penggunaan giberelin setelah panen · pdf filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan...

8

Click here to load reader

Upload: ngotram

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

179

PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK BUAH MELON

SELAMA PENYIMPANAN

Ida Bagus Putu Gunadnya1, Sri Mulyani2 1Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana,

2Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Hormon giberelin sudah biasa digunakan pada budidaya tanaman buah. Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa hormon ini juga memberikan manfaat bila digunakan pada penanganan pascapanen buah. Berdasarkan pada kenyataan ini, hormon giberelin dicoba digunakan untuk mempertahankan karakteristik buah melon jenis Sky-rocket selama penyimpanan. Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan percobaan faktorial 2 faktor. Faktor pertama berupa penggunaan larutan giberelin dengan 5 level konsentrasi yaitu: 0, 100, 200, 300 dan 400 ppm. Faktor kedua adalah lama penyimpanan buah pada suhu kamar dengan 7 level: 0, 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 hari. Buah melon direndam dalam larutan giberelin selama 1 menit, ditiriskan dan disimpan dalam kardus beralas jerami kertas. Parameter yang diamati meliputi kadar gula pereduksi, total padatan terlarut, total asam dan tekstur daging buah melon. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakukan penggunaan larutan giberelin, plama penyimpanan dan kombinasinya berpengaruh nyata terhadap kadar gula pereduksi, total asam dan tekstur daging buah. Lama penyimpanan mempengaruhi secara nyata total padatan terlarut daging buah. Analisis Beda Nyata Terkecil (BNT) menghasilkan bahwa perlakuan penggunaan larutan giberelin terbaik untuk penyimpanan buah melon adalah konsentrasi giberelin 300 ppm. Karakteristik buah melon yang diberikan dari perlakuan larutan dengan konsentrasi giberelin sebesar ini adalah mengandung gula pereduksi 1.95%, total padatan terlarut 4.07oBrix, total asam 0.77 mgrek/100 g bahan dengan kekerasan daging buah 12.83 kg/cm2. Kata Kunci: Pascapanen, Giberelin, Penyimpanan, Melon.

PENDAHULUAN Giberelin merupakan kelompok besar dari senyawa hormon yang memiliki aktivitas

biologi pada tanaman. Giberelin dikenal sebagai asam giberelat (GA) dengan jenis GA1, GA2, GA3 dan seterusnya. Beberapa jenis GA diisolasi dari fungi Gibberella fujikura, sedangkan beberapa lainnya ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Tidak semua giberelin memiliki keaktivan secara biologi yang sama tetapi peran utama dari giberelin adalah mendorong pertumbuhan batang tanaman. Beberapa peran giberelin lainnya diantaranya mendorong perkecambahan biji, pertumbuhan buah dan induksi enzim (Cleland, 1999).

Kajian pengaruh penggunaan hormon giberelin selama pertumbuhan pohon dan buah yang dihasilkan sudah banyak dilakukan. Perlakuan ini tidak mempengaruhi waktu pembungaan melon (Ouzounigou et al., 2008). Pemberian GA3 dapat mengurangi pengaruh logam berat terhadap penurunan jumlah bunga melon (Khan & Chaudhry, 2006). Penggunaan GA3 menyebabkan berat buah anggur menjadi sangat besar dengan berat biji yang lebih

Page 2: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

180

rendah (Halbrooks & Mortensen, 1987). Pemberian GA3 dapat menurunkan jumlah buah cherry yang pecah sampai 77.80% (Yildirim & Kuyuncu, 2010).

