pengendali ketinggian air berbasis rangkaian digital · 2018. 6. 22. · gambar 4.10 tanggapan...

187
TUGAS AKHIR PENGENDALI KETINGGIAN AIR BERBASIS RANGKAIAN DIGITAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro Disusun Oleh : ANTONIUS ADI NUGROHO NIM : 025114059 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

Upload: others

Post on 07-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • TUGAS AKHIR

    PENGENDALI KETINGGIAN AIR BERBASIS RANGKAIAN DIGITAL

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Elektro

    Disusun Oleh :

    ANTONIUS ADI NUGROHO

    NIM : 025114059

    PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

    JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2007

    i

  • WATER LEVEL CONTROLLER

    BASED ON DIGITAL CIRCUIT

    Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree

    In Electrical Engineering Study Program

    By:

    Name : Antonius Adi Nugroho

    Student Number : 025114059

    ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

    DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING

    FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2007

    ii

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    TUGAS AKHIR

    PENGENDALI KETINGGIAN AIR

    BERBASIS RANGKAIAN DIGITAL (WATER LEVEL CONTROLLER BASED ON DIGITAL

    CIRCUIT)

    Disusun oleh

    Antonius Adi Nugroho NIM : 025114059

    Telah disetujui oleh :

    Dosen Pembimbing I (B. Wuri Harini, S.T., M.T.) Tanggal :_____________________ Dosen Pembimbing II (Ir. Tjendro) Tanggal:_____________________

    iii

  • HALAMAN PENGESAHAN

    PENGENDALI KETINGGIAN AIR BERBASIS RANGKAIAN

    DIGITAL

    Dipersiapkan dan disusun oleh :

    Antonius Adi Nugroho

    NIM : 025114059

    Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

    Pada tanggal : 17 Oktober 2007

    dan dinyatakan memenuhi syarat

    Susunan Panitia Penguji

    Nama Lengkap Tanda Tangan

    Ketua : Martanto, S.T., M.T. .....................................

    Sekretaris : B. Wuri Harini, S.T., M.T. .....................................

    Anggota : Damar Widjaja, S.T., M.T. .....................................

    Anggota : Ir. Tjendro .....................................

    Yogyakarta, November 2007

    Fakultas Sains dan Teknologi

    Universitas Sanata Dharma

    Dekan

    Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M. Sc.

    iv

  • MOTO DAN PERSEMBAHAN

    life full of problem in details

    there is liking is sorrowful

    don't have ever surendered

    there no stain don't learn

    Kupersembahkan Karya ini :

    Untuk Tuhan Yesus Kristus

    Untuk Bapak, Ibu, mbak Ika, Eyang kakung dan Alm Eyang Uti yang

    sangat kucintai

    Untuk Semua teman dan sahabatku

    Terimakasih atas segala kesabaran dan cinta kasih yang selalu diberikan

    pada penulis.

    v

  • Pengendali Ketinggian Air Berbasis Rangkaian Digital

    Nama : Antonius Adi Nugroho NIM : 025114059

    INTISARI Dalam tugas akhir ini akan dipaparkan tentang Sistem Pengendali Ketinggian Air Berbasis Rangkaian Digital yang dapat digunakan untuk mengatur ketinggian air dengan mengaplikasikan rangkaian digital. Rangkaian Pengendali Ketinggian Air Berbasis Rangkaian Digital ini terdiri dari beberapa bagian utama yaitu : (1) sensor, (2) rangkaian set point, (3) rangkaian pengondisi sinyal, (4) pengubah tegangan analog ke digital, (5) komparator, (6) kontroler, (7) penggerak, (8) plan (dua buah tangki), dan (9) rangkaian penampil.

    Pengendali Ketinggian Air Berbasis Rangkaian Digital diimplementasikan dengan menggunakan sistem kalang tertutup. Masukan untuk pengendali adalah hasil selisih antara set point dengan keluaran sensor, selisih tersebut nantinya digunakan untuk mengendalikan pompa air agar hidup atau mati. Pada penerapan alat ini, pengendalian ketinggian air dibatasi dengan nilai set point yaitu 3 cm, 5 cm, 7 cm, dan 9 cm. Dalam pemilihan set point digunakan 4 buah saklar yang tiap-tiap saklar memiliki nilai yang berbeda-beda.

    Pada saat dilakukan pengujian dapat diketahui bahwa sistem stabil dan telah bekerja dengan baik sesuai dengan perancangan. Diperoleh hasil yang memiliki nilai steady-state error sebesar 4,44%, akan tetapi nilai tersebut masih dalam batas nilai toleransi yang diijinkan. Kata kunci : ketinggian air, rangkaian digital, pengendali

    vi

  • Water Level Controller Based on Digital Circuit

    Name : Antonius Adi Nugroho Student Number : 025114059

    ABSTRACT

    This final project will describe Water Level Controller based on digital circuit. The electronic circuit of Digital Connecting Structure-based Water Level Controller System is divided into several main parts: (1) sensor, (2) set point, (3) signal conditioning, (4) analog to digital converter, (5) comparator, (6) controller, (7) actuator, (8) plant, and (9) display.

    Water Level Controller based on digital circuit was implemented with close-loop system. The input controllers are the different between set point and sensor’s output. That different will used to controlled water pump condition. In application’s project, water level controller uses set point’s values are 3 cm, 5 cm, 7 cm and 9 cm. to choose set point’s value used 4 selections button that have different value.

    During testing the project will known that the system is constant and worked properly with the design project. This final project has got steady-state error value 4, 44 %, but the value was tolerated. Keyword: water level, digital circuit, controller.

    vii

  • HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    “Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain,

    kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka,

    sebagaimana layaknya karya ilmiah.”

    Yogyakarta, Oktober 2007

    Antonius Adi Nugroho

    viii

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

    kasih karunia, anugerah, dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penulisan tugas akhir ini dengan baik.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini, penulis

    mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh hormat, penulis

    ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Romo Ir. Greg. Heliarko SJ.,SS.,BST.,MA.,MSC selaku Dekan

    Fakultas Teknik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Bapak A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik

    Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Ibu B. Wuri Harini, S.T., M.T. dan Ir. Tjendro selaku pembimbing I

    dan II atas segala pemikiran, waktu dan tenaganya dalam membimbing

    dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir.

    4. Seluruh dosen Teknik Elektro yang tidak dapat di sebutkan satu

    persatu, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

    5. Seluruh Staf & Laboran Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma

    yang sudah memberikan bantuan selama proses pembuatan karya tugas

    akhir ini.

    ix

  • 6. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan doa, dorongan moril

    maupun material, kasih dan kesabaran yang tak pernah putus sehingga

    penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

    7. Kakakku Ika yang telah memberi doa dan dukungan penulis dalam

    menyelesaikan tugas akhir ini.

    8. Ma Prend in da MARCOPOLO : Gepenk, Memet, Bhule, Andex, Deri,

    Nango, Lambe, Ahok, Nonox, Denny, Nova. I Love U ALL!!

    9. Keluarga besar Pak Wakidi dan alm Ibu, Iksan, mas Yudi dan

    keluarga, terima kasih sudah menerima penulis dan berhubungan baik

    dengan penulis.

    10. Pembimbing III-ku : Nangok dan Wawan terimakasih atas waktu dan

    pemikiran yang telah banyak membantu penulis selama proses

    penulisan tugas akhir ini.

    11. Teman-teman teknik Elekro’02: Kobo, Sumanto, Erik, Oscar, Iyok,

    Roby, Koh Andis, Sinung, Lele, Hari, Koten, Ido, Danny, Denny,

    Yoga. Selalu semangat teman!!

    12. Teman-teman mahasiswa jurusan Teknik Elekro dan semua pihak

    yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas setiap bantuannya.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekurangan

    dari penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang

    bersifat membangun sangat penulis harapkan.

    x

  • Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    penulis maupun pembaca semuanya.

    Yogyakarta, Oktober 2007

    Penulis

    xi

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... v

    INTISARI ....................................................................................................... vi

    ABSTRACT.................................................................................................... vii

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. viii

    KATA PENGANTAR.................................................................................... ix

    DAFTAR ISI................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xix

    BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    1.1 Judul ............................................................................................ 1

    1.2 Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.3 Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 2

    1.4 Perumusan Masalah ..................................................................... 3

    1.5 Batasan Masalah .......................................................................... 3

    1.6 Metodologi Penelitian ................................................................. 4

    1.7 Sistematika Penulisan................................................................... 5

    xii

  • BAB II DASAR TEORI ................................................................................ 6

    2.1 Sistem Kontrol ............................................................................. 6

    2.2 Transduser dan Sensor ................................................................ 7

    2.3 ADC (Analog to Digital Converter)............................................. 8

    2.3.1 Parameter ADC ................................................................. 9

    2.4 Gerbang-gerbang Logika.............................................................. 10

    2.4.1 Gerbang AND ................................................................... 11

    2.4.2 Gerbang OR ....................................................................... 12

    2.4.3 Gerbang NOT .................................................................... 13

    2.4.4 Gerbang NAND ................................................................ 14

    2.4.5 Gerbang NOR .................................................................... 15

    2.5 Pembanding.................................................................................. 17

    2.6 Triac ............................................................................................. 19

    2.7 Penggerak ( Driver ) Motor.......................................................... 21

    2.8 Optoisolator ................................................................................. 21

    2.9 Peraga LED Tujuh Segmen.......................................................... 22

    2.10 Penggerak/Pengkode BCD-ke-Tujuh Segmen ............................. 23

    2.11 Buffer Tegangan ........................................................................... 24

    2.12 Differential Amplifier (Penguat Selisih)....................................... 24

    2.13 Non inverting Ampilfier ............................................................... 25

    2.14 Tanggapan Sistem ........................................................................ 25

    xiii

  • BAB III PERANCANGAN .......................................................................... 28

    3.1 Diagram Blok ............................................................................... 28

    3.2 Plant Pengendali Ketinggian Air ................................................. 28

    3.3 Sensor Ketinggian Air .................................................................. 29

    3.4 Rangkaian Pengkondisi Sinyal..................................................... 31

    3.5 Set Point ...................................................................................... 35

    3.6 ADC 0804 .................................................................................... 36

    3.7 Rangkaian Kontroler .................................................................... 37

    3.8 BCD to 7 segment ........................................................................ 38

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 40

    4.1 Cara Kerja dan Cara Pengoperasian Alat ...................................... 40

    4.2 Data Pengamatan .......................................................................... 41

    4.2.1 Data Pengamatan untuk Set Point 1 ................................... 43

    4.2.2 Data Pengamatan untuk Set Point 2 ................................... 45

    4.2.3 Data Pengamatan untuk Set Point 3 ................................... 48

    4.2.4 Data Pengamatan untuk Set Point 4 ................................... 51

    4.2.5 Data Pengamatan untuk Set Point 1

    (Sistem dikenai gangguan) ................................................ 55

    4.2.6 Data Pengamatan untuk Set Point 2

    (Sistem dikenai gangguan) ................................................ 58

    4.2.7 Data Pengamatan untuk Set Point 3

    (Sistem dikenai gangguan) ................................................ 61

    xiv

  • 4.2.8 Data Pengamatan untuk Set Point 4

    (Sistem dikenai gangguan) ................................................ 64

    4.2.9 Perbandingan Sistem dengan gangguan dan tanpa gangguan.68

    4.3 Pengamatan Keluaran ADC dan Set Point .................................. 68

    4.3.1 Perbandingan Data Pengukuran ADC dengan Perancangan 70

    4.3.2 Perbandingan Pengamatan Perancangan dan Plant .......... 70

    4.4 Pengamatan Rangkaian Pembanding .......................................... 71

    4.5 Pengamatan Driver Motor............................................................ 72

    BAB V PENUTUP ......................................................................................... 73

    5.1 Kesimpulan .................................................................................. 73

    5.2 Saran ............................................................................................ 73

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    xv

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Diagram blok sistem kontrol ............................................... 6

    Gambar 2.2.a Simbol Potensiometer .......................................................... 8

    Gambar 2.2.b Perbandingan hambatan RA dan RB pada potensiometer ... 8

    Gambar 2.3 Gerbang AND...................................................................... 12

    Gambar 2.4 Gerbang OR ......................................................................... 13

    Gambar 2.5 Gerbang NOT ...................................................................... 13

    Gambar 2.6 Gerbang NAND ................................................................... 14

    Gambar 2.7 Gerbang NOR ...................................................................... 16

    Gambar 2.8 Simbol logika standar gerbang XOR dua masukan............. 17

    Gambar 2.9 Pembanding 4 bit menggunakan gerbang XOR .................. 18

    Gambar 2.10 IC 74LS85............................................................................ 19

    Gambar 2.11 Bentuk fisik triac ................................................................. 19

    Gambar 2.12 Kurva karakteristik triac...................................................... 20

    Gambar 2.13 Konfigurasi dari MOC302X ................................................ 22

    Gambar 2.14 Peraga LED tujuh segmen ................................................... 22

    Gambar 2.15 Bentuk bilangan desimal tampilan tujuh segmen ................ 23

    Gambar 2.16 Diagram blok pendekode..................................................... 23

    Gambar 2.17 Masukan desimal dari papan tombol(keyboard) ke suatu kode

    BCD 8421 ............................................................................ 24

    Gambar 2.18 Konfigurasi buffer tegangan ................................................ 24

    Gambar 2.19 Rangkaian Differential Amplifier ........................................ 24

    xvi

  • Gambar 2.20 Rangkaian Non Inverting Amplifier..................................... 25

    Gambar 2.21 Kurva respon tangga satuan yang menunjukkan td, tr,

    tp,Mp, dan ts ........................................................................ 27

    Gambar 2.22 Gambar steady-state error (ess) .......................................... 27

    Gambar 3.1 Diagram blok perancangan pengendali ketinggian air ........ 28

    Gambar 3.2 Plant ketinggian air.............................................................. 29

    Gambar 3.3 Rangkaian sensor ................................................................. 30

    Gambar 3.4 Grafik tegangan keluaran terhadap ketinggian air............... 31

    Gambar 3.5 Rangkaian Pengondisi Sinyal .............................................. 34

    Gambar 3.6 Rangkaian ADC................................................................... 34

    Gambar 3.7 Rangkaian set point.............................................................. 36

    Gambar 3.8 Kaki-kaki IC ADC 0804...................................................... 37

    Gambar 3.9 IC 74LS85 sebagai kontroler ............................................... 38

    Gambar 3.10 BCD to 7 segment dan 7 segmen......................................... 39

    Gambar 4.1 Perangkat Keras Pengendali Ketinggian Air Berbasis

    Rangkaian Digital ................................................................ 40

    Gambar 4.2 Tampilan set point 1 saat saklar 1 diaktifkan ...................... 43

    Gambar 4.3 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 3 cm. 44

    Gambar 4.4 Tanggapan sistem untuk set point 1 (3 cm) ........................ 44

    Gambar 4.5 Tampilan set point 2 saat saklar 2 diaktifkan ..................... 46

    Gambar 4.6 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 5 cm. 47

    Gambar 4.7 Tanggapan sistem untuk set point kedua (5cm) .................. 47

    Gambar 4.8 Tampilan set point 3 saat saklar 3 diaktifkan ..................... 49

    xvii

  • Gambar 4.9 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 7 cm. 50

    Gambar 4.10 Tanggapan sistem untuk set point 3 (7 cm) ........................ 50

    Gambar 4.11 Tampilan set point 4 saat saklar 4 diaktifkan ...................... 52

    Gambar 4.12 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 9 cm. 53

    Gambar 4.13 Tanggapan sistem untuk set point 4 (9cm) .......................... 53

    Gambar 4.14 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 3 cm. 56

    Gambar 4.15 Tanggapan sistem untuk set point 1 (3cm) .......................... 57

    Gambar 4.16 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 5 cm. 59

    Gambar 4.17 Tanggapan sistem untuk set point 2 (5 cm) ......................... 60

    Gambar 4.18 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 7 cm. 62

    Gambar 4.19 Tanggapan sistem untuk set point 3 (7 cm) ......................... 62

    Gambar 4.20 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 9 cm. 65

    Gambar 4.21 Tanggapan sistem untuk set point 4 (9 cm) ......................... 66

    xviii

  • DAFTAR TABEL

    Halaman....

    Tabel 2.1 Tabel kebenaran gerbang AND .................................................. 12

    Tabel 2.2 Tabel kebenaran gerbang OR ..................................................... 13

    Tabel 2.3 Tabel kebenaran gerbang NOT................................................... 14

    Tabel 2.4 Tabel kebenaran gerbang AND dan gerbang NAND ................. 15

    Tabel 2.5 Tabel kebenaran gerbang OR dan gerbang NOR ....................... 17

    Tabel 2.6 Tabel kebenaran XOR dua masukan .......................................... 18

    Tabel 2.7 Segmen yang aktif untuk setiap angka desimal .......................... 23

    Tabel 3.1 Data pengukuran awal ................................................................ 30

    Tabel 3.2 Tegangan keluaran rangkaian pengkondisi sinyal ...................... 31

    Tabel 3.3 Tabel ketinggian air dan keluaran digital ................................... 35

    Tabel 4.1 Perbandingan keluaran sensor pada saat perancangan dan

    keluaran sensor pada perangkat keras......................................... 42

    Tabel 4.2 Pengamatan untuk Set Point 3 cm .............................................. 43

    Tabel 4.3 Pengamatan untuk Set Point 5 cm .............................................. 46

    Tabel 4.4 Pengamatan untuk Set Point 7 cm .............................................. 49

    Tabel 4.5 Pengamatan untuk Set Point 9 cm .............................................. 52

    Tabel 4.6 Data Delay Time, Rise Time, Settling Time dan Steady-state

    Error ........................................................................................... 54

    Tabel 4.7 Pengamatan untuk Set Point 3 cm .............................................. 56

    Tabel 4.8 Pengamatan untuk Set Point 5 cm .............................................. 59

    Tabel 4.9 Pengamatan untuk Set Point 7 cm .............................................. 61

    xix

  • Tabel 4.10 Pengamatan untuk Set Point 9 cm .............................................. 64

    Tabel 4.11 Data Delay Time, Rise Time, Settling Time dan Steady-state

    Error dengan sistem dikenai gangguan ...................................... 67

    Tabel 4.12 Hasil pengambilan data ADC untuk setiap perubahan

    kenaikan nilai .............................................................................. 69

    Tabel 4.13 Keluaran set point ....................................................................... 69

    Tabel 4.14 Perbandingan ADC ..................................................................... 70

    Tabel 4.15 Perbandingan perancangan dengan plant ................................... 71

    Tabel 4.16 Keluaran IC pembanding 74ls85 ................................................ 71

    Tabel 4.17 Masukan dan keluaran rangkaian driver..................................... 72

    xx

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Judul

    Pengendali Ketinggian Air Berbasis Rangkaian Digital

    1.2. Latar Belakang Masalah

    Air memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Air

    tidak hanya digunakan sebagai air minum tetapi juga digunakan untuk keperluan

    lainnya, seperti mandi, memasak mencuci dan sebagainya. Mengingat pentingnya

    air bagi kehidupan manusia, banyak rumah-rumah menggunakan tangki

    penampungan air. Pada umumnya tangki penampungan air ini diletakkan pada

    sebuah tempat yang lebih tinggi, sehingga dibutuhkan sebuah pompa air untuk

    mengisi tangki tersebut. Hal ini sering menimbulkan masalah ketika hendak

    mengisi tangki tersebut karena kita tidak dapat mengetahui dengan pasti volume

    air yang sudah berada dalam tangki. Seringkali air yang dimasukkan sudah

    melewati batas daya tampung tangki sehingga banyak air yang terbuang sia-sia.

    Hal ini tidak saja menyebabkan pemborosan penggunaan air tetapi juga

    pemborosan biaya listrik yang harus dikeluarkan untuk mengaktifkan pompa air.

    Untuk mensiasati hal tersebut diperlukan sebuah sistem pengendalian secara

    otomatis.

    Pengendalian adalah sebuah proses pengaturan baik itu alat, produksi,

    hasil produksi, dan lain-lain sehingga dapat bekerja secara efektif dan efisien.

    Sistem pengendalian ini berhubungan erat dengan kinerja semua unsur yang ada

    1

  • 2

    dalam dunia industri. Efisiensi produksi umumnya dianggap sebagai kunci sukses.

    Efisiensi produksi meliputi area yang luas, antara lain mengurangi kontrol

    manual yang dilakukan oleh manusia (otomatisasi dan mesinisasi produksi),

    mempertinggi laju produksi, menurunkan biaya produksi.

    Salah satu proses pengendali elektronis adalah pengendali ketinggian

    permukaan air menggunakan rangkaian digital. Pengendalian ketinggian air dalam

    suatu bak air ini meliputi beberapa komponen penting, yaitu: pompa air, bak air,

    sensor ketinggian air, dan kran pembuangan. Pengendalian ketinggian air dengan

    rangkaian digital ini merupakan pengendali dengan kalang tertutup. Untuk itulah

    dalam tugas akhir ini, penulis menyajikan sebuah alat yang berfungsi untuk

    mengatur tingkat ketinggian air dengan basis rangkaian digital. Rangkaian ini

    memudahkan kita untuk mengatur tingkat ketinggian air dengan menggunakan

    tombol atau saklar. Penulis memberi judul “Pengendali Ketinggian Air Berbasis

    Rangkaian Digital”.

    1.3. Tujuan dan Manfaat

    Adapun tujuan pembuatan alat ini yaitu mengendalikan ketinggian air

    berbasis rangkaian digital.

    Adapun manfaat dari pembuatan alat ini adalah:

    a. Penulis dapat membuat rangkaian pengendali dengan gerbang-

    gerbang logika digital dasar.

    b. Sebagai alat bantu pengendali ketinggian otomatis air pada tangki

    penampungan air.

  • 3

    1.4. Perumusan masalah

    Dengan melihat tujuan dan latar belakang yang ada, maka permasalahan

    yang dapat dirumuskan pada pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:

    a. Apakah pengendali ketinggian air yang dibuat dengan rangkaian

    digital ini akan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi?

    b. Apakah pemilihan komponen yang tepat dalam proses perancangan

    akan mempengaruhi keakuratan pengendalian dalam praktek?

    c. Apakah sistem yang dirancang dapat bekerja dengan baik?

