pengembangan bahan ajar biologi konservasi …

16
168 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI BERBASIS ETNOPEDAGOGI Suroso Mukti Leksono, A. Syachruroji, dan Pipit Marianingsih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan mengekplorasi kearifan lokal di Banten untuk pengembangan bahan ajar biologi konservasi berbasis etnopedagogi. Metode R&D digunakan untuk mengembangkan bahan ajar. Ditemukan tiga konsep kearifan lokal yang dapat digunakan untuk konten pembelajaran biologi konservasi yaitu (1) konsep pembagian lansekap untuk pembelajaran konsep biodiversitas tingkat ekosistem; (2) pemanfaatan spesies untuk kehidupan seharai-hari untuk konsep biodiversitas tingkat spesies; (3) kearifan dalam menanam padi lokal untuk konsep biodiversitas pada tingkat genetika. Konten-konten tersebut selanjutnya dikembangkan untuk bahan ajar biologi konservasi dengan tujuan untuk mengembangkan literasi konservasi. Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam bahan ajar tersebut meliputi tujuan; nilai-nilai; konsep; ancaman dan tindakan konservasi terhadap biodiversitas. Hasil validasi ahli tentang kemampuan penyajian, materi dan penggunaan bahasa dalam bahan ajar menunjukkan hasil yang baik dan layak digunakan, sedangkan uji coba keterbacaan menunjukkan hasil bahwa bahan ajar tersebut dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi, meningkatkan keterampilan proses biodiversitas dan kepedulian terhadap lingkungan. Kata kunci: biodiversitas, etnopedagogi, kearifan lokal, konservasi DEVELOPMENT OF BIOLOGY CONSERVATION TEACHING MATERIALS BASED ON ETHNOPEDAGOGY Abstract This study was aimed at exploring the local wisdom in Banten to develop biology conservation teaching materials based on ethno pedagogy. An R&D method was used to develop the teaching materials. The study reveals that there are three concepts of local wisdom that could be used for biology conservation learning content, that are (1) the concept of the landscape division for ecosystem-level biodiversity learning concept; (2) species utilization by local people for species-level biodiversity learning concept; and (3) local wisdom in planting local rice for the genetic-level biodiversity learning concept. Then, those contents were developed for biology conservation teaching materials with the aim to develop conservation literacy. The principles developed in the teaching materials included the purpose, the values, the concept, the threads and action towards biodiversity. The results of expert judgments shows that the content, lay out, and language in teaching materials have good criteria and feasible to use. The result of readability test indicates that the teaching materials can help students to understand the content, to improve the biodiversity process skills, and to increase environment awareness. Keywords: biodiversity, conservation, ethno pedagogy, local wisdom PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu nega- ra megabiodiversitas, karena mempunyai kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi di dunia. Walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari luas total daratan dunia,

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

168

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASIBERBASIS ETNOPEDAGOGI

Suroso Mukti Leksono, A. Syachruroji, dan Pipit MarianingsihFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

email: [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengekplorasi kearifan lokal di Banten untuk pengembangan bahan ajar

biologi konservasi berbasis etnopedagogi. Metode R&D digunakan untuk mengembangkan bahanajar. Ditemukan tiga konsep kearifan lokal yang dapat digunakan untuk konten pembelajaran biologikonservasi yaitu (1) konsep pembagian lansekap untuk pembelajaran konsep biodiversitas tingkatekosistem; (2) pemanfaatan spesies untuk kehidupan seharai-hari untuk konsep biodiversitas tingkatspesies; (3) kearifan dalam menanam padi lokal untuk konsep biodiversitas pada tingkat genetika.Konten-konten tersebut selanjutnya dikembangkan untuk bahan ajar biologi konservasi dengan tujuanuntuk mengembangkan literasi konservasi. Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam bahan ajartersebut meliputi tujuan; nilai-nilai; konsep; ancaman dan tindakan konservasi terhadap biodiversitas.Hasil validasi ahli tentang kemampuan penyajian, materi dan penggunaan bahasa dalam bahan ajarmenunjukkan hasil yang baik dan layak digunakan, sedangkan uji coba keterbacaan menunjukkanhasil bahwa bahan ajar tersebut dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi, meningkatkanketerampilan proses biodiversitas dan kepedulian terhadap lingkungan.

Kata kunci: biodiversitas, etnopedagogi, kearifan lokal, konservasi

DEVELOPMENT OF BIOLOGY CONSERVATION TEACHING MATERIALSBASED ON ETHNOPEDAGOGY

AbstractThis study was aimed at exploring the local wisdom in Banten to develop biology conservation

teaching materials based on ethno pedagogy. An R&D method was used to develop the teachingmaterials. The study reveals that there are three concepts of local wisdom that could be used for biologyconservation learning content, that are (1) the concept of the landscape division for ecosystem-levelbiodiversity learning concept; (2) species utilization by local people for species-level biodiversitylearning concept; and (3) local wisdom in planting local rice for the genetic-level biodiversity learningconcept. Then, those contents were developed for biology conservation teaching materials with the aim todevelop conservation literacy. The principles developed in the teaching materials included the purpose,the values, the concept, the threads and action towards biodiversity. The results of expert judgmentsshows that the content, lay out, and language in teaching materials have good criteria and feasible touse. The result of readability test indicates that the teaching materials can help students to understandthe content, to improve the biodiversity process skills, and to increase environment awareness.

Keywords: biodiversity, conservation, ethno pedagogy, local wisdom

PENDAHULUANIndonesia merupakan salah satu nega-

ra megabiodiversitas, karena mempunyai

kekayaan keanekaragaman hayati yangtinggi di dunia. Walaupun luas Indonesiahanya 1,3% dari luas total daratan dunia,

Page 2: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

169

Indonesia memiliki sedikitnya 90 tipeekosistem, dan kekayaan spesies yang luarbiasa (Indrawan, Primack, & Supriatna,2007). Namun sebagian besar masyarakatIndonesia tidak menyadarinya. Hal initerbukti bahwa kerusakan lingkunganterus berlangsung, seperti penebanganpohon secara ilegal, penangkapan ikandengan bom, perdagangan satwa liar, danmasih banyak lagi aktivitas manusia yangcenderung merusak lingkungan, yangpada akhirnya menimbulkan bencana alamserta akan berdampak pada menurunnyabiodiversitas.

