pengetahuan life guard tentang bantuan · pdf fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta...

76
PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR PADA WISATAWAN TENGGELAM DI PANTAI KLAYAR, PACITAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Oleh : Egar Rahardiantomo NIM.ST14019 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Upload: tranbao

Post on 01-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN HIDUP

DASAR PADA WISATAWAN TENGGELAM DI PANTAI

KLAYAR, PACITAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

Egar Rahardiantomo

NIM.ST14019

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

PADA WISATAWAN TENGGELAM DI PANTAI KLAYAR, PACITAN

Oleh :

Egar Rahardiantomo

NIM. ST14019

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 07 Maret 2016 dan dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Anita istiningtyas, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Sunardi, SKM., M.Kes.

NIK. 2010087055 NIP. 19730128199503 1 001

Penguji,

Galih Priambodo.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

NIK. 201587142

Surakarta, 25 Februari 2016

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Ns. Atiek Murharyati., M.Kep.

NIK. 200680021

Page 3: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Egar Rahardiantomo

NIM : ST14 019

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini

Surakarta, Januari 2016

Yang membuat pernyataan,

Page 4: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

dengan Judul “Pegetahuan Life Guard Tentang Bantuan Hidup Dasar Pada

Wisatawan Tenggelam Di Pantai Klayar, Pacitan”.

Dalam penyusunan Skipsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ns. Atiek Murhayati, M.kep, selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Antia Istiningtyas, M.Kep, selaku pembimbing I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya

skripsi ini.

4. Sunardi, SKM, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi, perasaan

nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya skripsi ini

5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat baik moral, material dan spiritual untuk menyelesaikan

pendidikan.

6. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta, khususnya kelompok 6 dan berbagai pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan moril,

materiil dan spiritual.

7. Informan penelitian yang sudah bersedia membantu dan meluangkan

waktunya.

Page 5: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

v

Semoga skripsi ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan

kesehatan, Amin.

Surakarta, Januari 2016

Penulis

Page 6: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x

ABSTRAK ………………………………………………………………… xi

ABSTRACT ………………………………………………………………. xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................. 1

1.2 Rumusam Masalah ........................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................ 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.1 Pengetahuan ...................................................................... 7

2.1.2 Bantuan Hidup Dasar ....................................................... 15

2.1.3 Tenggelam ........................................................................ 23

2.1.4 Wisatawan ......................................................................... 26

2.1.5 Life guard ......................................................................... 27

2.1.6 keaslian penelitian ............................................................ 28

2.1.7 kerangka teori ................................................................... 30

2.1.8 Fokus Penelitian ................................................................ 31

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ............................................... 32

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 32

3.3 Populasi dan Sampel.......................................................... 32

Page 7: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

vii

3.4 Instrumen Penelitian .......................................................... 33

3.5 Tehnik Pengumpulan Data ................................................ 34

3.6 Analisa Data ...................................................................... 35

3.7 Keabsahan Data ................................................................. 36

3.7 Etika Penelitian .................................................................. 38

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Informan ...................................................... 41

4.2 Hasil penelitian .................................................................. 42

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Definisi BHD ..................................................................... 52

5.2 Tujuan BHD ...................................................................... 52

5.3 Prosedur BHD .................................................................... 53

5.4 Evaluasi BHD .................................................................... 56

5.5 Hambatan BHD ................................................................. 57

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ........................................................................ 59

6.2 Saran .................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 29

2.2 Kerangka Berpikir 30

3.1 Fokus Penelitian 31

Page 9: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Page 10: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

Lampiran 1 F.01 Usulan topic penelitian

Lampiran 2 F.02 Pernyataan Pengajuan Judul

Lampiran 3 F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4 F.05 Lembar oponent

Lampiran 5 F.06 Lembar audience

Lampiran 6 F.07 Pengajuan ijin penelitian

Lmapiran 7 analisia data

Lampiran 8 pedoman wawancara

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 10 Balasan Ijin Pennelitian

Lampiran 11 hasil wawancara informan

Lampiran 12 Lembar Konsultasi

Lampiran 13 Dokumentasi

Page 11: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

xi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Egar Rahardiantomo

Pegetahuan Life Guard Tentang Bantuan Hidup Dasar Pada Wisatawan Tenggelam

Di Pantai Klayar, Pacitan

Abstrak

Hampir 90% kejadian tenggelam di Indonesia tidak mendapat pertolongan secara

cepat dari penjaga pantai. Hal ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor, seperti

kurangnya tingkat pengetahuan life guard terhadap pertologan pertama pada korban

tenggelam, kurangnya sosialisasi tentang manfaat pertolongan pertama pada korban

tenggelam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan life guard tentang

bantuan hidup dasar pada wisatawan tenggelam di pantai Klayar Pacitan.

Penelitian kualitatif ini menggunakan analisa Colaizzi karena dalam penelitian ini

menggunakan metode fenomenologis deskriptif. Penelitian ini menggunakan desain

penelitian fenomenologi karena menjelaskan pengetahuan tentang pentingnya BHD bagi

para life guard untuk wisatawan tenggelam. Jumlah informan dalam penelitaian ini tiga

orang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa definisi BHD merupakan tindakan

penyelamatan yang diberikan kepada korban tenggelam yang mengalami henti jantung

sebelum mendapatkan pertologan. Tujuan BHD menyelamatkan korban tenggelam.

Prosedur BHD melakukan evakuasi korban ke tepi pantai, kemudian melakukan airway,

breathing, dan circuation. Evaluasi tindakan BHD ialah memposisikan korban pada

posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk

penaganan lebih lanjut. Hambatan pelaksanaan BHD berupa keadaan laut, keadaan

geografis serta sarana yang kurang atau tidak memadahi.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan lifguard sesuai, dan

yang evaluasi BHD belum sepenuhnya sesuai degan teori.

Kata kunci : Pengetahuan, Lifeguard, Bantuan Hidup Dasar, Tenggelam

Daftar Pustaka : 28 ( 2006-2012 )

Page 12: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

xii

BACHELOR OF NURSING PROGRAM

SCHOOL OF HEALTH SEINCES OF KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Egar Rahardiantomo

Pengetahuan Life Guard Tentang Bantuan Hidup Dasar Pada

Wisatawan Tenggelam Di Pantai Klayar, Pacitan

Abstract

Almost 90% incidences of drowning in Indonesia do not get a help quickly

from the beach life guard. This is often caused by several factors, such as the lack

knowledges of the first aid in handling the drowning victims by the life guard, and

the lack guidances of the benefits of the first aid to the victims drowned. This study

aims to determine the knowledge life guard on basic life support or help on tourists

drowning in Klayar Beach, Pacitan.

This qualitative study uses analysis Colaizzi because in this study using a

descriptive phenomenological method. This study uses a phenomenological research

design because it describes the knowledge about the importance of BHD for the life

guard for tourists drowned. The number of informants in this research is three people.

The results show that BHD definition of an act of salvation given to the

drowning victim who suffered cardiac arrest before getting help. The aim of BHD is

to save drowning victims. The procedures of BHD are first, evacuate the victim to

the beach, then do the airway, breathing, and circulation. The evaluation of BHD

action is positioned the victim in recovery position and then accompany them to the

clinic or the nearest hospital for further treatment. The lacks of BHD action are sea

conditions, geographic and the less facilities.

The conclucion of the study shows that knowledge of life guard is

appropriate, and the evaluation of BHD is not fully in accordance with the theory.

Key word : knowledge, life guard, basic life help, drowning

Page 13: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Wisatawan adalah semua orang yanng melakukan perjalanan menuju

suatu tempat untuk wisata, dan bukan bertujuan untuk menetap dan mencari

nafkah. Pariwisata yang paling diminati oleh wisatawan biasanya

berkunjung ke daerah pantai. Wisatawan bisa melakukan berbagai aktifitas

di pantai, misalnya berenang atau sekedar bermain dengan ombak

(Murdiyastomo, 2010). Wisatawan yang bermain di pantai mempunyai

resiko tenggelam yang disebabkan oleh banyak hal, antara lain menurut

resiko tenggelam biasanya wisatawan tidak mematuhi peringatan yang

berada di sekitar pantai, dan berenang terlalu jauh dari bibir pantai.

(djulfikar, 2011)

Diseluruh dunia, kasus tenggelam adalah kasus kematian terbanyak

nomor 2 dan nomor 3 yang menimpa anak-anak dan remaja. Pada umumnya

kasus tenggelam ini sering terjadi di negara-negara yang beriklim panas dan

beriklim tropis. Tenggelam merupakan salah satu kecelakaan yang dapat

berujung pada kematian jika terlambat mendapat pertolongan. (Soegondo,

2010).

Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau

sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan

Page 14: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

2

kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor

tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat,

bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan

(Idries, 2011).

Badan Kesehatan Dunia (WHO), mencatat tahun 2011 di seluruh dunia

ada 400.000 kejadian tidak sengaja. Artinya, angka ini menempati urutan

kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global Burden of Disease

(GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya lebih kecil dibanding

seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan oleh banjir, kecelakaan

angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir selama tahun 2011, 10 persen

kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8 persen akibat

tenggelam tidak sengaja (unintentional) yang sebagian besar terjadi di

negara-negara berkembang (Soegondo, 2010).

Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia

akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000.

beberapa negara terdapat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir

tenggelam. Ini, menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke

perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang

hampir mustahil (Shepherd, 2010).

Hampir 90% kejadian tenggelam di Indonesia tidak mendapat

pertologan secara cepat dari penjaga pantai. Ini banyak disebabkan oleh

beberapa faktor, misalnya kurangnya tingat pegetahun life guard terhadap

pertologan pertama pada korban tenggelam, kurangnya sosialisasi tentang

Page 15: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

3

manfaat pertologan pertama pada korban tenggelam. Padahal kita ketahui

bahwa pertologan cepat BHD (bantuan hidup dasar) pada korban

kemungkinan selamat berkurang 3-4% tiap menit. Tindakan BHD yang

cepat dan tepat akan memperbesar kemungkinan korban selamat (MER-C,

2014).

Pulau Jawa kejadian tenggelam juga banyak terjadi. Lima tahun terakir

terdapat kurang lebih 50 wisatawan tenggelam di bagian Pulau Jawa. Seperti

yang kita tahu, perairan pantai selatan yang mempunyai ombak cukup besar

dan merupakan salah satu tempat wisata laut yang banyak sekali memakan

korban. Ini banyak dipengaruhi oleh kurangnya kontrol dari pengelola

pantai.(Tempo, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. (Notoadmodjo, 2007:139). Pengetahun bantuan

hidup dasar life guard di uji saat ada wisatawan yang tenggelam saat berada

di pantai dengan air yang sangat besar.

Di Pacitan sendiri terdapat sebuah Pantai Klayar yang terbiasa

digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga. Pantai yang terletak di Dusun

Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, ini merupakan salah satu

tempat wisata yang digemari oleh masyarakat di Daerah Istimewa Pacitan

dan sekitarnya. Pantai ini terletak di 27 kilometer dari pusat Kota Pacitan

Page 16: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

4

dan dilengkapi dengan sarana bermain untuk para wisatawan, seperti

permainanATV(-) pantai tersebut, sehingga pantai ini sangat ramai ketika

hari libur tiba atau weekend (Kecamatan Pacitan, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Juli

2015 pada Pengelola Tim SAR bahwa di area wisata Pantai Klayar masih

membutuhkan tenaga kesehatan untuk mengantisipasi berbagai macam

kecelakaan laut, salah satunya membantu life guard untuk memberikan

bantuan hidup dasar pada korban yang tenggelam. Para wisatawan

berpendapat bahwa, area wisata Pantai Klayar mempunyai life guard tapi

hanya nuntuk membatu wisatawan tenggelam ke daratan bukan memberikan

pertologan pertama pada kecelakaan laut. Peneliti telah mendapatkan data

bahwa tiap tahun korban kecelakaan laut meningkat selama 5 tahun terakhir.

Tahun 2010 (1 korban jiwa), tahun 2011 (2 korban jiwa), tahun 2012 (6

korban jiwa), tahun 2013 (7 korban jiwa), dan terakhir tahun 2014 (8 korban

jiwa). Wisatawan juga mengharapkan bahwa life guard dapat memberikan

pertologan pertama saat wisatawan tenggelam.

Hasil wawancara life guard yang bertugas di pantai Klayar bahwa

semua life guard yang bertugas belum mempunyai skill khusus tentang

bantuan hidup dasar.

Berdasarkan data-data tersebut, maka peneliti tertarik melakukan

penelitian yang berjudul “pengetahuan life guard tentang bantuan hidup

dasar pada wisatawan tenggelam di pantai Klayar, Pacitan”.

Page 17: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

5

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Pengetahuan tentang BHD sanggat pentinng buat life guard.

Pertologan cepat BHD pada korban tenggelam kemungkinan dapat

memperbesar wisatwan selamat. Tindakan BHD yang cepat dan tepat akan

memperbesar kemungkinan korban selamat. Maka pertanyaan pada

penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan life guard tentang bantuan

hidup dasar pada wisatawan tenggelam di pantai Klayar, Pacitan”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

Pengetahuan Life guard tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan

tenggelam di pantai Klayar, Pacitan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

1. Definisi BHD oleh life guard di pantai Klayar.

2. Tujuan BHD oleh life guard di pantai Klayar

3. Prosedur BHD oleh life guard di pantai Klayar

4. Evaluasi tindakan BHD oleh life guard di pantai Klayar

5. Hambatan tindakan BHD oleh life guard di pantai Klayar

Page 18: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

6

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi life guard

Dapat memberikan pegalaman dan pertologan pertama pada wisatawan

tenggelam.

1.4.2 Perawat

Dapat memberikan pandagan tentanng bagaimana menyelamatkan

pasien yang tenggelam dan mengeksplor lebih jauh lagi tentang

pegalaman perawat dalam memberikan bantuann hidup dasar saat

pasien tenggelam.

1.4.3 Peneliti selanjutnya

Dapat memberikan refernsi dan gambaran tentang bantuan hidup dasar

pada wisatawan yang tenggelam.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan sumbangan materi mengenai pengetahuan life

guard tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan tennggelam di

pantai Klayar, Pacitan.

1.4.5 Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi peneliti dalam

melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan

konsep yang di dapatkan dari bangku kuliah. Sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya.

Page 19: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1. Pengetahuan

2.1.1.1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia,

yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007:139).

2.1.1.2. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007:140) pengetahuan yang

tercakup dalam domain cognitive mempunyai 6 tingkatan

yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

Page 20: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

8

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

mengurangi, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menguatkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Page 21: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

9

Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau sesuatu objek dalam komponen

– komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat

bagian), membedakan memisahkan, mengelompokan dan

sebagainya.

5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah

ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap sesuatu

materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan

Page 22: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

10

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada.

2.1.1.3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010:10) dari berbagai macam

cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan

menjadi beberapa:

1. Cara non ilmiah (tanpa melalui penelitian)

Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum

ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan

secara sistematik dan logis adalah dengan cara non

ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara – cara penemuan

pengetahuan pada periode ini meliputi :

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah,

dan apabila kemungkinan ini tidak berhasil, dicoba

dengan kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua ini gagal maka dicoba dengan

kemungkinan yang ketiga, dan apabila kemungkianan

ketiga ini gagal maka digunakan kemungkinan

Page 23: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

11

keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut

dapat diselesaikan. Itulah sebabnya cara ini disebut

metode trial (coba) dan error (gagal atau salah) atau

metode coba salah (coba-coba).

b. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi

karena tidak sengaja oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Para pemegang otoritas, baik pemimpin

pemerintahan, tokoh agama, maupun ahli ilmu

pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme

yang sama didalam penemuan pengetahuan. Prinsip

inilah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri.

d. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian

bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud

bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh

Page 24: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

12

sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan

sebagai upaya memperoleh pengetahuan.

e. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat

manusia, cara berfikir manusiapun ikut berkembang.

Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirannya, baik melalui induksi (khusus-umum)

maupun deduksi (umum- khusus).

2. Cara ilmiah (Modern)

Cara baru atau modern dalam memperoleh

pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan

ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau

lebih popular disebut metodologi penelitian (research

methodology).

2.1.1.4. Cara Pengukuran Pengetahuan

Menurut Wawan (2010:18) pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek

penelitian atau responden. Data yang bersifat kualitatif

digambarkan dengan kata-kata, sedangkan data yang bersifat

Page 25: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

13

kuantitatif berwujud angka-angka, hasil-hasil perhitungan

atau pengukuran, dapat diproses dengan cara dijumlahkan,

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh

presentase sebagai berikut:

1. Pengetahuan baik, bila skor : 76% - 100%

2. Pengetahuan cukup, bila skor : 56% – 75%

3. Pengetahuan kurang, bila skor : < 56%

2.1.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

2.1.1.5.1. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang

diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang

menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi (Wawan, 2010:16).

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh

Nursalam (2009), pekerjaan adalah kegiatan yang

harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan

Page 26: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

14

bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan.

Sedangkan bekerja umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga (Wawan, 2010:17).

3. Umur

Menurut Nursalam (2009) usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun, sedangkan Hurlock

(2009) menyatakan bahwa semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang

lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya (Wawan, 2010:17).

2.1.1.5.2. Faktor Eksternal

1. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi

yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya

yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok (Wawan, 2010:18).

Page 27: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

15

2. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada

masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam

menerima informasi (Wawan, 2010:18).

2.1.2 Bantuan Hidup Dasar

1.1.2.1. Definisi

Bantuan hidup dasar (BHD) merupakan serangkaian

tindakan penyelamatan yang bertujuan untuk meningkatkan

kelangsugan hidup korban yang mengalami henti jantung.

Henti jantung merupakan penyebab utama kematian

didunia. Analisis elektrokardiogram menunjukkan 40% irama

jantung pada pasien dengan henti jantung di luar rumah sakit

menunjukkan pola ventricular fibrilasi (VF).

1.1.2.2. Terminology BHD

Terminology penting bantuan hidup dasar terdidi dari 3

yaitu:

1. Airway atau jalan nafas (A)

Jalan nafas harus dibuka dan pastikan tidak terdapat

sumbatan tanpa menunda terlalu lama kompresi dada.

Oleh karena itu langkah untuk membebaskan jalan nafas

ditempatkan pada urutan kedua, sehiggga tenaga medis

Page 28: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

16

tidak beranggapan harus menyelesaikan masalah

ventilisasi hingga tertasi baru melakukan kompresi dada.

2. Breathing atau pernafasan (B)

Seperti dijelaskan di atas, oleh karena kadar oksigen

masih dianggap cukup, maka nafas bantuan dberikan

pada urutan ketiga. Bantuan nnafas yang diberikan

mengikuti pemberian kompresi dada degan perbandigan

30 kali kompresi dan 2 kali nafas bantuan.

3. Circulation atau sirkulasi (C)

Sirkulasi atau aliran darah anak terganggu apabila

jantung berhenti memompa darah sehingga disebut henti

jantug. Untuk megetahui fungsi pompa jantung maka

dilakukan perbedaan denyut arteri karotis pada leher.

Akan tetapi karena sulit dilakukan oleh tenaga medis

maka bagi masyarakat umum tidak disarankan melakukan

perabaan nadi.

(mer-c,2012)

1.1.2.3. Langkah – Langkah Bantuan Hidup Dasar

1. Pertolongan di tempat kejadian

a. Angkat kepala korban

b. Tidak perlu korban dijungkir membuang air karena air

akan diserap di dalam paru

Page 29: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

17

c. Bersihkan jalan nafas secukupnya

d. Berikan nafas buatan

e. Berikan oksigen (kalau ada

2. ABC korban tenggelam

a. Anggap korban masih hidup

b. Segera tiupkan udara ke mulut/hidung korban, bisa

didalam air atau segera kepala diangkat dari air. Tiup

berulang, tidak usah berusaha mengeluarkan air degan

menjugkir dsb

c. Raba nadi carotis, jika (-) segera CPR

d. Usahakan jantung berdenyut kembali

e. bawa ke RS, sebaiknya ke ICU

f. Jika korban bernapas, jaga jalan nafas tetap bebas

3. Pertolongan Lanjutan

Jika jantung sudah berdenyut kembal :

a. Korban tak sadar tapi bernafas, baringkan miring

(dengan longn-roll, hati-hati C-spine)

b. Bersihkan mulut dari darah, mutahan dan benda asing

lain dengan jari

c. Jangan menekan perut yang kembung untuk

membuang udara.

4. Terapi Di Rumah Sakit

a. Berikan oksigen kadar tinggi

Page 30: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

18

b. Bersihkan jalan nafas

c. Mungkin perlu intubasi trachea

d. Nafas buatan

e. 2-3 liter air bisa masuk lewat paru

f. Dibuang dengan diuretika lasix

(Mer-c, 2012)

1.1.2.4. Cara Memegang dan Membawa Korban

Setidaknya ada tindakan preventif apabila terjadi

kecelakan di air seperti tenggelam misalnya. Menurut

Subagyo (2007: 52) terdapat beberapa sikap renang dari

penolong yang selalu disesuaikan dengan cara memegang

korban. Cara memegang korban pada saat menolong ada 4

macam antara lain:

1. Pegangan pada rambut

Pegangan pada rambut, dilakukan dengan satu

tangan, apabila pegangan dilakukan dengan tangan kiri,

maka si penolong berada di sebelah kiri korban. Dan

membawanya ke tepi dengan menggunakan gaya dada

atau gaya bebas menyamping. Usahakan posisi korban

tubuhnya terlentang, sehingga mulut dan hidungnya tetap

berada di atas permukaan air, pegangan pada rambut

sangat sulit dilakukan kecuali keadaan korban pingsan.

Alat keadaan korban sangat sulit untuk dibawa ke pinggir.

Page 31: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

19

2. Pegangan pada pelipis

Pegangan pada pelipis, dilakukan dengan pegangan

dua tangan, apabila sudah berada di belakang korban,

segera pegang pelipisnya dengan dua tangan, kemudian

membawanya ke tepi pantai dengan menggunakan gaya

dada dalam posisi terlentang. Usahakan mulut dan hidung

korban selalu berada di atas permukaan air. Cara

menolong dengan pegangan pada pelipis korban lebih

efisien dan efektif dari pada pegangan pada rambut.

3. Pegangan pada dagu

Pegangan pada dagu, dilakukan dengan dua tangan

apabila posisi badan sudah berada di belakang korban,

maka usahakan tubunya menjadi terlentang, kemudian

tangan memegang dagu korban dan segera dibawa ke tepi

pantai dengan gerakan gaya dada terlentang. Cara

menolong korban dengan pegangan pada dagu

keuntungannya sama dengan seperti pada pegangan

pelipis.

4. Pegangan pada dada

Pegangan pada dada, dilakukan dengan cara

merangkul dada korban dengan satu tangan. Apabila

merangkul tangan kiri maka posisi tubuh berada di

sebelah kiri korban, kemudian bergerak mebawa korban

Page 32: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

20

ke tepi pantai dengan gerakan gaya dada menyamping,

cara menolong ini kurang efisien karena banyak

menghabiskan tenaga dan sangat sulit jika korbannya

tidak tenang.

Cara Menolong akan lebih efisien dan efektif karena

mempergunakan alat bantu. Alat bantu yang dipergunakan

ada 4 macam, menurut (Ronald, 2009) yaitu :

1. Tongkat

Alat bantu yang pertama yang harus selalu ada di

samping penjaga pantai adalah sebuah tongkat yang

panjangnya 1 meter dan garis tengahnya 2 cm. Cara

penggunannya apabila ada peristiwa mendadak dan ada

yang membutuhkan pertolongan, dimana posisinya dekat.

Maka life guard tinggal menyodorkan tongkat tersebut

supaya dipegang.

2. Tambang Plastik

Alat bantu yang kedua adalah tambang plastik, yang

panjangnya 5 meter dan besarnya sedang, digulung dan

diikat dengan karet gelang, dikaitkan pada celana renang.

Cara penggunaannya apabila saat ada yang membutuhkan

pertolongan, segera tambang tersebut dibuka dan

Page 33: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

21

dilemparkan kepada korban, ujung tambang dipegang

oleh penolong, apabila korban sudah memegangnya, tarik

ke tepi. Alat bantu tambang dipergunakan apabila jarak

dengan korban sekitar 3-4 meter. Cara ini juga sangat

efisien dan efektif.

3. Ban

Alat bantu yang ketiga adalah ban yang diikatkan

pada tambang yang panjangnya 15 meter. Cara

penggunaannya apabila ada yang membutuhkan

pertolongan segera penolong melemparkan ban tersebut

ke arah korban, beri petunjuk supaya masuk ke dalam

ban, kemudian tarik ke tepi. Alat bantu ini sangat efektif

karena dapat sekaligus menolong 2-3 orang di tempat

dalam, apabila lemparan penolong kurang tepat penolong

harus segera terjun ke dekat korban.

4. Pelampung

Alat bantu yang keempat ini berupa pelampung yang

tipis atau yang bulat, diikat dengan tambang plastik yang

kecil. Kemudian diikatkan pada celana renang bila akan

dibawa untuk menolong korban. Cara penggunaannya

sangat populer dalam film bay watch oleh para life guard

untuk menolong para pengunjung pantai yang mengalami

musibah akan tenggelam saat berenang. Apabila tiba-tiba

Page 34: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

22

ada yang perlu ditolong atau tenggelam, segera megaitkan

tali pelampung ke belakang celana renang, kemudian

segera melompat ke arah korban. Pelampung diberikan

supaya dipegang/dipeluk. Apabila korban sudah pingsan

maka pelampung disimpan di bawah leher korban.

1.1.2.5. Hambatan

Masalah umum yang terjadi pada wisatawan di pantai,

menurut (Hariati, 2011) ialah :

1. Kondisi Pantai

Pantai di Indonesia terutama yang berhadapan

dengan samudra Hindia terkenal dengan ombak yang

besar, hal ini dapat membuat kejadian kecelakaan di pantai

sering memakan banyak korban. Jika terjadi tenggelam

penjaga pantai sering kesulitan untuk dapat

menyelamatkan korban, selain itu juga jalan yang berpasir

sering memperlamban dalam menyelamatkan korban

tenggelam.

2. Kedinginan atau Hypotermia

Kedinginan diakibatkan oleh panas tubuh.

Hilangnya kesadaran secara tiba – tiba, bahkan kematian

mendadak dapat terjadi setelah seseorang masuk ke ar

yang dingin. Berenang atau menyelam terlalu lama di air

Page 35: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

23

yang dingin dapat menyebabkan hilangnya kesadaran bila

suhu tubuh berkurang secara tiba – tiba. Pemakaian

pakaian renang yang sesuai sangat diperlukan, apalagi

darah perairan yang dingin atau penyelaman dalam.

Kedinginan yang amat sangat akan berakibat kelelahan

karena metabolisme tubuh banyak dipakai untuk

menghasilkan panas. Bila terjadi dalam air, hentikan

penyelaman dan naik ke permukaan lalu istirahat pulihkan

suhu badan denagn menghangatkan tubuh.

3. Terbakar Matahari

Disebabkan karena sengatan sinar matahari, dapat

menyebabkan pingsan akibat dehidrasi. Untuk

menghindari dari terik matahari diperlukan pakaian yang

dapat meredam panas. Pada saat snorkeling juga dapat

tertimpa terik panas matahari. Gunakan vaselin pelindung

kulit karena dapat melindungi kulit dari sengatan sinar

UV. Panas juga dapat meningkatkan metabolisme

sehingga tenaga penyelam cepat habis.

1.1.3. Tenggelam

1.1.3.1. Definisi

Tenggelam adalah kematian akibat asfiksia yang terjadi

dalam 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air, sedangkan

hampir tenggelam adalah korban masih dalam keadaan hidup

Page 36: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

24

lebih dari 24 jam setelah peristiwa tenggelam di air.

(Dzulfikar, 2012) Jadi tenggelam merupakan suatu keadaan

fatal, sedangkan hamper tenggelam munngkin dapat

berakibat fatal. Sedangkan WHO mendefinisikan sebagai

proses gangguan pernapasan akibat tenggelam dalam cairan

(Djulfikar, 2011).

1.1.3.2. Klasifikasi

Berdasarkan temperature air, klasifikasi dibagi menjadi

tiga, yaitu :

1. Tenggelam di air hangat, bila temperature air >20°C

2. Tenggelam di air dingin, bila temperature air 5-20°C

3. Tenggelam di air sangat dingin, bila temperature air

<20°C

Berdasarkan osmolaritas air klasifikasi dibagi menjadi

dua yaitu:

1. Tenggelam di air tawar

2. Tenggelam di air laut

1.1.3.3. Hasil Kejadian Tenggelam

1. Immersion syndrome, yang merupakankematian mendadak

setelah kontak degan air

2. Submersed injury, yaiut dapat menyebabkankematian

selama 24 jam setelah kejadian tenggelam, survival aatau

pulihnya kejadian stelah kejadian tenggelam.

Page 37: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

25

1.1.3.4. Patofisiologi

Keselamatan seseorang yang tenggelam dipengaruhi

oleh banyak faktor, antara lain adalah ketahan fisik,

kemampuan berenang, keberadaan bantuan alat pelampung,

jarak untuk mencapai tempat yang aman, suhu air, usia, dan

lain-lain.3 Serangkaian proses akan terjadi sebagai berikut:

pertama terjadi suatu periode panik dan usaha yang hebat

dengan berhenti bernapas selama 1- 2 menit, selajutnya

terjadi refleks menelan sejumlah air diikuti laringospasme,

hipoksia menyebabkan apnea, penurunan kesadaran, lalu

relaksasi laring dan air masuk ke dalam paru-paru dalam

jumlah lebih banyak akhirnya menjadi asfiksia dan kematian.

Pada sebagian besar kasus, terjadi aspirasi air yang banyak ke

dalam paru, tetapi pada lebih kurang 10% korban tetap terjadi

laringospasme, dan terjadi apa yang disebut dry drowning.

Secara teoritis, berdasarkan tonisitas cairan yang masuk

ke ruang alveolus, kasus tenggelam dibedakan menjadi

tenggelam di air laut dan di air tawar. Selain itu ada juga

pembagian kasus tenggelam berdasarkan temperatur airnya.

Luas permukaan tubuh anak lebih besar daripada

dewasa, dan secara proporsional memiliki jumlah lemak

subkutan yang lebih sedikit. Hal ini akan memudahkan

timbulnya hipotermia. Beberapa teori menyatakan bahwa

Page 38: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

26

pada hipotermia atau pada keadaan tenggelam di air dingin

akan terjadi refleks “diving” pada anak. Refleks tersebut

terdiri dari bradikardi, penurunan atau penghentian laju

pernapasan, dan perubahan dramatis pada sirkulasi, sehingga

terjadi redistribusi darah ke organ-organ seperti jantung, paru

dan otak. Patofisiologi hampir tenggelam berhubungan erat

dengan hipoksemia multiorgan. (Dzulkifli,2011)

1.1.4. Wisatawan

1.1.4.1. Pengertian

Wisatawan adalah semua orang yanng melakukan

perjalanan menuju suatu tempat untuk wisata, dan bukan

bertujuan untuk menetap dan mencari nafkah. Hal yang

paling diminati oleh wisatawan biasanya berkunjung ke

daerah pantai. Wisatawan bisa melakukan berbagai aktifitas

di pantai, misalnya berenang atau sekedar bermain dengan

ombak (Murdiyastomo, 2010). Wisatawan yang bermain di

pantai mempunyai resiko tenggelam yang disebabkan oleh

banyak hal, antara lain menurut resiko tenggelam biasanya

wisatawan tidak mematuhi perigatan yang berada di sekitar

pantai, dan berenag terlalu jauh dari bibir pantai. (Djulfikar,

2011)

1.1.4.2. Wisata air

Page 39: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

27

Hampir dua pertiga wilayah di Indonesia adalah

wilayah perairan. Bahkan dalam tulisan berbahasa Inggris,

ibu pertiwi sering diterjemahkan sebagai “archipelagoes”

yang artinya adalah Negara kepulauan. Dalam Negara

kepulauan, logikanya potensi perairan Indonesia dapat

menjadi sumber pendapatan andalan . prospek bisnis wisata

air termasuk dalam pengertian ini. Bisa dibayangkan

seandainya semua lokasi snorkeling, diving dan pantai-pantai

yang indah dapat diinventarisir oleh pemerintah, maka kita

mendapatkan begitu banyak lokasi wisata perairan yang nilai

jualnya sangat banyak. Jangan kita kalah cepat dengan pihak

asing yang menyadari lebih dulu arti wisata air ini. Kita harus

bangkit untuk memanfaatkan kelebihan ini sehingga lokasi

wisata perairan dapat menjadi sumber pendapatan untuk

daerah setempat.

2.1.5 Life Guard

2.1.5.1. Pengertian

Life guard adalah suatu profesi dalam bentuk

keterampilan khusus sebagai pertolongan terhadap

kecelakaan yang terjadi selama di air (pantai). Di Amerika

melalui lembaga Swimming Teaching Association (STA)

yang berdiri sejak 1932, telah diberikan perhatian khusus

kepada profesi life guard karena mampu menampilkan

Page 40: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

28

keterampilannya secara baik yang memungkinkan menjadi

sebuah profesi. Fungsi dari life guard adalah meminimalkan

angka kematian karena tenggelam baik di pantai

(http://www.sta.co.uk).

2.1.5.2. Tugas Life Guard

Tugas life guard saat dilapangan adalah memberi

pertologan pertama bila terjadi kecelakaan dan memberikan

rasa aman kepada wisatawan. Keberadaan life guard

memiliki arti sangat penting dalam upaya mengembangkan

potensi wisata pantai. Keberadaanya juga dapat menjadikan

promosi wisata di pantai.

Tujuan utama life guard adalah untuk mengajar

bagaimana menanggapi keadaan darurat pada saat

kecelakaan. Hal ini juga bagian dari tugas mereka untuk

mencegah tenggelam serta luka, di pantai. Team instrruktur

berpegalaman memberikan berbagai macam pelatihan seperti

professional life guard, teknik renang, dan kemampuan

penyelamatan cepat dan tanggap (Choiran,2013).

Page 41: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

29

2.1.6 KEASLIAN PENELITIAN

Tahun Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan

2009

Sri Kurniawati

Persepsi Perawat

Terhadap prinsip

perawatan

Atraumatik Pada

Anak

di Ruang

III RSU

dr.

Pringadi Medan

Dari hasil penelitian

diperoleh bahwa persepsi

perawat terhadap prinsip

perawatan atraumatik pada

anak adalah cukup baik.

Oleh karena itu diharapkan

kepada perawat di Rumah

Sakit dapat meningkatkan

pelatihan-pelatihan dalam

melakukan prinsip dari

perawatan atraumatik,

sehingga dalam pencapaian

tumbuh kembang anak

lebih optimal.

1. Tempat

penelitian di

RSU

dr..Pringadi

Medan

2. Perbedaan

partisipan

berjumlah

3. Orang

perawat.

2012 Akmaludin

Suryantara

Persepsi

Life

Guard Terhadap

Pemberian

pertolongan

Pertama

Kasus

Tenggelam

Ditaman

Rekreasi

Kalianget

Wonosobo

Dari hasil penelitian

diperoleh bahwa persepsi

life guard terhadap

pemberian pertolongan

pertama kasus tenggelam

menunjukkan keterbatasan

life guard saat

menggunakan alat bantu

pendukung di lapangan.

Hal ini dapat di atasi

dengan cara pengenalan

alat – alat bantu pendukung

1.Tempat

penelitian di

Taman

Rekreasi

Kalianget

Wonosobo

2.Perbedaan

partisipan

berjumlah

dua orang

3.Jenis

penelitian

dengan

pendekatan

cross

sectional

Page 42: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

30

2.1.7 Kerangka Berpikir

Candi

Pariwisata Gunung

Goa

Pantai

Keteragan:

diteliti

tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber: (Nursalam, 2010) (Wartonah, 2009)

BHD

- Tidak mematuhi

peringatan

- Berenang

terlalu jauh

Definisi

Tujuan

Prosedur

Evaluasi

Hambatan

Faktor yang

mempegaruhi:

- Pengetahuan

- Ketrampilan

- Sikap

- Tenggelam

Page 43: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

31

2.1.8 Fokus penelitian

Tujuan BHD

(Bantuan Hidup Dasar)

Definisi

Prosedur

Evaluasi

Hambatan

Page 44: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu dengan

pendekatan induktif untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan

yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam mengidentifikasi pengertian

atau relevasi fenomena tertentu terhadap individu (Brockopp, 1999).

Penelitian ini menggunakan desain penelitian fenomenologi karena

mencoba menjelaskan pengetahuan tentang pentingnya BHD bagi para life

guarduntukwisatawan tenggelam yang didasari oleh kesadaran yang terjadi

pada beberapa individu.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada kelompok life guard di Pantai Klayar,

Pacitan.Penelitian dilakukan pada periode bulan September 2015 sampai

dengan November 2015.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial

yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan

aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono,

Page 45: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

33

2010).Subyek dalam penelitian ini adalah para life guarddi Obyek

Wisata Pantai Klayar Pacitan. Jumlah populasi dalam penelitian ini

adalah 7 orang

3.3.2 Sampel

Penelitian ini menggunakan purposive sampling.Purposive

sampling disini peneliti menentukan sample yang akan diambil dengan

kriteria life guard di pantai Klayar yang bersedia menjadi partisipan

penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi

partisipan. Penelitian ini akan dihentikan jika data yang terkumpul

telah mencapai saturasi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah

tidak dibatasi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

1. Life guard di pantai klayaryang mempunyai sertifikat

2. Mampu berkomunikasi dengan baik

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu life guard yang tidak

berpendidikan formal

3.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu variabel independen dan

dependen.Variabel indipenden ialah variabelyang menyebabkan atau

mempengaruhi yaitu faktor yang diukur, dipilih oleh peneliti untuk

menentukan hubugan antara fenomena yang diobservasi atau

diamati.Variabel bebas dalam penelitian ini ialah,pengetahuan life

guard.

Page 46: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

34

Variabel terikat adalah faktor yang diobsevasi dan diukur untuk

menentukan adanya pengaruh variabel bebas.Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah bantuan hidup dasar.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Instrumen utama yang digunakan pada penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri. Karena peneliti yang lebih mengetahui tentang seluk-beluk,

medan, dan fakta yang berada di lapangan.

3.5.2 Pedoman Wawancara semi terstruktur

Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in depth interview, di

mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Tujuan dari semi terstruktur adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang

diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

3.5.3 Alat Perekam

Alat perekam (camera recorder / digital) berguna sebagai alat bantu

pada saat wawancara agar peneliti dapat berkonsentrasi saat proses

pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-

jawaban dari partisipan. Pada proses pengumpulan data, alat perekam

dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari partisipan untuk

mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

3.5.4 Alat Tulis : buku tulis, pensil, ball point, dan penghapus.

Page 47: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

35

3.6 Tehnik Pengumpulan Data

Instrumen kunci dalam penelitian kualitatif ini yaitu peneliti sendiri

dengan melakukan wawancara secara mendalam (in-depth interview),

dengan bantuan pedoman wawancara mendalam, alat pencatat, dan alat

perekam serta membuat catatan lapangan saat wawancara.

Dalam memperoleh data, peneliti melakukan wawancara mendalam

kepada informan. Wawancara tersebut dilakukan dengan cara menanyakan

sesuatu kepada informan dan bercakap-cakap langsung. Berikut adalah

tahapan pengambilan data yang dilakukan peneliti:

1. Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan informan minimal 30

menit untuk mengetahui pengalaman yang dialami informan secara jelas

dan lengkap.

2. Wawancara yang dilakukan direkam dengan alat perekam (type

recorder) agar semua pembicaraan akan terekam dan tidak ada yang

terlewat.

3. Peneliti melakukan wawancara dengan membuat catatan mengenai

ekspresi, mimik, maupun respon informan ketika wawancara

berlangsung.

3.7 Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis

deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Back, 2006), Metode Coalizzi

dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan dengan metode

Coalizzi fenomena-fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan

Page 48: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

36

makna-makna yang didapat. Adapun langkah-langkah analisa data adalah

sebagai berikut:

1. Peneliti mendengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil

penelitian (transkrip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan

partisipan.

2. Peneliti membaca ulang dan mendapatkan kata kunci.

3. Peneliti mencari arti atau makna dari setiap kata kunci.

4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan ke dalam tema.

a. Mengumpulkan kata-kata kunci yang memiliki makna yang sama ke

dalam sebuah subtema.

b. Mengelompokan subtema yang sama ke dalam sebuah tema.

5. Peneliti mengintegrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang

diteliti.

6. Merumuskan gambaran hubungan antar tema dan sesuai dengan

fenomena yang diteliti.

7. Memvalidasi tema data yang diperoleh pada partisipan.

3.8 Keabsahan Data

3.8.1 Uji Kredibilitas Data

Data yang telah berhasil digali di lapangan studi, dikumpulkan dan

dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan bukan hanya untuk

kedalam dan kemantapanya tetapi juga bagi kemantapan dan

kebenarannya oleh karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan

Page 49: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

37

menentukan cara – cara yang tepat untuk mengembangkan validitas

data yang diperolehnya. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa

cara yang dipilih untuk pengembangan data validitas data penelitian.

1. Triagulasi Sumber

Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data menggunakan

sumber sumber dilapangan, artinya data yang sama akan lebih

mantap kebenarannya. Dengan demikian data yang diperoleh dari

sumber bisa lebih teruji kebenarannya. Sumber dalam penelitian ini

adalah life guard.

2. Triagulasi teori

Triagulasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan

prespektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan

yang dikaji.

3. Triagulasi metode

Teknik ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan cara

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunkan teknik

pengumpulan data berbeda, dan bahkan lebih jelas untuk

diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji

kemantapan informasinya. Peneliti menggunakan metode survei

observasi dan wawancara.

3.8.2 Uji transferability

Uji transferability ini merupakan uji validitas eksternal dalam

penelitian kualitatif.Validitas eksternal menunjukan derajad ketepatan

Page 50: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

38

atau dapat diterapkannya hasil penelitian kepopulasi dimana sampel

tersebut diambil (Sugiyono, 2014). Oleh karena itu, supaya orang lain

dapat memahami hasil dari penelitian ini, dan memungkinkan

penelitian ini dapat diterapkan, maka peneliti dalam menyusun laporan

dilakukan secara rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Sehingga

pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga pembaca

dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan

penelitian ini di tempat lain.

3.8.3 Uji dependability

Dependability disebut juga dengan uji reliabilitas yaitu suatu

penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi

atau mereaplikasi proses penelitian tersebut (Sugiyono, 2014). Maka

dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan pembimbing untuk

mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian ini baik dari

bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, memasuki lapangan,

menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji

keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

3.8.4 Uji konfirmability

Uji konfirmability dalam penelitian kualitatif mirip dengan uji

depenability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan bersamaan.

Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, bila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,

Page 51: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

39

maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability

(Sugiyono, 2014)

3.7 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan

usulan atau proposal penelitian untuk mendapatkan rekomendasi dari Prodi

S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada. Setelah mendapatkan

rekomendasi, selanjutnya mengajukan ijin pada pengelola Pantai

KlayarPacitan, ketua Tim SAR Pantai Klayar, mengajukan persetujuan

kepada tim life guard di Pantai Klayar Pacitan menjadi partisipan dalam

penelitian. Terkait dengan proses penelitian, dan selanjutnya setelah

mendapatkan persetujuan dari pihak partisipan tersebut, peneliti melakukan

penelitian dengan menekankan pada aspek etika yang disampaikan oleh

Nursalam (2008), sebagai berikut:

1. Surat Permohonan Partisipan

Peneliti membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang

penelitian meliputi topik penelitian, tujuan penelitian serta ketentuan-

ketentuan untuk menjadi partisipan.

2. Lembar Persetujuan (Inform Concent)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan,

dengan memberi lembar persetujuan, diberikan sebelum penelitian

dilakukan agar partisipan mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.

Page 52: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

40

Jika partisipan tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memakasa dan

tetap menghormati hak-hak partisipan.

3. Tanpa Nama (Anonymity)

Menjaga kerahasiaan dimana peneliti tidak mencantumkan nama

partisipan tetapi peneliti menggunakan inisial atau kode.

4. Kerahasiaan (Confidientily)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari partisipan

dijaga kerahasiaannya oleh peneliti dengan cara menyimpan file

transcript dan hasil penelitian pada komputer pribadi peneliti.

Page 53: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di pantai Klayar Kabupaten Pacitan Jawa Timur.

Pantai Klayar merupakan pantai yang berlokasi di desa Kalak Kecamatan Donorojo

Kabupaten Pacitan Jawa Timur yang menjadi bagian dari pantai selatan dan berjarak

sekitar 20 km dari Kabupaten Pacitan. Pantai Klayar mulai dikenal masyarakat luas

sejak tahun 2008. Mulai saat itu dari hari ke hari pengunjungnya semakin bertambah.

Tahun 2015 pada hari biasa pengunjung rata – rata 50 pengunjung, sedangkan pada

akhir pekan atau hari libur rata – rata pengunjung bisa mencapai ratusan.

Dikarenakan kelalaian pengunjung dalam menjaga keselamatan saat bermain di

pantai. Guna memenuhi kebutuhan keselamatan pengunjung pengelola pantai Klayar

membentuk tim life guard untuk dapat menjaga keselamatan pengunjung serta

memberikan pertolongan pertama saat ada korban. Pengelola juga terus

mengembangkan kemampuan life guard dalam menangani korban dengan aktif

mengikuti pelatihan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Meskipun

hingga saat ini masih banyak korban yang meninggal akibat tenggelam.

Bab ini peneliti menyajikan mengenai hasil penelitian mengenai pengetahuan

life guard tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan di pantai Klayar. Hasil

penelitian diuraikan menjadi dua bagian, bagian yang pertama menjelaskan

karakteristik partisipan yang terlibat dalam penelitian secara singkat, bagian kedua

Page 54: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

42

menguraikan hasil tentang pengetahuan life guard tentang bantuan hidup dasar pada

wisatawan.

4.1. Karaktristik Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 3 yaitu penjaga pantai di pantai

Klayar. Adapun karakteristik informan antara lain adalah berupa. :

4.1.1. Informan 1

Informan pertama adalah laki-laki yang bernama Tn. S yang berusia 54

tahun.Tingkat pendidikan SMA.Agama Islam.Pengalaman sebagai pnejaga

pantai selama 8tahun. Alamat di desa Sendang dan pelatihan yang pernah diikuti

ialah pelatihan penyelamatan korban dari BPBD.

4.1.2. Informan 2

Informan kedua adalah laki-laki yang bernama Tn. W yang berusia 48

tahun.Tingkat pendidikan SMA. Agama Islam. Pengalaman sebagai penjaga

pantai selama 7 tahun. Alamat di Desa Kalak dan pelatihan yang pernah diikuti

ialah pelatihan penyelamatan korban dari BPBD.

4.1.3. Informan 3

Informan ketiga adalah laki laki yang bernama Tn. SK yang berusia 45

tahun. Tingkat pendidikan SMA. Agama Islam. Pengalaman sebagai penjaga

pantai selama 7 tahun. Alamat di desa Kalak dan pelatihan yang pernah diikuti

ialah pelatihan penyelamatan korban dari BPBD.

Page 55: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

43

4.2 Hasil Penelitian

Peneliti telah mengidentifikasi tujuan yang sesuai degan tujuan dalam

penelitian ini yaitu 1) definisi BHD, 2) tujuan BHD, 3) prosedur BHD, 4)

evaluasi tindakan BHD, 5) hambatan dalam tindakan BHD.

4.2.1. Definisi Bantuan Hidup Dasar

Penjaga pantai (life guard) merupakan pemberi pertolongan

pertama khususnya dalam pemberian bantuan hidup dasar pada korban

tenggelam.Dalam definisi bantuan hidup dasar dihasilkan 4tema yaitu :

1)akronim, 2) indikasi, 3) waktu, 4)kegiatan.

4.2.1.1. Akronim

Dalam tema akronim didapatkan satu kategori yaitu bantuan

hidup dasar.Tiga informan mengatakan definisi BHD berupa

akronim yaitu:

“… Bantuan hidup dasar…” (I.1)

“… Bantuan hidup dasar…”(I.2)

“… Bantuan hidup dasar…”(I.3)

Hasil analisis dari 3 informan menghasilkan bahwa BHD

merupakan singkatan dari bantuan hidup dasar.

Page 56: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

44

4.2.1.2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

Dalam tema indikasi bantuan hidup dasar di dapatkan dua

kategori yaitu : 1) pertolongan dini, 2) kondisi fisiologis.

Satu informan mengatakan indikasi BHD adalah pertologan

diniyaitu :

“…kalau ada orang ya segera penolong – penolong kita segera

menolong…”(I.1)

Hasil analisis dari satu informan menghasilkan bahwa bantuan

hidup dasar adalah pemberian pertolongan pada korban yang

tenggelam.

Dua informan mengatakan indikasi BHD adalah kondisi fisiologis

berupa:

“…yang mengalami henti jantung …”(I.2)

“…korban yang mengalami henti jantung …”(I3)

Hasil analisis dari dua informan ditemukan bahwa BHD

dilakukan pada kondisi fisiologis yang henti jantung.

4.2.1.3. Waktu

Dalam tema waktu untuk melakukan BHD didapatkan satu

kategori yaitu peristiwa terjadinya tenggelam. Satu informan

mengatakan waktu untuk melakukan BHD ialah ketika ada

peristiwa berupa:

Page 57: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

45

“…bila mana terjadi tenggelam itu langsung

dilaksanakan…”(I.1)

“…kejadian tenggelam…”(I.2)

Hasil analisis dari dua informan menghasilkan bahwa BHD

dilakukan jika ada peristiwa tenggelam.

4.2.1.4 Kegiatan

Dalam tema kegiatan BHD didapatkan satu kategori yaitu

tindakan penyelamatan.Satu informan mengatakan kegiatan

bantuan hidup dasar berupa tindakan penyelamatan yaitu:

“…tindakan penyelamatan untuk meningkatkan kelangsungan

hidup…” (I3)

Hasil analisis dari satu informan ditemukan bahwa bantuan

hidup dasar merupakan tindakan penyelamatan untuk

meningkatkan kelangsungan hidup.

4.2.2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Tujuan bantuan hidup dasar oleh life guard di pantai Klayar

dilakukan untuk memberikan bantuan hidup dasar degan cepat dan

mempertahankan kehidupan wisatawan.Dalam tujuan bantuan hidup

dasar dihasilkan 1 tema yaitu menyelamatkan pengunjung atau pasien.

Tiga informan mengatakan tujuanBHD berupa:

“…menyelamatkan pengunjung…”(I.1)

“…menyelamatkan nyawa pasien…”(I.2)

“…menyelamatkan nyawa pasien…”(I.3)

Hasil analisis dari ketiga informan tersebut menghasilkan

bahwa tujuan bantuan hidup dasar pada wisatawan ialah untuk

Page 58: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

46

menyelamatkan pengunjung atau nyawa pasien yang membutuhkan

bantuan.

4.2.3. Prosedur Tindakan Bantuan Hidup Dasar

Prosedur BHD oleh life guard di Pantai Klayar ialah

serangkaian tindakan penyelamatan yang dilakun oleh penjaga pantai

kepada wisatawan yang untuk mempertahankan hidup sebelum

mendapatakan pertologan lebih lanjut dari petugas paramedis. Dalam

prosedur BHD terdapat 2 temayaitu : 1)evakuasi, 2)fase pelaksanaan.

4.2.3.1. Evakuasi

Dalam tema evakuasi di dapatkan 3 kategori yaitu : 1)

penyelamatan, 2) evakuasi, 3) sarana.

Dua informan mengatakan evakuasi BHD berupa

penyelamatan korban tenggelamyaitu :

“…kita langsung terjun kelaut bila mana ombak nya tidak

berbahaya…”(I.1)

“Ya kita turun terjun ke laut, langsung menolong”(I.3)

Hasil analisis dari dua informan ini didapatkan hasil bahwa

dalam penyelamatan korban tenggelam, penolong dapat

langsung terjun ke laut bila ombak tidak membahayakan

penolong.

Satu informan mengatakan evakuasi BHD berupa :

“…langsung kita bawa ke pinggir…”(I.1)

Page 59: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

47

Hasil analisis dari informan tersebut bahwa evakuasi tindakan

BHD dapat dilakukan dengan membawa korban ke pinggir

atau tepi pantai.

Satu informan mengatakan evakuasi BHD memerlukan sarana

untuk melakukan pertolongan yaitu :

“…sementara kita lempari peralatan dulu seperti pelampung

segala macem…”(I.1)

Hasil analisis dari satu informan diperoleh hasil bahwa

prosedur pertolongan diperlukan untuk melempari alat bantu

korban untuk pertolongan sementara.

4.2.3.2. Fase Pelaksanaan

Dalam tema fase pelaksanaan BHD di dapatkan 4 kategori

yaitu : 1) airway, 2) breathing, 3) oksigenasi, 4) kompresi.

Tiga informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa

airway yaitu :

“…angkat kepala korban…”(I.1)

“…angkat kepala korban…” (I.2)

“…ya angkat kepala korban…”(I.3)

Hasil analisis dari ketiga informan didapatkan hasil bahwa

pada tahap airway adalah mengangkat kepala korban.

Dua informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa

airway yaitu :

“Bersihkan jalan nafas secukupnya… kalau ada apa itu pasir

yang di depan hidung harus dibersihin, trus biasanya didalam

mulut kan ada pasir ya, langsung dibersihkan” (I.2)

Page 60: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

48

“…membersihkan jalan nafas secukupnya …Ya kalau ada

pasir di mulut, hidung kita bersihkan”(I.3)

Hasil analisis dari informan didapatkan hasil bahwa pada

tahap airway juga dilakukan kegiatan membersihkan jalan

nafas dengan membebaskan jalan nafas yaitu hidung dan

mulut dari sumabatan seperti pasir.

Tiga informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa

breathing yaitu :

“…lalu kita kasih nafas buatan…” (I.1)

“Berikan nafas buatan”(I.2)

“…berikan nafas bantuan…”(I.3)

Hasil analisis dari ketiga informan mngahsilkan bahwa

prosedur breathing adalah dengan memberikan nafas buatan

pada korban.

Dua informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa

oksigenasi yaitu:

“Berikan oksigen kalau ada”(I.2)

“…berikan oksigen kalau ada”(I.3)

Hasil analisis dari kedua informan menghasilkan bahwa

pelaksanaan BHD juga diperlukan oksigenasi atau

memberikan oksigen bila tersedia.

Dua informan mengatakan fase pelaksanaan BHD berupa

kompresi yaitu :

“…kita RJP setelah itu…”(I.1)

“…langsung di RJP…”(I.2)

Page 61: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

49

Hasil analisa dari kedua informan tersebut ialah fase

pelaksanaan BHD juga meliputi kompresi atau melakukan

RJP pada korban .

4.2.4. Evaluasi Tindakan Bantuan Hidup Dasar

Evaluasi tindakan BHD oleh life guard merupakan kegiatan

dalam menilai tindakan BHD yang telah dilakukan oleh life

guarduntuk mengetahui hasil yang berfokus pada respon korban.

Dalam evaluasi tindakan bantuan hidup dasar dihasilkan2 tema yaitu :

1) monitoring posisi, 2) rencana tindak lanjut.

4.2.4.1 Monitoring Posisi

Monitoring posisi dalam tindakan BHD di dapatkan 2 kategori

yaitu : 1) recovery, 2) tanda.

Satu informan mengatakan monitoring posisi BHD berupa

recoveryyaitu :

“... dan di miringkan…”(I.1)

Hasil analisa dalam penelitian ini di hasilkan bahwa tindakan

evaluasi yang dilakukan setelah terdapat nafas dan jantung

adekuat maka korban perlu dimiringkan untuk

mempertahankan keadaan korban.

Dua informan mengatakan monitoring posisi dalam tindaka

BHD yaitu tanda berupa :

“…setelah itu uda bernafas…”(I.1)

“…setelah itu jantung nya berdetak…”(I.2)

Page 62: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

50

Hasil analisa dalam penelitian ini dihasilkan bahwa tanda yang

di maksudkan dalam tindakan evaluasi keberhasilan BHD

ialah adanya nafas dan jantung yang berdetak pada korban.

4.2.4.2. Rencana Tindak Lanjut

Dalam rencana tindak lanjut BHD di dapatkan kategori

rujukan.

Tiga informan mengatakan rencana tindak lanjut dalam

tindaka BHD yaitu rujukanberupa :

“…di panggil kan rumah sakit…”(I.1)

“Langsung dibawa ke Puskesmas”(I.2)

“… ya di bawa ke rumah sakit”(I.3)

Hasil analisis dari ketiga informan di dapatkan hasil bahwa

dalam evaluasi tindakan bantuan hidup dasar ialah melakukan

rujukan segera di bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk

memperoleh perawatan lebih lanjut.

4.2.5. Hambatan Tindakan Bantuan Hidup Dasar

Hambatan life guard dalam melakukan tindakan bantuan

hidup dasar diperoleh tema yaitu : 1) keadaan, 2) sarana, 3) geografis.

4.2.5.1. Keadaan

Dua informan mengatakan hambatan dalam tindakan BHD

yaitu keadaan yang berupa :

“…tapi pas ombak besar tidak mungkin petugas itu bisa

masuk kedalam…”(I.1)

Page 63: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

51

“…tergantung kondisi ombak, kalau ombaknya tinggi kadang

– kadang ya sering.”(I.2)

Hasil analisis dari kedua informan di dapatkan hasil bahwa

keadaan yang dapat menghambat tindakan bantuan hidup

dasar ialah kondisi ombak yang besar sehingga tidak

memungkinkan penolong untuk terjun ke pantai.

4.2.5.2. Sarana

Tiga informan mengatakan hambatan dalam tindakan BHD

dapat berupasaranayaitu :

“…peralatan nya itu belum lengkap, itu kesulitan

sekali…”(I.1)

“…peralatan kurang mencukupi, cuman peralatan

sederhana, cuma pelampung, baju renang”(I.2)

“Hambatan nya ya kesulitan nya peralatan mas… Terutama

tambang ada gitu …Sudah ada tapi kan cuman seadanya

tempatnya cuma satu titik”(I.3)

Hasil analisis dari ketiga informan didapatkan hasil bahwa

sarana atau peralatan yang kurang memadai juga menghambat

pelaksanaan tindakan bantuan hidup dasar.

4.2.5.3.Geografis

Satu informan mengatakan hambatan tindakan BHD berupa

keadaan geografis yaitu :

“…pasir nya pasir putih jalan nya susah diinjak itu terlambat

jadi susah…” (I.1)

Page 64: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

52

Hasil analisis dari informan tersebut menunjukkan bahwa

kondisi geografis yang dapat menghambat pelaksanaan

pertolongan pada korban tenggelam di pantai ialah jalan yang

berpasir

Page 65: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

53

53

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Definisi bantuan hidup dasar

Hasil penelitian mengenai definisi bantuan hidup dasar pada

wisatawan yang tenggelam diperoleh tema yaitu akronim, indikasi, waktu dan

kegiatan. BHD atau bantuan hidup dasar merupakan tindakan penyelamatan

untuk meningkatkan kelangsungan hidup korban tenggelam yang mengalami

henti jantung sebelum mendapatkan pertolongan dari paramedis.

Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari Goiten (2008) tentang

definisi dari bantuan hidup dasar (BHD) adalah usaha yang dilakukan untuk

mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang

mengancam nyawa. Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan

gawat darurat medik yang bertujuan untuk mencegah berhentinya sirkulasi

atau berhentinya respirasi (Frame, 2003).

Berdasarkan hal tersebut definisi BHD merupakan usaha tindak

penyelamatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup korban yang

mengalami keadaan darurat seperti korban tenggelam sebelum mendapatkan

pertolongan lanjut dari tenaga medis.

Page 66: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

54

5.2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Hasil penelitian tentang tujuan bantuan hidup dasar bagi lifeguard dalam

menangani wisatawan tenggelam adalah memberikan bantuan dengan cepat,

mempertahankan kehidupan wisatawan dengan kategori menyelamatkan

pengunjung atau pasien. Tujuan tersebut sesuai dengan pernyataan Hutapea

(2012) bahwa tujuan bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana

yang dapat membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara.

Berdasarkan hal tersebut tujuan BHD ialah memberikan bantuan untuk

menyelamatkan atau mempertahankan hidup seseorang sementara.

5.3 Prosedur Bantuan Hidup Dasar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam prosedur bantuan hidup

dasar diperoleh dua tema yaitu evakuasi dan fase penyelamatan. Berdasarkan

hal tersebut diperoleh prosedur bantuan hidup dasar wisatawan tenggelam

dapat dilakukan dengan penolong langsung terjun ke laut bila ombak laut

tidak membahayakan penolong, atau dengan terlebih dahulu melempari alat

seperti pelampung, tali tambang untuk memberi pertolongan dini, selanjutnya

di bawa ke pinggir atau tepi laut untuk dilakukan prosedur selanjutnya.

Colquhoun (2004) juga menyatakan setidaknya diperlukan dua orang

dewasa untuk mengangkat korban dari dalam air ke perahu penyelamatan.

Untuk menghindari terjadinya post-immersion collapse, sebaiknya korban

diangkat dari dalam air dengan posisi telungkup. Selain itu, penolong juga

harus memperhatikan keselamatan dirinya.

Page 67: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

55

Hal pertama yang dilakukan apabila menemukan kejadian tenggelam

adalah menyelamatkan korban dari air. Untuk menyelamatkan korban

tenggelam, penolong harus dapat mencapai korban secepat mungkin,

sebaiknya menggunakan alat angkut seperti perahu, rakit, papan selancar atau

alat bantu apung (Vanden, 2010).

Prosedur selanjutnya diungkapkan oleh informan pada fase

penyelamatan yaitu mengangkat kepala korban, tidak perlu korban

dijungkirkan untuk membuang air, karena air akan diserap di dalam paru –

paru, membersihkan jalan nafas secukupnya, berikan nafas bantuan, berikan

oksigen kalau ada dan lakukan RJP. Membersihkan jalan nafas dilakukan

dengan membersihkan hidung atau mulut dari sumbatan seperti pasir.

Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian dari Hutapea (2012)

bahwa pada tahap airway adalah membuka jalan nafas, tindakan tersebut

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan nafas oleh benda

asing. Sumbatan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk yang dilapisi sepasang

kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikeluarkan dengan

menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan dimana korban harus dibuka

mulutnya terlbih dahulu.

Purwoko (2012) menyatakan bahwa prosedur airway dalam tindakan

membuka jalan nafas dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang

dagu (Head tilt – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula. Teknik

membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang awam dan petugas

Page 68: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

56

kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun demikian petugas

kesehatan harus dapat melakukan manuver lainnya.

Hasil penelitian pengetahun lifeguard pada tahap breathing dilakukan

dengan memberikan nafas buatan. Informan tidak dapat menjelaskan cara

memberikan nafas buatan dan cara pemberian oksigen. Hal ini tidak sesuai

dengan pernyataan Purwoko (2012) bahwa prosedur breathing pada tahap

kedua yaitu memberikan bantuan nafas yang dapat dilakukan melalui mulut ke

mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada

tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali

hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5–2

detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 400 -500 ml (10 ml/kg)

atau sampai dada korban / pasien terlihat mengembang.

Tindakan lifeguard dalam tahap oksig, memberikan oksigenasi

diperoleh kategori bahwa korban diberikan oksigen. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Kusnanto (2004) bahwa tindakan yang dilakukan pada tahap

breathing adalah oksigen.

Prosedur selanjutnya dilakukan RJP pada korban tenggelam. Purwoko

(2012) menyatakan dalam bantuan hidup dasar tahp sirkulasi terdiri dari 2

tahapan yaitu memastikan ada tidaknya denyut jantung korban / pasien dan

melakukan bantuan sirkulasi. Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung,

selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan

kompresi jantung luar. Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan

mencapai tekanan sistolik 60–80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah,

Page 69: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

57

sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung

normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur

dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak

boleh melebihi 30 detik.

Berdasarkan pernyataan di atas di dapatkan analisa prosedur bantuan

hidup dasar pada korban tenggelam hal pertama yang dapat dilakukan ialah

membawa korban ke tepi pantai dengan cara penolong langsung terjun ke air

setidaknya dua orang bila kondisi laut memungkinkan. Apabila kondisi laut

berbahaya korban dapat terlebih dahulu di lempari alat. Setelah korban dapat

di bawa kepinggir penolong dapat melakukan prosedur berupa mengangkat

kepala korban, membersihkan jalan nafas dari sumbatan, memberikan nafas

buatan yang dapat dilakukan dari mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut

ke stoma. Jika korban berhasil bernafas kembali maka korban diberikan

oksigen. Namun, bila korban tidak ditemukan denyut jantung maka perlu

dilakukan RJP.

5.4 Evaluasi

Hasil penelitian pada tahap evaluasi tindakan BHD oleh life guard

didapatkan tema monitoring posisi dan rencana tindak lanjut. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam tindakan evaluasi bantuan hidup dasar, apabila

korban sudah dapat bernafas dan jantung sudah berdetak, korban dapat di

miringkan untuk posisi stabil, dan selanjutnya dilakukan rujukan ke fasilitas

kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan lanjut.

Page 70: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

58

Hal ini mendukung penelitian dari Prawedana (2012) Korban

tenggelam sebaiknya segera dibawa ke unit gawat darurat terdekat untuk

evaluasi dan penanganan lebih lanjut sehingga dapat meminimalkan

komplikasi atau kecacatan yang mungkin ditimbulkan. Tidak dianjurkan

menunda transportasi untuk pemeriksaan sekunder kecuali korban benar-benar

dapat dikategorikan “stabil”. Sebelum dirujuk korban (terutama pada korban

dengan penurunan kesadaran) harus diamankan di sebuah tandu (bila tersedia)

dan diposisikan dengan nyaman. Korban dengan fraktur, cedera kepala atau

tulang belakang sebaiknya diletakkan di papan dengan penyangga tulang

belakang. Evaluasi terhadap kesadaran dan tanda-tanda vital dilakukan secara

berkala selama perjalanan.

Berdasarkan hal di atas didapatkan evaluasi dalam tindakan BHD pada

korban tenggelam berupa pemantauan terhadap tanda – tanda vital korban,

memposisikan korban pada posisi stabil (miring) dan secepat mungkin

melakukan rujukan ke fasilitas kesehtan terdekat untuk penanganan lebih

lanjut.

5.5 Hambatan

Hambatan yang dialami oleh life guard dalam penelitian ini di

pengaruhi oleh beberapa hal yaitu keadaan laut, kondisi geografi serta sarana.

Berdasarakan hal ini didapatkan hambatan yang dapat mempengaruhi

pemberian pertolongan korban tenggelam di laut yaitu kondisi laut berupa

ombak besar, kondisi geografi berupa jalan yang berpasir putih sehingga

Page 71: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

59

menghambat proses evakuasi, serta sarana seperti pelampung yang kurang

atau tidak memadai.

Hal ini mendukung penelitian dari Haryati (2011) bahwa efektifitas

dalam menanggulangi korban tenggelam diantaranya adalah sarana

pelampung yang belum tercukupi, kurangnya keahlian dan koordinasi yang

kurang baik pada instansi terkait. Efektif tidak nya pertolongan korban

tenggelam di pengaruhi iklim atau kondisi lingkungan serta kondisi medan

tempat terjadinya tenggelam.

Berdasarkan hal tersebut diperoleh bahwa hambatan dalam

pelaksanaan BHD pada korban tenggelam di pantai dapat berupa kondisi

lingkungan seperti keadaan ombak, kondisi medan atau keadaan geografi

berupa tanah yang berpasir serta sarana pelampung yang kurang atau tidak

memadai.

Page 72: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

60

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisa data yang telah didapat dalam penelitian, maka diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Definisi BHD atau bantuan hidup dasar merupakan tindakan penyelamatan

yang diberikan kepada korban tenggelam yang mengalami henti jantung

sebelum mendapatkan pertologan.

2. Tujuan bantuan hidup dasar ialah menyelamatkan korban tenggelam.

3. Prosedur bantuan hidup dasar ialah melakukan evakuasi korban ke tepi

pantai, kemudian melakukan airway, breathing, dan circuation.

4. Evaluasi tindakan bantuan hidup dasar ialah memposisikan korban pada

posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau rumah sakit terdekat

untuk penaganan lebih lanjut.

5. Hambatan dalam pelaksanaan bantuan hidup dasar meliputi keadaan laut

berupa ombak yang besar, keadaan geografis pantai berpasir serta sarana

seperti pelampung yang kurang atau tidak memadai.

6.2 Saran

1. Bagi life guard

Page 73: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

61

Dapat memberikan pengalaman dan meningkatkan pelatihan kemampuan

dalam memberikan pertolongan pertama pada wisatawan tenggelam.

2. Perawat puskesmas

Dapat memberikan pendidikan kesehatan bagi life guard untuk

meningkatakan keahlian dalam melakukan bantuan hidup dasar, serta

memfasilitasi rujukan bagi korban tengelam.

3. Peneliti selanjutnya

Dapat melakukan penelitian selanjutnya tentang prosedur penyelamatan

wisatawan di pantai.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat memberikan sumbangan materi mengenai pengetahuan life guard

tentang bantuan hidup dasar pada wisatawan tennggelam

5. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi peneliti dalam

melaksanakan penelitian serta mengaplikasikan berbagai teori dan konsep

yang di dapatkan dari bangku kuliah dan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya.

Page 74: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Colquhoun MC, Handley AJ and Evans TR. ABC of Resuscitation. Fifth

Edition.London: BMJ. 2004. Chapter 1&15

Drowning and near-drowning. Pediatric clinics of North America 40(2): 321.

Drs. Saebani, Beni ahmad, 2008, Metode Penelitian, Bandung: CV. Pusaka Seti.

Dzulfikar, DLH (2012). Hampir tenggelam (near drowing) Hardi, Malcolm

Pengantar Psikologi. Erlangga; 2005.

Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika; 2003.

Frame, Scottn B.(2003).PHTLS:basic and advance prehospital trauma life

support. (5th

ed). Missouri: Mosby

Haryati, Sri dan Zaili Rusli. (2011). Efektifitas BASRNAS dalam Penanggulangan

Bencana dan Musibah diPekanbaru. Riau FISIP Universitas Riau:

Hutapea, EL. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Polis Lalu Lintas Tentang

Bantuan Hidup Dasar di Kota Depok. Skripsi. Jakarta : Fakultas

Keperawatan Universitas Indonesia

Kusnanto. (2004). Pengatur Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional.

Jakarta : EGC

Levin, D. L., F. C. Morriss, L. O. Toro, L. W. Brink and G. R. Turner (1993).

Maleong, Lexi J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Page 75: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

Murdiyastomo. A. (2011). Sadar wisata , sapta pesona. hal.4

Notoatmodjo, Soekidijo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, Sisi Parini. Metodologi Riset Penelitian. Cetakan pertama. Jakarta Sagung Seto;

2001.

Onyekwelu, E. (2008). Drowning and Near Drowning. Internet Journal of Health8(2).

Poseidon. The Lifeguard’s Third Eyes. Drowning statistics – Drowning facts file. 2006.

Purwoko.2012. Bantuan Hidup Dasar.Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Negeri

Sebelas Maret

Ronald, C. (2002). Drowning and near drowning. International Child Health Care: Apractical

manual for hospitals worldwide: 541.

Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan, Penentun Praktis Bagi Pemula.

Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Sheperd, Suzanne Moore, 2003. Drowning. Available from:

(http://emedicine.medscape.com/article/772753). (Accessed: April 1st, 2009).

Tarwoto & Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Vanden Hoek TL et. al. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations: 2010 American Heart

Association Guidelines for Cardiopulmonary Rescucitation and Emergency

Cardiovascular Care. Circulation 2010;122;S829-S8616. Journal of American Heart

Association. Part 3: Overview of CPR.

Varon J, Marik PE. Complete neurological recovery following delayed initiation of

hypothermia in a victim of warm water near-drowning. Resuscitation. Mar

2006;68(3):421-3.

Walgito, B. Pengantar Psikologi Umum. Edisi 3. Yogyakarta: Andi Offset; 2002.

Page 76: PENGETAHUAN LIFE GUARD TENTANG BANTUAN · PDF fileperasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi ... posisi recovery kemudian merujuk ke puskesmas atau ... yang evaluasi BHD belum

Wawan, A dan Dewi. 2010. Teori Dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku

Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

www.eMedicine – Drowning : Article by Suzanne Moore Shepherd. Feb, 11 2008.

www.farmacia.com.Tatalaksana Penderita Tenggelam, GERAI – Edisi April 2007 (Vol.6

No.9).