pengembangan nilai-nilai demokrasi …eprints.uny.ac.id/26628/9/9. ringkasan skripsi.pdf · bahwa...
TRANSCRIPT
1
PENGEMBANGAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI SMA SE-KECAMATAN DEPOK
RINGKASAN SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Adisti Sulistyorini
NIM. 09401241040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
2
PENGEMBANGAN NILAI-NILAI DEMOKRASI PANCASILA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI SMA SE-KECAMATAN DEPOK
Oleh Adisti Sulistyorini NIM.09401241040
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tujuan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, materi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, strategi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, media pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, dan proses penilaian pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila di SMA se-Kecamatan Depok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari lima guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan Depok, khususnya guru senior yang mengampu di masing-masing sekolah. Obyek penelitian ini berupa proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dengan melihat tujuan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, materi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, strategi pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, media pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila, dan proses penilaian pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila.
Tempat penelitian mengambil tempat di Sekolah Menengah Atas se-Kecamatan Depok, yaitu SMA N 1 Depok, SMA Angkasa Adisutjipto, SMA Gama, SMA Kolose De Britto, SMA Kolombo Sleman dan SMA Mandala Bhakti yang kemudian tidak dapat dilanjutkan karena keterbatasan siswa. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ialah metode wawacara dilakukan pada setiap guru PKn di SMA, metode dokumentasi menggunakan RPP dari setiap guru, metode observasi ikut dalam observasi saat guru mengajar atau masuk kelas. Teknik analisis data yang digunakan ialah reduksi data, kategorisasi data, display data dan pengambilan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila sangat penting dengan melihat beberapa komponen, yaitu(1)tujuan pengembangan agar siswa dapat mengetahui dan melakukan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,(2)materi pengembangan secara konseptual dan dilanjutkan secara fakta dalam metode pembelajaran,(3)strategi pengembangan lebih mengarah kepada ceramah dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila,(4)guru lebih banyak menggunakan audio daripada membuat media dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila,(5)proses penilaian menggunakan nilai akademik dan nilai perilaku. Nilai akademik diambil dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan semester sedangkan nilai perilaku diambil dari sikap dan tingkah laku anak saat proses pembelajaran. Kata Kunci : Pengembangan Nilai-nilai, Demokrasi Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan
I. PENDAHULUAN
Sejak munculnya reformasi pada tahun 1998 gebrakan dan gerakan demokrasi
mulai menjadi wacana di Indonesia. Demokrasi dianggap menjadi suatu solusi yang
mampu membebaskan mereka dari tekanan yang ada. Hampir semua negara di dunia
meyakini demokrasi sebagai tolok ukur tak terbantah dari keabsahan politik. Keyakinan
3
bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintah menjadi basis bagi
tegak kokohnya sistem politik demokrasi(Winarno,2007:89). Pada saat reformasi yang
membanggakan demokrasi, muncul juga pertanyaan yang merisaukan sekaligus
menyalahkan yaitu “Kenapa di era PKn ini kajian Pancasila seolah lenyap ditelan
gelombang reformasi?” Padahal pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara Kesatuan Republik
Indonesia adalah negara kebangsaan modern(Latar Belakang BSNP).
Pancasila pada negara Indonesia tidak hanya merupakan dasar negara Indonesia
melainkan juga berkedudukan sebagai ideologi nasional negara Indonesia. Dalam ideologi
yang digunakan oleh suatu bangsa terkandung banyak nilai-nilai yang baik, luhur dan
dianggap menguntungkan bagi negara tersebut baik untuk masa kini dan masa sekarang.
Sesuai rumusan pertama yang disampaikan Ir.Soekarno Pancasila menjadi ideologi yang
komprehensif integral, ideologi Pancasila menjadi ideologi yang khas yang berbeda dengan
ideologi lain(Winarno,2007:24).
Nilai-nilai Pancasila yang ideal ialah nilai-nilai Pancasila menurut pandangan dari
pendiri-pendiri negara. Buku Negara Paripurna karangan Yudi Latif(2011:5) telah
membahas nilai-nilai ideal Pancasila mulai dari lahirnya hingga aktualisasi atau
penerapannya. Nilai-nilai tersebut ialah :
1. Ketuhanan yang berkebudayaan
2. Kemanusiaan universal
3. Persatuan dalam kebhinekaan
4. Demokrasi permusyawaratan
5. Keadilan sosial
Dari kelima nilai tersebut merupakan gabungan dari nilai-nilai Pancasila menurut pendiri-
pendiri bangsa ini.
Dari kelima nilai-nilai Pancasila tersebut, nilai demokrasi telah menjiwai pada
sila keempat. Hal ini membuktikan lebih luasnya Pancasila daripada demokrasi itu sendiri.
Sila keempat ini merupakan cita-cita kedaulatan rakyat dalam semangat kekeluargaan yang
memberi ruang bagi multikulturalisme ini bergema kuat dalam sanubari bangsa Indonesia
sebagai pantulan dari pengalaman pahit penindasan kolonial dan gotong royong dalam
masyarakat Indonesia (Yudi Latif, 2011:384).
4
Adapun landasan pelaksanaan Demokrasi Pancasila di Indonesia yaitu
Pembukaan UUD 1945 dan sila keempat pada Pancasila. Dengan adanya landasan hukum
tersebut maka pelaksanaan Demokrasi Pancasila memiliki kepastian hukum di Indonesia.
Dengan berkembanganya pula demokrasi pada masa ini, maka Indonesia diharapkan dapat
menegakkan demokrasi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Mewujudkan bangsa yang
religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil dan sejahtera pada dasarnya adalah upaya
menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai cita-cita bersama.
Sebagai tempat dimana tunas bangsa menerima pendidikan baik pendidikan
formal dan informal, sekolah diharapkan mampu membentuk calon-calon pemimpin yang
membawa negaranya kearah demokrasi Pancasila yang sebenar-benarnya. Agar nantinya
demokrasi tidak dianggap hanya sebagai kebebasan semata namun juga sebagai kebebasan
yang bertanggung jawab berdasarkan Pancasila. Hal ini juga di sesuaikan dengan tujuan
dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri yakni agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
(Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan BSNP).
Alasan pengambilan lokasi di kecamatan Depok karena sebelumnya peneliti
pernah mengadakan PPL di SMA Negeri 1 Depok dan melihat bagaimana guru kelas XI
menggunakan metode pembelajaran yang kreatif setiap pertemuannya, sehingga membuat
peneliti ingin mengetahui pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila yang ada dan
ingin menambah wawasan yang lebih lagi dengan mengambil subyek penelitian se-
Kecamatan Depok . Peneliti ingin memberikan paparan tentang bagaimana masing-masing
sekolah mengembangkan nilai-nilai demokrasi Pancasila dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Tidak hanya itu saja namun peneliti ingin dapat mematahkan segala
pendapat yang mengatakan Pancasila lenyap dari mata pelajaran Pendidikan
5
Kewarganegaraan. Selain itu alasan pemilihan pada siswa SMA, karena usia pada masa
SMA merupakan usia dimana seseorang beralih dari usia remaja menuju usia dewasa. Usia
tersebut sangat rentan dan selektif dalam menerima ilmu maupun pendapat dari orang lain,
maka akan bermacam-macam hambatan yang akan dialami oleh guru Pendidikan
Kewarganegaraan dalam mengembangkan nilai-nilai demokrasi Pancasila bagi siswa
SMA.
Hambatan dalam pengembangan nilai-nilai demokrasi Pancasila akan dapat
memunculkan ide-ide dan metode dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Metode tersebut dapat berupa diskusi, game atau juga dengan belajar di luar kelas.
Penggunaan metode pembelajaran yang menarik dapat membuat siswa tersebut paham
akan materi yang disampaikan dan juga menghilangkan rasa bosan dan kantuk dalam
menerima pembelajaran. Kreativitas dari guru sangat dituntut demi dapat menanamkan
materi namun juga secara tidak langsung merupakan pembelajaran yang bersifat
demokratis.
Melihat proses dan hambatan dalam mengembangkan nilai-nilai demokrasi
Pancasila maka akan muncul pula cara untuk mengatasi berbagai hambatan yang didapat
masing-masing guru. Kemampuan guru dalam mengatasi hal ini dapat dijadikan
pembelajaran bagi peneliti agar kelak mampu mengatasi segala hambatan yang ada, maka
dari itu judul yang tepat untuk mewakili semuanya ialah Pengembangan Nilai-Nilai
Demokrasi Pancasila melalui Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-
Kecamatan Depok. Judul tersebut telah mewakili semua alasan dari keingin tahuan
peneliti.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Demokrasi Pancasila
Demokrasi secara etimologis, berasal dari bahasa Yunani “demos” yang
berarti rakyat dan “kratos/cratein” yang berarti pemerintahan. Khususnya di Athena,
kata “demos” biasanya merujuk pada seluruh rakyat tetapi kadangkala juga berarti
orang-orang pada umumnya atau hanya rakyat miskin, kata demokrasi pada mulanya
kadangkala digunakan oleh kalangan aristokrat sebagai sindiran untuk merendahkan
orang-orang kebanyakan(Dahl,1998:11-12 dalam Yudi Latif,2011:395).
Dari pengertian mengenai demokrasi tersebut dapat ditarik bahwa substansi
demokrasi itu sendiri merupakan kekuasaan Yudikatif,Eksekutif dan Legislatif
6
berasal dari rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan.
Substansi tersebut membentuk struktur dalam demokrasi, yakni adanya infrastruktur
dan suprastruktur yang menhghasilkan keputusan dan kapabilitas.
Demokrasi merupakan pemusatan kekuasaan ditangan rakyat. Menurut
Cholisin demokrasi di Indonesia memegang prinsip Teo-Demokratis dimana segala
keputusan dan kebijakkan diatur sepenuhnya untuk kepentingan rakyat namun tidak
melanggar peraturan Tuhan. Inilah perbedaan mendasar dari demokrasi yang khas di
Indonesia dibandingkan dengan demokrasi di negara lainnya. Prinsip Teo-
demokratis merupakan hasil demokrasi yang mendasarkan Pancasila terutama sila
pertama yakni Ketuhanan yang maha Esa.
Demokrasi bukan hanya suatu sistem yang ada dalam suatu pemerintahan,
namun juga suatu proses yang dilakukan untuk menuju kepada kesejahteraan rakyat
dalam negara tersebut. Demokrasi Pancasila yang merupakan demokrasi yang khas
dari bangsa Indonesia sendiri merupakan hasil dari pendiri negara ini yang memiliki
keinginan mulia untuk melepaskan segala kesulitan masyarakat Indonesia. Proses
menuju kesejahteraan tersebutlah yang kadang dalam perjalanannya ada beberapa
negara yang mampu melaksanakannya dengan baik namun tidak jarang juga banyak
negara yang tidak mampu untuk melakukannya.
Dengan adanya demokrasi ini, maka diharapkan akan terwujud pemerintahan
yang kuat mengingat karena pemerintahan ini diciptakan oleh rakyat itu sendiri.
Pemerintahan yang kuat bukaanlah pemerintahan yang diciptakan daalam bentuk
pemerintahan otoriter yang mampu mengarahkan kehendaknya kepada rakyat,
namun pemerintahan yang kuat yang didukung sepenuhnya oleh rakyat dan tidak
ditumpangi oleh kebutuhan pihak lain.
Demokrasi muncul bukan secara tiba-tiba, melainkan dengan suatu proses
yang panjang. Dalam proses tersebut terdapat faktor pendukung yang mendukung
tumbuhnya demokrasi. Faktor yang mendukung pelaksanaan demokrasi di negara
Indonesia antara lain:
1. Pendidikan politik/pendidikan kewarganegaraan untuk membentuk sikap
demokratis di kalangan warga negara, sebagai basis sumber daya politik.
2. Ormas dan parpol, untuk menyosialisasikan demokrasi di kalangan
masyarakat dan mengawasi jalannya demokrasi.
7
3. Pemilu yang luber dan jurdil, merupakan hasil untuk rakyat dari demokrasi
yang juga merupakan awal lahirnya keputusan ideal bagi seluruh rakyat.
4. Perwakilan politik/DPR, MPR, secara tidak langsung merupakan ujung
tombak yang dilakukan oleh rakyat guna mengaspirasikan pendapat
mereka.
5. Pemerintah yang bertanggung jawab
6. Sistem peradilan yang independen
7. Pers dan media massa yang independen (Cholisin,2013:29)
Pendidikan politik sangat mendukung terciptanya demokrasi karena dari
pendidikan politik seseorang mengetahui tentang apa yang dimaksud dengan
demokrasi dan dapat melakukannya. Pendidikan politik bisa juga disebut dengan
sarana sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat tentang demokrasi.
Ormas/Organisasi Masyarakat dan Parpol/Partai Politik merupakan pelaku
secara aktif yang melaksanakan demokrasi. Organisasi masyarakat sering melakukan
penyampaian aspirasi apabila tidak setuju dengaan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Walaupun terkadang penyampaian aspirasi yang dilakukan tidak sesuai
dengan etika yang seharusnya namun dengan cara seperti itu aspirasi sering
dipertimbangkan oleh pemerintah. Aspirasi parpol yang bukan dari parpol penguasa
atau oposisi sangat diharapkan di dalam terciptanya demokrasi agar dapat
memberikan batasan kepada parpol penguasa apabila mereka membuat kebijakan
yang merugikan kepentingan masyarakat. Kebebasan dalam penyampaian pendapat
inilah yang sering dilakukan dalam negara yang menganut demokrasi. Hal ini perlu
dilakukan, seringnya oleh ormas atau parpol agar tercipta demokrasi sesuai yang
diharapkan bersama. Pembatasan kebijakan inilah tugas dari parpol atau ormas
dalam hal pengawasan demokrasi. Tugas lainnya dari ormas atau parpol dalam
demokrasi ialah menyosialisasikan hasil kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
kepada masyarakat luas.
Adanya pemilu yang LUBER dan JURDIL merupakan indikasi atau hasil dari
terciptanya demokrasi dalam suatu negara. Hasil pemilu seperti inilah yang
diharapkan oleh masyarakat banyak, karena pemilu ini memberikan kebebasan
kepada masyarakat dalam memilih. Kebebasan dalam memilih menjauhkan
8
masyarakat dari tekanan baik secara fisik (uang maupun kekerasan) maupun tekanan
secara emosional (hati nurani) dalam memilih pemimpin.
Perwakilan politik baik DPR maupun MPR merupakan ujung tombak secara
langsung maupun tidak langsung yang bertugas menyampaikan aspirasi masyarakat.
Anggota DPR merupakan hasil dari pemilihan umum dari masyarakat sehingga
diharapkan hasil kebijakan yang menjadi keputusan bersama benar-benar dari
masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat tanpa ada tumpangan yang
menguntungkan pribadi maupun golongan mereka.
Pemerintah yang bertanggung jawab dalam negara demokrasi ialah dalam hal
mengambil keputusan atau kebijakan untuk bersama, pemerintah harus menimbang
untung maupun ruginya. Apakah keputusan tersebut lebih banyak merugikan bagi
masyarakat atau lebih banyak menguntungkan bagi masyarakat. Kerugian yang
dihasilkan dari suatu keputusan atau kebijakan harus dapat ditanggung oleh
masyarakat dan dapat dipertanggung jawabkan di depan masyarakat secara luas.
Sistem peradilan merupakan salah satu hasil yang dapat dilihat dalam
pemerintahan yang demokrasi. Dalam pelaksanaannya sistem peradilan harus dapat
tajam tanpa memandang bulu bagi siapapun yang salah. Selama ini di Indonesia
sistem peradilan sangat tajam bagi masyarakat di bawah dan tumpul bagi masyarakat
atas. Sistem peradilan yang seperti ini merupakan sistem peradilan yang kurang adil
dan dapat merugikan masyarakat. Padahal negara demokrasi salah satu tujuannya
harus dapat menyejahterakan masyarakatnya. Sistem peradilan yang diharapkan
ialah sistem peradilalan independen dimana sistem ini bebas dari segala bentuk
tekanan dan dapat bersifat adil bagi semua masyarakat Indonesia.
Pers dan media massa sangat mendukung terciptanya demokrasi dalam suatu
negara. Pers dan media massa mempunyai tugas dalam memberikan informasi
kepada masyarakat berita terbaru sehingga masyarakat dapat menilai dan melakukan
tindakan. Begitu pentingnya tugas yang diemban oleh pers atau media massa ini,
maka diharapkan mereka mampu membuat berita secara nyata apa adanya tanpa
dibuat-buat maupun dilebih-lebihkan.
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional, sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 1 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945
(Cholisin,2013:101). Nilai-nilai yang terkandung dalam Demokrasi Pancasila
merupakan nilai-nilai adat dan kebudayaan dari masyarakat Indonesia secara umum.
9
B. Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila
1. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia
Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia dimaksudkan bahwa hak dan
kewajiban yang dimiliki oleh rakyat Indonesia sama dan sejajar. Persamaan hak
dan kewajiban tersebut tidak hanya dalam bidang politik saja melainkan bidang
hukum, ekonomi dan sosial. Maka dari itu Demokrasi Pancasila tidak hanya
mencakup Demokrasi Politik saja, melainkan Demokrasi Sosial dan Demokrasi
Ekonomi juga. Persamaan ini diharapkan mampu memberikan keadilan bagi
seliruh rakyat Indonesia.
2. Keseimbangan antara hak dan kewajiban
Prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban memberikan pengertian
bahwa warga negara dalam menerima hak yang dimilikinya namun juga harus
diseimbangkan dengan kewajiban yang dimiliki.
3. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain
Demokrasi Pancasila memberikan kebebasan kepada setiap individu
namun dengan batasan yang bertanggung jawab. Yang dimaksud dengan
kebebasan ini ialah kebebasan yang harus memperhatikan hak dan kewajiban
dari orang lain dan diri sendiri bahkan, harus dapat dipertanggung jawabkan
dengan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Mewujudkan rasa keadilan sosial
Demokrasi memiliki tujuan dalam mewujudkan rasa keadilan sosial
untuk semua warga negaranya. Keadilan sosial melingkupi sila dalam Pancasila
terutama sila kelima. Maka dari itu prinsip dalam demokrasi Pancasila ingin
mewujudkan rasa keadilan sosial dalam setiap masyarakat.
5. Pengambilan keputusan dengan musyawarah
Landasan gotong royong dan kebersamaan merupakan dasar dari
pengambilan keputusan dengan musyawarah. Dalam pengambilan keputusan ini
mengilhami rasa keadilan bagi semua. Dimana tidak hanya mementingkan
kaum mayoritas saja, namun juga dapat memperhatikan kaum minoritas.
10
6. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan
Prinsip persatuan nasional terilhami dari sila ketiga dari Pancasila. Rasa
kekeluargaan dalam Negara Republik Indonesia, memunculkan persatuan
nasional dalam setiap masyarakat. Persatuan nasional juga sangat penting dalam
pertahanan negara agar negara dapat kuat saat ada gangguan baik dari dalam
maupun dari luar.
7. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.
Tujuan dan cita-cita nasional Negara Indonesia tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Diungkapkan bahwa
Indonesia menyatakan kemerdekaannya dan kemudian membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dari tujuan
dan cita-cita Negara Indonesia tersebut terlihat Indonesia tidak hanya
menciptakan kebaikan bagi masyarakat Indonesia namun juga ingin
mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia (Cholisin,2012:11).
C. Nilai-Nilai Demokrasi Pancasila
Beberapa nilai demokrasi yang menjadi kriteria dan standar ideal yang
merupakan tolok ukur dalam demokrasi(Riza Noer,1996:3-15) yaitu:
1. Pemahaman yang tercerahkan, suatu hal dipandang baik bagi rakyat atau
dianggap sebagai kepentingan mereka berdasarkan pilihan mereka
sendiri, bukan pilihan pihak lain seperti elit yang dipandang mengetahui
dan berkuasa dalam hal itu. Itulah alasan mengapa rakyat Indonesia harus
terdidik dan tercerahkan secara memadai agar mereka dapat menentukan
apa yang mereka inginkan atau pandang baik.
2. Partisipasi efektif, partisipasi warga negara ini sangat krusial dalam
kaitannya dengan upaya untuk memenuhi kepentingan semua warga
negara yang berkaitan dengan keputusan yang akan dibuat.
3. Kontrol terhadap agenda, agenda dalam proses pengambilan keputusan
bisa saja sempit dan terbatas dengan skala proritas yang ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan tertentu dalam masyarakat.
11
4. Persamaan nilai suara dalam penentuan keputusan, hak pilih dalam
demokrasi bersifat universal, dalam suatu proses pembuatan keputusan
setiap warga negara yang telah memenuhi kualifikasi tertentu
mempunyai hak yang sama untuk memilih.
5. Inklusivitas, kriteria inklusivitas berhubungan dengan siapa saja yang
menjadi anggota atau warga demos asosiasi tertentu, termasuk negara,
dalam hal ini demos harus mencakup seluruh orang dewasa yang dikenai
atau terikat kepada keputusan-keputusan kolektif dan mengikat yang
dibuat oleh asosiasi tersebut.
Nilai-nilai demokrasi diatas merupakan bentuk nilai demokrasi secara umum.
Secara khusus nilai demokrasi merupakan kebalikan dari nilai-nilai otoriter yang
ada. Nilai demokrasi tersebut melahirkan suatu bentuk budaya politik yang disebut
budaya demokrasi, nilai-nilai tersebut ialah:
1. Egalitarian yang dibandingkan dengan Feodal
2. Pluralisme yang dibandingkan dengan Homogin
3. Terbuka yang dibandingkan dengan Tertutup
4. Dialogis yang dibandingkan dengan Dogmatis
5. Persuasif yang dibandingkan dengan Represif
6. Distribusi Kekuasaan yang dibandingkan dengan Akumulasi Kekuasaan
7. Sensor kuratif yang dibandingkan dengan Sensor Preventif
8. Pemilihan yang dibandingkan dengan Penunjukkan (Cholisin,2012:2)
Uraian demokrasi dan Pancasila tersebut dapat menjadi rumusan dalam
menguraikan nilai Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila yang kita kenal di
Indonesia tidak hanya mencakup demokrasi politik, tetapi juga mencakup
demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Demokrasi politik merupakan arti primer
dari demokrasi (Cholisin,2013:30). Sedangkan arti sekundernya ialah demokrasi
ekonomi dan sosial.
Demokrasi ekonomi sendiri merupakan suatu demokrasi yang tujuan
kebijaksanaan primernya ialah pembagian kembali kekayaan dan pemerataan
kesempatan ekonomi (Cholisin,2013:31). Pemerataan kesempatan ekonomi tersebut
dilihat dari kesempatan setiap rakyat untuk meningkatkan ekonomi mereka.
Berbeda jauh dengan konsep Marxis yang menyatakan bahwa demokrasi ekonomi
sebagai pengganti demokrasi politik (Cholisin,2013:31).
12
Demokrasi sosial merupakan keadaan dimana masyarakat mendapat
perlakuan yang sama dan hormat terhadap setiap orang. Pandangan ini berbeda
dengan konsep demokrasi social (demokrasi rakyat) dari Karl Marx
(Cholisin,2013:30). Pada demokrasi sosial ala Marx, memang tidak ada perbedaan
antara kaya dan miskin namun memunculkan kelas baru yaitu penguasa dan rakyat.
Nilai-nilai Demokrasi Pancasila secara khusus dapat dirumuskan dari nilai-
nilai demokrasi politik, demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Demokrasi
politik dapat dilihat dalam nilai keterbukaan, pendistribusian kekuasaan/pembagian
hak dan kewajiban. Dalam demokrasi ekonomi dapat dilihat dari pemerataan
ekonomi di dalam kelas/tidak terdapat kelas-kelas berdasarkan kemampuan
ekonomi yang ada. Dan nilai pada demokrasi sosial dapat dilihat dari kebersamaan
dan kekeluargaan di dalam kelas, siswa dapat bertanggung jawab secara bersama
dalam mengerjakan tugas kelompok maupun tugas yang lain tanpa melihat tingkat
sosial yang ada. Nilai di atas merupakan beberapa nilai khusus yang dapat dilihat
dan diterapkan di dalam kelas. Dilihat dari rincian tersebut maka dapat dapat
disimpulkan beberapa nilai-nilai Demokrasi Pancasila yakni :
1. Religius,tidak sekuler apalagi ateis
2. Memiliki toleransi
3. Adil dalam arti tidak diskriminatif/humaninistis
4. Anti imperialism dan kolonialisme
5. Memiliki komitmen untuk mewujudkan kemakmuran bersama
6. Memiliki solidaritas dan kesetiakawanan yang tinggi bagi sesama anak
bangsa
7. Menghargai pluralitas
8. Menyerasikan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan umum
9. Menolak liberalisme, kapitalisme, dan neoliberalisme
10. Mengedepankan musyawarah untuk mufakat
11. Komitmen terhadap konstitusi (Cholisin, 2013:120)
D. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas
dari pendidikan demokrasi dan Pendidikan HAM karena mencakup kajian dan
pembahasan tentang banyak hal seperti pemerintahan, konstitusi, rule of law, hak
dan kewajiban warganegara, proses demokrasi, dsb(Azyumardi Azra,2008:7).
13
Konsep mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut standar isi 2006
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
E. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan pendidikan Kewarganegaraan yakni agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi (Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan BSNP).
F. Teori Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Mengajar merupakan suatu kata kunci dalam mempengaruhi materi yang
ingin disampaikan. Mengajar dalam suatu proses pendidikannya sering disebut
dengan pembelajaran. Ada beberapa teori pembelajaran yang sering kita lihat dan
kita jumpai. Model-model pembelajaran tersebut yakni :
1. Model pembelajaran pasif yakni guru menerangkan sedangkan murid
mendengarkan, guru mendiktekan sedangkan murid mencatat, guru
bertanya sedangkan murid menjawab, dan seterusnya.
2. Pembelajaran dengan gaya bank yakni guru sebagai deposan yang
mendepositikan pengetahuan serta berbagai pengalamannya kepada
siswa, sedangkan siswa hanya menerima dan memnyimpan semua yang
diberikan guru (Elias dalam Dede, 2007: 91).
Kedua model diatas merupakan model pembelajaran yang sangat menindas siswa
karena dapat menghambat kreativitas dan pengembangan potensi mereka.
14
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu mengembangkan model
pembelajaran yang lebih dapat memanusiakan manusia. Apabila seorang guru PKn
mengajar menggunakan dua contoh model pembelajaran di atas maka dapat
dipastikan pembelajaran yang dilakukan tidak akan tepat guna.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian tentang “pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan Depok” ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai November 2013. Tempat penelitian
dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas baik swasta maupun negeri di Kecamatan
Depok, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif ialah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap gambaran
objektif mengenai keadaan yang terdapat pada objek yang diteliti. Adapun penelitian
kualitatif ini merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji suatu objek
pada latar alamiah tanpa ada manipulasi dan pengujian hipotesis(Andi Prastowo,
2012:24).
Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya memaparkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari
dan menemukan pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang
berkonteks khusus(Lexy J Moleong,2006:5).
Dilihat dari jenis dan metode penelitian tersebut maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan memaparkan proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi
Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan
Depok.
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain(Lexy J Moleong,
2006:157). Dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data dapat dicatat melalui
catatan tertulis atau perekam video maupun pengambilan foto. Pencatatan sumber data
merupakan penggabungan dari mendengar, melihat dan bertanya yang dilakukan oleh
peneliti. Orang yang diamati atau diwawancarai oleh peneliti ialah lima guru
15
Pendidikan Kewarganegaraan dari masing-masing sekolah di SMA Se-kecamatan
Depok.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data sekunder apabila
peneliti telah melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal kecil dari responden
yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2012: 188).
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dari narasumber
(guru mapel PKn) tentang usaha yang dilakukan agar nilai-nilai demokrasi dapat
berkembang melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganeraan dari masing-msing
sekolah
Dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen atau
foto-foto serta catatan tertulis/lampiran yang berguna sebagai informasi dalam
penelitian ini. Dokumen-dokumen tertulis yang dapat digunakan sebagai alat untuk
memperkuat observasi dan wawancara ialah dokumen dari masing-masing guru yang
berupa Rencana Program Pembelajaran. Dokumentasi juga dapat dijadikan sebagai
bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian di tempat terkait.
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun
dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati terlalu besar (Sugiyono, 2012: 196). Penulis melakukan
observasi terhadap pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas XI masing-
masing sekolah dalam proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila di SMA
se-kecamatan Depok.
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dapat mendukung dalam
melaksanakan tehnik pengumpulan data, agar mendapatkan data yang sesuai dengan
kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua instrumen yaitu
pedoman wawancara dan lembar observasi. Pedoman wawancara merupakan
instrumen dalam wawacara terstruktur yang berisi daftar pertanyaan yang terinci secara
tertulis dalam lembar pedoman wawancara. Sedangkan lembar observasi ialah lembar
yang berisi proses-proses pembelajaran yang baik dalam melaksanakan pengamatan
pembelajaran di sekolah.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu
16
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J
Moleong,2006:330). Penelitian ini membandingkan antara dokumen dari masing-
masing guru yang berupa RPP atau Rancangan Program Pembelajaran dengan cara saat
guru tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar serta tujuan yang ingin dicapai.
Reduksi data ialah identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan
adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna
bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Reduksi berfungsi untuk
menajamkan, menggolongkan, dan mengarahkan.
Dalam penelitian ini pemilihan, menggolongkan dan mengarahkan data agar
mendapatkan data yang relevan dan mendukung peneliti dalam permasalahan
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan Depok.
Kategorisasi ialah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian
yang memiliki kesamaan(Lexy J Moleong,2006:288). Data yang diperoleh dari hasil
wawancara dan dari dokumen-dokumen yang ada akan dipilah-pilah sesuai dengan sifat
masing-masing data. Tujuannya untuk memilih data yang sifatnya penting dan data
yang sifatnya pokok dan dapat mengarahkan pada permasalahan pengembangan nilai-
nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
Se-kecamatan Depok.
Display data merupakan penyajian data ke dalam sejumlah matriks yang
sesuai. Tahap ini mempunyai tujuan untuk memberi kemudahan dalam
mengkonstruksikan, menginterprestasikan dan menyimpulkan data yang telah dipilih.
Bentuk penyajian laporannya adalah deskriptif analitik dan logis karena penyajian
laporan ini berusaha mengarah kepada suatu kesimpulan.
Data yang dihasilkan berbentuk narasi berupa informasi tentang
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan Depok. Data yang sudah diperoleh dan
dikumpulkan selanjutnya dibuat kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dapat
berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian kemudian diperiksa
keabsahannya.
Langkah-langkah tersebut dilaksanakan dan dapat menjadi acuan dalam
menganalisis data sehingga dapat membentuk suatu uraian yang sistematik, akurat dan
jelas. Pengambilan kesimpulan dapat dilakukan secara induktif dengan mengarahkan
17
hal-hal yang khusus menuju hal-hal yang bersifat umum untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian ini.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
SMA Negeri 1 Depok merupakan satu-satunya SMA negeri di Kecamatan
Depok. Guru yang mengampu di sekolah tersebut memberikan pengertian tentang
Demokrasi Pancasila ialah Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang mempersatukan
Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Demokrasi
Pancasila adalah paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan falsafah
hidup bangsa Indonesia, yang perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan
Pembukaan UUD 1945. Dalam pengertian yang digambarkan tersebut ada beberapa
tujuan yang ingin dicapai yakni Membentuk warganegara yang aktif berpartisipasi serta
memiliki tanggung jawab dalam membangun kehidupan bernegara, dengan cara :
1. memahamkan siswa tentang zoon politicon
2. memberi kesempatan kepada siswa memahami kebebasan dan kewajibannya
3. memahamkan nilai-nilai keanekaragaman
4. menegakkan keadilan
5. memajukan ilmu pengetahuan
Tujuan dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila tersebut dapat
tercapai dengan adanya materi, strategi dan media yang mendukungnya. Materi yang
mendukung pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila ialah semua materi yang
ada. Strategi yang digunakan tergantung dengan hambatan yang dialami. Misalnya
pada SMA Negeri 1 Depok hambatan yang ada ialah hasil dari diskusi siswa yang sulit
diperkirakan, maka dari itu guru harus mampu menengahi hasil dari pendapat para
siswa.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru tidak dapat terlepas dari
rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru tersebut. Pada contoh RPP yang ada, pada
SK menganalisis budaya politik Indonesia, KD mendeskripsikan pengertian budaya
politik Ibu Laksmi memberikan empat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Empat
tujuan tersebut yakni :
18
1. Dengan menggali informasi dari berbagai sumber peserta didik mampu
mendeskripsikan pengertian budaya politik secara mandiri
2. Melalui diskusi kelompok peserta didik dapat mendeskripsikan komponen
budaya politik secara demokratis
3. Melalui diskusi secara demokratis peserta didik mampu menyebutkan faktor
penyebab berkembangnya budaya politik di daerahnya dengan percaya diri
4. Melalui tanya jawab secara demokratis peserta didik mampu menyimpulkan
budaya politik yang berkembang di masyarakat secara mandiri
Terlihat dari tujuan tersebut ingin agar peserta didik mampu mengetahui dan
melakukan kegiatan pembelajaran secara demokratis. Metode pembelajaran yang
digunakan sangat bervariatif yaitu tanya jawab, cooperative learning, diskusi, latihan
dan penugasan.
Pengertian Demokrasi Pancasila menurut guru pengampu di SMA Angkasa
Adisutjipto merupakan bebas berpendapat,bebas berbicara sesuai dengan Pancasila kita
bicara jangan sampai menyakiti orang lain. Dalam pengembangannya sekolah ini
memiliki tujuan agar siswa menjadi siswa-siswa yang berakhlak mulia, dan bisa
menjalankan nilai-nilai Pancasila. Dalam proses pembelajarannya guru mengatakan
bahwa terdapat kesulitan dalam penyampaian materi. Hal ini dikarenakan kurangnya
keinginan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dari hambatan tersebut guru
memiliki strategi untuk lebih bervariatif dalam setiap pertemuan.
Guru menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk memandu
dalam proses pembelajaran. Contoh RPP yang diberikan ialah RPP dengan SK
menganalisis budaya politik di Indonesia dan KD menganalisis tipe-tipe budaya politik
yang berkembang di Indonesia. Dalam RPP yang dibuat Ibu Rahayu, memiliki tiga
tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran yaitu :
1. Siswa mampu mendeskripsikan tipe-tipe budaya politik dengan benar dan
percaya diri
2. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan tipe budaya politik sebelum
terbentuknya negara Indonesia dengan benar dan percaya diri
3. Siswa mampu mendeskripsikan perkembangan tipe budaya politi sesudah
Indonesia merdeka, sebelum reformasi, dan era reformasi.
Tujuan yang ingin dicapai tersebut menitik beratkan kepada pemberian
pengetahuan dari siswa dan membangun rasa kepercayaan diri siswa sebelum dapat
19
melakukan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, guru selalu menyelipkan contoh-contoh nyata dalam
kehidupan sehari-hari agar siswa mampu melakukannya.
Pengertian Demokrasi Pancasila dari guru pengampu di SMA Gama
Yogyakarta memberikan arti yaitu demokrasi yang didasarkan nilai-nilai Pancasila.
Tujuan yang ingin dicapai dalam proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila
adalah membentuk karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam
proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila terdapat hambatan yakni banyak
peserta didik yang tidak mengetahui arti dan pentingnya nilai-nilai Demokrasi
Pancasila.
Secara khusus materi yang mampu mendukung pengembangan nilai-nilai
Demokrasi Pancasila ialah materi bangsa & negara, HAM, hukum, konstitusi dan
budaya demokrasi ungkapan dari guru pengampu SMA Gama. Lebih jelas guru
tersebut mengungkapkan metode pembelajaran yang sering digunakan dalam
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila yakni metode diskusi, studi kasus, dan
ceramah. Materi ini ingin menngikutsertakan siswa dalam metode pembelajaran agar
siswa ikut aktif dalam metode pembelajaran.
Tujuan pembelajaran diungkapkan dalam RPP ada empat tujuan yang ingin
dicapai, yakni:
1. Peserta didik dapat mendeskripsikan pengertian budaya politik
2. Peserta didik dapat mengidentifikasi budaya politik
3. Peserta didik dapat menjelaskan faktor-faktor penyebab berkembangnya
budaya politik di Indonesia
4. Peserta didik dapat menyimpulkan budaya politik yang sedang berkembang di
daerahnya.
Tujuan pembelajaran tersebut termuat dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dalam SK menganalisis budaya politik di Indonesia, dan dalam KD
mendeskripsikan pengertian budaya politik. Dari tujuan pembelajaran tersebut dapat
dilihat bahwa tujuan yang ada ingin memberikan pengetahuan kepada siswa dalam
pembelajaran budaya politik.
Demokrasi Pancasila yang diungkapkan oleh guru yang mengampu di SMA
Kolose De Britto memiliki pengertian komunikasi berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Tujuan yang dimiliki dalam proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila
20
adalah Mampu mendengarkan pihak komunikator. Berbagai hambatan yang dialami
oleh guru, salah satunya ialah siswa yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik
sehingga dapat mempengaruhi hubungan mereka.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang diberikan guru pengampu sebagai
contoh memuat SK menganalisis budaya demokrasi menuju masyarakat madani, KD
mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya demokrasi. Dalam RPP
tersebut tidak disebutkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran yang
dilakukan, namun terdapat indikator sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pengertian budaya demokrasi
2. Mendeskripsikan prinsip-prinsip budaya demokrasi
Indikator merupakan sesuatu yang memberikan (menjadi) petunjuk atau
keterangan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Jadi dua indikator di atas merupakan hal
yang menjadi petunjuk siswa untuk dapat mendeskripsikan pengertian budaya
demokrasi dan prinsip-prinsip budaya demokrasi. Metode yang digunakan dan
dituliskan dalam RPP ialah metode diskusi kelompok tentang pengertian budaya
demokrasi dan prisip-prinsip budaya demokrasi. Dalam langkah-langkah pembelajaran
pada kegiatan belajar di pendahuluan dalam RPP
Demokrasi Pancasila ialah demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi
Pancasila ialah agar nanti demokrasi yang berkembang di Indonesia sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila yaitu nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan yang berdasarkan
Pancasila. Materi yang digunakan dalam mendukung pengembangan nilai-nilai
Demokrasi Pancasila ialah secara khusus ada materi yakni demokrasi menuju
masyarakat madani, yang secara umum budaya politik dan keterbukaan yang lain juga
mendukung walaupun prosentase hanya kecil.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada SK menganalisis budaya politik di
Indonesia, dan pada KD mendeskripsikan pengertian budaya politik. Tujuan
pembelajaran dalam RPP ada empat tujuan yakni :
1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik secara mandiri
2. Mendeskripsikan komponen budaya politik melalui kerja kelompok secara
demokratis
3. Menyebutkan faktor penyebab berkembangnya budaya politik di daerahnya
dengan percaya diri
21
4. Menyimpulkan budaya politik yang berkembang di masyarakat secara
mandiri.
Tujuan-tujuan pembelajaran tersebut telah disesuaikan dengan tujuan dalam
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila. Siswa bekerja secara mandiri berarti
mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran, kerja kelompok secara demokratis berarti
melibatkan semua siswa dan mengajarkan siswa tentang saling menghargai orang lain,
dengan percaya diri berarti siswa diajarkan untuk percaya diri dalam menyampaikan
pendapat tanpa ada desakan dari orang lain.
V. KESIMPULAN
Melihat dan mengamati dari hasil penelitian yang ada, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila
melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan Depok
yaitu tujuan agar siswa tidak hanya mengetahui nilai-nilai Demokrasi Pancasila
namun dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Materi yang mampu mendukung dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi
Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-
Kecamatan Depok sebagai berikut secara umum seluruh materi pembelajaran yang
ada dapat mendukung pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila walaupun
mengambil sedikit bagian. Secara khusus materi yang mendukung pengembangan
nilai-nilai Demokrasi Pancasila yaitu demokrasi menuju masyarakat madani.
Tidak hanya dalam materi secara konseptual saja, namun secara fakta guru telah
melaksanakan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam proses
pembelajarannya.
3. Strategi yang digunakan dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila
masih bersifat dialogis dalam pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan di SMA
se-Kecamatan Depok melalui :
a. Memberikan bekal pengetahuan sebelum siswa masuk ke dalam materi yang
baru. Bekal tersebut terkait dengan materi yang ingin dicapai dalam
pembelajaran tersebut.
b. Membagi kelompok secara rata dan adil, misalnya tidak menyatukan siswa
peringkat atas dengan peringkat atas lainnya. Maupun siswa yang besar tidak
22
disatukan dengan siswa yang besar lainnya. Hal ini juga dapat memberikan
kesempatan anak dalam berbicara dan mendengarkan pendapat orang lain.
c. Guru mempersiapkan buku-buku literatur terlebih dahulu sebelum memasuki
kelas. Selain guru yang harus mempersiapkan, siswa juga harus dipaksa
mencari dan membaca buku-buku yang akan digunakan. Bisa juga dengan
memberikan sanksi membaca di depan kelas apabila ada siswa yang tidak
mempersiapkan dengan baik.
d. Guru mengatur waktu yang sebaik-baiknya agar dapat sesuai dengan jatah
waktu yang telah diberikan sehingga apa yang ingin disampaikan oleh guru
tidak terpotong dan hanya setengah yang sampai kepada murid.
e. Guru memiliki sikap pantang menyerah dan terus-menerus memperbaharui
metode pembelajarannya agar siswa terhindar dari rasa jenuh dalam mengikuti
pembelajaran yang ada.
4. Media yang dapat digunakan dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi
Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-
Kecamatan Depok seperti kartu cocok, koran maupun majalah, papan tembak,
power point, dan lain sebagainya. Intinya semua media dapat digunakan hanya
tergantung pada metode apa yang dilakukan seorang guru. Namun dalam faktanya
sangat sedikit guru yang menggunakan media mereka memilih menggunakan
audio dalam pengembangan Demokrasi Pancasila.
5. Proses penilaian dalam pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA se-Kecamatan Depok yaitu
dengan cara melihat nilai akdemik dan nilai perilaku siswa, untuk mempermudah
dalam penilaiannya dengan membuat lembar pengamatan sikap siswa yang berisi
antara lain :
a. Memberi kesempatan teman menyampaikan pendapat
b. Memotong pembicaraan teman
c. Mau menerima kritik teman
d. Menyanggah pernyataan teman dengan sopan
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra & Komaruddin,Hidayat.2008.”Pendidikan Kewarganegaraan (Civics
Education)”.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
23
Cholisin.2000.”Materi Pokok Ilmu Kewarganegaraan-Pendidikan Kewarganegaraan”
.Jakarta:Universitas Terbuka.
_______. 2012. “Budaya Politik Indonesia Dalam Pembelajaran PKn”.
Yogyakarta:UNY
_______.2013.”Ilmu Kewarganegaraan(Civics)”.Yogyakarta:Penerbit Ombak
Dede Rosyada.2007.”Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan”. Jakarta:Kencana Prenada
Media Group.
Moleong J. Lexy.2006.”Metodologi Penelitian Kualitatif”.Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya.
Riza Noer Arfani. 1996.Demokrasi Indonesia Kontemporer.Jakarta:Raja Grafindo Persada