penggunaan bahasa alay (anak lebay) di kampus …

61
PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh CANDRA 10533 6781 11 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2016

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

i

PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY)

DI KAMPUS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

CANDRA

10533 6781 11

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

2016

Page 2: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

ii

Page 3: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

iii

Page 4: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

v

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah mencurahkan rahmat dan

taufik-Nya sehingga pembuatan skripsi ini tampa melalui hambatan dan dapat

berjalan sebagai mana mestinya dan dapat diselesaikan pada waktu yang

ditentukan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad

saw beserta keluarganya, para sahabatnya dan kaum muslimin yang senantiasa

mengikutinya sampai kiamat kelak dan semoga kita mendapatkan syafaatnya.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik guna memperoleh

gelas Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun

judul skripsi ini adalah Penggunaan Bahasa Alay (Anak Lebay) Di Kampus

Universitas Muhammadiyah Makassar. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tak

luput dari berbagai hambatan dan tantangan. Akan tetapi, semua itu dapat teratasi

berkat dari petunjuk Allah Swt serta kerja keras dan percaya diri dari penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis menerima iklas segala koreksi dan masukan-masukan

guna penyempurnaan tulisan ini agar kelak dapat bermanfaat. .

Dalam penyusunan skripsi ini pula, penulis memperoleh bantuan dari

berbagai pihak dalam bentuk bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk. Oleh karena

itu, sewajarnya penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada semua pihak yang turut serta memberikan bantuan baik berupa

materi maupun moral, khususnya kepada Dr. Munirah, M. Pd. Sebagai

Page 5: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

vi

pembimbing I dan kepada Andi Adam, S.Pd.,M.Pd. pembimbing II yang penuh

kesabaran, keterbukaan, dan semangat serta senantiasa meluangkan waktu untuk

memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

Ucapan terimakasih diucapkan pula kepada kedua orang tua tercinta,

ayahanda Aiwa dan ibunda Saindah yang telah merawat, membesarkan,

membiayai dan mendoakan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tak

dapat diukur dengan seisi jagat raya ini sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi sebaik-baiknya, serta senantiasa memberikan semangat dan dorongan serta

doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Tak lupa juga penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,

2. Dr.H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum.,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,

3. Dr. Munirah, M.Pd., ketua program studi pendidikan bahasa dan sastra

Indonesia yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

4. Syekh Adiwijya Latief, S. Pd., M. Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

5. Bapak dan ibu dosen Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

membagi ilmunya kepada penulis selama ini.

Page 6: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

vii

Penulis menyadari bahwa apa yang ada dalam tulisan ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi selanjutnya. Semoga

Allah SWT membalas kasih sayang, cinta dan ketulusan yang telah dicurahkan

pada kita semua. Aamiin

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, April 2016

CANDRA

Page 7: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

viii

DAFTAR ISI

HALAMJUDUL ........................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iii

SURATPERYATAAN .............................................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN .............................................................................................. v

MOTO DAN PEREMBAHAN .................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI.............................................................................................................. x

BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................ 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

E. Difinisi Istilah .................................................................................. 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ......................................... 7

A. Kajian Pustaka ................................................................................. 7

B. Kerangka Pikir ................................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 38

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 38

B. Fokus Penelitian ............................................................................... 38

C. Difinisi Istilah .................................................................................. 38

D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 38

E. Data dan Sumber .............................................................................. 39

Page 8: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

ix

F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 40

G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 42

A. Hasil Penelitian ................................................................................ 42

B. Pembahasan ..................................................................................... 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 51

A. Simpulan ......................................................................................... 51

B. Saran ............................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

Page 9: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa sebagai alat komunikasi yang paling efektif, mutlak dan diperlukan

setiap bangsa. Tanpa bahasa, bangsa tidak akan mungkin dapat berkembang.

Bahasa menunjukkan identitas bangsa. Bahasa sebagai bagian kebudayaan dapat

menunjukkan tinggi rendahnya kebudayaan bangsa. Pada perjalanan selanjutnya,

bahasa Indonesia tidak lagi sebagai bahasa persatuan, tetapi juga berkembang

sebagai bahasa negara, bahasa resmi, dan bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu sebagai bahasa persatuan,

bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi. Dalam perkembangannya lebih

lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai bahasa budaya dan

bahasa ilmu. Keenam kedudukan ini mempunyai fungsi yang berbeda, walaupun

dalam praktiknya dapat saja muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa,

atau hanya muncul satu atau dua fungsi saja.

Kebijakan pemerintah terhadap pembinaan dan pengembangan Bahasa

Indonesia dalam berbagai integrasi memang penting demi menjaga eksistensi

bahasa. Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena

bahasa Indonesia itu merupakan salah satu identitas atau jati diri bangsa

Indonesia.

Pada saat ini, dalam lingkungan pergaulan telah dikenal dan berkembang

bahasa alay (anak lebay). Bahasa alay itu mencampur aduk antara tulisan, lisan,

dan gambar, sehingga semuanva menjadi kaeau. Kekacauan bahasa itu terlihat

Page 10: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

2

karena peletakan gambar yang seenaknya dan kadang emosi juga diungkapkan

secara tidak tepat. Bahasa yang rusak itu justru dianggap sebagai kreatifitas.

Penutur bahasa dalam dunia maya memang kreatif, tapi kalau rusak-rusakan tidak

dapat dibilang kreatif, Kerusakan bahasa dan mudahnya perubahan identitas itu

melahirkan generasi yang berani bersikap dan asosial atau individuals. Tanpa

disadari, lama kelamaan bahasa alay bisa mengancam eksistensi Bahasa Indonesia

sebagai bahasa persatuan karena semakin jauh berbeda dengan kaidah-kaidah

bahasa yang baik dan benar.

Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short

Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tarif

-per karakter yang berfungsi untuk menghemat biaya. Namun dalam

perkembangannya kata-kata yang disingkat tersebut semakin melenceng, apalagi

sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang penerapan bahasa Alay

sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang lebih parahnya lagi sudah

bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosakatanya bahkan cara

penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena

menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan karakter

tanda baca. Bahkan arti kosakatanya pun bergeser jauh dari yang dimaksud,

Semua kata dan kalimat 'dijungkirbalikkan' begitu saja dengan memadukan huruf

dan angka. Penulisan gaya alay atau anak lebay tidak membutuhkan standar baku

atau panduan khusus, semua dilakukan suka-suka dan bebas saja.

Dengan penggunaan bahasa alay oleh remaja yang semakin berkembang

ini, bisa jadi suatu saat nanti anak cucu kita (masyarakat) sudah tidak lagi

Page 11: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

3

mengenal bahasa baku dan tidak lagi memakai EYD (Ejaan Yang

Disempurnakan) sebagai pedoman dalam berbahasa, kemudian menganggap

remeh bahasa Indonesia. Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan

menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja bahkan dikalangan

anak-anak. Padahal bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara kita dan

juga sebagai identitas bangsa. Oleh karena itu, kita sebagai generasi penerus

bangsa, harusnya mampu menjadi tonggak dalam mempertahankan bangsa

Indonesia ini. Salah satu yang bisa kita lakukan adalah dengan menjaga,

melestarikan, dan menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Seperti dalam ikrar ketiga

Sumpah Pemuda yang berbunyi, "Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi

bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sikap bangsa Indonesia terhadap bahasa Indonesia cenderung ambivalen,

sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan bahasa

Indonesia menjadi bahasa modern, dan dapat mengikuti perkembangan zaman

serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain

kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak

mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemoderan (Warsiman, 2006:42-43).

Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung

menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian dari hidupnya jika

mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman.Interaksi global dalam berbagai

bidang dewasa ini tidak bisa dihindari, Akibatnya proses transaksi nilai-nilai

global dengan sendirinya juga akan terjadi.

Page 12: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

4

Masyarakat pada saat ini sering berkomunikasi dengan menggunakan

menggunakan bahasa gaul. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 116)

disebutkan bahwa bahasa gaul merupakan bahasa Indonesia nonformal yang

digunakan oleh komunitas tertentu atau di daerah tertentu untuk pergaulan.

Bahasa gaul tidak hanya dipakai oleh remaja ,tetapi juga digunakan oleh orang -

orang dewasa. Bahasa gaul dianggap lebih modern daripada bahasa Indonesia atau

bahasa daerah. Penggunanya pun akan dikatakan sebagai orang modern. Hal ini

dapat kita pahami karena bahasa gaul lahir dari masyarakat perkotaan yang

modern sehingga penggunanya pun akan dikatakan sebagai orang kota.

Bahasa gaul sebenarnya bukan bahasa yang dilarang penggunaanya. Jika

dikategorikan, varian bahasa gaul dapat dikategorikan sebagai bahasa alay yang

termasuk dalam bahasa slang yang menambah khazanah kekayaan bahasa di

Indonesia. Hala yang dapat menyebabkan bahasa gaul dapat disebut sebagai

masalah adalah apabila bahasa gaul menggeser penggunaan bahasa Indonesia.

Bahasa yang digunakan sering berubah. Hal ini terkait pribadi remaja yang

masih labil dan menginginkan smtu hal yang baru. Adanya kepribadian remaja

yang masih labil itulah, yang menyebabkan timbulnya berbagai macam bahasa

gaul, seperti bahasa alay, sing, vulgar, jargon dan prokem. Bahasa alay yang

digunakan sebagai alat komunikasi ini merupakan bahasa sandi yang digunakan

penuturnya sebagai bahasa khusus untuk kalangan mereka.

B. Rumusan Masalah

Page 13: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

permasalahan yang akan menjadi objek pembahasan yaitu "Bagaimana wujud

bahasa alay yang digunakan oleh mahasiswa di kampus Universitas

Muhammadiyah Makassar"?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah

untuk mengetahui wujud bahasa alay yang digunakan di kampus Unismuh

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian teoris

yang mendukung kajian lebih lanjut dan bermanfaat penelitian ilmu

sosiolingustik, khususnya ragam bahasa gaul di kalangan mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan membina wawasan masyarakat

dalam mengembangkan kemampuan menggunakan kata-kata agar dapat

mewujudkan percakapan bahasa lisan akrab dan menarik.

