penilaian inisiatif smart city: e-library bandung file3.1 survei tentang penggunaan sistem 11 3 ......
TRANSCRIPT
TUGAS
II4471 – KEPROFESIAN STI
Penilaian Inisiatif Smart City: e-Library Bandung
Anggota:
Arief Septian Nurhada 18215013
Iswan Aulia 18215017
Muhammad Fikri Hafiya 18215023
PROGRAM STUDI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI
SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2018
Daftar Isi
1. Pendahuluan 5
2. Landasan Teori 6
2.1 Smart City 6
2.2 Bandung Smart City 7
2.2.1 Smart Governance (Pemerintahan Cerdas) 7
2.2.2 Smart Branding (Branding Cerdas) 8
2.2.3 Smart Economy (Ekonomi Cerdas) 8
2.2.4 Smart Living (Pola Hidup Cerdas) 8
2.2.5 Smart Society (Masyarakat Cerdas) 8
2.2.6 Smart Environment (Lingkungan Cerdas) 9
2.3 E-Library Bandung 9
3. Metode 11
3.1 Survei tentang Penggunaan Sistem 11
3.2 Benchmarking terhadap layanan e-Library lainnya 11
4. Hasil dan Pembahasan 12
4.1 Hasil Uji Kepuasan Pengguna 12
4.2.1 Tingkat awareness terhadap e-Library Kota Bandung 12
4.2.2 Uji user experience 12
4.2 Hasil Uji Benchmarking 13
4.2.1 Perbandingan dengan e-Library Jawa Barat 14
4.2.2 Perbandingan dengan Jakarta Digital Library (iJakarta) 15
4.2.3 Perbandingan dengan iPusnas 17
4. Kesimpulan 18
5. Saran 19
6. Daftar Pustaka 19
Daftar Tabel
Tabel 1 Hasil Uji User Experience .............................................................................................12
Tabel 2 Perbandingan dengan e-Library Jawa Barat ................................................................14
Tabel 3 Perbandingan dengan iJakarta .....................................................................................16
Tabel 4 Perbandingan dengan iPusnas ....................................................................................17
Daftar Gambar
Gambar 1 Halaman Muka e-Library Bandung ...........................................................................10
Gambar 2 e-Library Jawa Barat ................................................................................................14
Gambar 3 Jakarta Digital Library ...............................................................................................15
Gambar 4 iPusnas ....................................................................................................................17
1. Pendahuluan
Di era globalisasi saat ini, sangat dibutuhkan adanya pelayanan informasi yang cepat, tepat, dan
akurat. Oleh karena itu, jenis informasi yang jelas dan sarana informasi yang memadai sangatlah
dibutuhkan oleh semua orang. Salah satu gagasan yang mampu memenuhi solusi tersebut adalah
konsep Smart City. Smart City adalah konsep pengembangan kota yang mencakup aspek
berbasis studi berbasis teknologi informasi dan perkotaan. Pengaruh globalisasi menunjukkan
bagaimana teknologi informasi dapat meningkatkan keberlanjutan kota dengan memfasilitasi
manajemennya. Dengan tren kemajuan teknologi yang pesat, Smart City adalah model bagi kota-
kota untuk tetap relevan dan kompetitif.
Namun, penerapan konsep Smart City sangat tergantung pada kebutuhan kota dan pemangku
kepentingannya. Terlepas dari banyaknya implementasi terkait konsep Smart City, persoalan
yang sangat mungkin terjadi dalam mengadopsi gagasan Smart City tersebut diantaranya adalah
ketergesa-gesaan mengikuti tren kota-kota lain yang lebih maju, duplikasi tanpa perhitungan
matang sesuai kondisi masing-masing kota, serta perencanaan yang tidak strategis. Kejadian
seperti ini tentu saja sangat tidak diinginkan, mengingat investasi program sekelas smart city,
bukanlah investasi kecil. Belum lagi aspek biaya lain yang bisa ditimbulkan jika mengalami
kegagalan di tengah jalan.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi inisiasi program Smart City Kota Bandung
khususnya program e-Library yang termasuk ke dalam dimensi Smart Society atau Masyarakat
Cerdas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan inisiasi e-
Library ini juga inisiasi lainnya sehingga tujuannya dapat tercapai.
2. Landasan Teori
2.1 Smart City
Smart City merupakan wilayah kota dengan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah
terintegrasi dengan tujuan peningkatan efisiensi, perbaikan layanan publik, dan peningkatan
kesejahteraan warga. Integrasi teknologi ini dimungkinkan berkat keberadaan internet of things
yang merupakan jaringan perangkat elektronik yang saling terhubung dan dapat berkomunikasi
satu sama lain. Implementasi smart city di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, dari
infrastruktur, kesiapan pemerintah, sampai masyarakat yang masih belum bisa memanfaatkan
teknologi digital secara maksimal.
Kota dapat disebut sebagai smart city jika sudah mengintegrasikan teknologi informasi dan
komunikasi sampai level tertentu dengan tujuan akhir yaitu peningkatan kesejahteraan warga.
Sudah terdapat beberapa kota besar di Indonesia yang sudah mengadopsi konsep smart city,
seperti Jakarta Smart City dan Bandung Smart City. Selain pemerintah, pihak swasta juga ikut
berpartisipasi aktif dalam mewujudkan konsep smart city di Indonesia.
Seperti yang sudah sempat dibahas, terdapat berbagai macam tantangan penerapan konsep smart
city di Indonesia. Salah satunya adalah harga perangkat yang tinggi dan sulit diperoleh. Selain
itu, banyak daerah di Indonesia yang belum memadai secara infrastruktur untuk menunjang
konsep ini. Tantangan lainnya adalah kemampuan masyarakat untuk menerima konsep ini dan
menggunakan infrastruktur dan layanan yang ada.
Terdapat 514 kabupaten/kota di Indonesia, dengan jumlah sebanyak itu pengembangan smart
city harus mempertimbangkan penganggaran dengan sebaik-baiknya agar dapat berjalan sesuai
rencana. Pemerintah sudah menyiapkan program Menuju 100 Smart City yang ditujukan untuk
pemerintah daerah yang telah menyiapkan komponen-komponen pendukung Smart City.
Diharapkan dengan program ini, yang salah satunya mencakup Smart City Bandung, dapat
mempermudah langkah untuk mengimplementasikan konsep Smart City di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia.
2.2 Bandung Smart City
Smart City atau kota cerdas adalah kota yang cerdas dalam sistem manajemen, pemerintahan
kota, dan juga warganya. Bandung Smart City dikembangkan untuk mengelola sumber daya
secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan berbagai tantangan dan problematika
menggunakan solusi inovatif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Teknologi ini diharapkan untuk
menjadi pendorong terciptanya solusi tersebut dengan didukung kesiapan infrastruktur dan
sumber daya manusia. Diharapkan dengan adanya Bandung Smart City maka terbentuk layanan
kota yang dapat meningkatkan kualitas hidup warganya secara livable (berfungsi secara
maksimal sehingga nyaman dan layak dihuni) dan loveable (dicintai, layak dihuni, dan membuat
warganya nyaman untuk tinggal).
Smart City dibutuhkan di Kota Bandung karena kota ini merupakan salah satu metropolitan
terbesar di Indonesia dengan tingkat pemanfaatan teknologi yang tinggi. Selain itu Kota
Bandung merupakan kota yang mengalami kelangkaan sumber daya alam dan perubahan iklim,
ditambah dengan arus urbanisasi dan demografi Kota Bandung yang tinggi sehingga pengelolaan
sumber daya manusia dan informasi merupakan tantangan tersendiri. Dari segala permasalahan
yang tersebut tentunya dibutuhkan teknologi yang mencakup seluruh sektor dan terintegrasi
secara menyeluruh sehingga dapat digunakan oleh setiap warga Kota Bandung. Terdapat enam
dimensi utama penyusun Smart City Kota Bandung, yaitu sebagai berikut.
2.2.1 Smart Governance (Pemerintahan Cerdas)
Smart Governance atau tata kelola kota pintar adalah berfokus pada tata kelola dari
pemerintah daerah sebagai institusi yang mengendalikan seluruh lini kehidupan Kota
Bandung. Smart Governance merupakan gambaran dari tata kelola yang dilaksanakan
secara pintar dan mampu mengubah pola-pola tradisional dalam birokrasi sehingga
menghasilkan proses bisnis yang lebih efektif, efisien, komunikatif, dan terus mengalami
perbaikan atau perkembangan melalui inovasi dan adopsi teknologi terpadu. Smart
governance diimplementasikan ke dalam tiga unsur tata kelola yaitu pelayanan, birokrasi,
dan kebijakan.
