pengendalian harga pasca gempa
TRANSCRIPT
Tugas Teori Ekonomi Mikro
PENGENDALIAN HARGA PASCA BENCANA
Desy Herawati
No. BP 1021206024
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2010
I. LATAR BELAKANG
Tahun 2009 memiliki arti sejarah yang cukup penting bagi
masyarakat Kota Padang. Karena di tahun 2009, tepatnya tanggal 30
September 2009 pukul 17.16 WIB terjadi gempa besar dengan
kekuatan 7,9 SR. Gempa ini bahkan terasa hingga ke Singapura.
Gempa telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur, fasilitas umum
serta pemukiman rakyat. Yang lebih memilukan peristiwa gempa ini
telah mengakibatkan 1.195 orang meninggal, korban luka berat
tercatat 619 orang, luka ringan 1.179 orang dan mengungsi sebanyak
6.554 orang. Sedangkan yang hilang sebanyak 2 orang di Kota
Padang. Total kerugian material akibat gempa 30 September 2009
adalah sebanyak 4.815.477.418.250,- (Empat trilyun delapan ratus
lima belas milyar empat ratus tujuh puluh tujuh juta empat ratus
delapan belas ribu dua ratus lima puluh rupiah). Data diperoleh dari
laporan Kab/Kota melalui Satlak PB atau BPBD setempat yang masuk
ke Satkorlak PB Prov. Sumbar.
Gambar1. Bangunan yang runtuh akibat gempa 30 September 2009
1
Secara geologi wilayah Sumatera Barat memang termasuk
daerah rawan terjadinya bencana gempa bumi, hal ini disebabkan
karena Sumatera Barat berada pada lempeng Indo-Australia yang
merupakan salah satu dari 3 lempeng aktif dunia yang
pergerakkannya berpotensi menimbulkan gempa bumi besar. Titik
lempeng Indo-Australia tersebut meliputi pantai barat Sumatera mulai
dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung,
selatan Jawa, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur terus
ke Bali dan Nusa Tenggara. Disamping itu Sumatera Barat berada
pada jalur patahan Semangko yang membelah pulau Sumatera yang
juga sangat berpotensi menimbulkan gempa besar.
Pada tahun 2010 ini juga terjadi gempa besar yang
mengakibatkan tsunami di Kepulauan Mentawai. Gempa berkekuatan
7,2 skala Richter atau 7,7 Magnitude yang mengguncang Kepulauan
Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/10/2010) pukul 21.42.20 WIB.
gempa di perairan selatan Pulau Pagai Selatan ini menimbulkan
tsunami hingga 3 meter di Pulau Pagai. Gempa ini juga menelan
korban dan mengakibatkan kerugian. Berdasarkan data terakhir
korban tewas sebanyak 413 orang, korban hilang 88 orang, luka berat
271 orang, luka ringan 142 orang, sedangkan jumlah pengungsi
sebanyak 14.983 orang.
Gambar 2. Peta Gempa
tanggal 30 September 2009
2
Bantuan untuk korban gempa di Mentawai terus mengalir
dari berbagai pihak. Namun proses penyalurannya mengalami
kendala serius dalam hal transportasi. Jalur laut sebagai transportasi
utama sulit ditempuh karena cuaca buruk. Alternatif lain adalah
melalui udara namun cara ini tidak efektif karena daya angkut yang
terbatas. Hal ini menyebabkan pengungsi terancam kelaparan,
karena stok makanan yang semakin menipis. Tidak hanya itu saja,
pelayanan kesehatan bagi pengungsi juga sangat memprihatinkan.
Relawan kesehatan yang bersedia datang ke Mentawai juga
mengalami hambatan karena masalah transportasi.
Gambar 3. Anak-anak pengungsi di Mentawai berebut bantuan yang dilempar dari
udara dengan menggunakan helikopter
Dalam hal ini pemerintah daerah harus meningkatkan
kesiapsiagaan menghadapi bencana serupa di masa mendatang. Ini
tidak mungkin menjadi gempa bumi yang terakhir, karena
berdasarkan sejarah dan lokasi Sumatera Barat adalah di daerah
yang rentan terhadap kegiatan seismik. Daerah perlu mempersiapkan
diri lebih baik untuk bencana di masa depan. Ini akan memerlukan
3
upaya-upaya di semua tingkat pemerintahan untuk menjadi lebih
tahan terhadap peristiwa semacam itu di masa mendatang, serta
untuk dapat merespons dengan cepat dan efektif ketika peristiwa
semacam itu terjadi.
Gambar 4. Peta prediksi gempa besar 8.8 SR
Apalagi dengan adanya prediksi dari para ahli mengenai
gempa besar yang akan terjadi (namun para ahli tidak bisa
memprediksi waktunya). Menurut para ahli gempa ini berskala besar
sehingga akan mengakibatkan tsunami yang sangat serius. Berikut
kutipan prediksi ahli gempa dari Singapura; Menurut pakar dari Earth
Observatory of Singapore yang telah lama meneliti kawasan
Mentawai bersama LIPI, Profesor Kerry Edward Sieh, dari data gempa
besar di Mentawai pada 1797 dan 1833 yang mereka dapatkan,
ternyata hampir seluruh megathrust (sesar naik) antara Pulau Pagai
Selatan sampai Pulau Batu belum pernah patah sejak tahun 1797
atau bahkan seratus tahun sebelumnya.
"Ini menyebabkan slip (pergeseran) sejauh 8 hingga 12
meter bisa terjadi pada bagian megathrust itu," kata Sieh kepada
4
VIVAnews.com melalui emailnya. Data GPS yang mereka miliki, Sieh
menambahkan, mengimplikasikan bahwa terjadinya patahan di
megathrust itu terjadi sisi samudera megathrust, di bagian bawah,
dan di bagian sisi dalam kepulauan itu (yang menghadap ke bagian
Sumatera Barat).
"Bila ini gempa terjadi dalam satu waktu, maka ukuran
gempa Mentawai Padang Sumbar bisa mencapai magnitude 8,8 SR,"
Sieh menambahkan. Sebagai gambaran, gempa 1797 juga diikuti oleh
tsunami yang diperkirakan mencapai hingga setidaknya 5 meter di
Muara di Padang.
Lalu, seperti apa kerusakan yang bakal ditimbulkan akibat gempa
tersebut? Sieh menuturkan, bila pergeseran megathrust hanya terjadi
terjadi di bagian barat Pulau Siberut, Pulau Pagai Utara dan Sipora,
maka diperkirakan bakal menimbulkan tsunami yang sangat serius
yang bakal melibas Pantai Barat kepulauan itu.
Sementara bila pergeseran hanya terjadi di bagian bawah
kepulauan itu, maka akan terjadi kenaikan permukaan pada
kepulauan itu setinggi satu atau dua atau tiga meter, seperti yang
terjadi pada gempa Nias Maret 2005 dan gempa di Pagai Selatan,
pada 2007.
Bertolak dari uraian diatas maka semua pihak yang terkait
harus siap siaga menghadapi kemungkinan yang terburuk. Oleh
sebab itu diperlukan kerjasama pemerintah, masyarakat dan pihak-
pihak lainnya agar masalah-masalah yang muncul pasca bencana
dapat teratasi dengan baik.
5
Pemerintah dalam hal ini telah membuat aturan mengenai
penanggulangan bencana diantaranya yaitu :
1. PP no 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana
2. PP no 22 tahun 2008 tentang Pendanaan Penanggulangan
Bencana
3. PP no 23 tahun 2008 tentang Peran serta lembaga
internasional dan lembaga asing dalam penanggulangan
bencana.
Dimensi baru dari rangkaian peraturan terkait dengan bencana
tersebut adalah:
1. Penanggulangan bencana sebagai sebuah upaya menyeluruh
dan proaktif dimulai dari pengurangan risiko bencana, tanggap
darurat, dan rehabilitasi dan rekonstruksi.
2. Penanggulangan bencana sebagai upaya yang dilakukan
bersama oleh para pemangku kepentingan dengan peran dan
fungsi yang saling melengkapi.
3. Penanggulangan bencana sebagai bagian dari proses
pembangunan sehingga mewujudkan ketahanan (resilience)
terhadap bencana.
Dengan adanya aturan-aturan ini dapat digunakan oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai panduan
dalam melakukan kegiatan tanggap darurat pasca bencana.
Disamping perlu aturan dalam melakukan kegiatan tanggap darurat,
hal lain yang tak kalah perlu adalah suatu kebijakan dalam mengatasi
6
masalah yang sering timbul pasca bencana dan dialami oleh seluruh
masyarakat yang terimbas bencana. Masalah itu adalah adanya
kenaikan harga barang-barang terutama bahan kebutuhan dasar/
pokok.
Gambar 5. Sentral Pasar Raya yang rusak berat pasca gempa 30 September 2009
Secara sederhana dapat dipahami bahwa pada saat terjadi
bencana (khususnya gempa) banyak pusat-pusat perdagangan yang
hancur sehingga stok barang dagangan menipis, sementara
kebutuhan masyarakat cenderung meningkat. Untuk menambah stok
dari luar daerah seringkali terhambat oleh adanya kerusakan jalan
atau jalur transportasi yang tidak lancar. Oleh karena itu perlu
dirumuskan suatu langkah-langkah untuk menghindari terjadinya
lonjakan harga pasca bencana sehingga keadaan masyarakat yang
telah mendapat musibah tidak semakin buruk dengan adanya
lonjakan harga kebutuhan pokok.
Melalui paper ini penulis akan mencoba menguraikan
bagaimana gempa dapat mempengaruhi stabilitas harga serta
langkah-langkah apa yang harus dilakukan dalam rangka
menciptakan stabilitas harga terutama pasca bencana.
II. TINJAUAN LITERATUR7
Kenaikan dan penurunan harga dapat dipengaruhi oleh
permintaan dan penawaran terhadap barang tersebut. Sebelum
terjadinya gempa, permintaan dan penawaran terhadap barang
sudah mencapai keseimbangan, yaitu dengan adanya titik ekulibrium
seperti pada gambar berikut ini :
Gambar 6. Titik ekuilibrium
(keseimbangan pasar)
Pada saat terjadi gempa, stok barang berkurang sementara
permintaan cenderung meningkat. Saat ini berlaku teori permintaan
yaitu “Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya
yaitu apabila permintaan naik, maka harga relatif akan naik,
sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif akan turun.”
Teori ini berlaku dengan asumsi faktor-faktor selain harga tidak
mengalami perubahan (ceteris paribus).
Perubahan harga digambarkan melalui kurva dibawah ini.
Pada titik A1 harga barang adalah P1 dan jumlah barang yang diminta
adalah Q1. Jika terjadi kenaikan permintaan, maka harga akan
cenderung naik yaitu P1 mejadi P2, sehingga konsumen hanya
mampu membeli sebanyak Q2 (keseimbangan pada titik A2).
Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang
yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun.
8
Gambar 7. Kurva Permintaan
Sedangkan perubahan factor lain selain harga akan
menyebabkan pergeseran kurva demand ke kanan atau kekiri. Factor-
faktor lainnya seperti : Harga barang lain, Pendapatan konsumen, Cita
rasa, Iklim, Jumlah penduduk, Ramalan masa yang akan datang.
Pada saat terjadi gempa, maka stok barang menipis,
distribusi terhambat, dan terjadi kelangkaan (scarcity) ini
menyebabkan pergeseran kurva penawaran kesebelah kiri (St). Hal ini
menyebabkan terjadinya kelebihan permintaan (Q0 – Qt) yang
disebut excess demand. Akibat dari kelebihan permintaan ini, adalah
terjadinya kenaikan harga dari P0 ke Pt sehingga terjadi Price
Rationing yang akhirnya hanya yang mampu membayar pada harga
Pt yang mendapatkan barang.
9
Gambar 8. Pergeseran kurva demand
Sementara disisi lain, pada saat terjadi bencana
kemampuan masyarakat untuk membeli barang tidak bertambah,
melainkan menurun. Untuk mengatasi hal ini diperlukan upaya-upaya
untuk mengendalikan harga, sebagai berikut :
1. A price ceiling , yaitu penentuan harga maksimum yang
dapat ditetapkan penjual suatu barang (diatur
pemerintah)
2. Queuing (antrian), yaitu suatu sistem pendistribusian
barang bersifat nonprice rationing, dimana konsumen
menunggu (antrian) pendistribusian barang dan jasa
10
Gambar 9. Excess demand
Gambar 10. Price Ceiling
3. Favored customers , menetapkan mereka-mereka yang
menerima perlakuan khusus (dealers) selama situasi
exess demand
4. Ration coupons memberikan hak kepada individu yang
memegang kopon untuk membeli sejumlah tertentu
produk.
III. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGENDALIAN HARGA
Pemerintah memegang peranan penting dalam
pengendalian harga pasca bencana, karena pemerintah memiliki
wewenang penuh dalam regulasi. Berikut ini adalah beberapa
kebijakan dan peraturan pemerintah dalam masalah pengendalian
harga:
A. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1962 Tanggal 3
Agustus 1962
Pada pasal 1 disebutkan “Harga-harga, penggantian-
penggantian atau sewa-sewa dalam bentuk apapun juga, yang
diminta atau yang diperhitungkan untuk barang-barang, jasa-jasa
atau sewa-sewa, baik menurut jenisnya maupun sebagai barang-
barang, jasa-jasa atau sewa-sewa tertentu, baik untuk seluruh
Indonesia maupun untuk sesuatu daerah tertentu, tidak boleh
melebihi maksimum yang ditetapkan oleh atau atas nama Menteri
11
Gambar 11. Queuing
Perdagangan, kecuali jika dalam hal ini diberikan izin umum atau
khusus olehnya atau atas namanya.”
Namun peraturan ini tidak memberikan aturan yang jelas
mengenai sisdur pelaksanaan pengendalian harga. sehingga tidak
bisa menjadi acuan dalam kegiatan tanggap darurat pasca bencana.
B. Kebijakan Cadangan Beras Pemerintah
Pasca bencana umumnya harga-harga terutama sembako
mengalami peningkatan. Dalam hal ini ada kebijakan yang diambil
pemerintah dalam mengatasi kenaikan harga ini. CBP yaitu cadangan
beras pemerintah yang dikelola oleh Perum Bulog.
Tujuan dari CBP :
a. untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat yang
mengalami kadaan darurat dan kerawanan pasca bencana
b. untuk mengendalikan gejolak harga beras
Sasaran dari CBP :
a. masyarakat yang mengalami kadaan darurat dan kerawanan
pasca bencana
b. masyarakat yang terkena dampak gejolak harga
Indikator sasaran :
12
a. terpenuhinya kebutuhan beras masyarakat secara cepat dan
tepat dalam masa penanggulangan kedaaan darurat dan
tercegahnya kerawanan pangan pasca bencana
b. terkendalinya harga beras saat terjadi gejolak harga beras
Ketentuan penggunaan CBP ini diatur dalam SKB Menko
Perekonomian No. KEP-46/M.EKON/08/2005 dan SKB Menko Kesra
No.KEP-34/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005.
C. Kebijakan Operasi Pasar
Salah satu kebijakan pemerintah yang dapat menetralisir
harga adalah operasi pasar. Saat operasi pasar, pemerintah memasok
barang-barang kebutuhan pokok dan menjualnya dengan harga
murah (dibawah harga pasar yang sedang berlaku). Dengan adanya
intervensi dari pemerintah ini, maka tingkat demand masyarakat
terhadap kebutuhan pokok di pasar akan menurun.
Sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan terhadap
suatu barang menurun, maka akan terjadi perubahan pada kurva
permintaan yang mengakibatkan terjadinya excess supply. JIka terjadi
excess supply maka penjual akan menurunkan harga sehingga
13
Gambar 12. Operasi pasar yang dilakukan pemerintah
barangnya banyak terjual. Inilah yang akan menciptakan titik
keseimbangan yang baru.
D. Rancangan Peraturan Daerah Tentang Penanggulangan
Bencana di Provinsi Yogyakarta.
Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang baru saja
mengalami bencana yaitu meletusnya Gunung Merapi. Sebagai
daerah yang rawan bencana, pemerintah daerah Yogyakarta telah
membuat rancangan peraturan daerah, dimana didalamnya terdapat
pasal yang mengatur tentang pengendalian harga. Yaitu Pasal 6 ayat l
yang berbunyi : melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap harga
kebutuhan pokok dan/atau harga kebutuhan lain pada tahap tanggap darurat
dan pasca bencana.
Dengan adanya dasar hukum yang kuat tentang pengendalian
harga pasca bencana, maka para produsen, spekulan yang senang menumpuk
barang serta para pedagang tidak bisa seenaknya melakukan peningkatan
harga, sehingga masyarakat yang sedang mengalami musibah tidak semakin
menderita akibat kenaikan harga.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan pemerintah
sangat besar dalam masalah pengendalian harga. Pemerintah yang
memegang fungsi regulator memiliki wewenang untuk
mengintervensi pasar dalam mengatur harga. Beberapa kebijakan
yang dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu :
14
a. Membuat peraturan mengenai batasan/ standar harga
minimum dan maksimum.
b. Melakukan operasi pasar jika terjadi lonjakan harga di pasar
(sebagai tindakan cepat mengatasi kenaikan harga).
c. Membuat aturan khusus bagi para produsen dan penjual agar
tidak menumpuk barang yang bisa menimbulkan kelangkaan
yang berakibta kenaikan harga barang. Aturan ini sebaikan
disertai dengan sangsi yang tegas sehingga menimbulkan efek
jera bagi yang melanggarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nicholson, Walter, Teori ekonomi mikro , Ed.2,cet.5, RajaGrafindo
Persada, Jakarta,1999.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1962 Tanggal 3 Agustus 1962
tentang Pengendalian Harga
SKB Menko Perekonomian No. KEP-46/M.EKON/08/2005
15
SKB Menko Kesra No.KEP-34/KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005.
http://regional.kompas.com/read/2010/11/01/1753591/
Inilah.Data.Terakhir.Korban.Mentawai
http://besteasyseo.blogspot.com/2010/11/prediksi-gempa-mentawai-
88sr-lipi-pakar.html
www. matakuliah.files.wordpress.com/2007/09/te-mik-1.pdf
16