3. Sebagai bahan acuan untuk penelitian yang berkaitan dengan skripsi ini

4. Sebagai bahan bacaan bagi yang berminat mengetahui tentang bahasa

gaul/alay di Universitas Muhammadiyah Makassar,

E. Difinisi Milan

1. Kata 'Alay' bisa diartikan sebagai Anak layangan, Anak lebay, Anak

kelayapan, dan lain sebagainya. Dimana anak-anak tersebut sering

didefinisikan sebagai anak-anak yang berkelakuan 'tidak biasa' atau dapat

Page 14: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

6

dikatakan berlebihan. Anak-anak ini ingin diketahui statusnya diantara

teman-teman sejawatnya, mereka ingin selalu memperlihatkan ke-eksis-an

atau kenarsisan mereka dalam segala hal. Misalnya dalam hal berpakaian,

bertingkah laku, serta berbahasa (baik lisan maupun tulis). Sesuai dengan

paengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa bahasa alay adalah

bahasa yang digunakan oleh anak-anak alay.

2. Konteks adalah segala sesuatu yang mendukung suatu pembicaraan ,media

maupun formal tidaknya suatu pembicaraan.

3. Mahasiswa adalah individu yang secara teoritis dan empiris dari segi

psikologi mempunyai rentan usia 19-24 tahun.

Page 15: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

a. Penelitian Yang Relevan

a) Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Junaida DJ. Sa'ama yang berjudul "Analisis Bahasa Gaul

da/am Interaksi Antarmahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintah Universitas

Muhammadiyah Luwuk Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah". Dalam

penelitiannya, Junaida DJ. Sa'ama mengatakan bahwa penggunaan gaul

dikalangan mahasiswa jurusan ilmu pemerintahan Universitas

Muhammadiyah Luwu Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah merupakan

varian dari bahasa Indonesia. Bahasa gaul hanya digunakan oleh

sekelompok mahasiswa, sekalipun semua mahasiswa belum mengetahui

sepenuhnya tentang seluk beluk bahasa gaul.

b) Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Elza Riskiyani Arifuddin yang

berjudul " Penggunaan Bahasa Prokem pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3

Takalar" Adapun hasil penelitiannya penunggunaan bahasa prokem hanya

digunakan oleh sekelompok social tertentu, kelompok remaja misalnya yang

dewasa ini semakin ramai dengan sejumlah istilah-istilah yang aneh dan

sering membingungkan, dan bahsa prokem lebih banyak digunakan

dikalangan laki-laki dibandingkan remaja perempuan karena

dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi, factor lingkungan dan status

sosialnya.

Page 16: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

8

c) Penelitian selanjutnya juga dilakukan oleh Arifman yang berjudul

"Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja di Kelurahan Mannuuruki

Kecamatan Tamalate di Kola Makassar" Adapun hasil penelitiaanya5

penggunaan bahasa gaul di kalangan remaja di kelurahan Mannuruki

kecamatan Tamalate di Kota Makassar merupakan varian bahasa Indonesia.

Bahasa gaul hanya digunakan oleh sekelompok remaja, sekalipun semua

remaja belum mengetahui sepenuhnya tentang seluk beluk bahasa gaul, ciri

khas bahasa gaul memiliki penyimpangan makna yang lazim diketahui

dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa induknya. Bahasa gaul dapat

dinyatakan sebagai hasil modifikasi atau tuturan dari bahasa Indonesia,

b. Pengertian Bahasa

Secara etimologi, istilah bahasa berasal dari bahasa Latin lingua. Dalam

bahasa Itali "bahasa" disebut lingiiaggio dan lingua, bahasa Perancis menyebut

"bahasa" sebagai langage dan langue, dalam bahasa Spanyol "bahasa" disebut

dengan lengua dan disebut dengan language dalam bahasa Inggris. Penyebutan

"bahasa" terdiri dari dua konsep utama dalam kajian lingustik yaitu penyebutan

bahasa secara umum (bersifat koloquel) seperti langage (bahasa Prancis),

lingiiaggio (bahasa Itali) dan juga penyebutan bahasa pada bahasa tertentu atau

suatu sistem linguistik tertentu seperti langue (dalam bahasa Prancis), lingua

(bahasa Itali) dan lengua (bahasa Spanyol).

Akan tetapi, language dalam bahasa Inggris dapat digunakan untuk

menamakan bahasa secara umum atau digunakan untuk menyebut satu bahasa

tertentu, demikian halnya dengan istilah "bahasa" dalam bahasa Indonesia.

Page 17: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

9

Pengertian terminologis dari bahasa itu sendiri telah banyak didefinisikan

oleh para ahli sebagai berikut:

1. Saphir (1921) dalam Chaedar Alwasilah (1990) bahwa bahasa adalah "apurely

human and non-instinctive method of communicating ideas, emotion and

desire by means of voluntarily produced symbol", Saphir menyebutkan lima

butir terpenting dalam definisi "bahasa" yaitu: manusiawi, dipelajari,

memilki sistem, arbitrer dan bersimbol.

2. Hall mengungkapkan bahwa bahasa merupakan suatu institusi dalam

pengertian alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar umat manusia.

3. Wardhough menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambangbunyi yang

arbitrer yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

4. Hasan Lubis (1988) menyebutkan bahwa bahasa adalah sistem lambang-

lambang yang arbitrer yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk

menyampaikan fikiran dan perasaannya dengan bunyi-bunyi,

5. Kridalaksana (2008) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi

dan mengidentifikasikan diri.

c. Hakikat Bahasa

Pakar linguistik telah merumuskan banyak hal tentang hakikat bahasa.

rumusan-rumusan tersebut jika dibutirkan akan menghasilkan sejumlah ciri atau

sifat yang merupakan hakikat bahasa. Sifat-sifat tersebut pula yang telah

didefmisikan oleh pakar-pakar linguistik diatas dalam menemukan pelbagai sifat-

sifat bahasa.

Page 18: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

10

Sifat-sifat tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Chaer (2007) antara

lain: (1) Bahasa adalah sebuah sistem, (2) Bahasa itu berwujud lambang, (3)

Bahasa itu berupa bunyi, (4) Bahasa itu bersifat arbitrer, (5) Bahasa itu bermakna,

(6) Bahasa itu bersifat konvensional, (7) Bahasa itu bersifat unik, (8) Bahasa itu

bervariasi, (9) Bahasa itu bersifat produktif, (10) Bahasa itu bervariasi, (11)

Bahasa itu bersifat dinamis, (12) Bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial,

(13) Bahasa itu merupakan identitas penuturnya.

Begitu pula yang dipaparkan oleh Chaeda Alwasilah (1993) yang secara

sederhana lagi menyebutkan hakikat bahasa itu antara lain: (1) Bahasa itu

sistematik, (2) Bahasa itu manasuka "arbitrer", (3) Bahasa itu ucapan/vokal, (4)

Bahasa itu simbol atau lambang, (5) Bahasa itu mengacu pada dirinya sendiri, (6)

Bahasa itu manusiawi dan (7) Bahasa itu komunikasi. Kemudian masih banyak

lagi paparan-paparan linguis tentang hakikat bahasa yang tentu tidak dapat

disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.

Dari beberapa keterangan yang diambil dari berbagai sumber, maka

penulis akan menjelaskan tentang hakikat bahasa tersebut secara sederhana dan

hal-hal yang akan dijelaskan kemudian merupakan beberapa dari poin inti dari

hakikat bahasa. Berikut paparan dari sifat-sifat tersebut secara rinci:

1. Bahasa Sebagai Sistem

Sistem sangat identik dengan pengertian cara atau aturan. Sistem juga

berarti susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang

bermakna atau berfungsi. Sistem ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen

yang satu dengan lainnya yang berhubungan secara fungsional.

Page 19: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

11

Begitupun dengan bahasa, sebagai sebuah sistem, bahasa memiliki

komponen-komponen dan aturan-aturan. Dalam pengertian ini, bahasa memiliki

dua aspek penting yaitu unsur-unsur dan hubungan-hubungan yang dirajut oleh

unsur-unsur tersebut. Satuan-satuan bahasa tersebut selalu terkait satu dengan

yang lain sehingga membentuk kepaduan yang erat dan saling mendukung.

Pyles dan algeo (1993) menyebutkan bahwa terdapat dua tingkatan dalam

sistem bahasa yang mereka sebut sebagai duality of patterning yang jika

diterjemahkan menjadi kaidah ganda sistem bahasa. Kedua tingkatan ini

mencakup komponen makna dan bentuk. Komponen bentuk yang berupa bunyi

dipelajari oleh cabang linguistik yaitu fonetik atau fonologi sedangkan komponen

makna ditelaah oleh semantik dan tata bahasa.

Lebih jaub, Chaer (2007) menjelaskan, sebagai sebuah sistem, bahasa itu

sekaligus bersifat sistemis. Dengan sistemis, artinya, bahasa itu tersusun menurut

suatu pola dan tidak tersusun secara acak atau secara sembarangan. Sedangkan

sistemis, artinya, bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga

dari sub-sub sitem atau sistem bawaan. Dapat disebutkan sistem bawaan tersebut

antara lain: subsistem fonologi, morfologi, sintaksis dan subsistem semantik.

