penilaian kinerja pelayanan obstetri neonatal …
TRANSCRIPT
PENILAIAN KINERJA PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR DI PUSKESMAS PONED TANAH SAREAL
KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD TAHUN 2014
Desi Rosalia Putri Rahmanita1, Adang Bachtiar2
1. Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Depok, Indonesia
2. Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Depok, Indonesia
Email : [email protected]
Abstrak Penelitian ini berfokus pada penilaian kinerja pelayanan PONED di Puskesmas PONED Tanah Sareal Kota Bogor dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif untuk melihat gambaran keterkaitan visi dan misi Puskesmas dengan kinerja dari keempat perspektif Balanced Scorecard yakni perspektif pelanggan, perspektif proses internal, perspektif keuangan, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa visi dan misi Puskesmas sudah cukup sejalan dengan tujuan utama pelayanan kesehatan yakni kepuasan pasien di Puskesmas. Tingkat kepuasan yang cukup baik tidak lepas dari kepatuhan tenaga pelaksana PONED yang menjalankan tugas sesuai dengan standar prosedur yang berlaku dan peran keikutsertaan tenaga pelaksana pada pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Sedangkan dalam hal perspektif keuangan, lebih kepada besaran anggaran untuk Puskesmas yang mana indikatornya adalah visi dan misi serta jumlah pasien yang menggunakan layanan. Upaya-upaya strategis untuk meningkatkan kinerja pelayanan harus terus dilakukan agar tingkat kinerja puskesmas berada pada kondisi yang lebih baik terutama pada kinerja perspektif pelanggan yang mana hal tersebut sangat berhubungan dengan tujuan pelayanan Puskesmas. Performance Assessment of Basic Emergency Obstetric and Neonatal Services (BEONS/
PONED) at Puskesmas Tanah Sareal of Kota Bogor using The Balanced Scorecard Approach 2014
Abstract
This research focuses on assessing the performance of services in the health center BEONC of Puskesmas Tanah Sareal using the Balanced Scorecard approach. This research is a qualitative study to see pictures of the vision and mission of the health center linkages with the performance of the four perspectives of the Balanced Scorecard, which customer perspective, internal process perspective, financial perspective, and learning and growth. The results of this study concluded that the vision and mission of the health center are quite consistent with which main goals of health services at the health center patient satisfaction. A fairly good level of satisfaction cannot be separated from BEONC health workers obedience that perform tasks in accordance with standard procedures and the role of health personnel participation in training can improve knowledge and skills. While in terms of financial
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
perspective, over the amount of the budget for the health center where the indicator is the vision and mission as well as the number of patients who use the service. Strategic efforts to improve the performance of the service must be done so that the level of performance of health centers is in better condition, especially on the performance of the customer's perspective in which it is highly correlated with the goal of health center services. Keywords : Performance, BEONC, Balanced Scorecard
Pendahuluan
Puskesmas saat ini dianggap lebih murah, dan lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Berdasarkan data SKRT 2004, digambarkan sebanyak 47% masyarakat Indonesia lebih
memilih memanfaatkan Puskesmas, bukan hanya rawat jalan namun juga rawat inap (khusus
Puskesmas rawat inap). Jadi bisa dikatakan sekitar 5 orang dari 10 orang Indonesia lebih
memilih Puskesmas sebagai tempat untuk mendapatkan layanan kesehatan. Pemilihan layanan
kesehatan tersebut didasarkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penilaian tentang
pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut. Salah satu kebijakan pemerintah dalam akselerasi
penurunan AKI adalah melalui program PONED pada puskesmas untuk menanggulangi kasus
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal. Keberadaan PONED merupakan upaya pemerintah
dalam akselerasi penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi dengan
meningkatkan akses maternal dan neonatal melalui program penanganan komplikasi pada ibu
hamil dan bayi baru lahir di tingkat Puskesmas (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan kondisi tersebut, untuk mencapai derajat kesehatan yang diharapkan, upaya yang
diperlukan antara lain salah satunya adalah peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan
secara paripurna (preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) melalui pengembangan
pelayanan dan melakukan peningkatan kualitas dan kelas RSUD Kab/ Kota serta peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya (Pusdalitbang Jabar, 2008).
Perluasan jangkauan juga dilakukan guna meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan
kesehatan kini diusahakan dengan meningkatkan fungsi Puskesmas melalui peningkatan
fasilitas medis dan tenaga kesehatan. Sedangkan pencapaian cakupan linakes masih belum
sesuai target, salah satunya adalah Kota Bogor dengan cakupan 88,8% dan belum sesuai
target 91%. Selain itu, kasus kematian ibu di Kota Bogor juga mengalami kenaikan dari 7
kasus di tahun 2011 meningkat menjadi 10 kasus di tahun 2012.
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Puskesmas merupakan salah satu organisasi pemberi layanan jasa kesehatan non profit yang
tujuan utamanya bukan semata – mata untuk mendapatkan laba tetapi lebih memberikan
pelayanan sebaik – baiknya kepada masyarakat.
Pengukuran kinerja sektor pelayanan publik terutama dalam bidang kesehatan, menyangkut
proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
termasuk informasi atas efisiensi, penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang/ jasa,
kualitas jasa, perbandingan hasil kegiatan dan target dan efektivitas tindakan dalam mencapai
tujuan. Saat ini, Balanced Scorecard menjadi instrumen untuk mengukur kinerja pelayanan
publik karena dengan Balanced Scorecard semua aspek dapat diukur.
Hal tersebut juga berlaku pada Puskesmas Tanah Sareal yang saat ini telah menjalankan
beberapa inovasi mengenai pelayanan yang berhubungan dengan pelayanan PONED. Oleh
karena itu, perlu kiranya mengetahui bagaimana gambaran kinerja pelayanan PONED di
Puskesmas PONED Tanah Sareal untuk mendukung penurunan kasus kematian ibu dan
kematian bayi di Kota Bogor dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard. Dimana
Balanced Scorecard memungkinkan Puskesmas untuk mengukur kinerjanya dari segi
keuangan dan non keuangan, tujuan jangka pendek dan jangka panjang, serta faktor eksternal
dan internal (Ayuningtyas, 2013) yang diselaraskan dengan visi dan misi dari Puskesmas.
Tinjauan Teoritis
Puskesmas dengan PONED adalah Puskesmas yang mampu menyelenggarakan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi/ komplikasi tingkat dasar 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
Keberadaan Puskesmas PONED adalah Puskesmas Rawat Inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin
dan nifas dan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan
kader/ masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan melakukan rujukan ke RS PONEK pada
kasus yang tidak mampu ditangani (Kemenkes RI, 2008).
Pada awalnya Balanced Scorecard di desain untuk organisasi bisnis yang bergerak di sektor
swasta, namun pada perkembangannya Balanced Scorecard dapat diterapkan pada organisasi
sektor pubilk dan organisasi non profit lainnya. Perbedaan utama organisasi sektor publik
dengan sektor swasta terutama adalah pada tujuannya (bottom line), dimana sektor publik
lebih berorientasi pada pelayanan publik sedangkan pada sektor swasta lebih berorientasi pada
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Perspektif Keuangan
Alokasi Pembiayaan PONED
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Keikutsertaan Pelatihan
Pegawai
Perspektif Proses Internal
Kualitas Proses
Pelayanan
Perspektif Pelanggan
Kepuasan Pasien PONED
Visi dan Misi
Puskesmas PONED
laba (Mulyadi, 2001). Hal tersebut tidak terkecuali pada organisasi kesehatan yang saat ini,
karena adanya tekanan untuk menurunkan biaya, meningkatkan kualitas pelayanan, serta
mengikuti petunjuk – petunjuk dan peraturan yang ketat, memaksa para profesional di bidang
kesehatan menguji ulang cara mengevaluasi kinerja organisasi pelayanan kesehatannya
(Gaspersz, 2005).
Balanced Scorecard yang menawarkan peta – peta jalan yang sistematis dan komprehensif
bagi organisasi – organisasi untuk menerjemahkan pernyataan visi dan misi dari organisasi
dalam empat perspektif, yang dalam pelaksanaannya di Puskesmas Tanah Sareal dapat
digambarkan digambarkan dalam gambar berikut :
Gambar 1. Kerakangka Konsep Penelitian (modifikasi dari Teori Balanced Scorecard Kaplan dan Norton di lingkungan organisasi non – profit)
Pada gambar 1. tampak bahwa misi dan strategj organisasi dikaitkan secara seimbang dengan
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal, dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran. (perspektif keuangan) (Gaspersz, 2005). Kepuasan pasien
sebagai variabel pengukur dari perspektif pelanggan saling berhubungan dengan kualitas
mutu layanan (perspektif proses internal) dan alokasi pembiayaan PONED (perspektif
keuangan) yang mana pengalokasian pembiayaan PONED salah satu indikatornya adalah
jumlah retribusi dari pasien. Sedangkan kualitas mutu pelayanan sendiri selain berhubungan
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
dengan kepuasan pelanggan, juga saling berhubungan dengan keikutsertaan pelaksana
PONED pada pelatihan – pelatihan (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran) dalam bidang
penanganan kegawat daruratan obstetri neonatal emergensi dasar. Selanjutnya keikutsertaan
pelatihan tersebut juga tidak lepas dari alokasi pembiayaan PONED (perspektif keuangan)
yang diterima Puskesmas.
Metode
Penelitian merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di Puskesmas Tanah Sareal Kota
Bogor pada bulan Mei – Juni 2014. Informan penelitian ini dipilih berdasarkan prinsip
Keseuaian (appropriatness) dan kecukupan (Adequancy) (Kresno, Hadi, Wuryaningsih, &
Ariawan, 2000). Informan tersebut yakni : (1) Kepala Puskesmas Puskesmas PONED, (2)
Kepala Seksi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dinas Kesehatan, (3) Kepala Sub Bagian
Keuangan Dinas Kesehatan, (4) Koordinator PONED di Puskesmas PONED, (5) Koordinator
program KIA di Puskesmas PONED Tanah Sareal, (6) Bidan Pelaksana kegiatan PONED
berstatus pegawai negeri (PNS) maupun pegawai tidak tetap provinsi (PTT Provinsi) di
Puskesmas. Bidan yang dijadikan informan berjumlah 6 orang. (7) Pasien PONED yang
memiliki kriteria pernah mendapatkan pelayanan PONED di Puskesmas PONED Tanah
Sareal pada bulan Mei tahun 2014. Pasien yang dijadikan informan berjumlah 5 orang.
Mengingat dalam penelitian kualitatif penentuan informan dilakukan secara purposive dan
jumlahnya sedikit, agar validitas data dapat dijaga maka perlu dilakukan triangulasi (Kresno,
et al., 2000) yakni triangulasi sumber, metode, dan data. Selanjutnya pengumpulan data
dilakukan dengan teknik :
a. Observasi
1) Pengamatan secara langsung pada obyek penelitian untuk mengetahui kegiatan
pemberian layanan PONED. Observasi dilakukan untuk melihat kepatuhan bidan
melaksanakan SOP PONED dengan menggunakan formulir Quality Assurance yang
digunakan secara rutin oleh Puskesmas dalam melakukan penilaian kinerja petugas
pelakasana PONED.
2) Peneliti melakukan observasi sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan
PONED menggunakan daftar tilik
b. Wawancara
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara mendalam dengan
bantuan panduan wawancara mendalam, perekam suara untuk merekam proses wawancara
dan alat pencatat untuk menuliskan hasil wawancara secara lengkap
c. Telaah Dokumen
Peneliti melakukan telaah dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan PONED
menggunakan daftar telaah dokumen. Dokumen berasal dari data dari keempat perspektif
Balaced Scorecard. Seperti arsip laporan kegiatan Puskesmas PONED dan beberapa
kebijakan yang digunakan Puskesmas sebagai acuan kegiatan dan pelaporan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori yakni kategori
petugas dan kategori pengguna layanan PONED. Kategori petugas dapat digambarkan pada
tabel 1. berikut,
Tabel 1. Karakteristik Informan Penelitian (Kategori Petugas)
No Jabatan Usia (Tahun) Pendidikan terakhir Masa Kerja
(Tahun) 1. Kepala Puskesmas PONED 40 S1 Kedokteran Umum 2 2. Koordinator PONED 27 D3 Kebidanan 2 3. Kasie Kesga Dinas Kesehatan 40 S1 Kedokteran Umum 2 4. Kasubag Keuangan Dinas Kesehatan 48 S2 Ekonomi 4
5. Bidan Pelaksana PONED 24 – 47 D3 Kebidanan dan D4 Kebidanan 3 - 6
Berdasarkan tabel 1, dari segi kesesuaian informan dipilih dikarenakan sebagai key –
informan yakni pemegang jabatan/ pelaksana kegiatan/ berhubungan langsung dengan
kegiatan PONED di Puskesmas PONED Tanah Sareal dengan minimal 2 tahun masa kerja.
Sedangkan dari segi kecukupan, informan telah memenuhi kriteria kompetensi dari
pendidikan terakhir informan yakni D3 hingga S2. Sedangkan untuk informan dari kategori
pengguna layanan PONED/ pasien PONED berjumlah 5 orang informan dengan rincian
sebagai berikut :
Tabel 2. Karakteristik Informan Penelitian (Kategori Pasien)
No Kode Informan
Usia (Tahun)
Pendidikan terakhir Jenis Pelayanan PONED
1. Px 1 35 S1 Persalinan normal 2. Px 2 22 SMA ANC dan Persalinan normal 3. Px 3 30 D3 Persalinan normal 4. Px 4 28 SMA Persalinan normal 5. Px 5 27 SMA ANC dan dirujuk
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Berdasarkan tabel 2, informan penelitian ini memiliki rentang usia 22 – 35 tahun dengan
pendidikan minimal setingkat pendidikan menengah hingga akademi. Informan pada tersebut
dipilih secara acak dengan kriteria kesesuaian yakni sebagai pengguna layanan PONED di
Puskesmas PONED Tanah Sareal.
Selanjutnya didapatkan data bahwa letak Puskesmas Tanah Sareal Bogor cukup strategis dan
mudah dicapai oleh kendaraan, terutama angkutan umum dengan trayek Kota Bogor maupun
kabupaten Bogor. Jarak terjauh wilayah kerja ke Puskesmas sekitar 0,3 km dengan waktu
tempuh sekitar 5 menit dengan kendaraan. Puskesmas Tanah Sareal sebagai Puskesmas
perkotaan, Puskesmas percontohan, dan Puskesmas sentra pendidikan memiliki beberapa
keunikan. Sebagai Puskesmas perkotaan yang sangat mudah diakses dari berbagai arah, dan
memiliki wilayah kerja yang hanya satu kelurahan, namun Puskesmas Tanah Sareal menjadi
Puskesmas dengan kelompok kunjungan tertinggi di Kota Bogor dan 68,5% dari kunjungan
tersebut berasal dari luar wilayah kerja dan luar wilayah Kota Bogor.
1. Visi dan Misi Puskesmas
Visi Puskesmas Tanah Sareal adalah sebagai Puskesmas “Harapan Keluarga” menuju Bogor
Sehat, yang mana dapat di gambarkan bahwa Puskesmas Tanah Sareal merupakan Puskesmas
yang memberikan pelayanan secara terpadu dan berkelanjutan, sejak dalam kandungan hingga
lanjut usia, melalui pendekatan dengan konsep keluarga. Dengan suasana yang harmonis,
petugas jaga berharap dapat melayani masyarakat dengan ramah, responsif, dan siaga selama
24 jam. Dan pada akhirnya menjadi andalan masyarakat (PKM Tanah Sareal, 2012).
Sedangkan misi dari Puskesmas adalah (1) Memberikan pelayanan kesehatan sejak dalam
kandungan sampai usia lanjut, melalui pelayanan yang terpadu dan berlanjutan, (2)
Meningkatkan mutu pelayanan dengan sumber daya manusia yang profesional, (3)
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di kelurahan Tanah Sareal melalui
pemberdayaan Upaya Keseshatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), (4) Mendorong
kemandirian masyarakat melalui kemandirian keluarga untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat dan lingkungannya, (5) Membina kemitraan dengan intas sektor dan
swasta dalam mewujudkan keluarahan siaga (PKM Tanah Sareal, 2012).
2. Perspektif Pelanggan dengan menilai kepuasan pasien PONED
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Pelaksanaan PONED saat ini di Puskesmas Tanah Sareal termasuk dalam program kesehatan
ibu, anak, dan keluarga berencana. Sejak tahun 2007, pelayanan dilaksanakan di Gedung C
Puskesmas Tanah Sareal melalui program inovatif “Pondok Sayang Ibu dan Anak” dari
Puskesmas Tanah Sareal Kota Bogor.
Dalam perspektif pelanggan, menurut Dumilah Ayuningtyas (2013) lembaga/ badan juga
melakukan identifikasi dan segmentasi pasar yang akan dimasuki. Perspektif ini akan
menyelaraskan berbagai ukuran penting, salah satunya adalah kepuasan pelanggan. Oleh
karena itu, perspektif pelanggan sangat erat kaitannya dengan dimensi mutu mengingat selain
dua hal tersebut berorientasi pada pelanggan, mutu menjadi salah satu varibel penentu
perhitungan proporsi nilai pelanggan. Dalam hal ini dari segi kepuasan pasien pengguna
layanan PONED diukur/ diketahui dengan menggunakan teori dimensi mutu yang diutarakan
oleh Pasuraman (1988) dalam Bustami (2011) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa
dimensi mutu yang harus diperhatikan adalah Reliability, Responsiveness, Assurance,
Empathy, Tangible.
Tingkat kepuasan yang didapat dari wawancara mendalam dengan beberapa pengguna
layanan PONED Puskesmas Tanah Sareal memberikan kesan positif dan puas atas pelayanan
PONED yang diberikan Puskesmas Tanah Sareal secara umum. Dari segi reliabititas yang
diukur dengan ketepatan waktu pemberian layanan, pasien merasa sudah sesuai. Proses yang
tidak lama membuat pasien merasa lebih diperhatikan oleh tenaga pelaksana PONED. Tidak
berbeda jauh dari segi reliabilitas, daya tanggap tenaga pelaksana PONED, juga dinilai cukup
bagus dalam hal merespon keluhan yang dirasakan pasien. Namun, sebagian dari pasien
mengaku tidak berani untuk mengutarakan keluhan yang dirasakan mengenai pemberian
makan pasien. Hal tersebut bisa dikarenakan, pelanggan pelayanan jasa tidak cukup responsif
untuk mengajukan keluhan (Kaplan & Norton, 2000) mengingat belum terintegrasinya
manajemen keluhan pada pelayanan PONED. Selain itu, juga akan menyebabkan pemberi
layanan tidak mengetahui harapan pasien akan pelayanan yang telah diberikan (Bustami,
2011). Oleh karena itu, penting adanya manajemen keluhan yang terintegrasi untuk
mengetahui keluhan dan harapan yang diinginkan pasien untuk mengingkatkan retensi pasien
dalam menggunakan layanan.
Nilai empati dari petugas pelaksana PONED juga ikut dinilai oleh pasien dengan melihat
derajat perhatian petugas kepada pasien pasien menyatakan juga bahwa pasien hanya
membutuhkan pemberian informasi yang jelas dan proses yang tidak berbelit mengenai
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
mekanisme pengurusan administrasi dalam mendapatkan pelayanan PONED, sudah cukup
membuat pasien puas.
Penilaian pasien PONED terhadap kondisi gedung, ruang pemeriksaan, ruang tunggu, dan
toilet menyatakan bahwa kebersihan dan keadaan fasilitas tersebut sudah bersih dan cukup
memadai. Namun apabila dilihat dari standar prasarana menurut Buku Pedoman PONED
2013 yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan RI terdapat beberapa hal yang kurang
sesuai. Namun kurang luasnya ruang perawatan tidak dirasa sebagai masalah bagi pasien.
Meski begitu, dengan memenuhi standar fasilitas maka akan meningkatkan kualitas dari
pelayanan yang nantinya akan meningkatkan kepuasan pasien serta kenyamanan pasien dalam
menggunakan layanan PONED tersebut (Gaspersz, 2005). Selain itu, ketersediaan mobil
gawat darurat atau ambulan juga menjadi hal penting yang dikeluhkan oleh sebagian pasien
dalam hal mencapai tempat rujukan. Meningkatnya jumlah rujukan namun tidak diimbangi
oleh ketersediaan dari prasarana berupa ambulan dikhawatirkan akan mempengaruhi dari
retensi pasien menggunakan layanan di Puskesmas PONED, mengingat ketersediaan sarana
juga menjadi faktor penting dalam hal peningkatan kualitas layanan dan dapat digunakan
sebagai alat promosi serta penyampain informasi pelayanan suatu fasilitas pelayanan
kesehatan (Lovelock, et al., 2013).
Sedangkan dalam ketidakpuasan pasien pada pelayanan lain, hal ini terkait dengan pemberian
makan pasien saat pasien menggunakan layanan PONED. beberapa orang pasien
mengeluhkan menu dan bentuk makanan yang diberikan pada pasien. Hal tersebut mungkin
dikarenakan keadaan fisologis dari pasien terutama ibu hamil sendiri selain itu, pemberian
makanan yang sesuai dengan kondisi pasien akan meningkatkan kemauan pasien untuk
menghabiskan makanannya (Kemenkes RI, 2013). Oleh karena itu, meski Puskesmas Tanah
Sareal belum memiliki pelayanan gizi/ makanan sendiri, namun tetap harus memperhatikan
makanan yang diberikan kepada pasien karena pelayanan makanan juga menjadi salah satu
tolak ukur pelayanan suatu fasilitas kesehatan dinilai bagus (Kemenkes RI, 2013).
3. Pespektif Keuangan dengan Analisis Alokasi Pembiayaan Untuk PONED
Tujuan utama organisasi yang bergerak di sektor publik seperti Puskesmas sebaiknya tidak
memaksimalisasi hasil – hasil keuangan tetapi keseimbangan pertanggung jawaban keuangan
(anggaran) melalui pelayanan kepada pihak – pihak yang berkepentingan sesuai dengan visi
dan misi organisasi. Oleh karena itu, penilaian kinerja hanya sebatas kemampuan instansi
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
tersebut mengatur pengelolaan dalam sejumlah anggaran yang diterima (Gaspersz, 2005).
Anggaran tersebut cukup apabila anggaran yang digunakan dapat mencapai sasaran
perencanaan dan bermanfaat pada program yang sedang dilaksanakan (Azwar, 1996). Oleh
karena itu kegiatan menganalisis perencanaan dan perbandingan dengan kegiatan harus
dilaksanakan (Mahmudi, 2005).
Pembiayaan Puskesmas Tanah Sareal Kota Bogor diketahui berasal dari beberapa sumber
yakni (1) BOP (Bantuan Operasonal Puskesmas) yang bersumber dari 80% dari pendapatan
retribusi puskesmas, (2) BOK (Biaya Operasional Kesehatan) merupakan dana peruntukan
Puskesmas dari pemerintah pusat, dan (3) dana kapitasi dari BPJS. Dari penelitian ini
diketahui bahwa belum ada alokasi dana khusus untuk PONED, tenaga pelaksana PONED
merasakan bahwa Puskesmas selalu memfasilitasi permintaan – permintaan beberapa sarana
dan prasarana pendukung pelaksanaan PONED dengan diawali pengecekan langsung oleh
kepala Puskesmas mengenai ketersediaan sarana dan prasarana yang ada di ruangan PONED.
Alokasi anggaran kegiatan PONED dimasukkan kedalam anggaran penyelenggaraan KIA/
KB. Hal tersebut sangat disayangkan mengingat salah satu misi Puskesmas Tanah Sareal yang
pelaksanaanya secara nyata dengan adanya inovasi Pondok Sayang Ibu dan Anak yang
dijalankan sejak tahun 2007 oleh Puskesmas Tanah Sareal dalam rangka mendukung Gerakan
Sayang Ibu dan Anak dengan konsep siaga maternalnya telah aktif dilaksanakan.
4. Perspektif Proses Internal dengan Mengukur Kepatuhan Bidan Pelaksana PONED
Perspektif proses internal yang penilaian kinerjanya dilakukan dengan melakukan pengukuran
kepatuhan bidan pelaksana PONED pada SOP yang berlaku menggunakan formulir QA
(Quality Assurance) yang telah terintegrasi dengan formulir ISO Puskesmas mengenai
penilaian kinerja pelaksanaan KIA/RB. Didapatkan bahwa kepatuhan bidan terhadap SOP
tertinggi pada saat melakukan pemeriksaan dan pencatatan sebesar 100%. Sedangkan pada
saat melakukan anamnesa, bidan hanya melakukan 35,96% SOP yang berlaku. Angka
tersebut tergolong rendah, mengingat seharusnya kepatuhan SOP adalah 100% sebagai syarat
teori Pasuraman (1988) yang menyatakan bahwa permintaan pengguna layanan salah satu
atributnya adalah adanya jaminan bahwa pelayanan yang diberikan harus aman dan bebas
bahaya, bebas resiko, dan bebas dari keragu – raguan (Bustami, 2011). Selain itu, diketahui
juga bahwa pada saat pemberian konseling pada ibu hamil, seluruh materi untuk kesehatan
ibu hamil telah bidan sampaikan kecuali mengenai anjuran bagi ibu hamil untuk melakukan
persalinan ke fasilitas kesehatan yang terdekat.
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Perlu diingat bahwa kunci perspektif dalam organisasi pemerintah yang bergerak di bidang
jasa dapat dilaksanakan dengan pemberian layanan publik berdasarkan pada standar
pelayanan yang ada untuk mencapai pelayanan publik yang berkualitas (Gaspersz, 2005).
Oleh karena itu, tingkat kepatuhan petugas pelaksana PONED diukur mengingat adanya
kaitan antara kepatuhan petugas terhadap kulitas mutu dan jaminan bagi pasien yang
ditangani.
Berdasarkan hasil pengukuran kepatuhan yang kurang dari 80%, selanjutnya dilakukan
pengkajian ulang dengan menyesuaikan informasi yang dikatakan bidan pelaksana dengan
instrumen yang digunakan untuk mengukur kepatuhan tersebut. Dalam hal ini, peneliti
menemukan beberapa informasi penting lainnya mengenai rendahnya nilai pengukuran
kepatuhan tenaga pelaksana PONED, yakni :
a) Pasien yang datang saat pengukuran dilakukan adalah pasien yang sudah pernah datang
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas tersebut, bukanlah pasien baru, sehingga hasil
anamnesa sudah terisi lengkap. Dalam formulir QA juga tidak ditemukan rincian
anamnesa apa saja yang tidak perlu ditanyakan lagi kepada pasien lama.
b) Pasien yang diberikan informasi tentang hari taksiran kelahiran adalah pasien dengan
kehamilan trimester pertama dan pasien yang baru memeriksakan kehamilannya, serta
pasien yang sudah waktu dekat dengan persalinannya.
c) Pemberian tindakan imunisasi TT dan pemberian tablet Fe dilakukan jika pasien memiliki
status imunisasi yang belum lengkap atau pasien yang belum memiliki tablet Fe
d) Anamnesa yang dilakukan bukan hanya bertanya pada pasiennya, namun juga bidan
melakukan observasi secara langsung seperti melihat keadaan kaki bengkak pasien.
e) Beberapa keluhan seperti demam tinggi dan pendarahan seringkali pasien yang langsung
menceritakan tanpa ditanya bidan.
Setelah dilakukan modifikasi formulir QA dengan memberikan mengubah rumus perhitungan
yakni Rumus awal perhitungan yang tertera di formulir QA adalah :
% !"#$%&'$( = !(!!!)
! !""%
menjadi rumus perhitungan baru yang di formulasikan oleh peneliti, yakni :
% !"#$%&'$( = (!!!")(!!!!!")
! !""%
! = !",!"#$%&%$' !"#ℎ !"#$%&' !"#$%&$'$ !"#$%
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
! = !"#$%, !"#$% !"#$%&%$' !"#ℎ !"#$%&' !"#$%&$'$ !"#$%
!" = !"#$% !"#"ℎ !"#$%&%$' !"#$%&' !"#$%$&$'$ !"#$%
Perubahan rumus didasarkan karena alasan ada beberapa kegiatan anamnesa yang semestinya
tidak perlu dilakukan lagi setiap kali melakukan pemeriksaan untuk keefektifan waktu
pemeriksaan. Pertanyaan tersebut menyangkut biodata pasien yang mana telah diketahui dari
laporan pasien PONED dan buku saku kesehatan ibu dan anak yang telah dimiliki oleh
masing – masing pasien. Sedangkan pada kegiatan konseling, diketahui bahwa seluruh bidan
pelaksana PONED tidak memberikan konseling berupa materi penolong persalinan yang
mana terdapat anjuran untuk melahirkan pada tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan.
Bidan merasa bahwa pasien sudah cukup tahu mengenai materi tersebut dan bidan sudah
cukup percaya bahwa pasien takkan melahirkan di paraji karena kelurahan Tanah Sareal
sudah tercatat tidak memiliki paraji. Namun hal tersebut tidak dapat mejadikan suat alasan
bidan tidak memberikan konseling sesuai dengan SOP, mengingat pendidikan kesehatan
menurut Lewrence Green, dalam hal ini yang diberikan bidan mengenai materi penolong
persalinan berperan dalam melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu,
kelompok, atau masyarakat sesuai dengan nilai – nilai kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
5. Perspektif Pertumbuhan Dan Pembelajaran Melalui Keikutsertaan Bidan Pelaksana Pada
Pelatihan Poned
Pertumbuhan dan pembelajaran yang dinilai menggunakan analisis tingkat manfaat pelatihan
PONED yang diikuti bidan. Didapatkan hasil bahwa seluruh bidan pelaksana PONED telah
mengikuti pelatihan PONED yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor maupun
Dinas Kesehatan provinsi Jawa Barat. Adapun data keikutsertaan petugas dalam mengikuti
pelatihan PONED, adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Data Keikutsertaan Petugas dalam Pelatihan
No Nama Pelatihan Waktu pelakasanaan tiap tenaga
Bidan 1 Bidan 2 Bidan 3 Bidan 4 Bidan 5 Bidan 6 1. Pelatihan Penatalaksanaan
PONED 2013 2004 2013 2013 2012 2013
2. Manajemen PONED - - - - - - 3. Manajemen KIA - 2010 - - - - 4. Senam Hamil 2010 2010
Selain itu, dalam wawancara mendalam yang dilakukan, didapatkan bahwa pelatihan tersebut
dinilai bidan pelaksana PONED sangat bermanfaat bagi bidan pelaksana PONED dalam
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
melakukan tugasnya untuk memberi pelayanan PONED. Oleh karena itu, bidan pelaksana
PONED mengakui juga bahwa ada pengaruh antara pelatihan yang diikuti dengan pemberian
tugas pada saat melakukan pelayanan PONED. Bukan saja dalam segi kemampuan dan
kompetensi antara bidan pelaksana PONED yang sudah pelatihan dan bidan pelaksana
PONED yang belum pelatihan, namun juga lebih kepada kepercayaan diri bidan pelaksana
PONED dalam hal menangani pasien. Namun, pelatihan tersebut masih dirasa kurang
maksimal penyelenggaraannya oleh seluruh bidan pelaksana PONED karena bidan pelaksana
PONED belum melaksanakan magang untuk meningkatkan ketrampilannya yang mana hal
tersebut juga berpengaruh pada pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas
PONED. Bidan petugas pelakasana PONED mengaku bahwa penggunaan alat – alat
kesehatan belum maksimal dikarenakan rasa “tidak berani” dan rasa “tidak percaya diri” yang
dirasakan bidan untuk menggunakan alat – alat tersebut.
Keikutsertaan pelatihan merupakan salah satu yang mempengaruhi motivasi dan produktivitas
pegawai dalam melakukan tugasnya (Hafizurrachman, 2009) dan (Siagian, 2009). Dengan
mengikutsertakan pegawai dalam pelatihan akan meningkatkan pengetahuannya
(Hafizurrachman, 2009) dan mengikutsertkan pegawai untuk melakukan magang (on job
training) akan meningkatkan ketrampilannya (Notoatmodjo, 2003).
6. Keterkaitan Antar Variabel
Menurut Tjiptono (2004) definisi kualitas pelayanan jasa berpusat pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi
harapan pelanggan. Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh pada kualitas mutu yang
diutarakan Zeithaml yakni jasa yang diterima (expected service) dan jasa yang dirasakan
(percieved service). Apabila sesuai dengan yang diharapkan, maka kualitas jasa akan
dipersepsikan secara baik dan memuaskan.
Dalam hal ini ditemukan adanya keterkaitan antara kepuasan pasien dengan peningkatan
jumlah pasien, dimana pasien merasa aman menggunakan pelayanan Puskesmas PONED
Tanah Sareal. Kinerja yang baik dari perspektif proses internal sangat perlu di tingkatkan
guna mempertahankan retensi pasien menggunakan layanan PONED di Puskesmas Tanah
Sareal. Jika kinerjanya buruk, bukan tidak mungkin, Puskesmas akan kehilangan pasien
dimasa depan walaupun kinerja dari perspektif keuangan saat ini terlihat baik. Kepuasan
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
pelanggan yang diukur ini memberikan umpan balik mengenai seberapa baik Puskesmas
menjalankan pelayanannya.
Selain itu, salah satu kunci keberhasilan pelayanan Puskesmas PONED tersebut dengan
adanya penyelenggaraan Puskesmas PONED yang efektif dimulai dari antara lain dengan
meningkatkan kemampuan teknis petugas pelayanan dan mengatur penyelenggaraan
pelayanan secara optimal (Kemenkes RI, 2011).
Sedangkan untuk meningkatkan kinerja perspektif proses internal perlu adanya peningkatan
kinerja dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang salah satu upayanya dengan
meningkatkan kapabilitas dan kompetensi petugas pelaksana PONED maupun koordinator
kegiatan melalui pelatihan. Peningkatan kemampuan teknis petugas dilengkapi dengan sistem
pembinaan timbal balik yang berkesinambungan akan memberikan dampak peningkatan
kinerja petugas kesehatan yang berakibat langsung terhadap kualitas pelayanan kegawat
daruratan maternal dan neonatal.
Pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh koordinator dan pelaksana PONED
merupakan intangible resource/ assets Puskesmas PONED. Harta Puskesmas PONED ini
tidak bisa dinilai dengan uang, tetapi merupakan faktor pendorong yang penting dalam
mencapai kinerja keuangan yang mengagumkan, kinerja dalam proses bisnis internal yang
baik serta kinerja yang memuaskan dalam perspektif pelanggan Puskesmas PONED
(Himawan & Juarsah, 2005). Dengan kata lain tujuan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur (para pekerja, sistem dan prosedur) sebagai
pendorong yang memungkinkan tujuan dan kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif
sebelumnya dapat tercapai.
Selain itu juga diperlukan dukungan lintas sektor/ lintas program pemerintah terkait seperti
Dinas Kesehatan, rumah sakit, dan organisasi profesi dalam membentuk pola pembinaan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi (Kemenkes RI, 2011; Depkes RI, 2007).
Kesimpulan
1. Perspektif Pelanggan
Tingkat kepuasan pasien PONED di Puskesmas PONED Tanah Sareal sudah cukup bagus
dan pasien akan mengajurkan keluarga dan tetangga untuk menggunaka layanan PONED
apabila persalinan normal dan tidak ada indikasi yang mengharuskan pasien dirujuk ke RS.
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
2. Perspektif Keuangan
Puskesmas PONED Tanah Sareal mengalami peningkatan jumlah anggaran tahunan untuk
dana BOP dan mengalami penurunan anggaran dana BOK. Pengalokasian anggaran khusus
belum ada, dan pembiayaan PONED masih berada di bawah program KIA
3. Perspektif Proses Internal
Bidan pelaksan PONED Puskesmas Tanah Sareal memiliki tingkat kepatuhan terhadap
SOP sudah baik dengan tingkat persentase kepatuhan sebesar 80 – 100% yang dikur
dengan formulir QA yang telah terintegrasi dengan penilaian ISO Puskesmas Tanah Sareal
4. Perspektif Pemebalajaran dan Pertumbuhan
Keikutsertaan pelatihan PONED untuk meningkatkan pengetahuan dan magang di RSU
untuk meningkatkan ketrampilan, memberikan manfaat dan pengaruh yang sangat besar
bagi petugas pelaksana PONED dalam melaksanakan tugas dan kewajiban dalam
memberikan pelayanan PONED bagi pasien.
Saran
1. Puskesmas memprioritaskan kegiatan penilaian kinerja pemberi layanan dengan (a)
melakukan penilaian kinerja secara rutin minimal 1 tahun sekali, (b) memberikan feed back
atas hasil dari penilaian kinerja tersebut, (c) mengevaluasi formulir QA dengan merubah
perhitungan penilaian kinerja pelaksana pelayanan kesehatan.
2. Puskesmas memikirkan untuk menggunakan Balanced Scorecard sebagai alat ukur
penilaian kinerja Puskesmas
3. Puskesmas dan Dinas Kesehatan berkoordinasi dalam hal penguatan fungsi PONED dan
pengembangan pelayanan di Puskesmas PONED Tanah Sareal salah satunya dengan
melengkapi fasilitas yang sesuai dengan standar yang berlaku
4. Perlu adanya penambahan variabel pengukuran dari setiap perspektif yang di teliti
Kepustakaan
Ayuningtyas, D. (2013). Perencanaan Strategis Untuk Organisasi Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Rajawali Press.
Azwar, A. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan (3rd ed.). Jakarta: Binarupa Aksara.
Bustami. (2011). Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Aksestabilitasnya. Jakarta:
Erlangga.
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Depkes RI. (2007). Buku Panduan Peserta Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Gaspersz, V. (2005). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six
Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintahan (2 ed.). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hafizurrachman. (2009). Manajeman Pendidikan dan Kesehatan : Penerapan Konsep dan
Variabel - Kinerja, Gaya Kepemimpinan, Lingkungan dan Motivasi Kerja. Jakarta:
Sagung Seto.
Himawan, F. A., & Juarsah. (2005). Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukuran Kinerja
Manajemen (STUDI KASUS PT. MAKRO INDONESIA CABANG PASAR REBO,
JAKARTA). ESENSI, 8(1), 55 - 84.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (2000). Balanced Scorecard : Menerapkan Strategi Menjadi
Aksi . Jakarta: Erlangga.
Kemenkes RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 828 tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal BIdang Kesehatan di Kabupaten/ Kota. .: .
Kemenkes RI. (2011). Lokakarya Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) bagi Puskesmas. Surabaya: buk.kemkes.go.id melalui
http://buk.kemkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=203:lokaka
rya-penyelenggaraan-pelayanan-obstetri-neonatal-emergensi-dasar-poned-bagi-
puskesmas. Retrieved Juni 2014, from
http://buk.kemkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=203:lokaka
rya-penyelenggaraan-pelayanan-obstetri-neonatal-emergensi-dasar-poned-bagi-
puskesmas
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2013). Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED . Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kresno, S., Hadi, E. N., Wuryaningsih, C. E., & Ariawan, I. (2000). Aplikasi Metode
Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia dengan CIMU - Health The British Council .
Lovelock, C., Wirtz, J., & Mussry, J. (2013). Pemasaran Jasa Manusia, Teknologi, Strategi :
Perspektif Indonesia jilid 2 (terjemahan) (7 ed.). Jakarta: Erlangga.
Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mulyadi. (2001). Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatganda
Kinerja Keuangan Perusahaan (2 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta.
PKM Tanah Sareal. (2012). Laporan Tahunan Puskesmas Tanah Sareal tahun 2012. .: .
Pusdalitbang Jabar. (2008). Perubahan RPJM Daerah Provinsi Jawa Barat 2008 - 2013.
Bandung: pusdalisbang.jabarprov.go.id.
Siagian, S. P. (2009). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Tjiptono, F. (2004). Manajemen Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Penilaian kinerja…, Desi Rosalia Putri Rahmanita, FKM UI, 2014