pengujian toksisitas ekstrak keong matah...

56
PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH MERAH (Cerithidea obtusa) TERHADAP Artemia salina DAN SEL VERO AZIZA NOVA AULIA DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: vucong

Post on 30-May-2018

242 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH

MERAH (Cerithidea obtusa) TERHADAP Artemia salina

DAN SEL VERO

AZIZA NOVA AULIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 3: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Toksisitas

Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) terhadap Artemia salina dan Sel Vero adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016

Aziza Nova Aulia

NIM C34110027

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

Page 4: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 5: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

ABSTRAK

AZIZA NOVA AULIA. Pengujian Toksisitas Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) terhadap Artemia salina dan Sel Vero. Dibimbing oleh ELLA SALAMAH dan SRI PURWANINGSIH.

Ekstrak keong matah merah memiliki aktivitas antioksidan, antikanker dan

antidiabetes sehingga dapat dijadikan sebagai bahan obat alami. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap Artemia salina dan sel Vero, serta kandungan komponen aktifnya. Tahapan dari penelitian ini yaitu karakterisasi bahan, ekstraksi (maserasi, perebusan dan sonikasi), dan karakterisasi ekstrak (uji toksisitas terhadap Artemia salina (BSLT), uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay), serta analisis fitokimia). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk menganalisis hasil pengujian toksisitas terhadap Artemia salina dan sel Vero. Hasil pengujian toksisitas terhadap Artemia salina menunjukkan nilai LC50 terendah terdapat pada ekstrak aseton 773,52 ppm dan nilai LC50 tertinggi terdapat pada ekstrak air perebusan 1672,57 ppm. Hasil pengujian toksisitas terhadap sel Vero menunjukkan ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi, ekstrak metanol, ekstrak aseton dan ekstrak n-heksana bersifat tidak toksik. Komponen aktif yang terkandung dalam ekstrak keong matah merah adalah alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid.

Kata kunci: Artemia salina, matah merah, sel Vero, toksisitas

ABSTRACT AZIZA NOVA AULIA. Toxicity Test of Matah Merah Snail (Cerithidea obtusa) Extract againts Artemia salina and Vero Cell. Supervised by ELLA SALAMAH and SRI PURWANINGSIH.

Matah merah snail extract has an antioxidant, anticancer and antidiabetic

activity that can be used as natural medicine. The aim of this research was to determine the toxicity of matah merah snail extract against Artemia salina and Vero cell, and the active compounds. The steps of this research included characterization of materials, extraction (maceration, boiling and sonication), and characterization of extracts (toxicity test against Artemia salina (BSLT), toxicity test against Vero cell (MTT assay), and phytochemical analysis). In this study, the data results of toxicity test against Artemia salina and Vero cell were analyzed with completely randomize design. The result of toxicity test against Artemia

salina showed that the lowest LC50 value was 773.52 ppm contained in acetone extract and the highest LC50 value was 1672.57 ppm contained in boiling water extract. The result of toxicity test against Vero cell showed that boiling water extract, sonication water extract, methanol extract, acetone extract and n-hexane extract were not toxic. Active compounds detected in matah merah snail extract were alkaloid, flavonoid, saponin, steroid and triterpenoid.

Keywords: Artemia salina, matah merah, toxicity, Vero cell

Page 6: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 7: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 8: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 9: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH

MERAH (Cerithidea obtusa) TERHADAP Artemia salina

DAN SEL VERO

AZIZA NOVA AULIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 10: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 11: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 12: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 13: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Pengujian Toksisitas Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) terhadap Artemia salina dan Sel Vero” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:

1 Dra Ella Salamah, MSi dan Dr Ir Sri Purwaningsih, MSi selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis,

2 Dr Kustiariyah, SPi MSi dan Bambang Riyanto, SPi MSi selaku dosen penguji dan komisi pendidikan Departemen Teknologi Hasil Perairan atas segala saran yang diberikan kepada penulis,

3 Prof Dr Ir Joko Santoso, MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan,

4 Dr Ir Iriani Setyaningsih, MS selaku Ketua Program Studi Departemen Teknologi Hasil Perairan,

5 Orangtua dan keluarga yang telah memberikan doa serta dukungan secara moril maupun materil,

6 Ema Masruroh, SSi, Dini Indriyani, SSi dan teman-teman (Gesti, Fianita, Restiani dan Aisyah) yang telah membantu penulis selama penelitian,

7 Keluarga besar Teknologi Hasil Perairan angkatan 48 atas segala doa, bantuan, semangat dan dukungan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Maret 2016

Aziza Nova Aulia

Page 14: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),
Page 15: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

Latar Belakang ........................................................................................... 1 Perumusan Masalah ................................................................................... 2 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 2 Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 2

METODE PENELITIAN ................................................................................. 3 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 3 Bahan ......................................................................................................... 3 Alat ............................................................................................................. 3 Prosedur Penelitian .................................................................................... 3

Karakterisasi keong matah merah (Cerithidea obtusa) ........................ 5 Ekstraksi keong matah merah (Cerithidea obtusa) .............................. 5 Karakterisasi ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa) ........... 6

Prosedur Analisis ....................................................................................... 6 Analisis proksimat ................................................................................ 6 Uji toksisitas terhadap Artemia salina dengan Brine Shrimp

Lethality Test ........................................................................................ 8

Uji toksisitas terhadap sel Vero dengan MTT assay ............................ 8 Uji fitokimia ......................................................................................... 8

Rancangan Percobaan dan Analisis Data ................................................... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 10

Morfometrik Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) ............................ 10 Komposisi Kimia Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) .................... 12 Rendemen Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)................... 13 Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) terhadap Artemia salina dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT) ....................................................................................................... 16

Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) terhadap Sel Vero dengan Metode MTT assay .......................................... 18 Komponen Aktif Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa) ........ 22

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 24 Kesimpulan ................................................................................................ 24 Saran .......................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 25 LAMPIRAN ..................................................................................................... 31 RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 40

Page 16: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

DAFTAR TABEL

1 Morfometrik keong matah merah (Cerithidea obtusa)................................ 11 2 Komposisi kimia keong matah merah (Cerithidea obtusa) ........................ 12 3 Rendemen ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa) ....................... 15 4 Hasil uji toksisitas ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa) .......... 17 5 Komponen aktif ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa) .............. 22

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian ................................................................. 4 2 Morfometrik keong matah merah (Cerithidea obtusa)................................ 5 3 Proporsi keong matah merah (Cerithidea obtusa) ....................................... 12 4 Hasil ekstraksi keong matah merah (Cerithidea obtusa) ............................. 14 5 Persentase viabilitas sel Vero pada konsentrasi ekstrak keong matah merah ................................................................................................ 18 6 Gambaran morfologi sel Vero ..................................................................... 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan proporsi keong matah merah ................................................... 33 2 Perhitungan analisis proksimat keong matah merah ................................... 33 3 Perhitungan rendemen ekstrak keong matah merah .................................... 34 4 Hasil pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap Artemia salina.............................................................................................. 34 5 Hasil uji normalitas LC50 ekstrak keong matah merah ................................ 36 6 Analisis ragam LC50 ekstrak keong matah merah ....................................... 36 7 Hasil uji lanjut Duncan LC50 ekstrak keong matah merah .......................... 36 8 Hasil uji normalitas ekstrak air perebusan terhadap viabilitas sel Vero ...... 36 9 Hasil uji lanjut Duncan ekstrak air perebusan terhadap viabilitas sel Vero 37 10 Analisis ragam ekstrak air perebusan terhadap viabilitas sel Vero ............. 37 11 Hasil uji normalitas air sonikasi terhadap viabilitas sel Vero ..................... 37 12 Analisis ragam ekstrak air sonikasi terhadap viabilitas sel Vero ................ 37 13 Hasil uji normalitas metanol terhadap viabilitas sel Vero ........................... 37 14 Analisis ragam ekstrak metanol terhadap viabilitas sel Vero ...................... 37 15 Hasil uji normalitas aseton terhadap viabilitas sel Vero .............................. 38 16 Analisis ragam ekstrak aseton terhadap viabilitas sel Vero ........................ 38 17 Hasil uji normalitas n-heksana terhadap viabilitas sel Vero ........................ 38 18 Analisis ragam ekstrak n-heksana terhadap viabilitas sel Vero .................. 38 19 Hasil uji komponen aktif ekstrak keong matah merah ................................ 38

Page 17: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanfaatan bahan alami dalam bidang kesehatan di Indonesia telah

berkembang pesat. Masyarakat mulai menyadari pentingnya penggunaan bahan-bahan alami untuk pencegahan dan pengobatan penyakit dibandingkan dengan obat-obatan berbahan kimia. Indonesia yang memiliki perairan laut sangat luas dengan keanekaragaman biota laut melimpah tentunya berpotensi dalam menyediakan berbagai bahan obat-obatan alami. Hussain et al. (2012) menyatakan bahwa biota laut mengandung berbagai macam komponen bioaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Salah satu biota laut yang berpotensi sebagai bahan obat alami adalah keong matah merah. Keong matah merah (Cerithidea obtusa) merupakan salah satu jenis biota laut dari kelas gastropoda yang telah lama dimanfaatkan bangsa Cina dan Taiwan sebagai bahan obat (Purwaningsih 2007). Kemampuannya sebagai obat diduga karena keong matah merah memiliki kandungan komponen aktif.

Penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan untuk mengetahui potensi komponen aktif dari keong matah merah. Ekstrak aseton keong matah merah diketahui memiliki aktivitas antikanker yang ditunjukkan oleh kemampuan ekstrak dalam menghambat pertumbuhan kanker payudara pada mencit C3H dengan skor lesio ekstrak 9,48-4,38 dibandingkan skor lesio kontrol 13,05 (Purwaningsih 2006). Purwaningsih et al. (2008) melaporkan bahwa ekstrak aseton keong matah merah mampu menghambat sel kanker serviks 90,62%, sel kanker paru 79,84% dan sel kanker leukemia 76,71% pada konsentrasi ekstrak 25 ppm. Penelitian Purwaningsih (2012) juga menunjukkan bahwa ekstrak metanol keong matah merah memiliki aktivitas sebagai antioksidan karena mempunyai nilai IC50 58,19 ppm. Cahyani et al. (2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ekstrak metanol keong matah merah memiliki aktivitas antidiabetes dengan nilai IC50 36.400 ppm.

Penelitian keong matah merah yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu belum mencakup pengujian toksisitas ekstrak bahan. Bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai obat belum tentu tidak memiliki efek samping yang merugikan, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian toksisitas ekstrak bahan. Nondo et al. (2015) menjelaskan bahwa beberapa komponen aktif yang terkandung dalam bahan alami dapat bersifat toksik bagi manusia jika penggunaannya kurang tepat.

Pengujian toksisitas suatu bahan merupakan salah satu metode uji yang digunakan untuk mengetahui keamanan suatu bahan alami yang akan dijadikan produk neutraseutikal (Lestari 2014). Pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) dan MTT assay. Metode BSLT merupakan metode pengujian toksisitas nonspesifik yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan komponen aktif secara farmakologi terhadap larva udang Artemia salina. Parameter yang digunakan pada metode BSLT adalah kematian larva udang A. salina (Meyer et al. 1982). Metode MTT assay merupakan metode pengujian toksisitas secara in vitro untuk melihat aktivitas sitotoksik suatu bahan

Page 18: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

2

menggunakan kultur sel. Senthilraja dan Kathiresan (2015) menjelaskan bahwa sel Vero merupakan sel normal yang diisolasi dari sel ginjal monyet hijau Afrika. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang toksisitas ekstrak keong matah merah dan dapat dijadikan dasar pengembangan keong matah merah menjadi produk obat yang dapat dipakai secara luas oleh masyarakat.

Perumusan Masalah

Ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa) memiliki aktivitas

antioksidan, antikanker dan antidiabetes, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan obat-obatan alami. Penelitian mengenai manfaat ekstrak keong matah merah telah banyak dilakukan, namun pengujian toksisitas ekstrak bahan belum dilakukan sebelumnya. Pengujian toksisitas dilakukan untuk mengetahui keamanan ekstrak keong matah merah yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan obat berbahan alami.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan toksisitas ekstrak keong matah

merah (Cerithidea obtusa) terhadap A. salina dan sel Vero, serta kandungan komponen aktif dari ekstrak keong matah merah.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai toksisitas ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa) menggunakan metode BSLT terhadap A. salina dan metode MTT assay terhadap sel Vero, serta mengenai kandungan komponen aktif ekstrak keong matah merah yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangannya sebagai obat berbahan alami.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi karakterisasi bahan, ekstraksi dan

karakterisasi ekstrak. Karakterisasi keong matah merah meliputi pengamatan morfometrik, preparasi dan analisis proksimat (AOAC 1980). Ekstraksi keong matah merah menggunakan metode maserasi, perebusan dan sonikasi (Purwaningsih et al. 2008). Karakterisasi ekstrak keong matah merah meliputi pengujian toksisitas menggunakan metode BSLT terhadap A. salina (Krishnaraju et al. 2005) dan metode MTT assay terhadap sel Vero (Mattana et al. 2012), serta analisis fitokimia (Harborne 1987).

Page 19: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga November 2015. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, serta Laboratorium Mikrobiologi dan Imunologi, Pusat Studi Satwa Primata (PSSP), Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah keong matah merah (Cerithidea obtusa) yang berasal dari Pasar Ikan Muara Angke. Informasi dari penjual menyebutkan bahwa keong matah merah ini dipasok dari Desa Simpang Tiga Jaya, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis proksimat meliputi akuades, selenium, larutan H2SO4 pekat, NaOH 40%, asam borat (H3BO3) 2%, indikator bromocresol green-methyl red berwarna merah muda, larutan HCl 0,1 N, pelarut n-heksana. Bahan-bahan untuk ekstraksi meliputi pelarut air, metanol, aseton, dan n-heksana. Bahan-bahan yang digunakan untuk uji toksisitas dengan metode BSLT meliputi larva udang A. salina dan air laut. Bahan-bahan yang digunakan untuk uji toksisitas dengan metode MTT assay meliputi sel Vero, reagen 3-(4-,5 dimethylthiazol-2-yl)-2,5-difenil tetrazolium bromida (MTT), media Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM), Fetal Bovine Serum (FBS), penisilin, dan streptomisin. Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis fitokimia meliputi H2SO4 2N, pereaksi Wagner, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorff, serbuk Mg, larutan amil alkohol, larutan alkohol 70%, HCl 2 N, larutan FeCl3 1%, etanol 70%, CHCl3, larutan anhidrat asam asetat, larutan H2SO4, dan larutan FeCl3 5%.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi timbangan digital (Sartorius TE212-L, Bradford-UK), blender (National MX-T1GN, Jakarta-Indonesia), cawan porselen, aluminium foil, labu Erlenmeyer, gelas ukur, kertas saring, orbital shaker, rotary vacuum evaporator (Eyela 0SB-2100, Tokyo-Japan), sonikator (Bransonic 1510E-MTH, Danbury-USA), freeze dryer (Christ Alpha 2-4 LDplus, Shropshire-UK), mikropipet, vortex, tabung reaksi, pipet tetes, inkubator CO2 (Binder CB160, Tuttlingen-Germany), mikropelat 96-sumur, mikroskop inverted (Nikon TE2000-S, Tokyo-Japan), dan ELISA reader (Bio-Rad, iMark Microplate Absorbance Reader 168-1130, Richmond-California).

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama yaitu karakterisasi keong matah merah meliputi pengamatan morfometrik, preparasi

Page 20: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

4

bahan, dan analisis proksimat. Tahap kedua yaitu ekstraksi keong matah merah menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol, aseton dan n-heksana, serta metode perebusan dan sonikasi dengan pelarut air. Tahap ketiga yaitu karakterisasi ekstrak keong matah merah meliputi pengujian toksisitas menggunakan metode BSLT terhadap A. salina dan metode MTT assay terhadap sel Vero serta analisis fitokimia. Diagram alir prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Ekstrak kasar keong matah merah

Ekstrak kasar keong matah merah terpilih

Uji toksisitas terhadap Artemia salina dengan metode BSLT Uji toksisitas terhadap sel Vero dengan metode MTT assay

Ekstraksi maserasi tunggal (b:v = 1:5) dengan pelarut metanol (polar), aseton (semi polar), dan n-heksana (non polar) Ekstraksi sonikasi (b:v = 1:5) dengan pelarut air (polar) Ekstraksi perebusan (b:v = 1:5) dengan pelarut air (polar)

Keong matah merah (Cerithidea obtusa)

Preparasi (pemisahan cangkang dengan daging

dan jeroan, pemotongan, penghalusan)

Daging dan jeroan halus keong matah merah

Pengamatan morfometrik (panjang, lebar, tebal dan berat)

Analisis proksimat

Analisis fitokimia

Karakterisasi ekstrak keong matah merah

Page 21: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

5

Panjang 4,52 cm

Lebar 1,73 cm

Tebal 1,54 cm

Karakterisasi keong matah merah (Cerithidea obtusa) (Insanabella 2012)

Proses karakterisasi dimulai dengan pengamatan morfometrik. Pengamatan morfometrik keong matah merah sebanyak 30 ekor yang dilakukan meliputi pengukuran panjang, lebar, tebal dan berat. Morfometrik keong matah merah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Morfometrik keong matah merah (Cerithidea obtusa) Sampel yang sudah diamati morfometriknya selanjutnya dipreparasi

dengan memisahkan daging dan jeroan dari cangkangnya. Daging dan jeroan keong matah merah dipotong-potong menggunakan pisau untuk mempermudah proses penghalusan selanjutnya diblender hingga halus. Sampel yang sudah halus kemudian digunakan untuk analisis proksimat dan ekstraksi.

Ekstraksi keong matah merah (Cerithidea obtusa) (Purwaningsih et al. 2008)

Sampel keong matah merah yang telah melalui tahap karakterisasi kemudian dilanjutkan dengan tahap ekstraksi. Ekstraksi keong matah merah dilakukan menggunakan metode maserasi, perebusan dan sonikasi.

Sampel keong matah merah diekstraksi menggunakan berbagai pelarut dengan perbandingan 1:5 (b/v) secara maserasi tunggal. Pelarut yang digunakan adalah pelarut metanol, aseton dan n-heksana. Sampel keong matah merah sebanyak 200 g direndam dalam 400 mL pelarut dan dimaserasi selama 24 jam menggunakan orbital shaker. Hasil maserasi disaring menggunakan kertas Whatman 42 dan filtrat yang dihasilkan disimpan dalam botol kaca. Residu direndam kembali menggunakan pelarut sebanyak 400 mL dan dimaserasi selama 24 jam, selanjutnya residu yang diperoleh direndam kembali menggunakan pelarut sebanyak 200 mL. Filtrat yang dihasilkan dihilangkan pelarutnya menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu 40 °C selama 6 jam.

Ekstraksi keong matah merah dengan metode perebusan menggunakan pelarut air dilakukan dengan cara merebus sampel keong matah merah sebanyak 50 g pada air mendidih 250 mL selama 10 menit. Perbandingan sampel keong matah merah dengan air yaitu 1:5 (b/v). Hasil perebusan sampel keong matah merah disaring dengan kertas Whatman 42 dan filtratnya disimpan dalam botol

Page 22: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

6

kaca. Filtrat hasil perebusan kemudian dipisahkan dengan sisa pelarut air menggunakan freeze dryer hingga didapat ekstrak kasar.

Sampel keong matah merah diekstraksi menggunakan metode sonikasi dengan pelarut air dalam perbandingan 1:5 (b/v). Sebanyak 200 g sampel keong matah merah dicampurkan dengan pelarut air sebanyak 1000 mL untuk disonikasi. Sonikasi dilakukan selama 2 jam dengan frekuensi 42 kHz pada suhu 28 ºC. Sampel keong matah merah hasil sonikasi disaring menggunakan kertas Whatman 42 dan filtratnya disimpan dalam botol kaca. Filtrat yang diperoleh selanjutnya dipisahkan dengan sisa pelarut air menggunakan freeze dryer, sehingga diperoleh ekstrak kasar keong matah merah. Karakterisasi ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa)

Ekstrak yang dihasilkan dari metode maserasi, perebusan dan sonikasi selanjutnya ditimbang bobotnya untuk memperoleh rendemen ekstrak keong matah merah yang dihitung menggunakan rumus berikut:

endemen ( ) e at ekst ak g e at sampel g

100

Hasil ekstraksi keong matah merah yang diperoleh meliputi 5 jenis ekstrak

yaitu ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi, ekstrak metanol, ekstrak aseton dan ekstrak n-heksana. Masing-masing jenis ekstrak tersebut diuji toksisitasnya menggunakan metode BSLT terhadap A. salina dan metode MTT assay terhadap sel Vero, serta dilakukan analisis fitokimia.

Prosedur Analisis

Analisis proksimat (AOAC 1980)

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan. Analisis yang dilakukan terhadap sampel keong matah merah ini meliputi analisis kadar air, abu, protein dan lemak.

1) Analisis kadar air Analisis kadar air dilakukan dengan mengeringkan cawan porselen dalam

oven pada suhu 105°C selama 1 jam. Cawan tersebut diletakkan ke dalam desikator selama 15 menit dan dibiarkan sampai dingin kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam cawan tersebut kemudian dikeringkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 8 jam. Sampel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang kembali. Kadar air ditentukan menggunakan rumus berikut:

a da ai ( ) e at contoh a a l g be at contoh akhi g

e at contoh a a l g 100

2) Analisis kadar abu

Cawan pengabuan dikeringkan di dalam oven selama 1 jam dengan suhu 105°C, kemudian disimpan selama 15 menit di dalam desikator dan ditimbang. Sampel sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam cawan pengabuan dan dibakar dipijarkan di atas nyala api bunsen hingga tidak berasap lagi. Sampel tersebut

