pengusulan pasangan calon presiden dan wakil...

122
PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SEBAGAI PESERTA PEMILU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: AHMAD FARHAN SUBHI NIM : 1612048000004 KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA PROGRAM DOUBLE DEGREE ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1435 H/2014 M

Upload: duonganh

Post on 19-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

SEBAGAI PESERTA PEMILU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42

TAHUN 2008

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

AHMAD FARHAN SUBHI

NIM : 1612048000004

KONSENTRASI HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA

PROGRAM DOUBLE DEGREE ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1435 H/2014 M

Page 2: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

PENGUSULAN PASANGAI\I CALON PRESIDEN DAN }VAKIL PRESIDEN

SEBAGAI PESERTA PEMILU MENURUT.UNDANG-UNDANG NOMOR 42

TAHTJN 2OO8

Slaipsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum (S.tt)

Oleh:

AHMAD FARIIAN SUBHINIM: 1612048000004

KONSENTRASI HT]KT]M KELEMBAGAAI\T I\TEGARA

PROGRAM DOUBLE DEGREE ILMU HTIKUM

FAKULTAS SYARIAII DAI\I IIUKT]M

T]NTVERSITAS ISLAM I\TEGERI

SYARIF HMAYATT]LLAH

JAKARTA1435 Ht2At4I$[

Di Bawah Bimbingan:

odikin, S.H., M.H., M.Si.

Page 3: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

PENGESAHAN PAITITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul'.Pengusulan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden

Sebagai Peserta Pemilu Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008" telah

diajukan dalam sidang skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Program Double Degree

Ilmu Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 05

Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Program Stata Satu (S-1) pada Program Double Degree Ilmu Hukum.

Jakarta,05 Mei 2014.

Mengesahkan

PAI{ITIA UJIAN SKRIPSI

1. Ketua

2. Sekretaris

3. Pembimbing

4. Pengujil

5. Penguji II

Dr. DjawahirHejazziey. S.H.. M.A.NIP. 19551015197903 1002

Drs. Abu Thamrin" S.H.. M.Hum.NIP. 19650908199503 1001

Dr. Sodikin, S.H., M.H., M.Si.

Prof. Dr. H. Salman Manggalatune. S.H." M.H.NIP. 19540303197 6tl l00l

r. H. J.M. Muslimin" M.A.NrP. 1 9680 812199903 tot 4

Dwi Puti Cahyawati, S.H., M.H.

Page 4: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

LEMBAR PER}TYATAANI

Dengan ini saya menyatakan batrwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi

salah satu syarat mencapai gelar Shata Satu (S-1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh Universitas

Islam Negeri (UIII$ Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya saya asli

atau merupakan saduran dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang telatr ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri OnQ Syarif

Hidayatullah Jakarta.

J.

Page 5: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

ABSTRAK

Ahmad Farhan Subhi. NIM 161204800004. PENGUSULAN PASANGAN

CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SEBAGAI PESERTA PEMILU

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008. Konsentrasi Hukum

Kelembagaan Negara, Program Double Degree Ilmu Hukum, Fakultas Syari’ah dan

Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H / 2014 M. vi +

86 halaman + 25 Lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan hukum calon Presiden dan

Wakil Presiden dan Partai Politik Peserta Pemilu. Karena masyarakat masih kurang

memahami tentang kedudukan hukum calon Presiden dan Wakil Presiden dan Partai

Politik Peserta Pemilu. Terdapat pengaturan mengenai pengusulan calon Presiden dan

Wakil Presiden dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, yakni di dalam norma

Pasal 9 dan Pasal 14 ayat (2) yang tidak sesuai dengan norma Pasal 22E ayat (3) dan

norma Pasal 6A ayat (2) UUD NRI 1945. Penulis memilih obyek penelitian yakni

norma Pasal 9 dan Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008. Penulis

ingin mengetahui pengaturan Partai Politik Peserta Pemilu dalam pengusulan Calon

Presiden dan Wakil Presiden dan pengaturan waktu pengusulan Calon Presiden dan

Wakil Presiden.

Penelitian ini menggunakan metode sinkronisasi hukum dengan pendekatan

yuridis normatif. Data diperoleh melalui draft perundang-undangan, buku atau literatur

kepustakaan lainnya. Peraturan perundang-undangan dalam skripsi ini ialah Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dan Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Partai politik peserta pemilu dalam

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 bukanlah lagi partai politik peserta pemilihan

umum melainkan “mantan” partai politik peserta pemilihan umum; dan 2) Waktu

pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Undang-Undang Nomor 42

Tahun 2008 adalah sebelum pelaksanaan pemilihan umum DPR dan DPRD, bukan

sebelum Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Maka apabila pengusulan

calon Presiden dan Wakil Presiden sebagai Peserta Pemilihan Umum ingin

dilaksanakan oleh Partai Politik Peserta Pemilu, maka harus dilaksanakan sebelum

pelaksanaan Pemilihan Umum DPR dan DPRD.

Kata kunci : Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Pasangan Calon Presiden

dan Wakil Presiden, dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008.

Pembimbing : Dr. Sodikin, S.H., M.H., M.Si.

Daftar Pustaka : Tahun 1960 – 2012.

Page 6: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, ungkapan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kepada

Allah Swt atas segala ni’mat dan karunia-Nya yang tiada tara, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan penuh perjuangan dan semangat bergelora. Untaian

shalawat beriringkan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad

Saw, seorang pahlawan revolusioner dunia yang berjuang demi tegaknya agama, dan

teriring pula salam kepada keluarga-Nya, para sahabat dan pengikut-Nya yang

senantiasa ta’at dan setia kepada-Nya.

Penulis menyadari bahwa berbagai macam kesulitan dan hambatan turut

menyertai langkah penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun langkah

tersebut berujung pada jalan kemudahan yang lahir berkat bantuan dan dukungan

serta bimbingan dan arahan yang bermanfa’at dari berbagai pihak, baik pihak luar

maupun pihak keluarga.

Dengan demikian, pada kesempatan yang baik ini penulis mengungkapkan

rasa terima kasih disertai dengan rasa hormat dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. H. Komaruddin Hidayat, M.A., Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

ii

2. Dr. H. J.M. Muslimin, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., Ketua Program Double Degree Ilmu Hukum

dan Ismail Hasani, S.H., M.H., Sekretaris Program Double Degree Ilmu Hukum.

4. Dr. Sodikin, S.H., M.H., M.Si. Selaku pembimbing skripsi penulis, yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, semoga beliau

selalu dalam lindungan dan kasih sayang Allah Swt.

5. Seluruh dosen Program Double Degree Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu

dan pengetahuan selama penulis menekuni studi Strata Satu (S-1) yang kedua di

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

ini. Kepada para Pimpinan dan Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum

yang telah menyediakan fasilitas belajar dan mengajar dengan baik. Serta Staff

Perpustakaan, baik Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah menyediakan sarana perpustakaan dengan baik sehingga

memudahkan penulis dalam mencari data kepustakaan.

6. Terlebih dan teristimewa untuk Ayahanda K.H. M. Ridwan Abdullah, S.Pd.I, dan

Ibunda Sri Mulyani, S.Pd.I tercinta, yang telah merawat, mengasuh dan mendidik

penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta memberikan dukungan, do’a

dan pengorbanan yang tak terhingga sehingga penulis bisa menjadi seperti

sekarang ini, rasa hormat dan terimakasih yang tiada tara untukmu ayah dan ibuku.

Juga untuk kedua adinda kembarku, Ahmad Syahrul Fadhil dan Ahmad Syahroni

Page 8: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

iii

Fadhil, yang telah memberikan do’a, bantuan dan dukungan kepada penulis serta

menjadi motivasi bagi penulis agar bisa memberikan tauladan yang baik. Dan juga

kepada keluarga besar Kong. H. Abdullah bin H. Muhajir dan keluarga besar

Kong. H. Muhammad bin Manah yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan

kepada penulis di setiap perkumpulannya.

7. Para guru, asatidz dan keluarga besar Pondok Pesantren al-Islamiy as-Salafiy Ar-

Ridwan, khususnya kepada Abah K.H. Zainal Abidin, S.Ag, yang telah mendidik

dan membekali penulis ilmu agama dan dasar kepribadian yang baik, mudah-

mudahan ilmu yang telah diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis

dan dapat penulis berikan manfaat pula untuk orang banyak.

8. Teman-teman seperguruan dan seperjuangan Program Double Degree Ilmu

Hukum angkatan 2012, Helmi, Rouf, Ihsan, Andre dan Mba Nisa serta teman-

teman karib penulis lainnya. Juga kakak kelas penulis yang telah bersedia menjadi

teman berdiskusi dan bertukar informasi penulis khususnya mengenai persoalan

pada skripsi penulis, Mas Atho, Mas Fathuddin, Bang Rusydi, Habib Agis Assegaf

dan yang lainnya. Terimakasih atas bantuan dan dukungan dari kalian semua, serta

atas kebersamaan dalam sebuah persahabatan yang selama ini terjalin di antara

kita, semoga persahabatan kita ini akan terus terjalin dengan baik walaupun

terdapat jarak dan waktu diantara kita. Tak lupa pula teman-teman berkumpul dan

berdiskusi pada forum PALAPA, PUKKANSI dan IBNU SINA 23, yang telah

menjadi wadah bertukar fikiran dan diskusi rutin penulis.

Page 9: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

iv

Kepada semua pihak yang telah banyak memberikan do’a dan dukungan

kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung atau pun berupa moriil

maupun materiil. Hanyalah ucapan terima kasih dan do’a yang dapat penulis

ungkapkan, semoga semua itu dapat diterima sebagai amal baik disisi Allah Swt,

serta memperoleh balasan berupa pahala yang berlipat ganda.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan

penyempurnaan skripsi ini, mengingat banyak sekali kekurangan di dalamnya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis

dan umumnya bagi pembaca. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 05 Mei 2014.

Penulis

Page 10: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………….. 8

C. Tujuan dan ManfaatPenelitian ……………………………. 9

D. Metode Penelitian ………………………………………… 10

E. Review Studi Terdahulu ………………………………….. 15

F. Kerangka Teori …………………………………………… 18

G. Sistematika Penulisan …………………………………….. 29

BAB II PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

DI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. Demokratisasi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden ……………………………………………………. 31

B. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Sebelum

Amandemen UUD 1945 ………..………………………… 39

C. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Sesudah

Amandemen UUD 1945 ………..………………………… 47

Page 11: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

vi

BAB III PENGUSULAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL

PRESIDEN OLEH PARTAI POLITIK

A. Pengertian Calon Presiden dan Wakil Presiden …………… 53

B. Kedudukan Hukum Calon Presiden dan Wakil Presiden …. 58

C. Pengertian Partai Politik Peserta Pemilu …………………... 60

D. Kedudukan Hukum Partai Politik Peserta Pemilu ………..... 65

E. Pengusulan Calon Presiden dan Wakil Presiden oleh

Partai Politik ……………………………………………….. 67

BAB IV ANALISIS PENGUSULAN CALON PRESIDEN DAN

WAKIL PRESIDEN MENURUT UNDANG-UNDANG

NOMOR 42 TAHUN 2008

A. Pengaturan Partai Politik Peserta Pemilu dalam Pengusulan

Calon Presiden dan Wakil Presiden ……………………….. 70

B. Pengaturan Waktu Pengusulan Calon Presiden dan Wakil

Presiden ……………………………………………………. 71

C. Analisis Penulis ……………………………………………. 73

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 77

B. Saran-saran ........................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81

LAMPIRAN

Page 12: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gerakan reformasi yang menjanjikan pembaharuan dengan semboyan

demokrasi dan kebebasan mampu menghimpun kekuatan untuk menumbangkan

kekuatan orde baru yang otoriter dan tidak demokratis. Hasilnya, pada zaman

reformasi ini terjadilah euforia demokrasi dan kebebasan yang merasuki semua

bidang kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga berdampak pula pada upaya

dilakukannya perubahan atau pergantian terhadap konstitusi atau dasar

penyelenggaraan Negara.1

Pada dasarnya, konstitusi adalah suatu dokumen penting yang mengandung

peraturan-peraturan dasar mengenai struktur pemerintahan, hak dan kewajiban serta

pembatasan dari kewenangan Negara. Karena konstitusi merupakan hukum dasar

(grundnorm), maka secara lebih luas bias berwujud teks tertulis (written texts) dan

tidak tertulis (unwritten texts), hal tersebut tergantung pada sistem hukum yang dianut

antara Civil Law atau Common Law.2

Konstitusi Negara Republik Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945

yang pertama kali berlaku dan disahkan dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, yaitu sehari setalah kemerdekaan Negara

1 M. Dimyati Hartono, Problematik dan Solusi Amandemen Undang-Undang Dasar 1945,

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 30. 2 Jawahir Thontowi, Islam, Politik, dan Hukum: Esai-esai Ilmiah untuk Pembaharuan, cet. I,

(Yogyakarta: Madyan Press, 2002), h. 150.

Page 13: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

2

Republik Indonesia diproklamasikan oleh Soekarna dan Mohammad Hatta pada

tanggal 17 Agustus 1945.3

Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia merdeka, telah tercatat beberapa

upaya (a) Pembentukan Undang-Undang Dasar, (b) Pergantian Undang-Undang

Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar. 4

Negara Republik Indonesia mengalami empat kali perubahan atau pergantian

konstitusi dalam kurun waktu 15 tahun (1945-1959), dan empat kali perubahan

(amandemen) konstitusi selama 2 tahun (1999-2002) yakni perubahan I-IV Undang-

Undang Dasar 1945.5

Dalam amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang ketiga, dinyatakan

bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum.6 Demokrasi berkaitan erat dengan

prinsip penyelenggaraan negara hukum dengan alasan bahwa dalam literasi

demokrasi, pemilihan umum merupakan salah satu dari sembilan prinsip negara

hukum.7 Pemilihan umum rakyat merupakan bagian dari pelaksanaan prinsip

demokrasi,8 dimana rakyat dapat memilih pemimpin Negara atau wakil-wakilnya

3 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 32.

4 Ibid, h. 41.

5 Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011), h. 22. 6 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, cet. X,

(Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006), h. 64. 7 Ali Masykur Musa, Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, (Jakarta: Pustaka

Indonesia Satu (PIS) kerja sama Parliamentary Support and Public Participation, 2003), h. 162. 8 Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, h. 155.

Page 14: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

3

yang berhak membuat suatu kebijakan berdasarkan kehendak rakyat yang digariskan

oleh pemimpin Negara atau wakil-wakil rakyat tersebut.

Hakikat pemilihan umum adalah sebagai sarana demokrasi yang intinya

untuk menyelenggarakan suatu pemerintahan negara oleh, dari, dan untuk rakyat.9

atau dengan kata lain mewujudkan kedaulatan yang berada ditangan rakyat dalam

bingkai negara hukum yang bersifat demokratis.

