pengukuran kesenjangan digital di dinas …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfdinas...

99
PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN KABUPATEN TAPANULI SELATAN TESIS Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Chief Information Officer Oleh: SYARIF HIDAYATULLAH NIM. 1108470 PROGRAM MAGISTER CHIEF INFORMATION OFFICER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

Upload: others

Post on 24-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN

KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TESIS

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Chief Information Officer

Oleh: SYARIF HIDAYATULLAH

NIM. 1108470

PROGRAM MAGISTER CHIEF INFORMATION OFFICER FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

Page 2: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

iii

Measurement of Digital Divide in the Plantation and Animal Husbandry Unit of Tapanuli Selatan Regency

ABSTRACT

The rapid progress of informational technology and its potential advantages at the time give the chance of information to be accessed, mined, and used in a huge volume in a fast and accurate way. Incapability in adapting to the information technology advancement can create a digital divide for Indonesia.

The objective of the research is to attain information about the level of digital divide occurring among the public servants (human resources) and the situation of digital divide among the human resources and then compiling strategies to reduce the digital divide among the human resources in government sector. The research is conducted in the Plantation and Animal Husbandry Unit of Tapanuli Selatan Regency. The output of the research is expected to be attributable to disseminating Information and Communication Technology (ICT) in Indonesia. In addition, efforts to reducing the digital divide proposed can help maximize the implementation of e-government program particularly in terms of human resources. It is a description research by applying a quantitative approach, which involves 43 respondents. The research instrument applied refer indicators SIBIS GPS (2002) which is adapted to the scope of research, namely individuals or human resources.

The output of the digital divide (ICT access divide and ICT skills divide) measurement shows the level of digital divide among the human resources approaches a medium digital divide. Meanwhile, the conditions of digital divide according to age, income, and education group give a significant account to the degree of digital divide among the human resources. On the other hand, sex shows less significance to it. According to this study, for the digital divide to be reduced in the Plantation and Animal Husbandry Unit of Tapanuli Selatan Regency, it is highly recommended to reduce the digital divide, in line with implementation of e-government program, by applying strategies comprising of two steps, namely giving motivation in using ICT and providing ICT training for the decision makers and public servants.

Key words: digital divide, human resources, ICT, e-government, SIBIS GPS

Page 3: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

iii

ABSTRAK

Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat saat ini serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi informasi akan membawa Indonesia ke dalam jurang kesenjangan digital (digital divide).

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan informasi mengenai tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar Sumber Daya Manusia (SDM) dan kondisi kesenjangan digital yang terjadi antar SDM, kemudian menyusun strategi untuk mengurangi kesenjangan digital antar SDM dalam pemerintahan. Penelitian ini dilakukan di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pemerataan TIK di Indonesia. Selanjutnya upaya pengurangan kesenjangan digital yang diusulkan dapat membantu memaksimalkan penerapan e-government terutama dari sisi SDM. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 43 orang. Instrumen penelitian yang dibuat mengacu pada indikator SIBIS GPS (2002) dengan modifikasi sesuai dengan lingkup penelitian yaitu individu atau SDM.

Hasil dari pengukuran kesenjangan digital yang telah dilakukan dalam penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesenjangan digital (kesenjangan akses TIK dan kesenjangan kemampuan TIK) antar SDM berada pada kategori sedang, sementara kondisi kesenjangan digital berdasarkan faktor kelompok usia, penghasilan, pendidikan pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat kesenjangan digital antar SDM, sementara jenis kelamin tidak cukup signifikan memberikan pengaruh terhadap tingkat kesenjangan digital. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka untuk mengurangi kesenjangan digital antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan diusulkan strategi pengurangan kesenjangan digital bagi pegawai pemerintah sejalan dengan penerapan e-government yang terdiri dari dua bagian yaitu pemberian motivasi dalam menggunakan TIK dan pelatihan TIK terhadap pembuat keputusan dan pegawai. Kata-Kata Kunci: Kesenjangan Digital, SDM, e-government, SIBIS GPS

Page 4: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

iv

PERSETUJUAN AKHIR TESIS

Mahasiswa : Syarif Hidayatullah

NIM : 1108470

Program Studi : Magister (S2) CIO

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ganefri, M.Pd, Ph.D Dr. M. Giatman, MSIE NIP. 19631217 198903 1 003 NIP.

PENGESAHAN Dekan Fakultas Teknik Ketua Pascasarjana FT, Universitas Negeri Padang Drs. Ganefri, M.Pd, Ph.D Prof. Dr. Nizwardi Jalinus, M.Ed NIP. 19631217 198903 1 003 NIP. 19520822 197710 1 001

Page 5: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

v

PERSETUJUAN KOMISI UJIAN TESIS MAGISTER CHIEF INFORMATION OFFICER

Dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis Program Magister Chief Information Officer (CIO)

Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Tanggal : 10 April 2013

No. Nama Tanda Tangan

1 Drs. Ganefri, M.Pd, Ph.D (Ketua/Pembimbing I/Penguji)

2 Dr. M. Giatman, MSIE (Sekretaris/Pembimbing II/Penguji)

3 Drs. Syahril ST, M.Eng, Ph.D (Anggota)

4 Muhammad Adri, S.Pd, MT (Anggota)

5 Donny Novaliendry, M.Kom

(Anggota)

Padang, 10 April 2013 Program Magister Chief Information Officer (CIO)

Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang Ketua,

Dr. Fahmi Rizal, M.Pd, MT NIP. 19591204 198503 1 004

Page 6: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, tesis dengan judul “Pengukuran Kesenjangan Digital Di

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli

dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di

Universitas Negeri Padang maupun di Perguruan Tinggi lainnya;

2. Karya tulis ini murni dari gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa

bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing;

3. Di dalam tulisan ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis

atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan

dicantumka pada daftar pustaka;

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini maka saya

bersedia menerima sanksi akademik, berupa pencabutan gelar yang telah saya

peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan

ketentuan hukum yang berlaku.

Padang, Maret 2013

Saya yang menyatakan,

Syarif Hidayatullah NIM. 1108470

Page 7: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Dalam penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada: 1. Kementerian Komunikasi dan Informatika khususnya Badan Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia yang telah memberikan biaya pendidikan sampai selesainya penulisan tesis ini;

2. Drs. Ganefri, M.Pd, Ph.D dan Dr. M. Giatman, MSIE selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu penulis dalam memberikan arahan dan dukungan sehingga penelitian tesis ini dapat diselesaikan;

3. Drs. Syahril ST, M.Eng, Ph.D, Muhammad Adri, S.Pd, MT dan Donny Novaliendry, M.Kom selaku Kontributor, Penguji I dan Penguji II yang memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan tesis ini;

4. Kepala Dinas Pekebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan beserta seluruh staf dan jajarannya yang membantu serta bersedia menjadi responden penelitian ini;

5. Ayahanda Guru Mursyid Thariqat Naqsyabandiyah Yayasan Jabal Qubis Tanjung Morawa Medan “ Saidi Ghazali An-Naqsyabandi” atas bimbingan Ruhaniyahnya;

6. Bapak (Alm.), Ibu, Mertua, Istri tercinta Devi Irahmadani Gianta, SH dan putriku tersayang Naura Assyifa Syarif serta seluruh keluarga dan teman-teman mahasiswa Program Magister Chief Information Officer (CIO) Angkatan 2011 yang telah berpartisipasi memberikan bantuan baik moril maupun materil, dan doanya kepada penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

Peneliti berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan ke depan.

Padang, April 2013

Peneliti

Page 8: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

ABSTRACT ......................................................................................................... ii

ABSTRAK .......................................................................................................... iii

PERSETUJUAN AKHIR TESIS ........................................................................ iv

PERSETUJUAN KOMISI .................................................................................. v

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 8

C. Pembatasan Masalah .................................................................... 9

D. Perumusan Masalah .................................................................... 10

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10

F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ................................................................................ 12

1. Definisi Kesenjangan Digital ................................................. 12

2. Konsep Kesenjangan Digital ................................................. 14

Page 9: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

x

3. Kesenjangan Digital di Indonesia ....................................... 18

4. Penyebab Terjadinya Kesenjangan Digital ........................... 25

5. Digital Divide dan Kaitannya dengan e-Government ............ 27

6. E-Government ....................................................................... 29

7. Definisi Digital Immigrant dan Digital Natives ................... 35

8. Teknologi Informasi dan Komunikasi ................................... 39

9. Metode Pengukuran Kesenjangan Digital ............................. 41

10. Profil Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapsel .......... 46

B. Kajian Penelitian Yang Relevan ................................................. 53

C. Kerangka Konseptual ................................................................. 55

D. Pertanyaan Penelitian ................................................................. 56

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................... 57

B. Definisi Operasional ................................................................... 58

C. Populasi dan Sampel ................................................................... 58

D. Pengembangan Instrumen .......................................................... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 61

F. Teknik Analisis Data .................................................................. 62

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ............................................................................ 67

B. Jawaban Pertanyaan Penelitian ................................................... 77

C. Pembahasan ................................................................................ 85

1. Tingkat Kesenjangan Digital dari Aspek Akses TIK .......... 85

2. Tingkat Kesenjangan Digital dari Aspek Kemampuan TIK 89

Page 10: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

xi

3. Tingkat Kesenjangan Digital dari Aspek Demographic ..... 90

4. Strategi Pengurangan Kesenjangan Digital ......................... 95

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................... 102

B. Implikasi ................................................................................... 103

C. Saran ......................................................................................... 104

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN

Page 11: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi SDM Berdasarkan Latar Pendidikan ........................................ 6

2. Telekomunikasi dan Broadband di Asia ....................................................... 20

3. Kelompok Beresiko yang menjadi fokus DIDIX ..................................... 42

4. Perbandingan Metode Pengukuran DIDIX dan SIBIS ............................. 45

5. Data Teknologi yang ada saat ini .............................................................. 50

6. Strategi dan Program Kerja ....................................................................... 52

7. Distribusi Sampel ...................................................................................... 59

8. Instrumen Pengukuran Kesenjangan Digital ............................................ 60

9. Ringkasan Uji Validitas Kuisioner ........................................................... 66

10. Ringkasan Uji Reliabilitas Kuisioner ........................................................ 67

11. Data Penggunaan Komputer ..................................................................... 68

12. Data Kepemilikan Komputer .................................................................... 70

13. Data Penggunaan Internet ......................................................................... 72

14. Data Kepemilikan Akses Internet di Rumah ............................................ 74

15. Data Kemampuan TIK .............................................................................. 76

16. Data Kesenjangan Akses TIK .................................................................. 78

17. Data Kesenjangan Kemampuan TIK ........................................................ 81

18. Kurikulum Pelatihan untuk Pembuat Keputusan ..................................... 98

19. Kurikulum Pelatihan untuk Pegawai tidak Memiliki kemampuan TIK . 100

20. Kurikulum Pelatihan untuk Pegawai Memiliki Kemmpuan TIK ........... 100

Page 12: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Konsep E-Government ............................................................................... 32

2. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................................ 55

3. Diagram Indeks Kesenjangan Digital……................................................83

Page 13: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kesenjangan Digital ................................ 109

2. Frekuensi Data Kesenjangan Digital ....................................................... 112

3. Tabulasi Data Hasil Penelitian ................................................................ 115

4. Data Penggunaan Komputer ................................................................... 116

5. Data Kepemilikan Komputer .................................................................. 117

6. Data Penggunaan Internet ....................................................................... 118

7. Data Kepemilikan Akses Internet di Rumah .......................................... 119

8. Data Kemampuan TIK ............................................................................ 120

9. Kuisioner Penelitian ................................................................................ 121

Page 14: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu sektor industri yang sedang berkembang pesat saat ini adalah

sektor industri di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Berbagai

bidang kehidupan masyarakat di Indonesia mulai terkena dampak global di

bidang kemajuan teknologi terkini. Tidak bisa dipungkiri jika setiap individu

mulai berlomba untuk mendapatkan akses yang murah, cepat, dan efisien.

Hal di atas didukung dengan harga komputer, laptop, handphone kaya

fitur, modem internet, serta layanan internet semakin murah di tengah kondisi

masyarakat yang haus akan teknologi. Teknologi informasi dan

telekomunikasi, keduanya saling mendukung dan melengkapi untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini. Namun, kondisi ini

memunculkan masalah baru ditingkat pemerataan penggunaan layanan

teknologi informasi dan komunikasi yang adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Euforia penggunaan layanan tersebut masih dirasakan hanya di sebagian

penjuru kota-kota besar di Indonesia, hal inilah yang sebenarnya

memunculkan istilah kesenjangan digital (Sembiring, 2011).

Kesenjangan digital mengacu pada kesenjangan atau jurang yang

menganga di antara mereka yang dapat mengakses teknologi informasi (TI)

dan mereka yang tidak dapat melakukannya. Kesenjangan digital bisa berupa

kesenjangan yang bersifat fisik (tidak mempunyai akses terhadap komputer

dan perangkat TI lain) atau kesenjangan yang bersifat kemampuan dalam

menggunakan TIK yang diperlukan untuk dapat berperan serta sebagai warga

digital (Choi, 2004). Jika pembagian mengarah ke kelompok, maka

kesenjangan digital dapat dikaitkan dengan perbedaan sosial-ekonomi,

generasi, atau geografis (Chen dan Wellman, 2003). Sejalan dengan

berkembangnya dan makin tidak terpisahkannya internet dengan TI, maka

kesenjangan digital mencakup juga ketakseimbangan akses terhadap dunia

maya. Jadi, kesenjangan digital sebenarnya mencerminkan beragam

Page 15: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

2

kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan

pemanfaatannya dalam suatu negara dan/atau antar Negara. Kesenjangan

digital menjadi perhatian penting di berbagai negara untuk mewujudkan

pemerataan pembangunan di bidang teknologi informasi, salah satunya yaitu

di Indonesia.

Kondisi kesenjangan digital di Indonesia digambarkan oleh data yang

dilaporkan UNDP (United Nations Development Programme) dalam

Himpunan Hasil Penelitian Kementerian Komunikasi dan Informatika Badan

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) tahun 2005-

2008, dimana Indonesia pada tahun 2005 berada pada posisi 51 dari 104

negara dalam indeks kesiapan jaringan (Network Readiness Index) dan berada

pada urutan 110 dari 177 Negara dalam hal Indeks Kualitas SDM (Human

Development Index) yang jauh lebih rendah dibandingkan Negara Malaysia

(rangking 61). Fakta lain yang menunjukkan Indonesia masih mengalami

kesenjangan digital adalah data pada tahun 2010, dimana Indonesia berada

pada peringkat 65 dengan skor 3.60 dari skala 10 untuk indikator kemampuan

memanfaatkan TIK dalam pembangunan ekonomi (The Economist

Intelligence Unit, 2010), sementara data dari Internet World Stats (2011),

menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia sebesar 55 juta jiwa

dengan persen penetrasi 22,4% dari populasi penduduk Indonesia yang

hampir 250 juta jiwa.

Masalah kesenjangan digital di Indonesia sebenarnya banyak dihadapi

oleh masyarakat yang hidup di daerah terpencil dengan di perkotaan.

Indonesia merupakan negara yang memiliki beribu-ribu pulau yang

menyulitkan penyebaran informasi dengan cepat. Padahal, pada saat ini

informasi merupakan salah satu aset yang memiliki peranan penting dalam

seluruh sendi kehidupan (Faruqi, 2007).

Masalah di atas diperkuat oleh Sembiring (2011) yang menyatakan

bahwa, Indonesia masih menghadapi kesenjangan digital antara pusat dan

daerah. Selain itu, saat ini layanan informasi di Indonesia juga masih lemah

dan minimnya informasi yang bersifat edukatif dengan banyaknya tayangan

Page 16: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

3

yang belum mencerdaskan. Menurut beliau, persoalan teknologi informasi

yang dihadapi bangsa Indonesia berbeda dengan negara lain, terutama terkait

kondisi geografis negeri ini yang berupa kepulauan. Kondisi itu menyebabkan

akses informasi belum mampu menjangkau seluruh wilayah kepulauan.

Padahal seharusnya TIK dapat memberikan peranannya, yaitu menghilangkan

penghalang geografis dan mendukung pemerataan pembangunan di setiap

daerah. Apabila Indonesia tidak memiliki perhatian khusus terhadap TIK,

Indonesia akan tertinggal dibandingkan negara-negara lain (Faruqi, 2007).

Salah satu program pemerintah dalam mendorong bangsa Indonesia

menuju masyarakat informasi sebagai upaya megurangi kesenjangan digital

adalah dengan mengembangkan e-Government yaitu penyelenggaraan

pelayanan publik berbasis elektronik, dalam rangka meningkatkan kualitas

layanan publik secara efektif dan efisien (Inpres, 2003). Penerapan

e-Government akan membantu pemerintah dapat mengoptimasikan

pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat

organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses

kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu

untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang

harus disediakan kepada masyarakat. Beberapa bentuk penerapan

e-Government yang ada di Indonesia saat ini masih berupa layanan informasi

melalui situs web, antara lain situs pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan

departemen pemerintah (Departemen Dalam Negeri, 2007).

Pemerintahan Daerah Kab. Tapanuli Selatan sebagai salah satu

pemerintahan daerah di Indonesia. memiliki peluang yang cukup besar dalam

pembangunan, namun walapun demikian didalam perspektif pembangunan

masih sangat memerlukan upaya-upaya yang signifikan untuk mengakselerasi

laju pembangunan dan pelayanan publik TIK. Pelayanan publik berbasis TIK

di Pemerintahan Daerah Kab. Tapanuli Selatan sudah mulai dicanangkan

pada tahun 2006 dengan diawali pembangunan tower untuk jaringan internet,

pemasangan jaringan LAN di semua instansi di Kab. Tapanuli Selatan,

namun dalam prosesnya terkendala oleh infrastruktur dan SDM yang ada.

Page 17: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

4

Dalam pembangunan infrastruktur banyak kendala yang dihadapi

terutama dari keadaan geografis Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada

pada 0o58’35’ sampai dengan 2o7’33’ Lintang Utara dan 98o42’50’ sampai

dengan 99o34’16’ Bujur Timur dengan Luas Daerah 433.470 Ha terdiri dari

14 Kecamatan, 219 Desa/Kelurahan dan dikelilingi oleh bukit-bukit atau

lebih dikenal dengan sebutan Bukit Barisan, yang mempersulit

pembangunan infrastruktur jaringan (Dishubkominfo Kab. Tapsel, 2012).

Faktor lain yang menyebabkan terkendalanya e-Government di

Kabupaten Tapanuli Selatan adalah minimnya SDM di pemerintahan

Kabupaten Tapanuli Selatan yang memiliki latar belakang pendidikan TIK,

yaitu hanya berjumlah 26 orang (BKD Kab. Tapanuli Selatan, 2012).

Ketersediaan SDM yang dimiliki Kabupaten Tapanuli Selatan juga

berpengaruh besar terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh

pejabat pemerintah dan berakibat pula terhadap tidak berjalannya e-

Government di Pemerintahan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, seperti

contoh: Pusat Data Elektronik (PDE) ditiadakan, Dinas Pertanian,

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan pada tahun 2011 dipecah

menjadi Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Tapanuli

Selatan dan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan (Perda

No. 13 Tahun 2010).

Padahal Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli

Selatan sebagai salah satu instansi yang melakukan pembinaan terhadap

petani dan yang diharapkan mampu mengurangi kesenjangan akses informasi

di sektor agribisnis antara petani on farm dan pedagang besar, karena pada

umumnya petani on farm paling menderita dengan margin keuntungan paling

kecil, keuntungan paling besar dinikmati oleh pedagang besar yang pada

umumnya bukan petani karena mampu mengakses informasi secara cepat,

sehingga setiap perubahan yang terjadi dapat segera direspon (Renstra

Pusdatin Pertanian 2006-2009).

Page 18: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

5

Kebijakan ini menyebabkan harus dibaginya SDM yang tersedia dan

berhentinya pelayanan publik dalam memfasilitasi para pelaku agribisnis

pada posisi tawar yang sama melalui pemanfaatan sistem informasi yang

mudah diakses oleh para pelaku agrobisnis khususnya di sektor perkebunan

dan peternakan dikarenakan SDM yang bertanggung jawab dalam pelayanan

tersebut di pertahankan di Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kab. Tapanuli Selatan sebagai Dinas yang berkuasa penuh membagi SDM

yang ada. Dari hasil observasi yang dilakukan penulis, jumlah pegawai Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan tercatat sebanyak 43

orang, dengan latar belakang pendidikan seperti pada Tabel 1 (satu) berikut

ini:

Tabel 1. Komposisi SDM Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

No. Komposisi SDM berdasarkan Latar Belakang Pendidikan

Jumlah (Orang)

1 S1 Pertanian 14 2 S1 Peternakan 8 3 S1 Ekonomi 2 4 S1 Sosial Politik 3 5 Dokter Hewan 2 6 SLTA/SMA 14

Sumber: Renstra Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan, Tahun 2011

Berdasarkan komposisi SDM di atas tidak ada satupun SDM yang

memiliki latar belakang pendidikan TIK dan semenjak Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berpisah dengan Dinas Pertanian, Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kab. Tapanuli Selatan pada awal tahun 2011 tidak ada

perkembangan TIK yang signifikan baik dari sisi infrastruktur maupuan

kualitas SDM dalam penguasaan TIK hingga saat ini. Hal ini dibuktikan oleh

informasi yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan

pejabat berwenang di Dinas Perkebunan peternakan Kab. Tapanuli Selatan

dengan data perkembangan TIK seperti terlampir pada tabel berikut ini:

Page 19: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

6

Tabel 2. Perkembangan Infrastrukur TIK

Perkembangan TIK 2011 2012 s/d Saat Ini Infrastruktur PC 1 Unit 4 Unit Laptop 1 Unit 6 Unit Internet Tidak Ada Langganan Speedy Kebijakan TIK Pembentukan tim khusus menangani, membangun dan mengembangkan TIK

Tidak ada Tidak ada

Pelatihan TIK Kepada SDM Pengoperasian Komputer Tidak ada Tidak ada Kemampuan Dasar TIK Tidak ada Tidak ada

Kondisi perkembangan TIK yang tidak signifikan seperti yang

ditampilkan pada tabel 2 (dua) di atas, terutama dengan tidak adanya kebijakan

TIK berhubungan erat dengan tidak pelatihan TIK kepada SDM yang tersedia,

hal ini menyebabkan kemampuan TIK yang bervariasi antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan. Kemampuan TIK yang

bervariasi dapat didefenisikan yaitu: ada yang sudah biasa menggunakan

komputer tetapi ada pula yang belum biasa, ada yang sudah pernah mengakses

internet dan ada pula yang belum. Kemampuan TIK yang bervariasi ini dapat

menyebabkan terjadinya kesenjangan digital dipegawai pemerintah dalam

penguasaan TIK (Windasari, 2009).

