pengembangan kecakapan hidup dalam pembelajaran

60
PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan Dosen Pengampu : Drs. Fatah Syukur, NC, M.Ag PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan

Upload: noviarti

Post on 06-Dec-2015

311 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

ya

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Teknologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Drs. Fatah Syukur, NC, M.Ag

PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP DALAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN

Selama ini masyarakat dan praktisi pendidikan menganggap bahwa indikator keberhasilan pembelajaran sebagai inti proses pendidikan adalah nilai ujian nasional. Pandangan seperti ini tidak keliru, akan tetapi baru melihat salah satu indikator saja. Apabila keberhasilannya hanya dipandang sebelah, maka pembelajaran cenderung lebih menekankan kepada aspek kognitif saja, sehingga aspek afektif dan psikomotorik agak terabaikan. Sementara itu, sejak tahun 2001 telah bergulir

Page 2: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

tujuan proses pembelajaran ke arah penguasaan kompetensi dasar yang bermuara pada penguasaan kecakapan hidup (life skills) yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat.

Kecakapan hidup sebagai inti dari kompetensi dan hasil pendidikan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan yang wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Sebagai hasil dari pendidikan, pembelajaran yang mengarah dalam kecakapan hidup prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi diri dan di masa yang akan datang. Sedangkan latar belakang diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup di antaranya karena tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam persaingan di pasar global.

II. RUMUSAN MASALAH

A. Pengertian Kecakapan Hidup (Life Skill)

B. Macam-macam Kecakapan Hidup (Life Skill)

C. Tujuan Kecakapan Hidup (Life Skill)

D. Pentingnya Skill atau Keterampilan

III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kecakapan Hidup (Life skill)

Life skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi hingga mampu mengatasinya.[1] Konsep kecakapan hidup dirumuskan secara beragam, salah satu konsep yang dikemukakan oleh Nelson Jones menyebutkan bahwa secara netral kecakapan hidup merupakan urutan pilihan yang dibuat seseorang dalam bidang keterampilan yang spesifik. Secara konseptual, kecakapan hidup adalah urutan pilihan yang memperkuat kehidupan psikologis yang di buat seseorang dalam bidang yang lebih khusus. Sumber lain memaknai kecakapan hidup sebagai pengetahuan yang luas dan interaksi kecakapan yang diperkirakan merupakan kebutuhan esensial bagi manusia dewasa untuk dapat hidup secara mandiri.

Untuk pembelajaran berorientasi kecakapan hidup adalah pendidikan untuk meningkatkan kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjaga kelangsungan hidup dan pengembangan dirinya. Kemampuan disini adalah realisasi dari kecakapan hidup yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.

Page 3: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Kecakapan hidup terdiri dari kecakapan hidup yang bersifat umum dan khusus. Menurut Malik Fadjar kecakapan hidup sama dengan empat pilar pendidikan yang di canangkan UNESCO, yakni learning to know (belajar mengetahui), learning to do (belajar melakukan), learning to be (belajar menjadi diri sendiri) dan learning to live together (belajar hidup dalam kebersamaan).[2]

B. Macam-macam Life Skill

Versi direktorat jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas (2002),membagi kecakapan hidup menjadi lima jenis yaitu :

a. Kecakapan mengenal diri atau personal (Personal Skill) yang mencakup :

Ø Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara.

Ø Menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.[3]

b. Kecakapan berpikir rasional (Thinking Skill)

Ø Kecakapan menggali dan menemukan informasi.

Ø Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan.

Ø Kecakapan memecahkan masalah.

c. Kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (social skill)

Ø Kecakapan berkomunikasi. Pada kecakapan komunikasi seperti empati, sikap penuh pengertian dan seni berkomunikasi dua arah perlu ditekankan, karena berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis.

Ø Kecakapan bekerja sama.

d. Kecakapan akademik atau kemampuan berpikir ilmiah (academik skill)

Ø Kecakapan mengidentifikasi variabel dan menjelaskan hubungan antara variabel tersebut.

Ø Kecakapan merumus hipotesis.

Ø Kecakapan merancang dan melaksanakan penelitian.

e. Kecakapan vokasional atau kemampuan kejuruan (vocational skill)

Ø Kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat atau lingkungannya.[4]

Page 4: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Kelima jenis kecakapan hidup diatas dapat dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu : kecakapan hidup yang bersifat umum (General Life Skill / GLS) dan kecakapan hidup yang bersifat spesifik (Specific Life Skill / SLS).

Uraian secara rinci dari kecakapan hidup adalah sebagai berikut :

1. Kecakapan belajar sepanjang hayat

Seorang pembelajar sepanjang hayat telah memperoleh pengetahuan dasar dan mengembangkan kecakapan-kecakapan belajar individual yang mendukung pendidikan secara berkelanjutan, mendorong partisipasi yang efektif dalam masyarakat demokratis dan mendapatkan peluang-peluang pekerjaan sebanyak mungkin. Ciri-cirinya adalah :

a) Memulai belajar sendiri, meliputi : mendemonstrasikan sikap yang positif dan bertanggung jawab pribadi untuk belajar dan mengembangkan pribadi, mengambil resiko unutk memaksimalkan belajar dan perbaikan diri yang positif, menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan diri, mengorganisasikan sumber-sumber dan waktu secara efisien, menggunakan refleksi atau pemikiran dan umpan balik untuk pertumbuhan dan evaluasi diri, memperbaiki atau memperhalus kecakapan dan bakatnya secara terus-menerus, beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan.

b) Mencapai tingkat baca tulis yang tinggi, meliputi: mendemonstrasikan kecakapan-kecakapan dasar dan memenuhi standar bidang pelajaran, menggunakan strategi mengelola informasi yang efektif dan efisien dalam mengaitkan informasi dan pengalaman, menerapkan pengetahuan dan informasi dengan situasi-situasi yang baru, menghargai berbagai kontribusi budaya, menerapkan teknologi untuk hidup dalam suatu masyarakat yang semakin kompleks dan kaya informasi.

c) Mengelola informasi, meliputi : menggunakan strategi pencairan informasi yang tepat, mengevaluasi, menginterpretasi, mengorganisasi dan mensintesis informasi, menyajikan informasi dalam berbagai bentuk.

d) Mendemonstrasikan kesadaran estetis, meliputi : mengembangkan dan menggunakan kriteria untuk mengevaluasi kebenaran atau keaslian, substansi (isi pokok) dan keunggulan, mengembangkan suatu penghargaan terhadap keindahan yang harus melekat dalam kehidupan sehari-hari, mengajak dan ikut serta dalam kegiatan estetis untuk kesenangan dan pertumbuhan pribadi.

2. Kecakapan berpikir kompleks

Seorang pemikir yang kompleks (rumit) telah memperoleh berbagai kecakapan berpikir dan mampu menggunakan secara tepat dalam situasi yang bermacam-macam. Ciri-cirinya adalah :

a) Mendemonstrasikan berbagai proses berpikir, meliputi : menggunakan berbagai kecakapan berpikir, memadukan berbagai kecakapan berpikir ke dalam proses yang menyeluruh, menggunakan proses berpikir dalam hal-hal yang konkret dan abstrak

Page 5: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

b) Memadukan informasi yang baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada, meliputi: menggunakan proses berpikir untuk menafsirkan informasi, mengorganisasi dan mengelola informasi, menggabungkan atau menyatukan informasi dalam cara-cara yang baru dan unik.

c) Menerapkan kecakapan berpikir secara strategis, meliputi mengakui dan memonitor penggunaan proses berpikirnya sendiri, memprediksi konsekuansinya ketika membuat keputusan, mempertimbangkan ide-ide baru dan pandangan yang bervariasi untuk memperluas wawasan dan menambah pemahaman,menyeimbangkan rasio dan emosi dalam membuat keputusan, memadukan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada.

3. Kecakapan berkomunikasi yang efektif

Seorang komunikator yang efektif mampu berinteraksi dengan menggunakan berbagai media misalnya membaca, menulis, berbicara, mendengar, mencat, bernyanyi, bermain alat music, berdansa, berdrama, memahat. Ciri-cirinya adalah :

a) Menggunakan metode yang tepat dalam berkomunikasi dengan yang lain, meliputi : merencanakan mengorganisasikan dan menyeleksi ide-ide untuk berkomunikasi, memilih mode atau cara komunikasi yang tepat untuk mencapai tujuan, misalnya membaca, menulis berbicara, mendengar. Mengakui atau menghargai sifat-sifat audiens (pendengar), berkomunikasi secara jelas dalam ucapan, artistic, bentuk-bentuk tertulis dan nonverbal mengekspresikan atau mengungkapkan gagasan, perasaan dan kepercayaan secara estetis, berkomunikasi dengan yang lain dalam suatu acara yang beradab, penuh penghargaan dalam bekerja dan berjalan ke arah tujuan-tujuan yang sama.

b) Merespon secara tepat ketika menerima komunikasi, meliputi : menerima dan memahami ide-ide yang dikomunikasikan berbagai mode atau cara, mengakses pengetahuan sebelumnya perlu untuk menafsirkan informasi dan membangun makna, mendukung komunikasi yang efektif melalui pencarian klarifikasi dan memberikan umpan balik yang tepat, mengakui atau menghargai komunikasi yang efektif, beradaptasi dan menyesuaikan komunikasi sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dari audiens (pendengar) yang dimaksud.