Demokrasi menjadi sebuah acuan moralitas dalam setiap kebijakan negara

yang menyangkut kepentingan rakyat. Maka lazimnya setiap orang dan kelompok

masyarakat ikut berpartisipasi dalam menentukan kebijakan publik dan memperoleh

peluang yang sama untuk memperoleh manfaat dari kebijakan publik tersebut,

sehingga pengaturan penyelenggaraan pemilihan umum dalam bingkai demokrasi,

baik itu pemilihan anggota legislatif maupun pemilihan pasangan Presiden dan Wakil

Presiden, harus sesuai dengan kehendak rakyat, menjamin hak-hak asasi manusia dan

tidak diskrimanatif.10

Demokrasi di Indonesia adalah demokrasi yang dibingkai dengan norma-

norma konstitusi.11

Oleh karena itu, agar derap demokrasi dapat berputar sesuai

sumbu konstitusi, maka demokrasi itu harus dijaga. Pelaksanaan demokrasi konstitusi

9 Kwik Kian Gie, Kebijakan Ekonomi-Politik dan Hilangnya Nalar, (Jakarta: Kompas, 2006),

h. 160. 10 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Jakarta: Kompas, 2010), h. 180. 11

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 64.

Page 15: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

4

terihat dalam kegiatan pemilihan umum, pembentukan aturan dan pelaksanaan

kewenangan lembaga Negara.12

Selanjutnya, untuk menyelenggarakan pemilihan umum secara demokratis

pada Negara hukum ini, dibentuklah sebuah aturan atau undang-undang yang

mencakup segala hal mengenai persyaratan maupun tekhnis pelaksanaan pemilu.

Dalam hal pemilihan umum presiden dan wakil presiden, dibentuk Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 yang kemudian diamandemen oleh

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil Presiden, yang selanjutnya disebut UU Pilpres ini, terdapat

beberapa hal tekhnis yang diatur untuk menyelenggarakan pemilihan umum Presiden

dan Wakil Presiden, salah satunya ialah mengenai tekhnis pencalonan Presiden dan

Wakil Presiden.

Pasal 8 UU Pilpres menjelaskan bahwa calon Presiden dan calon Wakil

Presiden diusulkan dalam 1 (satu) pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai

Politik.

Selanjutnya Pasal 9 UU Pilpres menjelaskan bahwa Pasangan Calon

diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik peserta Pemilu yang

memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari

jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah

12

Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, h. 155.

Page 16: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

5

nasional dalam Pemilu anggota DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden. Serta pada Pasal 13 ayat (1) UU Pilpres dijelaskan bahwa Bakal

Pasangan Calon didaftarkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik.

Apabila Pasal 1 ayat (4), Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 13 ayat (1) UU Pilpres

tersebut dibaca secara bersamaan berarti pemahamannya jelas bahwa satu-satunya

mekanisme atau jalur untuk menjadi Calon Presiden dan Wakil Presiden adalah

melalui usulan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu. Dengan kata

lain, hak untuk mengajukan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden adalah hak

eksklusif partai peserta pemilu dan tidak diperkenankan atau tidak ada kemungkinan

sama sekali bagi Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden perseorangan atau

independen di luar dari yang diusulkan partai politik atau gabungan partai politik

tersebut, dan yang diusulkan oleh organisasi non-partai.13

Kemudian dapat difahami pula dari Pasal 9 UU Pilpres di atas, bahwa

pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi

paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR-RI atau memperoleh 25 persen dari

suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR-RI, sebelum pelaksanaan Pemilu

Presiden dan Wakil Presiden. Ini berarti bahwa berdasarkan hukum positif

13

Hanta Yuda A. R., Presidensialisme Setengah Hati: dari Dilema ke Kompromi, (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 94.

Page 17: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

6

Presidential Threshold di Indonesia sebesar 25 persen suara sah nasional dari hasil

pemilu legislatif atau 20 persen kursi parlemen yang terpilih.14

Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

menyebutkan bahwa “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh

partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum

pelaksanaan pemilihan umum”. Maka berdasarkan ketentuan ini, semua partai politik

atau gabungan partai politik peserta pemilu dapat mengusulkan pasangan calon

Presiden dan Wakil Presiden.15

Namun tidak semua partai politik peserta pemilu

dapat mengusulkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, melainkan hanya

partai politik peserta pemilu yang memperoleh kursi paling sedikit 20 persen dari

jumlah kursi DPR-RI atau memperoleh 25 persen dari suara sah nasional dalam

Pemilu anggota DPR-RI, sesuai dengan ketentuan Presidential Threshold.

Selanjutnya, mengenai pelaksanaan waktu pengusulan calon Presiden dan

Wakil Presiden dalam Pasal 9 UU Pilpres apabila dikaitkan dengan Pasal 6A ayat (2)

UUD NRI 1945, maka menimbulkan sebuah pertanyaan, yakni apakah waktu

pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden sebagaimana dalam Pasal 9 UU Pilpres sesuai dengan pengaturan

waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden yang dimaksudkan oleh Pasal

6A ayat (2) UUD NRI 1945, yakni sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

14

Shanti Dwi Kartika, “Presidential Threshold dalam Revisi UU Pilpres”, jurnal diakses

pada tanggal 11 Desember 2013 dari

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-14-II-P3DI-Juli-2013-41.pdf. 15

Ign Ismanto, dkk, Pemilihan Presiden Secara Langsung 2004: Dokumentasi, Analisis, dan

Kritik, (Yogyakarta: Galang Press Group, 2004), h. 46.

Page 18: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

7

Juga terkait dengan kedudukan partai politik peserta pemilu yang

dimaksudkan oleh Pasal 9 UU Pilpres, apakah sesuai dengan yang diatur oleh Pasal

22E ayat (3) UUD NRI 1945, yakni adalah partai politik peserta pemilihan umum

untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, karena hal tersebut sangat berpengaruh di dalam proses pencalonan

Presiden dan Wakil Presiden.

Pengaturan Pasal 9 UU Pilpres tersebut haruslah sesuai dengan konstitusi

Republik Indonesia yang menjamin adanya hak-hak warga negara berupa persamaan

kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan yang diakui secara normatif dan

dilaksanakan secara empirik,16

sebagaimana yang telah digariskan dalam Pasal 27

ayat (1), selain itu pula konstitusi Republik Indonesia menjamin adanya hak untuk

memperoleh pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama dihadapan hukum [Pasal 28D ayat (1)], dan hak untuk

memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan [Pasal 28D ayat (3)], serta

hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi [Pasal 28 I ayat (2)]. Semuanya itu

merupakan bentuk dari perwujudan kedaulatan rakyat yang telah digariskan dalam

Pasal 1 ayat (2).

Maka dengan demikian, pengusulan pasangan calon Presiden dan Wakil

Presiden sebagai peserta pemilu dilakukan oleh partai politik peserta pemilu yang

diatur melalui UU Pilpres dan di lain sisi UUD NRI 1945 juga mengatur beberapa hal

terkait pencalonan Presiden dan Wakil Presiden, seperti kedudukan partai politik

16

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, h. 128.

Page 19: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

8

peserta pemilu dalam pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden dan waktu

pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Berdasarkan uraian diatas, penulis akan memfokuskan bahasan skripsi ini

pada permasalahan tersebut dengan judul skripsi: “PENGUSULAN PASANGAN

CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SEBAGAI PESERTA PEMILU

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008”.

B. Pembatasan dan PerumusanMasalah

Untuk memudahkan penelitian ini dan tidak menimbulkan penafsiran yang

berbeda-beda, maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Penelitian terhadap aturan yang mengatur mengenai pengusulan calon Presiden

dan Wakil Presiden sebagai peserta pemilu di Indonesia.

2. Perihal pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden yakni adalah mengenai

kedudukan partai politik peserta pemilu dalam pengusulan calon Presiden dan

Wakil Presiden dan waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden.

3. Pembahasan terbatas pada penerapan hukum dalam Pasal 9 Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Selanjutnya, UUD NRI 1945 telah memberikan mandat kepada partai politik

peserta pemilu sebagai subyek yang berhak mengusulkan calon Presiden dan Wakil

Presiden dengan berdasarkan aturan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 yang

merupakan mandat dari UUD NRI 1945 untuk menjalankan pemilihan umum

Presiden dan Wakil Presiden, sebagaimana terdapat dalam norma Pasal 6A ayat (5)

Page 20: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

9

UUD NRI 1945. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 seharusnya sesuai dan

tidak bertentangan dengan UUD NRI 1945, namun terdapat pengaturan dalam

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, yakni di dalam norma Pasal 9 dan Pasal 14

ayat (2) yang tidak sesuai dengan norma Pasal 22E ayat (3) dan Pasal 6A ayat (2)

UUD NRI 1945. Maka dengan demikian, rumusan masalah tersebut penulis rangkum

dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan calon Presiden dan Wakil Presiden dan Partai Politik

Peserta Pemilu menurut perundang-undangan di Indonesia?

2. Bagaimanakah kedudukan partai politik peserta pemilu dalam pengusulan calon

Presiden dan Wakil Presiden menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008?

3. Bagaimanakah kedudukan waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden

menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian yang disusun oleh penulis ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui kedudukan calon Presiden dan Wakil Presiden dan Partai Politik

Peserta Pemilu menurut perundang-undangan di Indonesia.

2. Mengetahui kedudukan partai politik peserta pemilu dalam pengusulan calon

Presiden dan Wakil Presiden menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008.

3. Mengetahui kedudukan waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden

menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008.

Page 21: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

10

Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain :

1. Memberikan stimulus kepada pihak yang terkait, dalam hal ini yang dimaksud

adalah para pihak yang berkompetensi untuk mengkaji dan melegitimasi hukum

terkait pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden oleh partai politik.

2. Membuka wawasan kepada masyarakat mengenai pengusulan calon Presiden dan

Wakil Presiden oleh partai politik.

3. Pengembangan kualitas diri dan pengetahuan di bidang hukum bagi penulis

terutama di bidang hukum tata negara.

4. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang serupa di

masa mendatang.

5. Menambah literatur kepustakaan.

D. Metode Penelitian.

Untuk memperoleh bahan yang diperlukan di dalam penulisan skripsi ini,

penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Penelitian dan Pendekatan

Penelitian memiliki arti dan tujuan sebagai “suatu upaya pencarian” dan tidak

hanya merupakan sekedar pengamatan dengan teliti terhadap suatu obyek yang

terlihat kasat mata.17

17

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2003), h. 27-28.

Page 22: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

11

Suatu penelitian ilmiah yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk

menyalurkan hasrat ingin tahunya yang telah mencapai taraf ilmiah, disertai dengan

suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan dicari hubungan sebab

akibatnya, atau kecenderungan yang timbul, oleh karena itu, menurut H.L. Manheim,

bahwa suatu penelitian pada dasarnya usaha secara cermat dan teliti untuk

menyelidiki berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh suatu subjek ke dalam cara

berfikir ilmiah.18

Jenis penelitian yang diterapkan pada penyusunan skripsi ini adalah:

1. Penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang apabila jenis data dan analisa data

yang digunakan bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang

menggunakan penalaran.19

2. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yakni penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

belaka.20

Jenis Penelitian hukum normatif pada skripsi ini adalah penelitian hukum

normatif tertulis, yakni metode penelitian hukum terhadap aturan hukum yang

tertulis.21

Selanjutnya, penelitian hukum normatif tertulis pada skripsi ini berupa

sinkronisasi hukum, yakni penelitian untuk meneliti bagaimana hukum positif

tertulis yang ada dalam peraturan perundangan yang ada di Indonesia sesuai dan

18

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet.III, (Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UI Press), 1986), h. 3. 19

H. Yayan Sopyan, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: t.p, 2010), h. 26. 20

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

Cet. VII, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 13-14. 21

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, cet. I, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 38.

Page 23: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

12

tidak saling bertentangan, baik secara vertical (hierarki) maupun secara

horizontal.22

Selanjutnya penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu

pendekatan yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-

norma dalam hukum positif.23

2. Sumber Data

Dalam penelitian pada umumnya, data dapat dibedakan menjadi dua macam,

yakni data primer (data dasar) dan data sekunder. Data primer ialah data yang

diperoleh langsung dari masyarakat, sedangkat data sekunder ialah data yang

diperoleh dari bahan-bahan pustaka.24

Di dalam penelitian hukum, data sekunder mencakup:25

1. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum yang terdiri dari:

a. Norma (dasar) atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Peraturan Dasar, yaitu:

i. Batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

ii. Ketetapan-ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;

22

Ibid, h. 39-40. 23

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia

Publishing, 2008), h. 294. 24

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

h. 12. 25

Ibid, h. 13.

Page 24: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

13

c. Peraturan perundang-undangan.26

Adapun peraturan perundang-undangan pada

skripsi ini antara lain:

1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden

dan Wakil Presiden;

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik;

3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah;

d. Bahan hukum yang tidak dikodifikasikan, seperti hukum adat;

e. Yurisprudensi;

f. Traktat;

g. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku seperti,

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dan lain sebagainya.

2. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.

Seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil-hasil penelitian, hasil karya dari

26

Yang diurut berdasarkan hierarki peraturan perundang-undangan, sesuai dengan Pasal 7

ayat 1Undang-undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yakni:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan presiden

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

Page 25: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

14

kalangan hukum, dan seterusnya.27

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah data yang dapat memberikan petunjuk atau penjelasan

terhadap data primer dan data sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan

lain-lain.28

3. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan

metode studi dokumentasi, yaitu dengan melihat dan mencari hal-hal atau variabel

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, media online, majalah, prasasti, notulen,

rapat, agenda, dan sebagainya.29

4. Analisis Data

Selanjutnya dalam analisis data pada skripsi ini penulis akan melakukan

kegiatan antara lain sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data, yakni data-data sekunder yang diperlukan dalam penulisan

skripsi ini berupa bahan hukum primer, sekunder maupun tersier.

2. Mengolah, menganalisis dan memberikan interpretasi terhadap data-data yang

telah dikumpulkan tersebut untuk dapat menjawab permasalahan yang telah

dirumuskan dalam penelitian ini.

27

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 52. 28

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, h. 296. 29

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 201.

Page 26: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

15

5. Tekhnik Penulisan.

Adapun dalam tekhnik penulisan pada skripsi ini, penulis mempergunakan

tekhnik yang biasa digunakan dalam karya ilmiah yang dalam hal ini berpedoman

kepada buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Cetakan pertama, tahun 2012.

E. Review Studi Terdahulu

Penulis melakukan review studi terdahulu untuk memastikan perbedaan serta

menampakan posisi akademis dari penelitian yang dijalankan agar tidak mengulang

kembali kajian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian ini:

No Judul Skripsi Isi Pembeda

1.

“Nahdatul „Ulama dan

Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden (Pilpres)

2004”, Skripsi karangan

Ubaidillah, Fak.

Ushuluddin, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

2006.

1. Mengungkapkan

peranan Nahdatul

„Ulama dalam

pemilihan umum

Presiden dan Wakil

Presiden.

2. Penelitian terhadap

korelasi antara

Nahdatul „Ulama

1. Mengungkapkan

konsep pengaturan

pengusulan calon

Presiden dan Wakil

Presiden sebagai

peserta pemilu.

2. Penelitian terhadap

kedudukan hukum

pengusulan calon

Page 27: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

16

dengan Pemilu

Presiden dan Wakil.

3. Tinjauan lebih

mendalam terhadap

peranan Nahdatul

„Ulama pada Pilpres

tahun 2004.

Presiden dan Wakil

Presiden sebagai

peserta pemilu.

