pengetahuan sikap dan perilak1

50
REFERAT PENGETAHUAN , SIKAP DAN PERILAKU Disusun Oleh : KELOMPOK 1 Frisma Indah P. 1102008108 Aan Muthmainnah 1102010001 Etika Septira 1102010090 Ikra Alfata Arza 1102010127 Pratama Aditya B. 1102010217 Pembimbing : DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes KEPANITRAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PERIODE 29 JUNI – 31 JULI 2015

Upload: frisma-indah-permatasari

Post on 13-Jan-2016

42 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

word pengetahuan sikap dan perilaku

TRANSCRIPT

Page 1: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

REFERAT

PENGETAHUAN , SIKAP DAN PERILAKU

Disusun Oleh : KELOMPOK 1

Frisma Indah P. 1102008108

Aan Muthmainnah 1102010001

Etika Septira 1102010090

Ikra Alfata Arza 1102010127

Pratama Aditya B. 1102010217

Pembimbing :

DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes

KEPANITRAAN KEDOKTERAN KOMUNITASBAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIPERIODE 29 JUNI – 31 JULI 2015

Page 2: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU

PENDAHULUAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman

dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Baron dan Byrne (2004) mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian

subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Stricland (2001) menjelaskan bahwa

sikap adalah predisposisi atau kecendrungan untuk memberikan respon secara

kognitif, emosi, dan prilaku yang diarahkan pada suatu obyek, pribadi dan situasi

khusus dalam cara-cara tertentu. Sikap adalah sebuah pola yang menetap berupa

respons evaluative tentang orang, benda, atau isu (colman, 2006).

Menurut Sunaryo (2004), yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang

timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung.

Derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan sikap dan

perilaku, oleh karena itu, pemahaman mengenai pengetahuan sikap dan perilaku harus

di pahami lebih baik.

Page 3: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

PENGETAHUAN

A. PENGERTIAN

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman

dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia

tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan (Ensiklopedia bebas berbahasa

(2011),   Budaya   .www. Wikipedia. Co.Id .(download:3 November 20011)).

Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh

seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui

dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Ensiklopedia

bebas berbahasa (2011),   Pengetahuan   .www. Wikipedia. Co.Id .(download:3

November 2011)).

B. TINGKAT PENGETAHUAN

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo

(2003) mempunyai 6 tingkat, yakni :

1)      Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan

tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2)       Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Contoh, menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap

Page 4: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan

makanan yang bergizi.

3)       Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini

dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem

solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang

diberikan.

4)    Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5)       Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

6)       Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.evaluasi dilakukan dengan

menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.

C. PROSES ADOPSI PENGETAHUAN

Dari suatu pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari

pengetahuan mengungkapkan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku

baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1)      Awarness (Kesadaran)

Page 5: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Dimana orang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap

stimulus (obyek).

2)      Interest (Tertarik)

Subyek mulai tertarik pada stimulus atau obyek tersebut, maka disini sikap

obyek sudah timbul.

3)      Evaluation (Evaluasi)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus-stimulus bagi

dirinya, hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi.

4)      Trial (Mencoba)

Dimana subyek mulai mencoba melaksanakan sesuatu hal sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus atau obyek.

5)      Adaptation (Adaptasi)

Subyek mencoba melaksanakan sesuatu sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Penerimaan perilaku baru atau adopsi

yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku

tersebut akan berlangsung lama, (Notoatmodjo, 2007).

Disebutkan pula bahwa pengetahuan merupakan suatu wahana untuk

mendasari seseorang berperilaku secara alamiah, sedangkan tingkatannya maupun

lingkungan pergaulan melalui pengetahuan yang didapatnya akan mendasari

seseorang dalam mengambil keputusan rasional dan efektif untuk kesehatannya.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang untuk mengadaptasikan dirinya

dalam lingkungan inovasi yang baru maka semakin baik pula penerimaannya,

(Notoatmodjo, 2007).

D. KRITERIA PENGETAHUAN

Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi:

Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan

antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut Nursalam

2008 kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai:

a) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%

Page 6: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

b) Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%

c) Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai ≤ 56%

E. CARA MEMPEROLEH PENGETAHUAN

Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1)      Cara tradisional atau non ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah, tanpa

melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara

lain meliputi:

(1)   Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh

manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau

dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara ini telah dipakai orang

sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada

waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya

pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan

dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba lagi dengan

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba

kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and

error (gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba), (Notoatmodjo,

2010).