Page 23: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

7

dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600°C selama 6 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator hingga dingin kemudian ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan rumus berikut:

a da abu ( ) obot setelah tanu g ca an kosong g

e at sampel a a l g 100

3) Analisis kadar protein

Tahapan yang dilakukan dalam analisis protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Tahap destruksi diawali dengan menimbang sampel sebanyak 0,25 g, kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 100 mL, lalu ditambahkan 0,25 g selenium dan 3 mL H2SO4 pekat. Labu yang berisi larutan dimasukkan ke dalam alat destruksi selama 1 jam pada suhu 410 ºC. Proses destruksi dilakukan sampai larutan berwarna jernih. Tahap selanjutnya adalah destilasi. Larutan hasil destruksi ditambahkan dengan 50 mL akuades dan 20 mL NaOH 40% lalu dimasukkan ke dalam alat destilasi pada suhu 100 ºC. Hasil destilasi tersebut ditampung dalam labu erlenmeyer 125 mL yang berisi 10 mL larutan H3BO3 2% dan 2 tetes indikator bromocresol green-methyl red yang berwarna merah muda. Proses destilasi dihentikan setelah volume destilat mencapai 10 mL dan berwarna hijau kebiruan. Hasil destilasi selanjutnya dititrasi menggunakan HCl 0,1 N sampai warna larutan dalam labu erlenmeyer berubah menjadi merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Kadar protein ditentukan dengan rumus:

ot ein ( ) [(m l sampel m l blanko) l 14 007

mg sampel 100 ] f k

Keterangan: fk = Faktor koreksi = 6,25

4) Analisis kadar lemak Sampel sebanyak 2 g (W1) dimasukkan ke dalam kertas saring dengan

kedua ujungnya ditutup kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang berat tetapnya (W2), kemudian disambungkan dengan tabung soxhlet. Refluks selanjutnya dilakukan selama 6 jam dengan pelarut lemak (n-heksana) sebanyak 150 mL. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut menguap. Pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor pada saat destilasi. Pelarut tersebut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 1 jam, kemudian labu lemak disimpan dalam desikator sampai beratnya konstan (W3). Kadar lemak ditentukan dengan rumus berikut:

a da lemak ( ) 3 2

1 100

Keterangan: W1 = Berat sampel (g) W2 = Berat labu lemak kosong (g) W3 = Berat labu lemak dengan ekstrak (g)

Page 24: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

8

Uji toksisitas terhadap Artemia salina dengan Brine Shrimp Lethality Test

(Krishnaraju et al. 2005)

Sebanyak 50 mg telur A. salina dimasukkan ke dalam wadah berisi air laut yang sudah disaring dan diaerasi. Telur dibiarkan selama 48 jam di bawah pencahayaan lampu agar menetas sempurna. Larva yang sudah menetas digunakan untuk uji toksisitas.

Pembuatan larutan stok ekstrak keong matah merah dalam konsentrasi 2000 ppm dengan pelarut air laut kemudian diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 10, 100, 200, 500, dan 1000 ppm. Sebanyak 400 μ air laut, 10 ekor larva A. salina dalam 600 μ ai laut dan 1 m ekst ak dimasukkan ke dalam multiwall plate. Multiwell plate ditutup dan dibiarkan selama 24 jam dibawah pencahayaan lampu. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah larva A. salina yang mati.

Uji toksisitas terhadap sel Vero dengan MTT assay (Mattana et al. 2012)

Sel Vero yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sel lestari normal. Sel Vero dibiakkan dalam media Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM). Media penumbuh sel dilengkapi dengan 10% Fetal Bovine Serum (FBS), 100 unit/mL penicillin, dan 100 μg/m st eptomisin. Sel dibiakkan dengan konsent asi 5000 sel dalam 100 μ media penumbuh selama 24 jam dalam inkubator pada suhu 37 °C dan atmosfer 5% CO2.

Sel Vero yang telah dibiakkan selama 24 jam selanjutnya ditambahkan dengan ekstrak keong matah merah sebanyak 100 μ dengan konsent asi ekst ak 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm. Inkubasi dilakukan kembali dalam waktu 48 jam pada inkubator dengan suhu 37 °C dan atmosfer 5% CO2. Sel yang tidak mendapat perlakuan ekstrak keong matah merah digunakan sebagai kontrol.

Uji MTT assay dilakukan selanjutnya setelah inkubasi 48 jam dengan menambahkan 5 mg/mL reagen 3-(4-,5 dimethylthiazol-2-yl)-2,5-difenil tetrazolium bromida (MTT) sebanyak 10 μ ke dalam setiap well, kemudian diinkubasi selama 4 jam pada suhu 37 °C dan atmosfer 5% CO2. Sel hidup akan bereaksi dengan reagen MTT membentuk formazan. Formazan dilarutkan menggunakan etanol 70%, lalu nilai serapannya diukur menggunakan ELISA

reader pada panjang gelombang 595 nm. Hal uji berupa serapan dikonversikan ke dalam bentuk persentase viabilitas menggunakan rumus:

ia bilitas (abso bansi sampelabso bansi kont ol

) 100

Analisis fitokimia (Harborne 1987)

Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen aktif pada suatu bahan. Analisis yang dilakukan terhadap ekstrak keong matah merah ini meliputi pemeriksaan terhadap senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenol hidroquinon, steroid dan triterpenoid.

1) Alkaloid Sebanyak 50 mg sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu

dilakukan penambahan H2SO4 2N sebanyak 5 tetes dan dikocok hingga tercampur. Sampel yang sudah tercampur kemudian ditambahkan dengan pereaksi Meyer, Wagner dan Dragendorff. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk endapan

Page 25: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

9

putih dengan pereaksi Meyer, endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan terbentuk endapan jingga dengan pereaksi Dragendorff.

2) Flavonoid Sampel sebanyak 50 mg ditambahkan dengan 0,05 mg serbuk Mg,

selanjutnya ditambahkan 0,2 mL amil alkohol dan 4 mL alkohol 70%. Hasil uji dinyatakan positif apabila larutan berwarna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

3) Saponin Uji saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Sebanyak

50 mg sampel diletakkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan air panas sebanyak 20 mL. Tabung reaksi dikocok dan dibiarkan selama 30 menit, selanjutnya ditambahkan HCl 2N sebanyak 1 tetes. Hasil uji positif saponin ditunjukkan dengan adanya busa yang stabil.

4) Tanin Sebanyak 50 mg sampel ditambahkan dengan air panas 20 mL, sampel

tersebut disaring ditetesi dengan FeCl3 1% sebanyak 2 tetes. Hasil uji tanin positif jika larutan berwarna biru tua atau hijau kehitaman.

5) Fenol hidroquinon Sebanyak 50 mg sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi. Sampel

dicampurkan dengan etanol 70% sebanyak 0,25 mL dan ditambahkan FeCl3 5% sebanyak 2 tetes. Hasil uji dinyatakan positif apabila terbentuk warna hijau atau hijau biru.

6) Steroid/ Triterpenoid Sebanyak 50 mg sampel ditambah dengan 2 mL kloroform. Sampel

tersebut selanjutnya ditetesi dengan anhidrida asam asetat sebanyak 5 tetes, lalu ditetesi dengan H2SO4 2N sebanyak 3 tetes. Hasil uji steroid positif bila warna larutan berubah menjadi biru, sedangkan hasil uji triterpenoid positif bila terbentuk warna merah kecoklatan pada lapisan permukaan sampel.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Data dianalisis dengan Analysis of Varians (ANOVA) dan apabila terdapat pengaruh nyata, maka dianalisis dengan uji Duncan menggunakan perangkat lunak Statistical Package for the Social Science (SPSS) 16. Model matematika rancangan acak lengkap (Steel dan Torrie 1993) sebagai berikut:

ij μ i ij Keterangan: Yij = Nilai pengamatan pada taraf i ulangan ke-j µ = Nilai tengah atau rataan umum pengamatan i = Pengaruh perlakuan jenis ekstrak atau konsentrasi ekstrak pada taraf ke-i ij = Galat percobaan pada taraf ke-i dengan ulangan ke-j

Page 26: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

10

Data hasil pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap A. salina ditunjukkan dengan nilai LC50 pada masing-masing jenis ekstrak. Hipotesa rancangan acak lengkap (RAL) toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap A. salina adalah sebagai berikut: H0 = jenis ekstrak keong matah merah tidak berpengaruh nyata terhadap nilai

LC50 H1 = jenis ekstrak keong matah merah berpengaruh nyata terhadap nilai LC50

Data yang diperoleh dari uji toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap sel Vero berupa persentase viabilitas sel pada masing-masing konsentrasi ekstrak di setiap jenis ekstrak. Hipotesa rancangan acak lengkap (RAL) toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap sel Vero adalah sebagai berikut: H0 = konsentrasi ekstrak keong matah merah tidak berpengaruh nyata terhadap

persentase viabilitas sel Vero H1 = konsentrasi ekstrak keong matah merah berpengaruh nyata terhadap

persentase viabilitas sel Vero Jika hasil dari pengujian menunjukkan adanya pengaruh nyata pada selang 95% (α = 0,05) maka dilakukan uji lanjut Duncan. Rumus uji Duncan adalah:

p ( α p dbg) Keterangan: = Nilai Duncan tabel r = Ulangan α = Taraf nyata p = Banyaknya perlakuan yang dibandingkan dbg = Derajat bebas galat

Uji normalitas data dilakukan sebelum data dimasukkan kedalam perhitungan. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah galat data yang digunakan menyebar normal, apabila nilai Pvalue ≥ α 0 05), maka data berdistribusi normal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfometrik Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)

Keong matah merah yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tubuh simetris bilateral yang dilindungi cangkang berbentuk kerucut dan melingkar, bentuk kepala yang jelas, serta memiliki mata dan radula. Pengamatan morfometrik keong matah merah diperoleh dari 30 sampel yang diambil secara acak. Hasil pengamatan morfometrik keong matah merah disajikan pada Tabel 1.

Page 27: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

11

Tabel 1 Morfometrik keong matah merah (Cerithidea obtusa) Parameter Nilai Nilai* Panjang (cm) 3,90 ± 0,26 4,53 ± 1,01 Lebar (cm) 1,92 ± 0,19 3,75 ± 0,35 Tebal (cm) 1,51 ± 0,22 1,73 ± 0,18 Berat (g) 4,81 ± 1,02 1,80 ± 0,13

Keterangan: * Purwaningsih et al. (2015)

Keong matah merah merupakan salah satu spesies dari genus Cerithidea yang memiliki bentuk khas dengan panjang antara 3-5 cm, dan memiliki cangkang dengan pola ulir dengan ujung cangkang yang tumpul. Ujung cangkang yang tumpul inilah yang menjadi ciri khas spesies Cerithidea obtusa untuk dibedakan dengan jenis Cerithidea yang lain. Obtusus berarti tumpul sehingga penamaan obtusa digunakan untuk spesies ini. Keong matah merah adalah spesies umum pada ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan lingkungan yang ekstrim karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut, suhu dan salinitas yang berubah-ubah. Kondisi tersebut menyebabkan keong matah merah memiliki kemampuan beradaptasi untuk dapat bertahan hidup (Dharma 1992). Menurut Ernanto et al. (2010) bahwa adaptasi gastropoda mencakup daya tahan terhadap kehilangan air dan pemeliharaan keseimbangan panas tubuh. Gastropoda masuk ke dalam cangkang ketika pasang turun, kemudian menutup celah menggunakan operkulum sehingga kehilangan air dapat dikurangi. Gastropoda juga memiliki toleransi terhadap suhu panas dan dingin yang ekstrim, serta memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan panas internal. Hewan ini hanya aktif ketika pasang naik dan tubuhnya terendam air.

Penyebaran keong matah merah umumnya pada daerah mangrove di kawasan Indo-Pasifik Barat yang meliputi Madagaskar, India, Indonesia, Filipina dan Australia. Keong matah merah hidup dengan menempel pada substrat berupa pasir atau lumpur. Substrat yang ada digunakan untuk mempertahankan suhu lingkungan dan sumber untuk mendapatkan makanan keong. Makanan keong berupa bahan organik yang berasal dari dekomposisi daun mangrove, fitoplankton, maupun bakteri (Sreenivasan 1982). Hasil pengamatan morfometrik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa keong matah merah memiliki panjang, lebar, tebal dan berat yang bervariasi. Variasi ukuran keong matah merah ini diduga disebabkan oleh perbedaan pertumbuhan setiap keong.