2.2.2 Smart Branding (Branding Cerdas)
Dimensi kedua adalah Smart Branding atau branding pintar yang merupakan inovasi
dalam pemasaran daerah sehingga mampu meningkatkan daya saing dengan
mengembangkan tiga buah elemen yaitu pariwisata, bisnis, wajah kota. Peningkatan daya
saing daerah disini mencakup juga penataan wajah kota dan pemasaran potensi baik
dalam lingkup lokal, nasional, maupun internasional.
2.2.3 Smart Economy (Ekonomi Cerdas)
Dimensi ketiga adalah Smart Economy atau tata kelola perekonomian yang pintar. Smart
economy dimaksudkan untuk mewujudkan ekosistem perekonomian di daerah yang
mampu memenuhi tantangan di era informasi yang disruptif dengan tingkat adaptasi yang
cepat. Sasaran dimensi ini adalah perwujudan ekosistem pendukung aktivitas ekonomi
masyarakat yang selaras dengan sektor ekonomi unggulan daerah yang adaptif terhadap
perubahan. Selain itu peningkatan financial literacy masyarakat melalui berbagai
program diantaranya mewujudkan cashless society. Sasaran tersebut diwujudkan dalam
tiga elemen yaitu ekonomi industri, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan
ekosistem transaksi keuangan.
2.2.4 Smart Living (Pola Hidup Cerdas)
Smart Living adalah salah satu dimensi yang bertujuan menjamin kelayakan taraf hidup
masyarakat di dalamnya. Kelayakan taraf hidup tersebut dinilai dari tiga elemen yaitu
kelayakan pola hidup, kelayakan kualitas kesehatan, dan kelayakan moda transportasi.
2.2.5 Smart Society (Masyarakat Cerdas)
Smart Society merupakan dimensi yang membahas tentang manusia sebagai unsur utama
sebuah kota dimana interaksi antar manusia bergerak menuju ekosistem sosio-teknis
dimana dimensi fisik dan virtual semakin terjalin secara intensif. Interaksi antar-warga
tersebut diharapkan semakin kuat dengan mediasi teknologi. Sasaran dari smart society
adalah perwujudan ekosistem sosio-teknis masyarakat yang humanis dan dinamis, baik
secara fisik maupun virtual. Tujuannya adalah terciptanya masyarakat yang produktif,
komunikatif, dan interaktif dengan digital literacy yang tinggi. Sasaran dari smart
society diwujudkan dengan pengembangan tiga elemen di dalam smart society yaitu
komunitas warga, ekosistem pembelajaran, dan sistem keamanan.
2.2.6 Smart Environment (Lingkungan Cerdas)
Dimensi keenam adalah smart city atau pengelolaan lingkungan pintar. Yang dimaksud
pintar disini adalah adanya perhatian bagi lingkungan hidup dalam pembangunan kota
yang sama besarnya dengan perhatian terhadap pembangunan infrastruktur fisik maupun
pembangunan bagi sarana dan prasarana bagi warga. Smart environment bermaksud
untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dimana hal tersebut tidak boleh
hilang yang menjadikan elemen teknologi sebagai elemen pendorongnya yaitu
pengembangan program proteksi lingkungan, tata kelola sampah dan limbah, dan
pengembangan tata kelola energi yang bertanggung-jawab.
2.3 E-Library Bandung
Aplikasi e-Library adalah salah satu inisiasi Smart City yang termasuk ke dalam dimensi Masyarakat
Cerdas. E-Library merupakan program berupa sistem perpustakaan online yang dapat diakses melalui
portal tersendiri yang ada pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bandung
(http://elibrary.dispusip.bandung.go.id/). Aplikasi ini direncanakan selesai pada tahun 2017 dan
disempurnakan pada tahun 2018.
Gambar 1 Halaman Muka e-Library Bandung
Program e-Library ini memiliki tujuan untuk memudahkan proses kegiatan membaca buku
secara online untuk warga Bandung. Pada program e-Library ini, warga Bandung disediakan
berbagai macam fasilitas selain membaca buku secara online yaitu video, berbagai macam media
interaktif, dan e-magazine. E-Library Dispusip Kota Bandung memberikan layanannya secara
gratis dan tanpa batas waktu sehingga warga Bandung dapat memenuhi kebutuhan informasinya.
Rencana pelaksanaan dan penganggaran Program Peningkatan Sistem Administrasi Perpusataakn
ini diusulkan melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bandung melalui kerjasama
dengan TBM, Perangkat Daerah Kota Bandung, dan Perpustakaan Nasional, dengan sumber
pembiayaan dari APBD Kota Bandung.
Saat ini e-Library Kota Bandung sudah berjalan dan dapat digunakan dengan membuat akun
terlebih dahulu. Namun seperti perencanaan, layanan ini masih dalam proses penyempurnaan
dengan 11 kategori yaitu Filsafat & Psikologi, Agama, Karya Umum, Ilmu-Ilmu Sosial, Bahasa,
Teknologi & Ilmu Terapan, Ilmu Alam dan Matematika, Kesenian, Hiburan, & Olahraga,
Kesusastraan, Anak-Anak, Geografi dan Sejarah. Namun dari beberapa kategori tersebut baru
tedapat total tiga buah konten tersedia berupa dua buah e-Book dan satu buah video.
3. Metode
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Melalui pendekatan ini, permasalahan utama
penelitian coba diidentifikasi dengan memahami kasus yang dimiliki oleh program e-Library
melalui pemahaman terhadap pengalaman penggunaan yang terkait. Teknik pengambilan data
dan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1 Survei tentang Penggunaan Sistem
Survei ini dilakukan dalam bentuk wawancara yang dilakukan secara langsung kepada
narasumber. Survei tersebut memuat pertanyaan mengenai hal-hal berikut:
1. Pengetahuan terhadap program e-Library
2. Frekuensi menggunakan layanan e-Library
3. Pengalaman terkait penggunaan layanan e-Library
4. Saran terhadap pengembangan layanan e-Library
Pertanyaan tersebut diberikan setelah sebelumnya responden diminta untuk menggunakan e-
Library ini selama lebih dari 5 menit. Responden merupakan warga Kota Bandung dan penduduk
dari luar Kota Bandung yang namun tinggal disana yang berasal dari beberapa latar belakang
berbeda. Pengetahuan terhadap program e-Library serta frekuensi penggunaanya bertujuan untuk
mengetahui tingkat awareness masyarakat Kota Bandung terhadap keberadaan ini. Selain itu
terdapat pertanyaan berupa penilaian kuantitatif terhadap pengalaman penggunaan layanan ini.
Jawaban dari pertanyaan ini kemudian akan dirata-rata dengan skala penilaian dari 1 (sangat
buruk) sampai 4 (sangat baik). Hasil dari survei penggunaan layanan dengan range 1-4.
3.2 Benchmarking terhadap layanan e-Library lainnya
Teknik yang digunakan berikutnya adalah benchmarking dimana dilakukan perbandingan
dengan layanan-layanan perpustakaan online lainnya. Pada uji ini penilaian dilakukan
menggunakan beberapa aspek yang digunakan pada survei pengalaman penggunaan. Dari setiap
aspek tersebut dilakukan perbandingan secara langsung dimana kekurangan dan kelebihan dari
kedua layanan yang dibandingkan akan dijelaskan. Berikutnya hasil dari uji ini akan digunakan
untuk mengetahui bentuk ideal dari layanan yang seharusnya disediakan oleh Dispusip Kota
Bandung.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Uji Kepuasan Pengguna
Hasil uji kepuasan pengguna dilakukan menggunakan survei langsung kepada 10 orang. Pada
survei tersebut pengguna terlebih dahulu diminta untuk menggunakan layanan e-Library Kota
Bandung selama minimal 5 menit. Setelah itu beberapa pertanyaan diberikan secara langsung
untuk mendapatkan penilaian kepuasan pengguna. Berikut ini merupakan hasil dari survei yang
dilakukan :
4.2.1 Tingkat awareness terhadap e-Library Kota Bandung
Berdasarkan hasil survei, didapatkan bahwa dari 10 orang tidak ada satupun yang mengetahui
keberadaan e-Library Kota Bandung sebelumnya. Tentunya tidak terdapat juga satupun yang
pernah menggunakan layanan ini sebelumnya.