4. Kecakapan kolaborasi

Seorang kolaborator bekerja secara efektif dengan yang lain untuk mengidentifikasi dan mencapai hasil-hasil yang ditetapkan. Ciri-cirinya adalah:

a) Memahami dan melayani dalam berbagai peran, meliputi : mengambil peran sebagai pemimpin atau partisipan secara tepat, mengubah atau menggeser peran secara halus, mengajar kecakapan-kecakapan yang baru kepada yang lain dan memprosesnya.

b) Memfasilitasi kelompok secara efektif, meliputi : menjelaskan tujuan, mempertimbangkan berbagai ide dan mengusulkan modifikasi, menemukan pokok pembicaraan umum di antara berbagai perhatian yang berbeda, menghasilkan sekumpulan pilihan, mengevaluasi kualitas ide-ide dan hasil-hasil yang potensial, melaksanakan cara mengakhiri perdebatan atau perselisihan yang tepat, meninjau kembali proses kelompok dan menganalisis efektifitasnya.

Page 6: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

c) Menggunakan sumber-sumber secara efektif, meliputi : mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah, bekerja secara efektif di dalam sumber-sumber yang terbatas.

d) Bekerja dengan berbagai penduduk, meliputi : menghargai perbedaan dan kesamaan di antara anggota-anggota kelompok, membedakan individu dari peranan kelompoknya, menggunakan pengalaman latar belakang individual untuk meningkatkan proses kelompok, menghargai perbedaan budaya dan etnik dan memanfaatkan mereka dalam cara-cara yang positif, memperlakukan yang lain dengan kasih saying.

e) Merespons secara tepat terhadap hubungan timbale balik yang kompleks, meliputi : menyeimbangkan kebutuhan pribadi dan kelompok, membangun consensus, mengakui peranan dari dinamika kelompok, menyelesaikan beberapa konflik secara positif.[5]

C. Tujuan Kecakapan Hidup (Life Skill)

Tujuan diterapkannya konsep pendidikan berorientasi kecakapan hidup (life skill) adalah sebagai berikut :

a. Menfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya, yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik menghadapi perannya di masa yang akan datang.

b. Memberikan peluang bagi institusi pelaksana pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel dan memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip pendidikan terbuka (berbasis luas dan mendasar) serta prinsip manajemen pendidikan berbasis sekolah.

c. Membekali tamatan dengan kecakapan hidup agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, masyarakat dan warga Negara.[6]

Secara khusus tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah :

1) Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah kehidupannya

2) Memberikan wawasan yang luas mengenai pengembangan karir

3) Memberikan bekal dengan latihan dasar tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

4) Memberikan kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas (broad-based education)

5) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah dan di masyarakat sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Page 7: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

D. Pentingnya Skill atau Keterampilan

Sebagian masyarakat bahkan orang tua beranggapan bahwa memiliki anak yang pandai sudah cukup. Disamping itu, seorang anak yang telah menjadi sarjana atau lulusan sebuah perguruan tinggi dengan gelar akademis tertentu belum mampu menjamin masa depan kehidupan anak yang lebih menjanjikan. Pemikiran seperti itu tentu dalam suatu waktu akan menemukan titik relevansinya. Namun, pada situasi dan kondisi tertentu mungkin janji-janji yang mencerahkan atas gelar akademis tersebut menjadi kurang relevan, bahkan masyarakat luas tidak lagi dipercayainya. Seiring dengan semakin banyaknya pengangguran yang disebabkan karena factor pendidikan, dan maraknya kasus korupsi yang tidak terlepas dari para birokrat yang memiliki banyak gelar, sarjana, master, doctor bahkan professor. Peran dan fungsi pendidikan dalam konteks ini tentu akan mendapat gugatan dari banyak kalangan, misalnya mengapa praktek korupsi justru dilakukan oleh orang-orang pandai dan pintar. Kenyataan ini memang sungguh sangat menyedihkan, bahkan bangsa ini sering dikonotasikan sebagai bangsa yang sangat kreatif dalam hal korupsi, dari lapisan yang paling bawah sampai paling atas.

Pada dasarnya, pendidikan diselenggarakan bukan semata-mata membekali peserta didik dengan berbagai ilmu pengetahuan, namun pendidikan juga harus berorientasi pada pemberian bekal bagi peserta didik agar dapat menjalani kehidupannya dengan baik, terutama dalam situasi dan kondisi di era globalisasi. Dijelaskan dengan tegas dalam UU sisdiknas no. 20 tahu 2003 bahwa tujuan pendidikan selain bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, juga bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang cakap, kreatif dan mandiri. Kecakapan, kreatifitas dan kemandirian merupakan tiga point yang sangat penting untuk dimiliki setiap peserta didik agar ia dapat cakap dalam menghadapi realitas hidupnya, kreatif dalam memberikan solusi atas persoalan yang ada.

E. Mulyasa menegaskan bahwa tantangan kehidupan di masa yang akan datang menuntut manusia untuk hidup secara mandiri sehingga peserta didik harus di bekali dengan kecakapan (life skill) melaui muatan, proses pembelajaran dan aktifitas lain sekolah. Pada hakekatnya pendidikan yang berorientasi kecakapan hidup adalah pendidikan untuk membentuk watak dan etos. Selain itu pendidikan yang seperti ini bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problem yang sedang dihadapinya.

Tuntutan life skill pada dasarnya mencakup beberapa aspek diantaranya keterampilan peserta didik, profesionalitas, dan kecakapan dalam melakukan transformasi menuju perubahan social. Sebagaimana dijelaskan diatas,kecakaapn hidup disini bukan semata cakap dalam berpikir dan akademis, namun cakap dalam keterampilan dan social.[7]

IV. ANALISIS

Dalam pembelajaran kecakapan hidup seorang siswa diharapkan mampu menempuh kehidupan yang sukses, bermartabat, seperti kemampuan berpikir kompleks dan kritis, berkomunikasi secara efektif, membangun kerja sama, bertanggung jawab sehingga ada kesiapan untuk memasuki dunia

Page 8: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

kerja. Implementasi life skill tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru ataupun materi tambahan. Kecakapan hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga tidak diperlukan tambahan alokasi waktu tertentu.

Implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup di sekolah dapat dilakukan melalui reorientasi pembelajaran dari orientasi mata pelajaran semata, menjadi kecakapan hidup, pengembangan iklim sekolah yang kondusif untuk berkembangnya kecakapan hidup, khususnya yang terkait dengan sikap atau karakter atau kesadaran diri, dan penerapan manajemen sekolah yang di arahkan untuk mengembangkan pendidikan berorientasi kecakapan hidup dalam pembelajaran.

Pada dasarnya kecakapan hidup meliputi kecakapan dasar, kecakapan instrumental, general life skill, spesifik life skill, personal skill, social skill, environmental skill, occupational skill. Dalam pelaksanaan life skill di lembaga pendidikan dengan cara menginternalisasikan komponen-komponen kecakapan hidup tersebut digunakan strategi-strategi sebagai berikut :

a. Melalui reorientasi pembelajaran setiap guru yang akan menyampaikan mata pelajaran harus merencanakan komponen-komponen yang akan di internalisasikan dalam proses pembelajaran, sehingga pencapaian kompetensi dalam setiap mata pelajaran hendaknya di ikuti dengan “penyemaian” komponen-komponen dari kecakapan hidup.

b. Mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan dan metode yang variatif, sehingga memungkinkan :

· Peserta didik lebih aktif

· Kondisi atau suasana belajar menyenangkan

· Pengembangan budaya baca, tulis, observasi

· Fungsi guru bergeser dari pemberi informasi menuju seorang fasilitator

· Pemanfaatan perpustakaan, laboratorium, dan sumber belajar lain

· Materi yang dipelajari terkait dengan lingkungan kehidupan siswa, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan

· Peserta didik terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber

· Menggeser “teaching” menjadi “learning

· Lebih banyak komponen-komponen dalam kecakapan hidup yang bisa di internalisasikan dalam PBM (proses belajar mengajar)

· Selain itu kecakapan-kecakapan hidup dapat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler

V. KESIMPULAN

Page 9: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Tantangan globalisasi yang menuntut kualitas sumber daya manusia yang prima dan unggul dalam persaingan di pasar global yang menyebabkan dalam pendidikan sekarang di cantumkan kedalam bentuk suatu life skill, kecakapan hidup dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran sehingga tidak diperlukan tambahan alokasi waktu tertentu.

Sedangkan untuk implementasi pendidikan berorientasi kecakapan hidup dapat dilakukan tanpa mengubah kurikulum, aspek-aspek kecakapan hidup yang telah diintegrasikan dijadikan indikator dalam pembelajaran. Kecakapan hidup yang bersifat umum pada umumnya kecakapan yang diperlukan oleh siapapun, baik yang bekerja, yang tidak bekerja, dan yang sedang menempuh pendidikan.

Kecakapan hidup yang bersifat spesifik adalah kecakapan yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang khusus atau tertentu. Life skill menunjuk pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat. Life skill merupakan kemampuan yang diperlukan sepannjang hayat, kepemilikan kemampuan berfikir yang kompleks, kemampuan komunikasi secara efektif, kemampuan membangun kerjasama, melaksanakan peranan sebagai warga Negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja dan memiliki karakter dan etika untuk tujuan terjun ke dunia kerja.

VI. PENUTUP

Demikianlah makalah ini saya buat. Saya sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang kontruksi dari anda semua sangat diharapkan agar makalah kedepan lebih baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semuanya. Amin…

Pengembangan Persiapan Mengajar

Page 10: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

RINGKASAN

PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR

OLEH : KELOMPOK IV

12 i

Darma

Ahdianti

Riska Abdullah

Azhar

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2013

BAB V

PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR

Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksitentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar adalah memperkirakantindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan

Page 11: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran berbasisi kompetensi, yakni kompotensi dasar, materi standar, indicator hasil belajar,scenario pengajaran,danpenilaia berbasisi kelas(PBK).

Kompetensi dasar berfungsi mengembangkanpotensi peserta didik,materi standarberfungsi member makna terhadap potensi dasar, indicator hasil belajarberfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi pada peserta didik scenario pengajaran merupakan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses pengajaran; sedangkan BPK berfungsi mengukur pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila standar kompetensi belum tercapai.

A. Perencanaan dan Implementasi Persiapan Pengajaran

Pekerjaan mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya dimensional. Berkenaan dengan hal tersebut, guru paling sedikit harus menguasai beragai teknik yang erat hubungannya dengan kegiatan-kegiatan penting dalam pengajaran.

Enam jenis aktivitas dirasakan sudah cukup berat untuk mulai karirnya sebagai tenaga yang professional. Dalam kerangka tersebut terlihatadanya hubungan yang erat antara ke enam aktivitas tersebut.

Aktivitas pertama;”mendiagnosa kebutuhan peserta didik” berarti para guru harus menaruh perhatian khusus terhadap oeserta didik didepan kelas antara lain bertalian dengan minat para individu kebutuhan dan kemampuan mereka. Selanjutnya dicari jalan keluar bagaimana memenuhi hal tersebut.

Aktivitas ke dua;yaitu “memilih isi dan menentukan sasaran”.sasaran pengajaran kita melukiskan apa yang sebenarnya diharapkan dari peserta didik,agarmereka mampu melakukan sesuatusesuai dengan urutan pembelajaran,dengan dengan demikian para guru dapat mengetahui bahwa’peserta didik’tersebut telah mempelajari sesuatu didalam kelas.

Aktivitas ke tiga;mengidentifikasiteknik-teknik”pembelajaran aktivitasini dilakukan karena guru telah mengetahui sasaran tertentu yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk mengambil suatu keputusan.

Aktivitas keempat; merencanakan aktivitas”merumuskan unit-unit dan merencanakan pelajaran”dalam aktifitas ini yang paling penting adalah mengorganisasi keputusan-keputusan yang telah diambil,yaitu mengenai peserta didik secara individu, sasaran-sasaran dan teknik pembelajaran dan dibukukan pada dokumen resmi, sehingga dapat dipergunakan untuk melanjutkan pembelajaran berikutnya.

Aktivitas kelima; memberikan motivasi dan implementasi program perencanaan pada aktitas ini mempersiapkan guru secara khusus bertalian dengan teknik motivasional yang akan diterapkan dan beberapa prosedur administrative yang perlu di ikuti agar rencana pengajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

Page 12: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Aktivitas keenam;merupakan aktivitas yang terakhir yaitu perencanaan yang dipusatkan kepada pengukuran, evaluasidan penentuan tingkat,”aktivitas ini merupakan pengembangan perencanaan untuk mengadakan tes dan penyesuaian tentang penampilan peserta didik secara individual.

B. Prinsip-Prinsip Persiapan Mengajar

Untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik antara lain: mengidentifikasi kebutuhan siswa tujuan yang hendak dicapai, dan scenario yang relavan digunakan untuk mencapai tujuan dan criteria evaluasi.

Pengembangan persiapan mengajar harus memperhatkan minat dan perhatian peserta didik terhadap materi yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini peran guru tidak hanya sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah belajar, serta mendorong siswa untuk belajar dengan menggunakan berbagai variasi media, dan sumber belajar yang sesuai serta menunjang pembentukan kompetensi. Berkenaan dengan hal tersebut, (E.Mulyasa, 2004:80 )mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu:

a. Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas,semakin konkret kompetensi, semakin mudah diamati dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

b. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik.

c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.

d. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh serta jelas pencapaiannya.

e. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim( team teaching)atau moving class.

C. Komponen-Komponen Persiapn Mengajar

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada persipan mengajar, sebagai produk program pembelajaran jangka pendek yang mencakup komponen kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.

Agar guru dapat membuat persiapan mengajar yang efektif dan berhasil guna,dituntut untuk memahamibebagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan persiapan mengajar,baik berkaitan dengan hakikat,fungsi, prinsip maupun prosedur pengembangan persiapan mengajar, serta mengukurefektifitas mengajar.

Page 13: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Rencana pembelajaran yang baik menurut gagne dan Briggs (1974)hendaknya mengandung tiga komponen yang disebut anchor point, yaitu: 1). Tujuan pengajaran; 2). Materi pelajaran/bahan ajar, pendekatan dan metode mengajar, media pengajaran dan pengalaman belajar; dan 3). Evaluasi keberhasilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kenneth D. Moore (2001:126) bahwa komposisi format rencana pembelajaran meliputi komponen:

a. Topik bahasan

b. Tujuan pembelajaran ( kompetensi dan indicator kompetensi)

c. Materi pelajaran

d. Kegiatan pembelajaran

e. Alat/media yang dibutuhkan,dan

f. Evaluasi hasil belajar

Kurikulum 2004 mengendaki penyusunan persiapan mengajar mencakupkomponen sebagai berikut.

a. Identitasmata pelajaran (nama pelajaran, kelas, semester, dan waktu atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

b. Kompetensi dasar (yang hendaknya dicapai atau dijadikan tujuan)

c. Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompotensi dasar).

d. Strategi pembelajaran/tahapan-tahapan proses belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan oleh siswadalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar ).

e. Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran).

f. Penilaian dan tindak lanjut (instrument dan prosedur yang digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penelitian, misalnya remedial,pengayaan atau percepatan)

g. Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai).

D. Rencana Pengajaran dalam Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004

Rencana pengajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran tertentu, pada kelas dan jenjang tertentu, untuk topik tertentu dan untuk satu pertemuan atau lebih. Dalam kurikulum 1994 kita menggunakan prosedur kerja yang sama, dan kewajiban guru membuat Program Satuan Pelajaran(PSP) untuk setiap pokok bahasan yang tidak mutlak disampaikandalam satu kali pertemuan, tapi mungkin 2, 3, 4 bahkan 5 kali pertemuan .Sedangkan untun rencana pembelajaran

Page 14: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

harian menggunaka RPP( Rencana Pembelajaran) yang dibuat dalam setiap kali mengajar. Sedangkan dalam kurikulum 2004 kita mengenal istilah Silabus, yaitu garis besar, ringkasan,ikhtisar, atau pokok- pokok matri pelajaran.

E. Model Persiapan Mengajar

Dalam hal ini, penulis menyajikan beberapa model persiapan mengajar sebagai bahan pembanding dan stimulus untuk lahirnya model-model baru.

1. Model ROPES

Hunt menyebutnya rencana prosedur pembelajaran sebagai persiapan mengajar yang disebutnya ROPES (Review, Overview,Presentation, Exercise, Summary) dengan langkah-langkah sebagai beriku.

1. Review, yaitu mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalan sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa dan diperlukan sebagai prerequisite untuk memahami bahan yang disampaikan hari itu. Hal ini diperlukandengan didasarkan atas:

a. Guru bisa memulai pelajaran, jika perhatian dan motivasi siswa untuk mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh.

b. Guru hendak memulai pelajaran, jika interaksi antara guru dengan siswa sudah mulai terbentuk

c. Guru dapat memulai pelajaran jika siswa-siswa sudah memahami hubungan bahan ajar sebelumnya dengan bahan ajar baru yang dipelajari hari itu.

2. Overview, overview dilakukan yidak terlalu lama berkisar antra 2 sampai 5 menit.Gurumenjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi (content) secara singkat dan strategi yang akan digunakan dalam proses.

2.Model Satuan Pelajaran

Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaanya mencapai hasil yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar.

Rencana mengajar atau persiapan mengajar atau lebih dikenal dengan satuan pelajaran adalah program kegiatan belajar mengajar dalam satuan terkecil (sudjana,2002:137).

Tahapan –tahapan kegiatan pembelajaran meliputi:

1. Kegiatan awal

Kegiatan pendahuluan dimaksudkan intuk member motivasu kepada siswa, memusatkan perhatian,dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a. Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal kegiatan ini dalakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang guru perlu menghubungkan

Page 15: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

materi pelajaran yang telah dimiliki siswa dengan materi yang akan dipelajari siswa dan tidak mengesampingkan motivasi belajar terhadap siswa.

b. Menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya:

-Menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui bimbingan guru kepada siswa.

- Menciptakan suasana pembelajaran demokratis dalam belajar, melalui cara dan teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk berkreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang dimilikinya.

2. Kegiatan inti

adalah kegiatan utama untuk menanamkan,mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan. Kegiatan inti setidaknya mencakup:1. Penyampaian tujuan pembelajaran; 2. Penyampaian materi atau bahan ajar dengan menggunakan pendekatan dan metode, sarana dan alat atau media yang sesuai; 3. Pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa:4. Melakukan pemeriksaan atau pengecekan tentang pemahaman siswa

3 . Penutup

Kegiatan penup ini adalah penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan bahan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan atau bersama-sana dengan siswa. Kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut ini adalah:

Melaksanakan penilain akhir dan mengkaji hasil penilaian.

Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternative kegiatan diantaranya: Memberikan tugas atau latihan-latihan, menugaskan mempelajari materi pelajaran tertentu,dan memberikan motivasiatau bimbingan belajar.

Mengakhiri proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi materi pokok yang akan di bahas pada materi berikutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.

Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasainya, sehingga dalam melakukan

Page 16: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

proses pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang menarik karena pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan singkat ini akan dipaparkan tentang bagaimana mengembangkan bahan ajar modul dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran.

Arti dan Peran Bahan Ajar

Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.

Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya bagi guru dan siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi siswa, tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika guru dalam menjelaskan materi pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Bahan ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi guru, siswa, dan pada kegiatan pembelajaran.

Peran Bahan Ajar

Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting. Peran tersebut menurut Tian Belawati (2003: 1.4 – 1.9) meliputi peran bagi guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok. Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing peran sebagai berikut:

Bagi Guru; bahan ajar bagi guru memiliki peran yaitu:

1) Menghemat waktu guru dalam mengajar.

Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.

2) Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator.

Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran.

3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.

Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran, dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.

Page 17: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Bagi Siswa; bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:

1) Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru

2) Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki

3) Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.

4) Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.

5) Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.

Dalam Pembelajaran Klasikal; bahan ajar memiliki peran yakni:

1) Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama

2) Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.

3) Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

4) Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.

Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memiliki peran yakni:

1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran

2) Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi.

3) Penunjang media pembelajaran individual lainnya.

Dalam Pembelajaran Kelompok; bahan ajar memiliki peran yakni:

1) Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.

2) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Cara Pengelolaan Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar?

1.3 TUJUAN

Page 18: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Untuk mengetahui cara pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar.

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 PENGELOLAAN SISWA

Dalam hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Dengan demikian pengelolaan peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan/pengelolaan data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah..

Penempatan Peserta Didik

Sebelum peserta didik yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.

Dasar-dasar pengelompokkan peserta didik ada lima macam, yaitu :

a) Friendship Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan kesukaan di dalam memilih teman diantaranya peserta didik itu sendiri.

b) Achievement Grouping. Pengelompokkan belajar dalam hal ini adalah campuran antara peserta didik yang berprestasi tinggi dan peserta didik yang berprestasi rendah.

c) Aptitude Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri.

d) Attention or Interest Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas perhatian atau minat yang didasari oleh kesenangan peserta didik itu sendiri.

e) Intelligence Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil test intelegensi yang diberikan kepada peserta didik.

Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya.Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung.Menurut Andree,(1982) ada beberapa pengelompokkan siswa :

a) Task planning groups : pengelompokan berdasarkan rencana tugas.

Page 19: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

b) Teaching groups : siswa mengerjakan tugas yang sama pada waktu yang sama.

c) Seating groups : pengelompokan yang bersifat umum, beberapa siswa duduk mengelilingi meja.

d) Joint leaning groups: pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok lain.

e) Collaborative-groups : kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerjasama tiap individu pengelompokan siswa merupakan kegiatan atau tindakan dalam rangka optimalisasi pembelajaran.

2.2 PENGELOLAAN GURU

Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya (Majid,2011:123).Guru dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki kode etik guru.

Beberapa prinsip dasar kode etik guru :

a. Keharusan ilmu yang harus dibarengi dengan pengalamannya

b. Bersikap kasih sayang terhadap siswa

c. Menghindarkan diri dari ketamakan

d. Bersikap toleran dan pema’af

e. Menghargai kebenaran

f. Keadilan dan keinsafan

g. Rendah hati

h. Ilmu adalah untuk pengabdian bagi orang lain

i. Ing ngarso sung tuladha,ing madya mangun karsa,tut wuri handayani.

Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan tanggung jawab guru secara formal. Pelayanan peserta didik sebaiknya diarahkan pada :

a. Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;

b. Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses belajar mengajar.

c. Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan.

d. Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan

e. Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar.

Page 20: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

2.3 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme. ( learning is the process by which an activity originates or is changed through reacting to an encountered situation, provided that the characteristics of the change in activity cannot be explained on the basis of native response tendencies, maturation, or temporary states of the organisme).

Dari pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran itu adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Jadi pengelolaan pembelajaran adalah pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan keadaan dua pengertian yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut.

1. Berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan kelas secara ketat.

2. Pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan.

Pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, waktu dan dan personel yang diperlukan. Sedang pengorganisasian merupakan pembagian tugas kepada personel yang terlibat dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian, pengarahan dan pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan, faktor pendukung dan penghambatnya.

Pengelolaan adalah proses mengatur agar seluruh potensi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengerahan (aktuating), pengawasan (controlling).

Page 21: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna ata pemahaman, karenanya dalam pembelajaran guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan potensi dan otoritas yang dimilikinya, untuk membangun suatu gugusan, pencapaian keberhasilan belajar tidak hanya menjadi tanggungjawab untuk menciptakan motivasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan sepanjang hayat, karenanya dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

ü Berpusat pada siswa

Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat (Interest) kemampuan (Ability), kesenangan (Preference), pengalaman (Experience), dan cara belajar (Learning Style) yang beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya.

ü Belajar dengan melakukan

Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas. Aktivitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan, serta mempraktekannya sendiri.

ü Mengembangkan keingintahuan

Manusia terlahir memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif.

ü Mengembangkan pemecahan masalah

Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan.

ü Mengembangkan kreativitas siswa

Siswa memiliki potensi yang berbeda perbedaan itu terlihat pada pola pikir daya imajinasi fantasi dan hasil karyanya, karena itu kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kegiatan kreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.

ü Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang diproduksi manusia dapat dimanfaatkan oleh manusia pada umumnya serta siswa pada khususnya. Siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

ü Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak

Page 22: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus mampu menempatkan diri senbagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu menurut Prabowo [2000], bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:

1. Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar;

2. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok;

3. Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.

2.4 PENGELOLAAN LINGKUNGAN KELAS

Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.

Lingkungan kondusif menurut Mulyasa (2004:16) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :

a. Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.

b. Memberikan pembelajaran remedial.

c. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif.

d. Menciptakan suasana kerjasama dan saling menghargai.

e. Melibatkan siswa dalam proses perencanaan pembelajaran.

f. Mengembangkan proses pembelajaran.

g. Mengembangkan system evaluasi pembelajaran.

Desain Lingkungan fisik

Dalam manajemen kelas efektif, lingkungan fisik merupakan faktor yang sangat penting. Oleh Karena itu, lingkungan fisik harus dapat didesain secara baik dan lebih dari sekedar penataan barang-barang di kelas. Menurut Everston et al. (2003) dalam Santrock (2008), terdapat empat prinsip yang dapat dipakai dalam menata kelas, yaitu:

Page 23: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku siswa, meja guru, dan lokasi penyimpanan alat tulis, rak buku, computer dan lokasi lainnya. Area-area harus dapat dipisahkan sejauh mungkin dan dipastikan mudah diakses, karena gangguan dapat terjadi pada daerah yang sering dilewati.

Pastikan bahwa Guru dapat dengan mudah melihat semua anak. Sebagai manajer kelas, guru penting untuk memonitor anak secara cermat. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja anak, dan semua anak.

Materi Pengajaran dan Perlengkapan anak harus mudah diakses. Hal ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, serta mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.

Pastikan siswa dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di mana anda dan siswa anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Pada aktivitas ini, anak tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya.

2.5 PENGEMBANGAN SUMBER DAN BAHAN AJAR

Pengertian Sumber Belajar

Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004)

Pengertian Bahan Ajar

Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Pengelompokan bahan ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut :

ü Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively).

http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http:// tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève.

ü Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.

Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar,

1. Auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte).

Page 24: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

2. Visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung).

3. Audio visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video.

Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri.

1. Bahan Ajar Cetak (Printed)

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:

a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari

b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit

c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah

d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu

e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja

f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa

g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar

h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri

Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.

Page 25: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

a. Handout

Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.

Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.

b. Buku

Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.

Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya. Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.

c. Modul

Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:

· Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)

· Kompetensi yang akan dicapai

· Content atau isi materi

· Informasi pendukung

· Latihan-latihan

· Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

· Evaluasi

· Balikan terhadap hasil evaluasi

Page 26: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.

d. Lembar kegiatan siswa

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.

Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.

e. Brosur

Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.

f. Leaflet

A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD.

Page 27: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

g. Wallchart

Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.

h. Foto/Gambar

Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.

Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.

Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:

· Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.

· Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.

· Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.

Page 28: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Pengembangan Persiapan Mengajar

Persiapan mengajar pada hakikatnya memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Dengan demikian, persiapan mengajar adalah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran berbasis kompetensi , yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, skenario pengajaran, dan penilaian berbasis kelas (PBK).

A. Perencanaan dan Implementasi Persiapan Pengajaran

Kerangka perencanaan dan implementasi pengajaran melibatkan urutan langkah-langkah yang sangat penting bagi para guru dalam mempersiapkan pelaksanaan rencana pengajaran. Kerangka tersebut membatasi banyaknya aktivitas khusus yang akan diselesaikan oleh guru, yaitu hanya enam aktivitas terutama bagi para guru baru.

1. Mendiagnosa kebutuhan peserta didik

2. Memilih isi dan menentukan sasaran

3. Mengidentifikasi teknik-teknik pembelajaran

4. Merumuskan unit-unit dan merencanakan pelajaran

5. Memberikan motivasi dan implementasi program

6. Perencanaan yang dipusatkan kepada pengukuran, evaluasi, dan penentuan tingkat.

B. Prinsip-prinsip Persiapan Mengajar

(E.Mulyasa, 2004:80) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengembangkan persiapan mengajar, yaitu:

1. Rumusan kompetensi dalam persiapan mengajar harus jelas

2. Persiapan mengajar harus sederhana dan fleksibel serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik

3. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam persiapan mengajar harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan

Page 29: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

4. Persiapan mengajar yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya

5. Harus ada koordinasi antara komponen pelaksana program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim atau moving class.

C. Komponen-komponen Persiapan Mengajar

Terdapat beberapa pendapat yang berbeda mengenai komponen apa saja yang harus ada dalam persiapan mengajar. Namun setelah diuraikan dapat dipahami bahwa unsur yang amat penting adalah sebagai berikut:

Apa yang akan diajarkan? Menyangkut berbagai kompetensi yang harus dicapai, indikator-indikatornya, serta materi bahan ajar yang akan disampaikan untuk mencapai kompetensi tersebut

Bagaimana mengajarkannya? Berkenaan dengan berbagai strategi yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran, termasuk pengembangan berbagai aktivitas opsional bagi siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya

Bagaimana mengevaluasi hasil belajarnya? Merancang jenis evaluasi untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang mereka pelajari pada sesi tersebut.

D. Rencana Pengajaran dalam Kurikulum 1994 vs Kurikulum 2004

No

ASPEK PEMBEDA

RP KURIKULUM 1994

RP KURIKULUM 2004

1.

Hakikat RP Administrasi

RP adalah persyaratan

RP benar-benar “Rencana” guru

2.

Kaitannya dengan bidang studi lain

Setiap bidang studi terpisah

Page 30: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Pem.dapat diintegrasikan dengan bidang studi lain

3.

Rumusan tujuan

Tujuan dirinci sekecil mungkin dan berfokus pada pengetahuan

Hanya menggambarkan kompetensi yang akan dicapai

4.

Rincian media

Umumnya sekedar dicantumkan

Rincian media dan sumber belajar mengingatkan guru mengenai apa yang harus disiapkannya

5.

Langkah-langkah pembelajaran

Tahap-tahap pembelajaran tak selalu menjadi perhatian

Langkah-langkah pembelajaran menjadi penting, didesain dalam bentuk skenario pembelajaran yang mengutamakan kegiatan siswa tahap demi tahap

6.

Hasil yang dicapai

Hasilnya banyak, tapi dangkal dan kurang bermakna

Hasilnya sedikit, tapi mendalam dan bermakna

7.

Unsur evaluasi

Hasil belajar hanya dinilai dari tes tulis

Hasil belajar dinilai dengan berbagai cara dan berbagai sumber

E. Model Persiapan Mengajar

1. Model ROPES

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Page 31: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

a) Review, mencoba mengukur kesiapan siswa untuk mempelajari bahan ajar dengan melihat pengalaman sebelumnya yang sudah dimiliki oleh siswa

b) Overview, menjelaskan program pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu dengan menyampaikan isi secara singkat dan strategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran

c) Presentation, masuk pada proses telling, showing, dan doing. Proses tersebut sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap dan daya ingat siswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan

d) Exercise, suatu proses untuk memberikan kesempatan kepada siswa mempraktekkan apa yang telah mereka pahami.

e) Summary, dimaksudkan untuk memperkuat apa yang telah mereka pahami dalam proses pembelajaran.

2. Model Satuan Pelajaran

Secara sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran adalah

a) Identitas mata pelajaran

b) Kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai

c) Materi pokok

d) Media

e) Strategi pembelajaran / skenario / tahapan proses belajar mengajar, yaitu:

1) Kegiatan awal

2) Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal

3) Menciptakan kondisi awal pembelajaran

4) Kegiatan inti

5) Penutup

f) Menentukan jenis penilaian dan tindak lanjut

g) Sumber bahan

Pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI ditujukan untuk mengembangkan dan menciptakan pembelajaran yang peduli dan memperhatikan keterkaitan antara kemampuan awal

Page 32: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

(aptitude) siswa dengan tindakan pembelajaran (treatment). Untuk mencapai tujuan tersebut, ATI dalam pembelajaran berupaya menemukan dan memilih model, pendekatan, strategi, dan sejumlah metode yang dijadikan sebagai tindakan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan kemampuan awal siswa. Kemudian melalui interaksi yang positif multiplikatif dikembangkan tindakan-tindakan teknik dan taktik pembelajaran, sehingga akhirnya dapat diciptakan optimali-sasi perubahan perilaku dan prestasi akademik siswa.

Model pembelajaran ATI dikembangkan dari model interaksi sosial dan personal-humanistik. Manusia diciptakan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Hal ini berimplikasi, ada saatnya seseorag bekerja sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tetapi disisi lain tidak bisa melepaskan diri dari ketergantungan dengan pihak lain. Perpaduan ke-dua model tersebut berorientasi kepada aktivitas dan pengalaman siswa. Melalui model ini diharapkan dapat mengembangkan siswa menjadi subjek yang aktif dan mampu mengembangkan seluruh potensinya, sesuai karak-teristik siswa sebagai makluk yang unik. Pendekatannya dikembang-kan dari pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Pendekatan pembelajaran yang ber-pusat pada siswa menurunkan strategi inquiry dan induktif dalam koridor kontekstual dengan setting group learning tutor sebaya. Dalam group learning, siswa belajar dalam kelompok kecil (4 siswa) dengan beragam kemampuan awal (tinggi: 1 siswa, sedang: 2 siswa, rendah: 1 siswa) dan secara bergantian (mulai yang kemampuan awalnya tinggi) salah satu menjadi tutor sebaya. Strategi inquiry dan induktif dikembangkan dengan kombinasi metode (1) demonstrasi, (2) diskusi, (3) tanya jawab, (4) pengalaman lapangan, dan (5) penugasan. Teknik dan taktik dikembangkan dengan pemanfaatan media dan sumber belajar.

Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut isi adalah ilmiah, relevan, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Ilmiah, mencakup ke-seluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam materi ajar matematika. Keseluruhan materi dan kegiatan tersebut harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Rele-van, cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penya-jian dalam materi ajar matematika disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual, sosial, emosional, dan spiritual siswa.

Materi ajar memadai, artinya bahwa materi ajar cukup menun-jang pencapaian kompetensi dasar. Materi ajar harus memuat prinsip aktual dan kontekstual. Prinsip ini mencakup indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, seni mutakhir dalam kehidupan nyata. Pengembangan materi ajar harus fleksibel di-sesuaikan dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menyeluruh maksudnya, pengembangan materi ajar harus dapat menunjang pencapaian kognitif, skill dan sikap. Hal ini dibuktikan oleh pembelajaran matematika dituntut untuk selalu berpikir logis, kritis dan terstruktur.

Pengembangan materi pembelajaran matematika berbasis ATI yang menyangkut tata urutan adalah sistematis dan konsisten. Pengembangan materi ajar menggunakan KD awal sebagai dasar KD pembelajaran selanjutnya. Hal ini dilakukan jika topik antarKD awal dengan KD selanjutnya saling berkesinambungan. Keajegan antara SK dan KD sangat diperlukan dalam pengembangan materi ajar. Agar materi ajar sistematis dan konsisten dengan SK dan KD serta indikator yang ada dalam silbus, guru dituntut mengem-bangkan bahan ajar berupa lembar kerja.

Page 33: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Berangkat dari karakteristik matematika yang telah disampai-kan di atas, pengembangan pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI juga memperhatikan penyajian materi ajar, dimulai dari yang konkrit menuju yang abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, dan pembelajaran matematika bermakna. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks. Bermakna, yaitu pem-belajaran yang mengutamakan pemahaman konsep dan pene-rapannya dalam kehidupan siswa. Hal ini dituangkan dalam lembar kerja yang disusun guru.

Kegiatan belajar matematika agar menjadi bermakna, maka gerak otak dan tubuh dalam belajar harus bersama-sama. Menurut Sutama (2004: 80) gerak otak dan tubuh dalam belajar matematika harus bersama-sama melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa dikatakan belajar matematika bermakna apabila siswa membangun sendiri pemahaman matematika. Untuk memahami apa yang dipelajari, siswa harus melakukan kegiatan matematika (doing math), yaitu “menyatakan”, “mengubah”, “menyelesaikan”, “menerapkan”, “mengkomunikasikan”, “menguji” dan “membuktikan”.

Menurut Clark dan Microslav Lovric (2008) belajar merupakan proses yang bermakna, apabila guru berusaha melakukan kegiatan: (1) Memilih tugas-tugas matematika yang bermanfaat bagi siswa di kemudian hari dan diberi langkah pengerjaannya, sehingga memotivasi siswa untuk meningkatkan keterampilan intelektualnya; (2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendalami proses dan hasil pengerjaan matematika serta penerapannya; (3) Men-ciptakan suasana kelas yang mendorong dicapainya penemuan dan pengembangan idea matematika; (4) Membantu pemahaman siswa, dengan menggunakan alat-alat teknologi dan sumber bahan ajar lain; (5) Membantu siswa untuk mencari hubungan antara pengetahuan semula dengan pengetahuan baru; dan (6) Mem-bimbing secara individual, kelompok, maupun klasikal.

Tahap terakhir dari pembelajaran berbasis ATI adalah mela-kukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembe-lajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan luaran pembelajaran berbasis ATI. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap penga-laman belajar siswa. Terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

Melalui penilaian, guru dengan cermat akan mengetahui kema-juan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar. Melalui peni-laian, guru juga akan memiliki kemudahan untuk melakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar untuk langkah selanjutnya. Berdasarkan gambaran tentang kemajuan belajar siswa diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka penilaian pembelajaran berbasis ATI tidak hanya dilakukan pada akhir program pembelajaran, tetapi secara integral dilakukan selama proses pembelajaran. Dengan cara tersebut di atas, guru secara nyata akan mengetahui tingkat kemampuan siswa yang sebe-narnya.

Agar tingkat keberhasilan (efektivitas) pengelolaan pembe-lajaran matematika berbasis ATI dapat dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati tiga prinsip yang dikemukakan oleh Cronbach dan Snow (1979). Prinsip per-tama, interaksi antara kemampuan dan perlakuan pem-belajaran berlangsung dalam pola yang kompleks, dan senantiasa dipengaruhi oleh variabel tugas, jabatan dan situasi. Ini berarti, dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis

Page 34: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

ATI perlu mem-perhatikan dan meminimalkan bias yang diperkirakan berasal dari variabel-variabel tersebut. Prinsip kedua, lingkungan pem-belajaran yang terstruktur cocok bagi siswa yang memiliki kemam-puan rendah dan lingkungan pembelajaran yang fleksibel lebih cocok untuk siswa yang pandai. Prinsip ketiga, siswa yang rasa percaya dirinya kurang cenderung belajarnya akan lebih baik dalam lingkungan terstruktur dan sebaliknya siswa yang inde-pendent belajarnya akan lebih baik dalam situasi fleksibel.

Selain tiga prinsip tersebut, proses pembelajaran berbasis ATI harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik: (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan dan tidak membo-sankan, (4) belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terinte-grasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa kritis guru kreatif, (10) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa (tabel, diagram, proses pemecahan masalah), (11) laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi juga hasil karya siswa.

Menurut Walmsley dan Aaron Hickman (2007) desain pembe-lajaran yang memperhatikan perbedaan individu, yaitu dalam setiap pertemuan siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap pertemuan dengan waktu 40 menit dibagi menjadi empat bagian, yaitu 8 menit pembukaan, 12 menit pengembangan konsep 1, 12 menit pengembangan konsep 2, dan 8 menit penutup. Pembukaan, mengecek PR, memberi pe-luang siswa bertanya dan memberi umpan balik. Tujuan pem-bukaan, siswa memperbaiki kesalahannya dan memahami konsep yang lalu untuk membuat hubungan dengan konsep yang akan dipelajari melalui kerangka kontektual. Pengembangan konsep, membahas konsep dengan metode tanya jawab melalui contoh dan beberapa latihan untuk didiskusikan dengan kelompoknya. Penutup, siswa di minta mencari hubungan antara pembukaan dan konsep yang dipelajarai. Tujuannya, siswa dapat menemukan pola secara mandiri dan melihat imbangan antarkonsep.

Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI dikembangkan berdasarkan pendapat Walmsley dan Aaron Hickman di atas, yaitu tahap pertama kegiatan pendahuluan, tahap kedua kegiatan inti, dan tahap ketiga kegiatan penutup. Ketiga tahapan diwujudkan dalam bentuk belajar kelompok kecil dengan tutor sebaya.

Kegiatan pendahuluan meliputi: 1) review, yaitu membahas tugas, yang esensial dan sulit diberi balikan, 2) motivasi awal, yaitu memberitahukan tujuan pembelajaran, memberikan gambaran umum materi ajar dan memberikan gambaran kegiatan yang akan dilakukan, dan 3) apersepsi, yaitu memberikan materi pengait sesuai materi yang dibahas.

Kegiatan inti meliputi pengembangan konsep dan penerapan. Dalam pengembangan konsep, pembahasan materi ajar melalui strategi induktif dengan menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar, serta tindakan pembelajaran disesuaikan kemam-puan awal siswa (ATI) dengan taktik, a) menampilkan sikap ber-sahabat, b) menghindari perbuatan yang dapat mengganggu pera-saan siswa, c) menunjukkan sikap adil kepada semua siswa, d) menggunakan berbagai teknik untuk memelihara tingkah laku sis-wa, e) menghargai setiap perbedaan pendapat, f) menekankan bagian-bagian penting, g) membantu siswa yang mendapat kesulitan, h) mendorong siswa aktif, menumbuhkan kepercayaan siswa, dan menciptakan suasana kondusif. Hal ini didukung Ellis dan Berry (2005) bahwa pembelajaran terbaik terjadi ketika tindakan berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa. Prinsip ini mengatakan bahwa (1) anak-anak mempunyai kebebasan untuk

Page 35: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

mengembangkan diri secara alami, (2) minat siswa merupakan motivasi untuk semua kegiatan, dan (3) guru adalah seorang pemandu dan tidak berperan utama dalam kegiatan pembelajaran.

Tahap penerapan diberikan latihan terkontrol dan latihan mandiri. Latihan terkontrol setting kelas kelompok kecil (tiap kelom-pok 4 siswa dengan kemampuan awal bevariasi) meliputi kegiatan: a) tugas diarahkan dengan jelas, b) membimbing dan memudahkan belajar siswa, c) menuntut tanggung jawab siswa, d) menumbuhkan kerja sama antarsiswa, dan e) menumbuhkan inisiatif siswa dalam belajar. Latihan mandiri meliputi kegiatan: a) komunikasi antar-pribadi menunjukkan kehangatan, b) merespon setiap pendapat siswa, c) membimbing belajar siswa, d) mendorong siswa untuk banyak berkreasi dalam belajar, dan e) menumbuhkan keper-cayaan siswa kepada diri sendiri.

Kegiatan penutup meliputi review terhadap rangkuman dan tindak lanjut. Kegiatan review terhadap rangkuman, yaitu a) mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman dan b) rangkuman jelas dan mencakup seluruh inti materi ajar. Kegiatan tindak lanjut, meliputi: a) mengevaluasi hasil belajar siswa, b) menyarankan agar materi ajar dipelajari kembali di rumah, c) memberikan tugas rumah dengan langkah-langkah pengerjaan, dan d) menyarankan agar materi ajar berikutnya dipelajari terlebih dahulu di rumah.

Desain pengelolaan pembelajaran matematika berbasis ATI, secara umum dapat dilakukan melalui langkah-langkah: (1) sesuai kemampuan awal siswa, pemikiran siswa dikembangkan untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna (merubah paradigma belajar sebagai kewajiban menjadi belajar sebagai kebutuhan), (2) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry terbimbing untuk semua topik yang dipelajari, (3) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan, (4) mencipta-kan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok belajar dengan tutor sebaya (berdiskusi, tanyajawab, dan pemecahan masalah), (5) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi model bahkan media yang sebenarnya, (6) membiasakan siswa untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan (apa yang berhasil, apa yang belum berhasil, mengapa hal itu terjadi, dan selanjutnya bagai-mana), dan (7) melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

Share this article :

PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

A. Silabus

Page 36: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang me-nangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah

1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi

Page 37: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik•dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

8. Metode pembelajaran

Page 38: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembela-jaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I.

9. Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

10. Penilaian hasil belajar

Page 39: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Pengembangan Kecakapan

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan modern pada saat ini dihadapkan pada dilema substansial. Pendidikan diselenggarakan dengan menitik-beratkan pada transmisi sains yang tanpa karakter, sehingga proses dehumanisasi dalam proses pembangunan bangsa kerap terjadi. Lemahnya dunia pendidikan dalam mempromosikan nilai-nilai luhur bangsa menyebabkan semakin terkikisnya rasa kebanggaan terhadap tanah air, tanggung jawab sosial, bahkan komitmen beragama. Masih banyak praktek pendidikan yang belum memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan potensi agar memiliki kepribadian yang seutuhnya.

Secara konseptual pendidikan nasional mendukung gagasan tentang pendidikan terpadu sebagaimana tertuang dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan tersebut menunjukkan betapa pentingnya keterpaduan dalam mengembangkan kualitas manusia pada semua dimensinya.

Membangun manusia yang cerdas harus bersamaan dengan memantapkan keimanan dan ketakwaan agar kecerdasan manusia tetap dalam sikap tunduk dan pengakuan akan keberadaan Tuhan. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan juga harus disertai dengan penanaman budi pekerti yang luhur agar manusia yang berpengetahuan tetap bersikap rendah hati sehingga terjadi keseimbangan antara kesehatan jasmani dan rohani.

Selanjutunya kami akan menjelaskan tentang bagaimana mengembangkan kecakapan dalam praktek pendidikan bagi setiap peserta didik agar dapat mengembangkan potensi untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

Page 40: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN

Sesuai dengan fitrahnya. Manusia memilki tiga dimensi yaitu: Ruh, Akal, Jasad. Ketiga dimensi tersebut harus dipelihara dengan seimbang. Gagne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut.

1. Motivasi

Manusia adalah makhluk yang aktif. Aktifitas itu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Aktifitas manusia ini didorong oleh adanya kekuatan daya penggerak keaktifan itu, yang disebut MOTIVASI.

Paling ideal kalau pada tiap-tiap individu terdapat motivasi internal dalam mengikuti kegiatan pendidikan. Tetapi karena motivasi internal ini belum tentu ada pada setiap individu, maka dalam proses pendidikan perlu adanya motivasi eksternal. Pada hakikatnya motivasi internal mempunyai intensitas lebih kuat dan tahan lama dari pada motivasi eksternal. Dorongan untuk melakukan sesuatu itu kadang-kadang tidak ditentukan oleh motivasi tunggal, sebab pada diri seseorang terdapat bermacam-macam motivasi yang mendasari perbuatan orang tersebut. Begitu pula dalam mengikuti proses pembelajaran ada banyak macam motivasi. Begitu juga tingkat motivasi seseorang dengan yang lain tidak sama, hal ini terlihat dari beberapa hal antara lain :

• Seberapa besarnya tenaga yang digunakan dan dicurahkan untuk mencapai tujuan itu.

• Seberapa gigihnya dalam berusaha mencapai tujuan itu, meskipun banyak hambatan dan rintangan.

2. Menaruh Perhatian

Siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan sehingga terbentuk pola-pola perseptual tertentu. Siswa khususnya memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin.

3. Pengolahan

Siswa mampu memahami informasi dalam memori jangka pendek dan mengolah informasi untuk mengambil maknanya.

4. Umpan Balik

Siswa mendapatkan konfirmasi sejauh mana prestasinya. Siswa mendapatkan konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang ditemukannya.

A. Pengembangan Pola Pikir (Kognitif)

Pembinaan pola pikir, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam sebagai penjabaran dari pada sifat Fathonah Rasulullah. Seseorang yang memiliki sifat

Page 41: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

fathonah tidak saja disebut cerdas tapi memiliki kebijaksanaan dalam berfikir dan bertindak. Mereka mampu belajar dan menangkap peristiwa yang terjadi disekitarnya, kemudian menjadikannya sebagai pengalaman dan pelajaran yang berharga serta memperkaya khazanah pengetahuan.

Toto Tasmara mengemukakan bahwa karakteristik yang terkandung dalam jiwa Fathonah antara lain:

a. The man of wisdom

b. High in integrity

c. Willingness to learn

d. Proactive stance

e. Faith in god

f. Creditable and reputable

g. Being the best

h. Empathy and compassion

i. Emotional maturity

j. Balance

k. Sense of mission

l. Sense of competition

Berkenaan dengan pengembangan pola pikir, Kenneth dalam Rosyada, (2004:140) mengurut indikator-indikator kecakapan pada aspek kognitif dengan level kecakapan: 1) mengetahui dan mengingat; 2) pemahaman; 3) penerapan; 4) kemampuan menguraikan; 5) unifikasi; 6) menilai.

Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri; orang yang mempunyai kemahiran ini, mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri. Sasaran dari belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah sistematisasi arus pikiran sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri. Dalam psikologi modern sistematisasi dan pengaturan kegiatan mental yang kognitif ini dipandang sebagai suatu proses kontrol.

Tujuan-tujuan pembelajaran kerap mengandung sasaran supaya siswa belajar berpikir. Sasaran ini secara teoritis dibenarkan, tapi persoalannya bagaimana cara mengelola pengajaran kearah itu ?. berikut beberapa pemasukan bagi guru dalam mengembangkan kecakapan belajar berdasarkan fase belajar yang telah dikemukakan oleh Gagne (1988).

Guru membuat perhatian siswa terpusat pada tugas belajar yang dihadapi. Hal-hal tersebut dapat diusahakan melalui penjelasan kegunaan materi bahasan, dengan memberikan contoh tentang tujuan yang akan dicapai sehingga siswa mau belajar dan berminat.

Page 42: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Guru mengarahkan perhatian siswa kepada unsur-unsur pokok dalam materi pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan kejadian tertentu dalam suatu demonstrasi, dengan menunjukkan bagian dari buku pelajaran misalnya, menguraikan pendahuluan dan sebagainya.

Peran guru dalam hal ini adalah membantu siswa untuk mencerna materi pelajaran dan menuangkannya ke dalam bentuk suatu rumusan verbal, skema atau bagan, dan guru memberikan petunjuk bagaimana mengambil inti atau membuat skema atau merumuskan konsep dan kaidah. Bila perlu guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terarah guna membantu siswa menggali informasi yang telah tersimpan dalam memori.

Yang terakhir guru harus dengan segera memberikan umpan balik terhadap prestasi yang ditunjukkan siswa.

Seorang yang memiliki kemampuan kognitif yang baik, tidak hanya menguasai bidangnya, tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat. Keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur.

B. Pengembangan Sikap (Afektif)

Pembinaan sikap mental mantap dan matang merupakan penjabaran dari sikap Amanah Rasulullah. Indikator seseorang yang mempunyai kecerdasan ruhaniah adalah sikapnya yang selalu ingin dipercaya (kredibel), menghormati dan dihormati. Sikap hormat dan dipercaya hanya dapat tumbuh apabila kita meyakini sesuatu yang kita anggap benar sebagai prinsip-prinsip yang tidak dapat diganggu gugat.

Mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah dihormati dan dipercaya bukan karena kemampuan fisiknya, tetapi karena kekuatan ruhaniah yang senantiasa diterimanya dengan penuh rasa Amanah.

Menurut Toto Tasmara, (2001:222) di dalam diri yang amanah ada beberapa nilai yang melekat, yaitu:

a. Rasa tanggung jawab.

b. Kecanduan terhadap kepentingan.

c. Al-Amin

d. Honorable.

Sikap inilah yang kemudian harus disertai strategi belajar-mengajar yang sudah didahului oleh konsep bermain dan belajar. Apabila konsep bermain memberikan kebebasan, dan belajar mengajak anak untuk memahami, maka bersikap adalah mempertahankan prinsip dan menunjukkan keinginan yang lahir dari dalam diri secara bertanggung jawab.

Sebetulnya konsep pembelajaran yang terlalu menekankan pada aspek penalaran/hafalan akan sangat berpengaruh terhadap sikap yang dimunculkan anak. Menghafal tentu ada gunanya. Namun kalau kemudian menjadi dominan dan mata pelajaran harus dihafal, maka akan

Page 43: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

melahirkan anak didik yang kurang kreatif dan berani dalam mengungkapakan pendapatnya sendiri. Mengajarkan sikap lebih pada soal memberikan teladan , bukan pada tataran teoritis.

Menurut Kenneth dalam Rosyada, (2004:141) dalam sikap terdapat beberapa indikator-indikator kecakapan yang dapat dijadikan ukuran yaitu, 1) penerimaan; 2) tanggapan; 3) penanaman nilai; 4) pengorganisasian nilai-nilai; dan 5) karakteristik kehidupan.

Belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap negatif). Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedianya beberapa alternatif. Sikap merupakan suatu yang kompleks, karena sikap tidak bisa lepas dari komponen-komponen lainnya seperti kognitif dan konatif.

Terdapat proses yang terjadi pada seseorang untuk memunculkan sikap positif maupun negatif, diantarnya:

1. Proses Pengkondisian

Proses pembentukan sikap melalui pengkondisian ini telah banyak dieksperimenkan oleh para ahli psikolog misalnya Pavlov dengan teorinya stimulus respon dan Skinner dengan teorinya rein force ment yang dalam eksperimennya terhadap manusia lebih dikenal dengan nama “Behavior Modificatiol”.

Terlepas dari teori yang dikemukakan oleh para ahli diatas proses pengondisian itu memang perlu dilakukan dalam pelekatan (Internalisasi) nilai-nilai ajaran Islam.

Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, siswa dapat memperoleh sikap-sikap baik yang positif atau negatif, meskipun siswa dan guru terkadang tidak menyadarinya. Suasana sekolah atau madrasah yang kondusif, proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, pencitraan yang baik terhadap mata pelajaran melahirkan perasaan senang siswa terhadap guru, bahkan perasaan senang tersebut dapat dipindahkan ke mata pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut. Sebaliknya seorang guru yang bertindak galak dan kerap menyinggung perasaan siswa, lama-kelamaan rasa benci akan tumbuh dan akan pindah ke mata pelajaran yang dipegang oleh guru tersebut.

Secara kongkrit proses pengondisian atas sikap siswa di sekolah atau madrasah dapat dimanipulasi juga oleh guru misalnya, bila siswa memperoleh prestasi, ia mungkin diperbolehkan untuk melakukan sesuatu yang lain yang disukainya, atau memberikan hadiah yang berupa buku dan sebagainya, atau pujian dengan bahasa yang tepat dan sopan.

2. Belajar dari model

Proses pembentukan sikap melalui imitasi terhadap seseorang yang dihormati, dipercaya dan dikagumi senantiasa terlihat pada anak didik. Prinsip modeling ini sejalan dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara ing ngarsa sung tulada. Sarason (1972) dan Bandura (1977) juga mengemukakan hal yang sama dengan memberikan penekanan terhadap pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara paling ampuh dalam mengubah sikap atau perilaku seseorang.

Page 44: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

C. Pengembangan Moral (Psikomotorik)

Psikomotor, yakni pembinaan tingkah laku dengan akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat Shiddiq Rasulullah dan pembinaan keterampilan kepemimpinan yang visioner dan bijaksana sebagai penjabaran dari sifat Tabligh Rasulullah.

Toto Tasmara (2001:221) mengemukakan bahwa nilai tabligh telah memberikan muatan yang mencakup aspek kemampuan berkomunikasi, pimpinan, pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kemampuan diri untuk mengelola sesuatu.

Sikap tabligh melahirkan keyakinan, kekuatan, dan kesungguhan untuk melahirkan hasil unjuk kerja yang bernilai tinggi. Sikap seperti ini akan senantiasa mendorong individu untuk melakukan yang terbaik dalam hidupnya dan memberikan manfaat serta nilai guna bagi dirinya dan orang lain.

Belajar keterampilan motorik menurut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak-gerik jasmani sampai menjadi satu keseluruhan yang harus dilakukan dengan tulus karena Allah. Walaupun belajar keterampilan motorik mengutamakan gerakan persendian dalam tubuh, namun diperlukan pengamatan melalui alat indera dan secara kognitif, yang melibatkan pengetahuan dan pengalaman. Karena kompleksitas ini, oleh para psikolog belajar disebut belajar “persptual motor skill”. Sebagai indikator kecakapan dari aspek psikomotor berikut pendapat Kenneth dalam Rosyada, (2004:141) meliputi: 1) memperhatikan; 2) peniruan; 3) pembiasaan; dan 4) penyesuaian.

Mengingat ciri khas dari belajar keterampilan motorik, maka latihan memegang peranan pokok untuk mendarah-dagingkan keterampilan yang sedang dipelajari. Tanpa latihan dan pembiasaan, maka tidak mungkin seseorang menguasai keterampilannya menjadi miliknya.

Bila dirunut, maka hal-hal yang perlu dikembangkan dalam kecakapan psikomotor akan difahami sebagai berikut.

Keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan banyak sekali latihan. Untuk itu usaha memotivasi siswa agar selalu ‘mood’ dalam menjalaninya sangat diperlukan.

Belajar keterampilan selalu menuntut pengamatan terhadap lingkungan untuk menentukan posisi fisik.Pengkonsentrasian perlu ditekankan agar mendapatkan hasil yang maksimal tanpa menyebabkan disfungsi keadaan fisik.

Mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih diri, baik subketerampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disertai koordinasi yang dilakukan ketika siswa mengolah informasi teoritis ke dalam aplikasi kegiatan motorik. Fase ini memegang peranan penting sekali.

Penggalian program mental yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang, diperkirakan secara langsung akan menjadi masukan bagi fase prestasi.

Konfirmasi pengetahuan teoritis ke dalam tindakan aplikatif dapat mengambil wujud umpan balik intrinsik atau ekstrinsik, dapat menyempurnakan keterampilan, sehingga semuanya berjalan secara otomatis.

Page 45: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Otomatisasi ketempilan yang dikuasai menandakan keberhasilan dari kemampuan motoris yang direncanakan untuk dikuasai oleh siswa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sesuai dengan fitrahnya. Manusia memilki tiga dimensi yaitu: Ruh, Akal, Jasad. Ketiga dimensi tersebut harus dipelihara dengan seimbang. Gagne dalam Winkel, (1996:369) menyatakan bahwa fase dalam kegiatan membelajarkan adalah sebagai berikut. 1. Motivasi, 2. Menaruh perhatian, 3. Pengolahan, 4. Umpan balik.

1. Pembinaan pola pikir, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam sebagai penjabaran dari pada sifat Fathonah Rasulullah. Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri; orang yang mempunyai kemahiran ini, mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas kognitif yang berlangsung dalam dirinya sendiri. Sasaran dari belajar pengaturan kegiatan kognitif adalah sistematisasi arus pikiran sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri. Seorang yang memiliki kemampuan kognitif yang baik, tidak hanya menguasai bidangnya, tetapi memiliki dimensi ruhani yang kuat. Keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur.

2. Pembinaan sikap mental mantap dan matang merupakan penjabaran dari sikap Amanah Rasulullah. Indikator seseorang yang mempunyai kecerdasan ruhaniah adalah sikapnya yang selalu ingin dipercaya (kredibel), menghormati dan dihormati. Belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna/berharga (sikap positif) atau tidak berharga/berguna (sikap negatif). Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedianya beberapa alternatif. Sikap merupakan suatu yang kompleks, karena sikap tidak bisa lepas dari komponen-komponen lainnya seperti kognitif dan konatif. Terdapat proses yang terjadi pada seseorang untuk memunculkan sikap positif maupun negatif, diantarnya: 1. Proses Pengkondisian, 2. Belajar dari model

3. Psikomotor, yakni pembinaan tingkah laku dengan akhlak mulia sebagai penjabaran dari sifat Shiddiq Rasulullah dan pembinaan keterampilan kepemimpinan yang visioner dan bijaksana sebagai penjabaran dari sifat Tabligh Rasulullah. Sikap tabligh melahirkan keyakinan, kekuatan, dan kesungguhan untuk melahirkan hasil unjuk kerja yang bernilai tinggi. Belajar keterampilan motorik menurut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah gerak-gerik jasmani sampai menjadi satu keseluruhan yang harus dilakukan dengan tulus karena Allah. Keterampilan yang dipelajari membutuhkan usaha kontinyu dan banyak sekali latihan.

B. Saran-saran

Page 46: Pengembangan Kecakapan Hidup Dalam Pembelajaran

Demikian makalah ini kami susun, semoga bermanfaat bagi seluruh elemen Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qolam umumnya, khususnya Bapak Dosen Pengampu yang telah memberikan ilmunya kepada kita, dan Mahasiswa Semester VII. Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka oleh karena itu kami mengharap saran serta kritikan yang bisa membawa makalah ini lebih sempurna lagi. Sekian.