Rendahnya pemahaman masyarakattentang arti penting biodiversitas, me-nurut Leksono & Rustaman (2012)disebabkan oleh sistem pembelajaranyang tidak sesuai. Pembelajaran konservasibiodiversitas seharusnya melibatkansiswa secara aktif dan menggunakanlingkungan sekitar sebagai sumber belajar(Dikmenli, 2010; Ramadoss & Moli,2011; Leksono, 2011), dengan tujuanakhir meningkatkan literasi konservasibiodiversitas (Erdogan, 2009). Literasikonservasi biodiversitas menurut Leksono& Rustaman (2012) adalah kemampuanseseorang untuk memahami biodiversitasdan mengkomunikasikan biodiversitas,serta menerapkan pengetahuan konservasibiodiversitas untuk memecahkan masalah-masalah biodiversitas, sehingga memilikisikap dan kepekaan yang tinggi terhadapdiri dan lingkungannya dalam mengambilkeputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah.

Pembelajaran berbasis lingkungansekitar tempat tinggal peserta didik di-maksudkan untuk dapat meningkatkankepedulian mereka terhadap arti pentingbiodiversitas dengan contoh-contoh nyatapada kehidupan sehari-hari. Penelitianawal terhadap 31 guru biologi SMA

di Kota Serang menunjukkan bahwamateri lingkungan sekitar hampir tidakpernah digunakan dalam pembelajaranbiodiversitas di Provinsi Banten, padahalBanten mempunyai kekayaan biodiver-sitas yang tinggi. Selain mempunyaikawasan konservasi yang luas, sepertiTaman Nasional Ujung Kulon dan TamanNasional Gunung Halimun Salak, Bantenjuga mempunyai binatang endemik, sepertiBadak Jawa.

Propinsi Banten juga menyimpanbanyak kearifan lokal yang berhubungandengan konservasi biodiversitas, sepertikearifan lokal dalam memperlakukan alampada Masyarakat Adat Kasepuhan BantenKidul. Agenda 21 merekomendasikanbahwa untuk meningkatkan kepedulianmasyarakat tentang pentingnya bio-diversitas, pembelajaran yang sesuaiadalah pembelajaran berbasis budayalokal atau pendekatan etnopedagogi.Pemanfaatan konten kearifan lokaldalam pembelajaran, selain dapat me-nyelamatkan pengetahuan kearifan lokalitu sendiri, juga meningkatkan kepeduli-an peserta didik tentang konservasibiodiversitas (Snively & Corsiglia, 2001).

Berdasarkan latar belakang tersebutpenelitian ini bertujuan mengembangkanbuku ajar berbasis etnopedagogi untukmeningkatkan l i t e rasi konservasimahasiswa calon guru biologi. Bahan ajartersebut diharapkan dapat meningkatkanpemahaman calon guru tentang artipenting biodiversitas, dampak kegiatanmanusia terhadap spesies, komunitas, danekosistem serta upaya-upaya penyelamat-an biodiversitas, yang pada akhirnyadapat meningkatkan literasi konservasi,dan mampu mengajarkan konservasibiodiversitas berbasis budaya dan kearifanlokal setempat, sehingga akan terwujudpembangunan berkelanjutan.

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...

Page 3: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

170

METODEUntuk mendapatkan contoh kearifan

lokal yang berhubungan dengan konservasibiodiversitas, penelitian mengekplorasi ke-arifan lokal di masyarakat adat yang beradadi Banten, yaitu di desa Adat KasepuhanBanten Kidul, di Desa Cisungsang, Ke-camatan Cibeber Kabupaten Lebak ProvinsiBanten. Penelitian dilaksanakan pada bulanApril sampai dengan Juni 2014. Padatahap ekplorasi kearifan lokal, metodeyang digunakan adalah wawancara dengankey person untuk mendapatkan datayang akurat tentang pengetahuan lokalyang berhubungan dengan konservasibiodiversitas yang meliputi cara pengo-lahan lahan, cara bercocok tanam danpemanfaatan makhluk hidup untukkeperluan sehari-hari, seperti untuktanaman pangan, sayuran dan lalapan,bumbu dapur/rempah-rempah, buah-buahan, obat-obatan, bahan bangunan,bahan pewarna, dan untuk bahan kerajinanyang terdapat di masyarakat adat.

Setelah mendapatkan dokumentasitentang kearifan lokal yang terkait dengankonservasi biodiversitas, tahap selanjutnyaadalah menganalisis konten tersebut untukbahan ajar biologi konservasi berbasisetnopedagogi. Metode yang digunakanuntuk pengembangan bahan ajar adalahResearch and Development dari Gall,Gall, & Borg (2003) dengan lima tahap,yaitu studi pendahuluan, penyusunan danpengembangan draf buku, validasi bukudan uji coba keterbacaan buku ajar.

Studi pendahuluan dilakukan untukmenganalisis materi-materi esensial yangdapat digunakan dalam pembelajaranbiologi konservasi berbasis etnopedagogi.Penyusunan dan pengembangan draf bukubertujuan untuk merumuskan tujuan buku,menentukan komponen-komponen isi bukuberdasarkan studi pendahuluan. Setelahdraf buku tersusun tahap selanjutnya ada-

lah validitas buku dengan memvalidasinyake ahli pendidikan dan ahli konten biologikonservasi. Tahap berikutnya adalah ujicoba keterbacaan buku sehingga men-dapatkan bahan ajar yang dapat dipakaidalam pembelajaran biologi konservasiberbasis etnopedagogi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANTahap pertama penelitian ini adalah

mengekplorasi kearifan lokal masyara-kat Banten yang berhubungan dengankonservasi biodiversitas. Kearifan lokalyang digali sebagai dasar pengembang-an buku ajar adalah contoh kearifanlokal yang berhubungan dengan kearifandalam pengelolaan ekosistem, jenis dangenetika sesuai dengan pengelompokkanbiodiversitas menurut Maclaurin & Sterel-ny (2008) bahwa tiga tingkatan biodiver-sitas yaitu ekosistem, jenis, dan genetika.

Dalam pengelolaan wilayah, ma-syarakat Kasepuhan Cisungsang di BantenKidul memiliki konsep pembagian lanse-kap secara tradisional. Pembagian lansekaptersebut meliputi wilayah yang disebutLembur, Pekarangan, Sawah, Huma,Kebun, Talun/Dudukuhan, Sampalan(Ladang Pengembalaan), Reuma Ngora,Reuma Kolot, Leuweung Cadangan, Leu-weung Titipan dan Leuweung Tutupan(Hutan Konservasi).

Konsep pembagian lansekap padamasyarakat Kasepuhan Banten Kidulini dapat menjadi konten pembelajarankonservasi biodiversitas pada tingkatekosistem. Masing-masing satuan lansekapmempunyai fungsi yang mencerminkankeharmonisan ekosistem. Pembagianlansekap ini pula menunjukkan adanyakearifan lokal dalam memenuhi kebutuhanhidup tanpa merusak lingkungan karenadi setiap satuan lansekap tersebut terdapataturan atau batasan akses dalam pemanfaat-an sumber daya yang ada di dalamnya.

