pengembangan media pembelajaran ipa sd materi … · results of expert’s validation on the...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD
MATERI BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS
METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Margareta Aprilia Husadani
NIM: 131134137
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu membimbing, menuntun,
menolong, dan memberi kemudahan dalam setiap langkah hidupku ini.
2. Orang tuaku, Jaka Warsono dan Lucia Eko Setyani yang telah
memberikan kasih sayang dan dukungan baik material, moral, maupun
spiritual.
3. Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan
semangat untukku dalam melalui setiap proses ini.
4. Kekasihku, Danang Teleswara yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan penghibur di kala sedih.
5. Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan
dukungan sedari kecil.
6. Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto, teman yang selalu
memberikan semangat dan motivasi.
7. Para sahabat dan teman terkasih atas segala tawa canda, kebahagiaan,
kesedihan, dan kebersamaan dalam setiap langkah kehidupan ini
8. Teman-teman payung R&D Montessori IPA dan PGSD yang selalu
memberikan semangat dan hiburan.
9. Para dosen di PGSD Sanata Dharma.
10. Almamater Universitas Sanata Dharma.
11. Segala pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penelitian dan
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Setiap hari adalah kesempatanku untuk memperbaiki apa yang kurang,
melanjutkan apa yang sudah baik, dan melaksanakan apa yang menjadi
tanggungjawabku”
“Aku akan membuat sisa dari kehidupanku sebagai bagian terbaik dari sejarah
perjalananku.”
“Berhentilah merendahkan dirimu. You are created to be different!”
“Hanya orang gila yang mampu mengubah dunia”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Juli 2017
Peneliti
Margareta Aprilia Husadani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Margareta Aprilia Husadani
Nomor Mahasiswa : 131134137
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI
BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE
MONTESSORI”
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 21 Juli 2017
Yang menyatakan
Margareta Aprilia Husadani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA SD MATERI
BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK BERBASIS METODE MONTESSORI
Margareta Aprilia Husadani
Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian adalah belum adanya media pembelajaran yang
konkret dalam proses pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh katak dan
kegunaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengembangkan media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya berbasis metode
Montessori, (2) mengetahui kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh
katak dan kegunaannya berbasis metode Montessori.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan
pengembangan (R&D). Model pengembangan yang digunakan adalah model yang
dipaparkan oleh Sugiyono (2015) dan Borg dan Gall (2010) yang kemudian
dimodifikasi menjadi lima langkah. Subjek penelitian ini adalah 10 orang siswa
kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan tahun ajaran 2016/2017.Objek
dari penelitian ini adalah media pembelajaran berbasis metode Montessori.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi,
pedoman wawancara, kuesioner dan soal tes. Teknik analisis yang digunakan
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) lima langkah pengembangan yaitu
potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan desain, validasi
produk, dan uji coba lapangan terbatas. Media pembelajaran dikembangkan
berdasarkan empat ciri khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori:
menarik, bergradasi, auto-education, dan auto-correction. Peneliti juga
menambahkan ciri kontekstual dalam pengembangan. (2) Hasil validasi media
pembelajaran oleh ahli, menunjukkan kualitas media pembelajaran sangat baik,
dengan rerata skor sebesar 3,86. Uji coba lapangan terbatas menunjukkan
bahwa nilai posttest lebih tinggi dari pretest, dengan selisih rerata nilai sebesar
35. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran bagian-
bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan,
memiliki kualitas sangat baik dan membantu siswa dalam memahami materi
bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak beserta kegunaannya.
Kata kunci: media pembelajaran, metode Montessori, bagian-bagian tubuh
hewan, IPA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
DEVELOPMENT OF ELEMENTARY SCHOOL’S SCIENCE LEARNING
MEDIA FOR FROG’S BODY PARTS BASED ON MONTESSORI
METHOD
Margareta Aprilia Husadani
Sanata Dharma University
2017
The background of this research was there is no a concrete media in the
learning process of frog’s body parts and their functions yet. The aims of this
research were (1) to developed the learning media of frog’s body parts and their
functions based on the Montessori method. (2) to known the quality of the
learning media of frog’s body parts and their functions based on the Montessori
method.
The method that used in this research was research and development
method (R&D). The type of this research was the development type that presented
by Sugiyono (2015), and Borg and Gall (2010) which is modified into five steps.
The subjects of this research were ten students of 2nd
grade in the Academic Year
2016/2017 in Kanisius Experimental Elementary School Mangunan. The object
of this research was learning media of animal’s parts of body based on
Montessori method. The instruments that used in this research were the
observation guide, the interview guide, the questionnare, and the guestion set.
The data analysis techniques in this research were quatitative and qualitative
technique.
The results of this research was (1) the five steps of development were
potential problems, planning, design development, product validation, and limited
field trial. That learning media was developed based on four characteristics of
Montessori learning media: attractive, have gradation, auto-education, and
auto-correction. The writer also added contextual in the development. (2) The
results of expert’s validation on the learning media showed that the quality of the
learning media was great, with the average score of 3.86. Limited field trials
indicate that posttest values was higher than pretest score, with the difference in
the average value of 35. Thus, it could be concluded that the frog’s body parts
learning media based on Montessori method that has been developed, has an
excellent quality and it helps the students to understand the inner and outer parts
of frog’s body and their functions.
Keywords: learning media, Montessori method, animal’s body parts, science.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan
Media Pembelajaran IPA SD Materi Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis
Metode Montessori” dengan lancar dan tepat pada waktunya. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program
Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang senantiasa memberikan rahmat
kesehatan dan kelancaran selama proses penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
2. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.
4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.
5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti., S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth Desiana
Mayasari, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang mendampingi
dan memotivasi peneliti selama proses penelitian dan penulisan skripsi.
6. Khatarina Supatmi, S.Pd. selaku Kepala SD Kanisius Eksperimental
Mangunan yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan
penelitian.
7. Antonius Ifnu, S.Pd. selaku guru kelas II dan segenap guru serta karyawan
SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu selama proses
penelitian.
8. Siswa-siswi SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang telah membantu
dalam uji coba lapangan terbatas.
9. Kedua orang tuaku, Bapak Jaka Warsono dan Ibu Lucia Eko Setyani yang
senantiasa mendoakanku, memberikan semangat, dan dukungan baik secara
material maupun spiritual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Adikku tersayang, Maria Goretti Rosariningtyas yang selalu memberikan
semangat.
11. Kekasihku, Danang Teleswara yang menjadi penyemangatku dan penghibur
dikala sedih.
12. Andrea Vicky Novianti, teman suka dan duka yang selalu memberikan
dukungan sedari kecil.
13. Teman-teman penelitian payung R&D Montessori IPA, Julius, Agnes,
Agus, Sigit, Siska, Nunik, Joni, Achichi, Vera, Novi, Yossy, Tika, dan Dita
atas kerja sama dari awal sampai akhir dalam penyusunan skripsi ini.
14. Para sahabat dan teman terkasih yang telah memberikan semangat,
dukungan, dan doa bagi kelancaran penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman PGSD angkatan 2013 yang telah memberikan bantuan dan
dukungan bagi peneliti.
16. Angela Risma Viani dan Agustinus Nugrahanto selaku teman-teman PPL
SD Eksperimental Mangunan yang telah memberikan semangat, dukungan
dan bantuan selama proses penelitian.
17. Bapak Muhibat dan crew yang membantu dalam pembuatan media
pembelajaran.
18. Mandiri Copy Center yang membantu dalam pelayanan fotokopi.
19. Segenap pihak, sahabat dan teman yang telah membantu dan tidak dapat
peneliti sebutkan satu-persatu.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 21 Juli 2017
Peneliti
Margareta Aprilia Husadani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.5 Definisi Operasional ................................................................................. 9
1.6 Spesifikasi Produk .................................................................................. 10
1.6.1 Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak ............................................. 10
1.6.2 Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak ............................................... 11
1.6.3 Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak ..................................... 13
1.6.4 Kotak Penyimpanan ........................................................................ 14
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 16
2.1.1 Perkembangan Anak ....................................................................... 16
2.1.2 Media Pembelajaran ........................................................................ 19
2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori ......................... 25
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ........................................................ 28
2.2 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 32
Pertiwi (2015) ................................................................................................ 34
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 34
2.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 38
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 38
3.2 Setting Penelitian .................................................................................... 39
3.2.1 Subjek Penelitian ............................................................................. 39
3.2.2 Objek Penelitian .............................................................................. 39
3.2.3 Lokasi Penelitian ............................................................................. 40
3.2.4 Waktu Penelitian ............................................................................. 40
3.3 Prosedur Pengembangan ........................................................................ 41
3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 45
3.4.1 Potensi dan Masalah ........................................................................ 47
3.4.2 Penyusunan Rencana ....................................................................... 48
3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk.............................................. 49
3.4.4 Validasi Produk ............................................................................... 50
3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ........................................................... 50
3.5 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 51
3.5.1 Observasi ......................................................................................... 52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3.5.2 Wawancara ...................................................................................... 52
3.5.3 Kuesioner ........................................................................................ 53
3.5.4 Tes ................................................................................................... 54
3.6 Instrumen Penelitian ............................................................................... 55
3.6.1 Pedoman Observasi ......................................................................... 55
3.6.2 Pedoman Wawancara ...................................................................... 56
3.6.3 Kuesioner ........................................................................................ 59
3.6.4 Soal Tes ........................................................................................... 63
3.7 Triangulasi .............................................................................................. 66
3.8 Teknik Analisis Data .............................................................................. 67
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif ................................................................. 68
3.8.2 Analisis Data Kualitatif ................................................................... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 75
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 75
4.1.1 Potensi dan Masalah ........................................................................ 75
4.1.2 Penyusunan Rencana ..................................................................... 104
4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk............................................ 116
4.1.4 Validasi Produk ............................................................................. 123
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ......................................................... 126
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 130
4.2.1 Pengembangan Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak
Berbasis Metode Montessori ....................................................................... 130
4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis
Metode Montessori ...................................................................................... 136
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 138
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
5.2 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 139
5.3 Saran ..................................................................................................... 139
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas II ..................................... 56
Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah ...................................... 57
Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas II ......................................... 57
Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas II ........................................ 58
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II
............................................................................................................................... 59
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan ........... 61
Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran ...................................... 61
Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes .................................................................................. 63
Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes ....................................... 64
Tabel 3.10 Skala dan kriteria instrumen validasi pedoman observasi, pedoman
wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk ............................ 69
Tabel 3.11 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan
kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes................. 69
Tabel 3.12 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen tes
............................................................................................................................... 70
Tabel 3.13 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk
instrumen soal tes .................................................................................................. 70
Tabel 3. 14 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli
............................................................................................................................... 70
Tabel 3.15 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan
mengenai media pembelajaran oleh siswa ............................................................ 71
Tabel 3.16 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif .................................... 71
Tabel 3. 17 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen ......................... 72
Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli ...................................... 77
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA ....................................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah .......................... 80
Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
............................................................................................................................... 80
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah............................................ 81
Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru ........................................... 82
Tabel 4. 7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli
............................................................................................................................... 82
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru............................................................. 83
Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa.......................................... 84
Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli
............................................................................................................................... 84
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa ......................................................... 85
Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli 88
Tabel 4.13 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli 89
Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa .. 90
Tabel 4. 15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru ......... 91
Tabel 4.16 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis
Kebutuhan ............................................................................................................. 93
Tabel 4. 17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ................. 96
Tabel 4.18 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis
Kebutuhan ............................................................................................................. 98
Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli ........................................................ 109
Tabel 4. 20 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli ........................... 110
Tabel 4. 21 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS .............. 112
Tabel 4. 22 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS ............................... 112
Tabel 4.23 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest ............................................ 113
Tabel 4.24 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ............................................... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel 4.25 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli........................ 114
Tabel 4.26 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa 115
Tabel 4.27 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh
Siswa ................................................................................................................... 116
Tabel 4.28 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli ..................... 124
Tabel 4.29 Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran ........... 124
Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh
Ahli ...................................................................................................................... 125
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Media Pembelajaran
............................................................................................................................. 125
Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa .................................. 127
Tabel 4.33 Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran oleh Guru .......... 129
Tabel 4.34 Hasil Tanggapan Produk Media Pembelajaran oleh Siswa ................ 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam
tubuh katak. ........................................................................................................... 11
Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle
bagian-bagian dalam tubuh katak. ........................................................................ 12
Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu
nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh
katak. ..................................................................................................................... 13
Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan ................................................. 13
Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan
Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi. ........................................... 15
Gambar 4.1 Parts of a frog puzzle ...................................................................... 105
Gambar 4.2 Papan puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak .............................. 118
Gambar 4.3 Papan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak ................................. 119
Gambar 4.4 Replika bagian-bagian tubuh katak ................................................. 120
Gambar 4.5 Kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak ................. 121
Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Kartu Materi................................................... 122
Gambar 4.7 a) Kotak penyimpanan replika. b) Kotak penyimpanan puzzle. ...... 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan ................ 34
Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono
(2015: 409) ............................................................................................................ 43
Bagan 3.2 Rancangan penelitian ........................................................................... 45
Bagan 3.3 Prosedur penelitian dan pengembangan............................................... 46
Bagan 3.4 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan ................... 66
Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara ................................................. 67
Bagan 4.1 Triangulasi sumber data wawancara .................................................... 85
Bagan 4.2 Bagan triangulasi teknik pengumpulan data ...................................... 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Perbedaan nilai pretest dan posttest pada siswa ................................ 128
Grafik 4.2 Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest......................................... 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Rerata penilaian .................................................................................. 71
Rumus 3.2 Rumus perhitungan presentasi jawaban pada kuesioner..................... 72
Rumus 3.3 Perhitungan nilai pretest dan posttest ................................................. 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Lampiran Validasi Pedoman Observasi ....................................... 145
Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA ................................. 149
Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah oleh
Ahli ...................................................................................................................... 150
Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah ............................ 156
Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli ..... 160
Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru ............................................. 166
Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara untuk Siswa.......... 168
Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan Siswa ............................................ 172
Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ....... 173
Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ..... 181
Lampiran 2.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
SD Setara ............................................................................................................. 191
Lampiran 2.4 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru .... 196
Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa ... 199
Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Isi Instrumen Tes oleh Ahli ..................... 202
Lampiran 3.2 Lembar Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes Oleh Ahli ......... 205
Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa dalam Uji Empiris
............................................................................................................................. 210
Lampiran 3.4 Output SPSS untuk Perhitungan Validitas Reliabilitas Instrumen
Tes ....................................................................................................................... 212
Lampiran 3.5 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes ............................. 214
Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest ................................................. 219
Lampiran 3.7 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest ................................................ 220
Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli ...... 221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan Mengenai Media
Pembelajaran oleh Siswa..................................................................................... 227
Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan Mengenai
Media Pembelajaran oleh Siswa ......................................................................... 233
Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli ..................................... 235
Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Album Penggunaan Media Pembelajaran
oleh Ahli .............................................................................................................. 239
Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Guru
............................................................................................................................. 243
Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh
Siswa ................................................................................................................... 245
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian ...................................................................... 246
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ....................... 247
Lampiran 6.1 Dokumentasi ................................................................................. 248
Lampiran 7.1 Album Media Bagian-Bagian Tubuh Katak ................................. 249
Lampiran 8.1 Foto Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis
Metode Montessori ............................................................................................. 268
Lampiran 9.1 Curriculum Vitae .......................................................................... 269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Uraian dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk dan definisi
operasional.
1.1 Latar Belakang Masalah
IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang sistematis, penggunaannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Sesuai pengertian IPA, maka
pembelajaran IPA di SD selain mengajarkan tentang fakta-fakta, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip tentang alam, IPA juga mengajarkan metode memecahkan
masalah, melatih berpikir kritis dan mengambil kesimpulan, objektif, bekerja
sama dan menghargai pendapat orang lain (Samatowa dalam Trianto, 2012: 11-
12). Pada pengertian tersebut, jelas dikatakan bahwa pembelajaran IPA bukan
semata-mata menghafal informasi atau mengingat dan menimbun informasi, akan
tetapi siswa juga perlu memahami informasi yang diperoleh dan menghubungkan
pada kehidupan sehari-hari (Susanto dalam Trianto, 2012: 166). Selain itu, IPA
untuk anak-anak SD dirancang sesuai dengan tahap perkembangan anak supaya
anak-anak dapat mempelajarinya. Ide-ide serta konsep-konsep harus
disederhanakan supaya sesuai dengan kemampuan anak untuk memahaminya
(Iskandar, 2001: 2). Ruang lingkup belajar IPA di SD meliputi (1) makhluk hidup
dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan
lingkungan, serta kesehatan; (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya
meliputi: cair, padat dan gas; (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana; dan (4) bumi dan alam
semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
Salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa SD
kelas II adalah mengenal bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, di sekitar
rumah dan sekolah melalui pengamatan. Materi bagian-bagian tubuh hewan dan
tumbuhan tersebut meliputi ciri-ciri utama hewan dan tumbuhan serta kegunaan
bagian-bagian tubuh hewan dan tumbuhan. Salah satu materi yang diajarkan
berdasarkan KD tersebut adalah bagian tubuh hewan dan kegunaan bagian-
bagiannya. Peneliti memilih materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya
karena hewan merupakan makhluk hidup yang perlu dijaga dan dilestarikan.
Dengan mengenalkan bagian-bagian hewan dan kegunaannya diharapkan siswa
dapat mencintai dan turut serta melestarikan atau merawat hewan sebagai sesama
makhluk hidup. Selain itu, peneliti memilih katak sebagai hewan yang diamati
dan dipelajari, karena hewan ini banyak dijumpai di lingkungan sekitar, memiliki
keunikan yaitu dapat hidup di air maupun di darat, serta merupakan
pengembangan dari parts of a frog puzzle media pembelajaran berbasis metode
Montessori. Meskipun katak merupakan hewan yang mudah ditemukan, namun
struktur tubuhnya sulit untuk dibayangkan. Selain itu, materi bagian-bagian tubuh
hewan dan kegunaannya cukup luas dan cukup rumit apabila hanya dihafalkan.
Akan lebih baik apabila siswa diberi kesempatan untuk menggunakan alat-alat
atau media belajar yang ada di lingkungannya dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2006: 11-12). Maka, dibutuhkan media
pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
tubuh katak dan kegunaannya agar siswa benar-benar paham dan mengerti bagian-
bagian beserta kegunaannya bukan hanya menghafal materi.
Pada kenyataannya sering ditemui pembelajaran IPA dengan metode-
metode yang kurang menggugah semangat siswa untuk belajar. Pembelajaran
yang selama ini mereka terima hanyalah penonjolan tingkat hafalan dari sekian
rentetan topik atau pokok bahasan, tetapi tidak diikuti dengan pemahaman atau
pengertian yang mendalam, yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan
dengan situasi baru dalam kehidupannya (Muclish dalam Trianto, 2012: 40).
Observasi yang dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2016 di kelas II SD Kanisius
Eksperimental Mangunan menunjukkan bahwa guru belum menggunakan media
pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran IPA. Pada saat
mempelajari materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya, siswa terlihat
bingung saat diminta menyebutkan bagian-bagiannya. Selain itu, guru
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab selama memberikan materi
pembelajaran IPA. Pada saat menerima pembelajaran, siswa terlihat kurang aktif
dan semangat dalam belajar. Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan
guru, ada yang sibuk menggambar sesuatu di kertas dan ada pula yang meletakkan
kepala di atas meja. Saat mengerjakan tugas, banyak siswa yang masih bertanya
dengan guru maupun melihat dan mencontoh pekerjaan milik teman. Berdasarkan
hasil observasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa belum paham dengan
materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya yang disampaikan oleh guru.
Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II pada tanggal 13 November
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2016, dari 24 siswa kelas II, sebanyak 65 % mendapatkan nilai harian di bawah 70
pada mata pelajaran IPA. Guru menyampaikan bahwa salah satu materi yang sulit
dipahami siswa adalah materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Pada
saat melakukan wawancara dengan siswa, siswa juga mengatakan kesulitan dalam
mengingat dan memahami materi. Hal ini dikarenakan siswa belum paham betul
bentuk dari bagian hewan yang dimaksud. Guru menyadari bahwa dalam
menyampaikan materi bagian-bagian tubuh hewan dibutuhkan media konkret
yang dapat membantu siswa dalam mengenal bagian. Melalui analisis kebutuhan,
baik guru maupun siswa menyadari bahwa hal yang dapat mengatasi kesulitan
yang dihadapi guru maupun siswa adalah penggunaan media pembelajaran yang
konkret. Media pembelajaran dinilai dapat membantu siswa memperoleh
pengalaman langsung, sehingga memudahkan siswa memahami materi dan
menyimpulkan sendiri materi yang dipelajari. Akan tetapi jumlah media
pembelajaran yang dimiliki sekolah hanyalah satu, yaitu berupa gambar katak
yang berukuran 22 cm x 30 cm dan terlihat sangat kecil apabila diperuntukkan
untuk proses belajar mengajar di kelas. Maka, dibutuhkan media pembelajaran
bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya yang konkret yang dapat membantu
siswa dalam memahami materi.
Tahapan perkembangan menurut Piaget (Crain, 2007: 17) usia kelas II SD
atau pada usia 7 sampai 11 tahun berada pada tahapan operasional konkret. Pada
tahapan operasional konkret anak sudah dapat berpikir secara sistematis, namun
masih terbatas pada objek-objek atau benda-benda yang konkret dan aktivitas
yang nyata. Maria Montessori (Lillard, 1996: 44) juga menyatakan teori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun termasuk ke dalam tahap
fanciulezza atau periode sensitif. Pada tahapan ini anak mampu berpikir secara
menyeluruh, rasa ingin tahu yang besar, dan lebih bisa menerima informasi dari
benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan permasalahan
yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak abstrak
(Hergenhahn & Olson, 2010: 320). Pada tahap operasional konkret, proses
pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Berdasarkan
uraian tersebut, penggunaan media pembelajaran berupa benda-benda konkret
sangat diperlukan bagi siswa yang berada pada tahapan operasional konkret. Salah
satu metode yang menggunakan media pembelajaran pada pembelajarannya
adalah metode Montessori.
Metode Montessori merupakan metode pembelajaran yang diterapkan
untuk anak-anak usia SD yang menekankan pembelajaran dengan bermain
(Sudono, 2010: 2). Pendidikan Montessori memiliki delapan prinsip yaitu 1)
keleluasaan dalam bergerak untuk meningkatkan pembelajaran, 2) kebebasan
dalam mempersiapkan lingkungan belajar, 3) ketertarikan dalam belajar, 4)
menghindari penghargaan ekstrinsik, 5) pembelajaran dengan dan dari teman
sebaya, 6) pembelajaran dalam konteks, 7) pentingnya gaya interaksi guru dengan
siswa, 8) keteraturan lingkungan dan pikiran (Liliard, 2005: 29-33). Media
pembelajaran dalam Montessori telah didesain sesuai dengan kebutuhan pada
setiap jenjangnya dan memiliki ciri-ciri yaitu, (1) menarik, (2) bergradasi, (3)
auto-correction, (4) auto-education (Montessori, 2002: 170-174). Berdasarkan hal
tersebut maka dari penerapan metode Montessori dalam pembelajaran selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
berkaitan dengan media pembelajaran. Media pembelajaran Montessori dirancang
sesuai dengan kebutuhan anak, baik secara kognitif maupun secara fisik. Secara
kognitif media pembelajaran dikembangkan untuk membuat materi pembelajaran
lebih nyata, sedangkan secara fisik sesuai dengan kondisi fisik anak usia SD
(Magini, 2013: 46-50).
Media pembelajaran merupakan peralatan fisik yang berguna untuk
menyempurnakan isi pembelajaran atau membawa pesan untuk suatu tujuan
pembelajaran (Anitah, 2009: 4-5). Dalam pembelajaran IPA, media pembelajaran
juga merupakan komponen yang penting. Tridianto (Trianto, 2012: 143)
mengemukakan bahwa penting dikembangkan suatu media pembelajaran IPA
yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya. Media pembelajaran membuat
siswa lebih paham dalam memahami suatu materi pembelajaran IPA. Selain itu,
media pembelajaran dinilai mampu menarik minat belajar siswa dan pemahaman
siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kuesioner analisis kebutuhan, bahwa
guru setuju bahwa penggunaan media pembelajaran dapat membantu siswa dalam
memahami konsep dalam mata pelajaran IPA. Selain itu, lima belas siswa atau
100 % siswa juga menyetujui bahwa media pembelajaran dapat membantu dalam
memahami materi IPA. Pendapat guru dan siswa tersebut menjadi pertimbangan
peneliti dalam membuat media pembelajaran. Ananti (2014), Pertiwi (2015), dan
Hardiyanti (2016) juga pernah melakukan penelitian dan pengembangan sesuai
dengan ciri-ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu menarik,
bergradasi, auto-correction, dan auto-education pada mata pelajaran Matematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
dan IPS. Berdasarkan ketiga penelitian dan pengembangan tersebut, menunjukkan
adanya peningkatan pada hasil pretest ke posttest setelah menggunakan media
pembelajaran Montessori.
Berdasarkan permasalahan mengenai metode pembelajaran pada mata
pelajaran IPA, kebutuhan media pembelajaran dan hasil penelitian mengenai
Metode Montessori yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada paparan di
atas, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (Research
and Development) pada mata pelajaran IPA yang sebelumnya penelitian ini belum
pernah dilakukan. Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan media
pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya,
khususnya bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya untuk kelas II. Media
pembelajaran tersebut dikembangkan berdasarkan media pembelajaran berbasis
metode Montessori dengan memperhatikan lima ciri, yaitu menarik bergradasi,
auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Penelitian ini dibatasi pada
tahapan menghasilkan produk media pembelajaran IPA yang diujikan secara
ilmiah kepada ahli dan melalui uji coba lapangan terbatas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-
bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk
siswa kelas II?
1.2.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian
tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa
kelas II?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian tubuh
katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang
ditetapkan untuk siswa kelas II.
1.3.2 Mengetahui kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian
tubuh katak berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik
yang ditetapkan untuk siswa kelas II.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Mendapatkan pengalaman belajar tentang bagian-bagian tubuh hewan
menggunakan media pembelajaran berbasis Metode Montessori. Siswa
juga dapat mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan bagian-bagian tubuh
hewan melalui pembelajaran yang menyenangkan menggunakan media
pembelajaran.
1.4.2 Bagi Guru
Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran
tentang bagian-bagian tubuh hewan berbasis Metode Montessori, sehingga
dapat membuat atau mengembangkan sendiri media pembelajaran untuk
mendukung pembelajaran yang inovatif.
1.4.3 Bagi Sekolah
Mendapatkan wawasan mengenai pengembangan media pembelajaran
berbasis metode Montessori untuk mata pelajaran IPA sehingga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
mempertimbangkan untuk membuat atau mengembangkan media
pembelajaran IPA berbasis Metode Montessori.
1.4.4 Bagi Prodi PGSD
Prodi PGSD memiliki media pembelajaran berbasis metode Montessori
untuk pelajaran IPA yang sudah dikembangkan melalui penelitian dengan
metode research and development dengan melibatkan mahasiswa, dosen
guru, dan siswa di SD mitra.
1.4.5 Bagi Mahasiswa
Memberikan pengalaman mengenai pengembangan media pembelajaran
berbasis Metode Montessori yang dapat membantu siswa memahami
materi IPA tentang bagian-bagian tubuh hewan serta memberikan
wawasan bagaimana menciptakan pembelajaran yang inovatif melalui
media pembelajaran.
1.5 Definisi Operasional
1.5.1 Perkembangan anak usia 7-11 tahun adalah berada pada tahapan
operasional konkret dimana anak belum mampu berpikir secara abstrak
dan memerlukan benda-benda konkret untuk membantunya berpikir secara
logis.
1.5.2 Media pembelajaran adalah penghubung atau alat yang digunakan untuk
belajar yang membantu merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa
dalam memahami suatu materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.5.3 Media pembelajaran berbasis metode Montessori adalah alat yang
merangsang minat, pikiran, dan perasaan siswa serta memiliki ciri
menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education.
1.5.4 IPA adalah cara atau metode untuk memahami gejala-gejala atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam yang penerapannya menekankan
pada metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen.
1.6 Spesifikasi Produk
Peneliti mengembangkan produk berupa media pembelajaran bagian-bagian
tubuh katak beserta kegunaannya dan album petunjuk penggunaan media
pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi membantu siswa memahami
nama-nama bagian tubuh katak beserta kegunaan dari masing-masing bagian.
Produk media pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari 6 komponen, yaitu
replika katak, puzzle dua lapis yang terdiri dari bagian-bagian luar tubuh katak dan
bagian-bagian dalam tubuh katak, kartu materi yang terdiri dari kartu gambar
bagian, nama bagian, kegunaan bagian dan kartu pengendali kesalahan, serta
kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle dan kotak penyimpanan
kartu materi.
1.6.1 Replika Bagian-Bagian Tubuh Katak
Replika terbuat dari kayu. Replika katak dibuat dengan dua sisi yang
menunjukkan bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak. Organ
dalam katak dibuat menonjol atau berbentuk tiga dimensi dengan pemberian
warna-warna yang menarik seperti merah, merah bata, merah hati, biru, kuning,
coklat, dan hijau, sedangkan bagian luar tubuh katak juga dibuat sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
warna asli katak yaitu warna hijau dengan sedikit bercak warna hitam dan kuning.
Fungsi dari replika bagian-bagian tubuh katak ini adalah untuk menjelaskan dan
memberi gambaran kepada siswa mengenai materi bagian-bagian dalam dan luar
tubuh katak. Replika bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media
pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian
warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan
warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-
education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu
menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.
a) b)
26 cm
13 cm
37 cm 37 cm
Gambar 1.1 a) Desain replika sisi luar tubuh katak. b) Desain replika sisi dalam
tubuh katak.
1.6.2 Puzzle Bagian-Bagian Tubuh Katak
Papan puzzle bagian-bagian dalam dan luar tubuh katak berukuran 30cm
x 40cm. Papan puzzle tersebut terbuat dari kayu. Pada satu papan, terdapat dua
puzzle yaitu puzzle bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak yang
letaknya tersusun atas dan bawah. Puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak terdiri
dari 8 bagian, yaitu esofagus, paru-paru, jantung, hati, lambung, usus halus, usus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
besar, dan paru-paru. Bagian-bagian dalam tubuh katak tersebut sebelumnya telah
disederhanakan untuk mempermudah siswa dalam mempelajarinya. Sedangkan
puzzle bagian-bagian luar tubuh katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu bagian
kepala, tubuh, kaki depan, dan kaki belakang. Pada setiap bagian dalam tubuh
katak terdapat unpin untuk pegangan saat hendak menyusun puzzle atau hendak
mengambil bagian-bagian puzzle. Puzzle bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri
khusus media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu
dengan pemberian warna dan bentuk yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan
pemberian tingkatan warna, bentuk, dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD
dan III SD, auto-correction yaitu terdapat pengendali kesalahan pada masing-
masing bentuk bagian puzzle yang dibuat dengan ukuran berbeda, auto-education
yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan kontesktual yaitu
menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa.
a) b)
30 cm 30 cm
40 cm 40 cm
Gambar 1. 2(a) Desain puzzle bagian-bagian luar tubuh katak. (b) Desain puzzle
bagian-bagian dalam tubuh katak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1.6.3 Kartu Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak
a) b)
2,5 cm
7 cm c)
2,5 cm
9,5 cm 9,5 cm
Gambar 1.3 a) Desain kartu gambar bagian-bagian tubuh katak. b) Desain kartu
nama bagian-bagian tubuh katak. c) Desain kartu kegunaan bagian-bagian tubuh
katak.
7 cm
10 cm
Gambar 1.4 Desain Kartu Pengendali Kesalahan
Kartu materi bagian-bagian tubuh katak dicetak secara terpisah. Terdapat
empat jenis kartu, yaitu kartu gambar bagian, kartu nama bagian, kartu kegunaan
bagian, dan kartu pengendali kesalahan. Kartu gambar dicetak dengan ukuran 7cm
badan
melindungi bagian-bagian
dalam tubuh katak
badan
melindungi bagian-bagian
dalam tubuh katak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
x 9,5cm. Kartu nama dan kartu kegunaan dicetak secara terpisah dengan ukuran
2,5cm x 7cm. Ketiga jenis kartu tersebut dibuat dengan warna yang berbeda pada
bagian tepi, sehingga saat menyusun siswa harus memperhatikan kelengkapan
kartu materi berdasarkan warna. Sedangkan kartu pengendali kesalahan berukuran
7cm x 10cm. Kartu pengendali kesalahan membantu siswa dalam menemukan
jawaban maupun menemukan letak kesalahan saat menyusun ketiga kartu materi
di atas. Kartu materi bagian-bagian tubuh katak memiliki ciri khusus media
pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu menarik yaitu dengan pemberian
warna kartu yang bervariasi, bergradasi yaitu dengan pemberian tingkatan warna
pada kartu dan dapat digunakan untuk siswa kelas II SD dan III SD, auto-
correction yaitu terdapat pembedaan warna pada masing-masing kartu nama,
kartu gambar, dan kartu kegunaan dan juga terdapat kartu pengendali kesalahan
untuk mencocokkan hasil penyusunan kartu nama, kartu gambar, dan kartu
kegunaan, auto-education yaitu dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa, dan
kontesktual yaitu menggunakan bahan dasar yang terdapat di lingkungan sekitar
siswa.
1.6.4 Kotak Penyimpanan
Desain kotak penyimpanan replika maupun puzzle sama. Kedua kotak ini juga
dilengkapi dengan desain tutup supaya media pembelajaran lebih awet.
Selanjutnya adalah kotak penyimpanan kartu materi bagian-bagian tubuh katak.
Kotak ini terbuat dari kayu dan terdapat 4 ruang, yaitu tempat menyimpan kartu
gambar bagian, kartu nama bagian, kartu kegunaan bagian, dan kartu pengendali
kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a) c)
27 cm 10 cm
38 cm b) 28 cm
7,5 cm
42 cm
Gambar 1.5 a)Desain Kotak Penyimpanan Replika. b) Desain kotak penyimpanan
Puzzle. (c) Desain kotak penyimpanan kartu materi.
Penggunaan media pembelajaran berbasis metode Montessori ini,
pertama guru mengenalkan nama-nama bagian luar dan bagian dalam tubuh katak.
Siswa mengamati dan meraba bentuk bagian-bagian tubuh katak dengan replika.
Kedua, guru memperkenalkan kegunaan bagian-bagian tubuh katak
menggunakan media pembelajaran puzzle dan memberikan contoh cara memasang
puzzle. Ketiga, siswa diberikan kesempatan untuk mencoba media
pembelajaran puzzle. Keempat, guru memberikan penjelasan dan contoh cara
menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak. Kelima, siswa mencoba
menyusun kartu materi. Keenam, siswa mencocokkan komponen kartu materi
yang telah disusun dengan kartu pengendali kesalahan.
33 cm
14 cm 20 cm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB II
LANDASAN TEORI
Uraian dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan
dan kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
Uraian dalam subbab ini terdiri dari beberapa teori pendukung penelitian.
Peneliti membahas beberapa hal diantaranya perkembangan anak, media
pembelajaran, pembelajaran IPA, dan metode Montessori.
2.1.1 Perkembangan Anak
Perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-
fungsi fisik dan psikis (Yusuf, 2011: 1). Setiap individu mengalami
perkembangan intelektual. Perkembangan kognitif anak menurut Jean Piaget
(dalam Sumantri, 2011: 14) menyatakan bahwa berlangsung secara teratur dan
berurutan sesuai dengan perkembangan umurnya. Maka pengajaran harus
direncanakan sedemikian rupa disesuaikan dengan perkembangan kercerdasan
peserta didik. Tahap-tahap perkembangan oleh Jean Piaget (dalam Suparno,
2001: 25-88) terbagi dalam masa-masa perkembangan sebagai berikut.
2.1.1.1 Tahap Sensorimotorik (Lahir sampai 2 Tahun)
Pada tahap ini, masa ketika dimana bayi mulai mempergunakan
sistem penginderaan dan aktivitas-aktivitas motorik untuk mengenal
lingkungannya dan mengenal obyek. Sejak seorang bayi dilahirkan, sebagian alat-
alat inderanya sudah langsung bisa berfungsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.1.1.2 Tahap Praoperasional (Usia 2 sampai 7 Tahun)
Pada tahap ini, anak sudah mulai meningkatkan kosa kata, membuat
penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual, mengelompokkan
benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memiliki pengetahuan unik mengenai
sifat-sifat benda dan mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam
lingkungannya, tidak berpikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara
serentak, mempunyai pandangan subyektif dan egosentrik.
2.1.1.3 Tahap Operasional Konkret (Usia 7 sampai 11 Tahun)
Pada tahap ini, anak sudah dapat memandang dunia secara obyektif.
Anak juga mulai berpikir secara operasional, mempergunakan cara berfikir
operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan
mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, serta
mempergunakan hubungan sebab akibat dalam memahami suatu konsep. Pada
tahap ini anak dapat berpikir logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk benda-benda. Piaget (Desmita,
2009: 104) juga mengemukakan bahwa aktivitas anak pada masa ini adalah
terfokus pada objek-objek yang nyata atau berbagai kejadian yang dialaminya.
Selain itu, Maria Montessori (dalam Lillard, 1996: 44) juga mengemukakan
bahwa perkembangan anak pada usia 7 sampai 12 tahun berada pada periode
sensitif. Periode sensitif yang dimaksud meliputi (1) logika bertanya, (2) imajinasi
melalui benda nyata, (3) perkembangan mental, (4) perkembangan rasa
berkelompok, (5) pengenalan budaya, dan (6) kekuatan fisik. Hal ini berarti
bahwa anak usia sekolah dasar berada dalam tahap berpikir intuitif dan tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berpikir konkret harus bekerja dengan benda-benda konkret dulu sebelum mereka
dapat menangkap dan memahami hal-hal yang bersifat abstrak (Iskandar, 2001:
30). Berdasarkan pernyataan-pernyataan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada tahapan operasional konkret anak lebih bisa menerima informasi dari benda-
benda yang konkret dan nyata.
2.1.1.4 Tahap Operasional Formal (Usia 11 Tahun ke Atas)
Pada tahap ini, anak remaja bisa menata pikiran hanya di dalam pikiran
mereka saja. Meskipun kebanyakan riset Piaget tentang masa remaja hanya
dikaitkan dengan penalaran matematis dan ilmiah namun dia sungguh-sungguh
berspekulasi tentang peranan operasi-operasi formal di dalam kehidupan remaja.
Montessori (dalam Gutek, 2004: 49) membagi tahap perkembangan
menjadi tiga periode, yaitu (1) usia 0-6 tahun, (2) usia 7-12 tahun, dan (3) usia 13-
18 tahun. Pada periode pertama anak mulai menyerap informasi, menggunakan
bahasa, dan mulai bereksplorasi dengan lingkungan. Pada periode kedua,
keterampilan-keterampilan dan kemampuan yang telah muncul pada periode
pertama semakin berkembang. Pada periode ketiga, muncul perkembangan fisik
yang diiringi dengan kematangan keterampilan-keterampilan secara penuh. Maria
Montessori (Lillard, 1996: 44) menyatakan bahwa teori perkembangan anak pada
usia 7 sampai 12 tahun termasuk ke dalam tahap fanciulezza atau periode sensitif.
Periode sensitif yang dimaksud meliputi (1) logika bertanya, (2) imajinasi melalui
benda nyata, (3) perkembangan mental, (4) perkembangan rasa berkelompok, (5)
pengenalan budaya, dan (6) kekuatan fisik. Pada tahapan ini anak mampu berpikir
secara menyeluruh, rasa ingin tahu yang besar, dan lebih bisa menerima informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dari benda-benda yang konkret atau nyata. Anak dapat memecahkan
permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut konkret dan tidak
abstrak (Hergenhahn & Olson, 2010: 320).
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan anak
merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri anak baik secara fisik maupun
psikis yang berlangsung secara berkesinambungan, sesuai dengan tahapan usia
anak. Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional konkret
yaitu usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses
pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak. Jadi, anak
dapat memecahkan permasalahan yang kompleks selama permasalahan tersebut
konkret dan tidak abstrak. Dengan demikian, menanamkan konsep menggunakan
media pembelajaran berupa benda-benda konkret dalam pembelajaran untuk anak
usia SD sangat diperlukan, karena sesuai dengan karakteristik tahap
perkembangan anak.
2.1.2 Media Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Media Pembelajaran
Kata media pembelajaran berasal dari bahasa Latin, yang merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” atau sesuatu yang di tengah (Anitah, 2009: 4).
Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai penghubung atau
sesuatu yang menghantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan dan
penerima pesan. Gagne (dalam Sadiman, 2008: 6) menyatakan bahwa media
pembelajaran merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsang siswa untuk belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Adapun tujuan dari media pembelajaran adalah 1) untuk mempermudah
proses pembelajaran di kelas, 2) meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, 3)
menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan pembelajaran, dan 4)
membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran (Yusuf, 2011: 5).
Berdasarkan beberapa pengertian media pembelajaran, maka dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Briggs (dalam Anitah, 2009: 4) mengemukakan bahwa media merupakan
peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan pembelajaran. Gerlach
dan Ely (dalam Anitah, 2009: 5) juga mengemukakan bahwa media adalah grafik,
fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan
menjelaskan informasi lisan maupun visual. Pemakaian media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan minat dan keinginan yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis bagi siswa (Arsyad, 2014: 19).
Berdasarkan hakikat media pembelajaran yang dikemukakan para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan bahan, alat, atau
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang merangsang minat, pikiran dan
perasaan pembelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dalam pembelajaran, media pembelajaran merupakan aspek yang penting untuk
merangsang minat, pikiran dan perasaan siswa. Oleh karena itu, penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
menghasilkan sebuah media pembelajaran yang mendukung berlangsungnya
proses belajar siswa.
2.1.2.2 Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran ada dua, yaitu bagi pengajar dan
pembelajar (Sanaky, 2013: 6). Bagi pengajar, media pembelajaran dapat 1)
memberikan pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran, 2) menjelaskan
struktur dan urutan pengajaran dengan baik, 3) memberikan kerangka sistematis
mengajar dengan baik, 4) memudahkan kendali pengajar terhadap materi
pelajaran, 5) membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran,
6) membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar, 7) meningkatkan kualitas
pengajaran, 8) memberikan dan meningkatkan variasi belajar, 9) menyajikan
informasi sehingga memudahkan penyampaian isi materi, dan 10) menciptakan
kondisi dan situasi belajar yang menyenangkan dan tanpa tekanan. Manfaat
media bagi pembelajar dapat 1) meningkatkan motivasi belajar pembelajar, 2)
memberikan dan meningkatkan variasi belajar bagi pembelajar, 3) memudahkan
pembelajar untuk berfikir dan beranalisis, 4) pembelajaran dalam kondisi dan
situasi belajar yang menyenangkan dan tekanan, serta 5) pembelajar dapat
memahami materi pelajaran secara sistematis yang disajikan. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran pada proses
pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Bagi guru media
pembelajaran bermanfaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran guru dan
memudahkan guru dalam penyampaian materi. Bagi siswa, media pembelajaran
bermanfaat untuk membantu siswa dalam menganalisis suatu materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Selain itu, penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran
dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan
rangsangan kegiatan belajar. Penggunaan media pembelajaran akan sangat
membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pelajaran. Media
pembelajaran membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik (Arsyad, 2010: 15-16). Kempt dan Dayton (dalam Arsyad, 2014:
25) mengemukakan dampak positif penggunaan media pembelajaran sebagai
berikut.
a. Penyampaian pelajaran lebih baku. Melalui penggunaan media pembelajaran,
setiap pelajar yang melihat atau mendengar akan menerima pesan yang sama.
Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda,
dengan penggunaan media pembelajaran maka akan mengurangi tafsiran yang
berbeda apabila diterima oleh pelajar.
b. Pembelajaran lebih menarik. Kejelasan, keruntutan pesan, daya tarik yang
berubah-ubah dan efek khusus yang digunakan dalam media pembelajaran
menimbulkan rasa keingintahuan yang menyebabkan siswa berpikir dan
beranalisis yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek
motivasi dan meningkatkan minat.
c. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori-teori belajar
dan prinsip-prinsip psikologi dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan
penguatan.
d. Sikap positif siswa mengenai apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Berdasarkan pendapat para ahli tentang manfaat media pembelajaran,
maka peneliti menyimpulkan beberapa manfaat media pembelajaran terhadap
siswa, guru maupun proses pembelajaran yaitu 1) media pembelajaran
mempermudah siswa dalam memahami materi yang abstrak, 2) pembelajaran
menjadi lebih menarik, 3) media pembelajaran menarik minat dan keingintahuan
siswa, serta 4) media pembelajaran membantu meningkatkan kreatifitas guru
dalam menciptakan media pembelajaran dalam berbagai materi.
2.1.2.3 Klasifikasi Media Pembelajaran
Prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah media berbasis
manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio-
visual dan media berbasis komputer (Arsyad 2010: 81-104). Macam-macam
prinsip dan pengembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Media berbasis manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk
mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini
bermanfaat khususnya bila tujuan guru adalah mengubah sikap atau ingin secara
langsung terlibat dalam pemantauan pembelajaran siswa. Misalnya media manusia
dapat mengarahkan mempengaruhi proses belajar melalui eksplorasi terbimbing
dengan menganalisis dari waktu ke waktu apa yang terjadi pada lingkungan
belajar.
b. Media berbasis cetakan
Media berbasis cetakan berupa buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah
dan lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya
tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.
c. Media berbasis visual
Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam
proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui
elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Media visual dapat
menumbuhkan minat siswa dan memberikan hubungan antara isi mata pelajaran
dengan dunia nyata.
Bentuk visual dapat berupa (a) gambar representasi seperti gambar,
lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya suatu benda; (b)
diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi
material; (c) peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-
unsur dalam isi materi; (d) grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan) yang
menyajikan gambaran/ kecenderungan data atau antarhubungan seperangkat
gambar atau angka-angka. Media pembelajaran visual yang juga disebut media
pandang karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui
penglihatannya. Media visual memiliki empat fungsi, yaitu fungsi atensi, afektif,
kognitif, dan kompensatoris (Arsyad, 2014: 21). Fungsi atensi media visual
menarik siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran yang ditampilkan.
Fungsi afektif media visual dapat dilihat saat siswa belajar menggunakan gambar
yang dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Fungsi kognitif media visual
terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang
visual atau gambar dapat memperlancar pemahaman dan daya ingat siswa akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
suatu informasi. Sedangkan fungsi kompensatoris media visual berdasarkan
penelitian dapat membantu siswa yang lemah atau lamban menerima isi pelajaran
untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
d. Media berbasis audio-visual
Media audio-visual adalah media visual yang menggabungkan
penggunaan suara dalam memproduksinya. Dalam media audio-visual hal yang
penting adalah naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan yang banyak,
rancangan dan penelitian.
e. Media berbasis komputer
Peran komputer sebagai pembantu tambahan dalam belajar,
pemanfaatannya meliputi penyajian informasi materi pelajaran, latihan atau
kedua-duanya. Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran secara umum
mengikuti proses instruksional, yaitu 1) merencanakan, mengatur dan
mengorganisasikan, dan menjadwalkan pengajaran, 2) mengevaluasi siswa (tes),
3) mengumpulkan data mengenai siswa, 4) melakukan analisis statistik mengenai
data pembelajaran, serta 5) membuat catatan perkembangan pembelajaran
(kelompok atau perseorangan).
2.1.3 Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
2.1.3.1 Syarat Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Media pembelajaran berbasis metode Montessori mempunyai empat ciri
khusus yaitu, (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-correction, dan (4) auto-
education (Montessori, 2002:171-175). Peneliti juga menambahkan satu ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tambahan yaitu kontekstual. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing ciri
media pembelajaran Montessori.
A. Menarik
Ciri yang pertama adalah menarik, dari segi warna maupun bentuk.
Pewarnaan media yang menarik dapat mengaktifkan sensorial anak dalam
menyentuh, meraba, bahkan mendengarkan bunyi yang ditumbulkan oleh media
pembelajaran (Montessori, 2002: 174).
B. Bergradasi
Ciri yang kedua adalah bergradasi, hal tersebut dapat dilihat dari warna,
bentuk, maupun usia anak dengan melibatkan pengoptimalan fungsi panca indra.
Media pembelajaran berbasis metode Montessori tidak hanya bergradasi dalam
arti dapat melibatkan sebanyak mungkin penggunaan panca indera, tetapi juga
pada gradasi penggunaaan untuk berbagai usia perkembangan anak maupun
materi yang dapat diperoleh dari media pembelajaran yang sama (Montessori,
2002: 174). Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak
warna yang memiliki beberapa warna atau dengan gradasi ukuran tinggi ke rendah
dapat diperkenalkan dalam penggunaan media pembelajaran Montessori
(Montessori, 2002: 175).
C. Auto-correction
Ciri yang ketiga adalah auto-correction, yang berarti media pembelajaran
mempunyai pengendali kesalahan sehingga saat melakukan kesalahan dalam
penggunaan media pembelajaran, anak akan mengetahui kesalahannya sendiri
(Montessori, 2002: 171).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
D. Auto-education
Ciri yang keempat adalah auto-education, artinya dirancang untuk
menumbuhkan kemandirian anak yaitu pengembangan kemampuan secara
mandiri, tanpa ada campur tangan dari orang dewasa (Montessori, 2002: 172).
E. Kontekstual
Ciri yang kelima adalah kontekstual. Montessori meyakini bahwa belajar
hendaknya juga disesuaikan dengan konteks (Lillard, 2005: 32). Oleh karena itu.
Montessori menyediakan peralatan untuk belajar anak dengan memanfaatkan
benda yang ada di lingkungan sekitar anak.
Media pembelajaran berbasis metode Montessori memberi kontrol pada
siswa dalam menggunakannya, meningkatkan kemandirian, kehendak, serta
bahasanya (Lillard, 1996: 80-85). Selain itu, siswa juga mampu melihat,
menggunakan, menemukan konsep, dan berpikir kreatif melalui media
pembelajaran Montessori. Berdasarkan teori di atas, media pembelajaran berbasis
metode Montessori membantu anak dalam meningkatkan keterampilan dan
kemandirian. Maka, peneliti mengembangkan media pembelajaran dengan
memperhatikan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori.
2.1.3.2 Keunggulan Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Media pembelajaran Montessori dapat melatih keterampilan anak dan
mendorong perkembangan anak secara intelektual (Hainstock, 1997: 82). Media
pembelajaran Montessori mengarah pada kemampuan sensorial anak-anak
(Magini, 2013: 31-32). Montessori (dalam Magini, 2013: 39-40) mengemukakan
bahwa melalui pendidikan indra untuk anak-anak berkebutuhan khusus maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
anak-anak normal, dapat mengembangkan dan membentuk kepribadian mental
dan intelektual anak, yaitu membentuk anak memiliki minat yang spontan dalam
belajar dan memiliki rasa disiplin pribadi secara spontan pula. Tujuan dari
pendidikan indra adalah untuk menyempurnakan persepsi terhadap rangsang,
melalui latihan-latihan yang berulang-ulang (Gutek, 2013: 238).
Lillard (1996: 80-85) menambahkan bahwa siswa mampu melihat,
menggunakan, dan menemukan konsep dan berpikir kreatif melalui media
pembelajaran Montessori. Selain itu, media pembelajaran Montessori yang
didesain memiliki unsur pengendali kesalahan (Magini, 2013: 54). Berdasarkan
peryataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
berbasis metode Montessori memiliki keunggulan yaitu mengajarkan keterampilan
dan kemandirian anak dalam belajar melalui lima ciri khusus yang dimiliki oleh
media pembelajaran tersebut. Maka, peneliti menyimpulkan bahwa media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode Montessori memiliki
keunggulan yaitu memungkinkan siswa belajar secara mandiri dengan adanya
pengendali kesalahan yang terdapat pada media tersebut.
2.1.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
2.1.4.1 Hakikat IPA
IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur.
Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan
pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai
produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam
sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pengetahuan. Sebagai prosedur diartikan metodologi atau cara yang dipakai untuk
mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah
(Bonoseopoetro dalam Trianto, 2012: 6).
Pada hakikatnya IPA merupakan suatu produk, proses dan aplikasi.
Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan
konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang
dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan
produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan
teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan (Prihantoro, dalam
Trianto, 2012 ).
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan
bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera
maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Berdasarkan pengertian IPA,
dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan kealaman
yang tersusun secara sistematis berupa fakta disertai metode ilmiah dan sikap
ilmiah. Kegiatan ilmiah pada pembelajaran IPA membantu menemukan sebuah
konsep dari suatu materi IPA yang melahirkan produk maupun teknologi.
Tujuan mata pelajaran IPA adalah : (1) memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan
keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, teknologi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal
pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi (Mulyasa dalam Trianto, 2012: 111).
Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara
umum bahwa diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang
merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dimaksud
adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di
alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut, dan melihat adanya
keterangan serta keteraturannya. Selain itu, pembelajaran sains diharapkan pula
memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif),
pemahaman, kebiasaan, dan apresiasi di dalam mencari jawaban terhadap suatu
permasalahan (Laksmi dalam Trianto, 2012). Siswa juga diberi kesempatan untuk
menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada di lingkungannya dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Samatowa, 2006: 11-12).
2.1.4.2 Materi IPA Bagian-Bagian Tubuh Hewan dan Kegunaannya
Pada pembelajaran IPA kelas II, penggolongan hewan pada materi bagian-
bagian tubuh hewan sangat banyak dan beragam, seperti hewan berkaki dua,
hewan berkaki empat, hewan yang hidup di darat, hewan yang hidup di air, hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
bertanduk maupun hewan berbelalai (Purwanti, 2008: 4-6). Pada penelitian dan
pengembangan ini, dibatasi pada mempelajari tentang bagian-bagian dalam dan
bagian-bagian luar tubuh katak, sebagai hewan yang memiliki keunikan yaitu
dapat hidup di air dan di darat.
Tubuh hewan memiliki bagian-bagian. Terdapat tiga bagian utama pada
tubuh hewan, yaitu ada kepala, badan, dan alat gerak (Purwanti, 2008: 14). Pada
bagian kepala, terdapat mulut dan mata, terdapat juga telinga dan hidung. Pada
bagian badan, terdapat dada perut dan ekor. Selain itu, terdapat berbagai alat gerak
hewan, antara lain kaki, sayap, sirip, dan perut.
Banyak jenis hewan yang ada di lingkungan sekitar kita (Purwanti, 2008:
15-16). Setiap hewan memiliki tubuh yang berbeda. Pertama, hewan berkaki dua,
contohnya burung ayam dan itik. Hewan tersebut memiliki paruh dan sayap.
Kedua, terdapat berbagai jenis ikan contohnya ikan emas dan ikan lele yang
memiliki sirip dan ekor, dan juga memiliki insang yang terletak pada bagian
kepala. Ketiga, terdapat hewan berkaki empat, misalnya kucing, anjing, dan katak.
Setiap bagian tubuh hewan memiliki kegunaan yang berbeda-beda.
Katak alias bangkong adalah hewan amfibia yang dapat hidup di air
maupun di darat (Arzy, 2010: 9). Bagian-bagian tubuh katak terdiri dari bagian-
bagian luar dan bagian-bagian dalam. Bagian-bagian luar katak terdiri dari kepala,
badan, kaki depan, dan kaki belakang (Arzy, 2010: 9). Pertama, pada kepala katak
terdapat mulut, mata, selaput pendengaran, dan lubang hidung yang dilengkapi
dengan katub. Kedua, badan, Aryulina (2002: 52) mengemukakan bahwa katak
mempunyai struktur tubuh atau badan yang terdiri dari badan yang kulitnya tipis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
licin, berlendir, dan banyak mengandung darah. Pada badan terdapat dua pasang
anggota badan, depan belakang. Kulitnya berwarna hijau kuning dengan bercak-
bercak hitam, lembut dan berlendir. Badan katak berfungsi sebagai pelindung
bagian-bagian di dalamnya, selain itu kulit pada anak katak juga berfungsi sebagai
alat untuk bernapas. Ketiga, kaki katak merupakan anggota gerak yang berjumlah
dua pasang. Kaki katak digunakan untuk melompat dan berenang.
Bagian-bagian dalam tubuh katak terdiri dari esofagus, lambung, hati,
usus halus, usus besar, jantung, dan paru-paru (Meryandini, 2007). Esofagus
bertugas membawa makanan ke perut. Lambung bertugas menerima makanan.
Usus halus bertugas menyerap makanan. Hati berfungsi untuk membantu proses
pencernaan makanan. Usus besar berfungsi untuk menyerap air dan feses. Jantung
berfungsi untuk membantu peredaran darah. Paru-paru berfungsi sebagai alat
pernapasan katak saat hidup di darat.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang media pembelajaran berbasis metode Montessori
dilakukan oleh Ananti (2014), Pertiwi (2015), dan Hardiyanti (2016). Ananti
(2014) mengembangkan alat peraga Matematika untuk penjumlahan dan
pengurangan pecahan berbasis metode Montessori. Penelitian dilakukan di SD
Kanisius Jomegatan Yogyakarta pada siswa kelas IV tahun ajaran 2013/2014.
Hasil validasi produk menunjukkan rerata skor 3,7 dan masuk kategori sangat
baik. Hasil tes siswa menunjukkan peningkatan sebesar 27% dari pretest ke
posttest setelah menjalani pendampingan menggunakan alat peraga blok pecahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pertiwi (2015) mengembangkan alat peraga pelajaran Matematika SD
materi perkalian berbasis Montessori. Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil validasi produk menunjukkan bahwa
(1) alat peraga memiliki lima ciri, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction,
auto-education, dan kontekstual; (2) memiliki rerata skor 3,55 dan masuk kategori
“sangat baik”dengan demikian, alat peraga papan perkalian sudah layak
digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas.
Hardiyanti (2016) mengembangkan alat peraga IPS materi keragaman
budaya Indonesia pada siswa kelas IV SD N Karangwuni 1 tahun ajaran
2015/2016. Model yang digunakan adalah model pengembangan yang
dipaparkan Ali dan Asrori (2014) dan Sugiyono (2015) yang dimodifikasi ke
dalam lima langkah pengembangan, yaitu potensi dan masalah, penyusunan
rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi produk dan uji lapangan
terbatas. Hasil validasi alat peraga oleh ahli menunjukkan kualitas sangat baik
dengan rerata penilaian sebesar 3,9. Pada uji coba lapangan terbatas menunjukkan
bahwa nilai yang diperoleh siswa pada posttest lebih tinggi daripada pretest
dengan selisih rerata nilai sebesar 37,2.
Berdasarkan beberapa studi literatur, peneliti menemukan relevansi dari
penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian
mengenai pengembangan media pembelajaran berbasis metode Montessori
menunjukkan bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran Matematika materi
penjumlahan dan pengurangan, perkalian, dan pada materi pembelajaran IPS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
materi keragaman budaya Indonesia. Pada penelitian sebelumnya media
pembelajaran berbasis metode Montessori yang telah dikembangkan adalah pada
pembelajaran Matematika dan IPS. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk
melakukan penelitian yang mengembangkan media pembelajaran berbasis metode
Montessori pada pembelajaran IPA materi tentang bagian-bagian tubuh katak dan
kegunaannya yang belum pernah dikembangkan pada penelitian terdahulu.
Kerangka relevansi penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang
dijabarkan pad bagan Gambar 2.1.
Bagan 2. 1 Literature map tentang penelitian-penelitian yang relevan
2.3 Kerangka Berpikir
Siswa kelas II SD termasuk dalam tahap perkembangan operasional
konkret yaitu usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap operasional konkret, proses
pemikirannya diarahkan pada kejadian nyata yang diamati oleh anak, serta mampu
Ananti (2014)
Pengembangan Alat
Peraga Matematika SD
Materi Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan
Berbasis Metode Montessori.
Pertiwi (2015)
Pengembangan Alat
Peraga Pelajaran
Matematika SD Materi
Perkalian Berbasis
Montessori.
Hardiyanti (2016)
Pengembangan Alat
Peraga IPS SD Materi
Keragaman Budaya
Indonesia berbasis
Metode Montessori
Yang akan diteliti
Pengembangan Media
Pembelajaran IPA SD Materi
Bagian-Bagian Tubuh Katak
Berbasis Metode Montessori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
menyelesaikan permasalahan secara konkret dan tidak abstrak. Bagian-bagian
tubuh hewan merupakan salah satu materi pada mata pelajaran IPA kelas II SD.
Pada materi tersebut memuat tentang bagian-bagian tubuh hewan dan juga
kegunaannya. Apabila materi tersebut disajikan menggunakan metode ceramah
pada siswa kelas II, tentu saja siswa akan bingung karena mereka mampu
menyelesaikan masalah yang konkret. Oleh karena itu, dibutuhkan hal-hal yang
bersifat konkret dan dapat dilihat secara langsung oleh siswa, supaya tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Media pembelajaran berbasis metode Montessori mampu memberikan
jawaban terhadap permasalahan tersebut. Sebelumnya, media pembelajaran
berbasis metode Montessori telah digunakan dalam praktik pembelajaran
Matematika dan IPS. Namun, media pembelajaran berbasis metode Montessori
dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari bagian-bagian tubuh hewan
dan kegunaannya. Kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori
yaitu menarik, bergradasi, auto-correction¸ auto-education, dan kontekstual
dinilai mampu melatih keterampilan dan kemandirian siswa. Siswa mampu
melihat, menggunakan, dan menemukan konsep melalui media pembelajaran
Montessori disesuaikan dengan kondisi siswa, baik secara ukuran, warna, maupun
tekstur permukaannya. Selain itu, pengendali kesalahan sebagai ciri khas media
pembelajaran berbasis metode Montessori dapat melatih siswa dalam bekerja
secara mandiri dan teliti. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan media
pembelajaran berbasis metode Montessori dengan memperhatikan kelima ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
media pembelajaran tersebut pada materi yang difokuskan pada bagian-bagian
dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta kegunaannya.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk menjawab
permasalahan tentang kebutuhan penggunaan media pembelajaran dalam
pembelajaran di sekolah. Penelitian ini difokuskan pada kompetensi dasar
“Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan
sekolah melalui pengamatan” dengan menggunakan media pembelajaran berbasis
metode Montessori. Penelitian ini dilakukan di kelas II SD Kanisius
Eksperimental Mangunan, Berbah, Sleman tahun ajaran 2016/2017. Media
pembelajaran berbasis metode Montessori yang dikembangkan dengan
memperhatikan kelima ciri dasar diharapkan dapat membantu siswa dalam
memahami bagian-bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak beserta
kegunaanya.
2.4 Pertanyaan Penelitian
2.4.1 Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA SD materi bagian-
bagian tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk
siswa kelas II?
2.4.2 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian
tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa
kelas II menurut ahli pembelajaran IPA dan ahli Montessori?
