pengolahan air limbah

13
PENGOLAHAN AIR LIMBAH 1. Pembuangan dengan sistem pengenceran Pada badan air dengan permukaan yang besar, seperti laut, sungai, telaga maupun danau, limbah cair dari perumahan atau dari masyarakat dapat secara langsung dibuang ke badan air tersebut. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke badan air harus bermuara pada satu titik yang benar-benar berada di bawah permukaan air atau air laut yang terendah, atau biasanya di dekat dasar badan air penerima. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin pengenceran secara sempurna limbah cair yang dihasilkan saat musim kemarau, atau limbah yang beratnya lebih ringan yang biasanya akan naik dan tersebar ke seluruh badan air pelarut. 2. Penggunaan sumur peresapan Sumur peresapan menerima efluen dari kolam pembuangan, jamban air serta tangki pembusukan dan meresapkannya ke dalam tanah. Terkadang, pembuangan limbah cair dari ruang cuci, dapur serta kamar mandi menggunakan sumur peresapan ini. Sumur peresapan juga dapat dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan efluen di bawah permukaan tanah untuk menangkap efluen tangki pembusukan yang tidak teresap di sepanjang saluran. Sumur peresapan terdiri dari sebuah lubang bulat dalam tanah yang digali cukup dalam menembus 1,8 meter atau lebih ke lapisan tanah yang berpori. Lubang biasanya dibuat dengan diameter 1,0 - 2,5 meter dan kedalaman 2 - 5 meter. Dinding lubang diperkuat dengan pasangan bata atau batu kali tanpa adukan semen di bawah ketinggian pipa inlet. Lubang yang tidak memerlukan penguatan dinding dapat diisi dengan batu kali. Sumur peresapan harus ditutup dengan penutup rapat yang akan mencegah masuknya nyamuk, lalat, serta air permukaan. Minimal terdapat jarak 5 meter dari sumur atau sumber air minum dari sumur peresapan, dan paling tidak penempatannya pada tanah yang lebih rendah dibandingkan dari sumber air minum tersebut. Pembuatan sumur peresapan seharusnya tidak boleh diizinkan oleh petugas terkait pada kawasan padat penduduk, disebabkan air tanah yang ada lebih banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh penduduk setempat. 3. Penggunaan kolam pembuangan

Upload: amelia-rahmadiyan

Post on 29-Jul-2015

179 views

Category:

Business


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengolahan air limbah

PENGOLAHAN AIR LIMBAH

1. Pembuangan dengan sistem pengenceranPada badan air dengan permukaan yang besar, seperti laut, sungai, telaga maupun danau, limbah cair dari perumahan atau dari masyarakat dapat secara langsung dibuang ke badan air tersebut. Dalam hal ini, pipa pemasukan limbah cair ke badan air harus bermuara pada satu titik yang benar-benar berada di bawah permukaan air atau air laut yang terendah, atau biasanya di dekat dasar badan air penerima. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin pengenceran secara sempurna limbah cair yang dihasilkan saat musim kemarau, atau limbah yang beratnya lebih ringan yang biasanya akan naik dan tersebar ke seluruh badan air pelarut.

2. Penggunaan sumur peresapanSumur peresapan menerima efluen dari kolam pembuangan, jamban air serta tangki pembusukan dan meresapkannya ke dalam tanah. Terkadang, pembuangan limbah cair dari ruang cuci, dapur serta kamar mandi menggunakan sumur peresapan ini. Sumur peresapan juga dapat dibuat pada ujung terendah dari saluran peresapan efluen di bawah permukaan tanah untuk menangkap efluen tangki pembusukan yang tidak teresap di sepanjang saluran.Sumur peresapan terdiri dari sebuah lubang bulat dalam tanah yang digali cukup dalam menembus 1,8 meter atau lebih ke lapisan tanah yang berpori. Lubang biasanya dibuat dengan diameter 1,0 - 2,5 meter dan kedalaman 2 - 5 meter. Dinding lubang diperkuat dengan pasangan bata atau batu kali tanpa adukan semen di bawah ketinggian pipa inlet. Lubang yang tidak memerlukan penguatan dinding dapat diisi dengan batu kali. Sumur peresapan harus ditutup dengan penutup rapat yang akan mencegah masuknya nyamuk, lalat, serta air permukaan.Minimal terdapat jarak 5 meter dari sumur atau sumber air minum dari sumur peresapan, dan paling tidak penempatannya pada tanah yang lebih rendah dibandingkan dari sumber air minum tersebut. Pembuatan sumur peresapan seharusnya tidak boleh diizinkan oleh petugas terkait pada kawasan padat penduduk, disebabkan air tanah yang ada lebih banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh penduduk setempat.