    1.5. Batasan Masalah

    Alat yang digunakan sebagai penampil dan pengendali ketinggian air ini

    mempunyai batasan-batasan sebagai berikut:

    a. Sistem menggunakan dua tangki, tangki 1 sebagai sumber dan

    tangki 2 sebagai obyek yang dikendalikan.

    b. Sistem menggunakan potensiometer sebagai sensor ketinggian air.

    c. Sistem menggunakan kran air yang dikendalikan secara manual

    untuk mengurangi volume air pada tangki 2.

    d. Sistem menggunakan 4 set point sebagai batas sensor ketinggian

    air.

    e. Aktuator yang digunakan dalam sistem adalah pompa air.

    f. Sistem mengunakan rangkaian digital dengan gerbang-gerbang

    logika digital dasar sebagai pengendali.

    g. Pengendali on-off dengan rangkaian digital

  • 4

    1.6. Metodologi Penelitian

    Metodologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam

    pembuatan alat yaitu:

    a. Pengumpulan data dan informasi baik itu dari internet maupun

    perpustakaan yang berhubungan dengan alat yang akan dibuat yang

    nantinya diharapkan dapat membantu dalam proses-proses

    selanjutnya.

    b. Perancangan plant. Pembuatan perencanaan miniatur dari alat yang

    akan dibuat. Dalam perancangan plant ini gambar dibuat dengan

    komputer kemudian dibuat secara nyata.

    c. Pengambilan data plant. Pengambilan data pada plant ini

    berhubungan dengan set point sensor yang akan digunakan dalam

    perancangan, sehingga set point yang dirancang sesuai dengan

    yang diinginkan.

    d. Perancangan kendali. Dalam perancangan kendali berhubungan

    dengan pembuatan rangkaian digital yang akan digunakan sebagai

    pengendali sistemnya. Perancangan rangkaian digital menggunakan

    software Microcap 8.0 dan Orcad 9.0.

    e. Implementasi.

    f. Pengujian.

    g. Pembuatan laporan penelitian.

  • 5

    1.7. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

    BAB I Pendahuluan

    Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan

    manfaat dari penelitian, batasan masalah, metodologi

    penelitian, serta sistematika penulisan

    BAB II Dasar Teori

    Bab ini berisi tentang dasar teori yang digunakan untuk

    membuat Pengendali suhu air yang disertai dengan

    penjelasan.

    BAB III Rancangan Penelitian

    Bab ini berisi tentang rancangan peralatan yang dibuat,

    pemilihan komponen, serta penjelasan singkat tentang cara

    kerja peralatan.

    BAB IV Hasil dan Pembahasan

    Bab ini berisi tentang pembahasan dan analisis mengenai

    hasil penelitian yang telah dilaksanakan.

    BAB V Kesimpulan dan Saran

    Bab ini berisi tentang kesimpulan dan spesifikasi peralatan

    yang dibuat serta saran-saran untuk perbaikan alat dan

    penelitian selanjutnya.

  • BAB II

    DASAR TEORI

    II.1 Sistem Kontrol

    Sistem kontrol tidak dapat dilepaskan dari kehidupan masyarakat

    modern. Peranannya dapat terlihat mulai dari peluncuran roket, penerbangan

    pesawat ulang-alik, pengaturan kerja mesin-mesin di pabrik, sampai

    pemakaian alat-alat elektronik rumah tangga.

    Pembahasan sistem kontrol dengan umpan balik lazimnya

    menyangkut lima elemen dasar, seperti terlihat pada diagram blok gambar

    2.1. Kelima elemen itu ialah: variabel input sebagai referensi (R); variabel

    output yang dikontrol (C); pengukuran output dan umpan balik pada input

    (H); elemen pembanding (E); serta elemen pengontrol (G). Analisis

    matematis teori kontrol menggunakan fungsi alih untuk membahas kelakuan

    atau respons sistem, dengan cara membandingkan nilai sinyal output (C)

    dengan sinyal input-nya (R) [1].

    G ∑

    H

    C R

    Gambar 2.1. Diagram blok sistem kontrol.

    6

  • 7

    II.2 Transduser dan Sensor

    Transduser adalah alat yang mengubah energi dari satu bentuk ke bentuk

    yang lain. Transduser dapat dibagi menjadi dua kelas: transduser input dan

    transduser output.

    Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi

    untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor adalah jenis transduser yang

    digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia

    menjadi tegangan dan arus listrik.

    Salah satu komponen elektronika yang dapat digunakan sebagai transduser

    posisi hambatan adalah potensiometer. Potensiometer adalah suatu hambatan yang

    dapat diubah nilai resistansinya dengan cara mekanik (memutar/menggeser).

    Potensiometer terdiri atas sebuah jalur atau track yang mempunyai resistansi

    menyeluruh yang konstan dengan sebuah penyapu (wiper) yang dapat bergerak

    sambil tetap bersentuhan dengan jalur atau track.

    Ada dua macam potensiometer yang biasa digunakan dalam elektronika, yaitu:

    1. Potensiometer yang hambatannya berubah sesuai dengan skala logaritmis.

    2. Potensiometer yang hambatannya berubah sesuai dengan skala linear.

    Pada rangkaian elektronika potensiometer memiliki lambang, seperti pada

    gambar 2.2 (a).

  • 8

    Gambar 2.2 (a) Simbol potensiometer, (b) Perbandingan hambatan RA dan RB

    pada potensiometer.

    Besarnya tegangan keluaran Vout pada potensiometer ditentukan oleh

    perbandingan RA dan RB seperti pada persamaan (2.1) di bawah ini yang sesuai

    dengan gambar 2.2 (b) [2].

    Vout = Vin x RBRA

    RA+

    Vout

    (2.1)

    II.3 ADC (Analog to Digital Converter)

    Salah satu komponen penting dalam sistem akuisisi data adalah pengubah

    besaran analog ke digital atau disebut juga ADC (Analog to Digital Converter).

    Pengubah ini akan mengubah besaran-besaran analog menjadi bilangan-bilangan

    digital sehingga bisa diproses dengan komputer. Peranan pengubah ini menjadi

    semakin penting karena sekarang sudah bisa didapatkan komputer-komputer yang

    "real time". Perubahan-perubahan satuan fisis bisa dengan cepat ditanggapi oleh

    komputer.

    Contoh aplikasi ADC ini bisa kita lihat misalnya pada voltmeter digital,

    sampling suara dengan komputer, sehingga suara dapat disimpan secara digital

    dalam disket, dan kamera digital.

  • 9

    Konsep pengubah analog ke digital ini adalah sampling (mengambil

    contoh dalam waktu tertentu) kemudian mewakilinya dengan bilangan digital

    dengan batas yang sudah diberikan.

    II.3.1 Parameter ADC

    Kuantitas penting dalam ADC adalah rentang tegangan terkecil

    yang tidak dapat mengubah hasil konversi. Rentang tegangan ini sering

    disebut dengan Minimal Representable Voltage (MRV) atau LSB,

    MRV = LSB = FS / 2 n (2.2)

    dengan LSB menunjukkan nilai analog dari suatu Least Significant Bit

    (LSB), dan FS (Full Scale) adalah nilai maksimum dari tegangan referensi.

    Karena semua tegangan dalam jangkauan ini diwakili oleh bilangan biner

    yang sama, maka akan terdapat ketidakpastian konversi sebesar ± LSB

    untuk setiap pengubahan. Masalah ini dapat dikurangi dengan menambah

    jumlah bit pada output pengubah.

    Output maksimum suatu ADC tidak berada pada nilai FS akan

    tetapi pada 7/8 FS. Misalkan sebuah ADC 3 bit ideal, akan mempunyai

    LSB sebesar 1/8 FS. Jangkauan input akan dikuantisasikan pada delapan

    tingkat dari 0 sampai 7/8 kali FS.

    Terdapat berbagai cara mengubah sinyal analog ke digital, dalam

    pekerjaan ini dipakai metode pendekatan berturutan atau succesive

    approximation. Karena ADC dengan jenis ini sudah banyak di pasaran

    dalam bentuk chip sehingga mempermudah pemakaian. Metode ini

  • 10

    didasari pada pendekatan sinyal input dengan kode biner dan kemudian

    berturut-turut memperbaiki pendekatan ini untuk setiap bit pada kode

    sampai didapatkan pendekatan yang paling baik. Untuk meyimpan kode

    biner pada setiap tahapan dalam proses digunakan Succesive

    Approximation Register (SAR).

    Konversi diawali dari Most Significant Bit (MSB) diset tinggi, ini

    identik dengan memperkirakan nilai input adalah FS. Komparator akan

    membandingkan output DAC (Digital to Analog Converter) dengan

    tegangan input dan memerintahkan pengendali untuk mematikan MSB jika

    perkiraan mula-mula ternyata lebih besar dari tegangan input. Pada periode

    clock selanjutnya pengendali menyalakan MSB berikutnya, kemudian

    kembali membandingkan output dari DAC dengan sinyal input. Proses ini

    terus diulang sampai pada LSB. Setelah sampai pada tahap ini nilai

    konversi yang berada pada SAR adalah pendekatan yang terbaik dari

    sinyal input. Dalam proses ini diambil asumsi bahwa sinyal input konstan

    selama konversi [3].

    II.4 Gerbang-gerbang Logika

    Gerbang logika adalah rangkaian yang menggunakan sinyal digital sebagai

    masukan dan keluarannya. Hal yang membuat rangkaian disebut sebagai gerbang

    adalah bahwa setiap keluaran tergantung sepenuhnya pada sinyal yang diberikan

    pada masukan-masukannya. Jika sinyal ini berubah, maka keluarannya juga

    berubah.

  • 11

    Rangkaian digital yang menggunakan gerbang logika biasanya disusun

    sehingga keluarannya berlogika 1 hanya jika masukan terdapat sinyal masukan

    dalam kombinasi tertentu. Itu sebabnya rangkaian ini kadang-kadang disebut

    dengan rangkaian logika kombinasional.

    Kerja suatu rangkaian logika kombinasi standar, atau rangkaian apa saja

    yang dibuat dari unit-unit ini dapat digambarkan dengan dua cara. Salah satu cara

    ialah dengan menggunakan tabel kebenaran. Tabel kebenaran ini memperlihatkan

    keluaran yang diharapkan dari setiap kemungkinan kombinasi masukan, sehingga

    kerja rangkaian dapat segera diteliti. Cara lain adalah dengan aljabar Boole.

    Metoda ini jauh lebih ringkas, tetapi tidak begitu mudah dipahami oleh pemula.

    Aljabar Boole sudah ditemukan jauh sebelum komputer modern. Namanya

    diambil dari ilmuwan George Boole (1815-1864) yang merancangnya sebagai

    suatu metoda untuk mengubah pernyataan logika menjadi pernyataan aljabar.

    Tidak banyak manfaat yang dapat diambil dari karya ini, sampai tahuin 1938

    ketika Shannon menemukan bahwa aljabar Boole dapat dipakai untuk

    menganalisis rangkaian relai yang melaksanakan operasi pensakelaran (yang

    sekarang kita kenal sebagai gerbang AND dan OR).