2.4.3 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian
tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa
kelas II menurut guru?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2.4.4 Bagaimana kualitas media pembelajaran IPA SD materi bagian-bagian
tubuh katak berbasis metode Montessori yang dikembangkan untuk siswa
kelas II menurut siswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Uraian dalam bab ini berisi jenis penelitian, setting penelitian, prosedur
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan
atau sering disebut dengan research and development. Penelitian dan
pengembangan merupakan proses pengembangan dan validasi produk pendidikan
(Sanjaya, 2013: 129). Penelitian dan pengembangan merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk menggambarkan aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan
atau penemuan baru, metode, produk dan/ atau jasa baru dan menggunakan
pengetahuan yang baru ditemukan (Putra, 2015: 77). Berdasarkan pengertian
tersebut, penelitian dan pengembangan merupakan proses pengembangan dan
validasi produk pendidikan yang didasarkan pada penemuan atau pengetahuan
baru. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA
berbasis metode Montessori materi bagian-bagian tubuh hewan. Penelitian ini
dibatasi sampai pada uji coba lapangan terbatas yang dilakukan untuk mengetahui
penggunaan media pembelajaran oleh siswa dalam memahami materi bagian-
bagian tubuh hewan di kelas II SD, khususnya katak. Selain itu, hasil dari
penelitian ini berupa sebuah produk media pembelajaran bagian-bagian tubuh
katak berbasis metode Montessori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.2 Setting Penelitian
Setting penelitian membahas mengenai objek penelitian, subjek
penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian.
3.2.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas II tahun
ajaran 2016/ 2017 di SD Kanisius Ekperimental Mangunan. Sekelompok siswa
tersebut berjumlah sepuluh anak, yang terdiri dari tiga siswa putra dan tujuh siswa
putri. Peneliti memilih sepuluh anak tersebut berdasarkan hasil diskusi dan
rekomendasi dari wali kelas. Pertimbangan guru kelas memilih kesepuluh siswa
tersebut berdasarkan nilai ulangan harian yang memiliki nilai tinggi, sedang dan
rendah. Peneliti juga memilih berdasarkan hasil pengamatan dengan
memperhatikan karakteristik siswa, seperti siswa yang memperhatikan tetapi
pasif, siswa yang memperhatikan dan aktif, siswa yang tidak memperhatikan
tetapi aktif, siswa yang tidak memperhatikan dan pasif. Aktif dan pasif yang
dimaksudkan oleh peneliti adalah keterlibatan siswa dalam tanya-jawab dan
diskusi di dalam pembelajaran IPA.
3.2.2 Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah media pembelajaran bagian-bagian tubuh
hewan berbasis metode Montessori. Media pembelajaran ini berupa replika dan
puzzle bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak. Media pembelajaran ini
dirancang untuk membantu siswa mengenal bagian-bagian tubuh katak, baik
bagian-bagian luar maupun bagian-bagian dalam tubuh katak. Penelitian ini
mengembangkan media pembelajaran replika dan puzzle untuk mempelajari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
bagian-bagian tubuh hewan pada mata pelajaran IPA kelas II semester satu. Media
pembelajaran tersebut terdiri dari replika katak, puzzle bagian-bagian luar dan
bagian-bagian dalam tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh katak (kartu
gambar bagian, kartu nama bagian, dan kartu kegunaan bagian), kartu materi
sebagai pengendali kesalahan, serta kotak penyimpanan replika, kotak
penyimpanan puzzle, dan kotak penyimpanan kartu materi.
3.2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD Kanisius
Eksperimental Mangunan yang terletak di Jalan Jogja-Solo km 12, Mangunan,
Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta 55573. Peneliti memilih SD Kanisius
Eksperimental Mangunan sebagai tempat uji coba terbatas dikarenakan
berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat melaksanakan tugas PPL,
yaitu baik siswa maupun guru mata pelajaran menunjukkan bahwa sekolah dalam
penggunaan media pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA masih minim.
Penggunaan media pembelajaran yang masih terbatas dengan jumlah yang
terbatas pula berdampak pada nilai ulangan harian IPA pada salah satu kelas yang
cukup rendah dan tidak memenuhi KKM dibandingkan kelas lainnya sehingga
sering diadakan remidi. Selain itu, letak SD Kanisius Eksperimental Mangunan
strategis dan memungkinkan untuk mencari bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan media pembelajaran.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan pada bulan April 2016
sampai dengan Juli 2017. Secara keseluruhan, penelitian ini berlangsung selama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
12 bulan. Mulai dari penentuan judul penelitian, pembuatan proposal,
pengambilan data, pengolahan data, ujian akhir tugas skripsi dan revisi setelah
ujian akhir tugas skripsi.
3.3 Prosedur Pengembangan
Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi model yang dipaparkan
oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) dan Sugiyono (2015:
409-426). Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) memaparkan
sepuluh langkah yaitu 1) penelitian dan pengumpulan data, 2) perencanaan, 3)
pengembangan draf produk, 4) uji coba lapangan awal, 5) merevisi hasil uji coba,
6) uji coba lapangan, 7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, 8) uji
pelaksanaan lapangan, 9) penyempurnaan produk akhir, dan 10) diseminasi dan
implementasi. Borg & Gall memaparkan kesepuluh langkah sebagai berikut.
a. mengumpulkan, melakukan penelitian dan pengumpulan informasi dengan
observasi kelas, studi literatur.
b. perencanaan yang meliputi perumusan tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian dan produk yang dihasilkan, serta kemungkinan melakukan uji
terbatas.
c. pengembangan produk awal yang meliputi persiapan bahan-bahan pelajaran,
buku pegangan dan perangkat pembelajaran.
d. uji lapangan produk awal yang melibatkan satu sampai tiga sekolah dengan
mengikutsertakan enam hingga dua belas subjek dan menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan angket yang hasilnya dianalisis untuk menemukan
kelemahan-kelemahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
e. berdasarkan hasil analisis, produk awal tersebut direvisi berdasarkan hasil
dari uji coba produk awal sehingga dapat menhasilkan produk yang lebih
baik.
f. uji lapangan. Data kuantitatif berupa pretest dan posttest untuk mengukur
ketercapain dari tujuan pembelajaran.
g. perbaikan produk berdasarkan hasil uji produk yang dilakukan sebelum
diujikan kembali pada tahapan selanjutnya.
h. uji coba lapangan pada skala yang lebih luas meliputi sepuluh hingga tiga
puluh sekolah yang terdiri dari 40 sampai 200 subyek dengan menggunakan
teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan kuesioner untuk
dianalisis.
i. revisi produk akhir berdasarkan hasil analisis data pada uji lapangan terakhir.
j. desiminasi (menyebarluaskan) produk dan melaporkan produk akhir hasil
penelitian dan pengembangan (dalam Arifin, 2011: 129-132).
Berdasarkan langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang
dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170), peneliti
kemudian mencoba membandingkan dengan model yang dipaparkan oleh
Sugiyono (2015: 409-426). Sugiyono menyatakan bahwa terdapat sepuluh
langkah penelitian dan pengembangan, yaitu 1) potensi dan masalah, 2)
mengumpulkan informasi, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) perbaikan
desain, 6) uji coba produk, 7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi
produk, dan 10) pembuatan produk masal. Berikut adalah bagan 3.1 mengenai
langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2015: 409).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono
(2015: 409)
Berdasarkan bagan di atas, suatu penelitian berangkat dari adanya potensi
dan masalah. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus
ditunjukkan dengan data empirik. Data empirik tersebut berdasarkan penemuan
sendiri, laporan penelitian atau berasal dari dokumentasi laporan kegiatan
perorangan atau instansi yang belum lama ini dilaksanakan atau masih up to date.
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan up to date,
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut. Data empirik tersebut kemudian dijadikan bahan untuk
membuat desain produk. Produk kemudian di validasi oleh pakar atau tenaga ahli
terkait untuk mengetahui kelemahan dan kekuatannya. Setelah diketahui
kelemahan produk, peneliti kemudian melakukan perbaikan desain. Produk yang
Potensi dan Masalah Pengumpulan Data
Validasi Desain Desain Produk
Uji Coba Produk Revisi Desain
Revisi Produk Uji Coba Pemakaian
Produksi Massal Revisi Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
telah direvisi tersebut selanjutnya diuji cobakan secara terbatas untuk mengetahui
manfaat dari produk dan untuk mengatasi masalah yang dihadapi responden.
Setelah diuji cobakan, dilakukan revisi kembali untuk memperbaiki kelemahan
yang dialami responden saat menggunakan produk. Setelah pengujian terhadap
produk berhasil, kemudian dilakukan uji coba pemakaian pada lingkup responden
yang sebenarnya. Apabila dalam uji coba pemakaian tersebut terdapat
kekurangan, maka selanjutnya diadakan revisi kembali. Setelah revisi hasil uji
coba pemakaian pada lingkup responden yang sebenarnya berhasil dilakukan,
maka produk dapat dinyatakan efektif dan layak sehingga dapat produk tersebut
dapat diproduksi secara masal (Sugiyono, 2015: 409-426).
Penelitian dan pengembangan ini mengadopsi model yang dipaparkan
oleh Borg dan Gall (dalam Sukmadinata, 2008: 169-170) dan Sugiyono (2015:
409-426). Penelitian ini dibatasi pada uji coba lapangan terbatas dan produk
media pembelajaran yang telah divalidasi karena waktu yang relatif singkat. Oleh
karena itu, peneliti memodifikasi ke dalam lima langkah, yaitu potensi dan
masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk awal produk, validasi
produk, dan uji coba lapangan terbatas. Penelitian diawali dengan
mengidentifikasi masalah dan analisis kebutuhan guru dan siswa pada tahap
potensi dan masalah. Selanjutnya peneliti melakukan penyusunan perencanaan
berupa pembuatan instrumen penelitian yang digunakan pada saat penelitian. Pada
tahap pengembangan desain, peneliti mengembangkan dan membuat produk
berdasarkan lima karakteristik media pembelajaran Montessori. Produk tersebut
kemudian divalidasi oleh ahli pada tahap validasi produk sebelum digunakan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
tahap uji coba terbatas. Setelah selesai divalidasi, kemudian peneliti melakukan
uji coba produk pada tahap uji coba terbatas. Berikut adalah langkah-langkah
penelitian dan pengembangan yang disajikan dalam bagan 3.2.
Bagan 3.2 Rancangan penelitian
3.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dan pengembangan mengadopsi model yang
dipaparkan oleh Borg dan Gall (dalam Arifin, 2011: 129-132) dan Sugiyono
(Sugiyono, 2015: 407-408). Peneliti memodifikasi tahap penelitian menjadi lima
langkah yaitu potensi dan masalah, penyusunan rencana, pengembangan bentuk
awal produk, validasi produk dan uji coba lapangan terbatas. Berikut kelima
tahapan penelitian yang disajikan dalam bagan 3.3.
Potensi dan masalah (Sugiyono, 2015: 409)
Penyusunan perencanaan (Arifin, 2014: 114)
Uji coba lapangan terbatas. Borg & Gall (Arifin, 2014: 115)
Pengembangan bentuk awal produk (Borg & Gall (Arifin, 2014:
113) Sugiyono, 2015: 414)
Validasi produk (Sugiyono, 2015: 414)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Bagan 3.3 Prosedur penelitian dan pengembangan
TAHAP II Perencanan (Borg dan Gall, 1983) Data analisis kebutuhan
Konsep pembuatan media
pembelajaran
Instrumen
Desain media pembelajaran
Desain album media
pembelajaran
Kuesioner
validasi produk
Tes Validasi guru SD
penelitian dan setara
Revisi Uji
empiris Uji keterbacaan
soal oleh siswa Revisi
Validasi ahli IPA
dan Montessori Revisi
Uji
keterbacaan
instrumen oleh
siswa dan guru
Revisi Instrumen siap
digunakan
TAHAP IV Validasi Produk (Sugiyono, 2015)
Media pembelajaran
Album media
pembelajaran
Validasi oleh ahli IPA dan
Montessori
Validasi oleh ahli IPA dan
Montessori
Album dan media
pembelajaran siap untuk diuji
cobakan
TAHAP III Pengembangan Bentuk Awal Produk
(Borg dan Gall, 1983) Desain media pembelajaran
Desain album
Pengumpulan bahan Pembuatan media
pembelajaran dan album
Media
pembelajaran
dan album siap
divalidasi
TAHAP V Uji Coba Terbatas (Borg dan Gall, 1983)
Pretest Uji coba terbatas Posttest Tanggapan guru
dan siswa
Produk media pembelajaran IPA
SD materi bagian-bagian tubuh
katak dan kegunaannya berbasis
metode Montessori
TAHAP I Potensi dan Masalah (Sugiyono, 2015)
Identifikasi
Masalah
Pedoman
Wawancara
Pedoman
Observasi
Validasi oleh
ahli IPA,
Montessori dan
guru
Validasi oleh
ahli IPA dan
Montessori
Observasi
Wawancara
Pembuatan kuesioner
analisis kebutuhan
Validasi ahli IPA dan
Montessori
Uji keterbacaan
analisis kebutuhan
guru dan siswa
Penyebaran
Kuesioner Data
analisis
kebutuhan
Analisis
karakteristik
media
pembelajaran
Montessori
Analisis
karakteristik
siswa
Data ketersediaan
dan penggunaan
media
pembelajaran serta
kesulitan belajar
siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
3.4.1 Potensi dan Masalah
Tahapan pertama pada penelitian dan pengembangan ini adalah potensi
dan masalah. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis potensi dan masalah
melalui analisis kebutuhan yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
pembagian kuesioner kepada guru dan siswa. Instrumen observasi dan wawancara
tersebut, sebelumnya divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media
pembelajaran berbasis metode Montessori sebelum digunakan untuk
mengumpulkan data.
Setelah divalidasi, peneliti melakukan observasi terkait pembelajaran
IPA di kelas II SD. Peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah,
guru, dan siswa kelas II SD. Kemudian, peneliti menganalisis hasil observasi dan
wawancara terkait karakteristik siswa, penggunaan dan ketersediaan media
pembelajaran, dan kesulitan belajar dalam pembelajaran IPA di kelas II. Hasil
analisis tersebut digunakan sebagai acuan untuk membuat kuesioner analisis
kebutuhan.
Penyusunan kuesioner analisis kebutuhan memperhatikan karakteristik
media pembelajaran berbasis metode Montessori dan karakteristik siswa.
Kuesioner analisis kebutuhan sebelumnya divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA,
ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori dan guru SD setara untuk
mengetahui kelayakan instrumen sebelum digunakan. Setelah divalidasi,
kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada siswa kelas II dan guru kelas II.
Kemudian peneliti melakukan revisi pada instrumen berdasarkan hasil validasi
yang dilakukan oleh para ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Peneliti kemudian melakukan uji keterbacaan instrumen analisis
kebutuhan kepada siswa dan guru di SD setara, untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa dan guru di SD setara tersebut terhadap kalimat pertanyaan
dalam kuesioner. Kemudian peneliti melakukan revisi pada instrumen berdasarkan
hasil uji keterbacaan analisis kebutuhan. Setelah dilakukan revisi, instrumen
analisis kebutuhan telah siap untuk digunakan. Selanjutnya peneliti menyebarkan
instrumen analisis kebutuhan di SD penelitian sebagai tahap analisis kebutuhan.
3.4.2 Penyusunan Rencana
Tahap kedua dalam penelitian dan pengembangan ini adalah penyusunan
rencana. Pada tahap ini peneliti membuat konsep media pembelajaran berdasarkan
hasil analisis kebutuhan. Peneliti merancang desain media pembelajaran serta
album petunjuk media pembelajaran. Desain media pembelajaran dan album
petunjuk sebagai pegangan peneliti dalam membuat produk atau prototipe, yaitu
media pembelajaran dan album petunjuk.
Peneliti juga menyiapkan instrumen validasi produk dan tes. Instrumen
tersebut dibuat dalam bentuk tes dan kuesioner. Instrumen tes berupa soal pretest
dan posttest yang dibentuk dalam soal isian singkat. Sebelum digunakan,
instrumen tes divalidasi terlebih dahulu oleh guru SD setara. Berdasarkan validasi
tersebut, peneliti melakukan revisi untuk memperbaiki kekurangan pada
instrumen.
Setelah direvisi, instrumen diuji cobakan secara empiris kepada siswa di
SD setara. Hasil uji empiris diolah dengan menggunakan Statistic Package for
Social Studies 22 (SPSS 22) untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
tes. Peneliti kemudian memilih 10 butir soal yang valid sebagai soal pretest dan
posttest. Peneliti kemudian melakukan uji keterbacaan soal kepada siswa di SD
setara. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, peneliti melakukan revisi kembali
apabila masih terdapat kekurangan pada instrumen tes.
Peneliti juga menyusun instrumen kuesioner validasi produk dan
instrumen tanggapan mengenai produk media pembelajaran untuk siswa. Sebelum
digunakan, kuesioner validasi produk dan tanggapan mengenai media
pembelajaran terlebih dahulu divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA, ahli media
pembelajaran berbasis metode Montessori dan guru SD setara untuk mengetahui
kesesuaian bahasa yang digunakan dalam kalimat pernyataan. Setelah divalidasi,
kemudian peneliti melakukan revisi untuk memperbaiki kesalahan pada kuesioner.
Selanjutnya instrumen juga diujikan kepada siswa SD setara untuk mengetahui
keterbacaan dari kuesioner tersebut, sehingga peneliti dapat mengukur
pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan. Peneliti kembali melakukan revisi
terhadap hasil uji keterbacaan siswa SD setara. Setelah melakukan revisi, maka
instrumen uji keterbacaan untuk siswa telah siap untuk digunakan.
3.4.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk
Tahapan ketiga dalam penelitian ini adalah pengembangan bentuk awal
produk. Peneliti membuat media pembelajaran berdasarkan desain yang telah
dirancang. Setelah desain media pembelajaran selesai dibuat, peneliti membuat
media pembelajaran berdasarkan rancangan tersebut. Peneliti membuat media
pembelajaran berdasarkan lima ciri media pembelajaran Montessori, yaitu
menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan kontekstual. Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kemudian mengumpulkan bahan-bahan pembuatan media pembelajaran. Selain
itu, peneliti juga membuat album media pembelajaran dengan tujuan sebagai
pedoman penggunaan media pembelajaran yang telah dibuat. Setelah selesai,
maka prototipe media pembelajaran berbasis metode Montessori siap untuk
divalidasi.
3.4.4 Validasi Produk
Tahapan keempat dalam penelitian ini adalah validasi produk. Media
pembelajaran dan album yang telah selesai dibuat, selanjutnya divalidasi oleh
beberapa ahli yaitu ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis
metode Montessori. Validasi tersebut dilakukan untuk menilai kelayakan produk
yang telah dikembangkan sebelum diuji cobakan secara terbatas. Berdasarkan
hasil validasi tersebut, peneliti kemudian melakukan analisis kualitas media
pembelajaran. Setelah dianalisis, maka diperoleh produk media pembelajaran dan
album media pembelajaran yang siap digunakan dalam uji coba lapangan terbatas.
3.4.5 Uji Coba Lapangan Terbatas
Tahapan kelima pada penelitian dan pengembangan ini adalah uji coba
lapangan terbatas. Produk yang telah dibuat diujikan kepada 10 orang siswa di SD
penelitian. Para siswa tersebut diberikan pretest dan posttest untuk mengetahui
perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah penggunaan media pembelajaran.
Pretest diberikan kepada siswa sebelum menggunakan media pembelajaran dan
posttest diberikan setelah siswa menggunakan media pembelajaran. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan atau tidak, setelah dilakukan
perbandingan antara hasil tes siswa sebelum dan sesudah mengunakan media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pembelajaran. Selain itu, guru kelas dan siswa juga memberikan tanggapan
mereka mengenai media pembelajaran yang telah dikembangkan.
Berdasarkan validasi produk pada tahap keempat dan uji coba lapangan
terbatas pada tahap kelima maka, peneliti melakukan revisi produk yang terakhir.
Penelitian ini dimodifikasi ke dalam lima tahap dengan hasil akhir berupa produk.
Dengan dilakukannya revisi produk pada tahap akhir, maka terciptalah produk
media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak mata pelajaran IPA SD materi
bagian-bagian tubuh hewan berbasis metode Montessori.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, dengan
observasi, wawancara, kuesioner, dokumentasi, dan penggabungan dari
keempatnya (Sugiyono, 2015: 308-309). Selain itu, Widoyoko (Widoyoko, 2015:
33) mengemukakan bahwa teknik ini merupakan strategi yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitiannya. Pengumpulan
data dapat dilakukan dengan menggunakan angket, observasi, wawancara, tes, dan
analisis dokumen. Pengumpulan data ini dimaksudkan agar memperoleh bahan-
bahan, keterangan-keterangan, dan informasi yang dapat dipercaya. Pada
penelitian dan pengembangan ini, peneliti mengumpulkan data dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara, kuesioner, triangulasi (gabungan),
dan tes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3.5.1 Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang nampak berupa data maupun informasi dalam suatu
gejala pada objek pengukuran (Widoyoko, 2014: 64). Observasi ini digunakan
untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti
memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang sedang diteliti.
Observasi pada penelitian dan pengembangan ini dilaksanakan pada pembelajaran
IPA kelas II serta ketersediaan media pembelajaran di SD Kanisius Eksperimental
Mangunan. Aspek yang diobservasi adalah ketersediaan dan pemanfaatan media
pembelajaran, serta cara mengajar guru saat melaksanakan pembelajaran IPA di
kelas II.
3.5.2 Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik mengumpulkan data dengan
menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka maupun melalui saluran media
tertentu (Sanjaya, 2011: 96). Melalui wawancara, peneliti akan mengetahui hal-
hal yang lebih mendalam mengenai partisipan dalam menginterprestasikan situasi
dan fenomena yang terjadi, dimana hal tersebut tidak dapat ditemukan dalam
observasi (Sugiyono, 2015: 318). Kegiatan wawancara pada penelitian dan
pengembangan ini ditujukan kepada kepala sekolah SD Kanisius Eksperimental
Mangunan, guru kelas II, dan siswa kelas II. Jenis wawancara yang digunakan
peneliti adalah wawancara semiterstruktur, karena kegiatan wawancara
direncanakan dan peneliti menggunakan pedoman wawancara berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan. Esterberg (Sugiyono, 2015: 320)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
mengemukakan bahwa wawancara semiterstruktur adalah wawancara yang lebih
bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dalam melakukan
wawancara terstruktur, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya sudah disiapkan
(Esterberg dalam Sugiyono, 2015: 319). Sedangkan tujuan dari wawancara
semiterstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya
(Sugiyono, 2015: 320).
Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala sekolah
adalah informasi terkait dengan sekolah, ketersediaan maupun penggunaan media
pembelajaran, nilai-nilai ujian nasional dari tahun ke tahun pada mata pelajaran
IPA serta penelitian yang pernah dilaksanakan di SD Kanisius Eksperimental
Mangunan. Wawancara yang dilakukan kepada guru kelas II terkait dengan
ketersediaan media pembelajaran, penggunaan media pembelajaran di kelas,
kesulitan yang ditemui selama pembelajaran IPA serta usaha yang dilakukan guru
untuk mengatasi kesulitan. Wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk
mengetahui penggunaan media pembelajaran IPA di kelas dan juga kesulitan yang
dialami dalam pembelajaran IPA.
3.5.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis secara tertutup
maupun terbuka kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2015: 199). Pada
penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan kuesioner untuk analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
kebutuhan dan validasi produk. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada
guru dan siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan untuk menganalisis
kebutuhan terkait media pembelajaran. Kuesioner validasi produk diberikan
kepada ahli pembelajaran IPA, ahli media pembelajaran berbasis metode
Montessori dan guru kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan terkait
kelayakan media pembelajaran yang dibuat oleh peneliti. Kuesioner validasi
produk juga diberikan kepada siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental
Mangunan untuk melihat kelayakan media pembelajaran yang telah diuji cobakan
secara terbatas oleh peneliti. Kuesioner yang digunakan peneliti dibuat
berdasarkan kisi-kisi. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka.
Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang dapat dijawab secara bebas oleh
responden atau peneliti tidak memberikan alternatif jawaban kepada responden
(Widoyoko, 2014: 36). Validasi produk menggunakan rating scale (skala
bertingkat) yaitu pernyataan diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-
tingkatan (Widoyoko, 2014: 36). Data mentah yang diperoleh dengan
menggunakan rating scale berupa angka yang kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif (Sugiyono, 2015: 141).
3.5.4 Tes
Tes merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang terdiri dari
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok (Arikunto, 2010: 193). Tes digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan sesorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dikenai tes. Dalam penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan
pretest dan posttest untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan media pembelajaran pada uji coba terbatas. Peneliti menggunakan
jenis tes uraian terbatas dengan ragam tes jawaban singkat. Soal tes digunakan
sebagai data pendukung untuk mengetahui kualitas media pembelajaran. Pretest
dilakukan sebelum uji coba terbatas yaitu pada awal pembelajaran sebelum
menggunakan media pembelajaran, sedangkan posttest dilakukan pada akhir
pembelajaran setelah siswa menggunakan media pembelajaran.
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat bantu pada waktu penelitian yang
dilakukan menggunakan suatu metode (Arikunto, 2010: 192). Pada penelitian dan
pengembangan ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen diantaranya adalah
pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner, dan matriks triangulasi
untuk teknik non tes dan soal pretest-posttest untuk teknik tes.
3.6.1 Pedoman Observasi
Observasi dilaksanakan pada pembelajaran IPA kelas II dan ketersediaan
media pembelajaran di SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Aspek yang
diobservasi adalah kesulitan belajar siswa, ketersediaan media pembelajaran di
kelas, penggunaan media pembelajaran pada pembelajaran IPA, dan cara
mengajar guru kelas. Kisi-kisi observasi pembelajaran IPA kelas II dapat dilihat
pada tabel 3.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran IPA kelas II
No.
Item
Kisi-kisi Observasi Objek yang Diamati
1,2 Ketersediaan media pembelajaran IPA di
kelas
Adanya media pembelajaran yang dipajang
di kelas
Media pembelajaran layak untuk
digunakan dalam pembelajaran
3,4 Penggunaan media pembelajaran IPA dalam
pembelajaran di kelas
Guru menggunakan media pembelajaran
IPA untuk menjelaskan materi
pembelajaran
Guru menguasai cara menggunakan media
pembelajaran
5,6 Cara penggunaan media pembelajaran IPA
di kelas
Guru menjelaskan cara penggunaan media
pembelajaran IPA kepada siswa
Siswa dapat menggunakan media
pembelajaran secara mandiri.
7,8 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam
pembelajaran di kelas
Siswa mengalami kesulitan saat mengikuti
pembelajaran IPA di kelas
Siswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal IPA
Sebelum digunakan, instrumen observasi telah divalidasi oleh beberapa
ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori.
Validitas konstruk merupakan uji validitas pada instrumen nontes yang digunakan
untuk mengukur sikap (Sugiyono, 2015: 176). Validitas konstruk mengacu pada
sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu menjadi
dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2009: 131). Melalui validasi konstruk
yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi pedoman
observasi. Hasil validasi instrumen pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 4.1
halaman 77.
3.6.2 Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan kepada Kepala SD Kanisius Eksperimental
Mangunan, Guru kelas II, dan siswa kelas II. Wawancara yang dilakukan
bertujuan untuk menganalisis kebutuhan media pembelajaran IPA dari
narasumber.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.6.2.1 Wawancara Kepala Sekolah
Wawancara pertama ditujukan kepada kepala sekolah SD Kanisius
Eksperimental Mangunan. Teknik wawancara yang dipilih adalah teknik
wawancara semiterstruktur yaitu wawancara yang dalam pelaksanaannya lebih
bebas dan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat,
dan ide-idenya (Sugiyono, 2015: 320). Berikut adalah garis besar rencana
wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rencana Wawancara dengan Kepala Sekolah
No Topik Pertanyaan
1. Informasi berkaitan dengan sekolah
a. Prestasi yang telah diraih siswa dalam bidang akademik
b. Prestasi yang diraih siswa dalam bidang non akademik
c. Nilai UN mata pelajaran IPA
2. Ketersediaan media pembelajaran di sekolah
a. Media pembelajaran IPA yang sudah ada di sekolah
b. Pengadaan media pembelajaran IPA di sekolah
c. Perawatan media pembelajaran IPA di sekolah
3. Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran
4. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan media pembelajaran
3.6.2.2 Wawancara Guru Kelas II
Kegiatan Wawancara yang kedua ditujukan kepada guru kelas II.
Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara semiterstruktur.
Adapun rencana wawancara dengan guru kelas II dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Rencana Wawancara dengan Guru Kelas II
No Topik Pertanyaan
1. Ketersediaan media pembelajaran di kelas
a. media pembelajaran IPA yang dimiliki oleh kelas
b. Pengadaan media pembelajaran IPA oleh guru
2. Penggunaan media pembelajaran IPA dalam pembelajaran
3. Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA
4. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA
5. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3.6.2.3 Wawancara Siswa Kelas II
Kegiatan wawancara yang ketiga ditujukan kepada siswa kelas II.
Wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara semiterstruktur.
Adapun rencana wawancara dengan siswa kelas II dapat dilihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.4 Rencana Wawancara dengan Siswa Kelas II
No Topik Pertanyaan
1. Tanggapan terhadap pembelajaran IPA yang selama ini terjadi
2. Penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA
3. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA
Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti tersebut telah
divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis
metode Montessori supaya instrumen dapat digunakan untuk mengumpulkan data
yang valid selama penelitian. Uji validitas yang digunakan pada instrumen nontes
adalah validasi konstruk. Validitas konstruk merupakan uji validitas pada
instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur sikap (Sugiyono, 2015: 176).
Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep
dari suatu teori, yaitu menjadi dasar penyusunan instrumen (Widoyoko, 2009:
131). Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh ahli tersebut, diperoleh hasil
rerata skor validasi pedoman wawancara. Hasil validasi pedoman wawancara
dengan kepala sekolah dapat dilihat pada tabel 4.3 halaman 80. Hasil validasi
pedoman wawancara dengan guru kelas II dapat dilihat pada tabel 4.6 halaman 82.
Hasil validasi pedoman wawancara dengan siswa kelas II dapat dilihat pada tabel
4.9 halaman 84.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3.6.3 Kuesioner
Peneliti menggunakan kuesioner dalam melakukan analisis kebutuhan,
validasi produk oleh para ahli, dan validasi produk melalui uji lapangan terbatas.
3.6.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan
Jenis kuesioner analisis kebutuhan berupa kuesioner terbuka. Responden
dapat menjawab secara bebas pada kuesioner yang diberikan (Widoyoko, 2015:
36). Peneliti menggunakan kuesioner analisis kebutuhan untuk guru kelas II SD
Kanisius Eksperimental Mangunan dan siswa kelas II SD Kanisius Eksperimental
Mangunan. Hasil kuesioner menjadi pertimbangan peneliti dalam perancangan
media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan lima karakteristik media
pembelajaran berbasis metode Montessori. Kisi-kisi kuesioner analisis kebutuhan
disajikan dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa dan Guru Kelas II
Indikator Deskriptor
Nomor item
Kuesioner
Guru
Kuesioner
Siswa
Auto-
education
1. Menggunakan media pembelajaran
dalam pembelajaran IPA 1 1
2. Memahami konsep matematika secara
mandiri 2 2
Kontekstual 1. Memanfaatkan bahan dari lingkungan
sekitar 3 dan 4 3 dan 4
Menarik 1. Memiliki warna 5 dan 6 6 dan 7
Bergradasi
1. Bentuk media pembelajaran 9 10
2. Berat media pembelajaran 8 8
Auto-
correction
1. Membantu menemukan kesalahan
sendiri 10 9
2. Membantu menemukan jawaban yang
benar 7 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Responden dalam analisis kebutuhan penelitian dan pengembangan ini
adalah guru dan seluruh siswa kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan.
