pengembangan desain sistem kerja pengrajin canting …

78
TESIS PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING CAP BATIK DENGAN METODE ERGONOMI PARTISIPATORI Heny Agustina Lusianti 16916108 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

TESIS

PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJAPENGRAJIN CANTING CAP BATIK DENGAN

METODE ERGONOMI PARTISIPATORI

Heny Agustina Lusianti16916108

PROGRAM PASCASARJANAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA2020

Page 2: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

i

TESIS

PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJAPENGRAJIN CANTING CAP BATIK DENGAN

METODE ERGONOMI PARTISIPATORI

Heny Agustina Lusianti16916108

PROGRAM PASCASARJANAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA2020

Page 3: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

ii

PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJAPENGRAJIN CANTING CAP BATIK DENGAN

METODE ERGONOMI PARTISIPATORI

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Pascasarjana MagisterTeknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Universitas Islam Indonesia

Heny Agustina Lusianti16916108

PROGRAM PASCASARJANAFAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRIUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA2020

Page 4: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

iii

Lembar Pengesahan Pembimbing Tesis

PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJAPENGRAJIN CANTING CAP BATIK

DENGAN METODE ERGONOMI PARTISIPATORI

Heny Agustina Lusianti16916108

Tesis telah disetujui pada tanggal

....... Oktober 2020.

Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T.

Page 5: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

Winda Nur Cahyo, S.T., M,T,. Ph.D

iv

......................

Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis

PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJAPENGRAJIN CANTING CAP BATIK

DENGAN METODE ERGONOMI PARTISIPATORI

Heny Agustina Lusianti16916108

Tesis telah diuji dan dinilai oleh Panitia PengujiProgram Magister Teknik Industri Universitas Islam Indonesia

Pada Tanggal 23 Oktober 2020

KetuaProf. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T ......................

AnggotaAgus Mansur, S.T., M.Eng.Sc

AnggotaIr. Ali Parkhan, M.T .....................

Mengetahui,

Ketua Program Studi Magister Teknik IndustriFakultas Teknik Industri

Page 6: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …
Page 7: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,

yang telah memberikan segala kenikmatan, karunia, petunjuk dan kekuatan serta

ridlo-Nya, tesis yang berjudul “Pengembangan Desain Sistem Kerja Pengrajin

Canting Cap Batik Dengan Metode Ergonomi Partisipatori” dapat penulis

selesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah

Muhammad SAW, sebagai teladan bagi umat muslim agar selalu berada di jalan-

Nya.

Penyusunan tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Magister Teknik (M.T.) pada program Pasca Sarjana Teknik Industri,

Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini secara tulus penulis menyampaikan

rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan yang setinggi - tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi

Industri, Universitas Islam Indonesia, sekaligus dosen pembimbing, atas segala

pengarahan dan perhatiannya selama membimbing penulis.

2. Bapak Winda Nur Cahyo S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

Magister Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam

Indonesia.

3. Seluruh dosen dan staf administrasi di Program Pascasarjana Teknik Industri,

Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia.

4. Pemilik UKM Rohmat Canting Bapak Rohmat Subali dan pekerja yang telah

memberikan ijin, waktu dan bimbingannya kepada penulis untuk melakukan

penelitian di UKM tersebut.

5. Suami tercinta, Muhtadin Alex, dan anak-anak tersayang Althav dan Hanum,

atas segala do’a, dukungan, pengertian, dan dukungan yang telah diberikan

kepada penulis dalam selama menempuh studi.

Page 8: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

vi

6. Orang tua penulis, Bapak H. Soewarno dan Ibu Hj. Harwati, A.Md.Keb, yang

telah memberikan kasih sayang dan do’a tulus kepada penulis.

7. Teman-teman Angkatan XXI Program Pascasarjana Teknik Industri (Nabila,

Syarif, Farid, Mas Didik, Pak Mei, Ika), Fakultas Teknologi Industri,

Universitas Islam Indonesia, atas segala dukungan dan kebersamaannya.

8. Semua pihak yang turut mendukung dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat

meyelesaikan Tesis ini dicatat oleh Allah SWT sebagai amal ibadah. Amin.

Dengan keterbatasan pengalaman, ilmu dan juga pustaka yang ditinjau

penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk perbaikan di masa datang. Semoga tesis ini, dapat memberikan

manfaat bagi yang membutuhkan.

Yogyakarta, Oktober 2020

Heny Agustina Lusianti

Page 9: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................. i

Halaman Prasyarat Gelar Magister .................................................................. ii

Lembar Pengesahan Pembimbing Tesis........................................................... iii

Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis ........................................................ iv

Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................................... v

Kata Pengamtar ................................................................................................ vi

Daftar Isi .......................................................................................................... vii

Daftar Gambar.................................................................................................. x

Daftar Tabel ..................................................................................................... xi

Abstrak ............................................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 .Latar Belakang Masalah............................................................... 1

1.2 .Perumusan Masalah .................................................................... 6

1.3 .Tujuan Penelitian.......................................................................... 6

1.4 .Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II .TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 7

2.2 Kajian Teoritis .............................................................................. 8

2.2.1. Ergonomi ........................................................................ 8

2.2.2. Manusia dan Karakteristik Pekerjaan ............................ 9

2.2.3. Ergonomi Partisipatori ................................................... 9

2.2.4. Sistem Kerja ................................................................... 12

2.2.5. Lingkungan Kerja .......................................................... 13

2.2.6. Anthropometri ................................................................. 17

2.2.7. Sumber Variabilitas......................................................... 18

2.2.8. Penggunaan Distribusi Normal ....................................... 20

2.2.9. Nordic Body Map............................................................ 23

Page 10: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

viii

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Obyek dan Subyek Penelitian ................................................................ 24

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 24

3.3 Populasi dan Sampel............................................................................... 24

3.4 Variabel Penelitian.................................................................................. 25

3.5 Instrumen Penelitian ............................................................................... 25

3.6 Pengumpulan Data.................................................................................. 26

3.7 Prosedur Penelitian ................................................................................ 26

BAB IV ANALISIS DATA

4.1. Data Aktivitas Kerja ............................................................................. 30

4.2. Data Lingkungan Kerja ............................................................ 30

4.3. Data Desain Sistem Kerja .......................................................... 31

4.4. Data Kuesioner Nordic Body Map.......................................................... 31

4.5. Data Pengukuran Sistem kerja Aktual................................................ 32

4.6. Analisis Desain Sistem Kerja Ergonomi Partisipatori .................... 34

4.6.1. Pembentukan Tim Ergonomi................................................... 34

4.6.2. Pemaparan dan Analisis Masalah....................................... 34

4.6.3. Pengembangan Konsep Bersama ...................................... 35

4.6.4. Implementasi Konsep ..................................................... 36

4.6.5. Tahap Evaluasi ............................................................... 36

4.6.6. Detail Spesifikasi Rancangan.............................................................................................. 37

BAB V . PEMBAHASAN

5.1. Gangguan Kesehatan pada Pengguna Meja Kerja di UKM

Rohmat Canting ..................................................................................... 42

5.2. Lingkungan Kerja UKM Rohmat Canting ............................... 42

5.3. Perbaikan Sistem Kerja di UKM Rohmat Canting

dengan Pendekatan Partisipatori .................................................... 43

Page 11: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

ix

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan .................................................................................................. 51

6.2. Saran .................................................................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Antropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya ............. 21

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 29

Gambar 4.1. Meja Kerja Aktual di UKM Rohmat Canting ............................. 33

Gambar 4.2. Kursi Kerja Aktual di UKM Rohmat Canting ............................ 33

Gambar 5.1. Meja Kerja Pekerja Pembuat Canthing Cap hasil FGD 2 ........... 45

Gambar 5.2. Desain Meja tampak atas............................................................. 45

Gambar 5.3. Desain Meja tampak samping kanan........................................... 46

Gambar 5.4. Kotak menampung limbah .......................................................... 46

Gambar 5.5. Alas untuk melakukan pekerjaan teliti ........................................ 47

Gambar 5.6. Mistar pada meja kerja ............................................................... 47

Gambar 5.7. Posisi Alas pada Meja sistem kerja ............................................. 48

Gambar 5.8.Desain Akhir Meja kerja untuk pengrajin canthing cap............... 48

Gambar 5.9..Desain Akhir Kursi kerja untuk pengrajin canthing cap ............. 50

Page 13: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian-Penelitian Terdahulu Tentang Ergonomi Partisipatori .. 7

Tabel 2.2. Participatory Ergonomics Framework ........................................... 10

Tabel 2.3. Pencahayaan Dalam Kerja ............................................................. 14

Tabel. 2.4. Pencahayaan Kegiatan Industri dan Kerajinan ............................. 14

Tabel 2.5. . NAB Kebisingan Menurut Permenkes No. 70 Tahun 2016 ......... 15

Tabel 2.6. Perhitungan Persentil ..................................................................... 21

Tabel 4.1. Aktivitas Kerja UKM Rohmad Canting .................................... 30

Tabel 4.2. Parameter Lingkungan Kerja......................................................... 30

Tabel 4.3. Waktu Kerja di UKM Rohmat Canting ............................... 31

Tabel 4.4. Pengukuran Meja Kursi Kerja Aktual ................................... 32

Tabel 4.5. Hasil FGD Tim Ergonomi Tahap Pertama ................................... 35

Tabel 4.6. Hasil FGD Tim Ergonomi Tahap Kedua ...................................... 36

Tabel 4.7. Hasil FGD Tim Ergonomi Tahap Ketiga (usulan perbaikan) ......... 36

Tabel 4.8. Tabel Data Antropometri Meja dan Kursi kerja ............................. 38

Tabel 4.9. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Mean dan Standart Devisi

untuk data antropometri Meja ..................................................... 39

Tabel 4.10. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Mean dan Standart Devisi

untuk data antropometri kursi ...................................................... 40

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Untuk Ukuran Kursi ........................................ 40

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Untuk Ukuran Meja........................................ 41

Page 14: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

xii

ABSTRAK

Batik sebagai karya adi luhung bangsa Indonesia yang diakui olehUNESCO sebagai warisan budaya tak benda haruslah kita lestarikan. Salah satuwujud pelestarian adalah menginovasi pada kegitan yang mendukung prosespembuatan batik. Perajin canting merupakan pendukung utama proses pembuatanbatik, karena meghasilkan produk alat utama berupa canting cap, Sehinggakeberadaannya menjadi sangat dibutuhkan. Hasil observasi meninjukkan bahwasistem kerja yang digunakan selama ini dalam UKM Pengrajin Canting capkurang ergonomis sehingga menimbulkan keluhan dan cidera musculoskeletal.

Penelitan ini bertujuan untuk mengembangkan desain sistem kerja denganmetode ergonomi partisipatori yaitu dengan menfokuskan pada keterlibatkanpekerja dan para ahli ergonomi dalam mengembangkan desain melalui FocusGroup Discussion. Alur penelitian diawali dengan (1) Tahap persiapan, (2) tahapObservasi dan pengumpulan data, (3) Tahap Focus Group Discussion (4) Tahapperancanagan . (5) Tahap Focus Group Discussion lanjutan (6) Tahap Evaluasi

Penelitian dilakukan dengan pengambilan data aktivitas kerja, datalingkungan kerja, Data Desain Sistem Kerja, Data Kuesioner Nordic Body Map,Data Pengukuran Sistem kerja Aktual . Data tersebut didiskusikan melalui FocusGroup Discussion menghasilkan perbaikan sistem kerja .

Hasil Penelitian menghasilkan perbaikan meja kerja dan kursi kerja yangdilengkapi dengan (1) penambahan kebutuhan tempat penampung limbah, (2)tempat penyimpanan alat , dan (3) alat khusus yang digunakan untuk pekerjaanfinishing pembuatan canting cap

Kata kunci : ergonomi partisipatori, sistem kerja, canting cap, meja kerja, batik

Page 15: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kain batik merupakan produk masyarakat Indonesia. Di dalam kain batik

terdapat banyak nilai terkait dengan budaya, filosofi, dan nilai-nilai lainnya. Batik

telah membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang sangat baik dalam

menghasilkan kain tradisional yang halus di dunia. Label ini berasal dari tradisi

yang sudah lama berdiri dan telah berakar di Indonesia, sebagai tradisi yang kaya,

kreatif dan artistik, disamping itu juga telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan

dunia tak benda pada bulan Oktober 2009, di samping keris dan wayang (Meutia,

2012).

Akan tetapi dengan maraknya kain tekstil print bermotif batik dan kain

batik dari Tiongkok, maka batik harus berinovasi. Dalam beberapa tahun terakhir,

Tiongkok telah membanjiri pasar dengan batik cetak murah meski harga bahan

baku seperti barang sutra dan pewarna sudah naik sekitar 80 hingga 100%

(Novani, 2014).

Untuk menginovasi tersebut, kita seyogyanya mengetahui proses

pembuatan batik, budaya batik dan kegiatan – kegiatan lain yang mendukung

proses pembuatan batik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyo

(2016) dengan mengambil kasus di UKM batik tenun Troso, Jepara, Jawa Tengah,

kemampuan dan kinerja inovasi dapat ditingkatkan melalui pengembangan

kewirausahaan, kemampuan pemasaran, modal relasional dan pemberdayaan.

Page 16: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

2

Di Indonesia, batik dipercaya telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit

dan populer pada akhir abad 18 atau awal abad 19. Batik yang dibuat adalah batik

tulis, sedangkan untuk batik cap dikenal kemudian setelah perang dunia pertama

atau sekitar tahun 1920an. Pada awalnya, perkembangan batik berada di Solo dan

Yogyakarta, yang terpusat di balik dinding tembok keraton. Karena itu, motif

batik yang berasal dari kedua daerah itu disebut motif batik pedalaman. Motif

batik pedalaman mengandung konten filosofis yang mana penggunaannya sesuai

dengan acara adat dan ritual yang sedang digelar. Selain itu, dikenal pula batik

pesisir yang dikembangkan di daerah pesisir utara Pulau Jawa yaitu Cirebon,

Pekalongan, Indramayu, Lasem, dan Semarang. Di antara ciri-ciri batik pesisir

adalah berpola ornamen alam dalam bentuk flora dan fauna, baik darat maupun

air, serta beberapa di antaranya terdapat pengaruh budaya asing yaitu Tiongkok,

India, Belanda, dan Arab) (Borshalina, 2015).

Batik, kebanyakan diproduksi oleh usaha kecil dan menengah (UKM).

Dan UKM merupakan sektor yang justru memberikan kontribusi yang besar bagi

perekonomian Indonesia. UKM juga memberikan kontribusi pada pengentasan

pengangguran. Oleh karena itu, dukungan kepada UKM harus selalu diberikan

baik secara materi maupun keilmuan. Dengan adanya penelitian ini semoga bisa

memberikan kontribusi keilmuan kepada UKM khususnya UKM produksi batik.

Pengrajin canting cap batik juga merupakan UKM tersendiri yang

mendukung industri batik dari sisi menyiapan alat pokok pembuatan batik yaitu

canting cap. Batik tidak lepas dari canthing baik canthing tulis maupun canting

cap. Dalam pembuatan canting cap diperlukan Meja kerja. Pengrajin canting cap

Page 17: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

3

dalam menjalankan kegiatan pembuatan canting cap belum didukung oleh meja

kerja yang khusus diperuntukkan menjalankan pekerjaan membuat canthing cap.

Masih menggunakan meja biasa yang kurang nyaman digunakan untuk pekerjaan

pembuatan canting cap. Sehingga dalam melakukan pekerjaanya, perajin memiliki

produktivitas dan efisiensi yang rendah. Faktor penyebab dari rendahnya

produktivitas dan efisiensi ini adalah karena fasilitas dan layout kerja yang

kurang ergonomis. Ergonomi adalah ilmu yang menggali dan mengaplikasikan

informasi – informasi mengenai perilaku, kemampuan, keterbatasan dan

karateristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan

dan lingkungan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan,

kenyamanan, dan efektivitas pekerjaan manusia. (Chappins dalam Iridiastadi,

2014)

Pekerjaan membuat canthing cap membutuhkan ketelitian dan kecermatan yang

tentunya harus didukung alat terutama meja yang nyaman untuk pekerjaan

tersebut.

Penilitian ini diawali dengan mengidentifikasi terhadap keinginan

pengrajin canthing cap ( konsumen ). Dilanjutkan pengamatan terhadap kondisi

lingkungan untuk melakukan penanatan tempat kerja. Karena lingkungan kerja

yang nyaman, dan teratur, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang

tinggi di perusahaan. lingkungan dalam hal ini produk meja kerja pengrajin

canthing cap. Sehingga dapat menentukan rancangan produk (product designer)

yang ergonomis dengan pendekatan ergonomi partisipatori.

Page 18: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

4

Partisipatori ergonomi merupakan salah satu pendekatan proses yang

dilakukan untuk melaksanakan program intervensi ergonomi (Nurmianto, 2008;

Purnomo, 2007; Udo dkk, 2006; wells dkk, 2003; St-Vincen, 2001). Partisipatori

ergonomi adalah partisipasi aktif dari karyawan pada semua level untuk

menerapkan ergonomi program di tempat kerjanya untuk meningkatkan kondisi

lingkungan kerjanya. (Norman dan Wells, 1998). Sukapto (2008) menyatakan

partisispatori ergonomi memiliki 4 elemen pokok yang saling berinteraksi yang

terdiri dari karyawan, pengelola perusahaan, pengetahuan dan metode ergonomi

dan konsep disain pekerjaan. Pentingnya melibatkan karyawan pada semua level

untuk mencapai kesuksesan dalam intervensi ergonomi adalah

1. Karyawan adalah orang yang paling tahu terhadap pekerjaannya

2. Karyawan akan tahu solusi ergonomi yang paling tepat untuk dirinya agar

semakin nyaman dalam bekerja

3. Menjadikan karyawan terlibat dalam proses perubahan

4. Untuk membangun budaya ergonomi yang aman, sehat dan nyaman

Program intervensi ergonomi dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

resiko kesehatan dan keselamatan kerja, meningkatkan kondisi lingkungan kerja

untuk mendorong kesejahteraan karyawan, meningkatkan produktivitas dan

kualitas serta mengurangi ketidaknyamanan dan kesalahan manusia (Ercan dan

Erdinc, 2006). Wells dkk (2003) menyatakan untuk memulai program ergonomi

diperlukan beberapa persiapan yaitu membentuk komitmen dan dukungan dari

manajemen, membentuk tim ergonomi dan memberikan pelatihan dasar tentang

Page 19: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

5

ergonomi. Lebih lanjut Wells (2003) untuk melaksanakan program ergonomi di

sebuah industri diperlukan 6 tahapan yaitu:

1. Mengidentifikasi pekerjaan/lokasi yang akan dilakukan perbaikan

2. Melakukan evaluasi ergonomi dan faktor- faktor resiko bahaya dan menentukan

prioritas pekerjaan yang akan dilakukan perbaikan.

3. Menentukan solusi pemecahan masalah ergonomi

4. Melakukan ujicoba solusi yang telah dirancang

5. Mengevaluasi hasil penerapan solusi yang telah dirancang

6. Mengimplementasikan solusi

7. Untuk melakukan perbaikan selanjutnya kembali ke langkah 1

Dari latar belakang di atas, untuk mencegah terjadinya resiko kesehatan dan

keselamatan kerja, meningkatkan kondisi lingkungan kerja untuk mendorong

kesejahteraan karyawan, meningkatkan produktivitas dan kualitas serta

mengurangi ketidaknyamanan dan kesalahan manusia di UKM Rohmat Canthing,

perlu untuk melakukan analisis dan perbaikan sistem kerja dengan metode

ergonomi partisipatori. Dengan penggunaan pendekatan ergonomi partisipatori

diharapkan sistem kerja yang sudah ada dapat menjadi lebih optimal, dan

membawa pengaruh yang baik ke level sistem kerja di bawahnya, serta

meningkatkan produktivitas kerja.

Page 20: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

6

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem kerja di UKM Rohmat Canting memenuhi aspek kesehatan

dan keselamatan kerja berdasarkan pendekatan ergonomi partisipatori ?

2. Bagaiaman perbaikan desain sistem kerja di UKM Rohmat Canthing ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut untuk :

1. Mengetahui sistem kerja di UKM Rohmat Canting dalam aspek kesehatan

keselamatan kerja berdasarkan pendekatan ergonomi partisipatori

2. Merancang ulang desain sistem kerja ( meja dan kursi pengrajin canthing

cap) di UKM Rohmat Canthing.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi industri, khususnya di

lingkungan industri kecil batik tradisional di Pekalongan. Hasil penelitian ini

dapat dijadikan bahan untuk mendesain meja kerja pengrajin canting cap yang

lebih representatif yang dapat mengurangi keluhan sakit pada anggota tubuh

karena aktifitas kerja

Page 21: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pendekatan ergonomi partisipatori telah banyak

dilakukan. Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Penelitian-Penelitian Terdahulu Tentang Ergonomi Partisipatori

Peneliti Judul Deskripsi Penelitian

Ahya & Lestari2016

Analisi dan PenerapanErgonomi Partisipatori padaPengrajin Pandai Besi di DesaCarikan Sukoharjo

Peningkatan produktivitas dengananalisis dan penerapan ergonomipartisipatori pada pengrajin pandaibesi

Bohr Evanoff &Worf, 1997

Implementing ParticipatoryTeams among Health careWorkers

Implementasi ergonomipartisipatori pada perawatkesehatan sebagai strategi yangefektif dalam meningkatkankesehatan dan keselamatan kerja

GuimaraesAnzanello,Ribeiro, & saurin,2015

Participatory ergonomiIntervation for ImprovingHuman and ProductionOutcomes of a BrazilianFurniture Company

Intervensi partisipatori untukmeningkatkan hasil produksi dankepuasan pekerja

Mindhayani &Purnomo, 2016

Perbaikan Sisitem Kerja UntukMeningkatkan ProduktivitasKaryawan

Perbaikan sistem kerja padaperusahaan mebel denganpendekatan ergonomi makro untkmenurunkan kelelahan danmeningkatkan produktivitas

Purnomo &Ferdianto, 2011

Desain Sistem Kerja padaPengrajin Mendong denganPendekatan Ergonomi makro

Pmeningkatkan produktivitaspengrajin mendong denganmenggunakan pendekatanergonomi makra dan analisis jalur

Widinanto &Purnomo, 2013

Rancangan Mesin PengupasSabut Kelapa berbasisErgonomi Partisipatori

Merancang mesin pengupas kelapadengan pendekatan ergonomipartisipatori dan bertujuan untukmeningkatkan kepuasanpemakainya

Page 22: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

8

2.2. Kajian Teoritis

2.2.1. Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum

alam) dan dapat didefinisaikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam

lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi ,fisiology , psikologi,

engineering, manajemen dan desai atau perancangan. Ergonomi berkenaan

pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan

manusia ditempat kerja, dirumah dan dimanapun.

