pengembangan material cetakan keramik …
TRANSCRIPT
1
PENGEMBANGAN MATERIAL CETAKAN KERAMIK INVESTMENT
CASTING MENGGUNAKAN PASIR SILIKA LOKAL DAN SERAT NILON
DALAM PEMBUATAN TURBIN RADIAL INFLOW
Havid Aqoma Khoiruddin, Bondan T. Sofyan
Teknik Metalurgi dan Material, Departemen Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia
Abstrak
Proses Investment Casting telah berkembang pesat di Indonesia. Salah satu produk investment
casting adalah turbin radial inflow. Namun bahan baku dalam proses investment casting ini di
Indonesia masih banyak yang diimpor dari luar negeri sehingga biaya produksinya tergolong
mahal. Padahal di Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk digunakan sebagai
bahan alternatif untuk membuat material cetakan keramik investment casting, contohnya adalah
pasir silika. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pasir silika lokal sebagai stucco dalam
cetakan keramik sehingga dapat menekan biaya produksi investment casting yang mahal.
Penambahan dan variasi jumlah serat nilon dalam cetakan keramik juga dilakukan untuk
menambah kekuatan cetakan keramik ketika dewaxing agar tidak retak dan menambah
permeabilitas setelah dilakukan pembakaran. Karakterisasi material pada keramik adalah uji
bending, edge test dan densitas porositas yang dibandingkan dengan cetakan keramik yang
berbahan dasar mullite import. Pada hasil pengecoran dilakukan pengujian kekerasan, pemeriksaan
struktur mikro dan cacat cor dengan mikroskop optik dan SEM. Penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan cetakan keramik yang baik, murah dengan ketersediaan tinggi yang dapat
dimanfaatkan pada industri investment casting di indonesia. Riset ini juga diharapkan
menghasilkan turbin aluminium dengan kinerja tinggi.
Investment Casting has been growing rapidly in Indonesia. One of investment casting products is
radial inflow turbine blades. But the raw material in investment casting process in Indonesia is still
from abroad, so production’s cost are expensive. In Indonesia, there are abundant natural resources
to be used as an alternative material for making investment casting’s ceramic mold material, for
example is local silica sand can be used to replace mullite as stucco. This study’s aims is
development local silica sand as stucco in ceramic molds that can reduce the production cost of
investment casting process. Additions and variations of the amount of nylon fiber in ceramic mold
is also increase the strength of the ceramic mold when dewaxing and increase the permeability
after pembakaran. Characterization of the ceramic material is bending test, edge test, and porosity
tests that will be compared with the ceramic mold mullite-based. On the results of casting trial,
will be tested by hardness testing, inspection and defect microstructure with optical microscopy
and SEM. This research is expected to produce cheap ceramic molds with high availability.
Research is also expected to produce aluminum turbine blades with high performance turbine.
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
2
Pendahuluan
Di Indonesia telah berkembang beberapa perusahaan yang bergerak dalam menghasilkan
produk investment casting. Namun permasalahannya, ketersediaan bahan baku yang diperlukan
untuk proses investment casting di Indonesia masih sangat minim, sehingga perusahaan yang
bergerak di bindang investment casting masih mengimpor beberapa bahan, seperti stucco, binder,
dan zircon sand. Sehingga biaya produksi dari proses investment casting masih tergolong mahal di
Indonesia. Padahal Indonesia mempunyai sumber daya alam yang melimpah.
Penelitian ini dalam rangka mencari bahan baku alternatif yang ketersediaannya di Indonesia
melimpah dan murah, seperti pasir silika. Pasir silika di Indonesia sangat banyak, mengingat
Indonesia memiliki garis pantai terbesar keempat didunia dengan panjang mencapai 95.181 km
[1]. Namun pemanfaatan pasir silika di Indonesia sangat minim, yaitu hanya digunakan untuk
material kontruksi bangunan. Karena penggunaannya yang minim itu namun Indonesia memiliki
ketersediaan yang melimpah sehingga pasir silika Indonesia mempunyai harga yang sangat murah.
Pasir silika sebenarnya telah lama dikenal sebagai stucco dalam proses investment casting,
namun sifat kekuatan yang dimiliki masih lemah dibanding dengan stucco yang banyak dipakai
saat ini, yaitu mullite. Namun sifat kekuatan pasir silika yang lemah ini merupakan keuntungan
pada saat pembongkaran, sehingga pembongkaran menjadi lebih mudah. Sifat yang lemah dari
pasir silika ini juga menunjukkan banyaknya porositas yang terjadi pada cetakan keramik sehingga
dapat menambah flowability dari material cetakan, membuat logam cair menjadi lebih mudah
masuk ke dalam cetakan keramik dan gas lebih mudah keluar [2].
Pasir silika dalam penelitian ini akan dicoba menggantikan mullite sebagai stucco, selain itu
juga ditambahkan serat nilon untuk meningkatkan kekuatannya. Yuan, et.al [2], telah
mengembangkan serat nilon untuk ditambahkan pada cetakan keramik. Hasilnya cetakan keramik
mentah mempunyai kekuatan modulus patah yang lebih tinggi. Sehingga pada penelitian ini juga
akan melihat bagaimana penambahan serat nilon dengan variabel jumlah penambahan yang
berbeda dalam cetakan keramik, untuk melihat pengaruhnya terhadap kekuatan. Nilon ini akan
berperan sebagai penguat dari cetakan keramik yang harapannya dapat meningkatkan kekuatan
pada cetakan keramik mentah pada saat proses dewaxing, sehingga kemungkinan retak menjadi
kecil [3].