Kesenjangan digital antar SDM yang diakibatkan kemampuan TIK

yang bervariasi ini, menjadi salah satu hambatan pencapaian pelaksanaan

fungsi Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dalam

pelayanan publik di sektor perkebunan dan peternakan berbasis TIK antara

lain: penyelenggaraan dan pengawasan proses pemberian perizinan dan

pelaksanaan pelayanan umum, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk

melalui promosi publik, pelayanan publik dalam memfasilitasi para pelaku

agribisnis pada posisi tawar yang sama melalui pemanfaatan sistem informasi

yang mudah diakses oleh para pelaku agrobisnis dan pelayanan informasi

statistik perkebunan dan peternakan berbasis teknologi informasi (Renstra

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan, 2011).

Page 20: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

7

.Berdasarkan pemamparan di atas, SDM menjadi salah satu hambatan

pencapaian pelaksanaan fungsi Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab.

Tapanuli Selatan dalam pelayanan publik TIK (e-Government) di sektor

perkebunan dan peternakan, maka dirasa perlu mengukur tingkat kesenjangan

digital antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli

Selatan yang diukur dari aspek kesenjangan akses TIK (indikator: penggunaan

komputer, kepemilikan komputer, penggunaan internet dan kepemilikan akses

internet di rumah), dari aspek kesenjangan kemampuan TIK yang

dikelompokkan berdasarkan aspek demoghrapic (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan penghasilan). Pengukuran dilakukan dengan penyebaran

kuesioner berupa pertanyaan tertutup (Ya atau Tidak) untuk dapat diukur

tingkat kesenjangan digital antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan

Kab. Tapanuli Selatan berdasarkan frekuensi jawaban responden. Dari hasil

pengukuran ini kemudian disusun strategi yang dapat menjadi bahan rujukan

dalam upaya pengurangan kesenjangan digital antar SDM dalam pemerintahan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat

berbagai permasalahan berkaitan dengan penyebab terjadinya kesenjangan

digital di Pemerintahan Daerah Kab. Tapanuli Selatan, permasalahan tersebut

antara lain:

1. Dalam pembangunan infrastruktur, kendala yang dihadapi terutama dari

keadaan geografis Kabupaten Tapanuli Selatan yang dikelilingi oleh bukit-

bukit atau lebih dikenal dengan sebutan Bukit Barisan, yang mempersulit

pembangunan infrastruktur jaringan di Kabupaten Tapanuli Selatan;

2. Minimnya SDM yang berlatar belakang TIK berpengaruh terhadap

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintah dan

berakibat pula terhadap tidak berjalannya e-Government di Pemerintahan

Daerah Kab. Tapanuli Selatan;

3. Ketersediaan komputer yang kurang dan tidak adanya kebijakan dari

pembuat keputusan dalam upaya pemerataan kemampuan TIK seperti

Page 21: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

8

pelaksanaan pelatihan TIK kepada SDM menyebabkan kemampuan TIK

yang dimiliki SDM bervariasi;

4. Kesenjangan digital antar SDM yang diakibatkan kemampuan TIK yang

bervariasi, menjadi salah satu hambatan pencapaian pelaksanaan fungsi

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dalam pelayanan

publik di sektor perkebunan dan peternakan berbasis TIK.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, permasalahan penelitian

ini hanya membatasi masalah berikut:

1. Lokasi penelitian di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli

Selatan;

2. Satuan penelitian adalah individu atau SDM yaitu Pegawai Negeri Sipil;

3. Kesenjangan digital antar SDM diukur dari aspek kesenjangan akses TIK

(penggunaan komputer, kepemilikan komputer, penggunaan internet,

kepemilikan akses internet di rumah), dari aspek kesenjangan kemampuan

TIK dan aspek demoghrapic (usia, jenis kelamin, pendidikan,

penghasilan).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah utama dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dilihat dari aspek

kesenjangan akses TIK (kepemilikan komputer, penggunaan komputer,

penggunaan internet dan kepemilikan akses internet di rumah)?

2. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dilihat dari aspek

kesenjangan kemampuan TIK?

3. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dilihat dari aspek

demographic (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan penghasilan)?

Page 22: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

9

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan informasi mengenai tingkat kesenjangan digital yang terjadi

antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan

yang dilihat dari aspek kesenjangan akses TIK (kepemilikan komputer,

penggunaan komputer, penggunaan internet dan kepemilikan akses

internet di rumah);

2. Mendapatkan informasi mengenai tingkat kesenjangan digital yang terjadi

antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan

yang dilihat dari aspek kesenjangan kemampuan TIK;

3. Mendapatkan informasi mengenai tingkat kesenjangan digital yang terjadi

antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan

yang dilihat dari aspek faktor demographic (umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan penghasilan).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian secara teoritis dan

praktis dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah, dapat dijadikan indikator status kesenjangan digital antar

SDM di Dinas lain yang memiliki kondisi yang sama dengan Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan;

2. Menjadi bahan evaluasi kemampuan PNS dalam penguasaan TIK saat ini,

sehingga timbul upaya untuk pemerataan TIK di pemerintahan dan Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan secara khusus;

3. Strategi pengurangan kesenjangan digital yang disusun dapat dijadikan

bahan rujukan dalam penyusunan strategi pengurangan kesenjangan digital

di Pemerintahan Kab. Tapanuli Selatan;

4. Bagi Peneliti lain, menjadi bahan rujukan untuk meneliti tingkat

kesenjangan digital yang diakibatkan faktor faktor lain yang tidak dibahas

dalam penelitian ini.

Page 23: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Definisi Kesenjangan Digital

Istilah kesenjangan digital dikemukakan oleh Fong dkk. (2001)

sebagai kesenjangan akses komputer dan internet antara pria dan wanita,

antara orang dengan status sosial ekonomi yang berbeda (pendidikan,

pendapatan, pekerjaan, kekayaan), antara orang dengan usia yang

berbeda, dan antar area atau daerah. Istilah ini mulai populer pada

pertengahan tahun 1990-an seiring dengan mulai berkembangnya Internet.

Kesenjangan Digital juga didefinisikan sebagai perbedaan akses

terhadap TIK, namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai

mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya

merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap

TIK dengan yang tidak, namun juga merupakan kesenjangan antara

mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk

menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk

menggunakannya (Hargittai, 2003; Dewan dkk, 2005).

Menurut OECD (2001), kesenjangan penguasaan teknologi

informasi (digital divides) didefinisikan sebagai berikut "... the gap

between individuals, households, businesses and geographic areas at

different socio-economic levels with regard both to their opportunities to

access information and communication technologies (ITs) and to their use

of the Internet for a wide variety of activities". Berdasarkan definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan digital merupakan

kesenjangan antara individu, rumah tangga, bisnis, kelompok masyarakat

dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal

kesempatan atas akses dan penggunaan TIK.

Page 24: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

11

Menurut Inpres No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan e-Government, disebutkan bahwa kesenjangan

digital, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu

memanfaatkan informasi.

Sementara menurut Donny (2012), Istilah "digital divide" terbentuk

untuk menggambarkan kesenjangan dalam memahami, kemampuan, dan

akses teknologi, sehingga muncul istilah “the have” sebagai

pemilik/pengguna teknologi dan “the have not” yang berarti sebaliknya.

Berdasarkan beberapa definisi kesenjangan digital di atas, maka

penulis mendefinisikan kesenjangan digital sebagai sebuah gap antara

seseorang, sekelompok, masyarakat, dalam hal memperoleh akses maupun

kemampuan menggunakan TIK yang disebabkan beberapa faktor baik

demografis, geografis, infrastruktur, dan rendahnya konten berbahasa

Indonesia yang menyebabkan kesenjangan antara mereka yang mendapat

keuntungan dari teknologi dan mereka yang tidak mendapatkannya.

2. Konsep Kesenjangan Digital

Teknologi komputer, telekomunikasi diperkirakan dapat

meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun peningkatan kualitas ini

baru dapat dimanfaatkan oleh sebagian orang saja, sehingga muncul jarak

atau kesenjangan di antara mereka yang memiliki kemampuan (skill) dan

pengetahuan mengenai komputer dan akses kepada teknologinya dan

dengan mereka yang tidak memilikinya. Hal inilah yang disebut sebagai

kesenjangan digital (Windasari, 2009).

Dalam kesenjangan digital, terdapat tiga aspek utama yang saling

berhubungan dan merupakan fokus yang perlu diperhatikan, sebagai

berikut (Camacho, 2005):

a. Akses/infrastruktur (access/infrastructure): Perbedaan antar individu

yang memiliki infrastruktur TIK dan memperoleh akses dengan yang

tidak, sehingga menyebabkan perbedaan distribusi informasi;

Page 25: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

12

b. Upaya Pencapaian Kemampuan (skill & training) TIK : Perbedaan

antar individu yang memiliki upaya pencapaian kemampuan TIK yang

dibutuhkan untuk dapat memanfaatkan akses dan infrastruktur TIK

dengan yang tidak memiliki upaya sama sekali;

c. Pemanfaatan isi informasi (content/resource): Perbedaan antar individu

dalam memanfaatkan informasi yang tersedia setelah seseorang dapat

mengakses dan menggunakan teknologi tersebut sesuai dengan

kebutuhannya.

Chen dan Wellman (2003) menyatakan bahwa, konsep kesenjangan

digital adalah kesenjangan dari faktor pengaksesan dan penggunaan

internet, yang dibedakan oleh status sosial ekonomi, jenis kelamin,

tingkat hidup, etnik, dan lokasi geografi.

Konsep di atas didukung oleh Choi (2004) yang menyatakan bahwa,

kesenjangan digital tidak hanya berbicara mengenai kesenjangan akses

tehadap TIK namun juga kesenjangan kemampuan dalam menggunakan

TIK. Baik akses maupun penggunaan internet, seperti halnya TIK,

keduanya adalah tidak mungkin dilepaskan dari kemampuan dan

kecakapan yang dimiliki oleh individu.

a. Kesenjangan Akses TIK

Akses dan kepemilikan terhadap TIK adalah tolak ukur digital

divide dan telah menjadi salah satu indikator pembangunan di samping

indikator lainnya seperti kualitas dan realibilitas energi, edukasi, dan

kesempatan kerja (Gelder, 2006). Namun ketika permasalahan akses

dan kepemilikan teratasi, masalah kesenjangan kemampuan dalam

menggunakan TIK tersebut akan mencuat dipermukaan menjadi

masalah yang baru (Van Dijk, 2000).

Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)

dan Departemen Dalam Negeri yang kemudian digunakan oleh Ditjen

Pos dan Telekomunikasi, diperkirakan masih terdapat 43.000 desa dari

total 67.000 desa di seluruh Indonesia, masih belum memiliki fasilitas

Page 26: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

13

akses telekomunikasi (Satriya, 2004). Selain itu, Moejiono (2007)

memaparkan bahwa, penduduk Indonesia dimana 80%-nya berada di

pedesaan, tetapi teledensitas akses jaringan telekomunikasi (penetrasi

per 100 penduduk) baru sekitar 0,2%, yang berarti masih sangat rendah.

Sementara itu, teledensitas akses jaringan telekomunikasi perkotaan

memiliki kecukupan teledensitas yaitu sebesar 11%, di mana wilayah

metropolis memiliki teledensitas sebesar 25%.

Dalam SIBIS GPS (General Population Survey) tahun 2002,

kesenjangan akses TIK meliputi kesenjangan terhadap kepemilikan dan

penggunaan TIK, dapat diukur dengan melihat indikator penggunaan

komputer, penggunaan internet, penggunaan mobile phone, kepemilikan

komputer, kepemilikan akses internet di rumah dan frekuensi

penggunaan internet dan komputer.

b. Kesenjangan Kemampuan TIK

Pada dasarnya penyebab kesenjangan digital ini tidak jauh dari

adanya eksklusifitas sosial ekonomi yang bersumber pada adanya

masalah struktur. Tidak ada jaminan saat bantuan telah diberikan maka

setiap SDM di negara tersebut dapat memanfaatkannya, misalnya

perbedaan antara unskilled dan skilled labor dimana ketika TIK

diadopsi suatu negara maka labor dalam negara tersebut dituntut untuk

melakukan upskill (Parayil, 2005). Bahkan ketika, misalnya, jumlah

komputer dan akses internet diperbesar maka tidak serta merta

kemampuan untuk memanfaatkannya meningkat, terlebih jika

memahami dengan benar bahwa untuk survive dalam masyarakat

informasi, diperlukan bukan saja kemampuan untuk mengoperasikan

komputer dan koneksi jaringan, namun juga kemampuan untuk

mencari, memilih, dan memproses informasi dari sumber informasi

yang begitu berlimpah (Van Dijk, 2000).

Page 27: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

14

Indrajit (2005) mendefinisikan kemampuan TIK sebagai

kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk

memahami dan menggunakan teknologi sebagai alat untuk

mempermudah mencapai tujuan. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa upaya pencapaian kemampuan TIK seseorang merupakan

fokus yang perlu diperhatikan dalam kesenjangan digital (Camacho,

2005). Dewan (2005) menyatakan bahwa, kurangnya pelatihan

terhadap karyawan merupakan salah satu faktor penghambat

tercapainya kemampuan TIK dan kurangnya pelatihan juga dianggap

sebagai penghambat kemampuan TIK terhadap tenaga pengajar.

Berdasarkan SIBIS GPS (2002) kemampuan TIK mencakup

kepercayaan diri seseorang dalam menggunakan search engine seperti

google, yahoo dan lain-lain, mengidentifikasi sumber informasi yang

ada di internet, penggunaan email, internet untuk chating dengan yang

lain, membuat website atau blog, mendownload atau menginstal

aplikasi ke komputer, mengerti konten website yang ditulis dengan

bahasa inggris.

3. Kesenjangan Digital di Indonesia

Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran TIK telah membawa

perubahan bagi tatanan kehidupan di berbagai sektor namun dibalik

perkembangan TIK yang begitu dahsyat berimbas pada kesenjangan

digital yang banyak ditemui pada negara-negara berkembang misalnya

Indonesia. Banyak negara yang sedang berusaha keras menyiapkan

kerangka kebijakan bagi pembangunan telematika agar dapat mengatasi

fenomena kesenjangan digital (Samekto, 2010).

Kesenjangan digital yang terjadi di Indonesia menurut Samekto

(2010) disebabkan perkembangan TIK di Indonesia berjalan lambat dan

kurang dapat mengikuti bila dibandingkan dengan perkembangan TIK

pada negara-negara tetangga misalnya Malaysia, India, Singapura. Laju

perkembangan yang lambat disebabkan oleh perkembangan infrastruktur

Page 28: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

15

yang belum memadai, Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki

sekitar 17 ribu lebih pulau yang tersebar dalam area geografis 1.919.440

km2, jumlah pulau yang begitu banyak merupakan salah satu hambatan

proses pembangunan dan pengembangan infrastruktur teknolologi,

kemudian minimnya kemampuan sumber daya manusia dalam hal

memanfaatkan, mengelola serta mengembangkan resource teknologi

informasi dan komunikasi.

Fakta yang menunjukkan kondisi kesenjangan digital di Indonesia

digambarkan oleh data yang dilaporkan UNDP dalam Himpunan Hasil

Penelitian Badan Litbang SDM 2005-2008, dimana Indonesia pada tahun

2005 berada pada posisi 51 dari 104 negara dalam indeks kesiapan

jaringan dan berada pada ututan 110 dari 177 Negara dalam hal Indeks

Kualitas SDM yang jauh lebih rendah dibandingkan Negara Malaysia

(rangking 61).

Hasil studi Mannm (2002) dalam Vitayala (2010), menampakkan

bahwa Indonesia berada pada urutan kedua terbawah setelah Vietnam

dalam penyediaan sarana telekomunikasi dan jumlah pengguna yang

memanfaatkannya, sedangkan Amerika serikat memimpin dengan

infrastruktur dan akses yang seimbang. Namun, kondisi penyediaan sarana

telekomunikasi di Indonesia diyakini telah mengalami banyak perubahan

terutama pada periode tahun 2005-2009 yang dapat dilihat dari

perkembangan pengguna internet di Indonesia.

Fakta lain yang menunjukkan bahwa Indonesia mengalami

kesenjangan digital adalah data yang menunjukkan bahwa, Indonesia

berada pada peringkat 65 dengan nilai 3.60 dari skala 10 untuk indikator

kemampuan Indonesia memanfaatkan TIK dalam pembangunan ekonomi

(Economist Intelligence Unit, 2010), kemudian data yang dikeluarkan

Badan Pusat Statistik dan Departemen Dalam Negeri yang kemudian

digunakan oleh Ditjen Pos dan Telekomunikasi, diperkirakan masih

terdapat 43.000 desa dari total 67.000 desa di seluruh Indonesia, masih

belum memiliki fasilitas telekomunikasi (Satriya, 2004).

Page 29: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

16

Berdasarkan data yang diperoleh dari Internet World Stats (2011)

pada tabel 2 (dua) di bawah ini terlihat bahwa, jumlah pengguna internet di

Indonesia sebesar 55 juta jiwa dengan persen penetrasi 22,4% dari

populasi penduduk Indonesia yang hampir 250 juta jiwa.

Tabel 2. Telekomunikasi dan Broadband di Asia

ASIA Population ( 2011 Est.)

Internet Users, (Year 2000)

Internet Users 31-Dec-2011

Penetration (% Population)

Users % Asia

Afganistan 29,835,392 1,000 1,256,470 4.2 % 0.1 % Armenia 2,967,975 30,000 1,396,550 47.1 % 0.1 % Azerbaijan 8,372,373 12,000 3,689,000 44.1 % 0.4 % Bangladesh 158,570,535 100,000 5,501,609 3.5 % 0.5 % Bhutan 708,427 500 98,728 13.9 % 0.0 % Brunei Darussalem

401,890 30,000 318,900 79.4 % 0.0 %

Cambodia 14,701,717 6,000 491,480 3.1 % 0.0 % China * 1,336,718,015 22,500,000 513,100,000 38.4 % 50.5 % Georgia 4,585,874 20,000 1,300,000 28.3 % 0.1 % Hong Kong * 7,122,508 2,283,000 4,894,913 68.7 % 0.5 % India 1,189,172,906 5,000,000 121,000,000 10.2 % 11.9 % Indonesia 245,613,043 2,000,000 55,000,000 22.4 % 5.4 % Japan 126,475,664 47,080,000 101,228,736 80.0 % 10.0 % Kazakhstan 15,522,373 70,000 5,448,965 35.1 % 0.5 % Korea, North 24,457,492 -- -- -- -- Korea, South 48,754,657 19,040,000 40,329,660 82.7 % 4.0 % Kyrgystan 5,587,443 51,600 2,194,400 39.3 % 0.2 % Laos 6,477,211 6,000 527,400 8.1 % 0.1 % Macao * 573,003 60,000 308,797 53.9 % 0.0 % Malaysia 28,728,607 3,700,000 17,723,000 61.7 % 1.7 % Maldives 394,999 6,000 114,100 28.9 % 0.0 % Mongolia 3,133,318 30,000 355,524 11.3 % 0.0 % Myanmar 53,999,804 1,000 110,000 0.2 % 0.0 % Nepal 29,391,883 50,000 2,031,245 6.9 % 0.2 % Pakistan 187,342,721 133,900 29,128,970 15.5 % 2.9 % Philippines 101,833,938 2,000,000 29,700,000 29.2 % 2.9 % Singapore 4,740,737 1,200,000 3,658,400 77.2 % 0.4 % Sri Lanka 21,283,913 121,500 2,503,194 11.8 % 0.2 % Taiwan 23,071,779 6,260,000 16,147,000 70.0 % 1.6 % Tajikistan 7,627,200 2,000 794,483 10.4 % 0.1 % Thailand 66,720,153 2,300,000 18,310,000 27.4 % 1.8 % Timor-Leste 1,177,834 0 2,361 0.2 % 0.0 % Turkmenistan 4,997,503 2,000 110,924 2.2 % 0.0 % Uzbekistan 28,128,600 7,500 7,550,000 26.8 % 0.7 % Vietnam 90,549,390 200,000 30,516,587 33.7 % 3.0 % TOTAL ASIA

3,879,740,877 114,304,000 1,016,799,076 26.2 % 100.0 %

Sumber: Repurposed from Internet World Stats. Asia Marketing Research. Internet Usage, Population Statistics and Information. Miniwatts Marketing Group. http://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia

Menurut Samekto (2010), beberapa penyebab kesenjangan digital adalah

diakibatkan lambatnya pembangunan TIK di Indonesia, hal ini disebabkanoleh

beberapa hal, antara lain: pertama, belum ada kepemimpinan nasional TIK (e-

Page 30: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

17

leadership) yang dapat dijadikan panutan bagi aparat pemerintah maupun

masyarakat luas dalam menetapkan sasaran dan strategi pembangunan

telematika. Kedua, belum tersedia kebijakan pada setiap jenjang pemerintahan

yang dapat menjadi petunjuk operasional. Ketiga, tidak tersedianya anggaran

pembangunan yang mencukupi untuk dialokasikan di sektor telematika yang

dibedakan dari infrastruktur ekonomi lainnya seperti jalan raya, pelabuhan, dan

lapangan terbang. Keempat, kurangnya koordinasi antara instansi pemerintah

sehingga menimbulkan duplikasi pekerjaan dan aplikasi yang tidak efisien.

Kelima, kurangnya apresiasi terhadap profesi di bidang telematika sehingga

penerapan kemampuan pegawai pemerintah yang menguasai telematika tidak

optimal dan maksimal. Namun demikian, berbagai program pemerintah dan

lembaga-lembaga yang peduli terhadap perkembangan internet terus digulirkan

untuk memperkecil masalah digital divide ini (Vitayala, 2010), diantaranya

sebagai berikut:

1. Perluasan akses internet yang tidak hanya dilakukan di pulau-pulau besar

di Indonesia, tetapi juga di pulau-pulau kecil;

2. Peluncuran Program Sekolah 2000 yang memperkenalkan internet di level

sekolah, sebagai salah satu inisiatif aktif dari Asosiasi Penyelenggara Jasa

Internet Indonesia (APJII) untuk memperkenalkan dunia internet kepada

pelajar, guru dan seluruh jajaran pendidikan (sekolah) di Indonesia mulai

dari tingkat SD, SLTP sampai dengan SLTA, meliputi SMU, SMK dan

Madrasah;

3. Perluasan jejaring komunikasi sebagai media lanjutan akses internet;

4. Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris yang terus dilakukan hingga

tingkat pembelajaran dasar; hal ini diperlukan mengingat ragam informasi

yang tesedia di internet sebagian besar tertulis dalam bahasa Inggris;

5. Pendirian SMK TI untuk menghasilkan tenaga terampil di bidang TI.

Seluruh program ini secara bertahap diharapkan akan dapat memberi

hasil yang akan mengurangi digital divide di Indonesia, dan pada akhirnya

akan membuat Indonesia lebih siap berkompetisi di era globalisasi yang sendi-

sendi operasionalnya banyak bertumpu pada TIK.

Page 31: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

18

Berdasarkan kepada Keputusan Presiden No. 20 Tahun 2006 tentang

Dewan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Nasional (DTIKNas),

menugaskan DTIKNas untuk merumuskan kebijakan umum dan arahan

strategis pembangunan nasional melalui pendayagunaan TIK, salah satunya

adalah menyiapkan cetak biru dan roadmap TIK Indonesia guna menentukan

arah perkembangan langkah-langkah yang harus ditempuh guna mewujudkan

masyarakat Indonesia berbasis pengetahuan pada 2025.

Adapun program pemerintah Indonesia sebagai cetak biru dan roadmap

TIK Indonesia yang akan dilaksanakan oleh DTIKNas adalah 19 program

flagship, yakni merupakan program fokus nasional yang memiliki

dampak besar pada pemerintah, masyarakat, dan Internasional (Sutadi, 2007)

yaitu sebagai berikut:

a. Palapa Ring Project;

b. Implementasi Digital TV Terestrial;

c. Implementasi 3G;

d. Pengembangan Broadband Wireless Access (BWA) ;

e. Program PC Murah;

f. e-Procurement dan e-Services;

g. National Single Window;

h. Nomor Induk Nasional (NIN) ;

i. e-Anggaran;

j. Penyediaan Software Legal bagi Pemerintah;

k. e-Education;

l. e-Learning;

m. Pengembangan Software Pendidikan;

n. Standardisasi Kompetensi Profesi SDM TIK;

o. Kampanye Penggunaan Internet untuk Pendidikan ;

p. Pembangunan dan Pengembangan Technopark ;

q. Venture Capital untuk Industri TIK;

r. UU ITE, dan UU Konvergensi TIK.

Page 32: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

19

Dari salah satu program cetak biru perkembangan TIK Indonesia di atas,

yaitu: standardisasi kompetensi profesi SDM TIK, menunjukkan bahwa

kompetensi TIK pada SDM sangat dibutuhkan saat ini.

Menyikapi permasalahan sumber daya manusia yang sangat fundamental,

memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan sangat berpengaruh di berbagai

sektor khususnya pemanfaatan sumber daya TIK secara maksimal, tepat guna,

tepat sasaran maka diperlukan suatu pelatihan TIK bagi masyarakat luas

khususnya di lingkungan Pemerintahan dan Komunitas Masyarakat. Salah satu

upaya dalam menyiapkan sumber daya manusia berbasis informasi adalah

melalui berbagai pelatihan. Pelatihan yang maksimal tidak hanya didasarkan

pada keinginan dari pihak-pihak tertentu (Want) namun harus berdasarkan

dengan kebutuhan (Needs). Identifikasi kebutuhan pelatihan TIK atau pelatihan

needs assessment yang dilakukan secara cermat, komprehensif dan profesional

akan menghasilkan hasil yang maksimal sesuai dengan perkembangan TIK

(Departemen Dalam Negeri, 2007).

Istiyanto (2006) mengatakan bahwa, International Telecommunication

Union (ITU) membuat standar kesiapan masyarakat informasi sebagai upaya

mengetahui tingkat kesenjangan digital. Kesiapan masyarakat intormasi

didefinisikan sebagai kemampuan suatu masyarakat untuk menggunakan dan

menarik manfaat dari teknologi informasi dan komunikasi. Kesiapan ini

didukung oleh 3 (tiga) hal, yaitu:

1. Knowledge, ada pengetahuan minimal yang harus dipunyai untuk menjadi

suatu masyarakat informasi. Selain itu, banyaknya bahasa yang dipakai

oleh suatu masyarakat juga memegang peranan penting. Orang Korea

berbicara dengan 2 (dua) bahasa, Vietnam 93, Laos 82, Singapura 21,

Malaysia 139, Thailand 75, Indonesia 729, dan Filipina 159. Tetapi

penguasaan bahasa inggris tampaknya lebih penting. Indonesia mempunyai

indeks tertinggi, tetapi kalau diteliti lebih lanjut 729 bahasa tersebut adalah

bahasa daerah. Korea berindeks 0 (nol) tetapi menguasai bahasa inggris;

2. Infrastruktur, ketersediaan infrastruktur jelas memainkan peranan. Tanpa

ini bagaimana akses internet dapat diperoleh. Namun, ada banyak cara untuk

Page 33: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

20

melakukannya, yang tidak selalu berbiaya mahal. Selain itu, ketersediaan

infrastuktur tidak otomatis menciptakan masyarakat informasi. Betapa

banyak pengguna handphone yang hanya memanfaatkan sebagian kecil fitur

dari handphone yang dimilikinya;

3. Affordability, kalau harga akses internet mahal apalagi lambat aksesnya,

tentu tidak kondusif. Mengakses internet di kantor masih merupakan pilihan

banyak karyawan, karena biaya akses ditanggung perusahaan.

4. Penyebab Terjadinya Digital Divide

Berdasarkan penelitian Zakaria (2004) dalam Samekto (2010)

menyatakan bahwa, salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesenjangan

digital adalah faktor sosial ekonomi dan geografis, hal ini dibuktikan melalui

hasil penelitian yang dilaksanakan di beberapa kawasan Malaysia yaitu salah

satu faktor utama yang mempengaruhi kesempatan responden menggunakan

komputer dan mengakses internet yaitu faktor tingkat sosial ekonomi dan

geografis. Sementara Devi, dkk (2012) menyatakan bahwa, beberapa hal yang

menyebabkan terjadinya kesenjangan digital di Indonesia antara lain:

a. Infrastruktur

Infrastruktur merupakan sebuah fasilitas pendukung, seperti infrastruktur

listrik, internet, komputer dan lain. Contoh mudah mengenai kesenjangan

infrastruktur ini, orang yang punya akses ke komputer bisa bekerja dengan

cepat. Mereka bisa menulis lebih cepat di bandingkan mereka yang masih

menggunakan mesin ketik manual.

b. Kekurangan skill (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh dalam dunia ilmu

teknologi dan informasi karena SDM ini menentukan biasa tidaknya

seorang mengoperasikan atau mengakses sebuah informasi.

c. Kekurangan isi (konten) materi bahasa Indonesia

Konten berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat

mengerti mengakses internet, di Indonesia terutama kota-kota tingkat

pendidikan sudah lebih tinggi. Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa

Page 34: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

21

Inggris. Sedangkan yang di desa, seperti petani-petani, mereka masih

sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris).

d. Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri.

Berbicara mengenai kesenjangan digital, bukanlah semata-mata persoalan

infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap

jam bisa mengakses Internet tetapi "tidak menghasilkan apapun". Misal,

ada seorang remaja punya akses ke komputer dan Internet. Tapi yang dia

lakukan hanya chatting yang biasa-biasa saja. Tentu saja, ia tidak bisa

menikmati keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh teknologi digital.

Itu artinya, kesenjangan digital tidak hanya bisa dijawab dengan

penyediaan infrastruktur saja. Infrastruktur tentu dibutuhkan tetapi

persoalannya adalah ketika orang punya komputer dan bisa mengakses

Internet, pertanyaan berikutnya adalah, "apa yang mau diakses? Apa yang

mau dia kerjakan dengan peralatan itu.

5. Digital Divide dan Kaitannya dengan e-Government

E-Government merupakan pemanfaatan teknologi komunikasi dan

informasi dalam proses pemerintahan (e-Government) akan meningkatkan

efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan

pemerintahan. Sehingga pada Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan

dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government pasal 5 menyebutkan

bahwa “Dengan demikian pemerintah harus segera melaksanakan proses

transformasi menuju e-Government”. Melalui proses transformasi tersebut,

pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi

informasi untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta

membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang

memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk

menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus

disediakan oleh pemerintah.

Page 35: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

22

Dengan demikian seluruh lembaga-lembaga negara, masyarakat, dunia

usaha, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya dapat setiap saat

memanfaatkan informasi dan layanan pemerintah secara optimal. Untuk itu

dibutuhkan kepemimpinan yang kuat di masing-masing institusi atau unit

pemerintahan agar proses transformasi menuju e-Government dapat

dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (Windasari, 2009).

Dengan hadirnya e-Government secara utuh diharapkan dapat

mempermudah, memperlancar, dan menjadikan pelayanan kepada masyarakat

menjadi efektif dan efisien. Disamping itu diharapkan Indonesia mampu

mengikuti perubahan ke arah globalisasi saat ini. Perubahan-perubahan dalam

tubuh Indonesia terjadi seiring dengan transformasi menuju era masyarakat

informasi pada dunia. Hal ini sebagai akibat dari perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi yang semakin pesat sebagai dampak dari

globalisasi. Penggunaan media elektronik sesungguhnya sangat dibutuhkan

dalam masyarakat informasi. Oleh karena itu, Indonesia harus mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan global tersebut sehingga

masyarakat informasi dapat terwujud. Tapi jika Indonesia tidak mampu

menyesuaikan diri dikhawatirkan adanya kesenjangan digital yang semakin

melebar (Departemen Dalam Negeri, 2007).

Dengan melihat isu digital divide, pengembangan e-Government di

Indonesia sangat penting. Pengembangan e-Government itu sendiri

menurut Inpres No. 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan e-Government merupakan upaya untuk mengembangkan

penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka

meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Melalui

pengembangan e-Government dilakukan penataan sistem manajemen dan

proses kerja di lingkungan pemerintah dengan mengoptimasikan

pemanfaatan teknologi informasi.

Page 36: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

23

6. E-Government

Menurut Bank Dunia (2001) dalam Indrajit (2002), e-Government

merupakan konsep yang diperkenalkan sebagai model penerapan sistem

informasi manajemen pemerintahan yang berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Secara umum, Bank Dunia dan UNDP (United Nation

Development Programme) memandang e-Government sebagai penggunaan TI

dan komunikasi oleh instansi-instansi pemerintah dalam rangka mengubah

relasi dengan masyarakat, pelaku usaha, dan cabang-cabang pemerintahan

lainnya.

Di sisi lain, UNDP (2001) dalam Indrajit (2002) mendefinisikan

e-Government secara lebih sederhana, yaitu aplikasi Teknologi Informasi dan

Komunikasi yang dimiliki Pemerintah. Ketika mempelajari penerapan

e-Government di Asia Pasifik, Wescott (2001) dalam Indrajit (2002)

mendefinisikan e-Government adalah penggunaan TIK agar biaya pemerintah

lebih efisien dan efektif, memfasilitasi pelayanan pemerintah, dan

memberikan informasi yang baik untuk publik, serta membuat pemerintah

lebih bernilai dimata masyarakat.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat disimpulkan,

e-Government merupakan penggunaan TIK untuk mewujudkan praktik

pemerintahan yang lebih efisien dan efektif, pelayanan yang lebih terjangkau

dan memperluas akses publik untuk memperoleh informasi sehingga

akuntabilitas pemerintah meningkat.

Sebagai suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dengan

masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan (stakeholders),

e-Government melibatkan penggunaan TI dan komunikasi (terutama internet)

untuk memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama ini berjalan.

Karena itu, terdapat sejumlah prinsip penerapan e-Government. Fokus

pertama adalah perbaikan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Karena

itu, perlu menentukan prioritas jenis pelayanan yang memiliki volume

transaksi yang besar dan melibatkan banyak SDM, memerlukan interaksi dua

arah antara pemerintah dengan masyarakat, dan memungkinkan terjadinya

Page 37: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

24

kerja sama antara pemerintah dengan kalangan lain seperti institusi swasta

dan lembaga non komersial lainnya. Kedua, membangun lingkungan yang

kompetitif dengan membuka ruang partisipasi bagi seluruh stakeholder dalam

upaya meningkatkan pelayanan. Prinsip berikutnya, memberi penghargaan

pada inovasi dan prinsip pencapaian efisiensi dengan menghapuskan

birokratisasi sekaligus menambah pendapatan pemerintah (Departemen

Dalam Negeri, 2007).

Implementasi e-Government dalam manajemen pemerintahan daerah

diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para

stakeholders (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal

kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara.

Manfaat lainnya, meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep good

governance, dan mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi,

dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk

keperluan aktivitas sehari-hari (Windasari, 2009).

Implementasi e-Government juga memberikan peluang bagi pemerintah

untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya

dengan pihak-pihak yang berkepentingan, menciptakan lingkungan

masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai

permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan

tren yang ada, memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai

mitra pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik secara

merata dan demokratis (Indrajit, 2002).

Pada level implementasi, konsep e-Government mencakup ruang

lingkup yang luas. E-Government menyangkut hubungan Government to

Government (G2G), Government to Business (G2B), Government to Citizen

(G2C), dan Government to Employees (G2E) seperti ditampilkan pada

gambar 1 berikut ini:

Page 38: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

25

Gambar 1. Konsep E-Government

Pada relasi G2G, komunikasi berlangsung antarnegara dalam rangka

kepentingan diplomasi. Tujuannya untuk memperlancar kerjasama

antarnegara dan kerjasama antar entiti negara (masyarakat, industri,

perusahaan, dan lain-lain). Contoh: hubungan administrasi antara kantor-

kantor pemerintah setempat dengan kedutaan besar negara lain untuk

membantu penyediaan data dan informasi akurat yang diperlukan warga

negara asing yang berada di Indonesia (Indrajit, 2002).

Pada relasi G2B, relasi dibangun dengan tujuan memperlancar para

praktisi bisnis dalam menjalankan perusahaannya. Relasi semacam ini juga

bias mempermudah dan memperluas akses pelaku usaha terhadap informasi-

informasi yang diperlukan bagi kepentingan usaha, misalnya, beragam

kebijakan publik, prosedur perizinan, dan lain-lain. Contoh aplikasinya,

perusahaan wajib pajak dapat menggunakan aplikasi web untuk menghitung

besaran pajak yang harus dibayar; lelang on line; pengadaan dan pembelian

barang melalui internet (e-Procurement), dan lain-lain. Pembayaran pajak

secara online yang sedang diterapkan pemerintah (Dirjen Pajak) adalah suatu

langkah yang baik untuk tercapainya good governance (Indrajit, 2002).

Page 39: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

26

Pada relasi G2C, pemerintah membangun dan menerapkan berbagai

aplikasi TI untuk memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat. Tipe

relasi ini diorientasikan untuk mempermudah dan memperluas akses

masyarakat terhadap pelayanan publik. Contoh: pelayanan pembuatan

KTP/paspor melalui internet (Indrajit, 2002).

Relasi G2E bertujuan meningkatkan kinerja dan kesejahteraan PNS di

instansi yang bersangkutan. Contoh, sistem pengembangan karier PNS untuk

bahan data kepentingan mutasi, promosi PNS; aplikasi terpadu untuk

mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan yang merupakan hak PNS

(Indrajit, 2002).

Keempat tipe relasi ini pada hakikatnya menunjukkan luasnya ruang

lingkup implementasi e-Government, sehingga seyogianya e-Government

tidak hanya diwujudkan dalam bentuk situs-situs resmi pemerintah, tapi juga

isi dari situs-situs dan aplikasinya yang berorientasi pada efisiensi dan

efektivitas pelayanan publik (Departemen Dalam Negeri, 2007).

Salah satu prasyarat pendukung keberhasilan e-Government adalah

terbentuknya masyarakat informasi yang sungguh-sungguh memahami

kedudukan dan kegunaan informasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun,

untuk sampai pada terbentuknya masyarakat informasi, masih terdapat

sejumlah kendala yang dihadapi menyangkut kesenjangan informasi yang

dipicu oleh kesenjangan digital, antara lain disebabkan ketidakseimbangan

harga perangkat dan daya beli masyarakat, ketersebaran geografis yang

menyebabkan kesenjangan akses informasi, serta pendidikan, gaya-hidup dan

pola komunikasi yang sangat beragam sehingga kebutuhan informasi sangat

ditentukan oleh pendidikan dan rasa ingin-tahu yang ada serta gaya hidup.

(Departemen Dalam Negeri, 2007).

Kesenjangan informasi (information divide) hanya dapat diatasi melalui

pembangunan infrastruktur TI dan pengenalan TI sedini mungkin bagi

seluruh lapisan masyarakat. Karena itu, perlu pembelajaran, di mana TI dan

komputer harus dipelajari sejak dini di pendidikan dasar untuk jangka 10-20

tahun ke depan. Komputer harus disejajarkan dengan bahasa sebagai

Page 40: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

27

infrastruktur kemajuan dan perubahan. Selain itu, infrastruktur TI harus

dibangun serentak agar tidak kehabisan modal di tengah jalan (Yulfitri,

2008).

Belajar dari pengalaman Malaysia dan India, keduanya memiliki visi,

misi, kebijakan, dan program yang terfokus dalam mengantisipasi

perkembangan TI dan e-Government pada khususnya. Kendala modal juga

turut dialami kedua negara ini, tapi dapat diatasi dengan melibatkan swasta

sebagai investor dengan memberikan sejumlah insentif. Dengan demikian,

prasyarat keberhasilan e-Government tidak hanya berupa kesiapan

infrastruktur teknologi, tapi juga harus disertai perubahan budaya agar

berkembang kebiasaan baru dalam memanfaatkan kemajuan TI. Perubahan

budaya ini nantinya perlu dikerangkai komitmen kebijakan (cyberlaws) yang

menyangkut kebebasan informasi, insentif finansial yang kompetitif, tarif

telekomunikasi yang kompetitif, anti-cybercrime, proteksi data, standardisasi,

pendanaan, dan SDM, serta kebijakan telekomunikasi yang membuka akses

telekomunikasi sampai ke pedesaan (Departemen Dalam Negeri, 2007).

7. Definisi Digital Immigrants dan Digital Natives

Pakar pendidikan Prensky (2001) mengemukakan bahwa, secara umum

di dunia ini terdapat dua kelompok besar bila dilihat dari segi era kehadiran

digital yaitu: mereka yang sudah ada sebelum era digital muncul (digital

immigrants) dan mereka yang ada setelah era digital muncul (digital

natives). Generasi digital natives adalah orang-orang yang mulai dari taman

kanak-kanak hingga perguruan tinggi yang menghabiskan sebagai waktunya

dengan perangkat komunikasi seperti komputer, handphone, internet, e-mail

dan mengganggap perangkat komunikasi tersebut sebagai bagian integral dari

kehidupannya. Sedangkan orang-orang yang tidak lahir pada abad digital

tetapi mengadopsi teknologi baru dianggap sebagai digital immigrant, karena

ada proses adaptasi pada lingkungan dengan mengadopsi teknologi.

Page 41: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

28

Menurut Toledo (2007) dalam Simanjuntak (2012), digital natives

adalah para pengguna teknologi digital berusia 30 tahun atau kurang.

Sedangkan digital immigrants adalah pengguna teknologi digital berusia 30

tahun atau lebih. Cara ini didasari anggapan bahwa orang yang lahir 30 tahun

lalu atau sesudahnya, lahir ke dunia di mana teknologi digital sudah

merupakan bagian hidup masyarakat banyak. Sebaliknya, orang yang lahir

lebih dari 30 tahun lalu lahir ke dunia di mana teknologi digital belum

merasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat. Namun menurut Simanjuntak

(2012), menetapkan suatu tahun sebagai awal kelahiran populasi digital

natives seperti di atas tidak berlaku umum untuk semua negara. Penetrasi

teknologi digital dalam masyarakat tidak terjadi pada tahun yang sama di

semua bagian dunia. Umumnya, teknologi digital lebih dulu terjadi di negara-

negara maju dari pada di negera-negara berkembang. Penetrasi teknologi

digital lebih dulu terjadi di Amerika Serikat dari pada di Indonesia.

Ross (2007) membuat karakteristik untuk melihat secara jelas

perbedaan antara digital immigrants dan digital natives seperti berikut ini:

a. Digital Immigrants

1) Lahir sebelum tahun 1980;

2) Hanya mengerjakan satu tugas dalam satu waktu;

3) Lebih menyukai membaca dalam format hardcopy, contoh : buku,

koran, dan lain-lain;

4) Mereka masih menganggap yang banyak ilmunya adalah yang banyak

tulisannya (values text more);

5) Bekerja secara konsisten dan bertahap, sehingga memakan waktu lebih

banyak;

6) Baru mulai belajar teknologi.

Menurut Valens (2012), digital immigrants kerap merasa harus belajar

menyesuaikan diri untuk mengoperasikan gadget, membuat dan

menggunakan berbagai perangkat gadget, bagaimana menggunakan e-mail

dan jaringan sosial, dan tidak mudah untuk berganti-ganti platform perangkat

lunak. Proses adaptasi menjadi pengguna Internet pada kelompok usia di atas

Page 42: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

29

34 tahun berlangsung lambat dibandingkan para digital natives yang

mengenyam teknologi sejak dini. Generasi Digital Immigrants Indonesia

mengenal komputer pada pertengahan dasawarsa 70-an (Mainframe dan Mini

Computers), dasawarsa berikutnya mereka baru mendapatkan Personal

Computer di pasaran, dan mengenal internet pada pertengahan dasawarsa

1990-an.

Boeree (1997) menyebutkan bahwa, sebagian orang dewasa mungkin

mencapai tahap ini dan menyesali pengalamaman dan kegagalan mereka.

Mereka mungkin takut mati karena masih ingin berjuang menemukan tujuan

hidup dan cenderung beranggapan bahwa dialah yang paling benar. Dengan

cara pandang dan pemanfaatan informasi seperti demikian, maka tidak

menutup kemungkinan adanya friksi ketika digital immigrants dan digital

natives bekerja sama.

b. Digital Natives

1) Lahir setelah tahun 1980, namun dengan catatan mereka hidup di

tempat yang dikelilingi oleh teknologi;

2) Mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu, contoh : mengerjakan

paper di komputer sambil mendengarkan musik;

3) Lebih menyukai membaca dari screen atau layar;

4) Lebih menyukai multimedia daripada hanya sekedar teks;

5) Lebih cepat memahami konsep (berkaitan dengan point 4);

6) Pengguna teknologi;

7) Bagi mereka tidak ada perbedaan antara dunia offline dan online.

Dalam hal adaptasi terhadap teknologi komunikasi dan informasi,

memang kaum digital native lebih adaptif. Hal ini tidak mengherankan,

karena mereka dikelilingi teknologi digital sejak bayi, sementara yang lain

tumbuh dan mempunyai pengalaman luas berkaitan dengan Web dan

teknologi informasi lain. Konsekwensinya, orang muda mempunyai gaya

mencari dan menggunakan informasi yang berbeda seperti apa yang

digambarkan oleh Prensky (2001) bahwa perbedaan yang mencolok adalah

dalam pemahaman teknologi informasi. Generasi ini kebanyakan selalu

Page 43: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

30

tersambung dan menikmati kenyamanan komunikasi elektronik dan nirkabel,

mereka selalu dapat akses, interaktif dan terbuka. Sementara menurut Valens

(2012), digital natives cenderung membentuk tren di dunia maya. Mereka

sudah melek internet dan secara intuitif dapat mengoperasikan berbagai

perangkat gadget dengan mudah karena mereka sudah terbiasa menggunakan

sejak kecil.

Namun pada dasarnya, kedua generasi ini saling membutuhkan satu

sama lain. Generasi digital native perlu edukasi dari generasi digital

immigrants yang lebih dulu beradaptasi dan menghadapi globalisasi yang

kemudian disebarkan, diedukasikan kepada generasi digital native. Sehingga

generasi digital native menerima hasil dari proses adaptasi kultur teknologi

digital dan globalisasi tersebut. Salah satu bentuk dari kultur teknologi digital

yang dimaksud di sini adalah sosial media.

8. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Kemajuan dan perkembangan teknologi, khususnya telekomunikasi,

multimedia dan teknologi informasi telah mengubah tatanan organisasi dan

hubungan sosial kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan TIK mampu berperan

sebagai “enabler” dalam berbagai aspek dan tatanan kehidupan. TIK dapat

berperan sebagai tools dalam memudahkan aktivitas kehidupan sehingga

mampu meningkatkan produktivitas di berbagai sektor, peranan yang begitu

luas dan bermanfaat sehingga UNESCO melalui WSIS 2005 mendeklarasikan

rencana aksi (plan of action) guna menjadi acuan berbagai Negara menuju

masyarakat informasi tahun 2015 (Samekto, 2010).

Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek,

yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi

meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat

bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi

komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat

bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke

perangkat yang lainnya (Maseleni, 2003).

Page 44: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

31

Sehingga teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu paduan

yang tidak dapat dipisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala

kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengolahan, dan

transfer/pemindahan informasi antar media. Komputer merupakan bagian dari

perangkat TIK. Komputer adalah seperangkat alat elektronika pengolah data

yang bekerja secara terkoordinir dan terintegrasi. sehingga menghasilkan

keluaran yang berupa informasi. Informasi yang dihasilkan oleh perangkat

komputer merupakan hasil dari sebuah kerja sama yang saling mendukung

antara bagian yang satu dengan bagian yang lain sesuai dengan fungsinya

masing-masing. Dengan perkembangan komputer dewasa ini, komputer

banyak digunakan di segala bidang kehidupan (Syawaluddin, 2012).

Menurut ensiklopedia Wikipedia (2012), teknologi informasi yang

sekarang disebut sebagai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah

teknologi yang diperlukan untuk memproses informasi. Maksud yang lebih

spesifik lagi adalah digunakannya perangkat keras (komputer elektronik) dan

perangkat lunak untuk mengubah, menyimpan, melindungi, memanipulasi,

mengirimkan, dan menerima informasi yaitu berupa pesan, pola, rangsangan

panca indera, pengaruh untuk perubahan dan properti fisik.

Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi saat ini sudah

mencapai masyarakat di seluruh penjuru dunia. Tujuan utama dari TIK

adalah agar setiap informasi yang dibutuhkan oleh manusia dapat disajikan

dan dikirimkan dengan lebih cepat dan akurat. Informasi dapat berupa

berita, data keuangan, percakapan, data penduduk, dan lain-lain. Dengan

teknologi informasi semua ini akan dapat tersajikan dengan lebih cepat

(Wikipedia, 2012).

9. Metode Pengukuran Kesenjangan Digital

Ada beberapa metode pengukuran kesenjangan digital menurut Barzilai

(2006), yaitu: SIBIS (Statistical Indicators Benchmarking the Information

Society), DIDIX (Digital Divide Index), dan NRI (Network Readiness Index).

Namun metode pengukuran yang sesuai dengan batasan masalah penelitian

Page 45: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

32

ini yaitu lingkup individu atau Sumber Daya Manusia adalah metode DIDIX

dan SIBIS.

a. DIDIX (Digial Divide Index)

Hüsing (2004) mengusulkan sebuah metoda pengukuran yang

disebut dengan Digital Divide Index (DIDIX) dan dipergunakan untuk

mengukur kesenjangan digital berdasarkan aspek demoghrapic seperti

umur, jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan. DIDIX adalah sebuah

usaha untuk membuat indeks kesenjangan digital yang lebih terintegrasi

(Husing, 2004). DIDIX didasarkan pada indikator yang dianggap paling

relevan yang mencakup dasar kesenjangan digital pada masyarakat

informasi seperti EU. Dasar pemikirannya adalah menekankan

penggunaan teknologi. DIDIX fokus pada empat kelompok beresiko

yaitu wanita, orang berusia 50 dan lebih, orang berpendidikan tingkat

rendah, dan orang berpenghasilan rendah seperti pada tabel 3 (tiga)

berikut ini:

Tabel 3. Kelompok beresiko yang menjadi fokus DIDIX

At-risk group (Percentage of EU population in 2000)

Dimensions of the digital divide index

Gender - Women (~ 52%) Computer use (Weight 50%7) Internet use (at all) (weight 30%) Access at home (2002) (weight 20%)

Age - People aged 50 years or older (~40%) Education - People who finished formal school education at an age of 15 years or below (~30%) Income - Low income group (lowest quartile of the survey respondents) (~25%)

Sumber : Husing (2004)

Dari tabel 3 (tiga) di atas, DIDIX melihat kesenjangan digital

hanya dari sisi akses dan pengguna. Bobot dalam kalkulasi integrasi

indeks DIDIX diberikan pada masing-masing komponen TIK yang

membentuk indeks (yaitu: penggunaan komputer – 0,5; penggunaan

internet – 0,3; dan penggunaan internet di rumah – 0,2).

Page 46: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

33

Nilai dasar DIDIX adalah perbandingan antara indikator gabungan TIK

dalam kelompok yang beresiko dengan nilai total populasi. Jika rata-rata

penguasaan TIK sebuah kelompok beresiko sama dengan rata-rata populasi,

maka nilai dasar DIDIX menjadi 100 (Vehovar, 2006). Rumus yang

digunakan dalam metode pengukuran DIDIX adalah seperti berikut ini:

𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 = 1𝑛𝑛∑ 𝐷𝐷𝑖𝑖𝑛𝑛𝑖𝑖=1

𝐷𝐷𝑖𝑖 = ∑ 𝑊𝑊𝑖𝑖 ∗𝑃𝑃𝑖𝑖𝑖𝑖𝑃𝑃𝑖𝑖

𝑚𝑚𝑖𝑖=1

Dimana:

Wj: Bobot Indikator j (j=1,…,m;∑w=1)

Pij : Nilai indikator j dari subpopulasi I (i-1,…..,n)

Pj : Nilai Indikator j dari total pupulasi

Metode pengukuran ini hanya mengukur kesenjangan digital dari aspek

demoghrapic (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat

penghasilan), lebih fokusnya pada kelompok usia >50 tahun, pendapatan

terendah, jenis kelamin, dan tingkat penghasilan rendah, sehingga dari sisi

keakuratan metode ini kurang akurat untuk mewakili indeks kesenjangan

digital secara keseluruhan dalam sebuah populasi (Barzilai, 2006).

b. SIBIS (Statistical Indicators Bencmarking the Information Society)

SIBIS adalah sebuah proyek komisi Eropa yang berusaha untuk

menganalisis dan membandingkan indikator-indikator kesenjangan digital

yang berbeda. Proyek SIBIS berjalan dari Januari 2001 hingga September

2003. Tujuan keseluruhan SIBIS adalah mengembangkan indikator-indikator

untuk memonitor perkembangan menuju masyarakat informasi.

Berlandaskan pada tujuan ini, SIBIS fokus pada akses dan pemanfaatan

dasar seperti kesiapan internet, kesenjangan digital dan keamanan informasi.

Instrumen SIBIS mengkombinasikan 3 (tiga) tingkat dasar dalam

pengembangan masyarakat informasi, yaitu kesiapan, intensitas, dan

dampaknya (Yulfitri, 2008).

(I)

(II)

Page 47: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

34

Indikator-indikator SIBIS telah diuji dan dilaksanakan survei

perbandingan pada 15 anggota negara bagian, yaitu di Amerika Serikat, Swiss

dan EU Accession Countries, Bulgaria, Czech Republic, Estonia, Hungaria,

Lithuania, Latvia, Polandia, Rumania, Slovenia dan Slovakia. Survei ini

mengumpulkan dan mempresentasikan data untuk tujuan perbandingan antara

anggota negara bagian Eropa, untuk pertama kalinya, antara Eropa dan

Amerika Serikat dengan indikator yang sama persis pada saat yang sama

(SIBIS, 2003). Namun menurut Barzilai (2006), disamping kelebihan yang

dimiliki metode SIBIS, ternyata metode ini memiliki kekurangan dalam hal

pengukuran terhadap penyebab kesenjangan digital dari sudut terhadap

kesenjangan ekonomi dan sosial.

Berdasarkan pemaparan 2 (dua) metode pengukuran di atas, maka

dapat dibuat perbandingan mengenai metode pengukuran DIDIX dan SIBIS

seperti pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Perbandingan Metode Pengukuran DIDIX dan SIBIS

DIDIX SIBIS Kelebihan: - Indeks kesenjangan digital lebih terintegrasi; - Pengukuran pada aspek demoghrapic (umur,

jenis kelamin, tingkat pendidikan dan penghasilan;

(Sumber: Tobias Husing, 2004)

Kelemahan: - Hanya fokus pada empat kelompok beresiko

yaitu wanita, orang berusia 50 dan lebih, orang berpendidikan tingkat rendah, dan orang berpenghasilan rendah sehingga metode ini kurang akurat untuk mewakili indeks kesenjangan digital secara keseluruhan dalam sebuah populasi.

(Sumber: Barzilai, 2006)

Kelebihan: - Banyak variabel yang dapat

dipilih antara lain: - Kesiapan Internet; - Kesenjangan Digital; - Keamanan Informasi; - Tanggapan secepat

mungkin terhadap akses; - Literasi, pembelajaran dan

pelatihan digital; - E-Commerce, E-Work, E-

Science, E-Government, E-Health.

(Sumber: SIBIS, 2003)

Kelemahan: - Indikator kesenjangan digital

yang ada kurang menekankan pada kesenjangan sosial ekonomi dan sosial.

(Sumber: Barzilai, 2006)

Page 48: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

35

Dari pemaparan metode pengukuran kesenjangan digital di atas, maka

dalam penelitian ini mengkombinasikan dua cara pengukuran di atas. Metode

DIDIX untuk mengetahui tingkat kesenjangan digital antar SDM dari aspek

demoghrapic (umur, jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan), sementara

instrument SIBIS untuk mengetahui tingkat kesenjangan digital antar SDM

dari aspek kesenjangan akses TIK (penggunaan komputer, kepemilikan

komputer, penggunaan internet, kepemilikan akses internet di rumah) dan

kesenjangan kemampuan TIK.

B. Profil Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupten Tapanuli Selatan dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan No. 13 Tahun

2010 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

Kabupaten Tapanuli Selatan.

1. Visi dan Misi

Visi Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan

adalah: “Sektor perkebunan dan peternakan Tapanuli Selatan akan menjadi

sektor yang berorientasi pasar, berdaya saing, manfaat dan ramah

lingkungan; melalui pemanfaatan sumberdaya perkebunan dan peternakan

yang produktif dan unggul“.

Adapun Misi Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli

Selatan adalah mewujudkan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan,

mewujutkan ketahanan pangan, peningkatan produksi dan perlindungan

petani dan usaha dibidang Perkebunan dan Peternakan, peningkatan peran

serta perkebunan dan peternakan dalam perekonomian daerah,

melestarikan swasembada pangan dalam rangka menjamin ketersediaan

pangan, menumbuhkan sentra-sentra produksi komoditi unggulan

berwawasan Agribisnis, menumbuh kembangkan SDM Pertanian yang

tangguh dan mandiri.

Page 49: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

36

2. Tujuan Organisasi

Tujuan yang hendak dicapai oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab.

Tapanuli Selatan antara lain:

a. Meningkatkan kualitas SDM perkebunan dan peternakan yang

mempunyai kemampuan menguasai teknologi perkebunan dan

peternakan secara tepat dan memadai untuk menjawab tantangan

kedepan;

b. Meningkatkan produksi perkebunan dan peternakan melalui upaya

intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi dalam rangka

mencapai optimalisasi produktivitas komoditi perkebunan dan untuk

mendukung percepatan swasembada daging;

c. Mengembangkan usaha perkebunan dan peternakan secara luas ke

arah Agribisnis dengan melakukan terobosan dan pengembangan

produksi perkebunan dan peternakan yang berorientasi pada industri

yang berbasis Perkebunan dan Peternakan;

d. Meningkatkan koordinasi dan akses petani dan peternak dengan

instansi terkait terhadap permodalan, sumber bahan baku dan pasar

hasil-hasil perkebunan dan peternakan;

e. Meningkatkan kemitraan dan kerjasama lintas kabupaten dan

masyarakat swasta berbasis teknologi informasi dalam mendukung

usaha perkebunan dan peternakan skala besar.

3. Landasan Hukum

Berdasarkan Renstra Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli

Selatan tahun 2011, landasan hukum Dinas Perkebunan dan Peternakan

Kab. Tapanuli Selatan adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah;

Page 50: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

37

c. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah;

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

e. Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 13 Tahun 2010

tentang Pembentukan Dinas-dinas di Daerah Kabupaten Tapanuli

Selatan.

4. Susunan Organisasi

Berdasarkan Renstra Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab.

Tapanuli Selatan tahun 2011, susunan Organisasi Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari:

a. Kepala Dinas dan Sekretaris, membawahi:

1) Kepala Sub Bagian Umum;

2) Kepala Sub Bagian Keuangan;

3) Kepala Sub Bagian Program.

b. Kepala Bidang Produksi Perkebunan, membawahi:

1) Kepala Seksi Pengembangan Tanaman Perkebunan;

2) Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Perkebunan.

c. Kepala Bidang Produksi Peternakan, membawahi:

1) Kepala Seksi Pengembangan Ternak;

2) Kepala Seksi Kesehatan hewan.

d. Kepala Bidang Prasarana dan Sarana, membawahi:

1) Kepala Seksi Prasarana dan Sarana Perkebunan;

2) Kepala Seksi Prasaranan dan Sarana Peternakan.

e. Kepala Bidang Usaha Tani, membawahi:

1) Kepala Seksi Pengolahan Hasil Perkebunan;

2) Kepala Seksi Investasi dan Promosi Perkebunan.

Page 51: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

38

5. Sarana dan Prasarana

Ketersediaaan sarana dan prasarana saat ini masih bersifat sementara.

Gedung kantor merupakan gedung milik Dinas Peternakan dan Kesehatan

Hewan Provinsi Sumatera Utara, sehingga pengembangan sarana dan prasarana

tidak memungkinkan untuk dilakukan peningkatan.

6. Kondisi Teknologi Saat Ini

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis selama melakukan

penelitian, teknologi yang ada saat ini di Dinas Perkebunan dan Peternakan

Kab. Tapanuli Selatan di tampilkan pada tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Data Teknologi yang ada saat ini

No Uraian Jenis Jumlah 1 Hardware Personal Computer (PC) Intel Core 2 duo 1 Unit Intel Celeron Processor 2,2GHz 4 Unit Laptop Toshiba Intel Core i3

Processor 2,4GHz 5 Unit

HP Intel Core i3 Processor 2,2GHz

1 Unit

Intel Centrino 1 Unit Printer Canon IP 2770 8 Unit Canon IP MP258 3 Unit Telepon Internet, Fax 1 Unit Wireless Modem Router TP-LINK

TD-W89016 54M ADSL 2 Unit

GPS Garmin 1 Unit 2 Software Sistem Operasi Windows XP SP 3 3 Windows 7 Home Premium 10 Windows 8 Professional 32 Bit 1 Pengolah Kata dan Data Microsoft Office 2007 14

Page 52: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

39

7. Ketersediaan Aplikasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis selama melakukan

penelitian, diketahui bahwa aplikasi yang umum digunakan adalah microsoft

word, excel dan power point untuk sosialisasi ke masyarakat, sementara

aplikasi untuk laporan keuangan dan penyerapan dana, antara lain: Sistem

Informasi Manajemen Akuntansi – Barang Milik Negara (SIMAK-BMN),

Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV), Aplikasi Statistik

Perkebunan dan Peternakan dan Manajemen Pelaporan Secara Online (MPO)

dengan format E-Form untuk laporan penyerapan dana bidang sarana dan

prasarana pertanian hanya dikerjakan oleh PNS yang bertugas membuat

laporan tersebut

8. Kebijakan Manajemen

Salah satu faktor kesuksesan e-Government adalah dengan adanya

dukungan kebijakan dari manajemen. Namun berdasarkan observasi dan

wawancara singkat dengan pembuat keputusan yaitu Kepala Dinas dan

Sekretaris Perkebunan dan Peernakan Kab.Tapanuli Selatan diperoleh

informasi bahwa, kebijakan mengenai TIK sampai saat ini belum ada yang

dibuat, baik lisan maupun tertulis, dikarenakan tidak memiliki SDM yang

berlatar belakang TIK sehingga kebijakan untuk membentuk tim khusus

menangani, membangun dan mengembangkan TIK tidak dapat dibuat.

Pelayanan publik yang dilakukan adalah dengan langsung terjun ke masyarakat

atau jika masyarakat memiliki keperluan dapat langsung datang ke Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan.

9. Strategi dan Program Kerja Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapsel

Berikut ini adalah Strategi dan Program kerja Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kab. Tapanuli Selatan yang di kutip dari Buku Rencana Strategis

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan:

Page 53: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

40

Tabel 6. Strategi dan Program Kerja

STRATEGI PROGRAM Penyediaan Bibit Unggul Bersertifikasi, Peningkatan Mutu Hasil Perkebunan

Program peningkatan pemasaran hasil produksi Pertanian/Perkebunan Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan

Meningkatkan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pendukung Perkebunan, Revitalisasi Perkebunan dan Peningkatan Mutu Hasil Perkebunan

Perluasan dan Pengelolaan Lahan Pengelolaan Air Alat dan Mesin Pertanian Pembiayaaan Pertanian Revitalisasi Perbenihan Tanaman Perkebunan Pengembangan Tanaman Tahunan Fasilitasi Pencegahan Kebakaran Hutan dan Kebun Dukungan Perlindungan Perkebunan

Pemanfaatan Peluang Investasi, Optimalisasi Produktivitas Ternak, Penyediaan Obat-obatan Ternak, Peningkatan Mutu dan Daya Jual Hasil Peternakan, serta Penerapan Teknologi untuk Peningkatan Produksi Peternakan

Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau Program Restrukturisasi Perunggasan Program Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan Program Peningkatan produksi ternak dengan Pendayagunaan sumber daya lokal Program Peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit dengan Mengoptimalkan Sumber Daya Lokal Pengembangan Pengolahan Hasil Peternakan Pengembangan Pemasaran Domestik

Sumber: Renstra Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan, (2011)

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian Yulfitri (2008) mengkaji tentang “Pengukuran Kesenjangan

Digital dalam penguasaan TIK di Lingkungan Instansi Pemerintahan”. Lokasi

penelitian dilakukan di tiga lokasi, pada tiga dinas yang berbeda tingkat

pemerintahannya, yaitu Dinas Perikanan Propinsi Bandung untuk tingkat

propinsi, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotamadya Bandung untuk

tingkat kotamadya, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kotamadya

Kabupaten Bandung untuk tingkat kabupaten. Total responden sebanyak 90

orang.

