pengembangan modul pembelajaran bahasa arab …lib.unnes.ac.id/31762/1/2303412050.pdf · mujianto,...
TRANSCRIPT
i
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS KEARIFAN LOKAL WONOSOBO UNTUK
KELAS XI MA
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Nama : Rizka Irma Saputri NIM : 2303412050 Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. 94:5)
“Demi pena dan dan apa yang mereka tulis” (QS. 68:1)
“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”
Persembahan :
Skripsi ini saya persembahkan untuk ibu wanita terhebat yang selalu membuat saya merasa sangat beruntung karena memilikinya dan bapak sosok luar biasa yang tak pernah menginginkan apapun kecuali kebahagiaan putriya.
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt. Karena atas limpahan
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, skripsi ini terselesaikan. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita sepanjang masa, Rasulullah
SAW., keluarga, dan sahabatnya. Begitu pula skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik sebab bantuan dan bimbingan yang diberikan berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
kepada:
1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian;
2. Dra. Rina Supriatnaningsih, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing
Fakultas Bahasa dan S
3. eni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam
proses perizinan penelitian;
4. Hasan Busri, S.Pd.I., M.S.I., Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa
Arab yang telah memberikan kemudahan dalam pembuatan SK Pembimbing;
5. Dr. Zaim Elmubarok, dosen pembimbing I yang telah memberikan motivasi,
masukan, pengarahan, saran, dan perhatian yang berarti kepada peneliti
selama penyusunan skripsi ini;
6. Retno Purnama Irawati, S.S., M.A., dosen pembimbing II yang telah
memberikan motivasi, masukan, pengarahan, saran, dan perhatian yang
berarti kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini, serta telah membantu
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;
7. Mukhlisin Nawawi, Lc., dosen pembimbing terjemahan bahasa Arab yang
telah memberikan koreksi;
8. Dr. Singgih Kusardono, S.Pd.I., M.A., dosen ahli materi dan bahasa dan
Mujianto, S.Pd., M.Sr. selaku dosen ahli bidang desain grafis, yang telah
menilai dan memberikan saran perbaikan terhadap buku pengayaan yang
peneliti kembangkan;
vii
9. Darul Qutni, S.Pd.I., M.S.I. dosen penguji yang telah memberikan arahan dan
saran dalam memperbaiki skripsi ini.
10. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ilmunya;
11. Kepala MA Muhammadiyah Kepil, Kepala MAN Wonosobo, dan Kepala
MAN Kalibeber yang telah memberikan izin penelitian;
12. Guru dan siswa kelas XI MA Muhammadiyah Kepil, MAN Wonosobo, dan
MAN Kalibeber;
13. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti;
14. Teman-teman mahasiswa PBA 2012 yang selalu memberikan semangat dan
dukungan;
15. Keluarga besar mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri
Semarang yang telah mendukung dan memberikan motivasi pada peneliti;
16. Rana Nailia, Ratna Aulia, Rifda Haniefa dan Nikhlatun Ni’mah yang sejak
awal perkuliahan hingga pembuatan skripsi ini selalu mendampingi, memberi
dukungan dan perhatian kepada peneliti;
17. Let’s komunitas rasa keluarga yang selalu menemani peneliti selama
melakukan penelitian dan selalu memberikan motivasi;
18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam
penyusunan skripsi ini.
Semoga balasan dan pahala yang terbaik yang selalu Allah Swt. curahkan
atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan.
Peneliti berharap skrispi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semarang, 8 Mei 2017
Peneliti,
Rizka Irma Saputri
2303412050
viii
SARI
Irma, Rizka Saputri. 2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Arab berbasis Kearifan Lokal Wonosobo Untuk Kelas XI MA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dr. Zaim ElMubarok Dosen Pembimbing II: Retno Purnama Irawati, S.S., M.A
Kata kunci: Modul Pembelajaran, Kearifan Lokal, Keterampilan Membaca
dan Menulis Bahasa Arab.
Kurangnya sumber belajar dalam mempelajari bahasa Arab menyebabkan
para siswa merasa kesulitan dalam belajar bahasa Arab. Materi yang dianggap
kurang menarik juga menyebabkan kurangnya minat belajar siswa. Oleh karena
itu, peneliti mengembangkan modul pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan
lokal untuk kelas XI MA
Tujuan penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru
terhadap modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo; (2)
mendeskripsikan prototype modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI
MA di Wonosobo; (3) mendeskripsikan penilaian ahli praktisi dan ahli materi terhadap
modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo;
Mendeskripsikan efektifitas modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI
MA di Wonosobo.
Penelitian ini menggunakan desain research and development (R&D).
Data penelitian diperoleh dengan teknik tes dan nontes. Alat pengambilan data tes
berupa soal tes untuk siswa berdasarkan materi yang telah diberikan. Alat data
nontes yang digunakan berupa wawancara, angket kebutuhan guru dan siswa,
angket tanggapan siswa, angket uji validasi ahli, angket observasi oleh siswa, dan
dokumentasi foto.
Hasil penelitian ini adalah guru dan siswa menghendaki adanya
pengembangan modul pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk
kelas XI MA. Hasil uji hipotesis diterima, dengan rincian hasil uji hipotesis pihak
kanan yang dihasilkan dari nilai siswa mengerjakan soal tes untuk keterampilan
membaca menunjukkan t hitung 5,058, uji hipotesis mengerjakan soal tes untuk
keterampilan menulis menunjukkan t hitung 38,558 dan hasil penilaian siswa
melalui observasi menunjukkan t hitung 30,33. Semua jatuh di daerah penerimaan
Ha, dan Ho ditolak. Hasil analisis SWOT juga menunjukkan bahwa kelebihan
yang dimiliki produk baru lebih banyak dibandingkan dengan produk lama, dan
kelemahan produk baru lebih sedikit dari produk lama. Sehingga produk baru
lebih efektif dari produk lama.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN ......................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PRAKATA ................................................................................................................. vi
SARI ......................................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................ 15
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 15
2.2 Landasan Teoritis ................................................................................... 17
2.2.1 Bahasa Arab ..................................................................................... 18
2.2.2 Keterampilan Bahasa Arab ............................................................... 19
2.2.3 Unsur-unsur bahasa Arab ................................................................ 35
x
2.2.4 Pembelajaran Bahasa Arab .............................................................. 36
2.2.5 Pengertian Modul ............................................................................ 38
2.2.6 Langkah-langkah Pengembangan dan Penyusunan Modul ........... 40
2.2.7 Langkah-langkah Pengembangan Modul Berbasis Kearifan Lokal 47
2.2.8 Kearifan Lokal .................................................................................. 51
2.2.9 Kearifan Lokal Wonosobo................................................................ 53
2.2.10 Konsep Modul ............................................................................... 67
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 71
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 71
3.2 Tahap-tahap Kegiatan Penelitian R&D ................................................ 72
3.2.1 Potensi dan Masalah ....................................................................... 73
3.2.2 Pengumpulan Data .......................................................................... 74
3.2.3 Desain Produk ................................................................................. 75
3.2.4 Validasi Desain ............................................................................... 76
3.2.5 Revisi Desain .................................................................................. 76
3.2.6 Uji Coba Produk ............................................................................. 77
3.3 Subjek Penelitian .................................................................................... 78
3.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 79
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 80
3.4.1 Tes ................................................................................................... 80
3.4.2 Non-Tes .......................................................................................... 81
3.6 Instrumen Penelitian .............................................................................. 83
3.6.1 Instrumen tes ................................................................................... 83
3.6.2 Instrumen Non Tes ........................................................................... 93
3.7 Uji Keabsahan ......................................................................................... 97
3.5.1 Tes ................................................................................................... 97
3.5.2 Non-Tes ........................................................................................ 100
3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................. 102
3.8.1 Tes .................................................................................................. 103
3.8.2 Non-Tes ......................................................................................... 105
xi
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 109
4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa dan Guru Terhadap Modul
Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ................................................ 109
4.1.1 Hasil Wawancara Kebutuhan Terhadap Modul Bahasa Arab
Berbasis Kearifan Lokal ................................................................ 109
4.1.2 Hasil Analisi Angket Kebutuhan Siswa dan Guru Terhadap
Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal .............................. 111
4.2 Prototipe Modul Bahasa Arab yang Sesuai dengan Kebutuhan
Siswa, Guru dan Kurikulum .............................................................. 146
4.3 Penilaian Ahli dab Guru terhadap Prototipe Modul Bahasa Arab
Berbasis Kearifan Lokal ...................................................................... 154
4.3.1 Aspek Kelayakan Isi dan Materi ................................................... 155
4.3.2 Aspek Kelayakan Penyajian .......................................................... 160
4.3.3 Aspek KelayakanbPenilaian Bahasa ............................................ 163
4.3.4 Aspek Kelayakan Kegrafikan ....................................................... 168
4.3.5 Saran Perbaikan Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal .. 176
4.4 Hasil Perbaikan Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ..... 177
4.4.1 Perbaikan Sampul .......................................................................... 177
4.4.2 Perbaikan Kesalahan Penulisan, Materi dan Harokat ................... 179
4.4.3 Perbaikan Gambar ........................................................................ 181
4.5 Hasil Penilaian Guru dan Ahli Setelah Perbaikan Produk ............ 182
4.5.1 Aspek Kelayakan Isi dan Materi .................................................. 183
4.5.2 Aspek Kelayakan Penyajian ......................................................... 188
4.5.3 Aspek Penilaian Bahasa ................................................................ 191
4.5.4 Aspek Kelayakan Kegrafikan ....................................................... 195
4.6 Hasil Uji Coba Efektifitas Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan
Lokal ...................................................................................................... 203
4.6.1 Uji Validitas Instrumen Tes ........................................................ 204
4.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen Tes...................................................... 208
xii
4.6.3 Uji Efektifitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan
Lokal untuk Keterampilan menulis Bahasa Arab Berdasarkan
Hasil Tes Siswa ........................................................................... 220
4.6.4 Uji Efektifitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan
Lokal untuk Keterampilan Membaca Bahasa Arab Berdasarkan
Hasil Tes Siswa ........................................................................... 225
4.6.5 Uji Efektivitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan
Lokal Berdasarkan Hasil Observasi ............................................. 230
4.6.6 Uji Efektivitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan
Lokal Berdasarkan Analisis SWOT ............................................. 233
BAB 5 PENUTUP .................................................................................................. 237
5.1 Simpulan ................................................................................................ 237
5.2 Saran ...................................................................................................... 238
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 240
LAMPIRAN ........................................................................................................... 246
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Peneliti dengan Penelitian
Sebelumnya .................................................................................................... 16
2.2 Penilaian Kinerja Membaca Secara Lisan ..................................................... 26
2.3 Penilaian Kinerja Membaca Secara Tertulis ................................................. 26
2.4 Penilaian Tulisan Siswa Menurut Mary Finoechiaro .................................... 34
2.5 Kriteria Penilaian dalam Penelitian ............................................................... 34
2.6 KI dan KD Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas XI MA ................................ 47
3.1 Contoh Soal Tes Hasil Belajar Keterampilan Membaca ............................... 84
3.2 Penskoran Tes Keterampilan Membaca (Bentuk Lisan) ............................... 86
3.3 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Membaca Bentuk
Lisan......................... .............................................................................. ....... 88
3.4 Penilaian Tes Keterampilan Membaca (Bentuk Tulis) ................................. 88
3.5 Contoh Soal Tes HasilBelajar Keterampilan Menulis .................................. 90
3.6 Kriteria Penilaian Tes Keterampilan menulis ............................................... 91
3.7 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Menulis ........................................... 92
3.8 Check-List Dokumentasi ................................................................................ 96
3.9 Efektivitas Produk ........................................................................................ 104
3.10 Aspek Validasi Prototipe Produk oleh Guru Dan Ahli ............................... 107
3.11 Hasil Observasi Tanpa Produk dan Dengan Produk ................................... 108
3.12 Perbandingan Produk Media Lama dan Produk Media Baru Menggunakan
Analisis SWOT ............................................................................................ 108
4.1 Tingkat Kesulitan Pembelajaran Bahasa Arab ............................................ 112
4.2 Kebutuhan Terhadap Sumber belajar Lain Selain Buku dari Kementrian
Agama .......................................................................................................... 113
4.3 Kebutuhan Sumber Belajar Bahasa Arab .................................................... 114
4.4 Penggunaan Materi Baru dalam Pembelajaran ........................................... 115
4.5 Penggunaan Materi Yang Menarik Oleh Guru ........................................... 116
4.6 Kendala Dalam Pembelajaran Bahasa Arab ................................................ 118
4.7 Modul Pembelajaran Bahasa Arab Meningkatkan Motivasi Belajar ......... 119
Halaman
xiv
4.8 Kebutuhan Penjelasan Pengguanaan Modul diawal Bagian ....................... 121
4.9 Kebutuhan Penjelasan Tujuan Belajar dalam Modul .................................. 122
4.10 Kebutuhan Materi Kedaerahan dalam Modul ............................................. 123
4.11 Kebutuhan Nilai yang Diangkat Dalam Modul ........................................... 124
4.12 Kebutuhan Tema yang Ada Dalam Modul ................................................. 125
4.13 Kebutuhan Pemberian Kosakata Pada Awal Bab ........................................ 126
4.14 Kebutuhan Penyajian Kosakata Dalam Modul ........................................... 127
4.15 Kebutuhan Pemaparan Materi Gramatikal .................................................. 128
4.16 Kebutuhan Terhadap Kelengkapan Modul ................................................. 129
4.17 Kebutuhan Penyajian Rangkuman Dalam Modul ....................................... 130
4.18 Kebutuhan Bahasa Yang Digunakan Pada Petunjuk dan Instruksi setiap
Bab .......................................................................................................... 131
4.19 Tabel Kebutuhan Penyajian Latihan Dalam Modul ..................................... 131
4.20 Kebutuhan Komponen Tambahan Dalam Modul ....................................... 132
4.21 Kebutuhan Sampul Belakang Modul ........................................................... 133
4.22 Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan Aspek Isi/Materi dan Penyajian
Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal .............................................. 134
4.23 Kebutuhan Ukuran Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ............. 136
4.24 Kebutuhan Font Indonesia Dalam Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan
Lokal .......................................................................................................... 137
4.25 Kebutuhan Jenis Font Arab Dalam Modul .................................................. 138
4.26 Kebutuhan Ukuran Font Arab Untuk Judul Modul ...................................... 139
4.27 Kebutuhan Ukuran Font Arab Untuk Isi Modul .......................................... 139
4.28 Kebutuhan Warna Sampul ........................................................................... 140
4.29 Kebutuhan Gambar Dalam Modul ............................................................... 142
4.30 Kebutuhan Gambar Dalam Modul ............................................................... 143
4.31 Kebutuhan Jenis Kertas Untuk Sampul Modul ........................................... 143
4.32 Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan Aspek Kegrafikan Modul Bahasa
Arab Berbasis Kearifan Lokal ..................................................................... 144
4.33 Kategori penilaian Prototipe Modul ........................................................... 154
xv
4.34 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Isi Modul Bahasa
Arab Berbasis Kearifan Lokal ..................................................................... 155
4.35 Prosentase Validasi Aspek Kelayakan Modul ............................................ 159
4.36 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Penyajian Modul
Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ........................................................ 160
4.37 Prosentase Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian ...................................... 162
4.38 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Penilaian Bahasa Modul Bahasa
Arab Berbasis Kearifan Lokal ..................................................................... 164
