pengembangan konsep indeks keamanan manusia indonesia …ditpolkom.bappenas.go.id/basedir/kajian...

112
Indeks Keamanan Manusia Indonesia 1 PENGEMBANGAN KONSEP INDEKS KEAMANAN MANUSIA INDONESIA 2015 A. Latar Belakang Keamanan Manusia Sebagaimana layaknya abstraksi atau konsepsi mengenai fenomena sosial lain, tidak ada kesepakatan mengenai apa yang dimaksud sebagai “keamanan”. Konsep “keamanan nasional” atau “national security” sebagai sesuatu yang ambigu, yang jika digunakan tanpa spesifikasi tertentu, akan meninggalkan ruang kebingungan. 1 Kelompok tradisionalis dalam kajian keamanan melihat konsep “keamanan” secara eksklusif dalam konteks militer dan negara‐sentris, menyamakan “keamanan” dengan isu‐isu militer dan penggunaan kekuatan (use of force). Salah satu definisi tradisional “keamanan” menyebutkan bahwa security is a relative freedom from war, coupled with a relatively high expectation that defeat will not be a consequence of any war that should occur”. 2 Penganut aliran tradisionalis lain, mendefinisikan “kajian keamanan” sebagai “the study of the threat, use and control of military force.” 3 Lebih lanjut “kajian keamanan” adalah kajian terhadap “the specific policies that states adopt in order to prepare for, prevent, or engage in war.4 Disini dapat disimpulkan bahwa pandangan kelompok tradisionalis terhadap konsep “keamanan” adalah sangat negara‐ sentris dan militeristik. Pandangan kelompok keamanan tradisionalis mendapat sanggahan dari pemikir‐pemikir lain yang kemudian disebut sebagai kelompok “wideners” dan “deepeners.” Kelompok yang mendukung upaya wideningdeepening, meskipun terdapat perbedaan pendapat dalam kelompok itu sendiri, memiliki kesepakatan bahwa konsep “keamanan” tidak seharusnya eksklusif hanya mencakup negara dan militer. Disinilah konsep keamanan memiliki dimensi keamanan negara (statesecurity) serta pada sisi lain kewajiban negara untuk mewujudkan keamanan manusia (human security) sebagai bentuk dari peran dan tanggung jawab negara terhadap rakyatnya. Konsep keamanan manusia mulai berkembang perdebatannya semenjak dipublikasikannya laporan UNDP mengenai pembangunan manusia pada tahun 1994. Perdebatan tentang konsep keamanan manusia berlangsung dalam tiga konteks yang melatarbelakangi munculnya perdebatan mengenai keamanan manusia. Pertama, keamanan manusia merupakan gagasan dan upaya untuk menyebarkan memperkuat nilai‐nilai tentang demokrasi dan hak asasi manusia. Kedua, keamanan manusia, sebagai suatu konsep, bukanlah hal baru. Keamanan manusia yang secara luas mencakup isu‐isu non‐militer juga sudah dikembangkan di dalam konsep keamanan secara komprehensif. Ketiga, 1 A. Wolfers, “National Security’ as an Ambiguous Symbol”, Political Science Quarterly, vol. 67, no. 4, 1952, hal. 483. 2 I. Bellany,“Towards a Theory of International Security”, Political Studies, vol. 29, no. 1, 1981, hal. 102. 3 Stephen Walt, “The Renaissance of Security Studies”, International Studies Quarterly, vol. 35, no. 2, 1991, hal. 212. 4 Ibid, hal. 213.

Upload: dangtu

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 1

PENGEMBANGANKONSEPINDEKSKEAMANANMANUSIAINDONESIA2015

A. LatarBelakangKeamananManusia

Sebagaimana layaknyaabstraksiataukonsepsimengenai fenomenasosiallain, tidakadakesepakatanmengenai apayangdimaksud sebagai “keamanan”.Konsep “keamanan nasional” atau “national security” sebagai sesuatu yangambigu, yang jika digunakan tanpa spesifikasi tertentu, akan meninggalkanruangkebingungan.1

Kelompok tradisionalis dalam kajian keamanan melihat konsep“keamanan” secara eksklusif dalam konteks militer dan negara‐sentris,menyamakan“keamanan”denganisu‐isumiliterdanpenggunaankekuatan(useof force). Salah satu definisi tradisional “keamanan” menyebutkan bahwa“securityisarelativefreedomfromwar,coupledwitharelativelyhighexpectationthat defeatwillnot be a consequence of anywar that should occur”.2Penganutalirantradisionalislain,mendefinisikan“kajiankeamanan”sebagai“thestudyofthe threat, use and control ofmilitary force.”3Lebih lanjut “kajian keamanan”adalahkajian terhadap “thespecificpoliciesthatstatesadoptinordertopreparefor, prevent, or engage in war.”4Disini dapat disimpulkan bahwa pandangankelompok tradisionalis terhadap konsep “keamanan” adalah sangat negara‐sentrisdanmiliteristik.

Pandangan kelompok keamanan tradisionalis mendapat sanggahan daripemikir‐pemikir lain yang kemudiandisebut sebagai kelompok “wideners” dan“deepeners.” Kelompok yang mendukung upayawidening‐deepening, meskipunterdapatperbedaanpendapatdalamkelompokitusendiri,memilikikesepakatanbahwakonsep“keamanan” tidakseharusnyaeksklusifhanyamencakupnegaradan militer. Disinilah konsep keamanan memiliki dimensi keamanan negara(state‐security) serta pada sisi lain kewajiban negara untuk mewujudkankeamananmanusia (humansecurity) sebagai bentuk dari peran dan tanggungjawabnegaraterhadaprakyatnya.

Konsep keamanan manusia mulai berkembang perdebatannya semenjakdipublikasikannya laporanUNDPmengenaipembangunanmanusiapada tahun1994. Perdebatan tentang konsep keamanan manusia berlangsung dalam tigakonteks yang melatarbelakangi munculnya perdebatan mengenai keamananmanusia. Pertama, keamanan manusia merupakan gagasan dan upaya untukmenyebarkanmemperkuatnilai‐nilaitentangdemokrasidanhakasasimanusia.Kedua,keamananmanusia,sebagaisuatukonsep,bukanlahhalbaru.Keamananmanusia yang secara luas mencakup isu‐isu non‐militer juga sudahdikembangkan di dalam konsep keamanan secara komprehensif. Ketiga,

1A.Wolfers,“NationalSecurity’asanAmbiguousSymbol”,PoliticalScienceQuarterly,vol.67,no.4,1952,hal.483.2I.Bellany,“TowardsaTheoryofInternationalSecurity”,PoliticalStudies,vol.29,no.1,1981,hal.102.3StephenWalt,“TheRenaissanceofSecurityStudies”,InternationalStudiesQuarterly,vol.35,no.2,1991,hal.212.4Ibid,hal.213.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 2

perdebatanyangpalingtajamadalahperbedaandalamdefinisidanupayauntukmencapai keamanan manusia oleh masing‐masing pemerintah nasionalberdasarkansudutpandang,pengalaman,danprioritasyangberbeda.

B. GagasanDasarKeamananManusia

Secara substansial, gagasankeamananmanusia, bukanlahhalbarudalamdisiplin dan kajian tentang keamanan. Ancaman yang tidak hanya datang darinegara lain dalam bentuk ancaman kekuatan militer sudah disadari olehbeberapaanalisdanparapembuatkebijakansejakbeberapadekadeyang lalu,misalnya konsep dilema ketidakamanan (insecurity dilemma) dan beberapaperhatian pada keamanan anak‐anak danwanita yang ditunjukkan oleh karyaCarolineThomas,beberapateoritisisalingketergantungan(dependencytheorist),dan para penganut pandangan kosmopolitanisme. Dalam konsep keamananmanusiayangmenjadireferentobjecttidaklaginegaratetapiindividu/manusia.5Subtansi keamanan manusia juga dapat ditemukan dalam konsep keamananyang dikemukakan oleh para proponen teori kritis yang mempersoalkanbangunan negara (state) sebagai tatanan patriarkal. Demikian pula halnyadengan ketahanan nasional yang digagas oleh Indonesia, keamanankomprehensif Jepang, dan lainnya yang melihat keamanan tidak hanyakeamanannegaradankeamananmiliter.

Konsepkeamananmanusiamunculkepermukaandanmenjadiperdebatansekaranginitentusangatmenarikuntukdijadikanlandasandalamperencanaandan implementasi pembangunan di Indonesia. Selain itu, perhatian terhadapkeamananmanusia jugadiperkuatolehgelombangglobalisasiyangmelahirkanarus balik karena beberapa efek negatifnya terhadap negara‐negara lemah,kelompok, dan individu tertentu. Yang paling dominan adalah bahwamenguatnyagagasandanupayadalamkerangkakeamananmanusiamerupakanreaksi terhadap masalah‐masalah kemanusiaan yang melanda dunia saat ini,mulai dari pengungsi akibat konflik dan kekerasan fisik, penjualan anak‐anakdanwanita,masalahpangan,terorisme,perdagangansenjatailegal,pelanggaranhakasasimanusia,dansebagainya.

UNDPmenegaskan bahwa konsepKeamananManusia terdiri dari 3 asaspenting yaitu: Freedom from fear, Freedom fromwant, dan Freedom to live indignity.

Tabel1.PrinsipKeamananManusia

HSPrinciple HSApproach

People‐centered●InclusiveandParticipatory

●Considersindividualsandcommunitiesindefiningtheirneedsvulnerabilitiesandinactingasactive

5CarolineThomas,GlobalGovernance,DevelopmentandHumanSecurity:TheChallengeofPovertyandInequality,Virginia:PlutoPress,2000,hal.5–6.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 3

agentsofchange

●Collectivelydetermineswhichinsecuritiestoaddressandidentifiestheavailableresourcesincludinglocalassetsandindigenouscopingmechanisms

Multi‐sectoral

●Addressesmulti‐sectoralitybypromotingdialogueamongkeyactorsfromdifferentsectorsfields

●Helpstoensurecoherrenceandcoordinationacrosstraditionallyseparatesectorsfields

●Assessespositiveandnegativeexternalitiesofeachresponseontheoverallhumansecuritysituationoftheaffectedcommunity(ies)

Comprehensive

●Holisticanalysis:thesevensecuritycomponentsofhumansecurity

●Addressesthewidespectrumofthreats,vulnerabilities,andcapacities

●Analysisofactorsandsectorsnotpreviouslyconsideredrelevanttothesuccessofapolicyprogrammeproject

●Developsmulti‐sectoralmulti‐actorresponses

Context‐specific

●Requiresin‐depthanalysisofthetargetedsituation

●Focusesonacoresetoffreedomsandrightsunderthreatinagivensituation

●Identifiestheconcreteneedsoftheaffectedcommunity(ies)andenablesthedevelopmentofmoreappropriatesolutionsthatareembeddedinlocalrealities,capacities,andcopingmechanisms

●Takeintoaccountlocal,national,regional,andglobaldimensionsandtheirimpactonthetargetedsituation

Prevention‐oriented

●Identifiesrisks,threatsandhazards,andaddressestheirrootcauses

●Focusesonpreventativeresponsesthroughaprotectionandempowermentframework

Sumber:HumanSecurityUnit,HumanSecurityinTheoryandPractice,ApplicationoftheHumanSecurityConceptandtheUnitedNationsTrustFund forHumanSecurity, Office for theCoordinationofHumanitarianAffairs,UnitedNations,2009,hal.12.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 4

C. KeamananManusia:PerdebatanKonseptual

PerbedaanpandangandanpemahamantentangkonsepkeamananmanusiaditunjukkandariperdebatanantaratigaperspektifbesaryaituperspektifUNDP,perspektifKanada,danperspektifAsia/Jepang.Perbedaanpandangan ini tentutidaklepasdarikontekssosialpolitikdanprioritasyangakandicapai.

1. UNDP

SecararingkasUNDPmendefinisikankeamananmanusiasebagai:

“first,safetyfromsuchchronicthreatssuchashunger,disease,andrepression. And second, it means protection from sudden and hurtfuldisruptionsinthepatternsofdailylife‐‐‐whetherinhomes,injobsorincommunities.Suchthreatscanexistatall levelsofnational incomeanddevelopment.”6

UNDPmembagitipekeamananmanusiadalamtujuhkategori,yaitu:keamananekonomi, keamananpangan, keamanankesehatan, keamananlingkungan, keamanan personal, keamanan komunitas, dan keamananpolitik.

Tabel2.TipeKeamanandalamKeamananManusiaUNDP

6UNDP,HumanDevelopmentReport1994,NewYork:UnitedNationsDevelopmentProgramme,1994,hal.23.

Type of Security Definition Threats

Economic SecurityAn assured basic income Poverty, unemployment,

indebtedness, lack of income

Food SecurityPhysical and economic access to basic food

Hungers, Famines, and the lack of physical and economic access to basic food

Health Security

Protection from diseases and unhealthy lifestyles

Inadequate healthcare, new and recurrent diseases including epidemics, and pandemics, poor nutrition, and unsafe lifestyles

Environmental Security Healthy physical environment Environmental degradations,

natural disasters, pollutions, and resource depletions

Personal Security

Security from physical violence From the state (torture), other states (wars), group of people (ethnic tension), individuals or gangs (crime), industrial, workplace, or traffic accidents

Community Security

Safe membership in the groups From the group (oppressive practices), between groups (ethnic violence), from dominant groups (e.g indigenous people vulnerability)

Political Security

Living in society that honors basic human rights

Political or state repression, including torture, disappearance, human rights violations, detentions and imprisonments

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 5

Jadi secara umum, definisi keamanan manusia menurut UNDPmencakup “freedom from fear and freedom fromwant.” Konsep humansecuritymenurutUNDP sebenarnyamerupakan sintesa dari perdebatanantarapembangunan,HAMdanperlucutansenjatasertabeberapakaryaatau laporanbeberapakomisimisalnyaKomisiBrant,KomisiBruntland,dan Komisi Pemerintahan Global (Global Governance) yang menggeserfokuskeamanandarikeamanannasionalataunegarakearahkeamananmanusia.

KonsepkeamananmanusiaUNDPmenandai pergeseranhubunganinternasional pasca Perang Dingin yaitu perubahan norma tentanghubungan antara kedaulatan negara dan hak asasi manusia yangkemudian melahirkan konsep “Tanggung Jawab Untuk Melindungi”(Responsibility to Protect). Gagasan UNDP dengan demikian secaralangsungmengaitkankeamananmanusia denganhak asasimanusiadanhukumhumaniter.

KritikbesarterhadapkonsepkeamananmanusiaversiUNDPadalahcakupannyayangterlaluluas,sehinggamunculberbagaiversikeamananmanusiasepertipandanganKanada,ataupunJepang.

2. PandanganKanada

Pemerintah Kanada secara eksplisit mengritik bahwa konsepkeamanan manusia UNDP terlalu luas dan hanya mengaitkan dengandampak negatif pembangunan dan keterbelakangan. UNDP dianggapmengabaikan “human insecurity resulting from violent conflict”. Kritiksenada juga dikemukakan oleh Norwegia. Menurut Kanada, humansecurity adalah keamanan manusia yang doktrinnya didasarkan padaPiagam PBB, Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia, danKonvensi Jenewa. Langkah‐langkah operasional untuk melindungimanusia dirumuskan dalam beberapa agenda tentang: pelaranganpenyebaran ranjau, pembentukan International Criminal Court, HAM,hukum humaniter internasional, proliferasi senjata ringan dan kecil,tentaraanak‐anak,dantenagakerjaanak‐anak.

3. PandanganJepangdanAsia

PandanganJepangtentangkeamananmanusiasangatmiripdenganUNDP,yangbersifatkomprehensifmencakupsemuahalyangmengancamkehidupan dan kehormatan manusia, misalnya kerusakan lingkungan,pelanggaran HAM, kejahatan terorganisir internasional, masalahpengungsi,peredaranobat‐obatterlarang,penyebaranpenyekitmenularyang berbahaya, dan sebagainya. Jepangmenekankan bahwa keamananmanusia dalam konteks “freedom from fear and freedom from want”.Sebagianbesarnegara‐negaraAsiasegarisdenganpandangankeamananmanusiamilikUNDPdanJepang.Merekaberpendapat,terlalusederhanadan tidakrealistis,melihatkeamananmanusiahanyadariukuranbebasdarirasatakutakibatkonflikdanpelanggaranHAM,sementaramasalah‐

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 6

masalah yang dihadapi lebih banyak berdimensi kekerasan strukturalakibatketerbelakangansosialekonomi.

D. AlurKonstruksiIndeksKeamananManusiaIndonesia2015

Tahapan pengembangan Indeks Keamanan Manusia Indonesia 2015dimulaidari,Pertama,penerapankerangkakonseptualberdasarkanIKMI2013,merumuskan secara spesifik isu yang relevan dengan IKMI 2015 mulai dariaspek, variabel, dan indikator indeks. dan kemudian disempurnakan denganstudi literatur dari dokumen, buku dan jurnal ilmiah yang telah ditetapkansebelumnya.

Bagan1.TahapanKonstruksiIndeksIKMI2015

Kedua, Pelaksanaan diskusi dan FGD dengan kemitraan dan instansi‐instansiterkait.FGDmerupakanmetodepengumpulandatadaninformasiyanglebih dalam dan komprehensifmengenai suatu permasalahan. Denganmetodeini, peneliti dapat lebih leluasa untuk ekplorasi dan modifikasi nilai‐nilai danorientasi yang relevan sehingga dapatmengevaluasi konsep IKMI secara lebihmenyeluruh. Dalam penelitian ilmiah, FGD bisa berperan sebagai metodepengumpulan data yang bersifat kualitatif terkait dengan aspek, variabel, danindikator. FGD dalam IKMI 2015 dinilai dapat mengeksplorasi informasi dan

STEP1:Kompilasidankomparasiliteraturdanindeks‐indekssejenisuntukmenghasilkandimensidanvariabelyangsecarateoritisdankonseptualyangkokoh(Output:4Dimensi,9variabel,dan28Indikatorawal)

STEP2: DiskusidanFGDdenganahlidanK/LagardapatmemetakandanmenentukanindikatordarivariabelyangsesuaidengankondisiIndonesia(Output:Perampinganindikatormenjadi20Indikator)

STEP3: Penilaiankualitasdataindikatorpembentukvariabeldenganmelihatsecarakhususkejelasandefinisiindikator,diferensiasiperformance danprocess indikator,akurasidata,keseragamandanketersediaanperiodikdata(Output:Sumberdatauntukindikator)

CONCEPTDRIVENINDEKSKEAMANANMANUSIAINDONESIA2015

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 7

indikator yang sebelumnya belum bisa didapatkan melalui studi literatur danindekssejenis.SetelahmenyaringinformasidariFGD,penelitidapatmelakukanpenataan ulang, dan penetapan performance dan process indikator. Selain itu,peneliti dapat merampingkan beberapa indikator sehingga lebih sederhana,namun lebih dapat menangkap konsep keamanan manusia Indonesia, danmeminimalisiradanyamulti‐interpretasi.

Ketiga, melaksanakan pengecekan ketersediaan data dan kualitas datauntuk masing‐masing indikator yang dalam hal ini melibatkan Badan PusatStatistik(BPS)sebagaipenyediadatanasional.

Sejatinya Penyusunan IKMI 2015 tidak bisa lepas dari keterbatasan(limitasi). Keterbatasan tersebut antara lain: (1) Konsep IKMI tidak dapatmencakup nilai‐nilai dan konsep secara keseluruhan, karena pada intinya,konsep keamananmanusia tersebut sangat luas, dan dapatmenyentuh aspek‐aspek yang beragam dan sangat kompleks. Oleh karena itu, memilih suatumetodeberartiakanmengabaikanmetodeyanglain;(2)ketersediaandata,dankualitasdatayangmasihterbatas.

E. IndeksKeamananManusiaIndonesia

Perbedaanpandangantentangkeamananmanusiaberakardariperbedaanfilosofisdanpraktis. Intinya,adaperbedaantajammengenaiapakahkeamananmanusia dilihat lebih dalam konteks akibat kekerasan fisik dalam konflikbersenjata dan pelanggaran HAM ataukah lebih dari itu yang mencakupkerentanan dari semua bentuk ancaman, termasuk dalam konteks sosial,ekonomi, politik, dan bencana alam. Tampaknya perdebatan ini tidak akanberakhir,masing‐masingmempunyaidasarargumenyangsangatkuat.

Ketika sebuah konsep atau gagasan harus ditransformasi ke dalam suatukebijakan,makaaspekpolitikdanoperasionalharusmenjadivariabelpentingdidalamnya. Yangmenjadi ukuran adalah apa yang disebut thedegreeofhumanagencydancontrol.Kebijakankeamananmanusiadengandemikianakandilihatdalamkonteksprosespolitikyangmengandungaspekhumanagencydancontrolyaitu pencegahan aksi kekerasan yangmungkin dilakukan oleh berbagai aktorterhadap manusia, mungkin negara, kelompok, individu, dan sebagainya.Masalahinimengandungduadimensi.Pertama,bahwapemerintahmempunyaitanggung jawab politik terhadap keamanan individu secara luas. Kedua, perluintegrasi kebijakan keamanan yang harus dirancang secara integratif antarsektor.

Penyusunan dan pengembangan Indeks Keamanan Manusia Indonesiamerupakan sintesa dari beberapa pendekatan keamanan manusia, denganmempertimbangkankontekske‐Indonesia‐an,yangterdiriatas4dimensi,yaitu:KeamanandariBencana,PemenuhanKesejahteraanSosial,PerlindungandanPemanfaatanatasKebhinekaan,danKeamanandariKekerasan.

Dengan demikian, Indeks Keamanan Manusia Indonesia sedianya dapatdigunakan untuk mengetahui tingkat keamanan manusia Indonesia; sebagaibagian dari dasar perencanaan, proyeksi atau implementasi programpembangunan di daerah;menjadi sistem pencegah dini (earlywarningsystem)berdasarkan berbagai komponen;menjadi sistem dukungan bagi pengambilan

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 8

keputusan; dan barometer bagi pemerintah untuk menciptakan keberlanjutanpelayanannegara.

1. DimensiKeamanandariBencana(Kebencanaan)

Aspek kebencanaan menjadi salah satu aspek penting dalam IndeksKeamananManusiaIndonesiakarenaletakgeografisIndonesiayangberadadi “ringoffire”,yangmenyebabkan Indonesia berpotensi besarmengalamibencana. Kejadian bencana mengakibatkan berkurangnya kualitas hidupmanusia, hilangnya nyawa, dan kerugian fisik maupun material. Dampakbencanaselain terhadap fisikdannyawamanusia, jugaakanmemengaruhipada dimensi kehidupan yang lain seperti kesehatan, lingkungan, politik,komunitas, pangan, dan lainnya. Memasukkan dimensi kebencanaanmerupakan bentuk kepedulian terhadap manusia sebagai obyek dariancaman kebencanaan yang seringkali tidak dapat diprediksi, dan bentukpreventifdaripotensiancamandimasayangakandatang.

Dalam UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencanadisebutkan bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memilikikondisigeografis,geologis,hidrologis,dandemografisyangmemungkinkanterjadinyabencana,baikyangdisebabkanolehfaktoralam,faktornon‐alammaupunfaktormanusiayangmenyebabkantimbulnyakorbanjiwamanusia,kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yangdalamkeadaantertentudapatmenghambatpembangunannasional.RPJMN2015–2019dalamagendapembangunan7menyebutkansalahsatu fokuspembangunanadalahpadapelestariansumberdayaalam,lingkunganhidup,danpengelolaanbencana.

Bencana tidak secara spesifik disebutkan sebagai aspek ataudimensidalam konsep Keamanan Manusia menurut UNDP, melainkan bagian dariKeamanan Lingkungan. Madoka Futamura et. al, juga merujuk padakeamananlingkungandalamKeamananManusiaUNDPterkaitbencanadankeamanan manusia.7Akan tetapi, tidak semua studi terkait keamananlingkungan memasukkan bencana terutama bencana alam sebagai bagiandarikeamananlingkungan.8

Terdapatberagamdefinisidarikeamananlingkungan,antaralain:

“Environmental threatscountriesare facingareacombinationofthedegradationoflocalecosystemsandthatoftheglobalsystem.Thesecomprisethreatstoenvironmentalsecurity.”9

“Environmentalsecurityexaminesthreatsposedbyenvironmentaleventsandtrendstoindividuals,communitiesornations.Itmayfocuson

7MadokaFutamura,ChristopherHobsonandNicholasTurner,NaturalDisastersandHumanSecurity,http://unu.edu/publications/articles/natural‐disasters‐and‐human‐security.html,diaksespada20Oktober2015.8Lihat:BradenR.Allenby,“EnvironmentalSecurity:ConceptandImplementation”,InternationalPoliticalScienceReview,Vol.21,No.1,2000.9EnvironmentalSecurityStudy,http://www.millennium‐project.org/millennium/es‐2def.html,diaksespada20Oktober2015.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 9

the impact of human conflict and international relations on theenvironment,oronhowenvironmentalproblemscrossstateborders.”10

United Nations Environment Programme (UNEP) menjelaskanketerkaitanantaralingkungandankeamananbahwaberbagaipermasalahanlingkungan —degradasi lingkungan, akses yang tidak adil terhadapsumberdaya alam, pergerakan lintas batasnegaradari bahanberbahaya—dapatmenyebabkankonflikdanmemicurisikoterhadapkeamanannasionaldan kesehatan manusia.11Kirchner menjelaskan bahwa hubungan antaralingkungan dan keamanan dapat dilihat dari dua kelompok, yaitu: (a)komunitaskebijakanlingkungan,dalammenyikapidampakdariperubahanlingkungan terhadap keamanan, dan (b) komunitas keamanan, melaluipendekatan keamanan nasional (keamanan non‐tradisional) yangberkembangpascaPerangDingin.12

UnitedNationsUniversity–InstituteforSustainabilityandPeace (UNU‐ISP) menjelaskan keterkaitan bencana dengan keamanan nasional, bahwabencana alam menyebabkan banyak masalah yang sama seperti konflik,seperti: kematian, kerusakan besar, perpindahan, dan meningkatnyakerentananterhadapkelompokmarginal.13

Kebencanaan sendiri telah menjadi bagian dari beberapa kajian,seperti World Risk Index, Disaster Resilience Index, Disaster Risk Index,Disaster Recovery Index, Global Vulnerability Index, atau Indeks RawanBencana Indonesia yang dilakukan oleh BNPB, dengan fokus dan variabelyangberbedatiapkajian.

Secarakonseptual,dimensikeamanandaribencanaIndeksKeamananManusia Indonesia mengadopsi dari Disaster Resilience Index, yaitu acomposite result of the presumed relationship between communitypreparednessmeasures and the derivation of a vulnerability score. Definisidari dimensi keamanan dari bencana adalah keamanan manusia daribencana di suatu daerah yang dilihat dari kesiapsiagaan menghadapibencana dibanding risiko bencana yang dihadapi. Fokusnya adalah padakesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan risiko bencana alam danyangterkaitdenganalam.

a. VariabelKesiapsiagaanBencana

Kesiapsiagaanmerupakanfaktordalammeminimalisirrisikodariancaman bencana. Selain itu, variabel kesiapsiagaan menghadapi

10GlobalNationalSecurityandIntelligenceAgenciesHandbookVolume1,Washington:InternationalBusinessPublications,2015,hal.24.11EnvironmentalSecurity,http://www.unep.org/roe/KeyActivities/EnvironmentalSecurity/tabid/54360/Default.aspx,diaksespada27Oktober2015.12AndreeKirchner,EnvironmentalSecurity,FourthUNEPGlobalTrainingProgrammeonEnvironmentalLawandPolicy,http://www.uvm.edu/~shali/Kirchner.pdf,diunduhpada10September2015,hal.1.13HumanSecurityandNaturalDisaster,UnitedNationsUniversity–InstituteforSustainabilityandPeace,http://isp.unu.edu/research/human‐security/,diaksespada20Oktober2015.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 10

bencanamenggarisbawahipentingnyaaspekpencegahan14PernyataanBacondanHobsonyangmenyatakan“...ketidakamananmanusiapalingterlihat setelah bencana terjadi, dan lebih baik dimitigasi melaluipersiapan terlebih dahulu”, turut memperkuat argumentasipenggunaan kesiapsiagaan sebagai variabel dalam mengukurketidakamananmanusiadariancamanbencana.15

Kesiapsiagaan bencana dalam RPJMN 2015 – 2019, merupakansalahsatubentukkebijakandanstrategidalampeningkatankapasitaspemerintahdanmasyarakatterkaitpenanggulangandanpenguranganrisiko bencana, mencakup: pengembangan dan pemanfaatan IPTEKdan pendidikan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapibencana;melaksanakansimulasidangladikesiapsiagaanmenghadapibencana secara berkala dan berkesinambungan di kawasan rawanbencana.16

Menurut UU No. 24 tahun 2007 tentang PenanggulanganBencana, kesiapsiagaan bencana adalah serangkaian kegiatan yangdilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasianserta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.Kesiapsiagaandilakukanmelalui:(a)penyusunandanujicobarencanapenanggulangan kedaruratan bencana; (b) pengorganisasian,pemasangan,danpengujiansistemperingatandini;(c)penyediaandanpenyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar; (d)pengorganisasian,penyuluhan,pelatihan,dangladitentangmekanismetanggap darurat; (e) penyiapan lokasi evakuasi; (f) penyusunan dataakurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap daruratbencana; dan (g) penyediaan dan penyiapan bahan, barang, danperalatanuntukpemenuhanpemulihanprasaranadansarana.

Dalam penyusunan Indeks Keamanan Manusia Indonesia,variabel kesiapsiagaan bencana merupakan ketersediaan sarana dankegiatan terkait mitigasi bencana di suatu daerah. Dengan merujukpada data BNPB, maka indikator dalam mengukur kesiapsiagaanbencanaadalah:

1. Rasiojumlahdesayangadasimulasibencanaterhadaptotaljumlahdesa.

2. Rasio jumlah desa yang ada petunjuk keselamatan bencanaterhadaptotaljumlahdesa.

3. Rasio jumlah desa yang ada fasilitas/upaya antisipasi/mitigasibencanaalamterhadaptotaljumlahdesa.

14HumanSecurityUnit,HumanSecurityInTheoryAndPractice,AnOverviewoftheHumanSecurityConceptandtheUnitedNationsTrustFundforHumanSecurity,NewYork:UnitedNations,2009,hal.7.15PaulBaconandChristopherHobson,“Incorporatingnaturaldisastersintothehumansecurityagenda”,dalamChristopherHobson,PaulBaconandRobinCameron(ed),HumanSecurityandNaturalDisasters,NewYork:Routledge,2014,hal.7.16Lihat:KementerianPPN/Bappenas,RencanaPembangunanJangkaMenengahNasional(RPJMN)2015‐2019BukuI,AgendaPembangunanBidang,2014,hal.6‐171–6‐173.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 11

4. Rasiojumlahdesayangadadanaantisipasi/mitigasibencanaalamterhadaptotaljumlahdesa.

b. RisikoBencana

Definisi risikobencanamenurutUUNo.24Tahun2007 tentangPenanggulangan Bencana, adalah potensi kerugian yang ditimbulkanakibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yangdapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasaaman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguankegiatanmasyarakat.

Pendekatan dalam perhitungan risiko bencana berbeda denganIndeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) yang disusun oleh BNPB,karena secara definisi menurut undang‐undang, resiko bencana danrawanbencanamerupakanduahalyangberbeda.Selainitu,indikatorpenyusun variabel risiko bencana tidak memasukkan indikator non‐bencana alam sebagaimana dalam Indeks Rawan Bencana Indonesia(IRBI).

Variabel risiko bencana dalam Indeks Keamanan ManusiaIndonesia, memasukkan unsur kejadian dan jumlah korban daribencana alam di suatu daerah yang memiliki dampak terhadapmanusia secara langsung. Dengan merujuk pada data BNPB, yangdimaksud dengan bencana alam mencakup banjir, banjir dan tanahlongsor,gempabumi,gempabumidantsunami,kebakaranhutandanlahan,letusangunungapi,putingbeliung,tanahlongsor,dantsunami.

Untukindikatordalammengukurrisikobencanaadalah:

1. Jumlah kejadian dari segala jenis bencana alam di satudaerah/provinsi.

2. Jumlah korbanmengungsi dari segala jenis bencana alamdi satudaerah/provinsi.

3. Jumlah korban luka‐luka dari segala jenis bencana alam di satudaerah/provinsi.

4. Jumlah korban hilang dari segala jenis bencana alam di satudaerah/provinsi.

5. Jumlah korbanmeninggal dari segala jenis bencana alam di satudaerah/provinsi

Tabel3.VariabeldanIndikatorKeamanandariBencana

Dimensi Variabel Indikator

KeamanandariBencana

KesiapsiagaanBencana

Rasiojumlahdesayangadasimulasibencanaterhadaptotaljumlahdesa

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 12

Rasiojumlahdesayangadapetunjukkeselamatanbencanaterhadaptotaljumlahdesa

Rasiojumlahdesayangadafasilitas/upayaantisipasi/mitigasibencanaalamterhadaptotaljumlahdesaRasiojumlahdesayangadadanaantisipasi/mitigasibencanaalamterhadaptotaljumlahdesa

RisikoBencana

Jumlahkejadiandarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

Jumlahkorbanmengungsidarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

Jumlahkorbanluka‐lukadarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

Jumlahkorbanhilangdarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

Jumlahkorbanmeninggaldarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

2. DimensiPemenuhanKesejahteraanSosial(KesejahteraanSosial)

Denganrata‐ratapertumbuhanPendapatanDomestikBrutoPerKapitadanPendapatanNasionalPerKapita2008–2013dikisaran4%17,sertarasiokesenjangan nasional selama 2008 – 2013 yang menunjukkan trenpeningkatan,18 menandakan bahwa Indonesia masih memiliki masalahdalam kesejahteraan penduduknya, meskipun angka kemiskinan relatifmenunjukkantrenpenurunan.19

Pengukuranterhadapkesejahteraanmasyarakatsecaraeksplisitdapatdilihat dari berbagai indikator makro dan mikro ekonomi namunkesejahteraansosialdalamkonsepkeamananmanusiatidakhanyaberkutatpada masalah kemiskinan dan ketimpangan —walaupun beberapa studi

17DiolahdaridataBPS,ProdukDomestikBrutoPerKapita,ProdukNasionalBrutoPerKapitadanPendapatanNasionalPerKapita,http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1241,diunduhpada20Oktober2015.18BPS,GiniRatio,http://www.bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_23_6.xls,diunduhpada20Oktober2015.19IndonesiaInvestment,KemiskinandiIndonesia,http://www.indonesia‐investments.com/id/keuangan/angka‐ekonomi‐makro/kemiskinan/item301,diaksespada20Oktober2015.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 13

seperti yang dilakukan oleh JICA 20 memfokuskan pada pengurangankemiskinan— tetapi lebih menyasar pada perbaikan dari sisi kebutuhandasar (basic needs) yang dapat meningkatkan kapasitas dan keamananmanusiadariaspekkesejahteraan.

MenurutEdiSuharto,dalamkonteksIndonesiaperludibedakanantaramasalahsosialdanmasalahkesejahteraansosial,halinidikarenakandalamranah pembangunan akan merujuk pada dua konsep yang berbeda yaitupembangunan sosial dan pembangunan kesejahteraan sosial.21Sedangkandimensi kesejahteraan sosial dalam Indeks Keamanan Manusia IndonesiamerujukpadabeberapaaspekdalamkonsepKeamananManusiaversiUNDPmeliputi keamanan ekonomi, keamanan kesehatan, dankeamanan/ketahananpangan. Ketiga aspek tersebut sangat erat kaitannyadenganpeningkatankualitashidupdankapasitas individual,dalamrangkamencapaikesejahteraansosial.

Beberapa perdebatan dalam kajian keamanan manusia seperti yangdicetuskanolehCarolineThomas,menyebutkanbahwakeamananmanusiadariaspekekonomilebihjauhmenjangkaumartabatmanusia,tidaksebatashanyapadakebutuhandasarhidupmanusia.22Sementara studi lain secaraspesifik menyebutkan kesejahteraan sosial (socialwelfare), sebagai salahsatukomponendarikeamananmanusia.23

Bagan2.MasalahKesejahteraanSosial

20Lihat:InstituteforInternationalCooperation,PovertyReductionandHumanSecurity,JapanInternationalCooperationAgency,2006.21EdiSuharto,MasalahKesejahteraanSosialdanPekerjaanSosialdiIndonesia:KecenderungandanIsu,http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_15.htm,diaksespada20Oktober2015.22MarkBevir(ed.),EncyclopediaofGovernance,SAGEPublications,2006,hal.430.23J.F.Jones,“HumanSecurityandSocialDevelopment”,DenverJournalofInternationalLawandPolicy,vol.33,hal.92.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 14

Sumber:EdiSuharto,MasalahKesejahteraanSosialDanPekerjaanSosialDiIndonesia:KecenderungandanIsu,http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_15.htm,diaksespada20Oktober2015.

Pendekatan keamanan manusia yang berorientasi preventif dalammenanggulangi dampak dari ancaman dan ketidakamanan denganmelakukan proteksi dan pemberdayaan, bermakna penanganan keamananmanusiabersifatduaarah, top‐downdanbottom‐up. Pendekatan top‐down,bermakna bahwa negara memiliki tanggung jawab dalam melindungipenduduknya secara sistematis, komprehensif, dan preventif. Sementarapemberdayaanmenekankanpendekatanbottom‐upuntukmengembangkankapabilitas individu. Dalam hal proteksi, ketidakmampuan negara dalammemberikanprioritasdalamkeamananmanusiamerupakanindikasinegaralemah, dan ketidakmampuan untuk menyediakan kebutuhan dasar bagipendudukdapatmengurangikredibilitaspemerintah.24

Dariaspeklegal,pemerintahtelahmenerbitkanberbagaiaturanuntukmenjamin perlindungan terhadap kesejahteraan masyarakat, antara lain:Undang‐Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Fakir Miskin (UU FakirMiskin), Undang‐Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang KesejahteraanSosial (UU Kesejahteraan Sosial), Undang‐Undang Nomor 40 Tahun 2004tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN), dan peraturan lainnya.Dalam RPJMN 2015 – 2019 juga telah secara detil menjelaskanpermasalahan serta strategi pemerintah dalam program pengentasankemiskinan dan pemerataan kesejahteraan dari berbagai aspek lintasbidang,tidakhanyapadabidangkesejahteraansosial.25

Definisikesejahteraansosialyangtermaktubdalampasal1,ayat1,UUNo. 11 tahun 2009 menyebutkan “Kesejahteraan Sosial adalah kondisiterpenuhinya kebutuhanmaterial, spiritual, dan sosial warga negara agardapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapatmelaksanakanfungsisosialnya.”

PengembangandaridefinisitersebutdalamIndeksKeamananManusiaIndonesia, diterjemahkan menjadi dimensi pemenuhan kebutuhankesejahteraan sosial sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dilihat dariaspek kebutuhan biologis dan fisiologis, serta aktualisasi diri, yangberdampak pada peningkatan kesejahteraan manusia. Penggunaan duavariabel dalam indeks ini untuk menjamin kebutuhan dasar manusia dankebutuhanakanaktualisasidirisebagaibagiandarikeamananmanusiadariaspekkesejahteraansosial.

Dalam penentuan variabel dan indikator, kesejahteraan sosial sangatterbuka akan perdebatan argumentasi pemilihan landasan konseptual.Perbedaanparadigma,pendekatandantujuandalamsuatustudi, termasukbatasanpenelitian,akanturutmenentukancakupanobyekkajian.

24ShahrbanouTadjbakhsh,HumanSecurity:ConceptsandImplicationswithanApplicationtoPost‐InterventionChallengesinAfghanistan,Centred'etudesetderecherchesinternationales,SciencesPo,September2005,hal.74.25Lihat:KementerianPPN/Bappenas,RENCANAPEMBANGUNANJANGKAMENENGAHNASIONAL(RPJMN)2015‐2019BukuII,AgendaPembangunanBidang,2014,hal.1‐64–1‐76.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 15

Secarakonseptual,keterkaitankesejahteraansosialdengankebutuhanmanusiamerujukpadaHierarkiModelKebutuhanManusiamilikMaslow.26Model tersebut mengalami perkembangan dari 5 tahapan menjadi 8tahapan,namunsecaraumummodel5tahapandigunakansecaraluasdalamberbagai bidang ilmu, yang terdiri dari BiologicalandPhysiologicalneeds,Safety needs, Love and belongingness needs, Esteem needs, dan Self‐Actualizationneeds.

Bagan3.ModelHierarkiKebutuhanManusia

Sumber: Maslow’s Hierarchy of Needs Theory, http://ardine‐training.co.uk/wp‐content/uploads/2013/02/Hierarchy‐of‐Needs.pdf,diunduhpada22Oktober2015.

Selainmerujukkonsep,pemilihanvariabeldan indikator jugamelaluikomparasibeberapaindeksyangserupaantaralain:BetterLifeIndexOECD,Social IndicatorsAndWelfareMonitoring, theMeasureofEconomicWelfare(MEW); the IndexofEconomicWell‐Being (IEWB), theHumanDevelopmentIndex(HDI),the IndexofSocialHealth(ISH),theQualityofLife Index(QOL),dantheIndexofSocialProgress(ISP).

Beberapa variabel dan indikator dalam dimensi kesejahteraan sosialakanmirip bahkan sama dengan studi indeks serupa sebelumnya, sepertipadaBetterLifeIndex yangmenggunakanvariabel faktor‐faktorkunciyang

26Lihat:SueL.TMcGregor,Well‐being,WellnesandBasicHumanNeedsinHomeEconomics,McGregorMonographSeriesNo.201003,2010,hal5‐6;SardarM.N.Islam,MatthewClarke,TheRelationshipbetweenWell‐being,UtilityandCapacities:ANewApproachtoSocialWelfareMeasurementbasedonMaslow’sHierarchyofNeeds,CentreforStrategicEconomicStudies,VictoriaUniversity,2001,hal.13–16.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 16

disebut sebagai material living conditions (perumahan, pendapatan,pekerjaan) dan quality of life (komunitas, pendidikan, lingkungan,pemerintahan,kesehatan,kepuasanhidup,keselamatandankeseimbangandalamkerja),dan/atauIndeksPembangunanManusia.

a. Variabel Pemenuhan terhadap Kebutuhan Biologis danFisiologis

Dalam Indeks Keamanan Manusia Indonesia, dilakukanmodifikasi dari ragam jenis kebutuhan dasar manusia yangdisebutkan Maslow (air, udara, dan makanan, pakaian, tempatberlindung, dan angka kelahiran yang cukup). Penjabaran darikebutuhan dasarmanusia tersebut berupa indikator‐indikator yangakan digunakan dalam variabel ini, mencakup terpenuhinya aspekbiologis dan fisiologis manusia yang elementer untuk mewujudkankesejahteraan, mencakup ketersediaan energi, air bersih, pangan,kesehatansertatempattinggalyanglayak.

Indikator‐indikatoryangdigunakanadalahsebagaiberikut:

1. Rasio rumah tangga yang memiliki akses terhadap bahanbakar/energiutamabersihuntukmemasak,terhadaptotalrumahtangga di suatu daerah. Akses terhadap energi merupakan salahsatu indikator dalam variabel kebutuhan biologis dan fisiologis,denganpertimbanganbahwapadadasarnyamanusia tidakdapathiduptanpaenergi.Proksiyangdigunakanuntukmengukurenergiadalah indikator energi yang berkaitan dengan kebutuhanmemasaksecarabersih(cleancooking),sepertilistrik,LPGdangaskota.27

2. Rasio rumah tangga yang memiliki akses terhadap terhadapsumber air bersih terhadap total rumah tangga di suatu daerah.Indikatorinibersifatmilestone,dimanaskala:(5)Memilikisemua;(4)Ledengmeteran,(3)Sumurterlindung;(2)SumurBor/Pompa;dan(1)Mataair.

3. Rasio rumah tangga yang memiliki akses terhadap terhadapketersediaan,keterjangkauan,danpemanfaatanpangan.IndikatorinimerujukpadaindeksketahananpanganyangdisusunolehBPS,yang disusun dari tiga dimensi yaitu ketersediaan pangan,keterjangkauan/aksespangan,danpemanfaatanpangan.

4. Indikator kesehatan diukur berdasarkan Angka Harapan Hidup.yang merupakan bagian dari Indeks Pembangunan Manusia.Pertimbangan memasukkan indikator kesehatan dalam bentukangka harapan hidup karena berkaitan dengan kebutuhan untukbertahan hidup. Tanpa kesehatan yang memadai, maka akanberdampak langsung dalam keamanan manusia, baik dari sisikesejahteraan, yaitu ketidakmampuan untuk beraktivitas,melakukanaktualisasidiri,atauberkurangnyapopulasimanusia.

27MorganBazilianet.al,MeasuringEnergyAccess:SupportingAGlobalTarget,ColumbiaUniversity,NewYork,2010,hal.16.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 17

5. Persentase rumah tangga menurut keadaan/kondisi atap, lantaidan dinding bangunan tempat tinggal dan tipe daerah, yang baikataurusak.Indikatorperumahandanpemukimanmenggambarkankelayakanrumahsebagaitempattinggaldanberlindungmanusia.

b. Variabel Pemenuhan terhadap Kebutuhan Sosial danPengembanganDiri

Pada variabel sebelumnya dijelaskan bahwa kebutuhanbiologis dan fisiologis merupakan kebutuhan dasar manusia. Padavariabel ini, dalammodelmilik Maslow,menempati tahapan palingatas, yaitu aktualisasi diri. Tidak semua tahapan dalammodelmilikMaslowmenjadivariabeldalamdimensikesejahteraansosial,karenatidak semua berkaitan langsung dengan kesejahteraan, atau telahtercakup dalam dimensi lain dalam Indeks Keamanan ManusiaIndonesia.

Definisi variabel pemenuhan kebutuhan sosial danpengembangan diri manusia yaitu terpenuhinya kebutuhanaktualisasi diri manusia dan pengembangan kapasitas induvidudalam rangka peningkatan kesejahteraan, yang mencakup asosiasi,pendidikansertalapanganpekerjaandisuatudaerah.

Indikator‐indikatoryangdigunakanadalahsebagaiberikut:

1. Lembaganon‐profitmerupakanproksidariindikatorasosiasi,dandalampengukurannyadigunakanrasiokeaktifankegiatanlembaganon‐profit.

2. Untuk indikator pendidikan, maka digunakan data IndeksPembangunan Manusia hasil perhitungan BPS sesuai metodeterbaru.

3. Angka pengangguran merupakan proksi yang digunakan dalammelihat serapan lapangan pekerjaan terhadap tenaga kerja. Datayang digunakan adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)berdasarkan data BPS, yaitu persentase jumlah pengangguranterhadapjumlahangkatankerja.

Tabel4.VariabeldanIndikatorPemenuhanKesejahteraanSosial

Dimensi Variabel Indikator

PemenuhanKesejahteraan

Sosial

Pemenuhanterhadap

KebutuhanBiologisdanFisiologis

Rasiorumahtanggayangmemilikiaksesterhadapbahanbakar/energiutamabersihuntukmemasak,terhadaptotalrumahtanggadisuatudaerah.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 18

Rasiorumahtanggayangmemilikiaksesterhadapterhadapsumberairbersihterhadaptotalrumahtanggadisuatudaerah.Rasiorumahtanggayangmemilikiaksesterhadapterhadapketersediaan,keterjangkauan,danpemanfaatanpangan.AngkaHarapanHidup

Persentaserumahtanggamenurutkeadaan/kondisiatap,lantaidandindingbangunantempattinggaldantipedaerah,yangbaikataurusak

Pemenuhanterhadap

KebutuhanSosialdanPengembangan

Diri

Rasiokeaktifankegiatanlembaganon‐profit

Pendidikan

TingkatPengangguranTerbuka

3. Dimensi Perlindungan dan Pemanfaatan atas Kebhinnekaan(Kebhinnekaan)

Gagasandasardaridimensi iniadalahbahwadalammasyarakatyangmajemuk/plural seperti Indonesia maka setiap individu/warga negaraIndonesia harus mendapatkan perlindungan dan manfaat dari keragamansosialbudaya.Tidakjarangdalammasyarakatyangpluralyangdikombinasidengan faktor negara, kelompok minoritas dan atau kelompok rentanmenjadi korban marginalisasi, diskriminasi dalam aspek keyakinan/beragama, hak‐hak politik dan berpendapat, serta atas atribut‐atribut lainmisalnyagender,etnisitas,danidentitasprimordiallainnya.AspekinisangatsignifikanbagiIndonesiakarenainimerupakandasarinteraksimasyarakatIndonesia dan merupakan tantangan secara terus‐menerus dalammerumuskandanmengimplementasikanberbagai kebijakanpembangunandiberbagaisektor.

Dimensi perlindungan dan pemanfaatan atas kebhinnekaan jugaberhubungandenganaspekkeamanankomunitasdalamkonsepkeamananmanusia versi UNDP yang menjelaskan bahwa keamanan individu jugabergantung kepada relasi sosialnya sebagai anggota dalam komunitasmasyarakat.28Aspekterkaitlainnyadapatmencakupkeamananpolitik,yaitukeamanan individu terhadapsalahsatuhakasasimanusianyauntukbebasberpolitikdanmenyatakanpemikirannya.29

Harus digarisbawahi bahwa aspek kebhinnekaan/keragaman adalahkarakterdasarmasyarakatIndonesiayangmenjadidasareksistensinegara.DalamUndang‐UndangDasar1945(Pasal28Eayat1‐3danPasal28Iayat1‐

28UNDP,op.cit,hal.31‐32.29Ibid,hal.32‐33.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 19

2) jugatelahditegaskanbahwasetiapwargaNegaraIndonesiaberhakataskebebasan untuk menganut suatu agama, menyatakan pemikirannya,menentukan sikap politik serta berhak untuk bebas dari perlakuan yangdiskriminatifatasdasarapapun.PadakontekskeamananmanusiaIndonesiaperlu untuk memastikan kondisi terjaminnya hak‐hak individu tersebutsertabebasdariberbagaiperlakuandiskriminatif.

Dalam Indeks Keamanan Manusia Indonesia, perlindungan danpemanfaatan atas kebhinnekaan didefinisikan sebagai perlindungan danpemanfaatan terhadap keberagaman di dalammasyarakat Indonesia yangterkaitdenganagama,politik/pemikiran,dankelompokrentan.Dimensiiniakan berbasis pada aspek Kebebasan Sipil dalam Indeks DemokrasiIndonesia (IDI), namun terdapat perbedaan dari sisi variabel dimanavariabel kebebasan untuk berkumpul dan berserikat, dan kebebasanberpendapat merupakan satu variabel tersendiri dalam Indeks KeamananManusiaIndonesia,yaitukebebasanpolitikdanpemikiran.

Berdasarkanhal‐haltersebutdiatas,variabelyangdipilihadalah:

a. VariabelKebebasanPolitikdanPemikiran

Yang dimaksud dengan kebebasan dalam politik danpemikiran adalah kebebasan untuk berserikat dan berkumpulmengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan dan sebagainyaditetapkan dengan undang‐undang danmenyampaikan pendapat dimukaumum.

Kebebasan untuk berkumpul dan berserikat merupakankebebasan dalam terlibat dalam aktivitas kemasyarakatan, danmendirikan atau membentuk organisasi. Sedangkan kebebasanberpendapat merupakan kebebasanmengeluarkan pendapat secaralisandan tulisandan sebagainyaditetapkandenganundang‐undangdanmenyampaikanpendapatdimukaumum.

Indikatoryangdigunakanadalahsebagaiberikut:

1. Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan olehaparatpemerintahyangmenghambatkebebasanberpendapat.

2. Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan olehmasyarakatyangmenghambatkebebasanberpendapat.

3. Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan olehaparat pemerintah yangmenghambat kebebasan berkumpul danberserikat.

4. Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan olehmasyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul danberserikat.

b. VariabelKebebasanBerkeyakinan

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 20

Kebebasan agama dan berkeyakinan merupakan kebebasanindividu/masyarakatuntukmenjalankanagamadankeyakinanyangdianutnya.

Indikatoryangdigunakanadalahsebagaiberikut:

1. Jumlah aturan tertulis yang membatasi kebebasan ataumengharuskanmasyarakatdalammenjalankanagamanya.

2. Jumlah tindakan atau pernyataan pejabat Pemerintah yangmembatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat untukmenjalankanajaranagamanya.

3. Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasandarisatukelompokmasyarakatterhadapkelompokmasyarakatlainterkaitdenganajaranagama.

c. VariabelKebebasandariDiskriminasi

Kebebasan dari diskriminasi yaitu kebebasan dari perlakuanyangmembedakan individuwarganegaradalamhakdankewajibanyang dimiliki dimana perbedaan tersebut didasarkan pada alasanetnis,gender,dankemampuanfisikyangberbeda(difabilitas).

Indikatoryangdigunakanadalahsebagaiberikut:

1. Jumlah aturan tertulis yangdiskriminatif dalamhal gender, etnisataukelompokrentanlainnya.

2. Jumlahtindakanataupernyataanpejabatpemerintahdaerahyangdiskriminatif dalam hal gender, etnis atau kelompok rentanlainnya.

3. Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan olehmasyarakat karena alasan gender, etnis atau kelompok rentanlainnya.