Penelitian ini mengenai pengukuran kesenjangan digital di pegawai

pemerintah dengan menggunakan model DIDIX dan indikator SIBIS, yang

penerapannya disesuaikan dengan kondisi pegawai pemerintah. Tujuan

Page 54: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

41

penelitian ini adalah mengukur kesenjangan digital pada pegawai pemerintah,

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesenjangan digital,

serta menganalisis efektivitas penyelenggaraan pelayanan publik TIK sesuai

dengan ketersediaan sumber daya manusia yang ada. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa, Kesenjangan digital di propinsi adalah paling baik (nilai

DIDIXnya paling tinggi sebesar 15,5%), kemudian kotamadya 6,3%, dan

kabupaten 4%. Faktor-faktor yang menyebabkan kesenjangan digital adalah

(diurutkan dari yang menyebabkan kesenjangan digital paling parah ke yang

makin baik), adalah usia (di atas 50 tahun), pendapatan (0-700 ribu),

pendidikan SMA, dan gender (wanita), dan belum terjadi efektivitas

penyelenggaraan pelayanan publik TIK melalui internet.

Penelitian Windasari (2009) mengkaji tentang “Model Pengukuran Dan

Strategi Pengurangan Kesenjangan Digital Untuk Mendukung Egovernment

Dalam Institusi Pemerintah Daerah (Studi Kasus: Pemerintah Kota Semarang)”

dengan ruang lingkup TIK yang diteliti yaitu pada Komputer dan Internet dan

aspek yang diteliti adalah kebutuhan kemampuan TIK, pencapaian kemampuan

TIK, dan penghambat adopsi TIK.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, variabel kebutuhan

kemampuan TIK, pencapaian kemampuan TIK, dan penghambat adopsi TIK

masing-masing maupun secara bersama-sama memberikan pengaruh yang

cukup kuat terhadap kesenjangan digital. Kemudian diperoleh nilai indeks

kesenjangan digital antara laki-laki dan perempuan hampir sama, walaupun

indeks kesenjangan digital untuk perempuan lebih rendah 0.5% dari nilai

indeks untuk laki-laki, Nilai indeks kesenjangan digital berdasarkan golongan

menunjukkan bahwa grup yang memiliki golongan lebih tinggi memiliki nilai

indeks kesenjangan digital yang lebih tinggi pula. Pegawai golongan 2

memiliki indeks kesenjangan digital terendah. Indeks kesenjangan digital

berdasar pendidikan juga memiliki tren meningkat sesuai dengan tingkat

pendidikan, Nilai indeks kesenjangan digital berdasarkan usia terlihat bahwa

grup yang memiliki usia lebih tinggi memiliki nilai indeks kesenjangan digital

yang lebih rendah.

Page 55: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

42

D. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini berangkat dari pemahaman

bahwa kesenjangan digital dipengaruhi kesenjangan akses dan kesenjangan

kemampuan TIK, yang dapat diukur dengan metode pengukuran DIDIX dan

metode SIBIS untuk menggambarkan tingkat kesenjangan digital antar SDM.

Kemudian dari hasil pengukuran, diusulkan strategi untuk mengurangi

kesenjangan digital antar SDM. Kerangka konseptual penelitian ini dapat

digambarkan pada diagram berikut ini:

Gambar 2. Kerangka Konseptual Penelitian Konsep berdasarkan Instrumen SIBIS dan Metode DIDIX

Kesenjangan Akses TIK

Kesenjangan Digital

Strategi Pengurangan Kesenjangan Digital

Kesenjangan Kemampuan TIK

Tingkat

Kesenjangan Digital

Indikator

• Penggunaan Komputer

• Kepemilikan Komputer

• Penggunaan Internet • Kepemilikan Ases

Internet di Rumah

Indikator

Kemampuan TIK

Demographic

Page 56: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

43

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, maka pertanyaan

penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas Perkebunan

dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dilihat dari aspek kesenjangan akses

TIK:

a. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat

dari persentase penggunaan komputer?

b. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat

dari persentase kepemilikan komputer?

c. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat

dari persentase penggunaan internet?

d. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat

dari persentase kepemilikan akses internet di rumah?

2. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dilihat dari aspek

kesenjangan kemampuan TIK?

3. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dilihat dari aspek faktor

demographic (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan penghasilan)?

Page 57: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kualitatif. Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya

mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur

kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut

selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan

suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang

membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. Dengan demikian

hasil olahan data dengan statistik ini hanya sampai pada tahap deskripsi,

belum sampai pada tahap generalisasi istilahnya adalah statistik deskriptif

(Ubaidillah, 2010).

Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai

tugas mengorganisasi dan menganalisa data angka, agar dapat memberikan

gambaran secara teratur, ringkas dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa

atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu. Analisis

data menggunakan statistik sederhana seperti tabel-tabel dan grafik sehingga

mudah untuk dibaca, dipahami untuk mengambil keputusan, selain itu statistik

deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga

data yang dihasilkan dari penelitian dapat dimanfaatkan oleh orang lain yang

membutuhkan (Aditya, 2011).

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah

dipilih oleh peneliti. Sesuai dengan judul penelitian, maka kesenjangan digital

dalam peneitian ini didefinisikan sebagai kesenjangan (gap) antara individu

yang dilihat dari aspek demoghrapic dalam hal kepemilikan akses TIK dan

kemampuan menggunakan TIK untuk bekerja, berkreasi, berkreativitas, dan

beragam aktivitas.

Page 58: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

45

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang merupakan

sumber dalam suatu penelitian. Populasi penelitian ini adalah Pegawai

Negeri Sipil di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli

Selatan yang berjumlah 43 Orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Sehubungan dengan penelitian merupakan studi kasus pada Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan, maka jumlah

sampel yang dijadikan sebagai responden adalah semua jumlah populasi

yaitu 43 Orang. Distribusi dari sampel responden dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel 7 (tujuh) berikut ini:

Tabel 7. Distribusi Sampel Penelitian

Kelompok Sub Kelompok Responden

Usia

<30 tahun 5 30-40 tahun 10 41-50 tahun 22 >50 tahun 6

Total 43

Jenis Kelamin Laki-Laki 28

Wanita 15 Total 43

Pendidikan SMA 14

S1 29 Total 43

Penghasilan

700-2 jt 6 2-3 jt 14 3-4 Jt 17 4-5 Jt 6

Total 43

Page 59: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

46

D. Pengembangan Instrumen

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, digunakan

instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner mengacu kepada indikator-

indikator SIBIS GPS (2002) yang dimodifikasi sesuai batasan penelitian.

Konsep kuesioner ini adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan item-item pilihan yang disesuaikan dari instrumen

kuesioner SIBIS;

2. Jawaban setiap item instrumen berupa tanda silang, dengan pilihan

jawaban yang berbeda-beda;

3. Setiap jawaban dihitung, dianalisis dengan statistik sederhana dan

dibuat diagram atau tabel agar mudah untuk dibaca dan dipahami

dalam mengambil kesimpulan atau keputusan;

4. Nilai jawaban menggunakan skala Guttman, diberi nilai 1 (satu) jika

jawaban Ya, nilai 0 (nol) jika jawaban Tidak.

Berdasarkan konsep kuesioner di atas, struktur instrumen penelitian

yang disusun adalah sebagai berikut:

1. Bagian pertama: pernyataan pendahuluan mengenai deskripsi dan

tujuan penelitian ini;

2. Bagian kedua: identitas responden yang meliputi nama, usia, jenis

kelamin, golongan, pendidikan, dan sebagainya;

3. Bagian ketiga: instrumen kuesioner yang meliputi aspek kesenjangan

akses TIK dengan indikator penggunaan komputer, kepemilikan

komputer, penggunaan internet, kepemilikan akses internet di rumah,

kemudian kesenjangan kemampuan TIK yang dikelompokkan

berdasarkan aspek demoghrapic (usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan penghasilan) seperti tabel berikut ini, dengan

instrument selengkapnya ditampilkan pada lampiran 9 (sembilan):

Page 60: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

47

Tabel 8. Instrumen Pengukuran kesenjangan Digital

Demoghrapic Sub

Indikator

Indikator Kesenjangan Digital

Kesenjangan Akses TIK

Kesenjangan

Kemampuan

TIK

Kepemilikan

Komputer

Kepemilikan

Internet di

Rumah

Penggunaan

Komputer

Penggunaan

Internet

Kemampuan

TIK

Umur

<30 tahun

Nomor

Item

pertanyaan

1 s/d 3

Nomor

Item

pertanyaan

4 s/d 6

Nomor

Item

Pertanyaan

7 s/d 10

Nomor

Item

Pertanyaan

11 s/d 13

Nomor

Item

Pertanyaan

14 s/d 20

30-40 tahun

41-50 tahun

>50 tahun

Jenis Kelamin Laki-Laki

Wanita

Pendidikan SMA

S1

Penghasilan

700-2 jt

2-3 jt

3-4 Jt

4-5 Jt

Sumber: SIBIS (2003)

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan berupa studi literatur dan

survey lapangan dalam bentuk penyebaran kuesioner. Pengumpulan data

bertujuan untuk menangkap dan menjelaskan fakta untuk dapat menjawab

pertanyaan penelitian. Berikut ini adalah penjelasan dari kedua teknik

pengumpulan data tersebut:

1. Studi literatur, yaitu mempelajari sumber-sumber literatur seperti tertulis

dalam buku, jurnal, dan penelitian terdahulu yang terkait dengan topik

penelitian ini yaitu kesenjangan digital. Beberapa data sekunder yang

digunakan untuk pendukung penelitan ini diambil dari beberapa sumber

seperti Peraturan Daerah Tapanuli Selatan, Rencana Strategis Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan tahun 2011;

Page 61: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

48

2. Survey, yang merupakan penelitian langsung terhadap objek penelitian

yang dalam hal ini adalah Pegawai Negeri Sipil Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kab. Tapanuli Selatan dengan cara penyebaran kuesioner; 3. Wawancara, untuk mendapatkan data pendukung yang diperoleh dari

pihak pihak yang terkait dengan pembuat keputusan dan petugas yang

berhubungan dengan TIK; 4. Kuesioner, beberapa item-item kuesioner yang digunakan dalam

penelitian ini telah dimodifikasi dari indikator SIBIS GPS (2002) yang

sebenarnya untuk disesuaikan dengan batasan masalah penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Data penelitian yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan

teknik analisis data yang meliputi:

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Tujuan pengujian validitas instrumen adalah untuk membuktikan

bahwa instrumen penelitian adalah valid sehingga dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen penelitian yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan untuk mengukur obyek

yang sama beberapa kali maka hasil yang didapatkan adalah sama atau

data yang didapatkan sama. Pengujian validitas dilakukan menggunakan

SPSS versi 17 dengan menggunakan korelasi. Kriteria sebuah instrumen

dinyatakan valid adalah apabila nilai korelasi (pearson correlation)

positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig.(2-tailed)] lebih kecil dari taraf

signifikan (á) sebesar 0,05. Pengujian reliabilitas dari masing-masing

variabel dilakukan dengan menggunakan Uji Alpha-Cronbach. Kuesioner

dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha yang lebih besar

dari 0,6. Rumus koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach adalah sebagai

berikut:

Page 62: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

49

𝑟𝑟𝑟𝑟 =𝑘𝑘

(𝑘𝑘 − 1)�1 −

∑𝑆𝑆𝑟𝑟2

𝑆𝑆𝑆𝑆2 �

Dimana:

k = mean kuadrat antara subyek

∑ Si2 = mean kuadrat kesalahan

St2 = varians total

Rumus untuk varians total dan varians item:

𝑆𝑆𝑆𝑆2 = ∑𝑋𝑋𝑆𝑆 2

𝑛𝑛− (∑𝑋𝑋𝑆𝑆2)

𝑛𝑛2

𝑆𝑆𝑆𝑆2 =𝐽𝐽𝑘𝑘𝑆𝑆𝑛𝑛−𝐽𝐽𝐽𝐽𝑆𝑆𝑛𝑛2

Dimana:

JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item

JKt = jumlah kuadrat subyek

2. Ujicoba Instrumen

Instrumen yang dibuat dilakukan ujicoba untuk mengetahui apakah

data yang dikumpulkan memenuhi syarat untuk dianalisis dengan teknis

analisis yang telah direncanakan yaitu uji validitas dan reliabilitas

instrumen penelitian.

Tujuan pengujian validitas instrumen adalah untuk membuktikan

bahwa instrumen penelitian adalah valid sehingga dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen penelitian yang

reliabel adalah instrumen yang bila digunakan untuk mengukur obyek

yang sama beberapa kali maka hasil yang didapatkan adalah sama atau

data yang didapatkan sama.

a. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan menggunakan bantuan program

SPSS versi 17 dengan menggunakan korelasi. Tabel 9 (sembilan)

menunjukkan ringkasan uji validitas kuesioner kesenjangan digital.

Hasil selengkapnya dari pengujian validitas dapat dilihat di lampiran

1 (satu).

(I)

(II)

Page 63: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

50

Tabel 9. Tabel Ringkasan Uji Validitas Kuesioner

Korelasi Antara

Nilai Korelasi

(Pearson

Correlation)

Probabilitas

Korelasi

[sig.(2-tailed)]

Kesimpulan

Item No.1 dengan Total 0,834 0,000 Valid

Item No.2 dengan Total 0,877 0,000 Valid

Item No.3 dengan Total 0,848 0,000 Valid

Item No.4 dengan Total 0,358 0,044 Valid

Item No.5 dengan Total 0,605 0,000 Valid

Item No.6 dengan Total 0,248 0,249 InValid

Item No.7 dengan Total 0.863 0,000 Valid

Item No.8 dengan Total 0,775 0,000 Valid

Item No.9 dengan Total 0,786 0,000 Valid

Item No.10 dengan Total 0,699 0,000 Valid

Item No.11 dengan Total 0,126 0,457 InValid

Item No.12 dengan Total 0,737 0,000 Valid

Item No.13 dengan Total 0,652 0,000 Valid

Item No.14 dengan Total 0,721 0,000 Valid

Item No.15 dengan Total 0,737 0,000 Valid

Item No.16 dengan Total 0,411 0,108 InValid

Item No.17 dengan Total 0,807 0,000 Valid

Item No.18 dengan Total 0,840 0,000 Valid

Item No.19 dengan Total 0,715 0,000 Valid

Item No.20 dengan Total 0,770 0,000 Valid

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari pengujian validitas

jumlah item yang dinyatakan valid dan dapat dijadikan acuan untuk

penelitian selanjutnya sebanyak 17 item dari 20 item yang mempunyai

nilai korelasi positif, dan nilai probabilitas korelasi lebih kecil dari 0,05.

Sementara 3 (tiga) item yaitu item 6,11 dan 16 dinyatakan tidak valid

karena mempunyai nilai probabilitas korelasi lebih besar dari 0,05.

Page 64: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

51

2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan menggunakan bantuan program

SPSS versi 17 dengan menggunakan Uji Alpha-Cronbach. Tabel

berikut menunjukkan hasil uji reliabilitas kuesioner dan untuk hasil

selengkapnya dapat dilihat di lampiran 1 (satu).

Tabel 10. Ringkasan Uji Reliabilitas Kuesioner

Variabel Koefisien Alpha Kesimpulan

Kesenjangan Digital 0,941 Reliabel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas

untuk variabel lebih besar dari 0,6. Ini menunjukkan bahwa kuesioner

penelitian reliabel untuk masing-masing indikator kesenjangan digital.

3. Identifikasi Variabel

Pengukuran kesenjangan digital dalam penelitian ini menggunakan

tiga variabel yaitu aspek kesenjangan akses TIK (indikator: kepemilikan

komputer, kepemilikan akses internet di rumah), aspek kesenjangan

kemampuan TIK (indikator: penggunaan komputer, penggunaan internet,

dan kemampuan TIK), indikator yang digunakan mengacu pada metode

SIBIS GPS (2003) yang dimodifikasi sesuai batasan masalah penelitian.

Kemudian aspek demoghrapic (indikator: umur, jenis kelamin, pendidikan

dan penghasilan).

4. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dilakukan agar data yang diperoleh dapat di

paparkan dan intepretasikan dengan mudah, seperti membuat tabulasi data

terhadap skor data yang diperoleh atau digambarkan dengan diagram agar

data yang diperoleh mudah dipahami maknanya (Singarimbun, 1997),

sehingga dapat menggambarkan tingkat kesenjangan digital antar SDM

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan.

Page 65: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

52

5. Kategori Indeks Penilaian

Penilaian penggunaan komputer, kepemilikan komputer, penggunaan

internet, kepemilikan akses internet di rumah menggunakan satuan persen

yang memiliki rentang 0% sampai 100%. Nilai yang dihasilkan

dikategorikan menjadi 5 (lima), yaitu sebagai berikut:

a. Indeks < 20.00% = sangat rendah

b. 20.00% ≤ Indeks < 40.00% = rendah

c. 40.00% ≤ Indeks < 60.00% = sedang

d. 60.00% ≤ Indeks < 80.00% = tinggi

e. Indeks ≥ 80.00% = sangat tinggi

Sementara untuk penilaian tingkat kesenjangan digital antar SDM

berdasarkan aspek kesenjangan akses TIK, kemampuan TIK dan

demoghraphic menggunakan satuan persen yang memiliki rentang 0%

sampai 100%. Nilai yang dihasilkan dikategorikan menjadi 5 (lima), yaitu

sebagai berikut:

a. Indeks < 20.00% = sangat tinggi

b. 20.00% ≤Indeks < 40.00% = tinggi

c. 40.00% ≤ Indeks < 60.00% = sedang

d. 60.00% ≤Indeks < 80.00% = rendah

e. Indeks ≥ 80.00% = sangat rendah

Page 66: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskriptif data dilakukan agar data yang diperoleh dapat di paparkan

dan intepretasikan dengan mudah, seperti membuat tabulasi data terhadap

skor data yang diperoleh atau digambarkan dengan diagram agar data yang

diperoleh mudah dipahami maknanya (Singarimbun, 1997), sehingga dapat

menggambarkan tingkat kesenjangan digital antar SDM Dinas Perkebunan

dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan.

Kesenjangan digital dalam penelitian ini meliputi kesenjangan akses

TIK (penggunaan komputer, kepemilikan komputer, penggunaan internet dan

kepemilikan akses internet di rumah) dan kesenjangan kemampuan TIK.

Frekuensi data hasil penelitian masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1. Frekuensi Data Penggunaan Komputer

Data penggunaan komputer dalam penelitian ini dikelompokkan

berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan penghasilan. Ringkasan

frekuensi data penggunaan komputer yang diperoleh dalam penelitian ini

ditampilkan pada tabel 11 di bawah ini, untuk hasil selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 4 (empat).

Tabel 11. Data Penggunaan Komputer

Kelompok Sub Kelompok Penggunaan Komputer Item 1 Item 2 Item 3 Rata-Rata

Usia

<30 tahun 80,00 80,00 80,00 80,00 30-40 tahun 80,00 70,00 80,00 76,67 41-50 tahun 31,82 22,73 36,36 30,30 >50 tahun 16,67 16,67 16,67 16,67

Jenis Kelamin Laki-Laki 35,71 39,29 39,29 38,10

Wanita 66,67 40,00 66,67 57,78

Pendidikan SMA 28,57 28,57 28,57 28,57 S1 55,17 44,83 58,62 52,87

Penghasilan

700-2 jt 33,33 33,33 33,33 33,33 2-3 jt 64,29 42,86 64,29 57,14 3-4 Jt 35,29 41,18 41,18 39,22 4-5 Jt 50,00 33,33 50,00 44,44

Page 67: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

55

Keterangan : Item 1 : Penggunaan komputer dalam pekerjaan Item 2 : Penggunaan komputer untuk kepentingan pribadi Item 3 : Penggunaan komputer 4 minggu terakhir

Kelompok pertama pada tabel di atas merupakan tingkat

penggunaan komputer pada kelompok usia, penggunaan komputer paling

rendah pada usia >50 tahun dengan nilai rata-rata penggunaan komputer

sebesar 16,67% dari 6 (enam) responden, kemudian pada usia 41-50

tahun dengan nilai rata-rata sebesar 30,30% dari 22 responden, pada usia

30-40 tahun nilai rata-rata sebesar 76,67% dari 10 responden. Sementara

penggunaan komputer pada usia <30 tahun dengan nilai rata-rata sebesar

80% dari 5 (lima) responden.

Kelompok kedua pada tabel di atas merupakan tingkat

penggunaan komputer pada kelompok jenis kelamin, nilai rata-rata pada

laki-laki sebesar 38,10% dari 28 responden laki laki, sementara pada

wanita sebesar 57,78% dari 15 responden wanita.

Kelompok ketiga pada tabel di atas merupakan data penggunaan

komputer pada kelompok tingkat pendidikan. Penggunaan komputer

memiliki tren meningkat sesuai dengan tingkat pendidikan. Dimana

tingkat pendidikan SMA yang menggunakan komputer nilai rata-ratanya

sebesar 28,57% dari 14 responden yang berpendidikan SMA, sementara

tingkat pendidikan S1 nilai rata-rata penggunaan komputer sebesar

52,87% dari 29 responden berpendidikan S1.

Kelompok keempat pada tabel di atas merupakan data

penggunaan komputer pada kelompok tingkat penghasilan, dimana

penggunaan komputer terendah pada kelompok dengan penghasilan 700-

2 juta dengan nilai rata-rata yaitu sebesar 33,33% dari 6 (enam)

responden, kemudian pada kelompok dengan penghasilan 3-4 juta

dengan nilai rata-rata sebesar 39,22% dari 17 responden, lalu pada

kelompok dengan penghasilan 4-5 juta dengan nilai rata-rata penggunaan

komputer sebesar 39,22% dari 6 (enam) responden. Sementara pada

Page 68: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

56

kelompok dengan penghasilan 2-3 juta memiliki nilai rata-rata

penggunaan komputer tertinggi yaitu sebesar 57,14% dari 14 responden.

2. Frekuensi Data Kepemilikan Komputer

Data kepemilikan komputer dikelompokkan berdasarkan usia,

jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan penghasilan. Ringkasan hasil

perhitungan persentase data kepemilikan komputer yang diperoleh dalam

penelitian ini ditampilkan pada tabel 12 di bawah ini, untuk hasil

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 (lima).

Tabel 12. Data Kepemilikan Komputer

Kelompok Sub Kelompok Kepemilikan Komputer

Item 4 Item 5 Rata-Rata % % %

Usia

<30 tahun 40,00 80,00 60,00 30-40 tahun 30,00 40,00 35,00 41-50 tahun 31,82 18,18 25,00 >50 tahun 33,33 16,67 25,00

Jenis Kelamin Laki-Laki 35,71 21,43 28,57 Wanita 26,67 46,67 36,67

Pendidikan SMA 28,57 14,29 21,43 S1 34,48 37,93 36,21

Penghasilan

700 Ribu-2 Juta 33,33 16,67 25,00 2-3 Juta 35,71 21,43 28,57 3-4 Juta 35,29 35,29 35,29 4-5 Juta 16,67 50,00 33,33

Keterangan : Item 4 : Kepemilikan Komputer Desktop (PC) Item 5 : Kepemilikan Laptop (Notebook/Netbook)

Kelompok pertama pada tabel di atas merupakan data

kepemilikan komputer pada kelompok usia. Nilai rata-rata kepemilikan

komputer pada kelompok usia <30 tahun sebesar 60% dari 5 (lima)

responden. Pada kelompok usia 30-40 tahun, nilai rata-rata sebesar 35%

dari 10 responden, kelompok dengan usia 41-50 tahun nilai rata-rata

penggunaan komputer sebesar 25% dari 22 responden, sementara

kepemilikan komputer pada usia >50 tahun dengan nilai rata-rata

kepemilikan komputer sebesar 25% dari 6 (enam) responden.

Page 69: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

57

Kelompok kedua pada tabel di atas merupakan data kepemilikan

komputer pada kelompok jenis kelamin. Dari data di atas menunjukkan

kepemilikan nilai rata-rata kepemilikan komputer pada laki-laki lebih

rendah dibandingkan wanita. Nilai rata-rata pada laki laki sebesar

28,57% dari 28 responden laki-laki, sementara pada wanita nilai rata-rata

sebesar 36,67% dari 15 responden wanita.

Kelompok ketiga pada tabel di atas merupakan data kepemilikan

komputer pada kelompok tingkat pendidikan. Kepemilikan komputer

paling rendah pada kelompok dengan tingkat pendidikan terendah yaitu

SMA dengan nilai rata-rata kepemilikan komputer sebesar 21,43% dari

14 responden, sementara pada kelompok tingkat pendidikan S1, nilai

rata-rata sebesar 36,21% dari 29 responden.

Kelompok keempat pada tabel di atas merupakan data

kepemilikan komputer pada kelompok tingkat penghasilan. Nilai

kepemilikan komputer pada kelompok dengan penghasilan 4-5 juta

dengan nilai rata-rata kepemilikan komputer sebesar 33,33% dari 6

(enam) responden, kemudian kepemilikan komputer pada kelompok 3-4

juta dengan nilai rata-rata sebesar 35,29% dari 17 responden, kelompok

dengan penghasilan 2-3 juta memiliki nilai rata-rata kepemilikan

komputer sebesar 28,57% dari 14 responden, sementara kepemilikan

komputer terendah yaitu pada kelompok dengan penghasilan 700-2 juta

dengan nilai rata-rata sebesar 25% dari 6 (enam) responden.

3. Frekuensi Data Penggunaan Internet

Data penggunaan internet dikelompokkan berdasarkan usia, jenis

kelamin, pendidikan, dan penghasilan. Ringkasan hasil perhitungan

persentase data kesenjangan digital dalam penggunaan internet yang

diperoleh dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel 13 di bawah ini,

untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 (enam).

Page 70: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

58

Tabel 13. Data Penggunaan Internet

Kelompok Sub Kelompok

Penggunaan Internet Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Rata-Rata

% % % % %

Umur

<30 tahun 80,00 100,00 100,00 100,00 95,00

30-40 tahun 80,00 70,00 80,00 60,00 72,50

41-50 tahun 31,82 27,27 36,36 31,82 31,82 >50 tahun 16,67 33,33 33,33 33,33 29,17

Jenis Kelamin

Laki-Laki 39,29 42,86 50,00 39,29 42,86

Wanita 60,00 53,33 60,00 60,00 58,33

Pendidikan SMA 21,43 42,86 35,71 35,71 33,93 S1 58,62 48,28 62,07 51,72 55,17

Penghasilan

700-2 jt 33,33 50,00 50,00 33,33 41,67 2-3 jt 57,14 50,00 64,29 50,00 55,36 3-4 Jt 41,18 47,06 52,94 52,94 48,53 4-5 Jt 50,00 33,33 33,33 33,33 37,50

Keterangan : Item 7 : Penggunaan Internet dalam Pekerjaan Item 8 : Penggunaan Internet untuk Kepentingan Pribadi Item 9 : Penggunaan Internet 4 Minggu terakhir Item 10: Penggunaan Internet selain menggunakan PC atau Laptop

Kelompok pertama pada tabel di atas merupakan data penggunaan

internet pada kelompok usia. Nilai rata-rata penggunaan internet paling

rendah pada kelompok usia >50 tahun yaitu sebesar 29,17% dari 6

(enam) responden, pada kelompok usia 40-50 tahun yaitu sebesar 31,82%

dari 22 responden, sementara pada kelompok usia 30-40 tahun sebesar

72,50% dari 10 responden dan kelompok usia <30 tahun memiliki nilai

rata-rata penggunaan internet tertinggi yaitu sebesar 95% dari 5 (lima)

responden.

Kelompok kedua pada tabel di atas merupakan data penggunaan

internet pada kelompok jenis kelamin. Nilai rata rata penggunaan internet

pada laki-laki sebesar 42,86% dari 28 responden laki-laki, sementara

wanita sebesar 58,33% dari 15 responden wanita.

Kelompok ketiga pada tabel di atas merupakan data penggunaan

internet pada kelompok tingkat pendidikan. Nilai rata rata penggunaan

internet memiliki tren meningkat sesuai dengan tingkat pendidikan.

Page 71: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

59

Dimana tingkat pendidikan SMA yang menggunakan internet sebesar

33,93% dari 14 responden, sementara tingkat pendidikan S1 sebesar

55,17% dari 29 responden.

Kelompok keempat pada tabel di atas merupakan data

penggunaan internet pada kelompok tingkat penghasilan. Nilai rata rata

penggunaan internet paling rendah pada kelompok dengan penghasilan

tertinggi yaitu 4-5 juta sebesar 37,50% dari 6 (enam) responden,

kemudian pada kelompok dengan penghasilan 700-2 juta sebesar 41,67%

dari 6 (enam) responden. Nilai rata-rata pada kelompok penghasilan 3-4

Juta sebesar 48,53% dari 17 responden dan pada kelompok dengan

peghasilan 2-3 juta yaitu sebesar 55,36% dari 14 responden.

4. Frekuensi Data Kepemilikan Akses Internet di Rumah

Data kepemilikan akses internet di rumah dikelompokkan

berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan penghasilan. Ringkasan

hasil perhitungan persentase data kepemilikan akses internet yang

diperoleh dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel 14 di bawah ini,

untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 (tujuh).

Tabel 14. Data Kepemilikan Akses Internet di Rumah

Kelompok Sub Kelompok Kepemilikan Akses Internet di Rumah

Item 12 Item 13 Rata-Rata % % %

Umur

<30 tahun 60,00 80,00 70,00 30-40 tahun 60,00 60,00 60,00 41-50 tahun 18,18 22,73 20,45 >50 tahun 0,00 33,33 16,67

Jenis Kelamin Laki-Laki 28,57 35,71 32,14 Wanita 40,00 46,67 43,33

Pendidikan SMA 14,29 28,57 21,43 S1 41,38 44,83 43,10

Penghasilan

700-2 jt 16,67 16,67 16,67 2-3 jt 42,86 42,86 42,86 3-4 Jt 35,29 41,18 38,24 4-5 Jt 16,67 50,00 33,33

Page 72: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

60

Keterangan : Item 12 : Kepemilikan Akses Internet dengan modem Item 13 : Kepemilikan Akses Internet dengan HP berfasilitas internet

Kelompok pertama pada tabel di atas merupakan data

kepemilikan akses internet di rumah pada kelompok usia. Nilai rata-rata

kepemilikan akses internet di rumah paling rendah pada kelompok usia

41-50 tahun sebesar 20,45% dari 22 responden, pada kelompok usia >50

Tahun sebesar 16,67% dari 6 (enam) responden, pada usia 30-40 tahun

sebesar 60% dari 10 responden dan pada kelompok usia <30 Tahun yaitu

sebesar 70% dari 5 (lima) responden.

Kelompok kedua pada tabel di atas merupakan data kepemilikan

akses internet di rumah pada kelompok jenis kelamin. Nilai rata-rata

kepemilikan akses internet di rumah pada wanita lebih besar

dibandingkan laki-laki, pada wanita yaitu sebesar 43,33% dari 15

responden wanita, sementara pada laki-laki sebesar 32,14% dari 28

responden.

Kelompok ketiga pada tabel di atas merupakan data kepemilikan

akses internet di rumah pada kelompok tingkat pendidikan. Nilai rata-rata

kepemilikan akses internet di rumah paling rendah pada kelompok

dengan tingkat pendidikan terendah yaitu SMA sebesar 21,43% dari 14

responden, sementara pada kelompok dengan tingkat pendidikan S1

sebesar 43,10% 29 responden.

Kelompok keempat pada tabel di atas merupakan data

kepemilikan akses internet di rumah pada kelompok tingkat penghasilan.

Nilai rata-rata kepemilikan akses internet di rumah paling tinggi pada

kelompok dengan penghasilan 2-3 juta sebesar 42,86% dari 14

responden, pada kelompok dengan penghasilan 3-4 juta sebesar 38,24%

dari 17 responden, pada kelompok dengan tingkat penghasilan 4-5 juta

sebesar 33,33% dari 6 (enam) responden dan pada kelompok dengan

penghasilan 700-2 juta sebesar 16,67% dari 6 (enam) responden.

Page 73: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

61

5. Frekuensi Data Kemampuan TIK

Data kemampuan TIK dikelompokkan berdasarkan usia, jenis

kelamin, pendidikan, dan penghasilan. Ringkasan hasil perhitungan

persentase data kesenjangan digital dalam kemampuan TIK yang diperoleh

dalam penelitian ini ditampilkan pada tabel 15 di bawah ini, untuk hasil

selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 (delapan).

Tabel 15. Data Kemampuan TIK

Kelompok Sub Kelompok

Kemampuan TIK

Item 14 Item 15 Item 17 Item 18 Item 19 Item 20 Rata-Rata

% % % % % % %

Umur

<30 tahun 100,00 80,00 100,00 80,00 100,00 100,00 93,33 30-40 tahun 80,00 70,00 70,00 70,00 70,00 80,00 73,33 41-50 tahun 59,09 27,27 27,27 22,73 50,00 54,55 40,15 >50 tahun 50,00 16,67 16,67 0,00 33,33 33,33 25,00

Jenis Kelamin

Laki-Laki 67,86 42,86 32,14 35,71 53,57 57,14 48,21 Wanita 66,67 40,00 66,67 40,00 66,67 73,33 58,89

Pendidikan SMA 42,86 30,77 28,57 35,71 42,86 42,86 37,27

S1 72,41 48,28 51,72 37,93 62,07 68,97 56,90

Penghasilan

700-2 jt 50,00 33,33 33,33 33,33 33,33 50,00 38,89 2-3 jt 64,29 35,71 64,29 50,00 78,57 71,43 60,71 3-4 Jt 64,71 41,18 35,29 35,29 58,82 58,82 49,02 4-5 Jt 66,67 42,86 33,33 16,67 33,33 50,00 40,48

Keterangan : Item 14 : Menggunakan Search Engine Item 15 : Menggunakan Email Item 17 : Menggunakan Micrsosoft Office Item 18 : Mendownload atau Menginstall perangkat lunak Item 19 : Mengerti website berbahasa inggris Item 20 : Mematikan atau menghidupkan Komputer

Kelompok pertama pada tabel di atas merupakan tingkat kemampuan

TIK pada kelompok usia. Nilai rata-rata kemampuan TIK paling rendah pada

kelompok usia >50 Tahun sebesar 25% dari 6 (enam) responden, pada usia

41-50 tahun sebesar 40,15% dari 22 responden, pada kelompok dengan usia

30-40 tahun nilai rata rata kemampuan TIK sebesar 73,33% dari 10

responden dan pada kelompok usia < 30 tahun yaitu sebesar 93,33% dari 5

(lima) responden.

Page 74: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

62

Kelompok kedua pada tabel di atas merupakan tingkat kemampuan

TIK pada kelompok jenis kelamin. Nilai rata-rata kemampuan TIK pada

wanita lebih besar pada wanita yaitu sebesar 58,89% dari 15 responden

wanita, sementara pada laki-laki sebesar 48,21% dari 28 responden.

Kelompok ketiga pada tabel di atas merupakan tingkat kemampuan

TIK pada kelompok tingkat pendidikan. Nilai rata-rata kemampuan TIK

paling rendah pada kelompok dengan tingkat pendidikan terendah yaitu SMA

sebesar 37,27% dari 14 responden, sementara pada kelompok dengan tingkat

pendidikan S1 sebesar 56,90% dari 29 responden.

Kelompok keempat pada tabel di atas merupakan tingkat kemampuan

TIK pada kelompok tingkat penghasilan. Nilai rata-rata kemampuan TIK

paling tinggi pada kelompok dengan penghasilan 2-3 juta sebesar 60,71%

dari 14 responden, pada kelompok dengan penghasilan 3-4 juta sebesar

49,02% dari 17 responden, pada kelompok dengan tingkat penghasilan 4-5

juta sebesar 40,48% dari 6 (enam) responden dan pada kelompok dengan

penghasilan 700-2 juta sebesar 38,89% dari 6 (enam) responden.

B. Jawaban Pertanyaan Penelitian

Data hasil penelitian yang diperoleh, digunakan untuk menjawab

pertanyaan penelitian berdasarkan kerangka konseptual yang telah dibuat

pada bab sebelumnya untuk menggambarkan tingkat kesenjangan digital yang

terjadi antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli selatan

yang dilihat dari aspek kesenjangan akses TIK (penggunaan komputer,

kepemilikan komputer, penggunaan internet dan kepemilikan akses internet

di rumah), kesenjangan kemampuan TIK dan dari aspek demographic (usia,

jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan) seperti di bawah ini:

1. Tingkat Kesenjangan digital dari Aspek Kesenjangan Akses TIK

Nilai yang diperoleh dari data penelitian dikategorikan

berdasarkan 5 (lima) indeks yang sudah dibahas pada bab sebelumnya,

sebagai dasar untuk mengukur tingkat kesenjangan digital dari aspek

Page 75: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

63

kesenjangan akses TIK (kepemilikan komputer, penggunaan komputer,

penggunaan internet dan kepemilikan akses internet di rumah). Tabel 16

menunjukkan tabel ringkasan data kesenjangan digital berdasarkan aspek

kesenjangan akses TIK, dengan hasil selengkapnya dapat dilihat di

lampiran 2 (dua).

Tabel 16. Data Kesenjangan Akses TIK

Indikator Sub Indikator Persentase (%)

Penggunaan Komputer • Dalam Pekerjaan • Kegiatan Pribadi • 4 Minggu terakhir

• 46,5 • 39,5 • 48,8

Rata-Rata 44,9

Kepemilikan Komputer • Personal Computer (PC) • 32,6 • Notebok/Netbook • 30,2

Rata-Rata 31,4

Penggunaan Internet

• Dalam Pekerjaan • Kegiatan Pribadi • 4 Minggu terakhir • Selain dari PC atau Laptop

• 41,9 • 46,5 • 53,5 • 41,9

Rata-Rata 45,9 Kepemilikan Akses Internet Di rumah

• Modem • HP berfasilitas Internet

• 30,2 • 39,5

Rata-Rata 34,9 Total Rata-Rata 39,3

Data hasil penelitian yang ditampilkan pada tabel di atas,

digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian berikut ini:

a. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat dari persentase penggunaan komputer?

Persentase penggunaan komputer diperoleh dari persentase

sub indikator penggunaan komputer yaitu: penggunaan komputer

dalam pekerjaan sebesar 46,5% dari 43 responden, penggunaan

komputer untuk kegitan pribadi sebesar 39,5% dari 43 responden

dan penggunaan komputer 4 (empat) minggu terakhir sebesar 48,8%

dari 43 responden, sehingga diperoleh nilai rata-rata persentase

penggunaan komputer sebesar 44,9% dari 43 responden atau

menunjukkan tingkat penggunaan komputer pada SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada

kategori sedang.

Page 76: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

64

b. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat dari persentase kepemilikan komputer?

Persentase kepemilikan komputer diperoleh dari persentase

sub indikator kepemilikan komputer yaitu kepemilikan komputer

desktop sebesar 32,6% dari 43 responden, kepemilikan laptop

(notebook atau netbook) sebesar 30,2% dari 43 reponden, sehingga

diperoleh nilai rata-rata persentase kepemilikan komputer sebesar

31,4% dari 43 responden atau menunjukkan tingkat kepemilikan

komputer pada SDM berada pada kategori rendah.

c. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat dari persentase penggunaan internet?

Persentase penggunaan internet diperoleh dari persentase sub

indikator penggunaan internet yaitu: penggunaan internet dalam

pekerjaan sebesar 41,9% dari 43 responden, penggunaan internet

untuk kegiatan pribadi sebesar 46,5% dari 43 responden,

penggunaan internet 4 (empat) minggu terakhir sebesar 53,5% dari

43 reponden dan penggunaan internet selain dari komputer desktop

(PC) atau laptop sebesar 41,9% dari 43 reponden, sehingga diperoleh

nilai rata-rata persentae penggunaan internet sebesar 45,9% dari 43

responden atau menunjukkan tingkat penggunaan intenet pada SDM

di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada

pada kategori sedang.

d. Bagaimana tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM dilihat dari persentase kepemilikan akses internet di rumah?

Persentase kepemilikan akses internet di rumah diperoleh dari

persentase sub indikator kepemilikan akses internet di rumah yaitu

kepemilikan modem sebesar 30,2% dari 43 responden dan

kepemilikan handphone berfasilitas internet sebesar 39,5% dari 43

responden, sehingga diperoleh nilai rata-rata kepemilikan akses

internet di rumah yaitu sebesar 34,9% dari 43 responden atau

Page 77: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

65

menunjukkan tingkat kepemilikan akses internet di rumah pada

SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan

berada pada kategori rendah.

Berdasarkan nilai rata-rata indikator kesenjangan akses TIK yang

meliputi penggunaan komputer, kepemilikan komputer, penggunaan

internet dan kepemilikan akses internet di rumah diperoleh nilai rata-rata

kesenjangan akses TIK sebesar 39,3% dari 43 responden atau

menggambarkan kesenjangan akses TIK antar SDM di Dinas Perkebunan

dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori tinggi.

2. Bagaimana Tingkat Kesenjangan Digital dari Aspek Kesenjangan

Kemampuan TIK?

Nilai yang diperoleh dari data penelitian dikategorikan

berdasarkan 5 (lima) indeks yang sudah dibahas pada bab sebelumnya,

sebagai dasar untuk mengukur tingkat kesenjangan digital dari aspek

kesenjangan kemampuan TIK. Tabel 17 menunjukkan tabel ringkasan

data kesenjangan kemampuan TIK, dengan hasil selengkapnya dapat

dilihat di lampiran 2 (dua).

Tabel 17. Data Kesenjangan Kemampuan TIK

Indikator Sub Indikator Persentase (%)

Kemampuan TIK

• Search Engine • Email • Microsoft Office • Download dan Install • Website Berbahasa Inggris • Menghidupkan dan

Mematikan Komputer

• 65,1 • 41,9 • 44,2 • 37,2 • 58,1 • 62,8

Rata-Rata 51,5

Tabel di atas menunjukkan bahwa, persentase kemampuan TIK

diperoleh dari persentase sub indikator kemampuan TIK yaitu nilai rata-

rata kemampuan menggunakan search engine sebesar 65,1% dari 43

Page 78: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

66

responden 43 responden, kemampuan menggunakan email sebesar 41,9%

dari 43 responden, kemampuan menggunakan Microsoft Office sebesar

44,2% dari 43 responden, kemampuan mendownload dan menginstall

aplikasi di komputer sebesar 37,2% dari 43 responden, mengerti isi

website yang ditulis dalam bahasa inggris sebesar 58,1% dari 43

responden dan kemampuan mematikan serta menghidupkan komputer

sebesar 62,8% dari 43 responden, sehingga diperoleh nilai rata-rata

persentase kemampuan TIK yaitu sebesar 51,5% dari 43 responden atau

menggambarkan tingkat kemampuan TIK pada SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori

sedang.