4.39 Prosentase Validasi Aspek Penilaian Bahasa ............................................. 167
4.40 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Kegrafikan Modul
Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 168
4.41 Prosentase Validasi Aspek Kegrafikan ....................................................... 174
4.42 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru dan Ahli Terhadap Modul Bahasa Arab
Berbasis Kearifan Lokal ............................................................................. 175
4.43 Saran Perbaikan Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ................. 176
4.44 Kategori Penilaian Prototipe Modul ............................................................ 183
4.45 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Isi Modul Bahasa
Arab Berbasis Kearifan Lokal ...................................................................... 183
4.46 Prosentase Validasi Aspek Kelayakan Isi ................................................... 186
4.47 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Penyajian Modul
Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 188
4.48 Prosentase Validasi Aspek Kelayakan Penyajian ....................................... 190
4.49 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Penilaian Bahasa Modul
BahasaArab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 191
4.50 Prosentase Validasi Aspek Penilaian Bahasa ............................................. 194
4.51 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Kegrafikan Modul
Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 195
4.52 Prosentase Validasi Aspek Kegrafikan ...................................................... 200
4.53 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru dan Ahli Terhadap Modul Bahasa Arab
Berbasis Kearifan Lokal ............................................................................. 202
4.54 Validitas Isi Soal Tes Keterampilan Menulis .............................................. 205
xvi
4.55 Validitas Isi Soal Tes Keterampilan Membaca .......................................... 206
4.56 Tabel Bantu Hitung Soal Menemukan Makna Kalimat Sesuai Dengan
Gambar ......................................................................................................... 209
4.57 Tabel Bantu Hitung Soal Menemukan Makna Tersurat Pada Teks ............ 210
4.58 Tabel Bantu Hitung Soal Melengkapi Kalimat Dengan Kata Yang Sesuai 212
4.59 Tabel Bantu Hitung Nilai Varians per Butir Soal ....................................... 212
4.60 Tabel Bantu Hitung Soal Mengidentifikasi Ism Fa’il dan Ism Maf’ul ...... 213
4.61 Tabel Bantu Hitung Nilai Varians Per Butir Soal ....................................... 213
4.62 Tabel Bantu Hitung Soal Menyusun Kata Acak ......................................... 215
4.63 Tabel Bantu Hitung Nilai Varians Per Butir Soal ....................................... 215
4.64 Tabel Bantu Hitung Soal Menerjemahkan .................................................. 216
4.65 TabelBantu Hitung Nilai Varians Per Butir Soal ........................................ 216
4.66 Tabel Bantu Hitung Soal Membuat Kalimat Sempurna .............................. 218
4.67 Tabel Bantu Perhitungan Nilai Varians Per Butir Soal ............................... 218
4.68 Rekapitulasi Penghitungan Reliabilitas Instrumen Tes ............................... 219
4.69 Perbandingan nilai pembelajaran tanpa produk dan nilai dengan produk .. 220
4.70 Tabel Bantu Hitung Uji t keterampilan Menulis ......................................... 223
4.71 Perbandingan Nilai Pembelajaran Tanpa Produk Dan Nilai Dengan Produk
.......................................................................................................... 225
4.72 Tabel Bantu Hitung Uji t Membaca ............................................................ 228
4.73 Nilai Observasi Sebelum Menggunakan Produk ........................................ 230
4.74 Nilai Observasi Setelah Menggunakan Produk ........................................... 230
4.75 Perbandingan Tanpa Menggunakan Produk dan Penggunaan Produk
Modul dengan Observasi Oleh Siswa ........................................................ 230
4.76 Sistem Perbandingan Tanpa Menggunakan Produk dan Penggunaan
Produk Modul dengan Observasi Oleh Siswa ............................................ 231
4.77 Tabel Bantu Hitung Nilai t Efektivitas Produk .......................................... 231
4.78 Efektivitas Produk Modul Berdasarkan Analisi SWOT ............................ 233
4.79 Perbandingan Produk Lama dan Produk baru .............................................. 235
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Konsep Sampul Depan ................................................................................. 67
2.2 Konsep Sampul Belakang ........................................................................... 67
2.3 Konsep Pengantar Penulis ............................................................................ 68
2.4 Konsep Daftar Isi ......................................................................................... 68
2.5 Konsep Pedoman Penyajian Modul ............................................................. 68
2.6 Konsep Bagian Awal Bab I .......................................................................... 69
2.7 Konsep Bagian Awal Bab I .......................................................................... 69
2.8 Konsep Materi dan Latihan .......................................................................... 69
2.9 Konsep Materi dan Latihan .......................................................................... 69
2.10 Konsep Rangkuman ..................................................................................... 70
2.11 Konsep Biografi ........................................................................................... 70
3.1 Langkah – langkah Penelitian R & D menurut Sugiyono . ............................ 72
3.2 Desain Eksperimen (before-after). ................................................................. 78
3.3 Triangulasi Dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ................................. 102
3.4 Triangulasi Sumber ..................................................................................... 102
4.1 Sampul Depan ............................................................................................. 147
4.2 Sampul Belakang ......................................................................................... 147
4.3 Pengantar Penulis ........................................................................................ 148
4.4 Daftar Isi ...................................................................................................... 148
4.5 Pedoman Penyajian Modul .......................................................................... 149
4.6 Sampul Materi Bab 1 ................................................................................... 150
4.7 Tema dan Kosa Kata ................................................................................... 151
4.8 Al-qiro’ah .................................................................................................... 151
4.9 Tadrib .......................................................................................................... 151
4.10 Tadrib .......................................................................................................... 151
4.11 Rangkuman .................................................................................................. 152
4.12 Daftar Pustaka ............................................................................................ 152
4.13 Glosarium .................................................................................................... 153
Halaman
xviii
4.14 Tentang Penulis .......................................................................................... 153
4.15 Sampul Depan Sebelum Perbaikan ............................................................. 178
4.16 Sampul Depan Setelah Perbaikan .............................................................. 178
4.17 Sampul Belakang Sebelum Perbaikan ........................................................ 179
4.18 Sampul Belakang Setelah Perbaikan .......................................................... 179
4.19 Materi Sebelum Perbaikan ......................................................................... 180
4.20 Materi Setelah Perbaikan ............................................................................ 180
4.21 Kosa Kata Sebelum Perbaikan ................................................................... 181
4.22 Kosa Kata Setelah Perbaikan ..................................................................... 181
4.23 Gambar Sebelum Perbaikan ....................................................................... 182
4.24 Gambar Setelah Perbaikan ......................................................................... 182
4.25 Daerah Penerimaan Ha Hasil Soal Tes Siswa ............................................ 224
4.26 Daerah Penerimaan Ha Hasil Soal Tes Siswa ............................................ 229
4.27 Daerah Penerimaan Ha Hasil Soal Tes Siswa ............................................. 233
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi ..................................................................................... 247
2. Pedoman wawancara ..................................................................................... 248
3. Pedoman observasi ..................................................................................... 249
4. Tabel bantu ..................................................................................... 251
5. Daftar hadir siswa ..................................................................................... 263
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penggunaan modul berbasis
kearifan lokal ..................................................................................... 265
7. Instrumen soal ..................................................................................... 292
8. Lembar instrumen angket analisis kebutuhan siswa ......................................... 298
9. Lembar instumen angket analisis kebutuhan guru ............................................ 312
10. Lembar instrumen penilaian ahli dan guru untuk aspek grafika modul ............ 325
11. Lembar instrumen penilaian ahli dan guru untuk aspek materi/isi, aspek
penyajian dan aspek bahasa. ............................................................................. 334
12. Surat keputusan dosen pembimbing ................................................................. 347
13. Surat keterangan penelitian ............................................................................. 348
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi sosial atau alat
interaksi sosial (Haliday dalam Asrori 2011:2). Bahasa menurut Kridalaksana
(1983:17) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan
oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama berinteraksi dan mengidentifikasi
diri. Dengan demikian bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam
kehidupan manusia sehari – hari. Bahasa Arab adalah kalimat yang
dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud dan tujuan mereka
(Gulayayni1994:28). Sedangkan Solichun (2014:29) menyatakan bahwa
bahasa Arab sebagai alat yang terdiri dari huruf hijaiyyah yang digunakan
oleh orang Arab dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial baik secara
lisan maupun tulisan.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang dituturkan di negara-negara
kawasan Asia Barat dan Afrika Utara. Bahasa Arab juga dituturkan di
kawasan Urubah, yakni kawasan yang meliputi 21 negara Arab yang meliputi
Arab Afrika, Arab Asia, maupun Arab Teluk yang tergabung dalam Liga
Arab dan berbahasa resmi bahasa Arab, tidak semuanya memeluk Islam.
Bahasa Arab sekarang juga merupakan bahasa resmi kelima di Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1973 Selain itu, meskipum bahasa Arab
juga dipakai sebagai bahasa resmi Organisasi Persatuan Afrika, OPA (Hadi
dalam Irawati 2013:1-2). Bahasa Arab juga memiliki kedudukan yang
2
istimewa di Indonesia. Bahasa Arab masuk ke wilayah Indonesia bersamaan
dengan masuknya agama Islam (Effendy 2012:28).
Seiring perkembangan zaman, bahasa Arab bukan hanya menjadi
bahasa agama saja. Namun, sekarang bahasa Arab merupakan bahasa
komunikasi antar manusia, sehingga tujuan pembelajaran bahasa Arab
dewasa ini adalah untuk mencapai kompetensi berbahasa demi kelancaran
dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.
Bahasa Arab di Indonesia merupakan salah satu bahasa asing yang
dipelajari di lembaga – lembaga pendidikan formal maupun non formal,
mulai jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, hingga jenjang perguruan
tinggi.
Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Tahun
2013, bahasa Arab merupakan mata pelajaran bahasa yang diarahkan untuk
mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta
menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, baik reseptif maupun
produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami
pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu
kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan
maupun secara tertulis. Untuk itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan
untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat
keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak
(maharatu al istima’), berbicara (maharatu al-kalam), membaca (maharatul
3
al Qira’ah), dan menulis (maharatu al kitabah) (Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Tahun 2013).
Pembelajaran bahasa Arab dapat dikatakan berhasil apabila siswa sudah
menguasai empat keterampilan berbahasa secara lisan maupun tulisan. Empat
keterampilan tersebut meliputi menyimak (mahaarah al-Istima’), berbicara
(mahaarah al-takallum), membaca (mahaarah al-qira’ah), dan menulis
(mahaarah al-Kitaabah) (Iskandarwassid 2011:226).
Pembelajaran bahasa Arab sudah lama dilakukan di Indonesia, namun
hasilnya belum sepenuhnya maksimal. Berbagai problem masih sering
bermunculan dan jarang terpecahkan. Problem pembelajaran bahasa Arab
dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya karena siswa yang kurang
siap menerima pelajaran dan kompleksitas materi bahasa Arab. Rahmawati
(2011 : 8) mengemukakan faktor lain yang menjadi penghambat
pembelajaran bahasa Arab antara lain kurangnya pemanfaatan sara dan
prasarana pembelajaran seperti media pembelajaran, media permainan, dan
lain sebagainya. Media pembelajaran bahasa Arab yang berbasis cetak,
seperti buku teks, multimedia seperti laptop dan LCD dengan software
(perangkat lunak) berupa tabel qowaid dan lagu-lagu bahasa Arab, intensitas
penggunaannya masih belum dimaksimalkan oleh guru.
Berdasarkan penemuan peneliti saat melakukan observasi di MAN 1
Wonosobo menunjukkan bahwa disekolah tersebut fasilitas yang mendukung
pembelajaran bahasa Arab masih kurang memadai. Penyampaian
pembelajaran bahasa Arab hanya terpaku pada buku ajar yang dikeluarkan
4
oleh Kemenag. Penggunaan buku ajar oleh siswa kurang maksimal karena
keterbatasan jumlah buku yang ada di sekolah. Hasil wawancara sejumlah
siswa kelas XI mengatakan bahwa mereka mengalami kesuliatan pada saat
memahami materi bahasa Arab. Hal ini dikarenakan porsi belajar bahasa
Arab yang ada disekolah tidak cukup untuk memahami materi – materi
bahasa Arab. Belum lagi keterbatasan buku ajar yang hanya bisa digunakan
siswa pada saat jam pelajarannya saja.
Wawancara penulis dengan beberapa guru bahasa Arab MAN 1
Wonosobo juga mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Arab belum
maksimal disekolah dikarenakan keterbatasan sarana prasarana yang
mendukung pembelajaran bahasa Arab. Seperti halnya para siswa, para guru
cukup kesulitan untuk menyampaikan materi karena porsi waktu yang
disediakan tidak sebanding dengan materi yang harus disampaikan. Perlu
adanya waktu tambahan bagi para siswa untuk mempelajari materi secara
mandiri. Sedangkan fakta dilapangan menunjukkan ketersediaan buku ajar
bahasa Arab terbatas dan hanya bisa digunakan dilingkungan sekolah saja.
Disamping permasalahan yang berkaitan dengan bahan ajar yang kurang
memadai, permasalahan lain yang terjadi adalah kurangnya motivasi belajar
siswa terhadap matapelajaran bahasa Arab.
Suatu perjalanan pembelajaran membutuhkan bahan ajar yang
digunakan untuk acuan dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar merupakan
unsur utama dalam kurikulum disamping unsur – unsur lainnya, seperti
proses, media, dan metode pembelajaran (Al-Gali 2012 : ix). Menurut
5
National Centre for Based Training (dalam Prastowo 2013:16) bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas.
Prastowo (2013:17) mengatakan bahwa bahan ajar merupakan segala
bahan (baik informasi, alat , maupun teks) yang disusun secara sistematis,
yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta
didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan
dan penelaahan implementasi pembelajaran. Direktorat Pembinaan SMA
(2010:27) mengatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa
seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
memungkinkan siswa untuk belajar.
Bahan ajar dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah – masalah
pembelajaran baik di sekolah maupun ketika siswa belajar sendiri rumah
mereka masing – masing. Manfaat bahan ajar untuk siswa diantaranya (1)
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (2) siswa lebih banyak
mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan
pendidik, dan (3) siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap
kompetensi yang harus dikuasainya (Prastowo 2013:27-28).
Bahan ajar menurut bentuknya dibedakan menjadi empat macam, yaitu
bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar
interaktif (Prastowo 2013 : 40). Direktorat pembinaan SMA (2010 :27)
mengatakan bahwa jenis bahan ajar ada lima macam yaitu (1)
6
Bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, lemba
r kerja siswa, wallchart, photo atau gambar, dan leaflet, (2) Bahan ajar dengar
(audio), seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compect disk audio, (3)
Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compect disk video, film, (4)
Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CIA
(Computer Assisted intruction), compect disk (CD), multimedia pembelajaran
interaktif, dan (5) Bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Modul merupakan bahan ajar cetak yang berperan penting dalam
pembelajaran sisiwa baik di sekolah maupun dirumah. Modul ialah bahan
belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan
dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan
dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu (Purwanto 2007:9).
Modul oleh Diknas (dalam Prastowo 2013:104) diartikan sebagai sebuah
buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan modul
memungkinkan siswa memiliki kecepatan tinggi dalam belajar dan lebih
mudah dalam memahami kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Modul juga dapat memungkinkan pemecahan masalah tentang porsi waktu
yang kurang pada matapelajaran bahasa Arab di kelas.
Dewasa ini pembicaraan tentang kearifan lokal dalam mendukung
kemajuan bangsa makin mendapat perhatian. Budaya dan kearifan lokal
7
merupakan sebuah kekayaan warisan nenek moyang yang dapat ditemui
dalam setiap masyarakat.
Menurut Zulkarnain dkk. (2008:72) Kearifan lokal adalah berupa
prinsip-prinsip dan cara tertentu yang dianut, dipahami, dan diaplikasikan
oleh masyarakat lokal dalam berinteraksi dan berinterelasi dengan
lingkungannya dan diformulasikan dalam bentuk sis-tem nilai dan norma
adat.
Menurut Ulfah Fajarini (2014:124), kearifan lokal adalah pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering
juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau
pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local
genious”.