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
3
Tinjauan Teoritis
Material cetakan keramik menjadi faktor yang penting dalam proses investment casting.
Sebab cetakan keramik langsung menempel terhadap logam cair yang di cor. Sehingga tingkat
kualitas logam yang di cor juga ditentukan oleh kualitas oleh cetakan keramik. Agar beberapa
syarat-syarat sebagai cetakan keramik agar hasil dari proses investment casting menjadi baik yaitu,
mempunyai kekuatan mentah (yang belum di pembakaran) yang bagus, sehingga pada proses
dewaxing tidak mengalami keretakan (1), memiliki kekuatan setelah pembakaran yang cukup
untuk menahan logam cair yang di cor dan memiliki kemampuan bongkar yang mudah pada saat
logam cair sudah selesai di cor dan mendingin (2), memiliki kestabilan kimia yang tinggi, sehingga
tidak bereaksi dengan logam cair membentuk fasa baru pada permukaan produk (3), memiliki
permeabilitas dan konduktifitas termal yang baik sehingga logam cair dapat lebih mudah mengalir
kedalam cetakan keramik (4), memiliki ekspansi termal yang rendah untuk mempertahankan
dimensi cetakan produk (5) [4].
Stucco yang dipakai dalam penelitian ini di proses investment casting adalah pasir silika dan
mullite. Pasir silika atau pasir kuarsa memiliki berbagai sifat sebagai berikut [5].
a. Memiliki titik leleh yang tinggi walaupun sangat bervariasi tergantung pada penyusun
strukturnya, yaitu sekitar 1700°C. Ikatan kovalen silikon-oksigen yang sangat kuat harus
diputuskan di seluruh bagian struktur sebelum pelelehan terjadi.
b. Memiliki ekspansi termal yang cukup tinggi dibandingkan dengan material refraktori yang
lain, yaitu 12.3 x 10-6/oK [6]
c. Larut dalam larutan kaustik [7].
d. Termal konduktivitas yang cukup rendah dibandingkan dengan mateiral refraktori lain,
yaitu 1.3 W/m.oK [6].
e. Keras. Dibutuhkan pemutusan ikatan kovalen yang sangat kuat.
f. Tidak menghantarkan listrik. Tidak terdapat elektron yang terdelokalisasi. Semua elektron
terikat dengan kuat diantara atom-atomnya, dan tidak bebas bergerak.
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
4
Universitas Indonesia
g. Tidak larut dalam air dan pelarut organik. Tidak terdapat daya tarik yang memungkinkan
antara molekul pelarut dan atom silikon atau oksigen yang dapat melampaui kekuatan
ikatan kovalen pada struktur raksasa.
Gambar 1 Koefisien termal linear beberapa refraktori Investment Casting [8]
Dari Gambar 1 menjelaskan bahwa fused silica memiliki ketahanan ekspansi termal yang
lebih tinggi dari material lain yang biasa digunakan sebagai refraktori investment casting.
Sedangkan pasir kuarsa memiliki ekspansi termal yang lebih tinggi dari pada material refraktori
yang lain, dimana pasir kuarsa ini memiliki ekspansi termal yang besar pada saat suhu telah
mencapai 573oC [9].
Mullite merupakan material gabungan dari dua macam oksida yaitu Al2O3 dan SiO2 dengan
formula 3Al2O3.2SiO2 (Montanaro, 1997). Mullite tidak dijumpai di alam bebas, tetapi merupakan
material yang disntesis, dan keguanaannya cukup luas dibidang material keramik. Mullite memiliki
komposisi sekitar 60% mol Al2O3 dan 40% mol SiO2, dan memiliki titik lebur hingga 1840oC.
Densitas dari mullite adalah sekitar 3.16 x 103 kg/m3 dan memiliki koefisien termal yang sangat
rendah yaitu 4.5 x 10-6/oC. Sehingga sangat baik sebagai bahan refraktori tahan panas temperatur
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
5
Universitas Indonesia
sangat tinggi, misalnya adalah cetakan keramik investment casting. Selain itu, mullite juga tahan
akan kejut panas dan tahan terhadap bahan kimia [10]. Termal konduktivitas mullite pun cukup
bagus, yaitu 6 W/m.oK [11]. Selain mullite, kondisi stabil pada saat di suhu ruang adalah silimanit.
Silimanit mempunyai formula Al2O3.SiO2. Silimanit dapat terbentuk akibat dari panas yang cukup
tinggi (>1000oC), sehingga partikel dari Al2O3 dan SiO2 yang berada pada mullite menjadi tidak
stabil. Secara sifat, silimanit mempunyai persamaan dengan mullite. [12]
Teknologi material cetakan keramik telah mengalami perkembangan yang signifikan agar
dapat meningkatkan kualitas dari produk investment casting, juga dalam rangka mempermudah
proses investment casting itu sendiri. Pada tahun 2003, C.Yuan et al [2] telah mengembangkan
cetakan keramik komposit dengan menambahkan nilon fiber sebagai penguat dalam slurry.
Hasilnya adalah kekuatan Modulus of Rupture cetakan keramik mentah meningkat sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya keretakan pada saat dewaxing. Serta dengan penambahan
fiber nilon dapat meningkatkan permeabilitas yang dapat menambah mampu alir dari logam cair
pada saat penuangan [2].
Metodologi Penelitian
Penelitian ini menjadikan cetakan keramik sebagai bahan yang diteliti. Dimana akan
dikarakterisasi mengenai sifat cetakan keramik dengan variabel stucco, berupa pasir silika dan
mullite, serta penambahan nilon. Variabel pertama adalah sampel standar dengan mullite sebagai
stucco tanpa penambahan nilon. Sedangkan variabel kedua, ketiga, dan keempat menggunakan
pasri silika sebagai stucco, dengan penambahan nilon sebanyak 0, 10, dan 20 g/L. Pengujian
cetakan keramik akan menghasilkan sebuah kesimpulan cetakan keramik terbaik yang akan
dilakukan percobaan pengecoran untuk menghasilkan produk turbin radial inflow. Beberapa
karakterisasi akan dilakukan pada produk hasil cor untuk menganalisa sifat dan kemungkinan cacat
yang timbul .
Untuk itu, serangkaian pengujian akan dilakukan pada cetakan keramik untuk mendapatkan
variabel cetakan keramik terbaik. Pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian tiga titik tekan,
pengujian Modulus of Rupture sudut, pengujian sudut, mikroskop optik, dan juga scanning
electron microscopy (SEM). Sedangkan pada hasil coran, akan dilakukan karakterisasi berupa
karakterisasi visual, kekerasan, dan SEM EDS.
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
6
Universitas Indonesia
Pembuatan sampel dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1. Preparasi lilin
a. Sampel Edge Test
Pembuatan pola lilin untuk pengujian edge dipotong dengan menggunakan pisau cutter,
sisinya 20 cm dengan sudutnya 12o
b. Sampel Modulus of Rupture (MOR)
Pembuatan pola lilin untuk pengujian 3-point bending dipotong dengan menggunakan
pisau cutter juga, dan memiliki dimensi 80 mm x 20 mm x 10 mm seperti yang bisa
dilihat pada Gambar 3.4.
2. Pembuatan slurry keramik
Terdapat 2 jenis slurry keramik, yaitu slurry primer dan slurry sekunder. Untuk membuat
slurry primer, yaitu zircon flour dengan mesh #300 dan binder primer berupa colloidal silika
primer, dengan perbandingan 3:1 dan viskositas 2.5-3.0 g/ml. Untuk slurry sekunder,
prosedurnya sama dengan slurry primer, namun bahan yang diperlukan yaitu bubuk silika
dengan mesh #200 dan binder sekunder berupa colloidal silika sekunder, dengan
perbandingan 2:1 dan viskositasnya berkisar 1.7-2.2 g/ml. Selain itu, pada slurry sekunder
ditambah dengan nilon sesuai variasi (variasi pertama adalah variasi standar dengan mullite
sebagai stucco dan tanpa penambahan nilon, variasi kedua nilon 10 g/L, variasi ketiga nilon
20 g/L, dan variasi ketempat tanpa nilon).
3. Pencelupan sampel ke dalam slurry keramik
Kemudian sampel edge test dan MOR bending dicelup ke dalam slurry primer sekali,
kemudian dilakukan stucco menggunakan pasir zircon hingga rata. Ditunggu kering selama
kurang lebih 24 jam.
Setelah itu dicelup ke dalam secondary slurry hingga 3 kali lapisan, dengan waktu tunggu
hingga tiap lapisan kering selama kurang lebih 6-8 jam. Stucco yang dipakai pada lapisan
kedua hingga seterusnya adalah variabel bebas yang akan digunakan, yaitu mullite dan pasir
silika. Untuk lapisan terakhir dilakukan tanpa stucco.
4. Dewaxing
Setelah semua sampel mengering, hal yang dilakukan adalah dewaxing, yaitu mengeluarkan
lilin wax dari cetakan keramik yang telah terbentuk. Dilakukan pada suhu 160-200oC dengan
tekanan 8 kPa selama 30 menit.
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
7
Universitas Indonesia
5. Fired (pembakaran)
Proses pembakaran yaitu dengan memanaskan cetakan keramik hingga suhu 1000oC selama
60 menit, untuk menghilangkan sisa-sisa lilin wax yang masih menempel di dinding lapisan
pertama.
Pengujian dilakukan pada 2 jenis sampel cetakan keramik, yaitu sampe green (mentah) dan
fired (matang). Adapun pengujian yang dilakukan antara lain:
1. Pengujian Edge
Pengukuran kekuatan Modulus of Rupture (MOR) edge menggunakan mesin Universal
Tensile Strength dengan menekan sudut dari sampe edge test dengan baja berbentuk segitiga
dengan sudut 29o seperti pada Gambar 2 [2]. Setelah itu dicatat berapa gaya maksimal yang
membuat sampel edge test itu mengalami perpatahan.
Untuk mengetahui kekuatan edge digunakan rumus:
………………(3.1)
Dimana :
= sudut dari sampel
F = Gaya maksimal
d = panjang dari sampel
W = lebar dari sampel
T = tebal diujung sudut sampel
Setelah itu, gaya yang diperlukan untuk mematahkan sampel dapat dihitung nilai AFL nya,
dengan rumus:
Dimana : AFLw = Kekuatan edge lokal
fw = 0.17
T = tebal diujung sudut sampel
……………………(3.2)
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Gambar 2 Ukuran Sampel Edge dan Mekanisme Pengujian yang dilakukan
2. Pengujian Bending (Uji Tekuk)
Pengukuran kekuatan MOR bending menggunakan mesin Universal Tensile Strength
dengan melakukan uji bending atau penekanan terhadap sampel yang telah dipotong-potong
sesuai standar. Setelah itu dicatat berapa gaya maksimal yang membuat sampel edge test itu
mengalami perpatahan. Nilai kekuatan dari MOR bending dapat dihitung dengan rumus 3.3.
Selain itu dapat juga ditemukan nilai AFLB yang merupakan gaya yang diperlukan untuk
pematahan
Dimana : AFLB = Nilai kekuatan MOR lokal
fb = 0,1
Pmax = Gaya maksimum perpatahan
L = panjang tumpuan
W = lebar
H = tebal
3. Porositas
Pengukuran porositas pada material cetakan keramik menggunakan standar ASTM C-
22. Untuk menghitung nilai porositas nya maka dapat digunakan rumus.
……………………(3.4)
……………………(3.3)
……………………(3.5)
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
9
Universitas Indonesia
Dimana : n = tingkat porositas
Wa = Berat benda yang jenuh air
Wk = Berat kering benda
Ww = Berat benda dalam air
4. Pengujian XRF pada stucco pasir silika dan mullite
5. Pengamatan Struktur Mikro Sampel Cetakan Keramik
Setelah dilakukan berbagai pengujian, maka didapat hasil yang terbaik dari berbagai variabel
yang dilakukan. Variabel yang terbaik tersebut kemudian dipakai untuk melakukan pengecoran
sebuah produk turbin radila inflow. Tahapan yang dilakukan dalam pengecoran adalah sebagai
berikut.
1. Menyiapkan pola produk
Pola yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Pola wax yang digunakan pada proses pembuatan turbin radial inflow
2. Menyiapkan material bahan
Bahan-bahan yang diperlukan antara lain, material cetakan, serat silika, dan
aluminium alloy. Material aluminium alloy-nya digunakan material Al-9Zn-4Mg (%. wt)
dengan penambahan Cu 3%.
3. Melakukan pre-heat cetakan keramik
Material cetakan dan penuang aluminium dilakukan pre-heat hingga 800oC didalam
muffle furnace selama 1 jam untuk menghindari termal shock yang mengakibatkan
terjadinya letupan api.
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
10
Universitas Indonesia
4. Melakukan pengecoran aluminium
Untuk dilakukan pengecoran, maka material cetakan dikeluarkan dari muffle furnace
usai pre-heat dengan memegangnya menggunakan serat silika, dan pada saat bersamaan,
material aluminium alloy pada suhu 720oC setelah di degassing maka dituang kedalam
material cetakan hingga penuh.
Setelah mendapatkan produk pengecoran, maka dimulai pengambilan data-data untuk
digunakan sebagai analisis dan karakterisasi, yaitu :
1. Pemeriksaan struktur mikro Scanning Electron Microscope-EDS (SEM-EDS)
2. Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell untuk menganalisa nilai kekerasan yang
didapat berdasarkan struktur mikro dan komposisi dari aluminium alloy.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Karakteristik Stucco Pasir Silika Cetakan Keramik Invesment Casting
Tabel 1 Data XRF stucco pasir silika dan mullite pada cetakan keramik investment casting
Tabel 1 menunjukkan kandungan pasir silika yang cukup murni dengan kandungan SiO2
sebesar 95% dan Al2O3 sebesar 3.5%. Pengotor lain yang ada jumlahnya lebih kecil daripada
mullite, yaitu hanya berjumlah sekitar 1.5%. Sehingga jumlah pengotor yang ada di pasir silika
terbilang cukup kecil dan tidak terlalu signifikan memberikan pengaruh pada proses investment
casting.
Tabel 2 Perbandingan distribusi ukuran partikel stucco yang digunakan pada cetakan keramik
Investment Casting
Jenis Stucco Kuantitas (%)
<#16 #16-#25 #25-#50
Pasir Silika 44% 49% 7%
Mullite 13% 78% 9%
Material Konsentrasi (%)
Al2O3 SiO2 Fe2O3 K20 dan lain-lain
Pasir silika 3.52 94.97 0.33 0.43 0.75
Mullite 50.27 46.51 1.85 0.18 1.19
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
11
Universitas Indonesia
Perbandingan distribusi ukuran partikel stucco dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat
perbedaan distribusi ukuan partikel stucco yang digunakan sebagai cetakan keramik Investment
Casting antara pasir silika dan mullite. Data tersebut menunjukkan pasir silika memiliki variasi
ukuran partikel pasir lebih beragam dibandingkan mullite. Ukuran partikel pasir silika pun relatif
lebih besar daripada mullite karena memiliki ukuran partikel dengan mesh kurang dari #16 lebih
banyak daripada mullite. Hal ini akan berpengaruh terhadap sifat dari cetakan keramik yang akan
dihasilkan, dan akan dijelaskan lebih lanjut pada subbab berikutnya.
Pengaruh Pasir Silika dan Nilon Terhadap Ketebalan Cetakan Keramik Investment Casting
Gambar 4 Perbandingan ketebalan rata-rata sampel edge test cetakan keramik Investment Casting
dengan variasi stucco pasir silika dan penambahan nilon
Gambar 5 Perbandingan ketebalan rata-rata sampel bending test cetakan keramik Investment
Casting dengan variasi stucco pasir silika dan penambahan nilon
Perbandingan ketebalan sampel bending test dan edge test dapat dilihat pada Gambar 4 dan
Gambar 5. Penambahan nilon telah menambah ketebalan dari sampel bending test dan edge test.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
slurry: 0 g/L nilon;stucco:mullite
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
slurry: 10 g/L nilon;stucco :pasir silika
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
Ke
teb
alan
rat
a-ra
ta (
mm
)
Variasi Bahan Cetakan Keramik
Mentah
Matang
0
2
4
6
8
10
12
14
16
slurry: 0 g/L nilon;stucco:mullite
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
slurry: 10 g/L nilon;stucco :pasir silika
slurry: 20 g/L nilon;stucco: pasir silika
Ke
teb
alan
rat
a-ra
ta(m
m)
Variasi Bahan Cetakan Keramik
Mentah
Matang
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
12
Universitas Indonesia
Hal ini sudah terlihat seperti hasil penelitian C.Yuan dan S.Jones [2], bahwa semakin banyak
penambahan nilon, maka ketebalan, baik sampel bending test maupun edge test, semakin
meningkat. Sehingga pada saat proses pencelupan, slurry yang menempel pada sampel cetakan
keramik semakin banyak.
Pengaruh Pasir Silika dan Nilon Terhadap Kekuatan Modulus of Rupture(MOR) Bending
Cetakan Keramik Investment Casting
Perbandingan nilai modulus of rupture bending masing-masing variasi sampel keramik dapat
dilihat pada Gambar 6. Terlihat pada gambar tersebut bahwa penggunaan pasir silika sebagai
stucco menunjukkan bahwa terjadi penurunan kekuatan dari cetakan keramik.
Sampel variasi stucco pasir silika dan penambahan nilon 20 g/L memiliki nilai MOR
bending mentah tertinggi setelah sampel standar. Nilon disini akan menjadi penguat dalam
matriks cetakan keramik [2]. Sehingga material cetakan keramik yang semula bersifat getas, akan
meningkat keuletannya setelah ditambahkan nilon.
Gambar 6 Perbandingan nilai modulus of rupture bending sampel cetakan keramik investment
casting variasi stucco dan penambahan nilon
Proses pembakaran pada sampel standar (sampel dengan variasi stucco mullite tanpa
penambahan nilon) telah meningkatkan nilai MOR bending-nya lebih dari dua kali lipatnya.
Namun mekanisme penguatan ini tidak terjadi pada sampel dengan variasi stucco menggunakan
pasir silika. Mekanisme pelemahan kekuatan mekanis pada sampel variasi stucco pasir silika
dapat dianalisa berdasarkan koefisien muai termal dari pasir silika yang lebih tinggi daripada
material refraktori yang lain seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1 [8]. Pelemahan kekuatan
mekanis pada sampel bervariasi stucco pasir silika juga disebabkan konduktivitas termal pasir
silika yang lebih rendah daripada mullite [8][11]. Konduktivitas termal yang rendah akan
0
0,05
0,1
0,15
0,2
0,25
0,3
0,35
0,4
slurry: 0 g/L nilon;stucco:mullite
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
slurry: 10 g/L nilon;stucco :pasir silika
slurry: 20 g/L nilon;stucco: pasir silika
Mo
du
lus
of
Ru
ptu
re B
en
din
g (M
Pa)
Variasi Bahan Cetakan Keramik
Mentah
Matang
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
13
Universitas Indonesia
mengakibatkan pasir silika menjadi lambat untuk menaikkan temperaturnya, sehingga reaksi
antara pasir silika dan slurry pun berlangsung lambat.
Gambar 7 Perbandingan nilai adjusted fracture load bending sampel cetakan keramik investment
casting variasi stucco dan penambahan nilon
Nilai MOR bending mentah sangat penting dalam proses menghindari terjadinya retak pada
proses dewaxing. Pada Gambar 6, sampel dengan kekuatan MOR bending mentah tertinggi adalah
sampel standar. Sampel standar memiliki ketebalan yang paling tinggi, sehingga nilai AFLB-nya
juga tinggi. Nilai perbandingan AFLB pada sampel cetakan keramik dapat dilihat pada Gambar 7.
Hampir sama dengan perbandingan nilai MOR bending, tapi karena AFLB berbanding lurus
dengan ketebalan, sehingga sampel standar yang memiliki ketebalan yang lebih tinggi
menghasilkan nilai AFLB yang tinggi. Sedangkan untuk sampel lain yang mempunyai ketebalan
yang saling berdekatan memiliki perbandingan nilai AFLB yang sama dengan MOR bending.
Dimana sampel dengan penambahan nilon 20 g/L akan meningkatkan kekuatan AFLB mentah nya
dari pada tanpa penambahan nilon, kecuali dengan penambahan nilon 10 g/L.
4.1.3 Pengaruh Pasir Silika dan Nilon Terhadap Kekuatan Modulus of Rupture Edge
Cetakan Keramik Investment Casting
Perbandingan hasil pengujian nilai MOR edge masing-masing sampel dapat dilihat pada
Gambar 8. Terlihat dari gambar tersebut bahwa sampel variasi pasir silika dengan nilon 20 g/L
memiliki nilai MOR edge mentah tertinggi dibandingkan dengan sampel yang lainnya, yaitu 0.93
MPa. Serat nilon yang merupakan jenis material polimer memiliki tingkat kekuatan ulet yang
tinggi dibandingkan dengan cetakan keramik [13]. Sehingga saat serat nilon ditambahkan, maka
serat nilon akan menambah ketebalan cetakan keramik dan menjadi penguat yang menambah
0
1
2
3
4
5
6
7
slurry: 0 g/L nilon;stucco:mullite
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
slurry: 10 g/L nilon;stucco :pasir silika
slurry: 20 g/L nilon;stucco: pasir silika
Ad
just
ed
Fra
ctu
re L
oad
Be
nd
ing
(N)
Variasi Bahan Cetakan Keramik
Mentah
Matang
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
14
Universitas Indonesia
kekuatan ulet cetakan keramik [2]. Akibatnya pada proses dewaxing, ketahanannya terhadap retak
karena tekanan pemuaian wax juga akan meningkat.
Gambar 8 Perbandingan nilai modulus of rupture edge sampel cetakan keramik invesment
casting variasi stucco dan penambahan nilon
Nilai MOR edge matang yang ditunjukkan pada Gambar 8 menunjukkan penurunan
kekuatan MOR edge saat ditambahkan serat nilon sebanyak 10 g/L dan 20 g/L. Nilai MOR edge
setelah pembakaran diperlukan untuk menahan kekuatan logam cair pada saat penuangan.
Lemahnya kekuatan MOR edge matang juga membawa dampak keuntungan pada pembongkaran
yang relatif mudah [4].
Namun berbeda halnya dengan nilai AFLw. Perbandingan nilai AFLw dapat dilihat pada
Gambar 9. Cetakan keramik dengan variasi stucco mullite tanpa penambahan nilon memiliki
ketebalan yang lebih tinggi dari pada sampel yang lain yang terlihat pada Gambar 4.2. Sehingga
nilai AFLw nya lebih tinggi daripada sampel lain dengan mencapai angka 4.0 N untuk kondisi
mentah dan 3.8 N untuk kondisi matang. Namun dengan seiring dengan penambahan nilon,
ketebalan sampel cetakan keramik pun menjadi mengingkat, sehingga dengan penambahan nilon
00,10,20,30,40,50,60,70,80,9
1
slurry: 0 g/L nilon;stucco:mullite
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
slurry: 10 g/L nilon;stucco :pasir silika
slurry: 20 g/L nilon;stucco: pasir silika
Mo
du
lus
of
Ru
ptu
re E
dge
(M
Pa)
Variasi Bahan Cetakan Keramik
Mentah
Matang
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
15
Universitas Indonesia
hingga 20 g/L, AFLw yang didapat mencapai angka 2.6 N untuk kondisi mentah dan 0.9 N untuk
kondisi matang.
Gambar 9 Perbandingan nilai adjusted fracture load edge sampel cetakan keramik invesment
casting variasi stucco dan penambahan nilon
Pengaruh Pasir Silika dan Nilon Terhadap Nilai Porositas Cetakan Keramik Investment
Casting
Gambar 10 menunjukkan derajat porositas cetakan keramik dari berbagai variasi. Gambar
tersebut memperlihatkan sampel dengan variasi stucco mullite tanpa penambahan nilon memiliki
derajat porositas yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel variasi yang lainnya, baik nilai
porositas mentah maupun pembakaran.
Gambar 10 Perbandingan nilai porositas sampel cetakan keramik investment casting variasi
stucco dan penambahan nilon
Ukuran partikel pasir silika yang digunakan sebagai stucco adalah relatif besar daripada
mullite, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan mullite memiliki ukuran partikel yang
lebih kecil dan seragam. Sehingga saat penaburan stucco dilakukan, pasir silika yang memiliki
bentuk lebih besar dan beragam lebih tersusun rapat dibandingkan dengan mullite [14]. Rapatnya
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
slurry: 0 g/L nilon;stucco:mullite
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
slurry: 10 g/L nilon;stucco :pasir silika
slurry: 20 g/L nilon;stucco: pasir silika
Ad
just
ed
Fra
ctu
re L
oad
Ed
ge (
N)
Variasi Bahan Cetakan Keramik
Mentah
Matang
0
5
10
15
20
25
slurry: 0 g/L nilon;stucco:mullite
slurry: 0 g/L nilon;stucco: pasir silika
slurry: 10 g/L nilon;stucco :pasir silika
slurry: 20 g/L nilon;stucco: pasir silika
Po
rosi
tas
(%)
Variasi Jenis Bahan Cetakan
Mentah
Matang
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
16
Universitas Indonesia
susunan pada saat dilakukan penaburan stucco dapat memperkecil ruang porositas sehingga dapat
menurunkan derajat aliran udara [2].
Namun penambahan nilon pada material cetakan keramik telah dapat meningkatkan derajat
porositas setelah pembakaran [2]. Bahkan semakin ditambahkan serat nilon kedalam cetakan
keramik, nilai porositas dari cetakan keramik terus meningkat.
Analisis SEM dan EDS Cetakan Keramik Investment Casting
Hasil pengamatan SEM dan EDS ada pada Gambar 11 dan Tabel 3, menunjukkan
penampakan dari permukaan patahan cetakan keramik sampel edge test dalam keadaan mentah
dan matang. Hasil EDS pada Tabel 3 menegaskan bahwa pada titik 3 adalah serat nilon yang ada
pada material cetakan keramik, yang dibuktikan dengan banyaknya kandungan karbon dan
oksigen. Titik 4 merupakan matriks cetakan keramik dimana banyak sekali terkandung silika yang
merupakan filler dari material cetakan.
Gambar 11 Pengamatan SEM pada permukaan patahan sampel edge test Matang(kiri) dan mentah(kanan)
variasi stucco pasir silika dan penambahan nilon 20 g/L
Tabel 3 Data EDS Sampel edge test matang dan mentah variasi stucco pasir silika dan nilon 20 g/L
*Au dan Pd adalah material coating
Terlihat pada Gambar 11 bagaimana nilon yang ada pada cetakan keramik menguap pada
saat proses pembakaran sehingga menimbulkan bekas dan tercetak pada cetakan keramik. Pada
Titik Kandungan Unsur (wt.%)
Senyawa yang mungkin Si Al Pd* Au* N F C O
1 11.63 7.77 - 4.67 - - 48.54 27.38 Bekas Nilon
2 69.26 - 4.84 11.86 - - - 14.04 Matriks Material Cetakan
3 6.5 1.3 0.38 10.33 4.25 - 54.63 22.61 Nilon
4 21.96 14.39 3.44 29.66 - - - 30.55 Matrik Material Cetakan
3
4 1
2
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
17
Universitas Indonesia
titik 1, yang merupakan tempat dimana nilon menguap, dilakukan EDS untuk mengetahui
komposisi yang ada di derah tersebut. Pada Tabel 3, menunjukkan bahwa titik 1 mempunyai
kandungan karbon yang tinggi, sekitar 48.54%, dan juga oksigen yang mencapai 27.38%.
Pada titik 2, yaitu merupakan matriks cetakan keramik dapat terlihat pada Tabel 3 mengenai
komposisi yang paling dominan adalah silika yang mencapai angka 69.26%. Hal ini menandakan
bahwa di titik 2 merupakan cetakan keramik dimana terdeteksi silika yang digunakan sebagai filler
dan binder.
Pengamatan Visual Produk Cor Impeller Hasil Investment Casting
Gambar 12 Penampakan visual produk cor Impeller Al-9Zn-4Mg-3Cu pada cetakan keramik
bervariasi stucco pasir silika dan penambahan nilon 20 g/L
Gambar 12 menunjukkan sebuah produk cor impeller hasil investment casting. Terlihat
bahwa terdapat cacat porositas pada produk cor berupa lubang-lubang hitam yang tampak pada
permukaan dari impeller tersebut (diberi lingkaran). Tentu cacat porositas tersebut akan
berpengaruh terhadap sifat-sifat impeller. Terlihat pada Gambar 12, bahwa bagian yang memiliki
porositas yang paling banyak adalah pada bagian sudu yang tipis. Hal ini beralasan karena memang
bagian tipis merupakan bagian yang terlebih dahulu membeku. Jika udara tidak cepat keluar dari
produk, maka pada saat produk membeku, maka udara akan terperangkap dan membentuk
porositas [15].
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
18
Universitas Indonesia
Analisa Hasil SEM dan EDS Produk Cor Turbin Radial Inflow
Berdasarkan hasil SEM pada gambar 4.13 dan hasil EDS pada tabel 4.4, diketahui bahwa
aluminium paduan Al-9Zn-4Mg-3Cu memiliki fasa-fasa yang terbentuk.
Gambar 13 Pengamatan SEM pada Sampel Produk Cor Bagian Sudu dengan cetakan keramik
bervariasi stucco pasir silika dan penambahan nilon 20 g/L
Tabel 4 Data EDS pada Sampel Produk Cor Bagian Sudu dengan cetakan keramik bervariasi
stucco pasir silika dan penambahan nilon 20 g/L
Terlihat pada Gambar 13 dan Tabel 4, pada titik 3, ditemukan juga fasa kedua di daerah
batas butir. Fasa yang terbentuk pada batas butir tersebut memiliki komposisi hasil EDS dengan
kandungan Zn yang masih cukup tinggi. Sehingga dimungkinkan terbentuk fasa yang sama
dengan yang terbentuk di titik 2, yaitu MgZn2.
Fasa kedua ini sangat berguna untuk meningkatkan kekuatan produk aluminium turbin
radial inflow. Dimana fasa kedua ini akan meningkatkan kekuatan serta kekerasan dari material.
Titik Kandungan Unsur (wt.%)
Fasa yang mungkin Cu Al Zn Mg
1 2.58 91.38 3.55 2.48 Al2CuMg
2 1.23 92.18 4.11 2.48 MgZn2
3 3.68 90.24 3.77 2.32 MgZn2
4 0.3 94.52 1.8 3.37 Matriks Aluminium
1 2
3
4
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Sebab fasa kedua ini menghalangi dislokasi yang terjadi membuat dislokasi menjadi sulit bergerak
sehingga menambah kekuatan serta kekerasannya [16]. Namun akibat banyaknya porositas yang
terbentuk, nilai kekerasan material hasil produk cor tersebut hanya mencapai 62.57 HRB. Jika
dibandingkan dengan produk yang sedikit sekali prositas, maka kekerasannya dapat mencapai
angka 70.6 HRB.
Kesimpulan
Dari pengujian dan analisa pada cetakan keramik dengan variasi stucco pasir silika dengan
penambahan serat nilon dapat disimpulkan bahwa penggunaan pasir silika dapat menggantikan
penggunaan mullite sebagai stucco namun terjadi penurunan kekuatan mentah-nya tapi dapat dicari
alternatifnya dengan disertai penambahan nilon yang dapat meningkatkan kekuatan mentah-nya.
Penggunaan pasir silika sebagai stucco telah menurunkan nilai MOR bending mentah dengan
cukup signifikan. Namun dengan penambahan nilon sebesar 20 g/L telah berhasil menambah
kekuatan MOR bending mentah walaupun masih tinggi kekuatan MOR bending mentah sampel
standar. Penggunaan pasir silika dan nilon sebagai stucco dapat meningkatkan nilai MOR edge
mentah cetakan keramik. Penggunaan pasir silika dan nilon telah menurunkan kekuatan MOR edge
dan MOR bending matang. Sehingga membawa keuntungan pada proses pembongkaran yang
relatif mudah. Hasil pengujian derajat porositas cetakan keramik menunjukkan bahwa dengan
menggunakan pasir silika sebagai stucco menurunkan derajat porositas dari cetakan keramik
matang. Namun penggunaan nilon dapat menjadi solusi karena dapat meningkatkan derajat
porositas.
Referensi
[1] http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/1048/Garis-Pantai-Indonesia-Terpanjang-Keempat-
di-Dunia/?category_id= diakses tanggal 29 November 2012
[2]Yuan, C. & Jones, S., 2003. Investigation of fibre modified ceramic moulds for investment
casting. Journal of the European Ceramic Society, 23(3), pp.399–407.
[3] Yuan, C. & Jones, S., 2003. Investigation of fibre modified ceramic moulds for investment
casting. Journal of the European Ceramic Society, 23(3), pp.399–407.
[4] Yuan, C., Jones, S.A.M. & Blackburn, S., 2012. Development of a New Ferrous
Aluminosilicate Refractory Material for Investment Casting of Aluminum Alloys.
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013
20
Universitas Indonesia
[5] http://www.chem-is try.org/materi_kimia/struktur_ kovalen_raksasa/ diaksess tanggal 25 Nov
2012
[6] http://www.azom.com/article.aspx?ArticleID=1114 diaksess tanggal 25 Nov 2012
[7] Whitehouse. C, dan Dahlin. B. 2008. Effects of Wax Viscosity and Shell Permeability on Shell
Cracking.Investment Casting Institute
[8] ASM Handbook, Edisi ke 9 Vol 15. 1992. Casting. ASM Internasional
[9] Rutto, H.K. 2006. Urea-based Moulding Compounds for Investment Casting.Thesis for
Doctoral Program in University of Pretoria.
[10] Sihole, Marlon.2008.Pengaruh penambahan mullite ke dalam keramik alumina.Universitas
Sumatera Utara
[11] http://accuratus.com/mullite.html diakses pada tanggal 27 Januari 2013
[12] Aksay, A., Dabbs, D.M. & Sarikaya, M., 1991. Optical Applications. , 58(063961).
[13] http://web.utk.edu/~mse/Textiles/Nylon%20fibers.htm diakses tanggal 12 Desember 2012
[14] Horacek, Milan. 2010. Latest Trends in Investment Casting Technology.Lecture’s Slide in
Brno University of Technology
[15] G. X. Diamond, editor. Investment Casting Handbook 1980. Investment Casting Institute, pp
273
[16] ASM Handbook, Edisi ke 9 Vol 2. 1992. Nonferrous Alloys and Special-Purpose
Materials.ASM Internasional
Pengembangan Material..., Havid Aqoma Khoirudin, FT UI, 2013