Berdasarkan konsep kesenjangan digital menurut Choi (2004)

yang menyatakan bahwa, kesenjangan digital tidak hanya berbicara

mengenai kesenjangan akses tehadap TIK namun juga kesenjangan

kemampuan dalam menggunakan TIK, maka dari hasil nilai rata-rata

kesenjangan akses TIK sebesar 39,3% dari 43 responden dan

kesenjangan kemampuan TIK sebesar 51,5% dari 43 responden diperoleh

nilai rata-rata kesenjangan digital sebesar 45,4% dari 43 responden atau

menggambarkan tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada

kategori sedang.

3. Bagaimana Tingkat Kesenjangan Digital Dilihat dari Aspek Demoghrapic?

Nilai dari data penelitian yang diperoleh dikategorikan menjadi 5

(lima), seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya. Nilai indeks

yang diperoleh mengambarkan tingkat kesenjangan digital berdasarkan

aspek demoghrapic (usia, jenis kelamin, pendidikan dan penghasilan),

indeks kesenjangan digital yang diperoleh dari penelitian ini

digambarkan dalam diagram berikut ini:

Page 79: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

67

Gambar 3. Diagram Indeks Kesenjangan Digital

Kelompok pertama dari diagram di atas adalah indeks kesenjangan

digital berdasarkan usia, terlihat bahwa nilai indeks kesenjangan digital

pada kelompok usia <30 tahun sebesar 79,67% dari 5 (lima) responden dan

30-40 tahun sebesar 63,50% dari 10 reponden atau mengalami kesenjangan

digital dalam kategori rendah, sementara pada usia 41-50 tahun sebesar

29,55% dari 22 responden dan pada usia >50 tahun sebesar 22,50% dari 6

(enam) responden atau mengalami kesenjangan digital dalam kategori

tinggi.

Kelompok kedua dari diagram di atas adalah indeks kesenjangan

digital berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan nilai indeks kesenjangan

digital yang diperoleh, tingkat kesenjangan digital pada kelompok laki-laki

masuk dalam kategori tinggi yaitu dengan nilai indeks sebesar 37,98% dari

28 responden, sementara pada wanita masuk dalam kategori kesenjangan

digital sedang dengan nilai indeks kesenjangan digital sebesar 51,00% dari

15 responden.

Kelompok ketiga dari diagram di atas adalah indeks kesenjangan

digital berdasarkan tingkat pendidikan. Nilai indeks kesenjangan digital

pada SDM dengan tingkat pendidikan SMA sebesar 28,53% dari 14

responden atau mengalami kesenjangan digital dalam kategori tinggi,

sementara nilai indeks kesenjangan digital untuk S1 sebesar 48,85% dari 29

responden atau mengalami kesenjangan digital dalam kategori sedang.

79.67

63.50

29.5522.50

37.9851.00

28.53

48.85

31.11

48.9342.06 37.82

0102030405060708090

Page 80: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

68

Kelompok keempat dari diagram di atas adalah nilai indeks

kesenjangan digital berdasarkan tingkat penghasilan. Nilai indeks

kesenjangan digital pada kelompok dengan tingkat penghasilan 700-2 juta

sebesar 31,11% dari 6 (enam) responden atau mengalami kesenjangan

digital dalam kategori tinggi, pada penghasilan 2-3 juta sebesar 48,93% dari

14 responden dan 3-4 juta sebesar 42,06% dari 17 responden atau

mengalami kesenjangan digital pada kategori sedang, sementara pada

kelompok dengan tingkat penghasilan 4-5 juta sebesar 37,82% dari 6 (enam)

responden atau mengalami kesenjangan digital dalam kategori tinggi.

C. Pembahasan

1. Tingkat Kesenjangan Digital dari Aspek Kesenjangan Akses TIK

Tingkat penggunaan komputer pada SDM di Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori sedang

menggambarkan bahwa penggunaan komputer belum dianggap sebagai

kebutuhan yang penting dalam pekerjaan atau beragam aktivitas lain, tapi

baru pada kondisi penggunaan komputer hanya sebagai pembantu pekerjaan

seperti pembuatan beberapa dokumen yang memang harus diketik dengan

komputer. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis selama melakukan

penelitian di bulan Desember 2012, pembuatan beberapa dokumen masih

dilakukan secara manual dikarenakan SDM terbiasa dengan dengan format

manual dan tidak yakin akan keabsahan dokumen jika dibuat melalui

komputer.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan penggunaan komputer

yang berada pada kategori sedang, antara lain dikarenakan ketersediaan

infrastruktur yang belum memadai karena ketersediaan komputer hanya 12

unit seperti ditampilkan pada tabel 5 (lima), kemudian belum adanya

kebijakan dari kepala dinas dalam hal penanganan, pengembangan dan

penggunaan TIK untuk mendukung tujuan organisasi pelayanan publik

berbasis TIK, namun lebih fokus pada kebijakan-kebijakan mendukung

program perkebunan dan peternakan yang langsung terjun ke lapangan atau

Page 81: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

69

masyarakat menyebabkan tidak adanya aplikasi yang mendukung program

perkebunan dan peternakan dengan TIK karena aplikasi yang tersedia hanya

aplikasi pelaporan Barang Milik Negara (SIMAK-BMN), dan laporan

penyerapan dana APBN untuk dilaporkan ke provinsi dan pusat.

Tingkat kepemilikan komputer pada SDM di Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori rendah dapat

disebabkan oleh masih dianggap mahalnya harga komputer oleh sebagian

PNS di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan, terutama

yang berpenghasilan rendah seperti hasil data kepemilikan komputer

berdasarkan tingkat penghasilan pada tabel 12. Rendahnya kepemilikan

komputer juga dapat disebabkan karena tersedianya PC dan laptop dari

kantor sebanyak 12 unit, untuk laptop sendiri ada 7 (tujuh) unit yang dapat

di bawa pulang ke rumah oleh beberapa PNS yang diberikan tanggung

jawab untuk menggunakan dan memeliharanya.

Faktor lain dapat disebabkan oleh lebih banyak pekerjaan yang lebih

fokus melayani masyarakat dengan langsung turun ke lapangan bukan

dengan pelayanan publik berbasis TIK (e-government) dan penggunaan TIK

hanya untuk kebutuhan administrasi dan laporan Barang Milik Negara dan

penyerapan dana yang hanya dikerjakan oleh PNS yang dianggap mampu

mengerjakannya, sehingga pada sebagian besar PNS terutama yang

merupakan generasi digital immigrant yaitu: merupakan generasi yang baru

mulai belajar teknologi tidak mengerjakan pekerjaan yang berhubungan

dengan TIK (Ross, 2007), hal ini menyebabkan generasi ini menganggap

tidak begitu penting untuk menggunakan atau memiliki komputer dalam

mendukung pekerjaan mereka baik di kantor maupun di rumah.

Tingkat Penggunaan internet pada SDM di Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori sedang

menunjukkan bahwa penggunaan internet juga belum memiliki tingkat

kepentingan yang tinggi dalam membantu pekerjaan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis selama melakukan

penelitian di bulan Desember tahun 2012, hanya sebagian kecil yang sering

Page 82: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

70

menggunakan internet untuk membantu pekerjaan, dan itupun lebih banyak

dilakukan oleh PNS yang berusia <30 tahun dan sebagian pada usia 30-40

tahun seperti yang ditunjukkan pada tabel 13, sementara untuk usia 41-50

dan >50 tahun cederung tidak menggunakan internet untuk membantu

pekerjaan mereka, karena pada usia ini termasuk generasi digital immigrant

yang menurut Valens (2012) bahwa, penggunaan Internet pada kelompok

usia ini berlangsung lambat dibandingkan para digital natives yang

mengenyam teknologi sejak dini, kelompok ini lebih sering turun ke

lapangan menemui masyarakat melakukan penyuluhan atau sosialisasi

daripada di kantor untuk belajar atau menggunakan internet.

Faktor lain yang menyebabkan penggunaan internet hanya sebesar

45,9% dari 43 responden dikarenakan 70% dari situs web di dunia

berbahasa inggris (Annan, 2003), sehingga bagi generasi digital immigrant

yang sebagian besar kurang paham bahasa inggris tidak tertarik untuk

menggunakan internet karena merasa tidak mengerti dengan apa yang

dilihat dan dibacanya.

Tingkat kepemilikan akses internet di rumah pada SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori

rendah dapat disebabkan karena masih dianggap tidak pentingnya

penggunaan internet bagi sebagian PNS terutama yang sudah berusia (41-50

dan >50 tahun) karena pada usia ini merupakan generasi digital immigrant

(Ross, 2007) dan cenderung lebih sering ditugaskan untuk terjun ke

lapangan memonitoring dan menemui langsung masyarakat dalam

menjalankan program perkebunan dan peternakan ditambah tidak adanya

aplikasi e-Government yang harus dikerjakan oleh PNS baik di kantor atau

di rumah menyebabkan kepemilikan akses internet di rumah bukan menjadi

kebutuhan penting bagi mereka untuk membantu pekerjaan yang dapat

dilakukan di rumah.

Faktor lain dapat disebabkan oleh anggapan masih mahalnya

berlangganan internet bagi PNS yang berpendapatan kecil seperti mahalnya

berlangganan akses internet speedy, karena selain harus berlangganan

Page 83: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

71

telepon rumah juga harus tetap membayar abodemen telepon rumah walau

tidak dipakai oleh pelanggan, sementara jika menggunakan modem atau HP

berfasilitas internet terkendala dengan jaringan yang disediakan beberapa

provider telekomunikasi yang dominan dapat diakses hanya jaringan 2G

yang berada pada wilayah kecamatan maupun pedesaan sehingga

menyebabkan lambatnya kecepatan koneksi internet yang diperoleh bila

dibandingkan jaringan 3G dan 3,5G yang saat ini hanya dapat diakses di

pusat kota Padangsidimpuan.

2. Tingkat Kesenjangan Digital dari Aspek Kesenjangan Kemampuan TIK

Tingkat kemampuan TIK pada SDM di Dinas Perkebunan dan

Peternakan Kab. Tapanuli Selatan berada pada kategori sedang dapat

disebabkan karena tidak adanya kebijakan dari pembuat keputusan dalam

hal pembentukan unit penanganan, pengembangan TIK dan kebijakan yang

berkaitan dengan TIK, karena tujuan visi misi dan program Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan lebih fokus pada

pengembangan perkebunan dan peternakan yang menyentuh langsung ke

masyarakat.

Faktor lain dapat disebabkan karena tidak adanya aplikasi e-

government di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan,

aplikasi yang berhubungan dengan TIK sampai saat ini hanya untuk

administrasi dokumen dan pelaporan Barang Milik Negara serta penyerapan

dana APBN sebagai laporan rutin per semester atau per bulan ke pusat, hal

ini yang menyebabkan tidak adanya kebijakan dari pembuat keputusan

untuk mengembangkan kualitas SDM dan meningkatkan kemampuan TIK

SDM yang ada di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan

seperti memberikan pelatihan TIK, sementara menurut Dewan (2005),

kurangnya pelatihan TIK terhadap karyawan merupakan salah satu faktor

penghambat tercapainya kemampuan TIK.

Tidak adanya pelatihan TIK di lingkup SDM menyebabkan

kemampuan TIK yang dimiliki SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan

Page 84: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

72

Kab. Tapanuli Selatan adalah kemampuan TIK sekedarnya yang diperoleh

SDM dari sekolah, kuliah, otodidak dan pengalaman dari SDM itu sendiri.

Padahal kemampuan TIK menurut Indrajit (2002) merupakan kemampuan

untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk memahami dan

menggunakan teknologi sebagai alat untuk mempermudah mencapai tujuan

dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencapaian kemampuan TIK

seseorang merupakan fokus yang perlu diperhatikan dalam kesenjangan

digital (Camacho, 2005).

Nilai rata-rata kemampuan TIK yaitu sebesar 51,5% dari 43

responden menggambarkan kondisi kemampuan TIK antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan masih sebatas bisa

menggunakan komputer dan internet, belum dapat dikatakan menguasai TIK

sehingga jika ada masalah pada indikator ini, mereka masih membutuhkan

orang yang lebih ahli untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

3. Tingkat Kesenjangan Digital Dilihat dari Aspek Demoghrapic

Tingginya tingkat kesenjangan digital pada usia >50 tahun usia dan

pada 41-50 tahun sesuai dengan penelitian Husing (2004) yang menyatakan

bahwa, usia >50 tahun merupakan kelompok beresiko mengalami

kesenjangan digital dengan bobot persentase sebesar 40% dari total populasi

di 15 Negara Eropa. Hal ini dapat disebabkan karena kelompok dengan usia

>50 tahun merupakan generasi digital immigrants yaitu kelompok yang

lahir sebelum 1980, hanya mengerjakan satu tugas dalam satu waktu (no

multitasking), lebih menyukai membaca dalam format hardcopy

dibandingkan soft copy seperti ebook, masih menganggap yang banyak

ilmunya adalah yang banyak tulisannya, generasi ini baru mengenal

komputer pada pertengahan dasawarsa 70-an, dasawarsa berikutnya mereka

baru mendapatkan Personal Computer di pasaran, mengenal Internet pada

pertengahan dasawarsa 1990-an dan baru mulai belajar teknologi (Ross,

2007).

Page 85: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

73

Disamping karena usia 41-50 tahun dan >50 tahun merupakan

generasi digital immigrant, belum adanya kebijakan TIK dan aplikasi e-

government, menyebabkan mereka lebih sering bekerja dengan turun ke

lapangan untuk melakukan monitoring atau sosialisasi program Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan, dibandingkan

mempelajari atau menggunakan teknologi seperti komputer dan internet

yang menurut mereka sulit untuk memahaminya dan harus dipelajari lagi

(Valens, 2012).

Sementara pada kelompok usia <30 tahun dan 30-40 tahun yang

mengalami kesenjangan digital pada kategori rendah dapat disebabkan

karena kelompok dengan usia ini merupakan generasi digital natives yaitu

generasi yang lahir setelah tahun 1980, namun dengan catatan mereka hidup

di tempat yang dikelilingi oleh teknologi, mengerjakan banyak tugas dalam

satu waktu, lebih menyukai membaca dari screen atau layar (seperti ebook),

lebih menyukai multimedia daripada hanya sekedar teks, lebih cepat

memahami konsep, pengguna teknologi, bagi mereka tidak ada perbedaan

antara dunia offline dan online (Ross, 2007). Dikarenakan kelompok ini

merupakan generasi digital native, kelompok ini terutama usia <30 tahun

lebih sering ditugaskan bekerja di kantor dibandingkan dilapangan untuk

mengerjakan dokumen administrasi dan pelaporan yang ada di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan.

Berdasarkan nilai indeks kesenjangan digital yang diperoleh tingkat

kesenjangan digital pada kelompok laki-laki masuk dalam kategori tinggi,

sementara pada wanita masuk dalam kategori kesenjangan digital sedang.

Hasil ini berbeda dengan penelitian penelitian Husing (2004) yang

menyatakan bahwa wanita termasuk dalam kategori beresiko mengalami

kesenjangan digital dengan bobot persentase sebesar 52% dari total populasi

di 15 Negara Eropa. Hal ini dapat disebabkan karena penelitian Husing

(2004) dilakukan secara acak terhadap masyarakat, rumah tangga, dimana

wanita tidak semuanya bekerja, dan terdapat tanggung jawab yang berbeda

antar laki-laki dan wanita dalam masyarakat, sementara pada penelitian ini

Page 86: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

74

dilakukan dalam lingkungan pekerjaan dimana relatif tidak ada perbedaan

perlakuan terhadap jenis kelamin karena setiap pegawai memiliki tanggung

jawab yang sama besar terhadap pekerjaannya, tanpa memandang jenis

kelamin.

Faktor lain juga dapat disebabkan karena jumlah populasi laki-laki

lebih banyak yaitu 28 orang sementara wanita 15 orang, dimana laki-laki

lebih banyak bertugas menjalankan program Dinas Perkebunan dan

Peternakan dengan turun langsung ke lapangan sementara perempuan walau

juga turun ke lapangan tapi lebih sering berada di kantor untuk mengerjakan

administrasi.

Berdasarkan nilai indeks kesenjangan digital yang diperoleh, tingkat

kesenjangan digital pada pendidikan SMA masuk dalam kategori tinggi,

sementara pada pendidikan S1 masuk pada pada kategori sedang. Hasil ini

sesuai dengan penelitian Husing (2004) menyatakan bahwa, pendidikan

rendah merupakan salah satu dari 4 (empat) kelompok beresiko mengalami

kesenjangan digital dengan bobot 30% dari total populasi di 15 Negara

Eropa. Hal ini dapat disebabkan, pendidikan yang rendah bepengaruh

terhadap pengetahuan yang dimilikinya.

Pengetahuan yang rendah menyebabkan motivasi untuk mempelajari

sesuatu rendah termasuk TIK. Rendahnya pengetahuan TIK berhubungan

erat dengan rendahnya kebutuhan akan TIK, hal ini sesuai dengan penelitian

Felstead, dkk. (2002) yang menyatakan bahwa, semakin penting kebutuhan

akan komputer dan internet akan mempengaruhi tingkat kemampuan TIK

karena tekanan kebutuhan kemampuan TIK akan secara tidak langsung

mempengaruhi pekerja untuk dapat mencapai tingkat kemampuan yang

dibutuhkan oleh lingkungan pekerjaannya.

Faktor lain dapat disebabkan karena tidak adanya program e-

government dalam membantu pelaksanaan program Dinas Perkebunan dan

Peternakan menyebabkan tidak adanya kebijakan manajemen mengenai

pembentukan tim penanganan, pengembangan, penggunaan TIK dengan

memberikan pelatihan kepada PNS guna perataan kemampuan TIK

Page 87: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

75

sehingga jurang perbedaan kemampuan TIK tetap terjadi antara PNS yang

berpendidikan SMA dan S1. Hal ini menyebabkan tidak adanya progres dan

motivasi untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan TIK yang

dimiliki PNS di Dinas Perkebunan dan Petenakan Kab. Tapanuli Selatan.

Kondisi kesenjangan digital yang tinggi pada kelompok dengan

pendapatan rendah yaitu 700-2 juta sesuai dengan penelitian Husing (2004),

menyatakan bahwa, pendapatan yang rendah merupakan kelompok beresiko

mengalami kesenjangan digital. Pendapatan yang rendah pada PNS

berhubungan dengan faktor pendidikan yang rendah, golongan yang rendah

dan tidak adanya jabatan yang dimiliki.

Pendapatan yang rendah menyebabkan rendahnya kemampuan

seseorang untuk memiliki akses TIK (Windasari, 2009), sementara

pendidikan dan golongan yang rendah serta tidak adanya jabatan yang

rendah menyebabkan motivasi, kemauan ataupun kesempatan untuk

mempelajari TIK menjadi kecil (Yulfitri, 2008), ditambah tidak adanya

kebijakan mengenai TIK menyebabkan tidak adanya pelatihan kepada

kelompok ini untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan dasar TIK.

Faktor-faktor inilah yang saling mempengaruhi terhadap tingginya

kesenjangan digital pada kelompok ini.

Kesenjangan digital yang tinggi pada kelompok dengan penghasilan

4-5 juta diperoleh hasil yang berbeda jika mengacu pada penelitian Husing

(2004) dan Yulfitri (2009) yang menyatakan pendapatan rendahlah yang

mengalami kesenjangan digital. Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan

karena kelompok yang memiliki pendapatan tertinggi pada PNS yang

dijadikan responden merupakan generasi digital immigrant yang lebih

sering terjun langsung ke lapangan atau masyarakat untuk monitoring

ataupun sosialisasi program perkebunan dan peternakan dibandingkan

belajar atau menggunakan TIK yang menurut mereka sulit untuk

memahaminya dan harus dipelajari lagi (Valens, 2012).

Page 88: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

76

4. Strategi Pengurangan Kesenjangan Digital

Kesenjangan digital yang terjadi di Dinas Perkebunan Dan Peternakan

Kabupaten Tapanuli Selatan berada pada kategori sedang. Oleh karena itu,

perlu disusun usulan perbaikan yang dapat mengurangi kesenjangan antar

SDM sehingga terciptanya SDM yang handal dan memiliki kualifikasi yang

baik dalam menjalankan teknologi yang akan membantu pelayanan berbasis

TIK terhadap masyarakat terutama pada sektor perkebunan dan peternakan.

Strategi pengurangan kesenjangan digital dalam tesis ini dimaksudkan

untuk meningkatkan kemampuan pegawai untuk dapat mengembangkan dan

menjalankan pelayanan publik dengan lebih baik. Terkait dengan kondisi

kesenjangan digital saat ini, maka diusulkan beberapa upaya yang dapat

dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut dalam rangka mengurangi

kesenjangan digital sebagai berikut :

a. Penanaman motivasi, menanamkan pola pikir akan pentingnya media

informasi untuk meningkatkan produktivitas kerja diberbagai aspek

kehidupan dan pembiasaan memanfaatkan TIK kepada tiap individu. Hal

ini bertujuan untuk bersama-sama berupaya mewujudkan pola kerja

dengan menggunakan TIK, sehingga diharapkan para PNS dapat

beradaptasi dan membiasakan diri untuk memanfaatkan ketersediaan akses

TIK yang ada dengan optimal untuk keperluan pekerjaan maupun

kepentingan kehidupan sehari-hari sehingga akan mengurangi kesenjangan

digital.

b. Penyiapan fasilitas infrastruktur TIK yang lebih memadai dari pada

kondisi saat ini, karena tidak dapat dipungkiri biaya untuk ketersediaan

fasilitas infrastruktur TIK saat ini masih tinggi, khususnya untuk

pengadaan dan pemeliharaan TIK, seperti komputer, internet, dan lain-lain.

c. Kebijakan TIK; dalam upaya mengurangi kesenjangan digital, perlu

adanya kebijakan manajemen yang berhubungan dengan pembangunan,

penanganan dan pengembangan TIK seperti melakukan pelatihan TIK

kepada pembuat keputusan, pegawai yang belum memiliki kemampuan

dasar TIK, serta pegawai yang sudah memiliki kemampuan dasar TIK;

Page 89: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

77

d. Pelatihan TIK kepada pegawai; pelatihan dan pembelajaran secara

bertahap sesuai dengan kemampuan sumber daya dan prasarana yang

dimiliki setiap individu.

Tingkat kesenjangan digital yang terjadi di Dinas Perkebunan dan

Peternakan perlu dijembatani dengan melakukan pelatihan TIK kepada SDM

yang ada. Pelatihan TIK yang diusulkan terdiri dari dua bagian yaitu

perencanaan pelatihan, dan kurikulum pelatihan yang dijelaskan sebagai

berikut:

1) Perencanaan pelatihan

Beberapa faktor yang menjadi penentu kesuksesan pengembangan

keahlian pegawai negeri sipil adalah ketersedian strategi pelatihan dan

pengembangan, strategi komunikasi, dan indikator kinerja. Berikut ini

merupakan penjelasan untuk faktor-faktor diatas:

a) Strategi pelatihan dan pengembangan: kebutuhan akan strategi

pelatihan dan pengembangan merupakan komponen dari strategi

pengurangan kesenjangan digital. Fungsi dari sumber daya manusia

diharapkan untuk memberikan masukan kedalam pengembangan

strategi ini agar dapat sejalan dengan strategi organisasi keseluruhan.

b) Strategi komunikasi: strategi pelatihan dan pengembangan perlu

dikomunikasikan kepada para pegawai. Komunikasi dapat

membangun komitmen dan pemahaman dari para pegawai.

c) Indikator kinerja: Indikator kinerja dibutuhkan untuk peningkatan

yang kontinyu. Pengawasan terhadap target merupakan dasar untuk

menentukan pelatihan yang dibutuhkan.

2) Kurikulum Pelatihan

Dalam rangka memberikan pelatihan kepada pegawai untuk

mengurangi kesenjangan digital, terdapat 2 (dua) usulan kurikulum

pelatihan untuk pembuat keputusan, pegawai yang sudah memiliki

kemampuan dasar TIK dan pegawai yang belum memiliki kemampuan

dasar TIK, seperti dijelaskan berikut ini:.

Page 90: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

78

a) Kurikulum Pelatihan untuk Pembuat Keputusan

Kepala Dinas dan Sekretaris bertindak sebagai pembuat

keputusan, sehingga dibutuhkan pengetahuan tentang TIK agar

termotivasi untuk membuat kebijakan dalam mendukung

pembangunan, dan pengembangan TIK dalam upaya penyelenggaraan

e-government di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli

Selatan. Usulan kurikulum yang diberikan terdiri dari modul seperti

terlihat pada Tabel 18 di bawah ini:

Tabel 18. Kurikulum Pelatihan untuk Pembuat Keputusan

Modul Judul Komponen

Modul 1 Memahami Konsep Pelayanan

Publik dengan TIK (e-Government)

• Definisi • Fokus • Peran • Penilaian Organisasi

Modul 2 Kemampuan Dasar TIK

• Hardware • Software • Sistem Jaringan dan

Komunikasi Data

Modul 3 Internet dan E-Goverment

• Sistem Informasi Berbasis Web (Internet)

• Kebijakan tentang e-Government

• Praktek Penggunaan Internet

Modul 4 Sistem Informasi Manajemen

• Konsep Sistem Informasi Manajemen

• Analisa Sistem • Pengembangan Aplikasi

SIM • Sumber Daya Manusia

Modul pertama yang diusulkan adalah pemahaman konsep

e-Government yang memberikan dasar tentang model bisnis

e-Government. Modul kedua fokus pada konsep dasar teknologi yang

dapat meningkatkan pemahaman dan komunikasi tentang kemampuan

dasar TIK dengan pakar teknologi. Konsep kemampuan dasar

teknologi meliputi hardware, software, dan infrastruktur mengenai

sistem jaringan dan komunikasi data yang memberikan pandangan

menyeluruh terhadap e-Government. Modul ketiga menitikberatkan

Page 91: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

79

pada pengenalan terhadap internet dan kebijakan-kebijakan untuk

mendukung e-Government, kemudian dipraktekkan agar lebih mudah

untuk dipahami. Modul keempat berisi konsep Sistem Informasi

Manajemen (SIM) yang meliputi data, informasi, pengelolaan sumber

daya informasi, perencanaan strategis, keputusan presiden dan inisiatif

pemerintah dalam mengembangkan sistem informasi. Selanjutnya

analisa sistem sebagai pendekatan bagaimana mengembangkan SIM

apakah dengan mandiri atau menggunakan outsourcing dan

pengembangan sumber daya manusia untuk mengenalkan teknologi

informasi.

b) Kurikulum Pelatihan untuk Pegawai

Kurikulum ini ditujukan untuk pegawai yang mengalami

kesenjangan digital sebagai pelaksana e-Government, namun pelatihan

dan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki

setiap individu. Usulan kurikulum yang diberikan terdiri dari modul

untuk SDM yang sama sekali tidak memiliki kemampuan dasar TIK

dan kurikulum untuk SDM yang memiliki kemampuan dasar TIK.

Kurikulum yang dapat diusulkan untuk pelatihan kepada SDM yang

belum memiliki kemampuan dasar TIK adalah sebagai berikut:

Tabel 19. Kurikulum Pelatihan untuk Pegawai yang Tidak Memiliki

Kemampuan Dasar TIK

Modul Judul Komponen

Modul 1 Memahami Konsep Pelayanan

Publik dengan TIK (e-Government)

• Definisi • Fokus • Peran • Penilaian Organisasi

Modul 2 Kemampuan Dasar TIK

• Hardware • Software • Penggunaan komputer

dan Inernet • Aplikasi Office

Page 92: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

80

Modul pertama berisi tentang pemahaman konsep e-

Government yang meliputi gambaran dasar dan keuntungan yang

dapat diberikan e-Government dalam penyelenggaraan proses

pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Modul kedua

berisi tentang literasi teknologi informasi dasar, yang mencakup

pengenalan hardware, software, komputer dan internet dan

kemampuan dalam menggunakan aplikasi office. Kurikulum yang

dapat diusulkan untuk pelatihan kepada SDM yang sudah memiliki

kemampuan dasar TIK adalah sebagai berikut:

Tabel 20. Kurikulum Pelatihan untuk Pegawai yang Memiliki Kemampuan Dasar TIK

Modul Judul Komponen

Modul 1 Memahami Konsep Pelayanan

Publik dengan TIK (e-Government)

• Definisi • Fokus • Peran • Penilaian Organisasi

Modul 2 Kemampuan TIK

• Pendalaman pengetahuan komputer dan internet serta aplikasi Office

• Penggunaan Sistem Operasi Open Source

• Aplikasi pendukung produktifitas

Modul 3 Kemampuan Pelayananan Publik dengan TIK

• Sesuai dengan bidang masing-masing

Modul pertama berisi tentang pemahaman konsep

e-Government yang sama dengan kurikulum pelatihan yang

diusulkan untuk SDM yang belum memiliki kemampuan dasar TIK.

Modul kedua berisi tentang pendalaman pengetahuan mengenai

komputer, internet dan aplikasi office, pelatihan sistem operasi open

source, serta pelatihan aplikasi yang dapat mendukung produktifitas

kerja pegawai. Modul ketiga adalah pelatihan untuk meningkatkan

kemampuan terhadap pelayanan publik dengan TIK sesuai dengan

bidang kerja masing-masing pegawai.

Page 93: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

81

Strategi pengurangan kesenjangan digital yang diusulkan

dalam penelitian ini, diharapkan tercapainya pemerataan kemampuan

penguasaan TIK antar SDM di Dinas Perkebunan dan Peternakan

Kab. Tapanuli Selatan dan bisa menjadi bahan rujukan bagi instansi-

instansi lain untuk melakukan upaya pengurangan kesenjangan

digital anar SDM yang dimiliki masing-masing instansi, tidak hanya

pemerataan kemampuan TIK di lingkungan pemerintah Daerah,

namun juga dilingkungan masyarakat Kab. Tapanuli Selatan. Jika

hal ini tercapai, pembuat keputusan tidak ragu lagi membuat

kebijakan mengenai TIK dalam upaya mendukung pelayanan publik

berbasis TIK (e-Government) di Pemerintahan Daerah Kab. Tapanuli

Selatan.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan berjalannya e-

Government di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli

Selatan terciptanya pembinaan terhadap petani secara dua arah tanpa

ad hambatan mengeni jarak lokasiserta sebagai sarana mengurangi

kesenjangan akses informasi di sektor agribisnis antara petani on

farm dan pedagang besar, karena pada umumnya petani on farm

paling menderita dengan margin keuntungan paling kecil,

keuntungan paling besar dinikmati oleh pedagang besar yang pada

umumnya bukan petani karena mampu mengakses informasi secara

cepat, sehingga setiap perubahan yang terjadi dapat segera direspon

(Renstra Pusdatin Pertanian 2006-2009).

Page 94: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

82

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang disajikan dalam bentuk deskripsi data,

pengujian validitas dan reliabilitas serta pembahasan, maka ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas Perkebunan

dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan dilihat dari aspek

kesenjangan akses TIK berada pada kategori tinggi berdasarkan rata-rata

dari sub indikator kesenjangan akses TIK yaitu: penggunaan komputer

berada pada kategori sedang, kepemilikan komputer berada pada kategori

rendah, penggunaan internet berada pada kategori sedang dan

kepemilikan akses internet dirumah berada pada kategori rendah;

2. Tingkat kesenjangan digital yang terjadi antar SDM di Dinas Perkebunan

dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan dilihat dari aspek

kesenjangan kemampuan TIK berada pada kategori sedang;

3. Tingkat kesenjangan digital di Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab.

Tapanuli Selatan jika dilihat dari aspek demographic yaitu: pada umur

41-50 tahun dan >50 tahun mengalami kondisi kesenjangan digital yang

tinggi, sementara pada usia <30 tahun dan 30-40 tahun mengalami

kondisi kesenjangan digital yang rendah. Pada kelompok jenis kelamin,

laki laki mengalami kondisi kesenjangan digital yang tinggi sementara

wanita mengalami kesenjangan digital yang sedang. Pada kelompok

tingkat pendidikan, SMA mengalami kondisi kesenjangan digital yang

tinggi sementara pada S1 mengalami kesenjangan digital sedang. Pada

kelompok tingkat penghasilan 700 ribu-2 juta dan 4-5 juta mengalami

kondisi kesenjangan digital yang tinggi sementara pada penghasilan 2-3

juta dan 3-4 juta mengalami kesenjangan digital yang sedang.

Page 95: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

83

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka implikasi dari penelitian ini adalah:

1. Hasil dari pengukuran tingkat kesenjangan digital antar SDM di Dinas

Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan yang dilihat dari aspek

kesenjangan akses TIK, kemampuan TIK dan demographic menjadi

evaluasi bagi pembuat keputusan untuk mengupayakan pemerataan

penguasaan TIK agar kesenjangan digital dapat dikurangi dengan

menyusun strategi pengurangan kesenjagan digital;

2. Strategi pengurangan kesenjangan digital yang diusulkan dalam penelitian

ini dapat menjadi rujukan bagi pembuat keputusan untuk menjembatani

kesenjangan digital di Pemerinthan Daerah Kab. Tapanuli Selatan.

C. Saran

Terdapat beberapa saran dari hasil penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian selanjutnya dapat meneliti kesenjangan digital dengan

menggunakan instrumen yang sama yaitu SIBIS, namun dengan indikator

indikator yang lain yang ada di SIBIS sesuai dengan lingkup penelitian;

2. Penelitian ini fokus pada sumber daya manusia sebagai penyebab

kesenjangan digital. Sehingga disarankan pada penelitian selanjutnya dapat

dilakukan pada penyebab kesenjangan digital yang lain seperti

infrastrukur, ketersediaan aplikasi, kebijakan manajemen, kekurangan

isi/materi dan kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri;

3. Strategi pengurangan kesenjangan digital yang diusulkan dalam penelitian

ini dapat dilakukan ujicoba oleh pembuat keputusan dalam lingkup yang

kecil untuk dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya penyusunan

strategi pengurangan kesenjangan digital dengan lingkup yang lebih luas.

Page 96: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

85

DAFTAR RUJUKAN

Aditya, Youdant. 2011. Analisis Data Penelitian Kuantitatif. (http://youdant.wordpress.com/2011/06/13/98/ diakses 25 November 2012).

Annan, Kofi. 2003. World Summit on the Information Society, Geneva, Swiss (http://www.itu.int/wsis/geneva/coverage/statements/opening/annan.html di akses tanggal 30 Sepetember 2012).

Badan Kepegawaian Daerah. 2012. Data Penerimaan PNS formasi 2008 s/d 2010. Tapanuli Selatan.

Barzilai, Karline dan Nahon. 2006. Gaps and Bits: Conceptualizing Measurements for Digital Divide. The Information School, University of Washington, Seattle, Washington, USA

Boeree, C.G. 2006. Personality Theories: Erik Erikson 1902 – 1994. (http://webspace.ship.edu/cgboer/erikson.html, diakses 22 Oktober 2012).

Camacho, K. 2005 : Digital Divide, Multicultural Perspectives on Information Societies, C & F Editions.

Choi, Heung Suk., Lee, Jae Ung. 2004. Measuring Digital Divide with Korea Personal Informatization Indices (KPII). KADO.

Departemen Dalam Negeri, 2007. Modul 2: Internet dan E-Government. Diklat Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta.

Devi, dkk, 2012. The Digital Divide. Makalah. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Gunadarma. Jakarta.

Dewan, S. dan Riggins, F.J. 2005. The Digital Divide: Current and Future Research Directions, Journal of the Association for Information Systems.

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. 2012. Kondisi dan hambatan pelaksanaan e-government di Tapanuli Selatan. Dinas Perhubungan, Informatika dan Komunikasi Kab. Tapanuli Selatan.

Donny. 2012. Kesenjangan Digital: Krisis atau Mitos?. (http://iwita.or.id/kesenjangan-digital-krisis-atau-mitos/ diakses 13 januari 2013)

Economist Intelligence Unit. 2010. Digital Economy Rankings 2010. Beyond e-readiness. Written in co-operation with The IBM Institute for Business Value.

Page 97: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

86

Faruqi, Ismail. 2007. Merevisi Kebijakan TIK Indonesia. (http://ismailfaruqi. wordpress.com/2007/02/16/merevisi-kebijakan-TIKindonesia/, diakses 21 Oktober 2012).

Felstead, A, dkk. 2002. Work Skills in Britain 1986-2001, (http://www.skope.ox.ac.uk/publications/skills-work-1986-2006, di akses 12 Oktober 2012).

Fong, E, dkk. 2001. Correlates of the Digital Divide: Individual, Household and Spatial Variation, Department of Sociology, University of Toronto.

Friedman, Thomas L. 2000. “Electronic Herd”, dalam the Lexus and the Olive Tree: Understanding Globalisation, New York: Anchor Books.

Gelder, Alec Van. 2006. “Fashion and Foreign Aid: A Realistic Look at the ‘Digital Divide”, Review-Institute of Public Affairs, Vol. 58, No. 1.

Hargittai, E. 2003. The Digital Divide and What To Do About It, Sociology Department Princeton University.

Hubeis, Aida Vitayala S. 2010. Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaatan Information And Communication Technology Dalam Mendukung Pengembangan Masyarakat Global. Makalah. Forum Komunikasi Pembangunan Indonesia (FORKAPI).

Indrajit, Richardus Eko, 2002. Electronic Government: Strategi Pembangunan dan Pengembanan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Penerbit Andi: Yogyakarta.

Instruksi Presiden. No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. Indonesia.

Internet World Stats. 2011. Telecommunications and Broadband in Asia - Special Reports. (http://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia), diakses 12 Oktober 2012).

Maseleno, Andino, 2003. Kamus Komputer dan TIK. Kuliah Pengantar Ilmu komputer. (http://ilmukomputer.com, diakses 29 Januari 2013).

Keputusan Presiden No. 20 Tahun 2006 Tentang Dewan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Nasional (DTIKNas), Indonesia.

Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD). 2001. Understanding the digital divide. OECD Publication: Paris.

Parayil, Govindan. 2005. “The Digital Divide and Increasing Returns; Contradiction of Informational Capitalism”. The Information Society, No. 21.

Page 98: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

87

Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Pembentukan Dinas-Dinas di Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Indonesia.

Prensky, M. 2001. Digital Natives, Digital Immigrants On the Horizon. Press, Vol. 9 No. 5, October 2001. MCB University.

Rencana Strategis Tahun 2011 Dinas Perkebunan dan Peternakan Kab. Tapanuli Selatan. Indonesia.

Ross, Jane and Bayne, Sian. 2007. The digital native and digital immigrant: a dangerous opposition. Annual Conference of the Society for Research into Higher Education (SRHE). University of Edinburgh.

Samekto, Irbar. 2010. Analisis Kebutuhan (Need Assessment) Terhadap Pelatihan Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Makalah. Badan Penelitian dan Pengembangan SDM. Kementrian Komunikasi dan Informatika RI. Indonesia.

Satriya, Eddy. 2004. USO telekomunikasi (seri tulisan ICT), (http://eddysatriya.blogspot.com/2004/06/uso-telekomunikasi-seri-tulisan ict.html, diakses 6 September 2012).

Secker, J and Price, G. 2004. Developing the e-Literacy of academics: case studies from LSE and the Institute of Education, University of London. JeLit.

Selhofer H., Husing T. 2001. The Digital Divide Index – A Measure of Social Inequalities in The Adoption of ICT. Empirica.

Sembiring, Tifatul. 2011. Indonesia Masih Hadapi Kesenjangan Digital. (http://kominfo.go.id/berita/detail/1346/Menkominfo%3A+Indonesia+masih+hadapi+kesenjangan+digital+, diakses 12 Oktober 2012).

SIBIS. 2002. SIBIS: General Population Survey Basic Data, European Community: Empirica. Germany.

SIBIS. 2003. SIBIS : New eEurope Indicator Handbook, University of Applied Sciences Solothurn Northwest Switzerland, European Commission Publication.

Simanjuntak, Melling. 2012. Pertambahan Pesat Populasi Pribumi Digital Indonesia dan Implikasinya Terhadap Kepustakawanan Pendatang Digital. Vol.14 No.1 - April 2012, (http://www.pnri.go.id/MajalahOnline Add.aspx?id=215 diakses 1 Februari 2013).

Singarimbun, M dan Sofian Effendi. 1997, Metode Penelitian Survai. LP3ES: Jakarta.

Page 99: PENGUKURAN KESENJANGAN DIGITAL DI DINAS …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/...2664_2013.pdfDinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan” adalah asli ... 4. Kepala

88

Sing, Sumanjeet. 2009. Digital Divide in India: Measurement, Determinants and Policy for Addressing the Challenges in Bridging the Digital Divide. Department of Commerce. University of Delhi.

Sutadi, Heru, dkk. 2007. Tugas Berat Menanti Dewan TIK Nasional, (http://majalaheindonesia.com/detiknas-ed17_6.htm, Detiknas Edisi No.17 / 6, diakses 28 Agustus 2012).

Syawaluddin, 2012. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Universitas Negeri

Malang. (http://elearning.unm.ac.id/course/info.php?id=282, diakses 25 November 2012).

Ubaidillah. 2012. Teknik Analisis Data Kuantitatif. Universitas Yudharta

Pasuruan. (http://mabadik.wordpress.com/2010/07/10/teknik-analisis-data-kuantitatif/, diakses 25 November 2012).

Van Dijk, Jan. 2000. “The Digital Divide As a Complex and Dynamic Phenomenon”, dalam Hacker, Ken & Van Dijk, Jan. 2000. Digital Democracy, Issues od Theory and Practices. London.

Valens, Riyadi. 2012. Penggunaan Internet Terbesar Di Indonesia adalah Kaum

Muda. (http://www.kabar24.com/index.php/pengguna-internet-terbesar-di-indonesia-adalah-kaum-muda/ diakses 1 Februari 2013).

Vehovar, Vasja; et all. 2006. Methodological Challenges of Digital Divide Measurements. The Information Society, 22:279-290.

Wenhong, Chen., Barry Wellman. 2003, Charting and Bridging Digital Divides:

Comparing Socio-economic, Gender, Life Stage, and Rural Urban Internet Access and Use in Eight Countries. AMD Global Consumer Advisory Board (GCAB).

Wikipedia. 2012. Definisi Teknologi Informasi. (http://www.wikipedia.org/wiki/ InformationTechnology) hal. 1, diakses 30 September 2012).

Windasari, Ike Pertiwi. 2009. “Model Pengukuran Dan Strategi Pengurangan Kesenjangan Digital Untuk Mendukung e-Government Dalam Institusi Pemerintah Daerah (Studi Kasus: Pemerintah Kota Semarang)”. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana ITB.

Yulfitri, Alivia. 2008. “Pemodelan Pengukuran Untuk Mengurangi Kesenjangan Digital Di Indonesia Studi Kasus: SMU Negeri Kotamadya Bandung”. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana ITB.

Yulfitri, Alivia. 2008. Pengukuran Kesenjangan Digital Di Lingkungan Pegawai Pemerintah. e-Indonesia Initiative 2008. Konferensi dan Temu Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Indonesia, Jakarta.