pengembangan kualitas fragrance dan flavor kopi …digilib.unila.ac.id/33180/3/skripsi tanpa bab...

49
PENGEMBANGAN KUALITAS FRAGRANCE DAN FLAVOR KOPI MELALUI PERENCANAAN KOMPOSISI TUMBUHAN NAUNGAN DALAM BUDIDAYA WANATANI Oleh PUTRI AYU CHANIA DEWI (Skripsi) FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGEMBANGAN KUALITAS FRAGRANCE DAN FLAVORKOPI MELALUI PERENCANAAN KOMPOSISI TUMBUHAN

NAUNGAN DALAM BUDIDAYA WANATANI

Oleh

PUTRI AYU CHANIA DEWI

(Skripsi)

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ABSTRAK

PENGEMBANGAN KUALITAS FRAGRANCE DAN FLAVOR KOPIMELALUI PERENCANAAN KOMPOSISI TUMBUHAN NAUNGAN

DALAM BUDIDAYA WANATANI

Oleh

PUTRI AYU CHANIA DEWI

Daya kompetisi ekspor biji kopi sangat ditentukan oleh citarasa minumannya

terutama unsure fragrance dan flavor yang harus dibentuk dalam budidaya

ekologis alami, bukan melalui proses pabrikasi untuk merespon isu lingkungan

maupun ecolabelling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh budidaya ekologi salami terhadap fragrance dan flavor tanaman kopi di

KPHL Batutegi, HKM Sidodadi di Kecamatan Air Naningan, Tanggamus

Lampung.Budidaya ekologis pada penelitian ini diasumsikan sebagai fasevegetasi

tanaman kopi (pohon, tiang, pancang dan semai). Analisis data yang digunakan

adalah analisis regresilinear berganda untuk menguji pengaruh tanaman pada

setiap fasevegetasi terhadap fragrance dan flavor. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa budidaya ekologis yang berpengaruh nyata terhadap [1] fragrance adalah

fase pohon (durian), fase pancang (jambu), dan fase semai (bandotan, takelan,

cempaka, cengkeh, kakao, kentangan, kerinyuh, dan takelan) dan terhadap [2]

Putri Ayu Chania Dewiflavor yaitu fase pohon (kemiri), fase pancang (jambu), dan fase semai (bandotan,

cempaka, kakao, cengkeh, kaliandra, kerinyuh, rambatan, paku, dan takelan).

Masyarakat wanatani diharapkan dapat menerapkan budidaya tanaman kopi

dengan mengombinasikan jeni stanaman yang berperngaruh nyata terhadap

peningkatan citarasa kopi.

Kata Kunci: budidaya ekologis, fragrance, flavor, kopi.

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF QUALITY FRAGRANCE AND FLAVOR OFCOFFEE BY PLANNING COMPOSITION OF PLANTS IN WANATANI

CULTURE

By

PUTRI AYU CHANIA DEWI

The competitive power of coffee beans exports is was determined by the taste of

the drink, especially the fragrance and the flavor elements which must be formed

in natural ecological cultivation, not through the manufacturing process to respond

the environmental and ecolabelling issues. The purpose ot the research is to

understand the influence of the natural ecological cultivation on the fragrance and

flavor of coffee plants at protection FMU Batutegi, on Sidodadi social forestry in

Air Naningan Sub-district, Tanggamus Lampung. Ecological cultivation was

assumed as plant vegetation phase of coffee (Tree phase, pole phase, sapling

phase and seedling). This research was analyzed with multiple linear regressions

to test the influence of plants on each phase of the vegetation on fragrance and

flavor . The result showed that the ecological cultivation has significant effect on

[1] fragrance of tree phase (Durio zibetinus), sapling (Syzygium aqueum) phase,

and seedling phase (Ageratum conyzoides, Eupatorium riparium, Magnolia

Putri Ayu Chania Dewichampaca, Syzygium aromaticum, Thebroma cacao, Borreira ri latifolia, and

Eupatorium perfoliatum,) as well as [2] tree phase flavor (Aleurites moluccana),

sapling (Syzygium aqueum), and phase of seedlings (Ageratum conyzoides,

Syzygium aromaticum, Thebroma cocoa, Magnolia champaca Calliandra

callothesus, Eupatorium perfoliatum, Mikania micrantha, Pteridophyta, and

Eupatorium riparium). The wanatani community wanatani can apply the coffee

cultivation by combining the types of plants that significantly effected towards the

increasing taste of coffee.

Keywords:coffee,ecological cultivation, flavor, fragrance.

PENGEMBANGAN KUALITAS FRAGRANCE DAN FLAVOR

KOPI MELALUI PERENCANAAN KOMPOSISI TUMBUHAN

NAUNGAN DALAM BUDIDAYA WANATANI

Oleh

Putri Ayu Chania Dewi

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Dengan rahmat Allah SWT. Penulis Putri Ayu Chania Dewi

dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 April 1995.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara,

pasangan ayahanda Anton Idwar S.Sos dan Ibunda Ratna.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak

Aisiyah diselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Dasar (SD)

Negeri 2 Pesawahan dan selesai pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Taman Siswa Teluk Betung pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri 8 Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2013. Pada

tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti

organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA) sebagai anggota

utama dan mengikuti organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Unila (BEM U)

sebagai anggota sekertariat.

Pada tahun 2014 penulis melakukan Kuliah Lapangan Kehutanan di Kementrian

Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya

Bogor, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, dan Center for

International Forestry Research (CIFOR). Tahun 2016 penulis melaksanakan

Praktek Umum selama 40 hari di BKPH Banjarnegara KPH Kedu Selatan Perum

Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Tahun 2017 penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Siswa Bangun, Kecamatan

Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah.

SANWACANA

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Kualitas Fragrance Dan

Flavor Kopi Melalui Perencanaan Komposisi Tumbuhan Naungan Dalam

Budidaya Wanatani”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan, Universitas Lampung. Shalawat dan salam kepada junjungan

Rasulullah Muhammad SAW, dengan harapan di hari akhir akan mendapatkan

syafaatnya.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran berbagai pihak,

untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada;

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Samsul Bakri, M.Si. sebagai dosen pembimbing pertama dan

pembimbing akademik penulis atas saran dan kritik yang telah diberikan

sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak Rudi Hilmanto, S. Hut, M.Si. sebagai dosen pembimbing kedua atas

kesediaan membimbing penulis.

4. Ibu Ir. Otik Nawansih M.P. sebagai dosen penguji atas saran dan kritik yang

telah diberikan sehingga selesainya penulisan skripsi ini.

iii

5. Bapak Suratman dan seluruh anggota Hkm Sidodadi yang telah membimbing

dan membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

6. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas

Lampung atas ilmu yang telah diberikan.

8. Ayah Anton Idward dan Ibu Ratna sebagai inspirasi dan penyemangat

hidupku yang telah memberikan do’a, kasih sayang, semangat, bimbingan

dan dukungannya segenap hati disetiap cerita perjalanan hidup.

9. Adik-adikku Rara Gusti dan A. Saddam Husein yang telah memberikan doa,

kasih sayang dan dukungannya.

10. Bapak Yahya dan ibu Kokom terimakasih telah memberikan semangat serta

dukungannya.

11. Gita B S, Nurul Dwi, Bang Yustinus, Bang Rifki, Bang Imawan dan Putut

yang selalu memberikan semangat, doa dan dukungan serta telah membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian.

12. Keluargaku kehutanan 2013 Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Terima kasih banyak untuk, semangat, kebersamaan dan keikhlasan hati

dalam membantu mencapai gelar sarjana ini.

13. Keluargaku HIMASYLVA Universitas Lampung, terima kasih untuk semua

cerita selama di kehutanan, tetap berjuang untuk kehutanan yang menjadi

lebih baik.

iv

Penulis berharap kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi

ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Bandar Lampung, 30 Agustus 2018

Putri Ayu Chania Dewi

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1A. Latar Belakang .............................................................................. 1B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4D. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7A. Kinerja Ekologis Pertanaman Kopi dan Kesejahteraan Petani...... 7

1. Perlakuan yang Ramah Ligkungan............................................ 72.Persyaratan Ekologis Pertanaman Kopi....................................... 7

2.1 Kopi ...................................................................................... 72.2 Klasifikasi Kopi.................................................................... 82.3 Elevasi Terhadap Tegakan dan Iklim ................................... 9

B. Analisis Mutu Fisik dan Citarasa................................................... 101. Penentu Kualitas Fisik Buah Kopi............................................. 10

1.1 Sortasi ................................................................................... 101.2 Pengeringan .......................................................................... 11

2. Pembuatan Kopi Bubuk ........................................................... 112.1 Penyangraian ....................................................................... 112.2 Penggilingan ....................................................................... 12

3. Penentu Kualitas Cita Rasa....................................................... 12C. Penelitian Terkait........................................................................... 13D. Proses Pengolahan Biji Kopi ......................................................... 14

1. Pengolahan Cara Kering.......................................................... 142. Pengeringan Buah Kopi........................................................... 15

2.4 Pengeringan Alami ............................................................... 162.5 Pengeringan Buatan............................................................. 18

E. Penentuan Stratifikasi Tajuk .......................................................... 18

III. METODE PENELITIAN.................................................................. 19A. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 19B. Alat dan Bahan ............................................................................. 20C. Jenis Data Yang Dikumpulkan ...................................................... 21

vi

Halaman1. Data Primer.............................................................................. 202. Data Sekunder ......................................................................... 21

D. Metode Pengumpulan data............................................................. 211. Teknik Observasi ..................................................................... 212. Analisis Laboratorium ............................................................. 22

E. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ......................................... 231. Model pengaruh jenis tanaman terhadap kualitas fragrance .... 242. Model pengaruh jenis tanaman terhadap kualitas flavor........... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 26A. Hasil Penelitian ............................................................................ 26

1. Rekayasa citarasa kopi di kawasan hutan lindung ................... 252. Hasil analisis citarasa minuman kopi robusta .......................... 263. Regresi citarasa kopi ................................................................ 294. Pengujian citarasa .................................................................... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 43A. Simpulan ......................................................................................... 43B. Saran ............................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 45

LAMPIRAN .............................................................................................. 50Gambar 4-11 ....................................................................................... 50

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan Kualitas Fragrance

dan Flavor Kopi melalui Perencanaan Budidaya Wanatanipada tahun 2017 ......................................................................................... 6

2. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Studi Hasil InterpretasiCitra Landsat ..................................................................................... 17

3. Desain Petak Contoh Dengan Metode Stratifikasi Sampling.............. 19

4. Foto Penelitian Pengukuran Diameter Pohon dan Pengambilan BuahKopi............................................................................................................... 50

5. Proses Penimbangan Buah Kopi dan Proses Pemisahan AntaraBuah Kopi yang Mengapung dan Tidak Mengapung............................. 51

6. Proses Penjemuran Buah Kopi dan Pengeringan Buah Kopi DenganMenggunakan Cahaya Matahari ............................................................... 52

7. Foto Pohon Durian dan Foto Pohon Durian ......................................... 53

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Spesis tumbuhan yang berasosiasai dengan pokok tanam kopi

robusta beserta famili dan fase pertumbuhannya yang ditemukandi seluruh areal penelitian .................................................................... 25

2. Statistik deskriptif elemen citarasa fragrance dan flavor kopikawasan Hutan Lindung, Kecamatan Air Naningan, TanggamusLampung .............................................................................................. 26

3. Anova peranan strata bawah terhadap nilai fragrance ........................ 27

4. Hasil pemodelan peranan tanaman fase semai terhadap fragrance ..... 27

5. Anova peranan fase pancang terhadap nilai fragrance ........................ 29

6. Hasil pemodelan peranan fase pancang terhadap fragrance................ 30

7. Anova peranan fase pohon terhadap fragrance ................................... 31

8. Hasil pemodelan tanaman fase pohon terhadap fragrance .................. 31

9. Anova peranan fase semai terhadap nilai flavor .................................. 33

10. Hasil pemodelan tanaman fase semai terhadap flavor ......................... 34

11. Anova peranan fase pancang terhadap nilai flavor .............................. 35

12. Terdapat 8 jenis fase pancang dilam areal penelitian yang berpengaruhterhadap flavor dalam pembentukan citarasa minuman kopi................ 36

13. Anova peranan fase pohon terhadap nilai flavor .................................. 37

14. Hasil pemodelan tanaman fase pohon terhadap flavor ........................ 38

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biji kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai

ekonomis yang cukup tinggi di dunia setelah minyak bumi dan berperan penting

sebagai sumber devisa negara (Pelupessy, 2003). Kopi dapat bersaing di pasar

internasional, peningkatan permintaan akan kopi di Indonesia dikarenakan kopi

Indonesia mempunyai banyak keunggulan adapun hal paling penting dalam

kualitas kopi adalah citarasa yang dikandungnya cukup kuat, unik dan khas.

Terdapat lebih dari 50 Negara tujuan ekspor kopi Indonesia dengan USA, Jepang,

Jerman, Italia, dan Inggris menjadi tujuan utama (AEKI, 2009). Oleh sebab itu,

perlu dilakukan penelitian mengenai tanaman ekologis yang paling sesuai untuk

menghasilkan mutu dan citarasa kopi terbaik (Towaha dkk, 2014).

Salah satu kopi unggulan yang ada di Indonesia dan paling banyak dibudidayakan

khususnya di daerah Provinsi Lampung kopi robusta. Kopi robusta komoditas

yang memiliki nilai stategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi petani.

Provinsi Lampung yang merupakan produsen kopi terbesar kedua di Indonesia

setelah Sumatera Selatan, akan tetapi peringkat tersebut tidak diikuti dengan

kesejahteraan petani yang menanam kopi (Dirjen Perkebunan, 2015).

2Kopi yang dijual petani di Provinsi Lampung umumnya merupakan kopi mutu

non-grade (mutu asalan) (Incamilla dkk, 2015). Hal tersebut menyebabkan

rendahnya nilai jual kopi di pasaran. Mengingat kopi merupakan produk

pertanian yang mengandalkan aspek kualitas citarasa, maka sasaran akhir

budidaya kopi adalah produk biji bercitarasa tinggi yang ditentukan dengan uji

citarasa (Atmawinata, 2001; Purwanto dkk, 2015).

Baik citarasa maupun kualitas biji kopi dipengaruhi oleh ekologis tempat tumbuh

dan budidayanya. Citarasa yang dihasilkan pada suatu tempat atau daerah dengan

keadaan sistem ekologinya dapat berdampak pada citarasa kopi yang di

hasilkannya. Ada banyak jenis kopi yang beredar di pasaran, tetapi secara umum

yang terbesar adalah jenis arabika dan robusta. Kopi robusta memiliki

penampilan fisik, kesesuaian agroekologi (iklim dan ketinggian tempat), dan

penyajiannya yang berpengaruh terhadap citarasanya (Tarigan dkk, 2015).

Keadaan ekologis seperti elevasi, iklim, kesuburan tanah dan strata tanaman

naungan serta silvikultur dapat mempengaruhi kualitas kopi. Diantara faktor

ekologis ini dapat mempengaruhi penampilan dan ukuran biji kopi, serta proporsi

biji kopong per tanaman. Penampilan biji ini selain mempengaruhi kompetisi

pemasaran apalagi dalam pasar ekspor yang sangat melihat kualitas yang baik

(Dani dkk, 2013). Selain kualitas biji dalam pasar ekspor citarasa juga memegang

peran yang sangat menentukan. Citarasa sebagaimana kualitas biji, juga sangat

dipengaruhi oleh faktor ekologis selain faktor genetik. Karakter penting dalam

penentuan kualitas biji kopi dan sangat berkaitan dengan harga kopi. Kopi yang

3memiliki ukuran biji lebih kecil dihargai lebih rendah dibandingkan dengan kopi

yang memiliki ukuran biji lebih besar, (Nugroho dkk, 2012).

Flavor pada kopi dipengaruhi kandungan senyawa volatil yang dimiliki dan

dikeluarkan oleh kopi pada saat diseduh (Asiah dkk, 2017). Fragrance (bau dari

kopi ketika masih kering/bubuk). Flavor merupakan kombinasi yang dirasakan

pada lidah dan aroma uap pada hidung yang mengalir dari mulut ke hidung

(Purwanto dkk, 2015).

Sebagaiman diuraikan di atas belum banyak penelitian yang menunjukkan antara

kualitas citarasa kopi dengan faktor ekologi, bahkan belum ditemukan peneliti

yang mempublikasikan hasil penelitian yang menghubungkan citarasa dengan

faktor ekologis tanaman kopi. Kualitas citarasa kopi menjadi faktor penentu

keberhasilan ekspor kopi maka perlu untuk dilakukan penelitian yang mendasari

antara faktor ekologi dengan kedua penentu tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian yang di

rumuskan adalah.

1. Bagaimana pengaruh budidaya ekologis alami terhadap fragrance dan flavor

tanaman kopi?

2. Bagaimana perencanaan pengembangan citarasa kopi melalui rekayasa faktor-

faktor ekologi tanaman.

4C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

1. Mengetahui pengaruh budidaya ekologis alami terhadap fragrance dan flavor

tanaman kopi.

2. Merancang perencanaan pengembangan kualitas citarasa kopi berdasarkan

rekayasa faktor-faktor ekologi tanaman.

D. Kerangka Pemikiran

Perambah di Kawasan Hutan Lindung Batu Tegi mengelola kawasan hutan

lindung dengan sistem wanatani berupa kombinasi tanaman kehutanan dengan

tanaman pertanian contohnya kopi robusta, lada dan yang lainnya. Sistem

wanatani yang dilakukan oleh petani menjadi acuan bagaimana mengetahui

tingkat citarasa yang ada di dalam biji kopi tersebut. Kendala lain yang dihadapi

petani kopi ini yaitu belum mengetahui hubungan citarasa kopi dengan faktor

ekologis seperti elevasi, kemiringan lereng, jenis tanah, jenis naungan (fase

pohon, tiang, pancang dan semai).

Upaya untuk memperbaiki kualitas citarasa kopi yaitu dengan mencari hubungan

budidaya ekologis, dengan mencari hubungan antara setiap fase vegetasi dengan

fragrance (aroma bubuk kopi) dan flavor (aroma dan rasa pada saat sekali masuk

ke dalam mulut).

Perlu adanya perencanaan pengembangan citarasa biji kopi berdasarkan uji

citarasa yang dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

5Indonesia (Puslitkoka) Jember. Untuk mengetahui tingkat kualitas citarasa yang

akan dihasilkan, diperlukan adanya metode yang dapat memberikan penilaian

terhadap kualitas citarasa kopi, kriteria pada: kualitas citarasa biji kopi. Kualitasa

citarasa kopi meliputi: fragrance, flavor, body, rasio bitterness/sweetness, rasio

acidy/salty, after taste, balance, cleanness, dan uniformity. Hubungan antara

kualitas citarasa kopi, perlu dianalisis agar dapat menentukan hal apa saja yang

perlu diperhatikan dalam pola tanam wanatani yang ada di Batutegi yang meliputi

penambahan: jenis naungan, persen naungan dan tanaman fase bawah, serta kadar

hara tanah.

Berdasarkan hasil wanatani tersebut dapat diperoleh hasil produksi yang akan

diterima oleh perambah dengan tingkat harga tertentu, lebih baik dan dapat

menguntungkan meski mereka memakai lahan hutan untuk mengelola lahan

tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petani untuk

mensejahterakan kehidupannya dan mampu mengembangkan kopi dengan baik.

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran.

6

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan Kualitas Fragrancedan Flavor Kopi melalui Perencanaan Budidaya Wanatani pada tahun2017.

Belum Diketahuinya Hubungan KualitasCitarasa Berdasarkan Faktor Ekologis

Budidaya Kopi

Model Hubungan KualitasCitarasa Sebagai Fungsi dari

Faktor Ekologis

Uji Cita Rasa

Mencari Bentuk Hubungan KualitasCitarasa Berdasarkan Faktor Ekologis

Iklim dan BentukWilayah

Faktor Biotik Silvikultur

Analisis Regresi Linier Berganda

Pengembangan Kualitas Citarasa Kopi Melalui PerencanaanBudidaya Wanantani di Kawasan Hutan Lindung Batutegi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja Ekologis Pertanaman Kopi dan Kesejahteraan Petani

1. Perlakuan yang Ramah Ligkungan

Perlakuan yang ramah akan lingkungan dalam sistem ekologis yaitu dengan

melakukan pemangkasan. Pemangkasan merupakan salah satu upaya

pengendalian secara kultur teknis yang dimaksudkan untuk memutus siklus hidup

hama utama pada tanaman kopi. Kelembaban yang lebih tinggi akan memicu

terjadinya serangan hama PBKo Hypothnemus hampei yaitu salah satu penyebab

utama penurunan mutu kopi, akibatnya banyak buah yang berlubang sehingga

berat buah merah menjadi lebih ringan sedang pada kelembaban yang lebih

rendah maka jumlah serangannya akan menurun sehingga buah merah lebih berat

(Kadir dkk, 2003).

2. Persyaratan Ekologis Pertanaman Kopi

2.1 Kopi

Di Indonesia kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh VOC

(Vereenigde Oostindische Compagnie). Tanaman kopi di Indonesia mulai di

produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi karena hasilnya

memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi

8perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk

menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).

2.2 Klasifikasi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Konsumsi kopi

dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari

spesies kopi robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di

Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman

tersebut dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan

Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012).

Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo (2012), adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobionita

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Astridae

Ordo : Rubiaceace

Genus : Coffea

Spesies : Coffea robusta

Kopi Robusta (Coffea canephora var Robusta (Priolli dkk, 2008) dan didukung

oleh sifat dapat membuahi sendiri (selfin compatible) (Lashermes dkk, 1996).

92.3 Elevasi dan Iklim

Selain konstruksi tanah, petani di Sumberjaya telah menerapkan sistem

agroforestri baik sederhana maupun kompleks untuk mengelola kebun kopi

mereka. Sistem ini ditandai dengan penanaman tanaman buah-buahan, tanaman

kayu atau tanaman legum multiguna di antara tanaman kopi sebagai tanaman

pelindung (Agus dkk, 2002).

Konservasi air dan tanah diperoleh dari biaya yang digunakan petani dalam

penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Biaya tersebut diasumsikan sebagai biaya

produksi yang bisa dihemat petani dan penerimaan yang dapat digunakan petani

untuk kegiatan lain apabila petani tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida.

Konservasi air dan tanah juga dinilai dari biaya tenaga kerja yang petani

keluarkan untuk melakukan pencegahan erosi, seperti pembuatan gulud, teras,

gulma, rorak dan tanaman naungan. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh

petani tersebut diasumsikan sebagai modal yang dapat digunakan oleh petani

untuk melakukan kegiatan lainnya apabila mereka tidak melakukan pencegahan

erosi (Incamilla dkk, 2015).

Intensitas cahaya merupakan faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan

mutu fisik biji, sehingga pada budidaya kopi diperlukan adanya tanaman penaung.

Intensitas cahaya sedang berpengaruh positif untuk membentuk flavor, body,

quality after taste serta balance. Intensitas cahaya tinggi juga berpengaruh positif

untuk menciptakan aroma yang lebih kuat/tajam (Erdiansyah dan Yusianto, 2012).

Peubah cara pengolahan dan peubah iklim dapat menentukan citarasa biji kopi

(Wahyuni dkk, 2013).

10B. Analisis Mutu Fisik

Rahardjo (2012) menyatakan bahwa, kopi yang sudah dipetik harus segera

diolah lebih lanjut dan tidak boleh dibiarkan begitu saja selama lebih dari 12–

20 jam. Bila kopi tidak segera diolah dalam jangka waktu tersebut maka kopi

akan mengalami fermentasi dan proses kimia lainnya yang bisa menurunkan

mutu dari kopi tersebut. Apabila terpaksa belum diolah, maka kopi harus

direndam terlebih dahulu dalam air bersih yang mengalir. Proses pengolahan kopi

dibagi menjadi dua yaitu proses olah kering (dry process) dan proses olah basah

(wet process) (Ciptadi dan Nasution, 1985).

Buah kopi atau kopi gelondong basah adalah buah kopi hasil panen dari kebun,

kadar airnya masih berkisar antara 60-65% dan biji kopinya masih terlindung oleh

kulit buah, daging buah, lapisan lendir, kulit tanduk, dan kulit ari

(Mulato dkk, 2005).

Nilai kadar air kopi Robusta dari kawasan produksi di Sumatera yang umumnya

memiliki kadar air pada kisaran 16%—18% sebagai akibat penundaan proses

pengeringan (Mulato dkk, 1993).

1. Penentu Kualitas Fisik Buah Kopi

1.1 Sortasi

Aspek proses produksi terpenting lainnya adalah sortasi. Sortasi dalam

pengolahan kopi secara basah dilakukan sebanyak dua kali. Pertama sortasi basah

dilakukan dengan tujuan untuk, memilih buah superior (warna merah, masak,

11bernas dan seragam), memisahkan buah inferior (cacat, pecah, terserang hama

penyakit, berwarna kuning atau hijau), memisahkan dan membuang kotoran

seperti daun, ranting, tanah, kerikil dan lain-lain. Sortasi buah dilakukan secara

manual dengan mengambil buah kopi atau kotoran lain yang tidak dinginkan,

selanjutnya buah kopi dimasukkan ke dalam bak yang diisi air (dirambang) untuk

memisahkan buah-buah kopi yang tidak bernas dengan jalan mengambil buah-

buah kopi yang mengapung /mengambang, (Arnawa dkk, 2010). Sortasi buah

merah dilakukan dengan merendam buah kopi dalam air, dan diambil buah merah

yang tenggelam. Pengeringan di bawah sinar matahari dilakukan sampai kadar air

mencapai +12%, (Purwanto dkk, 2015).

1.2 Pengeringan

Salah satu proses pengolahan biji kopi yang sangat penting dan krusial adalah

proses pengeringan karena hasil dari capaian proses pengeringan akan

menentukan kualitas biji kopi untuk proses berikutnya, termasuk mengolah biji

kopi. Buah kopi yang matang petik merah langsung dijemur. Kopi menjadi

hitam, namun tidak ada tanda terkena jamur yang biasanya berwarna putih seperti

bubuk (Arinal dkk, 2014).

Proses pengeringan dilakukan setelah pencucian untuk mengurangi

kandungan air dari dalam biji kopi yang semula 60-65% hingga menjadi 12%.

Pada kadar air ini, biji kopi relatif aman untuk dikemas dalam karung dan

disimpan di dalam gudang pada kondisi lingkungan tropis. Proses pengeringan

dapat dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis dan kombinasi keduanya

12(Clifford dan Wilson 1985; Mulato dkk, 2005; Najiyati dan Danarti 2006).

Penjemuran merupakan cara yang mudah dan murah untuk pengeringan biji kopi.

Jika cuaca memungkinkan, proses pengeringan sebaiknya dipilih dengan cara

penjemuran penuh (full sun drying) hingga kadar air 20-25% kemudian

dilanjutkan dengan pengering mekanis untuk menjaga kontinuitas sumber panas.

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

1. pengeringan dengan sinar matahari, dengan cara semua biji kopi diletakkan

dilantai penjemuran secara merata.

2. pengeringan dengan menggunakan mesin pengering, dimana pada mesin

pengering tersebut terdiri atas tromol besi dengan dindingnya berlubang –

lubang kecil (Aak, 1980).

a. Pengeringan Alami

Proses dalam pengeringan secara alami sebaiknya dilakukan dilantai semen,

anyaman bambu, atau tikar. Kebiasaan menjemur kopi di atas tanah akan

menyebabkan kopi menjadi kotor dan terserang cendawan

(Najiyati dan Danarti, 2004).

Cara penjemuran kopi yang baik adalah dihamparkan di atas lantai dengan

ketebalan maksimum 1.5 cm atau sekitar 2 lapisan. Setiap 1–2 jam hamparan

kopi di bolak-balik dengan menggunakan alat menyerupai garuh atau kayu

sehingga keringnya merata. Bila matahari terik penjemuran biasanya berlangsung

selama 10–14 hari namun bila mendung biasanya berlangsung 3 minggu

(Najiyati dan Danarti, 2004).

13b. Pengeringan Buatan

Pengeringan secara buatan biasanya dilakukan bila keadaan cuaca cenderung

mendung. Pengeringan buatan memerlukan alat pengering yang hanya

memerlukan waktu sekitar 18 jam tergantung jenis alatnya. Pengeringan ini

dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, pemanasan pada suhu 65-100 oC

untuk menurunkan kadar air dari 54% menjadi 30%. Tahap kedua pemanasan

pada suhu 50–60 oC untuk menurunkan kadar air menjadi 8-10%

(Najiyati dan Danarti, 2004).

2. Pembuatan Kopi Bubuk

2.1 Penyangraian

Penyangraian biji kopi merupakan suatu proses yang penting dalam industri

perkopian yang amat menentukan mutu minuman kopi yang diperolehnya. Proses

ini mengubah biji-biji kopi mentah yang tidak enak menjadi minuman dengan

aroma dan citarasa lezat. Suharyanto dan Mulato (2007), menyatakan

penyangraian biasanya dilakukan pada tekanan atmosfer, sebagai media pemanas

biasanya digunakan udara pemanas atau gas-gas hasil pembakaran. Panas juga

diperoleh dengan mengadakan kontak antara kopi beras dengan permukaan metal

yang panas. Setelah perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan kandungan air.

Tingkatan penyangraian terdiri dari: light roast (sangrai cukupan), medium

14roast (sangrai sedang), dark roast (sangrai matang). Cara penyangraian yang

berlainan ini selain berpengaruh terhadap citarasa, juga turut menentukan warna

bubuk kopi yang dihasilkan.

2.2 Penggilingan (Penumbukan)

Penggilingan adalah proses pemecahan butir-butir kopi yang telah direndang

untuk mendapatkan kopi berukuran maksimum 75 mesh. Ukuran butir-butir

(partikel-partikel) bubuk kopi berpengaruh terhadap aroma kopi. Secara umum

semakin kecil ukurannya maka rasa dan aromanya semakin baik. Hal ini

dikarenakan sebagian besar bahan yang terdapat di dalam bahan kopi dapat larut

dalam air ketika diseduh (Najiyati dan Danarti 2006).

3. Penentu Kualitas Cita Rasa

Kualitas cita rasa kopi dapat berbeda untuk setiap konsumen ataupun negara. Cita

rasa termasuk dalam sifat-sifat organoleptik yang dapat diukur dengan indera dan

dapat dipengaruhi oleh sifat fisik, kimiawi, faktor-faktor agronomi dan teknologis.

Penilaian kualitas citarasa tergantung pada evaluasi sensorik (Novita dkk, 2010).

Penilaian kualitas organoleptik kopi membutuhkan latihan, terutama flavor dari

secangkir kopi yang merupakan kombinasi komponen multiaromatik pada kopi.

Kondisi lingkungan tumbuh kopi robusta di setiap daerah sentra produksi beragam

sehingga menghasilkan mutu dan citarasa yang berbeda antara satu dengan

lainnya (Towaha dan Soetriono, 2009).

15Sampel biji kopi secara acak diambil 300 g kemudian disangrai pada suhu 175–

200 °C hingga diperoleh biji kopi sangrai medium kemudian digiling. Penilaian

fragrance dilakukan dengan menghirup udara didekat bubuk kopi dalam

mangkuk. Air mendidih (+ 100 °C) dituang ke dalam mangkuk berisi bubuk kopi,

ditutup dan dibiarkan terendam sekitar 3 menit hingga terbentuk lapisan bubuk

pada permukaan mangkuk kemudian diaduk perlahan (break) sambil dicium

baunya kuat-kuat untuk menilai aromanya (SCAA, 2015).

Setelah partikel kopi yang mengambang dibuang dan ditunggu hingga agak dingin

(± 50 °C), dilakukan penilaian flavor dengan mencicipi seduhan menggunakan

sendok khusus. Dengan hirupan yang kuat cairan akan memenuhi seluruh

permukaan lidah, ditahan 3–5 detik hingga syaraf pengecap akan menangkap rasa

manis, asin, asam dan pahit. Diamati pula karakter aftertaste, acidity, dan

bitterness. Proses pengujian dilakukan tiga sampai lima kali untuk mendapatkan

kesan yang tepat. Penilaian profil citarasa menggunakan formulir yang merujuk

pada SCAA cupping form. Penilaian yang dilakukan meliputi intensitas

(ketajaman) dan kualitas citarasa dengan skala 0–10 (SCAA, 2015).

C. Penelitian Terkait

Pengujian citarasa kopi dilakukan dalam rangka penilaian secara objektif

sekaligus memberikan gambaran dasar profil citarasa dalam terminologi yang

sudah ditetapkan. Biji kopi yang kurang baik akan sedikit mengembang (nilai

apparent swelling rendah) (Nugroho dkk, 2012).

16Penilaian cita rasa seduhan kopi dapat dilakukan secara sederhana melalui uji

organoleptik dengan mengamati keasaman (acidity), body, dan perisa (flavour).

Acidity dan body dinilai berdasarkan intensitasnya, mulai dari tajam (pointed),

penuh (full), sedang (medium), ringan (light), sampai kurang (lacking)

(Yusianto dkk, 2005).

Kenaikan harga pada umumnya disebabkan oleh peningkatan mutu kopi yang

sangat ditentukan pada proses usahataninya. Mutu yang baik membuat kopi

Indonesia dapat bersaing di pasar internasional. Dengan demikian, kopi memiliki

peluang pasar yang baik bila dilihat dari nilai ekspor, volume ekspor dan

konsumsi (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2015).

Da-Silva dkk (2005); Geromel dkk (2008); Joet dkk (2010), menyatakan bahwa

mutu dan citarasa kopi dipengaruhi oleh klon/varietas, agroekologi (jenis tanah,

elevasi, iklim, pemupukan), waktu panen, metode pemetikan, pengolahan, dan

penyimpanan.

D. Penentuan Stratifikasi Tajuk

Stratifikasi tajuk ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut.

a. Stratum A merupakan lapisan teratas yang terdiri dari pohon-pohon yang tinggi

totalnya lebih dari 30 m.

b. Stratum B terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20--30 m.

c. Stratum C terdiri dari pohon-pohon dengan tinggi 4--20 m

d. Statum D terdiri dari tumbuhan dengan tinggi 1--4 m.

17e. Stratum E yaitu tajuk paling bawah (lapisan kelima dari atas) yang dibentuk

oleh spesies-spesies tumbuhan penutup tanah (ground cover) yang tingginnya

kurang dari 1 meter (Indriyanto, 2006).

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kelola KPHL Batutegi, mencakup HKM

Sidodadi yang ada di Kecamatan Air Naningan pada bulan Juni-Juli 2017.

Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan Wilayah Studi Hasil Interpretasi CitraLandsat.

19B. Objek dan Alat Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan pemodelan untuk mencari hubungan

antara faktor-faktor ekologis dengan kualitas citarasa kopi. Adapun untuk

menguji hipotesis dilakukan pengumpulan data melalui survei, survei dilakukan

menurut jelajah lapang ini menggunakan metode survei dengan pemilihan lokasi

dan berdasarkan jarak elevasi sekitar 25m mulai dari elevasi 1.200 mdpl-1400

mdpl agar contoh dijamin merata maka diperlukan 15 titik sampel. Penetapan

pohon contoh menggunakan metode survei dengan kriteria pertumbuhan dan

jumlah dompolan buah seragam (Towaha dkk, 2015).

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat tulis, kamera,

baskom berisi air, amplop kertas, printer, kantong plastik, timbangan dan minitab

version 16.

C. Jenis Data yang Dikumpulkan

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan pengukuran langsung.

Jenis data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai kondisi lahan, pola

Wanatani yang diterapkan, hasil yang di peroleh, penerimaan dan biaya produksi

yang dikeluarkan pada tanaman Wanatani di lahan hutan lindung Batutegi. Survei

dilakukan terhadap lahan petani yang akan dijadikan sebagai sampel, kemudian

melakukan wawancara secara langsung dengan petani yang menanam kopi

20mengenai asal-usul kopi, usia tanaman kopi, varietas yang digunakan, dan lain-

lainnya. Kemudian menetapkan lahan yang sesuai sebagai plot percobaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam bentuk catatan tertulis

dan diperoleh secara tidak langsung yang sifatnya mendukung data primer. Data

sekunder yang dikumpulkan berupa monografi tempat penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Observasi dilakukan pada tiap titik pengamatam menurut elevasi, tiap titik

dilakukan pembuatan plot sampel untuk mengukur proporsi naungan dan

menentukan jenis naungan baik starata pohon, tiang, pancang dan semai. Pada

masing-masing plot contoh akan dibuat 4 subplot yang berukuran 20x20 untuk

pengumpulan data fase pohon, 10x10 untuk pengumpulan data fase tiang, 5x5

untuk pengumpulan data fase pancang, 2x2 untuk pengumpulan data fase semai

dan tumbuhan bawah. Selain itu juga dilakukan pengambilan sampel kopi dan

sampel tanah. Persisnya 3 plot tiap titik pengamatan untuk diambil secara

komposit, dapat dilihat pada Gambar 3.

21

Arah Rintis

Gambar 3. Desain Petak Contoh dengan Metode Stratifikasi Sampling.

Keterangan:Petak A = petak berukuran 20m x 20m untuk pengamatan fase pohon (pohon

dengan diameter batang ≥ 20cm).Petak B = petak berukuran 10m x 10m untuk pengamatan fase tiang (pohon

dengan diameter batang 10-19 cm).Petak C = petak berukuran 5m x 5m untuk pengamatan fase pancang (pohon

dengan diameter batang < 10cm).Petak D = petak berukuran 2m x 2m untuk pengamatan fase semai (anakan pohon

dengan tinggi ≤ 1,5 m)

2. Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium yang dilakukan meliputi, analisis kualitas citarasa kopi.

Analisis kualitas fisik biji kopi dilakukan di Laboratorium Silvikultur, Fakultas

Pertanian dan Pengujian citarasa (cupping test) yang dilakukan di Laboratorium

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember.

Pada pengamatan pengujian kualitas uji citarasa yang dilakukan oleh 10 orang

profesional yaitu dengan mengirimkan sample buah kopi kering ke Pusat

Penelitian Kakao dan Kopi Indonesia di Jember. Dalam proses untuk mengetahui

fragrance biji kopi yang diisi kemangkuk lalu digrider, pada saat penggilingan ini

seorang cupper akan merasakan aroma yang ditimbulkan saat pengrenderan

hampir bisa diprediksikan akan aroma kopi tersebut, manis, asem ataupun bau-bau

A

BCD

A

B

A

CD

BCD

22tak sedap. Sedangkan flavor dirasakan pada lidah sekaligus pada hidung, flavor

akan menentukan nilai pada kualitas dan kompleksitas, (SCAA, 2015).

Penilaian citarasa seduhan kopi secara ujicitarasa (cupping test) mengacu kepada

standar Speciality Coffee Association of America/SCAA oleh minimal 3 orang

panelis ahli/terlatih (Lingle, 2001; SCAA, 2009a). Unsur citarasa yang dinilai

meliputi aroma (bau aroma saat diseduh), flavor (rasa dilidah), body (kekentalan),

acidity (keasaman), aftertaste (rasa yang tertinggal dimulut), sweetness (rasa

manis), balance (aspek keseimbangan rasa), clean cup (kesan rasa umum),

uniformity (adanya keseragaman rasa dari tiap cangkir), dan overall (aspek rasa

keseluruhan). Skor dan notasi citarasa terbagi menjadi empat kelompok: 6,00–

6,75 = good; 7,00–7,75 = very good; 8,00–8,75 = excellent; 9,00–9,75 =

outstanding. Apabila nilai total skor citarasa seduhan ≥ 80 (pada skala 100) maka

dapat dikategorikan sebagai kopi spesialti (SCAA, 2009b). Adapun penilaian

karakter rasa kopi mengacu kepada diagram coffee tasters flavor wheel (SCAA,

1995; Caspersen, 2012).

Pengujian kualitas uji citarasa yang akan dilakukan oleh profesional yaitu dengan

mengirimkan sample buah kopi kering ke Pusat Penelitian Kakao dan Kopi

Indonesia di Jember.

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pemanenan buah kopi dilakukan pada bulan Juni-Juli 2017 saat buah kopi matang

secara manual. Sortasi buah merah dilakukan dengan merendam buah kopi dalam

23air, dan diambil buah merah yang tenggelam. Pengeringan di bawah sinar

matahari dilakukan sampai kadar air mencapai +12% (Arnawa dkk, 2010).

Data hasil survei lapangan tentang jenis-jenis tanaman naungan yang berhasil di

identifikasi di lapangan kemudian ditabulasi berdasarkan plot sampel maupun

nama setiap spesies dalam bahasa Indonesia dan dipadankan dengan Bahasa

Latin disertai masing-masing familinya. Demikian juga hasil uji citarasa

minuman kopi khususnya elemen fragrance dan flavor ditabulasi berdasarkan plot

sampel kopi diambil di lapangan.

1. Model Pengaruh Jenis Tanaman terhadap Kualitas Fragrance

Model hubungan linier pengaruh dari faktor-faktor ekologis tempat tumbuh

tanaman kopi terhadap terbentuknya kualitas fragrance secara rinci diungkapkan

dalam model-model berikut: (Law dan Kelton, 1991).

Pengaruh Spesies Fase Pohon pada Fragrance

[FRG1]i= α0 + α1[MANGI]i +α2[SHOREA]i +α3[DURIO]i+ α4[FISCUS]i+ α5[ALEUR]i +α6[PARKIA]i + α7[DALBER]i + α8[OITECH]i + α9[PARSEA]i+ α10[SCHIMA]i +α11[HISBISC]i + α12[SWIET]i+ α13[PARASE]i + α14[GMELINA]i+ α15[VITEX]i+α16[MASEO]i+ξi

Pengaruh Spesies Fase Pancang pada Fragrance

[FRG2]i= β0 + β1[DURIO]i + β2[FICUS]i + β3[GLIRIS]i +β4[DALBER]+ + β5[OITECH]i +β6[THEOBRO]i + β7[PSIDIUM]i + πi

Pengaruh Spesies Fase Tiang pada Fragrance

[FRG3]i= γ0 + γ1[DURIO]i + γ2[FICUS]i + γ3[PARKIA]i + γ4[ERYTH]+ γ5[LEUCA]i +γ6[DALBER]i + γ7[OITECH]i + γ8[TECHTON] + γ9[PARSEA]i + γ10[SCHIMA]i +γ11[HISBISC]i + γ12[SWIET]+ ρi

Pengaruh Spesies Fase Semai pada Fragrance

[FRG4]i=λ0 + λ1[MIKAN]i +λ2[EUPAR]i + λ3[COLOC]i +λ4[EUPAT]+ λ5[CRASS]+λ6[DURIO]i

24+λ7[IPOMO]i + λ8[TETRA]i+ λ9[FISCUS]i + λ10[DALBER]i + λ11[CALLIAN]i +

λ12[MIMOSA]+ λ13[POGONA]i+ λ14[THEOBR]i + λ15[SWIET]i +λ16[PSIDIUM]i +λ17[PTERID]i + λ18[BORREI]i + λ19[CURCU]+ σi

Keterangan :[FRAG1,2,3,4] = Nilai fragrance sebagai respon dari fase: 1=pohon, 2=tiang, 3=pancang, dan 4= semai

α0sampaiα16

= parameter model [FRG1] ξi = residu model [FRG1]

β0sampaiβ7

= parameter model [FRG2] πi = residu model [FRG2]

γ0sampaiγ12

= parameter model [FRG3] ρi = residu model [FRG3]

λ0 sampaiλ19

= parameter model [FRG4] σi = residu model [FRG4]

i = nomer sampel i=1,2,3...,15 Simbollian

= Tabel 1 Kolom 4

2. Model Pengaruh Jenis Tanaman terhadap Kualitas Flavor

Sedangkan model hubungan linier pengaruh dari faktor-faktor ekologis tempat

tumbuh tanaman kopi terhadap terbentuknya kualitas flavor secara rinci

diungkapkan dalam model-model berikut: (Law dan Kelton, 1991).

Pengaruh Spesies Fase Pohon pada Flavor

[FLAV1]i= χ0 + χ1[MANGI]i +χ2[SHOREA]i +χα3[DURIO]i + χ4[FISCUS]i+ χ5[ALEUR]i +χ6[PARKIA]i

+ χ7[DALBER]i + χ8[OITECH]i + χ9[PARSEA]i+ χ10[SCHIMA]i + χ11[HISBISC]i

+ χ12[SWIET]i+ χ13[PARASE]i + χ14[GMELINA]i+ χ15[VITEX]i+ χ16[MASEO]i+Ӡi

Pengaruh Spesies Fase Pancang pada Flavor

[FLAV2]i= ψ0 + ψ1[DURIO]i +ψ2[FICUS]i + ψ3[GLIRIS]i +ψ4[DALBER]+ ψ5[OITECH]i

+ψ6[THEOBR]i + ψ7[PSIDIUM]i + Ӟi

Pengaruh Spesies Fase Tiang pada Flavor

[FLAV3]i= Ω0 + Ω1[DURIO]i +Ω2[FICUS]i + Ω3[PARKIA]i +Ω4[ERYTH]+ Ω5[LEUCA]i

+Ω6[DALBER]i + Ω7[OITECH]i +Ω8[TECHTON] + Ω9[PARSEA]i +Ω10[SCHIMA]i +Ω11[HISBISC]i +Ω12[SWIET]+ ώi

Pengaruh Spesies Fase Semai pada Flavor

[FLAV4]i=ф0 + ф1[MIKAN]i +ф2[EUPAR]i + ф3[COLOC]i +ф4[EUPAT]+ф5[CRASS]+ф6[DURIO]i

+ф7[IPOMO]i + ф8[TETRA]i+ ф9[FICUS]i +ф10[DALBER]i + ф11[CALLIAN]i

+ф12[MIMOSA]+ ф13[POGONA]i+ф14[THEOBR]i + ф15[SWIET]i +ф16[PSIDIUM]i

+ф17[PTERID]i + ф18[BORREI]i +ф19[CURCU]i+ Ӫi

25Keterangan :

[FLAV1,2,3,4] = Nilai flavor sebagai respon dari fase: 1=pohon, 2=tiang, 3=pancang, dan 4= semaiχ0 sampaiχ16 = parameter model [FLAV1] Ӡi = residu model [FLAV1]ψ0sampai ψ7 = parameter model [FLAV2] Ӟi = residu model [FLAV2]

Ω0 sampaiΩ12 = parameter model [FLAV3] ώi = residu model [FLAV3]ф0sampaiф119 = parameter model [FLAV4] Ӫi = residu model [FLAV4]

i = nomer sampel i=1,2,3...,15 simbol lain = Tabel 3 Kolom 4

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil uji citarasa kopi berdasarkan budidaya ekologis, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. fragrance citarasa minuman kopi secara nyata sampai sangat nyata

ditingkatkan oleh jenis tumbuhan, a. Semai (bandotan, kakao, dan kerinnyuh

dengan taraf nyata 5%, cempaka, kentangan, takelan dan paku dengan taraf

nyata 10%), (5%). b. Pancang (jambu taraf nyata 10%), c. Pohon (durian

dengan taraf nyata 10%). Flavor citarasa minuman kopi secara nyata sampai

sangat nyata ditingkatkan oleh jenis tumbuhan, a. Semai (bandotan, cempaka,

cengkeh kakao, kerinnyuh, dan rambatan sengan taraf nyata 5%, sedangkan

takelan, kaliandra, dan paku taraf nyatanya hanya 10%), b. Pancang (jambu

10%), dan c. Pohon (kemiri 5%).

2. perencanaan pengembangan kualitas citarasa minuman kopi yaitu dengan

menerapkan model wanatani kopi dalam kawasan hutan produksi, pengkayaan

dan penjarangan jenis strata. Jika wanatani di dalam kawasan hutan lindung

cukup dengan pengkayaan dan penjarangan jenis fase sesuai dengan minat

pasar negara yang dituju.

44B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat disarankan:

1. perlu diterapkan hasil dari penelitian ini agar dapat membantu petani agar tidak

memakai pupuk dalam kawasan hutan lindung.

2. perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap citarasa minuman kopi dengan

jenis naungan, agar nantinya citarasa minuman kopi lebih dapat menarik

penikmat kopi dalam kawasan Nasional maupun Internasional.

45

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1980. Budidaya Tanaman Kopi. Buku.Yayasan Kanisius. Yogyakarta. 148Hlm.

Agus, F., Gintings, A. N dan Noordwik, M. V. 2002. Pilihan TeknologiAgroforestri atau Konservasi Tanah untuk Areal Pertanian Berbasis Kopi diSumberjaya, Lampung Barat. World Agroforestry Centre, Bogor, Indonesia:Lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung, Indonesia. 118 Hlm.

Aklimawati, L., Yusianto dan Mawardi, S. 2014. Karakteristik mutu danagribisnis kopi robusta di lereng gunung tambora, sumbawa. PelitaPerkebunan. 30(2): 159-180.

Ariyanti, E., Sutopo dan Suwarto. 2010. Kajian status hara makro Ca, Mg, dan Stanah sawah kawasan industri daerah kabupaten karanganyar. Jurnal IlmuTanah dan Agroklimatologi. 7(1): 52-60.

Arinal, H., Ibrahim, G. A dan Harun, S. 2014. Implementasi sistem gasifikasiuntuk pengeringan biji kopi. Jurnal Mechanical. 5(1): 21-25.

Arnawa, I. K., Martiningsih, E., Budiasa. I. M dan Sukarna, I. G. 2010.Peningkatan kualitas dan kuantitas kopi arabika kintamani dalam upayameningkatkan komoditas ekspor sektor perkebunan. Majalah Aplikasi IpteksNgayah. 1(1): 63-70.

Asiah, N., Septiyana, F., Saptono, U., Cempaka, L dan Sari, D. S. 2017.Identifikasi citarasa sajian rubruk kopi robusta cibulao pada berbagai suhudan tingkat kehalusan penyeduh. Barometer. 2(2): 52-27.

Asriyanti., Wardah dan Irmasari. 2015. Pengaruh berbagai intensitas naunganterhadap pertumbuhan semai eboni (Diospyros celenica Bakh). WartaRimba. 3(3): 103-110.

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2009. Industri Kopi Indonesia. AsosiasiEksportir Kopi Indonesia. http://www.aeki-aice.org/Tentang-Kopi/industri-kopi-indonesia.htm. Diakses pada tanggal 12 April 2017.

46Atmawinata, O. 2001. Pengolahan dan Komposisi Kimia Biji Kopi : Peranan Uji

Citarasa dalam Pengendalian Mutu Kopi. Buku. Pusat Penelitian Kopi danKakao Indonesia. Jember. 50 Hlm.

Azwar, S. 2005. Signifikan atau sangat signifikan. Buletin Psikologi UGM.13(1): 38-44.

Balota, E. L dan Chaaves, J. C. D. 2011. Microbial activity in soil cultivated withdifferent summer legumes in coffee crop. Braz. arch. Biol.Technol. 54(1):15-22.

Camargo, M. B. P. 2009. The impact of cimatic variability and climate change onarabic coffee crop in Brazil. Bragantia. 69(1) : 239-247.

Caspersen, B. A. 2012. A Well Rounded Palate, A Guide To The Coffee TastersFlavor Wheel. Retrieved from http://www.roastedmagazine.com/. Diaksespada 3 November 2017.

Ciptadi dan Nasution, M. Z. 1985. Pengolahan Kopi. Buku. Agro Industri Press.Bogor. 168 Hlm.

Clifford, M. N dan Willson, K. C. 1985. Coffee: Botany, Biochemistry andProduction of Beans and Beverages. Buku. Croom Helm. London. 102Hlm.

Da-Silva, E. A., Mazzafera, P., Brunini, O., Sakai, E., Arruda, F. B., Mattoso, L.H. C dan Pires, R.C.M. 2005. The influence of water management andenvironmental conditions on the chemical composition and beverage qualityof coffee beans. Brazilian Journal of Plant Physiology.17(2): 229-238.

Dani., Tresnawati, C dan Radriani, E. 2013. Seleksi genotipe unggulan kopirobusta spesifik lokasi. Bultin RISTRI. 4 (2): 139-144.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2015. Produksi, luas areal kopi ProvinsiLampung. http:// ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 28 Juli 2017.

Erdiansyah, N. P dan Yusianto. 2012. Hubungan intensitas cahaya di kebundengan profil citarasa dan kadar kafein beberapa klon kopi robusta. PelitaPerkebunan. 28(1): 14-22.

Evizal, R., Tohari, I. D., Prijambada, J dan Widianto, D. 2008. Layananlingkungan pohon pelindung pada sumbangan hara dan produktivitasagroekosistem kopi. Pelita Perkebunan. 25 (1): 23-37.

Oktadina, F. D., Argo, B dan Bagus, M. H. 2013. Pemanfaatan nanas (Ananascomosus l. merr) untuk penurunan kadar kafein dan perbaikan citarasa kopi(Coffea sp) dalam pembuatan kopi bubuk. Jurnal Keteknikan PertanianTropis dan Biosistem. 1(3): 265-273.

47Geromel, C., Ferreira, L.P., Davrieux, F., Guyot, B., Ribeye, F., Scholz, M. B. D.

S dan Marraccini, P. 2008. Effects of shade on the development and sugarmetabolism of coffee fruits. Plant Physiology and Biochemistry. 46(1) :569-579.

Hafif, B., Prastowo, B., dan Bambang, R.P. 2014. Pengembangan perkebunankopi berbasis inovasi lahan kering masam. Pengembangan InovasiPertanian. 7 (4): 199-206.

Incamilla, A., Arifin, B dan Nugraha, A. 2015. Keberlanjutan Usahatani KopiAgroforestri di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. JIIA. 3(3) : 260-266.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. 210 Hlm.

Joet, T., Laffargue, A., Descroix, F., Doulbeau, S., Bertrand, B., De Kochko, Adan Dusser, S. 2010. Influence of enviromental factors, wet processing andtheir interactions on the biochemical composition of green arabica coffeebeans. Food Chemistry. 118(2) : 693-701.

Kadir, S. R., Nurjanani, M dan Taufik, M. 2003. Kajian Teknologi Pemangkasanpada Tanaman Kopi (online). http://www.sulsel.litban.dept an.go.id.Diakses pada tanggal 12 mei 2017.

Lashermes, P., E. Couturon, N., Moreau, M., Paillard dan Louarn, L. 1996.Inheritance and genetic mapping of self-incompatibility in (Coffeacanephora) Pierre. Theor. Appl. Genet. 93(2): 458-462.

Law, A. M dan Kelton, W. D. 1991. Simulation Modelling Analysis. Buku.Universitas of Arizona. Singapur. 759 Hlm.

Lingle, T. R. 2001. The coffee cuppers handbook. Buku. Long Beach, SpecialtyCoffee Association of America. California 172 Hlm.

Mulato, S., Widyotomo, S dan Suharyanto, E. 2005. Pengolahan Produk Primerdan Sekunder Kopi. Buku. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.Jember. 10 Hlm.

Mulato. S., Hermansyah dan Buana, L. 1993. Pengering tenaga matahari denganpenggerak fotovoltaik untuk pengeringan buah kopi. Pelita Perkebunan.9(1): 47-55.

Najiyati, S dan Daniarti. 2004. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.Buku. Penebar Swadaya. Jakarta. 167 Hlm.

Najiyati, S dan Daniarti. 2006. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.Buku. Penebar Swadaya. Jakarta. 192 Hlm.

48Novita, E., Syarief, R., Noor, E dan Mulato, S. 2010. Peningkatan mutu biji kopi

rakyat dengan pengolahan semi basah berbasis produksi. Agrotek. 4(1) :76-90.

Nugroho, S., Mawardi., Yusianto dan Arimersetiowati, R. 2012. Karakterisasimutu fisik dan cita rasa biji kopi arabika varietas maragogip (Coffea arabicaL. var. Maragogype Hort. ex Froehner) dan seleksi pohon induk di JawaTimur. Pelita Perkebunan. 28(1): 1-13.

Pelupessy, W. 2003. Environmental Issues in The Production of Beverages:Global Coffee Chain. Di dalam: Mattsson B, Sonesson U, editor.Environmentally-Friendly Food Processing. Buku. CRC Press, WoodheadPublishing Limited. Cambridge England. 200 Hlm.

Purwanto, E. H., Rubiyo dan Towaha, J. 2015. Karakteristik mutu dan citarasakopi robusta klom bp 42, bp 358, dan bp 308 asal bali dan lampung.SIRINOV. 3(2): 67 –74 .

Priolli, R. H. G., P. Mazzafera, W. J., Siqueira, M., Moller, M. I., Zucchi, L. C. S.,Ramos, P. B., Gallo, C. A dan Colombo. 2008. Caffeine inheritance ininterspecific hybrids of coffea arabica x coffea canephora (gentianales,rubiaceae). Genet. Mol. Biol. 31 (2): 498-504.

Rahmaddiansyah., Fajri dan Utami, C. V. 2015. Analisis loyalitas konsumenterhadap minuman kopi robusta di kota banda aceh. Agrisep. 16(2) : 77-85.

Raharjo. P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.Buku. Penebar Swadaya. Jakarta. 216 Hlm.

Specialty Coffe Association of America. 2015. SCAA Protocol. America:Specialty Coffe Association of America. Retrieved fromhttp://www.scaa.org/. Diakses pada tanggal 13 Desember 2017.

Speciality Coffee Association of America. 2009a. SCAA Protocols: Cuppingspecialty coffee. Speciality Coffee Association of America. Retrieved fromhttp://www.scaa.org/. Diakses pada tanggal 13 Desember 2017.

Speciality Coffee Association of America. 2009b. What is specialty coffee?.Speciality Coffee Association of America. Retrieved fromhttp://www.scaa.org/.Diakses pada tanggal 13 Desember 2017

Suharyanto, E dan Mulato. S. 2007. Pengolahan Biji Kopi Sukunder. Buku. PusatPenelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember. 8 Hlm.

Swibawa, I. G dan Sudarsono, H. 2011. Serangan hama bubuk buah kopi(Hypothenemus hampei, Coleoptera : Scolytidae) pada sistem agroforestrisederhana vs sistem agroforestri kompleks di lampung dalam peran strategis

49sains dan teknologi dalam membangun karakter bangsa. Seminar NasionalSains dan Teknologi. 4(1): 329-337.

Tarigan, E. B., Pranowo, D dan Iflah, T. 2015. Tingkat kesukaan konsumenterhadap kopi campuran robusta dengan arabika. Jurnal Teknologi DanIndustri Pertanian Indonesia. 15(1): 37-41.

Towaha, J dan Soetriono. 2009. Strategi peningkatan daya saing agribisnis kopirobusta dengan model daya saing tree five. Paper Presented at SeminarNasional Peningkatan Daya Saing Agribisnis Berorientasi KesejahteraanPetani 14 Oktober 2009. Bogor. 38-42 Hlm.

Towaha, J., Aunillah, A., Purwanto, E. H dan Supriadi, H. 2014. Pengaruhelevasi dan pengelolaan terhadap kandungan kimia dan citarasa kopi robustalampung. J. TIDP. 1(1): 57-62.

Towaha, J., Purwanto, E. H dan Supriadi, H. 2015. Atribut kualitas kopi arabikapada tiga ketinggian tempat di kabupaten garut. J. TIDP .2(1): 29–34.

Wahyuni, E., Karim, A dan Anhar, A. 2013. Analisis citarasa kopi arabikaorganik pada beberapa ketinggian tempat dan cara pengelolahannya didataran tinggi gayo. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan. 2(3): 261-269.

Widiastuti, L., Tohari, E dan Sulistyaningsih. 2004. Pengaruh intensitas cahayadan kadar daminosida terhadap iklim mikro dan pertumbuhan tanamankrisan dalam plot. Ilmu Pertanian. 11 (2) : 35-42

Yusianto, R., Hulupi., Sulistyowati., Mawardi, S dan Ismayadi, C. 2005. Sifatfisiko-kimia dan cita rasa beberapa varietas kopi Arabika. PelitaPerkebunan. 21(2) : 202–204.