Pertumbuhan suatu biota dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan biota yaitu keturunan, jenis kelamin, parasit dan penyakit, serta umur. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan biota yaitu jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah biota yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, kadar amonia di perairan dan salinitas (Effendie 1997). Pengukuran morfometrik dilanjutkan dengan perhitungan rendemen. Rendemen merupakan parameter untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu bahan atau produk. Rendemen adalah persentase bagian bahan baku yang dapat dimanfaatkan. Purwaningsih et al. (2015) menjelaskan bahwa persentase proporsi keong matah merah diperoleh dengan membandingkan antara bagian

Page 28: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

12

daging, jeroan dan cangkang dengan berat total keong. Proporsi keong matah merah dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Proporsi keong matah merah (Cerithidea obtusa) (%)

cangkang, daging, jeroan Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi keong matah merah terbesar adalah cangkang kemudian diikuti oleh daging dan jeroan. Perhitungan proporsi keong matah merah dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Cahyani (2015) bahwa proporsi rendemen keong matah merah terbesar terdapat pada bagian cangkang sebesar 66,7%, diikuti daging sebesar 18,1% dan jeroan 15,2%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa cangkang merupakan bagian terbesar dari keseluruhan berat keong. Keong matah merah memiliki proporsi cangkang terbesar karena seluruh tubuhnya tertutupi oleh cangkang.

Komposisi Kimia Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)

Informasi mengenai komposisi kimia yang terkandung dalam keong matah merah dapat diketahui melalui analisis proksimat. Analisis proksimat meliputi analisis kadar air, abu, lemak, dan protein. Hasil analisis komposisi kimia keong matah merah dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 2.

Tabel 2 Komposisi kimia keong matah merah (Cerithidea obtusa)

Parameter Komposisi (% bb) Keong matah merah Keong matah merah*

Kadar air 78,56 ± 0,42 82,80 ± 0,10 Kadar abu 3,15 ± 0,10 2,00 ± 0,20 Kadar lemak 0,18 ± 0,01 0,30 ± 0,10 Kadar protein 10,60 ± 0,25 11,90 ± 0,10

Keterangan : *Cahyani (2015) Kadar air keong matah merah menunjukkan persentase yang tinggi yaitu sebesar 78,56%. Tingginya kadar air juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Cahyani (2015) pada keong matah merah yaitu 82,80%. Keong matah merah yang merupakan produk hasil perairan termasuk dalam bahan pangan yang

20,93%

16,92% 62,14%

Page 29: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

13

memiliki kandungan air tinggi sehingga mudah mengalami kerusakan (high

perishable food). Arifin (2008) menyatakan bahwa kadar air hewan laut berkisar antara 70,1-85%. Perbedaan kadar air diduga dipengaruhi oleh jenis spesies, kondisi lingkungan, umur, dan kesegaran bahan. Hasil analisis proksimat menunjukkan kadar abu keong matah merah sebesar 3,15%. Besar kecilnya kadar abu dapat dipengaruhi oleh perbedaan jenis organisme, serta perbedaan kondisi habitat dan lingkungan hidup. Menurut Padidela dan Thummala (2015) kadar abu dapat dipengaruhi oleh perbedaan habitat dan lingkungan. Setiap lingkungan perairan dapat menyediakan asupan mineral yang berbeda-beda bagi organisme akuatik yang hidup di dalamnya. Keong matah merah mengandung kadar lemak sebesar 0,18%. Kadar lemak keong matah merah hasil penelitian Cahyani (2015) menunjukkan hasil sebesar 0,30%. Adanya perbedaan kadar lemak ini diduga disebabkan oleh perbedaan umur spesies dan tingkat kematangan gonad. Palpandi et al. (2010) menjelaskan bahwa lemak akan semakin meningkat dengan bertambahnya umur, karena kondisi fisiologis hewan yang akan menuju fase perkembangbiakan. Hewan akan membutuhkan lebih banyak energi untuk berkembang biak yang disimpan dalam bentuk lemak. Kadar protein dari keong matah merah berdasarkan analisis proksimat adalah 10,60%. Ayas dan Ozogul (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perbedaan jenis organisme, perbedaan ukuran individu yang digunakan dalam penelitian, dan waktu pengambilan sampel yang berbeda akan mempengaruhi hasil analisis proksimat dari suatu bahan. Menurut Periyasamy et al. (2011), adanya perbedaan hasil analisis proksimat secara keseluruhan dari daging gastropoda dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan hidup keong yang berbeda terutama kandungan bahan organik yang tersedia di lingkungannya sebagai bahan makanan utama keong. Kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein keong yang bervariasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis, ukuran, tingkat kematangan gonad, suhu, jenis makanan dan lokasi pengambilan sampel.

Rendemen Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)

Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen yang diinginkan dari suatu bahan menggunakan pelarut tertentu. Tujuan dari ekstraksi yaitu untuk mendapatkan bagian tertentu dari bahan-bahan yang mengandung zat aktif (Harborne 1987). Ekstraksi keong matah merah dilakukan menggunakan berbagai pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, yaitu air (polar), metanol (polar), aseton (semipolar) dan n-heksana (nonpolar). Metode ekstraksi yang digunakan adalah perebusan, sonikasi dan maserasi. Metode maserasi dilakukan untuk mengekstrak keong matah merah dengan pelarut metanol, aseton, dan n-heksana, sedangkan metode perebusan dan sonikasi dilakukan untuk mengekstrak keong matah merah menggunakan pelarut air. Hasil ekstraksi keong matah merah dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 30: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

14

(a) (b)

(c)

Gambar 4 Hasil ekstraksi keong matah merah: (a) Ekstrak air perebusan, (b) Ekstrak air sonikasi, (c) Ekstrak metanol, aseton dan n-heksana

Hasil ekstraksi keong matah merah menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik ekstrak keong matah merah dapat disebabkan oleh perbedaan pelarut dan metode ekstraksi yang digunakan. Warna kuning kecoklatan diduga dibentuk oleh adanya senyawa hidrofobik yang tertarik oleh pelarut, seperti minyak atau essential oil yang umumnya berwarna kuning kecoklatan. Manurung et al. (2004) menjelaskan bahwa molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik tidak jenuh dengan kromofor sebagai pembawa warna. Zat organik tidak jenuh yang dijumpai dalam pembentukan zat warna adalah senyawa aromatik antara lain senyawa hidrokarbon aromatik dan turunannya, fenol dan turunannya serta senyawa-senyawa hidrokarbon yang mengandung nitrogen. Makanan keong matah merah berupa bahan organik yang berasal dari dekomposisi daun mangrove dan fitoplankton yang umumnya berwarna hijau atau coklat diduga juga mempengaruhi warna dari ekstrak keong matah merah yang dihasilkan. Metode pemisahan filtrat dan pelarut yang digunakan juga dapat mempengaruhi karakteristik ekstrak. Ekstrak air perebusan dan ekstrak air sonikasi yang menggunakan freeze dryer untuk memisahkan filtrat dengan pelarut air menghasilkan ekstrak berbentuk bubuk. Ekstrak metanol, aseton dan n-heksana menggunakan rotary vacuum evaporator untuk memisahkan filtrat dengan pelarut menghasilkan ekstrak yang berbentuk pasta.

Hasil ekstraksi dari keong matah merah kemudian ditimbang untuk mengetahui nilai rendemen. Rendemen merupakan perbandingan antara berat ekstrak yang dihasilkan dengan berat awal sampel bahan yang dinyatakan dalam

Page 31: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

15

persen (%). Hasil perhitungan rendemen ekstrak keong matah merah dapat dilihat pada Lampiran 3. Karakteristik ekstrak keong matah merah yang meliputi rendemen, bentuk dan warna ekstrak ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Karakteristik ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa)

Jenis ekstrak Rendemen (%) Bentuk ekstrak Warna ekstrak Air perebusan 2,37 ± 0,19 Bubuk Hijau kecoklatan Air sonikasi 1,91 ± 0,16 Bubuk Coklat tua Metanol 2,86 ± 0,30 Pasta Coklat tua Aseton 1,82 ± 0,14 Pasta Coklat tua N-heksana 0,08 ± 0,05 Pasta Kuning kecoklatan

Hasil ekstraksi keong matah merah menunjukkan bahwa rendemen

tertinggi ekstrak keong matah merah terdapat pada ekstrak metanol yaitu sebesar 2,86%, sedangkan rendemen terendah terdapat pada ekstrak n-heksana sebesar 0,08%. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Prabowo (2009) yang menunjukkan bahwa rendemen ekstrak tertinggi dari keong matah merah terdapat pada ekstrak metanol yaitu sebesar 1,52% dan ekstrak terendah terdapat pada ekstrak n-heksana sebesar 0,18%.

Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara merendam sampel dalam pelarut terpilih yang disimpan dalam jangka waktu tertentu. Sampel dapat direndam dengan atau tanpa pengadukan (Tiwari et al. 2011). Metode maserasi dilakukan karena metodenya yang sederhana dan bertujuan untuk mengurangi kerusakan zat aktif dalam bahan yang tidak tahan panas. Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi menunjukkan hasil yang berbeda-beda sesuai dengan pelarutnya. Ekstrak metanol menghasilkan rendemen tertinggi sebesar 2,86%, diikuti dengan ekstrak aseton sebesar 1,82% dan ekstrak n-heksana dengan nilai ekstrak terendah sebesar 0,08%. Rendemen ekstrak metanol yang tinggi diduga karena kemampuan dari pelarut metanol yang bersifat polar dapat melarutkan hampir semua komponen senyawa aktif yang terkandung dalam keong matah merah. Kumoro et al. (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat kepolaran suatu pelarut akan meningkatkan rendemen ekstrak dari suatu sampel.

Ekstraksi dengan pelarut air dilakukan menggunakan metode perebusan dan sonikasi. Ekstraksi keong matah merah menggunakan metode perebusan didasarkan atas kebiasaan pada masyarakat dalam mengkonsumsi keong matah merah dengan cara merebusnya menggunakan air (Insanabella 2012). Rendemen ekstrak air perebusan didapatkan hasil sebesar 2,37%. Ekstraksi keong matah merah dengan pelarut air juga dilakukan menggunakan metode sonikasi. Metode ekstraksi menggunakan sonikasi merupakan metode ekstraksi alternatif yang memanfaatkan gelombang ultrasonik. Tania et al. (2009) menjelaskan bahwa metode sonikasi memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 42 kHz dapat menghancurkan sel sehingga mempercepat proses perpindahan massa senyawa bioaktif dari dalam sel ke pelarut. Metode sonikasi digunakan sebagai alternatif dari metode ekstraksi maserasi dan perebusan yang merupakan metode ekstraksi konvesional. Ekstraksi keong matah merah menggunakan metode sonikasi dilakukan selama 2 jam untuk menghindari adanya kerusakan zat aktif

Page 32: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

16

akibat adanya gelombang ultrasonik yang terlalu lama. Rendemen ekstrak air sonikasi didapatkan hasil sebesar 1,9%.

Perbedaan nilai rendemen ekstrak menggunakan pelarut air dengan metode perebusan dan sonikasi diduga karena adanya proses pemanasan pada metode ekstraksi perebusan yang mempengaruhi kelarutannya. Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut. Pelarut dengan suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat melarutkan zat terlarut dibandingkan pelarut dengan suhu lebih rendah. Proses pemanasan akan menyebabkan partikel bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah, sehingga kontak antara pelarut dengan bahan menjadi lebih efektif. Oleh karena itu rendemen ekstrak air perebusan lebih besar dibandingkan rendemen ekstrak air sonikasi. Tingginya nilai rendemen ekstrak air perebusan juga diduga karena adanya senyawa selain dari isi sel yang ikut terlarut akibat proses perebusan. Nusantoro dan Haryadi (2003) menjelaskan bahwa proses perebusan akan menyebabkan terjadinya degradasi senyawa-senyawa penyusun jaringan sehingga tidak hanya isi sel saja yang terekstrak, tetapi juga akan mengekstrak senyawa-senyawa lain hasil degradasi yang larut dalam pelarut.

Rendemen ekstrak menggunakan pelarut metanol dan pelarut air menunjukkan nilai yang tinggi dibandingkan hasil ekstraksi dengan pelarut aseton dan pelarut n-heksana. Hal tersebut mengindikasikan bahwa komponen-komponen bioaktif dalam keong matah merah lebih bersifat polar karena banyak yang terekstrak pada pelarut polar, yaitu metanol dan air. Hasil ini didukung oleh penelitian dari Susanto (2010) yang menyatakan bahwa kandungan komponen senyawa aktif yang bersifat polar pada filum moluska umumnya terdapat dalam jumlah yang lebih banyak dibanding komponen-komponen senyawa aktif lain yang bersifat non polar dan semi polar.

Perbedaan rendemen ekstrak dalam penelitian ini diduga disebabkan oleh penggunaan jenis pelarut yang berbeda. Kumoro et al. (2009) menyatakan bahwa perbedaan rendemen dari ekstrak dipengaruhi oleh tingkat kepolaran pelarut. Salamah et al. (2008) juga menjelaskan bahwa pelarut yang berbeda akan melarutkan senyawa-senyawa yang berbeda tergantung tingkat kepolarannya, sehingga jumlah ekstrak yang dihasilkan bergantung pada jenis pelarutnya. Penggunaan metode maserasi, perebusan dan sonikasi untuk mengekstraksi keong matah merah dalam penelitian ini juga memberikan pengaruh terhadap nilai rendemen ekstrak. Sani et al. (2014) menyatakan bahwa perbedaan pelarut dan perbedaan metode ekstraksi yang digunakan akan mempengaruhi rendemen sampel yang dihasilkan.

Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)

terhadap Artemia salina dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Uji toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap A. salina dilakukan

menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). BSLT merupakan metode untuk memprediksi senyawa yang bersifat racun dengan mudah dan sederhana, serta dapat digunakan untuk prescreening keberadaan senyawa aktif yang terkandung dalam ekstrak (Meyer et al. 1982). Hasil uji toksisitas ekstrak keong matah merah ditampilkan pada Tabel 4.

Page 33: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

17

Tabel 4 Hasil uji toksisitas ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa) Jenis ekstrak LC50 (ppm) Kategori Air perebusan 1672,57 ± 91,73d Tidak toksik Air sonikasi 1612,72 ± 9,21cd Tidak toksik Metanol 1485,29 ± 51,72c Tidak toksik Aseton 773,52 ± 39,16a Toksik rendah N-heksana 1163,43 ± 59,39b Tidak toksik

Keterangan : angka-angka yang diikuti subscript berbeda menunjukkan hasil perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05)

Pengujian toksisitas menggunakan metode BSLT terhadap larva udang

A. salina dilakukan dengan melihat tingkat kematian larva yang disebabkan oleh ekstrak kasar sampel. Tingkat kematian atau mortalitas larva A. salina selanjutnya dianalisis probit untuk menentukan LC50 (lethal concentration 50%). Nilai LC50 merupakan jumlah konsentrasi ekstrak uji yang dapat menyebabkan kematian larva udang A. salina sebesar 50% setelah masa inkubasi 24 jam (Meyer et al. 1982). Contoh perhitungan nilai LC50 dapat dilihat pada Lampiran 4.

Hasil uji normalitas pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap A. salina dapat dilihat pada Lampiran 5. a sil analisis agam α 0 05 toksisitas ekstrak keong matah merah pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis ekstrak mempengaruhi nilai LC50. Uji Duncan pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa nilai LC50 ekstrak aseton berbeda nyata dengan ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi, ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana. Perbedaan hasil ini diduga karena perbedaan metode ekstraksi dan kemampuan pelarut dalam menarik komponen aktif keong matah merah. Metode ekstraksi perebusan yang menggunakan proses pemanasan dapat menyebabkan rusaknya komponen aktif keong matah merah, hal tersebut diduga menyebabkan tingginya nilai LC50 ekstrak air perebusan. Ali et al. (2013) menyebutkan bahwa kandungan komponen aktif yang terkandung pada masing-masing jenis ekstrak dapat mempengaruhi toksisitasnya.

Suatu ekstrak termasuk ke dalam kategori sangat toksik apabila memiliki nilai LC50 kurang dari 30 ppm, dianggap kategori toksik apabila memiliki nilai LC50 diantara 31-200 ppm, dianggap kategori toksik rendah apabila memiliki nilai LC50 diantara 201-1000 ppm dan dianggap tidak toksik apabila nilai LC50 lebih dari 1000 ppm (McLaughlin et al. 1998). Hasil dari pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah menunjukkan bahwa ekstrak aseton memiliki nilai LC50 terendah yaitu sebesar 773,52 ppm dan ekstrak air perebusan memiliki nilai LC50 tertinggi yaitu sebesar 1672,57 ppm. Hal ini dapat dikatakan bahwa ekstrak aseton memiliki senyawa yang lebih toksik diantara jenis ekstrak lainnya.

Hasil pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah menunjukkan bahwa ekstrak aseton termasuk dalam kategori toksik rendah. Karakteristik ekstrak aseton yang berbentuk pasta diduga mempengaruhi hasil toksisitasnya terhadap A. salina. Hasil ekstraksi yang berbentuk pasta diduga masih mengandung pelarut aseton yang dapat mempengaruhi toksisitas ekstrak keong matah merah. Ali et al. (2013) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

penggunaan ekstrak kasar kering untuk pengujian toksisitas terhadap larva udang A. salina dapat mengurangi adanya toksisitas akibat pengaruh pelarut yang digunakan.

Page 34: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

18

101,56 ± 5,07a 96,48 ± 1,15a

103,25 ± 3,06a

126,66 ± 8,80b

0

30

60

90

120

150

20 40 80 160

Via

bil

ita

s (%

)

Konsentrasi (ppm)

226,59 ± 181,13a

159,06 ± 70,32a

207,06 ± 145,66a 196,96 ± 128,70a

050

100150200250300350400450

20 40 80 160

Via

bil

ita

s (%

)

Konsentrasi (ppm)

Toksisitas ekstrak keong matah merah juga diduga dipengaruhi oleh komponen aktif yang terkandung di dalamnya. Veni dan Pushpanathan (2014) menjelaskan bahwa kandungan komponen aktif ekstrak suatu bahan dapat menyebabkan kematian larva udang dalam konsentrasi tertentu. Mustanir dan Rosnani (2008) menyatakan bahwa pelarut aseton dapat menarik senyawa aktif seperti alkaloid, terpenoid dan steroid. Senyawa-senyawa tersebut diduga dalam kadar tertentu dapat menyebabkan kematian larva udang.

Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)

terhadap Sel Vero dengan Metode MTT assay

Pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap sel Vero

dilakukan menggunakan metode MTT assay. Prinsip kerja dari metode ini didasari oleh reduksi garam tetrazolium oleh enzim suksinat dehydrogenase yang terdapat pada mitokondria sel hidup. Reaksi tersebut akan menghasilkan kristal formazan yang tidak dapat larut dalam air, oleh karena itu digunakan etanol 70% untuk melarutkannya sehingga membentuk warna ungu pada sel yang hidup. Jumlah sel yang hidup pada well sebanding dengan absorban yang terukur (Patel et al. 2009). Hasil pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap sel Vero dapat dilihat pada Gambar 5.

(a)

(b)

Page 35: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

19

80,07 ± 10,05a 79,60 ± 0,16a 79,84 ± 1,15a 82,11 ± 3,05a

0

20

40

60

80

100

20 40 80 160

Via

bil

ita

s (%

)

Konsentrasi (ppm)

81,90 ± 2,87a 81,01 ± 3,67a 83,44 ± 1,84a 82,22 ± 1,95a

0

20

40

60

80

100

20 40 80 160

Via

bil

ita

s (%

)

Konsentrasi (ppm)

96,35 ± 10,91a 96,43 ± 3,21a

85,55 ± 1,38a 72,97 ± 17,10a

0

20

40

60

80

100

120

20 40 80 160

Via

bil

ita

s (%

)

Konsentrasi (ppm)

(c)

(d)

(e)

Gambar 5 Persentase viabilitas sel Vero pada konsentrasi ekstrak 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm, 160 ppm: (a) Ekstrak air perebusan,

(b) Ekstrak air sonikasi, (c) Ekstrak metanol, (d) Ekstrak aseton, (e) Ekstrak n-heksana

Persentase viabilitas sel Vero menunjukkan hasil fluktuatif pada masing-

masing konsentrasi ekstrak air perebusan keong matah merah (Gambar 5a). Hasil uji normalitas pengujian toksisitas ekstrak air perebusan keong matah merah

Page 36: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

20

terhadap sel Vero dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil analisis agam α 0 05 pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak air perebusan memberikan pengaruh terhadap persentase viabilitas sel Vero. Hasil uji lanjut Duncan pada Lampiran 10 menunjukkan bahwa persentase viabilitas sel Vero pada konsentrasi 160 ppm sebesar 126,66% berbeda nyata dengan persentase viabilitas sel Vero pada konsentrasi 20 ppm, 40 ppm dan 80 ppm.

Persentase viabilitas sel Vero menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada konsentrasi ekstrak air sonikasi 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm. Hasil uji normalitas pengujian toksisitas ekstrak air sonikasi keong matah merah terhadap sel Vero dapat dilihat pada Lampiran 11. Hasil analisis agam α 0 05 pada Lampiran 12 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak air sonikasi tidak memberikan pengaruh terhadap persentase viabilitas sel Vero. Standar deviasi persentase viabilitas sel Vero pada ekstrak air sonikasi di masing-masing konsentrasi menunjukkan nilai yang besar, hal ini dapat dikatakan bahwa persentase viabilitas sel Vero pada masing-masing ulangan memiliki hasil yang fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh ekstrak air sonikasi tidak terlarut sempurna sehingga hasil yang diberikan pada masing-masing ulangan berbeda.

Hasil uji normalitas pengujian toksisitas ekstrak metanol keong matah merah terhadap sel Vero dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis ragam α 0 05 pada ampi an 14 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak metanol tidak memberikan pengaruh terhadap persentase viabilitas sel Vero. Persentase viabilitas sel Vero tidak berbeda nyata pada konsentrasi ekstrak metanol 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm.

Persentase viabilitas sel Vero pada ekstrak aseton menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata di masing-masing konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm. Hasil uji normalitas pengujian toksisitas ekstrak aseton keong matah merah terhadap sel Vero dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil analisis ragam α 0 05 pada ampi an 16 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak aseton tidak memberikan pengaruh terhadap persentase viabilitas sel Vero.

Hasil uji normalitas pengujian toksisitas ekstrak n-heksana keong matah merah terhadap sel Vero dapat dilihat pada Lampiran 17. Hasil analisis ragam α 0 05 pada ampi an 18 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak n-heksana tidak memberikan pengaruh terhadap persentase viabilitas sel Vero. Persentase viabilitas sel Vero tidak berbeda nyata pada konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 80 ppm dan 160 ppm.

Pengujian toksisitas menggunakan metode MTT assay bertujuan untuk mengetahui keamanan ekstrak keong matah merah terhadap sel Vero. Menurut Senthilraja dan Kathiresan (2015) sel Vero merupakan sel normal monolayer berbentuk poligonal dan pipih yang diisolasi dari sel ginjal moyet hijau Afrika. Sel Vero sering digunakan untuk mempelajari pertumbuhan sel, diferensiasi sel, sitotoksisitas dan tranformasi sel yang diinduksi oleh berbagai senyawa kimia.

Persentase viabilitas sel Vero pada semua konsentrasi ekstrak keong matah merah menunjukkan nilai diatas 70%. Batas aktivitas ekstrak kasar berdasarkan National Cancer Institute (NCI) dalam menghambat sel lestari sebesar 50% yaitu pada konsentrasi kurang dari 30 ppm (Fadeyi et al. 2013). Hasil pengujian toksisitas terhadap sel Vero menunjukkan bahwa semua jenis ekstrak keong matah merah tidak bersifat toksik, karena pada konsentrasi ekstrak keong matah merah terendah yaitu sebesar 20 ppm menunjukkan persentase viabilitas sel Vero lebih

Page 37: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

21

dari 50%. Ekstrak air perebusan dan air sonikasi menunjukkan persentase viabilitas sel Vero lebih dari 100%. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa ekstrak keong matah merah memberikan nutrisi terhadap pertumbuhan sel Vero, sehingga jumlah sel Vero yang hidup lebih banyak dibandingkan jumlah sel Vero yang hidup pada kontrol.

Morfologi sel Vero tanpa pemberian ekstrak dan setelah pemberian ekstrak yang diamati menggunakan mikroskop ditampilkan pada Gambar 6. Menurut Arianingrum et al. (2011) perubahan morfologi sel Vero ditandai dengan beberapa perubahan fisik. Sel tanpa perlakuan tampak melekat pada bagian permukaan tempat tumbuh sel dan memiliki dinding yang halus, sedangkan sel yang mati sudah tidak lagi terlihat berkoloni dan telah lepas dari tempat tumbuhnya. Sel yang mati akan kehilangan cairan sitoplasma karena rusaknya membran sel, sehingga pada hasil pengamatan menggunakan mikroskop akan menunjukkan warna hitam atau gelap.

(a) (b)

Gambar 6 Gambaran morfologi sel Vero: (a) Morfologi sel tanpa penambahkan ekstrak (b) Morfologi sel dengan penambahan ekstrak n-heksana pada konsentrasi 160 ppm (c) Sel hidup (d) Sel mati

Pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap A. salina dan sel

Vero memberikan hasil yang berbeda. Ekstrak aseton pada pengujian toksisitas terhadap A. salina dengan metode BSLT termasuk dalam kategori toksik rendah, sedangkan pada pengujian toksisitas terhadap sel Vero dengan metode MTT assay termasuk dalam kategori tidak toksik. Ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi, ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana termasuk dalam kategori tidak toksik pada kedua pengujian toksisitas terhadap A. salina dan sel Vero. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nondo et al. (2015) yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa tanaman obat antimalaria yang diuji menggunakan metode BSLT dan MTT assay memiliki sifat toksisitas yang berbeda.

Perbedaan hasil toksisitas ekstrak keong matah merah menggunakan kedua metode ini diduga disebabkan oleh mekanisme toksisitasnya yang berbeda. Menurut Nondo et al. (2015) bahwa metode BSLT menggunakan larva udang lebih sensitif dalam mendeteksi senyawa toksik dibandingkan sel normal. Perbedaan kriteria yang digunakan dalam menentukan substansi beracun pada masing-masing metode juga mempengaruhi hasil toksisitasnya.

c

d

Page 38: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

22

Komponen Aktif Ekstrak Keong Matah Merah (Cerithidea obtusa)

Komponen aktif yang terdapat pada ekstrak keong matah merah dianalisis menggunakan uji fitokimia. Uji fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen aktif penyebab efek racun atau efek bermanfaat yang ditunjukkan oleh ekstrak kasar (Harborne 1987). Ekstrak keong matah merah yang diuji fitokimia adalah ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton. Ekstrak air perebusan dipilih untuk mengetahui pengaruh proses pemanasan terhadap kandungan komponen aktif. Ekstrak air sonikasi dipilih untuk mengetahui kandungan komponen aktif tanpa adanya pengaruh pemanasan. Ekstrak metanol hasil maserasi tidak digunakan karena sifat pelarutnya yang polar sama dengan sifat pelarut air, dan ekstrak n-heksana tidak digunakan karena hasil ekstraksinya sedikit sehingga ekstrak aseton yang digunakan untuk pengujian fitokimia.

Hasil pengujian komponen aktif menggunakan uji fitokimia menunjukkan ekstrak keong matah merah mengandung beberapa komponen aktif. Komponen aktif disintesis oleh makhluk hidup untuk bertahan terhadap kondisi lingkungan hidup yang ekstrim. Thakur et al. (2005) menjelaskan bahwa organisme laut memiliki kemampuan mensintesis senyawa kimia untuk pertahanan diri. Senyawa ini membantu mereka untuk bertahan hidup dari perubahan suhu, salinitas dan tekanan yang ekstrim, mencegah predator, bertahan dari pesaing yang mengancam, melumpuhkan mangsa, dan mencegah keracunan serta infeksi. Hasil pengujian komponen aktif terhadap ekstrak keong matah merah dapat dilihat pada Tabel 5 dan Lampiran 19.

Tabel 5 Komponen aktif ekstrak keong matah merah (Cerithidea obtusa)

Uji Ekstrak air perebusan

Ekstrak air sonikasi

Ekstrak aseton

Ekstrak metanol*

Alkaloid a. Dragendorff + + + +

b. Meyer + + + + c. Wagner + + + +

Tanin - - - - Fenol hidroquinon - - - - Flavonoid + + + + Saponin + + + + Steroid - + + - Triterpenoid + + + +

*Cahyani (2015) Keterangan : (+) Terdeteksi (-) Tidak terdeteksi

Alkaloid termasuk golongan senyawa sekunder yang bersifat basa, mengandung satu atau lebih atom hidrogen. Alkaloid merupakan grup terbesar senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam dan seringkali memiliki sifat beracun (Harborne 1987). Pengujian alkaloid dilakukan menggunakan pereaksi pengendapan untuk memisahkan jenis alkaloid. Pereaksi umum yang digunakan adalah pereaksi Dragendorff, Meyer dan Wagner. Hasil

Page 39: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

23

positif senyawa alkaloid menggunakan pereaksi Dragendorff ditunjukkan dengan adanya endapan coklat, pereaksi Meyer ditunjukkan dengan adanya endapan putih kekuningan, dan pereaksi Wagner ditunjukkan dengan endapan merah. Pengujian senyawa alkaloid menunjukkan hasil positif terhadap ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton.

Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan, misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloid yang terkenal mempunyai efek fisiologis dan psikologis (Robinson 1995). Menurut Imperatore et al. (2014) bahwa alkaloid yang terdapat pada invertebrata laut dapat dikembangkan sebagai obat antikanker. Alkaloid yang terdapat pada invertebrata laut antara lain indole, quinoline, pyrrole, pyrazine, dan pyridoacridine.

Hasil positif ditunjukkan oleh ketiga jenis ekstrak keong matah merah, yaitu ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton terhadap pengujian komponen aktif flavonoid. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya lapisan amil alkohol berwarna merah atau kuning atau jingga. Flavonoid dikenal sebagai antioksidan yang berpotensi mengobati penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas. Redha (2010) menyebutkan bahwa aktivitas antioksidan flavonoid bersumber dari kemampuannya dalam mendonasikan atom hidrogen. Liu et al. (2014) menambahkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan dan bertanggung jawab terhadap efek klinis yang baik terhadap diabetes tipe II.

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun. Komponen aktif saponin dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa (Harborne 1987). Ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton keong matah merah memiliki kandungan saponin dengan ciri adanya busa yang stabil setelah didiamkan selama 30 menit. Francis et al. (2002) menjelaskan bahwa saponin terdapat pada bahan alam yang mengandung protein tinggi dan beberapa saponin memiliki aktivitas antioksidan. Navarroa et al. (2001) menyebutkan bahwa saponin pada tanaman dan obat-obatan juga memiliki beberapa macam bioaktivitas, seperti antivirus, antiinflamasi, dan antiparasit. Triterpenoid merupakan senyawa dengan kerangka karbon yang disusun dari 6 unit isoprene dan dibuat secara biosintesis dari skualen, suatu C30 hidrokarbona siklik (Sitrait 2007). Steroid merupakan salah satu kelompok senyawa dari triterpenoid. Steroid merupakan senyawa yang secara umum memiliki struktur siklik dan mempunyai gugus hidroksil (Harborne 1987). Triterpenoid ditunjukkan dengan adanya warna merah atau coklat, dan steroid ditunjukkan dengan perubahan dari warna merah menjadi biru atau hijau. Hasil uji komponen aktif menunjukkan adanya senyawa triterpenoid pada ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton keong matah merah. Komponen aktif steroid berdasarkan uji fitokimia menunjukkan hasil positif pada ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton keong matah merah. Liu et al. (2014) menyebutkan bahwa triterpenoid memiliki aktivitas antioksidan melalui pencegahan stress oksidatif. Rumondang et al. (2013) menambahkan bahwa triterpenoid memiliki aktivitas antibakteri dengan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus. Perbedaan metode dan jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi diduga memberikan pengaruh terhadap kandungan komponen aktif

Page 40: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

24

keong matah merah. Ekstrak air sonikasi dan aseton keong matah merah mampu menarik lebih banyak komponen aktif dibandingkan ekstrak air perebusan. Menurut Putri et al. (2013) bahwa pelarut semi polar memiliki rentang polaritas yang lebar sehingga mampu menarik senyawa yang bersifat polar hingga non polar. Komponen aktif steroid menunjukkan hasil positif pada ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton, sedangkan pada ekstrak air perebusan menunjukkan hasil negatif. Hal ini dapat dikatakan bahwa komponen aktif steroid yang terdapat dalam keong matah merah bersifat tidak tahan panas. Nugroho (2012) menyebutkan bahwa proses perebusan dapat menyebabkan hilangnya komponen-komponen aktif yang terdapat dalam suatu bahan.

Ekstrak aseton keong matah merah termasuk dalam kategori toksik rendah berdasarkan pengujian toksisitas terhadap A. salina. Hasil pengujian komponen aktif menunjukkan ekstrak aseton mengandung komponen alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid. Komponen aktif dari ekstrak keong matah merah tersebut yang diduga memberikan efek toksik terhadap larva A. salina. Peteros dan Mylene (2010) menyebutkan bahwa jenis zat aktif yang mempengaruhi nilai toksisitas adalah tanin, flavonoid dan triterpenoid. Ekstrak air perebusan dan ekstrak air sonikasi berdasarkan pengujian toksisitas terhadap sel Vero menunjukkan persentase viabilitas sel Vero yang tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekstrak air perebusan dan air sonikasi berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat yang aman. Kandungan komponen aktif yang terdapat pada ekstrak air perebusan adalah alkaloid, flavonoid, saponin dan triterpenoid, sedangkan ekstrak air sonikasi memiliki komponen aktif alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid. Lu et al. (2012) menyebutkan bahwa alkaloid memiliki aktivitas antikanker dengan menghambat proliferasi beberapa sel kanker dan menghambat angiogenesis. Divakaran et al. (2013) melaporkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas penghambatan radikal bebas dan radioproteksi terhadap DNA. Liu et al. (2014) menambahkan bahwa flavonoid dan triterpenoid memiliki aktivitas antioksidan dan bertanggung jawab terhadap efek klinis yang baik pada diabetes tipe II melalui pencegahan stress oksidatif dan hiperglikemia postprandial. Koneri et al. (2014) menyebutkan bahwa saponin juga memiliki aktivitas antidiabetes dengan menurunkan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap A. salina

menunjukkan bahwa ekstrak aseton bersifat toksik rendah dengan nilai LC50 sebesar 773,52 ppm. Ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi, ekstrak metanol dan ekstrak n-heksana tidak bersifat toksik terhadap A. salina. Pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap sel Vero menunjukkan semua jenis ekstrak keong matah merah, yaitu ekstrak air perebusan, ekstrak air sonikasi, ekstrak

Page 41: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

25

metanol, ekstrak aseton dan ekstrak n-heksana tidak bersifat toksik. Kandungan komponen aktif yang terdapat pada ekstrak air perebusan keong matah merah adalah alkaloid, flavonoid, saponin, dan triterpenoid, sedangkan ekstrak air sonikasi dan ekstrak aseton keong matah merah adalah alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan saponin.

Saran

Pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah secara in vivo terhadap

hewan uji tikus atau mencit perlu dilakukan untuk mengetahui efek jangka panjang dari pemberian ekstrak keong matah merah. Uji toksisitas sub kronis dan kronis perlu dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai toksisitas dari ekstrak keong matah merah.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1980. Official Methods of

Analysis of The Association of Official Analytical Chemists Thirteenth

Edition. Washington DC (US): The Association of Official Analytical Chemists.

Ali MR, Hossain M, Runa JF, Hasanuzzaman M. 2013. Preliminary cytotoxic activity of different extracts of Avrrhoa bilimbi. International Current

Pharmaceutical Journal 2(3): 83-84.

Arianingrum R, Arty IS, Atun S. 2011. Uji sitotoksik beberapa senyawa mono para hidroksi kalkon terhadap cancer cell line T47D. Jurnal Penelitian

Saintek 16(2): 121-132.

Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan metode analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian 27(3): 99-105

Ayas D, Ozugul Y. 2011. The chemical composition of carapace meat of sexually mature blue crab (Callinectes sapidus) in the Mersin Bay. Journal of

Fisheries Sciences 5(3): 262-269.

Cahyani RT, Purwaningsih S, Azrifitria. 2015. Antidiabetic potential and secondary metabolites screening of mangrove gastropod Cerithidea obtusa.

Journal of Coastal Life Medicine 3(5): 356-360.

Cahyani RT. 2015. Kajian aktivitas komponen bioaktif dari keong matah merah (Cerithidea obtusa) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Dharma B. 1992. Siput dan Kerang Indonesia II. Jakarta (ID): Sarana Graha.

Divakaran SA, Hema PS, Nair MS, Nair CKK. 2013. Antioxidant capacity and radioprotective properties of flavonoids galangin and kaempferide isolated from Alpinia galangal L. (Zingiberaceae) against radiation induced cellular DNA damage. International Journal of Radiation Research 11(2): 81-89.

Page 42: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

26

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Penerbit Yayasan Pustaka Nusantara.

Ernanto R, Agustriani F, Aryawati R. 2010. Struktur komunitas gastropoda pada ekosistem mangrove di Muara Sungai Batang Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan. Maspari Journal 1: 73-78.

Fadeyi SA, Fadeyi OO, Adejumo AA, Okoro C, Myles EL. 2013. In vitro anticancer screening of 24 locally used Nigerian medical plants. BMC

Complementary and Alternative Medicine 13(79): 1-9.

Francis G, Kerem Z, Makkar H, Becker K. 2002. The biological action of saponin in animal system: a review. British Journal of Nutrition 88: 587-605.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods: A Guide to Modern Tehcniques of Plant Analysis.

Hussain S, Fareed S, Ansari S, Khan MS. 2012. Marine natural products; a lead for anti-cancer. Indian Journal of Geo-Marine Sciences 41(1): 27-39.

Impe ato e Aiello A D’Aniello F enese M Menna M. 2014. Alkaloids f om marine invertebrates as important leads for anticancer drugs discovery and development. Molecules 19: 20391-20423.

Insanabella ZT. 2012. Pengaruh pengolahan terhadap profil protein dan asam amino pada keong matah merah (Cerithidea obtusa) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Jayanthi P, Lalitha P. 2013. Comparison of conventional and sound assisted methods for extraction of Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Asian

Journal of Pharmaceutical and Clinical Research 6(1): 143-146.

Koneri RB, Samaddar S, Ramaiah CT. 2014. Antidiabetic activity of a triterpenoid saponin isolated from Mamordica cymbalaria Fenzl. Indian

Journal of Experimental Biology 52: 46-52.

Krishnaraju AV. Rao TVN. Sundararaju D. Vanisree M. Tsay H. Subbaraju GV. 2005. Assessment of bioactivity of indian medicinal plants using brine shrimp (Artemia salina) lethality test. International Journal of Applied

Science and Engineering 3(2): 125-134.

Kumoro AC, Hasan M, Singh H. 2009. Effects of solvent properties on the soxhlet extraction of diterpenoid lactones from Andrographis paniculata

leaves. Science Asia 35: 306-309.

Lestari IR. 2014. Pengujian toksisitas subakut ekstrak hipokotil buah bakau hitam pada tikus galur Sprague Dawley [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Liu X, Zhu L, Tan J, Zhou X, Xiao L, Yang X, Wang B. 2014. Glucosidase inhibitory activity and antioxidant activity of flavonoid compound and triterpenoid compound from Agrimonia pilosa Ledeb. BMC

Complementary and Alternative Medicine 14(12): 1-10.

Page 43: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

27

Lu J, Bao J, Chen X, Huang M, Wang Y. 2014. Alkaloids isolated from natural herbs as the anticancer agents. Evidence-Based Complementary and

Alternative Medicine 2012: 1-12.

Manurung R, Hasibuan R, Irvan. 2004. Perombakan zat warna azo reaktif secara anaerob-aerob. e-USU Repository: 1-9.

Mattana CM, Satorres SE, Escobar F, Sabini C, Sabini L, Fusco M and Alcaraz LE. 2012. Antibacterial and cytotoxic activities of Acacia aroma extracts. Emirates Journal of Food and Agriculture 24: 308-313.

McLaughlin JL, Rogers LL. 1998. The use of biological assays to evaluate botanicals. Drug Information Journal 32: 513-524.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jocobsen LB, Nichols DE, MCLaughlin JL. 1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituents. Journal of Medicinal Plant Research 45: 31-35.

Mustanir, Rosnani. 2008. Isolasi senyawa bioaktif penolak (repellent) nyamuk dari ekstrak aseton batang tumbuhan legundi (Vitex trifolia). Buletin Litro 19(2): 174-180.

Navarroa P, Ginera RM, Recioa MC, Maneza S, Cerda-Nicolas M, Riosa JL. 2001. In vivo anti-inflammatory activity of saponins from Bupleurum

rotundifolium. Life Science 68(1): 1199-1206.

Nondo RSO, Moshi MJ, Erasto P, Zofou D, Njouendou AJ, Wanji S, Ngemenya MN, Kidukuli AW, Masimba PJ, Titanji VPK. 2015. Evaluation of cytotoxic of extracts from medicinal plants used for the treatment of malaria in Kagera and Lindi regions, Tanzania. Journal of Applied

Pharmaceutical Science 5(4): 7-12.

Nugroho M. Pengaruh suhu dan lama ekstraksi secara pengukusan terhadap rendemen dan kadar albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus). 2012. Jurnal Teknologi Pangan 3(1): 64-75.

Nusantoro BP, Haryadi. 2003. Pengaruh cara ekstraksi dari daun janggelan (Mesona palustris BL) dengan perebusan dan pengempaan terhadap sifat gel. Agritech 23(1): 28-32.

Padidela S, Thummala R. 2015. Proximate, amino acid, fatty acid and mineral analysis of bivalve Parreysia cylindrica from Waddepally and Kaleshwaram Lake. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences 4(4): 1388-1401.

Palpandi C, Vairamani S, Shanmugam A. 2010. Proximate composition and fatty acid profile of different tissues of the marine neogastropod Cymbium melo. Indian Journal of Fisheries 57(3): 35-39.

Patel S, Gheewala N, Suthar A, Shah A. 2009. In-vitro cytotoxicity activity of Solanum ningrum extract against Hela cell line and Vero cell line. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 1(1): 38-46.

Page 44: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

28

Periyasamy N, Srinivasan M, Devanathan K, Balakrishnan S. 2011. Nutritional value of gastropod Babylonia spirata from Thazhanguda, Southeast coast of India. Asian Pasific Journal of Tropical Biomedicine 249-252.

Peteros NP, Mylene UM. 2010. Antioxidant and cytotoxic activities and phytochemical screening of four philippine medicinal plants. Journal of

Medicinal Plants Research 4(5): 407-414.

Prabowo TT. 2009. Uji aktivitas antioksidan dari keong matah merah (Cerithidea

obtusa) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purwaningsih S, Rimbawan, Priosoeryanto BP. 2008. Ekstraksi komponen aktif sebagai antikanker pada sel lestari keong matah merah (Cerithidea obtusa). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia 15(2): 103-108.

Purwaningsih S, Suseno SH, Salamah E, Mulyaningtyas JR, Dewi YP. 2015. Effect boiling and streaming on the profile fatty acids and cholesterol in muscle tissue of molluscs. International Food Research Journal 22(3): 1087-1094.

Purwaningsih S. 2006. Kajian pemanfaatan keong matah merah (Cerithidea

obtusa) dan uji aktivitas antiproliferasi pada sel lestari tumor secara in

vitro dan in vivo [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Purwaningsih S. 2007. Kajian pemanfaatan keong matah merah (Cerithidea

obtusa) sebagai sumber gizi untuk masyarakat pantai. Jurnal Ilmu-ilmu

Perairan dan Perikanan Indonesia 10(3): 93-99.

Purwaningsih S. 2012. Aktivitas antioksidan dan komposisi kimia keong matah merah (Cerithidea obtusa). Ilmu Kelautan 17(1): 39-48.

Putri WS, Warditiani NK, Larasanty LPF. 2013. Skrining fitokimia ekstrak etil asetat kulit buah manggis (Garcinia mangostana). Jurnal Farmasi

Udayana 2(4): 56-60.

Redha A. 2010. Flavonoids: Struktur, sifat antioksidatif dan pernanya dalam sistem biologis. Jurnal Belian 9(2): 196-200.

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K, penerjemah; Sutorno T, editor. Bandung (ID): ITB Press. Terjemahan dari: The Organic Constituents of Higher Plants, 6th Edition.

Rumondang M, Kusrini D, Facriyah E. 2013. Isolasi, identifikasi dan uji antibakteri senyawa triterpenoid dari ekstrak n-heksana daun tempuyung (Sonchus arvensis L.). Chemical Information 1(1): 156-163.

Salamah E, Ayuningrat E, Purwaningsih S. 2008. Penapisan awal komponen bioaktif dari kijing taiwan (Anodonta woodiana Lea.) sebagai senyawa antioksidan. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 11(2): 119-133.

Sani RN, Nisa FC, Andriani RD, Maligan JM. 2014. Analisis rendemen dan skrining fitokimia ekstrak etanol mikroalga laut Tetraselmis chuii. Jurnal

Pangan dan Agroindustri 2(2): 121-126.

Page 45: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

29

Senthilraja P, Kathiresan K. 2015. Invitro cytotoxicity MTT assay in Vero, HepG2 and MCF-7 cell lines study of Marine Yeast. Journal of Applied

Pharmaceutical Science 5(3): 80-84.

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung (ID) : Institut Teknologi Bandung.

Sreenivasan PV. 1982. Studies on The Potamidid Snail. Annamalai (IN): Centre of Advanced Study in Marine Biology Annamalai University.

Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan

Biometrik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Susanto IS. 2010. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif pada keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tania SU, Arbianti R, Hermansyah H, Reza A. 2009. Perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun simpur (Dillenia indica) dari berbagai metode ekstraksi dengan uji ANOVA. Seminar Nasional Teknik Kimia

Indonesia 1-6.

Thakur NL, Thakur AN, Miller WEG. 2005. Marine natural products in drug discovery. Natural Product Radiance 4(6): 471-477.

Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical screening and extraction: a review. Internationale Pharmaceutical Sciencia 1(1): 98-106.

Veni T, Pushpanathan T. 2014. Comparison of the Artemia salina and Artemia

fransiscana bioassays for toxicity of Indian medicinal plants. Journal of

Coastal Life Medicine 2(6): 453-457.

Page 46: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

30

Page 47: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

31

LAMPIRAN

Page 48: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

32

Page 49: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

33

Lampiran 1 Perhitungan proporsi keong matah merah

opo si ( ) e at contoh g e at total g

100

a. Proporsi daging keong matah merah dari berat total

opo si ( ) 1 014 81

100 20 93

b. Proporsi jeroan keong matah merah dari berat total

opo si ( ) 0 814 81

100 16 92

c. Proporsi cangkang keong matah merah dari berat total

opo si ( ) 2 994 81

100 62 14

Lampiran 2 Perhitungan analisis proksimat keong matah merah

a. Kadar air (bb) % Kadar air Ulangan 1 : 78,26 Ulangan 2 : 78,85 % Kadar air rata- rata : 78,56

b. Kadar abu (bb) % Kadar bu Ulangan 1 : 3,22 Ulangan 2 : 3,08 % Kadar abu rata- rata : 3,15

c. Kadar lemak (bb) % Kadar lemak Ulangan 1 : 0,18 Ulangan 2 : 0,17 % Kadar lemak rata- rata : 0,18

d. Kadar protein (bb) % Kadar protein Ulangan 1 : 10,42 Ulangan 2 : 10,78 % Kadar protein rata- rata : 10,60

Page 50: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

34

Lampiran 3 Perhitungan rendemen ekstrak keong matah merah

Berat ekstrak (g) = Berat botol dan ekstrak (g) – berat botol kosong (g) = 1,7340 – 0,6160 = 1,1180

endemen ( ) 1 1180

50 100 2 24

Lampiran 4 Grafik hasil pengujian toksisitas ekstrak keong matah merah terhadap

A. salina

a. Ekstrak air perebusan

b. Ekstrak air sonikasi

c. Ekstrak metanol

y = 0,6896x + 2,789 R² = 0,9831

y = 0,6615x + 2,8568 R² = 0,9983

0123456

0 1 2 3 4

Nil

ai

pro

bit

Log konsentrasi

Ulangan 1

Ulangan 2

Linear (Ulangan 1)

Linear (Ulangan 2)

y = 0,6875x + 2,7936 R² = 0,9763

y = 0,6861x + 2,8005 R² = 0,9547

0123456

0 1 2 3 4

Nil

ai

pro

bit

Log konsentrasi

Ulangan 1

Ulangan 2

Linear (Ulangan 1)

Linear (Ulangan 2)

y = 0,6951x + 2,8028 R² = 0,9975

y = 0,6026x + 3,0823 R² = 0,9876

0123456

0 1 2 3 4

Nil

ai

pro

bit

Log konsentrasi

Ulangan 1

Ulangan 2

Linear (Ulangan 1)

Linear (Ulangan 2)

Page 51: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

35

d. Ekstrak aseton

e. Ekstrak n-heksana

Contoh perhitungan LC50 ekstrak n-heksana Ulangan 1:

y = 0,9061x + 2,2366 5 = 0,9061x + 2,2366 x = (5-2,2366) / 0,9061 x = 3,0498 antilog x = 1121,43 LC50 = 1121,43

Ulangan 2: y = 0,8738x + 2,3077 5 = 0,8738x + 2,3077 x = (5-2,3077) / 0,8738 x = 3,0811 antilog x = 1205,42 LC50 = 1205,42

y = 0,6572x + 3,1121 R² = 0,9514

y = 0,6992x + 2,9697 R² = 0,9841

0123456

0 1 2 3 4

nN

ila

i p

rob

it

Log konsentrasi

Ulangan 1

Ulangan 2

Linear (Ulangan 1)

Linear (Ulangan 2)

y = 0,9061x + 2,2366 R² = 0.9966

y = 0,8738x + 2,3077 R² = 0,9831

0

1

2

3

4

5

6

0 1 2 3 4

Nil

ai

pro

bit

Log konsentrasi

Ulangan 1

Ulangan 2

Linear (Ulangan 1)

Linear (Ulangan 2)

Page 52: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

36

Lampiran 5 Hasil uji normalitas LC50 ekstrak keong matah merah

Uji Normalitas Uji Statistik Nilai P Kolmogorov-Smirnov 0,452 >0,1500

Lampiran 6 Analisis ragam LC50 ekstrak keong matah merah Sumber Jumlah

kuadrat dB Kuadrat

tengah F hitung Signifikan

Jenis ekstrak 1116314,439 4 279078,610 85,945 0,000 Galat 16235,920 5 3247,184 Total 1132550,360 9 Keterangan : signifikan < 0,05 berarti berbeda nyata Lampiran 7 Hasil uji lanjut Duncan LC50 ekstrak keong matah merah

Jenis ekstrak N α 0 05 1 2 3 4

Ekstrak aseton 2 773,5200 Ekstrak n-heksana 2 1163,4250 Ekstrak metanol 2 1485,2950 Air sonikasi 2 1612,7150 1612,7150 Air perebusan 2 1672,5750

Lampiran 8 Hasil uji normalitas ekstrak air perebusan keong matah merah

terhadap viabilitas sel Vero

Uji Normalitas Uji Statistik Nilai P Kolmogorov-Smirnov 0,225 >0,1500

Lampiran 9 Analisis ragam ekstrak air perebusan keong matah merah terhadap

viabilitas sel Vero Sumber Jumlah

kuadrat dB Kuadrat

tengah F hitung Signifikan

Konsentrasi 1081,473 3 360,491 12,661 0,016 Galat 113,892 4 28,473 Total 1195,365 7 Keterangan : signifikan < 0,05 berarti berbeda nyata

Page 53: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

37

Lampiran 10 Hasil uji lanjut Duncan ekstrak air perebusan keong matah merah terhadap viabilitas sel Vero

Konsentrasi N α 0.05 1 2

160 2 126,655 80 2 103,245 20 2 101,555 40 2 96,480

Lampiran 11 Hasil uji normalitas air sonikasi keong matah merah terhadap

viabilitas sel Vero

Uji Normalitas Uji Statistik Nilai P Kolmogorov-Smirnov 0,522 >0,1500

Lampiran 12 Analisis ragam ekstrak air sonikasi keong matah merah terhadap

viabilitas sel Vero Sumber Jumlah

kuadrat dB Kuadrat

tengah F hitung Signifikan

Konsentrasi 4831,049 3 1610,350 0,085 0,964 Galat 75534,950 4 18883,737 Total 80365,999 7

Keterangan : signifikan > 0,05 berarti tidak berbeda nyata Lampiran 13 Hasil uji normalitas metanol keong matah merah terhadap viabilitas

sel Vero

Uji Normalitas Uji Statistik Nilai P Kolmogorov-Smirnov 0,479 >0,1500 Lampiran 14 Analisis ragam ekstrak metanol keong matah merah terhadap

viabilitas sel Vero Sumber Jumlah

kuadrat dB Kuadrat

tengah F hitung Signifikan

Konsentrasi 7,968 3 2,656 0,095 0,959 Galat 111,790 4 27,948 Total 119,759 7 Keterangan : signifikan > 0,05 berarti tidak berbeda nyata

Page 54: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

38

Lampiran 15 Hasil uji normalitas aseton keong matah merah terhadap viabilitas sel Vero

Uji Normalitas

Uji Statistik Nilai P Kolmogorov-Smirnov 0,676 >0,1500 Lampiran 16 Analisis ragam ekstrak aseton keong matah merah terhadap

viabilitas sel Vero Sumber Jumlah

kuadrat dB Kuadrat

tengah F hitung Signifikan

Konsentrasi 6,084 3 2,028 0,281 0,838 Galat 28,899 4 7,225 Total 34,983 7 Keterangan : signifikan > 0,05 berarti tidak berbeda nyata Lampiran 17 Hasil uji normalitas n-heksana keong matah merah terhadap

viabilitas sel Vero

Uji Normalitas Uji Statistik Nilai P Kolmogorov-Smirnov 0,382 >0,1500

Lampiran 18 Analisis ragam ekstrak n-heksana keong matah merah terhadap

viabilitas sel Vero Sumber Jumlah

kuadrat dB Kuadrat

tengah F hitung Signifikan

Konsentrasi 745,091 3 248,364 2,346 0,214 Galat 423,431 4 105,858 Total 1168,523 7

Keterangan : signifikan > 0,05 berarti tidak berbeda nyata Lampiran 19 Hasil uji komponen aktif ekstrak keong matah merah Hasil uji alkaloid Hasil uji fenol, flavonoid dan tanin

Meyer

Wagner

Dragendorff

Air perebusan Air sonikasi Aseton

Air perebusan

Air sonikasi

Aseton

Fenol Flavonoid Tanin

Page 55: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

39

Hasil uji saponin Hasil uji steroid dan triterpenoid

Air perebusan Air sonikasi Aseton

Air perebusan Air sonikasi Aseton

Page 56: PENGUJIAN TOKSISITAS EKSTRAK KEONG MATAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/80817/1/C16ana.pdf · Ekstrak Keong Matah ... uji toksisitas terhadap sel Vero (MTT assay),

40

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aziza Nova Aulia dilahirkan di Malang pada tanggal 1 November 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Ketut Santoso dan Ibu Mas’anah Maulidi ah. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SD Negeri Kebonsari 2 Malang lulus pada tahun 2005, MTs Negeri 1 Malang lulus pada tahun 2008 dan SMA Negeri 4 Malang lulus pada tahun 2011.

Penulis diterima sebagai mahasiswi di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun 2011. Penulis selama kuliah aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Biotoksikologi Hasil Perairan periode 2015/2016. Penulis aktif mengikuti lomba kreativitas mahasiswa PKM-GT yang didanai oleh DIKTI pada periode 2014/2015. Penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (HIMASILKAN) tahun 2013. Penulis telah melaksanakan praktik lapang pada tahun 2014 di UMKM Darmayasa

dengan judul “Penyiapan Kelayakan Dasar dan HACCP (Hazard Analysis

Critical Control Point) Proses Pembuatan Lele Kering di UMKM Darmayasa, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur” diba ah bimbingan Dr Eng Uju, SPi MSi.