3. Penggunaan kolam pembuanganKolam pembuangan merupakan lubang tertutup yang menerima buangan limbah cair kasar. Kolam pembuangan dapat berupa tipe kedap air ataupun tipe rembes air. Kolam pembuangan kedap air biasanya dibuat dengan kapasitas 68 liter per orang per bulan, atau 408 liter per orang apabila akan dikosongkan setiap 1 semester. Kolam pembuangan rembes cair berdiameter 90 cm atau lebih, dilengkapi dengan dinding dengan sambungan terbuka di bawah ketinggian inlet.Kolam pembuangan harus ditempatkan paling tidak 15 meter dari dari sumur serta lebih rendah dari sumur, agar dapat mencegah terjadinya pencemaran bahan-bahan kimia, sedangkan untuk kolam pembuangan yang lebih tinggi dari sumur, jarak antar sumur dan kolam pembuangan tersebut minimal sejauh 45 meter. Kolam pembuangan tipe rembes air harus ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 6 meter di luar fondasi rumah.

Page 2: Pengolahan air limbah

4. Penangkap LemakLimbah cair dari dapur besar, seperti dapur hotel, rumah sakit maupun perkantoran kemungkinan mengandung banyak lemak yang dapat masuk ke tangki pembusukan bersama-sama dengan efluen dan dapat menyumbat pori-pori media penyaringan pada bidang peresapan. Penangkap lemak disini dapat memasukkan limbah cair yang panas dari pada cairan yang sudah ada dalam bak dan didinginkan olehnya. Hasilnya, kandungan lemak akan menjadi beku dan secara otomatis akan naik ke permukaan, sehingga pengambilan dapat dilakukan secara berkala. Penangkap lemak harus dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah proses pembersihan maupun untuk kebutuhan pemeriksaan. Untuk penanganan limbah cair dan perumahan atau instalasi kecil lainnya, penangkap lemak tidak perlu dibuat.

5. Penggunaan sistem tangki pembusukanSalah satu cara pengolahan limbah adalah dengan tangki pembusukan. Tangki pembusukan digunakan untuk menangani buangan dari masing-masing rumah, kelompok perumahan, atau perkantoran yang berada di luar radius pelayanan sistem saluran limbah cair suatu wilayah. Pada tangki pembusukan, terdapat tangki pengendap yang harus dalam keadaan tertutup. Melalui saluran limbah cair buangan, limbah cair kasar akan dimasukan kedalam tangki tersebut. Pengolahan tahap pertama terjadi di dalam tangki pembusukan, sedangkan untuk pengolahan tahap kedua terjadi di bidang peresapan efluen.

6. Saluran limbah cair bangunanSaluran limbah cair bangunan merupakan bagian dari perpipaan horizontal dari sistem drainase bangunan yang membentang mulai dari satu titik yang berjarak 1,5 meter di luar sisi dalam fondasi tembok bangunan rumah sampai ke sambungan saluran limbah cair umum atau unit pengolahan limbah cair perorangan (kolam pembuangan, tangki pembusukan atau tipe sarana pembuangan lainnya).

Sedangkan untuk sistem penanganan limbah untuk rumah tangga, rumah sakit serta industri adalah sebagai berikut :1. Penanganan Limbah Rumah Tangga

Untuk kawasan perumahan dan permukiman dimana lahan tersedia cukup luas dapat digunakan sistem on-site, limbah dibuang ke fasilitas sanitasi (sumur resapan dan septik tank) yang dimiliki masing-masing rumah. Perlu peningkatan fasilitas sanitasi dari cubluk menjadi septik tank.