Hasil dari kuesioner tersebut sebagai pertimbangan untuk merancang media
pembelajaran yang dikembangkan. Kelima indikator yang terdapat pada kisi-kisi
dikembangkan menjadi 10 pertanyaan untuk guru dan 10 pertanyaan untuk siswa
yang disusun dalam bentuk kuesioner analisis kebutuhan. Contoh kuesioner
analisis kebutuhan untuk guru dapat dilihat pada halaman 196 lampiran 2.4.
Contoh kuesioner analisis kebuthan untuk siswa dapat dilihat pada halaman 199
lampiran 2.5.
3.6.2 Kuesioner Validasi Produk
Peneliti menyusun kuesioner validasi produk berdasarkan lima ciri media
pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan produk. Karakteristik
tersebut diantaranya auto-education, kontekstual, menarik, bergradasi, dan auto-
correction. Kuesioner validasi produk diberikan untuk mengetahui kelayakan
media pembelajaran yang dikembangkan. Kuesioner tersebut diisi oleh ahli
pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori.
Sebelumnya, peneliti melakukan presentasi mengenai media pembelajaran yang
telah dibuat. Kemudian, para ahli mengisi kuesioner validasi produk. Selain
kuesioner validasi oleh ahli, terdapat juga kuesioner tanggapan mengenai media
pembelajaran yang dikembangkan oleh siswa yang dilakukan setelah uji coba
terbatas. Kuesioner validasi produk oleh ahli maupun kuesioner tanggapan oleh
siswa memiliki indikator yang sama. Kisi-kisi kuesioner validasi produk oleh ahli
dan kuesioner tanggapan oleh siswa disajikan dalam tabel 3.6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 3.6 Kisi-kisi Pertanyaan Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli dan
Tanggapan Produk oleh Siswa
Indikator Deskriptor Nomor item
Ahli Siswa
Auto-
education
1. Menggunakan media pembelajaran dalam
pembelajaran IPA 2 2
2. Memahami konsep IPA secara mandiri 1 1
Kontekstual 1. Memanfaatkan bahan dari lingkungan sekitar 3 10
2. Dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar 4 11
Menarik
1. Memiliki warna 5 3
2. Cara kerja media pembelajaran menarik 7 5
3. Bentuk media pembelajaran 6 4
Bergradasi 1. Dapat digunakan untuk lebih dari satu kompetensi 8 6
2. Berat media pembelajaran sesuai dengan siswa 9 7
Auto-
correction
1. Membantu menemukan kesalahan sendiri 10 8
2. Membantu menemukan jawaban yang benar 11 9
Kelima indikator yang terdapat dalam kisi-kisi dikembangkan menjadi 11
pernyataan yang disusun dalam kuesioner validasi produk untuk ahli dan untuk
siswa. Contoh kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat pada halaman 221
lampiran 4.1. Contoh kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran dapat
dilihat pada halaman 227 lampiran 4.2. Selain produk berupa media pembelajaran,
produk yang berupa album media pembelajaran juga diuji kelayakannya oleh ahli
pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori.
Aspek yang dinilai dalam validasi album disajikan dalam tabel 3.7.
Tabel 3.7 Aspek Penilaian Album Media Pembelajaran
No Aspek yang dinilai
1 Kesesuaian bahasa dengan tata bahasa Indonesia yang baku
2 Kejelasan kalimat
3 Pemilihan jenis huruf
4 Pemilihan ukuran huruf
5 Pemilihan ukuran gambar
6 Kejelasan gambar
7 Kelengkapan album
8 Keruntutan langkah-langkah kegiatan
9 Kesesuaian langkah kegiatan dengan gambar yang digunakan
10 Kesesuaian perilaku dalam langkah kegiatan dengan perkembangan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Kuesioner analisis kebutuhan, validasi produk dan tanggapan siswa
mengenai media pembelajaran terlebih dahulu divalidasi oleh beberapa ahli yaitu
ahli pembelajaran IPA, ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori dan
guru SD setara. Instrumen tersebut divalidasi agar dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Validasi instrumen nontes
untuk mengukur skala sikap menggunakan validasi konstruk. Validitas konstruk
merupakan uji validitas pada instrumen nontes yang digunakan untuk mengukur
sikap (Sugiyono, 2015: 176). Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu
instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu menjadi dasar penyusunan
instrumen (Widoyoko, 2009: 131). Melalui validasi konstruk yang dilakukan oleh
ahli tersebut, diperoleh hasil rerata skor validasi kuesioner analisis kebutuhan dan
rerata skor validasi produk. Hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dapat
dilihat pada tabel 4.12 halaman 88, sedangkan untuk siswa dapat dilihat pada tabel
4.13 halaman 89. Hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli dapat dilihat
pada tabel 4.25 halaman 114, sedangkan hasil validasi kuesioner tanggapan
mengenai media pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada tabel 4.26 halaman
115.
Selain uji validitas konstruk, kuesioner untuk siswa diuji keterbacaannya
terlebih dahulu. Uji keterbacaan dilakukan kepada siswa kelas II SD setara untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan atau
pernyataan dalam kuesioner. Hasil dari uji keterbacaan tersebut, diperoleh rerata
skor uji keterbacaan kuesioner. Hasil uji keterbacaan analisis kebutuhan siswa
dapat dilihat pada tabel 4.14 halaman 90. Selain itu, hasil uji keterbacaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kuesioner tanggapan mengenai media pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada
tabel 4.27 halaman 116.
3.6.4 Soal Tes
Dalam penelitian dan pengembangan ini, peneliti menggunakan tes
sebagai pretest dan posttest. Tes sebagai pretest dan posttest dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media
pembelajaran dalam uji coba terbatas. Tes tersebut disusun dan dikembangkan
berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) “Mengenal bagian-bagian utama tubuh
hewan dan tumbuhan di sekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan” untuk
kelas II semester ganjil. Peneliti mengembangkan KD tersebut menjadi dua
indikator. Kedua indikator tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi 25 soal
tipe isian singkat. Berikut ini adalah tabel 3.8 mengenai kisi-kisi soal tes.
Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Tes
Kompetensi Dasar Indikator Nomor Item
1.1 Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan di sekitar rumah
dan sekolah melalui
pengamatan
1.1.1 Menyebutkan bagian-
bagian tubuh hewan.
1, 2, 4, 8, 9, 10, 16, 17, 19, 20,
21, 22, dan 25
1.1.2 Memahami kegunaan
bagian-bagian tubuh
hewan.
3, 5, 6, 7, 11,12, 13, 14, 15, 18,
23 dan 24
Instrumen tes yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya. Validitas
merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian
dengan data yang dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2015: 363). Arikunto
(dalam Sugiyono 2015: 134) mengemukakan bahwa instrumen yang valid atau
sah mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah. Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur
itu dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Widoyoko, 2009: 98).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Validitas yang dilakukan pada instrumen tes sebelum digunakan adalah
validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi adalah membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Sugiyono, 2015: 182).
Sebuah tes dikatakan validitas isi (content validity) apabila dapat mengukur tujuan
khusus yang sejajar dengan materi pelajaran atau dapat membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan (Widoyoko, 2009: 129).
Aspek yang dinilai dalam uji validitas isi dituangkan dalam tabel 3.9.
Tabel 3. 9 Aspek Penilaian Validitas Isi Instrumen Tes
No Aspek yang Dinilai
1 Kesesuaian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator
2 Kesesuaian perilaku yang dituntut dalam indikator dengan perkembangan siswa
3 Kesesuaian indikator 1 dengan item soal yang diberikan
4 Kesesuaian indikator 2 dengan item soal yang diberikan
5 Kesesuaian indikator 3 dengan item soal yang diberikan
6 Kesesuaian indikator 4 dengan item soal yang diberikan
7 Kesesuaian indikator 5 dengan item soal yang diberikan
8 Kesesuaian indikator 6 dengan item soal yang diberikan
9 Kesesuaian indikator 7 dengan item soal yang diberikan
10 Kesesuaian penggunaan bahasa dengan bahasa Indonesia baku
11 Kesesuaian penulisan kalimat pertanyaan
Selanjutnya, sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk (construct
validity) apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap
aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran atau mengukur
sesuatu sesuai dengan definisi yang digunakan (Widoyoko, 2009: 131). Validitas
dilakukan untuk mengetahui konstruksi soal keterkaitannya dengan kesesuaian
materi, bahasa, dan penulisan soal. Hasil validasi isi dapat dilihat pada tabel 4.19
halaman 109 dan hasil validasi konstruk dapat dilihat pada tabel 4.20 halaman
110.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Instrumen tes yang sudah divalidasi oleh ahli kemudian diujikan secara
empiris kepada siswa kelas IIB SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Data yang
diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS 22 for Windows
untuk menganalisis item soal yang valid. Item soal yang valid dapat dilihat dari
perbandingan r hitung dan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka
item soal tersebut valid dan sebaliknya. Jika harga sig. (2-tailed) lebih kecil dari
0,05 maka item soal tersebut valid (Widoyoko, 2009: 137). Rekapitulasi item tes
yang telah diolah menggunakan SPSS 22 for Windows, yang valid dan tidak valid
dapat dilihat pada tabel 4.21 halaman 112.
Setelah melakukan uji validitas, selanjutnya peneliti melakukan uji
reliabilitas item soal. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Oleh karena itu, walaupun instrumen tersebut valid umumnya
pasti reliabel, tetapi pengujian reliabilitas instrumen perlu dilakukan (Sugiyono,
2015: 364). Reliabel atau tidaknya suatu instrumen dapat diketahui dari nilai
koefisien Alpha. Item soal diuji dengan menggunakan program SPSS 20 for
Windows dengan menghitung nilai koefisien Alpha, yang dinyatakan reliabel
apabila koefisien nilai Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2015: 165).
Hasil rekapitulasi reliabilitas item tes yang telah diolah menggunakan SPSS 20 for
Windows dapat dilihat pada tabel 4.22 halaman 112.
Berdasarkan hasil pengolahan validitas dan reliabilitas, sebanyak 10 soal
dipilih untuk digunakan sebagai soal pretest dan posttest. Sebelum diujikan secara
terbatas, 10 soal tersebut diuji keterbacaannya untuk mengetahui tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan atau pernyataan dalam soal tes.
Hasil uji keterbacaan dapat dilihat pada tabel 4.24 halaman 113.
3.7 Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data, untuk meningkatkan
pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan (Sugiyono, 2015: 330).
Terdapat dua macam triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Sedangkan
triangulasi sumber berarti peneliti mengumpulkan data dari sumber yang berbeda-
beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2015: 330). Bagan triangulasi data
dapat dilihat pada bagan 3.3.
Bagan 3.4 Triangulasi teknik pengumpulan data analisis kebutuhan
Pada penelitian dan pengembangan ini, triangulasi teknik digunakan
untuk memperoleh data analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan tersebut
digunakan pada tahap awal untuk mengetahui ketersediaan dan penggunaan media
pembelajaran IPA di kelas II yakni melalui observasi, wawancara, dan kuesioner.
Berdasarkan bagan 3.4 peneliti memperoleh data analisis kebutuhan melalui tiga
Kuesioner
Wawancara Observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
teknik yaitu observasi, wawancara dan kuesioner. Data yang diperoleh melalui
triangulasi teknik tersebut digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam
mengembangkan media pembelajaran dengan melihat kebutuhan dari siswa dan
guru. Hasil triangulasi teknik dapat dilihat pada bagan 4.2 halaman 102.
Selanjutnya, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Pada penelitian
ini, penggunaan triangulasi sumber untuk menganalisis data hasil wawancara
berdasarkan tiga sumber data yang berbeda. Bagan 3.5 merupakan bagan
triangulasi sumber data.
Bagan 3.5 Triangulasi Sumber Data Wawancara
Berdasarkan bagan 3.5 tersebut, peneliti melakukan wawancara kepada
kepala sekolah, guru dan siswa. Hasil triangulasi sumber dapat dilihat pada bagan
4.1 halaman 85. Hasil wawancara tersebut menjadi gambaran awal peneliti dalam
mengidentifikasi masalah pada tahap awal penelitian.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden atau sumber data lain terkumpul (Sugiyono, 2015: 207). Teknik
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
Kepala Sekolah
Guru Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
peneliti maupun orang lain (Sugiyono, 2015: 335). Melalui pengumpulan data
diperoleh data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuatitatif adalah data
yang berwujud angka-angka yang diperoleh dari hasil pengukuran (Widoyoko,
2015: 21). Dalam penelitian dan pengembangan ini diperoleh data kuantitatif dari
validasi pedoman wawancara, validasi pedoman observasi, validasi kuesioner
analisis kebutuhan, validasi kuesioner validasi produk, uji empiris soal tes, uji
keterbacaan kuesioner dan soal tes, serta pretest dan postest melalui uji coba
terbatas. Data kualitatif menunjukkan suatu kualitas atau mutu yang dilihat dari
keadaan, proses maupun peristiwa, yang dituangkan dalam bentuk pernyataan atau
kata-kata (Widoyoko, 2015: 18). Dalam penelitian dan pengembangan ini data
kualitatif diperoleh dari hasil validasi kuesioner, observasi, dan wawancara, hasil
kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, hasil validasi produk media
pembelajaran oleh ahli, hasil observasi, dan hasil wawancara. Berikut ini adalah
pembahasan teknis analisis dari data kuantitatif dan data kualitatif.
3.8.1 Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif pada penelitian meliputi hasil validasi pedoman
observasi, wawancara dan kuesioner oleh para ahli uji keterbacaan kuesioner dan
soal tes, hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, dan hasil validasi
produk. Analisis data kuantitatif yang pertama dilakukan dengan menggunakan
skala Linkert 1-4 (skala empat). Skala tersebut digunakan dalam berbagai
instrumen penelitian. Setiap skala terdapat kriteria yang digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
pedoman oleh peneliti untuk memudahkan dalam melakukan penilaian. Pada
setiap instrumen penelitian memiliki kriteria yang berbeda-beda dalam pedoman
penilaiannya. Kriteria tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan pada setiap
instrumen penelitiannya. Berikut adalah skala beserta kriterianya.
Skala dan kriteria pedoman penilaian pada instrumen non tes yaitu
pedoman observasi, pedoman wawancara, kuesioner analisis kebutuhan, dan
kuesioner validasi produk dapat dilihat pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Skala dan kriteria instrumen validasi pedoman observasi, pedoman
wawancara, kuesioner analisis kebutuhan dan validasi produk
Skala Kriteria
Nilai 4 Instrumen sudah layak digunakan tanpa diperbaiki
Nilai 3 Instrumen sudah layak digunakan namun perlu diperbaiki
Nilai 2 Instrumen kurang layak digunakan dan perlu diperbaiki
Nilai 1 Instrumen tidak layak digunakan
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan
kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes dapat dilihat
pada table 3.11 di bawah ini.
Tabel 3.11 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian pada uji keterbacaan
kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner validasi produk, dan soal tes
Skala Kriteria
Nilai 4 Kalimat sangat jelas dan mudah dipahami
Nilai 3 Kalimat jelas namun sulit dipahami
Nilai 2 Kalimat kurang jelas dan sulit dipahami
Nilai 1 Kalimat tidak jelas dan sulit dipahami
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen soal
tes dapat dilihat pada tabel 3.12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 3.12 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validitas isi instrumen tes
Skala Kriteria
Nilai 4 Sudah sesuai dan tidak perlu diperbaiki
Nilai 3 Sudah sesuai, namun perlu diperbaiki
Nilai 2 Kurang sesuai dan perlu diperbaiki
Nilai 1 Tidak sesuai
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk
instrumen soal tes dapat dilihat pada tabel 3.13.
Tabel 3.13 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian uji validitas konstruk
instrumen soal tes
Skala Kriteria
Nilai 4 Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku dan jelas, dan tidak perlu diperbaiki
Nilai 3 Soal sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas, dan perlu diperbaiki
Nilai 2 Soal kurang sesuai dengan indikator, kalimat baku namun kurang jelas, dan perlu
diperbaiki
Nilai 1 Soal tidak sesuai dengan indikator, kalimat tidak baku dan kurang jelas, dan perlu
diperbaiki
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli
pada tabel 3.14 sebagai berikut.
Tabel 3. 14 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian validasi produk oleh ahli
Skala Kriteria
Nilai 4 Media pembelajaran sangat sesuai dengan pernyataan
Nilai 3 Media pembelajaran sesuai dengan pernyataan, namun terdapat kekurangan
Nilai 2 Media pembelajaran kurang sesuai dengan pernyataan sehingga perlu diperbaiki
Nilai 1 Media pembelajaran tidak sesuai dengan pernyataan sehingga kurang layak
digunakan
Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan
mengenai media pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada tabel 3.15 di bawah
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 3.15 Skala dan kriteria untuk pedoman penilaian kuesioner tanggapan
mengenai media pembelajaran oleh siswa
Skala Kriteria
Nilai 4 Sangat setuju
Nilai 3 Setuju
Nilai 2 Tidak setuju
Nilai 1 Sangat tidak setuju
Hasil yang diperoleh dari penilaian dengan menggunakan skala Linkert
1-4 kemudian dihitung agar memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian
dihitung dengan rumus 3.1.
Rumus 3.1 Rerata penilaian
Rerata nilai hasil perhitungan dengan rumus tersebut maka diperoleh
rerata hasil penilaian yang kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan
acuan dari Widoyoko (Widoyoko, 2014: 144). Peneliti melakukan modifikasi
terhadap kategori cukup dengan interval 1,76 < X ≤ 2,50 menjadi kurang. Berikut
ini tabel 3.10 adalah tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif yang telah
dimodifikasi oleh peneliti.
Tabel 3.16 Tabel Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif
Interval Skor Kategori
3,26 – X – 4,00 Sangat Baik
2,51 – X – 3,25 Baik
1,76 – X – 2,50 Kurang
1,00 – X – 1,75 Sangat Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Interval skor pada tabel 3.16 dapat menunjukkan valid atau tidaknya
suatu instrumen. Berikut tabel 3.17 merupakan tabel kategorisasi hasil skor
validasi instrumen oleh ahli.
Tabel 3. 17 Kategorisasi Skor Rerata Hasil Penilaian Instrumen
Interval Skor Kategori Bobot
3,26 – X – 4,00 Sangat Baik Keseluruhan instrumen sudah layak
digunakan.
2,51 – X – 3,25 Baik Keseluruhan instrumen sudah layak digunakan
namun perlu perbaikan.
1,76 – X – 2,50 Kurang Keseluruhan instrumen kurang layak
digunakan.
1,00 – X – 1,75 Sangat Kurang Keseluruhan instrumen tidak layak digunakan.
Berdasarkan tebel kategorisasi tersebut, instrumen dikatakan valid
apabila rerata skor lebih besar dari 2,50. Instrumen yang mendapat nilai baik (skor
3) sudah layak digunakan akan tetapi perlu adanya perbaikan. Sedangkan
instrumen dikatakan tidak valid apabila skor lebih kecil dari 2,50.
Selanjutnya, peneliti melakukan analisis data untuk menghitung
persentase jawaban kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Supratiknya
(Sepratiknya, 2012: 128) mengemukakan bahwa persentase dihitung dengan
menggunakan rumus 3.2.
Rumus 3.2 Rumus perhitungan presentasi jawaban pada kuesioner
Pada penelitian dan pengembangan ini, peneliti juga melakukan tes yaitu
berupa pretest dan posttest. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran bagian-bagian
tubuh katak melalui uji coba terbatas. Tipe soal yang digunakan dalam tes adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
isian singkat. Skor untuk jawaban yang benar adalah 1, sedangkan skor untuk
jawaban yang salah adalah 0. Nilai hasil tes diketahui dengan rumus 3.3.
Rumus 3.3 Perhitungan nilai pretest dan posttest
3.8.2 Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan pada pengolahan hasil kuesioner
analisis kebutuhan guru dan siswa, teknik wawancara dan observasi, serta
triangulasi. Berikut langkah-langkah dalam pengolahan hasil kuesioner analisis
kebutuhan guru dan siswa (Creswell, 2012: 328-329). Pertama, peneliti membuat
kode-kode dan tema secara kualitatif. Kedua, peneliti menghitung berapa kali
kode dan tema tersebut muncul dalam data teks. Ketiga, peneliti membandingkan
dengan data kuantitatif yang ada. Langkah-langkah pengolahan hasil wawancara
dan observasi (Supratiknya, 2012: 117) sebagai berikut 1) membaca transkrip
wawancara yang sudah disusun secara berulang-ulang dengan pemahaman yang
baik; 2) menemukan kata kunci atau hasilnya lalu ditulis pada kolom sebelah
kanan; 3) membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan sementara; 4)
mengumpulkan kata kunci dan tema-tema dari daftar yang telah dibuat.
Setelah diolah menggunakan langkah tersebut, langkah selanjutnya
adalah triangulasi teknik dan triangluasi sumber untuk mengecek kebenaran data
atau informasi yang diperoleh. Triangulasi teknik dilakukan dengan
menggabungkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara, observasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
kuesioner. Triangulasi sumber dilakukan dengan menggabungkan data yang
diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari kepala sekolah, guru, dan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan penjelasan dari bab sebelumnya. Uraian tersebut
terdiri dari uraian dan pembahasan.
4.1 Hasil Penelitian
Subbab ini menguraikan proses penelitian dari persiapan sampai dengan
pelaksanaan yang meliputi potensi masalah, penyusunan rencana, pengembangan
bentuk awal produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas.
4.1.1 Potensi dan Masalah
Tahapan pertama pada penelitian dan pengembangan ini adalah potensi
dan masalah. Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis potensi dan masalah
melalui analisis kebutuhan yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
pembagian kuesioner kepada guru dan siswa. Potensi yang ditemukan di SD
Kanisius Eksperimental Mangunan adalah para siswa dengan keterampilan
motorik halus yang baik, misalnya keterampilan dalam membuat atau
menggunakan mainan sederhana seperti roket air dari botol bekas. Selain itu,
lokasi sekolah dekat dengan pengrajin kayu, sehingga bangunan sekolah secara
keseluruhan berbahan dasar kayu. Keterampilan siswa tersebut dapat menjadi
salah satu potensi dalam menggunakan media pembelajaran sebagai sarana
belajar. Sedangkan lokasi sekolah yang dekat dengan pengrajin kayu, dapat
dijadikan peluang dalam membuat media pembelajaran dari kayu. Kenyataannya,
ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di sekolah masih sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
terbatas. Guru juga jarang menggunakan media pembelajaran selama melakukan
pembelajaran. Oleh karena itu, potensi yang dimiliki sekolah tersebut harus
dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak menimbulkan berbagai permasalahan.
Permasalahan yang ditemukan di SD Kanisius Eksperimental Mangunan
adalah pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bagian-bagian tubuh
hewan dan kegunaannya pada pembelajaran IPA. Siswa mengalami permasalahan
tersebut karena metode mengajar guru yang kurang menarik. Guru tidak
menggunakan media pembelajaran pada saat menyampaikan materi, sehingga
materi yang banyak kurang dipahami oleh siswa secara maksimal. Oleh karena
itu, peneliti memaksimalkan potensi yang ada dengan membuat media
pembelajaran dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar
untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan
data dengan menggunakan kuesioner analisis kebutuhan untuk mengetahui
kebutuhan guru dan siswa terhadap media pembelajaran. Kuesioner analisis
kebutuhan yang diberikan kepada guru dan siswa, selanjutnya digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk membuat desain media pembelajaran guna mengatasi
masalah yang terjadi. Berikut ini merupakan penjabaran dari subbab identifikasi
masalah dan analisis kebutuhan.
4.1.1.1 Identifikasi Masalah
Pada penelitian ini, identifikasi masalah yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Identifikasi masalah yang
dilakukan terkait dengan kesulitan belajar siswa. Hasil dari observasi dan
wawancara yang telah dilakukan, dikaji menggunakan triangulasi data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
a. Observasi
Peneliti melaksanakan observasi pada tanggal 1 Agustus 2016 saat
pembelajaran IPA di kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Kegiatan
observasi dilaksanakan terkait dengan kesulitan yang dialami siswa maupun guru
pada pembelajaran IPA, mengamati ketersediaan media pembelajaran dan
penggunaannya serta cara guru mengajar. Kisi-kisi pedoman observasi dapat
dilihat pada tabel 3.1 halaman 56. Sebelum digunakan, kisi-kisi pedoman
observasi telah divalidasi oleh para ahli. Validasi yang digunakan untuk
memvalidasi kisi-kisi pedoman observasi adalah validasi konstruk. Berikut ini
adalah hasil validasi terhadap instrumen observasi yang disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Hasil Validasi Pedoman Observasi oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8
I 4 4 4 4 3 4 4 4 30 3,75
II 4 4 3 4 4 4 4 4 30 3,75
Rerata 30 3,75
Berdasarkan hasil validasi pedoman observasi oleh ahli pada tabel 4.1,
didapatkan rerata skor sebesar 3,75. Jika dibandingkan dengan tabel 3.1 halaman
45, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori
sangat baik. Oleh karena itu, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan.
Pada saat melakukan validasi kisi-kisi pedoman observasi, para ahli tidak
memberikan komentar sehingga peneliti tidak melakukan revisi pada instrumen.
Setelah dinyatakan valid, peneliti kemudian menggunakan kisi-kisi pedoman
observasi untuk melakukan observasi di kelas II SD Kanisius Eksperimental
Mangunan pada tanggal 1 Agustus 2016. Observasi yang dilaksanakan terkait
pembelajaran IPA dan ketersediaan media pembelajaran. Lembar hasil validasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pedoman observasi oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 1.1 halaman 143.
Lembar hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 1.2 halaman 147 yang juga
disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pembelajaran IPA
Objek yang Diamati Jawaban Catatan
Adanya media pembelajaran yang
dipajang di kelas Tidak Tidak terdapat media pembelajaran
Media pembelajaran layak untuk
digunakan dalam pembelajaran Tidak Tidak terdapat media pembelajaran
Guru menggunakan media
pembelajaran IPA untuk
menjelaskan materi pembelajaran Tidak
Saat mengajar guru menggunakan metode
ceramah, serta memakai buku paket sebagai
acuan. Setelah selesai menerangkan materi,
siswa diberi tugas untuk mengerjakan soal
latihan.
Guru menguasai cara
menggunakan media
pembelajaran
Tidak Guru tidak menggunakan media
pembelajaran
Guru menjelaskan cara
penggunaan media pembelajaran
IPA kepada siswa
Tidak Guru tidak menggunakan media
pembelajaran
Siswa dapat menggunakan media
pembelajaran secara mandiri. Tidak
Guru tidak menggunakan media
pembelajaran
Siswa mengalami kesulitan saat
mengikuti pembelajaran IPA di
kelas
Ya
Saat mengikuti pembelajaran, siswa hanya
mendengarkan penjelasan guru. Saat
ditanya, tidak ada yang bisa menjawab
dengan tepat.
Siswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal IPA Ya
Siswa membutuhkan waktu yang lama saat
mengerjakan soal dan belum bisa mandiri.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat diketahui bahwa ketersediaan
media pembelajaran IPA sangat terbatas. Hal ini nampak selama pembelajaran
berlangsung, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Guru menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Pembelajaran yang berlangsung mengacu pada
buku cetak dan catatan materi. Siswa diminta mencatat materi yang terdapat pada
papan tulis, lalu guru melakukan tanya jawab secara lisan. Selain itu, peneliti
menemukan beberapa siswa yang mengalami kesulitan saat belajar materi bagian-
bagian tubuh hewan, seperti siswa tidak mampu menjawab dengan benar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
pertanyaan yang diberikan oleh guru secara lisan. Begitu juga saat mengerjakan
soal tertulis, siswa belum bisa mengerjakan soal secara mandiri dan membutuhkan
waktu yang lama saat mengerjakan. Berdasarkan hasil observasi tersebut dapat
disimpukan bahwa penggunaan media pembelajaran di kelas II SD Eksperimental
Mangunan belum optimal.
b. Wawancara
Kegiatan wawancara pada penelitian ini ditujukan kepada kepala sekolah,
guru kelas II, dan siswa kelas II. Peneliti menggunakan pedoman wawancara
dalam melaksanakan wawancara kepada narasumber. Pedoman wawancara
sebelumnya telah divalidasi oleh ahli IPA dan ahli media pembelajaran berbasis
metode Montessori. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk.
Kegiatan wawancara yang pertama ditujukan kepada kepala sekolah.
Wawancara yang dilaksanakan terkait dengan ketersediaan media pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran, penelitian yang pernah dilakukan mengenai
media pembelajaran dan informasi yang berkaitan dengan sekolah seperti prestasi
pada bidang akademis dan non akademis, serta mengenai nilai hasil ujian nasional
terutama pada mata pelajaran IPA. Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti
telah melakukan validasi instrumen pedoman wawancara kepada ahli
pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis metode Montessori.
Pedoman wawancara kepala sekolah yang telah divalidasi oleh ahli IPA dan ahli
Montessori dengan hasil seperti pada tabel 4.3 berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 4.3 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 47 3,92
II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 47 3,92
Rerata 47 3,92
Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara kepala sekolah oleh ahli,
didapatkan skor rerata 3,92. Jika dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69,
rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat
baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar
validasi pedoman wawancara dengan kepala sekolah oleh ahli dapat dilihat pada
lampiran 1.3 halaman 148. Para ahli juga memberikan komentar terhadap
instrumen pedoman wawancara Kepala Sekolah yang disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
No. Item Komentar Ahli
2 Ditambah “bagaimana penyimpanan dan perawatannya”
Komentar dari para ahli pada tabel 4.4 menjadi pertimbangan bagi
peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara selesai direvisi,
peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah SD Kanisius Eksperimental
Mangunan. Wawancara dengan kepala sekolah dilaksanakan pada 12 November
2016. Transkrip wawancara dengan kepala sekolah dapat dilihat pada lampiran
1.4 halaman 154. Berikut ini hasil/ transkrip wawancara dengan Kepala Sekolah
yang disajikan pada tabel 4.5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Topik
Pertanyaan No. Item Hasil Wawancara
Informasi
berkaitan dengan
sekolah
1 dan 2 Dalam bidang akademis prestasi yang diraih adalah juara I
olimpiade sains tingkat kecamatan pada tahun 2014.
Dalam bidang non akademis terdapat beberapa prestasi yang
diraih, yaitu juara I catur gugus tingkat kecamatan, juara II
lomba futsal tingkat gugus, dan juara II festival dolanan anak
tingkat kabupaten tahun 2015.
Hasil Ujian Nasional (UN) 5 tahun terakhir kurang stabil dengan
perubahan yang drastis setiap tahun. Pada tahun pelajaran 2011/
2012 rata-rata nilai UN IPA adalah 61,8. Pada tahun pelajaran
2012/ 2013 rata-rata nilai UN IPA adalah 75,1. Pada tahun
pelajaran 2013/ 2014 rata-rata nilai UN IPA adalah 70,7. Pada
tahun pelajaran 2014/ 2015 rata-rata nilai UN IPA adalah 67,31.
Pada tahun pelajaran 2015/ 2016 rata-rata nilai UN IPA adalah
83,15.
Ketersediaan
media
pembelajaran di
sekolah
3, 4, 5,
dan 6
SD Kanisius Eksperimental Mangunan memiliki media
pembelajaran untuk mata pelajaran IPA, PKN, Bahasa Indonesia
, IPS, dan Matematika. Sekolah mendapatkan media
pembelajaran tersebut dari hibah dan membuat sendiri atau
membeli sendiri. Namun, media pembelajaran yang dimiliki
sekolah masih sangat terbatas. Media pembelajaran yang
terbatas tersebut dikelola oleh bagian sarana dan prasarana serta
setiap akan meminjam disediakan buku peminjaman.
Penggunaan
media
pembelajaran
dalam
pembelajaran
IPA
7, 8, 9,
dan 10
Pada pembelajaran IPA, penggunaan media pembelajaran masih
sangat jarang karena masih terbatasnya media yang dimiliki
sekolah. Penggandaan untuk media pembelajaran terdiri dari dua
sampai empat saja, sehingga masih sangat terbatas. Penggunaan
media pembelajaran membuat siswa semakin antusias, tingkat
pemahaman siswa juga lebih meningkat. Penggunaan media
pembelajaran lebih menarik bagi siswa daripada tidak
menggunakan media.
Penelitian
tentang media
pembelajaran
11 dan
12
Belum ada penelitian terkait media pembelajaran di SD Kanisius
Eksperimental Mangunan.
Wawancara yang kedua ditujukan kepada guru kelas II SD Kanisisus
Eksperimental Mangunan. Wawancara yang dilaksanakan terkait dengan
ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran di kelas, kesulitan yang dialami
siswa dalam pembelajaran IPA dan usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan yang dihadapi guru tersebut dan siswanya. Dalam wawancara dengan
guru kelas, peneliti juga menggunakan pedoman wawancara yang sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis
metode Montessori. Hasil validasi instrumen pedoman wawancara dapat dilihat
pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
I 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 65 3,82
II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 66 3,88
Rerata 65 3,85
Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara guru oleh ahli pada tabel
4., didapatkan skor rerata 3,85. Jika dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69,
rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat
baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar
validasi pedoman wawancara dengan guru oleh ahli dapat dilihat pada lampiran
1.5 halaman 158. Para ahli juga memberikan komentar terhadap instrumen
pedoman wawancara guru yang disajikan pada tabel 4.7.
Tabel 4. 7 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli
No. Item Komentar Ahli
2 Ditambah “seberapa sering/ intensitas penggunaan media
pembelajaran”
Beberapa komentar dari para ahli pada tabel 4.7 menjadi pertimbangan
bagi peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara guru selesai
direvisi, peneliti melakukan wawancara kepada guru Kelas II SD Kanisius
Eksperimental Mangunan. Wawancara dilaksanakan pada 13 November 2016.
Hasil/ transkrip wawancara dengan guru dapat dilihat pada lampiran 1.6 halaman
164. Berikut adalah hasil/ transkrip wawancara dengan guru yang disajikan pada
tabel 4.8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel 4.8 Hasil Wawancara dengan Guru
Topik
Pertanyaan
No.
Item Hasil Wawancara
Ketersediaan
media
pembelajaran di
kelas
1, 2, dan
3
Belum memiliki media pembelajaran di kelas. Media
pembelajaran diletakkan di perpustakaan dan di ruang
laboratorium sekolah. Pada materi bagian-bagian tubuh hewan,
guru menggunakan gambar-gambar yang tersedia dalam buku
cetak.
Penggunaan
media
pembelajaran di
kelas
4, 5, 6,
7, dan 8
Guru pernah menggunakan media pembelajaran. Guru
menggunakan media berupa gambar binatang dan tumbuhan serta
dengan kartu domino. Siswa lebih aktif saat menggunakan media
pembelajaran. Siswa menggunakan media pembelajaran dengan
bimbingan dari guru terlebih dahulu.
Kesulitan yang
dialami guru
dalam
menyampaikan
materi IPA
9, 10
dan 11
Guru mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi IPA.
Materi yang sulit disampaikan adalah materi yang sifatnya harus
bisa diamati dan minimal harus dibantu dengan menggunakan
media pembelajaran, misalnya pada materi bagian-bagian tubuh
hewan.
Kesulitan belajar
yang dialami
siswa dalam
pembelajaran
IPA
12, 13,
14, dan
15
Siswa mengalami kesulitan dalam materi bagian-bagian tubuh
hewan karena sebagian siswa belum pernah melihat secara
langsung salah satu hewan yang disebutkan dalam buku cetak.
Saat pembelajaran berlangsung, sebagian siswa ada yang aktif
dan ada yang pasif. Pada saat ulangan harian, sebagian besar
siswa mendapat nilai di bawah 70. Siswa yang mendapat nilai di
atas 70 yaitu 9 siswa dari 24 siswa.
Usaha-usaha
yang dilakukan
guru dalam
mengatasi
kesulitan-
kesulitan tersebut
16 dan
17
Guru berusaha mengenalkan siswa dengan segala sesuatu yang
ada di sekitar lingkungan sekolah, yang disesuaikan dengan
materi pembelajaran IPA. Misalnya, guru mengajak siswa untuk
melakukan pengamatan terbatas pada hewan yaitu ayam yang ada
di sekolah untuk mengenalkan materi. Dengan demikian, siswa
dapat memperoleh gambaran tentang makhluk hidup yang ada di
sekitarnya meskipun terbatas. Selain itu, agar siswa semakin
memahami materi guru juga memberikan latihan-latihan soal
untuk dikerjakan di rumah dan di sekolah.
Wawancara yang ketiga ditujukan kepada siswa kelas II SD Kanisisus
Eksperimental Mangunan. Wawancara yang dilakukan terkait dengan
pembelajaran IPA yang diikuti, ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran
di kelas dan kesulitan pada materi IPA. Dalam wawancara dengan siswa kelas II,
peneliti juga menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara siswa
telah divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media pembelajaran berbasis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
metode Montessori. Hasil validasi instrumen pedoman wawancara dapat dilihat
pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 43 3,90
II 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 42 3,82
III 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4
Rerata 43 3,91
Berdasarkan hasil validasi pedoman wawancara siswa oleh ahli pada tabel
4.9, didapatkan skor rerata 3,91. Jika dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69,
rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam kategori sangat
baik. Dengan demikian, instrumen dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar
validasi pedoman wawancara dengan siswa oleh ahli dapat dilihat pada lampiran
1.7 halaman 166. Para ahli juga memberikan komentar terhadap instrumen
pedoman wawancara siswa yang disajikan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10 Rekapitulasi Komentar Validasi Pedoman Wawancara Siswa oleh Ahli
No. Item Komentar Ahli
2 Ditambah “seberapa sering/ intensitas penggunaan media pembelajaran”
Beberapa komentar dari para ahli pada tabel 4.10 menjadi bahan
pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan revisi. Setelah pedoman wawancara
selesai di revisi, peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas II SD
Kanisius Eksperimental Mangunan. Wawancara dilaksanakan pada 12 November
2016. Transkrip wawancara dengan siswa dapat dilihat pada lampiran 1.8 halaman
170. Berikut adalah hasil wawancara dengan siswa yang disajikan dalam tabel
4.11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa
Topik Pertanyaan No.
Item Hasil Wawancara
Tanggapan terhadap
pembelajaran IPA yang
terjadi selama ini
1 dan 2 Pembelajaran IPA yang dilakukan selama ini
menyenangkan.
Penggunaan media
pembelajaran di dalam
pembelajaran IPA
3 dan 4 Guru pernah menggunakan media pembelajaran berupa
gambar hewan dan tumbuhan. Guru tidak menggunakan
media pembelajaran saat melakukan pembelajaran IPA
materi tentang bagian-bagian tubuh hewan. Siswa lebih
tertarik menggunakan media pembelajaran karena lebih
mudah memahami materi.
Kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam
pembelajaran IPA
5, 6,
dan 7
Siswa mengalami kesulitan dalam mata pelajaran IPA.
Materi yang sulit adalah bagian-bagian tubuh hewan dan
kegunaannya. Materi tersebut sulit karena materinya
banyak dan susah diingat.
Berdasarkan hasil wawancara ketiga narasumber, ketersediaan dan
penggunaan media pembelajaran IPA belum optimal pada materi bagian-bagian
tubuh katak dan kegunaannya. Berikut jawaban narasumber dalam bagan 4.1.
Bagan 4.1 Triangulasi sumber data wawancara
Guru
Kelas II tidak memiliki
media pembelajaran di
kelas, media pembelajaran
di letakkan di perpustakaan
dan laboratorium. Saat
mengenal materi bagian-
bagian tubuh hewan, guru
menggunakan gambar pada
buku cetak.
Kepala Sekolah
Sekolah memiliki media
pembelajaran untuk mata
pelajaran IPA, PKN,
Bahasa Indonesia , IPS,
dan Matematika. Namun,
penggunaan media
pembelajaran jarang
dilakukan karena
keterbatasan jumlah.
Penggunaan media
pembelajaran lebih
menarik perhatian siswa
daripada tidak
menggunakan media
pembelajaran.
Siswa
Guru tidak menggunakan
media pembelajaran saat
menjelaskan materi
tentang bagian-bagian
tubuh hewan. Materi
tersebut sulit karena
materinya banyak dan
susah diingat. Siswa
lebih tertarik
menggunakan media
pembelajaran karena
lebih mudah memahami
materi.
SD Kanisius Eksperimental Mangunan sudah memiliki media
pembelajaran. Namun, pada materi bagian-bagian tubuh hewan
belum ada media pembelajaran dengan bentuk tiga dimensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Berdasarkan triangulasi pada bagan 4.1 dapat diketahui bahwa siswa
mengalami kesulitan pada materi pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan. Siswa
mengalami kesulitan karena banyaknya materi sehingga sulit untuk diingat. Guru
pun mengalami kesulitan dalam penyampaian. Hal tersebut menjadi permasalahan
karena ketersediaan media pembelajaran pada materi bagian-bagian tubuh hewan
masih terbatas sehingga dalam penggunaannya kurang optimal.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara
yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
mata pelajaran IPA pada materi bagian-bagian tubuh hewan. Saat melakukan
wawancara, siswa menjelaskan bahwa materi tersebut sulit dipahami karena siswa
belum mengetahui bentuk bagian hewan dan kegunaan yang dimaksud. Hal ini
diperkuat dengan hasil observasi yang pernah dilakukan sebelumnya, bahwa siswa
kesulitan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Siswa juga kurang
mampu menjawab soal secara mandiri dengan jawaban yang tepat. Saat
melakukan wawancara dengan guru, guru memberikan pernyataan bahwa siswa
yang mendapat nilai di atas 70 dari 24 siswa adalah 9 anak.
Permasalahan lain yang ditemukan adalah media pembelajaran yang
masih terbatas pada pembelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi, peneliti
menemukan bahwa tidak terdapat media pembelajaran IPA di kelas. Berdasarkan
hasil wawancara, guru juga menuturkan bahwa beliau lebih sering buku cetak dan
memanfaatkan gambar-gambar yang terdapat pada buku cetak sebagai media
pembelajaran. Guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam
menjelaskan materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan
a. Analisis Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa dianalisis berdasarkan observasi yang dilaksanakan
pada pembelajaran IPA kelas II di SD Kanisius Eksperimental Mangunan.
Observasi dilaksanakan pada 1 Agustus 2016. Hasil observasi yang diperoleh
yaitu dalam menyampaikan materi pembelajaran IPA guru menggunakan metode
ceramah dan tanya-jawab dengan siswa. Guru juga menggunakan buku cetak
sebagai pedoman pemberian materi. Sesekali, guru juga menuliskan poin-poin
penting pada papan tulis, sedangkan sebagian siswa mencatat poin-poin tersebut
dan ada juga yang asyik bicara dengan temannya.
Pada saat guru melakukan tanya jawab dengan siswa, semua siswa diam
seolah-olah takut menjawab soal. Pada saat mengerjakan latihan soal, siswa
banyak yang bertanya kepada guru maupun teman sebaya dan membutuhkan
waktu yang lama untuk menjawab soal. Sedangkan sebagian siswa terlihat
mengobrol, menunggu giliran untuk bertanya kepada guru. Uraian mengenai
karakteristik siswa tersebut, menjadi pertimbangan penting bagi peneliti dalam
pembuatan kuesioner analisis kebutuhan.
b. Analisis Karakteristik Media Pembelajaran Berbasis Metode Montessori
Peneliti melakukan analisis terhadap media pembelajaran berbasis
metode Montesssori berdasarkan empat ciri utama yaitu menarik, bergradasi,
auto-correction, dan auto-education. Peneliti juga menambahkan satu ciri media
pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu kontekstual. Ciri kontekstual
ditambahkan karena dalam pengembangan media pembelajaran peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
menggunakan benda-benda di sekitar lingkungan dan memanfaatkan potensi
lokal. Selanjutnya, kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori
tersebut digunakan sebagai acuan dalam pembuatan pertanyaan pada kuesioner
analisis kebutuhan.
c. Uji Validitas Instrumen Analisis Kebutuhan
Pada analisis kebutuhan, instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner instrumen analisis kebutuhan tersebut disusun berdasarkan karakteristik
siswa dan kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori. Kuesioner
tersebut dikembangkan menjadi 10 pertanyaan untuk analisis kebutuhan siswa dan
11 pertanyaan untuk kuesioner analisis kebutuhan guru. Pengembangan
pertanyaan kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa dan guru dapat dilihat pada
tabel 3.5 halaman 59.
Sebelum kuesioner digunakan, terlebih dahulu kuesioner tersebut
divalidasi supaya layak digunakan. Validasi yang dilakukan adalah validasi
konstruk, yang dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli media
pembelajaran berbasis metode Montessori. Dalam validasi tersebut, para ahli
memberikan penilaian sekaligus komentar sebagai pertimbangan untuk perbaikan
kuesioner. Berikut ini adalah hasil validasi kusioner analisis kebutuan untuk guru
yang dituangkan dalam tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 3,90
II 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,90
Rerata 43 3,90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Berdasarkan hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan guru oleh ahli
pada tabel 4.12 didapatkan rerata skor 3,90. Apabila dibandingkan dengan tabel
3.10 halaman 69, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid dan layak
digunakan. Lembar validasi kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada
lampiran 2.1 halaman 171.
Validasi instrumen juga dilakukan oleh ahli pada kuesioner analisis
kebutuhan untuk siswa. Instumen tersebut divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA
dan media pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil validasi kuesioner
analisis kebutuhan untuk siswa dapat dilihat pada tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 42 3,82
II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 3,90
III 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4
Rerata 43 3,91
Berdasarkan hasil validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa oleh ahli
pada tabel 4.14 diperoleh rerata skor 3,91. Apabila dibandingkan dengan tabel
3.10 halaman 69, rerata tersebut memiliki nilai lebih dari 2,50 dan termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan valid dan layak
digunakan. Lembar validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada
lampiran 2.2 halaman 179.
Selain divalidasi, kuesioner juga diuji keterbacaannya untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat pertanyaan yang diberikan. Uji
keterbacaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
pertanyaan dilakukan kepada lima orang siswa di SD Kanisius Demangan Baru
sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa
disajikan pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa
Siswa No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39 3,9
2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 38 3,8
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 3,9
4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 37 3,7
5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 3,8
Rerata 38,2 3,82
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan oleh
siswa SD setara pada tabel 4.15, didapatkan rerata skor sebesar 3,82. Apabila
dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan
tanpa perbaikan. Lembar hasil uji keterbacaan kuesioner analisis kebutuhan dapat
dilihat pada lampiran 2.3 halaman 189.
d. Data Analisis Kebutuhan
Data analisis kebutuhan yang pertama diberikan kepada guru kelas II.
Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru pada tanggal 12 November
2016. Kuesioner analisis kebutuhan untuk guru terdiri dari 11 pertanyaan yang
merupakan pengembangan dari lima ciri media pembelajaran Montessori.
Pengembangan ciri media pembelajaran Montessori ke dalam kuesioner analisis
kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel 3.5 halaman 59. Lembar hasil pengisian
kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran 2.4 halaman 154.
Hasil kuesioner analisis kebutuhan guru menjadi gambaran mengenai media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pembelajaran yang pernah digunakan dalam pembelajaran IPA dan menjadi
pertimbangan bagi peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran bagian-
bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Jawaban dari responden juga dihitung
dalam presentase dengan menggunakan rumus 3.2 halaman 72. Tabel 4.15 adalah
rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan guru.
Tabel 4. 15 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
No.
Item
Indikator Pertanyaan Respon-
den
Persen
-tase
1. Auto-education Apakah Bapak/Ibu pernah menggunakan
media pembelajaran dalam pembelajaran IPA?
(…) Ya
Sebutkan nama media pembelajaran yang
Bapak/Ibu pernah gunakan dan berikan
penjelasan!
……………………………………………
2 100%
(…) Tidak
Alasan:
…………………………………………
-
2. Auto-education Apakah penggunaan media pembelajaran
dapat membantu siswa untuk memahami
konsep-konsep dalam mata pelajaran IPA?
(…) Ya
Alasan:
……………………………………………
2 100%
(…) Tidak
Alasan:
……………………………………………
-
3. Kontekstual Apakah Bapak/Ibu pernah membuat media
pembelajaran IPA yang memanfaatkan bahan-
bahan dari lingkungan sekitar?
(…) Ya
Sebutkan nama media pembelajaran yang
Bapak/ Ibu pernah gunakan dan berikan
penjelasan!
……………………………………………
2 100%
(…) Tidak
Alasan:
……………………………………………
-
4. Kontekstual Manakah bahan pembuatan media
pembelajaran yang Bapak/Ibu suka? (Boleh
memilih lebih dari satu)
(…) Kayu
2 100%
(…) Kertas 2 100%
(…) Kain
(…) Plastik 1 50%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
(…) Karet
(…) Lainnya,
sebutkan…………………………………
5. Menarik
Apakah pemberian warna pada media
pembelajaran membuat media pembelajaran
lebih menarik?
(…) Ya
2 100%
(…) Tidak
6. Menarik Warna seperti apa yang Bapak/Ibu suka untuk
media pembelajaran?
(…) Warna gelap
Sebutkan contoh warnanya!
……………………………………………
-
(…) Warna cerah
Sebutkan contoh warnanya!
……………………………………………
2 100%
7. Auto-
correction
Apakah penggunaan media pembelajaran
dapat membantu siswa untuk menemukan
jawaban yang benar?
(…) Ya
Alasan:
……………………………………………
2 100%
(…) Tidak
Alasan:
……………………………………………
-
8. Bergradasi Berapa berat media pembelajaran yang ideal
untuk siswa kelas II?
(…) Ringan (<1,5 kg)
1 50%
(…) Sedang (1,5-3kg) 1 50%
(…) Berat (>3kg)
Alasan:
……………………………………………
-
9 Bergradasi Menurut Bapak/Ibu, manakah yang lebih
baik?
(…) Bentuk media pembelajaran 2 dimensi.
Alasan:
……………………………………………
-
(…) Bentuk media pembelajaran 3 dimensi.
Alasan:
……………………………………………
2 100%
10. Auto-
correction
Menurut Bapak/Ibu, manakah yang lebih
baik?
(…) Media pembelajaran yang dapat
membantu siswa menyadari kesalahannya
sendiri.
Alasan:
……………………………………………
2 100%
(…) Media pembelajaran yang tidak dapat
membantu siswa menyadari kesalahannya
sendiri.
Alasan:
……………………………………………
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Berdasarkan analisis kebutuhan untuk guru pada tabel 4.15 terdapat
sepuluh soal yang perlu diisi oleh guru. Selain memilih jawaban yang sudah
disediakan, guru juga memberikan deskripsi yang terdapat dalam kuesioner
analisis kebutuhan. Adanya deskripsi pada setiap jawaban bertujuan untuk
memperkuat pilihan jawaban yang dipilih. Deskripsi jawaban yang diberikan oleh
guru dalam kuesioner analisis kebutuhan guru dapat dilihat pada tabel 4.16.
Tabel 4.16 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Guru dalam Kuesioner Analisis
Kebutuhan
No.
Item
Jawaban Kode Respon
-den
1 (…) Ya
Sebutkan nama media pembelajaran yang
Bapak/Ibu pernah gunakan dan berikan
penjelasan!
Kartu 1
Gambar 2
2 (…) Ya
Alasan:
……………………………………………
anak-anak lebih mudah
mengerti dan memahami.
2
menarik minat siswa 2
3 (…) Ya
Sebutkan dan jelaskan!
……………………………………………
Ayam 1
botol bekas 2
6 (…) Warna cerah
Sebutkan contoh warnanya!
……………………………………………
Hijau 2
biru muda 2
Oranye 1
merah muda 2
Kuning 2
7 (…) Ya
Alasan:
……………………………………………
siswa dapat menemukan
jawaban secara mandiri
1
siswa mengetahui letak
kesalahan
1
8 (…) Ringan (<1,5 kg) bahan mudah diangkat
oleh siswa, misalnya dari
plastik
1
(…) Sedang (1,5-3 kg) dari bahan yang kuat,
supaya media awet dan
tahan lama.
1
9 (…) Bentuk media pembelajaran 3 dimensi.
Alasan:
……………………………………………
mirip aslinya, jelas dan
menarik.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
10 (…) Media pembelajaran yang dapat membantu
siswa menyadari kesalahannya sendiri.
Alasan:
……………………………………………
anak belajar mandiri dan
semakin mempunyai
kemauan untuk mencoba
mencari jawaban yang
benar.
1
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa sebanyak dua guru atau
100% guru pernah menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran IPA.
Gambar dan kartu merupakan contoh media pembelajaran yang digunakan oleh
guru (lihat tabel 4.16). Selain itu, sebanyak 100% guru setuju bahwa penggunaan
media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami konsep dalam mata
pelajaran IPA. Pendapat guru tersebut menjadi pertimbangan peneliti dalam
mengembangkan media pembelajaran.
Selain itu, 100% guru pernah membuat media pembelajaran dengan
memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar antara lain hewan seperti ayam
dan botol bekas. Sebanyak 100% guru lebih menyukai kertas dan kayu sebagai
bahan pembuatan media pembelajaran dan sebanyak 50% guru menyukai media
pembelajaran dengan bahan plastik. Pembuatan media pembelajaran ini juga
memanfaatkan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar. Berdasarkan bahan-
bahan yang dipilih guru, peneliti mempertimbangkan bahan pembuatan media
pembelajaran.
Pembuatan media pembelajaran ini mempertimbangkan ciri menarik.
Sebanyak 100% guru menyetujui bahwa penambahan warna pada media
pembelajaran dapat menarik siswa untuk belajar. Berdasarkan hasil rekapitulasi,
sebanyak 100% guru memilih warna cerah. Guru memilih warna hijau, biru muda,
oranye, merah muda dan kuning (lihat pada tabel 4.16). Warna yang dipilih oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
guru tersebut menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam pewarnaan media
pembelajaran.
Ciri lain yang dikembangkan adalah auto-correction. Sebanyak 50%
guru memilih bahwa dalam menggunakan media pembelajaran siswa dapat
mengetahui jawaban yang benar secara mandiri. Sebanyak 50% guru juga lebih
memilih media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mengetahui
kesalahannya sendiri. Pendapat yang diungkapkan guru tersebut, menjadi
pertimbangan peneliti dalam mengembangkan media pembelajaran.
Ciri yang terakhir dalam pengembangan media pembelajaran adalah
bergradasi. Sebanyak 100% guru menyukai media pembelajaran dengan bentuk
tiga dimensi. Alasannya, dengan menggunakan media tiga dimensi sisa dapat
mengetahui wujud benda yang menyerupai atau mirip sehingga lebih jelas dan
menarik. Selain itu, sebanyak 50% guru memilih berat media pembelajaran yang
ringan (<1,5 kg) yang terbuat dari bahan kertas atau plastik. Sedangkan 50% guru
memilih berat media pembelajaran yang sedang (1,5-3 kg) yang terbuat dari bahan
yang kuat agar awet. Pendapat guru tersebut menjadi pertimbangan peneliti dalam
pembuatan media pembelajaran.
Data analisis kebutuhan yang kedua diperoleh oleh siswa kelas II SD
Kanisius Eksperimental Mangunan. Kuesioner analisis kebutuhan diberikan
kepada siswa 15 November 2016. Kuesioner analisis kebutuhan untuk siswa
terdiri dari sepuluh pertanyaan yang merupakan pengembangan dari lima ciri
media pembelajaran berbasis metode Montessori. Pengembangan tersebut dapat
dilihat pada tabel 3.5 halaman 59. Lembar hasil pengisian kuesioner analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
kebutuhan siswa dapat dilihat pada lampiran 2.5 halaman 197. Hasil kuesioner
analisis kebutuhan siswa ini menjadi gambaran mengenai media pembelajaran
yang pernah digunakan dalam pembelajaran IPA dan menjadi pertimbangan
dalam mengembangkan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak di kelas
II. Jawaban dari responden juga dihitung dalam presentase dengan menggunakan
rumus 3.2 halaman 72. Berikut rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan
untuk siswa ynag disajikan pada tabel 4.17.
Tabel 4. 17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
No Indikator Kalimat Pertanyaan Responden Persentase
1.
Auto-
education
Apakah Bapak/Ibu gurumu pernah media
pembelajaran dalam pembelajaran IPA?
(…) Ya
15 100%
(…) Tidak
Jika ya, sebutkan media pembelajaran yang
digunakan!
-
2. Auto-
education
Apakah penggunaan media pembelajaran
dapat membantu kamu untuk memahami
materi IPA?
(…) Ya
Alasan:………………………………………
15 100%
(…) Tidak
Alasan:………………………………………
-
3. Kontekstu
al
Apakah kamu pernah menggunakan benda-
benda yang ada di sekitarmu untuk belajar
IPA?
(…) Ya
15 100%
(…) Tidak
Jika iya, sebutkan contoh benda yang kamu
gunakan!
………………………………………………
-
4. Kontekstu
al
Manakah bahan pembuatan media
pembelajaran yang kamu suka? (Boleh
memilih lebih dari satu)
(…) Kayu
7 46,67%
(…) Kertas 11 73,33% (…) Kain 8 53,33%
(…) Plastik - (…) Karet 11 73,33%
(…)Lainnya,sebutkan -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
5. Auto-
correction
Menurut kamu, apakah penggunaan media
pembelajaran dapat membantu kamu untuk
menemukan jawaban yang benar?
(…) Ya
Alasan:………………………………………
15 100%
(…) Tidak
Alasan:…………………………………… -
6. Menarik
Menurut kamu, apakah pemberian warna pada
alat peraga membuat alat peraga lebih
menarik?
(…) Ya
15 100%
(…) Tidak - 6,67% 7. Menarik Warna seperti apa yang kamu suka untuk
media pembelajaran?
(…) Warna gelap
Sebutkan contoh warnanya!
………………………………………………
2 13,33%
(…) Warna cerah
Sebutkan contoh warnanya!
……………………………………………………
13 86,67%
8.
Bergradasi
Menurut kamu, berapa berat media
pembelajaran yang ideal untuk digunakan?
(…) Ringan (<1,5 kg)
10 66,67%
(…) Sedang (1,5-3 kg) 3 20% (…) Berat (>3kg)
Alasan:
………………………………………………
2 13,33%
9.
Auto-
correction
Manakah yang lebih baik menurut kamu?
(…) Saya dapat mengetahui kesalahan saya
ketika menggunakan media pembelajaran.
Alasan:
………………………………………………
15 100%
(…) Saya tidak dapat mengetahui kesalahan
saya ketika menggunakan media pembelajaran.
Alasan:
……………………………………………
-
10. Bergradasi Manakah yang lebih baik menurut kamu?
(…) Media pembelajaran yang berbentuk datar
(2 dimensi).
Alasan:
……………………………………………
4 26,67%
(…) Media pembelajaran yang berbentuk
timbul (3 dimensi).
Alasan:
………………………………………
11 73,33%
Selain memilih jawaban yang sudah disediakan, siswa juga dapat
memberikan deskripsi berupa alasan yang dapat memperkuat pilihan jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dalam kuesioner analisis kebutuhan. Tabel 4.18 merupakan deskripsi jawaban
yang diberikan siswa dalam kuesioner analsis kebutuhan siswa.
Tabel 4.18 Rekapitulasi Deskripsi Jawaban Siswa dalam Kuesioner Analisis
Kebutuhan
No.
Item Jawaban Kode Responden
1. (...) Ya
Jika ya, sebutkan media pembelajaran yang
digunakan!
Kartu 6
Gambar 9
2. (..) Ya
Berikan alasanmu!
Lebih jelas 12
Lebih paham 2
Cepat paham 1
3. (...) Ya
Jika iya, sebutkan contoh benda yang kamu
gunakan!
Tanaman hidup 13
Penggaris 1
Botol 1
5. (...) Ya
Berikan alasanmu!
Lebih jelas 7
Lebih mudah 8
7. (...) Warna gelap
Sebutkan contoh warnanya!
Abu-abu 2
Hitam 1
Coklat 1
(...) Warna cerah
Sebutkan contoh warnanya!
Merah 6
Kuning 5
Merah muda 4
Biru 4
Hijau 5
Oranye 4
Putih 2
8. (..) Ringan (<1,5 kg)
Berikan alasanmu
Lebih ringan 5
Mudah diangkat 2
Mudah dipegang 3
(..) Sedang (1,5–3 kg)
Berikan alasanmu
Tidak terlalu berat 3
(..) Berat (>3 kg)
Berikan alasanmu
Lebih berat 2
9. (…) Saya dapat mengetahui kesalahan saya
ketika menggunakan media pembelajaran.
Alasan:
Lebih paham 13
Lebih baik 2
10. (…) Media pembelajaran yang berbentuk
datar (2 dimensi).
Alasan:
Lebih jelas 4
(…) Media pembelajaran yang berbentuk
timbul (3 dimensi).
Alasan:
Lebih jelas 9
Lebih nyata 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan melalui kuesioner analisis
kebutuhan siswa pada tabel 4.18 dapat diketahui bahwa sebanyak 15 siswa atau
100 % siswa pernah menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran.
Media pembelajaran yang digunakan adalah kartu dan gambar (lihat tabel 4.18).
Lima belas siswa atau 100 % juga menyetujui bahwa media pembelajaran dapat
membantu dalam memahami materi IPA. Alasannya karena dengan menggunakan
media pembelajaran dapat membuat siswa lebih jelas, lebih paham, dan cepat
paham (lihat tabel 4.18). Hal tersebut berdasarkan ciri media pembelajaran
berbasis metode Montessori, yaitu auto-education. Maka, menjadi pertimbangan
peneliti untuk mengembangkan media pembelajaran karena penggunaan media
dapat membuat materi lebih jelas dan mudah menangkap materi pembelajaran.
Selanjutnya, peneliti menambahkan ciri kontekstual pada media
pembelajaran berbasis metode Montessori yang berkaitan dengan penggunaan
benda-benda maupun bahan-bahan yang terdapat di lingkungan sekitar. Sebanyak
100% siswa pernah menggunakan media pembelajaran untuk mempelajari IPA.
Media pembelajaran yang dimaksud antara lain tanaman hidup, penggaris, dan
botol. Selain itu, siswa juga memilih bahan pembuatan media pembelajaran yang
disukai. Hasilnya, sebanyak 46,67% siswa menyukai bahan dari kayu, sebanyak
73,33% siswa menyukai bahan dari kertas, sebanyak 53,33% siswa menyukai
bahan dari kain, dan sebanyak 73,33% siswa menyukai bahan dari karet. Bahan-
bahan yang dipilih oleh siswa tersebut menjadi pertimbangan bagi peneliti dalam
mengembangkan media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Selanjutnya peneliti menambahkan ciri menarik pada media
pembelajaran. Sebanyak 100% siswa menyetujui bahwa pemberian warna pada
media pembelajaran membuat media pembelajaran lebih menarik. Sebanyak
86,67% siswa menyukai media pembelajaran dengan pewarnaan yang cerah.
Warna cerah yang disarankan siswa adalah merah, kuning, merah muda, biru,
hijau, oranye, dan putih (lihat tabel 4.18). Selain itu, sebanyak 13,33% siswa
memilih warna gelap. Warna gelap yang disarankan siswa yaitu hitam, abu-abu,
dan coklat (lihat tabel 4.18). Pemilihan warna yang dilakukan oleh siswa tersebut
menjadi pertimbangan dalam mengembangkan media pembelajaran yaitu
penggunaan warna cerah dan warna gelap dari warna-warna yang disarankan.
Peneliti juga menambahkan ciri auto-correction pada pengembangan
media pembelajaran. Sebanyak 100% siswa menyatakan bahwa penggunaan
media pembelajaran dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar,
karena menurut siswa supaya lebih jelas dan lebih mudah saat memahami suatu
materi. Selanjutnya, sebanyak 100% siswa menyetujui bahwa siswa dapat
mengetahui kesalahannya ketika menggunakan media pembelajaran. Alasannya
yang paling dominan adalah supaya siswa menjadi lebih baik dan lebih paham
ketika mengetahui kesalahannya. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pada ciri
auto-correction tersebut, menjadi pertimbangan peneliti untuk membuat media
pembelajaran yang dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar dan
dapat membantu siswa mengetahui kesalahannya ketika menggunakan media
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Ciri terakhir dalam pengembangan media pembelajaran adalah
bergradasi. Berdasarkan berat media pembelajaran yang ideal untuk digunakan
siswa kelas II, sebanyak 66,67% siswa memilih media pembelajaran yang ringan
supaya mudah dibawa atau dipegang, 20% lainnya memilih media pembelajaran
yang sedang, dan 13,33% lainnya memilih media pembelajaran yang berat. Oleh
karena itu, peneliti mempertimbangkan untuk menggunakan media pembelajaran
yang ringan sesuai dengan banyaknya siswa yang memilih berat yang ideal. Selain
itu, sebanyak 26,67% siswa menyukai media pembelajaran yang berbentuk datar
(dua dimensi), dan sebanyak 73,33% siswa memilih media pembelajaran yang
berbentuk timbul (tiga dimensi). Berdasarkan hasil analisis bentuk media
pembelajaran tersebut, makan menjadi pertimbangan peneliti untuk membuat
media pembelajaran dengan bentuk datar dan bentuk timbul.
Hasil jawaban kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa memberikan
gambaran bagi peneliti mengenai penggunaan media pembelajaran selama
pembelajaran IPA. Pembuatan media pembelajaran mempertimbangkan ciri media
pembelajaran berbasis metode Montessori, yaitu auto-correction, auto-education,
menarik, dan bergradasi. Selain itu, peneliti juga menambahkan ciri kontestual
pada media pembelajaran dengan memanfaatkan beberapa bahan dasar yang dapat
ditemui di lingkungan sekitar, yaitu kayu, plastik dan kertas. Bahan tersebut
dipilih berdasarkan saran yang diberikan guru dan siswa dalam analisis kebutuhan
guru dan siswa.
Berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari ketiga teknik
pengumpulan data, maka peneliti melakukan triangulasi teknik. Triangulasi teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
dilakukan sebagai pertimbangan dalam pembuatan media pembelajaran, yaitu
dengan melihat permasalahan yang dialami dan kebutuhan media pembelajaran
dari guru dan siswa. Triangulasi teknik pengumpulan data disajikan dalam bagan
4.2.
Bagan 4.2 Bagan triangulasi teknik pengumpulan data
Berdasarkan bagan triangulasi teknik pengumpulan data pada bagan 4.2,
terdapat tiga teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu wawancara,
observasi dan kuesioner. Data yang diperoleh dari observasi yaitu siswa
mengalami kesulitan pada materi bagian-bagian tubuh hewan. Hal tersebut dapat
diketahui dari ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Dalam
Wawancara
SD Kanisius
Eksperimental Mangunan
sudah memiliki media
pembelajaran, namun
masih sangat terbatas.
Guru juga mengalami
kesulitan saat
menyampaikan materi
tentang bagian-bagian
tubuh hewan.
Observasi
Materi yang menjadi
kesulitan adalah bagian-
bagian tubuh hewan. Hal
tersebut dapat diketahui dari
ketidakmampuan siswa
dalam menjawab pertanyaan
guru. Pada saat
pembelajaran, guru tidak
menggunakan media
pembelajaran. Ketersediaan
media pembelajaran IPA
masih terbatas.
Kuesioner
Guru dan siswa memiliki
penilaian yang baik
mengenai media
pembelajaran dengan lima
ciri media pembelajaran
berbasis metode
Montessori. Hasil analisis
maupun saran dari guru
dan siswa menjadi
pertimbangan dalam
pembuatan media
pembelajaran.
Materi yang menjadi kesulitan kelas II SDKE Mangunan
adalah bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya.
Meskipun sulit, ketersediaan dan penggunaan media
pembelajaran masih terbatas dalam bentuk gambar atau bentuk
dua dimensi. Peneliti mengembangkan media pembelajaran
berbasis metode Montessori berdasarkan kebutuhan guru dan
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
menyampaikan materi, guru tidak menggunakan media pembelajaran. Hal ini
dikarenakan ketersediaan media pembelajaran IPA materi bagian-bagian tubuh
hewan belum ada di sekolah tersebut. Data yang diperoleh berdasarkan hasil
wawancara yaitu SD Kanisius Eksperimental Mangunan sudah memiliki media
pembelajaran, namun belum memiliki media pembelajaran bagian-bagian tubuh
hewan. Materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah materi bagian-bagian tubuh
hewan dan kegunannya. Guru juga mengalami kesulitan saat menyampaikan
materi tentang bagian-bagian tubuh hewan. Dalam menyampaikan materi guru
belum menggunakan media pembelajaran.
Data yang selanjutnya diperoleh oleh peneliti yaitu kuesioner.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner, guru dan siswa memiliki
penilaian yang baik mengenai media pembelajaran dengan lima ciri media
pembelajaran berbasis metode Montessori. Hasil analisis maupun saran dari guru
dan siswa menjadi pertimbangan dalam pembuatan media pembelajaran.
Berdasarkan triangulasi teknik pengumpulan data, dapat disimpulkan
bahwa materi yang menjadi kesulitan kelas II SD Kanisius Eksperimental
Mangunan adalah bagian-bagian tubuh hewan dan kegunaannya. Meskipun sulit,
ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran masih sangat terbatas. Oleh
karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran berbasis metode
Montessori berdasarkan kebutuhan guru dan siswa. Pengembangan media
pembelajaran juga mempertimbangkan kelima ciri media pemeblajaran berbasis
metode Montessori yang telah ditawarkan kepada guru dan siswa melalui
kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Pada tahap ini, peneliti telah memperoleh data analisis kebutuhan
mengenai media pembelajaran sesuai kebutuhan siswa dan guru. Data tersebut
digunakan sebagai pertimbangan peneliti dalam pembuatan desain media
pembelajaran dan album media pembelajaran. Dengan demikian peneliti dapat
melanjutkan pada tahap kedua.
4.1.2 Penyusunan Rencana
Tahapan kedua dalam penelitian adalah penyusunan rencara. Pada tahap
ini, peneliti merancang desain media pembelajaran dan menyusun instrumen yang
dibutuhkan.
4.1.2.1 Desain Media Pembelajaran
Konsep pembuatan media pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan
merupakan pengembangan dari media pembelajaran berbasis metode Montessori
yaitu parts of a frog puzzle. Parts of a frog puzzle merupakan material yang fokus
pada bagian eksternal bagian-bagian tubuh katak. Media pembelajaran ini
meliputi puzzle pada kelas bawah, serangkaian kartu rahasia yang meliputi
gambar, label (untuk pembaca awal), dan definisi (untuk pembaca yang sudah
mahir). Setelah guru memperkenalkan nama-nama bagian luar, siswa mecoba
menyusun puzzle sendiri, dengan prinsip pengkoreksian diri menggunakan buku
kontrol (yang berisi semua informasi yang tepat sesuai dengan gambar yang
sesuai). Gambar 4.1 adalah gambar media pembelajaran parts of a frog puzzle.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Gambar 4.1 Parts of a frog puzzle
Berdasarkan media pembelajaran parts of a frog puzzle, peneliti
mengembangkan sebuah media pembelajaran yang tidak hanya mempelajari
bagian-bagian luar tubuh katak, namun juga bagian-bagain dalam tubuh katak.
Nama media pembelajaran yang dikembangkan adalah media pembelajaran
bagian-bagian tubuh katak. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah
replika bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak, puzzle berlapis bagian-bagian
luar dan dalam tubuh katak, serta kartu bagian-bagian tubuh katak beserta
kegunaannya.
Papan puzzle bagian-bagian tubuh katak dikembangkan menjadi dua
lapisan, yaitu bagian-bagian luar dan bagian-bagian dalam katak yang disusun
secara bertingkat (atas dan bawah). Peneliti juga mengembangkan replika bagian-
bagian luar dan bagian-bagian dalam tubuh katak dengan bentuk timbul.
Pengembangan media pembelajaran berupa puzzle dan replika bagian-bagian luar
dan bagian-bagian dalam tubuh katak tersebut berdasarkan hasil wawancara dan
kuesioner analisis kebutuhan oleh siswa, dimana siswa kesulitan mengingat materi
dan lebih suka belajar dengan menggunakan media pembelajaran berbentuk tiga
dimensi. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan media pembelajaran berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
puzzle dan replika untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
menggunakan media yang lebih konkret. Selain itu, peneliti juga menambahkan
kartu materi bagian-bagian tubuh katak sebagai kartu yang digunakan untuk
mempelajari kegunaan dari bagian-bagian luar dan dalam tubuh katak.
Pengembangan juga dilakukan pada kotak penyimpanan kartu materi bagian-
bagian tubuh katak. Kotak penyimpanan kartu materi bagian-bagian tubuh katak
dikembangkan dengan 4 ruang, yang dibuat berdasarkan tiga pengelompokan
kartu materi, yaitu kartu nama bagian, gambar bagian, dan kegunaan bagian serta
ruang untuk meletakkan kartu pengendali kesalahan.
4.1.2.2 Desain Media Pembelajaran
Pengembangan desain pada penelitian ini mengembangkan media
pembelajaran bagian-bagian katak. Media pembelajaran bagian-bagian katak
terdiri dari enam komponen. Komponen tersebut adalah papan replika bagian-
bagian tubuh katak, papan puzzle bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagian-
bagian tubuh katak beserta pengendali kesalahan, kotak penyimpanan kartu
bagian-bagian tubuh katak, serta kotak penyimpanan replika dan puzzle.
Komponen yang pertama adalah replika bagian-bagian luar dan bagian-
bagian dalam tubuh katak. Replika bagian-bagian luar tubuh katak menggunakan
warna yang menyerupai wujud katak, yaitu warna hijau. Pada bagian-bagian
dalam katak terdapat beberapa warna yang berbeda dan berbentuk timbul, yang
menunjukkan bagian-bagian organ dalam katak yang saling terhubung. Pada
pengembangan replika bagian-bagian katak peneliti memberikan warna cerah dan
gelap. Pemberian warna tersebut berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
maupun guru. Sebanyak 86,67% siswa dan 100% guru menyukai warna cerah,
sedangkan sebanyak 13,33% siswa menyukai warna gelap.
Komponen yang kedua adalah papan puzzle bagian-bagian luar dan
bagian-bagian dalam tubuh katak. Papan puzzle berukuran 30cm x 40cm dengan
ketebalan 1,5cm. Papan puzzle tersebut menampung dua bagian, yaitu bagian-
bagian dalam tubuh katak yang terletak pada bagian bawah dan bagian-bagian
luar tubuh katak yang terletak pada bagian atas. Pada puzzle bagian-bagian
dalam tubuh katak terdapat 7 warna yang berbeda yang menunjukkan 7 bagian
organ dalam katak. Setiap bagian organ dalam katak terdapat unpin untuk
memudahkan siswa dalam memasang dan mengambil puzzle. Pada puzzle
bagian-bagian luar tubuh katak terdapat lubang sebagai tempat meletakkan
unpin puzzle bagian-bagian dalam supaya kedua bagian tersebut menyatu.
Puzzle bagian-bagian luar katak memiliki warna dasar hijau dengan sedikit
warna kuning. Bentuk puzzle dibuat timbul dan memiliki 4 bagian yaitu kepala,
kaki depan, kaki belakang, dan badan.
Komponen yang ketiga adalah kartu materi bagian-bagian luar dan
bagian-bagian dalam tubuh katak beserta kegunaannya. Terdapat tiga macam
kartu materi, yaitu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 7cm
x 9,5 cm, kartu nama bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 2,5cm x 9,5cm,
dan kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak dengan ukuran 2,5cm x 9,5cm.
Tiga macam kartu materi tersebut memiliki warna yang berbeda, yaitu hijau
pada kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, merah pada kartu nama bagian-
bagian tubuh katak, dan kuning pada kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Berdasarkan pembedaan warna tersebut, siswa diharapkan mampu menyusun
tiga macam kartu bagian-bagian tubuh katak secara lengkap. Setelah menyusun,
siswa dapat memastikan jawaban yang tepat menggunakan kartu materi
pengendali kesalahan, yang berukuran 18cm x 10cm.
Komponen yang keempat adalah kotak penyimpanan kartu materi. Kotak
penyimpanan materi berukuran 28cm x 20 cm dengan tinggi 10 cm dan penutup
di atasnya. Kotak tersebut terbagi menjadi 4 bagian, masing-masing berukuran
12cm x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu gambar bagian-bagian katak, 3cm
x 10cm sebagai tempat meletakkan kartu nama bagian-bagian katak, 3cm x 10cm
sebagai tempat meletakkan kartu kegunaan bagian-bagian katak, dan 18cm x
10cm sebagai tempat menyusun kartu gambar, nama, dan kegunaan bagian-bagian
katak.
Komponen yang ke 5 dan ke 6 adalah kotak penyimpanan replika dan
puzzle. Kotak penyimpanan replika berukuran 1 4 c m x 3 8 c m dengan tinggi
27cm. Sedangkan kotak penyimpanan puzzle berukuran 33cm x 42cm dengan
tinggi 7,5cm. Kotak penyimpanan berfungsi sebagai tempat untuk melindungi
media pembelajaran replika dan puzzle dari benturan benda keras.
4.1.2.1 Desain Album Media Pembelajaran
Album media pembelajaran merupakan buku panduan dalam penggunaan
media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Album media pembelajaran
dibuat untuk para pembimbing atau direktris (istilah dalam pembelajaran
Montessori). Album berisi langkah-langkah dalam menggunakan media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Dalam setiap langkah pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
terdapat gambar yang semakin memudahkan para direktris untuk memahami
langkah pembelajaran.
4.1.2.3 Instrumen Tes dan Validasi Produk
Sebagai persiapan dalam melakukan pengujian media pembelajaran,
dibutuhkan suatu instrumen. Instrumen tersebut adalah tes untuk uji coba
lapangan terbatas dan kuesioner validasi produk. Berikut ini penjelasannya
masing-masing.
a. Tes
Instrumen tes digunakan untuk mengukur keberhasilan media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dalam uji coba lapangan terbatas.
Instrumen tes dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang dapat dilihat pada tabel
3.8 halaman 63. Sebelum digunakan, instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli.
Selain itu, instrumen tes juga diuji secara empiris dan diuji keterbacaannya.
Instrumen tes diuji validitasnya oleh ahli yaitu guru SD setara. Uji
validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi dan validitas konstruk. Aspek
yang dinilai pada uji validitas isi dapat dilihat pada tabel 3.9 halaman 64. Hasil
uji validitas isi oleh ahli adalah pada tabel 4.19.
Tabel 4.19 Hasil Uji Validitas Isi oleh Ahli
Ahli
Guru
No. Item Total Rerata
1 2 3 4 5 6
4 4 4 3 4 4 23 3,8
Berdasarkan hasil validasi isi instrumen tes oleh ahli pada tabel 4.20,
didapatkan skor sebesar 3,8. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69,
rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
dinyatakan valid dan layak digunakan. Lembar validasi instrumen tes oleh ahli
dapat dilihat pada lampiran 3.1 halaman 200.
Selain validitas isi, ahli juga melakukan validitas konstruk. Validitas
konstruk dilakukan untuk mengetahui konstruksi soal yang dibuat terkait dengan
kesesuaian materi, bahasa dan penulisan soal. Berikut adalah hasil validasi
konstruk oleh ahli yang tersaji pada tabel 4.20.
Tabel 4. 20 Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes oleh Ahli
No. Item Skor Kategori
1. 4 Sangat Baik
2. 4 Sangat Baik
3. 4 Sangat Baik
4. 4 Sangat Baik
5. 4 Sangat Baik
6. 4 Sangat Baik
7. 4 Sangat Baik
8. 4 Sangat Baik
9. 4 Sangat Baik
10. 4 Sangat Baik
11. 4 Sangat Baik
12. 4 Sangat Baik
13. 4 Sangat Baik
14. 4 Sangat Baik
15. 4 Sangat Baik
16. 4 Sangat Baik
17. 4 Sangat Baik
18. 4 Sangat Baik
19. 4 Sangat Baik
20. 4 Sangat Baik
21. 4 Sangat Baik
22. 4 Sangat Baik
23. 4 Sangat Baik
24. 4 Sangat Baik
25. 4 Sangat Baik
Rerata 4 Sangat Baik
Berdasarkan hasil validasi konstruk instrumen tes oleh ahli pada tabel
4.21, didapatkan skor sebesar 4. Jika dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69,
rerata uji keterbacaan kuesioner termasuk dalam kategori sangat baik. Rerata yang
diperoleh memiliki nilai lebih dari 2,50. Selain itu, ahli tidak memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
komentar tambahan mengenai instrumen. Dengan demikian instrumen dinyatakan
valid dan layak digunakan. Lembar validasi instrumen tes oleh ahli dapat dilihat
pada lampiran 3.2 halaman203.
Setelah instrumen tes divalidasi, selanjutnya instrumen diujikan secara
empiris. Uji empiris dilakukan kepada 24 siswa kelas II B SD Kanisius
Eksperimental Mangunan. SD Kanisius Eksperimental Mangunan memiliki kelas
paralel, sehingga dapat diasumsikan bahwa karakteristik siswa kelas IIA dan IIB
hampir sama. Uji coba dilakukan pada tanggal 24 November 2016. Kisi-kisi
instrumen dapat dilihat pada tabel 3.8 halaman 63 yang kemudian dikembangkan
menjadi 25 soal. Setiap siswa mengerjakan 25 soal isian singkat materi bagian-
bagian tubuh katak dan kegunaannya yang dikembangkan dari kisi-kisi instrumen.
Lembar hasil pengerjaan soal tes oleh siswa dalam uji empiris dapat dilihat pada
lampiran 3.3 halaman 208.
Uji empiris dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
instrumen pretest dan posttest sebelum digunakan. Perhitungan validitas dan
reliabilitas dilakukan dengan program SPSS (Satistics Package for Social Studies)
22 for Windows. Validitas dianalisis menggunakan rumus korelasi Product-
Moment dari Pearson.
Output SPSS untuk perhitungan validitas instrumen tes dapat dilihat pada
lampiran 3.4 halaman 210. Dalam perhitungan tersebut, item yang valid memiliki
harga sig.(2-tailed) lebih dari 0,05 (Widoyoko, 2009: 137). Tabel 4.21 merupakan
hasil perhitungan validitas dengan SPSS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tabel 4. 21 Rekapitulasi Hasil Validitas Instrumen Tes dengan SPSS
No.
Item
Sig.
(2 tailed)
Keputusan No.
Item
Sig.
(2 tailed)
Keputusan
1. 0,617 Valid 14. 0,654 Valid
2. 0,613 Valid 15. 0,182 Tidak Valid
3. - Tidak Valid 16. 0,151 Tidak Valid
4. 0,360 Tidak Valid 17. 0,613 Valid
5. 0,738 Valid 18. 0,457 Valid
6. 0,654 Valid 19. 0,493 Valid
7. 0,613 Valid 20. 0,184 Tidak Valid
8. 0,709 Valid 21. 0,284 Tidak Valid
9. 0,268 Tidak Valid 22. 0,588 Valid
10. 0,071 Tidak Valid 23. 0,087 Tidak Valid
11. - Tidak Valid 24. 0,528 Valid
12. -0,212 Tidak Valid 25. 0,337 Tidak Valid
13. -0.094 Tidak Valid
Berdasarkan tabel 4.21, didapatkan 12 soal valid dan 13 soal tidak valid.
Keduabelas soal yang valid kemudian diuji reliabilitasnya. Pengujian reliabilitas
instrumen juga menggunakan program SPSS 22 dengan menghitung nilai
koefisien Alpha. Berikut dalah hasil perhitungan nilai koefisien Alpha dengan
SPSS 22 yang disajikan pada tabel 4.22.
Tabel 4. 22 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes dengan SPSS
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.714 .910 13
Berdasarkan tabel 4.22, diperoleh bahwa hasil perhitungan koefisien
Alpha sebesar 0,714. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai
koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2015: 165). Dengan
demikian, instrumen tes tersebut dikatakan reliabel dan layak digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Instrumen tes yang valid dan reliabel tersebut digunakan sebagai pretest
dan posttest. Peneliti mengambil 10 soal yang digunakan sebagai pretest dan
posttest dari 12 soal yang valid. Berikut adalah kisi-kisi instrumen pretest dan
posttest yang disajikan pada tabel 4.23.
Tabel 4.23 Kisi-kisi Instrumen pretest dan posttest
Kompetensi Dasar Indikator Nomor Item
Pretest Posttest
1.1 Mengenal bagian-bagian
utama tubuh hewan dan
tumbuhan di sekitar rumah
dan sekolah melalui
pengamatan.
1.1.1 Menyebutkan bagian-
bagian tubuh hewan.
1, 2, 5, 17,
19, 20
5, 6, 7, 17.
19, 20
1.1.2 Mengetahui kegunaan
bagian-bagian tubuh
hewan.
6, 7, 14, 18,
24
1, 2, 14, 18,
24
Setelah divalidasi oleh para ahli, instrumen tes perlu diuji keterbacaannya
sebelum digunakan pada saat uji coba terbatas. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pertanyaan pada soal. Uji
keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD Kanisius Demangan Baru
sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel 4.24.
Tabel 4.24 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes
Siswa No. Item To-
tal
Re-
rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 95 3,8
2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 95 3,8
3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 95 3,8
4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 95 3,8
5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 95 3,8
Rerata 95 3,8
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada
tabel 4.24, rerata skor yang diperoleh adalah 3,8. Apabila dibandingkan dengan
tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar
hasil uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 3.5 halaman 212.
b. Kuesioner Validasi Produk
Instrumen pengumpulan data yang digunakan selanjutnya adalah
kuesioner. Kuesioner digunakan untuk menilai kalayakan produk media
pembelajaran bagian-bagian tubuh hewan yang telah dikembangkan. Kuesioner
validasi produk dikembangkan berdasarkan lima ciri media pembelajaran berbasis
metode Montessori dalam kisi-kisi validasi produk pada tabel 3.6 halaman 61.
Kisi-kisi kuesioner validasi produk dikembangkan menjadi 11 pertanyaan.
Validasi produk dilakukan oleh ahli dan siswa. Penggunaan bahasa disesuaikan
dan urutan pertanyaan dibuat berbeda pada kuesioner validasi produk oleh ahli
dan siswa, namun memiliki isi yang sama.
Sebelum digunakan, kuesioner divalidasi terlebih dahulu supaya layak
untuk digunakan. Validasi yang dilakukan adalah validasi konstruk. Validasi
kuesioner dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA dan Montessori. Dalam validasi
tersebut, ahli memberikan penilaian dan komentar yang digunakan sebagai
pertimbangan untuk perbaikan kuesioner. Hasil validasi kuesioner validasi produk
oleh ahli dapat dilihat pada tabel 4.25.
Tabel 4.25 Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43 3,9
II 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9
Rerata 43 3,9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Berdasarkan hasil validasi kuesioner validasi produk oleh ahli pada tabel
4.26, rerata skor yang diperoleh adalah 3,9. Apabila dibandingkan dengan tabel
3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan
demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar hasil
uji keterbacaan instrumen tes dapat dilihat pada lampiran 4.1 halaman 219. Selain
itu, validasi produk oleh ahli, kuesioner validasi produk juga digunakan sebagai
kuesioner tanggapan guru mengenai media pembelajaran.
Selain validasi pada kuesioner validasi produk oleh ahli, validasi
instrumen juga dilakukan pada keusioner tanggapan mengenai produk oleh siswa.
Hasil validasi kuesioner tanggapan produk oleh siswa dituangkan dalam tabel
4.26.
Tabel 4.26 Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh Siswa
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 43 3,9
II 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9
III 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9
43 3,9
Berdasarkan hasil validasi kuesioner tanggapan mengenai produk oleh
siswa pada tabel 4.26, rerata skor yang diperoleh adalah 3,9. Apabila
dibandingkan dengan tabel 3.10 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam
kategori sangat baik. Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan
tanpa perbaikan. Lembar hasil validasi kuesioner tanggapan oleh siswa dapat
dilihat pada lampiran 4.2 halaman 224.
Selain validasi instrumen oleh ahli, kuesioner tanggapan mengenai
produk oleh siswa perlu diuji keterbacaannya. Hal tersebut dilakukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
mengetahui tingkat pemahaman siswa pada kalimat pertanyaan yang diberikan
dalam kuesioner. Uji keterbacaan dilakukan kepada lima orang siswa SD Kanisius
Demangan Baru sebagai SD setara. Hasil uji keterbacaan disajikan pada tabel
4.27.
Tabel 4.27 Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan mengenai Produk oleh
Siswa
Siswa No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 38 3,8
2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 39 3,8
3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38 3,8
4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 37 3,7
5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 37 3,7
Rerata 37,8 3,78
Berdasarkan hasil uji keterbacaan kuesioner oleh siswa SD setara pada
tabel 4.27, rerata skor yang diperoleh adalah 3,78. Apabila dibandingkan dengan
tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik.
Dengan demikian instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan. Lembar
hasil uji keterbacaan kuesioner tanggapan mengenai produk oleh siswa dapat
dilihat pada lampiran 4.3 halaman 231.
Pada tahap ini peneliti telah memperoleh desain media pembelajaran dan
desain album media pembelajaran. Peneliti juga telah membuat instrumen
kuesioner untuk validasi produk dan tes yang digunakan dalam uji coba lapangan
terbatas. Oleh karena itu, peneliti dapat melanjutkan ke tahapan yang ketiga.
4.1.3 Pengembangan Bentuk Awal Produk
Pada tahap sebelumnya, telah dirancang desain media pembelajaran dan
album petunjuk penggunaannya. Selanjutnya, peneliti membuat media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pembelajaran dan album petunjuk berdasarkan desain yang telah dirancang.
Media pembelajaran dan album petunjuk tersebut dibuat sekaligus agar dapat
diterapkan pada proses pembelajaran IPA di kelas II maupun di kelas III SD. Pada
tahap ini peneliti mengumpulkan bahan dan membuat media pembelajaran.
4.1.3.1 Pengumpulan Bahan
Berdasarkan analisis kebutuhan, beberapa bahan yang dipilih dan
dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah kayu dan kertas. Bahan tersebut
digunakan oleh peneliti dalam membuat replika bagian-bagian tubuh katak, puzzle
bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh katak, kotak
penyimpanan kartu, kotak penyimpanan replika serta kotak penyimpanan puzzle.
Jenis kayu yang digunakan adalah kayu damar dan kayu teakwood. Kayu damar
digunakan untuk membuat replika dan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak.
Kayu damar memiliki tekstur yang halus, ringan, tidak mudah terkena hama atau
penyakit, dan mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kayu jenis teakwood
digunakan untuk membuat kotak penyimpanan, papan untuk alas replika, dan
puzzle bagian-bagian dalam katak. Kayu jenis teakwood merupakan kayu buatan
pabrik yang menyerupai triplek namun dilapisi dengan serbuk kayu jati.
Bahan lain yang digunakan adalah kertas. Dalam penelitian ini, peneliti
memilih dua jenis kertas yaitu Ivory 260. Kertas Ivory 260 digunakan sebagai
bahan pembuatan kartu gambar bagian-bagian katak, kartu nama bagian-bagian
katak, dan kartu kegunaan bagian-bagian katak. Kertas Ivory 260 memiliki
ketebalan yang tinggi dan tidak mudah rusak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
4.1.3.2 Pembuatan Media Pembelajaran
Dalam pembuatan media pembelajaran, peneliti bekerjasama dengan
tukang kayu. Hal tersebut dikarenakan lengkapnya peralatan yang dimiliki tukang
kayu sehingga dapat mendukung pembuatan media pembelajaran yang baik.
Tempat pembuatan media pembelajaran berlokasi di MJ 1 No. 100 RT 54 RW 2
Gedongkiwo, Yogyakarta. Pembuatan media pembelajaran dilakukan selama tiga
bulan. Sebelum dibuat oleh tukang kayu, peneliti memberikan desain media
pembelajaran yang telah dibuat. Kemudian tukang kayu membuat media
pembelajaran sesuai dengan desain. Gambar 4.2 adalah gambar puzzle bagian-
bagian dalam katak yang telah dikembangkan oleh peneliti.
Gambar 4.2 Papan puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak
Langkah pembuatan puzzle bagian-bagian dalam katak diawali dengan
membuat papan puzzle oleh tukang kayu. Papan dengan ketebalan 1,5 cm
digunakan untuk dua lapisan, yaitu puzzle bagian-bagian dalam dan bagian-bagian
luar katak. Langkah pembuatan puzzle bagian-bagian dalam yaitu, tukang kayu
memilih kayu, memotong kayu, dan membentuk seperti disain yang telah dibuat.
Kemudian peneliti menggambar bagian-bagian dalam katak. Peneliti menandai
setiap bagian yang dibentuk puzzle. Tukang kayu membuat lubang sekaligus
puzzle yang akan dipasang dengan ketebalan 1 cm, mengikuti pola gambar puzzle
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
bagian-bagian dalam katak. Setelah selesai, tukang kayu melakukan pewarnaan
pada puzzle bagian-bagian dalam katak menggunakan cat yang berkualitas dan
awet, serta melakukan finishing menggunakan melamin supaya cat lebih tahan
lama dan mengkilap. Setelah itu, tukang kayu membuat unpin pada setiap bagian
dalam katak untuk memudahkan siswa dalam mengambil dan memasang puzzle.
Selanjutnya, peneliti membuat puzzle bagian-bagian luar katak yang
diletakkan di atas puzzle bagian-bagian dalam katak. Berikut gambar 4.3 adalah
gambar puzzle bagian-bagian luar tubuh katak.
Gambar 4.3 Papan puzzle bagian-bagian luar tubuh katak
Tukang kayu membentuk tubuh katak bagian luar mengikuti pola dan
ukuran puzzle bagian-bagian dalam katak. Bentuk katak bagian luar dibuat timbul,
kemudian dipotong menjadi empat bagian. Setelah dipotong, supaya puzzle
bagian-bagian luar katak dapat menyatu dengan puzzle bagian-bagian dalam
katak, tukang kayu membuat lubang pada bagian bawah puzzle bagian-bagian
luar katak yang disesuaikan dengan unpin puzzle bagian-bagian dalam katak.
Setelah menyatu, tukang kayu melakukan tahap pewarnaan pada puzzle bagian-
bagian luar katak menggunakan cat yang berkualitas dan awet, melakukan
finishing agar hasilnya mengkilap, dan menambahkan unpin untuk memudahkan
siswa saat mengambil dan memasang puzzle.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Proses selanjutnya adalah membuat replika bagian-bagian tubuh katak.
Gambar 4.4 adalah gambar replika bagian-bagian tubuh katak.