Menurut Rahyono (dalam Fajarini 2014:124), kearifan lokal merupakan
kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang
diperoleh melalui pengalaman masyarakat1. Artinya, kearifan lokal adalah
hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu
dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai – nilai tersebut akan melekat sangat
kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu
yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
Ilmuwan antropologi, seperti Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan
Suparlan (dalam Fajarini 2014:124), telah mengkategorisasikan kebudayaan
8
manusia yang menjadi wadah kearifan lokal itu kepada idea, aktivitas sosial,
artifak - artefak .
Kearifan lokal Wonosobo yang berupa peninggalan berupa candi –
candi dan bangunan bersejarah tersusun rapi di dataran tinggi Dieng.
Peninggalan tersebut menjadi salah saatu potensi lokal yang diunggulkan di
Wonosobo. Peninggalan tersebut diantaranya yaitu : (1) kelompok arjuna
yang terdiri dari candi candi srikandi, candi sembrada dan candi puntadewa,
(2) kelompok gatutkaca yang terdiri dari candi gatutkaca, candi setyaki, candi
nakula, candi sadewa, candi petruk, dan candi gareng, (3) kelompok
dwarawati terdiri dari candi dwarawati, candi abiyasa, candi pandu, dan candi
margasari, (4) Candi bima, merupakan cndi terbesar dan berada di bukit.
Luluk (2009:2) mengatakan bahwa kearifan lokal Wonosobo adalah
ajaran moral beberapa generasi di Wonosobo dimana ada tujuh orang tokoh
lokal yang disebut KERTO PITU. Ada sembilan poin kearifan lokal
Wonosobo yaitu, jujur, ikhlas, syukur, sembah, sabar, sanggup, sregep, setya,
sembada.
Keberadaan kearifan lokal perlu dilestarikan oleh masyarakatnya. Salah
satu cara pelestarian tersebut adalah melalui pendidikan. Pengenalan tentang
kearifan lokal sejak dini dapat menhumbuhkan rasa cinta dan semangat untuk
melestarikan kearifan lokal pada siswa.
Pengertian pendidikan berbasis kearifan lokal disampaikan oleh Jamal
Ma’mur (2012:30) yang mengatakan bahwa pendidikan berbasis kearifan
lokal adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek
9
ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan
lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta
didik.
Azizahwati (2015:70) melakukan penelitian berkaitan dengan
pembelajaran berbasis kearifan lokal pada matapelajaran fisika di SMA
dengan mengembangkan modul pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasi penelitian tersebut menunjukan
adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pemblajaran
dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi kearifan lokal.
Keterkaitan isi pembelajaran bahasa Arab dengan kearifan lokal
masyarakat disekitarnya menjadi nilai yang sangat kuat dalam memperkaya
khazanah keilmuan bahasa Arab berbasis kearifan lokal. Peningkatan nilai ini
dalam pembelajaran bahasa Arab di sekolah tentu akan membantu siswa
mengenal potensi lokal dan budaya yang ada disekitar. Hal ini didukung
dengan keadaan yakni pengembangan bahan ajar bahasa Arab berbasis
potensi lokal atau kearifan lokal tergolong rendah.
Hasil wawancara penulis dengan beberapa guru bahasa Arab MA di
Wonosobo bahwa dalam pembelajaran hanya menggunakan buku ajar yang
dikeluarkan oleh Kementrian Agama yang mencakup materi bahasa Arab
secara umum. Sedangkan sumber lain berbentuk bahan ajar cetak belum ada.
Hal ini dirasa cukup menyulitkan bagi guru dan siswa dalam kegiatan belajar.
Pasalnya terkadang waktu yang diberikan sekolah tidak mencukupi,
sedangkan siswa tidak memiliki pegangan untuk belajar bahasa Arab secara
10
mandiri. Pada dasarnya buku ajar yang digunakan oleh beberapa MA di
Wonosobo sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum
2013, hanya saja ketersediaannya yang terbatas menjadi penghambat
pembelajaran bahasa Arab bagi siswa dan guru. Disamping keterbatasan
bahan ajar dalam matapelajaran bahasa Arab, kurangnya motivasi siswa
dalam pembelajaran bahasa Arab menjadi sebuah masalah dalam
pembelajaran bahasa Arab.
Berbagai alasan yang menyatakan tentang pentingnya modul berbasis
kearifan lokal dalam pembelajaran bahasa Arab antara lain : (1) siswa merasa
kesulitan dalam pembelajaran bahasa Arab, (2) media pembelajaran yang
selama ini digunakan hanya sebatas buku ajar yang dikeluarkan oleh
Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama RI belum dapat secara
maksimal membantu pemahaman siswa, (3) modul pembelajaran mampu
mengatasi kekurangan waktu pembelajaran di dalam kelas, (4) belum ada
pengembangan dan penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal, (5) modul
pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
Dari kondisi pembelajaran bahasa Arab bebearapa MA di Wonosobo,
dan produk yang ditawarkan oleh peneliti, guru bahasa Arab kelas XI MAN 1
Wonosobo mengungkapkan minat dan kebutuhan siswa akan modul
pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal tersebut sebagai upaya
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi bahasa Arab serta
memberikan motivasi belajar terhadap siswa karena produk yang ditawarkan
11
peneliti mengandung unsur kearifan lokal yang dekat dengan siswa. Hal itu
juga disampaikan oleh beberapa siswa yang memang membutuhkan
penjelasan tambahan berkaitan dengan matapelajaran bahasa Arab yang
disusun dalam bentuk cetak dan memungkinkan membangkitkan motivasi
dalam belajar siswa.
Untuk itu peneliti menyimpulkan, dibutuhkan adanya bahan ajar cetak
yang dapat menunjang pembelajaran dan memotivasi siswa dalam
pembelajaran bahasa Arab. Pemanfaatan modul ini adalah sebagai penunjang
pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal. Modul pembelajaran
bahasa Arab yang sesuai dengan KI dan KD yang digunakan di MAN 1
Wonosobo dan dipadukan dengan muatan kearifan lokal baik berupa
peninggalan bersejarah dan nilai – nilai moral didalamnya. Pembelajaran
yang diharapkan mampu memecahkan masalah pembelajaran bahasa Arab
pada umumnya dan merupakan pembelajaran yang diharapkan memberikan
nilai lokal kepada siswa mengenai potensi dan kebudayaan yang ada di
sekitar mereka.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang disusun adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kebutuhan siswa dan guru terhadap modul bahasa Arab
berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo ?
2. Bagaimana prototype modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk
kelas XI MA di Wonosobo ?
3. Bagaimanakah penilaian ahli praktisi dan ahli materi terhadap modul
bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo ?
12
4. Bagaimana efektifitas modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk
kelas XI MA di Wonosobo ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru terhadap modul bahasa Arab
berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo
2. Mendeskripsikan prototype modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal
untuk kelas XI MA di Wonosobo
3. Mendeskripsikan penilaian ahli praktisi dan ahli materi terhadap modul
bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo
4. Mendeskripsikan efektifitas modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal
untuk kelas XI MA di Wonosobo.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat yaitu mafaat teoritis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian pengembangan
selanjutnya mengenai media pembelajaran Bahasa Arab. Selanjutnya dapat
menambah referensi khazanah pengetahuan mengenai modul pembelajaran
bahasa Arab, dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan
13
penelitian yang lebih kompleks mengenai pengembangan modul
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Bagi sekolah penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
memilih bahan pembelajaran bahasa Arab dan menambah kepustakaan
sekolah.
b. Bagi Guru
Bagi guru penelitian ini memberikan tambahan reverensi untuk
pembelajaran sekolah.
c. Bagi Siswa
Bagi siswa penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
reverensi untuk belajar.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang
digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka dan landasan teori
merupakan bagian dari studi kepustakaan yaitu mengkaji teori-teori dan referensi
lain terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial
yang diteliti (Sugiyono 2010:398).
Teori-teori yang diangkat dalam bab ini berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan, yaitu berkaitan dengan penelitian yang relevan, serta teori-teori yang
berkaitan dengan tema penelitian seperti pengertian modul dan langkah-langkah
penyusunan modul, pembelajaran bahasa Arab dan kearifan lokal.
2.1 Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pengembangan bahan ajar sudah banyak dilakukan oleh
para peneliti termasuk penelitian tentang pengembangan modul pembelajaran
berbasis kearifan lokal. Sebuah penelitian merupakan suatu tindakan yang
terealisasi dari hasil berfikir dan mengamati yang tidak terlepas dari penyataan
dan penelitian yang telah ada sebelumnya. Penelitian yang relevan untuk
dijadikan kajian pustaka dalam penelitian pengembangan modul pembelajaran
bahasa Arab berbasis kearifan lokal ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh
Khotimatun Nafiah (2014), Anwari (2015), dan Nur Aisyah (2016).
15
Penelitian yang dilakukan oleh Nafi’ah (2014) mengambil Judul “
Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab sebagai Penunjang Pembelajaran
Tarakib (Qawaid) Kelas VII MTS Negeri 1 Semarang”. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa modul pembelajaran efektif untuk
menunjang pembelajaran tarakib kelas VII MTS Negeri 1 Semarang.
Persamaan penelitian Nafi’ah dengan penelitian ini terletak pada desain
penelitian yaitu desain penelitian dan pengembangan (R&D) dan bidang
penelitian yaitu bahan ajar. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek
penelitian. Subjek pada penelitian Khotim adalah siswa kelas VII sedangkan
penelitian ini mengambil subjek kelas XI. Penelitian Khotim merupakan peneitian
untuk keterampilan berbicara, sedangkan penelitian ini merupakan penelitian
berbasis kearifan lokal.
Penelitian yang dilakukan oleh Anwari (2015) mengambil judul “Pengembangan
Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Kearifan Lokal di Taman Nasional
Gunung Merapi untuk SMA/MA Kelas X Materi Keanekaragaman Hayati”. Hasil
dari penelitian ini adalah modul pembelajaran biologi berbasis kearifan lokal di
taman nasional gunung merap untuk SMA/MA kelas X materi keanekaragaman
hayati.
Persamaan penelitian Anwari dengan penelitian ini adalah dalam hal desain
penelitian yaitu R&D dan bidang penelitian yaitu modul berbasis kearifan lokal.
Perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian. Subjek penelitian ini
adalah kelas XI MA sedangkan penelitian Anwari subjeknya adalah kelas VII.
16
Objek penelitian ini adalah matapelajaran bahasa Arab sedangkan pada penelitian
Anwari objeknya adalah matapelajaran biologi.
Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2016) mengambil judul
“Pengembangan Buku Ajar Bahasa Arab Pada Siswa Kelas V Madrasah
Ibtidaiyah di Kecamatan Ungaran Barat”. Hasil dari penelitian ini adalah buku
ajar bahasa Arab pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah.
Persamaan penelitian Aisyah dengan penelitian ini adalah dalam hal desain
penelitian yaitu R&D dan bidang penelitian yaitu modul berbasis kearifan lokal.
Perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian. Subjek penelitian ini
adalah kelas XI MA sedangkan penelitian Anwari subjeknya adalah kelas V MI.
Objek penelitian ini adalah matapelajaran bahasa Arab yang ditekankan untuk dua
keterampilan bahasa yaitu membaca dan menulis, sedangkan penelitian Aisyah
menekankan pada tiga ketterampilan bahasa yaitu berbicara, membaca dan
menulis.
Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Judul penelitian Perbedaan Persamaan 1. Khotimatu
n Nafi’ah (2014)
Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab sebagai Penunjang Pembelajaran Tarakib (Qowaid) Kelas VII MTs Negri 1 Semarang
Subjek: Siswa kelas
VII
Kajian : Tarakib
Subjek : kelas X
Media : bahan ajar
bahasa Arab
Desain penelitian:
Research and
Development
2. Anwari
(2015)
Pengembangan Pembelajaran Biolog Berbasisi Kearifan Lokal di Taman Nasional Gunung Merapi untuk SMA/MA Kelas XI Materi Keanekaragaman Hayati
Objek: matapelajaran
biologi
Subjek : kelas X
Desain penelitian :
Research and
Development
Kajian : berbasis
kearifan local
Bersambung ...
17
Lanjutan ...
3. Nur
Aisyah
(2016)
Pengembangan Buku Ajar Bahasa Arab Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Ungaran Barat
Subjek : siswa kelas V
Kajian : 3
keterampilan bahasa
(membaca, berbicara
dan menulis)
Desain Penelitian :
Research and
Development
Media : buku ajar
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penulis berpendapat bahwa penelitian
tentang pengembangan modul bahasa Arab yang penulis lakukan berbeda dengan
penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, sehingga memungkinkan untuk
dikaji lebih lanjut. Penelitian ini menghasilkan modul pembelajaran bahasa Arab
berbasis kearifan lokal. Penelitian ini memberikan alternatif kepada guru maupun
siswa dalam pembelajaran bahasa Arab. Peneliti lain sudah banyak yang
melakukan penelitian tentang modul pembelajaran berbasis kearifan lokal, tetapi
pada mata pelajaran di luar bahasa Arab. Penelitian ini memiliki kebaruan serta
dapat memecahkan permasalahan-permasalahan pembelajaran bahasa Arab di
dalam kelas karena produk yang akan dihasilkan pada penelitian ini adalah modul
bahasa Arab berbasis kearifan lokal.
Berpijak dari penelitian-penelitian sebelumnya serta keinginan penulis
untuk memberikan sumbangsih kepada pembelajaran bahasa Arab, peneliti
melakukan penelitian dengan judul : “Pengembangan Modul Pembelajaran
Bahasa Arab berbasis Kearifan Lokal untuk kelas XI MA”.
2.2 Landasan Teoritis
Landasan teoritis dalam penelitian ini akan dibahas mengenai bahasa Arab,
unsur bahasa Arab, pembelajaran bahasa Arab, keterampilan bahasa Arab,
18
pengertian modul, langkah-langkah pengembangan dan penyusunan modul,
langkah-langkah pengembangan modul pembelajaran bahasa Arab berbasis
kearifan lokal, kearifan lokal, kearifan lokal Wonosobo dan konsep modul
pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal.
2.2.1 Bahasa Arab
Menurut Gorys Keraf (dalam Irawati 2013:1) memberikan dua pengertian
bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Pengertian yang kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
Adapun menurut Walija (dalam Irawati 2013:3) bahasa ialah komunikasi
yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
perasaan dan pendapat kepada orang lain.
Bahasa Arab atau bahasa dhad merupakan bahasa yang terbanyak
materinya, unggul dalam menciptakan keindahan dan gaya pada suatu ungkapan,
dipenuhi kata-kata atau kalimat-kalimat yang sesuai dengan sub-subnya, kuat
strukturnya serta paling nyata penjelasannya. Khalifah kedua Umar ibnu Khatab
RA mengatakan “belajarlah bahasa Arab, sesungguhnya bahasa Arab memperkuat
akal dan menambah budi pekerti”. Bahasa Arab sebagai bahasa yang mulia
merupakan bahasa wahyu diturunkan sebagai pengingat kepada kebijaksanaan dan
mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada pencerahan (Al-Waili 2004:5).
19
Zaenuddin (2005:5) mengungkapkan bahwa bahasa Arab merupakan
bahasa Al-quran yang diwahyukan oleh Allah sebagai petunjuk bagi umat islam.
Sebagai simbol ekspresi linguistik ajaran Islam bahasa Arab pada awalnya
tersosialisasi dalam bentuk peribadatan verbalistik. Seiring berkembangnya
waktu, metode dan pola pandang di atas mulai mengalami pergeseran dan
perkembangan kearah yang lebih bermakna.
2.2.2 Keterampilan bahasa Arab
Dalam dunia pembelajaran kemampuan menggunakan bahasa disebut
dengan “kemahiran berbahasa” (maharah al-lughah). Pada umumnya, semua
pakar bahasa sepakat bahwa keterampilan dan kemahiran berbahasa tersebut
terbagi menjadi empat. Diantaranya adalah keterampilan menyimak (maharatul
al-istima’), keterampilan berbicara (maharatul al-kalam), keterampilan menulis
(maharatul al-qira’ah), keterampilan menulis (maharatul al-kitabah). Pada
penelitian ini peneliti memfokuskan pada dua keterampilan bahasa yaitu
keterampilan membaca (maharatul al-qira’ah) dan keterampilan menulis
(maharatul al-kitabah).
2.2.2.1 Keterampilan Membaca (maharatul al-qira’ah)
Pada sub bab ini peneliti akan membahas tentang (1) hakikat keterampilan
membaca, (2) tujuan keterampilan membaca, (3) aspek-aspek membaca, dan (4)
penilaian pembelajaran keterampilan membaca.
20
1. Hakikat Keterampilan Membaca
Membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang
tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam
hati. Pada hakikatnya, membaca adalah proses komunikasi antara pembaca
dengan penulis melalui teks yang ditulisnya. Maka secara langsung, terjadi
hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan tulisan (Nuha 2012:108).
Henry Guntur Tarigan (1994:7) berpendapat bahwa membaca adalah proses
yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai
pengertian: 1) membaca sebagai proses melisankan paparan tulis, 2) membaca
sebagai kegiatan mempersepsi tuturan tulis, 3) membaca adalah penerapan
seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan
yang dibaca, 4) membaca sebagai proses pemberian makna kepada simbol-simbol
visual, 5) keterampilan berbahasa yang mempunyai kegiatan melisankan,
mempersepsi penerapan keterampilan kognitif dan pemahaman berfikir, dan
bernalar serta pemberian makna terhadap simbol-simbol visual, 6) membaca
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis
(Haryadi 2006: 1-2).
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks, membaca bukanlah
kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam
kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi
21
yang dibacanya. Pembaca berupaya supaya lambang-lambang yang dilihatnya itu
menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya (Haryadi 2006: 76).
Dilihat dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian
kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang
justru melibatkan penyandian. Berdasarkan konsep ini, dapat dikatakan bahwa
proses membaca merupakan kegiatan yang melibatkan pengguna (pembaca)
secara langsung. Pembaca membaca hasil dan persandian dan melakukan
penyandian kembali. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Rahim 2008:2). Jadi
membaca adalah proses interaktif yang melibatkan kegiatan fisik manusia yaitu
gerakan tangan, bibir, dan mata.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa keterampilan membaca merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan
psikologis manusia. Keterampilan membaca merupakan kegiatan aktif dari
pembaca untuk memahami bacaan yang dibacanya sehingga tercapai tujuan
membaca. Keterampilan membaca adalah suatu proses kegiatan kompleks yang
dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi dan memperoleh arti, serta
memahami materi bacaan yang dipengaruhi oleh aspek fisik dan mental yang
melalui dua tahapan yaitu proses dan hasil membaca. Dengan memperhatikan
pengertian keterampilan membaca, maka dapat didefinisikan bahwa kegiatan
membaca sendiri merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di
22
dalam retorika seperti keterampilan berbahasa lainnya. Dalam kegiatan membaca,
pembaca memerlukan pengetahuan dan kemahiran yang tersusun baik.
2. Tujuan Keterampilan Membaca
Menurut Nuha (2012:110) tujuan pengajaran membaca adalah
mengembangkan kemampuan membaca siswa. Dengan demikian, tugas seorang
guru adalah meyakinkan proses pembelajaran membaca menjadi pengalaman
yang menyenangkan bagi siswa. Untuk mencapai tujuan keterampilan membaca
di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan
khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca
siswa itu sendiri (Rahim 2008: 11). Tujuan membaca mencakup beberapa aspek
yaitu: (1) kesenangan; (2) menggunakan strategi tertentu; (3) memperbaharui
pengetahuannya tentang suatu topik; (4) mengaitkan informasi baru dengan
informasi yang telah diketahuinya; (5) memperoleh informasi untuk laporan lisan
atau tertulis; (6) mengkonfirmasi atau menolak prediksi.
Tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,
mencakup isi, maupun memahami bacaan (Tarigan 2008:9). Makna dan arti erat
sekali berhubungan dengan maksud tujuan membaca. Berikut ini dikemukakan
beberapa yang penting mengenai tujuan keterampilan membaca, yaitu: (1)
membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for
detail or fact); (2) membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for man
ideas); (3) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, oraganisasi cerita
(reading for sequence or organization); (4) membaca untuk menyimpulkan,
23
membaca intensif (reading for inference); (5) membaca untuk mengklasifikasikan
(reading for classifity); (6) membaca untuk menilai atau mengevaluasi (reading
for evaluate).
Beberapa tujuan mengenai keterampilan membaca yang telah dikemukakan
di atas menunjukkan bahwa keterampilan membaca merupakan salah satu
keterampilan dari empat keterampilan yang penting untuk dipelajari untuk
menguasai keterampilan berbahasa.
3. Aspek-aspek Membaca
Menurut Effendy (2009:124) kemahiran membaca mengandung dua aspek,
yaitu :
a. Aspek mengubah lambang tulis menjadi bunyi.
Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Perbedaan
lain adalah sistem penulisan bahasa Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, tidak
dikenalnya huruf besar dengan bentuk tertentu untuk memulai kalimat baru,
menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan bentuk huruf-huruf Arab ketika
berdiri sendiri, di awal, di tengah, dan di akhir.
b. Aspek memahami makna bacaan.
Ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pelajaran
membaca untuk pemahaman ini, yaitu unsur kata, kalimat, dan paragraf. Ketiga
unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan.
Adapun aspek-aspek membaca menurut Nuha (2012:110-111) adalah
sebagai berikut:
24
a. Aspek gerak, yaitu aspek membaca mencakup pengenalan huruf dalam bacaan,
pengenalan unsur bahasa, pengenalan hubungan antara intonasi dan huruf, serta
kecepatan membaca dalam hati.
b. Aspek pemahaman, yaitu meliputi kemampuan untuk memahami bacaan secara
sederhana, memahami makna yang tersirat dalam bacaan, dan penyesuaian tanda
baca atau intonasi dengan kecepatan membaca.
Berdasarkan beberapa aspek membaca tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa aspek membaca adalah aspek mengubah, memahami lambang tulis dan
makna bacaan untuk memulai kalimat baru serta memperoleh informasi tentang
suatu hal, untuk memahami secara detail dan menyeluruh isi bacaan, untuk
menilai dan mengevaluasi kebenaran gagasan dari pembaca.
4. Penilaian Pembelajaran Keterampilan Membaca
Penilaian merupakan proses untuk memutuskan nilai perolehan belajar atau
hasil belajar siswa dengan menggunakan alat tertentu. Konsep penilaian tersebut
bertolak pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada hasil. Sebagai
implikasi dari pendekatan pembelajaran dan konsep penilaian tersebut, penilaian
selama ini banyak dilakukan setelah berakhirnya suatu episode pembelajaran,
misalnya setelah satu tatap muka, satu atau sejumlah unit/pokok bahasan, akhir
catur wulan, akhir semester, atau akhir tahun (Ainin dkk 2006: 186).
Sebuah tes yang bertujuan untuk menilai hasil belajar siswa dalam
keterampilan membaca khususnya kepada siswa pemula sebaiknya terdiri dari
satu atau dua kalimat aederhana, tidak sampai satu atau dua paragraf. Sementara
25
itu, bagi siswa tingkat lanjut, teks yang panjang dapat diberikan sebagai bahan tes
membaca mereka (Ainin dkk 2006: 173)
Agar pelajaran kemahiran membaca ini menarik dan menyenangkan, bahan
bacaan hendaknya dipilih sesuai dengan minat, tingkatan perkembangan dan usia
siswa. Sudah barang tentu landasan utama dalam pemilihan bahan adalah
kurikulum yang telah menetapkan tema, topik atau standar kompetensi dan
kompetensi dasarnya. Agar tidak membosankan, bahan bacaan harus bervariasi,
baik topiknya (sejarah, ilmiah popular, humor, riwayat hidup, deskripsi, dan
sebagainya), maupun ragam bahasanya (Koran, sastra, buku, percakapan, dan
sebagainya) (Effendy 2012: 168).
Heaton mengklasifikasi tes kemampuan membaca sebagai berikut: (1) tes
kemampuan membaca untuk tahap pertama (initial stages of reading) yang
meliputi tes (a) pencocokan kata atau word matching (teste disuruh memilih salah
satu kata yang paling cocok dengan kata yang ada di sebelahnya), (b) pencocokan
kalimat atau sentence matching (teste diminta memilih salah satu kalimat yang
paling sesuai dengan kalimat pernyataan), (c) pencocokan gambar dan kalimat
atau picture and sentence matching (teste diminta memilih salah satu gambar
yang paling sesuai dengan kalimat atau teste diminta memilih salah satu kalimat
yang sesuai dengan gambar), (2) tes kemampuan membaca yang oleh Heaton
disebut dengan intermediate and advanced stages of reading. Dalam tes ini, teste
diminta menentukan nama gambar-gambar yang tersedia dan sekaligus diminta
mendefinisikan gambar-gambar tersebut ke dalam bahasa sasaran, (3) salah-benar
atau true-false reading test, (4) pilihan ganda dengan teks yang pendek atau
26
multiple-choice items: short texts, (5) pilihan ganda dengan teks yang panjang
atau multiple-choice intems: long texts, (6) melengkapi, (7) menyusun kembali
kalimat-kalimat yang tersedia secara benar sesuai dengan urutannya atau
rearrangement items, (8) tes cloze (Ainin dkk 2006:142-143).
Contoh untuk mengukur kompetensi membaca adalah menceritakan kembali
isi pesan yang terkandung dalam wacana baik secara lisan maupun tertulis. Aspek
yang diskor haruslah terdiri dari dua komponen, yaitu ketepatan pesan dan
Bahasa, dan keduanya dapat dirinci menjadi beberapa subkomponen
(Nurgiyantoro 2011: 390-391).
Tabel 2.2 Penilaian Kinerja Pemahaman Membaca Secara Lisan
No Aspek yang Dinilai Tingkat Kefasihan
1 2 3 4 5
1. Pemahaman isi teks
2. Pemahaman detil isi teks
3. Kelancaran pengungkapan
4. Ketepatan diksi
5. Ketepatan struktur kalimat
6. Kebermaknaan penuturan
Tabel 2.3 Penilaian Kinerja Pemahaman Membaca Secara Tertulis
No Aspek yang Dinilai Tingkat Kefasihan
1 2 3 4 5
1. Pemahaman isi teks
2. Pemahaman detil isi teks
3. Ketetapan organisasi isi teks
4. Ketepatan diksi
5. Ketepatan struktur kalimat
6. Ejaan dan tata tulis
7. Kebermaknaan penuturan
27
Melihat beberapa penilaian yang telah dikemukakan diatas, peneliti akan
mengambil beberapa macam tes untuk penilaian keterampilan membaca bagi
siswa MA kelas XI, yakni initial stages of reading, intermediate and advanced
stages of reading, true-false reading test, melengkapi, dan rearrangement items.
2.2.2.2 Keterampilan Menulis (maharatul kitabah)
Pada sub bab ini peneliti akan membahas tentang (1) hakikat keterampilan
menulis, (2) tujuan dan manfaat keterampilan menulis, (3) tahap-tahap latihan
menulis, (4) tes keterampilan menulis, dan (5) kriteria penilaian keterampilan
menulis.
1. Hakikat Keterampilan Menulis
Pengertian menulis (kitabah) menurut bahasa adalah kumpulan makna yang
tersusun dan teratur. Makna menulis (kitabah) secara epistimologi adalah
kumpulan dari kata yang tersusun dan mengandung arti, karena menulis (kitabah)
tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya kata yang beraturan. Manusia bisa
menuangkan ekspresi hatinya dengan bebas sesuai dengan apa yang difikirkannya
melalui menulis (kitabah). Melalui ungkapan yang tertulis diharapkan para
pembaca dapat mengerti apa yang ingin penulis ungkapkan (‘Ulyan 1992:156).
Secara umum pembelajaran keterampilan menulis bertujuan agar siswa
dapat berkomunikasi secara tertulis dalam bahasa Arab. Menurut Iskandarwassid
(2011:248) menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
28
kemahiran berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.
Kemampuan menulis (writing skill) itu sendiri adalah kemampuan dalam
mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang
sederhana seperti menulis kata-kata sampai kepada aspek yang kompleks yaitu
mengarang (Hermawan 2011:151).
Sedangkan menurut Tarigan (2008:3) menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tanpa bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis
haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Muradi (2015:62) juga menyatakan bahwa menulis (kitabah) adalah
keterampilan berbahasa untuk mengungkapkan ide atau pemikiran secara tertulis.
Kitabah berfungsi sebagai media komunikasi tulisan antara penulis dan pembaca
meski terpisah oleh waktu dan tempat.
Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa menulis berarti
menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Pikiran yang
disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung
makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan.
2. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Menulis
Menurut Abidin (2013:187), secara esensial minimalnya ada tiga tujuan
utama pembelajaran menulis (mahaarah kitaabah) yang dilaksanakan para guru di
sekolah, yaitu:
29
1. Menumbuhkan kecintaan menulis pada dirinya,
2. Mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis,
3. Membina jiwa kreativtas siswa dalam menulis.
Hartig (dalam Tarigan 2008:25-26) mengatakan bahwa sehubungan dengan
tujuan penulisan suatu tulisan antara lain : (a) Assignment purpose (tujuan
penugasan) yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan
sendiri; (b) Altruistic purpose (tujuan altruistik) yaitu penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin
menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya,
ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan
karyanya itu; (c) Persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu tulisan yang
bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan; (d)
Informational purpose (tujuan informasi, tujuan penerangan) yaitu tulisan yang
bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca;
(e) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) yaitu tulisan yang bertujuan
memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca; (f)
Creative purpose (tujuan kreatif) yaitu ujuan ini erat berhubungan dengan tujuan
pernyataan diri; (g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) yaitu
penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.
Sedangkan menurut Tarigan (2008:25) sendiri, tujuan menulis yaitu: (1)
tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana
informatif (informative discourse), (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan
atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), (3) tulisan yang
30
bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan
estetik disebut tulisan literer (literary discourse), (4) tulisan yang
mengekspresikan perasaan dan emosiyang kuat atau berapi-api disebut wacana
ekspresif (expressive course).
Sementara itu, Muradi (2015:83-84) berpendapat bahwa tujuan sederhana
pembelajaran kitabah adalah : (1) siswa mampu menulis dengan baik sesuai
dengan tanda baca, struktur kalimat (tata bahasa), aspek morfologi dan sintaksis
(sharf dan nahwu). (2) siswa mampu mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan
syair dalam bentuk tulisan dengan makna yang sempurna lagi indah. (3) siswa
terbiasa berfikir runtut, sistematis, jelas, benar, dan mampu di ungkapkan dalam
bentuk tulisan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang tujuan dan manfaat
keterampilan menulis, dapat disimpulkan bahwa menulis dapat menumbuhkan
kreatifitas dalam mengungkapkan pemikiran dan mengekspresikan perasaan dan
emosi yang kuat dalam bentuk tertulis, serta mengembangkan kemampuan dan
pemahaman mempergunakan bahasa.