2. Bahasa Sebagai Lambang

Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol yang diartikan

dengan pengertian yang sama. Lebih rinci, Chaedar Alwasilah (1993) menjelaskan

bahwa lambang atau simbol mengacu pada suatu obyek dan hubungan antara

simbol dan obyek itu bersifat manasuka. Lambang dapat dibuat dari bahasa apa

saja, ia bisa terbuat hari suatu benda seperti piramid yang melambangkan

Page 20: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

12

keagungan, atau dari kain seperti warna putih atau hitam atau j u g a dalam bentuk

ujaran. Lambang dengan segala seluk beluknya dikaji dalam kegiatan ilmiah

dalam satu bidang kajian yang disebut dengan ilmu semiotika atau semiologi,

yaitu ilmu yang mempelajan tanda-tanda yang terdapat didalam kehidupan

manusia termasuk bahasa.

3. Bahasa Itu Berupa Bunyi

Bahasa adalah bunyi, maka sepenuhnya dapat dikatakan bahwa bahasa

adalah sistem lambang bunyi. Yaitu, sistem bahasa itu adalah berupa lambang

yang wujudnya berupa bunyi.

Kemudian, yang perlu dipertegas disini adalah tentang bunyi itu sendiri

menurut pandangan bahasa, apakah itu bunyi seperti yang dikenal secara umum?

Apakah semua bunyi disebut bahasa? dan lain sebagainya. Bunyi yang dimaksud

dalam bahasa disebut juga dengan "speech sound" adalah satuan bunyi yang

dihasilkan oleh alat uap manusia yang didalam fonetik diamati sebagai "fon" dan

didalam fonemik sebagai "fonem" yang keduanya dibahas dalam bidang

lingusitik,

4. Bahasa Itu Bersifat Arbitrer

Arbitrary berarti selected at random and without reason, dipilih secara

acak dan tanpa alasan. Ringkasnya, manasuka atau seenaknya, asal bunyi, tidak

ada hubungan logis antara kata-kata sebagi simbol atau lambang dengan yang

dilambangkannya. Atau, dengan bahasa lain, Chaer (2007) menjelaskan tentang

apa yang dimaksud dengan arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara

Page 21: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

13

lambang bahasa dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang

tersebut.

Contoh pengertian arbitrer tersebut dapat kita lihat sehari-hari dalam

kehidupan kita, hal tersebut terbukti antra rangkaian bunyi-bunyi dengan makna

yang dikandungnya. Mengapa bahan bakar sepeda motor disebut dengan bensin

tidak kecap, binatang tertentu di Indonesia disebut kuda, di Inggris horse, di Arab

faras dan akan terus berbeda diwilayah-wilayah lain tentang penyebutannya.

Itulah yang disebut dengan arbitrer atau manasuka yang tidak akan bisa

ditemukan alsan penyebutannya yang berbeda-beda dikarenakan sifat ke-

arbitreran-nya. Andaikata bahasa itu tidak arbitrer, sudah barang tentu dapat kita

pastikan bahwa sebutan untuk kuda hanya akan ada satu kata dalam bahasa

manusia, tidak ada lagi penyebutan kuda, horse, faras dan lain sebagainya, hanya

akan ada satu penyebutan.

5. Bahasa Itu Bermakna

Bahasa, sebagai si stem lambang yang berwujud bunyi sudah pasti

melambangkan suatu pengertian tertentu. Maka, yang dilambangkan itu adalah

suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide atau suatu pikiran yang ingin

disampaikan dalam wujud bunyi tersebut. Karena lambang -lambang itu mengacu

pada suatu konsep, ide atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu

memiliki makna.

Contohnya adalah lambang bahasa yang berwujud bunyi "kuda"; lambang

ini mengacu pada konsep "sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai",

kemudian konsep tersebut dihubungkan dengan benda yang ada didalam dunia

Page 22: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

14

nyata. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa "kuda" merupakan lambang

bunyi, "sejenis binatang berkaki empat yang dapat dikendarai" merupakan konsep

dan "kuda" yang ada didalam dunia nyata merupakan wujud dari lambang bunyi

tersebut.

6. Bahasa Itu Konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dan yang dilambangkannya

bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu

bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa hams mematuhi

konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang

diwakilinya.

Contohnya adalah, adanya kesepakatan dalam masyarakat bahasa

Indonesia untuk menyebut suatu benda beroda dua yang dapat dikendarai dengan

dikayuh, yang secara arbitrer dilambangkan dengan bunyi "sepeda", maka anggota

masyarakat bahasa Indonesia "seluruhnya" harus mematuhinya. Jika tidak

diapatuhi dan kemudian diganti dengan dengan lambang lain, maka komunikasi

antar masyarakat akan terhambat,

6. Bahasa Itu Dinamis

Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari

segala kegiatan dan gerak manusia, sepanjang keberadaan manusia itu sebagai

makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat.

Page 23: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

15

Karena keterkaitan dan keterikatan manusia dengan bahasa, dan kehidupan

manusiapun akan terus berubah dan tidak tetap, maka bahasa-pun menjadi ikut

berubah, menjadi tidak tetap, tidak statis. Karena itulah bahasa itu disebut

dinamis, Perubahan bahasa dapat terjadi pada semua tataran, baik fonoiogi,

morfologi, sintaksis, semantik maupun leksikon. Namun perubahan yang paling

terlihat dan paling sering terjadi adalah pada tataran leksikon dan semantik.

Hampir setiap saat terdapat kata-kata baru muncul sebagai akibat dari perubahan

budaya dan ilmu, atau terdapat kata-kata lama muncul dengan makna baru.

7. Bahasa itu bervariasi

Setiap bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk

dalam suatu masyarakat bahasa, dan adapun yang masuk dalam satu masyarakat

bahasa adalah mereka yang merasa menggunakan bahasa yang sama. Jadi, jika

disebut masyarakat bahasa Indonesia adalah semua orang yang merasa memiliki

dan menggunakan bahasa Indonesia. Yang termasuk anggota masyarakat sunda

adalah orang-orang yang merasa memiliki dan menggunakan bahasa sunda dan

seterusnya. Jadi, dapat ditarik sedikit konklusi bahwa banyak orang Indonesia

yang menjadi lebih dari satu anggota masyarakat bahasa, karena disamping dia

sebagai orang Indonesia, dia juga menjadi pemilik dan pengguna bahasa

daerahnya.

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang

dengan berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama,

baik dari segi pendidikan, profesi, usia dan Iain-lain, Oleh karena latar belakang

dan lingkungan yang tidak sama, maka bahasa yang digunakan beragam atau

Page 24: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

16

bervariasi, dimana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain seringkali

memiliki perbedaan yang besar.

8. Bahasa Itu Manusiawi

Bahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah

dipaparkan sebelumnya adalah suatu kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia.

Ringkasnya bahwa manusia-lah yang berbahasa sedangkan hewan-hewan lain

tidak berbahasa.

Keistimewaan bahasa manusia akan semakin terasa jika dibandingkan

dengan komunikasi binatang misalnya. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah

evolusi manusia dan evolusi bahasanya, ahli-ahli biologi-pun membuktikan

bahwa sistem komunikasi binatang itu sama sekali tidak mengenal ciri ganda

bahasa manusia yaitu sistem bunyi dan makna (duality feature).

d. Ragam Bahasa

Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-

beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan

bieara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman,

1990).

Ragam bahasa dapat timbul karena adanya kegiatan interaksi sosial yang

dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan

oleh para penuturnya yang tidak homogen, Dalam hal variasi atau ragam bahasa

ini ada dua pandangan yaitu :

1. Variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu

dan keragaman fungsi bahasa itu

Page 25: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

17

2. Variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat

interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam.

Menurut Dendy Sugono (1999 : 9), bahwa sehubungan dengan pemakaian

bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa

baku dan tak baku, Dalam situasi remi, seperti di sekolah, di kantor, atau di dalam

pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi,

seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa baku.

Bahasa Indonesia memiliki banyak sekali ragamnya, hal ini dikarenakan bahasa

Indonesia sangat luas pemakaiannya dan bermacam-macam ragam penuturnya,

antara lain:

1. Ragam bahasa berdasarkan waktu penggunaan a. Ragam bahasa

Indonesia lama

Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya

sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri ragam bahasa Indonesia

lama masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Mel ay u inilah yang

akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa

Indonesia : Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,

a) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa.

b) Keikhlasan suku daerah lain.

c) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan.

b. Ragam bahasa Indonesia baru

Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya

Sumpah Pemuda pada 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui

Page 26: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

18

pertumbuhan dan perkembangan bahasa yang beriringan dengan pertumbuhan dan

perkembangan bangsa Indonesia.

c. Ragam bahasa sastra

Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak

menggunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejelas-jelasnya

melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa

sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.

d. Ragam babasa bidang-bidang tertentu

Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti

transportasi, komputer, ekonomi, hukum. dan psikologi. Contoh ; diagnosis, USG

dipakai dalam bidang kedokteran

Ragam bahasa berdasarkan pokok pembicaraannya / bidang

a. Ragam bahasa undang-undang.

Ragam bahasa yang digunakan pada undang-undang yang berlaku untuk

hukum Indonesia.

b. Ragam bahasa jurnalistik

Ragam bahasa yang digunakan wartawan dalam menulis berita, disebut

juga bahasa komunikasi massa yakni bahasa yang digunakan dalam komunikasi

melalui media massa. Ciri utama dari ragam bahasa jurnalistik adalah komunikatif

dan spesifik.

c. Ragam bahasa ilmiah

Ragam bahasa yang harus memenuhi syarat diantaranya benar (menurut

kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat , dan sistematis.

Page 27: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

19

Ragam bahasa berdasarkan media pembicaraan

a. Ragam bahasa lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan oleh pemakai bahasa.

Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam

ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau

tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

b. Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan

tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan

dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.

Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan

unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan

kata. kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam

mengungkapkan ide.

4. Ragam bahasa berdasarkan situasi

a. Ragam bahasa resmia

Ciri-ciri ragam bahasa resmi:

a) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;

b) Menggunakan imbuhan secara lengkap

c) Menggunakan kata ganti resmi

d) Menggunakan kata baku

e) Menggunakan EYD

f) Menghindari unsur kedaerahan ,

Page 28: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

20

b. Ragam bahasa tidak resmi

Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi,

Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang

tidak normal.

c. Ragam bahasa akrab

Penggunaan kalimat-kaiimat pendek merupakan ciri ragam bahasa akrab.

Kalimat-kaiimat pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa

nonverbal seperti anggukan kepala , gerakan kaki dan tangan tangan,atau ekspresi

wajah.

d. Ragam bahasa konsultasi

Ketika kita mengunjunggi seorang dokter, ragam bahasa yang kita

gunakan adalah ragam bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi

alih kode. Bukan bahasa resmi yang digunakan, melainkan bahasa santai. Itulah

ragam bahasa konsultasi.

5. Ragam bahasa berdasarkan penutur

a. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek)

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian

bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di

Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah,

Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memiliki ciri khas yang

berbeda-beda.

b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur Bahasa Indonesia yang

digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan

Page 29: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

21

yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari

bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas.

Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah,

komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam

bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari

seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering

menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai

c. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur Ragam bahasa dipengaruhi juga

oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis

terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab,

dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur

atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat

mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada

atasannya.

e. Interferensi

Alwasilah (1985:131) mengetengahkan pengertian interferensi

berdasarkan rumusan Hartman dan Stonk bahwa interferensi merupakan

kekeliruan yang disebabkan oleh adanya kecenderangan membiasakan

pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan

satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. Sementara itu, Jendra (1991:109)

mengemukakan bahwa interferensi meliputi berbagai aspek kebahasaan, bisa

menyerap dalam bidang tata bunyi (fonologi), tata bentukan kata (morfologi), tata

Page 30: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

22

kalimat (sintaksis), kosakata (leksikon), dan tata makna (semantik)

(Suwito,!985:55).

Interferensi, menurut Nababan (1984), merupakan kekeliruan yang terjadi

sebagai akibat terbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran bahasa ibu atau dialek ke

dalam bahasa atau dialek kedua. Senada dengan itu, Chaer dan Agustina (1995:

168) mengemukakan bahwa interferensi adalah peristiwa penyimpangan norma

dari sal ah satu bahasa atau lebih.

Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling

dominan dalam perkembangan bahasa. Dalam bahasa besar, yang kaya akan

kosakata seperti bahasa Inggris dan Arab pun, dalam perkembangannnya tidak

dapat terlepas dari interferensi, terutama untuk kosakata yang berkenaan dengan

budava dan alam lingkungan bahasa donor. Gejala interferensi dari bahasa yang

satu kepada bahasa yang lain sulit untuk dihindari. Terjadinya gejala interferensi

juga tidak lepas dari perilaku penutur bahasa penerima.

Menurut Bawa (1981: 8), ada tiga ciri pokok perilaku atau sikap bahasa.

Ketiga ciri pokok sikap bahasa itu adalah (1) language loyality, yaitu sikap

loyalitas/ kesetiaan terhadap bahasa, (2) language pride, yaitu sikap kebanggaan

terhadap bahasa, dan (3) awareness of the norm, yaitu sikap sadar adanya norma

bahasa. Jika wawasan terhadap ketiga ciri pokok atau sikap bahasa itu kurang

sempurna dimiliki seseorang, berarti penutur bahasa itu bersikap kurang positif

terhadap keberadaan bahasanya. Kecenderungan itu dapat dipandang sebagai latar

belakang munculnya interferensi.

Page 31: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

23

Dari segi kemurnian bahasa, interferensi pada tingkat apa pun (fonologi,

morfologi dan sintaksis) merupakan penyakit yang merusak bahasa, jadi perlu

dihindari (Chaer dan Agustina (1998: 165). Jendral (1991:105) menyatakan

bahwa dalam interferensi terdapat tiga unsur pokok, yaitu bahasa sumber atau

bahasa donor, yaitu bahasa yang menyusup unsur-unsurnya atau sistemnya ke

dalam bahasa lain; bahasa penerima atau bahasa resipien, yaitu bahasa yang

menerima atau yang disisipi oleh bahasa sumber; dan adanya unsur bahasa yang

terserap (importasi) atau unsur serapan.

Dalam komunikasi bahasa yang menjadi sumber serapan pada saat tertentu

akan beralih peran menjadi bahasa penerima pada saat yang lain, dan sebaliknya.

Begitu juga dengan bahasa penerima dapat berperan sebagai bahasa sumber.

Dengan demikian interferensi dapat terjadi secara timbal balik.

Bertolak dari pendapat para ahli mengenai pengertian interferensi di atas,

dapat disimpulkan bahwa.

1. kontak bahasa menimbulkan gejala interferensi dalam tuturan

dwibahasawan.

2. interferensi merupakan gejala penyusupan sistem suatu bahasa ke dalam

bahasa lain

3. unsur bahasa yang menyusup ke dalam struktur bahasa yang lain dapat

menimbulkan dampak negatif, dan

4. interferensi merupakan gejala ujaran yang bersifat perseorangan, dan

ruang geraknya dianggap sempit yang terjadi sebagai gejala parole

{speech).

Page 32: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

24

Interferensi berbeda dengan integrasi. Integrasi adalah unsur-unsur bahasa

lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bagian

dari bahasa tersebut, serta tidak dianggap sebagai unsur pinjaman atau pungutan

(Chaer dan Agustina 1995:168). Senada dengan itu, Jendra (1991:115)

menyatakan bahwa dalam proses integrasi unsur serapan itu telah disesuaikan

dengan sistem atau kaidah bahasa penyerapnya, sehingga tidak terasa lagi sifat

keasingannya. Dalam hal ini, jika suatu unsur serapan (interferensi) sudah

dicantumkan dalam kamus bahasa penerima, dapat dikatakan bahwa unsur itu

sudah terintegrasi. Jika unsur tersebut belum tercantum dalam kamus bahasa

penerima, berarti bahasa tersebut belum terintegrasi.

Interferensi merupakan gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling

dominan dalam bahasa (Hockett dalam Suwito, 1983:54). Dari pendapat hockett

tersebut perlu dicermati bahwa gejala kebahasaan ini perlu mendapatkan perhatian

besar. Hal ini disebabkan interferensi dapat terjadi di semua komponen

kebahasaan, mulai bidang tatabunyi, tatabentuk, tatakalimat, tatakata, dan

tatamakna Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam proses

interferensi ada tiga hal yang mengambil peranan, yaitu:

a) bahasa sumber atau bahasa donor

b) bahasa penyerap atau resipien

c) unsur serapan atau importasi

1. Interferensi Dalam Bidang Fonologi

Contoh : jika penutur bahasa Jawa mengucapkan kata-kata berupa nama

tempat yang berawal bunyi /b/, Idl, /$/, dan 1)1, misalnya pada kata Bandung,

Page 33: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

25

Deli, Gombong, dan Jambi. Seringkali orang Jawa mengucapkannya dengan

/mBandung/, /nDeli/Vn Jambi/, dan /nGgombong/.

2. Interferensi Dalam Bidang Morfologi

Interferensi morfologi dipandang oleh para ahli bahasa sebagai interferensi

yang paling banyak terjadi. Interferensi ini terjadi dalam pembentukan kata

dengan menyerap afiks-afiks bahasa lain. Misalnya kalau sering kali kita

mendengar ada kata kepukul, ketabrak, kebesaran, kekecilan, kemahalan,

sungguhan, bubaran, duaan. Bentuk-bentuk tersebut dikatakan sebagai bentuk

interferensi karena bentuk-bentuk tersebut sebenarnya ada bentuk yang benar,

yaitu terpukul, tertabrak, terlalu besar, terlalu kecil, terlalu mahal, kesungguhan,

berpisah (bubar), dan berdua. Berdasarkan data-data di atas jelas bahwa proses

pembentukan kata yang disebut interferensi morfologi tersebut mempunyai bentuk

dasar berupa kosa kata bahasa Indonesia dengan sfiks-sfiks dari bahasa daerah

atau bahasa asing.

3. Interferensi Dalam Bidang Kalimat

Interferensi dalam bidang ini jarang terjadi. Hal ini memang perlu

dihindari karena pola struktur merupakan ciri utama kemandirian sesuatu bahasa.

Misalnya, Rumahnya ayahnya Ali yang besar sendiri di kampung itu, atau

Makanan itu telah dimakan oleh saya, atau Hal itu saya telah katakan kepadamu

kemarin. Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada

padanan bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali

yang besar di kampung ini, Makanan itu telah saya makan, dan Hal itu telah saya

katakan kepadamu kemarin. Terjadinya penyimpangan tersebut disebabkan karena

Page 34: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

26

ada padanan konteks dari bahasa donor, misalnya: Omahe bapake Ali sing gedhe

dhewe ing kampung iku, dan seterusnya

4. Interferensi Simantik

Berdasarkan bahasa resipien (penyerap) interferensi semantis dapat

dibedakan menjadi,

a) Jika interferensi terjadi karena bahasa resipien menyerap konsep

kultural beserta namanya dari bahasa lain, yang disebut sebagai perluasan

(ekspansif). Contohnya kata demokrasi, politik, revolusi yang berasal dari

bahasa Yunani-Latin.

b) Yang perlu mendapat perhatian, interferensi hams dibedakan dengan alih

kode dan campur kode. Alih kode menurut Chaer dan Agustina

(1995:158) adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh

seorang penutur karena adanya sebab-sebab tertentu, dan dilakukan

dengan sengaja. Sementara itu, campur kode adalah pemakaian dua bahasa

atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu ke dalam

bahasa yang lain secara konsisten. Interferensi merupakan topik dalam

sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat pemakaian dua bahasa atau

lebih secara bergantian oleh seorang dwibahasawan, yaitu penutur yang

mengenal lebih dari satu bahasa. Penyebab terjadinya interferensi adalah

kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga

dipengaruhi oleh bahasa lain (Chaer, 1995:158). Biasanya interferensi

terjadi dalam penggunaan bahasa kedua, dan yang menginterferensi adalah

bahasa pertama atau bahasa ibu.

