pengembangan modul berbasis pembelajaran ctl …

114
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL UNTUK MENCAPAI HOTS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI GETARAN HARMONIS DI KELAS X SMA/MA SKRIPSI Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Fisika Oleh : NELMI AGUSTINA NIM: 15 300 700 017 JURUSAN TADRIS FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2019

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL UNTUK

MENCAPAI HOTS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI

GETARAN HARMONIS DI KELAS X SMA/MA

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Tadris Fisika

Oleh :

NELMI AGUSTINA

NIM: 15 300 700 017

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

2019

Page 2: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …
Page 3: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

ii

Page 4: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

iii

Page 5: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

i

ABSTRAK

Nelmi Agustina, NIM. 15 300 700 017, Judul Skripsi:

“PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL

UNTUK MENCAPAI HOTS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA

MATERI GETARAN HARMONIS DI KELAS X SMA/MA”. Jurusan Tadris

Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Batusangkar.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran di

sekolah adalah ketersedian bahan ajar yang digunakan. Berdasarkan observasi dan

wawancara yang dilakukan di kelas X MIPA 1 SMAN 1 Rambatan ditemukan

bahwa bahan ajar yang digunakan guru yaitu buku paket dan LKS yang hanya

terfokus kepada materi, rumus, serta tidak ditemukan materi praktikum yang

menjadi salah satu tuntutan kurikulum 2013. Guru belum terbiasa

mengembangkan bahan ajar sesuai tuntutan kurikulum 2013. Di samping itu juga

ditemukan bahan proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan peserta

didik belum terbiasa menemukan konsep sendiri, yang mengakibatkan

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik belum tercapai. Berdasarkan hal

ini peneliti merancang sebuah bahan ajar berupa modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS yang valid, praktis dan efektif sehingga

dapat membantu peserta didik dalam memahami materi fisika, khususnya materi

getaran harmonis.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau development and

research dengan model penelitian 4-D, yang meliputi empat tahap yaitu: tahap

pendefenisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan

(develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Tetapi pada penelitian ini tahap

penyebaran (disseminate) tidak dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya.

Modul berbasis pembelajaran CTL untuk Mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika dirancang memuat tujuh tahapan pembelajaran, yaitu: kontruktivisme,

bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, modeling, refleksi, dan penilaian autentik.

Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS yang dirancang

memuat materi eksperimen yang merangsang peserta didik untuk menemukan

konsep, serta soal yang disajikan berada pada tingkatan LOTS, MOTS, dan

HOTS.

Berdasarkan data mengolah bahan validasi modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis sudah memenuhi kriteria sangat valid dengan perolehan persentase

92,06%. Pada tahap praktikalitas hasil angket respon guru dan peserta didik

memperoleh persentase 97,5% dan 94,48% dengan kategori sangat praktis. Pada

tahap efektivitas yang diperoleh dari hasil normal gain sebesar 0,81 dengan

kriteria tinggi dan tingkat efektivitasnya efektif terhadap pencapaian HOTS.

Kata kunci: Pengembangan Modul, CTL, HOTS, Getaran Harmonis.

Page 6: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Berbasis Pembelajaran CTL

Untuk Mencapai HOTS Dalam Pembelajaran Fisika Pada Materi Getaran

Harmonis Di Kelas X SMA/MA”. Tak lupa pula peneliti mengucapkan shalawat

beserta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang begitu sangat

mencintai umatnya. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna

mencapai gelar sarjana Strata Satu (S-1) Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat

bantuan, dorongan, motivasi, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu

pada kesempatan ini peneliti sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada

kedua orang tua, ayahanda Defrimal dan ibunda Gustimar serta saudara/i peneliti

yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti. Ucapan terima

kasih yang mendalam juga peneliti sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc, selaku Pembimbing I dan Ibunda

Artha Nesa Chandra, M. Pd sebagai pembimbing II, yang telah

meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan, memberi masukan, dan

memberikan dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skipsi ini.

2. Ketua Jurusan Tadris Fisika Ibu Venny Haris, M.Si, yang telah membina,

mengarahkan, membantu dan memberikan dukungan kepada peneliti

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis, selaku Penguji II yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. H. Kasmuri, M.A selaku rektor IAIN Batusangkar.

ii

Page 7: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

iii

5. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Ketua Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar.

6. Ibu Dr. Elda Herlina, M.Pd, Ibu Dewi Juita, M.Pd dan Ibu Dra. Nurhaida,

sebagai validator yang telah memberikan masukan yang konstruktif.

7. Bapak Dr. Akhyar Hanif, M.Ag selaku Penasehat Akademik (PA) yang

telah membimbing serta memberikan arahan kepada peneliti

8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Tadris Fisika, Bapak Dr. Marjoni Imamora,

M.Sc, Bapak Fransrizal Agustianto, M.Si, Ibu Venny Haris, M.Si, Bapak

Dr. Amali Putra, M.Pd, Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis, Ibu Sri Maiyena,

M.Sc, Ibu Artha Nesa Chandra, M.Pd, Ibu Hardiyati Idrus, M.Sc, yang

selalu dan tak pernah bosan berbagi ilmu pengetahuan kepada kami dan

memberikan dorongan serta motivasi kepada kami serta kepada Bapak/Ibu

dosen Luar Biasa yang telah berbagi ilmu pengetahuan, pengalaman, serta

motivasi kepada kami.

9. Keluarga besar SMAN 1 Rambatan, khususnya Bapak Drs. Khairul Efendi

selaku Kepala Sekolah, Guru mata pelajaran fisika, Ibu Dra. Nurhaida dan

siswa siswi SMAN 1 Rambatan khusus kelas X MIPA 1 dan X MIPA 2.

10. Teristimewa untuk keluarga besar peneliti senantiasa mendukung langkah

ini dengan iringan doa dan kasih sayang baik secara moril atau materil.

Terimakasih atas nasehat yang tiada hentinya.

11. Rekan-rekan Mahasiswa/i Tadris Fisika serta keluarga besar Tadris Fisika

yang telah memberikan motivasi, serta dukungan.

12. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, motivasi serta bantuan

baik moril maupun materil yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala pengalaman, motivasi dan

dukungan yang telah diberikan dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda.

Peneliti menyadari bahwa pada skripsi ini masih terdapat kelemahan-kelemahan,

oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dalam upaya menyelenggarakan

proses pembelajaran yang sebaik-baiknya. Akhir kata, harapan peneliti skripsi ini

iii

Page 8: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

iv

bermanfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi perkembangan dunia IPTEK di

bidang fisika. Amiin.

Batusangkar, 20 Juni 2019

NELMI AGUSTINA

NIM. 15 300 700 017

iv

Page 9: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7

C. Rumusan Masalah ............................................................................ 7

D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

E. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ................................................ 8

F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan ....................................... 10

H. Definisi Operasional ....................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ................................................................................... 12

1. Penelitian dan Pengembangan ................................................... 12

2. Modul ......................................................................................... 12

a. Pengertian Modul ................................................................. 12

b. Karakteristik Modul .............................................................. 14

c. Tujuan Modul ....................................................................... 15

d. Prinsip Pengembangan Modul ............................................... 15

e. Komponen Modul ................................................................. 17

3. Pembelajaran CTL ...................................................................... 18

a. Pengertian Pembelajaran CTL ............................................... 18

b. Komponen CTL .................................................................... 19

c. Langkah-langkah Penerapan CTL ......................................... 23

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL .................... 24

4. Higher Order Thinking Skill (HOTS) ........................................ 25

v

Page 10: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

vi

a. Pengertian soal Higher Order Thinking Skills ..................... 25

b. Karakteristik Soal Higher Order Thinking Skills ................... 26

5. Hakikat Pembelajaran Fisika ...................................................... 29

6. Validitas, Praktikalitas, dan Efektivitas ....................................... 32

B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pengembagan .................................................................... 45

B. Prosedur Pengembangan ................................................................. 45

C. Subjek Uji Coba ............................................................................. 52

D. Jenis Data ....................................................................................... 58

E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 60

F. Teknik Analisa Data ......................................................................... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian................................................................................. 66

B. Pembahasan ..................................................................................... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 96

B. Implikasi .......................................................................................... 96

C. Saran ................................................................................................ 97

DAFTAR PUSTAKA

vi

Page 11: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Kuis Soal HOTS pada Tingkat C4 Materi Usaha Kelas

X Semester Genap 2019/2020 ............................................................ 4

Tabel 2.1 Dimensi Revisi Taksonomi .............................................................. 30

Tabel 2.2 Paparan KI, KD, dan Indikator ........................................................ 33

Tabel 2.3 Kategori Praktikalitas Bahan Ajar .................................................... 42

Tabel 2.4 Kriteria N-Gain ............................................................................... 43

Tabel 3.1 Validasi Modul Berbasis Pembelajaran CTL untuk Mencapai HOTS

dalam Pembelajaran Fisika ............................................................. 54

Tabel 3.2 Validasi RPP ................................................................................... 54

Tabel 3.3 Validasi Angket Respon .................................................................. 55

Tabel 3.4 Validasi Soal Pretest dan Postest ..................................................... 55

Tabel 3.5 Aspek Praktikalitas Modul Berbasis Pembelajaran CTL

untuk Mencapai HOTS ................................................................... 56

Tabel 3.6 Rancangan Penelitian ...................................................................... 57

Tabel 3.7 Angket Respon Modul Berbasis Pembelajaran CTL untuk

Mencapai HOTS .............................................................................. 54

Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Soal ................................................................... 65

Tabel 3.9 Daya Pembeda Soal ........................................................................ 66

Tabel 3.10 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas Soal ................................... 67

Tabel 3.11 Kategori Validitas RPP ................................................................... 68

Tabel 3.12 Kategori Validitas Soal HOTS (Pretest dan Postest) ....................... 69

Tabel 3.13 Kriteria N-Gain .............................................................................. 70

Tabel 4.1 Analisis Silabus Pembelajaran Fisika Kelas X ................................ 72

Tabel 4.2 Hasil Validasi RPP ......................................................................... 81

Tabel 4.3 Hasil Analisis Validasi Modul Berbasis Pembelajaran CTL

untuk Mencapai HOTS .................................................................. 82

Tabel 4.4 Hasil Analisis Validasi Angket Respon Peserta Didik ..................... 83

Tabel 4.5 Hasil Analisis Validasi Angket Respon Guru .................................. 84

Tabel 4.6 Hasil Analisis Angket Respon Praktikalitas Siswa .......................... 86

vii

Page 12: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

viii

Tabel 4.7 Hasil Analisis Angket Respon Praktikalitas Guru ........................... 87

Tabel 4.8 Hasil Analisis Instrumen Soal HOTS .............................................. 88

viii

Page 13: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nama Validator ......................................................................... 102

Lampiran 2 Lembar Validasi Modul ............................................................. 111

Lampiran 3 Lembar Validasi RPP ................................................................ 107

Lampiran 4 Lembar Validasi Angket Respon Peserta Didik ......................... 114

Lampiran 5 Lembar Angket Respon Praktikalitas Peserta Didik ................... 115

Lampiran 6 Lembar Validasi Angket Respon Guru ...................................... 117

Lampiran 7 Lembar Angket Respon Praktikalitas Guru ................................ 118

Lampiran 8 Lembar Pedoman Wawancara ................................................... 119

Lampiran 9 Lembar Validasi Soal ................................................................ 121

Lampiran 10 Soal Uji Coba ............................................................................ 123

Lampiran 11 Analisis Indeks Kesukaran Soal................................................. 128

Lampiran 12 Analisis Daya Pembeda Soal ..................................................... 129

Lampiran 13 Analisis Reliabilitas Soal ........................................................... 130

Lampiran 14 Hasil Analisis Validitas Modul .................................................. 132

Lampiran 15 Hasil Analisis Validitas RPP ..................................................... 133

Lampiran 16 Hasil Analisis Validitas Angket Respon Peserta Didik............... 134

Lampiran 17 Hasil Analisis Validitas Angket Respon Guru ........................... 135

Lampiran 18 Hasil Analisis Validitas Soal ..................................................... 136

Lampiran 19 Hasil Analisis Praktikalitas Peserta Didik .................................. 137

Lampiran 20 Hasil Analisis Praktikalitas Guru ............................................... 138

Lampiran 21 Hasil Analisis Efektivitas Modul ............................................... 139

Lampiran 22 Surat Izin Penelitian .................................................................. 141

Lampiran 23 Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan ...................................... 142

Lampiran 24 Surat Balasan Sudah Melaksanakan Penelitian .......................... 143

Lampiran 25 Modul Berbasis Pembelajaran CTL untuk Mencapai HOTS

dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Getaran Harmonis ....... 145

Lampiran 26 RPP ........................................................................................... 147

Lampiran 27 Kisi-Kisi Soal ............................................................................ 150

Lampiran 28 Kartu Soal ................................................................................. 152

ix

Page 14: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

x

Lampiran 29 Soal Pretest dan Postest ............................................................ 154

Lampiran 30 Hasil Analisis Instrumen Psikomotor ......................................... 156

x

Page 15: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan

indikator utama berhasilnya pendidikan. Pendidikan yang baik akan

menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif. Pada

dasarnya pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk menumbuh

kembangkan potensi peserta didik dengan cara mendorong dan

memfasilitasi peserta didik dalam proses belajar. Secara rinci, dipaparkan

dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1(1) menyatakan :

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. (Sisdiknas No 20 Tahun

2003)

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional Undang-Undang RI

Nomor 20 Tahun 2003 yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam

pelaksanaan kegiatan pendidikan (Sisdiknas No 20 Tahun 2003).

Apabila isi dari tujuan pendidikan nasional tersebut dipahami,

maka terlihat jelas bahwa tujuan pendidikan bukan hanya untuk

mengembangkan potensi peserta didik saja, namun juga mewujudkan

peserta didik yang memiliki keterampilan yang diperlukan bagi dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Ini sesuai dengan tuntutan kurikulum

2013, yaitu menciptakan peserta didik yang kreatif, inovatif dan mandiri.

Menurut PP RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1(16)

Page 16: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

2

menyatakan: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan

sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan” (PP No 32 Tahun 2013).

Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan tersebut diperlukan

sebuah bahan pelajaran dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran

yang mampu mengembangkan peserta didik dalam mencapai kemampuan

berfikir dan terampil dalam memecahkan masalah. Menurut Andi

Prastowo “Bahan ajar adalah bahan yang sudah secara aktual dirancang

dengan sadar dan sistematis untuk mencapai kompetensi peserta didik

secara utuh dalam kegiatan pembelajaran” (Prastowo, 2011 : 32). Pendapat

lain, menurut Abdul Majid “Bahan ajar adalah segala bentuk bahan,

informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru atau

instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar” (Majid, 2007 :

147).

Apabila kita cermati defenisi bahan ajar menurut para ahli di atas,

bahan ajar adalah sebuah alat yang dirancang secara sadar dan sistematis

yang digunakan guru untuk mempermudah menyampaikan informasi

sehingga tercapainya kompetensi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran. Bahan ajar juga dapat membantu peserta didik belajar

secara mandiri, seperti modul. Modul adalah bahan ajar cetak yang

disusun secara sistematis, dengan bahasa yang mudah dipahami dan dapat

membantu peserta didik dalam proses pembelajaran baik secara mandiri

maupun dengan guru. Selain itu juga, modul dapat meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.

Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia masih sangat

rendah dalam pemecahan masalah sains, khususnya pemecahan masalah

yang berhubungan dengan fisika, sehingga perlu adanya perubahan dalam

pembelajaran yang dikembangkan oleh guru yang nantinya diharapkan

dapat mendorong peningkatan kemampuan berfikir tingkat tinggi,

meningkatkan kreativitas dan membangun kemandirian peserta didik

Page 17: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

3

untuk menyelesaikan masalah (Widana, 2017: 1). Perubahan yang

diharapkan dalam pembelajaran adalah bahan ajar yang dikembangkan

oleh guru dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta

didik.

HOTS ini sangat penting bagi peserta didik dalam menghadapi

perkembangan pendidikan baik ditingkat nasional maupun dikancah

internasional karena diyakini dapat mendorong peserta didik untuk berfikir

secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran. HOTS merupakan

assesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana

peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran

di kelas untuk menyelasaikan masalah (Widana, 2017 : 2-3).

HOTS sangat sesuai dengan pembelajaran berbasis CTL karena

mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Serta dapat

mendorong peserta didik untuk menghubungkan pengetahuan dan

penerapannya dalam kehidupan nyata peserta didik. Selain itu juga,

peserta didik bisa mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi

dalam pemecahan masalah (Widana, 2017 : 4).

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di SMAN 1

Rambatan dan wawancara dengan guru fisika kelas X pada tanggal 28

Februari 2019, diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran masih

berpusat kepada guru, guru hanya menjelaskan materi di depan kelas,

peserta didik disuruh mencatat materi yang dijelaskan guru, sehingga

peserta didik hanya menerima materi yang dijelaskan guru. Selain itu juga,

guru tidak membangun pengetahuan awal peserta didik dengan kehidupan

nyata peserta didik, peserta didik tidak disuruh untuk menemukan konsep

sendiri, tapi gurulah yang menjelaskan konsep atau materi kepada peserta

didik. Melalui proses pembelajaran yang demikian partisipasi aktif peserta

didik dalam belajar masih kurang. Serta, guru kurang terbiasa menerapkan

kurikulum 2013, guru tidak menyuruh peserta didik menemukan konsep

sendiri, tapi guru hanya menjelaskan materi kepada peserta didik, sehingga

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik belum tercapai. Ini terlihat

Page 18: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

4

dari nilai kuis soal HOTS pada tingkat C4 yang peneliti lakukan pada

materi usaha pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Nilai Kuis Soal HOTS pada Tingkat C4 Materi Usaha Kelas X

Semester Genap 2019/2020 No Kelas Jumlah

Siswa

KKM Rata -

Rata

Nilai

Siswa

Jumlah Siswa Persentase (%)

Tuntas Tidak

Tuntas

Tuntas Tidak

Tuntas

1 X MIP 1 31

orang

75 68,71 13

orang

18

orang

42 %

58 %

Berdasarkan Tabel 1.1, peneliti memberikan soal kuis di kelas X

MIPA 1 materi usaha, soal yang peneliti berikan berada pada tingkatan

C4, soal ini termasuk level 3 atau penalaran, karena untuk menjawab soal

tersebut peserta didik harus mampu mengingat, dan memahami materi

faktual, konseptual, dan prosedural tentang usaha, serta mampu

menentukan strategi pemecahan masalah dari soal yang diberikan. Dari

soal tersebut peneliti menganalisa hasilnya diperoleh peserta didik yang

tuntas 13 orang dan yang tidak tuntas 18 orang, rata-rata nilai siswa 68,71

dengan presentase ketuntasan 42%.

Berdasarkan data tersebut sebagian besar kemampuan berfikir

tinggi peserta didik belum tercapai. Ini dikarenakan kemampuan sebagian

besar peserta didik hanya pada level 2 yaitu pada tingkat pemahaman,

peserta didik hanya mampu memahami, dan menghitung nilai dari suatu

besaran yang ada, peserta didik kurang bisa menganalisa soal dalam

bentuk prosedural. Selain itu, peserta didik kurang aktif dalam

pembelajaran, guru menggunakan bahan ajar dalam pembelajaran, bahan

ajar yang digunakan guru adalah buku paket dan LKS yang tersedia di

sekolah. Guru hanya menggunakan LKS siap jadi dan buku paket, ini

dikarenakan guru belum terbiasa mengembangkan bahan ajar sesuai

tuntutan kurikulum 2013.

Salah satu yang dapat dilakukan agar membuat pembelajaran fisika

lebih bermakna adalah guru mengembangkan bahan ajar. Salah satu

manfaat bahan ajar dalam pembelajaran fisika dapat digunakan sebagai

perantara dalam pembelajaran fisika, misalnya modul. Penggunaan modul

Page 19: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

5

di dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya memandang aktivitas guru

semata, melainkan melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Dengan

menggunakan modul juga menciptakan proses belajar yang mandiri (E-

Journal: Yunieka Putri Sukiminiandari, dkk, 2015 Vol IV).

Bahan ajar yang dirasa mampu membantu peserta didik dan guru

dalam proses belajar adalah modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS yang mana dengan modul tersebut bisa mengembangkan

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik. Sebelumnya sudah

dilakukan penelitian oleh Alfi Anafidah, dkk (2017: 29) dengan judul

“Pengembangan Modul Fisika Berbasis CTL (Contextual Teaching And

Learning) Pada Materi Dinamika Partikel Untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMAN 1 Ngawi” Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kelayakan modul fisika berbasis CTL

berkategori sangat baik setelah dilakukan validasi, keterampilan berpikir

kritis siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti proses

pembelajaran dengan menggunakan modul fisika berbasis CTL sebesar

0,36 dengan kategori sedang (Alfi Anafidah, dkk, 2017: 29).

Lidy Alimah Fitri, dkk (2013) juga melakukan penelitian dengan

judul “ Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis

Berbasis Domain Pengetahuan Sains untuk Mengoptimalkan Minds-On

Siswa SMA Negeri 2 Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013”

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rerata persentase hasil evaluasi

modul dari ahli 83%, dari guru Fisika 82%, dari teman sejawat 89%.

Penggunaan modul Fisika berbasis domain pengetahuan sains dapat

meningkatkan pemahaman siswa dengan persentase ketuntasan siswa

84%. Selain itu juga, penggunaan modul dapat mengoptimalkan minds-on

siswa. Rerata minds-on siswa adalah 43,52 dengan kategori “baik”.

Dengan demikian, modul fisika berbasis domain pengetahuan sains

dengan pendekatan CTL layak digunakan dalam pembelajaran Fisika

untuk mengoptimalkan minds-on siswa (Lidy Alimah Fitri, dkk, 2013).

Page 20: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

6

Penelitian lain dari Masrurotul Wafiroh (2017), dengan judul

penelitian Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi,

Hasil penilaian yang dilakukan oleh validator terhadap produk

pengembangan menunjukkan persentase kelayakan modul sebesar 67,79%

dengan interpretasi layak. Hal ini menunjukkan bahwa produk

pengembangan mempunyai kualitas “baik”. Modul pembelajaran berbasis

Inkuiri Terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil kemampuan berpikir siswa ketika

dilakukan uji kelas terbatas diperoleh N-Gain sebesar 0,64 dengan kriteria

sedang (Masrurotul Wafiroh, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya,

peneliti tertarik mengembangkan bahan ajar berupa modul yang menarik

dan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Modul yang dikembangkan

adalah modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS yang

dapat membantu peserta didik menghubungkan pengetahuan yang

dimilikinya dengan kehidupan nyata peserta didik, sehingga peserta didik

dapat berfikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan masalah yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Materi di dalam

modul sangat dekat dengan kehidupan nyata peserta didik, yaitu materi

getaran harmonis. Materi getaran harmonis ini sangat sesuai dengan

pembelajaran CTL dan kriteria HOTS, materi getaran harmonis ini berada

pada tingkat menganalisis. Materi getaran harmonis ini terdapat praktikum

yang dapat memotivasi peserta didik untuk menemukan konsep, sehingga

partisipasi peserta didik tinggi, dan kemampuan berfikir tingkat tingkat

tinggi peserta didik tercapai.

Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Pengembangan Modul Berbasis Pembelajaran CTL Untuk

Mencapai HOTS Dalam Pembelajaran Fisika Pada Materi Getaran

Harmonis di Kelas X SMA/MA”.

Page 21: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

7

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah dapat diidentifikasi

masalah yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpusat pada guru, guru hanya menjelaskan konsep

kepada peserta didik, guru tidak menyuruh peserta didik untuk mencari

konsep sendiri

2. Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, dan peserta didik

belum bisa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan

kehidupan nyata

3. Guru menggunakan buku teks dan LKS yang tersedia di sekolah

4. Guru belum terbiasa mengembangkan bahan ajar berupa modul sesuai

tuntutan kurikulum 2013

5. Kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik belum tercapai

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana validitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis di kelas X SMA/MA?

2. Bagaimana praktikalitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis di kelas X SMA/MA?

3. Bagaimana efektivitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis di kelas X SMA/MA?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul berbasis

Page 22: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

8

pembelajaranfisika yang valid, praktis, dan efektif pada materi getaran

harmonis di kelas X SMA/MA

E. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah dapat diidentifikasi

masalah yang muncul adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpusat pada guru, guru hanya menjelaskan konsep

kepada peserta didik, guru tidak menyuruh peserta didik untuk mencari

konsep sendiri

2. Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran, dan peserta didik

belum bisa menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan

kehidupan nyata

3. Guru menggunakan buku teks dan LKS yang tersedia di sekolah

4. Guru belum terbiasa mengembangkan bahan ajar berupa modul sesuai

tuntutan kurikulum 2013

5. Kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik belum tercapai

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

4. Bagaimana validitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis di kelas X SMA/MA?

5. Bagaimana praktikalitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis di kelas X SMA/MA?

6. Bagaimana efektivitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis di kelas X SMA/MA?

Page 23: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

9

G. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika yang valid,

praktis, dan efektif pada materi getaran harmonis di kelas X SMA/MA.

H. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Penelitian ini menghasilkan produk berupa modul fisika berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika di

kelas X SMA/MA dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan

spesifikasi sebagai berikut :

1. Modul disajikan dengan urutan yaitu: cover, kata pengantar, daftar isi,

peta konsep, KI, KD, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

petunjuk belajar, lembar appersepsi, uraian materi, contoh soal dan

latihan soal, kunci jawaban, penilaian, daftar pustaka

2. Cover modul didesain sesuai dengan penerapan getaran harmonis,

dilengkapi dengan warna dan gambar yang menarik.

3. Modul berbasis pembelajaran CTL didesain sesuai KI, KD, indikator

dan tujuan pembelajaran yang memuat materi pembelajaran fisika pada

materi getaran harmonis yang dikaitkan dengan kehidupan nyata

peserta didik.

4. Modul ini dilengkapi dengan peta konsep. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan peserta didik untuk mengetahui materi-materi yang akan

dipelajari. Modul juga, berisikan materi-materi getaran harmonis yang

mana meteri yang dipilih dekat dengan kehidupan nyata peserta didik.

Modul ini juga berbasis pembelajaran CTL, dalam pembelajaran CTL

terdapat pendekatan CTL. Pendekatan CTL tersebut memiliki tujuh

komponen yaitu: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat

belajar, modeling, refleksi, dan penilaian autentik.

5. Pada lembar appersepsi dilengkapi dengan gambar yang berkaitan

dengan fenomena fisika, kemudian diberikan pertanyaan sehingga bisa

Page 24: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

10

menggali pola pikir peserta didik dalam menemukan konsep. Hal ini

bertujuan agar peserta didik mampu memecahkan masalah fenomena

fisika dalam kehidupan sehari-hari. Komponen pendekatan CTL pada

bagian ini yaitu konstruktivisme, inkuiri, dan questioning.

6. Uraian materi berisi tentang materi yang akan dipelajari. Modul

memuat materi getaran harmonis yang menuntut peserta didik dapat

membangun sendiri pengetahuannya, menemukan konsep melalui

diskusi kelompok, dan tanya jawab antar sesama peserta didik.

7. Modul dilengkapi dengan contoh soal dan latihan soal yang bisa

menuntun peserta didik dalam menyelesaikan soal latihan secara

individu ataupun berkelompok. Komponen pendekatan CTL yang

ditemukan pada bagian ini adalah komponen learning community, dan

modeling. Pada bagian contoh soal dan latihan soal berisi tingkatan

pengetahuan C1-C4. Pada ranah pengetahuan C4 termasuk tingkat

ranah HOTS atau level 3. Tidak semua soal HOTS termasuk soal sulit,

tapi soal-soal HOTS membutuhkan kemampuan berfikir tingkat tinggi

untuk menyelesaikan soal tersebut.

8. Setiap soal pada modul harus bertitik tolak pada alam nyata yang

sesuai dengan dunia peserta didik. Modul terdiri dari soal-soal yang

dapat memancing peserta didik untuk berfikir kritis dan mencari tahu

apa sebenarnya konsep yang dibahas.

9. Bagian evaluasinya dibuat dalam bentuk soal essay dan objektif serta

kunci jawaban sebagai pedoman peserta didik. Bagian evaluasi ini

merupakan komponen utama yaitu refleksi dan penilaian nyata dari

hasil proses pembelajaran peserta didik.

10. Modul dirancang dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.

11. Modul ditulis dengan huruf Arial, ukuran 11-16.

I. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

Page 25: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

11

1. Bagi peneliti, sebagai salah satu inovasi dalam pengembangan bahan

ajar dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Strata

Satu (S1).

2. Bagi peserta didik, sebagai pedoman dalam belajar dan sebagai upaya

mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi serta menggali

kecerdasan yang dimilikinya.

3. Bagi guru, sebagai salah satu masukan bahan ajar yang akan

meningkatkan mutu dan kualitas sekolah dan mempermudah guru

dalam mengajar.

J. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi

Asumsi dalam pengembangan modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

a. Pembelajaran fisika diharapkan berpusat pada peserta didik,

dengan bantuan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS, peserta didik menjadi aktif dan dapat menemukan konsep

sendiri tanpa diajarkan oleh guru sebelumnya.

b. Proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan terarah dengan

menggunakan modul berbasil pembelajaran CTL.

c. Dengan adanya modul berbasis pembelajaran CTL dalam

pembelajaran, dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat

tinggi peserta didik.

d. Hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik dengan

menggunakan modul berbasis pembelajaran CTL sebagai bahan

ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.

2. Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS ini hanya dapat digunakan pada materi getaran harmonis saja,

karena penulis memfokuskan materi getaran harmonis di kelas X

SMA/MA semester 2. Dalam pengembangan modul ini penulis lebih

Page 26: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

12

memfokuskan kelayakan suatu modul tersebut dari uji validitas,

praktikalitas dan efektivitas modul tersebut.

K. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka perlu

dipahami defenisi operasional sebagai berikut :

1. Penelitian dan pengembangan adalah cara atau proses ilmiah yang

digunakan untuk menghasilkan produk baru atau produk yang telah

ada, kemudian disempurnakan sehingga menghasilkan sebuah produk

yang dapat dipertanggung jawabkan keefektifan produk tersebut.

2. Modul adalah bahan ajar cetak yang dirancang oleh guru untuk dapat

dipelajari secara mandiri oleh peserta didik baik itu dengan bimbingan

guru maupun tanpa bimbingan guru karena telah disajikan secara

sistematis.

3. Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

4. Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran kemampuan

berfikir tingkat tinggi peserta didik, dimana peserta didik diharapkan

dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran dalam kehidupan

sehari-hari untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Soal-soal HOTS

berada pada ranah C4-C6 atau level 3.

5. Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS adalah

sebuah bahan ajar cetak yang dirancang untuk membantu peserta didik

dalam pembelajaran yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari,

dengan permasalahan yang ada, peserta didik dapat menemukan suatu

solusi dari permasalahan tersebut, secara tidak langsung kemampuan

berfikir tingkat tinggi peserta didik sudah berkembang.

Page 27: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Penelitian dan Pengembangan

Secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,

2013 : 3). Menurut Herlanti (2014 : 16), pengertian penelitian

pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan suatu produk dan

bukan untuk menguji teori. Selain itu juga, pengertian penelitian dan

pengembangan menurut Sugiyono (2013 : 297) menjelaskan penelitian

dan pengembangan (R&D) adalah penelitian untuk menghasilkan

produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Dari uraian di atas, penelitian dan pengembangan adalah cara atau

proses ilmiah yang digunakan untuk menghasilkan produk baru atau

produk yang telah ada, kemudian disempurnakan sehingga

menghasilkan sebuah produk yang dapat dipertanggung jawabkan

keefektifan produk tersebut.

2. Modul

a. Pengertian Modul

Pengertian Modul menurut E. Mulyasa (2009 : 231), modul adalah

paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian kegiatan belajar

yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk

membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Menurut Joko

Sutrisno (2008 : 4) modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar

yang dikemas secara utuh dan sistematis, di dalamnya memuat

seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk

membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.

Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis

dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai

Page 28: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

14

tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar

sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal

dari pendidik (Andi Prastowo, 2011 : 106).

Pendapat lain pengertian modul menurut Suaidinmath,

(2010) dalam Alfi Anafidah (2017 : 31), modul ialah salah satu

bentuk bahan ajar sistematis yang dikemas secara utuh serta di

dalamnya memuat seperangkat alat belajar yang terencana dan

didesain untuk membantu siswa agar menguasai tujuan belajar

yang spesifik.

Dari beberapa pengertian modul menurut ahli di atas, dapat

ditarik kesimpulan modul adalah sebuah bahan ajar cetak yang

disusun secara sistematis, dengan bahasa yang mudah dipahami

dan dapat membantu peserta didik dalam proses pembelajaran baik

secara mandiri maupun dengan guru.

b. Karakteristik Modul

Setiap bentuk bahan ajar, pada umumnya memiliki

sejumlah karakteristik tertentu yang membedakannya dengan

bahan ajar yang lain. Salah satunya adalah modul, bahan ajar ini

memiliki beberapa karakteristik, antara lain : dirancang untuk

sistem pembelajaran mandiri, merupakan program pembelajaran

yang utuh dan sistematis, mengandung tujuan, bahan atau kegiatan,

dan evaluasi, disajikan secara komunikatif (dua arah), diupayakan

dapat mengganti beberapa peran pengajar, cakupan bahasan

terfokus dan terukur, serta mementingkan aktivitas belajar pemakai

(Andi Prastowo, 2011 : 109-110).

Pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik

yang dapat menghasilkan motivasi belajar peserta didik meningkat,

karakteristik yang diperlukan modul (Joko Sutrisno, 2008 : 4-7),

yaitu :

Page 29: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

15

1) Self Instruction

Merupakan karakteristik penting dalam modul, dengan

karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara

mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.

2) Self Contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi

pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut.

3) Berdiri Sendiri (Stand Alone)

Merupakan karakterisrik modul yang tidak tergantung pada

bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-

sama dengan bahan ajar/media lain.

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi

terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5) Bersahabat/Akrab (User Friendly)

Setiap intruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk

kemudahan dalam merespon.

Dari uraian karakteristik modul menurut para ahli di atas, dapat

ditarik kesimpulan mengenai karakteristik modul yaitu: modul

tersebut memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri (tidak

tergantung pada pihak lain), materi pembelajaran yang dibutuhkan

termuat dalam modul tersebut secara utuh dan sistematis, modul

disajikan secara komunikatif (dua arah), modul tidak tergantung

pada media lain yang harus digunakan secara bersamaan, modul

bersifat menyesuaikan (fleksibel), dan modul dapat membantu

aktivitas peserta didik karena bahasanya sederhana dan mudah

dipahami.

c. Tujuan Pembuatan Modul

Adapun tujuan penyusunan atau pembuatan modul, antara lain :

peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan

Page 30: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

16

bimbingan pendidik, peran pendidik tidak terlalu dominan dalam

pembelajaran, melatih kejujuran peserta didik, mengakomodasi

berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik, dan mampu

mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang telah

dipelajarinya (Andi Prastowo, 2011 : 108-109).

Dari paparan tujuan penyusunan atau pembuatan modul di atas,

dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penyusunan atau pembuatan

modul memiliki beberapa tujuan yang harus kita pahami, yaitu:

dapat membantu peserta didik belajar secara mandiri, meringankan

beban dari guru, dapat meningkatkan kemampuan peserta didik,

serta peserta didik dapat mengukur kemampuan yang dimilikinya.

d. Prinsip Pengembangan Modul

Terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan modul (Joko Sutrisno, 2008 : 9-12) sebagai berikut:

1) Analisis

Modul harus dikembangkan atas dasar analisis kebutuhan

dan kondis, yaitu : materi belajar apa saja yang perlu disusun

menjadi suatu modul, berapa jumlah modul yang diperlukan,

siapa yang akan menggunakan, sumber daya apa saja yang

diperlukan, dan hal-hal lain yang dinilai perlu.

2) Desain

Desain modul yang dikembangkan biasanya dilihat dari

bentuk, struktur, dan komponen modul seperti apa yang dapat

memenuhi berbagai kebutuhan dan kondisi nyata yang ada.

Berdasarkan desain yang telah dikembangkan, disusun modul

per modul yang dibutuhkan. Proses penyusunan modul terdiri

dari tiga tahapan pokok, yaitu :

a) Menetapkan strategi pembelajaran dan media pembelajaran

yang sesuai. Pada tahap ini, perlu diperhatikan karakteristik

dari kompetensi yang akan dipelajari, karakteristik peserta

Page 31: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

17

didik, dan karakteristik konteks dan situasi dimana modul

akan digunakan.

b) Memproduksi atau mewujudkan fisik modul. Komponen isi

modul antara lain meliputi : tujuan belajar, prasyarat

pembelajar yang diperlukan, substansi atau materi belajar,

bentuk-bentuk kegiatan belajar, dan komponen

pendukungnya.

c) Mengembangkan perangkat penilaian. Dalam hal ini, perlu

diperhatikan aspek kompetensi (pengetahuan, keterampilan,

dan sikap) dapat dinilai berdasarkan kriteria tertentu yang

telah ditetapkan.

3) Implementasikan

Modul yang telah diproduksi kemudian digunakan dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar dilaksanakan sesuai

dengan alur yang telah digariskan dalam modul.

4) Evaluasi dan validasi

Modul yang telah diproduksi dan masih digunakan dalam

kegiatan pembelajaran, secara periodik harus dilakukan

evaluasi dan validasi. Evaluasi lebih dimaksudkan untuk

mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul

dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya.

Bila tidak atau kurang optimal, maka modul perlu diperbaiki

sesuai dengan hasil evaluasi. Sedangkan validasi, lebih

ditujukan untuk mengetahui dan mengukur apakah materi/isi

modul masih sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan

kondisi yang berjalan saat ini.

5) Jaminan kualitas

Modul senantiasa harus selalu dipantau efektivitas dan

efisiensinya. Modul harus efektif untuk mencapai tujuan

kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga harus efisien dalam

implementasinya.

Page 32: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

18

Berdasarkan uraian di atas, tentang prinsip pengembangan

modul terlihat bahwa prinsip satu dengan yang lainnya saling

keterkaitan dan memberi umpan balik. Adanya satu informasi

ketidaksesuaian dengan yang diharapkan dari satu prinsip, menjadi

balikan bagi komponen prinsip yang lain.

e. Komponen Modul

Merancang sebuah modul yang baik, maka satu hal yang

penting yang harus kita lakukan adalah mengenali unsur-unsurnya.

Modul paling tidak harus berisikan tujuh unsur (Andi Prastowo,

2011 : 112-113), yaitu : judul, petunjuk belajar (petunjuk peserta

didik/pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK)

dan evaluasi.

1) Judul, meliputi judul cover depan modul dan judul untuk

masing-masing bab yang disesuaikan dengan isi materi

pokoknya.

2) Petunjuk belajar, bagian ini berisi cara menggunakan modul,

dan bagian ini juga ditunjukkan apa saja yang mesti dilakukan

pembaca (peserta didik) ketika membaca modul.

3) Kompetensi yang akan dicapai, pada bagian ini diharapkan

pembaca dapat memperoleh hasil dari proses belajar yang

ditempuhnya.

4) Informasi pendukung, pada bagian ini memuat informasi awal

mengenai materi yang akan dibahas, serta penjelasan singkat

tentang materi yang akan dibahas dalam modul.

5) Latihan, latihan yang diberikan kepada peserta didik (pembaca)

perlu dinyatakan secara eksplisit (melakukan apa dan

bagaimana) dan spesifik.

6) Lembar kerja, pada bagian ini berisi tes pada akhir setiap bab

atau akhir setiap kegiatan belajar. Hal ini ditujukan untuk

Page 33: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

19

mengukur tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh peserta

didik pada setiap kegiatan belajar.

7) Evaluasi, pada bagian ini memberikan saran kepada peserta

didik, bagi yang telah menguasai materi untuk

mengembangkan pengetahuan yang telah diperolehnya.

Sedangkan bagi yang belum mencapai tuntas, disarankan untuk

mengulangi bagian yang masih dirasa sulit. Bagian evaluasi ini

merupakan feedback dan penilaian dari hasil proses

pembelajaran peserta didik.

Dari uraian komponen modul di atas dapat disimpulkan bahwa,

komponen modul setidaknya berisi 7 komponen meliputi judul,

petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, latihan, lembar kerja siswa, serta evaluasi. Semua

komponen modul tersebut saling berkaitan satu sama yang lainnya,

jadi sebelum siswa mempelajari isi materi dari modul tersebut

siswa harus tahu usur atau komponen dari modul tersebut.

3. Pembelajaran CTL

a. Pengertian Pembelajaran CTL

Pembelajaran Contekstual Teaching and Learning

merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan

konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi

siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga , warga negara,

dan tenaga kerja (Trianto, 2009 : 104). Pembelajaran CTL menurut

(Nurhida, 2002) dalam buku Rusman (2011 : 190) merupakan

konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik

dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Page 34: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

20

Menurut Wina Sanjaya (2008 : 109), pembelajaran CTL

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada

proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi

yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan

nyata sehingga mendorong siswa menerapkan dalam kehidupan

mereka.

Dari uraian pengertian pembelajaran Contekstual Teaching

and Learning menurut para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa pembelajaran CTL adalah konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia

nyata, dan mendorong peserta didik dapat menemukan hubungan

antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam

kehidupan nyata.

b. Komponen CTL

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuh

komponen (Depdiknas, 2002) dalam Trianto (2009 : 111 - 120)

adalah sebagai berikut:

1) Kontruktivisme (Constructivism)

Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya

siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat

keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.

2) Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat

seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

3) Bertanya (Questioning)

Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang

berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang

sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan

menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi peserta didik, kegiatan

Page 35: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

21

bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan

pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu : menggali

informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

4) Masyarakat belajar (Learning community)

Konsep Learning Community menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain.

Ketika seorang anak baru belajar menimbang massa benda

dengan menggunakan neraca O’haus, ia bertatanya kepada

temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa menunjukkan

cara menggunakan alat itu. Maka dua orang anak tersebut

sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).

5) Pemodelan (Modeling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

yang diperlukan adalah model yang bisa ditiru oleh peserta

didik, misalnya : guru memodelkan langkah-langkah cara

menggunakan neraca O’haus dengan demonstrasi sebelum

peserta didik melakukan suatu tugas tertentu. Dalam

pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model.

Peserta didik bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu

berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Model dapat juga

didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya, misalnya

mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara

mengggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh

pasiennya.

6) Refleksi (Reflection)

Adalah cara berfikir tentang apa yang baru kita pelajari atau

berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di

masa lalu. Peserta didik mengedepankan apa yang baru

dipelajarinya sebagai sturuktur pengetahuan yang baru, yang

merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan

Page 36: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

22

sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas, atau pengetahuan yang baru. Pada akhir

pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar peserta

didik melakukan refleksi. Realisasinya berupa :

a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya

hari itu

b) Catatan atau jurnal di buku siswa

c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu

d) Diskusi

e) Hasil karya

7) Penilaian sebenarnya (Authentic assesment).

Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan

(performance) yang diperoleh peserta didik. Penilai tidak hanya

guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik

penilaian autentik, yaitu : dilaksanakan selama dan sesudah

proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk

formatif maupun sumatif, yang diukur keterampilan dan

performansi, bukan mengingat fakta, berkesinambungan,

terintegrasi dan dapat digunakan sebagai feedback.

Menurut Wina Sanjaya (2008 : 118 - 122) CTL sebagai suatu

pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini disebut

juga komponen-komponen CTL, ketujuh komponen ini adalah

sebagai berikut:

1) Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan

pengalaman.

2) Inkuiri

Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada

pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara

sistematis.

Page 37: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

23

3) Questioning (Bertanya)

Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab

pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari

keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan

mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.

4) Learning Community

Konsep Learning Community dalam CTL menyarankan

agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan

orang lain. Kerjasama dapat dilakukan dalam berbagai bentuk

baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam

lingkungan yang terjadi secara alamiah. Hasil belajar dapat

diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman,

antar kelompok, yang sudah tahu memberi tahu pada yang

belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi

pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikatnya dari

masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi.

5) Modeling

Modeling adalah proses pembelajaran dengan

memperagakan sesuatu sebagai suatu contoh yang dapat ditiru

oleh siswa.

6) Reflection

Reflection adalah proses pengedepanan pengalaman yang

telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan

kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang

telah dilaluinya.

7) Authentic Assessment

Authentic Assessment adalah proses yang dilakukan guru

untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar

yang dilakukan siswa.

Dari uraian komponen CTL menurut para ahli di atas, dapat

diambil kesimpulan bahwa sebuah kelas dikatakan menggunakan

Page 38: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

24

pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen atau asas

tersebut dalam pembelajarannnya. Komponen CTL tersebut saling

berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, ketujuh komponen

CTL meliputi konstruktivisme, inkuiri, questioning, learning

community, modeling, reflection, dan authentic assessment.

c. Langkah – langkah Penerapan CTL

Sebelum melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

CTL tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat desain

(skenario) pembelajarannya, sebagai pedoman umum dan sekaligus

sebagai kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya

pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran

dapat dilakukan (Rusman, 2011 : 199 - 200) sebagai berikut :

1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan

belajar lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri,

menumukan sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan

dan keterampilan baru yang harus dimilikinya.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua

topik yang diajarkan

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan

pertanyaan-pertanyaan

4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan

kelompok berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya

5) Menghadirkan model sebagai contoh bisa melalui ilustrasi,

model, bahkan media yang sebenarnya.

6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

7) Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai

kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam

kelas, (Trianto, 2009 : 111) sebagai berikut :

Page 39: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

25

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri,

dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua

topik

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-

kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dari paparan langkah-langkah penerapan CTL di atas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah penerapan CTL tidak

terlepas dari komponen-komponen CTL. Komponen-komponen

CTL ada tujuh, begitu pula dengan langkah-langkah untuk

menerapkan CTL. Jadi, komponen CTL merupakan titik tolak yang

digunakan untuk menerapkan langkah-langkah pembelajaran CTL.

Ketujuh langkah-langkah penerapan CTL merupakan refleksi dari

tujuh komponen CTL meliputi konstruktivisme, inkuiri,

questioning, learning community, modeling, reflection, dan

authentic assessment.

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran CTL

Menurut Sanjaya (2007 : 270), kelebihan dan kelemahan

pembelajaran CTL, sebagai berikut:

1) Kelebihan Pembelajaran CTL

a) Pemahaman siswa terhadap konsep ditemukan sendiri oleh

siswa karena siswa menerapkan apa yang dipelajari dalam

kehidupan sehari-hari

b) Siswa terlibat aktif dalam memecahkan masalah dan dilatih

untuk berfikir yang lebih tinggi memecahkan suatu masalah

Page 40: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

26

c) Pembelajaran akan lebih bermakna dan menyenangkan

d) Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu

maupun kelompok

2) Kelemahan Pembelajaran CTL

a) Sulit untuk menambah paradigma guru : guru sebagai

pengajar keguru sebagai fasilitator dan mitra siswa dalam

belajar

b) Guru memerlukan dan bimbingan yang ekstra terhadap

siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang

diterapkan.

c) Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama

dalam PBM

d) Dalam PBM akan nampak jelas antara siswa yang memiliki

kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan

rendah, sehingga menimbulkan rasa tidak percaya diri

siswa yang kurang kemampuannya

4. HOTS

a. Pengertian Soal HOTS

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang

digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi,

yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall),

menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan

pengolahan (recite) (Supriano, 2018 : 10).

Selain itu, pengertian soal-soal HOTS menurut Widana

(2017: 4) merupakan assesmen yang berbasis situasi nyata dalam

kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat

menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk

menyelasaikan masalah.

Dari uraian pengertian soal-soal HOTS menurut pendapat

ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa soal-soal HOTS

Page 41: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

27

adalah instrumen pengukuran kemampuan berfikir tingkat tinggi

peserta didik, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan

konsep-konsep pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari untuk

menyelesaikan suatu permasalahan.

b. Karakteristik Soal-Soal HOTS

Menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan,

berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS (Widana, 2017

: 3-7) :

1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu

menemukan konsep pembelajaran berbasis aktivitas dapat

mendorong peserta didik membangun kreativitas dan berfikir

kritis

2) Berbasis permasalahan kontekstual, yaitu soal-soal HOTS

merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam

kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat

menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk

menyelesaikan masalah.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen

autentik, adalah sebagai berikut: peserta didik mengonstruksi

responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban yang

tersedia, tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan

dalam dunia nyata, serta tidak hanya memiliki satu jawaban

tertentu yang benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban

benar atau semua jawaban benar.

3) Menggunakan bentuk soal beragam, butir soal HOTS yang

digunakan model pengujian PISA (Programme for

International Student Assessment), sebagai berikut :

a) Pilihan ganda, terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan

jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci

jawaban dan pengecoh (distractor). Pengecoh merupakan

jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan

Page 42: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

28

seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila tidak

menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik.

Jawaban yang diharapkan umumnya tidak termuat secara

eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Jawaban yang benar

diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.

b) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak), yaitu

soal-soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks

juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi

kontekstual. Peserta didik diberikan beberapa pernyataan

yang terkait dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik

diminta memilih benar/salah atau ya/tidak. Apabila peserta

didik menjawab benar pada semua pernyataan yang

diberikan mendapat skor 1 atau apabila terdapat kesalahan

pada salah satu pernyataan maka diberi skor 0.

c) Isian singkat atau melengkapi, adalah soal yang menuntut

peserta tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara

mengisi kata, frase, angka, atau simbol. Jawaban yang

benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan

skor 0.

d) Jawaban singkat atau pendek, adalah soal yang jawabannya

berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu

pertanyaan. Soal dengan bentuk jawaban singkat atau

pendek adalah soal yang jawabannya berupa kata, kalimat

pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan.

e) Uraian, adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa

untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah

dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau

mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan

kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis. Untuk melakukan

penskoran, penulis soal dapat menggunakan rubrik atau

pedoman penskoran. Setiap langkah atau kata kunci yang

Page 43: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

29

dijawab benar oleh peserta didik diberi skor 1, sedangkan

yang salah diberi skor 0.

4) Level kognitif

Menurut Anderson & Krathwohl (2001) dalam Widana

(2017 : 7), mengklasifikasikan dimensi proses berpikir sebagai

berikut pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Dimensi Proses Berpikir HOTS Mengkreasi a. Mengkreasi ide/ gagasan

sendiri

b. Kata kerja : mengkontruksi, desain,

kreasi, mengembangkan,

menulis, memformulasikan

Mengevaluasi a. Mengambil keputusan

sendiri

b. Kata kerja : evaluasi, menilai,

menyanggahmemutuskan

, memilih, mendukung

Menganalisis a. Menspesifikasi aspek-aspek/elemen

b. Kata kerja :

membandingkan, memeriksa, mengkritisi,

menguji

MOTS Mengaplikasi a. Menggunakan informasi

pada domain berbeda b. Kata kerja :

menggunakan,

mendemonstrasikan, mengilustrasikan,

mengeperasikan

Memahami a. Menjelaskan ide/konsep

b. Kata kerja : menjelasan, mengklasifikasi,

menerima, melaporkan

LOTS Mengetahui a. Mengingat kembali b. Kata kerja : mengingat,

mendaftar, mengulang,

menirukan.

Sumber : Widana (2017 : 7)

Dari uraian pengkalasifikasian dimensi proses berfikir di

atas, menurut Puspendik (2015) dalam Supriano (2018 : 10-15)

mengklasifikasikan menjadi 3 level kognitif. Pengelompokan

level kognitif tersebut yaitu: pengetahuan dan pemahaman

Page 44: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

30

(level 1), aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3). Berikut

dipaparkan penjelasan untuk masing-masing level tersebut:

a) Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)

Level kognitif pengetahuan dan pemahaman

mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan

memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah

mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural.

Namun soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-

soal HOTS.

b) Aplikasi (Level 2)

Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses

berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Namun

soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal

HOTS.

c) Penalaran (Level 3)

Level penalaran merupakan kemampuan berpikir

tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal peserta

didik harus mampu mengingat, memahami, dan

menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan

prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi

untuk memecahkan masalah kontekstual. Mencakup

dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi

(C5), dan mengkreasi (C6). Soal-soal pada level penalaran

tidak selalu merupakan soal-soal sulit.

5. Hakikat Pembelajaran Fisika

Menurut Gagne R.M. dan Briggs (1979) dalam Teguh Sihono

(2004 : 66) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian

events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb) yang secara sengaja

dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses

belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan

Page 45: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

31

hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan guru saja, melainkan

mencakup semua kejadian kegiatan yang mungkin mempunyai

pengaruh langsung pada proses belajar manusia.

Pengertian pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2005 : 87),

adalah keterkaitan antara belajar dan mengajar, dalam proses

pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar sedangkan

tugas utama setiap siswa adalah belajar. Keterkaitan hubungan antara

guru dan siswa yang baik dalam proses pembelajaran akan mencapai

tujuan pembelajaran yang telah direncanakan (Wina Sanjaya, 2005 :

87).

Dari pendapat para ahli di atas tentang pembelajaran, jadi dapat

diambil kesimpulan pembelajaran adalah proses belajar mengajar yang

dilakukan oleh guru dengan peserta didik untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah direncanakan. Melalui proses pembelajaran

juga terjalinnya hubungan yang baik antara guru dan siswa, dengan

hubungan tersebut tercapailah tujuan pembelajaran yang telah

direncanakan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran

fisika.

Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

dalam Alfi Anafidah (2017 : 30), Fisika bukan hanya memiliki

sumbangan nyata terhadap perkembangan teknologi, namun juga

mendidik siswa di dalam pembelajarannya untuk bertindak atas dasar

pemikiran kritis, analitis, logis, rasional, cermat, dan sistematis, serta

menanamkan kebiasaan berpikir dan berprilaku ilmiah yang kritis,

kreatif, dan mandiri. Selain itu Wirtha dan Rapi (2008) dalam Alfi

Anafidah (2017 : 30) menjelaskan hakekat fisika merupakan kumpulan

pengetahuan, cara berfikir, dan penyelidikan. Penekanan pembelajaran

sains, dalam hal ini fisika di sekolah-sekolah masih terbatas pada

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep atau prinsip-prinsip. Perlu adanya perubahan dalam cara belajar

sains dari diberi tahu menjadi mencari tahu, dari belajar untuk

Page 46: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

32

memahami konsep sains menjadi belajar untuk menguasai proses sains

(Alfi Anafidah 2017 : 30).

Dari uraian pendapat para ahli tentang pembelajaran dan fisika di

atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran fisika adalah proses

belajar mengajar yang dilakukan oleh guru untuk mendidik siswa di

dalam proses pembelajaran. Serta menanamkan kebiasaan berpikir dan

berprilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri untuk mencapai

suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Paparan KI, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran seperti pada

Tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Paparan KI, KD, Indikator dan Tujuan Pembelajaran

Kompetensi

Inti (KI-3)

Kompetensi

Dasar

(KD 3.11)

Indikator Tujuan

Pembelajaran

Memahami,

menerapkan,

menganalisis

pengetahuan

faktual,

konseptual,

prosedural

berdasarkan

rasa ingin

tahunya

tentang ilmu

pengetahuan,

teknologi,

seni, budaya,

dan

humaniora

dengan

wawasan

kemanusiaan,

kebangsaan,

kenegaraan,

dan

peradaban

terkait

penyebab

fenomena

dan kejadian,

Menganalisis

hubungan

antara gaya

dan getaran

dalam

kehidupan

sehari-hari

1. Memahami

dan

menerapkan

Karakterisi

k getaran

harmonis

(simpangan,

kecepatan,

percepatan,

dan gaya

pemulih,

hukum

kekekalan

energi

mekanik)

pada

ayunan

bandul dan

getaran

pegas

2. Menganalis

Persamaan

simpangan,

kecepatan,

dan

percepatan

1. Peserta

didik dapat

Memahami

dan

menerapkan

Karakterisik

getaran

harmonis

(simpangan,

kecepatan,

percepatan,

dan gaya

pemulih,

hukum

kekekalan

energi

mekanik)

pada

ayunan

bandul dan

getaran

pegas

2. Peserta

didik dapat

Menganalis

Persamaan

simpangan,

Page 47: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

33

serta

menerapkan

pengetahuan

prosedural

pada bidang

kajian yang

spesifik

sesuai

dengan bakat

dan minatnya

untuk

memecahkan

masalah.

kecepatan,

dan

percepatan

Sumber : Permendikbud No 24 tahun 2016

Penelitian ini, yaitu untuk menghasilkan sebuah modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran Fisika

pada materi Getaran Harmonis X SMA/MA. Alasan kenapa peneliti

mengangkat materi ini dalam penelitian karena peneliti sudah melihat dan

memahami KI, KD pada materi getaran harmonis ini, materi ini sangat

sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk menghasilkan modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS. Penerapan materi ini banyak

terdapat di dalam kehidupan nyata peserta didik, serta dalam KD materi

getaran harmonis ini termasuk dalam level 3 atau dalam tingkatan ranah

kognitif C4 yaitu menganalisis sangat sesuai dengan kriteria untuk

pencapaian kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.

6. Validitas, Praktikalitas dan Efektivitas

a. Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang

terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dilaporkan peneliti

(Sugiyono, 2012:363). Validitas merupakan proses kegiatan untuk

menilai apakah rancangan produk yang dihasilkan sudah valid atau

belum. Sebuah tes atau produk dikatakan valid apabila tes atau

produk tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak

diukur (Asnelly Ilyas, 2006 : 60).

Page 48: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

34

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa orang pakar atau ahli yang sudah berpengalaman untuk

menilai produk yang baru dirancang. Setiap pakar di minta untuk

menilai, memberikan kritik dan sarannya terhadap produk demi

kesempurnaan produk tersebut. Setelah produk di validasi melalui

diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka dapat diketahui

kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya di coba untuk

dikurangi dengan cara memperbaiki produk disini adalah peneliti

yang mau menghasilkan produk yang valid.

Validitas terdiri atas beberapa bagian, yaitu :

1) Validitas isi (content validity), adalah validitas yang diperoleh

setelah dilakukan penganalisisan, penelisuran, atau pengujian

terhadap isi yang terkandung dalam produk tersebut (Anas

Sudijono, 2007:163-177).

2) Validitas konstruksi, adalah apabila sebuah produk tersebut

dapat mengukur aspek-aspek berpikir seperti aspek kognitif,

aspek afektif, dan aspek psikomotor sebagaimana yang telah

ditentukan dalam tujuan instruksi khusus (Anas Sudijono,

2007:163-177).

3) Validitas permukaan, ini menggunakan kriteria yang sangat

sederhana, karena hanya melihat dari sisi muka atau tampilan

dari produk itu sendiri ( Zaenal Arifin, 2012:315).

Validitas digunakan untuk mengukur kelayakan suatu produk atau

tidak dalam penggunaannya. Secara khusus BSNP mengungkapkan

kriteria standar suatu produk dianggap layak sebagai bahan pelajaran,

yaitu :

1) Kelayakan isi

Aspek ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

a) Cakupan materi, yaitu: kelengkapan materi, keluasan materi,

dan kedalaman materi.

Page 49: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

35

b) Keakuratan materi, yaitu: keakuratan konsep, keakuratan

prosedur, keakuratan ilustrasi, dan keakuratan fakta.

c) Relevansi, yaitu: sesuai dengan perkembangan siswa, sesuai

dengan teori pembelajaran, sesuai dengan nilai sosial budaya,

dan sesuai dengan kondisi kekinian.

2) Kelayakan penyajian

Aspek ini terdiri beberapa komponen, yaitu :

a) Kelengkapan sajian, yaitu : bagian awal, meliputi: sampul,

kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar

tampilan dan pendahuluan. Bagian inti, meliputi: uraian bab,

ringkasan bab, ilustrasi (gambar), latihan dan evaluasi/refleksi.