    II.4.1 Gerbang AND

    Gambar 2.3 memperlihatkan simbol, tabel kebenaran, dan

    pernyataan Boole untuk gerbang AND yang merupakan salah satu dari

    gerbang logika standar. Seperti yang diperlihatkan pada tabel kebenaran,

  • 12

    keluaran gerbang AND akan berlogika 0, kecuali jika kedua masukan

    gerbang dengan dua masukan ini berada pada logika 1. Gerbang AND

    berguna untuk menguji kebenaran bilangan biner 1, dan dalam rangkaian

    dimana beberapa faktor kendali mengatur keluaran.

    Gambar 2.3. Gerbang AND

    Tabel 2.1. Tabel kebenaran gerbang AND

    Masukan Keluaran

    B A Q

    0 0 0

    0 1 0

    1 0 0

    1 1 1

    II.4.2 Gerbang OR

    Simbol, tabel kebenaran, dan pernyataan Boole untuk gerbang OR

    diperlihatkan pada gambar 2.4. Jenis gerbang OR ini menghasilkan logika

    1 dikeluaran jika salah satu atau kedua masukannya berada pada logika 1.

    umtuk masukan-masukan yang semua ditetapkan pada 0 keluarannya juga

    berada pada logika 0. sebuah gerbang OR akan dipakai jika terdapat

    masukan lebih dari satu untuk menghasilkan satu keluaran.

  • 13

    Gambar 2.4. Gerbang OR

    Tabel 2.2. Tabel Kebenaran Gerbang OR

    Masukan Keluaran

    B A Q

    0 0 0

    0 1 1

    1 0 1

    1 1 1

    II.4.3 Gerbang NOT

    Gerbang NOT, inverter, atau rangkaian pembuat komplemen,

    seperti pada gambar 2.5, hanya terdiri atas pembalik yang keluarannya

    merupakan kebalikan dari logika masukan. Inverter dapat diperlukan

    dalam suatu rangkaian jika gerbang sebelumnya meghasilkan keluaran

    yang polaritasnya tidak sesuai.

    Gambar 2.5. Gerbang NOT

  • 14

    Tabel 2.3. Tabel kebenaran gerbang NOT

    A Q

    0 1

    1 0

    II.4.4 Gerbang NAND

    Gerbang NAND merupakan gerbang AND yang dihubungkan

    dengan suatu pembalik, seperti pada gambar 2.6. Masukan A dan B di-

    AND-kan untuk membentuk aljabar Boolean A · B kemudian, A · B

    dibalik dengan gerbamg NOT. Pada sisi kanan dari pembalik ditambahkan

    tanda strip diatas pada aljabar Boolean tersebut. Aljabar Boolean untuk

    keseluruhan rangkaian tersebut adalah BA • = Y. Dalam hal ini

    dikatakan, bahwa rangkaian tersebut merupakan suatu not-AND atau

    rangkaian NAND.

    Gambar 2.6. Gerbang NAND

    Simbol NAND merupakan suatu simbol NAND dengan gelembung kecil

    pada keluarannya. Gelembung tersebut disebut dengan suatu gelembung

    pembalik (invert bubble).

  • 15

    Tabel kebenaran menggambarkan operasi yang tepat dari suatu

    logika. Tabel kebenaran suatu gerbang NAND yang akan menghasilkan 0

    (rendah) bila dibuka (bila semua masukan mendapat level logika 1) atau

    secara lebih jelasnya keluaran khas dari gerbang NAND adalah rendah

    apabila semua masukan tinggi. Tabel kebenaran gerbang NAND

    ditunjukkan pada tabel 2.4.

    Tabel 2.4. Tabel kebenaran gerbang AND dan gerbang NAND

    Masukan Keluaran

    B A AND NAND

    0 0 0 1

    0 1 0 1

    1 0 0 1

    1 1 1 0

    Gerbang NAND banyak dipakai dalam logika positif, sebab secara

    elektronik gerbang ini mudah dibuat. Sekarang ini, fungsi NAND telah

    menjadi gerbang universal dalam rangkaian digital, dan penggunaannya

    sangat luas dalam sistem digital.

    II.4.5 Gerbang NOR

    Gerbang NOR merupakan gerbang OR yang dihubungkan dengan

    suatu pembalik, seperti pada gambar 2.7. Masukan A dan B di-OR-kan

    untuk membentuk aljabar Boolean A+B. kemudian, A+B dibalik dengan

  • 16

    gerbang NOT. Pada sisi kanan dari pembalik ditambahkan tanda strip

    diatas pada aljabar Boolean tersebut. Aljabar Boolean untuk keseluruhan

    rangkaian tersebut adalah BA + dalam hal ini dikatakan, bahwa rangkaian

    tersebut merupakan suatu not-OR atau rangkaian NOR.

    Gambar 2.7. Gerbang NOR

    Simbol NOR merupakan suatu simbol NOR dengan gelembung kecil pada

    keluarannya. Gelembung tersebut disebut dengan suatu gelembung

    pembalik (invert bubble).

    Tabel kebenaran menggambarkan operasi yang tepat dari suatu logika.

    Tabel kebenaran suatu gerbang NOR yang akan menghasilkan 0 (rendah)

    bila dibuka (bila semua masukan mendapat level logika 1) atau secara

    lebih jelasnya keluaran khas dari gerbang NOR adalah rendah apabila

    semua masukan tinggi. Tabel kebenaran gerbang NOR ditunjukkan pada

    tabel 2.5.

  • 17

    Tabel 2.5. Tabel kebenaran gerbang OR dan gerbang NOR

    Masukan Keluaran

    B A OR NOR

    0 0 0 1

    0 1 1 0

    1 0 1 0

    1 1 1 0

    Gerbang NOR banyak dipakai dalam logika positif, sebab secara

    elektronik gerbang ini mudah dibuat. Sekarang ini, fungsi NOR telah

    menjadi gerbang universal dalam rangkaian digital, dan penggunaannya

    sangat luas dalam sistem digital [4].

    II. 5 Pembanding

    Gerbang XOR dua masukan mempunyai karakteristik bahwa jika kedua

    masukan sama, maka keluarannya ”0” (logika rendah). Jika masukan berbeda,

    maka keluarannya ”1” (logika tinggi). Gambar 2.8 adalah simbol logika standar

    untuk gerbang XOR dua masukan.

    Gambar 2.8 Simbol logika standar gerbang XOR dua masukan

  • 18

    Table 2.6. Tabel kebenaran XOR dua masukan

    A B Y 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0

    Gerbang XOR merupakan gerbang gabungan antara gerbang NOT,

    gerbang AND , dan gerbang OR. Gabungan ketiga gerbang tersebut membentuk

    satu gerbang, yaitu gerbang XOR.

    Pembanding atau komparator adalah rangkaian yang membandingkan

    besaran masukan dengan suatu taraf referensi (atau dengan masukan lain) dan

    menghasilkan suatu perubahan keadaan di keluaran bila salah satu masukan

    melampaui yang lain. XOR merupakan pembanding yang paling sederhana.

    Pada pembanding yang digunakan untuk membandingkan dua data yang

    masing-masing terdiri dari 4 bit, dibutuhkan empat buah gerbang XOR. Untuk

    mendapatkan hasil akhir perbandingan, empat buah gerbang XOR dihubungkan

    pada sebuah gerbang AND seperti pada gambar 2.9. Bila keluaran dari ke empat

    buah gerbang XOR bernilai 1 maka keluaran gerbang AND juga akan tinggi atau

    bernilai 1.

    Gambar 2.9 Pembanding 4 bit menggunakan gerbang XOR

  • 19

    Contoh IC yang dapat membandingkan hingga 4 bit adalah IC 74LS85

    yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 IC 74LS85 memiliki 2 kelompok masukan,

    masing-masing kelompok terdiri dari 4 bit masukan. Pembanding yang besarnya 4

    bit ini memberikan tiga keputusan (keluaran) terhadap dua kata 4 bit (masukan)

    yang dibandingkan yaitu AB atau A=B.

    74LS85

    101213159

    11141234

    765

    A0A1A2A3B0B1B2B3ABi

    ABo

    Gambar 2.10 IC 74LS85

    II.6 Triac

    Triac atau AC switch, merupakan saklar arus bolak–balik bentuk trioda

    (mempunyai 3 elektroda). Gambar 2.11 adalah bentuk fisik triac. Pada dasarnya

    triac terdiri dari dua SCR (Silicon Controlled Rectifier) yang terpasang

    paralel/berlawanan, dan dilengkapi dengan elektroda (pintu/gate).

    Gambar 2.11. Bentuk fisik triac

  • 20

    Keunggulan triac adalah dapat digunakan untuk mengatur daya dalam

    batas–batas lebih lebar, artinya dengan triac arus dapat mengalir ke arah bolak –

    balik dan triac dipakai untuk pengaturan daya gelombang penuh. Triac

    mempunyai tiga terminal; dua terminal utama yakni MT1 dan MT2 serta satu

    gerbang G (gate). Terminal MT1 dan MT2 dirancang demikian sebab aliran arus

    adalah dua arah.

    Jika terminal MT1 dan MT2 diberi tegangan AC dan gate dalam kondisi

    mengambang maka tidak ada arus yang dilewatkan oleh triac sampai pada

    tegangan breakover triac tercapai. Pada kondisi ini triac OFF. Pada saat gate

    diberi arus positif atau negatif maka tegangan breakover ini akan turun. Semakin

    besar nilai arus yang masuk ke gate maka semakin rendah tegangan breakover-

    nya. Pada kondisi ini triac menjadi ON selama tegangan pada MT1 dan MT2

    diatas nol volt. Apabila tegangan pada MT1 dan MT2 sudah mencapai nol volt

    maka kondisi kerja triac akan berubah dari ON ke OFF. Ketika triac sudah

    menjadi OFF kembali, triac akan selamanya OFF sampai ada arus trigger ke gate

    dan tegangan MT1 dan MT2 melebihi tegangan breakover-nya. Pada gambar 2.12

    memperlihatkan daerah kerja triac [5].

    Gambar 2.12. Kurva karakteristik triac

  • 21

    II.7 Penggerak ( Driver ) Motor

    Untuk mengendalikan motor AC menggunakan tegangan DC dapat

    digunakan komponen elektronika dengan nama triac. Triac atau AC switch,

    merupakan saklar arus bolak–balik bentuk trioda (mempunyai 3 elektroda). Pada

    dasarnya triac terdiri dari dua SCR (Silicon Controlled Rectifier) yang terpasang

    paralel, dan dilengkapi dengan elektroda (pintu/gate) [6].

    II.8 Optoisolator

    Optoisolator terdiri dari sebuah LED inframerah galium arsenida (GaAs),

    sinarnya dapat mengaktifkan silicon bilateral switch yang fungsinya seperti

    sebuah triac. Pada umumnya penggunaan optoisolator digunakan sebagai

    penghubung antara rangkaian pengendali dengan triac untuk mengendalikan

    beban dengan tegangan AC. Optoisolator ini tidak digunakan untuk

    mengendalikan beban secara langsung tetapi digunakan sebagai komponen

    pemicu saja [7].

    Salah satu komponen yang masuk dalam jenis optoisolator adalah

    MOC302X. MOC302X ini memiliki batas tegangan maksimal LED infamerah

    (VF maks) sebesar 1,5 Volt dengan arus sebesar (IF) 10mA dan tegangan balik

    maksimal (VR) 3Volt.

    Pada saat MOC302X tidak aktif, komponen ini mampu menahan tegangan

    sebesar 400 Volt. Pada saat aktif detector dapat melewatkan arus pada arah yang

    berlawanan (ITM) sebesar 100 mA. Konfigurasi MOC302X dapat dilihat pada

    gambar 2.13.

  • 22

    Gambar 2.13. Konfigurasi dari MOC302X

    II.9 Peraga LED Tujuh Segmen

    Peralatan keluaran yang sangat umum digunakan untuk menayangkan

    bilangan desimal adalah peragaan tujuh segmen. Ketujuh segmen dari peraga

    tersebut diberi label a sampai g pada gambar 2.14. Tayangan yang menyatakan

    digit desimal 0 sampai 9 diperlihatkan pada gambar 2.15. Sebagai contoh, bila

    segmen a, b, dan c menyala, maka desimal 7 ditampilkan. Bila semua segmen dari

    a sampai g menyala, desimal 8 ditampilkan.

    a

    b

    c

    g

    e

    f

    Gambar 2.14. Peraga LED tujuh segmen d

  • 23

    Gambar 2.15. Bentuk bilangan desimal tampilan tujuh segmen

    Tabel 2.7. dibawah ini menunjukkan tabel segmen yang aktif untuk setiap angka desimal [8].

    Tabel 2.7. Segmen yang aktif untuk setiap angka desimal. Desimal Segmen yang aktif

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

    a, b, c, d, e, f b, c

    a, b, d, e, g a, b, c, d, g

    b, c, f, g a, c, d, f, g

    a, c, d, e, f, g a, b, c

    a, b, c,d, e, f, g a, b, c, d, f, g

    II.10 Penggerak/Pengkode BCD-ke-Tujuh Segmen

    Diagram blok suatu sistem digital yang menggunakan pengkode pada

    gambar 2.16. Pengkode dalam sistem ini harus menerjemahkan masukan desimal

    dari papan tombol(keyboard) ke suatu kode BCD 8421 seperti pada gambar 2.17.

    Bila masukan desimal 9 pada pengkode diaktifkan, maka rangkaian logika di

    dalam unit tersebut mengeluarkan angka BCD 0101 seperti diperlihatkan [9].

    Pengkodean Unit

    Proses dan

    Memori

    Dekode

    Tombol Masukan

    1 2 3

    Gambar 2.16.Diagram blok pendekode.

  • 24

    Gambar 2.17. Masukan desimal dari papan tombol(keyboard) ke suatu kode BCD 8421.

    II.11 Buffer Tegangan

    Buffer tegangan berfungsi untuk menjaga tegangan output agar tidak

    terbebani oleh beban rangkaian sebelumnya atau dapat dikatakan bahwa buffer

    digunakan untuk menghubungkan rangkaian yang memiliki impedansi keluaran

    yang tinggi, dengan rangkaian yang memilki impedansi rendah. Konfigurasi

    buffer tegangan seperti pada gambar 2.18.

    Gambar 2.18. Konfigurasi buffer tegangan

    II.12 Differential Amplifier (Penguat Selisih)

    Gambar 2.19. Rangkaian Differential Amplifier.

  • 25

    Gambar 2.19. merupakan gambar rangkaian differential amplifier atau

    penguat selisih. Rangkaian ini digunakan untuk mengurangkan dua buah tegangan

    yang sebelumnya dapat dikuatkan terlebih dahulu. Besar penguatan untuk kedua

    tegangan masukan tersebut dapat diatur, yakni dengan menentukan nilai-nilai

    resistansi yang akan digunakan. Tegangan keluaran (Vout) dari rangkaian

    differential amplifier ini dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut:

    baout VRRV

    RRR

    RRV )())(1(

    3

    4

    21

    2

    3

    4 −+

    += …………………………………………(2.3)

    II.13 Non inverting Ampilfier

    Gambar 2.20. Rangkaian Non Inverting Amplifier

    Gambar 2.20. merupakan gambar rangkaian non inverting amplifier.

    Rangkaian ini digunakan untuk menguatkan suatu nilai tegangan dengan tegangan

    keluaran yang bersifat positif. Persamaan untuk mencari tegangan keluaran

    adalah sebagai berikut:

    ini

    fout VR

    RV )1( += ………………………………………………………..……(2.4)

    II. 14 Tanggapan Sistem

    Sebagian besar sistem kontrol adalah sistem kawasan waktu; yang berarti,

    sistem ini harus menunjukkan respon waktu yang dapat diterima. Respon sistem

  • 26

    kontrol sering menunjukkan osilasi teredam sebelum mencapai keadaan tunak.

    Dalam menentukan karakteristik tanggapan system control terhadap masukan

    tangga satuan, biasanya dicari parameter-parameter berikut:

    1. Waktu Tunda ( Delay Time ), td

    Yaitu waktu yang diperlukan tanggapan mencapai setengah harga akhir yang

    pertama kali.

    2. Waktu Naik ( Rise Time ), tr

    Yaitu waktu yang diperlukan tanggapan untuk naik dari 10% hingga 90% dari

    harga akhirnya.

    3. Waktu Penetapan ( Settling Time ), ts

    Yaitu waktu yang diperlukan kurva tanggapan dan menetap dalam daerah

    disekitar harga akhir yang ukurannya ditentukan dengan persentase mutlak

    dari harga akhir (biasanya 5% atau 2%).

    4. Waktu Puncak (peak time), tp

    Yaitu waktu yang diperlukan respon untuk mencapai puncak lewatan

    pertamakali.

    5. Lewatan maksimum (maximum overshoot), Mp

    Yaitu harga puncak maksimum dari kurva respon yang diukur dari satu. Jika

    harga keadaan tunak respon tidak sama dengan satu, maka biasa digunakan

    persen lewatan maksimum.

    Parameter ini didefinisikan sebagai

    Persen lewatan maksimum = %100)(

    )()(×

    ∞−

    cctc p (2.5)

  • 27

    Besarnya (persen) lewatan maksimum secara langsung menunjukkan

    kestabilan relatif sistem.

    Untuk mengetahui karakteristik tanggapan system control terhadap

    masukan tangga satuan dapat ditunjukkan contoh pada gambar 2.21.

    Gambar 2.21 Kurva respon tangga satuan yang menunjukkan td, tr, tp,Mp, dan ts

    Spesifikasi di atas ditunjukkan secara grafis pada gambar 2.21. Untuk

    memperoleh nilai-nilai tersebut digunakan rumus:

    Delay Time ( td ) = t50 % - t0 (2.6)

    Rise Time ( tr ) = t90 % - t10 % (2.7)

    Settling Time ( ts ) = t98 % - t0 (2.8)

    Pada suatu sistem kontrol otomatik sering terjadi error, dan yang biasa

    terjadi adalah steady-state error. Steady-state error (ess) sendiri adalah perbedaan

    antara keluaran sistem (hasil akhir) dan set point saat keadaan sistem stabil atau

    tetap. Steady-state error (ess) dapat dilihat pada gambar 2.22 di bawah.

    Gambar 2.22. Gambar steady-state error (ess)

  • BAB III

    PERANCANGAN

    III.1 Diagram Blok

    Gambar 3.1 menunjukkan gambar diagram blok perancangan pengendali

    ketinggian air berbasis rangkaian digital.

    Gambar 3.1. Diagram blok perancangan pengendali ketinggian air.

    III.2 Plant pengendali ketinggian air.

    Plant ketinggian air pada perancangan ditunjukkan pada gambar 3.2.

    Bagian-bagian dari plant ketinggian air terdiri dari:

    1. Potensiometer.

    2. Tangki 1.

    3. Tangki 2.

    4. Pompa air.

    5. Kran air.

    6. Catu daya.

    7. Kontroler, driver, dan display.

    8. Rangka.

    28

  • 29

    Gambar 3.2. Plant ketinggian air

    Tangki 1 dan 2 pada plant memiliki ukuran yang sama yaitu: panjang 30

    cm, lebar 15 cm, dan tinggi 15 cm. Ketinggian maksimal tangki air adalah 15 cm

    maka batas ketinggian air maksimal yang dikendalikan adalah 12 cm.

    III.3 Sensor ketinggian air

    Sensor yang digunakan untuk mendeteksi ketinggian air adalah

    potensiometer, gambar 3.3. Perubahan ketinggian air menyebabkan perubahan

    resistansi pada potensiometer. Dengan memberikan catu daya yang sesuai maka

    tegangan keluaran potensiometer akan berubah pula secara linier sebanding

    dengan perubahan ketinggian air.

  • 30

    VCC

    10k

    13

    2 output sensor

    Gambar 3.3. Rangkaian sensor.

    Potensiometer yang digunakan sebagai sensor sebesar 10 KΩ dengan

    menggunakan catu daya sebesar 5 Volt data keluaran tegangan seperti pada tabel

    3.1.

    Tabel 3.1 Data Pengukuran awal

    Ketinggian air (cm) Tegangan Keluaran Sensor (V) 0 1,59 1 1,69 2 1,77 3 1,85 4 1,92 5 2 6 2,08 7 2,16 8 2,24 9 2,32

    Untuk mendapatkan tegangan keluaran linier yang sebanding dengan

    perubahan ketinggian air maka dibutuhkan ketepatan dalam meletakkan sensor

    pada plant seperti pada gambar 3.2. Berdasarkan tabel data 3.1 dan gambar grafik

    3.4 didapatkan kenaikan tegangan keluaran sebesar 0,08 V/cm.

  • 31

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    0 2 4 6 8

    ketinggian air (cm)

    Tega

    ngan

    Kel

    uara

    n Se

    nsor

    (V)

    10

    Gambar 3.4 Grafik tegangan keluaran terhadap ketinggian air

    III.4 Rangkaian pengkondisi sinyal

    Tabel 3.2. Tegangan keluaran rangkaian pengkondisi sinyal.

    Ketinggian air (cm)

    Tegangan keluaran sensor (V)

    Tegangan keluaran rangkaian

    pengkondisi sinyal (mV)

    0 1,59 0 1 1,69 19,6 2 1,77 39,2 3 1,85 58,8 4 1,92 78,4 5 2 98 6 2,08 117,6 7 2,16 137,2 8 2,24 156,8 9 2,32 176,4

    Dari tabel 3.2 dapat dilihat bahwa kenaikan tegangan keluaran sensor

    memiliki resolusi sebesar 0,08 V, sedangkan resolusi ADC 0804 adalah 19,6 mV.

    Untuk mendapatkan tegangan keluaran sensor yang resolusinya dapat diterima

  • 32

    oleh ADC 0804 maka digunakan rangkaian pengondisi sinyal dengan persamaan

    sebagai berikut:

    sensor

    ADC

    ResolusiResolusi

    ).( XsensorADC VVV −=

    Keterangan :

    VADC = tegangan yang digunakan sebagai masukan analog dari ADC

    (Volt)

    Vsensor = tegangan keluaran dari sensor (Volt)

    VX = tegangan referensi, merupakan tegangan keluaran terkecil sensor

    , yakni 1,59 V

    Resolusi ADC = kenaikan setiap bit, yakni 19,6 mV

    Resolusi sensor = kenaikan setiap 1 cm, yakni 0,08 V

    Berdasarkan keterangan tersebut maka persamaan dari rangkaian pengondisi

    sinyal dapat diperoleh seperti di bawah ini :

    0,080,0196).59,1( −= sensorADC VV

    245,0).59,1( −= sensorADC VV Persamaan di atas dapat diterapkan dalam suatu rangkaian yang dapat diperoleh

    dengan menghubungkan rangkaian pengurang dan rangkaian penguat.

    Dalam rangkaian pengurang, tegangan keluaran sensor akan dikurangi

    dengan tegangan 1,59 Volt. Dalam hal ini agar dapat menghasilkan persamaan

    tersebut maka resistansi yang digunakan dalam rangkaian pengurang ini memiliki

    besar yang sama yakni R3 = R4 = R5 = R6 = 10 KΩ. Tegangan referensi sebesar

    1,59 Volt dapat diperoleh dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan,

  • 33

    dalam hal ini digunakan VCC = 5 Volt dan R2 sebesar 10 KΩ sehingga R1 dapat

    diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :

    CC21

    2X V R

    RV

    R+=

    CC

    X

    21

    2

    VV

    RR

    =+ R

    318,05

    1,5910 R

    10

    1

    =

    =Ω+

    ΩK

    K

    (R1+10 KΩ). 0,318 = 10 KΩ

    0,318 R1 = 10 KΩ- 3,18 KΩ

    = 6,82 KΩ

    R1 =6,82 KΩ / 0,318

    = 21,446 KΩ

    Karena resistor dengan nilai 21,446 KΩ tidak dapat dijumpai di pasaran maka

    dalam perancangan ini digunakan resistor variabel ( potensiometer).

    Rangkaian penguat inverting mempunyai keluaran nilai negatif. Sehingga

    diperlukan rangkaian pembalik dengan penguatan sebesar satu kali dengan nilai

    R7 dan R8 sebesar 10 KΩ. Dengan menggunakan rangkaian penguat inverting

    maka pelemahan sebesar 0,245 dapat diperoleh dengan perhitungan sebagai

    berikut :

    I

    F

    RR

    −=A ; A = pelemahan (sebesar 0,245), dipilih RI sebesar 10 KΩ

    RF = -(A).RI

    = -(0,245). 10KΩ

  • 34

    RF = 2,45 KΩ

    Dalam perancangan ini digunakan resistor variabel (potentiometer) untuk

    mendapatkan resistansi dengan nilai 2,45 KΩ.

    Rangkaian pengondisi sinyal seperti terlihat pada gambar 3.5. Sedangkan

    rangkaian untuk ADC0804 dapat terlihat pada gambar 3.6.

    5 V

    R5= 10K

    5 V

    5 V

    R7= 10K

    +

    -

    U6

    LM741

    3

    26

    7 14 5

    -5V

    R2= 10K

    5 V

    +

    -

    U4

    LM741

    3

    26

    7 14 5

    -5 V

    R3= 10K

    R8= 10K

    R1= POT 10K

    13

    2 RF= POT 10K

    1 3

    2

    -5 V

    +

    -

    LM7413

    26

    7 14 5

    +

    -

    LM7413

    26

    7 14 5

    INPUT ADC 0804

    5 V

    R4= 10K

    5 V

    R6= 10K

    -5 V

    TEGANGAN KELUARAN SENSOR

    RI= 10K

    -5 V

    5 V

    U2A

    LM358

    3

    2

    84

    1

    +

    -

    V+V

    -

    OUT+

    -

    U3

    LM741

    3

    26

    7 14 5

    Gambar 3.5. Rangkaian Pengondisi Sinyal

    input IC pembanding

    R12= 10K

    input BCD to 7's

    R10= 10K

    input IC pembanding

    R11= 10K

    input IC pembanding

    5 V

    OUTPUT PENGKONDISI SINYAL

    input BCD to 7's

    input BCD to 7's

    5 V

    C1= 150pF

    input IC pembanding

    ADC0804

    67

    8

    9

    10

    1112131415161718

    19

    20

    4

    5

    123

    +IN-IN

    GN

    D

    VREF/2

    GN

    D

    DB7DB6DB5DB4DB3DB2DB1DB0

    CLKR VC

    C/V

    REF

    CLKIN

    INTR

    CSRDWR

    input BCD to 7's

    Gambar 3.6. Rangkaian ADC

  • 35

    III.5 Set point

    Set point yang digunakan adalah saklar. Dalam rancangan saklar yang

    digunakan sebanyak 4 buah, karena terdapat 4 set point untuk mengatur

    ketinggian air yang diinginkan.

    Ada 4 set point yang ditentukan yaitu:

    1. Ketinggian air 3 cm

    2. Ketinggian air 5 cm

    3. Ketinggian air 7 cm

    4. Ketinggian air 9 cm

    Ketinggian air yang digunakan sebagai set point dan keluaran digital dapat dilihat

    pada tabel 3.3 di bawah.

    Tabel 3.3 Tabel ketinggian air dan keluaran digital

    Set point (cm)

    Keluaran Digital

    3 0010 5 0101 7 0111 9 1001

    Dari tabel 3.3 di atas dapat dibuat rangkaian untuk set point yang terdiri

    dari rangkaian dasar saklar dan IC 74ls147 (priority encoders) yang keluarannya

    dihubungkan dengan gerbang NOT. Rangkaian set point dapat dillihat pada

    gambar 3.7 di bawah ini.

  • 36

    U2B

    7404

    3 4

    S4

    SWITCH 1X2

    S3

    SWITCH 1X2

    5 VU1

    74147

    7

    9

    6

    14

    11121312345

    10

    168

    B

    A

    C

    D

    IN1IN2IN3IN4IN5IN6IN7IN8IN9

    VCC

    GN

    D

    U2A

    7404

    1 2S2

    SWITCH 1X2

    5 V INPUT BCD TO 7'S

    5 V

    INPUT IC PEMBANDING

    5 V

    S1

    SWITCH 1X2

    INPUT BCD TO 7'S

    R11K

    R21K

    R31K

    R41K

    INPUT IC PEMBANDING

    U2D

    7404

    9 8

    INPUT BCD TO 7'S

    INPUT IC PEMBANDING

    5 V

    INPUT BCD TO 7'S

    U2C

    7404

    5 6

    INPUT IC PEMBANDING

    Gambar 3.7. Rangkaian set point.

    Untuk memilih tegangan keluaran set point yang diinginkan digunakan

    saklar 1, saklar 2, saklar 3 dan saklar 4. Jika diinginkan keluaran set point 1 maka

    saklar 1 harus ditekan, begitu pula jika diinginkan keluaran untuk set point 2, 3,

    dan 4 maka saklar 2, 3, atau 4 yang harus ditekan secara bergantian. Pada

    rangkaian saklar digunakan resistor sebesar 1 KΩ.

    III.6 ADC 0804

    Komponen elektronika ADC 0804 adalah sebuah komponen elektronika

    yang digunakan untuk mengubah tegangan masukan analog menjadi data keluaran

    digital 8 bit. Keluaran data digital ADC 0804 adalah data keluaran yang paralel.

    Gambar IC ADC0804 seperti pada gambar 3.8 dan keterangan mengenai kaki-

    kaki ADC0804 dapat dilihat pada datasheet ADC 0804.

  • 37

    Gambar 3.8. Kaki-kaki IC ADC 0804

    ADC 0804 digunakan sebagai pengubah masukan analog menjadi

    keluaran digital. ADC ini hanya membutuhkan dua komponen luar sebagai

    pembangkit frekuensi (Clk R dan Clk In) yaitu sebuah hambatan dan sebuah

    kapasitor. Bila menggunakan R5 =10 KΩ dan C1 = 150 pF seperti yang

    digunakan dalam data sheet, maka fclock dapat dihitung besarnya :

    11 CR1,11××

    =clockf

    fclock = pF 150 K 10 1,11×Ω×

    fclock = 606 KHz

    III.7 Rangkaian Kontroler

    Rangkaian yang digunakan sebagai kontroler adalah rangkaian digital

    yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan nilai-nilai keluaran yang

    diinginkan. Pengendali menggunakan pembanding (comparator). Pembanding

    (comparator) akan membandingkan data yang masuk dari tombol (set point)

  • 38

    dengan keluaran dari sensor. Pembanding (comparator) yang digunakan dalam

    rancangan ini adalah IC 74LS85. IC tersebut merupakan IC pembanding 4 bit.

    Gambar dari IC 74LS85 ini adalah tampak pada Gambar 3.9. Keluaran dari

    pembanding akan dihubungkan dengan driver, yang kemudian mengendalikan

    pompa air untuk mengisi tangki 2.

    Gambar 3.9. IC 74LS85 sebagai kontroler.

    III.8 BCD to 7 segment

    Untuk melihat data ketinggian air dan set point yang diinginkan secara

    langsung digunakan suatu pengurai sandi yaitu BCD (Binary Coded Decimal) dan

    perangkat peraga 7 segmen yang terdiri dari 7 LED dengan format dasar angka 8.

    Dalam perancangan ini BCD yang digunakan adalah IC TTL 7447. Rangkaian IC

    TTL 7447 dengan 7 segmen seperti pada gambar 3.10.

    IC TTL 7447 adalah dekoder BCD common anode, artinya bahwa

    keluaran dari IC ini yaitu A, B, C, D, E, F, G bekerja pada arus rendah. Karena

    dekoder ini bekerja dengan aktif rendah maka jenis 7 segmen yang digunakan

    harus 7 segmen jenis common anode.

    Pada piranti penampil ini (7 segmen) tegangan sumbernya adalah positif,

    +Vcc sebesar 5 Volt dapat dipakai secara bersama-sama untuk menyalakan LED 7

    segmen, digunakan resistor sebesar 330 Ω sebagai pengaman.

  • 39

    D5

    LEDe

    330

    7447A

    7126

    53

    1312111091514

    8

    4

    16

    INAINBINCIND

    RBILT

    OUTAOUTBOUTCOUTDOUTEOUTFOUTG

    GN

    D

    BI/RBO VC

    C

    d

    330

    g

    a5 V

    D2

    LED D6

    LED

    c

    330

    D4

    LED

    b

    INPUT

    D7

    LED

    330

    330

    INPUT

    330

    f

    INPUT

    330

    D1

    LED

    INPUT

    D3

    LED

    Gambar 3.10. BCD to 7 segment dan 7 segmen

    Kode BCD yang akan dikodekan dipasang pada masukan yang diberi

    label IN A, IN B, IN C, dan IN D. Untuk mendapatkan tampilan yang benar

    (tampilan desimal 0 sampai dengan 9) maka nilai BI/RB0, LT, dan RBI harus

    diberi logika TINGGI. Jika kaki BI/RB0 diberi logika RENDAH maka keluaran

    IC 7447 akan OFF semua. Jika kaki LT diberi masukan RENDAH maka akan

    mengaktifkan semua keluaran IC 7447 dan jika kaki RBI diberi masukan

    RENDAH maka keluaran IC 7447 akan OFF semua.

  • BAB IV

    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bagian ini akan dibahas data hasil pengamatan pada alat, yaitu

    pengamatan terhadap cara kerja alat dan data untuk tegangan, waktu, dan level air

    pada pengendali ketinggian air berbasis rangkaian digital. Adapun bentuk dari

    hasil akhir alat pengendali ketinggian air berbasis rangkaian digital dapat dilihat

    pada gambar 4.1 dibawah ini.

    Gambar 4.1. Perangkat Keras Pengendali Ketinggian Air Berbasis Rangkaian Digital

    4.1 Cara Kerja dan Cara Pengoperasian Alat

    Pengendali ketinggian air berbasis rangkaian digital ini berfungsi untuk

    mengatur level (ketinggian) air pada dua buah tangki penampungan air, yaitu

    40

  • 41

    tangki 1 dan tangki 2. Tangki 1 berfungsi sebagai sumber, dan tangki 2 sebagai

    tangki objek yang akan diukur ketinggian airnya. Air dari tangki sumber dipompa

    oleh sebuah pompa air menuju ke tangki atas. Pada tangki 2 dipasang sensor yang

    berfungsi untuk menentukan batas-batas ketinggian air di mana pompa aktif

    maupun tidak aktif. Potensiometer digunakan sebagai sensor ketinggian air.

    Perubahan resistansi pada potensiometer karena perubahan ketinggian air akan

    menyebabkan perubahan tegangan pada rangkaian pengendali. Perubahan

    tegangan inilah yang nantinya berfungsi untuk mengaktifkan ataupun mematikan

    pompa. Perubahan tegangan pada plant ini akan diubah menjadi perubahan

    bilangan biner oleh ADC 0804. Perubahan biner ini yang nantinya akan diolah

    oleh rangkaian kontroler digital sehingga dapat menghidupkan dan mematikan

    pompa pada posisi ketinggian air yang diinginkan dengan set point 3 cm, 5 cm, 7

    cm, dan 9 cm.

    Untuk memilih ketinggian (level) air yang diinginkan digunakan saklar-

    saklar seperti yang ditunjukkan seperti gambar 4.1 di atas. Tampilan berupa dua

    tujuh segmen digunakan untuk menunjukkan level air. Tujuh segmen yang

    pertama digunakan untuk menunjukkan set point yang diinginkan, sedangkan

    untuk tujuh segmen yang kedua digunakan untuk menunjukkan ketinggian air

    pada tangki 1 sebagai objek yang akan diamati.

    4.2 Data Pengamatan

    Langkah awal yang dilakukan dalam pengujian adalah dengan mengukur

    tegangan keluaran sensor, karena tegangan keluaran sensor akan mempengaruhi

  • 42

    besar resolusi atau kenaikan air setiap cm pada plant pengendali ketinggian air

    berbasis rangkaian digital. Keluaran dari sensor berupa tegangan, kenaikan

    tegangan sensor tersebut merepresentasikan kenaikan ketinggian air yang terlihat

    pada plant. Pengamatan dilakukan pada tegangan keluaran sensor dengan

    kenaikan air pada plant setiap 1 cm. Berikut disajikan tabel 4.1, tabel

    perbandingan keluaran sensor pada saat perancangan dan keluaran sensor pada

    perangkat keras.

    Tabel 4.1. Perbandingan keluaran sensor pada saat perancangan dan keluaran sensor pada perangkat keras

    Data Tegangan Keluaran Sensor (Volt) Ketinggian air (cm) Perancangan Pengamatan 0 1,59 1,59 1 1,69 1,69 2 1,77 1,77 3 1,85 1,85 4 1,92 1,92 5 2 2 6 2,08 2,08 7 2,16 2,16 8 2,24 2,24 9 2,32 2,32

    Berdasarkan tabel 4.1 pengamatan tegangan keluaran sensor secara

    keseluruhan, dapat dikatakan bahwa sistem sudah dapat bekerja dengan baik. Ini

    dapat dibuktikan dari hasil pengamatan nilai tegangan sensor ketinggian air yang

    ditunjukkan oleh perangkat keras sesuai dengan perancangan.

    Untuk mengetahui kinerja dan tanggapan perangkat keras maka dilakukan

    beberapa pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan 2 keadaan dimana pada

    keadaan yang pertama kran pada tangki 2 ditutup, sedangkan untuk keadaan yang

    kedua kran tangki 2 dibuka maksimal. Hal ini dilakukan agar pada saat kran

  • 43

    dibuka dapat diketahui cepat atau lambat tanggapan perangkat keras ketika

    ketinggian air berubah.

    4.2.1 Data Pengamatan untuk Set Point 1 ( ketinggian air 3 cm)

    Pada saat saklar 1 diaktifkan maka pada tujuh segmen yang pertama akan

    ditampilkan angka 3 yang menunjukkan ketinggian air yang diinginkan. Tujuh

    segmen yang kedua akan berubah dari 0 sampai dengan 3 (ketinggian air yang

    diinginkan), seperti pada gambar 4.2. Data pengamatan diambil dengan keadaan

    kran ditutup agar dapat diketahui apakah pengendali bisa mencapai titik stabil.

    Berikut data hasil pengamatan set point 3 cm ditunjukkan pada tabel 4.2.

    Gambar 4.2. Tampilan set point 1 saat saklar 1 diaktifkan.

    Tabel 4.2 Pengamatan untuk set point 3 cm

    Waktu (detik) Ketinggian air (cm)0 0

    5,23 0,5 8,27 1 11,32 1,5 14,32 2 17,34 2,5 20,4 3 50,92 3

  • 44

    Berdasarkan data tabel 4.2 dapat diperoleh gambar 4.3 yang menunjukkan

    grafik hubungan antara ketinggian air dengan waktu pada saat air berada di

    keadaan awal yaitu 0 cm dengan kenaikan setiap 0,5 cm sampai dengan nilai set

    point yang diinginkan.

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

    waktu (detik)

    ketin

    ggia

    n ai

    r (c

    m)

    Gambar 4.3 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 3 cm

    Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa keluaran (output sistem)

    mencapai kondisi akhir yang sama dengan set point. Untuk mencari karakteristik

    sistem yaitu delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) pada set point 3 cm,

    berikut ditunjukkkan dalam gambar 4.6.

    Gambar 4.4. Tanggapan sistem untuk set point 1 (3 cm)

  • 45

    Berdasarkan grafik tanggapan sistem di atas dan pendekatan dari tabel data

    4.2, maka nilai delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) dapat diperoleh dari

    persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) yakni:

    a. td = t50% - t0%

    =t{ 0 cm+ 50%(3 cm -0 cm)}- t{0}

    = t 1,5 cm

    td≅ 11,32 detik

    b. tr = t90% - t10%

    - t90% = t{ 0 cm+ 90%(3 cm – 0 cm)}

    = t 2,7 cm

    tr 17,34 detik ≅

    - t10% = t{0 cm + 10%( 3 cm- 0 cm)}

    = t 0,3 cm

    1,56 detik ≅

    maka nilai tr = 17,34 detik detik - 1,56 detik

    ≅ 15,78 detik

    c. ts = 0 cm+ 98%( 3 cm – 0cm)}

    = t 2,94 cm

    20,33 detik ≅

    4.2.2 Data Pengamatan untuk Set Point 2 ( ketinggian air 5 cm)

    Pada saat saklar 2 diaktifkan maka pada tujuh segmen yang pertama akan

    ditampilkan angka 5 yang menunjukkan ketinggian air yang diinginkan. Tujuh

  • 46

    segmen yang kedua akan berubah dari 0 sampai dengan 5 (ketinggian air yang

    diinginkan), seperti pada gambar 4.5. Data pengamatan diambil dengan keadaan

    kran ditutup agar dapat diketahui apakah pengendali bisa mencapai titik stabil.

    Berikut data hasil pengamatan set point 5 cm ditunjukkan pada tabel 4.3.

    Gambar 4.5. Tampilan set point 2 saat saklar 2 diaktifkan

    Tabel 4.3 Pengamatan untuk set point 5 cm Waktu (detik) Ketinggian air (cm)

    0 0 5,04 0,5 7,84 1 10,76 1,5 13,66 2 16,55 2,5 19,54 3 22,42 3,5 25,21 4 28,01 4,5 31,26 5 50,98 5

    Berdasarkan data tabel 4.3 dapat diperoleh gambar 4.6 yang menunjukkan

    grafik hubungan antara ketinggian air dengan waktu pada saat air berada di

    keadaan awal yaitu 0 cm dengan kenaikan setiap 0,5 cm sampai dengan nilai set

    point yang diinginkan.

  • 47

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

    waktu (detik)

    ketin

    ggia

    n ai

    r (c

    m)

    Gambar 4.6 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 5 cm

    Dari grafik dan data di atas dapat diketahui bahwa keluaran sistem dapat

    mencapai kondisi akhir yang sama dengan set point dengan steady-state error =0.

    Untuk mencari karakteristik sistem yaitu delay time(td), rise time(tr) dan settling

    time(ts) pada set point 5 cm, berikut ditunjukkkan dalam gambar 4.7.

    Gambar 4.7. Tanggapan sistem untuk set point 2 (5 cm)

    Berdasarkan grafik tanggapan sistem di atas dan pendekatan dari tabel data

    4.3, maka nilai delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) dapat diperoleh dari

    persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) yakni:

    a. td = t50% - t0%

  • 48

    =t{ 0 cm+ 50%(5 cm -0 cm)}- t{0}

    = t 2,5 cm

    16,55 detik ≅

    b. tr = t90% - t10%

    - t90% = t{ 0 cm+ 90%(5 cm – 0 cm)}

    = t 4,5 cm

    28,01 detik ≅

    - t10% = t{0 cm + 10%( 5cm- 0 cm)}

    = t 0,5 cm

    5,04 detik ≅

    maka nilai tr = 28,01 detik - 5,04 detik

    ≅ 22,97 detik

    c. ts = 0 cm+ 98%( 5 cm – 0cm)}

    = t 4,9 cm

    31,19 detik ≅

    4.2.3 Data Pengamatan untuk Set Point 3 ( ketinggian air 7 cm).

    Pada saat saklar 3 diaktifkan maka pada tujuh segmen yang pertama akan

    ditampilkan angka 7 yang menunjukkan ketinggian air yang diinginkan. Tujuh

    segmen yang kedua akan berubah dari 0 sampai dengan 7 (ketinggian air yang

    diinginkan), seperti pada gambar 4.8. Data pengamatan diambil dengan keadaan

    kran ditutup agar dapat diketahui apakah pengendali bisa mencapai titik stabil.

    Berikut data hasil pengamatan set point 7 cm ditunjukkan pada tabel 4.4.

  • 49

    Gambar 4.8. Tampilan set point 3 saat saklar 3 diaktifkan

    Tabel 4.4. Pengamatan untuk set point 7 cm

    Waktu (detik) Ketinggian air (cm)0 0

    5,46 0,5 9,02 1 12,58 1,5 15,7 2 19,15 2,5 22,4 3 26,04 3,5 29,59 4 33,03 4,5 36,82 5 39,83 5,5 43,32 6 46,83 6,5 50,12 7 60,46 7

    Berdasarkan data tabel 4.4 dapat diperoleh gambar 4.9 yang menunjukkan

    grafik hubungan antara ketinggian air dengan waktu pada saat air berada di

    keadaan awal yaitu 0 cm dengan kenaikan setiap 0,5 cm sampai dengan nilai set

    point yang diinginkan.

  • 50

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

    waktu (detik)

    ketin

    ggia

    n ai

    r (cm

    )

    Gambar 4.9 Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 7 cm.

    Dari grafik dan data di atas dapat diketahui bahwa keluaran sistem dapat

    mencapai kondisi akhir yang sama dengan set point dengan steady-state error =0.

    Untuk mencari karakteristik sistem yaitu delay time(td), rise time(tr) dan settling

    time(ts) pada set point 7 cm, berikut ditunjukkkan dalam gambar 4.10.

    Gambar 4.10. Tanggapan sistem untuk set point 3 (7 cm)

    Berdasarkan grafik tanggapan sistem di atas dan pendekatan dari tabel data

    4.4, maka nilai delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) dapat diperoleh dari

    persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) yakni:

    a. td = t50% - t0%

    =t{ 0 cm+ 50%(7cm -0 cm)}- t{0}

  • 51

    = t 3,5 cm

    26,04 detik ≅

    b. tr = t90% - t10%

    - t90% = t{ 0 cm+ 90%(7cm – 0 cm)}

    = t 6,3 cm

    45,43 detik ≅

    - t10% = t{0 cm + 10%( 7cm- 0 cm)}

    = t 0,7 cm

    6,88 detik ≅

    maka nilai tr = 45,43 detik - 6,88 detik

    ≅ 38,55 detik

    c. ts = 0 cm+ 98%( 7cm – 0cm)}

    = t 6,86 cm

    49,33 detik ≅

    4.2.4 Data Pengamatan untuk Set Point 4 ( ketinggian air 9 cm).

    Pada saat saklar 4 diaktifkan maka pada tujuh segmen yang pertama akan

    ditampilkan angka 9 yang menunjukkan ketinggian air yang diinginkan. Tujuh

    segmen yang kedua akan berubah dari 0 sampai dengan 9 (ketinggian air yang

    diinginkan), seperti pada gambar 4.11. Data pengamatan diambil dengan keadaan

    kran ditutup agar dapat diketahui apakah pengendali bisa mencapai titik stabil.

    Berikut data hasil pengamatan set point 9 cm ditunjukkan pada tabel 4.5

  • 52

    Gambar 4.11. Tampilan set point 4 saat saklar 4 diaktifkan

    Tabel 4.5. Pengamatan untuk set point 9 cm

    Waktu (detik) Ketinggian air (cm)0 0

    4,83 0,5 8,27 1 12,06 1,5 15,18 2 18,19 2,5 22,07 3 25,59 3,5 29,23 4 32,34 4,5 35,87 5 39,28 5,5 42,33 6 46,01 6,5 49,97 7 53,58 7,5 57,55 8 61,05 8,5 67,71 9,4 80,12 9,4

    Berdasarkan data tabel 4.5 dapat diperoleh gambar 4.12 yang

    menunjukkan grafik hubungan antara ketinggian air dengan waktu pada saat air

    berada di keadaan awal yaitu 0 cm dengan kenaikan setiap 0,5 cm sampai dengan

    nilai set point yang diinginkan.

  • 53

    00.5

    11.5

    22.5

    33.5

    44.5

    55.5

    66.5

    77.5

    88.5

    99.510

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80

    waktu (detik)

    ketin

    ggia

    n ai

    r (cm

    )

    Gambar 4.12. Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 9 cm.

    Dari grafik dan data di atas dapat diketahui bahwa keluaran sistem dapat

    mencapai kondisi akhir yang sama dengan set point. Untuk mencari karakteristik

    sistem yaitu delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) pada set point 9 cm,

    berikut ditunjukkkan dalam gambar 4.13.

    Gambar 4.13. Tanggapan sistem untuk set point 4 (9cm)

    Berdasarkan grafik tanggapan sistem di atas dan pendekatan dari tabel data

    4.5, maka nilai delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) dapat diperoleh dari

    persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) yakni:

    a. td = t50% - t0%

    =t{ 0 cm+ 50%(9,4cm -0 cm)}- t{0}

  • 54

    = t 4,7 cm

    33,75 detik ≅

    b. tr = t90% - t10%

    - t90% = t{ 0 cm+ 90%(9,4cm – 0 cm)}

    = t 8,46 cm

    60,77detik ≅

    - t10% = t{0 cm + 10%( 9,4cm- 0 cm)}

    = t 0,94 cm

    8,20 detik ≅

    maka nilai tr = 60,77 detik - 8,20 detik

    ≅ 52,57 detik

    c. ts = 0 cm+ 98%( 9,4cm – 0cm)}

    = t 9,212 cm

    66,378 detik ≅

    d. Error steady state = 1009

    94,9×

    − %

    = 4,4444 %

    Hasil perhitungan respon transien dari keempat hasil pengujian di atas

    dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel tersebut menunjukkan perbedaan hasil

    pengujian tiap set point.

    Tabel 4.6 Data Delay Time, Rise Time, Settling Time dan Steady-state Error

    Set point td (detik) tr

    (detik) ts

    (detik) ess

    3 cm ≅ 11,32 ≅ 17,34 ≅ 20,33 - 5cm ≅ 16,55 ≅ 22,97 ≅ 31,19 - 7 cm ≅ 26,04 ≅ 38,55 ≅ 49,33 - 9 cm ≅ 33,75 ≅ 52,57 ≅ 66,378 4,4444 %

  • 55

    Dari data tabel 4.6 di atas sistem dapat dikatakan stabil, yang merupakan

    syarat utama dari sistem kontrol. Sistem bekerja dengan baik karena pada setiap

    set point terdapat setling time (ts), rise time (tr) dan delay time (td) yang

    menujukkan respon transien sistem yang sesuai dengan kurva respon tangga

    satuan yang ditunjukkan pada gambar 2.21. Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa

    sistem memiliki error steady-state, yaitu perbedaan antara hasil akhir sistem dan

    nilai set point, dalam hal ini perancangan. Tetapi error yang terjadi masih pada

    batas yang diperbolehkan yaitu 2% sampai 5%. Dari data-data di atas dapat

    dikatakan bahwa sistem dapat bekerja dan berfungsi dengan baik sesuai dengan

    yang diharapkan.

    Untuk mengetahui apakah sistem dapat bekerja dengan baik pada saat kran

    pada tangki 2 dibuka maksimal (dikenai gangguan), maka dilakukan kembali

    pengambilan dan pengamatan data untuk set point 1, set point 2, set point 3, dan

    set point 4. Berikut disajikan data pengambilan dan pengamatan data untuk

    masing-masing set point beserta tanggapan sistem untuk masing-masing set point.

    4.2.5 Data Pengamatan untuk Set Point 1 ( ketinggian air 3 cm) pada saat

    sistem dikenai gangguan.

    Pada saat saklar 1 diaktifkan maka pada tujuh segmen yang pertama akan

    ditampilkan angka 3 yang menunjukkan ketinggian air yang diinginkan. Data

    pengamatan diambil dengan keadaan kran dibuka maksimal agar dapat diketahui

    cepat atau lambat tanggapan pengendali. Berikut data hasil pengamatan set point 3

    cm ditunjukkan pada tabel 4.7.

  • 56

    Berdasarkan data tabel 4.7 dapat diperoleh gambar 4.14 yang

    menunjukkan grafik hubungan antara ketinggian air dengan waktu pada saat air

    berada di keadaan awal yaitu 0 cm dengan kenaikan setiap 0,5 cm sampai dengan

    nilai set point yang diinginkan.

    Tabel 4.7. Pengamatan untuk set point 3 cm Waktu (detik) Ketinggian air (cm)

    0 0 6,01 0,5 9,4 1

    12,65 1,5 16,11 2 20,09 2,5 23,21 3 29,46 2,9 31,97 3 37,95 2,9 40,20 3

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    3.5

    0 5 10 15 20 25 30 35 40

    waktu (detik)

    Ketin

    ggia

    n ai

    r (cm

    )

    Gambar 4.14. Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 3 cm.

    Dari grafik 4.14 tampak bahwa walaupun sistem dikenai gangguan dengan

    membuka kran secara maksimal, sistem mampu mencapai nilai set point, dan

    osilasi yang terjadi sebesar 3,33%. Dari data-data tersebut maka sistem dapat

    dikatakan stabil karena walaupun terjadi osilasi sebesar 3,33%, masih di dalam

    batas kestabilan yang bisa ditoleransi yaitu sebesar 5%. Adapun gangguan ini

  • 57

    mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai steady state lebih lama

    daripada ketika sistem tidak dikenai gangguan. Untuk mencari karakteristik sistem

    yaitu delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) pada set point 3 cm, berikut

    ditunjukkkan dalam gambar 4.15.

    Gambar 4.15. Tanggapan sistem untuk set point 1 (3cm).

    Berdasarkan grafik tanggapan sistem di atas dan pendekatan dari tabel data

    4.6, maka nilai delay time(td), rise time(tr) dan settling time(ts) dapat diperoleh dari

    persamaan (2.6), (2.7), dan (2.8) yakni:

    a. td = t50% - t0%

    =t{ 0 cm+ 50%(3 cm -0 cm)}- t{0}

    = t 1,5 cm

    12,65 detik ≅

    b. tr = t90% - t10%

    - t90% = t{ 0 cm+ 90%(3 cm – 0 cm)}

    = t 2,7 cm

    21,33 detik ≅

    - t10% = t{0 cm + 10%( 3 cm- 0 cm)}

  • 58

    = t 0,3 cm

    3,6 detik ≅

    maka nilai tr = 21,33 detik - 3,6 detik

    ≅ 17,73 detik

    c. ts = 0 cm+ 98%( 3 cm – 0cm)}

    = t 2,94 cm

    23,14 detik ≅

    d. osilasi = %33,3%1003

    9,23=×

    4.2.6 Data Pengamatan untuk Set Point 2 ( ketinggian air 5 cm) pada saat sistem dikenai gangguan.

    Pada saat saklar 2 diaktifkan maka pada tujuh segmen yang pertama akan

    ditampilkan angka 5 yang menunjukkan ketinggian air yang diinginkan. Data

    pengamatan diambil dengan keadaan kran dibuka maksimal agar dapat diketahui

    cepat atau lambat tanggapan pengendali. Berikut data hasil pengamatan set point 5

    cm ditunjukkan pada tabel 4.8.

    Berdasarkan data tabel 4.8 dapat diperoleh gambar 4.16 yang

    menunjukkan grafik hubungan antara ketinggian air dengan waktu pada saat air

    berada di keadaan awal yaitu 0 cm dengan kenaikan setiap 0,5 cm sampai dengan

    nilai set point yang diinginkan.

  • 59

    Tabel 4.8. Pengamatan untuk set point 5 cm Waktu (detik) Ketinggian air (cm)

    0 0 5,89 0,5 9,14 1 12,83 1,5 16,98 2 19,93 2,5 23,94 3 27,09 3,5 30,11 4 33,69 4,5 37,57 5 44,55 4,9 47,08 5 53,12 4,9 55,25 5

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

    waktu (detik)

    Ket

    ingg

    ian

    air (

    cm)

    Gambar 4.16. Grafik ketinggian air terhadap waktu untuk set point 5 cm.

    Dari grafik 4.16 tampak bahwa walaupun sistem dikenai gangguan dengan

    membuka kran secara maksimal, sistem mampu mencapai nilai