Pengaruh GA yang digunakan selama buah pada pohonnya dan pengaruhnya terhadap karakteristik buah yang dihasilkan sudah banyak pula diteliti. Penggunaan GA3 diketahui mempengaruhi total padatan terlarut buah anggur (Wolf & Loubser, 1992). Perlakuan GA3 prapanen mempengaruhi kekerasan buah cherry petik (Canli & Orhan, 2009), total padatan terlarut dan total asam buah jeruk (Porat et al., 2001) dan buah cherry (Clayton & Biasi, 2003). Kekerasan buah dan total padatan terlarut beberapa jenis jeruk dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan pemberian GA saat pemberian 1 hari sebelum panen dibandingkan dengan tanpa diberikan perlakuan (kontrol), tetapi total asam buah tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Kekerasan buah lebih besar secara nyata daripada kontrol (Ritenour et al., 2005). Total padatan terlarut buah jeruk yang diberikan perlakuan GA secara nyata lebih kecil daripada kontrol (Ritenour et al., 2005; Fidelibus & Cambell, 2002). Buah jeruk besar yang diberikan perlakuan GA3 dan asam 2,4-dikhlorofenoksiasetat (asam 2,4-D) selama buah berada di pohon memiliki ketahanan kulit terhadap tusukan secara nyata lebih besar daripada kontrol (Ferguson et al., 1982). Özkaya et al. (2006) melaporkan kekerasan buah cherry petik meningkat setelah selama pertumbuhan buah diberikan perlakuan dengan GA.

Kajian penggunaan giberelin terhadap karakteristik buah sesudah dipetik juga sudah dilakukan. Ritenour et al. (2005) melaporkan bahwa perlakuan 250 ppm GA dengan 0.05% Silwet secara nyata menunda pembentukan warna beberapa jenis buah jeruk pada penyimpanan 18 hari setelah buah dipanen. Perlakuan GA3 pascapanen menyebabkan buah jeruk warna hijau secara nyata mampu dipertahankan, sedangkan warna hijau dari buah yang tidak diberikan perlakuan menurun sangat cepat selama penyimpanan (Porat et al., 2001). Vargas & Lopez (2011) menyatakan bahwa penggunaan GA3 memungkinkan untuk menunda pemasakan buah pisang. Menurut Porat et al. (2001) nilai total padatan terlarut dan total asam buah jeruk yang diberikan perlakuan dan disimpan baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang tidak berbeda nyata dengan buah yang tidak diberikan perlakuan. Ferguson et al. (1982) menemukan bahwa ketahanan kulit buah jeruk besar terhadap tusukan tidak dipengaruhi oleh pemberian GA dan asam 2,4-D setelah buah dipanen.

Penelitian tentang penggunaan giberelin pada buah melon yang sudah dipetik masih jarang dilaporkan, sedangkan buah melon termasuk buah yang disenangi dan biasanya dimakan masak segar. Menurut Lester (1997) buah melon (Cucumis melo L.) merupakan buah dengan kandungan kalori, lemak dan mineral Natrium yang rendah tetapi buah ini merupakan sumber Kalium dan vitamin C. Disamping itu, buah ini juga merupakan sumber vitamin A yang sangat baik. Karakteristik lain yang dimiliki oleh buah ini diantaranya berdasarkan pola respirasi buah dan buah melon tergolong buah klimakterik (Kader, 1992).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin terhadap karakteristik buah melon selama penyimpanan. Buah melon dengan umur petik dan berat seragam diberikan perlakuan pencelupan dalam larutan giberelin sebelum disimpan selama beberapa hari pada suhu kamar.

METODOLOGI Bahan dan Alat

Buah melon yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah dengan kematangan seragam yaitu 30 hari setelah pembungaan dengan berat 1.5-1.7 kg. Buah melon diperoleh dari Banjar Bona Kecamatan Belahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Bahan utama lainnya yang digunakan adalah giberelin yang berupa asam giberelat (GA3) diproduksi oleh National Business Corp., Singapura. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis meliputi NaOH 0.1 N, H2SO4 20%, larutan Luff (CuSO4.5H2O), Na2S2O3.5H2O, KI 20%, fenolftalpein

Page 3: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

181

dan akuades. Alat-alat yang digunakan mencakup: pengaduk, kertas rumput, kertas saring, kardus, timbangan dan alat-alat gelas untuk analisis kimia, blender, refraktrometer dan penetrometer. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola percobaan faktorial dua faktor. Faktor pertama berupa perlakuan pemberian 5 level konsentrasi giberelin, yaitu: G0 = konsentrasi 0 ppm, G1 = konsentrasi 100 ppm, G2 = konsentrasi 200 ppm, G3 = konsentrasi 300 ppm dan G4 = konsentrasi 400 ppm.

Faktor kedua berupa lama penyimpanan pada suhu ruang (28 ± 2oC) yaitu: H0 = 0 hari, H1 = 3 hari, H2 = 6 hari, H3 = 9 hari, H4 = 12 hari, H5 = 15 hari dan H6 = 15 hari. Setiap sampel terdiri atas satu buah melon. Setiap perlakuan diulang sebanyak dua kali.

Data hasil pengamatan diolah dengan atau tanpa ditransformasi dengan transformasi akar. Data kemudian diolah untuk memperoleh sidik ragam dengan menggunakan paket program pengolah data Minitab Release 11.12 (Minitab Inc., 1996). Bila perlakuan memberikan pengaruh nyata maka pengolahan dilanjutkan dengan menggunakan Beta Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf uji 5%. Pelaksanaan Percobaan

Buah melon dengan umur kematangan yang sama dan dengan berat buah yang seragam disortasi secara visual sehingga diperoleh buah melon yang utuh, kulit buah tidak cacat dan tidak busuk. Kemudian buah-buah melon hasil sortasi dibersihkan. Langkah berikutnya, disiapkan larutan giberelin sesuai dengan perlakuan. Buah melon dicelupkan ke dalam larutan giberelin selama 1 menit dan ditiriskan selama 5 menit. Buah kemudian disimpan dalam kardus yang dialasi dengan kertas jerami. Buah disimpan dalam suhu kamar sesuai dengan perlakuan faktor kedua yang sudah diterangkan di atas. Pengamatan Parameter

Parameter mutu buah melon yang diukur meliputi parameter-parameter obyektif dari daging buah melon yaitu kadar gula pereduksi, total padatan terlarut, total asam dan tekstur. Cara pengukuran parameter yang dilakukan adalah sbb:

Kadar gula pereduksi. Kadar gula pereduksi daging buah melon dilakukan berdasarkan pada metode Luff-Schoorl sebagaimana dijelaskan dalam Sudarmaji dkk (1984). Kadar gula pereduksi dinyatakan dalam persen.

Total padatan terlarut. Pengukuran total padatan terlarut daging buah dilakukan dengan menggunakan alat refraktrometer. Daging buah melon dihancurkan dan cairan buah diteteskan pada permukaan prisma alat. Nilai total padatan terlarut daging buah melon dibaca pada skala alat dan dinyatakan sebagai oBrix.

Total asam. Total asam daging buah melon ditetapkan dengan mengikuti metode titrimetri (Sudarmaji dkk, 1984). Parameter ini dinyatakan sebagai mgrek/100 g bahan.

Tekstur. Pengukuran tekstur buah melon dilakukan dengan menggunakan alat penetrometer. Pengukuran tekstur daging dilakukan dua kali pada bagian pangkal daging buah dan pada tengah daging. Pengukuran dirata-rata dan tekstur daging buah dinyatakan sebagai kg/cm2.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Gula Pereduksi Daging Buah Melon

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian giberelin dengan beberapa taraf konsentrasi, perlakuan lama penyimpanan buah pada suhu kamar dan

Page 4: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

182

kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap kadar gula pereduksi daging buah melon. Secara umum hasil pengukuran kadar gula pereduksi daging buah melon memperlihatkan peningkatan kandungan dan mencapai puncak setelah disimpan beberapa hari. Kemudian kadar gula menurun selama sisa penyimpanan buah.

