pengembangan media alat peraga impuls saraf …repository.umrah.ac.id/2642/1/dina dwi...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MEDIA ALAT PERAGA IMPULS SARAF SEBAGAI
MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI SISTEM SARAF KELAS XI
IPA: KAJIAN ASPEK VALIDASI
Artikel Ilmiah
Oleh
DINA DWI YUNIARTI
NIM 140384205069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
1
PENGEMBANGAN MEDIA ALAT PERAGA IMPULS SARAF
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI SISTEM
SARAF KELAS XI IPA: KAJIAN ASPEK VALIDASI
Dina Dwi Yuniarti1, Nurul Asikin
2, Nevrita
3
Email: [email protected]
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk media alat
peraga impuls saraf yang valid sebagai media pembelajaran pada materi sistem
saraf kelas XI IPA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
dan pengembangan (R&D) dengan menggunakan model 4D. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa media alat peraga impuls saraf sangat valid digunakan
dengan rata-rata persentase sebesar 87.63% yang dibuktikan berdasarkan
penilaian dari beberapa validator yang ahli dibidangnya. Validator media alat
peraga impuls saraf terdiri dari empat orang yaitu dua ahli materi dan dua orang
ahli media. Berdasarkan penilaian dari kedua ahli materi yang terdiri dari tiga
aspek memperoleh rata-rata persentase sebesar 88.63% dengan kriteria sangat
valid. Penilaian untuk ahli media yang terdiri dari lima aspek memperoleh rata-
rata persentase sebesar 85.29% dengan kriteria sangat valid. Sementara penilaian
ahli teknisi yang terdiri dari dua aspek penilaian memperoleh rata-rata persentase
sebesar 95.83% dengan kriteria sangat valid. Berdasarkan penilaian yang telah
diperoleh dapat dikatakan bahwa media alat peraga impuls saraf yang telah
dikembangkan sudah valid atau layak digunakan dalam proses belajar mengajar
karena sudah sesuai dengan kriteria alat peraga yang baik menurut Kemendikbud
tahun 2011.
Kata Kunci: Media Pembelajaran, Alat Peraga Impuls Saraf, Materi Sistem
Saraf, Aspek Validasi.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap
orang mengalami belajar dalam hidupnya. Salah satu pertanda bahwa seseorang
telah melakukan aktivitas belajar ialah adanya perubahan tingkah laku dalam
dirinya baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap seseorang. Seperti
yang dikatakan oleh Arsyad (2014: 7) bahwa “dengan adanya pengalaman belajar
2
seseorang akan mengalami perubahan sikap atau tingkah laku”. Hamiyah dan
Juahar (2014: 4) menyatakan bahwa “perubahan sikap atau tingkah laku seseorang
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, diantaranya pengetahuan, sikap,
keterampilan, serta perubahan aspek lainnya dalam kegiatan proses belajar”.
Proses belajar dapat terjadi kapanpun dan di manapun. Namun, belajar dilakukan
secara terencana sehingga belajar memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai
setelah proses belajar terjadi. Tujuan belajar adalah untuk memperoleh informasi
melalui pesan yang diberikan pengajar dengan harapan terjadi perubahan positif
pada diri seseorang sebagai hasil belajar. Untuk mencapai tujuan tersebut peserta
didik dibimbing oleh guru, baik di lingkungan sekolah maupun pada saat proses
belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian informasi dari sumber pesan melalui saluran atau media
tertentu ke penerima. Proses belajar mengajar sangat dibutuhkan media sebagai
penunjang agar tujuan pembelajaran tercapai.
Menurut Ali (2010: 89) media pembelajaran adalah “segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses
belajar mengajar”. Sedangkan menurut Musfiqon (2012: 28) media pembelajaran
dapat didefinisikan “sebagai alat bantu berupa fisik maupun nonfisik yang sengaja
digunakan sebagai perantara antara guru dan peserta didik dalam memahami
materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien”. Berdasarkan kedua pendapat
tersebut, diketahui bahwa media pembelajaran sangat penting dan tak pernah lepas
dari proses belajar mengajar. Ruang lingkup media pembelajaran meliputi segala
alat, bahan ajar, peraga, serta sarana dan prasarana sekolah yang digunakan dalam
3
proses pembelajaran. Umumnya guru menggunakan media pembelajaran berupa
media cetak, media gambar, torso, dan ada beberapa guru menggunakan media
audio visual jika media tersebut tersedia di sekolah. Dapat dikatakan bahwa tidak
semua sekolah menyediakan media pembelajaran yang sesuai dengan topik
pembelajaran, untuk itu akan lebih baik jika guru lebih kreatif dalam memilih
media pembelajaran. Ditambah lagi adanya beberapa materi yang abstrak atau
sulit dimengerti dalam pembelajaran sehingga membutuhkan media pembelajaran
yang sesuai.
