pengertian hiv aids

10
1. Pengertian HIV aids AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan dari beberapa gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV (Dinkes Nganjuk, 2009:18). AIDS adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh menurunya system kekebalan tubuh manusia karena terinfeksi HIV (Dinkes Jatim, 2008:31). AIDS adalah suatu sindrom penyakit defisiensi imunitas selular yang didapat, yang pada penderitannya tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut (Unandar B, 1999: 401). AIDS merupakan gangguan immunodefisiensi yang sekunder yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang telah terisolasi dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi (C.Long Barbara, 1996: 572). HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV. (Evi Jayanti, 2008) 2. Epidemiologi

Upload: dwi-kurnia-sari

Post on 11-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hiv

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian HIV Aids

1. Pengertian HIV aids

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan dari beberapa gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV (Dinkes Nganjuk, 2009:18).

AIDS adalah sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh menurunya system kekebalan tubuh manusia karena terinfeksi HIV (Dinkes Jatim, 2008:31).

AIDS adalah suatu sindrom penyakit defisiensi imunitas selular yang didapat, yang pada penderitannya tidak dapat ditemukan penyebab defisiensi tersebut (Unandar B, 1999: 401).

AIDS merupakan gangguan immunodefisiensi yang sekunder yang disebabkan oleh retrovirus (HIV) yang telah terisolasi dalam cairan tubuh orang yang terinfeksi (C.Long Barbara, 1996: 572).

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS

dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem

kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit

walaupun yang sangat ringan sekalipun.

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang merupakan dampak

atau efek dari perkembang biakan virus hiv dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV

membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat

berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan

tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus

HIV. (Evi Jayanti, 2008)

2. Epidemiologi

Ratio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1. Cara penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui Heteroseksual 48,8%, IDU (Injecting Drug User) 41,5%, dan Homoseksual 3,3%. Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (50,07%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (29,63%) dan kelompok umur 40-49 tahun (8,49%) (Dinkes Nganjuk, 2009: 18).

3. Etiologi dan factor resikoFactor resiko:

Sesuai dengan sifat-sifat AIDS maka kelompok risiko tinggi ini harus mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :

1. Aktif dalam perilaku seksual menyimpang. Makin aktif, makin tinggi risikonya. Golongan yang sangat aktif adalah WTS (Wanita Tuna Susila), PTS (Pria Tuna Susila), dan pencari kepuasan seksual (pelanggan WTS atau PTS). Ditinjau dari usianya yang

Page 2: Pengertian HIV Aids

mempunyai kemungkinan tertinggi untuk berperilaku seksual aktif adalah orang remaja keatas.

2. Kaum biseksual maupun homoseksual

3. Mereka yang suka/pernah melakukan hubungan seksual dengan orang yang berasal dari daerah-daerah dimana insiden AIDS tinggi. Mereka tinggal di daerah tujuan wisata atau yang senang melayani wisatawan mempunyai peluang yang lebih besar (Depkes RI, 2002: 62).

4. Patofisiologi5. Manifestasi klinis

Infeksi oleh HIV memberikan gambaran klinik yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala pada stadium awal sampai pada gejala-gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Dua minggu setelah penularan beberapa penderita terjadi demam, nyeri tenggorok, keringat pada malam hari, diare. Gejala-gejala ini hilang sendiri, dan setelah itu 6 bulan sampai 8 tahun akan lebih tidak memberi gejala. Pada tahap selanjutnya sistim kekebalan tubuh mulai terganggu dan timbul gejala-gejala dari AIDS related complex berupa demam, berat badan turun lebih dari 10%, diare yang lama atau berulang-ulang, keringat pada malam hari dan perasaan lelah yang berlangsung lebih dari satu bulan. Pada tingkat akhir yang dinamakan AIDS, kekebalan tubuh sudah sangat menurun dan terjadi infeksi berat yang lama atau timbul beberapa jenis kanker dan akhirnya penderita meninggal (Tjahyo D, 2000: 76).

6. Pemeriksaan diagnostic

Dengan tes darah standart (serologi), laboratorium pertama kali melakukan enzyme-linked immunoassay (ELISA atau EIA). Hasil elisa yang negatif berarti tidak terinfeksi. Bila hasilnya positif, laboratorium secara otomatis melakukan tes kedua yang disebut Western blot (WB). Bila kedua tes hasilnya positif, berarti orang tersebut terinfeksi HIV (Joel Gallant, 2010 : 30)

7. Penatalaksanaan

1.Pengobatan medis Sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanya menghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virus dapat ditekan (Safri I, 2005 :5).

2.Pengobatan alternatif Berbagai bentuk pengobatan alternatif untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan penyakit. Akupuntur telah digunakan untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki kram, kesemutan atau nyeri, namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.

Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki dampak pada

Page 3: Pengertian HIV Aids

perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek samping negatif yang serius.

Beberapa data memperlihatkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian akan berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi baik.

Jadi pengobatan alternatif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengidap AIDS (Wikipedia, 2011: 10)

3.Psikoterapi Begitu besar dampak psikososial bagi penderita HIV/AIDS terhadap stigma / hukuman sosial dari masyarakat sehingga perlu penguatan psikologis bagi penderita (Depkes RI, 2002: 62).

8. Komplikasi9. Fase

TAHAP / FASE HIV/AIDS1. Tahap 1 (tahap Window), infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika antibody terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif. Lama periode jendela yaitu 1-3 bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai 6 bulan (Nursalam, 2007: 47).

2. Tahap 2 : Asimptomatik (tanpa gejala), belum ada gejala khas. Keadaan ini dapat berlangsung rerata selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain (Nursalam, 2007 : 47).

3. Tahap 3, keringat berlebihan pada waktu malam hari, diare terus menerus, berat badan terus menurun, pembengkakan kelenjar getah bening, Flu (Dinkes Jatim, 2008 : 31).

4. Tahap 4 (tahap AIDS), system kekebalan tubuh sangat lemah, mulai muncul gejala-gejala infeksi oportunistik (Infeksi yang muncul karena system kekebalan tubuh lemah) diantaranya : infeksi paru (TBC), Infeksi jamur pada mulut (sariawan yang parah), kanker kulit (sarcoma Kaposi), dll (Dinkes Jatim, 2008 : 31).

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi

AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem

ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik

yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

Page 4: Pengertian HIV Aids

Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran

pernapasan atas yang berulang

Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari

sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus

atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV dibagi menjadi tiga Tahap :

1) Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam jaringan limfoid, terjadi

penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti serokonversi dan pengaturan replikasi virus

dengan dihasilkannya CD8+ sel T antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut yang

sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok, mialgia non-spesifik, dan meningitis aseptik.

Keseimbangan klinis dan jumlah CD4+ sel T menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.

2) Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis dengan replikasi. virus yang

rendah khususnya di jaringan limfoid dan hitungan CD4+ secara perlahan menurun. Penderita

dapat mengalami pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat

mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini terjadi demam, kemerahan kulit, kelelahan,

dan viremia. Tahap kronik dapat berakhir antara 7-10 tahun.

3) Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan tubuh penderita secara

cepat berupa rendahnya jumlah CD4+, penurunan berat badan, diare, infeksi oportunistik, dan

keganasan sekunder. Tahap ini umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika

Serikat menganggap semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200

sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum terlihat. (Robbins, dkk, 1998 : 143)

10. Pencegahan Puasa seks yaitu tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Setia pada pasangan seks yang sah, tidak berganti-ganti pasangan seks. Pemakaina kondom pada setiap melakukan hubungan seks yang berisiko tertular virus HIV atau penyakit menular seksual lainnya. Tidak menggunakan jarum suntik narkoba secara bergantian. (Tjahyo D, 2000 : 77)

Page 5: Pengertian HIV Aids

    Pencegahan

Ada 3 pola penyebaran virus HIV :

1. Melalui hubungan seksual

2. Melaui darah

3. Melaui ibu yang terinfeksi HIV kepada bayinya

Ad.1. Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual

HIV terdapat pada semua cairan tubuh penderita tetapi yang terbukti berperan dalam penularan

AIDS adalah mani, cairan vagina dan darah.

HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria dan dari pria

ke pria.

Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual maka upaya pencegahan

adalah dengan cara :

• Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak mungkin

dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.

• Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan tidak

terinfeksi HIV (homogami)

• Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin

• Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.

• Tidak melakukan hubungan anogenital.

• Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok resiko

tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

Ad.2. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah

Darah merupakan media yang cocok untuk hidup virus AIDS. Penularan AIDS melalui darah

terjadi dengan :

− Transfusi darah yang mengandung HIV.

− Jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas pakai orang yang mengidap

HIV tanpa disterilkan dengan baik.

Page 6: Pengertian HIV Aids

− Pisau cukur, gunting kuku atau sikat gigi bekas pakai orang yang mengidap virus HIV.

Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:

− Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa darah

donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang tingi serta

peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka pemeriksaan donor

darah hanya dengan uji petik.

− Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah. Apabila

terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah yang dicurigai harus

di buang.

− Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali habis

dipakai.

− Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan

secara baku.

− Kelompok penyalahgunaan narkotik harus menghentikan kebiasaan penyuntikan obat ke dalam

badannya serta menghentikan kebiasaan mengunakan jarum suntik bersama.

− Gunakan jarum suntik sekali pakai (disposable)

− Membakar semua alat bekas pakai pengidap HIV.

Ad.3. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu

Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan virus tersebut kepada janinnya. Penularan

dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan, pada waktu persalinan dan sesudah bayi di

lahirkan.

Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang

terinfeksi HIV tidak hamil.

Ada lima tingkat pencegahan (Five level prevention) menurut Level & Clark, yaitu:

1. Promosi kesehatan (health promotion)

2. Perlindungan khusus (spesific protection)

Page 7: Pengertian HIV Aids

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)

4. Pembatasan cacat (disabaliyi limitation)

5. Rehabilitasi (rehabilitation)

11. ASKEP

Sumber :Siregar,fazidah.2004.online (http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-fazidah4.pdf) diakses pada tanggal 16 oktober 2014 pukul 19.17 wib

1. Joel Gallant. (2010), Tanya Jawab Mengenai HIV dan AIDS. PT. Indeks : Jakarta

2. Dinkes Nganjuk, (2010), Laporan Kasus HIV/AIDS Kabupaten Nganjuk Tahun 2002-2010. Klinik VCT Adenium : Puskesmas Bagor

http://www.artikelkedokteran.com/818/inveksi-virus-hiv-aids.html