3. Tinjauan lebih

mendalam terhadap

ketentuan Undang-

Undang Nomor 42

Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil

Presiden.

2.

“Partai Islam dan

Pemilu Presiden 2009:

Faktor-Faktor yang

Mendasari Partai-Partai

Islam Mendukung SBY-

Boediono”, Skripsi

karangan: Carman

Ansari Latief, Fak. Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik,

UIN Syarif Hidayatullah

1. Mengungkapkan

korelasi antara partai

Islam dengan Pemilu

Presiden dan Wakil

Presiden.

2. Penelitian terhadap

faktor-faktor yang

mendasari partai-

partai Islam

mendukung pasangan

1. Mengungkapkan

konsep pengaturan

pengusulan calon

Presiden dan Wakil

Presiden sebagai

peserta pemilu.

2. Penelitian terhadap

kedudukan hukum

pengusulan calon

Presiden dan Wakil

Page 28: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

17

Jakarta, 2010. SBY-Boediono.

3. Tinjauan lebih

mendalam terhadap

latar belakang dan

pengaruh yang

mendasari partai-

partai Islam

mendukung pasangan

SBY-Boediono.

Presiden sebagai

peserta pemilu.

Tinjauan lebih

mendalam terhadap

ketentuan Undang-

Undang Nomor 42

Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil

Presiden.

3.

“Konsep Negara

Hukum Terhadap

Mekanisme dan Praktik

Pemberhentian Presiden

di Indonesia” skripsi

karangan: Achmad

Farobi, Fak. Syari‟ah

dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

2012.

1. Mengungkapkan

konsep negara hukum

dalam kaitannya

dengan

pemberhentian

Presiden.

2. Penelitian terhadap

mekanisme dan

praktik

pemberhentian

Presiden.

1. Mengungkapkan

konsep pengaturan

pengusulan calon

Presiden dan Wakil

Presiden sebagai

peserta pemilu.

2. Penelitian terhadap

kedudukan hukum

pengusulan calon

Presiden dan Wakil

Presiden sebagai

Page 29: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

18

3. Tinjauan lebih

mendalam terhadap

perspektif aturan-

aturan atau kaidah

negara hukum.

peserta pemilu.

3. Tinjauan lebih

mendalam terhadap

ketentuan Undang-

Undang Nomor 42

Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum

Presiden dan Wakil

Presiden.

F. Kerangka Teori

1. Negara Hukum

Istilah negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing, yakni state

(Inggris), staat (Belanda dan Jerman), atau etat (Perancis). Kata-kata tersebut berasal

dari kata latin status atau statum yang memiliki pengertian tentang keadaan yang

tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

Pengertian status atau statum lazim diartikan dalam bahasa inggris dengan standing

atau station (kedudukan). Istilah ini sering pula dihubungkan dengan kedudukan

persekutuan hidup antar manusia yang biasa disebut dengan istilah status civitatis

Page 30: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

19

atau status republicae. Dari pengertian yang terakhir inilah kata status selanjutnya

dikaitkan dengan kata negara.30

Sedangkan secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi di

antara satu kelompok masyarakat yang mempunyai cita untuk bersatu, hidup di dalam

suatu kawasan dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat.31

Menurut Hans Kelsen, istilah negara terkadang digunakan dalam pengertian

yang sangat luas untuk menyebut masyarakat atau bentuk khusus dari masyarakat,

juga sangat sering digunakan dalam pengertian sempit untuk menyebut suatu organ

khusus masyarakat, misalnya pemerintah, atau para subyek pemerintah, bangsa, atau

wilayah yang mereka diami.32

Hans Kelsen memberikan sebuah definisi mengenai negara yakni komunitas

yang diciptakan oleh suatu tatanan hukum nasional (sebagai lawan dari tatanan

hukum Internasional), dan adapun negara sebagai badan hukum adalah suatu

personifikasi dari komunitas ini atau personifikasi dari tatanan hukum nasional yang

membentuk komunitas ini. Wujud empirik dari hukum positif adalah tatanan hukum

nasional yang satu sama lain dihubungkan oleh tatanan hukum internasional.33

Maka

dengan demikian, dapat diartikan pula negara sebagai tatanan perbuatan manusia atau

yang disebut dengan tatanan hukum, yakni tatanan yang menjadi pedoman bagi

30

A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, cet. III,

(Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 24. 31

Ibid. 32

Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Penerjemah: Raisul Muttaqien, cet.

IV, (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 261. 33

Ibid, h. 261-262.

Page 31: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

20

perbuatan-perbuatan tertentu manusia dan ide bagi para individu untuk menyesuaikan

perbuatannya.34

Negara hukum adalah istilah bahasa Indonesia yang terdiri dari dua suku kata,

yakni negara dan hukum. Padanan kata ini menunjukan bentuk dan sifat yang saling

mengisi antara Negara di satu pihak dan hukum pada pihak yang lain. 35

Adapun tujuan Negara adalah untuk memelihara ketertiban hukum

(rechtsorde). Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa negara hukum adalah negara

yang membutuhkan hukum dan sebaliknya pula hukum dijalankan dan ditegakkan

melalui otoritas negara.36

Pengertian negara hukum adalah merupakan lawan dari pengertian negara

kekuasaan (machtsstaat), dasar pikiran yang mendukungnya ialah kebebasan rakyat

(liberte du citoyen), bukannya kebesaran negara (gloire de I’etat).37

Menurut Wirjono Prodjodikoro, negara hukum berarti suatu negara yang di

dalam wilayahnya adalah:

a. Semua alat-alat perlengkapan dari negara, khususnya alat-alat perlengkapan dari

pemerintah dalam tindakannya baik terhadap warga negara maupun dalam saling

berhubungan masing-masing, tidak boleh sewenang-wenang, melainkan harus

memperhatikan peraturan-peraturan hukum yang berlaku;

34

Ibid, h. 271. 35

Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, cet. II, (Jakarta:

Kencana, 2007), h. 19-20. 36

Sudargo Gautama, Pengertian tentang Negara Hukum, (Bandung: Alumni, 1973), h. 20-

21. 37

Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 19.

Page 32: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

21

b. Semua orang (penduduk) dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada

peraturan-peraturan hukum yang berlaku.38

Adapun menurut Franz Magnis Suseno, dari segi moral politik terdapat empat

alasan utama untuk menuntut agar negara diselenggarakan dan dijalankan tugasnya

berdasarkan: (1) kepastian hukum; (2) tuntutan perlakuan yang sama; (3) legitimasi

demokratis; (4) tuntutan akal budi. Berdasarkan hal demikian, selanjutnya Prof.

Magnis memberikan penjelasan mengenai ciri-ciri negara hukum yang secara etis

relevan, antara lain: (1) kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang

berlaku; (2) kegiatan negara berada dibawah control kekuasaan kehakiman yang

efektif; (3) berdasarkan sebuah Undang-Undang Dasar yang menjamin hak-hak asasi

manusia; dan (4) menurut pembagian kekuasaan.39

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan

bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum.40

Pasal ini mengandung makna

perwujudan Indonesia yang diidealkan dan dicita-citakan, karena itu selayaknya

diadakan eksplorasi mengenai reformasi hukum dan konstitusi, serta bentukan cita

negara hukum dituju agar dapat mewujudkan Indonesia yang demokratis,

berkeadilan, dan berakhlak.41

38

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, (Bandung: Eresco, 1971), h. 38. 39

Franz Magnis Suseno, Etika Politik Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 295-298. 40

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Lihat Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 64. 41

Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum yang Demokratis, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu

Populer, 2009), h. 184.

Page 33: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

22

Miriam Budiardjo menjelaskan mengenai sistem pemerintahan Negara

Indonesia dengan mengacu kepada Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, yang

salah satunya yaitu Negara Indonesia berdasar atas Hukum (Rechtsstaat) tidak

berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).42

Menurut Stahl, sebagaimana yang dikutip oleh Majda El-Muhtaj, terdapat

empat unsur berdirinya Rechtsstaat atau negara hukum, yaitu:

1. Hak-hak manusia;

2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu;

3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan;

4. Peradilan administrasi dalam perselisihan.43

Adapun ciri-ciri Rechtsstaat menurut Ni‟matul Huda, antara lain sebagai

berikut:

1. Adanya Undang-Undang Dasar atau konstitusi yang memuat ketentuan tertulis

tentang hubungan antara penguasa dan rakyat.

2. Adanya pembagian kekuasaan negara.

3. Diakui dan dilindunginya hak-hak kebebasan rakyat.44

Selanjutnya, Jimly Asshiddiqie menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip

pokok sebagai pilar-pilar utama yang menyangga negara modern yang layak

menyandang gelar sebagai negara hukum, diantaranya adalah:45

42

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.

106. 43

Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 23. 44

Ni‟matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, cet. VI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.

82. 45

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, h. 151-161.

Page 34: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

23

1. Supremasi Hukum (supremacy of law)

2. Persamaan dalam hukum (equality before the law)

3. Asas legalitas (due process of law)

4. Pembatasan kekuasaan

5. Organ-organ ekskutif Independen

6. Peradilan bebas dan tidak memihak

7. Peradilan tata usaha Negara

8. Peradilan Tata Negara (constitutional court)

9. Perlindungan Hak Asasi Manusia

10. Bersifat demokratis (democratiche rechtsstaat)

11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan berbegara (welfare state)

12. Transparansi dan kontrol sosial.

2. Demokrasi

Secara etimologi, kata demokrasi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani,

yakni “demos” (rakyat) yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat, dan “cratos”

atau “cratein”” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan.46

Jadi, “demos-cratein” atau

“demos-cratos” (demokrasi) adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan

tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan berasal dari

rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.47

46

A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 131. 47

Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1999), h. 71. Lihat juga Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan

Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 50.

Page 35: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

24

Secara terminologi, demokrasi adalah suatu keadaan negara di mana dalam

sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi

berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan

kekuasaan oleh rakyat.48

Menurut Henry B. Mayo, demokrasi didasari oleh beberapa nilai:

1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga;

2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang

sedang berubah;

3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur;

4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum;

5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam masyarakat

yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat, kepentingan, serta tingkah laku;

6. Menjamin tegaknya keadilan.49

Negara Republik Indonesia pernah menerapkan beberapa macam bentuk

demokrasi, sebagaimana Miriam Budiardjo menjelaskannya dalam sejarah demokrasi

Negara Republik Indonesia, antara lain sebagai berikut:

2) Masa Republik Indonesia I (1945-1959), yaitu masa Demokrasi Konstitusional

yang menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai dan yang karena itu dapat

dinamakan Demokrasi Parlementer.

48

A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 131. 49

Henry B. Mayo, An Introduction to Democratic Theory, (New York: Oxford Univercity

Press, 1960), h. 70.

Page 36: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

25

3) Masa Republik Indonesia II (1959-1965), yaitu masa Demokrasi Terpimpin yang

dalam banyak aspek telah menyimpang dari demokrasi konstitusional yang secara

formal merupakan landasannya, dan menunjukan beberapa aspek demokrasi

rakyat.

4) Masa Republik Indonesia III (1965-1998), yaitu masa Demokrasi Pancasila yang

merupakan demokrasi konstitusional yang menonjolkan sistem presidensial.

5) Masa Republik Indonesia IV (1998-Sekarang), yaitu masa reformasi yang

menginginkan tegaknya demokrasi di Indonesia sebagai koreksi terhadap praktik-

praktik politik yang terjadi pada masa Republik Indonesia III.50

Sebuah organisasi pakar hukum Internasional, International Commission of

Jurists (ICJ) secara intens melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan

unsur-unsur esensial di dalamnya.51

Komisi ini merumuskan syarat-syarat

pemerintahan demokratis di bawah rule of law52

, yakni:

1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual,

konstitusi harus pula menentukan tekhnis-prosedural untuk memperoleh

perlindungan atas hak-hak yang dijamin;

2. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

3. Pemilihan umum yang bebas;

4. Kebebasan menyatakan pendapat;

50

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 127-128. 51

P.S. Atiyah, Law and Modern Society, (Oxford: Oxford University Press, 1995), h. 106. 52

Albert Venn Dicey memperkenalkan istilah rule of law yang secara sederhana diartikan

dengan keteraturan hukum. Lihat Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h.

24, dan lihat lebih lanjut A.V. Dicey, An Introduction to The Study of The Law of The Constitution,

(London: Mac Millan, 1973), h. 202-203.

Page 37: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

26

5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;

6. Pendidikan kewarganegaraan.53

Adapun unsur-unsur yang diperlukan bagi tegaknya suatu negara yang

demokratis adalah:54

1. Partai Politik

Partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah

untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya

dengan cara konstitusional) untuk melaksanakan programnya.55

Mengenai hakikat kekuasaan partai politik, Radbruch sebagaimana dikutip

oleh Harun Alrasid, menyatakan bahwa kekuasaan rakyat berarti kekuasaan partai

politik dan menentang eksistensi partai politik berarti menentang demokrasi.56

Adapun fungsi partai politik adalah:57

1. Sarana komunikasi politik;

2. Sarana sosialisasi politik;

3. Sarana rekrutmen kader dan anggota politik;

4. Sarana pengatur konflik.

53

Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 27. 54

A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 148-157. 55

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 403-404. 56

Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993”, (Disertasi S3

Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, 1993), h. 40. 57

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 405-409.

Page 38: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

27

Partai politik memegang peranan dalam mengadakan pemilihan umum di

negara demokrasi.58

Maka dapat dikatakan bahwa partai politik merupakan salah satu

elemen terpenting didalam pelaksanaan pemilihan umum, khususnya pemilihan

umum Presiden dan Wakil Presiden. Hal tersebut terbukti dalam salah satu pasal di

dalam ketentuan Undang-Undang59

yakni bahwasanya calon Presiden dan calon

Wakil Presiden diusulkan dalam 1 (satu) pasangan oleh Partai Politik atau Gabungan

Partai Politik. Maka dapat difahami bahwa terdapat fungsi lainnya dari partai politik,

yakni adalah untuk mengajukan calon-calon bagi jabatan publik untuk dipilih oleh

rakyat sehingga dapat mengontrol atau mempengaruhi tindakan-tindakan politik.60

2. Pemilihan Umum (Pemilu)

Hal lain yang diperlukan bagi tegaknya sebuah Negara yang demokratis

sekaligus dapat mencegah terjadinya penyelewengan kekuasaan dalam sistem yang

demokratis adalah adanya mekanisme pelaksanaan pemerintahan atas dasar prinsip-

prinsip demokrasi, mekanisme itu antara lain melalui pemilihan umum (pemilu) yang

dilaksanakan secara teratur serta kompetisi yang terbuka dan sederajat diantara partai-

partai politik.61

Hans Kelsen menjelaskan bahwa prinsip demokrasi dari penentuan kehendak

sendiri, dibatasi kepada prosedur pencalonan organ-organ khusus (perwakilan).

58

Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993”, h. 40. 59

Pasal 8 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden. 60

Syamsuddin Haris, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai: Proses Nominasi dan

Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005),h. 243. 61

A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 152.

Page 39: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

28

Bentuk pencalonan yang demokratis adalah pemilihan. Apabila pada kenyataannya

pemilihan tersebut tidak mencerminkan kehendak dari mayoritas pemilih atau yang

tanggung jawabnya kepada para pemilihnya tidak dapat ditegakkan, maka bukanlah

perwakilan yang sesungguhnya.62

Berdasarkan beberapa hal yang telah dijelaskan di atas, maka dapat difahami

bahwa prinsip demokrasi dalam pelaksanaannya mesti diletakan diatas prinsip-prinsip

moral yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai kodrat yang

diberikan Tuhan. Penghargaan dan penerapan kebebasan, persamaan, dan partisipasi

politik melalui pemilu dan melalui perwakilan rakyat yang representatif diwujudkan

dalam mekanisme partai politik sebagai salah satu wadah penyelenggara pemilu

rakyat yang tentunya tidak akan lepas dari peran dan dukungan rakyat sebagai warga

negara.63

Maka dengan demikian, partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi

mempunyai wewenang untuk melakukan seleksi calon Presiden dan Wakil Presiden.

hal demikian sebagaimana pada umumnya praktik pencalonan Presiden dan Wakil

Presiden di Negara Demokrasi.64

Demokrasi Negara Republik Indonesia ditunjukan dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni kedaulatan berada di tangan

62

Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Penerjemah: Raisul Muttaqien, h.

409. 63

Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 192. 64

H. 40.

Page 40: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

29

rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar atau konstitusi.65

Oleh

karena itu, agar derap demokrasi dapat berputar sesuai sumbu konstitusi, maka

pelaksanaan demokrasi yang diwujudkan dengan diselenggarakannya pemilihan

umum, pembentukan aturan dan pelaksanaan kewenangan lembaga Negara harus

berdasarkan konstitusi.66

G. Sistematika Penulisan.

Adapun sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima

bab, yang perinciannya sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisikan tentang demokratisasi pemilihan umum Presiden dan

Wakil Presiden, pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden sebelum

amandemen UUD 1945 dan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden sesudah

amandemen UUD 1945.

Bab ketiga berisikan penjelasan mengenai pengertian calon Presiden dan

Wakil Presiden, kedudukan hukum calon Presiden dan Wakil Presiden dan

menjelaskan pula mengenai pengertian partai politik peserta pemilu dan kedudukan

65

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 64. 66

Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, h. 155.

Page 41: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

30

hukum partai politik peserta pemilu serta pengusulan calon Presiden dan Wakil

Presiden oleh partai politik.

Bab keempat menjelaskan tentang pengaturan partai politik peserta pemilu

dalam pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden, pengaturan waktu pengusulan

calon Presiden dan Wakil Presiden dan analisis penulis.

Bab kelima menjelaskan tentang bagian akhir dari pembahasan skripsi ini

yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Page 42: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

31

BAB II

PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

A. Demokratisasi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Secara etimologi, demokrasi ialah kekuasaan atau kedaulatan rakyat,

kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan

berasal dari rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.1

Sedangkan secara terminologi, demokrasi adalah suatu keadaan negara di

mana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan

tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan

rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.2

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwasanya organisasi pakar hukum

Internasional, International Commission of Jurists (ICJ) yang secara intens

melakukan kajian terhadap konsep negara hukum dan unsur-unsur esensial di

dalamnya,3 telah merumuskan beberapa syarat pemerintahan demokratis di bawah

rule of law4, yakni sebagai berikut:

1 Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1999), h. 71. Lihat juga Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan

Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 50. 2 A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, cet. III,

(Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 131. 3 P.S. Atiyah, Law and Modern Society, (Oxford: Oxford University Press, 1995), h. 106.

4 Albert Venn Dicey memperkenalkan istilah rule of law yang secara sederhana diartikan

dengan keteraturan hukum. Lihat Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia,

cet. II, (Jakarta: Kencana, 2007),, h. 24, dan lihat lebih lanjut A.V. Dicey, An Introduction to The Study

of The Law of The Constitution, (London: Mac Millan, 1973), h. 202-203.

Page 43: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

32

1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individual,

konstitusi harus pula menentukan tekhnis-prosedural untuk memperoleh

perlindungan atas hak-hak yang dijamin;

2. Lembaga kehakiman yang bebas dan tidak memihak;

3. Pemilihan umum yang bebas;

4. Kebebasan menyatakan pendapat;

5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi;

6. Pendidikan kewarganegaraan.5

Lalu terdapat pula unsur-unsur yang diperlukan bagi tegaknya suatu negara

yang demokratis, sebagaimana yang dikemukakan oleh Tim Indonesian Center for

Civic Education (ICCE) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni adalah:

1. Partai Politik;

2. Pemilihan Umum (Pemilu)6

Dengan demikian dapat difahami bahwa pemilihan umum merupakan salah

satu syarat dan unsur terbentuknya pemerintahan atau negara yang demokratis. Hal

tersebut tidak lepas pula dari peranan partai politik sebagai unsur lainnya yang

membentuk pemerintahan atau negara demokratis.

Jimly Asshiddiqie, menjelaskan bahwasanya hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara sepihak oleh

dan/atau hanya untuk kepentingan penguasa secara bertentangan dengan prinsip-

5 Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, h. 27.

6 A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 148-157.

Page 44: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

33

prinsip demokrasi. Karena hukum memang tidak dimaksudkan untuk hanya

menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa, melainkan menjamin

kepentingan akan rasa adil bagi semua orang tanpa terkecuali. Dengan demikian

negara hukum (rechtstaat) yang dikembangkan bukanlah absolute rechtstaat,

melainkan democratische rechtstaat atau negara hukum yang demokratis.7

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan

bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.8 Miriam Budiardjo menjelaskan

mengenai sistem pemerintahan Negara Indonesia dengan mengacu kepada Penjelasan

Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satunya yaitu Negara Indonesia berdasar

atas Hukum (Rechtsstaat) tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaat).9

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh H. Nur Ahmad Fadhil Lubis, di

dalam buku Shari’a and Politics in Modern Indonesia, yakni: "Constitutionally, the

conduct of the government is to be based on the rule of law, since Indonesia is a

rechtstaat (Negara hukum or a state based on law), not a machtstaat (a state based

on power), (Secara konstitusional, pelaksanaan pemerintah harus didasarkan pada

7 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 132.

8 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, cet. X,

(Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006), h. 64. 9 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.

106.

Page 45: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

34

aturan hukum, karena Indonesia adalah rechtstaat (negara hukum), bukan machtstaat

(negara yang berdasarkan kekuasaan)”.10

Selanjutnya, Indonesia dapat dikatakan sebagai democratische rechtstaat atau

negara hukum yang demokratis, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Jimly

Asshiddiqie, apabila Indonesia mampu menjamin kepentingan akan rasa adil bagi

semua orang dengan tidak menjamin kepentingan segelintir orang yang berkuasa,

karena agar tidak terjadi penyelewengan kekuasaan.

Untuk mewujudkan Negara Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis

dan adil tanpa adanya penyelewengan kekuasaan, maka perlu adanya suatu

mekanisme pelaksanaan pemerintahan atas dasar prinsip-prinsip demokrasi,

mekanisme itu antara lain melalui pemilihan umum (pemilu) yang dilaksanakan

secara teratur serta kompetisi yang terbuka dan sederajat diantara partai-partai politik

yang ada di Indonesia.11

Hal tersebut ditegaskan pula oleh pendapat Samuel Huntington dalam

bukunya Political Order in Changing Societies, sebagaimana yang dikutip oleh R.

Wiliam Liddle, ia mengugkapkan bahwa satu-satunya cara untuk menciptakan

pemerintahan yang stabil sekaligus demokratis adalah melalui organisasi politik.

10

H. Nur Ahmad Fadhil Lubis, “The States Legal Policy and The Develoment of Islamic Law

in Indonesian’s New Order”, dalam Arskal Salim dan Azyumardi Azra, ed., Shari’a and Politics in

Modern Indonesia, (Singapore: Institute of South Asian Studies (ISEAS), 2003), h. 52. 11

A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, h. 152.

Page 46: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

35

Organisasi yang dimaksudkan Huntington adalah partai politik, yaitu suatu lembaga

paling orisinal dalam sistem politik modern.12

Selanjutnya dapat difahami bahwa untuk dapat mewujudkan Negara Indonesia

sebagai negara hukum yang demokratis dan adil tanpa adanya penyelewengan

kekuasaan, selain harus diselenggarakannya partisipasi politik melalui pemilu dan

melalui perwakilan rakyat yang representative sebagaimana diwujudkan dalam

mekanisme partai politik sebagai salah satu wadah penyelenggara pemilu rakyat yang

tentunya tidak akan lepas dari peran dan dukungan rakyat sebagai warga negara, juga

harus diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip moral yang menjunjung tinggi hak

asasi manusia (HAM) sebagai kodrat yang diberikan Tuhan serta penghargaan dan

penerapan kebebasan dan persamaan.13

Maka dengan demikian, demokrasi di Indonesia diwujudkan dalam suatu

pemilihan umum yang digariskan dan diatur dalam konstitusi Negara, yakni Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilihan umum tersebut

dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun

sekali,14

dan diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat,

12

R. William Liddle, Partisipasi dan Partai Politik, Penerjemah: Tim Penerjemah Pustaka

Utama Garfiti, cet. I, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992) h. 13-14. 13

Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 192. 14

Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi,

h. 74.

Page 47: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

36

Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.15

Sebelum Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung (oleh rakyat),

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, yakni sebelum amandemen UUD 1945

(amandemen ketiga), Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR.16

Adapun

pemilihan Presiden dan Wakil Presiden oleh MPR kurang demokratis.17

Selanjutnya, dalam usaha untuk mewujudkan demokratisasi pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden, maka hanya dapat dilakukan melalui pembaharuan

UUD 1945. Pembaharuan UUD 1945 dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,

pembaharuan dalam kerangka sistem UUD 1945. Kedua, pembaharuan di luar

kerangka sistem UUD 1945. Pembaharuan dalam kerangka sistem UUD 1945

dilakukan dengan pengembangan praktik ketatanegaraan baik dalam bentuk

kebiasaan ketatanegaraan maupun melalui berbagai peraturan perundang-undangan

biasa. Sedangkan Pembaharuan di luar kerangka sistem UUD 1945 hanya mungkin

dilakukan apabila ada perubahan resmi (amandemen resmi) terhadap UUD 1945,

khususnya ketentuan mengenai pemilihan Presiden. Perubahan ini seyogianya

menuju pada pemilihan langsung (popular vote) Presiden dan Wakil Presiden, dan

15

Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Ibid, h.

74. 16

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 204. 17

Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen UUD 1945 dan Pemilihan

Presiden Secara Langsung, Cet. II, (Jakarta: Setjen & Kepaniteraan MKRI, 2006), h. 40.

Page 48: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

37

sepanjang ada keterbukaan, kebebasan, tidak ada tekanan, rakyat akan memilih

Presiden (dan Wakil Presiden) yang terbaik.18

Oleh karena telah disahkannya perubahan Keempat UUD 1945 dalam sidang

tahunan MPR 2002 maka mekanisme pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara

langsung telah ditentukan secara final ketentuan pokoknya. Dalam rumusan Pasal 6A

ayat (4) yang sempat tertunda karena belum berhasil mendapatkan kesepakatan dalam

sidang tahunan MPR 2001 dinyatakan: “Dalam hal tidak ada pasangan Calon

Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara

terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum, dipilih oleh rakyat secara

langsung, dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai

Presiden dan Wakil Presiden.

Dengan demikian rumusan norma Pasal 6A selengkapnya berbunyi: “(1)

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh

rakyat; (2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik

atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan

umum; (3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara

lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan

sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari

setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden;

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua

18

Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen UUD 1945 dan Pemilihan

Presiden Secara Langsung, h. 41-42.

Page 49: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

38

pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam

pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh

suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden; (5) Tata cara

pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam

undang-undang”.19

Maka dengan demikian, secara khusus pemilihan umum Presiden

dan Wakil Presiden di Indonesia pada saat ini diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden, sebagaimana mandat dari UUD NRI 1945.20

Hal ini menunjukan bahwa untuk pemilihan umum Presiden dan Wakil

Presiden telah berlaku mekanisme yang demokratis, adil dan sesuai dengan

konstitusi. Adapun pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dimaksud ialah

pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.21

Dengan kata lain, pemilu Presiden dan

Wakil Presiden adalah pemilihan umum secara langsung untuk memilih jabatan

Presiden dan Wakil Presiden.22

19

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, h. 181-182. 20

Pasal 6A ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi,

h. 74. 21

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Lihat pula Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 22

M. Bambang Pranowo, ed., Multi Dimensi Ketahanan Nasional, cet. I, (Jakarta: Pustaka

Alvabet, 2010), h. 120.

Page 50: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

39

B. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Sebelum Amandemen UUD

1945

Pada masa Republik pertama (17 Agustus 1945 – 27 Desember 1949) yang

landasannya ialah UUD 1945, soal pengisian jabatan Presiden diatur dalam pasal 6

ayat (2), yakni: “Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat dengan suara yang terbanyak”.23

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka dapat diketahui tiga hal, yakni:24

1. Jabatan Presiden diisi dengan cara pemilihan.

2. Sistem yang dipakai ialah sistem pemilihan tidak langsung. Rakyat memilih

terlebih dahulu wakil-wakilnya yang akan duduk di dalam suatu badan, yaitu

Majelis Permusyawaratan Rakyat. Kemudian selnjutnya badan tersebut yang

melakukan pemilihan Presiden. majelis tersebut bukan merupakan badan ad hoc

melainkan badan tetap yang selain berwenang memilih Presiden (dan Wakil

Presiden), juga mempunyai wewenang lain, yaitu menetapkan undang-undang

dasar, menetapkan garis besar haluan negara dan mengubah undang-undang dasar.

3. Cara mengambil keputusan digunakan asas suara terbanyak, dengan kata lain

melalui pemungutan suara. Hal tersebut menunjukan bahwa pembuat UUD 1945

mengantisipasi lebih dari satu orang calon Presiden. selanjutnya yang terpilih ialah

23

Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993”, (Disertasi S3

Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, 1993), h. 45. 24

Ibid.

Page 51: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

40

calon yang mendapatkan suara terbanyak, maksudnya adalah suara terbanyak

mutlak.

Namun teori di atas dengan praktiknya berbeda. Pada sidang pertama Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 1945, Soekarno dipilih sebagai Presiden

secara aklamasi.25

Hal tersebut dikarenakan hanya terdapat satu orang calon atau

calon tunggal untuk masing-masing jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Maka

dengan kata lain, PPKI di dalam rapatnya pada saat itu tidak mengadakan pemilihan

melainkan menyetujui dengan suara bulat pengangkatan Soekarno dan Mohammad

Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia tanpa melalui

pemungutan suara sebagaimana lazimnya yang dilaksanakan pada setiap proses

pemilihan/pengambilan keputusan dengan suara terbanyak.26

Pada masa Republik kedua (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950) yang

berdasarkan konstitusi RIS perihal pemilihan Presiden diatur di dalam Pasal 69 ayat

(2), yakni:

“Beliau (Presiden, pen.) dipilih oleh orang-orang yang dikuasakan oleh

pemerintah daerah-daerah bagian yang tersebut dalam Pasal 2. Dalam

memilih Presiden, orang-orang yang dikuasakan itu berusaha mencapai

kata sepakat.”