Tabel 1 memperlihatkan pengaruh kombinasi perlakuan terhadap kadar gula pereduksi daging buah melon. Puncak nilai kadar gula pereduksi pada perlakuan konsentrasi giberelin 0 ppm terjadi pada penyimpanan hari ke-6. Pada penyimpanan hari ke-6 kadar gula pereduksi daging buah mencapai nilai secara nyata tertinggi (P < 0.05) bila dibandingkan dengan kadar gula pereduksi daging buah pada hari penyimpanan lainnya. Tabel 1. Pengaruh perlakuan konsentrasi GA dan lama penyimpanan buah melon pada suhu ruang

terhadap kadar gula pereduksi daging buah (%)

Lama penyim- panan (hari)

Konsentrasi giberelin (ppm) 0 100 200 300 400

0 1.50 a 1.50 a 1.50 a 1.50 a 1.50 a

de d bc d cd

3 1.64 a 1.62 a 1.49 a 1.70 a 1.66 a

cd d cd cd c

6 2.78 a 1.99 b 2.13 b 2.14 b 2.02 b

a bc cd b b

9 2.00 b 2.62 a 2.52 a 2.52 a 2.79 a

b a d a a

12 1.49 c 1.75 bc 2.12 a 2.08 a 2.01 ab

de cd bc b b

15 1.27 cd 1.57 b 1.87 a 1.83 ab 1.25 d

e d a bc d

18 1.52 a 1.72 a 1.53 a 1.72 a 1.52 a

de cd b cd c

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menyatakan berbeda nyata (P < 0.05).

Untuk perlakuan konsentrasi giberelin yang lebih tinggi (100, 200, 3000 dan 400 ppm),

puncak kadar gula pereduksi daging buah secara konsisten dan berbeda secara nyata (P < 0.05) dengan hasil pengukuran pada hari-hari penyimpanan lainnya, terjadi setelah buah disimpan selama 9 hari. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan giberelin mampu menunda pemasakan buah melon selama 3 hari bila dibandingkan dengan pemberian 0 ppm giberelin. Pengamatan ini sesuai dengan hasil percobaan Ritenour et al. (2005) yang menyatakan bahwa pembentukan warna pada beberapa jenis buah jeruk dapat ditunda dengan menggunakan 250 ppm GA3 setelah buah dipanen. Penggunaan GA3 dengan kisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan. Lama penundaan pemasakan buah pisang mencapai 9.5 - 12.4 hari (Vargas & Lopez, 2011). Potensi GA3 yang digunakan sebagai penanganan pascapanen buah dilaporkan juga mampu menunda pemasakan buah peach selama penyimpanan buah (Martinez-Romero et al., 2000).

Hasil percobaan ini juga mengungkap bahwa perlakuan pemberian konsentrasi giberelin pada konsentrasi 100, 200, 300 dan 400 ppm tidak mampu menahan perombakan makro-molekul daging buah menjadi gula-gula pereduksi. Ouzounigou et al. (2008) melaporkan bahwa pemberian GA3 pada tahap prapanen juga tidak mempengaruhi kandungan glukosa dan fruktosa daging buah melon. Berdasarkan pada data dan hasil analisis

Page 5: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

183

BNT pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian giberelin dengan konsentrasi 300 ppm menyebabkan buah memiliki kandungan gula pereduksi tertinggi sepanjang waktu penyimpanan bila dibandingkan dengan perlakuan pemberian giberelin lainnya. Nilai rata-rata kandungan gula pereduksi daging buah melon mencapai 1.95%. Total Padatan Terlarut Daging Buah Melon

Berdasarkan pada hasil analisis ragam diperoleh bahwa total padatan terlarut daging buah melon dipengaruhi secara nyata (P < 0.05) oleh lama penyimpanan. Perlakuan pemberian giberelin dan kombinasinya dengan perlakuan lama penyimpanan tidak berpengaruh nyata (P > 0.05). Clayton & Biasi (2003) melaporkan hal yang sama bahwa total padatan terlarut dari buah cherry tidak dipengaruhi oleh pemberian perlakuan GA3 selama pertumbuhan buah. Porat et al. (2001) menemukan bahwa total padatan terlarut buah jeruk setelah pemetikan yang diberikan perlakuan GA3 dan disimpan, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang, tidak berbeda nyata dengan buah yang tidak diberikan perlakuan.

