pengembangan lembar kerja siswa topik pemanasan …digilib.unila.ac.id/61696/12/tesis tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA TOPIK PEMANASAN
GLOBAL BERBASIS MODEL INQUIRY BASED-LEARNING
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
KOLABORASI SISWA SMP
(Tesis)
Oleh
MUHAMMAD ANDI FIRMAN
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
iii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA TOPIK PEMANASAN
GLOBAL BERBASIS MODEL INQUIRY BASED-LEARNING
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
KOLABORASI SISWA SMP
Oleh
Muhammad Andi Firman
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) topik
pemanasan global berbasis model inquiry based-learning yang valid, praktis dan
efektif dalam menumbuhkan keterampilan kolaborasi siswa SMP. Desain
penelitian dan pengembangan digunakan untuk menghasilkan produk berupa
LKS. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII 3 dan
kelas VII 4 di SMP Negeri 1 Gunung Sugih yang keduanya merupakan kelas
eksperimen. Kevalidan LKS yang dikembangankan dilihat dari aspek substansi
dan konstruksi LKS. Kepraktisan LKS dilihat dari uji coba terbatas dengan
menggunakan satu kelas selain kelas sampel eksperimen. Keefektifan dilihat
berdasarkan lembar observasi yang dinilai oleh observer. Hasil Penelitian
menunjukan bahwa kevalidan aspek substansi dan konstruksi berkategori valid.
Peningkatan keterampilan kolaborasi pada pertemuan 1 dan 2, yaitu data
menunjukan pertemuan kedua lebih tinggi dibandingkan dengan pertemuan
pertama. LKS berbasis model inquiry based learning topik pemanasan
iv
Muhammad Andi Firman
global dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi efektif dengan melihat
persentase yang dihasilkan meningkat dengan kategori sangat baik terutama pada
aspek berkonstribusi dan manajemen waktu.
Kata Kunci: Lembar kerja siswa, inquiry based-learning, keterampilan kolaborasi
v
ABSTRACT
DEVELOPING OF STUDENT WORK SHEET ON GLOBAL WARMING
TOPICS BASED OF INQUIRY BASED-LEARNING MODELS TO
IMPROVING STUDENT COLLABORATION SKILLS
OF JUNIOR HIGH SCHOOL
By
Muhammad Andi Firman
This study aims to develop a student Work Sheet of global warming topics based
on inquiry-based learning models has valid, practical and effective in fostering the
collaboration skills of junior high school students. Research and development
design is used to produce products in the form of worksheets. The sample used in
this study was students of class VII 3 and class VII 4 in SMP Negeri 1 Gunung
Sugih, both of which were experimental classes. The validity of the developed
worksheet is seen from the aspect of substance and construction of the worksheet.
The practicality of LKS is seen from a limited trial using one class in addition to
the experimental sample class. The effectiveness is seen based on the observation
sheet which is assessed by the observer. The results showed that the validity of the
aspects of the substance and construction was valid. Improved collaboration skills
at meetings 1 and 2, namely the data showed the second meeting was higher than
the first meeting. Worksheet based inquiry based learning model on global
warming in improving effective collaboration skills by seeing the percentage
produced increases with excellent categories, especially in the aspects of
contributing and time management.
vi
Muhammad Andi Firman
Keywords : Student worksheets, inquiry-based learning, collaboration skills
ii
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA TOPIK PEMANASAN
GLOBAL BERBASIS MODEL INQUIRY BASED-LEARNING
DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN
KOLABORASI SISWA SMP
Oleh
MUHAMMAD ANDI FIRMAN
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Magister Keguruan IPA
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KEGURUAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
x
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Harapan Mukti yang sekarang berada di Kabupaten
Mesuji pada tanggal 22 Oktober 1994. Penulis merupakan anak pertama dari
pasangan Bapak Sholihin (Alm) dan Ibu Sobiratun. Adapun penulis memiliki tiga
adik yaitu Muhammad Rizqi Maulana Hakin, Muhammad Fahrul Irham dan Zaura
Viqta Rima.
Pendidikan pertama penulis, yaitu di TK Kartika Harapan Mukti, penulis
kemudian menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Harapan Mukti pada tahun
2007, pendidikan menengah pertama di SMPN 3 Tanjung Raya lulus pada tahun
2010, dan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Tanjung Raya lulus pada tahun
2013. Penulis memperoleh gelar sarjana di Program Studi Pendidikan Biologi di
Universitas Muhammadiyah Metro. Penulis menyelesaikan gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada tahun 2017.
Tahun 2017 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program Pascasarjana Magister
Keguruan IPA di Universitas Lampung. Selama menjadi Mahasiswa di program
Magister Keguruan IPA penulis pernah menulis artikel yang diseminarkan pada
seminar internasional ICMScE (International Conference on Mathematics and
Science Education) yang diselenggarakan oleh UPI (Universitas Pendidikan
Indonesia) tahun 2018 serta terbit di IOP Publishing sebagai Journal of Physics:
Conference Series tahun 2019.
xi
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah atas segala yang diberikan oleh Allah SWT sehingga
penulis dengan bangga dan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan tesis ini.
Dengan segala kerendahan hati tesis ini dipersembahkan kepada:
1. Ayahanda Setia Budi dan Ibunda Sobiratun tercinta yang selalu
mencurahkan kasih sayang dan limpahan doa kepada penulis tanpa kenal
lelah, yang selalu membimbing, mendukung, memotivasi, dan
mengarahkan penulis agar dapat menjadi seseorang yang berhasil.
2. Ayahanda Sholihin (Alm) yang selalu menjadi semangat untuk
menyelesaikan tugas akhir.
3. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan semangat dan selalu
mendo’akan penulis yang terbaik.
4. Para Dosen pembimbing, Dosen-dosen Magister Keguruan IPA telah
memberikan pelajaran berharga dan mengarahkan penulis selama ini
dalam proses belajar.
5. Julita Dewi yang selalu mendukung, mendengarkan keluh kesah dan
pemberi semangat penulis untuk menyelesaikan tesis.
6. Rekan-rekan seperjuangan di Magister Keguruan IPA angkatan 2017
7. Almamater Universitas Lampung tercinta.
xii
MOTTO
“Pahami dirimu, buatlah rencanamu, lakukan prosesmu, dan syukuri hasilmu”.
xiii
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Magister
Pendidikan pada Program Studi Magister Keguruan IPA, Jurusan Pendidikan
MIPA, FKIP di Universitas Lampung. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW atas suri tauladan serta
syafa’atnya kepada manusia. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Direktur
Pascasarjana UNILA.
3. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP UNILA.
4. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP UNILA.
5. Bapak Dr. Dewi Lengkana, M.Sc., selaku Ketua Program Studi MKIPA
dan Penguji II.
6. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan
dalam membimbing dengan keikhlasan, motivasi dan nasihatnya.
7. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembimbing II atas kesediaan
dalam membimbing dengan keikhlasan, motivasi dan nasihatnya.Bapak
8. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Penguji I dan validator aspek
substansi LKS atas segala masukan, kritik dan saran, bimbingan untuk
produk yang dihasilkan.
xiv
9. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si. selaku validator aspek konstruksi LKS
atas segala masukan, kritik dan saran, bimbingan untuk produk yang
dihasilkan.
10. Para dosen di Magister Keguruan IPA dan guruku atas ilmu, nasihat,
motivasi, dan arahan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
11. Segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA.
12. Ibu Yenni Yunartin, M.Pd sebagai validator oleh praktisi LKS atas segala
masukan, kritik dan saran, bimbingan untuk produk yang dihasilkan.
13. Bapak Hamzah, S.Pd., guru IPA di SMP Negeri 1 Gunung Sugih, atas
waktu dan kerjasamanya yang telah diberikan kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
14. Teman-teman seperjuangan di MKIPA angkatan 5 (2017) yang selalu
saling memotivasi agar cepat menyelesaikan tugas kuliah dan tesis.
15. Almamater tercintaku, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Akhir kata, Semoga Allah SWT akan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 2020
Penulis
Muhammad Andi Firman
xv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa ............................................................................. 11
B. Model Inquiry Based-Learning ............................................................ 14
C. Keterampilam Kolaborasi .................................................................... 18
D. LKS, Inquiry Based Learning dan Ketelampilan Kolaborasi .............. 23
E. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 25
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................. 26
B. Subjek Penelitian .................................................................................. 27
C. Prosedur Pengembangan ...................................................................... 28
xvi
A. Instrumen Penelitian............................................................................. 35
B. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38
C. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40
I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 46
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 67
II. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN
1. Kuisioner Analisis Kebutuhan Guru ......................................................... 86
2. Kuisioner Analisis Kebutuhan Siswa ........................................................ 91
3. Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Guru .................................................... 94
4. Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa .................................................. 97
5. Hasil Validasi Ahli Substansi .................................................................. 99
6. Hasil Validasi Ahli Konstruksi ................................................................ 104
7. Analisis Hasil Validasi Substansi oleh Ahli ............................................ 108
8. Analisis Hasil Validasi Konstruksi oleh Ahli .......................................... 111
9. Analisis Hasil Validasi Substansi oleh Praktisi ...................................... 114
10. Analisis Hasil Validasi Konstruksi oleh Praktisi ...................................... 117
11. Lembar Observasi Kolaborasi ................................................................... 120
12. Analisis Lembar Observasi Kolaborasi .................................................... 122
13. Buku Bimbingan Tesis .............................................................................. 126
14. Surat Izin Penelitian .................................................................................. 131
15. Surat Balasan Izin Penelitian .................................................................... 132
16. Lembar Kerja Siswa .................................................................................. 133
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Lima Levels Model Inquiry .................................................................... 18
2. Kategori Validitas Konstruksi dan Substansi ......................................... 42
3. Rublik Penilaian Aspek Kolaboratif ....................................................... 42
4. Konversi Skor Angket Kolaborasi ......................................................... 44
5. Draf LKS Model Inquiry Based-Learning Materi Pemanasan
Global dalam Menumbuhkan Keterampilan Kolaborasi ........................ 48
6. Revisi Bagian Konstruksi LKS ............................................................... 51
7. Revisi bagian substansi LKS .................................................................. 53
8. Hasil Angket Respon Siswa ................................................................... 57
9. Angket Respon Guru .............................................................................. 57
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tingkat Model Pembelajaran Sains Pengajaran........................................ 17
2. Langkah-langkah Pengembangan LKS berdasarkan R&D ....................... 28
3. Persentase Rata-rata Keterampilan Kolaborasi Kelas VII2
pada Pertemuan pertama ........................................................................... 59
4. Persentase Rata-rata Keterampilan Kolaborasi Kelas VII3
pada Pertemuan pertama ........................................................................... 60
5. Persentase Rata-rata Keterampilan Kolaborasi Kelas VII2
pada Pertemuan Kedua.............................................................................. 61
6. Persentase Rata-rata Keterampilan Kolaborasi Kelas VII3
pada Pertemuan Kedua.............................................................................. 62
7. Persentase Rata-rata Keterampilan Kolaborasi Kelas VII2
dan VII3 pada Pertemuan Satu dan Dua yang Dilihat dari
Masing-masing Aspek .............................................................................. 64
8. Skor Rata-Rata Gabungan Keterampilan Kolaborasi Perkelas pada
LKS 1 dan LKS 2 ...................................................................................... 65
9. Persentase Rata-rata Keterampilan Kolaborasi dari Setiap Kelas ............ 66
10. Hasil Jawaban Siswa ................................................................................. 74
11. Catatan Siswa Saat Penayangan Video ..................................................... 74
12. Hasil Jawaban Siswa ................................................................................. 76
13. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 76
14. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 77
15. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 77
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepentingan membangun arah pendidikan yang lebih terang menjadi semakin
signifikan ketika dituntut untuk mempertemukan kebijakan pendidikan dengan
perubahan yang terjadi secara global atau internasional, hal ini akibat dari
globalisasi dan modernisasi (Luddin, 2008). Perlunya peningkatan pembangunan
dalam bidang pendidikan diharapkan mampu untuk mencapai kualitas pendidikian
yang baik. Tercapainya kualitas pendidikan yang baik diharapkan mampu
meningkatkan kualitas manusia dan martabat bangsa terutama bangsa Indonesia.
Penguatan kualitas sumber daya manusia menjadi penting untuk ditingkatkan
melalui pendidikan, dalam pendidikan nantinya dapat menyiapkan manusia yang
dapat berinteraksi dengan baik pada perdagangan secara global, investasi,
perjalanan, serta budaya yang populer pada era globalisasi. Globalisasi memiliki
dampak positif dan dampak negatif, dampak dari globalisasi tersebut yaitu
terjadinya perubahan tata nilai dan sikap, berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, tingkat kehidupan yang lebih baik, pola hidup konsumtif, sikap
individualistik, gaya hidup kebarat-baratan serta kesenjangan sosial (Nurhaidah &
Musa, 2015). Terjadinya peningkatan arus globalisasi tentunya juga berdampak
pada kehidupan yang ada di bumi, pesatnya kemajuan dan teknologi mendorong
meningkatnya pertumbuhan industri dan sarana transportasi.
2
Peningkatan jumlah industri dan sarana transportasi di dunia teryata juga diikuti
oleh peningkatan penggunaan bahan bakar terutama bahan bakar minyak (BBM).
Peningkatan penggunaan BBM terutama BBM dari fosil sudah barang tentu juga
akan meningkatkan gas karbon dioksida (CO2) sebagai gas hasil pembakaran dari
BBM fosil. Seperti diketahui gas CO2 adalah salah satu kompo-nen gas rumah
kaca, diperkirakan setiap tahun dilepaskan sekitar 18,35 miliar ton CO2 hal ini
mengakibatkan terjadinya pemanasan global (Ramlan, 2002). Dampak dari
pemanasan global tentu terjadinya peningkatan suhu global yang dapat merugikan
kehidupan mahluk hidup, sehingga pada era sekarang ini perlu adanya
pengetahuan tentang pemanasan global, dampaknya, serta pencegahan yang dapat
mengurangi terjadinya pemanasan global. Mencari solusi yang tepat untuk
mengatasi pemanasan global adalah salah satu hal penting yang harus dilakukan
dan diajarkan sejak dini.
Melalui pendidikan diharapkan nantinya siswa sebagai calon masyarakat dapat
menyelesaikan atau mengurangi dampak dari pemanasan global dan secara
langsung dapat memberikan solusi yang baik dalam mengurangi pemanasan
global. Perlunya model pembelajaran yang tepat dalam menangani masalah
tersebut tentu juga menjadi fokus dalam penelitian dunia pendidikan, karena
dalam pendidikan harus menyiapkan orang-orang yang mampu membrikan solusi
yang baik agar dampak dari pemanasan global dapat diatasi atau dikurangi.
Keterampilan yang dikembangkan pada proses pembelajaran memang sangat
penting dalam mencapai susatu tujuan pembelajaran, akan tetapi proses pembela-
jaran juga sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelaja-
3
ran dalam pendidikan meliputi suatu proses interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya baik di dalam kegiatan pembelajaran yang bersifat formal,
non formal, maupun informal. Melalui pendidikan diharapkan peserta didik
mampu mengembangkan potensi dan baik secara materi maupun kualitas dirinya
untuk mencapai kesejahteraan dalam bermasyarakat dan kehidupan berbangsa.
Pengembangan keterampilan-keterampilan menjadi penting dalam mengatasi
masalah-masalah yang ada saat ini, karena keterampilan yang ada pada paradigma
yang ditekankan sangat dibutuhkan saat ini, seperti masalah pemanasan global.
Keterampilan abad ke-21 dalam kurikulum tidak hanya bermanfaat bagi siswa dan
guru, tetapi juga diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda untuk karier
masa depan mereka (Alismail & McGuire, 2016). Di era pendidikan saat ini di
mana tes standar menentukan keberhasilan sekolah, penting untuk memungkinkan
kreativitas siswa dalam menggunakan kekuatan teknologi untuk mendukung
keterampilan yang diperlukan dan belajar dengan cara yang unik. Berdasarkan
pendapat tersebut bahwa pendidikan yang saat pada abad ini dipersiapkan untuk
mengembangkan keterampilan dalam penguasaan teknologi dan kreativitasnya
dalam mengatasi masalah yang ada da sebagai persiapan untuk mencapai sebuah
karir dimasa depan.
Kebutuhan dalam masyarakat untuk berpikir dan bekerja sama dalam isu-isu yang
menjadi perhatian kritis telah meningkat, menggeser penekanan dari upaya
individu menjadi kerja kelompok, dari kemandirian menjadi masyarakat (Laal,
Laal & Kermanshahi, 2012). Berdasarkan pendapat Laal, Laal & Kermanshahi
(2012) bahwa Belajar dalam bekerja secara berkelompok atau kolaborasi
4
merupakan suatu pendekatan dalam pendidikan dalam upaya meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran yang melibatkan kelompok peserta didik yang
bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, membuat
produk dan untuk proses penyelidikan.
Keterampilan belajar dan inovasi terdiri dari 4 C pemikiran kritis, komunikasi,
kolaborasi, dan kreativitas (Cretu, 2017). Berdasarkan pendapat Cretu (2017)
bahwa penting untuk meningkatkan keterampilan yang ada pada Abad 21, dari
beberapa keterampilan yang ada pada abad 21 yang disebutkan sebelumnya, salah
satu keterampilan yang sangat penting untuk dimiliki serta dikembangkan oleh
siswa yaitu keterampilan berkolaborasi. Keterampilan berkolaborasi sangat
penting untuk dikembangkan agar siswa dapat bekerja secara berkelompok dalam
sebagai bekal untuk menghadapi tantangan di era globalisasi abad ke-21
(Hermawan, dkk 2017).
Pembelajaran kolaborasi dapat diartikan sebagai seperangkat strategi pengajaran
dan pembelajaran yang mempromosikan kolaborasi siswa dalam kelompok-
kelompok kecil (dua hingga lima siswa) untuk mengoptimalkan pembelajaran
kepada diri sendiri maupun dalam kelompok tersebut. Dengan demikian penting
bahwasanya perlu meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa, Menurut
Afriyanti, Wardono & Kartono (2018) bahwa untuk meningkatkan keterampilan
berkolaborasi serta kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) agar individu
dapat bertahan ikut bersaing untuk menghadapi tantangan global. Sehingga,
dibutuhkan model, strategi, metode yang inovatif.
5
Adanya model yang sesuai diharapkan dapat membuat siswa lebih terampil dalam
berkolaborasi. Model pembelajaran berbasis inquiri menjadi penting dalam
meningkatkan kolaborasi siswa, Inquiry-based learning (IBL) bukan hanya
sekedar bertanya kepada seorang siswa tentang apa yang ingin dia ketahuinya
saja, akan tetapi inquiry di sini melatih keterampilan dan sikap yang
memungkinkan seseorang untuk mengajukan pertanyaan tentang resolusi dan
masalah baru sehingga seseorang tersebut mendapatkan informasi baru serta
mengaktifkan rasa ingin tahu siswa.
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan yang dapat digunakan dalam
mengembangkan pembelajaran siswa berbakat dan berbakat dan pendekatan yang
tumpang tindih dengan properti dan kebutuhan belajar mereka (Ozgur &Yılmaz,
2017). Meskipun banyak jenis dan tingkat pengajaran dan pembelajaran berbasis
inkuiri tersedia, secara luas disepakati bahwa pengajaran berbasis inkuiri adalah
upaya terorganisir dan disengaja atas nama guru untuk melibatkan siswa dalam
pembelajaran berbasis inkuiri. Tujuan pengajaran inkuiri bukan untuk mentransfer
pengetahuan ilmiah, fakta, definisi, dan konsep, tetapi lebih untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk bernalar dan menjadi pembelajar mandiri yang mampu
mengidentifikasi pertanyaan utama dan menemukan jawaban yang relevan dengan
akuisisi dan perluasan bertahap dari tubuh pengetahuan dan kemampuan ilmiah.
Ini adalah pendekatan yang berpusat pada siswa untuk pembelajaran sains
(Ješková, dkk 2011).
Perangkat pembelajaran inquiri yang dikembangkan oleh peneliti mengacu pada
Wenning (2011) yaitu; observasi (observation) diintegrasikan dengan aspek
6
interpretasi, manipulasi (manipulation) diintegrasikan dengan aspek analisis,
generalisasi (generalization) diintegrasikan dengan aspek inferensi, verifikasi
(verification) diintegrasikan dengan aspek evaluasi, dan aplikasi (aplication)
diintegrasikan dengan aspek penjelasan dan pengaturan diri. Berdasarkan apa
yang telah diuraikan di atas, dengan beberapa sintak pembelajaran pada inquiry
based-learning dapat menyelesaiakan masalah pemanasan global dan serta dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang di harapkan. Inquiry-based learning juga
diharapkan mampu mengembangkan keterampilan kolaborasi, maka untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan suatu pengembangan bahan ajar yang dapat
membantu guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis inkuiri
untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa dan mengatasi dampak dari
pemanasan global.
Hasil rekapitulasi angket pada penelitian pendahuluan yaitu pada sampel 120
siswa dan 10 guru yang ada dibandar lampung bahwa pendekatan yang sering
dugunakan adalah pendekatan langsung dan pendekatan saintifik, penggunaan
model ceramah, diskusi melebihi 50% sedangkan untuk inquiry di bawah 50%.
Bahan ajar yang digunakan berupa buku paket dan LKS biasa menggunakan dari
penerbit akan tetapi ada beberapa yang membuat. Siswa yang belajar tersebut
sebenarnya sudah terbiasa dengan berdiskusi dan bekerja secara berkelompok,
akan tetapi belum mengacu pada keterampilan kolaborasi siswa yang dilihat dari
beberapa indikator yang ada pada keterampilan kolaborasi.
Perlunya ditingkatkan keterampilan kolaborasi siswa menjadi tujuan utama dalam
penelitian ini karena menurut Chandra (2015) bahwa Pembelajaran kolaboratif
7
didasarkan pada pandangan bahwa pengetahuan adalah konstruksi sosial.
Kegiatan kolaboratif paling sering didasarkan pada tiga prinsip yaitu: (1) Pelajar
atau siswa adalah fokus utama pengajaran, (2) Interaksi dan "melakukan" adalah
yang terpenting, (3) Bekerja dalam kelompok adalah cara belajar yang penting.
Bertitik tolak pada masalah-masalah serta latar belakang di atas, maka telah
dilakukan penelitian mengenai Pengembangan Lembar Kerja Siswa Topik
Pemanasan Global Berbasis Model Inquiry Based-Learning dalam Meningkatkan
Keterampilan Kolaborasi Siswa SMP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan didapatkan rumusan masalah
dalam penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik LKS berbasis model inquiry based-learning yang
valid dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa SMP?
2. Bagaimana karakteristik LKS berbasis model inquiry based-learning yang
praktis untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa siswa SMP?
3. Bagaimana karakteristik LKS berbasis model inquiry based-learning yang
efektif untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa siswa SMP?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas didapatkan tujuan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
8
1. Untuk mengetahui karakteristik Lembar Kerja Siswa berbasis model inquiry
based-learning yang dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa
SMP.
2. Untuk mengetahui kevalidan pada LKS model inquiry based learning dalam
meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa SMP .
3. Untuk mengetahui kepraktisan pada LKS model inquiry based learning
untuk meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa SMP.
4. Untuk mengetahui keefektivan pada LKS model inquiry based learning
dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa SMP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu:
1. Peneliti
Bagi peneliti tentunya dapat penambah suatu wawasan pendidikan baik secara
teoritik dan praktik, selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
masukan dan bahan kajian bagi penelitian serupa di masa yang akan datang.
Penambahan pemahaman, keterampilan dan meningkatkan kreativitas dalam
berkreasi sebagai calon guru IPA di SMP.
2. Guru
Bagi guru diharapkan mampu bermanfaat dalam meningkatkan kualitas
dalam proses kegiatan belajar mengajar serta dapat menjadi referensi dalam
penyajian materi lain terkait fenomena dalam kehidupan sehari-hari sekaligus
sebagai masukan bagi guru atau praktisi dalam pendidikan untuk lebih
mengembangkan LKS seperti LKS berbasis inquiry based-learning sehingga
9
dapat mengoptimalkan kemampuan diri siswa terutama dalam meningkatkan
kemampuan berkolabirasi siswa.
3. Peserta Didik
Bagi siswa diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan kualitas belajar di
kelas serta dapat menjadi suatu perubahan pola pikir terkait materi-materi
fenomena dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mengenal kerja sama
dengan orang lain dengan baik, serta dapat bermanfaat di sekolah maupun di
kehidupan bermasyarakat nantinya.
4. Sekolah
Memberikan pengembangan pengetahuan dalam pembelajaran IPA di SMP,
khususnya mengenai tahapan dan proses pengembangan yang dilakukan oleh
peneliti yaitu pengembanganLKS berbasis Inquiry based-Learning dalam
kaitannya dengan keterampilan kolaborasi siswa sehingga dapat menjadi
tambahan sumber acuan dalam pembelajaran di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Model inquiry based-learning yang di kembangkan mengacu pada Wenning
(2011) level: (1) Discovery Learning, (2) Interactive Demonstration, (3)
Inquiry Lessons, (4) Inquiry Laboratory, (5) Real-World Applications, (6)
Hypothetical Inquiry.
2. Keterampilan berkolaborasi penelitian ini diadaptasi dari Hermawan, dkk
(2017), yaitu keterampilan berkolaborasi berupa kontribusi (Contributions),
manajemen waktu (Time management), pemecahan masalah (Problem
10
solving), bekerja dengan orang lain (Working with others), teknik
penyelidikan (Research techniques) dan sintesis (Synthesis).
3. Efektivitas LKS model inquiry based-learning dilihat dari peningkatan rata-
rata persentase keterampilan kolaborasi dari pertemuan pertama dan kedua
masing-masing kelas.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. LKS (Lembar Kerja Siswa)
LKS adalah lembaran-lembaran yang berupa panduan untuk latihan dalam proses
pembelajaran. LKS digunakan sebagai perangkat pembelajaran yang menjadi
pendukung buku dalam pencapaian kompetensi dasar siswa. Trianto (2007)
berpendapat bahwa Lembar Kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan
untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar
kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif
maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk
panduan eksperimen atau demonstrasi.
Penggunaan LKS membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran, tentunya dalam
hal pengembangan pengetahuan dan keterampilan. Menurut Rahayu, Syafrimen
& Wati (2017) menyatakan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu
bahan ajar dengan berbentuk cetak yang dibuat dan disiapkan oleh guru yang
nantinya digunakan untuk membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan serta kemampuan lainya, dengan memberikan komentar yang
bermanfaat terhadap tujuan pembelajaran sehingga dapat melibatkan siswa secara
aktif dan efisien. LKS juga merupakan salah satu media tertulis dan visual yang
penting di bawah pendekatan konstruktivis dan LKS dalam kegiatan pembelajaran
dapat membuat siswa senang karena mereka lebih dapat mengerti dengan cara
12
dalam merancang percobaan IPA dengan langkah percobaan yang cukup
sederhana, mudah dipahami, dan dapat dengan mudah dilaksanakan.
Berdasarkan (Permendiknas, 2006) dinyatakan bahwa pada pembelajaran di
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) pada penyajian
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dilakukan secara terpadu.
Penyampaian IPA secara terpadu diperlukan sarana berupa model pembelajaran
beserta perangkat pembelajaran yang sesuai, yaitu peralatan yang dirancang
dengan baik dan bahan seperti LKS (Rahayu, Syafrimen & Wati, 2017). Hal
tersebut menjelaskan betapa pentingnya LKS dalam pembelajaran IPA yang
dirancang secara terpadu.
Shalikhah (2016) menyimpulkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menyusun LKS yaitu menurut Shalikhah (2016) terdapat langkah langkah sebagai
berikut :
1. Analisis Kurikulum
2. Menyusun Peta Kebutuhan LKS
3. Menentukan Judul-Judul LKS
4. Menulis LKS
5. Merumuskan KD
6. Menentukan Alat Penenilaian
7. Menyusun Materi
8. Memperhatikan Struktur Bahan Ajar
Berdasarkan uraian di atas dketahui bahwa penggunaan LKS bermanfaat untuk
melakukan kegiatan dalam pemecahan suatu masalah yang berasal dari fenomena
atau pemberian masalah, mengembangkan pengetahuan, dan peningkatan proses
yang dapat mengembangkan keterampilan siswa.
13
LKS dapat berguna bagi guru dan siswa sebagai bahan dalam melaksanakan
pembelajaran. LKS dalam hal ini dapat memungkinkan guru untuk mengajar
secara sistematis dan maksimal. Hal ini menuntut guru untuk kreativf dalam
membuat bahan ajar berupa LKS untuk diberikan kepada siswa dalam proses
pembelajaran. Kreativitas guru merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan
proses kreatif tersebut (Nugraheni, 2018).
Tujuan adanya LKS adalah untuk memberikan pengetahuan dan mencari tahu
tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan. Manfaat
LKS dalam pembelajaran adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki, membantu memahami konsep materi yang dipelajari,
dan dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran Suyanto dan
Sartinem (2009).
Berdasarkan pendapat-pendapat yang ada di atas dengan demikian bahwa format
LKS yang akan di kembangkan terdiri dari enam kompenen utama, yaitu terdiri
dari judul, tujuan pembelajaran, wacana-wacana materi prasyarat pendahuluan
yang dapat berisi fenomena atau fakta, wacana utama, kegiatan pralaboratorium,
dan kegiatan laboratorium. Selain itu, Abdurrahman (2015) menjelaskan untuk
menyusun sebuah LKS, guru dapat memulai dengan melakukan kajian kurikulum
sebagai berikut:
1. Mengkaji KI, KD, Indikator serta materi yang diajarkan;
2. Melakukan pemetaan konsep yang membutuhkan LKS dalam
pembelajarannya (berdasarkan kajian);
3. Menentukan judul LKS yang akan dibuat;
4. Menulis isi LKS;
14
5. Menentukan alat penilaian/Intrumen penilaian dari LKS yang dibuat,
yang secara umum berupa penilaian pengetahuan, keterampilan, dan
sikap peserta didik; produk yang dihasilkan; batasan waktu yang telah
ditentukan dan disepakati; jawaban siswa atas pertanyaan-pertanyaan
yang ada dalam LKS.
Adapun format LKS yang akan dikembangkan yaitu berupa:
1. Judul
2. Tujuan Pembelajaran
3. Wacana-wacana materi prasyarat berupa pendahuluan, sebagai
pengetahuan dan keterampilan yang merupakan bekal awal ajar
4. Wacana Utama
5. Kegiatan mengacu pada sintak inquiry based learning
a. Discovery Learning
b. Interactive Demonstration
c. Inquiry Lessons
d. Inquiry Labs
e. Hypothetical Inquiry.
Berdasarkan pendapat dia atas bahwa banyak sekali fungsi dari penyususnan LKS
bila dilakukan dengan benar dan secara sistematis, hal ini tentu memudahkan bagi
guru sebagai fasilitator dan peserta didik dalam proses pembelajaran serta dalam
mencapai tujuan belajar dan dapat mengembangkan pengetahuan baik dibantu
guru maupun dalam melatih kemampuan diri.
B. Model Inquiry Based-Learning
Pembelajaran berbasis inquiri mengajarkan siswa untuku mengelola suatu fakta
atau fenomena untuk memperoleh suatu pengetahuan yang baru. Menurut
Mudjiono & Dimyati (2010) bahwa model inkuiri merupakan pengajaran yang
mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat
dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang
terpusat pada siswa. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan
15
keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara
ilmiah.
Ismail & Alias (2006) dalam makalahnya menyatakan bahwa Inquiri adalah
aktivitas beragam yang memandu peserta didik untuk bertanya atau menghasilkan
pertanyaan yang bermakna yang mengarah pada jawaban yang relevan.
Pembelajaran berbasis inkuiri peserta didik diperlihatkan bagaimana cara
mendapatkan pengetahuan agar dapat ditransmisikan dan bagaimana mereka dapat
memperoleh pengetahuan serta keterampilan yang diperlukan untuk menjadi bekal
pembelajar seumur hidup.
Pembelajaran berbasis inquiri juga mengajarkan siswa untuk belajar menjadi
ilmuan pemula, pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri didukung pada aspek
pengetahuan tentang proses pembelajaran yang muncul dari suatu penelitian. Hal
ini sesuai dengan pendapat Abdi (2014) bahwa pendidikan sains berbasis inquiry
mengajarkan peserta didik untuk terlibat dalam banyak kegiatan dan proses
berpikir yang digunakan para ilmuwan untuk menghasilkan pengetahuan baru.
Abdi (2014) menjelaskan bahwa dengan metode yang berorientasi penyelidikan
akan melibatkan minat siswa dalam pembelajaran sains, memberikan kesempatan
bagi siswa untuk menggunakan teknik yang tepat di laboratorium untuk
mengumpulkan bukti, mengharuskan siswa untuk menyelesaikan suatu
permasalahan menggunakan suatu logika dan bukti yang ditemukan, mendorong
siswa untuk melakukan studi lebih lanjut untuk mengembangkan pengetahuan
yang lebih rumit, dan menekankan pentingnya menulis penjelasan secara ilmiah
berdasarkan bukti yang ditemukan.
16
Bila dicari lebih jauh lagi tentang model pembelajaran berbasis inquiri ada banyak
definisi berbagai ahli. Menurut Ješková, dkk (2016) bahwa inquiri merupakan
suatu proses yang disengaja untuk mendiagnosis suatu masalah, mengkritisi
eksperimen dan membedakan alternatif, perencanaan penyelidikan, meneliti
dugaan, mencari informasi, membangun model, berdebat dengan rekan kerja dan
membentuk argumen yang koheren. Secara singkat Ješková, dkk (2016)
menjelaskan bahwa penyelidikan/inquiri adalah proses dimana siswa secara aktif
menyelidiki dunia mereka melalui pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban
atas pertanyaan tersebut. Tidak jauh berbeda dengan sains, model pembelajaran
inquiri yang dilakukan oleh siswa dapat dilakukan baik secara eksperimen aktif
atau dengan memodelkan perilaku dari suatu benda atau suatu fenomena.
Ada beberapa hal berupa kemampuan yag harus dikembangkan oleh siswa dalam
pembejaran berbasis inquiri, kemampuan inquiri tersebut menjadi suatu sistem
pembelajaran yang sistematis. Kemampuan tersebut sebagai berikut yang
dijelaskan oleh Trianto (2010: 168) yaitu:
1. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan
Adalah kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan
diajukan.
2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data.
3. Mengumpulkan Data
Hipotesis digunakan untuk membantu proses pengumpulan data. Data
yang dihasilkan dapat berupa tabel, metrik, atau grafik.
4. Analisis Data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan
dengan menganalisis data yang diperoleh. Setelah memperoleh
kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang
telah dirumuskan. Jika hipotesis itu salah atau ditolak maka siswa dapat
menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
17
5. Membuat Kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Terdapat enam tahap dalamkegiatan IBL (Inqury Based Learning) atau model
pembelajaran berbasis inkuiri, hal ini diungkapkan oleh Konstelnikova &
Ozvoldova, (2013) yaitu tahap kegiatan pembelajaran inkuiri diawali dari
menemukan masalah, bertanya, menyelidiki, mengumpulkan data, mendiskusikan
dan merefleksikan atau mengkomunikasikan
Levels of Inquiry Model of Science Teaching mempertimbangkan faktor-faktor ini
dan menggunakan bentuk siklus pembelajaran yang lebih canggih yang lebih
mirip dengan karya ilmuwan profesional. Siklus pembelajaran 5 fase yang lebih
baru ini dan hubungannya dengan spektrum pertanyaan ditunjukkan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Tingkat Model Pembelajaran Sains Pengajaran
Sumber : Wenning (2011)
Menurut Wenning (2011) secara umum terdapat lima level pada model inquiry
mulai dari yang bertaraf paling bawah sampai yang membutuhkan kemampuan
intelektual yang tinggi, level dari model inquiri tersebut adalah: (1) Discovery
Learning, (2) Interactive Demonstration, (3) Inquiry Lessons, (4) Inquiry Labs,
(5) Hypothetical Inquiry. Lima levels Model Inquiry dapat dilihat pada Tabel 1.
18
Tabel 1. Lima Levels Model Inquiry
Level inquiri Tujuan Pedagogis Utama
Discovery Learning Siswa mengembangkan konsep
berdasarkan pengalaman langsung
(fokus pada keterlibatan aktif untuk
membangun pengetahuan).
Interactive Demonstration
Siswa terlibat dalam pembuatan
penjelasan dan prediksi yang
memungkinkan guru untuk
memperoleh, mengidentifikasi,
menghadapi, dan menyelesaikan
konsepsi alternatif (membahas
pengetahuan sebelumnya).
Inquiry Lesson Siswa mengidentifikasi prinsip-
prinsip ilmiah dan / atau hubungan
(kerja kooperatif yang digunakan
untuk membangun pengetahuan yang
lebih rinci).
Inquiry Laboratory Siswa membuat hukum empiris
berdasarkan pengukuran variabel
(kerja kolaboratif yang digunakan
untuk membangun pengetahuan yang
lebih rinci).
Real-world Applications Siswa memecahkan masalah yang
berkaitan dengan situasi otentik saat
bekerja secara individu atau dalam
kelompok kooperatif dan kolaboratif
menggunakan pendekatan berbasis
masalah & proyek.
Hypothetical Inquiry Siswa menghasilkan penjelasan
untuk fenomena yang diamati
(mengalami bentuk sains yang lebih
realistis).
Sumber : Wenning (2011)
C. Keterampilan Kolaborasi
Kolaborasi menjadi fokus pengembangan pada abad 21 sekarang ini, karena
dalam keterampilan abad 21 salah satunya yaitu keterampilan kolaborasi.
Peningkatan tenaga kerja yang saat ini harus bersaing dengan tenaga kerja dari
luar saat ini menuntut masyarakat Indonesia untuk mempersiapkan tenaga kerja
19
yang terampil dan mampu berkolaborasi sehingga persaingan yang terjadi secara
sehat, berkualitas dan menghargai keberagaman (Cretu, 2017).
Menuruy Cretu (2017) bahwa kompetensi Pengajaran pada abad 21 yang
menekankan kepada kemampuan komunikasi dan kolaborasi sekaligus merupakan
implikasi dari globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga pembelajaran pada abad 21 tidak hanya sebagai sebuah proses
pembelajaran transfer pengetahuan, akan tetapi juga sebuah proses berkomunikasi
dan berinteraksi sosial antar sesama peserta didik dalam membangun suatu
pengetahuan yang baru. Kolaborasi diterima sebagai pengembangan keterampilan
yang berguna untuk mencapai keberhasilan belajar maupun bekal pekerjaan yang
efektif yang bermanfaat.
Menurut Hermawan, dkk (2017) bahwa Kemampuan berkolaborasi merupakan
satu dari kompetensi penting yang ada pada abad ke-21 yang mengharuska guru di
lapangan harus memiliki rubrik tersendiri sebagai pengukur kemampuan
berkolaborasi siswa. Dekade sekarang memungkinkan kolaborasi tidak hanya
penting sebagai keterampilan siswa saja tetapi juga diperlukan semua orang dalam
bermasyarakat.
Menurut Anantyarta & Sari (2017) bahwa kolaboratif sejalan dengan dengan salah
satu keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21, dengan pembelajaran yang
menekankan hubungan saling belajar, akan menjadikan siswa yang tidak paham
menjadi paham karena bantuan teman sejawat. Hubungan timbal balik yang
positif akan mendatangkan manfaat. Siswa dapat saling belajar untuk
meningkatkan pemahaman masing-masing.
20
Siswa-siswi dituntut dalam mengembangkan kemampuan berkolaborasi satu
dengan yang lainya dalam kehidupan bermasyarakat secara global. Kemampuan
berkolaborasi adalah kemampuan yang perlu dikembangkan dan sangat penting
karena merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa pada
abad 21 (Hermawan, dkk 2017).
Maridi (2009) mengungkapkan bahwa pengetahuan yang dibangun sebagai hasil
dari pembicaraan bersama-sama dan mencapai kesepakatan merupakan
pembelajaran kolaborasi. Esensi dari pembelajaran kolaborasi yaitu dengan
bekerja sama secara harmonis dalam mencari solusi terhadap materi atau masalah
yang timbul saat pembelajaran. Tujuan pembelajaran kolaborasi adalah
mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dan untuk mengurangi watak yang
penyendiri/idealis dalam pembelajaran kolaborasi. Pembelajaran kolaborasi lebih
cocok untuk pendidikan anak-anak.
Lamb, Maire Dan Doecke (2017) menjelaskan dalam laporanya bahwa kolaborasi
sering dianggap sebagai keterampilan sosial, di samping ketegasan, tanggung
jawab, dan empati. Sebagian besar pendidikan disusun berdasarkan pembelajaran
dan penilaian individu, dan peran kolaborasi dan kerja sama hanya diakui pada
batas pembelajaran siswa secara individu.
Lamb, Maire Dan Doecke (2017) juga menjelaskan bahwa dibandingkan dengan
sebagian besar keterampilan lain, keterampilan sosial seperti kolaborasi, empati
atau tanggung jawab cenderung memiliki korelasi yang lemah dengan nilai siswa.
Sama seperti korelasi antara keterampilan individu dan prestasi akademik tidak
21
cukup untuk mengubah keterampilan ini menjadi hasil belajar yang sah,
kurangnya hubungan antara keterampilan interpersonal dan prestasi akademik
tidak cukup untuk menganggap keterampilan sebagai hasil belajar yang sah.
Child dan Simon (2016) menyatakan bahwa aspek dasar dari kegiatan kolaboratif
merupakan kegiatan yang cukup baik bila dilatih dalam literatur. Kompetensi
pemecahan masalah kolaboratif adalah kapasitas individu yang secara efektif
terlibat dalam suatu proses di mana dua atau lebih agen berusaha untuk
memecahkan masalah yang berbagi pemahaman dan upaya yang diperlukan untuk
mencapai solusi dan mengumpulkan pengetahuan, keterampilan dan upaya
mereka untuk mencapai sebuah solusi. kolaborasi sebagai "situasi di mana dua
orang atau lebih belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu bersama". Di sisi lain
kolaborasi sebagai hasil menyiratkan bahwa produk akhir lebih diutamakan
daripada cara untuk mencapai tujuan.
Child dan Simon (2016) telah mengidentifikasi enam aspek mendasar dari proses
kolaboratif, ke enam aspek tersebut yaitu:
1. Social interdependence (Saling ketergantungan sosial)
2. Introduction of new ideas (Pengenalan ide-ide baru)
3. Cooperation/task division (Divisi kerja sama / tugas)
4. Conflict resolution (Resolusi konflik)
5. Sharing of resources (Mencari berbagi sumber daya)
6. Communication (Komunikasi)
Hanim (2007) bahwa dalam penelitiannya, keterampilan pelajar berkolaborasi
mengandung aspek: (1) keterampilan berkomunikasi, (2) interaksi sesama anggota
kelompok, dan (3) keterampilan kooperatif dalam kelompok kecil.
22
Olakanmi (2016) dalam penelitianya menyimpulkan bahwa CRSLQ (co-regulated
strategy for learning questionnaire /strategi co-regulated untuk pembelajaran
kuesioner) yang dikembangkan memiliki skor validitas dan reliabilitas yang
tinggi. Oleh karena itu, ini dapat berfungsi sebagai alat yang berguna bagi para
peneliti dan guru untuk menyelidiki aspek penting dari keterlibatan belajar siswa
selama pembelajaran sains. Informasi ini dapat membimbing guru kelas dalam
memfokuskan kembali praktik mengajar mereka dan memberikan peluang untuk
pengembangan kepercayaan motivasi siswa dan peraturan bersama.
Menurut Hermawan, dkk (2017) bahwa Rubrik standar kemampuan berkolaborasi
dari International Reading Association (IRA) ini memiliki 5 aspek yaitu kontribusi
(Contributions), manajemen waktu (Time management), pemecahan masalah
(Problem solving), bekerja dengan orang lain (Working with others), teknik
penyelidikan (Research techniques) dan sintesis (Synthesis).
Penjelasan dari masing-masing aspek kolaborasi sebagai berikut,
1. Aspek kontribusi (Contributions) merupakan aspek yang menjelaskan
bagaimana karakteristik sikap siswa dalam memberikan gagasan atau ide
sehingga mampu berpasrtisipasi ketika kegiatan diskusi kelompok.
2. Aspek manajemen waktu (Time management) merupakan aspek yang
menjelaskan karakteristik sikap siswa dalam mengatur waktu untuk
menyelesaikan tugas kelompok dengan tepat waktu. Aspek pemecahan
masalah (Problem solving) merupakan aspek yang menjelaskan
karakteristik siswa dalam melakukan usaha untuk menyelesaikan
permasalahan.
23
3. Aspek bekerja dengan orang lain (Working with others) merupakan aspek
yang menjelaskan karakteristik sikap siswa dalam mendengarkan
pendapat/ide rekan kelompok dan membantu menyelesaikan tugas
kelompok.
4. Aspek teknik penyelidikan (Research techniques) merupakan aspek yang
menjelaskan karakteristik sikap siswa dalam mencari sumber-sumber
konten atau teori untuk menjawab/memecahkan permasalahan.
5. Aspek sintesis (Synthesis) merupakn aspek yang menjelaskan karakteristik
sikap siswa dalam menyusun gagasan yang kompleks kedalam susunan
yang struktur. Namun dalam penelitian ini, aspek sintesis tidak digunakan
karena siswa SMP dianggap belum siap untuk mensintesis gagasan yang
kompleks.( Hermawan, dkk 2017)
Berdasar pada pendapat Hermawan, dkk (2017) maka kompetensi kolaborasi yang
dikembangkan pada penelitian ini yaitu kontribusi, manajemen waktu, pemecahan
masalah, bekerja dengan orang lain, teknik penyelidikan dan sintesis.
D. LKS, Inquiry Based Learning dan Ketelampilan Kolaborasi
Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini akan mengutamakan
keterlibatan aktif siswa di kelas, Siswa secara langsung didorong untuk berfikir
dan memberikan ide dalam pembelajaran tersebut. Hal yang dilakukan seperti
mendorong siswa agar dapat mengungkapkan suatu dugaan yang mencangkup
suatu fenomena dengan cara mengajukan pertanyaan, percobaan dengan
menggunakan media yang digunakan oleh siswa, serta siswa ikut serta dalam
24
merangkum atau menyimpulkan sebuah informasi berupa pesan dalam proses
pembelajaran.
Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa) pada penelitian menjadi fokus utama
serta meningkatkan keterampilah kolaboratif, LKS di buat dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis inquiri (inquiry based learning). Inquiry based
learning terdiri dari beberapa langkah pembelajaran yaitu langkah pertama
memberikan stimulasi kepada siswa, langkah kedua memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengidentifikasi masalah, langkah ketiga, yaitu untuk mengetahui
kebenaran hipotesis maka siswa diberikan kesempatan untuk mengumpulkan data,
langkah keempat mengolah data yang diperoleh dari pengumpulan data, langkah
kelima membuktikan hasil data yang telah diolah, dan menarik dan yang terakhir
menarik kesimpulan atau generalisasi.
LKS model inquiry based learning yang dibuat dalam pengembangan ini
disesuaikan dengan Depdiknas (2008), yaitu teridri dari: Judul, Petunjuk belajar
(Petunjuk siswa), Kompetensi yang akan dicapai, Informasi pendukung, Tugas-
tugas dan langkah-langkah kerja, serta Penilaian. LKS dengan model ini
menekankan pada lembar kegiataan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
memaksimalkan siswa untuk aktif dalam mengisi dan mengikuti segala petunjuk
yang ada dalam LKS yang menggunakan model inquiry based learning.
Pengerjaan dilakukan secara berkelompok agar terjadi interaksi antar individu
untuk memecahkan masalah dan mendapatkan informasi baru dalam diskusi, hal
ini disesuaikan dengan model inquiry based learning yang diharapkan dapat
mendorong siswa untuk menemukan suatu konsep yang telah dipelajarinya.
25
Sejalan dengan hal tersebut bahwa hubungan saling belajar antara siswa satu
dengan yang lain merupakan pembelajaran yang berangkat dari pertanyaan siswa
yang paham dan yang tidak paham sehingga mendapatkan manfaat serta terjadi
hubungan timbal balik antara keduanya. Jadi, dalam hal ini yaitu keterampilan
kolaborasi siswa didapatkan dengan saling belajar untuk meningkatkan
pemahaman mereka dengan demikian maka model inquiry based learning ini
efektif dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. LKS berbasis model inquiry based learning hasil pengembangan dalam
meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa SMP memiliki kevalidan yang
valid.
2. LKS berbasis model inquiry based learning hasil pengembangan dalam
meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa SMP memiliki kepraktisan yang
praktis.
3. LKS berbasis model inquiry based learning hasil pengembangan dalam
meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa SMP memiliki keefektifan
yang efektif.
26
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan teori Borg dan Gall (1983) yaitu Research and
Development (R&D) yang merupakan suatu desain penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut
(Sugiyono, 2010). Menurut Borg dan Gall (1983) bahwa “ educational reasearh
and development ( R & D) is a process used to develop and validate educational
production”. Pernyataan tersebut telah jelas bahwa rangkaian langkah-langkah
dalam penelitian dan pengembangan dilakukan secara siklis dan pada setiap
langkah yang dilalui selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya hingga pada
akhir dari penelitian diperoleh produk yang terbaru.
Borg & Gall (1983) menyatakan bahwa ada beberapa langkah atau tahap dalam
penelitian pengembangan yaitu “ Reseach and information collecting, planning,
develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product
revision, main field testing, operational product revision, operational field testing,
final product revision, and dissemination and implementation”. Tahap-tahap
tersebut terdiri dari 10 (sepuluh) tahap dalam penelitian dan pengembangan yang
dikemukanan oleh Borg & Gall (1983).
Berdasarkan pernyataan Borg & Gall (1983) di atas maka desain model penelitian
ini diadaptasi dari model Borg & Gall (1983) yang terdiri dari 10 langkah
27
pengembangan. Namun pada penelitian ini digunakan 7 langkah saja, yang terdiri
dari: (1) penelitian dan pengumpulan informasi (reseach and information
collecting), (2) perencanaan (planning), (3) pengembangan produk awal (develop
preliminary form of product), (4) uji coba terbatas(preliminary field testing), (5)
revisi produk awal (main product revision), (6) uji coba lapangan )main field
testing), (7) revisi produk akhir (operational product revision). (8) uji coba
operasional (operasional field testing), (9) revisi produk akhir (final product
revision), dan (10) desiminasi dan distribusi (desimination and distribution).
Metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau menvalidasi
produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian
dan pengembangan merupakan jembatan antara penelitian dasar dengan penelitian
terapan dimana penelitian ini bertujuan menemukan pengetahuan yang secara
praktis dan dapat diaplikasikan (Sugiyono, 2010: 11)
B. Subjek Penelitian
Pada tahap studi pendahuluan, yaitu untuk mengetahui LKS yang dipergunakan di
sekolah, subjek penelitian yang digunakan adalah 1 guru mata pelajaran IPA dan
32 siswa kelas VII yang berasal dari SMP Negeri 1 Gunung Sugih. Pada tahap uji
coba produk, yaitu untuk mengetahui respon guru dan respon siswa terhadap
produk LKS, yang menjadi sumber data adalah 1 guru IPA dan 32 siswa.
Kemudian pada tahap implementasi produk, yaitu untuk mengetahui efektivitas
produk, yang menjadi sumber data adalah 2 kelas yang keduanya merupakan kelas
eksperimen.
28
C. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengacu pada desain
penelitian yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1983). Produk yang
dikembangkan berupa LKS materi Pemanasan Global dengan model pembelajaran
inquiry based learning dalam menumbuhakan keterampilan kolaborasi siswa.
Gambar 2. Langkah-langkah Pengembangan LKS berdasar metode R&D
1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Penelitian dan pengumpulan informasi diartikan sebagai penelitian awal
dengan melakukan penyebaran angket guru dan siswa atau ang biasa
Penelitian dan
pengumpulan informasi
Perencanaan
Pengembangan produk
awal
Uji coba terbatas
Revisi produk awal
Uji coba lapangan
Revisi produk akhir
Need Assesment, Analisis
Teori/pustaka
kepraktisan LKS
Perbaikan produk
Pengujian produk LKS pada
siswa
Penyempurnaan Produk
akhir
Rancangan awal LKS
Membuat desain LKS,
pengembangan LKS, hingga
Membuat desain angket
Kevalidan dan validasi LKS
29
disebut dengan Need Assessment tentang model pembelajaran yang telah
digunakan di sekolah dan pencarian informasi berupa teori-teori yang dapat
mendukung penelitian.
2. Perencanaan
Perencanaan pengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
penelitian, bahan ajar yang akan dikembangkan berupa LKS.
3. Pengembangan Produk Awal
Pengembangan produk awal Membuat desain LKS, pengembangan LKS,
hingga pembuatan layout yaitu mengembangan LKS dengan langkah
pengembangan bahan ajar menurut depdiknas (2008: 20) dengan langkah-
langkah yaitu: (1) Analisis SK dan KD, (2) Menentukan judul LKS, (3)
Penulisan LKS (Perumusan KD yang harus dikuasai, Menentukan alat
evaluasi/penilaian, Penyusunan Materi, Urutan pembelajaran, Struktur bahan
ajar/LKS), pengembangan menyesuaikan dengan kurikulum terbaru, dalam
hal ini analisis Sk diganti dengan Analisis KI dan KD.
a. Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Analisis
dimaksudkan untuk menentukan materi-materi yang akan digunakan dalam
pengembangan dan yang memerlukan bahan ajar dalam penerapanya.
Penentuan materi dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang akan
diajarkan, kemudian kompetesi apa yang harus dimiliki siswa dan hasil
belajar yang harus dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes)..
b. Menentukan Judul LKS
Penentuan judul LKS atas dasar KD-KD yang ada pada kurikulum atau
materi pembelajaran yang terdapat dalam silabus SMP kelas VII kemudian
30
dari analisis KD-KD yang terdapat pada silabus tersebut maka dipilih
materi Pemanasan Global sebagai LKS yang dikembangakan untuk proses
penelitian
c. Penulisan LKS
Penulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Perumusan KD yang harus dikuasai
Perumusan KD pada LKS merupakan suatu spesifikasi kualitas yang
seharusnya dimiliki peserta didik dalam menyelesaikan LKS tersebut pada
Pemanasan Global. KD yang tercantum dalam LKS diambil dari pedoman
khusus kurikulum 2013 Revisi terbaru. Apabila terjadi ketidak berhasilan
pada perseta didik sebagai yang dirumuskan dalam KD yang digunakan,
maka KD pembelajaran dalam LKS itu harus dirumuskan kembali, dengan
demikian maka perlu adanya revisi sampai tujuan pembelajaran pada
materi Pemanasan Global dapat tercapai.
2) Menentukan alat evaluasi/penilaian
Penentuan evaluasi dapat disusun setelah penentuan KD yang akan dicapai
dan dapat ditentukan sebelum menyusun materi dan lembar kerja berupa
tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh peserta didik nantinya, sehingga
pengerjaan evaluasi benar-benar akan sesuai dengan apa yang dikerjakan
oleh peserta didik.
d. Penyusunan Materi
Penyusunan materi pada LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai,
materi pada LKS akan baik jika dapat menggunakan sumber-sumber yang
relevan dari berbagai sumber misalnya buku dan tidak terpaku pada satu
sumber saja.
31
Tugas yang akan dikerjakan oleh siswa harus ditulis secara jelas agar
mengurangi pertanyaan yang datang dari siswa mengenai hal-hal yang
seharusnya siswa dapat dikerjakanya sendiri. Penggunaan LKS pada
penelitian ini dibuat dengan model Inquiry Based Learning agar siswa dapat
menemukan sendiri dari sebuah penyelidikan yang dilakukanya, sehingga
tercapailah tujuan pembelajaran yang di inginkan KD dan menjadi inovasi
dalam proses belajar mengajar.
e. Urutan pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan LKS.
Dibuatkan petunjuk bagi guru yang akan mengajarkan materi tersebut dan
petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan kepada hal-hal yang harus
dikerjakan sehingga pembelajaran lebih tertib dan terarah dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
f. Struktur bahan ajar/LKS
Berdasarkan Abdurrahman (2015) tentang format LKS, struktur LKS dapat
bervariasi, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan
sumber daya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum LKS
harus memuat paling tidak:
1) Judul
Judul pada penelitian pengembangan ini yaitu berdasarkan analisis dari KI
dan KD pada mata pelajaran IPA SMP kelas VII materi Pemanasan Global
sebagai judul dalam penelitian pengembangan ini.
2) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
Petunjuk belajar dibuat oleh guru yang akan mengajarkan materi tersebut
dan menjadi petunjuk bagi siswa dalam mengerjakan LKS. Siswa diarahkan
32
dengan petunjuk belajar kepada hal-hal yang akan dikerjakan sehingga
pembelajaran akan lebih tertib dan tencapainya tujuan pembelajaran sesuai
dengan KD yang diinginkan.
3) Kompetensi yang akan dicapai
Berupa analisis tujuan pembelajaran berdasarkan KD yang terdapat dalam
materi Pemanasan Global dengan menggunakan model Inquiry Based
Learning dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi siswa.
4) Petunjuk kerja,
Berupa Lembar Kerja (LK), Pada penelitian ini LK menggunakan
tahapan model inkuiri.
5) Informasi pendukung
Berupa sumber-sumber dari media lain seperti internet, buku yang tidak
dicantumkan dalam LKS secara keseluruhan akan tetapi siswa dapat
mengaksesnya dengan mencantumkan alamat internet yang dapat di akses
secara langsung.
6) Proses pembelajaran menggunakan inquiry based-learning
Discovery
Learning
Pada langkah ini, siswa mengamati perubahan
suhu, curah hujan dan perubahan angin serta awan
berdasarkan data; mengidentifikasi jumlah yang
mungkin terukur (secara kualitatif). Setelah
pengamatan, siswa dapat membangun konsep
perubahan iklim dan pemanasan global. Kemudian
siswa menyimpulkan pengertian pemansan global
serta perubahan iklim. Melalui kegiatan ini siswa
dapat membedakan proses terjadinya perubahan
iklim dan pemansan global. Siswa pada level ini
diperkenalkan dengan grafik data.
Interactive
Demonstrations
Pada tahap ini, siswa melakukan pengamatan
tentang penyebab terjadinya pemanasan global
melalui gambar dan video. Siswa memprediksi
perbedaan setiap penyebab pemanasan global dari
33
berbagai sumber penyebab, menentukan penyebab
alami dan buatan manusia, membuat tabel perbedaan
penyebabnya. Siswa menjelaskan penyebab
pemanasan global melaui tabel yang dibuat serta
grafik bila ada
Inquiry Lessons
Pada tahap ini, siswa diajak untuk membuat grafik
hubungan penumpukan senyawa karbon diaoksida
dengan aktivitas manusia baik secara alamami
maupun kegiatan yang berupa industri. Guru
membantu siswa menentukan sumber CO2 apa
yang diamati pada setiap kelompok.
Inquiry
Laboratory
Pada tahap ini, siswa diberi beberapa data tentang
luas hutan saat ini, luas es di kutub dari tahun-
ketahun serta perkiraan musim yang terjadi di
indonesia; siswa diberikan data berupa penumpukan
CO2 di atmosfer setelah itu siswa membuat dan
menganalisis pegaruhnya terhadap pemanasan
global. serta; generalisasi dari jumlah senyawa CO2
yang berlebihan menyebabkan pemanasan global.
Merumuskan prinsip dan membuat generalisasi
bahwa penyebab utama pemanasan global adalah
senyawa CO2 yang jumlahnya berlebihan di atmosfer.
Real-world
Applications
Pada tahap ini, siswa diberi permasalahan tentang
usaha dalam menanggulangi kasus pemanasan
global yang terjadi. Siswa menganalisis data-data
yang diberikan, mengajukan ide solusi
permasalahan. Siswa dapat menggunakan
data dalam menyelesaikan masalah terkait
dengan penganggulangan serta pencegahan dar
pemanasan global
Hypothetical
Inquiry
Pada tahap ini, siswa menghasilkan dan menguji
penjelasan
7) Latihan-Latihan
Latihan-latihan soal ini dalam LKS berupa pertanyaan diskusi yang dibuat
untuk melatih tingkat pemahaman siswa.
8) Evaluasi
34
Setelah selesai mengembangkan produk maka dilakukan validasi
produk yang dilakukan oleh ahli. Validasi ahli dilakukan dengan
melibatkan 2 dosen Universitas Lampung yang terdiri dari aspek
konstruksi dan aspek substansi LKS, selain itu validasi oleh ahli,
pneliti juga melakukan validasi kepada satu orang gurun sebagai
praktisi.
4. Uji Coba Terbatas
Uji coba terbatas dilakukan dengan cara mengambil sampel satu kelas
menggunakan produk yang sudah divalidasi. Uji coba terbatas yang telah
dilakukan menggunakan satu kelas di SMPN 1 Gunung Sugih yangbukan
merupakan kelas yang akan digunakan saat uji coba lapangan. Uji coba
terbatas yang dilakukan yaitu untuk melihat respon siswa dan guru
mengenai kepraktisan dari LKS yang telah dikembangkan.
5. Revisi Produk Awal
Revisi produk dilakukan dengan merevisi produk yang telah dibuat sesuai
dengan masukan dari beberapa ahli yang memvalidasi produk, dari produk
yang direvisi tersebut kemudian dihasilkan produk yang siap di uji coba
lapangan.
6. Uji Coba Lapangan
Uji coba lapangan yaitu penggunaan produk yang telah direvisi dan dinyatakan
valid oleh ahli untuk dilakukan uji coba pada pembelajaran IPA kelas VII di
SMP, Uji coba dilakukan dengan mengambil sampel penelitian 2 kelas di
SMPN 1 Gunung Sugih yag kedua kelas tersebut sebagai kelas eksperimen.
35
Desain penelitian ini akan menggunakan one-shot case study. Desain 2
kelompok eksperimen dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria yang
diinginkan.
7. Revisi Produk Akhir
Revisi produk akhir dilakukan setelah pengujian lapangan selesai, revisi produk
akhir dilakukan dengan melihat catatan dan masukan yang didapatkan dari hasil
uji coba lapangan selama penelitian.
D. Intrumen Penelitian
Instrumen secara umum merupakan suatu alat yang berfungsi untuk
mempermudah dalam pengukuran atau pelaksanaan sesuatu kegiatan
pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan
oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data
(Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
analisis kebutuhan, instrumen uji validitas LKS, lembar observasi kepraktisan dan
lembar obervasi keefektifan keterampilan kolaborasi siswa. Berikut merupakan
gambaran secara umur instrumen yang digunakan dalam pengembangan ini.
1. Studi Pendahuluan
Pada studi pendahuluan intrumen yang diberikan adalah angket, pemberian
angket ini yaitu berupa seperangkat pernyataan tertulis kepada responden
untuk ditanggapi (Arikunto, 2010). Ada dua jenis angket yang dibuat diisi
oleh guru dan siswa, masing-masing angket sebagai berikut:
36
a) Instrument Analisis Kebutuhan Guru
Angket yang diberikan kepada guru diisi oleh guru sebagai angket
pendahuluan mengenai pengembangan LKS yang berbasis inquiry based-
learning. Beberapa aspek yang ditanyakan tentunya berkaitan dengan LKS
yang digunakan saat proses pembelajaran di sekolah, pembelajaran yang
dilakukan selama ini pernah menggunakan LKS berbasis inquiry based-
learning dan LKS yang digunakan selama ini mampu mengukur keterampilan
kolaborasi siswa.
b) Instrumen Analisis Kebutuhan Siswa
Pengisian angket dilakukan oleh siswa sebagai data pendahuluan mengenai
pengembangan LKS yang berbasis inquiry based-learning. Beberapa aspek
yang ditanyakan pada angket ini yaitu berkaitan dengan LKS yang sering
dikerjakan siswa saat proses pembelajaran, pembelajaran yang dilakukan
selama ini pernah menggunakan LKS berbasis inquiry based-learning dan
LKS yang digunakan apakah pernah mengukur aspek-aspek pada
keterampilan kolaborasi siswa.
2. Instrumen Validasi Ahli dan Praktisi (Guru)
Instrument yang selanjutnya yaitu Instrument Validasi Ahli dan Praktisi
(Guru) yang terdiri dari angket kesesuaian isi dan konstruk terhadap LKS
berbasis inquiry based-learning.
a) Instrument Validasi Aspek Isi
Pada instrumen validasi aspek isi berupa angket yang disusun sistematis
untuk mengetahui kesesuaian isi LKS dengan kurikulum berupa kesesuaian
dengan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), Indikator yang
37
dikembangkan, dan kesesuaian materi yang berdasarkan indikator yang
dikembangkan. Instrumen yang dikembangkan juga melihat bagaimana
kesesuaian isi sintak LKS berbasis inquiry based-learning. Pembuatan
Iinstrumen ini tentunya dilengkapi juga kolom saran sebagai saran/ masukan
guna perbaikan produk yang dilakukan oleh validator.
b) Instrumen Validasi Konstruk
Instrumen validasi konstruk berupa angket yang disusun untuk mengetahui
kesesuaian konstruk LKS berbasis inquiry based-learning pengorganisasian
LKS yang akan dikembangkan, proses kegiatan pembelajarandan pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Selain itu aspek keterbacaan pada LKS
harus disesuaikan dengan konsep penulisan yang jelas dan format LKS yang
ideal. Pembuatan instrumen ini tentunya dilengkapi juga kolom saran sebagai
saran/ masukan guna perbaikan produk yang dilakukan oleh validator.
3. Instrument Uji Kepraktisan
a) Instrumen Keterlaksanaan Produk
Instrumen keterlaksanaan produk berupa lembar observasi berupa
pernyataan-pernyataan yang dimaksudkan untuk menilai keterlaksanaan LKS
berbasis inquiry based-learning yang dikembangkan, pembuatan instrumen
ini dilengkapi dengan kolom saran sebagai masukan guna perbaikan produk
yang dilakukan oleh observer.
4. Instrument Keefektifan
Performance keterampilan kolaborasi siswa pada model inquiry based-
learning diukur dengan instrumen keefektifan yaitu lembar pengamatan
aktivitas siswa (lembar observasi) yang digunakan untuk melihat keterlibatan
38
dan peran siswa dalam kelompok serta melihat keterampilan kolaborasi yang
dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran menggunakan LKS berbasis
inquiry based-learning. Lembar observasi ini diisi oleh Observer, penyusunan
lembar obervasi mengadopsi instrumen yang dikembangkan oleh Hermawan,
dkk (2017).
E. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari uji validasi oleh validator, serta data
penelitian dari observer, guru dan siswa. Pada tahap studi pendahuluan, sumber
data diperoleh dari hasil pengisian angket analisis kebutuhan yang dilakukan oleh
guru IPA dan siswa. Pada tahap validasi, sumber data diperoleh dari hasil validasi
kesesuaian isi dan konstruk oleh ahli. Pada tahap uji coba terbatas sumber data
diperoleh dari hasil respon tanggapan guru mengenai isi dan kemenarikan LKS
hasil pengembangan dan siswa mengenai kemenarikan LKS hasil pengembangan.
Pada tahap uji lapangan atau implementasi untuk mengetahui keefektifan LKS,
pengumpulan data dilakukan dengan memberikan pretes pada siswa diawal
pembelajaran pertemuan pertama dan postes pada akhir pembelajaran. Untuk
mengetahui kepraktisan pada uji ini data dikumpulkan dari lembar observasi
keterlaksaan pembelajaran dengan menggunakan LKS, lembar observasi
kemampuan guru mengelola kelas, lembar respon siswa (aspek kemenarikan
pembelajaran) dan lembar observasi aktivitas siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
angket dan observasi. Angket menurut Sugiyono (2008) merupakan teknik
pengumpulan data dengan memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada
39
responden untuk dijawab. Angket merupakan teknik pengumpulan data dengan
memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk ditanggapi
(Arikunto, 2010). Pada penelitian ini, angket yang digunakan yaitu berupa angket
dengan jawaban tertutup, serta ditanggapi dengan memberi saran pada kolom
yang telah disediakan pada intrumen validasi ahli dan praktisi, dan respon siswa
terhadap LKS hasil pengembangan. Observasi dilakukan dengan mengamati
keterlaksanaan LKS yang digunakan untuk membelajarkan materi Pemanasan
Global, mengamati kemampuan kolaborasi siswa dalam pembelajaran oleh
Observer.
Kuisioner dilakukan pada validasi, pada uji coba terbatas LKS, dan uji
implemenasi. Validasi LKS terdiri dari validasi ahli oleh 2 dosen dan praktisi
yaitu 1 orang guru IPA SMP. Pada validasi kesesuaian isi dan konstruk,
pengumpulan data dilakukan dengan menunjukan LKS materi pemanasan global
model Inquiry Based Learning, kemudian meminta validator untuk mengisi
angket validasi LKS yang dikembangkan. Pada uji coba terbatas untuk
mengetahui kepraktisan LKS, pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan
LKS, kemudian meminta guru mengisi angket respon tanggapan guru.
Selanjutnya, untuk melihat tingkat kepraktisan data dikumpulkan melalui lembar
keterlaksaan pembelajaran menggunakan LKS, lembar observasi kemampuan
kolaborasi oleh Observer, angket respon siswa (aspek kemenarikan pembelajaran)
dan lembar aktivitas siswa.
40
F. Teknik Analisis Data
Sumber data yang didapatkan dalam penelitian ini berasal dari validator ahli yaitu
dosen serta guru, observer dengan menggunakan lembar observasi, guru dan
siswa. Pada tahap studi pendahuluan, sumber data yang diperoleh berasal dari
hasil pengisian angket kebutuhan dari guru dan siswa tingkat SMP pada mata
pelajaran IPA. Pada tahap validasi, sumber data diperoleh dari hasil validasi
substansi dan konstruk oleh ahli..
Teknik analisis data dilakukan di SMP Negeri 1 Gunung Sugih, untuk uji
kevalidan bertujuan untuk mengetahui kesesuaian materi pembelajaran maka
dilakukan uji ahli materi dan uji ahli desain, melalui uji kevalidan. Kesesuaian
data tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk. Untuk
mengetahui kepraktisan produk dilakukan uji coba lapangan secara langsung
kepada siswa melalui uji coba terbatas. Selanjutnya untuk megetahui keefektivitas
produk dilakukan lembar observasi kolaborasi siswa.
Uji kevalidan dan uji coba lapangan yang dilakukan bertujuan untuk menilai
kesesuaian produk sebagai media pembelajaran. Penilaian uji kevalidan memiliki
2 pilihan jawaban yaitu: “ Ya” atau “tidak”. Jawaban tersebut memberikan arti
tentang kelayakan produk tersebut. Untuk jawaban tidak maka perlu dilakukan
revisi kembali.
Untuk mengetahui kefektifan produk maka dilakukan observasi berdasarkan
indikator kemampuan kolaborasi siswa. Kategori pada rubrik keterampilan
kolaborasi didesain berdasarkan aspek yang diamati dengan mempertimbangkan
keadaan karakteristik siswa dan bahasa yang mudah dipahami, sehingga dapat
41
digunakan oleh semua orang (observer) dalam kegiatan pembelajaran pada semua
materi.
Teknik analisis data dilakukan dengan melakukan tabulasi data berdasarkan
klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan yang tertera di angket
pada siswa dan guru. Menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat
besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan, sehingga data yang diperoleh
dapat dianalisis sebagai temuan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
persentase jawaban responden setiap item adalah sebagai berikut:
Keterangan: %Jin = Persentase pilihan jawaban-i
Ji= Jumlah responden yang menjawab jawaban-i
N = Jumlah seluruh responden
Untuk hasil validasi ahli dan praktisi akan digunakan untuk merevisi produk LKS
berbasis model inquiry based-learning yang dikembangkan, jika hasil validasi
oleh 3 orang ahli berkategori valid dan persentasenya minimal 69,00 % maka
produk tersebut layak digunakan.
Validitas terhadap LKS berbasis model inquiry based-learning yang
dikembangkan dan perangkatnya dihitung berdasarkan skor yang diberikan oleh
validator dengan menghitung jumlah skor yang diberikan validator, menghitung
persentase ketercapaian skor dari skor maksimal untuk setiap aspek yang dinilai,
dan menghitung rata-rata persen keterapaian skor oleh 3 orang ahli lalu
menafsirkan data dengan kriteria sebagai berikut:
42
Tabel 2. Kategori Validitas Konstruksi dan Substansi
No Persentase Kriteria
1 21,00 % - 36,00% Tidak valid
2 37,00 % - 52,00% Kurang valid
3 53,00 % - 68,00% Cukup valid
4 69,00 % - 84,00% Valid
5 85,00 % - 100,00% Sangat valid
(Ratumanan, 2003)
Analisis keefektivan dilakukan dengan menggunakan analisis lembar observasi
dengan rubrik yang ditampilkan pada Tabel 3. sebagai berikut.
Tabel 3. Rublik Penilaian Aspek Kolaboratif
Aspek
Kolaborasi Kegiatan Penilaian Skor Penilaian
Kontribusi
Dalam diskusi kelompok kecil tidak memberi
gagasan dan tidak ikut berpartisipasi. 1
Dalam diskusi kelompok kecil jarang (hanya 1
kali) member gagasan. Namun sedikit (hanya 1
kali) berpartisipasi.
2
Dalam diskusi kelompok kecil sering (hanya 2
kali) member gagasan. Namun tidak sering
(hanya 2 kali) berkontribusi dalam
berpartisipasi
3
Dalam diskusi kelompok kecil sangat sering
(lebih dari 2 kali) memberi gagasan yang
menjadi acuan dalam diskusi. Mampu
memimpin diskusi dan sering (lebih dari 2
kali) berkontribusi dalam berpartisipasi.
4
Manajemen
Waktu
Tidak mengerjakan tugas, sehingga
menyebabkan kelompok memperpanjang batas
waktu pengerjaannya
1
Tugas diselesaikan, namun terlambat > 3 menit
dari waktu yang ditentukan. Sehingga
menyebabkan kelompok Memperpanjang batas
waktu pengerjaannya.
2
Tugas diselesaikan, namun terlambat ≤ 3 menit
dari waktu yang ditentukan. sehingga masih tidak
menyebabkan kelompok memperpanjang batas
waktu pengerjaannya
3
Menyelesaikan tugas tepat waktu atau selesai
sebelum batas waktu, sehingga tidak pernah
menyebabkan kelompok memperpanjang batas
waktu pengerjaannya.
4
Pemecahan
Masalah
Tidak ada usaha untuk menemukan dan
memberi jawaban atas permasalahan serta
memberikan semua tugas (mengandalkan)
1
43
Aspek
Kolaborasi Kegiatan Penilaian Skor Penilaian
Pemecahan
Masalah
kepada orang lain.
Jarang (hanya 1 kali) melakukan usaha untuk
mencari jawaban atas permasalahan dan
menggu-nakan solusi yang digagaskan oleh
orang lain.
2
Sering (hanya 2 kali) melakukan usaha untuk
mencari jawaban atas permasalahan, tetapi solusi
yang ditemukan hasil pengembangan dari
gagasan orang lain.
3
Sangat sering (lebih dari 2 kali) melakukan
usaha yang jelas untuk menemukan dan
memberikan gagasan sendiri untuk menjawab
permasalahan.
4
Bekerja
Dengan
Orang Lain
Tidak mendengarkan pendapat orang lain atau
tidak membantu orang lain dan tidak
berpartisipasi dalam kerja kelompok.
1
Jarang (hanya 1 kali) mendengarkan pendapat
orang lain dan jarang (hanya 1 kali) membantu
orang lain dikarenakan kesulitan untuk kerja
kelompok.
2
Sering (hanya 2 kali) mendengarkan pendapat
orang lain dengan baik dan sering (hanya 2 kali)
membantu orang lain, namun tidak memudahkan
dalam kerja kelompok.
3
Sangat sering (lebih dari 2 kali) mendengarkan
pendapat orang lain dengan baik dan sangat
sering (lebih dari 2 kali) membantu orang lain
sehingga memudahkan dalam kerja kelompok.
4
Teknik
Peyelidikan
Mengerjakan sedidaknya satu prosedur saja dari
semua prosedur teknik penyelidikan pada LKS. 1
Mengerjakan sekurang-kurangnya seperempat
dari semua prosedur teknik penyelidikan pada
LKS.
2
Mengerjakan sekurang-kurangnya setengah dari
semua prosedur teknik penyelidikan pada LKS. 3
Mengerjakan semua prosedur teknik
penyelidikan pada LKS. 4
Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga penilaian
total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖× 100 %
44
Dari hasil penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah
subjek sampel uji coba dan dikonversikan untuk menentukan keefektifan
produk LKS dalam meningkatkan kemampuan kolaborasi siswa.
Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif
terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengkonversian skor menjadi
pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4. Konversi Skor Angket Kolaborasi
Presentase (%) Kategori
80 < X ≥ 100 Sangat Baik
60 < X ≤ 80 Baik
40 < X ≤ 60 Cukup
20 < X ≤ 40 Kurang
0 < X ≤ 20 Sangat Kurang Sumber : Widoyoko (2014)
78
78
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengembangan lembar kerja siswa berbasis model inquiry based-learning
memiliki karakteristik (1) Discovery Learning, (2) Interactive
Demonstration, (3) Inquiry Lessons, (4) Inquiry Laboratory, (5) Real-
World Applications, (6) Hypothetical Inquiry pada topik pemanasan
global dalam menumbuhkan keterampilan kolaborasi dengan uji validasi
substansi dan konstruksi dinyatakan valid.
2. Kepraktisan lembar kerja siswa berbasis model inquiry based-learning
memiliki karakteristik (1) Discovery Learning, (2) Interactive
Demonstration, (3) Inquiry Lessons, (4) Inquiry Laboratory, (5) Real-
World Applications, (6) Hypothetical Inquiry pada topik pemanasan
global dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi berkategori tinggi.
3. Keefektivan LKS menggunakan inquiry based learning model inquiry
based-learning memiliki karakteristik (1) Discovery Learning, (2)
Interactive Demonstration, (3) Inquiry Lessons, (4) Inquiry Laboratory,
(5) Real-World Applications, (6) Hypothetical Inquiry pada topik
pemanasan global dalam meningkatkan keterampilan kolaborasi melalui
metode observasi oleh observer efektif dengan melihat persentase yang
dihasilkan meningkat dengan kategori “Sangat Baik” .
79
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan LKS berbasis model inquiry
based learning topik pemanasan global dalam meningkatkan keterampilan
kolaborasi, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi calon peneliti dapat sebagai sumber mengenai inquiry based learning
dan materi yang akan dikembangkan, sehingga LKS yang dikembangkan
lebih baik lagi selain itu peneliti harus sangat memahami keterampilan
kolaborasi dan inquiry based learning.
2. Bagi guru yang akan mengajar dapat menjadi pengetahuan mengenai inquiry
based learning dan materi pemanasan global yang efektif agar pembelajaran
lebih berarti karena terbukti dapat meningkatkan keterampilan kolaborasi
siswa.
3. Bagi guru yang akan menerapkan LKS menggunakan inquir based learning
dalam pembelajaran dapat memberikan pengelaman yang baru bagi siswa dan
dapat meningkatkan keterampilan abad 21 khususnya pada keterampilan
kolaborasi.
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’
Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of
Educational Research, 2(1), p 37-41.
Abdurrahman. 2015. Guru Sains Sebagai Inovator, Merancang Pembelajaran
Sains Inovatif Berbasis Riset. Yogjakarta: Media Akademi
Afriyanti, I., Wardono & Kartono. 2018. Pengembangan Literasi Matematika
Mengacu PISA Melalui Pembelajaran Abad Ke-21 Berbasis Teknologi.
Prosiding Seminar Nasional Matematika, PRISMA 1.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/
Alismail, H. A. & McGuire, P. 2016. 21st Century Standards and Curriculum:
Current Research and Practice. Journal of Education and Practice, 6(6),
p 150-156.
Anantyarta, P. & Sari, R. L. I. 2017. Keterampilan Kolaboratif dan Metakognitif
Melalui Multimedia Berbasis Means Ends Analysis. Jurnal Biologi dan
Pembelajaran Biologi, 2(2), p 22-43.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Arini, D.S. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Based Learning (IBL)
pada Mata Pelajaran Membuat Busana Costum Mode Kelas X Wirausaha
Tata Busana di SMK Negeri 1 Buduran. e-Journal. 6(3), p 47-50.
Boholano, H. B. 2017. Smart Social Networking: 21st Century Teaching and
Learning Skills. Research in Pedagogy, 7(1), p 21‐29.
Borg, W. R. & Gall, M. D. 1983. Educational Research An Introduction. New
York: Longman
Candra, R. 2015. Collaborative Learning for Educational Achievement. IOSR
Journal of Research & Method in Education, 5(3), p 04-07.
Child, S. & Simon, S. 2016. Collaboration in The 21st Century: Implications for
Assessment. A Cambridge Assessment publication (UCLES). ISSUE 22.
http://www.cambridgeassessment.org.uk/research-matters/.
81
Cretu, D. 2017. Fostering 21st Century Skills for Future Teachers. The European
Proceedings of Social & Behavioural Sciences.
http://dx.doi.org/10.15405/epsbs.2017.05.02.82 .
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Ergül, R. 2011. The Effects of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary
School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian
Journal of Science and Education Policy (BJSEP), 5(1), p 48-68.
Hake, R. 1999. Analizing Change/Gain Score. http://lists.asu.edu/cgi-
bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855. (diakses pada tanggal 25
Maret 2018).
Hanim, Z. 2007. Peningkatan Keterampilan Kolaborasi dan sikap pelajar pada
Matematika Melalui Pembelajran Kooperatif. Jurnal Pendidikan
Pengembangan Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran (Didaktika), 8(2),
p 163-172.
Hermawan, Siahaan, P., Suhendi, E. I. Samsudin, A., Setyadin, H., & Hidayat, S.
R. 2017. Desain Rubrik Kemampuan Berkolaborasi Siswa SMP dalam
Materi Pemantulan Cahaya. JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan
Pendidikan Fisika, 3(2), p 167-174.
Ismail, N. & S. E. Alias. 2006. Inquiry Based Learning: A New Approach to
Classroom Learning. English Language Journal, 2(1), P 13-24.
Ješková, Z., Kireš, M., Ganajová, M., & Kimáková, K. 2011. Inquiry-Based
Learning in Science Enhanced by Digital Technologies. 9th IEEE
International Conference on Emerging eLearning Technologies and
Applications (ICETA). Stará Lesná, The High Tatras, Slovakia.
https://www.researchgate.net/publication/254015311
Ješková Z., Lukáč, S., Hančová, M., Šnajder, Ľ., Guniš, J., Balogová, B., &
Kireš, M. 2016. Efficacy of Inquiry-Based Learning in Mathematics,
Physics and Informatics in Relation to The Development of Students´
Inquiry Skills. Journal Of Baltic Science Education, 15(5), p 559-574.
Kristanto, Y. E., & Susilo, H. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas VII SMP. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 22(2), p
197-208.
Laal, M., M. Laal & Kermanshahi, Z. K. 2012. 21st Century Learning; Learning
in Collaboration. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 47, 1696 –
1701.
82
Lamb, S., Maire, Q., & Doecke, E. 2017. Future Frontiers Analytical Report :
Key Skills for the 21st Century: an evidence-based review. A report
prepared for the NSW Department of Education: Victoria University.
Le, H., Janssen, J., & Wubbels, T. 2018. Collaborative Learning Practices:
Teacher and Student Perceived Obstacles to Effective Student
Collaboration. Cambridge Journal of Education, 48(1), p 103–122.
Luddin, M. R. 2008. Modernisasi dan Rekonstektualisasi Pendidikan di Era
Globalisasi. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 14(75), p 1120-1139.
Maridi. 2009. Penerapan Model Collaborative Learning. Disampaikan dalam
Seminar Lokakarya Nasional. Pendidikan Biologi UNS.
Mudjiono & Dimyati. 2010. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Nisa, H., Disman & Dahlan, D. 2018. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Kolaboratif Teknik Group Investigation terhadap Kemampuan Berpikir
Analisis Peserta Didik. Manajerial, 3(5), p 157-166.
Ningrum, P. 2016. Meningkatkan Keaktifan dan Kemampuan Berpikir Kreatif
Melalui Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah Materi Kelarutan dan
Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Semarang.
Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semaran, 4(1), p 17-
28.
Nugraheni, D. 2018. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis
Inquiry Materi Pengukuran untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa.
Natural: Jurnal Ilmiah Pendidikan IPA, 5(2), p 98-103.
Nurhaidah & Musa, M. I. 2015. Dampak Pengaruh Globalisasi bagi Kehidupan
Bangsa Indonesia. Jurnal Pesona Dasar, 3(3), p 1- 14.
Olakanmi, E. E. 2017. Development of A Questionnaire to Measure Co-
Regulated Learning Strategies During Collaborative Science Learning.
Journal of Baltic Science Education, 15(1), p 68-78.
Ozgur, S. D. & Yılmaz, A. 2017. The Effect of Inquiry based Learning on Gifted
and Talented Students’ Understanding of Acidsbases Concepts and
Motivation. Journal of Baltic Science Education, 16(6), p 559-574.
Permendiknas. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Permendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta :
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
83
Prayitno, B. A., Corebima, D., Susilo, H., Zubaidah, S., & Ramli, M. 2017.
Closing The Science Process Skills Gap Between Students With High and
Low Level Academic Achievement. Journal Of Baltic Science Education,
16(2), p 266-277.
Rahayu, T., Syafrimen, & Wati, W. 2016. Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA
Terpadu dalam Pembelajaran Fisika. Proceeding of The 4th International
Conference on Islam and Higher Education (ICIHE). Pahang, Malaysia.
Rohman, A. 2013. Model Pembelajaran Inter-Teams Game Tournament untuk
Pengembangan Kemampuan Kolaborasi Mahasiswa Calon Guru. Jurnal
Penelitian Ilmu Pendidikan, 6(1), p 1-10.
Shalikhah, N. D. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis
Pendekatan Scientific. Tarbiyatuna, 7(2), p 144-166.
Sudjana. 2005. Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: PT. Tarsito.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sujianto, A. E. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sunyono. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi dalam
Menumbuhkan Model Mental dan Meningkatkan Penguasaan Konsep
Kimia Dasar Mahasiswa. Disertasi. Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya : tidak diterbitkan. Surabaya.
Suranto & Kholis, N. 2014. Efektivitas Model Inquiry Based Learning dalam
Pembelajaran Sistem Mikrokontroler di SMK Negeri 3 Wonosari.
Jurusan Pendidikan Teknik Mekatronika. 4(3), p 235-243.
Suyanto, E. & Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa
dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan
Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Proseeding
Seminar Nasional Pendidikan. Bandar Lampung: UNILA.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Kontruktivistik. Prestasi Pusaka: Jakarta.
. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Bumi Aksara.
84
Wenning, C. J. 2005. Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and
inquiry processes. J. Phys. Tchr. Educ. Online 2(3), p 3-11.
. 2011. The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. J. Phys.
Tchr. Educ. Online, 6(2), p 9-16.
& Khan, M. A. (2011). Sample learning sequences based on the
Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal of Physics
Teacher Education Online, 6(2), 17-30.
Widiadyana, I. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Pemahaman
Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Pendidikan IPA,
pasca.undiksha singaraja. Bali.
Widjajanati, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Jurusan Pendidikan FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta. (Online).
staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang..../kualitasilks.pdf.
(diaksek pada tanggal 15 Februari 2019).
Widoyoko, S. E. P. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.