Berdasarkan hasil observasi tiga sekolah (SMAN 1 Toapaya, SMAN 1
Bintan Timur, dan SMAN 3 Tembeling), diketahui bahwa pada materi sistem
saraf masih dianggap cukup sulit. Hal ini disebabkan mungkin karena materinya
yang cukup banyak dan masih bersifat abstrak jika siswa hanya membayangkan
tanpa media pembelajaran yang khusus. Sementara media pembelajaran yang
mendukung terbatas sehingga, pembelajaranyang kurang menarik. Pemaparan tiga
sekolah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan di sekolah
SMA Negeri 1 Toapaya dikarenakan sekolah SMA Negeri 1 Toapaya lebih
membutuhkan solusi karena jika dibandingkan dengan dua sekolah lainnya, media
pembelajaran di sekolah SMA Negeri 1 Toapaya lebih terbatas, contohnya seperti
infokus. Berhubung infokus yang disediakan terbatas, guru sulit dalam
menyampaikan materi sitem saraf yang masih dianggap abstrak tadi.
Berdasarkan permasalahan dari beberapa sekolah yang telah dipaparkan,
maka perlu adanya solusi untuk membantu materi sitem saraf yang masih
dianggap sulit tadi untuk dapat diterima dengan mudah oleh siswa. Salah satu
solusinya ialah dengan membuat media pembelajaran yang sesuai dengan
4
kebutuhan siswa, media pembelajaran yang mampu menggambarkan materi
sistem saraf baik mengenai bagian- bagian sel saraf maupun jalannya rangsangan.
Sehingga peserta didik tidak hanya membayangkan saja tetapi melihat secara
langsung. Salah satu bentuk media yang dapat mewakili permasalahan tersebut
adalah media alat peraga impuls saraf untuk mengkonkretkan materi yang masih
bersifat abstrak. Seperti yang diungkapkan oleh Arsyad (2014: 9) bahwa “segala
sesuatu yang masih bersifat abstrak dapat dikonkretkan dengan alat peraga”.
Alat peraga ialah media alat bantu yang dapat memperagakan suatu konsep
materi. Alat peraga ini dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar dan
membantu peserta didik dalam proses belajarnya. Alat peraga yang akan
dikembangkan akan dilengkapi lampu LED tanpa menggunakan listrik karena
disambungkan dengan powerbank. Dengan menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran, peserta didik akan mampu berpikir dan mempunyai pengalaman
langsung, dengan melihat media tersebut secara nyata. Peserta didik dapat
menerima materi dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat serta
memegang langsung media tersebut. Penelitian pengembangan alat peraga sebagai
media pembelajaran diperkuat oleh hasil penelitian Hartati (2010: 131) yang
mengatakan bahwa dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran dapat
memudahkan peserta didik dalam memahami materi, karena peserta didik merasa
lebih senang dan tertarik untuk belajar. Berdasarkan permasalahan yang telah
dipaparkan, maka peneliti mengembangkan alat peraga impuls saraf sebagai
media pembelajaran pada materi sistem saraf untuk siswa kelas XI IPA.
5
METODE
Penelitian ini merupakan jenis penelitan dan pengembangan (R & D). Model
pengembangan yang digunakan adalah 4D yang terdiri dari empat tahapan yaitu
Define atau pendefinisian, Design atau perancangan, Development atau
pengembangan, dan Dissemination atau penyebaran. Akan tetapi pada penelitian
ini penulis hanya melakukan pada tahap development atau pengembangan, pada
tahap dissemination atau penyebaran tidak dilakukan dikarenakan membutuhkan
biaya yang mahal dalam menyebarkan produk tersebut serta membutuhkan waktu
yang lama dalam penelitian. Tahap pendefinisian (Define) dilakukan untuk
mengetahui kebutuhan siswa dalam belajar dengan menganalisis karakter peserta
didik, kurikulum yang digunakan serta konsep materi. Tahap selnajutnya yaitu
perancangan (Design) yang bertujuan untuk merancang media pembelajaran yang
susuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran. Pada tahap peranangan dimulai
dari menyusun konsep materi yang tergambar di dalam alat peraga impuls saraf,
kemudian menyusun ranangan awal alat peraga serta menari alat dan bahan yang
akan digunakan. Tahap yang terakhir yaitu pengembangan (Development) yang
dilakukan untuk menguji alat peraga impuls saraf yang telah siap diproduksi
sudah masuk ke dalam media pembelajaran yang baik.
HASIL
Penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan menghasilkan produk
berupa alat peraga impuls saraf sebagai media pembelajaran yang valid.
Pengembangan media alat peraga impuls saraf divalidasi oleh 2 orang ahli materi
dari dosen dan guru. Berdasarkan hasil dari 4 orang validator diperoleh rata-rata
persentase sebesar 87.63% yang dinyatakan sangat valid yang dapat dilihat pada
Tabel 1.
6
Tabel 1. Rekapitulasi hasil validasi
No Komponen Penilaian Presentase Kriteria
Ahli Materi
1. Substansi Materi 87,5 % Sangat Valid
2. Kesesuaian Materi 90,62% Sangat Valid
3. Inovasi Penyajian Materi 87,5% Sangat Valid
4. Umpan Balik 87,5% Sangat Valid
Ahli Media
1. Keterkaitan 75% Valid
2. Nilai Pendidikan 90% Sangat Valid
3. Ketahanan Alat 91,67% Sangat Valid
4. Efisiensi 87,5% Sangat Valid
5. Estetika 75% Valid
Ahli Teknisi
1. Intensitas Cahaya 91,66% Sangat Valid
2. Ketepatan 100% Sangat Valid
Rata–Rata Keseluruhan 87,63% Sangat Valid
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penilaian diketahui bahwa untuk penilaian ahli materi
yang ditinjau dari 3 aspek yaitu subtansi materi, kesesuaian materi, dan inovasi
penyajian materi. Aspek subtansi materi sudah dianggap sangat valid karena
materi pada alat peraga impuls saraf menggunakan tata bahasa yang mudah
dimengerti dan menggunakan bahasa yang tidak berbelit-belit. Seperti yang
dikatakan oleh Rahardi (2009:4) bahwa yang dimaksud dengan ketepatan
menggunakan tata bahasa yaitu dengan mempertimbangkan kata yang baik
digunakan dan kata yang tidak harus digunakan. Pada aspek kesesuian materi juga
sudah dianggap sangat valid karena konsep materi sudah sesuai dengan indikator
dan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Seperti yang
diungkapkan oleh Rusman (2012: 169) bahwa komponen tujuan yang ingin
dicapai dalam kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan apa yang dicapai. Pada
aspek inovasi penyajian sudah dianggap sangat valid dikarenakan kedalaman
materi yang disajikan pada alat peraga impuls saraf sudah sesuai dengan tingkat
pendidikan SMA, dimana menurut Jean Piaget dalam Nasution (2013: 31) pada
7
usia tersebut anak mulai sanggup untuk berpikir secara abstrak dan dapat
memecahkan masalah.
Validasi dari ahli media terdiri dari 5 aspek yaitu aspek keterkaitan, aspek
nilai pendidikan, aspek ketahanan alat, aspek etetika dan aspek efisiensi.
Diketahui bahwa pada aspek keterkaitan sudah dianggap sangat valid karena
adanya konsepp materi yang termuat pada alat peraga sudah sesuai. Selain itu,
tujuan pembelajaran yang ditetapkan juga sudah sesuai. Seperti yang dikatakan
oleh Sardiman (2010: 25) bahwa tujuan pembelajaran digunakan untuk membuat
situasi belajar yang lebih terarah pada aspek nilai pendidikan juga sudah dianggap
sangat valid karena alat peraga sesuai dengan perkembangan intelektual peserta
didik dan adanya alat peraga mempermudah peserta didik dalam memahami
konsep serta menarik perhatian siswa untuk belajar. Seperti yang diungkapkan
oleh Putranto (2012: 38) bahwa media pembelajaran yang menarik akan
meningkatkan daya tarik belajar siswa.
Pada aspek ketahanan alat juga sudah dianggap sangat valid karena alat
peraga impuls saraf terbuat dari bahan yang tidak mudah hancur, tidak
membahayakan, dan tidak memerlukan perlakuan khusus. Pada aspek efisiensi
sudah dianggap sangat valid karena alat peraga impuls saraf mudah digunakan
dan konsep materi mudah dipahami. Seperti yang dikatakan oleh Darmawan
(2014:45) bahwa media pembelajaran yang mudah dipahami olh siswa apabila
media tersebut berisi informasi yang penting dan memiliki nilai dan manfaat
tertentu. Sementara aspek terakhir yaitu aspek estetika dianggap valid karena
pemilihan warna yang digunakan seimbang dan menarik perhatian. Seperti yang
diungkapkan oleh Daryanto (2013: 69) bahwa selain subtansi materinya yang
benar materi yang disajikan juga harus disajikan seara menarik. Validasi oleh ahli
teknisi yang ditinjau dari 2 aspek penilaian yaitu intensitas ahaya dan ketepatan
sudah dianggap sangat valid. Hal ini dikarenakan pemasangan lampu dan susunan
aliran sudah sesuai dengan papan pcb.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu media alat peraga impuls saraf yang telah
8
dikembangkan sudah dinyatakan valid atau layak sebagai media pembelajaran
pada materi sistem saraf kelas XI IPA.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2010. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Arsyad, A. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Darmawan, Deni. 2014. Inovasi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani
Sejahtera.
Hamiyah, N dan Muhammad, J. 2014. Strategi Belajar Mengajar Di Kelas.
Jakarta: prestasi pustaka
Hartati, B. 2010. “Pengembangan Alat Peraga Gaya Gesek Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.” Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia. Vol.6 No.1
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media Dan Sumber Pembelajaran. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Putranto, Adhi. 2012. Pengembangan Game Edukasi Sebagai Media
Pembelajaran Biologi Di SMP Negeri 15 Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahardi, Kunjana. 2009. Dasar-Dasar Penyuntingan Bahasa Media. Depok:
Grameta Publishing.
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelaran Berorientasi Standar Proses Pendidkan.
Jakarta: Kencana.
Sardiman, A. M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta