pengertian tentang inovasi

9
Pengertian Tentang Inovasi Pesan pembangunan yang disuluhkan haruslah mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang memiliki sifat “pembaharuan” yang biasa disebut dengan istilah “inovativensess” yang mencakup: ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian, pengertian inovasi dapat semakin diperluas men-jadi (Mardikanto, 1988)”.: Sesuatu ide, produk, informasi teknologi,kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan”. Pengertian Adopsi Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya sampai benar-benar dapat melaksanakan atau menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Tahapan Adopsi Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri. Tahapan-tahapan adopsi itu adalah: 1) awareness, atau kesadaran

Upload: danny-t-saputra

Post on 01-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Tentang Inovasi

Pengertian Tentang Inovasi

Pesan pembangunan yang disuluhkan haruslah mampu mendorong atau mengakibatkan terjadinya

perubahan-perubahan yang memiliki sifat “pembaharuan” yang biasa disebut dengan istilah

“inovativensess” yang mencakup: ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan-

gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat.

Dengan demikian, pengertian inovasi dapat semakin diperluas men-jadi (Mardikanto, 1988)”.:

“Sesuatu ide, produk, informasi teknologi,kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang

belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan/dilaksanakan oleh sebagian besar warga

masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-

perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikaan mutu hidup

setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan”.

Pengertian Adopsi

Adopsi, dalam proses penyuluhan (pertanian), pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses

penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap

(affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang

disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya sampai benar-benar dapat melaksanakan atau

menerapkannya dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya.

Tahapan Adopsi

Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau

menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri.

Tahapan-tahapan adopsi itu adalah:

1) awareness, atau kesadaran

2) interest, atau tumbuhnya minat

3) evalution atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi

4) trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya

5) adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan

Ukuran Adopsi Inovasi

Tergantung pendekatan ilmu yang digunakan, adopsi inovasi dapat diukur dengan beragam tolok-ukur

(indikator) dan ukuran (ukuran).

Sehubungan dengan itu, Totok Mardikanto (1994) mengukur tingkat adopsi dengan tiga tolok-ukur, yaitu:

kecepatan atau selang waktu antara diterimanya informasi dan penerapan yang dilakukan, luas penerapan

Page 2: Pengertian Tentang Inovasi

inovasi atau proporsi luas lahan yang telah “diberi” inovasi baru, serta mutu intensifikasi dengan

membandingkan penerapan dengan “rekomendasi” yang disampaikan oleh penyuluhnya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi

Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan ilmu penyuluhan pembangunan di Indonesia, studi-

studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus dikaji, terutama kaitannya dengan kegiatan

pembangunan pertanian yang dilaksanakan.

Dari khasanah kepustakaan diperoleh informasi bahwa kecepatan adopsi, ternyata dipengaruhi oleh

banyak faktor, yaitu:

1) Sifat-sifat atau karakteristik inovasi

2) Sifat-sifat atau karakteristik calon pengguna

3) Pengambilan keputusan adopsi

4) Saluran atau media yang digunakan

5) Kualifikasi penyuluh.

Selain itu, proses adopsi inovasi juga dapat didekati dengan pemahaman bahwa proses adopsi inovasi itu

sendiri merupakan proses yang diupayakan secara sadar demi tercapainya tujuan pembangunan pertanian.

Berlandaskan pada pemahaman seperti itu, dapat disimpulkan bebe-rapa pokok-pokok pemikiran tentang

adopsi inovasi kaitannya dengan pembangunan pertanian, sebagai berikut:

1) Adopsi inovasi memerlukan proses komunikasi yang terus-mene-rus untuk mengenalkan,

menjelaskan, mendidik, dan membantu masyarakat agar tahu, mau, dan mampu menerapkan

teknologi terpilih (yang disuluhkan).

2) Adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang berkelanjutan dan tidak kenal

berhenti, untuk: memperhatikan, menerima, memahami, menghayati, dan mene rapkan teknologi-

terpilih yang disuluhkan.

3) Adopsi inovasi memerlukan kesiapan untuk melakukan per-ubahan-perubahan dalam praktek

berusahatani, dengan memanfaatkan teknologi terpilih (yang disuluhkan).

Selaras dengan itu, maka kajian terhadap faktor-faktor penentu adopsi inovasi dapat dilakukan melalui

tiga pendekatan sekaligus, yaitu: pendekatan komunikasi, psiko-sosial, dan sistem agribisnis.

Pendekatan Komunikasi

Berlo (1961) menegaskan bahwa, kejelasan komunikasi sangat ditentukan oleh keempat unsur-unsurnya,

yang terdiri dari: sumber, pesan, saluran, dan penerimanya.

Page 3: Pengertian Tentang Inovasi

a) Sifat-sifat Inovasi

Dilihat dari sifat inovasinya, dapat dibedakan dalam sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya

sendiri) maupun sifat ekstrinsik yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya (Mardikanto, 1988).

Sifat-sifat intrinsik inovasi itu mencakup:

1) informasi ilmiah yang melekat/dilekatkan pada inovasinya,

2) nilai-nilai atau keunggulan-keunggulan (teknis, ekonomis, sosial budaya, dan politis) yang melekat

pada inovasinya,

3) tingkat kerumitan (kompleksitas) inovasi,

4) mudah/tidaknya dikomunikasikan (kekomunikatifan) inovasi,

5) mudah/tidaknya inovasi tersebut dicobakan (trialability),

6) mudah/tidaknyaa inovasi tersebut diamati (observability).

b) Kualitas Penyuluh

Termasuk dalam pengertian kualitas penyuluh, terdapat empat tolok-ukur yang perlu mendapat perhatian,

yaitu:

1) Kemampuan dan ketrampilan penyuluh untuk berkomunikasi

2) Pengetahuan penyuluh tentang inovasi yang (akan) disuluhkan

3) Sikap penyuluh, baik terhadap inovasi, sasaran, dan profesinya

4) Kesesuaian latar belakang sosial-budaya penyuluh dan sasaran

Selain faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas, kecepatan adopsi juga sangat ditentukan oleh

aktivitaas yang dilakukan penyuluh, khususnya tentang upaya yang dilakukan penyuluh untuk “mempro-

mosikan” inovasinya.

c) Sumber informasi yang dimanfaatkan

Gologan yang inovatif, biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, seperti: lembaga

pendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas yang terkait, media masa, tokoh-tokoh

masyarakat (petani) setempat maupun dari luar, maupun lembaga-lembaga komersial (pedagang, dll).

d) Saluran komunikasi yang digunakan

Secara konseptual, pada dasarnya dikenal adanya tiga macam saluran atau media komunikasi, yaitu:

saluran antar-pribadi (inter-personal), media masa (mass media), dan forum media yang dimak-sudkan

untuk menggabungkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh saluarn antar-pribadi dan media-masa.

e) Status Sosial-ekonomi Penerima atau Pengguna Inovasi

Rogers (1971) mengemukakan hipotesisnya bahwa setiap kelompok masyarakat terbagi menjadi 5 (lima)

Page 4: Pengertian Tentang Inovasi

kelompok individu berdasarkan tingkat kecepatannya mengadopsi inovasi,:

(1) 2,5 % kelompok perintis (innovator),

(2) 13,5 % kelompok pelopor (early adopter),

(3) 34,0 % kelompok penganut dini (early mayority),

(4) 13,5 % kelompok penganut lambat (late majority),

(5) 2,5 % kelompok orang-orang yang tak mau berubah (laggard).

Gambar 12. Model Hipotetis Kelompok Individu Dalam Masyarakat

Sehubungan dengan ragam golongan masyarakat ditinjau dari kecepatannya mengadopsi inovasi,

Lionberger (1960) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk

mengadopsi inovasi yang meliputi:

1) Luas usahatani

2) Tingkat pendapatan

3) Keberanian mengambil resiko

4) Umur

5) Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri.

6) Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru.

sifat individu yang sangat berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi, yang berupa:

1) Prasangka Interpersonal

2) Pandangan terhadap kondisi lingkungannya yang terbatas

3) Sikap terhadap penguasa

4) Sikap kekeluargaan

5) Fatalisme

6) Kelemahan Aspirasi

7) Hanya berpikir untuk hari ini

(1) (5)(4)(3)(2)

Page 5: Pengertian Tentang Inovasi

8) Kosmopolitnes, yaitu tingkat hubungannya dengan “dunia luar” di luar sistem sosialnya sendiri.

9) Kemampuan berpikir kritis, dalam arti kemampuan untuk menilai sesuatu keadaan (baik/buruk,

pantas/tidak pantas, dll).

10) Tingkat kemajuan peradabannya

11) Cara pengambilan keputusan

Pendekatan Pendidikan

Osgood (1953) melalui penjelasannya mengenai teori rangsangan dan tanggapan (stimulus-response

theory), mengemukakan bahwa proses adopsi yang merupakan salah satu bentuk tanggapan atas

rangsangan (inovasi) yang diterima, sangat tergantung kepada manfaat atau reward, yang dapat

diharapkannya.

Sedang kecepatan dan besarnya tanggapan tersebut tergantung kepada:

a) besar atau jumlah manfaat; semakin besar atau banyak manfaat yang akan diterima, respon akan

semakin cepat dan positif

b) kecepatan waktu penerimaan manfaat atau selang antara respon yang diberikan dengan manfaat yang

akan diterima; semakin cepat datangnya manfaat, respon akan semakin cepat dan positif .

c) frekuensi penerimaan manfaat; semakin sering manfaat akan diterima, respon akan semakin cepat dan

positif

d) besarnya energi atau korbanan yang dikeluarkan; semaki besar atau banyak korbanan (waktu, tenaga,

uang, dll) yang harus dikeluarkan, respon akan semakin lambat dan negatif

Pendekatan psiko-sosial

Secara psikologis, kegiatan yang dilakukan oleh sese-orang (untuk melakukan atau tidak melakukan

sesuatu), dilatar belakangi oleh adanya motivasi, yaitu tekanan atau dorongan (yang berupa kebutuhan,

keinginan, harapan dan atau tujuan-tujuan) yang menyebabkan sesoan melakukan kegiatan tersebut

(Berelson and Steiner, 1967; Newman and Newman, 1979).

Pendekatan Sistem Agribisnis

Kegiatan usahatani merupa-kan salah satu sub-sistem agribisnis, yang terdiri dari: sub-sistem pengadaan

dan penyaluran input, sub-sistem produksi, sub-sistem pasca panen dan pemasaran, dan sub-sistem

pendukung yang terdiri dari beragam unsur pelayanan (permodalan, perijinan, dll)..

Berdasarkan pendekatan ini, maka variabel-variabel yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi adalah:

a) Kualitas pelayanan input, khususnya yang berkaitan dengan: pengadaan sarana produksi dan kredit.

b) Aplikasi dan supervisi dalam penggunaan input

Page 6: Pengertian Tentang Inovasi

c) Jaminan harga dan sistem pemasaran produk

Pendekatan Pengembangan Masyarakat

Dari “definisi baru” yang diberikan terhadap istilah penyu-luhan pertanian (Bab 2) secara jelas

dinyatakan bahwa tujuan akhir dari penyuluhan pertanian adalah untuk mewujudkan masyarakat

pertanian yang mandiri, profesional, dan berjiwa kewirausahaan.

Pemahaman seperti itu, membawa implikasi bahwa kesepatan adopsi inovasi yang diupayakan melalui

kegiatan penyuluhan akan sangat ditentukan oleh:

a) Perilaku atau komitmen pimpinan wilayah selaku administrator dan penanggungjawab pembangunan

terhadap arti penting penyuluhan sebagai faktor penentu dan pelancar pembangunan.

b) Dukungan stakeholder yang lain yang memungkinkan masyarakat untuk dapat mengadopsi inovasi

yang ditawarkan, terutama lem-baga kredit, dan pelaku bisnis pertanian yang lain.

c) Pemahaman masyarakat tentang pentingnya penyuluhan bagi percepatan pembangunan yang

menuntut partisipasi masyarakat.

H. Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan Pertanian

Yang dimaksud dengan proses difusi inovasi adalah, perembesan adopsi inovasi dari satu individu yang

telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran yang sama.

Berlangsungnya proses difusi inovasi sebenarnya tidak berbeda dengan proses adopsi inovasi. Bedanya

adalah, jika dalam proses adopsi pembawa inovasinya berasal dari “luar” sistem sosial masyarakat

sasaran, sedang dalam proses difusi, sumber informasi berasal dari dalam sistem sosial masyarakat

sasaran itu sendiri.

Berkaitan dengan proses adopsi dan difusi inovasi, perlu dicermati tentang peran kelompok perintas

dan pelopor serta pemuka-pendapat (opinion leader)

Dalam proses adopsi inovasi, perhatian lebih banyak diharapkan dari kelompok penganut-dini untuk

menjadi panutan atau “acuan” masya-rakatnya, dibanding kelompok perintis dan pelopor.

Di samping itu, kelompok pemuka-pendapat yang sering dinilai memegang peran penting dalam proses

“komunikasi dua tahap” ternyata juga tidak selalu dapat dijadikan panutan atau acuan masyarakatnya.

Karena inovasi yang berupa ide-ide yang akan “membahayakan” kedudukan atau bisnisnya tidak akan

disampaikan kepada masyarakatnya.