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183

Page 4: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

171

Kearifan lokal masyarakat BantenKidul dalam mengelola alam selaras denganpengetahuan modern dalam konservasibiodiversitas. Penggolongan hutan olehmasyarakat kasepuhan hampir samahalnya dengan konsep pengelolaan danpenggolongan hutan secara modern dalamkonsep Taman Nasional. BerdasarkanUndang-Undang No.5 Tahun 1990 tentangKonservasi Sumber Daya Alam Hayatidan Ekosistemnya, Taman Nasionalmerupakan kawasan pelestarian alamyang mempunyai fungsi perlindungansistem penyangga kehidupan, pengawetankeanekaragaman hayati tumbuhan dansatwa, serta pemanfaatan sumber dayaalam hayati dan ekosistemnya secara lestariyang dikelola dengan sistem zonasi, yangterdiri dari zona inti, zona penyangga,zona pemanfaatan, dan zona lainnya sesuaidengan keperluan (Wiratno, dkk., 2001).

Zona Inti pada konsep Taman Nasionalsama dengan Leuweng Tutupan dalamkonsep masyarakat kasepuhan. Zonainti ini tidak boleh dieksploitasi olehmanusia. Zona Penyangga dapat dikatakansama fungsinya dengan leuweng titipanyang juga tidak boleh digunakan karenakepentingannya untuk menyangga sistemkehidupan. Kedua jenis hutan ini harusdijaga kelestariannya dan tetap terlindungdari ketamakan manusia agar kehidupandi sekitar kawasan dapat tetap seimbang.Sedangkan zona pemanfaatan dapat kitasamakan dengan Leuweng Cadangan yangmasyarakat sekitar dapat memanfaatkan-nya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pengelolaan lansekap lainnya, se-perti reuma, talun, huma, sawah dapatdisamakan dengan zona pemanfaatanintensif dan menunjukkan bahwa merekatelah meninggalkan ladang berpindah yangmerambah hutan, yang sebelumnya masihdianut oleh warga kasepuhan. Pemukimanmasyarakat Kasepuhan berdekatan dengan

Taman Nasional Gunung Halimun Salak,sehingga tidak memungkinkan lagi merekamerambah hutan Taman Nasional.

Prinsip-prinsip pengelolaan ekosistemdi Kasepuhan Banten Kidul sejalan denganpendapat Brook & McLachlan (2008) yangmenyatakan bahwa local ecologi know-ledge masih relevan dengan pengetahuanekologi modern, sehingga prinsipnyamasih dibutuhkan dalam pengelolaanalam dan konservasi. Pengelolaan TamanNasional seharusnya melibatkan lingkung-an dan budaya setempat, sehingga merekamerasa memiliki yang pada akhirnya da-pat meningkatkan konservasi di kawasantersebut (Weeks & Mehta, 2004).

Wiratno, dkk. (2001) menyatakanbahwa berdasarkan analisis historis terhadapperan beberapa sistem pengetahuan lokaldalam bentuk praktik penggunaan lahanmasyarakat tradisional menunjukkan bah-wa telah terdapat cukup bukti pentingnyamengadopsi dan mengintegrasikan sistem-sistem tersebut dalam upaya pengelolaankawasan konservasi. Penelitian Daniels(2002) juga menyatakan bahwa konsepkearifan lokal dapat menjaga kelestarianbiodiversitas, oleh sebab itu dalam me-rencanakan konservasi biodiversitassebaiknya melibatkan kearifan lokal.

Contoh kear i fan lokal dalampengelolaan spesies tercermin dalampemanfaatan tumbuhan. MasyarakatKasepuhan Cisungsang di Banten Kidulmasih menggunaan tumbuhan yangterdapat di sekitarnya untuk menopanghidupnya. Pemanfaatan jenis tumbuhanuntuk keperluan sehari-hari di KasepuhanCisungsang berdasarkan fungsinya dapatdikelompokkan menjadi tanaman pangan,sayuran dan lalapan, bumbu dapur/rempah-rempah, buah-buahan, obat-obatan, bahanbangunan, bahan pewarna, dan untukbahan kerajinan. Dengan memanfaatkantumbuhan tersebut, secara tidak langsung

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...

Page 5: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

172

masyarakat Kasepuhan Cisungsang diKasepuhan Banten Kidul telah menye-lamatkan biodiversitas tanaman. Jumlahjenis tiap-tiap fungsi tanaman tersebutdapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 menunjukkan bahwamasyarakat Kasepuhan Cisungsang diKasepuhan Banten Kidul memanfaatkantanaman sebagai tanaman pangansebanyak 14 Jenis, yang terdiri atas satujenis tanaman pokok dan 13 jenis sebagaitanaman pangan tambahan. Makananpokok masyarakat Kasepuhan CisungsangBanten Kidul adalah padi (Oryza sativa)yang ditanam di sawah dan huma. Tanamanpangan tambahan terdiri dari singkong(Manihot esculenta), pisang (Musaparadisiaca), talas (Colocasia sp.), ubijalar (Ipomoea batatas), gembili (Dioscoreaesculenta), gadung (Dioscorea hispida),buah bubuay (Plectocomia elongate), sagukawung (Arenga pinnata), ganyong (Cannadiscolour), labu (Cucurbita moschate),

melinjo (Gnetum gnemon), tiwu endog(Saccharum edulle), dan kacang tanah(Arachis hypogaea). Tanaman tambahantersebut diperoleh dari huma, pekarangandan talun. Semua tanaman tersebut di-budidayakan oleh masyarakat dan selaludipelihara serta ditanam kembali setelahdipanen. Hal tersebut dilakukan karenamasyarakat mengetahui fungsi tanamantersebut sebagai sumber pangan. Kondisidemikian lah yang dinamakan konservasibiodiversitas menurut Supriatna (2004) danRifai (2004), bahwa mereka tanpa paksaanmelestarikan tanaman karena mengetahuimanfaatnya.

Berdasarkan Gambar 1 tampakbahwa terdapat 30 jenis tanaman yangdimanfaatkan sebagai sayur dan lalapanoleh masyarakat Cisungsang di Kasepuh-an Banten Kidul. Bagian tanaman yangdimanfaatkan untuk sayur dan lalapanadalah pucuk daun, daun, buah, dan bunga.Semua tanaman yang dimanfaatkan untuk

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183

Gambar 1. Jumlah Jenis Tanaman Berdasarkan Fungsi Tanamandi Kasepuhan Cisungsang

Page 6: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

173

lalapan dan sayuran tersebut dibudaya-kan di pekarangan, huma dan talun. Ada-pun tanaman yang dimanfaatkan sebagaibumbu/rempah-rempah oleh masyarakatCisungsang di Kasepuhan Banten Kidulselama penelitian ditemukan sebanyak 22jenis. Tamanan tersebut semuanya jugatelah dibudidayakan di pekarangan, huma,kebun, dan talun.

Tanaman yang dibudidayakan dipekarangan contohnya adalah jahe (Zingiberoffi nale), panglai (Zingiber cassum), kencur(Kaempferia galanga), lengkuas (Alpiniagalangal) dan temu lawak (Curcumaxanthorrhiza). Tanaman yang dibudidayakandi kebun contohnya adalah seledri (Apiumgraveolens), cabai (Capsicum annum),bawang (Allium fistulosum), dan tomat(Solanum lycopersicum). Tamanan yangdibudidayakan di talun contohnya adalahcengkeh (Syzygium aromaticum), pala(Myristica fragrans), kemiri (Aleuritesmoluccana), dan lada (Piper nigrum).Selanjutnya, ditemukan tujuh jenis tumbuh-an penghasil buah-buahan, yaitu pisang(Musa paradisiaca), manga (Mangiferaindica), jeruk (Citrus maxima), alpukat(Persea Americana), nangka (Artocarpusheterophyllus), kelapa (Cocos nucifera),dan jambu (Psidium guajava). Semuatanaman tesebut telah dibudidayakan dipekarangan dan talun.

Terdapat 39 jenis tumbuhan yangdimanfaatkan sebagai obat dan 37 jenisuntuk obat khusus terkait melahirkan.Sebagian besar tanaman obat tersebuttelah dibudidayakan, seperti alpukat(Persea Americana), cengkeh (Syzy-gium aromaticum), jahe (Zingiber offi-cinarum), jambe (Cycas revolute), jarak(Jatropha curcas), dan sebagainya.Namun masih ada beberapa tanamanyang mengambil langsung dari hutan,contohnya harendong (Melastoma mala-bathricum), keseureuh (Letsea kibeba),

jawer kotok (Coleus purpureus), antaman(Centella asiatica) , jongek (Emiliasonchifolia) , dan kibulu (Ageratumconyzoides). Mereka berpendapat bahwamasih banyak tanaman tersebut di alam,sehingga mereka tidak membudidayakan.Namun jika keberadaannya di alam susahditemukan lagi, mereka akan menanam-nya, seperti contohnya kumis kucing(Orthosiphon stamineus). Hongsawong(2011) menyarankan bahwa pemakaiantanaman obat harus efektif, dan perlunyamengkonservasi tanaman obat tersebut.

Pemanfaatan tanaman lainnya yaitusebagai bahan bangunan, diketahui se-banyak 15 jenis tanaman (Gambar 1), diantaranya yaitu ijuk dari aren (Arengapiñata), batang dari rasamala (Altingiaexcelsa), bambu (Bambusa sp.), kelapa(Cocos nucifera), nangka (Artocarpusheterophyllus), durian (Durio zibethinus)dan jati (Tectona grandis). Ditemukanempat jenis tanaman sebagai bahan pewar-na yaitu hariang (Begonia sp), pacar tere(Impatien platypetala), pandan (Pandanusamaryllifolius) dan kunyit (Curcumalonga). Delapan jenis tanaman yangdimanfaatkan sebagai bahan kerajinandi antaranya kaung atau aren (Arengapinnata), rotan (Calamus platyacanthos),nangka (Artocarpus heterophyllus) danbambu (Bambusa sp). Sebagian besartanaman tersebut telah dibudidayakan,kecuali rotan.

Dengan memanfaatkan tanaman ter-sebut secara tidak langsung masyarakatKasepuhan Cisungsang di KasepuhanBanten Kidul telah menyelamatkan bio-diversitas tanaman. Masyarakat akanmelindungi tanaman apabila merekamengetahui manfaatnya. Hal ini sesuaidengan prinsip konservasi, yaitu pende-katan save, study, dan use (Supriatna,2004). Tiga prinsip tersebut bersifatholistik, yaitu pendekatan menyeluruh

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...

Page 7: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

174

yang diharapkan dapat melindungi spesiesdengan tidak meninggalkan aspek man-faat (Warren, 1992). Lebih lanjut, Rifai(2004) menekankan bahwa pendekatandalam upaya konservasi adalah denganmengedepankan pemanfaatan secaralestari. Kearifan lokal dalam pemanfaatanspesies untuk kehidupan sehari-hari dapatmenjadi konten pembelajaran konservasibiodiversitas pada tingkat spesies.

Contoh kearifan lokal dalam pelestari-an genetik adalah dijumpainya tanamanpadi (Oryza sativa) dengan puluhan varietaslokal. Komunitas Kasepuhan Banten Kidulmenyimpan puluhan varietas padi yangmembuat mereka mampu berswasem-bada beras. Mereka masih menanam padivarietas lokal yang dimilikinya secara turuntemurun. Menurut ketentuan adat, padihanya boleh ditanam sekali dalam setahun.

Masyarakat Kasepuhan, mengenal duajenis padi, yaitu padi yang ditanam di sawahdan di huma. Padi sawah memerlukan airirigasi sedangkan padi huma mengandalkanair hujan.Varietas padi menurut pengetahuanlokal masyarakat kasepuhan secara umumdapat dibedakan melalui bentuk daun,tinggi pohon, ketegakan pohon, bentukbuah, warna bulir, bulu, masa tanam, tempattanam dan produksinya.

Secara spesifi k di lapangan, masyarakatdapat membedakan varietas padi melaluibentuk gabah, warna gabah, bulu tangkaibuah, tempat tanam dan produksinya(Leksono, 2010). Ciri pembeda tersebutdapat dijadikan nama dalam sebuahvarietas tanaman padi, misalnya sajanama varietas sri kuning dan beureumkarang dilatar belakangi oleh warna gabah(bulir) berwarna kuning untuk sri kuningdan merah untuk beureum karang. Namavarietas padi ketan hideung dilatarbela-kangi oleh warna berasnya yang berwarnahitam. Nama varietas gajah panjang, ketanhideung bulu dilatarbelakangi oleh ada-

nya bulu pada bulir padinya. Nama jidahdilatarbelakangi oleh masa produksinya.

Selain ciri pembeda tersebut penamaanvarietas padi juga dilatarbelakangi olehcerita legenda rakyat, misalnya sri kuning,sisik naga, dan orang yang pertama kalimenanam, contohnya jamudin, nani,randa kaya, dan ketan ujum. Dilihat darimasa produksi, padi dibedakan atas jenispadi leuir (padi yang ditanam didatarantinggi dan berumur 5-6 bulan) dan jenispadi hawara (jenis padi yang berumur 3-4bulan).

Secara umum masyarakat kasepuhanmembedakan varietas padi menjadi tiga,yaitu jenis pare, ketan dan cere. Perbedaanantara pare dan cere terletak pada buluyang terdapat pada ujung bulir padinya.Jenis pare tidak mempunyai bulu sepertihalnya jenis cere. Sedangkan jenis ketanapabila dimasak lebih pulen dan lengketdibandingkan dengan jenis pare dan cere.Selama penelitian ditemukan 50 varietaspadi lokal di Kasepuhan Banten Kidul(Tabel 1).

Keanekaragaman varietas padi lokalmerupakan sumber plasma nutfah yangpenting. Bila keanekaragaman varietas lokalini telah punah maka kerugian sangat besardirasakan oleh semua pihak, terutama bagipemulia tanaman karena sebagai bahandasar untuk penelitiannya. Kearifan lokaldalam bercocok tanam padi pada masyarakatKasepuhan Banten Kidul dapat menjadikonten dalam pembelajaran konservasibiodiversitas pada tingkat genetik.

Banyaknya varietas padi yang ditanamsecara turun temurun secara tidak langsungtelah melestarikan genetik padi. Materigenetik sangat penting bagi pemuliatanaman untuk dapat merakit tanaman baruyang unggul. Banyaknya varietas tanamanpadi yang terdapat di Kasepuhan BantenKidul terjadi karena persilangan secaraalami dan tidak disengaja pada awalnya.

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183

Page 8: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

175

Hal ini terjadi karena dalam satu petaksawah ditanam beberapa varietas, sehinggasecara alami akan terjadi persilangan yangmenghasilkan varietas baru (Leksono,2010). Melalui pengamatan tersebut padaakhirnya mereka menemukan varietas baru.

Warren (1992) mengungkapkan hasilpenelitiannya bahwa untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang alam perlumelibatkan masyarakat lokal dalammengamati proses secara alami. Bilamasyarakat lokal terlibat dalam pengamatan,mereka akan meningkat pengetahuannya.Masyarakat tanpa mereka sadari akanmenerapkan prinsip-prinsip konservasidalam kehidupannya sehari-hari.

Tabel 1.Varietas Padi Lokal yang Ditanam Warga Kasepuhan Banten Kidul

Jenis PareTempattanam

Jenis KetanTempattanam

Jenis CereTempattanam

1. Maringgeuy Huma 1. Alean Huma 1. Markoti Sawah

2. Beureum Batu Huma 2. Semarang Huma 2. Hoe Sawah

3. Ranji Huma 3. Beureum Ajid Sawah 3. Layung Sawah

4. Beureum Beunying Huma 4. Hideung Rante Sawah 4. Ambon Sawah

5. Jamudin Huma 5. Lepo Sawah 5. Kiara/Cawok Sawah

6. Banteng Beureum Huma 6. Ruyung Sawah 6. Demek/Ujum Sawah

7. Banteng Bodas Huma 7. Ulam Sawah 7. Marilen Sawah

8. Beureum Geulis Huma 8. Hideung Bulu Sawah 8. Gelas Sawah

9. Loyor Huma 9. Hideung Sawah 9. Gadog Sawah

10.Beureum Karang Huma 10. Leneng Sawah

11.Bangban Huma 11.Cikur Sawah

12.Raja Denok Sawah 12.Nangka Sawah

13.Sero Sawah

14.Sisik Naga Sawah

15.DT Sawah

16.Srimahi Sawah

17.Tampeuy Bodas Sawah

18.Tampeuy Koneng Sawah

19.Tampeuy Perak Sawah

20.Benter Sawah

21.Terong Bodas Sawah

22.Terong Beureum Sawah

23.Peuteuy Sawah

24.Srikuning Sawah

25.Angsana Sawah

26.Nani Sawah

27.Jidah Sawah

28.Manglar Sawah

29.Nemol Sawah

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...

Page 9: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

176

Bahan ajar atau materi pembelajaransecara garis besar terdiri atas pengetahuan,keterampilan dan sikap yang harus di-pelajari siswa dalam rangka mencapaistandar kompetensi yang telah ditentukan.Bahan ajar disusun untuk memudahkanpencapaian tujuan pembelajaran. MenurutNational Research Council (1996) bahan ajardisusun sesuai dengan tujuan pembelajaranyang hendak dicapai, perkembangan dankemampuan peserta didik serta bergunauntuk bekal hidup peserta didik dalammasyarakat. Menurut Darkuni (2010)bahan ajar disusun berdasarkan tujuanpembelajaran yang hendak dicapai, untukmenguasai disiplin ilmu, sebagai warisannilai-nilai generasi ke generasi, berhargabagi kehidupan manusia dan sesuaikebutuhan dan minat siswa.

Pada tahap awal dalam pengembang-an bahan ajar biologi konservasi berbasisetnopedagogi untuk meningkatkan lieterasikonservasi adalah analisis konsep untukmendapatkan materi-materi esensial yangdapat digunakan dalam pembelajaranbiologi konservasi. Literasi konservasiadalah kemampuan seseorang untuk da-pat memahami, mengomunikasikan danmemecahkan masalah-masalah konservasibiodiversitas, sehingga mereka memilikisikap dan kepekaan yang tinggi terhadapdiri dan lingkungannya dalam mengambilkeputusan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah.

Pembelajaran biologi konservasi padahakikatnya mempunyai outcome mengubahperilaku peserta didik dalam menghargaialam, tidak hanya sekedar menguasaikonsep semata. Walaupun demikian,proses dalam penguasaan konsep sangatdibutuhkan untuk mengubah perilaku.Dengan menguasai konsep pada bidangbiologi konservasi maka peserta didikakan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam bidang konservasi

secara ilmiah. Oleh sebab itu, sangatdibutuhkan bahan ajar yang berorientasikepada proses literasi.

World Wildlife Fund (1996) telahmengembangkan literasi biodiversitasuntuk sekolah menengah, dengan duaindikator. Pertama, kognitif outcomeyang meliputi pengetahuan tentangtentang prinsip dan proses ekologi yangberhubungan dengan biodiversitas,pengetahuan tentang permasalahan dan isu-isu yang berhubungan dengan biodiversitas,pengetahuan tentang strategi dan aksipenyelamatan biodiversitas. Kedua, afektifoutcome yang meliputi kepekaan dan nilaipositif terhadap pencegahan dan remediasipermasalahan dan isu-isu biodiversitas,keyakinan personal dan masyarakat yangberhubungan dengan biodiversitas (prediksibehavior).

Trombulak (2004) telah mengung-kapkan prinsip-prinsip konservasi biologisebagai dasar untuk literas i konservasi,yang meliputi (1) tujuan biologi konservasi,(2) nilai-nilai keanekaragaman hayati, (3)konsep untuk memahami biodiversitas,(4) ancaman terhadap keanekaragamanhayati, dan (5) tindakan konservasi danrestorasi keanekaragaman hayati. MenurutErdogan, et al. (2009) literasi lingkunganmencakup enam komponen, yaitu (1)pengetahuan tentang sejarah alam danekologi, (2) pengetahuan tentang isu-isu lingkungan dan permasalahannya,(3) pengetahuan sosial politik ekonomi,(4) keterampilan kognitif, (5) afektif(faktor-faktor yang mempengaruhi perilakubertanggung jawab) dan (6) tindakan(perilaku bertanggung jawab). Berdasar-kan para ahli tersebut di atas materi esen-sial yang perlu dikembangkan dalambahan ajar biologi konservasi berbasisetnopedagogi dapat dilihat pada Tabel 2.

Setelah buku ajar dikembangkantahap berikutnya adalah uji validasi buku

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183

Page 10: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

177

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...

Page 11: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

178

ajar oleh ahli pendidikan dan kontenbiologi konservasi. Hasil validasi bukuyang dikembangkan menunjukkan bahwamenurut ahli kemampuan penyajian da-lam bahan ajar memperoleh nilai rata-rata84 (Gambar 2). Secara umum gambardan ilustrasi disajikan secara jelas danmenarik serta diberi judul yang sesuai.Materi disajikan secara sistematis, jelasdan logis serta terdapat pengantar tujuanpembelajaran. Materi disajikan sudahdalam konteks kehidupan sehari-hari.

Menurut hasil penelitian Atmojo (2013)pembelajaran dengan mengeksplorasilingkungan dengan pengalaman kesehari-

an siswa dapat meletakkan dasar-dasaryang nyata bagi siswa untuk berpikirdan dapat memecahkan masalah yangterjadi di masyarakat sehingga suatu saatilmu yang dipelajari dapat diterapkanlangsung dalam masyarakat. Menurutahli pendidikan, materi yang ditulis masihkurang melibatkan siswa secara aktif.Oleh sebab itu, disarankan untuk membuatlembar kegiatan dibagian akhir pada bahanajar, sehingga mahasiwa akan terlibat aktifdalam proses pembelajaran. Bahan ajar yangmenarik secara penyajian merupakan bagianpenting dari proses pembelajaran BiologiKonservasi Berbasis etnopedagogi.

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183

Gambar 2. Hasil Validasi Ahli Bahan Ajar Biologi Konservasi

Keterangan:

Aspek Penyajian1 = Tampilan umum (gambar dan ilustrasi)2 = Sistimatika penyajian3 = Penyajian mempertimbangkan kebermaknaan

dan kebermanfaatan4 = Melibatkan siswa secara aktifX1= Rata-rata aspek penyajian

Aspek Bahasa9 = Bahasa Indonesia yang baik dan benar10 = Peristilahan11 = Kejelasan bahasa12 = Kesesuaian bahasaX3 = Rata-rata aspek bahasa

Aspek Materi5 = Kelengkapan materi6 = Kaakuratan materi7 = Materi mengikuti silabus8 = materi dapat meningkatkan literasi biodiversitasX1= Rata-rata aspek materi

Page 12: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

179

Menurut Arsyad (2010) tampilanilustrasi secara jelas dan menarik akanmenambah motivasi peserta didik untukmempelajari bahan ajar tersebut. Selain itudengan adanya ilustrasi dalam bahan ajarakan memperlancar pemahaman pesertadidik, sebab informasi yang diberikandisajikan dalam dua format, yaitu verbaldan visual.

Gambar 2 menunjukkan bahwaberdasarkan uji ahli materi yang dirancanguntuk pembelajaran dalam bahan ajarmemperoleh nilai rata-rata 90%. Berdasar-kan penilainan, materi disajikan secaralengkap sesuai dengan tuntutan kurikulum,yaitu tentang konsep keanekaragamanhayati, yang meliputi tingkat genetika, jenisdan ekosistem, serta upaya penyelamatankeanekaragaman hayati. Materi yangdisajikan berbasis kearifan lokal Banten,dengan menampilkannya contoh-contohkeanekaragaman hayati di Banten.Informasi diberikan secara jelas, akurat dankontekstual dalam kehidupan yang nyata.

Materi tentang tujuan biologi kon-servasi yaitu menjaga tiga aspek pentingdari kehidupan di bumi (1) keanekaragam-an hayati, (2) integritas ekologi, dan (3)kesehatan ekologi menampilkan contohkeanekaragaman hayati yang terdapatdi Kasepuhan Cisungsang di BantenKidul yang masih beranekaragam mulaibiodiversitas yang terdapat di Hutan TamanNasional Gunung Halimun sampai denganpekarangan rumah.

Materi tentang nilai biodiversitas, ter-dapat contoh konsep pembagian lansekaplahan yang terdapat hutan titipan dan hutantutupan yang tidak boleh sembarangandibuka. Hal ini merupakan contoh nilaiinstriksik. Contoh nilai instrumentalbiodiversitas adalah pemanfaatan berbagaijenis tumbuhan untuk keperluan pangan,papan, kesehatan dan kerajinan yangterdapat di Adat Kasepuhan Banten Kidul.

Contoh nilai psikologis tercermin padapemanfaatan tumbuhan sebagai alat se-saji dan keperluan upacara adat. MasyarakatKasepuhan Banten Kidul sangat ber-gantung hidupnya dari biodiversitas yangada di sekitarnya.

Materi tentang konsep biodiversitasdalam buku ajar menampilkan pembagianlansekap secara tradisional sebagai contohkeanekaragaman ekosistem, pemanfaatanberbagai tumbuhan untuk memenuhikebutuhan hidup sebagai contoh ke-anekaragaman jenis dan konsevasi padilokal sebagai contoh keanekaragamangenetika. Materi ancaman biodiversitasmenampilkan contoh penebangan kayuyang berpotensi untuk bahan bangunansecara berlebihan dan memelihara ikanbudidaya, misalnya ikan mas, mujaher,lele dumbo di kolam-kolam merupakanintroduksi spesies yang mengakibatkanikan-ikan lokal susah ditemukan lagi.

Materi tentang tindakan konservasimenampilkan contoh larangan untukmembunuh binatang dan menanam kem-bali lahan-lahan bekas garapan dengantanaman tahunan. Bahan ajar berbasisetnopedagogi sangat penting dalammenjaga kearifan lokal itu sendiri, sebabkearifan lokal jarang sekali terdokumen-tasi dengan baik (Snively & Corsiglia,2001). Konten lokal dalam pembelajaranakan meningkatkan pemahaman pesertadidik dalam memahami materi dankepedulian mereka terhadap alam (Djulia,2005). Pemanfaatan konten lokal dalampembelajaran dapat memperkaya materipembelajaran (Glasson, et al., 2010; Gopal,2005; Djulia, 2005) dan meningkatkankepedulian masyarakat akan arti pentingpelestarian lingkungan (Armesto, Smith-Ramirez, & Rozzi, 2001; Rao, et al., 2003).

Pemakaian bahasa yang baik danbenar pada bahan ajar menurut paraahli masih belum baik dengan nilai

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...

Page 13: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

180

76. Menurut para ahli, bahasa yangdigunakan belum memenuhi aturan EYD,namun mudah dipahami. Bahasa yangdigunakan seharusnya disesuaikan de-ngan perkembangan kognitif peserta didik.Bahan ajar juga belum dilengkapi denganglosari (penjelasan untuk peristilahan yangsulit dan tidak umum digunakan). Bahasamerupakan kunci dalam memahamisesuatu permasalahan (Firman, 2004).Dengan menggunakan bahasa yangbaik dan benar akan memperlancarpemahaman peserta didik tentang hal yangdipelajarinya (Arsyad, 2010), sehinggatidak terjadi miskonsepsi. Salah satupenyebab miskonsepsi adalah pengguna-an bahasa yang tidak jelas dan tidak sesuaidengan perkembangan kognitif pesertadidik (Mukti, Raharjo, & Wiyono, 2011).

Setelah memasukkan beberapa sarandari ahli, selanjutnya buku ajar diujicoba-kan ke mahasiswa. Uji coba keterbacaanbuku ajar dilihat dari kemampuannyauntuk meningkatkan literasi konservasibiodiversitas dengan indikator dapat

membantu mahasiswa dalam hal mema-hami materi, meningkatkan keterampilanproses biodiversitas dan meningkatkankepedulian mahasiswa terhadap ling-kungan.

Gambar 3 menunjukkan sebagianbesar mahasiswa (82%) berpendapatbahwa Bahan Ajar Biologi KonservasiBerbasis Etnopedagogi membantu dalammemahami materi. Materi yang konteks-tual akan meningkatkan penguasaanmateri dalam pembelajaran. Merekaakan lebih menghayati pembelajaran,lebih mudah dimengerti dan dianalisis,sehingga mereka mampu melakukan ob-servasi, bertanya, mengajukan hipotesis,mengumpulkan data, dan menyimpulkan-nya (Suyanti, 2010). Menurut Glynn &Winter (2004), pembelajaran denganmenggunakan konteks dunia nyata danintegrasi berbagai ilmu, akan berpengaruhterhadap penguasaan konsep peserta didik.

Sebagian besar mahasiswa (84%)berpendapat bahwa Bahan Ajar BiologiKonservasi Berbasis Etnopedagogi mem-

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183

Gambar 3. Hasil Uji Coba Keterbacaan Bahan Ajar Biologi Konservasi

Keterangan:A= Buku ajar dapat membantu mahasiswa dalam memahami materiB= Buku ajar dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan proses biodiversitasC= Buku ajar dapat meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan

Page 14: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

181

bantu mahasiswa dalam meningkat-kan keterampilan proses biodiversitas.Hal ini dapat terjadi karena dalam bukuajar tersebut terdapat ajakan mahasiswauntuk dapat mengidentifikasi masalahkonservasi, memilih dan memilah sumberinformasi yang layak untuk mendukungtesis, mengoleksi dan mengolah informasi,membuat dan mengintrepretasi grafi k dantabel, menganalisis dan mengintepretasidata, memprediksi, merumuskan solusidan pemecahan masalah konservasi diKasepuhan Banten Kidul. Lembar kerjadalam buku ajar membantu mahasiswauntuk melakukan pengamatan di lapangan.

Sebagian besar mahasiswa (81%)berpendapat bahwa Bahan Ajar BiologiKonservasi Berbasis Etnopedagogi dapatmeningkatkan kepedulian mahasiswaterhadap lingkungan. Hal ini terkaitdengan pengembangan Bahan Ajar BiologiKonservasi Berbasis Etnopedagogi yangmembahas materi secara kontekstual diKasepuhan Banten Kidul.

Menurut Leksono & Rustaman (2012)materi yang kontekstual merupakan carayang baik untuk mempelajari konservasi dandapat lebih memahami lingkungan sekitar.Materi pada pendidikan konservasi alamsebaiknya berisi hal-hal yang kontekstualkarena dapat lebih memahami fenomenaalam di sekitarnya. Bahan ajar yang berisikearifan lokal di Kasepuhan Banten Kiduldapat membuka wawasan mahasiswatentang rasa cinta tehadap biodiversitasyang terdapat di Indonesia. Nenek moyangkita sebenarnya telah memanfaatkanbiodiversitas dengan arif. Hal inilah yangdapat meningkatkan rasa cinta terhadaptanah air.

SIMPULANDitemukan tiga konsep kearifan

lokal yang dapat digunakan untukkonten pembelajaran biologi konservasi

yaitu: konsep pembagian lansekap untukpembelajaran konsep biodiversitas tingkatekosistem, pemanfaatan spesies untukkehidupan sehari-hari untuk konsepbiodiversitas tingkat spesies, dan kearifandalam menanam padi lokal untuk konsepbiodiversitas pada tingkat genetika. Konten-konten tersebut selanjutnya dikembang-kan untuk bahan ajar biologi konservasidengan tujuan untuk mengembangkanliterasi konservasi. Prinsip-prinsip yangdikembangkan dalam bahan ajar tersebutmeliputi tujuan, nilai-nilai, konsep, ancam-an, dan tindakan konservasi terhadapbiodiversitas. Hasil validasi ahli tentangkemampuan penyajian, materi danpenggunaan bahasa dalam bahan ajarmenunjukkan hasil yang baik dan layakdigunakan, sedangkan uji coba keterbacaanmenunjukkan hasil bahwa bahan ajartersebut dapat membantu mahasiswadalam memahami materi, meningkatkanketerampilan proses biodiversitas dankepedulian terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKAArmesto, J.J., Smith-Ramirez, C., & Rozzi,

R. 2001. “Conservation Strategies forBiodiversity and Indigenous People inChilean Forest Ecosystem”. Journalof the Royal Society of New Zealand,XXXI(4), 865-877.

Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran.Jakarta: Rajawali Press.

Atmojo, S.E. 2013. "Penerapaan ModelPembelajaran Berbasis Masalah dalamPeningkatan Hasil Belajar PengelolaanLingkungan". Jurnal Kependidikan,43(2), 135-143.

Brook, R.K., & McLachlan, S.M. 2008. “Trendsand Prospects for Local Knowledge inEcological and Conservation Researchand Monitoring”. Biodiversity Conser-vation, XVII, 3501-3512.

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...

Page 15: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

182

Daniels, A.E. 2002. “Indigenous Peoplesand Neotropical Forest Conservation:Impacts of Protected Area Systemson Traditional Cultures”. MacalesterEnvironmental Review, 23 September2002.

Darkuni, M.N. 2010. PengembanganBahan Ajar Bidang Studi Biologi.Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.

Dikmenli, M. 2010. “Biology StudentTeachers Conceptual FrameworksRegarding Biodiversity”. Education,CXXX(3), 479-489.

Djulia, E. 2005. Peran Budaya Lokal dalamPembentukan Sains (Studi NaturalistikSains Siswa Kelompok Budaya Sundatentang Fotosintesis dan RespirasiTumbuhan dalam Konteks Sekolahdan Lingkungan Pertanian. Disertasi.PPS UPI Bandung.

Erdogan, M. 2009. “Components of En-vironmental Literacy in ElementaryScience Education Curriculum inBulgaria And Turkey”. EurasiaJournal of Mathematics, Science andTeknology Education, V(1), 15-26.

Firman, H. 2004. Menulis Karya Ilmiah.Bandung: UPI.

Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R. 2003.Educational Research an Introduction.Boston: Pearson Education Inc.

Glasson, G.E., Mhango, N., Priri, A., &Lanier, M. 2010. “SustainablilityScience Education in Africa: Nego-tiating Indigenous Ways of LivingWith Nature in The Third Space”.International Journal of ScienceEducation, XXXII(1), 125-141.

Glynn, S.M., & Winter, L.K. 2004.“Contextual Teaching and Learningof Science in Elementary Schools”.Journal of Elementary ScienceEducation, XVI(2), 51-63.

Gopal, R. 2005. “Indigenous Environmen-tal Knowledge in Formal Education”.

Jurnal Penyelidikan MPBL, VI, 120-132.

Hongsawong, M. 2011 “North Eastern ThaiHerbs: Local Wisdom Application forConservation Made by Khong RiverCommunity”. European Journal ofSocial Sciences, XXIII(3), 474-482.

Indrawan, M., Primack, R.B., & Supriatna,J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta:Yayasan Obor.

Leksono, S.M. 2010. “KonservasiKeanekaragaman Hayati padi Lokaloleh Masyarakat Adat KasepuhanBanten Kidul di Sekitar KawasanTaman Nasional Gunung Halimun”.Biodidaktika, V(1), 9-18.

Leksono, S.M. 2011. “Pengaruh ModelPembelajaran Group Investigasiterhadap Pengetahuan, Proses Skill danSikap Mahasiswa Calon Guru Biologiterhadap Konservasi Biodiversitas”.Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pen-didikan, VI(2), 729-744.

Leksono, S.M., & Rustaman, N. 2012.“Pengembangan Literasi Biodiversitassebagai Tujuan Pembelajaran BiologiKonservasi bagi Calon Guru Biologi”.Makalah pada Seminar Nasional danRapat Tahunan BKS-PTN B, BidangIlmu MIPA, Fakultas MIPA UNIMED,Medan.

Maclaurin, J., & Sterelny, K. 2008. What isBiodiversity? Chicago: The Universityof Chicago Press.

Mukti, A.D.Y., Raharjo, T., & Wiyono,E. 2011. “Identifikasi Miskonsepsidalam Buku Ajar Fisika SMA KelasX Semester Gasal”. Jurnal Materi danPembelajaran Fisika, I(1), 39-44.

National Research Council. 1996. NationalScience Education Standards. NewYork: National Academy Press.

Ramadoss, A., & Moli, G.P. 2011. “Biodi-versity Conservation Through Environ-mental Education for Sustainable

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 168-183

Page 16: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI KONSERVASI …

183

Development - A Case Study FromPuducherry, India”. InternationalElectronic Journal of EnvironmentalEducation, I(2), 97-111.

Rao, K.S., Semwal, R.L., Maikhuri,R.K., Nautiyal, S., Sen, K.K., Singh,K., Chandrasekhar, K., & Saxena,K.G. 2003. “Indigenous EcologicalKnowledge, Biodiversity dan Sus-tainable Development in The CentralHimalayas”. Tropical Ecology ,XLIV(1), 93-111.

Rifai, M.A. 2004. “KeanekaragamanHayati Indonesia: Potensi Tak Tergali,Peluang Tak Termanfaatkan, danTantangan Tak Terjawab-BagaimanaMemperbaiki Semua KeterpurukanIni?”. Lingkungan dan Pembangunan,XXIV(1), 1-16.

Snively, G., & Corsiglia, J. 2001. “Dis-covering Indigenous Science: Implica-tionsf for Science Education”. ScienceEducation, LXXX, 6-34.

Supriatna, J. 2004. “Penelitian Strategisdalam Pengembangan Konservasi Ke-anekaragaman Hayati di Indonesia”.Lingkungan dan Pembangunan, XXIV(1), 30-49.

Suyanti, R.D. 2010. Strategi PembelajaranKimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Trombulak. 2004. “Principles of Conserva-tion Biology: Recommended Guidelinesfor Conservation Literacy from the

Education Committee of the Society forConservation Biology”. ConservationBiology, XVII(5), 1180-1190.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990tentang Konservasi Sumber DayaAlam Hayati dan Ekosistemnya,Taman Nasional.

Warren, D.M. 1992. “Indigenous Know-ledge, Biodiversity Conservation andDevelopment”. Paper on InternationalConference on Conservation of Bio-diversity in Africa: Local Initiativesand Institutional Roles, Nairobi Kenya,August 30-September 3.

Weeks, P., & Mehta, S. 2004. “ManagingPeople and Landscapes: IUCN’SProtected Area Categories”. JournalHuman Ecolology, XVI(4), 253-263.

Wiratno, Indriyo, D., Syarifudin, A., &Kartika, A. 2001. Berkaca di Cer-min Retak, Refl eksi Konservasi danImplikasi bagi Pengelolaan TamanNasional . Jakarta: The GibbonFoundation Indonesia PILI NGPMovement.

World Wildlife Fund & Wisconsin Centerfor Environ-mental Education. 1996.Report to the National EnvironmentalEducation and Training Foundationon the Development of a BiodiversityLiteracy Assessment Instrument .Wisconsin: National EnvironmentalEducation and Training Foundation.

Suroso M.L., A. Syachruroji, dan Pipit M.:Pengembangan Bahan Ajar...