Untuk kawasan perdagangan dan jasa, limbah ditangani dengan sistem on-site skala komunal karena hal ini akan lebih efektif dan ekonomis. Air limbah yang dihasilkan di tiap-tipa blok disalurkan ke dalam sistem perpipaan selanjutnya diolah bersama sebelum diresapkan.

Untuk pengolahan akhir limbah domestik lumpur tinja, perlu direncanakan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) untuk mengolah efluent septik tank yang akan melayani seluruh wilayah dengan harapan tidak terjadi lagi pembuangan limbah pekat ke saluran drainase.

2. Penanganan Limbah Rumah Sakit

Page 3: Pengolahan air limbah

Setiap rumah sakit harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan mengelolanya dengan baik;

Setiap rumah sakit harus melakukan monitoring dan pengawasan terhadap limbah cairnya ke badan air;

Monitoring dan pengawasan tersebut harus dilaporkan dan diawasi langsung oleh instansi yang berwenang;

Pengolahan limbah beracun seperti limbah cair sisa obat-obatan dan suntikan, harus dipisahkan dari pengolahan limbah cair yang bersifat non toksik.

3. Penanganan Limbah IndustriUntuk limbah cair industri :

Fasilitas pengolahan limbah yang ada hendaknya dapat dimanfaatkan dengna baik; Industri harus memisahkan limbah cair organik, anorganik dan toksik;

Setiap industri harus mempunyai fasilitas dan peralatan pengolahan limbah cair dan mengelolanya secara optimal;

Untuk limbah cair industri rumah tangga : Bagi industri rumah tangga, pemerintah harus melakukan inventarisasi jumlah dan

jenis industrinya guna memudahkan monitoring dan pengawasan; Pengadaan penyuluhan serta bimbingan mengenai limbah cair dan juga diwajibkan

mengolah limbah cair dengan sistem pengolahan limbah yang sederhana sebelum dibuang ke saluran atau selokan;

Monitoring dan pengawasan tersebut harus dilaporkan dan diawasi oleh instansi yang berwenang

10 CARA PENANGANAN LIMBAH 1. DIBUATKAN TEMPAT PEMBUANGAN KHUSUS Untuk limbah yang berbetuk cair, bisa dibuatkan umr pembuangan khusus yang letaknya berjauhan dengan sumber air sehingga tidak mencemari air masyarakat. Sedangkan nuklimbah padat, basanya dibuatkan tempat pembuangan yang memiliki cerobong yang sangat tinggi sehingga baunya tidak mengganggu masyarakat. 2. SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK TURUNAN Beberapa limbah padat maupun cair bia diolah lagi untuk dijadikan sebagai bahan baku produk turunannya yang lain. Seperti misalnya: limbah batok kelapa yang diolah menjadi briket batok kelapa.

3. DI DAUR ULANG

Page 4: Pengolahan air limbah

Beberapa jenis limbah yang memungkinkan untuk di daur ulang, seyogyanya dipishkan dengan limbah yang tidak bisa didaur ulang. 4. DIBAKAR / DIMUSNAHKAN Walaupun terlihat kurang arif namun cara memsnahkan limbah- limbah tertentu dengan cara membakar limbah tersebut masih anyak dipaki oleh masyarakat untuk mengurangi jumlah limbah yang ada 5. DINETRALISIR Cara ini isa digunakan untuk menangani jenis limbah cair Dengan menetralisir limbah cair, berarti kita telah melakukan suatu pose penjernihan sehingga air limah dari sebah usaha bisa dimanfaatkan kembali oleh masyarakat 6. DIKUBUR DALAM TANAH Cara penanganan sampah dengan cara dikubur atau ditanam dalam tanah juga termasuk popler di masyarakat selain menggunakan cara membakar limbah. 7. DIJADIKAN PAKAN TERNAK Beberapa jenis limbah, biasanya yang berbentuk padatdan basah, bisa diguakan sebagai bahan campuran pak ternak yang bisa meningatkan kadar kandungan pakan ternak ternak tu sendiri 8. DIJADIKAN SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF Kandungan sebuah zar pada limbah bisa dimanfaatkan sebgai suumber energgi alternatif. Contohnya adalah penggunaan limbah kotoran sapi sebagai pengganti gas LPG 9. DIMANFAAATKN UNTUK PROSES PRODUKSI SELANJUTNYA Sebagai contoh, limbah kayu dan serbuk kayu pada perusahaan furniture bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar pada proses pengovenan. Selain bisa mengurangi jummlah limbah, cara penanganan limbah seperti ini bisa digunakan untu menghemat jum;ah biaya produksi 10. DIJADIKAN PUPUK Pupuk tidak hanya berbentuk kompos karena dengan penggunaan teknologi pengolahan limbah yang canggih kita bisa menyulap limbah baik padat maupun cair menjadi beberapa jenis pupuk, diantaranya adalah pupuk kompos dan juga pupuk cair

Page 5: Pengolahan air limbah

Pengertian GAJI, UPAH dan KOMPENSASI

Beberapa pengertian tentang gaji sebagaimana yang dinyatakan Dessler (1998: 85) dalam bukunya yang berjudul “Sumber Da-ya Manusia” mengatakan Gaji adalah uang atau sesuatu yang berkaitan dengan uang yang diberikan kepada pegawai. Selain itu ia berpendapat pula bahwa pada kenyataannya sistem pem-bayaran karyawan dapat dibagi menurut pembayaran berdasar-kan waktu kinerja, yaitu pembayaran yang dilakukan atas dasar lamanya bekerja misalnya jam, hari, minggu, bulan dan sebagai-nya serta pembayaran berdasarkan hasil kinerja, yaitu pemba-yaran upah/gaji yang didasarkan pada hasil akhir dari proses ki-nerja, misalnya jumlah produksi. Sedangkan Amstrong dan Murlis (1994:7) dalam buku Pedoman Praktis Sistem Penggajian berpendapat bahwa gaji diartikan sebagai bayaran pokok yang diterima oleh seseorang, tidak termasuk unsur-unsur variabel dan tunjangan lainnya.

Menurut Flippo (1987:75-76) dalam bukunya “Prinsiple of Per-sonal Management” menulis bahwa kompensasi adalah harga untuk jasa yang diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan seseorang atau Badan Hukum. Sedangkan menurut Dessler dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia jilid II (1998: 85) menyatakan kompensasi karyawan adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karya-wan dan timbul dari dipekerjakannya karyawan itu, dan kom-pensasi karyawan mempunyai dua komponen, pertama pemba-yaran keuangan langsung dalam bentuk upah, gaji, insentif, ko-misi, dan bonus, kedua pembayaran tidak langsung dalam ben-tuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang liburan yang dibayarkan perusahaan.

Kebijakan dalam PenggajianNah mari kita bahas sisi lain mengenai UPAH, GAJI dan KOMPENSASI ini menyangkut kebijakan dalam pelaksanaannya.Untuk mengembangkan kebijakan penggajian yang akan digu-nakan agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi dalam mem-berikan pembayaran yang adil kepada karyawan sehingga tujuan organisasi terpenuhi sesuai yang diharapkan, maka harus diten-tukan suatu sistem penggajian yang dibuat berdasarkan prinsip-prinsip penggajian.

Menurut Dessler (1998: 85) dalam buku Sumber Daya Manusia mengatakan bahwa untuk menentukan skala gaji/upah ada beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah per-tama faktor hukum, dalam faktor ini besaran gaji/upah yang ha-rus dibayar diatur dalam undang-undang yang meliputi segi upah minimum, tarif lembur dan tunjangan, kedua faktor Seri-kat Buruh, serikat dan Undang-undang Hubungan Tenaga Kerja mempengaruhi hubungan bagaimana perencanaan pembayaran yaitu adanya tawar menawar antara serikat buruh dengan yang mempekerjakan, ketiga faktor kebijakan, faktor kebijakan (pem-beri kerja), pemberian kompensasi mempengaruhi upah yang dibayar, kebijakan ini mempengaruhi tingkat upah dan tunjang-an misalnya perbedaan upah/gaji bagi pegawai yang masih da-lam masa percobaan, dan keempat faktor keadilan, faktor keadil-an menjadi faktor penting dalam menentukan tinggi rendahnya pembayaran upah/gaji dalam arti bahwa keadilan eksternal tarif upah/gaji harus sebanding dengan organisasi lain, sedangkan ke-adilan internal hendaknya setiap pegawai memperoleh pemba-yaran gaji/upah yang sama dalam organisasi.

