pengembangan dan peningkatan kinerja industri kreatif melalui
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 1
Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif MelaluiComprehensive Intellectual Capital Management
Sigit HermawanFakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Email : [email protected]
ABSTRACT
The purpose of this paper is to formulate the development and improvement of theperformance of creative industries throught the Comprehensive IntellectualCapital Management (CICM). The first step to able to undertake the developmentof creative industries in the perspective of CICM is the identification of thecompany’s IC components, namely the Human Capital (HC), Structural Capital(SC), and Relational Capital (RC). The second step is to do a CICM three stage,ie knowledge management, innovation management, and intellectual propertymanagement. By doing these two, the creative industries will be able to expand itsbusiness and success of high performance.
Key words : Performance, Creative Industries, Intellectual Capital,Comprehensive Intellectual Capital Management.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri kreatif harus terus dikembangkan dan ditingkatkan kinerjanya
karena potensi dan trend kebutuhan pasar yang semakin meningkat. Hal tersebut
disebabkan semakin pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
akan membawa konsekuensi pada kebutuhan atas produk dan jasa yang
membutuhkan sentuhan kreatifitas dan teknologi. Data menunjukkan bahwa
industri kreatif berkontribusi besar terhadap perekonomian. Secara nasional, data
di Depkominfo, selama empat tahun terakhir hingga tahun 2008, industri kreatif
tumbuh rata-rata 6,3 persen dengan jumlah usaha 2,2 juta unit. Tenaga kerja yang
terserap sebanyak 5,4 juta orang dan nilai ekspor mencapai Rp 81,5 triliun.
Sedangkan menurut data Departemen Perindustrian dan Perdagangan di tahun
2007, menunjukkan bahwa industri kreatif menyumbang sebesar 4,75% PDB
Indonesia. Paling tidak ada tiga sektor industri kreatif yang menyumbang terbesar
yakni fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan (18%) serta telah
memberikan kontribusi ekspor sebesar 7%. Demikian pula industri kreatif di Jawa
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 2
Timur yang menunjukkan bahwa pada tahun 2009 tumbuh sekitar 5% dan
diperkirakan akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Potensi industri kreatif
di Jawa Timur sangat besar utamanya di bidang penyiaran, periklanan, industri
musik, dan handycraft (kerajinan tangan). Potensi ini sangat besar, apalagi ada
trend kalau masyarakat Jakarta sudah jenuh dan pindah ke Jawa Timur untuk
mengembangkan industri kreatif. (www.beritajatim.com/17-11-2009)
Sementara itu, kemampuan manajerial pelaku usaha industri kreatif juga
harus ditingkatkan. Hal ini penting guna mengembangkan dan meningkatkan
kinerja industri kreatif. Misalnya kemampuan marketing dan membuka pasar
adalah kemampuan yang belum banyak dimiliki oleh pelaku usaha yang bergerak
di industri kreatif. Kebanyakan pelaku usaha ini lebih mengedepankan nilai
artistik atau produk yang bernilai seni tinggi tetapi sulit untuk diperdagangkan
atau diperjualbelikan di pasar. Dengan demikian modal relasi (relational capital)
sangat diperlukan oleh pelaku usaha ini. Modal relasi ini bagi pengusaha adalah
modal untuk berhubungan pihak eksternal seperti berkaitan dengan kepuasan
pelanggan, loyalitas pelanggan, menggaet pelanggan baru dan lainya.
Kemampuan lain juga harus ditingkatkan untuk semua hal terkait dengan
knowledge, skill, dan attitude yang harus dimiliki oleh pelaku industri kreatif. Hal
ini penting guna mengembangkan industri kreatif secara keseluruhan. Apabila
sudah demikian maka human capital pelaku usaha inilah yang harus
dikembangkan dan ditingkatkan. Dengan human capital yang bagus diharapkan
akan mengembangkan modal berikutnya, yakni structural atau organizational
capital. Structural capital akan terkait dengan bagaimana menjalankan bisnis dan
menjalankan operasional usaha di industri kreatif. Dengan demikian tiga modal
inilah yang harus ditingkatkan dan dikembangkan, yakni relational capital (RC),
human capital (HC), dan structural capital (SC). Ketiga kombinasi modal ini
dinamakan intellectual capital (IC).
IC sendiri telah diakui sebagai asset strategis perusahaan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa IC berperan penting atas berbagai hal di
perusahaan, seperti penelitian Stewart (1997), IFAC (1998), Belkaoui (2003),
Mageza (2004), Hsu (2006), Cabrita et al. (2007), Cohen and Kaimenakis (2007),
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 3
Chen (2008), Sharabathi et al. (2010), Khalique et al. (2011), dan Hermawan
(2011a dan 2011b), Hermawan dan Herlina (2013), Hermawan dan Wahyuaji
(2013). Kesemua penelitian tersebut menyatakan bahwa IC sangat memengaruhi
kinerja bisnis, meningkatkan nilai perusahaan, meningkatkan efektifitas organisasi,
competitive advantage, dan juga menciptakan kesejahteraan perusahaan.
Sementara itu, konsep pengelolaan IC yang dapat digunakan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kinerja industri kreatif adalah Comprehensive
Intellectual Capital Management (CICM). Konsep ini dikembangkan oleh Al-Ali
(2003). Menurut konsep CICM ini, pelaku usaha industri kreatif dapat mencapai
puncak kesuksesan apabila dapat melakukan tiga tahapan CICM, yakni knowledge
management, innovation management, dan intellectual property management.
Artikel ini akan membahas tentang pengembangan dan peningkatkan kinerja
industri kreatif melalui Comprehensive Intellectual Capital Management.
Studi Literatur
The Resource Based Theory
The Resource Based Theory (RBT) banyak digunakan sebagai rujukan teori
untuk IC sebagai aset strategis perusahaan. Alasannya adalah karena RBT
menempatkan sumber daya perusahaan sebagai kekuatan untuk mengembangkan
nilai perusahaan guna meningkatkan kinerja dan daya saing perusahaan. Menurut
RBT, bahwa setiap perusahaan atau organisasi memiliki cara-cara fundamental
yang berbeda karena setiap perusahaan atau organisasi memiliki sumber daya unik
yang berbeda. Sumber daya (resources) sendiri dikategorikan ke dalam tiga
kelompok yakni tangible assets, intangible assets, dan organizational capabilities.
(Collis and Montgomery, 2005)
a. Aset berwujud biasanya meliputi fasilitas produksi, bahan baku, dan juga
bangunan pabrik serta lainnya yang nampak kasat mata.
b. Aset tak berwujud biasanya meliputi reputasi perusahaan, nama baik, budaya,
teknologi berpengetahuan, paten, merk dagang, dan pengalaman dan
pembelajaran yang terakumulasi. Aset perusahaan ini memiliki peranan
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 4
penting dalam competitive advantage (ataupun juga disadvantage) dan juga
nilai perusahaan (firm value)
c. Kapabilitas organisasi ini akan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan sehingga dapat membantu menciptakan efisiensi dalam
aktivitas perusahaan. Yang pada akhirnya akan menjadi sumber dari
competitive advantage.
Sementara itu, Ireland, et al (2009) dan Hitt, et al (2001) mengambarkan the
resource based analysis digunakan sebagai cara menganalisis sumber daya agar
berdaya guna membantu perusahaan meningkatkan daya saing, menciptakan nilai
perusahaan dan laba superior. Hasilnya seperti Tabel 1, di bawah ini :
Tabel 1.The Resource Based Analysis
1. Mengidentifikasi sumber dayaperusahaan. Mempelajari kekuatandan kelemahannya dibandingdengan kekuatan dan kelemahanpara pesaing
Sumber Daya Input-Input ke dalam proses
produksi perusahaan
2. Menemukan kapabilitasperusahaan. Apakah kapabilitastersebut memungkinkanperusahaan melakukan lebih baikdari para pesaingnya?
Kapabilitas Kapasitas sumber daya yang
disatukan untuk melakukanserangkaian tugas atau aktivitas
3. Menentukan sumber daya dankapabilitas potensial perusahaandalam kaitannya dengankeunggulan daya saing
Keunggulan Daya Saing Kemampuan perusahaan untuk
mengatasi pesaingnya
4. Mengidentifikasi industri yangatraktif
Industri Yang Atraktif Industri dengan peluang-peluang
yang dapat dieksploitasi oleh sumberdaya dan kapabilitas perusahaan
5. Memilih strategi yang dengan caraterbaik memungkinkan perusahaanmendayagunakan sumber daya dankapabilitasnya, relative denganpeluang-peluang yang ada dalamlingkungan eksternal
Formulasi Orientasi Strategi Tindakan-tindakan strategis untuk
menghasilkan laba di atas rata-rata
Laba Superior Menghasilkan laba di atas rata-rata
Sumber : Ireland, et al (2009) dan Hitt, et al (2001)
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 5
Intellectual Capital
Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa intellectual capital terdiri dari
tiga elemen utama (Stewart 1998, Sveiby 1997, Bontis 2000), yaitu human capital,
structural capital, dan relational capital.
1. Human Capital (Modal Manusia)
Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah
sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen yang sulit
untuk diukur. Human capital juga merupakan tempat bersumbernya
pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam suatu
organisasi atau perusahaan. Human capital mencerminkan kemampuan
kolektif perusahaan untuk menghasilkan solusi terbaik berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan
tersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. (Brinker 2000)
memberikan beberapa karakteristik dasar yang dapat diukur dari modal ini,
yaitu training programs, credential, experience, competence, recruitment,
mentoring, learning programs, individual potential and personality.
2. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal Organisasi)
Structural capital merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha
karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja
bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses
manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk
intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat
memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki
sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat
mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
3. Relational Capital atau Costumer Capital (Modal Relasi)
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai
secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis atau
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 6
association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik
yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari
pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang
bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun
dengan masyarakat sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai
bagian diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi
perusahaan tersebut.
Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM)
CICM model adalah model yang didesain untuk mengelola seluruh bentuk
IC melalui tiga tahapan, yakni knowledge management, innovation management,
dan intellectual property management. Model ini dikembangkan oleh Neirman
Al-Ali (2003). Hal yang membedakan model ini dengan pengelolaan IC yang
lainnya adalah pada kata kunci ”comprehensif”. Ketiga tahapan atau fungsi dari
CICM tersebut adalah dasar dari manajemen bisnis yang akan selalu ada di setiap
organisasi. Tahap yang pertama akan berkaitan dengan penyediaan sumber daya
untuk operasional atau produksi. Tahap kedua adalah lanjutan dari tahap pertama
karena pada tahap ini akan mengubah sumber daya-sumber daya yang telah
tersedia tadi dengan berbagai proses untuk menjadikan aset yang bernilai. Pada
tahap ketiga, sumber daya yang telah menjadi aset yang bernilai tadi akan
diupayakan untuk didongkrak sehingga dapat dimaksimalisasi untuk kepentingan
stakeholders.
Berdasarkan tahapan manajemen bisnis tersebut, CICM model mencoba
mengaitkan antara tahapan bisnis dengan klasifikasi fungsi dari IC. Adapun
tahapan dari pengelolaan dan pengembangan IC terdiri :
1. knowledge resources,
2. innovation resources dan processes,
3. intellectual property.
Tiga tahapan pengelolaan dan pengembangan IC tersebut apabila
digambarkan nampak seperti Gambar 1, berikut ini.
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 7
Gambar 1CICMMODEL
(Sumber : Al-Ali, 2003:66)
Berdasarkan Gambar 1, dapat diperhatikan bahwa CICM model digunakan untuk
mengelola IC pada setiap tingkatan dalam pengembangan bisnis dan setiap
tahapan akan mendukung tahapan berikutnya. Tahap pertama, yakni create value
dengan melakukan knowledge management atas knowledge dan brainpower.
Langkah pertama ini akan mendukung langkah kedua, yakni extract value dengan
melakukan innovation management atas prototypes of new products or services.
Langkah yang terakhir atau ketiga, adalah maximize value atas intellectual
property management atas competitive tools. Melalui ketiga tahap tersebut terlihat
jelas pembagian tiap tahap sehingga diharapkan tidak akan terjadi overlapping
atau tumpang tindih langkah dalam pengelolaan IC.
Setiap tahapan akan membawa konsekuensi tujuan manajemen yang
berbeda. Tujuan tersebut menyediakan panduan bagi manajemen untuk
melakukan pengukuran kinerja atas setiap tahapannya. Tujuan pertama adalah
mengelola aliran informasi yang bagus dan sumber daya pengetahuan, yakni
untuk memfasilitasi pembelajaran organisasi dan memelihara segala hal yang
terkait dengan organisasi (value creation). Tujuan utamanya adalah untuk
mengubah seperangkat tujuan manajemen yakni pada penyediaan sumber daya
pengetahuan yang utama untuk organisasi dengan mempertemukan tujuan-tujuan
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 8
tersebut dan memfasilitasi pembagian pengetahuan untuk mendorong keberadaan
pengetahuan organisasi. Investasi pada tahap ini tidak seperti pada dua tahap yang
lain karena investasi pada tahap ini merupakan investasi jangka yang sangat
panjang dan tidak terkait dengan keuangan secara langsung. Tahap inovasi
manajemen memiliki tujuan utama, yakni extracting value dari seluruh sumber
daya pengetahuan yang tersedia untuk organisasi dengan menggunakan proses
inovasi. Tantangan mengelola IC pada tahapan ini adalah bagaimana mengelola
sumber daya inovasi dengan memperkuat jaringan di dalam dan di luar
perusahaan sehingga mampu menata ulang berbagai hal terkait inovasi untuk
mendapatkan kepercayaan dari pasar. Tahap terakhir, yakni mengelola intellectual
property adalah memaksimalkan value pada stakeholders dengan menggunakan
kekayaan perusahaan yang legal sebagai daya saing dan alat pemasaran.
Business Performance (Kinerja Bisnis)
Ukuran kinerja sebuah industri atau perusahaan dapat dibagi menjadi dua
yakni ukuran financial dan non financial (Fisher, 1998). Ukuran financial
sebenarnya menunjukkan berbagai tindakan yang terjadi di luar bidang keuangan.
Peningkatan financial return merupakan akibat berbagai kinerja operasional yakni
diantaranya adalah meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap produk atau
jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, meningkatnya cost effectiveness proses
bisnis internal yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk dan
meningkatnya produktivitas serta komitmen pegawai (Mulyadi dan Setyawan,
2001).
Bontis (1998) mengembangkan pengukuran business performance yang
terdiri dari sepuluh item performance yang dirasakan oleh responden
dibandingkan dengan pesaing perusahaan dalam industri yang sama beberapa
tahun terakhir. Sepuluh item tersebut adalah 1) kepemimpinan industri, 2) prospek
masa depan, 3) laba, 4) pertumbuhan laba, 5) pertumbuhan penjualan, 6) return on
assets setelah pajak, 7) return on sales setelah pajak, 8) respon secara keseluruhan
terhadap persaingan, 9) tingkat kesuksesan dalam peluncuran produk baru, 10)
kinerja kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Penggunaan pengukuran
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 9
business performance yang dikembangkan oleh Bontis (1998) telah banyak
dirujuk dan digunakan oleh peneliti lain baik secara keseluruhan ataupun dengan
berbagai modifikasi, antara lain Sharabati, et al (2010), Cabrita dan Bontis (2008),
Cabrita et al (2007), Hsu (2006), Bontis et al (2000).
PEMBAHASAN
Industri Kreatif di Indonesia
Industri kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang
terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri
kreatif juga dikenal dengan nama lain yakni industri budaya atau juga ekonomi
kreatif. Kementrian Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa industri kreatif
adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan, serta bakat
individu untuk mencapai kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan
menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut
(Wikipedia.org, 2013).
Sementara itu, industri kreatif di Indonesia meliputi 14 sektor, yakni
(Fahrezi, 2012)
1. Periklanan (advertising), yakni kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan
(komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu). Meliputi proses
kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya riset pasar,
perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan,
promosi, kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan iklan di media cetak
(surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai
poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame
sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta
penyewaan kolom untuk iklan.
2. Arsitektur, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan
secara menyeluruh baik dari level makro (town planning, urban design,
landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya
arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi
bangunan warisan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 10
kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan
elektrikal.
3. Pasar barang seni, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan
barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang
tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi
barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film.
4. Kerajinan atau craft, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,
produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin
yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya. Antara
lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam
maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga,
perunggu, besi) kayu, kaca, perselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur.
Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif
kecil (bukan produksi massal).
5. Desain yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa
riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6. Fesyen atau fashion, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain
pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian
mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen,serta distribusi produk
fesyen.
7. Video, film dan fotografi, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.
Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron,
dan eksibisi film.
8. Permainan interaktif atau game, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat
hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan
didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu
pembelajaran atau edukasi.
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 11
9. Musik, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi,
pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni pertunjukan atau showbiz, yakni kegiatan kreatif yang berkaitan dengan
usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan. Misalnya, (pertunjukan
balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik
teater, opera, termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana
pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.
11. Penerbitan dan percetakan, yakni kegiatan kreatif yang terkait dengan
penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan
konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini
juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro,
surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket
pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-
foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi,
percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
12. Layanan komputer dan piranti lunak (software): kegiatan kreatif yang terkait
dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak,
integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak,
desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk
perawatannya.
13. Televisi dan radio (broadcasting), yakni kegiatan kreatif yang berkaitan
dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games,
kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi
konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar
kembali) siaran radio dan televisi.
14. Riset dan pengembangan atau R&D, yakni kegiatan kreatif terkait dengan
usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi serta
penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi
produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi
baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang berkaitan
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 12
dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan
seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.
Dengan memperhatikan 14 sub sektor industri kreatif seperti di atas,
nampak bahwa peran penting intellectual sebagai pemicu kreativitas sangatlah
besar. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan inovasi yang harus terus menerus
dilakukan agar perusahaan yang ada di industri kreatif dapat sustain. Kebutuhan
untuk selalu berinovasi dapat dilakukan apabila human capital memiliki
knowledge, skill, dan attitude yang mendukung tujuan tersebut. Demikian pula
dengan dukungan structural capital yang memberikan kesempatan kepada pelaku
usaha untuk terus selalu melakukan inovasi dan kreasi. Human capital dan
structural capital tentunya harus didukung oleh relational capital yang lebih
banyak berhubungan dengan pihak luar karena terkait dengan aktivitas hubungan
masyarakat, relasi, dan marketing. Dengan berpijak pada ketiga modal (capital)
tersebut (HC, SC, dan RC) maka industri kreatif dapat dikembangkan dan
ditingkatkan kinerjanya melalui Comprehensive Intellectual Capital Management
(CICM).
Pengembangan dan Peningkatan Kinerja Industri Kreatif Berbasis
Comprehensive Intellectual Capital Management (CICM)
Pengembangan dan peningkatkan kinerja industri kreatif di Indonesia dapat
dilakukan melalui dua tahapan, yakni identifikasi IC yang dimiliki perusahaan dan
melalui CICM model. Pengembangan yang dimaksud adalah pengembangan
manajemen baik yang bersifat manajerial maupun operasional. Kinerja yang
dimaksud adalah kinerja non keuangan dan kinerja keuangan. Namun kinerja yang
langsung terkait adalah kinerja non keuangan yang pastinya kemudian akan
berdampak pada kinerja keuangan.
Langkah pertama yang harus dilakukan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kinerja perusahaan sektor industri kreatif adalah dengan melakukan
identifikasi komponen IC yang dimiliknya, yakni HC, SC, dan RC.
1. Human Capital.
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 13
HC lebih dimaknakan sebagai manusia yang menggerakkan roda perusahaan
sektor industri kreatif. Dengan melihat karakteristik 14 sektor industri kreatif ini
maka dapat diketahui siapa saja HC yang dimiliki oleh perusahaan. Hal penting
yang harus diperhatikan tentang HC di industri kreatif adalah para tenaga ahli atau
tenaga artistik yang memiliki spesialiasi tertentu di bidangnya. Artinya, bahwa
HC ini tidak dimiliki perusahaan atau HC tersebut benar-benar melekat pada diri
orang atau karyawan yang bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan harus benar-
benar memahami hal tersebut dan memiliki mekanisme yang pasti apabila para
tenaga ahli atau tenaga artistik tersebut tidak lagi menjadi miliki perusahaan
sektor industri kreatif. Pada beberapa perusahaan sektor industri kreatif, pemiliki
perusahaan atau adalah tenaga ahli atau tenaga artistik itu sendiri. Kalau yang
terjadi seperti ini, tidak ada masalah dengan keberlanjutan inovasi dan kreativitas
yang ada di perusahaan tersebut.
2. Structural Capital.
SC lebih diartikan sebagai modal struktural atau modal organisasi yang
membantu dalam kegiatan operasional sehari-hari di perusahaan, termasuk di
dalamnya adalah budaya organisasi, mesin-mesin, dan infrastruktur pendukung.
Pada perusahaan sektor industri kreatif, SC yang dimiliki misalnya adalah sistem
operasional prosedur, sistem database, mesin, peralatan, infrastruktur pendukung,
dan budaya organisasi. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
mengidentifikasi dan mengelola SC adalah terkait dengan budaya inovasi dan
kreativitas. Karena industri kreatif ini membutuhan inovasi dan kreativitas tinggi
sehingga dibutuhkan budaya organisasi yang mampu untuk mengakomodasi
segala macam inovasi dan kreativitas yang datangnya darimana saja dan kapan
saja. Ini penting agar inovasi dan kreativitas menjadi hal yang terus ada dan
menjadi “nafas” setiap aktivitas di perusahaan sektor industri kreatif.
3. Relational Capital
RC diartikan sebagai bentuk dari modal relasi yang lebih banyak terkait
dengan pihak luar atau aktivitas hubungan dengan masyarakat, marketing, dan
promosi. Hal yang perlu diperhatikan kaitannya dengan RC untuk perusahaan
sektor industri kreatif adalah kekhasan beberapa sub sektor yang berhubungan
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 14
dengan art atau seni. Aktivitas RC pada art atau seni haruslah dibedakan dengan
aktivitas RC pada produk-produk atau jasa pada umumnya. Misalnya pada sub
sektor kerajinan, craft, atau seni, aktivitas RC yang dapat dilakukan adalah dengan
menghubung atau promosi ke para penikmat seni atau komunitas seni yang terkait.
Hal-hal inilah yang harus dipahami oleh perusahaan sektor industri kreatif ketika
melakukan aktivitas RC.
Dengan memahami karakteristik HC, SC, dan RC yang ada di perusahaan
sektor industri kreatif akan memudahkan dalam mengikuti tahapan yang ada di
CICM model sebagai langkah kedua untuk mengembangkan dan meningkatkan
kinerja industri kreatif. Ada tiga tahapan CICM model, yakni knowledge
management, innovation management, dan intellectual property management.
Tiap tahapan memiliki tujuan yang berbeda. Tahapan knowledge management
bertujuan menciptakan nilai (value creation), tahapan innovation management
bertujuan mengeluarkan nilai (value extraction), dan tahapan intellectual property
management bertujuan memaksimumkan nilai (value maximization).
1. Tahapan Knowledge Management
Tujuan tahapan knowledge management adalah untuk mengenali dan
memanfaatkan sumber daya pengetahuan (knowledge resources) yang dibutuhkan
untuk mempertahankan proses organisasi. Kata kunci dari tujuan tersebut adalah
mengenali, memanfaatkan, dan mempertahankan. Artinya, bahwa pada tahapan
ini perusahaan sub sektor industri kreatif harus mampu mengenali terlebih dahulu
knowledge resources atau intangible assets yang dimiliki kemudian
memanfaatkannya agar dapat bertahan pada proses bisnis. Jadi, dapat dikatakan
juga bahwa pada tahapan awal ini perusahaan sub sektor industri kreatif dituntut
untuk melakukan proses bisnis dengan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku
umum.
Dengan memahami knowledge resources yang dimilikinya, perusahaan sub
sektor industri kreatif dapat melakukan knowledge management process. Pada
proses mengelola pengetahuan ini, perusahaan harus dapat mengenali dan
memanfaatkan explicit knowledge dan tacit knowledge yang dimiliki. Explicit
knowledge terkait dengan pengetahuan yang tampak, misalnya pengetahuan yang
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 15
tertulis, terasip dan tersebar dalam bentuk buku atau cetakan lainnya. Tacit
knowledge terkait dengan pengetahuan tak tampak, misalnya pengetahuan yang
berbentuk know how, pengalaman, skill, pemahaman yang dimiliki karyawan.
Pada proses knowledge management ini, perusahaan sub sektor industri kecil
dapat memanfaatkan explicit knowledge untuk berbagai kepentingan, misalnya
untuk pengembangan skill karyawan, untuk memperbaiki proses dan prosedur
kerja, dan juga bahan-bahan melakukan networking dengan pihak lain. Perusahaan
sub sektor industri kreatif dapat juga memanfaatkan tacit knowledge yang dimiliki
karyawan untuk diubah menjadi explicit knowledge. Pengalaman dan skill
karyawan dalam bentuk tacit knowledge dapat diubah menjadi explicit knowledge,
seperti berbagai macam aturan, sistem operasional prosedur, atau juga modul
kerja yang dapat meningkatkan kinerja karyawan dan perusahaan.
Pemanfaatan knowledge dapat juga dilakukan melalui interaksi komponen
IC. Artinya, knowledge transfer antar komponen IC dapat dikaitkan satu sama
lainnya. Pemanfaatan knowledge terdiri dari enam kelompok, yakni knowledge
transfer dari HC ke RC, knowledge transfer dari RC ke SC, knowledge transfer
dari SC ke HC, knowledge transfer dari RC ke HC, knowledge transfer dari SC ke
RC, dan knowledge transfer dari HC ke SC. Tabel 2 menjelaskan tentang
pemanfaatan knowledge melalui interaksi komponen IC tersebut.
Tabel 2Pemanfaatan KnowledgeMelalui Interaksi Komponen IC
Knowledge transfers dariHC ke RC
Knowledge transfers dariRC ke SC
Knowledge transfers dariSC ke HC
Karyawan yang baru sajamengikuti pelatihan atauseminar memberi masukantentang orientasi pasaratau perubahan perilakukonsumen industri kreatif
Bagian marketing shar-ing pengalaman tentangapa yang dirasakan olehcustomer tentang kualitasatau jasa yang diberikanindustri kreatif
Bagian operasional atauproduksi memberikaninformasi tentang productknowledge dan kualitasproduk industri kreatif
Knowledge transfers dariRC ke HC
Knowledge transfers dariSC ke RC
Knowledge transfers dariHC ke SC
Bagian marketing mem- Bagian operasional mem- Manajer senior memberi
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 16
beri masukan tentangperubahan selera pasarindustri kreatif
beri pelatihan tentangteknologi baru yangdigunakan untuk industrikreatif
penjelasan tentang ren-cana tujuan strategiorganisasi
Sumber : Diadopsi dari Hermawan (2012)
Jadi pengembangan dan peningkatan kinerja dalam tahapan knowledge
management untuk perusahaan sub sektor industri kreatif dapat dilakukan dengan
mengenali terlebih dahulu knowledge resources yang dimilikinya. Misalnya
adalah explicit knowledge, skills, IT databases, knowledge base, worksystems,
product concept, relation networks, dan paten. Setiap perusahaan sub sektor
industri kreatif akan memiliki knowledge resources seperti contoh tersebut walau
dalam skala dan besaran yang berbeda-beda. Dengan mengenali knowledge
resources yang dimilikinya, perusahaan sub sektor industri kreatif harus mampu
melakukan knowledge management process, yakni melakukan proses pengelolaan
knowledge resources yang dimilikinya.
2. Tahapan Innovation Management
Tujuan tahapan innovation management adalah untuk memperlancar dan
mengonfigurasi kembali sumber daya inovasi guna menciptakan cara-cara baru
dan produk-produk baru dengan lebih cepat. Pada tahapan ini, inovasi dan ide
kreatif harus terus dimunculkan oleh para karyawan dan juga manajemen
perusahaan. Artinya, budaya untuk terus berinovasi dan memiliki ide kreatif harus
terus ditumbuhkan di perusahaan sub sektor industri kreatif. Perusahaan juga
sudah harus memiliki research and development yang benar-benar expert dan
terlatih untuk selalu melakukan inovasi dan kreativitas.
Pada tahapan ini, pengembangan HC yang dapat dilakukan adalah pelatihan
yang menumbuhkan dan mengembangkan ide, kreativitas, dan inovasi sehingga
muncullah cara-cara baru, sistem kerja baru lebih inovatif, dan aspek kreatif yang
lain. Untuk itu, pelatihan harus ditekankan pada aspek skill, attitude, dan
knowledge. Pengembangan knowledge dapat dilakukan dengan knowledge sharing
antara karyawan senior dengan yunior, dan antara karyawan berpengalaman
dengan karyawan baru. Sementara itu, pengembangan SC yang dapat dilakukan
adalah dengan memberdayakan teknologi dan infrastruktur yang dimiliki secara
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 17
optimal. Di samping itu, pengembangan budaya organisasi menuju budaya
inovatif dan kreatif, pengembangan research and development department penting
juga untuk dilakukan. Pengembangan RC yang dapat dilakukan adalah
menggunakan seoptimal mungkin media massa lain untuk pencitraan produk dan
perusahaan. Penguatan tim marketing untuk menangkap inovasi yang ada di pasar
untuk kemudian dibawa ke dalam perusahaan. Pemberdayaan feedback dari
customer untuk perbaikan atau inovasi produk.
Jadi untuk pengembangan pada tahapan innovation management lebih
ditekankan pada pada aspek inovasi dan kreativitas melalui pelatihan dan
peningkatan skill, knowledge, dan attitude pada HC, peningkatan budaya inovasi
dan kreativitas, dan juga memanfaatkan media untuk melakukan aktivitas RC.
Dengan melakukan pengembangan yang demikian diharapkan akan muncul
produk-produk dan jasa-jasa baru yang lebih inovatif dan kreatif. Inilah kinerja
non keuangan yang diharapkan dapat tercipta pada tahapan ini yang diharapkan
akan meningkatkan nilai penjualan dan berdampak pada laba yang diharapkan
oleh perusahaan sub sektor industri kreatif.
3. Tahapan Intellectual Property Management
Tujuan pada tahapan intellectual property management adalah mampu
menggunakan kekayaan intelektual (intellectual property) untuk meningkatkan
posisi kompetitif organisasi dan memperoleh pendapatan. Pengembangan untuk
intellectual property management ini dapat dilakukan oleh perusahaan sub sektor
industri kreatif di Indonesia dengan cara strategi dan operasional. IP strategis
dapat dilakukan dengan IP portfolio. Inti dari IP portfolio adalah mendongkrak
kekuatan IP, mengombinasikan kelemahan IP dengan kekuatan IP lainnya, dan
mengurangi IP yang berkinerja rendah. Sementara itu, untuk IP operasionalisasi
dibutuhkan struktur organisasi, budaya perusahaan, dan sistem organisasi yang
mendukung pengelolaan tersebut.
Pada tahapan ini, perusahaan sektor industri kreatif harus mampu mengelola
intellectual property yang telah dimilikinya. Artinya bahwa produk atau jasa yang
fast moving atau digemari oleh konsumen harus benar-benar dapat dioptimalkan
untuk meraih pendapatan. Sebaliknya, produk atau jasa yang slow moving bahkan
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 18
yang sudah hampir mati atau tidak lagi digemari oleh konsumen harus sudah tidak
lagi dikelola dan diganti dengan new product atau services. Kombinasi antara
produk-produk atau jasa kreatif yang berkinerja tinggi dan berkinerja rendah harus
terus dilakukan oleh perusahaan sektor industri kreatif. Inilah yang disebut dengan
intellectual property portfolio. Disamping itu, perusahaan sektor industri kreatif
haruslah terus melakukan upaya untuk menciptakan intellectual property baru.
Hal ini penting untuk menggantikan intellectual property atau product dan jasa
yang berkinerja rendah atau tidak lagi sukai oleh konsumen.
Jadi pengembangan yang dilakukan pada tahapan intellectual property
management untuk perusahaan sektor industri kreatif adalah dengan intellectual
property portfolio. Pengelolaan kekayaan intelektual ini akan berdampak langsung
pada pendapatan dan laba perusahaan. Inilah pentingnya pengelolaan pada
tahapan ini. Oleh karena itu, perusahaan sektor industri kreatif harus mampu
untuk mengombinasikan intellectual property yang berkinerja tinggi dengan yang
berkinerja rendah atau mematikan yang tidak lagi berkontribusi pada laba
perusahaan.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pengembangan dan peningkatan kinerja perusahaan sektor industri kreatif
dapat dilakukan dengan dua langkah, yakni identifikasi komponen HC, SC, RC,
dan melakukan tahapan CICM model, yakni tahapan knowledge management,
innovation management, dan intellectual property management. Untuk
identifikasi komponen HC, SC, dan RC haruslah disesuaikan dengan karakteristik
sub sektor industri kreatif itu sendiri. Untuk tahapan knowledge management
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi knowledge resources dan melakukan
knowledge management process. Untuk tahapan innovation managemet dapat
dilakukan dengan mengutamakan budaya inovasi dan kreativitas. Untuk tahapan
intellectual property management dapat dilakukan dengan intellectual property
portfolio yang mengombinasikan produk atau jasa yang berkinerja tinggi dengan
yang berkinerja rendah. Dengan melakukan dua langkah tersebut, diharapkan
pengembangan manajemen baik yang bersifat strategik maupun operasional dapat
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 19
dilakukan yang kemudian diharapkan dapat meningkatkan kinerja non keuangan
dan pada akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan sektor
industri kreatif.
Rekomendasi kajian ini adalah hendaknya perusahaan sektor industri kreatif
memahami komponen IC yang dimilikinya. IC sangat dibutuhkan karena sektor
ini bergerak di wilayah inovasi dan kreativitas tinggi. Untuk dapat
mengembangkan dan meningkatkan kinerja, perusahaan sektor industri kreatif
dapat menggunakan CICM model dengan melakukan tiga tahapan, yakni tahapan
knowledge management, innovation management, dan intellectual property
management.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ali, Nermien. Comprehensive Intellectual Capital Management. John Wiley &Sons, Inc., Hoboken, New Jersey.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2003. Intellectual Capital and Firm Performance USFirm. A Study of The Resource Based and Stakeholders View. Journal ofIntellectual Capital. Vol 4 No 2. pp 215-226
Bontis, N., and William, C. C. K., and Stanley, R., 2000, Intellectual Capital andBusiness Performance in Malaysian Industries, Journal of IntellectualCapital, Volume 1 No 1: 85-100.
Brigham, E., dan Houston, J., 2006, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, BukuSatu, Edisi Sepuluh, Jakarta: Salemba Empat.
Brooking, A., 1996, Intellectual Capital: Core Asset for the Third MilleniumEnterprise, New York: International Thomson Business Press.
Cabrita, Maria do Rosario., Jorge Landeiro de Vas., and Nick Bontis. 2007Modelling The Creation of Value From Intellectual Capital : A PortugueseBanking Perspective, Int. J. Knowledge and Learning. Vol. 3, Nos. 2/3, pp.266 – 280.
Chen, Yu-Shan. 2008. The Positif Effect of Green Intellectual Capital onCompetitive Advantage of Firms. Journal of Business Ethics. 77:271-286.
Cohen, Sandra, and Nikolaos Kaimenakis. 2007. IntellectualCapital and Corporate Performance in Knowledge-intensive
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 20
SMEs. The Learning Organizations. Vol 14 No 3, pp 241 –262
Collis, David J, and Montgomery, Cynthia A. 2005. Corporate Strategy. AResources-Based Approach. Second Edition. The Mc Graw-HillCompanies, Inc. New York.
Hermawan, Sigit. 2011a. The Integration of Intellectual Capital and KnowledgeManagement to Improve the Business Performance and Achieve theCompetitive Advantage. Proceeding. International Seminar. 22 August.Faculty of Economic and Business. Hasanuddin University. Makassar,Indonesia.
_____. 2011b. Optimalisasi Intellectual Capital Guna Meningkatkan KinerjaBisnis IKM Batik dan Memenangkan Persaingan di CAFTA. Proceeding.Seminar Nasional dan Call For Paper. 1 Oktober. Fakultas Ekonomi danBisnis. Universitas Muhammadiyah Malang.
_____. 2012. Peran, Pengelolaan, dan Pemberdayaan Intellectual Capital SertaPerbaikan Praktik Bisnis Industri Farmasi. Disertasi. Tidak Diterbitkan.Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Airlangga Surabaya.
Hermawan, Sigit dan Silvia Herlina. 2013. Studi Interpretif Identifikasi danInteraksi Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal ReviuAkuntansi dan Keuangan, Volume 3 No 1 – April. Program Studi AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang,
Hermawan, Sigit dan Maharis Budi Wahyuaji. 2013. Analisis PengaruhIntellectual Capital Terhadap Kemampuan Perusahaan ManufakturConsumer Goods di Bursa Efek Indonesia. Proceeding. Seminar Nasionaldan Call For Paper. 15 Juni. Fakultas Ekonomi Universitas MuhammadiyahSidoarjo.
Hitt, Michael A, et, al. 2001. Manajemen Strategi : Daya Saing dan Globalisasi:Konsep. Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Hsu, Hsiu-Yueh (Sonya). 2006. Knowledge Management andIntellectual Capital. Dissertation. Carbondale, USA :Southern Illinois University
http://fajrinfahrezi.blogspot.com/2012/05/14-sub-sektor-industri-kreatif.html
Jurnal Ilmiah Zona Keuangan, Vol 4 No 3, Desember 2012, (Hlm 1 - 14)___________________________
__________________________________________Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Batam 21
International Federation of Accountants (IFAC). 1998. The Measurement AndManagement Of Intellectual Capital : An Introduction. New York. USA.
Ireland, et al. 2009. The Management of Strategic. Concept and Cases. 8th Edition.International Student Edition. South-Western Cengage Learning.
Khalique, Muhammad., Jamal Abdul Nassir Shaari., Abu Hasan Md Isa., danAdel Ageel. 2011. Role of Intellectual Capital on the OrganizationalPerformance of Electrical SMEs in Pakistan. International Journal ofBusiness and Management. Vol 6, No 9. September.
Mageza, Petunia Zanele., 2004. Intellectual Capital As A Creator of Wealth andShareholder Value For An Organization. Short Dissertation. RandAfrikaans University.
Sharabati, Abdel-Aziz Ahmad., Shawqi Naji Jawad., and Nick Bontis. 2010.Intellectual Capital and Business Performance in The Pharmaceutical Sectorof Jordan. Management Decision. Vol 48. No. 1. pp. 105 – 131
Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital – The New Wealth of Organization.London : Nicholas Brealey.
Sveiby, K.-E. 1997. The New Organizational Wealth: Managing and MeasuringKnowledge- Based Assets. San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers Inc,p. 11