pengembangan modul elektronik ... a1d116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik....

27
PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BERBASIS ETNOKONTRUKTIVISME DALAM TOPIK LACAK DAN TENGKULUK MENGGUNAKAN APLIKASI KVISOFT FLIPBOOK MAKER UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR Marlina [email protected] ABSTRAK Marlina, 2020. Pengembangan Modul Elektronik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Etnokonstruktivisme Dalam Topik Lacak dan Tengkuluk Menggunakan Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker Untuk Kelas V Sekolah Dasar. Pembimbing: Kearifan lokal merupakan nilai-nilai budaya suatu daerah yang perlu dilestarikan karena memuat nilai-nilai yang dapat membentuk karakter peserta didik. Salah satu kearifan lokal yang terdapat di Provinsi Jambi yaitu Lacak dan Tengkuluk. Lacak dan Tengkuluk memiliki nilai-nilai seperti interaksi dan komunikasi yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran sosial. Oleh karena itu, sangat diperlukan bahan ajar pembelajaran sosial yang berbasis etnokonstruktivisme Lacak dan Tengkuluk. Seiring dengan perkembangan TIK, maka bahan ajar dikembangkan dalam bentuk modul elektronik yang layak dan praktis. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 13/I Muara Bulian pada semester genap tahun ajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development), dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari 5 tahap, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan Evaluation. Subjek penelitian ini peserta didik kelas VC Sekolah Dasar Negeri 13/I Muara Bulian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepraktisan modul elektronik berbasis budaya lokal yang diperoleh dari respon guru kelas VA mendapatkan jumlah skor nilai 57 dengan kategori “sangat praktis”, angket respon guru kelas VB mendapatkan jumlah skor nilai 61 dengan kategori “sangat praktis”, angket respon guru kelas VC mendapatkan jumlah skor nilai 62 dengan kategori “sangat praktis”, dan angket respon guru kelas VD mendapatkan jumlah skor nilai 61 dengan kategori “sangat praktis”. Sedangkan hasil penilaian angket respon peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan persentase nilai sebesar 85,85% yang termasuk kategori “sangat praktis”, angket minat peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan persentase nilai sebesar 83,4% yang termasuk kategori “sangat praktiss”, dan angket persepsi peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan persentase nilai sebesar 84,7% yang termasuk kategori “sangat praktiss”. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis etnokonstruktivisme lacak dan tengkuluk menggunakan aplikasi kvisoft flipbook maker untuk kelas V sekolah dasar valid dan praktis untuk digunakan dalam proses pembelajaran serta dapat mengenalkan kebudayaan daerah yang ada pada Kota Jambi khususnya Lacak dan Tengkuluk. Kata Kunci: Modul Elektronik, Etnokonstruktivisme, Kvisoft flipbook Maker

Upload: others

Post on 08-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK PEMBELAJARAN ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL BERBASIS ETNOKONTRUKTIVISME

DALAM TOPIK LACAK DAN TENGKULUK MENGGUNAKAN

APLIKASI KVISOFT FLIPBOOK MAKER UNTUK

KELAS V SEKOLAH DASAR

Marlina

[email protected]

ABSTRAK

Marlina, 2020. Pengembangan Modul Elektronik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial Berbasis Etnokonstruktivisme Dalam Topik Lacak dan

Tengkuluk Menggunakan Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker Untuk

Kelas V Sekolah Dasar. Pembimbing:

Kearifan lokal merupakan nilai-nilai budaya suatu daerah yang perlu dilestarikan

karena memuat nilai-nilai yang dapat membentuk karakter peserta didik. Salah

satu kearifan lokal yang terdapat di Provinsi Jambi yaitu Lacak dan Tengkuluk.

Lacak dan Tengkuluk memiliki nilai-nilai seperti interaksi dan komunikasi yang

dapat dikaitkan dengan pembelajaran sosial. Oleh karena itu, sangat diperlukan

bahan ajar pembelajaran sosial yang berbasis etnokonstruktivisme Lacak dan

Tengkuluk. Seiring dengan perkembangan TIK, maka bahan ajar dikembangkan

dalam bentuk modul elektronik yang layak dan praktis. Penelitian ini dilaksanakan

di Sekolah Dasar Negeri 13/I Muara Bulian pada semester genap tahun ajaran

2019/2020. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research

and Development), dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang

terdiri dari 5 tahap, yaitu Analysis, Design, Development, Implementation dan

Evaluation. Subjek penelitian ini peserta didik kelas VC Sekolah Dasar Negeri

13/I Muara Bulian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepraktisan

modul elektronik berbasis budaya lokal yang diperoleh dari respon guru kelas VA

mendapatkan jumlah skor nilai 57 dengan kategori “sangat praktis”, angket respon

guru kelas VB mendapatkan jumlah skor nilai 61 dengan kategori “sangat

praktis”, angket respon guru kelas VC mendapatkan jumlah skor nilai 62 dengan

kategori “sangat praktis”, dan angket respon guru kelas VD mendapatkan jumlah

skor nilai 61 dengan kategori “sangat praktis”. Sedangkan hasil penilaian angket

respon peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan

persentase nilai sebesar 85,85% yang termasuk kategori “sangat praktis”, angket

minat peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan persentase

nilai sebesar 83,4% yang termasuk kategori “sangat praktiss”, dan angket persepsi

peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong dengan persentase nilai

sebesar 84,7% yang termasuk kategori “sangat praktiss”. Dari hasil penelitian ini

disimpulkan bahwa pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis

etnokonstruktivisme lacak dan tengkuluk menggunakan aplikasi kvisoft flipbook

maker untuk kelas V sekolah dasar valid dan praktis untuk digunakan dalam

proses pembelajaran serta dapat mengenalkan kebudayaan daerah yang ada pada

Kota Jambi khususnya Lacak dan Tengkuluk.

Kata Kunci: Modul Elektronik, Etnokonstruktivisme, Kvisoft flipbook Maker

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

PENDAHULUAN

Kearifan lokal merupakan nilai-nilai kebudayaan suatu daerah yang perlu

dilestarikan. Kearifan lokal juga salah satu aspek yang sangat berpengaruh

terhadap karakter budaya bangsa yang dapat dijadikan sebagai perekat sekaligus

memperkokoh identitas bangsa. Local wisdom is the positive behavior of man

connecting with nature and the surrounding environment (Dahliani, Soemarno,

dan Setijanti, 2015:157). Kearifan lokal yang dimiliki daerah dalam lingkup

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat luar biasa banyaknya dan

menunjukkan indahnya keberagaman. Sejalan dengan pendapat Rachmawati, Yi-

Fong & Chen (2014:323) in historical view, Indonesia had a good starting

foundation in favor the diversity and exalting human values, receive the diversity

and differences.

Indonesia memiliki 34 provinsi yang setiap daerahnya mempunyai

keberagaman yang berbeda-beda. Salah satu daerah yang memiliki banyak

keberagaman yaitu di Provinsi Jambi misalnya rumah adat, pakaian adat, makanan

khas hingga permainan tradisional. Provinsi Jambi memiliki masyarakat yang

sangat beragam dari aspek suku, ras, agama dan budaya sehingga Jambi memiliki

nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang beraneka ragam. Salah satu kebudayaan

dan kearifan lokal di Provinsi Jambi tepatnya di Kota Jambi yang beberapa tahun

akhir ini sangat terkenal yaitu Lacak dan Tengkuluk. Lacak dan Tengkuluk adalah

salah satu perlengkapan pakaian adat Provinsi Jambi.

Hasil studi pendahuluan berupa wawancara yang telah dilakukan dengan

tokoh masyarakat, diantaranya Ketua Adat, Pegawai Museum Gentala Arasy dan

Kepala Museum Siginjei bahwa Lacak dan Tengkuluk adalah kebudayaan dari

Kota Jambi yang mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Lacak adalah salah

satu pakaian adat bagi pria yang digunakan sebagai pengikat kepala, sedangkan

Kuluk atau yang dikenal dengan Tengkuluk ialah penutup kepala bagi perempuan.

Lacak dan Tengkuluk digunakan dalam acara besar, acara adat hingga digunakan

dalam keseharian.

Lacak dan Tengkuluk memiliki nilai sosial yang tinggi yaitu dijadikan

sebagai perlengkapan pakaian adat. Menurut Inah (2013:177) “sebagai makhluk

sosial dan hidup berkelompok dalam kehidupan sehari-hari, tentu tidak luput dari

namanya interaksi atau komunikasi”. Dengan menggunakan lacak dan tengkuluk

di acara besar atau acara adat akan menimbulkan nilai-nilai sosial yang berupa

interaksi dan komunikasi. Pembelajaran sosial yang dihubungkan dengan nilai

kebudayaan disebut dengan istilah etnososial. Etnososial merupakan bidang ilmu

yang berkaitan dengan kelompok sosial dalam kebudayaan yang mempunyai arti

dan kedudukan tertentu.

Nilai-nilai sosial pada Lacak dan Tengkuluk dapat diterapkan ke dunia

pendidikan dan diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran di sekolah, karena

nilai-nilai sosial di daerah sekitar peserta didik merupakan acuan pembentukan

Page 3: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

karakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa pembelajaran di

Sekolah Dasar mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, pada aspek

keberagaman budaya dapat diintegrasikan dalam konteks pembelajaran dengan

memasukkan konten kearifan lokal. Ditegaskan juga pada Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013

Lampiran IV bahwa pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara

tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk mengembangkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan keragaman budaya lokal.

Potensi daerah merupakan salah satu acuan dalam mengembangkan

kurikulum, maka dari itu perlunya pembelajaran berbasis kearifan lokal. Sejalan

dengan pendapat Nakpodia (2010:2) menyatakan bahwa “culture is maintained or

modified through education by way of curriculum development, budaya

dipertahankan atau dimodifikasi melalui pendidikan dengan cara pengembangan

kurikulum”. Etno ataupun pembelajaran berbasis budaya lokal harus terserap dan

terbangun secara baik oleh peserta didik. Ethno cultural education is an education

directed on keeping ethno cultural identity of the person by familiarizing to native

language and culture simultaneously with values of world culture development

(Baigabylov 2013:410).

Dengan adanya pembelajaran berbasis budaya lokal akan membuat peserta

didik mengetahui nilai-nilai kebudayaan daerah. Selain itu peserta didik harus

mampu membangun pengetahuan dari pengalaman agar pembelajaran menjadi

lebih bermakna. Kalpana (2014:27) menyatakan “Constructivism is a view that

emphasizes the active role of students in building understanding and making

sense of the information”, konstruktivisme adalah pandangan yang menekankan

peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dan memahami informasi. Jadi

etnokonstruktivisme adalah membangun pengetahuan peserta didik secara aktif

dari pengalaman mengenai kearifan lokal.

Hasil studi pendahuluan di SD Negeri 13/I Rengas Condong berupa

wawancara dengan guru mengenai permasalahan yang ada di sekolah mengatakan

bahwa guru telah memasukkan kearifan lokal ke dalam pembelajaran tertentu

namun tidak pada semua mata pelajaran. Selain itu, guru masih berfokus pada

buku siswa dan buku guru dalam proses pembelajaran yang membuat peserta

didik cepat bosan dan konsentrasi yang tidak dapat bertahan lama. Untuk

meningkatkan keefektifan peserta didik dalam pembelajaran dapat menggunakan

bahan ajar yang interaktif seperti media pembelajaran yang menarik.

Menurut Nadlir (2014:306) “pendidikan berbasis kearifan lokal adalah

pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret

yang mereka hadapi”. Untuk menciptakan pembelajaran yang konkret, guru memiliki

peran penting dalam hal ini, salah satu caranya yaitu memasukkan/ menyisipkan

nilai kearifan lokal ke pendidikan dan diintegrasikan ke dalam pembelajaran.

Pembelajaran berbasis kearifan lokal sangat penting guna menanamkan nilai-nilai

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

budaya yang ada dilingkungan sekitar melihat kondisi saat ini banyak anak-anak

yang tidak mengetahui nilai budaya karena anak-anak saat ini cenderung melihat

budaya-budaya yang hadir melalui handpone, internet maupun televisi. Maka dari

itu perlunya sumber belajar yang berisi materi nilai-nilai kebudayaan, kemudian

materi tersebut dikemas dengan menarik dalam bentuk modul.

Kreatifitas dan inovasi dari guru sangat diperlukan untuk dapat

mengembangkan sumber belajar yang berbasis kearifan lokal dan budaya

setempat. Salah satu kreativitas guru dalam mengembangkan sumber belajar

yaitu dengan menggunakan teknologi. Menurut Fonda (2018:110) “the

development of science and technology increasingly encourages renewal efforts in

the utilization of technology results in the learning process”. Teknologi membuat

akses informasi lebih cepat dan mudah dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang

diperlukan dalam pendidikan. Untuk menggunakan teknologi, guru memiliki

peran penting yaitu guru harus mempunyai keterampilan dalam pemanfaatan

teknologi. Sejalan dengan pendapat Carreon (2018:20) yang menyatakan

“teachers as tecnology-driven leaders can do strategis to maximize the use of

technology to control learning at their own pace, time and place appropriate to

millennials”. Jika guru mampu menggunakan teknologi dengan baik maka

penyampaian informasi akan mudah dan menjadikan pembelajaran lebih

bermakna. Sebaliknya jika guru tidak mempunyai keterampilan dalam

memanfaatkan teknologi maka pembelajaran tidak terlaksana secara maksimal.

Untuk memaksimalkan pembelajaran, nilai-nilai kebudayaan yang akan di

implementasikan sebagai media sumber belajar berupa modul elektronik. Menurut

Rendra (2018) “modul elektronik memiliki potensi yang besar untuk digunakan

dalam proses pembelajaran”. Dengan pemakaian modul elektronik diharapkan

dapat membantu guru dalam menyampaikan materi di dalam kelas. Menurut

(Mulyadi, 2016:297) “salah satu media pembelajaran yang diharapkan dapat

menciptakan suasana belajar yang menarik dan kondusif yaitu dengan

penggunaan media Flipbook”. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Neng

Nenden Mulyaningsih (2017) dengan judul “Penerapan Media Pembelajaran

Digital Book dengan Kvisoft Flipbook Maker”. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat pengaruh penggunaan digital book terhadap pemahaman konsep dan hasil

belajar mahasiswa dari rata-rata 70 untuk kelas kontrol (gain ternormalisasi 0,4)

menjadi 84 untuk kelas eksperimen (gain ternormalisasi 0,7).

Pemilihan media Kvisoft Flibook Maker dirasa cocok dengan

pengembangan kurikulum saat ini dan dapat meningkatkan berfikir kreatif siswa

dalam proses pembelajaran. Wibowo dan Pratiwi (2018:149) menyatakan bahwa :

“aplikasi kvisoft flipbook maker adalah salah satu aplikasi yang

mendukung sebagai media pembelajaran yang akan membantu dalam

proses pembelajaran karena aplikasi ini tidak terpaku hanya pada tulisan-

tulisan saja tetapi bisa dimasukan sebuah animasi gerak, video,

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

dan audio yang bisa menjadikan sebuah interaktif media pembelajaran

yang menarik sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton”.

Aplikasi Kvisoft flipbook maker diharapkan dapat memberikan pembaruan

suasana dalam proses pembelajaran di kelas. Sejalan dengan pendapat

Mulyaningsih dan Saraswati (2017:26) “Kvisoft Flipbook Maker juga dapat

membuat file PDF menjadi seperti sebuah majalah, majalah digital, flipbook, katalog

perusahaan, katalog digital dan lain-lain”. Dengan tampilan modul elektronik yang

bervariatif berbasis aplikasi Kvisoft flipbook maker dapat membantu peserta didik

untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan membantu guru untuk memperkenalkan

kepada peserta didik nilai-nilai budaya yang ada didaerah setempat sehingga dapat

menciptakan pembelajaran yang kontekstual.

METODE PENELITIAN

Model pengembangan pada penelitian ini menggunakan model penelitian

ADDIE. Menurut (Branch, 2009:2) “ADDIE is an acronym for Analyze, Design,

Develop, Implemet, and Evaluate”. Tahap pengembangan ADDIE terdiri dari lima

langkah, yaitu (1) Analisis, (2) Perencanaan, (3) Pengembangan, (4) Implementasi

dan, (5) Evaluasi. Alasan peneliti menggunakan Model ADDIE karena memiliki

prosedur yang sederhana namun implementasinya sistematis. Model ADDIE juga

selalu melakukan evaluasi dan revisi setiap tahap yang dilalui, sehingga

menghasilkan produk yang valid. Menurut Tegeh,dkk (2014:41) model ADDIE

memiliki lima langkah atau tahapan yang mudah dipahami dan diimplementasikan

untuk mengembangkan produk pengembangan seperti bahan ajar, modul

pembelajaran, video pembelajaran, multimedia dan lain sebagainya. Langkah-

langkah yang dilakukan

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pada penelitian pengembangan ini jenis data yang digunakan adalah data

kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari saran dan komentar

yang diperoleh dari validasi ahli media, validasi ahli bahasa dan validasi ahli

materi. Sedangkan data kuantitaif didapat dari hasil penghitungan angket respon

guru dan peserta didik. Sumber data pada penelitian ini adalah ahli media, ahli

bahasa dan ahli materi, guru dan peserta didik kelas VA SD Negeri 13/I Rengas

Condong.

Instrumen pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini yaitu

angket. Angket merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Sugiyono 2010:142). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

angket jenis tertutup, angket tertutup adalah instrumen penelitian yang sudah

tersedia item jawabannya. Jenis angket yang digunakan pada penelitian ini yaitu

angket validasi dan angket respon.

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Angket validasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket ahli

materi, ahli media dan ahli bahasa yang bertujuan untuk mengetahui kevalidan

produk yang dikembangkan.

Tabel 3.3 Kisi-kisi angket ahli materi

Variabel Indikator No. Butir

Instrumen

Pengembangan modul

elektronik pembelajaran

sosial berbasis

etnokontruktivisme

Lacak dan Tengkuluk

Kesesuaian materi dengan KI dan KD 1

Keakuratan materi 2, 3

Kemutakhiran materi 4, 5, 6

Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik

7, 8, 9, 10

(Sumber: BSNP,2008)

Tabel 3.4 Kisi-kisi angket ahli media

Variabel Indikator No. Butir

Instrumen

Pengembangan modul

elektronik pembelajaran

sosial berbasis

etnokontruktivisme

Lacak dan Tengkuluk

Jelas dan rapi 1, 2

Bersih dan menarik 3, 9

Cocok dan tepat sasaran 4, 5

Relevan dengan topik yang diajarkan 6

Sesuai dengan tujuan pembelajaran 7

Praktis dan luwes 8

Kualitas Baik 10

(Sumber: Asyhar, 2012)

Tabel 3.5 Kisi-kisi angket ahli bahasa

Aspek Indikator No. Butir

Instrumen

Pengembangan modul

elektronik pembelajaran

sosial berbasis

etnokontruktivisme Lacak

dan Tengkuluk

Ketepatan struktur kalimat 1

Keefektifan kalimat 2

Kabakuan istilah 3

Pemahaman terhadap pesan atau informasi 4

Kemampuan memotivasi peserta didik 5

Kesesuian dengan perkembangan intelektual peserta didik

6

Kesesuaian dengan tingkat perkembangan emosional peserta didik

7

Ketepatan bahasa 8

Ketepatan ejaan 9

(Sumber: BSNP,2012)

Angket respon yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket peserta

didik dan angket guru yang bertujuan untuk mengetahui kpraktisan produk yang

dikembangkan.

Tabel 3.6 Kisi-kisi angket respon peserta didik

Variabel Indikator No. Butir

Instrumen

Pengembangan modul elektronik

pembelajaran sosial berbasis

etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk

Kreatif 1, 2, 3, 4

Efektif 5, 6

Efesien 7

Interaktif 8, 9

Menarik 10, 11, 12

(Sumber: olahan peneliti)

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Tabel 3.7 Kisi-kisi angket persepsi peserta didik

Variabel Indikator No.Item

Pengembangan modul elektronik

Pembelajaran Sosial Berbasis

Etnokonstruktivisme Lubuk Larangan

Menggunakan Aplikasi Kvisoft

Flipbook Maker

Untuk Kelas V Sekolah Dasar

Perasaan Peserta Didik 1, 10

Pemikiran Peserta Didik 2, 3, 4, 7

Tampilan Soal 8, 9

Efisiensi Media/Modul 5, 6

(Sumber: Ardiansyah, & Bahriah:2016)

Tabel 3.8 Kisi-kisi angket minat peserta didik

Variabel Indikator No.Item

Pengembangan modul

elektronik Pembelajaran

Sosial Berbasis

Etnokonstruktivisme Lubuk

Larangan Menggunakan

Aplikasi Kvisoft Flipbook

Maker Untuk Kelas V Sekolah Dasar

Perasaan suka terhadap aktivitas peserta didik

1, 3, 4, 5

Perasaan suka terhadap situasi belajar 8

Pemahaman konsep materi

pembelajaran 2, 7

Keaktifan peserta didk saat proses

pembelajaran 6, 9, 10

(Sumber:Rozikin, Amir, & Rohiat:2018)

Tabel 3.9 Kisi-kisi angket respon guru

Variabel Aspek No. Butir

Instrumen

Pengembangan modul elektronik

pembelajaran sosial berbasis

etnokontruktivisme Lacak dan

Tengkuluk

Tampilan 1, 2, 3, 4, 5, 6

Isi Materi 7, 8, 9, 10, 11, 12

Manfaat 13, 14, 15

TEKNIK ANALISIS DATA

(Sumber : Riduwan, 2013)

Analisis data digunakan untuk mengklarifikasi, menganalisa, dan menarik

kesimpulan dari semua data yang terkumpul. Pada penelitian ini teknik analisis data

yang dianalisis adalah angket oleh ahli media, ahli bahasa dan ahli materi, angket

respon peserta didik dan guru terhadap media modul elektronik yang

dikembangkan, dan wawancara tokoh masyarakat terhadap kearifan lokal budaya

Kota Jambi maupun wawancara guru terhadap media teknologi. Data yang

diperoleh melalui kegiatan uji coba diklasifikasikan menjadi dua, yaitu data

kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara,

observasi dan angket (saran dan komentar) yang disajikan dalam bentuk data

analisis deskriptif, analisis data ini dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan

revisi produk pengembangan bahan ajar. Sedangkan data kuantitatif yang

diperoleh dari hasil penyebaran angket yang diukur dengan skala likert. Berikut

merupakanpedoman penilaian skor menurut Anita, dkk (2015: 171-178) sebagai

berikut:

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Tabel 3.10 Konversi Nilai Skala Lima

Interval Kriteria

X > X + 1,80 Sbi Sangat Baik

X + 0,60 SBi < X < X + 1,80 Sbi Baik

X - 0,60 SBi < X < X + 0,60 Sbi Cukup

X + 1,80 SBi < X < X + 1,60 Sbi Kurang

X < X - 1,80 Sbi Sangat Kurang

Sumber: Anita, dkk (2015:171-178)

Selanjutnya, silakukanlah perhitungan data yang diperoleh dari angket para

ahli untuk mengetahui tingkat kevalidan materi, bahasa dan media. Perhitungan

meggunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

R = Rerata hasil penilaian para ahli/ praktisi

Vij = Skor hasil penilaian para ahli/ praktisi ke-j kriteria

n = Banyaknya para ahli/ praktisi yang menilai

m = banyaknya kriteria

Untuk melihat interval skor dan kategori kevalidan modul elektronik yang

dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.11 Interval skor dan kategori

Interval Skor Kategori

4,22 – 5,00 Sangat Valid

3,41 – 4,21 Valid

2,61 – 3,40 Cukup Valid

1,80 – 2,60 Kurang Valid

0 – 1,79 Sangat Kurang Valid

Angket dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Berdasarkan

penilaian angket respon guru, maka penilaian terhadap kepraktisan dianalisis

dengaan menggunakan rumus modifikasi dari Riduwan (2013:14) sebagai berikut:

Sehingga didapatkan penetapan tingkat kepraktisan sebagai berikut:

Tabel 3.12 Kategori angket respon guru

No Skala Nilai Kategori

1 55 -65,4 Sangat praktis

2 44,5 – 54,9 Praktis

3 34 – 44,4 Cukup Praktis

4 23,5 – 33,9 Tidak Praktis

5 13 – 23,4 Sangat tidak Praktis

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Penilaian angket peserta didik dianalisis dengan menggunakan rumus

modifikasi dari Aris dan Haryono (2012:95) sebagai berikut:

Tabel 3.13 Kategori angket respon peserta didik

No Skala Nilai Kategori

1 81% – 100 % Sangat praktis

2 61% - 80% Praktis

3 41%- 60% Cukup Praktis

4 21% - 40% Tidak Praktis

5 0% - 20% Sangat tidak Praktis

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian pengembangan ini berupa produk bahan ajar modul

elektronik pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk

menggunakan aplikasi Kvisoft Flipbook Maker yang dikembangkan menggunakan

Model Pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation,

Evaluation). Langkah-langkah dalam penelitiaan pengembangan model ADDIE

terdiri dari 5 tahap yaitu Analyze (Analisis), Design (Perancangan), Development

(Pengembangan), Implementation (Implementasi) dan Evaluation (Evaluasi).

Tahap Analisis

Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara wawancara bersama tokoh adat

untuk mengetahui kearifan lokal Lacak dan Tengkuluk dan wawancara bersama

guru untuk megetahui ketersediaan bahan ajar berbasis kearifan lokal. Adapun

hasil wawancara bersama tokoh wawancara mengenai Lacak dan Tengkuluk yang

diperoleh yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil wawancara bersama tokoh masyarakat mengenai Lacak dan Tengkuluk di

Kota Jambi

No Nama Tokoh

Masyarakat

Hasil Wawancara

1 Ismail (Ketua Adat) Sejarah penggunaan lacak yaitu pada tahun 1960an

yaitu digunakan untuk menghadiri acara adat, acara

penyambutan tamu dan acara pengantin yang diiringi dengan

kompangan. Namun sekarang lacak bisa digunakan

kemanapun dan kapanpun. Bentuk lacak dahulu dan sekarang

jelas berbeda karena adanya kreasi dari masyarakat. Bentuk

lacak dahulu hanya lonjong keatas, namun sekarang sudah

banyak bentuk-bentuk yang bervariasi pada Lacak dan lebih

pendek. Sedangkan penggunaan tengkuluk yaitu pada tahun

1980an yaitu digunakan untuk pergi kesawah yang berguna

untuk melindungi kepala dari sinar matahari. Bentuk

tengkuluk pada tahun 1980an sangat simpel dan mudah

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

digunakan, berbeda dengan tengkuluk saat ini yang sudah

banyak kreasinya. Tengkuluk yang kini memiliki banyak

kreasi digunakan untuk acara-acara besar bahkan untuk pergi

ke kantor menggantikan hijab.

2 Ibrahim (Pegawai

Museum Gentala Arasy)

Lacak dipopulerkan oleh mantan Gubernur Jambi

Zumi Zola pada tahun 2017. Lacak dan tengkuluk adalah

salah satu tradisi budaya yang dicoba diperkenalkan ke

masyarakat melalui Museum. Keberadaan Lacak dan

Tengkuluk di Museum menandakan bahwa partisipasi

pemerintah terhadap pelestarian budaya sangat tinggi untuk

masyarakat sekitar. Selain itu digunakan untuk lapangan

pekerjaan yang dapat menampung hasil kerajinan tangan

masyarakat setempat. Lacak yang ada di Museum Gentala

Arasy adalah hasil kerajinan tangan masyarakat sekitar untuk

dijual. Harga lacak bervariasi mulai Rp 30.000,- hingga Rp

70.000,- sesuai bahan yang digunakan.

3 Leni (Kepala Museum

Siginjai)

Lacak adalah salah satu perlengkapan dalam pakaian

adat pria Jambi. Pada masa periode gubernur Zumi Zola,

beliau tertarik untuk melestarikan kebudayaan Kota Jambi

yaitu Lacak dan Tengkuluk. Lacak memiliki beberapa nama

yang berbeda, untuk memperkenalkan kepada masyarakat,

Bapak Zumi Zola mengadakan rapat bersama ninik mamak

tuo-tuo tengganai untuk menyamakan nama dari Lacak. Bulan

februari 2017 disepakati Lacak boleh digunakan kemana-

mana dengan kelengkapan pakaian batik. Lacak terbagi

menjadi 3, yaitu kepak ayam patah, gagak inggap dan pucuk

rebung. Sedangkan kuluk atau yang sering disebut dengan

tengkuluk pada zaman dahulu digunakan untuk pergi kesawah

dengan tujuan utama untuk melindungi mata, muka dan

kepala dari sengatan sinar matahari. Namun pada saat ini,

tengkuluk sudah dapat dikreasikan untuk digunakan sebagai

pengganti hijab. Jenis tengkuluk sampai saat ini ada 98 jenis.

Sistem penggunaan tengkuluk tidak dijahit dan tidak boleh

menggunakan peniti tetapi menggunakan sistem diikat. Motif

batik yang digunakan pada tengkuluk dan lacak yaitu batik

Jambi, akan tetapi pemilihan batik harus disesuaikan. Salah

satu motif yang cocok digunakan pada lacak dan tengkuluk

yaitu motif tumbuhan. Pada saat ini, lacak dan tengkuluk

dapat digunakan untuk acara adat, acara pengantin bahkan

untuk pergi kekantor.

Tabel 4.2 Hasil wawancara bersama guru kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong

mengenai ketersediaan bahan ajar

Nama Guru Hasil Wawancara

Nur Asia, S.Pd Pengetahuan guru mengenai media TIK berbatas pada

penggunaan laptop dan proyektor. Menurut guru, penggunaan media

TIK saangat membantu dalam proses pembelajaran dan peserta didik

lebih tertarik. Dengan adanya media TIK peserta didik memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi dengan adanya hal yang baru. Selain itu,

proses pembelajaran menjadi aktif dengan adanya timbal balik antara

guru dan peserta didik. Dengan adanya media TIK juga hasil belajar

siswa meningkat. Namun sering terjadi kendala dalam penggunaan

media TIK dikarenakan terbatasnya jumlah proyektor yang ada.

Kearifan lokal adalah budaya yang ada di daerah kita masing-

masing. Contoh kearifan lokal yaitu makanan tradisional (tempoyak)

dan rumah adat. Di sekolah ini ahan ajar yang berkaitan dengan

kearifan lokal belum ada. Untuk mengatasi hal tersebut saya mempelajari kearifan lokal terlebih dahulu, kemudian mencari materi

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

yang cocok dengan kearifan lokal yang dipilih. Rasa ingin tahu

peserta didik lebih rendah jika pembelajaran dikaitkan dengan

kearifan lokal yang mana di zaman yang sudah modern ini membuat

peserta didik memahami kearifan lokal dianggap kuno sehingga

tradisi yang ada di daerah setempat mulai pudar dan lama-kelamaan

akan hilang.

Dengan adanya bahan ajar elektronik berbasis kearifan lokal akan

membuat peserta didik senang karena penyajian materi yang

memberikan inovasi baru dalam proses pembelajaran. Harapan saya

adanya bahan ajar khusus yang mengaitkan pembelajaran dengan

kearifan lokal agar nilai-nilai kebudayaan kita tidak hilang dan tetap bisa dilestarikan.

Berdasarkan hasil wawancara bersama guru, bahwa belum tersedianya

bahan ajar khusus mengenai muatan Kearifan Lokal. Bahan ajar yang biasa

digunakan guru berupa buku guru dan buku siswa, serta buku tambahan lain yang

menunjang materi yang tidak terdapat pada buku guru atau buku siswa. Selain itu

guru belum dapat mengaitkan kearifan lokal ke semua mata pelajaran karena

keterbatasan pengetahuan mengenai kebudayaan yang ada. Oleh karena itu,

diperlukan bahan ajar tambahan yang dapat menunjang materi pembelajaran dan

berisi kearifan lokal yang terdapat padda salah satu daerah di Provinsi Jambi. Hal

tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk upaya memperkenalkan dan melestarikan

kearifan lokal.

Berdasarkan analisis di lapangaan, karaktersitik peserta didik kelas V SD

Negeri 13/I Rengas Condong memiliki berbagai macam karaktersitik, yaitu

sebagai berikut.

Tabel 4.3 Temuan lapangan karakteristik peserta didik

No Temuan lapangan karakteristik peserta didik

1 Peserta didik senang bergerak saat proses pembelajaran berlangsung

2 Peserta didik aktif apabila belajar melalui pengalaman langsung

3 Perhatian peserta didik akan terpusat apabila pembelajaran dilakukan dengan bahan ajar

4 Peserta didik suka pembelajaran yang bermuatan prakarya

Berdasarkan analisis yang dilakukan, pada penelitian ini peneliti akan

berfokus pada Kelas V Tema IV “Sehat itu Penting” Subtema 2 “Gangguan

Kesehatan pada Organ Peredaran Darah”. Kompetensi yang digunakan memuat

kompetensi dasar materi IPS, Bahasa Indonesia dan PPKN, tepatnya pada

Pembelajaran 3 dan Pembelajaran 4. Kompetensi dasar yang akan dicapai terdapat

pada tabel 4.1 yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.4 Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator

Pembelajaran 3

IPS

3.2 Memahami interaksi manusia dengan

lingkungan dan pengaruhnya terhadap

pembangunan sosial, budaya dan ekonomi

masyarakat Indonesia 4.2 Menceritakan interaksi manusia dengan

Memahami interaksi manusia

dengan lingkungan terhadap

budaya masyarakat Kota Jambi

Menjelaskan aktivitas kebudayaan

masyarakat Kota Jambi

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

lingkungan dan pengaruhnya

terhaadappembangunan sosial budaya dan ekonomi masyarakat indonesia

Bahasa Indonesia

3.6 Menggali isi amanat pantun yang disajikan

secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk

kesenangan

4.6 Melisankan pantun hasil karya pribadi dengan

lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagi

bentuk ungkapan diri

Menentukan ciri-ciri pantun

Membuat pantun mengenai

kearifan lokal Kota Jambi

PPKn

3.2 Memahami makna tanggung jawab sebagai

warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

4.2 Mengambil keputusan bersama tentang

tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari

Menentukan makna tanggung

jawab sebagai warga masyarakat

Melakukan tanggung jawab sebagai

warga masyarakat Kota Jambi

Pembelajaran 4

IPS

3.2 Memahami interaksi manusia dengan

lingkungan dan pengaruhnya terhadap

pembangunan sosial, budaya dan ekonomi

masyarakat Indonesia

4.2 Menceritakan interaksi manusia dengan

lingkungan dan pengaruhnya

terhaadappembangunan sosial budaya dan ekonomi masyarakat indonesia

Memahami interaksi manusia

dengan lingkungan terhadap

budaya masyarakat Kota Jambi

Menjelaskan aktivitas kebudayaan

masyarakat Jambi

Bahasa Indonesia

3.6 Menggali isi amanat pantun yang disajikan

secara lisan dan tulis dengan tujuan untuk

kesenangan

4.6 Melisankan pantun hasil karya pribadi dengan

lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat sebagi

bentuk ungkapan diri

Menentukan amanat pantun

Membandingkan amanat pantun

mengenai kearifan lokal Kota

Jambi

PPKn

3.2 Memahami makna tanggung jawab sebagai

warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

4.2 Mengambil keputusan bersama tentang

tanggung jawab sebagai warga masyarakat dalam

kehidupan sehari-hari

Menentukan makna tanggung

jawab sebagai warga masyarakat

Melakukan tanggung jawab sebagai

warga masyarakat Kota Jambi

Berdasarkan indikator yang telah dijabarkan, muatan kearifan lokal dapat

dimasukkan pada indikator IPS berkaitan dengan interaksi manusia dan

lingkungan dengan muatan nilai-nilai kearifan lokal Lacak dan Tengkuluk.

Karena dilihat dari segi pemakaiannya nilai sosial yang terdapat pada Lacak dan

Tengkuluk adalah mampu menyatukan antar masyarakat pada sebuah acara adat

sehingga secara tidak langsung dapat menjadi simbolisasi dari pemersatu dari

masyarakat tersebut.

Perancangan

Setelah formaat bahan ajar ditentukan, peneliti membuat desain awal bahan

ajar berupa modul elektronik berbasis etnokontruktivisme. Persiapan alat yang

digunakan adalah mempersiapkan software Microsoft Word 2010. Setelah itu,

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

peneliti membuat desain awal modul elektronik sesuai dengan format yang telah

dipilih yaitu sebagai beirkut.

a. Cover

Judul buku yang terdapat pada cover buku, terdiri dari judul bahan ajar

"Sehat Itu Penting" yang disertai dengan identitas nama pemilik buku. Pada cover

buku terdapat sepasang karakter gambar anak Sekolah Dasar berseragam merah

putih. Karakter pada cover didesain dengan warna yang cerah untuk menarik

minat peserta didik dalam menggunakan bahan ajar.

b. Kata Pengantar

Gambar 4.1 Halaman Cover

Kata pengantar menggunakan jenis huruf Verdana dengan ukuran 14. Huruf

Verdana dipilih karena tampilan huruf terlihat jelas, besardan bentuk hurufnya

menarik serta memiliki space yang tidak berdekatan. Kata pengantar berisi tentang

ucapan rasa syukur daan terima kasih penulis kepada pihak yang telah membantu.

Gambar 4.2 Halaman Kata Pengantar

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

c. Halaman Daftar Isi dan Petunjuk Penggunaan Modul

Pada Halaman Daftar isi menunjukkan nomor halaman yang ada didalam

modul elektronik. Halaman petunjuk penggunaan modul elektronik bertujuan agar

peserta didik dapat mengetahui cara penggunaan modul elektronik. Daftar isi dan

petunjuk penggunaan modul dibuat dengan jenis huuf Verdana dengan ukuran 14.

Gambar 4.3 Halaman Daftar Isi dan Petunjuk Penggunaan Modul

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Halaman kompetensi inti memuat kompetensi spiritual, kompetensi sosial,

kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Kompetensi dasar

pembelajaran memuat kompetensi yang harus dipelajari peserta didik pada

kurikulum sekolah dasar.

Gambar 4.4 Halaman Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

e. Indikator dan Tujuan Pembelajaran

Halaman indikator memuat tentang pembelajaran yang akan dicapai

sedangkan halaman tujuan pembelajaran memuat tentang pembelajaran yang

akan dicapai

Page 15: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Gambar 4.5 Halaman Indikator dan Tujuan Pembelajaran

f. Halaman Cerita

Halaman cerita etnokontruktivisme memuat unsur etnokontruktivisme

berdasarkan kearifan lokal Provinsi Jambi mengenai kebudayaan Lacak dan

Tengkuluk.

g. Halaman Evaluasi

Gambar 4.6 Halaman Cerita

Halaman evaluasi memuat beberapa pertanyaan untuk mengevaluasi hasil

pembelajaran peserta didik

Page 16: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

h. Halaman Materi

Gambar 4.7 Halaman Evaluasi

Halaman materi memuat materi pembelajaran yang telah disesuaikan

dengan kompetensi pembelajaran

Gambar 4.8 Halaman Materi

i. Halaman Prakarya dan Permainan Tradisional

Halaman keterampilan prakarya memuat prakarya yang akan dibuat peserta

didik. Prakarya dilaksanakan setelah selesai melakukan pembelajaran. Halaman

permainan tradisional memuat salah satu permainan tradisional yang berasal dari

Provinsi Jambi yang sangat jarang dimainkan di zaman sekarang.

Page 17: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Gambar 4.9 Halaman Prakarya dan Permainan Tradisional

j. Halaman Penilaian dan Profil Penulis

Halaman penilaian memuat beberapa kriteria untuk hasil evaluasi peserta

didik setelah melakukan kegiatan prakarya dan permainan tradisional. Profil

penulis memuat biodata mengenai penulis.

Pengembangan

Gambar 4.10 Halaman Penilaian dan Profil Penulis

Pada tahap pengembangan, peneliti melakukan validasi yaitu validasi materi,

validasi media dan validasi bahasa serta diikuti revisi produk.

Tabel 4.5 Penilaian Validator Materi

No Kriteria Penilaiain Validasi

Tahap 1 Tahap 2

1 Materi pada e-modul sesuai dengan KI dan KD dalam kurikulum 2013

3 4

2 Keakuratan penyampaian materi pada e-modul sesuai dengan kelayakan isi dalam kurikulum 2013

3 4

3 Konsep dan definisi yang disajikan tidak menimbulkan banyak tafsir dan sesuai dengan materi

4 5

4 Materi pada e-modul sesuai dengan tuntutan kurikulum 4 5

5 Materi pada e-modul mendorong peserta didik untuk 4 4

Page 18: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

mencari informasi lebih jauh

6 Keruntutan materi pembelajaran dengan alur pikir peserta didik

3 4

7 Materi yang terdapat pada e-modul sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual peserta didik

4 4

8 Materi yang terdapat pada e-modul sesuai dengan tingkat

perkembangan sosial emosional peserta didik 4 5

9 Penyampaian materi pada e-modul sesuai dengan ilustrasi dan contoh.

4 5

10 Materi yang terdapat pada e-modul tidak mengandung unsur SARA/Pornografi

4 4

Jumlah 37 44

Rata-rata 3,7 4,4

Kategori Valid Sangat

Valid

Tabel 4.6 Penilaian Validator Media

No Kriteria Penilaian Validasi

Tahap 1 Tahap 2

1 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme yang digunakan jelas dalam penyajiannya

4 5

2 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme yang digunakan rapi dalam susunan serta penataannya

3 4

3 Penyajian e-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme berwarna menarik

4 4

4 Kesesuaian e-modul pembelajaran sosial berbasis

etnokontruktivisme dengan karakteristik peserta didik 3 5

5 Kesesuaian e-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme dengan subjek pembelajaran

4 4

6 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme yang digunakan relevan dengan topik yang diajarkan

4 5

7 Kesesuaian e-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme4terhadap tujuan yang diharapkan

3 4

8 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme praktis, luwes, dan dapat digunakan secara berulang-ulang

4 5

9 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme dapat menarik minat peserta didik untuk belajar

3 5

10 E-modul pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme memiliki kualitas yang baik

4 5

Jumlah 36 46

Rata-rata 3,6 4,6

Kategori valid Sangat valid

Tabel 4.7 Penilaian Validator Bahasa

No Kriteria Penilaian Validasi

Tahap 1 Tahap 2

1 Kalimat yang digunakan mewakili isi pesan atau informasi

yang ingin disampaikan dengan tetap mengikuti tata kalimat bahasa Indonesia

4 4

2 Kalimat yang digunakan sederhana dan langsung ke sasaran 4 5

3 Istilah yang digunakan sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia.

4 5

4 Pesan atau informasi disampaikan dengan bahasa yang

menarik dan lazim dalam bahasa Indonesia

4

Page 19: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

5 Bahasa yang digunakan membangkitkan rasa senang ketika peserta didik membaca e-modul

4 4

6 Bahasa yang digunaan sesuai dengan kognitif peserta didik 3 4

7 Bahasa yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan emosional peserta 3didik

3 5

8 Penggunaan tanda baca pada kalimat sudah sesuai dengan

aturan yang berlaku

4 5

9 Ejaan yang digunakan mengacu pada ejaan yang disempurnakan

3 4

Jumlah 33 40

Rata-rata 3,6 4,4

Kategori valid Sangat

valid

Implementasi

Setelah dilakukan validasi oleh tim dosen validator dan produk dinyatakan

layak diuji cobakan, tahap selanjutnya adalah melakukan ujicoba modul elektronik

berbasis etnokontruktivisme yang sudah valid. Uji coba produk dilakukan sebagai

tahap untuk melihat kepraktisan produk yang dikembangkan. Adapun hasil respon

guru terhadap produk yang dikembangkan yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.8 Hasil Respon Guru Kelas VA SD Negeri 13/I Rengas Condong

No Penyataan Skor

1 Kepraktisan Penggunaan 4

2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 4

3 Pemilihan background e-modul sesuai 4

4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5

5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 5

6 Daya tarik buku 4

7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 5

8 Kejelasan struktur materi disajikan 4

9 Ketepatan penggunaan bahasa 4

10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 4

11 Materi mudah dimengerti 5

12 Kedalaman materi yang disajikan 4

13 Mempermudah pemahamam peserta didik 5

Jumlah 57

Tabel 4.9 Hasil Respon Guru Kelas VB SD Negeri 13/I Rengas Condong

No Penyataan Skor

1 Kepraktisan Penggunaan 5

2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 4

3 Pemilihan background e-modul sesuai 4

4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5

5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 5

6 Daya tarik buku 5

7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 4

8 Kejelasan struktur materi disajikan 5

9 Ketepatan penggunaan bahasa 5

10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 5

11 Materi mudah dimengerti 5

12 Kedalaman materi yang disajikan 5

13 Mempermudah pemahamam peserta didik 4

Jumlah 61

Page 20: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Tabel 4.10 Hasil Respon Guru Kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong

No Penyataan Skor

1 Kepraktisan Penggunaan 5

2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 5

3 Pemilihan background e-modul sesuai 5

4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 5

5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 5

6 Daya tarik buku 5

7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 4

8 Kejelasan struktur materi disajikan 5

9 Ketepatan penggunaan bahasa 5

10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 4

11 Materi mudah dimengerti 5

12 Kedalaman materi yang disajikan 4

13 Mempermudah pemahamam peserta didik 5

Jumlah 62

Tabel 4.11 Hasil Respon Guru Kelas VD SD Negeri 13/I Rengas Condong

No Penyataan Skor

1 Kepraktisan Penggunaan 5

2 Tata Letak dan gambar pada e-modul sesuai 5

3 Pemilihan background e-modul sesuai 4

4 Ukuran teks dan jenis huruf dapat terbaca 4

5 Ilustrasi, warna, gambar mendukung 4

6 Daya tarik buku 5

7 Kesesuaian gambar dengan indikator, tujuan dan materi 5

8 Kejelasan struktur materi disajikan 5

9 Ketepatan penggunaan bahasa 5

10 Materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 5

11 Materi mudah dimengerti 5

12 Kedalaman materi yang disajikan 4

13 Mempermudah pemahamam peserta didik 5

Jumlah 61

Penilaian produk pada uji coba kelompok besar dilakukan oleh 20 orang

peserta didik dengan angket yang disediakan oleh peneliti. Adapun angket yang

disediakan yaitu angket respon, angket minat dan persepsi. Adapun hasil angket

respon peserta didik terhadap produk yang dikembangkan yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.16 Hasil Respon Peserta Didik terhadap Bahan Ajar

No Nama Siswa Nomor Item Jumlah

Skor 1 2 3 4 5 6 7

1 AA 4 4 4 4 4 4 5 29

2 AH 5 4 5 4 5 4 4 31

3 GFA 4 4 5 3 3 5 2 26

4 KY 5 5 4 4 4 3 5 30

5 MORA 3 5 4 3 5 5 5 30

6 MRI 5 4 5 3 4 5 4 30

7 MZ 5 5 5 5 5 4 4 33

8 MAR 3 3 3 3 3 3 4 22

9 MAS 2 4 5 2 5 5 5 28

10 MFZ 5 4 4 3 4 4 5 29

11 MA 5 4 5 5 5 5 5 34

12 NK 4 4 4 4 4 4 5 29

Page 21: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

13 RH 4 4 4 4 4 4 4 28

14 RM 5 5 5 5 5 5 5 35

15 AMP 4 4 4 4 4 4 4 28

16 RRZ 4 5 4 4 5 5 5 32

17 ZN 4 5 4 5 3 4 5 30

18 RKA 5 4 4 4 5 5 4 31

19 VMR 4 4 4 5 4 5 5 31

20 ZWP 5 5 5 5 5 5 5 35

Jumlah 601

Persentase 85,85%

Adapun hasil angket minat peserta didik terhadap produk yang

dikembangkan yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.17 Hasil Angket Minat Peserta Didik terhadap Bahan Ajar

No Nama

Siswa

Nomor Item Jumlah

Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 AA 4 3 3 4 3 4 5 3 5 3 38

2 AH 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 42

3 GFA 4 4 5 3 3 5 2 5 3 3 37

4 KY 5 5 4 4 4 3 5 4 4 4 42

5 MORA 3 5 4 3 5 5 5 4 3 5 39

6 MRI 5 4 5 3 4 5 4 5 3 4 42

7 MZ 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 48

8 MAR 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 33

9 MAS 2 4 5 2 5 5 5 5 2 5 40

10 MFZ 5 4 4 3 4 4 5 4 5 4 42

11 MA 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 45

12 NK 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 43

13 RH 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40

14 RM 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 48

15 AMP 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39

16 RRZ 4 5 4 4 5 5 5 3 4 5 44

17 ZN 4 5 4 5 3 4 5 5 5 3 44

18 RKA 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 44

19 VMR 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 40

20 ZWP 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44

Jumlah 834

Persentase 83,4%

Adapun hasil angket persepsi peserta didik terhadap produk yang

dikembangkan yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.18 Hasil Angket Persepsi Peserta Didik terhadap Bahan Ajar

No

Nama

Siswa

Nomor Item Jumlah

Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 40

1 AA 4 3 4 4 5 4 5 3 4 4 42

2 AH 5 5 4 4 5 3 3 5 4 4 44

3 GFA 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 47

4 KY 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 35

5 MORA 3 2 4 4 5 3 4 2 4 4 48

6 MRI 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 36

Page 22: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

7 MZ 5 5 3 3 3 3 3 5 3 3 37

8 MAR 3 3 4 4 5 2 5 3 4 4 37

9 MAS 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 44

10 MFZ 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 41

11 MA 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41

12 NK 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47

13 RH 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 43

14 RM 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 45

15 AMP 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 46

16 RRZ 4 5 5 5 4 5 3 5 5 5 43

17 ZN 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 42

18 RKA 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 47

19 VMR 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 42

20 ZWP 3 3 5 4 5 5 5 3 5 4 40

Jumlah 847

Persentase 84,7

Evaluasi

Tahap terakhir dalam penelitian pengembangan menggunakan Model

ADDIE adalah tahap evaluasi. Evaluasi dalam penelitian ini dilakukan pada tiap

tahapan prosedur pengembangan jika diperlukan. Evaluasi dalam penelitian ini

juga dilakukan pada saat proses validasi oleh validator ahli media, ahli materi dan

ahli bahasa untuk melihat kelayakan dari produk yang dikembangkan. Suatu

produk pengembangan dinyatakan layak apabila telah memenuhi kriteria valid

dan praktis. Hal ini juga dinyatakan oleh Akker dalam Fatmawati (2016:95)

"perangkat pembelajaran yang dikembangkan dikatakan berkualitas jika

memenuhi tiga kriteria, yaitu validitas, kepraktisan dan efektivitas".

Pembahasan Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan R&D (Research and

Development). Pengembangan bahan ajar berupa modul elektronik berbasis

etnokontruktivisme media dikembangkan menggunakan model ADDIE (Analysis,

Design, Development, Implementation, dan Evaluation). Alasan pemilihan model

ADDIE dikarenakan model ini memiliki prosedur yang sederhana namun

implementasinya sitematis. Model ADDIE juga selalu melakukan evaluasi dan

revisi setiap tahap yang dilalui, sehingga menghasilkan produk yang valid.

Pada model pengembangan ADDIE, tahap yang pertama yaitu tahap

Analysis (Analisis). Tahap analisis peneliti melakukan analisis kebutuhan, analisis

kurikulum dan analisis karakteristik peserta didik. Analisis kebutuhan pada

penelitian ini ada dua, yaitu analisis kebutuhan yang dilakukan bersama tokoh

masyarakat berupa wawancara untuk mengetahui kebudayaan Lacak dan

Page 23: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Tengkuluk dan analisis kebutuhan yang dilakukan bersama guru berupa

wawancara untuk mengetahui ketersedian bahan ajar dengan mengaitkan kearifan

lokal. Tahap selanjutnya yaitu tahap Design (Desain), pada tahap ini peneliti

melakukan desain awal berupa pemilihan layout serta pemilihan gambar dan

animasi pada modul dan memilih kompetensi dasar yang sesuai dengan

kebudayaan Lacak dan Tengkuluk untuk melakukan pengembangan modul

elektronik berbasis etnokontruktiviseme.

Pada tahap Development (Pengembangan), peneliti melakukan

pengembangan terhadap bahan ajar berupa modul elektronik berbasis

etnokontruktivisme. Setelah produk dikembangkan peneliti melakukan validasi

yang dilakukan oleh ahli materi, ahli media dan ahli bahasa. Validasi dilakukan

untuk mengetahui kekurangan dari produk yang dikembangkan serta direvisi

sesuai saran dari validator. Pada validasi ahli materi terdapat 10 butir tanggapan

yang harus diberikan oleh validator ahli materi. Sementara pada validasi media

terdapat 10 butir tanggapan yang harus diberikan oleh validator media. Dan pada

validasi bahasa terdapat 9 butir tanggapan yang harus diberikan oleh validator

bahasa. Hasil validasi pada tahap akhir dari validator ahli materi memperoleh

penilaian dengan kategori “sangat valid”. Kemudian hasil validasi pada tahap

akhir dari validator media memperoleh penilaian dengan kategori “sangat valid”.

Selanjutnya hasil validasi pada tahap akhir dari validator bahasa memperoleh

penilaian dengan kategori “sangat valid”.

Angket validasi dalam penelitian pengembangan ini menggunaakan

pernyataan positif (skala likert) dengan skor yang diberikan yaitu, 1 (sangat

kurang), 2 (kurang), 3 (cukup), 4 (baik), serta 5 (sangat baik). Setelah penilaian

diberikan, langkah selanjutnya adalah menghitung penilaian yang didapatkan

menggunakan rumus yang telah ditentukan, hasil yang didapatkan menjadi dasar

untuk melihat kualifikasi produk yang dinilai.

Setelah dilakukan validasi, tahap selanjutnya yaitu tahap implementation

(implementasi). Pada tahap ini produk yang dikembangkan diuji cobakan ke kelas

V SD Negeri 13/I Rengas Condong. Produk ini diuji cobakan kepada guru dan

peserta didik. Pada tahap implementasi produk yang dikembangkan terdiri dari 2

tahap yaitu tahap uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar. Subjek uji

coba kelompok kecil terdiri dari 9 peserta didik yang dipilih secara random

dengan kategori kemampuan yang berbeda-beda yaitu kemampuan tinggi,

kamampuan sedang dan kemampuan rendah. Subjek uji coba dilakukan untuk

melihat keterbacaan dan keterpakaian produk. Hasil yang didapatkan berupa

catatan harian menjadi dasar untuk merevisi produk yang dikembangkan sebelum

diuji cobakan dalam kelompok besar. Subjek uji coba kelompok besar dilakukan

pada seluruh peserta didik kelas VC SD Negeri 13/I Rengas Condong. Pada uji

coba kelompok besar hasil yang didapatkan berupa angket penilaian dari guru

kelas dan seluruh peserta didik kelas VC. Hasil penilaian angket oleh guru dan

Page 24: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

peserta didik menujukkan bahwa produk yang dikembangkan memiliki dampak

positif terhadap proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil uji coba tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa modul

elektronik berbasis etnokontruktivisme memiliki tingkat validitas dengan sangat

valid serta mampu membantu peserta didik dalam memahami keberagaman

budaya di Kota Jambi. Selain itu juga terdapat prakarya dan permainan tradisional

yang membantu peserta didik agar mampu memperkuat materi mengenai

keberagaman budaya di Kota Jambi.

Adapun keunggulan dari modul elektronik yang dikembangkan oleh peneliti

yaitu 1) penyajian yang bersifat statis membuat pembelajaran menjadi lebih

interaktif, 2) meningkatkan motivasi dan minat peserta didik dalam belajar

mengenai kearifan lokal, dan 3) memberikan inovasi baru dalam pendidikan.

Sedangkan kelemahan pada modul elektronik yang dikembangkan yaitu

keterbatasan fasilitas sarana pendukung dari sekolah dan pengetahuan guru serta

peserta didik mengenai teknologi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial

berbasis etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft

Flipbook di kelas V Sekolah Dasar yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa:

1) Pengembangan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis

etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft

Flipbook dilakukan dengan menggunakan Model ADDIE, yaitu Analysis

(tahap analisis), Design (tahap perancangan), Development (tahap

pengembangan), Implementation (tahap implementasi) dan Evaluation

(tahap evaluasi).

2) Tingkat kevalidan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis

etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft

Flipbook yang diperoleh dari validator materi yaitu 4,4 dengan kategori

Sangat Valid, validator media yaitu 4,6 dengan kategori Sangat Valid, dan

validator bahasa yaitu 4,4 dengan kategori Sangat Valid. Tingkat

kepraktisan modul elektronik pembelajaran sosial berbasis

etnokontruktivisme Lacak dan Tengkuluk menggunakan Aplikasi Kvisoft

Flipbook yang diperoleh dari respon guru dan respon peserta didik. Respon

guru kelas VA yaitu 57 dengan kategori Sangat Praktis, respon guru kelas

VB yaitu 61 dengan kategori Sangat Praktis, respon guru kelas VC yaitu 62

dengan kategori Sangat Praktis, dan respon guru kelas VD yaitu 61 dengan

kategori Sangat Praktis. Angket respon peserta didik yaitu 85,85% dengan

Page 25: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

kategori Sangat Praktis, Angket respon peserta didik yaitu 85,85% dengan

kategori Sangat Praktis, angket minat peserta didik yaitu 83,4% dengan

kategori Sangat Praktis, dan angket persepsi peserta didik yaitu 84,7%

dengan kategori Sangat Praktis.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan serta simpulan yang telah

diuraikan, modul elektronik pembelajaran sosial berbasis etnokontruktivisme

sebagai bahan ajar masih banyak memiliki kelemahan, peneliti mengharapkan

guru dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan ajar pembelajaran di

kelas V Sekolah Dasar pada Subtema Gangguan. Selain itu juga, diharapkan gurru

dapat mengembangkan bahan ajar dalam subtema yang lain. Diharapkan adanya

penelitian lebih lanjut tentang uji keefektifan bahan ajar berbasis

etnokontruktivisme.