Gambar 4.4 Replika bagian-bagian tubuh katak
Langkah pembuatan diawali dengan memotong kayu damar dan
membentuk kayu tersebut menyerupai tubuh katak. Terdapat dua sisi pada replika
bagian-bagian katak, yaitu sisi bagian-bagian dalam katak dan sisi bagian-bagian
luar tubuh katak. Tukang kayu terlebih dahulu membuat sisi bagian-bagian dalam
katak yang dibuat secara terpisah untuk memudahkan tukang kayu dalam
membentuk organ dalam. Setelah organ dalam terbentuk, peneliti kemudian
membuat gambar organ bagian dalam pada kayu yang digunakan untuk
menempelkan bentuk organ dalam. Setelah ditempel, tukang kayu kemudian
melanjutkan proses pengerjaan pada sisi yang satunya, yaitu sisi bagian-bagian
luar katak. Pada sisi bagian-bagian luar katak, tukang kayu melakukan proses
pewarnaan dan finishing. Setelah sisi bagian-bagian luar selesai dikerjakan,
tukang kayu melanjutkan pengerjaan pada sisi bagian-bagian dalam katak, yaitu
dengan melakukan tahap pewarnaan dan finishing. Supaya replika dapat berdiri,
tukang kayu membuat tiang sebagai penyangga dan papan sebagai alas replika.
Papan pada alas replika terbuat dari kayu teakwood berukuran 35cm x 13cm
dengan ketebalan 2cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Proses selanjutnya, peneliti membuat kartu materi. Kartu materi terdiri
dari kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, kartu nama bagian-bagian tubuh
katak, dan kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. Kartu-kartu materi tersebut
disusun dengan memperhatikan pasangan kartu menggunakan kartu pengendali
kesalahan. Kartu pengendali kesalahan terdiri dari susunan kartu materi, yaitu
berupa gambar, nama, dan kegunaan bagian-bagian tubuh katak. Langkah
pembuatan kartu materi maupun kartu pengendali kesalahan ini adalah pembuatan
desain, percetakan, dan pemotongan. Gambar 4.4 adalah gambar kartu pengendali
kesalahan bagian-bagian tubuh katak.
Gambar 4.5 Kartu pengendali kesalahan bagian-bagian tubuh katak
Komponen media pembelajaran selanjutnya ada kotak peyimpanan kartu
materi. Kotak penyimpanan kartu materi ini memiliki 4 bagian. Tahap pembuatan
kotak materi yaitu tukang kayu memilih kayu, memotong kayu sesuai dengan
ukuran, dan membentuk kayu sesuai dengan disain yang telah dibuat oleh peneliti.
Kotak penyimpanan kartu materi juga memiliki tutup untuk melindungi kartu
materi supaya lebih tahan lama. Gambar 4.6 adalah gambar kotak penyimpanan
kartu materi beserta tutupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Kartu Materi
Komponen media pembelajaran yang terakhir dibuat adalah kotak
penyimpanan replika dan kotak penyimpanan puzzle. Dalam pembuatan kotak
penyimpanan replika maupun puzzle, tukang kayu terlebih dahulu memilih kayu,
kemudian memotong kayu berdasarkan ukuran. Kontak penyimpanan replika
berukuran 38cm x 14cm dengan tinggi 27 cm. Kotak penyimpanan puzzle
berukuran 33cm x 42cm dengan tinggi 7,5cm. Setelah proses pembuatan papan
selesai, selanjutnya dilakukan tahap pewarnaan dan juga finishing untuk membuat
tampilan kotak penyimpanan menjadi lebih menarik dengan kualitas pewarnaan
yang baik dan tahan lama. Gambar 4.7 adalah gambar kotak penyimpanan replika
dan kotak penyimpanan puzzle.
a) b)
Gambar 4.7 a) Kotak penyimpanan replika. b) Kotak penyimpanan puzzle.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
4.1.3.3 Pembuatan Album Media Pembelajaran
Langkah yang dilakukan dalam pembuatan album adalah, pertama-tama
peneliti merumuskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Kemudian peneliti mengambil gambar
dari setiap langkah beserta informasi-informasi mengenai media pembelajaran
bagian-bagian tubuh katak. Kemudian, peneliti menggunakan bantuan program
komputer Microsoft Word 2010 dalam mendisain isi dan sampul album media
pembelajaran. Setelah soft file album media pembelajaran selesai dibuat,
kemudian dicetak.
Pada tahap ini, pembuatan media pembelajaran dan album media
pembelajaran telah selesai. Media pembelajaran dan album media pembelajaran
kemudian divalidasi terlebih dahulu sebelum diuji cobakan secara terbatas. Oleh
karena itu, peneliti dapat melanjutkan ke tahap selanjutnya.
4.1.4 Validasi Produk
Validasi produk dilakukan untuk menilai produk berupa media
pembelajaran dan album media pembelajaran yang telah dibuat. Validasi produk
menggunakan kuesioner yang telah disusun pada tahap kedua.
4.1.4.1 Validasi Produk Media Pembelajaran
Validasi produk media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak
dilakukan oleh beberapa ahli, yakni ahli pembelajaran IPA dan ahli
pembelajaran Montessori. Hasil validasi media pembelajaran disajikan pada tabel
4.28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Tabel 4.28 Hasil Validasi Produk Media Pembelajaran oleh Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 42 3,82
II 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43 3,9
Rerata 42,5 3,86
Berdasarkan hasil validasi produk oleh ahli yang disajikan pada tabel
4.28, terhitung rerata skor sebesar 3,86. Apabila dilihat dari tabel 3.11, rerata
uji validasi kuesioner tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Lembar
hasil validasi produk media pembelajaran oleh ahli dapat dilihat pada lampiran
4.4 halaman 233. Selain memberikan penilaian, para ahli juga memberikan
komentar terhadap media pembelajaran yang dikembangkan. Komentar para ahli
dijadikan peneliti sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan media
pembelajaran. Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran oleh
para ahli disajikan pada tabel 4.29.
Tabel 4.29 Rekapitulasi komentar validasi produk media pembelajaran
Ahli Komentar Tindak Lanjut
I - -
II Baik -
Berdasarkan komentar dari para ahli pada tabel 4.30, media
pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti sudah baik. Oleh karena itu, media
pembelajaran dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan.
4.1.4.2 Validasi Produk Album Media Pembelajaran
Selain validasi produk media pembelajaran, validasi juga dilakukan pada
produk album penggunaan media pembelajaran. Validasi produk album media
pembelajarn dilakukan oleh ahli IPA dan ahli pembelajaran Montessori. Tabel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
4.30 adalah hasil validasi produk album penggunaan media pembelajaran oleh
ahli.
Tabel 4.30 Hasil Validasi Produk Album Penggunaan Media Pembelajaran oleh
Ahli
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
I 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 43 3,91
II 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 41 3,72
Rerata 42 3,82
Berdasarkan hasil validasi produk album penggunaan oleh ahli yang
disajikan pada tabel 4.30, terhitung rerata skor sebesar 3,82. Apabila dilihat
dari tabel 3.11 halaman 69, rerata uji validasi kuesioner tersebut termasuk
dalam kategori sangat baik. Lembar hasil validasi produk media pembelajaran
oleh ahli dapat dilihat pada lampiran 4.5 halaman 237. Selain memberikan
penilaian, para ahli juga memberikan komentar terhadap album penggunaan
media pembelajaran yang dikembangkan. Komentar para ahli dijadikan peneliti
sebagai pertimbangan dalam melakukan perbaikan media pembelajaran.
Rekapitulasi komentar validasi produk album media pembelajaran oleh para ahli
disajikan pada tabel 4.31.
Tabel 4.31 Rekapitulasi Komentar Validasi Produk Album Media Pembelajaran
Ahli Komentar Tindak Lanjut
I
Pengambilan foto pada kartu
materi diperjelas.
Peneliti melakukan
pengulangan pengambilan foto
pada kartu materi.
II
Ukuran gambar pada setiap
foto lebih diperbesar.
Peneliti memperbesar ukuran
gambar, dengan tata letak yang
sudah dirancang.
Gambar diperjelas. Peneliti melakukan
pengulangan pengambilan foto.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Pada tahap ini, media pembelajaran dan album media pembelajaran telah
divalidasi dengan kategori penilaian sangat baik. Dengan demikian, media
pembelajaran siap untuk diujikan secara terbatas.
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji coba lapangan terbatas dilakukan kepada sepuluh orang siswa kelas II
A SD Kanisius Ekperimental Mangunan. Siswa tersebut dipilih berdasarkan
diskusi dan rekomendasi dari guru kelas. Uji coba dilaksanakan pada tanggal 25
November 2016 pada pukul 07.00-09.00. Sebelum melakukan bimbingan belajar,
peneliti melakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah
pretest selesai, peneliti melakukan bimbingan belajar dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis metode Montessori mengenai bagian-bagian tubuh katak
dan kegunaannya. Bimbingan tersebut dilakukan dengan pembelajaran
berkelompok dengan menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh
katak dan kegunaannya. Setelah selesai melakukan bimbingan belajar dengan
menggunakan media pembelajaran, peneliti melakukan posttest pada akhir
pertemuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa.
4.1.5.1 Data dan Analisis Tes
Data yang dianalisis pada tes merupakan data nilai yang diperoleh siswa
pada saat pretest dan posttest. Soal tes yang digunakan adalah tipe pilihan singkat
yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga layak
digunakan untuk pengambilan data. Hasil pengerjaan pretest dapat dilihat pada
lampiran 3.6 halaman 217 dan hasil pengerjaan posttest dapat dilihat pada
lampiran 3.7 halaman 218. Soal tes digunakan sebagai data pendukung untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
mengethaui kualitas media pembelajaran. Berdasarkan pretest dan posttest,
diperoleh nilai siswa yang disajikan dalam tabel 4.32.
Tabel 4.32 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa
No. Nama Nilai
Pretest Posttest
1. Sel 60 90
2. Al 60 90
3. Nin 40 90
4. Sif 50 80
5. Kay 60 80
6. Khel 70 90
7. Angy 50 90
8. Ry 60 100
9. Ovy 50 90
10. R 40 90
Rerata 54 89
Berdasarkan tabel 4.32 Sel memperoleh nilai pretest sebesar 60 dan
posttest sebesar 90. Al memperoleh nilai pretest sebesar 60 dan posttest sebesar
90. Nin memperoleh nilai pretest sebesar 40 dan posttest sebesar 90. Sif
memperoleh nilai pretest sebesar 50 dan posttest sebesar 80. Kay memperoleh
nilai pretest sebesar 60 dan posttest sebesar 80. Khel memperoleh nilai pretest
sebesar 70 dan posttest sebesar 90. Angy memperoleh nilai pretest sebesar 50 dan
posttest sebesar 90. Ry memperoleh nilai pretest sebesar 60 dan posttest sebesar
100. Ovy memperoleh nilai pretest sebesar 50 dan posttest sebesar 90. R
memperoleh nilai pretest sebesar 40 dan posttest sebesar 90. Berdasarkan hasil
pretest dan posttest, terdapat perbedaan nilai yang diperoleh masing-masing
siswa. Berikut perbedaan nilai pretest dan posttest masing- masing siswa yang
disajikan pada grafik 4.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Grafik 4.1 Perbedaan nilai pretest dan posttest pada siswa
Selain perbedaan nilai yang diperoleh siswa, terdapat juga perbedaan
pada rerata nilai yang diperoleh pada saat pretest dan posttest. Perbedaan rerata
nilai pretest dan posttest disajikan pada grafik 4.2.
Grafik 4.2 Perbedaan rerata nilai pretest dan posttest
Berdasarkan grafik 4.2, rerata nilai yang diperoleh siswa pada pretest
adalah 54, sedangkan rerata nilai yang diperoleh siswa saat posttest adalah 89.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
4.1.5.2 Data dan Analisis Kuesioner Tanggapan Mengenai Produk Media
Pembelajaran
Tanggapan mengenai produk media pembelajaran dilakukan setelah uji
coba lapangan terbatas. Tanggapan mengenai produk dilakukan oleh sepuluh
siswa kelas II dan guru kelas II SD Kanisius Eksperimental Mangunan. Kuesioner
tanggapan mengenai media pembelajaran oleh guru sama dengan ahli. Pengisian
kuesioner tanggapan dilaksanakan pada tanggal 24 November 2016 setelah
bimbingan belajar dengan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak.
Tabel 4.33 adalah tanggapan guru mengenai media pembelajaran bagian-bagian
tubuh katak.
Tabel 4.33 Tanggapan Mengenai Produk Media Pembelajaran oleh Guru
Ahli No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Guru 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4
Berdasarkan tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh guru
pada tabel 4.33, didapatkan rerata skor sebesar 4. Apabila dibandingkan dengan
tabel 3.11 halaman 60 rerata tersebut termasuk dalam kategori sangat baik. Lembar
hasil tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh guru dapat dilihat pada
lampiran 4.6 halaman 241.
Selain diberikan kepada guru, kuesioner tanggapan produk media
pembelajaran juga diberikan kepada siswa. Tabel 4.34 adalah hasil tanggapan
produk media pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Tabel 4.34 Hasil Tanggapan Produk Media Pembelajaran oleh Siswa
Siswa No. Item
Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sel 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 42 3,82
Al 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 42 3,82
Nin 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 41 3,72
Sif 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 41 3,72
Kay 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 40 3,64
Khel 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4
Angy 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 42 3,82
Ry 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 42 3,82
Ovy 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 41 3,72
R 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 41 3,72
Rerata 41,6 3,78
Berdasarkan tanggapan mengenai produk media pembelajaran oleh siswa
pada tabel 4.34, didapatkan rerata skor 3,78. Rerata skor tersebut apabila
dibandingkan dengan tabel 3.11 halaman 69, rerata tersebut termasuk dalam
kategori sangat baik. Lembar hasil tanggapan mengenai produk media
pembelajaran oleh siswa dapat dilihat pada lampiran 4.7 halaman 243.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengembangan Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak
Berbasis Metode Montessori
Prosedur penelitian dan pengembangan ini dimodifikasi ke dalam lima
tahap, yaitu potensi dan masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal
produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Tahap pertama yaitu
potensi dan masalah. Pada tahap potensi dan masalah ini, peneliti melakukan
identifikasi masalah melalui kegiatan observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil
identifikasi masalah, diketahui ketersediaan dan penggunaan media pembelajaran
IPA di sekolah masih terbatas. Selain itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam
mengingat atau memahami materi IPA. Salah satu materi pembelajaran IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
yang dianggap sulit oleh siswa yaitu bagian-bagian tubuh hewan dan
kegunaannya. Materi tersebut dianggap sulit oleh siswa karena terlalu banyak
hafalan berkaitan dengan nama bagian dan kegunaannya. Trianto (2012: 11-12)
mengemukakan bahwa IPA bukan semata-mata menghafalkan materi ataupun
menimbun informasi, akan tetapi lebih kepada memahami informasi yang
diperoleh dan menghubungkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru
juga mengalami kesulitan dalam memberikan gambaran tentang materi yang
abstrak kepada siswa, yang belum tentu setiap siswa pernah melihat wujud
maupun bentuknya. Sekolah sudah memiliki media pembelajaran berupa gambar
hewan katak, namun penggunaannya masih kurang maksimal karena bagian-
bagian katak yang ditunjukkan kurang spesifik dan tidak disertai dengan fungsi
atau kegunaannya pada setiap bagian. Piaget mengemukakan bahwa anak usia SD
berada pada tahap intuitif dan tahap berpikir konkret harus bekerja dengan benda-
benda konkret dulu sebelum mereka dapat menangkap dan memahami hal-hal
yang bersifat abstrak (Iskandar, 2001: 30). Berdasarkan hasil kuesioner analisis
kebutuhan guru, 100% guru setuju bahwa media pembelajaran dapat membantu
siswa dalam memahami konsep IPA. Sebanyak 100 % siswa berdasarkan hasil
kuesioner analisis kebutuhan siswa juga setuju bahwa media pembelajaran dapat
membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran.
Tahap yang kedua yaitu penyusunan rencana. Pada tahap ini, peneliti
merancang desain media pembelajaran, desain album media pembelajaran,
kuesioner validasi produk, soal tes untuk uji empiris, serta soal pretest dan
posttest untuk uji coba lapangan terbatas yang kemudian diuji validitas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
reliabilitasnya. Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak terdiri dari enam
komponen. Komponen tersebut terdiri dari replika, puzzle, kartu materi, kotak
penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle, dan kotak penyimpanan kartu
materi.
Peneliti mengembangkan media pembelajaran replika bagian-
bagian tubuh katak. Replika bagian-bagian tubuh katak digunakan sebagai media
siswa dalam mengenal bagian-bagian luar tubuh katak maupun bagian-bagian
dalam tubuh katak. Replika berbentuk timbul pada bagian-bagian dalam tubuh
katak, supaya siswa secara langsung dapat memegang dan mengamati setiap organ
yang saling berhubungan. Terdapat 4 warna utama pada replika bagian-bagian
dalam katak, yaitu warna hijau yang menghubungkan esofagus sampai dengan
usus besar, warna merah untuk organ jantung, warna biru untuk organ paru-paru,
dan warna merah hati untuk bagian hati. Sedangkan pada bagian-bagian luar
tubuh katak, peneliti menggunakan warna dasar hijau sesuai dengan warna tubuh
katak pada umumnya.
Pengembangan kedua dilakukan pada puzzle bagian-bagian tubuh katak.
Pada puzzle ini terdapat dua bagian, yaitu bagian-bagian dalam tubuh katak dan
bagian-bagian luar tubuh katak. Kedua bagian tersebut dibuat bersusun dan saling
menyatu. Pada bagian-bagian dalam tubuh katak terbagi menjadi 7 bagian dan
terdapat 7 warna yang berbeda pada setiap organ untuk membantu siswa
membedakan bentuk dan nama-nama organ. Sedangkan pada bagian-bagian luar
katak terbagi menjadi 4 bagian dengan warna dasar hijau.
Pengembangan ketiga dilakukan pada kartu materi. Kartu materi terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
dari tiga bagian, yaitu kartu gambar, kartu nama, dan kartu kegunaan. Kartu
gambar bagian-bagian tubuh katak diberi warna hijau pada bagian tepi. Kartu
nama bagian-bagian tubuh katak diberi warna merah pada bagian tepi. Sedangkan
kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak diberi warna kuning pada bagian tepi.
Pembedaan warna tersebut untuk membantu siswa dalam menyusun dan
menemukan kartu materi.
Pengembangan keempat yaitu kotak penyimpanan kartu materi. Kotak
penyimpanan kartu materi terdiri dari 4 bagian, yaitu bagian untuk kartu gambar,
bagian untuk kartu nama, bagian untuk kartu kegunaan, dan bagian untuk
menyusun kartu gambar, kartu nama, dan kartu kegunaan. Kotak penyimpanan
kartu materi berwarna coklat disesuaikan dengan warna alami pada bahan dasar
kayu.
Pengembangan kelima dilakukan pada kotak penyimpanan replika dan
kotak penyimpanan puzzle. Kotak penyimpanan replika maupun puzzle berfungsi
sebagai tempat meletakkan media supaya media terhindar dari benturan benda-
benda yang keras dan supaya lebih tahan lama. Kotak penyimpanan ini berwarna
coklat disesuaikan dengan warna alami pada bahan dasar pembuatan kotak
penyimpanan yaitu kayu.
Tahap yang ketiga yaitu pengembangan bentuk awal produk. Media
pembelajaran berbasis metode Montessori mempunyai empat ciri khusus yaitu
menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education (Montessori, 2002: 171-
175). Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dikembangkan
berdasarkan lima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
menarik, bergradasi, auto-correction, auto-education, dan kontekstual. Ciri
kontekstual ditambahkan karena Montessori meyakini bahwa belajar
hendaknya juga disesuaikan dengan konteks atau memanfaatkan benda yang
ada di lingkungan sekitar anak (Lillard, 2005: 32). Lima ciri media
pembelajaran tersebut bisa dilihat melalui pengamatan langsung bentuk media
pembelajaran, maupun pengamatan terkait penggunaan media pembelajaran
melalui uji coba lapangan terbatas. Ciri menarik dapat dilihat dari pewarnaan
media pembelajaran baik replika, puzzle maupun kartu materi. Selain itu ciri
menarik juga dapat dilihat dari bentuk media pembelajaran yang unik.
Ciri auto-correction ditunjukkan dengan adanya kartu materi pada media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Kartu materi ini terdiri dari kartu
gambar dengan tepi warna hijau, kartu nama dengan tepi warna merah dan kartu
kegunaan dengan tepi warna kuning. Ketiga kartu materi yang dibedakan warna
tepinya ini dapat digunakan untuk memeriksa kebenaran dari jawaban siswa
ketika menyusun kartu. Selain kartu materi, pada media pembelajaran berupa
puzzle juga terdapat ciri auto-correction. Bentuk setiap bagian puzzle yang dibuat
dengan ukuran berbeda memampukan siswa untuk bisa memeriksa kebenaran
jawaban secara mandiri.
Ciri auto-education ditunjukkan dengan adanya kartu materi yang
disesuaikan dengan bentuk dan gambar pada bagian-bagian puzzle. Kartu gamber
dengan warna yang disesuaikan dengan warna bagian pada puzzle
memungkinkan siswa untuk mengetahui nama bagian dan kegunaannya secara
mandiri. Selama uji coba lapangan terbatas, media pembelajaran bagian-bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
tubuh katak dapat dilakukan secara berkelompok.
Ciri bergradasi dapat dilihat dari perbedaan warna untuk setiap bagian-
bagian tubuh puzzle dan replika katak. Mulai dari merah muda, merah tua, kuning,
jingga, hijau muda, hijau tua, biru muda, biru tua, coklat dan ungu. Ciri bergradasi
juga dapat dilihat dari bentuk 3 dimensi replika bagian-bagian tubuh katak.
Selain itu, ciri bergradasi dapat dilihat juga dari tingkatan usia, karena media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dapat digunakan untuk siswa kelas II SD
dan siswa kelas III SD.
Ciri kontekstual dapat dilihat dari bahan pembuatan media pembelajaran.
Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak terbuat dari bahan dasar kayu dan
kertas. Bahan-bahan tersebut terdapat di lingkungan sekitar, sehingga mudah
untuk dijumpai. Media pembelajaran ini dibuat secara mandiri. Akan tetapi,
peneliti juga bekerja sama dengan tukang kayu dalam membuat replika, puzzle,
kotak penyimpanan kartu materi, dan kotak penyimpanan replika maupun puzzle.
Tahap yang keempat yaitu validasi produk. Media pembelajaran yang sudah
selesai dibuat kemudian divalidasikan kepada ahli pembelajaran IPA, ahli
pembelajaran Montessori, dan guru kelas II dengan menggunakan kuesioner
validasi produk. Hasil validasi produk akan dibahas pada subbab kualitas media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Selain produk media pembelajaran,
album media pembelajaran juga divalidasi oleh ahli pembelajaran IPA dan ahli
pembelajaran Montessori. Para ahli juga memberikan komentar terhadap album
media pembelajaran. Peneliti kemudian melakukan perbaikan dengan mengganti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
kata direktris menjadi guru, mengambil gambar kembali agar terlihat lebih terang,
dan memperbaiki penggunaan tanda baca koma.
Tahap yang kelima yaitu uji coba lapangan terbatas. Pada tahap ini,
peneliti memberikan soal pretest pada awal pembelajaran sebelum menggunakan
media pembelajaran dan posttest pada akhir pembelajaran setelah menggunakan
media pembelajaran. Berdasarkan hasil pretest dan posttest, terdapat perbedaan
nilai yang diperoleh siswa. Nilai yang diperoleh siswa pada saat posttest lebih
tinggi daripada nilai yang diperoleh siswa pada saat pretest. Hal ini menunjukkan
bahwa media pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi
bagian-bagian tubuh katak. Selain itu, peneliti juga memberikan kuesioner
tanggapan produk mengenai media pembelajaran kepada siswa yang diberikan
setelah dilakukan uji coba terbatas. Siswa memberikan penilaian yang sangat baik
terhadap media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak. Hasil nilai pretest dan
posttest serta hasil penilaian siswa terhadap produk media pembelajaran akan
dibahas pada subbab kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak.
4.2.2 Kualitas Media Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Katak Berbasis
Metode Montessori
Kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode
Montessori dilihat melalui validasi produk oleh para ahli, guru, dan sepuluh siswa
kelas II SD. Rerata skor yang diperoleh melalui validasi produk oleh para ahli,
guru, dan sepuluh siswa kelas adalah 3,8. Rerata skor lebih besar dari 2,50
sehingga termasuk dalam kategori sangat baik ( Widoyoko, 2014: 144). Diketahui
bahwa kelima ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori yang terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
pada media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak termasuk dalam kategori
sangat baik. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa media pembelajaran bagian-
bagian tubuh katak memiliki ciri media pembelajaran berbasis metode Montessori
dengan kualitas yang sangat baik.
Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak diujikan secara terbatas.
Soal tes digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kualitas
pembelajaran. Peneliti melakukan pretest dan posttest untuk mengetahui prestasi
siswa sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran pada uji coba
terbatas (Arikunto, 2010: 193). Hasil pretest dan posttest menunjukkan adanya
selisih nilai yang diperoleh siswa. Hasil posttest dari sepuluh siswa lebih baik
daripada hasil pretest. Hasil pretest adalah sebesar 54, sedangkan rerata posttest
adalah 83. Rata-rata selisih pretest dan posttest tersebut adalah sebesar 35 atau
dapat dikatakan selisih kenaikannya 64,8 %. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis
metode Montessori dapat membantu siswa dalam memahami materi bagian-
bagian tubuh katak dan kegunaannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya
peningkatan nilai posttest yang diperoleh siswa setelah menggunakan media
bagian-bagian tubuh katak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
BAB V
PENUTUP
Bab V ini menguraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan
saran bagi penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode
Montessori untuk siswa kelas II SD dikembangkan dan dimodifikasi ke dalam
lima tahap, yaitu potensi dan masalah, perencanaan, pengembangan bentuk awal
produk, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Tahap pertama adalah
potensi dan masalah, yang dilakukan dengan cara observasi dan wawancara untuk
digunakan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. Tahap kedua adalah
perencanaan, yaitu peneliti membuat desain media pembelajaran, desain album
pembelajaran, instrumen tes, dan kuesioner validasi produk. Tahap ketiga adalah
pengembangan bentuk awal produk, yaitu peneliti membuat media pembelajaran
dan album media pembelajaran berdasarkan desain yang selesai dibuat. Tahap
keempat adalah validasi produk. Validasi media pembelajaran dan album media
pembelajaran dilakukan oleh ahli pembelajaran IPA, ahli pembelajaran
Montessori, dan guru. Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Media
pembelajaran dan album media pembelajaran yang telah divalidasi beberapa kali
selanjutnya diuji cobakan dan dilakukan perbaikan apabila pada pelaksanaan
masih terdapat kekurangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
5.1.2 Kualitas media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode
Montessori untuk kelas II sangat baik. Kualitas ciri media pembelajaran diketahui
melalui validasi produk. Rerata skor yang diperoleh dalam validasi produk oleh
ahli adalah 3,86. Selain itu, berdasarkan uji coba lapangan terbatas menggunakan
media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak, menunjukkan bahwa nilai yang
diperoleh siswa ketika posttest lebih tinggi dibandingkan dengan nilai prestest.
Selisih rerata posttest dan pretest yang diperoleh adalah 35 atau 68,4 %. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran bagian-
bagian dalam dan bagian-bagian luar tubuh katak berbasis metode Montessori
dapat membantu siswa dalam memahami materi bagian-bagian tubuh katak dan
kegunaannya.
5.2 Keterbatasan Penelitian
5.2.1 Peneliti melakukan penelitian dan pengembangan sampai pada tahap uji
coba terbatas karena keterbatasan waktu dan biaya.
5.2.2 Proses pembuatan media pembelajaran membutuhkan waktu yang lama
sehingga mempengaruhi jangka waktu pelaksanaan validasi produk dan uji coba
lapangan terbatas.
5.3 Saran
5.3.1 Waktu pelaksanaan penelitian dan pengembangan yang akan datang
sebaiknya dilakukan sesuai dengan sepuluh tahapan penelitian sehingga hasil
penelitian lebih berkualitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
5.3.2 Perlu mempertimbangkan waktu dan berkomunikasi dengan tukang kayu
yang membantu dalam proses pembuatan media pembelajaran sebaik mungkin
agar selesai tepat waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & Asrori, M. (2014). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ananti, P. R. (2014). Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk Penjumlahan
dan Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas
Sanata Dharma.
Anitah, W. S. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya.
Arifin, Z. (2011). Penelitian pendidikan: Metode dan paradigma baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya.
Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2010). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arsyad, A. (2014). Media pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Arzy, J. (2010). Fauna 3 in 1. Sidoarjo: Buana Pustaka.
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1983). Educational research: An introduction (4ed).
New York & London: Longman.
BSNP. (2006). Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Cattin, J. 1995. The absorbent mind, pikiran yang mudah menyerah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. (2007). Research method in education
(6th edition). London: Routledge.
Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and
mixedmethods approaches. Thousands Oaks: SAGE Publications, Inc.
Creswell, J. W. (2012). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan
mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdiknas. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Depdiknas. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Dikmenum.
Gutek, G. L. (2004). The Montessori method: the origin of an educational
innovation, including an adbridged and annotated edition of Maria
Montessori’s the Montessori Method. Lanham: Rowman & Littlefield
Publisher, Inc.
Gutek, G. L. (2013). Metode Montessori: Panduan wajib untuk guru dan
orangtua didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (A. L. Lazuardi,
Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hainstock, E. G. (1997). The essential Montessori. USA: Penguin Books.
Hardiyanti, B. T. (2016). Pengembangan alat peraga pembelajaran IPS SD
materi keragaman budaya Indonesia berbasis metode Montessori.
PGSD: Sanata Dharma.
Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2010). Theories of learning, edisi ketujuh.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Iskandar, S. M. (2001). Pendidikan IPA II. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian
Pendidikan Nasional.
Kamus, T. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Lillard, A. S. (1996). Montessori today: A comprehensive approach to education
from birth to adulthood. New York: Schocken Books.
Lillard, A. S. (2005). Montessori the science behind the genius. New York:
Oxford University Press.
Magini, A. P. (2013). Sejarah pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius.
Meryandini, dkk. (2007). The Visual with Definitions. PT. Bhuana Ilmu Populer.
Montessori, M. (2002). The montessori method. New York: Frederick A. Stokes
Company.
Nur, M. & Kardi. (1998). Teori Pembelajaran Sosial dan Teori Perilaku.
Surabaya: PSMS Program Pascasarjana IKIP Surabaya.
Nuryani, R. (2012). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Pertiwi, M. D. (2015). Pengembangan Alat Peraga Peembelajaran Matematika
SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori. PGSD: Sanata
Dharma.
Purwanti, S. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 2. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Putra, N. (2015). Research & Development, Penelitian dan Pengembangan Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Royston, A. (2004). See How Ther Grow, Frog. Semarang: PT Mandira Jaya
Abadi.
Sadiman, A. S., dkk. (2008). Media pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Sanaky, A. H. (2013). Media pembelajaran interaktif dan inovatif. Yogyakarta:
Kaukuba.
Sanjaya, W. (2013). Media komunikasi pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudono, A. (2010). Sumber belajar dan alat permainan. Jakarta: PT. Grasindo.
Sugiyono. (2015). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sukmadinata, N. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.
Sumantri, M. (2011). Perkembangan peserta didik. Universitas Terbuka: Jakarta.
Suparno, P. (2001). Teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:
Kanisius.
Supratiknya, A. (2012). Penilaian hasil belajar dengan teknik nontes.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Trianto. (2009). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif: konsep,
landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto. (2012). Model pembelajaran terpadu konsep, strategi, dan
implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Widoyoko, E. (2009). Evaluasi program pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Widoyoko, E. (2014). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Widyatmoko, A., & Pamelasari, S. (2012). Pembelajaran berbasis proyek untuk
mengembangkan alat peraga IPA dengan memanfaatkan bahan bekas
pakai. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 51-56.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Yusuf, A. M. (2011). Asesmen dan evaluasi pendidikan: Pilar penyedia informasi
dan kegiatan pengendalian mutu pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Masalah
Lampiran 1.1 Lampiran Validasi Pedoman Observasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Lampiran 1.2 Lembar Hasil Observasi Pembelajaran IPA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Lampiran 1.3 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah oleh
Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran 1.4 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah prestasi dalam
bidang akademis yang
sudah diraih siswa?