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka terlihat bahwa pada masa ini pemilihan

dilaksanakan dengan sistem pemilihan yang tidak dilakukan oleh rakyat, baik secara

langsung maupun tidak langsung.pemilihan dilakukan oleh sebuah badan yang terdiri

25

Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993”, h. 46. 26

Muchyar Yara, Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia (Suatu

Tinjauan Sejarah Hukum Tata Negara), cet. I, (Jakarta: Nadhilah Ceria Indonesia, 1995), h. 163.

Page 52: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

41

dari orang-orang yang mendapat mandate dari pemerintah daerah-daerah bagian.

Badan ini bersifat ad hoc yang berarti tugasnya ialah khusus untuk memilih Presiden.

Setelah tugas itu selesai, maka badan itu pun bubar. Selanjutnya sebagai catatan

bahwa pada Pemilihan Presiden yang kedua ini yakni pada tanggal 16 Desember

1949, Ir. Soekarno juga terpilih secara aklamasi, dengan kata lain, terulang kembali

preseden calon tunggal untuk kedua kalinya.27

Pada masa Republik ketiga (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959), yang

berlandaskan UUD 1950, Ir. Soekarno tetap memangku jabatan Presiden berdasarkan

ketentuan peralihan yang tercantum dalam pasal 141 ayat (3) UUD 1950.28

Soal pengaturan pemilihan Presiden (baru) didelegasikan oleh pembuat

Undang-Undang Dasar kepada pembuat Undang-Undang biasa, sebagaimana yang

tercantum di dalam Pasal 45 ayat (3), yakni: “Presiden dan Wakil Presiden dipilih

menurut aturan yang ditetapkan dengan undang-undang.”

Namun hingga berakhirnya masa republik ketiga, undang-undang yang

dimaksud tersebut tidak terbentuk. Demikian pula konstituante hasil pemilihan umum

1955 tidak berhasil membentuk undang-undang dasar baru yang diharapkan dapat

mengatur perihal pemilihan Presiden. badan tersebut dibubarkan oleh Presiden

Soekarno sebelum tugasnya selesai.29

27

Harun Alrasid, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat 1993”, h. 46. 28

Ibid, h. 47. 29

Ibid.

Page 53: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

42

Pada masa Republik keempat (5 Juli 1959 – 19 Oktober 1999) menurut Pasal

6 ayat (2) UUD 1945, yang berlaku kembali berdasarkan Dekrit Presiden. Presiden

dipilih oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Namun Pasal tersebut belum bisa

diterapkan, dikarenakan MPR hasil pemilu belum terbentuk. Hal tersebut merupakan

berkat yang tersembunyi (blessing in disguise); jikalau pemilu dilaksanakan pada

masa Orde Lama, maka kemungkinan besar MPR akan didominasi oleh PKI, karena

Masyumi dan PSI telah dibubarkan dan PNI sudah retak.30

Situasi politik berubah setelah perebutan kekuasaan (kudeta) yang dilakukan

oleh PKI (30 September 1963) mengalami kegagalan. Peristiwa tersebut merupakan

the beginning of the end bagi Presiden Soekarno yang tidak mengambil tindakan

tegas terhadap PKI.31

Untuk menyelesaikan situasi konflik antara kekuatan Orde Lama dan Orde

Baru, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara yang para anggotanya telah

diganti oleh unsur-unsur Orde Baru, mengadakan sidang umum ke-IV dari tanggal 20

Juni – 5 Juli 1966. Sidang tersebut menghasilkan Ketetapan MPRS No.

XV/MPRS/1966 tentang pemilihan atau penunjukan Wakil Presiden dan tata cara

pengangkatan pejabat Presiden. Pasal 3 Ketetapan MPRS yakni: “Dalam hal terjadi

yang disebut dalam Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945, maka MPRS segera

memilih pejabat Presiden yang bertugas sampai dengan terbentuknya MPR hasil

pemilihan umum.” Maka dengan demikian ketetapan MPRS No. 111/MPRS/1963

30

Ibid, h. 48. 31

Ibid.

Page 54: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

43

tentang pengangkatan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup, dicabut dengan

ketetapan MPRS No. XVIII/MPRS/1966.32

MPRS yang pembentukannya menyalahi ketentuan Pasal IV Aturan Peralihan

UUD 1945 ternyata menjadi boomerang bagi Presiden Soekarno. Dalam sidang

istimewa MPRS pada tanggal 7 sampai 12 Maret 1967, lahirlah ketetapan MPRS No.

XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan Negara dari

Presiden Soekarno. Adapun Pasal 4 Ketetapan MPRS yakni:

“Menetapkan berlakunya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

(Sementara) No. XV/MPRS/1996, dan mengangkat Jendral Soeharto,

Pengemban ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 sebagai pejabat Presiden

berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Dasar 1945 hingga dipilihnya

Presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil Pemilihan Umum.”

Maka dengan demikian, berakhir era Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik

Indonesia yang pertama dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.33

Dalam sidang umum MPRS yang ke-V (terakhir) yang berlangsung dari

tanggal 21 sampai dengan 27 maret 1968. Dengan Ketetapan MPRS No.

XLIV/MPRS/1968, kedudukan hukum Jendral Soeharto dari Pejabat Presiden

menjadi Presiden (Seutuhnya). Hal tersebut mengabaikan ketentuan yang tercantum

dalam Pasal 3 Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1996 dan Pasal 4 Ketetapan MPRS

No. XLIV/MPRS/1968 yang mengatur bahwa masa jabatan Pejabat Presiden ialah

sampai terbentuknya MPR hasil Pemilihan Umum.34

32

Ibid, h. 49. 33

Ibid. 34

Ibid, h. 50.

Page 55: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

44

Setelah Majelis Permusyawaratan hasil Pemilihan Umum 3 Juli terbentuk, dalam

sidang umum MPR 1973 dikeluarkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1973 yang

mengatur tata cara pemilihan Presiden sebagai berikut:

1. Tiap-tiap fraksi, melalui pimpinan masing-masing, menyampaikan secara tertulis

calon Presiden (yang telah disetujui oleh calon bersangkutan) kepada pimpinan

MPR. Dalam waktu 24 jam sebelum Rapat Paripurna Pemilihan Presiden (Pasal 9

dan Pasal 10). Quorum rapat ialah 2/3 dari jumlah anggota MPR (Pasal 31).

2. Pimpinan MPR mengumumkan nama calon yang telah memenuhi syarat jabatan

jabatan kepada rapat (Pasal 11).

3. Jika hanya ada satu orang calon, rapat langsung mengsesahkannya {Pasal 13 ayat

(2)}.

4. Jika ada lebih dari satu orang calon, dilakukan voting {Pasal 13 ayat (1)}. Yang

terpilih ialah calon yang mendapatkan suara minimal “setengah tambah satu”

(Pasal 14).

5. Jika tidak ada calon yang mendapatkan suara terbanyak mutlak, yaitu minimal

“setengah tambah satu”, maka diadakan pemungutan suara tahap kedua yang

dilakukan terhadap dua orang calon yang mendapat suara relative lebih banyak

dari calon-calon lainnya (Pasal 15), maka calon ketiga dan seterusnya gugur.

Selanjutnya siapa diantara kedua calon yang mendapatkan suara terbanyak maka

ialah yang terpilih (Pasal 16). Jika kedua calon tersebut mendapatkan suara sama

banyak, maka pada tahap ketiga dilakukan pemungutan suara ulang (Pasal 17).

Namun jika hasilnya tetap sama, maka pada tahap keempat dilakukan pemungutan

Page 56: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

45

suara berdasarkan kehadiran wakil-wakil fraksi yang membawa jumlah suara dari

fraksi masing-masing secara tertulis (Pasal 18). Selanjutnya, jikalau masih gagal

juga, artinya tiap calon tetap mendapatkan suara sama banyak, maka fraksi-fraksi

mengusulkan calon lain (Pasal 19).35

Namun dalam praktiknya belum pernah ada pemungutan suara. Pemilihan

Presiden yang pertama kali sejak terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat hasil

pemilihan umum (atau yang ketiga kali dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia)

dilangsungkan pada 23 Maret 1973. Karena terdapat calon tunggal, yaitu Jendral

Soeharto, maka rapat langsung mengesahkannya sebagai Presiden, sesuai ketentuan

Pasal 13 ayat (2).36

Pada pemilihan-pemilihan Presiden berikutnya (1978, 1983, 1988, dan 1993)

juga hanya terdapat calon tunggal, yaitu Jendral Soeharto. Selanjutnya, karena pada

pemilihan Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Agustus 1945 dan pemilihan

Presiden Republik Indonesia Serikat pada tanggal 16 Desember 1949 juga terdapat

calon tunggal, yaitu Ir. Soekarno, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

praktik ketatanegaraan di Indonesia telah timbul “tradisi calon tunggal” dalam hal

pemilihan Presiden.37

Menurut Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, pada masa ini (masa Republik

keempat) meskipun pemilihan Presiden dilaksanakan secara tidak langsung, namun

pengisian jabatan Presiden masuk dalam sistem (stelsel) pemilihan (election) bukan

35

Ibid, h. 50 – 51. 36

Ibid, h. 52. 37

Ibid.

Page 57: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

46

pengangkatan (appointment). Karena itu, merupakan suatu anomali38

, apabila terdapat

ketetapan MPR mengenai pengangkatan Presiden (dan Wakil Presiden). MPR tidak

mengangkat, melainkan memilih Presiden (dan Wakil Presiden).39

Apabila Presiden tetap dipilih MPR, tidak boleh ada ketetapan tentang

pengangkatan Presiden (dan Wakil Presiden), karena bertentangan dengan ketentuan

dalam UUD 1945 yang menegaskan Presiden (dan Wakil Presiden) dipilih bukan

diangkat. Untuk menetapkan Presiden (dan Wakil Presiden) terpilih, disusun suatu

berita acara pemilihan yang berisi penyelenggaraan pemilihan dan penetapan

Presiden (dan Wakil Presiden) terpilih.40

Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan menjelaskan pula bahwa terdapat 3 hal

yang menunjukkan pemilihan Presiden oleh MPR kurang demokratis, yakni:

1. MPR dikuasai oleh suatu kelompok kekuatan politik (Golkar yang selalu didukung

ABRI), yang sangat dominan (sistem partai dominan). Tidak ada kekuatan politik

lain yang berimbang untuk memungkinkan mekanisme demokrasi berjalan

sebagaimana mestinya.

2. Praktik calon tunggal yang “dipaksakan”, sehingga secara riil tidak ada pemilihan

Presiden. MPR sekedar mengukuhkan calon tunggal yang tidak mungkin ditolak.

38

Anomali adalah penyimpangan dari normal; kelainan; atau ketidaknormalan. Lihat Ivenie

Dewintari S dan Alvina Tria Febianda, Kamus Istilah Penting Modern, cet. I, (Jakarta: Aprindo, 2003),

h. 29. 39

Jimly Asshiddiqie dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen UUD 1945 dan Pemilihan

Presiden Secara Langsung, h. 39-40. 40

Ibid, h. 40.

Page 58: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

47

3. Mekanisme kerja MPR (diatur dalam Tata Tertib) tidak memungkinkan peranan

individual anggota. Segala kegiatan dilakukan oleh atau atas nama fraksi.41

C. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Setelah Amandemen UUD 1945

Negara Republik Indonesia mengalami empat kali perubahan atau pergantian

konstitusi dalam kurun waktu 15 tahun (1945-1959), dan empat kali perubahan

(amandemen) konstitusi selama 2 tahun (1999-2002) yakni perubahan I-IV UUD

1945.42

Miriam Budiardjo menjelaskan bahwa amandemen pertama terjadi pada tahun

1999 yang dilakukan melalui Sidang Umum MPR Oktober 1999; Amandemen kedua

terjadi pada tahun 2000 yang dilakukan melalui Sidang Tahunan MPR Agustus 2000;

Amandemen ketiga pada tahun 2001 yang dilakukan melalui Sidang Tahunan MPR

Oktober 2001; Dan terakhir amandemen keempat pada tahun 2002 yang dilakukan

melalui Sidang Tahunan MPR Agustus 2002. UUD 1945 yang telah diamandemen

inilah yang berlaku hingga sekarang.43

Meskipun amandemen telah dilakukan dua kali sejak tahun 1999 sampai

tahun 2000, namun pada amandemen ketiga, yakni tahun 2001, Presiden dan Wakil

Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Hal tersebut

berbeda dengan sebelumnya (sebelum amandemen ketiga), yakni Presiden dan Wakil

41

Ibid. 42

Taufiqurrohman Syahuri, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2011), h. 22. 43

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 203.

Page 59: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

48

Presiden dipilih oleh MPR.44

Dengan kata lain, pemilihan umum Presiden dan Wakil

Presiden sebelum amandemen UUD 1945 (sebelum amandemen ketiga) tidak dipilih

langsung oleh rakyat melainkan dipilih oleh MPR.

Tim Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (FORMAPPI)

menjelaskan dalam analisisnya, bahwa terdapat beberapa alasan yang mendasari

amandemen UUD 1945, yakni sebagai berikut:45

1. Alasan utama dan terutama yang mendasari perlunya perubahan UUD 1945 adalah

karena dalam ketentuan-ketentuan lama (sebelum amandemen), UUD 1945

menciptakan struktur kelembagaan (institusi-institusi) Negara yang tidak

memungkinkan terjadinya checks and balances (saling mengontrol dan saling

mengawasi antar institusi negara) secara wajar dan memeadai. Adapun beberapa

indikasinya antara lain:

a. Pertama, MPR yang ditempatkan pada posisi sebagai lembaga tertinggi

negara. Institusi ini dianggap sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia dan

karena itu diposisikan sebagai pemegang sepenuhnya kedaulatan rakyat.

b. Kedua, Presiden diberikan kekuasaan yang sangat besar dalam wilayah

kekuasaan dan kewenangan yang seharusnya menjadi domain (wilayah)

kekuasaan lembaga negara yang lain.

44

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 204. 45

T.A. Legowo, dkk., Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia: Studi dan Analisis Sebelum

dan Setelah Perubahan UUD 1945(Kritik, Masalah dan Solusi), (Jakarta: FORMAPPI, 2005), h. 40-

44.

Page 60: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

49

c. Ketiga, sebagaimana terdapat dalam Pasal 7 UUD 1945 (sebelum

amandemen) yang menyatakan bahwa “Presiden dan Wakil Presiden

memegang jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih

kembali”, menimbulkan tafsir yang tidak tunggal. Hal tersebut menunjukan

bahwa tidak adanya ketegasan berapa kali lagi Presiden dan Wakil Presiden

dapat dipilih kembali pada jabatan yang sama, kiranya membuka peluang bagi

dapat dipilihnya Presiden dan Wakil Presiden secara terus menerus, bahkan

seumur hidup. Suatu ketentuan yang kurang mencerminkan prinsip dan nilai

demokrasi, karena dalam demokrasi harus dijamin adanya pergantian

penguasa dengan teratur.46

2. Karena sekalipun menurut ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 dan penjelasan

umum angka Romawi II Pokok-pokok pikiran dalam “pembukuan” butir 3

(sebelum amandemen) terkandung nuansa bahwa Indonesia adalah negara yang

menganut sistem demokrasi yaitu kedaulatan berada ditangan rakyat, tetapi

beberapa unsur dasar bagi dapat dianggapnya suatu negara menganut prinsip

demokrasi, sama sekali belum tercantum dan diatur dalam pasal-pasal UUD 1945.

3. Karena dalam Pasal 37 UUD 1945 (sebelum amandemen) ditegaskan tentang

adanya peluang untuk mengubah UUD dengan persyaratan tertentu, yakni sebagai

berikut:

Pasal 37

46

Miriam Budiardjo, Masalah-Masalah Kenegaraan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1975), h. 165-

191.

Page 61: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

50

(1) Untuk mengubah Undang-Undang Dasar sekurang-kurangnya 2/3 daripada

jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat harus hadir.

(2) Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 daripada jumlah

anggota yang hadir.

Oleh sebab itu, dalam amandemen UUD 1945 (amandemen ketiga) ditegaskan

bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Hal tersebut

merupakan wujud demokratisasi dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sesuai

dengan hakikat demokrasi, yakni kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan

tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan berasal dari

rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.47

Ketentuan tersebut terdapat dalam Pasal 6A UUD 1945 sebagai berikut:

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh

rakyat.

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan

umum.

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapat suara lebih dari

lima puluh persen dari jumlah suara pemilih dengan sedikitnya dua puluh persen

suara di setiap propinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah propinsi di

Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

47

Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1999), h. 71. Lihat juga Miriam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan

Demokrasi Pancasila, (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 50.

Page 62: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

51

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua

pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam

pemilu dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara

terbanyak dilantik sebagai pasangan Presiden dan Wakil Presiden.

Tata cara pelaksanaan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden lebih

lanjut diatur dengan Undang-undang. Peraturan pelaksanaan dari ketentuan mengenai

pemilihan umum eksekutif sebagaimana ditegaskan pada Pasal 6A UUD 1945 adalah

UU No. 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.48

Dengan demikian dapat difahami bahwa pemilihan Presiden dan Wakil

Presiden (Pilpres) yang semula dilakukan oleh MPR, kini disepakati untuk dilakukan

langsung oleh rakyat sehingga Pilpres pun dimasukkan ke dalam pemilihan umum.49

Pada pemilihan umum tahun 2004 untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia

diadakan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung yang

sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR).50

Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden secara langsung pada tahun

2004 diselenggarakan dengan sistem dua putaran. Artinya kalau pada putaran

pertama tidak ada calon yang memperoleh suara minimal yang ditentukan, akan

48

Pasal 6A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 65. 49

Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Ibid, h.

74. 50

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 483.

Page 63: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

52

diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang calon yang memperoleh suara

terbanyak.51

Adapun pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu

pasangan secara langsung oleh rakyat, sebagaimana pada pemilihan umum tahun

2004 masih berlaku hingga saat sekarang ini, namun untuk pelaksanaannya diatur

dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden

dan Wakil Presiden, yang selanjutnya disebut UU Pilpres.

Adanya UU Pilpres tersebut berdasarkan mandat dari UUD NRI 1945 untuk

menjalankan pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, sebagaimana terdapat

dalam Pasal 6A ayat (5) UUD NRI 1945. Dalam UU Pilpres tersebut terdapat

beberapa hal tekhnis yang diatur untuk menyelenggarakan pemilihan umum Presiden

dan Wakil Presiden, seperti tekhnis pengusulan bakal Presiden dan Wakil Presiden,

penetapan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, dan lain sebagainya.

51

Ibid, h. 484.

Page 64: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

53

BAB III

PENGUSULAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN OLEH

PARTAI POLITIK

A. Pengertian Calon Presiden dan Wakil Presiden

Definisi “Calon Presiden dan Wakil Presiden” secara etimologi tersusun atas

beberapa kata, yakni:

1. Kata “Calon”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian

yakni: 1) Orang yang akan menjadi; 2) Orang yang dididik dan dipersiapkan untuk

menduduki jabatan atau profesi tertentu; 3) Orang yang diusulkan atau

dicadangkan untuk dipilih atau diangkat menjadi sesuatu.1 Sedangkan kata

“Pencalonan” mempunyai pengertian: proses, cara, atau perbuatan mencalonkan.2

2. Kata “Presiden”, berasal dari kata “Preside”, yang mempunyai arti “menduduki

suatu jabatan”3. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata

“Presiden” mempunyai arti: 1) Kepala (Lembaga, Perusahaan, dsb.); 2) Kepala

Negara (Bagi negara yang berbentuk republik).4

3. Kata “Wakil”, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai pengertian: 1)

Orang yang dikuasakan menggantikan orang lain; 2) Jabatan yang kedua setelah

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. I, edisi IV, (Jakarta:

PT. Gramedia, 2008),h. 238. 2 Ibid, h. 238.

3 I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum: Inggris-Indonesia, cet. III, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2003), h. 450. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1101.

Page 65: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

54

yang tersebut di depannya.5 Sedangkan di dalam bahasa Inggris, kata wakil

disebutkan dengan istilah “Vice”, yang mempunyai arti Wakil atau Orang kedua.6

Sedangkan untuk memahami definisi “Calon Presiden dan Wakil Presiden”

secara terminologi, terlebih dahulu difahami definisi mengenai Presiden dan Wakil

Presiden, yakni sebagai berikut:

1. Definisi Presiden

Black’s Law Dictionary memberikan sebuah terminologi mengenai Presiden,

yakni: “President, The chief political executive of a government; the head of

state.” (Presiden ialah kepala eksekutif politik pada suatu pemerintahan atau

kepala Negara).7

Perkataan Presiden dipergunakan dalam dua arti, yaitu lingkungan jabatan “ambt”

dan pejabat “ambtsdrager”. Untuk lingkungan jabatan dipergunakan istilah

“presidency” atau “presidential”, sedangkan pejabat dipergunakan istilah

“president”. Dalam UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lain yang

mengatur mengenai Presiden dijelaskan bahwa Presiden adalah pemangku jabatan

kepresidenan dan secara langsung pula menjelaskan makna pengaturan lingkungan

jabatan kepresidenan.8

Presiden adalah pemimpin eksekutif yang mempunyai hak preogratif untuk

mengadakan rekruitmen guna mengisi jabatan sejumlah posisi eksekutif alam

5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1554.

6 I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum: Inggris-Indonesia, h. 534.

7 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Ninth Edition, (West (USA): Thomson Reuters

business, 2009), h. 1304. 8 Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, cet. III, (Yogyakarta: FH UII Press, 2006), h. 1-2.

Page 66: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

55

bidang pemerintahan seperti anggota kabinet (menteri, menteri coordinator,

menteri negara) dan pejabat yang setingkat dengan menteri.9

Menurut norma UUD NRI 1945, Presiden Republik Indonesia ialah orang yang

memegang kekuasaan pemerintahan menurut UndangUndang Dasar,10

yang di

dalam menjalankan tugas sebagai Kepala Negara dibantu oleh satu orang Wakil

Presiden / Wapres dan dibantu oleh Menteri-Mentri yang masing-masing.11

2. Definisi Wakil Presiden

Sedangkan untuk Wakil Presiden, Black’s Law Dictionary memberikan sebuah

terminologi yakni: “Vice President, an officer selected in advance to fill the

presidency if the president dies, resigns, is removed from office, or cannot or will

not serve”, (Wakil Presiden ialah pejabat yang dipilih terlebih dahulu untuk

mengisi jabatan presiden jika presiden meninggal, mengundurkan diri, akan

dihapus dari kantor (diberhentikan), tidak dapat melayani atau tidak akan

melayani).12

“Wakil Presiden” terdiri atas dua kata, yakni “Wakil” dan “Presiden”. “Wakil”

sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, yakni 1) Orang yang dikuasakan

menggantikan orang lain; 2) Jabatan yang kedua setelah yang tersebut di

9 Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, cet. I,

(Bandung: PT. Alumni, 2010), h. 84. 10

Lihat Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi,

cet. X, (Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006), h. 64. 11

Lihat Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Ibid,

h. 64. 12

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, h. 1702.

Page 67: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

56

depannya.13

Sedangkan “Presiden” berarti: 1) Kepala (Lembaga, Perusahaan,

dsb.); 2) Kepala Negara (Bagi negara yang berbentuk republik).14

Maka “Wakil

Presiden” dapat diartikan sebagai orang yang dikuasakan bertindak sebagai

pengganti kepala pemerintahan dan Negara, atau orang yang bertindak sebagai

pengganti Presiden apabila Presiden berhalangan.15

Wakil Presiden adalah pembantu kewajiban Presiden yang pembentukan

kelembagaannya bersifat wajib dalam memenuhi kehendak UUD, walaupun

didalam UUD tersebut tidak dijelaskan bidang tugasnya.16

Selanjutnya, secara

faktual dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, Wakil Presiden adalah posisi yang

sering diperdebatkan dan dicari-cari untuk melengkapi pencalonan Presiden.17

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan sebuah definisi

mengenai calon Presiden, yakni ialah orang yang akan menjadi kepala pemerintahan

atau kepala negara, sedangkan definisi calon Wakil Presiden ialah orang yang akan

menjadi wakil atau pengganti kepala pemerintahan atau kepala negara jika presiden

meninggal, mengundurkan diri, akan dihapus dari kantor (diberhentikan), tidak dapat

melayani atau tidak akan melayani.

13

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1554. 14

Ibid, h. 1101. 15

Binilang Bawatanusa Janis, Wapres: Pendamping atau Pesaing? : Peranan Wakil Presiden

dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 1. 16

Bivitri Susanti, dkk, Semua Harus Terwakili: Studi Mengenai Reposisi MPR, DPR, dan

Lembaga Kepresidenan di Indonesia, (Jakarta: Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK),

2000), h. 145. 17

Arwan Tuti Artha, Pak Boed, Ekonom yang Sederhana, (Yogyakarta: Galang Press Group,

2009), h. 46.

Page 68: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

57

Sedangkan menurut UU Pilpres, calon Presiden disebutkan dengan istilah

“Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden” yang selanjutnya disebutkan dengan

istilah “Pasangan Calon” saja, yakni adalah pasangan calon peserta Pemilu Presiden

dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik

yang telah memenuhi persyaratan.18

Mengenai makna Presiden dan Wakil Presiden sebagai kepala pemerintahan

atau kepala negara, Jimly Asshiddiqie, berpendapat bahwa Presiden dan Wakil

Presiden cukup disebut sebagai Presiden dan Wakil Presiden saja dengan seperangkat

hak dan kewajibannya masing-masing atau tugas dan kewenangannya masing-

masing, tidak ada keperluan untuk membedakan kapan ia bertindak sebagai kepala

negara dan kapan ia berperan sebagai kepala pemerintahan seperti kebiasaan dalam

sistem parlementer.19

Oleh karena itu, dalam sistem kenegaraan yang dapat disebut constitutional

democratic republic, kedudukan konstitusi bersifat sangat sentral. Konstitusi pada

dasarnya merupakan kepala negara yang sesungguhnya, karena secara simbolik yang

dinamakan kepala negara dalam sistem pemerintahan presidensiil itu adalah

konstitusi. Dengan kata lain, kepala negara dari negara konstitusional Indonesia

adalah Undang-Undang Dasar, sedangkan Presiden dan Wakil Presiden beserta

18

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 19

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h.

167.

Page 69: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

58

semua lembaga negara atau subjek hukum tata negara lain tunduk kepada konstitusi

sebagai the symbolic head of state.20

B. Kedudukan Hukum Calon Presiden dan Wakil Presiden

Perihal Calon Presiden dan Wakil Presiden diatur dalam norma Pasal 6A ayat

(1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) UUD NRI 1945, yakni:

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara

langsung oleh rakyat.

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai

politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum

sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

(3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan

suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam

pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap

provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di

Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden

terpilih dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak

pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat

secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat

terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. 21

Pada ayat (1) diatur bahwasanya Presiden dan Wakil Presiden dipilih

dalam satu pasangan, yakni tidak terpisah antara Presiden dan Wakil Presiden baik

ketika mengusulkan calon hingga pada saat Pilpres dilaksanakan. Maka

20

Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, h. 167. 21

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang

Mahkamah Konstitusi, cet. X, (Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

2006), h. 65.

Page 70: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

59

berdasarkan ketentuan ini selanjutnya calon Presiden dan Wakil Presiden disebut

dengan istilah “pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden”.

Selanjutnya, Pasal (2) mengatur perihal persyaratan pengusulan pasangan

calon Presiden dan Wakil Presiden, yakni oleh partai politik atau gabungan partai

politik peserta pemilihan umum dan mengatur pula waktu pengusulan pasangan

calon Presiden dan Wakil Presiden.

Sedangkan Pasal (3) mengatur perihal penentuan pemenang dari pasangan

calon Presiden dan Wakil Presiden yang bersaing dan berkompetisi pada ajang

Pilpres, serta dilanjutkan dengan Pasal (4) yang mengatur perihal alternatif

penentuan pemenang pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden apabila tidak

ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih.

Ketetuan hukum mengenai calon Presiden dan Wakil Presiden juga

terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden., yakni di dalam:

1. Pasal 1 ayat (4) yang menjelaskan tentang ketentuan umum pasangan calon

Presiden dan Wakil Presiden

2. Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 yang mengatur tentang persyaratan calon Presiden

dan Wakil Presiden.

3. Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 yang mengatur tentang tata

cara penentuan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

4. Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15 yang mengatur tentang pendaftaran bakal

pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Page 71: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

60

5. Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19 dan Pasal 20 yang mengatur tentang

verifikasi bakal pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

6. Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24 dan Pasal 25 yang mengatur tentang

penetapan dan pengumuman pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

7. Pasal 26 yang mengatur mengenai pengawasan atas verifikasi kelengkapan

administrasi pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

C. Pengertian Partai Politik Peserta Pemilu

Adapun definisi “Partai Politik” secara etimologi tersusun dari beberapa kata,

yakni:

1. Kata “Partai”, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti:

Perkumpulan (segolongan orang) yang seasas, sehaluan, dan setujuan (terutama di

bidang politik).22

2. Kata “Politik”, yang menurut Peter H. Merkl mempunyai arti usaha untuk

mencapai suatu masyarakat yang lebih baik, yakni masyarakat yang sesuai dengan

tatanan sosial yang baik dan berkeadilan.23

Politik secara umum dapat dikatakan kegiatan dalam suatu sistem negara yang

menyangkut proses penentuan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh

22

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1023. 23

Peter H. Merkl, Continuity and Change, (New York: Harper and Row, 1967), h. 13.

Page 72: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

61

sebagian warga negara sesuai dengan tujuan dari sistem tersebut, yakni the good

life dan begitu pula proses pelaksanaannya.24

Maka dengan demikian dapat difahami secara etimologi bahwa partai politik

ialah perkumpulan yang didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu.25

Black’s Law Dictionary memberikan sebuah terminologi mengenai partai

politik, yakni: “Political Party, an organization of voters formed to influence the

goverment’s conduct and policies by nominating and electing candidates to public

office”, (Partai Politik ialah sebuah organisasi pemilih yang dibentuk untuk

mempengaruhi perbuatan pemerintah dan kebijakannya dengan pencalonan dan

pemilihan kandidat untuk jabatan publik).26

UU Parpol mendefinisikan Partai Politik sebagai organisasi yang bersifat

nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas

dasar kesamaan kehendak dan citacita untuk memperjuangkan dan membela

kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.27

Menurut Miriam Budiardjo, Partai Politik ialah suatu kelompok terorganisir

yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama.

Tujuan kelompok tersebut ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

24

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 15. 25

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1024. 26

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, h. 1276. 27

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Page 73: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

62

kedudukan politik (biasanya dengan cara konstitusional) untuk melaksanakan

programnya.28

Pendapat yang serupa juga disampaikan oleh H. Abu Daud Busroh,

menurutnya partai politik ialah sekelompok anggota masyarakat yang terorganisir

secara teratur berdasarkan ideologi atau program dimana ada keinginan para

pimpinannya untuk merebut kekuasaan negara terutama eksekutif melalui cara yang

terbaik.29

Jimly Asshiddiqie menjelaskan bahwa partai politik mempunyai posisi

(status) dan peranan (role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai

memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses

pemerintahan dengan warga negara atau masyarakat.30

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat difahami mengenai definisi dari

pada partai politik, yakni suatu kelompok yang terorganisir secara teratur berdasarkan

ideologi atau program dan bertujuan untuk memperoleh kekuasaan politik atau

merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional (cara yang baik). Selanjutnya,

untuk memahami makna “Partai Politik Peserta Pemilu”, maka perlu difahami

terlebih dahulu mengenai arti dari “Peserta Pemilu”.

Selanjutnya, definisi “Peserta Pemilu” secara etimologi terdiri dari dua kata,

yakni:

28

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 403-404. 29

H. Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, cet. VIII, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 156. 30

Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum yang Demokratis, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu

Populer, 2009), h. 384.

Page 74: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

63

1. Kata “Peserta”, berasal dari kata “serta”, yang menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti: 1) ikut; 2) turut.31

Sedangkan pengertian “Peserta” sendiri

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah orang yang ikut serta atau yang

mengambil bagian.32

2. Kata “Pemilihan Umum”, berasal dari kata “Pemilihan” yang menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara atau perbuatan memilih. Sedangkan

“Pemilihan Umum” sendiri mempunyai arti pemilihan yang dilakukan serentak

oleh seluruh rakyat suatu negara (untuk memilih wakil rakyat).33

Adapun di dalam

bahasa Inggris pemilihan umum dikenal dengan istilah “General Election” yang

berarti Pemilihan Umum.34

Adapun definisi “pemilihan umum” secara terminologi, sebagaimana yang

terdapat dalam Black’s Law Dictionary, yakni: “General election”, 1) An election that

occurs at regular interval of time; 2) An election for all seats, as contrasted with a

by-election (by-election: an election specially held to fill a vacant post, (Pemilihan

Umum ialah: 1) Sebuah pemilihan yang terjadi pada selang waktu yang teratur; 2)

Pemilihan untuk semua kursi, sebagai kontras dengan by-election (by-election ialah

pemilu khusus yang digelar untuk mengisi pos yang kosong).35

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Pemilihan

Umum yang selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan

31

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1290. 32

Ibid, h. 1290. 33

Ibid, h. 1074. 34

I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum: Inggris-Indonesia, h. 306. 35

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, h. 595.

Page 75: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

64

rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil

dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.36

Menurut Agust Riewanto, Pemilihan Umum adalah media artikulasi politik

masyarakat. Pemilu diperuntukan bagi para aktifis Parpol dan konstituen politik yang

benar-benar serius berkehendak mengikuti Pemilu, karena apabila para aktifis Parpol

dan konstituen politik mengikuti Pemilu hanya berprinsip “coba-coba ikut siapa tahu

akan jadi pemenang” maka hal demikian merupakan cita-cita yang keliru dan akan

mencederai makna Pemilu.37

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat difahami bahwa “Peserta Pemilu”

ialah orang (subyek tertentu) yang ikut serta atau mengambil bagian dalam Pemilu

yang dilaksanakan berdasarkan kedaulatan rakyat dan diselenggarakan secara

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Maka dengan demikian, dapat difahami sebuah definisi mengenai “Partai

Politik Peserta Pemilu”, yakni suatu kelompok terorganisir dan teratur berdasarkan

ideologi yang ikut serta atau mengambil bagian dalam Pemilu yang dilaksanakan

berdasarkan kedaulatan rakyat dan diselenggarakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil.

36

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang

Penyelenggara Pemilihan Umum. 37

August Riewanto, ed., Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Intropektif Pemilu 2004 Menuju

Agenda Pemilu 2009, cet. I, (Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan Budaya (el-SAB) bekerjasama

dengan Fajar Pustaka, 2007), h. 9.

Page 76: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

65

D. Kedudukan Hukum Partai Politik Peserta Pemilu

Perihal partai politik peserta pemilu diatur dalam norma Pasal 6A ayat (2)

UUD NRI 1945, yakni: “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh

partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum

pelaksanaan pemilihan umum”.38

Adapun mengenai kedudukan partai politik diatur dalam Pasal 2 dan Pasal 4

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, yang selanjutnya disebut UU Parpol. Di

dalam Pasal 2 UU Parpol tersebut dijelaskan bahwa untuk mendirikan sebuah partai

politik haruslah minimal berjumlah 50 orang warga negara Indonesia dan dengan cara

menuangkan keinginan untuk mendirikan partai politik tersebut dalam Akta Notaris,

dan selanjutnya di dalam Pasal 4 dijelaskan bahwa partai politik itu akan sah berdiri

setelah mendapat pengesahan sebagai badan hukum oleh Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

Meskipun sebuah partai politik telah berdiri, namun partai politik tersebut

tidaklah secara otomatis menjadi peserta pemilihan umum. Oleh sebab itu, untuk

menjadi peserta pemilihan umum, partai politik wajib mendaftarkan diri ke KPU,

sebagaimana terdapat di dalam norma Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum

38

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang

Mahkamah Konstitusi, cet. X, (Jakarta: Sekretariat Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia,

2006), h. 65.

Page 77: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

66

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan

Perwakilan Daerah. Adapun tahapannya secara singkat sebagai berikut :39

1. Partai Politik mendaftarkan diri ke KPU dengan membuat surat permohonan

menjadi peserta pemilihan umum dengan ditanda tangani oleh ketua umum partai

atau sebutan lain pengurus pusat partai politik (dewan pengurus pusat partai politik

atau nama lainnya). Surat permohonan tersebut dilengkapi dengan dokumen

persyaratan umum dan persyaratan khusus.

2. KPU selanjutnya akan melakukan verifikasi administrasi dan faktual di lapangan

untuk memastikan apakah partai tersebut memenuhi syarat untuk menjadi peserta

pemilihan umum sebagaimana diatur oleh undang-undang.

3. Setelah melalui tahapan tersebut, barulah KPU memutuskan partai politik yang

memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai partai politik peserta pemilihan umum.

Selanjutnya terdapat ketentuan pula mengenai “partai politik peserta

pemilihan umum” yang telah ditetapkan KPU sebagai peserta pemilihan umum untuk

tahun tertentu, karena mengingat Pemilihan Umum sebagaimana dikemukakan oleh

norma Pasal 22E ayat (1) UUD 1945 diadakan setiap lima tahun sekali, misalnya

Partai Politik Peserta Pemilihan Umum 2014.

39

H. Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas, (Jakarta: Rajawali Pers,

2009), h. 165-166.

Page 78: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

67

E. Pengusulan Calon Presiden dan Wakil Presiden oleh Partai Politik

Pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden dilakukan oleh partai politik

atau gabungan partai politik, sebagaimana ketentuan Pasal 6A ayat (2) UUD NRI

1945. Partai politik yang dimaksud ialah partai politik peserta pemilu, yakni partai

politik yang telah melalui tahapan pendaftaran, verifikasi dan penetapan sebagai

peserta pemilu oleh KPU.40

Berdasarkan hal demikian, maka dapat difahami bahwa satu-satunya

mekanisme untuk menjadi Calon Presiden dan Wakil Presiden adalah melalui usulan

partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu. Dengan kata lain, hak untuk

mengajukan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden adalah hak eksklusif partai

politik peserta pemilu dan tidak diperkenankan atau tidak ada kemungkinan sama

sekali bagi Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden perseorangan atau

independen di luar dari yang diusulkan partai politik atau gabungan partai politik

tersebut, dan yang diusulkan oleh organisasi non-partai.41

Adapun selanjutnya, perihal waktu pengusulan pasangan calon Presiden dan

Wakil Presiden dilakukan sebelum pelaksanaan pemilihan umum, sebagaimana

ketentuan Pasal 6A ayat (2) UUD NRI 1945.

Pengusulan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diatur pula di dalam

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden, antara lain di dalam Pasal 9, yakni:

40

Ibid. 41

Hanta Yuda A. R., Presidensialisme Setengah Hati: dari Dilema ke Kompromi, (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 94.

Page 79: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

68

Pasal 9

Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai

Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling

sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh

25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota

DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.42

Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tersebut,

persyaratan perolehan kursi yang harus dipenuhi oleh partai politik atau gabungan

partai politik peserta pemilu untuk dapat mengusulkan pasangan calon Presiden dan

Wakil Presiden, yakni paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR-RI atau

memperoleh 25 persen dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR-RI. Hal

tersebut menunjukan bahwa berdasarkan hukum positif Presidential Threshold di

Indonesia sebesar 25 persen suara sah nasional dari hasil pemilu legislatif atau 20

persen kursi parlemen yang terpilih.43

Selanjutnya berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008

tersebut pula, ditentukan mengenai waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil

Presiden, yakni “sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden”.44

Pasal

14 ayat (2) memberikan penjelasan secara spesifik terhadap pentuan waktu

pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam norma Pasal 9 tersebut, yakni

42

Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden. 43

Shanti Dwi Kartika, “Presidential Threshold dalam Revisi UU Pilpres”, jurnal diakses

pada tanggal 11 Desember 2013 dari http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-14-II-P3DI-Juli-2013-41.pdf.

44 Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Page 80: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

69

“Paling lama 7 (tujuh) hari sejak penetapan secara nasional hasil pemilu anggota

DPR.”45

45

Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Page 81: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

70

BAB IV

ANALISIS PENGUSULAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008

A. Pengaturan Partai Politik Peserta Pemilu dalam Pengusulan Calon Presiden dan

Wakil Presiden

Norma Pasal 6A ayat (2) UUD NRI 1945 mengatur bahwa: “Pasangan calon

Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai

politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.”1

Partai politik dapat disebut sebagai “peserta pemilihan umum” apabila telah

memenuhi beberapa tahapan yakni sebagai berikut:2

1. Mendaftarkan diri ke KPU dengan disertai surat permohonan dan dokumen

persyaratan umum dan khusus.

2. Melewati tahap verifikasi administrasi dan faktual di lapangan untuk memastikan

persyaratan menjadi peserta pemilihan umum sebagaimana diatur oleh undang-

undang.

3. Mendapatkan keputusan dari KPU sebagai partai politik peserta pemilihan umum.

1 Pasal 6A ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat Mahkamah

Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, h. 65. 2 H. Rozali Abdullah, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas, (Jakarta: Rajawali Pers,

2009), h. 165-166. Hel tersebut berdasarkan norma Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah.

Page 82: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

71

Selanjutnya di dalam norma Pasal 22E ayat (3) UUD 1945 terdapat ketentuan

mengenai partai politik peserta pemilu, yakni: “Peserta pemilihan umum untuk

memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah adalah partai politik”.3

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden, mengatur pula mengenai partai politik peserta

pemilu, yakni: “yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua

puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen)

dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota DPR”.4 Adapun frasa Pasal 9 Undang-

Undang Nomor 42 Tahun 2008 sebagai berikut:

Pasal 9

Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai

Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling

sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh

25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota

DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.5

B. Pengaturan Waktu Pengusulan Calon Presiden dan Wakil Presiden

Terlebih dahulu difahami sebuah definisi mengenai “waktu pengusulan, yakni

tersusun dari dua kata, yakni kata “waktu” dan “pengusulan”. Menurut KBBI kata

“waktu” mempunyai arti: 1) seluruh rangkaian saat ketika proses; 2) perbuatan atau

3 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang

Mahkamah Konstitusi, h. 74. 4 Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden. 5 Ibid.

Page 83: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

72

keadaan berada atau berlangsung.6 Sedangkan kata “pengusulan” berasal dari kata

“usul” yang berarti anjuran (pendapat) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan

atau untuk diterima,7 maka “Pengusulan” mempunyai arti proses, cara, perbuatan

mengusulkan.8

Dengan demikian dapat difahami bahwa “waktu pengusulan” ialah suatu

keadaan dalam sebuah proses pemberian pertimbangan untuk diterima. Maka yang

dimaksud “waktu pengusulan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden” adalah

waktu untuk memberikan pertimbangan terhadap calon Presiden dan Wakil Presiden

agar dapat diterima (dalam hal ini menjadi peserta pemilihan umum).

Adapun waktu pengusulan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden

dilakukan sebelum pelaksanaan pemilihan umum, sebagaimana sesuai dengan

ketentuan norma Pasal 6A ayat (2) UUD NRI 1945. Adapun frasa Pasal 6A ayat (2)

UUD NRI 1945 sebagai berikut: “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden

diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum

sebelum pelaksanaan pemilihan umum”.9

Sedangkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, menentukan

waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden, yakni “sebelum pelaksanaan

6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. I, edisi IV, (Jakarta:

PT. Gramedia, 2008), h. 1554. 7 Ibid, h. 1540.

8 Ibid.

9 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang

Mahkamah Konstitusi, h. 65.

Page 84: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

73

Pemilu Presiden dan Wakil Presiden”.10

Pasal 14 ayat (2) memberikan penjelasan

secara spesifik terhadap pentuan waktu pelaksanaan pengusulan calon Presiden dan

Wakil Presiden dalam Pasal 9 tersebut, yakni “Paling lama 7 (tujuh) hari sejak

penetapan secara nasional hasil pemilu anggota DPR.”11

C. Analisis Penulis

Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, penulis berpendapat bahwa

Pemilihan Umum yang dimaksudkan oleh frasa dalam norma Pasal 6A ayat (2) UUD

1945: “Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau

gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan

umum.”12

Yakni adalah pemilihan umum untuk memilih anggota-anggota Dewan

Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, karena hanya pemilihan

umum inilah yang pesertanya adalah partai politik sebagaimana dirumuskan dalam

norma Pasal 22E ayat (3) UUD 1945: “Peserta pemilihan umum untuk memilih

anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

adalah partai politik”.13

10

Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden. 11

Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 12

Pasal 6A ayat (5) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Lihat

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi,

h. 65. 13

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang

Mahkamah Konstitusi, h. 74.

Page 85: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

74

Maka telah jelas dan terang bahwa yang pesertanya adalah partai politik

adalah Pemilihan Umum untuk memilih anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, bukan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden, yang tentunya Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden diikuti oleh

perorangan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Hal tersebut menimbulkan dampak pada ketentuan Pasal 9 Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2008, yakni:

Pasal 9

Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai

Politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling

sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi DPR atau memperoleh

25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota

DPR, sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.14

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tersebut akan menjadi jelas

dan tegas bertentangan dengan bunyi norma “Pasangan calon Presiden dan Wakil

Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan

umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum”15

sebagaimana disebutkan dalam

Pasal 6A ayat (2) UUD 1945, karena telah memanipulasi kata “pemilihan umum”

dalam Pasal 6A ayat (2) dan juga dalam Pasal 22E ayat (3) UUD 1945.