Ergonomi (Chappins dalam Iridiastadi, 2014) adalah ilmu yang menggali

dan mengaplikasikan informasi- informasi mengenai perilaku, kemampuan,

keterbatasan dan karateristik manusia lainnya untuk merancang peralatan,

mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan dengan tujuan untuk meningkatkan

produktivitas, keselamatan, kenyamanan, dan efektivitas pekerjaan manusia.

Intiergonomi adalah suatu prinsip fitting the task/ job to them an yang

artinya, adalah pekerjaan haruslah disesuaikan dengan kemampuan dan

keterbatasan yang dimiliki oleh manusia. Ini berarti dalam merancang suatu

jenis pekerjaan perlu diperhatikan factor-faktor apa saja yang menjadi kelebihan

dan keterbatasan manusia sebagai pelaku kerja. Dengan demikian akan

mempermudah proses pencarian tenagakerja. Pengelompokkan bidang kajian

ergonomic adalah kajian ergonomic secara lengkap mencakup seluruh peri laku

manusia dalam bekerja adalah kajian ergonomic yang dikelompokkan sebagai

berikut oleh (Sutalaksana, 2007); Antropometri, Faalkerja, Biomekanika kerja,

Penginderaan, dan Psikologi kerja.

Page 23: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

9

2.2.2. Manusia Dan Karateristik Pekerjaannya

Kinerja suatu system kerja didalam suatu perusahaan atau unit produksi

sangat tergantung pada interaksi antara elemen – elemen system kerjanya. Bila

interaksi antara elemen-elemen tersebut baik, maka kegiatan produksi berjalan

baik, sehingga dapat menghasilkantingkat output yang diharapkan. Elemen-

elemen tersebut antara lain peralatan, lingkungan kerja, tempat kerja dan tenaga

kerja. Dari semua elemen ini yang terpenting adalah elemen manusia, karena

manusia merupakan pelaksana dari pekerjaan, sedangkan elemen yang lainya

merupakan elemen pendukung. Oleh karena itu elemen-elemen pendukung perlu

dirancang sedemikian rupa untuk menjamin optimalitas manusia dalam

melakukan pekerjaanya. Prinsip ini disebut dengan Human Centered Design,

atau perancangan yang berpusat pada manusia.

2.2.3. Ergonomi Partisipatori

Ergonomi partisipatori adalah sebuah metode ergonomi makro yang

mengedepankan keterlibatan pekerja dalam desain dan analisis ergonomi (Brown,

2002). Sedangkan Wilson mendefiniskan “participatory ergonomics is the

involvement of people inplanning and controlling a significant amount of their

own work activities, with sufficient knowledge and power to influence both

processes and outcomes in order to achieve desirable goals” (Haines & Wilson,

1998). Artinya ergonomic partisipatori adalah keterlibatan manusia (pekerja)

dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas kerja dengan pengetahuan dan

kekuasaan yang cukup dalam proses dan hasil dengan mencapai tujuan yang

Page 24: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

10

diinginkan. Pada metode ini, pekerja diberi kesempatan untuk terlibat dalam

perencanaan, pengawasan dan pengambilan keputusan dalam aktivitas kerja

sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi kerja. Ergonomi

partisipatori ini berkembang karena metode pengawasan konvensional dinilai

tidak efektif karena justru menyebabkan rasa tertekan dan stress yang dialami

oleh pekerja sehingga produktivitas menjadi turun.

Dalam pendekatan ergonomi partisipatori, Hignett, Wilson dan Morris

(2005) membuat sebuah kerangka kerja yang disebut Participatory Ergonomics

Framework. Kerangka kerja ini menyoroti peringkat dimensi pada pentingnya

keterlibatan pekerja. Dimensi yang paling penting adalah konsultasi pengambilan

keputusan dan keterlibatan pekerja dalam seluruh level organisasi. Urutan dimensi

kerangka kerja berdasarkan urutan kepentingan dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 2.2. Participatory Ergonomics Framework Berdasarkan UrutanKepentingan (Higmrtt, Wilson, & Morris, 2005)

Urutan Dimensi Tingkat Dimensi1 Pengambilan

keputusanDelegasi kelompok – Konsultasi kelompok –Konsultasi perorangan

2 Peserta Operator – Supervisor – Manajemen menengah– Serikat pekerja – Staf teknis – Manajemen atas

3 Tugas Pengembangan proses – Identifikasi masalah –Penggenerasian solusi – Evaluasi solusi –Implementasi solusi – Pemeliharaan proses

4 Peran AhliErgonomi

Menginisiasi dan mengarahkan proses – Berlakusebagai anggota tim – Melatih peserta –Konsultasi

5 Keterlibatan Langsung penuh (full direct) – Langsungsebagian (partial direct) – Representatif

6 Fokus Mendesain peralatan atau tugas – Mendesainpekerjaan dan organisasi tim atau kerja –Memformulasikan kebijakan atau strategi

7 Tingkat Pengaruh Seluruh organisasi – Departemen/Kelompok

Page 25: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

11

kerja8 Kebutuhan Wajib – Sukarela9 Permanensi Sedang berjalan – Sementara

Karakteristik utama dari ergonomi partisipatori adalah pembentukan

ergonomic team yang akan mengarahkan proses intervensi. Tim ini biasanya

terdiri dari pekerja atau perwakilannya, manajer, ahli ergonomi, personil K3, dan

ahli peneliti. Pembentukan ini dapat dipertimbangkan sebagai cara untuk

menggunakan pengalaman organisasi secara bersama untuk mendapatkan

kemungkinan intervensi yang terbaik. Tim yang baru dibentuk ini biasanya akan

mendapatkan training oleh ahli (ergonomist) agar lebih familiar dengan prinsip

ergonomi. Dengan adanya konsep dasar dan metode ergonomi, tim akan

menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan tempat

kerjanya (Cole, et al, 2005).

Haines dan Wilson, (1998) mengkategorisasikan metode dan teknik yang

digunakan dalam ergonomi partisipatori sebagai berikut:

1. Analisis masalah: link analysis, analisis Pareto, analisis aktivitas

2. Stimulasi kreativitas dan menggenerasikan ide: round tobin questionnaire

3. Menggerasikan ide dan pengembangan konsep: diskusi berdasarkan skenario,

kelompok diskusi desain, focus group

4. Evaluasi konsep: pemodelan lay out, mengintervensi ide, checklist

5. Persiapan dan dukungan: pembentukan dan pembangunan tim

Page 26: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

12

2.2.4. Sistem Kerja

Menurut International Standard dalam ISO 6385 (2016), istilah sistem kerja

digunakan untuk menunjukkan berbagai macam situasi kerja, baik permanen

maupun fleksibel. Sistem kerja melibatkan kombinasi pekerja dan peralatan,

dalam ruang dan lingkungan tertentu, dan interaksi antar komponen-komponen

dalam organisasi kerja. Sistem kerja bervariasi dalam kompleksitas dan

karakteristik, contohnya adalah: (1) operasi mesin produksi; (2) transportasi; (3)

teknisi perawatan/supporting peralatan kerja; (4) komersial; dan (5) area lain

seperti perawatan kesehatan dan pengajaran.

Prinsip ergonomis diperlukan untuk semua fase sistem kerja, mulai dari

konsepsi, pengembangan, realisasi dan implementasi, pemeliharaan dan

dukungan. Prinsip ergonomis ini berlaku untuk desain kondisi kerja yang optimal

berkaitan dengan kesejahteraan manusia, keselamatan dan kesehatan, termasuk

pengembangan ketrampilan yang ada, dengan mempertimbangkan efisiensi dan

efektivitas teknologi dan ekonomi.

Popkin dan Howarth (2006) mendefinisikan sistem kerja sebagai jadwal

yang dilaksanakan di tempat kerja yang diberikan untuk memenuhi persyaratan

kerja. Penentuan jadwal kerja (shift system) harus mempertimbangkan kondisi

operasi, kontinyu atau diskontinyu, tidak tentu (irregular) atau campuran (mixed).

Pertimbangan lainnya adalah faktor manusia, seperti kelelahan, variasi ritme

sirkadian, pencahayaan, dan kesehatan subjektif.

Disamping factor manusia, sistem kerja juga berkaitan dengan peta kerja.

Peta kerja adalah alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan

Page 27: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

13

jelas, termasuk di dalamnya aliran barang dengan tangan maupun proses (Suhardi,

2008) . Apabila menggunakan tangan/manual, perlu adanya keseimbangan

gerakan ke dua tangan dan menghilangkan/mengurangi gerakan-gerakan yang

tidak efisien dan tidak produktif sehingga dapat mengurangi kelelahan. Peta kerja

aliran proses memperlihatkan bagian proses yang akan dilewati oleh barang. Peta

kerja ini dapat menunjukkan bagian mana yang tidak produktif, seperti

keterlambatan, penyimpangan, dan jarak tempuh barang.

2.2.5. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja sangat berpengaruh bagi kinerja, kesehatan, dan

keselamatan pekerja. Lingkungan kerja yang buruk, misalnya cahaya yang kurang,

kebisingan yang tingi, suhu yang terlalu panas atau dingin, akan menyebabkan

dampak yang buruk pula bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja.

Beberapa aspek lingkungan kerja yang penting adalah:

1. Pencahayaan

Dalam aktivitasnya, pekerja banyak menggunakan visual atau pandangan ini

menyelesaikan pekerjaannya. Pencahayaan yang kurang akan mengakibatkan

kelelahan pada mata. Sebaliknya, pencahayaan yang baik akan meningkatkan

kemampuan mata, kedalaman pandang, serta ketelitian pekerja.

Kondisi pencahayaan yang baik dapat diketahui dengan mengukur iluminansi

sumber cahaya. Iluminansi adalah ukuran banyaknya cahaya yang jatuh ke

suatu permukaan atau benda kerja Indiastadi & Yassierli (2017). Iluminansi

diukur dalam satuan lux dengan alat ukur lightmeter. Sumber cahaya dapat

berupa cahaya alami (matahari) maupun buatan (lampu) yang bersifat lokal.

Page 28: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

14

UK Health and Safety Executive (1997) memberikan panduan mengenai

pencahayaan dalam bekerja dengan menyesuaikan aktivasi dan tempat kerja

yang dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Pencahayaan Dalam Kerja Menurut Standar UK Health and SafetyExecutive (1997)

Aktivitas Lokasi/Jenis Pekerjaan IluminansiRata-Rata

(lux)

IluminansiMinimal

(lux)Pergerakan manusia,mesin dan kendaraan

Tempat parker, koridor,rute jalan

20 5

Pergerakan manusia,mesin dan kendaraan diarea berbahaya

Tempat konstruksi,penggalian, loading

50 20

Pekerjaan denganketelitian terbatas

Dapur, pabrik perakitan 100 50

Pekerjan dengan ketelitian Kantor, pekerjaan logam 200 10Pekerjaan denganketelitian tinggi

Kantor yangberhubungan dengangambar, perakitanelektronik

500 200

Sedangkan regulasi di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomor 70 tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Industri, memberikan panduan tentang

pencahayaan tempat kerja kegiatan industri dan kerajinan pada tabel

berikut.

Tabel. 2.4. Pencahayaan Kegiatan Industri dan Kerajinan (Kementrian KesehatanRepublik Indonesia, 2016)

No Jenis Area Pekerjaan Lux1 Layanan umum, perbaikan dan pengujian 3002 Pekerjaan rangka dan perakitan 5003 Pengecatan, spraying & polishing chamber 750

Page 29: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

15

4 Pemeriksanaan pengecatan, pekerjaan upholsterydengan tenaga manusia, pemeriksanaan akhir

1000

2. Kebisingan

Kebisingan adalah paparan suara yang dialami oleh pekerja, yang

biasanya merupakan suara-suara yang tidak diinginkan, serta dapat

memberikan dampak buruk. Dampak buruk dari kebisingan antara lain:

ketidaknyamanan, kinerja menurun, sulit berkomunikasi, dan kehilangan

pendengaran. Kebisingan di tempat kerja dapat berasal dari suara mesin,

proses, dan fasilitas produksi. Kebisingan diukur dalam satuan decible

(dB) dan diukur dengan alat Sound Level Meter.

Pengukuran kebisingan di tempat kerja dilakukan dengan mengukur

kebisingan dari paparan harian pada pekerja. Paparan kebisingan harian

ini dibatasi oleh Nilai Ambang Batas (NAB). Nilai Ambang Batas

kebisingan merupakan nilai yang mengatur tentang tekanan bising rata-

rata berdasarkan durasi pajanan berulang-ulang tanpa menimbulkan

gangguan pendengaran dan memahami pembicaraan normal. Menurut

Permenkes no. 70 tahun 2016, NAB kebisingan untuk 8 jam kerja per hari

adalah sebesar 85 dBA. Sedangkan untuk nilai kebisingan yang lain dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5. . NAB Kebisingan Menurut Permenkes No. 70 Tahun 2016

DurasiPajanan

Kebisinganper hari

LevelKebisingan

(dBA)

DurasiPajanan

Kebisinganper hari

LevelKebisingan

(dBA)

DurasiPajanan

Kebisinganper hari

LevelKebisingan

(dBA)

24 jam 80 30 menit 97 28,12 detik 11516 jam 82 15 menit 100 14,06 detik 118

Page 30: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

16

8 jam 85 7,5 menit 103 7,03 detik 1214 jam 88 3,75 menit 106 3,52 detik 1242 jam 91 1,88 menit 109 1,76 detik 1271 jam 94 0,94 menit 112 0,88 detik 130

3. Suhu dan Kelembaban

Suhu dan kelembaban merupakan aspek lingkungan kerja yang dapat

memberikan dampak buruk bagi pekerja apabila tidak dapat dikendalikan.

Pekerjaan yang dilakukan di tempat yang panas dan membutuhkan beban

fisik yang tinggi akan meningkatnya denyut jantung dan temperatur

tubuh, kelelahan, dan menurunkan kemampuan produksi. Kondisi yang

terjadi akibat paparan terhadap panas antara lain: heat stress, heat stroke,

heat exhaustion, heat syncope, prickly heat.

Di samping suhu udara, kelembapan relatif adalah faktor yang penting

yang dirasakan pekerja di tempat kerja yang panas. Kelembapan

menunjukkan jumlah kadar uap air yang ada di udara. Apabila

kelembapan tinggi akan menyebabkan pekerja menjadi tidak nyaman,

apalagi ditambah suhu ruang kerja yang tinggi pula.

Ruangan yang nyaman untuk bekerja apabila memenuhi karakteristik

berikut

a. Suhu udara sekitar 23 – 27 oC. Ketidaknyaman pekerjaan fisik ringan

ada di atas 34,5 oC.

b. Kelembapan sekitar 25 – 55 %.

c. Ada aliran udara dengan kecepatan sekitar 0,1 – 0,3 m/detik untuk

pekerjaan fisik ringan.

Page 31: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

17

d. Pekerja menggunakan pakaian yang longgar.

2.2.6. Anthropometri

Aspek aspek ergonomi dalam suatu proses ancang bangun fasilitas kerja

adalah merypakan suatu faktor penting dalam menunang peningkatan pelayanan

jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.

Antropometri berasal dari kata lain yaitu “Anthropos” yang berarti manusia dan

“Metron” yang berarti pengukuran, dengan demikian antropometri mempunyai

arti sebagai pengukuran tubuh manusia (Bridger, 1995).

Antropometri menurut Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data

numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran,

bentuk dan kekuatan serta penerapandari data tersebut untuk penanganan masalah

desain. Sedangkan Sanders and Mc. Cormick (1987) menyatakan bahwa

antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh

lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Dengan

mengetahui ukuran dimensi tubuh pekerja, dapat dibuat rancangan peralatan kerja,

stasiun kerja dan produk yang sesuai dengan dimensi tubuh pekerja sehingga

dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan kerja.

Data antropometri pada umumnya mempunyai peranan penting dalam

perancangan produk, peralatan ataupun stasiun kerja. Ketidaksesuaian data

antropometri dalam proses perancangan akan mengakibatkan rasa tidak nyaman

bagi pengguna rancangan tersebut. Dampak lain adalah terjadi gangguan

moskuloskeletal bahkan sampai cedera atau kecelakaan kerja.

Page 32: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

18

Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang bangun fasilitas

dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu uang tidak dapat ditunda

lagi.

Dalam rangka untuk mendapatkan suatu rancangan yang optimum dari suatu

ruang dan fasilitas akomidasi maka hal hal yang harus diperhatikan adalah faktor

faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis

maupun dinamis

Hak lain yang perlu diamati adalah seperti misalnya berat dan pusat massa

( centre of gravirty) dari suatu segmen / bagian tubuh. Nemtuk tubuh. Jarak untuk

pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki dan lain lain

2.2.7. Sumber Variabilitas

Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah

dikarenakan oleh faktor faktor sebagi berikut

a. Keacakan / random

Walaupun sudah terdapat kelompo populasi yang sudah jelas sam jenis

kelamin, suku, kelompok usia dan pekerjaannya namun masih akan ada

perbedaan yang cukupnsignifikan antara statistik dari dimensi kelompok

anggota masyrakat jelas dapat diaproksimasikan dengan menggunakan

distribusi normal, yaitu dengan menggunakan dat percentik yang telah diduga.

Jika mean (rata rata) dan SD (standar Deviasi) nya telah dapat diestimasi

b. Jenis kelamin

Page 33: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

19

Variabilitas dimensi tubuh manusia dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin.

Secara kodrati tinggi badan laki-laki dewasa mempunyai rerata lebih tinggi

dibandingkan dengan dimensi tubuh perempuan dewasa. Secara umum laki-

laki dewasa mempunyai dimensi tubuh yang lebih besar dibanding perempuan

untuk sebagian besar dimensi tubuh.

c. Suku bangsa (Ethnic variability)

Variabilitas dimensi tubuh manusia disebabkan juga karena perbedaan ras dan

kelompok etnis. Adanya perpindahan penduduk baik tetap atau sementara dari

suatu negara ke negara lainnya seringkali menimbulkan masalah dalam hal

rancangan produk atau fasilitas kerja terutama bila perpindahannya dikaitkan

dengan masalah pekerjaaan

d. Usia

Sebuah rancangan akan nyaman digunakan jika sesuai dengan umur pengguna.

Rancangan peralatan untuk anak-anak akan berbeda dengan rancangan

peralatan untuk orang dewasa. Dengan demikian umur merupakan salah satu

faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan produk/fasilitas,

dikarenakan variabilitas dimensi tubuh manusia salah satunya dipengaruhi oleh

umur. Pertumbuhan manusia berawal dari manusia lahir sampai usia dewasa,

dan akan berhenti pada usia tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai

batasan pertumbuhan yang berbeda, dimana pertumbuhan tinggi badan laki-laki

biasanya berhenti pada 20 tahun. Sedangkan untuk perempuan akan berhenti

lebih awal dibandingkan laki - laki

e. Jenis Pekerjaan

Page 34: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

20

Perbedaan dimensi tubuh dapat dilihat pada jenis pekerjaan atau profesi yang

dilakukan. Seorang petani yang pekerjaannya mencangkul mempunyai lengan

lebih besar dibandingkan dengan pegawai negeri sipil. Hal ini dikarenakan

seorang petani lebih banyak menggunakan lengan untuk aktivitas kerja.

Perbedaan ini dikarenakan tuntutan profesi. Dengan demikian profesi

seringkali mensyaratkan dimensi tubuh yang dikehendaki. Hal ini ditujukan

untuk kenyamanan dan keamanan pekerja dalam menggunakan peralatan yang

ada.

f. Cacat Tubuh secara Fisik

Suatu perkembangan yang menggembirakan saat ini yaitu dengan diberikannya

skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita

cacat tbuh secara fisik seb9ngga mereka dapat ikut serta merasakan

“kesamaam” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi dalam pelayanan

untuk masyarakat, masalah yang sering timbul misalnya keterbatasan jarak

jangkauan.

2.2.8. Penggunaan Distribusi Normal

Distribusi normal ditandai dengan adanya nilai rata-rata (mean) dan SD

(standar deviasi). Sedangkan percentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa

persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau

lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau

lebih rendah dari 95 percentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih

rendah 5 percentil. Besarnya nilai percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas

Page 35: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

21

distribusi normal. Dalam pokok bahasan antropometri, 95 percentil menunjukkan

tubuh berukuran besar, sedangkan 5 percentil menunjukkan tubuh berukuran kecil.

Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2.5 dan 97.5

percentil adalah batas ruang yang dapat dipakai.

Tabel 2.6. Perhitungan Persentil (Sumber : Stevenson, 1989; Nurmianto, 1991)

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data Antropometri untuk bisa

diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, gambar

dibawah ini akan memberikan informasi tentang berbagai macam anggota tubuh

yang perlu diukur :

Page 36: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

22

Gambar 2.1. Antropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya(Sumber : Stevenson, 1989; Nurmianto, 1991)

Keterangan :

1. Tinggi Tubuh Posisi Berdiri

2. Tinggi Mata

3. Tinggi Bahu

4. Tinggi Siku

5. Tinggi Genggaman Tangan (Knuckle) Pada Posisi Relaks Ke Bawah

6. Tinggi Badan Pada Posisi Duduk

7. Tinggi Mata Pada Posisi Duduk

8. Tinggi Bahu Pada Posisi Duduk

9. Tinggi Siku Pada Posisi Duduk

10. Tebal Paha

11. Jarak Dari Pantat Ke Lutut

12. Jarak Dari Lipat Lutut (Popliteal) Ke Pantat

13. Tinggi Lutut

14. Tinggi Lipat Lutut (Popliteal)

15. Lebar Bahu (Bideltoid)

16. Lebar Panggul

17. Tebal Dada

18. Tebal Perut

19. Jarak Siku Ke Ujung Jari

20. Lebar Kepala

21. Panjang Tangan

Page 37: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

23

22. Lebar Tangan

23. Jarak Bentan Dari Ujung Jari Tangan Kanan Ke Kiri

24. Tinggi Pegangan Tangan (Grip) Pada Posisi Tangan Vertikal Ke Atas &

Berdiri Tegak

25. Tinggi Pegangan Tangan (Grip) Pada Posisi Tangan Vertikal Ke Atas &

Duduk

26. Jarak Gengaman Tangan (Grip) Ke Punggung Pada Posisi Tangan Ke

Depan (Horisontal)

2.2.7. Nordic Body Map

Nordic Body Map dilakukan untuk pengambilan data kuesioner terhadap

keluhan – keluhan yang dialami pekerja saat melakkan pekerjaannya.

Pemberian kuesinoner ini dengan menanyakan kepada pekerja tentang keluhan

yang pernah dirasakan pekerja terhadap meja kerja yang selama ini digunakan.

Dengan menggunakan kuesioner ini dapat diketahui bagian – bagian anggota

tubuh pekerja yang mengalami keluhan rasa tidak nyaman .

Kuesioner Nordic ini menggambarkan bagian-bagian tubuh yang mungkin

dikeluhkan oleh pekerja, yang terbagi menjadi 9 area yaitu (1) leher; (2) bahu; (3)

punggung atas; (4) punggung bawah; (5) siku; (6) tangan/pergelangan tangan; (7)

paha; (8) lutut; (9) telapak kaki/pergelangan kaki.

Page 38: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Objek dan Subjek Penelitian

Pengembangan desain sistem kerja Pengrajin Canthing Cap dalam penelitan

ini dilakukan di UKM Rohmad Canthing di Kampung Cap Pekalongan beralamat

di Desa Landungsari Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan dengan

melakukan identifikasi permasalahan ketidakergonomisan fasilitas kerja yaitu

meja kerja dan alat-alat kerja yang lain dalam sistem kerja.Objek penelitian ini

adalah sistem kerja di UKM Canting Rohmad. Sedangkan subjek penelitiannya

adalah pekerja UKM canting . Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu dari

bulan Maret sampai dengan April 2020

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada lokasi wilayah kerja UKM Rohmad

Canting dengan pekerjanya sebagai subyek penelitian dan pembatasan ruang

lingkup pada sistem kerja pada UKM Rohmad Canting dan hubungannya dengan

tingkat produktivitas kerja.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja di UKM Rohmad

Canting dengan jumlah 4 orang yang seluruhnya dijadikan sampel penelitian.

Page 39: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

25

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah analisis dan perbaikan desain

sistem kerja meja cap dengan pendekatan ergonomi partisipatori.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah produktivitas pekerja.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar data biodata subjek penelitian: sebagai instrumen untuk memperoleh

parameter data pribadi subjek penelitian, meliputi nama, umur, tinggi badan,

berat badan, lama pengalaman kerja.

2. Lembar data parameter lingkungan internal sistem kerja: sebagai instrumen

untuk mengumpulkan data temperatur, kelembapan, kebisingan, intensitas

cahaya ruang kerja.

3. Kuesioner Nordic Body Map sebagai instrumen untuk mengidentifikasi

adanya keluhan musculoskeletal.

4. Lembar data Focus Group Discussion: sebagai instrumen untuk

mengumpulkan data analisis masalah, mengumpulkan ide solusi,

menggenerasikan konsep solusi bersama, dan rencana implementasi.

5. Kamera digital: sebagai alat dokumentasi aktivitas kerja.

6. Lux-meter: sebagai alat pengukur intensitas cahaya ruang kerja.

7. Termometer: sebagai alat pengukur tingkat suhu udara ruang kerja.

8. Higrometer: sebagai alat pengukur tingkat kelembapan udara ruang kerja.

Page 40: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

26

9. Sound Level meter: sebagai alat pengukur tingkat kebisingan ruang kerja.

3.6. Pengumpulan Data

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian,

yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan

cara pengamatan dan perhitungan secara langsung. Data tersebut didapatkan

dari hal-hal berikut ini, yaitu:

a. Observasi atau pengamatan langsung di lapangan untuk mengidentifikasi

kondisi yang sebenarnya dari sistem kerja yang menjadi objek penelitian.

b. Wawancara dengan subjek penelitian. Wawancara dilakukan dengan cara

menanyakan hal-hal yang terkait dengan sistem kerja untuk mendapatkan

data-data yang diperlukan.

c. Memberikan kuesioner kepada subjek penelitian. Kuesioner ini berkaitan

dengan keluhan serta produktivitas kerja.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung yang

berkaitan dengan penelitian ini. Data tersebut dapat diperoleh studi literatur,

data sistem kerja dan organisasi perusahaan, dan data hasil penelitian

terdahulu.

3.7. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Page 41: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

27

Menyiapakan instrumen penelitian, baik peralatan pengukuran dan lembar

data serta kuesioner.

2. Tahap Observasi dan Pengumpulan Data Awal

Dilakukan untuk mengetahui kondisi ruang kerja UKM Rohmat Canting dan ,

aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja. Wawancara terhadap pekerja

Penyebaran lembar data dan kuesioner juga dilakukan untuk mendapatkan

data awal

3. Tahap Analisis Sistem Kerja dengan Ergonomi Partisipatori

Sesuai dengan pendekatan ergonomi partisipatori, pada awalnya akan

dilakukan pembentukan tim ergonomi. Tim ergonomi ini terdiri dari pekerja /

pengguna atau wakilnya, manajer/supervisor, UKM Batik, ahli ergonomi, ahli

K3 dan peneliti. Setelah tim terbentuk, tim akan melakukan Focus Group

Discussion (FGD) dengan mendiskusikan hal-hal yang berhubungan

permasalahan yang ada. Peneliti akan memaparkan hasil dari tahap observasi

dan pengumpulan data awal, kemudian meminta tanggapan dari tim ergonomi

sebagai analisis masalah.

Masing-masing pihak yang terlibat dalam FGD akan memberikan ide dan

kreativitas untuk memecahkan permasalahan. Ide-ide perbaikan akan

dikumpulkan untuk menggenerasikan dan mengembangkan konsep akhir

bersama. Selanjutnya, konsep bersama akan dievaluasi dan mulai dilakukan

implementasi.

Page 42: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

28

4. Tahap Perbaikan atau Perancangan Ulang

Dilakukan dari tindak lanjut dari analisis sistem kerja dengan pendekatan

ergonomi partisipatori. Pada tahap ini, konsep bersama hasil dari Focus

Group Discussion akan dilakukan perancangan dengan menampung usulan

dan saran perbaikan dari berbagai pihak terkait.

5. Tahap Evaluasi

Setelah perbaikan sistem kerja disepakati dan selesai dirancang, maka tahap

selanjutnya adalah tahap evaluasi. Pada tahap ini, uji coba sistem kerja baru

akan dilakukan dan diimplementasikan kepada organisasi UKM Rohmat

Canting.

Page 43: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

29

BAB IVGambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Ya

Tidak

Persiapan(Instrumen penelitian, lemba kerjaa, kuesinoner)

Tahap Observasi dan Pengumpulan Data Awal(Kondisi ruang kerja, Wawancara terhadap pekerja,

Penyebaran lembar data dan kuesioner)

Tahap Analisis Sistem Kerja denganErgonomi Partisipatori

(Pembentukan tim ergonomic,FGD awal)

Perancangan

Tahap Evaluasi

Pembahasan

Simpulan & Saran

Tahap Analisis Sistem Kerja denganErgonomi Partisipatori Lanjut

( FGD lanjutan)

Perbaikan

PerluPerbaikkan ?

Page 44: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

30

BAB IV

ANALISIS DATA

4.1. Data Aktivitas Kerja

Data aktivitas kerja yang ada di UKM Rohmat Canting seperti pada tabel

berikut

Tabel 4.1. Aktivitas Kerja UKM Rohmad Canthing

Pekerjaan Aktivitas Kerja

PersiapanPembuatan desain canting capPembuatan motif canting cap

Pembuatan CapPembuatan kerangka canting capProses perakitan motif dalam kerangka canting capProses pengamplasan

Finishing

Proses penataan kembali desainProses perbaikan canting capPenyimpanan peralatanPembuangan limbah potongan tembaga

4.2. Data Lingkungan Kerja

Data lingkungan kerja yang didapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2. Parameter Lingkungan Kerja

Waktu Temperatur KelembabanIntensitasCahaya

Kebisingan

(oC) (%RH) (lux) (decibel)

Pagi 29 55,2 132 71,4

Siang 33 51,0 137 68,4

Sore 31 52,9 144 70,0

Page 45: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

31

Kebisingan yang diukur pada tabel di atas adalah saat tidak ada

pekerjaan yang menimbulkan suara misalnya meluruskan bahan lembaran

tembaga dengan alat pemukul.

4.3. Data Desain Sistem Kerja

Data desain sistem kerja pada UKM Rohmat Canting yang diambil waktu

jam kerja yang diimplementasikan oleh UKM Rohmat Canting dan dijalankan

oleh para pekerjanya. Waktu jam kerja pada UKM Rohmat Canting adalah 8

jam, dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00. Pembagian waktu kerja adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3. Waktu Kerja di UKM Rohmat Canting

Waktu Kegiatan

08.00 - 08.30 Persiapan

08.30 – 12.00 Waktu Kerja

12.00 – 13.00 Istirahat

13.00 – 15.30 Waktu Kerja

15.30 – 16.00 Persiapan meninggalkan pekerjaan

4.4. Data Kuesioner Nordic Body Map

Pada penelitian ini, dilakukan pengambilan data kuesioner Nordic Body

Map . Pemberian kuesinoner ini dengan menanyakan kepada pekerja tentang

keluhan yang pernah dirasakan pekerja terhadap meja kerja yang selama ini

digunakan. Dengan menggunakan kuesioner ini dapat diketahui bagian – bagian

anggota tubuh pekerja yang mengalami keluhan rasa tidak nyaman . Berdasarkan

hasil kuesioner Nordic Body Map pengguna menyampaikan bahwa sering

Page 46: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

32

mengalami keluhan sakit pada anggota tubuh 50% keatas yaitu pada leher,

punggung , pantat, tangan kanan, pinggang, siku kanan, paha dan betis.

Keluhan –keluhan terhadap sistem kerja pembuatan cap cukup mendukung untuk

dilakukan usulan perancangan ulang sistem kerja

4.5. Data Pengukuran Meja Kursi Kerja Aktual

Pengukuran sistem kerja aktual dilakukan dengan mengukur sistem kerja (

meja dan kursi kerja) yang selama ini digunakan. Pengukuran sisem kerja

dilakukan setelah melakukan pemgukuran antropometri tubuh Pekerja. Hal ini

dikalkukan untuk membandingkan antara meja kursi actual dengan sistem kerja

(meja kursi) hasil rancangan.

Tabel 4.4. Pengukuran Meja Kursi Kerja Aktual UKM RohmadCanting

Nama Produk Dimensi Ukur Ukuran Awal(cm)

Meja Kerja

Lebar Meja 45Panjang Meja 106Tinggi Meja 73Tinggi pijakan kaki 16

Kursi

Tinggi alas kursi 47Lebar alas kursi 28Tinggi sandaran -Panjang alas kursi 28Lebar sandaran kursi -

Page 47: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

33

Gambar 4.1. Meja kerja aktual di UKM Rohmat Canting

Gambar 4.2. Kursi Aktual di UKM Rohmat Canting

Page 48: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

34

4.6. Analisis Desain Sistem Kerja dengan Ergonomi Partisipatori

Analisis desain sistem kerja yang dilakukan pada penelitian ini

menggunakan pendekatan ergonomi partisipatori. Pendekatan ergonomi

partisipatori mengutamakan keterlibatan pekerja dalam mengidentifikasi

permasalahan dan mencari solusi untuk mengintervensi agar proses sistem kerja

menjadi lebih baik. Tahapan-tahapan ergonomi partisipatori yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah pembentukan tim ergonomi, FGD pemaparan dan

analisis masalah, paparan konsep rancangan, perancanagn, perbaikan dan

perancangan ulang dan ecvaluasi.

Langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut :

4.3.1. Pembentukan Tim Ergonomi

Pembentukan tim ergonomi ini bertujuan untuk mengarahkan dalam proses

analisis dan perbaikan desain sistem kerja yang ada. Tim ergonomi yang dibentuk

merupakan pihak-pihak yang berkaitan dengan pekerjaan di unit kerja dan

berkompeten di bidangnya masing-masing. Tim ergonomi ini beranggotaka

(empat) orang, terdiri dari perwakilan pekerja, supervisor, pelaku UKM batik, dan

petugas K3, .

4.3.2. Pemaparan dan Analisis Masalah (FGD tahap pertama )

Setelah tim ergonomi terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah

mengadakan Focus Group Discussion (FGD). Pada FGD tahap pertama, peneliti

Page 49: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

35

memaparkan permasalahan yang ada berdasarkan hasil observasi di lapangan dan

hasil penilaian ergonomi menggunakan kuesioner Nordic Body Map.

Pihak-pihak anggota tim ergonomi mengadakan diskusi untuk

membahas permasalahan yang ada dan memberi masukan untuk perbaikan desain

sistem kerja. Hasil diskusi FGD tahap pertama dijelaskan pada tabel di bawah ini

:

Tabel 4.5. Hasil FGD Tim Ergonomi Tahap Pertama

No Bahan Diskusi / Permasalahan Usulan perbaikan1 Pengguna sakit di punggung, leher.

Pergelangan tangan dan kakiMeja kursi kerja di buat sesuaidengan dimensi dan karakteristiktubuh pengguna

2 Pengguna kesulitan mencari alat yangdibutuhkan karena alat yangberserakan

Meja dilengkapi dengan tempatkusus untuk menyimpan danmenaruh peralatan

3 Limbah (potongan tembaga) seringmelukai tangan dan kaki pengguna

Meja dilengkapi dengan tempatmenaruh limbah

4.3.3. Pengembangan Konsep Bersama (FGD tahap kedua)

Setelah pemaparan masalah dan pengidentifikasian usulan perbaikan

melalui FGD tahap pertama, maka selanjutnya tim ergonomi mengadakan

pengembangan konsep perbaikan desain sistem kerja secara bersama-sama.

Pengembangan konsep ini merupakan perancangan ulang desain sistem kerja

yang diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang ada. Masing-masing

pihak diberi waktu untuk merancang alternatif konsep perbaikan untuk

dipresentasikan pada FGD selanjutnya.

Konsep perbaikan desain sistem kerja ini yang dibahas dalam FGD

tahap kedua ditampilkan pada tabel di bawah ini.

Page 50: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

36

Tabel 4.6. Hasil FGD Tim Ergonomi Tahap Kedua

No Bahan Diskusi / Permasalahan Usulan perbaikan1 Meja kursi kerja di buat sesuai dengan

dimensi dan karakteristik tubuh penggunaDibuat sketsa meja dankursi kerja sesuai dengandata antropometripengguna beserta denganfitur fitur tambahan yangdiperlukan

2 Meja dilengkapi dengan tempat kusus untukmenyimpan dan menaruh peralatan

3 Meja dilengkapi dengan tempat menaruhlimbah

4.3.4. Implementasi Konsep (FGD tahap 3)

Hasil FGD tahap kedua selanjutnya di diskusikan pada FGD tahap ketiga.

Berbagai masukan untuk pengembangan tahap berikutnya. Tim ergonomi

selanjutnya menganalisis konsep hasil FGD tahap kedua . Hasil evaluasi dari tim

ergonomi kemudian didiskusikan bersama pada FGD tahap ketiga.

Tabel 4.7. Hasil FGD Tim Ergonomi Tahap Ketiga (usulan perbaikan)

No Bahan Diskusi / Permasalahan Usulan perbaikan1 Pekerjaan desain membutuhkan

pengukuranMeja dilengkapi mistarMeja ditambanhkan alat yangdigunakan sebagai alas untukpekerjaan finishing pembuatancanthing cap

2 Pekerjaan finishing yangmembutuhkan media khusus

Hasil dari FGD tahap ketiga ini disepakati oleh anggota tim ergonomic dan

diimplementasikan dalam desain meja dan kursi kerja .

4.3.5. Tahap Evaluasi

Page 51: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

37

Setelah perbaikan sistem kerja disepakati dan selesai dirancang, maka

tahap selanjutnya adalah tahap evaluasi. Pada tahap ini, uji coba sistem kerja baru

akan dilakukan dan diimplementasikan kepada organisasi UKM Rohmat Canting.

4.3.6. Detail Spesifikasi Rancangan

A. Perancangan Meja Kerja

Data yang relevan untuk perancanagn meja bagi pengguna sebagi berikut :

1) Lebar meja dirancang berdasarkan dimensi tubuh jangkauan tangan ke

depan

2) Panjang meja menggunakan data dua kali siku tangan ke ujung jari

ditambanh dengan lebar bahu

3) Tinggi meja menggunakan data tinggi popliteal ditambah dengan tinggi siku

duduk .

4) Meja dilengkapi dengan tempat meletakkan peralatan

5) Meja dilengkapi dengan tempat penampungan sampah sisa potongan bahan

baku yang tidak diperlukan.

B. Perancangan Kursi Kerja

Data yang relevan untuk perancangan kursi bagi pengguna sebagi berikut :

1) Panjang kursi dirancang berdasarkan data panjang popliteal

2) Tinggi Kursi menggunakan data tinggi popliteal

3) Lebar kursi menggunaan data lebar pinggul

Page 52: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

38

4) Tinggi sandaran menggunakan data tinggi sandaran punggung

5) Lebar sandaran menggunakan data lebar bahu

6) Panjang meja menggunakan data dua kali siku tangan ke ujung jari

ditambah dengan lebar bahu

C. Pengolahan Data

Data antropometri meja dan kursi dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 4.8. Tabel Data Antropometri Meja dan Kursi kerja

DimensiPekerja ( cm )

1 2 3 4

Tinggi Meja 63 65 65,5 61

Panjang Meja 126 129 130 121

Lebar Meja 68 72 74 66

Panjang Kursi 40 42 45 42

Tinggi kursi 44,5 42 44 44

Leba Kursi 31 32 34 36

Tinggi sandaran 61 60 65,5 64

Lebar sandaran 42 47 48 43

1). Pengolahan data perancangan meja

Perhitungan mean dan standart deviasi

Lebar Meja :

Mean dirumuskan sebagai berikut:= ∑(1)

= 280

Page 53: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

39

4= 70

Standar deviasi (s) dirumuskan sebagai berikut:

= ∑ (∑ )

(2)

= √ (68 – 70)2 + (72 – 70)2 + (74 – 70)2 + (66 – 70)2

3= 3,651

Tabel 4.9. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Mean dan Standart Devisi

untuk data antropometri Meja

DimensiPekerja ( cm )

x̅1 SPersentil

1 2 3 4 90 95

Tinggi Meja 63 65 65,5 61 63,63 2,0564 66,25731 67,00793

Panjang Meja 126 129 130 121 126,50 4,0414 131,6731 133,1482

Lebar Meja 68 72 74 66 70 3,651 74,6739 76,00669

2). Pengolahan data perancanagn kursi

Perhitungan mean dan standart deviasi

Tinggi kursi :

Mean dirumuskan sebagai berikut:= ∑(4)

= 174,5

Page 54: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

40

4

= 43,625

Standar deviasi (s) dirumuskan sebagai berikut:

= ∑ (∑ )

(5)

= √ (44,5– 43,625)2 + (42 – 43,625)2 + (44 – 43,625)2 + (44 –43,625)2

3= 2,1086

Tabel 4.10, Hasil Rekapitulasi Perhitungan Mean dan Standart Devisiuntuk data antropometri kursi

DimensiPekerja ( cm )

x̅1 SPersentil

1 2 3 4 90 95

Panjang Kursi 40 42 45 42 42,25 2,061553 44,88879 45,64125

Tinggi kursi 44,5 42 44 44 43,625 1,108678 45,04411 45,44868

Lebar Kursi 31 32 34 36 33,25 2,217356 36,08822 36,89755

Tinggi sandaran 61 60 65,5 64 62,625 2,561738 65,90402 66,83906

Lebar sandaran 42 47 48 43 45 2,94392 48,25731 49,84275

Tabel 4.11, Hasil Rekapitulasi Perhitungan Untuk Ukuran Kursi

Dimensi Ukuran (cm)

Panjang Kursi 44,88879

Tinggi kursi 45,04411

Lebar Kursi 36,08822

Tinggi sandaran 66,83906

Lebar sandaran 49,84275

Page 55: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

41

Tabel 4.12. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Untuk Ukuran Meja

Dimensi Ukuran (cm )

Tinggi Meja 67,00793

Panjang Meja 131,6731

Lebar Meja 74,6739

Page 56: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

42

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Gangguan kesehatan pada pengguna Meja kerja di UKM Rohmat

Canting

Meja kerja yang digunakan pada UKM Rohmat Canting belum memenuhi

standart ergonomi sehingga menimbulkan keluhan kesehatan bagi pengguna

(pekerja) nya. Data kuesioner Nordic Body Map dilakukan dengan menanyakan

kepada pekerja tentang keluhan yang pernah dirasakan pekerja terhadap meja

kerja yang selama ini digunakan. Dengan menggunakan kuesioner ini dapat

diketahui bagian – bagian anggota tubuh pekerja yang mengalami keluhan rasa

tidak nyaman . Gannguan kesehatan yang dirasakan pekerja adalah keluhan

keluhan sakit pada anggota tubuh 50% keatas yaitu pada leher, punggung , pantat,

tangan kanan, pinggang, siku kanan, paha dan betis.

Keluhan –keluhan terhadap sistem kerja pembuatan cap cukup mendukung untuk

dilakukan usulan perancangan ulang sistem kerja

5.2. Lingkungan Kerja

Pengamatan lingkungan kerja dengan pengukuran suhu lingkungan, dan

pengukuran suhu, kelembaban, intensitas cahay dan kebisingan.

Hasil observasi lingkungan kerja di UKM Rohmat Canting menunjukkan bahwa

temperatur ruangan antara 29 - 33oC dengan kelembapan 51 – 52,9 %RH. Hal ini

menunjukkan sudah memenuhi kriteria ruangan yang nyaman untuk bekerja

(Iridiastadi & Yassierli, 2017).

Page 57: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

43

Pengukuran pencahayaan menunjukkan di antara 132 – 144 lux, Hal ini

menunjukkan lingkungan kerja yang telah memenuhi syarat pada standar

pencahayaan dalam kerja. Menurut UK Health & Safety Executive (1997),

iluminansi minimal untuk pekerjaan dengan ketelitian adalah 100 lux.

Pengukuran kebisingan di UKM Rohmat Canting menujukkan hasil 68,4 –

71,4 desibel. Kebisingan berasal dari hembusan angin disekitar karena ventilasi

yang terbuak lebar. Kebisingan diukur pada saat tidak ada pekerjaan yang

menimbulkan suara misalnya meluruskan bahan lembaran tembaga dengan alat

pemukul.

Kebisingan dengan 68,4 – 71,4 dB telah memenuhi syarat untuk durasi pekerjaan

8 jam per hari. Karena menurut Permenkes no. 70 tahun 2016, NAB kebisingan

untuk 8 jam kerja per hari adalah sebesar 85 dBA.

5.3. Perbaikan desain sistem kerja di UKM Rohmat Canting dengan

pendekatan Ergonomi Partisipatori

Pendekatan ergonomi partisipatori mengutamakan keterlibatan pekerja

dalam mengidentifikasi permasalahan dan mencari solusi untuk mengintervensi

agar proses sistem kerja menjadi lebih baik.

Tahapan-tahapan ergonomi partisipatori yang diawali dengan pembentukan tim

ergonomi, FGD pemaparan dan analisis masalah, paparan konsep rancangan,

perancanagn, perbaikan dan perancangan ulang dan evaluasi.

Page 58: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

44

a. . Pembentukan Tim Ergonomi

Pembentukan tim ergonomi ini bertujuan untuk mengarahkan dalam proses

analisis dan perbaikan desain sistem kerja yang ada. Tim ergonomi yang dibentuk

merupakan pihak-pihak yang berkaitan dengan pekerjaan pembuaran canthing

cap dan berkompeten di bidangnya masing-masing. Tim ergonomi ini

beranggotaka (empat) orang, terdiri dari perwakilan pekerja, supervisor (pemilik

UKM), pelaku IKM batik, dan Ahli ergonomi .

b. FGD pertama (. Pemaparan dan Analisis Masalah)

Setelah tim ergonomi terbentuk, maka langkah selanjutnya adalah

mengadakan Focus Group Discussion (FGD). Pada FGD tahap pertama,

dipaparkan permasalahan yang ada berdasarkan hasil observasi di lapangan dan

hasil penilaian ergonomi menggunakan kuesioner Nordic Body Map.

Anggota tim mendiskusikan dan memberi masukan untuk perbaikan desain

sistem kerja. Hasil diskusi FGD tahap pertama adalah Meja kursi kerja di buat

sesuai dengan dimensi dan karakteristik tubuh pengguna Meja dilengkapi dengan

tempat kusus untuk menyimpan dan menaruh peralatan Meja dilengkapi dengan

tempat menampung limbah

c. FGD tahap kedua ( Pengembangan Konsep Bersama)

Pengembangan konsep perbaikan dibahas di FGD tahap kedua

Pengembangan konsep perbaikan desain sistem kerja dilakukan secara bersama-

Page 59: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

45

sama. Pengembangan konsep ini merupakan perancangan ulang desain sistem

kerja yang diharapkan mampu memecahkan permasalahan yang ada.

Hasil FGD tahap kedua adalah pembuatan sketsa meja dan kursi kerja sesuai

dengan data antropometri pengguna beserta dengan fitur fitur tambahan yang

diperlukan

Gambar 5.1. Meja Kerja Pekerja Pembuat Canthing Cap hasil FGD 2

Gambar 5.2. Desain Meja tampak atas

Page 60: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

46

Gambar 5.3. Desain Meja tampak samping kanan

Gambar 5.4. Kotak menampung limbah

d. FGD ketiga (Perbaikan dan Perancangan ulang)

Pada tahap ini, konsep bersama hasil dari Focus Group Discussion akan

dilakukan perancangan dengan menampung usulan dan saran perbaikan dari

berbagai pihak terkait usulan perbaikan. Dibuat alat tambahan untuk meja kerja

Page 61: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

47

cap pada saat melakukan pekerjaan Peantaan kembali Motif Canting dan

penambahan mistar sebagai alat ukur yang menempel pada meja sehingga

memudahkan pengguna dalam melakukan kegiatan pengukuran.

Gambar 5.5. Alas untuk melakukan pekerjaan teliti

Gambar 5.6. Mistar pada meja kerja

Page 62: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

48

Gambar 5.7. Posisi Alas pada Meja sistem kerja

e. Tahap Akhir ( Desain Perbaikan Akhir )

Setelah perbaikan sistem kerja disepakati dengan memperimbangkan masukan

akhir dari tim ergonomi maka dilakukan kesepakartan tahap akhir rancangan meja

kerja dan kursi untuk pengrajin canting cap.

Gambar 5.8 .Desain akhir meja kerja untuk pengrajin canting cap

Wadah Peralatan

Wadah Limbah

Alas Keramik

Wadah Bahan BakuAlas Pekerjaan

Finishing (portable)

Wadah Capsetengah jadi

Page 63: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

49

Keterangan :

1. Wadah Peralatan

Digunakan untuk menyimpan alat – alat yang berupa cupit, tang, gunting,

palu dan sebagainya dengan ukuran alat berkisar antara 10 – 25 cm

2. Wadah Limbah

Digunakan umtuk menampung limbah yang sebagian besar berupa limbah

potongan tembaga. Wadah ini sangatlah cukup unuk menampung limbah

harian.

3. Wadah Bahan Baku

Digunakan untuk menyimpan bahan baku yang berupa lempengan

tembaga dan bahan lainnya. Wadah ini berada di bagian kanan pengguna

dan dalam jangkauan sehingga memudahkan saat mengambil bahan baku.

4. Wadah Cap setengah jadi

Wadah ini digunakan untuk menyimpan cantiing cap setengah jadi atau

masih dalam proses. Ukuran almari ini sangatlah cukup untuk menyimpan

canting cap yang rata rata berukuran 25 x 25 cm

5. Alas Pekerjaan Finishing (portabel)

Alas ini bersifat portable yang bisa dipindah – pindah. Alas dipindah diatas

keramik saat digunakan untuk melakukan pekerjaan finishing berupa

penataan kembali motif pada canting cap yang mengalami perubahan

bentuk karena proses sebelumnya.

6. Alas Keramik

Dipilih keramik karena kerataannya sehingga memudahkan proses

perakitan canting cap

Page 64: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

50

Gambar 5.9.Desain Akhir Kursi kerja untuk pengrajin canting cap

Page 65: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

51

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil observasi dan analisis data desain sistem kerja

Pengrajin cant ing cap, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Desain meja dan kursi untuk pengrajin canting cap di UKM Rohmat Canting

belum sepenuhnya memenuhi aspek kesehatan terbukti dengan adanya

keluhan kesehatan yang dikeluhkan oleh pengrajin (karyawan) canting cap,

sehingga perlu adanya perbaikan desain untuk menjadikan meja dan kursi

yang lebih baik.

2. Hasil perbaikan desain meja dan kursi dilakukan dengan pendekatan

ergonomi partisipatori adalah perbaikan desain berdasarkan keputusan tim

ergonomi dengan penambahan kebutuhan ruang penampung limbah,

penyimpanan alat , dan alat khusus yang digunakan untuk pekerjaan finishing

pembuatan canting cap

3. Perbaikan desain meja kursi yang dialakukan dapat membuat pekerjaan di

UKM Rohmat Canting lebih nyaman dan mengurangi keluhan

musculoskeletal.

6.2. Saran

7. Perlu adanya beberapa desain aternatif sehingga akan didapatkan desan

rancangan yang optimal.

Page 66: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

52

8. Perlunya melakukan evaluasi berkala untuk memastikan sistem kerja

berjalan sesuai desain perbaikan.

9. Perlunya penelitian lanjutan untuk peningkatan desain agar tercapai

kenyamanan dan kesehatan lebih lanjut.

Page 67: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

53

DAFTAR PUSTAKA

Ahya, R., & Lestari, M. S. (2016). Analisis dan penerapan ergonomi partisipatoripada pengrajin pandai besi di desa Carikan Sukoharjo. Prosiding SeminarNasional Aplikasi Sains & Teknologi, 177-181.

Aznam, S. A., Safitri, D. M., & Anggraini, R. D. (2017). Ergonomi partisipatifuntuk mengurangi potensi terjadinya work-related musculoskeletaldisorders. Jurnal Teknik Industri, 7(2), 94-104.

Borshalina, Tita. (2015). Marketing strategy and the development of batik trusmiin the regency of Cirebon which used natural coloring matters. Procedia -Social and Behavioral Sciences, 169, 217 – 226

California Department of Industrial Relations. (2007). Ergonomic guidelines formanual material handling. Cincinnati: National Institute for OccupationalSafety and Health.

Cole, D. e. (2005). Effectiveness of participatory ergonomic interventions: Asystematic review. Toronto: Institute for Work & Health.

Endang WA, (2011), Usulan Perancangan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Guna

meningkatkan Kinerja pekerja Industri kecil Mozaik, procceding 11th

National Conference of Indonesian Ergonomics Society, UniversitasIndonesia, Jakarta

Eerd, D. e. (2010). Process and implementation of participatory ergonomicinterventions: A systematic review. Ergonomics, 53(10), 1153-1166.

Guimaraes, L. B., Anzanello, M. J., Ribeiro, J. L., & Saurin, T. A. (2015).Participatory ergonomics intervention for improving human and productionoutcomes of a Brazilian furniture company. International Journal ofIndustrial Ergonomics, 1-11.

Haines, H. M., & Wilson, J. R. (1998). Development of a framework forparticipatory ergonomics. Norwich: HSE Books.

Halpern, C. A., & Dawson, K. D. (1997). Design and implementation of aparticipatory ergonomics program for machine sewing tasks. InternationalJournal of Industrial Ergonomics, 20, 429-440.

Page 68: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

54

Health and Safety Executive. (1997). Lighting at work. Retrieved from Health andSafety Executive: http://www.hse.gov.uk/pubns/books/hsg38.htm

Health and Safety Executive. (2016). Manual handling operations regulation1992. Norwich: British Standards.

Health and Safety Executive. (2017, November). Work-related MusculoskeletalDisorders (WRMSDs) Statistic in Great Britain 2017. Retrieved from Healthand Safety Executive: www.hse.gov.uk/statistics/

Helander, M. (2006). A guide to human factors and ergonomics. Boca Raton:Taylor & Francis Group.

Hendrick, H. W., & Kleiner, B. M. (2002). Macroergonomics: Theory, methods,and applications. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates Inc.

Hidayat, A. H., & Purnomo, H. (2014). Desain pengering kerupuk menggunakanmetode ergonomi partisipatori. Seminar Nasional IENACO, 45-54.

Hignett, S., Wilson, J. R., & Morris, W. (2005). Finding ergonomic solusions:Participatory approaches. Occupational Medicine, 55, 200-205.

International Organization for Standardization. (2016). International Organizationfor Standardization. Retrieved from ISO 6385:2016 Ergonomics principlesin the design of work systems: https://www.iso.org/standard/63785.html

Iridiastadi, H., & Yassierli. (2017). Ergonomi: Suatu pengantar. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia nomor 70 tahun 2016 tentang Standar danPersyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.

Mindhayani, I., & Purnomo, H. (2016). Perbaikan sistem kerja untukmeningkatkan produktivitas karyawan. Jurnal PASTI, X(1), 98-107.

Meutia., Ismail, Bagus. (2012). The development of entrepreneurial socialcompetence and business network to improve competitive advantage andbusiness performance of small medium sized enterprises: a case study ofbatik industry in indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 65,46 – 51.

Page 69: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

55

Nagamachi M , (1995), Requisites and practice of Participatory ErgonomicInternational Journal of Industrial Ergonomic

Novani, Santi., Putro, Utomo Sarjono., & Hermawan, Pri. 2014. An application ofsoft system methodology in batik industrial cluster Solo by using servicesystem science perspective. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 115,324 – 331

Nagamachi, Mitsuo. ( 2008). "Perspectives and the new trend ofKansei/affective engineering". The TQM Journal. Vol. 20, No: 4, pp. 290 –298.

Occupational Safety and Health Administration. (2002). Materials handling andstoring. Washington D.C: US Department of Labor.

Pehkonen, I. e. (2009). Evaluation of a participatory ergonomic interventionprocess in kitchen work. Applied Ergonomics, 115-123.

Popkin, S. M., & Howarth, H. D. (2006). Ergonomics of work system. In G.Salvendy, Handbook of human factor and ergonomics, third edition (pp.761-794). New Jersey: John Wiley & Sons.

Purnomo, H. (2004). Pengantar teknik industri. Yogyakarta: Graha Ilmu

Purnomo, H., & Ferdianto, K. (2011). Desain sistem kerja pada pengrajinmendong dengan pendekatan ergonomi makro. Prosiding Seminar NasionalSains dan Teknologi, Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang.

Purnomo, H., Manuaba, A., & Adiputra, N. (2007). Sistem kerja denganpendekatan ergonomi total mengurangi keluhan muskuloskeletal, kelelahandan beban kerja serta meningkatkan produktivitas pekerja industri gerabahdi Kasongan, Bantul. Denpasar: Universitas Udayana.

Restantin, N.Y.; Ushada, M.; dan Ainuri, M. (2012). “Desain Prototipe Meja danKursi Pantai Portabel dengan Integrasi Pendekatan Ergonomi, ValueEngineering dan Kansei Engineering”. Jurnal Teknik Industri. Vol. 14,No. 1, Juni 2012, pp. 53-62

Sewan Susanto, (2012) . “Seni Kerajinan Batik Indonesia”. BBKB yogyakarta

Suhardi, B. (2008). Perancangan sistem kerja dan ergonomi industri. Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Page 70: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

56

Sukapto, P., & Djojosubroto, H. (2012). Penerapan ergonomi makro untukmeningkatkan keselamatan kerja dalam industri sepatu. Indonesia Journal ofIndustrial Engineering, 2, 89-97.

Supranto, J. (2009). Statistik: Teori dan aplikasi. Jakarta: Erlangga.

Sutajaya, 2004, Penerapan Ergonomi Partisipatori Dalam Memperbaiki KondisiKerja di Industri Kecil Menengah di Bali. Proceeding Seminar NasionalErgonomi, AplikasiErgonomi dalam Industri,Yogyakarta

Sulistyo, Heru., Siyamtinah. 2016. Innovation capability of SMEs throughentrepreneurship, marketing capability, relational capital and empowerment.Asia Pacific Management Review, 21, 196 – 203.

Tappin, D. C., Vitalis, A., & Bentley, T. A. (2016). The application of an industrylevel participatory ergonomics approach in developing MSD interventions.Applied Ergonomics, 52, 151-159.

Tirtayasa, K., Adiputra, I. N., & Dhestawana, I. G. (2003). The change of workingposture in manggur decreases cardiovascular load and musculoskeletalcomplaints among Balinese gamelan craftmen. Journal of Human Ergology,32, 71-76.

Wahyuning, C.S.; Desrianty, A., dan Rahmawati, R. 2011. “Studi RancanganKonsep Brassiere melalui Pendekatan Nilai Emosi dan dan PerasaanMenggunakan Kansei Engineering Method”. Jurnal Itenas Rekarupa. Vol.1, No. 1, pp. 56-69.

Widananto, H., & Purnomo, H. (2013). Rancangan mesin pengupas sabut kelapaberbasis ergonomi partisipatori. Seminar Nasional IENACO, 1-8.

Yanto, & Ngaliman, B. (2017). Ergonomi: dasar-dasar studi waktu dan gerakanuntuk analisis dan perbaikan sistem kerja. Yogyakarta: Andi Offset

Page 71: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

LAMPIRAN

Page 72: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

Lembar Data Biodata Subjek Penelitian

Nama/Inisial

Jenis Kelamin L / P

Umur Tahun

Tinggi Badan Cm

Berat Badan Kg

Lama Bekerja Bulan / Tahun

Page 73: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

Kuesioner Nordic Body Map

Petunjuk Gambar:Pada gambar berikutadalah perkiraan posisibagian tubuh. Batasantubuh tidak harus tepat.Keterangan bagian tubuhterdapat pada kolomsebelah kanan

Petunjuk Pengisian:Berikan tanda silang (x) pada kolom yang tersediapada setiap pertanyaan. Sesuaikan dengan tingkatkeluhan pada bagian tubuh yang anda rasakan selamabekerja.

No Bagian TubuhTidaksakit

Ya (skalakeluhan 1 =

paling kecil; 4= paling besar)

0 1 2 3 40 Leher bagian atas1 Leher bagian bawah2 Bahu kiri3 Bahu kanan4 Lengan atas kiri5 Punggung6 Lengan atas kanan7 Pinggang8 Pantat atas9 Pantat bawah10 Siku kiri11 Siku kanan12 Lengan bawah kiri13 Lengan bawah kanan

14Pergelangan tangankiri

15Pergelangan tangankanan

16 Tangan kiri17 Tangan kanan18 Paha kiri19 Paha kanan20 Lutut kiri21 Lutut kanan22 Betis kiri23 Betis kanan24 Pergelangan kaki kiri

25Pergelangan kakikanan

26 Kaki kiri27 Kaki kanan

Page 74: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

1 2 3 4

0 Leher bagian atas 3 2 3 2 10 2,5 62,50%

1 Leher bagian bawah 3 3 3 3 12 3 75,00%

2 Bahu kiri 1 1 2 1 5 1,25 31,25%

3 Bahu kanan 3 3 2 3 11 2,75 68,75%

4 Lengan atas kiri 1 1 1 2 5 1,25 31,25%

5 Punggung 3 3 3 3 12 3 75,00%

6 Lengan atas kanan 2 2 2 2 8 2 50,00%

7 Pinggang 2 3 2 2 9 2,25 56,25%

8 Pantat atas 3 3 3 3 12 3 75,00%

9 Pantat bawah 3 3 3 3 12 3 75,00%

10 Siku kiri 1 1 2 1 5 1,25 31,25%

11 Siku kanan 2 3 2 2 9 2,25 56,25%

12 Lengan bawah kiri 1 1 1 1 4 1 25,00%

No BagianTubuhKoresponden

Jum IndeksRata

12 Lengan bawah kiri 1 1 1 1 4 1 25,00%

13 Lengan bawah kanan 1 1 1 1 4 1 25,00%

14 Pergelangan tangan kiri 1 2 1 2 6 1,5 37,50%

15 Pergelangan tangan kanan 3 3 3 3 12 3 75,00%

16 Tangankiri 1 1 1 1 4 1 25,00%

17 Tangankanan 3 3 3 3 12 3 75,00%

18 Paha kiri 2 2 2 2 8 2 50,00%

19 Paha kanan 2 2 2 2 8 2 50,00%

20 Lutut kiri 2 2 2 2 8 2 50,00%

21 Lutut kanan 2 2 2 2 8 2 50,00%

22 Betis kiri 2 2 2 2 8 2 50,00%

23 Betis kanan 2 2 2 2 8 2 50,00%

24 Pergelangan kaki kiri 1 1 1 1 4 1 25,00%

25 Pergelangan kaki kanan 1 1 1 1 4 1 25,00%

26 Kaki kiri 1 1 1 1 4 1 25,00%

27 Kaki kanan 1 1 1 1 4 1 25,00%

33,93%

Page 75: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

1

LAMPIRAN

Dokumentasi kegiatan

Gambar 1. Aktivitas Kerja di UKM Rokhmat Canting

Gambar 2. Kondisi lingkungan kerja di UKM Rohmat canting

Page 76: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

2

Gambar 3. Ruang kerja penyimpanan bahan baku

Gambar 4. Penyebaran Kuesioner

Page 77: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

3

Gambar 5. Limbah

Gambar 6. Limbah diatas meja kerja

Page 78: PENGEMBANGAN DESAIN SISTEM KERJA PENGRAJIN CANTING …

4

Gambar 7. Tempat menyimpan peralatan kerja

Gambar 8. Persiapan FGD