pengembangan dan peningkatan kinerja industri kreatif melalui

21
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________ __________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 1 Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui Comprehensive Intellectual Capital Management Sigit Hermawan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Email : [email protected] ABSTRACT The purpose of this paper is to formulate the development and improvement of the performance of creative industries throught the Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM). The first step to able to undertake the development of creative industries in the perspective of CICM is the identification of the company’s IC components, namely the Human Capital (HC), Structural Capital (SC), and Relational Capital (RC). The second step is to do a CICM three stage, ie knowledge management, innovation management, and intellectual property management. By doing these two, the creative industries will be able to expand its business and success of high performance. Key words : Performance, Creative Industries, Intellectual Capital, Comprehensive Intellectual Capital Management. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri kreatif harus terus dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya karena potensi dan trend kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang akan membawa konsekuensi pada kebutuhan atas produk dan jasa yang membutuhkan sentuhan kreatifitas dan teknologi. Data menunjukkan bahwa industri kreatif berkontribusi besar terhadap perekonomian. Secara nasional, data di Depkominfo, selama empat tahun terakhir hingga tahun 2008, industri kreatif tumbuh rata-rata 6,3 persen dengan jumlah usaha 2,2 juta unit. Tenaga kerja yang terserap sebanyak 5,4 juta orang dan nilai ekspor mencapai Rp 81,5 triliun. Sedangkan menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan di tahun 2007, menunjukkan bahwa industri kreatif menyumbang sebesar 4,75% PDB Indonesia. Paling tidak ada tiga sektor industri kreatif yang menyumbang terbesar yakni fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan (18%) serta telah memberikan kontribusi ekspor sebesar 7%. Demikian pula industri kreatif di Jawa

Upload: dinhbao

Post on 01-Jan-2017

238 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 1

Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif MelaluiComprehensive Intellectual Capital Management

Sigit HermawanFakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Email : [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this paper is to formulate the development and improvement of theperformance of creative industries throught the Comprehensive IntellectualCapital Management (CICM). The first step to able to undertake the developmentof creative industries in the perspective of CICM is the identification of thecompany’s IC components, namely the Human Capital (HC), Structural Capital(SC), and Relational Capital (RC). The second step is to do a CICM three stage,ie knowledge management, innovation management, and intellectual propertymanagement. By doing these two, the creative industries will be able to expand itsbusiness and success of high performance.

Key words : Performance, Creative Industries, Intellectual Capital,Comprehensive Intellectual Capital Management.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri kreatif harus terus dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya

karena potensi dan trend kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Hal tersebut

disebabkan semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang

akan membawa konsekuensi pada kebutuhan atas produk dan jasa yang

membutuhkan sentuhan kreatifitas dan teknologi. Data menunjukkan bahwa

industri kreatif berkontribusi besar terhadap perekonomian. Secara nasional, data

di Depkominfo, selama empat tahun terakhir hingga tahun 2008, industri kreatif

tumbuh rata-rata 6,3 persen dengan jumlah usaha 2,2 juta unit. Tenaga kerja yang

terserap sebanyak 5,4 juta orang dan nilai ekspor mencapai Rp 81,5 triliun.

Sedangkan menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan di tahun

2007, menunjukkan bahwa industri kreatif menyumbang sebesar 4,75% PDB

Indonesia. Paling tidak ada tiga sektor industri kreatif yang menyumbang terbesar

yakni fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan (18%) serta telah

memberikan kontribusi ekspor sebesar 7%. Demikian pula industri kreatif di Jawa

Page 2: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 2

Timur yang menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tumbuh sekitar 5% dan

diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Potensi industri kreatif

di Jawa Timur sangat besar utamanya di bidang penyiaran, periklanan, industri

musik, dan handycraft (kerajinan tangan). Potensi ini sangat besar, apalagi ada

trend kalau masyarakat Jakarta sudah jenuh dan pindah ke Jawa Timur untuk

mengembangkan industri kreatif. (www.beritajatim.com/17-11-2009)

Sementara itu, kemampuan manajerial pelaku usaha industri kreatif juga

harus ditingkatkan. Hal ini penting guna mengembangkan dan meningkatkan

kinerja industri kreatif. Misalnya kemampuan marketing dan membuka pasar

adalah kemampuan yang belum banyak dimiliki oleh pelaku usaha yang bergerak

di industri kreatif. Kebanyakan pelaku usaha ini lebih mengedepankan nilai

artistik atau produk yang bernilai seni tinggi tetapi sulit untuk diperdagangkan

atau diperjualbelikan di pasar. Dengan demikian modal relasi (relational capital)

sangat diperlukan oleh pelaku usaha ini. Modal relasi ini bagi pengusaha adalah

modal untuk berhubungan pihak eksternal seperti berkaitan dengan kepuasan

pelanggan, loyalitas pelanggan, menggaet pelanggan baru dan lainya.

Kemampuan lain juga harus ditingkatkan untuk semua hal terkait dengan

knowledge, skill, dan attitude yang harus dimiliki oleh pelaku industri kreatif. Hal

ini penting guna mengembangkan industri kreatif secara keseluruhan. Apabila

sudah demikian maka human capital pelaku usaha inilah yang harus

dikembangkan dan ditingkatkan. Dengan human capital yang bagus diharapkan

akan mengembangkan modal berikutnya, yakni structural atau organizational

capital. Structural capital akan terkait dengan bagaimana menjalankan bisnis dan

menjalankan operasional usaha di industri kreatif. Dengan demikian tiga modal

inilah yang harus ditingkatkan dan dikembangkan, yakni relational capital (RC),

human capital (HC), dan structural capital (SC). Ketiga kombinasi modal ini

dinamakan intellectual capital (IC).

IC sendiri telah diakui sebagai asset strategis perusahaan. Berbagai

penelitian menunjukkan bahwa IC berperan penting atas berbagai hal di

perusahaan, seperti penelitian Stewart (1997), IFAC (1998), Belkaoui (2003),

Mageza (2004), Hsu (2006), Cabrita et al. (2007), Cohen and Kaimenakis (2007),

Page 3: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 3

Chen (2008), Sharabathi et al. (2010), Khalique et al. (2011), dan Hermawan

(2011a dan 2011b), Hermawan dan Herlina (2013), Hermawan dan Wahyuaji

(2013). Kesemua penelitian tersebut menyatakan bahwa IC sangat memengaruhi

kinerja bisnis, meningkatkan nilai perusahaan, meningkatkan efektifitas organisasi,

competitive advantage, dan juga menciptakan kesejahteraan perusahaan.

Sementara itu, konsep pengelolaan IC yang dapat digunakan untuk

mengembangkan dan meningkatkan kinerja industri kreatif adalah Comprehensive

Intellectual Capital Management (CICM). Konsep ini dikembangkan oleh Al-Ali

(2003). Menurut konsep CICM ini, pelaku usaha industri kreatif dapat mencapai

puncak kesuksesan apabila dapat melakukan tiga tahapan CICM, yakni knowledge

management, innovation management, dan intellectual property management.

Artikel ini akan membahas tentang pengembangan dan peningkatkan kinerja

industri kreatif melalui Comprehensive Intellectual Capital Management.

Studi Literatur

The Resource Based Theory

The Resource Based Theory (RBT) banyak digunakan sebagai rujukan teori

untuk IC sebagai aset strategis perusahaan. Alasannya adalah karena RBT

menempatkan sumber daya perusahaan sebagai kekuatan untuk mengembangkan

nilai perusahaan guna meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan. Menurut

RBT, bahwa setiap perusahaan atau organisasi memiliki cara-cara fundamental

yang berbeda karena setiap perusahaan atau organisasi memiliki sumber daya unik

yang berbeda. Sumber daya (resources) sendiri dikategorikan ke dalam tiga

kelompok yakni tangible assets, intangible assets, dan organizational capabilities.

(Collis and Montgomery, 2005)

a. Aset berwujud biasanya meliputi fasilitas produksi, bahan baku, dan juga

bangunan pabrik serta lainnya yang nampak kasat mata.

b. Aset tak berwujud biasanya meliputi reputasi perusahaan, nama baik, budaya,

teknologi berpengetahuan, paten, merk dagang, dan pengalaman dan

pembelajaran yang terakumulasi. Aset perusahaan ini memiliki peranan

Page 4: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 4

penting dalam competitive advantage (ataupun juga disadvantage) dan juga

nilai perusahaan (firm value)

c. Kapabilitas organisasi ini akan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki

oleh perusahaan sehingga dapat membantu menciptakan efisiensi dalam

aktivitas perusahaan. Yang pada akhirnya akan menjadi sumber dari

competitive advantage.

Sementara itu, Ireland, et al (2009) dan Hitt, et al (2001) mengambarkan the

resource based analysis digunakan sebagai cara menganalisis sumber daya agar

berdaya guna membantu perusahaan meningkatkan daya saing, menciptakan nilai

perusahaan dan laba superior. Hasilnya seperti Tabel 1, di bawah ini :

Tabel 1.The Resource Based Analysis

1. Mengidentifikasi sumber dayaperusahaan. Mempelajari kekuatandan kelemahannya dibandingdengan kekuatan dan kelemahanpara pesaing

Sumber Daya Input-Input ke dalam proses

produksi perusahaan

2. Menemukan kapabilitasperusahaan. Apakah kapabilitastersebut memungkinkanperusahaan melakukan lebih baikdari para pesaingnya?

Kapabilitas Kapasitas sumber daya yang

disatukan untuk melakukanserangkaian tugas atau aktivitas

3. Menentukan sumber daya dankapabilitas potensial perusahaandalam kaitannya dengankeunggulan daya saing

Keunggulan Daya Saing Kemampuan perusahaan untuk

mengatasi pesaingnya

4. Mengidentifikasi industri yangatraktif

Industri Yang Atraktif Industri dengan peluang-peluang

yang dapat dieksploitasi oleh sumberdaya dan kapabilitas perusahaan

5. Memilih strategi yang dengan caraterbaik memungkinkan perusahaanmendayagunakan sumber daya dankapabilitasnya, relative denganpeluang-peluang yang ada dalamlingkungan eksternal

Formulasi Orientasi Strategi Tindakan-tindakan strategis untuk

menghasilkan laba di atas rata-rata

Laba Superior Menghasilkan laba di atas rata-rata

Sumber : Ireland, et al (2009) dan Hitt, et al (2001)

Page 5: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 5

Intellectual Capital

Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari

tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Bontis 2000), yaitu human capital,

structural capital, dan relational capital.

1. Human Capital (Modal Manusia)

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah

sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit

untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya

pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu

organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan

kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan

pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan

tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu

menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker 2000)

memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini,

yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment,

mentoring, learning programs, individual potential and personality.

2. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi)

Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam

memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha

karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja

bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses

manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk

intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat

memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki

sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat

mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat

dimanfaatkan secara maksimal.

3. Relational Capital atau Costumer Capital (Modal Relasi)

Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai

secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis atau

Page 6: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 6

association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik

yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari

pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang

bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun

dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai

bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi

perusahaan tersebut.

Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM)

CICM model adalah model yang didesain untuk mengelola seluruh bentuk

IC melalui tiga tahapan, yakni knowledge management, innovation management,

dan intellectual property management. Model ini dikembangkan oleh Neirman

Al-Ali (2003). Hal yang membedakan model ini dengan pengelolaan IC yang

lainnya adalah pada kata kunci ”comprehensif”. Ketiga tahapan atau fungsi dari

CICM tersebut adalah dasar dari manajemen bisnis yang akan selalu ada di setiap

organisasi. Tahap yang pertama akan berkaitan dengan penyediaan sumber daya

untuk operasional atau produksi. Tahap kedua adalah lanjutan dari tahap pertama

karena pada tahap ini akan mengubah sumber daya-sumber daya yang telah

tersedia tadi dengan berbagai proses untuk menjadikan aset yang bernilai. Pada

tahap ketiga, sumber daya yang telah menjadi aset yang bernilai tadi akan

diupayakan untuk didongkrak sehingga dapat dimaksimalisasi untuk kepentingan

stakeholders.

Berdasarkan tahapan manajemen bisnis tersebut, CICM model mencoba

mengaitkan antara tahapan bisnis dengan klasifikasi fungsi dari IC. Adapun

tahapan dari pengelolaan dan pengembangan IC terdiri :

1. knowledge resources,

2. innovation resources dan processes,

3. intellectual property.

Tiga tahapan pengelolaan dan pengembangan IC tersebut apabila

digambarkan nampak seperti Gambar 1, berikut ini.

Page 7: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 7

Gambar 1CICMMODEL

(Sumber : Al-Ali, 2003:66)

Berdasarkan Gambar 1, dapat diperhatikan bahwa CICM model digunakan untuk

mengelola IC pada setiap tingkatan dalam pengembangan bisnis dan setiap

tahapan akan mendukung tahapan berikutnya. Tahap pertama, yakni create value

dengan melakukan knowledge management atas knowledge dan brainpower.

Langkah pertama ini akan mendukung langkah kedua, yakni extract value dengan

melakukan innovation management atas prototypes of new products or services.

Langkah yang terakhir atau ketiga, adalah maximize value atas intellectual

property management atas competitive tools. Melalui ketiga tahap tersebut terlihat

jelas pembagian tiap tahap sehingga diharapkan tidak akan terjadi overlapping

atau tumpang tindih langkah dalam pengelolaan IC.

Setiap tahapan akan membawa konsekuensi tujuan manajemen yang

berbeda. Tujuan tersebut menyediakan panduan bagi manajemen untuk

melakukan pengukuran kinerja atas setiap tahapannya. Tujuan pertama adalah

mengelola aliran informasi yang bagus dan sumber daya pengetahuan, yakni

untuk memfasilitasi pembelajaran organisasi dan memelihara segala hal yang

terkait dengan organisasi (value creation). Tujuan utamanya adalah untuk

mengubah seperangkat tujuan manajemen yakni pada penyediaan sumber daya

pengetahuan yang utama untuk organisasi dengan mempertemukan tujuan-tujuan

Page 8: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 8

tersebut dan memfasilitasi pembagian pengetahuan untuk mendorong keberadaan

pengetahuan organisasi. Investasi pada tahap ini tidak seperti pada dua tahap yang

lain karena investasi pada tahap ini merupakan investasi jangka yang sangat

panjang dan tidak terkait dengan keuangan secara langsung. Tahap inovasi

manajemen memiliki tujuan utama, yakni extracting value dari seluruh sumber

daya pengetahuan yang tersedia untuk organisasi dengan menggunakan proses

inovasi. Tantangan mengelola IC pada tahapan ini adalah bagaimana mengelola

sumber daya inovasi dengan memperkuat jaringan di dalam dan di luar

perusahaan sehingga mampu menata ulang berbagai hal terkait inovasi untuk

mendapatkan kepercayaan dari pasar. Tahap terakhir, yakni mengelola intellectual

property adalah memaksimalkan value pada stakeholders dengan menggunakan

kekayaan perusahaan yang legal sebagai daya saing dan alat pemasaran.

Business Performance (Kinerja Bisnis)

Ukuran kinerja sebuah industri atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua

yakni ukuran financial dan non financial (Fisher, 1998). Ukuran financial

sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang keuangan.

Peningkatan financial return merupakan akibat berbagai kinerja operasional yakni

diantaranya adalah meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk atau

jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses

bisnis internal yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk dan

meningkatnya produktivitas serta komitmen pegawai (Mulyadi dan Setyawan,

2001).

Bontis (1998) mengembangkan pengukuran business performance yang

terdiri dari sepuluh item performance yang dirasakan oleh responden

dibandingkan dengan pesaing perusahaan dalam industri yang sama beberapa

tahun terakhir. Sepuluh item tersebut adalah 1) kepemimpinan industri, 2) prospek

masa depan, 3) laba, 4) pertumbuhan laba, 5) pertumbuhan penjualan, 6) return on

assets setelah pajak, 7) return on sales setelah pajak, 8) respon secara keseluruhan

terhadap persaingan, 9) tingkat kesuksesan dalam peluncuran produk baru, 10)

kinerja kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Penggunaan pengukuran

Page 9: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 9

business performance yang dikembangkan oleh Bontis (1998) telah banyak

dirujuk dan digunakan oleh peneliti lain baik secara keseluruhan ataupun dengan

berbagai modifikasi, antara lain Sharabati, et al (2010), Cabrita dan Bontis (2008),

Cabrita et al (2007), Hsu (2006), Bontis et al (2000).

PEMBAHASAN

Industri Kreatif di Indonesia

Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang

terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri

kreatif juga dikenal dengan nama lain yakni industri budaya atau juga ekonomi

kreatif. Kementrian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri kreatif

adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, serta bakat

individu untuk mencapai kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan

menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut

(Wikipedia.org, 2013).

Sementara itu, industri kreatif di Indonesia meliputi 14 sektor, yakni

(Fahrezi, 2012)

1. Periklanan (advertising), yakni kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan

(komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu). Meliputi proses

kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya riset pasar,

perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan,

promosi, kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan iklan di media cetak

(surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai

poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame

sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta

penyewaan kolom untuk iklan.

2. Arsitektur, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan

secara menyeluruh baik dari level makro (town planning, urban design,

landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya

arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi

bangunan warisan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi

Page 10: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 10

kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan

elektrikal.

3. Pasar barang seni, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan

barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang

tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi

barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film.

4. Kerajinan atau craft, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,

produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin

yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya. Antara

lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam

maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,

perunggu, besi) kayu, kaca, perselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.

Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif

kecil (bukan produksi massal).

5. Desain yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain

interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa

riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

6. Fesyen atau fashion, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain

pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian

mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen,serta distribusi produk

fesyen.

7. Video, film dan fotografi, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.

Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron,

dan eksibisi film.

8. Permainan interaktif atau game, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat

hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan

didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu

pembelajaran atau edukasi.

Page 11: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 11

9. Musik, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi,

pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

10. Seni pertunjukan atau showbiz, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan. Misalnya, (pertunjukan

balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik

teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana

pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

11. Penerbitan dan percetakan, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan

penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan

konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini

juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,

surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket

pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-

foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi,

percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

12. Layanan komputer dan piranti lunak (software): kegiatan kreatif yang terkait

dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,

pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak,

integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,

desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk

perawatannya.

13. Televisi dan radio (broadcasting), yakni kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games,

kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi

konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar

kembali) siaran radio dan televisi.

14. Riset dan pengembangan atau R&D, yakni kegiatan kreatif terkait dengan

usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi serta

penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi

produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi

baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang berkaitan

Page 12: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 12

dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan

seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

Dengan memperhatikan 14 sub sektor industri kreatif seperti di atas,

nampak bahwa peran penting intellectual sebagai pemicu kreativitas sangatlah

besar. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan inovasi yang harus terus menerus

dilakukan agar perusahaan yang ada di industri kreatif dapat sustain. Kebutuhan

untuk selalu berinovasi dapat dilakukan apabila human capital memiliki

knowledge, skill, dan attitude yang mendukung tujuan tersebut. Demikian pula

dengan dukungan structural capital yang memberikan kesempatan kepada pelaku

usaha untuk terus selalu melakukan inovasi dan kreasi. Human capital dan

structural capital tentunya harus didukung oleh relational capital yang lebih

banyak berhubungan dengan pihak luar karena terkait dengan aktivitas hubungan

masyarakat, relasi, dan marketing. Dengan berpijak pada ketiga modal (capital)

tersebut (HC, SC, dan RC) maka industri kreatif dapat dikembangkan dan

ditingkatkan kinerjanya melalui Comprehensive Intellectual Capital Management

(CICM).

Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Berbasis

Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM)

Pengembangan dan peningkatkan kinerja industri kreatif di Indonesia dapat

dilakukan melalui dua tahapan, yakni identifikasi IC yang dimiliki perusahaan dan

melalui CICM model. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan

manajemen baik yang bersifat manajerial maupun operasional. Kinerja yang

dimaksud adalah kinerja non keuangan dan kinerja keuangan. Namun kinerja yang

langsung terkait adalah kinerja non keuangan yang pastinya kemudian akan

berdampak pada kinerja keuangan.

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kinerja perusahaan sektor industri kreatif adalah dengan melakukan

identifikasi komponen IC yang dimiliknya, yakni HC, SC, dan RC.

1. Human Capital.

Page 13: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 13

HC lebih dimaknakan sebagai manusia yang menggerakkan roda perusahaan

sektor industri kreatif. Dengan melihat karakteristik 14 sektor industri kreatif ini

maka dapat diketahui siapa saja HC yang dimiliki oleh perusahaan. Hal penting

yang harus diperhatikan tentang HC di industri kreatif adalah para tenaga ahli atau

tenaga artistik yang memiliki spesialiasi tertentu di bidangnya. Artinya, bahwa

HC ini tidak dimiliki perusahaan atau HC tersebut benar-benar melekat pada diri

orang atau karyawan yang bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-

benar memahami hal tersebut dan memiliki mekanisme yang pasti apabila para

tenaga ahli atau tenaga artistik tersebut tidak lagi menjadi miliki perusahaan

sektor industri kreatif. Pada beberapa perusahaan sektor industri kreatif, pemiliki

perusahaan atau adalah tenaga ahli atau tenaga artistik itu sendiri. Kalau yang

terjadi seperti ini, tidak ada masalah dengan keberlanjutan inovasi dan kreativitas

yang ada di perusahaan tersebut.

2. Structural Capital.

SC lebih diartikan sebagai modal struktural atau modal organisasi yang

membantu dalam kegiatan operasional sehari-hari di perusahaan, termasuk di

dalamnya adalah budaya organisasi, mesin-mesin, dan infrastruktur pendukung.

Pada perusahaan sektor industri kreatif, SC yang dimiliki misalnya adalah sistem

operasional prosedur, sistem database, mesin, peralatan, infrastruktur pendukung,

dan budaya organisasi. Hal penting yang harus diperhatikan dalam

mengidentifikasi dan mengelola SC adalah terkait dengan budaya inovasi dan

kreativitas. Karena industri kreatif ini membutuhan inovasi dan kreativitas tinggi

sehingga dibutuhkan budaya organisasi yang mampu untuk mengakomodasi

segala macam inovasi dan kreativitas yang datangnya darimana saja dan kapan

saja. Ini penting agar inovasi dan kreativitas menjadi hal yang terus ada dan

menjadi “nafas” setiap aktivitas di perusahaan sektor industri kreatif.

3. Relational Capital

RC diartikan sebagai bentuk dari modal relasi yang lebih banyak terkait

dengan pihak luar atau aktivitas hubungan dengan masyarakat, marketing, dan

promosi. Hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan RC untuk perusahaan

sektor industri kreatif adalah kekhasan beberapa sub sektor yang berhubungan

Page 14: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 14

dengan art atau seni. Aktivitas RC pada art atau seni haruslah dibedakan dengan

aktivitas RC pada produk-produk atau jasa pada umumnya. Misalnya pada sub

sektor kerajinan, craft, atau seni, aktivitas RC yang dapat dilakukan adalah dengan

menghubung atau promosi ke para penikmat seni atau komunitas seni yang terkait.

Hal-hal inilah yang harus dipahami oleh perusahaan sektor industri kreatif ketika

melakukan aktivitas RC.

Dengan memahami karakteristik HC, SC, dan RC yang ada di perusahaan

sektor industri kreatif akan memudahkan dalam mengikuti tahapan yang ada di

CICM model sebagai langkah kedua untuk mengembangkan dan meningkatkan

kinerja industri kreatif. Ada tiga tahapan CICM model, yakni knowledge

management, innovation management, dan intellectual property management.

Tiap tahapan memiliki tujuan yang berbeda. Tahapan knowledge management

bertujuan menciptakan nilai (value creation), tahapan innovation management

bertujuan mengeluarkan nilai (value extraction), dan tahapan intellectual property

management bertujuan memaksimumkan nilai (value maximization).

1. Tahapan Knowledge Management

Tujuan tahapan knowledge management adalah untuk mengenali dan

memanfaatkan sumber daya pengetahuan (knowledge resources) yang dibutuhkan

untuk mempertahankan proses organisasi. Kata kunci dari tujuan tersebut adalah

mengenali, memanfaatkan, dan mempertahankan. Artinya, bahwa pada tahapan

ini perusahaan sub sektor industri kreatif harus mampu mengenali terlebih dahulu

knowledge resources atau intangible assets yang dimiliki kemudian

memanfaatkannya agar dapat bertahan pada proses bisnis. Jadi, dapat dikatakan

juga bahwa pada tahapan awal ini perusahaan sub sektor industri kreatif dituntut

untuk melakukan proses bisnis dengan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku

umum.

Dengan memahami knowledge resources yang dimilikinya, perusahaan sub

sektor industri kreatif dapat melakukan knowledge management process. Pada

proses mengelola pengetahuan ini, perusahaan harus dapat mengenali dan

memanfaatkan explicit knowledge dan tacit knowledge yang dimiliki. Explicit

knowledge terkait dengan pengetahuan yang tampak, misalnya pengetahuan yang

Page 15: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 15

tertulis, terasip dan tersebar dalam bentuk buku atau cetakan lainnya. Tacit

knowledge terkait dengan pengetahuan tak tampak, misalnya pengetahuan yang

berbentuk know how, pengalaman, skill, pemahaman yang dimiliki karyawan.

Pada proses knowledge management ini, perusahaan sub sektor industri kecil

dapat memanfaatkan explicit knowledge untuk berbagai kepentingan, misalnya

untuk pengembangan skill karyawan, untuk memperbaiki proses dan prosedur

kerja, dan juga bahan-bahan melakukan networking dengan pihak lain. Perusahaan

sub sektor industri kreatif dapat juga memanfaatkan tacit knowledge yang dimiliki

karyawan untuk diubah menjadi explicit knowledge. Pengalaman dan skill

karyawan dalam bentuk tacit knowledge dapat diubah menjadi explicit knowledge,

seperti berbagai macam aturan, sistem operasional prosedur, atau juga modul

kerja yang dapat meningkatkan kinerja karyawan dan perusahaan.

Pemanfaatan knowledge dapat juga dilakukan melalui interaksi komponen

IC. Artinya, knowledge transfer antar komponen IC dapat dikaitkan satu sama

lainnya. Pemanfaatan knowledge terdiri dari enam kelompok, yakni knowledge

transfer dari HC ke RC, knowledge transfer dari RC ke SC, knowledge transfer

dari SC ke HC, knowledge transfer dari RC ke HC, knowledge transfer dari SC ke

RC, dan knowledge transfer dari HC ke SC. Tabel 2 menjelaskan tentang

pemanfaatan knowledge melalui interaksi komponen IC tersebut.

Tabel 2Pemanfaatan KnowledgeMelalui Interaksi Komponen IC

Knowledge transfers dariHC ke RC

Knowledge transfers dariRC ke SC

Knowledge transfers dariSC ke HC

Karyawan yang baru sajamengikuti pelatihan atauseminar memberi masukantentang orientasi pasaratau perubahan perilakukonsumen industri kreatif

Bagian marketing shar-ing pengalaman tentangapa yang dirasakan olehcustomer tentang kualitasatau jasa yang diberikanindustri kreatif

Bagian operasional atauproduksi memberikaninformasi tentang productknowledge dan kualitasproduk industri kreatif

Knowledge transfers dariRC ke HC

Knowledge transfers dariSC ke RC

Knowledge transfers dariHC ke SC

Bagian marketing mem- Bagian operasional mem- Manajer senior memberi

Page 16: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 16

beri masukan tentangperubahan selera pasarindustri kreatif

beri pelatihan tentangteknologi baru yangdigunakan untuk industrikreatif

penjelasan tentang ren-cana tujuan strategiorganisasi

Sumber : Diadopsi dari Hermawan (2012)

Jadi pengembangan dan peningkatan kinerja dalam tahapan knowledge

management untuk perusahaan sub sektor industri kreatif dapat dilakukan dengan

mengenali terlebih dahulu knowledge resources yang dimilikinya. Misalnya

adalah explicit knowledge, skills, IT databases, knowledge base, worksystems,

product concept, relation networks, dan paten. Setiap perusahaan sub sektor

industri kreatif akan memiliki knowledge resources seperti contoh tersebut walau

dalam skala dan besaran yang berbeda-beda. Dengan mengenali knowledge

resources yang dimilikinya, perusahaan sub sektor industri kreatif harus mampu

melakukan knowledge management process, yakni melakukan proses pengelolaan

knowledge resources yang dimilikinya.

2. Tahapan Innovation Management

Tujuan tahapan innovation management adalah untuk memperlancar dan

mengonfigurasi kembali sumber daya inovasi guna menciptakan cara-cara baru

dan produk-produk baru dengan lebih cepat. Pada tahapan ini, inovasi dan ide

kreatif harus terus dimunculkan oleh para karyawan dan juga manajemen

perusahaan. Artinya, budaya untuk terus berinovasi dan memiliki ide kreatif harus

terus ditumbuhkan di perusahaan sub sektor industri kreatif. Perusahaan juga

sudah harus memiliki research and development yang benar-benar expert dan

terlatih untuk selalu melakukan inovasi dan kreativitas.

Pada tahapan ini, pengembangan HC yang dapat dilakukan adalah pelatihan

yang menumbuhkan dan mengembangkan ide, kreativitas, dan inovasi sehingga

muncullah cara-cara baru, sistem kerja baru lebih inovatif, dan aspek kreatif yang

lain. Untuk itu, pelatihan harus ditekankan pada aspek skill, attitude, dan

knowledge. Pengembangan knowledge dapat dilakukan dengan knowledge sharing

antara karyawan senior dengan yunior, dan antara karyawan berpengalaman

dengan karyawan baru. Sementara itu, pengembangan SC yang dapat dilakukan

adalah dengan memberdayakan teknologi dan infrastruktur yang dimiliki secara

Page 17: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 17

optimal. Di samping itu, pengembangan budaya organisasi menuju budaya

inovatif dan kreatif, pengembangan research and development department penting

juga untuk dilakukan. Pengembangan RC yang dapat dilakukan adalah

menggunakan seoptimal mungkin media massa lain untuk pencitraan produk dan

perusahaan. Penguatan tim marketing untuk menangkap inovasi yang ada di pasar

untuk kemudian dibawa ke dalam perusahaan. Pemberdayaan feedback dari

customer untuk perbaikan atau inovasi produk.

Jadi untuk pengembangan pada tahapan innovation management lebih

ditekankan pada pada aspek inovasi dan kreativitas melalui pelatihan dan

peningkatan skill, knowledge, dan attitude pada HC, peningkatan budaya inovasi

dan kreativitas, dan juga memanfaatkan media untuk melakukan aktivitas RC.

Dengan melakukan pengembangan yang demikian diharapkan akan muncul

produk-produk dan jasa-jasa baru yang lebih inovatif dan kreatif. Inilah kinerja

non keuangan yang diharapkan dapat tercipta pada tahapan ini yang diharapkan

akan meningkatkan nilai penjualan dan berdampak pada laba yang diharapkan

oleh perusahaan sub sektor industri kreatif.

3. Tahapan Intellectual Property Management

Tujuan pada tahapan intellectual property management adalah mampu

menggunakan kekayaan intelektual (intellectual property) untuk meningkatkan

posisi kompetitif organisasi dan memperoleh pendapatan. Pengembangan untuk

intellectual property management ini dapat dilakukan oleh perusahaan sub sektor

industri kreatif di Indonesia dengan cara strategi dan operasional. IP strategis

dapat dilakukan dengan IP portfolio. Inti dari IP portfolio adalah mendongkrak

kekuatan IP, mengombinasikan kelemahan IP dengan kekuatan IP lainnya, dan

mengurangi IP yang berkinerja rendah. Sementara itu, untuk IP operasionalisasi

dibutuhkan struktur organisasi, budaya perusahaan, dan sistem organisasi yang

mendukung pengelolaan tersebut.

Pada tahapan ini, perusahaan sektor industri kreatif harus mampu mengelola

intellectual property yang telah dimilikinya. Artinya bahwa produk atau jasa yang

fast moving atau digemari oleh konsumen harus benar-benar dapat dioptimalkan

untuk meraih pendapatan. Sebaliknya, produk atau jasa yang slow moving bahkan

Page 18: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 18

yang sudah hampir mati atau tidak lagi digemari oleh konsumen harus sudah tidak

lagi dikelola dan diganti dengan new product atau services. Kombinasi antara

produk-produk atau jasa kreatif yang berkinerja tinggi dan berkinerja rendah harus

terus dilakukan oleh perusahaan sektor industri kreatif. Inilah yang disebut dengan

intellectual property portfolio. Disamping itu, perusahaan sektor industri kreatif

haruslah terus melakukan upaya untuk menciptakan intellectual property baru.

Hal ini penting untuk menggantikan intellectual property atau product dan jasa

yang berkinerja rendah atau tidak lagi sukai oleh konsumen.

Jadi pengembangan yang dilakukan pada tahapan intellectual property

management untuk perusahaan sektor industri kreatif adalah dengan intellectual

property portfolio. Pengelolaan kekayaan intelektual ini akan berdampak langsung

pada pendapatan dan laba perusahaan. Inilah pentingnya pengelolaan pada

tahapan ini. Oleh karena itu, perusahaan sektor industri kreatif harus mampu

untuk mengombinasikan intellectual property yang berkinerja tinggi dengan yang

berkinerja rendah atau mematikan yang tidak lagi berkontribusi pada laba

perusahaan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pengembangan dan peningkatan kinerja perusahaan sektor industri kreatif

dapat dilakukan dengan dua langkah, yakni identifikasi komponen HC, SC, RC,

dan melakukan tahapan CICM model, yakni tahapan knowledge management,

innovation management, dan intellectual property management. Untuk

identifikasi komponen HC, SC, dan RC haruslah disesuaikan dengan karakteristik

sub sektor industri kreatif itu sendiri. Untuk tahapan knowledge management

dapat dilakukan dengan mengidentifikasi knowledge resources dan melakukan

knowledge management process. Untuk tahapan innovation managemet dapat

dilakukan dengan mengutamakan budaya inovasi dan kreativitas. Untuk tahapan

intellectual property management dapat dilakukan dengan intellectual property

portfolio yang mengombinasikan produk atau jasa yang berkinerja tinggi dengan

yang berkinerja rendah. Dengan melakukan dua langkah tersebut, diharapkan

pengembangan manajemen baik yang bersifat strategik maupun operasional dapat

Page 19: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 19

dilakukan yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan kinerja non keuangan

dan pada akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan sektor

industri kreatif.

Rekomendasi kajian ini adalah hendaknya perusahaan sektor industri kreatif

memahami komponen IC yang dimilikinya. IC sangat dibutuhkan karena sektor

ini bergerak di wilayah inovasi dan kreativitas tinggi. Untuk dapat

mengembangkan dan meningkatkan kinerja, perusahaan sektor industri kreatif

dapat menggunakan CICM model dengan melakukan tiga tahapan, yakni tahapan

knowledge management, innovation management, dan intellectual property

management.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ali, Nermien. Comprehensive Intellectual Capital Management. John Wiley &Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance USFirm. A Study of The Resource Based and Stakeholders View. Journal ofIntellectual Capital. Vol 4 No 2. pp 215-226

Bontis, N., and William, C. C. K., and Stanley, R., 2000, Intellectual Capital andBusiness Performance in Malaysian Industries, Journal of IntellectualCapital, Volume 1 No 1: 85-100.

Brigham, E., dan Houston, J., 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, BukuSatu, Edisi Sepuluh, Jakarta: Salemba Empat.

Brooking, A., 1996, Intellectual Capital: Core Asset for the Third MilleniumEnterprise, New York: International Thomson Business Press.

Cabrita, Maria do Rosario., Jorge Landeiro de Vas., and Nick Bontis. 2007Modelling The Creation of Value From Intellectual Capital : A PortugueseBanking Perspective, Int. J. Knowledge and Learning. Vol. 3, Nos. 2/3, pp.266 – 280.

Chen, Yu-Shan. 2008. The Positif Effect of Green Intellectual Capital onCompetitive Advantage of Firms. Journal of Business Ethics. 77:271-286.

Cohen, Sandra, and Nikolaos Kaimenakis. 2007. IntellectualCapital and Corporate Performance in Knowledge-intensive

Page 20: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 20

SMEs. The Learning Organizations. Vol 14 No 3, pp 241 –262

Collis, David J, and Montgomery, Cynthia A. 2005. Corporate Strategy. AResources-Based Approach. Second Edition. The Mc Graw-HillCompanies, Inc. New York.

Hermawan, Sigit. 2011a. The Integration of Intellectual Capital and KnowledgeManagement to Improve the Business Performance and Achieve theCompetitive Advantage. Proceeding. International Seminar. 22 August.Faculty of Economic and Business. Hasanuddin University. Makassar,Indonesia.

_____. 2011b. Optimalisasi Intellectual Capital Guna Meningkatkan KinerjaBisnis IKM Batik dan Memenangkan Persaingan di CAFTA. Proceeding.Seminar Nasional dan Call For Paper. 1 Oktober. Fakultas Ekonomi danBisnis. Universitas Muhammadiyah Malang.

_____. 2012. Peran, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Intellectual Capital SertaPerbaikan Praktik Bisnis Industri Farmasi. Disertasi. Tidak Diterbitkan.Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Airlangga Surabaya.

Hermawan, Sigit dan Silvia Herlina. 2013. Studi Interpretif Identifikasi danInteraksi Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal ReviuAkuntansi dan Keuangan, Volume 3 No 1 – April. Program Studi AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang,

Hermawan, Sigit dan Maharis Budi Wahyuaji. 2013. Analisis PengaruhIntellectual Capital Terhadap Kemampuan Perusahaan ManufakturConsumer Goods di Bursa Efek Indonesia. Proceeding. Seminar Nasionaldan Call For Paper. 15 Juni. Fakultas Ekonomi Universitas MuhammadiyahSidoarjo.

Hitt, Michael A, et, al. 2001. Manajemen Strategi : Daya Saing dan Globalisasi:Konsep. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Hsu, Hsiu-Yueh (Sonya). 2006. Knowledge Management andIntellectual Capital. Dissertation. Carbondale, USA :Southern Illinois University

http://fajrinfahrezi.blogspot.com/2012/05/14-sub-sektor-industri-kreatif.html

Page 21: Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Melalui

Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________

__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 21

International Federation of Accountants (IFAC). 1998. The Measurement AndManagement Of Intellectual Capital : An Introduction. New York. USA.

Ireland, et al. 2009. The Management of Strategic. Concept and Cases. 8th Edition.International Student Edition. South-Western Cengage Learning.

Khalique, Muhammad., Jamal Abdul Nassir Shaari., Abu Hasan Md Isa., danAdel Ageel. 2011. Role of Intellectual Capital on the OrganizationalPerformance of Electrical SMEs in Pakistan. International Journal ofBusiness and Management. Vol 6, No 9. September.

Mageza, Petunia Zanele., 2004. Intellectual Capital As A Creator of Wealth andShareholder Value For An Organization. Short Dissertation. RandAfrikaans University.

Sharabati, Abdel-Aziz Ahmad., Shawqi Naji Jawad., and Nick Bontis. 2010.Intellectual Capital and Business Performance in The Pharmaceutical Sectorof Jordan. Management Decision. Vol 48. No. 1. pp. 105 – 131

Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital – The New Wealth of Organization.London : Nicholas Brealey.

Sveiby, K.-E. 1997. The New Organizational Wealth: Managing and MeasuringKnowledge- Based Assets. San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers Inc,p. 11