Page 35: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

27

f. Jen is Interferensi

Interferensi merupakan gejala umum dalam sisiolinguistik yang terjadi

sebagai akibat dari kontak bahasa, yaitu penggunaan dua bahasa atau lebih dalam

masyarakat tutur yang multilingual. Hal ini merupakan suatu masalah yang

menarik perhatian para ahli bahasa. Mereka memberikan pengamatan dari sudut

pandang yang berbeda beda. Dari pengamatan para ahli tersebiit timbul

bermacam-macam interferensi.

Secara umum, Ardiana (1940:14) membagi interferensi menjadi iima

macam, yaitu

1. Interferensi kultural dapat tereermin melalui bahasa yang digunakan oleh

dwibahasawan. Dalam tuturan dwibahasawan tersebut muncul unsur-unsur

asing sebagai akibat usaha penutur untuk menyatakan fenomena atau

pengalaman baru.

2. Interferensi semantik adalah interferensi yang terjadi dalam penggunaan

kata yang mempunyai variabel dalam suatu bahasa.

3. Interferensi leksikal, harus dibedakan dengan kata pinjaman. Kata

pinjaman atau integrasi telah menyatu dengan bahasa kedua, sedangkan

interferensi belum dapat diterima sebagai bagian bahasa kedua. Masuknya

unsur leksikal bahasa pertama atau bahasa asing ke dalam bahasa kedua itu

bersifat mengganggu.

4. Interferensi fonologis mencakup intonasi, irama penjedaan dan artikulasi.

5. Interferensi gramatikal meliputi interferensi morfologis, fraseologis dan

sintaksis.

Page 36: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

28

Interferensi menurut Jendra (1991:106-114) dapat dilihat dari berbagai sudut

sehingga akan menimbulkan berbagai macam interferensi antara lain:

1) Interferensi ditinjau dari asal unsur serapan

Kontak bahasa bisa terjadi antara bahasa yang masih dalam satu kerabat

maupun bahasa yang tidak satu kerabat. Interferensi antarbahasa sekeluarga

disebut dengan penyusupan sekeluarga (internal interference) misalnya

interferensi bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa. Sedangkan interferensi

antarbahasa yang tidak sekeluarga disebut penyusupan bukan sekeluarga (external

interference) misalnya bahasa interferensi bahasa Inggris dengan bahasa

Indonesia.

2) Interferensi ditinjau dari arah unsur serapan

Komponen interferensi terdiri atas tiga unsur yaitu bahasa sumber-bahasa

penyerap, dan bahasa penerima. Setiap bahasa akan sangat mungkin untuk

menjadi bahasa sumber maupun bahasa penerima. Interferensi yang timbal balik

seperti itu kita sebut dengan interferensi produktif. Di samping itu, ada pula

bahasa yang hanya berkedudukan sebagai bahasa sumber terhadap bahasa lain

atau interferensi sepihak, Interferensi yang seperti ini disebut interferensi reseptif.

3) Interferensi ditinjau dari segi pelaku

Interferensi ditinjau dari segi pelakunya bersifat perorangan dan dianggap

sebagai gejala penyimpangan dalam kehidupan bahasa karena unsur serapan itu

sesungguhnya telah ada dalam bahasa penerima. Interferensi produktif atau

reseptif pada pelaku bahasa perorangan disebut interferensi perlakuan atau

performance interference. Interferensi

Page 37: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

29

2 Tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima

Tipisnya kesetiaan dwibahasawan terhadap bahasa penerima cenderung

akan menimbulkan sikap kurang positif. Hal itu menyebabkan pengabaian kaidah

bahasa penerima yang digunakan dan pengambilan unsur-unsur bahasa sumber

yang dikuasai penutur secara tidak terkontrol. Sebagai akibatnya akan muncul

bentuk interferensi dalam bahasa penerima yang sedang digunakan oleh penutur,

baik secara lisan maupun tertulis.

3. Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima

Perbendaharaan kata suatu bahasa pada umumnya hanya terbatas pada

pengungkapan berbagai segi kehidupan yang terdapat di dalam masyarakat yang

bersangkutan, serta segi kehidupan lain yang dikenalnya. Oleh karena itu, jika

masyarakat itu bergaul dengan segi kehidupan baru dari luar, akan bertemu dan

mengenal konsep baru yang dipandang perlu. Karena mereka belum mempunyai

kosakata untuk mengungkapkan konsep baru tersebut, lalu mereka menggunakan

kosakata bahasa sumber untuk mengungkapkannya, secara sengaja pemakai

bahasa akan menyerap atau meminjam kosakata bahasa sumber untuk

mengungkapkan konsep baru tersebut. Menghilangnya kata-kata yang jarang

digunakan Interferensi yang disebabkan oleh menghilangnya kosakata yang jarang

dipergunakan tersebut akan berakibat seperti interferensi yang disebabkan tidak

cukupnya kosakata bahasa penerima, yaitu unsur serapan atau unsur pinjaman

itu akan lebih cepat diintegrasikan karena unsur tersebut dibutuhkan dalam bahasa

penerima.

Page 38: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

30

4. Kebutuhan akan sinonim

Sinonim dalam pemakaian bahasa mempunyai fungsi yang cukup penting,

yakni sebagai variasi dalam pemilihan kata untuk raenghindari pemakaian kata

yang sama secara berulang-ulang yang bisa mengakibatkan kejenuhan. Dengan

adanya kata yang bersinonim, pemakai bahasa dapat mempunyai variasi kosakata

yang dipergunakan untuk menghindari pemakaian kata secara berulang-ulang.

Karena adanya sinonim ini cukup penting, pemakai bahasa sering melakukan

interferensi dalam bentuk penyerapan atau peminjaman kosakata baru dari bahasa

sumber untuk memberikan sinonim pada bahasa penerima. Dengan demikian,

kebutuhan kosakata yang bersinonim dapat mendorong timbulnya interferensi.

5. Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa

Prestise bahasa sumber dapat mendorong timbulnya interferensi, karena

pemakai bahasa ingin menunjukkan bahwa dirinya dapat menguasai bahasa yang

dianggap berprestise tersebut. Prestise bahasa sumber dapat juga berkaitan dengan

keinginan pemakai bahasa untuk bergaya dalam berbahasa. Interferensi yang

timbul karena faktor itu biasanya berupa pamakaian unsur-unsur bahasa sumber

pada bahasa penerima yang dipergunakan

6. Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu

Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu pada bahasa penerima yang

sedang digunakan, pada umumnya terjadi karena kurangnya kontrol bahasa dan

kurangnya penguasaan terhadap bahasa penerima. Hal ini dapat terjadi pada

dwibahasawan yang sedang belajar bahasa kedua, baik bahasa nasional maupun

bahasa asing, Dalam penggunaan bahasa kedua, pemakai bahasa kadang-kadang

Page 39: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

31

kurang kontrol. Karena kedwibahasaan mereka itulah kadang-kadang pada saat

berbicara atau menulis dengan menggunakan bahasa kedua yang muncul adalah

kosakata bahasa ibu yang sudah lebih dulu dikenal dan dikuasainya.

h. Bahasa Alay

Memang dilihat dari wadahnya jika bahasa gaul (prokem) itu bersumber

dari lisan lain hal dengan bahasa alay bersumber dari tulisan. Jika bahasa gaul

(prokem) tersirat maka bahasa alaylah yang tersurat. Berikut adalah pengertian

alay menurut beberapa ahli Koentjara Ningrat."Alay adalah gejala yang dialami

pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya.

Gejala ini akan mengubah gaya tulisan,dan gay a berpkaian, sekaligus

meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya

(baca:penggunaan internet sejati kaya blogger dan kaskuser ). Diharapkan sifat ini

segara hilang jika titak akan mengganggu masyrakat sekitar'.Selo Soemaridjan:

"Alay adalah perilaku remaja Indonesia , yang membuat dirinya merasa

keren,cantik hebat di antara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat rakyat

Indonesia yang sopan,santun dan ramah. Faktor bisa melalui media TV(sinetron\

dan rausisi dengan dandanan yang seperti itu.

Bahasa alay menurut Wikipedia bebas adalah sebuah istilah yang merujuk

pada sebuah fenemena prilaku remaja di Indonesia alay merupakan singkatan dari

anak layangan atau anak lebay istilah ini merupakan gambaran gaya hidup norak

atau kampungan. Selain itu alay merujuk pada gaya yang dianggap berlebihan dan

selalu berusaha menarik perhatian. Seseorang yang dikategorikan alay umumnya

memiliki prilaku unik dalam berbahasa dan gaya hidup. Dalam gaya bahasa

Page 40: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

32

terutama bahasa tubs alay merujuk pada kesenangan remaja menggabungkan

huruf besar huruf kecil, meneeabunekan huruf dengan angka dan symbol atau -

menyikat secara berlebihan. Dalam gaya berbicara mereka berbicara dengan

intonasi dan gaya berlebihan. Alay merupakan sekelompok minoritas yang

mempunyai karakteristik unik dimana penampilan dan bahasa yang mereka

gunakan terkadang menyilaukan mata dan menyakitkan telinga bagi mayoritas

yang tak terbiasa bersosialisasi dengannya. Biasanya para alayers (panggilan para

alay) mempunyai tren busana tersendiri yang dapat menyebar di kalangan alayers

yang lain, sehinga sehingga menciptakan satu keseragaan bentuk yang lazim.

i. Perkembangan Bahasa Alay

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bahasa alay sudah mulai

berkembang pesat seiring dengan berkembangnya teknologi. Yang sebelumnya

hanya digunakan oleh kalangan tertentu, sekarang bahasa alay sudah dapat

digunakan oleh berbagai kalangan, tak terkecuali anak-anak. Yang semula hanya

digunakan dalam bentuk tulisan, sekarang bahasa alay sudah banyak ditemukan

dalam bentuk lisan. Bagaimana caranya? Banyak cara yang digunakan untuk

berbahasa alay dalam bentuk lisan, salah satunya yaitu dengan memonyongkan

bibir atau mendesah mengikuti kata-kata yang mereka ueapkan.

Bagi mereka yang sudah terbiasa dan menyukai kebiasaan mereka

berbahasa alay, hal tersebut merupakan kesenangan dan kebanggaan tersendiri,

Mereka meneineinkan untuk meniadi yang paling 'keren' dari teman-temannva,

Mereka menganggap bahwa bahasa alay merupakan bentuk kreativitas yang harus

mereka kembangkan untuk mencapai sebuah kepuasan dan untuk mendapatkan

Page 41: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

33

pujian dari teman-temannya. Namun dalam pandangan orang lain yang tidak

terbiasa mendengar atau menggunakan bahasa alay, hal tersebut justru sangat

norak' dan kampungan. Mereka tidak mau menerima adanya bahasa alay karena

mereka terganggu dan menganggap bahasa alay adalah bahasa yang sangat sulit

untuk dipahamai serta tidak mudah dimengerti.

B. Kerangka Pikir

Dengan memperhatikan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini

diuraikan beberapa hal yang dijadikan penulis sebagai landasan daiam melaksakan

penelitian, Penyebab terjadinya bahasa alay karena adanya dua fungsi bahasa,

yakni bahasa resmi yang merupakan bahasa akademik dan bahasa nonresmi yang

salah satunya adalah bahasa alay. Hal ini terjadi kerena kebiasaan, kesantaian

berbahasa, menjaga kerahasiaan dan leih mengakrabkan, Oleh karena itu,

walaupun mahasiswa telah dapat berbahasa Indoesia maka perlu ditindak lanjuti

melalui penelitian ini sejauh manakah penggunaan bahasa Indonesia yang baik

dan benar.

Adapun landasan pikir yang dijadikan pegangan penelitian ini adalah:

1. Bahasa gaul merupakan bahasa pengantar komunikasi dalam pergaulan sehari-

hari bagi mahasiswa Unismuh Makassar.

2. Bahasa yang digunakan tersebut mempengaruhi penggunaan bahasa resmi

dalam kegiatan akademik khususnya dalam penggunaan kosakata dan kalimat.

3. Penggunaan bahasa gaul dalam interaksi antarmahasiawa dipengaruhi oleh

lingkungan (kampus), media sosial, media eetak, dan elektronik serta-

kurangnya penguasaan terhadap suatu bahasa.

Page 42: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

34

Page 43: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

35

BAB III

METODE PENEL1TIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang pemakaian bahasa alay di lingkungan mahasiswa ini

berkaitan dengan suatu gejala kebahasaan yang sifatnya alamiah. Artinya data

yang dikumpulkan berasal dari lingkungan nyata dan situasi apa adanya, yaitu

interaksi antarmahasiswa. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif. Hal ini disebabkan oleh karena data yang terkumpul dan

dianalisis dipaparkan secara deskriptif,

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah interaksi yang memiliki karakteristik tersendiri

dan sering digunakan oleh remaja di Makassar khususnya mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Makassar.

C. Difinisi Istilah

Untuk mempertegas istilah yang digunakan dalam laporan penelitian.

Penggunaan bahasa alay adalah sebuah istilah yang merujuk pada sebuah

fenomena prilaku remaja di Indonesia alay merupakan singkatan dari anak

layangan atau anak lebay istilah inilah merupakan gambaran gaya hidup norak

atau kampungan.

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelian, seluruh mahasiswa yang

dimaksud untuk diteliti atau diselidiki disebut populasi. Menurut Muhammad Ali

Page 44: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

36

(1985: 54). Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian baik berupa manusia,

benda, peristiwa, maupun gejala yang terjadi.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi

adalah seluruh mahasiswa atau objek yang menjadi sasaran penelitian dalam

usaha dalam memperoleh informasi dan menarik kesimpulan. Populasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa Unismuh Makassar yang sering berinteraksi

menggunakan bahasa alay.

2. Sampel

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian

tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti.

Berdasarkan pengertian tersebut sampel dalam penelitian ini adalah para

mahasiswa yang menggunakan bahasa alay di lingkungan kampus Universitas

Muhammadiyah Makassar yang berupa informan sebanyak 20 orang mahasiswa.

Dari informan ini dipilih dari masing-masing perwakilan setiap jurusan. Adapun

pemantapan sampelnya dilakukan dengan teknik purposive sampling. Dengan

demikian peneliti akan menghentikan pemantapan sampel apabila jumlahnya

mencapai 20 orang.

E. Data dan Sumber Data

1. Pengertian Data

Data merupakan suatu informasi atau fakta yang biasanya dinyatakan

dalam bentuk angka. Suatu data juga disebut skor atau observasi yang

Page 45: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

37

memberikan suatu informasi tentang suatu topik atau peristiwa. Topik atau

peristiwa itu sendiri disebut baubah.

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini kosakata dan kalimat dalam percakapan

mahasiswa. Kedua bentuk data tersebut bersumber dari penggunaan bahasa gaul

dalam interaksi antarmahasiswa Unismuh Makassar.

F. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan data dan sumber data di atas, maka peneliti ini menggunakan

teknik merekam dan mencatat, kosa kata yang berkaitan dengan bahasa alay

diklasifikasikan menurut urutan abjad, Penelitian dekkriptif kualitatif, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi) dalam pelaksanaan bagian penelitian, berpartisipasi

sebagai pengamat dalam percakapan mahasiswa. Tujuan obsrvasi ini adalah

untu mengamati secara langsung proses percakapan, sebagai alat bantu

dalam kegiatan observasi ini dipergunakan tipe rekorder untuk merekam

percakapan mahasiswa.

2. Selama dalam pelaksanaan peneliti, peneliti juga mencatat kosakata dan

merekam istilah-istilah yang telah didengar dari berbagai sumber ke dalam

catatan.

3. Kosakata dan kalimat yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dibukukan

dan berdasarkan urutan abjad secara khusus pada kosakata, sedangkan

kalimat dilakukan secara acak tampa berpedoman pada urutan abjad.

Page 46: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

38

G. Teknik Analisis Data

Adapun teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang ada yaitu

dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Langkah-langkah yang

dipergunakan sesuai dengan prosedur penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan,

mengidentifikasi data yang telah ditemukan kemudian mengambil kesimpulan

akhir.

Data kosakata yang telah diperoleh disusun seeara berurutan berdasarkan

teknik penyusunan kamus dan sisipan ke kosakata bersumber dari kamus. Data

yang berupa kalimat disusun seeara acak dan makna kata yang terungkap dalam

setiap konteks kalimat diartikan berdasarkan denga makna setiap kata yang

terdapat dalam kamus bahasa gaul.

Page 47: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam penelitian bab ini disajikan hasil penelitian yang terdiri atas dua

bagian yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian dalam bab ini

berdasarkan dengan data pada lampiran 1, dan 2 pada bagian pembahasan

merupakan proses tanggagapan terhadap hasil penelitian. Untuk memperjelas

kedua hal tersebut maka diuraikan sebagai berikut.

1. Penggunaan Kosakata Bahasa Alay

Berdasarkan temuan penelitian, penggunaan kosakata bahasa alay di

kalangan mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar yang berhasil

dicatat oleh peneliti sebanyak 56 kata secara alfabetis. Jumlah kata tersebut masih

sangat minim bila dibandingkan jumlah kata yang digunakan dalam

berkomunikasi seperti bahasa Indonesia dan diperkirakan masih terus berkembang

sesuai dengan perkembangan komunikasi dunia anak muda yang akan datang.

Keterbatasan jumlah tersebut dapat dipastikan bahwa bahasa alay belum dapat

mewakili sepenuhnya dalam mengungkapkan semua ide, gagasan, perasaan dan

sebagainya kepada orang lain. Oleh karena itu, pengguna kosakata dalam bahasa

alay hanya digunakan melalui proses penyisipan dalam berkomunikasi bahasa

Indonesia sehingga bagi orang mendengar tidak dapat langsung menebak atau

mengetahui informasi yang disampaikan. Sebab, adanya hal-hal spesifik dalam

Page 48: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

40

bahasa alay, tidak terdapat pada bahasa Indonesia. Bahasa alay itu menggunakan

kosakata yang bercirikan. Untuk jelasnya dapat dilihat dalam paparan berikut:

Tabel 1. Bahasa alay masalah percintaan

No Bentuk bahasa alay Artinya 1 Carpa Cari pacar

2. Cinlok Cinta lokasi

3. CLBK Cinta lama bersemi kembali

4. Doi Pacar

5. Jablai Jarang dibelai

6. LDR Hubungan jarak jauh

7. Lending Berduaan dengan pacar

8. PHK Putus hubungan kekasih

9. PHP Pemberi harapan palsu

Tabel 2. Bahasa alay masalah makanan

No Bentuk bahasa alay Artinya

1. Ajib Lejat

2. BSS Bayar sendiri-sendiri 3. Intel Indomi telur

4. Mabak Makan bakso

5. Maco Makan coto

6. Masako Masak

Tabel 3. Bahasa alay masaiah seks

No Bentuk bahasa alay Artinya

1. Ayam kampus Perempuan nakal yang ada di kampus

2. Belah duren Hubungan badan

3. Bupati Buka paha tinggi-tinggi

4. CD Celana dalam

5. Jablay Jarang dibelai

6. Keong racun Pria hi dung belang

7. Kupu-kupu malam Wanita penghibur malam

Page 49: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

41

Tabel 4. Bahasa alay dengan nama orang

No Bentuk bahasa alay Artinya

1 Aminah Aman

2. Andika Anak sedikit kampungan

3. Hadijah Hati-hati di jalan

4. Harmoko Hari-hari omong kosong

Tabel 5. Bahasa alay masalah Iain-lain

No Bentuk bahasa alay Artinya

1 Saya

2. Asbun Asal bunyi

3. Bokek Tidak puny a uang

4. Bondeng Gendut

5. Bonek Orang nekat tidak bermodal

6 Bonyok Bokap-Nyokap (orang tua)

7. Boker Buang air besar

8. BT/Bete Bosan

9. Caper Cari perhatian

10. Cius miapa Demi siapa

11. Cumi Cuman miskol

12. Ember Memang begitu

13. Ente Anda/kamu

14. Ganteng Gangguan telinga

15. Garing Sok asyik

16. Githo loh Memang begitu

17. Gue Saya;Aku

18. Jayus Jayus

19. Jutek Sombong dan jarang tersenyum

20. Katro Orang kampong

21. Kepo Orang yang ingin serba tau

22. Kicep Diam mematung

23. Kuper Kurang pergaulan

24. Lebay Tingkat berlebihan

25. Lo/Lu Anda/Kamu

26. Ma,am Makan

27. Masbrow Panggilan untuk teman pria

28. Ngebuburit Ngobrol menjelang malam

29. Narsis Senang dengan diri sendiri

Page 50: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

42

2. Kalimat Bahasa Alay

Kalimat-kalimat bahasa alay digunakan dalam percakapan yang sifatnya

obrolan, tidak terikat situasi santai atau rileks. Makna kata yang timbul dalam

kalimat sangat kontras dengan makna yang telah lazim diketahui. Kekontrasan

makna kata yang timbul menjadikan kalimat dapat menjadi salah tafsir dan lucu

kedengarannya bagi yang belum paham sama sekali tentang bahasa alay, misalnya

Dimande, azizah.

Kalong Australia, hadijah

Kedua kalimat di atas sulit diduga maknanya karena semua kata yang digunakan

dalam kalimat tersebut tidak diketahui. Kata yang sulit diketahui maknanya

karena kontras atau tidak sama dalam bahasa Indonesia nama orang, tetapi dalam

bahasa alay ternyata kalimat tersebut bermakna hati-hati di jalan. Jadi maksud

bahasa alay tidak dapat diprediksikan maksudnya, karena kata yang digunakan

telah menyimpang dari makna yang sudah lazim diketahui.

Pada kalimat ke 2, kata yang telah diketahui maknanya dalam bahasa

Indonesia adalah kata kalong yang bermakna kelelawar, Australia bermakna nama

benua/Negara, dimana bahasa bermakna nama kota, dan kata hadijah bermakna

nama orang. Jadi, dari segi makna konteks kalimat dinyatakan bahwa makna

kalimat tersebut tidak dapat diketahui maksudnya secara jelas, sebab tidak

memiliki pertalian makna antara satu kata dengan kata yang lain dalam kalimat

sebagai makna yang sudah lazim diketahui. Makna kalimat tersebut tidak dapat

diprediksikan bahwa maknanya tidak memiliki hubungan atau keterikatan dari

makna yang lazim diketahui. Dengan demikian, kalimat bahasa alay mengandung

Page 51: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

43

unsur rahasia yang ingin disampaikan oleh para komunikan bahasa alay. Selain

dari dua contoh kalimat di atas, masih banyak contoh yang sama ditemukan dalam

bahasa alay.

Berbagai ungkapan bahasa alay dalam bentuk kalimat seperti: "pede aja

kelles", "kasihan deh loh", "loh gue end", "loh gue cut", "gaul dong", "nyantai aja

bro", "aku rapopo", "sebel bmgits", "ngumpul bareng", "epenkah?",

"kenapapipa?","awas juragan", dan daerah bebas baroka. Seringkali dalam

konteksnya tidak tepat atau tidak sesuai dengan fungsi bahasa Indonesia. Karena

kalimat-kalimat "bahasa alay" itu mempunyai pengaruh yang relative cukup kuat

dalam pengaruhi sekelompok anak muda (mahasiswa) dalam kehidupannya, maka

perlu ada semacam upaya membudayakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

di kalangan mahasiswa.

Ditinjau dari segi struktur kalimat penggunaan bahasa alay tidak terlalu

terikat pola sintaksis seperti subjek, objek, dan keterangan. Kalimat bahasa alay

lebih mengutamakan proses komunikasi dalam menyampaikan maksud daripada

memperhatikan pola-pola sintaksis. Hal tersebut berlaku secara umum pada

kalimat di atas yang dijadikan sebagai contoh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa alay sulit dipahami sebab

banyak kata yang kurang tepat dimengerti maknanya sekalipun konteks

percakapannya diketahui misalnya kata maknanya nama bunga,ember makananya

tempat air berbentuk slinder, tinta maknanya tinta cair yang berwarna untuk

menulis, sutra maknanya benangnya halus dan lembut berasal dari ulat

kepompong, jangkar artinya pemberat pada kapal atau perahu. Arti kata tersebut

Page 52: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

44

dalam bahasa alay mawar makna mau, ember maknanya memang, sutra maknanya

sudah, jangkar maknanya jangan. Dengan demikian makna kata yang telah lazim

diketahui dalam bahasa Indonesia tidak sama dalam bahasa alay. Perbedaan

makna tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman bahkan ketidaktahuan

maksud bagi orang tidak tau seluk beluk bahasa alay. Bentuk dan posisi kata-kata

yang lain masih banyak ditemukan dalam dialog di atas.

Selain kata-kata yang mengalami pergeseran makna dalam bahasa alay di

atas, juga terdapat kata-kata yang tidak lazim atau tidak diternukan/digunakan

dalam bahasa Indonesia. Artinya, hanya terdapat pada bahasa alay seperti jarum

super, jarang di rumah suka pergi, atm maknanya agak telat mikir, anjas

maknanya saja, mungria maknanya mungkin, kawarua maknanya kamu. Kata-kata

tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia, tetapi ada dalam bahasa alay. Bentuk

kata yang lain dengan posisinya sama masih banyak ditemukan dalam dalam

dialog di atas.

Keberadaan pengguna bahasa alay dalam percakapan (dialog) sulit

dipahami baik secara harfiah pada setiap kata yang digunakan dalam percakapan,

maupun secara konteks. Artinya, konteks percakapan tidak dapat membantu untuk

memahami maksud pembicaraan atau arah pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh

banyaknya kata dalam bahasa alay yang menyimpang dari makna yang sudah

lazim diketahui selama ini. Selain itu, yang dominan dimunculkan dalam

percakapan bahasa alay bukan situasi formal, atau resmi, melainkan situasi santai

(rileks) atau obrolan yang bersifat serta merta spontan berdasarkan apa adanya.

Page 53: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

45

Percakapan bahasa gaul bersifat rahasia. Kerahasiaan yang disampaikan

bersumber dari banyaknya kata yang menyimpang dari makna yang sudah lazim

diketahui. Hal tersebut dapat menimbulkan efek ketersinggungan bagi pendengar

lain, bila berada di situasi yang sama. Oleh karena itu bahasa alay selalu dalam

situasi santai atau rileks.

B. Pembahasan Basil Penelitian

Pemaknaan kosakata bahasa Alay

Proses pemeknaan bahasa Alay tidak sama dengan proses pemaknaan bahasa

Indonesia. Proses pemaknaan dalam bahasa Alay dilakukan dengan sistem

silang. Sistem silang dimaksud meliputi antara kata yang dimaknai dengan

kata yang memaknai: kata yang dimaknai sebagai kata yang digunakan untuk

mengungkapkan maksud, sedangkan kata yang memaknai adalah kata yang

menjadi maksud dengan demikian, kata yang dimaknai dan memaknai satu

sumber yang telah ditetapkan sebelumya, seperti:

Birahi artinya biru

Belimbing artinya bilang

Jantung artinya jangan

Kosakata bahasa Alay di atas dapat dinyatakan bahwa penggunaan kosakata

bahasa Alay bersumber dari kosakata bahasa Indonesia sebagai kosakata asal

kosakata bahasa Alay diposisikan secara integrative sehingga membentuk

suatu pembaharuan kosakata dalam bahasa Alay yang dapat menciptakan

maksud tertentu. Maksud yang diciptakan dalam bahasa Alay menyimpang

dari maksud yang telah lazim diketahui dalam bahasa Indonesia. Dengan

Page 54: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

46

demikian, penggunaan kosakata Alay hanya komukatif pada kalangan

penggunanya saja atau sekelompok remaja yang telah menggunakannya

Pemaknaan kalimat bahasa Alay

Kalimat "pede aj kelles" mengungkapkan perlunya seseorang untuk percaya

diri, namun ironisnya himbauan atau saran ini mendapat tambahan "kelles"

yang dalam bahasa Alay berarti "kali atau lagi" sedangkan dalam bahasa

Indonesia kata "kelles" tidak memiliki makna. Misalnya seseorang gadis

memakai pakaian ketat disarankan untuk pede dengan pakaiaannya itu.

Bahkan faktanya si gadis memang merasa lebih pede dengan model pakaian

demikian. "pede aja kelles" begitulah bahasa mereka. Contoh penggunaan

ungkapan "pede aja lagi" yang baik dan benar : "kalau sudah belajar, pede aja

lagi", "kalau kita berada dalam kebenaran, pede aja lagi", "kalau sudah

berpakaian sopan, pede aja lagi" dalam kalimat ini, terdapat peningkatan,

penghilangan (fonem) awal, dan penambahan kata. Penyingkatan yang

dimaksud adalah "pede (PD)" dari kata "percaya diri", penghilangan huruf

fonem awal yaitu "aja" dari kata "saja", dan penambahan kata yaitu "kelles"

yang tidak memliki makna dalam bahasa Indonesia.

Kekeliruan lain juga menggejala dalam bahasa Alay remaja adalah ungkapan

"nyatai aja, coy" tentu tidak masalah dalam kondisi tertentu kata "nyantai" lebih

tepatnya adalah "santai". Sebagai contoh seorang remaja mengatakan "nyantai aja,

coy" kepada temannya karena temannya itu terlihat gelisah lantaran belum belajar

untuk persiapan ujian besok pagi. "nyantai aja coy" terkadang bisa pula

menunjukan ketidakperdulian terhadap lingkungan social atau orang lain.

Page 55: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

47

Misalnya, seseorang remaja putrid sedang asyik mengobrol di telepon umum

sementara banyak orang antri menunggu giliran. Ketika salah seorang

menegurnya, ia malah menjawab "nyantai aja coy" Kalimat lainnya adalah

"saking jadulnya, jadi garing" kata saking memang merapakan kosakata bahasa

Indonesia yang berarti sebab, begitupun dengan kata garing, namun "garing"

dalam bahasa Alay memiliki makna yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia garing

berarti kering dan keras sedangkan dalam bahasa Alay berarti tidak lucu

Penggunaan bahasa alay yang dipakai oleh mahasiswa umumya bersuniber

dari kosakata Indonesia baik bentuk maupun maknanya. Bentuk dan maknanya

menyimpang secara umum dari makna yang diketahui dalam bahasa Indonesia.

Menurut Kridalaksana, penggunaan bahasa gaul/alay hasil pemodifikasian

mengubah, menambah, atau mengurangi atau bentuk variasi dari kosakata yang

telah ada dalam bahasa Indonesia. Hal pemodifikasian tersebut dilakukan dengan

serta merta sesuai dengan kehendak atau kebutuhan yang bersifat kontemporer.

Dengan demikian, penggunaan kosakata bahasa alay tidak hams mutlak ada di

dalam bahasa Indonesia, Waupun bahasa Indonesia sebagai dasar pembentukan

bahasa alay, tetapi kosakata alay yang digunakan mahasiswa, memeiliki otonomi

tersendiri sebagai suatu bahasa yang dijadikan sebagai sarana komunikasi.

Ditinjau dari konteks kalimat, kalimt-kalimat bahasa alay umumnya

bernunsa kesetaraan status social kepada para pengguna bahasa alay. Bahasa alay

tidak membedakan situasi kapan dan dimana digunakan. Bahasa alay tidak

membedakan strata social misalnya antara tua atau muda, dewasa atau anak-anak.

laki-laki atau perempuan (gender) dan bidang-bidang lainya. Bahasa alay hanya

Page 56: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

48

tepat digunakan secara khusus dalam situasi pergaulan oleh kalangan mahasiswa.

Straktur kalimat bahasa alay hampir dikatakan tidak ada aturan atau pola tertentu

seperti halnya dalam bahasa Indonesia yaitu subjek, predikat, objek, dan

keterangan. Bahasa alay lebih mementingkan komunikasi dan makna kerahasiaan

kata-katanya daripada strukturnya, termasuk situasi yang diciptakan tidak formal.

Bahasa alay hanya dapat diperankan dalam komunikasi lisan daripada tulisan dan

digunakan oleh kelompok mahasiswa utamanya di kota-kota besar. Dengan

demikian, bahasa alay diperuntukan untuk pergaulan dalam kondisi atau situasi

yang tidak resmi dan tidak perlu dipelajari secara formal di sekolah-sekolahkarena

wujud penggunaannya masih sangat terbatas,bersifat obrolan, dan nonilmia.

Page 57: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

49

BABV

KESIMPULAN DAN SARAIS

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa,

penggunaan bahasa alay dikalangan mahasiswa di kampus Universitas

Muhammadiyah Makassar, merupakan varian dari bahasa Indonesia. Bahasa alay

hanya digunakan oleh sekelompok mahasiswa, sekalipun semua mahasiswa belum

mengetahui sepenuhnya tentang seluk-beluk bahasa alay. Ciri khas bahasa alay

memiliki penyimpangan makna yang lazim diketahui dalam bahasa Indonesia

sebagai bahasa induknya. Bahasa alay dapat dinyatakan sebagai hasil modifikasi

atau tuturan dari bahasa Indonesia.

Penggunaan kosakata bahasa alay di kalangan mahasiswa masih sangat

terbatas dan akan diperkirakan perkembangan dan bertambah terus pada masa

yang akan datang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh mahasiswa

dalam menyampaikan sesuatu jumlah penggunaan kosakata sementara yang

sempat dipantau sekitar 56 kata. Jumlah penggunaan kosakata tersebut masih

sangat minim belum dapat mewakili sepenuhnya dalam mengungkapkan semua

ide, gagasan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain. Namun sudah dapat

menjadi cikal bakal perkembangan bahasa alay di masa yang akan datang.

Kalimat-kalimat dalam bahasa alay dinyatakan, bahwa kalimat-kalimat

bahasa alay digunakan dalam percakapan yang sifatnya obrolan tidak terikat

situasi resmi, melainkan dalam situasi santai atau rileks. Nada kalimatnya lebih

berorentasi pada pemakaian kalangan anak alay. Kalimat-kalimat bahasa alay

Page 58: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

50

bentuknya bebas dan tidak terikat dari aturn-aturan tertentu. Struktur kalimat

bahasa alay tidak memiliki pola hubungan antara subjek, dan keterangan. Konteks

kalimat bahasa alay bersifat situsional, kontemporer, tidak terikat pada situasi

resmi, obrolan, dan dapat menggelitik perasaan bagi yang tidak mendengarkan

bahasa alay.

Struktur kalimat bahasa alay tidak terikat atau berdasarkan pola sintaksis

bahasa Indonesia seperti pada subjek dan predikat. Pola kalimat-kalimat bahasa

gaul bentuknya bebas dan tidak terikat dari aturan-aturan tertentu. Makna kata

yang digunakan dalam kalimat banyak ditemukan.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, bahasa alay merupakan

bahasa yang digunakan oleh kelompok komunitas tertentu yaitu mahasiswa. Jadi

bahasa alay merupakan suatu bahasa hasil modifikasi atau bentuk variasi dalam

hal kriativitas penggunaan bahasa yang dapat dikategorikan sebagai register dan

jargon bagi remaja sebagai pengguna utama bahasa alay. Oleh karena itu peneliti

menyarankan dalam hal:

1. Hendaknya setiap mahasiswa membiasakan diri untuk menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

2. Hendaknya setiap dosen atau pendidik untuk selalu menanamkan ke dalam

diri mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia secara utuh dengan

baik dan benar dalam kegiatan akademik maupun di luar kegiatan akademik.

3. Bahasa Indonesia memanglah terbuka untuk bahasa lainya, namun bukan

berarti bahasa-bahasa tersebut dapat mengubah ataupun merusak kaidah

Page 59: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

51

kaidah bahasa Indonesia yang telah ditetapkan. Oleh kerena itu diharapkan

kepada pengguna bahasa Indonesia, khususnya pada penutur bahasawan

untuk tetap menjaga keutuhan bahasa Indonesia.

Page 60: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

52

DAFTAR PUSTAKA

Alieva, N.F. dkk. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. Yogyakarta:

Kanisius

Alwasilah, A Chaedar. 1985. Beberapa Madhab dan dikotomi Teori Linguistik

Bandung: Angkasa.

Ardiana, Leo Idra. 1990. Analisis Kesalahan Berbahasa. FPBS IKIP Surabaya.

Azhari, Ari. 2013. Analisis Semantik Bahasa Gaul Siswa SMA Negeri II

Makassar. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Barber, C.L. 1972. The Story of Language. London: The Causer Press

Bawa, I Wayan. 1981. "Pemakaian Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar".

Denpasar: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra .

Universitas Udayana.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

.................1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Hafidz, 2011. Serba-serbi Tentang Alay Yang Menghantui Remaja Indonesia.

(Online).Tersedia:http//menarik news.blogspot.com/2011/12 serba-serbi

tentang alay yang.html. diakses tanggal 20/11/2015

Hayi, Abdul dkk. 1985. Interferensi Gramatika Bahasa Indonesia dalam Bahasa

Jawa. Jakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Huda, Nuril dkk. 1981. Interferensi Bahasa Madura Terhadap Bahasa Indonesia

Tulis Murid Sekolah Dasar Jawa Timur. Jakarta. Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti.1998. Introduction to Word Formation and Word

Classes. Jakarta. Universitas Indonesia

Meyke, 2013. Tesis Pengaruh Kosa Kata Alay Oleh Remaja Pada Facebook Di

Kota Bengkulu. Bengkulu: Universitas Bengkulu.

Muhammad. 2004. Belajar Mibro Linguistik. Yogyakarta: Liebe Book Press.

Nababan. P.W.J. 1984. Sosiolingustik Jakarta: Gramedia.

Sa'ama, Junaida DJ. 2014. Skipsi^4nafo/ Bahasa Gaul dalam Interaksi

Antarmahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas

Page 61: PENGGUNAAN BAHASA ALAY (ANAK LEBAY) DI KAMPUS …

53

Muhammadiyah Luwuk Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah. Makassar:

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik. Medan: Poda.

Utmi, M. 2011. Pengaruh Bahasa Alay Terhadap Eksistensi Bahasa

Indonesia. (Online)

Tersedia:Http.//siimute.blogspot.com/2011 /12/pengaruh-bahasa-alay-

terhadap.html. diakses tanggal 20/11/2015

Wednesdai, 2011. Sejarah,Pengertian,Ciri-ciri Bahasa Alay. (Online)

Tersedia:Http//www.Ipmjournal.comuncategorized/bahasa-alay.html.

diakses tanggal 20/11/2015

http://myth90.blogspot.com/2010/10/variasi-dan-ragam-bahasa-indonesia.html.

diakses tanggal 14/11/2015

http://id.wikipedia.org/wiki/Ragam bahasa. diakses tanggal 14/11/2015