Page 6: Pengolahan air limbah

Proses menetapkan tarif upah dengan menjamin keadilan ekster-nal dan internal menempuh lima langkah :1. Lakukan sebuah survey gaji tentang beberapa pembayaran organisasi lain untuk pekerjaan sebanding.2. Tentukanlah nilai dari masing-masing pekerjaan dalam orga-nisasi melalui evaluasi jabatan. 3. Kelompokkan pekerjaan-pekerjaan serupa kedalam tingkat upah.4. Tetapkan harga masing-masing tingkat pembayaran dengan menggunakan kurva upah.5. Tentukan dengan tepat tarif upah.

Ada empat ukuran penting dalam teori ini :

1 Orang : Individu yang merasakan diperlakukan adil atau ti-dak adil.2 Perbandingan dengan orang lain: Setiap kelompok atau orang yang digunakan oleh seseorang sebagai pembanding rasio masukan atau perolehan.3 Masukan (Input): Karakteristik individual yang di bawa ke pekerjaan; seperti keberhasilan (keahlian, pengalaman, bela-jar) atau karakteristik bawaan (umur, jenis kelamin, ras).4 Perolehan (Outcome): Apa yang diterima seseorang dari pekerjaannya (penghargaan, tunjangan, dan upah).

Menurut Amstrong dan Murlis (1984:18-20) dalam buku Pedo-man Praktis Sistem Penggajian harus dilakukan beberapa lang-kah yakni sebagai berikut :

1. Menganalisis keadaan sekarang yang meliputi analisis ber-bagai jabatan-jabatan, banyaknya staf dalam setiap jabatan, besarnya gaji tiap-tiap orang, kenaikan umum apa saja (biaya hidup), kenaikan atau prestasi apa yang diberikan dan apakah perusahaaan mengalami kesulitan atas kenaikan gaji.

2. Merumuskan kebijakan penggajian yaitu kebijakan peng-gajian ditetapkan oleh level yang bertanggung jawab dalam penentuan kebijakan.

3. Menilai pekerjaan yaitu dengan menggunakan teknik-teknik penilaian pekerjaan dari berbagai aspek.

4. Merencanakan struktur gaji yaitu struktur gaji harus mencer-minkan hubungan pekerjaan dengan cara yang logis dan penggunaan survey gaji dan informasi lain untuk mengem-bangkan struktur gaji.

5. Mengembangkan prosedur sistem penggajian untuk menja-min kebijakan dan anggaran dilaksanakan dalam anggaran, kenaikan gaji dihubungkan dengan prestasi, struktur gaji te-tap adil kedalam dan bersaing keluar, tingkat upah yang betul untuk tiap pekerjaan dan gaji tiap orang tidak melebihi batas teratas golongan gaji ditiap pekerjaan.

6. Merencanakan seluruh aspek balas jasa yaitu meliputi melak-sanakan pengadministrasian gaji pokok dan unsur-unsur tun-jangan, lembur, bonus dan pembagian laba.

7. Mengevaluasi seluruh langkah-langkah tersebut diatas.

Page 7: Pengolahan air limbah

Kompensasi adalah pengaturan pemberian balas jasa bagi karyawan, baik yang secara langsung berupa uang maupun balas jasa non financial. R.W. Graffin menggunakan istilah sistem kompensasi, yaitu paket imbalan total yang diberikan kepada karyawan sebagai imbalan atas tenaga mereka. Dengan demikian, kompensasi berfungsi untuk mendayagunakan karyawan secara efektif guna mendorong peningkatan produktivitas kerja.

Jenis-Jenis Kompensasi

Berdasarkan tunai langsung tidaknya pembayaran, kompensasi terdiri dari:

a) Kompensasi Pembayaran Langsung

Gaji, upah, insentif, bomus, komisi, tunjangan tunai, tunjangan tahunan, tunjangan transport, premi manajemen dan bentuk tunjangan tunai lainnya.

b) Komisi Tak Langsung

Tunjangan Askes, Tunjangan Pensiun, Tunjangan Perumahan, Tunjangan Hari Tua, serta berbagai bentuk pelayanan dari perusahaan terhadap karyawannya.

