penilaian penguasaan kompetensi pedagogik dan penilaian...

37
PENILAIAN PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PENILAIAN TERHADAP KURIKULUM 2013 SEBAGAI PREDIKTOR BAGI STRES DALAM PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA GURU DI SMP NEGERI 1 JAYAPURA, PAPUA OLEH INDAH PUSPA SAPTIANTI 802010040 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: vankhanh

Post on 01-May-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

PENILAIAN PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN

PENILAIAN TERHADAP KURIKULUM 2013 SEBAGAI

PREDIKTOR BAGI STRES DALAM PELAKSANAAN

KURIKULUM 2013 PADA GURU DI SMP

NEGERI 1 JAYAPURA, PAPUA

OLEH

INDAH PUSPA SAPTIANTI

802010040

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan
Page 3: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan
Page 4: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan
Page 5: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan
Page 6: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan
Page 7: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

PENILAIAN PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN

PENILAIAN TERHADAP KURIKULUM 2013 SEBAGAI

PREDIKTOR BAGI STRES DALAM PELAKSANAAN

KURIKULUM 2013 PADA GURU DI SMP NEGERI 1

JAYAPURA, PAPUA

Indah Puspa Saptianti

Berta Esti Ari Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

i

Abstrak

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat apakah penilaian penguasaan kompetensi

Pedagogik dan penilaian terhadap Kurikulum 2013 dapat menjadi prediktor bagi stres

dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua. Teknik

pengambilan sampel jenuh digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil guru yang

melaksanakan Kurikulum 2013 sebanyak 31 orang sebagai responden. Alat ukur yang

digunakan adalah Skala Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik, Skala Penilaian

terhadap Kurikulum 2013 dan Teacher Stress Inventory. Analisis regresi dilakukan

sebagai teknik analisis data. Hasil menunjukkan bahwa penilaian penguasaan kompetensi

Pedagogik tidak berkorelasi dengan stres guru dengan r = -0,177 dan signifikansi 0,171

(p>0,05), sedangkan penilaian terhadap Kurikulum 2013 juga tidak berkorelasi dengan

stres r = 0,016 dan signifikansi 0,465 (p>0,05). Hasil korelasi tersebut membuat analisis

regresi tidak dapat dilakukan . Dengan demikian penilaian penguasaan kompetensi

Pedagogik dan penilaian terhadap Kurikulum 2013 tidak dapat menjadi prediktor bagi stres

dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua.

Kata Kunci : Penilaian, Kompetensi Pedagogik, Kurikulum 2013, Stres Guru

Page 9: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

ii

Abstract

In this study, researcher wanted to investigate whether the appraisal of mastery

Pedagogic competency and the appraisal of Kurikulum 2013 can be the predictors for

stres in the implementation of Kurikulum 2013 at teacher in SMP Negeri 1 Jayapura,

Papua. Saturated sampling technique is used in this study by taking 31 teacher who

implement Kurikulum 2013 as respondents. Measuring instruments of this study are the

Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik Scale, Penilaian terhadap Kurikulum 2013

Scale, and Teacher Stress Inventory. Regression analysis is done as data analysis

technique. The result shows there is no correlation between the appraisal of mastery

Pedagogic competency and teacher stress with r = -0,177 and significance 0,171

(p>0,05), while the appraisal of Kurikulum 2013 also not related to teacher stress with r

= 0,016 and signifcance 0,465 (p>0,05). Therefore, the regression analysis can not be

done. Finally, the result suggest that whether the appraisal of mastery Pedagogic

competency and appraisal of Kurikulum 2013 cannot be the predictors for stres in the

implementation of Kurikulum 2013 at teacher in SMP Negeri 1 Jayapura, Papua.

Keyword : Appraisal, Pedagogic Competency, Kurikulum 2013, Teacher Stress

Page 10: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

1

PENDAHULUAN

Stres merupakan hal yang sering terjadi pada setiap orang, termasuk guru.

Holroyd & Lazarus (dalam Dewe, O’Driscoll, & Cooper, 2012) menyebutkan bahwa

stres sebagai sesuatu yang timbul dari penilaian bahwa tuntutan lingkungan tertentu

melebihi sumber daya individu, sehingga mengancam kesejahteraannya. Munculnya

stres pada guru tentu saja membawa dampak bukan hanya bagi guru itu sendiri, tetapi

juga rekan, peserta didik dan juga sekolah. Blase dan Poornima (dalam Reddy &

Anuradha, 2013) menyebutkan bahwa stres pada guru seringkali memengaruhi

kemampuan guru untuk berfungsi secara efektif. Brown dan Ralph (dalam Reddy &

Anuradha, 2013) menyebutkan stres guru juga menyebabkan adanya penurunan kinerja

dan output; ketidakmampuan untuk mengatur waktu atau delegasi; perasaan terasing

dan tidak mampu; hilangnya kepercayaan diri dan motivasi; meningkatkan introversi;

iritabilitas dengan rekan-rekan; keengganan untuk bekerja sama; sering terjadi konflik

irasional di tempat kerja; penarikan diri dari hubungan yang mendukung; humor sinis

yang tidak pantas; pikiran negatif yang terus-menerus; penyalahgunaan zat yang

meningkat; kehilangan nafsu makan; sering mengalami infeksi; dan rawan kecelakaan.

Stres kerja guru dapat mempengaruhi fisiologis, kesejahteraan psikologis dan perilaku

guru, sekolah sebagai organisasi, kesejahteraan murid, pencapaian tujuan pendidikan,

dan kualitas pendidikan secara umum (Milbourne; Black; Weidner dalam Oztruk,

2011).

Oztruk (2011) menyebutkan salah satu hal yang menyebabkan stres pada guru

adalah perubahan kebijakan pendidikan, seperti perubahan kurikulum. Kurikulum baru

yang saat ini tengah dijalankan oleh pemerintah Indonesia adalah Kurikulum 2013,

yang telah diuji coba sejak tahun 2013. Namun pada tahun 2015 beberapa sekolah di

Page 11: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

2

Indonesia yang dianggap memenuhi persyaratan telah resmi menjalankan kurikulum

tersebut ( Latief, 2013). Kemendikbud (2013) memaparkan bahwa ada 4 perubahan

besar dalam Kurikulum 2013 yaitu 1) Konsep kurikulum, dimana dalam Kurikulum

2013 ini berusaha menyeimbangkan antara hardskill dan softskill, dimulai dari Standar

Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian, 2) Buku yang

dipakai merupakan buku yang berbasis kegiatan dan tematik terpadu, 3) Proses

pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya,

manalar, dan mencoba serta guru bertugasuntuk menuntun siswa untuk mencari tahu,

bukan diberi tahu, 4) Proses penilaian difokuskan bukan pada hasil kerja siswa

melainkan proses kerja siswa, selain itu penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan dilakukan dengan menggunakan portofolio

pembelajaran siswa.

Berbagai masalahpun timbul akibat perubahan tersebut, seperti yang dipaparkan

oleh salah satu guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua dalam wawancara yang

dilakukan sekitar bulan November 2014 lalu antara lain a) Proses penilaian dalam

kurikulum 2013 dinilai menyulitkan guru karena guru dituntut untuk dapat menilai

bukan saja tentang pengetahuan dan keterampilan anak, tetapi juga sikap, yang

kemudian dibuat dalam portofolio. Masalah utamanya adalah guru tersebut bukan hanya

menilai 10 atau 20 anak, tetapi 70 hingga 200 anak. Hal ini menghambat guru dalam

memaksimalkan proses belajar mengajar dan menyebabkan guru seringkali menilai

dengan tidak obyektif atau sembarangan, b) ketersediaan buku pegangan siswa dan guru

yang masih terbatas, c) siswa yang kurang proaktif. Hampir 80% siswa sulit untuk aktif

bertanya, melakukan diskusi kelompok dan mempresentasikan di depan kelas, meskipun

sudah di motivasi dengan penambahan nilai bagi siswa yang aktif dan berani. Hal ini

Page 12: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

3

mengakibatkan prestasi siswa menjadi menurun, d) banyak guru yang kesulitan dalam

mengintegrasikan materi mata pelajarannya dengan materi mata pelajaran lain dan

kehidupan sehari-hari, e) guru kesulitan dalam mengintegrasikan TIK dengan mata

pelajarannya karena keterbatasan fasilitas seperti internet dan komputer, selain itu masih

ada guru yang belum menguasai TIK.

Dalam wawancara tersebut, guru juga mengeluhkan mengalami stres karena

Kurikulum 2013 tersebut mensyaratkan banyak tugas sehingga guru harus mampu

membagi waktu untuk dapat tetap menjalankan tanggung jawab dalam keluarga. Hal

tersebut tentu saja menyebabkan kelelahan pada guru. Selain itu guru menjadi sering

memarahi siswanya yang dianggap sulit diatur dan enggan untuk melakukan tugasnya

dengan sebaik mungkin. Menurut Kyriacou dan Sutcliffe (dalam Vaezi & Fallah, 2012)

perasaan negatif seperti kemarahan merupakan sindrom respon dari stres.

Lazarus dan Folkman (dalam Edgey & Ivey, 2012) menyebutkan bahwa proses dari

penilaian kognitif dari stres meliputi dua level yaitu penilaian primer dan penilaian

sekunder. Level pertama yaitu penilaian primer yang muncul ketika seseorang

diperhadapkan dengan stresor dan mengeveluasinya sebagai sesuatu yang negatif,

positif, atau tidak relevan – tantangan (challenge) sebagai penilaian positif, ancaman

(threat), kerugian atau kehilangan (harm or loss) sebagai penilaian negatif (Weinstein,

Brown, & Ryan, 2009). Sesuatu akan dinilai positif atau negatif hanya jika hal tersebut

mengkonfrontasi tujuan dari individu, sehingga ia menjadi rentan terhadap hal tersebut.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penilaian kognitif terhadap stresor merupakan

bagian yang paling penting dalam timbulnya respon stres (Dewe, 1991; Edge & Ivey,

2012; Harvey, Nathen, Bandiera, & LeBlanc, 2010), hal ini berarti apakah seseorang

Page 13: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

4

menilai stresor sebagai sesuatu yang positif (tantangan) atau negatif (ancaman atau

kerugian) akan menentukan kondisi stresnya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harvey dan rekannya (2010) ditemukan

bahwa orang-orang yang menilai stresor atau situasi sebagai ancaman cenderung

memperlihatkan respon stres yang lebih tinggi yang ditandai dengan adanya pelepasan

kortisol dibandingkan dengan mereka yang yang menilai stresor sebagai tantangan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa perubahan kurikulum, dalam kasus ini

adalah Kurikulum 2013, merupakan stresor bagi guru dan karena penilaian terhadap

stresor merupakan hal yang penting dalam proses munculnya stres, maka penilaian guru

terhadap Kurikulum 2013 akan memengaruhi munculnya stres pada guru. Jika

Kurikulum 2013 dianggap sebagai sesuatu yang negatif yaitu sebagai ancaman atau

kerugian maka guru menjadi rentan terhadap stres. Sebaliknya jika Kurikulum 2013

dianggap sebagai tantangan, maka guru akan termotivasi untuk menghadapinya

Jika stresor dirasakan berpengaruh bagi individu maka individu tersebut akan

mengevaluasi kemampuan dirinya (Lazarus & Folkman, 1987). Ini merupakan level

kedua dari penilaian kognitif yaitu penilaian sekunder. Menurut Lazarus dan Folkman

(1987) penilaian sekunder merupakan suplemen krusial untuk penilaian primer sebab

kerugian, tantangan, dan ancaman juga tergantung dari bagaimana seseorang yakin

mampu mengendalikan hasil. Kemampuan untuk mencapai hasil yang diinginkan inilah

yang disebut dengan kompetensi (Guillen & Saris, 2013; Trinder, 2008). Kompetensi

juga memampukan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam suatu pekerjaan, untuk

dapat berfungsi seperti yang diharapkan dalam pekerjaan tersebut dan untuk melakukan

pekerjaan dibawah berbagai kondisi, termasuk mengatasi segala kemungkinan yang

mungkin terjadi (Trinder, 2008).

Page 14: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

5

Dalam penelitiannya, Yperen (2007) menemukan bahwa penilaian yang tinggi

terhadap kompetensi diri dapat mengatasi efek negatif dari situasi terevaluasi. Selain itu

Tram dan Cole (2000) menemukan bahwa penilaian terhadap kompetensi diri dapat

memprediksi perubahan pada gejala depresi. Salah satu kompetensi dasar yang harus

dimiliki oleh seorang guru adalah kompetensi Pedagogik. Kompetensi Pedagogik

merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Standar Nasional Pendidikan

Pasal 28 ayat (3) butir a dalam Musfah, 2011).

Berdasarkan penguraian diatas, maka dapat ditarik sebuah logika bahwa Kurikulum

2013 dapat menjadi pemicu stres jika guru menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang

negatif yaitu sebagai ancaman atau kerugian dan hal tersebut disebabkan oleh penilaian

bahwa ia tidak atau kurang menguasai kompetensi pedagogik sebagai salah satu sumber

daya personalnya untuk mengatasi hambatan tesebut, sehingga tuntutan yang diberikan

dalam Kurikulum 2013 dianggap melebihi kapasitasnya. Sebaliknya, guru akan

termotivasi untuk menghadapi hambatan tersebut jika guru menilai hal tersebut sebagai

tantangan yang harus ditaklukan dan hal tersebut disebabkan oleh penilaian bahwa ia

yakin telah menguasai kompetensi pedagogik sebagai sumber daya personal untuk

mengatasi setiap hambatan yang muncul akibat perubahan kurikulum tersebut.

Page 15: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

6

Melihat pemaparan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melihat

a) Apakah penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik secara mandiri dan signifikan

dapat menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada

guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua.

b) Apakah penilaian terhadap Kurkulum 2013 secara mandiri dan signifikan dapat

menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di

SMP Negeri 1 Jayapura, Papua.

c) Apakah penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik dan penilaian terhadap

Kurikulum 2013 secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap stres dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurikulum 2013

1. Definisi

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta tata cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (dikutip dari PERMENDIKBUD Nomor 68 Tahun 2013).

Lebih lanjut, dalam PERMENDIKBUD tersebut disebutkan bahwa Kurikulum

2013 merupakan kurikulum yang memenuhi definisi tersebut dan diberlakukan

mulai tahun 2013/2014.

Page 16: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

7

2. Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang

beriman,produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

B. Stres Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Guru

1. Definisi Stres

Holroyd & Lazarus (dalam Dewe, dkk, 2012) mendefinisikan stres sebagai

sesuatu yang timbul dari penilaian bahwa tuntutan lingkungan tertentu melebihi

sumber daya individu, sehingga mengancam kesejahteraannya. Senada dengan

pendapat tersebut, US National Institute of Occupational Safety and Health (dalam

Dollard, Winefield & Winefield, 2003) mendefinisikan stres sebagai respon fisik

dan emosional berbahaya yang terjadi ketika tuntutan pekerjaan tidak sesuai dengan

kemampuan, sumber daya dan kebutuhan seseorang.

Berdasarkan definisi di atas, maka stres akibat stresor pada guru dapat diartikan

sebagai sebagai respon yang timbul, baik secara fisik maupun emosional, dari

penilaian guru bahwa tuntutan yang ada dalam Kurikulum 2013 melebihi

kemampuan guru dalam penguasaan kompetensi Pedagogik.

2. Faktor yang Memengaruhi

Dalam penelitiannya, Oztruk (2011) mengkategorikan faktor penyebab stres

pada guru menjadi 9 kategori yaitu :

Page 17: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

8

a. Lingkungan fisik dan sumber daya

Lingkungan sekolah seperti kebisingan, lingkungan yang ramai, jumlah

siswa di kelas, kondisi fisik (cahaya, kebersihan, ventilasi dan lain-lain), sumber

daya sekolah (laboratorium, komputer dan lain-lain), dan bahan ajar dapat

menimbulkan stres pada guru.

b. Beban kerja dan tekanan waktu

Hal ini meliputi terlalu banyaknya pekerjaan, membawa pekerjaan sekolah

ke rumah, kurangnya waktu, dokumen dan komputer kerja, jumlah guru,

perubahan kebijakan pendidikan dan tanggung jawab baru, banyak hal yang

perlu diingat dan fokus pada banyak hal.

c. Perubahan kebijakan pendidikan

Faktor ini meliputi terlalu banyak kertas kerja, hal-hal administratif,

pekerjaan dengan menggunakan komputer, tanggung jawab baru dan tekanan

serta tuntutan yang lebih tinggi, pendidikan yang berpusat pada siswa,

kurikulum baru dan banyak topik yang harus diselesaikan, dalam masa

pelatihan, terlalu banyak pertemuan dan konferensi, tanggung jawab yang lebih

besar dari orang tua, lebih bertanggung jawab untuk kesejahteraan sosial dan

psikologis siswa, meningkatnya jam kerja, tujuan nasional, desentralisasi, dan

status mengajar.

d. Siswa

Hal ini meliputi hubungan dengan siswa, psikologis dan kesejahteraan sosial

siswa, masalah perilaku, tingkat motivasi, masalah disiplin di kelas, tingkat

kemampuan, penghargaan dan hukuman, dampak perubahan dalam masyarakat,

sikap dan minat siswa, serta tuntutan orang tua pada anak-anak mereka.

Page 18: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

9

e. Orang tua

Faktor orang tua yang dapat menyebabkan stres pada guru antara lain

hubungan dan kerjasama, tuntutan dan tekanan pada guru, orang tua tidak peduli

dan tidak tertarik, sikap terhadap guru, hubungan dengan dan sikap terhadap

anak mereka

f. Penghargaan

Kurangnya penghargaan terhadap guru seperti rendahnya gaji, status dan

pengenalan serta kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesionalitas

menjadi faktor penyebab stres pada guru.

g. Hubungan dengan rekan kerja dan kepala sekolah

Hubungan, kerjasama dan sikap kepala sekolah seperti pertimbangan-

pertimbangan, tingkat dukungan, tuntutan dan tekanan dari kepala sekolah serta

bekerja dalam tim dengan kolega merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan

stres pada guru.

h. Konflik peran

Konflik peran yang dapat mendatangkan stres pada guru antara lain menjadi

role model dan mempunyai peran yang lain sekaligus seperti sebagai orang tua,

saudara atau teman.

i. Struktur dan manajemen sekolah.

Tekanan pada guru, jadwal, kompetisi untuk pelajar, masalah anggaran, dan

memiliki waktu istirahat yang berbeda, kekurangan guru dan perubahan kelas

untuk setiap pelajaran menjadi faktor penyebab stres pada guru.

Page 19: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

10

3. Manifestasi Stres

Fimian (dalam Hanif, 2004) menyebutkan bahwa manifestasi stres terdiri atas

level emosional, fisikologis dan perilaku, yang kemudian dibagi menjadi:

a. Manifestasi emosional, yaitu perasaan tidak aman, perasaan rentan mendapat

serangan atau kritikan, depresi, cemas, dan perasaan tidak mampu dalam

mengatasi masalah

b. Manifestasi kelelahan, yaitu lebih banyak tidur dari biasanya, menjadi lelah

dalam waktu singkat, menunda-nunda pekerjaan, tubuh merasa lelah, dan tubuh

merasa lemah

c. Manifestasi kardiovaskular, yaitu perasaan adanya peningkatan tekanan darah,

merasa berdebar-debar, dan bernafas dengan cepat

d. Manifestasi gastronomik, yaitu nyeri di perut dalam waktu lama, kram di perut,

asam lambung meningkat

e. Manifestasi perilaku, yaitu Pemakaian obat-obatan secara berlebihan,

penggunaan obat-obatan yang direkomendasikan, mengkonsumsi alkohol,

meminta ijin dengan alasan sakit

C. Penilaian terhadap Kurikulum 2013

1. Definisi

Penilaian terhadap Kurikulum 2013 terkait dengan penilaian terhadap stresor

yang dibagi menjadi tiga kategori (Weinstein, dkk, 2009) yaitu

a. Negatif, yaitu penilaian dimana stresor dianggap sebagai ancaman atau

kerugian

b. Positif, yaitu penilaian dimana stresor dianggap sebagai tantangan

Page 20: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

11

c. Tidak relevan, yaitu penilaian dimana stresor tidak berdampak atau tidak

memiliki pengaruh bagi seseorang

Dengan demikian penilaian terhadap Kurikulum 2013 dapat diartikan sebagai

evaluasi guru terhadap Kurikulum 2013 apakah sebagai sesuatu yang positif

(tantangan), negatif (ancaman atau kerugian) atau tidak relevan. Adapun Kurikulum

2013 telah dijelaskan sebelumnya.

2. Terbentuknya Penilaian Terhadap Stresor

Lazarus & Folkman (dalam Frisancho, 1997) menyebutkan bahwa penilaian

terhadap stresor dibentuk dari faktor individu dan situasi, seperti keyakinan dan

komitmen. Keyakinan merupakan gagasan awal tentang realita yang memberikan

pandangan perseptual, keyakinan menunjukkan bagaimana sesuatu memberikan

hubungan antara individu dengan lingkungannya. Sedangkan komitmen merujuk

pada apa yang penting dan memiliki arti bagi individu. Komitmen menunjukkan

hal-hal yang dipertaruhkan dalam menghadapi hambatan yang spesifik. Berbagai

pengalaman yang melibatkan komitmen yang kuat akan dinilai sebagai sesuatu

yang berarti bagi seseorang dan apabila perkiraan hasil mengancam atau

membahayakan komitmen tersebut maka ia akan menjadi rentan.

D. Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik

1. Definisi

Kompetensi Pedagogik menurut Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat

(3) butir a (dalam Musfah, 2011) merupakan kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

Page 21: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

12

pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Secara detail, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi

Guru menyebutkan kompetensi pedagogik tersebut meliputi :

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Dengan demikian penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik dapat

diartikan sebagai sejauh mana seorang guru mengevaluasi dirinya bahwa ia telah

menguasai kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

Page 22: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

13

E. Hipotesis

a. Penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik secara mandiri dan signifikan

dapat menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada

guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua

b. Penilaian terhadap Kurkulum 2013 secara mandiri dan signifikan dapat menjadi

prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di SMP

Negeri 1 Jayapura, Papua

c. Penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik dan penilaian terhadap Kurikulum

2013 secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap stres dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua.

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melihat

apakah variabel independen dapat menjadi prediktor bagi variabel dependen.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel Dependen : Stres dalam PelaksanaanKurikulum 2013

Variabel Independen 1 : Penilaian terhadap Kurikulum 2013

Variabel Independen 2 : Penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik

B. Populasi danSampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang

memiliki kualitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2010). Populasi dalam

penelitian ini adalah 49 guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua. Sedangkan sampel

Page 23: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

14

merupakan jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,

2010). Sampel dalam penelitian ini merupakan 31 guru mata pelajaran yang sedang

menjalankan Kurikulum 2013 dan tidak terlibat dalam jabatan tertentu seperti

Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Tata Usaha dan Pengawas.

C. Alat Ukur Penelitian

Dalam penelitian ini akan digunakan skala psikologis sebagai alat pengambilan

data dengan menggunakan metode tryout terpakai, dimana pengambilan data hanya

dilakukan satu kali saja, sehingga subjek yang dikenakan sebagai data uji coba akan

digunakan sebagai data penelitian. Sebelum skala diberikan kepada subjek, terlebih

dahulu dilakukan uji bahasa terhadap 3 guru untuk memastikan guru memahami

setiap item dalam skala. Skala psikologis yang akan diberikan terdiri dari tiga skala

yaitu :

a. Skala Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik

Skala ini mengukur persepsi guru tentang penguasaan kompetensi

Pedagogiknya dan berisi 10 aspek kompetensi Pedagogik yang disusun oleh

peneliti berdasarkan atas indikator kompetensi pedagogik yang dimuat dalam

PERMENDIKNAS Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru. Kesepuluh aspek ini akan diturunkan menjadi

41 item. Skala ini merupakan Skala Likert yang terdiri dari 5 poin yaitu Sangat

Tidak Sesuai (1), Sedikit Sesuai (2), Cukup Sesuai (3), Sesuai (4), Sangat Sesuai

(5). Uji item dilakukan sebanyak 2 kali untuk memastikan tidak ada item yang

gugur. Hasil uji reliabilitas skala ini menunjukkan bahwa dari 41 item tidak ada

item yang gugur dan reliabilitas skala ini sebesar 0,755

Page 24: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

15

b. Skala Penilaian terhadap Kurikulum 2013

Skala Penilaian terhadap Kurikulum 2013 dimodifikasi oleh peneliti dengan

mengacu pada The Cognitive Appraisal of Health Scale yang dikembangkan oleh

Kessler. Dalam penelitian ini peneliti memodifikasi item-item penilaian primer

dalam CAHS dengan mengganti keterangan “masalah kesehatan (health problem)

menjadi “Kurikulum 2013” sebagai contoh “ saya mengalami banyak kerugian

akibat masalah kesehatan (I have a lot to lose because of this health problem)”

menjadi “saya mengalami banyak kerugian karena Kurikulum 2013 ini” dan

menyeleksi item-item yang tidak relevan serta menambahkan item yang relevan,

sehingga diperoleh 19 item. Perkiraan konsistensi internal dari skala penilaian

utama lebih besar dari .70 (Carpenter, 2008). Skala ini dinilai dalam 5 poin skala

Likert yang terdiri dari 1 (sangat tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju). Uji item

skala dilakukan sebanyak 2 kali untuk memastikan tidak ada lagi item yang

gugur. Hasil item gugur sebanyak 2 item dan item terpakai sebanyak 17 item.

Nilai reliabiltas pada skala ini sebesar 0,614.

c. Teacher Stress Inventory

Skala ini diadaptasi dari Teacher Stress Inentory yang dikembangkan oleh

Fimian (1988). Pada penelitian ini peneliti mengambil kategori manifestasi stres

untuk mengukur stres yang dialami oleh guru. Kategori ini terdiri dari beberapa

faktor yaitu yang berisi 5 faktor yaitu 1) manifestasi emosional, 2)manifestasi

kelelahan, 3) manifestasi kardiovaskular, 4) manifestasi gastronomi, dan 5)

manifestasi perilaku. Teacher Stress Inventory akan diadministrasikan dalam

bentuk skala likert dengan 5 alternatif jawaban: (1) tidak sesuai, (2) sedikit

sesuai, (3) cukup sesuai, (4) sesuai, (5) Sangat Sesuai. Konsistensi internal untuk

Page 25: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

16

pendidikan reguler manifestasi emosional adalah .84, manifestasi kelelahan

adalah .70, manifestasi kardiovaskular adalah .78, manifestasi gastronomik

adalah .76, dan manifestasi perilaku adalah .82 (Fimian, 1988). Uji item

dilakukan sebanyak 2 kali dan dari 20 item dihasilkan item gugur sebanyak 2

item sehingga banyaknya item terpakai sebayak 18 item. Reliabilitas skala ini

sebesar 0,745.

D. Teknik Analisis Data

Uji analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua tahap yaitu

a. Analisis korelasi product moment untuk melihat hubungan antara Penilaian

Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian terhadap Kurikulum 2013

secara mandiri dengan Stres dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru

b. Jika terdapat korelasi antarvariabel diatas, maka dilanjutkan dengan analisis

regresi berganda untuk melihat apakah Penilaian Penguasaan Kompetensi

Pedagogik dan Penilaian terhadap Kurikulum 2013 secara bersama-sama dapat

menjadi prediktor bagi Stres dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru.

HASIL

Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov, maka

ditemukan bahwa ketiga variabel berdistribusi normal, yaitu variabel Penilaian terhadap

Kompetensi Pedagogik dengan K-S Z 0,962 yang memiliki signifikansi sebesar 0,313

dimana (p>0,05), sedangkan variabel Penilaian terhadap Kurikulum 2013 memiliki K-S

Z sebesar 0,468 serta signifikansi sebesar 0,983 dimana (p>0,005) dan variabel Stres

Page 26: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

17

dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013 memiliki K-S Z sebesar 0,667 serta signifikansi

sebesar 0,766 (p>0,05).

Uji Linearitas

Hasil uji linearitas antara variabel penilaian kompetensi Pedagogik dan

stres dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 memperlihatkan adanya hubungan

linear (F= 1,204) dengan signifikansi 0,414 (p>0,05). Sedangkan untuk hubungan

antara penilaian terhadap Kurikulum 2013 dengan stres pada guru juga

memperlihatkan adanya hubungan linear (F = 0,762) dengan signifikansi 0,962

(p>0,05)

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas menghasilkan nilai Tolerance kedua variabel bebas sebesar

o,824 (p>0,10)dan nilai VIF sebesar 1,214 (p<10,00). Hal ini menunjukkan bahwa tidak

adanya multikolinearitas.

Analisis Data Deskriptif

Setelah dilakukan uji normalitas selanjutnya peneliti menguji statistik deskriptif

setiap variabel, dan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1

Kategorisasi Skala Penilaian terhadap Kompetensi Pedagogik

Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase Mean SD

Sangat Tinggi 172,2 < x < 205 6 19,3%

Tinggi 139,4 < x < 172,2 19 61,2% 160,19 19,503

Sedang 106,6 < x < 139,4 6 19,3%

Rendah 73,8 < x < 106,6 0

Sangat Rendah 41 < x < 73,8 0

Keterangan : x = skor subjek

Page 27: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

18

Berdasarkan hasil diatas maka dapat dikatakan bahwa dari 31 subjek mayoritas

subjek yaitu sebanyak 19 orang atau 61,2% memiliki penilaian yang tinggi terhadap

Kompetensi Pedagogiknya, sedangkan yang menilai memiliki Kompetensi Pedagogik

yang tinggi sebanyak 6 orang atau 19,3%, hal ini seimbang dengan subjek yang menilai

memiliki kompetensi Pedagogik yang sedang. Sedangkan tidak ada yang menilai rendah

dan sangat rendah pada Kompetensi Pedagogiknya. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa rata-rata subjek menilai dirinya memiliki Kompetensi Pedagogik

yang tinggi dengan mean sebesar 160,19 dan standar deviasi 19,503.