Hasil percobaan memperlihatkan suatu kecenderungan bahwa semakin lama waktu penyimpanan buah melon menyebabkan total padatan terlarut daging buah melon meningkat (Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa selama penyimpanan buah melon terjadi pemecahan makro-molekul daging buah menjadi molekul-molekul sederhana yang larut air.

Total Asam Daging Buah Melon

Sama seperti hasil analisis ragam untuk kadar gula pereduksi, hasil analisis ragam untuk total asam daging buah melon menunjukkan bahwa baik perlakuan pemberian giberelin, lama penyimpanan dan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap total asam daging buah melon. Hasil percobaan ini berbeda dengan hasil yang dilaporkan Porat et al. (2001) yang menyatakan bahwa buah jeruk yang sudah diberikan perlakuan GA dan disimpan tidak mengalami perubahan total asam. Perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh buah melon terus mengalami perombakan makromolekul yang dikandungnya dan menghasilkan asam-asam hasil dari siklus respirasi gula. Keadaan ini didukung oleh penurunan kadar gula pereduksi (Tabel 1) dan peningkatan nilai total padatan terlarut daging buah melon (Gambar 1).

Gambar 1. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai total padatan terlarut daging buah melon.

Total asam daging buah melon dari buah melon yang mendapat perlakuan giberelin

menurun secara nyata selama penyimpanan (Tabel 2). Secara umum, perlakuan pemberian giberelin mulai hari penyimpanan ke-3 menyebabkan kandungan total asam daging buah melon berbeda nyata (P < 0.05) dengan pemberian 0 ppm giberelin. Secara relatif pemberian giberelin 300 ppm menyebabkan daging buah melon mengandung asam lebih tinggi. Nilai rata-rata total asam daging buah melon yang diberikan perlakuan giberelin 300 ppm setelah disimpan 18 hari adalah 0.77 mgrek/100 g.

0

1

2

3

4

5

0 3 6 9 12 15 18Tek

stur

(kg

/cm2

)

Lama penyimpanan (hari)

cb b b

a a

c

Page 6: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

184

Tabel 2. Pengaruh perlakuan konsentrasi GA dan lama penyimpanan buah melon pada suhu ruang terhadap TPT daging buah melon (mgrek/100 g)

Lama penyim- panan (hari)

Konsentrasi giberelin (ppm)

0 100 200 300 400

0 0.93 a 0.93 a 0.93 a 0.93 a 0.93 a

A a a a a

3 0.88 a 0.80 a 0.82 a 0.90 a 0.83 a

A b b a b

6 0.73 c 0.75 bc 0.82 abc 0.87 a 0.84 ab

Bc bc b a ab

9 0.63 c 0.68 bc 0.78 ab 0.80 a 0.78 ab

D cd b bc b

12 0.58 c 0.65 bc 0.74 ab 0.75 a 0.65 bc

D cd b c c

15 0.45 b 0.63 a 0.60 a 0.56 a 0.63 a

E de c d c

18 0.68 a 0.55 bc 0.45 c 0.59 ab 0.45 c

Cd e d d d

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menyatakan berbeda nyata (P < 0.05).

Tekstur Daging Buah Melon

Analisis ragam tekstur daging buah melon, seperti pada hasil analisis ragam gula pereduksi dan total asam, juga memberikan hasil bahwa parameter ini dipengaruhi secara nyata (P < 0.05) oleh pemberian perlakuan giberelin, lama penyimpanan dan kombinasinya. Ferguson et al. (1982) melaporkan hasil yang sama untuk buah yang diberikan GA dan 2,4-D. Dilaporkan bahwa nilai ketahanan kulit buah jeruk besar terhadap tusukan lebih besar daripada buah yang tidak diberikan perlakuan GA dan 2.4-D.

Tabel 3. Pengaruh perlakuan konsentrasi GA dan lama penyimpanan buah melon pada suhu ruang

terhadap tekstur daging buah (kg/cm2)

Lama penyim- panan (hari)

Konsentrasi giberelin (ppm)

0 100 200 300 400

0 14.13 a 14.13 a 14.13 a 14.13 a 14.13 a

A a a a a

3 12.25 d 12.43 cd 12.9 d 13.33 b 13.43 a

B b b b b

6 12.58 bc 12.17cd 12.07 d 12.91 b 13.43 a

B b c b b

9 10.36 c 12.06 b 12.04 b 12.88 a 12.27 b

C b c b c

12 8.61 d 11.42 bc 10.97 c 12.88 a 11.77 b

D c d b cd

15 7.51 c 9.93 b 10.00 b 12.26 a 12.01 a

E d e c c

18 7.76 c 9.56 b 9.61 b 11.45 a 11.41 a

E d e d d

Page 7: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

185

Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menyatakan berbeda nyata (P < 0.05).

Tabel 3 juga memperlihatkan hal yang sama bahwa pemberian giberelin 0 ppm

memiliki tekstur daging buah terendah bila dibandingkan dengan pemberian giberelin dengan konsentrasi lebih tinggi. Perlakuan giberelin 400 ppm hanya mampu mempertahankan nilai tekstur daging buah dengan nilai tertinggi yang berbeda nyata (P < 0.05) dengan perlakuan lainnya selama penyimpanan 6 hari. Setelah penyimpanan 6 hari, perlakuan giberelin 300 ppm menyebabkan daging buah melon memiliki nilai tekstur tertinggi yang berbeda nyata (P < 0.05) dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian giberelin 300 ppm merupakan perlakuan terbaik yang mampu mengurangi penurunan nilai tekstur daging buah. Nilai rata-rata tekstur daging buah melon yang mendapat perlakuan 300 ppm adalah 12.83 kg/cm2 setelah penyimpanan 18 hari.

KESIMPULAN Kadar gula pereduksi, total asam dan tekstur daging buah melon dipengaruhi secara

nyata oleh perlakuan pemberian giberelin, lama penyimpanan dan kombinasi dari kedua perlakuan. Total padatan terlarut daging buah melon hanya dipengaruhi secara nyata oleh lama penyimpanan. Perlakuan pemberian giberelin dapat menunda pemasakan buah dari 6 hari menjadi 9 hari sejak buah dipetik.

Berdasarkan pada uji Beda Nyata Terkecil dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian giberelin yang menghasilkan buah melon dengan karakteristik terbaik adalah perlakuan giberelin dengan konsentrasi 300 ppm. Karakteristik buah melon yang diberikan perlakuan ini mengandung gula pereduksi 1.95%, total padatan terlarut 4.07oBrix, total asam 0.77 mgrek/100 g bahan dengan kekerasan daging buah bernilai 12.83 kg/cm2.

DAFTAR PUSTAKA Canli F.A. and Orhan H., 2009, Effects of Preharvest Gibberellic Acid Applications on Fruit Quality

of ‘0900 Ziraat’ Sweet Cherry. HortTechnology 19(1):127-129. Cleland R.E., 1999, Introduction: Nature, occurrence and functioning of plant hormones. In

Biochemistry and Molecular. Biology of Plant Hormones. Hooykaas P.J.J., Hall M.A. and Libbenga K.R. (eds.). Elservier, Ansterdam. pp 3-22.

Clayton M. and Biasi W.V., 2003, Postharvest Quality of 'Bing' cherries Following Preharvest Treatment with Hydrogen Cyanamide, Calcium Ammonium Nitrate, or Gibberellic Acid. HortScience. 38(3):407-411.

Ferguson L., Ismail M.A., Davies F.S. and Wheaton T.A., 1982, Pre- and Postharvest Gibberellic Acid and 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid Applications for Increasing Storage Life of Grapefruit. Proc. Fla. State Hort. Soc. 95:242-245.

Fidelibus M.W. and Campbell C.A., 2002, Gibberellic Acid Application Timing Affects Fruit Quality of Processing Oranges. HortScience 37(2):353-357.

Halbrooks M.C. and Mortensen J.A., 1987, Influence of Gibberellic Acid and Various Management Practices on Berry, Seed and Cluster Development in 'Orland Seedless' Grape. Proc. Fla. State Hort. Soc. 100:312-315.

Kader A.A., 1992, Postharvest Biology and Technology: An Overview. In Postharvest Technology of Horticultural Crops. Kader A.A. (ed.). University of California, Division od Agriculture and Natural Resources. Publication 3311. pp. 15-20.

Khan A.S. and Chaudhry N.Y., 2006, GA3 Improves Flower Yield in Some Cucurbits Treated with Lead and Mercury. African Journal of Biotechnology 5(2):149-153.

Lester G., 1997, Melon (Cucumis melo L.) Fruit Nutritional Quality and Health Functionality. HortTechnology 7(3):222-227.

Page 8: PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN · PDF filekisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan

Denpasar, 13-14 Juli 2012 [PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Re

ka

ya

sa P

rose

s d

an

Te

kn

ik P

asc

a P

an

en

186

Martinez-Romero D., Valero D., Serrano M., Burlo F., Carbonell A., Burgos L. and Riquelme F., 2000, Exogenous Polyamines and Gibberellic Acid Effects on Peach (Prunus persica L.) Storability Improvement. Journal of Food Science 65(2):288-294.

Ouzounigou G., Papadopoulou P., Giannakoula A. and Ilias I., 2008, Plant Growth Regulators Treatments Modulate Growth, Physiology and Quality Characteristics of Cucumis melo L. Plants. Pak. J. Bot. 40(3):1185-1193.

Özkaya C., Dündar Ö. and Küden A., 2006, Effect of Preharvest Gibberellic Acid Treatments on Postharvest Quality of Sweet Cherry. Journal of Food, Agriculture & Environment 4(1):189-191.

Porat R.,Feng X., Huberman M., Galili D., Goren R. and Goldschmidt E.E., 2001, Gibberellic Acid Slows Postharvest Degreening of ‘Oroblanco’ Citrus Fruits. HortSCience 36(5):937–940.

Ritenour M.A., Burton M.S. and McCollum T.G., 2005, Effects of Pre- or Postharvest Gibberellic Acid Application on Storage Quality of Florida 'Fallglo' Tangerines and 'Ruby' Red Grapefruit. Proc. Fla. State Hort. Soc. 118:385-388.

Sudarmadji S., Haryono B. dan Suhardi, 1984, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.

Vargas A. and Lopez J.A., 2011, Effect of Dose Rate, Application Method and Commercial Formulations of GA3 on Banana (Musa AAA) Fruit Green Life. Global Science Books 5(1):51-55.

Wolf E.E.H. and Loubser J.T., 1992, Gibberellic Acid Levels and Quality Effects of Gibberellic Acid in Treated Table Grapes. S. Afr. J. Enol. Vitic. 13(2):57-63.

Yildirim A.N. and Kuyuncu F., 2010, The Effect of Gibberellic Acid Applications on the Cracking Rate and Fruit Quality in the ‘0900 Ziraat’ Sweet Cherry Cultivar. African Journal of Biotechnology 9(38):6307-6311.