DAFTAR RUJUKAN

Andani. 2018. Pengembangan Bahan Ajar Electronic Book Menggunakan

Sofware Kvisoft Flipbook pada Materi Hukum Dasar Kimia di SMA Negeri

1 Panton Reu Aceh Barat. Jurnal IPA dan Pembelajaran IPA, 2(1), 1 -6.

Https://doi.org/10.24815/jipi.v2i1.10730

Asyhar,R,. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Gaung

Persada:Jakarta

Baehaqie. I. (2013). Etnolinguistik Telaah Teoritis Dan Praktis. Surakarta :

Cakrawala Media

Baigabylov, A.R, K.M. 2013. Some Issue of Etno-Cultural Education in Modern

Kazakhstan. Social and Behavioral sciencees. 409-412.

Branch, (2019). Instructional Design : The ADDIE Approach.Universitas Of

Georgia

Budiman Haris. 2017. Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam

Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam. Volume 8, P. ISSN: 20869118 E-

ISSN: 2528-2476 75

Carreon. 2018. Facebook as integrated blended learning tool in tecnology and

livelihood education exploratory. International Journal of Educational

Technology.5(2), 19-25

Dahliani, Soemarno,Setijanti. 2015. Local wisdom in Build Environment in

Globalization Era. International journal of Education and Research.3(6),

157-166

Danim, S,.2013.Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta:Bandung

Darimi I.2017. Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Efektif. Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi. 1

(2), 111 – 121,

Diantari, dkk. Pengembangan E-Modul Berbasis Mastery Learning Untuk Mata

Pelajaran KKPI Kelas XI. JAPANATI. 7(1), 33- 48. ISSN 2089-8673 | ISSN

Divayana, dkk. 2018. Pelatihan Pembuatan Buku Digital Berbasis Kvisoft

Flipbook Maker Bagi Para Guru Di Smk Ti Udayana. Abdimas

Dewantara.1 (2), 31-44. P-ISSN: 2615-4889 E-ISSN: 2615-8728

Fakhrudin. 2019. Implementation Of Augmented Reality Technology In Natural

Sciences Learning Of Elementary School To Optimize The Students’

Learning Result. International Journal of Indonesian Education and

Teaching. 3(4). 1 – 10, e-ISSN 2548-8430, p-ISSN 2548-8422

Page 26: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Fatmawati, A. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Konsep Pencemaran

Lingkungan Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Untuk SMA Kelas X, 4(2): 94-103

Fonda, Sumargiyani. 2018. The Developing Math Electronic Module With

Scientific Approach Using Kvisoft Flipbook Maker Pro For Xi Grade Of

Senior High School Students. Journal of Mathematics Education. 7(2), 109-

Gunawan W. 2012. Konstruktivisme Berbasis Karakter Materi Pada Pembelajaran

Bahasa Indonesia. Pena. 2(3), 71-80, ISSN 2089-3973

Hildayanti, R., 2014. Psikologi Perkembangan Anak. Universitas Terbuka:Banten

Husain. 2014. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

Inah.2013. Peranan Komunikasi dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib. 6(1), 176-

188. Jakarta. Jurnal Kreano, 3(1): 59-72. Semarang: FMIPA UNNES

Kalpana T. 2014. A Constructivist Perspective on Teaching and Learning: A

Conceptual Framework. Internatioonal Research Journal of Social

Sciencies. 3(1), 27-29. ISSN 2319–3565

Kasmina. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Pada Pembelajaran IPA Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas III SD Integral Rahmatullah

Tolitoli. Jurnal Kreatif Tadulako Online. 4(9), 60 – 73. ISSN 2354-614X

Kemendikbud. 2017. Panduan Praktis Penyusunan E-Modul Pembelajaran.

Kuntarto, Eko (2017) PENULISAN RUJUKAN BERDASARKAN KETENTUAN

APA VERSI 6. Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/5905

Kuntarto, Eko and Asyhar, Rayandra. (2017). Pengembangan Model

Pembelajaran Blended Learning Pada Aspek Learning Design Dengan

Platform Media Sosial Online Sebagai Pendukung Perkuliahan Mahasiswa.

Repository Unja. https://repository.unja.ac.id/id/eprint/626

Kurniawan. R.K., Kardi.S., Tjandrakirana. 2016. Pengembangan Perangkat

Pembelajaran IPA berbasis Pendekatan Penemuan Terbimbing untuk

Melatihkan Keterampilan Proses Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kajian

Pendidikan dan Hasil Penelitian. Vol (2) No (2), 175-183. E-ISSN:2460-

8475.Learning. Journal of Research & Method in Education. 5 (6). PP 66-

70 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013

Mulyadi, Wahyuni, Handayani. 2016. Pengembangan Media Flash Flipbook

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa Dalam

Pembelajaran IPA di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika. 4(4), 296-301

Mulyaningsih. 2017. Penerapan Media Pembelajaran Digital Book Dengan

Kvisoft Flipbook Maker. Jurnal Pendidikan Fisika. V(1). 25-32, p-ISSN:

2337-5973 e-ISSN: 2442-4838

Nadlir (2014). Urgensi pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan

Agama Islam. No 2 Vol 2, 299-330

Nakpodia. 2010. Curriculum development in Nigerian School. African Journal of

History and Culture (AJHC). Vol. 2 (1), pp. 001-009

Normawati N. 2016. Computer Utilization for Learning in Yogyakarta, Tukangan

Elementary School. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2.239 - 2.250

Okechukwu, Chinyere. 2014. Information and Communication Technology As An

Affective Tool in Employment Generation in the Educational

Communication Technology Sector. AJOL. 3(2)., 259-268. ISSN 2225-8612

Olusegun.,S. 2015. Contructivism Learning Theory: A Paradigm for Teaching and

Pembelajaran di SMA Muhammadiyah Tarakan. Jurnal Kebijakan dan

Pengembangan Pendidikan. 2 (2), 184 – 192, ISSN: 2337-7623; EISSN:

Perdana.2017. Development Of E-Module Combining Science Process Skills And

Dynamics Motion Material To Increasing Critical Thinking Skills And

Improve Student Learning Motivation Senior High School. International

Page 27: PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK ... A1D116068.pdfkarakter yang terdekat dengan peserta didik. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses bahwa

Journal of Science and Applied Science: Conference Series. 1 (1), 45-54, P-

ISSN: 2549-4635, E-ISSN: 2549-4627

Rachmawati, R,.Yi-Fong, P,. Cen, H,. (2014). The Necessity of Multicultural

Education in Indonesia. International Journal of Education and Research.

2(10). 317-328, ISSN: 2201-6333

Rochmad. 2012. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta

Sujoko.2013. Pemanfataan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai Media

Pembelajaran di SMP Negeri 1 Geger Madiun. Jurnal Kebijakan dan

Pengembangan Pendidikan. 1(1), 71-77, ISSN: 2337-7623; EISSN: 2337-

Sumantri, M., Syaodih, N. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Universitas

Terbuka: Jakarta

Syahrial, Asrial, Kurniawan, D.A., Piyana, S.O. 2019. E-Modul

Etnokontruktivisme pada Kelas V Sekolah Dasar Ditinjau dari Persepsi,

Minat dan Motivasi. 21(1), 165-177. E-ISSN:2620-3081

Syahrial,dkk. Increased Behavior of Students Attitude to Cultural Values Using

the Inquiry Learning Model Assisted Ethnocontructivism. 2019. Journal of

Educational Science and Technology. 5(2), 166-175. E-ISSN:2477-3840

Tamilselvan, Kumar, Sevukan. 2012. Information and Communications

Technologies (ICT). International Journal of Library and Information

science. 1(1), PP 15-28

Tegeh, Jampel dan Udjawan. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Udayana,dkk. 2017. Pengembangan E-Modul Pada Mata Pelajaran Pemrograman

Berorientasi Objek Dengan Model Pembelajaran Project Based Learning

Kelas XII Rekayasa Perangkat Lunak. JANAPATI. 6(2), 128 – 139, ISSN

2089-8673) | ISSN 2548-4265

Wahyuni, Hasanah. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal

Pembentuk Karakter Bangsa. Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa

Berbasis Kearifan Lokal dalam Era MEA.ISSN : 2549-3728, Vol.1

Wibowo., E, Pratiwi., D.D. 2018. Pengembangan Media Flash Flipbook Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran

IPA di SMP. Jurnal Matematika. 1(2), 147-156

Winarko,dkk. 2013. Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Poei (Prediksi,

Observasi, Eksperimen, Interpretasi) Pada Materi Sistem Indera Kelas Xi

Sma Negeri 3 Ponorogo. Bioedukasi. 6 (2) , 58 – 75, ISSN: 1693 – 2654.

Winataputra Udin S.2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka. 122. Doi:10.22460/infinity.v7i2 2337-7615. 2548-4265

7615