Berdasarkan cara perhitungannya, kompensasi gaji terdiri dari:

1) Kompensasi Prestasi Kerja

Gaji atau upah yang diberikan berdasarkan prestasi kerja yang di hasilkan karyawan terhadap perusahaan, dengan catatan hasil kerja tersebut dapat diukur secara kuantitatif.

2) Kompensasi Berdasarkan Lama Bekerja

Gaji atau upah yang diberikan berdasarkan lamanya karyawan menyelesaikan suatu pekerjaan.

3) Kompensasi Berdasarkan Senioritas

Gaji atau upah yang dibayarkan berdasarkan masa kerja dan loyalitas karyawan terhadap organisasi atau perusahaan.

4) Kompensasi Berdasarkan Kebutuhan

Gaji atau upah yang diberikan sesuai dengan kebutuhan hidup layak dari karyawan.

Pengertian upah dan gaji mempunyai perbedaan. Upah adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayarkan berdasarkan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja. Sedangkan gaji adalah kompensasi dalam bentuk uang yang dibayar karena melaksanakan tanggung jawab pekerjaan

Page 8: Pengolahan air limbah

Kebijakan Kompensasi Menurut Robbin (1997) menyatakan bahwa program kompensasi yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Sederhana : aturan-aturan dalam sistem kompensasi harus ringkas, jelas dan mudah difahami. 2. Spesifik : jangan hanya mengatakan “hasil lebih banyak” atau “hentikan kecelakaan”. Para pegawai perlu mengetahui secara tepat tentang apa yang harus mereka kerjakan. 3. Terjangkau : setiap pegawai harus mempunyai peluang yang wajar untuk memperoleh kompensasi. 4. Terukur : sasaran-sasaran yang terukur adalah dasar untuk membangun rencana-rencana atau program kompensasi. Program kompensasi akan menjadi tidak ada manfaatnya bila hasil/prestasi kerja spesifik tidak dapat dikaitkan dengan rupiah yang dikeluarkan.

Jenis Kompensasi Menurut Dessler (1992:58), kompensasi pegawai memiliki tiga komponen, yaitu : 1.Pembayaran secara langsung (direct financial payment) dalam bentuk upah, gaji, insentif, dan bonus. 2. Pembayaran tidak langsung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan seperti: asuranasi dan liburan atas dana perusahaan. 3. Ganjaran nonfinansial (nonfinansial rewards) seperti hal-hal yang tidak mudah dikuantifikasi, yaitu ganjaran-ganjaran seperti : pekerjaan yang lebih menantang, jam kerja yang lebih luwes, dan kantor lebih bergengsi.

Page 9: Pengolahan air limbah

Dokter Perusahaan ialah Dokter yang ditunjuk oleh Perusahaan untuk membantu Pimpinan Perusahaan dalam melindungi kesehatan para pekerja.

Dokter Perusahaan adalah bagian dari manajemen perusahaan, untuk mencegah terjadinya kerugian sebagai akibat cedera karena kecelakaan atau penyakit sebagai akibat lingkungan kerja dan lain2.

Dokter Perusahaan wajib mengikuti pelatihan Hiperkes, yang merupakan pengetahuan dasar dalam menjalankan tugas. Dokter Perusahaan bisa menjadi Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja, setelah mendapatkan penunjukan sebagai Dokter Pemeriksa dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:

a. Penyakit Saluran Pernafasan

PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma

akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis,

missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru

akut. Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.

b. Penyakit Kulit

Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang

sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang

berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan

yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.

c. Kerusakan Pendengaran

Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang

lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail

sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi

tentang pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.

d. Gejala pada Punggung dan Sendi

Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang

berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis

disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.

Page 10: Pengolahan air limbah

e. Kanker

Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh

pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat

dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk

terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.

f. Coronary Artery Disease

Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.

g. Penyakit Liver

Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis

karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.

h. Masalah Neuropsikiatrik

Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan.

Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui

penyebabnya, depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.

Kelakuan yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan

dengan pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP.

Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat

menyebabkan neuropati perifer. Carbon disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.

i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya

Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau lingkungan.

Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate

petroleum, rokok.