Dan selanjutnya, jikalau perolehan kursi masing-masing partai politik peserta

pemilihan umum untuk memilih anggota DPR telah diumumkan dan telah diketahui,

14

Ibid. 15

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 Tentang

Mahkamah Konstitusi, h. 65.

Page 86: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

75

maka partai politik tersebut bukanlah lagi partai politik peserta pemilihan

umum sebagaimana dimaksud oleh frasa dalam Pasal 6A ayat (2) UUD 1945 dan

sebagaimana dirumuskan oleh Pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah., karena pemilihan umum

yang pesertanya adalah partai politik telah selesai dilaksanakan.

Demikian pula frasa: “sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden”16

dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden telah memanipulasi maksud Pasal 6A ayat (2) UUD

1945, karena yang dimaksud dengan istilah “sebelum pelaksanaan pemilihan umum”

adalah sebelum pemilihan umum DPR dan DPRD yang pesertanya adalah partai

politik sebagaimana dimaksud norma Pasal 22E ayat (3) UUD 1945.

Terkait pula ketentuan Pasal 14 ayat (2) UU Pemilihan Presiden yang

normanya berbunyi: “Masa pendaftaran (pasangan calon Presiden dan Wakil

Presiden), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, paling lama 7 (tujuh) hari sejak

penetapan secara nasional hasil Pemilu anggota DPR” adalah juga bertentangan

dengan frasa partai politik peserta pemilihan umum sebagaimana dirumuskan dalam

norma Pasal 6A ayat (2) UUD 1945. Karena jikalau partai politik atau gabungan

partai politik baru diperkenankan mendaftarkan pasangan calon Presiden dan Wakil

Presiden paling lama 7 (tujuh) hari sejak penetapan secara nasional hasil Pemilu

16 Pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Page 87: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

76

anggota DPR, maka pada saat itu partai politik atau gabungan partai politik tersebut

bukanlah lagi partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum,

karena pemilihan umum yang pesertanya adalah partai politik telah selesai. Kalau

hasil pemilihan umum sudah ditetapkan, maka partai politik tersebut bukan lagi partai

politik peserta pemilihan umum. Partai politik tersebut lebih tepat untuk disebut

partai politik “mantan” peserta pemilihan umum yang sudah selesai dilaksanakan.

Maka dengan demikian waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden

di dalam ketentuan norma Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden adalah sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum DPR dan

DPRD, bukan sebelum Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Kemudian Partai Politik Peserta Pemilu yang mengusulkan calon Presiden

dan Wakil Presiden menurut norma Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008

adalah bukanlah lagi partai politik peserta pemilihan umum melainkan “mantan”

partai politik peserta pemilihan umum.

Berdasarkan hal tersebut, penulis berpendapat bahwa apabila pengusulan

calon Presiden dan Wakil Presiden sebagai Peserta Pemilihan Umum ingin

dilaksanakan oleh Partai Politik Peserta Pemilu, maka harus dilaksanakan sebelum

pelaksanaan Pemilihan Umum DPR dan DPRD.

Page 88: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengkaji dan menganalisa norma Pasal 9 dan norma Pasal 14 ayat (2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden dengan norma Pasal 22E ayat (3) dan norma

Pasal 6A ayat (2) UUD NRI 1945, maka bagi penulis terdapat beberapa kesimpulan

dari hal tersebut:

1. Calon Presiden dan Wakil Presiden peserta pemilu ialah calon Presiden dan Wakil

Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta

pemilu dalam satu pasangan calon, sebagaimana ketentuan Pasal 6A ayat (1) dan

ayat (2) UUD NRI 1945. Partai politik didaftarkan minimal oleh 50 orang warga

negara Indonesia dan dengan cara menuangkan keinginan untuk mendirikan partai

politik tersebut dalam Akta Notaris, dan partai politik sah berdiri setelah mendapat

pengesahan sebagai badan hukum oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia,

hal tersebut sebagaimana diatur dalam norma Pasal 2 dan Pasal 4 Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2008 tentang Partai Politik. Partai Politik Peserta Pemilu ialah partai politik yang

telah: 1) Mendaftarkan diri ke KPU dengan disertai surat permohonan dan

dokumen persyaratan umum dan khusus; 2) Melewati tahap verifikasi administrasi

dan faktual di lapangan untuk memastikan persyaratan menjadi peserta pemilihan

Page 89: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

78

umum sebagaimana diatur oleh undang-undang; 3) Mendapatkan keputusan dari

KPU sebagai partai politik peserta pemilihan umum, sesuai dengan norma Pasal

14, Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah.

2. Partai politik peserta pemilu dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008

bukanlah lagi partai politik peserta pemilihan umum melainkan “mantan” partai

politik peserta pemilihan umum. Disebabkan jikalau perolehan kursi masing-

masing partai politik peserta pemilihan umum untuk memilih anggota DPR telah

diumumkan dan telah diketahui, sebagaimana terdapat di dalam norma Pasal 9

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan

Wakil Presiden, maka partai politik tersebut bukanlah lagi partai politik peserta

pemilihan umum sebagaimana dimaksud oleh frasa dalam Pasal 6A ayat (2) UUD

1945 dan sebagaimana dirumuskan oleh Pasal 17 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2012 tentang Pemilihan Umum, karena pemilihan umum yang pesertanya adalah

partai politik telah selesai dilaksanakan.

3. Waktu pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden dalam Undang-Undang

Nomor 42 Tahun 2008 adalah sebelum pelaksanaan pemilihan umum DPR dan

DPRD, bukan sebelum Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Disebabkan oleh frasa: “sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden” dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Pemilihan

Presiden dan Wakil Presiden yang telah memanipulasi maksud Pasal 6A ayat (2)

Page 90: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

79

UUD 1945, karena yang dimaksud dengan istilah “sebelum pelaksanaan pemilihan

umum” adalah sebelum pemilihan umum DPR dan DPRD yang pesertanya adalah

partai politik sebagaimana dimaksud norma Pasal 22E ayat (3) UUD 1945.

4. Apabila pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden sebagai Peserta Pemilihan

Umum ingin dilaksanakan oleh Partai Politik Peserta Pemilu, maka harus

dilaksanakan sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum DPR dan DPRD.

B. Saran-saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, penulis akan membuat beberapa saran-

saran yang akan penulis berikan kepada semua pihak terkait dalam permasalahan ini,

antara lain:

1. Kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) untuk mengamandemen

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 terkait kejelasan

mengenai ketentuan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dan ketentuan

mengenai Pemilihan Umum Anggota Legislatif (DPR, DPD dan DPRD) agar tidak

menimbulkan multi tafsir.

2. Kepada pihak pemerintah yang berwenang membuat sekaligus mensosialisasikan

suatu kebijakan, hendaklah melakukan pembenahan terhadap ketentuan atau

peraturan mengenai pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia,

agar sesuai dan tidak bertentangan dengan norma Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya.

Page 91: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

80

3. Kepada Mahkamah Konstitusi yang berwenang mengadili pada tingkat pertama

dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang

terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, agar

segera mengambil tindakan dan keputusan terhadap norma UU Pilpres mengenai

pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden yang tidak sesuai dan bertentangan

dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

4. Pemahaman tentang pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden hendaknya

disampaikan kepada masyarakat luas oleh para pengamat, aktifis dan terlebih para

pelaku atau elit politik ketika melakukan kegiatan atau sosialisasi berkenaan

dengan politik maupun pemerintahan.

5. Perihal pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden bukan menjadi kepentingan

para pelaku atau elit politik saja, melainkan menjadi kepentingan seluruh warga

Negara Indonesia, yang diatur didalam konstitusi. Maka hendaklah dilaksanakan

berdasarkan prinsip HAM dan Demokrasi tanpa harus bertentangan dengan

konstitusi.

6. Bagi para calon Presiden dan Wakil Presiden serta Partai Politik hendaknya

memahami dengan sebenar-benarnya ketentuan yang mengatur kedudukan hukum

dan proses atau mekanisme pengusulan calon Presiden dan Wakil Presiden, agar

terciptanya pemilihan umum yang jujur dan adil berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 92: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri, Demokrasi di Persimpangan Makna, Yogyakarta: Tiara Wacana,

1999.

Abdullah, H. Rozali, Mewujudkan Pemilu yang Lebih Berkualitas, Jakarta: Rajawali

Pers, 2009.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, cet. I,

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Alrasid, Harun, “Masalah Pengisian Jabatan Presiden Sejak Sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia 1945 Sampai Sidang Majelis Permusyawaratan

Rakyat 1993”, Disertasi S3 Program Pascasarjana, Universitas Indonesia,

1993.

Artha, Arwan Tuti , Pak Boed, Ekonom yang Sederhana, Yogyakarta: Galang Press

Group, 2009.

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

_______________, Menuju Negara Hukum yang Demokratis, Jakarta: PT. Bhuana

Ilmu Populer, 2009.

_______________, dan Bagir Manan, Gagasan Amandemen UUD 1945 dan

Pemilihan Presiden Secara Langsung, Cet. II, Jakarta: Setjen & Kepaniteraan

MKRI, 2006.

A. Ubaedillah, dkk, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, cet. III,

Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Page 93: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

82

A.V. Dicey, An Introduction to The Study of The Law of The Constitution, London:

Mac Millan, 1973.

Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, cet. III, Yogyakarta: FH UII Press, 2006.

Budiarjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

______________, Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan Demokrasi

Pancasila, Jakarta: Gramedia, 1996.

______________, Masalah-Masalah Kenegaraan, Jakarta: PT. Gramedia, 1975.

Busroh, H. Abu Daud, Ilmu Negara, cet. VIII, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011.

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Ninth Edition, West (USA): Thomson

Reuters Business, 2009.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. I, edisi IV,

Jakarta: PT. Gramedia, 2008.

El-Muhtaj, Majda, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, cet. II, Jakarta:

Kencana, 2007.

Gautama, Sudargo, Pengertian tentang Negara Hukum, Bandung: Alumni, 1973.

Gie, Kwik Kian, Kebijakan Ekonomi-Politik dan Hilangnya Nalar, Jakarta: Kompas,

2006.

Haris, Syamsuddin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai: Proses Nominasi

dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2005.

Hartono, M. Dimyati, Problematik dan Solusi Amandemen Undang-Undang Dasar

1945, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Page 94: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

83

Henry B. Mayo, An Introduction to Democratic Theory, New York: Oxford

Univercity Press, 1960.

Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia, cet. VI, Jakarta: Rajawali Pers,

2012.

Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia Publishing, 2008.

I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum: Inggris-Indonesia, cet. III, Jakarta: Sinar

Grafika, 2003.

Ismanto, Ign, dkk, Pemilihan Presiden Secara Langsung 2004: Dokumentasi,

Analisis, dan Kritik, Yogyakarta: Galang Press Group, 2004.

Ivenie Dewintari S dan Alvina Tria Febianda, Kamus Istilah Penting Modern, cet. I,

Jakarta: Aprindo, 2003.

Janis, Binilang Bawatanusa , Wapres: Pendamping atau Pesaing? : Peranan Wakil

Presiden dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Jakarta: Bhuana

Ilmu Populer, 2008.

Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, Hukum Lembaga Kepresidenan Indonesia, cet. I,

Bandung: PT. Alumni, 2010.

Kelsen, Hans, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Penerjemah: Raisul

Muttaqien, cet. IV, Bandung: Nusa Media, 2009.

Keraf, A. Sonny , Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: Kompas, 2010.

Page 95: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

84

Liddle, R. William, Partisipasi dan Partai Politik, Penerjemah: Tim Penerjemah

Pustaka Utama Garfiti, cet. I, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1992.

Lubis, H. Nur Ahmad Fadhil, “The States Legal Policy and The Develoment of

Islamic Law in Indonesian’s New Order”, dalam Arskal Salim dan Azyumardi

Azra, ed., Shari’a and Politics in Modern Indonesia, Singapore: Institute of

South Asian Studies (ISEAS), 2003.

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24

Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi, cet. X, Jakarta: Sekretariat

Jendral Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2006.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, cet.VII, Jakarta: Kencana, 2011.

Merkl, Peter H., Continuity and Change, New York: Harper and Row, 1967.

Mujani, Saiful, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik

di Indonesia Pasca Orde Baru, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007.

Musa, Ali Masykur , Sistem Pemilu: Proporsional Terbuka Setengah Hati, Jakarta:

Pustaka Indonesia Satu (PIS) kerja sama Parliamentary Support and Public

Participation, 2003.

Pranowo, M. Bambang, ed., Multi Dimensi Ketahanan Nasional, cet. I, Jakarta:

Pustaka Alvabet, 2010.

Prodjodikoro, Wirjono, Asas-asas Ilmu Negara dan Politik, Bandung: Eresco, 1971.

P.S. Atiyah, Law and Modern Society, Oxford: Oxford University Press, 1995.

Page 96: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

85

Riewanto, August, ed., Ensiklopedi Pemilu: Analisis Kritis Intropektif Pemilu 2004

Menuju Agenda Pemilu 2009, cet. I, Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan

Budaya (el-SAB) bekerjasama dengan Fajar Pustaka, 2007.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas

Indonesia (UI Press), 1986.

Sopyan, H. Yayan, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: t.p, 2010.

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2003.

Susanti, Bivitri, dkk, Semua Harus Terwakili: Studi Mengenai Reposisi MPR, DPR,

dan Lembaga Kepresidenan di Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum &

Kebijakan Indonesia (PSHK), 2000.

Suseno, Franz Magnis, Etika Politik Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan

Modern, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Syahuri, Taufiqurrohman, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011.

T.A. Legowo, dkk., Lembaga Perwakilan Rakyat di Indonesia: Studi dan Analisis

Sebelum dan Setelah Perubahan UUD 1945(Kritik, Masalah dan Solusi),

Jakarta: FORMAPPI, 2005.

Thontowi, Jawahir, Islam, Politik, dan Hukum: Esai-esai Ilmiah untuk Pembaharuan,

cet. I, Yogyakarta: Madyan Press, 2002.

Page 97: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar

86

Yara, Muchyar, Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia (Suatu

Tinjauan Sejarah Hukum Tata Negara), cet. I, Jakarta: Nadhilah Ceria

Indonesia, 1995.

Yuda A. R., Hanta, Presidensialisme Setengah Hati: dari Dilema ke Kompromi,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan

Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Artikel dan Website:

Shanti Dwi Kartika, “Presidential Threshold dalam Revisi UU Pilpres”, jurnal

diakses pada tanggal 11 Desember 2013 dari

http://berkas.dpr.go.id/pengkajian/files/info_singkat/Info%20Singkat-V-14-II-

P3DI-Juli-2013-41.pdf.

Page 98: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 99: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 100: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 101: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 102: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 103: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 104: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 105: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 106: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 107: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 108: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 109: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 110: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 111: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 112: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 113: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 114: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 115: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 116: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 117: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 118: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 119: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 120: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 121: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar
Page 122: PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24966/1/AHMAD... · Dasar, (c) Perubahan dalam arti pembaruan Undang-Undang Dasar