(2)   Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja

oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzin urease

oleh Summers pada tahun 1926. Pada suatu hari Summer bekerja dengan

ekstrak acetone, dan karena terburu-buru ingin bermain tennis, maka ekstrak

acetone tersebut disimpan di dalam kulkas. Keesokan harinya ketika ingin

meneruskan percobaanya, ternyata ekstrak acetone yang disimpan didalam

Page 7: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

kulkas tersebut timbul kristal-kristal yang kemudian disebut enzim urease,

(Notoatmodjo, 2010).

(3)   Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini

biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya,

(Notoatmodjo, 2010).

(4)   Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,

atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai

upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang

dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut

orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan

masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara

tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan

mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga

berhasil memecahkannya, (Notoatmodjo, 2010).

(5)     Cara akal sehat (Common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori

atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua

zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak

disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya

dijewer telinganya atau dicubit, (Notoatmodjo, 2010).

(6)     Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari

tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh

pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran

tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah

sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan

manusia, (Notoatmodjo, 2010).

Page 8: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

(7)     Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh oleh manusia secara cepat sekali

melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau

berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena

kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang

sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau

suara hati atau bisikan hati saja, (Notoatmodjo, 2010).

(8)     Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir

manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada

dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan, (Notoatmodjo, 2010).

(9)     Induksi

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah proses

penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke

pernyataan yang bersifat umum. Hal ini berarti dalam berpikir induksi

pembuatan kesimpulan tersbut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris

yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang

memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala, (Notoatmodjo, 2010).

(10) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus. Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir

deduksi ini kedalam suatu cara yang disebut “silogisme”. Silogisme ini merupan

suatu bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai

kesimpulan yang lebih baik. Didalam proses berpikir deduksi berlaku bahwa

sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga

kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk

dalam kelas itu, (Notoatmodjo, 2010).

2)      Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Page 9: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa

ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian

ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian (research

methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-

1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode berpikir

induktif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan langsung tehadap gejala-

gejala alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebuat

dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini

dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia mengatakan bahwa dalam

memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung,

dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan

objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni :

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada

saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu, (Notoatmodjo, 2010).

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN

1)      Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2003) :

a)    Pendidikan

Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh

Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha,

pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang

tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan

lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi

kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung

seumur hidup.

b)   Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang

tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung

Page 10: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut

akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

c)    Pengalaman

Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle

Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), Mengatakan bahwa tidak

adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung

akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar

pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang

kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan,

pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

d)   Usia

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang

tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada

orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari

pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin

kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi

(Azwar, 2009).

2)      Faktor External menurut Notoatmodjo (2003), antara lain :

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga

dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga

dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan

informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

a)      Informasi 

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai

pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah

sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan

Page 11: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan

perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.

b)      Kebudayaan/Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap

seseorang.

SIKAP

A. PENGERTIAN

Baron dan Byrne (2004) mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian

subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Stricland (2001) menjelaskan bahwa

sikap adalah predisposisi atau kecendrungan untuk memberikan respon secara

kognitif, emosi, dan prilaku yang diarahkan pada suatu obyek, pribadi dan situasi

khusus dalam cara-cara tertentu. Sikap adalah sebuah pola yang menetap berupa

respons evaluative tentang orang, benda, atau isu (colman, 2006).

Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam cara suka atau tidak suka terhadap

suatu obyek. Sikap merupakan emosi atau efek yang diarahkan oleh seseorang kepada

orang lain, benda atau peristiwa sebagai sasaran sikap. Sikap melibatkan

kecendrungan respons yang bersifat prefensial. Dalam konteks itu, seseorang

memiliki kecendrungan untuk puas atau tidak puas, positif atau tidak suka terhadap

suatu obyek sikap (Eagly & Chaiken, 1993).

B. KOMPONEN SIKAP

Terdapat tiga komponen sikap yaitu :

komponen respons evaluatif kognitif adalah gambaran tentang cara seseorang

dalam mempersepsi obyek, peristiwa, atau situasi sebagai sasaran sikap.

Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang tentang suatu

obyek. Dalam bentuk yang sederhana komponen kognitif adalah kategori-

kategori yang digunakan dalam berpikir. Misalnya kategori sepeda motor

dalah sepeda motor wanita atau katagori sepeda motor Honda dan Yamaha.

Page 12: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Komponen yang kedua adalah komponen respons evaluatif afektif adalah

perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu obyek sikap. Perasaan

atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu, atau suka.

komponen yang ketiga adalah komponen respons evaluatif prilaku adalah

tendensi untuk berprilaku pada cara-cara tertentu terhadap obyek sikap. Dalam

hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berprilaku dan bukan pada prilaku

secara terbuka. Misalnya, orang memiliki tendensi untuk melakukan tindakan

diskriminatif terhadap anggota dari kelompok etnis tertentu, namun karena

tindakan itu secara social dan legal dilarang, maka ia tidak melakukannya.

C. TINGKATAN SIKAP

Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari : 

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu masalah adalah

suatu indikasi sikap.

4. Bertanggung jawab (Responsile)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

D. FUNGSI SIKAP

D. Katz (Luthans, 1995) menjelaskan empat fungsi sikap, yaitu fungsi penyesuaian

diri, fungsi ekspresi nilai, dan fungsi pengetahuan.

1. Fungsi penyesuaian diri berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap

yang akan membantu untuk mencapai tujuannya secara maksimal. Contoh:

seseorang cenderung menyukai partai politik yang mampu memenuhi dan

mewakili aspirasi-aspirasinya.

Page 13: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

2. Fungsi pertahanan diri mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melimndungi

seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Contoh:

perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi cirri-ciri yang tidak diakui oleh diri

seseorang dalam dirinya kepada orang lain.

3. Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai

dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri. Contoh: si Fitra

mungkin mempunyai citra diri sebagai orang “konservatif” yang hal itu akan

mempengaruhi sikapnya tentang demokrasi atau sikapnya tentang perubahan

social.

4. Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseorang menetapkan standar

evaluasi terhadap suatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan,

dan stabilitas kerangka acuh pribadi seseorang dalam menghadapi obyek atau

peristiwa disekelilingnya. Contoh: pemilik sepeda motor akan mengubah sikap

positip terhadap sepeda motor seiring dengan peningkatan status sosialnya. Dan

sekarang ia akan memutuskan untuk membeli mobil karena ia yakin bahwa mobil

lebih sesuai dengan status sosialnya yang baru yakni sebagai manager.

E. KARAKTERISTIK SIKAP

Menurut Brigham (1991) ada beberapa cirri sifat (karakteristik) dasar dari sikap,

yaitu:

1. Sikap disumpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.

2. Sikap ditujukan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini

skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengategorisasikan

target objek dimana sikap diarahkan.

3. Sikap dipelajari.

4. Sikap mempengaruhi prilaku,mengakui suatu sikap yang mengarah pada suatu

obyek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada obyek itu dengan

suatu cara tertentu.

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP1. Pengalaman pribadi

Page 14: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial

yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang

yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita,

seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus

bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh :

Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.

3. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita.

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam arti individu.

6. Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

G. TEORI TENTANG SIKAP

1. Teori Keseimbangan

Pada teori ini fokusnya terletak pada upaya individu untuk tetap konsisten

dalam bersikap  dalam hidup yang melibatkan hubungan- hubungan antara

seseorang dengan dua objek sikap.

Page 15: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Dan dalam bentuk sederhana, ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan :

a. sikap favorable ( baik, suka, positif )

b. sikap Unfavorable ( buruk, tidak suka, negatif )

2. Teori Konsistensi kognitif – Afektif

Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana seseorang berusaha

membuat kognisi mereka konsisiten dengan afeksinya dan penilaian seseorang

terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya.

Sebagai contoh: Tidak jadi makan direstoran X karena temannya bilang bahwa

restoran tersebut tidak halal padahal di belum pernah kesana.

3. Teori Ketidaksesuaian

Pada teori ini fokusnya terletak pada  bagaimana individu menyelaskan

elemen – elemen kognisi, pemikiran atau struktur ( Konsonansi selaras ) dan

disonasi atau kesetimbangan yaitu pikiran yang amat menekan dan memotivasi

seseorang untuk memperbaikinya.dimana terdapat 2 elemen kognitif dimana

disonasi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga menganggu logika dan

penghargaan. Sebagai contoh Misalnya: ”Merokok membahayakan kesehatan”

konsonansi dengan ”saya tidak merokok”; tetapi disonansi dengan ”perokok”.

Cara mengurangi Disonansi:

a. Merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan mengubah sikap agar sesuai

dengan perilakunya. Misalnya : stop merokok

b. Menambahkan satu elemen kognitif baru. Misalnya: tidak percaya rokok

merusak kesehatan

4. Teori Atribusi

Pada teori ini fokusnya terletak paad bagaimana individu mengetahui akan

sikapnya dengan mengambil kesimpulan sendiri dan persepsinya tentang situasi.

Pada teori ini implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang

menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah berubah.

Sebagai contoh memasak setiap kesempatan baru sadar kalu dirinya suka

menyukai/ hobi memasak

H. HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU Sampai sekarang masih terdapat banyak kontroversi berkenaan dengan

kejelasan hubungan antara sikap dan perilaku seseorang. Sikap akan memiliki

kemampuan prediksi terhadap unjuk perilaku yang memadai apabila memenuhi

Page 16: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

syarat: peneliti memiliki alat ukur sikap yang memadai dan peneliti memahami

terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseorang, teori tindakan

beralasan merupakan salah satu teori yang berhasil menjembatani hubungan antara

sikap dan perilaku (Aronson, Wilson, dan Akert, 1997). Sikap dan perilaku

mempengaruhi perilaku melalui variabel perantara yang disebut sebagai niat untuk

melaksanakan perilaku.

Teori tindakan beralasan sangat sesuai untuk menjelaskan hubungan antara

sikap dan perilaku seseorang dalam konteks perilaku yang memiliki cirri-ciri

sederhana, umum, dan mudah dilakukan dibawah control individu yang bersangkutan

(Eagly, 1992).

I. PERSUASI DAN PERUBAHAN SIKAP

Persuasi adalah suatu usaha secara cermat dari seseorang atau suatu

kelompok untuk mempengaruhi keyakinan, sikap, dan perilaku orang lain atau

kelompok lain pada arah tertentu. Dalam konteks persuasi yang menekankan pada

perubahan sikap, Colman (2006) menjelaskan bahwa: persuasi adalah proses

perubahan sikap yang dilakukan melalui presentasi pesan yang bermuatan argument-

argumen yang melemahkan atau menguatkan seseorang, obyek, atau isu tempat

seseorang mengarahkan sikapnya.

Efektifitas proses persuasi sangat bergantung pada keberhasilan proses

komunikasi. Proses komunikasi yang efektif membutuhkan kesatuhan situasi antara

pengirim pesan dan penerima pesan tentang isi suatu pesan. Terdapat tiga faktor

penting yang perlu diperhatikan agar suatu komunikasi dapat berjalan secara efektif.

Ketiga faktor itu adalah komunikator, isi pesan, dan sasaran.

Seorang komunikator harus memenuhi syarat kepercayaan dari penerima

pesan, kepakaran, disukai oleh penerima pesan, memiliki kesamaan dengan penerima

pesan, dan memiliki beraneka sumber dalam memperjelas isi pesan yank ingin

disampaikan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas pesan adalah kemapuan

isi pesan untuk menimbulkan rasa cemas, penarikan secara eksplisit isi pesan oleh

penerima, dan kecenderungan isi pesan untuk mengarahkan kebenaran isi pesan hanya

dari satu sisi.

Page 17: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Dalam diri sasaran persuasi, kita dapat membagi kepribadian mereka menjadi

kelompok yang mudah untuk dipersuasi dan kelompok yang sulit dipersusi. Namun

pembagian itu harus mempertimbangkan sumber persuasi, intensitas persuasi dan

muatan isu-isu yang disampaikan.

J. IDE – IDE YANG DAPAT DITERAPKAN

1. Setiap hari, kita dihadapkan pada berbagai usaha untuk mengubah sikap kita.

Salah satunya adalah iklan. Iklan berusaha mengubah sikap kita untuk

membeli suatu produk dan hal itu merupakan bentuk dari persuasi. Agar kita

tidak mudah terpengaruh oleh iklan maka kita bisa menolak persuasi.Dengan

cara memandang persuasi sebagai suatu hal yang dapat merugikan dan

sebagai penyerangan terhadap kebebasan pribadi. Tidak ada seorang pun yang

suka disuruh melakukan sesuatu, tetapi hal itulah yang dilakukan oleh para

pembuat iklan, politikus, dan lainnya, saat mencoba untuk mengubah sikap

kita. Jadi ketika kita menerima tawaran, ingatkan diri sendiri bahwa kitalah

yang berkuasa atas hidup kita dan tidak ada alasan apapun untuk menerima

apapun yang ditawarkan oleh iklan ataupun perayu itu.

2. Di Indonesia banyak hal yang dapat dilakukan dengan cara persuasi. Misalnya

lapindo, tsunami di aceh, bencana merapi, dan sebagainya. Namun, pemimpin

Indonesia justru abai pada persuasi. Persuasi menekankan pada sikap empatik

mengajak warga untuk mengukuti leader berdasarkan legitimasi moral bukan

semata legitimasi informal. Persuasive bisa ampuh jika para follower merasa

tidak keberatan, ikhlas, dan tulus melakukan apa yang diperintahkan.

3. Seorang guru juga bisa menggunakan persuasi terhadap muridnya. Agar para

murid merasa senang, semangat dan rajin belajar.

PERILAKU

A. PENEGRTIAN

Ada beberapa definisi perilaku manusia yang disampaikan oleh beberapa ahli:

Page 18: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

a. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh

karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori skiner ini disebut teori

“S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons.

Skinner membedakan ada dua macam respon:

Respondent Respons atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap

Operant Respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

Perangsang ini disebut organisme reinforcing stimulation atau reinforcer,

karena memperkuat respon.

b. Robert Kwik (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan

suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak

sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan

tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya

tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap

hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

c. Menurut Sunaryo (2004), yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang

timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung

maupun tidak langsung.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa perilaku manusia

adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang dapat diamati secara

langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

B. PEMEBENTUKAN PERILAKU

a. Proses pembentukan perilaku

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham Harold Maslow(1986), manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu : Kebutuhan fisiologis, biologis yang merupakan kebutuhan pokok utama

Page 19: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Kebutuhan rasa aman Kebutuhan mencintai dan dicintai Kebutuhan harga diri Kebutuhan aktualisasi diri

b. Prosedur Pembentukan Perilaku

Prosedur pembentukan perilaku menurut Notoamodjo (1997) yang diambil dari pendapat Skinner sebagai berikut :

Langkah pertama : melakukan pengenalan terhadap sesuatu yang merupakan penguat berupa hadiah.

Langkah kedua : melakukan analisis, dipergunakan untuk untuk mengenal bagian-bagian kecil pembentuk perilaku sesuai yang diinginkan. Selanjutnya bagian-bagian tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.

Langkah ketiga : menggunakan bagian-bagian kecil perilaku, yaitu : Bagian-bagian perilaku ini disusun secara urut dan dipakai untuk tujuan sementara, mengenal penguat atau hadiah untuk masing-masing bagian tadi, membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang telah disusun tersebut, apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan hadiahnya akan diberikan, yang mengakibatkan tindakan tersebut akan sering dialkukan, akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan seterusnya sampai terbentuk perilaku yang diharapkan.

C. BENTUK PERILAKU

Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap

rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis

besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :

Perilaku pasif (respons internal)

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan

tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada

tindakan yang nyata. Contohnya : berpikir, berfantasi, berangan-

angan,dll.

Perilaku aktif (respon eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat

diamati langsung, berupa tindakan yang nyata. Contohnya mengerjakan

soal ulangan, membaca buku pelajaran, dll.

D. DOMAIN PERILKU

Page 20: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Benyamin Bloom (1980), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku

itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak

mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk

kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah

mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari:

a) ranah kognitif (cognitive domain)

b) ranah afektif (affective domain)

c) ranah psikomotor (psychomotor domain).

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada bermain

kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu yang berupa materi atau obyek

diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru terhadap subyek baru, dan

selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek

yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan

disadari sebelumnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan

(action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian,

dalam kenyataan stimulus yang diterima oleh subyek dapat langsung menimbulkan

tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui

terlebih dahulu terhadap makna yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan

(practice) seseorang tidak harus didasari oleh sikap atau pengetahuan.

Menurut Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan

perilaku ini disebut : Cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi). Tokoh

pendidikan kita ini mengajarkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk dan atau

meningkatkan kemmpuan manusia yang mencakup cipta, rasa, dan karsa tersebut.

Ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan bersama-sama secara seimbang,

sehingga terbentuk manusia Indonesia yang seutuhnya (harmonis).

E. TEORI PERILAKU

1. Teori PRECED-PROCEED (1991)

Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak 1980.

Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni

faktor prilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes).

Page 21: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkum dalam akronim

PRECEDE : Predispocing, enabling, dan reinforcing Cause in Educatinal and

evaluation. Precede ini merupakan arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan

evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. Precede

merupakan fase diagnosis masalah sedangkan PROCEED : Policy, Regulatory,

Organizational Construc in Educational and Environmantal, Development, dan

evaluasi pendidikan kesehatan. Apabila Precede merupakan fase diagnosis masalah

maka proceed merupakan pelaksanaan dan evaluasi promosi kesehatan. Lebih

lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 3 faktor, yakni :

Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

Faktor-fakor pemungkin (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidaknya tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarrana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan

sebagainya.

Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam

sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku

merupakan fungsi dari :

Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior itention).

Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accesebility of information).

Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy).

Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

3. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu

adalah :

Page 22: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek

kesehatan).

Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka

apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan

sebagainya.

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada

umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang

lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan

umat manusia (Notoatmodjo, 2011).

4. Teori menurut Robert Kwick (1974)

Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati

dan bahkan dapat dipelajari.perilaku tidak sama dengan sikap, sikap adalah hanya

suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan

suatu cara yang menyatakan adanya tanda- tanda untuk menyenangi atau tidak

menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri, faktor-

faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2.

1) Faktor internal, mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi,

dsb yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar

2) Faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik

seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dsb.

Dari uraian diatas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak

sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses- proses

psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan respon

menurut cara tertentu terhadap suatu objek.

5. Teori Menurut Saparinah Sadli (1980)

Page 23: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Setiap Individu sejak lahir terkait dengan suatu kelompok, terutama kelompok

keluarga. Dalam keterkaitannya dalam kelompok ini membuka kemungkinan untuk

mempengaruhi dan dipengaruhi anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap

kelompok senantiasa berlaku aturan aturan dan norma norma sosial tertentu, maka

perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung dalam suatu jaringan

normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah- masalah

kesehatan.

Gambar 2.1 interaksi perilaku kesehatan

Keterangan :

1. Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya

dengan lingkungan

2. Lingkungan keluarga : kebiasaan –kebiaaan tiap anggota keluarga mengenai

kesehatan

3. Lingkungan terbatas ; tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat

sehubungan dengan kesehatan

4. Lingkungan umum ; Kebijakan- kebijakan pemerintah dibidang kesehatan,

undang- undang kesehatan, program kesehatan, dsb

6. Theory Health Believe Model (HBM), 1950

Page 24: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Teori kepercayaan kesehatan adalah salah satu teori yang paling sering

digunakan dalam aplikasi ilmu perilaku kesehatan yang dikembangkan pada tahun

1950 oleh sekelompok psikolog untuk membantu menjelaskan mengapa orang

akan menggunakan pelayanan kesehatan. Sejak terbentuk teori HBM telah

digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. yang dihipotesis oleh

teori HBM adalah tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kesehatan beberapa

kejadian simulasi yang terdiri dari 3 faktor yaitu :

1. Cukup motivasi (masalah kesehatan) untuk membuat masalah yang ada

menjadi relevan.

2. keyakinan bahwa seseorang rentan atau serius mengalami masalah kesehatan

dari suatu penyakit atau kondisi. hal ini sering dianggap sebagai ancaman yang

dirasakan.

3. Keyakinan bahwa mengikuti rekomendasi tertentu akan bermanfaat dalam

mengurangi ancaman yang dirasakan, pada biaya yang dikeluarkan. biaya

mengacu pada hambatan yang dirasakan harus diatasi dalam rangka untuk

mengikuti rekomendasi kesehatan, tetapi tidak terbatas pada pengeluaran

keuangan (James F. McKenzie,1997).

F. PERILAKU KESEHATAN

1. Pengertian dan Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Skinner mendefinisikan perilaku kesehatan ( Health Behaviour ) adalah

suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit

dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta

lingkungan. Dengan perkataan lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas

atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati ( observable ) maupun yang tidak

dapat diamati ( unobservable ) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan

peningkatan kesehtan ( Notoatmodjo, 2011).

Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintanance), adalah perilaku atau

usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha untuk menyembuhkan bila sakit. Oleh sebab itu, perilaku

pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek yaitu :

Page 25: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit,

serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Perlu dijelaskan disini , bahwa kesehatan itu sangaty dinamis dan dan

relative, maka dari itu orang yang sehat pun perludiupayakan sepaya

mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

Perilaku gizi ( makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat

memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat

tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

b. Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behaviour), perilaku ini

menyangkut upaya atau tindakan seseorang pad saat menderita penyakit dan

ataui kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri

(self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

c. Perilaku Kesehatan Lingkungan, bagaimana seseorang merespon lingkungan,

baik linghkungan fisik maupun lingkungan social budaya, dan sebagainya

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan

perkataan lain, bagimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak

menggangu kesehatannya sendiri, keluarga, atau ,masyarakatnya. Misalnya

bagaimana mengelola pembuangan tinja , air minum, tempat pembuangan

sampa, pembuangan limbah, dan lainnya.

Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan

yang berhubungan dengan kesehatan ( health related behavior ) adalah sebagai

berikut:

a. Perilaku Hidup sehat, adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain:

Respon seseorang terhadap makanan. Perilaku ini meliputi pengetahuan,

persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang

terkandung didalamnya ( zat gizi ), pengelolaan makanan, dan makanan

dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disini dalam arti

Page 26: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas

dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Secara

kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima

sempurna.

Olah raga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti

frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya

kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang

bersangkutan.

Tidak merokok, yang merupakan kebiasan jelek yang mengakibatkan

berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di

Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia

usia dewsa merokok. Bahkan dari hasil studi penelitian , sekitar 15% remaja

kita merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.

Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasan minum minuman keras

dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahay lainnya

juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa

diperkirakan sudah mempunyai kebiasan minum miras ini.

Istirahat yang cukup. Dengan meningkatkannya kebutuhan hidup akibat

tuntutan untuk penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan

orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu beristirahat

berkurang. Hal ini juga membahayakan kesehatan.

Mengendalikan stress. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya

bermacam-macam bagi kesehatan. Terlebih sebagai akibat .dari tuntutan

hidup yang keras . stre tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar

stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat

mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kagiatan yang positif.

perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya: tidak

berganti ganti pasangan dalam berhubungan seks, penyesuaian diri kita

dengan lignkungan dan sebagainya.

b. Perilaku sakit (Illness Behaviour), perilaku sakit ini mencangkup respon

seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan

tentang: penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

Page 27: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior), dari segi sosiologi orang sakit

mempunyai peran yang mencakup hak-hak orang (right) dan kewajiban sebagai

orang sakit (obligation) hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit

itu sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut

perilaku peran orang sakit (the sick role) perilaku ini meliputi: Tindakan untuk

memperoleh kesembuhan, mengenal atau mengetahui fasilitas atau sarana

pelayanan penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak

G. PROSES PERUBAHAN PERILAKU

Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan

perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau

penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program- program kesehatan yang lainnya.

Banyak teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain diuraikan sebagai berikut:

a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR), 1953

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku

tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan

organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,

kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku

seseorang, kelompok atau masyarakat. Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa

proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses

perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang

terdiri dari :

1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.

Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak

efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus

diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut

efektif.

2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia

mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

Page 28: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan

perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila

stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.

Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan

harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor

reinforcement memegang peranan penting.

b. Teori Festinger (Dissonance Theory), 1957

Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini

berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan

psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai

keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka

berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance

(keseimbangan). Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu

terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi

adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu

stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan

yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah

dissonance.

c. Teori Fungsi (1960)

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu

tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat

dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku

dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa:

1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan

memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak

(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya

bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan

Page 29: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

berperilaku negatif. Misalnya orang mau membuat jamban apabila jamban

tersebut benar-benar menjadi kebutuhannya.

2. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri

dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya, dengan

tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang

dari luar. Misalnya orang dapat menghindari penyakit demam berdarah karena

penyakit tersebut merupakan ancaman bagi dirinya.

3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam

peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut seseorang telah

melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau stimulus yang

dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-tindakan

tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang singkat. Misalnya bila

seseorang merasa sakit kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan

bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung

dan meminumnya, atau tindakan-tindakan lain.

4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab

suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan

merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu dapat

merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri orang dapat dilihat. Misalnya

orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari

perilaku atau tindakannya.

d. Teori Kurt Lewin (1970)

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu

keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan

kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila

terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.

Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu,

yakni :

Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat

Kekuatan-kekuatan penahan menurun

Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun

Page 30: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

H. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU

Menurut (Sunaryo.2004), perilaku dipengaruhi oleh faktor endogen dan faktor

eksternal, yaitu :

a. Faktor genetik atau faktor endogen

Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda

satu dengan lainnya.

Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara

berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Perilaku pada pria disebut

maskulin, sedangkan perilaku wanita disebut feminin.

Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan berbeda karena sifat fisiknya

misalkan perilaku pada individu yang pendek dan gemuk berbeda dengan

individu yang memiliki fisik tinggi kurus.

Sifat kepribadian, perilaku individu tidak ada yang sama karena adanya

perbedaan kepribadian yang dimiliki individu, yang dipengaruhi oleh aspek

kehidupan seperti pengalaman,usia watak, tabiat, sistem norma, nilai dan

kepercayaan yang dianutnya.

Bakat pembawaan, bakat merupakan interaksi dari faktor genetik dan

lingkungan serta bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.

Inteligensi, Ebbinghaus mendefinisikan inteligensi adalah kemampuan untuk

membuat kombinasi. Dari batasan tersebut dapat dikatakan bahwa inteligensi

sangat berpengaruh terhadap perilaku individu. Oleh karena itu,kita kenal ada

individu yang intelegen, yaitu individu yang dalam mengambil keputusan

dapat bertindak tepat, cepat, dan mudah. Sebaliknya bagi individu yang

memiliki intelegensi rendah dalam mengambil keputusan akan bertindak

lambat.

b. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu

Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada

disekitar individu, baik fisik, biologis maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat

berpengaruh terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan lahan

untuk perkembangan perilaku.

Pendidikan. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah

perilaku individu maupun kelompok. Secara luas, pendidikan mencakup seluruh

Page 31: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

proses kehidupan individu dengan lingkungannya , baik secara normal atau tidak

normal.

Agama. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi

kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, beraksi,

dan berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin melaksanakan ajaran

agama dalam kehidupan, akan berperilaku dan berbudi luhur sesuai denagn ajaran

agama.

Sosial ekonomi, telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang

berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial. Lingkungan

sosial dapat menyangkut sosial ekonomi dan sosial budaya.

Kebudayaan diartikan sebagai adat-istiadat, atau peradaban manusia. Ternyata

hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.

c. Faktor faktor lain

Susunan saraf pusat, memegang peranan penting karena merupakan sarana

untuk memindahkan energi yang berasal dari stimulus melalui neuron ke

simpul saraf tepi yang seterusnya akan berubah menjadi perilaku.

Persepsi, merupakan proses diterimanya rangsang melalui panca indera yang

didahului oleh perhatian sehingga individu sadar akan sesuatu yang ada di

dalam maupun luar dirinya. Melalui persepsi, dapat diketahui perubahan

perilaku seseorang.

Emosi, menurut Maramis (1999) menyebutkan bahwa emosi adalah “

Manifestasi perasaan atau afek keluar disertai banyak komponen fisiologik,

dan biasanya berlangsung tidak lama “. Perilaku individu dapat dipengaruhi

oleh emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat

dengan keadaan jasmani.

DAFTAR PUSTAKA

Page 32: Pengetahuan Sikap Dan Perilak1

1. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

2. Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

3. Anonim a. 2008. Faktor – Faktor yang mempengaruhi sikap ( Online )

http://www.Sikap.Com, diakses 16 April 2013

4. Ensiklopedia bebas berbahasa 2011, Pengetahuan .www. Wikipedia. Co.Id.

download:3 November 2011

5. H. Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

6. http://qorinuristiqomah.blogspot.com/2013/12/konsep-dasar-pengetahuan.html

7. Hanurawan, Fattah. 2012. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). PT Remaja

Rosdakarya. Bandung.

8. IndonesiaMDG_BI. 2007.pdf. www.google.com. Download 3 november 2011

9. Machfoedz, Eko Suryani. 2009. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi

Kesehatan.Yogyakarta: Firamaya

10. Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

11. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka

Cipta.

13. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka

Cipta.

14. Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset

Keperawatan. Jakarta : Infomedika

15. Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

16. Perry, Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC

17. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. 2006. www.google.com.Download 3

November 2011

18. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

19. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

20. Winarto, Joko. 2011. Teori B.F Skinner, (online), diakses 25 November 2011.

(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner).