pengembangan modul elektronik ... a1d116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik....
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK PEMBELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL BERBASIS ETNOKONTRUKTIVISME
DALAM TOPIK LACAK DAN TENGKULUK MENGGUNAKAN
APLIKASI KVISOFT FLIPBOOK MAKER UNTUK
KELAS V SEKOLAH DASAR
Marlina
ABSTRAK
Marlina, 2020. Pengembangan Modul Elektronik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Berbasis Etnokonstruktivisme Dalam Topik Lacak dan
Tengkuluk Menggunakan Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker Untuk
Kelas V Sekolah Dasar. Pembimbing:
Kearifan lokal merupakan nilai-nilai budaya suatu daerah yang perlu dilestarikan
karena memuat nilai-nilai yang dapat membentuk karakter peserta didik. Salah
satu kearifan lokal yang terdapat di Provinsi Jambi yaitu Lacak dan Tengkuluk.
Lacak dan Tengkuluk memiliki nilai-nilai seperti interaksi dan komunikasi yang
dapat dikaitkan dengan pembelajaran sosial. Oleh karena itu, sangat diperlukan
bahan ajar pembelajaran sosial yang berbasis etnokonstruktivisme Lacak dan
Tengkuluk. Seiring dengan perkembangan TIK, maka bahan ajar dikembangkan
dalam bentuk modul elektronik yang layak dan praktis. Penelitian ini dilaksanakan
di Sekolah Dasar Negeri 13/I Muara Bulian pada semester genap tahun ajaran
2019/2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research
and Development), dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang
terdiri dari 5 tahap, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan
Evaluation. Subjek penelitian ini peserta didik kelas VC Sekolah Dasar Negeri
13/I Muara Bulian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepraktisan
modul elektronik berbasis budaya lokal yang diperoleh dari respon guru kelas VA
mendapatkan jumlah skor nilai 57 dengan kategori “sangat praktis”, angket respon
guru kelas VB mendapatkan jumlah skor nilai 61 dengan kategori “sangat
praktis”, angket respon guru kelas VC mendapatkan jumlah skor nilai 62 dengan
kategori “sangat praktis”, dan angket respon guru kelas VD mendapatkan jumlah
skor nilai 61 dengan kategori “sangat praktis”. Sedangkan hasil penilaian angket
respon peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan
persentase nilai sebesar 85,85% yang termasuk kategori “sangat praktis”, angket
minat peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan persentase
nilai sebesar 83,4% yang termasuk kategori “sangat praktiss”, dan angket persepsi
peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan persentase nilai
sebesar 84,7% yang termasuk kategori “sangat praktiss”. Dari hasil penelitian ini
disimpulkan bahwa pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis
etnokonstruktivisme lacak dan tengkuluk menggunakan aplikasi kvisoft flipbook
maker untuk kelas V sekolah dasar valid dan praktis untuk digunakan dalam
proses pembelajaran serta dapat mengenalkan kebudayaan daerah yang ada pada
Kota Jambi khususnya Lacak dan Tengkuluk.
Kata Kunci: Modul Elektronik, Etnokonstruktivisme, Kvisoft flipbook Maker
PENDAHULUAN
Kearifan lokal merupakan nilai-nilai kebudayaan suatu daerah yang perlu
dilestarikan. Kearifan lokal juga salah satu aspek yang sangat berpengaruh
terhadap karakter budaya bangsa yang dapat dijadikan sebagai perekat sekaligus
memperkokoh identitas bangsa. Local wisdom is the positive behavior of man
connecting with nature and the surrounding environment (Dahliani, Soemarno,
dan Setijanti, 2015:157). Kearifan lokal yang dimiliki daerah dalam lingkup
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat luar biasa banyaknya dan
menunjukkan indahnya keberagaman. Sejalan dengan pendapat Rachmawati, Yi-
Fong & Chen (2014:323) in historical view, Indonesia had a good starting
foundation in favor the diversity and exalting human values, receive the diversity
and differences.
Indonesia memiliki 34 provinsi yang setiap daerahnya mempunyai
keberagaman yang berbeda-beda. Salah satu daerah yang memiliki banyak
keberagaman yaitu di Provinsi Jambi misalnya rumah adat, pakaian adat, makanan
khas hingga permainan tradisional. Provinsi Jambi memiliki masyarakat yang
sangat beragam dari aspek suku, ras, agama dan budaya sehingga Jambi memiliki
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang beraneka ragam. Salah satu kebudayaan
dan kearifan lokal di Provinsi Jambi tepatnya di Kota Jambi yang beberapa tahun
akhir ini sangat terkenal yaitu Lacak dan Tengkuluk. Lacak dan Tengkuluk adalah
salah satu perlengkapan pakaian adat Provinsi Jambi.
Hasil studi pendahuluan berupa wawancara yang telah dilakukan dengan
tokoh masyarakat, diantaranya Ketua Adat, Pegawai Museum Gentala Arasy dan
Kepala Museum Siginjei bahwa Lacak dan Tengkuluk adalah kebudayaan dari
Kota Jambi yang mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Lacak adalah salah
satu pakaian adat bagi pria yang digunakan sebagai pengikat kepala, sedangkan
Kuluk atau yang dikenal dengan Tengkuluk ialah penutup kepala bagi perempuan.
Lacak dan Tengkuluk digunakan dalam acara besar, acara adat hingga digunakan
dalam keseharian.
Lacak dan Tengkuluk memiliki nilai sosial yang tinggi yaitu dijadikan
sebagai perlengkapan pakaian adat. Menurut Inah (2013:177) “sebagai makhluk
sosial dan hidup berkelompok dalam kehidupan sehari-hari, tentu tidak luput dari
namanya interaksi atau komunikasi”. Dengan menggunakan lacak dan tengkuluk
di acara besar atau acara adat akan menimbulkan nilai-nilai sosial yang berupa
interaksi dan komunikasi. Pembelajaran sosial yang dihubungkan dengan nilai
kebudayaan disebut dengan istilah etnososial. Etnososial merupakan bidang ilmu
yang berkaitan dengan kelompok sosial dalam kebudayaan yang mempunyai arti
dan kedudukan tertentu.
Nilai-nilai sosial pada Lacak dan Tengkuluk dapat diterapkan ke dunia
pendidikan dan diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran di sekolah, karena
nilai-nilai sosial di daerah sekitar peserta didik merupakan acuan pembentukan
karakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa pembelajaran di
Sekolah Dasar mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, pada aspek
keberagaman budaya dapat diintegrasikan dalam konteks pembelajaran dengan
memasukkan konten kearifan lokal. Ditegaskan juga pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013
Lampiran IV bahwa pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara
tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan keragaman budaya lokal.
Potensi daerah merupakan salah satu acuan dalam mengembangkan
kurikulum, maka dari itu perlunya pembelajaran berbasis kearifan lokal. Sejalan
dengan pendapat Nakpodia (2010:2) menyatakan bahwa “culture is maintained or
modified through education by way of curriculum development, budaya
dipertahankan atau dimodifikasi melalui pendidikan dengan cara pengembangan
kurikulum”. Etno ataupun pembelajaran berbasis budaya lokal harus terserap dan
terbangun secara baik oleh peserta didik. Ethno cultural education is an education
directed on keeping ethno cultural identity of the person by familiarizing to native
language and culture simultaneously with values of world culture development
(Baigabylov 2013:410).
Dengan adanya pembelajaran berbasis budaya lokal akan membuat peserta
didik mengetahui nilai-nilai kebudayaan daerah. Selain itu peserta didik harus
mampu membangun pengetahuan dari pengalaman agar pembelajaran menjadi
lebih bermakna. Kalpana (2014:27) menyatakan “Constructivism is a view that
emphasizes the active role of students in building understanding and making
sense of the information”, konstruktivisme adalah pandangan yang menekankan
peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memahami informasi. Jadi
etnokonstruktivisme adalah membangun pengetahuan peserta didik secara aktif
dari pengalaman mengenai kearifan lokal.
Hasil studi pendahuluan di SD Negeri 13/I Rengas Condong berupa
wawancara dengan guru mengenai permasalahan yang ada di sekolah mengatakan
bahwa guru telah memasukkan kearifan lokal ke dalam pembelajaran tertentu
namun tidak pada semua mata pelajaran. Selain itu, guru masih berfokus pada
buku siswa dan buku guru dalam proses pembelajaran yang membuat peserta
didik cepat bosan dan konsentrasi yang tidak dapat bertahan lama. Untuk
meningkatkan keefektifan peserta didik dalam pembelajaran dapat menggunakan
bahan ajar yang interaktif seperti media pembelajaran yang menarik.
Menurut Nadlir (2014:306) “pendidikan berbasis kearifan lokal adalah
pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret
yang mereka hadapi”. Untuk menciptakan pembelajaran yang konkret, guru memiliki
peran penting dalam hal ini, salah satu caranya yaitu memasukkan/ menyisipkan
nilai kearifan lokal ke pendidikan dan diintegrasikan ke dalam pembelajaran.
Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting guna menanamkan nilai-nilai
budaya yang ada dilingkungan sekitar melihat kondisi saat ini banyak anak-anak
yang tidak mengetahui nilai budaya karena anak-anak saat ini cenderung melihat
budaya-budaya yang hadir melalui handpone, internet maupun televisi. Maka dari
itu perlunya sumber belajar yang berisi materi nilai-nilai kebudayaan, kemudian
materi tersebut dikemas dengan menarik dalam bentuk modul.
Kreatifitas dan inovasi dari guru sangat diperlukan untuk dapat
mengembangkan sumber belajar yang berbasis kearifan lokal dan budaya
setempat. Salah satu kreativitas guru dalam mengembangkan sumber belajar
yaitu dengan menggunakan teknologi. Menurut Fonda (2018:110) “the
development of science and technology increasingly encourages renewal efforts in
the utilization of technology results in the learning process”. Teknologi membuat
akses informasi lebih cepat dan mudah dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang
diperlukan dalam pendidikan. Untuk menggunakan teknologi, guru memiliki
peran penting yaitu guru harus mempunyai keterampilan dalam pemanfaatan
teknologi. Sejalan dengan pendapat Carreon (2018:20) yang menyatakan
“teachers as tecnology-driven leaders can do strategis to maximize the use of
technology to control learning at their own pace, time and place appropriate to
millennials”. Jika guru mampu menggunakan teknologi dengan baik maka
penyampaian informasi akan mudah dan menjadikan pembelajaran lebih
bermakna. Sebaliknya jika guru tidak mempunyai keterampilan dalam
memanfaatkan teknologi maka pembelajaran tidak terlaksana secara maksimal.
Untuk memaksimalkan pembelajaran, nilai-nilai kebudayaan yang akan di
implementasikan sebagai media sumber belajar berupa modul elektronik. Menurut
Rendra (2018) “modul elektronik memiliki potensi yang besar untuk digunakan
dalam proses pembelajaran”. Dengan pemakaian modul elektronik diharapkan
dapat membantu guru dalam menyampaikan materi di dalam kelas. Menurut
(Mulyadi, 2016:297) “salah satu media pembelajaran yang diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar yang menarik dan kondusif yaitu dengan
penggunaan media Flipbook”. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Neng
Nenden Mulyaningsih (2017) dengan judul “Penerapan Media Pembelajaran
Digital Book dengan Kvisoft Flipbook Maker”. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat pengaruh penggunaan digital book terhadap pemahaman konsep dan hasil
belajar mahasiswa dari rata-rata 70 untuk kelas kontrol (gain ternormalisasi 0,4)
menjadi 84 untuk kelas eksperimen (gain ternormalisasi 0,7).
Pemilihan media Kvisoft Flibook Maker dirasa cocok dengan
pengembangan kurikulum saat ini dan dapat meningkatkan berfikir kreatif siswa
dalam proses pembelajaran. Wibowo dan Pratiwi (2018:149) menyatakan bahwa :
“aplikasi kvisoft flipbook maker adalah salah satu aplikasi yang
mendukung sebagai media pembelajaran yang akan membantu dalam
proses pembelajaran karena aplikasi ini tidak terpaku hanya pada tulisan-
tulisan saja tetapi bisa dimasukan sebuah animasi gerak, video,
dan audio yang bisa menjadikan sebuah interaktif media pembelajaran
yang menarik sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton”.
Aplikasi Kvisoft flipbook maker diharapkan dapat memberikan pembaruan
suasana dalam proses pembelajaran di kelas. Sejalan dengan pendapat
Mulyaningsih dan Saraswati (2017:26) “Kvisoft Flipbook Maker juga dapat
membuat file PDF menjadi seperti sebuah majalah, majalah digital, flipbook, katalog
perusahaan, katalog digital dan lain-lain”. Dengan tampilan modul elektronik yang
bervariatif berbasis aplikasi Kvisoft flipbook maker dapat membantu peserta didik
untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan membantu guru untuk memperkenalkan
kepada peserta didik nilai-nilai budaya yang ada didaerah setempat sehingga dapat
menciptakan pembelajaran yang kontekstual.
METODE PENELITIAN
Model pengembangan pada penelitian ini menggunakan model penelitian
ADDIE. Menurut (Branch, 2009:2) “ADDIE is an acronym for Analyze, Design,
Develop, Implemet, and Evaluate”. Tahap pengembangan ADDIE terdiri dari lima
langkah, yaitu (1) Analisis, (2) Perencanaan, (3) Pengembangan, (4) Implementasi
dan, (5) Evaluasi. Alasan peneliti menggunakan Model ADDIE karena memiliki
prosedur yang sederhana namun implementasinya sistematis. Model ADDIE juga
selalu melakukan evaluasi dan revisi setiap tahap yang dilalui, sehingga
menghasilkan produk yang valid. Menurut Tegeh,dkk (2014:41) model ADDIE
memiliki lima langkah atau tahapan yang mudah dipahami dan diimplementasikan
untuk mengembangkan produk pengembangan seperti bahan ajar, modul
pembelajaran, video pembelajaran, multimedia dan lain sebagainya. Langkah-
langkah yang dilakukan
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pada penelitian pengembangan ini jenis data yang digunakan adalah data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari saran dan komentar
yang diperoleh dari validasi ahli media, validasi ahli bahasa dan validasi ahli
materi. Sedangkan data kuantitaif didapat dari hasil penghitungan angket respon
guru dan peserta didik. Sumber data pada penelitian ini adalah ahli media, ahli
bahasa dan ahli materi, guru dan peserta didik kelas VA SD Negeri 13/I Rengas
Condong.
Instrumen pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
angket. Angket merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono 2010:142). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
angket jenis tertutup, angket tertutup adalah instrumen penelitian yang sudah
tersedia item jawabannya. Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu
angket validasi dan angket respon.
Angket validasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket ahli
materi, ahli media dan ahli bahasa yang bertujuan untuk mengetahui kevalidan
produk yang dikembangkan.
Tabel 3.3 Kisi-kisi angket ahli materi
Variabel Indikator No. Butir
Instrumen
Pengembangan modul
elektronik pembelajaran
sosial berbasis
etnokontruktivisme
Lacak dan Tengkuluk
Kesesuaian materi dengan KI dan KD 1
Keakuratan materi 2, 3
Kemutakhiran materi 4, 5, 6
Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik
7, 8, 9, 10
(Sumber: BSNP,2008)
Tabel 3.4 Kisi-kisi angket ahli media
Variabel Indikator No. Butir
Instrumen
Pengembangan modul
elektronik pembelajaran
sosial berbasis
etnokontruktivisme
Lacak dan Tengkuluk
Jelas dan rapi 1, 2
Bersih dan menarik 3, 9
Cocok dan tepat sasaran 4, 5
Relevan dengan topik yang diajarkan 6
Sesuai dengan tujuan pembelajaran 7
Praktis dan luwes 8
Kualitas Baik 10
(Sumber: Asyhar, 2012)
Tabel 3.5 Kisi-kisi angket ahli bahasa
Aspek Indikator No. Butir
Instrumen
Pengembangan modul
elektronik pembelajaran
sosial berbasis
etnokontruktivisme Lacak
dan Tengkuluk
Ketepatan struktur kalimat 1
Keefektifan kalimat 2
Kabakuan istilah 3
Pemahaman terhadap pesan atau informasi 4
Kemampuan memotivasi peserta didik 5
Kesesuian dengan perkembangan intelektual peserta didik
6
Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta didik
7
Ketepatan bahasa 8
Ketepatan ejaan 9
(Sumber: BSNP,2012)
Angket respon yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket peserta
didik dan angket guru yang bertujuan untuk mengetahui kpraktisan produk yang
dikembangkan.
Tabel 3.6 Kisi-kisi angket respon peserta didik
Variabel Indikator No. Butir
Instrumen
Pengembangan modul elektronik
pembelajaran sosial berbasis
etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk
Kreatif 1, 2, 3, 4
Efektif 5, 6
Efesien 7
Interaktif 8, 9
Menarik 10, 11, 12
(Sumber: olahan peneliti)
Tabel 3.7 Kisi-kisi angket persepsi peserta didik
Variabel Indikator No.Item
Pengembangan modul elektronik
Pembelajaran Sosial Berbasis
Etnokonstruktivisme Lubuk Larangan
Menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook Maker
Untuk Kelas V Sekolah Dasar
Perasaan Peserta Didik 1, 10
Pemikiran Peserta Didik 2, 3, 4, 7
Tampilan Soal 8, 9
Efisiensi Media/Modul 5, 6
(Sumber: Ardiansyah, & Bahriah:2016)
Tabel 3.8 Kisi-kisi angket minat peserta didik
Variabel Indikator No.Item
Pengembangan modul
elektronik Pembelajaran
Sosial Berbasis
Etnokonstruktivisme Lubuk
Larangan Menggunakan
Aplikasi Kvisoft Flipbook
Maker Untuk Kelas V Sekolah Dasar
Perasaan suka terhadap aktivitas peserta didik
1, 3, 4, 5
Perasaan suka terhadap situasi belajar 8
Pemahaman konsep materi
pembelajaran 2, 7
Keaktifan peserta didk saat proses
pembelajaran 6, 9, 10
(Sumber:Rozikin, Amir, & Rohiat:2018)
Tabel 3.9 Kisi-kisi angket respon guru
Variabel Aspek No. Butir
Instrumen
Pengembangan modul elektronik
pembelajaran sosial berbasis
etnokontruktivisme Lacak dan
Tengkuluk
Tampilan 1, 2, 3, 4, 5, 6
Isi Materi 7, 8, 9, 10, 11, 12
Manfaat 13, 14, 15
TEKNIK ANALISIS DATA
(Sumber : Riduwan, 2013)
Analisis data digunakan untuk mengklarifikasi, menganalisa, dan menarik
kesimpulan dari semua data yang terkumpul. Pada penelitian ini teknik analisis data
yang dianalisis adalah angket oleh ahli media, ahli bahasa dan ahli materi, angket
respon peserta didik dan guru terhadap media modul elektronik yang
dikembangkan, dan wawancara tokoh masyarakat terhadap kearifan lokal budaya
Kota Jambi maupun wawancara guru terhadap media teknologi. Data yang
diperoleh melalui kegiatan uji coba diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan angket (saran dan komentar) yang disajikan dalam bentuk data
analisis deskriptif, analisis data ini dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan
revisi produk pengembangan bahan ajar. Sedangkan data kuantitatif yang
diperoleh dari hasil penyebaran angket yang diukur dengan skala likert. Berikut
merupakanpedoman penilaian skor menurut Anita, dkk (2015: 171-178) sebagai
berikut:
Tabel 3.10 Konversi Nilai Skala Lima
Interval Kriteria
X > X + 1,80 Sbi Sangat Baik
X + 0,60 SBi < X < X + 1,80 Sbi Baik
X - 0,60 SBi < X < X + 0,60 Sbi Cukup
X + 1,80 SBi < X < X + 1,60 Sbi Kurang
X < X - 1,80 Sbi Sangat Kurang
Sumber: Anita, dkk (2015:171-178)
Selanjutnya, silakukanlah perhitungan data yang diperoleh dari angket para
ahli untuk mengetahui tingkat kevalidan materi, bahasa dan media. Perhitungan
meggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
R = Rerata hasil penilaian para ahli/ praktisi
Vij = Skor hasil penilaian para ahli/ praktisi ke-j kriteria
n = Banyaknya para ahli/ praktisi yang menilai
m = banyaknya kriteria
Untuk melihat interval skor dan kategori kevalidan modul elektronik yang
dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.11 Interval skor dan kategori
Interval Skor Kategori
4,22 – 5,00 Sangat Valid
3,41 – 4,21 Valid
2,61 – 3,40 Cukup Valid
1,80 – 2,60 Kurang Valid
0 – 1,79 Sangat Kurang Valid
Angket dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Berdasarkan
penilaian angket respon guru, maka penilaian terhadap kepraktisan dianalisis
dengaan menggunakan rumus modifikasi dari Riduwan (2013:14) sebagai berikut:
Sehingga didapatkan penetapan tingkat kepraktisan sebagai berikut:
Tabel 3.12 Kategori angket respon guru
No Skala Nilai Kategori
1 55 -65,4 Sangat praktis
2 44,5 – 54,9 Praktis
3 34 – 44,4 Cukup Praktis
4 23,5 – 33,9 Tidak Praktis
5 13 – 23,4 Sangat tidak Praktis
∑
Penilaian angket peserta didik dianalisis dengan menggunakan rumus
modifikasi dari Aris dan Haryono (2012:95) sebagai berikut:
∑
∑
Tabel 3.13 Kategori angket respon peserta didik
No Skala Nilai Kategori
1 81% – 100 % Sangat praktis
2 61% - 80% Praktis
3 41%- 60% Cukup Praktis
4 21% - 40% Tidak Praktis
5 0% - 20% Sangat tidak Praktis
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pengembangan ini berupa produk bahan ajar modul
elektronik pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk
menggunakan aplikasi Kvisoft Flipbook Maker yang dikembangkan menggunakan
Model Pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation,
Evaluation). Langkah-langkah dalam penelitiaan pengembangan model ADDIE
terdiri dari 5 tahap yaitu Analyze (Analisis), Design (Perancangan), Development
(Pengembangan), Implementation (Implementasi) dan Evaluation (Evaluasi).
Tahap Analisis
Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara wawancara bersama tokoh adat
untuk mengetahui kearifan lokal Lacak dan Tengkuluk dan wawancara bersama
guru untuk megetahui ketersediaan bahan ajar berbasis kearifan lokal. Adapun
hasil wawancara bersama tokoh wawancara mengenai Lacak dan Tengkuluk yang
diperoleh yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil wawancara bersama tokoh masyarakat mengenai Lacak dan Tengkuluk di
Kota Jambi
No Nama Tokoh
Masyarakat
Hasil Wawancara
1 Ismail (Ketua Adat) Sejarah penggunaan lacak yaitu pada tahun 1960an
yaitu digunakan untuk menghadiri acara adat, acara
penyambutan tamu dan acara pengantin yang diiringi dengan
kompangan. Namun sekarang lacak bisa digunakan
kemanapun dan kapanpun. Bentuk lacak dahulu dan sekarang
jelas berbeda karena adanya kreasi dari masyarakat. Bentuk
lacak dahulu hanya lonjong keatas, namun sekarang sudah
banyak bentuk-bentuk yang bervariasi pada Lacak dan lebih
pendek. Sedangkan penggunaan tengkuluk yaitu pada tahun
1980an yaitu digunakan untuk pergi kesawah yang berguna
untuk melindungi kepala dari sinar matahari. Bentuk
tengkuluk pada tahun 1980an sangat simpel dan mudah
digunakan, berbeda dengan tengkuluk saat ini yang sudah
banyak kreasinya. Tengkuluk yang kini memiliki banyak
kreasi digunakan untuk acara-acara besar bahkan untuk pergi
ke kantor menggantikan hijab.
2 Ibrahim (Pegawai
Museum Gentala Arasy)
Lacak dipopulerkan oleh mantan Gubernur Jambi
Zumi Zola pada tahun 2017. Lacak dan tengkuluk adalah
salah satu tradisi budaya yang dicoba diperkenalkan ke
masyarakat melalui Museum. Keberadaan Lacak dan
Tengkuluk di Museum menandakan bahwa partisipasi
pemerintah terhadap pelestarian budaya sangat tinggi untuk
masyarakat sekitar. Selain itu digunakan untuk lapangan
pekerjaan yang dapat menampung hasil kerajinan tangan
masyarakat setempat. Lacak yang ada di Museum Gentala
Arasy adalah hasil kerajinan tangan masyarakat sekitar untuk
dijual. Harga lacak bervariasi mulai Rp 30.000,- hingga Rp
70.000,- sesuai bahan yang digunakan.
3 Leni (Kepala Museum
Siginjai)
Lacak adalah salah satu perlengkapan dalam pakaian
adat pria Jambi. Pada masa periode gubernur Zumi Zola,
beliau tertarik untuk melestarikan kebudayaan Kota Jambi
yaitu Lacak dan Tengkuluk. Lacak memiliki beberapa nama
yang berbeda, untuk memperkenalkan kepada masyarakat,
Bapak Zumi Zola mengadakan rapat bersama ninik mamak
tuo-tuo tengganai untuk menyamakan nama dari Lacak. Bulan
februari 2017 disepakati Lacak boleh digunakan kemana-
mana dengan kelengkapan pakaian batik. Lacak terbagi
menjadi 3, yaitu kepak ayam patah, gagak inggap dan pucuk
rebung. Sedangkan kuluk atau yang sering disebut dengan
tengkuluk pada zaman dahulu digunakan untuk pergi kesawah
dengan tujuan utama untuk melindungi mata, muka dan
kepala dari sengatan sinar matahari. Namun pada saat ini,
tengkuluk sudah dapat dikreasikan untuk digunakan sebagai
pengganti hijab. Jenis tengkuluk sampai saat ini ada 98 jenis.
Sistem penggunaan tengkuluk tidak dijahit dan tidak boleh
menggunakan peniti tetapi menggunakan sistem diikat. Motif
batik yang digunakan pada tengkuluk dan lacak yaitu batik
Jambi, akan tetapi pemilihan batik harus disesuaikan. Salah
satu motif yang cocok digunakan pada lacak dan tengkuluk
yaitu motif tumbuhan. Pada saat ini, lacak dan tengkuluk
dapat digunakan untuk acara adat, acara pengantin bahkan
untuk pergi kekantor.
Tabel 4.2 Hasil wawancara bersama guru kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong
mengenai ketersediaan bahan ajar
Nama Guru Hasil Wawancara
Nur Asia, S.Pd Pengetahuan guru mengenai media TIK berbatas pada
penggunaan laptop dan proyektor. Menurut guru, penggunaan media
TIK saangat membantu dalam proses pembelajaran dan peserta didik
lebih tertarik. Dengan adanya media TIK peserta didik memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi dengan adanya hal yang baru. Selain itu,
proses pembelajaran menjadi aktif dengan adanya timbal balik antara
guru dan peserta didik. Dengan adanya media TIK juga hasil belajar
siswa meningkat. Namun sering terjadi kendala dalam penggunaan
media TIK dikarenakan terbatasnya jumlah proyektor yang ada.
Kearifan lokal adalah budaya yang ada di daerah kita masing-
masing. Contoh kearifan lokal yaitu makanan tradisional (tempoyak)
dan rumah adat. Di sekolah ini ahan ajar yang berkaitan dengan
kearifan lokal belum ada. Untuk mengatasi hal tersebut saya mempelajari kearifan lokal terlebih dahulu, kemudian mencari materi
yang cocok dengan kearifan lokal yang dipilih. Rasa ingin tahu
peserta didik lebih rendah jika pembelajaran dikaitkan dengan
kearifan lokal yang mana di zaman yang sudah modern ini membuat
peserta didik memahami kearifan lokal dianggap kuno sehingga
tradisi yang ada di daerah setempat mulai pudar dan lama-kelamaan
akan hilang.
Dengan adanya bahan ajar elektronik berbasis kearifan lokal akan
membuat peserta didik senang karena penyajian materi yang
memberikan inovasi baru dalam proses pembelajaran. Harapan saya
adanya bahan ajar khusus yang mengaitkan pembelajaran dengan
kearifan lokal agar nilai-nilai kebudayaan kita tidak hilang dan tetap bisa dilestarikan.
Berdasarkan hasil wawancara bersama guru, bahwa belum tersedianya
bahan ajar khusus mengenai muatan Kearifan Lokal. Bahan ajar yang biasa
digunakan guru berupa buku guru dan buku siswa, serta buku tambahan lain yang
menunjang materi yang tidak terdapat pada buku guru atau buku siswa. Selain itu
guru belum dapat mengaitkan kearifan lokal ke semua mata pelajaran karena
keterbatasan pengetahuan mengenai kebudayaan yang ada. Oleh karena itu,
diperlukan bahan ajar tambahan yang dapat menunjang materi pembelajaran dan
berisi kearifan lokal yang terdapat padda salah satu daerah di Provinsi Jambi. Hal
tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk upaya memperkenalkan dan melestarikan
kearifan lokal.
Berdasarkan analisis di lapangaan, karaktersitik peserta didik kelas V SD
Negeri 13/I Rengas Condong memiliki berbagai macam karaktersitik, yaitu
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Temuan lapangan karakteristik peserta didik
No Temuan lapangan karakteristik peserta didik
1 Peserta didik senang bergerak saat proses pembelajaran berlangsung
2 Peserta didik aktif apabila belajar melalui pengalaman langsung
3 Perhatian peserta didik akan terpusat apabila pembelajaran dilakukan dengan bahan ajar
4 Peserta didik suka pembelajaran yang bermuatan prakarya
Berdasarkan analisis yang dilakukan, pada penelitian ini peneliti akan
berfokus pada Kelas V Tema IV “Sehat itu Penting” Subtema 2 “Gangguan
Kesehatan pada Organ Peredaran Darah”. Kompetensi yang digunakan memuat
kompetensi dasar materi IPS, Bahasa Indonesia dan PPKN, tepatnya pada
Pembelajaran 3 dan Pembelajaran 4. Kompetensi dasar yang akan dicapai terdapat
pada tabel 4.1 yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.4 Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi Dasar Indikator
Pembelajaran 3
IPS
3.2 Memahami interaksi manusia dengan
lingkungan dan pengaruhnya terhadap
pembangunan sosial, budaya dan ekonomi
masyarakat Indonesia 4.2 Menceritakan interaksi manusia dengan
Memahami interaksi manusia
dengan lingkungan terhadap
budaya masyarakat Kota Jambi
Menjelaskan aktivitas kebudayaan
masyarakat Kota Jambi
lingkungan dan pengaruhnya
terhaadappembangunan sosial budaya dan ekonomi masyarakat indonesia
Bahasa Indonesia
3.6 Menggali isi amanat pantun yang disajikan
secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk
kesenangan
4.6 Melisankan pantun hasil karya pribadi dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagi
bentuk ungkapan diri
Menentukan ciri-ciri pantun
Membuat pantun mengenai
kearifan lokal Kota Jambi
PPKn
3.2 Memahami makna tanggung jawab sebagai
warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Mengambil keputusan bersama tentang
tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari
Menentukan makna tanggung
jawab sebagai warga masyarakat
Melakukan tanggung jawab sebagai
warga masyarakat Kota Jambi
Pembelajaran 4
IPS
3.2 Memahami interaksi manusia dengan
lingkungan dan pengaruhnya terhadap
pembangunan sosial, budaya dan ekonomi
masyarakat Indonesia
4.2 Menceritakan interaksi manusia dengan
lingkungan dan pengaruhnya
terhaadappembangunan sosial budaya dan ekonomi masyarakat indonesia
Memahami interaksi manusia
dengan lingkungan terhadap
budaya masyarakat Kota Jambi
Menjelaskan aktivitas kebudayaan
masyarakat Jambi
Bahasa Indonesia
3.6 Menggali isi amanat pantun yang disajikan
secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk
kesenangan
4.6 Melisankan pantun hasil karya pribadi dengan
lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagi
bentuk ungkapan diri
Menentukan amanat pantun
Membandingkan amanat pantun
mengenai kearifan lokal Kota
Jambi
PPKn
3.2 Memahami makna tanggung jawab sebagai
warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
4.2 Mengambil keputusan bersama tentang
tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari
Menentukan makna tanggung
jawab sebagai warga masyarakat
Melakukan tanggung jawab sebagai
warga masyarakat Kota Jambi
Berdasarkan indikator yang telah dijabarkan, muatan kearifan lokal dapat
dimasukkan pada indikator IPS berkaitan dengan interaksi manusia dan
lingkungan dengan muatan nilai-nilai kearifan lokal Lacak dan Tengkuluk.
Karena dilihat dari segi pemakaiannya nilai sosial yang terdapat pada Lacak dan
Tengkuluk adalah mampu menyatukan antar masyarakat pada sebuah acara adat
sehingga secara tidak langsung dapat menjadi simbolisasi dari pemersatu dari
masyarakat tersebut.
Perancangan
Setelah formaat bahan ajar ditentukan, peneliti membuat desain awal bahan
ajar berupa modul elektronik berbasis etnokontruktivisme. Persiapan alat yang
digunakan adalah mempersiapkan software Microsoft Word 2010. Setelah itu,
peneliti membuat desain awal modul elektronik sesuai dengan format yang telah
dipilih yaitu sebagai beirkut.
a. Cover
Judul buku yang terdapat pada cover buku, terdiri dari judul bahan ajar
"Sehat Itu Penting" yang disertai dengan identitas nama pemilik buku. Pada cover
buku terdapat sepasang karakter gambar anak Sekolah Dasar berseragam merah
putih. Karakter pada cover didesain dengan warna yang cerah untuk menarik
minat peserta didik dalam menggunakan bahan ajar.
b. Kata Pengantar
Gambar 4.1 Halaman Cover
Kata pengantar menggunakan jenis huruf Verdana dengan ukuran 14. Huruf
Verdana dipilih karena tampilan huruf terlihat jelas, besardan bentuk hurufnya
menarik serta memiliki space yang tidak berdekatan. Kata pengantar berisi tentang
ucapan rasa syukur daan terima kasih penulis kepada pihak yang telah membantu.
Gambar 4.2 Halaman Kata Pengantar
c. Halaman Daftar Isi dan Petunjuk Penggunaan Modul
Pada Halaman Daftar isi menunjukkan nomor halaman yang ada didalam
modul elektronik. Halaman petunjuk penggunaan modul elektronik bertujuan agar
peserta didik dapat mengetahui cara penggunaan modul elektronik. Daftar isi dan
petunjuk penggunaan modul dibuat dengan jenis huuf Verdana dengan ukuran 14.
Gambar 4.3 Halaman Daftar Isi dan Petunjuk Penggunaan Modul
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Halaman kompetensi inti memuat kompetensi spiritual, kompetensi sosial,
kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Kompetensi dasar
pembelajaran memuat kompetensi yang harus dipelajari peserta didik pada
kurikulum sekolah dasar.
Gambar 4.4 Halaman Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
e. Indikator dan Tujuan Pembelajaran
Halaman indikator memuat tentang pembelajaran yang akan dicapai
sedangkan halaman tujuan pembelajaran memuat tentang pembelajaran yang
akan dicapai
Gambar 4.5 Halaman Indikator dan Tujuan Pembelajaran
f. Halaman Cerita
Halaman cerita etnokontruktivisme memuat unsur etnokontruktivisme
berdasarkan kearifan lokal Provinsi Jambi mengenai kebudayaan Lacak dan
Tengkuluk.
g. Halaman Evaluasi
Gambar 4.6 Halaman Cerita
Halaman evaluasi memuat beberapa pertanyaan untuk mengevaluasi hasil
pembelajaran peserta didik
h. Halaman Materi
Gambar 4.7 Halaman Evaluasi
Halaman materi memuat materi pembelajaran yang telah disesuaikan
dengan kompetensi pembelajaran
Gambar 4.8 Halaman Materi
i. Halaman Prakarya dan Permainan Tradisional
Halaman keterampilan prakarya memuat prakarya yang akan dibuat peserta
didik. Prakarya dilaksanakan setelah selesai melakukan pembelajaran. Halaman
permainan tradisional memuat salah satu permainan tradisional yang berasal dari
Provinsi Jambi yang sangat jarang dimainkan di zaman sekarang.
Gambar 4.9 Halaman Prakarya dan Permainan Tradisional
j. Halaman Penilaian dan Profil Penulis
Halaman penilaian memuat beberapa kriteria untuk hasil evaluasi peserta
didik setelah melakukan kegiatan prakarya dan permainan tradisional. Profil
penulis memuat biodata mengenai penulis.
Pengembangan
Gambar 4.10 Halaman Penilaian dan Profil Penulis
Pada tahap pengembangan, peneliti melakukan validasi yaitu validasi materi,
validasi media dan validasi bahasa serta diikuti revisi produk.
Tabel 4.5 Penilaian Validator Materi
No Kriteria Penilaiain Validasi
Tahap 1 Tahap 2
1 Materi pada e-modul sesuai dengan KI dan KD dalam kurikulum 2013
3 4
2 Keakuratan penyampaian materi pada e-modul sesuai dengan kelayakan isi dalam kurikulum 2013
3 4
3 Konsep dan definisi yang disajikan tidak menimbulkan banyak tafsir dan sesuai dengan materi
4 5
4 Materi pada e-modul sesuai dengan tuntutan kurikulum 4 5
5 Materi pada e-modul mendorong peserta didik untuk 4 4
mencari informasi lebih jauh
6 Keruntutan materi pembelajaran dengan alur pikir peserta didik
3 4
7 Materi yang terdapat pada e-modul sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik
4 4
8 Materi yang terdapat pada e-modul sesuai dengan tingkat
perkembangan sosial emosional peserta didik 4 5
9 Penyampaian materi pada e-modul sesuai dengan ilustrasi dan contoh.
4 5
10 Materi yang terdapat pada e-modul tidak mengandung unsur SARA/Pornografi
4 4
Jumlah 37 44
Rata-rata 3,7 4,4
Kategori Valid Sangat
Valid
Tabel 4.6 Penilaian Validator Media
No Kriteria Penilaian Validasi
Tahap 1 Tahap 2
1 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme yang digunakan jelas dalam penyajiannya
4 5
2 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme yang digunakan rapi dalam susunan serta penataannya
3 4
3 Penyajian e-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme berwarna menarik
4 4
4 Kesesuaian e-modul pembelajaran sosial berbasis
etnokontruktivisme dengan karakteristik peserta didik 3 5
5 Kesesuaian e-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme dengan subjek pembelajaran
4 4
6 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme yang digunakan relevan dengan topik yang diajarkan
4 5
7 Kesesuaian e-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme4terhadap tujuan yang diharapkan
3 4
8 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme praktis, luwes, dan dapat digunakan secara berulang-ulang
4 5
9 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme dapat menarik minat peserta didik untuk belajar
3 5
10 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme memiliki kualitas yang baik
4 5
Jumlah 36 46
Rata-rata 3,6 4,6
Kategori valid Sangat valid
Tabel 4.7 Penilaian Validator Bahasa
No Kriteria Penilaian Validasi
Tahap 1 Tahap 2
1 Kalimat yang digunakan mewakili isi pesan atau informasi
yang ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat bahasa Indonesia
4 4
2 Kalimat yang digunakan sederhana dan langsung ke sasaran 4 5
3 Istilah yang digunakan sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia.
4 5
4 Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang
menarik dan lazim dalam bahasa Indonesia
4
5 Bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta didik membaca e-modul
4 4
6 Bahasa yang digunaan sesuai dengan kognitif peserta didik 3 4
7 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan emosional peserta 3didik
3 5
8 Penggunaan tanda baca pada kalimat sudah sesuai dengan
aturan yang berlaku
4 5
9 Ejaan yang digunakan mengacu pada ejaan yang disempurnakan
3 4
Jumlah 33 40
Rata-rata 3,6 4,4
Kategori valid Sangat
valid
Implementasi
Setelah dilakukan validasi oleh tim dosen validator dan produk dinyatakan
layak diuji cobakan, tahap selanjutnya adalah melakukan ujicoba modul elektronik
berbasis etnokontruktivisme yang sudah valid. Uji coba produk dilakukan sebagai
tahap untuk melihat kepraktisan produk yang dikembangkan. Adapun hasil respon
guru terhadap produk yang dikembangkan yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.8 Hasil Respon Guru Kelas VA SD Negeri 13/I Rengas Condong
No Penyataan Skor
1 Kepraktisan Penggunaan 4
2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 4
3 Pemilihan background e-modul sesuai 4
4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5
5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 5
6 Daya tarik buku 4
7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 5
8 Kejelasan struktur materi disajikan 4
9 Ketepatan penggunaan bahasa 4
10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 4
11 Materi mudah dimengerti 5
12 Kedalaman materi yang disajikan 4
13 Mempermudah pemahamam peserta didik 5
Jumlah 57
Tabel 4.9 Hasil Respon Guru Kelas VB SD Negeri 13/I Rengas Condong
No Penyataan Skor
1 Kepraktisan Penggunaan 5
2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 4
3 Pemilihan background e-modul sesuai 4
4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5
5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 5
6 Daya tarik buku 5
7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 4
8 Kejelasan struktur materi disajikan 5
9 Ketepatan penggunaan bahasa 5
10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 5
11 Materi mudah dimengerti 5
12 Kedalaman materi yang disajikan 5
13 Mempermudah pemahamam peserta didik 4
Jumlah 61
Tabel 4.10 Hasil Respon Guru Kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong
No Penyataan Skor
1 Kepraktisan Penggunaan 5
2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 5
3 Pemilihan background e-modul sesuai 5
4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5
5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 5
6 Daya tarik buku 5
7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 4
8 Kejelasan struktur materi disajikan 5
9 Ketepatan penggunaan bahasa 5
10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 4
11 Materi mudah dimengerti 5
12 Kedalaman materi yang disajikan 4
13 Mempermudah pemahamam peserta didik 5
Jumlah 62
Tabel 4.11 Hasil Respon Guru Kelas VD SD Negeri 13/I Rengas Condong
No Penyataan Skor
1 Kepraktisan Penggunaan 5
2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 5
3 Pemilihan background e-modul sesuai 4
4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 4
5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 4
6 Daya tarik buku 5
7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 5
8 Kejelasan struktur materi disajikan 5
9 Ketepatan penggunaan bahasa 5
10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 5
11 Materi mudah dimengerti 5
12 Kedalaman materi yang disajikan 4
13 Mempermudah pemahamam peserta didik 5
Jumlah 61
Penilaian produk pada uji coba kelompok besar dilakukan oleh 20 orang
peserta didik dengan angket yang disediakan oleh peneliti. Adapun angket yang
disediakan yaitu angket respon, angket minat dan persepsi. Adapun hasil angket
respon peserta didik terhadap produk yang dikembangkan yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.16 Hasil Respon Peserta Didik terhadap Bahan Ajar
No Nama Siswa Nomor Item Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 6 7
1 AA 4 4 4 4 4 4 5 29
2 AH 5 4 5 4 5 4 4 31
3 GFA 4 4 5 3 3 5 2 26
4 KY 5 5 4 4 4 3 5 30
5 MORA 3 5 4 3 5 5 5 30
6 MRI 5 4 5 3 4 5 4 30
7 MZ 5 5 5 5 5 4 4 33
8 MAR 3 3 3 3 3 3 4 22
9 MAS 2 4 5 2 5 5 5 28
10 MFZ 5 4 4 3 4 4 5 29
11 MA 5 4 5 5 5 5 5 34
12 NK 4 4 4 4 4 4 5 29
13 RH 4 4 4 4 4 4 4 28
14 RM 5 5 5 5 5 5 5 35
15 AMP 4 4 4 4 4 4 4 28
16 RRZ 4 5 4 4 5 5 5 32
17 ZN 4 5 4 5 3 4 5 30
18 RKA 5 4 4 4 5 5 4 31
19 VMR 4 4 4 5 4 5 5 31
20 ZWP 5 5 5 5 5 5 5 35
Jumlah 601
Persentase 85,85%
Adapun hasil angket minat peserta didik terhadap produk yang
dikembangkan yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.17 Hasil Angket Minat Peserta Didik terhadap Bahan Ajar
No Nama
Siswa
Nomor Item Jumlah
Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 AA 4 3 3 4 3 4 5 3 5 3 38
2 AH 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 42
3 GFA 4 4 5 3 3 5 2 5 3 3 37
4 KY 5 5 4 4 4 3 5 4 4 4 42
5 MORA 3 5 4 3 5 5 5 4 3 5 39
6 MRI 5 4 5 3 4 5 4 5 3 4 42
7 MZ 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48
8 MAR 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 33
9 MAS 2 4 5 2 5 5 5 5 2 5 40
10 MFZ 5 4 4 3 4 4 5 4 5 4 42
11 MA 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 45
12 NK 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 43
13 RH 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
14 RM 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 48
15 AMP 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39
16 RRZ 4 5 4 4 5 5 5 3 4 5 44
17 ZN 4 5 4 5 3 4 5 5 5 3 44
18 RKA 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 44
19 VMR 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 40
20 ZWP 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44
Jumlah 834
Persentase 83,4%
Adapun hasil angket persepsi peserta didik terhadap produk yang
dikembangkan yaitu sebagai berikut.
Tabel 4.18 Hasil Angket Persepsi Peserta Didik terhadap Bahan Ajar
No
Nama
Siswa
Nomor Item Jumlah
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 40
1 AA 4 3 4 4 5 4 5 3 4 4 42
2 AH 5 5 4 4 5 3 3 5 4 4 44
3 GFA 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 47
4 KY 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 35
5 MORA 3 2 4 4 5 3 4 2 4 4 48
6 MRI 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 36
7 MZ 5 5 3 3 3 3 3 5 3 3 37
8 MAR 3 3 4 4 5 2 5 3 4 4 37
9 MAS 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 44
10 MFZ 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 41
11 MA 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41
12 NK 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47
13 RH 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 43
14 RM 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 45
15 AMP 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 46
16 RRZ 4 5 5 5 4 5 3 5 5 5 43
17 ZN 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 42
18 RKA 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 47
19 VMR 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 42
20 ZWP 3 3 5 4 5 5 5 3 5 4 40
Jumlah 847
Persentase 84,7
Evaluasi
Tahap terakhir dalam penelitian pengembangan menggunakan Model
ADDIE adalah tahap evaluasi. Evaluasi dalam penelitian ini dilakukan pada tiap
tahapan prosedur pengembangan jika diperlukan. Evaluasi dalam penelitian ini
juga dilakukan pada saat proses validasi oleh validator ahli media, ahli materi dan
ahli bahasa untuk melihat kelayakan dari produk yang dikembangkan. Suatu
produk pengembangan dinyatakan layak apabila telah memenuhi kriteria valid
dan praktis. Hal ini juga dinyatakan oleh Akker dalam Fatmawati (2016:95)
"perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan berkualitas jika
memenuhi tiga kriteria, yaitu validitas, kepraktisan dan efektivitas".
Pembahasan Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan R&D (Research and
Development). Pengembangan bahan ajar berupa modul elektronik berbasis
etnokontruktivisme media dikembangkan menggunakan model ADDIE (Analysis,
Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Alasan pemilihan model
ADDIE dikarenakan model ini memiliki prosedur yang sederhana namun
implementasinya sitematis. Model ADDIE juga selalu melakukan evaluasi dan
revisi setiap tahap yang dilalui, sehingga menghasilkan produk yang valid.
Pada model pengembangan ADDIE, tahap yang pertama yaitu tahap
Analysis (Analisis). Tahap analisis peneliti melakukan analisis kebutuhan, analisis
kurikulum dan analisis karakteristik peserta didik. Analisis kebutuhan pada
penelitian ini ada dua, yaitu analisis kebutuhan yang dilakukan bersama tokoh
masyarakat berupa wawancara untuk mengetahui kebudayaan Lacak dan
Tengkuluk dan analisis kebutuhan yang dilakukan bersama guru berupa
wawancara untuk mengetahui ketersedian bahan ajar dengan mengaitkan kearifan
lokal. Tahap selanjutnya yaitu tahap Design (Desain), pada tahap ini peneliti
melakukan desain awal berupa pemilihan layout serta pemilihan gambar dan
animasi pada modul dan memilih kompetensi dasar yang sesuai dengan
kebudayaan Lacak dan Tengkuluk untuk melakukan pengembangan modul
elektronik berbasis etnokontruktiviseme.
Pada tahap Development (Pengembangan), peneliti melakukan
pengembangan terhadap bahan ajar berupa modul elektronik berbasis
etnokontruktivisme. Setelah produk dikembangkan peneliti melakukan validasi
yang dilakukan oleh ahli materi, ahli media dan ahli bahasa. Validasi dilakukan
untuk mengetahui kekurangan dari produk yang dikembangkan serta direvisi
sesuai saran dari validator. Pada validasi ahli materi terdapat 10 butir tanggapan
yang harus diberikan oleh validator ahli materi. Sementara pada validasi media
terdapat 10 butir tanggapan yang harus diberikan oleh validator media. Dan pada
validasi bahasa terdapat 9 butir tanggapan yang harus diberikan oleh validator
bahasa. Hasil validasi pada tahap akhir dari validator ahli materi memperoleh
penilaian dengan kategori “sangat valid”. Kemudian hasil validasi pada tahap
akhir dari validator media memperoleh penilaian dengan kategori “sangat valid”.
Selanjutnya hasil validasi pada tahap akhir dari validator bahasa memperoleh
penilaian dengan kategori “sangat valid”.
Angket validasi dalam penelitian pengembangan ini menggunaakan
pernyataan positif (skala likert) dengan skor yang diberikan yaitu, 1 (sangat
kurang), 2 (kurang), 3 (cukup), 4 (baik), serta 5 (sangat baik). Setelah penilaian
diberikan, langkah selanjutnya adalah menghitung penilaian yang didapatkan
menggunakan rumus yang telah ditentukan, hasil yang didapatkan menjadi dasar
untuk melihat kualifikasi produk yang dinilai.
Setelah dilakukan validasi, tahap selanjutnya yaitu tahap implementation
(implementasi). Pada tahap ini produk yang dikembangkan diuji cobakan ke kelas
V SD Negeri 13/I Rengas Condong. Produk ini diuji cobakan kepada guru dan
peserta didik. Pada tahap implementasi produk yang dikembangkan terdiri dari 2
tahap yaitu tahap uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. Subjek uji
coba kelompok kecil terdiri dari 9 peserta didik yang dipilih secara random
dengan kategori kemampuan yang berbeda-beda yaitu kemampuan tinggi,
kamampuan sedang dan kemampuan rendah. Subjek uji coba dilakukan untuk
melihat keterbacaan dan keterpakaian produk. Hasil yang didapatkan berupa
catatan harian menjadi dasar untuk merevisi produk yang dikembangkan sebelum
diuji cobakan dalam kelompok besar. Subjek uji coba kelompok besar dilakukan
pada seluruh peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong. Pada uji
coba kelompok besar hasil yang didapatkan berupa angket penilaian dari guru
kelas dan seluruh peserta didik kelas VC. Hasil penilaian angket oleh guru dan
peserta didik menujukkan bahwa produk yang dikembangkan memiliki dampak
positif terhadap proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil uji coba tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa modul
elektronik berbasis etnokontruktivisme memiliki tingkat validitas dengan sangat
valid serta mampu membantu peserta didik dalam memahami keberagaman
budaya di Kota Jambi. Selain itu juga terdapat prakarya dan permainan tradisional
yang membantu peserta didik agar mampu memperkuat materi mengenai
keberagaman budaya di Kota Jambi.
Adapun keunggulan dari modul elektronik yang dikembangkan oleh peneliti
yaitu 1) penyajian yang bersifat statis membuat pembelajaran menjadi lebih
interaktif, 2) meningkatkan motivasi dan minat peserta didik dalam belajar
mengenai kearifan lokal, dan 3) memberikan inovasi baru dalam pendidikan.
Sedangkan kelemahan pada modul elektronik yang dikembangkan yaitu
keterbatasan fasilitas sarana pendukung dari sekolah dan pengetahuan guru serta
peserta didik mengenai teknologi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial
berbasis etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook di kelas V Sekolah Dasar yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1) Pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis
etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook dilakukan dengan menggunakan Model ADDIE, yaitu Analysis
(tahap analisis), Design (tahap perancangan), Development (tahap
pengembangan), Implementation (tahap implementasi) dan Evaluation
(tahap evaluasi).
2) Tingkat kevalidan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis
etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook yang diperoleh dari validator materi yaitu 4,4 dengan kategori
Sangat Valid, validator media yaitu 4,6 dengan kategori Sangat Valid, dan
validator bahasa yaitu 4,4 dengan kategori Sangat Valid. Tingkat
kepraktisan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis
etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft
Flipbook yang diperoleh dari respon guru dan respon peserta didik. Respon
guru kelas VA yaitu 57 dengan kategori Sangat Praktis, respon guru kelas
VB yaitu 61 dengan kategori Sangat Praktis, respon guru kelas VC yaitu 62
dengan kategori Sangat Praktis, dan respon guru kelas VD yaitu 61 dengan
kategori Sangat Praktis. Angket respon peserta didik yaitu 85,85% dengan
kategori Sangat Praktis, Angket respon peserta didik yaitu 85,85% dengan
kategori Sangat Praktis, angket minat peserta didik yaitu 83,4% dengan
kategori Sangat Praktis, dan angket persepsi peserta didik yaitu 84,7%
dengan kategori Sangat Praktis.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan serta simpulan yang telah
diuraikan, modul elektronik pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme
sebagai bahan ajar masih banyak memiliki kelemahan, peneliti mengharapkan
guru dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan ajar pembelajaran di
kelas V Sekolah Dasar pada Subtema Gangguan. Selain itu juga, diharapkan gurru
dapat mengembangkan bahan ajar dalam subtema yang lain. Diharapkan adanya
penelitian lebih lanjut tentang uji keefektifan bahan ajar berbasis
etnokontruktivisme.
DAFTAR RUJUKAN
Andani. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Electronic Book Menggunakan
Sofware Kvisoft Flipbook pada Materi Hukum Dasar Kimia di SMA Negeri
1 Panton Reu Aceh Barat. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA, 2(1), 1 -6.
Https://doi.org/10.24815/jipi.v2i1.10730
Asyhar,R,. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung
Persada:Jakarta
Baehaqie. I. (2013). Etnolinguistik Telaah Teoritis Dan Praktis. Surakarta :
Cakrawala Media
Baigabylov, A.R, K.M. 2013. Some Issue of Etno-Cultural Education in Modern
Kazakhstan. Social and Behavioral sciencees. 409-412.
Branch, (2019). Instructional Design : The ADDIE Approach.Universitas Of
Georgia
Budiman Haris. 2017. Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 8, P. ISSN: 20869118 E-
ISSN: 2528-2476 75
Carreon. 2018. Facebook as integrated blended learning tool in tecnology and
livelihood education exploratory. International Journal of Educational
Technology.5(2), 19-25
Dahliani, Soemarno,Setijanti. 2015. Local wisdom in Build Environment in
Globalization Era. International journal of Education and Research.3(6),
157-166
Danim, S,.2013.Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta:Bandung
Darimi I.2017. Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Efektif. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi. 1
(2), 111 – 121,
Diantari, dkk. Pengembangan E-Modul Berbasis Mastery Learning Untuk Mata
Pelajaran KKPI Kelas XI. JAPANATI. 7(1), 33- 48. ISSN 2089-8673 | ISSN
Divayana, dkk. 2018. Pelatihan Pembuatan Buku Digital Berbasis Kvisoft
Flipbook Maker Bagi Para Guru Di Smk Ti Udayana. Abdimas
Dewantara.1 (2), 31-44. P-ISSN: 2615-4889 E-ISSN: 2615-8728
Fakhrudin. 2019. Implementation Of Augmented Reality Technology In Natural
Sciences Learning Of Elementary School To Optimize The Students’
Learning Result. International Journal of Indonesian Education and
Teaching. 3(4). 1 – 10, e-ISSN 2548-8430, p-ISSN 2548-8422
Fatmawati, A. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Konsep Pencemaran
Lingkungan Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Untuk SMA Kelas X, 4(2): 94-103
Fonda, Sumargiyani. 2018. The Developing Math Electronic Module With
Scientific Approach Using Kvisoft Flipbook Maker Pro For Xi Grade Of
Senior High School Students. Journal of Mathematics Education. 7(2), 109-
Gunawan W. 2012. Konstruktivisme Berbasis Karakter Materi Pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Pena. 2(3), 71-80, ISSN 2089-3973
Hildayanti, R., 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Universitas Terbuka:Banten
Husain. 2014. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
Inah.2013. Peranan Komunikasi dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib. 6(1), 176-
188. Jakarta. Jurnal Kreano, 3(1): 59-72. Semarang: FMIPA UNNES
Kalpana T. 2014. A Constructivist Perspective on Teaching and Learning: A
Conceptual Framework. Internatioonal Research Journal of Social
Sciencies. 3(1), 27-29. ISSN 2319–3565
Kasmina. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas III SD Integral Rahmatullah
Tolitoli. Jurnal Kreatif Tadulako Online. 4(9), 60 – 73. ISSN 2354-614X
Kemendikbud. 2017. Panduan Praktis Penyusunan E-Modul Pembelajaran.
Kuntarto, Eko (2017) PENULISAN RUJUKAN BERDASARKAN KETENTUAN
APA VERSI 6. Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/5905
Kuntarto, Eko and Asyhar, Rayandra. (2017). Pengembangan Model
Pembelajaran Blended Learning Pada Aspek Learning Design Dengan
Platform Media Sosial Online Sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa.
Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/626
Kurniawan. R.K., Kardi.S., Tjandrakirana. 2016. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran IPA berbasis Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk
Melatihkan Keterampilan Proses Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kajian
Pendidikan dan Hasil Penelitian. Vol (2) No (2), 175-183. E-ISSN:2460-
8475.Learning. Journal of Research & Method in Education. 5 (6). PP 66-
70 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013
Mulyadi, Wahyuni, Handayani. 2016. Pengembangan Media Flash Flipbook
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa Dalam
Pembelajaran IPA di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika. 4(4), 296-301
Mulyaningsih. 2017. Penerapan Media Pembelajaran Digital Book Dengan
Kvisoft Flipbook Maker. Jurnal Pendidikan Fisika. V(1). 25-32, p-ISSN:
2337-5973 e-ISSN: 2442-4838
Nadlir (2014). Urgensi pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan
Agama Islam. No 2 Vol 2, 299-330
Nakpodia. 2010. Curriculum development in Nigerian School. African Journal of
History and Culture (AJHC). Vol. 2 (1), pp. 001-009
Normawati N. 2016. Computer Utilization for Learning in Yogyakarta, Tukangan
Elementary School. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2.239 - 2.250
Okechukwu, Chinyere. 2014. Information and Communication Technology As An
Affective Tool in Employment Generation in the Educational
Communication Technology Sector. AJOL. 3(2)., 259-268. ISSN 2225-8612
Olusegun.,S. 2015. Contructivism Learning Theory: A Paradigm for Teaching and
Pembelajaran di SMA Muhammadiyah Tarakan. Jurnal Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan. 2 (2), 184 – 192, ISSN: 2337-7623; EISSN:
Perdana.2017. Development Of E-Module Combining Science Process Skills And
Dynamics Motion Material To Increasing Critical Thinking Skills And
Improve Student Learning Motivation Senior High School. International
Journal of Science and Applied Science: Conference Series. 1 (1), 45-54, P-
ISSN: 2549-4635, E-ISSN: 2549-4627
Rachmawati, R,.Yi-Fong, P,. Cen, H,. (2014). The Necessity of Multicultural
Education in Indonesia. International Journal of Education and Research.
2(10). 317-328, ISSN: 2201-6333
Rochmad. 2012. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sujoko.2013. Pemanfataan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media
Pembelajaran di SMP Negeri 1 Geger Madiun. Jurnal Kebijakan dan
Pengembangan Pendidikan. 1(1), 71-77, ISSN: 2337-7623; EISSN: 2337-
Sumantri, M., Syaodih, N. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Universitas
Terbuka: Jakarta
Syahrial, Asrial, Kurniawan, D.A., Piyana, S.O. 2019. E-Modul
Etnokontruktivisme pada Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau dari Persepsi,
Minat dan Motivasi. 21(1), 165-177. E-ISSN:2620-3081
Syahrial,dkk. Increased Behavior of Students Attitude to Cultural Values Using
the Inquiry Learning Model Assisted Ethnocontructivism. 2019. Journal of
Educational Science and Technology. 5(2), 166-175. E-ISSN:2477-3840
Tamilselvan, Kumar, Sevukan. 2012. Information and Communications
Technologies (ICT). International Journal of Library and Information
science. 1(1), PP 15-28
Tegeh, Jampel dan Udjawan. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Udayana,dkk. 2017. Pengembangan E-Modul Pada Mata Pelajaran Pemrograman
Berorientasi Objek Dengan Model Pembelajaran Project Based Learning
Kelas XII Rekayasa Perangkat Lunak. JANAPATI. 6(2), 128 – 139, ISSN
2089-8673) | ISSN 2548-4265
Wahyuni, Hasanah. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Pembentuk Karakter Bangsa. Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa
Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA.ISSN : 2549-3728, Vol.1
Wibowo., E, Pratiwi., D.D. 2018. Pengembangan Media Flash Flipbook Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran
IPA di SMP. Jurnal Matematika. 1(2), 147-156
Winarko,dkk. 2013. Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Poei (Prediksi,
Observasi, Eksperimen, Interpretasi) Pada Materi Sistem Indera Kelas Xi
Sma Negeri 3 Ponorogo. Bioedukasi. 6 (2) , 58 – 75, ISSN: 1693 – 2654.
Winataputra Udin S.2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka. 122. Doi:10.22460/infinity.v7i2 2337-7615. 2548-4265
7615