pengembangan tes kosakata dengan ancangan descrete

26
PENGEMBANGAN TES KOSAKATA MENCOCOKKAN KATA DENGAN ANCANGAN DESCRETE Oleh: Marlina 1. LATAR BELAKANG Pembelajaran bahasa untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) tingkat dasar adalah pembelajaran yang dikhususkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Para pembelajar ini pada umumnya belum memiliki dasar dalam pengetahuan bahasa dan bila pun ada yang telah memiliki pengetahuan dasar, pengetahuan tersebut belumlah cukup memadai sebagai pengetahuan bahasa. Belakangan ini di Indonesia, pembelajaran BIPA kian berkembang pesat. Ketertarikan para pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia dari hari ke hari semakin meningkat jumlahnya. Dengan demikian, pengajar BIPA harus terus berupaya menciptakan pembelajaran yang menarik dan sesuai sehingga target atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik. Salah satu hal yang penting dalam mengukur hasil belajar adalah adanya tes. Dengan adanya tes maka

Upload: marliena-an

Post on 28-May-2015

3.042 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

PENGEMBANGAN TES KOSAKATA MENCOCOKKAN KATA

DENGAN ANCANGAN DESCRETE

Oleh: Marlina

1. LATAR BELAKANG

Pembelajaran bahasa untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA)

tingkat dasar adalah pembelajaran yang dikhususkan untuk memperkenalkan bahasa

Indonesia kepada para penutur asing. Para pembelajar ini pada umumnya belum memiliki

dasar dalam pengetahuan bahasa dan bila pun ada yang telah memiliki pengetahuan

dasar, pengetahuan tersebut belumlah cukup memadai sebagai pengetahuan bahasa.

Belakangan ini di Indonesia, pembelajaran BIPA kian berkembang pesat. Ketertarikan para

pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia dari hari ke hari semakin

meningkat jumlahnya. Dengan demikian, pengajar BIPA harus terus berupaya

menciptakan pembelajaran yang menarik dan sesuai sehingga target atau tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik.

Salah satu hal yang penting dalam mengukur hasil belajar adalah adanya tes. Dengan

adanya tes maka pengajar akan dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar

pembelajar. Dalam mengembangkan sebuah tes , pengajar harus menyesuaikan isi materi

yang diajarkan dengan tes yang dibuat, sehingga tes tersebut menggambarkan segala hal

yang telah dipelajari oleh pembelajar.

Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran bahasa kedua dan merupakan hal

mendasar adalah penguasaan kosakata bahasa target. Hal ini penting karena dengan

penguasaan kosakata yang banyak maka pembelajar pada akhirnya akan mampu

menerima atau memproduksi bahasa dengan menggunakan bahasa yang dipelajarinya.

Oleh karena itu, sebagai pembelajaran awal di kelas BIPA, para pembelajar BIPA pada

umumnya memerlukan penguasaan kosakata dalam bahasa Indonesia sebelum pada

akhirnya akan mengarah pada pembelajaran keterampilan berbahasa maupun pada

pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa.

Page 2: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

Pembelajaran kosakata perlu dilakukan terpisah dari pembelajaran lainnya mengingat

untuk lebih banyak mengenal dan menguasai kosakata dalam bahasa target, para

pembelajar memrlukan focus pembelajaran terhadap pembelajaran kosakata. Dengan

demikian, jumlah kosakata yang diharapkan dapat diketahui dan dikuasai pembelajar

dapat diketahui oleh pengajar sehingga dengan jumlah kosakata yang mencukupi atau

memadai pembelajar dianggap siap untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan

tingkatan yang lebih tinggi –dalam hal ini mencakup empat keterampilan berbahasa

maupun pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa-.

Dalam pengembangan tes yang dimaksudkan untuk penguasaan kosakata pembelajar,

pengajar dapat mengembangkan tes yang bertujuan untuk memperkenalkan kata-kata

dalam bahasa Indonesia yang memiliki keterkaitan atau hubungan makna seperti halnya

sinonim kata, antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan, dan mengklasifikasikan

atau menemukan kata-kata berdasarkan tema tertentu. Bentuk-bentuk tersebut dapat

membantu pembelajar dalam mengenali kosakata bahasa Indonesia lebih banyak lagi.

2. KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Tes Descrete

Dinyatakan Oller bahwa “a descrete point tests is one that attempts to focus attention one

point of grammar at a time.1(tes diskret adalah suatu upaya untuk memusatkan perhatian

pada satu hal di suatu waktu). Selanjutnya dikatakan juga secara lebih jelas sebagai

berikut:

Each test item is aimed at one and only one element of a particular component of a grammar (or perhaps we should say hyphothesized grammar), such as phonology, syntax, or vocabulary. Moreover, a descrete point test purports to asses only one skill at a time (e.g., listening or speaking or reading, or writing) and only one aspect of a skill (e.g., productive versus receptive or oral versus visual).2

Pernyataan di atas secara jelas menjelaskan bahwa tes diskret ini hanya memusatkan

pada satu bagian grammar seperti fonologi, sintaksis, atau kosakata. Selain itu, tes deskrit

bias juga berfokus pada satu keterampilan seperti menyimak, berbicara, membaca, atau

menulis, serta pada satu aspek keterampilan baik itu yang berupa keterampilan produktif 1 John W Oller, Jr., Language Tests at School, (London: Longman, 1979), p. 37.2 Ibid.

Page 3: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

atau reseptif dan oral atau visual. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebuah tes

diskret tidak menghubungkan antara satu materi-baik berupa grammar atau berupa jenis

keterampilan- dengan yang lainnya.

Djiwandono menyatakan perihal tes dikret ini sebagai sebuah tes yang bersumber pada

pendekatan structural dalam kajian kebahasaaan. Adapaun yang dimaksudkan dengan

pendekatan struktural ini adalah adanya pandangan bahwa bahasa dianggap sebagai

sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi dan terdiri atas komponen-komponen

bahasa seperti komponen bunyi, kosakata, dan tata bahasa. Komponen-komponen

tersebut pun terususn secara berjenjang berdasarkan sebuah struktur tertentu.3

Secara jelas perihal pendekatan structural dinyatakan oleh Heaton sebagai berikut:

The structural approach is characterized by the view that language learning is chiefly concerned with the systematic acquisition of a set of habits.It draws on the work of structural linguistics, in particular the importance of contrastive analysis and the need of identify and measure the lerner’s mastery of the separate elements of the target language: phonology, vocabulary, and grammar. Such mastery is tested using words and sentences completely divorce from any context on the grounds that a larger sample of language forms can be covered in the test in a comparatively short time.4

Dalam pernyataan tersebut, Heaton menjelaskan bahwa pendekatan struktural melihat

pembelajaran bahasa berpusat pada pemerolehan yang sistematis dari satu set

kebiasaan. Ini tergambar dari linguistic structural yang termasuk dalam bagian analisis

kontrastive yang membutuhkan identifikasi dan mengukur secara terpisah bagian dari

bahasa target. Pandangan ini menunjukkan bahwa fonologi, kosakata dan tatbahasa

dalam tes kata atau kalimat lengkap dipisahkan dari konteks. Dengan demikian, pendapat

linguistic strukturalis yang menjadi sumber dari pendekatan structural ini menganggap

bahwa semua bagian –seperti fonologi, kosakata, maupun tatabahasa- merupakan bagian

penting dan harus diberikan secara terpisah baik dari materi pembelajaran maupun

penyajian tesnya. Bagian-bagian dari linguistic ini dianggap sebagai bagian yang terpisah

dari konteks.

Berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari pernyataan-pernyataan tersebut dan

dihubungkan dengan tes dikret maka dapat dikatakan bahwa suatu tes diskret adalah

3 M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran, (Bandung: ITB, 1996), p. 9.4 J. B. Heaton, Writing English Language Tests New Edition,(London and New York: Longman, 1989), p. 15.

Page 4: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

sebuah tes yang memisahkan bagian-bagian bahasa –baik fonologi, kosakata, maupun

tatabahasa- dan beragam keterampilan berbahasa –seperti menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis- dari konteks apa pun. Tes dikret ini berfokus hanya pada satu

bidang kajian saja dan terlepas dari kajian-kajian yang lainnya.

2.2 Hakikat Tes Kosakata

Djiwandono mengatakan bahwa kosakata dalam pembelajaran bahasa merupakan bagian

yang sangat penting karena melalui kosakata inilah suatu wacana memperoleh sebagian

besar maknanya.Pemilihan kosakata yang tepat merupakan hal yang penting untuk

pengungkapan makna yang dikehendaki. Adapun tes kosakata secara lebih lanjut

dinyatakannya sebagai penguasaan makna kata-kata, di samping menggunakan kata-kata

tersebut secara tepat.5

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa suatu tes kosakata adalah tes

yang mengarahkan pembelajar untuk menguasai kosakata. Dalam hal ini adalah kosakata

dalam bahasa target. Penguasaan kosakata tersebut jelas berkenan dengan penguasaan

dari makna kata-kata tersebut. Bila pembelajar menguasai banyak kata maka itu berarti

bahwa pembelajar tersebut secara tidak langsung telah menguasai makna kata yang

dikuasainya.

Adapun Heaton menyebutkan bentuk-bentuk tes kosakata terdiri atas: (1) Multiple Choice

items (A), (2) Multiple Choice items (B), (3) Sets (Associated words), (4) Matching items,

(5) More Objective items, dan (6) Completion items6

Pada tes kosakata dinyatakan Heaton bahwa ”The firs tasks for the writer of a vocabulary

test is to determine the degree to which he or she to concentrate on testing the students

active or pasive vocabulary”.7

Dari pernyataan Heaton tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis kosakata yang

dapat diberikan kepada pembelajar, yakni kosakata aktif dan kosakata pasif.

5 Djiwandono, Op. Cit., p. 436 Heaton. Op. Cit., p.p. 52-62.7 Ibid., p. 51.

Page 5: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

Adapun Oller menyebutkan bahwa sebagai bagian dari tes diskret, ”A synonym matching

tasks is the most popular form of task usually called a ’Vocabulary Tests’.8

Berdasarkan pendapat Oller tersebut maka dapat dikatakan bahwa salah satu bentuk tes

kosakata adalah memasangkan sinonim kata.

2.3 Materi Kosakata

Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa kosakata, perbendaharaan kata, atau kata

saja, juga: leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam) suatu

bahasa.9 Burhan membatasi hakikat kosakata sebagai kekayaan kata atau

perbendaharaan kata suatu bahasa. Pendapat ini merupakan definisi kosakata secara

sempit.

Seperti dinyatakan sebelumnya oleh Heaton bahwa dalam tes kosakata terdapat tes

kosakata aktif dan tes kosakata pasif. Djiwandono menjelaskan secara lebih lanjut perihal

kosakata aktif dan pasif ini bahwa yang dimaksud dengan kosakata aktif yaitu kosakata

yang daoat digunakan oleh seorang pemakai bahsa secara wajar dan tanpa banyak

kesulitan dalam mengungkapkan dirinya. Adapun yang dimaksud dengan kosakata pasif

adalah adalah kosakata yang hanya dapat dipahami oleh pemakai bahasa bila kosakata

tersebut digunakan oleh orang lain tanpa mampu menggunakannya sendiri secara wajar.10

Dua jenis kosakata yang dijelaskan di atas menjadi pertimbangan dalam penyusunan tes

kosakata. Hal ini disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran tersebut.

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa mencocokkan sinonim kata juga

merupakan materi yang sangat populer dalam tes kosakata. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa materi kosakata yang dapat digunkan adalah sinonim kata.

2.4 Hakikat Matching Items Tests

Dinyatakan oleh Grolund sebagai berikut:

8 Oller, Op. Cit., p. 176.9 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Yogyakarta: BPFE, 1988),p. 198. 10 Djiwandono, Loc. Cit.

Page 6: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

In it’s traditional form, the matching exercise of two parallel columns wich each words, number, or symbol in one column being matched to a word, sentence, or phrase in the other column. The items in the column for which a match is sought are called premises, and the items in the column from which the selection is made are called responses. The basis for matching premises to responses is sometimes self-evident but more often must be explained in the directions. In any event, the student tasks is to identify the pairs of items that are to be associated on the basis indicated.11

Berdasarkan bentuk tradisional, Gronlund menyatakan bahwa latihan mencocokkan

memiliki dua kolom yang masing-masing kolom berisi kata, angka, atau symbol dan

dicocokkan dengan kata, angka atau symbol di kolom lainnya. Butir pada kolom yang

dicocokkan disebut premis dan butir pada kolom yang lainnya disebut respons. Pada

dasarnya, dalam mencocokkan premis dan respons kadangkala berupa pemahaman diri

namun seringkali harus memberikan penjelasan secara langsung. Dalam moment yang

lain, tugas pembelajar adalah memsangkan butir-butir tersebut.

Tes mencocokkan ini sangat terbatas untuk mengukur informasi faktual yang sederhana.

Dinyatakan oleh Gronlund bahwa “ the matching exercise has also been used with pictorial

materials in relating pictures and words or to identify positions on maps, charts, and

diagrams”.12

2.4.1. Tipe Tes Mencocokkan

Sementara itu, Heaton memberikan beberapa tipe dalam tes mencocokkan. Tipe tersebut

antara lain dijelaskan sebagai berikut:

(1) Type 1 of the following test items suffers from testing lexical items from different word

classes.

(2) Type 2 tests a mixed bag of tense forms, etc the result is that for both types of test

items grammatical clues are importance, since they are instrumental in limiting the

range of choices facing the testees for each blank.

(3) Type 3 is from the list of words given, and choose one which is most suitable for each

blank.11 Robert Linn dan Norman E. Gronlund, Meassurement and Assasementin Teaching, (New Jersey: Englewoods Cliffs, 1995), p. 166.12 Gronlund, Loc. Cit.

Page 7: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

(4) Type 4 most useful type of meaning item is undoubtedly that based on a reading

comprehension passage.13

Tipe-tipe tes mencocokkan yang dijabarkan oleh Heaton dapat menjadi pilihan dalam

membuat sebuat tes mencocokkan. Berdasarkan ketentuan tes diskret, maka bentuk yang

dapat digunakan adalah tipe pertama. Hal ini karena yang difokuskan hanya pada

kosakata saja.

2.4.2. Saran Penyusunan Butir Tes Mencocokkan

Adapun saran-saran yang diberikan oleh Gronlund dalam menyusun tes mencocokkan

adalah sebagai berikut:

(1) Use only homogeneous material in a single matching exercise.

(2) Include an unequal number of responses and premises, and instruct the student that

responses may be used once, more than once, or not at all.

(3) Keep the list of items to be matched brief, and place the shorter responses on the

right.

(4) Arrange the list of responses in logical order: Place words in alpabeticcal order and

number in sequence.

(5) Indicate in the directions the basis for matching the responses and premises.

(6) Place all of the items for one matching exercises on the same page.14

3. RAMBU-RAMBU TES

3.1 Tujuan Pembelajaran

Dalam pembelajaran ini pembelajar diharapkan dapat:

1) Menemukan atau mengklasifikasi kata-kata berdasarkan tema keluarga.

13 Heaton, Op. Cit., p.p. 58-60.14 Ibid., p.p. 168-170.

Page 8: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

2) Pembelajar mampu menemukan sinonim kata dari kata-kata yang tersedia

3) Pembelajar mampu menemukan istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan

masyarakat Indonesia.

4) Pembelajar mampu menemukan antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan

dari kata-kata yang tersedia berdasarkan kelas kata tertentu.

3.2 Materi Tes

Materi dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1) kata-kata yang terdapat dalam lingkup tema keluarga yang menyebutkan hubungan

kekerabatan.

2) Sinonim kata atau nama lain dari jenis hubungan kekerabatan

3) Istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan pada masyarakat Indonesia

3.3 Kisi-kisi

Dalam pengembangan tes mencocokkan yang akan dibuat, tes yang akan diberikan

adalah sebagai berikut:

1) Jenis-jenis hubungan kekerabatan dalam masyarakat Indonesia

2) Nama lain atau sinonim kata dari jenis-jenis hubungan kekerabatan pada masyarakat

Indonesia.

3) Istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan

3.4 Bentuk Tes

Page 9: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

Adapun bentuk tes yang digunakan pada tes ini adalah tes mencocokkan model tradisional

dengan menggunakan dua kolom. Kolom pertama adalah kolom berupa premis dan kolom

kedua berupa respons.

4. WUJUD TES

4.1 Identifikasi Tes

Di dalam tes ini, pembelajar BIPA dapat mengenali jenis-jenis hubungan kekerabatan yang

ada pada masyarakat Indonesia dan menemukan sinonim atau nama lain dari jenis

kekerabatan tersebut. Selain itu, pembelajar dapat juga menambah penguasaan kosakata

mereka dengan menemukan istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan yang ada pada

masyarakat Indonesia.

4.2 Petunjuk Tes

Petunjuk atau instruksi yang digunakan pada tes ini adalah sebagai berikut:

Tes Pertama

Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna yang ada

pada kolom sebelah kiri.

Tes Ke-2

Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih sinonim

kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan!

Page 10: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

Tes ke-3

Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang sesuai

dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah kiri!

4.3 Soal

1. Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna

yang ada pada kolom sebelah kiri!

Makna Kata

1. anak yang lebih muda dari saya

2. anak yang lebih tua dari saya

3. perempuan yang melahirkan saya

4. suami dari ibu

5. adik laki-laki ayah atau adik ibu

6.adik perempuan ayah atau ibu

7. perempuan yang menikah

8. laki-laki yang menikah

9. ayah dari ayah atau ibu

10. ibu dari ayah atau ibu

1. adik

2. ayah

3. bibi

4. ibu

5. istri

6. kakak

7. kakek

8. nenek

9. suami

10. paman

Page 11: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

2. Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih

sinonim kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan!

Kata 1 Kata 2

1. ibu

2. ayah

3. paman

4. bibi

5. kakek

6. nenek

1. tante

2. opa

3. oma

4. om

5. papa

6. mama

3. Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang

sesuai dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah

kiri!

Deskripsi hubungan kekerabatan Istilah

1. Ayah dengan Nenek dari Ibu

2. Anak saya dengan Kakek

3. Kakek dari ayah dengan Nenek

dari ibu

1. Anak

2. Cicit

3. Besan

Page 12: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

4. Nenek dari ayah dengan Ibu

5. Saya dengan Kakek

6. Tante dari ibu dengan Ayah

7. Bibi dengan Saya

8. Saya dengan Anak bibi

9. Nenek dengan Anak saya

4. Cucu

5. Ipar

6. Keponakan

7. Mertua

8. Menantu

9. sepupu

4.4. Lembar Jawaban

Tes Pertama

Tes PertamaMakna Kata

1. anak yang lebih muda dari saya

2. anak yang lebih tua dari saya

3. perempuan yang melahirkan saya

4. suami dari ibu

5. adik laki-laki ayah atau adik ibu

6.adik perempuan ayah atau ibu

7. perempuan yang menikah

8. laki-laki yang menikah

9. ayah dari ayah atau ibu

10. ibu dari ayah atau ibu

1………………………………

2 ………………………………

3. ……………………………...

4. ………………………………

5. ………………………………..

6. ………………………………

7. ………………………………

8. ……………………………..

9. ………………………………...

10………………………………..

Page 13: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

2. Tes ke-2

Kata 1 Kata 2

1. ibu

2. ayah

3. paman

4. bibi

5. kakek

6. nenek

1. ……………………..

2. ………………………

3. ………………………

4. ……………………..

5. ………………………

6. ……………………….

3. Tes ke-3

Dua jenis hubungan kekerabatan Istilah

1. Ayah dengan Nenek dari Ibu

2. Anak saya dengan Kakek

3. Kakek dari ayah dengan Nenek

dari ibu

4. Nenek dari ayah dengan Ibu

5. Saya dengan Kakek

6. Tante dari ibu dengan Ayah

7. Bibi dengan Saya

1. ……………………………..

2. ………………………………

3. ………………………………

4. ………………………………

5. ……………………………..

6. ……………………………

7. ……………………………..

Page 14: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

8. Saya dengan Anak bibi

9. Nenek dengan Anak saya

8. ……………………………

9. …………………………….

4.5. Kunci Jawaban

Kunci jawaban dari tes tersebu adalah sebagai berikut:

Tes Pertama

1. anak yang lebih muda dari saya aadalah adik

2. anak yang lebih tua dari saya adalah kakak

3. perempuan yang melahirkan saya adalah ibu

4. suami dari ibu adalah ayah

5. adik laki-laki ayah atau adik ibu adalah paman

6.adik perempuan ayah atau ibu adalah bibi

7. perempuan yang menikah adalah istri

8. laki-laki yang menikah adalah suami

9. ayah dari ayah atau ibu adalah kakek

10. ibu dari ayah atau ibu adalah nenek

Tes ke-2

1. Sinonim dari ibu adalah mama

2. Sinonim dari ayah adalah papa

3. Sinonim dari paman adalah om

4. Sinonim dari bibi adalah tante

Page 15: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

5. Sinonim dari kakek adalah opa

6. Sinonim dari nenek adalah oma

Tes ke-3

1. Istilah hubungan antara ayah dengan nenek dari Ibu adalah menantu

2. Istilah hubungan antara anak saya dengan kakek adalah cicit

3. Istilah hubungan antara kakek dari ayah dengan nenek dari ibu adalah besan

4. Istilah hubungan antara nenek dari ayah dengan ibu adalah mertua

5. Istilah hubungan antara saya dengan Kakek adalah cucu

6. Istilah hubungan antara tante dari ibu dengan ayah adalah ipar

7. Istilah hubungan antara saya bibi dengan saya adalah keponakan

8. Istilah hubungan antara saya dengan anak bibi adalah sepupu

9. Istilah hubungan antara nenek dengan anak saya adalah buyut

4.6 Cara Penilaian

Penilaian dalam tes ini berdasarkan penskoran dalam tes objektif adalah sebagai berikut:

1. Skor untuk masing-masing tes adalah sama dengan jumlah soal (satu soal diberi skor

1)

Pada tes pertama terdapat 10 soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat

menjawab secara benar keseluruhan soal maka pembelajar akan mendapatkan skor

maksimal 10.

Pada tes ke-2 terdapat 6 butir soal. Dengan demikian, apabila pembelajar dapat

menjawab benar keseluruhan butir soal maka skor maksimalnya adalah 6.

Page 16: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

Pada tes ke-3 terdapat 9 butir soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat

menjawab secara keseluruhan butir soal dengan benar maka akan mendapat skor 9

2. Total skor mentah pada tes ini adalah sebagai berikut:

Tes Pertama Skor Maksimum 10

Tes ke-2 Skor Maksimum 6

Tes ke-3 Skor Maksimum 9

Total Skor Maksimum 25

5. REKOMENDASI

Tes mencocokkan yang dibuat dapat digunakan untuk para pembelajar bahsa Indonesia

bagi penutur asing (BIPA) dalam mengenali jenis hubungan kekerabatan yang ada pada

masyarakat Indonesia. Tes ini dibuat untuk pembelajar tingkat dasar karena tercakup

dalam tema ’Keluarga’ yang merupakan tema sederhana dan dekat dengan kehidupan

para pembelajar.

6. DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, M. Soenardi. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. 1996.

Page 17: Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

Heaton, J. B. Writing English Language Tests New Edition. London and New York:

Longman. 1989.

Linn, Robert and Norman E. Gronlund. Meassurement and Assasementin Teaching. New

Jersey: Englewoods Cliffs. 1995.

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:

BPFE. 1988.

Oller, John W. Language Tests at School. London: Longman. 1979