Bagian akhir, meliputi: daftar pustaka dan lampiran.

b) Penyajian informasi : keruntutan, yaitu: uraian bersifat

sistematis. Kekoherenan, yaitu: informasi yang disajikan

memiliki keutuhan makna. Kekonsistenan dalam penggunaan

istilah, konsep, dan penjelasan. Keseimbangan, yaitu: uraian

materi bersifat proporsional.

c) Penyajian pembelajaran, yaitu: berpusat kepada siswa,

mendorong eksplorasi, mengembangkan pengalaman, memacu

kreatifitas, memuat evaluasi kompetensi.

3) Kelayakan bahasa

Aspek ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu : sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia baku, yaitu: ketepatan tata bahasa,

ketepatan ejaan (sesuai EYD) dan sesuai dengan perkembangan

siswa.

4) Kelayakan kegrafikan

Aspek ini terdiri dari beberapa komponen, yaitu :

a) Ukuran, yaitu : kesesuaian ukuran dengan standar, dan

kesesuaian ukuran dengan materi.

Page 50: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

36

b) Desain cover, yaitu: penampilan unsur tata letak yang

konsisten (sesuai pola), menampilkan pusat pandang yang

baik, dan memiliki kekontrasan yang baik.

Tabel 2.3 Aspek Kelayakan Isi Menurut BSNP (2006)

No Butir Penilaian Deskripsi

1 Kelengkapan materi Materi yang disajikan mencakup materi

yang terkandung dalam kompetensi dasar (KD)

2 Keluasan materi Materi yang disajikan mencerminkan

jabaran yang mendukung pencapaian

kompetensi dasar (KD)

3 Kedalaman materi Materi yang disajikan mulai dari

pengenalan konsep, defenisi, prosedur,

tampilan output, contoh, kasus, latihan

sampai dengan interaksi antar konsep sesuai dengan kompetensi dasar (KD)

4 Keakuratan konsep

dan defenisi

Konsep dan defenisi yang disajikan tidak

menimbulkan banyak tafsir

5 Keakuratan fakta dan

data

Fakta dan data yang disajikan sesuai

dengan kenyataan dan efisien untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik

6 Keakuratan contoh dan kasus

Contoh dan kasus yang disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik

7 Keakuratan gambar,

diagram, dan ilustrasi

Gambar, diagram dan ilustrasi yang

disajikan sesuai dengan kenyataan dan efisien untuk meningkatkan pemahaman

peserta didik

8 Keakuratan istilah Istilah-istilah teknis sesuai dengan kelaziman yang berlaku

9 Gambar, diagram

dan ilustrasi dalam

kehidupan sehari-hari

Gambar, diagram, ilustrasi diutamakan

yang terdapat dalam kehidupan sehari-

hari, namun juga dilengkapi dengan penjelasan

10 Menggunakan

contoh dan kasus

yang terdapat dalam kehidupan sejari-hari

Contoh dan kasus yang disajikan sesuai

dengan situasi serta kondisi yang terjadi

dalam kehidupan sehari-hari

11 Mendorong rasa

ingin tahu

Uraian, latihan atau contoh-contoh kasus

yang disajikan mendorong peserta didik untuk mengerjakannya lebih jauh dan

menumbuhkan kreativitas

12 Menciptakan

kemampuan bertanya

Uraian, latihan, atau contoh-contoh kasus

yang disajikan mendorong peserta didik untuk mengetahui materi lebih jauh

Sumber : BSNP (2006)

Page 51: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

37

Tabel 2.4 Aspek Kelayakan Kebahasaan Menurut BSNP (2006)

No Butir Penilaian Deskripsi

1 Ketepatan struktur

kalimat

Kalimat yang digunakan mewakili isi

pesan atau informasi yang ingin

disampaikan dengan tetap mengikuti

tata kalimat Bahasa Indonesi

2 Keefektifan

kalimat

Kalimat yang digunakan sederhana

dan langsung ke sasaran

3 Kebakuan istilah Istilah yang digunakan sesuai dengan

Kamus Besar Bahasa Indonesia dan

atau istilah teknis yang telah baku

4 Pemahaman

terhadap pesan dan

informasi

Pesan atau informasi disampaikan

dengan bahasa yang menarik dan

lazim dengan komunikasi tulis Bahasa

Indonesia

5 Kemampuan

memotivasi peserta

didik

Bahasa yang digunakan

membangkitkan rasa senang ketika

peserta didik membacanya dan

mendorong mereka untuk mempelajari

modul tersebut secara tuntas

6 Kesesuaian dengan

perkembangan

intelektual peserta

didik

Bahasa yang digunakan dalam

menjelaskan suatu konsep harus sesuai

dengan tingkat perkembangan kognitif

peserta didik

7 Kesesuaian dengan

tingkat

perkembangan

emosional peserta

didik

Bahasa yang digunakan sesuai dengan

tingkat kematangan emosional peserta

didik

8 Ketepatan tata

bahasa

Tata kalimat yang digunakan untuk

menyampaikan pesan mengacu kepada

kaidah tata Bahasa Indonesia yang

baik dan benar

9 Ketepatan ejaan Ejaan yang digunakan mengacu

kepada pedoman ejaan yang

disempurnakan

Sumber : BSNP (2006)

Page 52: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

38

Tabel 2.5 Aspek Kelayakan Penyajian Menurut BSNP (2006)

No Butir penilaian Deskripsi

1 Keruntutan konsep Penyajian konsep disajikan secara runtut

mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret ke abstrakdan dari yang sederhana

ke kompleks, dari yang dikenal sampai

yang belum dikenal. Materi bagian sebelumnya bisa membantu pemahaman

materi pada bagian selanjutnya.

2 Contoh-contoh soal

dalam setiap kegiatan belajar

Terdapat contoh-contoh soal yang dapat

membantu menguatkan pemahaman konsep.

3 Soal latihan pada

setiap akhir kegiatan

belajar

Soal-soal yang diberikan dapat melatih

kemampuan memahami dan menerapkan

konsep yang berkaitan dengan materi dalam kegiatan belajar.

4 Kunci jawaban soal

latihan

Terdapat kunci jawaban dari soal latihan

setiap akhir kegiatan belajar lengkap dengan caranya dan pedoman

penskorannya.

5 Pengantar Memuat informasi tentang peran modul

dalam proses pembelajaran

6 Glosarium Glosarium berisi istilah-istilah penting

dalam teks dengan penjelasan arti istilah

tersebut, dan ditulis alfabetis.

7 Daftar Daftar buku yang digunakan sebagai bahan rujukan dalam penulisan modul diawali

dengan nama pengarang (yang disusun

secara alfabetis), tahun terbitan, judul buku/majalah/artikel, tempat, dan nama

penerbit, nama dan lokasi situs (jika

memakai acuan yang memiliki situs)

8 Keterlibatan peserta didik

Penyajian materi bersifat interaktif dan partisipatif (ada bagian yang mengajak

pembaca untuk berpartisipasi)

9 Ketertautan antar

kegiatan belajar/ sub kegiatan belajar/

alinea

Penyampaian pesan antar sub bab kegiatan

belajar dengan kegiatan belajar lain/sub kegiatan belajar dengan sub kegiatan/ antar

alinea dalam sub kegiatan belajar yang

berdekatan mencerminkan keruntutan dan keterkaitan isi

10 Keutuhan makna

dalam kegiatan

belajar/sub kegiatan belajar/alinea

Pesan atau materi yang disajikan dalam

satu kegiatan belajar/ sub kegiatan belajar/

alinea harus mencerminkan kesesuaian tema.

Sumber : BSNP (2006)

Page 53: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

39

Tabel 2.6 Aspek Penilaian Konstektual Menurut Depdiknas (2002)

No Butir Penilaian Deskripsi

1 Keterkaitan antara

materi yang

diajarkan dengan

situasi dunia

nyata siswa.

Adanya keterkaitan materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata

siswa.

2 Kemampuan

mendorong siswa

membuat

hubungan antara

pengetahuan yang

dimiliki siswa

dengan penerapan

dalam kehidupan

sehari-hari siswa

Pembelajaran mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimiliki siswa dengan penerapan

dalam kehidupan sehari-hari

3 Konstruktivisme

(Constructivism)

Materi dalam modul bersifat

mengkonstuksi pengetahuan dan bukan

proses menerima pengetahuan.

4 Menemukan

(Inquiry)

Materi merangsang siswa untuk

menemukan pengetahuan sendiri

5 Bertanya

(Questioning)

Terdapat pertanyaan –pertanyaan yang

mendorong membimbing . dan

mengukur kemampuan berpikir siswa.

6 Masyarakat

belajar (Learning

community)

Terdapat tugas kelompok dan materi

merangsang siswa untuk berdiskusi

(Sharing) dengan teman-temannya.

7 Pemodelan

(Modeling)

Terdapat contoh soal procedural dan

cara penyelesaiannya.

8 Refleksi

(Reflection)

Terdapat rangkuman atas materi yang

telah dipelajari.

9 Penilaian yang

sebenarnya

(Authentic

assessment)

Terdapat tes yang bisa digunakan

sebagai dasar menilai hasil belajar siswa

Sumber : Depdiknas (2002)

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk

menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta

untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui

kelemahan dan kekuatannya (Sugiyono, 2012:414). Pakar atau

tenaga ahli adalah orang yang menvalidasi (menilai) kelayakan

Page 54: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

40

instrumen dan produk (prototipe) penilaian yang dikembangkan

yang disebut dengan validator.

b. Praktikalitas

Praktikalitas adalah suatu kualitas yang menunjukkan

kemungkinan dapat dijalankannya suatu kegunaan umum dari

suatu teknik penilaian dengan mendasarkannya pada biaya, waktu,

kemudahan penyusunan dan penskoran serta penginterprestasikan

hasil-hasilnya (Ngalim Purwanto, 2008:137). Kepraktisan

mengandung arti kemudahan suatu tes, baik dalam

mempersiapkan, menggunakan, mengolah dan menafsirkan,

maupun mengadministasikannya (Zainal Arifin, 2012:333).

Menurut Wahyu Prasetyo, modul akan mudah digunakan jika

memenuhi kriteria sebagai berikut: tampilan modul menarik,

petunjuk dalam modul jelas dan mudah dipahami, bahasa yang

digunakan dalam modul mudah dipahami, modul membantu

memahami materi yang dipelajari, modul menambah motivasi

untuk belajar.

Untuk menguji praktikalitas suatu produk maka dilakukan

prosedur pengumpulan data sebagai berikut: penulis membagikan

produk, memberikan arahan atau menjelaskan salah satu materi

yang terdapat pada produk, siswa menggunakan produk sebagai

bahan ajar, mengumpulkan data melalui observasi dan angket

berdasarkan pelaksanaan serta kemudahan mengunakan produk

yang dikembangkan.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepraktisan suatu

produk, yaitu (Zainal Arifin, 2012:333-334) : kemudahan

mengadministrasi, kemudahan interpretasi dan aplikasi.

Praktikalitas atau keterpakaian produk, dilihat setelah produk diuji

cobakan kepada subjek penelitian. Subjek penelitian adalah orang

yang terlibat sebagai subjek uji, yang terlibat di sini adalah peserta

Page 55: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

41

didik. Subjek uji coba digunakan dalam jumlah kelompok kecil

untuk mengetahui kepraktisan produk yang dikembangkan.

c. Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata efektif berarti

membuahkan hasil, mulai berlaku, ada pengaruh/akibat efeknya.

Efektivitas juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam

mencapai tujuan-tujuan. Efektif menurut arti bahasa adalah “dapat

menimbulkan akibat, efek, atau pengaruh yang signifikan”.

Menurut Nieeven dalam Hestari (2016 : 11) karakteristik media

yang efektif adalah ketika siswa mengapresiasi program

pembelajaran dan pembelajaran yang diinginkan terlaksana

sehingga terdapat kesesuaian harapan dan tujuan pembelajara.

Pengukuran keefektifan dilakukan berdasarkan nilai ujian, nilai

tugas dan menghitung angket respon siswa terhadap penggunaan

modul selama proses pembelajaran.

Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara

siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai. Efektifitas adalah bagaimana

seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar

untuk memperoleh hasil yang baik. Chong dan Maginston

(Slameto, 2003:81) mengartikan efektifitas merupakan kesesuaian

antara siswa dengan hasil belajar. Ottevager (2001)

mengemukakan bahwa, efektifitas perangkat pembelajaran dapat

dilihat dari konsistensi antara tipologi harapan dan pengalaman,

serta tipologi harapan dan perolehan. Untuk melihat pencapaian

higher order thinking skills peserta didik adalah data hasil pretest

dan postest. Data tersebut dianalisis untuk melihat skor hasil tes.

Selanjutnya hasil tes tersebut dihitung rata-ratanya.

Page 56: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

42

B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini, penulis berpedoman pada penelitian terdahulu seperti

paparan yang terlihat di bawah ini:

1. Alfi Anafidah, dkk (2017: 29) Volume 6 Nomor 3, dengan judul

“Pengembangan Modul Fisika Berbasis CTL (Contextual Teaching

And Learning) Pada Materi Dinamika Partikel Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X

SMAN 1 Ngawi”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelayakan modul fisika berbasis

CTL berkategori sangat baik setelah dilakukan validasi, keterampilan

berpikir kritis siswa mengalami peningkatan setelah mengikuti proses

pembelajaran dengan menggunakan modul fisika berbasis CTL sebesar

0,36 dengan kategori sedang.

Perbedaan penelitian ini adalah capaian penulis yaitu untuk mencapai

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik pada materi getaran

harmonis, disini penulis hanya menggunakan 3 tahapan

pengembangan, yaitu : pendefenisian, perancangan, dan

pengembangan. Selain itu, capaian penulis yaitu menghasilkan sebuah

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS pada materi

getaran harmonis kelas X SMA.

2. Lidy Alimah Fitri, dkk (2013) Volume 3 Nomor 1, juga melakukan

penelitian dengan judul “Pengembangan Modul Fisika pada Pokok

Bahasan Listrik Dinamis Berbasis Domain Pengetahuan Sains

untuk Mengoptimalkan Minds-On Siswa SMA Negeri 2 Purworejo

Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013”

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rerata persentase hasil evaluasi

modul dari ahli 83%, dari guru Fisika 82%, dari teman sejawat 89%.

Penggunaan modul Fisika berbasis domain pengetahuan sains dapat

meningkatkan pemahaman siswa dengan persentase ketuntasan siswa

84%. Selain itu, penggunaan modul dapat mengoptimalkan minds-on

siswa. Rerata minds-on siswa adalah 43,52 dengan kategori “baik”.

Page 57: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

43

Dengan demikian, modul Fisika berbasis domain pengetahuan sains

dengan pendekatan CTL layak digunakan dalam pembelajaran Fisika

untuk mengoptimalkan minds-on siswa.

Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu: penulis menggunakan

tahap pengembangan 4-D, tapi penulis membatasi pada 3 tahapan saja.

Selain itu, tujuan penulis untuk melakukan pengembangan modul yaitu

untuk mencapai kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik, dan

penulis memfokuskan pada materi getaran harmonis, serta dalam

pengembangan modul berbasis CTL untuk mencapai HOTS ini diuji

validitas, praktikalitas, dan efektifitas modul tersebut.

3. Masrurotul Wafiroh (2017) ISSN : 2527-6670, dengan judul penelitian

“Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi”

Hasil penilaian yang dilakukan oleh validator terhadap produk

pengembangan menunjukkan persentase kelayakan modul sebesar

67,79% dengan interpretasi layak. Hal ini menunjukkan bahwa produk

pengembangan mempunyai kualitas “baik”. Modul pembelajaran

berbasis Inkuiri Terbimbing cukup efektif untuk meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil kemampuan berpikir

siswa ketika dilakukan uji kelas terbatas diperoleh N-Gain sebesar 0,64

dengan kriteria sedang.

Perbedaan penelitian ini dengan penulis adalah penulis menggunakan

pembelajaran CTL, materi yang penulis gunakan adalah materi getaran

harmonis, serta dalam pengembangan modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS pada materi getaran harmonis kelas X

SMA ini, penulis hanya menggunakan 3 tahapan pengembangan yaitu:

pendefenisian, perancangan, dan pengembangan.

4. Yuneni Fatmawati, dkk. 2017 ISSN : 2527-6670, dengan judul

“Pengembangan modul IPA berbasis discovery untuk

Page 58: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

44

meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas

VIII SMP Negeri 1 Puhpelem”.

Pengembangan modul IPA berbasis discovery untuk meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Modul tersebut

dikategorikan baik karena telah melalui beberapa uji kelayakan.

Berdasarkan uji kelayakan modul memiliki kategori yang layak

digunakan, yang didukung dengan hasil validasi oleh ahli materi untuk

kelayakan isi memiliki kategori sangat baik dengan hasil rata-rata

seluruh aspek oleh validator 1 3,65 dan validator 2 3,72 berdasarkan

data ini modul dapat dikatakan layak untuk diujicobakan.

Beda penelitian yang akan penulis lakukan dengan penelitian yang

telah dilaksanakan oleh Yuneni dkk, dimana penulis akan

mengembangkan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

higher order thinking skills siswa materi getaran harmonis kelas X

SMA. Sedangkan pada penelitian Yuneni dkk, pengembangan modul

IPA berbasis discovery untuk meningkatkan kemampuan berpikir

tingkat tinggi siswa.

5. Winarno, dkk. Jurnal Inkuiri ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. I, 2015 (hal

82). Judul penelitian “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis

High Order Thinking Skill (HOTS) Pada Tema Energi”

Hasil penelitian menunjukkan kualitas modul hasil pengembangan

untuk kelayakan isi 91,3%, penyajian 94,0%, bahasa 91,3%,

kegrafikan 92,6%, pendekatan 88,4%, dan keterpaduan 91,3%, jadi

termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan uji dua sampel

berhubungan diperoleh thitung - 8,101 dan ttabel adalah –2,040, oleh

karena - thitung< -ttabel maka H0 ditolak, maka keputusan uji antara

postest dengan pretest mempunyai perbedaan efektivitas yang

signifikan. Rerata prestasi belajar kognitif sebelum menggunakan

modul 67,4 dan sesudah menggunakan modul 85,3. Hasil komentar

guru pada tahap penyebaran adalah modul bagus dan layak digunakan

dalam proses pembelajaran.

Page 59: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

45

Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis,

penulis menggembangkan modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi

Getaran Harmonis kelas X SMAN 1 Rambatan. Model

pengembangan penulis gunakan yaitu 4-D, yang terdiri dari 4 tahap

pengembangan, yaitu : Define (pendefinisian), Design

(perancanaan), Develop ( pengembangan), dan Disseminate

(penyebaran), tapi penulis hanya pada tahap pengembangan

Page 60: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pengembangan

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka

penelitian ini digolongkan pada penelitian dan pengembangan (Research

and Development). Dalam penelitian dan pengembangan ini peneliti

mengembangkan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran Fisika pada materi Getaran Harmonis kelas X

SMA. Untuk mengetahui produk tersebut layak digunakan dan dapat

mempermudah dalam pembelajaran, maka dalam penelitian dilakukan uji

validitas, praktikalitas dan efektifitas terhadap modul yang dihasilkan.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dalam penelitian ini mengacu kepada

model pengembangan yang disarankan oleh Thiagarajan dan Sammel

dalam Trianto yaitu 4-D yang terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu:

Define (Pendefinisian), Design (Perancanaan), Develop (Pengembangan),

dan Disseminate (Penyebaran) (Trianto, 2009 : 189).

Pendefinisian melingkupi analisis peserta didik, konsep, dan tugas.

Berdasarkan analisis ini, akan diperoleh informasi tentang apa yang

dibutuhkan peserta didik ketika dalam pembelajaran sehingga dihasilkan

spesifikasi tujuan pembelajaran. Kemudian untuk perencanaan,

melingkupi penyusunan perancangan produk. Pada tahap pengembangan

terdiri dari tahap validitas, praktikalitas, dan efektifitas modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika

untuk pencapaian kompetensi belajar peserta didik yang telah dirancang.

Penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap develop (pengembangan)

karena untuk melakukan tahap penyebaran diperlukan waktu yang lama

dan dana yang cukup besar. Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan

pada setiap tahap:

Page 61: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

47

1. Tahap Pendefenisian

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang

dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga hal ini

dapat membantu peneliti dalam mengembangkan modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika

menjadi alternatif bahan ajar yang efektif dan efisien. Pada tahapan

ini terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut :

a. Melakukan wawancara dengan guru fisika

Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum

dan mengetahui masalah apa saja yang dihadapi atau hambatan

apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran fisika di kelas X

SMAN 1 Rambatan.

b. Menganalisis silabus pembelajaran fisika kelas X SMA/MA

semester II

Tujuan dari analisis silabus ini adalah untuk mengetahui

apakah materi yang akan diajarkan sudah sesuai dengan

kompetensi inti dan kompetensi dasar. Khususnya pada materi

getaran harmonis. Selain itu, juga melihat apakah kegiatan

pembelajaran bersifat student centered atau teacher centered.

c. Menganalisis buku paket fisika kelas X SMA dan LKS yang

digunakan di SMAN 1 Rambatan

Sebelum merancang modul, harus dianalisa terlebih dahulu isi

buku paket yang digunakan oleh guru fisika di kelas X SMAN 1

Rambatan, baik dari cara penyajian materi, soal latihan dan tugas-

tugas. Hal ini bertujuan untuk melihat isi buku paket, cara

penyajian dan kesesuaiannya dengan silabus. Kemudian melihat isi

LKS yang digunakan oleh guru fisika di kelas X SMA semester II.

Hal ini bertujuan untuk membandingkan isi dan penyajian dari

bahan ajar fisika yang digunakan oleh guru dengan modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika.

Page 62: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

48

d. Analisis peserta didik

Analisis peserta didik bertujuan untuk melakukan telaah

terhadap karakteristik peserta didik yang meliputi tingkat

perkembangan kemampuan berfikir (intelektual). Analisis peserta

didik ini akan berpengaruh terhadap proses pemilihan dan

perancangan pengembangan yang akan dilakukan, agar sesuai

dengan karakteristik peserta didik.

e. Mereview literatur tentang modul

Hal ini bertujuan untuk mengetahui format penelitian

modul agar modul dapat dirancang dengan baik dan sesuai dengan

format penulisan modul yang baik. Proses pembelajaran

dirancang hendaknya melibatkan peserta didik secara aktif dan

mandiri dengan cara pemberian modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika. Oleh karena itu,

modul harus memuat pendahuluan, presentasi laporan dan penutup

sebagai unsur dibentuknya sebuah modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajran fisika.

2. Tahap Perencangan (Design)

Tahap ini bertujuan untuk menyiapkan prototype bahan ajar berupa

modul dalam pembelajaran fisika, dengan langkah yaitu:

a. Pemilihan media

Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran yaitu sebagai alat untuk menyampaikan materi

pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Media yang

digunakan adalah bahan ajar berupa modul.

b. Pemilihan format

Format bahan ajar berupa modul pembelajaran yang

dikembangkan berbasis pembelajaran CTL meliputi

konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, modelling,

refleksi, dan penilaian autentik.

Page 63: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

49

c. Rancangan awal modul

Penyusunan rancangan awal modul akan menghasilkan draft

modul yang didalamnya sekurang-kurangnya mencakup:

1) Judul modul meliputi cover dan judul untuk masing-masing

bab, yang menggambarkan materi yang akan dituangkan di

dalam modul

2) Petunjuk belajar, bagian ini berisi cara menggunakan modul

3) Menentukan kompetensi inti dan kompetensi dasar, serta tujuan

yang akan dicapai siswa setelah mempelajari suatu materi

dengan menggunakan modul

4) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk

mempelajari materi dengan menggunakan modul sesuai dengan

tahapan yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat

belajar, modelling, refleksi, dan penilaian autentik.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Hasil tahap pengembangan produk merupakan hasil terjemahan

dari tahap perencanaan. Bagian–bagian yang sudah direncanakan

dalam tahap perencanaan akan disusun dan didesain sedemikian rupa

sehingga menjadi sebuah draft produk. Dalam tahap ini meliputi tahap

validasi oleh pakar dan tahap praktikalisasi melalui uji coba terbatas.

a. Tahap validitas

Tahap pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan

perangkat pembelajaran berupa modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada

materi getaran harmonis

1) Validasi Modul Berbasis Pembelajaran CTL untuk Mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika

Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika yang telah dirancang

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing selanjutnya di

validasi oleh validator. Kegiatan validasi dilakukan dalam

Page 64: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

50

bentuk mengisi lembar validasi modul dan diskusi langsung

bersama validator, hingga diperoleh modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika yang valid. Jika, modul tersebut belum valid, maka

modul tersebut diperbaiki sampai mendapatkan data yang valid.

Validator diambil dari pakar pendidikan IAIN Batusangkar,

serta dosen luar biasa dan guru mata pelajaran fisika SMAN 1

Rambatan. Adapun aspek-aspek yang akan divalidasi terdapat

pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Validasi Modul Berbasis Pembelajaran CTL untuk

Mencapai HOTS dalam Pembelajaran Fisika

No Aspek Validasi Metode

Pengumpulan Data

Instrumen

Penelitian

1 Tujuan

pembelajaran

Diskusi dengan ahli

pendidikan fisika

Lembar

validasi

2 Kesesuaian format

modul

3 Karakteristik

4 Kesesuaian bahasa

5 Bentuk fisik

(sumber : Azar Arsyad, 2000 : 175-176)

2) Validasi RPP

Adapun aspek-aspek yang akan di validasi terdapat dalam

Tabel 3.2

Tabel 3.2 Validasi RPP

No Aspek Validasi Metode

Pengumpulan

Data

Instrumen

Penelitian

1 Format RPP Diskusi dengan

ahli pendidikan

fisika

Lembar

Validasi 2 Isi RPP

3 Bahasa RPP

(Sumber : Trianto, 2011 : 98)

3) Validasi Angket Respon

Validasi angket respon berisi aspek-aspek yang telah

dirumuskan pada Tabel 3.3 masing-masing aspek terdiri dari

beberapa pertanyaan.

Page 65: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

51

Tabel 3.3 Validasi Angket Respon Modul Berbasis

Pembelajaran CTL untuk Mencapai HOTS

No Aspek Validasi Metode

Pengumpulan

Data

Instrumen

Penelitian

1 Format angket Diskusi dengan

validator dan

ahli pendidikan

fisika

Lembar

Validasi 2 Bahasa yang

digunakan

3 Butir pertanyaan

angket

(Sumber : BSNP, 2006)

4) Validasi Soal HOTS

Soal-soal HOTS merupakan assesmen yang berbasis situasi

nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik

diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di

kelas untuk menyelasaikan masalah. Adapun aspek-aspek yang

divalidasi terdapat pada Tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4 Validasi Soal-Soal Pretest dan Postest

No Aspek Validasi Metode

Pengumpulan

Data

Instrumen

Penelitian

1 Kesesuaian soal

dengan KI, KD

Diskusi dengan

validator dan

ahli pendidikan

fisika

Lembar

Validasi

2 Soal mengandung

kata-kata

operasional

3 Kelayakan bahasa

4 Keakuratan gambar,

diagram, dan

ilustrasi

5 Penilaian secara

umum terhadap soal

pre-test dan post-

test

(Sumber : Widana, 2017:27)

b. Tahap Praktikalitas

Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas untuk melihat

keterbacaan modul yang dirancang. Modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika memiliki

Page 66: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

52

praktikalitas yang tinggi apabila bersifat praktis dan mudah

digunakan. Adapun aspek-aspek pada tahap praktikalitas pada

Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Praktikalitas Modul Berbasis Pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam Pembelajaran Fisika

Aspek Metode

Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian

Praktikalitas a. angket respon

guru dan siswa

b. wawancara

dengan guru

a. lembar angket respon

guru dan siswa

b. lembar pedoman

wawancara guru

Praktikalitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika, terdiri atas angket

respon dan pedoman wawancara, sebagai berikut:

1) Angket respon

Angket respon disusun untuk meminta tanggapan guru dan

siswa tentang kemudahan penggunaan modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika, setiap instrumen dikonsultasikan kepada pakar agar

memperoleh data yang valid.

2) Pedoman wawancara

Pedoman wawancara memuat pertanyaan modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika yang ditanyakan kepada guru. Untuk melihat

praktikalitas modul sebelum digunakan, setiap instrumen

dikonsultasikan kepada pakar agar memperoleh data yang

valid.

c. Tahap Efektifitas

Pada tahap ini dilakukan uji coba terbatas, uji coba ini

dilakukan untuk melihat keefektifan modul yang dirancang dengan

membandingkan dengan hasil belajar peserta didik sebelum

Page 67: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

53

menggunakan modul (Pretest) dan setelah menggunakan modul

(Posttest). Soal yang peneliti gunakan untuk pretest dan posttest

adalah soal essay atau uraian. Kemudian menentukan nilai normal

gain dari hasil pretest dan posttest tersebut.

Tabel 3.6 Efektivitas Modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS sebelum dan setelah menggunakan

modul

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

(Sumber : Sugiyono, 2013 : 323)

Keterangan :

O1 : tes awal (pretest) : penilaian hasil belajar peserta didik

dengan menggunakan soal pretest sebelum diberi

perlakuan

X : modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika

O2 : tes akhir (posttest) : penilaian hasil belajar peserta didik

dengan menggunakan soal posttest setelah diberi

perlakuan

C. Subjek Uji Coba

Uji coba terbatas dilakukan kepada siswa kelas X SMA/MA

dengan pembelajaran menggunakan modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis. Selama pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati

keterlaksanaan penggunaan modul dengan menggunakan lembar angket

respon siswa dan guru, kemudian dianalisis secara deskriptif. Hal ini

dilakukan untuk melihat kemudahan dalam menerapkan modul yang

ditinjau dari hasil penilaian penulis selama pelaksanaan kegiatan.

D. Jenis Data

Jenis data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

Page 68: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

54

1. Data primer adalah data pertama berupa hasil validasi modul yang

diberikan oleh validator, yaitu hasil validasi modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

2. Data sekunder adalah data kedua yang diperoleh pada pelaksanaan uji

coba. Pada uji coba ini diambil tiga data berupa: aktifitas belajar siswa,

angket respon guru setelah modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS diuji cobakan dan angket respon siswa.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi,

angket praktikalisasi, serta instrumen pre-test dan post-test.

1. Lembar validasi

Untuk menentukan validita modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika dan instrumen

penelitian, maka dilakukan validasi oleh dua orang dosen dan satu

orang guru fisika, yaitu Ibu Dr. Elda Herlina, M.Pd, Ibu Dewi Juita,

M.Pd, dan Ibu Dra. Nurhaida. Instrumen yang digunakan adalah

lembar validasi. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui apakah

modul dan instrumen penelitian yang telah dirancang valid atau tidak.

Lembar validasi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Lembar Validasi Modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika

Lembar validasi modul berisi beberapa aspek, seperti : isi

modul, format modul, dan bahasa, masing-masing aspek

dikembangkan menjadi beberapa pernyataan. Pengisian lembar

validasi dianalisis menggunakan skala likert dengan range 1

sampai 4. Setiap pernyataan mempunyai pilihan jawaban 1 sampai

4. Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajran fisika divalidasi oleh tiga orang validator. Data

hasil validasi modul dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran I.

Page 69: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

55

Berdasarkan data pada lampiran I, menunjukkan bahwa hasil dari

validasi modul secara keseluruhan sangat valid, yaitu dengan

persentase rata-rata 92,06%. Berdasarkan hal tersebut modul yang

peneliti rancang layak digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran

b. Lembar validasi RPP

Lembar validasi RPP adalah untuk mengetahui apakah RPP

yang telah dirancang valid atau tidak. Aspek penilaian meliputi:

format RPP, isi RPP, dan bahasa yang digunakan, masing-masing

aspek dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Skala penilaian

yang digunakan adalah skala likert. Lembar validasi RPP diisi oleh

3 orang validator. Data hasil validasi RPP dapat dilihat secara

lengkap pada Lampiran II. Berdasarkan data pada lampiran II,

menunjukkan bahwa hasil dari validasi RPP secara keseluruhan

RPP yang dirancang sangat valid yaitu dengan persentase rata-

rata 91,11%. Berdasarkan hal tersebut RPP yang peneliti rancang

layak digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran.

c. Lembar validasi angket respon

Lembar angket respon terdiri dari dua yaitu: angket respon

guru dan angket respon peserta didik. Lembar validasi angket

bertujuan untuk mengetahui apakah angket yang telah dirancang

valid atau tidak. Aspek penilaian meliputi: format angket, bahasa

yang digunakan, butir pertanyaan angket. Lembar validasi ini diisi

oleh 3 orang validator. Skala penilain menggunakan skala likert.

Data hasil validasi angket respon guru secara lengkap dapat dilihat

pada Lampiran III. Berdasarkan data pada lampiran III,

menunjukkan bahwa hasil validasi angket respon praktikalitas

secara keseluruhan angket respon praktikalitas guru sangat valid

dengan persentase rata-rata 100%. Berdasarkan hal tersebut maka

angket respon praktikalitas guru dapat digunakan pada tahap

praktikalisasi. Sedangkan data angket respon peserta didik dapat

dilihat pada Lampiran IV, menunjukkan bahwa hasil validasi

Page 70: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

56

angket respon praktikalitas secara keseluruhan angket respon

praktikalitas peserta didik sangat valid dengan persentase rata-rata

100%. Berdasarkan hal tersebut maka angket respon praktikalitas

peserta didik dapat digunakan pada tahap praktikalisasi.

d. Lembar validasi soal

Lembar validasi soal bertujuan mengetahui keefektifan

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika peneliti menggunakan soal pretes-postes.

Sebelum soal digunakan, soal tersebut divalidasi oleh validator.

Lembar validasi soal berisi aspek yang akan dinilai seperti:

kesesuaian soal dengan KI, KD, kelayakan bahasa, keterkaitan

gambar, diagram dan ilustrasi, soal mengandung kata-kata

operasional, serta penilaian secara umum terhadap soal pre-test dan

post-test. Data hasil validasi soal secara lengkap dapat dilihat pada

Lampiran V. Berdasarkan data pada lampiran V, menunjukkan

bahwa hasil validasi soal secara keseluruhan sangat valid dengan

persentase rata-rata 96,67%. Berdasarkan hal tersebut maka soal

dapat digunakan pada tahap efektivitas.

2. Lembar pedoman wawancara

Lembar pedoman wawancara digunakan untuk melihat

praktikalitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajran fisika. Lembar pedoman wawancara berisikan

pertanyaan tentang keterlaksanaan pembelajaran fisika dengan

menggunakan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajran fisika. Guru akan mengamati

keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis

pembelajran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajran fisika.

Data hasil pedoman wawancara dapat dilihat pada Lampiran VI.

3. Angket Praktikalitas

Page 71: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

57

Pengisian angket menggunakan skala likert dengan range 1 sampai

4. Setiap pernyaaan mempunyai pilihan jawaban SS (sangat setuju), S

(setuju), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). Jika siswa

memilih jawaban SS maka kriteria nilainya 4, S nilainya 3, TS nilainya

2 dan STS nilainya 1. Angket praktikalitas ini diisi oleh peserta didik,

dan pakar pendidikan fisika, yaitu guru tujuannya untuk melihat

apakah modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika pada materi Getaran Harmonis yang

dirancang praktis digunakan dalam proses pembelajaran atau tidak.

4. Instrumen Tes

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai

keefektifan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika yang dikembangkan. Instrumen yang

digunakan adalah tes hasil belajar yang meliputi pretest dan postest.

Tes ini dibuat berdasarkan materi dari modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika yang

dikembangkan dan dikonsultasi terlebih dahulu dengan dosen

pembimbing dan validator. Untuk mendapatkan tes yang baik maka

dilakukan beberapa langkah berikut :

a. Penyusunan Instrumen

Menurut Amali Putra (2017 : 253-254), pengembangan

instrumen tes tertulis bentuk essay atau uraian dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut :

1) Menetapkan tujuan menggunakan tes yaitu untuk mendapatkan

hasil belajar peserta didik

2) Menyusun kisi-kisi soal, yaitu spesifikasi yang digunakan

sebagai acuan menulis soal. Kisi-kisi memuat rambu-rambu

tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi: KD yang akan

diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan nomor soal

3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal

Page 72: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

58

4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang

digunakan. Pada soal uraian disediakan pedoman penskoran

yang berisi alternatif jawaban dan rubrik dengan rentang skor

5) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal

diujikan.

b. Penyusunan Soal-soal HOTS

Menurut Amali Putra (2017 : 286-288), penyusunan soal-

soal HOTS dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS

2) Menyusun kisi-kisi soal-soal HOTS, meliputi: memilih KD

yang dapat dibuat soal-soal HOTS, memilih materi pokok yang

terkait dengan KD yang akan diuji, merumuskan indikator soal,

menentukan level kognitif

3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

5) Membuat kartu soal

6) Membuat jawaban soal dan rubrik penskoran untuk soal essay

atau uraian

c. Validitas Tes

Pada penelitian ini validitas tes yang digunakan adalah

validitas isi dan validitas muka. Validitas isi suatu instrumen

penelitian adalah ketepatan instrumen tersebut ditinjau dari segi

materi yang akan diteliti. Validitas isi suatu instrumen tes

berkenaan dengan kesesuaian butir soal dengan indikator,

kesesuaian dengan kompetensi dasar materi yang diteliti,

sedangkan validitas muka adalah ketepatan susunan kalimat atau

kata-kata yang digunakan pada suatu butir pertanyaan atau

pernyataan dalam instrumen tersebut. Suatu instrumen dikatakan

memiliki validitas muka yang baik jika susunan kalimat atau kata-

Page 73: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

59

kata dapat dipahami dan tidak menimbulkan tafsiran lain (Lestari

dan Yudhanegara, 2015 :190 -192).

Jadi tes dapat dikatakan valid apabila tes tersebut secara

tepat, benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dan tes

harus sesuai dengan indikator pembelajaran dan kisi-kisi soal yang

dibuat. Rancangan soal tes pada penelitian ini disusun sesuai

dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai dan sesuai

dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat. Tes divalidasi oleh dua

orang dosen fisika dan 1 orang guru fisika SMAN 1 Rambatan

yaitu Ibu Dr. Elda Herlina,M.Pd, Ibu Dewi Juita, M.Pd, dan Dra.

Nurhaida. Validasi soal pretest dan posttest. Untuk hasil validasi

soal dapat dilihat pada Lampiran V.

d. Uji Coba Tes

Supaya soal yang disusun memiliki kriteria soal yang baik,

maka soal tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu dan

kemudian dianalisis untuk mendapatkan soal-soal yang memenuhi

kriteria. Untuk itu peneliti melakukan uji coba soal tes di kelas X

MIPA 2 SMAN 1 Rambatan. Adapun tes soal uji coba pretest dan

posttest dapat dilihat pada Lampiran VII.

e. Analisis Uji Coba Tes

Adapun kegunaan uji coba instrumen tes adalah untuk

mengetahui kualitas dari butiran soal yang akan dijadikan

instrumen. Hal-hal yang dilakukan dalam uji coba instrumen tes:

1) Indeks Kesukaran Butir Soal

Lestari dan Yudhanegara (2015 : 223-224) menyatakan

indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan

derajat kesukaran suatu butir soal. Untuk menentukan indeks

kesukaran soal untuk soal essay digunakan rumus:

IK = �̅�

𝑆𝑀𝐼

Dimana:

Page 74: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

60

IK : Indeks kesukaran butir soal

�̅� : Rata-rata skor jawaban siswa pada tiap butir soal

SMI : Skor maksimum ideal, yaitu skor maksimum yang

akan diperoleh siswa jika menjawab butir soal

tersebut dengan tepat ( sempurna)

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Kriteria

IK = 0,00 Terlalu Sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang

0,70 < IK < 1,00 Mudah

IK = 1,00 Terlalu Mudah

(Sumber: Lestari dan Yudhanegara, 2015:224)

Setelah dilakukan uji coba dan analisis tes didapatkan indeks

kesukaran setiap soal seperti yang terlihat pada tabel 3.8

Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Soal Essay Setelah Dilakukan Uji Coba

No

Soal

IK (Indeks

Kesukaran) Soal

Kriteria

Keterangan

1 0,23 Sukar Dibuang

2 0,41 Sedang Dipakai

3 0,54 Sedang Dipakai

4 0,84 Mudah Dibuang

5 0,5 Sedang Dipakai

6 0,67 Sedang Dipakai

7 0,5 Sedang Dipakai

8 0,5 Sedang Dipakai

9 0,69 Sedang Dipakai

10 0,47 Sedang Dipakai

11 0,57 Sedang Dipakai

12 0,6 Sedang Dipakai

Pada Tabel 3.8 semua soal memiliki indeks kesukaran

mudah, sedang dan sukar. Untuk lebih jelasnya mengenai indeks

kesukaran soal dapat dilihat pada Lampiran VIII.