1. Kalau bidang akademik tahun 2014
olimpiade sains di tingkat kecamatan
mendapat juara I olimpiade sains tingkat
kecamatan pada tahun 2014. Selanjutnya
masuk ke tingkat kabupaten tetapi tidak
lolos.
2. Lalu prestasi non
akademis yang pernah
diraih?
2. Kalau bidang non akademik ini lumayan,
yang pertama itu ada juara I catur itu
ditingkat gugus juara I , tingkat kecamatan
juara I, kemudian dikirim ke kabupaten, di
kabupaten dia urutan ke 12 dari 17 anak.
Prestasi sebelumnya yaitu futsal, mendapat
juara II di tingkat gugus. Kemudian juara II
festival dolanan anak se-kabupaten Sleman
itu tahun 2015. Kemudian Mbak Ega (salah
satu siswa) mewakili Mangunan terpilih
dalam Hari Anak Nasional sebagai pemuda
harapan bangsa itu tahun 2016, itu
diserahkan oleh Mentri Pemberdayaan
Perempuan di Mataram, Lombok. Itu pas
Hari Anak Nasional. Kemudian Mbak Elin
(salah satu siswa) pernah mengikuti lomba
nyanyi tingkat kecamatan.
3. Kalau selama lima tahun
itu hasil Ujian Nasional
dari siswa kelas VI ini
bagaimana?
3. Kalau hasil ujian nasional, untuk IPA itu
ada dari tahun 2011/ 2012 itu nilai rata-rata
61,8, itu dengan jumlah 29 siswa, 2 ABK
(Anak Berkebutuhan Khusus). Ini yang
jelas ABK ada 2, kalau yang mungkin slow
learner belum termasuk. Kemudian yang
tahun pelajaran 2012/ 2013 itu rata-rata
nilai UN IPA lumayan 75,1 dengan 22
siswa. Lalu 2013/ 2014 rata-rata nilai UN
IPA adalah 70,7, 26 siswa, yang di tahun
ini tidak ada ABK tapi mungkin yang
kesulitan belajar ada. Tahun 2014/ 2015
rata-rata nilai UN IPA adalah 67,31, 26
siswa dengan 3 ABK. Pada tahun pelajaran
2015/ 2016 ini bagus, paling bagus, yaitu
rata-rata nilai UN IPA adalah 83,15, itu 24
siswa. kalau yang angkatan ini yang ABK
tidak ada, mungkin yang kesulitan belajar
atau lambat belajar itu ada. Ini meraih nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
tertinggi IPA itu 100, Chandra (salah satu
siswa). makanya bisa mencapai rata-rata
83,15, kalau dilihat dari isi nilai IPA lima
tahun terakhir itu yang paling bagus rata-
ratanya itu tahun kemarin (2015/ 2016).
Memang dari kelas I, angkatan 2015/ 2016
yang kemarin lulus itu angkatan yang
istilahnya bisa diharapkan secara akademis,
nilainya, ya walaupun satu, dua siswa ada
yang nilainya dibawah sekali itu ada. Kalau
nilai UN dibandingkan mapel yang lain itu
masih lebih baik dibandingkan Matematika.
4. Kalau dari sekolah
sendiri apakah sudah ada
media belajar untuk IPA?
4. Media pembelajaran sudah ada. Hanya
memang jumlahnya cukup dalam artian
terbatas, ada yang memang masih kurang
beberapa, dan kondisinya itu beberapa ada
yang rusak dan beberapa ada yang masih
bisa dipakai.
5. Lalu untuk perawatan
media pembelajaran
tersebut, apakah dari
pihak sekolah sudah
melakukan penyimpanan
media pembelajaran
dengan baik?
5. Disimpan dengan baik, yaitu di gudang
kecil awalnya, kalau sekarang sudah
ditempatnya, yang mengurusi bidang
sarpras. Jadi kalau bidang sarpras itu
mengelola sarana prasarana yang ada di
Mangunan salah satunya adalah alat peraga.
Ya mereka baru mengawali pengelolaan
alat peraga, kalau mau pinjam dicatat, dan
itu supaya penggunaannya juga jelas tidak
tersebar kemana-mana mereka
menyediakan satu buku pinjaman alat
peraga, siapa yang pinjam wajib menulis
disitu supaya nanti terlacak. Biasanya
teman-teman guru itu meminjam alat
peraga tetapi ditinggal di kelas, jadi dipakai
untuk mainan anak-anak sampai kadang
ada yang rusak. Nah, mulai sekarang
sedang ditertibkan.
6. Media pembelajaran itu
sendiri apakah berasal
dari hibah atau membuat
sendiri?
6. Media pembelajaran ada yang hibah, ada
yang beli sendiri, dan ada yang dibuat
sendiri, misalnya membuat media
pembelajaran paru-paru dari botol bekas.
7. Apabila guru membuat
media pembelajaran,
yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan media
pembelajaran itu apa bu?
7. Mungkin bahan ya, kemudian alat,
keamanan bahan itu, kemudian tujuannya
membuat media pembelajaran untuk apa,
fungsinya membuat media pembelajaran,
dan manfaatnya membuat media
pembelajaran untuk apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
8. Lalu, biasanya untuk
media pembelajaran ada
yang tidak bertahan lama,
maka sebaiknya kita
memperhatikan ha-hal
apa kalau mau
menggandakan media
pembelajaran?
8. Faktornya itu kalau kita mau
menggandakan media pembelajaran, karena
mungkin kurang ya untuk anak. Dengan
jumlah media pembelajaran yang ada itu
tidak cukup memadai untuk sekian anak,
jadi sekolah perlu mengadakan lagi , entah
itu membeli, entah itu nanti caranya dengan
membuat. Kalau misalnya globe kan kita
bisa membuat, misalnya, tapi
membutuhkan waktu yang lama dan biaya
yang tidak sedikit. Namun kalau misalnya
untuk alat ukur seperti itu kan rawan pecah
ya, kalau kita benar-benar butuh, ya mau
tidak mau itukan harus membeli. Jadi
sebelum menggandakan perlu
memperhatikan kebutuhannya.
9. Kemudian, untuk
pembelajaran IPA di
kelas, dari Bu Padmi jadi
guru kelas, kemudian
menjadi Kepala Sekolah,
bagaimana proses
pembelajarannya?
9. Pembelajaran IPA selama ini cukup
variatif, misalkan dengan penelitian kecil,
misalnya yang pernah saya lakukan itu
waktu itu anak-anak tertarik dengan
metamorfosis kupu-kupu. Anak-anak
melihat ada ulat kecil di suatu pohon,
kemudian mereka ambil dengan daunnya,
lalu mereka taruh di suatu tempat kemudian
mereka amati. Setiap hari diamati,
bagaimana perkembangannya sampai bisa
menjadi kupu-kupu. Selain itu, bisa dengan
permainan IPA, seperti ular tangga.
Kemudian dengan kuis, dengan percobaan
menggunakan alat peraga, atau kita bisa
menggunakan alat, benda atau lingkungan
yang ada di sekitar kita. Misalnya
mengamati hewan di sekitar lingkungan
sekolah, anak-anak diajak ke sungai kecil
dekat sekolah untuk mengamati kepiting.
10. Lalu metode yang
digunakan pada
pembelajaran IPA
penekanannya lebih
kepada penggunaan
media pembelajaran atau
eksplorasi?
10. Tergantung materi yg disampaikan, apabila
materi harus menggunakan media
pembelajaran dan media tersebut ada maka
bisa dengan menggunakan media
pembelajaran. Namun apabila materi
pembelajaran lebih pada pengenalan
lingkungan maka metode yang digunakan
eksplorasi. Atau bisa juga dua-duanya di
gabungkan.
11. Kemudian, secara umum
setiap media
11. Kalau yg dimiliki Mangunan paling banyak
4 buah, jadi kalau penggunaannya setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
pembelajaran digunakan
oleh berapa siswa?
media bisa dipakai 5 sampai 6 anak. Kalau
media pembelajaran yang diperoleh dari
hibah biasanya jumlahnya lebih banyak,
bisa sampai 3 kardus. Namun, kalau
misalnya media pembelajaran berupa
replika manusia dengan organ-organ dalam
itu kami hanya punya satu atau dua saja.
12. Lalu bagaimana respon
atau tanggapan siswa saat
menggunakan media
pembelajaran?
12. Sangat antusias. Para siswa di Mangunan
keingintahuannya cukup besar, jadi jika
mereka bisa melihat sesuatu secara
kontekstual mereka akan sangat penasaran.
Tak jarang ada yang dibuat mainan. Selain
itu, dengan melihat dan merasakan,
pemahaman siswa lebih meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 1.5 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Lampiran 1.6 Transkrip Wawancara dengan Guru
Pertanyaan Jawaban
1. Media pembelajaran IPA apa
saja yang terdapat di kelas?
1. Belum ada mbak, belum memiliki
media pembelajaran di kelas.
2. Apakah bapak pernah
menggunakan media
pembelajaran saat melakukan
pembelajaran IPA?
2. Saya pernah menggunakan gambar
binatang maupun tumbuhan. Saya
juga pernah menggunakan media
seperti kartu-kartu. Sesekali saya juga
pernah menggunakan video
pembelajaran.
3. Apakah bapak membuat media
pembelajaran sendiri? Apabila
iya, apa saja?
3. Saya pernah membuat media
pembelajaran sendiri mbak, hanya
saja media yang pernah saya buat
sederhana saja, seperti contoh gambar
planet-planet bumi atau hewan dan
tumbuhan. Kalau tidak, saya
memberikan tugas kepada siswa
untuk membuat sendiri medianya,
mereka menggambar hewan di kertas
karton kemudian mereka potong
sendiri dengan diberi keterangan apa
saja nama-nama bagiannya.
4. Lalu bagaimana pengaruh media
pembelajaran bagi siswa dalam
memahami materi?
4. Sangat berpengaruh mbak.
Pengaruhnya siswa menjadi lebih
aktif, terutama saat tanya-jawab.
Media pembelajaran juga bisa
menarik perhatian siswa, sehingga
siswa tidak bosan. Karena menarik,
ingatan siswa juga lebih tahan lama
mbak.
5. Lalu, apakah bapak mengalami
kesulitan dalam menyampaikan
materi pembelajaran IPA? Jika
ada, apakah alasannya pak?
5. Setiap guru pasti pernah mengalami
kesulitan dalam menyampaikan
materi mbak. Saya sendiri merasa
kesulitan apabila materi tersebut
sifatnya harus kontekstual.
Contohnya misalnya pengenalan ciri
hewan, seperti ular, tidak mungkin
hewan tersebut bisa didatangkan
secara langsung di kelas.
6. Materi apa saja yang dianggap
sulit oleh siswa?
6. Materi yang sifatnya kontekstual tadi
mbak, siswa mengalami kesulitan
dalam materi bagian-bagian tubuh
hewan karena sebagian siswa belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
pernah melihat secara langsung salah
satu hewan yang disebutkan dalam
buku cetak.
7. Lalu usaha apa yang bapak
lakukan untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa tersebut?
7. Saya mencoba mengenalkan siswa
dengan segala sesuatu yang ada di
sekitar lingkungan sekolah, yang
disesuaikan dengan materi
pembelajaran IPA. Misalnya, saya
pernah mengajak siswa untuk
melakukan pengamatan terbatas pada
hewan, seperti ayam, yang dipelihara
oleh sekolah untuk mengenalkan
materi. Selain itu, saya juga sering
memberikan kuis atau latihan soal
untuk mengetahui seberapa paham
siswa terhadap materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Lampiran 1.7 Lembar Hasil Validasi Pedoman Wawancara untuk Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Lampiran 1.8 Transkrip Wawancara dengan Siswa
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat kamu saat
belajar IPA di kelas?
Sudah bagus bu, karena pelajarannya
menyenangkan.
2. Apakah kamu senang dengan
pembelajaran IPA yang dilakukan
selama ini?
Senang bu, karena sering diajak jalan-
jalan melihat pemandangan.
3. Apakah bapak gurumu pernah
menggunakan media pembelajaran
saat belajar IPA?
Pernah sih bu, tapi jarang.
4. Jika pernah, media apa yang
digunakan saat belajar IPA?
Waktu itu pernah dengan gambar-
gambar hewan sama bunga bu.
5. Apakah kamu tertarik dengan
media yang digunakan oleh bapak
gurumu?
Tertarik bu, jadi lebih gampang
belajarnya.
6. Apa kamu lebih mudah mengerti
ketika belajar menggunakan
media? Apa alasannya?
Iya bu, soalnya jadi lebih gampang
belajarnya.
7. Apa kamu pernah mengalami
kesulitan saat belajar IPA?
Kadang-kadang.
8. Materi apa yang kamu anggap
sulit?
Kalau disuruh menghafal nama
bagian-bagian hewan, nama bagian
tumbuhan, trus sama fungsi-fungsinya
itu bu. Soalnya kadang aku nggak
pernah lihat kayak apa bentuknya.
9. Apakah bapak guru membantu
mengatasi kesulitan belajarmu?
Iya bu, biasanya sama pak Ifnu dikasih
kuis terus kalau ada yang salah dikasih
tau jawabannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Lampiran 2 Instrumen Analisis Kebutuhan
Lampiran 2.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 2.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
Lampiran 2.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
SD Setara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
Lampiran 2.4 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Lampiran 2.5 Lembar Hasil Pengisian Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Lampiran 3 Instrumen Tes
Lampiran 3.1 Lembar Hasil Validasi Isi Instrumen Tes oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Lampiran 3.2 Lembar Hasil Validasi Konstruk Instrumen Tes Oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
Lampiran 3.3 Lembar Hasil Pengerjaan Soal Tes oleh Siswa dalam Uji Empiris
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
Lampiran 3.4 Output SPSS untuk Perhitungan Validitas Reliabilitas Instrumen
Tes
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.714 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
Lampiran 3.5 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
Lampiran 3.6 Lembar Hasil Pengerjaan Pretest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
Lampiran 3.7 Lembar Hasil Pengerjaan Posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
Lampiran 4 Validasi Produk
Lampiran 4.1 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Validasi Produk oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
Lampiran 4.2 Lembar Hasil Validasi Kuesioner Tanggapan Mengenai Media
Pembelajaran oleh Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
Lampiran 4.3 Lembar Hasil Uji Keterbacaan Kuesioner Tanggapan Mengenai
Media Pembelajaran oleh Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
Lampiran 4.4 Lembar Hasil Validasi Produk oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
Lampiran 4.5 Lembar Hasil Validasi Album Penggunaan Media Pembelajaran
oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
Lampiran 4.6 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
Lampiran 4.7 Lembar Hasil Tanggapan Mengenai Media Pembelajaran oleh
Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5.1 Surat Ijin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
Lampiran 6.1 Dokumentasi
Gambar 1. Penjelasan Guru Gambar 2. Siswa menggunakan media
Gambar 3. Siswa menggunakan puzzle Gambar 4. Siswa menggunakan kartu
Gambar 5. Pengerjaan Posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
Lampiran 7.1 Album Media Bagian-Bagian Tubuh Katak
ALBUM PETUNJUK PENGGUNAAN
MEDIA PEMBELAJARAN BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK
Disusun Oleh:
Margareta Aprilia Husadani
131134137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan kasih dan berkat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan album petunjuk
penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak berbasis metode
Montessori. Album petunjuk penggunaan media pembelajaran ini dibuat untuk
melengkapi tugas akhir skripsi dengan judul ”Pengembangan Media Pembelajaran
IPA Materi Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis Metode Montessori”.
Album petunjuk penggunaan media pembelajaran ini dapat selesai tidak
lepas dari bantuan beberapa pihak yang membantu dalam proses pembuatannya.
Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan album ini yaitu :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria, yang selalu menuntun setiap langkah dalam
pembuatan album petunjuk penggunaan media pembelajaran materi bagian-
bagian tubuh katak berbasis metode Montessori.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. dan Elisabeth Desiana
Mayasari S.Psi., M. A., yang mendampingi dan memberikan saran dalam
penyempurnaan album.
4. Para validator yang telah membantu dalam penilaian album petunjuk
penggunaan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
5. Keluarga Besar SD Kanisius Eksperimental Mangunan yang bersedia
bekerjasama membantu sebagai tempat uji coba terbatas dan tempat
penelitian.
6. Pak Muhibat yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam proses pembuatan
media pembelajaran.
7. Teman-teman satu payung Montessori yang selalu memberikan saran yang
mendukung dalam pembuatan album petunjuk penggunaan media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak.
Selama pembuatan album media pembelajaran ini, peneliti mengalami
beberapa kendala baik faktor dalam maupun faktor luar akan tetapi bukan menjadi
alasan bagi peneliti untuk berputus asa dalam mengerjakan album media
pembelajaran ini. Semoga album media pembelajaran ini bermanfaat bagi para
pembaca. Peneliti memohon maaf apabila dalam penyajian album media
pembelajaran ini ada beberapa kesalahan baik dalam sistematika penyajian
maupun isi.
Yogyakarta, 21 Juli 2017
Peneliti
Margareta Aprilia Husadani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
Pengenalan Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak
Media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak terdiri dari enam
komponen. Komponen tersebut terdiri dari papan replika bagian-bagian tubuh
katak, papan puzzle bagian-bagian tubuh katak, kartu materi bagian-bagian tubuh
katak, kotak penyimpanan replika, kotak penyimpanan puzzle, dan kotak
penyimpanan kartu materi.
Komponen yang pertama adalah replika katak.
Replika katak ini memiliki dua sisi, yaitu bagian-
bagian luar dan bagian-bagian dalam katak.
Replika bagian-bagian luar tubuh katak berwarna
dasar hijau dan terdapat bercak-bercak berwarna kuning sehingga terlihat
menarik. Replika bagian-bagian dalam tubuh katak dibuat dengan bermacam-
macam warna dan berbentuk timbul untuk menunjukkan bagian-bagian organ
dalam katak yang saling terhubung.
Komponen yang kedua adalah papan puzzle
bagian-bagian tubuh katak, yang memiliki ukuran
30cm x 40cm dengan ketebalan 1,5cm. Papan
puzzle ini menampung dua bagian, yaitu puzzle
bagian-bagian dalam tubuh katak yang terletak pada bagian bawah dan puzzle
bagian-bagian luar tubuh katak yang terletak pada bagian atas. Puzzle bagian-
bagian dalam katak terbagi menjadi 7 bagian dengan 7 warna yang berbeda.
Puzzle bagian-bagian luar katak berbentuk timbul, memiliki 4 bagian dengan
warna dasar hijau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
Komponen yang ketiga adalah kartu materi.
Terdapat tiga macam kartu materi yang harus
disusun, yaitu kartu gambar bagian-bagian tubuh
katak, kartu nama bagian-bagian tubuh katak, dan
kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak. Tiga macam kartu materi tersebut
dibedakan berdasarkan warna pada bagian tepi, yaitu hijau pada kartu gambar,
merah pada kartu nama, dan kuning pada kartu kegunaan. Selain itu, dilengkapi
juga dengan kartu pengendali kesalahan sebagai kunci jawaban apabila siswa
melakukan kesalahan saat menyusun kartu materi.
Komponen yang keempat adalah kotak
penyimpanan replika bagian-bagian tubuh katak.
Kotak penyimpanan replika berukuran 1 4 c m x
3 8 c m dengan tinggi 27cm. Kotak penyimpanan
dilengkapi dengan tutup yang berfungsi sebagai tempat untuk melindungi media
pembelajaran replika dari bentuk keras.
Komponen yang kelima adalah kotak penyimpanan
puzzle. Kotak penyimpanan dilengkapi dengan
tutup yang berfungsi sebagai tempat untuk
melindungi media pembelajaran puzzle dari
benturan benda keras. Kotak penyimpanan puzzle berukuran 33cm x 42cm dengan
tinggi 7,5cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
Komponen yang keenam adalah kotak
penyimpanan kartu materi dengan ukuran 28cm x
20 cm dengan tinggi 10 cm. Kotak tersebut terbagi
menjadi empat bagian, yaitu sebagai tempat
meletakkan kartu gambar bagian-bagian tubuh katak, kartu nama bagian-bagian
tubuh katak, kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak, serta kartu pengendali
kesalahan bagian-bagian tubuh katak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
PETUNJUK PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN
BAGIAN-BAGIAN TUBUH KATAK
Materi Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak
Tujuan Langsung Mengenal nama dan kegunaan bagian-bagian luar
dan bagian-bagian dalam tubuh katak.
Tujuan Tidak Langsung Memperlihatkan bentuk organ dalam tubuh katak.
Syarat Siswa mengenal bagian-bagian tubuh hewan.
Usia 7-8 tahun
Media Pembelajaran
1. Replika bagian-bagian tubuh katak.
2. Puzzle bagian-bagian tubuh katak.
3. Kartu materi dan kartu pengendali kesalahan.
4. Kotak penyimpanan
Pengendali kesalahan Puzzle (bentuk dan ukuran berbeda)
Kartu materi (warna pada bagian tepi)
Persiapan Pertama
1. Guru mengajak siswa untuk belajar bersama dengan berkata “ Hari ini kita
akan mempelajari bagian-bagian tubuh katak. Mari belajar bersama dengan
menggunakan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak bersama ibu!”.
2. Guru mengarahkan siswa untuk mengambil media pembelajaran replika
bagian-bagian tubuh katak dari tempat penyimpanan, dengan berkata “Mari
bantu ibu membawa media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak ke meja
kerja!”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
3. Guru mengarahkan siswa dalam membawa media pembelajaran bagian-
bagian tubuh katak ke meja kerja.
4. Siswa mengambil media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak dari tempat
penyimpanan.
5. Siswa meletakkan media pembelajaran bagian-bagian katak di atas
meja/karpet.
6. Guru mengarahkan siswa untuk duduk di samping kirinya.
7. Guru membuka papan replika bagian-bagian tubuh katak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
Latihan Pertama
8. Guru mengenalkan bagian-bagian luar tubuh katak menggunakan replika,
dengan berkata “Bagian yang berwarna hijau dan terdapat bercak kuning ini
adalah bagian-bagian luar tubuh katak”.
9. Guru mengenalkan bagian kepala pada replika dengan berkata “bagian yang
terdapat mata dan mulut ini adalah bagian kepala” sambil menunjuk bagian
menggunakan telunjuk tangan.
10. Guru mengenalkan bagian kaki depan pada replika dengan berkata “bagian
yang memiliki tiga selaput ini adalah bagian kaki depan” sambil menunjuk
bagian menggunakan telunjuk tangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
11. Guru mengenalkan bagian kaki belakang pada replika dengan berkata “bagian
yang terdapat empat selaput ini adalah bagian kaki belakang” sambil
menunjuk bagian menggunakan telunjuk tangan.
12. Guru mengenalkan bagian badan pada replika dengan berkata “bagian yang
menghubungkan kaki dengan kepala adalah bagian badan” sambil menunjuk
bagian menggunakan telunjuk tangan.
13. Guru bertanya kepada siswa “mana kepala?”.
14. Guru bertanya kepada siswa “mana kaki depan?”.
15. Guru bertanya kepada siswa “mana kaki belakang?”.
16. Guru bertanya kepada siswa “mana badan?”.
17. Guru mengenalkan bagian-bagian dalam tubuh katak menggunakan replika,
dengan berkata “bagian yang berbentuk timbul ini adalah bagian-bagian
dalam tubuh katak”.
18. Guru mengenalkan bagian esofagus pada replika dengan berkata “bagian
yang menonjol dan terdapat di dalam mulut ini adalah bagian esofagus”
sambil meraba bagian esofagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
19. Guru mengenalkan bagian lambung pada replika dengan berkata “bagian
yang tersembunyi dan berwarna hijau ini adalah lambung” sambil meraba
bagian dan menyebutkan nama bagian lambung.
20. Guru mengenalkan bagian hati pada replika dengan berkata “bagian yang
berwarna merah marun ini adalah hati” sambil meraba bagian hati.
21. Guru mengenalkan bagian usus kecil pada replika dengan berkata “bagian
yang berbentuk seperti ular dan berwarna hijau ini adalah usus kecil” sambil
meraba bagian usus kecil.
22. Guru mengenalkan bagian jantung pada replika dengan berkata “bagian yang
merah dan berotot ini adalah jantung” sambil meraba bagian jantung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
23. Guru mengenalkan bagian usus besar pada replika dengan berkata “bagian
yang ini berada di bagian belakang dan besar ini adalah usus besar” sambil
meraba bagian usus besar.
24. Guru mengenalkan bagian paru-paru pada replika dengan berkata “bagian
yang berwarna biru ini adalah paru-paru” sambil meraba bagian paru-paru.
25. Guru bertanya kepada siswa “mana esofagus?”.
26. Guru bertanya kepada siswa “mana lambung?”.
27. Guru bertanya kepada siswa “mana hati?”.
28. Guru bertanya kepada siswa “mana usus halus?”.
29. Guru bertanya kepada siswa “mana usus besar?”.
30. Guru bertanya kepada siswa “mana jantung?”.
31. Guru bertanya kepada siswa “mana paru-paru?”.
Latihan kedua
32. Guru mengenalkan media pembelajaran puzzle bagian-bagian tubuh katak,
dengan berkata “ini adalah puzzle bagian-bagian tubuh katak. Pada puzzle
bagian-bagian tubuh katak ini terdapat dua macam bagian, yaitu bagian-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
bagian dalam tubuh katak dan bagian-bagian luar tubuh katak. Mari
membantu ibu untuk mengeluarkan bagian-bagian puzzle dari papan”.
33. Guru mengenalkan kegunaan bagian-bagian dalam tubuh katak menggunakan
puzzle dengan berkata “ini adalah bagian jantung.
Kegunaan jantung pada katak adalah untuk mengedarkan darah ke seluruh
tubuh,” sambil meraba bagian jantung.
34. Guru memasang puzzle bagian-bagian dalam tubuh katak pada papan puzzle.
35. Guru bertanya kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian dalam tubuh
katak, misalnya “apa kegunaan bagian esofagus?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
36. Guru mengenalkan kegunaan bagian-bagian luar tubuh katak menggunakan
puzzle dan berkata, misalnya “ini adalah bagian badan. Kegunaan badan pada
katak adalah untuk melindungi bagian-bagian dalam katak,” sambil meraba
bagian badan.
37. Guru memasang puzzle bagian-bagian luar tubuh katak pada papan puzzle.
38. Guru bertanya kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian luar tubuh katak
dengan berkata misalnya, “apa kegunaan bagian kaki belakang katak?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
39. Setelah guru menjelaskan beberapa kegunaan bagian-bagian tubuh katak,
guru menawarkan kepada siswa untuk menyusun puzzle bagian-bagian tubuh
katak dengan berkata, “apakah kamu mau mencoba?”.
40. Siswa melanjutkan memasang puzzle bagian-bagian tubuh katak.
Latihan Ketiga
41. Guru mengeluarkan kartu materi dari kotak penyimpanan dan meletakkannya
di atas karpet/meja.
42. Guru mengambil salah satu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak dan
berkata, misalnya “ini adalah kartu gambar badan katak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
43. Guru meletakkan salah satu kartu gambar bagian-bagian tubuh katak yang
sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi.
44. Guru mencari salah satu kartu nama bagian-bagian tubuh katak berdasarkan
kartu gambar bagian-bagian tubuh katak yang sudah diambil dengan berkata,
“ini adalah kartu nama badan katak”.
45. Guru meletakkan salah satu kartu nama bagian-bagian tubuh katak yang
sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi. Kartu nama
tersebut diletakkan di bawah kartu gambar salah satu bagian-bagian tubuh
katak yang sudah diletakkan sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
46. Guru mencari salah satu kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak
berdasarkan kartu gambar dan kartu nama bagian-bagian tubuh katak yang
sudah diambil dengan berkata, “ini adalah kartu kegunaan badan katak”.
47. Guru meletakkan salah satu kartu kegunaan bagian-bagian tubuh katak yang
sudah diambil, pada karpet/meja tempat menyusun kartu materi. Kartu nama
tersebut diletakkan di bawah kartu gambar dan kartu nama salah satu bagian-
bagian tubuh katak yang sudah diletakkan sebelumnya.
48. Guru kemudian memeriksa kebenaran kartu materi yang telah disusun
menggunakan kartu pengendali kesalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
49. Apabila salah satu kartu gambar, kartu nama, dan kartu kegunaan yang
disusun sudah cocok, kartu materi tersebut diletakkan di kotak penyimpanan
dan dilanjutkan untuk menyusun kartu materi yang lain.
50. Apabila salah satu kartu materi yang disusun tidak cocok, maka kartu materi
disusun ulang lagi dan diganti sesuai dengan pasangannya.
51. Guru menawarkan kepada siswa untuk menyusun kartu materi bagian-bagian
tubuh katak dengan berkata, “apakah kamu mau mencoba?”.
52. Siswa melanjutkan menyusun kartu materi bagian-bagian tubuh katak.
Penutup
53. Guru memberikan kesimpulan dengan berkata, “ hari ini, kita telah belajar
mengenai bagian-bagian tubuh katak dan kegunaannya menggunakan media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak”. Jika kamu ingin belajar, kamu bisa
mengambil media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak pada rak/lemari
penyimpanan.
54. Guru meminta siswa untuk mengembalikan media pembelajaran bagian-
bagian tubuh katak dengan berkata, “mari bantu ibu mengembalikan media
pembelajaran bagian-bagian tubuh katak!”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
55. Siswa mengembalikan media pembelajaran bagian-bagian tubuh katak ke
rak/lemari penyimpanan.
56. Siswa membereskan tempat kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
Lampiran 8.1 Foto Media Pembelajaran Bagian-Bagian Tubuh Katak Berbasis
Metode Montessori
Replika bagian-bagian tubuh katak (tampak samping kiri dan kanan)
Puzzle bagian-bagian tubuh katak
Kartu materi bagian-bagian tubuh katak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
Lampiran 9.1 Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
Margareta Aprilia Husadani merupakan anak pertama
dari pasangan Jaka Warsono dan Lucia Eko Setyani.
Lahir di kabupaten Wonogiri pada tanggal 23 April 1995.
Pendidikan awal dimulai dari SD Kanisius Serenan I
Giriwoyo pada tahun 2001-2007. Penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di SMP Pangudi Luhur St.
Vincentius Giriwoyo pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Kemudian,
penulis melanjutkan pendidikan di SMA Pangudi Luhur St. Vincentius Giriwoyo
dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, peneliti tercatat sebagai mahasiswa
Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sanata Dharma. Berikut ini daftar
kegiatan yang pernah diikuti penulis selama menjadi mahasiswa Universitas
Sanata Dharma.
No. Nama Kegiatan Tahun Peran
1. Inisiasi Universitas Sanata Dharma 2013 Peserta
2. English Club Program 2013-2015 Peserta
3. Inisiasi Fakultas (INFISA) 2013 Peserta
4. Pelatihan Pengembangan
Kepribadian Mahasiswa I dan II
2013 Peserta
5. Kursus Mahir Dasar Pramuka
(KMD)
2014 Peserta
6. Week-end Moral 2014 Peserta
7. Story Telling and Writing Contest
PGSD
2015 Panitia
8. Festival Paduan Suara Mahasiswa
Perguruan Tinggi Swasta Kopertis
Wilayah V Yogyakarta
2015 Peserta
9. Pesparawi Mahasiswa Tingkat
Nasional X
2016 Peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI