengan cara mengambil
sampel produksi tanaman melalui ubinan.
5.7.2. Perkembangan OPT
Perkembangan yang akan diamati meliputi hama dan penyakit pada
tanaman jagung dan kacang tanah. Pengamatan dilakukan secara periodik.
Lampiran 1. Deskripsi Jagung Varietas Sukmaraga
Dilepas tahun : 14 Februari 2013Umur 50% keluar rambut : ± 58 hariMasak fisiologis : ± 105 – 110 hariBatang : TegapWarna batang : HijauTinggi tanaman : ± 195 cm (180 – 220 cm)Daun : Panjang dan lebarKeragaman tanaman : Agak seragamWarna rambut : Coklat keunguanBentuk tongkol : Panjang dan silindrisTinggi tongkol : ± 195 cm (90 – 100 cm)Kelobot : Tertutup baik (85%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)Warna biji : Kuning tuaBaris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 – 16 barisBobot 1000 biji : ± 270 gRata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 8,5 t/ha pipilan keringKetahanan penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit bulai (P.
maydis), penyakit bercak daun (H. maydis),dan penyakit karat daun (Puccinia sp.)
Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl, adaptiftanah masam
76
Lampiran 2. Deskripsi Kacang Tanah
A. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Tuban
Dilepas tahun : 7 Agustus 2003SK Mentan : 398/Kpts/SR.120/8/2003Nomor induk : MLG 7547Kode galur : GH 7547Asal : Seleksi galur dan massa dari populasi varietas
lokal Tuban asal SemandingHasil rata-rata : 2,0 t/ha polong keringPotensi hasil : 3,2 t/ha polong keringTipe pertumbuhan : TegakPercabangan : TegakWarna batang : UnguWarna daun : HijauWarna bunga : Pusat bendera : kuning mudaMatahari : ungu kemerahanWarna ginofor : Rose (merah muda)Bentuk polong : BerpinggangJaring kulit polong : Tidak nyataBentuk biji : BulatTinggi tanaman : 45–60 cmJumlah polong/tanaman : 15–20 buahJumlah biji/polong : 2 / 1 / 3Umur berbunga : 28–31 hariUmur panen : 90–95 hariBobot 100 biji : 35–38 gBobot 100 polong : 80–85 gKadar protein : 21,4%Kadar lemak : 42,5%Ketahanan thd penyakit : Tahan layu, toleran karat dan bercak daun dan
agak tahan A. flavusToleransi abiotik : Toleran kekeringan, toleran kahat Fe dan adaptif
di Alfisol alkalisPemulia : Astanto Kasno, Joko Purnomo, Novita
Nugrahaeni, Trustinah, Mujiono, dan A. MunipEkofisiologis : Abdullah TaufikFitopatologis : Nasir Saleh, Sumartini
77
B. Diskripsi Kacang Tanah Varietas Talam
Dilepas tahun : 30 Nopember 2010SK Mentan : 3794/Kpts/SR.120/11/2010Nomor induk : MLG 0512Nama galur : No. 16 (J/912283-99-C-90-8)Asal : Silangan antara varietas Jerapah (J)dengan
varietas tahan A. FlavusICGV 1283Hasil rata-rata : 2,3 t/ha polong keringPotensi hasil : 3,2 t/ha polong keringTipe pertumbuhan : Tegak (Sapinsh)Rata – rata tinggitanaman
: ± 42 cm
Bentuk batang : BulatWarna batang : HijauWarna daun : HijauWarna bunga : Pusat bendera : Berwarna kuning mudaMatahari : Merah tuaWarna ginofor : Hijau-keunguanBentuk polong : BerpinggangKontruksi polong : DangkalJaring kulit polong : SedangPelatuk : KecilBentuk biji : BulatWarna biji : Merah muda (tan)Jumlah polong/tanaman : ±27 polongJumlah biji/polong : 2/1/3 polongWarna polong muda : PutihWarna polong tua : Putih gelapPosisi polong : Miring ke bawahUmur berbunga : 28–31 hariUmur panen : 90–95 hariBobot 100 biji : ±50,3 gramKadar protein : ±26,3%Kadar lemak : ±45,4%Kadar lemak esensial : ±44,0% dari lemak totalKetahanan thd hama : Berindikasi agak tahan hama kutu kebul (Bemisia
tabaci)Ketahanan thd penyakit : Tahan terhadap penyakit layu bakteri,agak tahan
karat daun, agak tahan bercak daun dan tahan A.Flavus(hingga 3 bulan setelah panen)
Keterangan : Agak tahan lahan masam (pH 4,5–5,6) dengankejenuhan Al 30–35%
Pemulia : Astanto Kasno, Trustinah, Joko Purnomo, NovitaN
Patologis : SumarsiniAgronomis : Abdullah TaufiqPengusul : Balai Penelitian Tanaman Kacang kacangan dan
Umbi-umbian, Malang
78
Lampiran 4. Catatan Harian/Farm Record Keeping Demplot Tumpangsari antaraJagung dengan Kacang Tanah.
No Kegiatan Pelaksanaan Keterangan jumlahyang mengerjakan
Mulai Selesai Laki-laki Perempuan1
- Mengolah lahan- Membuat bedengan- Membuat lubang tanam
2 Penanaman- Penanaman kacang tanah- Penanaman jagung
3 Pemupukan- Kacang Tanah 10-15 HST- Jagung 10-15 HST- Pemberian kapur pertanian 10-15 HST- Pemberian darmafuran 28-30 HST
4 Pemeliharaan tanaman- Penyulaman :
1. Kacang Tanah2. Jagung
- Penyiangan danpembubunan :1. Pertama2. Kedua3. Ketiga
10-15 HST20-25 HST45-50 HST
5 PengamatanA. Jagung1. Tinggi tanaman2. Panjang tongkol3. Lingkar tongkol4. Tinggi tongkol5. Jumlah biji/tongkol6. Hasil produksi tanaman7. Umur panenB. Kacang Tanah1. Tinggi tanaman2. Mulai berbunga3. Jumlah polong/tanamn4. Jumlah biji/polong5. Jumlah biji/tanaman6. Hasil produksi tanaman7. Umur panen
79
Lampiran 5. Kegiatan Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah
No Uraian Tanggal Keterangan
1. Tanam Kacang tanah (n)
2. Penyulaman Kacang tanah (n) s.d. (n + 3)
3. Penanaman Jagung (n+ 10)
4. Pemupukan Kacang tanahPenyiangan gulma
(n+ 10) s.d (n+ 15)
5. Penyulaman Jagung (n+10) s.d (n+13)
6. Pemupukan susulan JagungPenyiangan gulma
(n+20) s.d (n+25)
7. Pemupukan susulan JagungPenyiangan gulma
(n+45) s.d (n+50)
8. Panen Kacang Tanah (n+85) s.d (n+110)
9. Panen Jagung (n+120) s.d (n+125)
80
Lampiran 6. Rancangan Demplot Denah Penanaman Tumpangsari Jagung danKacang Tanah
Keterangan :Jagung (40cm X 40cm) Kacang tanah (40cm X 15cm)
Lampiran 7. Komposisi Pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakanPUTK
1. Kacang TanahHara yang ditambahkan Waktu aplikasi (HST)***
10 – 15Urea 280 kg/haSP-36 140 kg/haKCl 60 kg/ha
Catatan :***) Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umurtanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakandengan pupuk tunggal.
2. JagungHara yangditambahkan
Takaran * (kg/ha) Waktu aplikasi (HST)***10 – 15 35 – 40
Urea 125 – 350 49 kg/ha 91 kg/haSP-36 100 – 200 70 kg/ha -KCl 50 – 200 30 kg/ha -
Catatan :*) Takaran pupuk dapat diubah disesuaikan dengan ketersediaan hara dalam tanah darihasil analisis tanah atau rekomendasi setempat.**) Nilai persentase dari takaran pupuk yang harus diaplikasikan sesuai umurtanaman.Jika menggunakan pupuk majemuk, takaran unsur N, P dan K disetarakandengan pupuk tunggal.***) Dosis pupuk berdasarkan hasil uji tanah dengan menggunakan PUTK
3. Pupuk kompos sebanyak 2 ton/ha4. Kapur pertanian sebanyak 500 kg/ha
81
Lampiran 8. Jenis Insektisida dan Fungisida yang Digunakan
1. Tanaman Jagungc. Karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur) : 16 kg/had. Metalaksil (merk dagang : rindomil, saromyl) : 50 ml/ha
2. Tanaman kacang tanaha. Karbofuran (merk dagang : furadan, darmafur) : 16 kg/ha
Lampiran 9. Form pengamatan
Tabel 1. Tabel pengamatan JagungNo. Keterangan Tinggi Tanaman Tinggi
TongkolProduksiTanaman
Tabel 2. Tabel Pengamatan Kacang TanahNo. Keterangan Tinggi Tanaman Jumlah Cabang Produksi
Tanaman
Tabel 3. Tabel Pengamatan Komponen Hasil JagungNo. Keterangan Panjang
TongkolLingkarTongkol
Jumlah Biji/ tongkol
Tabel 4. Tabel Pengamatan Komponen Hasil JagungNo. Keterangan Jumlah polong/
tanamanJumlah biji/ tanaman
82
Lampiran 10. Petunjuk teknis teknologi budidaya kedelai
PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA KEDELAIDI KABUPATEN BENGKULU TENGAH
1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam Rangka
Percepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di
Provinsi Bengkulu
2. Jenis Kegiatan : Diseminasi
3. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Bengkulu Tengah
4. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam
mempercepat proses adopsi inovasi teknologi
budidaya kedelai.
2. Mendiseminasikan teknologi budidaya
kedelaikepada KTNA dan penyuluh di wilayah
BP3K Jayakarta.
3. Mengetahui minat dan respon KTNA dan
penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya
kedelai.
5.Tahapan Pelaksanaan :
5.1. Penentuan Lokasi Demplot
Lahan BP3K Jayakarta dipilih sebagai lokasi demplot budidaya kedelai untuk
memberikan percontohan langsung kepada KTNA dan penyuluh di
Kecamatan Talang Empat dan sekaligus memberdayakan BP3K sebagai
pusat informasi pembangunan pertanian di kecamatan.
5.2. Penentuan Petani Kooperator/Penyuluh Pelaksana
Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah
koordinator penyuluh BP3K Jayakarta. Koordinator penyuluh akan menunjuk
penyuluh sebagai pendamping lapangan petani.
5.3. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot yang
Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan
Demplot budidaya kedelai dilaksanakan oleh petani kooperator atau
pelaksana demplot yang ditunjuk dan telah disepakati dengan penyuluh
sebagai pendamping di lapangan.
83
5.4. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya kedelai terdiri
dari data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi tinggi
tanaman (cm), berat polong (gram), berat brangkasan (gram), kandungan
unsur hara dalam tanah (N, P, K, dan Ca)pada saat awal dan akhir
percobaan. Data sosial berupa pengetahuan, persepsi, dan respon petani
dan penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya kedelai.Sedangkan data
ekonomi meiputi analisis kelayakan perubahan teknologi.
5.5. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K Jayakarta
Diskusi dan pertemuan dilaksanakan di lahan atau BP3K Jayakarta sebanyak
3 kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan sekaligus penjelasan teknis budidaya
kedelai;2)Pengamatan dan diskusi rencana pengumpulan dan pengolahan
data; 3) Pertemuan dalam rangka penulisan KTI hasil demplot.
6. Metode pelaksanaan:
Pelaksanaan demplot budidaya kedelai dilaksanakan dengan 1 perlakuan
yang merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara
partisipatif dimulai bulan Januari s/d Desember 2015 di BP3K Jayakarta.
Teknologi budidaya kedelai yang akan dilaksanakan adalah:
Varietas unggul
Benih bermutu dan berlabel
Penyiapan lahan
Penanaman
Pemupukan
Pemberian bahan organik dan ameliorant
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Panen dan pasca panen
7. Data yang Diambil
Data yang diambil dalam pelaksanaan demplot teknologi budidaya
kedelai mulai dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan meliputi data
agronomi dan data sosial ekonomi. Data agronomi yang diambil terdiri dari:
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah cabang
3. Umur berbunga
84
4. Jumlah polong per rumpun
5. Jumlah biji per polong
6. Berat 100 biji
7. Produktivitas hasil ubinan
8. Persentase biji yang rusak
Tinggi tanaman, jumlah cabang, dan umur berbunga akan diamati secara
periodik setiap 2 minggu sekali.
Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,
pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya kedelai. Data
ekonomi yang diambil adalah usahatani kedelai (penggunaan input berupa
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).
8. Petunjuk Teknis Budidaya Kedelai
A. Varietas unggul.
Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro, dengan deskripsi sebagai
berikut:
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001Daya hasil : 2,03–2,25 t/haWarna hipokotil : UnguWarna epikotil : UnguWarna daun : HijauWarna bulu : PutihWarna bunga : UnguWarna kulit biji : KuningWarna polong masak : Coklat mudaWarna hilum : Kuning kecoklatanBentuk daun : OvalUkuran daun : LebarTipe tumbuh : DeterminitUmur berbunga : 35,7–39,4 hariUmur polong masak : 82,5–92,5 hariTinggi tanaman : 64 - 68 cmPercabangan : 2,9–5,6 cabangJml. buku batang utama : 12,9–14,8Bobot 100 biji : 14,8–15,3 gKandungan protein : 41,8–42,1%Kandungan lemak : 17,2–18,6%Kerebahan : Tahan rebahKetahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daunSifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
84
4. Jumlah polong per rumpun
5. Jumlah biji per polong
6. Berat 100 biji
7. Produktivitas hasil ubinan
8. Persentase biji yang rusak
Tinggi tanaman, jumlah cabang, dan umur berbunga akan diamati secara
periodik setiap 2 minggu sekali.
Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,
pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya kedelai. Data
ekonomi yang diambil adalah usahatani kedelai (penggunaan input berupa
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).
8. Petunjuk Teknis Budidaya Kedelai
A. Varietas unggul.
Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro, dengan deskripsi sebagai
berikut:
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001Daya hasil : 2,03–2,25 t/haWarna hipokotil : UnguWarna epikotil : UnguWarna daun : HijauWarna bulu : PutihWarna bunga : UnguWarna kulit biji : KuningWarna polong masak : Coklat mudaWarna hilum : Kuning kecoklatanBentuk daun : OvalUkuran daun : LebarTipe tumbuh : DeterminitUmur berbunga : 35,7–39,4 hariUmur polong masak : 82,5–92,5 hariTinggi tanaman : 64 - 68 cmPercabangan : 2,9–5,6 cabangJml. buku batang utama : 12,9–14,8Bobot 100 biji : 14,8–15,3 gKandungan protein : 41,8–42,1%Kandungan lemak : 17,2–18,6%Kerebahan : Tahan rebahKetahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daunSifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
84
4. Jumlah polong per rumpun
5. Jumlah biji per polong
6. Berat 100 biji
7. Produktivitas hasil ubinan
8. Persentase biji yang rusak
Tinggi tanaman, jumlah cabang, dan umur berbunga akan diamati secara
periodik setiap 2 minggu sekali.
Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,
pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya kedelai. Data
ekonomi yang diambil adalah usahatani kedelai (penggunaan input berupa
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).
8. Petunjuk Teknis Budidaya Kedelai
A. Varietas unggul.
Varietas yang digunakan adalah Anjasmoro, dengan deskripsi sebagai
berikut:
Dilepas tahun : 22 Oktober 2001Daya hasil : 2,03–2,25 t/haWarna hipokotil : UnguWarna epikotil : UnguWarna daun : HijauWarna bulu : PutihWarna bunga : UnguWarna kulit biji : KuningWarna polong masak : Coklat mudaWarna hilum : Kuning kecoklatanBentuk daun : OvalUkuran daun : LebarTipe tumbuh : DeterminitUmur berbunga : 35,7–39,4 hariUmur polong masak : 82,5–92,5 hariTinggi tanaman : 64 - 68 cmPercabangan : 2,9–5,6 cabangJml. buku batang utama : 12,9–14,8Bobot 100 biji : 14,8–15,3 gKandungan protein : 41,8–42,1%Kandungan lemak : 17,2–18,6%Kerebahan : Tahan rebahKetahanan thd penyakit : Moderat terhadap karat daunSifat-sifat lain : Polong tidak mudah pecah
85
B. Benih Bermutu dan Berlabel
Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).
Diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi.
C. Penyiapan Lahan
Olah tanah secara intensifyaitu dua kali bajak dan sekali digaru.
Taburkan bahan organik (pupuk kompos) pada lahan yang telah diolah
sebanyak 3 ton/hektar.
D. Penanaman
Tugal lahan yang telah diolah dan siap dengan kedalaman 2 – 3 cm.
Buat jarak tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanamagar tidak
terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air.
Jumlah populasi tanaman antara 350.000-500.000 tanaman/ha dengan
kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji.
E. Pemupukan
Pupuk tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan
dosis sebagai berikut:
Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)Urea SP-36 KCl
Saat Tanam 50 40 50Umur 14 HST 50 35 50
F. Amelioran pada lahan kering masam
pH 4,5-5,3 sebanyak 2 ton kapur/ha
pH 5,3-5,5 sebanyak 1 ton kapur/ha
pH 5,5-6,0 sebanyak 0,5 ton kapur/ha
85
B. Benih Bermutu dan Berlabel
Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).
Diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi.
C. Penyiapan Lahan
Olah tanah secara intensifyaitu dua kali bajak dan sekali digaru.
Taburkan bahan organik (pupuk kompos) pada lahan yang telah diolah
sebanyak 3 ton/hektar.
D. Penanaman
Tugal lahan yang telah diolah dan siap dengan kedalaman 2 – 3 cm.
Buat jarak tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanamagar tidak
terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air.
Jumlah populasi tanaman antara 350.000-500.000 tanaman/ha dengan
kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji.
E. Pemupukan
Pupuk tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan
dosis sebagai berikut:
Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)Urea SP-36 KCl
Saat Tanam 50 40 50Umur 14 HST 50 35 50
F. Amelioran pada lahan kering masam
pH 4,5-5,3 sebanyak 2 ton kapur/ha
pH 5,3-5,5 sebanyak 1 ton kapur/ha
pH 5,5-6,0 sebanyak 0,5 ton kapur/ha
85
B. Benih Bermutu dan Berlabel
Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>85%).
Diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi.
C. Penyiapan Lahan
Olah tanah secara intensifyaitu dua kali bajak dan sekali digaru.
Taburkan bahan organik (pupuk kompos) pada lahan yang telah diolah
sebanyak 3 ton/hektar.
D. Penanaman
Tugal lahan yang telah diolah dan siap dengan kedalaman 2 – 3 cm.
Buat jarak tanam 20 X 20 cm x 40 cm, 2-3 biji/lubang tanamagar tidak
terjadi akumulasi serangan hama penyakit serta kekurangan air.
Jumlah populasi tanaman antara 350.000-500.000 tanaman/ha dengan
kebutuhan benih 40-60 kg/ha, tergantung pada ukuran biji.
E. Pemupukan
Pupuk tanaman dengan menggunakan pupuk urea, SP-36, dan KCl dengan
dosis sebagai berikut:
Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)Urea SP-36 KCl
Saat Tanam 50 40 50Umur 14 HST 50 35 50
F. Amelioran pada lahan kering masam
pH 4,5-5,3 sebanyak 2 ton kapur/ha
pH 5,3-5,5 sebanyak 1 ton kapur/ha
pH 5,5-6,0 sebanyak 0,5 ton kapur/ha
86
G. Pengendalian hama dan penyakit
Beberapa hama utama pada tanaman kedelai yang perlu diwaspadai dan
dikendalikan adalah: Lalat bibit (Ophiomyia phaseoli), Pengisap polong
(Riptortus linearis), Ulat grayak (Spodoptera litura), Penggerek polong
(Etielia zincekenella). Teknik pengendaliannya yaitu:
1. Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Jika populasi
hama tinggi atau kerusakan daun 12,5 % dan kerusakan polong 2,5 %,
tanaman perlu disemprot dengan insektisida efektif.
2. Pengendalian secara kultur teknis antara lain penggunaan mulsa jerami,
pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan, serta
penggunaan tanaman perangkap jagung dan kacang hijau yang ditanam
pada pematang sawah.
3. Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun (Pakopsora pachyrhizl),
hawar daun (Pseudomonas syringae) dikendalikan dengan Mancozep dan
virus yang belum dapat dikendalikan dengan pestisida. Pengendalian
virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama
kutu dengan insektisida Decis. Waktu pengendalian adalah pada saat
tanaman berumur 14, 28 dan 42 hari atau menyemprot berdasarkan
populasi hama/vektornya.
Hama Ulat Grayak Hama Penggerek Polong
87
H. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan pada umur 82,5–92,5 hari, saat biji mencapai fase
masak yang ditandai dengan95 % polong telah berwarna coklat atau
kehitaman dan sebagian besar daun pada tanaman sudah rontok. Panen
dilakukan dengan cara memotong pangkal batang.
Brangkasan kedelai hasil panen langsung dihamparkan dibawah sinar
matahari dengan ketebalan 25 cm selama 2-3 hari (tegantung cuaca)
menggunakan alas. Pengeringan dilakukan hingga kadar air mencapai
14%.
Hindari menumpuk brangkasan basah lebih dari 2 hari sebab akan
menjadikan benih berjamur dan mutunya rendah. Brangkasan kedelai
yang telah kering (kadar air sekitar 14%) secepatnya dirontokkan baik
secara manual maupun mekanis (threser).
Hama Penggerek Pucuk Penyakit Hawar Daun
88
2.3. Rencana Pelaksanaan
No Uraian Kegiatan Bulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian danBPTP)
2 Pemesanan Benih ke BBIKelobak Kepahiang
3. Persiapanlahan/Pengolahan lahan
4. Pembuatan SaluranDrainase
5. Penanaman6. Pemupukan (0-14 HST)7. Penyiangan gulma ke-18. Penyiangan gulma ke-29. Pengairan10. Pengendalian OPT (hama
dan penyakit)11. Pengamatan12. Panen14. Penjemuran15. Perontokkan16. Pengangkutan hasil
panen17. Pengemasan
89
2.4. Jadwal Palang
No Uraian Kegiatan Pelaksanaan KeteranganRencana Realisasi
1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian vs BPTP)
2 Pemesanan Benih ke BBIKelobak Kepahiang
3. Persiapan lahan/Pengolahanlahan
4. Penanaman5. Pemupukan (0-14 HST)6. Penyiangan gulma ke-17. Penyiangan gulma ke-28. Pengendalian OPT (hama
dan penyakit)9. Pengamatan I10. Pengamatan II11. Pengamatan III12. Pengamatan IV13. Pengamatan V14. Pengamatan VI15. Pengamatan VII16. Panen17. Penjemuran18. Perontokkan19. Pengangkutan hasil panen
90
2.5. Tabel Pengamatan Demplot Teknologi Budidaya Kedelai
No. Uraian
Minggu ke-
2 4 6 8 10 12 14
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
1. Tinggi tanaman
2. Jumlah cabang
3. Umur berbunga
4.Jumlahpolong/rumpun
5.Jumlahbiji/polong
6. Berat 100 biji
7.Produksi hasilubinan
9. % biji rusak
91
Lampiran 11. Petunjuk teknis teknologi budidaya jagung
PETUNJUK TEKNIS DEMPLOT BUDIDAYA JAGUNGDI KOTA BENGKULU
1. Judul RODHP : Peningkatan Kapasitas Penyuluhan dalam RangkaPercepatan Penyebaran Inovasi Pertanian di ProvinsiBengkulu
2. Jenis Kegiatan : Kota Bengkulu3. Tujuan : 1. Meningkatkan peran peneliti dan penyuluh dalam
mempercepat proses adopsi inovasi teknologibudidaya jagung.
2. Mendiseminasikan teknologi budidayajagungkepada KTNA dan penyuluh di wilayahBP3K Muara Bangkahulu.
3. Mengetahui minat dan respon KTNA danpenyuluh terhadap inovasi teknologi budidayajagung.
4. Tahapan Pelaksanaan :
1. Penentuan Lokasi Demplot
Lahan BP3K Muara Bangkahulu dipilih sebagai lokasi demplot budidaya
jagung untuk memberikan percontohan langsung kepada KTNA dan
penyuluh di Kecamatan Muara Bangkahulu dan sekaligus
memberdayakan BP3K sebagai pusat informasi pembangunan pertanian
di kecamatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan:
BP3K memiliki lahan yang cukup untuk pelaksanaan demplot.
Lahan sudah sering digarap untuk ditanami tanaman jagung hibrida
dan sayuran.
Rekomendasi dari BKP3 Kota Bengkulu.
Penyuluh sangat kooperatif.
2. Penentuan Petani Kooperator/Penyuluh Pelaksana
Yang akan bertanggung jawab terhadap kegiatan demplot adalah
Koordinator Penyuluh BP3K Muara Bangkahulu. Koordinator penyuluh
akan menunjuk penyuluh sebagai pendamping lapangan untuk petani.
a. Implementasi Demplot oleh Petani Kooperator atau Pelaksana Demplot
yang Ditunjuk dan Penyuluh Lapangan
92
Demplot budidaya jagung dilaksanakan oleh petani kooperator yang
telah disepakati dengan penyuluh sebagai pendamping di lapangan.
b. Pengumpulan Data oleh Penyuluh Lapangan
Data yang dikumpulkan dalam pelaksanaan demplot budidaya jagung
terdiri dari data agronomi dan sosial ekonomi. Data agronomi meliputi
tinggi tanaman (cm), jumlah anakan, jumlah rumpun, umur berbunga,
produksi hasil ubinan, dan komponen hasil (jumlah anakan
produktif,panjang malai, jumlah gabah per malai, dan berat 1000 butir).
Data sosial berupa pengetahuan, persepsi, dan respon petani dan
penyuluh terhadap inovasi teknologi budidaya jagung.Sedangkan data
ekonomi meiputi analisis kelayakan perubahan teknologi (penggunaan
benih, jarak tanam, dan pemupukan).
c. Diskusi/Pertemuan di Lahan atau di BP3K Muara Bangkahulu
Diskusi dan pertemuan direncanakan akan dilaksanakan di lahan atau
BP3K Muara Bangkahulu sebanyak 3 kali, yaitu: 1) Awal pelaksanaan
sekaligus penjelasan teknis budidaya jagung; 2) Pengamatan dan diskusi
rencana pengumpulan dan pengolahan data; dan 3) Pertemuan dalam
rangka penulisan KTI hasil demplot.
3. Metode pelaksanaan:
Pelaksanaan demplot budidaya jagung dilaksanakan dengan 1 perlakuan
yang merupakan hasil kajian BPTP tahun sebelumnya, dilaksanakan secara
partisipatif dimulai bulan April s/d September 2015 di BP3K Muara
Bangkahulu.Teknologi budidaya jagung yang akan dilaksanakan adalah:
Varietas unggul
Benih bermutu dan berlabel
Penyiapan lahan
Penanaman
Pemupukan
Pembuatan saluran drainase
Pengendalian hama dan penyakit tanaman
Pengendalian gulma
Panen dan pasca panen
93
4. Data yang Diambil
Data yang diambil dalam pelaksanaan demplot teknologi budidaya
jagung mulai dari awal sampai dengan akhir pelaksanaan meliputi data
agronomi dan data sosial ekonomi. Data agronomi yang diambil terdiri dari:
1. Tinggi tanaman
2. Panjang tongkol
3. Tinggi tongkol
4. Lingkar tongkol
5. Jumlah biji per tongkol
6. Berat biji per tongkol
7. Produksi per hektar
Tinggi tanaman akan diamati secara periodik setiap 2 minggu sekali dan
komponen hasil (panjang tongkol, tinggi tongkol, lingkar tongkol, jumlah biji per
tongkol, berat biji per tongkol, dan produksi per hektar) diamati setelah panen.
Data sosial yang diambil meliputi data profil wilayah pengkajian,
pengetahuan dan sikap penyuluh terhadap teknologi budidaya jagung. Data
ekonomi yang diambil adalah usahatani jagung (penggunaan input berupa benih,
pupuk, pestisida, tenaga kerja; produksi dan harga).
5. Petunjuk Teknis Budidaya Jagung
a. Varietas unggul.
Varietas yang digunakan adalah Sukmaraga, dengan deskripsi sebagai
berikut:
Dilepas tahun : 14 Februari 2013
Umur 50% keluar rambut : ± 58 hariMasak fisiologis : ± 105 – 110 hariBatang : TegapWarna batang : HijauTinggi tanaman : ± 195 cm (180 – 220 cm)Daun : Panjang dan lebarKeragaman tanaman : Agak seragamWarna rambut : Coklat keunguanBentuk tongkol : Panjang dan silindrisTinggi tongkol : ± 195 cm (90 – 100 cm)Kelobot : Tertutup baik (85%)Tipe biji : Semi mutiara (semi flint)Warna biji : Kuning tuaBaris biji : Lurus dan rapatJumlah baris/tongkol : 12 – 16 baris
94
Bobot 1000 biji : ± 270 gRata-rata hasil : 6,0 t/ha pipilan keringPotensi hasil : 8,5 t/ha pipilan keringKetahanan penyakit : Cukup tahan terhadap penyakit
bulai (P. maydis), penyakit bercakdaun (H. maydis), dan penyakitkarat daun (Puccinia sp.)
Daerah sebaran : Dataran rendah sampai 800 m dpl,adaptif tanah masam
4. Benih Bermutu dan Berlabel
Benih memiliki tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%).
Benih dicampur dengan fungisida berbahan aktif metalaksil dengan
takaran 2 g per kg benih. Fungisida metalaksil dibasahi terlebih dahulu
dengan air sebanyak 10 ml untuk setiap 2 g metalaksil.
Benih yang digunakan sebanyak 15 – 20 kg per hektar.
5. Penyiapan Lahan
Lahan dibersihkan dari gulma
setelah hujan mulai turun atau
sebelum hujan turun.
Tanah diolah dengan bajak/traktor
dan digaru hingga rata. Tanah
juga dapat diolah dengan
dicangkul.
6. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara
konvensional dengan cara ditugal
dari kayu untuk membuat lubang
tanam benih.
Jarak tanam 75 cm x 40 cm, dua
benih per lubang tanam.
Benih yang telah dimasukkan ke
lubang tanam, ditutup dengan
pupuk kandang.
95
7. Pemupukan
Rekomendasi dosis pupuk yang digunakan menggunakan inovasi Kalender
Tanam (KATAM) Terpadu. Pupuk tanaman yang digunakan adalah pupuk
urea, SP-36, dan KCl dengan dosis sebagai berikut:
Waktu Pemupukan Dosis Pupuk (kg/ha)
Urea SP-36 KCl
Umur 7 – 10 HST 162 50 55
Umur 28 – 30 HST 163 50
Cara pemberian pupuk:
Pupuk dicampur merata dan diaplikasikan dengan cara ditugal sedalam 5 –
10 cm dengan jarak 5 – 10 cm di samping tanaman.
Lubang pupuk ditutup kembali dengan tanah.
8. Pengendalian hama dan penyakit
Hama
Hama yang seringkali merusak tanaman jagung adalah lalat bibit,
penggerek batang, dan penggerek tongkol.
96
Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.
Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida
karbofuran.
Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan
menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per
tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui
pucuk tanaman yang terserang.
Penyakit
Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh
jamur Peronosderospora sp.
Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed
treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara
merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.
Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur
Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.
Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.
9. Penyiangan Gulma
Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran
drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.
96
Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.
Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida
karbofuran.
Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan
menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per
tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui
pucuk tanaman yang terserang.
Penyakit
Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh
jamur Peronosderospora sp.
Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed
treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara
merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.
Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur
Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.
Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.
9. Penyiangan Gulma
Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran
drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.
96
Lalat bibit umumnya menyerang tanaman pada awal pertumbuhan.
Pengendalian harus dilakukan sejak saat tanam dengan insektisida
karbofuran.
Untuk penggerek batang, pengendalian disarankan dengan
menggunakan insektisida karbofuran dengan takaran 3 – 4 butir per
tanaman, jika gejala serangan telah mulai terlihat. Diaplikasikan melalui
pucuk tanaman yang terserang.
Penyakit
Penyakit utama tanaman jagung adalah bulai yang disebabkan oleh
jamur Peronosderospora sp.
Penyakit bulai dapat dikendalikan dengan perlakuan benih (seed
treatment) yaitu mencampur benih dengan fungisida metalaksil secara
merata dengan takaran 2 g metalaksil untuk setiap kg benih.
Penyakit lainnya adalah bercak daun yang disebabkan oleh jamur
Helminthosporium sp. Penyakit ini merusak daun yang sudah tua.
Pengendalian dilakukan dengan membuang daun yang telah mengering.
9. Penyiangan Gulma
Dapat dilakukan dengan bajak atau sekaligus dengan pembuatan saluran
drainase pada saat tanaman berumur 14 – 20 HST.
97
Penyiangan kedua, bergantung pada kondisi gulma. Dapat dilakukan
dengan cara manual atau menggunakan herbisida kontak paraquat
dengan takaran 1,0 – 1,5 liter per hektar.
Jika menggunakan herbisida, nozzle penyemprotan sebaiknya diberi
pelindung agar tidak mengenai daun dan posisi nozzle ± 20 cm di atas
permukaan tanah.
10. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan pada saat cuaca cerah, kadar air biji ± 30%, kelobot
mulai mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras dan telah
membentuk lapisan hitam (black layer) minimal 50% di setiap barisan
biji.
Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur. Jika kadar air biji selama
pengeringan telah mencapai ± 20%, jagung dipipil.
Jagung yang telah dipipil dijemur kembali hingga kadar air 14% dan siap
dipasarkan.
98
2.3. Rencana Pelaksanaan
No Uraian KegiatanBULAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Koordinasi antar instansi(Dinas Pertanian, BKP3,BPP dan BPTP)
2. Pemesanan Benih
3. Persiapanlahan/Pengolahan lahan
4. Penanaman
5. Pemupukan ke I (7-10HST)
6. Pemupukan ke II (28-30HST)
7. Pembuatan salurandrainase
8. Penyingan ke I
9. Penyingan ke II
10. Pengendalian hama danpenyakit (HPT) tanaman
11. Pengamatan
12. Panen
13. Penjemuran
14. Pemipilan
99
2.4. Jadual Palang
No. Uraian KegiatanPelaksanaan
KeteranganRencana Realisasi1. Koordinasi antar instansi (Dinas
Pertanian, BKP3, BPP dan BPTP)2 Pemesanan Benih3. Persiapan lahan/Pengolahan lahan4. Penanaman5. Pemupukan ke I (7 – 10 HST)6. Pemupukan ke II (28 – 30 HST)7. Pembuatan saluran drainase8. Penyingan ke I9. Penyingan ke II10. Pengendalian hama dan penyakit
(HPT) tanaman11. Pengamatan12. Panen13. Penjemuran14. Pemipilan
103