Tabel5.VariabeldanIndikatorPemanfaatanatasKebhinnekaan

Dimensi Variabel Indikator

Perlindungandan

Pemanfaatanatas

Kebhinnekaan

KebebasanPolitikdanPemikiran

JumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehaparatpemerintahyangmenghambatkebebasanberkumpuldanberserikatJumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakatyangmenghambatkebebasanberkumpuldanberserikatJumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehaparatpemerintahyangmenghambatkebebasanberpendapat

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 21

Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakatyangmenghambatkebebasanberpendapat

KebebasanBerkeyakinan

JumlahaturantertulisyangmembatasikebebasanataumengharuskanmasyarakatdalammenjalankanagamanyaJumlahtindakanataupernyataanpejabatpemerintahyangmembatasikebebasanataumengharuskanmasyarakatuntukmenjalankanajaranagamanyaJumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasandarisatukelompokmasyarakatterhadapkelompokmasyarakatlainterkaitdenganajaranagama

KebebasandariDiskriminasi

Jumlahaturantertulisyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

Jumlahtindakanataupernyataanpejabatpemerintahdaerahyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnyaJumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakatkarenaalasangender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

4. DimensiKeamanandariKekerasan(Kekerasan)

DengankarakteristikbangsaIndonesiayangmajemuksetiapinteraksididalammasyarakatmemilikipotensiuntukterjadi friksidankonflik,baiksesama anggota kelompok masyarakat, maupun antarkelompok. Dalambeberapatahunterakhir,kekerasankelompokdiIndonesiayangdisebabkanoleh kebencian, ketakutan dengan kombinasi persaingan sosial, ekonomi,dan politik menciptakan potensi konflik sosial baru yang makinmengkhawatirkan keselamatan individu, masyarakat, dan persatuanIndonesia.BerbagaikejadiankonflikkomunaldanstrukturalyangterjadidiIndonesia, merupakan ancaman bagi manusia, kelompok masyarakat,maupunkehidupanberbangsadanbernegara.

Di sisi lain, angka kriminalitas di Indonesia menunjukkan trenpeningkatan tiap tahun. Hal ini ditunjukkan peningkatan dari sisi jumlah

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 22

tindak pidana,30dan selang waktu terjadinya tindak pidana (CrimeClock),yangmenunjukkan trenwaktukejadiankriminalitasyangsemakincepat.31Hal tersebut bermakna tingginya kerentanan dan ancaman terhadapkeamananmanusia, terlepas dari meningkatnya potensi untuk melakukantindakan kejahatan, atau kelemahan sistem serta aparatur negara dalammelakukanpencegahantindakkejahatan.

Kekerasan, baik langsung maupun tidak, merupakan aspekfundamental yang memberikan ancaman nyata dan memiliki dampakterhadap fisik dan nyawa manusia, baik individual maupun kelompok.DefinisikekerasanmenurutVPAadalah"theintentionaluseofphysicalforceorpower, threatenedoractual,againstoneself,anotherperson,oragainstagrouporcommunity,thateitherresultsinorhasahighlikelihoodofresultingininjury,death,psychologicalharm,maldevelopment,ordeprivation."32

Namun dalam Indeks Keamanan Manusia Indonesia, dimensikekerasanmerujuk pada kekerasan langsung, yaitupenggunaankekerasansecara langsung padamanusia yangmenyebabkan korban baik luka, cacatmaupun hilangnya nyawa.Penggunaan konsep kekerasan langsung dalamdimensi kekerasan terkait keamanan manusia didasarkan pada argumenSchnabel, bahwa kekerasan langsung (direct violence) adalah katalisterhadapketidakamananmanusia.33

Definisi kekerasan langsung adalah avoidable impairment offundamental human needs or lifewhichmakes it impossible or difficult forpeopletomeettheirneedsorachievetheirfullpotential.Threattouseforceisalsorecognisedasviolence..Directviolencecantakemanyforms.Initsclassicform,itinvolvestheuseofphysicalforce,likekillingortorture,rapeandsexualassault,andbeatings.34

Dalam “Segitiga Kekerasan” milik Galtung juga dijelaskan bahwaperbedaan kekerasan langsung dengan kekerasan tidak langsung (kulturaldan struktural) salah satunya adalah aspek terlihat dan tidak terlihat(Gambar 1). Galtung menyatakan, “The visible effectsofdirect violenceareknown: the killed, the wounded, the displaced, the material damage, allincreasingly hitting the civilians.But the invisible effectsmay be evenmorevicious:directviolencereinforcesstructuralandculturalviolence”.35

30BPS,JumlahTindakPidanaMenurutKepolisianDaerah,2000–2014,http://bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_34_1.xls,diunduhpada27Oktober2015.31BPS,SelangWaktuTerjadinyaTindakPidana(CrimeClock)menurutKepolisianDaerah2000‐2014,http://bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_34_2.xls,diunduhpada27Oktober2015.32ViolencePreventionAlliance,DefinitionandTypologyofViolence,http://www.who.int/violenceprevention/approach/definition/en/,diaksespada27Oktober2015.33AlbrechtSchnabel,Thehumansecurityapproachtodirectandstructuralviolence,SecurityandConflict,SIPRI,2007,hal.90.34RajkumarBobichand,UnderstandingViolenceTriangleandStructural,http://kanglaonline.com/2012/07/understanding‐violence‐triangle‐and‐structural‐violence‐by‐rajkumar‐bobichand/Violence,diaksespada24Oktober201535JohanGaltung,Violence,War,andTheirImpact:OnVisibleandInvisibleEffectsofViolence,Polylog:ForumforInterculturalPhilosophy5,2004.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 23

SelainmenggunakanteorikekerasanGaltung,kekerasanlangsungataupersonal/fisik juga mengacu pada beberapa dimensi keamanan dalamkeamananmanusiaversiUNDPsepertikeamananpersonalyangbertujuanuntuk melindungi manusia dari kekerasan fisik, baik berasal dari negaraatau dari ancaman eksternal, baik individu atau aktor sub‐negara, darikekerasan dalam rumah tangga, hingga predator;36keamanan komunitas,yaitu keamanan terhadap penindasan dari kelompok lain; dan keamananpolitik, yaitu keamanan dari represi negara, pelanggaran HAM, dan lainsebagainya.37

Gambar1.SegitigaKekerasanGaltung

Variabel dalam dimensi kekerasan dibedakan berdasarkan jeniskekerasan yang memodifikasi klasifikasi milik UNSFIR,38yaitu denganmenambahkan variabel kriminalitas termasuk didalamnya indikatorperdagangan orang, dan tidak melihat kekerasan separatis dan kekerasanterkaithubunganindustrial.

a. VariabelKriminalitas

36JamesOhwofasaAkpeninor,ModernConceptsofSecurity,AuthorHouse,2013,hal.73.37Ibid.38UNSFIRmembagikekerasansosialdalamempatkategoribesar,yaitu:kekerasankomunal,kekerasanseparatis,kekerasannegara‐masyarakat,dankekerasanterkaithubunganindustri.MohammadZulfanTadjoeddi,AnatomiKekerasanSosialDalamKontekstransisi:KasusIndonesia1990‐2001,WorkingPaper0201‐I,UnitedNationsSupportFacilityforIndonesianRecovery,Jakarta,2002,hal.2.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 24

Angka kriminalitas akan memengaruhi persepsi dan rasaaman seseorang. Angka kriminalitas yang tinggi juga akanberpengaruh pada aktivitas masyarakat, iklim usaha danpembangunanekonomi.Penggunaanangkakriminalitas jugaselarasdenganindikatordalammengukurkeamananmanusia.39

Indikator kriminalitas dibatasi berdasarkan jumlah kejadiankejahatan tertentu yang disertai kekerasan mengacu pada KUHP,yaitu (1) pencurian dengan kekerasan; (2) penganiayaan; (3)perkosaan/ kejahatan terhadap kesusilaan; (4) perdaganganorang/manusia,dan(5)pembunuhan.

Indikatorpadavariabelkriminalitasadalahsebagaiberikut:

1. Jumlah kejadian tindak pencurian dengan kekerasan yang terjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir.

2. Jumlah kejadian tindak penganiayaan yang terjadi di desa/kelurahanselamasetahunterakhir.

3. Jumlahkejadian tindakperkosaan/kejahatan terhadapkesusilaanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir.

4. Jumlah kejadian tindak perdagangan orang (human trafficking)yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir.

5. Jumlah kejadian tindak pembunuhan yang terjadi di desa/kelurahanselamasetahunterakhir.

b. VariabelKekerasanKomunal

Definisi kekerasan komunal (communal violence), menurutUNSFIR, adalah kekerasan sosial yang terjadi antara dua kelompokmasyarakat/komunal atau bisa berupa satu kelompok diserang olehkelompok lain. Pengelompokan komunal tersebut bisa berdasarkanetnis,agama,kelassosial,afiliasipolitikatauhanyasekedarperbedaankampung,danlain‐lain.40

Kekerasan komunal dalam peraturan perundang‐undanganeratdenganistilahkonfliksosialyangtelahdijabarkandalamUUNo.7 tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, didefinisikansebagai “perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasanantaraduakelompokmasyarakatatau lebihyangberlangsungdalamwaktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkanketidakamanandandisintegrasisosialsehinggamengganggustabilitasnasional dan menghambat pembangunan nasional.” PenyusunanIndeks Keamanan Manusia Indonesia juga merupakan perwujudandari amanat pasal 11, UU No. 7 tahun 2012 terkait membangunsistem peringatan dini dalam bentuk penelitian dan pemetaanwilayahpotensikonflik.

39HumanSecurity:IndicatorsforMeasurement,http://www.gdrc.org/sustdev/husec/z‐indicators.html,diaksespada7Desember2014.40MohammadZulfanTadjoeddi,op.cit,hal.27.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 25

Dari studi yang dilakukan Mohammad Zulfan TadjoeddinmengenaikekerasansosialtersebutdiIndonesiapadaperiode1990–2001, kekerasan komunal merupakan jenis kekerasan sosial yangterparah,jikadiukurdenganjumlahkorbantewas.41Kekerasansosialjugamerupakankekerasanpalingdominanterjadidisebagianbesardaerah, kecuali di Aceh dan Papua yang didominasi oleh kekerasanseparatis.42Beberapatahunterakhir,konflikkomunalmasihmenjadiisu mengemuka baik karena dilatarbelakangi isu agama, politik,maupun lainnya. Kekerasan terkait isu komunalmerupakan insidenkekerasan yang paling banyak berdampak pada korban manusiamaupunkerugianharta‐benda.43

Indikator yang digunakan dalam mengukur kekerasankomunaladalahsebagaiberikut:

1. Keberadaankorban luka‐lukaakibatperkelahianantarkelompokmasyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragama

2. Keberadaankorbanmeninggalakibatperkelahianantarkelompokmasyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragama

c. VariabelKekerasanNegara‐Masyarakat

Kekerasan Negara‐Masyarakat adalah kekerasan antaranegara (state) dan masyarakat yang mengekspresikan protes danketidakpuasan mereka kepada institusi negara tanpa motifseparatisme.44Indeks keamananmanusia Indonesiamencakuppadaindikatorkekerasannegara‐masyarakatkarenabentukkekerasaninimerupakansalahsatubentukkekerasansosialyangseringterjadi.

Dalam mengukur kekerasan negara‐masyarakat, makaindikatoryangdigunakanadalahsebagaiberikut:

1. Keberadaan korban meninggal akibat benturan dengan aparatkeamanan dan aparat pemerintah yang disebabkan oleh motifharta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan, ketidakpuasan ataskebijakan/pelayanan.

2. Keberadaan korban luka‐luka akibat benturan dengan aparatkeamanan dan aparat pemerintah yang disebabkan oleh motifharta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan, ketidakpuasan ataskebijakan/pelayanan.

Tabel6.VariabeldanIndikatorKeamanandariKekerasan

Dimensi Variabel Indikator

41Ibid,hal.31.42Ibid,hal.35.43IhsanAli‐Fauzi,RudyHarisyahAlam,SamsuRizalPanggabean,Pola‐polaKonflikKeagamaandiIndonesia(1990‐2008),Jakarta:YayasanWakafParamadina,2009,hal.iv.44MohammadZulfanTadjoeddi,op.cit,hal.27.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 26

Keamanandari

Kekerasan

Kriminalitas

Jumlahkejadiantindakpencuriandengankekerasanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Jumlahkejadiantindakpenganiayaanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Jumlahkejadiantindakperkosaan/kejahatanterhadapkesusilaanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Jumlahkejadiantindakperdaganganorang(trafficking)yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Jumlahkejadiantindakpembunuhanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

KekerasanKomunal

Keberadaankorbanluka‐lukaakibatperkelahianantarkelompokmasyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragamaKeberadaankorbanmeninggalakibatperkelahianantarantarkelompokmasyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragama

KekerasanNegara‐Masyarakat

Keberadaankorbanluka‐lukaakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkanolehmotifharta,kekuasaan,ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayananKeberadaankorbanmeninggalakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkanolehmotifharta,kekuasaan,ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

F. MetodeIndeksKeamananManusiaIndonesia

Konsep Keamanan Manusia yang lebih melebar dan mendalam telahmenghasilkankonsepkeamananyangmenitikberatkanpadamanusia,sehinggadapatmenyentuhaspek‐aspekyanglebihberagamdanlebihkompleks.Melihatsemakin luasdandalamnyakonsepkeamananmanusia ini,makaproblematikayangmunculselanjutnyaadalahmenentukancakupan‐cakupanyangdiperlukandalam menyusun IKMI agar sedapat mungkin mampu mencerminkan kondisimasyarakatyangsebenarnya.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 27

Oleh karena luasnya cakupan konsep Keamanan Manusia, maka perluadanya limitasi dalam penyusunan IKMI 2015. Dengan menentukan dimensi,variabel,sertaindikatortertentu,makaberartiakanmengesampingkankonsep‐konsep yang lain. Permasalahan ini tentu akan memancing berbagai macamdiskusifilosofis yangcukupkentaldenganperdebatan.Untukituperluadanyaketegasandefinisikonsepdari leveldimensisampaidengan indikatorsehinggaIKMIdapatdisusundenganlebihpercayadiri,tanpaadamulti‐interpretasi,dandapatmenjadipanduandalampenyusunankebijakanbagiberbagaiinstansi.

Agar dapat mengembangkan IKMI lebih representatif, maka dalampenyusunannyaperlumenggunakanpertimbanganantaralain:(1)Universalitasdari nilai‐nilai demokrasi, hak asasi manusia, tata kelola yang baik dapatdiarusutamakan, (2) Nilai‐nilai lokal kultural dan endigeneosity pada satu sisitetapterlindungisebagaipluralitasbudaya,(3)Manusiaindonesiamenjadifokusdariprosespeningkatan tarafhidupmelaluiprogram‐programpemerintah, (4)Menghargai inisiatif warga yangmultikultural untukmengekspresikan dirinyasebagaibagiandariberjalannyasistempemerintahanyangdemokratis,dan(5)Mencari pandangan yang komprehensif (holistik), agar indeks keamanan inidapatmerepresentasikankondisidankebutuhanIndonesia.

Setelahmelaluiberbagaimacamproseskompilasidankomparasiliteratur,diskusi dan FGD, maka Indeks Keamanan Manusia Indonesia disusunberdasarkan4dimensi,10variabel,dan36indikator.

Indeks ini bertumpu pada permasalahan inti, yaitu tingkat keamananmanusia di Indonesia dilihat dari empat aspek besar yang terdiri dari aspekbencana, kesejahteraan sosial, kebhinnekaan, dan kekerasan; serta hubunganantaraspektersebutterhadapkondisihidupmanusiaIndonesiatersebutdisuatuprovinsi. Indeks ini juga diharapkan memberi dampak positif terhadapintervensi kebijakan dan perencanaan pembangunan yang lebih menjaminkeamanan manusia Indonesia. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya,pandangan maupun konsep terkait keamanan manusia bersifat pluralistik,begitu juga pandangan terkait ke‐Indonesia‐an. Jika dikaitkan denganpertimbangan‐pertimbangan dalam konsep di bagian atas, maka metodologi

1 Indeks

4 Dimensi

10 Variabel

36 Indikator

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 28

yangdigunakandalampenyusunanindeksiniharuspulabisamengadaptasidansedapatmungkinmerefleksikanrealitasyangada(real‐worldpractice).Dengankatalain,indeksinisecaraeksplisitmenganutparadigmapenelitianyangdisebutoleh John W. Creswell sebagai pragmatism, yang dibedakan dari paradigmapostpositivism,constructivismdantransformative.45

Merujuk pada Creswell, maka dengan demikian metodologi yang tepatuntuk mengukur indeks keamanan manusia adalah mixed methods, dimanasecara spesifik dan operasional menggunakan pendekatan kuantitatif dankualitatif secara sekuensial dalam desain konstruksi perhitungan indeksnya.Dengan desainmixedmethodsini akan didapatkan pemahaman yang utuh danmenyeluruh berdasarkan semua data yang ada terkait keamanan manusiaIndonesia, baik kualitatif maupun kuantitatif, dibandingkan dengan datakuantitatifsajaataudatakualitatifsaja.46Perhitunganindeksinidimulaidengankompilasi sekaligus penilaian kualitas data (data quality assessment) dariserangkaiandatasurveiyangtelahdilakukanolehlembagaatauinstitusinegaraatau yang dapat dipercaya — untuk menggeneralisasi hasil‐hasil pada suatupopulasi di Indonesia dan kaitannya dengan indikator, variabel dan dimensipembentuk Indeks Keamanan Manusia Indonesia, dan kemudian, pada tahapkedua, fokus pada pendekatan kualitatif, secara khusus menggunakan open‐endedintervews untukmengumpulkan pandangan‐pandangan secara rinci daripara partisipan atau narasumber atau para pemangku kepentingan, untukmembantumenjelaskandenganbaiksurveikuantitatifpendahuluan.

Lebih spesifik terkait prosedur pertama, pendekatan kuantitatif, dansenadadenganpenjelasandiatas,makasecarakhusus,pembobotandariindeksini lebih berdasarkan pada participatorymethods daripada statisticalmodels.Mengingatparticipatorymethodsyangjugamempertimbangkanpandanganparapemangku kepentingan, pakar, warga dan politisi sebagai pembobotan, dapatmembantudalampenyusunankebijakannasionalyanglebihbaik.47

Diantara beberapa participatory methods dalam teknik pembobotanindikator, variabel, maupun indikator, indeks ini tidak dapat disusun dalamsuatuhierarki yang terstruktur, karena indeks yangmengukur seberapa aman

45JohnW.Cresswell,ResearchDesign:Qualitative,Quantitative,andMixedMethodsApproaches,WashingtonDC:SagePublications,2014,hal.78‐98.BandingkandenganJohnW.Cresswell,QualitativeInquiryandResearchDesign:ChoosingamongFiveApproaches,London:SagePublications,2007,hal.19‐23,dimanadalambukusebelumnyaitu,JohnW.Cresswell,menyebut4paradigmapenelitianyaitu:post‐positivism,constructivism,advocacy/participatory,danpragmatism.Dengankatalain,disiniparadigmatransformativepadatulisansebelumnyadisebutsebagaiparadigmaadvocacy/participatory.BandingkanjugadenganYvonnaS.Lincoln,SusanA.Lynham,danEgonG.Guba,"ParadigmaticControversies,Contradictions,andEmergingConfluences,Revisited,"dalamTheSageHandbookofQualitativeResearch,ed.NormanK.DenzindanYvonnaS.Lincoln,London:SagePublications,2011,hal.97‐128;NormanK.Denzin,QualitativeInquiryunderFire:TowardaNewParadigmDialogue,California:LeftCoastPress,2009.46Lihat:AbbasTashakkoridanCharlesTeddlie,eds.,SageHandbookofMixedMethodsinSocialandBehavorialResearch,LosAngeles:SagePublications,2003;BetinaHollstein,"MixedMethodsSocialNetworkResearch:AnIntroduction,"dalamMixedMethodsSocialNetworkResearch:DesignsandApplications,ed.SilviaDomínguezdanBetinaHollstein,NewYork:CambridgeUniversityPress,2014,hal.4‐5.47OECD,HandbookonConstructingCompositeIndicators:MethodologyandUserguide,OECD,2008,hal.31‐32.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 29

manusia Indonesia ini meniscayakan interaksi dan ketergantungan antardimensi, variabel, indikator maupun sub‐indikator pembentuknya. Disini pula,diukur bagaimana umpan balik antara suatu kriteria terhadap daerah dansebaliknyadalam IndeksKeamananManusia Indonesia. Semisal, tidaklah samabagiwilayahkepulauanyangmemilikipertumbuhandanpemerataanekonomiyang baik dengan penduduk relatif sedikit dengan penduduk wilayah daratandengan penduduk yang padat. Begitu pula, prioritas‐prioritas pilihan terkaitintervensi pembangunan dalam konteks ini bagi masyarakat daerah pesisirmenjadi sangat berbeda denganmasyarakat di daerah pegunungan,meskipunsecara prinsip mereka semua menginginkan tingkat keamanan yang sama,meskipunbentuknyabisa jadi berbeda.Dengankata lain, indeks keamanan initidak bisa didasarkan pada pendekatan Analytic Hierarchy Process (AHP).48Pendekatan Conjoint Analysis (CA)49yang secara esensi merupakan kebalikandari AHP yaitu melakukan disaggregasi terhadap preferensi‐preferensi jugatidak tepat dipakai dalam penyusunan indeks ini. Indeks ini tidak tepat pulaapabila didasarkan pada pertimbangan alokasi anggaran, seperti yang dipakaidalamBudgetAllocationProcess(BAP)—mengingatkeamananmanusiabersifatesensialdantidakbisadireduksikedalamalokasianggaran.Dengandemikian,makametodologiyangpalingsesuaiuntukindeksiniadalahmetodologidengankerangka network atau jejaring, seperti yang Thomas Saaty tawarkan danperkenalkansebagaiAnalyticalNetworkProcess(ANP).50

Gambar2.JejaringAnalyticalNetworkProcess(ANP)

48ThomasSaaty,"BasicTheoryoftheAnalyticHierarchyProcess:HowtoMakeaDecision,"Rev.R.Acad.Cienc.Exact.Fis.Nat.(Esp)93,no.4,1999;ThomasSaaty,"DecisionMakingwiththeAnalyticHierarchyProcess,"InternationalJournalServicesSciences,vol1,no.1,2008;ThomasSaatydanLuisGVargas,Models,Methods,ConceptsandApplicationsoftheAnalyticHierarchyProcess,London:Springer,2012.49OECD,op.cit.hal.98‐99.50Lihat:ThomasL.SaatydanLuisG.Vargas,DecisionMakingwiththeAnalyticNetworkProcess:Economic,Political,SocialandTechnologicalApplicationswithBenefits,Opportunities,CostsandRisks,NewYork:Springer,2006.;ThomasSaaty,FundamentalsoftheAnalyticNetworkProcess,paperpresentedattheISAHP,Kobe,Japan,August12‐14,1999;RozannWSaaty,DecisionMakinginComplexEnvironments,Pittsburgh:SuperDecisions,2003.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 30

Secara operasional, Indeks Keamanan Manusia Indonesia merupakansebuah sistem jejaring (network) yang tersusun dari 4 subsistem yang disebutdimensi, dimana subsistem ini terbentuk dari komponen‐komponen yangdisebutvariabel,dankomponeninisendiriterbangundarielemen‐elemenyangdisebut indikator. Dalam jejaring ANP Indeks Keamanan Manusia Indonesia,antarelemen, komponen, atau subsistem itu dapat membentuk koneksi satusama lain, yang disebutouterdependence,maupundengan elemen, komponen,atausubsistemitusendiri,yangdisebutinnerdependenceloop.Sedangkansecaratipologi, Thomas Saaty, mengklasifikasi elemen, komponen, atau subsistemdalamnetworkmenjadi tigaberdasarkan fungsinya, yaitu: source, intermediatedansink.51Untuklebihjelasnya,dapatdilihatdalamgambar2.

Elemen,komponenatausubsistemdisebutsourceapabilahanyabersifatmempengaruhi dan tidak dipengaruhi oleh elemen, komponen atau subsistemlain,ataudengankatalaintidakadaarahpanahmenujuelemen,komponenatausubsistem tersebut, seperti β1dalam gambar di atas. Elemen, komponen atausubsistem disebut sink apabila hanya bersifat dipengaruhi oleh elemen,komponenatausubsistemlain,ataudengankatalaintidakadaarahpanahdarielemen, komponenatau subsistem tersebut, sepertiβ5dalamgambardi atas–dimana kondisi ini disebut pula sebagai absorbing state. Selanjutnya, elemen,komponenatau subsistemdisebut intermediateapabilabersifatmempengaruhidandipengaruhiolehelemen,komponenatausubsistem lain,sepertiβ2,β3danβ4 dalam gambar di atas. Untuk fungsi intermediate dapat dibedakan lagikondisinya menjadi dua, yaitu: 1) recurrent state – kondisi di mana elemen,komponen atau subsistem tersebut mendapatkan pengaruh tidak hanya darisourceataudarisatuelemen,komponenatausubsistem),seperti β3danβ4;dan2) transientstate–kondisidimanaelemen,komponenatau subsistem tersebut

51ThomasL.SaatydanLuisG.Vargas,op.cit.hal.9‐10.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 31

mendapatkanpengaruhhanyadarisourceataudarisatuelemen,komponenatausubsistem, seperti β2.Dalam gambar di atas, dapat diketahuiouterdependenceantarelemen, komponen atau variabel, dan juga inner dependence loop yangdimilikiolehβ2,β4danβ5.

G. TeknikPengumpulanData

Penyusunan Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI), sebagaimanapenyusunan indeks‐indeks lainnya, tentunya sangat bergantung padaketersediaandatadankualitasnya.IKMIakanmenggunakandata‐datasekunderyang tersedia, seperti: Data Potensi Desa (PODES) dari Badan Pusat Statistik(BPS); Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) dari Badan NasionalPenanggulangan Bencana (BNPT); Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)dari BPS; Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari BPS; Indeks DemokrasiIndonesia(IDI)dariBappenas;IndeksPerumahanRakyat(IPR)dariBPS;IndeksKetahananPangandariBPS;TingkatPengangguranTerbukadariBPS.

Dengan menggunakan pendekatan analisa ANP, Expert Judgement ataupertimbangan ahli juga harusmenjadi bagian dalam teknis pengumpulan dataini. Hal ini diperlukan untuk memahami permasalahan yang ada secaramendalam agar kerangka model yang dikembangkan sebisa mungkinmencerminkan keadaan yang sebenarnya. Para pakar yang akan dilibatkantentunya harus melalui pertimbangan personal identification yang menguasaiisu‐isu dimensi, variabel, dan indikator IKMI. Pembobotan oleh para ahliterhadap indikator adalahmetode outrankingyangmenawarkan cara fleksibeldan sederhana kepada pembuat keputusan untuk menganalisa isu‐isumultikriteriayangdiangkatdalamIKMI.

Setelah melalui berbagai tahapan konstruksi IKMI 2015, Tim Ahli jugamempertimbangkanuntukmenggunakanForumGroupDiscussion(FGD).Metodepengumpulan data ini dinilai sangat dibutuhkan sebagai bagian dalam teknispengumpulandataprimerIKMI.Selain itu,pentingnyadiadakanFGDdidaerahjugadidasarkanpadahasilFGDTimAhlidanBappenasdiBandung tanggal21November2015.

FGD ke daerah tertentu sangat berperan sebagai metode pengumpulandata yang bersifat kualitatif, dapat menangkap lebih baik kondisi terkinikeamanan manusia di daerah secara langsung melalui sumber‐sumber yangkredibel dan terpercaya, dan bisa mengeksplorasi informasi‐informasi yangsebelumnya tidak dapat dipenuhi oleh data sekunder lainnya. Denganmenggunakan informasi danmasukan yangdiperolehdari FGD, timahli dapatlebihmengeksplorasidanmemodifikasielemenyangrelevandengannilai‐nilailokaldisetiapdaerah.

H. AsesmenKualitasData

Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI) ini ditujukan untukmemberikangambaranmengenairealitasterkaitkeamananbagisetiapmanusiayangberadadiIndonesia.Indeksinitidakakanpernahterwujudtanpadidukung

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 32

olehkualitasdatayangbaikpula.Olehsebabitupula,pengukurankualitasdatasekaliguspenilaianbagaimanadataitudikumpulkanmenjadipenting.

SalahsatuproblematikadalampenyusunanIKMIadalahmengenaikualitasdata yang tersedia. Indeks ini memanfaatkan data sekunder yang ada dariberbagai instansi tanpa harus membuat data baru. Dengan demikian,ketersediaan data merupakan tantangan tersendiri dalam penyusunan indeksini.Semakinbaikdatayangadadandiperoleh,makaindeksiniakanlebihdapatmenggambarkankondisikeamananmanusiaIndonesiayanglebihrepresentatif.

Para pakar tidakmemiliki satu konsensusmengenai parameter bersama,baik jumlah maupun kualifikasinya serta definisinya, tentang data yangberkualitas baik. Guilherme Morbey menyatakan bahwa setidaknya ada 45ukuran tentang kualitas data,52namun Morbey juga menawarkan “(7+2)DataQualityAssessment”, yaitu: (1) Completenessper row (horizontalcompleteness);(2) Syntatical correctness (conformity); (3) Absence of contradictions(consistency); (4) Accuracy incl. currency; (5) Absence of repetitions (free ofduplicates); (6)Businessreferential integrity(integrity); (7)Completeness(crosscheck sums, vertical completeness); (8) Availability of documentation; dan (9)Normativeconsistency.

Sedangkan David Loshin, menyebutkan 10 parameter kualitas data yangberbeda dengan Morbey, yaitu: (1) Accuracy; (2) Lineage; (3) Structuralconsistency; (4) Semantic consistency; (5) Completeness; (6) Consistency; (7)Currency;(8)Timeliness;(9)Reasonableness;dan(10)Identifiability.53

Disamping pandangan dari dua pakar atau praktisi terkait DataQualityAssessmentdi atas, Uni Eropa menentukan secara khusus EuropeanStatisticalSystem(ESS)yangdigunakandalamEurostat(BadanStatistikUniEropa),untukmendefinisikan data berkualitas tinggi apabilamemenuhi prasyarat‐prasyarat:(1)Relevance;(2)Accuracy;(3)Timelinessandpunctuality;(4)Comparability;(5)Coherence;dan(6)Accessibilityandclarity.54

H. Veregin menawarkan parameter kualitas data yang lebih sederhana,yaitu: (1) Accuracy, yang terdiri dari tiga jenis (spatial accuracy, temporalaccuracydan thematicaccuracy); (2) Precision atau Resolution, dimana dalamparameter ini terbagimenjadi tiga jenis (spatialresolution,temporalresolution,dan thematic resolution); (3) Consistency; dan (4) Completeness.55ElizabethVannan menjelaskan lima parameter kualitas data yang tidak jauh berbedadenganpendapatVeregin, yaitu: (1)Accurate; (2)Complete; (3)Consistent; (4)Timely;dan(5)Flexible.56

52G.Morbey,DataQualityforDecisionMakers:AdialogbetweenaboardmemberandaDQexpert,Erkath,Germany:SpringerGabler,2013.53D.Loshin,ThePractitioner'sGuidetoDataQualityImprovement,NewYork:Elsevier,2011.54M.Ehling,&Korner,T.(eds.),HandbookonDataQualityAssessmentMethodsandTools,Wiesbaden:EuropeanCommission,Eurostat,2007.55H.Veregin,“DataQualityParameters”,dalamLongley,P.A.,Goodchild,M.F.,Maguire,D.J.&Rhind,D.W.(eds.),GeographicalInformationSystems:Principles,Techniques,ManagementandApplications.Edinburgh:AbridgedEdition,2012.56E.Vannan,“QualityData‐AnImprobableDream?Aprocessforreviewingandimprovingdataqualitymakesforreliable‐andusable–results”,EducauseQuarterly,2001,hal.56‐58,.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 33

Untuk kepentinganpenyusunan IndeksKeamananManusia Indonesia ini,parameterkualitasdatayangdigunakanmengadopsipendapatVannandengansedikit modifikasi. Data dengan kualitas yang baik sangat ditentukan secarautama oleh kejelasan definisi suatu dimensi, variabel, indikator pembentukindeks atau perhitungan kuantitatif. Kejelasan definisi atau konsep menjadisuatu prasyarat —agar konsisten menggunakan pendekatan konseptual(conceptually‐driven)— yang menjadi patokan bagi parameter kualitas datalainnya,yaitukeakuratan(accuracy),kelengkapan(completeness),keseragamanataukonsistensiunitanalisis(uniformity),danketersediaanberdasarkanwaktupengumpulan data (timeliness). Empat parameter yang didasarkan padadeskriptifdatayangadamemilikinilaisetara,sehingganilaikualitasdatadapatdiformulasikansebagaiberikut:

4

Dimana:

Q :DataQuality

:AverageofDefinitionsClarity

:AverageofAccuracy

:AverageofCompleteness

:AverageofUniformity

:AverageofTimeliness

Penentuan atas kualifikasi data yang telah diverifikasi bersama olehKemitraan, BPS dan Bappenas, dan digunakan untuk penyusunan IndeksKeamananManusiaIndonesia,adalahsebagaiberikut:

Tabel7.KualifikasiData

Accuracy

1.SumberIDI,PODES‐BPS,SUSENAS‐BPS,IPM‐BPS,StatistikPertanianBPS,StatistikPerumahandanPemukimanBPSdanDIBI=1;

2.Sumberdatalainnya=0.5;

3.Survey=0.

Completeness

1.SumberIDI,PODES‐BPS,SUSENAS‐BPS,IPM‐BPS,StatistikPertanianBPS,StatistikPerumahandanPemukimanBPSdanDIBI=1;

2.DataselainIDI,PODES‐BPS,SUSENAS‐BPS,IPM‐BPS,StatistikPertanianBPS,StatistikPerumahandanPemukimanBPSdanDIBI=0.5;

3.Datadariprosessurvey=0.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 34

Uniformity

1.DatayangdapatdipakaimengukurkeamananpadatingkatProvinsidanIndividu=1;

2.DatayangdapatdipakaimengukurkeamananpadatingkatProvinsiatauIndividu=0.5

3.Datalainnyaatauprosessurvey=0

Timeliness

1.KetersediaandatasaatdibutuhkantiaptahunsepertiDIBI,SUSENAS‐BPS,IPM‐BPS,StatistikPertanianBPS,StatistikPerumahandanPemukimanBPSdanIDI=1;

2.Ketersediaandatasaatdibutuhkantidaksetiaptahun,sepertiPODES‐BPS=0.5;

3.Ketersediaandataberdasarkanprosessurveydan/ataupengumpulandatalainnyayangtidakreguleradasetiaptahun=0.

Definitions

Clarity

1.Definisijelas=1;

2.Definisibutuhklarifikasilebihlanjutdariparapakar=0.5;

3.Definisitidakjelasataukabur=0.

Berdasarkanhasilperhitungandiatas,dapatdiketahuibahwanilaikualitasdatayangtelahterverifikasidari indeks inihinggatanggal5Desember2015adalahsebesar0.948.Nilai initermasukkategorisangattinggi,denganketidaktepatansangat rendah yaitu sebesar 0.0521. Untuk lebih detil, nilai kualitas datapembentukIKMI2015tersusundalamtabel3.

Tabel8.KualitasDatadalamIndeksKeamananManusiaIndonesia

Clarity Accuracy Complete‐

nessUniformity Timeli‐

nessDQA

IKMI 1.000 1.000 0.979 0.979 0.781 0.948

Kebencanaan 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.950

KesejahteraanSosial 1.000 1.000 1.000 0.917 0.917 0.967

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 35

Kebhinnekaan 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Kekerasan 1.000 1.000 0.917 1.000 0.458 0.875

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh, maka dibawah ini rinciankualitasdatadaritiapdimensi,besertavariabeldanindikatorpembentuknya.

1. KeamanandariBencana

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuibahwanilaikualitasdataDimensiKeamanandariBencana iniadalahsebesar0.95.Nilaiiniterbentukoleh:

 

Tabel9.KualitasdataKeamanandariBencana 

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KeamanandariBencana 1.000 1.000 1.000 1.000 0.750 0.950

KesiapsiagaanBencana

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

RisikoBencana 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Selanjutnya,lebihdetildapatdiketahuinilaikualitasdatadaritiapvariabelpembentukdimensiadalahsebagaiberikut:

a. KesiapsiagaanBencana

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatanyaadalahsebagaiberikut:

Tabel10.KualitasdataKesiapsiagaanBencana

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KesiapsiagaanBencana 1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 36

SimulasiBencana

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

PetunjukKeselamatan 1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Fasilitas/UpayaAntisipasi/MitigasiBencanaAlam

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

DanaAntisipasi/MitigasiBencanaAlam

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kualitas datavariabelinibernilai0.9.Nilaiinitermasukkategorisangattingginamundengantingkat timeliness’ yang kurang sempurna sebesar 0.5. Kedua indikatorpembentukvariabel ini jugamemilikinilaiyangsamayaknisebesar0.9.Keduaindikatortersebutjugabermasalahpada ‘timeliness’karenabeberapadatayangdigunakanberasaldariPODESyangtidakdirilisolehBPSsetiaptahunnya.

b. RisikoBencana

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatanyaadalahsebagaiberikut:

Tabel11.KualitasDataRisikoBencana

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

RisikoBencana 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahkorbanmeninggal

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahkorbanhilang 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahkorbanluka‐luka

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahkorbanmengungsi 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahkejadian 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kualitas datavariabelinibernilaisempurna(1.0).Kelimaindikatorpembentuknya(indikatorjumlahkorbanmeninggal, korbanhilang, korban luka‐luka, korbanmengungsi,

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 37

dan jumlah kejadian) juga bernilai sempurna yakni 1.0, karena data kelimaindikator pembangun variabel ini berasal dari Data dan Informasi BencanaIndonesia(DIBI)yangcukupakurat,dantetapdiperbaharuisetiaptahun.

2. PemenuhanKesejahteraanSosial

Denganformulaperhitungannilaikualitasdatayangsamasepertidiatas,maka dapat diketahui bahwa nilai Dimensi Kesejahteraan Sosial ini adalahsebesar0.967.Nilaiiniterbentukoleh:

Tabel12.KualitasDataKesejahteraanSosial

Data Clarity AccuracyComplete‐ness Uniformity

Timeli‐ness DQA

KesejahteraanSosial

1.000 1.000 1.000 0.917 0.917 0.967

BiologisdanFisiologis 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

SosialdanPengembanganDiri

1.000 1.000 1.000 0.833 0.833 0.933

Selanjutnya,lebihdetildapatdiketahuinilaikualitasdatadaritiapvariabelpembentukdimensiadalahsebagaiberikut:

a. PemenuhanterhadapKebutuhanBiologisdanFisiologis

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatanyaadalahsebagaiberikut:

Tabel13.KualitasDataPemenuhanKebutuhanBiologisdanFisiologis

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KebutuhanBiologisdanFisiologis

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

RasioAksesEnergi 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

RasioAksesAirBersih

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

RasioPemanfaatan,Akses,danKetersediaanPangan

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 38

AngkaHarapanHidup

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

PersentaseKondisiTempatTinggalLayak

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai kualitas data variabel ini termasuksempurna. Data‐data yang digunakan dalam variabel ini adalah Susenas BPS,Indeks Ketahanan Pangan/Sensus Pertanian BPS, Statistik Perumahan danPemukimanBPS,danIndeksPembangunanManusiaBPS.

b. PemenuhanterhadapKebutuhanSosialdanPengembanganDiri

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdataadalahsebagaiberikut:

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 39

Tabel14.KualitasDataPemenuhanKebutuhanSosialdanPengembanganDiri

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KebutuhanSosialdanPengembanganDiri

1.000 1.000 1.000 0.833 0.833 0.933

RasioKeaktifanLembagaNonProfit

1.000 1.000 1.000 0.500 0.500 0.800

Pendidikan 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

TingkatPengangguranTerbuka

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

TabeldiatasmenunjukkanbahwaVariabelKebutuhanPengembanganDiridansosialinikualitasdatanyasangatbaik,yaitusebesar0.933.Daridatadiatasjugadapatdiketahuiterdapatsatuindikatoryangdatanyatidaksempurna,yaituindikator Rasio Keaktifan Lembaga Non‐Profit. Indikator ini bermasalah padaaspek‘uniformity’dengannilai0.5dan‘timeliness’dengannilai0.5.Kekuranganinidiakibatkanolehdatayangtersediahanyapadatingkatprovinsi, tidakpadaindividudantidaktersediasetiaptahun.

3. PerlindungandanPemanfaatanatasKebhinnekaan

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahui kualitas data Dimensi Perlindungan dan Pemanfaatan atasKebhinnekaanbernilaisempurna.Nilaiiniterbentukoleh:

Tabel15.KualitasDataPerlindungandanPemanfaatanatasKebhinnekaan

Data Clarity Accuracy Complete‐ness Uniformity Timeli‐

ness DQA

Kebhinnekaan 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

KebebasanPolitikdanPemikiran

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

KebebasanBerkeyakinan 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

KebebasandariDiskriminasi

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

 

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 40

Selanjutnya,lebihdetildapatdiketahuinilaikualitasdatadaritiapvariabelpembentukdimensidiatas,yaitusebagaiberikut:

a. KebebasanPolitikdanPemikiran

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatavariabelPolitikdanPemikiransebagaiberikut:

Tabel16.KualitasDataKebebasanPolitikdanPemikiran

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KebebasanPolitikdanPemikiran

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

KekerasanolehAparatPemerintahyangmenghambatkebebasanberkumpulberserikat

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

KekerasanolehMasyarakatyangmenghambatkebebasanberkumpulberserikat

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

KekerasanolehAparatpemerintahyangmenghambatkebebasanberpendapat

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

KekerasanolehMasyarakatyangmenghambatkebebasanberpendapat

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

 

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kualitas datavariabel ini bernilai sempurna (1.0). Keempat indikator pembentuknya juga

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 41

bernilaisempurna(1.0)karenasumberdatakempatindikatordiatastersediadiIndeksDemokrasiIndonesia(IDI).

b. KebebasanBerkeyakinan

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatavariabelAgamadanKeyakinansebagaiberikut:

Tabel17.KualitasDataKebebasanBerkeyakinan

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KebebasanBerkeyakinan

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahaturantertulisyangmembatasikebebasanmenjalankanagama

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahtindakan/pernyataanpejabatpemerintahyangmembatasikebebasanberagama

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Jumlahancamankekerasandanpenggunaankekerasandarisatukelompokmasyarakatterhadapkelompoklainterkaitajaranagama

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

 

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kualitas datavariabel ini bernilai sempurna (1.0). Ketiga indikator pembentuknya jugabernilaisempurna(1.0)karenasumberdataketigaindikatordiatastersediadiIndeksDemokrasiIndonesia(IDI).

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 42

c. KebebasandariDiskriminasi

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatavariabelKebebasandariDiskriminasisebagaiberikut:

Tabel18.KualitasDataKebebasandariDiskriminasi

Data Clarity Accuracy Complete‐ness

Uniformity Timeli‐ness

DQA

Kebebasandaridiskriminasi

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

JumlahAturanTertulisyangDiskriminatifdalamHalGender,Etnis,atauKelompokRentanLainnya

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

JumlahTindakanatauPernyataanPejabatPemerintahDaerahyangDiskriminatifdalamHalGender,Etnis,atauKelompokRentanlainnya

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

JumlahAncamanKekerasanatauPenggunaanKekerasanolehMasyarakatkarenaAlasanGender,Etnis,atauKelompok

1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 43

RentanLainnya

 

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kualitas datavariabel ini bernilai sempurna (1.0). Ketiga indikator pembentuknya jugabernilaisempurna(1.0)karenasumberdataketigaindikatordiatastersediadiIndeksDemokrasiIndonesia(IDI).

4. KeamanandariKekerasan

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdataDimensiKeamanandariKekerasanbernilai0.8750.Nilaiiniterbentukoleh:

Tabel19.KualitasDataKebebasandariKekerasan

Data Clarity Accuracy Complete‐ness

Uniformity Timeli‐ness

DQA

KeamanandariKekerasan

1.000 1.000 0.917 1.000 0.458 0.875

Kriminalitas 1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

KonflikKomunal

1.000 1.000 0.750 1.000 0.375 0.825

KekerasanNegara‐Masyarakat

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

 

Selanjutnya,lebihdetildapatdiketahuinilaikualitasdatadaritiapvariabelpembentukdimensidiatas,yaitusebagaiberikut:

a. Kriminalitas

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatanyaadalahsebagaiberikut:

Tabel20.KualitasDataKriminalitas

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

Kriminalitas 1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Jumlahkejadiantindak

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 44

pencuriandengankekerasanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhirJumlahkejadiantindakpenganiayaanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Jumlahkejadiantindakperkosaan/kejahatanterhadapkesusilaanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Jumlahkejadiantindakperdaganganorang(humantrafficking)yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Jumlahkejadiantindakpembunuhanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahun

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 45

terakhir

Tabel di atas menunjukkan bahwa kualitas data Variabel Kriminalitassangatbaikyaitusebesar0.9.Nilaikualitasdatakelimaindikatorpembentuknyajugamemilikinilaiyangsamayaitu0.90.Kelimaindikatortersebutbermasalahpadaaspek‘timeliness’karenadatatidaktersediatiaptahundiPODES.

b. KonflikKomunal

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatanyaadalahsebagaiberikut:

 

Tabel21.KualitasDataKekerasanKomunal 

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KonflikKomunal 1.000 1.000 0.750 1.000 0.375 0.825

Keberadaankorbanluka‐lukaakibatperkelahianantarKelompokMasyarakat,AntarDesa,AntarSuku,danAntarAgama

1.000 1.000 0.750 1.000 0.375 0.825

KeberadaankorbanmeninggalakibatperkelahianantarKelompokMasyarakat,AntarDesa,AntarSuku,danAntarAgama

1.000 1.000 0.750 1.000 0.375 0.825

 

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kualitas datavariabelinibernilaisangatbaikyaitu0.825.Keduaindikatorpembantukvariabelinijugamemilikinilaiyangsama,yaitu0.825.Namundemikian,keduaindikatortersebut bermasalah pada aspek ‘completeness’ dan ‘timeliness’, karena data

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 46

mengenai keberadaan korbanmeninggal akibat perkelahian antaragama tidaktersediadiPODES2014,sertaPODEStidakmenyediakandatatiaptahun.

c. KekerasanNegara‐Masyarakat

Dengan formula perhitungan yang sama seperti di atas, maka dapatdiketahuikualitasdatanyaadalahsebagaiberikut:

Tabel22.KualitasDataKekerasanNegara‐Masyarakat

Data Clarity AccuracyComplete‐

ness UniformityTimeli‐ness DQA

KekerasanNegara‐Masyarakat

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Keberadaankorbanluka‐lukaakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkanolehmotifharta,kekuasaan,ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Keberadaankorbanmeninggalakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkanolehmotifharta,kekuasaan,

1.000 1.000 1.000 1.000 0.500 0.900

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 47

ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kualitas datavariabelinibernilai0.9.Nilaiinitermasukkategorisangattinggidengantingkat‘timeliness’ yang kurang sempurna sebesar 0.5. Kedua indikator pembentukvariabel ini juga memiliki nilai yang sama yakni sebesar 0.9, dan memilikipermasalahan‘timeliness’,karenaPODEStidakmerilisdatatiaptahun.

I. PerhitunganIndeksKeamananManusiaIndonesia

1. IndeksKeamananManusiaIndonesia

IndeksDimensiKeamananManusiadiIndonesia:

∑∑

Dimana:

(δi)Indonesia :IndeksdimensikeiIndonesiaWir :BobotANPdimensikei,diregionrWi :BobotANPdimensikeiδir :Capaianindeksdimensikei,diregionri :1.KeamanandariBencana,2.PemenuhanKesejahteraan

Sosial, 3. Perlindungan dan Pemanfaatan atasKebhinnekaan,4.KeamanandariKekerasan

IndeksKeamananManusiaIndonesia

1∑

4

Dimana:

εIndonesia :IndeksKeamananManusiaIndonesia

Wi :BobotANPdimensikeiWε :BobotANPIndeksKeamananManusiaIndonesiaδi :Indeksdimensikei

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 48

i :1.KeamanandariBencana,2.PemenuhanKesejahteraanSosial, 3. Perlindungan dan Pemanfaatan atasKebhinnekaan,4.KeamanandariKekerasan

2. DimensiKeamanandariBencana

log

Dimana:

:KeamanandariBencana

P :Preparedness(KesiapsiagaanBencana)R :Risk(RisikoBencana)Wp :BobotKesiapsiagaanWR :BobotRisikoPr :KesiapsiagaandiprovinsirRr :Risikodiprovinsir

a. VariabelKesiapsiagaanBencana

Dimana:

γ1Indonesia :VariabelkesiapsiagaanbencanaWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir : Capaian indeks indikatorkesiapsiagaanbencanake i, di

regionri : 1. Simulasi bencana, 2. Petunjuk keselamatan, 3.

Fasilitas/ upaya antisipasi/mitigasi bencana alam, 4.Danaantisipasi/mitigasibencanaalam

i. Rasiojumlahdesayangadasimulasibencanaterhadaptotaljumlahdesa

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 49

Dimana:

β1 : Indikator rasio jumlah desa yang ada simulasi bencanaalam

VS :JumlahdesayangadasimulasibencanaalamV0 :Jumlahdesayangtidakadasimulasibencanaalam

ii. Rasiojumlahdesayangadapetunjukkeselamatanbencanaterhadaptotaljumlahdesa

Dimana:

β2 : Indikator rasio jumlah desa yang ada petunjukkeselamatanbencana

VW :JumlahdesayangadapetunjukkeselamatanV0 :Jumlahdesayangtidakadapetunjukkeselamatan

iii. Rasiojumlahdesayangadafasilitas/upayaantisipasi/mitigasibencanaalamterhadaptotaljumlahdesa

Dimana:

β3 : Indikator rasio jumlah desa yang ada fasilitas/upayaantisipasi/mitigasibencanaalam

VF : Jumlahdesayangada fasilitas/upayaantisipasi/mitigasibencanaalam

V0 : Jumlah desa yang tidak ada fasilitas/upaya antisipasi/mitigasibencanaalam

iv. Rasiojumlahdesayangadadanaantisipasi/mitigasibencanaalamterhadaptotaljumlahdesa

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 50

Dimana:

β4 :Indikatorjumlahdesayangadadanaantisipasibencanaalam

VB :Jumlahdesayangmendapatkanbantuandanaantisipasi/mitigasi bencana alamdari pemerintah kabupatendan/ataupemerintahprovinsi

V0 : Jumlah desa yang tidak mendapatkan bantuan danaantisipasi/mitigasi bencana alam dari pemerintahkabupatendan/ataupemerintahprovinsi

b. VariabelRisikoBencana

Dimana:

γ2Indonesia :VariabelrisikobencanaWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir :Capaianindeksindikatorrisikobencanakei,diregionri :1.Jumlahkejadian,2.Jumlahkorbanmengungsi,3.

Jumlahkorbanluka‐luka,4.Jumlahkorbanhilang,5.Jumlahkorbanmeninggal

i. Jumlahkejadiandarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

log loglog log

Dimana:

β5 : Indikator jumlah kejadian bencana yang terjadi di desa/kelurahan

Ir :JumlahkejadianbencanaterjadidiprovinsirImin : Jumlah kejadian bencana terendah yang terjadi di

IndonesiaImax : Jumlah Kejadian bencana tertinggi yang terjadi di

Indonesia

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 51

ii. Jumlahkorbanmengungsidarisegalajenisbencanaalamdi

satudaerah/provinsi

loglog

Dimana:

β6 :IndikatorjumlahkorbanpengungsiIr :Jumlahkorbanpengungsidiprovinsir(JikaIr=0,makaIr

ditambah1)Imax : Jumlah korban pengungsi terbanyak yang terjadi di

Indonesia

iii. Jumlahkorbanluka‐lukadarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

loglog

Dimana:

β7 :IndikatorJumlahkorbanluka‐lukaIr :Jumlahkorbanluka‐lukadiprovinsir(JikaIr=0,makaIr

ditambah1)Imax :Jumlahkorbanluka‐lukaterbanyakyangterjadidi

Indonesia

iv. Jumlahkorbanhilangdarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

loglog

Dimana:

β8 :IndikatorjumlahkorbanhilangIr : Jumlah korban hilang di provinsi r (Jika Ir= 0, maka Ir

ditambah1)Imax :JumlahkorbanhilangterbanyakyangterjadidiIndonesia

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 52

v. Jumlahkorbanmeninggaldarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/provinsi

loglog

Dimana:

β9 :IndikatorjumlahkorbanmeninggalIr :Jumlahkorbanmeninggaldiprovinsir(JikaIr=0,makaIr

ditambah1)Imax :Jumlahkorbanmeninggalterbanyakyangterjadidi

Indonesia

3. DimensiPemenuhanKesejahteraanSosial

1∑

Dimana:

:KesejahteraansosialdiIndonesiaWir :BobotANPvariabelkei,diregionrPi :BobotANPvariabelkeiγir : Capaian indeks variabel kesejahteraan sosial ke i, di

regionri : 1. Kebutuhan biologis dan fisiologis, 2. Pemenuhan

Kebutuhansosialdanpengembangandiri

a. VariabelPemenuhanterhadapKebutuhanBiologisdanFisiologis

1∑

Dimana:

γ3Indonesia :Variabelpemenuhanterhadapkebutuhanbiologisdan

fisiologisWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir : Capaian indeks indikator pemenuhan terhadap

kebutuhanbiologisdanfisiologiskei,diregionr

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 53

i :1.Rasioaksesenergi,2.Rasioaksesairbersih,3.Rasioaksesketersediaan,keterjangkauandanpemanfaatanpangan,4.Angkaharapanhidup,5.Rasiokondisitempattinggallayak

i. Rasioaksesrumahtanggayangmemilikiaksesterhadapbahanbakar/energiutamabersihuntukmemasak,terhadaptotalrumahtanggadisuatudaerah.

Dimana:

β10 : Indikatorrasioaksesrumahtanggayangmemilikiaksesterhadapbahanbakar/energiutamabersih

He : Jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadaplistrik,LPG,dangaskota

H0 :Jumlahrumahtanggayangtidakmemilikiaksesterhadaplistrik,LPG,dangaskota

ii. Rasioaksesrumahtanggaterhadapsumberairbersih

terhadaptotalrumahtanggadisuatudaerah.

Dimana:

β11 :Indikatorrasioaksesrumahtanggaterhadapsumberair

bersihHw : Jumlah rumah tangga yangmemiliki akses terhadap air

bersihH0 :Jumlahrumahtanggayangtidakmemilikiaksesterhadap

airbersih

iii. Rasioaksesrumahtanggaterhadapketersediaan,keterjangkauan,danpemanfaatanpangan

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 54

Dimana:

β12 : Indikator rasio akses rumah tangga terhadap keterse‐diaan,keterjangkauan,danpemanfaatanpangan

Hw : Jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadapketersediaan,keterjangkauan,danpemanfaatanpangan

H0 :Jumlahrumahtanggayangtidakmemilikiaksesterhadapketersediaan,keterjangkauan,danpemanfaatanpangan

iv. AngkaHarapanHidup

Dimana:

β13 :IndikatorAngkaHarapanHidupLt :AngkaHarapanHidupTahun2015Lmax :AngkaHarapanHidupMaksimum=85tahunLmin :AngkaHarapanHidupMinimum=25tahun

v. Persentaserumahtanggamenurutkeadaan/kondisiatap,lantaidandindingbangunantempattinggaldantipedaerah,yangbaikataurusak

100%

Dimana:

β14 : Indikator persentase rumah tangga menurut keadaan/kondisi atap, lantai dan dinding bangunan tempattinggaldantipedaerah,yanglayak.

Hw : Jumlah rumah tangga yang memiliki keadaan/kondisiatap,lantaidandindingbangunantempattinggallayak.

H0 : Jumlah rumah tangga yang tidak memiliki keadaan/kondisiatap,lantaidandindingbangunantempattinggallayak.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 55

b. VariabelPemenuhanterhadapKebutuhanSosialdanPengembanganDiri

1∑

Dimana:

γ4Indonesia :Variabelpemenuhanterhadapkebutuhansosialdanpengembangandiri

Wir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir : Capaian indeks indikator pemenuhan terhadap

kebutuhansosialdanpengembangandirikei,diregionri :1.RasioKeaktifanLembagaNonProfit,2.AngkaHarapan

LamaSekolah,3.AngkaPengangguran

i. Rasiokeaktifankegiatanlembaganon‐profit

loglog

Dimana:

β15 :Indikatorrasiokeaktifanlembaganon‐profitAr :Jumlahkegiatanlembaganon‐profitdiprovinsirOr :Jumlahlembaganon‐profitdiprovinsir

ii. Pendidikan

12

Dimana:

β16 :IndikatorPendidikanMy :Angkarata‐ratalamasekolahMymin :Angkarata‐ratalamasekolahterendahMymax :Angkarata‐ratalamasekolahtertinggiEy :AngkaharapanlamasekolahEymin :AngkaharapanlamasekolahterendahEymax :Angkaharapanlamasekolahtertinggi

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 56

iii. TingkatPengangguranTerbuka

100%

Dimana:β17 :IndikatorTingkatPengangguranTerbukaUe :JumlahPengangguranLf :JumlahAngkatanKerja

4. DimensiPerlindungandanPemanfaatanatasKebhinnekaan

1∑

Dimana:

: Perlindungan dan Pemanfaatan atas Kebhinnekaan diIndonesia

Wir :BobotANPvariabelkei,diregionrPi :BobotANPvariabelkeiγir : Capaian indeks variabel Perlindungan danPemanfaatan

atasKebhinnekaankei,diregionri : 1. Kebebasan Politik dan Pemikiran, 2. Kebebasan

Keyakinan,3.Kebebasandaridiskriminasi

a. VariabelKebebasanPolitikdanPemikiran

1

Dimana:

γ5Indonesia :VariabelkebebasanpolitikdanpemikiranWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir : Capaian indeks indikator kebebasan politik dan

pemikirankei,diregionri :1.Ancamankekerasan ataupenggunaankekerasanoleh

aparat pemerintah yang menghambat kebebasanberkumpuldanberserikat,2.Jumlahancamankekerasan

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 57

atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yangmenghambat kebebasan berkumpul dan berserikat, 3.Jumlah ancamankekerasan ataupenggunaankekerasanoleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasanberpendapat, 4. Jumlah ancaman kekerasan ataupenggunaan kekerasan oleh masyarakat yangmenghambatkebebasanberpendapat.

i. Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehaparatpemerintahyangmenghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

1

Dimana:

β18 : Indikator jumlah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

Ir : Jumlah ancamankekerasan ataupenggunaankekerasanoleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasanberkumpuldanberserikatdiprovinsir

Imin : Jumlah terendah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

Imax : Jumlah tertinggi ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

ii. Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakatyangmenghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

1

Dimana:

β19 : Indikator jumlah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh masyarakat yang menghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 58

Ir : Jumlah ancamankekerasan ataupenggunaankekerasanoleh masyarakat yang menghambat kebebasanberkumpuldanberserikatdiprovinsir

Imin : Jumlah terendah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh masyarakat yang menghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

Imax : Jumlah tertinggi ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh masyarakat yang menghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

iii. Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehaparatpemerintahyangmenghambatkebebasanberpendapat

1

Dimana:

β20 : Indikator jumlah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambatkebebasanberpendapat

Ir : Jumlah ancamankekerasan ataupenggunaankekerasanoleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasanberpendapatdiprovinsir

Imin : Jumlah terendah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambatkebebasanberpendapat

Imax : Jumlah tertinggi ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambatkebebasanberpendapat

iv. Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakatyangmenghambatkebebasanberpendapat

1

Dimana:

β21 : Indikator jumlah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh masyarakat yang menghambatkebebasanberpendapat

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 59

Ir : Jumlah ancamankekerasan ataupenggunaankekerasanoleh masyarakat yang menghambat kebebasanberpendapatdiprovinsir

Imin : Jumlah terendah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh masyarakat yang menghambatkebebasanberpendapat

Imax : Jumlah tertinggi ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan oleh masyarakat yang menghambatkebebasanberpendapat

b. VariabelKebebasanBerkeyakinan

1

Dimana:

γ6Indonesia :VariabelkebebasanberkeyakinanWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir :Capaianindeksindikatorkebebasanberkeyakinankei,di

regionri :1.Jumlahaturantertulisyangmembatasikebebasanatau

mengharuskan masyarakat dalam menjalankan ajaranagamanya, 2. Jumlah tindakan atau pernyataan pejabatpemerintah yang membatasi kebebasan ataumengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaranagamanya, 3. Jumlah jumlah ancaman kekerasan ataupenggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakatterhadap kelompok masyarakat lain terkait denganajaranagama

i. Jumlahaturantertulisyangmembatasikebebasanataumengharuskanmasyarakatdalammenjalankanagamanya

1

Dimana:

β22 : Indikator jumlah aturan tertulis yang membatasikebebasan atau mengharuskan masyarakat dalammenjalankanagamanya

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 60

Ir : Jumlah aturan tertulis yangmembatasi kebebasan ataumengharuskan masyarakat dalam menjalankanagamanyadiprovinsir

Imin : Jumlah terendah aturan tertulis yang membatasikebebasan atau mengharuskan masyarakat dalammenjalankanagamanya

Imax : Jumlah tertinggi aturan tertulis yang membatasikebebasan atau mengharuskan masyarakat dalammenjalankanagamanya

ii. Jumlahtindakanataupernyataanpejabatpemerintahyangmembatasikebebasanataumengharuskanmasyarakatuntukmenjalankanajaranagamanya

1

Dimana:

β23 : Indikator jumlah tindakan atau pernyataan pejabatpemerintah yang membatasi kebebasan ataumengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaranagamanya

Ir : Jumlah tindakan atau pernyataan pejabat pemerintahyang membatasi kebebasan atau mengharuskanmasyarakat untuk menjalankan ajaran agamanya diprovinsir

Imin : Jumlah terendah tindakan atau pernyataan pejabatpemerintah yang membatasi kebebasan ataumengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaranagamanya

Imax : Jumlah tertinggi tindakan atau pernyataan pejabatpemerintah yang membatasi kebebasan ataumengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaranagamanya

iii. Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasandarisatukelompokmasyarakatterhadapkelompokmasyarakatlainterkaitdenganajaranagama

1

Dimana:

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 61

β24 : Indikator jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan

kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadapkelompokmasyarakatlainterkaitdenganajaranagama

Ir : Jumlah ancamankekerasan ataupenggunaankekerasandari satu kelompok masyarakat terhadap kelompokmasyarakatlainterkaitdenganajaranagamadiprovinsir

Imin : Jumlah terendah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadapkelompokmasyarakatlainterkaitdenganajaranagama

Imax : Jumlah tertinggi ancaman kekerasan atau penggunaankekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadapkelompokmasyarakatlainterkaitdenganajaranagama

c. VariabelKebebasandariDiskriminasi

1

Dimana:

γ7Indonesia :VariabelkebebasandaridiskriminasiWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir :Capaianindeksindikatorkebebasandaridiskriminasike

i,diregionri : 1. Jumlah aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal

gender, etnis, dan kelompok rentan lainnya, 2. Jumlahtindakan atau pernyataan pejabat pemerintah yangdiskriminatif dalam hal gender, etnis, dan kelompokrentan lainnya, 3. Jumlah ancaman kekerasan ataupenggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasangender,etnis,dankelompokrentanlainnya

i. Jumlahaturantertulisyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

1

Dimana:

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 62

β25 :Indikatorjumlahaturantertulisyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

Ir : Jumlah aturan tertulis yang diskriminatif dalam halgender,etnis,ataukelompokrentanlainnyadiprovinsir

Imin :Jumlahterendahaturantertulisyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

Imax :Jumlahtertinggiaturantertulisyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

ii. Jumlahtindakanataupernyataanpejabatpemerintahdaerahyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

1

Dimana:

β26 : Indikator jumlah tindakan atau pernyataan pejabatpemerintahdaerahyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

Ir : Jumlah tindakan atau pernyataan pejabat pemerintahdaerah yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, ataukelompokrentanlainnyadiprovinsir

Imin : Jumlah terendah tindakan atau pernyataan pejabatpemerintahdaerahyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

Imax : Jumlah tertinggi tindakan atau pernyataan pejabatpemerintahdaerahyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

iii. Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakatkarenaalasangender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

1

Dimana:

β27 : Indikator jumlah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasanolehmasyarakat karena alasan gender, etnis,ataukelompokrentanlainnya

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 63

Ir : Jumlah ancamankekerasan ataupenggunaankekerasanoleh masyarakat karena alasan gender, etnis, ataukelompokrentanlainnyadiprovinsir

Imin : Jumlah terendah ancaman kekerasan atau penggunaankekerasanolehmasyarakat karena alasan gender, etnis,ataukelompokrentanlainnya

Imax : Jumlah tertinggi ancaman kekerasan atau penggunaankekerasanolehmasyarakat karena alasan gender, etnis,ataukelompokrentanlainnya

5. DimensiKeamanandariKekerasan

1

Dimana:

:KeamanandariKekerasanWir :BobotANPvariabelkei,diregionrPi :BobotANPvariabelkeiγir :CapaianindeksvariabelKeamanandariKekerasankei,di

regionri : 1. Kriminalitas, 2. Kekerasan Komunal, 3. Kekerasan

Negara–Masyarakat.

a. VariabelKriminalitas

1

Dimana:

γ8Indonesia :VariabelKriminalitasWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir :Capaianindeksindikatorkriminalitaskei,diregionri : 1. Jumlah kejadian pencurian dengan kekerasan; 2.

Jumlahkejadianpenganiayaan;3.Jumlahkejadiantindakperkosaan/kejahatan terhadap kesusilaan; 4. Jumlahkejadian perdagangan orang, 5. Jumlah kejadianpembunuhan

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 64

i. Jumlahkejadiantindakpencuriandengankekerasanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

1 log loglog log

Dimana:

β28 : Indikator jumlah kejadian tindak pencurian dengankekerasan yang terjadi di desa/kelurahan selamasetahunterakhir

Ir :Jumlahkejadiantindakpencuriandengankekerasanyangterjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir diprovinsir

Imin : Jumlah terendah kejadian tindak pencurian dengankekerasan yang terjadi di desa/kelurahan selamasetahunterakhir

Imax : Jumlah tertinggi kejadian tindak pencurian dengankekerasan yang terjadi di desa/kelurahan selamasetahunterakhir

ii. Jumlahkejadiantindakpenganiayaanyangterjadidi

desa/kelurahanselamasetahunterakhir

1 log loglog log

Dimana:

β29 : Indikator jumlah kejadian tindak penganiayaan yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Ir : Jumlah kejadian tindak penganiayaan yang terjadi didesa/kelurahanselamasetahunterakhirdiprovinsir

Imin : Jumlah terendah kejadian tindak penganiayaan yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Imax : Jumlah tertinggi kejadian tindak penganiayaan yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 65

iii. Jumlahkejadiantindakperkosaan/kejahatanterhadap

kesusilaanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

1 log loglog log

Dimana:

β30 : Indikator jumlah kejadian tindak perkosaan/kejahatanterhadap kesusilaan yang terjadi di desa/kelurahanselamasetahunterakhir

Ir : Jumlah kejadian tindak perkosaan/kejahatan terhadapkesusilaan yang terjadi di desa/kelurahan selamasetahunterakhirdiprovinsir

Imin : Jumlah terendah kejadian tindak perkosaan/kejahatanterhadap kesusilaan yang terjadi di desa/kelurahanselamasetahunterakhir

Imax : Jumlah tertinggi kejadian tindak perkosaan/kejahatanterhadap kesusilaan yang terjadi di desa/kelurahanselamasetahunterakhir

iv. Jumlahkejadiantindakperdaganganorang(human

trafficking)yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

1loglog

Dimana:

β31 : Indikator jumlah kejadian tindak perdagangan orang(human trafficking) yang terjadi di desa/kelurahanselamasetahunterakhir

Ir : Jumlah kejadian tindak perdagangan orang (humantrafficking) yang terjadi di desa/kelurahan selamasetahun terakhir di provinsi r (Jika Ir = 0, maka Irditambah1)

Imax : Jumlah tertinggi kejadian tindak perdagangan orang(human trafficking) yang terjadi di desa/kelurahanselamasetahunterakhir

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 66

v. Jumlahkejadiantindakpembunuhanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

1 log loglog log

Dimana:

β32 : Indikator jumlah kejadian tindak pembunuhan yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Ir : Jumlah kejadian tindak pembunuhan yang terjadi didesa/kelurahanselamasetahunterakhirdiprovinsir

Imin : Jumlah terendah kejadian tindak pembunuhan yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

Imax : Jumlah tertinggi kejadian tindak pembunuhan yangterjadididesa/kelurahanselamasetahunterakhir

b. VariabelKekerasanKomunal

1∑

Dimana:

γ9Indonesia :VariabelKekerasanKomunalWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkeiβir : Capaian indeks indikator kekerasan komunal ke i, di

regionri : 1. Keberadaan korban luka‐luka akibat perkelahian

antarkelompok masyarakat, antardesa, antarsuku, danantaragama, 2. Keberadaan korban meninggal akibatperkelahian antarkelompok masyarakat, antardesa,antarsuku,danantaragama

i. Keberadaankorbanluka‐lukaakibatperkelahianantarkelompokmasyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragama

1 log loglog log

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 67

Dimana:

β33 : Indikator keberadaan korban luka‐luka akibatperkelahian antarkelompok masyarakat, antardesa,antarsuku,danantaragama

Ir : Keberadaan korban luka‐luka akibat perkelahianantarkelompok masyarakat, antardesa, antarsuku, danantaragamadiprovinsir

Imin : Keberadaan terendah korban luka‐luka akibatperkelahian antarkelompok masyarakat, antardesa,antarsuku,danantaragama

Imax : Keberadaan tertinggi korban luka‐luka akibatperkelahian antarkelompok masyarakat, antardesa,antarsuku,danantaragama

ii. Keberadaankorbanmeninggalakibatperkelahianantarkelompokmasyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragama

1 loglog

Dimana:β34 : Indikator keberadaan korban meninggal akibat

perkelahian antarkelompok masyarakat, antardesa,antarsuku,danantaragama

Ir : Keberadaan korban meninggal akibat perkelahianantarkelompok masyarakat, antardesa, antarsuku, danantaragamadiprovinsir(JikaIr=0,makaIrditambah1)

Imax : Jumlah tertinggi keberadaan korban meninggal akibatperkelahian antarkelompok masyarakat, antardesa,antarsuku,danantaragama

c. VariabelKekerasanNegara‐Masyarakat

1

Dimana:

γ10Indonesia :VariabelKekerasanNegara‐MasyarakatWir :BobotANPindikatorkei,diregionrWi :BobotANPindikatorkei

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 68

βir : Capaian indeks indikator kekerasan negara‐masyarakatkei,diregionr

i :1.Keberadaankorbanluka‐lukaakibatbenturandenganaparat keamanan dan aparat pemerintah yangdisebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan, ketidakpuasan atas kebijakan/pelayanan,2.Keberadaankorbanmeninggalakibatbenturandenganaparat keamanan dan aparat pemerintah yangdisebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

i. Keberadaankorbanluka‐lukaakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkanolehmotifharta,kekuasaan,ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

1 loglog

β35 : Indikator keberadaan korban luka‐luka akibat benturandengan aparat keamanan dan aparat pemerintah yangdisebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

Ir : Keberadaan korban luka‐luka akibat benturan denganaparat keamanan dan aparat pemerintah yangdisebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan, ketidakpuasan atas kebijakan/ pelayanandiprovinsir(JikaIr=0,makaIrditambah1)

Imax : Jumlah tertinggi keberadaan korban luka‐luka akibatbenturan dengan aparat keamanan dan aparatpemerintah yang disebabkan oleh motif harta,kekuasaan, ideologi/ kepercayaan, ketidakpuasan ataskebijakan/pelayanan

ii. Keberadaankorbanmeninggalakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkanolehmotifharta,kekuasaan,ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

1 loglog

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 69

β36 :Indikatorkeberadaankorbanmeninggalakibatbenturandengan aparat keamanan dan aparat pemerintah yangdisebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan,ketidakpuasanataskebijakan/pelayanan

Ir : Keberadaan korban meninggal akibat benturan denganaparat keamanan dan aparat pemerintah yangdisebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan, ketidakpuasan atas kebijakan/ pelayanandiprovinsir(JikaIr=0,makaIrditambah1)

Imax : Jumlah tertinggi keberadaan korban meninggal akibatbenturan dengan aparat keamanan dan aparatpemerintah yang disebabkan oleh motif harta,kekuasaan, ideologi/ kepercayaan, ketidakpuasan ataskebijakan/pelayanan

J. CatatanFGDBandung

FGDdiBandungdilaksanakanpadatanggal21November2915,bertempatdi restoran Centropunto, Jl. Trunojoyo No. 58, Bandung. FGD ini dihadiri olehsemua anggota TimAhli, dua perwakilan dari Bappenas, dan narasumber, PakMuradi,PhD.NarasumbermerupakandosenProgramStudiIlmuPemerintahanFISIP UNPAD, dengan kepakaran di bidang politik pemerintahan, pertahanandankeamanan.

Dasar pemilihan narasumber yang utama adalah berdasarkan kepakarannarasumber,danlatarbelakangnarasumbersebagaipenelitidibidangsosialdanpemerintahan. Masukan untuk penguatan IKMI 2015 serta informasi yangdiperolehdarinarasumberdinilaisangatbergunauntukmeneropongkondisiriilterkinididaerah,terutamaBandungdanJawaBarat.CatatanutamaterkaitFGDini adalah kondisi realita di tingkat mikro, bisa lebih rumit dari realita yangterpapardidatasekunder.

Masukan dari narasumber terkait penguatan IKMI 2015 adalah perluadanya elemen yang mengukur kinerja kepala daerah dari tingkat kabupatenkota sampai dengan provinsi. Hal ini terkait dengan tipikal sosial masyarakatyang menjadikan kepala daerah sebagai role model. Jika pemimpinnya bisaberubahmenjadi lebihbaik,makamasyarakatnyapundinilaidapatmengikuti.Untuk pengukuran indeks, narasumber menyarankan untuk membuat clusterdaerah, dan tidak ada ukuran umum yang berlaku secara nasional, karenabanyakdaerahyangtidakdapatdibandingkansecaralangsung.Ukurannyatidakberdasarkanunitprovinsinamunlebihfokuspadatingkatkabupatendankota.Hal ini dikarenakan di dalam satu provinsi terdapat perbedaan yang begitubesar. Oleh sebab itu, narasumber menilai tidak adil jika perbandingannyatingkatprovinsi.

Selain menyarankan penggunaan data yang bekerja sama denganpemerintah kabupaten/kota, narasumber jugamenyarankan untukmelibatkanmasing‐masing kampus yang berada di setiap daerah untuk ikut terlibatmembuatkhususindeksper‐dimensi.Halinididasarkanbahwaparapenelitidi

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 70

masing‐masingkampus lebihmemahamidanmenguasai kondisi riil di daerah,danpenelitianyanglebihfokusakanjauhlebihbaik.

K. KesimpulandanSaran

Secara konseptual, Indeks Keamanan Manusia Indonesia memiliki fondasiyang kokoh merujuk pada konsep‐konsep yang telah ada sebelumnya danmempertimbangkan karakteristik bangsa Indonesia. Walaupun berbagaiperdebatan tentu tidak dapat dilepaskan dari proses penyusunan IndeksKeamananManusia Indonesia, yangmemangdibuka seluas‐luasnyaataskritik,sarandanmasukanuntukpenyempurnaan.

Namun demikian, untuk kepentingan penyusunan indeks, maka harusdilakukan pembatasan‐pembatasan untuk menyederhanakan dan mengurangikompleksitas, tanpamenghilangkan kekomprehensifan dari konsep keamananmanusiayanghendakdiukur.Dalambeberapahal, indeks ini jugamasihperlupendalaman,sehinggadiskusifilosofisbeberapakonsepmenjadipenting.

Secara metodologi, IKMI menggunakan pendekatan mixed methods,gabungan metode kuantitatif dan kualitatif, dan secara spesifik menggunakanpolapembobotanparticipatorymethodsdenganmetodeANP(AnalyticalNetworkProcess). Formula perhitungan indeks, dimensi, variabel dan indikator sudahdisusun berdasarkan ketersediaan data, namun demikian, perhitungan indeksbelumbisadilakukansecarautuh,karenapembobotandanbeberapadatayangbelumtersedia.

Sebagai langkah penyempurnaan IKMI ke depan, maka dapat disarankansebagaiberikut:

1. Untukmenentukanhubunganataukoneksiantarindikator,variabeldandimensi pembentuk IKMI berikut bobotnya, dibutuhkan serangkaianFocusGroupDiscussions(FGD)denganparapakar.

2. Untukmelengkapibeberapadatayangmasihbelumlengkap,diperlukansurvey lanjutan dan/atau FGD dengan Kementerian/Lembaga Negaraterkaitdanjugadariparapemangkukepentingandidaerah.

3. Untuk beberapa data yang bersumber dari PODES ‐ BPS atau data lainyang tidak tersedia setiap tahun, perlu diganti ataudicarikan datadarisumber lainnya yang terbit tiap tahun atau perlu dibuatkan surveimandiriataudiintegrasikandengansurveiSUSENASsetiaptahun.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 71

DaftarPustaka

Akpeninor,JamesOhwofasa,ModernConceptsofSecurity,AuthorHouse,2013.

Albrecht Schnabel, The Human Security Approach To Direct And StructuralViolence,SecurityandConflict,SIPRI,2007.

Ali‐Fauzi,Ihsan,RudyHarisyahAlam,SamsuRizalPanggabean,Pola‐polaKonflikKeagamaan di Indonesia (1990‐2008), Jakarta: Yayasan WakafParamadina,2009.

Allenby, Braden R., “Environmental Security: Concept and Implementation”,InternationalPoliticalScienceReview,Vol.21,No.1,2000.

Bazilian, Morgan et. al, Measuring Energy Access: Supporting A Global Target,ColumbiaUniversity,NewYork,2010.

Bellany,I.,“TowardsaTheoryofInternationalSecurity”,PoliticalStudies,vol.29,no.1,1981.

Bevir,Mark(ed.),EncyclopediaofGovernance,SAGEPublications,2006,hal.430.

Bobichand, Rajkumar, Understanding Violence Triangle and Structural,http://kanglaonline.com/2012/07/understanding‐violence‐triangle‐and‐structural‐violence‐by‐rajkumar‐bobichand/Violence, diakses pada 24Oktober2015.

BPS, Gini Ratio, http://www.bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_23_6.xls,diunduhpada20Oktober2015.

BPS, Jumlah Tindak Pidana Menurut Kepolisian Daerah, 2000 – 2014,http://bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_34_1.xls,diunduhpada27Oktober2015.

BPS, ProdukDomestikBrutoPerKapita,ProdukNasionalBrutoPerKapitadanPendapatanNasional Per Kapita, http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1241,diunduhpada20Oktober2015.

BPS, SelangWaktuTerjadinyaTindakPidana (CrimeClock)menurutKepolisianDaerah2000–2014,http://bps.go.id/website/tabelExcelIndo/indo_34_2.xls,diunduhpada27Oktober2015

Cresswell,JohnW.,QualitativeInquiryandResearchDesign:ChoosingamongFiveApproaches,London:SagePublications,2007.

_________, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed MethodsApproaches,WashingtonDC:SagePublications,2014.

Denzin, Norman K., Qualitative Inquiry under Fire: Toward a New ParadigmDialogue,California:LeftCoastPress,2009.

_________. danYvonna S. Lincoln,TheSageHandbookofQualitativeResearch, ed.,London:SagePublications,2011.

Domínguez,SilviadanBetinaHollstein,MixedMethodsSocialNetworkResearch:DesignsandApplications,NewYork:CambridgeUniversityPress,2014.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 72

Ehling,M.&Korner,T.(eds.),HandbookonDataQualityAssessmentMethodsandTools,Wiesbaden:EuropeanCommission,Eurostat,2007.

Environmental Security, http://www.unep.org/roe/KeyActivities/EnvironmentalSecurity/tabid/54360/Default.aspx, diakses pada 27Oktober2015.

Environmental Security Study, http://www.millennium‐project.org/millennium/es‐2def.html,diaksespada20Oktober2015.

Futamura,Madoka,ChristopherHobsonandNicholasTurner,NaturalDisastersand Human Security, http://unu.edu/publications/articles/natural‐disasters‐and‐human‐security.html,diaksespada20Oktober2015.

Galtung, Johan,Violence,War,andTheirImpact:OnVisibleandInvisibleEffectsofViolence,Polylog:ForumforInterculturalPhilosophy5,2004.

Global National Security and Intelligence Agencies Handbook Volume 1,Washington:InternationalBusinessPublications,2015.

Hobson,Christopher,PaulBaconandRobinCameron (ed),HumanSecurityandNaturalDisasters,NewYork:Routledge,2014.

Human Security: Indicators for Measurement, http://www.gdrc.org/sustdev/husec/z‐indicators.html,diaksespada7Desember2014.

HumanSecurityandNaturalDisaster, United Nations University – Institute forSustainability and Peace, http://isp.unu.edu/research/human‐security/,diaksespada20Oktober2015.

HumanSecurityUnit,HumanSecurityInTheoryAndPractice,AnOverviewoftheHuman Security Concept and the United Nations Trust Fund for HumanSecurity,NewYork:UnitedNations,2009.

Indonesia Investment, Kemiskinan di Indonesia, http://www.indonesia‐investments.com/id/keuangan/angka‐ekonomi‐makro/kemiskinan/item301,diaksespada20Oktober2015.

Institute for International Cooperation, PovertyReductionandHumanSecurity,JapanInternationalCooperationAgency,2006.

Islam,SardarM.N.,MatthewClarke,TheRelationshipbetweenWell‐being,UtilityandCapacities:ANewApproach toSocialWelfareMeasurementbasedonMaslow’s Hierarchy of Needs, Centre for Strategic Economic Studies,VictoriaUniversity,2001.

Jones, J. F., “Human Security and Social Development”, Denver Journal ofInternationalLawandPolicy,vol.33.

KementerianPPN/Bappenas,RencanaPembangunanJangkaMenengahNasional(RPJMN)2015‐2019BukuI,AgendaPembangunanBidang,2014.

KementerianPPN/Bappenas,RencanaPembangunanJangkaMenengahNasional(RPJMN)2015‐2019BukuII,AgendaPembangunanBidang,2014.

Kirchner, Andree, Environmental Security, Fourth UNEP Global TrainingProgramme on Environmental Law and Policy, http://www.uvm.edu/~shali/Kirchner.pdf,diunduhpada10September2015.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 73

Longley,P.A.,Goodchild,M.F.,Maguire,D.J.&Rhind,D.W.(eds.),GeographicalInformationSystems:Principles,Techniques,ManagementandApplications.Edinburgh:AbridgedEdition,2012.

Loshin, D., The Practitioner's Guide to Data Quality Improvement, New York:Elsevier,2011.

McGregor, Sue L. T., Well‐being, Wellnes and Basic Human Needs in HomeEconomics,McGregorMonographSeriesNo.201003,2010.

Morbey, G.,DataQualityforDecisionMakers:AdialogbetweenaboardmemberandaDQexpert,Erkath,Germany:SpringerGabler,2013.

OECD, Handbook on Constructing Composite Indicators: Methodology andUserguide,OECD,2008.

Saaty,Thomas,"BasicTheoryoftheAnalyticHierarchyProcess:HowtoMakeaDecision,"Rev.R.Acad.Cienc.Exact.Fis.Nat.(Esp)93,no.4,1999.

_________, FundamentalsoftheAnalyticNetworkProcess, paper presented at theISAHP,Kobe,Japan,August12‐14,1999

_________,"Decision Making with the Analytic Hierarchy Process," InternationalJournalServicesSciences,vol1,no.1,2008.

_________, danLuisG.Vargas,DecisionMakingwiththeAnalyticNetworkProcess:Economic, Political, Social and Technological Applications with Benefits,Opportunities,CostsandRisks,NewYork:Springer,2006.

_________,LuisGVargas,Models,Methods,ConceptsandApplicationsoftheAnalyticHierarchyProcess,London:Springer,2012.

Saaty, RozannW, DecisionMaking inComplexEnvironments, Pittsburgh: SuperDecisions,2003.

Suharto, Edi, Masalah Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial di Indonesia:Kecenderungan dan Isu, http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_15.htm,diaksespada20Oktober2015.

Tadjbakhsh, Shahrbanou, Human Security: Concepts and Implications with anApplicationtoPost‐InterventionChallengesinAfghanistan,Centred'etudesetderecherchesinternationales,SciencesPo,September2005.

Tadjoeddi,MohammadZulfan,AnatomiKekerasanSosialDalamKontekstransisi:Kasus Indonesia 1990‐2001, Working Paper 0201‐I, United NationsSupportFacilityforIndonesianRecovery,Jakarta,2002.

Tashakkori,AbbasdanCharlesTeddlie,eds.,SageHandbookofMixedMethodsinSocialandBehavorialResearch,LosAngeles:SagePublications,2003.

Thomas, Caroline, Global Governance, Development and Human Security: TheChallengeofPovertyandInequality,Virginia:PlutoPress,2000.

UNDP,HumanDevelopmentReport1994,NewYork:UnitedNationsDevelopmentProgramme,1994.

Vannan,E., “QualityData‐AnImprobableDream?Aprocess forreviewingandimproving data quality makes for reliable ‐ and usable – results”,EducauseQuarterly,2001.

Indeks Keamanan Manusia Indonesia 74

Violence Prevention Alliance, Definition and Typology of Violence,http://www.who.int/violenceprevention/approach/definition/en/,diaksespada27Oktober2015.

Walt, Stephen, “The Renaissance of Security Studies”, International StudiesQuarterly,vol.35,no.2,1991.

Wolfers, A., “National Security’ as an Ambiguous Symbol”, Political ScienceQuarterly,vol.67,no.4,1952.

LAMPIRAN

I.TabelDimensi,Variabel,IndikatordanSumberData

Dimensi Variabel Indikator SumberData

KeamanandariBencana

KesiapsiagaanBencana

Rasiojumlahdesayangadasimulasibencanaterhadaptotaljumlahdesa

PODES

Rasiojumlahdesayangadapetunjukkeselamatanbencanaterhadaptotal

jumlahdesa

Rasiojumlahdesayangadafasilitas/upayaantisipasi/mitigasibencanaalamterhadaptotaljumlah

desa

Rasiojumlahdesayangadadanaantisipasi/mitigasibencanaalam

terhadaptotaljumlahdesa

RisikoBencana Jumlahkejadiandarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/propinsi

DatadanInformasiBencanaIndonesia(DIBI)

LAMPIRAN

Jumlahkorbanmengungsidarisegalajenisbencanaalamdisatu

daerah/propinsi

Jumlahkorbanluka‐lukadarisegalajenisbencanaalamdisatu

daerah/propinsi

Jumlahkorbanhilangdarisegalajenisbencanaalamdisatudaerah/propinsi

Jumlahkorbanmeninggaldarisegalajenisbencanaalamdisatu

daerah/propinsi

PemenuhanKesejahteraanSosial

PemenuhanterhadapKebutuhanBiologisdanFisiologis

Rasioaksesrumahtanggayangmemilikiaksesterhadapbahanbakar/energiutamabersihuntuk

memasak,terhadaptotalrumahtanggadisuatudaerah. Susenas

Rasioaksesrumahtanggaterhadapsumberairbersihterhadaptotalrumah

tanggadisuatudaerah.

LAMPIRAN

Rasioaksesrumahtanggaterhadapketersediaan,keterjangkauan,dan

pemanfaatanpangan

IndeksKetahananPangan/SensusPertanian

BPS

AngkaHarapanHidup IndeksPembangunanManusia

Persentaserumahtanggamenurutkeadaan/kondisiatap,lantaidan

dindingbangunantempattinggaldantipedaerah,yangbaikataurusak

StatistikPerumahan&PemukimanBPS

PemenuhanterhadapKebutuhanSosialdanPengembanganDiri

Rasiokeaktifankegiatanlembaganon‐profit PODES

Pendidikan IndeksPembangunanManusia

TingkatPengangguranTerbuka BPS

PerlindungandanPemanfaatanatasKebhinnekaan

KebebasanPolitikdanPemikiran

Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehaparatpemerintahyangmenghambat

kebebasanberkumpuldanberserikat

IDI

LAMPIRAN

Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakat

yangmenghambatkebebasanberkumpuldanberserikat

Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehaparatpemerintahyangmenghambat

kebebasanberpendapat

Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakat

yangmenghambatkebebasanberpendapat

KebebasanBerkeyakinan

Jumlahaturantertulisyangmembatasikebebasanataumengharuskanmasyarakatdalammenjalankan

agamanya

Jumlahtindakanataupernyataanpejabatpemerintahyangmembatasikebebasanataumengharuskan

masyarakatuntukmenjalankanajaranagamanya

LAMPIRAN

Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasandarisatukelompokmasyarakatterhadapkelompokmasyarakatlainterkait

denganajaranagama

KebebasandariDiskriminasi

Jumlahaturantertulisyangdiskriminatifdalamhalgender,etnis,

ataukelompokrentanlainnya

Jumlahtindakanataupernyataanpejabatpemerintahdaerahyang

diskriminatifdalamhalgender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

Jumlahancamankekerasanataupenggunaankekerasanolehmasyarakat

karenaalasangender,etnis,ataukelompokrentanlainnya

KeamanandariKekerasan Kriminalitas

Jumlahkejadiantindakpencuriandengankekerasanyangterjadididesa/kelurahanselamasetahun

terakhir

PODES

LAMPIRAN

Jumlahkejadiantindakpenganiayaanyangterjadididesa/kelurahanselama

setahunterakhir

Jumlahkejadiantindakperkosaan/kejahatanterhadapkesusilaanyangterjadidi

desa/kelurahanselamasetahunterakhir

Jumlahkejadiantindakperdaganganorang(humantrafficking)yangterjadididesa/kelurahanselamasetahun

terakhir

Jumlahkejadiantindakpembunuhanyangterjadididesa/kelurahanselama

setahunterakhir

KekerasanKomunal

Keberadaankorbanluka‐lukaakibatperkelahianantarkelompok

masyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragama

PODES

LAMPIRAN

Keberadaankorbanmeninggalakibatperkelahianantarantarkelompok

masyarakat,antardesa,antarsuku,danantaragama

KekerasanNegara‐Masyarakat

Keberadaankorbanluka‐lukaakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkan

olehmotifharta,kekuasaan,ideologi/kepercayaan,ketidakpuasan

ataskebijakan/pelayanan

Keberadaankorbanmeninggalakibatbenturandenganaparatkeamanandanaparatpemerintahyangdisebabkan

olehmotifharta,kekuasaan,ideologi/kepercayaan,ketidakpuasan

ataskebijakan/pelayanan

LAMPIRAN

II.TabelKegiatanPenyusunanIndeksKeamananManusiaIndonesia

KegiatanPelaksanaan

JenisKegiatan HasilTanggal Tempat Peserta

RapatReviewKonsepDasarIndeksKeamananManusiaIndonesia2015

Rabu,19Agustus2015

RuangRapatPMUIDI,GrahaMandiriLt.21(PlazaBumidaya)

DirektoratPolitikdanKomunikasiBappenas:

DiskusiinternalIKMI2015

PemastiankembalikonsepIndeks

KeamananIndonesia

BapakOthoH.Hadi,IbuDewiS,Sotijaningsih,IbuDyahWidiastuti,BapakAchmadSeptiadiUmardani

TimAhli:BapakEdyPrasetyono,BapakMahmudSyaltout,BapakDarmaAgung,BapakAzizRahmani,BapakAlfonSatriaHarbi

RapatKonsepDasarIndeksKeamananManusiaIndonesia

Senin,7September2015

RuangRapatSS‐4GedungKementrianPPN/Bappenas

DirektoratPolitikdanKomunikasiBappenas:

PematanganIndikatorIKMIuntukDimensi

KesejahteraanSosialdanKebhinnekaan

1. PenetapanPerformanceIndikatordanProcessIndikator

2. Pematanganindikatoruntukdua

BapakOthoH.Hadi,IbuDyahWidiastuti,BapakAchmadSeptiadiUmardani

LAMPIRAN

Kemitraan: dimensiindeks

BapakAbdulMalikGismar

TimAhli:BapakMahmudSyaltout,BapakDarmaAgung,BapakAzizRahmani,BapakAlfonSatriaHarbi

RapatKonsepDasarIndeksKeamanan

Senin,21September2015

GedungMadiunLt.3Ruang203

DirektoratPolitikdanKomunikasiBappenas:

PematanganIndikatorIKMIuntukDimensi

BencanadanKekerasanFisik

Pematanganindikatoruntukduadimensi

indeks

BapakOthoH.Hadi,IbuDyahWidiastuti,BapakAchmadSeptiadiUmardani

BPS:BapakTonoIriantono

Kemitraan:BapakAbdulMalikGismar

TimAhli:BapakMahmudSyaltout,BapakDarmaAgung,BapakAzizRahmani,BapakAlfonSatriaHarbi

LAMPIRAN

RapatKonsepDasarIndeksKeamananManusiaIndonesia

Jumat,2Oktober2015

GedungMadiunLt.3Ruang203

DirektoratPolitikdanKomunikasiBappenas:

PemaparandariTimIKMIuntukMenanggapiMasukandariPakMalikdanFinalisasidefinisidanIndikatorIKMI

PerampinganIndikator,menjadi20Indikator

BapakWarikiSutikno,BapakOthoH.Hadi,IbuDyahWidiastuti,BapakAchmadSeptiadiUmardani

BPS:BapakTonoIriantono

Kemitraan:BapakAbdulMalikGismar

TimAhli:BapakMahmudSyaltout,BapakDarmaAgung,BapakAzizRahmani,BapakAlfonSatriaHarbi

DiskusidengantokohahlidanK/Lterkait

Senin,26Oktober2015

RuangRapatPMUIDI,GrahaMandiriLt.21(PlazaBumidaya)

DirektoratPolitikdanKomunikasiBappenas:

1. PemaparanTimAhliIKMImengenaikonsepDimensiKeamanandariBencana,danDimensiKesejahteraanSosialbesertaVariabeldanIndikatornya

Masukanterkaitrelevansipraktisdua

dimensi

BapakWarikiSutikno,BapakOthoH.Hadi,IbuDyahWidiastuti,BapakAchmadSeptiadiUmardani

LAMPIRAN

DirektoratPerlindungandanKesejahteraanMasyarakatBappenas:

2. Diskusidenganahli

danK/LterkaitrelevansipraktisDimensiKeamanandariBencanadanDimensiKesejahteraanSosial

IbuViviYulaswati

FISIPUI:BapakBambangShergiLaksmono

BPS:BapakTonoIriantono

PerlindunganSosialKorbanBencanaAlam,KementerianSosial:IbuRatmi

PerwakilanBadanNasionalPenanggulanganBencana

DiskusidengantokohahlidanK/Lterkait

Kamis,5November2015

RuangRapatUtama,GedungKementrianPPN/

DirektoratPolitikdanKomunikasiBappenas:

1. PemaparandaritimAhliIKMImengenaikonsepdimensiKeamanandari

Masukanterkaitrelevansipraktisdua

dimensiBapakOthoH.Hadi,IbuDyahWidiastuti,Bapak

LAMPIRAN

Bappenass AchmadSeptiadiUmardani

KekerasanFisikdanDimensiPerlindungandanPemanfaatanattasKebhinnekaanbesertavariabeldanindikatornya.

2. DiskusidenganahlidanK/LterkaitrelevansipraktisdimensiKeamanandariKekerasanFisik,danDimensiPerlindungandanPemanfaatanatasKebhinnekaan

AsistenDeputiKoordinasiPenangananKerjasamadanKeamananNegara,KementrianKoordinatorBidangPolitik,HukumdanKeamanan

BapakSigitSoekirnoSoedibyo

KepalaBiroKebijakanStrategisKepolisianRepublikIndonesia:BapakBrigjen.PolImamJauhari

TimAhli:BapakEdyPrasetyono,BapakMahmudSyaltout,BapakDarmaAgung,BapakAzizRahmani,BapakAlfonSatriaHarbi

FGDPenguatanIKMI2015

Sabtu,21November2015

Centropunto,Bandung,Jawa

FISIPUNPAD: PenguatanKonsepIKMI2015berdasarkan

MasukanterkaitpenggunaanFGDkePakMuradi

LAMPIRAN

Barat kondisiditingkatmikroyakniBandung,danJawaBarat

daerahsebagaibagiandariteknikpengumpulandata

Bappenas:BapakAchmadSeptiadiUmardani,BapakAzkaHariaFitra

TimAhli:BapakEdyPrasetyono,BapakMahmudSyaltout,BapakDarmaAgung,BapakAzizRahmani,BapakAlfonSatriaHarbi

LAMPIRAN

III.NotulensiBerbagaiPertemuan

NotulensiRapatIndeksKeamananManusiaIndonesia1.Rabu,19Agustus2015

- TimahlimemastikankembalikonsepdariIndeksKeamananManusiaIndonesia- KementrianPolhukamjugamenyusunIndeksKeamananDalamNegrisertamengundangBappenas,danBPS.- Indikatordandimensiyangmerekagunakanpastiberbeda- Indikatoryangmerekagunakanlebihpadakeamanannasional,danbersifathardsecurity.- IKMIbertujuanuntukmengukurkondisimanusiaIndonesiadalammencapaikesejahteraansosial.- FungsidariIKMIadalahsebagai:- EarlyWarningSystem- DecisionSupportSystem- PerhitunganIKMIharusdibedakanuntuksetiappropinsi- MetodologiIKMIharusmewakilidata‐datayangadadanbersifatakademis.- DiharapkanIKMItidakhanyasederhana,namunjugadapatdireplikasiolehpihak‐pihaklainnyasepertiBPS.- Bobot‐bobotpenilaianharusbisadi‐exercise- Hakpolitikdinilaipunyabobotlebihbesar- Peranpartaipolitikmasukdalamperhitunganindeks- Indikatorketersediaanpanganmasihrancu- TerkaitindikatordalamdimensiKeamanandariBencana,bagaimanaperhitunganratinguntukdaerahyangbukanpronearea?- Datadantimelinessharusdipastikandandiselaraskan.- Timahliharusmenjabarkandaridimensisampaiindikatortampaadamulti‐interpretasisehinggatidakadalagiperdebatan.- KesesuaiantimeframedariberbagaisumberdatajadimasalahcukupbesardalammenyusunIKMI

HarapanBappenas:

- Indikatordinilaimasihbelumfinal,jadiharusdijelaskanlebihrinci

LAMPIRAN

- Timelineperludiluruskan- Kualitasdataharusditingkatkan- Indeksdiharapkanbisaconceptualdrivendandatadriven- Perluadanyaexpectedoutputuntuksetiappertemuan

2.Senin,7September2015

BapakOthoH.Hadi(KasubditPolitikLuarNegri,Ditpolkom‐Bappenas)- BappenasinginmelihatkembalidanmeyakinkanlagiuntukmembangunIKMIsepertiapa,sederhananyamaupunkompleksitasnya.

AgarBappenasdapatmenyusunIKMIinidenganlebihpercayadiri.- Konsep sampai dengan indikator IKMI harus lebih jelas, termasuk juga usulan‐usulan mengenai metodologi yang tepat dan

applicablebagipihaklain,ataupunendusers.Inijugamenyangkutdatadansumberdata.- Apakah IKMI conceptually driven atau data driven? Sebenarnya Bappenas ingin berangkat dari kedua pendekatan ini. Tetapi

berdasarkan pengalaman dari IDI, Bappenas tidak melihat data dan sumber data terlebih dahulu. Bappenas awalnya lebihmembangun konsep yang kuat sampai menerjemahkan indikatornya sampai tuntas. Kemudian menetapkan metodologi danbagaimanapengumpulandata,termasukjugabagaimanapembobotanmasing‐masingaspek,variabeldanindikator.

- IDIbisadikatakanadalahpilotprojectdalampenyusunanindeks.Bappenasawalnyamenganggapsemuasama,tapiternyatadalamperjalanannya,masing‐masingaspekpunyabobotdankontribusiyangberbeda‐bedakepadademokrasi.MungkinbegitujugayangakanterjadidenganIKMI.

- Bappenas berharap konsep IKMI lebih sederhana, namun tidak rumit dari dimensi sampai indikator terkecil. Diharapkan jugapendefinisiannyategasdantidakadamulti‐interpretasi.

- MenurutBappenas,konsepKebhinekaansudahmatang.- Pada prinsipnya data PODES dapat diambil. Secara institusional, Bappenasmenerima juga data dari BPS. Cumamemang PODES

adalahdatamentahdantidakdiolah.Nantiakandibicarakanlagi,apakahtepatmenggunakandataBPStersebut,atauapakahadasumberdatalain?kalausurveybisajugadigunakan,namunmungkinterlalumahaldanmemakanwaktu.

LAMPIRAN

- ApakahperluindeksIKMIinibersifattahunanatauperluadajeda.IDIjugatidaksetiaptahundiadakankarenatidakadadinamikaberartidarisetiaptahunnya.

- Menurut pak Otto, sebaiknya tidak perlu ada kata “ketiadaan” dalam variabel Ketiadaan Diskriminasi dan Marginalisasi; danKetiadaanPersekusi.Halinidikarenakanmengukurketiadaanakansangatrumit.Analoginyasepertiini:Apalebihmudahmengukurtingkatkepatuhan(ketiadaanpelanggaran)masyarakatberlalulintas,daripadamengukurtingkatpelanggarannya?

- Terkaitdenganketersediaanenergiyangsifatnyamasihmakro,perludipikirkanlagibagaimanaketersediaanenergipadalevelyanglebihbawah.Keterjangkauanaksesterhadapenergipastiberbedapadasetiapprovinsi.Contoh:KonversiminyaktanahkegastidakmenjadimasalahdiMaluku,danNusaTenggaraBaratkarenaumumnyamasyarakatdisanatidakberkepentingandenganitu.

- JikanantiakanmengundangBPSdalamdiskusi,kitahasusbisamengidentifikasidanmenetapkandataapasajadariPODESyangakankitagunakan.Semacamrumusankebutuhandatakita.Diharapkankitabisamemperlakukanindeksinisetahunsekali.

- Kitaharusbisamemperkirakandinamikadata.Contoh:apakahdatasetiaptahunbisaberbedaterkaitdengandatalifeexpectancy?Apakahdatanyatidakberubah?Kalaumemangtidakbanyakperubahan,mengukurnyasecaratahunandinilaiakanpercuma.Tapihal tersebut tidakmasalahkarena lebihbaikkitamelihatdulu.Nanti akan terlihatdalamdua tahun, apakahadaberubahanatautidak.

- DiharapkanmasukandaripakMalikbisadituangkandalampenyusunanindeksini.Kemudiandalampertemuanberikutnyakitabisamenuntaskan empat dimensinya. Setelah itu kita akan melibatkan BPS terkait konfirmasi ketersediaan data yang dibutuhkan.Selanjutnya kita akan melibatkan end‐user yaitu kementrian lembaga. Kita memang perlu melibatkan kementrian agar bisamenangkapkegiatanmerekasehari‐haridanapakahkegiatantersebutsesuaidengankonsepyangkitasusun.DiharapkandarihasilIKMIinidapatmenjadipanduankebijakandanpenyusunananggaran.

BapakAbdulMalikGismar(Kemitraan)- ItemdanCoredariPODESselalusama.Namunmungkinsajaitemnyabisaberubah,tapikonsepnyaakanselalusama.- Penjabaran definisi sebaiknya sudah harus sampai indikator. Darah daging penyusunan IKMI ini bakal disusun dari indikator

tersebut.- Berdasarkansumberdata,indikatorterbagiatasduajenisyaitu:PerformanceIndicatordanProcessIndicator.

LAMPIRAN

- PerformanceIndicator adalah indikator yang lebihmemperhitungkanoutputatauoutcome.Contoh:Kalau inginmengukur tingkatkesehatan,makacarisajadataLifeExpectancy‐nya(outcome).Jenisindikatorinitidakakanmemperhitungkanprosesbagaimanaangkatingkatkesehatanitudidapat.Halinimempertimbangkankompleksitasdalammengukurprosestersebut,misal:untukmengukurtingkatkesehatanmakaterlebihdahuluharusmengetahuijumlahrumahsakitnya,jumlahdokternya,jumlahperawatnya,suplaiobat‐obatandanlainsebagainya.HalinitentunyaakansangatrumitDengan menggunakan outcome tingkat kesehatan, yaitu life expectancy. Jika life expectancy‐nya tinggi, maka asumsinya tingkatkesehatanjugaakantinggi.Prosesnyamemangpenting,tapibukanuntukukuranindeks.

- Dalamperhitunganindeks,duajenisindikatordiatasdapatdigunakankeduanya.Namunharusbijaksanadalammemilihnya.- Contoh lainnya:menghitungkeperdulianDPRDterhadaprakyatnya. JikamenggunakanProcessIndicator,makamengukurnyabisa

menggunakanberbagaimacamindikatorsepertijumlahrapat,jumlahkunjungan,danlainsebagainya.JikamenggunakanPerformanceIndicator,makabisamenghitung“ujungnya”atauoutput‐nyayaitualokasibudgetdaerahnyasepertiuntukpendidikandankesehatan.Kalaubudgetyangdialokasikanitusedikit,berartiDPRDtersebutdinilaitidakpeduli.Jikaditarik lebihkeujung lagi,makadapatmenggunakanberapanilaiHDI‐nya.NilaiHDI suatuprovinsi dapatdijadikan sebagaiukurankinerjaDPRD.Iniadalahcontohekstremnya.

- Process Indicator bisa digunakan jika output untuk menghitung performance indicator belum ada. Contoh: Untuk menghitungkeperdulian Pemda dalam perkembangan Internet di daerahnya, namun belum ada angka kecepatan bandwith‐nya (yang bisadigunakan sebagaioutcome data), kita bisa menghitung upaya‐upaya yang telah dilakukan Pemda. Jika Pemda tertarik denganinternet,namunbelummenerbitkanaturanapapunmengenaihalitu,makadapatdinilaibahwaketertarikanPemdanol.JikaPemdasudahpunyaaturan(meraihpoin1),kemudianbuatstrukturdanunitnya(meraihpoin2), lalukemudianmengalokasikanbudgetuntukmerealisasikannya(meraihpoin3).

- Padaumumnyadata‐dataoutput/outcomemerupakandatayangtersediadiBPS.- Kalauinginmenggunakankeduajenisindikatordiatas,dariawalsudahperlumenyatakanhaltersebut,danperluadaargumenyang

kuat.- AspekPerlindungandanPemanfaatanatasKebhinekaanmembedakanvariabel antaradiskriminasidanpersekusi.Apakahkedua

variabeltersebutmerupakankonsepyangberbedasecarakualitatifataukonsepnyasama?

LAMPIRAN

- Diskriminasidanpersekusiitusebenarnyakonsepnyasama,namunyangmembedakannyahanyaintensitas,ukurandandegree‐nyasaja. Diskriminasi masih dalam level prejudice atau prasangka, sedangkan persekusi sudah masuk dalam level the act ofdiscriminating.Haliniperludidiskusikanlagi.

- Hampirdi semuanegara,prejudice tersebuthampir tidakbisadiatur, karenasetiapmanusiapastimemilikiprejudicedanhampirtidak mungkin membebaskan diri dari hal tersebut. Tapi persoalannya jika kita ingin hidup bersama dalam harmoni, janganmerealisasikanprejudicetersebutmenjadisebuahtindakan.Misalnya:GerakanKluKluxKlandiUSbolehpawairasisdiWashingtonsetiaptahun,dantidakdilarang,namunyangdilarangadalahtindakanrasisyangmerekalakukansehinggamerugikanoranglain.WalaupunadanegarasepertiJermanyangtraumaterhadapsebuahideologirasissehinggamenyebabkanterjadinyaHolocaust,danyangterkaitdenganHolocaustdianggapsebagaitindakankriminal.NamunJermantidakbisasecaralebihspesifikmengatursampaidalamlevelprejudicedarisetiapwarganya.Hanyabisamelarangtindakan‐tindakanyanglahirdariakibatprejudicetersebut.

- Adakemungkinanaspekdiskriminasi iniakanberbenturandengan freedomofexpression yang termasukdalampoliticaltolerance.Seseorangbolehberpikirsangatrasisdandiskriminatif,tapijanganactonit.Haliniperludidiskusikanlagimaukearahmana.Misal:AdakelompokmasyarakatbolehmenyatakanbahwaLGBTituharam,danadakelompoklainyangmembolehkan.Berangkatdari freedomofexpression, kedua kelompok tersebut berhakmenyatakan pemikiranmereka. Sederhananya, melarang kelompokyangantiLGBTataumelarangyangproLGBTmerupakantindakandiskriminasi.

- Hal ini juga terkaitdengantoleransi.Perdebatanmengenaihal tersebutmasihkencang.Makadari itu,diskusiuntukmenemukantitiktemumengenaihaliniperludilakukansampaituntas.

- Toleransi itu tidak cuma recognition tapi juga harus disertai dengan distribusi hak. Bahwa orang yang berbeda dengan yangmayoritasitupunyahakyangsama.

- DiIDI,tingkatdiskriminasiitudihitungdarijumlahactsofdiscriminationtersebut.- Perdebatan selanjutnyaadalahhak.Hak tersebut ingindiletakkandimana?Locusofright‐nyaberadadimana? Ingindiletakkandi

individu ataudi kelompok?KalaudiLiberalism, penempatanhak tersebut jelasberadapada individu.Ketika adakelompokyangmembatasi hak individu, maka akan dianggap violation of right. Misalnya: di Bali mayoritas Hindu, pada saat Nyepi tidakmemperbolehkanoranglainmenyalakanmusikatautelevisi.kalaulocusofright‐nyadiletakandiindividu,makamasyarakatHinduBali dinilai violation of right. Namun jika hak tersebut diletakan di kelompok, yaitu di masyarakat Hindu Bali, maka jika adaseseorangyangmenyalakanmusikpadasaatNyepiakandianggapviolationofrightmasyarakatBali.

LAMPIRAN

- Terkaitdenganfreedomofexpression,pastiakanadadiskusifilosofis,dancukupkentaldenganperdebatan.Kitamestitahukearahmanatujuannya.

3.Senin,21September2015

BapakAbdulMalikGismar(Kemitraan)- Adabeberapaindikatoryangsudahoperasional,danmasihadayangbelumsampaikesana.- YangditanyakanterkaitKeamanandariBencana:KesiagaanBencanadanresikoitudinyatakansebagaiduavariabelyangberbeda.

Kalau dinyatakan berbeda, berarti akan dihitung berbeda. Asumsi dari kedua variabel tersebut adalahmutually exclusive, danindependenantarasatudenganyanglain.Kalau begitu, jika ada suatu provinsi yang relatif tidak ada bencana, skornya akan bagaimana? Skornya akan positif. Jika keduavariabel tersebut independen dan mutually exclusive. Penilaiannya apakah tidak akan saling mengurangi? Bagaimanamemperlakukankeduavariabeltersebut?Kalauvariabelnyaterpisah,makaakanadaasumsi: jikaresikobencananyarendah,makatidakperluadakesiagaanbencana.Laluotomatisskoruntukvariabelkesiagaanbencanatersebutakanburuk.Lalujikatidakadabencana,makanilaiuntukvariabelresikobencanapunjugaakankosong.Makadariituperluditentukanapakahtidakadabencanadisuatudaerahtersebutnilainyatinggiataurendah.Perluadaformulakhususuntukmenghitungkeduakomponenini.PerluadavariabeltertentudaridimensiKeamanandariBencanayangmenjembatanikeduahal(KesiagaandanresikoBencana)ini.Jika ada suatuprovinsi yangmendapat nilai jelek untuk kesiagaanbencana, tapi nilai resikobencananya tinggi karena tidak adabencanayangterjadi(frekuensikejadiannyanol),makaindikator‐indikatordarikeduavariabeliniakankonflik,kontradiktif,tidaklinier,danakancancelingeachother.Bisadibayangkanjikaresikobencanadisuatudaerahkecil,makaalokasidanakesiagaanbencanadidaerahtersebutakankecil.Menurutsaya,duahalinisebetulnyabukanduavariabelterpisah.Namunlebihkepadaduakomponendarisuatuvariabeltertentu.

- Namunpadadasarnyayangdituntutadalah,apakahsetiapdaerahsiapdansiagajikaterjadibencana,bukanlagimelihattinggiataurendahnyafrekuensibencana.ResikoBencanaituhanyasebuahfaktoryangperludinilaiketikakitamenghitungkesiagaan.

- BagaimanacaranyamenghitungvariabelKonflikStrukturaldanKomunal?

LAMPIRAN

- Hubunganantaramayoritas –minoritas sangatkompleks.Poladinamikahubungannya itumerupakan faktor tersendiri terhadapcivilization. Contohnya: ternyata tidak cukup mengatakan minoritas ‐ mayoritas saja. Setiap kelompok masyarakat memilikikarakterisitik yang berbeda‐beda di setiap tempat. Sederhananya seperti ini: adaminoritas yang secure, dan adaminoritas yanginsecure.Adajugamayoritasyangsecure,danadamayoritasyanginsecure.Jika ada minoritas yang secure bertemu dengan mayoritas yang secure akan menghasilkan dinamika hubungan yang tentunyaberbeda jika minoritas yang secure bertemu dengan mayoritas yang insecure. Jenis hubungan yang kedua ini umumnyamenghasilkan kecurigaan yang tinggi, paranoid, dan kecemburuan sosial dari kelompok mayoritas insecure terhadap minoritassecure. Jika kelompokminoritasmengekspresikan budayamereka,maka akan dianggap dapatmenyinggung perasaan kelompokmayoritas.Namunsebaliknya,jikaminoritasinsecure,bertemudenganmayoritassecure,potensikonflikcenderungakanrendah.Secarakarakteristik,securedapatdibagiantaralain:securesecaraekonomi,dansecarabudaya.

- DalamPsikologi,adayangnamanyaSkalaBogardus.Yaitualatuntukmengukurbagaimanatingkatatausuasanarelasiantarasatukelompok dengan kelompok yang lain dengan menghitungSocialDistancediantara mereka. Semakin dekat Kedekatan fisik danemosional diantara kedua kelompok tersebut, maka potensi konflik diantara mereka akan semakin kecil. Namun hampir tidakmungkin ditemukan zero socialdistance antara dua kelompok di suatu masyarakat. Karena tidak bisa disangkal bahwa setiapmanusiapastimemilikiprejudiceterhadapindividuataukelompokmasyarakatlain.

- TerkaitdenganAksesterhadapAirBersih,kalaumemangmaumempermasalahkandatanya,makamasalahtersebutakanterdapatpadaLevelofAccess.Daerahyangmampumenyediakanairledengapakahlebihbaikjikadibandingkandengandaerahyangtidak?Walaupunbarangkalisumberairdidaerahtersebutberasaldarisumur.Untuk itu, terkait hal ini, indikator ini bersifatmilestones.Jika di suatu daerah ada ledeng, dan juga punya sumur,maka daerahtersebutpalingsecuredalamketersediaanairbersih,dibandingkandaerahyangcumabisapunyaledengatausumursaja.Kalau yang diutamakan hanya akses,maka jawabannya hanya pada “ada” dan “tidak” saja. Namun bagaimana dengan qualityofaccess‐nya?Poininilahyangakanberbeda.Akanadagradasiofaccess.

- DatadariBPSberdasarkanpernyataandaripakTono,skorpalingtinggiuntukketersediaanairbersihadalah:Airledeng(1),Sumur(2),danau(3).Nomorurutnyayangpalingkeciladalahyangpalingbaik.

- Terkait indikatorKejahatandenganKekerasan.Apakahadarangeofintensity‐nya?Kalaujumlahnyasajaberartihanyaprevalensi‐nyasaja,danbelummembicarakandegree‐nyaatauqualityofcrime‐nya.

LAMPIRAN

Degreetertinggidalamkejahatanadalahpembunuhan.Namunbisajadidisuatudaerahtingkatkejahatannyatinggi,namunkorbanmeninggaltidakada.Sedangkandidaerahlain,tingkatkejahatannyarendah,namunadabeberapakorbanmeninggal.Rangeofintensitykejahatanyang terjadi di suatudaerahdapatdihitungdari jumlahkorbannya.Untuk ituharus jelasperbedaanantaraprevalensidenganintensity.

BapakOthoH.Hadi(KasubditPolitikLuarNegri,Ditpolkom‐Bappenas)- Berharap penjabaran definisinya tuntas. Yang telah dinyatakan sebagai indikator tidak ada lagi penjabaran ke bawah, atau

seterusnya.- DalamKekerasanFisik, bisadikatakanbahwa frekuensi kejadiandan jumlahKorban Jiwa sudahdikatakan cukup. Langsungbisa

didefinisikandandiukur.- Di Konflik Struktural dan Komunal, ada indikator Penyalahgunaan Kekuasaan. Indikator ini dinilai belum selesai, karena masih

dibutuhkanbeberapakategori‐kategori,atauturunanlagiuntukindikatorini.- Impunitasjugadinilaibelumselesai.BerbedasekalidenganFrekuensiKejadiandanJumlahKorbanJiwa.Lebihbaiklangsungpada:

Jumlahkasuspembunuhan,danjumlahkasuspenganiayaan.- MengenaiBencana,contoh;Letusangunungberapi,barangkalitidakbisadibandingkanantaraJawadanKalimantan.Padahalkami

ingindimensiprovinsidalamIKMIinidapatterlihat.Mungkinfrekuensibencanatidakakanbanyakberubahuntukprovinsiyangresikobencananyakecil,namunindikatoryangdinamisdiprovinsitersebutadalahKesiagaanBencana.Namunbisadikatakanbahwakesiagaannyakecilkarenafrekuensibencanannyajugakecil.Kitaharusproposionaljugamelihattingkatkesiagaantersebut.

- TerkaitKeamanandariKekerasanFisik.Apakahtingkattoleransikitatinggiataurendahterkaitdengandimensiini?Jikabeberapapelanggarankitaexcuse,justrupelanggarantersebutcikalbakalnyakejahatan.Jikadalamindeksinimenyatakanbahwamelanggaraturansajasudahdianggapbahaya,dimungkinkanhaliniakansensitif.Sayaharapkanindeksinipekaakanhal‐halsepertiini.

- PerformanceIndicatordanProcessIndicatorsudahmulaiterlihat,namunbelumterumuskandalamsebuahdefinisi.PenutupdaripakOthoH.Hadi

LAMPIRAN

- Untukduadimensiyangsedangdibahas ini,perlu jugaklasifikasiPerformanceIndicatordanProcessIndicator‐nya,dan jugaperluuntukmembahassampaikedegree‐nya.

- TerkaitKesiagaanBencanadanResikojugaperludirevisilagi.Apakahmemangduavariabelyangberbedaatautidak.- Kitaakanagendakanuntukmengundangpihakyanglebihluas.

4.Jumat,2Oktober2015

- MilestoneIndicatorsudahditambahkandalamtipeindikator.- EnergididasarkandalamUNIDOyangdidasarkanpadaaksesterhadapenergi.- DefinisikeamanandalamIKMIdilihatdaribagaimanatingkatkesejahteraansosialnya.- IKMI dulu adalah perdebatan definisi dan konsep. Untuk konteks Indonesia terdiri dari kebebasan dari kekerasan fisik dan

terpenuhinyakesejahteraannya.- IKMIsudahpernahdipresentasikankepadaDeputi.- YangpalingrumitdalammenentukanIKMIadalahmenentukanindikatoryangdipakai.- Bappenasperlumemastikandanmemperbaikikonsepdankualifikasidata.IKMImerupakanreviewdariberbagaidatadanindeks

sepertiIDI.- Kitabelummemverifikasi IKMIdenganendusers.Namunkarenakitamasihraguakankonsepdanmetodologimakaperludirevisi

terlebihdahulu.- Untukmemilihindikatoryangtepat,kitamenggunakanFactorialAnalysis.- CoveragedariDimensiPengembanganDiriadalahIndeksPendidikan.- IndikatorRasioKetimpanganPendapatan(GiniIndeks)dipilihkarenaagardapatmelihattingkatkelayakandaripekerjaanyangada

disuatudaerah.Suatupekerjaandisebutlayakadalahdilihatdaritingkatpendapatan.- Adaduaaspekyngperludilihat:Kebutuhandasar,dankebutuhanmanusiasebagaimahluksosial.- VariabelKebutuhanSosialdanPengembanganDirilebihbaikmenggunakanTingkatPertumbuhanEkonomi.IndeksGiniyangtinggi

tidakselalumenunjukkantingkatOpportunityyangadadalamsuatudaerah.

LAMPIRAN

- MohonpenjelasandanpengkajianlebihrincimengenaipemilihanGiniIndeksagardapatindikatoryangvalid.- Untuk Indikator dari Dimensi Perlindungan dan Pemanfaatan atas Kebhinekaan sudah sangat jelas dan tuntas karena telah

mencantumkan“jumlah”.- Di IDI tidak ada Gradasi mengenai jumlah Peraturan, Ucapan, Tindakan dan Kekerasan. Perlu ada formula khusus untuk

menggabungkan.MenurutpakEdy,GradasiitumasihpentingdalampenyusunanIndikator.- Datamengenaijumlahsimulasimenghadapibencana,adadiPODES.- ApakahbisaScoringMatrixpenjumlahanKorbandalamindikaotrJumlahkorbadarisegalajenisbencanatetapdihitungsatu,namun

tetapadagradasi?KorbanMeninggal–Korbanluka.- DiPODEStidakadadatajumlahkorbanperkelahianantaragama.- Meskipun adaperkelahian yang tidak ada korban, tidakbegitu dierhitungkan, namundata ini perlu dipertimbangkan agar dapat

menjadiearly‐warningagarperkelahianlebihbesardapatdihindari.- Jumlahpenyalahgunaankekuasaan“yangtidakdapatdiselesaikan”perludijelaskanlebihrincilagi.- Polisi adalah insitusi pemerintah yang hanya bisa bergerak jika suatu kekerasan telah terjadi. Tidak ada tindakan preventif dari

kepolisianuntukmencegahterjadinyakonflikkedepan.- Tugas Kepolisian seharusnya menjaga sebuah konflik dan kekerasan agar tidak terjadi. Namun penghitungan prestasi dari

Kepolisianhanyamenghitungkonflikyangsudahditangani,bukankonflikyangberhasildicegah.- LebihbaikmenggunakandataBPSdaripadadataPusiknas,dandataPolri,terkatidataJumlahkejahatan.- DimensiKesejahteraanSosialdirasaterlalugemuk.DitakutkanDimensiyanglainakanterbantingdalampenghitungankedepan- LebihbaikPohonIndeksdisusunagardapatlebihmudahdimengerti,dandapatdilihatproposionalitassetiapDimensi.- PerlumengundangKabareskrim,BNPBdanlembagaterkaitlainnyauntukpembahasantiap‐tiapDimensiterkait.- Perludidefinisikanlagiatributpembobotandanpenghitungan.

5.Senin,26Oktober2015

- PakWariki:Indeksinimemanfaatkansemuadatasekunderyangada,tanpaharusmembuatdatabaru- PakWariki:Untukindikatorpertumbuhanekonomi,kenapatidakmenggunakandataAngkaPengangguran?

LAMPIRAN

- PakEdyPrasetyono:Konsepdanindikator,indeksinisangatluas,untukitukamimenggunakanbeberapapatokan.- PakEdyPrasetyonoAdatigahalyangutamayaitu:FreedomfromFear,FreedomofWant,FreedomtoLiveinDignity.- Pak Edy Prasetyono Untuk konteks Indonesia, kita harus mengambil apa yang berkembang di sini. Untuk itu kita harus

menentukansetiapindikatordalamsetiapaspekyangdibahas.- PakEdyPrasetyonoIndikatorutamadalamaspekKesehatanadalahangkaHarapanHidup.- PakEdyPrasetyonoKita secara terusmenerusakanmenghadapimasalahpluralisme.Bisa jadiHumanitydi Jepangyang relatif

homogentidakmenghadapipluralismeyangkemplekssepertidiIndonesia.Olehkarenaituaspekinidinilaisangatpenting.- PakEdyPrasetyonoKarenaIndonesiaberadadalamRingofFire,olehkarenaituaspekbencanainimenjadisesuatuyangpenting.

Yang sangat susahmenentukan Dimensi Keamanan dari Bencana adalahmenentukan indikator utama. Untuk itu, kamimemilihindikatorTingkatKesiapanDaerah,danyangpalingpentingdarihaltersebutadalahadatidaknyalatihankesiagaanbencana.

- PakEdyPrasetyonoYangpertamakaliyangmenelurkankonsepSecuritytidakpernahmenurunkankonsepSecuritysepertidalam

indeksini.- PakSyaltout:KitamenggunakanmetodeFactorialAnalysis.- IbuVivi:Istilahkeamananmendatangkaninterpretasiyangcukupberagam.BencanadanKesossudahadaUU13,kelengkapanUU

lain, berkembang menjadi perlindungan sosial. ADB Social Protection Index untuk melihat peran perlindungan sosial dalammelindungisemuawarga.

- IbuVivi: Selain dengan Social Assistance kita juga ada Social Insurance. Skemanya adalah pengelolaan resiko. Social ProtectionIndexmengukurskemaperlindungansepertiapa.Skemapengelolaanresikosetiapwarga,negaramenjaminresiko.SocialProtectionFloor.

- IbuVivi:Literacyindexsudahtidakdipakai,namunsekarangyangdipakaiadalahDurasiPendidikan.- IbuVivi:Pembelajarandarinegaralainitubagaimanamengenaiindekskeamananmanusiaini?Kitamengarahkeproxyyangmana?

Indeks=proxy.Dengannegaralainsepertiapa?Indekskeamanan.Freedom=kebebasan,bukankeamanan.IndeksFreedom.ListofFreedom indices. Pakai proksi yangmana? Komparasinya bagaimana, levelling, sumber data, clarity data, hal ini berguna untukmenghindariflaws.

LAMPIRAN

- IbuVivi:Kitaharusmenggunakandatayangrealtime.- IbuVivi:Untuk indikator,adayangoverlapping,karenaakanmenambahkebingungan,dankerumitan.SebaiknyaIKMI lebihbaik

menjadikomplemendariindeksyangsudahada.Untuktidakmencpitakankebingungandankerumitanbaru.- PakOtho:Sumberdatadanlevelingsudahmenjadipermasalahankamidariawal.- PakBambang:Lebihspesifik,tematikkitaberkembangdariindikatorbesaranpembangunan,protection,danHumanRight.- PakBambang:Berkaitandengan inventoryatauproblem, terkaitdenganhumansecurity,yang lebihurgentadalahprioritasdan

problem.Framingdalamtematidakbisadisambungbegitusaja.- PakOtho:Apayangpalingbasicneedsyangjikahaltersebutitukurang,makaakanmengangguperasaanamanmasyarakat.- IbuRatmi: saya dari direktorat perlindungan sosial korban bencana alam. Ini adalah pekerjaan yang tidakmudah. Bencana ada

beberapayaitubencanasosial,bencanaalam,danbencanamanusia.Fokuspadabeberapatitikdahulu.- IbuRatmi:kamisudahmenyiapkansekitar300KampungSiagaBencana(KSB).Masyarakatnyakitalatih,adaTarunaSiagaBencana

(TAGANA).Iniadalahsalahsatupencegahanyangperlumendapatperhatian.NamunadaduplikasisepertiDesaTangguh.Adaegosektoralsehinggatidakmaksimalmemenuhisemuakebutuhandesa.

- PakOtho:kitaperlumelihataspek‐aspekKSBdanKampungTangguh.- PakOtho:adapersoalandalamleveldatadantahundata.Kitaakanperiksalagimengenaidatakesiagaanbencana.- Pak Kus: Keamanan itu terkait rasa. Rasa itu sulit diukur. Indeks ini siapa yang akan memakai? Saya setuju IKMI menjadi

compelementdariindeks‐indeksyangsudahada.- PakKus:Setiapkabupatensudahadaindeksresikobencana.Mengenaiprogram‐programyangoverlapping,sepertiKSBdanDesa

Tangguhperludisinergikan.- PakKus:Ada82ribudesa,dan25%darisemuadesatersebutadalahdesadenganresikotinggibencana.- PakKus:IKMIinisangatdibutuhkantapijangansampaimembebani.- PakKus:KesiagaanBencanasudahbenarkarenainvestasimengenaibencanalebihbanyakterserappadamasapra‐bencana.

LAMPIRAN

- MbakArum:IKMIsudahadadefinisioperasionalnya?Amanituapasamadengantangguhterkaitkesiagaanbencana.Apakahterkaitpeningkatankapasitasaparatur?Apakahadapemilahanyangdilakukanpemerintahpusatdanpemerintahdaerahterkaitkesiagaanbencana?

- Pakotho:Kerentanandankapasitaskesiagaanbencanaakanterkaitdenganmetodologi.- Pakotho:MengenaidesatangguhdanKSBbelumkitabacasamasekali.Harusdipelajaridulu.- PakTano: ada beberapa indikator yang sudah diidentifikasi. Saya tidak tahu apa akan dibandingkan antar propinsi. Perlu ada

pemilahanantarayangsudahdikerjakanolehpemdadanpemerintahpusat.- PakTano: sebuahwilayahmemiliki concerns terkait dengan bencana akan terlihat dari anggaran. Namun perlu dilihat kualitas

alokasianggarantersebut.- PakAgus:alokasianggaranuntukkesiagaanbencanadisetiapbencanabegitukecil.- PakAgus:TerkaitStatusBencana,PPnyatidakselesaiterutamaakibatkasusLapindo.- PakBambang:Perlumembedakanskalakesiapanbencanauntuksetiapdaerah.- PakMalik:Adabeberapayangperludiperjelas. Indeks ituselalusebagaipenunjukan indikasidangambaran.Makaperludefinisi

yangamatjelasterkaitkeamanan.- PakMalik:Unitanalisainimenjadipentingkarenaapakahindeksiniakanmengukurkinerjapemerintahdandaerahataukeamanan

manusiaitusendiri.- PakMalik: Kitamungkin tidak akan bisamengukur sampai sedetail mungkin di setiap daerah. Oleh karena itu kita lebih akan

menangkappoladantrendnya.Danbagaimanacaramenguraidanmenjelaskannyaadalahpekerjaanlebihlanjut.- PakMalik:PerludiperjelaslagitujuandanfokusdaripenyusunanIKMIini.- PakMalik:IndeksIKMIbahkanbisamasuklebihdalamlagisepertiredesignatautransformasiperaturan.- PakTano:kita punya indeks kerawanan Bencana. Yang saya concerns adalah jangan sampaimembuat yang sudah ada. Apakah

fokusIKMIinikepadateritoriataumanusia?Terkaitkesiagaanbencana,apakahmelihatalamsebagaimusuh?Keamananmanusiaitusebagaihakdasaratautujuan?

- PakOtho:IKMIlebihmengutamakanmanusia,sedangkanteritorimenjadibagiandidalamnya.- PakTono:IKMImasihmengambangtujuandanbatasannya,diharapkankeduahaltersebutbisalebihfokus.

LAMPIRAN

- PakTono: Sayaagakkeberatankalaukesejahteraanmasukkedalamaspek, karenaakandinilai lebih rendahdari keamanan itusendiri.

- PakEdyPrasetyono:Subyeknyajelasadalahmanusiasebagaiindividu.Aspekkesejahteraanmenjadipenting.Aspekkesejahteraanlebihkepadasocioeconomicsecurity.

- PakEdyPrasetyono:darisemuaindikatoryangkitaturunkan,datayangtersediatidakkonsisten.- PakTano:Perspektifbencanasetiapdaerahakanberbeda.Adadaerahyanglebihbanyaklaut,dandaerahyanglebihbanyakhutan,

tentunya resiko bencananya akan berbeda. Apakah peralatan kesiagaan bencana bisa menjadi faktor signifikan seperti halnyaLatihan?

- PakMalik:Terkaitarahindikatorkesiagaanbencanaadalahlebihkearahinstitusionalisasi.- BuRatmi:adatigahalmengenaibencana:kesiapanpra‐bencana,kesiapansaatbencana,danpascabencana.- PakTano:AdadimensiyangbisaterpotretterkaitkonfliksaradiPoso.Korbanmeninggalhanya2orang,namunkorbanmengungsi

sampaisekarangsangatbanyak.Mungkininibisadijadikanformulasipemilihanindikator.- PakBambang: Yang harus ada dari indikator kesejahteraan sosial akan berbeda, tergantung kondisi masyarakat tersebut. Saat

masyarakat dalamkeadaan normal, dan saatmasyarakat padawaktu krisis, pasti akan berbeda: jikamasyarakat dalamkeadaannormalyangpalingpentingadalahkeamananpangan.

6.Kamis,5November2015- Pak Otho: Kami sudah juga melakukan uji coba indexing IKMI dua tahun ini. Agar lebih percaya diri, kami perlu mereview-nya.

- Pak Otho: Kita belum membicarakan metodologi karena lebih mengutamakan ketepatan dan keakurasian dimensi IKMI terlebih dahulu. - Pak Otho: Kalau melihat timelines data, apa yang perlu kita lakukan terkait data yang ada? Kita tidak bisa menggunakan PODES tiap tahun

karena keluarnya sekali 3 tahun, dan data SUSENAS yang keluarnya 6 bulan sekali. - Pak Otho: Dimensi Kebhinekaan sudah soft, karena berdasarkan definisinya, kita bisa langsung menggunakan data IDI yang bisa dikatakan

sudah stabil karena sudah menghasilkan enam indeks.

LAMPIRAN

- Pak Otho: Kebebasan berpendapat ini penting dimasukkan dalam IKMI karena ini menyangkut hak dasar manusia untuk bisa

menyampaikan pendapatnya. Apabila hal tersebut tidak bisa, maka aspek keamanannya tidak terlindungi. - Pak Otho: Kasus Salim Kancil salah satu contoh keamanan manusia terkait kebebasan berpendapat yang terancam. - Pak Otho: Kekerasan fisik terkait kriminalitas bisa di-refers ke Polri. Tingkat kriminalitas sebenarnya juga dipakai di Safe City Index. Ada

aspek Kriminalitas di indeks tersebut. Di Indeks tersebut juga menggunakan aspek kesehatan. Jadi seberapa aman manusia yang tinggal di kota itu dilihat dari aspek kesehatan. Indeks Keamanan Kota juga melihat dari aspek keamanan infrastruktur.

- Pak Otho: Terkait korban nyawa, pengungsi, dan seterusnya, mungkin barang kali menggunakan gradasi, mulai dari yang paling beresiko,

sampai yang tidak beresiko. - Pak Sigit: Ada yang bagus di sini, yaitu Dimensi Kesejahteraan. Ini adalah awal daripada yang lainnya. Jika Dimensi ini tercapai, maka

dimensi yang lain akan mengikuti. Kesejahteraan itu menurut saya adalah sebuah kepastian hidup di kemudian hari. Kesejahteraan sosial dalam metodologi IKMI bisa dikatakan punya kontribusi paling besar.

- Pak Hendri: Terkait aspek Kekerasan Fisik. Dalam Variabel Kriminalitas: apakah kita akan melihat indikator jumlah korban atau jumlah

peristiwa/kejadian? Dari sisi Polri biasanya data yang dikeluarkan adalah data jumlah kejadian.Apakah Keamanan Manusia tergantung dari banyaknya korbannya? Karena satu kejadian bisa mengakibatkan banyak korban, begitu juga sebaliknya. Dalam prinsip kerawanan, frekuensi kejadian dinilai penting. Jika frekuensi kejahatan di suatu wilayah tinggi, maka dikategorikan wilayah tersebut rawan, tidak peduli berapa banyak jumlah korbannya. Hal ini perlu diputuskan karena di aspek lain pun masih campur-campur. Ada aspek yang menggunakan indikator output, ada aspek yang menggunakan indikator proses. Hal ini perlu disinkronkan.

- Pak Hendri: Ketersediaan data PODES hanya tiga tahun sekali, pasti akan jadi masalah di kemudian hari jika kita tetap menjalankannya

setiap tahun atau tiga tahun sekali. Kecuali Polri punya data terkait dengan jumlah kekerasan kumunal atau kekerasan dengan aparat. Kalau data tersebut ada dan dikeluarkan tiap tahun akan lebih baik.

LAMPIRAN

- Pak Hendri: Terkait Kejahatan transnasional. Apakah segitu signifikan mempengaruhi IKMI? Apakah terkait dengan ISIS, Al-Qaeda

termasuk dalam kelompok organized crime. Saya belum menemukan benang merah kenapa variabel tersebut dimasukkan. - Pak Otho: kalau kita memilih satu tempat tinggal, kemudian ada informasi yang kita peroleh bahwa di sana sering terjadi kasus pencurian,

bukan jumlah harta atau korbannya. Dalam sense pertama orang-orang akan berpikir bahwa daerah tersebut tidak aman. Atau ketika kita melintas di tol, lalu ada pengumuman korban kecelakaan, misal 343 orang meninggal dunia dalam satu tahun. Itu juga mencerminkan apa? Apakah itu juga bisa kita asosiasikan dengan unsur-unsur penyebab adanya korban jiwa. Ini harus kita putuskan. Barangkali ada data di Polri yang bisa kita gunakan.

- Pak Otho: Ancaman terorisme ini laten, dan ini termasuk kejahatan organized crime, dan bersifat trans-nasional. Jika ada kedutaan asing

yang mengeluarkan travel warning warganya untuk datang ke Indonesia. Lalu ancaman keamanan tersebut untuk orang mana? Bagi warga Jepang misalkan barangkali yang merasa tidak nyaman, tapi bagi warga lokal aman-aman saja.

- Pak Agus: Dari sisi indexing. IDI misalnya yang rencananya akan dimasukan sebagi komponen yang dihitung dari IKMI, menurut saya

harus direformulasi ulang, karena pembobotan dari setiap indikator dan aspek diperoleh berdasarkan AHP. AHP tersebut sangat teknis pengukurannya. Itu perbandingan aspek A dengan Aspek B lebih berat mana. Menurut saya tidak bisa diambil begitu saja secara parsial dari IDI untuk menjadi bagian dari IKMI, karena IDI punya bobot dan skor yang dihasilkan dari perbandingan indikator dan aspek dalam mengukur demokrasi. Menurut saya, jumlah kejadian lebih tepat, kemudian kita membuat bobot yang baru, kita formulasikan.

- Pak Agus: Soal kekerasan. Kekerasan dalam perspektif IDI lebih kepada kekerasan aktual, bukan kekerasan struktural. Jika kita

menggunakan jumlah kejadian daripada jumlah korban, kita bisa perkaya data dari data Komnas HAM atau Dewan Pers yang merekapitulasi data kejadian setiap tahun. Kekerasan dapat terjadi karena sebelumnya ada pembiaran dari aparat. Dari terminologi IDI, hal tersebut tidak masuk, namun dalam Komnas HAM, pembiaran tersebut bisa jadi temuan. Ini dapat memperkaya data IKMI kedepannya.

- Pak Agus: Ada pola yang tidak sepenuhnya tepat. Ada indeks yang menggunakan data dari indeks lain. seperti Indeks Persepsi Korupsi.

Indek ini melakukan agregasi dari indeks-indeks yang sudah ada sebelumnya. Dimana masing-masing indeks itu sebenarnya memiliki bias

LAMPIRAN

nya masing-masing, karena survey yang independen, dan tidak saling terkait. Dikompilasi kemudian dibuat indeks seakan-akan bobotnya sama. Kita akan berpotensi akan mengalami hal yang sama, ketika melakukan ini.

- Pak Malik: Jika kita menggunakan indeks lain sebagai acuan. Kita lebih menggunakan data yang dipakai, bukan skor dari indeks tersebut,

karena definisi indikatornya hampir sama. Kelau menggunakan skornya, mungki saja kalau kita tidak melakukan agregasi, dan kita percaya saja bahwa untuk indikator seperti ini, nilai baik atau buruknya berdasarkan indeks tersebut. Tapi bukan itu yang ingin dilakukan di IKMI.

- Pak Malik: mengenai kasus pembiaran oleh aparat mungkin terkendala dari kerumitan dari mencari kasusnya dan ketersediaan data. Bahkan

kalau mau masuk lebih detail lagi UUnya bisa berpotensi disalahgunakan. - Pak Malik: Terkait menggunakan jumlah korban atau intensitas kejadian. Di variabel kriminalitas sudah menerapkan kedua-duanya. Yang

jadi permasalahannya adalah bagaimana menghitungnya nanti. - Pak Eko: Di variabel Kriminalitas. Menurut kacamata polisi, data jumlah korban yang digunakan lebih seperti data kecelakaan lalu-lintas.

Saya lebih cenderung melihat kriminalitas itu dari tingkat resiko orang terkena kejahatan. Contoh: Seperti jam-jam tertentu, di taman Suropati lebih beresiko. Datanya ada di Bareskrim. Terkait Kriminalitas, data di polri lebih menggunakan intensitas tindak pidana.

- Pak Hendri: Terkait tingkat resiko kejahatan yang dikeluarkan Polri, hal ini terkait semua jenis kejahatan. Jadi terlalu luas. Padahal IKMI

hanya menekankan pada kekerasan fisik. - Pak Hendri: hati-hati menggunakan Crime Rate, karena bersifat gelondongan. Semua kejahatan dimasukan dalam rate tersebut. Untuk itu

kita perlu mengidentifikasi jenis kejahatan yang sesuai dengan indikator IKMI. Ada namanya Violence Crime Rate di Bareskrim, data tersebut sangat update. Dari rate tersebut dapat diidentifikasi jenis kejahatannya, sehinga tidak perlu menggunakan Crime Rate secara keseluruhan.

- Pak Hendri: Namun Violence Crime Rate itu berbasis pada jumlah kejadian, bukan pada jumlah korban. Polri mungkin kesulitan untuk

mengatur data, karena Polri lebih mengutamakan jumlah kejadian.

LAMPIRAN

- Pak Malik: mungkin perlu mempertimbangkan jumlah kejadian tersebut. Harus menyatakan reason kuat kenapa jumlah korban dijadikan

patokan. - Pak Eko: Lebih baik, Kriminalitas diperkecil lagi dengan menggunakan kategorisasi jadi 5 jenis kriminal, plus lalu-lintas. Namun lalu lintas

itu harus tersendiri karena banyak sekali korban meninggal karena lalin daripada karena tindak kriminal. Untuk kejahatan trans nasional, kejahatan narkoba sebaiknya juga dimasukkan.

- Pak Edy: Terkait kombinasi jumlah korban dan intensitas kejadian. Apakah bisa variabel diberi bobot? Intinya dibuat gradasi untuk semua

variabel, seperti kekerasan oleh negara diberi bobot lebih tinggi, kemudian diurut. Menurut saya, kekerasan oleh negara diberi bobot lebih tinggi. Kemudian pembobotan dari kadar kekerasannya. Kalau ada korban meninggal, luka ringan, dan luka ringan diberi nilai berapa. Baru kemudian dihitung intensitas kejadian. Akan lebih detail lagi kalau kriminalitas dibuat gradasi lagi dan dibuat skala. Perlu ada kompromi bersama terkait pembobotan.

- Pak Otho: Pembobotan perlu mengundang ahli yang bisa memberikan pembobotan. Hal ini terkait metodologi. Nanti perlu dilakukan. Yang

perlu ditekankan setiap indikator, dimensi, dan veriabel pasti memberikan pembobotan yang berbeda-beda kepada indeks. - Pak Edy: Terkait kecelakaan lalu lintas, apakah ini lebih termasuk pada kejahatan struktural? Seperti, karena tidak adanya marka jalan,

banyak terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korban. - Pak Malik: IKMI terkait security/keamanan, apakah keamanan dari kekerasan ini justru membatasi definisi keamanan itu sendiri? Yang kita

mau kejar itu keamanan kan? kecelakaan lalu-lintas perlu menjadi bagian dari IKMI karena keamanan manusia di jalan raya sangat perlu diperhitungkan. Pastinya laka lantas tidak akan masuk dalam indikator kriminalitas, perlu masuk dalam indikator tersendiri.

- Pak Edy: Laka lantas sebetulnya bisa dimasukkan dalam konsep IKMI yang kami susun ini. Laka lantas bisa dimasukkan dalam kejahatan

struktural. Bisa dinyatakan bahwa laka lantas merupakan hasil dari kekerasan struktural.

LAMPIRAN

- Pak Syaltout: Terkait kecelakaan lalu-lintas. Sebelumnya IKMI mengkategorisasikan laka lantas sebagai men-made disaster, dan masuk dalam variabel bencana.bisa jadi laka lantas terjadi karena infrastruktur jalan tidak lengkap, bisa jadi memang perizinan yang tidak lengkap, atau karena kelalaian si pengguna jalan. Namun berdasarkan IKMI dua tahun terakhir, indikator laka lantas ini didrop karena nilainya hampir seragam, konstan dan semuanya tinggi untuk semua propinsi, sehingga kami tidak bisa menangkap mana yang paling tinggi.

- Pak Syaltout: terkait penggunaan jumlah korban. Kenapa kami lebih menekankan pada jumlah korban, karena dari beberapa litterature

review, semuanya merujuk kepada korban, terkait kekerasan fisik.

- Pak Syaltout: Terkait kejahatan transnasional, berdasarkan UU No.5 Tahun 2009, kita melakukan pengesahan terhadap United Nation Convention Against Trans-Nasional Organized Crime. UNTOC kejahatan transnasional bisa memiliki dampak terhadap manusia Indonesia, dan di luar Indonesia. Berdasarkan locus-nya, kejahatannya bisa saja di Indonesia atau di luar, bisa saja pelakunya WNI, atau WNA, begitu juga dengan korbannya. Lebih lanjut terkait human trafficking, kita ada UU No.21 Tahun 2007 tentang pemberatasan tindak pidana perdagangan manusia.

- Pak Syaltout: Terkait narkoba, kami masih buta terkait data korban meninggal karena narkoba. Kalau data tersebut ada, tentunya kami akan

bisa pakai.

- Pak Syaltout: Dalam aspek kriminalitas, dan dalam Hukum Pidana, mappingnya hanya pada aspek kejahatannya, bukan pelanggaran. Tindak kejahatan sudah pasti melanggar aturan, sedangkan melanggar aturan belum tentu melakukan tindak kejahatan. Kejahatan itu terkait dengan intensi. Jika seseorang menabrak orang lain, jika dia memiliki niat mencelakai, maka dia melakukan tindak kejahatan, namun jika tidak, maka akan termasuk pada pasal KUHP Kelalaian yang Mengakibatkan Matinya Korban. Oleh karena itu, dalam konteks kriminalitas, resiko terjadinya kejahatan tidak termasuk.

- Pak Andreas: Kami telah dua kali menggunakan rancangan IKMI sebagai referensi. IKMI lebih mengukur kemajuan atau kerawanan?

Konsistensinya bagaimana? Dari yang kami baca, IKMI lebih kepada prevention oriented, karena sebagian dimensi lebih menekankan kemajuan, sedangkan yang lain lebih mengedepankan kerawanan.

LAMPIRAN

- Pak Andreas: Kami selalu memperdebatkan antara Crime Rate dengan Crime Risk. Sedangkan terkait narkoba, fokus kami adalah

prevalensi, ada kasus saja bagi kami itu sudah tidak aman. Kami mengharapkan IKMI dapat menjadi kontributor untuk Keamanan Nasional. Walaupun definisinya masih diperdebatkan, Kami selalu memakai definisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan tiga komponen: Pertahanan, Keamanan dalam negeri, dan Keamanan Sosial. mungkin hal tersebut bisa terwakili oleh indeks IKMI.

- Pak Tono: Terkait penyusunan dimensi IKMI. Biasanya dimensi itu akan membedakan satu dimensi dengan dimensi lainnya. Setiap dimensi

itu unik dan tidak boleh ada intersection. Dimensi kesos tidak cocok karena sangat luas karena masih mencakup kriminalitas dan bencana, sehingga dapat menyentuh dimensi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan bias.

- Pak Tono: Diperlukan variabel setiap dimensi itu proposional walaupun tidak harus sama. Tidak boleh ada satu dimensi yang gendut,

sedangkan dimensi yang lain kurus. Bisa tidak berimbang.

7.Sabtu,21November2015(DiskusiBandung)- Pak Syaltout: Terkait kecelakaan lalu lintas, berdasarkan litterature review kecelakaan lalu lintas tidak termasuk bagian dari act of violence.

Kalau dilihat dari kacamata hukum, kecelakaan tersebut dilihat sebagai pelanggaran. Pelanggaran tersebut lebih rendah dari tindak kejahatan, kecuali kecelakaannya dilakukan dengan sengaja.

- Pak Syaltout: Narkoba juga tidak bisa dijadikan sebagai bagian IKMI karena tidak termasuk bagian act of violence, walaupun korban yang diakibatkan oleh narkoba sangat banyak.

- Pak Darma: Untuk dimensi Bencana, sebaiknya menggunakan sepenuhnya dari BNPB. alasannya karena indikator kerawanan bencana yang

dihasilkan oleh BNPB itu sudah digunakan luas, serta indikatornya banyak. Kalau misalkan kita membuat satu variabel yang berbeda, tentu masyarakat akan membandingkan, misalnya perhitungan IKMI dengan BNPB, dan jika masyarakat menghitung variabel dan kemudian hasilnya berbeda tentu akan menjadi pertanyaan. Kemudian kalau membicarakan kesiagaan bencana, dan yang dihitung adalah adanya aturan, kemudian kegiatan, itu semacam kita melakukan semacam evaluasi terhadap kebijakan pemerintah, padahal yang kita mau fokuskan

LAMPIRAN

adalah kerawanan bencana itu tadi. Jika misalkan ada berita BNPB menyatakan Jawa Tengah rawan bencana, maka hal tersebut lebih mudah dipahami stakeholder, baik masyarakat maupun pemerintah. Apakah hali ini perlu di-review ulang?

- Pak Edy: Kalau secara metodologi, tingkat kerawanan suatu daerah yang dihitung oleh BNPB misalkan 9, lalu IKMI punya hitungan

kesiagaan bencana daerah tersebut 4, apakah bisa 9 tersebut dikurangi 4 secara metodologi? Jadi ada tingkat kerawanan, dan ada tingkat kesiapan. Akan jadi fungsi kalau dikombinasi.

- Pak Muradi: Terkait Bencana, apakah Bappenas telah memiliki data terkait keberadaan BNPB di setiap daerah? Bandung saja belum punya.

Terkait Desa Tangguh Bencana yang dikeluarkan Kemensos, itu hanya role model saja, bukan satu program besar. hal tersebut hanya percontohan, pilot project.

- Pak Muradi: Saya berbicara untuk Bandung dan Jawa Barat. Bandung bisa dikatakan tidak ada bencana. Bandung saja baru memproses

pembentukan Badan Daerah Penanggulangan Bencana. Hal itu terbentuk karena sebelumnya ada respon kan? - Pak Muradi: Terkait latihan, berapa unit mobil pemadam kebakaran yang ada di Bandung? Idealnya untuk beberapa kilo area, butuh satu

mobil damkar. Bandung itu idealnya baru mencukupi dua titik, idealnya butuh 15 titik. Sedangkan hidrannya itu cuma dua yang beroperasi. Lalu kenapa Bandung? Bandung yang maju saja tidak peduli hal tersebut. Apalagi level-level lainnya.

- Pak Muradi: Terkait latihan, Bandung punya tim, namun mereka berharap publik yang melakukan itu, namun idealnya, seharusnya negara yang menyiapkannya. Sampai hari ini, ada 8 hidran yang ada, namun hanya 2 titik yang menyala, kemudian dari 15 titik ideal damkar tersebut, mungkin Cuma 6 yang bisa jalan.

- Pak Muradi: ada Perda yang sebenarnya mengatur ideal kebutuhan tersebut, namun selalu terbentur di DPRD. Untuk mencukupi hal ini,

sebenarnya CSR dapat memenuhi pengadaan mobil pemadam kebakaran. - Pak Muradi: Terkait anggaran, karena kesadaran Bandung tidak ada pada bencana. Bencana tersebut dianggap sebagai sesuatu yang given,

bukan sesuatu yang dapat dicegah. Kalau ada bencana ya sudah lah itu nasib. Bandung sifatnya seperti itu. Bogor juga seperti itu. Ini kalau kita bicara tentang kesadaran pemerintah. Hal ini kembali lagi kepada pemimpinnya.

LAMPIRAN

- Pak Muradi: Terkait jumlah korban. Harusnya dalam tradisi tata kelola bencana, korban seharusnya zero victims, walaupun ada bencana

sekalipun. Dalam beberapa kajian yang saya dalami, orang murah sekali melihat nyawa tersebut. Negara tidak terlalu peduli dengan apa yang dimaksud dengan right to live.

- Pak Muradi: terkait dengan Kebhinekaan. Masalah di Jabar ini adalah toleransinya paling rendah, intoleransinya lebih tinggi. Tahun 2014,

saya melakukan riset tentang sebaran rumah ibadah. Ada dua jenis rumah ibadah: ada rumah ibadah yang izinnya normal, dan ada rumah ibadah yang tidak diizinkan dan akhirnya jadi ilegal. Beberapa non-muslim kemudian menjadikan rumah tinggal untuk beribadah. Menurut saya dalam hal ini negara harus hadir. Contoh di Bandung tidak ada pertumbuhan gereja. Memang tidak ada peraturan daerah, tapi kan perizinannya dipersulit. Makanya kemudian timbul namanya rumah tematik atau ruko yang dikhususkan untuk peribadatan atau kebaktian. Ada di daerah Riung Bandung, rumah yang dijadikan peribadatan gereja yang akhirnya dikeluhkan oleh masyarakat setempat, dan disalahkan oleh Pemda. Akhirnya, rumah ibadah lainnya silahkan tetap ada, tapi tidak boleh ada pembangunan baru, kecuali perumahan tematik tadi. Di Bogor juga banyak ditemukan rumah-rumah tematik yng dikhususkan untuk peribadatan tersebut.

- Pak Muradi: Ada kepala daerah dari partai tertentu yang melarang Syiah, dan ada Perda Gubernur dan Bogor. Oleh karena itu, kalau bicara

tentang Kebhinekaan akan complicated, dan saya yakin kalau negara belum bisa mengontrol dengan benar, maka akan terjadi masalah. Sebaiknya Dimensi Kebhinekaan ini perlu diperkaya.

- Pak Muradi: Terkait agama dan keyakinan. Di Cianjur ada hampir delapan gereja ditutup, di Cimahi juga ada. Akhirnya mereka pakai ruko

untuk beribadah. Untuk variabel ini perlu diperkaya karena di Jabar itu ada yang namanya Sunda Wiwitan yang basisnya di Kuningan, namun sayangnya agama ini dianggap tidak ada.

- Pak Muradi: Terkait penindakan terhadap kegiatan agama yang berbeda tersebut jangan membayangkan Satpol PP yang datang menutup,

tapi warga setempat yang bergerak. - Pak Muradi: Terkait difabilitas. Bandung dan Bogor dinilai tidak ada fasilitas umum yang mendukung dan ramah kepada penyandang

difabilitas.

LAMPIRAN

- Pak Muradi: Terkait etnik. Isu Sunda dan Non-Sunda di Jabar cukup tinggi, terutama di pemerintahan. Begitu juga dengan isu gender,

Sunda yang patriakat membuat posisi perempuan cukup dipandang sebelah mata di Jabar. - Pak Muradi: Terkait Politik dan Pemikiran. Terutama di Jabar, jika pemimpin membicarakan tentang agama atau suatu pemikiran, dia

kemudian akan dihubungkan ke basis partai tertentu. Padahal tidak ada urusan dengan partai tersebut. Jadi untuk di Jabar, Kebhinekaan yang terkait politik dan pemikiran akan cukup berat kalau dianggap sudah clear.

- Pak Muradi: Terkait Kekerasan. Ada UU PKS (Penanganan Konflik Sosial) yang menurut saya itu harus ada Perpres TNI untuk bantuan

pengamanan-pengamanan tertentu. Menurut saya itu harus clear. Untuk di Jabar masalah utamanya adalah isu agama, tidak ada masalah etnik. Bahkan masalah Cina dan Non Cina tidak menjadi masalah di Jabar.

- Pak Muradi: Untuk konflik agama yang tidak tercover oleh media ada di Bogor, dan di Tasikmalaya. Basis Ahmadyiah dan Syiah cukup

kuat di sana di Tasikmalaya dan Ciawi. Yang pasti, hubungan antara Muslim dan Non Muslim tidak terlalu terbuka di sini. Pemda dan Pemprov di Jabar tidak memiliki alternatif kebijakan yang serius untuk menegakkan apa yang kita diskusikan hari ini. Untuk Muslim yang aneh-aneh seperti Syiah dan Ahmadyiah bisa dikatakan tidak bisa tenang di sini, selain masyarakat setempat yang menentangnya, Pemda juga membiarkan hal tersebut. Seperti Pemprov Jabar yang telah melarang Syiah.

- Pak Muradi: Untuk peran pesantren di Jabar, pengaruhnya hanya di Cirebon dan di Tasikmalaya. Di tempat lain ada, namun mereka sangat

pragmatis. - Pak Muradi: menurut saya, yang lebih utama dalam memperbaiki intoleransi ini mengubah terlebih dahulu mindset pemimpinnya. Kalau

pemimpinnya bisa berubah, masyarakatnya bisa ikut berubah. - Pak Syaltout: Ternyata realita di tingkat mikro daerah lebih rumit jika melihat apa yang terjadi di Bandung dan Jabar.

LAMPIRAN

- Pak Muradi: Terkait Dimensi Kesejahteraan Sosial. Ada satu daerah di Jabar yang benar-benar tidak ada akses untuk listrik. Jadi kalau malam sudah harus pakai generator.

- Pak Muradi: Pengangguran di Jabar cukup tinggi. Terkadang terlihat saling lempar tanggung jawab dengan pemerintah pusat.

Sederhananya, kalau ada keberhasilan akan diclaim sebagai keberhasilannya, kalau ada kekurangan maka akan dilempar ke pihak lain. ada beberapa pemimpin di Jabar yang merupakan kesayangan media. Jika ada pihak yang mengkritik pemimpin tersebut, maka pihak itu akan di-bully. Menurut saya, di Jabar tidak perlu pemimpin yang sangat hebat, karena masyarakat relatif masih bisa mengontrol diri, asal kebutuhan dan harapan publik dapat dimengerti. Pemimpin tersebut juga harus bisa menguasai birokrasi dengan baik, dan dapat merangkul kelas menengah dengan baik, karena di Jabar, kelas menengah lebih kritis.

- Pak Muradi: Lembaga NGO dan lembaga kampus di Bandung cukup banyak dan cukup aktif. - Pak Muradi: Jika pemimpin Bandung peduli, maka mungkin kota-kota lain di Jabar tidak akan sulit mengikuti, karena Bandung, Bogor dan

Purwakarta selalu menjadi rujukan bagi kota-kota lain di Jabar dan bahkan Indonesia. - Pak Syaltout: Jika kita melihat di level mikro seperti di Jabar, ternyata realita jauh berbeda. Selama ini kita hanya melihat Jakarta, sehingga

melihat semuanya ideal, sehingga tidak ter-capture apa yang terjadi di daerah. - Pak Muradi: Menurut saya perlu membuat kluster-kluster daerah yang cukup untuk bisa paling tidak merepresentasikan kondisi. Dari

cluster tersebut, Bappenas akan punya indeks-indeks yang lebih terukur. Seharusnya tidak ada aturan umum yang berlaku secara nasional, karena setiap daerah berbeda-beda. Ukurannya jangan per-propinsi, tapi tingkat kabupaten dan kota. Kota sekecil Garut tentu tidak pasti berbeda dengan Bandung, dan kota-kota lainnya di Jabar. Bahkan tidak fair juga jika Bandung dibandingkan dengan Surabaya secara apple to apple. Di dalam propinsi saja bisa terjadi perbedaan yang begitu besar di dalam wilayahnya.

- Pak Muradi: dari keempat dimensi di IKMI, Bandung mungkin hanya dapat nilai yang baik di kesehjahteraan sosial, sedangkan di dimensi

yang lain sangat drop.

LAMPIRAN

- Pak Edy: Ada daerah yang pada aspek ini unggul, lalu di aspek yang lain tidak. Lalu bagaimana kombinasinya? Apakah secara metodologi bisa dibuat rata, atau dibuat gradasi?

- Pak Muradi: Terkait data-data di daerah yang dapat diakses. lebih baik menggunakan data-data di kabupaten kota, data dari masing-masing

kampus, dan juga harus wajib turun ke lapangan langsung, karena ada data BPS yang tidak sesuai dengan kondisi yang rill di lapangan.

- Pak Edy: Keunggulan dan juga sekaligus menjadi kelemahan dari IKMI ini adalah cakupannya terlalu luas, semua hal dicakup oleh IKMI, sehingga akan membuat bingung, terutama terkait data dan metodologi.

- Pak Muradi: Apakah mungkin Bappenas mengundang merangkul kampus untuk membuat khusus indeks per-dimensi dari IKMI dan

kemudian mempresentasikannya bersama-sama dan kemudian disandingkan, karena pada intinya, penelitian yang lebih fokus akan jauh lebih baik.