Tabel 2

Kategorisasi Skala Penilaian terhadap Kurikulum 2013

Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase Mean SD

Sangat positif 71,4 < x < 85 7 22,5%

Positif 57,8 < x < 71,4 21 67,7% 66,94 6,797

Biasa saja 44,2 < x < 57,8 3 9,6%

Negatif 30,6 < x < 44,2 0

Sangat Negatif 17 < x < 30,6 0

Keterangan : x = skor subjek

Berdasarkan hasil diatas maka dapat dikatakan bahwa dari 31 subjek sebanyak 7

orang atau 22,5% memberikan penilaian sangat positif pada Kurikulum 2013, 21 orang

atau 67,7% menilai positif terhadap Kurikulum 2013, 3 orang menilai biasa saja

terhadap Kurikulum 2013 sedangkan 0 pada nilai negatif dan sangat negatif. Dengan

begitu dapat disimpulkan bahwa rata-rata guru menilai bahwa Kurikulum 2013

merupakan hal yang positif dengan mean 66,94 dan standar deviasi sebesar 6,797

Tabel 3

Kategorisasi Skala Stres dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013

Kategorisasi Rentang Nilai Frekuensi Persentase Mean SD

Sangat tinggi 75,6 < x < 90 0

Tinggi 61,2 < x < 75,6 0

Sedang 46,8 < x < 61,2 1 3,2%

Rendah 32,4 < x < 46,8 10 32,2%

Page 28: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

19

Sangat Rendah 18 < x < 32,4 20 64,5% 30,13 8,`102

Keterangan : x = skor subjek

Berdasarkan hasil diatas, maka dapat dikatakan bahwa dari 31 subjek sebanyak

20 subjek atau sebesar 64,5% memiliki stres yang sangat rendah, 10 subjek atau sebesar

32,2% memiliki stres yang rendah dan 1 subjek atau sebesar 3,2% memiliki stres

tergolong sedang serta tidak ada subjek yang memiliki stres dalam kategori tinggi dan

sangat tinggi. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki stres

yang tergolong sangat rendah dengan mean 30,13 dan standar deviasi sebesar 8,102.

Uji Korelasi

Berdasarkan uji korelasi berganda dengan menggunakan pearson correlation

maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Besarnya hubungan antara penilaian penguasaan Kompetensi Pedagogik dengan

stres pada guru sebesar r = -0,177 dengan signifikansi 0,171 (p>0,05). Hal ini

menunjukkan tidak adanya hubungan antara kedua variabel tersebut.

Correlations

kompetensi Kurikulum stres

kompetensi Pearson

Correlation

1 .420**

-.177

Sig. (1-tailed) .009 .171

N 31 31 31

Kurikulum Pearson

Correlation

.420**

1 .016

Sig. (1-tailed) .009 .465

N 31 31 31

Stress Pearson

Correlation

-.177 .016 1

Sig. (1-tailed) .171 .465

N 31 31 31

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Page 29: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

20

2. Besarnya hubungan antara penilaian terhadap Kurikulum 2013 dengan stres

pada guru sebesar r = 0,016 dengan signifikansi 0,465 (p>0,05). Hal ini

menunjukkan tidak adanya hubungan antara kedua variabel tersebut

Dikarenakan uji korelasi tidak menunjukkan adanya hubungan baik antara

penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik dengan stres dan antara penilaian

terhadap Kurikulum 2013 dengan stres maka analisis regresi berganda tidak dapat

dilakukan.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian penguasaan kompetensi

Pedagogik tidak berkorelasi dengan stres pada guru dalam pelaksanaan Kurikulum 2013

dengan r = -0,177 dengan signifikansi 0,171 (p>0,05). Dengan demikian penilaian

penguasaan kompetensi Pedagogik tidak dapat menjadi prediktor bagi stres dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru. Hasil ini tentu saja bertentangan dengan

penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa penilaian terhadap kompetensi diri

memiliki hubungan negatif terhadap stres (Yperen, 2007; Tram & Cole, 2000).

Tidak terdapatnya hubungan antara kedua variabel tersebut mungkin

dikarenakan oleh ada atau tidaknya autonomous motivation atau tindakan yang

didasarkan atas keinginan sendiri dari guru tersebut (Gagne’ dan Deci dalam Tre

´panier, Fernet, Austin, 2012). Jika seorang guru merasa memiliki kompetensi yang

baik, namun dalam melaksanakan tugasnya ia merasa hal tersebut bukan atas

kesadarannya sendiri, maka hal tersebut dapat memicu stres pada guru. Tre ´panier,

Fernet, Austin ( 2012) menemukan bahwa mereka yang memiliki autonomous

motivation yang tinggi mengalami distress yang rendah saat menghadapi tuntutan

Page 30: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

21

pekerjaan dibandingkan mereka yang memiliki autonomous motivation yang rendah.

Berdasarkan keterangan dari beberapa guru, masih ada guru yang menerima tugas dari

kepala sekolah dengan mengeluh sehingga merasa tugas tersebut menjadi beban bagi

dirinya. Dengan begitu penilaian terhadap kompetensi Pedagogik diri tidak memberikan

kontribusi apa-apa, karena entah seorang guru merasa berkompeten atau tidak, jika tidak

didukung dengan adanya autonomous motivation maka bisa memungkinkan tingkat

stres yang dialaminya lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki autonomous

motivation.

Selain itu dukungan sosial dari rekan guru mungkin juga dapat memengaruhinya

(Hamaideh, 2012). Dalam Kurikulum 2013 ini guru dituntut untuk dapat menggunakan

teknologi dengan baik dalam proses belajar mengajar, namun berdasarkan keterangan

yang peneliti peroleh masih ada guru yang belum menguasai teknologi. Hal ini dapat

memicu stres pada guru jika tidak ada bantuan dari rekan guru yang lebih mampu.

Selain itu, meskipun guru merasa berkompeten, namun banyak hal yang tentu saja tidak

bisa dilakukan oleh guru itu sendiri dan tanpa adanya dukungan dari rekan guru, hal

tersebut mungkin dapat menimbulkan stres. Oleh karena itu tinggi rendahnya

kompetensi guru mungkin tidak berpengaruh pada tingkat stres guru, karena kehadiran

dukungan sosial dari rekan guru mungkin saja lebih berpengaruh pada tingkat stres

guru.

Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa penilaian terhadap Kurikulum

2013 juga tidak berkorelasi dengan stres (r = 0,016, p>0,05). Dengan demikian

penilaian terhadap Kurikulum 2013 tidak dapat menjadi prediktor bagi stres dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru .Hasil ini juga bertentangan dengan hasil

penelitian sebelumnya bahwa penilaian kognitif terhadap stresor merupakan bagian

Page 31: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

22

yang paling penting dalam timbulnya respon stres (Dewe, 1991; Edge & Ivey, 2012;

Harvey, Nathen, Bandiera, & LeBlanc, 2010). Hal ini mungkin disebabkan karena

meskipun penilaian terhadap Kurikulum 2013 positif tetapi setiap guru mengajar mata

pelajaran yang berbeda dengan tingkat kesulitan yang berbeda di setiap jenjang kelas,

hal ini mungkin bisa memengaruhi tingkat stres pada guru.

Penilaian yang diberikan guru terhadap Kurikulum 2013 merupakan penilaian

secara umum, namun dalam menjalankan Kurikulum tersebut masing-masing guru

mungkin memiliki kesulitannya masing-masing mengingat masing-masing guru

mengampu mata pelajaran yang berbeda-beda, selain itu jenjang kelas yang diampu juga

berbeda-beda, belum lagi jika guru juga memikul tanggung jawab sebagai wali kelas.

Beban tanggung jawab inilah yang mungkin saja bisa berdampak pada stres guru. Jika

guru tidak mampu meregulasi dirinya, tanggung jawab tersebut dapat meningkatkan

stres guru. Dengan begitu, penilaian terhadap Kurikulum 2013 tidak memberi pengaruh

pada tingkat stres guru karena bagaimana guru mampu meregulasi dirinya dalam

menghadapi tugas-tugas tersebut mungkin dapat memengaruhi stres. Disamping itu,

dalam dunia pendidikan, guru seringkali harus mengalami pergantian kurikulum, oleh

karena itu bagi beberapa guru mungkin tidak akan sulit untuk bisa beradaptasi dengan

perubahan yang ada. Selain itu, sebelum memulai Kurikulum 2013 ini beberapa guru

telah mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Pelatihan inilah yang mungkin saja

memengaruhi tingkat stres guru, bukan penilaian mereka terhadap Kurikulum 2013.

Berdasarkan analisis deskriptif, penilaian guru terhadap kompetensi pedagogik

mereka tergolong tinggi (mean =160,19). Hal ini mungkin dikarenakan beberapa hal

seperti pelatihan yang guru jalani. Aziz dan Akhtar (2014) menemukan bahwa guru

yang terlatih memiliki kompetensi pedagogik yang lebih baik dibandingkan dengan

Page 32: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

23

guru yang tidak terlatih. Berdasarkan keterangan dari beberapa guru, selama mereka

menjadi guru sering diadakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan

kompetensi guru. Selain itu orientasi tujuan juga berhubungan dengan bagaimana

seseorang menilai kompetensinya, menentukan kesuksesan atau kegagalan, serta terlibat

dan bertindak dalam situasi keberhasilan (Nicholls; Duda; Roberts dalam Brunel, 1999).

Sedangkan penilaian terhadap stresor tergolong positif (mean=66,94). Hal ini

mungkin dikarenakan adanya proses adaptasi guru terhadap perubahan Kurikulum,

selain itu pemahaman lebih dalam terhadap Kurikulum 2013 mungkin dapat

memengaruhi penilaian terhadap Kurikulum 2013 ini. Ketersediaan fasilitas mungkin

juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi penilaian tersebut. Sebaik apapun

Kurikulum 2013 diterapkan dalam sekolah tersebut, namun jika fasilitas yang tersedia

tidak mendukung, guru akan mengalami kesulitan dan merasa bahwa Kurikulum 2013

hanya menambah beban mereka dan menurut pendapat beberapa guru fasilitas di

sekolah tersebut tergolong baik sehingga membantu proses belajar mengajar (Oztruck,

2011).

Tingkat stres guru berada pada kategori sangat rendah (mean = 30,13). Hal ini

mungkin dikarenakan pihak sekolah telah memperhitungkan kesejahteraan guru, baik

secara materi berupa insentif, maupun moral berupa bantuan-bantuan yang diperlukan

oleh guru. Selain itu dukungan sosial yang diterima dari rekan kerja mungkin juga

memengaruhi tingkat stres guru. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari beberapa

guru, kekeluargaan di SMP Negeri 1 sangat baik jika dibandingkan dengan sekolah lain

di Jayapura. Kayastha dan Kayastha (2012) menemukan bahwa kepuasan kerja seperti

gaji, rekan kerja, supervisi, dan pekerjaan secara umum berkorelasi negatif terhadap

munculnya stres.

Page 33: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

24

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa

a. Penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik secara mandiri dan signifikan tidak

dapat menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada

guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua

b. Penilaian terhadap Kurkulum 2013 secara mandiri dan signifikan tidak dapat

menjadi predktor terhadap stres dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di

SMP Negeri 1 Jayapura, Papua

c. Penilaian penguasaan kompetensi Pedagogik dan penilaian terhadap Kurikulum

2013 secara bersama-sama tidak dapat menjadi prediktor terhadap stres dalam

pelaksanaan Kurikulum 2013 pada guru di SMP Negeri 1 Jayapura, Papua.

SARAN

Kepala Sekolah

Meskipun guru menilai dirinya berkompeten dan stres yang dialaminya rendah,

namun hal tersebut belum tentu menjamin bahwa guru tidak mengalami stres. Oleh

karena itu Kepala Sekolah diharapkan selalu memantau kondisi guru lewat evaluasi

rutin sehingga dapat mencegah guru mengalami stres yang tinggi. Hal ini nantinya juga

dapat berguna bagi perkembangan sekolah. Selain itu Kepala Sekolah juga diharapkan

memberikan kegiatan-kegiatan rutin seperti training untuk mempertahankan dan/atau

meningkatkan kompetensi dan kualitas guru, khususnya dalam keterampilan

menggunakan teknologi dimana dalam Kurikulum 2013 ini guru dituntut untuk dapat

menguasai teknologi dan informasi.

Guru

Page 34: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

25

Guru diharapkan untuk dapat terus melakukan upaya dalam meningkatkan

kualitas kompetensi sebagai guru melalui kegiatan-kegiatan pengembangan diri seperti

pelatihan bagi guru-guru. Hal ini juga berguna bagi guru dalam mempersiapkan diri

menghadapi masalah yang mungkin akan muncul akibat pelaksanaan Kurikulum 2013,

mengingat bahwa meskipun penilaian guru terhadap Kurikulum 2013 cenderung positif

namun hal tersebut belum tentu menjamin guru tidak mengalami stres.

Penelitian Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian kualitatif

untuk dapat melihat secara keseluruhan gejala-gejala stres yang dialami oleh guru dalam

menjalankan tugasnya. Mengingat bahwa ada faktor lain yang mungkin menyebabkan

tidak terjadinya hubungan antara ketiga variabel dalam penelitian ini, maka bagi peneliti

selanjutnya diharapkan dapat meneliti kaitan ketiga variabel tersebut dengan faktor-

faktor tersebut. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbesar

kuantitas subjek sehingga nantinya dapat digeneralisasi.

Page 35: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

26

DAFTAR PUSTAKA

Aswar, S. (2015). Penyusunan skala psikologi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Aziz, F., & Akhtar, M.M.S. (2014). Impact of training on teacher competence at higher

eduction level in pakistan. Journal of Arts, Science & Commerce Vol. V, 121-128

Brunel, P.C. (1999). Relationship between achievement goal orientation and perceived

motivational climate on intrinsic motiation. Scandinavian Journal of Medicine

&Science in Sports, 9, 365-374

Carpenter, R.D. (2008). Cognitive appraisal of perceived threat of diabetes and

adherence to self-management behaviors. Dissertation. School of Nursing, West

Virginia University

Dewe,P. (1991). Primary appraisal, secondary appraisal and coping: their role in

stressful work encounter. Journal of Ocupaional Psychology, 64,331-351

Dewe,P.J., O’Driscoll, M.P., & Cooper, C.L. (2012). Handbook of Occupational Health

and Wellness. Gatchel,R.J., & Schultz,L.Z (ed). Handbooks in Health, Work, and

Disability, DOI 10.1007/978-1-4614-4839-6_2. Springer Science+Business Media

New York

Dollard, M.F., Winefiled, A.H., & Winefield, H.R. (2003). Occupational stress in the

service professions. Taylor & Francis: London

Edge,H. J.M., Ivey, G.W. (2012). Mediation of cognitive appraisal on combat

exprosure and psychological distress. Military Psychology,24:71-85

Fimian, M.J., (1988). Teacher stress inventory. Clinical Psychology Publishing Co., Inc.

Frisancho, S. (1997). The relationship between the primary appraisal of stress,

dialecticalthinking and moral dilemmasthat threaten the self. , 1-

22

Guillen,L., & Saris,W.E. (2013). Competencies,personality traits, and organizational

rewards of middle managers: a motive-based approach.Human Performance,

26:66-92

Hamaideh, S.H. (2012). Occupational stress, social support, and quality of life among

jordanian mental health nurses. Issues in Mental Health Nursing, 33:15–23

Hanif, R. (2004). Teacher stress, job performance and self-efficacy of women school

teacher. Disertation. National Institute of Psychology. Quaid-i-Azam University:

Islamabad. (diunduh dari http://prr.hec.gov.pk/Thesis/2352.pdf)

Harvey,A., Nathens,A.B., Bandiera,G., & LeBlanc,V.B. (2010). Threat and challenge:

cognitive appraisal and stress responses in simulated trauma resuscitations.

Medical Education, 44: 587-594

Page 36: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

27

Kayastha, D.P., & Kayastha, R. (2012). A study occupational stress on job satisfaction

among teacher with particular reference to corporate, higher secondary school of

nepal: empirical study. Asian Journal of Management Sciences and Education, Vol.

1, No.2, 52-62

Kemendikbud. (2013). Implementasi kurikulum 2013 dan relevansinya dengan

kebutuhan kualifikasi kompetensi lulusan.Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Bidang Pendidikan. (diunduh dari http://pps.unnes.ac.id/wp-

content/uploads/2013/09/Musliar-Kasim.pdf)

Latief (ed). (4 Desember 2014). Tim evaluasi kurikulum 2013 temui mendikbud. Harian

Kompas.http://edukasi.kompas.com/read/2014/12/04/19414341/Tim.Evaluasi.Kurik

ulum.2013.Temui.Mendikbud. (diunduh tanggal 11 Maret 2015)

Lazaruz,R.S., & Folkman,S. (1987). Transactional theory and research on emotion and

coping. European Journal of Personality, Vol. 1, 141-169

Musfah,J. (2011). Peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan dan sumber belajar

teori dan praktik. Kencana: Jakarta

Ozturk,G. (2011). Public primary school teachers’ perceptions of their working

conditions and job stress, cases from Istanbul and Stockholm. Department of

Education,Institute of International Education. (diunduh

darihttp://www.edu.su.se/polopoly_fs/1.142107.1375791744!/menu/standard/file/P

ublic_Primary_School_Teachers.pdf)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013. Diunduh dari

http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/PDK-2013-68-Kerangka-

Dasar-Kurikulum-Kompetensi-SMP.pdf

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2007 (diunduh darihttp://luk.staff.ugm.ac.id/atur/Permen16-

2007KompetensiGuru.pdf)

Reddy, G.L., & Anuradha, R.V. (2013). Occupational stress of higher secondary

teachers working in vellore district. International Journal of Educational Planning

& Administration, Volume 3, Number 1, 9-24

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Alfabeta: Bandung

Tram, J.M., & Cole, D.A. (2000). Self-perceived competence and the relation between

life events and depressive symptoms in adolescence: mediator or moderator?.Journal

of Abnormal Psychology Vol.109,No.4,753-760

Tre ´panier, S.G., Fernet, C., & Austin, S. (2013). The moderating role of autonomous

motivation in the job demands-strain relation: a two sample study. Motiv Emot

37:93–105.

Trinder. J.C. (2008). Competency standards – a measure of the quality of a workforce.

The International Archieves of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial

Page 37: Penilaian Penguasaan Kompetensi Pedagogik dan Penilaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9130/2/T1_802010040_Full... · menjadi prediktor terhadap stres dalam pelaksanaan

28

Information Science. Vol.XXXVII. Part B6a. Beijing(dunduh dari

http://www.isprs.org/proceedings/XXXVII/congress/6a_pdf/5_WG-VI-5/01.pdf)

Vaezi,S., & Fallah, N. (2011). The relationship between self-efficacy and stress among

Iranian ELF teachers. Journal of Language Theaching and Research, Vol. 2, No.5,

1168-1174

Weinstein,N., Brown,K.W., & Ryan, R.M. (2009). A multi-method examination of the

effects of mindfulness on stress atribution, coping, and emotional well-being.

Journal of Research in Personality, 43, 374-385

Yperen, N.W.V. (2007). Performing well in an evaluative situation: the roles of

perceived competence and task-irrelevant interfering thoughts. Anxiety, Stress, &

Coping, 20(4): 409-419