pengembangan modul pembelajaran bahasa arab …lib.unnes.ac.id/31762/1/2303412050.pdf · mujianto,...

98
i PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS KEARIFAN LOKAL WONOSOBO UNTUK KELAS XI MA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Rizka Irma Saputri NIM : 2303412050 Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Upload: doanngoc

Post on 25-Aug-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

i

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERBASIS KEARIFAN LOKAL WONOSOBO UNTUK

KELAS XI MA

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Nama : Rizka Irma Saputri NIM : 2303412050 Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

ii

iii

iv

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. 94:5)

“Demi pena dan dan apa yang mereka tulis” (QS. 68:1)

“Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain”

Persembahan :

Skripsi ini saya persembahkan untuk ibu wanita terhebat yang selalu membuat saya merasa sangat beruntung karena memilikinya dan bapak sosok luar biasa yang tak pernah menginginkan apapun kecuali kebahagiaan putriya.

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt. Karena atas limpahan

nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, skripsi ini terselesaikan. Shalawat serta salam

semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan kita sepanjang masa, Rasulullah

SAW., keluarga, dan sahabatnya. Begitu pula skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik sebab bantuan dan bimbingan yang diberikan berbagai pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan

kepada:

1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian;

2. Dra. Rina Supriatnaningsih, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing

Fakultas Bahasa dan S

3. eni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam

proses perizinan penelitian;

4. Hasan Busri, S.Pd.I., M.S.I., Koordinator Program Studi Pendidikan Bahasa

Arab yang telah memberikan kemudahan dalam pembuatan SK Pembimbing;

5. Dr. Zaim Elmubarok, dosen pembimbing I yang telah memberikan motivasi,

masukan, pengarahan, saran, dan perhatian yang berarti kepada peneliti

selama penyusunan skripsi ini;

6. Retno Purnama Irawati, S.S., M.A., dosen pembimbing II yang telah

memberikan motivasi, masukan, pengarahan, saran, dan perhatian yang

berarti kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini, serta telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini;

7. Mukhlisin Nawawi, Lc., dosen pembimbing terjemahan bahasa Arab yang

telah memberikan koreksi;

8. Dr. Singgih Kusardono, S.Pd.I., M.A., dosen ahli materi dan bahasa dan

Mujianto, S.Pd., M.Sr. selaku dosen ahli bidang desain grafis, yang telah

menilai dan memberikan saran perbaikan terhadap buku pengayaan yang

peneliti kembangkan;

vii

9. Darul Qutni, S.Pd.I., M.S.I. dosen penguji yang telah memberikan arahan dan

saran dalam memperbaiki skripsi ini.

10. Segenap dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan ilmunya;

11. Kepala MA Muhammadiyah Kepil, Kepala MAN Wonosobo, dan Kepala

MAN Kalibeber yang telah memberikan izin penelitian;

12. Guru dan siswa kelas XI MA Muhammadiyah Kepil, MAN Wonosobo, dan

MAN Kalibeber;

13. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti;

14. Teman-teman mahasiswa PBA 2012 yang selalu memberikan semangat dan

dukungan;

15. Keluarga besar mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri

Semarang yang telah mendukung dan memberikan motivasi pada peneliti;

16. Rana Nailia, Ratna Aulia, Rifda Haniefa dan Nikhlatun Ni’mah yang sejak

awal perkuliahan hingga pembuatan skripsi ini selalu mendampingi, memberi

dukungan dan perhatian kepada peneliti;

17. Let’s komunitas rasa keluarga yang selalu menemani peneliti selama

melakukan penelitian dan selalu memberikan motivasi;

18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam

penyusunan skripsi ini.

Semoga balasan dan pahala yang terbaik yang selalu Allah Swt. curahkan

atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan.

Peneliti berharap skrispi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 8 Mei 2017

Peneliti,

Rizka Irma Saputri

2303412050

viii

SARI

Irma, Rizka Saputri. 2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Arab berbasis Kearifan Lokal Wonosobo Untuk Kelas XI MA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I: Dr. Zaim ElMubarok Dosen Pembimbing II: Retno Purnama Irawati, S.S., M.A

Kata kunci: Modul Pembelajaran, Kearifan Lokal, Keterampilan Membaca

dan Menulis Bahasa Arab.

Kurangnya sumber belajar dalam mempelajari bahasa Arab menyebabkan

para siswa merasa kesulitan dalam belajar bahasa Arab. Materi yang dianggap

kurang menarik juga menyebabkan kurangnya minat belajar siswa. Oleh karena

itu, peneliti mengembangkan modul pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan

lokal untuk kelas XI MA

Tujuan penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru

terhadap modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo; (2)

mendeskripsikan prototype modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI

MA di Wonosobo; (3) mendeskripsikan penilaian ahli praktisi dan ahli materi terhadap

modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo;

Mendeskripsikan efektifitas modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI

MA di Wonosobo.

Penelitian ini menggunakan desain research and development (R&D).

Data penelitian diperoleh dengan teknik tes dan nontes. Alat pengambilan data tes

berupa soal tes untuk siswa berdasarkan materi yang telah diberikan. Alat data

nontes yang digunakan berupa wawancara, angket kebutuhan guru dan siswa,

angket tanggapan siswa, angket uji validasi ahli, angket observasi oleh siswa, dan

dokumentasi foto.

Hasil penelitian ini adalah guru dan siswa menghendaki adanya

pengembangan modul pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk

kelas XI MA. Hasil uji hipotesis diterima, dengan rincian hasil uji hipotesis pihak

kanan yang dihasilkan dari nilai siswa mengerjakan soal tes untuk keterampilan

membaca menunjukkan t hitung 5,058, uji hipotesis mengerjakan soal tes untuk

keterampilan menulis menunjukkan t hitung 38,558 dan hasil penilaian siswa

melalui observasi menunjukkan t hitung 30,33. Semua jatuh di daerah penerimaan

Ha, dan Ho ditolak. Hasil analisis SWOT juga menunjukkan bahwa kelebihan

yang dimiliki produk baru lebih banyak dibandingkan dengan produk lama, dan

kelemahan produk baru lebih sedikit dari produk lama. Sehingga produk baru

lebih efektif dari produk lama.

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii

PERNYATAAN ......................................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

PRAKATA ................................................................................................................. vi

SARI ......................................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 12

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 12

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................ 15

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 15

2.2 Landasan Teoritis ................................................................................... 17

2.2.1 Bahasa Arab ..................................................................................... 18

2.2.2 Keterampilan Bahasa Arab ............................................................... 19

2.2.3 Unsur-unsur bahasa Arab ................................................................ 35

x

2.2.4 Pembelajaran Bahasa Arab .............................................................. 36

2.2.5 Pengertian Modul ............................................................................ 38

2.2.6 Langkah-langkah Pengembangan dan Penyusunan Modul ........... 40

2.2.7 Langkah-langkah Pengembangan Modul Berbasis Kearifan Lokal 47

2.2.8 Kearifan Lokal .................................................................................. 51

2.2.9 Kearifan Lokal Wonosobo................................................................ 53

2.2.10 Konsep Modul ............................................................................... 67

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................... 71

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 71

3.2 Tahap-tahap Kegiatan Penelitian R&D ................................................ 72

3.2.1 Potensi dan Masalah ....................................................................... 73

3.2.2 Pengumpulan Data .......................................................................... 74

3.2.3 Desain Produk ................................................................................. 75

3.2.4 Validasi Desain ............................................................................... 76

3.2.5 Revisi Desain .................................................................................. 76

3.2.6 Uji Coba Produk ............................................................................. 77

3.3 Subjek Penelitian .................................................................................... 78

3.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 79

3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 80

3.4.1 Tes ................................................................................................... 80

3.4.2 Non-Tes .......................................................................................... 81

3.6 Instrumen Penelitian .............................................................................. 83

3.6.1 Instrumen tes ................................................................................... 83

3.6.2 Instrumen Non Tes ........................................................................... 93

3.7 Uji Keabsahan ......................................................................................... 97

3.5.1 Tes ................................................................................................... 97

3.5.2 Non-Tes ........................................................................................ 100

3.8 Teknik Analisis Data ............................................................................. 102

3.8.1 Tes .................................................................................................. 103

3.8.2 Non-Tes ......................................................................................... 105

xi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 109

4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa dan Guru Terhadap Modul

Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ................................................ 109

4.1.1 Hasil Wawancara Kebutuhan Terhadap Modul Bahasa Arab

Berbasis Kearifan Lokal ................................................................ 109

4.1.2 Hasil Analisi Angket Kebutuhan Siswa dan Guru Terhadap

Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal .............................. 111

4.2 Prototipe Modul Bahasa Arab yang Sesuai dengan Kebutuhan

Siswa, Guru dan Kurikulum .............................................................. 146

4.3 Penilaian Ahli dab Guru terhadap Prototipe Modul Bahasa Arab

Berbasis Kearifan Lokal ...................................................................... 154

4.3.1 Aspek Kelayakan Isi dan Materi ................................................... 155

4.3.2 Aspek Kelayakan Penyajian .......................................................... 160

4.3.3 Aspek KelayakanbPenilaian Bahasa ............................................ 163

4.3.4 Aspek Kelayakan Kegrafikan ....................................................... 168

4.3.5 Saran Perbaikan Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal .. 176

4.4 Hasil Perbaikan Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ..... 177

4.4.1 Perbaikan Sampul .......................................................................... 177

4.4.2 Perbaikan Kesalahan Penulisan, Materi dan Harokat ................... 179

4.4.3 Perbaikan Gambar ........................................................................ 181

4.5 Hasil Penilaian Guru dan Ahli Setelah Perbaikan Produk ............ 182

4.5.1 Aspek Kelayakan Isi dan Materi .................................................. 183

4.5.2 Aspek Kelayakan Penyajian ......................................................... 188

4.5.3 Aspek Penilaian Bahasa ................................................................ 191

4.5.4 Aspek Kelayakan Kegrafikan ....................................................... 195

4.6 Hasil Uji Coba Efektifitas Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan

Lokal ...................................................................................................... 203

4.6.1 Uji Validitas Instrumen Tes ........................................................ 204

4.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen Tes...................................................... 208

xii

4.6.3 Uji Efektifitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan

Lokal untuk Keterampilan menulis Bahasa Arab Berdasarkan

Hasil Tes Siswa ........................................................................... 220

4.6.4 Uji Efektifitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan

Lokal untuk Keterampilan Membaca Bahasa Arab Berdasarkan

Hasil Tes Siswa ........................................................................... 225

4.6.5 Uji Efektivitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan

Lokal Berdasarkan Hasil Observasi ............................................. 230

4.6.6 Uji Efektivitas Produk Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan

Lokal Berdasarkan Analisis SWOT ............................................. 233

BAB 5 PENUTUP .................................................................................................. 237

5.1 Simpulan ................................................................................................ 237

5.2 Saran ...................................................................................................... 238

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 240

LAMPIRAN ........................................................................................................... 246

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Peneliti dengan Penelitian

Sebelumnya .................................................................................................... 16

2.2 Penilaian Kinerja Membaca Secara Lisan ..................................................... 26

2.3 Penilaian Kinerja Membaca Secara Tertulis ................................................. 26

2.4 Penilaian Tulisan Siswa Menurut Mary Finoechiaro .................................... 34

2.5 Kriteria Penilaian dalam Penelitian ............................................................... 34

2.6 KI dan KD Mata Pelajaran Bahasa Arab Kelas XI MA ................................ 47

3.1 Contoh Soal Tes Hasil Belajar Keterampilan Membaca ............................... 84

3.2 Penskoran Tes Keterampilan Membaca (Bentuk Lisan) ............................... 86

3.3 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Membaca Bentuk

Lisan......................... .............................................................................. ....... 88

3.4 Penilaian Tes Keterampilan Membaca (Bentuk Tulis) ................................. 88

3.5 Contoh Soal Tes HasilBelajar Keterampilan Menulis .................................. 90

3.6 Kriteria Penilaian Tes Keterampilan menulis ............................................... 91

3.7 Pedoman Penskoran Tes Keterampilan Menulis ........................................... 92

3.8 Check-List Dokumentasi ................................................................................ 96

3.9 Efektivitas Produk ........................................................................................ 104

3.10 Aspek Validasi Prototipe Produk oleh Guru Dan Ahli ............................... 107

3.11 Hasil Observasi Tanpa Produk dan Dengan Produk ................................... 108

3.12 Perbandingan Produk Media Lama dan Produk Media Baru Menggunakan

Analisis SWOT ............................................................................................ 108

4.1 Tingkat Kesulitan Pembelajaran Bahasa Arab ............................................ 112

4.2 Kebutuhan Terhadap Sumber belajar Lain Selain Buku dari Kementrian

Agama .......................................................................................................... 113

4.3 Kebutuhan Sumber Belajar Bahasa Arab .................................................... 114

4.4 Penggunaan Materi Baru dalam Pembelajaran ........................................... 115

4.5 Penggunaan Materi Yang Menarik Oleh Guru ........................................... 116

4.6 Kendala Dalam Pembelajaran Bahasa Arab ................................................ 118

4.7 Modul Pembelajaran Bahasa Arab Meningkatkan Motivasi Belajar ......... 119

Halaman

xiv

4.8 Kebutuhan Penjelasan Pengguanaan Modul diawal Bagian ....................... 121

4.9 Kebutuhan Penjelasan Tujuan Belajar dalam Modul .................................. 122

4.10 Kebutuhan Materi Kedaerahan dalam Modul ............................................. 123

4.11 Kebutuhan Nilai yang Diangkat Dalam Modul ........................................... 124

4.12 Kebutuhan Tema yang Ada Dalam Modul ................................................. 125

4.13 Kebutuhan Pemberian Kosakata Pada Awal Bab ........................................ 126

4.14 Kebutuhan Penyajian Kosakata Dalam Modul ........................................... 127

4.15 Kebutuhan Pemaparan Materi Gramatikal .................................................. 128

4.16 Kebutuhan Terhadap Kelengkapan Modul ................................................. 129

4.17 Kebutuhan Penyajian Rangkuman Dalam Modul ....................................... 130

4.18 Kebutuhan Bahasa Yang Digunakan Pada Petunjuk dan Instruksi setiap

Bab .......................................................................................................... 131

4.19 Tabel Kebutuhan Penyajian Latihan Dalam Modul ..................................... 131

4.20 Kebutuhan Komponen Tambahan Dalam Modul ....................................... 132

4.21 Kebutuhan Sampul Belakang Modul ........................................................... 133

4.22 Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan Aspek Isi/Materi dan Penyajian

Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal .............................................. 134

4.23 Kebutuhan Ukuran Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ............. 136

4.24 Kebutuhan Font Indonesia Dalam Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan

Lokal .......................................................................................................... 137

4.25 Kebutuhan Jenis Font Arab Dalam Modul .................................................. 138

4.26 Kebutuhan Ukuran Font Arab Untuk Judul Modul ...................................... 139

4.27 Kebutuhan Ukuran Font Arab Untuk Isi Modul .......................................... 139

4.28 Kebutuhan Warna Sampul ........................................................................... 140

4.29 Kebutuhan Gambar Dalam Modul ............................................................... 142

4.30 Kebutuhan Gambar Dalam Modul ............................................................... 143

4.31 Kebutuhan Jenis Kertas Untuk Sampul Modul ........................................... 143

4.32 Rekapitulasi Hasil Analisis Kebutuhan Aspek Kegrafikan Modul Bahasa

Arab Berbasis Kearifan Lokal ..................................................................... 144

4.33 Kategori penilaian Prototipe Modul ........................................................... 154

xv

4.34 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Isi Modul Bahasa

Arab Berbasis Kearifan Lokal ..................................................................... 155

4.35 Prosentase Validasi Aspek Kelayakan Modul ............................................ 159

4.36 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Penyajian Modul

Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ........................................................ 160

4.37 Prosentase Penilaian Aspek Kelayakan Penyajian ...................................... 162

4.38 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Penilaian Bahasa Modul Bahasa

Arab Berbasis Kearifan Lokal ..................................................................... 164

4.39 Prosentase Validasi Aspek Penilaian Bahasa ............................................. 167

4.40 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Kegrafikan Modul

Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 168

4.41 Prosentase Validasi Aspek Kegrafikan ....................................................... 174

4.42 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru dan Ahli Terhadap Modul Bahasa Arab

Berbasis Kearifan Lokal ............................................................................. 175

4.43 Saran Perbaikan Modul Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ................. 176

4.44 Kategori Penilaian Prototipe Modul ............................................................ 183

4.45 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Isi Modul Bahasa

Arab Berbasis Kearifan Lokal ...................................................................... 183

4.46 Prosentase Validasi Aspek Kelayakan Isi ................................................... 186

4.47 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Penyajian Modul

Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 188

4.48 Prosentase Validasi Aspek Kelayakan Penyajian ....................................... 190

4.49 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Penilaian Bahasa Modul

BahasaArab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 191

4.50 Prosentase Validasi Aspek Penilaian Bahasa ............................................. 194

4.51 Penilaian Guru dan Ahli Media Terhadap Kelayakan Kegrafikan Modul

Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal ......................................................... 195

4.52 Prosentase Validasi Aspek Kegrafikan ...................................................... 200

4.53 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru dan Ahli Terhadap Modul Bahasa Arab

Berbasis Kearifan Lokal ............................................................................. 202

4.54 Validitas Isi Soal Tes Keterampilan Menulis .............................................. 205

xvi

4.55 Validitas Isi Soal Tes Keterampilan Membaca .......................................... 206

4.56 Tabel Bantu Hitung Soal Menemukan Makna Kalimat Sesuai Dengan

Gambar ......................................................................................................... 209

4.57 Tabel Bantu Hitung Soal Menemukan Makna Tersurat Pada Teks ............ 210

4.58 Tabel Bantu Hitung Soal Melengkapi Kalimat Dengan Kata Yang Sesuai 212

4.59 Tabel Bantu Hitung Nilai Varians per Butir Soal ....................................... 212

4.60 Tabel Bantu Hitung Soal Mengidentifikasi Ism Fa’il dan Ism Maf’ul ...... 213

4.61 Tabel Bantu Hitung Nilai Varians Per Butir Soal ....................................... 213

4.62 Tabel Bantu Hitung Soal Menyusun Kata Acak ......................................... 215

4.63 Tabel Bantu Hitung Nilai Varians Per Butir Soal ....................................... 215

4.64 Tabel Bantu Hitung Soal Menerjemahkan .................................................. 216

4.65 TabelBantu Hitung Nilai Varians Per Butir Soal ........................................ 216

4.66 Tabel Bantu Hitung Soal Membuat Kalimat Sempurna .............................. 218

4.67 Tabel Bantu Perhitungan Nilai Varians Per Butir Soal ............................... 218

4.68 Rekapitulasi Penghitungan Reliabilitas Instrumen Tes ............................... 219

4.69 Perbandingan nilai pembelajaran tanpa produk dan nilai dengan produk .. 220

4.70 Tabel Bantu Hitung Uji t keterampilan Menulis ......................................... 223

4.71 Perbandingan Nilai Pembelajaran Tanpa Produk Dan Nilai Dengan Produk

.......................................................................................................... 225

4.72 Tabel Bantu Hitung Uji t Membaca ............................................................ 228

4.73 Nilai Observasi Sebelum Menggunakan Produk ........................................ 230

4.74 Nilai Observasi Setelah Menggunakan Produk ........................................... 230

4.75 Perbandingan Tanpa Menggunakan Produk dan Penggunaan Produk

Modul dengan Observasi Oleh Siswa ........................................................ 230

4.76 Sistem Perbandingan Tanpa Menggunakan Produk dan Penggunaan

Produk Modul dengan Observasi Oleh Siswa ............................................ 231

4.77 Tabel Bantu Hitung Nilai t Efektivitas Produk .......................................... 231

4.78 Efektivitas Produk Modul Berdasarkan Analisi SWOT ............................ 233

4.79 Perbandingan Produk Lama dan Produk baru .............................................. 235

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Konsep Sampul Depan ................................................................................. 67

2.2 Konsep Sampul Belakang ........................................................................... 67

2.3 Konsep Pengantar Penulis ............................................................................ 68

2.4 Konsep Daftar Isi ......................................................................................... 68

2.5 Konsep Pedoman Penyajian Modul ............................................................. 68

2.6 Konsep Bagian Awal Bab I .......................................................................... 69

2.7 Konsep Bagian Awal Bab I .......................................................................... 69

2.8 Konsep Materi dan Latihan .......................................................................... 69

2.9 Konsep Materi dan Latihan .......................................................................... 69

2.10 Konsep Rangkuman ..................................................................................... 70

2.11 Konsep Biografi ........................................................................................... 70

3.1 Langkah – langkah Penelitian R & D menurut Sugiyono . ............................ 72

3.2 Desain Eksperimen (before-after). ................................................................. 78

3.3 Triangulasi Dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data ................................. 102

3.4 Triangulasi Sumber ..................................................................................... 102

4.1 Sampul Depan ............................................................................................. 147

4.2 Sampul Belakang ......................................................................................... 147

4.3 Pengantar Penulis ........................................................................................ 148

4.4 Daftar Isi ...................................................................................................... 148

4.5 Pedoman Penyajian Modul .......................................................................... 149

4.6 Sampul Materi Bab 1 ................................................................................... 150

4.7 Tema dan Kosa Kata ................................................................................... 151

4.8 Al-qiro’ah .................................................................................................... 151

4.9 Tadrib .......................................................................................................... 151

4.10 Tadrib .......................................................................................................... 151

4.11 Rangkuman .................................................................................................. 152

4.12 Daftar Pustaka ............................................................................................ 152

4.13 Glosarium .................................................................................................... 153

Halaman

xviii

4.14 Tentang Penulis .......................................................................................... 153

4.15 Sampul Depan Sebelum Perbaikan ............................................................. 178

4.16 Sampul Depan Setelah Perbaikan .............................................................. 178

4.17 Sampul Belakang Sebelum Perbaikan ........................................................ 179

4.18 Sampul Belakang Setelah Perbaikan .......................................................... 179

4.19 Materi Sebelum Perbaikan ......................................................................... 180

4.20 Materi Setelah Perbaikan ............................................................................ 180

4.21 Kosa Kata Sebelum Perbaikan ................................................................... 181

4.22 Kosa Kata Setelah Perbaikan ..................................................................... 181

4.23 Gambar Sebelum Perbaikan ....................................................................... 182

4.24 Gambar Setelah Perbaikan ......................................................................... 182

4.25 Daerah Penerimaan Ha Hasil Soal Tes Siswa ............................................ 224

4.26 Daerah Penerimaan Ha Hasil Soal Tes Siswa ............................................ 229

4.27 Daerah Penerimaan Ha Hasil Soal Tes Siswa ............................................. 233

xix

DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi ..................................................................................... 247

2. Pedoman wawancara ..................................................................................... 248

3. Pedoman observasi ..................................................................................... 249

4. Tabel bantu ..................................................................................... 251

5. Daftar hadir siswa ..................................................................................... 263

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penggunaan modul berbasis

kearifan lokal ..................................................................................... 265

7. Instrumen soal ..................................................................................... 292

8. Lembar instrumen angket analisis kebutuhan siswa ......................................... 298

9. Lembar instumen angket analisis kebutuhan guru ............................................ 312

10. Lembar instrumen penilaian ahli dan guru untuk aspek grafika modul ............ 325

11. Lembar instrumen penilaian ahli dan guru untuk aspek materi/isi, aspek

penyajian dan aspek bahasa. ............................................................................. 334

12. Surat keputusan dosen pembimbing ................................................................. 347

13. Surat keterangan penelitian ............................................................................. 348

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa pada hakikatnya adalah alat komunikasi sosial atau alat

interaksi sosial (Haliday dalam Asrori 2011:2). Bahasa menurut Kridalaksana

(1983:17) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan

oleh suatu masyarakat untuk bekerjasama berinteraksi dan mengidentifikasi

diri. Dengan demikian bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam

kehidupan manusia sehari – hari. Bahasa Arab adalah kalimat yang

dipergunakan bangsa Arab dalam mengutarakan maksud dan tujuan mereka

(Gulayayni1994:28). Sedangkan Solichun (2014:29) menyatakan bahwa

bahasa Arab sebagai alat yang terdiri dari huruf hijaiyyah yang digunakan

oleh orang Arab dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial baik secara

lisan maupun tulisan.

Bahasa Arab merupakan bahasa yang dituturkan di negara-negara

kawasan Asia Barat dan Afrika Utara. Bahasa Arab juga dituturkan di

kawasan Urubah, yakni kawasan yang meliputi 21 negara Arab yang meliputi

Arab Afrika, Arab Asia, maupun Arab Teluk yang tergabung dalam Liga

Arab dan berbahasa resmi bahasa Arab, tidak semuanya memeluk Islam.

Bahasa Arab sekarang juga merupakan bahasa resmi kelima di Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1973 Selain itu, meskipum bahasa Arab

juga dipakai sebagai bahasa resmi Organisasi Persatuan Afrika, OPA (Hadi

dalam Irawati 2013:1-2). Bahasa Arab juga memiliki kedudukan yang

2

istimewa di Indonesia. Bahasa Arab masuk ke wilayah Indonesia bersamaan

dengan masuknya agama Islam (Effendy 2012:28).

Seiring perkembangan zaman, bahasa Arab bukan hanya menjadi

bahasa agama saja. Namun, sekarang bahasa Arab merupakan bahasa

komunikasi antar manusia, sehingga tujuan pembelajaran bahasa Arab

dewasa ini adalah untuk mencapai kompetensi berbahasa demi kelancaran

dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.

Bahasa Arab di Indonesia merupakan salah satu bahasa asing yang

dipelajari di lembaga – lembaga pendidikan formal maupun non formal,

mulai jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, hingga jenjang perguruan

tinggi.

Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Tahun

2013, bahasa Arab merupakan mata pelajaran bahasa yang diarahkan untuk

mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta

menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Arab, baik reseptif maupun

produktif. Kemampuan reseptif yaitu kemampuan untuk memahami

pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Kemampuan produktif yaitu

kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi baik secara lisan

maupun secara tertulis. Untuk itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan

untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat

keterampilan berbahasa yang diajarkan secara integral, yaitu menyimak

(maharatu al istima’), berbicara (maharatu al-kalam), membaca (maharatul

3

al Qira’ah), dan menulis (maharatu al kitabah) (Keputusan Direktur Jenderal

Pendidikan Islam Tahun 2013).

Pembelajaran bahasa Arab dapat dikatakan berhasil apabila siswa sudah

menguasai empat keterampilan berbahasa secara lisan maupun tulisan. Empat

keterampilan tersebut meliputi menyimak (mahaarah al-Istima’), berbicara

(mahaarah al-takallum), membaca (mahaarah al-qira’ah), dan menulis

(mahaarah al-Kitaabah) (Iskandarwassid 2011:226).

Pembelajaran bahasa Arab sudah lama dilakukan di Indonesia, namun

hasilnya belum sepenuhnya maksimal. Berbagai problem masih sering

bermunculan dan jarang terpecahkan. Problem pembelajaran bahasa Arab

dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya karena siswa yang kurang

siap menerima pelajaran dan kompleksitas materi bahasa Arab. Rahmawati

(2011 : 8) mengemukakan faktor lain yang menjadi penghambat

pembelajaran bahasa Arab antara lain kurangnya pemanfaatan sara dan

prasarana pembelajaran seperti media pembelajaran, media permainan, dan

lain sebagainya. Media pembelajaran bahasa Arab yang berbasis cetak,

seperti buku teks, multimedia seperti laptop dan LCD dengan software

(perangkat lunak) berupa tabel qowaid dan lagu-lagu bahasa Arab, intensitas

penggunaannya masih belum dimaksimalkan oleh guru.

Berdasarkan penemuan peneliti saat melakukan observasi di MAN 1

Wonosobo menunjukkan bahwa disekolah tersebut fasilitas yang mendukung

pembelajaran bahasa Arab masih kurang memadai. Penyampaian

pembelajaran bahasa Arab hanya terpaku pada buku ajar yang dikeluarkan

4

oleh Kemenag. Penggunaan buku ajar oleh siswa kurang maksimal karena

keterbatasan jumlah buku yang ada di sekolah. Hasil wawancara sejumlah

siswa kelas XI mengatakan bahwa mereka mengalami kesuliatan pada saat

memahami materi bahasa Arab. Hal ini dikarenakan porsi belajar bahasa

Arab yang ada disekolah tidak cukup untuk memahami materi – materi

bahasa Arab. Belum lagi keterbatasan buku ajar yang hanya bisa digunakan

siswa pada saat jam pelajarannya saja.

Wawancara penulis dengan beberapa guru bahasa Arab MAN 1

Wonosobo juga mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Arab belum

maksimal disekolah dikarenakan keterbatasan sarana prasarana yang

mendukung pembelajaran bahasa Arab. Seperti halnya para siswa, para guru

cukup kesulitan untuk menyampaikan materi karena porsi waktu yang

disediakan tidak sebanding dengan materi yang harus disampaikan. Perlu

adanya waktu tambahan bagi para siswa untuk mempelajari materi secara

mandiri. Sedangkan fakta dilapangan menunjukkan ketersediaan buku ajar

bahasa Arab terbatas dan hanya bisa digunakan dilingkungan sekolah saja.

Disamping permasalahan yang berkaitan dengan bahan ajar yang kurang

memadai, permasalahan lain yang terjadi adalah kurangnya motivasi belajar

siswa terhadap matapelajaran bahasa Arab.

Suatu perjalanan pembelajaran membutuhkan bahan ajar yang

digunakan untuk acuan dalam kegiatan pembelajaran. Bahan ajar merupakan

unsur utama dalam kurikulum disamping unsur – unsur lainnya, seperti

proses, media, dan metode pembelajaran (Al-Gali 2012 : ix). Menurut

5

National Centre for Based Training (dalam Prastowo 2013:16) bahan ajar

adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau

instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas.

Prastowo (2013:17) mengatakan bahwa bahan ajar merupakan segala

bahan (baik informasi, alat , maupun teks) yang disusun secara sistematis,

yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta

didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan

dan penelaahan implementasi pembelajaran. Direktorat Pembinaan SMA

(2010:27) mengatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa

seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang digunakan untuk

membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan

memungkinkan siswa untuk belajar.

Bahan ajar dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah – masalah

pembelajaran baik di sekolah maupun ketika siswa belajar sendiri rumah

mereka masing – masing. Manfaat bahan ajar untuk siswa diantaranya (1)

kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (2) siswa lebih banyak

mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan

pendidik, dan (3) siswa mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap

kompetensi yang harus dikuasainya (Prastowo 2013:27-28).

Bahan ajar menurut bentuknya dibedakan menjadi empat macam, yaitu

bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar

interaktif (Prastowo 2013 : 40). Direktorat pembinaan SMA (2010 :27)

mengatakan bahwa jenis bahan ajar ada lima macam yaitu (1)

6

Bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, lemba

r kerja siswa, wallchart, photo atau gambar, dan leaflet, (2) Bahan ajar dengar

(audio), seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compect disk audio, (3)

Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compect disk video, film, (4)

Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CIA

(Computer Assisted intruction), compect disk (CD), multimedia pembelajaran

interaktif, dan (5) Bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Modul merupakan bahan ajar cetak yang berperan penting dalam

pembelajaran sisiwa baik di sekolah maupun dirumah. Modul ialah bahan

belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan

dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan

dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu (Purwanto 2007:9).

Modul oleh Diknas (dalam Prastowo 2013:104) diartikan sebagai sebuah

buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara

mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan modul

memungkinkan siswa memiliki kecepatan tinggi dalam belajar dan lebih

mudah dalam memahami kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

Modul juga dapat memungkinkan pemecahan masalah tentang porsi waktu

yang kurang pada matapelajaran bahasa Arab di kelas.

Dewasa ini pembicaraan tentang kearifan lokal dalam mendukung

kemajuan bangsa makin mendapat perhatian. Budaya dan kearifan lokal

7

merupakan sebuah kekayaan warisan nenek moyang yang dapat ditemui

dalam setiap masyarakat.

Menurut Zulkarnain dkk. (2008:72) Kearifan lokal adalah berupa

prinsip-prinsip dan cara tertentu yang dianut, dipahami, dan diaplikasikan

oleh masyarakat lokal dalam berinteraksi dan berinterelasi dengan

lingkungannya dan diformulasikan dalam bentuk sis-tem nilai dan norma

adat.

Menurut Ulfah Fajarini (2014:124), kearifan lokal adalah pandangan

hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud

aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai

masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering

juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau

pengetahuan setempat “local knowledge” atau kecerdasan setempat “local

genious”.

Menurut Rahyono (dalam Fajarini 2014:124), kearifan lokal merupakan

kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang

diperoleh melalui pengalaman masyarakat1. Artinya, kearifan lokal adalah

hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu

dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai – nilai tersebut akan melekat sangat

kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu

yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.

Ilmuwan antropologi, seperti Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan

Suparlan (dalam Fajarini 2014:124), telah mengkategorisasikan kebudayaan

8

manusia yang menjadi wadah kearifan lokal itu kepada idea, aktivitas sosial,

artifak - artefak .

Kearifan lokal Wonosobo yang berupa peninggalan berupa candi –

candi dan bangunan bersejarah tersusun rapi di dataran tinggi Dieng.

Peninggalan tersebut menjadi salah saatu potensi lokal yang diunggulkan di

Wonosobo. Peninggalan tersebut diantaranya yaitu : (1) kelompok arjuna

yang terdiri dari candi candi srikandi, candi sembrada dan candi puntadewa,

(2) kelompok gatutkaca yang terdiri dari candi gatutkaca, candi setyaki, candi

nakula, candi sadewa, candi petruk, dan candi gareng, (3) kelompok

dwarawati terdiri dari candi dwarawati, candi abiyasa, candi pandu, dan candi

margasari, (4) Candi bima, merupakan cndi terbesar dan berada di bukit.

Luluk (2009:2) mengatakan bahwa kearifan lokal Wonosobo adalah

ajaran moral beberapa generasi di Wonosobo dimana ada tujuh orang tokoh

lokal yang disebut KERTO PITU. Ada sembilan poin kearifan lokal

Wonosobo yaitu, jujur, ikhlas, syukur, sembah, sabar, sanggup, sregep, setya,

sembada.

Keberadaan kearifan lokal perlu dilestarikan oleh masyarakatnya. Salah

satu cara pelestarian tersebut adalah melalui pendidikan. Pengenalan tentang

kearifan lokal sejak dini dapat menhumbuhkan rasa cinta dan semangat untuk

melestarikan kearifan lokal pada siswa.

Pengertian pendidikan berbasis kearifan lokal disampaikan oleh Jamal

Ma’mur (2012:30) yang mengatakan bahwa pendidikan berbasis kearifan

lokal adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek

9

ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan

lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta

didik.

Azizahwati (2015:70) melakukan penelitian berkaitan dengan

pembelajaran berbasis kearifan lokal pada matapelajaran fisika di SMA

dengan mengembangkan modul pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk

meningkatkan hasil belajar siswa. Hasi penelitian tersebut menunjukan

adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pemblajaran

dengan menggunakan perangkat pembelajaran berorientasi kearifan lokal.

Keterkaitan isi pembelajaran bahasa Arab dengan kearifan lokal

masyarakat disekitarnya menjadi nilai yang sangat kuat dalam memperkaya

khazanah keilmuan bahasa Arab berbasis kearifan lokal. Peningkatan nilai ini

dalam pembelajaran bahasa Arab di sekolah tentu akan membantu siswa

mengenal potensi lokal dan budaya yang ada disekitar. Hal ini didukung

dengan keadaan yakni pengembangan bahan ajar bahasa Arab berbasis

potensi lokal atau kearifan lokal tergolong rendah.

Hasil wawancara penulis dengan beberapa guru bahasa Arab MA di

Wonosobo bahwa dalam pembelajaran hanya menggunakan buku ajar yang

dikeluarkan oleh Kementrian Agama yang mencakup materi bahasa Arab

secara umum. Sedangkan sumber lain berbentuk bahan ajar cetak belum ada.

Hal ini dirasa cukup menyulitkan bagi guru dan siswa dalam kegiatan belajar.

Pasalnya terkadang waktu yang diberikan sekolah tidak mencukupi,

sedangkan siswa tidak memiliki pegangan untuk belajar bahasa Arab secara

10

mandiri. Pada dasarnya buku ajar yang digunakan oleh beberapa MA di

Wonosobo sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum

2013, hanya saja ketersediaannya yang terbatas menjadi penghambat

pembelajaran bahasa Arab bagi siswa dan guru. Disamping keterbatasan

bahan ajar dalam matapelajaran bahasa Arab, kurangnya motivasi siswa

dalam pembelajaran bahasa Arab menjadi sebuah masalah dalam

pembelajaran bahasa Arab.

Berbagai alasan yang menyatakan tentang pentingnya modul berbasis

kearifan lokal dalam pembelajaran bahasa Arab antara lain : (1) siswa merasa

kesulitan dalam pembelajaran bahasa Arab, (2) media pembelajaran yang

selama ini digunakan hanya sebatas buku ajar yang dikeluarkan oleh

Direktorat Pendidikan Madrasah Kementrian Agama RI belum dapat secara

maksimal membantu pemahaman siswa, (3) modul pembelajaran mampu

mengatasi kekurangan waktu pembelajaran di dalam kelas, (4) belum ada

pengembangan dan penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal, (5) modul

pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

Dari kondisi pembelajaran bahasa Arab bebearapa MA di Wonosobo,

dan produk yang ditawarkan oleh peneliti, guru bahasa Arab kelas XI MAN 1

Wonosobo mengungkapkan minat dan kebutuhan siswa akan modul

pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal tersebut sebagai upaya

untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi bahasa Arab serta

memberikan motivasi belajar terhadap siswa karena produk yang ditawarkan

11

peneliti mengandung unsur kearifan lokal yang dekat dengan siswa. Hal itu

juga disampaikan oleh beberapa siswa yang memang membutuhkan

penjelasan tambahan berkaitan dengan matapelajaran bahasa Arab yang

disusun dalam bentuk cetak dan memungkinkan membangkitkan motivasi

dalam belajar siswa.

Untuk itu peneliti menyimpulkan, dibutuhkan adanya bahan ajar cetak

yang dapat menunjang pembelajaran dan memotivasi siswa dalam

pembelajaran bahasa Arab. Pemanfaatan modul ini adalah sebagai penunjang

pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal. Modul pembelajaran

bahasa Arab yang sesuai dengan KI dan KD yang digunakan di MAN 1

Wonosobo dan dipadukan dengan muatan kearifan lokal baik berupa

peninggalan bersejarah dan nilai – nilai moral didalamnya. Pembelajaran

yang diharapkan mampu memecahkan masalah pembelajaran bahasa Arab

pada umumnya dan merupakan pembelajaran yang diharapkan memberikan

nilai lokal kepada siswa mengenai potensi dan kebudayaan yang ada di

sekitar mereka.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang disusun adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kebutuhan siswa dan guru terhadap modul bahasa Arab

berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo ?

2. Bagaimana prototype modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk

kelas XI MA di Wonosobo ?

3. Bagaimanakah penilaian ahli praktisi dan ahli materi terhadap modul

bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo ?

12

4. Bagaimana efektifitas modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk

kelas XI MA di Wonosobo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan kebutuhan siswa dan guru terhadap modul bahasa Arab

berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo

2. Mendeskripsikan prototype modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal

untuk kelas XI MA di Wonosobo

3. Mendeskripsikan penilaian ahli praktisi dan ahli materi terhadap modul

bahasa Arab berbasis kearifan lokal untuk kelas XI MA di Wonosobo

4. Mendeskripsikan efektifitas modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal

untuk kelas XI MA di Wonosobo.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat yaitu mafaat teoritis

dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian pengembangan

selanjutnya mengenai media pembelajaran Bahasa Arab. Selanjutnya dapat

menambah referensi khazanah pengetahuan mengenai modul pembelajaran

bahasa Arab, dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan

13

penelitian yang lebih kompleks mengenai pengembangan modul

pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Bagi sekolah penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam

memilih bahan pembelajaran bahasa Arab dan menambah kepustakaan

sekolah.

b. Bagi Guru

Bagi guru penelitian ini memberikan tambahan reverensi untuk

pembelajaran sekolah.

c. Bagi Siswa

Bagi siswa penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan

reverensi untuk belajar.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka dan landasan teori yang

digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini. Tinjauan pustaka dan landasan teori

merupakan bagian dari studi kepustakaan yaitu mengkaji teori-teori dan referensi

lain terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial

yang diteliti (Sugiyono 2010:398).

Teori-teori yang diangkat dalam bab ini berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan, yaitu berkaitan dengan penelitian yang relevan, serta teori-teori yang

berkaitan dengan tema penelitian seperti pengertian modul dan langkah-langkah

penyusunan modul, pembelajaran bahasa Arab dan kearifan lokal.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian tentang pengembangan bahan ajar sudah banyak dilakukan oleh

para peneliti termasuk penelitian tentang pengembangan modul pembelajaran

berbasis kearifan lokal. Sebuah penelitian merupakan suatu tindakan yang

terealisasi dari hasil berfikir dan mengamati yang tidak terlepas dari penyataan

dan penelitian yang telah ada sebelumnya. Penelitian yang relevan untuk

dijadikan kajian pustaka dalam penelitian pengembangan modul pembelajaran

bahasa Arab berbasis kearifan lokal ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh

Khotimatun Nafiah (2014), Anwari (2015), dan Nur Aisyah (2016).

15

Penelitian yang dilakukan oleh Nafi’ah (2014) mengambil Judul “

Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab sebagai Penunjang Pembelajaran

Tarakib (Qawaid) Kelas VII MTS Negeri 1 Semarang”. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa modul pembelajaran efektif untuk

menunjang pembelajaran tarakib kelas VII MTS Negeri 1 Semarang.

Persamaan penelitian Nafi’ah dengan penelitian ini terletak pada desain

penelitian yaitu desain penelitian dan pengembangan (R&D) dan bidang

penelitian yaitu bahan ajar. Perbedaannya terletak pada subjek dan objek

penelitian. Subjek pada penelitian Khotim adalah siswa kelas VII sedangkan

penelitian ini mengambil subjek kelas XI. Penelitian Khotim merupakan peneitian

untuk keterampilan berbicara, sedangkan penelitian ini merupakan penelitian

berbasis kearifan lokal.

Penelitian yang dilakukan oleh Anwari (2015) mengambil judul “Pengembangan

Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Kearifan Lokal di Taman Nasional

Gunung Merapi untuk SMA/MA Kelas X Materi Keanekaragaman Hayati”. Hasil

dari penelitian ini adalah modul pembelajaran biologi berbasis kearifan lokal di

taman nasional gunung merap untuk SMA/MA kelas X materi keanekaragaman

hayati.

Persamaan penelitian Anwari dengan penelitian ini adalah dalam hal desain

penelitian yaitu R&D dan bidang penelitian yaitu modul berbasis kearifan lokal.

Perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian. Subjek penelitian ini

adalah kelas XI MA sedangkan penelitian Anwari subjeknya adalah kelas VII.

16

Objek penelitian ini adalah matapelajaran bahasa Arab sedangkan pada penelitian

Anwari objeknya adalah matapelajaran biologi.

Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah (2016) mengambil judul

“Pengembangan Buku Ajar Bahasa Arab Pada Siswa Kelas V Madrasah

Ibtidaiyah di Kecamatan Ungaran Barat”. Hasil dari penelitian ini adalah buku

ajar bahasa Arab pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah.

Persamaan penelitian Aisyah dengan penelitian ini adalah dalam hal desain

penelitian yaitu R&D dan bidang penelitian yaitu modul berbasis kearifan lokal.

Perbedaannya terletak pada subjek dan objek penelitian. Subjek penelitian ini

adalah kelas XI MA sedangkan penelitian Anwari subjeknya adalah kelas V MI.

Objek penelitian ini adalah matapelajaran bahasa Arab yang ditekankan untuk dua

keterampilan bahasa yaitu membaca dan menulis, sedangkan penelitian Aisyah

menekankan pada tiga ketterampilan bahasa yaitu berbicara, membaca dan

menulis.

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Judul penelitian Perbedaan Persamaan 1. Khotimatu

n Nafi’ah (2014)

Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab sebagai Penunjang Pembelajaran Tarakib (Qowaid) Kelas VII MTs Negri 1 Semarang

Subjek: Siswa kelas

VII

Kajian : Tarakib

Subjek : kelas X

Media : bahan ajar

bahasa Arab

Desain penelitian:

Research and

Development

2. Anwari

(2015)

Pengembangan Pembelajaran Biolog Berbasisi Kearifan Lokal di Taman Nasional Gunung Merapi untuk SMA/MA Kelas XI Materi Keanekaragaman Hayati

Objek: matapelajaran

biologi

Subjek : kelas X

Desain penelitian :

Research and

Development

Kajian : berbasis

kearifan local

Bersambung ...

17

Lanjutan ...

3. Nur

Aisyah

(2016)

Pengembangan Buku Ajar Bahasa Arab Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Ungaran Barat

Subjek : siswa kelas V

Kajian : 3

keterampilan bahasa

(membaca, berbicara

dan menulis)

Desain Penelitian :

Research and

Development

Media : buku ajar

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, penulis berpendapat bahwa penelitian

tentang pengembangan modul bahasa Arab yang penulis lakukan berbeda dengan

penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya, sehingga memungkinkan untuk

dikaji lebih lanjut. Penelitian ini menghasilkan modul pembelajaran bahasa Arab

berbasis kearifan lokal. Penelitian ini memberikan alternatif kepada guru maupun

siswa dalam pembelajaran bahasa Arab. Peneliti lain sudah banyak yang

melakukan penelitian tentang modul pembelajaran berbasis kearifan lokal, tetapi

pada mata pelajaran di luar bahasa Arab. Penelitian ini memiliki kebaruan serta

dapat memecahkan permasalahan-permasalahan pembelajaran bahasa Arab di

dalam kelas karena produk yang akan dihasilkan pada penelitian ini adalah modul

bahasa Arab berbasis kearifan lokal.

Berpijak dari penelitian-penelitian sebelumnya serta keinginan penulis

untuk memberikan sumbangsih kepada pembelajaran bahasa Arab, peneliti

melakukan penelitian dengan judul : “Pengembangan Modul Pembelajaran

Bahasa Arab berbasis Kearifan Lokal untuk kelas XI MA”.

2.2 Landasan Teoritis

Landasan teoritis dalam penelitian ini akan dibahas mengenai bahasa Arab,

unsur bahasa Arab, pembelajaran bahasa Arab, keterampilan bahasa Arab,

18

pengertian modul, langkah-langkah pengembangan dan penyusunan modul,

langkah-langkah pengembangan modul pembelajaran bahasa Arab berbasis

kearifan lokal, kearifan lokal, kearifan lokal Wonosobo dan konsep modul

pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal.

2.2.1 Bahasa Arab

Menurut Gorys Keraf (dalam Irawati 2013:1) memberikan dua pengertian

bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara

anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Pengertian yang kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan

simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Adapun menurut Walija (dalam Irawati 2013:3) bahasa ialah komunikasi

yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

perasaan dan pendapat kepada orang lain.

Bahasa Arab atau bahasa dhad merupakan bahasa yang terbanyak

materinya, unggul dalam menciptakan keindahan dan gaya pada suatu ungkapan,

dipenuhi kata-kata atau kalimat-kalimat yang sesuai dengan sub-subnya, kuat

strukturnya serta paling nyata penjelasannya. Khalifah kedua Umar ibnu Khatab

RA mengatakan “belajarlah bahasa Arab, sesungguhnya bahasa Arab memperkuat

akal dan menambah budi pekerti”. Bahasa Arab sebagai bahasa yang mulia

merupakan bahasa wahyu diturunkan sebagai pengingat kepada kebijaksanaan dan

mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada pencerahan (Al-Waili 2004:5).

19

Zaenuddin (2005:5) mengungkapkan bahwa bahasa Arab merupakan

bahasa Al-quran yang diwahyukan oleh Allah sebagai petunjuk bagi umat islam.

Sebagai simbol ekspresi linguistik ajaran Islam bahasa Arab pada awalnya

tersosialisasi dalam bentuk peribadatan verbalistik. Seiring berkembangnya

waktu, metode dan pola pandang di atas mulai mengalami pergeseran dan

perkembangan kearah yang lebih bermakna.

2.2.2 Keterampilan bahasa Arab

Dalam dunia pembelajaran kemampuan menggunakan bahasa disebut

dengan “kemahiran berbahasa” (maharah al-lughah). Pada umumnya, semua

pakar bahasa sepakat bahwa keterampilan dan kemahiran berbahasa tersebut

terbagi menjadi empat. Diantaranya adalah keterampilan menyimak (maharatul

al-istima’), keterampilan berbicara (maharatul al-kalam), keterampilan menulis

(maharatul al-qira’ah), keterampilan menulis (maharatul al-kitabah). Pada

penelitian ini peneliti memfokuskan pada dua keterampilan bahasa yaitu

keterampilan membaca (maharatul al-qira’ah) dan keterampilan menulis

(maharatul al-kitabah).

2.2.2.1 Keterampilan Membaca (maharatul al-qira’ah)

Pada sub bab ini peneliti akan membahas tentang (1) hakikat keterampilan

membaca, (2) tujuan keterampilan membaca, (3) aspek-aspek membaca, dan (4)

penilaian pembelajaran keterampilan membaca.

20

1. Hakikat Keterampilan Membaca

Membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang

tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam

hati. Pada hakikatnya, membaca adalah proses komunikasi antara pembaca

dengan penulis melalui teks yang ditulisnya. Maka secara langsung, terjadi

hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan tulisan (Nuha 2012:108).

Henry Guntur Tarigan (1994:7) berpendapat bahwa membaca adalah proses

yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai

pengertian: 1) membaca sebagai proses melisankan paparan tulis, 2) membaca

sebagai kegiatan mempersepsi tuturan tulis, 3) membaca adalah penerapan

seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan

yang dibaca, 4) membaca sebagai proses pemberian makna kepada simbol-simbol

visual, 5) keterampilan berbahasa yang mempunyai kegiatan melisankan,

mempersepsi penerapan keterampilan kognitif dan pemahaman berfikir, dan

bernalar serta pemberian makna terhadap simbol-simbol visual, 6) membaca

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan

yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis

(Haryadi 2006: 1-2).

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks, membaca bukanlah

kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam

kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi

21

yang dibacanya. Pembaca berupaya supaya lambang-lambang yang dilihatnya itu

menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya (Haryadi 2006: 76).

Dilihat dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian

kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang

justru melibatkan penyandian. Berdasarkan konsep ini, dapat dikatakan bahwa

proses membaca merupakan kegiatan yang melibatkan pengguna (pembaca)

secara langsung. Pembaca membaca hasil dan persandian dan melakukan

penyandian kembali. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan

aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Rahim 2008:2). Jadi

membaca adalah proses interaktif yang melibatkan kegiatan fisik manusia yaitu

gerakan tangan, bibir, dan mata.

Berdasarkan pemikiran-pemikiran yang dikemukakan dapat disimpulkan

bahwa keterampilan membaca merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan

psikologis manusia. Keterampilan membaca merupakan kegiatan aktif dari

pembaca untuk memahami bacaan yang dibacanya sehingga tercapai tujuan

membaca. Keterampilan membaca adalah suatu proses kegiatan kompleks yang

dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh informasi dan memperoleh arti, serta

memahami materi bacaan yang dipengaruhi oleh aspek fisik dan mental yang

melalui dua tahapan yaitu proses dan hasil membaca. Dengan memperhatikan

pengertian keterampilan membaca, maka dapat didefinisikan bahwa kegiatan

membaca sendiri merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di

22

dalam retorika seperti keterampilan berbahasa lainnya. Dalam kegiatan membaca,

pembaca memerlukan pengetahuan dan kemahiran yang tersusun baik.

2. Tujuan Keterampilan Membaca

Menurut Nuha (2012:110) tujuan pengajaran membaca adalah

mengembangkan kemampuan membaca siswa. Dengan demikian, tugas seorang

guru adalah meyakinkan proses pembelajaran membaca menjadi pengalaman

yang menyenangkan bagi siswa. Untuk mencapai tujuan keterampilan membaca

di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan

khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca

siswa itu sendiri (Rahim 2008: 11). Tujuan membaca mencakup beberapa aspek

yaitu: (1) kesenangan; (2) menggunakan strategi tertentu; (3) memperbaharui

pengetahuannya tentang suatu topik; (4) mengaitkan informasi baru dengan

informasi yang telah diketahuinya; (5) memperoleh informasi untuk laporan lisan

atau tertulis; (6) mengkonfirmasi atau menolak prediksi.

Tujuan membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi,

mencakup isi, maupun memahami bacaan (Tarigan 2008:9). Makna dan arti erat

sekali berhubungan dengan maksud tujuan membaca. Berikut ini dikemukakan

beberapa yang penting mengenai tujuan keterampilan membaca, yaitu: (1)

membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for

detail or fact); (2) membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for man

ideas); (3) membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, oraganisasi cerita

(reading for sequence or organization); (4) membaca untuk menyimpulkan,

23

membaca intensif (reading for inference); (5) membaca untuk mengklasifikasikan

(reading for classifity); (6) membaca untuk menilai atau mengevaluasi (reading

for evaluate).

Beberapa tujuan mengenai keterampilan membaca yang telah dikemukakan

di atas menunjukkan bahwa keterampilan membaca merupakan salah satu

keterampilan dari empat keterampilan yang penting untuk dipelajari untuk

menguasai keterampilan berbahasa.

3. Aspek-aspek Membaca

Menurut Effendy (2009:124) kemahiran membaca mengandung dua aspek,

yaitu :

a. Aspek mengubah lambang tulis menjadi bunyi.

Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Perbedaan

lain adalah sistem penulisan bahasa Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, tidak

dikenalnya huruf besar dengan bentuk tertentu untuk memulai kalimat baru,

menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan bentuk huruf-huruf Arab ketika

berdiri sendiri, di awal, di tengah, dan di akhir.

b. Aspek memahami makna bacaan.

Ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pelajaran

membaca untuk pemahaman ini, yaitu unsur kata, kalimat, dan paragraf. Ketiga

unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan.

Adapun aspek-aspek membaca menurut Nuha (2012:110-111) adalah

sebagai berikut:

24

a. Aspek gerak, yaitu aspek membaca mencakup pengenalan huruf dalam bacaan,

pengenalan unsur bahasa, pengenalan hubungan antara intonasi dan huruf, serta

kecepatan membaca dalam hati.

b. Aspek pemahaman, yaitu meliputi kemampuan untuk memahami bacaan secara

sederhana, memahami makna yang tersirat dalam bacaan, dan penyesuaian tanda

baca atau intonasi dengan kecepatan membaca.

Berdasarkan beberapa aspek membaca tersebut, peneliti menyimpulkan

bahwa aspek membaca adalah aspek mengubah, memahami lambang tulis dan

makna bacaan untuk memulai kalimat baru serta memperoleh informasi tentang

suatu hal, untuk memahami secara detail dan menyeluruh isi bacaan, untuk

menilai dan mengevaluasi kebenaran gagasan dari pembaca.

4. Penilaian Pembelajaran Keterampilan Membaca

Penilaian merupakan proses untuk memutuskan nilai perolehan belajar atau

hasil belajar siswa dengan menggunakan alat tertentu. Konsep penilaian tersebut

bertolak pada pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada hasil. Sebagai

implikasi dari pendekatan pembelajaran dan konsep penilaian tersebut, penilaian

selama ini banyak dilakukan setelah berakhirnya suatu episode pembelajaran,

misalnya setelah satu tatap muka, satu atau sejumlah unit/pokok bahasan, akhir

catur wulan, akhir semester, atau akhir tahun (Ainin dkk 2006: 186).

Sebuah tes yang bertujuan untuk menilai hasil belajar siswa dalam

keterampilan membaca khususnya kepada siswa pemula sebaiknya terdiri dari

satu atau dua kalimat aederhana, tidak sampai satu atau dua paragraf. Sementara

25

itu, bagi siswa tingkat lanjut, teks yang panjang dapat diberikan sebagai bahan tes

membaca mereka (Ainin dkk 2006: 173)

Agar pelajaran kemahiran membaca ini menarik dan menyenangkan, bahan

bacaan hendaknya dipilih sesuai dengan minat, tingkatan perkembangan dan usia

siswa. Sudah barang tentu landasan utama dalam pemilihan bahan adalah

kurikulum yang telah menetapkan tema, topik atau standar kompetensi dan

kompetensi dasarnya. Agar tidak membosankan, bahan bacaan harus bervariasi,

baik topiknya (sejarah, ilmiah popular, humor, riwayat hidup, deskripsi, dan

sebagainya), maupun ragam bahasanya (Koran, sastra, buku, percakapan, dan

sebagainya) (Effendy 2012: 168).

Heaton mengklasifikasi tes kemampuan membaca sebagai berikut: (1) tes

kemampuan membaca untuk tahap pertama (initial stages of reading) yang

meliputi tes (a) pencocokan kata atau word matching (teste disuruh memilih salah

satu kata yang paling cocok dengan kata yang ada di sebelahnya), (b) pencocokan

kalimat atau sentence matching (teste diminta memilih salah satu kalimat yang

paling sesuai dengan kalimat pernyataan), (c) pencocokan gambar dan kalimat

atau picture and sentence matching (teste diminta memilih salah satu gambar

yang paling sesuai dengan kalimat atau teste diminta memilih salah satu kalimat

yang sesuai dengan gambar), (2) tes kemampuan membaca yang oleh Heaton

disebut dengan intermediate and advanced stages of reading. Dalam tes ini, teste

diminta menentukan nama gambar-gambar yang tersedia dan sekaligus diminta

mendefinisikan gambar-gambar tersebut ke dalam bahasa sasaran, (3) salah-benar

atau true-false reading test, (4) pilihan ganda dengan teks yang pendek atau

26

multiple-choice items: short texts, (5) pilihan ganda dengan teks yang panjang

atau multiple-choice intems: long texts, (6) melengkapi, (7) menyusun kembali

kalimat-kalimat yang tersedia secara benar sesuai dengan urutannya atau

rearrangement items, (8) tes cloze (Ainin dkk 2006:142-143).

Contoh untuk mengukur kompetensi membaca adalah menceritakan kembali

isi pesan yang terkandung dalam wacana baik secara lisan maupun tertulis. Aspek

yang diskor haruslah terdiri dari dua komponen, yaitu ketepatan pesan dan

Bahasa, dan keduanya dapat dirinci menjadi beberapa subkomponen

(Nurgiyantoro 2011: 390-391).

Tabel 2.2 Penilaian Kinerja Pemahaman Membaca Secara Lisan

No Aspek yang Dinilai Tingkat Kefasihan

1 2 3 4 5

1. Pemahaman isi teks

2. Pemahaman detil isi teks

3. Kelancaran pengungkapan

4. Ketepatan diksi

5. Ketepatan struktur kalimat

6. Kebermaknaan penuturan

Tabel 2.3 Penilaian Kinerja Pemahaman Membaca Secara Tertulis

No Aspek yang Dinilai Tingkat Kefasihan

1 2 3 4 5

1. Pemahaman isi teks

2. Pemahaman detil isi teks

3. Ketetapan organisasi isi teks

4. Ketepatan diksi

5. Ketepatan struktur kalimat

6. Ejaan dan tata tulis

7. Kebermaknaan penuturan

27

Melihat beberapa penilaian yang telah dikemukakan diatas, peneliti akan

mengambil beberapa macam tes untuk penilaian keterampilan membaca bagi

siswa MA kelas XI, yakni initial stages of reading, intermediate and advanced

stages of reading, true-false reading test, melengkapi, dan rearrangement items.

2.2.2.2 Keterampilan Menulis (maharatul kitabah)

Pada sub bab ini peneliti akan membahas tentang (1) hakikat keterampilan

menulis, (2) tujuan dan manfaat keterampilan menulis, (3) tahap-tahap latihan

menulis, (4) tes keterampilan menulis, dan (5) kriteria penilaian keterampilan

menulis.

1. Hakikat Keterampilan Menulis

Pengertian menulis (kitabah) menurut bahasa adalah kumpulan makna yang

tersusun dan teratur. Makna menulis (kitabah) secara epistimologi adalah

kumpulan dari kata yang tersusun dan mengandung arti, karena menulis (kitabah)

tidak akan terbentuk kecuali dengan adanya kata yang beraturan. Manusia bisa

menuangkan ekspresi hatinya dengan bebas sesuai dengan apa yang difikirkannya

melalui menulis (kitabah). Melalui ungkapan yang tertulis diharapkan para

pembaca dapat mengerti apa yang ingin penulis ungkapkan (‘Ulyan 1992:156).

Secara umum pembelajaran keterampilan menulis bertujuan agar siswa

dapat berkomunikasi secara tertulis dalam bahasa Arab. Menurut Iskandarwassid

(2011:248) menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan

28

kemahiran berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah

kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca.

Kemampuan menulis (writing skill) itu sendiri adalah kemampuan dalam

mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang

sederhana seperti menulis kata-kata sampai kepada aspek yang kompleks yaitu

mengarang (Hermawan 2011:151).

Sedangkan menurut Tarigan (2008:3) menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tanpa bertatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu

kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis

haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.

Muradi (2015:62) juga menyatakan bahwa menulis (kitabah) adalah

keterampilan berbahasa untuk mengungkapkan ide atau pemikiran secara tertulis.

Kitabah berfungsi sebagai media komunikasi tulisan antara penulis dan pembaca

meski terpisah oleh waktu dan tempat.

Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa menulis berarti

menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Pikiran yang

disampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung

makna secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan.

2. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Menulis

Menurut Abidin (2013:187), secara esensial minimalnya ada tiga tujuan

utama pembelajaran menulis (mahaarah kitaabah) yang dilaksanakan para guru di

sekolah, yaitu:

29

1. Menumbuhkan kecintaan menulis pada dirinya,

2. Mengembangkan kemampuan siswa dalam menulis,

3. Membina jiwa kreativtas siswa dalam menulis.

Hartig (dalam Tarigan 2008:25-26) mengatakan bahwa sehubungan dengan

tujuan penulisan suatu tulisan antara lain : (a) Assignment purpose (tujuan

penugasan) yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan

sendiri; (b) Altruistic purpose (tujuan altruistik) yaitu penulis bertujuan untuk

menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin

menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya,

ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan

karyanya itu; (c) Persuasive purpose (tujuan persuasif) yaitu tulisan yang

bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan; (d)

Informational purpose (tujuan informasi, tujuan penerangan) yaitu tulisan yang

bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca;

(e) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) yaitu tulisan yang bertujuan

memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca; (f)

Creative purpose (tujuan kreatif) yaitu ujuan ini erat berhubungan dengan tujuan

pernyataan diri; (g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) yaitu

penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.

Sedangkan menurut Tarigan (2008:25) sendiri, tujuan menulis yaitu: (1)

tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana

informatif (informative discourse), (2) tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan

atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse), (3) tulisan yang

30

bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan

estetik disebut tulisan literer (literary discourse), (4) tulisan yang

mengekspresikan perasaan dan emosiyang kuat atau berapi-api disebut wacana

ekspresif (expressive course).

Sementara itu, Muradi (2015:83-84) berpendapat bahwa tujuan sederhana

pembelajaran kitabah adalah : (1) siswa mampu menulis dengan baik sesuai

dengan tanda baca, struktur kalimat (tata bahasa), aspek morfologi dan sintaksis

(sharf dan nahwu). (2) siswa mampu mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan

syair dalam bentuk tulisan dengan makna yang sempurna lagi indah. (3) siswa

terbiasa berfikir runtut, sistematis, jelas, benar, dan mampu di ungkapkan dalam

bentuk tulisan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang tujuan dan manfaat

keterampilan menulis, dapat disimpulkan bahwa menulis dapat menumbuhkan

kreatifitas dalam mengungkapkan pemikiran dan mengekspresikan perasaan dan

emosi yang kuat dalam bentuk tertulis, serta mengembangkan kemampuan dan

pemahaman mempergunakan bahasa.

3. Tahap-Tahap Latihan Menulis

Latihan menulis ini pada prinsipnya diberikan setelah latihan menyimak,

berbicara, dan membaca. Ini tidak berarti bahwa latihan menulis hanya diberikan

setelah siswa memiliki ketiga kompetensi tersebut. Latihan menulis dapat

diberikan pada jam yang sama dengan kompetensi yang lain; sudah tentu dengan

31

memperhatikan tahap-tahap latihan sesuai dengan tingkat kompetensi siswa.

Tahap-tahap latihan menulis menurut Effendy (2009:170-176) antara lain:

1. Latihan Kebahasaan

Latihan kebahasaan banyak ragamnya, antara lain latihan rekombinasi dan

transformasi. Rekombinasi adalah latihan menggabungkan kalimat-kalimat yang

mulanya berdiri sendiri menjadi satu kalimat panjang. Sedangkan transformasi

adalah latihan mengubah bentuk kalimat dari kalimat positif menjadi kalimat

negatif, kalimat berita menjadi kalimat Tanya dan sebagainya.

2. Mencontoh

Sungguhpun mencontoh ini memang aktivitas yang mekanis, tidak berarti

siswa tidak akan belajar apa-apa. Pertama, siswa belajar dan melatih diri menulis

dengan tepat sesuai contoh. Kompetensi ini pada suatu saat tentu ada gunanya.

Kedua, siswa belajar mengeja dengan benar. Ketiga, berlatih menggunakan

bahasa Arab yang benar.

3. Reproduksi

Reproduksi adalah menulis berdasarkan apa yang telah dipelajari secara

lisan menjadi bentuk tulisan.

4. Imlak

Imlak banyak sekali faedahnya asal saja bahan yang diimlakkan dipilih

dengan cermat. Imlak disamping melatihkan ejaan juga melatih penggunaan

‘gerbang-telinga’. Bahkan pemahaman juga dilatihkan sekaligus. Ada dua macam

imlak: Pertama, imlak yang dipersiapkan sebelumnya. siswa diberitahu

32

sebelumnya materi/teks yang akan diimlakkan. Kedua, imlak yang tidak

dipersiapkan sebelumnya. siswa tidak diberitahu sebelumnya materi/teks yang

akan diimlakkan.

5. Mengarang Terpimpin

Pada tahap 4 di atas, kalimat-kalimat yang dilatihkan masih merupakan

kalimat-kalimat lepas. Sedangkan pada tahap ini, siswa mulai dikenalkan dengan

penulisan alinea, walaupun sifatnya masih terpimpin.

6. Mengisi formulir, bagan, dan sejenisnya

7. Mengarang bebas

Tahap ini merupakan tahap yang melatih siswa mengutarakan isi hatinya

denga memilih kata-kata dan pola kalimat secara bebas namun tetap diberikan

bimbingan dan pengarahan.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap

latihan menulis adalah latihan kebahasaan, mencontoh, reproduksi, imlak,

mengarang terpimpin, mengisi formulir, bagan, dan sejenisnya serta yang terakhir

adalah mengarang bebas.

4. Tes Keterampilan Menulis

Menurut Gronlund dan Linn (dalam Ainin 2012:5-6), ada tiga hal yang

penting dalam pengertian tes. Pertama, tes adalah sebuah alat pengukuran.

Pemberian tes (testing) adalah bagian dari kegiatan pengukuran (measurement).

Kedua, tes adalah alat untuk mengukur sampel pengetahuan atau kemampuan

yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, pemberian tes pada dasarnya terbatas

33

dari segi waktu pelaksanaannya; pengetahuan dan kemapuan yang diukur bersifat

luas hampir tanpa batas, sedangkan gambaran pengetahuan dan kemampuan yang

diperoleh melalui tes merupakan sampel dari semua pengetahuan dan kemampuan

yang yang mungkin dimiliki oleh pembelajar. Ketiga, tes adalah penafsiran angka

yang diperoleh untuk menentukan cukup baik atau tidaknya seseorang pembelajar

dalam mencapai suatu tujuan.

Kompetensi menulis (kitabah) secara umum dapat dikelompokkan menjadi

dua, yaitu menulis terbimbing (muwajjah) dan menulis bebas (hurr). Menulis

terbimbing merupakan kompetensi menulis dengan menggunakan panduan

tertentu atau stimulus, misalnya berupa gambar, pertanyaan, dan kosakata atau

kalimat pemandu. Adapun menulis bebas merupakan kompetensi menulis tanpa

panduan atau stimulus, sehingga penulis bebas berkreasi dalam mengembangkan

tulisannya (Ainin 2012:136).

5. Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis

Donald Knapp (dalam Effendy 2012:192-193) mengusulkan penilaian

pembelajaran menulis berdasarkan beberapa butir penilaian. Pertama, segi bentuk

dan tulisan yang meliputi: (1) judul jelas dan sesuai dengan isi, (2) margin dan

permulaan alinea tampak jelas, dan (3) tulisan jelas dan mudah dibaca. Kedua,

segi pengembangan alinea yang meliputi: (1) kalimat pertama berisi ide pokok

alinea, (2) kalimat-kalimat lain sebagai penunjang, dan (3) terdapat hubungan

antara satu kalimat dan kalimat lainnya Ketiga, segi kebahasaan yang meliputi: (1)

kata-kata (termasuk kata penghubung) dipilih dan digunakan secara tepat, (2)

34

rumusan kalimat bervariasi sehingga enak dibaca, (3) ejaan benar, (4) penomoran

dan pungtuasi digunakan secara memadai, (5) rincian-rincian memperjelas dan

memperkuat ide pokok, dan (6) penutup alinea menyempurnakan ide pokok.

Keempat, segi gagasan dan isi yang meliputi: (1) kejelasan ide atau gagasan

memudahkan pemahaman, (2) isi karangan cukup bermakna, dan (3) isi karangan

spontan, kreatif dan orisinal.

Mary Finoechiaro (dalam Effendy 2012:193) mengusulkan penilaian tulisan

pembelajaran berdasarkan empat kolom, yang masing-masing diisi dengan ejaan,

pungtuasi, kosakata dan kaidah. Berikut tabel penilaian tulisan siswa, yaitu:

Tabel 2.4 Penilaian Tulisan Siswa Menurut Mary Finoechiaro

هجاء ترقيم مفردات قواعد

Tabel selanjutnya yaitu tabel penilaian yang digunakan oleh peneliti dalam

menentukan nilai dari postest yang dilakukan oleh siswa.

Tabel 2.5 Kriteria Penilaian dalam Penelitian

NO. Aspek Penilaian Deskripsi Kriteria

هجاء .1

a. Ejaan tidak ada yang salah, jelas dan mudah

dibaca.

b. Ejaan ada yang salah, jelas dan mudah dibaca

c. Ejaan ada yang salah, tidak jelas dan mudah

dibaca

d. Ejaan ada yang salah, tidak jelas dan tidak

35

mudah dibaca

ترقيم .2

a. Tanda baca sangat lengkap dan benar, tidak ada

yang terlewat untuk semua huruf

b. Tanda baca lengkap, tidak ada yang terlewat

untuk semua huruf namun ada yang salah

c. Tanda baca tidak lengkap, hanya beberapa huruf

yang diberi tanda baca

d. Tidak ada tanda baca pada setiap huruf

قواعد .3

a. Penulisan/penerjemahan kalimat sangat sesuai

dengan kaidah

b. Penulisan/penerjemahan kalimat sesuai dengan

kaidah

c. Penulisan/penerjemahan kalimat cukup sesuai

dengan kaidah

d. Penulisan/penerjemahan kalimat kurang sesuai

dengan kaidah

2.2.3 Unsur-Unsur Bahasa Arab

Menurut Effendy (2012: 18) unsur-unsur bahasa Arab terdiri dari tata

bunyi (ilmu ashwat/ fonologi), tata tulis (ilmu kitabah / ortografi), tata kata (ilmu

sharaf / morfologi), tata kalimat (ilmu nahwu / sintaksis), dan kosa kata

(mufrodat).

Fonologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis,

dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa (Chaer 2007: 102). Dalam bahasa

Arab, fonologi disebut dengan ilmu ashwat, yang bidang kajiannya mempelajari

tentang pembentukan, perpindahan, dan penerimaan bunyi bahasa.

Tata tulis dalam bahasa Arab mempunyai karakteristik yang berbeda

dengan tata tulis pada huruf latin pada umumnya. Penulisan huruf Arab dimulai

dari kanan ke kiri. Hal ini mempengaruhi cara membaca huruf Arab itu sendiri

yaitu dari kanan ke kiri juga.

36

Morfologi dan sintaksis juga merupakan bagian dari kajian linguistik.

Menurut Antoine Dahdah dalam Rifa’i (2012: 16), sintaksis (nahwu) dan

morfologi (sharaf) keduanya sama-sama membahas tentang kalimah (kata), hanya

saja kalau sharf membahas kalimah (kata) sebelum masuk ke dalam struktur

kalimat, sedangkan nahwu membahas kalimah (kata) ketika sudah berada di

dalam struktur kalimat.

Sedangkan menurut Rusdianto (2013) bahasa Arab memiliki tiga unsur

bahasa yang utama. Unsur yang pertama adalah pelafalan (صوت) ini mengandung

makna semua ucapan bahasa Arab yang diucapkan oleh pengguna bahasa. Unsur

yang kedua adalah kosakata (مفردات), pada unsur ini wajib dikuasai oleh

pembelajar bahasa karena mempunyai signifikansi yang sangat besar dalam

mengekspresikan keinginannya, karena dengan unsur ini kita dapat berkomunikasi

dengan baik dengan sesama pengguna bahasa. Unsur yang ketiga adalah struktur

kalimat (تركيب), di sini pembelajar bahasa harus mengetahui letak dan struktur kata

tersebut, dengan mengetahui posisi dan letak kata, maka akan menghasilkan

sebuah kalimat yang mudah dipahami dan dimengerti oleh sesama pembelajar

bahasa saat berkomunikasi.

2.2.4 Pembelajaran Bahasa Arab

Menurut Abdul Hamid (2008:163) dalam pembelajaran bahasa Arab asas

yang dianjurkan untuk digunakan adalah asas kebermaknaan, konsep penting yang

mendasari asas ini adalah :

37

a. Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan

melalui kosakata dan tata bahasa. Dengan demikian, kosakata dan tata

bahasa berperan sebagai alat pengungkapan makna yang berupa gagasan,

pikiran, pendapat dan perasaan.

b. Makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang

merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan terhadap

pengajaran bahasa yang harus didukung oleh pemahaman lintas budaya.

c. Makna dapat diwujudkan melalui ungkapan yang berbeda, baik lisan

maupun tulisan. Suatu ungkapan dapat mempunyai makna yang berbeda

tergantung pada situasi pada saat ungkapan digunakan. Keberagaman

ungkapan diakui kebenarannya dalam bentuk bahasa lisan dan tulisan.

d. Belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa yang

dipelajari (bahasa sasaran), baik secara lisan maupun tulisan. Belajar

berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa

tersebut.

e. Motivasi belajar siswa merupakan salah satu faktor penting yang

menentukan keberhasilan belajar. Motivasi ini banyak ditentukan oleh

tingkat kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran siswa

yang bersangkutan. Dengan kata lain, kebermaknaan bahan pelajaran dan

kegiatan pembelajaran memiliki peranan yang amat penting dalam

memotivasi siswa untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.

f. Bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna jika

berhubungan dengan kebutuhan, pengalaman, minat, tata nilai dan masa

38

depan siswa. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai pembelajaran bahasa

arab agar lebih bermakna bagi siswa.

g. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa harus diperlakukan sebagai subyek

utama, bukan hanya sebagai obyek, sedangkan guru berperan sebagai

fasilitator untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berbahasa.

Menurut Abdul Hamid (2008:166-167) ada 10 prinsip yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran bahasa arab, diantaranya: 1) berpusat pada

siswa, 2) belajar dengan keteladanan dan pembiasaan, 3) mengembangkan

kemampuan sosial, 4) mengembangkan fitrah bertauhid, keingintahuan dan

imajinasi, 5) mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, 6)

mengembangkan kreatifitas siswa, 7) mengemabangkan kefahaman nilai dan

penggunaan ilmu dan teknologi, 8) menumbuhkan kesadaran sebagai warga

negara yang baik, 9) belajar sepanjang hayat, 10) keterpaduan kompetensi,

kerjasama, dan solidaritas.

2.2.5 Pengertian Modul

Menurut Dwi Rahdiyanta (2005:1) modul merupakan salah satu bentuk

bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat

seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu

peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul minimal memuat

tujuan pembelajaran, materi/substansi belajar, dan evaluasi.

39

Sedangkan Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:3), menyebutkan bahwa

modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara

mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar

mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri.

Menurut Purwanto (2007:9), modul adalah bahan belajar yang dirancang

secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentun

satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam

satuan waktu tertentu.

Menurut Asep dkk (2010:12) modul merupakan satu unit program

pembelajaran yang terencana, didesain guna membantu peserta mencapai tujuan

pelatihan. Paket program pembelajaran yang bersifat self-contained dan self-

instruction, yaitu bahan pembelajaran mandiri. Siswa diberikan waktu untuk

mengelola waktu belajarnya dan memahami materi pelajarannya secara mandiri.

Daryanto (2013:31) menyebutkan bahwa modul dapat diartikan sebagai

materi yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian rupa sehingga

pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut. Dengan kata lain

sebuah modul adalah sebagai bahan belajar dimana pembacanya dapat belajar

mandiri.

Menurut Kurniasih (2014:61) modul adalah seperangkat bahan ajar yang

disajikan secara sistematis sehingga pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa

seorang guru atau fasilitator.

40

2.2.6 Langkah – langkah Pengembangan dan Penyusunan Modul

Menurut Rahdiyanta (2005:3), berdasarkan desain yang dikembangkan

terdapat tiga proses penyusunan modul yang harus diperhatikan yaitu :

Pertama, menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang

sesuai. Pada tahap ini, perlu diperhatikan berbagai karakteristik dari kompetensi

yang akan dipelajari, karakteristik peserta didik, dan karakteristik konteks dan

situasi dimana modul akan digunakan.

Kedua, memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Komponen isi modul

antara lain meliputi: tujuan belajar, prasyarat pembelajar yang diperlukan,

substansi atau materi belajar, bentuk-bentuk kegiatan belajar dan komponen

pendukungnya.

Ketiga, mengembangkan perangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu

diperhatikan agar semua aspek kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap

terkait) dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008:13-15) penulisan modul

merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara

sistematis sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai kompetensi atau

sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang

terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan.

Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Kebutuhan Modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/

tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk

41

mencapai suatu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada

kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan.

Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan

jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan.

2. Penyusunan Draft

Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan

pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi

menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan

menyediakan draft suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi

yang telah ditetapkan.

3. Uji Coba

Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada peserta

terbatas, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam

pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan secara umum.

4. Validasi

Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap

kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan pengakuan kesesuaian

tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang

ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait dalam modul.

42

5. Revisi

Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah

memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi.

Prastowo (2013:119-120) menyebutkan bahwa dalam penyusunan modul,

ada empat tahapan yang mesti kita lalui, yaitu analisis kurikulum, penentuan

judul-judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan modul.

1. Analisis Kurikulum

Tahap pertama ini bertujuan untuk menentukan materi – materi mana yang

memerlukan bahan ajar. Dalam menentukan materi, analisis dilakukan dengan

cara melihat inti materi yang diajarkan serta kompetensi dan hasil belajar kritis

yang harus dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes).

2. Menentukan Judul Modul

Setelah analisis kurikulum selesai dilakukan, tahapan berikutnya yaitu

menentukan judul-judul modul. Untuk menentukan judul modul, maka kita harus

mengacu kepada kompetensi-kompetensi dasar atau materi pokok yang ada

didalam kurikulum. Satu kompetensi dapat dijadikan modul apabila kompetensi

itu tidak terlalu besar. Sedangkan besarnya kompetensi dapat diseleksi, antara lain

dengan cara, apabila diuraikan dalam materi pokok (MP) maksimal mendapatkan

4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul modul.

Namun, jika kompetensi diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu

43

dipertimbangkan kembali apakah akan dipecah menjadi dua judul modul atau

tidak.

3. Pemberian Kode Modul

Perlu kita ketahui bahwa dalam tahapan penyusunan modul, untuk

memudahkan kita dalam pengelolaan modul, maka sangat diperlukan adanya kode

modul.Umumnya, kode modul adalah angka-angka yang diberi makna.

Contohnya, digit pertama, angka satu (1) berarti IPA, angka dua (2) berarti IPS,

angka tiga (3) berarti bahasa, dan seterusnya. Selanjutnya digit kedua merupakan

kelompok utama kajian, aktivitas, atau spesialisasi dalam jurusan yang

bersangkutan. Misalnya untuk jurusan IPA angka 1 (satu) pada digit kedua berarti

Fisika, angka 2 (dua) berarti Kimia, angka 3 (tiga) berarti biologi, dan seterusnya.

4. Penulisan Modul

Ada lima hal penting yang hendaknya kita jadikan acuan dalam proses

penulisan modul, sebagaimana dijelaskan berikut ini.

a. Perumusan Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai

Rumusan kometensi dasar pada suatu modul adalah spesifikasi yang

semestinya telah dimiliki oleh siswa setelah mereka berhasil menyelesaikan

modul tersebut.

b. Penentuan Alat Evaluasi atau Penilaian

Poin ini adalah mengenai criterion items, yaitu sejumlah pertanyaan atau tes

yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai

44

suatu kompetensi dasar dalam bentuk tingkah laku. Kemudian karena pendekatan

pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, maka alat evaluasi yang cocok

adalah dengan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Criterion

Referenced Assessment.

c. Penyusunan Materi

Materi atau isi modul sangat bergantung pada kompetensi dasar yang akan

dicapai. Apabila yang digunakan dalam materi modul adalah referensi-referensi

mutakhir yang memiliki relevansi dari berbagai sumber (contohnya buku, internet,

majalah, atau jurnal hasil penelitian) maka ini akan sangat baik. Untuk

penulisannya, materi modul tidak harus ditulis secara lengkap.

d. Urutan Pengajaran

Perlu kita ketahui bahwa dalam kaitannya dengan urutan pengajaran, maka

urutan pengajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul.

e. Struktur Modul

Struktur modul dapat bervariasi. Hal tersebut terutama tergantung pada

karakter materi yang disajikan, ketersediaan sumber daya, dan kegiatan belajar

yang bakal dilaksanakan.

Hampir sama dengan Prastowo, menurut Kurniasih (2014:61-65) penulisan

modul dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Analisis KI dan KD

Analisis ini dimaksudkan untuk menentukan materi apa saja yang

memerlukan bahan ajar. Dan menganalisis inti dari materi yang akan diajarkan,

45

kemudian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa yang akan

mempergunakannya.

2. Menentukan judul-judul modul

Judul modul ditentukan atas dasar KI-KD atau materi pembelajaran yang

terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan satu modul apabila

kompetensi tersebut tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dapat

dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok

mendapatkan maksimal 4 materi pokok, maka kompetensi itu telah dapat

dijadikan sebagai satu modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4

materi pokok, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya

menjadi dua judul modul.

3. Penulisan Modul

Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Perumusan KD yang harus dikuasai

Rumusan Kompetensi Dasar (KD) pada suatu modul merupakan spesifikasi

kualitas yang seharusnya telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil

menyelesaikan modul tersebut. KD yang diambil harus berdasarkan pada

kurikulum yang berlaku. Dan apabila tidak tercapai target dari KD yang ada,

maka KD dalam modul itu harus dirumuskan kembali. Karena,

ketidaktercapaiannya tujuan pembelajaran tidak melulu persoalan siswa, karena

juga ada bahan ajar yang gagal.

46

b. Menentukan alat penilaian

Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi,

dimana sistem evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat

evaluasi yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan

(PAP) atau Criterion Referenced Assesment.

Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai

sebelum menyusun materi dan lembar kerja atau tugas-tugas yang harus

dikerjakan oleh siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar –

benar sesuai dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.

c. Penyusunan Materi

Materi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai dan tentu akan

lebih baik menggunakan referensi-referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari

berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah, jurnal hasil penelitian dan lain

sebagainya. Materi modul tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul

itu ditunjukkan referensi yang dapat dirujuk oleh siswa sebagai bahan bacaan.

Usahakan ada ilustrasi yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan,

karena disamping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi

siswa untuk mempelajarinya.

d. Urutan Pembelajaran

Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk penggunaan modul.

Misalnya dibuat petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan

petunjuak bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan pada hal-hal yang harus

dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan oleh siswa sehingga siswa tidak perlu

47

banyak bertanya, dan guru juga tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau

dengan kata lain guru sebagai fasilitator.

e. Struktur Modul

Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan

disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.

2.2.7 Langkah-langkah Pengembangan Modul bahasa Arab berbasis

Kearifan Lokal

Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan acuan langkah-langkah

penulisan modul oleh Kurniasih (2014:61-65). Penulisan modul dapat dilakukan

tahapan sebagai berikut :

1. Analisis KI dan KD

Pada Tahapan ini peneliti melakukan analisis KI dan KD kurikulum 2013

yang digunakan pada kelas XI MA. Berikut adalah KI dan KD matapelajaran

bahasa Arab kelas XI MA.

Tabel 2.6 KI dan KD Mata Pelajaran bahasa Arab kelas XI MA

Kompetensi inti Kompetensi dasar 1. Menghayati dan mengamalkan

ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Mensyukuri kesempatan dapat mempelajari bahasa

Arab sebagai bahasa pengantar komunikasi

internasional yang diwujudkan dalam semangat

belajar.

2. Menghayati dan Mengamalkan

perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong

royong, kerjasama, toleran,

damai) santun, responsif dan

pro-aktif dan menunjukkan sikap

sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam

2.1 Menunjukkan perilaku santun dan peduli dalam

melaksanakan komunikasi antar pribadi dengan guru

dan teman.

2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya diri,

dan bertanggung jawab dalam melaksanakan

komunikasi transaksional dengan guru dan teman.

2.3 Menunjukkan perilaku tanggung jawab, peduli,

kerjasama, dan cinta damai, dalam melaksanakan

48

Kompetensi inti Kompetensi dasar berinteraksi secara efektif, sosial

dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

komunikasi fungsional.

3. Memahami, menerapkan,

menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual,

procedural , dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban

terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan

pengetahuan procedural pada

bidang kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan

masalah

3.1 Mengidentifikasi bunyi kata, frasa, dan kalimat

Bahasa Arab yang berkaitan dengan :

السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت

والطبيعية الثقافية

baik secara lisan maupun tertulis.

3.2 Melafalkan kata, frasa, dan kalimat Bahasa Arab

yang berkaitan dengan :

السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت

والطبيعية الثقافية

3.3 Menemukan makna atau gagasan dari ujaran kata,

frasa, dan kalimat Bahasa Arab yang berkaitan

dengan :

السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت

والطبيعية الثقافية

baik secara lisan maupun tertulis.

3.4 Membuat analisis sederhana unsur kebahasaan,

struktur teks dan unsur budaya dari teks terkait topik :

السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت

والطبيعية الثقافية

yang sesuai dengan konteks penggunaannya.

4. Mengolah, menalar, menyaji,

dan mencipta dalam ranah

konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, serta bertindak secara

efektif dan kreatif, dan mampu

menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan

4.1 Melakukan dialog sederhana sesuai konteks dengan

tepat dan lancar terkait topik :

السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت

والطبيعية الثقافية

dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur

teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai

konteks.

4.2 Menyampaikan berbagai informasi lisan sederhana

tentang :

السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت

والطبيعية الثقافية

dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur

teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai

konteks.

4.3 Menyusun teks lisan dan tulis sederhana untuk

mengungkapkan informasi terkait topik :

السياحة معالم هللا؛ لعبادة التسهيالت ؛ واالجتماعية العامة التسهيالت

والطبيعية الثقافية

49

Kompetensi inti Kompetensi dasar dengan memperhatikan unsur kebahasaan, struktur

teks dan unsur budaya secara benar dan sesuai

dengan konteks.

Tarkib: أحرف وبثالثة وبحرفين بحرف المزيد الثالثي والفعل ؛ الفعلية الجملة

الثالثي وغير الثالثي والمفعول الفاعل اسما ؛ األمر فعل ؛ )استفعل(

2. Menentukan judul modul

Setelah menganalisis KI dan KD langkah berikutnya adalah menentukan

judul modul pembelajaran. Dalam modul yang akan dikembangkan oleh peneliti,

peneliti akan memasukkan tiga materi pokok didalamnya yaitu التسهيالت العامة

.معامل السياحة الثقافية والطبيعية, التسهيالت لعبادة هللا, واالجتماعية Berdasarkan

analisis KI dan KD peneliti mengambil judul untuk modul “Modul bahasa Arab

berbasis kearifan lokal kelas XI MA semester genap”.

3. Penulisan Modul

Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut :

a. Perumusan KD yang harus dikuasai

Rumusan Kompetensi Dasar (KD) yang pada suatu modul merupakan

spesifikasi kualitas yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil

menyelesaikan modul tersebut.

b. Menentukan alat penilaian

Alat evaluasi yang cocok digunakan untuk mengetahui tercapainya KD

adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion

Referenced Assesment. PAP yaitu menentukan kelulusan seseorang ditentukan

50

sejumlah patokan. Artinya kemampuan atau hasil belajar mahasiswa ditentukan

oleh tercapainya kriteria. Misalnya seseorang telah menguasai pokok bahasan

bilamana telah menjawab dengan betul 80% dari total butir soal yang diujikan dan

ia dinyatakan lulus (Zainul dalam Nurbayan 2012:3)

c. Penyusunan Materi

Materi yang terdapat pada modul disesuaikan dengan KD yang ingin dicapai

serta menggunakan referensi-referensi mutakhir yang memiliki relevansi dari

berbagai sumber, misalnya buku, internet, majalah dan jurnal penelitian lainnya.

d. Urutan Pembelajaran

Urutan pembelajaran diberikan dalam petunjuk penggunaaan modul. Dalam

modul yang akan dikembangkan, akan diberi petunjuk pengguanaan untuk guru

dan siswa. Petunjuk tersebut berupa arahan penyampaian materi dan hal-hal yang

harus dikerjakan siswa sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya.

e. Struktur modul

Struktur modul dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan

disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.

Secara garis besar struktur modul yang sedang dikembangkang oleh peneliti

adalah sebagai berikut : 1) judul, 2) petunjuk penggunaan, 3) kompetensi yang

akan dicapai, 4) informasi pendukung, 5) latihan-latihan, 6) petunjuk kerja,7)

evaluasi dan penilaian.

51

2.2.8 Kearifan Lokal

Menurut Zulkarnain dkk. (2008:72) kearifan lokal adalah berupa prinsip-

prinsip dan cara tertentu yang dianut, dipahami, dan di-aplikasikan oleh

masyarakat lokal dalam berinteraksi dan berintere-lasi dengan lingkungannya dan

diformulasikan dalam bentuk sis-tem nilai dan norma adat.

Menurut Ulfah Fajarini (2014:124), kearifan lokal adalah pandangan hidup

dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas

yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam

pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsepsikan

sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local

knowledge” atau kecerdasan setempat “local genious”.

Menurut Rahyono (dalam Fajarini 2014:124), kearifan lokal merupakan

kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh

melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari

masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh

masyarakat yang lain. Nilai – nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada

masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang,

sepanjang keberadaan masyarakat tersebut.

Ilmuwan antropologi, seperti Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan

Suparlan (dalam Fajarini 2014:124), telah mengkategorisasikan kebudayaan

manusia yang menjadi wadah kearifan lokal itu kepada idea, aktivitas sosial,

artifak-artifak. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki

oleh sekelompok manusia dan dijadikan sebagai pedoman hidup untuk

52

menginterpretasikan lingkungannya dalam bentuk tindakan-tindakannya sehari-

hari.

Para pakar telah melakukan sejumlah klasifikasi. Sternberg dan Jordan, Ed.,

(2005) (dalam Musanna 2012:334) mengelompokkan teori kearifan menjadi dua:

implisit (implicit theories) dan eksplisit (explicit theories). Teori implisit

memaknai kearifan berdasar sudut pandang masyarakat atau konsensus komunitas

dan memposisikan tokoh yang dipandang sebagai pengejewantahan pribadi utama

dan karenanya pantas diteladani. Menurut sudut pandang eksplisit , kearifan

dirumuskan didasarkan pada indikator-indikator universal untuk diterapkan dalam

memotret realitas kearifan dalam satu komunitas. Sudut pandang eksplisit

menekankan generalisasi indikator kearifan atau lebih bercorak induktif,

sementara teori eksplisit mencerminkan corak berpikir deduktif.

Suhartini (dalam Wibowo 2015:17) mendefinisikan kearifan lokal sebagai

sebuah warisan nenek moyang yang berkaitan dengan tata nilai kehidupan. Tata

nilai kehidupan ini menyatu tidak hanya dalam bentuk religi, tetapi juga dalam

budaya, dan adat istiadat. Ketika sebuah masyarakat melakukan adaptasi dengan

lingkungannya, mereka mengembangkan suatu kearifan baik yang berwujud

pengetahuan atau ide, peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas

mengelola lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Sebuah kearifan

yang beradaptasi terhadap lingkungan inilah yang disebut Suhartini sebagai

kearifan lokal.

Berdasarkan pada beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

kearifan lokal merupakan hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman

53

mereka yang belum tentu dialami oleh masyarakat lain. Nilai tersebut akan

melekat sangat kuat pada masyarakat tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa

kearifan lokal merupakan sebuah warisan nenek moyang yang berkaitan dengan

tata nilai kehidupan suatu masyarakat. Kearifan lokal dapat berupa pengetahuan

atau ide, aktifitas sosial maupun artifak-artifak.

2.2.9 Kearifan Lokal Wonosobo

Pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, penulis memilih Kearifan

lokal yang terdapat di Kabupaten Wonosobo. Pada sub bab ini akan dijelaskan

mengenai (1) Letak geografis Kabupaten Wonosobo, (2) Sejarah Kabupaten

Wonosobo, dan (3) Kearifan lokal Kabupaten Wonosobo.

2.2.9.1 Letak Geografis Kabupaten Wonosobo

Secara astronomis, Kabupaten Wonosoobo terletak diatara 7°04’11”-

7°11’13” LS. dan 109°43’10”-110°04’40” BT. Dilihat dari lintangnya, Kabupaten

Wonosobo termasuk beriklim tropis, dengan dua musim dalam setahun, yaitu

musim kemarau dan musim penghujan. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 24

0C - 30

0C pada siang hari pada malam hari dapat turun menjadi 20

0C. Pada bulan

Juli-Agustus, suhu harian akan mengalami penurunan berkisar antara 15 0C - 20

0C pada siang hari, dan berkisar antara 12

0C - 15

0C pada malam hari (Khusnan

2004:2).

Luas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah 984,68 km2 atau 98.468 hektare

dan berada pada ketinggian antara 270-2.300 meter diatas permukaan laut. Posisi

54

Kabupaten Wonosobo berada pada bagian tengah Proinsi Jawa Tengah dan

berbatasan dengan beberapa kabupaten tetangga. Pada sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Kendal dan Batang, sebelah timur berbatasan dengan

Kabupaten Temanggung dan Magelang, sebelah selatan berbatasan dengan

Kabupaten Purworejo dan Kebumen, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Banjarnegara dan Kebumen.

Jarak Wonosobo dengan Ibukota Negara, Jakarta, adalah 520 km,

sedangkan jarak antara Wonosobo dengan Ibukota Provinsi Jawa Tengah,

Semarang, adalah 120 km.

Karena posisinya yang strategis maka Kabupaten Wonosobo menjadi

pilihan banyak orang dari daerah lain untuk melakukan kegiatan ekonominya di

Kabupaten Wonosobo. Semakin banyak orang yang datang dan menetap di

Kabupaten Wonosobo maka akan semakin meningkat pula dinamika, sekaligus

meningkatkan keanekaragaman budaya, memacu kemajuan dan merangsang

peningkatan pembangunan (Muntaha 2002:10-11).

2.2.9.2 Sejarah Kabupaten Wonosobo

Di dalam menguak sejarah Wonosobo, tidak dapat dipisahkan dengan peran

tiga Kyai, yang menjadi cikal bakal adanya daerah Wonosobo. Pertama, Kyai

Kolodite, di daerah Dieng, yang memberi nama Wonosobo. Wonosobo berasal

dari kata wono dan sobo. Wono artinya hutan, sobo artinya kunjungan. Jadi

Wonosobo artinya hutan yang menjadi tempat kunjungan. Kedua, Kyai Karim di

Kalibeber dan ketiga kyai Walik, yang makamnya dibelakang masjid Al-Manshur,

55

Kauman Utara, Wonosobo. Ketiga Kyai inilah yang dianggap sesepuh daerah

Wonosobo (Khusnan 2004:36-37).

Berdasarkan penelitian sejarah tentang awal mula berdirinya pemerintah

Kabupaten Wonosobo, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendirian pemerintahan

itu sangt terkait dengan seorang prajurit Pangeran Diponegoro yang bernama R.

Setjonegoro.

Ia diangkat sebagai penguasa pemerintahan di Wonosobo pada tanggal 24

Juli 1825. Dia diangkat sebagai penguasa Wonosobo karena pernah berjasa dalam

membantu perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda, terutama ketika

dia berhasill melumpuhkan tentara Belanda dalam peperangan di Logorok, dekat

Magelang, bersama Mulyosentiko pada bulan Juli 1825.

Pengangkatn R. Setjonegoro sebagai penguasa Wonosobo dilakukan oleh

Pangeran Diponegoro dan selanjutnya diberikan gelar Tumenggung. Tanggal

pengangkatan R. Setjonegoro sebagai penguasa Wonosobo itu selanjutnya

dijadikan sebagai peringatan hari jadi Kabupaten Wonosobo. Penetapan hari jadi

Kabupaten Wonosobo dituangkan dalam Peraturan Daerah Tingkat II Wonosobo

Nomor 10 Tahun 1994 (Muntaha 2002:3)

2.2.9.3 Kearifan Lokal Kabupaten Wonosobo

Ilmuwan antropologi, seperti Koentjaraningrat, Spradley, Taylor, dan

Suparlan (dalam Fajarini 2014:124), telah mengkategorisasikan kebudayaan

manusia yang menjadi wadah kearifan lokal itu kepada idea, aktivitas sosial,

artifak-artifak. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki

56

oleh sekelompok manusia dan dijadikan sebagai pedoman hidup untuk

menginterpretasikan lingkungannya dalam bentuk tindakan-tindakannya sehari-

hari.

Kearifan lokal yang dimiliki Kabupaten Wonosobo sangat banyak,

diantaranya adalah warisan budaya mulai dari kesenian tradisional hingga adat

istiadat yang mengandung pendidikan moral didalamnya. Wonosobo juga

memiliki potensi lokal yang mempu mencerminkan kearifan lokal kabupaten

Wonosobo. Potensi tersebut berupa replika alam semesta yaitu candi-candi yang

terdapat dikawasan dataran tinggi Dieng.

Seperti dikemukakan oleh Khusnan (2004:31) bahwa jenis-jenis kesenian

yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Wonosobo dapat dikelompokkan

menjadi empat macam, yaitu : (1) Seni pertunjukan rakyat; (2) Seni teater; (3)

Seni rupa. Sedangkan berkaitan upacara budaya dan adat Muntaha (2002:112-

113) mengatakan setidaknya Kabupaten Wonosobo memiliki enam upacara adat

yang sudah dilakukan secara turun-menurun yaitu : (1) Ruwatan; (2) Satu suran;

(3) Suran giyanti; (4) Hak-hakan; (5) Baritan; dan (6) Nyadran. Dan ada beberapa

upacara adat yang dilakukan perorangan seperti racik dan wiwit. Upacara-upara

adat yang dilakukan memiliki pesan moral berupa ajaran-ajaran kehidupan.

Muntaha (2002:120-121) mengatakan bahwa di kawasan dataran tinggi

Dieng teradapat kearifan lokal berupa candi-candi yang terbagi dalam dua

kompleks candi yaitu kompleks dharmasala dan kompleks candi hindu. Kompleks

dharmasala adalah bangunan yang kini tinggal pondasi-pondasi. Kompleks candi

hindu terdiri dari beberapa kelompok yaitu, (1) kelompok candi pendawa; (2)

57

kelompok candi gatotkaca; (3) kelompok candi bhima; (4) kelompok candi

dwarawati/parikesit.

Dari beberapa kearifan lokalyang ada di Kabupaten Wonosobo, dalam

penelitian ini, penulis hanya mengambil dua macam kearifan lokal yaitu tradisi

ruwatan dan kompleks candi hindu.

1. Ruwatan

Dieng terletak di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.

Kondisi alamnya berbukit-bukit banyak terdapat sumber mata air, untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sumber air hangat dan sumber air asam.

Dari kondisi alaminya yang unik, Wonosobo menyimpan berbagai misteri, salah

satunya adalah ruwatan cukur rambut gembel yang secara tradisional hingga kini

masih berjalan secara turun temurun, terutama di dataran tinggi Dieng dan lereng

sindoro sumbing.

Ruwat berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap adanya

bahaya gaib atau sesuatu yang tidak kelihatan yang dapat mengancam kehidupan

seseorang. Di Kabupaten Wonosobo terdapat upacara ruwatan atau ngruwat.

Ngruwat ini merupakan upacara untuk mencukur anak-anak yang berambut

gembel. Gembel dianggap sebagai balak atau ancaman sehingga si anak tersebut

harus diruwat (Muntaha 2002:111).

Anak berambut gembel memiliki karakter dan perilaku yang berbeda dari

kebiasaan anak seusianya. Kalau tidak energik, nakal, berjiwa heroik, suka

mengatur akan muncul perilaku yang diam, pemalu, susah bergaul dengan dunia

luar. Ruwatan cukur rambut gembel merupakan identitas kepercayaan masyarakat.

58

Didalamnya terkandung makna utama yaitu kemampuan masyarakat dalam

memahami konteks lokal dan kemudian diwujudkan dengan dialog terhadap

kondisi yang ada. Masyarakat cenderung memandang adanya kekuatan alamgaib

yang menguasai alam semesta dan untuk itu harus dilakukan dialog (Arif 2013:1-

2).

Menurut Mubin (2016:130-131) dalam ritual cukur rambut gimbal ada

beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut antara

lain sesajen atau sesaji, pakaian adat Jawa lengkap, pagelaran seni tari-tarian,

lokasi cukur rambut gimbal, kembang tujuh rupa, mahar yang berupa makanan

tradisional Dieng, ayam, buah-buahan, yang nantinya setelah selesai acara akan

dibagikan kepada masyarakat yang hadir, larungan rambut gimbal di telaga warna.

Sementara dalam ritual cukur rambut gimbal terdapat negosiasi antara si bocah

yang berambut gimbal dengan pihak orang tua yaitu permintaan yang harus

dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Permintaan itu akan berdampak pada sukses

tidaknya ritual tersebut. Jika setelah rambut gimbalnya dicukur tetapi dikemudian

tumbuh lagi, maka mereka memaknai adanya penolakan dari Kiai Kolodete

(leluhur mereka) atau karena adanya permintaan si bocah yang tidak dipenuhi

orang tuanya, karena itu ritual ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi

dibandingkan ritual atau slametan yang lain.

Hampir sama dengan Mubin, Arif (2013:3) mengatakan bahwa ketika anak

berambut gimbal sudah mengajukan permintaan bebono, bebono menurut

masyarakat Dieng adalah hadiah, kado, atau persmbahan. Bebono adalah

permintaan anak yang berambut gimbal yang tidak bisa dipengaruhi oleh kedua

59

orang tuanya maupun orang lain tapi murni atas keinginan sendiri. Permintaan

yang diajukan antara Lin gula Jawa satu karung, mukenadan permintaan lain yang

tidak lazim. Tidak semuapermintaan anak gimbal dapat dipenuhi, salah satu

diantara mereka yang permintaannya tidak terpenuhi adalah Muhammad, warga

desa Parikesit.yang sudah berumur 29 tahun itu bebononya gajah putih.

Muhammad sudah pernahmemotong gimbalnya sendiri saat berumur 18 tahun.

Seusai dipotong selang dua hari Muhammad mengalami sakit menggigil dan

kejang-kejang. Setelah satu minggu ia sembuh dan rambut gimbalnya tumbuh

lagi.

Menurut Mubin (2016:132) sebelum upacara pemotongan rambut dimulai,

ada ritual doa dibeberapa tempat agar upacara berjalan lancar. Tempat tersebut

adalah Candi Dwarawati, kompleks Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi

Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang, Candi Bima, Kawah Sikidang, Komplek

Pertapaan Mandalsari (gua di Telaga Warna), Kali Pepek, dan tempat pemakaman

Dieng. Malam harinya akan diadakan upacara Jamasan Pusaka, pencucian benda

pusaka yang akan dibawa saat arak-arakan anak gimbal, semua proses ini

dipimpin oleh orang yang disebut sesepuh, dukun atau pemangku adat setempat.

Menurut Arif (2013:3-4) Sesaat sebelum mulai proses ruwatan,

segala macam sesaji harus sudah siap dan dibawa ke Candi Arjuna, selain

itu kepala anak gimbal diikat dengan kain putih sampai menutupi jidat

mereka. Kemudian mereka dikirab (diarak) menyusuri perkampungan

Dieng, melewati Jalan Raya Dieng, lalu arak-arakan berakhir di pelataran

60

Candi Arjuna. Para bocah gimbal itu di arak dan diangkut dengan dokar

dan diiringi penari, pemusik, dan pemain barongsai.

Ada beberapa varian prosesi cukur rambut gimbal, yang akan

dijelaskan adalah prosesi cukur rambut gimbal versi Mbah Rusmanto dan

Dinas Pariwisata Kabupaten Wonosobo. Diawali dengan mengarak anak

gimbal yang akan dicukur atau diruwat menuju tempat belangsungnya

ritual tersebut. Ketika sesajen sudah siap diusung dan dihidangkan, para

sesepuh sudah mengenakan pakaian Jawa lengkap, orang-orang sudah

mulai berdatangan, kemudian anak gimbal diantar keluarganya dengan

bagian atas kepala mereka diikat kain putih yang melingkar menutupi

kening hingga rambut bagian belakang. Gimbal-gimbal dibiarkan tergerai

begitu saja. Kemudian, anak-anak gimbal tersebut di sepanjang jalan

Dieng Kulon hingga sampai ke kompleks candi untuk segera melalui

prosesi pemandian. Setelah itu pemangku adat berdoa dan mengambil air

untuk jamasan rambut anak-anak gimbal. Rambut dan wajah mereka

dibasuh dengan dedaunan yang dibasahi oleh air dari Sumur Sendang

Sedayu dengan dicampur kembang tujuh rupa. Setelah proses pemandian

selesai selesai, mereka kembali diarak menuju kompleks Candi Arjuna

untuk segera melakukan pemotongan rambut. Penutupan dari ritual ini

adalah pelarungan rambut gimbal di Telaga Warna (Mubin 2016:135-

137).

Sebuah ritual selalu terdapat hal yang bersifat sakral dan sekaligus

hal-hal yang mengandung pesan moral. Pada ritual cukur rambut gimbal

61

terdapat pesan moral yang terkandung dalam setiap prosesi

yangdijalankannya. Mubin (2016:163-169) mengatakan setidaknya ada

sembilan pesan moral yang terkandung dalam prosesi ritual sukur rambut

gimbal. Beberapa rumusan nilai moralitas tersebut diaantaranya :

Pertama,lokasi upacara yang seringkali menggunakan tempat-

tempat yang dianggap suci seperti Candi Dwarawati, komplek Candi

Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang,

Candi Bima, Kawah Sikidang, komplek Pertapaan Mandalasari (gua

Telaga Warna), Kali Pepek serta Telaga Menjer yang didalamnya terdapat

banyu (air), watu (bebatuan), kayu (pepohonan), lemah (bumi) yang

berarti memberikan pesan moral lingkungan agar tempat-tempat tersebut

harus dipelihara pelestarian budaya dan kesejarahannya dan kelestarian

lingkungan hidupnya, lingkungan sosial, lingkungan sejarah serta

lingkungan spiritualitasnya.

Kedua, terdapat pesan moral lingkungan dalam ritual tersebut dapat

dilihat pula pada salah satu unsur ritual yakni; Tumpeng Rombyong

berbentuk gunungan yang di “rombyongi” atau ditanami dengan jajanan

pasar yang disindik sapu (bambu yang dibuat memanjang untuk

menyindik jajanan pasar yang terdiri dari klepon, serabi, pasung, ketan

abang, ketan putih, opak, krecek/rengginang). Gunungan tumpeng ini

menandakan adanya wujud gunung sebagai bagian dari alam semesta

yang seharusnya penuh pepohonan yang ”ngremboyong” tidak gundul,

tandus dan kering kerontang. Jajanan pasar yang “ngremboyong” pada

62

gunungan pada prosesi ritual tersebut akan dicabuti, dipotong, dan

digunduli sebagai simbolisasi rambut gimbal yang menempel pada kepala

si bocah dipersembahkan kepada Kiai Kolodete. Tumpeng kepada Kiai

Kolodete sebagai leluhur dan sebagai pemilik rambut gimbal yang

diturunkan kepada anak cucu yang disayangi. Tumpeng ini merupakan

perwujudan pangabekten (pengabdian) sekaligus persembahan sebagai

ganti rambut yang dipotong. Dari proses itu pula terdapat pesan moral

lingkungan tentang pentingnya kelangsungan alam dan jagat raya ini

dengan tidak mencabuti atau mnggunduli gunung tanpa adanya

pembaharuan kembali terhadap lahan hutan atau gunung yang sudah

dipersembahkan tersebut kepada leluhur mereka.

Ketiga, jajanan pasar yang terdiri dari tujuh macam jajanan pasar

meliputi klepon, serabi, pisang, ketan abang, ketan putih, opak, krecek

(rengginang) yang bermakna petunjuk bagi kehidupan agar apa yang

menjadi sejo (harapa dan cita-cita), tidak tersesat (kesasar) berasal dari

kata ”jajan pasar” yang bermakna “ ojo kesasar”. Pesan moral

lingkungan dalam prosesi ini agar dalam mengelola alam ini tidak salah

kelola, tersesat dalam pengelolaan alam, tidak salah dalam mengambil

kebijakan terhadap masa depan alam raya dan lingkungan tersebut.

Keempat, sungai, telaga atau kali untuk melarungrambut gimbal

seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat terdapat pesan moral

lingkungan dimana ekosistem air dengan sungai, kali atau telaga menjadi

bagian terpenting dari kehidupan manusia terutama bagi prosesi ritual

63

agar rambut tersebut dapat dilarung dengan baik. Maka ritual tanpa

kondisi sungai, kali atau telaga akan mengurangi salah satu unsur dari

ritual tersebut, maka dari itu, menjaga ekosistem alam sungai, kali dan

telaga sebagai tempat untuk melarung rambut gimbal menjadi keharusan

bagi penyandang dan pelaku ritual.

Kelima, batu besar di kali untuk menyimpan rambut gimbal setelah

di potong. Keberadaan batu kali bagi ritual ini menjadi hal yang penting

dan menjadi salah satu unsur pelengkap dari ritual ini. Bagi sebagian

masyarakat yang menggunakan batu sebagai tempat rambut gimbal,

keberadaannya dari aman dari usaha-usaha pengrusakan batu akibat

digunakan sebagai bahan bangunan untuk di jual belikan. Pesan moral

lingkungan perihal tersebut akan menjadi entitas batu kali yang besar

untuk menghambat laju banjir yang besar dan sekaligus mengamankan

lahan-lahan yang ada di sekitar pinggiran kali seperti kali serayu,

sehingga laju air tidak langsung mengahantam lahan pertanian di

pinggiran kali atau sungai.

Penggunaan batu sebagai tempat rambut gimbal memiliki fungsi

proteksi ekologis bagi kelangsungan biota sungai atau kali yang ada,

karena sebagian masyarakat meyakini batu yang telah digunakan untuk

menyimpan rambut gimbal diyakini memiliki kekuatan supranatural yang

dijaga berbagai jenis makhluk halus. Dampak lanjutannya keberadaan

batu ini akan dilestarikan dan dijaga dengan baik.

64

Keenam, setelah 7 hari dicukur juga diselamati dengan

bucu/tumpung lumpang untuk mengolah hasil bumi, mengandung maksud

dan pesan moral agar dapat melestarikan batu sebagai bahan dasar

lumpang sekaligus melestarikan hasil bumi untuk diolah dengan lumpang

untuk kebutuhan pangan manusia. Tempo dulu lumpang menjadi satu-

satunya alat untuk menumbuk jagung, untuk dilembutkan menjadi

makanan pokok sehari-sehari. Di Dataran Tinggi Dieng pada umumnya

hanya bisa ditanami jenis bahan makanan pokok jagung dan sayur-

sayuran. Oleh karena itu keberadaan lumpang menjadi sesuatu yang

selalu dan harus ada dalam sebuah rumah tangga.

Demikian halnya dengan bahan makanan yang ditumbuk di

lumpang juga menjadi hal yang menginspirasi semua orang agar dapat

hidup secara produktif, telaten, kerja keras, dan berusaha agar selalu ada

bahan makanan yang bisa ditumbuk di lumpang.

Ketujuh, gimbal di simpan di bawah gentong yang mengandung

makna supaya anak tersebut tidak kekurangan makanan dengan cara harus

mengolah bumi, maka harus tetap melestarikan bumi. Pesan moral

lingkungan dari proses ritual ini tidak lain agar kelestarian bumi dari sisi

kontur tanahnya, struktur tanah, fungsi lahan dan varietas tanaman yang

ditanam harus selalu memperhatikan aspek kearifan kepada tanah tersebut

sebagai sumber kehidupan yang dapat menopang kelangsungan hidup

manusia.

65

Kedelapan, rambut gimbal yang diletakkan diantara pohon pisang

agar manusia menjaga varietas pohon pisang untuk menandai kesuburan

tanahnya. Pisang dan tebu ireng atau lumbu ireng dalam keyakinan orang

Jawa mengandung sisi supranatural, dimana dalam pohon pisang diyakini

terdapat berbagai jenis ruh, lelembut dan juga bangsa jin.

Kesembilan, pengambilan air di tujuh sumber mata air yang ada di

sekitar Dataran Tinggi Dieng seperti Sendang Maerokoco, Sendang

Sedayu, komplek Gangsiran Aswotomo terdapat pesan moral lingkungan

agar manusia menjaga keberadaan sumur, sendang sebagai tempat

memancarnya sumber mata air untuk keperluan hidup manusia. Dengan

kata lain, ada tanggung jawab moral memelihara lingkungan untuk

kelestarian sumber mata air yang ada di sekitar kehidupan manusia,

merusak keberadaan ekosistem iniakan mengakibatkan prahara dan

masalah besar bagi kelangsungan hidup manusia. Fakta ini mewujud

dalam upaya pelestariannya dengan menempatkan seorang juru kunci

sumur-sumur dan sendang tersebut demi menjaga aura mistik yang tentu

saja berimplikasi pada pelestarian lingkungan dan alam tersebut.

Ritual cukur rambut gimbal merupakan salah satu bentuk kearifan

lokal yang terdapat di Kabupaten Wonosobo. Ritual cukur rambut gimbal

sangat relevan menjadi pranata pendidikan karena selain di dalamnya

terdapat pesan moral yang berdasarkan pada nilai agama dan keyakinan

juga menjadi elemen-elemen utama dalam pendidikan. Tujuan ritual

selain melindungi dan merawat agama, kehidupan, akal budi dan akal

66

pikiran. Oleh karena itu apabila muatan-muatan yang terdapat dalam

suatu ritual (dalam hal ini ritual cukur rambut gembel) dimasukkan

kedalam salah satu aspek pendidikan salah satunya adalah bahan ajar

maka tujuan dari ritual tersebut dapat terlaksana dengan baik.

2. Komplek Candi Hindu

Menurut Muntaha (2002:121) berdasarkan temuan prasasti, baik

ditulis dengan huruf Pallawa maupun huruf Jawa Kuno (Kawi), di

antaranya memuat angka tahun 731 Saka atau 809 masehi. Sedangkan

prasasti lainnya memuat angka tahun 32 Saka atau 1210 Masehi. Dengan

demikian dapat diketahui bahwa situs Dieng berlangsung cukup lama dan

diperkirakan dibangun antara abad VII-XII Masehi.

Bila dilihat dari seni hias dan letak bangunannya dapat diduga

merupakan bangunan Candi Hindu Tertua di pulau Jawa. Pendirian candi

dimaksudkan sebagai kebaktian kepada Dewa Syiwa dan Sakti Syiwa

(Dewa Syiwa) yang disimbolkan dengan adanya Yoni dan Lingga di

dalam candi.

Disamping itu, bangunan Candi merupakan replika alam semesta,

misalnya: kaki Candi yang disebut Bhurloka melambangkan tingkatan

alam bawah, diman manusia bertempa tinggal.Tubuh Candi disebut

Bhuwarloka, yakni dunia tengah tempat tinggal roh-roh orang

mati.Sedangkan atap Candi melambangkan dunia atas disebut Swarloka,

tempat tinggal para Dewa.

67

Dilihat dari jumlah bangunannya, situs Dieng dapat dijadikan lima

kelompok. Empat kelompok merupakan bangunan tempat pemujaan,

yaitu : a.) kelompok Candi Pendawa yang terdiri dari Candi Arjuna,

Srikandi, Puntadewa, Sembrada dan Semar; b.) kelompok Candi

Gatotkaca; c.) kelompok Candi Bhima; d.) kelompok Candi

Dwarawati/Parikesit; e.) bangunan profan atau bangunan tempat

tinggal/pemukiman.

2.2.10 Konsep Modul Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Keariafan

Lokal

Pada bagian ini akan dijelaskan gambaran konsep modul bahasa

Arab berbasis kearifan lokal yang akan dikembangkan oleh peneliti.

Berikut merupakan konsep prototipe sampul modul pembelajran bahasa

Arab berbasis kearifan lokal :

Gambar 2.1 Konsep Sampul Depan Gambar 2.2 Konsep Sampul belakang

JUDUL

PENULIS

Gambar

Judul

Ulasan Isi Modul

Kelbihan Modul

68

Gambar 2.1 merupakan konsep sampul depan modul yang berisi

judul modul, gambar atau ikon modul, dan nama penulis. Gambar 2.2

merupakan konsep sampul belakang modul yang berisi judul modul,

ulasan singkat isi modul dan kelebihan dan kekurangan modul. Pada

bagian awal modul terdapat pengantar penulis, daftar isi dan pedoman

penyajian modul.

Gambar 2.3 merupakan konsep pengantar penulis yang berisi

pengantar penulis. Gambar 2.4 merupakan konsep daftar isi modul.

Gambar 2.4 Konsep Pedoman Peyajian Modul

Gambar 2.3 Konsep Pengantar Penulis

Gambar 2.4 Konsep Daftar Isi

Pengantar Penulis

Tanggal pembuatan

Ttd penulis

DAFTAR ISI 1. Pengantar Penulis i

2.

3.

4. dst.

Pedoman Penyajian Modul

69

Gambar 2.4 merupakan konsep pedoman penyajian modul yang berisi

tentang ulasan singkat cara pengunaan modul. Selanjutnya pada bagian isi terdiri

dari kompetensi inti dan kompetensi dasar, tujuan dan indikator. Memasuki materi

inti terdiri dari pengenalan mufrodat, materi bacaan, latihan dan materi mengenai

struktur bahasa.

Gambar 2.5 dan gambar 2.6 merupakan konsep bagian awal yang berisi

kompetensi isi, kompetensi dasar, tujuan dan indikator. Pada bagian inti terdapat

kosakata, bacaan, tata bahasa dan latihan.

Gambar 2.5 Konsep Bagian Awal Bab 1

Gambar 2.6 Konsep Bagian Awal Bab 1

Gambar 2.7 Konsep Materi dan Latihan

Gambar 2.8 Konsep Materi dan Latihan

الدرس األول

Kompetensi Inti

Kompetensi dasar

Tujuan

Indikator

Judul Bab I

Gambar Apersepsi

Kosa Kata

Bacaan

Latihan

Tata Bahasa

70

Gambar 2.7 dan gambar 2.8 merupakan gambar konsep materi, contoh dan

latihan yang ada dalam mosul pembelajaran bahasa Arab berbasis kearifan lokal.

Selanjutnya pada bagian penutup modul terdapat rangkuman, glosarium dan

biografi penulis. Rangkuman berisikan rangkuman materi semester genap.

Glosarium berisi kosakata untuk memudahkan siswa mempelajari materi.

Gambar 2.9 merupakan konsep rangkuman yang berisi ringkasan materi.

Gambar 2.10 merupakan glosarium berisi daftar kosakata. Gambar 2.11

merupakan konsep biografi.

Gambar 2.9 Konsep Rangkuman

Gambar 2.10 Konsep Glosarium

Gambar 2.11 Konsep Biografi

Rangkuman

Glosarium

Biografi

Foto penulis

225

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berikut ini adalah simpulan dari penjabaran penelitian dan pengembangan

(R&D) berjudul Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis

Kearifan Lokal untuk Kelas XI MA, simpulan tersebut meliputi:

1. Hasil analisis kebutuhan guru dan siswa terhadap Modul Pembelajaran

Bahasa Arab Berbasis Kearifan Lokal untuk Kelas XI MA menyatkan bahwa

modul tersebut terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian depan (pendahuluan)

yang berisi yang berisi daftar isi, kata pengantar, cara penggunaan, bagian isi

yang berisi materi-materi bahasa Arab kelas XI MA semester genap pada

keterampilan membaca dan menulis dan evaluasi yang terintegrasi dengan

kearifan lokal Wonosobo. Pada bagian penutup berisi biografi penulis.

2. Berdasarkan analisis angket kebutuhan guru dan siswa, modul ini memuat

tiga tema, yaitu عبادة هللا؛ معالم السياحة الثقافية التسهيالت العامة واالجتماعية؛ التسهيالت ل

dan ukuran modul adalah 17,6 x 25 cm sehingga mudah والطابيعية

dimasukkan ke dalam tas.

3. Hasil analisis penilaian praktisi, ahli materi, ahli bahasa, dan ahli desain

grafis terhadap produk modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal adalah

bahwa modul ini layak atau sesuai dalam aspek kelayakan materi/isi,

226

penyajian, bahasa, maupun grafis dengan 195 atau 84.05 % memberikan skor

4 (sangat sesuai).

4. Hasil uji coba menyatakan bahwa hasil uji hipotesis diterima, dengan rincian

hasil uji hipotesis pihak kanan yang dihasilkan dari nilai siswa mengerjakan

soal tes keterampilan menulis menunjukkan t hitung 38,558 dan nilai siswa

mengerjakansoal tes keterampilan membaca menunjukkan t hitung 5,058

serta hasil penilaian siswa melalui angket menunjukkan t hitung 30,33.

Semuanya jatuh di daerah penerimaan Ha, sehingga Ha diterima. Adapun t

tabel 1,734 jatuh pada penerimaan Ho, sehingga produk baru lebih efektif dari

produk lama.

5. Berdasarkan analisis SWOT juga menunjukkan bahwa modul tersebut efektif

untuk keterampilan membaca dan menulis, karena dinilai lebih banyak

memiliki kelebihan dibandingkan dengan produk lama, di antaranya yaitu: (a)

dapat digunakan dalam keadaan apapun, (b) materi lebih menarik, (c) warna

yang digunakan lebih bervariasi, (d) dapat dimiliki dalam bentuk lain seperti

PDF atau e-book, (e) dapat dimiliki seluruh siswa jika diproduksi secara

masal.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan dalam penelitian ini, peneliti

menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru bahasa Arab dan siswa dapat menggunakan modul bahasa Arab

berbasis kearifan lokal sebagai salah satu sumber belajar yang dapat

227

membantu proses belajar mengajar, memahami kosakata, dan teks-teks

berbahasa Arab serta siswa menjadi aktif dan dapat belajar mandiri sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

2. Penelitian ini menjadi bahan pertimbangan peneliti selanjutnya mengenai

penggunaan modul bahasa Arab berbasis kearifan lokal karena penelitian

yang dilakukan peneliti sejauh ini baru sampai tahap pembuatan produk dan

pengujiannya terhadap peningkatan keterampilan membaca dan menulis pada

satu tema dan di satu sekolah. Sehingga memungkinkan kepada pihak lain

seperti mahasiswa/peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tindak lanjut

dengan kajian yang berbeda bisa menggunakan produk ini sebagai bahan

penelitian.

3. Guru-guru bahasa Arab berkenan memanfaatkan modul ini sebagai penunjang

dan membantu proses pembelajaran baik di sekolah maupun diluar sekolah

dan sebagai rujukan untuk menciptakan suasana belajar yang lebih kreatif dan

menyenangkan.

228

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abidin, Yunus. 2013. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Ainin, Moh, M, Tohir dan Imam Asrori. 2006. Evaluasi dalam Pembelajaran

Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: Hilal

Ainin, Moh. 2014. Metodologi Penelitian Penigkatan Kualitas Pembelajaran

Bahasa Arab (Teori dan Praktik). Malang: CV. Bintang Sejahtera.

Al-Gali, Abdullah dan Abdul Hamid Abdullah. 2012. Menyusun Buku Ajar

Bahasa Arab. Padang: Akademia Permata.

Arif, Kholiq Dan Otto Sukatno. 2013. Mata Air Peradaban: Dua Millenium

Wonosobo.Yogyakarta: LkiS Yogyakarta

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asrori, Imam. 2011. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:Rineka

Cipta

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran (Peranannya Sangat Penting dalam

Memenuhi Tujuan Pembelajaran). Yogyakata: Gava Media.

229

Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2010 Tentang Juknis Pengembangan Bahan

Ajar SMA .

Direktorat Tenaga Kependidikan Tahun 2008 Tentang Penulisan Modul.

Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:

Misykat.

----------------------------- 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang:

Misykat.

Ghalayaini, Mushthafa. 1994. Jami’ ad-Durus al-‘Arabiy. Beirut: al Maktabah al

‘ashriyah.

Hamid, Abdul. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab, Pendekatan,Materi dan Media.

Malang: UIN Malang Press.

Haryadi. 2006. Retorika Membaca, Model, Metode dan Teknik. Semarang: Rumah

Indonesia.

Hermawan, Acep. 2013. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Irawati, Retno Purnama. 2013. Mengenal Sejarah Sastra Arab. Semarang:

Egaacitya.

Iskandarwassid, Dadang Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Tahun 2013 Tentang Kurikulum

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah

230

Khusnan, Siti Fatimah, Joko Trisilo dkk. 2004. Lingkungan Hidup Wonosobo.

Wonosobo: Dinas Pendidikan Kabupaten Wonosobo.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2013. Panduan Membuat Bahan Ajar Buku teks

Pelajaran Sesuai Dengan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.

Ma’mur, Jamal Asmani. 2012. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal.

Jogjakarta: Diva Press.

Mubin, Nurul. 2016. Ritual Cukur Rambut Gimbal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Permainan Edukatif Pendukung

Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Diva Press.

Mukhtar. 2013. Metode Penelitian Deskriptif Kulitatif. Jakarta: GP Press Group.

Muntaha, Faqih, Sarwantho Priadhi dkk. 2002. Mengenal dan Membangun

Wonosobo. Wonosobo: Pemerintah Kabupaten Wonosobo.

Muradi, Ahmad. 2015. Pembelajaran Menulis Bahasa Arab. Jakarta:Kencana

Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab.

Jogjakarta: Diva Press.

Nurbayani, Yayan. 2012. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Zein

Al Bayan.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011: Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: BPFE

Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Jogjakarta: Diva Press.

231

Purwanto, Aristo Rahardi dan Suharto Lasmono. 2007. Pengembangan Modul.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Rahdiyanta, Dwi. 2005. Teknik Penyusunan Modul. Makalah disajikan dalam

Seminar dan Lokakarya Teknik Penyusunan Modul, Yogyakarta, 10

Januari.

Rahim, Farida. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta

-----------. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta

------------. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

------------- 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta

------------- 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Setiyadi, Bambang. 2006. Metodologi Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

232

---------------------------- 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Ulyan, Ahmad Fuad Mahmud. 1992. al-Maharah al-Lughowiyah, Mahiyatuha wa

Turuqu Tadrisuha. Riyadh: Darul Muslim.

Wibowo, Agus dan Gunawan. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan

Lokal Di Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

B. Skripsi

Anwari. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis Kearifan

Lokal di Taman Nasional Gunung Merapi untuk SMA/MA Kelas X Materi

Keanekaragaman Hayati. Skripsi. Yogjakarta: Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Muslim, Bahtiar. 2012. Efektifitas Penggunaan Modul Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan Dalam Upaya Pencapaian Hasil Belajar Siswa Kelas

IX SMP Negeri 4 Kalasan. Skripsi. Yogjakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Nafi’ah, Khotimatun. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab sebagai

Penunjang Pembelajaran Tarakib (Qawaid) Kelas VII MTS Negeri 1

Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

233

Puspita, Farisya Alfihani. 2014. Pengembangan Metode Pembelajaran Keterampilan

membaca Bahasa Arab Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple

Intelligence). Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Solichun, Muhammad. 2014. Problematika Pembelajaran Bahasa Arab: Studi Kasus di

MTs N Susukan dan MTs Terpadu Al Mustaqim Timpik Kecamatan Susukan

Kabupaten Semarang Tahun 2013. Thesis. Salatiga: STAIN Salatiga.

C. Jurnal Ilmiah

Azizahwati, Zuhdi Maaruf, Ruhizan M Yassin dan Ema Yuliani. 2015.

Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Kearifan Lokal

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXIX

Jateng dan DIY. Jogjakarta: ISSN.

Fajarini, Ulfa. 2014. “Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter”.

Jurnal Sosio Didaktika: vol. 1, No.2. Jakarta: Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah

Musanna, Al. 2012. Artikulasi Pendidikan Guru Berbasis Kearifan Lokal Untuk

Mempersiapkan Guru Yang Memiliki Kompetensi Budaya. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 18, No.3. Jakarta: Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Zulkarnain, Asdi Agustar, Febriyansyah, R. 2008. Kearifan Lokal Dalam

Pemanfaatan Dan Pelestarian Sumberdaya Pesisir. Jurnal Agribisnis

Kerakyatan. Vol 1, No. 1. Padang:Universitas Andalas.