4.2.2 Uji user experience
Survei user experience dari layanan e-Library Kota Bandung menggunakan skala yang yaitu 1
untuk sangat buruk, 2 untuk buruk, 3 untuk baik, dan 4 untuk sangat baik. Berikut ini merupakan
hasil yang didapatkan :
Tabel 1 Hasil Uji User Experience
Aspek Nilai Rata-Rata Hasil
Kelengkapan kategori 2.7 Buruk
Kelengkapan katalog konten 1.4 Sangat Buruk
Kelengkapan fitur 2.2 Buruk
Kemudahan penggunaan 2.3 Buruk
Kemenarikan tampilan 2.1 Buruk
Efektivitas layanan 1.5 Sangat Buruk
Rata-Rata 2.033 Buruk
.
Selain itu disediakan beberapa pertanyaan deskriptif terkait user experience dari penggunaan
layanan e-Library Kota Bandung. Dari pertanyaan tersebut beberapa responden menyatakan
bahwa hal yang paling disukai dari layanan ini adalah kemudahan penggunaannya yang
diakibatkan oleh masih sedikitnya fitur yang ditawarkan. Namun hal yang tidak disukai oleh
responden adalah konten yang sangat minim dimana baru tersedia 3 konten dari seluruh kategori
yang tersedia. Selain itu konten yang disediakan juga tidak tepat konteks dan tidak sesuai dengan
kategori tempat konten tersebut ditemui.
Selain itu hal lainnya yang tidak disukai oleh responden adalah tampilan antarmuka yang kurang
menarik dan membingungkan untuk digunakan. Kedua hal tersebut tentunya menimbulkan
impresi awal yang sangat buruk bagi pengguna dimana dapat berdampak pada penggunaan
layanan ini kedepannya. Namun 70% dari responden menyatakan bahwa mereka akan
menggunakan layanan ini jika konten diperlengkap dan tampilan diperbaiki, sehingga jika kedua
hal tersebut dilakukan maka layanan ini dapat digunakan oleh masyarakat Bandung.
4.2 Hasil Uji Benchmarking
Hasil uji benchmarking dilakukan menggunakan tiga layanan perpustakaan online lainnya.
Perbandingan dilakukan dengan e-Library milik Dispusipda (e-Library Jawa Barat), Jakarta
Digital Library, dan halaman resmi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dalam
melakukan benchmarking terhadap layanan ketiga layanan perpustakaan digital tersebut, e-
Library Bandung dibandingkan dalam beberapa aspek, yaitu aspek:
1) kemudahan penggunaan.
2) kemenarikan tampilan.
3) kelengkapan fitur.
4) kelengkapan katalog.
4.2.1 Perbandingan dengan e-Library Jawa Barat
Gambar 2 e-Library Jawa Barat
e-Library Jawa Barat adalah sebuah layanan perpustakaan digital yang dikelola oleh Dispusipda Provinsi
Jawa Barat. Layanan ini tersedia dan dapat diakses hanya via web saja.
Tabel 2 Perbandingan dengan e-Library Jawa Barat
Aspek e-Library Bandung e-Library Jawa Barat
Kemudahan
Penggunaan
Mudah digunakan, namun
peletakan tombol dan menu agak
membingungkan
Peletakan tombol dan menu lebih rapi
dan mudah dicari
Kemenarikan Tampilan sederhana Tampilan mirip dengan e-Library
tampilan Bandung, namun warnanya lebih
modern dan nyaman di mata
Kelengkapan fitur Kurang lengkap dibanding e-Lib
Jawa Barat
Fitur seperti e-Lib Bandung, serta
ditambah Podcast, filter sesuai usia,
pencarian dengan filter lebih lengkap
Kelengkapan
Katalog
Sangat minim Lebih banyak dari e-Lib Bandung
meski masih sedikit.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dari e-Library kota Bandung masih sedikit di
bawah e-Library Jawa Barat. Sekilas keduanya sangat mirip namun e-Library Jawa Barat
memiliki fitur yang lebih lengkap dan tampilan serta kemudahan penggunaan serta koleksi yang
lebih baik.
4.2.2 Perbandingan dengan Jakarta Digital Library (iJakarta)
Gambar 3 Jakarta Digital Library
iJakarta adalah sebuah aplikasi smartphone khusus Android yang diluncurkan sebagai layanan
perpustakaan digital milik pemerintah DKI Jakarta. Layanan ini dikelola oleh Perpustakaan dan Pusat
Arsip DKI Jakarta.
Tabel 3 Perbandingan dengan iJakarta
Aspek e-Library Bandung iJakarta
Kemudahan
Penggunaan
Mudah digunakan, namun
peletakan tombol dan menu
agak membingungkan
- Menu berupa beberapa tab
sehingga memudahkan navigasi
- Terdapat menu Help
Kemenarikan
tampilan
Sederhana Warna menarik dan nyaman di mata.
Aplikasi dinamis.
Kelengkapan fitur Tidak selengkap iJakarta - Login punya opsi dengan
Facebook atau email
- Fitur follower
- Fitur Status (gamifikasi status
pengguna)
- Bisa mengedit profil (foto, nama,
data lainnya)
- Fitur Bookshelf untuk melihat
buku yang dipinjam
- Activity dan Inbox
- Fitur Donation Box
- Fitur Subscribe Buku
Kelengkapan
Katalog
Sangat minim Beberapa kategori sangat banyak,
beberapa kategori lain minim
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dari e-Library kota Bandung masih di bawah
iJakarta.
4.2.3 Perbandingan dengan iPusnas
Gambar 4 iPusnas
iPusnas adalah aplikasi smartphone khusus Android yang diluncurkan sebagai layanan perpustakaan
digital nasional. Ia dikelola oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).
Tabel 4 Perbandingan dengan iPusnas
Aspek e-Library Bandung iPusnas (Perpusnas Digital
Library)
Kemudahan
Penggunaan
Mudah digunakan, namun peletakan
tombol dan menu agak membingungkan
- Menu berupa beberapa
tab sehingga
memudahkan navigasi
- Terdapat menu Help
Kemenarikan
tampilan
Sederhana Warna menarik dan nyaman
di mata. Aplikasi dinamis.
Kelengkapan fitur Tidak sebanyak fitur iPusnas - Login punya opsi
dengan Facebook atau
- Fitur follower
- Fitur Status
(gamifikasi status
pengguna)
- Bisa mengedit profil
(foto, nama, data
lainnya)
- Fitur Bookshelf untuk
melihat buku yang
dipinjam
- Activity dan Inbox
Kelengkapan
Katalog
Sangat minim Buku tersedia banyak dan
kategori lengkap
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dari e-Library kota Bandung masih di bawah
iPusnas.
4. Kesimpulan
E-Library milik Pemerintah Kota Bandung memiliki potensi namun realisasinya sejauh ini masih
jauh dari kata baik. Berdasarkan hasil dari survei ke pengguna tentang kepuasan pengguna, skor
rata-rata yang didapatkan oleh e-Library Bandung adalah 2.033, yaitu termasuk kategori buruk.
Sedangkan hasil dari benchmarking terhadap layanan perpustakaan digital serupa milik Provinsi
Jawa Barat, DKI Jakarta, serta Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, menunjukkan bahwa
e-Library kota Bandung masih kurang dari segi fungsionalitas, kemudahan penggunaan,
tampilan, hingga kelengkapan konten.
5. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dibuat, jika Pemerintah Kota Bandung ingin e-Library
Bandung digunakan oleh semakin banyak masyarakat, e-Library perlu mengalami peningkatan
pada berbagai aspek. Yang pertama, yaitu konten. Katalog dan kategorinya sudah cukup, namun
konten yang ada masih sangat sedikit, sehingga perlu ditambah agar masyarakat dapat
mengakses lebih banyak bahan bacaan, video, maupun konten interaktif yang bermanfaat
lainnya. Konten tidak terbatas hanya di buku saja, namun akan lebih baik ditambahkan jurnal
ilmiah maupun makalah sehingga dapat berguna bagi mahasiswa ataupun akademisi. Yang
kedua, tampilan serta pengalaman pengguna (UI/UX). Perlu dirombak agar tampil lebih modern
dan nyaman di mata, serta terlihat lebih profesional. Menurut pengguna, tampilan saat ini tidak
menarik sama sekali. Peletakan tombol dan menunya pun membingungkan.
6. Daftar Pustaka
https://id.techinasia.com/apa-itu-smart-city-dan-penerapan-di-indonesia
https://smartcity.bandung.go.id/smartcity/tentang_bsc
https://smartcity.bandung.go.id/forum/thread/read/5/15/192