3. Tahap-Tahap Latihan Menulis
Latihan menulis ini pada prinsipnya diberikan setelah latihan menyimak,
berbicara, dan membaca. Ini tidak berarti bahwa latihan menulis hanya diberikan
setelah siswa memiliki ketiga kompetensi tersebut. Latihan menulis dapat
diberikan pada jam yang sama dengan kompetensi yang lain; sudah tentu dengan
31
memperhatikan tahap-tahap latihan sesuai dengan tingkat kompetensi siswa.
Tahap-tahap latihan menulis menurut Effendy (2009:170-176) antara lain:
1. Latihan Kebahasaan
Latihan kebahasaan banyak ragamnya, antara lain latihan rekombinasi dan
transformasi. Rekombinasi adalah latihan menggabungkan kalimat-kalimat yang
mulanya berdiri sendiri menjadi satu kalimat panjang. Sedangkan transformasi
adalah latihan mengubah bentuk kalimat dari kalimat positif menjadi kalimat
negatif, kalimat berita menjadi kalimat Tanya dan sebagainya.
2. Mencontoh
Sungguhpun mencontoh ini memang aktivitas yang mekanis, tidak berarti
siswa tidak akan belajar apa-apa. Pertama, siswa belajar dan melatih diri menulis
dengan tepat sesuai contoh. Kompetensi ini pada suatu saat tentu ada gunanya.
Kedua, siswa belajar mengeja dengan benar. Ketiga, berlatih menggunakan
bahasa Arab yang benar.
3. Reproduksi
Reproduksi adalah menulis berdasarkan apa yang telah dipelajari secara
lisan menjadi bentuk tulisan.
4. Imlak
Imlak banyak sekali faedahnya asal saja bahan yang diimlakkan dipilih
dengan cermat. Imlak disamping melatihkan ejaan juga melatih penggunaan
‘gerbang-telinga’. Bahkan pemahaman juga dilatihkan sekaligus. Ada dua macam
imlak: Pertama, imlak yang dipersiapkan sebelumnya. siswa diberitahu
32
sebelumnya materi/teks yang akan diimlakkan. Kedua, imlak yang tidak
dipersiapkan sebelumnya. siswa tidak diberitahu sebelumnya materi/teks yang
akan diimlakkan.
5. Mengarang Terpimpin
Pada tahap 4 di atas, kalimat-kalimat yang dilatihkan masih merupakan
kalimat-kalimat lepas. Sedangkan pada tahap ini, siswa mulai dikenalkan dengan
penulisan alinea, walaupun sifatnya masih terpimpin.
6. Mengisi formulir, bagan, dan sejenisnya
7. Mengarang bebas
Tahap ini merupakan tahap yang melatih siswa mengutarakan isi hatinya
denga memilih kata-kata dan pola kalimat secara bebas namun tetap diberikan
bimbingan dan pengarahan.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap
latihan menulis adalah latihan kebahasaan, mencontoh, reproduksi, imlak,
mengarang terpimpin, mengisi formulir, bagan, dan sejenisnya serta yang terakhir
adalah mengarang bebas.
4. Tes Keterampilan Menulis
Menurut Gronlund dan Linn (dalam Ainin 2012:5-6), ada tiga hal yang
penting dalam pengertian tes. Pertama, tes adalah sebuah alat pengukuran.
Pemberian tes (testing) adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement).
Kedua, tes adalah alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan
yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, pemberian tes pada dasarnya terbatas
33
dari segi waktu pelaksanaannya; pengetahuan dan kemapuan yang diukur bersifat
luas hampir tanpa batas, sedangkan gambaran pengetahuan dan kemampuan yang
diperoleh melalui tes merupakan sampel dari semua pengetahuan dan kemampuan
yang yang mungkin dimiliki oleh pembelajar. Ketiga, tes adalah penafsiran angka
yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau tidaknya seseorang pembelajar
dalam mencapai suatu tujuan.
Kompetensi menulis (kitabah) secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu menulis terbimbing (muwajjah) dan menulis bebas (hurr). Menulis
terbimbing merupakan kompetensi menulis dengan menggunakan panduan
tertentu atau stimulus, misalnya berupa gambar, pertanyaan, dan kosakata atau
kalimat pemandu. Adapun menulis bebas merupakan kompetensi menulis tanpa
panduan atau stimulus, sehingga penulis bebas berkreasi dalam mengembangkan
tulisannya (Ainin 2012:136).
5. Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis
Donald Knapp (dalam Effendy 2012:192-193) mengusulkan penilaian
pembelajaran menulis berdasarkan beberapa butir penilaian. Pertama, segi bentuk
dan tulisan yang meliputi: (1) judul jelas dan sesuai dengan isi, (2) margin dan
permulaan alinea tampak jelas, dan (3) tulisan jelas dan mudah dibaca. Kedua,
segi pengembangan alinea yang meliputi: (1) kalimat pertama berisi ide pokok
alinea, (2) kalimat-kalimat lain sebagai penunjang, dan (3) terdapat hubungan
antara satu kalimat dan kalimat lainnya Ketiga, segi kebahasaan yang meliputi: (1)
kata-kata (termasuk kata penghubung) dipilih dan digunakan secara tepat, (2)
34
rumusan kalimat bervariasi sehingga enak dibaca, (3) ejaan benar, (4) penomoran
dan pungtuasi digunakan secara memadai, (5) rincian-rincian memperjelas dan
memperkuat ide pokok, dan (6) penutup alinea menyempurnakan ide pokok.
Keempat, segi gagasan dan isi yang meliputi: (1) kejelasan ide atau gagasan
memudahkan pemahaman, (2) isi karangan cukup bermakna, dan (3) isi karangan
spontan, kreatif dan orisinal.
Mary Finoechiaro (dalam Effendy 2012:193) mengusulkan penilaian tulisan
pembelajaran berdasarkan empat kolom, yang masing-masing diisi dengan ejaan,
pungtuasi, kosakata dan kaidah. Berikut tabel penilaian tulisan siswa, yaitu:
Tabel 2.4 Penilaian Tulisan Siswa Menurut Mary Finoechiaro
هجاء ترقيم مفردات قواعد
Tabel selanjutnya yaitu tabel penilaian yang digunakan oleh peneliti dalam
menentukan nilai dari postest yang dilakukan oleh siswa.
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian dalam Penelitian
NO. Aspek Penilaian Deskripsi Kriteria
هجاء .1
a. Ejaan tidak ada yang salah, jelas dan mudah
dibaca.
b. Ejaan ada yang salah, jelas dan mudah dibaca
c. Ejaan ada yang salah, tidak jelas dan mudah
dibaca
d. Ejaan ada yang salah, tidak jelas dan tidak
35
mudah dibaca
ترقيم .2
a. Tanda baca sangat lengkap dan benar, tidak ada
yang terlewat untuk semua huruf
b. Tanda baca lengkap, tidak ada yang terlewat
untuk semua huruf namun ada yang salah
c. Tanda baca tidak lengkap, hanya beberapa huruf
yang diberi tanda baca
d. Tidak ada tanda baca pada setiap huruf
قواعد .3
a. Penulisan/penerjemahan kalimat sangat sesuai
dengan kaidah
b. Penulisan/penerjemahan kalimat sesuai dengan
kaidah
c. Penulisan/penerjemahan kalimat cukup sesuai
dengan kaidah
d. Penulisan/penerjemahan kalimat kurang sesuai
dengan kaidah
2.2.3 Unsur-Unsur Bahasa Arab
Menurut Effendy (2012: 18) unsur-unsur bahasa Arab terdiri dari tata
bunyi (ilmu ashwat/ fonologi), tata tulis (ilmu kitabah / ortografi), tata kata (ilmu
sharaf / morfologi), tata kalimat (ilmu nahwu / sintaksis), dan kosa kata
(mufrodat).
Fonologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis,
dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa (Chaer 2007: 102). Dalam bahasa
Arab, fonologi disebut dengan ilmu ashwat, yang bidang kajiannya mempelajari
tentang pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa.
Tata tulis dalam bahasa Arab mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan tata tulis pada huruf latin pada umumnya. Penulisan huruf Arab dimulai
dari kanan ke kiri. Hal ini mempengaruhi cara membaca huruf Arab itu sendiri
yaitu dari kanan ke kiri juga.
36
Morfologi dan sintaksis juga merupakan bagian dari kajian linguistik.
Menurut Antoine Dahdah dalam Rifa’i (2012: 16), sintaksis (nahwu) dan
morfologi (sharaf) keduanya sama-sama membahas tentang kalimah (kata), hanya
saja kalau sharf membahas kalimah (kata) sebelum masuk ke dalam struktur
kalimat, sedangkan nahwu membahas kalimah (kata) ketika sudah berada di
dalam struktur kalimat.
Sedangkan menurut Rusdianto (2013) bahasa Arab memiliki tiga unsur
bahasa yang utama. Unsur yang pertama adalah pelafalan (صوت) ini mengandung
makna semua ucapan bahasa Arab yang diucapkan oleh pengguna bahasa. Unsur
yang kedua adalah kosakata (مفردات), pada unsur ini wajib dikuasai oleh
pembelajar bahasa karena mempunyai signifikansi yang sangat besar dalam
mengekspresikan keinginannya, karena dengan unsur ini kita dapat berkomunikasi
dengan baik dengan sesama pengguna bahasa. Unsur yang ketiga adalah struktur
kalimat (تركيب), di sini pembelajar bahasa harus mengetahui letak dan struktur kata
tersebut, dengan mengetahui posisi dan letak kata, maka akan menghasilkan
sebuah kalimat yang mudah dipahami dan dimengerti oleh sesama pembelajar
bahasa saat berkomunikasi.
2.2.4 Pembelajaran Bahasa Arab
Menurut Abdul Hamid (2008:163) dalam pembelajaran bahasa Arab asas
yang dianjurkan untuk digunakan adalah asas kebermaknaan, konsep penting yang
mendasari asas ini adalah :
37
a. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan
melalui kosakata dan tata bahasa. Dengan demikian, kosakata dan tata
bahasa berperan sebagai alat pengungkapan makna yang berupa gagasan,
pikiran, pendapat dan perasaan.
b. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang
merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan terhadap
pengajaran bahasa yang harus didukung oleh pemahaman lintas budaya.
c. Makna dapat diwujudkan melalui ungkapan yang berbeda, baik lisan
maupun tulisan. Suatu ungkapan dapat mempunyai makna yang berbeda
tergantung pada situasi pada saat ungkapan digunakan. Keberagaman
ungkapan diakui kebenarannya dalam bentuk bahasa lisan dan tulisan.
d. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa yang
dipelajari (bahasa sasaran), baik secara lisan maupun tulisan. Belajar
berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa
tersebut.
e. Motivasi belajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan belajar. Motivasi ini banyak ditentukan oleh
tingkat kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa
yang bersangkutan. Dengan kata lain, kebermaknaan bahan pelajaran dan
kegiatan pembelajaran memiliki peranan yang amat penting dalam
memotivasi siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
f. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna jika
berhubungan dengan kebutuhan, pengalaman, minat, tata nilai dan masa
38
depan siswa. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dijadikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai pembelajaran bahasa
arab agar lebih bermakna bagi siswa.
g. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa harus diperlakukan sebagai subyek
utama, bukan hanya sebagai obyek, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasa.
Menurut Abdul Hamid (2008:166-167) ada 10 prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran bahasa arab, diantaranya: 1) berpusat pada
siswa, 2) belajar dengan keteladanan dan pembiasaan, 3) mengembangkan
kemampuan sosial, 4) mengembangkan fitrah bertauhid, keingintahuan dan
imajinasi, 5) mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, 6)
mengembangkan kreatifitas siswa, 7) mengemabangkan kefahaman nilai dan
penggunaan ilmu dan teknologi, 8) menumbuhkan kesadaran sebagai warga
negara yang baik, 9) belajar sepanjang hayat, 10) keterpaduan kompetensi,
kerjasama, dan solidaritas.
2.2.5 Pengertian Modul
Menurut Dwi Rahdiyanta (2005:1) modul merupakan salah satu bentuk
bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat
seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu
peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat
tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.
39
Sedangkan Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:3), menyebutkan bahwa
modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara
mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar
mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri.
Menurut Purwanto (2007:9), modul adalah bahan belajar yang dirancang
secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentun
satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam
satuan waktu tertentu.
Menurut Asep dkk (2010:12) modul merupakan satu unit program
pembelajaran yang terencana, didesain guna membantu peserta mencapai tujuan
pelatihan. Paket program pembelajaran yang bersifat self-contained dan self-
instruction, yaitu bahan pembelajaran mandiri. Siswa diberikan waktu untuk
mengelola waktu belajarnya dan memahami materi pelajarannya secara mandiri.
Daryanto (2013:31) menyebutkan bahwa modul dapat diartikan sebagai
materi yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga
pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan kata lain
sebuah modul adalah sebagai bahan belajar dimana pembacanya dapat belajar
mandiri.
Menurut Kurniasih (2014:61) modul adalah seperangkat bahan ajar yang
disajikan secara sistematis sehingga pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa
seorang guru atau fasilitator.
40
2.2.6 Langkah – langkah Pengembangan dan Penyusunan Modul
Menurut Rahdiyanta (2005:3), berdasarkan desain yang dikembangkan
terdapat tiga proses penyusunan modul yang harus diperhatikan yaitu :
Pertama, menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang
sesuai. Pada tahap ini, perlu diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi
yang akan dipelajari, karakteristik peserta didik, dan karakteristik konteks dan
situasi dimana modul akan digunakan.
Kedua, memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul
antara lain meliputi: tujuan belajar, prasyarat pembelajar yang diperlukan,
substansi atau materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan belajar dan komponen
pendukungnya.
Ketiga, mengembangkan perangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu
diperhatikan agar semua aspek kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap
terkait) dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.
Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:13-15) penulisan modul
merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara
sistematis sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai kompetensi atau
sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang
terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan.
Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/
tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk
41
mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada
kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan.
Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan
jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan.
2. Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan
pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi
menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan
menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi
yang telah ditetapkan.
3. Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta
terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam
pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum.
4. Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap
kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian
tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang
ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul.
42
5. Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah
memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.
Prastowo (2013:119-120) menyebutkan bahwa dalam penyusunan modul,
ada empat tahapan yang mesti kita lalui, yaitu analisis kurikulum, penentuan
judul-judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan modul.
1. Analisis Kurikulum
Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan materi – materi mana yang
memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi, analisis dilakukan dengan
cara melihat inti materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis
yang harus dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes).
2. Menentukan Judul Modul
Setelah analisis kurikulum selesai dilakukan, tahapan berikutnya yaitu
menentukan judul-judul modul. Untuk menentukan judul modul, maka kita harus
mengacu kepada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada
didalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan modul apabila kompetensi
itu tidak terlalu besar. Sedangkan besarnya kompetensi dapat diseleksi, antara lain
dengan cara, apabila diuraikan dalam materi pokok (MP) maksimal mendapatkan
4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul.
Namun, jika kompetensi diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu
43
dipertimbangkan kembali apakah akan dipecah menjadi dua judul modul atau
tidak.
3. Pemberian Kode Modul
Perlu kita ketahui bahwa dalam tahapan penyusunan modul, untuk
memudahkan kita dalam pengelolaan modul, maka sangat diperlukan adanya kode
modul.Umumnya, kode modul adalah angka-angka yang diberi makna.
Contohnya, digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, angka dua (2) berarti IPS,
angka tiga (3) berarti bahasa, dan seterusnya. Selanjutnya digit kedua merupakan
kelompok utama kajian, aktivitas, atau spesialisasi dalam jurusan yang
bersangkutan. Misalnya untuk jurusan IPA angka 1 (satu) pada digit kedua berarti
Fisika, angka 2 (dua) berarti Kimia, angka 3 (tiga) berarti biologi, dan seterusnya.
4. Penulisan Modul
Ada lima hal penting yang hendaknya kita jadikan acuan dalam proses
penulisan modul, sebagaimana dijelaskan berikut ini.
a. Perumusan Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai
Rumusan kometensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi yang
semestinya telah dimiliki oleh siswa setelah mereka berhasil menyelesaikan
modul tersebut.
b. Penentuan Alat Evaluasi atau Penilaian
Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan atau tes
yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai
44
suatu kompetensi dasar dalam bentuk tingkah laku. Kemudian karena pendekatan
pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok
adalah dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Criterion
Referenced Assessment.
c. Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan
dicapai. Apabila yang digunakan dalam materi modul adalah referensi-referensi
mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber (contohnya buku, internet,
majalah, atau jurnal hasil penelitian) maka ini akan sangat baik. Untuk
penulisannya, materi modul tidak harus ditulis secara lengkap.
d. Urutan Pengajaran
Perlu kita ketahui bahwa dalam kaitannya dengan urutan pengajaran, maka
urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul.
e. Struktur Modul
Struktur modul dapat bervariasi. Hal tersebut terutama tergantung pada
karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar
yang bakal dilaksanakan.
Hampir sama dengan Prastowo, menurut Kurniasih (2014:61-65) penulisan
modul dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Analisis KI dan KD
Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan materi apa saja yang
memerlukan bahan ajar. Dan menganalisis inti dari materi yang akan diajarkan,
45
kemudian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa yang akan
mempergunakannya.
2. Menentukan judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KI-KD atau materi pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan satu modul apabila
kompetensi tersebut tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dapat
dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok
mendapatkan maksimal 4 materi pokok, maka kompetensi itu telah dapat
dijadikan sebagai satu modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4
materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya
menjadi dua judul modul.
3. Penulisan Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan Kompetensi Dasar (KD) pada suatu modul merupakan spesifikasi
kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil
menyelesaikan modul tersebut. KD yang diambil harus berdasarkan pada
kurikulum yang berlaku. Dan apabila tidak tercapai target dari KD yang ada,
maka KD dalam modul itu harus dirumuskan kembali. Karena,
ketidaktercapaiannya tujuan pembelajaran tidak melulu persoalan siswa, karena
juga ada bahan ajar yang gagal.
46
b. Menentukan alat penilaian
Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi,
dimana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat
evaluasi yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan
(PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai
sebelum menyusun materi dan lembar kerja atau tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar –
benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.
c. Penyusunan Materi
Materi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai dan tentu akan
lebih baik menggunakan referensi-referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari
berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian dan lain
sebagainya. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul
itu ditunjukkan referensi yang dapat dirujuk oleh siswa sebagai bahan bacaan.
Usahakan ada ilustrasi yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan,
karena disamping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi
siswa untuk mempelajarinya.
d. Urutan Pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk penggunaan modul.
Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan
petunjuak bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan pada hal-hal yang harus
dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa sehingga siswa tidak perlu
47
banyak bertanya, dan guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau
dengan kata lain guru sebagai fasilitator.
e. Struktur Modul
Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan
disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.
2.2.7 Langkah-langkah Pengembangan Modul bahasa Arab berbasis
Kearifan Lokal
Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan acuan langkah-langkah
penulisan modul oleh Kurniasih (2014:61-65). Penulisan modul dapat dilakukan
tahapan sebagai berikut :
1. Analisis KI dan KD
Pada Tahapan ini peneliti melakukan analisis KI dan KD kurikulum 2013
yang digunakan pada kelas XI MA. Berikut adalah KI dan KD matapelajaran
bahasa Arab kelas XI MA.
Tabel 2.6 KI dan KD Mata Pelajaran bahasa Arab kelas XI MA
Kompetensi inti Kompetensi dasar 1. Menghayati dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya.
1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa
Arab sebagai bahasa pengantar komunikasi
internasional yang diwujudkan dalam semangat
belajar.
2. Menghayati dan Mengamalkan
perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran,
damai) santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam
2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam
melaksanakan komunikasi antar pribadi dengan guru
dan teman.
2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
komunikasi transaksional dengan guru dan teman.
2.3 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli,
kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan
48
Kompetensi inti Kompetensi dasar berinteraksi secara efektif, sosial
dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
komunikasi fungsional.
3. Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
procedural , dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan
pengetahuan procedural pada
bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan
masalah
3.1 Mengidentifikasi bunyi kata, frasa, dan kalimat
Bahasa Arab yang berkaitan dengan :
السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت
والطبيعية الثقافية
baik secara lisan maupun tertulis.
3.2 Melafalkan kata, frasa, dan kalimat Bahasa Arab
yang berkaitan dengan :
السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت
والطبيعية الثقافية
3.3 Menemukan makna atau gagasan dari ujaran kata,
frasa, dan kalimat Bahasa Arab yang berkaitan
dengan :
السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت
والطبيعية الثقافية
baik secara lisan maupun tertulis.
3.4 Membuat analisis sederhana unsur kebahasaan,
struktur teks dan unsur budaya dari teks terkait topik :
السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت
والطبيعية الثقافية
yang sesuai dengan konteks penggunaannya.
4. Mengolah, menalar, menyaji,
dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, serta bertindak secara
efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
4.1 Melakukan dialog sederhana sesuai konteks dengan
tepat dan lancar terkait topik :
السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت
والطبيعية الثقافية
dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur
teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai
konteks.
4.2 Menyampaikan berbagai informasi lisan sederhana
tentang :
السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت
والطبيعية الثقافية
dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur
teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai
konteks.
4.3 Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk
mengungkapkan informasi terkait topik :
السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت
والطبيعية الثقافية
49
Kompetensi inti Kompetensi dasar dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur
teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai
dengan konteks.
Tarkib: أحرف وبثالثة وبحرفين بحرف المزيد الثالثي والفعل ؛ الفعلية الجملة
الثالثي وغير الثالثي والمفعول الفاعل اسما ؛ األمر فعل ؛ )استفعل(
2. Menentukan judul modul
Setelah menganalisis KI dan KD langkah berikutnya adalah menentukan
judul modul pembelajaran. Dalam modul yang akan dikembangkan oleh peneliti,
peneliti akan memasukkan tiga materi pokok didalamnya yaitu التسهيالت العامة
.معامل السياحة الثقافية والطبيعية, التسهيالت لعبادة هللا, واالجتماعية Berdasarkan
analisis KI dan KD peneliti mengambil judul untuk modul “Modul bahasa Arab
berbasis kearifan lokal kelas XI MA semester genap”.
3. Penulisan Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
a. Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan Kompetensi Dasar (KD) yang pada suatu modul merupakan
spesifikasi kualitas yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil
menyelesaikan modul tersebut.
b. Menentukan alat penilaian
Alat evaluasi yang cocok digunakan untuk mengetahui tercapainya KD
adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion
Referenced Assesment. PAP yaitu menentukan kelulusan seseorang ditentukan
50
sejumlah patokan. Artinya kemampuan atau hasil belajar mahasiswa ditentukan
oleh tercapainya kriteria. Misalnya seseorang telah menguasai pokok bahasan
bilamana telah menjawab dengan betul 80% dari total butir soal yang diujikan dan
ia dinyatakan lulus (Zainul dalam Nurbayan 2012:3)
c. Penyusunan Materi
Materi yang terdapat pada modul disesuaikan dengan KD yang ingin dicapai
serta menggunakan referensi-referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari
berbagai sumber, misalnya buku, internet, majalah dan jurnal penelitian lainnya.
d. Urutan Pembelajaran
Urutan pembelajaran diberikan dalam petunjuk penggunaaan modul. Dalam
modul yang akan dikembangkan, akan diberi petunjuk pengguanaan untuk guru
dan siswa. Petunjuk tersebut berupa arahan penyampaian materi dan hal-hal yang
harus dikerjakan siswa sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya.
e. Struktur modul
Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan
disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.
Secara garis besar struktur modul yang sedang dikembangkang oleh peneliti
adalah sebagai berikut : 1) judul, 2) petunjuk penggunaan, 3) kompetensi yang
akan dicapai, 4) informasi pendukung, 5) latihan-latihan, 6) petunjuk kerja,7)
evaluasi dan penilaian.
51
2.2.8 Kearifan Lokal
Menurut Zulkarnain dkk. (2008:72) kearifan lokal adalah berupa prinsip-
prinsip dan cara tertentu yang dianut, dipahami, dan di-aplikasikan oleh
masyarakat lokal dalam berinteraksi dan berintere-lasi dengan lingkungannya dan
diformulasikan dalam bentuk sis-tem nilai dan norma adat.
Menurut Ulfah Fajarini (2014:124), kearifan lokal adalah pandangan hidup
dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas
yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam
pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan
sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local
knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”.
Menurut Rahyono (dalam Fajarini 2014:124), kearifan lokal merupakan
kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh
melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari
masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh
masyarakat yang lain. Nilai – nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada
masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang,
sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.
Ilmuwan antropologi, seperti Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan
Suparlan (dalam Fajarini 2014:124), telah mengkategorisasikan kebudayaan
manusia yang menjadi wadah kearifan lokal itu kepada idea, aktivitas sosial,
artifak-artifak. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki
oleh sekelompok manusia dan dijadikan sebagai pedoman hidup untuk
52
menginterpretasikan lingkungannya dalam bentuk tindakan-tindakannya sehari-
hari.
Para pakar telah melakukan sejumlah klasifikasi. Sternberg dan Jordan, Ed.,
(2005) (dalam Musanna 2012:334) mengelompokkan teori kearifan menjadi dua:
implisit (implicit theories) dan eksplisit (explicit theories). Teori implisit
memaknai kearifan berdasar sudut pandang masyarakat atau konsensus komunitas
dan memposisikan tokoh yang dipandang sebagai pengejewantahan pribadi utama
dan karenanya pantas diteladani. Menurut sudut pandang eksplisit , kearifan
dirumuskan didasarkan pada indikator-indikator universal untuk diterapkan dalam
memotret realitas kearifan dalam satu komunitas. Sudut pandang eksplisit
menekankan generalisasi indikator kearifan atau lebih bercorak induktif,
sementara teori eksplisit mencerminkan corak berpikir deduktif.
Suhartini (dalam Wibowo 2015:17) mendefinisikan kearifan lokal sebagai
sebuah warisan nenek moyang yang berkaitan dengan tata nilai kehidupan. Tata
nilai kehidupan ini menyatu tidak hanya dalam bentuk religi, tetapi juga dalam
budaya, dan adat istiadat. Ketika sebuah masyarakat melakukan adaptasi dengan
lingkungannya, mereka mengembangkan suatu kearifan baik yang berwujud
pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas
mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebuah kearifan
yang beradaptasi terhadap lingkungan inilah yang disebut Suhartini sebagai
kearifan lokal.
Berdasarkan pada beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
kearifan lokal merupakan hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman
53
mereka yang belum tentu dialami oleh masyarakat lain. Nilai tersebut akan
melekat sangat kuat pada masyarakat tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa
kearifan lokal merupakan sebuah warisan nenek moyang yang berkaitan dengan
tata nilai kehidupan suatu masyarakat. Kearifan lokal dapat berupa pengetahuan
atau ide, aktifitas sosial maupun artifak-artifak.
2.2.9 Kearifan Lokal Wonosobo
Pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, penulis memilih Kearifan
lokal yang terdapat di Kabupaten Wonosobo. Pada sub bab ini akan dijelaskan
mengenai (1) Letak geografis Kabupaten Wonosobo, (2) Sejarah Kabupaten
Wonosobo, dan (3) Kearifan lokal Kabupaten Wonosobo.
2.2.9.1 Letak Geografis Kabupaten Wonosobo
Secara astronomis, Kabupaten Wonosoobo terletak diatara 7°04’11”-
7°11’13” LS. dan 109°43’10”-110°04’40” BT. Dilihat dari lintangnya, Kabupaten
Wonosobo termasuk beriklim tropis, dengan dua musim dalam setahun, yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 24
0C - 30
0C pada siang hari pada malam hari dapat turun menjadi 20
0C. Pada bulan
Juli-Agustus, suhu harian akan mengalami penurunan berkisar antara 15 0C - 20
0C pada siang hari, dan berkisar antara 12
0C - 15
0C pada malam hari (Khusnan
2004:2).
Luas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah 984,68 km2 atau 98.468 hektare
dan berada pada ketinggian antara 270-2.300 meter diatas permukaan laut. Posisi
54
Kabupaten Wonosobo berada pada bagian tengah Proinsi Jawa Tengah dan
berbatasan dengan beberapa kabupaten tetangga. Pada sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Kendal dan Batang, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Temanggung dan Magelang, sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Purworejo dan Kebumen, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen.
Jarak Wonosobo dengan Ibukota Negara, Jakarta, adalah 520 km,
sedangkan jarak antara Wonosobo dengan Ibukota Provinsi Jawa Tengah,
Semarang, adalah 120 km.
Karena posisinya yang strategis maka Kabupaten Wonosobo menjadi
pilihan banyak orang dari daerah lain untuk melakukan kegiatan ekonominya di
Kabupaten Wonosobo. Semakin banyak orang yang datang dan menetap di
Kabupaten Wonosobo maka akan semakin meningkat pula dinamika, sekaligus
meningkatkan keanekaragaman budaya, memacu kemajuan dan merangsang
peningkatan pembangunan (Muntaha 2002:10-11).
2.2.9.2 Sejarah Kabupaten Wonosobo
Di dalam menguak sejarah Wonosobo, tidak dapat dipisahkan dengan peran
tiga Kyai, yang menjadi cikal bakal adanya daerah Wonosobo. Pertama, Kyai
Kolodite, di daerah Dieng, yang memberi nama Wonosobo. Wonosobo berasal
dari kata wono dan sobo. Wono artinya hutan, sobo artinya kunjungan. Jadi
Wonosobo artinya hutan yang menjadi tempat kunjungan. Kedua, Kyai Karim di
Kalibeber dan ketiga kyai Walik, yang makamnya dibelakang masjid Al-Manshur,
55
Kauman Utara, Wonosobo. Ketiga Kyai inilah yang dianggap sesepuh daerah
Wonosobo (Khusnan 2004:36-37).
Berdasarkan penelitian sejarah tentang awal mula berdirinya pemerintah
Kabupaten Wonosobo, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendirian pemerintahan
itu sangt terkait dengan seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang bernama R.
Setjonegoro.
Ia diangkat sebagai penguasa pemerintahan di Wonosobo pada tanggal 24
Juli 1825. Dia diangkat sebagai penguasa Wonosobo karena pernah berjasa dalam
membantu perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda, terutama ketika
dia berhasill melumpuhkan tentara Belanda dalam peperangan di Logorok, dekat
Magelang, bersama Mulyosentiko pada bulan Juli 1825.
Pengangkatn R. Setjonegoro sebagai penguasa Wonosobo dilakukan oleh
Pangeran Diponegoro dan selanjutnya diberikan gelar Tumenggung. Tanggal
pengangkatan R. Setjonegoro sebagai penguasa Wonosobo itu selanjutnya
dijadikan sebagai peringatan hari jadi Kabupaten Wonosobo. Penetapan hari jadi
Kabupaten Wonosobo dituangkan dalam Peraturan Daerah Tingkat II Wonosobo
Nomor 10 Tahun 1994 (Muntaha 2002:3)
2.2.9.3 Kearifan Lokal Kabupaten Wonosobo
Ilmuwan antropologi, seperti Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan
Suparlan (dalam Fajarini 2014:124), telah mengkategorisasikan kebudayaan
manusia yang menjadi wadah kearifan lokal itu kepada idea, aktivitas sosial,
artifak-artifak. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki
56
oleh sekelompok manusia dan dijadikan sebagai pedoman hidup untuk
menginterpretasikan lingkungannya dalam bentuk tindakan-tindakannya sehari-
hari.
Kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Wonosobo sangat banyak,
diantaranya adalah warisan budaya mulai dari kesenian tradisional hingga adat
istiadat yang mengandung pendidikan moral didalamnya. Wonosobo juga
memiliki potensi lokal yang mempu mencerminkan kearifan lokal kabupaten
Wonosobo. Potensi tersebut berupa replika alam semesta yaitu candi-candi yang
terdapat dikawasan dataran tinggi Dieng.
Seperti dikemukakan oleh Khusnan (2004:31) bahwa jenis-jenis kesenian
yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Wonosobo dapat dikelompokkan
menjadi empat macam, yaitu : (1) Seni pertunjukan rakyat; (2) Seni teater; (3)
Seni rupa. Sedangkan berkaitan upacara budaya dan adat Muntaha (2002:112-
113) mengatakan setidaknya Kabupaten Wonosobo memiliki enam upacara adat
yang sudah dilakukan secara turun-menurun yaitu : (1) Ruwatan; (2) Satu suran;
(3) Suran giyanti; (4) Hak-hakan; (5) Baritan; dan (6) Nyadran. Dan ada beberapa
upacara adat yang dilakukan perorangan seperti racik dan wiwit. Upacara-upara
adat yang dilakukan memiliki pesan moral berupa ajaran-ajaran kehidupan.
Muntaha (2002:120-121) mengatakan bahwa di kawasan dataran tinggi
Dieng teradapat kearifan lokal berupa candi-candi yang terbagi dalam dua
kompleks candi yaitu kompleks dharmasala dan kompleks candi hindu. Kompleks
dharmasala adalah bangunan yang kini tinggal pondasi-pondasi. Kompleks candi
hindu terdiri dari beberapa kelompok yaitu, (1) kelompok candi pendawa; (2)
57
kelompok candi gatotkaca; (3) kelompok candi bhima; (4) kelompok candi
dwarawati/parikesit.
Dari beberapa kearifan lokalyang ada di Kabupaten Wonosobo, dalam
penelitian ini, penulis hanya mengambil dua macam kearifan lokal yaitu tradisi
ruwatan dan kompleks candi hindu.
1. Ruwatan
Dieng terletak di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.
Kondisi alamnya berbukit-bukit banyak terdapat sumber mata air, untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sumber air hangat dan sumber air asam.
Dari kondisi alaminya yang unik, Wonosobo menyimpan berbagai misteri, salah
satunya adalah ruwatan cukur rambut gembel yang secara tradisional hingga kini
masih berjalan secara turun temurun, terutama di dataran tinggi Dieng dan lereng
sindoro sumbing.
Ruwat berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap adanya
bahaya gaib atau sesuatu yang tidak kelihatan yang dapat mengancam kehidupan
seseorang. Di Kabupaten Wonosobo terdapat upacara ruwatan atau ngruwat.
Ngruwat ini merupakan upacara untuk mencukur anak-anak yang berambut
gembel. Gembel dianggap sebagai balak atau ancaman sehingga si anak tersebut
harus diruwat (Muntaha 2002:111).
Anak berambut gembel memiliki karakter dan perilaku yang berbeda dari
kebiasaan anak seusianya. Kalau tidak energik, nakal, berjiwa heroik, suka
mengatur akan muncul perilaku yang diam, pemalu, susah bergaul dengan dunia
luar. Ruwatan cukur rambut gembel merupakan identitas kepercayaan masyarakat.
58
Didalamnya terkandung makna utama yaitu kemampuan masyarakat dalam
memahami konteks lokal dan kemudian diwujudkan dengan dialog terhadap
kondisi yang ada. Masyarakat cenderung memandang adanya kekuatan alamgaib
yang menguasai alam semesta dan untuk itu harus dilakukan dialog (Arif 2013:1-
2).
Menurut Mubin (2016:130-131) dalam ritual cukur rambut gimbal ada
beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut antara
lain sesajen atau sesaji, pakaian adat Jawa lengkap, pagelaran seni tari-tarian,
lokasi cukur rambut gimbal, kembang tujuh rupa, mahar yang berupa makanan
tradisional Dieng, ayam, buah-buahan, yang nantinya setelah selesai acara akan
dibagikan kepada masyarakat yang hadir, larungan rambut gimbal di telaga warna.
Sementara dalam ritual cukur rambut gimbal terdapat negosiasi antara si bocah
yang berambut gimbal dengan pihak orang tua yaitu permintaan yang harus
dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Permintaan itu akan berdampak pada sukses
tidaknya ritual tersebut. Jika setelah rambut gimbalnya dicukur tetapi dikemudian
tumbuh lagi, maka mereka memaknai adanya penolakan dari Kiai Kolodete
(leluhur mereka) atau karena adanya permintaan si bocah yang tidak dipenuhi
orang tuanya, karena itu ritual ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi
dibandingkan ritual atau slametan yang lain.
Hampir sama dengan Mubin, Arif (2013:3) mengatakan bahwa ketika anak
berambut gimbal sudah mengajukan permintaan bebono, bebono menurut
masyarakat Dieng adalah hadiah, kado, atau persmbahan. Bebono adalah
permintaan anak yang berambut gimbal yang tidak bisa dipengaruhi oleh kedua
59
orang tuanya maupun orang lain tapi murni atas keinginan sendiri. Permintaan
yang diajukan antara Lin gula Jawa satu karung, mukenadan permintaan lain yang
tidak lazim. Tidak semuapermintaan anak gimbal dapat dipenuhi, salah satu
diantara mereka yang permintaannya tidak terpenuhi adalah Muhammad, warga
desa Parikesit.yang sudah berumur 29 tahun itu bebononya gajah putih.
Muhammad sudah pernahmemotong gimbalnya sendiri saat berumur 18 tahun.
Seusai dipotong selang dua hari Muhammad mengalami sakit menggigil dan
kejang-kejang. Setelah satu minggu ia sembuh dan rambut gimbalnya tumbuh
lagi.
Menurut Mubin (2016:132) sebelum upacara pemotongan rambut dimulai,
ada ritual doa dibeberapa tempat agar upacara berjalan lancar. Tempat tersebut
adalah Candi Dwarawati, kompleks Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi
Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, Komplek
Pertapaan Mandalsari (gua di Telaga Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman
Dieng. Malam harinya akan diadakan upacara Jamasan Pusaka, pencucian benda
pusaka yang akan dibawa saat arak-arakan anak gimbal, semua proses ini
dipimpin oleh orang yang disebut sesepuh, dukun atau pemangku adat setempat.
Menurut Arif (2013:3-4) Sesaat sebelum mulai proses ruwatan,
segala macam sesaji harus sudah siap dan dibawa ke Candi Arjuna, selain
itu kepala anak gimbal diikat dengan kain putih sampai menutupi jidat
mereka. Kemudian mereka dikirab (diarak) menyusuri perkampungan
Dieng, melewati Jalan Raya Dieng, lalu arak-arakan berakhir di pelataran
60
Candi Arjuna. Para bocah gimbal itu di arak dan diangkut dengan dokar
dan diiringi penari, pemusik, dan pemain barongsai.
Ada beberapa varian prosesi cukur rambut gimbal, yang akan
dijelaskan adalah prosesi cukur rambut gimbal versi Mbah Rusmanto dan
Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Diawali dengan mengarak anak
gimbal yang akan dicukur atau diruwat menuju tempat belangsungnya
ritual tersebut. Ketika sesajen sudah siap diusung dan dihidangkan, para
sesepuh sudah mengenakan pakaian Jawa lengkap, orang-orang sudah
mulai berdatangan, kemudian anak gimbal diantar keluarganya dengan
bagian atas kepala mereka diikat kain putih yang melingkar menutupi
kening hingga rambut bagian belakang. Gimbal-gimbal dibiarkan tergerai
begitu saja. Kemudian, anak-anak gimbal tersebut di sepanjang jalan
Dieng Kulon hingga sampai ke kompleks candi untuk segera melalui
prosesi pemandian. Setelah itu pemangku adat berdoa dan mengambil air
untuk jamasan rambut anak-anak gimbal. Rambut dan wajah mereka
dibasuh dengan dedaunan yang dibasahi oleh air dari Sumur Sendang
Sedayu dengan dicampur kembang tujuh rupa. Setelah proses pemandian
selesai selesai, mereka kembali diarak menuju kompleks Candi Arjuna
untuk segera melakukan pemotongan rambut. Penutupan dari ritual ini
adalah pelarungan rambut gimbal di Telaga Warna (Mubin 2016:135-
137).
Sebuah ritual selalu terdapat hal yang bersifat sakral dan sekaligus
hal-hal yang mengandung pesan moral. Pada ritual cukur rambut gimbal
61
terdapat pesan moral yang terkandung dalam setiap prosesi
yangdijalankannya. Mubin (2016:163-169) mengatakan setidaknya ada
sembilan pesan moral yang terkandung dalam prosesi ritual sukur rambut
gimbal. Beberapa rumusan nilai moralitas tersebut diaantaranya :
Pertama,lokasi upacara yang seringkali menggunakan tempat-
tempat yang dianggap suci seperti Candi Dwarawati, komplek Candi
Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang,
Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua
Telaga Warna), Kali Pepek serta Telaga Menjer yang didalamnya terdapat
banyu (air), watu (bebatuan), kayu (pepohonan), lemah (bumi) yang
berarti memberikan pesan moral lingkungan agar tempat-tempat tersebut
harus dipelihara pelestarian budaya dan kesejarahannya dan kelestarian
lingkungan hidupnya, lingkungan sosial, lingkungan sejarah serta
lingkungan spiritualitasnya.
Kedua, terdapat pesan moral lingkungan dalam ritual tersebut dapat
dilihat pula pada salah satu unsur ritual yakni; Tumpeng Rombyong
berbentuk gunungan yang di “rombyongi” atau ditanami dengan jajanan
pasar yang disindik sapu (bambu yang dibuat memanjang untuk
menyindik jajanan pasar yang terdiri dari klepon, serabi, pasung, ketan
abang, ketan putih, opak, krecek/rengginang). Gunungan tumpeng ini
menandakan adanya wujud gunung sebagai bagian dari alam semesta
yang seharusnya penuh pepohonan yang ”ngremboyong” tidak gundul,
tandus dan kering kerontang. Jajanan pasar yang “ngremboyong” pada
62
gunungan pada prosesi ritual tersebut akan dicabuti, dipotong, dan
digunduli sebagai simbolisasi rambut gimbal yang menempel pada kepala
si bocah dipersembahkan kepada Kiai Kolodete. Tumpeng kepada Kiai
Kolodete sebagai leluhur dan sebagai pemilik rambut gimbal yang
diturunkan kepada anak cucu yang disayangi. Tumpeng ini merupakan
perwujudan pangabekten (pengabdian) sekaligus persembahan sebagai
ganti rambut yang dipotong. Dari proses itu pula terdapat pesan moral
lingkungan tentang pentingnya kelangsungan alam dan jagat raya ini
dengan tidak mencabuti atau mnggunduli gunung tanpa adanya
pembaharuan kembali terhadap lahan hutan atau gunung yang sudah
dipersembahkan tersebut kepada leluhur mereka.
Ketiga, jajanan pasar yang terdiri dari tujuh macam jajanan pasar
meliputi klepon, serabi, pisang, ketan abang, ketan putih, opak, krecek
(rengginang) yang bermakna petunjuk bagi kehidupan agar apa yang
menjadi sejo (harapa dan cita-cita), tidak tersesat (kesasar) berasal dari
kata ”jajan pasar” yang bermakna “ ojo kesasar”. Pesan moral
lingkungan dalam prosesi ini agar dalam mengelola alam ini tidak salah
kelola, tersesat dalam pengelolaan alam, tidak salah dalam mengambil
kebijakan terhadap masa depan alam raya dan lingkungan tersebut.
Keempat, sungai, telaga atau kali untuk melarungrambut gimbal
seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat terdapat pesan moral
lingkungan dimana ekosistem air dengan sungai, kali atau telaga menjadi
bagian terpenting dari kehidupan manusia terutama bagi prosesi ritual
63
agar rambut tersebut dapat dilarung dengan baik. Maka ritual tanpa
kondisi sungai, kali atau telaga akan mengurangi salah satu unsur dari
ritual tersebut, maka dari itu, menjaga ekosistem alam sungai, kali dan
telaga sebagai tempat untuk melarung rambut gimbal menjadi keharusan
bagi penyandang dan pelaku ritual.
Kelima, batu besar di kali untuk menyimpan rambut gimbal setelah
di potong. Keberadaan batu kali bagi ritual ini menjadi hal yang penting
dan menjadi salah satu unsur pelengkap dari ritual ini. Bagi sebagian
masyarakat yang menggunakan batu sebagai tempat rambut gimbal,
keberadaannya dari aman dari usaha-usaha pengrusakan batu akibat
digunakan sebagai bahan bangunan untuk di jual belikan. Pesan moral
lingkungan perihal tersebut akan menjadi entitas batu kali yang besar
untuk menghambat laju banjir yang besar dan sekaligus mengamankan
lahan-lahan yang ada di sekitar pinggiran kali seperti kali serayu,
sehingga laju air tidak langsung mengahantam lahan pertanian di
pinggiran kali atau sungai.
Penggunaan batu sebagai tempat rambut gimbal memiliki fungsi
proteksi ekologis bagi kelangsungan biota sungai atau kali yang ada,
karena sebagian masyarakat meyakini batu yang telah digunakan untuk
menyimpan rambut gimbal diyakini memiliki kekuatan supranatural yang
dijaga berbagai jenis makhluk halus. Dampak lanjutannya keberadaan
batu ini akan dilestarikan dan dijaga dengan baik.
64
Keenam, setelah 7 hari dicukur juga diselamati dengan
bucu/tumpung lumpang untuk mengolah hasil bumi, mengandung maksud
dan pesan moral agar dapat melestarikan batu sebagai bahan dasar
lumpang sekaligus melestarikan hasil bumi untuk diolah dengan lumpang
untuk kebutuhan pangan manusia. Tempo dulu lumpang menjadi satu-
satunya alat untuk menumbuk jagung, untuk dilembutkan menjadi
makanan pokok sehari-sehari. Di Dataran Tinggi Dieng pada umumnya
hanya bisa ditanami jenis bahan makanan pokok jagung dan sayur-
sayuran. Oleh karena itu keberadaan lumpang menjadi sesuatu yang
selalu dan harus ada dalam sebuah rumah tangga.
Demikian halnya dengan bahan makanan yang ditumbuk di
lumpang juga menjadi hal yang menginspirasi semua orang agar dapat
hidup secara produktif, telaten, kerja keras, dan berusaha agar selalu ada
bahan makanan yang bisa ditumbuk di lumpang.
Ketujuh, gimbal di simpan di bawah gentong yang mengandung
makna supaya anak tersebut tidak kekurangan makanan dengan cara harus
mengolah bumi, maka harus tetap melestarikan bumi. Pesan moral
lingkungan dari proses ritual ini tidak lain agar kelestarian bumi dari sisi
kontur tanahnya, struktur tanah, fungsi lahan dan varietas tanaman yang
ditanam harus selalu memperhatikan aspek kearifan kepada tanah tersebut
sebagai sumber kehidupan yang dapat menopang kelangsungan hidup
manusia.
65
Kedelapan, rambut gimbal yang diletakkan diantara pohon pisang
agar manusia menjaga varietas pohon pisang untuk menandai kesuburan
tanahnya. Pisang dan tebu ireng atau lumbu ireng dalam keyakinan orang
Jawa mengandung sisi supranatural, dimana dalam pohon pisang diyakini
terdapat berbagai jenis ruh, lelembut dan juga bangsa jin.
Kesembilan, pengambilan air di tujuh sumber mata air yang ada di
sekitar Dataran Tinggi Dieng seperti Sendang Maerokoco, Sendang
Sedayu, komplek Gangsiran Aswotomo terdapat pesan moral lingkungan
agar manusia menjaga keberadaan sumur, sendang sebagai tempat
memancarnya sumber mata air untuk keperluan hidup manusia. Dengan
kata lain, ada tanggung jawab moral memelihara lingkungan untuk
kelestarian sumber mata air yang ada di sekitar kehidupan manusia,
merusak keberadaan ekosistem iniakan mengakibatkan prahara dan
masalah besar bagi kelangsungan hidup manusia. Fakta ini mewujud
dalam upaya pelestariannya dengan menempatkan seorang juru kunci
sumur-sumur dan sendang tersebut demi menjaga aura mistik yang tentu
saja berimplikasi pada pelestarian lingkungan dan alam tersebut.
Ritual cukur rambut gimbal merupakan salah satu bentuk kearifan
lokal yang terdapat di Kabupaten Wonosobo. Ritual cukur rambut gimbal
sangat relevan menjadi pranata pendidikan karena selain di dalamnya
terdapat pesan moral yang berdasarkan pada nilai agama dan keyakinan
juga menjadi elemen-elemen utama dalam pendidikan. Tujuan ritual
selain melindungi dan merawat agama, kehidupan, akal budi dan akal
66
pikiran. Oleh karena itu apabila muatan-muatan yang terdapat dalam
suatu ritual (dalam hal ini ritual cukur rambut gembel) dimasukkan
kedalam salah satu aspek pendidikan salah satunya adalah bahan ajar
maka tujuan dari ritual tersebut dapat terlaksana dengan baik.
2. Komplek Candi Hindu
Menurut Muntaha (2002:121) berdasarkan temuan prasasti, baik
ditulis dengan huruf Pallawa maupun huruf Jawa Kuno (Kawi), di
antaranya memuat angka tahun 731 Saka atau 809 masehi. Sedangkan
prasasti lainnya memuat angka tahun 32 Saka atau 1210 Masehi. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa situs Dieng berlangsung cukup lama dan
diperkirakan dibangun antara abad VII-XII Masehi.
Bila dilihat dari seni hias dan letak bangunannya dapat diduga
merupakan bangunan Candi Hindu Tertua di pulau Jawa. Pendirian candi
dimaksudkan sebagai kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa
(Dewa Syiwa) yang disimbolkan dengan adanya Yoni dan Lingga di
dalam candi.
Disamping itu, bangunan Candi merupakan replika alam semesta,
misalnya: kaki Candi yang disebut Bhurloka melambangkan tingkatan
alam bawah, diman manusia bertempa tinggal.Tubuh Candi disebut
Bhuwarloka, yakni dunia tengah tempat tinggal roh-roh orang
mati.Sedangkan atap Candi melambangkan dunia atas disebut Swarloka,
tempat tinggal para Dewa.
67
Dilihat dari jumlah bangunannya, situs Dieng dapat dijadikan lima
kelompok. Empat kelompok merupakan bangunan tempat pemujaan,
yaitu : a.) kelompok Candi Pendawa yang terdiri dari Candi Arjuna,
Srikandi, Puntadewa, Sembrada dan Semar; b.) kelompok Candi
Gatotkaca; c.) kelompok Candi Bhima; d.) kelompok Candi
Dwarawati/Parikesit; e.) bangunan profan atau bangunan tempat
tinggal/pemukiman.
2.2.10 Konsep Modul Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Keariafan
Lokal
Pada bagian ini akan dijelaskan gambaran konsep modul bahasa
Arab berbasis kearifan lokal yang akan dikembangkan oleh peneliti.
Berikut merupakan konsep prototipe sampul modul pembelajran bahasa
Arab berbasis kearifan lokal :
Gambar 2.1 Konsep Sampul Depan Gambar 2.2 Konsep Sampul belakang
JUDUL
PENULIS
Gambar
Judul
Ulasan Isi Modul
Kelbihan Modul
68
Gambar 2.1 merupakan konsep sampul depan modul yang berisi
judul modul, gambar atau ikon modul, dan nama penulis. Gambar 2.2
merupakan konsep sampul belakang modul yang berisi judul modul,
ulasan singkat isi modul dan kelebihan dan kekurangan modul. Pada
bagian awal modul terdapat pengantar penulis, daftar isi dan pedoman
penyajian modul.
Gambar 2.3 merupakan konsep pengantar penulis yang berisi
pengantar penulis. Gambar 2.4 merupakan konsep daftar isi modul.
Gambar 2.4 Konsep Pedoman Peyajian Modul
Gambar 2.3 Konsep Pengantar Penulis
Gambar 2.4 Konsep Daftar Isi
Pengantar Penulis
Tanggal pembuatan
Ttd penulis
DAFTAR ISI 1. Pengantar Penulis i
2.
3.
4. dst.
Pedoman Penyajian Modul
69
Gambar 2.4 merupakan konsep pedoman penyajian modul yang berisi
tentang ulasan singkat cara pengunaan modul. Selanjutnya pada bagian isi terdiri
dari kompetensi inti dan kompetensi dasar, tujuan dan indikator. Memasuki materi
inti terdiri dari pengenalan mufrodat, materi bacaan, latihan dan materi mengenai
struktur bahasa.
Gambar 2.5 dan gambar 2.6 merupakan konsep bagian awal yang berisi
kompetensi isi, kompetensi dasar, tujuan dan indikator. Pada bagian inti terdapat
kosakata, bacaan, tata bahasa dan latihan.
Gambar 2.5 Konsep Bagian Awal Bab 1
Gambar 2.6 Konsep Bagian Awal Bab 1
Gambar 2.7 Konsep Materi dan Latihan
Gambar 2.8 Konsep Materi dan Latihan
الدرس األول
Kompetensi Inti
Kompetensi dasar
Tujuan
Indikator
Judul Bab I
Gambar Apersepsi
Kosa Kata
Bacaan
Latihan
Tata Bahasa
70
Gambar 2.7 dan gambar 2.8 merupakan gambar konsep materi, contoh dan
latihan yang ada dalam mosul pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal.
Selanjutnya pada bagian penutup modul terdapat rangkuman, glosarium dan
biografi penulis. Rangkuman berisikan rangkuman materi semester genap.
Glosarium berisi kosakata untuk memudahkan siswa mempelajari materi.
Gambar 2.9 merupakan konsep rangkuman yang berisi ringkasan materi.
Gambar 2.10 merupakan glosarium berisi daftar kosakata. Gambar 2.11
merupakan konsep biografi.
Gambar 2.9 Konsep Rangkuman
Gambar 2.10 Konsep Glosarium
Gambar 2.11 Konsep Biografi
Rangkuman
Glosarium
Biografi
Foto penulis
225
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berikut ini adalah simpulan dari penjabaran penelitian dan pengembangan
(R&D) berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis
Kearifan Lokal untuk Kelas XI MA, simpulan tersebut meliputi:
1. Hasil analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap Modul Pembelajaran
Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal untuk Kelas XI MA menyatkan bahwa
modul tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian depan (pendahuluan)
yang berisi yang berisi daftar isi, kata pengantar, cara penggunaan, bagian isi
yang berisi materi-materi bahasa Arab kelas XI MA semester genap pada
keterampilan membaca dan menulis dan evaluasi yang terintegrasi dengan
kearifan lokal Wonosobo. Pada bagian penutup berisi biografi penulis.
2. Berdasarkan analisis angket kebutuhan guru dan siswa, modul ini memuat
tiga tema, yaitu عبادة هللا؛ معالم السياحة الثقافية التسهيالت العامة واالجتماعية؛ التسهيالت ل
dan ukuran modul adalah 17,6 x 25 cm sehingga mudah والطابيعية
dimasukkan ke dalam tas.
3. Hasil analisis penilaian praktisi, ahli materi, ahli bahasa, dan ahli desain
grafis terhadap produk modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal adalah
bahwa modul ini layak atau sesuai dalam aspek kelayakan materi/isi,
226
penyajian, bahasa, maupun grafis dengan 195 atau 84.05 % memberikan skor
4 (sangat sesuai).
4. Hasil uji coba menyatakan bahwa hasil uji hipotesis diterima, dengan rincian
hasil uji hipotesis pihak kanan yang dihasilkan dari nilai siswa mengerjakan
soal tes keterampilan menulis menunjukkan t hitung 38,558 dan nilai siswa
mengerjakansoal tes keterampilan membaca menunjukkan t hitung 5,058
serta hasil penilaian siswa melalui angket menunjukkan t hitung 30,33.
Semuanya jatuh di daerah penerimaan Ha, sehingga Ha diterima. Adapun t
tabel 1,734 jatuh pada penerimaan Ho, sehingga produk baru lebih efektif dari
produk lama.
5. Berdasarkan analisis SWOT juga menunjukkan bahwa modul tersebut efektif
untuk keterampilan membaca dan menulis, karena dinilai lebih banyak
memiliki kelebihan dibandingkan dengan produk lama, di antaranya yaitu: (a)
dapat digunakan dalam keadaan apapun, (b) materi lebih menarik, (c) warna
yang digunakan lebih bervariasi, (d) dapat dimiliki dalam bentuk lain seperti
PDF atau e-book, (e) dapat dimiliki seluruh siswa jika diproduksi secara
masal.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan dalam penelitian ini, peneliti
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Guru bahasa Arab dan siswa dapat menggunakan modul bahasa Arab
berbasis kearifan lokal sebagai salah satu sumber belajar yang dapat
227
membantu proses belajar mengajar, memahami kosakata, dan teks-teks
berbahasa Arab serta siswa menjadi aktif dan dapat belajar mandiri sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Penelitian ini menjadi bahan pertimbangan peneliti selanjutnya mengenai
penggunaan modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal karena penelitian
yang dilakukan peneliti sejauh ini baru sampai tahap pembuatan produk dan
pengujiannya terhadap peningkatan keterampilan membaca dan menulis pada
satu tema dan di satu sekolah. Sehingga memungkinkan kepada pihak lain
seperti mahasiswa/peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tindak lanjut
dengan kajian yang berbeda bisa menggunakan produk ini sebagai bahan
penelitian.
3. Guru-guru bahasa Arab berkenan memanfaatkan modul ini sebagai penunjang
dan membantu proses pembelajaran baik di sekolah maupun diluar sekolah
dan sebagai rujukan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih kreatif dan
menyenangkan.
228
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Ainin, Moh, M, Tohir dan Imam Asrori. 2006. Evaluasi dalam Pembelajaran
Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: Hilal
Ainin, Moh. 2014. Metodologi Penelitian Penigkatan Kualitas Pembelajaran
Bahasa Arab (Teori dan Praktik). Malang: CV. Bintang Sejahtera.
Al-Gali, Abdullah dan Abdul Hamid Abdullah. 2012. Menyusun Buku Ajar
Bahasa Arab. Padang: Akademia Permata.
Arif, Kholiq Dan Otto Sukatno. 2013. Mata Air Peradaban: Dua Millenium
Wonosobo.Yogyakarta: LkiS Yogyakarta
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asrori, Imam. 2011. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:Rineka
Cipta
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran (Peranannya Sangat Penting dalam
Memenuhi Tujuan Pembelajaran). Yogyakata: Gava Media.
229
Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2010 Tentang Juknis Pengembangan Bahan
Ajar SMA .
Direktorat Tenaga Kependidikan Tahun 2008 Tentang Penulisan Modul.
Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:
Misykat.
----------------------------- 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:
Misykat.
Ghalayaini, Mushthafa. 1994. Jami’ ad-Durus al-‘Arabiy. Beirut: al Maktabah al
‘ashriyah.
Hamid, Abdul. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan,Materi dan Media.
Malang: UIN Malang Press.
Haryadi. 2006. Retorika Membaca, Model, Metode dan Teknik. Semarang: Rumah
Indonesia.
Hermawan, Acep. 2013. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Irawati, Retno Purnama. 2013. Mengenal Sejarah Sastra Arab. Semarang:
Egaacitya.
Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Tahun 2013 Tentang Kurikulum
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah
230
Khusnan, Siti Fatimah, Joko Trisilo dkk. 2004. Lingkungan Hidup Wonosobo.
Wonosobo: Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2013. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku teks
Pelajaran Sesuai Dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.
Ma’mur, Jamal Asmani. 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal.
Jogjakarta: Diva Press.
Mubin, Nurul. 2016. Ritual Cukur Rambut Gimbal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Permainan Edukatif Pendukung
Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Diva Press.
Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kulitatif. Jakarta: GP Press Group.
Muntaha, Faqih, Sarwantho Priadhi dkk. 2002. Mengenal dan Membangun
Wonosobo. Wonosobo: Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
Muradi, Ahmad. 2015. Pembelajaran Menulis Bahasa Arab. Jakarta:Kencana
Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab.
Jogjakarta: Diva Press.
Nurbayani, Yayan. 2012. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Zein
Al Bayan.
Nurgiyantoro, Burhan. 2011: Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE
Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jogjakarta: Diva Press.
231
Purwanto, Aristo Rahardi dan Suharto Lasmono. 2007. Pengembangan Modul.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Rahdiyanta, Dwi. 2005. Teknik Penyusunan Modul. Makalah disajikan dalam
Seminar dan Lokakarya Teknik Penyusunan Modul, Yogyakarta, 10
Januari.
Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta
-----------. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
------------. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
------------- 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta
------------- 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Setiyadi, Bambang. 2006. Metodologi Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.
232
---------------------------- 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Ulyan, Ahmad Fuad Mahmud. 1992. al-Maharah al-Lughowiyah, Mahiyatuha wa
Turuqu Tadrisuha. Riyadh: Darul Muslim.
Wibowo, Agus dan Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan
Lokal Di Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
B. Skripsi
Anwari. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Kearifan
Lokal di Taman Nasional Gunung Merapi untuk SMA/MA Kelas X Materi
Keanekaragaman Hayati. Skripsi. Yogjakarta: Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Muslim, Bahtiar. 2012. Efektifitas Penggunaan Modul Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar Siswa Kelas
IX SMP Negeri 4 Kalasan. Skripsi. Yogjakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Nafi’ah, Khotimatun. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab sebagai
Penunjang Pembelajaran Tarakib (Qawaid) Kelas VII MTS Negeri 1
Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
233
Puspita, Farisya Alfihani. 2014. Pengembangan Metode Pembelajaran Keterampilan
membaca Bahasa Arab Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple
Intelligence). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Solichun, Muhammad. 2014. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab: Studi Kasus di
MTs N Susukan dan MTs Terpadu Al Mustaqim Timpik Kecamatan Susukan
Kabupaten Semarang Tahun 2013. Thesis. Salatiga: STAIN Salatiga.
C. Jurnal Ilmiah
Azizahwati, Zuhdi Maaruf, Ruhizan M Yassin dan Ema Yuliani. 2015.
Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Kearifan Lokal
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX
Jateng dan DIY. Jogjakarta: ISSN.
Fajarini, Ulfa. 2014. “Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter”.
Jurnal Sosio Didaktika: vol. 1, No.2. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah
Musanna, Al. 2012. Artikulasi Pendidikan Guru Berbasis Kearifan Lokal Untuk
Mempersiapkan Guru Yang Memiliki Kompetensi Budaya. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 18, No.3. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Zulkarnain, Asdi Agustar, Febriyansyah, R. 2008. Kearifan Lokal Dalam
Pemanfaatan Dan Pelestarian Sumberdaya Pesisir. Jurnal Agribisnis
Kerakyatan. Vol 1, No. 1. Padang:Universitas Andalas.