2) Daya Pembeda

Page 75: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

61

Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir

soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi

dengan siswa yang belum kurang menguasai kompetensi

berdasarkan kriteria tertentu. Semakin tinggi koefisien daya

pembeda suatu butir soal, semakin mampu butir soal tersebut

membedakan antara siswa yang menguasai kompetensi dengan siswa

yang kurang menguasai kompetensi. Daya pembeda soal ditentukan

dengan mencari indeks pembeda soal. Untuk menghitung daya

pembeda soal essay, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut

(Arifin, 2012:356):

a) Data diurutkan dari nilai tertinggi sampai terendah

b) Kemudian diambil 27% dari kelompok yang mendapat nilai

tinggi dan 27% dari kelompok yang mendapat nilai rendah

c) Cari indeks pembeda soal dengan rumus:

𝑡𝑡 = �̅�1 − �̅�2

√∑𝑡12 + ∑𝑡2

2

𝑡(𝑡 − 1)

Keterangan:

𝑡 : Indeks Pembeda

�̅�1 : Rata-rata skor kelompok atas

�̅�2 : Rata-rata skor kelompok bawah

∑𝑡12 : Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok

atas

∑𝑡22 : Jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok

bawah

𝑡 : 27% x N (baik untuk kelompok atas maupun

kelompok bawah)

Menurut Arifin (2012:357), Suatu soal mempunyai daya

pembeda soal yang berarti (signifikan) jika 𝑡ℎ𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 ≥ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

pada 𝑡𝑡 yang ditentukan”. Setelah dilakukan uji coba dengan

𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 2,12 untuk semua soal diperoleh daya pembeda soal

dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Hasil Daya Pembeda Soal Setelah Dilakukan Uji Coba

No Soal 𝑡ℎ𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 Keterangan

Page 76: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

62

1 1,56

2,12

Tidak Signifikan

2 6,01 Signifikan

3 7,81 Signifikan

4 0,53 Tidak Signifikan

5 3,53 Signifikan

6 18 Signifikan

7 7,15 Signifikan

8 8,5 Signifikan

9 3,63 Signifikan

10 2,46 Signifikan

11 5,25 Signifikan

12 4,17 Signifikan

Berdasarkan Tabel 3.9, dapat dilihat bahwa daya pembeda

semua soal yaitu ada signifikan dan yang tidak signifikan. Untuk

lebih jelasnya mengenai perhitungan daya pembeda dapat dilihat

pada Lampiran IX

3) Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat

kepercayaan suatu tes. Suatu tes dikatakan dapat dipercaya (reliabel),

apabila beberapa kali pengujian menunjukkan hasil yang relatif

sama. Untuk menentukan reliabilitas dapat digunakan rumus yang

dikemukakan oleh Arikunto (2015:122) yaitu:

𝑡11 = (𝑡

𝑡−1) (1 −

∑ 𝑡𝑡2

𝑡𝑡2 )

Dengan,

𝑡𝑡2 =

∑ 𝑡2−(∑ 𝑡)2

𝑡

𝑡

Keterangan:

𝑡11 : reliabilitas yang dicari

N : banyaknya item

∑𝑡i2 : jumlah varians skor tiap-tiap item

𝑡𝑡2 : variansi total

N : banyaknya subjek pengikut tes

x : skor masing-masing siswa

Page 77: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

63

Hasil perhitungan reliabilitas tes yang diperoleh, ditentukan

kriterianya. Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kriteria Reliabilitas Soal

Nilai r11

Kriteria

0,80 11r 1,00 Sangat tinggi

0,60 11r 0,79 Tinggi

0,40 11r

0,59 Sedang

0,20 11r

0,39 Rendah

0,00 11r

0,19 Sangat rendah

(Sumber: Arikunto, 2015:110)

Setelah dilakukan analisis data diperoleh 𝑡11 = 0,87 dapat

disimpulkan bahwa soal tes uji coba memiliki reliabilitas sangat

tinggi. Untuk melihat secara rinci perhitungan reliabilitas soal dapat

dilihat pada Lampiran X.

4) Kriteria Penerimaan Soal

Setelah dilakukan perhitungan indeks daya pembeda dan

indeks kesukaran soal, maka selanjutnya adalah menentukan soal

yang akan digunakan. Klasifikasi soal uraian menurut Prawironegoro

(Arikunto, 2008:219) yakni:

a) Soal yang baik akan tetap dipakai jika:

𝑡𝑡 signifikan dan 0,00 ≤ IK ≤ 1,00

b) Soal diperbaiki jika:

𝑡𝑡 signifikan dan IK = 0,00 atau 1,00

𝑡𝑡 tidak signifikan dan 0,00 < IK < 1,00

c) Soal diganti jika:

𝑡𝑡 tidak signifikan dan IK = 0,00 atau IK = 1,00

Berdasarkan hasil analisis daya pembeda dan indeks kesukaran, soal

dapat diklasifikasikan seperti yang terlihat pada tabel 3.11.

Tabel 3.11 Klasifikasi Soal

Page 78: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

64

No 𝑡ℎ𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 Keterangan 𝑡𝑡 Kriteria

Keterangan

1 1,56

Tidak

Signifikan

0,23

Sukar

Dibuang

2 6,01 Signifikan 0,41 Sedang Dipakai

3 7,81 Signifikan 0,54 Sedang Dipakai

4 0,53

Tidak

Signifikan 0,84

Mudah Dibuang

5 3,53 Signifikan 0,5 Sedang Dipakai

6 18 Signifikan 0,67 Sedang Dipakai

7 7,15 Signifikan 0,5 Sedang Dipakai

8 8,5 Signifikan 0,5 Sedang Dipakai

9 3,63 Signifikan 0,69 Sedang Dipakai

10 2,46 Signifikan 0,47 Sedang Dipakai

11 5,25 Signifikan 0,57 Sedang Dipakai

12 4,17 Signifikan 0,6 Sedang Dipakai

Dari tabel 3.11, dapat dilihat bahwa klasifikasi soal dapat dipakai

hanya 10 buah, 2 buah soal dibuang karena kriteria soal sangat

mudah dan sangat sulit.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengemukakan hasil penelitian

adalah:

1. Validitas Modul Berbasis Pembelajaran CTL untuk Mencapai HOTS

Teknik analisis untuk menentukan validitas modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dan instrumen penelitian

dengan menggunakan lembar validasi. Lembar validasi disusun untuk

melihat apakah modul fisika berbasis pembelajaran CTL untuk

Mencapai HOTS dan instrumen penelitian dirancang valid atau tidak.

Hasil validasi seluruh aspek yang dinilai, disajikan dalam bentuk

tabel. Selanjutnya dicari nilai validasi dengan rumus:

𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡−𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡

𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ 𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 ×

100%

Page 79: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

65

Tabel 3.12 Hasil yang diperoleh diinterpretasikan dengan

menggunakan kriteria (Akdon dan Riduwan, 2007:

89) sebagai berikut:

Kriteria Range Presentase (%)

Tidak valid

Kurang valid

Cukup valid

Valid

Sangat valid

0-20

21-40

41-60

61-80

81-100

(Sumber : Akdon dan Riduwan, 2007 : 89)

2. Lembar Pedoman Wawancara

Data hasil pedoman wawancara terhadap praktikalitas modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika diolah secara deskriptif. Analisis dilakukan untuk

menggambarkan data hasil pedoman wawancara mengenai modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis.

3. Analisis Praktikalitas

Untuk menguji kepraktisan modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS digunakan teknik penyebaran angket respon.

Angket respon disusun untuk meminta respon peserta didik tentang

kepraktisan modul fisika. Angket respon menggunakan skala Likert

dengan skala 1 sampai 4. Mempunyai pilihan jawaban SS, S, KS, dan

TS. Jika siswa memilih SS, maka nilai kriterianya 4, nilai 3 untuk

kategori S, nilai 2 untuk kategori KS, dan nilai 1 untuk kategori TS.

Angket respon diberikan setelah materi getaran harmonis selesai

dipelajari. Data hasil angket respon peserta didik ditabulasi. Hasil

tabulasi tiap tagihan dicari persentasenya dengan rumus:

𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = ∑ 𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡

𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡× 100%

Tabel 3.13 Berdasarkan hasil persentase, setiap rentangan

dikategorikan (Akdon dan Ridwan, 2007: 89) sebagai

berikut:

Page 80: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

66

(%) Kategori

0 – 20

21 – 40

41 – 60

61 – 80

81 – 100

Tidak Praktis

Kurang Praktis

Cukup Praktis

Praktis

Sangat Praktis

(Sumber : Akdon dan Riduwan, 2007 : 89)

4. Analisis Efektifitas

Keefektifan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis diuji

dengan uji (N-gain). Uji N-gain atau gain ternormalisasi merupakan

data yang diperoleh dengan membandingkan selisih skor posttest dan

pretest dengan selisih SMI dan pretest. Selain digunakan untuk melihat

peningkatan kemampuan siswa, data ini juga memberikan informasi

mengenai pencapaian kemampuan siswa. Dengan demikian, data N-

gain ini memberikan informasi mengenai peningkatan kemampuan

beserta peringkat siswa di kelas. Nilai N-gain ditentukan dengan

menggunakan rumus berikut:

𝑡 − 𝑡𝑡𝑖𝑡 =𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡−𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡−𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

Tabel 3.13 Kriteria Nilai N-Gain

N-gain Kriteria Tingkat Efektivitas

N-gain≤ 0,3 Rendah Kurang efektif

0,7 ≤N-gain≤ 0,3 Sedang Cukup Efektif

N-gain> 0,7 Tinggi Efektif

(Sumber : Lestari dan Yudhanegara, 2015 : 235).

Page 81: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini hasil penelitian berkaitan dengan tahap-tahap

pengembangan yang mengacu kepada model pengembangan yang

disarankan oleh Thiagarajan dan Sammel dalam Trianto yaitu 4-D yang

terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu: Define (Pendefinisian), Design

(Perancanaan), Develop (Pengembangan), dan Disseminate (Penyebaran)

(Trianto, 2009 : 189). Tetapi pada penelitian ini tahap penyebaran

(disseminate) tidak dilakukan karena kertabatasan waktu dan biaya.

Berikut diuraikan hasil tahapan penelitian:

1. Hasil Tahap Pendefenisian (Define)

Modul Fisika berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dirancang berdasarkan hasil dari tahap pendefinisian (define). Tahap

pendefinisian (define) dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum

tentang proses pembelajaran di sekolah, contohnya gambaran

mengenai bagaimana proses pembelajaran di dalam kelas dan

karakteristik peserta didik. Kegiatan ini dimulai dengan wawancara

dengan guru Fisika SMAN 1 Rambatan, menganalisis silabus

pembelajaran Fisika Kelas X SMA Semester II, menganalisis buku

paket dan LKS yang dipakai guru Fisika di kelas X SMA sebagai

sumber belajar peserta didik, menganalisis peserta didik, serta

mereview literatur tentang modul. Berikut diuraikan hasil kegiatan

tahap pendefenisian yaitu:

a. Hasil Wawancara dengan Guru SMAN 1 Rambatan

Peneliti melakukan wawancara dengan guru fisika kelas X

SMAN 1 Rambatan yaitu Ibu Dra. Nurhaida, pada hari Sabtu,

tanggal 8 Desember 2018 sekitar pukul 09.30. Hasil wawancara

diperoleh informasi bahwasanya guru fisika kelas X SMAN 1

Rambatan sudah menggunakan bahan ajar berupa buku paket dan

Page 82: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

68

LKS yang tersedia di sekolah. Guru hanya menggunakan LKS dan

buku paket tersebut tanpa dikembangkan menurut kebutuhan

kurikulum 2013. LKS tersebut masih tergolong sederhana yaitu

berisi sedikit materi, contoh soal dan latihan soal. Sebagian besar

peserta didik tidak bisa menyelesaikan soal yang terdapat pada

LKS dikarenakan peserta didik kurang mengerti dengan soal yang

ada pada LKS. LKS juga belum memuat kegiatan yang menuntut

peserta didik termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran,

karena LKS tersebut belum memuat kegiatan praktikum yang dapat

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Selain itu, proses pembelajaran masih berpusat kepada

guru, peserta didik disuruh hanya mencatat materi yang dijelaskan

guru, sehingga mereka hanya menerima materi begitu saja. Guru

juga tidak membangun pengetahuan awal peserta didik dengan

menjelaskan materi dengan kehidupan nyata. Peserta didik tidak

disuruh menemukan konsep sendiri, namun diberi penjelasan oleh

guru. Sehingga kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik

belum terlatih ditambah lagi guru kurang terbiasa menerapkan

kurikulum 2013, dimana peserta didik dituntut untuk aktif dalam

proses pembelajaran.

Untuk itu, peneliti merancang sebuah modul yang dapat

digunakan peserta didik untuk belajar secara mandiri, peserta didik

tidak hanya menerima penjelasan materi dari guru saja. Melalui

eksperimen yang ada pada modul, diharapkan dapat merangsang

kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik serta dapat

memotivasi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran. Disamping itu, diharapkan peserta didik dapat

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi karena dalam modul

mereka dituntun untuk menemukan suatu konsep melalui

eksperimen sesuai dengan materi.

Page 83: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

69

b. Hasil Analisis Silabus Pembelajaran

Berdasarkan silabus mata pelajaran fisika kelas X, materi

yang dibebankan untuk peserta didik kelas X dapat dilihat

pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Analisis Silabus Pembelajaran Fisika Kelas X

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

KI-1 Menghayati dan

mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya

KD 1.11 Menyadari

kebesaran Tuhan

yang menciptakan

dan mengatur alam

jagad raya melalui

pengamatan

fenomena alam fisis

dan pengukurannya

KI-2 Menunjukkan

perilaku jujur,

disiplin,

tanggungjawab,

peduli (gotong

royong, kerjasama,

toleran, damai),

santun, responsif dan

pro-aktif dan

menunjukkan sikap

sebagai bagian dari

solusi atas berbagai

permasalahan dalam

berinteraksi secara

efektif dengan

lingkungan sosial dan

alam serta dalam

menempatkan diri

sebagai cerminan

bangsa dalam

pergaulan dunia

KD 2.11 Menunjukkan

perilaku ilmiah

(memiliki rasa ingin

tahu; objektif; jujur;

teliti; cermat; tekun;

hati-hati;

bertanggung jawab;

terbuka; kritis;

kreatif; inovatif dan

peduli lingkugan)

dalam aktivitas

sehari-hari sebagai

wujud implementasi

sikap dalam

melakukan

percobaan,

melaporkan, dan

berdiskusi.

KI-3 Memahami,

menerapkan,

menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual,

prosedural

berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu

pengetahuan,

KD 3.11 Menganalisis

hubungan antara

gaya dan getaran

dalam kehidupan

sehari-hari

Page 84: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

70

teknologi, seni,

budaya, dan

humaniora dengan

wawasan

kemanusiaan,

kebangsaan,

kenegaraan, dan

peradaban terkait

penyebab fenomena

dan kejadian, serta

menerapkan

pengetahuan

prosedural pada

bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan

bakat dan minatnya

untuk memecahkan

masalah

KI-4 Mengolah, menalar,

dan menyaji dalam

ranah konkrit dan

ranah abstrak terkait

dengan

pengembangan dari

yang dipelajarinya di

sekolah secara

mandiri, dan mampu

menggunakan metode

sesuai kaidah

keilmuan.

KD 4.11 Melakukan

percobaan getaran

harmonis pada

ayunan sederhana

dan/atau getaran

pegas berikut

presentasi serta

makna fisisnya

Sumber : Permendikbud No 24 tahun 2016

Berdasarkan Tabel 4.1, maka peneliti melakukan analisis

terhadap silabus dalam mengembangkan bahan pengetahuan

terhadap materi ajar pada KD 3.11: Menganalisis hubungan antara

gaya dan getaran dalam kehidupan sehari-hari. Pada KD 3.11 ini

berada pada tingkatan C4 atau pada level 3, yaitu menganalis, serta

pada KD 4.11 terdapat kegiatan eksperimen, yaitu peserta didik

dituntut untuk melakukan percobaan getaran harmonis pada

ayunan sederhana dan getaran pegas. KD ini sesuai dengan

indikator HOTS dimana peserta didik diharapkan dapat

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, serta mereka

Page 85: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

71

dituntut untuk berfikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan

permasalahan, sekaligus ini sesuai dengan pengembangan modul

yang diharapkan.

c. Hasil Analisis Buku Paket Fisika Kelas X SMA dan LKS yang

Tersedia di Sekolah

Hasil analisis buku paket dan LKS yang digunakan oleh

guru Fisika kelas X MIPA SMAN 1 Rambatan yaitu Buku Fisika

untuk SMA/MA kelas X karangan Ni Ketut Lasmi, namun buku ini

memiliki beberapa kelemahan yaitu :

1) Buku ini lebih banyak mengutamakan materi dan soal-soal

yang diprediksi belum dapat merangsang kemampuan berfikir

tingkat tinggi peserta didik, karena di dalam buku paket tidak

terdapat praktikum untuk menemukan konsep. Begitu juga

dengan LKS yang tersedia di sekolah, LKS lebih banyak

melatih peserta didik untuk memformulasikan rumus.

2) Buku paket dan LKS yang ada masih menggunakan bahasa dan

simbol fisika yang disusun dalam konteks yang jauh dari

realitas kehidupan peserta didik dan belum dapat mencapai

kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.

3) LKS tersebut kurang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

d. Hasil Analisis Peserta Didik

Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

sehingga hal ini sering membuat tujuan pembelajaran yang

diinginkan tidak tercapai secara optimal. Karakteristik peserta

didik bisa dilihat dari gaya belajar, tingkah laku, kemampuan

peserta didik, kesulitan belajar yang dihadapi, minat, motivasi

belajar, dan kecepatan belajar serta faktor lainnya. Analisis

karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui kondisi

dan kebutuhan peserta didik di dalam pembelajaran, sehingga

modul yang dirancang tepat sasaran sesuai dengan karakteristik

peserta didik kelas X MIPA 1 SMAN 1 Rambatan.

Page 86: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

72

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik kelas X

MIPA 1 SMAN 1 Rambatan, bahwa peserta didik lebih tertarik

dengan modul bergambar dan berwarna. Disamping itu, peserta

didik lebih tertarik belajar dalam suasana yang tidak menegangkan,

seperti: diskusi, praktikum dan presentasi. Hal ini menunjukkan

karakteristik peserta didik kelas X SMAN 1 Rambatan dengan

karakteristik gaya belajar yang masih terbiasa dengan metode

konvesional dimana dalam proses pembelajaran guru lebih banyak

menjelaskan materi pembelajaran dan mereka hanya menerima apa

yang disampaikan oleh guru. Sebagian peserta didik bisa belajar

dengan baik dengan cara melihat teman dan guru ketika melakukan

kegiatan pembelajaran.

Selama proses pembelajaran peserta didik tersebut hanya

menulis apa yang disampaikan guru. Peserta didik dengan gaya

visual ini berbeda dengan peserta didik auditori yang

mengandalkan kemampuan mendengarnya. Sedangkan, peserta

didik kinestetis lebih suka belajar dengan cara terlibat langsung.

Selain itu, tingkah laku dan minat peserta didik ini menjadikan

sumber belajar harus menarik dan memotivasi mereka untuk

belajar.

Perbedaan kecepatan belajar juga menjadi karakteristik

peserta didik SMAN 1 Rambatan, dimana peserta didik di dalam

satu kelas memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda, ada yang

rendah, sedang dan tinggi. Sehingga sumber belajar harus sesuai

dengan tingkat penguasaan peserta didik. Oleh karena itu,

diperlukan sumber belajar yang sesuai dengan karakteristik peserta

didik kelas X MIPA 1, menarik bagi peserta didik sesuai dengan

tingkat penguasaan mereka, mampu menjadikan peserta didik

belajar mandiri dan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Page 87: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

73

Setelah penggunaan modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam proses pembelajaran fisika, peneliti

menyebarkan angket dan mewawancarai peserta didik, mereka

berpendapat bahwa dengan menggunakan modul ini, mereka lebih

memahami pembelajaran karena dapat terlibat langsung dalam

menemukan konsep pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga

berpendapat bahwa modul ini juga menarik digunakan. Peserta

didik lebih senang menggunakan modul berbasis pembelajaran

CTL dikarenakan dalam pembelajaran yang dilakukan peserta

didik tidak monoton dalam belajar bahkan mereka belajar dengan

enjoy dan santai karena dapat secara perlahan memahami materi

dengan modul yang diberikan.

Disamping itu, dengan menggunakan modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS, peserta didik lebih

termotivasi untuk belajar fisika dan partisipasinya terhadap

pembelajaran meningkat. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah

media yang mendorong peserta didik untuk lebih mudah

memahami materi pembelajaran. Media yang dikembangkan sesuai

dengan karekateristik peserta didik kelas X MIPA 1 SMAN 1

Rambatan, menggunakan bahasa yang sederhana, serta

permasalahan yang disajikan berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari.

e. Hasil Analisis Literatur Tentang Modul

Modul merupakan salah satu sumber belajar yang dapat

dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan

pembelajaran. Tujuan utama sistem modul adalah untuk

meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran disekolah,

baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan

secara optimal (E. Mulyasa 2009: 231).

Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dirancang dan dikembangkan berdasarkan format baku penulisan

Page 88: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

74

modul. Tahapan-tahapan pada pembelajaran CTL dipaparkan pada

modul fisika. Modul tersusun atas: Standar Isi yang terdiri dari KI,

KD, indikator serta tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan

modul, uraian materi berdasarkan tujuh tahapan pembalajaran

CTL, contoh soal LOTS, MOTS dan HOTS serta soal-soal latihan

di akhir setiap kegiatan pembelajaran.

2. Hasil Tahap Perancangan (Design)

Tahap design (perancangan) dilakukan setelah tahap define.

Prototipe modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika dirancang dan dikembangkan untuk materi

getaran harmonis. Berikut ini diuraikan modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika yang telah

dirancang :

a. Cover modul

Cover modul didesain menggunakan Corel Draw X 7, yang

dilengkapi dengan gambar penerapan getaran harmonis dalam

kehidupan sehari-hari. Tampilan cover modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika dapat dilihat pada Gambar 4.1 (A dan B).

Gambar 4.1 (A) Gambar 4.1 (B)

Gambar 4.1 A. Cover Modul Sebelum di Validasi, B. Cover Modul

Setelah di Validasi

Page 89: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

75

Pada gambar 4.1 (A) terlihat bahwa dalam cover terdapat

gambar yang terlalu banyak dan cover modulnya kaku. Sedangkan

pada gambar 4.1 (B) sesuai dengan saran validator cover modul

sudah menarik, sederhana dan kontras.

b. Kata Pengantar

Kata pengantar menunjukkan penjelasan awal terhadap

perancangan dan pengembangan modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika. Pada

bagian ini terdapat sedikit perbaikan yaitu penulisan nama dosen

pembimbing.

c. Daftar Isi

Daftar isi menunjukkan isi dari modul serta halaman dari

setiap bagian dari modul. Desain pertama daftar isi terdiri dari 2

lembar, setelah diberikan masukan oleh dosen pembimbing dan

validator maka peneliti memperbaiki desain dari daftar isi tersebut,

hingga menjadi 1 lembar

d. Kompetansi Inti dan Kompetensi Dasar, Peta konsep, Tujuan

Pembelajaran dan Petunjuk Penggunaan modul bagi guru dan

peserta didik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran XI.

e. Isi Modul

Isi modul dirancang dengan tahapan pembelajaran CTL dan juga

terdapat kolom ayo berfikir, contoh soal, praktikum, kolom

mengingat dan soal latihan. Pada setiap sub materi jenis tulisan

yang digunakan Arial dan ukuran huruf 11-16. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Lampiran XI.

f. Evaluasi

Evaluasi yaitu penilaian autentik terhadap proses pembelajaran

berlangsung baik itu pada saat praktikum, maupun presentasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kolom penilaian autentik

yang terdapat dalam modul pada Lampiran XI.

Page 90: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

76

g. Rangkuman

Rangkuman berisi ringkasan pengertian dari istilah-istilah yang

sering digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran XI.

h. Lembar Kerja Peserta Didik

Lembar Kerja Peserta Didik berisi soal-soal untuk dikerjakan

peserta didik, baik sebelum maupun sesudah selesai melaksanakan

praktikum, jika tidak selesai bisa dikerjakan di rumah. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada Lampiran XI

i. Daftar Pustaka

Daftar pustaka yaitu sumber-sumber yang digunakan peneliti

dalam membuat modul tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Lampiran XI .

j. Terakhir berupa kunci jawaban dari lembar kerja siswa . Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran XI

3. Hasil Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan ini, modul dan instrumen yang telah

dirancang didiskusikan dengan pembimbing. Kemudian, divalidasi

oleh pakar pendidikan dan setelah divalidasi dilakukan uji coba

terbatas pada satu kelas. Berikut uraian tahap validasi, praktikalisasi

dan efektifitas :

a. Tahap Validasi

Pada tahap ini modul dan instrumen yang telah

didiskusikan dengan pembimbing dan divalidasi oleh beberapa ahli

pakar fisika dan guru fisika. Nama validator dapat dilihat pada

Lampiran XII. Berikut diuraikan hasil validasi modul dan

instumen penelitian yang telah dirancang.

1) Hasil validasi RPP

Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran, peneliti juga

merancang RPP. Sebelum RPP yang dirancang diterapkan di

kelas, terlebih dahulu RPP divalidasi kepada validator. RPP

Page 91: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

77

yang dikembangkan ini diivalidasi oleh tiga orang pakar

pendidikan. Data hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran

XIV. Secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Data Hasil Validasi RPP No Aspek Validator Jumlah Skor

Max % Ket

1 2 3

1 Format RPP

32 24 32 88 96 91,67 Sangat Valid

2 Isi RPP 119 90 119 328 360 91,11 Sangat Valid

3 Bahasa 27 21 28 76 84 90,47 Sangat Valid

Jumlah 178 135 179 492 540 91,11 Sangat Valid

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dikatakan bahwa format RPP,

isi RPP, dan bahasa yang digunakan sangat valid, dengan

presentase rata-rata 91,11%. Dan saran-saran yang diberikan

validator pada RPP adalah penepatan kata dan bahasa dalam

RPP.

2) Hasil validasi modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika

Dari hasil analisis validasi modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika dapat

dilihat secara lengkap pada Lampiran XV. Secara umum hasil

validasi modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Data Hasil Analisis Validasi Modul Berbasis

Pembelajaran CTL untuk Mencapai HOTS dalam

Pembelajaran Fisika

Kesimpulan Validasi dari Ketiga Aspek

No Aspek Validator

JML Skor

Mak % Ket

1 2 3

1 Isi Modul

56 46 54 156 168 92,86 Sangat Valid

2 Format

Modul 28 21 28 77 84 91,67

Sangat

Valid

3 Bahasa

24 18 24 66 72 91,67 Sangat Valid

Jumlah 108 85 106 299 324 92,06 Sangat

Valid

Page 92: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

78

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil validasi modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika tiap aspek berkisar 91,67% hingga

92,86%. Secara keseluruhan modul ini tergolong sangat valid

dengan presentase rata-rata 92,06%. Dengan kata lain tujuan

pembelajaran yang terdapat pada modul sudah sesuai dengan

silabus pembelajaran. Isi modul juga sudah mengacu pada

indikator pembelajaran dan sesuai dengan format baku

pengembangan modul. Modul ini juga sudah memiliki tujuh

tahapan CTL. Bahasa modul yang komunikatis dan bentuk

fisik modul yang menarik dan sesuai dengan apa yang

diinginkan.

Adapun revisi yang disarankan oleh validator secara garis

besar adalah :

a) Perbaiki huruf dan kalimat yang kurang jelas dan rancu

b) Setiap kata dari bahasa asing dimiringkan penulisannya

c) Singkatan disetiap modul harusnya ada penjelasan diawal

sehingga tidak menimbulkan tanda tanya pembaca

d) Tidak ada indikator pembelajaran di dalam modul

e) Pada bagian inkuiri lebih di pertajam lagi

3) Hasil validasi angket respon peserta didik

Untuk mengetahui angket respon peserta didik terhadap

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika, peneliti menyebarkan angket kepada

peserta didik. Hasil analisis validasi angket dapat dilihat pada

Lampiran XVI. Secara garis besar dapat disajikan pada Tabel

4.4

Page 93: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

79

Tabel 4.4 Hasil analisis validasi angket respon peserta didik

No Indikator Validator Jml

Skor Mak

% KET

1 2 3

1

Format Angket

Memenuhi bentuk baku penulisan sebuah angket

4 4 4 12 12 100 Sangat Valid

2

Bahasa yang Digunakan

a. Kebenaran tata

bahasa 4 4 4 12 12 100

Sangat

Valid

b. Kesederhanaan struktur kalimat

4 4 4 12 12 100 Sangat Valid

3

Butir Pertanyaan Angket

a. Pertanyaan angket mudah

diukur

4 4 4 12 12 100 Sangat Valid

b. Kesesuaian butir pertanyaan angket yang dinilai

4 4 4 12 12 100 Sangat Valid

JUMLAH

20

20

20

60

60

100

Sangat Valid

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dikatakan bahwa format

angket, bahasa yang digunakan dan butir pertanyaan angket

sangat valid, dengan presentase rata-rata angket respon peserta

didik 100%. Masukan dari validator, angket respon peserta didik

sudah bagus dan komponen-komponennya sudah jelas.

4) Hasil validasi angket respon guru

Untuk mengetahui angket respon guru terhadap

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika, peneliti memberikan angket kepada guru.

Hasil analisis validasi angket dapat dilihat pada Lampiran

XVII. Secara garis besar disajikan pada Tabel 4.5

Page 94: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

80

Tabel 4.5 Hasil Analisis Validasi Angket Respon Guru

No Indikator Validator Jml

Skor

Mak % Ket

1 2 3

1

Format Angket

Memenuhi bentuk

baku penulisan

sebuah angket

4 4 4 12 12 100 Sangat

Valid

2

Bahasa yang Digunakan

a. Kebenaran tata

bahasa 4 4 4 12 12 100

Sangat

Valid

b. Kesederhanaan

struktur kalimat 4 4 4 12 12 100

Sangat

Valid

3

Butir Pertanyaan Angket

a. Pertanyaan

angket mudah

diukur

4 4 4 12 12 100 Sangat

Valid

b. Kesesuaian

butir pertanyaan

angket yang dinilai

4 4 4 12 12 100 Sangat

Valid

JUMLAH 20 20 20 60 60 100

Sangat

Valid

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dikatakan bahwa format

angket, bahasa yang digunakan dan butir pertanyaan angket

sangat valid, dengan presentase rata-rata angket respon guru

100%. Masukan dari validator, angket respon peserta didik

sudah bagus dan komponen-komponennya sudah jelas.

5) Hasil validasi soal (pretest dan posttest)

Untuk mengetahui instrumen soal berupa pretest dan

posttest yang digunakan untuk mengukur pencapaian higher

order thinking skills peserta didik terhadap pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika. Hasil analisis validasi instrumen soal yang divalidasi

oleh validator dapat dilihat pada Lampiran XVIII.

Page 95: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

81

b. Tahap Praktikalisasi

Untuk melihat praktikalitas modul berbasis pembelajaran

CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika ini

dilakukan uji coba pada satu kelas yaitu kelas X MIPA 1. Uji coba

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika dilakukan sebanyak dua kali. Data tentang

praktikalitas modul yang telah dirancang diperoleh dari lembar

angket respon peserta didik dan lembar angket respon guru fisika.

Berikut diuraikan hasil yang diperoleh mengenai praktikalitas

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika.

1) Hasil angket respon peserta didik terhadap modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika

Peneliti mengumpulkan data dari peserta didik mengenai

kemudahan penggunaan modul yang diberikan, karena peserta

didik terlibat langsung dalam pemakaiannya. Lembar angket

diberikan kepada peserta didik kelas X MIPA 1, setelah

menggunakan modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika. Lembar angket

respon peserta didik dapat dilihat pada Lampiran XIX.

Adapun hasil angket respon peserta didik yang diperoleh dapat

dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 Hasil Praktikalitas dari Angket Respon Peserta Didik

No Aspek Skor Skor

Max

% Ket

1 Kualitas Isi dan

Tujuan

931 992 93,85 Sangat

Praktis

2 Kualitas

Instruksional

1178 1240 95 Sangat

Praktis

3 Kualitas Teknis 234 248 94,35 Sangat

Praktis

Jumlah 2343 2480 94,48 Sangat

Praktis

Page 96: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

82

Hasil analisis angket respon peserta didik di kelas X MIPA

1 terhadap modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika dapat dilihat pada Lampiran

XIX. Berdasarkan hasil analisa Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa

presentase penilaian peserta didik terhadap modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika dilihat pada aspek kualitas isi dan tujuan 93,85%,

kualitas instruksional 95%, dan kualitas teknis 94,35% dengan

presentase rata-rataberkisar 94,48%. Hasil praktikalitas angket

respon peserta didik pada Tabel 4.6 di interprestasikan ke

dalam grafik, seperti terlihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Hasil Praktikalitas Angket Respon Peserta Didik

Berdasarkan Gambar 4.2 dapat disimpulkan bahwa modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika sangat praktis digunakan.

2) Hasil angket respon guru terhadap modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika

Peneliti mengumpulkan data dari guru untuk mengetahui

praktikalitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Peserta Didik

Kualitas Isi danTujuan

KualitasInstruksional

Kualitas Teknis

%

Page 97: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

83

mencapai HOTS dalam pembelajran fisika. Lembar angket

diberikan kepada guru yang mengajar di kelas X MIPA 1.

Lembar angket respon guru dapat dilihat pada Lampiran XXI.

Hasil analisis angket tanggapan guru terhadap modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika dapat diihat pada Lampiran XXI. Adapun hasil angket

respon guru yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Praktikalitas dari Angket Respon Guru

No Aspek Skor Skor

Max

% Ket

1 Kualitas Isi dan

Tujuan

30 32 93,75 Sangat

Praktis

2 Kualitas

Instruksional

40 40 100 Sangat

Praktis

3 Kualitas Teknis 8 8 100 Sangat

Praktis

Jumlah 78 80 97,5 Sangat

Praktis

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa presentase

penilaian guru terhadap modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika dilihat dari

aspek kualitas isi dan tujuan 93,75%, kualitas instruksional dan

kualitas teknis 100%, dengan presentase rata-rata 97,5%. Hasil

praktikalitas angket respon guru pada Tabel 4.7 di

interprestasikan ke dalam grafik, seperti terlihat pada Gambar

4.3

Page 98: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

84

Gambar 4.3 Hasil Praktikalitas Angket Respon Guru

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika sangat praktis digunakan.

c. Tahap Efektivitas

Efektivitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika ini dapat dilihat

melalui uji coba terbatas kelas X MIPA 1 SMAN 1 Rambatan.

Data tentang efektif atau tidaknya modul yang telah dirancang

diperoleh dari peningkatan hasil belajar peserta didik. Peningkatan

hasil belajar peserta didik diperoleh berdasarkan hasil pretest dan

postest sebelum dan setelah peserta didik menggunakan modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika. Hasil skor rata-rata pretest dan postest dari

penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.8 lebih lengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran XXI.

Tabel 4.8 Hasil Analisis Instrumen Soal HOTS (Pretest dan

Postest)

Rerata Pretest Posttest N-gain Kriteria

Tingkat

Efektivitas

41,02 88,58 0,81 Tinggi Efektif

50

60

70

80

90

100

110

Guru

Kualitas Isi danTujuan

Kualitas Instruksional

Kualitas Teknis

%

Page 99: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

85

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

postest lebih tinggi dari nilai rata-rata pretest dan N-gain yang

diperoleh sebesar 0,81. Berdasarkan kriteria N-gain termasuk

kriteria tinggi dengan tingkat efektivitasnya efektif, maka modul

berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dapat

digunakan dalam pembelajaran fisika. Perbedaan nilai rata-rata

antara hasil pretest dan posttest dapat dilihat pada Lampiran XXI.

Berdasarkan Tabel 4.8 hasil analisis instrumen soal HOTS (Pretest

dan Postest) diinterprestasikan ke dalam diagram lingkaran, seperti

terlihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Pencapaian HOTS

Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukkan pencapaian HOTS

terlihat jelas terjadinya peningkatan hasil postest dengan rerata

88,58, nilai N-Gain 0,81 kriteria efektif setelah belajar dengan

menggunakan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika.

B. Pembahasan

1. Hasil Tahap Pendefinisian (Define)

Pembelajaran fisika sulit menurut anggapan peserta didik, karena

konsep fisika yang abstrak dan kumpulan rumus yang harus dihafal.

Dalam proses pembelajaran peserta didik lebih cenderung

mendengarkan penjelasan dari guru saja karena keterbatasan buku

paket dan LKS yang tersedia di sekolah serta penggunaan bahan ajar

88.58, 68%

41.02, 32%

Pencapaian HOTS

Rerata Posttest

Rerata Pretest

Page 100: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

86

yang kurang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya (Teguh

Sihono, 2004 : 67). Berdasarkan hasil wawancara, analisis silabus,

analisis sumber belajar, bahan ajar dan mereview literatur mengenai

modul, serta uji coba soal HOTS yang peneliti lakukan di kelas X

SMAN 1 Rambatan pada materi usaha dan energi. Kemampuan

berfikir tingkat tinggi peserta didik belum tercapai diperoleh

persentase ketuntasan 42%. Peneliti melakukan penelitian

pengembangan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis yang

bertujuan untuk membantu peserta didik dan guru dalam proses

pembelajaran, serta tercapainya kemampuan berfikir tingkat tinggi

peserta didik.

Materi yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat

tinggi peserta didik kelas X SMA/MA, yaitu materi yang berada pada

indikator C4 atau menganalisa, seperti materi: gerak parabola, hukum

newton, usaha dan energi, serta materi getaran harmonis. Peneliti

memilih materi getaran harmonis karena materi ini sesuai dengan

tahapan pembelajaran CTL, dimana peserta didik dituntut melakukan

percobaan serta menemukan suatu konsep, materi ini juga sesuai

dengan indikator soal HOTS yaitu mengukur kemampuan berfikir

tingkat tinggi, kontekstual dan menarik, berada pada level 3 atau pada

indikator C4-C6.

Materi getararan harmonis dapat mencapai kemampuan berfikir

tingkat tinggi peserta didik ini sesuai dengan karakteristik soal-soal

HOTS. Peserta didik dituntut untuk melakukan suatu percobaan, serta

menemukan konsep dari proses pembelajaran melalui tahapan

pembelajaran CTL yang disajikan dalam modul.

Menurut Mutia dan Khoirul (2019 : 4-6), Karakteristik soal-soal

HOTS yaitu : mengukur keterampilan berfikir tingkat tinggi, berbasis

permasalahan kontekstual dan menarik, serta tidak runtun mengusung

kebaruan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas X

Page 101: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

87

SMAN 1 Rambatan bahwa peserta didik kelas X MIPA 1 SMAN 1

Rambatan belum pernah dilatih untuk mengerjakan soal yang berkaitan

dengan soal HOTS, serta mereka kurang aktif dalam proses

pembelajaran. Dengan adanya modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS pada materi getaran harmonis dapat

memotivasi peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran dan

tercapainya kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik.

2. Hasil Tahap Perancangan (Design)

Materi yang disajikan dalam modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika mengacu kepada

kurikulum 2013. Isi modul yang dirancang sesuai dengan silabus

SMA/MA dan format modul secara umum. Modul paling tidak harus

berisikan tujuh unsur (Andi Prastowo, 2011 : 112-113), yaitu: judul,

petunjuk belajar (petunjuk peserta didik/pendidik), kompetensi yang

akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau

lembar kerja (LK) dan evaluasi.

Isi modul disajikan tujuh tahapan pembelajaran CTL yang disusun

secara sistematis, tahapan kontruktivisme ini membangun pengetahuan

peserta didik yang berhubungan dengan penerapan materi getaran

harmonis dalam kehidupan sehari-hari, tahapan bertanya peserta didik

di tuntuk untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada kolom ayo

berfikir, tahapan inkuiri dan modelling, dan masyarakat belajar, peserta

didik dituntut untuk melakukan percobaan secara berkelompok yang

berkaitan dengan materi getaran harmonis yaitu getaran ayunan bandul

dan getaran pegas, setelah melakukan praktikum peserta didik dituntut

untuk menemukan konsep dalam proses pembelajaran, serta

mempresentasikan hasil yang mereka peroleh di depan kelas,

selanjutnya guru menguatkan konsep peserta didik, setelah itu peserta

didik diminta untuk memahami contoh soal LOTS, MOTS, dan HOTS

yang disajikan sistematis.

Page 102: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

88

Contoh soal yang disajikan dalam modul disusun secara sistematis

dari tingkat mudah, sedang, dan tinggi. Peserta didik dituntun berfikir

dari permasalahan yang mudah ke yang sulit. Sehingga mereka tidak

terkejut jika disajikan soal-soal HOTS yang lain. Selanjutnya pada

tahapan refleksi dan penilaian autentik, di dalam modul disajikan

kolom mengingat yang mana dapat membantu peserta didik untuk

mengingat proses pembelajaran dari awal sampai akhir, pada tahapan

penilaian autentik guru menilai peserta diidk dalam proses

pembelajaran yang berkaitan dengan latihan dan presentasi hasil

diskusi yang mereka lakukan.

3. Hasil Tahap Pengembangan (Develop)

a. Tahap validasi modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika

Berdasarkan rumusan masalah penelitian “Bagaimana validitas

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika sebagai sumber belajar? “sudah terjawab.

Secara umum, hasil validasi modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika oleh validator

menunjukkan bahwa modul tersebut sangat valid dan dapat

digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dari segi aspek isi, modul

sudah dapat menunjang pencapaian Komptensi Inti (KI) dan

Kompetensi Dasar (KD). Pada KD 3.11 dan 4.11 materi yang

dijabarkan di dalam modul telah sesuai dengan Komptensi Inti (KI)

dan Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai. Langkah-langkah

kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan langkah kegiatan pada

pembelajaran CTL dan dilengkapi dengan contoh soal LOTS,

MOTS, dan HOTS sudah dipaparkan dengan jelas dalam modul.

Segi aspek bahasa, modul ini menggunakan bahasa yang

sederhana, mudah dipahami, dan komunikatif.

Page 103: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

89

Merancang sebuah modul yang baik, maka satu hal yang

penting yang harus kita lakukan adalah mengenali unsur-unsurnya.

Modul paling tidak harus berisikan tujuh unsur (Andi Prastowo,

2011 : 112-113), yaitu: judul, petunjuk belajar (petunjuk peserta

didik/pendidik), kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja (LK)

dan evaluasi.

Modul ini memenuhi kriteria sangat valid dan dapat digunakan

dalam kegiatan pembelajaran, berdasarkan penilaian dari validator

sebagai berikut :

1) Isi modul yang dirancang sesuai dengan kurikulum 2013 dan

sesuai dengan silabus yang digunakan. Memenuhi substansi

keilmuan, kedalaman materi, kesesuaian tujuan pembelajaran

dan materi disajikan dalam modul ini. Serta soal dan

pembahasan yang disajikan secara rinci, sehingga dapat

menunjang konsep peserta didik dalam memahami materi

pelajaran, memfasilitasi kemampuan matematis yang dimiliki

peserta didik. Selain itu, warna yang bervariasi menambah

keindahan dalam menyajikan materi dalam modul diharapkan

dapat memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran.

2) Penyajian isi modul dirancang memiliki cover, kata pengantar,

daftar isi, urutan materi yang disusun sesuai dengan tahapan

pembelajaran CTL, contoh soal LOTS, MOTS, dan HOTS

disajikan secara berurutan sehingga peserta didik lebih

memahami materi tersebut. Selain itu, lembar kerja siswa,

evaluasi dan pembahasannya. Desain cover yang dirancang

dapat menimbulkan daya tarik pembaca baik dari segi warna,

tulisan, serta memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif

dalam kegiatan pembelajaran.

Page 104: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

90

3) Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang baik

dan benar, serta penggunaan jenis huruf mudah dipahami oleh

peserta didik secara interaktif dan komunikatif.

4) Modul yang dirancang memiliki ukuran fisik modul, desain

sampul modul didesain semenarik mungkin, dan tulisan yang

ada dalam modul sudah jelas dan mudah dibaca peserta didik.

5) Tujuan yang diharapkan dari modul ini telah tercapai karena

telah divalidasi oleh validator memperoleh kriteria sangat valid

dengan persentase rata-rata 92,06% dan modul ini dapat

digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil validitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran

harmonis diperoleh presentase rata-rata dari semua aspek 92,06%,

ini diperkuat dari hasil penelitian sebelumnya oleh Masrotul

Wafiroh (2017 : 105-106) dengan judul “Pengembangan Modul

Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi” diperoleh hasil validasi

modul dari ahli pengembangan modul dengan presentase rata-rata

69,79% kategori layak.

b. Hasil praktikalitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika

Berdasarkan rumusan masalah penelitian “Bagaimana

praktikalitas dari modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika sebagai sumber

belajar?“ sudah terjawab. Setelah dilakukan uji coba terbatas yang

peneliti lakukan di SMAN 1 Rambatan pada kelas X MIPA 1 maka

dapat dilihat praktikalitas modul yang peneliti rancang.

Kepraktisan modul dilihat dari tiga aspek yaitu: (a) keterlaksanaan

modul, (b) respon guru terhadap keterlaksanaan modul dalam

pembelajaran, dan (c) respon peserta didik terhadap keterlaksanaan

Page 105: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

91

modul dalam pembelajaran (Ningsih, 2015: 8). Berdasarkan hasil

penelitian dari pengisian angket praktikalitas oleh guru dan peserta

didik menunjukkan modul yang dikembangkan telah memenuhi

kriteria kepraktisan modul.

Berdasarkan analisis angket respon peserta didik dan angket

respon guru terhadap modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika memiliki desain yang

menarik, baik dari tampilan, tulisan, bahasa yang digunakan

maupun dari bentuk tata letaknya, karena dapat menarik perhatian

peserta didik untuk membaca modul tersebut. Modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika mudah dipahami dan memotivasi peserta didik dalam

kegiatan pembelajaran, karena dalam modul disajikan tahapan

pembelajaran CTL secara sistematis.

Penyajian materi dalam modul berbasis pembelajaran CTL

untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika dapat

meningkatkan minat, motivasi, dan hasil belajar peserta didik.

Penyajian masalah dalam modul dapat mengembangkan potensi

peserta didik belajar mandiri, mendorong mereka aktif dalam

proses pembelajaran, karena dalam modul disajikan kegiatan

praktikum yang mendorong peserta didik berpartisipasi aktif dalam

kegiatan pembelajaran.

Penyajian materi, contoh soal, dan latihan dalam modul ini

memudahkan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal yang

berhubungan dengan materi getaran harmonis. Pada bagian modul

disajikan contoh soal LOTS, MOTS, dan HOTS yang mendorong

peserta didik untuk berfikir secara sistematis menyelesaikan

permasalahan yang ada. Modul ini dapat memberikan respon,

melibatkan indra dalam proses pembelajaran, dan proses

pembelajaran tidak menegangkan, karena di dalam modul terdapat

kegiatan praktikum yang dapat membantu peserta didik untuk

Page 106: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

92

menemukan konsep dan proses pembelajarannya tidak menoton

satu arah saja.

Hasil praktikalitas angket respon guru dan peserta didik

terhadap modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika dari aspek kualitas isi dan tujuan,

kualitas instruksional, dan kualitas teknis diperoleh presentase rata-

rata berturut-turut 94,48% dan 97,5% dengan kategori sangat

praktis.

Hasil analisa angket respon guru dan peserta didik terhadap

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika memiliki cakupan materi yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran, dapat mempermudah guru dan peserta didik

karena di dalam modul disajikan tujuh tahapan CTL yang disusun

secara sistematis sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar.

Selain itu, di dalam modul disajikan materi praktikum yang disusun

lengkap dengan prosedur percobaan dapat membantu peserta didik

melakukan percobaan.

Data praktikalitas yang menunjukkan kepraktisan dari modul

yang peneliti rancang memperoleh hasil yang tidak jauh berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfi Anafidah (2017 : 35),

berjudul “Pengembangan Modul Fisika Berbasis CTL (Contextual

TeachingAnd Learning) Pada Materi Dinamika Partikel Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMAN

1 Ngawi”, dengan kategori sangat praktis. Ia mengatakan bahwa

modul yang dirancangnya sangat membantu peserta didik dalam

belajar, peserta didik memiliki panduan dalam belajar sehingga

waktu yang dibutuhkan menjadi lebih efektif.

Dengan adanya modul ini pembelajaran fisika lebih

menyenangkan dan peserta didik termotivasi, serta berpartisipasi

aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena di dalam modul

disajikan tahapan-tahapan CTL secara sistematis. Selain itu juga,

Page 107: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

93

modul ini terdapat kegiatan praktikum, ditambah lagi dengan

contoh soal yang berada pada tingkatan LOTS, MOTS, dan HOTS

yang dapat melatih peserta didik untuk menyelesaikan soal yang

lain pada tingkat yang berbeda.

c. Hasil efektivitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika

Berdasarkan rumusan penelitian “Bagaimana efektivitas

penggunaan modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika sebagai sumber belajar? sudah

terjawab. Berdasarkan hasil perhitungan pretest dan postest peserta

didik diperoleh nilai N-Gain 0,81 dengan kriteria efektif dan

tingkat efektivitasnya tinggi. Peneliti menyebarkan angket respon

guru dan peserta didik di kelas X MIPA 1 SMAN 1 Rambatan

setelah penggunaan modul berbasis pembelajaran CTL untuk

mencapai HOTS dalam pembelajaran fisika diperoleh hasil

praktikalitas sangat praktis. Selain itu juga, dilakukan pengolahan

bahan validasi oleh validator terhadap modul yang dikembangkan

memperoleh hasil validitas sangat valid.

Menurut Sanjaya (2008:42) efektivitas adalah suatu ukuran

yang menyatakan sejauh mana tujuan yang telah ditentukan dapat

tercapai. Modul ini dikatakan efektif dengan tingkat efektivitasnya

tinggi dilihat dari peningkatan hasil postest yang jauh lebih tinggi

dibanding dengan pretest. Selain itu, dilakukan analisa terhadap

pencapaian kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik dengan

adanya modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

diperoleh kriteria efektif pada soal HOTS. Dengan menggunakan

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika tercapainya kemampuan berfikir tingkat tinggi

peserta didik dengan menganalisa hasil soal HOTS yang mereka

jawab dengan benar.

Page 108: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

94

Selain itu, diperoleh nilai N-Gain 0,81 dengan kategori

efektif dan tingkat efektivitasnya tinggi terhadap pencapaian

HOTS. Peneliti membatasi pada tingkatan C4 yaitu pada tingkat

menganalisis. Dengan beberapa tahapan yang telah dilakukan dan

mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan pembelajaran berarti

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika baik digunakan untuk mencapai higher order

thinking skills peserta didik. Dimana setelah dianalisis hasil belajar

peserta didik, maka dapat dikatakan kemampuan berfikir tingkat

tinggi peserta didik telah tercapai, dengan melihat hasil posttest

peserta didik lebih tinggi dari hasil pretest. Serta, sebagian besar

peserta didik dapat menjawab dengan benar pada soal HOTS yang

diberikan pada saat posttest. Sehingga modul berbasis

pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam pembelajaran

fisika pada materi getaran harmonis kelas X SMA dapat digunakan

dalam proses pembelajaran.

Masrurotul Wafiroh (2015: 108), sudah melakukan penelitian

menggunakan modul pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing

(Guided Inquiry) cukup efektif untuk meningkatkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi peserta didik. Hasil kemampuan berpikir

peserta didik ketika dilakukan uji kelas kecil memperlihatkan

peningkatan sedang, terlihat dari rata-rata N-Gain yang didapat

yaitu sebesar 0,67, sedangkan pada uji kelas terbatas diperoleh N-

Gain kemampuan berpikir peserta didik sebesar 0,64 dengan

kriteria sedang.

Sedangkan peneliti melakukan penelitian menggunakan

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis kelas X SMAN

1 Rambatan diperoleh hasil N-Gain 0,81 dengan kriteria efektif dan

tingkat efektivitasnya tinggi, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa

modul berbasis pembelajaran CTL dapat digunakan dalam

Page 109: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

95

pembelajaran fisika, serta dapat mencapai kemampuan berfikir

tingkat tinggi peserta didik.

Page 110: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika yang dikembangkan oleh peneliti membahas materi

tentang getaran harmonis kelas X MIPA 1 SMA/MA. Modul fisika yang

dikembangkan di uji cobakan kepada siswa kelas X MIPA 1 SMAN 1

Rambatan. Berdasarkan penelitian dan hasil analisis data yang telah

dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil validasi modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis kelas

X SMA/MA memenuhi kriteria sangat valid baik dari segi kelayakan

isi/materi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan

kegrafikan dengan persentase 92,06%.

2. Praktikalitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai

HOTS dalam pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis kelas

X SMA/MA memenuhi kriteria sangat praktis dari aspek kualitas isi

dan tujuan, kualitas instruksional, dan kualitas teknis peserta didik dan

guru diperoleh presentase berturut-turut 94,48% dan 97,5% .

3. Efektivitas modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis kelas X

SMA/MA memenuhi kriteria efektif berdasarkan nilai N-gain dengan

nilai 0,81 dengan tingkat efektivitas tinggi terhadap pencapaian HOTS

pada tingkat C4 yaitu menganalisis.

B. Implikasi

Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis untuk kelas X MIPA 1

SMA/MA yang telah valid, praktis dan efektif dapat digunakan oleh guru

sebagai pedoman dalam pembelajaran dan juga dapat dipelajari oleh

Page 111: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

97

peserta didik secara mandiri di luar kelas. Guru juga dapat menjadikan

modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika ini sebagai referensi untuk mengembangkan modul

pembelajaran fisika berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika pada materi lainnya.

C. Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut :

1. Modul fisika berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS

dalam pembelajaran fisika yang telah valid, praktis dan efektif dan

dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi guru mata pelajaran fisika di

kelas X SMA/MA untuk kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta

didik.

2. Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika yang telah peneliti kembangkan dapat dijadikan

modal bagi guru di SMA/MA dalam mengembangkan modul

pembelajaran untuk materi yang lain.

3. Penelitian ini hanya dilakukan uji coba terbatas pada satu kelas,

sebaiknya guru fisika kelas X dapat menguji cobakan lagi modul yang

peneliti kembangkan untuk memperoleh hasil yang maksimal.

4. Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika ini hanya membahas satu pokok bahasan saja yaitu

getaran harmonis saja. Peneliti selanjutnya yang ingin melakukan

penelitian serupa dengan materi yang berbeda dengan sebelumnya.

5. Modul berbasis pembelajaran CTL untuk mencapai HOTS dalam

pembelajaran fisika pada materi getaran harmonis ini, peneliti hanya

mengembangkan soal HOTS pada tingkat C4 yaitu menganalisis.

Menganalisis ini berada pada level 3. Jika peneliti lain ingin

mengembangkan modul ini bisa dilakukan pada tingkatan C5 dan C6

pada penelitian yang serupa.

Page 112: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

98

DAFTAR PUSTAKA

Alimah Fitri, Lidy, dkk. Pengembangan Modul Fisika pada Pokok Bahasan

Listrik Dinamis Berbasis Domain Pengetahuan Sains untuk

Mengoptimalkan Minds-On Siswa SMA Negeri 2 Purworejo Kelas X

Tahun Pelajaran 2012/2013. Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013, hal 19-

23

Anafidah, Alfi, dkk. (2017). Pengembangan Modul Fisika Berbasis Ctl

(Contextual Teaching And Learning) Pada Materi Dinamika Partikel

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X

Sman 1 Ngawi. Volume 6 Nomor 3 Tahun 2017, hal 29-40

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam

Arsyad, Azar. 2000. Media Pengajaran. Jakarta : Pt. Raja Grafindo

Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.

Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Fatmawati, Yuneni, dkk. 2017. Pemgenbangan modul IPA fisika berbasis

discovery untuk meningkatkan kemampuan berpikir ringkat tinggi

siswa kelas VIII SMP negeri 1 Puhpelem. Universitas PGRI Madiun.

ISSN 2527-6670. Madiun

Herlanti, Yanti. 2014. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains.

Jakarta : Universitas Syarif Hidayatulah

Lestari, K. E. dan M. R. Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan

Matematika. Bandung: PT Refika Aditama

Lutfi. 2005. Bahan ajar metodologi penelitian. Padang : UNP Press

Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya

Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Tingkat Santuan Pendidikan. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya

Mukhtar, Mutia dan Khoirul Haniin. 2019. Modul Penyusunan Soal

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Jakarta: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Atas

Munadi,Yudhi. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : GP Press

Group

Permendikbud. 2016. Kompetensi inti dan kompetensi dasar pembelejaran

pada kurikulum 2013. Jakarta

PP RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Putra, Amali. 2017. Perencanaan Pembelajaran Fisika. Padang:

SUKABINA Press

Page 113: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

99

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.

Jogjakarata : Diva Press

Rahmawati dan Melisa. 2016. Pengaruh Penerapan Pendekatan

Kontekstual Bermedia Power Point Terhadap Hasil Belajar Siswa

Pada Materi Sistem Eksresi Pada Manusia Kelas VIII SMPN 4

Bireun. Jurnal JESBIO Vol. V No.1, Mei 2016. ISSN : 2302-1705

Riduwan. 2007. Belajar Mudah Penelitian. Jakarta : Alfabeta

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Setyosary. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta : Kencana Media Group

Sihono, Teguh. 2004. Contextual Teaching And Learning (CTL) Sebagai

Model Pembelajaran Ekonomi Dalam KBK

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung :

Alfabet

Suharsimi, Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta

Supriano. 2017. Buku Penilaian Berorientasi HOTS. Jakarta : Direktorat

Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Sutrisno, Joko. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Jakarta : Direktorat

Pembinaan Sekolah

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta :

Kencana Prenada Media Group

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Wafiroh, Masrurotul, dkk. Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis

Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat

Tinggi. Tahun 2017, ISSN : 2527-6670

Widana, I Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal HOTS. Jakarta: Direktorat

Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Winarno, dkk. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis High Order

Thinking Skill (HOTS) Pada Tema Energi. Jurnal Inkuiri ISSN: 2252-

7893, Vol 4, No. I, 2015

Page 114: PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN CTL …

100

Yunieka Putri Sukiminiandari, dkk. Pengembangan Modul Pembelajaran

Fisika Dengan Pendekatan Saintifik. Volume IV Tahun 2015